JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print)
1
Efektivitas meta-Topolin dan NAA terhadap Pertumbuhan In vitro Stroberi (Fragaria ananassa var. Dorit) pada Media MS Padat dan Ketahanannya di Media Aklimatisasi Silvina Resti Lestari1, Dini Ermavitalini1, dan Dita Agisimanto2 1 Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia 2 Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro) Jl. Raya Tlekung No.1 Junrejo Kota Batu 65301, Indonesia e-mail:
[email protected]
Abstrak—Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kombinasi konsentrasi meta-Topolin (mT) dan NAA yang efektif untuk pertumbuhan stroberi (Fragaria ananassa var. Dorit) pada media in vitro MS padat serta mendapatkan informasi keberhasilan aklimatisasi stroberi (Fragaria ananassa var. Dorit) yang ditumbuhkan pada media yang mengandung mT dan NAA. Penelitian ini disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL), terdiri dari 9 kombinasi konsentrasi mT dan NAA serta 1 kombinasi BAP dan NAA sebagai kontrol positif. Hasil uji Anova One Way menunjukkan bahwa pemberian perlakuan kombinasi ZPT pada saat in vitro berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, lebar daun, jumlah daun dan berat basah. Namun berpengaruh tidak nyata terhadap panjang akar, berat kering dan rasio shoot/root. Pada ex vitro, persentase tanaman yang hidup berkisar antara 50% sampai 100% pada setiap perlakuan. Pemberian perlakuan kombinasi ZPT pada saat in vitro tidak berpengaruh nyata terhadap munculnya tunas baru setelah 14 hari aklimatisasi. Uji Tukey memberikan hasil bahwa perlakuan pada saat in vitro tidak menunjukkan perbedaan yang nyata diantara semua kombinasi konsentrasi yang diujikan. Keberhasilan aklimatisasi stroberi (Fragaria ananassa var. Dorit) yang diberikan perlakuan mT dan NAA pada saat in vitro lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan BAP dan NAA. Kata Kunci— BAP, meta-Topolin (mT), NAA, pertumbuhan, stroberi (Fragaria ananassa var. Dorit)
I. PENDAHULUAN
S
troberi (Fragaria ananassa) pertama kali ditemukan di Chili, Amerika Latin [1]. Seiring perkembangan ilmu dan teknologi pertanian yang semakin maju, kini stroberi menjadi salah satu komoditas buah subtropis yang sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Menurut [2], produksi stroberi di Indonesia pada tahun 2011 mencapai 24.846 ton dan persentase perkembangan produksinya mencapai 29,87% pertahun. Salah satu varietas yang dikembangkan di Indonesia adalah Dorit yang memiliki warna buah matang merah menyala, ukuran buahnya besar (panjang 43-50 mm, lebar 3036 mm) dan rasanya manis [3]. Namun, perkembangbiakan stroberi secara konvensional menimbulkan banyak infeksi penyakit dan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan bibit
komersial [1]. Oleh karena itu diperlukan metode kultur jaringan untuk budidaya stroberi [4]. Keberhasilan kultur jaringan dipengaruhi oleh keseimbangan zat pengatur tumbuh (ZPT) auksin dan sitokinin, komposisi garam anorganik dan bentuk fisik media. Media padat merupakan media yang sering digunakan karena perkembangan eksplan mudah diamati, tidak semua bagian eksplan terbenam dalam media sehingga memungkinkan sirkulasi udara eksplan dan jika terjadi kontaminasi, eksplan yang tidak terkontaminasi dapat diselamatkan [5]. Penelitian menggunakan kombinasi auksin (NAA) dan sitokinin (BAP) terhadap pertumbuhan tunas stroberi telah