JURNAL
Visualisasi Nilai-Nilai Karakter Bangsa Pada Relief Candi Kidal Visualization the Values of the Nation’s Character in Relief Kidal Temple
OLEH: YANITA KRISTIAN NPM : 12.1.01.02.0026
Dibimbing oleh : 1. Dr. Zainal Afandi, M.Pd 2. Drs. Heru Budiono, M.Pd
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI 2016
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
Yanita Kristian| 12.1.01.02.0026 FKIP Pendidikan Sejarah
simki.unpkediri.ac.id || 1||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
Visualisasi Nilai-Nilai Karakter Bangsa pada Relief Candi Kidal Yanita Kristian NPM. 12.1.01.02.0026 FKIP – Prodi Pendidikan Sejarah Email :
[email protected] Dr. Zainal Afandi, M.Pd dan Drs. Heru Budiono, M.Pd UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI
ABSTRAK YANITA KRISTIAN : Visualisasi Nilai-nilai Karakter Bangsa pada Relief Candi Kidal, Skripsi, Pendidikan Sejarah, FKIP UN PGRI Kediri, 2016 Gejala-gejala degradasi moral sebagai dampak negatif dari era globalisasi merupakan permasalahan budaya dan karakter bangsa. Oleh karena itu diperlukan adanya pendidikan moral yang bersumber pada nilainilai budaya, salah satunya melalui visualisasi dalam relief yang terpahat di bangunan candi pada bagian kaki Candi Kidal sebagai tempat pendidikan keagamaan pada masa Jawa Kuno. Permasalahan yang di teliti adalah (1) pemilihan cerita fabel sebagai media penyampaian ajaran moral, (2) nilai-nilai karakter yang terkandung dalam relief cerita fabel di Candi Kidal, (3) relevansi pesan moral dengan konsep pendidikan karakter bangsa pada masa kini. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengetahui alasan mengapa cerita fabel dipilih sebagai media penyampaian ajaran moral, (2) mendeskripsikan nilai-nilai karakter bangsa yang terkandung dalam relief cerita fabel di Candi Kidal, (3) menjelaskan relevansi pesan moral dengan konsep pendidikan karakter bangsa pada masa kini. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, dengan menggunakan pendekatan kualitatif untuk memberikan gambaran yang sistematis dan objektif tentang bangunan Candi Kidal yang diteliti. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, studi kepustakaan, dan wawancara. Sumber data primer dalam penelitian ini berupa sumber data artefaktual dan tekstual, sedangakan sumber data sekundernya berupa sumber data ekofaktual. Kegiatan analisis data terdiri dari analisis morfologi, stilistik, dan kontekstual. Berdasarkan hasil analisis data tersebut, diperoleh tiga buah kesimpulan sebagai berikut. Pertama, Candi kidal merupakan tempat pendharmaan Raja Anusapati yang berfungsi sebagai tempat pendidikan keagamaan dan pemujaan. Kedua, isi cerita relief pada bagian kaki candi yaitu tentang cerita fabel sebagai visualisasi dari ajaran moral dan nilai-nilai karakter bangsa. Relief cerita fabel yang terpahatkan antara lain fragmen lengkap cerita Garuda, yakni Garuda bersama para naga, Garuda membawa guci amertha, dan Garuda menggendong ibunya sebagai lambang pembebasan atau ruwat. Ketiga, pesan moral yang terdapat pada relief-relief candi kidal merupakan ajaran kesusilaan masa Jawa Kuno yang terdiri dari sepuluh macam atau yang disebut dasasila. Saran dari penulis adalah diharapkan adanya penelitian-penelitian lain yang berfokus pada nilai-nilai budaya yang terkandung pada sebuah tinggalan arkeologi, khususnya mengenai pesan moral pada cerita fabel yang selanjutnya dapat dikorelasikan dengan kurikulum pendidikan. Hal ini bertujuan sebagai upaya dalam mengatasi permasalahan degradasi moral generasi penerus bangsa di era globalisasi pada masa kini.
KATA KUNCI : Visualisasi, Nilai-nilai Karakter Bangsa, Relief Candi Kidal.
Yanita Kristian| 12.1.01.02.0026 FKIP Pendidikan Sejarah
simki.unpkediri.ac.id || 2||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
dan menghargai nilai-nilai tersebut.
I. LATAR BELAKANG
Bangsa kita memiliki kekayaan budaya yang
Pendidikan karakter mendapat perhatian cukup besar dan dukungan luas dari
dapat dijadikan sarana pengembangan nilai-nilai budi pekerti bagi generasi muda. Salah satunya
masyarakat karena banyak unsur positif
adalah cerita-cerita yang terpahat pada relief
yang dapat dipetik. Melalui pendidikan
candi.dengan demikian kajian tentang nilai-nilai
karakter,
dapat
filosofi moral pada Candi Kidal menjadi sangat
membentuk pribadi-pribadi yang utuh
penting dan relevan untuk dimanfaatkan sebagai
diharapkan
akan
dan dewasa dalam menyikapi berbagai permasalahan.
sarana pengembangan pendidikan karakter. Landasan berpikir penelitian ini adalah konsep kebudayaan, bahwa kebudayaan merupakan
Pendidikan
karakter
merupakan
keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil
bagian penting dalam sebuah proses
karya
pendidikan. Dengan mengamati situasi
hidupnya.
