Jurnal Zootek (“Zootrek” Journal ) Vol 34 No. 1:114-123 (Januari 2014)
ISSN 0852 -2626
PENAMBAHAN RIMPANG KUNYIT (CURCUMA DOMESTICA VAL), RIMPANG TEMULAWAK (CURCUMA XANTHORRIZA ROXB) DAN RIMPANG TEMU PUTIH (CURCUMA ZEDOARIA ROSC) DALAM RANSUM KOMERSIAL TERHADAP PERFORMANS BURUNG PUYUH (Coturnix-coturnix japonica) Patri Seila Kaselung*, M. E. K Montong**, C. L. K. Sarayar** dan J. L. P. Saerang** Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi, Manado 95115 Kata Kunci : Burung Puyuh, Tepung Rimpang Kunyit, Temulawak, Temu ABSTRAK putih Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana efektifitas penambahan tepung kunyit (Curcuma ABSTRACT domestica val), Temulawak (Curcuma xhantorriza roxb) dan Temu Putih ADDITION TURMERIC, GINGER (Curcuma zedoria rosc) dalam ransum RHIZOME AND WHITE RHIZOME komersial terhadap performans burung OF COMMERCIAL RATION ON puyuh. Materi yang digunakan adalah QUAILS’ PERFORMANCES. This burung puyuh betina umur 6 minggu study aims to determie the effectiveness sebanyak 120 ekor. Rancangan yang of the addition of Turmeric powder digunakan adalah rancangan acak (Curcuma domestica Val), Javanese lengkap dengan 4 perlakuan 5 ulangan. ginger powder (Curcuma xanthorriza Perlakuan yang diterapkan sebagai Roxb) and White turmeric powder berikut : R0 = ransum dasar tanpa kunyit, (Curcuma zedoaria Rosc) in a temulawak, dan temu putih, R1= ransum commercial ration towards dasar + 2% tepung rimpang kunyit, R2= the performance of quail. The material ransum dasar + 2% tepung rimpang used were 120 female quails 6 weeks of temulawak, R3= ransum dasar + 2% age. We used the Completely tepung rimpang temu putih. Hasil Randomized Design with 4 treatments penelitian menunjukan bahwa and 5 replications. The treatments were penambahan tepung rimpang kunyit, applied as follows : R0 = basic ration tepung rimpang temulawak dan tepung without turmeric, Javanese ginger, and rimpang temu putih dalam ransum tidak white turmeric powder, R1 = base + 2% berbeda nyata (P > 0,05) terhadap ration turmeric powder, R2 = base + 2% performans (konsumsi ransum, produksi ration Javanese ginger powder, R3 = telur dan konversi ransum). base + 2% ration of Javanese ginger and Disimpulkan penambahan tepung white turmeric powder. The results rimpang kunyit, tepung rimpang showed that the addition of turmeric temulawak dan tepung rimpang temu powder, Javanese ginger powder and putih sebanyak 2% dalam ransum white turmeric powder in the ration was komersial belum dapat meningkatkan not significantly different (P > 0.05) on konsumsi ransum, produksi telur dan the performance of quails (feed menekan konversi ransum. consumption, egg production and feed conversion). We conclude that the addition of turmeric powder, Javanese *Alumni Fakultas Peternakan Unsrat ginger powder, and white turmeric **Jurusan Produksi Ternak powder as much as 2% in commercial rations didn’t raise the feed
114
Jurnal Zootek (“Zootrek” Journal ) Vol 34 No. 1:114-123 (Januari 2014)
consumption, egg production, and surpresses the feed conversion. Keywords : Quail, Turmeric, Javanese Ginger, White Turmeric
dan
ISSN 0852 -2626
fungsinya
dapat
membantu
pencernaan dan merangsang sistim saraf dan juga berkhasiat sebagai stomakhik
PENDAHULUAN
atau
memperkuat
pencenaan dan menambah nafsu makan.
