JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-7
1
ANALISIS FAKTOR PRODUKTIVITAS GULA NASIONAL DAN PENGARUHNYA TERHADAP HARGA GULA DOMESTIK DAN PERMINTAAN GULA IMPOR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM DINAMIK Lilis Ernawati, dan Erma Suryani Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Teknologi Informasi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail:
[email protected] Abstrak- Gula juga merupakan salah satu komoditas strategis yang berpengaruh pada kondisi perekonomian Indonesia. Permasalahan pada stabilitas pasokan, permintaan, dan harga gula menjadi ancaman pada kemandirian industri pergulaan nasional.Kondisi persediaan gula nasional yang tidak kondusif dapat menyebabkan terjadinya distorsi pasokan yang berdampak pada volatilitas harga.Peningkatan permintaan yang tidak diikuti dengan produksi yang memadai mendorong terjadinya peningkatan harga dipasar domestik. Hal ini kemudian menyebabkan dikeluarkannya kebijakan impor gula oleh Kementerian Perdagangan RI sebagai solusi tersendatnya pasokan dan tingginya harga di pasar domestik. Padahal salah satu indikator masalah industri gula Indonesia adalah kecenderungan volume impor yang terus meningkat. Dalam Tugas Akhir ini faktor-faktor penentu produktivitas gula nasional dimodelkan dengan menggunakan pendekatan sistem dinamik.Berdasarkan data historis yang diperoleh, dilakukan penentuan variabel-variabel yang secara signifikan berpengaruh pada produktivitas, harga, serta impor gula di Indonesia. Berdasarkan hasil simulasi dari 5 skenario yang dilakukan, faktor-faktor yang secara signifikan berpengaruh pada produktivitas gula dalam negeri adalah besarnya rendemen, dan kapasitas produksi (giling). Berdasarkan hasil skenario 5, peningkatan rendemen dan kapasitas produksi mampu meningkatan produksi gula hingga 5% dan mengurangi ketergantungan terhadap impor hingga 17%. Dengan melakukan perbaikan dari kedua aspek ini, yakni peningkatan dari segi on farm melalui rendemen dan perbaikan dari segi off-farm melalui perbaikan utilisasi dan penambahan kapasitas giling maka produksi menjadi lebih efisien dan tidak banyak tebu yang mengalami penundaan penggilingan. Kata Kunci— Simulasi, Sistem Dinamik, Produktivitas Gula.
I. PENDAHULUAN
G
ula merupakan salah satu komoditas yang memegang peranan penting di sektor pertanian khususnya sub sektor perkebunan dalam perekonomian Indonesia. Gula juga merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat dan sumber kalori yang relatif murah (Badan Litbang Pertanian, 2005). Kedudukan gula sebagai bahan pemanis utama di Indonesia belum dapat digantikan oleh bahan pemanis lainnya yang digunakan baik oleh rumah tangga maupun industri makanan dan minuman. Dengan luas areal tebu rakyat sebesar
252.166 ha dan areal tebu swasta 198.131 ha, kemampuan produksi gula Indonesia hanya 2,1 juta ton gula Kristal putih (GKP) per tahun. Angka ini belum bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri yang hampir berada di angka 3 juta ton/tahun. Selain penurunan efisiensi di tingkat usahatani dan PG, berbagai faktor seperti kebijakan pemerintah juga berpengaruh secara signifikan terhadap kemunduran industri gula Indonesia (Wayan R. Susila, 2005). Adanya kebijakan impor gula menimbulkan kekhawatiran pemerintah akan impor gula pasir yang tinggi, yang dipandang sebagai ancaman terhadap kemandirian pangan.Kemandirian pangan merupakan hal penting bagi negara berkembang yang berpenduduk besar dengan daya beli masyarakat yang reatif rendah seperti Indonesia. Kestabilan harga gula pasir di pasar domestik pada tingkat yang dapat menguntungkan produsen (industri gula) dan layak bagi konsumen, merupakan suatu hal yang penting