JURNAL SKRIPSI ANALISIS TENTANG TINDAK PIDANA PENGGELAPAN DALAM PERJANJIAN KREDIT BERMOTOR
ABSTRAK Moh. Taufik Lasena Analisis Tentang Maraknya Tindak Pidana Penggelapan Dalam Perjanjian Kredit Bermotor. Pembimbing I. Dian Ekawaty Ismail SH, MH dan Pembimbing II. Suwitno Y. Imran SH, MH. Jurusan Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Negeri Gorontalo 2014. Penelitian Ini Bermaksud Untuk Menggambarkan Tentang Tindak Pidana Penggelapan Dalam Perjanjian Kredit Bermotor. Permasalahan Utama Yang Diangkat Dalam Penelitian Ini Adalah Apa Penyebab Timbulnya Tindak Pidana Penggelapan Dalam Perjanjian Kredit Bermotor Dan Bagaimana Upaya Penyelesaianya. Penelitian Ini Adalah Penelitian Normatif Kualitatif. Sumber Pengumpulan Data Yang Digunakan Adalah Data Sekunder Yang Mencakup Dokumen Resmi Maupun Buku Buku Hasil Penelitian Terdahulu. Lokasi Penelitian Berada Di Dealer Suzuki Gorontalo Jalan Sepuluh November Nomor 11 Kota Gorontalo. Hasil Penelitian Menunjukan Bahwa Banyak Penyebab Yang Dapat Menimbulkan Tindak Pidana Penggelapan Mulai Dari Pihak Dealer Hingga Konsumen. Kata kunci : penggelapan asuransi kenderaan bermotor
ABSTRACT Moh. Taufik Lasena rise of Crime Analysis of Embezzlement In Motor Credit Agreement. Supervisor I. Dian Ekawaty Ismail SH, MH and Advisor II. Suwitno Y. Imran SH, MH. The Department of Law, Faculty of Law, University of Gorontalo Negri 2014 Research It Intends To Depict About Crime Embezzlement In Motor Credit Agreement. Key issues raised in this study is What Causes Embezzlement Crime Incidence In Motor Credit Agreement And How Penyelesaianya efforts. This research is Normative Qualitative Research. Source of Data Collection Data Is Used in Secondary That Include Official Documents Nor Books Research Accomplished. Research Location Located In Suzuki Dealers Gorontalo Street Ten November 11 Number of Gorontalo. Research Shows That Many Causes That Can Cause Crime Embezzlement Start From The Dealer To Consumers. Keywords: motor vehicle insurance fraud
PENDAHULUAN Dalam kehidupan sehari-hari manusia mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi demi mempertahankan hidupnya. Situasi demikian menghendaki kepada setiap individu manusia untuk melakukan hubungan kerjasama dengan individu lain. Bentuk kerjasama antara individu tersebut terdiri dari berbagai macam sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Berkembangnya era modernisasi dengan segala kemajuan di berbagai bidang serta merta diikuti pula oleh tuntutan supaya manusia selalu mengikuti perkembangan tersebut. Di era moderen saat ini berbagai produk teknologi ditawarkan kepada setiap individu. Kemajuan teknologi selalu menjadi ciri khas dari peradaban yang semakin berkembang pesat di muka bumi ini. Kondisi demikian pula manusia selalu mengikuti perkembangan teknologi tersebut. Demikian pula dengan berbagai kemajuan teknologi industri sepeda motor dewasa ini. Tak dapat dipungkiri kebutuhan terhadap sepeda motor tidak lagi didominasi oleh mereka yang mempunyai harta kekayaan atau berduit. Saat