Untuk
Hasil
menghasilkan
penelitian
Penelitian
produktivitas yang tinggi dari burung
penggunaan
puyuh maka salah satu hal yang
temulawak dan temu putih sebagai
harus diperhatikan adalah kualitas
bahan
ransum. Rimpang kunyit (Curcuma
ransum burung puyuh sampai saat ini
domestica Val ), rimpang temulawak
belum banyak dilakukan. Namun
(Curcuma xanthorriza Roxb), dan
beberapa penelitian yang dilakukan
rimpang
(Curcuma
untuk ayam pedaging telah banyak
zedoaria Rosc) merupakan tanaman
dilakukan antara lain hasil penelitian
herbal yang dapat digunakan sebagai
Dien dkk (2012) bahwa penggunaan
bahan
herbal
temu
pakan
putih
tambahan
dalam
Rimpang
pakan
kunyit,
tambahan
kunyit
dan
dalam
temulawak
ransum ternak burung puyuh. Kunyit
difermentasi dengan EM4 dalam air
merupakan tanaman herbal
telah
minum ternyata dapat meningkatkan
lama
yang
perfomans
dikenal
masyarakat
ayam broiler, ditinjau
memiliki kandungan minyak atsiri
dari pertambahan berat badan dan
yang dapat menekan bakteri dan
konversi ransum.
kandungan
kurkuminnya
menjaga
daya
Temulawak minyak
tahan
memiliki
atsiri,
Berdasarkan
dapat
tersebut,
tubuh.
kandungan
kurkumin,
dan
maka
pemikiran telah
dilakukan
penelitian
untuk
mengetahui
seberapa
besar
pengaruh
xanthorizol yang mampu menekan
penambahan tepung rimpang kunyit,
jamur, meningkatkan nafsu makan
temulawak dan temu putih dalam
dan dapat meningkatkan performans
ransum
ternak.
performans burung puyuh.
Temu
putih
(Curcuma
komersial
terhadap
zedoaria Rosc) mengandung minyak MATERI DAN METODE PENELITIAN
atsiri dan komponen kurkuminoid
115
Jurnal Zootek (“Zootrek” Journal ) Vol 34 No. 1:114-123 (Januari 2014)
Sebanyak 120 ekor burung
ISSN 0852 -2626
Konversi Ransum merupakan
puyuh berumur 6 minggu digunakan
rasio pakan yang dikonsumsi
dalam penelitian ini yang terbagi
dalam jangka waktu tertentu
menjadi 4 perlakuan 5 ulangan.
dibandingkan dengan berat
Masing-masing ulangan terdiri dari 6
telur yang dihasilkan dalam
ekor. Perlakuan yang diberikan R0: Ransum
dasar
tanpa
waktu tertentu (Handarini
kunyit,
dkk., 2008):
temulawak, dan temu putih, R1: ransum dasar + 2% tepung rimpang
Analisa Data
kunyit, R2: ransum dasar + 2%
Data dianalisis secara statistik
tepung rimpang temulawak dan R3:
menggunakan analisis ragam dengan
ransum dasar + 2% tepung rimpang
Rancangan Acak Lengkap (RAL)
temu
(Steel dan Torrie, 1994).
putih.
Rancangan
yang
digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan dikandang percobaan Jurusan ilmu Produksi Fakultas Peternakan Universitas Sam
Pengaruh Perlakuan Konsumsi Ransum
Ratulangi Manado.
Data
konsumsi
Variabel yang diamati.
ransum
Rasyaf yang
perhitungan
ransum
rataan
dari
masing-
masing perlakuan yang diberikan
Konsumsi ransum dihitung menurut
hasil
Terhadap
selama penelitian
(2006),
tercantum pada
Tabel 1. Rataan konsumsi ransum
diberikan
burung puyuh selama penelitian
dikurangi ransum sisa dibagi
berkisar antara 24,76 sampai 25,36
jumlah ternak.
(g/ekor/hari).
Produksi
telur
Kisaran
ini
masih
dihitung
berada dalam standar kebutuhan
menurut Sudradjat (2002),
sesuai yang direkomendasikan oleh
jumlah produksi telur per
Djanah
butir dibagi jumlah ternak
menyatakan
saat penelitian dikali 100%.
ransum
116
dan
Sulistyani bahwa
burung
puyuh
(1985) konsumsi umur
6
Jurnal Zootek (“Zootrek” Journal ) Vol 34 No. 1:114-123 (Januari 2014)
ISSN 0852 -2626
minggu sekitar 15 – 25 gram per
temulawak mempunyai bau dan rasa
ekor per hari.
yang tajam. Hal ini sependapat
Hasil analisis sidik ragam menunjukan
bahwa
dengan Lumbantoruan (2005) yang
perlakuan
menggunakan
tepung
temulawak
memberikan pengaruh yang tidak
dalam ransum pada ayam broiler,
nyata (P > 0,05) terhadap konsumsi
memberikan
pengaruh
ransum. Hal ini menunjukan bahwa
palatabilitas
yaitu
masing-masing
palatabilitas. Hal ini disebabkan
perlakuan
memberikan respons yang sama.
