EKSIS
Jurnal riset ekonomi dan bisnis
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) PGRI Dewantara Jombang
VOL III Nomor 1 Feb 2008
JURNAL EKSIS SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PGRI DEWANTARA JOMBANG VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 2008
DAFTAR ISI
Willy Sugianto
Pentingnya Pelayanan Prima Pada Lembaga Perguruan Tinggi
Rachyu Purbowati
Pengaruh Variabel-Variabel Determinan Terhadap Audit Delay (ADE) dan Dampaknya Pada Reaksi Investor (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur dan Financial yang Listing di Bursa Efek Jakarta
Mey Juliana
Penerapan Metode Kontrak Selesai pada Perusahaan Jasa Konsultan Teknik (Studi pada Konsultan CV. Sinduraya)
Titik Inayati
Analisis Laporan Arus Kas Besar Seabagai Salah Satu Alat Bantu dalam Pengambilan Keputusan Investasi Pada PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk. (Studi Kasus di Butsa Efek Jakarta)
Abdul Rohim
Nurdiana
Siti Zuhroh Arief Suprihono Erminati Pancaningrum, Suhariani *
Pengaruh Perilaku Konsumen Terhadap Keputusan Berwisata (Studi pada Obyek Wisata Ubalan Pacet Mojokerto) Pengaruh Kompetensi, Kreativitas, Persepsi dan Kondisi, Potensi Wajib Pemungut Terhadap Efektivitas Penerimaan Retribusi Pasar Analisis Perilaku Konsumen Penggguna Produk Rokok LA Light di Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang Analisis Faktor-Faktor yang Dipertimbangkan di Masyarakat Dalam Mengambil Keputusan Kredit di PD. “BANK PASAR” Jombang
1
KATA PENGANTAR
Jurnal Riset Ekonomi dan Bisnis EKSIS Volume III Nomor 1 Tahun 2008, yang diterbitkan oleh STIE PGRI Dewantara Jombang hadir dengan memuat sejumlah artikel pilihan, baik artikel konseptual maupun artikel laporan hasil penelitian. Jurnal EKSIS ini dapat terbit karena adanya komitmen pemimpin STIE PGRI Dewantara Jombang dan kerjasama berbagai pihak, untuk itu ucapan terima kasih kami sampaikan. Penulis artikel dalam terbitan kali ini tidak hanya dari kalangan internal maupun eksternal. Semoga misi utama jurnal ini sebagai media informasi dan komunikasi dapat tercapai. Semoga kehadiran jurnal ini bermanfaat bagi kita semua.
Jombang, 2008 Ketua Jurnal Riset Ekonomi dan Bisnis EKSIS
2
PENTINGNYA PELAYANAN PRIMA PADA LEMBAGA PERGURUAN TINGGI Willy Sugianto
Pelayanan yang baik selalu dimulai dari sikap baik dan antusias pimpinan dosen dan karyawan yang ada di lembaga Perguruan Tinggi untuk menjadi orang baik, yang bisa memberikan kebahagiaan kepada orang lain termasuk mahasiswa dan masyarakat secara utuh dan total. Untuk melakukan itu memang tidak mudah, tetapi jika lembaga perguruan tinggi ingin eksis dan dapat bersaing dengan perguruan tinggi lain untuk mendapatkan mahasiswa, maka Pelayanan Prima mutlak harus dilaksanakan. Menurut berbagai survey, kajian dan penelitian banyak yang menunjukkan bahwa baik buruknya kualitas layanan merupakan salah satu faktor yang menentukan maju atau mundurnya eksistensi sebuah organisasi apakah itu organisasi dalam perusahaan, pemerintahan, atau sebuah lembaga. Di berbagai Negara yang sudah maju juga menunjukkan bahwa kemajuan ekonomi dan kemampuan berkompetisi dalam percaturan ekonomi global juga ditentukan oleh adanya layanan public yang baik. Bila kita masih menginginkan lembaga Perguruan Tinggi eksis, maka kita berkewajiban untuk terus mendorong dan mengarah agar layanan berkualitas kepada mahasiswa dan masyarakat di sekitar kita dapat dihadirkan. Setaiap Perguruan Tinggi sudah saatnya berbenah diri menuju kepada pelayanan yang memuaskan mahasiswa yang tidak hanya sebatas memuaskan panca indera mahasiswa, tetapi lebih dalam lagi memuaskan indera pikiran, spiritual, emosi, dan intelektual mahasiswa. Sebenarnya bila baru sekarang kita menyadari tentang pentingnya layanan prima yang berkualitas termasuk sudah terlambat, karena dengan adanya perubahan masyarakat yang begitu cepat tentang kebutuhan dan keinginan untuk mendapatkan pelayanan yang baik dan memuaskan jelas sangat besar pengaruhnya dan membuat kita tertantang untuk
segera bersikap, jikalau kita tidak mau tertinggal, apalagi mahasiswa dan masyarkat sekarang sudah berpikir kritis dan kreatif bisa membedakan mana lembaga yang bisa memberikan pelayanan yang memuaskan dan mana yang tidak, semua itu untuk menentukan pilihannya. Oleh karena itu Lembaga Perguruan Tinggi harus terus menerus berinovasi untuk meningkatkan citra pelayanannya. Seluruh karyawan harus bisa menjadi Public Relation ( PR ) yang terbaik di dalam melayani setiap karyawan harus bisa memberikan informasi, penjelasan dan keterangan yang memuaskan hati dan pikiran mahasiswa maupun masyarakat. Setiap karyawan dan dosen harus memiliki mindset untuk menjadi pribadi yang mampu berbicara tentang segala kekuatan / keunggulan dan kebaiankan lembaga kepada mahasiswa maupun masyarakat, dengan demikian barulah pelayanan yang memuaskan indera mahasiswa dan masyarakat bisa dimulai. Masing-masing pribadi karyawan dan dosen haruslah memiliki keunggulan diri yang unik yang bisa menyentuh hati terdalam mahasiswa. Keunggulan-keunggulan yang spesifik dan pribadi ini harus menjadi nilai tambah setiap pribadi buat baktinya kepada pelayanan mahasiswa terbaik. Lembaga harus memiliki rasa peduli yang tinggi untuk membina karyawan dengan nilai-nilai kebaikan dalam setiap nafas kehidupan karyawan agar karyawan terbiasa bersikap baik, hormat, sopan santun dan selalu memberikan senyuman yang tulus kepada mahasiswa dan semua orang yang kita jumpai. Komitmen untuk melayani dengan baik supaya mahasiswa puas harus ada, mulai dari karyawan yang paling rendah sampai dengan pimpinan perguruan tinggi , mulai dari satpam, bagian-bagian perpustakaan, BAU, BAAK, LP4M, keuangan, jurusan, dosen maupun pimpinan sesuai dengan profesi dan pekerjaanya masing-masing, baik itu pembayaran SPP, pembuatan kartu identitas, suratsurat, KRS, KHS, Peminjaman Buku, dll.
