ISSN 0854-3461 Volume 30, Nomor 1, Pebruari 2015
JURNAL SENI BUDAYA Jurnal Seni Budaya Mudra merangkum berbagai topik kesenian, baik yang menyangkut konsepsi, gagasan, fenomena maupun kajian. Mudra memang diniatkan sebagai penyebar informasi seni budaya sebab itu dari jurnal ini kita memperoleh dan memetik banyak hal tentang kesenian dan permasalahannya. Penyunting menerima sumbangan tulisan yang belum pernah diterbitkan dalam media lain. Persyaratan seperti yang tercantum pada halaman belakang (Petunjuk untuk Penulis). Naskah yang masuk dievaluasi dan disunting untuk keseragaman format, istilah dan tata cara lainnya. Terakreditasi dengan Peringkat B dari 22 Agustus 2013 sampai 22 Agustus 2018 (Akreditasi berlaku selama 5 (lima) tahun sejak ditetapkan), berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 58/DIKTI/Kep/2013, tanggal 22 Agustus 2013. Ketua Penyunting I Gede Arya Sugiartha
Wakil Ketua Penyunting I Wayan Setem
Penyunting Pelaksana Diah Kustiyanti Tri Haryanto, S,SKar., M.Si Dru Hendro, S.Sen., M.Si Dra. Antonia Indrawati, M.Si Suminto, S.Ag., M.Si Putu Agus Bratayadnya, SS., M.Hum Dra. Ni Made Rai Sunarini, M.Si I Made Gerya, S.Sn., M.Si
Penyunting Ahli Made Mantle Hood (University Putra Malaysia) Ethnomusicologist Jean Couteau. (Sarbone Francis) Sociologist of Art Ron Jenkins. (Wesleyan University) Theatre I Putu Gede Sudana (Universitas Udayana Denpasar) Linguistics Tata Usaha dan Administrasi Ni Wayan Putu Nuri Astini
Alamat Penyunting dan Tata Usaha: UPT. Penerbitan ISI Denpasar, Jalan Nusa Indah Denpasar 80235, Telepon (0361) 227316, Fax. (0361) 236100 E-Mail:
[email protected] Hp. 081337488267 Diterbitkan UPT. Penerbitan Institut Seni Indonesia Denpasar. Terbit pertama kali pada tahun 1990. Dari diterbitkan sampai saat ini sudah 5 (lima) kali berturut-turut mendapat legalitas akreditasi dari Dikti, 1998-2001 (C), 2001-2004 (C), 2004-2007 (C), 2007-2010 (B), 2010-2013 (B), 2013-2018 (B). Dicetak di Percetakan Koperasi Bali Sari Sedana, Jl. Gajah Mada I/1 Denpasar 80112, Telp. (0361) 234723. NPWP: 02.047.173.6.901.000, Tanggal Pengukuhan DKP: 16 Mei 2013 Mengutip ringkasan dan pernyataan atau mencetak ulang gambar atau label dari jurnal ini harus mendapat izin langsung dari penulis. Produksi ulang dalam bentuk kumpulan cetakan ulang atau untuk kepentingan periklanan atau promosi atau publikasi ulang dalam bentuk apa pun harus seizin salah satu penulis dan mendapat lisensi dari penerbit. Jurnal ini diedarkan sebagai tukaran untuk perguruan tinggi, lembaga penelitian dan perpustakaan di dalam dan luar negeri. Hanya iklan menyangkut sains dan produk yang berhubungan dengannya yang dapat dimuat pada jumal ini. Permission to quote excerpts and statements or reprint any figures or tables in this journal should be obtained directly from the authors. Reproduction in a reprint collection or for advertising or promotional purposes or republication in any form requires permission of one of the authors and a licence from the publisher. This journal is distributed for national and regional higher institution, institutional research and libraries. Only advertisements of scientific or related products will be allowed space in this journal.
ISSN 0854-3461
Volume 30, Nomor 1, Pebruari 2015
JURNAL SENI BUDAYA 1.
Bunyi Ngumbang Ngisep Gender Wayang Bali dalam Kajian Semiotika Ary Nugraha Wijayanto, Ketut Sumerjana..................................................................................
1
2.
Aspek Organologis Gender Wayang I Ketut Yasa......................................................................................................................................
8
3.
Estetika Hegemoni Talempong Pacik di Sumatra Barat Andar Indra Sastra..........................................................................................................................
18
4.
Menguak Ideologi di Balik Kehadiran Mabarung Seni Pertunjukan di Kabupaten Buleleng I Nyoman Chaya..............................................................................................................................
37
5.
Estetika Randai Analisis Tekstual dan Kontekstual Sri Rustiyanti...................................................................................................................................
47
6.
Kebangkitan Pasantian di Bali pada Era Globalisasi I Komang Sudirga, I Gde Parimartha, I Wayan Dibia, I Made Suastika .................................
57
7.
Implikasi Pragmatik Bahasa Ungkap Tari Bondhan Maryono...........................................................................................................................................
65
8.
Menyikapi Seni Pertunjukan Tradisional sebagai Media Pengembangan Bangsa Mahdi Bahar....................................................................................................................................
76
9.
Idiologi Estetik Dalang Wayang Topeng Malang Robby Hidajat..................................................................................................................................
83
10. Analisa Stuktur Komposisi Si Bongkok dengan Sulingnya Karya Amir Pasaribu dan Sumatran Fiesta Karya Ben Pasaribu Ance Juliet Panggabean..................................................................................................................
91
11. Strategi Pengembangan Manajemen Pesta Kesenian Bali Berbasis Sinergisitas Kearifan Lokal, Budaya Nasional, dan Pengetahuan Global I Nyoman Suarka, I Wayan Rai S., I Nyoman Dhana, Ni Made Wiasti .................................... 105 12. Testimoni I Wayan Beratha: Seniman Alam yang Kreatif dan Lumbung Keilmuan I Ketut Gde Asnawa........................................................................................................................ 114 Media Komunikasi Seni Budaya. Diterbitkan oleh: UPT. Penerbitan Institut Seni Indonesia Denpasar Terbit tiga kali setahun
Volume 30, 2015
Jurnal Seni Budaya VolumeMUDRA 30, Nomor 1, Pebruari 2015 p 91 - 104
ISSN 0854-3461
Analisa Struktur Komposisi Si Bongkok dengan Sulingnya Karya Amir Pasaribu dan Sumatran Fiesta Karya Ben Pasaribu ANCE JULIET PANGGABEAN Program Studi Seni Musik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas HKBP Nommensen Medan, Indonesia. E-mail:
[email protected]
Tulisan ini menjelaskan beberapa aspek musik modern yang terdapat dalam komposisi Si Bongkok dengan Sulingnya dan Sumatran Fiesta serta gaya atau kecirikhasan kedua komponis, Amir Pasaribu dan Ben Pasaribu. Struktur dan konsep yang dipergunakan dalam komposisi musik Modern dari segi bentuk modifikasi dari bentuk-bentuk tradisional, penggunaaan serialisme dalam melodi dan harmoni, ritme yang dipergunakan semakin kompleks dan sifatnya lebih unik dan asimetris seperti 5/8, 7/8, 11/4, serta metrum yang berubah-ubah, dan lain-lain. Dengan cara membuat analisa struktur musik yang dipergunakan dalam komposisi musik dari mulai bentuk, tangga nada, ritme dan harmoni. Penulis juga menjelaskan konsep kekaryaan dari karya Sumatran Fiesta yang diciptakan oleh komponis Indonesia: Ben,M. Pasaribu. Keunikan dari kedua karya ini adalah memasukkan beberapa aspek yang terdapat dalam musik Modern ditinjau dari segi era, kronologi, dasar skala, dasar ritme, dasar harmoni dan bentuk.
Structural Analysis Si Bongkok dengan sulingnya Composed by Amir Pasaribu and Sumatran Fiesta composed by Ben Pasaribu This topic entitled about described some aspects of modern music composition contained in The Hunchback with flute and Sumatran style or Specific identify of and the two composers, Amir Pasaribu and Ben Pasaribu . Structures and concepts that are used in Modern Music composition in terms of a modified form of the traditional forms, the use of the melody and harmony serialisme, which used more complex rhythms and is more unique and asymmetrical as 5/8, 7/8, 11/4, and metrum fickle , and others. By making music structure analysis used in musical composition based on forms, scales, rhythm and harmony. The author also explains the concept of that created by Fiesta Sumatran Indonesian composer: Ben, M. Pasaribu. The second peculiarity of this work is the inclusion of some aspects contained in the terms of modern music era, chronology, basic scales, basic rhythm, harmony and form the basis. Keywords: Analysis, the structure of music, melody, rhythm, and harmony.
Analisa merupakan bagian yang terpenting dari teori musik, yaitu bagian yang ditujukan kearah pemahaman musikal. Untuk bisa menuju kearah pemahaman tersebut seseorang harus belajar, mendengar dengan persepsi yang lebih luas (mendengar aktif), bermain dengan pengertian yang luas, berlatih dengan waktu yang seefisien mungkin, atau mempelajari perbedaan macam-macam periode
dan gaya dari musik (Brant dalam Hananto, 2011: 121). Bagi musisi baik pencipta, penyanyi, pendengar maupun pengamat musik, pengetahuan akan bentuk dan analisa dirasa sangat perlu karena pada hakikatnya musik bukanlah sekedar rakitan nada, ritme, tempo, dinamik, warna suara, dan unsur91
Ance Juliet Panggabean (Analisa Struktur Komposisi...)
MUDRA Jurnal Seni Budaya
unsur musik lainnya. Secara lebih mendasar, musik adalah perwujudan ide-ide atau emosi. Karena musik disebut sebagai perwujudan ide maupun emosi, pengertian tersebut akan mengandung konsekuensi bahwa musik sebenarnya memiliki makna (Budilinggono, 1993: 1).
Musik adalah hasil kerja manusia. Didalam berkarya sang seniman harus melibatkan segenap potensi yang ada dalam dirinya sebagai satu kesatuan pribadi yang utuh. Ben Pasaribu dan Amir Pasaribu adalah komposer Indonesia. Kedua komposer Indonesia tersebut telah banyak berpartisipasi dan berjasa dalam meletakkan dasar bangunan dunia musik kita di Indonesia.
Menurut Remer (dalam Pekerti, 2010: 2-3) musik dibangun oleh unsur-unsur ritme, melodi, harmoni, tekstur, bentuk yang dibungkus oleh kualitas musik yaitu unsur warna bunyi atau warna nada dan kekuatan (volume atau intensitas) atau dinamika bunyi. Pandangan-pandangan mengenai musik semakin berubah, musik bukan lagi hanya berupa bunyibunyi indah tetapi juga bunyi-bunyi tidak indah. Untuk mengekspresikan dan mengangkat semua itu, para komponis tidak lagi membatasi diri pada musik tonal tetapi mulai lebih bebas dalam bentuk musik atonal bahkan bunyi apa saja digunakan secara sengaja dalam konteks musikal. Perkembangan musik sangatlah bergantung pada usaha dan kerja keras dari para senimannya untuk menghadapi tantangan perkembangan zaman. Hasil dari kerja keras para senimannya dapat dipandang sebagai usaha para seniman yang tidak habis-habisnya di dalam menuangkan ide dan kreatifitasnya secara maksimal. Kerja keras bagi para seniman musik yang berpikir jauh ke depan, merupakan tujuan untuk mencari kemungkinankemungkinan baru dan usaha-usaha baru yang seluas-luasnya, yang sebelumnya bentuk dan aturan penyajian musik sudah terasa tidak mencukupi lagi untuk menuangkan ide-ide dan kreatifitas para seniman musik untuk masa mendatang. Usahausaha yang dilakukan oleh para seniman musik untuk mencari kemungkinan baru tetap tidak akan terlepas dari hakikat musik itu sendiri. Manusia berekspresi melalui cara yang berbeda-beda sesuai dengan bakat dan kemampuannya masingmasing. Musik adalah suatu hasil karya seni yang mengekspresikan ide. Ide yang dimaksud adalah sesuatu yang dapat dirasa, difikir dan dikhayal serta sesuatu yang menggetarkan jiwa sebagai kesatuan potensi.
92
Beberapa aspek musik modern terdapat pada ke dua karya ini. Kedua komposisi ini telah diciptakan dengan teknik-teknik tertentu yang sangat beragam. Dalam menganalisa karya dari kedua komposer ini merupakan langkah yang paling efektif dalam upaya untuk mempelajarinya. Dalam karya-karya ini penulis akan menganalisa dengan beberapa aspek di dalamnya yang merupakan sisi penting dari sebuah komposisi, yaitu kronologi, dasar tangga nada, dasar harmoni, dasar ritme dan bentuk. Berdasarkan latar belakang di atas ada beberapa hal yang perlu untuk dikaji dalam penelitian ini, yaitu bagaimanakah gaya atau kecirikhasan yang terdapat pada ke dua komposisi tersebut?, dan bagaimanakah analisa dari segi struktur musik pada kedua komposisi tersebut? Metode dasar yang akan diterapkan di dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Dengan kata lain, penelitian ini dimaksudkan untuk membuat deskripsi atau gambaran secara lengkap, faktual dan teliti mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Selanjutnya, metode ini akan mendasari penelitian ini khususnya di dalam hal pengumpulan data maupun penganalisaan data. Seleksi data dilakukan dalam rangka memilih dan merangkum data sesuai dengan kebutuhan penelitian tentang Analisa Struktur Komposisi Si Bongkok dengan Sulingnya karya Amir Pasaribu dan Sumatran Fiesta Karya Ben Pasaribu. Data interpretasi berusaha mencari hubungan antara fakta-fakta yang ditemukan dan memberikan pemahaman yang jelas mengenai Analisa Struktur Komposisi Si Bongkok dengan Sulingnya karya Amir Pasaribu dan Sumatran Fiesta Karya Ben Pasaribu.
Volume 30, 2015
MUDRA Jurnal Seni Budaya
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Budilinggono (1993), bila musik ditinjau dari proses penciptaannya, yang pertama sekali muncul adalah ide. Kemudian, ide tersebut diformulasikan menjadi musik melalui gambaran bentuk. Akan tetapi, dalam proses analisis musik justru menghendaki arah yang sebaliknya. Analisis musik baru akan sampai kepada ide kalau sudah melalui tahap analisa bentuk. Proses penciptaan dan proses analisis dapat digambarkan sebagai berikut.
Karya musik belum dapat memberi arti apa-apa jika masih berupa notasi diatas kertas. Dengan demikian secara jelas mengartikan bahwa sebuah karya harus dimainkan, sehingga sekumpulan ide musikal dari komponis pada sebuah karya musik dapat ditangkap serta dirasakan oleh pendengar. Dalam memainkan sebuah komposisi ada sejumlah persyaratan yang harus dimiliki, diantaranya yaitu diperlukan kemampuan/skill dalam bermain alat musik Proses penciptaan disebut dengan kemampuan teknis, kemampuan memahami serta mendekati secara apresiatif agar Ide bentuk music dapat membawakan sekaligus mengungkap ide-ide musikal yang terkandung dalam karya musik itu Proses analisa diperlukan untuk menganalisis komposisi tersebut (Hananto, 2011: 120). Dengan demikian secara umum Dengan demikian unsur-unsur musik secara unsur-unsur umum dapatmusik dikelompokkan dalam tiga maca dapat dikelompokkan dalam tiga macam, yaitu komponennya, Menurut Prier (1996), sebuah beserta karya musik dapat melodi, irama dan harmoni. bunyi beserta komponennya, melodi, irama dan dipandang sebagai sejumlah nada yang tersusun harmoni. ANALISA KOMPOSISI dalam ruang-ruang birama. Sedangkan ilmuSTRUKTUR analisis musik ‘memotong’ dan memperhatikan detail AnalisaKeseluruhan Struktur Musik ANALISA STRUKTUR KOMPOSISI keseluruhan dari sebuah karya musik. Pengertian analisis dalam musik adalah suatu studi untuk menemukan hubungan elem berarti: memandang awal dan akhir dari sebuah lagu musik. Sedangkan analisis struktural dalam musik adalah suatu studi untuk menemu Analisa Struktur Musik dengan kata lain dari segi struktur lagu. elemen-elemen dari musikPengertian yang meliputi melodi, ritme,musik dan harmoni. analisis dalam adalah Pada suatuumumnya unt unsur tersebut dapat dibuktikan dengan langkah awal mencari unit-unit terbesar studi untuk menemukan hubungan elemen-elemen kemudian Pengetahuan sejarah musik merupakan salah unit-unit yang terkecil secara daribertahap. musik. Sedangkan analisis struktural dalam satu persiapan utama bagi pendekatan kearah musik adalah suatu studi untuk menemukan pemahaman musikal. Mengerti Pada akan dasarnya, alat bangunan analisis musik disatuelemen-elemen pihak menentukan menghubungkan hubungan dari dan musik yang meliputi persamaan-p dalam idiomatika musik seperti ada,harmoni, dan padairama, pihak lain mencari perbedaan-perbedaan yang ada. Defenisi melodi, ritme, dan harmoni. Pada umumnya untukdan garis bes melodi walaupun dalam ilmu teori dan komposisi bentuk sebenarnya merupakan persiapan dan pengenalan yang hanya baru bisa b menemukan unsur tersebut dapat dibuktikan dengan musik dipisah-pisah pengertiannya, tetapi analisis. keliru Bentuk mempelajari dan isi adalah dua aspek dari suatu identitas tunggal. O langkah awal mencari unit-unit terbesar kemudian bilamana dalam hubungan ciptaan seni, bahan-bahan analisis akan terbukti sangat berarti apabila tujuannya semata-mata bukan hanya penelit beralih kepada unit-unit yang terkecil secara itu secara estetis dianggap bukan satulebih keseluruhan tetapi merupakan sintesa dimana analisis hanya merupakan suatu pembukaan y bertahap. yang utuh dan lengkap (Pasaribu, 1986:pemahaman 12). kearah musikal. Hal ini akan bisa dicapai apabila suatu komposisi yang
mempunyai hubungan dengan: 1) Bentuk khusus dari sebuah komposisi; 2) Suatu p analisis disatu dari pihak Pada dasarnya, analisis musik disatudari pihak modifikasi suatu polaPada yang dasarnya, telah mapan; 3) Gayamusik dan estetika suatu masa dim menentukan dan menghubungkan persamaanmenentukan dan menghubungkan tersebut persamaandiciptakan; 4) Komposisi-komposisi dan gaya khusus dari komponisnya; dan 5) persamaan yang ada, dan pada pihak lain mencari dasar yang dicontohkan (Stein, 1979: 146). persamaan yang ada, dan pada struktur pihak lain mencari perbedaan-perbedaan yang ada. Defenisi dan garis perbedaan-perbedaan yang ada sehingga, suatu dari bentuk-bentuk sebenarnya merupakan dapat dilihat dari segi strukturnya. Struktur lagu adalah pola s komposisi yang ada dianggap Sebuah memilikikomposisi hubunganmusik besar persiapan dan pengenalan yang hanya baru bisa proses ya bagian yang membentuk suatu lagu. Sebuah komposisi tercipta tidak dengan dengan bentuk khusus dari sebuah komposisi, suatu berguna setelah mempelajari analisis. Bentuk dan langsung menjadi dari bagian ya permulaan atau modifikasi dari suatu pola yang telahkomposisi yang utuh, namun dilakukan dengan dimulai isi adalah dua aspek dari suatu identitas tunggal. atau sederhana. Proses menyusun bagian-bagian musik menjadi karya yang utuh dila mapan, gaya dan estetika dari suatu era atau masa berbagai teknik yang dipilih sesuai kebutuhan. Struktur dan konsep yang dipergunakan da Oleh karena itu analisis akan terbukti sangat komposisi tersebut diciptakan, gaya khusus atau Si Bongkok dengan Sulingnya dan Sumatran Fiesta merupakan struktur dan konsep yang berarti apabila tujuannya semata-mata bukan hanya kecirikhasan dari komponisnya terhadap komposisi dalam struktur komposisi Musik Modern, ditinjau bentuk, penggunan sintesa tone row (serialisme penelitian musikdari saja,segi tetapi lebih merupakan yang telah diciptakan, prinsip-prinsip dasar harmoni, dan ritme. Beberapa aspek yang penting dalam penganalisaan ke dua komposisi i dimana analisis hanya merupakan suatu pembukaan yang dicontohkan (Stein,1979: 146). segi: kronologi, bentuk, yang dasardiperlukan melodi, dasar dasar musikal. tangga nada, kearahritme, pemahaman Hal inidan dasar ha penjelasan tentang dasar-dasar teknik komposisi pada zaman Modern oleh Dieter Mack ( akan bisa dicapai apabila suatu komposisi yang ada menyatakan bahwa: dianggap mempunyai hubungan dengan: 1) Bentuk
“sejajar dengan perkembangan harmoni, bentuk-bentuk dan genre-genre musik dapat diubah para komposer Modern antara lain suka kembali kepada berbagai model tradisional, mode 93 kombinasi ba dipakai secara mutlak, melainkan sebagai titik tolak untuk variasi-variasi dan meninggalkan berbagai bentuk tertentu. Hal ini disebabkan oleh kekuatiran komposer ja seorang “epigon” (ketinggalan zaman) yang bekerja secara skematis saja.
Beberapa aspek yang penting dalam musik Modern secara lebih khusus dan terpe
Ance Juliet Panggabean (Analisa Struktur Komposisi...)
MUDRA Jurnal Seni Budaya
khusus dari sebuah komposisi; 2) Suatu permulaan atau modifikasi dari suatu pola yang telah mapan; 3) Gaya dan estetika dari suatu masa dimana komposisi tersebut diciptakan; 4) Komposisi-komposisi dan gaya khusus dari komponisnya; dan 5) Prinsipprinsip struktur dasar yang dicontohkan (Stein, 1979: 146).
nada, melodi sebagai variasi nada dalam waktu, nada yang terus-menerus. Dasar Harmoni : memainkan secara bersama dan sekaligus akord yang terdiri dari nada-nada dengan interval sekunda, penerapan polifoni yang lebih kompleks, bunyi-bunyi baru, tekstur, kekuatankekuatan luar dari bunyi. Dasar Ritme: bebas, kompleks, pecahan pola-pola ritme yang lebih kompleks, notasi-notasi yang sebanding. Bentuk : musik elektronis, bentuk sebagai proses, bentuk yang sama dan terus-menerus serta bebas, bentuk yang tidak tertentu, musik minimal, bentuk-bentuk yang menggunakan modul, bentuk yang merupakan kesatuan dari beberapa media, bentuk dalam seksi-seksi yang terbuka.
Sebuah komposisi musik dapat dilihat dari segi strukturnya. Struktur lagu adalah pola susunan bagian-bagian yang membentuk suatu lagu. Sebuah komposisi tercipta tidak dengan proses yang serta merta langsung menjadi komposisi yang utuh, namun dilakukan dengan dimulai dari bagian yang paling kecil atau sederhana. Proses menyusun bagian-bagian musik menjadi karya yang utuh dilakukan dengan berbagai teknik yang dipilih sesuai kebutuhan. Struktur dan konsep yang dipergunakan dalam komposisi Si Bongkok dengan Sulingnya dan Sumatran Fiesta merupakan struktur dan konsep yang dipergunakan dalam komposisi Musik Modern, ditinjau dari segi bentuk, penggunan tone row (serialisme), tangga nada, harmoni, dan ritme. Beberapa aspek yang penting dalam penganalisaan ke dua komposisi ini, ditinjau dari segi: kronologi, bentuk, dasar melodi, dasar ritme, dasar tangga nada, dan dasar harmoni. Seperti penjelasan tentang dasar-dasar teknik komposisi pada zaman Modern oleh Dieter Mack (1995: 43) yang menyatakan bahwa:
“sejajar dengan perkembangan harmoni, bentukbentuk dan genre-genre musik dapat diubah juga. Walaupun para komposer Modern antara lain suka kembali kepada berbagai model tradisional, model-model itu tidak dipakai secara mutlak, melainkan sebagai titik tolak untuk variasi-variasi dan kombinasi baru, bahkan untuk meninggalkan berbagai bentuk tertentu. Hal ini disebabkan oleh kekuatiran komposer janganlah menjadi seorang “epigon” (ketinggalan zaman) yang bekerja secara skematis saja.
Beberapa aspek yang penting dalam musik Modern secara lebih khusus dan terperinci, menurut pembagian yang diberikan oleh Leon Stein (Stein,1979: 237) seperti diuraikan sebagai berikut. Kronologi : 1950 Dasar tangga nada : dua belas nada dengan penerapan secara bebas, penggunaan tangga nada lebih kecil dari setengah 94
Beberapa aspek yang penting dalam musik modern digunakan dalam kedua komposisi ini. Dari aspek bentuk, dasar tangga nada, dasar harmoni, dasar ritme dan kronologinya. Komposisi Musik Si Bongkok dengan Sulingnya Karya Amir Pasaribu Amir Pasaribu adalah seorang komponis, kritikus musik, pendidik musik, ahli bahasa dan pejuang kemerdekaan. Bakat musik yang dimilikinya merupakan perpaduan dari bakat alam dan akademisi. Melalui pergumulan yang sangat hebat dalam menggembleng diri menjadi pemusik profesional. Pada tahun 1950 an prestasinya diakui dunia internasional. Amir Pasaribu tumbuh menjadi pemusik cendikia Indonesia yang sangat berjasa dalam meletakkan dasar bangunan dunia musik kita. Sebagai komponis yang memusatkan diri untuk menciptakan karya-karya musik instrumental, dan juga komponis yang mempelopori terciptanya musik seriosa instrumental di Indonesia. Beberapa karya piano solo Amir Pasaribu yaitu Impressi Langgar, Variasi Sriwijaya, Indyhiang, The Juggler’s Meeting, Suite Villgeoise, Tjapung Ketjipung di Tjikapundung, Puisi Bagor, Sonata no.II, Sampaniara, Si Bongkok dengan Sulingnya, Mazurka (Raden, 1997: 51-60). Si Bongkok dengan Sulingnya merupakan salah satu karya yang diciptakan pada tahun 1949 dan
Volume 30, 2015
MUDRA Jurnal Seni Budaya
komposisi ini memiliki bentuk lagu tiga bagian (ternary form). Gaya atau kecirikhasan dari Komposisi Si Bongkok dengan Sulingnya adalah Komposisi Amir Pasaribu bertolak dari unsur pentatonik yang mirip laras pelog yang diharmonisir dengan elemen-elemen harmoni tonal barat.
1). Melodi. Melodi adalah lagu; lagu pokok (Banoe, 2003: 270). Melodi yang terdapat dalam komposisi bagian pertama ini dibawakan dalam tangga nada Es Mayor. Terdiri dari tiga tema, yaitu Tema A terdapat pada birama 1-21.
Notasi 1. Tema A
Sedangkan tema B dimulai dari birama 24-33
Notasi 2. Tema B
Tema C terdapat pada birama 34-43
Notasi 3. Tema C
Karya ini dibawakan dalam tangga nada Es Mayor. Diantara tema A dan tema B terdapat sebuah transisi pada birama 23 dengan metrum bebas. Transisi dibentuk dari pecahan akord-akord dalam not perenambelasan. Setelah transisi masuk tema B yang dimainkan secara unisono antara melodi dan bass, dengan interval 8 th (oktaf) dan tema B diakhiri dengan tanda fermata. Sedangkan tema C masuk pada birama 34-43 dengan motif yang tertulis di atas.
2). Ritme. Ritme adalah derap, langkah teratur; langkah ritmik (Banoe, 2003: 358). Dalam musik Modern, ritmeritme yang digunakan semakin kompleks walaupun ada banyak juga yang masih menggunakan ritmeritme yang biasa. Kesemuanya ini tergantung dari ide dan gaya yang akan disajikan dalam satu komposisi (Stein, 1979). Tema A masuk dengan pola ritme:
Notasi 4. Ritme tema A
Tema B masuk dengan pola ritme:
Notasi 5. Ritme tema B
95
Ance Juliet Panggabean (Analisa Struktur Komposisi...)
MUDRA Jurnal Seni Budaya
Tema C masuk dengan pola ritme:
Notasi 6. Ritme tema C
3). Harmoni. Harmoni merupakan ilmu pengetahuan tentang harmoni, cabang ilmu pengetahuan musik yang membahas dan membicarakan perihal keindahan komposisi musik (Banoe, 2003: 180). Menurut Christine Ammer (1972) dalam bukunya Harper’s Dictionary of Music, bahwa istilah harmoni mengandung dua makna, yaitu a) Pola-pola dari interval dan akord pada sebuah komposisi musik;
dan b) Studi tentang akord dan interval, termasuk mempelajari fungsi dan hubungan akord dan interval. Harmoni berfungsi sebagai penyangga melodi. Tema A dimulai dengan tangga nada Es Mayor (birama 1-12) progresi harmoni dalam tingkat I-III ( Es Mayor dan G Mayor).
Pada birama 9-21 dengan pola iringan dengan memakai teknik akord yang dipecah.
Pada birama 13-22 terdapat modulasi ke C minor dengan didahului oleh akord pivot, yaitu akord
96
tingkat VI dalam tangga nada Es Mayor menjadi akord tingkat I dalam C minor.
Volume 30, 2015
Progresi akordnya I-IV-I-V. Tema A diakhiri dengan akord ‘Imperfect cadence’ (kadens I-IV). Bagian transisi terdapat akord tingkat II yang disuspensi yaitu D-G-A (II Sus).
MUDRA Jurnal Seni Budaya
Tema B dimulai dengan modulasi pada tingkat III dari Es mayor, yaitu G minor dan diakhiri dengan akord D Mayor.
Tema C terjadi modulasi dari C minor- As MayorCes Mayor- Es Mayor. Dari birama 34-43.
Kadens yang terdapat pada lagu ini terdiri dari: 1) Kadens Perfect V-I (birama 12-13); 2) Kadens Imperfect I-V(birama 21-22); dan 3) Kadens Perfect V-I (birama 33). Kadens tanda yang mengakhiri sebuah frase. Sesuai dengan fungsinya kadens bisa menimbulkan kesan “berhenti sementara’ dan bisa
menimbulkan kesan “selesai” (Budilinggono, 1991: 11). Adapun meter/metrum yang terdapat dalam komposisi ini adalah, sebagai berikut: 1) Tema A dengan birama 2/4; 2) Tema B dengan birama 97
Ance Juliet Panggabean (Analisa Struktur Komposisi...)
MUDRA Jurnal Seni Budaya
3/4; dan 3) Tema C dengan birama 4/4. Textur komposisi ini adalah komposisi disusun dengan jalinan homofoni.
dengan tempo cepat (MM=80); (2) Bagian kedua, birama 47-54 dengan tempo lambat(MM=96); dan (3) Bagian ketiga, birama 55-117 dengan tempo cepat (MM=80).
Komposisi Musik Sumatran Fiesta Karya Ben Pasaribu Secara formal menyelesaikan program pendidikan musik di IKIP Medan (1980), Sarjana Etnomusikologi dari USU Medan (1985) dan Master of Musical Arts untuk bidang komposisi musik eksperimental di Wesleyen University, CT, USA (1990), disamping itu beberapa pendidikan khusus di Marymont college, New York dan Gaudeamus Centrum Hedendaagse Muziek, Amsterdam. Sebagai pemusik, dia berpartisipasi di sejumlah events, diantaranya: 1) Ethnic Music Festival di Erisbane, Australia; 2) WOMAD Festival dan Indian Ocean Music Festival London; 3) Indonesicher Kulturabend di Frankfurt dan sejumlah konser di USA. Pendidikan musiknya di bawah pengarahan John Cage, Christian Wolff, Gordon Monahan, John Zorn, James Tenney, Deborah Hay, Alvin Lucier, dan Ron Kuivila. Dari beberapa karya Ben Pasaribu, penulis tertarik untuk menganalisa karya Sumatran Fiesta. Sumatran Fiesta yang diciptakannya pada tahun 1989 yang terdiri dari tiga gerakan dimana komponis menekankan pola ritme yang diangkat dari pola ritme Gordang Sambilan yang merupakan ansambel masyarakat Mandailing. Sumatran Fiesta, karya ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu (1) Bagian pertama, birama 1-46
98
Gaya atau kecirikhasan dari komposisi Ben Pasaribu adalah komposisi diciptakan berlatar belakang budaya Indonesia dan budaya barat tetapi dengan suatu pendekatan dan tujuan yang sangat unik. Unsur musik dalam komposisinya merupakan unsur concept art dengan materi musik yang selalu sangat terbatas dan sangat menonjol. Konsep Ben Pasaribu dapat disebut semacam Neo ritualisme. Materi yang terbatas dan sangat abstrak, digunakan bentuk suatu proses ‘ritualisasi’ melalui cara atau praktik penerapannya. Bagian pertama, 1) Melodi. Dimulai dengan intro (birama 18), melodi dengan memakai konsep serialisme, (konsep dua belas nada) (Gordon, 1973) dimainkan oleh violin dan flute sebagai counter. Kemudian pada birama 32 terdapat pengulangan dan unsur melodi dibawakan flute hanya dengan empat nada yaitu: A-BESG-F. Keempat nada tersebut disusun dengan jalan melangkah (interval sekunda) maupun dengan jalan melompat (interval ters, kuart, dan oktaf). Pada birama 33-36 terdapat unsur kontras terhadap bagian sebelumnya (birama 9-32) dimana konsep serialisme kembali lagi dimainkan oleh flute. Keseluruhan bagian ini, melodi disusun dengan pola ritme yang berbeda namun mempunyai keterikatan dengan bagian yang lainnya (seperti pada cello dan contra bass).
Volume 30, 2015
MUDRA Jurnal Seni Budaya
2) Harmoni. Dalam karya ini harmoni bukan sebagai penyangga harmoni, tetapi lebih dekat sebagai ’warna suara’ yang meniru bunyi Gordang Sambilan. Harmoni yang dipakai lebih bersifat perkusif. Ini dapat dilihat
dari pemakaian interval sekunda, kuint dan cluster. Contohnya pada birama 10, nada ES-B (violin), nada D-AS (cello) dengan interval kuint namun jika dimainkan bersamaan maka hasilnya sangat perkusif.
interval kuint dan cluster
Interval kuint
Pada violin terdapat teknik yang dimainkan dengan teknik pizzicato pada birama 16 ketukan ke dua, interval yang digunakan adalah kuint, bunyi yang
dihasilkan selain perkusif juga menghasilkan nuansa ‘kering’ sifatnya. Jelas terlihat di sini ritme harmonik sangat berpengaruh.
Ritme harmonik dengan memakai interval kuint G-D, D-A, A-E
3). Ritme Ritme bagian pertama, banyak meniru ritme dari Gordang Sambilan dan ini dapat dilihat pada birama
15-28, dimana flute dan cello memainkan pola ritme sebagai berikut.
Pola ritme Gordang Sambilan pada birama 1528 dan contra bass memainkan pola ritme sebagai berikut.
99
Ance Juliet Panggabean (Analisa Struktur Komposisi...)
MUDRA Jurnal Seni Budaya
Contra bass memainkan nada C dan G saja yang meniru efek gong dari Gordang Sambilan birama 15, violin pada birama 16 memainkan pola ritme
dengan teknik dipukul dengan jarak atau interval kuint (birama 16-32) sebagai berikut.
Bagian kedua, 1). Melodi Melodi disusun dengan konsep serialisme yang dimainkan dengan sebuah motif yang diulang secara
bergantian oleh masing-masing instrumen. Motif tersebut sebagai berikut.
Dengan nada GES-AS-D_ES. Ritme ini juga merupakan melodi pokok sedangkan yang lainnya sebagai counter melodi. Menurut Delamont Gordon (1973: 5) dalam bukunya “Modern Twelve Tone Technique” menyatakan bahwa musik serialisme juga mempunyai bermacam-macam corak dalam penulisan melodi. Misalnya karakter tematis yang tradisional pada melodi yang menjadi dasar melodi dari bermacam-macam perbedaan. Karakter melodi ini diciptakan tergantung pada ciri atau kekhasan para komponis-komponis dan penentuan corak ini ada pada pembentuk ritme. (Contoh melodi: G# - A - D - C# - E - G - C - F - Eb - F# - B – Bb). Teknik Serialisme diciptakan oleh komponis Arnold
Schoenberg pada tahun 1920 an dan paling banyak digunakan dalam komposisi masa Modern. Sistem ini pada hakikatnya adalah sumber komposisi yang disusun berdasarkan suatu deretan keduabelas nada dalam satu oktaf yang spesifik, yang disebut dengan istilah ‘tone row’ atau deretan nada. Deretan duabelas nada yang disusun telah mencakup melodi, harmoni, dan kontrapung yang disusun berdasarkan deretan nada (Griffiths, 1980: 162).
100
2) Harmoni. Harmoni disusun secara kontrapung dan masingmasing bagian mempunyai peranan yang sama pentingnya.
Volume 30, 2015
MUDRA Jurnal Seni Budaya
3) Ritme. Dalam musik Modern, ritme-ritme yang digunakan semakin kompleks walaupun ada banyak juga yang masih menggunakan ritme-ritme yang biasa.
Kesemuanya ini tergantung dari ide dan gaya yang akan disajikan dalam satu komposisi (Stein, 1979).
Sedangkan metrum pada bagian kedua ini memakai change meters (metrum yang berubah-ubah) mulai
dari metrum 3/8, 6/8, 7/8, 5/8
Bagian ketiga, 1) Melodi. Melodi disusun dengan konsep serialisme tetapi unsur melodi tidak begitu menonjol. Ini karena unsur
ritme yang lebih dominan dan melodi terdengar sebagai counter saja. Melodi tampak jelas pada bagian pembukaan (birama 55-58) yang dibawakan flute; pada birama 99-110 dibawakan contra bass.
Keseluruhan bagian kedua ini dipersatukan oleh ritme sebagai berikut.
101
Ance Juliet Panggabean (Analisa Struktur Komposisi...)
MUDRA Jurnal Seni Budaya
2). Harmoni. Unsur harmoni sebagai warna suara. Pada birama 59-61 terdapat interval septim dan birama 6269 terdapat I nterval kuint pada contra bass yang
meniru efek drone, kemudian efek drone ini muncul lagi pada birama 85-97 juga dibawakan oleh contra bass.
Efek drone dengan interval kuint (D-A)
Efek drone dengan interval septim (C-B)
Efek drone dengan interval septim (F-E) 3). Ritme. Ritme pada bagian ketiga ini menirukan ritme talempong, dibawakan oleh violin dan cello.
102
Volume 30, 2015
MUDRA Jurnal Seni Budaya
(birama 60-73) Pada birama 74-81 terdapat pola ritme yang dimainkan secara hocket antara flute, violin,
cello dan contra bass. Pola ritme tersebut sebagai berikut.
Kemudian pada birama 75-110 terdapat pola ritme talempong yang diulang, seperti terlihat di bawah ini:
Pada birama 111-117 merupakan akhir komposisi. Pada akhir komposisi terdapat tempo cepat dengan mengambil motif ritme dari bagian ketiga. Pada birama 116 merupakan puncak dari komposisi ini, dimana terdapat keunikan pada setiap alat saling
bersahutan dan sampai pada birama 117 komposisi ini berakhir dengan tanda fff (fortisisisimo) yaitu sangat keras sekali. Pola ritme akhir komposisi tersebut sebagai berikut.
103
Ance Juliet Panggabean (Analisa Struktur Komposisi...)
SIMPULAN Setelah menganalisis struktur musik dari kedua karya tersebut, penulis melihat bahwa kedua komposisi ini mengandung beberapa aspek yang penting dalam musik modern. Seperti ciri dari pemakaian melodi, harmoni, ritme maupun tonalitas. Komposisi Amir Pasaribu bertolak dari unsur pentatonik yang mirip laras pelog yang diharmonisir dengan elemenelemen harmoni tonal barat. Komposisi Ben Pasaribu komposisi diciptakan berlatar belakang budaya Indonesia dan budaya barat tetapi dengan suatu pendekatan dan tujuan yang sangat unik. Unsur musik dalam komposisinya merupakan unsur concept art dengan materi musik yang selalu sangat terbatas dan sangat menonjol. Konsep Ben Pasaribu dapat disebut semacam Neo ritualisme. Materi yang terbatas dan sangat abstrak, digunakan bentuk suatu proses ‘ritualisasi’ melalui cara atau praktik penerapannya.
MUDRA Jurnal Seni Budaya
Christ William and Delone Richard. (1975), Introduction to Materials and Structure of Music, Prentice-Hall, Inc, Englewood Cliffs, New Jersey. Delamot, Gordon. (1973), Modern Twelve-ToneTechnique Kendor Music, Inc. Delevan, New York. Griffiths, Paul. (1980), Serialism. The New grove Dict. of Music. Hananto, Paulus Dwi. (2011), Jurnal Ilmiah Musik, vol. 2 no.2 Salatiga: Program Studi Musik Fakultas Seni Pertunjukan Universitas Kristen Satya Wacana. Mack, Dieter. (1995), Sejarah Musik ( jilid 3), Pusat Musik Liturgi, Yogyakarta. Pasaribu, Amir. (1986), Analisis Musik Indonesia, PT. Pantja Simpati, Jakarta.
DAFTAR RUJUKAN
Pekerti, Widia, dkk. (2010), Metode Pengembangan Seni, Universitas Terbuka, Jakarta.
Ammer, Christine. (1972), Harper’s Dictionary of Music, Harper & Row Publishers, New York.
Prier, Karl-Edmund Sj. (tt), Ilmu Bentuk Musik, Pusat Musik Liturgi, Yogyakarta.
Banoe, Pono. (2003), Kamus Musik, Kanisius, Yogyakarta.
Raden, Frangky. (1997), “Amir Pasaribu”, dalam majalah Gatra No.16. tahun III, 8 Maret 1997.
Budilinggono, I. (1993), Bentuk dan Analisis Musik, Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.
Stein, Leon. (1979), Structure and Style Princetown, Summy Bichard Music, New Jersey.
104