ini kebutuhan sepeda motor juga telah masuk kewilayah bagi masyarakat yang mempunyai ekonomi menengah bahkan masyarakat yang mempunyai ekonomi lemah. Perbedaan terhadap bagi siapapun yang mempunyai uang atau mereka yang kurang memiliki uang yang cukup untuk membeli sepeda motor bukan faktor penghalang bagi siapaun untuk membeli sepada motor. Mereka yang ingin membeli sepeda motor tidak perlu was-was karena kekurangan uang. Berbagai macam ditawarkan oleh para pengusaha untuk menawarkan barang dagangannya, termasuk juga pengusaha sepeda motor atau dealer motor. Bentuk usaha yang ditawarkan oleh pengusaha sepeda motor atau dealer motor terdiri dari berbagai macam cara yang dapat menarik hati pembeli motor. Salah satu cara yang umum yang ada di masyarakat dan dianggap mudah oleh masyarakat untuk secepatnya dapat memiliki sepeda motor dengan melalui perjanjian jual beli yakni kredit motor. Dengan demikian tidak ada lagi istilah yang menyatakan bahwa yang dapat memiliki sepeda motor hanya mereka yang memiliki kemampuan membeli sepeda motor. Siapapun dapat memiliki sepeda motor asalkan saja mau terikat pada perjanjian jual beli dengan dealer sepeda motor. Berbagai kemudahan yang diberikan oleh pengusaha atau dealer sepeda motor tersebut ternyata membawa gairah tersendiri dalam kehidupan masyarakat untuk berlomba-lomba mengajukan perjanjian kredit sepeda motor. Hasilnya peredaran dan kepemilikan sepeda motor menjadi lebih mudah dan gampang yang penting mau mengikuti prosedur perjanjian kredit tersebut. Namun demikian niat baik dari pengusaha atau dealer sepeda motor untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat kaum menengah ke bawah untuk dapat memperoleh kredit sepeda motor ternyata tidak diimbangi dengan niat baik pula dari mereka yang telah terikat dalam perjanjian jual beli untuk memenuhi apa yang menjadi kewajiban mereka tersebut. Kondisi demikian tentu sangat merugikan pihak dealer sepeda motor. Bahkan dalam perjanjian kredit sepeda motor tersebut tidak jarang membawa persoalan ke ranah hukum pidana. Padahal idealnya perjanjian kredit tersebut
merupakan bagian dari ranah hukum perdata. Hukum pidana akan hadir manakala dalam perjanjian tersebut timbul perbuatan yang termasuk dalam kategori hukum pidana. Hadirnya hukum pidana dalam perjanjian kredit sepeda motor tersebut tentu menimbulkan berbagai pertanyaan mengapa demikian terjadi. Berdasarkan hasil survey dan berbagai berita yang ditayangkan oleh media elektronik dan pers, ternyata munculnya hukum pidana dalam perjanjian kredit sepeda motor hukum perdata disebabkan dalam perjanjian kredit tersebut timbul peristiwa hukum lain yakni penggelapan, yang intinya merupakan ranah hukum pidana. Terjadinya penggelapan dalam perjanjian kredit tersebut karena umumnya pihak yang berhutang tidak mampu lagi membayar hutangnya, sementara di sisi lain dia telah membayar uang muka dan beberapa kali setoran dalam perjanjian kredit tersebut. Atas dasar inilah, maka penulis mencoba melakukan penelitian tentang hal tersebut dengan merumuskan judul penelitian yakni: “Maraknya Tindak Pidana Penggelapan Dalam Perjanjian Kredit Bermotor (Studi Kasus Perjanjian Kredit Bermotor Di Dealer Suzuki Gorontalo). Penelitian ini diharapkan dapat membawa suasana penyelsaian yang baik dalam perjanjian kredit sepeda motor tersebut.
METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian hukum normatif. Metode penelitian hukum normatif disebut juga sebagai penelitian hukum doktrinal. Pada penelitian hukum jenis ini, hukum dikonsepkan sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundangundangan (law in books) atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan berperilaku manusia yang dianggap pantas. Penelitian hukum normatif ini sepenuhnya menggunakan data sekunder (Amiruddin dan Zainal Asikin, 2006: 118).
