Jurnal Wikara National Economic and Social Research Development, Vol 2 No 1 Juni 2014 ISSN : 2354-9416 Hal 1-18 “PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SEBAGAI ALTERNATIVE DALAM MENENTUKAN TARIF RUANGAN DAN PERAWATAN UNTUK RAWAT INAP ANAK DI RSIA ASRI PURWAKARTA Oleh : MUHAMMAD MICORIZA, SE.MM Program Studi Akuntansi, STIE Wibawa Karta Raharja Abstrak - Penelitian ini membahas tentang Penerapan Metode Activity Based Costing sebagai Alternative dalam menentukan Tarif Ruangan dan Perawatan untuk Rawat Inap Anak di RSIA ASRI Purwakarta. Data penelitian yang diperoleh adalah laporan keuangan yang diambil dalam satu periode tertentu. Dari hasil penelitian, perhitungan tarif jasa rawat inap dengan menggunakan metode ABC, dilakukan melalui dua tahap. Tahap pertama yaitu biaya-biaya ditelusur ke aktivitas yang menimbulkan biaya, mengklasifikasi aktivitas, menentukan pemicu biaya (cost driver) nya. perhitungan tarif menggunakan metode ABC lebih besar pada tarif kelas dua dan kelas tiga, dan lebih kecil pada kelas satu dan kelas SVIP, untuk penerapan metode Activity Based Costing diperlukan pemisahan biaya-biaya yang jelas atau sub dari buku besar biaya-biaya operasional rumah sakit, agar mudah dilakukan pemisahan atau pengelompokkan biaya berdasarkan aktivitasnya untuk menentukan tarif cost drivernya. Kata kunci : Activity Based Costing Abstract - This study discusses the application of Activity Based Costing Method as Alternative in determining Rates Room and Inpatient Care for Children in RSIA ASRI Purwakarta. The data obtained are the financial statements taken in certain period. From the research, the calculation of rates of hospitalization services by using the ABC method, carried out in two stages. The first step is the costs traced to the activity which raises costs, classifying activity, determine cost drivers (cost driver) it. rate calculation using the ABC method was greater in rate class two and class three, and a smaller one on the class and the class SVIP, for the implementation of Activity Based Costing method required separation costs of clear or sub ledger costs of hospital operations, for easy separation or grouping costs to determine rates based on activity cost drivers . Keywords : Activity Based Costing
Penentuan tarif jasa rawat inap merupakan suatu keputusan yang sangat penting, karena dapat mempengaruhi profitabilitas suatu Rumah Sakit dan kepuasan pasien dari tarif yang sesuai dengan pelayanan dan fasilitas yang diberikan. Dengan adanya berbagai macam fasilitas pada jasa rawat inap, serta jumlah biaya operasional yang tinggi, maka semakin menuntut ketepatan dalam pembebanan biaya yang sesungguhnya. Akuntansi Biaya dan Akuntansi Manajemen bisa menjawab permasalahan itu dengan menggunakan metode Activity Based Costing. Pada dasarnya Activity Based Costing adalah suatu metode akuntansi biaya dimana pembebanan harga pokok produk merupakan penjumlahan seluruh biaya aktivitas yang menghasilkan (produksi) barang atau jasa Aktivitas atau transaksi yang menyebabkan terjadinya biaya produksi barang atau jasa disebut sebagai Cost Driver (ArmantoWitjaksono, 2006:207). Metode Activity Based Costing dinilai dapat mengukur secara cermat biaya – biaya yang keluar dari setiap aktivitas. Hal ini disebabkan
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi dan kesadaran masyarakat atas kesehatan dan tempat yang tepat untuk berobat saat ini ditandai dengan semakin banyaknya rumah sakit - rumah sakit swasta yang didirikan di kota Purwakarta. Perkembangan jumlah rumah sakit swasta yang semakin banyak ini menimbulkan persaingan yang semakin ketat pula, sehingga menuntut adanya keunggulan – keunggulan atas pelayanan yang terbaik untuk pasien dengan tarif yang sesuai dalam ekonomi masyarakat Purwakarta. Pihak managementpun dituntut untuk dapat terus melakukan inovasi – inovasi dalam meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit. Produk utama rumah sakit adalah memberikan jasa pengobatan, perawatan dan pelayanan kesehatan. Salah satunya adalah jasa rawat inap, dimana pendapatan dari jasa tersebut didapat dari tarif yang harus dibayar oleh pemakai jasa tersebut.
1
karena sistem Activity Based Costing menekankan penelusuran langsung dan penelusuran penggerak (menekankan hubungan sebab-akibat), sehingga dalam metode Activity Based Costing dapat meningkatkan ketelitian dalam perincian biaya, dan ketepatan pembebanan yang lebih akurat. Terbatasnya Sumber Daya Manusia untuk tenaga akuntan di RSIA Asri Purwakarta merupakan salah satu faktor penyebab terbatasnya terobosan – terobosan baru dalam bidang manajemen akuntansi, khususnya dalam hal penetuan tarif. Hal ini berbanding terbalik dengan jumlah pasien yang semakin meningkat pesat tiap tahunnya. Terutama sejak ruangan rawat inap anak dibuka pada tahun 2008. Jumlah hari rawat untuk ruang rawat inap anak mendominasi setiap tahunnya dibandingkan rawat inap ibu dan rawat inap bayi (perinatologi). Sampai saat ini RSIA Asri Purwakarta masih menggunakan sistim lama dalam menentukan tarifnya, dengan cara menghitung seluruh biaya operasional dan bahan habis pakai, dibagi dengan hari rawat pasien yang kemudian dibandingkan tarif pesaing. Perhitungan tersebut penulis anggap tidak lagi mencerminkan aktivitas yang spesifik. Disamping itu, biaya-biaya pelayanan yang dihasilkan memberikan informasi biaya produksi yang Under Costing dan Over Costing. Under Costing terjadi bila biaya produksi tidak langsung dibebankan kepada produk terlalu rendah dari biaya yang sebenarnya, sedangkan Over Costing terjadi bila biaya produksi tidak langsung dibebankan kepada produk terlalu tinggi dari biaya yang sebenarnya dikonsumsi untuk menghasilkan produk. Dengan munculnya biaya yang Under Costing dan Over Costing tersebut akan mengakibatkan kesalahan dalam pengambilan keputusan khususnya dalam menentukan tarif. Untuk itu perlu ditetapkannya sistem penentuan harga pokok berdasarkan aktivitasnya.Tarif Ruangan dan Jasa Perawatan merupakan salah satu unsur tarif Rawat Inap yang merupakan gabungan dari beragam unsur aktivitas pelayanan yang terjadi didalamnya. Berdasarkan pertimbangan – pertimbangan diatas, maka dilakukan penelitian tentang ―Penerapan Metode Activity Based Costing sebagai Alternative dalam menentukan Tarif Ruangan dan Perawatan untuk Rawat Inap Anak di RSIA ASRI Purwakarta”
2.
3.
4.
5.
6. 7.
Apa saja manfaat penentuan tarif rawat inap anak menggunakan metode Activity Based Costing ? Apa saja kendala yang akan dihadapi bila menggunakan Metode Activity Based Costing dalam menentukan tarif rawat inap anak di RSIA Asri Purwakarta ? Apakah ada perbedaan besarnya tarif yang ada dengan tarif dengan menggunakan metode Activity Based Costing ini ? Efisienkah waktu dalam penentuan tarif rawat inap menggunakan metode Activity Based Costing dengan tenaga akuntan yang ada di RSIA Asri Purwakarta? Kapan sebaiknya metode Activity Based Costing ini digunakan? Bagaimana perbandingan tarif rawat inap dengan menggunakan metode Activity Based Costing dan tarif yang ada?
1.2 Batasan Masalah Dari identifikasi tersebut diatas, maka membatasinya masalah – masalah tersebut yaitu : 1. Bagaimana cara menghitung tarif rawat inap anak di RSIA Asri dengan menggunakan metode Activity Based Costing ? 2. Apa saja manfaat penentuan tarif rawat inap anak dengan menggunalan metode Activity Based Costing ? 3. Bagaimana perbandingan tarif rawat inap dengan menggunakan metode Activity Based Costing dan tarif yang ada? 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang , identifikasi dan batasan masalah yang penulis uraikan diatas, maka permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah bagaimana cara menghitung tarif ruangan dan perawatan ruang rawat inap anak di RSIA Asri dengan menerapkan metode Activity Based Costing agar hasil yang didapat bisa dibandingkan dengan tarif yang ada sebelumnya sehingga penulis dapat mengetahui apa saja manfaat dari penentuan tarif dengan menggunakan metode Activity Based Costing tersebut. 1.4 Tujuan Dari seluruh rangkaian penelitian yang dilakukan, tujuan yang ingin dicapai atas penelitian ini adalah: 1. Dapat mengetahui tatacara penerapan metode Activity Based Costing dan pengaruhnya dalam penentuan Tarif Rawat Inap di RSIA Asri 2. Dapat mengetahui manfaat penerapan metode Activity Based Costing dalam menentukan Tarif Rawat Inap
1.1 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis mengidentifikasi masalah – masalah yang akan timbul adalah: 1. Bagaimana cara menghitung tarif rawat inap anak di RSIA Asri dengan menggunakan metode Activity Based Costing?
2
aktiva. Pada sektor jasa Rumah Sakit, aktiva yang dihasilkan berupa jasa pelayanan.
2. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Akuntansi adalah sebuah sistem akuntansi yang menghasilkan informasi keuangan kepada pihakpihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi suatu perusahaan ( Rudianto, 2010:4 ) Sedangkan menurut Donald E.Kieso et.al (2007:4), Akuntansi adalah sistem informasi yang mengidentifikasi, mencatat dan mengkomunikasikan peristiwa-peristiwa dari suatu organisasi kepada para pengguna yang berkepentingan.
b. Biaya Overhead Menurut Mulyadi (2009:15), Biaya overhead atau biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik (factory overhead costs). c. Biaya Tetap Menurut Mulyadi (2009:15), Biaya Tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap dalam kisar volume kegiatan tertentu. d. Biaya Variabel Menurut Mulyadi (2009:15), Biaya variable adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan.
2.2 Akuntansi Biaya Menurut Mulyadi, (2009:7) Akuntansi Biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu serta penafsiran terhadapnya. Objek kegiatan akuntansi biaya adalah biaya.
2.5 Tarif dan Tarif Rawat Inap a. Tarif Pengertian Tarif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999:1101) sering diartikan sama dengan harga atau price. Pengertian tarif ternyata lebih terkait pada biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh jasa pelayanan, sedangkan pengertian harga lebih terkait pada besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh barang. b. Tarif Rawat Inap Tarif Rawat Inap adalah harga yang dibebankan atas seluruh jasa pelayanan dan administrasi yang diterima oleh pasien termasuk didalamnya administrasi rekam medik, jasa pelayanan medis dan penunjang medis, ruangan rawat, jasa keperawatan, alat kesehatan, dan obat – obatan. c. Tarif Ruangan dan Perawatan Tarif Ruangan dan perawatan adalah salah satu dari item tarif rawat inap yang isinya adalah harga yang dibebankan atas jasa ruangan rawat dan fasilitasnya, konsumsi dan jasa keperawatan.
2.3 Akuntansi Manajemen Chartered Institute of Management Accountans mendefinisikan akuntansi manajemen yaitu : suatu proses pengidentifikasian, penyajian, dan penginteprestasian informasi yang digunakan untuk perumusan strategi, perencanaan dan pengendalian aktivitas, pengambilan keputusan, pengoptimalan sumber daya, pengungkapan (disclosure) kepada shareholders dari pihak luar organisasi dan kepada karyawan serta perlindungan terhadap aset organisasi. Akuntansi Manajemen sering disebut akuntansi biaya, yaitu salah satu bagian dari bidang akuntansi yang merupakan proses pencatatan, penggolongan, menghitung, menganalisa, mengawasi dan melaporkan biaya – biaya yang terjadi selama proses produksi kepada manajemen. Pengertian Akuntansi Manajemen yang lain adalah: Suatu kegiatan yang menjadi bagian integral dari fungsi (proses) manajerial yang dapat memberikan informasi keuangan dan non keuangan bagi manajemen untuk pengambilan keputusan strategik organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Fungsi (proses) manajerial yang utama meliputi: perencanaan, koordinasi, pengendalian dan pengambilan keputusan. (Halim, 2011:4-5)
2.6 Metode Activity Based Costing (ABC) a. Pengertian Menurut Armanto Witjaksono (2006:208) : suatu metode akuntansi biaya dimana pembebanan harga pokok produk merupakan penjumlahan seluruh biaya aktivitas (produksi) yang menghasilkan barang atau jasa. Aktivitas atau transaksi yang menyebabkan terjadinya biaya produksi disebut sebagai Cost Driver. Menurut Horngren, et.all (2006:167) : Sistem ABC menghitung biaya setiap aktivitas serta membebankan biaya ke objek biaya seperti produk dan jasa berdasarkan aktivitas yang dibutuhkan untuk menghasilkan tiap produk barang atau jasa. Activity Based Costing System merupakan suatu sistem pembebanan biaya berdasarkan aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan. Metode ini didasarkan pada pemikiran bahwa produk / jasa
2.4 Biaya a. Biaya Menurut Mulyadi (2009:8), Biaya adalah objek yang dicatat, digolongkan, diringkas, dan disajikan oleh akuntansi biaya. Dalam arti luas, Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Dalam arti sempit biaya diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh
3
mengkonsumsi aktivitas dan aktivitas mengkonsumsi sumber daya. b. Konsep Dasar Dari pengertian – pengertian tentang metode Activity Based Costing diatas, konsep dasar dari metode Activity Based Costing adalah suatu sistem akuntansi yang terfokus pada aktivitas – aktivitas yang dilakukan untuk menghasilkan suatu produk / jasa. Aktivitas adalah setiap kejadian atau transaksi yang merupakan pemicu biaya (cost driver), yakni bertindak sebagai faktor penyebab dalam pengeluaran biaya dalam organisasi. Aktivitasaktivitas ini menjadi titik perhimpunan biaya. Dalam sistem Activity Based Costing, biaya ditelusur ke aktivitas dan kemudian ke produk. System Activity Based Costing mengasumsikan bahwa aktivitas-aktivitaslah yang mengkonsumsi sumber daya, bukan produk. Seperti tergambar dalam konsep berikut: . 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Langkah-langkah penelitian digambarkan melalui flowchart berikut:
membahas suatu pokok bahasan. Dalam hal ini jenis dan sumber data yang digunakan yaitu: 1. Jenis Data Jenis data yang penulis gunakan yaitu: a. Data Kuantitatif Data kuantitatif menggunakan analisa deskriptif dan penghitungan biaya dengan metode Activity Based Costing b. Data Kualitatif Data kualitatif dalam penelitian ini pengujian bertitik tolak dari data yang telah terkumpul, selanjutnya diverifikasi dan disajikan dalam bentuk narasi dan tabel. 2. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: a. Data Primer Data primer adalah data yang berkaitan langsung dengan penelitian yang dilakukan. Data primer tersebut dikumpulkan sendiri oleh penulis melalui objeknya dan data tersebut merupakan data yang belum diolah oleh penulis. Data primer memerlukan pengolahan atau analisis lebih lanjut. Dalam Penelitian yang merupakan data primer yaitu: 1. Data aktivitas – aktivitas pelayanan Yaitu data seluruh aktivitas – aktivitas biaya yang timbul dalam melakukan kegiatan pelayanan rawat inap. 2. Data Biaya Tetap Biaya Tetap disini adalah biaya depresiasi bukan merupakan biaya atas investasi. Biaya – biaya tersebut adalah biaya depresiasi gedung dan biaya depresiasi fasilitas. 3. Data Biaya Variabel Biaya variabel adalah biaya operasional unit rawat inap. Biaya yang digunakan untuk pelaksanaan kegiatan pelayanan yang bersifat habis pakai atau waktu yang relative singkat. Biaya – biaya tersebut ada yang bersifat langsung dan ada yang bersifat tidak langsung. Biaya yang bersifat langsung adalah biaya perawat, biaya bahan habis pakai, biaya konsumsi, dan biaya listrik, . Biaya yang bersifat tidak langsung adalah Biaya Laundry, Biaya Cleaning Service dan Biaya Keamanan. b. Data Sekunder Data sekunder yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan sudah diolah oleh pihak lain dalam publikasi. Data sekunder tersebut merupakan data pendukung terhadap penelitian yang dilakukan. Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang langsung dari perusahaan seperti sejarah perusahaan, data ruang kelas dan pelayanan, data tenaga kerja dan struktur organisasi perusahaan.
Mulai
Identifikasi masalah
Maksud & tujuan
Pengumpulan data
1. Data Primer 2. Data Sekunder
Data yang diperlukan - Data Aktifitas2 Pelayanan - Data Biaya Tetap - Data Biaya Variabel
Metode Analisa Activity Based Costing
Analisis Data
Kesimpulan
Selesai
Gambar 3.1 Flowchart Desain Penelitian Untuk menggambarkan langkah – langkah yang penulis lakukan dalam penelitian ini penulis membuat desain penelitian yang menggambarkan secara ringkas keseluruhan metodologi yang penulis lakukan dalam penelitian ini. 3.2 Teknik Pengumpulan Data Dalam memperoleh data yang lengkap dan akurat dalam penelitian ini, penulis melakukan pengumpulan data yang diperlukan dengan prosedur wawancara dengan bagian terkait, dokumentasi, observasi penelusuran data yang berkaitan dengan aktivitas biaya untuk mengetahui faktor – faktor penentuan tarif. Adapun penelusuran data yang cukup merupakan bahan penting sebagai dasar untuk
3.3 Teknik Analisis Data Teknik yang digunakan untuk menjawab permasalahan teridentifikasi yang telah dibatasi
4
yaitu menganalisis suatu perhitungan tarif melalui penerapan metode Activity Based Costing dengan menggunakan data kuantitatif dengan langkah – langkah sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi aktivitas – aktivitas yang menimbulkan biaya 2. Mengklasifikasi aktivitas – aktivitas biaya dan melakukan pemisahan biaya-biaya yang terjadi diluar Rencana Anggaran Belanja Rumah Sakit. 3. Mengidentifikasi pemicu biaya (Cost driver) 4. Menentukan tariff per unit Cost driver 5. Membebankan biaya ke produk pelayanan dengan menggunakan tarif Cost Driver 6. Menentukan tarif rawat inap per kamar dengan menjumlahkan seluruh biaya – biaya dari produk pelayanan ditambah prosentase keuntungan yang diharapkan.
Pada tahun 2000 mengajukan ijin tetap Rumah Bersalin Asri ke Kanwil Dep. Kes RI Prop. Jawa Barat yang berlaku sampai dengan tahun 2005. Perkembangan selanjutnya pada tahun 2001 mendirikan apotek Asri dan pembelian satu buah mobil ambulance sebagai upaya untuk menunjang fasilitas pelayanan. Sesuai dengan dinamika perkembangan keadaaan, Asri terus menerus mengadakan rencana pengembangan dan pembaruan pelayanan, maka untuk keperluan tersebut dimulai pada tahun 2002 dengan membebaskan tanah masyarakat seluas 3200 M2 sehingga luas tanah secara keseluruhan sampai dengan saat ini seluas 5000 m2. Pada tanggal 19 juli 2005, Rumah Bersalin Asri berubah status yang mulanya dibawah naungan Yayasan Al-Hidayah menjadi sebuah Perseroan Terbatas dengan nama PT. Asri Medical Centre dengan Akta notaris Azhar, SH nomor 16. Kemudian dibuat perjanjian Rumah Sakit Bersalin Asri Purwakarta dari Dinas Kesehatan Kabupaten Purwakarta dengan nomor : 005/445/Dalkes/RSB/I/2006, tanggal 16/01/2006 dan ijin opersional degan nomor : 056/445/Dalkes/IX/2007 tanggal 18/09/2007. Dan pada tanggal 18 september 2007 Rumah Sakit Bersalin Asri Purwakarta berubah menjadi Rumah Sakit Ibu dan Anak Asri Purwakarta dengan Surat Ijin Operasional dari Dinas Kesehatan Kabupaten Purwakarta dengan nomor 691/445.9/Dalkes/IX/2007 tanggal 18/09/2007 Maka mulai tangga 1 Januari 2008, Rumah Sakit Ibu dan Anak Asri Purwakarta selain melayani Rawat Inap untuk kasus kebidanan, juga melayani Rawat Inap Bayi dan Anak dengan ditunjang fasilitas penunjang medis dan fasilitasfasilitas lainnya.
Setelah langkah – langkah tersebut dilakukan maka akan diperoleh hasil berupa tarif dengan metode Activity Based Costing yang kemudian dibandingkan dengan tarif yang ada di lokasi penelitian. Dari hasil perbandingan tarif tersebut penulis menarik kesimpulan-kesimpulan sehingga penulis dapat memberikan saran-saran yang bermanfaat dalam penentuan tarif rawat inap di lokasi penelitian yaitu di RSIA ASRI Purwakarta. 4.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat RSIA Asri Berdirinya Rumah Sakit Ibu dan Anak Asri purwakarta diawali dengan didirikannya prakek bidan swasta oleh bidan Betty Susilawati pada tahun 1994 bertempat di jalan raya Ciwangi no. 2 Purwakarta, pada tahun 1995 praktek berpindah tempat ke Kp. Cihideung rt 08/03 Ds. Mulyamekar Purwakarta. Tahun 1996 membeli sebidang tanah dan rumah seluas 350M2 terletak dijalan veteran depan Perumahan Griya Asri dan pada tahun 1997 praktek bidan menempati alamat tersebut mengingat lokasi tersebut sangatlah strategis. Pada tahun 1998 tempat praktek bidan direnovasi untuk dijadikan rumah bersalin kemudian pada tahun 1999 mengajukan ijin sementara Rumah Bersalin dari Dinas kesehatan Kabupaten Purwakarta dengan nama Rumah Bersalin Asri Purwakarta dengan penanggung jawab dr. Anna Rezkita. Pada saat itulah mulai dibuka Rumah Bersalin (RB) Asri, memakai nama Asri yang identik dengan kebersihan, serta mengandung makna A = Amanah, S = Sehat, R =Ramah, I = Ikhlas. Pada awal dibukanya Rumah Bersalin Asri yang menjadi Konsulen spesialis Kandungan adalah dr. Tazkiroh Sp.OG dan dokter Spesialis Anak dr. Gatami Sp.A serta dibantu oleh satu orang bidan dan dua orang tenaga perawat.
4.1.2 Visi, Misi dan Motto RSIA Asri Visi Menjadi Rumah Sakit Ibu dan Anak yang bermutu, professional dan islami Misi 1. Melaksanakan dan menerapkan nilai-nilai Islam kedalam seluruh aspek pelayanan 2. Memberikan pelayanan kesehatan khususnya ibu dan anak yang cepat, akurat dan lengkap 3. Membina kesehatan para ibu pra dan pasca persalinan 4. Membimbing para ibu dalam perawatan bayi dengan baik dan benar 5. Membangun masyarakat yang sehat khususnya ibu dan anak demi generasi yang kuat Motto Perinatologi : ―Bayi sehat harapanku‖ Anak : ―Sehat dan ceria harapanku‖ Nifas / VK : ―Ibu dan bayi sehat harapanku‖
5
IGD : ―Sigap Melayani‖ ―Sehatmu harapanku‖ 4.1.4 Rawat Inap Anak a. Kelas Jasa Rawat Inap Anak Dalam memberikan pelayanan yang mencakup seluruh lapisan masyarakat, RSIA Asri menyediakan empat kelas jasa untuk pelayanan rawat inap anak, yaitu SVIP, Kelas I, Kelas II dan Kelas III yang masing – masing kelas mempunyai fasilitas yang berbeda – beda. Fasilitas yang ada di setiap Kelasnya yaitu: 1. Ruang SVIP Fasilitas yang tersedia yaitu tempat tidur pasien ( multi fungsi ), tempat tidur penunggu, AC, LCD TV 32‖, Meja Pasien, Lemari Pasien, Kulkas Kecil, Sofa Tunggu, Kamar Mandi dengan fasilitas Water Heater, Meja Makan. Satu kamar ditempati oleh satu orang pasien. 2. Kelas I Fasilitas yang tersedia yaitu tempat tidur pasien ( multi fungsi ), AC, TV Flat 21‖, meja pasien, lemari pasien, kamar mandi, sofa Tunggu . Satu kamar ditempati oleh dua orang pasien. 3. Kelas II Fasilitas yang tersedia yaitu tempat tidur pasien ( multi fungsi ), AC, TV Flat 21‖, meja pasien, lemari pasien, kamar mandi, washtafel+cermin hias . Satu kamar ditempati oleh empat orang pasien. 4. Kelas III Fasilitas yang tersedia yaitu tempat tidur pasien , AC, TV Flat 21‖, meja pasien, kamar mandi, washtafel+cermin hias. Satu kamar ditempati oleh lima orang pasien. b. Ruang Rawat Inap Anak Pada ruang rawat inap anak tersedia 17 tempat tidur , 2 diantaranya untuk kelas utama atau SVIP . Berikut ini adalah jumlah ruang rawat inap dan kapasitas tempat tidur Ruang Rawat Inap Anak RSIA Asri Purwakarta.
4.1.3 Struktur Organisasi Perusahaan Untuk kelancaran jalannya suatu perusahaan diperlukan beberapa bagian yang mempunyai tugas, wewenang dan tanggung jawab yang berbeda namun saling menunjang. Karena itu diperlukan struktur organisasi yang berfungsi untuk memperjelas tugas, wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda pada tiap bagian. Untuk menjalankan dengan baik organisasi diperusahaan , perlu diperhatikan pedoman, asas-asas atau prinsipprinsip organisasi organisasi seperti perumusan tujuan yang jelas, pembagian kerja, pendelegasian wewenang, kesatuan perintah dan tanggung jawab serta tingkat pengawasan dan koordinasi. Demikian pula dengan RSIA Asri yang terus selalu berusaha menjalankan organisasi dengan kesatuan manajemen yang baik. Adapun Struktur Organisasi RSIA Asri Tahun 2013 adalah sebagai berikut : Gambar 4.1 Struktur Organisasi Perusahaan RSIA Asri Tahun 2013
Tabel 4.1 Jumlah Ruang Rawat Inap dan Kapasitas Tempat Tidur Ruangan Rawat Inap Anak RSIA Asri Purwakarta Tahun 2013 No
Kelas Perawatan
Nama Ruangan
Jumlah Tempat Tidur
1 2
VVIP VVIP
Salman Alfarizy Ihwan Nusafa
1 1
3 4 5
I I II
Siti Masitoh Ummu Habibah Ibnu Sina
2 2 3
6 7
II III
Ibnu Rusdy Ibnu Tufail Jumlah
3 5 17
6
menambahkan harga pokok tiap kelas dengan prosentase laba yang diharapkan. Namun ada beberapa pertimbangan dari pihak manajemen rumah sakit dalam menentukan tarif kamar rawat inap, yaitu: 1. Tarif Pesaing Penyesuaian tarif dengan tarif pesaing merupakan hal penting dalam menentukan tarif. 2. Segmen Pasar Pihak manajemen rumah sakit menerapkan tarif sesuai kelas – kelas perawatan berdasarkan segmen pasar yang ada dalam masyarakat Purwakarta. Berikut ini adalah tarif Ruang Rawat Inap Anak RSIA Asri Purwakarta
c. Tarif Ruang Rawat Inap Anak Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan di RSIA ASRI Purwakarta, diperoleh keterangan bahwa dalam menentukan harga pokok jasa, RSIA Asri masih menggunakan metode akuntansi biaya konvensional yang hanya mempertimbangkan biaya yang bersifat langsung saja, tanpa mempertimbangkan biaya yang bersifat tidak langsung. Perhitungan Tarif Ruangan dan Perawatan Rawat inap anak di RSIA Asri adalah dengan cara menjumlahkan seluruh biaya tetap dan biaya variabel. Dan yang dijadikan dasar unit perhitungan tarif adalah jumlah hari rawat pasien rawat inap. Sedangkan tarif ditentukan dengan cara
Tabel 4.2 Tarif Ruangan dan Perawatan Rawat Inap Anak RSIA ASRI Tahun 2013 No Kelas Perawatan Tarif/hari (Rp) 1
VVIP
637.500
2
I
300.000
3 4
II III
187.500 120.000 jumlah pasien rawat inap anak, jumlah hari rawat pasien rawat inap anak, tarif konsumsi tiap kelas, data luas ruangan masing-masing kelas dan data prosentase pemakaian daya listrik tiap kelas.
d. Data Pendukung Activity Based Costing Dalam penerapan metode Activity Based Costing untuk menentukan tarif Ruangan dan Perawatan Rawat Inap, data – data yang dibutuhkan antara lain data biaya-biaya tetap dan biaya variabel yang berhubungan dengan tarif Ruangan dan Perawatan,
Tabel 4.3 Data Biaya Rawat Inap Anak RSIA Asri Purwakarta Tahun 2013 Jenis Biaya
Jumlah (Rp)
Biaya Tetap Biaya Cleaning Service
19.500.000
Biaya Depresiasi Gedung
31.525.945
Biaya Depresiasi Fasilitas
42.078.125
Biaya Gaji Perawat Anak
245.318.839
Biaya Variabel Biaya Pemeliharaan Bangunan
24.355.746
Biaya Pemeliharaan Fasilitas
18.750.900
Biaya Listrik
20.822.765
Biaya Bahan Habis Pakai
69.718.304
Biaya Konsumsi Pasien
122.704.800
7
Tabel 4.4 Data Jumlah Hari Rawat Pasien Rawat Inap Anak RSIA ASRI Purwakarta Tahun 2013 RUANG KELAS SVIP
I
II
III
Triwulan I Triwulan II Triwulan III
42 49 53
162 172 180
246 251 269
291 280 313
Triwulan IV Jumlah Hari Rawat
62
179
238
352
206
693
1004
1236
Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Jumlah Pasien
Tabel 4.5 Data Jumlah Pasien Rawat Inap Anak RSIA ASRI Purwakarta Tahun 2013 RUANG KELAS SVIP I II 19 49 75 23 53 79 27 51 83 33 61 81 102 214 318
III 106 96 109 110 421
Tabel 4.6 Data Tarif Konsumsi Rawat Inap Anak RSIA Asri Tahun 2013
Kelas Perawatan
Tarif Konsumsi / hari (Rp) 54.000 31.000 28.000 28.000
Kls SVIP Kls I Kls II Kls III
Tabel 4.7 Data Luas Ruangan Rawat Inap anak RSIA Asri Tahun 2013 No
Kelas Perawatan
Nama Ruangan
Luas (m2)
1 2 3
SVIP SVIP I
Salman Alfarizy Ihwan Nusafa Siti Masitoh
22.4 25.6 21.12
4
I
Ummu Habibah
25.6
5 6 7
II II III
Ibnu Sina Ibnu Rusdy Ibnu Tufail Jumlah
8
28 26.88 21.12 170.72
Tabel 4.8 Data Pemakaian Daya Listrik Rawat Inap Anak RSIA Asri Tahun 2013 Kelas
Alat Listrik
Jumlah Daya (watt)
Semua kelas
Lampu2
145
Semua kelas Semua kelas Svip Svip
AC TV Pemanas air Kulkas
950 50 350 110
Jumlah pemakaian Daya Svip
Kls 1
Lampu2
145
AC
950
TV
50
Pemanas air
350
Kulkas
110
Lampu2
145
AC
950
TV Kulkas Kls 2
Kls 3
110 145
1145
950 50
Alat Listrik Jumlah pemakaian Daya Lampu2 AC
Jumlah Daya (watt) 145
1145
950
TV
50 Total
Prosentase (%)
1255
50
Lampu2 AC TV
Kelas
1605
5150
SVIP Kelas 1
0.31165049 0.24368932
Kelas 2 Kelas 3
0.2223301 0.2223301
3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Biaya Listrik Biaya Bahan Habis Pakai Non Alkes Biaya Kebersihan ( cleaning service ) Biaya Penyusutan Gedung Biaya Penyusutan Fasilitas Biaya Pemeliharaan Bangunan Biaya Pemeliharaan Fasilitas Berikut ini adalah penjelasan dari aktifitas – aktifitas biaya tersebut diatas. 1. Biaya Perawatan Dalam hubungannya dengan penetapan tarif ruangan dan perawatan, biaya perawatan pasien oleh perawat secara tidak langsung
4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Penentuan Harga Pokok Ruangan dan Perawatan Rawat Inap Anak menggunakan Activity Based Costing 1. Pengumpulan dan pengelompokkan Biaya a. Identifikasi Aktifitas Berdasarkan hasil wawancara dengan bagian keuangan, bagian rumah tangga, cathering, bagian tata graha dan bagian gudang, aktivitas – aktivitas biaya yang ada di unit rawat inap anak meliputi : 1. Biaya Perawatan 2. Biaya Konsumsi Pasien
9
turut mempengaruhi aktifitas bagian rawat inap. 2. Biaya Konsumsi Pasien Pasien yang dirawat membutuhkan makanan dan minuman untuk mempercepat penyembuhan pasien. 3. Biaya Listrik Seluruh tipe kamar rawat inap memerlukan tenaga listrik untuk menjalankan peralatan elektronik, penerangan, fasilitas ruangan dan kebutuhan air untuk mandi. 4. Biaya bahan habis pakai non alkes Yaitu biaya bahan habis pakai non alkes yang digunakan pasien berupa pasien yang diberikan kepada pasien dihari pertama dirawat di rumah sakit. 5. Biaya Kebersihan Biaya kebersihan adalah biaya yang dikeluarkan untuk menunjang kebersihan lingkungan rawat inap pasien
6. Biaya Penyusutan gedung Yaitu Biaya Penyusutan Gedung / Bangunan 7. Biaya Penyusutan Fasilitas Yaitu Biaya Penyusutan seluruh fasilitas yang ada di masing-masing ruangan perawatan 8. Biaya Pemeliharaan Bangunan Yaitu biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan perbaikan dan pemeliharaan bangunan 9. Biaya Pemeliharaan Fasilitas Adalah biaya perbaikan dan perawatan fasilitas yang ada di setiap kamar rawat inap. b. Klasifikasi Aktivitas Setelah aktivitas-aktivitas diidentifikasi, selanjutnya diklasifikasi / dikelompokkan berdasarkan kelompok kategori aktifitas yang dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut.