Willy Sugianto, dosen STIE PGRI Dewantara
3
4
JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 2008
Setiap unit kerja di Lembaga Perguruan Tinggi haruslah memperlihatkan produktivitas kerja yang sempurna, lalu menciptakan mutu pelayanan terbaik agar mampu memuaskan mahasiswa. Pelayanan yang memuaskan mahasiswa, wajib dibarengi dengan kebaikan sistem, prosedur, teknologi, etika, mindset dan infrastruktur yang memadai dan siap melayani mahasiswa dengan segala sikap baik yang professional dan total, karena produk yang berupa ilmu dan jasa pelayanan yang dijual kepada mahasiswa haruslah disesuaikan dengan manfaat dan kebutuhan mahasiswa, dengan harga yang berdaya saing dan kualitasnya harus dapat dipertanggungjawabkan.
Menurut Asep Adya Barata ( 2004 ) Keberhasilan di dalam melayani tidak hanya sekedar bertumpu pada kempuan saja tetapi juga harus pula di dasarkan pada Power, Ability , Morality , Integrity dan Total Accountability. 1. Kekuatan ( Power ) Kekuatan ( Power ) adalah yang berkaitan dengan kewenangan (otoritas) untuk melakukan tindaka-tindakan yang yang berkaitan dengan suatu dan kekuatan kepribadian seseorang yang mejalankannya. 2. Kemampuan (Ability) Seseorang yang melukan pelayananharus mempunyai kemampuan yang baik juga harus mengetahui pengetahuan dan ketrampilan yang memadai dalam bidangnya.
Dari waktu ke waktu secara bertahap lembaga perlu melakukan reposisi untuk meningkatkan
3. Moral (Morality) Moral dari seseorang yang melakukan tindakan pelayanan harus baik karena pelayanan yang baik hanya muncul dari seseorang yang bermoral baik.
kualitas, reputasi, dan kredibilitas pelayanannya. Apakah Pelayanan Prima pada Lembaga Perguruan Tinggi ? 1.
Pelayanan Prima adalah melayani mahasisiwa dengan ramah,tepat dan cepat. 2. Pelayanan Prima adalah pelayanan optimal dengan mengutamakan kepuasan mahasiswa. 3. Pelayan Prima adalah kepedulian kepada maha sisiw untuk memberikan rasa puas. 4. Pelayanan Prima adalah menempatkan mahasiswa sebagai mitra. 5. Pelayanan Prima adalah upaya layanan terpadu untuk kepuasan mahasiswa Cara – cara yang dipakai untuk menimbulkan kesan menerik dan simpatik bagi orang lain : ·Berpenampilan bersih dan rapi ·B e r t u t u r k a t a y a n g b a i k d a n menyenangkan
4. Integritas (Integrity) Untuk menghasilkan pelayan prima seseorang harus mempunyai integritas yang tinggi terhadap pekerjaan dan organisasi lembaga dimana ia bekerja 5. Tanggung jawab total (Total Accountability) Seseorang harus dapat menjalankan tugas pekerjaannya dengan sungguh-sungguh, karena kesungguhan kerja merupakan wujud tanggung jawab total baik bagi diri sendiri organisasi / lembaga maupun mahasiswa. Unsur-unsur kualitas pelayanan : 1. Penampilan , Personal dan Fisik Penampilan harus menarik,bersih dan rapi tutur kata dengan bahasa yang baik,familier dalam perilaku,percaya diri.
·Membuat orang merasa penting ·Membicarakan kesukaan dan kesuksesan orang lain yang sedang diajak bicara ·Tidak merasa rendah diri dan siap mental untuk menerima kritikan
2. Tepat waktu dalam janji Dalam menyampaikan janji harus diperhitungkan waktunya, jangan suka mengumbar janji tetapi tidak pernah ditepati, ini akan membuat orang tidak percaya.
4
3. Kesediaan melayani Konsekuensi logis petugas harus benar-benar bersedia melayani. 4. Kesopanan dan Ramah Tamah Di tuntut adanya keramah tamahan yang
· Mampu memposisikan diri dan beradaptasi dengan lingkungan · Memiliki daya kreatifitas · Memahami pengetahuan dasar hubungan interpersonal dan psikologi sosial.
standart dalam melayani, sabar, tidak egois
· Memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang
dan santun dalam bertutur kata.
sesuai dengan bidang tugasnya. · Mampu mengendalikan emosi
5. Kejujuran dan kepercayaan Dalam penyelenggaraan pelayanan harus transparan jujur dalam bentuk aturan, pembiayaan dan penyelasaian waktu sehingga dapat percayai dari segi sikap, tutur katanya, dalam menyelesaikan akhir pelayanannya dengan demikian ,akan membuat orang puas.
Eagly dan Himmerfalb ( 1978 ) mendefisinikan sikap sebagai kumpulsn perasaan , keyakinan dan kecenderungan perilaku yang secara relative berlangsung lama yang ditujukan kepada orang, ide , obyek dan kelompok orang tertentu. Jadi sikap meliputi 3 aspek yaitu Keyakinan ( Aspek Kognitif ) , Perasaan ( Aspek Afektif ) dan Perilaku ( Aspek Konitif ). Pelayanan Prima berdasarkan konsep sikap Attitude adalah Suatu layanan dengan menonjolkan sikap yang baik dan menarik meliputi : 1. Melayani dengan penampilan yang serasi 2. Melayani dengan berfikir positif 3. Melayani pelangganm dengan sikap menghargai
6. Pengetahuan Dan Keahlian Sebagai syarat untuk bisa melayani dengan baik. Petugas harus mempunyai pengetahuan dan keahlian. Oleh karna itu perlu pendidikan dan pelatihan tertentu yang di syaratkan dalam jabatan serta memiliki pengalaman yang luas di bidangnya
2. Pelayanan Prima berdasarkan konsep Perhatian Perhatian atau atensi ( attention ) adalah sikap yang menunjukkan kepedulian terhadap sesuatu atau minat seseorang terhadap sesuatu. Pada umumnya orang suka diperhatikan dan dihargai
Pelaksanaan pelayanan prima berdasarkan konsep sikap, perhatian dan tindakan menurut Asep Adya Barata ( 2004 ) adalah: 1. Pelayanan Prima berdasarkan konsep Sikap Sikap mencerminkan perilaku atau gerak gerik yang terlihat pada diri seseorang ketika ia menghadapi suatu situasi tertentu atau ketika berhadapan dengan orang lain atau bisa diartikan sebagai alur pengekspresian perasaan dari seseorang kepada pihak lain. Sikap bukanlah sesuatu yang dibawa sejak lahir sebab pemunculannya dapat terbentuk karena adanya interaksi orang yang bersangkutan dengan berbagai hal dalam lingkungan hidupnya atau melalui proses sosial. Sikap seseorang sangat di pengaruhi oleh berbagai faktor termasuk wawasan pengatahuannya dan ketrampilannya yang dapat meningkatkan kemampuan diri seseorang antara lain : · Mampu berkomunikasi dengan baik
Pelayanan Prima berdasarkan konsep perhatian meliputi : 1. Mendengarkan dan memahami kebutuhan seseorang 2. Mengamati perilaku seseorang 3. Mencurahkan perhatian penuh kepada orang lain 3. Pelayanan Prima berdasarkan konsep Tindakan Selain sikap dan perhatian tindakan perlu dilakukan,sebab semua tanpa tindakan adalah bohong dan percuma. 3.