Data yang dipergunakan dalam skripsi ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan dan sebagainya. Data sekunder diperoleh dari : a)
Bahan Hukum Primer Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat dan ditetapkan oleh pihak yang berwenang. Dalam penelitian ini yang menjadi bahan hukum primer di antaranya sebagai berikut: (1)
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana;
(2)
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(3)
peraturan perundang-undangan lain yang terkait
b) Bahan Hukum Sekunder Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti dokumendokumen yang merupakan informasi dan artikel-artikel yang berkaitan dengan penggelapan dan pertanggungjawaban pidana debitur dalam jual beli sepeda motor secara kredit. c)
Bahan Hukum Tersier Bahan hukum tertier yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti: (1)
Kamus Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Belanda;
(2)
ensiklopedia dll.
Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan (Library Research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau yang disebut dengan data sekunder. Adapun data sekunder yang digunakan dalam penulisan skripsi ini antara lain berasal dari buku-buku baik koleksi bukubuku pribadi maupun dari perpustakaan, artikel-artikel yang berkaitan dengan objek penelitian, dokumen-dokumen pemerintah, termasuk peraturan perundangundangan, dan sumber lain yang berhasil diakses dari Internet.
Analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif. Soerjono Soekanto (2001: 32), menyatakan yakni Pendekatan kualitatif sebenarnya merupakan tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif. Dengan menggunakan metode kualitatif, seorang peneliti mengerti atau memahami gejala yang diteliti. Data sekunder yang telah disusun secara sistematis kemudian dianalisa dengan menggunakan metode deduktif dan induktif. Metode deduktif
dilakukan
dengan
membaca,
menafsirkan
dan
membandingkan, sedangkan metode induktif dilakukan dengan menerjemahkan berbagai sumber yang berhubungan dengan topik skripsi ini, sehingga diperoleh kesimpulan yang sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penyebab Timbulnya Tindak Pidana Penggelapan Dalam Perjanjian Kredit Bermotor Pihak debitur terkadang tidak menjalankan kewajibannya sebagaimana diatur dalam perjanjian kredit tersebut. Bahkan yang kurang berkenan dengan perbuatan debitur terhadap pelanggaran perjanjian kredit adalah dengan menggelapkan obyek perjanjian berupa kenderaan sepeda motor. Berdasarkan data yang diperoleh di Dealer Zusuki Gorontalo seringkali kejadian pihak debitur mengalami kemacetan dalam pembayaran angsuran perjanjian kredit bermotor. Setelah petugas dari dealer Zusuki Gorontalo mengecek kembali ke debitur, ternyata yang bersangkutan selalu menghindar dan bahkan telah menghilang atau melarikan diri ke daerah lain tanpa diketahui oleh dealer di mana yang bersangkutan bertempat tinggal lagi. Setelah melalui penelusuran dan penyilidikan yang dilakukan oleh petugas dealer ternyata debitur telah menjual obyek perjanjian kredit tersebu yakni kenderaan bermotor. (wawancara dengan pihak dealer Zusuki Gorontalo. pada tanggal 23 maret 2011).
Berbagai cara yang dilakukan untuk mendapatkan suatu barang yang diinginkan tanpa mengeluarkan uang yang banyak seperti gambaran peristiwa di Dealer Zusuki GorontaloDi merupakan suatu bentuk kejahatan yang tidak dapat ditolerir lagi. Dalam praktek penggelapan sepeda motor dalam perjanjian kredit Di Dealer Zusuki Gorontalo Di Dealer Zusuki Gorontalo dilakukan pelaku dengan menjual sepeda motor pada pihak lain dengan harga yang lebih murah dan rendah. Biasanya dijual dengan maksud untuk mengembalikan modal yang telah dikeluarkan untuk membayar uang muka dan angsuran yang telah dibayar, sehingga pelaku tidak terlalu merugi. Tindakan ini tentunya melanggar ketentuan dalam perjanjian kredit dan dapat dikatakan suatu perbuatan pidana yang dapat dituntut dengan tindakan penggelapan berdasarkan Pasal 372 KUHPidana. Hasil penelitian yang diperoleh penulis bahwa ada beberapa cara yang sering dilakukan dalam kejahatan penggelapan sepeda motor perjanjian kredit di Dealer Zusuki Gorontalo yakni sebagai berikut: a.