Tabel 4.9 Klasifikasi Biaya kedalam kelompok kategori aktifitas RSIA Asri (Periode Januari – Desember 2013) Kategori Aktifitas
Biaya
Aktivitas Tingkat Unit
Jumlah
Gaji Perawat
245.318.839
Listrik 20.822.765
Konsumsi Aktivitas Tingkat Batch
Bahan Habis Pakai
Aktivitas Tingkat Fasilitas
122.704.800 69.718.304
Biaya Kebersihan
19.500.000
Dep. Gedung
31.525.945
Dep. Fasilitas
42.078.125
Pem. Bangunan
24.355.746
Pem. Fasilitas
18.750.000
Total
594.774.524 adalah mengidentifikasi Cost Driver (pemicu biaya) dari setiap aktivitas.
c. Mengidentifikasi Cost Driver Setelah aktivitas-aktivitas ini diidentifikasi sesuai dengan kategorinya, langkah selanjutnya
10
Tabel 4.10 Pengelompokan Biaya Rawat Inap Anak dan Cost Driver Kamar Rawat Inap Anak Cost Jumlah Kategori Biaya Driver Driver Biaya (Rp) Aktifitas Aktifitas Tingkat Unit
Gaji Perawat SVIP I II III Listrik SVIP I II III Konsumsi SVIP I II III
Aktivitas Tingkat Batch
Aktifitas Tingkat Fasilitas
Jumlah hari rawat Jumlah hari rawat Jumlah hari rawat Jumlah hari rawat Jumlah hari rawat Jumlah hari rawat Jumlah hari rawat Jumlah hari rawat
206 693 1.004 1.236 5.000 1605 1205 1095 1095 3.139 206 693 1.004 1.236 1.055
Jumlah Pasien Biaya
Driver
I II III Biaya Kebersihan
Jumlah Pasien Jumlah Pasien Jumlah Pasien
SVIP I II III Dep. Gedung SVIP I II III Dep. Fasilitas AC Paramount Bed Bed LCD TV TV Flat
Jumlah hari rawat Jumlah hari rawat Jumlah hari rawat Jumlah hari rawat
Kulkas Lemari pasien Kategori Aktifitas
Jumlah hari rawat Jumlah hari rawat Jumlah hari rawat Jumlah hari rawat
Bahan Habis Pakai SVIP
Kategori Aktifitas
3.139
Luas lantai Luas lantai Luas lantai Luas lantai Jumlah hari rawat Jumlah hari rawat Jumlah hari rawat Jumlah hari rawat Jumlah hari rawat Jumlah hari rawat Jumlah hari rawat
Biaya Meja pasien Pemanas air Sofa tunggu
Driver Jumlah hari rawat Jumlah hari rawat Jumlah hari rawat
11
245.318.839
20.822.765
122.704.800
69.718.304
102 Cost Driver 214 318 421 3.139
206 693 1.004 1.236 150 52 42 27 29 3.139 3.139 3.139 3.139 3.139 3.139 3.139 3.139 Cost Driver 3.139 3.139 3.139
Jumlah Biaya (Rp)
19.500.000
31.525.945
42.078.125
Jumlah Biaya (Rp)
Meja makan Pem. Bangunan SVIP I II III Pem. Fasilitas SVIP I II III
Jumlah hari rawat Jumlah hari rawat Jumlah hari rawat Jumlah hari rawat Jumlah hari rawat Jumlah hari rawat Jumlah hari rawat Jumlah hari rawat Jumlah hari rawat
3.139 3.139 206 693 1.004 1.236 3.139 206 693 1.004 1.236
24.355.746
18.750.900
594.775.424 Pada tabel diata terlihat bahwa Pemicu biaya (cost driver) dari setiap aktivitas berbeda-beda tergantung objek yang dikonsumsinya.
cost driver. tarif per unit cost driver dapat dihitung dengan rumus sbb: Tarif per unit Cost Driver = Jumlah Aktivitas Cost Driver Berikut ini adalah tariff per unit cost driver dengan Metode Activity Based Costing.
d. Menentukan tarif perunit cost driver Setelah mengidentifikasi cost driver, kemudian menentukan tarif per unit cost driver. Karena setiap aktivitasnya memiliki tarif cost driver dengan cara membagi jumlah biaya dengan
Tabel 4.11 Tarif Cost Driver dengan metode Activity Based Costing (dalam Rupiah) Kategori Aktifitas (a) Aktifitas Tingkat Unit
Biaya (b) Gaji Perawat SVIP I
693
II
1.004
III
1.236
Listrik
5.100
20.822.765
SVIP
1605
I
1255
II
1145
III
1145
SVIP Kategori Aktifitas (a)
Jumlah (d) 245.318.839
Tarif Cost Driver (e)=(d) : (c) 78.152
206
Konsumsi
Aktivitas Tingkat Batch
Driver (c) 3.139
3.139
122.704.800
206 Biaya (b)
4.165
sesuai tarif 54.000
I
Driver (c) 693
II
1.004
31.000
III
1.236
31.000
Bahan Habis Pakai SVIP
1.055
69.718.304
102
I
214
II
318
III
421
Jumlah (d)
12
Tarif Cost Driver (e)=(d) : (c) 31.000
66.084
Aktifitas Tingkat Fasilitas
Biaya Kebersihan
3.139
SVIP
206
I
693
II
1.004
III
1.236
Dep. Gedung
171
SVIP
48
I
47
II
55
III
21
Dep. Fasilitas
19.500.000
6.212
31.525.945
184.665
42.078.125
AC
3.139
2.231.250
711
Paramount Bed
1.903
20.377.500
10.708
Driver (c) 1.236
Jumlah (d) 1.518.750
LCD TV
206
1.760.000
8.544
TV Flat
2.933
1.281.250
437
Kulkas
206
900.000
4.369
Lemari pasien
899
712.500
793
Meja pasien
3.139
4.923.625
1.569
Pemanas air
206
4.923.250
23,899
Sofa tunggu
899
1.050.000
1.168
Meja makan
206
1.240.000
6.019
Buffet tv
206
1.160.000
5.631
3.139
24.355.746
7.759
18.750.000
5.973
Kategori Aktifitas (a)
Biaya (b) Bed
Pem. Bangunan SVIP
206
I
693
II
1.004
III
1.236
Pem. Fasilitas
3.139
SVIP
206
I
693
II
1.004
III
1.236
2. Membebankan Biaya – biaya ke Produk Dalam tahap ini setelah biaya-biaya berdasarkan setiap aktivitas diketahui, maka total biaya produksi dapat dihitung dengan rumus :
Tarif Cost Driver (e)=(d) : (c) 1.229
Dengan metode Activity Based Costing dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Tarif Rawat Inap Per Kamar = Cost Rawat Inap + Laba yang diharapkan Untuk cost rawat inap per kamar diperoleh dari total biaya yang telah dibebankan pada masing – masing kelas perawatan dibagi dengan jumlah hari rawat pasien. Sedangkan laba yang diharapkan oleh pihak manajemen RSIA asri menurut hasil wawancara dengan Kepala Bidang Keuangan yaitu sebesar 25 % untuk kelas SVIP, 20% untuk kelas 1, 10%untuk kelas 2 dan 5% untuk kelas 3. Perbedaan
Biaya Rawat Inap Anak = Tarif per unit Cost Driver x Cost Driver yang dipilih Dengan mengetahui seluruh biaya aktivitas rawat inap anak yang dibebankan, maka dapat dihitung tariff jasa Rawat Inap Anak per kamarnya.
13
prosentase laba disetiap kelasnya dipengaruhi oleh tingkat kemampuan pasar, mengingat Jasa Rumah Sakit adalah penyedia jasa yang bersifat sosial. Berikut ini adalah perhitungan tarif jasa perawatan dan ruangan rawat Inap Anak
berdasarkan metode Activity Based Costing untuk setiap kelasnya.
1
4.12 Perhitungan Tarif Jasa Rawat Inap Anak Kelas SVIP Dengan Metode Activity Based Costing (ABC) Tarif Cost Driver Driver Total Aktivitas Biaya (a) (b) (c)=(a) x (b) Gaji Perawat 78.152 206 16.099.312
2
Listrik
3
No
4.165
1605
Konsumsi
54.000
206
11.124.000
4
Bahan Habis Pakai
66.084
102
6.740.568
5
Biaya Kebersihan
6.212
206
1.279.672
6
Dep. Gedung
48
8.863.920
7
Dep. Fasilitas
184.665
6.684.825
-
AC
711
206
146.466
10.708
206
2.205.848
LCD TV
8.544
206
1.760.064
Kulkas
4.369
206
900.014
793
206
163.358
Meja pasien
1.569
206
323.214
Pemanas air
23.899
206
4.923.194
Sofa tunggu
1.168
206
240.608
Meja makan
6.019
206
1.239.914
Buffet Tv
5.631
206
1.159.986
8
Pem. Bangunan
7.759
206
1.598.354
9
Pem. Fasilitas
5.973
206
1.230.438
Paramount Bed
Lemari pasien
Total Biaya untuk kelas SVIP Jumlah Hari Rawat
66.683.755 206
Biaya Rawat Inap Perkamar
323.708
% Laba
80.927
Jumlah Tarif
404.634
4.13 Perhitungan Tarif Jasa Rawat Inap Anak Kelas I Dengan Metode Activity Based Costing (ABC) No
Aktivitas Biaya
1
Gaji Perawat
2
Listrik
3
Tarif Cost Driver (a) 78.152
Driver (b) 693
Total (c)=(a) x (b) 54.159.336
4.165
1255
5.227.075
Konsumsi
31.000
693
21.483.000
4
Bahan Habis Pakai
66.084
214
14.141.976
5
Biaya Kebersihan
6.212
693
4.304.916
6
Dep. Gedung
46.72
8.627.549
7
Dep. Fasilitas
184.665
-
AC
711
14
693
492.723
Paramount Bed
10.708
693
7.420.644
437
693
302.841
2.184
693
1.513.512
TV Kulkas Lemari pasien
793
693
549.549
Meja pasien
1.569
693
1.087.317
Sofa tunggu
1.168
693
809.424
8
Pem . Bangunan
7.759
693
5.376.987
9
Pem. Fasilitas
5.973
693
4.139.289
Total Biaya untuk kelas I
129.536.138
Jumlah Hari Rawat
693
Biaya Rawat Inap Perkamar
187.065
% Laba
37.413
Jumlah Tarif
224.478
1
4.14 Perhitungan Tarif Jasa Rawat Inap Anak Kelas II Dengan Metode Activity Based Costing (ABC) Aktivitas Biaya Tarif Cost Driver Driver (a) (b) Gaji Perawat 78.152 1004
2
Listrik
3
No
Total (c)=(a) x (b) 78.464.608
4.165
1145
4.768.925
Konsumsi
28.000
1004
28.112.000
4
Bahan Habis Pakai
66.084
318
21.014.712
5
Biaya Kebersihan
6.212
1004
6.236.848
6
Dep. Gedung
184.665
54.88
10.134.415
7
Dep. Fasilitas
-
AC
711
1004
713.844
10.708
1004
10.750.832
437
1004
438.748
Meja pasien
1.569
1004
1.575.276
8
Pem . Bangunan
7.759
1004
7.790.036
9
Pem. Fasilitas
5.973
1004
5.996.892
Paramount Bed TV
Total Biaya untuk kelas II
175.997.136
Jumlah Hari Rawat
1.004
Biaya Rawat Inap Perkamar % Laba
17.530
Jumlah Tarif
192.826
1
4.15 Perhitungan Tarif Jasa Rawat Inap Kelas III Dengan Metode Activity Based Costing (ABC) Aktivitas Biaya Tarif Cost Driver Driver (a) (b) Gaji Perawat 78.152 1236
2
Listrik
3
Konsumsi
No
175.296
Total (c)=(a) x (b) 96.595.872
4.165
1145
4.768.925
28.000
1236
34.608.000
15
4
Bahan Habis Pakai
66.084
421
27.821.364
5
Biaya Kebersihan
6.212
1236
7.678.032
6
Dep. Gedung
184.665
21.12
3.900.125
7
Dep. Fasilitas 711
1236
878.796
1.229
1236
1.519.044
437
1236
540.132
meja pasien
1.569
1236
1.939.284
8
Pem . Bangunan
7.759
1236
9.590.124
9
Pem. Fasilitas
5.973
1236
7.382.628
-
AC Bed TV
Total Biaya untuk kelas III Jumlah Hari Rawat
197.222.326 1.236
Biaya Rawat Inap Perkamar % Laba
159.565 7.978
Jumlah Tarif
167.543
Total tarif biaya aktivitas didapat dari perkalian tarif cost driver dengan cost drivernya. Sedangkan total tarif Ruangan dan Jasa Perawatan didapat dari penjumlahan seluruh biaya aktivitas dibagi jumlah
hari rawat dikalikan dengan prosentase laba yang diharapkan. 4.2.2 Perbandingan Besarnya Tarif Rawat Inap Anak RSIA Asri dengan Tarif Berdasarkan Metode Activity Based Costing Tabel 4.16 Perbandingan Tarif Ruangan dan Jasa Perawatan Metode ABC dengan Tarif Ruangan dan Jasa Perawatan RSIA Asri Tahun 2013 ( Dalam Rupiah ) Kelas Tarif RSIA Asri Tarif ABC Selisih SVIP
637.500
404.634
-232.866
Kelas 1
300.000
224.478
-75.522
Kelas 2
187.500
192.826
5.326
Kelas 3
120.000
167.543
47.543
overhead pada masing-masing aktivitas hanya dibebankan pada satu cost driver saja, Akibatnya cenderung terjadi distorsi pembebanan biaya. Sedangkan pada metode Activity Based Costing biaya overhead pada masing-masing aktivitas dibebankan pada banyak cost driver tepat. Sehingga metode ABC mampu mengalokasikan biaya setiap kamar secara tepat berdasarkan konsumsi masingmasing aktivitas.
Dari perhitungan diatas, dapat diketahui bahwa hasil perhitungan tarif jasa rawat inap anak dengan menggunakan metode ABC lebih besar, yaitu kelas dua Rp. 192.826 dan kelas tiga Rp. 167.543 lebih besar dibandingkan tarif yang ada di RSIA Asri yaitu Rp. 187.500 untuk kelas dua dan Rp. 120.000 untuk kelas tiga. Sedangkan pada kelas SVIP Rp. 404.634 dan kelas satu Rp. 232.866 tarif dengan menggunakan metode Activity Based Costing lebih kecil dibandingkan dengan metode yang dipakai manajemen yaitu kelas SVIP Rp. 637.500 dan Kelas 1 Rp.300.000 Perbedaan yang terjadi antara tarif jasa rawat inap anak dengan menggunakan metode ABC dan metode yang dipakai manajemen perusahaan disebabkan karena perbedaan pembebanan biaya overhead pada masing-masing aktivitas. Pada metode akuntansi biaya tradisional biaya
16
seluruh biaya sudah terkelompokkan menurut aktivitasnya dan sudah ditentukan cost driver atau pemicu dari setiap aktivitas biayanya maka metode ini akan memberikan kemudahan dan ketepatan dalam menentukan tarif Rumah Sakit. 5. Manfaat – manfaat yang bisa diperoleh dalam Penerapan Metode Activity Based Costing dalam menentukan tarif ruangan dan perawatan Rawat Inap Anak adalah: 1. Tarif yang dikeluarkan lebih Proporsional sehingga tidak terjadi biaya yang Over Costing atau Under Costing. 2. Tarif bisa ditentukan sesuai dengan tingkat Profitabilitas yang diinginkan perusahaan 3. Memperbaiki mutu dalam pengambilan keputusan ketika akan menaikkan tarif. 5.2 Saran Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis memberikan beberapa saran, yaitu: 1. Pihak Manajemen RSIA Asri sebaiknya mulai mempertimbangkan perhitungan tarif rawat inap dengan menggunakan Metode Activity Based Costing, dengan tetap mempertimbangkan faktor-faktor eksternal yang lain, seperti tarif Rumah Sakit Swasta lain dan tingkat kemampuan ekonomi masyarakat Purwakarta agar dapat memberikan tarif rawat inap yang ideal dan bisa diterima oleh semua kalangan ekonomi masyarakat Purwakarta. 2. Perlu adanya analisis biaya secara berkala agar bisa didapatkan informasi yang tepat, kebijakan penganggaran maupun pertanggung jawaban keuangan secara terbuka dan akuntabel. 3. Untuk mendukung kelancaran saran-saran diatas, maka diperlukan juga penambahan tenaga akuntan yang professional dan kompeten dibidangnya. Agar dapat terjadi ketepatan waktu, laporan dan pemisahan tanggung jawab pada tugasnya masing-masing.
5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis atas penerapan metode Activity Based Costing dalam menentukan tarif ruangan dan perawatan untuk Rawat Inap Anak di RSIA Asri pada tahun 2013 adalah sebagai berikut: 1. Perhitungan tarif jasa rawat inap dengan menggunakan metode ABC, dilakukan melalui dua tahap. Tahap pertama yaitu biaya-biaya ditelusur ke aktivitas yang menimbulkan biaya, mengklasifikasi aktivitas, menentukan pemicu biaya (cost driver) nya, lalu menentukan masing-masing tariff dari setiap cost driver tersebut. Dan tahap ke dua membebankan biaya aktivitas ke tarif pelayanan rawat inap. Sedangkan tarif diperoleh dengan menambahkan cost rawat inap dengan prosentase laba yang di harapkan. Dari perhitungan tarif jasa rawat dengan menggunakan metode ABC, diketahui besarnya tarif untuk kelas SVIP Rp. 403.634 Kelas I Rp. 224.478 Kelas II Rp. 192.826 dan Kelas III Rp. 167.543. 2. Hasil perhitungan tarif menggunakan metode ABC lebih besar pada tariff kelas dua dan kelas tiga, dan lebih kecil pada kelas satu dan kelas SVIP. Ada beberapa kemungkinan faktor penyebab perbedaannya. Yang pertama, untuk tarif yang lebih besar dari tarif berdasarkan metode ABC terjadi Over Costing dan untuk tarif yang lebih kecil dari tarif berdasarkan metode ABC terjadi Under Costing. Yang kedua, lebih besarnya tarif kelas satu dan kelas SVIP RSIA ASRI karena dasar perhitungan tarif dari manajemen RSIA Asri dipengaruhi oleh Tarif Pesaing dan manajemen RSIA Asri berasumsi bahwa tarif kelas-kelas atas dapat memberikan subsidi untuk tarif kelas bawah yang cenderung diisi oleh masyarakat yang ekonominya kurang mampu. Sedangkan tarif berdasarkan metode Activity Based Costing 56 adalah murni perhitungan tarif biaya overhead berdasarkan aktivitas-aktivitas pelayanan yang diberikan. 3. Untuk penerapan metode Activity Based Costing diperlukan pemisahan biaya-biaya yang jelas atau sub dari buku besar biaya-biaya operasional rumah sakit, agar mudah dilakukan pemisahan atau pengelompokkan biaya berdasarkan aktivitasnya untuk menentukan tarif cost drivernya. Sangat diperlukan ketelitian dalam pemisahan dan penentuan biaya-biaya tersebut yang berarti secara otomatis diperlukan juga tenaga akuntan yang kompeten dibidangnya. 4. Walaupun pada awalnya perhitungan tarif dengan menggunakan metode Activity Based Costing ini ternilai rumit dan memakan waktu yang lama, namun pada periode selanjutnya jika
DAFTAR PUSTAKA Abdul Halim, Bambang Supomo dan Muhammad Syam Kusufi., Akuntansi Manajemen, BPFE Yogyakarta, 2011 Amin Widjaja, Activity Based Costing Suatu Pengantar, Harvard, Jakarta Armanto Witjaksono, Akuntansi Biaya, Graha Ilmu, 2006 Bastian Bustami dan Nurlela, Akuntansi Biaya Melalui Pendekatan Manajerial, Mitra Wacana Media,2009 Don R.Hansen and Maryanne M. Mowen, Managerial Accounting, Edisi 8, 2009
17
Charles T.Horngren dkk, Srikant M.Datar, George Foster, Akuntansi Biaya dengan Penekanan Manajerial, Jilid 1, 2008 Jerry J.Weygandt, Donald E.Kieso and Paul D.Kimmel, Accounting Principle, Salemba empat, 2007 Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( 1999:1101 ) Mulyadi, Akuntansi Biaya, Edisi 4, 1990 , Akuntansi Biaya, Edisi 5, 2009 Prof.DR. Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Ke 14, 2009 Rudianto, Pengantar Akuntansi, Erlangga 2010 William K. Carter and Milton F. Usry., Cost Accounting, Salemba Empat,2006 Chriswardani, Analisis Biaya RS berdasarkan Activity Based Costing, http//eprints.undip.ac.id//5874/I/analisis_biaya_rs_ berdasarkan_activity_based_costing__chriswardani_s.pdf.
18
Jurnal Wikara National Economic and Social Research Development, Vol 2 No 1 Juni 2014 ISSN : 2354-9416 Hal 19-26 “PENGARUH KUALITAS PRODUK DAN EFEKTIFITAS SALURAN DISTRIBUSI TERHADAP KEPUASAN DISTRIBUTOR PADA PT MULIAKERAMIK INDAHRAYA CIKARANG” Oleh : TAUFIK KUROHMAN, SE.MM Program Studi Manajemen, STIE Wibawa Karta Raharja Abstrak - Penelitian ini menguji hubungan antara kualitas produk dan efektivitas saluran distribusi kepuasan distributor di Muliakeramik Indahraya PT Cikarang. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) untuk mengetahui pengaruh kualitas produk pada distributor kepuasan PT Muliakeramik Indahraya, 2) untuk mengetahui pengaruh efektivitas saluran distribusi distributor kepuasan PT Muliakeramik Indahraya, 3) untuk mengetahui pengaruh kualitas produk dan efektivitas saluran distribusi ke distributor kepuasan PT Muliakeramik Indahraya. Responden dalam penelitian ini adalah 22 responden yang distributor PT Muliakeramik Indahraya. Penentuan jumlah sampel sama dengan populasi. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan verifikatif dengan menggunakan metode gudang Soft Interval Berturut-turut (MSI) dan Paket Khusus untuk Ilmu statistik (SPSS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) kualitas produk yang cukup kriteria yang baik, 2) efektivitas saluran distribusi yang cukup efektif pada kriteria, 3) kepuasan distributor kriteria cukup puas, 4) korelasi antara kualitas variabel produk dengan efektivitas kedekatan saluran distribusi hubungan yang sangat kuat 5) hubungan parsial telah membuktikan bahwa kualitas produk lebih tinggi dari koefisien efektivitas saluran distribusi 6) kualitas produk dan efektivitas saluran distribusi berpengaruh secara simultan signifikan terhadap kepuasan distributor. Berdasarkan hasil penelitian, disarankan 1) diperlukan untuk menjamin kualitas produk 2) harus ditingkatkan efektivitas saluran distribusi 3) kebutuhan untuk perbaikan dalam layanan kepuasan distributor 4) perlu ditingkatkan koordinasi layanan pelanggan dan penjualan dalam penanganan keluhan distributor, 5) kebutuhan untuk distributor evaluasi 6) membutuhkan pengembangan produk terus menerus dan menyeluruh. Kata kunci : Efektivitas, Distributor Abstrak - This study examines the relationship between product quality and effectiveness of the distribution channel distributor satisfaction on Muliakeramik Indahraya PT Cikarang. The purpose of this study were 1) to determine the effect of product quality on satisfaction distributor PT Muliakeramik Indahraya, 2) to determine the effect of the effectiveness of distribution channel distributor PT Muliakeramik Indahraya satisfaction, 3) to determine the effect of product quality and effectiveness of distribution channels to the satisfaction distributor PT Muliakeramik Indahraya. Respondents in this study were 22 respondents who are distributor PT Muliakeramik Indahraya. Determination of the number of samples equal to the population. This study uses descriptive analysis and verification by using the Soft ware Method of Successive Interval (MSI) and the Special Package for statistical Science (SPSS). The results showed that 1) the quality of the product is good enough criteria, 2) the effectiveness of distribution channels are quite effective on the criteria, 3) satisfaction of the criteria distributors are quite satisfied, 4) correlation between the variable quality of the product with the effectiveness of the closeness of the relationship distribution channels very Strong 5) partial relationships have proven that the quality of the product is higher than the coefficient of effectiveness of distribution channels 6) product quality and effectiveness of distribution channels simultaneously significant effect on satisfaction Distributors. Based on the research results, it is suggested 1) is necessary to guarantee the quality of products 2) should be increased effectiveness of distribution channels 3) the need for improvement in the service satisfaction distributor 4) needs to be improved coordination of customer service and sales in the handling of complaints distributor, 5) the need for evaluation distributor 6) need continuous product development and thorough Keywords : Effectiveness, Distributors
19
keunggulan dalam skala global dan mampu melaksanakan pekerjaan dengan baik sehingga menghasilkan produk yang berkualitas dan meminimalkan biaya yang harus dikeluarkan. Rumusan Masalah: Berdasarkan latar belakang penelitian, maka dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan yang dihadapi perusahaan, yaitu: 1) Bagaimana kualitas produk keramik di PT Muliakeramik Indahraya. 2) Bagaimana efektifitas saluran distribusi di PT Muliakeramik Indahraya. 3) Bagaimana kepuasan distributor di PT Muliakeramik Indahraya. 4) Apakah terdapat korelasi antara kualitas produk dengan efektifitas saluran distribusi di PT Muliakeramik Indahraya. 5) Apakah terdapat pengaruh parsial antara kualitas produk dan efektifitas saluran distribusi terhadap kepuasan distributor di PT Muliakeramik Indahraya. 6) Apakah terdapat pengaruh simultan antara kualitas produk dan efektifitas saluran distribusi terhadap kepuasan distributor di PT Muliakeramik Indahraya. Tujuan Penelitian:Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai melalui penelitian ini sbb: 1) Menganalisis dan menjelaskan kualitas produk di PT Muliakeramik Indahraya 2) Menganalisis dan menjelaskan efektifitas saluran distribusi di PT Muliakeramik Indahraya 3) Menganalisis dan menjelaskan kepuasan distributor PT Muliakeramik Indahraya 4) Mengkaji pengaruh kualitas produk terhadap kepuasan distributor di PT Muliakeramik Indahraya 5) Mengkaji pengaruh efektifitas saluran distribusi terhadap kepuasan distributor di PT Muliakeramik Indahraya 6) Mengkaji pengaruh kualitas produk dan efektifitas saluran distribusi terhadap kepuasan distributor baik parsial maupun simultan di PT Muliakeramik Indahraya.
PENDAHULUAN: Latar Belakang: Persaingan yang semakin ketat dalam dunia bisnis, membuat para pengusaha berusaha mencari strategi yang tepat dan efektif dalam memasarkan produknya. faktor-faktor utama yang harus dipertimbangkan adalah competitor, harga yang bersaing, efektifitas saluran distribusi dan banyaknya agen/distributor sebagai perantara serta kebutuhan dan keinginan konsumen yang selalu berubah. Tujuan utama perusahaan adalah memperoleh laba yang optimal dan untuk mencapai tujuan tersebut perusahaan harus menjamin kualitas produk dan menjaga efektifitas saluran distribusi yang nantinya akan mempengaruhi kepuasan pelanggan dan akhirnya pelanggan akan melakukan pembelian ulang. Kepuasan pelanggan merupakan suatu tingkatan dimana kebutuhan, keinginan dan harapan dari pelanggan dapat terpenuhi yang akan mengakibatkan terjadinya pembelian ulang atau kesetiaan yang berlanjut. (Band dalam Musanto, 2004:125). Faktor yang paling penting untuk menciptakan kepuasan konsumen adalah kinerja dari agen yang biasanya diartikan dengan kualitas dari agen tersebut. (Mowen dalam Musanto, 2004:125). Terciptanya kepuasan pelanggan dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya hubungan antara perusahaan dan pelanggannya menjadi harmonis, memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang dan terciptanya loyalitas pelanggan, dan membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut (word-of-mouth) yang menguntungkan bagi perusahaan (Tjiptono, 2002:24). Distribusi merupakan komponen bauran pemasaran yang berperan penting dalam mendukung pemasaran produk hingga ke konsumen. Menurut Hiam dan Schewe dalam Samputra (2005:2) distribusi adalah pergerakan produk di semua tahap pengembangannya, dari perolehan sumberdaya melalui proses produksi sampai ke penjualan akhir. Keberhasilan proses distribusi tergantung dari siapa yang menjalankan fungsi pemasaran dan saluran pemasaran yang digunakan, sehingga produk dapat diterima dengan baik oleh konsumen. Keputusan mengenai saluran distribusi keramik yang efektif merupakan salah satu keputusan yang paling kritis yang dihadapi manajemen. Fungsi utama saluran distribusi adalah menyalurkan barang dari produsen ke konsumen, pertimbangan dalam melaksanakan dan menentukan saluran distribusi harus dilakukan dengan baik karena saluran yang dipilih akan mempengaruhi seluruh keputusan pemasaran yang lainnya, kesalahan dalam pemilihan saluran distribusi dapat menghambat kegiatan dalam menyalurkan keramik kepada pelanggan. Sedangkan Kualitas produk merupakan kemampuan produk untuk menunjukkan fungsi ketahanan, kehandalan, ketepatan, dan kemudahan dalam penggunaan. Pengawasan kualitas merupakan alat bagi manajemen yang memegang peranan penting. Hal ini dilakukan agar perusahaan memiliki
LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS: Landasan Teori: Kotler (2010:361) menjelaskan bahwa terdapat 9 (sembilan) dimensi kualitas produk yang membedakan suatu produk dengan lainnya, yaitu: 1) Form (bentuk), artinya produk dapat dibedakan secara jelas dengan yang lainnya berdasarkan bentuk, ukuran, atau struktur fisik produk. 2) Features (ciri-ciri produk), merupakan karakteristik atau sifat yang menunjang fungsifungsi dasar suatu produk. 3) Performance quality (kualitas kinerja), menggambarkan kinerja atau tingkat kemampuan operasional suatu produk. 4) Conformance quality (kualitas ketepatan), menunjukkan sejauhmana rancangan dan kinerja
20
suatu produk dapat memenuhi standar yang telah ditetapkan. 5) Durability (ketahanan), diartikan sebagai harapan hidup suatu produk atau berapa lama suatu produk dapat digunakan. 6) Reliability (keandalan), mengukur kemungkinan suatu produk tidak akan rusak dalam jangka waktu tertentu. Konsumen akan lebih menyukai membayar mahal untuk mendapat produk berkualitas tinggi daripada membayar mahal untuk reparasi produk. 7) Repairability (kemudahan perbaikan), jika produk tersebut rusak, dapat dengan mudah untuk diperbaiki. Idealnya, produk dapat diperbaiki sendiri dengan mudah dan cepat oleh pengguna. 8) Style (gaya), menjelaskan penampilan produk dan perasaan konsumen mengenai produk tersebut. 9) Design (desain atau model), menunjukkan keseluruhan keistimewaan produk yang akan mempengaruhi penampilan dan fungsi produk dalam memenuhi keinginan konsumen. Peningkatan kualitas produk dirasakan sangat perlu dengan demikian produk perusahaan semakin lama semakin tinggi kualitasnya. Jika hal itu dapat dilaksanakan oleh perusahaan, maka perusahaan tersebut dapat memuaskan para konsumen dan dapat menambah jumlah konsumen. Menurut Kotler dalam Tjiptono (2002:187) saluran distribusi (Marketing Channel, trade channel, distibution channel) adalah rute atau rangkaian perantara, baik yang dikelola pemasar maupun independen, dalam menyampaikan barang dari produsen ke konsumen. Menurut Shipley & Egan, dalam Sofyan (2006) pengukuran secara umum yang dapat dilakukan terhadap efektifitas distributor yaitu mengenai ketepatan waktu hantar barang (delivery time), kelengkapan atau keutuhan produk (product unity/quality) dan pemenuhan target yang dibebankan oleh prinsipal (target output). Tjiptono (2002:212) strategi pengendalian saluran distribusi (channel control strategy) adalah menguasai anggota saluran distribusi agar mengendalikan kegiatan mereka secara terpusat kearah pencapaian tujuan bersama. Adapun tujuan dari strategi ini adalah: a). Untuk meningkatkan pengendalian. B). Memperbaiki ketidakefisienan. C). Mengetahui efektifitas biaya melalui kurva pengalaman. D). Mencapai skala ekonomis. Menurut Sameto (2004:52) Distributor adalah badan perseorangan yang mempunyai kemampuan membeli produk kita dalam jumlah besar dan menyalurkan kepada subdistributor atau pengecer langsung. Dan untuk itu distributor tersebut di beri keuntungan atau komisi atau diperkenankan menaikan harga jual untuk mengambil keuntungan. Distributor merupakan perusahaan/pihak yang ditunjuk oleh prinsipal untuk memasarkan dan menjual barangbarang prinsipalnya dalam wilayah tertentu untuk jangka waktu tertentu, tidak sebagai kuasa prinsipal.