5
Pelayanan prima berdasarkan konsep tindakan meliputi :
6
JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 2008
1.
2.
Mencacat mempertegas dan mewujudkan semua apa yang di butuhkan , diharapkan dan di inginkan oleh seseorang baik customer, pelanggan maupun relasi kita supaya mereka puas.
berkualitas baik secara fisik baik itu berupa gedung, sarana prasarana maupun dalam memberikan pelayanan, Kalau lembaga ingin eksis dan di minati oleh masyarakat sebagai calon mahasiswa maka kunci
Pernyataan terimakasih dengan ungkapan
utama adalah memberikan pelayanan prima baik
yang tulus, dengan suatu harapan tetap
kepada mahasiswa maupun masyarakat sekitar
terjalin hubungan yang baik dengan
kampus maupaun luar kampus.
costomer, pelanggan maupun relasi dengan kita. Kepuasan Pelanggan Pelanggan disebuah lembaga perguruan tinggi adalah mahasiswa dan masyarakat , karena apabila kita memberikan pelayanan yang baik dan mambuat mereka puas meka akan merekomendasikan kepada orang lain yang mereka jumpai untuk masuk ke lembaga kita. Yang di maksud dengan kepuasan menurut Ricard Oliver adalah hasil dari penilaian customer atau pelanggan bahwa produk atau pelayanan telah memberikan tingkat kenikmatan dimana tingkat pemenuhan harapan bisa dilakukan, dan dirasakan , oleh karena itu kita harus bisa memenuhi harapan dari konsumen kita, peran karyawan sangat panting dalam menciptakan kepuasan pelanggan. Kualitas pelayanan yang baik sering kali hanya dapat di mungkinkan apabila terdapat teamwork yang baik. Banyak kesalahan yang menyebabkan pelanggan tidak puas dalam sebuah perusahaan karna tidak adanya teamwork antara bagian klaim dan bagian penjualan atau dengan bagian pengiriman (Handi Irawan .D,MBA, M Com. 2002). Pentingnya pelayanan prima dalam sebuah lembaga perguruan tinggi . Mengingat begitu pentingnya pelayanan prima yang dapat berpengaruh terhadap kepuasan dan berdampak pada relasi , maka saat ini baik itu perusahaan swasta, instansi pemerintah di organisasi dan lembaga pendidikan, pelayanan prima menjadi prioritas utama yang harus dilaksanakan. Mengapa di lembaga perguruan tinggi penting karena begitu ketatnya persaingan untuk mendapatkan mahasiswa, demikian juga masyarakat sekarang sudah sangat kritis untuk menentukan pikiran akan kuliah di perguruan tinggi yang
6
DAFTAR PUSTAKA
Atep Adya Barata (2004) ”Dasar-Dasar Pelayanan Prima”, Penerbit PT. Elex Media Komputindo, Kelompok Gramedia Jakarta. Abdurrachman Oemi (1995) “Dasar-Dasar Public Relation”, Bandung : Citra. Aditya Bakti Burnet. Ken (1987) “Strategi Kemitraan Pelanggan, (Strategi Customer. Allianees)”, Jakarta PT. Elex. Media Komputindo. Foster, R.v, Timothy (1999). “101. Ways to BOOST Customer Satisfaction (VOI, Cara Meningkatkan Kepusan Konsumen)”, PT.Elex. Media kompuitindo: Jakarta.
PENGARUH VARIABEL- VARIABEL DETERMINAN TERHADAP AUDIT DELAY (ADE) DAN DAMPAKNYA PADA REAKSI INVESTOR (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur dan Financial yang Listing di Bursa Efek Jakarta) RACHYU PURBOWATI Abstract This study analyzes the influence of these variables to the audit delay determinan(ADE) based considerations that researchers want to know what factors cause the company's internal settlement of the audit period, which can affect the accuracy of the information. Testing techniques by using the software Visual Partial Least Squart version 1.04 (visual PLS 1.04) Based on the findings of the first test shows the size of the company affect the ADE, the second type of auditor opinion the effect to ADE, the third type of effect on the company ADE, ADE, and the fourth effect on investor reaction. Thus, the results can be concluded that the four lines is significant, while the second path that is not a significant variable loss/income and debt variables. Keywords: Audit delay, investor reaction
PENDAHULUAN Dengan semakin berkembangnya pasar modal di Indonesia pada saat ini yang ditandai dengan berkembangnya perusahaan-perusahaan yang go publik maka hal ini mengakibatkan permintaan akan audit laporan keuangan semakin meningkat. Hasil audit atas perusahaan publik mempunyai konsekuensi dan tanggung jawab yang besar. Adanya tanggung jawab yang besar ini memacu auditor untuk bekerja secara profesional. Laporan keuangan auditan merupakan media yang dipakai manajemen dalam berkomunikasi dengan masyarakat lingkungannya. Auditor dituntut untuk menyelesaikan laporan auditan tepat waktu (Mulyadi, Kanaka, 1988). Ketepatan waktu pengungkapan laporan keuangan adalah hal yang penting mengingat adanya bukti yang menunjukkan bahwa kewajaran laporan keuangan merupakan sumber informasi bagi investor di pasar modal (Louder, 1992). Ketepatan waktu (timelines) penyajian laporan keuangan auditan menjadi prasyarat utama bagi peningkatan harga pasar saham perusahaan tersebut. Agar investor dapat lebih cepat memperoleh informasi keuangan sebagai dasar pengambilan
kerputusan serta menyesuaikan dengan perkembangan pasar modal khususnya di Indonesia, Badan pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) mengadakan penyempurnaan peraturan mengenai penyampaian laporan keuangan tahunan. Keputusan Ketua BAPEPAM No. Kep-36/ PM/ 2003, No. Peraturan X. K.2 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala, menyatakan bahwa laporan keuangan berkala disertai dengan laporan Akuntan disampaikan kepada BAPEPAM selambatlambatnya pada akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan atau tanggal neraca. Dengan adanya perubahan peraturan tersebut auditor dituntut untuk lebih cepat dalam menyelesaikan laporan auditannya. Perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam laporan keuangan mengindikasikan tentang lamanya waktu penyelesaian audit yang dilakukan oleh auditor. Perbedaan waktu ini dalam audit sering dinamai audit delay (ADE). Dalam penelitian-penelitian lain audit delay disebut dengan istilah durasi audit (Givoly dan Palmon,1982) dan Audit report lag (Knechel dan Payne, 2001)
Rachyu Purbowati, dosen STIE PGRI Dewantara
