JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6
1
PENERAPAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RANTAI PASOK UNTUK KETAHANAN PANGAN DI PEDESAAN DENGAN DIVERSIFIKASI PANGAN SELAIN BERAS ( UBI KAYU ) MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK ERP Kukuh Pratama, Erma Suryani, S.T, M. T., Ph. D , dan Radityo P.W, S.Kom M.Kom Sistem Informasi, Fakultas Teknologi Informasi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail:
[email protected]
Abstrak— Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia untuk tetap hidup, sehingga ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dan strategis bagi kelangsungan hidup manusia. Pola konsumsi pangan di Indonesia saat ini masih belum sesuai dengan pola pangan ideal yang tertuang dalam PPH (Pola Pangan Harapan). Oleh karena itu perlu dilakukan upaya diversifikasi pangan. Dengan diversifikasi pangan diharapkan dapat meningkatkan ketahanan pangan daerah tertentu apabila terdapat perubahan iklim, cuaca, endemik, biotik dan faktor musiman lainnya. Demi menunjang proses diversifikasi pangan maka terlebih dahulu perlu dilakukan adanya efisiensi dari proses pengadaan pangan, yang dimulai dari permintaan, produksi, pemasaran, distribusi dan konsumsi pangan. Rangkaian Proses tersebut diatur dalam konsep industri yaitu Manajemen Rantai Pasok ( Supply Chain Management ). Pada penelitian ini akan diterapkan konsep Supply Chain Management – Information System. Penerapan SCM – IS ini akan di implementasikan pada perangkat lunak OpenERP. Penerapan konsep SCM – IS pada OpenERP ini diharapkan mampu mengintegrasikan permintaan, produksi, pemasaran, distribusi dan konsumsi pangan secara optimal demi membantu peningkatan ketahanan pangan dan ekonomi masyarakat pedesaan. Kata Kunci: diversifikasi pangan, SCM - IS, OpenERP.
I. PENDAHULUAN Dewasa ini, pola konsumsi pangan masyarakat Indonesia belum terdiversifikasi dengan baik untuk keseluruhan ataupun untuk makanan pokok. Konsumsi pangan masih bias pada kelompok padi – padian yang dalam hal ini berarti beras. Hal ini dikarenakan beras masih merupakan makanan pokok utama dan pertama. Di sisi lain konsumsi energi umbi-umbian masih sepertiga dari yang diharapkan (sekitar 2% dari 6% yang diharapkan) (menurut susenas 2002, 2003, 2004). Padahal di Indonesia, tersedia banyak umbi-umbian dengan harga yang relatif murah. Hal ini sangat berbeda dari padi-padian yang mencapai diatas 60 % (dari 50 % yang diharapkan). Demi menjaga ketahanan pangan pemerintah mendirikan suatu lembaga, yaitu Perum Bulog. Perum Bulog merupakan satu – satunya Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berwenang menangani kebutuhan pangan pokok dalam negeri. Dalam menjalankan aktivitasnya, Bulog harus mampu memberikan kontribusi dalam peningkatan efisiensi nasional hingga mengurangi
beban pemerintah dalam pengelolaan pangan nasional. Salah satu caranya melalui diversifikasi pangan dan ubi kayu merupakan salah satu pilihan pangan pokok yang murah. Ubi kayu juga memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi. Diversifikasi pangan disini berarti suatu usaha untuk menurunkan tingkat konsumsi beras dengan jalan penganekaragaman pangan pokok. Pada dasarnya, diversifikasi pangan merupakan suatu usaha untuk mencari sumber pangan selain beras sesuai dengan cita rasa yang diinginkan untuk memperoleh gizi agar dapat hidup sehat. Hal ini dipengaruhi oleh daya beli masyarakat, ketersediaan, serta sosial budaya serta pengetahuan. Diversifikasi pangan juga diperlukan untuk perbaikan gizi kualitas sumber daya manusia Indonesia sehingga mampu bersaing dengan negara-negara lain. Pentingnya implementasi aplikasi yang berbasis SCM-IS di bidang diversifikasi pangan diharapkan dapat membantu menanggulangi kelangkaan beras di masa yang akan datang melalui terciptanya sistem informasi yang terintegrasi. Sistem informasi yang terintegrasi melalui SCM-IS memungkinkan organisasi untuk meningkatkan kompetensinya melalui kolaborasi yang lebih efektif dan efisien. Integrasi rantai pasok pangan dilakukan untuk meningkatkan arus informasi dan mengkoordinasikan aliran pangan antara stakeholder pangan. Dengan adanya sistem yang terintegrasi ini, hambatan komunikasi dan redudansi proses dapat dihilangkan melalui koordinasi, monitoring dan pengendalian proses. II. KAJIAN PUSTAKA A. Diversifikasi Pangan Dalam pertanian, diversifikasi dikatakan sebagai pergeseran sumberdaya dari satu tanaman (ternak) menjadi campuran tanaman atau ternak, untuk mengurangi kegagalan akibat risiko alam dan meningkatkan hasil dari tiap komoditas yang akhirnya akan meningkatkan pendapatan petani. Definisi diversifikasi ini menekankan pentingnya perubahan sumberdaya bernilai rendah menjadi komoditas yang bernilai tinggi, yang sering direfleksikan sebagai penigkatan tingkat spesialisasi kedalam aktifitas yang bernilai tinggi, umumnya di tingkat usaha tani. Dari berbagai definisi, secara umum, diversifikasi dapat diterangkan sebagai berikut :
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6
1. Pergeseran sumberdaya dari kegiatan usahatani ke non – usahatani. 2. Penggunaan sumberdaya dalam skala besar berupa campuran dari berbagai komoditas dan kegiatan yang menunjangnya. 3. Perubahan sumberdaya dari komoditas pertanian bernilai tinggi. Sedangkan alasan melakukan diversifikasi adalah untuk: 1. Memaksimalkan efisiensi penggunaan sumberdaya terutama efisiensi penggunaan lahan dan waktu, simbiosis dalam usaha dan intensifikasi penggunaan tenaga kerja 2. Mengurangi risiko produksi, harga dan pendapatan 3. Merespon perubahan permintaan untuk berbagai komoditas pertanian yang diakibatkan oleh perubahan pendapatan perkapita dan elastisitas pendapatan terhadap permintaan dari berbagai komoditas pertanian 4. Mempertahankan kesuburan lahan dan mengurangi kerusakan ekosistem. B. Supply Chain Management Supply chain mangement merupakan model manajemen strategi berdasarkan teknologi informasi modern, melalui hubungan kerjasama strategi dan pembagian informasi antara perusahaan yang berpartisipasi akan dibangun, proses produk raw material supply,distribution, processing akan di integrasikan. Sedangkan untuk logistik dan arus modal di seluruh rantai pasok akan diatur dan dikontrol. Sehingga tujuan mengurangi resiko operasi, meningkatkan daya saing dan mendapatkan keuntungan untuk perusahaan yang berpartisipasi akan tercapai. Tujuan utama dari Supply chain management adalah untuk menangani ketidapastian yang diakibatkan oleh fluktuasi permintaan, meningkatkan respon pasar dan memenuhi permintaan pelanggan. Menurut Ellram (1991) dan Wisner (2003) Supply chain management dapat didefinisikan sebagai “desain dan manajemen dari kesempurnaan, nilai tambah dari suatu proses melewati batas – batas perusahaan terkait demi tercapainya kebutuhan real customer. Pengembangan dan integrasi sumber daya manusia serta teknologi sangat menentukan kesuksesan integrasi rantai pasok. SCM diintegrasikan dengan pendekatan untuk perencanaan dan pengawasan arus material dari supplier melewati jaringan distribusi hingga sampai ke tangan custome Secara umum konsep Supply Chain Management (SCM) menurut Martin Christopher dari Cranfield University adalah proses strategis yang mengatur tentang pengadaan, perpindahan dan penyimpanan dari material, part atau barang jadi serta aliran informasi yang berhubungan dari organisasi sampai pihak marketing. Hal ini bertujuan untuk memaksimalkan keuntungan baik saat ini maupun masa depan dengan cara meminimalkan biaya order.
2
C. Double Exponential Smoothing Metode exponential smoothing ini digunakan ketika data menunjukkan adanya trend. Exponential smoothing dengan adanya trend seperti simple exponential kecuali bahwa dua komponen harus diupdate setiap periode – level dan trendnya. Level adalah estimasi yang dimuluskan dari nilai data pada akhir masing – masing periode. Trend adalah estimasi yang dihaluskan dari pertumbuhan rata – rata pada akhir masing periode. (Makriadakis,1999) Rumus double exponential smoothing ( Holts ) adalah : St = α * Yt + ( 1 – α ) * ( St – 1 + bt – 1 ) bt = γ * ( St – St -1 ) + ( 1 – γ ) * bt – 1 F t + m = St + bt m dimana : St = peramalan untuk periode t Yt + ( 1 – α ) = Nilai aktual time series Bt = Trend pada periode ke –t α = parameter pertama perataan antara nol dan satu, untuk pemulusan nilai observasi. γ = parameter kedua, untuk pemulusan trend F t+m = jumlah periode ke muka yang akan diramalkan. Sedangkan untuk rumus double exponential smoothing ( Brown ): S’ t = α Xt + ( 1 – α ) S’ t-1 S” t = α S’ t + ( 1 – α ) S” t-1 at = 2 S’t – S”t bt = ( S’ t – S” t ) Ft+m = at + bt m Dimana : m = jumlah periode ke depan dari forecast Perbedaan antara metode Holts dan Brown adalah penggunaan parameter konstantanya. Pada metode Holts digunakan dua parameter yang perataannya antara nol dan satu. D. Whitebox Testing White-box testing adalah sebuah teknik verifikasi software untuk menguji apakah pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan harapan. White – box testing memiliki beberapa tahapan basic testing, yaitu :
• Unit testing Merupakan testing satu persatu unit hardware atau software secara terpisah. Unit testing sangat penting karena berfungsi untuk memastikan bahwa kode sudah benar dan terintegrasi dengan kode lainnya. • Integration Testing Merupakan tahap uji coba dalam mengintegrasikan beberapa komponen unit software dan hardware. Integrasi dikatakan
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6
berhasil apabila interaksi yang terjadi telah sesuai dengan yang diharapkan. • Regression Testing Merupakan pengujian ulang dari sistem atau komponen yang berfungsi untuk modifikasi atau pengembangan yang dilakukan tidak mempunyai efek buruk bagi keseluruhan sistem.
3
Error% = 100 * ( At / Dt ) • Mean absolute percentage error (MAPE)
• Hasil Uji Coba MAPE
III. IMPLEMENTASI DAN UJI COBA Tabel 1 Hasil uji coba MAPE
A. Peramalan Menggunakan Brown Double Exponentail Smoothing Adapun rumus untuk melakukan double exponential smoothing dengan metode Brown yaitu; S’ t = α Xt + ( 1 – α ) S’ t-1 S” t = α S’ t + ( 1 – α ) S” t-1 S’t dan S”t menunjukkan peramalan untuk periode t. Pada double exponential dilakukan dua kali peramalan. at = 2 S’t – S”t bt =
( S’ t – S” t )
Setelah mengamati hasil dari demand Dt+1, maka langkah selanjutnya yaitu melakukan estimasi level demand. Ft+m = at + bt m Keterangan : = Ramalan untuk periode berikutnya = Demand aktual pada periode t α = Faktor bobot /konstanta pemulusan = Ramalan untuk periode t+l di periode t = Perkiraan tingkat pada akhir periode t = Perkiraan tren pada akhir periode t = Ramalan pada permintaan t (t-1 digunakan untuk periode sebelumnya) = Permintaan aktual yang diamati pada periode t B. Memperkirakan Ukuran Kesalahan Dalam melakukan peramalan ukuran kesalahan, dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut :
• Forecast error
• Absolute deviation
• Percentage Error
Tahun(periode)
MAPE t
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1.2000 1.5557 1.7992 1.9580 2.0532 2.0990 2.1096 2.0952 2.0636 2.0202 1.9692 1.9136 1.8558 1.7973 1.7393 1.6826 1.6277 1.5751 1.5249 1.4771
Berdasarkan hasil uji coba MAPE ini dilihat apakah forecast 10 tahun ke depan akurat atau tidak. Forecasting dilakukan pada demand beras dari tahun 2000 – 2011 untuk melihat demand hingga tahun 2020. C. Penyelesaian Analisis Demand Penyelesaian analisis demand terhadap ubi kayu dilakukan dengan cara menghitung forecast demad beras untuk mengetahui prediksi jumlah permintaan ubi kayu di masa yang akan datang.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6
Tabel 2 Hasil forecast demand beras
4
Sedangkan sistem alur distribusi yang baru adalah sebagai berikut : Workflow Bulog Jatim Petani
KUD Daerah ( Supplier )
Bulog Jatim
KUD Daerah ( Customer )
Pabrik Tapioka
START
Produksi Ubi Kayu
Pengumpulan Hasil Tani
Pengiriman Hasil Tani ke Bulog
Persediaan
Cek Persediaan Ada
Pemesanan Ubi Kayu ke KUD Supplier
D. Implementasi SCM-IS melalui ERP
Pemesanan Stock Daerah
Pemesanan Ubi Kayu
Proses Distribusi Konsumen
Produksi Tapioka
Implementasi ERP dilakukan pada jaringan distribusi hasil tani di Bulog Jatim menggunakan OpenERP. Sistem distribusi pada Bulog Jatim yang saat ini berlaku
Proses Distribusi Konsumen
Pembuatan Laporan
PETANI STOP
Pedagang pengumpul
Penebas
KUD
Gambar 2 Alur distribusi Bulog Jatim (SCM-IS)
Pedagang Penampungan
Bulog
Pedagang Besar
Pasar Induk / Kota
Toko / Kios Pengecer
KONSUMEN
Gambar 1 Alur proses distribusi Bulog (saat ini)
Selama ini pada Bulog Jatim proses distribusi hasil tani pangan pokok dilakukan melalui campur tangan beberapa pihak. Hasil tani yang dihasilkan langsung dari petani di salurkan melalui tiga pihak yaitu penebas, pedagang pengumpul, dan KUD. Penebas dan pedagang pengumpul menjual hasil tani ke pedagang penampungan. Bulog kemudian bertugas membeli dari pedagang penampungan tersebut. Bulog juga mendapat pasokan hasil tani dari KUD. Pasokan pangan pokok yang telah diterima oleh Bulog selanjutnya di distribusikan ke pedagang besar dan pasar induk untuk kemudian disalurkan ke pengecer dan konsumen. Jadi dalam alurnya, Bulog hanya berperan sebagai pengepul.
Bulog Jatim adalah sentral dari proses bisnis yang berlangsung. Pada Bulog Jatim terjadi proses pemerataan distribusi ubi kayu ke daerah – daerah yang membutuhkan dan pabrik tepung tapioka melalui KUD – KUD di daerah yang membutuhkan. Proses pemerataan distribusi ubi kayu dilakukan melalui OpenERP dan dijalankan oleh administrator. Sebelum proses distribusi, terjadi proses forecast untuk mengetahui jumlah demand di setiap KUD. Setiap proses yang dilakukan oleh administrator akan mendapat pengawasan langsung dari pihak direksi Bulog Jatim. Alur workflow pada OpenERP digambarkan gambar 3.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6
Start
Sales Order
Login OpenERP
No
valid
Delivery Product
Refund
5
• Sales Order Merupakan pemesanan product oleh KUD daerah yang membutuhkan ubi kayu sebagai konsumen ke Bulog Jatim. • Delivery Product Merupakan proses pengiriman product pesanan dari Bulog ke customer. • Report Merupakan pembuatan laporan penyebaran ubi kayu ke tiap – tiap daerah di Jawa Timur.
Yes
Input Data Partner
Delivered
No
Yes Input Product Report
Coming
Purchase Order END
Not coming
Incoming Shipment
Gambar 3 Workflow OpenERP
Pada workflow OpenERP berisi mengenai alur langkah pengerjaan pengembangan OpenERP yang disesuaikan dengan kebutuhan proses bisnis Bulog Jatim.Berikut ini penjelasan mengenai workflow : • Login OpenERP Merupakah halaman awal OpenERP untuk memasukkan password sebagai halaman validitas ( sebelum masuk ke halaman utama OpenERP ). Cek validitas dilakukan agar yang mengakses OpenERP hanyalah admin. • Input Data Partner Merupakan halaman yang berapa pada menu Address book. Partner didefinisikan menjadi dua kategori, supplier dan customer. Daerah - daerah penghasil ubi kayu berperan sebagai supplier dan daerah – daerah yg membutuhkan sebagai customer. • Input Product Merupakan halaman yang berada pada menu products. Pada halaman ini didefinisikan jenis product, product categrory, dan UoM ( Unit of Measurement atau satuan hitung product ). • Purchase Order Merupakan proses pemesanan stock barang dari supplier untuk dimasukkan ke dalam gudang. Proses ini melibatkan KUD dari daerah penghasil ubi kayu dan Bulog Pusat Surabaya. • Incoming Shipment Merupakan proses penerimaan dan validasi barang yang dipesan dari supplier. Product yang dipesan akan masuk kedalam gudang stock.
IV. KESIMPULAN Aplikasi yang diimplementasikan memiliki kontribusi penanganan supply dan distribusi pangan pengganti beras (ubi kayu) berdasarkan hasil forecast demand di masa mendatang. Dari hasil forecast terhadap permintaan beras diperoleh MAPE < 20% dan juga proyeksi permintaan beras hingga tahun 2020. Forecast menggunakan metode brown double exponential smoothing. Setelah didapatkan demand dan supply beras dari tiap kabupaten di Jawa Timur, kekurangan supply tiap daerah dapat digantikan dengan alternatif ubi kayu. Besar permintaan ubi kayu akan disesuaikan dengan kebutuhan supply beras. Konversi beras ke ubi kayu melalui perbandingan konsumsi beras. Satu ton beras setara dengan 277 gram/kapita/tahun. Aplikasi OpenERP disini berperan untuk melakukan distribusi secara terintegrasi mulai dari supplier ( daerah penghasil ubi kayu ) hingga ke customer ( daerah kurang konsumsi ubi kayu ). Proses distribusi ubi kayu secara garis besar dimulai dari pemesanan supply kepada partner KUD Supplier oleh Bulog Jatim. KUD Supplier akan mengirimkan ubi kayu ke Bulog Jatim yang selanjutnya akan dikirim ke KUD Customer untuk distribusi secara langsung ke masyarakat. Ubi kayu yang didistribusikan ke customer dari Bulog jatim sebanyak 60% dari jumlah stock per tahunnya dan sisannya akan di distribusikan ke pabrik tapioka untuk diolah terlebih dahulu. Secara teknis, customer melakukan sales oder terhadap Bulog Jatim yang kemudian baru dikirim ke lokasi customer. Setelah ubi kayu didistribusikan pada akhirnya akan dibuat report dari distribusi dan perpindahan product dari Bulog Jatim ke wilayah customer. Spesifikasi informasi yang ditampilkan adalah : • Stock ubi kayu pada Bulog • Kuantitas ubi kayu masuk dan keluar Bulog • Stock pemasukan ubi kayu setiap daerah.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6
DAFTAR PUSTAKA [1] Ariani, Mewa 2004. Diversifikasi konsumsi pangan di Indonesia: Antara harapan dan kenyataan. [2] Lee, Ming – Chang. Han, Mei – Wan. 2009. Knowledge Value chain model Implementer for Supply chain Management Performance [3] Pinckaers, F., & Gardiner, G. (2009). Open ERP, a modern approach to integrated business management. [4]Liu, S., & Wu, B. (2010). Study on the Supply Chain Management of Global Companies. [5] BPS. 2004. Konsumsi Kalori dan Protein Penduduk Indonesia dan Provinsi 2004 Buku 2. Jakarta [6] Gunningham, N. (2006). Incentives to improve farm management: EMS, supply-chains and civil society , 9. [7] Chopra, S., & Meindl, P. (2004). Supply Chain Management Strategy, Planning, & Operation (2nd ed.). Saddle River, New Jersey, United States of America: Prentice Hall. [8] Joshi, P. K., Ashok Gulati, Pratap S. Birthal, Laxmi Tewari. 2003. Agricultural Diversification in South Asia : Patterns, Determinants and Policy Implication. IFPRI. [9] Simchi-L. D., Kaminsky P., dan Simchi-L. E. 2003. Designing and Managing the Supply Chain: Concept, Strategies, and Case Studies, 2nd Edition, McGraw-Hill, 2003. [10] Hayami, Y., K. Otsuka. 1992. Beyond the Green Revolution: Agricultural Development Strategy into New Century. In Agricultural Technology : Policy Issues for International Community. Washington DC. USA. The World Bank.
6