Distributor tidak bertindak untuk dan atas nama prinsipalnya, tetapi bertindak untuk dan atas nama sendiri. Distributor membeli barang dari prinsipalnya kemudian menjualnya kepada pembeli diwilayah yang diperjanjikan oleh prinsipal. Segala akibat hukum dari perbuatannya menjadi tanggungjawab distributor itu sendiri. Menurut Supranto dalam Purwandren (2008:39), kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja/hasil yang dirasakannya dengan harapannya. Sementara itu Parasuraman dalam Tjiptono (2002:26) mengatakan bahwa dalam mengevaluasi jasa yang bersifat intangible, konsumen umumnya menggunakan beberapa atribut atau faktor berikut: 1) Bukti langsung (tangibles), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan pegawai dan sarana komunikasi. 2) Keandalan (reliability) yakni kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat dan memuaskan. 3) Daya tanggap (responsiveness) yaitu keinginan para staf dan para karyawan untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap. 4) Jaminan (assurance) mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya, risiko atau keragu-raguan. 5) Empati meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, perhatian pribadi dan memahami kebutuhan para pelanggan. Dalam mengukur kepuasan konsumen ada tiga cara yaitu sistem pengaduan, survei konsumen dan panel konsumen. Sedangkan untuk mengukur kepuasan terdapat beberapa indikator yaitu kewajaran harga (reasonable price), fleksibilitas distribusi (distribution flexibility) ketanggapan pelayanan (responsive of service), kecepatan distribusi (speed of distribution), keberadaan pelayanan (availability of service), profesionalisme (profesionalism) dan kepuasan menyeluruh terhadap jasa. Hipotesis adalah jawaban sementara atas permasalahan yang nantinya harus dibuktikan dengan analisis terhadap data yang diperoleh dari kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis yang dapat dirumuskan, adalah: H1: Terdapat hubungan positif antara kualitas produk terhadap efektifitas saluran distribusi, H2: Terdapat pengaruh positif antara kualitas produk terhadap kepuasan Distributor, H3: Terdapat pengaruh positif antara efektifitas saluran distribusi terhadap kepuasan Distributor, H4: Terdapat pengaruh positif antara kualitas produk dan efektifitas saluran distribusi terhadap kepuasan Distributor. METODE PENELITIAN: Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penulisan ini menggunakan metode deskriptif dan
21
verifikatif, yaitu: Metode deskriptif Menurut Simamora dalam Samputra (2005:21) penelitian dengan metode deskriptif adalah penelitian yang terstruktur dan terencana. Pendekatan deskriptif didasarkan atas kebutuhan untuk memecahkan masalah (problem solving), mengidentifikasi kesempatan (opportunity identification), serta menguji atau mengembangkan teori ataupun metodologi sedangkan metode verifikatif menurut Iqbal Hasan (2008:11) yaitu menguji kebenaran sesuatu (pengetahuan) dalam bidang yang telah ada dan digunakan untuk menguji hipotesis yang menggunakan perhitungan statistik. Tujuan penelitian dekriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Metode Verifikatif digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel, melalui pengujian hipotesis. Penggunaan metode deskriptif dan verifikatif dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai Kualitas Produk dan efektifitas saluran distribusi terhadap kepuasan distributor di PT Muliakeramik Indahraya Cikarang. Untuk menguji hipotesis, variabel-variabel yang akan diteliti perlu diberikan batasan-batasan dan ditentukan indikator-indikatornya. Adapun variabelvariabel tersebut terdiri dari dua variabel independen dan satu variabel depeden yaitu: 1. Variabel independen, yaitu variabel bebas yang keberadaanya tidak dipengaruhi oleh variabelvariabel lain: a. Kualitas produk sebagai variabel kesatu (X1) adalah kemampuan sebuah produk dalam memperagakan fungsinya, hal itu termasuk keseluruhan durabilitas, reliabilitas, ketepatan, kemudahan pengoperasian dan reparasi produk juga atribut produk lainnya b. Efektifitas Saluran Distribusi sebagai variabel kedua (X2). Adalah lembaga distributor/lembagalembaga penyalur yang mempunyai kegiatan yang menyalurkan/menyampaikan barangbarang/jasa-jasa dari produsen ke konsumen Pengukuran yang dilakukan terhadap efektifitas distribusi mengenai ketepatan waktu hantar barang (delivery time), kelengkapan atau keutuhan produk (product unity/quality) dan pemenuhan target yang dibebankan oleh prinsipal (target output). 2. Variabel dependen, yaitu variabel tidak bebas yang keberadaanya dipengaruhi oleh variabel-variabel lain. Variabel depeden yang digunakan adalah Kepuasan Distributor sebagai variabel (Y). Dimana kepuasan merupakan perasaan seseorang setelah membandingkan hasil yang dirasakannya dengan harapannya dengan berdasar faktor berikut: 1). Bukti langsung (tangibles), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan pegawai dan sarana komunikasi. 2). Keandalan (reliability) yakni kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan
segera, akurat dan memuaskan. 3). Daya tanggap (responsiveness) yaitu keinginan para staf dan para karyawan untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap. 4). Jaminan (assurance) mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya, risiko atau keraguraguan. 5). Empati meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, perhatian pribadi dan memahami kebutuhan para pelanggan. Teknik penentuan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data internal yang diperoleh secara langsung dari kantor PT Muliakeramik Indahraya tempat penulis melakukan penelitian dan kuesioner yang dikirim kepada distributor melalui email serta wawancara langsung dengan responden. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel diambil dari seluruh distributor Merek Mulia di wilayah Indonesia yang berjumlah 22 distributor. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan analisis jalur (path analysis), yaitu menganalisis mengenai hubungan kausal dengan tujuan memisahkan pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung suatu variabel penyebab terhadap variabel akibat. Pengaruh langsung adalah pengaruh dari variabel eksogenus ke variabel endogenus yang dinyatakan oleh panah berkepala tunggal dari arah eksogenus ke endogenus, sedangkan pengaruh tidak langsung adalah pengaruh dari variabel eksogenus ke variabel endogenus melalui varibel lain. Disamping itu, variabel lain yang mempengaruhi variabel endogenus tetapi tidak teridentifikasi dinyatakan oleh epsilon Ɛ. Dalam mengelompokan jawaban responden terhadap masing-masing kriteria digunakan nilai skor rataan dengan skala 1 sampai 5 dengan rumus: , 22(5 1) Rs 17,6 Maka: 5 STB
22
TB
39,5
CB
57,1
B
74,7
SB
92,3
110
Untuk menguji analisis yang digunakan, dilakukan secara verifikatif untuk menghitung apakah terdapat pengaruh antara kualitas produk dan efektifitas saluran distribusi terhadap kepuasan distributor: (1) Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan suatu instrumen. Untuk menentukan valid atau tidaknya instrumen tersebut adalah dengan membandingkan hasil perhitungan korelasi dengan tabel harga kritis dan r product moment pada taraf kepercayaan 95% atau taraf signifikan 5%. Apabila hasil perhitungan r hitung lebih besar dibanding dengan nilai yang ada pada r kritis, maka instrumen dinyatakan sudah valid. Persyaratan minimum agar dapat dianggap valid apabila r kritis =
22
0,3 (2). Uji Reliabilitas Teknik pengujian reliabilitas menggunakan koefisien alpha cronbach dengan taraf nyata 5% (0,05). Untuk menilai reliabel tidaknya instrumen dilakukan dengan mengkonsultasikan hasil perhitungan alpha cronbach dengan angka tabel r hitung. apabila cronbach Alpha (α) > 0,70 maka reliabilitas pernyataan bisa diterima. (3). Uji Normalitas: data dilakukan sebelum data ordinal berdasarkan model-model penelitian yang diajukan. Uji normalitas data bertujuan untuk mendeteksi distribusi data dalam suatu variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak untuk membuktikan model-model penelitian tersebut adalah data yang memiliki distribusi normal. (4). Transformasi Data Ordinal Menjadi Data Interval (MSI): digunakan untuk merubah data ordinal menjadi skala interval
74,7 berada dalam skala cukup puas. Dari hasil analisis diperoleh besaran koefisien korelasi diantara variabel bebas yaitu hubungan antara Kualitas produk (X1) dengan efektifitas saluran distribusi (X2) didapat nilai sebesar 0,944 yang berarti mempunyai tingkat hubungan yang sangat kuat dan searah karena nilainya positif. Adapun hasil dari analisis data dengan mengunakan analisis jalur (path analysis) menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menghitung seluruh koefisien jalur variabel X secara parsial terhadap Y, dengan bantuan SPSS 16.0 diperoleh hasil perhitungan: a. Koefisien jalur X1 terhadap Y (ρYX1) sebesar 0,484 b. Koefisien jalur X2 terhadap Y (ρYX2) sebesar 0,475 2. Untuk menguji koefisien jalur secara keseluruhan, pasangan hipotesis nol dan alternatifnya dirumuskan sebagai berikut:
HASIL DAN PEMBAHASAN: Adapun hasil pengujian mengenai tingkat validitas ketiga variabel dalam setiap dimensi dan pernyataan pada kuisioner, dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Dari hasil uji validitas variabel kualitas produk (X1), sebanyak 13 pernyataan kuisioner dinyatakan valid. variabel efektifitas saluran distribusi (X2) sebanyak 8 pernyataan kuisioner dinyatakan valid dan variabel Kepuasan distributor (Y), diketahui bahwa 14 pernyataan kuisioner dinyatakan valid. Uji Reliabilitas: Dari hasil pengujian reliabilitas di atas, diketahui bahwa untuk setiap variabel (α) > 0,7, sehingga variabel kualitas produk (X1) 0,894 > 0,7, efektifitas saluran distribusi (X2) 0,884 > 0,7 dan Kepuasan distributor (Y) 0,838 > 0,7 dinyatakan sangat reliable. Uji Normalitas: Berdasarkan uji normalitas data dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov test didapatkan hasil untuk variabel kualitas produk (X1) p = 0,563 > 0,05, variabel efektifitas saluran distribusi (X2) p = 0,656 > 0,05, variable Kepuasan Distributor (Y) p = 0,699 > 0,05, maka dapat disimpulkan semua data berdistribusi normal. Persepsi Responden tentang Variabel kualitas produk (X1): untuk variabel kualitas produk tersebut berada dalam skala cukup baik dan dapat dideskripsikan dalam rentang skala 57,1 sampai dengan 74,7 berada dalam skala cukup baik. Persepsi Responden tentang Variabel efektifitas saluran distribusi (X2): Untuk variabel efektifitas saluran distribusi tersebut berada dalam skala cukup efektif dan dapat dideskripsikan dalam rentang skala 57,1 sampai dengan 74,7 berada dalam skala cukup efektif dan Persepsi Responden tentang Variabel kepuasan distributor (Y): Untuk variabel kepuasan distributor (Y) tersebut berada dalam skala cukup puas dan dapat dideskripsikan dalam rentang skala 57,1 sampai dengan
H0:
yx
i
= 0 (Tidak terdapat pengaruh
variabel bebas kualitas produk dan efektifitas saluran distribusi secara bersama-sama terhadap variabel tak bebas Kepuasan distributor) H1: yxi ≠ 0 (Terdapat terdapat pengaruh variabel bebas kualitas produk dan efektifitas saluran distribusi secara bersama-sama terhadap variabel tak bebas Kepuasan distributor) α = 5%. Kriteria Uji: Tolak H0 jika Fhitung > Ftabel atau Sig. < α, terima dalam hal lainnya. Statistik uji pengaruh secara keseluruhan adalah sebagai berikut: Berdasarkan hasil pengolahan SPSS pada tampilan output ANOVA di atas, diperoleh nilai Sig. 0,000 < α (0,05). Hal ini berarti bahwa secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel bebas terhadap variabel tidak bebas. 3. Karena hasil perhitungan koefisien jalur secara simultan signifikan, maka dilanjutkan dengan pengujian keberartian koefisien jalur secara parsial (individual) melalui uji t dengan pasangan hipotesis nol dan alternatifnya sebagai berikut: H0: yxi = 0 {Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel bebas X terhadap variabel dependen Y}. H1: yxi ≠ 0 {Terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel bebas X terhadap variabel dependen Y} α = 5% Kriteria Uji: Tolak H0 jika thitung ≥ ttabel atau Sig. < α, terima dalam hal lainnya Statistik uji pengaruh secara parsial adalah sebagai berikut: Berdasarkan hasil perhitungan terhadap semua koefisien jalur secara parsial, maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh signifikan sebesar 0,484 standardized coefficients Beta dari kualitas produk (X1) terhadap Kepuasan distributor (Y). Dan kurang
23
terdapat pengaruh dari efektifitas saluran distribusi (X2) terhadap Kepuasan distributor (Y) karna angka perhitungan standardized coefficients Beta sebesar 0,475 Mengukur pengaruh langsung dan tidak langsung antara kualitas produk (X1) dan efektifitas saluran distribusi (X2) terhadap Kepuasan distributor (Y). Dari hasil perhitungan diperoleh tabel sebagai berikut: bahwa pengaruh langsung X1 terhadap Y sebesar 0,233 atau 23,3%, pengaruh tidak langsung X1 melalui X2 terhadap Y sebesar 0,217 atau 21,7%. Pengaruh langsung X2 terhadap Y sebesar 0,225 atau 22,5%, pengaruh tidak langsung X2 melalui X1 terhadap Y sebesar 0,217 atau 21,7%. Total pengaruh yang disebabkan X1 dan X2 secara bersama-sama terhadap Y adalah sebesar 0,892 atau 89,2%, Sedang sisanya sebesar 0,108 atau 10,8% disebabkan oleh pengaruh dari variabel lain. Pembahasan Penelitian Deskriptif: 1. Kualitas produk berada pada kriteria cukup baik. Hal ini menunjukan bahwa secara umum kualitas produk PT Muliakeramik Indahraya sudah cukup baik. Penjualan dari tahun ke tahun semakin meningkat hal ini disebabkan karena mulia keramik market leader dalam penjualan dan memproduksi keramik lantai maupun dinding. Selain itu masih banyak faktorfaktor lain yang harus ditingkatkan supaya kualitas produk lebih terjamin dan distributor merasa puas menggunakan produk mulia dan efek jangka panjangnya menumbuhkan loyalitas distributor. 2. Efektifitas saluran distribusi berada pada kriteria cukup efektif, hal ini menunjukan bahwa secara umum saluran distribusi sudah cukup efektif namun masih banyak faktor-faktor yang harus ditingkatkan supaya distributor merasa nyaman bekerjasama dalam menjual produk mulia dan efek jangka panjangnya menumbuhkan loyalitas distributor. 3. Kepuasan Distributor berada pada skala cukup puas, hal ini menunjukan bahwa secara umum distributor sudah merasa cukup puas masih banyak faktor-faktor yang harus di tingkatkan supaya distributor merasa nyaman bekerjasama dalam menjual produk mulia dan efek jangka panjangnya menumbuhkan loyalitas distributor Pembahasan Penelitian Verifikatif: 1. Pengaruh parsial kualitas produk (X1) terhadap kepuasan distributor (Y), nilai t hitung (2,186) > t tabel (1,701) serta nilai Sig. (0,042) < α (0,05) maka Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel kualitas produk secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kepuasaan distributor. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh Kualitas Produk berpengaruh searah dengan kepuasan distributor. Dengan demikian apabila ada perubahan/perbaikan pada kualitas produk, maka hal ini akan memberikan pengaruh positif terhadap kepuasan distributor. Hal ini sesuai dengan penelitian
Muhammad Asir (2012) bahwa kualitas produk berpengaruh secara parsial terhadap kepuasan pelanggan. 2. Pengaruh parsial efektifitas saluran distribusi (X2) terhadap kepuasan distributor (Y), nilai t hitung (2,146) > t tabel (1,701) serta nilai Sig. (0,045) < α (0,05) maka Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel efektifitas saluran distribusi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kepuasaan distributor. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh efektifitas saluran distribusi adalah searah dengan kepuasan distributor. Dengan efektifnya saluran distribusi mempunyai pengaruh positif terhadap kepuasan distributor 3. Pengaruh simultan variabel kualitas produk dan efektifitas saluran distribusi dengan nilai Fhitung adalah 78,787 lebih besar dari F tabel (2,711) serta nilai Sig. sebesar 0,000 yang lebih kecil dari α (0,05). Dengan demikian Ho ditolak. sehingga dapat disimpulkan bahwa kualitas produk dan efektifitas saluran distribusi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan distributor. KESIMPULAN PENELITIAN: Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian yang dikemukakan dan selanjutnya dibandingkan dengan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat dibuatkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Kualitas produk keramik Mulia berada pada kriteria cukup baik, hal ini ditunjukan dari hasil penelitian terhadap distributor yang sebagian besar menyatakan cukup baik 2. Efektifitas saluran distribusi di PT Muliakeramik Indahraya Cikarang berada pada kriteria cukup efektif, hal ini ditunjukan dari hasil penelitian terhadap distributor yang sebagian besar menyatakan cukup efektif 3. Tingkat kepuasan Distributor PT Muliakeramik Indahraya di Cikarang berada pada kriteria cukup puas, hal ini ditunjukan dari hasil penelitian terhadap distributor yang sebagian besar menyatakan cukup puas 4. Korelasi antara varibel kualitas produk dengan efektifitas saluran distribusi mempunyai keeratan hubungan yang sangat kuat. 5. Hubungan parsial antara kualitas produk dan efektifitas saluran distribusi terhadap kepuasan distributor terbukti, dimana kualitas produk mempunyai koefisiensi lebih tinggi dibandingkan dengan efektifitas saluran distribusi. 6. Kualitas produk dan efektifitas saluran distribusi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan Distributor
24
Kewirausahaan Vol 6, No 2, p 123-136. Universitas Kristen Petra. Surabaya. Nursito. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelaporan Keuangan Dan Implikasinya Pada Kinerja Organisasi. Desertasi. Universitas Persada Indonesia Y.A.I Program Pasca Sarjana Program Doktor Ilmu Manajemen. Jakarta. Payne, A. 2004. The Essence OF Service Marketing Pemasaran Jasa (Terjemahan Fandy Tjiptono). Edisi II. Penerbit Andi. Yogyakarta. Purwandren, A. S. 2008. Analisis Kepuasan Konsumen Terhadap Kebijakan Harga dan Saluran Distribusi di PT Semen Andalas Indonesia. Tesis Sekolah Pasca Sarjana Sumatera Utara. Medan. Putra, C. G. D. 2011. Analisis Kepuasan Pelanggan Pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Di Kabupaten Jembrana. Tesis. Program Studi Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Udayana. Denpasar. Riduwan. 2010. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung, Alfabeta Samputra, P. L. 2005. Analisis Kepuasan Distributor Pocari Sweat PT Amerta Indah Otsuka. Tesis. Program Studi Magister Manajemen Agribisnis Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sameto, H. 2004. Proses pembuatan marketing plan. PT. Gramedia Pustaka Hutama. Jakarta. Sofyan. 2006. Strategi Kemitraan dalam Saluran Distribusi untuk Meningkatkan Kinerja Bisnis: Studi Empiris kemitraan ternak boiler di Semarang, Kudus dan Salatiga. Tesis. Program Studi Magister Manajemen Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Semarang. Solimun. 2002. Structural Equetion Modeling, Lisrel dan Amos. Pascasarjana Univeritas Brawijaya. Malang. Sudarmadi. 2004. Kebangkitan Tak Terduga Pocari Sweat. http://www.swa.co.id Sudarmanto, R. G. 2005. Analisis Regresi Linear Ganda dengan SPSS. Graha Ilmu. Yogyakarta. Sudjana. 2000. Metode Statistik, Tarsito: Bandung. Sugiyono. 2001. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung. Sugiyono. 2002. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung. Tjiptono, F. 2002. Strategi Pemasaran. Edisi Kedua. Andi. Yogyakarta. Tjiptono, F. 2004. Manajemen Jasa, Edisi Ketiga. Andi. Yogyakarta. Tjiptono, F. 2011. Service Management. Mewujudkan Layanan Prima. Edisi Kedua. Andi. Yogyakarta. Waryanto, B. dan Millafati, Y. A. 2006. Transformasi Data Skala Ordinal dengan Menggunakan Makro
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta. Asir, M. 2011. Pengaruh Saluran Distribusi, Kualitas Produk dan Kebijakan Harga terhadap Kepuasan Pelanggan: Studi Kasus PT. Centa Brasindo Abadi. Jurnal Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin. Makassar. Dinawan, M. R. 2010. Analisis Faktor–faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian. (Studi kasus pada konsumen Yamaha Mio PT Harpindo Jaya Semarang. Tesis. Program Studi Magister Manajemen Universitas Diponegoro. Semarang. Gerson, R. F. 2001. Mengukur Kepuasan Pelanggan: Panduan menciptakan pelayanan bermutu. Penerbit PPM. Jakarta. Hermanto, A. W. 2008. Analisa Tingkat Kepuasan Konsumen Terhadap Pelayanan Terminal Peti Kemas Semarang. Tesis. Magister Teknik Sipil Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Semarang. Hendry. 2010. Analisis Jalur (Path Analysis) Bagian 1. http://teorionline.wordpress.com/profil-pustaka/ Kotler, P. and Keller. 2006. Manajemen Pemasaran 12e (Marketing Management 12e), Edisi Bahasa Indonesia, Prenhallindo, Jakarta. Kotler, P. dan Keller, K. L. 2010. Manajemen Pemasaran, Jilid 1, Edisi Ketiga belas, Penerbit Erlangga, Jakarta Kresnamutri dan Putri. 2011. Pengaruh Kualitas Produk dan Citra Merek terhadap Loyalitas Konsumen pada Produk Oli Federal di Wilayah Jakarta Timur (studi kasus pada bengkel resmi Ahass 2657 dewi sartika). Jurnal EconoSains Vol X, No. 1. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta. Jakarta. Kusumowardani. 2001. Hubungan Kewenangan dan Kemitraan terhadap Efektifitas Saluran Distribusi Bahan Bakar Minyak Tanah (studi kasus: Rayon V Pertamina UPPDN IV cabang Yogyakarta). Tesis. Program Studi Magister Manajemen Universitas Diponegoro. Semarang. Husein, U. 2009, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tenis Bisnis. Edisi Kedua, Rajawali Press. Jakarta. Iqbal, H. 2008. Pokok-pokok Materi Statistik 2 (Statistik Infresif). Bumi Aksara. Jakarta. Lubis, K. A. 2008. Pengaruh Pelatihan dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan PT. Perkebunan Nusantara IV Medan. Ilmu Manajemen, Program Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara. Medan. Priadana, M. S. dan Muis, S. 2009. Metodoogi Penelitian Ekonomi & Bisnis. Graha Ilmu. Yogyakarta. Mulyono, B. H. 2008. Analisis Pengaruh Kualitas Produk Dan Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan Konsumen (Studi Kasus Pada Perumahan Puri Mediterania Semarang. Tesis. Program Studi Magister Manajemen Universitas Diponegoro. Semarang. Musanto, T. 2004. Faktor-Faktor Kepuasan Pelanggan dan Loyalitas Pelanggan: Studi Kasus pada CV. Sarana Media Advertising Surabaya. Jurnal Manajemen &
25
Minitab. Jurnal pada Pusat Data dan Informasi Pertanian. Bogor. Wijaya, A. 2012. Industri Keramik: Berpeluang Tumbuh 13%, Terkerek Pesatnya Bisnis Properti. http://en.bisnis.com/articles/ Yazid. 2008. Pemasaran Jasa dan Konsep Implementasi, Cetakan Keempat Fakultas Ekonomi UII. Yogyakarta.
26
Jurnal Wikara National Economic and Social Research Development, Vol 2 No 1 Juni 2014 ISSN : 2354-9416 Hal 27-37 “ANALISIS PENGHAPUSAN PIUTANG TAK TERTAGIH TERHADAP LAPORAN LABA RUGI PADA PT. BANK CENTRAL ASIA, TBK.” Oleh : MEGA SUKMAWATI, SE. Program Studi Akuntansi, STIE Wibawa Karta Raharja Abstrak - Dalam penulisan skripsi ini dilatarbelakangi dengan bagaimana manajemen perbankan mengelola penyaluran kredit yang menimbulkan piutang sehingga dapat menghasilkan laba yang maksimal. Tidak ada satupun dari perusahaan yang mengharapkan bahwa dari sekian banyaknya debitur terdapat sebagian yang tidak memenuhi kewajibannya walaupun dalam proses pemberian kredit telah diteliti sebaik-baiknya. Piutang yang telah jatuh tempo dan tidak terbayarkan maka akan menimbulkan piutang tak tertagih bagi PT. Bank Central Asia, Tbk. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode pengujian hipotesis asosiatif yang merupakan dugaan tentang adanya hubungan antar variabel dalam populasi yang diuji melalui hubungan antar variabel dalam sampel yang diambil dari populasi tersebut. Sumber data yang digunakan berupa laporan keuangan diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara, yaitu melalui website resmi pada PT. Bank Central Asia, Tbk. PT. Bank Central Asia, Tbk telah membuat laporan penghapusan piutang tak tertagih berdasarkan kolektibilitas kredit yaitu dengan mengelompokkan kelancaran dan ketidaklancaran pengembalian kredit baik pokok maupun pinjamannya kemudian terbentuk cadangan kerugian piutang yang akan dibebankan pada akhir periode untuk mengakomodasikan kemungkinan piutang tak tertagih. PT. Bank Central Asia, Tbk. dapat mengetahui piutang tak tertagih yang dihapuskan pada periode tertentu sehingga dapat mengambil kebijakan keuangan yang tepat untuk meningkatkan laba bersih perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa tidak terdapat korelasi (hubungan) antara variabel Penghapusan Piutang Tak Tertagih dengan Laporan Laba Rugi dan variabel Penghapusan Piutang Tak Tertagih tidak berpengaruh signifikan terhadap Laporan Laba Rugi. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Penghapusan Piutang Tak Tertagih (Kredit) PT. Bank Central Asia, Tbk. selama periode 2008 hingga 2012 tidak mempengaruhi Laba Bersih yang setiap tahunnya terus mengalami peningkatan. PT. Bank Central Asia, Tbk dapat dikatakan telah efektif dan efisien dalam penyaluran kredit untuk terus meningkatkan laba bersih perusahaan. Kata Kunci : Piutang Tak Tertagih, Laporan Laba Rugi Abstract - In writing this essay is motivated by how banks manage credit management which raises receivables so as to generate maximum profit. None of the companies that expect that of so many debtors are some who do not fulfill their obligations even in the credit granting process has been investigated as well as possible. Receivables are past due and not paid it will cause bad debts to PT. Bank Central Asia Tbk. The method used in this research is the method of hypothesis testing is associative allegations about the relationship between variables in the population being tested through the relationship between variables in a sample drawn from the population. Source of data used in the form of financial statements obtained indirectly through an intermediary medium, namely through the official website at. Bank Central Asia Tbk. PT. Bank Central Asia Tbk has made statements doubtful receivables based credit collectibility is to classify the smoothness and credit repayment ketidaklancaran both principal and loan loss reserve accounts then formed which will be charged at the end of the period to accommodate the possibility of doubtful accounts. PT. Bank Central Asia Tbk. can know bad debts are written off at a certain period so that it can take the appropriate financial policies to increase the company's net profit. Based on the results of this research is that there is no correlation (correlation) between variables Elimination of Doubtful the Income Statement and variable Elimination of Doubtful no significant effect on the Income Statement. Based on these results, it can be concluded that the Elimination of Doubtful Accounts (Credit) PT. Bank Central Asia Tbk. during the period 2008 to 2012 did not affect Net Income each year continues to increase. PT. Bank Central Asia Tbk can be said to have an effective and efficient in lending to continue to increase the company's net profit. Keywords: Doubtful Accounts, Income Statement
27
masyarakat, perorangan atau badan usaha untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya seperti kebutuhan untuk membeli rumah, mobil atau motor ataupun untuk meningkatkan produksi usahanya mengingat modal yang dimiliki perusahaaan ataupun perorangan tidak cukup untuk mendukung peningkatan usahanya. Usaha perbankan sebagaimana diketahui bukanlah badan usaha biasa seperti halnya perusahaan yang bergerak dibidang perdagangan dan jasa, melainkan suatu badan usaha yang bergerak di bidang jasa keuangan. Bank mempunyai kegiatan usaha khusus seperti yang diatur dalam Pasal 6 dan Pasal 17 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (selanjutnya disebut Undang- Undang Perbankan), Yaitu: a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa Giro, Deposito berjangka, Deposito, Tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu, b. Memberikan kredit, c. Melakukan kegiatan valuta asing dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Perbankan dalam memberikan kredit harus benar-benar teliti, sebab dalam hal ini perbankan memberikan kepercayaan kepada debitur untuk mengembalikan uang yang diterima bank dari orang-orang yang percaya kepada bank dengan menyimpan uangnya di bank sehingga pihak bank dalam memberikan kredit harus melakukan pemeriksaan terhadap calon debiturnya. Kredit dari segi ekonomi berarti suatu kegiatan memberikan nilai ekonomi yang sama akan dikembalikan kepada kreditur (bank) setelah jangka waktu tertentu sesuai kesepakatan yang telah disetujui kreditur (bank) dengan debitur. Sebagai keuntungan bagi pihak kreditur karena telah memberikan nilai ekonomi tersebut maka kreditur (bank) menerima pembayaran bunga dari debitur. Perbankan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan kredit memperoleh sumber dana dari masyarakat, sehingga sumber dana perbankan yang disalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredittersebut bukan dana milik bank sendiri, namun dana yang berasal dari masyarakat. Hal ini menyebabkan perbankan dalam melakukan penyaluran kredit harus melakukannya dengan prinsip kehati-hatian melalui analisis yang akurat dan mendalam, penyaluran kredit yang tepat dan pengawasan kredit yang ketat, serta perjanjian kredit yang sah menurut hukum pengikatan jaminan yang kuat dan administratif perkreditan yang teratur dan lengkap. Semua tindakan tersebut semata-mata bertujuan agar kredit yang disalurkan oleh pihak bank kepada masyarakat dapat kembali tepat waktu dan sesuai dengan perjanjian kreditnya.
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perbankan memegang peranan yang sangat penting dalam menggerakkan roda perekonomian suatu negara baik sebagai sumber permodalan maupun sebagai perantara keuangan (Financial Intermediary) dari dua pihak, yakni pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana. ―Pada awal perkembangannya, kegiatan operasional perbankan yaitu sebagai tempat penitipan uang atau yang disebut sekarang ini kegiatan simpanan. Kemudian kegiatan perbankan berkembang dengan kegiatan peminjaman uang yaitu dengan cara uang yang semula disimpan oleh masyarakat, oleh perbankan dipinjamkan kembali ke masyarakat yang membutuhkan‖ Kasmir (2007: 15). Ini sesuai dengan definisi bank secara umum, yaitu suatu lembaga keuangan yang mempunyai peranan sebagai tempat menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Ekonomi masyarakat akan tumbuh dan berkembang sejalan dengan perkembangan dan kemajuan bank dalam menciptakan produk dan jasa-jasa keuangan untuk melayani kebutuhan masyarakat. Bank dituntut untuk dapat melihat dan memprediksi arah perekonomian dimasa depan sebagai acuan untuk dapat tumbuh dan berkembang dalam persaingan bisnis yang sehat, sekaligus sebagai penyandang dana keuangan bagi para pelaku bisnis, baik yang berskala lokal, nasional, maupun internasional. Usaha-usaha pokok perbankan diupayakan agar tetap berjalan dengan baik dan lancar serta didasarkan pada prinsip saling percaya antara bank dengan masyarakat selaku pihak ketiga yang menyerahkan dananya untuk selanjutnya dikelola lebih produktif. Hal tersebut sesuai dengan fungsi bank yang dijelaskan Kasmir (2007:3): ―Bank berfungsi sebagai perantara keuangan, maka dalam hal ini faktor kepercayaan dari masyarakat merupakan faktor utama dalam menjalankan bisnis perbankan‖. Berdasarkan hal tersebut maka masalah yang dihadapi oleh setiap bank adalah bagaimana cara pengumpulan dana dari masyarakat, kemudian mengelolanya secara tepat dana tersebut agar dapat memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak. Sehingga tingkat kepercayaan masyarakat akan sangat tergantung pada baik buruknya kondisi perusahaan tersebut, hal ini dapat dilihat dari salah satu kinerja perusahaan tersebut dalam aspek keuangan perusahaan yang bersangkutan. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia telah berdampak pada terpuruknya fondasi perekonomian bangsa. Hampir semua segi kehidupan ekonomi terkena imbas dari krisis tersebut. Salah satunya adalah sektor perbankan yang banyak disoroti di era krisis pada waktu itu. Perbankan adalah salah satu sumber dana bagi
28
Kegiatan perkreditan adalah risk asset bagi bank karena asset diberikan kepada para debitur selalu ada risiko berupa kredit tidak kembali tepat pada waktunya yang dinamakan kredit bermasalah. Banyak terjadi kredit yang diberikan menjadi bermasalah yang disebabkan berbagai alasan, misalnya usaha yang dibiayai dengan kredit mengalami kebangkrutan atau menurunnya omset penjualan, krisis ekonomi, kalah bersaing ataupun kesengajaan debitur melakukan penyimpangan dalam penggunaan kredit seperti untuk membiayai usaha yang tidak jelas masa depannya, sehingga mengakibatkan sumber pendapatan usaha tidak mampu untuk mengembangkan usahanya dan akhirnya mematikan usaha debitur. Kondisi dimana kredit yang telah disalurkan bank kepada masyarakat dalam jumlah besar ternyata tidak dibayar kembali kepada pihak bank oleh debitur tepat pada waktunya sesuai perjanjian kreditnya yang meliputi; pinjaman pokok dan bunga menyebabkan kredit dapat digolongkan menjadi non perfoming loan (selanjutnya disingkat menjadi NPL) atau kredit bermasalah. Banyaknya NPL akan berakibat pada terganggunya likuiditas bank yang bersangkutan. Dengan adanya kredit bermasalah maka bank tengah menghadapi resiko usaha bank jenis resiko kredit (default risk) yaitu resiko akibat ketidakmampuan nasabah debitur mengembalikan pinjaman yang diterimanya dari bank beserta bunganya sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan. Seperti sudah disebut sebelumnya bahwa dengan adanya kredit bermasalah, bank tengah menghadapi default risk. Kredit bermasalah selalu ada dalam kegiatan perkreditan bank, karena bank tidak mungkin menghindari adanya kredit bermasalah, bank hanya berusaha menekan seminimal mungkin besarnya kredit bermasalah agar tidak melebihi ketentuan Bank Indonesia sebagai pengawas perbankan. Sehingga dapat meminimalisasi penghapusan piutang tak tertagih dan memaksimalkan laba bersih yang merupakan hasil akhir dari laporan laba rugi pada bank tersebut. Berdasarkan pemikiran tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penyusunan skripsi ini dengan judul “PENGARUH PENGHAPUSAN PIUTANG TAK TERTAGIH TERHADAP LAPORAN LABA RUGI PADA PT. BANK CENTRAL ASIA, Tbk”.
Bank Central Asia, Tbk. selama periode tahun 2008 - 2012? 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian Dalam penelitian ini, penulis mempunyai maksud dan tujuan adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui besarnya penghapusan piutang tak tertagih pada PT. Bank Central Asia, Tbk. selama periode tahun 2008 - 2012. 2. Untuk mengetahui pengaruhnya penghapusan piutang tak tertagih terhadap laporan laba rugi pada PT. Bank Central Asia, Tbk. selama periode tahun 2008 - 2012. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Piutang Piutang adalah tagihan yang ditujukan baik itu kepada individu-individu maupun kepada perusahaan lain yang akan diterima dalam bentuk kas menurut Slamet Sugiri (2009:43). Piutang menurut Al Haryono Jusup (2005:52) merupakan hak untuk menagih sejumlah uang dari si penjual kepada si pembeli yang timbul karena adanya suatu transaksi. Dalam arti luas Piutang didefinisikan oleh Smith, Skousen, and Stice dalam bukunya Accounting Intermediate (1995:290), sebagai berikut: "In its broadest sense, the term receivable is applicable to all claims against other for money, goods, or services. For accounting purposes, however, the term is generally employed in a narrower sense to designate claims expected to be settled by the receipt of cash." Menurut Drs. M. Munandar, dalam bukunya Pokok-Pokok Intermediate Accounting (1996:77) mendefinisikan Piutang sebagai : "tagihan perusahaan kepada pihak lain yang nantinya akan dimintakan pembayarannya jika sudah sampai pada waktunya." Berdasarkan pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa piutang/receivable meliputi tuntutan (claim) pada pihak ketiga baik dalam bentuk uang, barang atau jasa. Dalam akuntansi istilah piutang hanyalah digunakan untuk tuntutan (claim) dari pihak ketiga yang diharapkan akan diperoleh dalam bentuk uang selama kegiatan normal dari perusahaan. 2.2. Piutang Tak Tertagih Piutang tak tertagih timbul karena adanya resiko piutang yang tidak dapat terbayar oleh debitur perusahaan karena berbagai alasan, misalnya pailit/bangkrut, force major, karakteristik pelanggan, dsb. Semakin banyak piutang yang diberikan maka semakin banyak pula jumlah piutang yang tak terbayar.
1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah tersebut, maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana besarnya penghapusan piutang tak tertagih pada PT. Bank Central Asia, Tbk. selama periode tahun 2008 - 2012? 2. Bagaimana pengaruhnya penghapusan piutang tak tertagih terhadap laporan laba rugi pada PT.
29
dasar pengalaman. Adapun pencatatan kerugian piutang tersebut adalah sebagai berikut: Tanggal Akun Ref Db Cr Beban Kerugian Piutang xxx Cadangan Kerugian Piutang xxx 2. Atas dasar jumlah piutang Berdasarkan metode ini, maka piutang akan didasarkan pada jenis-jenis cadangan sebagai berikut: a. Cadangan kerugian piutang dinaikkan hingga persentase tertentu dari total piutang. b. Penentuan jumlah kerugian piutang dihitung dari analisa umur piutang.
2.3. Metode Penghapusan Piutang Ada dua metode cara memperlakukan piutang tak tertagih, sebagai berikut: 1. Metode Langsung Metode yang menggunakan cara penghapusan langsung terhadap piutang yang benar-benar sudah diketahui tidak akan dapat dibayar. Dalam metode ini, kerugian piutang dan penghapusan piutang terjadi bersamaan yaitu ketika debitur menyatakan atau dinyatakan tidak mampu membayar, dengan kata lain perusahaan akan melakukan pencatatan penghapusan piutang ketika debitur tidak mampu membayar utangnya dan pada setiap akhir periode tidak dibuat taksiran piutang yang tidak dapat tertagih. Apabila diketahui terdapat piutang yang tidak bisa ditagih maka dibuat jurnal sebagaimana dapat dilihat sebagai berikut: Tanggal Akun Ref Db Cr Beban Kerugian Piutang xxx Piutang xxx 2. Metode Cadangan Metode yang menggunakan cara penghapusan tidak langsung, yaitu cara cadangan atau penyisihan dalam perhitungan piutang yang tidak dapat ditagih. Dalam metode ini, setiap akhir tahun dilakukan penaksiran dari jumlah piutang yang kemungkinan tidak dapat ditagih untuk dibentuk akun cadangan kerugian piutang, dengan mendebet beban kerugian piutang dan mengkredit cadangan kerugian piutang, adapun jurnalnya adalah: Beban Kerugian Piutang xxx Cadangan Kerugian Piutang xxx Jika debitur menyatakan tidak dapat membayar piutang dan oleh perusahaan diadakan penghapusan, maka dilakukan pencatatan jurnal penghapusan piutang dengan mengurangkan cadangan yang sudah dibentuk, adapun jurnalnya adalah: Cadangan Kerugian Piutang xxx Piutang xxx Jika debitur yang piutangnya sudah dihapuskan menyatakan bersedia melunasinya, maka rekening piutangnya akan diaktifkan kembali dengan jurnal sebagai berikut: Piutang xxx Cadangan Kerugian Piutang xxx Jika debitur yang piutangnya sudah dihapuskan, melunasi utangnya, maka dibuat jurnal sebagai berikut: Kas xxx Piutang xxx
2.4. Laporan Laba Rugi Laporan Laba Rugi merupakan suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya, rugi laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode tertentu. (Munawir, 2007:26). Bank menyajikan laporan laba rugi dengan mengelompokkan pendapatan dan beban menurut karakteristiknya agar dapat memberikan gambaran mengenai hasil usaha bank dalam suatu periode tertentu. Laporan laba rugi bank disusun dalam bentuk berjenjang (multiple step) yang menggambarkan pendapatan atau beban yang berasal dari kegiatan utama bank dan kegiatan lainnya. Didalam PSAK No.31 tentang Perbankan menjelaskan: Cara penyajian laporan laba rugi bank antara lain wajib memuat secara rinci unsur pendapatan dan beban, unsur pendapatan dan beban harus dibedakan antara pendapatan beban yang berasal dari kegiatan operasional dan non operasional. Dengan memerhatikan ketentuan yang diatur dalam PSAK lainnya, penyajian pada laporan laba rugi atau pengungkapan pada catatan atas laporan keuangan mencakup, tetapi tidak terbatas pada unsur-unsur pendapatan dan beban berikut: 1. Pendapatan bunga; 1. Beban bunga; 2. Pendapatan komisi; 3. Beban provisi dan komisi; 4. Keuntungan atau kerugian penjualan efek; 5. Keuntungan atau kerugian investsi efek; 6. Keuntungan atau kerugian transaksi valuta asing; 7. Pendapatan dividen; 8. Pendapatan operasional lainnya; 9. Beban penyisihan kerugian kredit dan aktiva produktif lainnya; 10. Beban administrasi umum; 11. Beban operasional lain. Jenis-jenis pendapatan utama dari operasi suatu bank, antara lain: adalah pendapatan bunga, pendapatan komisi dan provisi, serta pendapatan jasa lainnya. Setiap jenis pendapatan diungkapkan secara terpisah agar para pengguna dapat menilai kinerja bank. Pengungkapan tersebut merupakan pengungkapan tambahan disamping yang
Ada dua pendekatan yang dapat digunakan dalam metode ini, yaitu: 1. Atas dasar jumlah penjualan Dalam metode ini, kerugian piutang diperhitungkan berdasarkan persentase tertentu dari penjualan kredit, mengingat bahwa timbulnya kerugian piutang disebabkan oleh penjualan kredit. Besarnya persentase yang diterapkan tersebut atas
30
dipersyaratkan oleh PSAK 5: Pelaporan Informasi Keuangan Menurut Segmen. Jenis-jenis beban utama dari operasi suatu bank, antara lain: adalah beban bunga, beban komisi, beban penyisihan kerugian akibat produktif, beban yang terkait dengan penurunan nilai tercatat investasi dan beban administrasi umum. Setiap jenis beban diungkapkan secara terpisah agar para pemakai dapat menilai kinerja bank. Pos-pos pendapatan dan beban tidak boleh disalinghapuskan, kecuali yang berhubungan dengan transaksi lindung nilai dengan aktiva dan kewajiban yang saling dihapuskan. Saling hapus harus dilakukan secara hati-hati. Tidak semua pos dapat disalinghapuskan. Saling hapus yang tidak tepat menyulitkan pengguna laporan keuangan dalam memahami kinerja dari berbagai aktivitas bank dan tingkat imbal hasil yang diperoleh dari jenis-jenis aktiva tertentu. Pendapatan bunga dan beban bunga diungkapkan secara terpisah untuk memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai komposisi dan alasan perubahan nilai bersih bunga. Nilai bersih bunga merupakan selisih antara pendapatan bunga dan beban bunga. Manajemen dianjurkan mengungkapkan rata-rata tingkat bunga, rata-rata nilai aktiva yang menghasilkan bunga, dan rata-rata nilai kewajiban yang berbunga dalam periode yang bersangkutan. Apabila pemerintah menyediakan bantuan kepada bank berupa dana atau fasilitas kredit dengan tingkat bunga yang lebih rendah daripada tingkat bunga pasar maka manajemen dianjurkan mengungkapkan bantuan tersebut dan dampaknya terhadap laba bersih. Berikut ini merupakan unsur-unsur yang terdapat dalam laporan laba rugi berdasarkan pedoman Standar Khusus Akuntansi Perbankan Indonesia (SKAPI) yang dikutip oleh N. Lapoliwa dan Daniel S. Kuswandi (2000:28) sebagai berikut: 1. Pendapatan Operasional Pendapatan operasional terdiri dari pendapatan bunga karena pembiayaan kredit, pendapatan bunga pinjaman antar bank, pendapatan bunga karena penanaman surat berharga, pendapatan provisi, pendapatan atas L/C impor ataupun ekspor, pendapatan transaksi valas, pendapatan selisih kurs dan pendapatan operasional lainnya baik dalam bentuk rupiah maupun valas. 2. Pendapatan Non-Operasional Pendapatan non-operasional terdiri dari keuntungan penjualan aktiva tetap, pendapatan sewa, bunga antar kantor, dan pendapatan non-operasional lainnya baik dalam bentuk rupiah maupun valas. 3. Biaya Operasional
4.