7
8
JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 2008
Halim (2000), Dyer dan McHugh (1975) membagi keterlambatan penyajian laporan keuangan auditan atau lag menjadi: 1. Preliminary lag, yaitu antara berakhirnya tahun fiskal sampai dengan tanggal diterimanya laporan keuangan pendahulu oleh pasar modal. 2. Auditor signature lag, yaitu interval antara berakhirnya tahun fiskal sampai dengan tanggal yang tercantum dalam laporan auditor. 3. Total lag, yaitu interval antara berakhirnya tahun fiskal sampai dengan tanggal diterimanya laporan keuangan tahunan publikasi oleh pasar modal. Lamanya waktu penyelesaian audit ini dapat mempengaruhi ketepatan waktu informasi tersebut dipublikasikan sehingga berdampak pada reaksi pasar terhadap keterlambatan informasi dan mempengaruhi tingkat ketidak pastian keputusan yang didasarkan pada informasi yang dipublikasikan. Penelitian Chambers dan Penman (1984) menunjukkan bahwa pengumuman laba yang terlambat menyebabkan abnormal return sedangkan yang lebih cepat menyebabkan yang sebaliknya. Dengan berdasarkan uraian di atas latar belakang penelitian yang diuraikan sebelumnya, penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris pengaruh ukuran perusahaan, rugi atau laba usaha, rasio utang, jenis opini auditor, dan jenis perusahaan terhadap audit delay (ADE), dan pengaruh audit delay (ADE) terhadap reaksi investor.
kepada pihak perusahaan dan sebaliknya manajemen memerlukan auditor untuk memberikan legitimasi atas kinerja yang mereka lakukan dalam bentuk laporan keuangan sehingga mereka layak mendapatkan insentif atas kinerja tersebut. Di sisi lain, kreditor membutuhkan auditor untuk memastikan bahwa uang yang mereka kucurkan untuk membiayai kegiatan perusahaan, benar-benar digunakan sesuai dengan persetujuan yang ada sehingga kreditor bisa menerima bunga dari prinsipal dari pinjaman yang diberikan. Information Theory Alasan tentang audit bisa dijawab dengan Information Theory (shanen Claude dalam Novieta, 2008). Teori ini menyatakan bahwa informasi keuangan yang diaudit sangat bermanfaat bagi keputusan investasi. Oleh karena itu, permintaan akan adanya audit timbul dari kebutuhan akan adanya informasi yang berkualitas karena hal tersebut pada akhirnya dipercaya akan meningkatkan kualitas pengambilan keputusan. Walaupun tidak secara eksplisit dinyatakan, studi Blackwell et.al (1998) mendokumentasikan keterakitan antara teori ini dengan permintaan adanya audit. Blackwell et.al (1998) memeriksa keterkaitan antara penggunaan jasa audit oleh perusahaan privat yang meminjam dana dari bank dengan rendahnya bunga pinjaman yang dikenakan terhadap perusahaan tersebut. Kebermanfaatan informasi akan menentukan keefektifan pencapaian tujuan pelaporan keuangan, informasi akuntansi dikatakan bermanfaat apabila informasi tersebut benar-benar dapat digunakan dalam pengambilan keputusan investasi. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang berperanan penting dalam bisnis investasi di pasar modal. Setiap perusahaan yang go public diwajibkan untuk menyampaikan laporan keuangan. Givoly dan Palmon (1982) menilai ketepatan waktu laporan keuangan merupakan determinan penting bagi tingkat kemanfaatan laporan itu sendiri. Mereka meneliti ketepatan waktu dari berbagai aspek seperti implikasi ketepatan waktu untuk tindakan pengaturan (regelation action) dan desain penelitian. Untuk tujuan pengaturan, ketepatan waktu pelaporan keuangan merupakan hal yang
TINJAUAN PUSTAKA Agency Theory Teori ini menyatakan bahwa dalam pengelolaan perusahaan, selalu ada konflik kepentingan. Pertama, manager dan pemilik perusahaan, kedua manager dan bawahannya dan ketiga pemilik perusahaan dan kreditor. Oleh karena itu, dibutuhkan pihak yang melakukan proses pemeriksaan. Dalam agency theory, pemilik perusahaan membutuhkan auditor untuk memverifikasi informasi yang diberikan manajemen
8
Audit Delay (ADE) atau dalam penelitian sebagai audit reporting lag (ARL) dapat diartikan sebagai selisih waktu antara berakhirnya tahun fiskal sampai dengan tanggal diterbitkannya laporan audit. Definisi ini digunakan oleh Carslaw dan Kaplan (1991), Ansah (2000), Hossain dan Taylor (1998), Halim (2000), serta Ahmad dan Kamarudin (2001). Di Indonesia Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) dan Bursa Efek Indonesia (BEI) menetapkan bahwa laporan keuangan tahunan harus teraudit dalam waktu 90 hari serta harus diserahkan ke BAPEPAM dan BEI untuk dipublikasikan. Hal ini dapat dijadikan pedoman oleh auditor dan pihak manajemen perusahaan publik bahwa batas waktu minimal audit delay (ADE) adalah 90 hari (3 bulan). Apabila ketepatan ini dilanggar, Bapepam akan mengenakan sanksi bagi perusahaan yang tidak mematuhinya. Perusahaan yang menyampaikan informasi lebih awal secara umum lebih menguntungkan dari pada perusahaan yang menerbitkan informasi laporan keuangan terlambat (Givoly dan Polman; 1982). Beberapa faktor yang mempengaruhi penyampaian informasi termasuk ketepatan laporan audit tahunan. Wermet, et.al. (2000) memberi gambaran bahwa seluruh perusahaan akan menunggu laportan audit tahunan sebelum mengumumkan labanya. Walaupun demikian, ketepatan laporan audit dan informasi laba memiliki peran dalam menentukan waktu penyampaian informasi. Banyak perusahaan mempelajari waktu menyajikan informasi audit tahunan untuk mengetahui reaksi pasar berkaitan dengan keputusan mengenai isu-isu atau perubahan pada kualifikasi audit atas penyajian laporan keuangan perusahaan. Hasil penelitian Halim (2000) menunjukan rata-rata audit delay yang terjadi diIndonesia adalah 84 hari. Rata-rata ini tergolong lebih panjang bila dibandingkan dengan hasil penelitian Givoly dan Palmon (1982) dan Aston et.al (1987); Carslaw dan Kaplan (1991), Ansah (2000), Hosain dan Taylor (1998) serta Ahmad dan Kamarudin (2001). Faktor–faktor yang diduga mempengaruhi audit delay (ADE) antara lain ukuran perusahaan, laba atau rugi, rasio utang, jenis opini auditor, dan jenis perusahaan.