Dengan cara mengalihkan sepeda motor pada pihak lain tanpa persetujuan dan sepengetahuan perusahaan Dealer Zusuki Gorontalo cabang Kota. Cara ini dengan kredit liar dan biasanya dilakukan pelaku karena pelaku tidak sanggup memenuhi kewajiban membayar angsuran sehingga mengalihkannya pada orang lain untuk meneruskan kredit. Apabila pembayaran lancar tentunya tidak menimbulkan masalah, tetapi sebaliknya apabila pihak ketiga juga tidak mampu meneruskan pembayaran kredit maka disini timbulah masalah.
b.
Dengan cara menjual, menggadaikan atau menyewakan sepeda motor tanpa sepengetahuan pihak dealer. tindakan penggelapan dengan cara seperti ini dilakukan pelaku dengan menjual sepeda motor dengan harga yang
lebih
murah.
Biasanya
dijual
dengan
maksud
untuk
mengembalikan modal yang telah dikeluarkan untuk membayar uang muka dan angsuran yang telah dibayar, sehingga pelaku tidak merugi. Tindakan ini tentunya melanggar ketentuan dan perjanjian dan dapat dikatakan suatu perbuatan pidana.
c.
Dengan cara melakukan kredit atas nama. Kredit atas nama dilakukan dengan modus pinjam KTP (Kartu Tanda Penduduk). Kredit atas nama mempunyai maksud seseorang yang atas namanya sendiri (pihak pertama) melakukan perjanjian kredit dengan dealer untuk kepentingan pihak lain (pihak ketiga) yang sebenarnya menginginkan sepeda motor tersebut dengan ketentuan bahwa pihak lain tersebutlah yang akan membayar angsuran kredit sepeda motor setiap bulannya. Hal ini dapat terjadi atas kesepakatan kedua belah pihak. Pihak yang bertanggung jawab atas segala sesuatu yang terjadi pada sepeda motor adalah pihak yang namanya tertera dalam perjanjian yaitu pihak pertama. Ketika pihak ketiga melakukan kelalaian dalam pembayaran kredit atau melakukan tindak pidana dan tentunya pihak pertamalah yang dilaporkan oleh dealer.
d.
Membawa lari sepeda motor ke luar daerah. Teknik ini dilakukan oleh pelaku dengan sengaja membawa lari sepeda motor ke tempat lain yang sulit dijangkau dan tidak dapat diketahui lagi oleh dealer Dealer Zusuki Gorontalo. Pihak perusahaan dalam hal ini dealer Zusuki Gorontalo tentunya akan sulit melakukan pengejaran terhadap pelaku yang telah lari sampai ke luar daerah tersebut.
Penyebab terjadinya kejahatan penggelapan sepeda motor di Dealer Zusuki Gorontalo disebabkan oleh faktor yang berasal dari luar dan faktor yang berasal dari dalam pelaku kejahatan itu sendiri. Faktor dari luar (ekstern) yaitu faktor ekonomi dan faktor lingkungan antara lain; faktor adanya penadah, faktor adanya agen/perantara, dan faktor adanya penjamin. Faktor dari dalam (intern) yaitu faktor keluarga, adanya nafsu ingin memiliki dan faktor pemanfaatan kesempatan terjadinya kejahatan penggelapan antara lain; mudahnya mendapatkan fasilitas kredit, jumlah uang muka dan angsuran yang terjangkau, adanya kolusi dengan internal perusahaan (karyawan) dan adanya sistem target bagi karyawan. 1.
Faktor Internal
Pada umumnya faktor internal ini udah ada sejak lahir. Dapat dikatakan faktor internal adalah semua sifat, bakat dan kemampuan dalam bentuk potensi, proses perkembangan dan kecepatan ditentukan oleh susunan gen umum indiviudal (kriminologi). Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh oleh penulis terhadap faktor internal yang menyebabkan terjadinya kejahatan penggelapan sepeda motor dari perjanjian kredit di Dealer Zusuki Gorontalo adalah disebabkan sebagai berikut: a.