tepung
temulawak
Pada
minyak
atsiri
Tabel
4
terlihat
ada
menurunkan
mengandung
dan
zat
warna
kecenderungan penurunan konsumsi
curcumin
ransum,
yang
palatabilitas menurun karena bau dan
rimpang
rasa yang tajam dan warna yang
kunyit, tepung rimpang temulawak,
lebih pekat. Selanjutnya Widodo
dan tepung rimpang temu putih
(2002)
mengandung minyak atsiri yang
penggunaan temulawak sebesar 2%
mempunyai aroma dan rasa yang
dalam
tajam. Menurut Afifah dan Lantera
terbaik
(2003)
pertambahan
diduga
menggunakan
penggunaan
ransum
tepung
menyatakan temulawak
bahwa harus
minyak
atsiri
mengakibatkan
menyatakan
ransum
bahwa
merupakan
karena berat
dosis
menunjukan badan
yang
diikuti dengan tingkat konsumsi
dibatasi pemberiannya karena adanya kandungan
yang
terhadap
ransum
yang
rendah.
pada
Tabel 1. Rataan konsumsi ransum per ekor dari masing-masing perlakuan (gram) ULANGAN 1 2 3 4 5 RATAAN
R0 24.97 25.98 25.23 25.31 25.30 25.36
PERLAKUAN (gram) R1 25.39 25.02 25.04 24.51 24.85 24.96
117
R2 24.92 25.00 24.19 24.74 24.96 24.76
R3 25.15 24.92 25.03 25.50 23.88 24.90
Jurnal Zootek (“Zootrek” Journal ) Vol 34 No. 1:114-123 (Januari 2014)
ISSN 0852 -2626
berbeda nyata namun penambahan tepung
Pengaruh Ransum Perlakuan Terhadap Produksi Telur Hasil pengamatan rataan
menggunakan
penelitian
rimpang
putih. Meningkatnya produksi telur
tercantum pada Tabel 2. Rataan
pada perlakuan R1 diduga antara lain
produksi telur burung puyuh umur 6 berkisar
antara
karena kunyit mengandung zat aktif
60,75%
kurkumin
sampai 69,07%. Hasil penelitian ini
yang
dilakukan
demetoksikurkumin, menigkatkan
Panda (1987) dimana produksi telur
dapat empedu,
fungsi
hati,
memperbaiki tampilan limfosit darah
berkisar antara 54,75% - 67%.
dan menjaga daya tahan tubuh.
(2005)
Dengan
mengatakan bahwa puncak produksi
kondisi
kesehatan
yang
optimal sehingga pada perlakuan R1
telur pada burung puyuh mencapai
dapat menghasilkan produksi telur
98,5% pada umur 4-5 bulan.
yang baik. Sedangkan perlakuan R2
Hasil analisis sidik ragam bahwa
berfungsi
yang
sekresi
memperbaiki
burung puyuh umur 5-6 minggu
Sugiharto
dapat
zat fitokimia yang biasa disebut
oleh
Kusumowati (1992); Tiwari dan
Selanjutnya
yang
sebagai antibakteri dan kandungan
tidak jauh berbeda dengan hasil
menunjukan
tepung
temulawak dan tepung rimpang temu
selama
penelitian
2%
tinggi diikuti dengan perlakuan yang
perlakuan yang
minggu
kunyit
menghasilkan produksi yang lebih
produksi telur dari masing-masing
diberikan
rimpang
dan R3 (Tabel 2) ada kecenderungan
perlakuan
penurunan
memberikan pengaruh yang tidak
burung
nyata (P > 0,05) terhadap produksi
produksi puyuh,
telur
pada
diduga
R1
mengandung kurkumin lebih tinggi
telur. Hal ini menunjukkan bahwa
dibandingkan perlakuan R2 dan R3.
setiap perlakuan
Hasil analisa Sinurat et al (2009) kandungan kurkumin pada kunyit
yang
diberikan
memberikan
pengaruh
yang
sama
produksi
telur
burung
Walaupun
secara
9,61 % dan temulawak 2,00 %
terhadap
statistik
sedangkan temu putih kandungan
puyuh.
kurkuminnya tidak terdeteksi.
tidak
118
Jurnal Zootek (“Zootrek” Journal ) Vol 34 No. 1:114-123 (Januari 2014)
ISSN 0852 -2626
Tabel 2. Rataan produksi telur per ekor dari masing-masing perlakuan (%) PERLAKUAN (%)
ULANGAN 1 2 3 4 5 RATAAN
R0 65.79 70.55 61.17 70.38 77.33 69.04
R1 73.74 60.84 65.83 66.66 78.28 69.07
R2 59.58 58.95 56.33 68.68 65.29 61.77 menunjukkan
R3 67.00 58.90 59.00 58.45 60.38 60.75 bahwa setiap
perlakuan mempunyai kemampuan Pengaruh Perlakuan Konversi Ransum Rataan
Terhadap
konversi
yang sama ransum untuk
ransum
konsumsi ransum dan berat telur
Kartasudjana
merupakan
dan Nayoan (1997) konversi pakan
lebih baik dimana besarnya angka
penggunaan
konversi ransum tergantung pada
pakan dimana jika angka konversi
banyaknya ransum yang dikonsumsi
semakin kecil maka penggunaan efisien
dibagi dengan berat telur yang
dan
dihasilkan.
sebaliknya jika angka konversi besar maka
penggunaan
ransum
tidak
sidik
ragam
menunjukan
analisis bahwa
dihabiskan
Hal
untuk
tiap
satuan
berat telur dan produksi lainnya) .
pemberian
Semakin
banyak
ransum
yang
dikonsumsi untuk menghasilkan satu
pengaruh yang tidak nyata (P > 0,05) konversi.
pengertian
produksi (penambahan bobot badan,
ransum pada penelitian memberikan
terhadap
Dalam
konversi adalah jumlah ransum yang
efisien. Hasil
rendahnya
maka akan diperoleh konversi yang
menyatakan angka konversi pakan
semakin
tinggi
yang
tersebut dalam keadaan seimbang
didukung oleh Campbell (1984)
pakan
faktor
konversi ransum, jika dua faktor
antara 2,70 sampai 2,80. Hal ini
tingkat
dua
menentukan
burung puyuh yang baik berkisar
menunjukan
menjadi produk.
North (1984), menyatakan bahwa
berkisar antara 2,32 sampai 2,48. Menurut penelitian
dalam menggubah
satuan
ini
buruklah 119
produksi
maka
makin
pakan
tersebut.
Baik
Jurnal Zootek (“Zootrek” Journal ) Vol 34 No. 1:114-123 (Januari 2014)
buruknya
konversi
ISSN 0852 -2626
ransum
tinggi dibandingkan perlakuan R0,
dipengaruhi oleh berbagai faktor
R1, R3. Hal ini menunjukan bahwa
diantaranya mutu ransum, kesehatan
penggunaan feed additive temulawak
ternak dan tata cara pemberian
mampu memperbaiki daya cerna dan
ransum (Tillman et al, 1991).
konsumsi
Dari diperoleh
hasil nilai
penelitian
konversi
ransum
menghasilkan berat telur yang lebih
ransum
tinggi.
Anggorodi
terendah terdapat pada perlakuan R2
menyatakan
dibandingkan
yang
dengan
sehingga
perlakuan
bahwa
mempengaruhi
(1985) faktor-faktor konversi
lainnya. Hal ini berarti nilai konversi
ransum adalah jumlah konsumsi
ransum perlakuan R2 lebih baik dari
ransum, daya cerna dan penggunaan
perlakuan lainnya karena, berat telur
zat-zat
makanan.
(Lampiran 4) yang dihasilkan lebih Tabel 3. Rataan konversi ransum per ekor dari masing-masing perlakuan
ULANGAN
R0
PERLAKUAN R1 R2
R3
1 2 3 4 5
2.37 2.37 2.38 2.61 2.32
2.39 2.35 2.32 2.54 2.66
2.26 2.37 2.31 2.15 2.52
2.52 2.50 2.53 2.48 2.36
RATAAN
2.41
2.45
2.32
2.48
120
Jurnal Zootek (“Zootrek” Journal ) Vol 34 No. 1:114-123 (Januari 2014)
ISSN 0852 -2626
Penambahan Tepung Kunyit
KESIMPULAN
Terhadap Performans Broiler. Hasil
penelitian
menunjukan
ini
bahwa
Prosiding Seminar Nasional
dengan
Teknologi
penambahan tepung rimpang kunyit,
Veteriner.
tepung
dan
September 2005. Puslitbang
tepung rimpang temu putih sebanyak
Peternakan. Bogor. Hlm773-
2% dalam ransum komersial belum
777.
rimpang
dapat
temulawak
meningkatkan
Peternakan Bogor,
dan 12-13
konsumsi Campbell, W., 1984. Principles of
ransum, produksi telur dan menekan
Fermentation
konversi ransum.
Technology.
Peragaman
Press, New York. Dien, P. A., Montong, M.E.R.,
DAFTAR PUSTAKA
Adiani S., Tangkere, E.S. 2012. Efektivitas Penggunaan Afifah, E. dan Tim Lentera, 2003. Khasiat
dan
Herbal
Manfaat
domestica
Temulawak. PT Gramedia
H.R.,
xanthorriza
1985.
Aneka Unggas.
(Curcuma
Val)
Temulawak
Pustaka, Jakarta. Anggorodi,
Kunyit
dan
(Curcuma Roxb)
Yang
Nutrisi
Difermentasi Dengan EM4
Ternak
Dalam Air Minum Ayam Broiler.
Gramedia
Skripsi.
Fakultas
Peternakan Universitas Sam
Pustaka Utama, Jakarta.
Ratulangi. Manado. Anggrodi, H.R., 1995. Nutrisi Aneka Ternak Gramedia
Djanah, D., dan Sulistyani. 1985.
Unggas.
Beternak
Pustaka
Puyuh.
CV
Simplek. Jakarta.
Utama, Jakarta. A.G.
Handarini R. Saleh E. & Togatorop
Nataamijaya. 2005. Pengaruh
B., 2008. Produksi Burung
Bintang,
I.A.K
dan
121
Jurnal Zootek (“Zootrek” Journal ) Vol 34 No. 1:114-123 (Januari 2014)
ISSN 0852 -2626
Puyuh Yang Diberi Ransum
Universitas
Dengan Penambahan Tepung
Bandung.
Umbut
Sawit
Fermentasi.
Lumbantoruan
Padjajaran.
T.
2005.
Agribisnis Petrnakan, Vol. 4.
pemanfaatan
No. 3. Hal 107.
temulwak
tepung (Curcuma
xanthorriza Kartasudjana R., dan Nayoan M.
ransum
1997. Pengaruh limbah ikan cakalang
dalam
Skripsi
Roxb)
dan
dalam
pengaruhnya
terhadap performans ayam
ransum
broiler umur 0-6 minggu.
terhadap performans puyuh petelur.
J.
Pengembangan
North,
M.O.
1984.
Commercial
Peternakan Tropis. UNDIP,
Chikens Production Manual.
Semarang. 22(4) : 12-18.
3rd Edition. Penerbit The Avi
Kusumowati,
E.
S.
1992.
Publishing
Company
Inc.
Penggunaan pengaruh zeolit
Wesport Connection, New
dalam
York.
ransum
puyuh
(Coturnix coturnix japonica) terhadap
produksi
Scott , M. L., C. Nesheim and R. J.
dan
Young. 1992. Nutrition of
kualitas telur pada periode
The Chicken 3rd Ed. Cornell
produksi umur 13-19 minggu.
University. M.L Scott of
Skripsi. Fakultas Peternakan Institut
Pertanian
Ithaca, New York.
Bogor,
Bogor. Liang,
O.B.,
Steel, R.G.D and J.H. Torrie, 1994. Y.Absartom,
Y.
Prinsip
dan
Prosedur
Widjaya, dan Y. Puspa. 1985.
Statistika Suatu Pendidikan
Beberapa
Giometrik.
aspek
isolasi,
identifikasi dan penggunaan
PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
komponen-komponen Sinurat. A., Purwadaria. T, Bintang.
Curcuma xanthoriza Roxb dan Curcuma domestica Val.
I.A.K.
Proseding
Simposium
Bernawie.N.
Nasional
Temulawak.
Lembaga
Penelitian
Rizal.M. Kunyit
122
Ketaren. Raharjo.
P.P M.
2009.Pemanfaatan dan
Tembulawak
Jurnal Zootek (“Zootrek” Journal ) Vol 34 No. 1:114-123 (Januari 2014)
Sebagain
Imbuhan
Pakan
ISSN 0852 -2626
Prawirokusumo
dan
Untuk Ayam Broiler. JITV
S.Lebdosoekojo, 1991. Ilmu
14 (2) : 90-96
Makanan Gadjah
Sugiharto, E., 2005. Meningkatkan Keuntungan
Ternak Mada
Dasar.
University
Press.Yogyakarta.
Berternak
Puyuh. Agromedia Pustaka,
Tiwari, K.S. and B. Panda. 1978.
Jakarta.
Production
and
quality
characteristics of quail eggs. Suprijatna, E., Atmomarsono U., dan
Indian Journal of Poultry Sci
Kartasudjana R. 2008. Ilmu Dasar
Ternak
13 (1): 27-32
Unggas.
Cetakan 2. Penebar Swadaya.
Wahyu, J. 1992. Ilmu Nutrisi Ternak
Jakarta.
Unggas.Gadjah
Mada
University Press. Yogyakarta Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo,
S.
123