penting untuk menentukan persyaratan batas waktu yang cukup wajar (misalnya 90 hari). Hubungan kedua teori tersebut adalah menjelaskan fenomena permintaan audit yang dapat dipakai untuk proses pemantauan dan pemeriksaan terhadap aktivitas yang dilakukan oleh pihak-pihak dinilai lewat kinerja keuangannya dan kebutuhan akan adanya informasi yang berkualitas karena hal tersebut pada akhirnya dapat dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan bagi investor. Peranan Akuntan dalam Pasar Modal Sesuai dengan lampiran ketua BAPEPAM, maka setiap perusahaan yang akan go public diharuskan untuk menyajikan laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik. Akuntan publik bertanggung jawab atas kewajaran laporan keuangan berdasarkan prinsip akuntan yang berlaku umum yang telah disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Pada hasil akhir dari auditing ini, akuntan publik harus membuat laporan audit yang memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan yang telah diauditnya secara keseluruhan atau asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Pernyataan yang diberikan oleh akuntan publik di dalam laporan auditnya sangat memberikan peranan penting di dalam pasar modal dikarenakan seorang investor dalam mengambil keputusan di pasar modal akan mempertimbangkan semua informasi yang didapatnya, termasuk salah satunya adalah pendapat yang telah diberikan akuntan publik. Audit Delay (ADE) Ketepatan waktu penerbitan laporan keuangan auditan merupakan hal yang sangat penting khususnya untuk perusahaan-perusahaan publik yang menggunakan pasar modal sebagai salah satu sumber pendanaan. Beaver (1968) dalam Givoly dan Palmon (1982) memberikan bukti empiris berkaitan dengan isi informasi keuangan yang berupa pengumuman laba sehingga investor akan menunda pembelian atau penjualan sekuritasnya sampai dengan diterbitkannya laporan keuangan auditan perusahaan. Manajer perusahaan akan sangat menghargai jika auditor mampu menyelesaikan pekerjaan tepat waktu. Namun, auditor memerlukan waktu yang cukup untuk dapat mengumpulkan bukti-bukti kompeten yang dapat mendukung opininya.
9
10 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 2008
yang dipublikasikan akan merubah keyakinan para investor, hal ini dapat dilihat dari reaksi pasar, harga saham dan reaksi tingkat keuntungan. Laporan keuangan dikatakan mempunyai kandungan informasi apabila dengan dipublikasikannya laporan keuangan akan menyebabkab para investor bereaksi untuk melakukan penjualan atau pembelian saham, selanjutnya reaksi tersebut akan tercermin dalam perubahan return saham diseputar tanggal publikasi laporan keuangan. Reaksi investor diproksikan dengan abnormal retur dan trading volume activity. Investor merupakan pihak yang berkepentingan terhadap laporan tahunan sebagai salah satu sumber informasi dalam melakukan keputusan investasi.
Kerangka Konsep Penelitian Gambaran mengenai konsep penelitian ini terlihat dalam diagram berikut : Gambar 3.1 Rerangka Konsep Penelitian
Lamanya waktu penyelesaian audit ini dapat mempengaruhi ketepatan waktu informasi tersebut dipublikasikan sehingga berdampak pada reaksi pasar terhadap keterlambatan informasi tersebut dan mempengaruhi tingkat ketidak pastian keputusan yang didasarkan pada informasi yang dipublikasikan.
Pengaruh variabel-variabel terhadap audit delay (ADE). a. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan mempengaruhi lamanya audit delay (ADE) karena kegiatan pengauditan sangat bergantung pada ukuran perusahaan yang diaudit Boyton dan Kell (2003) menyatakan bahwa audit delay (ADE) akan semakin lama apabila ukuran perusahan yang akan diaudit semakin besar. Hal ini berkaitan dengan banyaknya sampel yang harus diambil dan semakin luasnya prosedur yang harus ditempuh. Alasan lain adalah perusahaan berskala besar juga memiliki sumber daya untuk membayar fee yang relatif tinggi sehingga dapat menekan auditor untuk memulai pekerjaannya lebih awal dan menyelesaikan audit tepat waktu bila dibandingkan perusahaan kecil (Ahmad dan Kamarudin 2001) Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dibuat rumusan hipotesis alternatif sebagai berikut: Ha1 = Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap audit delay (ADE).
3.1 Pengaruh variabel-variabel determinan terhadap audit delay (ADE). Pengaruh variabel-variabel determinan terhadap audit delay (ADE) dilandasi pertimbangan untuk mengetahui apa saja faktorfaktor internal perusahaan yang menyebabkan lamanya penyelesaian audit yang mana dapat mempengaruhi ketepatan waktu informasi tersebut. Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu yang telah dilakukan seperti Courtis di New Zaeland (1976) penelitian Gilling (1977), penelitian Davies dan Whittred di Australia (1980) menunjukan bahwa (ADE) memiliki hubungan negatif dengan ukuran perusahaan, indikator yang digunakan adalah total aktiva. Ini berarti semakin besar nilai asset perusahaan maka akan lebih cepat (ADE). Pengaruh audit delay (ADE) terhadap reaksi investor. Laporan keuangan adalah salah satu sumber potensial yang lazim digunakan oleh para investor sebagai dasar pengambilan keputusan penanaman modal, adanya informasi
b.
10
Rugi atau Laba Penelitian ADE (Bamber et al. 1993) dalam Wermet et al (2000) telah menemukan bahwa perusahaan yang mengalami kerugian mempunyai pengalaman untuk menyelesaikan
audit lebih lama. Selanjutnya perusahaan yang mengalami rugi bersih akan selalu mengantisipasi kerugian dalam akhir tahun fiskal dengan melakukan suatu penggabungan isu-isu yang komplek dengan suatu kerugian dan juga sumber untuk pendapatan yang tidak tercatat dilakukan sebelum akhir tahun. Audit delay (ADE) cenderung lebih panjang bagi perusahaan yang menggunakan tahun buku 31 Desember memiliki hubungan yang lama dengan KAP atau mengumumkan rugi usaha (Naim 1998). Berdasarkan penelitian Kaplan (1991) perusahaan yang melaporkan kerugian mungkin akan meminta auditor untuk mengatur waktu auditnya lebih lama dibandingkan biasanya. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dibuat rumusan hipotesis yang akan diajukan terhadap laba atau rugi usahanya ini adalah: Ha2 = Rugi laba berpengaruh terhadap audit delay (ADE). c.