Biaya operasional terdiri dari biaya bunga dari transaksi tabungan dan deposito berjangka, biaya jasa giro, biaya bunga dari kredit yang diterima, biaya premi asuransi, biaya overhead, biaya umum dan administrasi, biaya transaksi pasar modal, biaya penyusutan, hadiah, biaya penempatan dana antar bank, biaya promosi, biaya gaji,tunjangan dan bonus pegawai, dan biaya operasional lainnya. Biaya Non-Operasional Biaya non-operasional terdiri dari kerugian karena penjualan aktiva tetap, denda/sanksi, bunga antar kantor, dan biaya non-operasional lainnya.
METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah metode pengujian hipotesis asosiatif yang merupakan dugaan tentang adanya hubungan antar variabel dalam populasi yang akan diuji melalui hubungan antar variabel dalam sampel yang diambil dari populasi tersebut. Terdapat tiga macam bentuk hubungan antar variabel, yaitu hubungan simetris, hubungan sebab akibat (kausal) dan hubungan interaktif (saling mempengaruhi). Untuk mencari hubungan antara dua variabel atau lebih dilakukan dengan menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi merupakan angka yang menunjukkan arah dan kuatnya hubungan antar dua variabel atau lebih. Arah dinyatakan dalam bentuk hubungan positif atau negatif, sedangkan kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi. Hubungan dua variabel atau lebih dikatakan hubungan positif, bila nilai suatu variabel ditingkatkan, maka akan meningkatkan variabel yang lain, dan sebaliknya bila satu variabel diturunkan maka akan menurunkan nilai variabel yang lain. Hubungan dua variabel atau lebih dikatakan hubungan negatif, bila nilai satu variabel dinaikkan maka akan menurunkan nilai variabel yang lain, dan juga sebaliknya bila nilai satu variabel diturunkan, maka akan menaikkan nilai variabel yang lain. Kuatnya hubungan antar variabel dinyatakan dalam koefisien korelasi. Koefisien korelasi positif terbesar = 1 dan koefisien korelasi negatif terbesar = -1, sedangkan yang terkecil adalah 0. Bila hubungan antara dua variabel atau lebih itu mempunyai koefisien korelasi = 1 atau -1, maka hubungan tersebut sempurna. Dalam arti kejadiankejadian pada variabel yang satu akan dapat dijelaskan atau diprediksikan oleh variabel yang lain tanpa terjadi kesalahan (error). Semakin kecil koefisien korelasi, maka akan semakin besar error untuk membuat prediksi.
31
Dalam pengujian hipotesis tersebut digunakan test statistik parametrik. Tes statistik parametrik adalah suatu tes yang modelnya menetapkan adanya syarat-syarat tertentu tentang parameter populasi yang merupakan sumber sampel penelitian. Alasan penulis menggunakan parametrik karena variable terikatnya dihubungkan oleh variabel bebasnya dan juga untuk menghasilkan kesimpulan akhir yang lebih akurat. Pendekatan dalam penelitian ini adalah kuantitatif karena menurut pertimbangan penulis, statistik merupakan alat analisis yang akurat dan tingkat ketelitiannya sangat tinggi. Tahapan selanjutnya adalah observasi ke lokasi penelitian, hal ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data. Dalam pengumpulan data ini penulis menggunakan jenis data yaitu berupa data sekunder, karena data tersebut diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara seperti internet, dimana data dalam penelitian ini diperoleh melalui website resmi PT. Bank Central Asia, Tbk yaitu www.bca.co.id. Data yang diperlukan dalam penelitian ini berupa data tahunan dari Neraca dan Laporan Laba Rugi tahun 2008 hingga tahun 2012. Data diperoleh dengan tiga cara, yang pertama dengan menghitung dan menganalisis data tahunan berupa Neraca dan Laporan Laba Rugi tahun 2008 hingga tahun 2012; yang kedua adalah dengan melakukan observasi atau pengamatan terhadap perkembangan perusahaan yang dilakukan pada PT Bank Central Asia, Tbk. dan yang ketiga adalah dengan mengadakan tanya-jawab atau wawancara kepada pihak perusahaan secara langsung. Setelah semua data terkumpul, selanjutnya akan diolah pada BAB IV dan bentuk desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah experimental desain dengan paradigma desain dapat di gambarkan sebagai berikut : y : Variabel Terikat x : Variabel Bebas a : Intersep b : Koefisien Regresi Sedangkan bentuk konstelasi hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dapat digambarkan sebagai berikut : X : Penghapusan Piutang (Variabel Bebas) Y : Laporan Laba Rugi (Variabel terikat) r : Besarnya hubungan
Setelah semua diperoleh hasilnya kemudian mengambil kesimpulan dari penelitian tersebut dan penelitian yang telah dilakukan pun selesai. 3.2. Teknik Analisis Data Teknik analisis dan pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan program Microsoft Excel Statistic Package, sehingga diperoleh besar kecilnya parameter dan koefisien dan model di atas. Dengan demikian analisa statistik dapat diuji, apakah parameter dan koefisiennya signifikan atau tidak. Analisis pengujian tersebut meliputi Uji R Dan Uji t 1. Uji Koefisien Determinasi R Koefisien determinasi digunakan untuk menghitung seberapa besar variasi variabel dependen dapat di jelaskan oleh variabel independen. Nilai R mempunyai range antara 0-1. Semakin besar nilai R semakin dekat hubungan variabel terikat (dependen) dengan variabel bebas (independen), dengan kata lain model tersebut di anggap baik. Untuk menguji hipotesis yang kedua akan dianalisis dengan menggunakan analisa korelasi sebagai berikut :
rxy
. x
2
x
2
. y
2
y
2
Sumber : Sugiyono (2006:32) Keterangan : r = Koefisien Korelasi N = Jumlah tahun data X = Independent Variabel Y = Dependent Variabel 2. Uji t Statistik Dilakukan untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variabel independen secara individu terhadap variabel independen Pengujian hipotesis menggunakan uji dua pihak dengan tingkat keyakinan sebesar 95%. Distribusi yang digunakan adalah derajat kebebasan (n-k). Formulasi yang dipergunakan untuk menghitung uji t yaitu : t
r n2 1 r2
Jika rxy hasil perhitungan sudah didapat maka untuk membuktikan tingkat korelasi dicari dengan interprestasi berdasarkan koefisien korelasi atau nilai r sebagaimana dikemukakan oleh Suharimi Arikunto (2002:245) bahwa besarnya nilai r (korelasi) diinterprestasikan seperti tercantum pada tabel dibawah ini :
r X
. xy x y
Y
32
Tabel 1 Tabel Interprestasi Nilai r Besarnya nilai r
Interprestasi
Antara 0,800 sampai dengan 1,00
Tinggi / Sangat Kuat
Antara 0,600 sampai dengan 0,800
Cukup / Kuat
Antara 0,400 sampai dengan 0,600
Agak rendah / Cukup Kuat
Antara 0,200 sampai dengan 0,400
Rendah / Lemah
Antara 0,000 sampai dengan 0,200
Sangat rendah (tak berkorelasi) H0 : variabel penghapusan piutang tak tertagih (kredit) tidak mempengaruhi laporan laba rugi. HA : variabel penghapusan piutang tak tertagih (kredit) mempengaruhi laporan laba rugi secara nyata. Dengan kriteria: - Jika thitung > ttabel, maka H0 di tolak sedangkan Ha di terima. - Jika thitung < ttabel, maka H0 di terima sedangkan Ha ditolak.
3.5. Hipotesis Statistik Berdasarkan penelitian di atas penulis mengambil suatu hipotesis bahwa penghapusan piutang tak tertagih (kredit) akan mempengaruhi terhadap laporan laba rugi dimana setiap peningkatan atau penurunan yang terjadi atas jumlah penghapusan piutang tak tertagih (kredit), mempengaruhi terhadap besarnya hasil akhir laporan laba rugi, dan ada hubungan yang positif menurut pendekatan regresi. Hipotesis yang dipergunakan atas permasalahan yang telah dirumuskan sebagai berikut :
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Penghapusan Piutang Tak Tertagih (Kredit) Tabel 2 Perbandingan Penghapusan Piutang (Kredit) Periode 2008 - 2012 (dalam miliar rupiah) Periode Piutang (Kredit)
2008
2009
2010
2011
2012
Penghapusan Piutang
147
345
260
542
447
Loans Recovery
(13)
(61)
(62)
(30)
(48)
Total
134
284
198
512
399
Sumber: Laporan Keuangan PT Bank Central Asia, Tbk. (Data diolah kembali) Berdasarkan Tabel 4.1 di atas, dapat diketahui Penghapusan Kredit PT. Bank Central Asia, Tbk. pada tahun 2008 Penghapusan kredit sebesar Rp 147 Milyar dan pelunasan kembali sebesar Rp 13 Milyar sehingga total Penghapusan Kredit berkurang menjadi Rp 134 Milyar, pada tahun 2009 Penghapusan kredit sebesar Rp 345 Milyar dan pelunasan kembali sebesar Rp 61 Milyar sehingga total Penghapusan Kredit berkurang menjadi Rp 284 Milyar dan mengalami kenaikan sebesar 111,9% dari tahun sebelumnya, pada tahun 2010 Penghapusan kredit sebesar Rp 260 Milyar dan pelunasan kembali sebesar Rp 62 Milyar
sehingga total Penghapusan Kredit berkurang menjadi Rp 198 Milyar dan mengalami penurunan sebesar 30,3% dari tahun sebelumnya, pada tahun 2011 Penghapusan kredit sebesar Rp 542 Milyar dan pelunasan kembali sebesar Rp 30 Milyar sehingga total Penghapusan Kredit berkurang menjadi Rp 512 Milyar dan mengalami kenaikan yang cukup signifikan sebesar 158,6% dari tahun sebelumnya, dan pada tahun 2012 Penghapusan kredit sebesar Rp 447 Milyar dan pelunasan kembali sebesar Rp 48 Milyar sehingga total Penghapusan Kredit berkurang menjadi Rp 399
33
Milyar dan mengalami penurunan sebesar 22,1%
dari tahun sebelumnya.
4.2. Laba Bersih Periode Tahun 2008 - 2012 Tabel 3 Analisis Laba Bersih Periode 2008 - 2012 (dalam jutaan rupiah) Ikhtisar Laba Rugi Laba Bersih
Periode 2008
2009
2010
2011
2012
5,776,139
6.807.242
8.479.273
10.585.687
11.974.418
Sumber: Laporan Keuangan PT Bank Central Asia, Tbk. (Data diolah kembali) Berdasarkan Tabel 4.2 di atas, dapat diketahui Laba Bersih PT. Bank Central Asia, Tbk cenderung mengalami perkembangan positif setiap tahunnya. Pada periode 2008 - 2009 mengalami kenaikan sebesar Rp 1.031.103 juta atau sebesar 17,85%, pada periode 2009 - 2010 mengalami kenaikan sebesar Rp 1.672.031 juta atau sebesar 24,56%, pada periode 2010 - 2011 mengalami kenaikan sebesar Rp 2.106.414 juta atau sebesar 24,84%, dan
pada periode 2011 - 2012 mengalami kenaikan sebesar Rp 1.388.731 juta atau sebesar 13,11%. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih cenderung mengalami kemajuan di setiap tahunnya, dan ini adalah salah satu prestasi perusahaan dalam usaha memajukan perusahaan.
4.3. Perhitungan Rasio Penghapusan Piutang Terhadap Kredit Bermasalah.
Tahun
Tabel 4.3 Perhitungan Rasio Penghapusan Piutang (Kredit) Terhadap Kredit Bermasalah (NPL) Periode 2008 - 2012 (dalam miliar rupiah) Penghapusan Piutang Kredit (Kredit) Bermasalah (a) (b)
Rasio (a/b x 100%)
2008
134
675
19,9%
2009
284
896
31,7%
2010
198
989
20%
2011
512
987
51,9%
2012
399
983
40,6%
Sumber: Laporan Keuangan PT Bank Central Asia, Tbk. (Data diolah kembali) Berdasarkan Tabel 4.3 di atas, Rasio Penghapusan Piutang (Kredit) terhadap Kredit Bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) dimana Penghapusan Piutang (Kredit) dibagi Kredit Bermasalah atau Non Performing Loan
(NPL) dikali 100%. Pada tahun 2008 Rasio Penghapusan Piutang (Kredit) terhadap NPL sebesar 19,9%, pada tahun 2009 Rasio Penghapusan Piutang terhadap NPL sebesar 31,7%, pada tahun 2010 Rasio Penghapusan Piutang
34
terhadap NPL sebesar 20%, pada tahun 2011 Rasio Penghapusan Piutang terhadap NPL sebesar 51,9% dan pada tahun 2012 Rasio Penghapusan Piutang terhadap NPL sebesar 40,6% dimana setiap tahunnya cenderung mengalami perubahan.
mengetahui ada atau tidaknya pengaruh penghapusan piutang tak tertagih terhadap laporan laba rugi. 4.4.1. Uji Korelasi Dalam penelitian ini terbagi menjadi dua variabel yakni variabel bebas (X) adalah Penghapusan Piutang Tak Tertagih (kredit) serta variabel terikat (Y) adalah Laporan Laba Rugi. Untuk menghitung besar pengaruh antara kedua variabel Penghapusan Piutang Tak Tertagih (X) terhadap Laporan Laba Rugi (Y) melalui uji analisis dengan menghitung Koefisien Korelasi menggunakan Rumus Product Moment. Data dan Perhitungan koefisien antara Penghapusan Piutang Tak Tertagih (X) dengan Laporan Laba Rugi (Y) periode tahun 2008 2012.
4.4. Pembahasan PT. Bank Central Asia, Tbk berusaha untuk menekan kerugian perusahaan dan memaksimalkan laba bersih perusahaan. Dalam kredit, PT. Bank Central Asia, Tbk berusaha menekan penghapusan piutang tak tertagih sehingga dapat memaksimalkan laba bersih perusahaan. Penulis mengadakan penelitian di PT. Bank Central Asia, Tbk untuk meneliti ada atau tidaknya pengaruh penghapusan piutang tak tertagih terhadap laporan laba rugi. Dalam Pembahasan ini, penulis melakukan penelitian dengan uji korelasi dan uji hipotesis untuk
rxy
. xy x y
. x
2
x
2
. y
2
y
2
Tabel 4.4.1 Perhitungan Koefisien Korelasi Antara Penghapusan Piutang Tak Tertagih (X) terhadap Laporan Laba Rugi (Y) Periode Tahun 2008 – 2012 (dalam miliar rupiah) x
y
(X − x)
(Y − y)
5.776
-171,4
284
6.807
2010
198
2011
x2
y2
(x.y)
-2948,4
29.377,96
8.693.062,56
505.355,76
-21,4
-1917,4
457,96
3.676.422,76
41.032,36
8.479
-107,4
-245,4
11.534,76
60.221,16
26.355,96
512
10.586
206,6
1861,6
42.683,56
3.465.554,56
384.606,56
2012
399
11.974
93,6
3249,6
8.760,96
10.559.900,16
304.162,56
Jumlah
Σ (X)
Σ (Y)
Σ (x)
Σ (y)
Σ (x2)
Σ (y2)
Σ (x.y)
1.527
43.622 0
0
92.815,2
26.455.161,2
1.261.513,2
x = 305,4
y = 8.724,4
Periode
X
Y
2008
134
2009
(Σ)
Berdasarkan jumlah-jumlah (Σ) tersebut dicari koefisien korelasi antara variabel (X) Penghapusan Piutang Tak Tertagih dengan variabel (Y) Laporan Laba Rugi, sebagai berikut:
rxy
nx
rxy
nxy x y
2
x
2
n.y
2
y
2
35
rxy
5.1261513 ,2 0 0
592815,2 0 526455161,20 2
6307566
(464076 ).(132275806 ) 6307566 rxy 6138602694 5256
2
(hubungan) antara variabel Penghapusan Piutang Tak Tertagih (X) dengan Laporan Laba Rugi (Y). Selanjutnya uji signifikansi t hitung (2,35) < t tabel (3,182) maka H o diterima dan H A ditolak, berarti variabel Penghapusan Piutang Tak Tertagih (X) tidak berpengaruh signifikan terhadap Laporan Laba Rugi (Y).
6307566 7834923 ,55 rxy 0,805
rxy
Dari perhitungan di atas diperoleh (r) sebesar 0,805 selanjutnya membandingkan nilai tersebut dengan nilai yang tertera pada tabel ―r‖ Product Moment untuk taraf signifikan 5% pada = 5 adalah 0,878 dengan demikian r hitung 0,805 < r tabel 0,878, maka tidak terdapat korelasi (hubungan) antara variabel Penghapusan Piutang Tak Tertagih (X) dengan laporan Laba Rugi (Y). Angka r sebesar 0,805 berada pada interval (0.800 – 1.000) artinya Penghapusan Piutang Tak Tertagih (X) dengan Laporan Laba Rugi tidak memiliki korelasi (hubungan) berkategori tinggi atau sangat kuat.
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah penulis lakukan mengenai Analisis Penghapusan Piutang Tak Tertagih terhadap Laporan Laba Rugi PT. Bank Central Asia, Tbk. selama periode tahun 2008 - 2012, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Analisis Penghapusan Piutang Tak Tertagih (Kredit) PT. Bank Central Asia, Tbk dari tahun 2008 - 2012 setiap tahunnya mengalami perubahan, perubahan itu berdasarkan penurunan dan kenaikan piutang tak tertagih (Kredit) yang dihapuskan per tahun selama 5 periode akuntansi. 2. Berdasarkan hasil uji korelasi dan uji hipotesis Penghapusan Piutang Tak Tertagih (Kredit) terhadap Laporan Laba Rugi pada PT. Bank Central Asia, Tbk dapat diketahui bahwa tidak terdapat korelasi (hubungan) antara variabel Penghapusan Piutang Tak Tertagih dengan Laporan Laba Rugi dan variabel Penghapusan Piutang Tak Tertagih tidak berpengaruh signifikan terhadap Laporan Laba Rugi.
4.4.2. Uji Hipotesis Untuk selanjutnya pula, perlu dilakukan uji hipotesis melalui uji signifikan ―t‖ hitung antara variabel x dan y sebagai berikut : H0 : variabel Penghapusan Piutang Tak Tertagih tidak mempengaruhi Laporan Laba Rugi. HA : variabel Penghapusan Piutang Tak Tertagih mempengaruhi Laporan Laba Rugi secara nyata. Dengan kriteria: - Jika thitung > ttabel, maka H0 di tolak sedangkan Ha di terima. - Jika thitung < ttabel, maka H0 di terima sedangkan Ha ditolak.
t hitung t hitung t hitung
5.2. Saran
r n2
Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka penulis memberikan saran kepada PT Bank Central Asia, Tbk sebagai berikut: 1. Penyaluran kredit sebagai salah satu komponen dalam industri perbankan agar selalu ditingkatkan dalam upaya meningkatkan pendapatan bunga tanpa mengabaikan prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit tersebut, agar tidak terjadi kredit bermasalah yang dapat meningkatkan kerugian bagi perusahaan dan menimbulkan peningkatan cadangan piutang tak tertagih sehingga menyebabkan Rasio Non Performing Loan (NPL) meningkat. 2. PT. Bank Central Asia, Tbk diharapkan dapat terus mempertahankan prestasinya sebagai bank umum yang memiliki Rasio Non Performing Loan (NPL) terendah di Indonesia, sehingga dapat terus meningkatkan laba bersih setiap tahunnya.
1 r2 0,805 3
1 0,648 0,805 .1,732
0,352 1,39426 t hitung 0,5933 t hitung 2,35 Karena t hitung (2,35) < t tabel (3,182) maka Ho diterima dan H A ditolak berarti variabel Penghapusan Piutang Tak Tertagih (X) tidak berpengaruh signifikan terhadap Laporan laba Rugi (Y). Dari perhitungan koefisien korelasi diperoleh (r) sebesar 0,805 selanjutnya membandingkan nilai tersebut dengan nilai yang tertera pada tabel ―r‖ Product Moment untuk taraf signifikan 5% pada = 5 adalah 0,878 dengan demikian r hitung 0,805 < r tabel 0,878, maka tidak terdapat korelasi
DAFTAR PUSTAKA Dendawijaya, Lukman. 2005. Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia. Drebin, Allan R. 1999. Akuntansi Keuangan Lanjutan, terj, Edisi kelima. Jakarta: Erlangga
36
Ghozali, Imam. 2000. Manajemen Risiko Perbankan. Semarang: Universitas Diponegoro. Harahap, Sofyan Syafri. 2011. Teori Akuntansi, Edisi Revisi 2011. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Kasmir. 2002. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Keenam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Kasmir. 2007. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Munawir, S. 2007. Analisa Laporan Keuangan, Edisi Keempat. Yogyakarta: Liberty. N. Lapoliwa, S. Daniel, Kuswandi. 2000. Akuntansi Perbankan. Jakarta: Institut Bankir Indonesia. Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta. Siamat, Dahlan. 1993. Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta: Intermedia. Sinungan, Muchdarsyah. 1992. Manajemen Dana Bank. Jakarta: Rineka Cipta. Warren, Carl S. 1999. Prinsip-prinsip Akuntansi, terj, Edisi kesembilanbelas. Jakarta: Erlangga. http://id.m.wikipedia.org/wiki/akuntansi_keuangan http://vinabkkpmu.wordpress.com/2013/03/29/aku ntansi-perbankan/ http://www.bca.co.id
37
Jurnal Wikara National Economic and Social Research Development, Vol 2 No 1 Juni 2014 ISSN : 2354-9416 Hal 38-55 “ANALISIA PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA STIE WIBAWA KARTA RAHARJA PURWAKARTA” Oleh : Drs.H. AEP RUSJAMAN KARTIWA, M.Si. Program Studi Manajemen, STIE Wibawa Karta Raharja Abstrak - Saat ini MSDM (manajemen sumber daya Manusia) dinilai sangat penting sebagai salah satu aspek berpengaruh dalam keberhasilan suatu perusahaan. MSDM merupakan suatu upaya pengintegrasian kebutuhan personil dengan tujuan organisasi, agar individu dapat memuaskan kebutuhannya sendiri walaupun bekerja untuk tujuan organisasi. Gaya kepemimpinan adalah pola perilaku konsisten yang diterapkan pemimpin dengan melalui orang lain, yaitu pola perilaku yang diperlihatkan pimpinan pada saat mempengaruhi orang lain, seperti dipersepsikan orang lain. Gaya kepemimpinan seorang pemimpin akan sangat mempengaruhi kondisi kerja, dimana akan berhubungan dengan bagaimana karyawan menerima suatu gaya kepemimpinan, senang atau tidak, suka atau tidak. Di satu sisi gaya kepemimpinan tertentu dapat menyebabkan peningkatan kinerja disisi lain dapat menyebabkan penurunan kinerja. Setelah melakukan penelitian analisis pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan pada STIE Wikara, diperoleh hasil bahwa gaya kepemimpinan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan pada STIE Wikara. Kata Kunci : Gaya Kepemimpinan, Kinerja Karyawan Abstract - Currently HRM (human resource management) is considered very important as one of the influential aspect in the success of a company. HRM is an effort to integrate the needs of personnel with the purpose of the organization, so that individuals can satisfy their own needs despite working for the organization's goals. Leadership style is a pattern of behavior that are applied consistently with the leaders through another person, namely a pattern of behavior that is shown when the leaders influence others, as perceived by others. Leader leadership style will greatly affect working conditions, which would relate to how employees receive a leadership style, happy or not, like it or not. On the one hand, certain leadership styles can lead to improved performance on the other hand can cause performance degradation. After doing research analyzes the influence of leadership style on employee performance in STIE Wikara, the results showed that leadership style does not significantly influence the performance of employees at STIE Wikara. Keywords: Leadership Style, Employee Performance
Gaya kepemimpinan adalah pola perilaku konsisten yang diterapkan pemimpin dengan melalui orang lain, yaitu pola perilaku yang diperlihatkan pimpinan pada saat mempengaruhi orang lain, seperti dipersepsikan orang lain. Gaya bukanlah soal bagaimana pendapat pemimpin tentang perilaku mareka sendiri dalam memimpin, tetapi bagaimana persepsi orang lain, terutama bawahannya, tentang perilaku pemimpinnya (Hersey dan Blanchard,1992). Melalui gaya kepemimpinan yang dimiliki seorang pemimpin, ia akan mentransfer beberapa nilai seperti penekanan kelompok, dukungan dari orang-orang/karyawan, toleransi terhadap resiko, kriteria pengupahan dan sebagainya. Pada sisi lain, pegawai akan membentuk suatu persepsi subyektif mengenai dasar-dasar nilai yang ada dalam organisasi sesuai dengan nilai-nilai yang ingin
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Dalam abad informasi seperti sekarang ini, modernisasi dan globalisasi adalah hal yang tak dapat terelakan lagi dalam semua aspek kehidupan, terutama bagi kehidupan perusahaan yang selalu ingin survive dan berkembang. Sebagai wujud nyata dari modernisasi dan globalisasi tersebut yaitu dengan adanya pengembangan dan penerapan teknologi yang semakin lama semakin canggih dan rumit serta semakin tingginya tingkat persaingan. Manusia sebagai anggota organisasi atau perusahaan dalam melakukan proses pekerjaan akan sangat dipengaruhi oleh kepribadian yang berbeda-beda, misalnya sifat, sikap, nilai-nilai, keinginan dan minat dan itu akan berpengaruh pada gaya kepemimpinanaya juga pada kinerja.
38
disampaikan pimpinan melalui gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan seorang pemimpin akan sangat mempengaruhi kondisi kerja, dimana akan berhubungan dengan bagaimana karyawan menerima suatu gaya kepemimpinan, senang atau tidak, suka atau tidak. Di satu sisi gaya kepemimpinan tertentu dapat menyebabkan peningkatan kinerja disisi lain dapat menyebabkan penurunan kinerja. Dalam usaha untuk mempertahankan dan meningkatkan kinerja karyawan menurut Rustandi (1987), sangat diperlukan seorang pemimpin yang menggunakan gaya kepemimpinan situasional, yaitu pemimpin yang selain mempunyai kemampuan pribadi, juga mampu membaca keadaan bawahannya serta lingkungan kerjanya. Dalam hal ini kematangan bawahan berkaitan langsung dengan gaya kepemimpinan yang tepat untuk diterapkan, agar pemimpin memperoleh ketaatan atau pengaruh yang memadai. Untuk itu pemimpin harus mampu menciptakan suasana kerja yang mendukung para bawahan untuk selalu berprestasi. Berdasarkan uraian diatas maka penelitian ini diberi judul Analisa Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan Pada STIE Wikara.
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Pengertian Kepemimpinan Kepemimpinan merupakan masalah yang sangat penting dalam manajemen dan organisasi. Bahkan ada yang mengatakan bahwa kepemimpinan merupakan jantung atau intinya manajemen dan organisasi. Menurut Harahap (1996:233), Kepemimpinan (Leadership) adalah proses mempengaruhi orang lain yang dimaksud untuk membentuk perilaku yang sesuai dengan kehendak kita. Sementara itu Kartono (1998:135) mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk memberikan pengaruh yang konstruktif kepada orang lain untuk melakukan usaha yang kooperatif dalam mencapai tujuan yang sudah direncanakan. Ada tiga implikasi penting dari definisi definisi kepemimpinan (Handoko,1986) yakni : 1. Kepemimpinan menyangkut orang lain, bawahan atau pengikut. Kesediaan mareka menerima pengarahan dari pimpinan, dimana para anggota kelompok membantu menentukan status/kedudukan pemimpin dan membuat proses kepemimpinan dapat berjalan. Tanpa bawahan, semua kualitas kepemimpinan seseorang akan menjadi tidak berarti. 2. Kepemimpinan menyangkut suatu pembagian kekuasaan yang tidak seimbang diantara para pemimpin dan anggota kelompok. Para pemimpin mempunyai wewenang untuk mengarahkan berbagai kegiatan para anggota kelompok, tetapi para anggota kelompok tidak dapat mengarahkan kegiatan-kegiatan pemimpin secara langsung, meskipun dapat juga melalui sejumlah cara namun tetap tidak seimbang. 3. Selain dapat memberikan pengarahan kepada bawahan atau pengikut, pemimpin dapat juga menggunakan pengaruh. Dengan kata lain, pemimpin tidak hanya dapat memerintahkan bawahan apa yang harus dilakukan tetapi juga dapat mempengaruhi bagaimana bawahan melaksanakan perintahnya. Pengambilan keputusan menjadi penting bagi kepemimpinan karena sebenarnya pemimpin adalah orang yang tugas utamanya memecahkan masalah untuk kemudian menentukan pilihan terbaik sebagai landasan berpijak. Sejalan dengan pengertian tersebut Gordon (1986) mengemukakan bahwa tugas seorang pemimpin adalah memecahkan masalah. Pengertian ini secara implisit memberikan pengertian bahwa pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang memiliki kemampuan dan keterampilan dalam memecahkan masalah. Kecakapan dalam membuat keputusan tentunya akan sangat mempengaruhi gaya kepemimpinannya. Selanjutnya Nawawi (1995) mengatakan bahwa kemampuan seseorang dalam
1.2. Perumusan Masalah Dari latar belakang permasalahan diatas maka dapatlah dirumuskan masalah utama yang terkait dalam tulisan ini, sebagai berikut : 1. Apakah gaya kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan STIE Wikara ? 1.3. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui gambaran gaya kepemimpinan dan kinerja karyawan STIE Wikara. 2. Untuk menjelaskan sejauh mana pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan. 3. Untuk mengetahui variabel dominan dari gaya kepemimpinan yang mempengaruhi kinerja karyawan STIE Wikara. 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan nantinya bisa memberikan masukan informatif kepada pimpinan STIE Wikara tentang gaya kepemimpinan situasional dalam kaitannya dengan kinerja karyawan dan diharapkan juga dapat memberikan masukan kepada berbagai pihak untuk lebih memahami gaya kepemimpinan dalam tugas dan pekerjaan.
39
mengendalikan bawahannya sehingga menjadi tim yang kompak juga ikut membentuk gaya kepemimpinan seseorang. Pengendalian di dalam kepemimpinan menunjuk pada aktivitas pemimpin dalam memberikan bimbingan dan pengarahan, mengkoordinasi kegiatan bawahan sekaligus mengawasinya. Jadi gaya kepemimpinan adalah pola perilaku pemimpin pada waktu mempengaruhi bawahan yang dipersepsikan oleh orang lain/bawahan. 2.1.2. Teori Kepemimpinan contingency Teori kepemimpinan adalah penggeneralisasian suatu seri perilaku pemimpin dan konsep-konsep kepemimpinannya dengan menonjolkan latar belakang historis, sebabmusabab timbulnya kepemimpinan. Pada umumnya teori kepemimpinan berusaha untuk menjelaskan dan menginterprestasikan tentang pemimpin dan kepemimpinan dengan mengemukakan beberapa segi antara lain: 1) Latar belakang sejarah pemimpin dan kepemimpinan Kepemimpinan muncul bersama-sama dengan adanya peradaban manusia, sejak jaman nabi-nabi dan nenek moyang manusia yang secara bersama-sama berkumpul untuk mempertahankan keberadaan hidupnya, melawan kebuasan binatang dan alam sekitarnya. Sejak saat itulah terjadinya kerja sama antara manusia dalam menaklukan alam sekitarnya dan terdapat unsur kepemimpinannya. Pada saat itu yang ditunjuk atau dijadikan sebagai pemimpin adalah pribadi atau sosok orang-orang yang paling kuat, cerdas dan berani di antara mereka. Secara ringkas dapatlah dikatakan bahwa kapan dan di manapun pemimpin dan kepemimpinan itu selalu diperlukan, terutama pada jaman modern seperti sekarang ini dan dimasamasa yang akan datang. 2) Sebab-sebab munculnya pemimpin Ada tiga teori yang menonjol dalam menjelaskan tentang munculnya pemimpin, yaitu: a) Teori genetis Teori ini menyatakan bahwa pemimpin itu tidak dibuat, melainkan dilahirkan sebagai pemimpin dengan bakat-bakat kepemimpinan yang alami yang dibawa sejak lahir, dan dia tidak ditakdirkan lahir menjadi pemimpin dalam situasi dan kondisi yang bagaimanapun juga. Jadi teori ini menekankan bahwa seseorang bisa menjadi pemimpin karena faktor keturunan. b) Teori sosial Teori ini berlawan dengan teori genetis karena teori ini menyatakan bahwa pemimpin itu bukan dilahirkan begitu saja, melainkan harus disiapkan, dididik, dan dibentuk. Setiap orang yang menjadi pemimpin adalah terbentuk dari usaha penyiapan dan pendidikan yang didorong oleh kemauan pribadi. Jadi teori ini lebih menekankan bahwa yang bisa jadi pemimpin ditentukan oleh kondisi faktor sosial.
c)
Teori ekologis atau sintetis Teori ini muncul sebagai reaksi dari kedua teori sebelumnya. Teori ini menyatakan bahwa seseorang akan sukses menjadi pemimpin jika dia memiliki bakat-bakat kepemimpinan sejak lahir dan bakat-bakat itu dikembangkan melalui pengalaman dan jalur pendidikan serta sesuai dengan tuntutan lingkungan atau ekologisnya. 3) Tipe dan gaya kepemimpinan Pemimpin itu mempunyai sifat, kebiasaan, tempramen, watak dan kepribadian tersendiri yang unik dan khas, sehingga tingkah laku dan gayanyalah yang membedakan dirinya dengan orang lain. Gaya kepemimpinan adalah suatu pola perilaku seseorang untuk memotivasi orang lain agar mereka mau bekerja sama untuk mencapai tujuan. Menurut Sondang P. Siagian tipe atau gaya kepemimpinan itu antara lain: a) Gaya kepemimpinan otokratik Otokrat berasal dari kata autos yang berarti sendiri dan kratos yang berarti kekuasaan, kekuatan. Jadi otokrat berarti penguasa absolut. Kepemimpinan otokratik biasanya mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan yang mutlak harus dipatuhi. Pemimpin seperti ini selalu ingin berperan sebagai seorang pemain tunggal, egoismenya sangat besar dan cenderung menganut nilai-nilai organisasional yang berkisar pada pembenaran segala cara yang ditempuh untuk mencapai tujuannya. Karena sifat egoismenya yang sangat besar, pemimpin seperti ini cenderung memperlakukan karyawan/bawahan sama dengan alat-alat lainnya dalam organisasi dan kurang menghargai harkat dan martabat manusia, lebih berorientasi pada pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa memperhatikan kepentingan dan kebutuhan para bawahannya. Dalam pengambilan keputusan dia tidak mengikut sertakan partisipasi dari para bawahan, melainkan keputusan diambil dan ditentukan sendiri. Pemimpin yang memiliki gaya kepemimpinan seperti ini akan selalu menuntut ketaatan penuh dari para bawahannya, menegakkan disiplin yang kaku dan bernada keras dalam memberikan perintah dan instruksi, serta selalu berada jauh dari kelompoknya sehingga tidak ada komunikasi yang baik dengan bawahannya. b) Gaya kepemimpinan demokratik Gaya kepemimpinan demokratik ini lebih menekankan pada partisipasi anggotanya daripada bertindak dan menentukannya sendiri. Peranannya selaku pimpinan dalam organisasional adalah sebagai koordinator dan integrator dari berbagai unsur dan komponen organisasi sehingga bergerak sebagai suatu totalitas, dan terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan dengan penekanan pada rasa tanggung jawab pada diri sendiri dan pekerjaan yang tinggi serta kerja sama yang baik. Kekuatan kepemimpinan demokratis ini bukan terletak pada individu pemimpin, melainkan
40
pada partisipasi aktif dari setiap anggota organisasi. Kepemimpinan demokratis sangat menghargai potensi setiap individu dan mau mendengarkan setiap keluhan, saran dan nasehat dari bawahan serta mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin pada saat-saat dan kondisi yang tepat. Kepemimpinan ini sering juga disebut sebagai kepemimpinan group developer karena memiliki sifat kreatif, dinamis, inovatif, mampu memberikan/melimpahkan wewenang dengan baik serta menaruh kepercayaan kepada bawahan dan lebih mengutamakan kesejahteraan, harkat dan martabat manusia. c) Gaya kepemimpinan bebas/laizzes faire Pada tipe dan gaya kepemimpinan seperti ini seorang pemimpin praktis tidak memimpin, karena dia membiarkan setiap orang dalam kelompoknya berbuat sekehendak mereka, pemimpin tidak berpartisipasi sedikitpun dalam kegiatan kelompoknya, semua pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan sendiri oleh bawahannya. Keberadaan pemimpin ini hanya sebagai simbol dan biasanya tidak memiliki keterampilan teknis serta kewibawaan, sehingga tidak bisa mengontrol anak buahnya dan tidak mampu melaksanakan koordinasi kerja serta tidak mampu menciptakan suasana atau iklim kerja yang kooperatif. d) Gaya kepemimpinan paternalistik Tipe atau gaya kepemimpinan ini banyak terdapat di lingkungan masyarakat yang masih bersifat tradisional, dan umumnya di masyarakat agraris. Popularitas pemimpin paternalistik di lingkungan masyarakat bisa saja disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kuatnya ikatan primodial, extended family system, kehidupan masyarakat yang komunalistik, peranan adat istiadat yang sangat kuat dalam kehidupan bermasyarakat, serta masih dimungkinkannya hubungan pribadi yang intim antara seorang anggota masyarakat dengan anggota masyarakat lainnya. Salah satu ciri utama dari masyarakat tradisional ini adalah rasa hormat yang tinggi yang ditujukan oleh para anggota masyarakat kepada orang tua atau orang yang dituakan. Dalam kehidupan organisasional persepsi seorang pemimpin yang paternalistik tentang peranannya diwarnai oleh harapan para pengikutnya kepadanya. Harapan itu pada umumnya berwujud keinginan agar pemimpin mereka mampu berperan sebagai bapak yang besifat melindungi dan yang layak dijadikan sebagai tempat bertanya untuk mendapatkan petunjuk. Kepemimpinan paternalistik memandang bahwa kepemimpinannya sebagai suatu hal yang normal dan wajar, dengan implikasi organisasionalnya seperti kewenangan memerintah dan mengambil keputusan tidak harus berkonsultasi dengan para bawahannya. Singkatnya, legitimasi kepemimpinannya berarti penerimaan atas peranannya yang dominan dalam kehidupan
organisasional. Sementara itu dari segi nilai-nilai organisasional yang dianut, biasanya seorang pemimpin yang paternalistik mengutamakan kebersamaan. Berdasarkan nilai-nilai tersebut, pemimpin yang bersangkutan berusaha untuk memperlakukan semua orang dan semua satuan kerja dalam organisasi secara adil dan merata. Sikap kebapakan menyebabkan hubungan atasan dengan bawahan lebih bersifat informal dari pada hubungan formal. Hanya saja hubungan yang lebih bersifat informal ini dilandasi oleh pandangan bahwa para bawahan itu belum mencapai tingkat kedewasaan yang sedemikian rupa sehingga mereka tidak bisa dibiarkan bertindak sendiri. e) Gaya kepemimpinan kharismatik Kepemimpinan kharismatik ini memiliki karakteristik yang khas yaitu daya tariknya yang sangat memikat sehingga mampu mendapatkan pengikut yang sangat besar. Tegasnya pemimpin yang kharismatik adalah pemimpin yang sangat dikagumi oleh para pengikutnya, meskipun para pengikutnya tidak bisa menjelaskan secara jelas mengapa orang tersebut mereka kagumi. Penampilan pisik, umur dan harta bukanlah ukuran yang umum bagi karakteristik seorang pemimpin yang kharismatik. Mungkin karena kekurangan pengetahuan untuk menjelaskan keriteria ilmiah mengenai kepemimpinan kharismatik, orang-orang cenderung mengatakan bahwa ada orang-orang tertentu yang memiliki ‖kekuatan ajaib‖ yang tidak bisa dijelaskan secara ilmiah yang menjadikan orang-orang tertentu bisa dipandang sebagai pemimpin yang kharismatik. Tetapi sesuatu hal yang sangat menarik untuk diperhatikan bahwa para pengikut pemimpin kharismatik tidak mempersoalkan nilai-nilai yang dianut, sikap dan perilaku serta gaya yang digunakan oleh pemimpin mereka. Bisa saja seorang pemimpin yang kharismatik mengunakan pendekatan yang otokratik atau diktatorial, tetapi para pengikutnya tetap setia kepadanya. Sedangkan gaya kepemimpinan menurut teori Path Goal (jalan tujuan) adalah: a) Kepemimpinan direktif, yaitu gaya kepemimpinan yang mempunyai hubungan yang positif dengan kepuasan dan harapan bawahan. Atasan sering memberikan perintah atau tugas khusus (otokrasi). b) Kepemimpinan suportif, yaitu kepemimpinan yang selalu bersedia menjelaskan segala permasalahan pada bawahan, mudah didekati dan memuaskan hati para karyawan. c) Kepemimpinan partisipatif, yaitu gaya kepemimpinan yang meminta dan menggunakan saran-saran bawahan dalam rangka mengambil keputusan. d) Kepemimpinan orientasi prestasi, yaitu gaya kepemimpinan yang mengajukan tantangan yang menarik bagi bawahan dan
41
merangsang untuk mencapai tujuan, serta melaksanakannya dengan baik. Makin tinggi orientasi pemimpin akan prestasi, maka makin banyak bawahan yang peracaya akan menghasilkan pelaksanaan kerja yang efektif. 4) Syarat-syarat kepemimpinan Kartono (1998:31) mengemukakan ada tiga syarat utama yang harus dimiliki seorang pemimpin, yaitu: a) Kekuasaan/kewenangan Kekuasaan atau kewenangan adalah kekuatan, otoritas dan legalitas yang memberikan wewenang kepada seseorang/pemimpin untuk mempengaruhi dan mengerakkan bawahan untuk berbuat sesuatu. b) Kewibawaan Kewibawaan adalah kelebihan, keunggulan, keutamaan yang dimiliki oleh seseorang sehingga ia mampu mbawani atau mengatur orang lain, membuat orang patuh kepadanya, serta membuat orang mau melakukan perbuatan-perbuatan tertentu. c) Kemampuan Kemampuan adalah segala daya, kesanggupan, kekuatan dan kecakapan/keterampilan baik teknis maupun sosial, yang dianggap melebihi dari kemampuan orang lainnya.
Selain itu, menurut Simamora (1997:500), bahwa kinerja karyawan adalah tingkat terhadapnya para karyawan mencapai persyaratanpersyaratan pekerjaan. Kinerja merupakan tindakan-tindakan atau pelaksanaan tugas yang dapat diukur (Seymour, 1991:304). Sedangkan menurut Bernardin dan Russel (1993:231), bahwa kinerja merupakan catatan perolehan yang dihasilkan dari fungsi suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan selama periode waktu tertentu. Pengertian kinerja dari Bernandin tersebut identik dengan pengertian prestasi kerja menurut Hasibuan (1991:105) dalam Sudjak (1990) yang menyatakan bahwa kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu. Disamping itu Musjanif (1989:49) menjelaskan pula bahwa kinerja merupakan kemampuan seseorang dalam usaha mencapai hasil yang baik atau menonjol ke arah tercapainya tujuan organisasi. Begitu pula Moenir (1983:76) mendefinisikan bahwa kinerja atau prestasi kerja adalah sebagai hasil kerja seseorang pada kesatuan waktu atau ukuran tertentu. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka dalam penulisan ini yang dimaksud dengan kinerja karyawan adalah hasil kerja yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam kurun waktu tertentu berdasarkan standar kerja yang telah ditetapkan. 2.) Pengukuran Kinerja Kinerja merupakan tindakan-tindakan atau pelaksanaan tugas yang dapat diukur (Seymour, 1991:304). Hal ini dapat berkaitan dengan jumlah kuantitas dan kualitas pekerjaan yang dapat diselesaikan oleh individu dalam kurun waktu tertentu. Beberapa pendapat yang membahas pengukuran kinerja di bawah ini menjadi dasar penentuan variabel kinerja. Menurut Swasto (1996:30) ada beberapa cara untuk mengukur kinerja secara umum, yang kemudian diterjemahkan kedalam penilaian perilaku secara mendasar, yaitu : 1. Kuantitas kerja 2. Kualitas kerja 3. Pengetahuan tentang pekerjaan 4. Pendapat atau pernyataan yang disampaikan 5. Keputusan yang diambil 6. Perencanaan kerja 7. Daerah organisasi kerja Jadi kinerja berkenaan dengan hasil pekerjaan yang dicapai oleh pegawai/karyawan dalam suatu periode. Dalam hal ini kinerja berkaitan dengan kuantitas maupun kualitas pekerjaan yang dihasilkan Menurut Cascio (1982:310-311), ukuran kinerja dapat meliputi data produksi, data personalia dan lain-lain sesuai dengan tujuan. Ivancevich (1983;467-468) mengatakan bahwa mengevaluasi kinerja karyawan dalam dua kategori
2.1.3. Kinerja Karyawan 1.) Pengertian Kinerja Tercapainya tujuan suatu organisasi hanya dimungkinkan karena upaya para pelaku yang terdapat pada organisasi tersebut. Salah satu definisi tentang kinerja pegawai disampaikan oleh Prawirosentono (1999:2), bahwa kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai oleh seseorang atau sekelompok dalam suatu organisasi dalam kurun waktu tertentu, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika. Berdasarkan pengertian ini sebenarnya terdapat hubungan yang erat antara kinerja perorangan (individual performance) dengan kinerja lembaga (institutional performance). Dengan perkataan lain bila kinerja perorangan baik maka kemungkinan besar kinerja organisasi juga baik. Kinerja seorang individu akan baik bila dia mempunyai keahlian (skill) yang tinggi, bersedia bekerja karena digaji atau diberi upah sesuai dengan dengan perjanjian, mempunyai harapan (expectation) masa depan yang lebih baik. Mengenai gaji dan adanya harapan (expectation) merupakan hal yang menciptakan motivasi seseorang untuk bersedia melaksanakan kegiatan kerja dengan kinerja yang baik. Bila sekelompok individu dan atasannya mempunyai kinerja yang baik, maka akan berdampak pada kinerja organisasi yang baik pula.
42
: 1) terhadap karyawan teknik terdiri atas kompetensi teknis, kesanggupan mencukupi kebutuhannya sendiri, hubungan dengan orang lain, kompetensi komunikasi, inisiatif, kompetensi administratif, keselutuhan hasil kinerja karyawan teknik; 2) evaluasi terhadap ilmuwan meliputi kreatifitas, kontribusi yang diberikan, usaha kerja kelompok, keseluruhan hasil kinerja ilmuwan. Halim (1983:480), mengukur kinerja para mandor dengan kualitas kinerja mereka, produktifitas dalam pekerjaan, usaha yang dicurahkan dalam pekerjaan, kecepatan bekerja, dan keseluruhan pekerjaan yang menimbulkan kinerja. Dharma (1985:55) berpendapat ada banyak cara pengukuran yang dapat digunakan, seperti penghematan, tingkat kesalahan dan sebagainya. Hampir seluruh cara pengukuran kinerja mempertimbangkan : kuantitas, kualitas dan ketepatan waktu. Selain itu menurut Syarif (1987:74) dalam Dharma (1985:56) pengukuran kinerja adalah : mutu (kehalusan, kebersihan dan ketelitian), jumlah waktru (kecepatan), jumlah macam kerja (banyaknya keahlian), jumlah jenis alat (keterampilan dalam menggunakan bermacammacam alat) dan pengetahuan tentang pekerjaan. Selain itu, kinerja dapat dilihat dari perilaku individu dalam bekerja. Misalnya : prestasi seorang pekerja dapat ditunjukkan oleh kemandiriannya, kreatifitas, serta adanya rasa percaya diri. Menurut Heneman, et.al (1991:69) untuk mengetahui kinerja pegawai/karyawan, ada dua kegiatan pengukuran kinerja yang dapat dilakukan : 1. Identifikasi dimensi kinerja 2. Penetapan standar kinerja Dimensi kinerja mencakup semua unsur yang akan dievaluasi dalam pekerjaan masing-masing pegawai/karyawan dalam suatu organisasi. Dimensi ini mencakup berbagai kriteria yang sesuai untuk digunakan dalam mengukur hasil pekerjaan yang telah diselesaikan. Dharma (1985:55) mengemukakan bahwa hampir seluruh cara pengukuran kinerja mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut : kuantitas (jumlah yang harus diselesaikan), kualitas (mutu yang dihasilkan), ketepatan waktu (kesesuaian dengan waktu yang telah direncanakan) Tidak semua kriteria pengukuran kinerja dipakai dalam suatu penilaian kinerja pegawai/karyawan, hal ini tentu harus disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang akan dinilai. Bernardin dan Russel (1995:68), mengajukan enam kriteria primer yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja : 1. Quality, merupakan tingkat sejauh mana proses atau hasil pelaksanaan kegiatan mendekati kesempurnaan atau mendekati tujuan yang diharapkan. 2. Quantity, merupakan jumlah yang dihasilkan, misalnya jumlah rupiah, jumlah unit, jumlah siklus kegiatan yang diselesaikan.
a. Timeliness, adalah tingkat sejauh mana suatu kegiatan diselesaikan pada waktu yang dikehendaki, dengan memperhatikan koordinasi output lain serta waktu yang tersedia untuk kegiatan lain. b. Cost-effectiveness, adalah tingkat sejauh mana penggunaan daya organisasi (manusia, keuangan, teknologi, material) dimaksimalkan untuk mencapai hasil tertinggi, atau pengurangan kerugian dari setiap unit penggunaan sumber daya. c. Need for supervision, merupakan tingkat sejauh mana seorang pekerja dapat melaksanakan suatu fungsi pekerjaan tanpa memerlukan pengawasan seorang supervisor untuk mencegah tindakan yang kurang diinginkan. d. Interpersonal Impact, merupakan tingkat sejauh mana karyawan/pegawai memelihara harga diri, nama baik dan kerja sama diantara rekan kerja dan bawahan. Penetapan standar kinerja diperlukan untuk mengetahui apakah kinerja pegawai/karyawan telah sesuai dengan sasaran yang diharapkan, sekaligus melihat besarnya penyimpangan dengan cara membandingkan antara hasil pekerjaan secara aktual dengan hasil yang diharapkan. Standar kinerja pekerjaan (performance standard) menentukan tingkat kinerja pekerjaan yang diharapkan dari pemegang pekerjaan tersebut dan kriteria terhadap mana kesuksesan pekerjaan diukur. Standar kinerja pekerjaan membuat eksplisisit kuantitas dan/atau kualitas kinerja yang diharapkan dalam tugas-tugas dasar yang ditetapkan sebelumnya dalam deskripsi pekerjaan. Biasanya standar kinerja pekerjaan adalah pernyataan-pernyataan mengenai kinerja yang dianggap dapat diterima dan dapat dicapai atas sebuah pekerjaan tertentu. Menurut Simamora (1997:147), ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi standar kinerja pekerjaan yaitu : 1. Standar kinerja haruslah relevan dengan individu dan organisasi. 2. Standar kinerja haruslah stabil dan dapat diandalkan. 3. Standar kinerja haruslah membedakan antara pelaksanaan pekerjaan yang baik, sedang, atau buruk. 4. Standar kinerja haruslah dinyatakan dalam angka. 5. Standar kinerja haruslah mudah diukur. 6. Standar kinerja haruslah dipahami oleh karyawan/pegawai dan penyelia. 7. Standar kinerja haruslah memberikan penafsiran yang tidak mendua. Standar kinerja pekerjaan mempunyai dua fungsi (Simamora, 1997:149). Pertama, menjadi tujuan atau sasaran-sasaran dari upaya-upaya karyawan/pegawai. Jika standar telah dipenuhi maka karyawan/pegawai akan merasakan adanya
43
pencapaian dan penyelesaian. Kedua, standarstandar kinerja pekerjaan merupakan kriteria pengukuran kesuksesan sebuah pekerjaan. Tanpa adanya standar, tidak ada sistem pengendalian yang dapat mengevaluasi kinerja pegawai/karyawan. Analisis tentang kinerja karyawan/pegawai menurut Gomes (1995:68) senantiasa berkaitan erat dengan dua faktor utama yaitu pertama, kesediaan atau motivasi karyawan/pegawai untuk bekerja yang menimbulkan usaha karyawan/pegawai dan kedua adalah kemampuan pegawai untuk melaksanakan pekerjaan. Dengan kata lain kinerja adalah fungsi interaksi antara motivasi kerja dengan kemampuan atau p = f (m x a), dimana p = performance, m = motivation dan a = ability. Berdasarkan persamaan di atas, menurut Robbins (1996:78), sepotong teka-teki masih belum ditemukan. Kita perlu menambahkan aspek kesempatan (opportunity) kedalam persamaan di atas. Sehingga persamaan kinerja = f (m x a x o). Meskipun seorang individu mungkin bersedia dan mampu, mungkin ada rintangan yang menghambat kinerja. Karena itu jika kita mencoba menilai mengapa seseorang pegawai/karyawan mungkin tidak berkinerja pada level yang kita yakini ia mampu, selayaknya kita diperiksa lingkungan kerjanya untuk melihat apakah mendukung atau tidak. Jika tidak, akan menyebabkan terganggunya kinerja pegawai/karyawan. Selanjutnya Klingner dan Nalbandian (1985:82), mengemukakan bahwa produktifitas sebagai wujud dari kinerja merupakan fungsi perkalian dari usaha pegawai (effort) yang didukung dengan motivasi yang tinggi, dengan kemampuan pegawai (ability) yang diperoleh melalui latihan-latihan. Disamping itu, kondisi kerja juga turut berpengaruh dalam menentukan efisiensi dan efektifitas seorang individu dalam berkinerja. Kinerja yang baik akan memberikan dampak yang positif bagi usaha selanjutnya dari organisasi. Kinerja dapat diartikan hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang
dan tanggung jawab masing-masing dalam upaya mencapai tujuan organisasi secara legal tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika (Suryadi : 2 ; 1999). Suatu organisasi dalam mencapai tujuan yang ditetapkan harus melalui sarana dalam bentuk organisasi yang digarakkan oleh sekelompok orang yang berperan aktif sebagi pelaku untuk mencapai tujuan organisasi. Tercapainya tujuan organisasi hanya dimungkinkan karena upaya para pelaku yang terdapat pada organisasi lembaga atau perusahaan tersebut. Dengan berdasarkan pada beberapa pengertian tentang kinerja pegawai dan cara pengukurannya, maka dalam penelitian ini yang menjadi acuan tentang kinerja pegawai adalah : 1. Kualitas hasil kerja (tingkat kesalahan dan ketelitian kerja, tingkat kerapian hasil kerja, tingkat kebersihan hasil kerja). 2. Kuantitas hasil kerja (jumlah hasil kerja memenuhi standar minimal). 3. Waktu yang tepat (waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan). 2.2. Kerangka Pemikiran Gaya kepemimpinan adalah pola perilaku yang selalu terlihat pada aktivitas seseorang pemimpin pada saat berupaya mempengeruhi aktivitas bawahannya. Kerangka pemikiran konseptual yang mendasari penelitian ini adalah bahwa kinerja karyawan STIE Wikara secara individu merupakan sesuatu yang dianggap penting, baik bagi karyawan itu sendiri maupun bagi organisasi/lembaga yang bersangkutan. Kinerja yang tinggi memungkinkan tercapainya tujuan individu dan organisasi. Kinerja pegawai STIE Wikara akan dapat dicapai apabila pimpinan menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat. Gaya kepemimpinan tercermin dari gaya mengarahkan, gaya membimbing, gaya mendukung, gaya mendelegasikan. Dengan demikian kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1 Kerangka Pemikiran Konseptual Pengaruh Gaya Kepemimpinan Situasional Terhadap Kinerja Karyawan
Gaya Kepemimpinan
Kinerja
Situasional
Karyawan
44
Adapun model hipotesis yang digunakan untuk pengujian dalam penelitian ini adalah : mengidentifikasi permasalahan dan akan dilakukan Gambar 2 Model Hipotesis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Situasional Terhadap Kinerja Karyawan
Gaya Mengarahkan (X1) Pengaruh Parsial
Gaya Membimbing
Kinerja
(X2) Karyawan
Gaya Mendukung
(X3) (Y)
2.4. Hipotesis Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran konseptual yang telah dijelaskan di atas, maka dapat dibuat suatu hipotesis penelitian sebagai berikut : 1) Terdapat pengaruh yang signifikan variabel gaya kepemimpinan terhadap variabel kinerja karyawan. penelitian ini adalah seluruh karyawan STIE Wikara 46 orang karyawan.
III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian
Menurut Arikunto(1998:120) jika jumlah populasi obyek penelitian kurang dari 100 maka diambil semua, tetapi jika lebih dari 100, maka dapat diambil 10% sampai dengan 15% dari populasi yang ada. Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 46 orang, sehingga sampel yang diambil adalah seluruh karyawan STIE Wikara (46 orang).
Penelitan ini merupakan penelitian survey, yaitu suatu penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dengan mengandalkan kuesioner sebagai instrumen pengumpulan data (singarimbun,1995). Metode penelitian ini dimaksudkan sebagai rancangan untuk mencari dan menjelaskan hubungan kausal antar variabel melalui pengujian hipotesis (explanatory research). 3.2. Populasi dan Sampel Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung maupun pengukuran, maka ditentukan bahwa populasi dari
45
5.
Mengharuskan karyawan mengikuti standart yang telah ditetapkan 6. Pengarahan kepada bawahan sebelum menjalankan pekerjaan 7. Pengendalian dan kontrol yang ketat terhadap pelaksanaan tugas b. Perilaku Hubungan, yaitu kadar upaya pemimpin membina hubungan pribadi dengan para bawahan. Indakator yang digunakan adalah : 1. Ramah tamah 2. Pemberian dukungan kepada karyawan yang melakukan tugas 3. Berkonsultasi dan mendengarkan keluhan karyawan 4. Adanya komunikasi dengan bawahan dalam menjalankan tugas 5. Menerima pemberian masukan dan usulan dari bawahan dalam penyelesaian pekerjaan 6. Memperhatikan setiap aspirasi bawahan 7. Memikirkan kesejahteraan karyawan 8. Menganggap karyawan sebagai sumberdaya yang penting dalam organisasi
Tabel 1 Jumlah Karyawan STIE Wikara Purwakarta No
Bagian
Jumlah karya wan
Jumlah Sampel
1
Administrasi
6
6
2
Dosen
35
35
3
Rumah Tangga
2
2
4
Lab.Komputer
2
2
5
Pustakawan
1
1
3.3. Definisi Konsep dan Operasional Variabel 3.3.1. Kepemimpinan Untuk mempermudah mengukur variabelvariabel di dalam penelitian ini, maka ditentukan definisi operasional sebagai berikut : 1. Gaya kepemimpinan Situasional Variabel beserta unsur – unsur empiris yang merupakan bagian dari konsep kepemimpinan situasional meliputi : a. Gaya mengarahkan (directing), adalah perilaku dimana sasaran – sasaran akhir dan peranan – peranan harus secara jelas di definisikan memberikan instruksi spesifik dan pelaksanaan pekerjaan secara ketat dan seksama (perilaku tinggi tugas dan rendah hubungan). b. Gaya membimbing (coaching), yaitu perilaku menjelaskan setiap keputusan dan memberi kesempatan bawahan memperoleh kejelasan, memberikan pengarahan, dukungan, dorongan semangat, serta di dengar opininya. (perilaku tinggi tugas dan perilaku tinggi hubungan). c. Gaya Mendukung (supporting), yaitu perilaku tukar menukar ide dan memudahkan dalam pegambilan keputusan (perilaku rendah tugas dan perilaku tinggi hubungan). d. Gaya pendelegasian (delegating), yaitu perilaku pemimpin yang mendelegasikan tanggung jawab dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan pekerjaan (perilaku rendah tugas dan perilaku rendah hubungan). Untuk mengukur perilaku tugas dan perilaku hubungan yang tinggi dan rendah, indikator yang digunakan adalah sebagai berikut : a. Perilaku tugas, yaitu kadar upaya pemimpin dalam mengorganisasikan dan menetapkan peranan bawahan.Indikator yang digunakan adalah : 1. Pekerjaan tersusun dengan baik 2. Cara dan mekanisme pengerjaan pekerjaan jelas 3. Penetapan batas waktu penyelesaian pekerjaan 4. Menetapkan standart tertentu terhadap pekerjaan
3.3.2. Kinerja Secara konseptual kinerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh seseorang dalam kurun waktu tertentu berdasarkan standar kerja yang telah ditetapkan. Variabel operasional dari kinerja dalam penelitian ini adalah suatu hasil kerja yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam kurun waktu tertentu berdasarkan standar kerja yang telah ditetapkan, dalam hal ini kinerja karyawan tersebut didasarkan pada gaya kepemimpinan pimpinan. Variabel dan unsur-unsur empiris yang menjadi bagian dari konsep ini adalah : a. Kualitas hasil kerja yang menunjuk pada kualitas pekerjaan yang dihasilkan oleh karyawan. Unsur – unsur empiris yang diturunkan dari variabel ini : - Tingkat ketelitian atau kesalahan dalam pekerjaan - Tingkat kebersihan hasil kerja - Kerapian hasil pekerjaan b. Kuantitas hasil kerja yang menunjuk pada banyaknya atau jumlah pekerjaan yang dilakukan karyawan. Unsur empiris yang diturunkan dari variabel ini : - Jumlah hasil kerja sesuai dengan standart minimal a. Ketepatan waktu yang menunjuk pada jumlah waktu yang digunakan karyawanuntuk menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Unsur empiris yang diturunkan dari variabel ini : - Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap pekerjaan
46
Y = a + b1X1 +b2X2+b3X3
3.4. Pengukuran Variabel Penelitian Penentuan skor untuk item-item pertanyaan terhadap masalah yang diteliti menggunakan Skala Likert. Alternatif penilaian dalam pengukuran itemitem tersebut terdiri dari 5 alternatif pilihan yang mempunyai gradasi sangat positif sampai dengan sangat negatif, misalnya adalah sebagai berikut : Sangat setuju (skor 5), Setuju (skor 4), Ragu-ragu (skor 3), Tidak setuju (skor 2), Sangat tidak setuju (skor 1).
Keterangan: Y = Variabel Terikat a = Konstanta b1, b2, b3 = Koefisien regresi X1, X2, X3 = Variabel Bebas 1. Uji F Uji F ini dilakukan untuk menguji hipotesis pertama, signifikan atau tidak dengan rumus secara simultan sebagai berikut:
3.5. Sumber Data 1. Data Primer : Merupakan data yang diperoleh langsung dari responden melalui pengisian kuesioner yang diberikan pada responden berkaitan dengan variabel gaya kepemimpinan dan kinerja karyawan. 2. Data Sekunder : Merupakan data yang sudah diolah dalam bentuk naskah tertulis atau dokumen. Data sekunder ini merupakan data pendukung yang sangat diperlukan dalam penelitian ini, misalnya sejarah organisasi, jumlah karyawan, struktur organisasi, dan lainlain.
R2 / k F (1 R 2 ) /( n k 1) Sugiono (1990 :190) Keterangan: F = Harga F sebagai uji keberartian regresi R = Koefisien korelasi ganda k = Jumlah variabel independen n = Jumalah anggota sampel Hipotesis dalam uji F ini adalah: 1. Hipotesis Nol (H 0 ) : Gaya Kepemimpinan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Kinerja Karyawan pada STIE Wikara 2. Hipotesis Alternatif (H 1 ) : Gaya Kepemimpinan berpengaruh secara signifikan terhadap Kinerja Karyawan pada STIE Wikara Ketentuan penerimaan atau penolakan hipotesis adalah jika F hitung F tabel, maka Ho ditolak dan H 1 diterima. Hal ini berarti secara keseluruhan variabel bebas (Gaya kepemimpinan) peberpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat (Motivasi kerja). Tetapi jika F hitung F tabel, maka H 0 diterima dan H 1 ditolak. Hal ini berarti secara keseluruhan variabel bebas (Gaya kepemimpinan) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat (Kinerja karyawan).
3.6. Teknik Pengumpulan Data Beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : a. Kuesioner Merupakan seperangkat pertanyaan yang disusun untuk diajukan kepada responden. Kuesioner ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi secara tertulis dari responden berkaitan dengan gaya kepemimpinan dan kinerja karyawan STIE Wikara. Tujuan utama dari pembuatan kuesioner ini adalah : memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan survey, memperoleh informasi dengan reliabilitas dan validitas setinggi mungkin (Singarimbun, 1995). b. Wawancara Merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara peneliti dengan pihak-pihak yang dapat membantu peneliti dalam mengumpulkan data penelitian baik sekunder maupun primer c. Studi Dokumen Yaitu mengumpulkan informasi dengan mempelajari sumber data tertulis untuk memperoleh data sekunder mengenai sejarah organisasi, jumlah karyawan, struktur organisasi, dan data tertulis lainnya yang ada hubungannya dengan penelitian ini.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah singkat perusahaan STIE WIBAWA KARTA RAHARJA,di gagas oleh H. Duki Adam dan Hj. Ai Surtika Dewi atas dukungan keluarga besar H. Taromi ( Almarhum ).Nama STIE Wibawa Karta Raharja di cetuskan pada tanggal 5 Mei 2000, diilhami oleh keinginan memberikan pengabdian kepada masyarakat Purwakarta, dengan mengabadikan motto juang Kabupaten Purwakarta Wibawa Karta Raharja, sebagai nama Perguruan Tinggi. Dalam hal ini Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ( STIE ) , maka melalui Ilmu Manajemen dan Ilmu Akuntansi, pada tanggal 17 Juli 2000 didirikan sebuah Perguruan Tinggi Fakultas Ekonomi dengan nama Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Wibawa Karta
3.7. Teknik analisis Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier sederhana, yaitu: Rumus :
47
Raharja ( STIE WIKARA ). Dengan visi : Menjadi a. Visi STIE Wikara lembaga pendidikan tinggi yang unggul dan Menjadi lembaga pendidikan tinggi yang berwawasan global yang berbasis teknologi unggul dan berwawasan global yang berbasis informasi untuk kepentingan masyasarakat di teknologi informasi untuk kepentingan wilayah Purwasuka pada tahun 2020. masyasarakat di wilayah Purwasuka pada tahun Ilmu ekonomi diperlukan untuk memahami 2020. dinamika kehidupan ekonomi sebagai upaya b. Misi STIE WIkara menciptakan kesejahteraan. Ekonomi menjadi salah 1. Meningkatkan proses pembelajaran untuk satu aspek ( Basic ) yang penting dalam strategi menghasilkan lulusan yang kompeten, mandiri, pembangunan nasional selain pendidikan dan dan responsif terhadap perubahan lingkungan kesehatan. Dengan antara lain kedua alasan 2. Melakukan pengembangan dan penyebarluasan tersebut mengapa STIE Wikara memilih studi ilmu pengetahuan, dan teknologi, serta ekonomi sebagai jurusan. mengupayakan penggunaannya untuk Pada tanggal 5 Juli 2001 STIE Wikara telah meningkatkan taraf kehidupan masyarakat memperoleh izin operasionalnya dari Mendiknas yang didasari pada nilai-nilai keagamaan melalui SK .No. 62/D/0/2001, dan saat ini telah 3. Menyelenggarakan organisasi dengan kualitas pula mendapat izin perpanjangan dari Dirjen tata kelola yang baik (good governance), DIKTI 12725/D/T/K-IV/2012 tanggal 09 Agustus sehingga mampu mengantisipasi dan 2012 dan nomor : 12726/D/T/K-IV/2012 tanggal mengakomodasi perubahan lingkungan 09 Agustus 2012 tentang Ijin Penyelenggaraan strategis Program Studi pada STIE Wikara Jurusan c. Struktur organisasi dan uraian tugas Manajemen dan Jurusan Akuntansi, serta telah 1. Struktur organisasi terakreditasi BAN-PT Nomor 192/SK/BANStruktur organisasi adalah gambaran posisi PT/Ak-XVI/S/IX/2013 tanggal 21 September 2013 jabatan dan kaitan (status/hubungan) antar posisidan Nomor 222/SK/BAN-PT/Ak-XVI/S/IX/2013 posisi (bagian) dalam perusahaan, Harahap( tanggal 1 November 2013 Tentang Penetapan 1996:108). Adapun struktur organisasi terlihat pada Akreditasi Prodi Akuntansi dan Prodi Manajemen gambar 2. STIE WikaraVisi dan misi perusahaan. Gambar 2 Struktur Organisasi STIE WIKARA PURWAKARTA
berdasarkan peraturan perundang-undangan dan peraturan yayasan yang berlaku Pembantu Ketua Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Tugas pokok dan fungsi jabatan 1. Menyusun rencana, mengkoordinasikan dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat serta merumuskan kebijakan teknis bidang pendidikan berdasarkan peraturan perundang-undangan dan peraturan internal yang berlaku sebagai pedoman pelaksanaan kerja
Uraian tugas/fungsi tiap unit : Ketua STIE Tugas pokok dan fungsi jabatan 1. Menyusun rencana, mengkoordinasikan, mengarahkan, dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan bidang penelitian, dan pengabdian pada masyarakat, 2. Membina tenaga pendidik, kemahasiswaan, tenaga administasi serta hubungannya dengan lingkungan. 3. Merumuskan kebijakan teknis bidang akademik, administrasi dan keuangan, kemahasiswaan serta hubungan industri
48
2. Menyusun rencana, memberi tugas dan arahan, mengkoordinasikan dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pelayanan kesejahteraan mahasiswa serta merumuskan kebijakan teknis kemahasiswaan berdasarkan peraturan perundang-undangan dan peraturan internal yang berlaku sebagai pedoman pelaksanaan kerja. 3. Menyusun rencana, mengarahkan dan mengkoordinasikan serta merumuskan kebijakan pelaksanaan kegiatan Unit Pelayanan Teknis Laboratorium, Unit Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan, Unit Pelayanan Teknis Perpustknelitian dan pengabdian pada masyarakat, dan Unit Pelayanan Teknis Perpustakaan berdasarkan ketentuan yang berlakuk sebagai pedoman pelaksanaan kerja 4. Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan secara berkala dan menyampaikannya kepada atasan langsung dan pihak-pihak terkait Pembantu Ketua bidang Administrasi dan Keuangan Tugas Pokok dan fungsi Jabatan : 1. Menyusun rencana, memberi tugas dan arahan, mengkoordinasikan dan mengevaluasi pelaksanaan tugas di bidang administrasi umum dan keuangan serta merumuskan kebijakan teknis dan memonitor pelaksanaan kegiatan administrasi umum dan keuangan berdasarkan peraturan perundang-undangan dan peraturan internal yang berlakuk sebagai pedoman kerja. 2. Membantu ketua STIE Wikara dalam melakukan administrasi kampus dan keuangan serta melaksanakan administrasi dan keuangan dalam mendukung program dan visi misi kampus 3. Menyusun rencana, mengarahkan dan mengkoordinasikan serta merumuskan kebijakan pelaksanaan kegiatan kepala sub. Bagian Akuntansi dan kepala Bendahara berdasarkan ketentuan yang berlaku sebagai pedoman pelaksanaan kerja 4. Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan secara berkala dan menyampaikannya kepada atasan langsung dan pihak-pihak terkait 5. Menyusun laporan keuangan dan laporan perpajakan
5. Melakukan pembinaan / bimbingan teknis akademik pada dosen dan mahasiswa pada prodi Manajemen 6. Menyiapkan draft rancangan kebijakan Ketua STIE Wikara berkenaan dengan penyelenggaraan prodi Manajemen Kepala Badan Penjaminan Mutu, Penelitian dan Pengembangan Tugas Pokok dan fungsi Jabatan : 1. Menyusun rencana dalam proses penjaminan mutu dan penelitian dan pengembangan dengan melakukan standarisasi – standarisasi pelaksanaan kegiatan di kampus STIE WIKARA 2. Mengevaluasi pelaksanaan pendidikan dengan dibantu oleh tim yang ditunjuk oleh ketua STIE WIKARA untuk seluruh program studi yang ada di STIE WIKARA 3. Melakukan penelitian dan pengembangan dalam rumpun akuntansi dan managemen sebagai wahana keilmuan di kampus STIE WIKARA 4. Membuat konsep penelitian dan pengembangan riset bagi dosen dan mahasiswa dalam mendukung tri darma perguruan tinggi. Kepala Unit Penelitian dan Pengembangan Kepada Masyarakat (Ka, UPPM) Tugas Pokok dan fungsi Jabatan : 1. Menyusun rencana dalam proses penelitian dan pengembanan kepada masyarakat dengan menetepkan lokasi dan petunjuk teknis pelaksanaan sesuai dengan pedoman kerja yang ada di kampus STIE WIKARA 2. Mengevaluasi pelaksanaan penelitian dan pengembangan kepada masyarakat untuk dijadikan sebagai bahan masukan untuk pengembangan keilmuan dalam rumpun ekonomi serta memberikan nilai tambah STIE WIKARA dalam membina komunitas masyarakan sebagai lokasi penelitian. Kepala Unit Pelayanan Teknis Laboratorium (Ka. UPT Lab ) Tugas Pokok dan fungsi Jabatan : 1. Merancang sistem mutu prosedur tata kelola Laboratorium Komputer Dasar. 2. Menetapkan visi, misi, tujuan, serta kebijakan dan tujuan mutu Laboratorium Komputer Dasar. 3. Menetapkan sistem pemantauan, evaluasi, dan peningkatan tata/kegiatan Laboratorium Komputer Dasar. 4. Merencanakan kegiatan pendidikan penelitian dan pengabdian pada masyarakat di Laboratorium Komputer Dasar. 5. Memberikan sarana bagi civitas akademika untuk melakukan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 6. Menyiapkan jadwal kegiatan Laboratorium Komputer Dasar.
Kepala Program Studi Tugas Pokok dan fungsi Jabatan : 1. Menyelenggarakan pengelolaan proses akademik pada program studi Manajemen, dalam kerangka kebijakan Ketua STIE Wikara. 2. Menyelenggarakan pengelolaan administrasi akademik prodi Manajemen 3. Menyusun rencana kerja semester / tahunan prodi Manajemen. 4. Melakukan evaluasi proses pembelajaran pada prodi Manajemen
49
7. Mengkoordinasikan segala kegiatan yang dilaksanakan dalam Laboratorium Komputer Dasar. 8. Menjalin kerjasama dengan pihak luar dalam rangka resource sharing dan pemberdayaan Laboratorium Komputer Dasar. 9. Melakukan kebutuhan sumber daya, pemantauan dan evaluasi atas ketersediaan sarana prasarana dan kegiatan dalam Laboratorium Komputer Dasar. Kepala Unit Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan (Ka, UAAK ) Tugas Pokok dan fungsi Jabatan : 1. Melakukan penyusunan rencana dan program kerja 2. Melaksanakan registrasi dan herregistrasi mahasiswa 3. Melaksanakan administrasi pendidikan dan pengajaran 4. Melaksanakan administrasi penelitian dan pengabdian kepada masyarakat 5. Melaksanakan administrasi pembinaan kelembagaan kemahasiswaan 6. Melaksanakan administrasi kegiatan kemahasiswaan Kepala Unit Pelayanan Teknis Perpustakaan Tugas Pokok dan fungsi Jabatan : 1. Melakukan penyusunan rencana dan program kerja unit perpustakaan 2. Melaksanakan pendataan dan verifikasi buku – buku perpustakaan 3. Melaksanakan administrasi keperpustakaan untuk mendukung pendidikan dan pengajaran 4. Memfasilitasi mahasiswa dalam pelaksanaan keilmuan melalui penyediaan buku – buku perpustakaan Kepala Bagian Administrasi Umum Tugas Pokok dan fungsi Jabatan : 1. Menyusun rencana, mengarahkan dan mengkoordinasikan serta merumuskan kebijakan dalam administasi umum untuk mendukung Pembantu keta bidang administasi dan keuangan
2. Memfasilitasi aktivitas pelaksanaan kegiatan di kampus STIE WIKARA dengan membuatkan administasi serta penyiapan sarana prasarana. 3. Menyusun laporan administasi secara berkala dan menyampaikannya kepada atasan langsung dan pihak-pihak terkait Kepala Bagian Administrasi Keuangan Tugas Pokok dan fungsi Jabatan : 1. Menyusun rencana, mengarahkan dan mengkoordinasikan serta merumuskan kebijakan dalam bidang administrasi keuangan untuk mendukung Pembantu keta bidang administasi dan keuangan 2. Membantu pembukuan penerimaan dan pengeluaran dana proses kegiatan di STIE WIKARA. 3. Melaporkan pelaksanaan kegiatan secara berkala dan menyampaikannya kepada atasan langsung dan pihak-pihak terkait Kepala Bagian Rencana Kerja dan Anggaran Tugas Pokok dan fungsi Jabatan : 1. Menyusun rencana kerja dan anggaran kampus dengan melibatkan program studi dan unit – unit lainnya 2. Memfasilitasi unit kerja lainnya dalam melakukan mengakselerasi pencapaian tujuan unit dan program studi melalui penguatan rencana kerja secara tersetruktur kampus dengan didukung anggaran 3. Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan secara berkala dan menyampaikannya kepada atasan langsung dan pihak-pihak terkait B. Deskripsi Hasil Penelitian STIE Wikara terletak di pusat kota, yaitu di Jalan Jend. Achmad Yani No. 21 Purwakarta. Karyawan STIE Wikara meliputi bagian administrasi, dosen, pengelola laboratorium dan pustakawan. Responden dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan STIE Wikara jumlah populasinya sebanyak 46 orang.. Dari pengambilan sampel diperoleh karakteristik responden sebagai berikut:
TABEL 2 JUMLAH RESPONDEN BERDASARKAN JENIS KELAMIN o . .
Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah
Jumlah 36 10 46
50
Persentase 80% 20% 100%
TABEL 3 JUMLAH RESPONDEN BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN No.
Tingkat Pendidikan Doktor 1 (S3) Magister 2 (S2) Sarjana 3 (S1) Diploma 4 (D1) SLTA 5 Jumlah
Jumlah
Persentase 2 31 8 1 4 46
Keterangan : n = banyaknya sampel X = skor item X Y = skor item Y Bila probabilitas hasil korelasi lebih kecil dari 0,05 (5%) maka dinyatakan valid dan sebaliknya dinyatakan tidak valid. Lebih lanjut, Sugiyono (1999) menyatakan bahwa biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r 0,3. Jadi apabila korelasi antara butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka butir dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak valid. Penyelesaian pengujian validitas menggunakan program SPSS for Windows. Dari hasil uji validitas yang dilakukan terhadap semua item pertanyaan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa semua item penelitian adalah valid, dengan demikian dapat digunakan sebagai instrumen dalam mengukur variabel yang ditetapkan dalam penelitian ini. Untuk melihat hasil uji validitas dalam penelitian ini, dapat dilihat pada tabel berikut ini :
4.3. Hasil Uji Validitas Validitas menunjukkan sejauh mana alat pengukur untuk mengukur apa yang diukur (Ancok 1995 dalam Singarimbun dan Efendi 1995). Sedangkan menurut Sugiyono (1999), hasil penelitian dikatakan valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Valid tidaknya suatu item instrumen dapat diketahui dengan membandingkan indeks korelasi product moment Pearson dengan level signifikansi 5% dengan nilai kritisnya, di mana r dapat digunakan rumus (Arikunto, 1998) : rxy=
N XY X Y
N X
2
X N Y 3 Y 2
2
4.35% 67.39 17.39 2.17% 8.70% 100%
Tabel 4 Hasil Uji Validitas Variabel Gaya Mengarahkan Item-Total Statistics Scale Mean Corrected Item- Squared if Item Scale Variance if Total Multiple Deleted Item Deleted Correlation Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
Mengarahkan1 7.3696
.860
.559
.327
.377
Mengarahkan2 7.9565
1.109
.330
.123
.686
Mengarahkan3 8.2826
.874
.466
.277
.513
Berdasarkan data pada Tabel 4 terlihat bahwa nilai Corrected Item-Total Correlation dari variabel gaya mengarahkan semuanya lebih besar
dari 0,3. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa seluruh butir pertanyaan untuk variabel gaya mengarahkan adalah valid.
51
Tabel 5 Hasil Uji Validitas Variabel Gaya Membimbing Item-Total Statistics Scale Mean Corrected Item- Squared if Item Scale Variance if Total Multiple Deleted Item Deleted Correlation Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
Membimbing1 9.6522
.987
.653
.454
.495
Membimbing2 10.3478
1.387
.334
.302
.701
Membimbing3 10.7391
1.219
.379
.282
.686
Membimbing4 11.8478
1.110
.545
.310
.576
Berdasarkan data pada Tabel 5 terlihat bahwa nilai Corrected Item-Total Correlation dari variabel gaya membimbing semuanya lebih besar
dari 0,3. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa seluruh butir pertanyaan untuk variabel gaya memimbing adalah valid.
Tabel 6 Hasil Uji Validitas Variabel Gaya Mendukung Item-Total Statistics Corrected Item- Squared Scale Mean if Scale Variance if Total Multiple Item Deleted Item Deleted Correlation Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
Mendukung1
10.8478
1.199
.363
.897
.589
Mendukung2
11.1739
.991
.435
.607
.539
Mendukung3
11.2609
1.086
.403
.602
.562
Mendukung4
10.8696
1.183
.442
.897
.540
2 k b r11= 1 2 t k 1
Berdasarkan data pada Tabel 6 terlihat bahwa nilai Corrected Item-Total Correlation dari variabel gaya mendukung semuanya lebih besar dari 0,3. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa seluruh butir pertanyaan untuk variabel gaya mendukung adalah valid.
Di mana : r11 = reliabilitas instrumen k = banyaknya butir banyaknya soal b2 = jumlah varians butir t2 = varians total (Arikunto, 1998)
4.4. Hasil Uji Reliabilitas Suatu alat ukur dikatakan reliabel jika selalu mendapatkan hasil yang tetap sama dari gejala pengukuran yang tidak berubah. Reliabilitas adalah indek yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Untuk menguji digunakan Alpha Cronbach dengan rumus :
pertanyaan
atau
Instrumen dapat dikatakan andal (reliabel) bila memiliki koefisien keandalan reliabilitas sebesar 0,6 atau lebih (Arikunto 1998).
52
Uji reabilitas yang digunakan adalah dengan Alpha Cronbach. Bila Alpha lebih kecil dari 0,6 maka dinyatakan tidak reliabel dan sebaliknya dikatakan reliabel. Penyelesaian pengujian reliabilitas juga menggunakan program SPSS for Windows. Hasil pengujian reliabilitas terhadap semua variabel dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 7 Rekapitulasi Hail Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian A. Variabel Alpha B. Keterangan X1
0.637
Reliabel
X2
0.689
Reliabel
X3
0.628
Reliabel
Y
0.704
Berdasarkan hasil uji reliabilitas yang dilakukan terhadap semua item dalam penelitian ini menunjukkan bahwa semua item penelitian dapat dikatakan reliabel, dengan demikian dapat digunakan sebagai instrumen dalam mengukur variabel yang ditetapkan dalam penelitian ini. 4.5. Analisis Data 4.5.1. Hasil Analisis Regresi dan Pengujian Hipotesis Analisis regresi dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat yang ditetapkan dalam penelitian ini, baik secara parsial maupun secara simultan, dan sekaligus menguji hipotesis penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya.
Reliabel Tabel 8 Analisis Linear Berganda Coefficientsa Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
B
Std. Error
Beta
(Constant)
12.186
4.114
x1
.216
.368
x2
.080
x3
.532
Model 1
t
Sig.
2.962
.005
.116
.586
.561
.547
.044
.147
.884
.485
.282
1.096
.279
a. Dependent Variable: y Adapun uji statistik ini menggunakan software SPSS for Windows Versi 16.00. Berdasarkan analisis diperoleh persamaan sebagai berikut : Y = 12.186+ 0.216X1 + 0.080X2 + 0.532X3 Dimana : Y = Kinerja Karyawan a = Konstanta X1= Gaya Mengarahkan X2= Gaya Membimbing X3= Gaya Mendukung b1 – b3 = koefisien regresi X1- X3 e = Standar Error/ Nilai Residual Dari persamaan diatas, dapat diinterpretasikan sebagai berikut : Konstanta sebesar 12.186; artinya jika gaya mengarahkan, gaya membimbing dan gaya mendukung nilainya adalah 0, maka Kinerja Karyawan nilainya sebesar 12.186. Apabila
53
ketiga variabel independen tersebut meningkat maka akan mempengaruhi variabel dependen yaitu Kinerja Karyawan sebesar 12.186. Koefisien regresi variabel Gaya Mengarahkan (X1) sebesar 0.216; artinya jika Gaya Mengarahkan mengalami kenaikan sebesar 1 satuan, maka Kinerja Karyawan (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 0.216. Koefisien regresi variabel Gaya Membimbing (X2) sebesar 0.080, artinya jika Gaya Membimbing mengalami kenaikan sebesar 1 satuan, maka Kinerja Karyawan (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 0.080. Koefisien regresi variabel Gaya Mendukung (X3) sebesar 0.532, artinya jika Gaya Mendukung mengalami kenaikan sebesar 1 satuan, maka Kinerja Karyawan (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 0.532
yang dimasukkan ke dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependennya.
4.1.1.1. Uji Simultan (Uji F) Uji statistik F pada dasarnya mrenunjukkan apakah semua variabel independen Tabel 9 ANOVAb Model 1
Sum of Squares df
Mean Square
F
Sig.
Regression
44.560
3
14.853
2.630
.063a
Residual
237.179
42
5.647
Total
281.739
45
a. Predictors: (Constant), x3, x1, x2 b. Dependent Variable: y Berdasarkan hasil Uji Simultan (Uji F) pada tabel 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 2.630 dengan taraf signifikansi sebesar 0,063 (sig ἀ > 0,05), dapat disimpulkan bahwa variabel independen yaitu Gaya Mengarahkan (X1), Gaya Membimbing (X2) dan Gaya Mendukung (X3) tidak berpengaruh terhadap Variabel dependen yaitu Kinerja Karyawan (Y).
jenis tugas, fungsi atau sasaran spesifik yang mereka selesaikan. Karyawan yang bekerja secara kelompok dengan karyawan yang bekerja secara peorangan akan mempengaruhi tingkat kematangan bawahan secara berbeda. Seorang bawahan akan memiliki tingkat kematangan yang tinggi bila bekerja secara kelompok, namun disisi lain apabila karyawan tersebut bekerja sendiri tingkat kematangannya akan rendah, atau sebaliknya. Secara implisit gaya kepemimpinan situasional merupakan suatu gaya kepemimpinan dimana seorang pemimpin semestinya membantu pengikut untuk menumbuhkan kematangan sejauh yang dapat dan mau dilakukan. Perkembangan kematangan pengikut ini hendaknya dilakukan dengan menyesuaikan perilaku pemimpin melalui keempat gaya (gaya mengarahkan, gaya membimbing, gaya mendukung dan gaya pendelegasian).
4.6. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil pengujian terhadap hipotesis yang diajukan diatas dengan menggunakan analisis regresi, baik secara bersamasama atau simultan maupun secara parsial antara variabel – variabel gaya kepemimpinan dan variabel kinerja karyawan menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan situasional yang terdiri dari perilaku mengarahkan (directing), perilaku membimbing (coaching), perilaku mendukung (supporting) dan perilaku pendelegasian (delegating) tidak berpengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan STIE Wikara. Kurangnya pengalaman, terkadang membuat pimpinan masih menerapkan gaya kepemimpinan yang kurang tepat dan pimpinan masih dalam proses menilai tingkat kematangan bawahannya. Varibel-variabel kematangan karyawan/bawahan oleh pimpinan hendaknya dipertimbangkan menurut jenis tugas yang akan diberikan. Apabila variabel tersebut dipetimbangkan oleh pimpinan, maka tingkat kematangan bawahan akan meningkat. Hal ini disebabkan karena rata – rata pendikan karyawan umumnya jenjang strata 1 (S1). Karyawan cenderung matang atau tidak matang dalam hubungannya dengan tugas, fungsi atau sasaran spesifik yang diupayakan pemimpin untuk diselesaikan melalui upaya mereka, sehingga seorang bawahan tidak dapat dikatakan matang atau tidak matang secara menyeluruh tanpa melihat
V. PENUTUP 5.1. Kesimpulan Deskriptif hasil penelitian tentang karyawan STIE Wikara dilihat dari tingkat pendidikan yang umumnya berpendidikan strata satu (S1), karyawan akan sangat mudah menerima arahan dan bimbingan pimpinan. Bahkan kalau pelatihan ditingkatkan dan bertambahnya pengalaman kerja karyawan akan mampu meningkatkan kematangan bawahan. Sehingga pimpinan akan dapat menyesuaikan dengan model gaya kepemimpinan situasional. Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil analisis statistik pada penelitian ini menemukan bahwa variabel-variabel dalam gaya kepemimpinan situasional (gaya mengarahkan, gaya membimbing, gaya
54
mendukung) tidak berpengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan. 5.2. Saran Ada beberapa saran yang dapat penulis sampaikan dari hasil penelitian ini. Melihat kondisi kerja di STIE Wikara yang kurang terstruktur dan belum adanya pembagian tugas yang tegas antara bidang kadang menuntut bawahan melakukan pekerjaan yang bukan keahliaanya. Untuk itu penulis menyarankan : 1. Adanya pembagian tugas yang jelas antar bidang sehingga akan pencapaian tujuan pekerjaan dapat diakukan dan meningkatkan profesionalisme karyawan. 2. Pimpinan sebelum memberikan tugas kepada bawahan agar tugas yang diberikan disesuaikan dengan tingkat kematangan bawahan. Ini penting karena dengan mengetahui tingkat kematangan bawahan akan dapat disesuaikan dengan gaya pemimpin terhadap karyawan/bawahan. 3. Peningkatan keterampilan karyawan dengan memberikan pelatihan yang lebih baik dan tepat. Ini akan mampu meningkatkan kreatifitas karyawan dan meningkatkan kinerja karyawan.
Harsey paul and Blanchard Kenneth. (1996). Revisiting the life cycle theory of leadership. Article, leadership development magerial style. Henry Simamora. (1987) Manajemen Sumberdaya Manusia. STIE YKPN, Yogyakarta. Husein Umar. (1998) Riset Sumberdaya Manusia Dalam Organisasi. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Indrio Gitosudarmo dan I Nyoman Sudita. (1997). Perilaku Keorganisasian. edisi pertama. BPFE, Yogyakarta. John F. Monoky. (1998). What your management Style. Article industrial distribution. John Soeprihanto, M.I.M. (1999). Penilaian Kinerja dan Pengembangan Karyawan. BPFE, Yogyakarta. Luthans. (1998) Organizational Behavior. Edisi 8 Mc Graw Hill International Edition, Singapore. Malayu S.P. Hasibuan. (1997) Manajemen Sumberdaya Manusia. PT. Toko Gunung Agung, Jakarta. Miftah Thoha. (1990) Perilaku organisasi, konsep dasar dan aplikasinya. rajawali press, Jakarta. Rao. (1996) Prestasi penilaian kerja, teori dan praktik. terjemahan L.Mulyana, seri manajemen no 99, PT. Pustaka Binaman Presindo, Jakarta. Robbins dan Mary Coulter. (1999) Manajemen. Sixth editions. PT. Prenhellindo, Jakarta. Robbins Stephen. (1996) Perilaku Organisasi. Jilid 1 Edisi Bahasa Indonesia. PT. Prenhalindo, Jakarta. Santoso, Singgih. (2000) SPSS Mengolah Data Statistik Secara Profesional. PT. Elex Media Komputindo, Jakarta. Singarimbun, Masri dkk (1995) Metode Penelitian Survey. LP3ES, Jakarta. Sri Surjani MD. (1997) Pengaruh Gaya Kepemimpinan Situasional Terhadap Prestasi Kerja (Suatu Kajian Terhadap Menejer Menengah pada PT.Perkebunan Nusantara XII (persero) di Jatim. Tesis, University Brawijaya. Sugiyono. (1999) Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta, Jakarta. Swasto Bambang. (1996) Pengembangan sumberdaya manusia pengaruhnya terhadap kinerja dan imbalan, cetakan pertama, Universitas Brawijaya Malang.
DAFTAR PUSTAKA A. Fikri Jahrie dan S. Hariyoto. (1999) Manajemen Sumberdaya Manusia. Asosiasi Institut Manajemen Indonesia (AIMI) Jakarta. Arikunto, Suharsimi. (1998) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta, Jakarta. Bernadin, H. John and Joyce E.A Russel. (1993) Human Resources Management, Mc.Graw Hill, Inc. Singapore. Davis, Keith and Werther, William B. (1996) Human Resources and Personnel Management. 5th edition, McGraw-Hill, Inc., USA. Davis, Keith dan Newstorm, John W. (1989) Human Behavior. Terjemahan, Edisi Ketujuh, Erlangga, Jakarta. Dharma, Agus. (1985) Manajemen Prestasi Kerja. Edisi Pertama. Rajawali, Jakarta. Gary A. Yukl. (1998) Kepemimpinan Dalam Organisasi. Edisi Bahasa Indonesia. PT. Prenhalindo, Jakarta. Gujarati, Damodar N. (1995) Ekonometrika Dasar. Alih bahasa Sumarno Zain, Erlangga, Jakarta. Hani Handoko, T. (1985) Manajemen personalia dan sumberdaya manusia. penerbit Liberty, Yogyakarta. Harsey paul and Blanchard Kenneth. (1995) Management of organizational behavior. Diterjemahkan oleh Agus Dharma, edisi IV, penerbit Erlangga, Jakarta.
55
Jurnal Wikara National Economic and Social Research Development, Vol 2 No 1 Juni 2014 ISSN : 2354-9416 Hal 56-65 “PENGARUH KUALITAS PELAYANAN DAN PROFESIONALISME TERHADAP LABA PADA RUMAH SAKIT” Oleh : Dr.H.M. Nursito, SE.M.Si.Ak.CA Program Studi Akuntansi, STIE Wibawa Karta Raharja
Abstrak - Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kualitas pelayanan dan professional terhadap laba organisasi. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan kausal untuk menganalisis pengaruh antar variabel menggunakan aplikasi SPSS v. 20 dalam mengolah data sebagai alat bantu analisisnya. Responden yang digunakan berjumlah 91 yang terdiri dari pasienkeluarga, medis, para medis, karyawan dan pengelola keuangan pada rumah sakit swasta di Kab. Ciamis. Temuan yang dihasilkan dalam penelitian ini mengungkapkan bahwa baik secara simultan (F hit 13,233) maupun secara parsial kualitas pelayanan (t hit 655) dan profesional (t hit 905), berpengaruh positif dan signifikan terhadap laba pada rumah sakit swasta di Kab Ciamis. Temuan penting dalam penelitian ini adalah bahwa dari beberapa variabel, baik secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi terhadap laba organisasi, maka pihak organisasi dalam hal ini rumah sakit swasta di Kab Ciamis, harus memperhatikan variabel-variabel tersebut. Hal utama yang diharapkan adalah semakin tingginya kualitas pelayanan maka profesionalisme lebih baik dan hal ini menjadi bagian tak terpisahkan terhadap organisasinya dalam rangka membawa nama baik organisasi ke depan. Kata kunci : Kualitas pelayanan, profesional dan laba Abstract - This study aims to examine the effect of quality of service and professionalism of the profit organization. This study used a survey method with causal approach to analyze the influence between variables using SPSS v. 20 in data processing as a tool of analysis. Respondents were used numbered 91 which consists of pasienkeluarga, medical, paramedics, employees and financial manager at a private hospital in the district. Kudat. The findings generated in this study revealed that both simultaneously (F hit 13.233) and partially quality of service (t hit 655) and professional (t hit 905), and a significant positive effect on earnings in the private hospitals in the District Kudat. An important finding in this study is that of several variables, either directly or indirectly affects the profit organization, then the organization in this case a private hospital in Kudat district, must pay attention to these variables. The main thing to expect is the higher quality of service, the professionalism is better and it is becoming an integral part of the organization in order to bring the good name of the organization forward. Keywords: Quality of service, professional and profit Latar Belakang Persaingan global yang semakin tajam dalam pelayanan public yang dikelolah oleh pihak swasta akhir-akhir ini menuntut perubahan dalam paradigma pelayanan jasa yang diberikan oleh suatu institusi pelayanan publik dari pandangan masyarakat dan pengelola. Dalam menghadapi perubahan paradigma tersebut, pimpinan suatu instiitusi haruslah dapat menghadapi sebagai tantangan bagi keberhasilan institusi yang dipimpinnya tersebut. Perubahan paradigma terjadi karena terdapatnya perubahan lingkungan dari suatu institusi. Setiap pimpinan institusi haruslah mampu membaca perubahan paradigma tersebut. Dengan ketajaman dan kejelian seorang pimpinan institusi, tentunya diharapkan akan mampu
mengambil keputusan yang tepat dalam memimpin dan menjalankan pemberian jasa pelayanan dari institusinya, sebagaimana yang diharapkan dalam misi dan visi institusi tersebut. Pada akhir-akhir ini terlihat bahwa rumah sakit terus berkembang, baik dalam jumlah, kapasitas maupun sarana prasarana seiring dengan perkembangan tehnologi. Walaupun terdapat perkembangan rumah sakit dari waktu ke waktu, tetapi fungsi dasar suatu rumah sakit tetap tidak berubah. Fungsi dasar suatu rumah sakit adalah pemulihan kesehatan anggota masyarakat, baik secara pelayanan rawat inap. maupun rawat jalan, serta konsultasi pemeliharaan atau perawatan kesehatan anggota masyarakat. Rumah sakit
56
merupakan suatu tempat pelayanan, yang menyelenggarakan pelayanan medik dan spesialistik, pelayanan penunjang medik, pelayanan instalasi medik dan pelayanan perawatan secara rawat jalan dan rawat inap Kuncoro dalam Nursetyo,2006 Dalam pada ini ada beberapa faktor yang mempengaruhi terhadap kualitas pelayanan yang berimplikasi pada peningkatan laba antaralain: Medis, Paramedis, Standar jaminan mutu pelayanan sarana dan prasarana dan lingkungan rumah sakit dari beberapa faktor tersebut, peran medis dan paramedik sangatlah penting sebagai ujung tombak pelayanan. Dengan demikian kualitas pelayanan yang dinikmati dan di rasakan masyarakat yang dikelolah secara professional akan menjadikan magnet bagi masyarakat akan kepuasan pelayanan yang diberikan institusi rumah sakit. Adapaun masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah kualitas pelayanan yang diberikan berpengaruh terhadap laba perusahaan. 2. Apakah profesionalisme berpengaruh terhadap laba perusahaan. 3. Apakah kualitas pelayanan dan profesionalisme yang diberikan berpengaruh terhadap laba perusahaan.
Kualitas dan pelayanan adalah sarana untuk mencapai kepuasan dan ikatan. Tujuan keseluruhan bisnis adalah menghasilkan pelanggan yang puas dan setia yang akan terus menjalin bisnis dengan perusahaan. Oleh karena itu memberikan kualitas yang tinggi dan pelayanan yang prima adalah suatu keharusan apabila ingin mencapai tujuan pelanggan yang puas dan setia (Richard, 2002 :17). Gupta, et.al, (1995) mendefinisikan pelayanan adalah kegiatan atau kinerja untuk menciptakan keuntungan pelanggan dengan memberikan perubahan yang bisa diterima oleh pelanggan. Sedangkan untuk memperoleh hal tersebut menurut Javagi et, al, (1996) pelayanan pelanggan adalah pelayanan yang dimunculkan untuk mendukung inti produk perusahaan. Terkait dengan kualitas pelayanan tersebut Balthasar Elu, et. al (2004) mengidentifikasikan ada 5 (lima) faktor kualitas pelayanan yang penting dalam pandangan konsumen, yaitu; (1) inti pelayanan atau produk inti; (2) unsur penyampaian pelayanan; (3) sistematika penyampaian pelayanan; (4) wujud pelayanan; dan (5) tanggung jawab sosial. Beberapa definisi yang dikemukakan diatas maka kualitas pelayanan merupakan suatu keharusan bagi suatu perusahaan untuk memberikan kualitas yang tinggi dan pelayanan yang prima untuk mencapai tujuan yaitu pelanggan yang puas dan setia berdasarkan persepsinya atas kecepatan pelayanan yang diberikan, kemudahan dalam pelayanan dan ketersediaan produk/jasa, sehingga kualitas pelayanan dapat dipengaruhi oleh kecepatan pelayanan, kemudahan pelayanan dan ketersediaan sarana pendukung produk. Jika anggapan terhadap hal tersebut memenuhi harapan pelanggan, maka kualitas pelayanan dianggap baik. Sehingga dengan meningkatnya kualitas pelayanan yang semakin baik maka kepuasan pelanggan bisa dicapai dan pembelian ulang akan semakin sering dilakukan.
TINJAUAN PUSTAKA Kualitas Pelayanan Kualitas harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir pada persepsi pelanggan (Kotler, 2002). Hal ini berarti bahwa citra kualitas yang baik bukanlah berdasarkan sudut pandang atau persepsi pihak penyedia jasa, melainkan berdasarkan sudut pandang atau presepsi pelanggan. Persepsi pelanggan terhadap kualitas jasa merupakan penilaian menyeluruh atas keunggulan suatu jasa.
Tabel 2.1 Kisi-kisi operasional variable Variabel
Dimensi
Tangibles/ Bukti langsung Kualitas Pelayanan Jo Ann M. Duffy, Alice A. Ketchand, (1998)
Indikator Fasiltas fisik Perlengkapan Penampilan para karyawan Pelayanan terpercaya
Realibility/ Keandalan
Responsiveness/ Daya tangkap
Pelayanan akurat Membantu konsumen Menyediakan
57
Ukuran Sarana dan prasarana infrastruktur memenuhi standar Perlengkapan pelayanan sesuai standar Penampilan karyawan rapih, bersih tertata secara anggun dan menawan Kemampuan untuk memberikan pelayanan secara terpercaya Kemampuan untuk memberikan pelayanan secara akurat Kemauan untuk membantu konsumen kemauan untuk
layanan cepat Kepastian
Assurance/ Jaminan
Kenyamanan
Empaty/ Kemudahan
Perhatian
menyediakan layanan cepat Memberikan rasa Aman Memberikan rasa nyaman Pengertian Sopan santun Perhatian individu yang diberikan oleh para karyawan Perhatian individu yang diberikan oleh paramedis dan medis
amatir), (3) profesional (kata benda) berkenaan dengan mutu, kualitas dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau orang profesional. Profesionalisme digunakan untuk menunjukkan penilaian positif atas pekerjaan, umpamanya dia benar-benar seorang profesional sejati, mahir atau untuk menyatakan sebagai sumber nafkah, misalnya pemain golf profesional. Menurut Tilaar (2012 : 87-88), seorang yang profesional merupakan orang yang memiliki keahlian dan memiliki pengetahuan di bidangnya dan penuh dengan tanggung jawab terhadap tugas yang diembannya, serta mempunyai kebebasan dalam mengalokasikan waktu yang dimiliki secara efisien dan efektif. Artinya seorang dosen yang profesional, ia telah menyelesaikan tahap pendidikan tertentu, telah ditetapkan kariernya, memiliki keahlian, konsisten dalam menjalankan tugas, serta secara konsisten menggunakan keahliannya untuk mengembangkan pengetahuannya. dengan demikian menurut Tilaar, merumuskan profesional adalah keahlian seseorang yang diperoleh secara sadar dan terarah dalam menguasai berbagai jenis ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diturunkan secara turun temurun atau dengan cara lain. Pada masyarakat sederhana, keahlian tersebut biasanya diperoleh dengan cara meniru dan diturunkan dari orang tua kepada anak atau dari kelompok ke generasi penerus. Sedangkan pada masyarakat modern, keahlian tersebut diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan khusus.
Profesional Profesi berasal dari kata latin professare, yang berarti deklarasi keyakinan seseorang sesuai dengan pengetahuan, pengalaman, dan tata nilai yang dimiliki. Menurut Schein (2014), profesi adalah pekerjaan yang: (a) berdasarkan ilmu pengetahuan spesifik, (b) memiliki moralitas dan prinsip etika profesi, (c) memenuhi kebutuhan publik, dan (d) memiliki kewenangan dan kebebasan yang dipercaya publik untuk memberi ‖rekomendasi‖ pemecahan masalah klien sesuai dengan bidang keahliannya. Holmes and Burns (2011: 236), menyebutkan bahwa profesional memiliki karakteristik publik yaitu : (1) seperangkat pengetahuan dan pengalaman, (2) pelatihan, (3) suatu tanggung jawab untuk melayani publik atau bagian dari padanya, (4) adanya kebutuhan untuk memiliki, kepercayaan dari publik, (5) sebagai sarana dalam mencari nafkah, (6) adanya program pengembangan karir, dengan demikian perilaku profesional dinyatakan dalam kompetensi independensi dan integritasnya. Sedangkan Schender and Lamn (2013: 439), profesional mempunyai banyak arti atau makna seperti (1) profesi (sebagai kata benda) merupakan bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian tertentu (keterampilan, kejujuran dan sebagainya), (2) profesional (ajektif) bersangkutan dengan profesi; memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya, mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya (berbeda dengan
Tabel 2.2 Kisi-kisi operasional variable Variabel
Dimensi Kompetensi profesi
Profesional Murray, (2006); Heames & Service, (2003)
Indikator Ilmu Pengetahuan Keahlian Diagnostik
Kompetensi pedagogik
Peka terhadap topik sensitif
Metode
Sensitif dan tidak dapat dikonfrontasikan
58
Ukuran Memelihara derajat tingginya ilmu pengetahuan Mengembangkan kemampuan dalam tindakan Mampu menjelaskan hasil pemeriksaan Mampu mengambil alternative dalam tindakan yang aman dan nyaman Dibahas secara terbuka dengan menggunakan pemikiran positif Dibahas secara jujur dengan
menggunakan pemikiran positif Memberikan motivasi secara psikologis terhadap klien Bertanggungjawab Ikut bertanggungjawab memberikan keyakinan kepada klien Daftar Memantau tingkat perkembangan perkembangan klien klien Komunikasi Komunikasi secara sopan dan inten Sikap Saling menghormati Kontribusi
Perkembangan klien Konfidensialitas
Menghormati kolega
Tingkah laku Validitas tindakan
Hasil Perkembangan
Respek terhadap institusi
Memahami Peduli
Bekerjasama Klien secara positip ceria dan semangat Klien secara negative muram dan tidak semangat Memahami tujuan insitusi dan publik Perduli terhadap tujuan insitusi dan publik
mengandung lima sifat yaitu: 1) didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi yaitu timbulnya hasil dan biaya untuk mendapatkan hasil tersebut; 2) didasarkan pada postulat ―periodic‖ laba itu artinya merupakan prestasi perusahaan itu pada periode tertentu; 3) didasarkan pada prinsip revenue yang memrlukan batasan tersendiri tentang apa iti yang termasuk hasil; 4) memerlukan perhitungan terhadap biaya dalam bentuk biaya historis yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan hasil tertentu; 5) di dasarkan pada prinsip matching artinya hasil dikurangi biaya yang diterima/dikeluarkan dalam periode yang sama.
Laba laba adalah perbedaan antara realisasi penghasilan yang berasal dari transaksi perusahaan pada periode tertentu di kurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan penghasilan itu. Karakteristik dari laba berkaitan dengan identifikasi sifat dari laba sehingga memungkinkan untuk menganilisis transaksi/peristiwa yang dapat mempengaruhi laba. Gozali (2003; 345). Menutut Hery (2009;237) laba adalah laporan yang menyajikan ukuran ukuran keberhasilan operasiperusahaan selama periode waktu tertentu. Sedangkan menurut Belkaoui (2009:281) laba
Tabel 2.3 Kisi-kisi operasional variable Variabel
Dimensi
Indikator Barang
Sales revenue
Jasa Persediaan awal
Laba Hary, (2009) Gizali (2013)
dan
Cost sold
of
goods
Pembelian Persediaan akhir
Beban penjualan Operating expenses
Beban dan adm
umum
59
Ukuran Penjualan barang yang dunakan dalam pelayanan Penjualan jasa /profesi pelayanan yang di berikan Julmah persediaan awal barang yang digunakan dalam pelayanan Jumlah pembelian barang yang digunakan dalam pelayanan Julmah persediaan akhirl barang yang digunakan dalam pelayanan Jumalah biaya yang dikeluarkan dalam proses penjualan barang dan jasa secara langsung Jumalah biaya yang dikeluarkan dalam proses penjualan barang dan jasa secara tidak langsung
Other revenue and gains
Other expenses and losses
Income taxes on continuing operations
Discontinued opreatinons
Extra items
Earning share
ordinary
per
Pendapatan dividen Pendapatan sewa Keuntungan atas penjualan investasi Beban bunga
Kerugian atas penjualan peralatan Laba sebelum pajak Pajak penghasilan Kerugian operasi dari divisi Keuntungan dari penjualan komponen bisnis Laba sebelum pos-pos luar biasa Kerugian luar biasa setelah pajak Laba per saham biasa
Pendapatan dari investasi Pendapatan dari asset yang di sewakan Selisih positif dari investasil yang di tanam dengan penjualan investasi Besarnya biaya yang dikeluarkan untuk pembayaraj hutang kepada pihak ketiga/bank Penjualan peralatan lebih rendah dari pada pembelian Besarnya pendapatan kotor Jumlah biaya yang dikeluarkan untuk beban pajak pendapatan Biaya yang dieuarkan terus berjalan sedangkan hasilnya belum ada pada divisi lain Besarnya pendapatan dari penjualan beberapa komponen bisnis yang tidak mendukung Nama baik institusi atas jasa yang diberikan kepada publik sehingga sugesti dan cintra institusi baik di masyarakat Banyaknya biaya yang dikeluarkan dalam memulihkan nama naik institusi di publik Jumlah yang diterima meningkat
dan jasa) dan atau berbentuk prilaku, kecakapan, kompetensi, sarana dan keterampilan spesifik yang dapat mendukung pencapaian tujuan, sasaran organisasi. Setelah seseorang diterima, ditempatkan pada suatu organisasi/unit kerja tertentu, mereka harus dikelola agar menunjukkan profesionalisme yang lebih baik. Hal ini dapat di tunjukan dengan kualitas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat, dimana mereka mendapatkan pelayanan dengan baik. Untuk memperjelas pengaruh dari masing-masing variabel, maka disajikan model pengaruh yang disesuaikan dengan kondisi pada rumah sakit swasta di Kab Ciamis, yaitu pada gambar di bawah ini.
Kerangka Pemikiran Untuk menghasilkan laba perusahaan yang baik, maka profesional sumber daya yang melaksanakan fungsi pelayanan masyarakat sangatlah penting. Hal ini disebabkan karena sumber daya yang profesional yang mengerti akan proses pelayanan maka kualitas pelayanan perlu dipertanyakan. Kualitas pelayanan sangat tergantung pada kemampuan dan kemauan dari sumber daya manusia yang memiliki profesionalisme yang baik. Dalam hal ini peneliti dapat mengatakan bahwa dalam pengelolaan pelayanan sangat dibutuhkan sumber daya manusia yang mampu mengemban tanggungjawab terhadap tugas yang dilimpahkan menurut fungsi yang telah ditentukan. Sumber daya manusia yang memiliki profesionalme kerja yang baik dapat mengikuti peraturan yang telah ditentukan dan mampu memberikan pelayanan yang baik dalam upaya meningkatkan laba perusahaan. Setiap karyawan harus menyadari bahwa pekerjaan yang dilakukannya membuahkan hasil. profesionalime berarti sebagai stimulus yang memberikan hasil kerja/kemampuan kerja yang diperlihatkan seseorang, sekelompok orang (organisasi) atas suatu pekerjaan, pada waktu tertentu. Hasil dari profesionalisme dapat berupa produk akhir (barang
Gambar. Kerangka Pemikiran
Sumber: Model yang diolah
Hipotesis Sesuai dengan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan
60
teoritis dan kerangka pemikiran, maka pengujian hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut: H1 : Kualitas pelayanan yang diberikan berpengaruh terhadap laba perusahaan H2 : Profesionalisme berpengaruh terhadap laba perusahaan. H3 : Kualitas pelayanan dan profesionalisme yang diberikan berpengaruh terhadap laba perusahaan.
besar responden menduduki pengguna pelayanan sebagai variable kualitas pelayanan, yaitu sebanyak 17 orang (19%). Medis dan paramedis sebanyak 21 orang (23%) karyawan non medis dan paramedis sebanyak 33 orang (36%) pengelola keuangan sebanyak 15 orang (17%) dan manajer/pemilik sebanyak 5 orang atau (5 %). Statistik Deskriptif Statistik deskriptif dalam penelitian ini menunjukkan nilai mean dan standar deviasi untuk variabel adalah sebagai berikut:
METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian ini menggunakan data primer yang dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner kepada para pasien dan keuarga pasien serta karyawan rumah dan juga pengelola keuangan sakit swasta. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 175 responden. Metode penentuan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling dengan kriteria publik dan karyawan yang ada di rumah sakit swasta. Berdasarkan kriteria tersebut maka jumlah sampel penelitian adalah sebanyak 150 dan dari kuesioner yang disebar serta kembali serta memenuhi syarat sebanyak 91.
Gambar 4.1 Descriptive Statistics Mean
Std. Deviation 75.1256
N
Laba 62.132 91 Kualitas 55.341 63.1910 91 Pelayanan Profesional 42.08 44.931 91 Sumber: Output SPSS V 20 Dari gambar 4.1 tersebut diatas nilai mean laba adalah sebesar 62.13 ini diatas dari 50% sedangkan nilai standar deviasinya sebesar 75.12 lebih besar dari nilai mean menandakan bahwa data heterogen, untuk kualitas pelayanan besarnya nilai mean sebesar 55.34 ini lebih sedikit diatas 50% sedangkan nilai standar deviasinya sebesar 63.19 lebih besar dari nilai mean menandakan bahwa data heterogen, dan untuk profesional besarnya nilai mean sebesar 42.08 ini dibawah dari 50% sedangkan nilai standar deviasinya sebesar 44.93 lebih besar dari nilai mean menandakan bahwa data heterogen.
Variabel Penelitian Variabel bebas dalam penelitian ini adalah independensi, kualitas pelayanan dan profesional. Variabel terikat (dependent) dalam penelitian ini adalah laba perusahaan. Variabel-variabel tersebut diukur melalui kuesioner dengan menggunakan instrumen yang disusun untuk tiap-tiap variabel yang dikembangkan dari berbagai indikator. 3.3 Teknik Analisis Data Penelitian ini diawali dengan pengujian instrumen penelitian yaitu dengan menguji validitas dan reliabilitas. Agar hasil perhitungan dapat diinterpretasikan dengan akurat, dilakukan pengujian asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, heteroskedastisitas, dan multikolinieritas. Selanjutnya data dianalisis dengan regresi linier berganda dan dinyatakan dalam persamaan: Ŷ = a + b1X1 + b2X2 + ε Keterangan: Ŷ = Laba perusahaan X1 = Kualitas pelayanan X2 = Profesional ε = variabel pengganggu a = konstanta b1 = koefisien regresi X1 b2 = koefisien regresi X2
Hasil Uji validitas Uji validitas yang digunakan dengan Korelasi Pearson. Hasil uji validitas terhadap pernyataan variabel kualitas pelayanan didapat nilai Pearson Correlation antara 0,727—0,914 dan signifikansi 0,00 maka instrumen untuk variabel ini dapat dikatakan valid, dan variabel profesional memiliki nilai Pearson Correlation antara 0,759—0,908; dan signifikansi 0,00, sedangkan untuk variabel laba memiliki Pearson Correlation antara nilai 0,682— 0,926; dengan nilai signifikansi 0,00 untuk seluruh item pada variabel di atas. Dengan demikian, seluruh item instrumen penelitian ini dapat dianggap valid sehingga dapat digunakan untuk pengolahan data selanjutnya. Hasil Uji Reliabilitas Pengujian data yang digunakan untuk menguji instrumen penelitian ini adalah uji reliabilitas. uji ini dilakukan untuk meyakinkan bahwa instrumen penelitian dapat dikatakan reliabel. Hasil uji reliabilitas menunjukkan nilai Cronbach Alpha untuk variabel kualitas pelayanan, profesional dan laba berturut-turut adalah 0,86;
HASIL DAN PEMBAHASAN Responden Penelitian Kuesioner yang dapat digunakan dalam penelitian ini sebanyak 91 kuisioner (73%), sedangkan 34 kuesioner lainnya (27%) tidak dapat digunakan karena jawaban tidak lengkap. Sebagian
61
0,92; dan 0,98. Seluruh nilai Cronbach Alpha > 0,6 sehingga data keempat variabel dikatakan reliable
dalam gambar di bawah ini
Hasil Uji Asumsi Klasik Uji asumsi ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel dependen dan variabel independen keduanya berdistribusi normal atau tidak (Ghozali, 2006) Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data yang normal atau mendekati normal. Berikut ini disajikan grafik P-Plot untuk ketiga variabel yaitu kualitas pelayanan, profesional dan laba.
Dari Gambar 4.5 di atas dengan histogram menunjukkan bahwa kurva tidak menunjukkan memencengan ke kanan atau ke kiri. Ini menunjukkan bahwa model regresi telah memenuhi asumsi normalitas.
Gambar 4.4 Hasil Uji Normalitas dengan p-plot
Hasil Uji Heterokedastitas Uji asumsi ini bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual satu pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas, dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas, dalam penelitian ini menggunakan metode grafik plot berikut ini. Gambar 4.6 Hasil Uji Hetrokedastisitas Dari Gambar 4.4 di atas memperlihatkan bahwa secara scater plot menunjukan penyebaran titik-titk berada di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Gambar 4.5 Hasil Uji Distrubusi Data
Dari gambar 4.6 dapat dilihat bahwa grafik scaterplot menunjukkan bahwa data tersebar di atas dan dibawah dan tidak membentuk pola yang jelas. Hal ini berarti pada model persamaan regresi tidak terjadi heterokedastisitas, sehingga model regresi layak utuk digunakan memprediksi laba berdasarkan variabel yang mempengaruhinya.
62
dua varabel Independen terhadap satu variabel dependen. Dalam penelitian ini pengujian akan dilakukan terhadap variabel kualitas pelayanan dan profesional terhadap laba. Hasil pengujian adalah sebagai berikut.
Hasil Uji Hipotesis Hasil Uji Regresi Berganda Pengujian Hipotesis dilakukan dengan menggunakan model analisis regresi berganda. Regresi berganda adalah untuk menguji pengaruh
Model
(Constant) Kualitas pelayanan Profesional a. Dependent Variable: Laba 1
Tabel 4.1 Hasil Uji Regresi Berganda Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta 38.872 11.325 .629 .125 .690 .597 .110 .238
Dari tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa variabel kualitas pelayanan dan profesional terhadap laba sangat berpengaruh terhadap laba. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi 0,000 yang jauh lebih kecil dari 0,05.
5.110 .655 .905
.000 .000 .000
Sumber: Data yang diolah Hasil Uji t Variabel Kualitas Pelayanan, Profesional dan Laba Uji statistik t pada dasarnya untuk menujukkan seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial atau individual. Jika nilai probabilitas > 0,05 maka Ha1 ditolak, dan jika nilai probabilitas < 0,05 maka Ha1 diterima. (Ghozali 2009 : 88). Berikut ini disajikan hasil uji statistik t untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variabel kualitas pelayanan dan professional terhadap laba. Dari table 4.1 di atas dapat dilihat bahwa uji t untuk variabel kualitas pelayanan secara individual berpengaruh secara signifikan terhadap variabel laba. hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi dibawah 0,05 yaitu 0,000. Berbeda dengan uji regresi sederhana karena dalam uji t ini ada variabel lain yang masuk dalam pengujian, sehingga mempengaruhi terhadap hasil uji untuk variabel tersebut. Begitu juga dengan variabel profesional secara individu menunjukkan nilai signifikansi 0,000 jauh dibawah 0,05 yang berarti berpengaruh secara signifikan. Selanjutnya jika dimasukkan dalam persamaan regresi adalah sebagai berikut: Ŷ = a + b1X1 + b2X2 + ε Ŷ = 38.872 + 629 (Kualitas Pelayanan) + 597(Profesional) + ε
Tabel 4.2 Hasil Uji R2 Kualitas Pelayanan dan Profesional dan laba Model Summaryb R
Sig.
Gambar 4.7 Besarnya Nilai Pengaruh Secara Parsial dan Simultan
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Berikut ini ditunjukkan hasil uji koefisien determinsai untuk variabel kualitas pelayanan dan professional terhadap laba.
Model
t
R Square
Adjuste Std. Error d R of the Square Estimate 1 .886a .785 .759 1.0029 a. Predictors: (Constant), X2, X1 b. Dependent Variable: Y Dari tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa nilai R adalah sebesar 0,886 atau 88,6%. Hal ini berarti hubungan atara variabel kualitas pelayanan dan variabel professional memiliki hubungan yang sangat kuat terhadap variabel laba. Selanjutnya niali adjusted R Squere menunjukkan angka 0,785. Artinya bahwa variabel laba yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel kualitas pelayanan dan profesional sebesar 78,5% dan sisanya sebesar 21,5% dijelaskan oleh faktor-faktor lainnya. Besarnya pengaruh secara parsial dan simultan dapat di gambarkan sebagai berikut:
63
Dari hasil persamaan regresi tersebut dapat di naik sebesar satu satuan, maka laba sebesar 597 simpulkan bahwa: satuan. - Konstanta sebesar 38.872 menyatakan bahwa jika variabel independen dianggap konstan, maka Hasil Uji F Variabel laba sebesar 38.872 satuan. Uji F merupakan uji statistik yang - Koefisien regresi partisipasi penyusunan menunjukkan pengaruh variabel independen anggaran sebesar 629 menyatakan bahwa jika terhadap variabel dependen secara simultan atau setiap penambahan satu satuan kualitas bersama-sama. Berikut ditunjukkan hasil uji F pelayanan maka laba akan naik sebesar 629. untuk variabel kualitas pelayanan dan profesional - Koefisien regresi profesional sebesar 597 terhadap variabel laba. Hasil pengujian statistik F menyatakan bahwa setiap variabel professional ditunjukkan pada tabel sebagai berikut: Tabel 4.3 Hasil Uji F Variabel Kualitas Pelayanan, Profesional dan Laba ANOVAa Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. Regression 131.851 2 43.926 13.233 .000b 1 Residual 72.566 88 2.029 Total 234.418 90 a. Dependent Variable: Y b. Predictors: (Constant), X2, X1 Dari tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,000. Hal ini berarti bahwa variable independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen, karena nilai 0,000 lebih kecil daripada 0,05. Besarnya nilai t hitung dan F hitung secara parsial dan simultan dapat di gambarkan sebagai berikut:
adapun besarnya nilai pengaruh adalah sebesar 59,7% dengan nilai t hitung sebesar 90,5% dan tingkat signifikan sebesar 0,000, hal ini memberikan bukti empiris bahwa implementasi profesionalisme di seluruh institusi rumah sakit swasta telah merubahan mindset/cara berpikir karyawan dalam mencapai laba yang ditargetkan, 3. Hasil hipotesisi variabel kualitas pelayanan dan professional berpengaruh secara signifikan terhadap laba, adapun besarnya nilai pengaruh secara simultan R2 adalah sebesar 78,5% dengan nilai F hitung sebesar 13,233 dan tingkat signifikan sebesar 0,000, hal ini memberikan bukti empiris bahwa secara simultan implementasi kualitas pelayanan dan profesionalisme di seluruh institusi rumah sakit swasta telah merubahan mindset/cara berpikir karyawan dalam mencapai laba yang ditargetkan, perubahan perilaku karyawan dalam institusi sangat signifikan dengan optimalisasi pemanfaatan asset, profesionalisme sumber daya manusia dan teamwork pada bagian operasional. Keterbatasan Dari penelitian yang penulis lakukan, ada beberapa keterbatasan sebagai berikut: Penelitian ini merupakan terbaru dan masih belum banyak referensi yang penulis dapatkan, sehingga data yang diperoleh dengan menggunakan indikator penyebaran kuesioner yang penulis lakukan sendiri dengan melihat kondisi lapangan yang terjadi. Data yang penulis gunakan masih terbatas hanya 150 sampel, sehingga interpretasi terhadap hasil penelitian masih perlu dioptimalkan. Responden yang mengisi kuesioner kualitas pelayanan adalah keluarga pasien adalah sebagian besar yang tidak merasakan secara langsung
Gambar 4.8 Besarnya Nilai t hitung dan F hitung
Sumber: Data yang diolah KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan pengolahan data yang masuk, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Hasil hipotesisi variabel kualitas pelayanan secara individu berpengaruh terhadap laba hal ini mengindikasikan bahwa di rumah sakit swasta penyusunan perencanaan strategi, target dan anggaran telah melibatkan dan partisipasi pihak-pihak yang berkepentingan dalam institusi, hal ini dapat disimpulkan dari tingkat pengaruh sebesar 62,9%, dengan nilai t hitung sebesar 65,5% sedangkan besarnya signifikansii variabel kualitas pelayanan ditunjukkan dengan nilai 0,000 2. Hasil hipotesisi variabel professional berpengaruh secara signifikan terhadap laba,
64
dampak dari pelayanan yang diberikan institusi sehingga tidak mempengaruhi hasil yang diinginkan penulis secara optimal, karena pasien secara langsung merasakan dampak dari pelayanan yang diberikan oleh institusi dalam proses prepentive, kurative dan rehabilitative yang lebih diprioritaskan. Implikasi Penelitian yang telah dilakukan mempunyai implikasi terhadap internal perusahaan. Bahwa secara parsial atau individu kualitas pelayanan akan berdampak signifikan terhadap laba. Khususnya bahwa kualitas pelayanan, strategi dan target kinerja telah melibatkan berbagai unsur lintas Bidang sehingga akan berdampak pada laba yang maksimal, hal ini terlihat pada perbaikan berbagai indikator antara lain perbaikan pelayanan kepada pelanggan, perbaikan dalam penampilan karyawan, pelayanan terpercaya, akurat cepat adanya jaminan keamanan dan kenyamanan serta perhatian yang penuh terhadap pasien dan keluarga. Implementasi profesionalisme sebagai metode perilaku institusi dalam pengembangan skill dan pemanfaatan asset secara terstruktur dengan perubahan mindset/cara kerja, capabilities, dan leadership karyawan yang terarah perlu dilanjutkan, agar kualitas dan kuantitas professional lebih baik. Penelitian ini telah membuktikan bahwa dampak dari implementasi profesional meningkatkan laba yang lebih baik. Saran Untuk menyempurnakan penelitian ini penulis perlu memberikan saran kepada penulis selanjutnya sebagai berikut: Kepada para peneliti selanjutnya agar memperbaiki indikator pertanyaan yang lebih komperhenship, sehingga hasil penelitian juga lebih baik.Tempat penelitian agar dapat dilakukan di tempat lebih benyak seperti tingkat propinsi atau nasional, agar reliabilitas data dapat teruji lebih sempurna sehingga lebih bermanfaat bagi para pengguna khususnya internal perusahaan, data yang digunakan agar dapat diperbanyak agar hasil penelitian dapat lebih mewakili dan data lebih memenuhi asumsi normalitas, sehingga dapat menghasilkan penelitian yang lebih sempurna. Kualitas pelayanan, yang berkaitan dengan profesionalisme lebih ditingkatkan khususnya bagi para pengambil keputusan.
Daphne G.Harber, Nealm. Ashkanasy, Victor J. Callan, 1997, ―Implementing Quality service In A Public Hoapital Setting‖, A Path-Analytic Study of the Organizational Antecedents of Employee Perceptions and Outcomes, Public Productivity & Management Rewiew, Vol.21 No.1. Ghozali imam dan Chariri Anis (2013) Teori Akuntansi. Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang. Imam Ghozali (2009). Aplikasi Anailis Multivariate dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, Hery (2009) Teori Akuntansi Kencana Prenada media group. Jakarta Holmes, Athur W and David C Burns. (2001).Auiditing Standards and Procedural. Home wood Illinois: Richard D.Irwin, Inc. Jo Ann M. Duffy, Alice A. Ketchand,(1998) ―Examining The Role Of Service Quality In Overall Service Satisfaction”, Journal Of Management issues, Vol.XX, No.2. Philip Kotler,2002, Manajemen Pemasaran,Jakarta:Prenhallindo. P.S. Raju, Subhash C. Lonial, and Yash P. Gupta, 1995, ―Market Orientation And Performance In The Hospital Industry”,Management opinions vary on the connections between the two even within the same institution, Journal of Health Care Marketing , Vol.15, No.4. P. Mardeen Atkins, Brenda Stevenson Marshall, and Rajshekhar G. Javagi,1996,‖Happy Employees Lead To Loyal Patients‖,Survey of nurse and patients shows a strong link between employee satisfaction and patient loyalty,Journal of Health Care Marketing, hal 16-23. Schein, Edgar H. (2004). Organization Culture And Leadership. San Francisco: Jossey Bass Publisher. Shcender, Richard T dan Robert P Lamn. (2003). Sociologi. New York: Mc. Graw Hill Inc Sekaran, Uma, 2000, Research Methods for Business, A Akill-Building Approach. America: hirt Edition, John Wiley & Sons, Inc. Sugiyono,2013, Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Penerbit: CV. Alfabeta. Tilaar,H.A.R, (2002). Membenahi Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta
Daftar pustaka Balthasar Elu, 2004,‖Strategi Manajemen Pemasaran Jasa Kesehatan‖, Usahawan No.06, Th XXXIII, hal 37-45 Caroline M. Fisher, Claire J. Anderson, 1990,‖Hospital Advertising‖ Does It Influence Concumers, Journal of Health Care Marketing, Vol. 10, No.4.
65
Jurnal Wikara National Economic and Social Research Development, Vol 2 No 1 Juni 2014 ISSN : 2354-9416 Hal 66-80 “PENGARUH KUALITAS DAN BIAYA PELAYANAN PASOKAN AIR TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN PT. JABABEKA INFRASTRUKTUR” Oleh : Suhono, SE.MM Program Studi Manajemen, UNSIKA Abstrak - Penelitian ini menguji hubungan antara kualitas pelayanan pasokan air dan biaya layanan pada kepuasan pelanggan di PT. Jababeka Infrastruktur Cikarang. Lebih khusus, tujuan dari penelitian ini adalah 1) pengaruh kualitas pelayanan pasokan air mereka untuk kepuasan pelanggan PT. Jababeka Infrastruktur, 2) untuk mengetahui pengaruh biaya layanan pasokan air untuk kepuasan pelanggan PT. Jababeka Infrastruktur, 3 untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan dan biaya pelayanan pasokan air untuk kepuasan pelanggan PT. Jababeka Infrastruktur. Responden dalam penelitian ini adalah 100 responden yang masyarakat pelanggan air PT. Jababeka Infrastruktur. Penentuan jumlah responden di setiap pelanggan ditentukan oleh proporsional random sampling, sampling dari populasi sesuai dengan proporsi masing-masing sub-populasi dengan mempertimbangkan jumlah responden yang memenuhi syarat dalam sampel. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan verifikatif dengan menggunakan metode soft ware dari Berturut-turut Interval (MSI) dan Paket Khusus untuk statistik Science (SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) kualitas pelayanan air di kedua skala (400,3), 2) biaya layanan yang baik di skala (384,13), 3) layanan pasokan air kepuasan pelanggan PT. Jababeka Infrastruktur berada pada skala puas (387,75), 4) hubungan antara variabel independen X1 dan X2 menunjukkan korelasi 0,471, 5) korelasi parsial antara variabel X1 dengan jumlah Y antara 0.446 dan 0.361 untuk X2 dengan Y, 6) pengaruh langsung dan tidak langsung antara variabel kualitas pelayanan dan biaya pelayanan pasokan air sama dengan 0,482, 7) menguji hipotesis baik secara parsial maupun secara simultan menunjukkan tingkat signifikansi <α (0,05). Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan 1) perlu koordinasi ditingkatkan staft kantor dan staf lapangan dalam menangani keluhan pelanggan gangguan pasokan air, 2) kebutuhan untuk lebih memperhatikan evaluasi terus menerus kepuasan pelanggan dan proporsi keseluruhan pelanggan berdasarkan komunitas pelanggan. Kata kunci: kualitas layanan, harga layanan dan kepuasan pelanggan Abstract - This study examines the relationship between the quality of water supply services and service charges on customer satisfaction at PT. Jababeka Infrastruktur Cikarang. More specifically, the purpose of this study was 1) the influence of quality of their water supply services to customer satisfaction PT. Jababeka Infrastruktur, 2) to determine the effect of the cost of water supply services to customer satisfaction PT. Jababeka Infrastruktur, 3 to determine the effect of service quality and cost of water supply services to customer satisfaction PT. Jababeka Infrastruktur. Respondents in this study were 100 respondents who are community water customers PT. Jababeka Infrastruktur. Determination of the number of respondents in each customer is determined by proportional random sampling, the sampling of the population according to the proportion of each sub-population by considering the number of eligible respondents in the sample. This study used descriptive analysis and verification using the soft ware Method of Successive Interval (MSI) and the Special Package for statistical Science (SPSS. results showed that 1) the quality of water services are on either scale (400.3), 2) the cost Services are at either scale (384.13), 3) customer satisfaction water supply service PT. Jababeka Infrastruktur is at a scale satisfied (387.75), 4) the relationship between the independent variables X1 and X2 shows correlation of 0.471, 5) partial correlation between variables X1 with Y amount between 0.446 and 0.361 for X2 with Y, 6) direct influence and not directly between the variables of service quality and cost of water supply services is equal to 0.482, 7) hypothesis testing either partially or simultaneously showed a significance level of <α (0.05). Based on these results, it is suggested 1) needs coordination to be improved office staft and field staff in handling customer complaints of water supply disruption, 2) the need for more attention to the continuous evaluation of customer satisfaction and the overall proportion of the customer based on the customer community. Keywords: Service quality, service pricing and customer satisfaction
66
konsumen pada Bank swasta, Linda, 2010 membahas tentang analisis pengaruh kualitas pelayanan kantor kelurahan terhadap kepuasan masyarakat kelurahan Jagalan kecamatan Jebres Kota Surakarta, Murni, 2009 membahas tentang kualitas pelayanan dan kepuasan pelanggan jasa PDAM Kota Malang serta potensinya terhadap pelanggan baru. Berdasarkan uraian tersebut di atas maka masalah yang dapat dirumuskan adalah: Bagaimana kualitas pelayanan dan biaya pelayanan terhadap kepuasan pelanggan baik secara parsial maupun simultan. Adapun tujuan peneltian ini untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan, biaya pelayanan jasa supply air terhadap kepuasan pelanggan PT. Jababeka Infrastruktur.
1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Penelitian Saat ini Indonesia sudah memasuki era perdagangan bebas yang meliputi produk barang dan jasa. Persaingan yang semakin meningkat di dunia jasa memaksa para pelaku bisnis untuk meningkatkan kualitasnya, Peningkatan kualitas perlu dilakukan secara menyeluruh meliputi pelayanan terhadap pelanggan, rekan bisnis dan karyawan. Kualitas pelayanan memberikan suatu dorongan kepada pelanggan untuk menjalin hubungan yang kuat dengan perusahaan. Dalam jangka panjang, hubungan seperti ini memungkinkan perusahaan untuk memahami dengan seksama harapan pelanggan. Infrastruktur Kota Jababeka yang lengkap dan modern memenuhi standar internasional tertinggi dan beroperasi sesuai dengan kebijakan yang ramah lingkungan. Selain itu, infrastruktur memiliki kapasitas untuk dengan mudah mendukung pertumbuhan yang akan datang dari kawasannya. PT. Jababeka Infrastruktur adalah salah satu perusahaan yang menyediakan air bersih di kawasan Jababeka dan sekitarnya, di mana kualitas pelayanan sebagai prioritas utama pada setiap komunitas pelanggan. Dalam memberikan pelayanan Kualitas pelayanan PT. Jababeka Infrastruktur memberikan suatu dorongan kepada pelanggan untuk menjalin hubungan yang kuat dengan perusahaan. Dalam jangka panjang, hubungan seperti ini memungkinkan perusahaan untuk memahami kebutuhan dan keharapan pelanggan. Dengan demikian, perusahaan dapat meningkatkan kepuasan pelanggannya di mana perusahaan memaksimumkan pengalaman pelanggan yang menyenangkan dan meminimumkan pengalaman pelanggan yang kurang menyenangkan (Atmawati dan Wahyuddin, 2007:2). Tingkat kepuasan yang diperoleh setiap pelanggan berbeda-beda, hal ini dikarenakan tingkat prioritas pelayanan yang dilakukan oleh PT. Jababeka Infrastruktur ataupun tingkat tarif yang ditetapkan. Kemungkinan ini terjadi pula pada perusahaan yang sama-sama mempunyai prioritas pelayanan akan tetapi tingkat penggunaan supply air yang berbeda. Penelitian-penelitian yang membahas tentang kepuasan pelanggan telah banyak dilakukan diantaranya, Windarti, 2012 membahas tentang pengaruh kualitas pelayanan jasa terhadap kepuasan nasabah pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. kantor cabang utama Palembang, Sarwi Ruci, 1999 membahas tentang analisis kinerja pelayanan terhadap kepuasan pelanggan pada telkomsel Malang Area, Yusnaini, 2010 membahas tentang pengaruh kualitas pelayanan internet banking terhadap kepuasan dan loyalitas
2.1 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1.1 Jasa Pengertian jasa menurut Rambat (2008 : 5) “A service is any activity of benefit that one party can offer to another that is essentially intangible and does not result in the ownership of anything. Its production may or may not be tied to a physical product” Jasa sebagaimana diungkapkan di atas adalah setiap tindakan atau kinerja yang ditawarkan oleh satu pihak ke pihak lain yang secara prinsip tidak berwujud dan tidak menyebabkan perpindahan kepemilikan. Produksi jasa dapat terikat atau tidak terikat pada suatu produk fisik. Sedangkan Lovelock dalam Syaripudin (2008 : 22) berpendapat bahwa jasa merupakan suatu proses dimana proses tersebut menyangkut input dan output. Ada dua kategori besar dalam proses jasa: orang dan objek. Terdapat empat sifat dasar tindakan jasa, yaitu: a) Pemrosesan Orang; b) Pemrosesan Barang Milik; c) Pemrosesan Rangsangan Pikiran; d) Pemrosesan Informasi. Setiap jasa yang dihasilkan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Kotler dan Keller (2009 : 39) membedakan karakteristik jasa menjadi 4 bagian, yaitu: 1) Intangibility (Tak Berwujud); 2) Inseparability (Tak terpisahkan); 3) Variability (Bervariasi); 4) Perishability (dapat musnah) 2.1.2 Kualitas Pengertian kualitas yang dirumuskan oleh Goetsh dan Davis dalam Fandy Tjiptono (2004 : 51) adalah ukuran kebaikan suatu produk atau jasa yang terdiri atas kualitas disain dan kualitas kesesuaian. Namun menurut Total Quality Managemen (TQM), kualitas dapat dipandang secara lebih luas, dimana tidak hanya aspek hasil saja yang ditekankan melainkan juga proses, lingkungan dan manusia. Anis Wahyuningsih (2002:10), ―kualitas sebagai suatu strategi dasar bisnis yang menghasilkan barang dan jasa yang memenuhi
67
kebutuhan dan kepuasan konsumen internal dan eksternal, secara eksplisit dan implisit‖. Goetsh dan Davis dalam Tjiptono (2004 : 51) menyatakan kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.
atau biaya sebuah jasa akan mencakup harga yang bersifat moneter dan harga yang bersifat nonmoneter yang mencakup pengorbanan berupa waktu, upaya-upaya bersifat fisik, dan biaya-biaya psikkologis. Selanjutnya menurut Kotler dalam Giri Cahyono, (2008 :29) biaya adalah salah satu elemen bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan; elemen lain menghasilkan biaya. biaya juga bukan hanya melibatkan besaran moneter, melainkan juga harga waktu, tenaga dan psikis.
2.1.3 Pelayanan Pelayanan menurut Kotler dalam Nasution (2005:98) adalah aktifitas atau manfaat yang ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak menghasilkan kepemilikan apapun, produknya mungkin terlihat atau tidak terlihat pada produk fisik. Pelayanan atau seperti yang diungkapkan Kotler dalam Tjiptono dalam Asep Syaripudin (2008 : 30) adalah setiap tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lainnya. Pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dn tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu. Produksi jasa bisa berhubungan dengan produk fisik maupun tidak. Pelayanan oleh Battinggi (2005:13) disebut sebagai pelayanan umum, lahir karena adanya kepentingan umum. Pelayanan umum bukanlah tujuan, melainkan suatu proses untuk mencapai sasaran tertentu yang ditetapkan. Pelayanan menurut Battinggi (2005:17) adalah katalisator yang mempercepat apa yang ingin atau seharusnya dicapai
2.1.5 Kepuasan Kepuasan pelanggan, menurut Tse dan Wilton dalam Tjiptono (2008 : 24) adalah respon pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian (disconfirmation) yang dirasakan antara harapan sebelumnya (atau norma kinerja lainnya) dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah pemakaiannya. Selanjutnya Engel. et., al., dalam Tjiptono (2008:24) menyatakan bahwa kepuasan pelanggan adalah evaluasi purnabeli di mana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya sama atau melampaui harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul, apabila hasil (outcome) tidak memenuhi harapan. Aritonang (2005:2) menjelaskan bahwa kepuasan pelanggan adalah penilaian pelanggan terhadap apa yang diharapkannya dengan membeli dibandingkan dengan persepsinya terhadap kinerja yang diterima. Jika harapan lebih besar dibandingkan kinerja, maka yang diperoleh adalah ketidakpuasan. Jika kinerja lebih besar dibandingkan dengan harapan, maka pelanggan akan mendapatkan kepuasan. Boarden, et., al (2001:95), menjelaskan bahwa kepuasan pelanggan berhubungan dengan diskonfirmasi antara harapan dan kenyataan kinerja pelayanan. Kemudian Kotler dalam Tjiptono (2008 : 24) mengungkapkan bahwa kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (atau hasil) yang ia rasakan dibandingkan dengan harapannya. Nasution (2005:48) juga mendefinisikan kepuasan pelanggan sebagai suatu keadaan dimana kebutuhan, keinginan dan harapan pelanggan dapat terpenuhi melalui produk yang dikonsumsi. Sedangkan pendapat Oliver (1997) dalam Nasution (2005:50) yaitu: “Satisfaction is the costumer’s fulfillment response. It is a judgement that a product or service feature, or the product or service itself. Provided for is providing a pleasurable level of comsumption related fulfillment including level of under or over fulfillment”. Pendapat yang diungkapkan para ahli di atas menunjukkan kemiripan, bahwa kepuasan
2.1.4 Biaya Menurut Supriyono (2000:16), Biaya adalah harga perolehan yang dikorbankan atau digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan atau revenue yang akan dipakai sebagai pengurang penghasilan. Menurut Henry Simamora (2002:36), Biaya adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat pada saat ini atau di masa mendatang bagi organisasi. Sedangkan menurut Mulyadi (2001:8), Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi, sedang terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Menurut Tjiptono (2008:151) harga merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa lainnya) yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau penggunaaan suatu barang atau jasa. Lupiyoadi (2008:99) menyatakan harga memainkan peranan penting dalam mengkomunikasikan kualitas dari jasa. Dan Yazid (2008:216) menyatakan harga merupakan pembatas (trade-off) untuk sejumlah benefit (nilai) yang akan diberikan oleh suatu produk (barang atau jasa) dengan sejumnlah biaya yang dikaitkan dengan penggunaan produk tersebut. Selanjutnya, harga
68
pelanggan berkaitan erat dengan dua faktor, yaitu harapan pelanggan dan kinerja yang diterima.
2.
Hubungan variabel kualitas pelayanan dan kepuasan pelanggan. Menurut Dabholkar et. al dalam Tjiptono dalam Oldy Ardhana (2010:27) menyatakan bahwa kualitas jasa mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan pelanggan 3. Hubungan variabel biaya pelayanan dan kepuasan pelanggan. Harga, dilihat dari sudut pandang konsumen, seringkali digunakan sebagai indikator nilai yang dihubungkan dengan manfaat yang dirasakan atas barang atau jasa. Apabila nilai yang dirasakan pelanggan semakin tinggi, maka akan menciptakan kepuasan pelanggan yang maksimal Tjiptono dalam Oldy Ardhana (2010:27) PT. Jababeka Infrastruktur merupakan salah satu perusahaan yang menawarkan kebutuhan perusahaan dan masyarakat akan jasa supply air. Kualitas yang diterima dari jasa supply air merupakan hasil dari harapan pelanggan terhadap perusahaan. Ada lima aspek penilaian kualitas pelayanan yang mempengaruhi kualitas pelayanan jasa menurut Parasuraman dalam Zeithml dan Berry dalam Lupiyoadi (2008:182) yaitu: bukti fisik (tangibles), kehandalan (reliability), kecepatan, ketepatan dan tanggap (responsiveness), jaminan (assurance) dan tegas dan penuh perhatian (emphaty). Berdasarkan uraian di atas dapat diperoleh gambaran kerangka berfikir sebagai berikut :
2.2 Hasil Penelitian Terdahulu Peranan kualitas pelayanan sangat penting dalam keberhasilan suatu bisnis, sehingga menarik minat peneliti diberbagai bidang industri jasa melakukan penelitian hubungan antara kualitas pelayanan dan biaya pelayanan dengan kepuasan pelanggan. Peneliti-peneliti telah banyak melakukan kajian pengaruh pelayanan dan biaya pelayanan terhadap kepuasan pelanggan diantaranya Windarti (2012), Sarwi Ruci (1999), Yusnaini (2010), Linda (2010), Murni (2009). 2.3 Kerangka Pemikiran Hubungan antar variabel dalam peneliatian ini meliputi variabel kualitas pelayanan, biaya pelayanan dan kepuasan pelanggan sebagai berikut : 1. Hubungan variabel kualitas pelayanan dan biaya pelayanan. Menurut Fandy Tjiptono (2000:54) menyebutkan bahwa kualitas suatu produk dan harga memiliki hubungan yang erat dengan kepuasan pelanggan untuk menjalin ikatan hubungan yang kuat dengan perusahaan, dalam jangka panjang, ikatan seperti ini memungkinkan perusahaan untuk memahami dengan seksama harapan pelanggan serta membutuhkan mereka.
2. Terdapat pengaruh biaya pelayanan terhadap kepuasan pelanggan PT. Jababeka Infrastruktur.
2.4 Hipotesis Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah dan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan hipótesis sebagai berikut : 1. Terdapat pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan PT. Jababeka Infrastruktur.
3. Terdapat pengaruh kualitas pelayanan dan biaya pelayanan secara parsial dan simultan terhadap kepuasan pelanggan PT. Jababeka Infrastruktur
69
n c. responsivne ss
3.1
Metode yang Digunakan Penelitian ini dilakukan berdasarkan metode deskriptif dan verifikatif. Moh.Nazir (2005:54) menyatakan bahwa metode deskriftif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatusistem pemikiran atau suatu kelas peristiwa. Metode deskriptif menggambarkan tentang ciri-ciri variabel yang diteliti. Dalam penelitian ini metode deskriptif digunakan untuk menjelaskan variabel kualitas pelayanan (X1), biaya pelayanan (X2) dan kepuasan pelanggan (Y) di PT. Jababeka Infrastruktur.
d. assurance
3. Jumlah pegawai proposional 4. Jumlah alat komunikasi memadai 5. Kelancar an aliran air. 6.
e. emphaty
Sedangkan metode verifikatif menurut Iqbal Hasan (2008:11) yaitu menguji kebenaran sesuatu (pengetahuan) dalam bidang yang telah ada dan digunakan untuk menguji hipotesis yang menggunakan perhitungan statistik. Metode verifikatif dalam penelitian ini digunakan untuk menjelaskan di bawah ini
Mutu pelayana n jasa supply air
7. Jasa pelayana n supply air tetap akurat 8. Pelayanan supply air bebas salah
9.
Kesiapan para pegawai.
10. Kecepatan pekerjaan pegawai
Gambar 3.1 Model yang dikembangkan 3.2
11. Perhatian pegawai ke pelangga n
Operasionalisasi Variabel
Pada penelitian ini digunakan terdiri dari 2 variabel bebas dan 1 variabel terikat. Variabel bebas adalah kualitas pelayanan (X1) dan biaya pelayanan jasa supply air (X2), sedangkan variabel terikat adalah kepuasan pelanggan (Y). Lebih lanjut, variabel operasional ketiganya sebagai berikut:
12. Kemudah an pelayana n jasa supply air.
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Variabel
Dimensi
Indikator
Skal a
Item Pernya taan
1
2
3
4
5
a. tangible
1.
Kualitas
Kelengka pan fasilitas fisik
Pelayana n (X1) *)
b. reliability
13. Pegawai memiliki ketrampil an 14. 1 2 3 4
15. Pelayanan jasa tidak timbul
5 6
2. Ketersedi aan peralatan pelayana
Pegawai memiliki keramaha n.
kerugian
7 8
16. Keamana
70
Ordi nal
9 1 0 1 1 1 2 1 3 1 4 1 5 1 6 1 7 1 8 1 9 2 0
n dalam pengguna an air
n urutan antrian pelayana n Operasionalisasi Variabel (Lanjutan)
minum
17.
18.
Pegawai mudah dihubung i.
Variabel
Dimensi
Indikator
Skal a
Item Pernya taan
1
2
3
4
5
Pegawai menganti sipasi kebutuha n
c. Harga tenaga
pelangga n 19.
d. Harga psikis
Pegawai tanggap keluhan
pelangga n.
Biaya Pelayana n (X2) **)
20. Memberi kan perlaku yang sama
9.
Ketidak lelahan sebelum pelayana n 10. Ketidak lelahan saat pelayan 11. Kemudah an birokrasi pelayana n 12. Kemudah an menjang kau kantor 13.
Pelanggan a.Harga Moneter
1.
2. b. Harga Waktu 3.
Biaya Pelayana n (X2) **)
4.
5.
6.
7.
8.
Pencatat an perhitun gan tagihan. Pencatat an tarip rekening tagihan Keakurat an pencatat an petugas. Ketepata n pencatat an tagihan
Ordi nal
2 1 2 2 2 3 2 4
14.
15.
2 5 2 6 2 7 2 8
16.
a.Kinerja
1.
2.
Ketepata n waktu pelayana n Proses pembaya ran cepat Tidak terjadi penunda an pelayana n. Ketepata
Kepuasa n Pelangga n (Y)
b.Harapan 3.
***) 4.
71
Kemuda han memenu hi persyarat an Kemuda han menjalan kan prosedur Sikap kesopana n petugas Kemuda han mengadu kan keluhan Standaris asi kerja karyawa n Pemenuh an kebutuha n pelangga n Mutu lebih baik dari perusaha an lain Keakurat an pencatat an pemakai
Ordi nal
2 9 3 0 3 1 3 2
3 3 3 5 3 4 3 6
Ordi nal
3 7 3 8 3 9 4 0 4 1 4 2 4 3 4 4 4
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
an Penanga nan keluhan pelangga n Informas i akurat petugas
5 4 6 4 7 4 8
Umar (2009:78) dengan tingkat kesalahan 10% dengan rumus: N n = -----------1 + N e² di mana : n = ukuran sampel N = ukuran populasi e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan. Dari jumlah populasi sebanyak 10.580 pelanggan, maka dengan menggunakan rumus di atas diperoleh besarnya sampel sebagi berikut : 10.580 n = ---------------1 + 10.580 (0,1)²
Standaris asi kerja karyawa n Pemenuh an kebutuha n pelangga n Mutu lebih baik dari perusaha an lain Keakurat an pencatat an pemakai an Penanga nan keluhan pelangga n Informas i akurat petugas
n=
10.580 ----------------1 + 10.580 (0,01)
n=
10.580 -----------1 + 105,8
n=
10.580 -----------106,8
n = 99,064 menjadi 100 Dengan demikian sampel untuk keseluruhan populasi pelanggan PT. Jababeka Infrastruktur berjumlah 100 pelanggan.
Sumber: Data Sekunder yang diolah 3.3 Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian yang berkaitan dengan pelayanan jasa supply air adalah pelanggan PT. Jababeka Infrastruktur. Populasi juga mempertimbangkan kejelasan dari populasi tersebut, seperti kejelasan mengenai informasi pelanggan dari anggota populasi tersebut, sehingga mudah dilakukan komunikasi. Unit analisis dalam penelitian ini adalah pelanggan yang berasal dari populasi sesuai definisi di atas. Hal ini berarti setiap pelanggan yang berhubungan langsung dengan pelayanan PT. Jababeka Infrastruktur. Jika yang berurusan langsung adalah pelanggan, maka diperhitungkan sebagai satu pelanggan dan mendapatkan pelayanan langsung dari PT. Jababeka Infrastruktur, Maka kuisioner yang disebar adalah satu set.
3.4 Uji Validitas Instrumen Moh. Sidik Priandana dan Saludin Muis (2009:112) menyatakan esensi dari validitas adalah akurasi. Suatu instrumen pengukuran dikatakan valid jika instrumen tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. Dengan perkataan lain instrumen tersebut dapat mengukur construct sesuai dengan yang diharapkan peneliti. Untuk menguji validitas alat ukur, dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment yang terdapat dalam pengolah data SPSS Jika instrumen itu valid, maka kriteria yang digunakan atau batas minimum suatu instrumen/angket atau bahan tes dinyatakan valid atau dianggap memenuhi syarat, jika harga koefisien rhitung ≥ 0,300 (Sudarmanto, 2005:88) 3.5 Uji Reliabilitas Data Jika instrumen telah diukur validitasnya maka selanjutnya diukur reliabilitasnya. Moh. Sidik Priandana dan Saludin Muis (2009:112) menjelaskan bahwa konsep reabilitas adalah konsistensi di antara butir-butir pertanyaan dalam suatu instrumen untuk mengukur construct tertentu
2. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Berdasarkan jumlah populasi sampel pelanggan menurut pendapat Slovin yang dikutip Husein
72
menunjukkan tingkat reliabilitas konsistensi internal instrumen yang bersangkutan. Menurut Malhotra (1999) dalam Khoirul Akhir Lubis (2008:34), jika koefisien alpha > 0,600 mengindikasikan konsistensi internal reliabilitas alat ukur baik. Konsistensi internal reabilitas adalah sebuah pendekatan untuk menilai konsistensi internal kumpulan butir ketika beberapa butir dijumlahkan sehingga menghasilkan total nilai (skor) untuk pengukuran. Untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bentuk skala 15 menggunakan teknik dari Cronbach Alpha dalam penelitian ini menggunakan alat bantu pengolah data SPSS.
Gambar 3.2 Analisis Jalur Persamaan Struktural : Y = ρyx1 X1 + ρyx2 X2 + ρyε1 di mana : X1 : Kualitas pelayanan X2 : Biaya pelayanan Y : Kepuasan pelanggan rx1x2 : Korelasi X1 dan X2 ρyx1 : Koefisien jalur yang menggambarkan besarnya pengaruh langsung X1 terhadap Y ρyx2 : Koefisien jalur yang menggambarkan besarnya pengaruh langsung X2 terhadap Y ρyε1 : Variabel lain yang tidak diukur, tetapi mempengaruhi Y
3.6 Uji Normalitas Salah satu uji yang harus dipenuhi dalam penggunaan analisis parametrik yaitu uji normalitas data populasi (Riduwan, 2009:177). Pengujian normalitas distribusi data populasi dilakukan dengan menggunakan statistik KolmogorovSmirnov. Alat uji ini biasa disebut dengan uji K-S yang tersedia dalam program SPSS dengan menggunakan fungsi Explore Uji normalitas sampel baik yang menggunakan rumus Kolmogorov-Smirnov maupun Shapiro Wilk menghasilkan besaran statistik dan taraf kepercayaan (Significance Level), jika temuan besaran 0,000 atau lebih kecil dari taraf kepercayaan yang ditentukan, misalnya 0,05, maka besaran ini menunjukkan bahwa data sampel berdistribusi normal (Amir (2006) dalam Khoirul Akhir Lubis (2008 : 35)).
3.8 Uji Hipotesis 3.8.1 Pengujian secara parsial Jika hipotesis dalam penelitian diperoleh hasil yang signifikan, selanjutnya dapat dilakukan pengujian sub hipotesis adalah uji yang digunakan untuk mengetahui keeratan pengaruh antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y) secara parsial atau pengaruh antara variabel bebas yang lebih kecil atau sama terhadap variabel terikat (Sugiyono, 2001:184). Besarnya α yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 5%. Bentuk hipotesis dalam kalimat: 1. Terdapat pengaruh antara kualitas pelayanan terhadap kepuasan. Ha : Kualitas pelayanan berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan Ho : Kualitas pelayanan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan
3.7 Rancangan Analisis Verifikatif Rancangan analisis untuk penelitian ini dengan menggunakan metode kuantitatif dilakukan untuk mengukur suatu fenomena penelitian dengan menggunakan alat bantu statistik. Adapun metode statistik yang digunakan untuk menganalisis hubangan antar variabel yang diteliti yaitu dengan menggunakan analisis jalur (path analisys) untuk menguji pengaruh secara parsial (individual) dan simultan (keseluruhan) dari variabel bebas (Independent) atau disebut variabel Eksogen terhadap variabel terikat (Dependent) atau disebut variabel endogen. Melalui analisis jalur ini akan dapat ditemukan jalur mana yang paling tepat dan singkat suatu variabel independen menuju variabel dependen yang terakhir dan juga untuk menganalisis pola hubungan antar variabel dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung seperangkat variabel bebas (eksogen) terhadap variabel terikat (endogen). Setelah dihitung dengan menggunakan statistik, hasil dari perhitungan kemudian dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif dapat dilihat pada gambar 3.2
2. Terdapat pengaruh antara biaya pelayanan terhadap kepuasan. Ha : Biaya pelayanan berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan Ho : Biaya pelayanan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan Adapun kriteria penilaiannya adalah sebagai berikut : Ho:µ = 0 ( Berarti tidak ada hubungan) Ha:µ ≠ 0 ( Berarti ada hubungan)
73
Langkah-langkah prosedur pengujian : 1. Pengaruh antara kualitas pelayanan terhadap kepuasan a. Formulasi hipotesis nol dan hipotesis alternatif H :β 0 (kualitas pelayanan tidak
2.
Fhitung
0 1
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan) pelayanan Ha :β 0 (kualitas
1
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan) b. Uji statistik yang sesuai adalah Uji t Nilai thitung dapat diperoleh dengan rumus :
t hitung
3.
Dimana R = koefisien korelasi ganda k = jumlah variabel independen n = jumlah sampel Nilai kritis berdasarkan Ftabel
1 r2 Nilai Fhitung akan dibandingkan dengan nilai Ftabel dengan kriteria pengambilan keputusan : H0 : diterima jika Fhitung < Ftabel dengan tingkat kepercayaan (confidence level) 95% atau α = 0,05 3.8.3 Koefisien determinasi (R²) Koefisien determinasi (R²) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependent Sudjana (1995:56) : Rumus : R² = r² x 100 % di mana : R² = koefisien determinasi r = korelasi parsial R² mengukur besarnya jumlah reduksi dalam variabel dependent yang diperoleh dari penggunaan variabel bebas. R² mempunyai nilai antara 0 sampai 1 dengan nilai R² yang tinggi berkisar 0,7 sampai dengan 1.
3.8.2. Pengujian secara keseluruhan Pengujian secara keseluruhan dilakukan untuk melihat secara simultan (bersama-sama) apakah ada pengaruh dari variabel bebas (kualitas pelayanan dan biaya pelayanan) terhadap variabel terikat (kepuasan). Dengan demikian dalam tingkat kepercayaan 5% variabel bebas secara bersamasama berpengaruh terhadap variabel terikat. 1. Formulasi hipotesis nihil dan hipotesis alternatif Ho β β 0 (kualitas pelayanan
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Diskriptif Analisis terhadap data kuisioner yang menyangkut dengan variabel bebas dan variabel sebagai berikut : 4.2 Perhitungan Analisis Jalur 4.2.1 Besaran Hubungan Diantara VariabelVariabel Bebas Dalam analisis jalur, bahwa keterkaitan antara variabel-variabel bebas satu sama lainnya mempunyai keeratan hubungan yang berarti, dengan demikian dapat dihitung besaran pengaruh langsung maupun tidak langsung. Untuk pengaruh tidak langsung merupakan perkalian antara koefisien jalur dengan koefisien korelasinya. Oleh karena itu terlebih dahulu dihitung masing-masing besaran korelasi di antara variabel bebas tersebut.
2
dan biaya pelayanan secara bersamasama tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan) Ha β β 0 (kualitas
1
R2 / k 1 R 2 /n k 1
r n2
Di mana r = koefisien korelasi product moment n = jumlah sampel c. Taraf signifikansi 5 % d. Nilai kritis t tabel
1
Uji statistik yang digunakan adalah Uji F Sugiyono (2001 : 190) menyatakan bahwa nilai Fhitung dapat diperoleh dengan menggunakan rumus:
2
pelayanan dan biaya pelayanan secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan)
74
Keterkaitan antara variabel kualitas pelayanan dan variabel biaya pelayanan terihat pada tabel 4.22.
Dari hasil analisis diperoleh masing-masing besaran koefisien korelasi di antara variabel bebas yaitu hubungan antara variabel kualitas pelayanan (X1) dan biaya pelayanan (X2) dapat dinilai sebesar 0,471 yang berarti mempunyai tingkat hubungan yang cukup tinggi dan searah karena nilainya positif.
Tabel 4.22 Hubungan antara varabel kualitas pelayanan dan biaya pelayanan Correlations Kualitas Biaya Pelayanan Pelayanan Kualitas Pearson Pelayanan Correlation
1
Sig. (2tailed) N Biaya Pearson Pelayanan Correlation
.471
4.2.2 Pengaruh Variabel Bebas (X) dengan Variabel Terkait (Y) 4.2.2.1 Pengaruh Secara Parsial Variabel X Terhadap Y Pengaruh secara parsial variabl yaitu kualitas pelayanan (X1) biaya pelayanan (X2) terhadap kepuasan pelanggan (Y) dari perhitungan menggunakan program SPSS sebagai berikut : Tabel 4.24 Koefisien Jalur Coefficientsa
**
.000 100
100
.471**
1
Sig. (2tailed)
.000
N
100
Standardiz ed Unstandardized Coefficient Coefficients s
100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Sumber : Hasil Perhitungan Statistik Data Primer 2012
B
Untuk lebih jelasnya hubungan antara kedua variabel bebas tersebut dapat dijelaskan pada gambar 4.5.
Std. Error
Beta
Collinearity Statistics t
Sig.
1.763 4.091 .431 .668 .307 .057 .446 5.388 .000 .315 .072 .361 4.363 .000 a. Dependent Variable: Kepuasan Pelanggan Sumber : Hasil Perhitungan Statistik
Gambar 4.5 Hubungan di antara variabel bebas
Tolera nce VIF .778 1.285 .778 1.285
Dari Tabel 4.24 dapat diperoleh model jalur, yaitu : Y= 0,446 X1 + 0,361 X2 Dari persamaan di atas dapat diartikan bahwa : 1. Adanya hubungan asosiatif antara kualitas pelayanan jasa supply air dengan kepuasan pelanggan besarannya sebesar 0,446 (ρYX1). 2. Adanya hubungan asosiatif antara biaya pelayanan jasa supply air dengan kepuasan pelanggan besarannya sebesar 0,361 (ρYX2). Gabungan pengaruh secara parsial variabel kualitas pelayanan (X1) dan biaya pelayanan (X2) terhadap kepuasan pelanggan (Y) sebagai berikut:
Kriteria keeratan hubungan antara variabel mengacu pada pendapat yang dimukakan oleh Riduwan, (2010 : 138) korelasi dilambangkan (r) dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari harga (-1≤ r ≤ +1), apabila r = -1 artinya korelasinya sempurna, r = 0 tidak ada korelasi dan r = 1 artinya korelasinya sangat kuat. Secara rinci keeratan kriteria korelasi adalah sebagai berikut: Tabel 4.23 Keeratan Hubungan Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,80 – 1,00 Sangat Kuat 0,60 – 0,799 Kuat 0,40 – 0,599 Cukup Kuat 0,20 – 0,399 Rendah 0,00 – 0,199 Sangat Rendah Sumber : Riduwan, (2010 : 138)
Gambar 4.6 Pengaruh Parsial Variabel Bebas (X) Terhadap variabel Tekait (Y)
75
Dari Gambar 4.6 dapat diperoleh model jalur, yaitu: Y= 0,446 X1 + 0,361 X2 + ε
2.
Dimana : Y = Kepuasan Pelanggan X1 = Kualitas Pelayanan X2 = Biaya Pelayanan ε = Variabel lain
4.2.3 Pengujian Hipotesis Pengaruh Secara Parsial Variabel X1 dan X2 Terhadap Y Uji statistik pengaruh variabel bebas (X1, X2) terhadap variabel terikat (Y) dengan menggunakan Hipotesis: 1. Terdapat pengaruh antara kualitas pelayanan terhadap kepuasan. Ha : Kualitas pelayanan berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan Ho : Kualitas pelayanan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan 2. Terdapat pengaruh antara biaya pelayanan terhadap kepuasan. Ha : Biaya pelayanan berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan Ho : Biaya pelayanan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan Perhitungan statistik pengaruh variabel kualitas pelayanan dan biaya pelayanan terhadap variabel terikat kepuasan pelanggan secara parsial terlihat pada tabel 4.26. Tabel 4.26 Pengaruh Secara Parsial Variabel X1 dan X2 Terhadap Y
4.2.2.2 Pengaruh Bersamaan Variabel X Terhadap Variabel Y Adapun pengaruh langsung dan tidak langsung secara bersamaan dari variabel kualitas pelayanan (X1) dan biaya pelayanan (X2) terhadap kepuasan pelanggan (Y) adalah sebagai berikut : 1. Besaran pengaruh langsung a. Pengaruh langsung variabel kualitas pelayanan (X1) terhadap kepuasan pelanggan (Y) sebesar 19,89 % (ρ²YX1). b. Pengaruh langsung variabel biaya pelayanan (X2) terhadap kepuasan pelanggan (Y) sebesar 13,03 % (ρ²YX21) 2. Besaran pengaruh tidak langsung a. Pengaruh tidak langsung variabel kualitas pelayanan (X1) terhadap kepuasan pelanggan (Y) sebesar 7,6 % b. Pengaruh tidak langsung variabel biaya pelayanan (X2) terhadap kepuasan pelanggan (Y) sebesar 7,6 % Adapun besaran total dari variabel bebas : kualitas pelayanan (X1) dan biaya pelayanan (X2) terhadap kepuasan pelanggan dinyatakan oleh besaran koefisien determinasi (RXY) ² sebesar 48,2 % sedangkan pengaruh variabel lain di luar model adalah sebesar 51,8 %, di antaranya tingkat keraguraguan komunitas pelanggan dari akurasi informasi petugas tentang mutu supply air PT. Jababeka Infrastruktur. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat dalam tabel 4.25 Tabel 4.25 Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Variabel X dan Y
Varia bel
Koefisie n Jalur
Penga ruh Langs ung ke Y
Pengaruh Tidak Langsung X1
X2
‗-
0,0 76 ‗-
X1
0,446
0,199
X2
0,361
0,131 0,076 Total Pengaruh Pengaruh Lain
Total Penga ruh Tidak Langs ung 0,076 0,076
langsung terhadap kepuasan pelanggan (Y) sebesar 27,5 %, Besaran pengaruh parsial variabel biaya pelayanan (X2) baik langsung maupun tidak langsung terhadap kepuasan pelanggan (Y) sebesar 20,7 %.
Pengujian hipotesis pengaruh secara parsial variabel kualitas pelayanan dan biaya pelayanan terhadap kepuasan pelanggan dapat diperoleh hasil pada tabel 4.27. Tabel 4.27 Hasil Analisis Jalur Secara Parsial
Total Penga ruh
ρYX1
Koefisi en Jalur 0,446
ρYX2
0.361
Strukt ural
0,275 0,207 0,482 0,518
Berdasarkan tabel 4.25 dapat menjelaskan bahwa besaran pengaruh dari masing-masing Variabel X1 dan X2 sebagai berikut : 1. Besaran pengaruh parsial variabel kualitas pelayanan (X1) baik langsung maupun tidak
76
t hitung
t tabel
Sig.
Keterangan
5,388
1,661
0,000
4,363
1,661
0,000
Ho ditolak, terdapat pengaruh yang signifikan Ho ditolak, terdapat pengaruh yang signifikan
Dari tabel 4.27 didapat hasil sebagai berikut : 1. Untuk pengaruh parsial kualitas pelayanan (X1) terhadap kepuasan pelanggan (Y) nilai Sig. (0,000) < α (0,05) maka Ho ditolak. Didasarkan hasil penghitungan diperoleh angka t penelitian sebesar 5,388 > t tabel sebesar 1,661 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pelanggan. 2. Untuk pengaruh parsial biaya pelayanan (X2) terhadap kepuasan pelanggan (Y) nilai Sig. (0,000) < α (0,05) maka Ho ditolak. Didasarkan hasil penghitungan diperoleh angka t penelitian sebesar 4,363 > t tabel sebesar 1,661 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pelanggan.
Tabel 4.28 Pengaruh Secara Simultan Variabel X1 dan X2 Terhadap Y
Pengujian hipotesis pengaruh secara parsial variabel kualitas pelayanan dan biaya pelayanan terhadap kepuasan pelanggan dapat diperoleh hasil pada tabel 4.29. Tabel 4.29 Hasil Analisis Jalur Secara Simultan Model ρYX1
4.2.4 Pengujian Hipotesis Pengaruh Secara Simultan Variabel X1 dan X2 Terhadap Y Hasil uji statistik pengaruh variabel kualitas pelayanan dan biaya pelayanan secara simultan terhadap variabel kepuasan pelanggan dengan menggunakan hipotesis sebagai berikut : Ho : ρYX1 = ρYX2 = 0 tidak pengaruh secara simultan dari variabel independen terhadap variabel dependen. Ho : ρYX1 ≠ ρYX2 ≠ 0 terdapat pengaruh secara simultan dari variabel independen terhadap variabel dependen.
Fhitung 45,091
Ftabel 2,290
Sig.
Kesimpulan
0,000
Ho ditolak, terdapat pengaruh yang signifikan
Dari tabel 4.29 di atas terlihat bahwa nilai Sig. sebesar 0,000 yang lebih kecil dari α (0,05) dengan demikian Ho ditolak. Dari hasil perhitungan didapatkan angka F penelitian sebesar 45,091 > tabel sebesar 2,290 maka Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat pahwa kualitas pelayanan (X1) dan biaya pelayanan (X2) secara simultan berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan (Y). 4.5
Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat dibahas sebagai berikut : 4.5.1 Deskriptif 1. Kualitas pelayanan jasa air berada pada skala baik dengan nilai 400,3, hal ini menunjukan bahwa secara umum kualitas pelayanan jasa air PT. Jababeka Infrastruktur sudah bisa memenuhi kebutuhan pelanggan tetapi masih banyak faktor-faktor yang harus ditingkatkan supaya harapan pelanggan terpenuhi dan kepuasan dapat tercapai, di antaranya kesiapan para pegawai, kesalahan Jasa pelayanan supply air yang berulang ulang, kecepatan pekerjaan pegawai, pegawai tanggap keluhan pelanggan dan memberikan perlaku yang sama pelanggan. 2. Biaya Pelayanan berada pada skala baik dengan nilai 384,13, hal ini menunjukan bahwa pencatatan perhitungan tagihan dan tarip pemakaian jasa air sudah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Kondisi ini perlu dipertahankan dan masih banyak faktorfaktor yang harus ditingkatkan lagi sesuai dengan harapan pelanggan, meliputi pencatatan perhitungan tagihan, kemudahan birokrasi pelayanan, kemudahan menjalankan
Dengan kriteria uji : Tolak Ho jika Sig. < α atau thitung > ttabel Perhitungan statistik pengaruh variabel kualitas pelayanan dan biaya pelayanan terhadap variabel terikat kepuasan pelanggan secara simultan terlihat pada tabel 4.28.
77
3.
prosedur, ketidak lelahan sebelum pelayanan dan ketepatan urutan antrian pelayanan Kepuasan pelanggan jasa supply air pelanggan PT. Jababeka Infrastruktur berada pada skala baik dengan nilai 387,75, hal ini menunjukan bahwa secara umum pemenuhan kebutuhan air bersih, keakuratan pencatatan pemakaian dan penanganan keluhan pelanggan sudah dirasakan puas oleh pelanggan. Perlu adanya perhatian lebih terhadap Informasi akurat petugas serta evaluasi kepuasan pelanggan secara berkesinambungan dan menyeluruh terhadap pelanggan berdasarkan proporsi komunitas pelanggan.
sedangkan pengaruh variabel lain di luar model adalah sebesar 51,8 %. 6.2 Saran Adapun saran-saran yang dapat dipertimbangkan sehubungan dengan hasil penelitian adalah sebagai berikut : 1. Peningkatan kualitas pelayanan yang melibatkan seluruh komponen yang ada di PT. Jababeka Infrastruktur dalam bentuk layanan fisik dan adminisratif. Kualitas pelayanan masih lebih ditingkatkan dalam perwujudan (tangibles) yaitu pada jumlah alat komunikasi yang memadai, sedangkan dalam keandalan (reliability) tidak terjadi kesalahan pada pelayanan supply air, dalam ketanggapan (responsiveness) lebih ditingkatkan pada kesiapan dan kecepatan pegawai, dalam jaminan dan kepastian (assurance) sikap keramahan para pegawai dan dalam empati (emphaty) lebih ditingkatkan perhatian kepada pelanggan serta kemudahan memperoleh informasi. 2. Biaya Pelayanan jasa supply air PT. Jababeka 101 Infrstruktur di Cikarang berada pada skala baik, perlu ditingkatkan kembali pencatatan perhitungan tagihan, kemudahan birokrasi pelayanan dan kemudahan menjalankan prosedur pelayanan. 3. Kepuasan pelanggan jasa supply air pelanggan PT. Jababeka Infrastruktur berada pada skala baik, perlu adanya perhatian lebih terhadap evaluasi kepuasan pelanggan secara berkesinambungan dan menyeluruh terhadap pelanggan berdasarkan proporsi komunitas pelanggan. 4. Bagi peneliti yang tertarik dengan penelitian ini bisa dikembangkan dari aspek lain.
4.5.2 Verifikatif 1. Pengaruh langsung variabel kualitas pelayanan (X1) terhadap kepuasan pelanggan (Y) sebesar 19,89 % (ρ²YX1), sedangkan tidak langsung variabel kualitas pelayanan (X1) terhadap kepuasan pelanggan (Y) sebesar 7,6 %. 2. Pengaruh langsung variabel biaya pelayanan (X2) terhadap kepuasan pelanggan (Y) sebesar 13,03 % (ρ²YX21), sedangkan tidak langsung variabel kualitas pelayanan (X1) terhadap kepuasan pelanggan (Y) sebesar 7,6 %. 3. Pengaruh langsung dan tidak langsung secara bersamaan dari variabel kualitas pelayanan (X1) dan biaya pelayanan (X2) terhadap kepuasan pelanggan (Y) sebesar 48,2 % sedangkan pengaruh variabel lain di luar model adalah sebesar 51,8 % KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Kualitas pelayanan jasa air PT. Jababeka Infrstruktur di Cikarang berada pada skala baik, hal ini ditunjukan dari hasil penelitian dengan menggunakan rentang skala dan mendapatkan skor rata-rata sebesar 400,3. 2. Biaya pelayanan jasa air PT. Jababeka Infrstruktur di Cikarang berada pada skala baik, hal ini ditunjukan dari hasil penelitian mendapatkan skor rata-rata sebesar 384,13. 3. Kepuasan pelanggan PT. Jababeka Infrstruktur di Cikarang berada pada skala baik, hal ini ditunjukan dari hasil penelitian mendapatkan skor rata-rata sebesar 387,75. 4. Pengaruh parsial kualitas pelayanan jasa air (X1) terhadap kepuasan pelanggan (Y) sebesar 19,89% (ρ2yx1) 5. Pengaruh parsial variabel biaya pelayanan (X2) terhadap kepuasan pelanggan (Y) sebesar 13,03% (ρ2yx2). 6. Pengaruh secara simulta kualitas pelayanan (X1) dan biaya pelayanan (X2) terhadap kepuasan pelanggan (Y) sebesar 48,2 %
78
Lubis, Khoirul Akhir (2008). Tesis dengan judul Pengaruh Pelatihan dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan PT. Perkebunana Nusantara IV Medan. Ilmu Manajemen, Program Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.Lupiyoadi Rambat et,al (2008), Manajemen Pemasaran Jasa, PT.Salemba Empat, Jakarta. Moh. Nazir. (2005). Metodelogi Penelitian. Jakarta, Ghalia Indonesia. Moh. Sidik Priadana, Saludin Muis. (2009). Metodoogi Penelitian Ekonomi & Bisnis. Yogyakarta, Graha Ilmu. Mulyadi, (2001), Sistem Akutansi, Edisi Ketiga, Cetakan Ketiga, Penerbit Selamba Empat, Jakarta. Murni, (2009) Kualitas Pelayanan dan Kepuasan Pelanggan PDAM Kota Malang serta Potensinya Terhadap Peanggan Baru Nasution, (2005), Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta PT Bumi Aksara. Payne, Adrian. (2004). The Essence OF Service Marketing Pemasaran Jasa (Terjemahan Fandy Tjiptono). Edisi II. Penerbit Andi. Yogyakarta. Ratminto.(2006). Manajemen Pelayanan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Riduwan. (2009). Statistika Untuk Penelitian, Bandung, Alfabeta. Riduwan. (2010). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung, Alfabeta Sarwi Ruci, (1999) Analisis Kinerja Pelayanan Terhadap Kepuasan Pelanggan pada Telkomsel Malang Area. Sudarmanto, R. Gunawan. (2005). Analisis Regresi Berganda dengan SPSS. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Yogyakarta, Graha Ilmu. Sugiyono, (2001). Metode Penelitian Bisnis. Bandung, Alfabeta. Sugiyono ,(2007), Statistika Untuk Penelitian, Bandung, Alfabeta Sugiyono ,(2010), Metode Penelitian Kuantitatif Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Supriyono. (2000). Akuntansi Manajemen.Yogyakarta : BPFE. Tjiptono, Fandy. (2004). Manajemen Jasa, Andi. Penerbit Andi Yogyakarta. Tjiptono, Fandy. (2004), Prinsip-prinsip Total Quality Service. Penerbit Andi Yogyakarta. Tjiptono, Fandy (2008), Pemasaran Strategik, Jilid 1, penerbit CV. Andi Offset, Yogyakarta. Vincent Gaspersz. (2006). Total Quality Management (TQM) Untuk Praktisi
DAFTAR PUSTAKA Agus Henry Tanaya, (2004), Tesis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Konsumen Terhadap Sepeda Motor China di Bali Studi Kasus Pada Merek Sanex Motor Program Magister Program Studi Manajemen Program Pasca Sarjana Universitas Udayana Denpasar Amin, (2007), Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, Surakarta. UMS Press Asep Syaripudin, (2008), Pengaruh Kinerja Kualitas Pelayanan Jasa Bengkel Terhadap Kepuasan Pelanggan Pada PT. Nusantara Jaya Sentosa di Kota Bandung Manajemen Pemasaran Program Magister Manajemen Universitas Pasundan Bandung Aritonang, R. L. (2005), Pemasaran Jasa dan Kualitas Pelayanan, Bayumedia Publishing, Malang. Atmawati, R dan Wahyuddin, M, (2007), Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Konsumen pada matahari Depaterment Store di Solo Grand Mall Surakarta, Jurnal Daya Saing Promo MM-UMS. Batinggi,(2005), Materi Pokok Pelayanan Umum, Jakarta,Universitas Terbuka. Boarden, W.O., dkk (2001), Marketing Principles and Perspectives 3rd ed, Newyork, Mc Graw Hill. Gerson, Richard F. (2001),Mengukur Kepuasan Pelanggan,Seri Panduan Praktis No. 17. PPM, Jakarta . Giri Cahyono, (2008) Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Harga Pelayanan Terhadap Kepuasan Masyarakat Studi Kasus Pada Kantor Urusan Agama Kecamatan Serpong Husein Umar, (2009), Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tenis Bisnis. Edisi Kedua, Jakarta,Rajawali Press. Iqbal Hasan. (2008). Pokok-pokok Materi Statistik 2 (Statistik Infresif). Jakarta, Bumi Aksara Kotler Philip, (2000), Manajemen Pemasaran, Penerbit Erlangga, Edisi Millenium, PT Prenhallindo, Jakarta. Kotler, Philip and Kevin Lane Keller, (2006). Marketing Management, twelfth edition,New Jersey: Pearson Education, Inc. Kotler, Philip and Keller, (2009), Marketing management,13th Editions New Jearsey Prentice Hall Linda, (2010), Pengaruh Kualitas Pelayanan 103 Kantor Kelurahan Terhadap Kepuasan Masyarakat Kelurahan Jagalan Kecamatan Jebres Kota Surakarta
79
Bisnis dan Industri.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Wahyuningsih, Anis. (2002). Analisa Tingkat Kepuasan Konsumen Berdasarkan Kualitas Pelayanan pada Rumah Sakit Umum Kabupaten Karang Anyer.Jakarta.Skripsi Fakultas Ekonomi Program Studi Manajemen UMS. Windarti (2012), Pengaruh Kualitas Pelayanan Jasa Terhadap Kepuasan Nasabah pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Cabang Utama Palembang Yusnaini, (2010) Pengaruh Kualitas Pelayanan Internet Banking Terhadap Kepuasan dan Loyalitas Konsumen Pada Bank Swasta Rangkuti, Freddy (2005). Manajemen Pemasaran Jasa. Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia. Foster, T., (2001). 101 Ways to Boost Customer Satisfaction, Terjemahan Rahadjeng. Jakarta, Elex Media Computindo. Lupiyoadi, Hamdani. (2008). Manajemen Pemasaran Jasa, Edisi Kedua. Jakarta : Penerbit Salemba Empat. Moenir.(1992); Manajemen Pelayanan Umum.Bumi Aksara Jakarta. Soedjito, (2005), Peran Serta Swasta dalam Pembangunan Infrastruktur, Kerangka Kebijakan, pengaturan dan kelambangan, LPEE UI Jakarta. Yazid, (2008), Pemasaran Jasa dan Konsep Implementasi, Cetakan Keempat Fakultas Ekonomi UII,Yogyakarta
80