sosial masyarakat kita saat ini, seperti maraknya
Menurut
memenuhi
kebutuhan
Koentjoroningrat,
wujud
kebudayaan ada tiga macam yaitu : pertama, wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma , peraturan dan
penyalahgunaan
sebagainya; kedua, wujud kebudayaan sebagai
obat-obatan terlarang, korupsi hingga
suatu kompleks aktifitas serta tindakan berpola dari
kekerasan fisik dan sebagainya, maka
manusia
menyontek,
antar
untuk
pelajar,
budaya
perkelahian
manusia
berbicara tentang pendidikan karakter menjadi hal yang sangat diperlukan.
dan
masyarakat;
ketiga,
wujud
kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia (Koentjoroningrat 1981, 186). Relief cerita fabel yang terpahat di Candi Kidal merupakan
Pendidikan yang berorientasi pada
sebuah hasil kebudayaan yang sengaja diciptakan
budaya bangsa merupakan hal yang
oleh masyarakat pada saat itu dengan tujuan
mutlak diperlukan sebagai salah satu
tertentu. Di dalamnya termuat gagasan-gagasan
upaya mempertahankan identitas bangsa. Hills
dalam
Adisusilo
(2012,71)
memaparkan bahwa pendidikan nilai
tentang ajaran budi pekerti yang dianut oleh masyarakat pada masa itu. Tetapi nilai-nilai mengenai budi pekerti itupun masih relevan dengan pendidikan di masa kini.
harus mampu membuat peserta didik
Visualisasi tentang moralitas yang ada
menguasai pengetahuan yang berakar
dalam relief cerita fabel pada candi menunjukkan
pada nilai-nilai tradisional yang mampu menolongnya
menghadapi
bahwa cerita ini dikarang oleh orang yang mengetahui pandangan hidup masyarakat pada
nilai-nilai
masa itu, dan juga mampu mengevaluasi kondisi
modern, berempati dengan presepsi dan
masyarakatnya. Selain itu pemilihan dan penentuan
perasaan orang-orang yang tradisional,
cara
tersebut
menunjukkan
kepandaian
dan
kebijaksanaan pengarangnya, sehingga amanat
Yanita Kristian| 12.1.01.02.0026 FKIP Pendidikan Sejarah
simki.unpkediri.ac.id || 3||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
mengembangkan keterampilan kritis dan
bahasa atau wacana melalui interpretasi yang tepat
yang tinggi dapat disampaikan dalam bentuk yang
dan sistematis. Dalam
popular dan menarik tanpa mengurangi bobot dan
menyusun
suatu
rancangan
tujuan yang akan dicapai terdapat ajaran tentang
penelitian, terdapat enam tahapan yang harus
nilai-nilai filosofi kehidupan dalam cerita fabel
ditempuh dalam penelitian sejarah, yaitu:
yang dipahatkan pada relief Candi Kidal. Nilai-
1. Memilih suatu topik yang sesuai.
nilai filosofi kehidupan tersebut mengalami
2. Mengusut semua evidensi (bukti) yang relevan
proses pewarisan kebudayaan dari satu generasi
dengan topik.
ke generasi berikutnya melalui proses enkulturasi,
3. Membuat catatan tentang apa saja yang
yaitu proses ketika individu memilih nilai-nilai
dianggap penting dan relevan dengan topik
yang dianggap baik dan pantas untuk hidup
yang
bermasyarakat sehingga dapat dipakai sebagai
berlangsung.
ditentukan
ketika
penelitian
sedang
4. Mengevaluasi secara kritis semua evidensi yang
pedoman bertindak. Cerita dalam bentuk gambar digunakan
telah dikumpulkan (kritik sumber).
sebagai simbol dalam gambar relief cerita fabel
5. Menyusun hasil-hasil penelitian (catatan fakta-
dilakukan melalui proses berpikir yang luas dan
fakta) kedalam suatu pola yang benar dan
kompleks, sehingga akan dipahami nilai-nilai dari
berarti, yaitu sistematika tertentu yang telah
ajaran yang disampaikan melalui cerita tersebut.
disiapkan sebelumnya.
Simbol-simbol ini digunakan untuk menjelaskan
6. Menyajikan dalam suatu cara yang dapat menarik perhatian dan mengkomunikasikannya
adanya interaksi antar individu.
kepada
Teknik
Dalam pelaksanaan penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif, dimana data yang dikumpulkan berasal dari wawancara, observasi lapangan, studi pustaka, dokumentasi pribadi, dan dokumen resmi lainnya. Sehingga yang menjadi tujuan dari penelitian kualitatif adalah menggambarkan realita empirik dalam fenomena secara mendalam, rinci dan tuntas. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif adalah yang
penggambarannya
secara
kualitatif yaitu menitikberatkan pada mutu atau kualitas
pembaca
sehingga
dapat
dimengerti sejelas mungkin.
II. METODE
penelitian
para
yang didapat.
Hal
ini
merupakan
kebalikan dari jenis penelitian kuantitatif yang menekankan generalisasi pada banyaknya data yang diperoleh. Data dan fakta yang diperoleh dari jenis penelitian kualitatif berupa ungkapan
Yanita Kristian| 12.1.01.02.0026 FKIP Pendidikan Sejarah
pengumpulan
data
dalam
penelitian sejarah dikenal dengan istilah heuristik. tahapan ini merupakan tahap awal penelitian berupa kegiatan pengumpulan data dengan cara penjajakan dan pencarian sumber yang berkaitan dengan topik penelitian. Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh sumber data sebanyak mungkin. Semakin banyak sumber yang terkumpul, semakin banyak pula fakta yang akan ditampilkan. Dengan demikian tulisan akan mendekati obyektifitas. Kegiatan pengumpulan data ini dapat dilakukan dengan cara studi pustaka, studi arsip, observasi dan wawancara. i.Studi pustaka yaitu cara melakukan pengumpulan data tertulis dengan membaca literatur, majalahmajalah, surat kabar, kisah sejarah, catatan sejarah
dan
sebagainya.
Studi
kepustakaan
dilakukan terhadap buku-buku yang relevan Dalam
penelitian
ini
pengecekan
simki.unpkediri.ac.id || 4||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri dengan penelitian ini, terutama buku-buku
keabsahan data terangkum dalam kegiatan kritik
sejarah kebudayaan yang dilakukan diberbagai
sumber. Menurut syamsudin (2007: 130-131)
tempat peninggalan maupun perpustakaan. Dari
sebagai berikut:
studi perpustakaan ini akan didapatkan sumberii.
Operasi pertama ialah kritik eksternal. Ketika
tulisan sekunder yang dapat melengkapi sumber
sedang memproses evidensi, para sejarahwan harus
tulisan primer atau dapat mengarahkan peneliti
(1) menegakkan kembali teks yang benar; (2)
untuk mendapatkan sumber-sumber primer.
menetapkan
ii. Observasi adalah pengumpulan data dengan cara
pengamatan
dan
pengindraan
ruang,
dimana,
kapan
dan
oleh
siapa
dokumen itu ditulis; (3) mengklasifikasi dokumen ini menurut sistem dari kategori-kategori yang
pelaku, kegiatan, obyek, perbuatan, kejadian
diatur sebelumnya.
atau peristiwa. Adapun jenis observasi yang iii.
Operasi kedua adalah kritik evidensi internal-
digunakan adalah observasi tidak berstruktur
interpretif. Penafsiran terdiri atas dua prosedur
yaitu
yang komplementer: (1) suatu analisis atas isi
observasi
yang
dilakukan
tanpa
menggunakan pedoman observasi.
dokumen dan suatu pengujian positif mengenai apa
iii. Wawancara adalah pengumpulan data dengan
yang dimaksudkan oleh penulis; (2) suatu analisis
cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
keadaan-keadaan dan suatu pengujian negatif atas
pewawancara dengan informan. Wawancara
pertanyaan-pertanyaan penulis.
dilakukan terhadap sumber lisan sekunder iv.
Operasi ketiga adalah mencek keakuratan dari
diantaranya yaitu Kepala BPCB Mojokerto dan
dokumen-dokumen
Juru Pelihara Candi Kidal Malang.
mereka satu sama lain dengan maksud untuk
Metode yang dilakukan dalam penelitian sejarah meliputi heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Berbeda dengan penelitian lain, penelitian
sejarah
terlebih
dulu
kemudian
membandingkan
menegakkan fakta individual yang menjadi dasar untuk kontruksi sejarah. Tujuan dari kritik sumber adalah agar
melakukan
setelah sumber sejarah ditemukan, peneliti Tidak
pengecekan keabsahan data berupa kritik sumber
menerima begitu saja apa yang tercantum pada
sebelum melakukan analisis data. Data yang telah
sumber-sumber tersebut. Langkah kritis ini akan
teruji keabsahannya kemudian diinterpretasi atau
direkonstruksi menjadi kisah sejarah.
ditafsirkan seobyektif mungkin dengan tidak meninggalkan kaidah-kaidah ilmiah. Tujuannya
IV. HASIL DAN KESIMPULAN
ialah memberikan informasi tentang data yang
A. Cerita Fabel sebagai media
ada, hubungan antara fakta-fakta, sehingga dapat ditampilkan data atau fakta sejarah yang akurat serta dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Dalam
tahapan
ini
dibutuhkan
pengetahuan yang luas dari seorang peneliti, baik pengatahuan dalam ilmu sejarah
maupun
pengetahuan dalam disiplin ilmu lainnya, agar dapat
memberikan
interpretasi
yang
tepat
terhadap fakta yang terdapat dalam sumber
Maria Lech menuliskan, yang dimaksud cerita fabel adalah cerita yang pelakunya terdiri dari binatang. Binatang ini bertingkah laku, berpikir, bertindak dan berperasaan seperti manusia. Dalam ceritapun,
mereka
membentuk
masyarakat,
mengaturnya, dan diantara mereka itupun ada yang berlaku sebagai pemimpinnya. Persoalan yang Moralisasi itu diperankan oleh binatang-
sejarah diceritakan juga
penyampaian ajaran moral
persoalan
yang ada
Yanita Kristian| 12.1.01.02.0026 FKIP Pendidikan Sejarah
pada
binatang yang diberi jiwa, pandai berbicara, dan
simki.unpkediri.ac.id || 5||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri masyarakat manusia sehingga pendengar cerita
bertingkah laku seperti manusia, dengan harapan
juga
agar para pendengar cerita tersebut dapat memetik
merasakan
seakan-akan
cerita
itupun
dunianya juga (Dipodjojo 1983,14).
pelajaran yang tersembunyi dalam cerita itu. Sifat
Dalam cerita fabel, akan dapat dilihat proyeksi
tingkah
laku
dan
sifat
manusia.
humor dalam cerita binatang menimbulkan niat orang
untuk
dapat
mengintropeksi
semua
Penggambaran tersebut adakalanya dalam bentuk
tindakannya. Penyampaian amanat yang tidak
sindiran
adakalanya
menekan dalam bentuk sindiran dan seolah-olah
digambarkan secara jelas dan menggelikan tetapi
hanya sambil lalu memberi pendidikan yang
dengan cara yang halus, sehingga apa yang
menimbulkan daya kritik pada anggota masyarakat
menjadi tujuannya akan mengena pada sasaran
terhadap kepincangan-kepincangan yang terjadi
tanpa membuat seseorang merasa dituduh atau
pada situasi saat itu.
sepintas
lalu,
tetapi
dicela. Itulah yang menyebabkan cerita binatang
Dari berbagai tema yang ada pada relief
amat digemari oleh masyarakat manapun, baik
cerita fabel, cerita binatang di pilih karena cerita ini
masyarakat
masih
banyak dikenal oleh masyarakat dari anak-anak
masyarakat dari berbagai
hingga orang dewasa sebagai cerita lisan yang
tingkatan sosial dan usia. Sifat humor dalam
diwariskan turun temurun. Peran seniman dalam
cerita fabel menimbulkan keakraban di antara
mengekspresikan karyanya untuk menyampaikan
pendengar tanpa ada yang terlukai hatinya. Dalam
pesan tersebut sangat penting, berkaitan dengan
banyak hal orang tidak menyukai sesuatu yang
adanya unsur-unsur persamaan kebudayaan yang
langsung mengenai persoalannya. Masyarakat kita
dianut oleh seniman maupun masyarakat sendiri.
lebih menyukai pemberian pelajaran dengan
Hal tersebut aka mudah bagi masyarakat untuk
mengambil bentuk kias, ibarat, atau sindiran saja.
memahami pesan yang ingin disampaikan melalui
Hooykas menyebut bentuk semacam itu lebih
relief candi tersebut. Relief cerita fabel pada candi
dikenal dengan “bentuk-bentuk yang diselubungi”
merupakan salah satu hasil kebudadayaan lokal
(Dipojojo 1985, 28).
yang
maju
terbelakang. Juga
maupun
yang
Cerita fabel menjadi cerita yang sangat
mengandung
pendidikan
karakter
nilai-nilai
budi
yang
diajarkan
pekerti/ pada
digemari karena binatang adalah mahkluk yang
masyarakat pada masa lalu yang isinya patut
hidupnya hampir menyerupai hidup manusia,
diteladani (Munandar 2012, 60)
bergerombol, berpasangan, beranak pinak serta membentuk suatu masyarakat. Binatang dianggap berperilaku sama seperti manusia dengan berbagai karakter.
Pada
awalnya
banyak
orang
beranggapan bahwa cerita binatang dan cerita lainnya hanyalah merupakan cerita pengisi waktu atau penghantar waktu tidur, tetapi sebenarnya jika ditinjau lebih mendalam ternyata cerita-cerita itu lebih jauh dari anggapan tersebut, yaitu bertujuan memberi pelajaran ahklak atau budi pekerti pada masyarakat. makna tertentu. Hal ini bertujuan agar pesan yang
B. Pesan Moral Pada Relief Candi Kidal Menurut Lelono (2004: 129.131 &138) relief cerita yang dipahat- kan pada dinding bangunan suci dimaksudkan untuk menyampaika pesan moral kepada masyarakat yang berupa ajaran keagamaan maupun ajaran kebenaran. Selain sebagai karya seni, penggambaran, seluruh relief pada sebuah bangunan suci mengandung maknakonsep-konsep realitas tertinggi (tattwa). Secara etimologi, dasasila berasal dari kata dasa yang berarti sepuluh dan sila yang dapat
ingin disampaikan dapat diingat dan dicerna oleh
Yanita Kristian| 12.1.01.02.0026 FKIP Pendidikan Sejarah
simki.unpkediri.ac.id || 6||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri masyarakat luas, terutama anak-anak.
diartikan tingkah laku, watak, karakter, juga
Penggambaran relief cerita pada bangunan
sebagai
pedoman
untuk
bertingkah
laku
suci mengacu pada cerita yang sudah dikenal dan
(Zoetmulder, 1982:202,203 & 1089). Dalam kitab
digemari oleh masyarakat Jawa Kuno,khususnya
Wrhaspatitattwa (LXI:10) isi dari nilai yang
berasal dari sebuah karya sastra dari masa
terdapat dalam dasasila diantaranya yaitu:
tersebut. Dalam rangka mencari jati diri bangsa
1. Ahimsa (tidak membunuh atau melakukan
salah satunya dapat mengacu pada warisan
kekerasan),
budaya dari nenek moyang kita yang berupa cerita
2. Brahmacarya (mempraktikkan ajaran suci),
relief pada sebuah bangunan suci. Dalam hal ini,
3. Satya (setia,tulus,dan jujur),
yang menjadi aspek penting adalah relief cerita
4. Awyawaharika
binatang
atau
fabel
beserta
simbol-simbol
(tidak
ikut
campur
dalam
perkara),
tertentu. Cerita binatang atau fabel sangat baik
5. Astainya (tidak mencuri),
dalam memberikan bimbingan edukatif terhadap
6. Akrodha (tidak mudah marah),
anak dan orang tua yang berbudi pekerti baik
7. Gurususrusa (kepatuhan terhadap guru),
mengacu pada akar budaya yang dihasilkan nenek
8. Soca (kesucian),
moyang kita terdahulu (Lelono,2004 : 138)
9. Aharalaghawa (tidak menipu),
Ajaran kesusilaan dalam masa Jawa Kuno
10. Apramada (tidak mabuk)
sangat penting untuk diberikan kepada semua
(Zoetmulder, 1982:203).
lapisan masyarakat agar dapat bertingkah laku
Nilai-nilai dasasila sangat berlawanan
yang baik. Hal ini seperti yang diceritakan dalam
dengan dasamala. Dasamala memiliki arti sepuluh
kakawin sutasoma, yang menyebutkan baik
noda atau cacat. Dalam kitab Rajapatigundala
golongan biksu besar, raja, serta masyarakat luas
disebutkan bahwa seorang dewaguru yang memiliki
(mastuti&brahmantyo,2009:24,53,&522).
sifat dasamala tidak berwenang menjadi seorang
Nilai-
nilai dalam ajaran tersebut ada yang berjumlah
dewaguru(Pigeaud,
lima (pancasila) dan berjumlah sepuluh (dasasila).
Slokantara (LXXXIV:13), isi dari nilai yang
Selanjutnya dalam kitab tantu pagelaran yang
terdapat dalam dasamala diantaranya yaitu:
merupakan sebuah karya sastra prosa (gancaran)
1. Tandri (malas),
Jawa pertengahan dan selesai ditulis pada
2. Kleda (ragu-ragu atau tidak tegas)
lingkungan keagamaan para kawi „kabujanggan‟
3. Leja (marah),
diceritakan tentang pemberian ajaran dasasila
4. Kuhaka (menipu),
setelah manusia diciptakan oleh Dewata. Hal ini
5. Metraya
membuktikan
bahwa
dalam
kehidupan
(berkata
1960:88).
kasar
Dalam
dan
kitab
memaksakan
kehendak),
masyarakat Jawa Kuno, ajaran ini merupakan
6. Megata (memutuskan hubungan persaudaraan),
ajaran yang paling besar atau utama sebelum
7. Ragastri (memiliki nafsu berlebihan),
ajaran
8. Kutila (berbuat curang atau tidak jujur),
keagamaan
lain
(2012,129)
menyatakan
merupakan
tahap
diberikan. ajaran
persiapan
tata atau
Santiko susila
9. Bhaksabhuwana (serakah dan ingin berkuas),
ajaran
10. Kumburu ( menghasut)(Zoetmulder,1982:202).
pendukung sebelum mempelajari filsafat dan
(kesucian),Aharalaghawa (tidak menipu),
Dengan demikian dapat diketahui bahwa
Apramada (tidak mabuk) (Zoetmulder, 1982:203).
dasasila merupakan sifat utama yang harus
Selanjutnya nilai nilai pendidikan karakter bangsa,
dimiliki oleh para dewaguru dan kemudian
diantaranya yaitu nilai religius, nilai kejujuran, nilai
Yanita Kristian| 12.1.01.02.0026 FKIP Pendidikan Sejarah
simki.unpkediri.ac.id || 7||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri diajarkan kepada siswa (sisya) di mandala
toleransi, nilai kedisiplinan, nilai kerja keras, nilai
kedewaguruan. Pengajaran dasasila divisualisasi
kreativitas, nilai kemandirian, nilai demokrasi, rasa
kan dalam bentuk relief-relief bunga teratai dan
ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
cerita binatang yang dipahatkan pada dinding
menghargai
bangunan suci. Hal ini bertujuan agar ajaran-
komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli
ajaran tersebut selalu diingat oleh para siswa
lingkungan, peduli sosial,dan tanggung jawab
(sisya) yang datang ke tempat tersebut.
(Hasan dkk,2010:9-10)
prestasi,
nilai
persahabatan,
Nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter Edukatif Relief
bangsa diatas masing-masing memiliki pengertian,
Candi Kidal dengan Konsep Pendidikan
nilai religius merupakan sikap dan perilaku yang
Karakter Bangsa
patuh didalam melaksanakan ajaran agama yang
C. Relevansi Pesan Moral
dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah Dalam upaya mengatasi atau mengurangi
penganut agama lain. Nilai kejujuran merupakan
masalah degradasi moral yang terjadi di Indonesia
perilaku yang berdasarkan pada upaya menjadikan
akibat
globalisasi,
dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya
pendidikan
dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. Nilai
mencetuskan konsep pendidikan budaya dan
toleransi merupakan sikap dan tindakan untuk
karakter bangsa. Pendidikan budaya dan karakter
menghargai
bangsa
dengan
pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang
pengembangan nilai-nilai dan karakter bangsa
berbeda dari dirinya. Nilai kedisiplinan merupakan
pada peserta didik sehingga memiliki nilai dan
sikap atau tindakan yang menunjukkan perilaku
karakter pada dirinya, serta mampu menerapkan
tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan
nilai
perturan yang berlaku. Nilai kerja keras merupakan
pengaruh
pemerintah
negatif
melalui
bidang
merupakan
tersebut
dalam
dari
pendidikan
kehidupannya
sebagai
anggota masyarakat (Hasan dkk,2010:1).
perbedaan
agama,suku,
etnis,
sikap atau perilaku yang menunjukkan adanya
Nilai-nilai budaya tersebut salah satunya
upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai
diperoleh dari hasil penelitian arkeologi, pada
hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan
penelitian ini di dapatkan hasil bahwa pahatan
tugas dengan sebaik-baiknya. Nilai kreatifitas
relief adegan-adegan cerita binatang pada candi
merupakan
adalah visualisasi ajaran moral dalam masyarakat
melaksanakan sesuatu untuk menghasilkan karya
Jawa kuno yang bernama ajaran dasasila, yang
atau hasil penemuan baru dari kemampuan yang
terdiri dari Ahimsa (tidak membunuh atau
telah dimiliki.
melakukan
kekerasan),
(mempraktikkan
Brahmacarya
ajaran
suci),
Satya
kemampuan
berfikir
Nilai kemandirian merupakan sikap dan periaku yang tidak mudah tergantung pada orang
(setia,tulus,dan jujur),Awyawaharika (tidak ikut
lain terutama dalam menyelesaikan tugas dan
campur
pekerjaan.
dalam
mencuri),Akrodha
perkara),Astainya (tidak
(tidak
marah),Gurususrusa
serta
Nilai
demokrasi
merupakan
cara
berfikir, bersikap, serta bertindak yang menilai
(kepatuhan terhadap guru),Soca
budaya) serta kepada Negara dan Tuhan Yang
sama hak dan kewajiban antara dirinya dan orang
Maha Esa (Hasan dkk 2010:9-10)
lain. Rasa keingintahuan yang tinggi merupakan
Menurut Lelono (2013: 63) dalam hasil
sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
penelitian arkeologi di Indonesia ini sebenarnya
mengetahui lebih mendalam serta meluas dari
banyak nformasi yang dapat diasosikan dan
Yanita Kristian| 12.1.01.02.0026 FKIP Pendidikan Sejarah
simki.unpkediri.ac.id || 8||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, didengar.
diperkenalkan kepada public, baik itu budaya
Semangat kebangsaan merupakan cara berfikir,
materi (tangible) maupun budaya non- materi
bertindak, dan berwawasan yang menempatkan
(intangible) yang berwujud nilai-nilai yang masih
kepentingan bangsa dan negar diatas kepentingan
menjadi bagian bagi kehidupan masyarakat saat ini.
diri dan kelompok. Cinta tanah air merupakan
Salah satu budaya non-materi adalah berupa nilai-
cara berfikir, bersikap, dan berbuat dengan
nilai luhur yang banyak ditemukan dalam pesan
menunjukkan
dan
moral yang disampaikan melalui relief candi, baik
penghargaan yang tinggi terhadap bangsa dan
berupa relief cerita (naratif), maupun flora dan
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi dan
fauna yang memiliki keterkaitan dengan makna
politik bangsa. Menghargai prestasi merupakan
serta simbol-simbol tertentu. Relief
sikap dan tindakan yang dapat mendorong dirinya
terdapat pada bangunan candi dapat memberikan
untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
ilustrasi yang berkaitan dengan pesan edukasi,
masyarakat,
dan
moral, dan etika. Dalam konteks ini tugas dan
menghormati keberhasilan orang lain. Bersahabat
wewenang dari praktisi di dunia pendidikan dapat
atau komunikatif merupakan suatu tindakan yang
menjadikan hal tersebut sebagai acuan untuk bahan
memperlihatkan rasa senang berbicar, bergaul,
edukatif kultural yang berkaitan dengan budi
dan bekerja sama dengan orang lain. Cinta damai
pekerti, serta dapat menunjang peletakan dasar
merupakan sikap, perkataan, dan tindakan yang
pada pembentukan moral bangsa.
kesetiaan,
serta
keppedulian,
mau
mengakui
cerita yang
dapat menyebabkan orang lain merasa senang dan
Konsep pendidikan budaya dan karakter
aman atas kehadiran dirinya. Gemar membaca
bangsa melalui hasil-hasil kajian arkeologi tersebut
merupakan kebiasaan untuk menyediakan waktu
salah satunya telah diterapkan oleh kurikulum
membaca berbagai bacaan yang memberikan
2013. Dalam buku pedoman guru untuk Sekolah
kebajikan bagi dirinya.
Menengah Atas (SMA) kelas X pada Bab II tentang
Kepedulian pada lingkungan merupakan
pedagang,penguasa dan pujangga pada masa klasik
sikap dan tindakan yang selalu mencegah
(Hindu dan Budha) memiliki dua kompetensi inti
kerusakan lingkungan alam sekitarnya, serta
yaitu KI 3 dan KI 4. Kompetensi Inti 3 berisi :
mengembangkan
untuk
“memahami dan menerapkan pengetahuan faktual,
memperbaiki kerusakan alam yang telah terjadi.
konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan,
Kepedulian social merupakan sikap dan tindakan
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
yang selalu ingin memberi bantuan pada orang
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,
lain dan masyarakat yang membutuhkan. Nilai
dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta
yang
jawab
menerapkan pengetahan prosedural pada bidang
merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
selalu melaksanakan tugas dan kewajibannya
minatnya untuk memecahkan masalah”.
terakhir
upaya-upaya
yaiti
nilai
tanggung
yang seharusnya dia lakukan, terhadap dirinya sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan
Berdasarkan uraian diatas, salah satu
Kompetensi Inti 4 (KI 4)berisi:
kompetensi dasar yang berkaitan secara langsung
“ mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah
dengan nilai-nilai budaya dan hasil penelitian
konkrit
arkeologi
dan
ranah
abstrak
terkait
dengan
terdapat
dalam
KD
4.6
yang
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah
menyebutkan “menyajikan hasil penalaran dalam
secara mandiri, dan mampu menggunakan metode
bentuk tulisan tantang nilai-nilai dan unsur budaya
Yanita Kristian| 12.1.01.02.0026 FKIP Pendidikan Sejarah
simki.unpkediri.ac.id || 9||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri yang sesuai kaidah keilmuan”.
yang berkembang pada masa Kerajaan Hindhu-
Selanjutnya kompetensi inti tersebut
Budha dan masih berkelanjutan dalam kehidupan
terdiri dari tujuh Kompetensi Dasar (KD),
bangsa Indonesia pada masa kini”. Berlandaskan
diantaranya yaiti KD 3.1 yang berisi “ mengkaji
dari kompetensi tesebut, guru dapat mengajak para
konsep
dan
peserta didik untuk mengamati relief-relief yang
sinkronik dalam memmpelajari sejarah jaman
terdapat pada situs Candi Kidal baik secara
praaksara,
langsung
berfikir
kronologs
perkembangan
(diakronik)
hindhu-budha,
dan
dengan
mengajak
mereka
untuk
islam”. KD 3.5 berisi “ menganalisis perbedaan
berkunjung maupun secara tidak langsung dengan
proses intergrasi nusantara antara masa pengaruh
menggunakan media pemmbelajaran berupa foto,
hindu-budha dan islam:. KD 3.6 berisi “
video
menganalisis berbagai teori tentang proses masuk
menjelaskan tentang bentuk dan fungsi situs Candi
dan berkembangnya agama dan kebudayaan
Kidal melalui hasil penelitian ini, dan kemudian
hindhu-budha di Indonesia”. KD3.7 berisi “
menyampaikan
mengidentifikasi
kehidupan
nilai pendidilkan karakter yang terdapat dalam
masyarakat, pemerintahan, dan kebudayaan pada
setiap relief yang khususnya fragmen relief cerita
masa
garuda yang dipahatkan pada bangunan kaki Candi
karakteristik
kerajaan-kerajaan
hindhu-budha
di
Indonesia dan menunjukkan contoh bukti-bukti
maupun
media
lainnya.
Kemudian
kepada mereka mengenai nilai-
Kidal tersebut.
yang masih berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini. KD 4.1 berisi “menyajikan
KESIMPULAN
informasi mengenai keterkaitan antara konsep
Situs Candi Kidal merupakan peninggalan
berfikir kronologis(diakronik), sinkronik, ruang
arsitektural yang berasal dari masa klasik Indonesia
dan waktu dalam sejarah”. KD 4.5 berisi
pada masa kerajaan Singasari. Bentuk Candi Kidal
“mengolah informasi mengenai proses masuk dan
merupakan bentuk dari bangunan masa Jawa
perkembangan kerajaan hindhu-budha dengan
Timur yang berkembang pada abad XII-XIII M,
menerapkan
dengan ciri khas ramping dan tinggi bila dibanding
cara
pengaruhnya
berfikir
pada
kronologis
kehidupan
dan
masyarakat
dengan
bangunan
masa
Jawa
Tengah
yang
Indonesia masa kini serta mengemukakannya
cenderung berbentuk gemuk dan tambun. Denah
dalam bentuk tulisan”. Kemudian KD 4.6 berisi “
alas atau batur candinya hampir mengarah ke
menyajikan hasil penalaran dalam bentuk tulisan
bentuk bujur sangkar, berukuran panjang 10,8 m,
tantang nilai-nilai dan unsur budaya yang
lebar 8,36 m. tinggi bangunan 12,26 m.
berkembang pada masa kerajaan hindhu-budha
Candi kidal memiliki pagar keliling dari
dan masih berkelanjutan dalam kehidupan bangsa
batu dengan denah halaman hampir bujur sangkar.
Indonesia
Bangunan candinya terbuat dari batu andesit
pada
masa
kini”.
(Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2013 :63).
dengan pola pasang tidak beratutran atau acak. gunung. Gunung yang di dalamnya terdapat unsur
Terdapat pondasi tembok tepat didepan
flora dan fauna. Dengan demikian motif tersebut
tangga pintu masuk ke ruang candi. Fungsi dari
mempertegas bahwa candi adalah suatu gambaran
tembok itu diduga sebagai “kelir” atau “aling-
dari gunung suci.
aling” dari bangunan candi. Maksud dari kelir
Berikutnya adalah motif „singa stambha‟,
atau aling-aling tersebut secara magis adalah
yaitu hiasan tiang yang diganti dengan hiasan seekor singa yang seolah-olah menyangga bidang
Yanita Kristian| 12.1.01.02.0026 FKIP Pendidikan Sejarah
simki.unpkediri.ac.id || 10||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri sebagai penangkal atau kekuatan gaib yang
pelipit mistar di atasnya. Makna dari ragam hias ini
bersifat negatif
diidentikkan dengan sifat singa yang buas dan kuat
atau jahat. Dengan demikian
tembok kelir atau aling-aling tersebut memiliki
sebagai
fungsi magis protektif
„narasinga‟ yaitu setengah manusia setengah singa
Panil relief yang berada di bagian kaki
penjelmaan
Dewa
Wisnu
sebagai
yang buas dan kuat.