Rasio utang Rasio utang terhadap total aktiva diduga memiliki hubungan yang positif dengan audit delay . Tingginya rasio utang terhadap total aktiva akan meningkatkan kemungkinan bangkrutnya sebuah perusahaan dan akan membuat auditor berpikir bahwa laporan tersebut kurang dapat diandalkan dari pada perusahaan yang memiliki rasio utang normal. Pengauditan terhadap utang lebih memakan waktu dan lebih rumit dari pada pengauditan ekuitas ( Carslaw dan Kaplan, 1991), sedangkan Husain dan Taylor menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki rasio utang yang tinggi ingin menyamarkan tingkat resikonya dan mungkin akan menunda pegauditan. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dibuat rumusan hipotesis yang akan diajukan terhadap rasio utang: Ha3 = rasio utang berpengaruh terhadap audit delay(ADE).
d.
Jenis Opini Auditor Whittred (1980) menyelidiki dampak laporan audit dengan opini wajar dengan
pengecualian terhadap ketepatan pelaporan tahunan perusahaan di Australia. Auditor akan mengeluarkan kualifikasi laporan audit jika dalam menjalankan auditnya gagal mengkonfirmasi kepatuhan klien terhadap peraturan yang berlaku dan standar professional yang relevan dan hasilnya kualifikasi audit dapat mengakibatkan penundaan pelaporan karena dua hal pertama, kualifikasi masih jarang di Australia dan kualifikasi dianggap sebagai tanda akan kinerja manajemen yang buruk. Konsekuensinya, manajemen merasa enggan untuk menerima kualifikasi audit dan auditor juga enggan memberikannya . Hasil penelitian Ahmad dan Kamarudin (2003), serta Subekti dan Widiyanti (2003) menemukan bukti bahwa jenis pendapat auditor (unqualified opinion) berpengaruh positif terhadap audit delay. Laporan keuangan yang memperoleh opini wajar tanpa pengecualian (unqualified) memiliki audit delay lebih pendek. Indikasi kearah pemberian pendapat selain unqualified opinion menyebabkan audit delay lebih lama. Whittred (1980) dalam Naim (1999) menyatakan bahwa auditor akan mengeluarkan kualifikasi laporan audit jika dalam menjalankan auditnya gagal mengkonfirmasikan kepatuhan klien terhadap peraturan yang berlaku. Kualifikasi ini bisa diberikan dalam beberapa bentuk, yaitu pendapat dengan pengecualian, pendapat penolakan, dan pernyataan tidak mampu untuk memberi pendapat. Berdasarkan bukti-bukti empiris dan argumen yang telah disebutkan dapat dibuat dugaan bahwa perusahaan yang menerima pendapat non standart opinion yaitu perusahaan yang menerima pendapat wajar dengan pengecualian, pernyataan tidak memberi pendapat, pernyataan tidak memberikan pendapat dan pendapat tidak wajar akan terlambat dalam mempublikasikan laporan keuangannya. Ha4 = Jenis opini auditor berpengaruh terhadap audit delay (ADE).
11
12 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 2008
e.
Audit delay dapat dipakai untuk menjelaskan relevansi kegunaan informasi pada laporan keuangan sehingga mempengaruhi pengambilan keputusan diidasarkan pada informasi yang dipublikasikan. Perusahaan yang menerbitkan informasi lebih awal secara umum lebih menguntungkan dari pada perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan terlambat. Salah satu informasi yang dianggap relevan oleh para investor adalah ketepatan laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan adalah salah satu informasi publik yang dapat digunakan untuk merevisi dan mendeteksi harga sekuritas seperti saham, obligasi dan sekuritas lainnya jika pelaku pasar modal menggunakan laporan keuangan sebagai informasi yang relevan dalam pengambilan keputusan investasi, seharusnya laporan keuangan yang diumumkan pada publik mampu mempengaruhi harga sekuritas. Dengan kata lain pasar bereaksi terhadap pengumuman laporan keuangan. Pengujian terhadap reaksi pasar melalui indikator harga dan volume perdagangan saham lebih dikaitkan dengan pengujian terhadap hipotesis efisiensi pasar yang efisien akan tercermin dari cepatnya investor bereaksi terhadap masuknya informasi baru, yang mana bila pelaku pasar modal menganggap informasi tersebut sebagai informasi yang baik (god news), maka akan ada reaksi investor yang tercermin melalui peningkatan harga saham maupun volume perdagangan saham (Hartono, 2003; 374). Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis selanjutnya dalam penelitian ini adalah: Ha6 = Audit delay (ADE) berpengaruh terhadap reaksi investor
Jenis perusahaan Yang dimaksud jenis perusahaan adalah mengelompokan perusahaan pada bidang tertentu. Dalam penelitian ini kelompok industri dibagi dua yaitu kelompok perusahaan manufaktur ( yang mempunyai persediaan barang dan kelompok perusahaan finansial yang tidak mempunyai persediaan barang) sejalan dengan penelitian Ashton et al (1987), Cartslaw dan Kaplan (1991), Ahmad dan Kamarudin (2001), dan penelitian Halim (2000), klasifikasi penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu perusahaan manufaktur dan finansial. Penelitian-penelitian yang menguji pengaruh jenis perusahaan terhadap audit delay menemukan bukti bahwa audit delay pada perusahaan manufaktur lebih panjang dibanding perusahaan finansial. Alasan yang mendasar adalah perusahaan-perusahaan manufaktur memiliki saldo persediaan (inventory) yang signifikan sehingga audit yang dilakukan cenderung membutuhkan waktu lebih lama, dilain pihak perusahaan-perusahaan finansial memiliki aktiva yang kebanyakan berbentuk moneter sehingga mudah diukur bila dibandingkan dengan aktiva tidak berwujud sehingga audit atas aktiva ini cukup sulit dilakukan dan kesalahan material sering terjadi Anthoni dan Govidarajani, 2000 :629 (dalam Widiyanti, 2003). Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dibuat rumusan hipotesis yang akan diajukan terhadap Jenis perusahaan ini adalah: Ha5 = Jenis perusahaan berpengaruh terhadap audit delay (ADE).
Pengaruh audit delay (ADE) terhadap reaksi investor Abnormal return merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap return normal. Abnormal return berfungsi sebagai alat pengukur reaksi pasar. Suatu pengumuman dinilai mempunyai kandungan informasi jika memberikan abnormal return kepada pasar, dan sebaliknya pengumuman yang tidak memiliki kandungan informasi tidak akan memberikan abnormal return kepada pasar (Hartono, 2004: 410).
METODE PENELITIAN Populasi Penelitian. Populasi penelitian adalah perusahaanperusahaan manufaktur di Indonesia yang listed di BEI pada tahun 2006, Penelitian memanfaatkan data sekunder dalam bentuk laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan publik dan catatan lainnya, sampel dipilih dengan menggunakan
12
metode purposive sampling didasari pertimbangan agar sampel data yang dipilih memenuhi kriteria untuk diuji (Indriantoro dan Supomo, 2002: 131). Perusahaan sampel diseleksi dengan kiriteria sebagai berikut: 1. Mempublikasikan laporan keuangan auditan periode 2006. Publikasi laporan keuangan auditan 2006 didasarkan pada ketentuan BAPEPAM bahwa setiap emiten atau perusahaan publik wajib menyampaiakan laporan keuangan yang disertai dengan laporan akuntan (laporan auditor independen) 2. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan per 31 Desember. Ketentuan ini diambil karena sebagaian besar perusahaan di Indonesia memakai 31 Desember sebagai tanggal penutupan laporan keuangan. 3. Perusahaan sampel adalah perusahaan manufaktur dan financial. Kelompok perusahaan financial adalah terdiri atas perusahaan yang bergerak dalam bidang perbankan. Pengelompokan ini didasarkan pada penelitian sebelumnya (Ashton, et.al.,1987, Carslaw dan Kaplan, 1991). Penelitian mereka tidak memasukan bidang real estate dan property dalam sampel penelitian. Perusahaan real estate dan property ini memiliki karakteristik operasi dalam dua bidang usaha sekaligus, yaitu memproduksi barang dan penyedia jasa
Berdasarkan seleksi yang telah dilakukan, diperoleh 59 perusahaan sebagai objek penelitian dengan kriteria sebagai berikut: 1. Obyek penelitian merupakan perusahaan yang terdaftar di BEI per 31 Desember 2006. Perusahaan yang terdaftar di BEI adalah perusahaan publik yang wajib untuk melaporkan Laporan Keuangan Auditan. 2. Obyek penelitian harus merupakan perusahaan yang termuat dalam daftar direktori laporan tahunan per 31 Desember 2006. 3. Obyek penelitian merupakan perusahaan sampel dalam perusahaan bidang manufaktur dan finansial. Perusahaan sampel memiliki total asset di atas Rp500 milyard. Metode Pengumpulan Data dan Sumber Datanya Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah strategi arsip, yaitu data dikumpulkan dari catatan basis data yang sudah ada (Hartono, 2004: 81). Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder. Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh orang lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan historis yang telah disusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan (Indriantoro dan Supomo,2002:147). Waktu amatan penelitian ditentukan pada tahun 2006 dengan alasan bahwa tahun 2006 merupakan peneliti bisa mendapatkan data terbaru berupa laporan tahunan. Penelitian ini dilakukan tahun 2006, sedang data base BEI terakhir dimutakhirkan tahun 2007 yang berisi laporan tahunan dan laporan keuangan tahun 2006. Pengamatan terhadap reaksi investor menggunakan periode 11 hari, yaitu hari-5 sampai dengan hari +5 tanggal publikasi laporan tahunan. Penentuan waktu amatan tersebut merujuk pada penelitian Dwi (2004).
Tabel 4.1 kriteria pemilihan objek penelitian: No Kriteria 1
Jumlah perusahaan
Jumlah perusahaan yang terdaftar di BEJ per 31 Desember 2006
342
2
Perusahaan manufaktur dan financial
170
3
Perusahaan manufaktur dan financial yang tidak memenuhi kriteria
111
Jumlah akhir sampel
59
4.2. Objek Penelitian Objek penelitian menurut Hartono (2004: 61) merupakan suatu entitas yang akan diteliti. Penentuan objek penelitian disesuaikan dengan tema penelitian. Oleh karena itu, daftar perusahaan dalam penelitian ini telah diseleksi sedemikian rupa sehingga layak dijadikan objek penelitian.
Metode Statistik Yang digunakan Sebagaimana telah dijelaskan dalam rerangka konsep penelitian bahwa tema penelitian ini membahas tentang audit delay yang menyangkut faktor internal dan eksternal perusahaan kedua aspek
13
14 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 2008
tersebut, yaitu pengaruh variabel-variabel determinan terhadap audit delay (ADE) dan pengaruh audit delay (ADE) terhadap reaksi investor. Berdasarkan pertimbangan tersebut, yaitu tema penelitian dan nilai data maka metode statistik yang digunakan adalah menggunakan salah satu software untuk menyelesaikan persamaan struktural selain Amos dan Lisrel yaitu software Partial Least Squart (PLS). PLS selain dapat digunakan sebagai konfirmasi teori juga dapat digunakan untuk membangun hubungan yang belum ada landasan teorinya atau untuk pengujian proposisi.
dihitung dengan persamaan: (Hartono,2000:416) ARit = Rit-E [Rit] Keterangan : Arit = abnormal return saham ke-i pada periode hari ke-t Rit = Return sesungguhnya yang terjadi untuk saham ke-i pada hari ke-t E [Rit] = Return yang diharapkan saham ke-i untuk hari ke-t 2. Volume perdagangan (TVA) Aktivitas volume perdagangan digunakan untuk melihat apakah investor individual menilai informasi untuk membuat keputusan perdagangan yang normal. Perubahan Volume perdagangan saham diukur berdasarkan volume perdagangan saham harian diperdagangkan sampai batas akhir pada satu hari tertentu dan pengukuran ini digunakan dengan didasarkan pada suply-demand analysis dengan menggunakan Trading Volume Activity (TVA) dengan rumus sebagai berikut: Menghitung aktivitas volume perdagangan (TVA) saham. TVAi,t= Ó saham i yangdiperdagangkan Ó saham i beredar pada hari t
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel. Penelitian ini menggunakan 7 variabel dan tiap-tiap variabel diukur dengan menggunakan indikator tertentu. Berikut ini tabel 4.2 yang berisi ringkasan variabel penelitian beserta indikatornya: Tabel 4.2 Variabel dan indikator Penelitian No Variabel
Indikator
1
Ukuran perusahaan
Log TA
2
Rugi/laba
(R/L) 1= laba 0= rugi
3
Rasio utang
DEBT
4
Jenis Opini
Jenis Opini ( UO/NUO)
Total utang/total assetX100%