Faktor keluarga Keluarga merupakan lingkup terkecil yang dapat membentuk kepribadian seseorang tersebut menjadi baik atau menjadi buruk. Pola tingkah laku seseorang dapat dipengaruhi oleh keluarganya. Berkaitan demikian kiranya peran dari kedua orang tua yang melakukan kejahatan penggelapan tersebut sangat penting, sebab bagaimanapun orang tua adalah orang yang paling utama bertanggung jawab terhadap prilaku anak-anaknya. Orang
tua
mempunyai
tanggung
jawab
atas
pendidikan,
penanaman moral, agama dan etika bergaul dalam kehidupan sehari-hari. Hubungan yang baik atau harmonis serasi dan indah dalam suatu keluarga membawa anak-anak menghadapi hidup dan kehidupan dengan segala tantangannya akan memungkinkan pertumbuhan yang serasi antara jiwa dan raga si anak. Apabila orang tua dapat mendidik moral, tingkah laku dan agama sertika etika si anak, maka kemungkinan kecil terjadi si anak akan menjadi jahat. Karena itu tidak salah kalau orang tua harus mampu menggerakan hati anak-anaknya untuk berbuat kebaikan dan menghindari perbuatan yang jahat seperti melakukan kejahatan penggelapan. Berdasarkan wawancara pelaku kejahatan penggelapan yang namanya tidak mau disebutkan bahwa perbuatannya atas penggelapan kenderaan bermotor merupakan perbuatan yang
didorong oleh kebiasaan dalam keluarga yang sudah broken home dan dalam kehidupan keluarga tersebut tidak teratur lagi, sehingga perilakunya tersebut sering dilakukan dalam pergaulan juga dengan orang lain sampai akhirnya terbawa pada perbuatan penggelapan perjanjian kredit atas kenderaan bermotor Di Dealer Zusuki Gorontalo. (wawancara pada tanggal 23 Maret 2011). Pendapat yang dikemukakan oleh pelaku kejahatan penggelapan kenderaan bermotor dalam perjanjian kredit tersebut kiranya merupakan suatu bukti bahwa kejahatan yang terjadi secara umum dapat dilakukan atas kepribadian yang dimiliki oleh pelaku kejahatan tersebut. b.
Faktor kesempatan melakukan kejahatan. Kejahatan dapat terjadi juga karena adanya kesempatan yang diberikan kepada pelaku kejahatan tersebut. Perbuatan yang dilakukan oleh pelaku kejahatan penggelapan dalam perjanjian kredit terhadap kenderaan bermotor di Dealer Zusuki Gorontalo disebabkan adanya kesempatan yang membuat kemungkinan tindakan kriminal itu berlangsung. Adanya kesempatan yang diberikan tersebut membuat pelaku melakukan aksi kejahatan. Berdasarkan data yang diperoleh oleh penulis di lapangan hal-hal yang memberi kesempatan bagi terlaksananya penggelapan sepeda motor Di Dealer Zusuki Gorontalo adalah sebagai berikut: (a) Mudahnya mendapat fasilitas kredit Sebagaimana diketahui hampir semua dealer motor yang ada
di
Provinsi
Gorontalo
menawarkan
berbagai
kemudahan untuk mendapatkan fasilitas perjanjian kredit sepeda motor. Pada dasarnya persyaratan yang diberikan oleh Dealer Zusuki Gorontalo memberikan kesempatan kepada pelaku kejahatan untuk lebih mudah melakukan kejahatan.
Dalam persyaratan yang dibebankan oleh pihak Dealer Zusuki Gorontalo kepada setiap debitur dianggap terlalu sederhana.
Kesimpulan Berdasarkan analisis hasil penelitian yang diperoleh, pada akhirnya dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1.