dilakukan di Balitjestro dan didapatkan konsentrasi terbaik adalah 0,025 mg/L NAA dengan 0,5 mg/L BAP. Efek dari sitokinin yang lazim digunakan seperti kinetin, benzyladenin (BA) dan ribosidanya telah banyak diteliti. meta-Topolin (mT) merupakan sitokinin aromatik yang ditemukan oleh Strnad pada tahun 1997 pada suatu jenis Poplar (Populus canadensis Moench., cv. Robusta). mT bisa menghasilkan enam kali lipat dalam jumlah tunas jika dibandingkan dengan BAP [6]. Hal lain yang tidak kalah penting dan menentukan keberhasilan dalam pengembangan bibit stroberi secara in vitro adalah proses aklimatisasi. Meskipun pemberian sitokinin secara eksogen dapat meningkatkan jumlah tunas selama mikropropagasi, BAP sering memberikan efek samping negatif selama aklimatisasi pada beberapa spesies tanaman. Pemberian BAP pada saat in vitro memberikan kecenderungan akumulasi metabolit BA yang bersifat toksik pada bagian basal planlet (rooting zona). Akibatnya, metabolit tersebut mengganggu perakaran dan aklimatisasi [7]. Pendapat [8] juga menyatakan bahwa mT menghasilkan metabolit yang bersifat reversibel. Kehadiran gugus hidroksil dalam mT memberi keuntungan struktural daripada BA sehingga metabolit yang dibentuk adalah O-glukosida yang dapat disimpan dan tidak bersifat toksik [9]. Pengaruh mT pada kultur jaringan tanaman belum banyak diteliti, terutama pada kultur in vitro stoberi varietas Dorit serta ketahanannya di media aklimatisasi. Tujuan dari
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) penelitian ini adalah untuk mendapatkan kombinasi konsentrasi mT dan NAA yang efektif untuk pertumbuhan tunas stroberi (Fragaria ananassa var. Dorit) pada media in vitro MS padat serta mendapatkan informasi keberhasilan aklimatisasi stroberi (Fragaria ananassa var. Dorit) yang ditumbuhkan pada media yang mengandung mT dan NAA. II. METODOLOGI A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari-April 2013 di laboratorium Pemuliaan Tanaman Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro), Jl. Raya Tlekung No.1 Junrejo Kota Batu 65301, Indonesia. B. Cara Kerja Penelitian ini terdiri dari 5 kegiatan, yaitu (1) persiapan eksplan, (2) sterilisasi (3) pembuatan stok ZPT dan media, (4) penanaman eksplan, dan (5) aklimatisasi Persiapan Ekplan Eksplan yang digunakan berupa planlet in vitro stroberi (Fragaria ananassa var. Dorit) umur ± 90 hari. Eksplan diperoleh dari laboratorium pemuliaan tanaman Balitjestro Batu yang sebelumnya telah dikultur dalam media MS dengan penambahan 0,025 mg/L NAA dan 0,5 mg/L BAP selama 60 hari dan disubkultur dalam media MS tanpa pengatur tumbuh dan diperkaya dengan arang aktif (1,5 mg/L) selama 30 hari. Sterilisasi Tahap sterilisasi meliputi sterilisasi ruang kerja, alat dan media. Bagian dalam laminar air flow disemprot dengan alkohol 70%. Kemudian lampu ultraviolet dinyalakan selama 1 jam. Sebelum dan selama pemakaian, blower dalam laminar air flow harus dinyalakan. Kemudian sebelum melakukan pekerjaan, dilakukan sterilisasi dengan alkohol 70% pada kedua telapak tangan, botol kultur, dan alat yang akan digunakan dalam penanaman. Alat-alat dissecting set dan glassware yang akan digunakan dicuci terlebih dahulu dan dikeringkan kemudian dibungkus dengan kertas. Selanjutnya alat-alat disterilisasi di dalam autoclave dengan suhu 121°C selama 15 menit. Saat proses inokulasi eksplan, alat-alat dissecting set disterilisasi dengan alkohol 96% dan dibakar dengan nyala api spiritus setiap kali akan digunakan di laminar air flow. Media yang digunakan adalah media MS padat dengan penambahan mT , BAP dan NAA berbagai konsentrasi di masukkan ke dalam botol kultur, ditutup dan disterilisasi dengan autoclave dengan suhu 1210C selama 15 menit pada tekanan 1,5 atm (Setiawati, 2003). Pembuatan Stok ZPT dan Media Pembuatan media meliputi pembuatan stok ZPT mT , BAP dan NAA serta pembuatan media MS. Pembuatan larutan stok NAA 10 mg/L dilakukan dengan penimbangan bahan 10 mg NAA lalu ditambahkan 50 ml aquades steril ke dalam erlenmeyer 1000 ml sambil diaduk, diteteskan larutan KOH 1 N menggunakan pipet tetes sampai larut. Larutan ditambahkan aquades hingga volumenya mencapai 1000 ml. Pembuatan
2
larutan stok BAP dan mT , masing-masing 10 mg/L dilakukan dengan penimbangan bahan sebanyak 10 mg dan ditambahkan 50 ml aquades steril ke dalam erlenmeyer 1000 ml. Larutan HCl 1 N diteteskan sampai larut. Larutan ditambahkan aquades steril sampai 1000 ml. Semua stok zat pengatur tumbuh ditutup dengan alumunium foil serta diberi label. Semua larutan stok ZPT disimpan dalam lemari pendingin. Media kultur yang digunakan adalah media MurashigeSkoog (MS) modifikasi yang terdiri dari unsur mikro, makro, sukrosa, vitamin, Fe EDTA, myo-inositol, agar, dan ZPT (NAA, BAP dan mT). Untuk pembuatan media MS, erlenmeyer berukuran 1 liter disiapkan lalu dimasukkan stok makro, mikro, vitamin, Fe EDTA, sukrosa, dan myo inositol sambil diaduk-aduk menggunakan magnetic stirer. Kemudian ditambahkan zat pengatur tumbuh NAA sesuai konsentrasi perlakuan (konsentrasi 0,025 mg/L dan 0,05 mg/L) dan mT (konsentrasi 0,25 mg/L; 0,5 mg/L; 0,25 mg/L; dan 1 mg/L) menggunakan pipet mikro sambil diaduk hingga homogen. Kemudian ditambahkan akuades hingga volumenya 1 liter. Langkah selanjutnya yaitu diukur pH larutan hingga 5,8 menggunakan pH meter. Apabila terlalu asam ditambahkan KOH dan apabila terlalu basa ditambahkan HCl. Jika pH telah sesuai, medium MS ditambahkan agar-agar sebanyak 10 gr. Media dididihkan menggunakan kompor gas dan diaduk hingga agar-agar larut dan tercampur rata kemudian dibagi media sekitar 20 ml/botol ke dalam botol kultur dalam keadaan masih cair. Botol kultur ditutup rapat dengan penutup plastik, diberi label sesuai perlakuan dan diautoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit. Pada penelitian ini juga digunakan kontrol positif yaitu 0,025 mg/L NAA dengan 0,5 mg/L BAP karena konsentrasi tersebut merupakan kombinasi paling efektif untuk pertumbuhan tunas stroberi. Penanaman Eksplan Penanaman eksplan dilakukan secara steril di laminar air flow. Alat-alat yang dipakai harus disterilisasi lagi menggunakan alkohol 96% dan dibakar di api bunsen setiap kali akan digunakan. Eksplan berupa tunas stroberi Dorit di keluarkan dari botol kultur yang sebelumnya. Sebelum dilakukan penanaman, daun yang ada pada eksplan digunting sehingga yang tersisa hanya batang. Kemudian, eksplan ditimbang menggunakan timbangan analitik untuk mengetahui berat eksplan sebelum perlakuan. Eksplan ditanam dalam media perlakuan yang telah disiapkan. Penanaman dilakukan dengan menggunakan pinset tanam. Kemudian ditutup rapat. Selanjutnya diinkubasi selama 30 hari dalam lemari inkubasi. Subkultur dilakukan setiap 2 minggu. Aklimatisasi Eksplan yang telah berumur 30 hari inkubasi kemudian diaklimatisasi, yaitu ditanam pada media arang sekam di dalam polybag. Plantlet di dalam botol kultur dikeluarkan dengan hari-hati kemudian dicuci dengan air bersih agar bebas dari agar dan kotoran lain. Selanjutnya, planlet direndam dalam larutan antifungal (Benlate® 2 g/l) selama 30 menit. Planlet diangkat dan dikering angin beberapa saat. Kemudian planlet ditanam pada media pembibitan di tempat aklimatisasi. Planlet disungkup dengan plastik bening (transparan). Planlet
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) dipelihara secara intensif. Aklimatisasi dilakukan selama 14 hari kemudian diamati [10]. C. Analisis Data Data tinggi tanaman, lebar daun, jumlah daun, berat basah, berat kering, panjang akar, rasio shoot/root dan jumlah tunas setelah aklimatisasi dianalisis dengan menggunakan ANOVA One-Way dan jika ada pengaruh maka dilanjutkan dengan uji Tukey dengan tingkat kesalahan 5% menggunakan software Minitab. Sedangkan persentase tanaman hidup saat aklimatisasi dianalisis secara deskriptif, dihitung menggunakan rumus : %hidup
jumlah ta naman hidup tiap perlakuan x100% jumlah total ta naman tiap perlakuan
III. HASIL DAN DISKUSI Pemberian kombinasi mT dan NAA atau BAP dan NAA dengan konsentrasi yang berbeda menyebabkan variasi pada pertumbuhan in vitro plantlet stroberi Dorit. Variasi pertumbuhan yang terjadi pada kultur in vitro diteruskan pada pertumbuhan ex vitro. Pemberian perlakuan kombinasi ZPT pada saat in vitro berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, lebar daun, jumlah daun dan berat basah, namun tidak berpengaruh nyata terhadap panjang akar, berat kering dan rasio shoot/root. Pada ex vitro, persentase tanaman yang hidup berkisar antara 50% sampai 100% pada setiap perlakuan berdasarkan analisis secara deskriptif. Pemberian perlakuan kombinasi ZPT pada saat ex vitro tidak berpengaruh nyata terhadap munculnya tunas baru setelah 14 hari aklimatisasi. Pemberian variasi kombinasi mT dan NAA berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, lebar daun, jumlah daun, dan berat basah tetapi pengaruhnya tidak menunjukkan perbedaan yang nyata diantara semua kombinasi konsentrasi yang diujikan. A. Pengaruh mT dan NAA terhadap Pertumbuhan In vitro Pemberian perlakuan variasi kombinasi mT dan NAA berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman stoberi Dorit pada taraf kepercayaan 5%. Berdasarkan uji Tukey, dapat diketahui bahwa perlakuan yang berbeda nyata adalah perlakuan 1 (0 mg/l mT + 0 mg/l NAA) dengan perlakuan 6 (0,75 mg/l mT + 0,025 mg/l NAA) dan perlakuan 10 (0,5 mg/l BAP + 0,025 mg/l NAA). Perlakuan yang lain tidak berbeda nyata karena
3
rataan berada dalam satu grup. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian berbagai konsentrasi mT dan NAA memberikan respon pertumbuhan yang tidak berbeda nyata menurut uji Tukey pada taraf kepercayaan 5%. Tinggi tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan 1 yaitu tanpa pemberian ZPT dengan rataan sebesar 1,3333 cm. Menurut [11], beberapa sel tanaman dapat tumbuh, berkembang dan beregenerasi menjadi tanaman baru dalam media tanpa penambahan ZPT. Dengan demikian, tanpa suplai auksin dan sitokinin eksogen, tanaman stroberi akan tetap tumbuh dan memanjang. Tinggi tanaman terendah terdapat pada perlakuan 10 (0,5 mg/L BAP+0,025 mg/L mT ) dengan rataan sebesar 0,2583 cm. Penampilan morfologis plantlet pada usia 30 hari setelah tanam dapat dilihat pada Gambar 1. Pemberian perlakuan variasi kombinasi mT dan NAA berpengaruh nyata terhadap lebar daun stoberi Dorit pada taraf kepercayaan 5%. Hasil uji Tukey menunjukkan bahwa lebar daun tertinggi terdapat pada perlakuan 4 (0,5 mg/L mT+0,025 mg/L NAA) dengan rataan sebesar 1,0167 yang berbeda nyata dengan perlakuan 1 (tanpa pemberian ZPT) dan perlakuan 10 (0,25 mg/L BAP + 0,025 mg/L NAA) yang merupakan kontrol positif. Hal ini menunjukkan bahwa pada kapasitas tersebut, respon lebar daun terhadap ZPT eksogen merupakan respon yang optimal. Lebar daun terendah terdapat pada perlakuan 3 (0,25 mg/L mT+0,05 mg/L NAA) dengan rataan sebesar 0,6250 cm. Pada respon jumlah daun, konsentrasi mT dan NAA untuk menghasilkan lebar daun tertinggi sama dengan konsentrasi BAP dan NAA pada kontrol positif (perlakuan 10). Namun, nilai rataan lebar daun lebih besar dan berbeda nyata dengan kontrol positif. Hal ini menunjukkan bahwa dengan konsentrasi yang sama, mT dapat menghasilkan daun yang lebih lebar dari pada BAP. Pemberian perlakuan variasi kombinasi ZPT mT dan NAA berpengaruh nyata terhadap jumlah daun stoberi Dorit pada taraf kepercayaan 5%. Hasil uji Tukey menunjukkan bahwa jumlah daun tertinggi terdapat pada perlakuan 6 (0,75 mg/L mT + 0,025 mg/L NAA) dengan rataan sebesar 12,417 yang berbeda nyata dengan perlakuan 1 (tanpa pemberian ZPT), perlakuan 4 (0,5 mg/L mT + 0,025 mg/L NAA) dan perlakuan 5 (0,5 mg/L mT+0,05 mg/L NAA). Hal ini menunjukkan bahwa pada kapasitas tersebut, respon lebar daun terhadap ZPT eksogen merupakan respon yang optimal. Namun, perlakuan 6 tidak berbeda nyata dengan kontrol positif, yaitu perlakuan 10 (0,25 mg/L BAP + 0,025 mg/L NAA) dan juga perlakuan 2, 3, 7, 8, dan 9. Hal ini menunjukan bahwa respon
Tabel 1. Rataan variabel pertumbuhan in vitro eksplan planlet stroberi (Fragaria ananassa var. Dorit) setelah 30 hari T
ZPT
TT
LD
JD
BB
BK
PA
Ras S/R
0 mg/L mT + 0 mg/L NAA 1,3333 a 0,7167 b 2,750 c 0,07592 c 0,017533 a 1,1667 a 47,12 a 1 0,25 mg/L mT + 0,025 mg/L NAA 0,9083 ab 0,8167 ab 7,917 abc 0,14217 abc 0,030800 a 1,3417 a 59,27 a 2 0,25 mg/L mT + 0,05 mg/L NAA 0,7750 ab 0,6250 b 8,333abc 0,10633 abc 0,021217 a 1,0083 a 28,87 a 3 0,5 mg/L mT + 0,025 mg/L NAA 0,7917 ab 1,0167 a 5,000 c 0,16500 abc 0,031350 a 1,3917 a 36,20 a 4 0,5 mg/L mT + 0,05 mg/L NAA 0,6417 ab 0,6250 b 5,500 bc 0,09950 bc 0,019883 a 0,9000 a 26,21 a 5 0,75 mg/L mT + 0,025 mg/L NAA 0,4833 b 0,7667 ab 12,417 a 0,22117 ab 0,030650 a 1,8167 a 37,42 a 6 0,75 mg/L mT + 0,05 mg/L NAA 0,6417 ab 0,7250 ab 11,583 ab 0,20042 abc 0,024117 a 1,6583 a 21,40 a 7 1 mg/L mT + 0,025 mg/L NAA 0,5083 ab 0,7750 ab 7,167 abc 0,15617 abc 0,024667 a 1,1167 a 88,45 a 8 1 mg/L mT + 0,05 mg/L NAA 0,6083 ab 0,9083 ab 8,667 abc 0,23025 a 0,030833 a 1,3000 a 17,95 a 9 0,2583 b 0,7167 b 7,667 abc 0,22575 a 0,021583 a 1,8083 a 52,16 a 10 0,5 mg/L BAP + 0,025 mg/L NAA (kp) Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji Tukey pada t araf kepercayaan 5% (T=perlakuan; TT=tinggi tanaman; LD=lebar daun; JD=jumlah daun; BB=berat basah; BK=berat kering; PA=panjang akar; Ras S/R=rasio shoot/root; kp=kotrol positif)
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) pemberian mT tidak berbeda nyata dengan pemberian BAP menurut uji Tukey. Lebar daun terendah terdapat pada perlakuan 3 (0,25 mg/L mT + 0,05 mg/L NAA) dengan rataan sebesar 0,6250 cm.
4
karena P>0,05 yaitu 0,058. Meskipun tidak berbeda nyata, rataan panjang akar tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan 6 (0,75 mg/L mT + 0,025 mg/L NAA). Pada penelitian ini panjang akar tidak berbeda nyata diduga karena konsentrasi NAA yang digunakan hanya dua macam. Menurut [12] pada konsentrasi yang lebih tinggi, auksin akan menghambat pertumbuhan tanaman karena auksin akan menginduksi produksi etilen dan menekan pertumbuhan tanaman. Begitupun dengan sitokinin dilaporkan dapat menstimulasi biosintesis etilen yang dapat menghambat pengakaran. Pemberian perlakuan kombinasi ZPT mT dan NAA tidak berpengaruh nyata terhadap rasio shoot/root stoberi pada Tabel 2. Persentase tanaman stroberi (Fragaria ananassa var. Dorit) yang hidup dan jumlah tunas baru setelah 14 hari masa aklimatisasi T
ZPT
%H
JTB
0 mg/L mT + 0 mg/L NAA 100 0,0000 a 1 0,25 mg/L mT + 0,025 mg/L NAA 100 0,5000 a 2 0,25 mg/L mT + 0,05 mg/L NAA 100 0,0000 a 3 0,5 mg/L mT + 0,025 mg/L NAA 100 0,0000 a 4 0,5 mg/L mT + 0,05 mg/L NAA 100 0,5000 a 5 0,75 mg/L mT + 0,025 mg/L NAA 100 0,5000 a 6 0,75 mg/L mT + 0,05 mg/L NAA 100 1,3333 a 7 1 mg/L mT+ 0,025 mg/L NAA 100 0,3333 a 8 1 mg/L mT + 0,05 mg/L NAA 50 0,1667 a 9 0,5 mg/L BAP + 0,025 mg/L NAA(kp) 66,67 0,5000 a 10 Keterangan: T=perlakuan; % H= persentase tanaman stroberi (Fragaria ananassa var. Dorit) yang hidup; JTB=jumlah tunas baru; kp=kontrol positif
Gambar 1. Tanaman stoberi (Fragaria ananassa var. Dorit) setelah 30 hari diberi perlakuan mT dan NAA serta BAP dan NAA secara in vitro (angka pada gambar menunjukkan perlakuan).
Pemberian perlakuan variasi kombinasi ZPT mT dan NAA berpengaruh nyata terhadap berat basah stoberi Dorit pada taraf kepercayaan 5%. Berdasarkan uji Tukey, dapat diketahui bahwa perlakuan yang berbeda nyata adalah perlakuan 9 (1 mg/L mT+0,05 mg/L NAA) dan 10 (0,5 mg/l BAP+0,025 mg/l NAA) dengan perlakuan 1 (0 mg/l mT +0 mg/l NAA) dan perlakuan 5 (0,5 mg/l mT +0,05 mg/l NAA). Perlakuan yang lain tidak berbeda nyata karena rataan berada dalam satu grup. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian berbagai konsentrasi mT dan NAA memberikan respon yang tidak berbeda nyata menurut uji Tukey pada taraf kepercayaan 5%. Pemberian perlakuan kombinasi ZPT mT dan NAA tidak berpengaruh nyata terhadap berat kering stoberi pada α=0,05 karena P>0,05 yaitu 0.100. Pada penelitian ini, berat kering tanaman tidak berbeda nyata yang menunjukkan adanya akumulasi senyawa organik yang berhasil disintesis tanaman antar perlakuan adalah sama menurut uji statistik. Hal tersebut juga berarti bahwa kemampuan kecepatan sel-sel tanaman stroberi Dorit untuk membelah, membesar dan memanjang tidak berbeda antar perlakuan. Meskipun tidak berbeda nyata, rataan berat kering tertinggi terdapat pada perlakuan 4 (0,5 mg/L mT + 0,025 mg/L NAA). Pemberian perlakuan kombinasi ZPT mT dan NAA tidak berpengaruh nyata terhadap panjang akar stoberi pada α=0,05
α=0,05 karena P>0,05 yaitu 0,511. Meskipun tidak berbeda nyata, rataan rasio shoot/root tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan 8 (1 mg/L mT+0,025 mg/L NAA). Besarnya rasio shoot/root disebabkan distribusi asimilat lebih banyak ke arah pertumbuhan tajuk. Rendahnya rasio shoot/root disebabkan asimilat ditranslokasikan tidak hanya ke daun tetapi juga ke akar. Tingginya rasio shoot/root menandakan bahwa nilai berat kering tajuk jauh lebih tinggi dari pada nilai berat kering akar. Pada stroberi, berat kering tajuk diharapkan lebih tinggi karena hasil produksi yang dimanfaatkan adalah buah. Proses pembentukan buah tersebut dipengaruhi oleh fotosintesis. B. Pengaruh mT dan NAA terhadap Pertumbuhan Ex vitro Persentase tanaman stroberi Dorit yang hidup pada perlakuan 1 sampai dengan 8, persentase mencapai 100%, sedangkan pada perlakuan 9, persentase hidup tanaman stroberi Dorit hanya 50% dan pada perlakuan 10 yang merupakan kontrol positif, persentase hidup tanaman stroberi Dorit sebesar 66, 67%. Pada saat aklimatisasi, akar merupakan organ sangat menentukan keberhasilan aklimatisasi. Pada perlakuan 10, pemberian BAP dan NAA menghasilkan persentase hidup yang lebih rendah dibandingkan dengan pemberian mT dan NAA. Hal tersebut sesuai dengan penelitian [7] bahwa pemberian BAP pada saat in vitro memberikan kecenderungan akumulasi metabolit BA yang bersifat toksik pada bagian basal planlet (rooting zona). Akibatnya, metabolit tersebut mengganggu perakaran pada saat aklimatisasi. Selanjutnya [8] juga membandingkan tipe dan efek derivat BAP dan mT pada kultur S. Flouribundum dan menemukan bahwa metabolit utama BA, [9G]BAP, (9-
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) Glukosida BAP), lebih stabil tetapi mempunyai efek negatif pada perakaran dan aklimatisasi dibandingkan dengan metabolit utama mT , [OG] mT , O-glukosida mT , yang dapat didegradasi dengan mudah selama aklimatisasi. Penampilan morfologis plantlet pada usia 14 hari setelah aklimatisasi dapat dilihat pada Gambar 2.
5
vitro dan genotip dari tanaman. Pada penelitian ini, tunas baru yang muncul setelah 14 hari aklimatisasi terlihat pada perlakuan 2, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10. Semakin banyak jumlah tunas, maka semakin banyak jumlah daun. Penelitian [14] menyatakan bahwa jumlah dan lebar daun berkorelasi positif dan nyata dengan diameter buah. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak tunas yang terbentuk, maka akan meningkatkan bobot buah. IV. KESIMPULAN/RINGKASAN Pemberian perlakuan variasi kombinasi mT dan NAA pada saat in vitro berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, lebar daun, jumlah daun, dan berat basah, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap berat kering, panjang akar dan rasio shoot/root. Pemberian variasi kombinasi mT dan NAA berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, lebar daun, jumlah daun, dan berat basah tetapi pengaruhnya tidak menunjukkan perbedaan yang nyata diantara semua kombinasi konsentrasi yang diujikan. Keberhasilan aklimatisasi stroberi (Fragaria ananassa var. Dorit) yang diberikan perlakuan variasi kombinasi mT dan NAA pada saat in vitro lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan variasi kombinasi BAP dan NAA yang menunjukkan bahwa perlakuan pada saat in vitro juga berpengaruh pada saat ex vitro (aklimatisasi). UCAPAN TERIMA KASIH Penulis SRL mengucapkan terima kasih kepada Kepala Balai Penelitian Jeruk dan Tanaman Subtropis, Batu dan seluruh jajarannya atas izin penelitian yang diberikan kepada penulis. Penulis juga mengcapkan terima kasih kepada Dini Ermavitalini, S. Si. M. Si. dan Dita Agisimanto, Ph.D atas bimbingannya, serta seluruh pihak yang telah membantu penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA [1]
[2] [3] Gambar 2. Tanaman stoberi (Fragaria ananassa var. Dorit) setelah 14 hari aklimatisasi (angka pada gambar menunjukkan perlakuan).
Pemberian perlakuan kombinasi ZPT mT dan NAA tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas baru stoberi (Fragaria ananassa var. Dorit) setelah 14 hari masa aklimatisasi pada α=0,05 karena P>0,05 yaitu 0,472. Meskipun tidak berbeda nyata, rataan jumlah tunas baru tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan 7 (0,75 mg/L mT + 0,05 mg/L NAA). mT dapat meningkatkan jumlah tunas pada kultur in vitro [6]. Lebih lanjut [13] juga menyatakan bahwa jumlah tunas saat ex vitro juga dipengaruhi oleh perlakuan saat in
[4] [5]
[6]
[7]
A. Mozafari, M. Gerdakaneh, "Influence of Media and Growth Regulators on Regeneration and Morphological Characteristics of Strawberry cvs Kurdistan and Merck (Fragaria x ananassa Duch.). ", International Journal of Plant Physiology and Biochemistry 4(5) April 2012 (2012) 99-104. BPS. "Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi Indonesia." Katalog BPS: 3101015: Badan Pusat Statistik (2011). E. Iszak, and S. Izhar. "Strawberry Plant Dorit", State of Israel Ministry of Agriculture, Israel (1992). A.M. Shohael, "Advantages of Plant Tissue Culture", Japan: JSPS Fellow at Gene Research Center Tsukuba University (2008) J.R.P. Katuuk, "Teknik Kultur Jaringan dalam Mikropropagasi Tanaman", Jakarta DEPDIKBUD, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (1989) A. Wojtania, "Effect of meta-Topolin on In Vitro Propagation of Pelargonium x Hortorium and Pelargonium x hederaefolium Cultivars. ", Acta Societatis Botanicorum Poloniae 79 (2) (2010) 1016. S.P.O. Werbrouck, B. Van Der Jeugt, W. Dewitte, E.Prinsen, H.A. Van Onckelen., P.C. Debergh, "The Metabolism of Benzyladenine in Spathiphyllum floribundum Schott ‘Petite’ in Relation to Acclimatization Problems", Plant Cell Rep, 14 (1995) 662-5.
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) [8]
[9]
[10] [11]
[12]
[13]
[14]
S.P.O. Werbrouck, M. Strnad, H.A. Van Onckelen, and P.C. Debergh, "Metatopolin, an Alternative to Benzyladenine in Tissue Culture? ", Physiol Plant, 98 (1996) 291-8. M.W. Bairu, O. Novak, K.Dolezˇal, J.Van Staden, "Changes in Endogenous Cytokinin Profiles in Micropropagated Harpagophytum procumbens in Relation to Shoot-Tip Necrosis and Cytokinin Treatments", Plant Growth Regul 63 (2011) 105-14. S. Budiman, dan D. Saraswati, "Berkebun Stroberi Secara Komersil", Jakarta: Penebar Swadaya (2008) Marlin, "Regenerasi In vitro Planlet Jahe Bebas Penyakit Layu Bakteri pada Beberapa Taraf Konsentrasi 6-Benzil Amino Purine (BAP) dan 1-Naphtalene Acetic Acid (NAA)", Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia, 7 (1) (2005) 8-14. A. Wijayati, Solichatun, Sugiyarto, " Pengaruh Asam Indol Asetat terhadap Pertumbuhan, Jumlah dan Diameter Sel Sekretori Rimpang Tanaman Kunyit (Curcuma domesticaVal.).", Biofarmasi, 3 (1) (2005) 16-21. C. Valero-Aracama, M. E. Kane, S. B., Wilson, N.L. Philman, "Substitution of Benzyladenine With meta-Topolin During Shoot Multiplication Increases Acclimatization of Difficult- and EasyToacclimatize Sea Oats (Uniola paniculata L.) genotypes", Plant Growth Regul (2010), 60 (2010) 43-9. M.A. Nasution, "Analisis Korelasi dan Sidik Lintas Antara Karakter Morfologi dan Komponen Buah Tanaman Nenas (Ananas comosus L. Merr.)", Crop Agro, Vol 3 No.1 (2010)
6