Jurnal Zootek (“Zootrek” Journal ) Vol. 35 No. 2 : 351-360 (Juli 2015)
ISSN 0852 -2626
PENGARUH PENINGKATAN RASIO KONSENTRAT DALAM RANSUM KAMBING PERANAKAN ETTAWAH DI LINGKUNGAN PANAS ALAMI TERHADAP KONSUMSI RANSUM, RESPONS FISIOLOGIS, DAN PERTUMBUHAN
Arif Qisthon* dan Yusuf Widodo*
ABSTRAK
ABSTRACT
Penelitian telah dilakukan untuk mempelajari pengaruh peningkatan proporsi konsentrat dalam ransum kambing Peranakan Ettawah (PE) yang dipelihara di lingkungan panas alami terhadap konsumsi ransum, respons fisiologis, dan pertambahan bobot badan. Penelitian menggunakan tiga ekor kambing PE jantan dalam rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL). Perlakuan yang diterapkan adalah peningkatan proporsi konsentrat dalam tiga rasio hijauan-konsentrat (H:K) ransum, yaitu R1=85%:15%; R2=70%:30%; dan R3=55%:45%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan rasio H:K tidak berpengaruh (P>0,05) pada konsumsi ransum, frekuensi pernafasan, suhu rektal, dan pertambahan bobot badan. Sebaliknya, perlakuan berpengaruh (P<0,05) pada frekuensi denyut jantung, yaitu R1 vs R2 dan R1 vs R3, sedangkan R2 dan R3 tidak berbeda (P>0,05).
EFFECTS OF INCREASING CONCENTRATE RATIO IN THE RATION OF PERANAKAN ETTAWAH GOAT UNDER NATURAL HEAT ENVIRONMENT ON FEED INTAKE, PHYSIOLOGICAL RESPONSES, AND GROWTH. The research was conducted to study the effect of increasing the proportion of concentrate in the ration of Peranakan Ettawah (PE) goats. Animals were maintained in a natural hot environment on feed consumption, physiological responses, and body weight gain. The study used three male goats of PE in Latin Square design. Treatment applied was an increase in the proportion of concentrate in three forageconcentrate ratio (F:C), R1 = 85:15%; R2 = 70:30%; and R3 = 55:45%. The results showed that the treatment ratio of F:C had no effect (P> 0.05) in feed intake, respiration rate, rectal temperature, and body weight gain. In contrast, treatment affected significantly (P <0.05) heart rate, as follows R1 vs. R2 and R1 vs. R3, whereas R2 and R3 were not significantly different (P> 0.05).
Kata Kunci: Ransum, cekaman panas, fisiologis, kambing *Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian
Keywords:
Universitas Lampung
Rations,
physiological, goat
351
heat
stress,
Jurnal Zootek (“Zootrek” Journal ) Vol. 35 No. 2 : 351-360 (Juli 2015)
ISSN 0852 -2626
pakan (Purwanto dkk., 1996). Selain itu,
PENDAHULUAN
pada kondisi cekaman panas terjadi Ternak kambing memiliki arti penting
bagi
kehidupan
pengalihfungsian energi termetabolisme
masyarakat
dari
pakan,
yang
untuk
produksi
akan
terutama yang berada di perdesaan,
pertumbuhan
karena kambing sudah lama dan banyak
digunakan untuk proses termoregulasi
dipelihara sebagai salah satu sumber
tubuh.
penghasilan petani kecil. Selain itu,
perubahan fisiologis dan status nutrisi
kambing
ternak karena stres panas berdampak pada
juga
merupakan
ternak
penghasil daging yang ikut berperan
atau
semula
Dengan demikian
perubahan-
penurunan produktivitas ternak.
dalam pemenuhan gizi masyarakt secara
Upaya mengatasi cekaman panas
nasional. Saat ini kambing juga sudah
selain dapat dilakukan dari luar tubuh
mulai dikembangkan secara komersial.
seperti penyediaan naungan (shelter) dan
Iklim tropis basah di Indonesia
penyemprotan air ke tubuh ternak, juga
merupakan salah satu kendala bagi ternak
dapat dilakukan dari dalam tubuh berupa
untuk mengekspresikan produktivitasnya
manajemen nutrisi. Pada kondisi stres
secara
tropis
panas, perlu diminimalkan terjadinya
menyebabkan ternak kambing mengalami
peningkatan produksi panas dalam tubuh,
beban
seperti
optimal.
panas
Lingkungan
tubuh
yang
berlebih
peningkatan
heat
increament
sepanjang hidupnya akibat suhu udara
pakan dan panas metabolisme pakan yang
dan intensitas radiasi matahari yang
dapat
cukup tinggi. Panas tubuh ternak selain
panas.
berasal dari proses fermentasi pakan
landasan untuk meningkatkan proporsi
dalam rumen dan proses metabolisme
konsentrat
dalam
dalam tubuh, juga panas dari lingkungan
mengurangi
produksi
(heat gain). Cekaman panas memaksa
mengatasi penurunan konsumsi pakan
ternak untuk mengaktifkan mekanisme
dan
termoregulasi, yaitu peningkatan suhu
metabolisme
rektal, frekuensi denyut jantung, dan
(Shibata,
pernafasan, serta penurunan konsumsi
ransum yang kandungan serat kasarnya
352
memperparah tingkat Kondisi
tersebut
meningkatkan pada
1996).
cekaman
menjadikan
ransum
guna
panas
tubuh,
kebutuhan
energi
lingkungan
panas
Konsentrat
adalah
Jurnal Zootek (“Zootrek” Journal ) Vol. 35 No. 2 : 351-360 (Juli 2015)
ISSN 0852 -2626
rendah sehingga mudah dicerna dan padat
Peternakan Fakultas Pertanian Universitas
energi. Panas tubuh ternak ruminansia
Lampung selama delapan minggu.
yang dihasilkan dari proses pencernaan pakan
berserat
kasar
tinggi
dapat
Materi Penelitian
dikurangi dengan cara meningkatkan
Penelitian ini menggunakan tiga
proporsi konsentrat dalam ransum.
ekor kambing Peranakan Ettawa jantan
Informasi peningkatan konsentrat
dengan bobot badan awal 23,9±3,1 kg.
ransum untuk memanipulasi cekaman
Ransum yang digunakan berupa rumput
panas saat ini lebih banyak dilakukan
lapang
pada ternak sapi dan dilakukan pada
tersusun dari bahan dedak padi, onggok,
ruangan
bungkil kelapa, kulit kopi, dan tetes, serta
iklim
Sedangkan,
terkontrol
(chamber).
peningkatan
proporsi
dan
konsentrat.
Konsentrat
premik.
konsentrat dalam ransum kambing untuk
Peralatan yang digunakan yaitu
mengatasi cekaman panas belum banyak
kandang
tersedia, khususnya yang dilakukan pada
dilengkapi dengan tempat pakan, tempat
sistem pemeliharaan di lingkungan panas
minum; atap kandang terbuat dari asbes;
alami.
ini
timbangan dengan kapasitas 50 kg dan
dilakukan untuk mempelajari pengaruh
kepekaan 0,01 kg untuk menimbang
peningkatan proporsi
kambing, timbangan kapasitas 10 kg
Oleh
karena
ransum
terhadap
respons
fisiologis,
kambing
itu
kajian
konsentrat dalam
konsumsi dan
Peranakan
panggung
individual
yang
ransum,
dengan tingkat ketelitian 0,01 kg untuk
pertumbuhan
menimbang rumput; termometer rektal,
Ettawa
yang
stetoskop, higrometer, termometer ruang,
dipelihara di lingkungan panas alami.
dan stopwatch.
MATERI DAN METODE
Metode Penelitian Penelitian
PENELITIAN
ini
menggunakan
Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL) Penelitian kandang
dan
dilaksanakan Laboratorium
di
3x3,
Jurusan
dengan tiga perlakuan dan tiga
ulangan
(periode).
Perlakuan
yang
dicobakan adalah tiga jenis pemberian
353
Jurnal Zootek (“Zootrek” Journal ) Vol. 35 No. 2 : 351-360 (Juli 2015)
ISSN 0852 -2626
ransum dengan rasio hijauan-konsentrat
dalam kandang. Fisiologis kambing yang
(H:K) yang berbeda, yaitu: R1=85:15%,
diukur
R2=70:30%, dan R3=55:45%.
pernafasan, dan frekuensi denyut jantung.
yaitu
suhu
rektal,
frekuensi
Kambing secara acak ditempatkan
Pengamatan suhu dan kelembaban
dalam kandang panggung individual.
lingkungan dilakukan setiap hari selama
Selanjutnya, kambing dipelihara dalam
masa pengambilan data pada pukul 07.00,
tiga periode pengamatan. Setiap periode
08.00, 09.00, 10.00, 11.00 dan 13.00,
berlangsung selama 14 hari. Tujuh hari
14.00,
pertama merupakan masa adaptasi ternak
menggunakan termometer lingkungan dan
terhadap
higrometer.
perlakuan,
dan
tujuh
hari
berikutnya adalah masa koleksi data. Pemberian
ransum
15.00,
16.00,
Pengukuran
17.00
respons
dengan
fisiologis
perlakuan
dilakukan pada hari ke-1, 4, dan 7 setiap
dilakukan dua kali sehari pada pukul
periode. Pengukuran dilakukan menjelang
07.30 dan 13.30. Jumlah pemberian
dan sesudah pemberian ransum pada
pakan
bahan
pukul 07.00, 08.00, 09.00, 10.00, 11.00
kering kambing, yaitu 3 % bobot badan.
dan 13.00, 14.00, 15.00, 16.00, 17.00.
Air minum diberikan secara adlibitum.
Frekuensi pernafasan, frekuensi denyut
berdasarkan
kebutuhan
jantung, dan suhu rektal diukur menurut Qisthon dan Suharyati (2007). Frekuensi
Analisis Data Data dari peubah yang terkumpul dianalisis
dengan
sidik
ragam
pernafasan
dan
diamati
menghitung
dengan
pergerakan
cara
naik-turun
dilanjutkan dengan uji beda Duncan pada
permukaan tubuh di daerah flank selama
taraf 5% atau 1% (Gaspersz, 1991).
satu menit. Frekuensi denyut jantung dihitung dengan bantuan stetoskop yang ditempelkan di bagian dada kambing
Peubah yang Diamati Peubah yang diamati terdiri atas
sebelah
kiri
selama
satu
menit.
iklim mikro, fisiologis, konsumsi ransum,
Selanjutnya, suhu rektal diukur dengan
dan pertambahan bobot badan. Iklim
termometer rektal yang dimasukkan ke
mikro yang diamati meliputi suhu dan
dalam rektal sedalam sekitar 2 cm selama
kelembaban
tiga menit.
lingkungan
relatif
(RH)
354
Jurnal Zootek (“Zootrek” Journal ) Vol. 35 No. 2 : 351-360 (Juli 2015)
Data konsumsi ransum (bahan
ISSN 0852 -2626
Suhu udara tersebut menunjukkan bahwa
kering) dihitung dengan mengurangkan
kondisi
jumlah pemberian dengan sisa pemberian
nyaman bagi ternak, sesuai dengan
ransum
pendapat
setiap
hari.
Selanjutnya,
lingkungan
Smith
kandang
dan
masih
Mangkuwidjojo
pertambahan bobot badan harian dihitung
(1988), bahwa lingkungan nyaman atau
dengan cara mengurangkan bobot badan
daerah termonetral kambing berkisar
akhir
awal
antara 18 dan 30oC. Namun, terindikasi
pengamatan dan dibagi dengan jumlah
pula bahwa suhu lingkungan mulai panas
hari pengamatan (Qisthon dan Suharyati,
karena mendekati batas kritis atas kisaran
2007).
termonetral.
dengan
bobot
Penimbangan
badan
awal
kambing
dilakukan pada hari ke-0 dan akhir pengamatan hari ke-7 pada pukul 06.00.
Konsumsi
Ransum
dan
Proporsi
Hijauan-Konsentrat Terkonsumsi Konsumsi ransum (rumput dan
HASIL DAN PEMBAHASAN
konsentrat)
kambing
tidak
berbeda
(P>0,05) pada semua perlakuan. Secara
Kondisi Iklim Mikro Rataan suhu dan kelembaban
rinci
rataan
konsumsi
ransum
dan
udara kandang selama penelitian masing-
proporsi hijauan konsentrat terkonsumsi
masing sebesar 28,37 oC dan 69,73 %.
tercantum dalam Tabel 1.
Tabel 1. Konsumsi ransum dan rasio hijauan-konsentrat terkonsumsi Perlakuan
Konsumsi (g BK/hari)
Rasio Hijauan:Konsentrat
Hijauan
Konsentrat
Jumlah
R1
568,7±94,0
79,3±49,8
648,0±143,4 a
89:11
R2
407,1±29,9
114,9±89,7
522,0±61,9 a
79:21
R3
341,3±64,1
188,0±129,8
529,3±163,8 a
67:33
Terkonsumsi (%)
Keterangan: Huruf sama pada kolom Jumlah menunjukkan tidak berbeda (P>0,05)
355
Jurnal Zootek (“Zootrek” Journal ) Vol. 35 No. 2 : 351-360 (Juli 2015)
Tabel terjadi
1
menunjukkan
perubahan
bahwa
antara
ISSN 0852 -2626
penurunan proporsi terkonsumsi pada
proporsi
pemberian
konsentrat
yang
semakin
pemberian hijauan-konsentrat pada semua
banyak, yaitu berturut-turut 4, 9, dan 12%
perlakuan
untuk R1, R2, dan R3.
dengan
proporsi
ransum
terkonsumsi ternak. Proporsi hijauan
Relatif tidak berubahnya pola
rumput terkonsumsi terlihat meningkat,
proporsi
sebaliknya proporsi konsentrat menurun.
mengindikasikan
beban
panas
yang
Namun,
dialami
ternak
relatif
tidak
proporsi
terkonsumsi
masih
ransum
semua
menunjukkan pola dari perlakuan yang
berbeda,
diharapkan, yaitu terjadinya peningkatan
konsumsi ransum pun tidak berbeda.
jumlah proporsi konsentrat dari R1
Respons Fisiologis
sampai
a. Frekuensi pernafasan
R3.
Menurunnya
proporsi
konsumsi konsentrat diduga berkaitan
sehingga
terkonsumsi
mengakibatkan
Respons fisiologis ternak kambing
dengan palatabilitas yang kurang disukai
selama penelitian disajikan pada Tabel 2.
ternak. Kondisi ini juga terlihat dari kecenderungan
semakin
besarnya
Tabel 2. Rataan frekuensi pernafasan (RR), frekuensi denyut jantung (HR), dan suhu rektal (TR) kambing penelitian Peubah Perlakuan
RR (kali/menit)
HR (kali/menit)
TR (oC)
R1
81,8±2,9 a
101,8±8,7 a
38,3±0,24 a
R2
81,0±3,0 a
96,0±11,0 b
38,2±0,4 a
R3
81,5±2,3 a
96,7±9,7 b
38,3±0,2 a
Keterangan: Huruf berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda (P<0,05); huruf sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda (P>0,05) Rataan
frekuensi
kambing-kambing
pernafasan
percobaan
(P>0,05) pada semua perlakuan. Hasil
berkisar
penelitian ini lebih tinggi dari kisaran
antara 81,0 dan 81,8 kali per menit (Tabel
frekuensi pernafasan normal kambing
2). Frekuensi pernafasan tidak berbeda
sebesar 12-13 kali per menit (Sarwono,
356
Jurnal Zootek (“Zootrek” Journal ) Vol. 35 No. 2 : 351-360 (Juli 2015)
2002) atau 10-20 kali per menit (Smith
ISSN 0852 -2626
Rataan frekuensi denyut jantung
dan Mangkuwidjoyo,1988). Respons ini
kambing-kambing
menunjukkan
telah
antara 96,0 dan 101,8 kali per menit
termoregulasi
(Tabel 2). Frekuensi denyut jantung
bahwa
mengaktifkan
kambing
sistem
percobaan
tubuhnya untuk menjaga suhu tubuh tetap
kambing
konstan, dengan jalan membuang panas
normal, yaitu 70-80 kali per menit
melalui
(Dukes,
pernafasan.
Meningkatnya
semua
berkisar
perlakuan
1985).
melebihi
Hasil
proporsi konsentrat hingga 33% belum
mengindikasikan
mampu
perlakuan terjadi proses pelepasan beban
menurunkan
frekuensi
pernafasan.
bahwa
pada
ini
panas tubuh ke lingkungan.
Peningkatan frekuensi pernafasan
semua
Menurut
Sarwono (2002), meningkatnya denyut
diduga disebabkan oleh peningkatan suhu
jantung
bertujuan
untuk
mengatur
tubuh yang disebabkan oleh kombinasi
tekanan
darah
dan
membantu
faktor suhu lingkungan yang mulai panas
mengedarkan panas dari organ tubuh
dan proporsi hijauan ransum yang lebih
bagian dalam ke permukaan tubuh.
tinggi pada semua perlakuan. Proporsi hijauan
yang
besar
Frekuensi denyut jantung pada
menyebabkan
perlakuan R2 (96,0 kali/menit) dan R3
produksi panas tubuh/heat increament
(96,7 kali/menit) lebih rendah (P<0,05)
kambing meningkat sehingga menambah
dibandingkan
beban panas tubuh dan harus dilepaskan.
kali/menit). Hasil ini menunjukkan bahwa
Pelepasan panas tubuh ke luar tubuh
meningkatnya proporsi konsentrat dari
dengan cara memindahkan panas dari
11% menjadi 21% atau 33% dapat
organ-organ bagian dalam tubuh ke
menurunkan
bagian-bagian terluar dari organ tubuh
Peningkatan
terutama adalah kelenjar keringat di kulit
diharapkan
dan kelenjar mukosa di sepanjang saluran
increament yang dihasilkan oleh selama
pernafasan (Ganong, 1983).
pencernaan pakan sehingga berdampak
dengan
R1
cekaman
panas
proporsi dapat
(101,8
ternak.
konsentrat
menurunkan
heat
pada penurunan beban panas tubuh. Konsentrat
b. Frekuensi denyut jantung
357
adalah
ransum
yang
Jurnal Zootek (“Zootrek” Journal ) Vol. 35 No. 2 : 351-360 (Juli 2015)
kandungan
serat
kasarnya
rendah
adalah
sehingga mudah dicerna dan padat energi.
ISSN 0852 -2626
0,01±0,01;
0,04±0,15;
dan
0,08±0,18 kg/hari. Berdasarkan uji sidik ragam diketahui bahwa perlakuan tidak berpengaruh terhadap pertambahan bobot badan (P>0,05). Perlakuan yang tidak
c. Suhu rektal Suhu rektal pada semua perlakuan
berpengaruh ini diduga karena tidak
tidak berbeda (P>0,05), yaitu sebesar
berbedanya konsumsi
o
38,2 dan 38,3 C (Tabel 2). Menurut
Namun
Adisuwiryo dkk. (2001), suhu tubuh
terlihat bahwa pertambahan bobot badan
kambing berkisar antara 38,0 dan 39,9oC
cenderung meningkat sejalan dengan
dengan rataan 38,7oC. Hasil penelitian ini
meningkatnya
menunjukkan
pada
Peningkatan proporsi konsentrat akan
semua perlakuan suhu tubuhnya pada
menyebabkan masukan energi meningkat
kisaran normal. Aktifitas termoregulasi
sehingga menambah alokasi energi untuk
yang dilakukan dengan meningkatkan
produksi disamping untuk termoregulasi,
frekuensi denyut jantung dan pernafasan
sebaliknya penurunan proporsi konsentrat
berhasil menjaga suhu tubuh pada kondisi
akan
normal. Menurut Yousef (1985) serta
sehingga memperkecil alokasi energi
Yani dan Purwanto (2006), peningkatan
untuk pertumbuhan.
bahwa
kambing
demikian,
bahan kering.
secara
proporsi
menurunkan
kuantitatif
konsentrat.
masukan
energi
denyut jantung dan pernafasan akan mempercepat aliran panas tubuh ke permukaan
tubuh
dikeluarkan
ke
yang
SIMPULAN
selanjutnya melalui
ransum tidak berpengaruh pada konsumsi
maupun
bahan kering, frekuensi pernafasan, suhu
evaporasi sehingga suhu tubuh relatif
rektal, dan pertambahan bobot badan,
konstan.
tetapi
konduksi,
lingkungan
Peningkatan proporsi konsentrat
konveksi,
radiasi,
menurunkan
frekuensi
jantung dari R1 ke R2 dan R3. d. Pertambahan Bobot Badan Rataan pertambahan bobot badan berturut-turut untuk R1, R2, dan R3
358
denyut
Jurnal Zootek (“Zootrek” Journal ) Vol. 35 No. 2 : 351-360 (Juli 2015)
ISSN 0852 -2626
Denpasar, Volume 10, Nomor 1:
DAFTAR PUSTAKA
13-16. Adisuwiryo, D., Soetrisno, dan S.J.A.
Sarwono, B. 2002. Beternak Kambing
Setyawati. 2001. Dasar Fisiologi
Unggul.
Ternak.
Jakarta.
Fakultas
Peternakan
Unsoed. Purwokerto
Shibata, M. 1996.
Dukes. 1985. Physiology of Domestic
Ganong.
Penebar
Swadaya.
Factor Affecting
thermal balance and production
Animal. Comstock Publishing:
of
ruminants
in
a
New York University Collage,
environmental:
a
review.
Camel.
Memoirs of National
1983.
Receive
Physiology.
of
Large
hot
Institute
Logical
of. Animal Industry No. 10,
Medical
March 1996. National Institute
Publishing, Calivornia
of Animal Industry. Tsukuba,
Gaspersz, V. 1991. Teknik Analisis
Japan.
dalam Penelitian Percobaan. Vol. II. Tarsito.
Smith, J.B.
Purwanto, B.P., M. Herada, and S. Yamamoto.
1996.
Effect
dan S.
Mangkuwidjoyo.
1988. Pemeliharaan, Pembiakan
of
dan
Penggunaan
Hewan
drinking water temperature on
Percobaan di Daerah Tropis.
heat
Cetakan Pertama. Penerbit UI.
balance
and
thermoregulatory responses in
Jakarta.
dairy heifers. Aust. J. Agric. Res.
Yani, A. dan B.P. Purwanto. 2006.
47 : 505-512.
Pengaruh iklim mikro terhadap
Qisthon, A. dan S. Suharyati. 2007. Pengaruh
naungan
respons
Fries Holland dan modifikasi
dan
lingkungan untuk Meningkatkan
kambing
produktivitasnya
ettawa.
Majalah
Media Peternakan Vol. 29 (1):
Peternakan,
Fakultas
35-46
peranakan Ilmiah
terhadap
termoregulasi
produktivitas
respons fisiologis sapi peranakan
Peternakan Universitas Udayana,
359
(Ulasan).
Jurnal Zootek (“Zootrek” Journal ) Vol. 35 No. 2 : 351-360 (Juli 2015)
Yousef, M.K. 1985. Thermoneutral zone. In: M.K.Yousef (Ed.). Stress Physiology in Livestock. Vol.I. CRC Press, Inc. Boca Raton, Florida.
360
ISSN 0852 -2626