Faktor yang mempengaruhi timbulnya kejahatan penggelapan sepeda motor .. adalah sebagai berikut; a. Faktor intern yakni 1) Faktor keluarga 2) Faktor
pemanfaatan
kesempatan
terjadinya
kejahatan
penggelapan yang terdiri dari sebagai berikut: (a)
Mudahnya mendapatkan fasilitas kredit
(b)
Jumlah uang muka dan angsuran yang terjangkau
(c)
Adanya kolusi dengan pegawai internal perusahaan
(d)
Adanya sistem target bagi karyawan
b. Faktor eksetern yakni terdiri dari: 1) Faktor ekonomi 2) Faktor lingkungan, yang terdiri dari sebagai berikut:
2.
(a)
Adanya agen (perantara)
(b)
Adanya penadah
(c)
Adanya penjamin.
Upaya yang dilakukan untuk mencegah atau menanggulangi terjadinya kejahatan penggelapan sepeda dalam perjanjian kredit motor Di Dealer Zusuki Gorontalo yakni sebagai berikut: a.
Upaya preventif yakni upaya untuk mencegah terjadinya kejahatan sebelum kejahatan itu terjadi. Penanggulangan kejahatan dengan upaya preventif dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu: 1)
Cara moralistik, yaitu dilakukan dengan penyebarluasan ajaran-ajaran agama, moral, etika dan berbagai ketentuan
peraturan perundang-undangan yang ada yang dapat menghambat terjadinya kejahatan. 2)
Cara
abolisionistik,
yaitu
usaha
memberantas,
menanggulangi kejahatan dengan memberantas sebab musababnya. b.
Upaya refresif yaitu upaya yang dilakukan setelah ada atau terjadinya kejahatan. Tindakan ini dilakukan agar kejahatan tidak terulang lagi. Pada dasarnya upaya ini dilakukan dengan melaporkan pelaku ke pihak kepolisian sehingga dilakukan penyelidikan sampai pelaku kejahatan penggelapan di hukum.
Saran Adapun yang menjadi saran/rekomendasi dalam tulisan ini sebagai berikut: 1.
Pencegahan terjadinya kejahatan penggelapan sepeda motor dalam perjanjian kredit Di Dealer Zusuki Gorontalo semua pihak ikut serta dalam
pencegahan
dan
penanggulangannya.
Berbagai
fasilitas
kemudahan yang ditawarkan oleh perusahaan bermotor jangan sampai menimbulkan tindakan negatif dan mengarah kepada timbulnya kejahatan, seperti penggelapan; 2.
Tindakan keras perlu dilakukan oleh perusahaan, kepada pegawai yang melakukan kejahatan penggelapan sepeda motor;
3.
Perlunya pembinaan kepada pelaku kejahatan penggelapan sepeda motor agar tidak mengulangi lagi perbuatan
4.
Adanya keterpaduan dan kerjasama bagi semua pihak dalam mencegah dan menanggulangi kejahatan penggelapan sepeda motor, misalnya perusahan tidak perlu membebani pegawainya dengan target yang sangat tinggi, sehingga pegawai tersebut tidak melakukan tindakantindakan yang tidak benar.
DAFTAR PUSTAKA
Huda, Chairul, 2008, Dari Tiada Pidana Tanpa Kesalahan Menuju Kepada Tiada Pertanggungjawaban Pidana Tanpa Kesalahan, Kencana, Jakarta. Moeljatno, 2002, Azas-Azas Hukum Pidana. Rineka Cipta. Jakarta. Poernomo, Bambang, 1997, Asas-asas Hukum Pidana, Dahlia Indonesia. Jakarta. Saleh, Roeslan, 1983, Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana, Dua Pengertian Dasar dalam Hukum Pidana, Aksara Baru, Jakarta. Soekanto Soerjono, 2001, Pengantar Penelitian Hukum. Cetakan Keenam. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Soesilo, R, 1994, Kitab Undang-undang Hukum Pidana serta Komentarkomentarnya Lengkap Pasal demi Pasal, Politea, Bogor. Subekti, 1984, Hukum Perjanjian. Intermasa. Jakarta Tresna, R, 1979, Asas-asas Hukum Pidana Disertai Pembahasan Beberapa Perbuatan yang Penting, PT. Tiara, Jakarta. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana