JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No.2, (2013) 2301-928X
1
Pembuatan Dan Karakterisasi Prototipe Dye Sensitized Solar Cell (DSSC) Menggunakan Ekstraksi Kulit Buah Manggis Sebagai Dye Sensitizer Dengan Metode Doctor Blade Zamrani R.A., dan Gontjang Prajitno Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail:
[email protected] [email protected]
Abstrak—Telah dilakukan penelitian Tugas Akhir yang berjudul “Pembuatan dan Karakterisasi Prototipe Dye Sensitized Solar Cell (DSSC) Menggunakan Ekstraksi Kulit Buah Manggis Sebagai Dye Sensitizer” dengan variasi komposisi penyusun elektrolit 3 gram KI dan 3 ml Iodine, 3 gram KI dan 6 ml Iodine, 6 gram KI dan 3 ml Iodine, dan 9 gram KI dan 3 ml Iodine. Selain itu diberikan juga variasi pada suhu sintering pada lapisan TiO2 sebesar 300° C dan 400° C. DSSC ini dianalisa dengan menggunakan sumbar cahaya lampu halogen. Penelitan ini juga dilakukan karakterisasi pada dye kulit buah manggis dengan menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis. Hasil penelitian Tugas Akhir ini adalah dapat dibuatnya prototipe DSSC yang dapat menghasilkan arus dan tegangan, hasil karakterisasi dye kulit buah manggis dengan menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis, dan didapatkan nilai tegangan dan arus lebih besar pada DSSC yang diberi suhu sintering pada lapisan TiO2 400° C dibanding yang menggunakan suhu 300° C. Kata Kunci: Dye-sensitized solar cell (DSSC), Sel Surya, antosianin I. PENDAHULUAN
E
nergi adalah salah satu tantangan yang kita hadapi pada abad 21 ini. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Professor Ricards Smalley dari Rice University mengenai masalah terbesar yang akan dihadapi manusia untuk 50 tahun mendatang, ternyata energi menduduki peringkat pertama. Cadangan sumber energi fosil di seluruh dunia terhitung sejak 2002 yaitu 40 tahun untuk minyak, 60 tahun untuk gas alam, dan 200 tahun untuk batu bara. Dengan keadaan semakin menipisnya sumber energi fosil tersebut, di dunia sekarang ini terjadi pergeseran dari penggunaan sumber energi tak terbahurui menuju sumber energi yang terbahurui. Dari sekian banyak sumber energi terbahurui seperti angin, biomass dan hydro power, penggunaan energi melalui solar cell / sel surya merupakan alternatif yang paling potensial. Hal ini dikarenakan jumlah energi matahari yang sampai ke bumi sangat besar, sekitar 700 Megawatt setiap menitnya. Bila dikalkulasikan, jumlah ini 10.000 kali lebih besar dari total konsumsi energi dunia.
Sel surya bekerja menggunakan energi matahari dengan mengkonversi secara langsung radiasi matahari menjadi listrik. Sel surya yang banyak digunakan sekarang ini adalah Sel surya berbasis teknologi silikon yang merupakan hasil dari perkembangan pesat teknologi semikonduktor elektronik. Walaupun sel surya sekarang didominasi oleh bahan silikon, namun mahalnya biaya produksi silikon membuat biaya konsumsinya lebih mahal daripada sumber energi fosil. Selain itu kekurangan dari solar cell silikon adalah penggunaan bahan kimia berbahaya pada proses fabrikasinya. Tetapi seiring dengan perkembangan nanoteknologi, dominasi tersebut bertahap mulai tergantikan dengan hadirnya sel surya generasi terbaru, yaitu dye-sensitized solar cell (DSSC). DSSC merupakan salah satu kandidat potensial sel surya generasi mendatang, hal ini dikarenakan tidak memerlukan material dengan kemurnian tinggi sehingga biaya proses produksinya yang relatif rendah. Berbeda dengan sel surya konvensional dimana semua proses melibatkan material silicon itu sendiri, pada DSSC absorbsi cahaya dan separasi muatan listrik terjadi pada proses yang terpisah. Absorbsi cahaya dilakukan oleh molekul dye dan separasi muatan oleh inorganik semikonduktor nanokristal yang mempunyai bandgap lebar. Sel surya bekerja menggunakan energi matahari dengan mengkonversi secara langsung radiasi matahari menjadi listrik. Sel surya yang banyak digunakan sekarang ini adalah Sel surya berbasis teknologi silikon yang merupakan hasil dari perkembangan pesat teknologi semikonduktor elektronik. Walaupun sel surya sekarang didominasi oleh bahan silikon, namun mahalnya biaya produksi silikon membuat biaya konsumsinya lebih mahal daripada sumber energi fosil. Selain itu kekurangan dari solar cell silikon adalah penggunaan bahan kimia berbahaya pada proses fabrikasinya. Tetapi seiring dengan perkembangan nanoteknologi, dominasi tersebut bertahap mulai tergantikan dengan hadirnya sel surya generasi terbaru, yaitu dye-sensitized solar cell (DSSC). DSSC merupakan salah satu kandidat potensial sel surya generasi mendatang, hal ini dikarenakan tidak memerlukan material dengan kemurnian tinggi sehingga biaya proses produksinya yang relatif rendah. Berbeda dengan sel
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No.2, (2013) 2301-928X surya konvensional dimana semua proses melibatkan material silicon itu sendiri, pada DSSC absorbsi cahaya dan separasi muatan listrik terjadi pada proses yang terpisah. Absorbsi cahaya dilakukan oleh molekul dye dan separasi muatan oleh inorganik semikonduktor nanokristal yang mempunyai bandgap lebar. II.
Tinjauan Pustaka
2.1 Prinsip kerja sel surya Cara kerja sel surya adalah dengan memanfaatkan teori cahaya sebagai partikel. Sebagaimana diketahui bahwa cahaya baik yang tampak maupun yang tidak tampak memiliki dua buah sifat yaitu dapat sebagai gelombang dan dapat sebagai partikel yang disebut dengan photon. Penemuan ini pertama kali diungkapkan oleh Einstein pada tahun 1905. Energi yang dipancarkan oleh sebuah cahaya dengan panjang gelombang λ dan frekuensi photon V. Energi solar atau radiasi cahaya terdiri dari biasan foton-foton yang memiliki tingkat energi yang berbeda-beda. Perbedaan tingkat energi dari foton cahaya inilah yang akan menentukan panjang gelombang dari spektrum cahaya. Ketika foton mengenai permukaan suatu sel PV, maka foton tersebut dapat dibiaskan, diserap, ataupun diteruskan menembus sel PV. Foton yang terserap oleh sel PV inilah yang akan memicu timbulnya energi listrik. Pada dasarnya mekanisme konversi energi cahaya terjadi akibat adanya perpindahan elektron bebas di dalam suatu atom. Konduktifitas elektron atau kemampuan transfer elektron dari suatu material terletak pada banyaknya elektron valensi dari suatu material. Sel surya pada umumnya menggunakan material semikonduktor sebagai penghasil elektron bebas. Material semikonduktor adalah suatu padatan (solid) dan seperti logam, konduktifitas elektriknya juga ditentukan oleh elektron valensinya. Namun, berbeda dengan logam yang konduktifitasnya menurun dengan kenaikan temperatur, material semikonduktor konduktifitasnya akan meningkat secara significant [1]. 2.2 Dye Sensitized Solar Cell (DSSC) Dye Sensitized Solar Cell (DSSC), sejak pertama kali ditemukan oleh Professor Michael Gratzel pada tahun 1991, telah menjadi salah satu topik penelitian yang dilakukan intensif oleh peneliti di seluruh dunia. DSSC bahan disebut juga terobosan pertama dalam teknologi sel surya sejak sel surya silikon. Berbeda dengan sel surya konvensional, DSSC adalah sel surya fotoelektrokimia sehingga menggunakan elektrolit sebagai medium transport muatan. Selain elektrolit, DSSC terbagi menjadi beberapa bagian yang terdiri dari nanopori TiO2, molekul dye yang teradsorpsi di permukaan TiO2, dan katalis yang semuanya dideposisi diantara dua kaca konduktif. Pada bagian atas dan alas sel surya merupakan glass yang umumnya sudah dilapisi oleh TCO (Transparent Conducting Oxide) biasanya SnO2, yang berfungsi sebagai elektroda dan counter-elektroda. Pada TCO counter-elektroda dilapisi katalis untuk mempercepat reaksi redoks dengan elektrolit. Pasangan
2
redoks yang umumnya dipakai yaitu I-/I3- (iodide/triiodide). Pada permukaan elektroda dilapisi oleh nanopori TiO2 yang mana dye teradsorpsi di pori TiO2. Dye yang umumnya digunakan yaitu jenis ruthenium complex.
2.3 Prinsip Kerja DSSC Skema kerja dari DSSC ditunjukkan pada Gambar 2.4. Pada dasarnya prinsip kerja dari DSSC merupakan reaksi dari transfer elektron. Proses pertama dimulai dengan terjadinya eksitasi elektron pada molekul dye akibat absorbsi foton. Elektron tereksitasi dari ground state (D) ke excited state (D*). D* ................................(2.1) D + eElektron dari excited state kemudian langsung terinjeksi menuju conduction band (ECB) titania sehingga molekul dye teroksidasi (D+). Dengan adanya donor elektron oleh elektrolit (I-) maka molekul dye kembali ke keadaan awalnya (ground state) dan mencegah penangkapan kembali elektron oleh dye yang teroksidasi. I3- +2D ............................(2.2) 2D + 3eSetelah mencapai elektroda TCO, elektron mengalir menuju counter-elektroda melalui rangkaian eksternal. Dengan adanya katalis pada counter-elektroda, elektron diterima oleh elektrolit sehingga hole yang terbentuk pada elektrolit (I3-), akibat donor elektron pada proses sebelumnya, berekombinasi dengan elektron membentuk iodide (I-). 3I-............................. (2.3) I3- + 2eIodide ini digunakan untuk mendonor elektron kepada dye yang teroksidasi, sehingga terbentuk suatu siklus transport elektron. Dengan siklus tersebut terjadi konversi langsung dari cahaya matahari menjadi listrik. Foton (sinar matahari) yang terabsorbsi oleh dye akan mengalami eksitasi elektron pada dye. Kejadian ini memberikan energi yang cukup kepada elektron untuk pindah menuju conduction band dari TiO2. Akibatnya elektron mengalir menuju elektroda,rangkaian listrik sampai counter elektroda. Elektrolit membawa elektron-elektron kembali ke dye yang berasal dari counter elektroda (CE). Dye yang digunakan pada DSSC umumnya berupa dye sintetik Ruthenium kompleks. Ruthenium kompleks memiliki kemampuan berikatan baik dengan semikonduktor karena memiliki ikatan carboxylate. Ikatan tersebut memberikan efek elektron yang mengalir baik tanpa harus melakukan lompatan dan hambatan dalam proses pengalirannya. Pada permukaan elektroda dilapisi oleh nanokristal pori TiO2 yang mana dye teradsorpsi di TiO2. Jumlah pori yang lebih banyak dengan pengaturannya dalam struktur nano, memungkinkan dye yang teradsorpsi lebih banyak menghasilkan proses absorbsi cahaya yang lebih efisien [2].
III. METODOLOGI PENELITIAN Pembuatan DSSC ini dilakukan di Laboratorium Optik Jurusan Fisika FMIPA ITS Surabaya. Adapun langkahlangkah utama dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No.2, (2013) 2301-928X 1. Preparasi elektroda kerja yaitu dengan menggunakan substrat kaca ITO (Indium Tin Oxide) yang dideposisikan semikonduktor inorganik TiO2 dengan teknik doctor-balde. 2. Preparasi larutan dye dari ekstrak kulit buah manggis sebagai dye sensitizer dan elektrolit. 3. Preparasi elektroda pembanding yaitu dengan mengguanakan substrat kaca ITO yang dideposisikan dengan lapisan karbon dari grafit.
3
alkohol dan kaca ITO dimasukkan kedalam ultrasonic cleaner (gambar 3.2b). Ultrasonic cleaner diisi aquades sampai batas yang ditentukan alkohol dalam gelas kimia. Disetting waktu 60 menit, setelah itu dikeringkan dengan hair drayer.
(a) 3.1 Diagram Penelitian Persiapan
Pembersihan kaca ITO
Pembuatan pasta TiO2
Pembuatan ekstrak kulit manggis
Deposisi TiO2 pada kaca ITO
Absorbsi dye ke lapisan TiO2
Karakterisasi larutan dye dengan UV-Vis
Penetesan elektrolit ke elektroda kerja
Pembuatan elektroda karbon
Pembuatan sandwich DSSC
(b) Gambar 3.2 (a) Kaca ITO 2 cm x 2 cm; (b) Ultrasonic cleaner 3.2.3 Pembuatan Pasta TiO2 Pasta TiO2 dibuat dari 6 gram bubuk TiO2, kemudian digerus, diayak, dan dimasukkan ke dalam gelas kimia. Ditambah 10 ml asam asetat dan di stirer selama 30 menit (gambar 3.3a). Ditambah 10 tetes Triton X-100 dan di stirling selama 30 menit. Pasta TiO2 yang sudah terbentuk dimasukkan ke dalam botol tetes dan ditutup (gambar 3.3b).
Pengujian DSSC
Analisa data
Gambar 3.1 Diagram alir penelitian 3.2 Prosedur Kerja 3.2.1 Persiapan Tahap persiapan ini meliputi persiapan dan pembersihan alat-alat untuk ekstraksi dan pembuatan pasta TiO2. Proses persiapan untuk ekstraksi dilakukan dengan pembersihan alat berupa mortar dan gelas kimia. Selain proses persiapan ekstraksi dan pembuatan pasta TiO2 dilakukan pula pembersihan kaca ITO sebagai pengujian sampel dengan ultrasonic cleaner (gambar 3.2b). Pembersihan kaca substrat agar kaca terbebas dari material-material yang tidak mampu dibersihkan dengan air saja. Kaca yang bersih mempengaruhi hasil pengujian dari sampel yang akan dilapiskan pada kaca substrat. Kemudian kaca yang sudah dibersihkan tersebut di uji resistansinya menggunakan mulitmeter. 3.2.2 Pembersihan Kaca ITO Kaca ITO dipotong menjadi ukuran 2 cm x 2 cm (gambar 3.2a) dan dimasukkan pada gelas kimia yang berisi alkohol 96 % sebanyak 200 ml. Gelas kimia yang berisi
(a) (b) Gambar 3.3 (a) Pembuatan pasta TiO2 ; (b) Pasta TiO2
3.2.4 Deposisi Pasta TiO2 Sisi konduktif dari kaca ITO ditentukan dengan cara diuji salah satu sisi kaca ITO (gambar 3.4a), kemudian dibuat batas pada kaca ITO untuk deposisi pasta TiO2. Dibuat lapisan TiO2 pada kaca dengan menggunakan metode doctor blade yaitu dengan bantuan batang pengaduk untuk meratakan pasta (gambar 3.4b),. Pasta TiO2 yang sudah siap sebelumnya diletakkan diatas permukaan kaca ITO yang sudah disiapkan. Kemudian lapisan dikeringakan selama 5 menit dan disinterig diatas hot plate pada temperatur yang divariasi yaitu 300°C dan 400°C selama 15 menit.
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No.2, (2013) 2301-928X 3.2.5 Pembuatan Bahan Dye Kulit bagian dalam manggis dipisah dan diambil, kemudian dihancurkan dengan menggunakan blender yang sebelumnya ditambahkan dengan aquades. Hasil blender disaring dengan menggunakan kertas saring sehingga didapatkan sebuah larutan yang digunakan sebagai dye. 3.2.6 Pembuatan Elektroda Karbon Elektroda pembanding pada penelitian ini adalah berupa kaca dengan permukaan konduktif yang dilapisi oleh karbon. Fungsi karbon sebagai katalis untuk mempercepat reaksi pada DSSC. Karbon yang digunakan adalah grafit dari pensil kayu. Sebuah pensil berjenis 8B diarsir secara merata pada kaca yang dipakai sebagai substrat. Kemudian disintering dengan menggunakan api dari lilin agar menjadi lapisan karbon. 3.2.7 Absorbsi Dye Lapisan TiO2 Hasil deposisi pasta TiO2 yang telah dibuat, direndam dalam dye selama 24 jam (gambar 3.6), kemudian disimpan ditempat ruangan yang gelap.
4
3.2.11 Karakterisasi I dan V DSSC Lapisan DSSC yang terbentuk dikarakterisasi arus dan tegangannya dengan menggunakan multimeter. Sumber cahaya lampu halogen (gambar 3.5) diarahkan tegak lurus terhadap permukaan sel surya dengan jarak 10 cm.