untuk menjamin kelangsungan hidup industri gula dan mendorong kenaikan produksi gula nasional, serta untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan akan gula sebagai salah satu bahan pokok masyarakat (Churmen, 2001). Menurut catatan data Badan Litbang Pertanian, produksi gula nasional tahun 2011 mencapai 2.228.591 ton Gula Kristal Putih (GKP) dan meningkat menjadi 2.58 ton pada tahun 2012. Sementara itu, dalam roadmap swasembada gula disebutkan bahwa estimasi kebutuhan gula nasional pada 2014 akan mencapai 2.956.000 ton GKP. Untuk mewujudkan tujuan ini maka harus dilakukan usaha yang lebih optimal dalam meningkatkan produktivitas gula nasional dengan memperhatikan faktor-faktor penting dalam peningkatan produksi gula dan dengan mengembangkan industri gula lokal yang baru di dukung oleh 62 pabrik gula (PG). Dimana kondisi PG-PG terutama yang berada di Pulau Jawa yang kurang produktif dikarenakan faktor usia yang sudah tua dan sangat tergantung kepada petani tebu yang luas area tanam tebunya semakin terbatas.Impor yang tinggi serta harga internasional yang murah semakin mempersulit posisi sebagian besar perusahaan gula (PG) untuk bertahan dalam industri gula nasional. Wayan (Wayan R. Susila, 2005) mengevaluasi dan merumuskan beberapa alternatif kebijakan pemerintah yang meliputi kebijakan produksi, harga dasar, dan perdagangan. Maria (Maria, 2009) menganalisis kebijakan tataniaga gula terhadap ketersediaan dan harga domestik gula pasir. Sawit (Sawit, 2010) menganalisis konflik tujuan swasembada gula
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-7 dan mempelajari struktur pasar gula dalam negeri.Dari beberapa studi tersebut, produktivitas gula masih belum menjadi perhatian utama padahal peningkatan produktivitas gula sangat penting untuk dilakukan guna mewujudkan swasembada gula nasional dan lebih mengoptimalkan potensi lahan tebu yang semakin terbatas. Besarnya produktivitas gula yang sangat dipengaruhi oleh dinamika antara aspek on-farm ditingkat petani dan off-farm ditingkat pabrik serta pengaruhnya terhadap harga domestik dan kebutuhan impor, menjadikan peningkatan produktivitas gula sebagai masalah yang cukup kompleks.Karena dinamika tersebut dapat menjadi sangat penting, sistem dinamik memiliki potensi untuk memberikan pandangan yang sangat inovatif pada masalah. Oleh karena itu, dalam tugas akhir ini diusulkan sebuah pemodelan dan simulasi untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas gula nasional dan pengaruhnya terhadap harga gula domestik dan permintaan gula impor serta rekomendasi kebijakan untuk peningkatan produktivitas gula nasional berdasarkan hasil skenario model.
2 dilakukan identifikasi beserta pemahaman terhadap masalah yang timbul sehingga ditemukan rumusan masalah yang akan diangkat dalam pembuatan tugas akhir ini. Identifikasi masalah dan pemahaman sistem dilakukan dengan mengumpulkan literatur dan sumber informasi terkait pergulaan nasional dari beberapa badan pemerintah yaitu Badan Pusat Statistik, Badan Litbang Pertanian, Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI), PT.Perkebunan Nusantara XI dan Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian Republik Indonesia. B. Tinjauan Pustaka Pada tahap ini akan dilakukan penggalian teori-teori maupun informasi lain yang menunjang pengerjaan tugas akhir sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan. Penggalian teori maupun informasi dilakukan melalui banyak sumber seperti internet, artikel ilmiah, paper, buku, dan jurnal. Tinjauan pustaka dilakukan sesuai dengan fokus tugas akhir, yaitu membuat model simulasi sistem dinamik terhadap pasokan, permintaan, dan harga gula dalam makro ekonomi Indonesia.