Candi Kidal ini berjumlah 42 panil, dengan
Hiasan yang terakhir pada kaki candi
rincian 3 panil fragmen relief cerita Garuda, 6
adalah fragmen relief Garuda. Fragmen relief ini
panil relief Ghana, 17 panil segi empat dengan
merupakan suatu adegan kunci dari suatu cerita
relief purnakumbha yang di padu dengan bentuk
Mahabaratha pada parwa pertama atau adiparwa
flora, 9 panil medalion dengan relief burung, 7
yang menceritakan kisah tentang sang garuda.
panil medalion dengan relief flora atau sulu-
Garuda Bersama Para Naga, Garuda Mendukung
suluran. Dalam pendokumentasian Candi Kidal
Guci Amertha dan Garuda Mendukung Ibunya,
ini relief di dokumentasikan secara prasawiya
Disaksikan Para Naga. Ajaran kesusilaan dalam
atau berlawanan dengan arah jarum jam, mulai
masa Jawa Kuno sangat penting untuk diberikan
dari pipi tangga sebelah selatan hingga pipi
kepada semua lapisan masyarakat agar dapat
tangga sebelah utara.
bertingkah laku yang baik. Hal ini seperti yang
Pada bangunan candi kidal selain relief
diceritakan
dalam
kakawin
sutasoma,
yang
cerita garuda juga terdapat ragam hias. Ragam
menyebutkan baik golongan biksu besar, raja, serta
hias dalam kehidupan masyarat, khususnya pada
masyarakat luas.
masyarakat Jawa Kuno merupakan sebuah media
Nilai-nilai budaya tersebut salah satunya
ungkapan perasaan yang diwujudkan dalam
diperoleh dari hasil penelitian arkeologi, pada
bentuk visual. Bidang kaki Candi Kidal dihias
penelitian ini di dapatkan hasil bahwa pahatan
dengan
yang
relief adegan-adegan cerita binatang pada candi
memanjang penuh dengan ragam hias. Ada
adalah visualisasi ajaran moral dalam masyarakat
jambangan teratai dan medalion. Ragam hias
Jawa kuno yang bernama ajaran dasasila, yang
jambangan atau purnakumbha dipahatkan dalam
terdiri
suatu gaya yang hanya memakai bentuk garis
melakukan
ambangan teratai adalah suatu lambang kesuburan
(mempraktikkan ajaran suci), Satya (setia,tulus,dan
atau daya hidup. Hiasan jambangan pada candi
jujur),Awyawaharika (tidak ikut campur dalam
kidal dimaknai sebagai kehidupan baru yang baru
perkara),Astainya (tidak mencuri),Akrodha (tidak
bangkit dari kematian atau kebebasan jiwa yang
marah),Gurususrusa
bangkit dari ikatan-ikatan jasmani.
guru),Soca
pelipit-pelipit
mistar.
Bidang
Motif hiasan lain adalah motif „medalion‟ yang didalamya dihias dengan sulur teratai dan binatang. Motif ini sebagai penggambaran alam Dengan demikian dapat diketahui bahwa
dari
Ahimsa
(tidak
membunuh
kekerasan),
atau
Brahmacarya
(kepatuhan
(kesucian),Aharalaghawa
terhadap (tidak
menipu),Apramada (tidak mabuk) Siagian Renville. 2001. Candi, sebagai Warisan Seni dan Budaya. Yogyakarta: Yayasan Cempaka Kencana
dasasila merupakan sifat utama yang harus
Soekmono R. 1973. Candi, Pengantar Sejarah
dimiliki oleh para dewaguru dan kemudian
Kebudayaan fungsi, dan Pengertiannya.
diajarkan kepada siswa (sisya) di mandala
Yogyakarta: Lukman Offset.
kedewaguruan.
Pengajaran
dasasila
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan:
divisualisasikan dalam bentuk relief-relief bunga
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
Yanita Kristian| 12.1.01.02.0026 FKIP Pendidikan Sejarah
simki.unpkediri.ac.id || 11||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri teratai dan cerita binatang yang dipahatkan pada dinding bangunan suci. Hal ini bertujuan agar ajaran-ajaran tersebut selalu diingat oleh para
R&D. Bandung. UU RI No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
siswa (sisya) yang datang ke tempat tersebut. Dalam upaya mengatasi atau mengurangi masalah degradasi moral yang terjadi di Indonesia akibat
pengaruh
pemerintah
negatif
melalui
dari
globalisasi,
bidang
pendidikan
mencetuskan konsep pendidikan budaya dan karakter bangsa. Relief cerita yang terdapat pada bangunan candi dapat memberikan ilustrasi yang berkaitan dengan pesan edukasi, moral, dan etika.
III. DAFTAR PUSTAKA Ali M. 2005. Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia. Yogkarta: LKIS. Dipodjojo,A.S. 1983. Cerita Binatang dalam Beberapa Relief Pada Candi Sojiwan dan Mendhut. Yogyakarta: Lukman Offset. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2009. Buku
Guru.
Jakarta:
Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan. Koentjaraningrat.
2013.
Pengantar
Ilmu
Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. Lelono,H. 2004. Penggambaran Relief Cerita pada Beberapa Candi di Jawa Tengah dan Timur. Yogyakarta: Berkala Arkeologi XXIV (1: 129-139) Moleong,L.J. 2011. Cerita Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Munandar Agus A. 2015. Keistimewaan CandiCandi
Zaman
Majapahit.
Jakarta:
Wedatama Widya Sastra.
Yanita Kristian| 12.1.01.02.0026 FKIP Pendidikan Sejarah
simki.unpkediri.ac.id || 12||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
Yanita Kristian| 12.1.01.02.0026 FKIP Pendidikan Sejarah
simki.unpkediri.ac.id || 13||