Gambar 3.5 Rangkaian pengukuran karakterisasi arus dan tegangan dengan sumber cahaya lampu halogen
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 3.2.8 Pembuatan dan Penetesan Elektrolit Elektroda kerja yang sudah terdeposisi pasta TiO2 ditetesi elektrolit (gambar 3.7)dimana bahan elektrolit dibuat dari campuran bubuk KI dan cairan Iodin dengan variasi komposisinya yaitu 3 gram KI dan 3 ml Iodin, 3 gram KI dan 6 ml Iodin, 6 gram KI dan 3 ml Iodin, dan 9 gram KI dan 3 ml Iodin. 3.2.9 Pembuatan Sandwich Susunan lapisan DSSC berupa kaca sebagai substrat yang sudah dilapisi dengan TiO2 kemudian pelapisan dye hasil ekstraksi yang disebut elektroda kerja ditetesi larutan elektrolit kemudian ditutup dengan kaca yang sudah dilapisi karbon yang disebut elektroda pembanding. Kemudian susunan DSSC tersebut dijepit dengan sebuah penjepit di dua sisi kanan dan kiri (gambar 3.4).
Gambar 3.4 Prototipe DSSC yang sudah jadi 3.2.10 Krakaterisasi Absorbansi Larutan Dye Karakterisasi larutan Dye dilakukan di Laboratorium Zat Padat Fisika FMIPA ITS. Setelah bahan di ekstrak dengan metode tersebut di atas, larutan dye tersebut di uji karakterisasinya dengan menggunakan Spektrofotometer UVVis Beckman DU-7500, untuk mengetahui berapa daya serap larutan dye tersebut dan berapa panjang gelombangnya. Larutan dye diletakkan pada cuvet.
4.1 Analisa Absorbsi Larutan Dye Kulit Buah Manggis Analisa absorbansi larutan dye kulit buah manggis menggunakan Spektofotometer UV-Vis Beckman DU-7500 di Laboratorium Zat Padat Fisika FMIPA dimana didapatkan hasil grafik hubungan antara nilai absorbsi pada sumbu y dan nilai panjang gelombang pada sumbu x. 4.1.1 Grafik Tegangan dan Arus dengan elektrolit 3 gr KI & 3 ml Io
Gambar 4.2 Hubungan tegangan dengan waktu menggunakan elektrolit 3 gram KI dan 3 ml Iodine pada suhu sintering lapisan TiO2 300°C dan 400°C
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No.2, (2013) 2301-928X
5
Gambar 4.3 Hubungan arus dengan waktu menggunakan elektrolit 3 gram KI dan 3 ml Iodine pada suhu sintering lapisan TiO2 300°C dan 400°C 4.1.2 Grafik Tegangan dan Arus dengan elektrolit 3 gr KI & 6 ml Io
Gambar 4.7 Hubungan arus dengan waktu menggunakan elektrolit 6 gram KI dan 3 ml Iodine pada suhu sintering lapisan TiO2 300°C dan 400°C Gambar 4.4 Hubungan tegangan dengan waktu menggunakan elektrolit 3 gram KI dan 6 ml Iodine pada suhu sintering lapisan TiO2 300°C dan 400°C
Gambar 4.5 Hubungan arus dengan waktu menggunakan elektrolit 3 gram KI dan 6 ml Iodine pada suhu sintering lapisan TiO2 300°C dan 400°C
4.1.4 Grafik Tegangan dan Arus dengan elektrolit 9 gr KI & 3 ml Io
Gambar 4.8 Hubungan tegangan dengan waktu menggunakan elektrolit 9 gram KI dan 3 ml Iodine pada suhu sintering lapisan TiO2 300°C dan 400°C
4.1.3 Grafik Tegangan dan Arus dengan elektrolit 6 gr KI & 3 ml Io
Gambar 4.6 Hubungan tegangan dengan waktu menggunakan elektrolit 6 gram KI dan 3 ml Iodine pada suhu sintering lapisan TiO2 300°C dan 400°C
Gambar 4.9 Hubungan arus dengan waktu menggunakan elektrolit 9 gram KI dan 3 ml Iodine pada suhu sintering lapisan TiO2 300°C dan 400°C
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No.2, (2013) 2301-928X 4.2 Pembahasan Sel surya jenis DSSC ini terdiri dari tiga bagian utama, yaitu elektroda kerja, elektroda pembanding dan larutan elektrolit. Elektroda kerja terdiri dari kaca konduktif transparan, seperti Indium Tin Oxida (ITO), lapisan semikonduktor TiO2 dan lapisan dye eksrtrak kulit buah manggis. Elektroda pembanding terdiri dari kaca konduktif transparan dan lapisan karbon. Elektrolit yang digunakan adalah larutan garam Kalium Iodida(KI). Digunakan kaca transparan agar dapat ditembus atau diserap oleh cahaya sehingga foton dari cahaya dapat diserap oleh dye. Lapisan TiO2 sebagai kolektor elektron yang sudah terlapisi selama 24 jam. Pada penelitian ini dilakukan juga variasi komposisi campuran larutan elektrolit yaitu 3 gram KI dan 3 ml Iodine, 3 gram KI dan 6 ml Iodine, 6 gram KI dan 3 ml Iodine, dan 9 gram KI dan 3 ml Iodine. Selain itu suhu sintering pada lapisan TiO2 juga dilakukan variasi sebesar 300°C dan 400°C. Untuk waktu pengukurannya masing-masing sample adalah selama 10 menit dengan selisih berurut-urut 15 detik. Pada DSSC yang telah dibuat tegangan timbul akibat adanya perbedaan energi konduksi dari kerja semikonduktor TiO2 dengan potensial dari elektrolit yang dipakai. Arus yang timbul dipengaruhi oleh intensitas dari sumber cahaya yang akan menentukan jumlah foton yang diserap oleh dye kulit buah manggis tersebut dalam proses konversinya.Berdasarkan data yang diperoleh dari pengukuran, protipe DSSC yang disintering dengan suhu 400°C mempunyai nilai tegangan yang lebih besar daripada prototipe DSSC yang disintering dengan suhu 300°C karena suhu sintering yang semakin besar akan memudahkan reaksi antara lapisan TiO2 dengan larutan ekstrak kulit buah manggis, sehingga akan memudahkan dalam penangakapan elektron. Selain itu protipe DSSC yang disintering dengan suhu 400°C akan menghasilkan nilai tegangan yang lebih stabil. Ketebalan pasta yang tidak ragam juga berpengaruh pada arus yang dihasilkan dimana semakin tebal lapisan pasta TiO2 semakin sedikit elektron yang dapat mengalir ke lapisan kaca konduktif ITO. Ini disebabkan karena sebagian elektron ditangkap kembali oleh dye yang teroksidasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya tegangan dan arus yang dihasilkan prototipe DSSC ini adalah elektrolit yang digunakan, jenis TiO2 yang digunakan dan tebal lapisannya. Komposisi elektrolit yang diberikan tidak terlalu mempengaruhi besar kecilnya arus dan tegangan pada DSSC, sedangkan variasi suhu sintering lapisan TiO2 sangat mempengaruhi besar kecilnya arus dan tegangan. Dari grafik juga telah kita dapatkan bahwa variasi campuran elektrolit maupun besarnya suhu sintering tidak seberapa mempengaruhi besarnya tegangan mapun arus listrik, tetapi tegangan dan arus listrik terbesar pada penelitian ini adalah pada DSSC yang bersuhu sintering terbesar oleh karena semakin panas suhu pemanasan pada lapisan TiO2 maka molekul- molekulnya akan semakin homogen.
6 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian Tugas Akhir yang berjudul “Pembuatan dan Karakterisasi Prototipe Dye Sensitized Solar Cell (DSSC) Menggunakan Ekstraksi Kulit Buah Manggis Sebagai Dye Sensitizer” ini adalah sebagai berikut: 1. Prototipe DSSC telah berhasil dibuat dan dapat menghasilkan arus dan tegangan listrik. 2. Variasi campuran elektrolit maupun besarnya suhu sintering tidak seberapa mempengaruhi besarnya tegangan mapun arus listrik yang dihasilkan. 3. Tegangan dan arus yang dihasilkan dari DSSC lebih besar yang menggunakan suhu sintering lapisan TiO2 400°C daripada yang menggunakan suhu sintering TiO2 300°C.
DAFTAR PUSTAKA [1] Shah, A., et al., 1999, “Photovoltaic Technology: The Case for Thin- Film Solar Cells”, Science, 30 July, 285, 692-8. [2] http://www.majalahenergi.com/forum/energi-baru-danterbarukan/energi-surya/dye-sensitized-solar-cell-dsscsel-surya-organik [3] Jordheim, M. 2007. Isolation, Identifikation and Poperties of Pyranoanthocyanins and Anthocyanin Form. Disertasi. Norway : Department of Chemistry University of Bergen. [4] Halme, J., (2002), “Dye Sensitized Nanostructured and Organic Photovoltaic Cells Technical Review and Preeleminary Test”, Helsinki University of Technology, esopo, Finland. [5] Ali, S., 2007, Biomimicry in Solar Energy Conversion With natural Dye Sesnsitized Nanocrystalline Phitivotaic Cells, Department of Chemistry and Biochemistry Obelin College, Ohio, 4-6.