II. METODOLOGI Mulai
Identifikasi Masalah dan Pemahaman Industri Gula
Tinjauan Pustaka
Pengumpulan Data Data Mentah
Pengolahan Data : Analisi Variabel, Pembuatan Konseptual Model
Input
Pemodelan dan Simulasi Tidak
Verifikasi dan Validasi
ya
Penyusunan skenario
Analisi hasil dan interpretasi data
Kesimpulan dan Saran
Penyusunan Buku Tugas Akhir
Selesai
A. Identifikasi Masalah dan Pemahaman Kondisi Industri Gula Metode pengerjaan tugas akhir ini diawali dengan pemahaman tentang kondisi industri pergulaan nasional beserta permasalahan yang timbul dalam proses bisnisnya. Identifikasi permasalahan ini merujuk pada penjelasan pada sub bab latar belakang dan tinjauan pustaka. Pada tahap ini
C. Pengumpulan Data Dalam proses pengerjaan tugas akhir ini, data diperoleh dari beberapa badan pemerintah yang menangani masalah pergulaan yaitu Badan Pusat Statistik, Badan Litbang Pertanian, Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI), PT.Perkebunan Nusantara XI dan Tim Komoditi Spesialis Gula Kementerian Perdagangan Republik. Adapun data yang dapat dikumpulkan melalui metode dokumentasi ini adalah : Data produksi gula,produktivitas gula, luas areal perkebunan tebu,produksi tebu, produktivitas lahan tebu, statistik rendemen, dan data konsumsi gula dari Badan Pusat Statistik. Data statistik harga gula domestik dari Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian Republik Indonesia Data terkait kondisi perkebunan tebu, produktivitas, produksi,musim panen dan giling serta arah pengembangan tebu dimasa depan dari Badan Litbang Pertanian, PT.Perkebunan Nusantara XI dan Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI). D. Pengolahan Data Tahapan pengolahan data dilakukan setelah diperoleh data mentah dari proses pengumpulan data. Terdapat beberapa langkah untuk melakukan pengolahan data, antara lain sebagai berikut : 1) Analisis Variabel Berdasarkan data mentah yang diperoleh dari tahap pengumpulan data, selanjutnya dilakukan analisis faktor serta variabel yang mempengaruhi tingkat produktivitas gula nasional. Dalam kaitannya dengan studi yang diusulkan, terdapat beberapa faktor yang mungkin berpengaruh terhadap stabilitas pasokan, permintaan, dan harga diantaranya : Permintaan
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-7 Permintaan dipengaruhi oleh konsumsi langsung (gula kristal) dan konsumsi gula kristal oleh industry makanan dan minuman, dimana besarnya dipengaruhi oleh tingginya laju pertumbuhan penduduk dan laju pertumbuhan industri mamin. Selain tingkat konsumsi juga dipengaruhi oleh harga, dan daya beli masyarakat atau pendapatan. Pasokan Pasokan berhubungan langsung dengan besarnya produksi gula nasional yang dipengaruhi oleh tingkat rendemen, produksi tebu, delai penggilingan, utilitas pabrik dan kapasitas giling pabrik. Faktor lain seperti ketersediaan lahan juga sangat berkaitan erat dengan banyaknya tebu yang dihasilkan, yang kemudian berpengaruh pada tingkat rendemen yang dihasilkan. Dari sisi teknis, besarnya pasokan juga dipengaruhi oleh kebijaksanaan pemerintah, terutama terkait input seperti, penyediaan pupuk, peralatan pertanian, sarana transportasi dan output usaha tani tebu seperti, pemberian modal usahatani, penyaluran kredit yang didukung dengan bunga rendah, serta pemberian subsidi dari pemerintah terhadap prasarana usaha tani tebu. Keberadaan sarana dan prasarana tersebut ikut menentukan produktivitas tebu yang dihasilkan. Selain itu, besarnya rendemen tebu dipengaruhi oleh waktu panen, sistem tebang, lokasi jarak ke PG, iklim serta pengelolaan usahatani. Sementara utilisasi PG dipengaruhi oleh usia PG, dan kapasitas produksi. Harga Selain dipengaruhi oleh biaya produksi, biaya distribusi dan profit yang diperoleh oleh produsen baik tebu maupun gula, harga juga sangat dipengaruhi oleh dinamika permintaan dan penawaran (pasokan). 2) Pembuatan Konseptual Model Salah satu langkah awal dari tahapan adalah menentukan model konseptual untuk mengetahui pola perilaku dan hubungan antar variabel yang ada pada simulasi guna menentukan kesesuaian model dengan perilaku di kehidupan. Model konseptual tersebut digambarkan dalam sebuah Causal Loop Diagram (CLD). Causal Loop dibuat untuk menggambarkan interaksi atau hubungan sebab-akibat dari variabel-variabel utama yang akan dibuat dalam model. E. Pemodelan dan Simulasi Sistem Setelah pembuatan causal loop diagram , maka dilanjutkan ke pemodelan yang bertujuan merumuskan hubungan antara variabel satu dengan variabel lainnya. Dalam tahapan pemodelan sistem ini akan dihasilkan model diagram flow dari sistem, diagram inilah yang kemudian akan di simulasikan untuk melihat perilaku dari sistem yang dimodelkan. Simulasi model dari tugas akhir ini menggunakan interval waktu bulan, dan dilakukan untuk kurun waktu 3 tahun.Penentuan waktu ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa dalam kurun waktu 3 tahun sudah cukup untuk mempelajari perilaku sistem, kausalitas antara demand dan
3 supply serta bagaimana harga berubah dari waktu ke waktu pada kondisi tertentu. F. Verifikasi dan Validasi Verifikasi adalah pemerikasaan model simulasi konseptual (diagram alur dan asumsi) ke dalam bahasa pemrograman secara benar. Sementara validasi adalah penentuan apakah model konseptual simulasi adalah representasi akurat dari sistem nyata yang dimodelkan (Kelton, 2000). Pada tugas akhir ini, cara yang akan digunakan untuk melakukan validasi adalah melalui behaviour validity test, yaitu fungsi yang digunakan untuk memeriksa apakah model yang dibangun mampu menghasilkan tingkah laku (behaviour) output yang diterima. Terdapat dua cara pengujian dalam validasi behaviour (Barlas, 1989) yaitu sebagai berikut: Perbandingan rata-rata (Means Comparison) Dengan formula sebagai berikut : E1 = Dimana : : nilai rata-rata hasil simulasi : nilai rata-rata data Model dianggap valid jika E1 ≤ 5% Perbandingan variasi amplitude (Amlitude Variations Comparisan) Dapat juga dikatakan % error variance dengan formula sebagai berikut : E2= Dimana : Ss : standart deviasi simulasi Sa : standart deviasi data Model dianggap valid bila E2 ≤ 30%. G. Penyusunan Skenario Setelah Base Model yang telah kita buat valid dan verify, langkah selanjutnya yang akan dikerjakan adalah membuat skenario simulasi. Dalam simulasi sistem dinamik terdapat 2 jenis skenario, skenario struktur ( structure scenario), dan skenario parameter (parameter scenario). Skenario struktur digunakan mengubah struktur model dengan penambahan atau pengurangan variabel, sedangkan skenario parameter digunakan dengan mengubah nilai parameter suatu variabel yang berpengaruh pada model. H. Analisis Hasil dan Interpretasi Data Pada tahapan ini dilakukan analisis terhadap model dan skenario yang sudah dibuat untuk mengetahui bagaiamana perilaku sistem pasokan, permintaan, dah harga gula dimasa lalu dan bagaimana perilaku sistem dalam skenario yang di jalankan. Hasil dari analisis berupa Causes Strip Graph, Graph, dan Time Table.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-7
4
I. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan Kesimpulan diambil dari hasil analisis terhadap skenario parameter dan struktur,.Dari analisis tersebut kemudian ditarik kesimpulan yang dapat memberikan solusi atau usulan dalam upaya menjaga stabilitas pasokan, permintaan, dan harga gula nasional. 2. Saran Setelah ditariknya kesimpulan yang menghasilkan beberapa solusi, maka dari beberapa solusi tersebut akan memiliki kekurangan dan kelebihan yang nanti akan dilaporkan sebagai saran atau masukan dari hasil pengerjaan tugas akhir ini. J. Penyusunan Buku Tugas Akhir Tahapan selanjutnya adalah penyusunan laporan tugas akhir, yang dibuat dalam bentuk buku tugas akhir. III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengembangan Model Berangkat dari ruang lingkup permasalahan yang ada dalam industri gula nasional yang menyangkut pasokan, permintaan, dan harga maka disusun beberapa sub model diantaranya yaitu: 1. Sub model persediaan panen tebu Persediaan tebu menunjukkan tebu hasil pannen yang siap giling, besarnya dipengaruhi oleh produktivitas lahan, luas lahan tanam dan banyaknya tebu yang masuk proses giling pabrik.
Sub model ini menghitung akumulasi laju persediaan dari produksi dalam negeri dan impor dikurangi dengan laju pasokan untuk memenuhi permintaan. harga gula dunia bea masuk gula kristal
harga gula kristal impor jumlah impor gula
profit importir
kuota impor
persediaan gula nasional
laju persediaan
rasio pemenuhan permintaan laju pasokan
<produksi gula>
4. Sub model permintaan Jumlah permintaan gula dipengaruhi oleh besarnya laju pertumbuhanya. Besarnya laju pertumbuhan diperoleh dari data historis selama 3 tahun mulai 20102012. INIT permintaan lookup growth
Permintaan Gula
laju permintaan gula
<Time>
rata2 nilai produktifitas
5. Sub model biaya operasional Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan petani untuk memproduksi tebu, terdiri dari biaya tetap yakni sewa lahan, dan biaya variabel seperti pembelian pupuk, herbisida, tenaga kerja, bibit, dan biaya angkut ke pabrik.
tebu tidak tergiling
delay produktifitas akibat masa panen
produktifitas lahan persediaan panen tebu panen tebu luas lahan tanam
tebu tergiling
DMA biaya angkut
delay panen
Gesapak luas lahan panen
kapasitas produksi PG
2. Sub model produksi gula Produksi menunjukkan besarnya produksi gula yang dihasilkan oleh pabrik gula per bulan, besarnya produksi gula dipengaruhi oleh banyaknya tebu yang digiling oleh pabrik dan nilai rendemen dari tebu tersebut.
biaya sewa lahan
utilisasi kapasitas
biaya herbisida
Round up
biaya tetap biaya variabel
biaya bibit biaya tenaga kerja biaya pupuk
KCI TSP
ZA
biaya operational budidaya tebu
Urea
rendemen tebu digunakan
produksi gula
delay rendemen akibat masa panen
3. Sub model persediaan gula
nilai rendemen
6. Sub model biaya pokok produksi Biaya pokok produksi merupakan perhitungan biaya yang dikeluarkan petani per ton gula yang dihasilkan dari penggilingan pabrik. Besarnya biaya pokok produksi adalah pembagian antara biaya operasional budidaya tebu dibagi dengan produktivitas gula yang dihasilkan per hektar lahan. Biaya pokok produksi merupakan salah satu variabel awal penentu harga gula ditingkat konsumen.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-7
5 Harga Konsumen
multiplier kg
810.5605
614.9381
0.24134
Valid
produktifitas gula
biaya per unit (rp/kg) harga dasar gula (HDG)
BPP per unit (Rp/ton)
perubahan BPP
biaya operational budidaya tebu
profit petani
inflasi
<multiplier bulan> harga lelang
7. Sub model harga gula Harga gula ditingkat konsumen dipengaruhi oleh beberapa variabel yang nilainya berubah-ubah dari waktu ke waktu, referensi harga konsumen diperoleh dari harga retailer, dimana harga ini masih dipengaruhi oleh adanya even hari raya yang cenderung menyebabkan kenaikan harga akibat tingginya permintaan. Harga juga dipengaruhi oleh inflasi yang berhubungan langsung dengan daya beli konsumen. rasio pemenuhan permintaan
Berdasarkan persyaratan, model dikatakan valid jika mean variance ≤ 5% dan error variance ≤ 30%. Dari hasil penghitungan mean variance dan error variance pada variabel panen tebu, produksi gula dan harga tingkat konsumen, nilai mean variance model ≤ 5% dan dari keseluruhan hasil menunjukan model memiliki error variance ≤ 30%. C. Pembuatan Skenario Setelah model yang dikembangkan dinyatakan cukup valid, langkah berikutnya adalah penyusunan skenario simulasi sesuai dengan skenario kebijakan yang akan diputuskan. Adapun time frame yang digunakan adalah sampai dengan tahun 2016. Skenario 1 Skenario 1 adalah melakukan perbaikan dari segi on-farm melalui intensifikasi lahan sehingga produktivitas lahan mencapai 87,84 ton/ha pada 2014. Panen Tebu, Produksi Gula, Impor 7M
pengaruh permintaan terhadap harga
harga ditingkat konsumen
pengaruh even hari raya
harga jual retailer
profit margin retailer
ton
5.25 M harga dasar gula (HDG)
3.5 M
rate perubahan harga
1.75 M harga beli retailer
biaya per unit (rp/kg)
harga jual gula di BULOG
profit petani
0
harga beli pedagang besar
harga lelang harga beli gula BULOG
1
<Time> harga jual pedagang besar
margin keuntungan BULOG
margin keuntungan pedagang besar
Panen Tebu Produksi Gula Permintaan
Rata-Rata Data 5683355
Rata-Rata Simulasi 5674433
395005.3
396091.4
236093.3
236381 11418.91
Mean Variance 0.00157 2 0.0275 0.00121 9 0.02801
Status Valid Valid Valid
63
84
Gambar III.1 Panen, Produksi, dan Impor SK1 Hasil simulasi skenario 1 menunjukkan adanya peningkatan panen tebu sebesar 4% dan peningkatan persediaan tebu sebesar 83% akibat meningkatnya produktivitas lahan pada 2014. Namun demikian, peningkatan ini tidak diikuti dengan peningkatan produksi gula karena kapasitas giling pabrik masih rendah sehingga jumlah tebu tergiling tetap meskipun tebu yang dihasilkan meningkat. Selain itu, impor juga masih tetap dilakukan hingga 2016 karena produksi gula nasional belum mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri. Skenario 2 Skenario 2 adalah melakukan perbaikan dari segi on-farm melalui intensifikasi tanaman sehingga rendemen menjadi 8,4% pada 2013 dan 8,5% pada 2014. Panen Tebu, Produksi Gula, Impor
Harga Konsumen
11107.78
Variabel
Standar Deviasi Data 82980.37 8568.055
Standar Deviasi Simulasi 67158.77 10158.97
0.19067 0.18568
Valid Valid
4960.072
4955.116
0.001
Valid
6M
Valid
4.5 M
ton
Panen Tebu Produksi Gula Permintaan
43 Time (Month)
panen tebu SK1 : Intensifikasi Lahan jumlah impor gula SK1 : Intensifikasi Lahan produksi gula SK1 : Intensifikasi Lahan
B. Verifkasi dan Validasi Verifikasi dilakukan dengan memeriksa error rate, apakah model sudah terbebas dari error. Tahapan ini bertujuan melakukan pemeriksaan model simulasi apakah model sudah merepresentasikan konsep secara tepat atau tidak. Validasi dilakukan dengan membandingkan kesesuaian data dengan hasil simulasi. Variabel
22
Error Variance
Status
3M 1.5 M 0 1
22
43 Time (Month)
63
84
panen tebu SK2 : Intensifikasi Tanaman jumlah impor gula SK2 : Intensifikasi Tanaman produksi gula SK2 : Intensifikasi Tanaman
Gambar III.2 Panen, Produksi, dan Impor SK2
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-7
6 tebu tidak tergiling SK3 400,000
300,000
ton
Hasil simulasi skenario 2 menunjukkan adanya peningkatan pada produksi gula yaitu sebesar 4% sehingga persediaan naik 10% dari kondisi existing. Peningkatan ini juga menyebabkan turunnya kebutuhan impor sebesar 11% dan penurunan BPP sebesar 1% yang diikuti dengan turunnya harga ditingkat konsumen sebesar 1%.
200,000
100,000
harga ditingkat konsumen SK2
0 1
20,000
22
43 Time (Month)
63
84
tebu tidak tergiling SK3 : Revitalisasi PG
Rp/Kg
17,500
15,000
12,500
10,000 1
22
43 Time (Month)
63
84
harga ditingkat konsumen SK2 : Intensifikasi Tanaman harga ditingkat konsumen SK2 : Existing
Gambar III.3 Harga Ditingkat Konsumen SK2 Skenario 3 Skenario 3 adalah melakukan perbaikan dari segi off-farm yaitu dengan melakukan revitalisasi pabrik gula yaitu dengan peningkatan utilisasi atau penambahan kapasitas baru. rencana perubahan kapasitas SK3 penambahan kapasitas SK3
peningkatan utilisasi SK3
Kapasitas SK3
utilisasi kapasitas SK3
waktu penyesuaian kapasitas produksi PG
perubahan kapasitas PG
Gambar III.6 Tebu Tidak Tergiling SK3 Dari gambar III.6 dapat diamati bahwa jumlah tebu tidak tergiling semakin menurun sejak dilakukannya peningkatan utilisasi. Pada akhir simulasi yaitu tahun 2016, jumlah tebu tidak tergiling adalah 126.128,5 ton menurun dari jumlah pada kondisi existing yang mencapai 521.593,5 ton, padahal utilisasi pada tahun tersebut baru mencapai 85,86%.%. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya permasalahan yang ada di industri gula nasional adalah masih rendahnya produktivitas gula dan utilisasi pabrik. Skenario 4 Skenario 4 adalah skenario gabungan antara skenario 1 dan 3. Berdasarkan hasil simulasi, terjadi peningkatan panen tebu sebesar 4% sehingga produksi gula juga mengalami kenaikan yakni sebesar 3%. Jumlah persediaan tebu naik sebesar 36% dan kebutuhan impor menurun hingga 6%. Panen Tebu, Tebu Tergiling
target kapasitas SK3
7M tebu tidak tergiling SK3
5.25 M
<panen tebu> ton
Gambar III.4 Struktur Penambahan Kapasitas SK3
3.5 M
1.75 M
Panen Tebu, Produksi Gula, dan Impor 6M
0 1
22
43 Time (Month)
63
84
panen tebu SK4 : Intensifikasi Lahan dan Revitalisasi PG tebu tergiling SK4 : Intensifikasi Lahan dan Revitalisasi PG
3M 1.5 M 0 1
22
43 Time (Month)
63
84
panen tebu SK3 : Revitalisasi PG jumlah impor gula SK3 : Revitalisasi PG produksi gula SK3 : Revitalisasi PG
Gambar III.5 Panen, Produksi, dan Impor SK3 Berdasarkan hasil simulasi skenario 3, produksi gula naik sebesar 1% akibat adanya kenaikan kapasitas giling. Utiliisasi hingga akhir simulasi mencapai 85.68%, hal ini menyebabkan adanya penurunan persediaan tebu 10%.
Gambar III.7 Panen dan Giling SK4 Dari gambar III.7 dapat diamati bahwa jumlah tebu tergiling meningkat seiring dengan adanya penyesuaian kapasitas. Kapasitas maksimal dibutuhkan hingga akhir simulasi adalah 5.985.256 ton, kapasitas ini diperoleh dari peningkatan utilisasi hingga 97,32%. Produksi dan Impor 500,000
375,000 ton/Month
ton
4.5 M
250,000
125,000
0 1
22
43 Time (Month)
63
84
produksi gula SK4 : Intensifikasi Lahan dan Revitalisasi PG jumlah impor gula SK4 : Intensifikasi Lahan dan Revitalisasi PG
Gambar III.8 Produksi dan Impor SK4
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-7
7
Skenario 5 Skenario 5 adalah skenario gabungan antara skenario 2 dan 3. Produksi dan Impor 500,000
gula yang di produksi (skenario 1). Selain itu, jika peningkatan hanya difokuskan pada segi off-farm saja maka akan ada sisa kapasitas giling yang masih belum dioptimalkan, hal ini mengindikasikan bahwa produktivitas lahan saat ini masih rendah dan perlu ditingkakan (skenario 3).
ton/Month
375,000
250,000
DAFTAR PUSTAKA
125,000
[1] Badan Litbang Pertanian. (2005). Analisis Kebijakan tentang Kebijakan Komprehensif Pergulaan Nasional. 319-346.
0 1
22
43 Time (Month)
63
84
produksi gula SK5 : Intensifikasi Tanaman dan Revitalisasi PG jumlah impor gula SK5 : Intensifikasi Tanaman dan Revitalisasi PG
Gambar III.9 Produksi dan Impor SK5 Berdasarkan hasil simulasi, penerapan skenario 5 menyebabkan peningkatan sebesar 5% dan impor menurun 17%. Peningkatan produksi gula disebabkan oleh adanya peningkatan kualitas tebu dan peningkatan kapasitas sehingga jumlah tebu tergiling meningkat. Selain itu BPP juga mengalami penurunan sebesar 1% yang diikuti oleh adanya penurunan harga sebesar 1%.
[2] Barlas, Y. (1989). Multiple test for validation of system dynamic type of simulation models. Europe Journal of Operational Research, 183-210 [3] Churmen, H. I. (2001). Menyelamatkan Industri Gula Indonesia. Jakarta: Millenium Publisher. [4] Law, A., & Kelton, W. D. (2000). Simulation Modeling and Analysis Third Edition (3rd ed.). (Wright-Allen Press, Ed.) Massachusetts.
harga ditingkat konsumen SK5 20,000
[5] Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia.(2008). KONSEP PENINGKATAN RENDEMEN UNTUK MENDUKUNG PROGRAM AKSELERASI INDUSTRI GULA NASIONAL. Jakarta.
Rp/Kg
17,500
15,000
12,500
10,000 1
22
43 Time (Month)
63
84
harga ditingkat konsumen SK5 : Intensifikasi Tanaman dan Revitalisasi PG harga ditingkat konsumen SK5 : Existing
Gambar III.10 Harga Tingkat Konsumen SK5 Utilisasi hingga akhir simulasi adalah sebesar 85.3%, lebih kecil dari skenario 3, dan 4. Padahal hasil gula pada skenario 5 lebih tinggi dibandingkan ke-4 skenario lainnya, hal ini menunjukkan bahwa perbaikan kualitas tebu memberikan dampak lebih besar pada peningkatan produksi gula dibandingkan peningkatan hasil panen tebu. IV. KESIMPULAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil simulasi dari keseluruhan skenario yang dilakukan, peningkatan produktivitas gula tertinggi diperoleh dengan melakukan intensifikasi tanaman dan revitalisasi PG (skenario 5). Hasil simulasi menunjukkan bahwa dengan melakukan intensifikasi tanaman dan revitalisasi pabrik, produksi gula yang dihasilkan akan lebih besar dari dari ke-4 skenario lainnya. Berdasarkan hasil skenario 5, peningkatan produksi gula sebesar 5% mampu menurunkan kebutuhan impor sebesar 17% dan menurunkan harga gula sebesar 1%. Peningkatan pada aspek on-farm tanpa adanya kapasitas yang memadai menyebabkan banyaknya persediaan tebu yang tidak tergiling sehingga akan banyak tebu yang harus mengalami penundaan giling padahal hal tersebut sangat berpengaruh pada kualitas hasil
[6] Permenperind. (2010). Peraturan Menteri Republik Indonesia Tentang Perubahan Atas Peraturan Perindustrian Nomor 116/M-IND/PER/10/2009 Tentang Panduan (Road Map) Pengembangan Kluster Industri Gula. Jakarta: Menteri Perindustrian Republik Indonesia. [7] Rahayuningrum, N. L. (2006). Kajian Kebijakan Gula: FaktorFaktor yang Mempengaruhi Harga Eceran Gula. Jakarta: BadanPenelitian dan Pengembangan Perdagangan. [9] Regina Patricia Mboeik, R. (2012). Pengaruh kebijakan makroekonomi terhadap volatilitas harga komoditas dalam perspektif G20. Jakarta: Pusat Kebijakan Pembiayaan Perubahan Iklim dan Multilateral, Kementerian Keuangan. [10] Wayan R. Susila, B. M. (2005). Analisis Kebijakan Industri Gula Indonesia. Jurnal Agro Ekonomi, Volume 23 No. 1, 30-53.