Model Empiris Terdapat 6 hipotesis yang diuji dalam penelitian ini. Keenam hipotesis tersebut melibatkan 7 variabel dan 8 indikator. Bentuk model indikator dalam penelitian ini adalah refleksif. Menurut Gozali (2006.7) model refleksif mengasumsikan bahwa konstruk atau variabel laten mempengaruhi indikator (arah hubungan kausalitas dari kontruk keindikator atau manifest). Bentuk model hubungan antar variabel dan indikator dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1=unqualified opinion 0=selain unqualified opinion 5
Jenis perusahaan
Jenis perusahaan (M/F) 1= manufaktur 0= financial
6
Audit Delay
Jumlah hari antara akhir tahun fiskal (31 Desember) sampai diterbitkannya tanggal laporan audit perusahaan
7
Reaksi Investor
a. abnormal Return (AR) b. Trading Volume Activ ity (TVA)
Gambar 4.1 Model Penelitian
4.7.7 Reaksi Investor (RI) Reaksi investor diukur dengan menggunakan indikator abnormal Return dan perdagangan saham 1. Abnormal Return (AR) Abnormal Return adalah selisih antara return sesungguhnya (actual return) dengan expected return. Abnormal return digunakan untuk melihat harga saham pada event window untuk tiap-tiap hari sekitar tanggal peristiwa. Abnormal return
TA
R/L
UP R/L AR
DEB T
Rut
ADE
RI TVA
UO/ NUO
M/F
14
OP
JP
Model empiris yang digunakan dalam penelitian ini adalah: ADE = á0+á1UP+á2R/L+á3RuT + á4OP +á5JP+å1 RI = Y0+ Y1ADE+ å2 Keterangan ADE = Audit delay UP = Ukuran perusahaan R/L = Rugi/laba RUT = Rasio utang OP = Opini auditor JP = Jenis perusahaan RI = Reaksi investor á0 = Intercept á1...... á5 = Koefisien regresi å = error
DEBT minimum adalah .110 dan nilai DEBT maksimum adalah .1980 dengan standar deviasi sebesar .352 dan mean .656 Jenis Opini Auditor merupakan variabel keempat yang diteliti, perusahaan yang diberikan opini selain unqualified, yaitu sebanyak 3 perusahaan atau 5,1 % Sedangkan perusahaan yang dan diberikan opini unqualified sebanyak 56 dengan prosentase 94,9%. Variabel ini merupakan variabel dummy, yaitu 1 untuk perusahaan yang diberikan opini unqualified dan 0 untuk perusahaan yang diberikan opini selain unqualified. Berikut adalah tabel yang menunjukkan deskripsi data. Jenis perusahan merupakan variabel ke lima yang diteliti, yang tergolong manufaktur, yaitu sebanyak 36 perusahaan atau 61% Sedangkan perusahaan yang tergolong financial sebanyak 23 perusahaan dengan prosentase 39 %. Variabel ini merupakan variabel dummy, yaitu 1 untuk perusahaan manufaktur dan 0 untuk perusahaan financial. Berikut adalah tabel yang menunjukkan deskripsi data indikator M/F
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Data Sampel dalam penelitian ini adalah 59 perusahaan yang terdiri dari perusahaan Manufaktur dan Financial. Deskripsi data dapat dijelaskan sebagai berikut: Nilai total asset minimum adalah 26,956 dan nilai total asset maksimum adalah 33.220 dengan standar deviasi sebesar 1.710. Dari sampel 59 perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini, mayoritas perusahaan yang diteliti tergolong laba, yaitu sebanyak 54 perusahaan atau 91.5 %. Sedangkan 5 perusahaan yang diteliti tergolong rugi dengan prosentase 8.5%. Berikut adalah tabel yang menunjukkan deskripsi data indikator R/L.
Tabel 5.3 Jenis Perusahaan frequency Percent
Valid Percent
Cumulatif Percent
Valid financial
23
39,0
39,0
39,0
Manufaktur 36
61,0
61,0
100,0
Total
100,0
100,
59
Tabel 5.1 Rugi/ Laba
frequency Percent
Valid Percent
Sumber : Data diolah
Cumulatif Percent
Valid
5
8,5
8,5
8,5
rugi
54
91.5
91,5
100,0
59
100
100
Laba
Audit Delay (ADE) atau dalam penelitian sebagai audit reporting lag (ARL) dapat diartikan sebagai selisih waktu antara berakhirnya tahun fiskal sampai dengan tanggal diterbitkannya laporan audit. Hasil penelitian deskriptif menunjukkan bahwa ratarata audit delay dalam penelitiian ini adalah 76,70 hari, sedangkan yang paling rendah adalah 29 hari dan paling lama adalah 107 hari dengan standar deviasi16.87 Reaksi Investor merupakan Variabel yang keenam digunakan dalam penenelitian ini, reaksi investor diukur dengan menggunakan dua indikator,
total
Sumber : Data diolah
Rasio utang merupakan variabel ketiga dalam penelitian ini diduga memiliki hubungan yang positif dengan ADE. Variabel ini diukur dengan menggunakan rumus yaitu : DEBT =:∑total utang X 100% ∑total asset
16
16 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 2008
yaitu Abnormal return (AR) dan Trading Volume Activity (TVA). Berikut penjelasan deskripsi tiap-tiap indikator tersebut: Dari 59 perusahaan yang diteliti, nilai AR terendah adalah -177 dan nilai tertinggi adalah 0,91 Rata-rata nilai AR dari 59 perusahaan yang diteliti adalah 0,03 dengan standart deviasi sebesar .041 Trading Volume activity (TVA) Dari 59 perusahaan yang diteliti nilai TVA terendah adalah .000 nilai dan nilai tertinggi adalah .147 dengan standart deviasi sebesar .029 dan rata-rata (mean) sebesar 0.15.
c. Composite realibilty Langkah selanjutnya adalah uji composite reliability dari blok indicator yang mengukur konstruk. Hasil composite realibility menunjukan nilai yang memuaskan yaitu tiap-tiap kontruk, menunjukkan bahwa model yang dibentuk adalah baik karena nilai composite realibility lebih besar dari 0,7
Pengujian Inner model atau model structural Model structural dievaluasi dengan menggunakan R-square test untuk predictive relevance, dan uji t serta signifikansi dari koefisien parameter jalur structural. Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai RSquare konstruk RI 0.209 dan ADE 0.262 lebih besar dari cut-off value PLS sebesar 0.2 sehingga bisa dikatakan model layak untuk diestimasi. Berikut tabel yang menunjukan hasil uji hipotesis
Hasil Uji Hipotesis Pengujian outer model (measurement) Terdapat tiga kriteria yang digunakan dalam penilaian outer model yaitu convergent validity, discriminant validity, dan composite realibilitty, Berikut penjelasan untuk tiap-tiap penilaian tersebut: a. Convergent validity Convergent validity dari model pengukuran dengan indicator refleksi dinilai berdasarkan korelasi antar item score/component score dengan construct score yang dihitung dengan PLS. Ukuran refleksi individual dikatakan tinggi jika berkorelasi lebih dari 0,50 dengan konstruk yang ingin diukur pada penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh nilai loading factor tiap-tiap indicator adalah lebih dari 0.5 sehinggga hasil tersebut telah memenuhi convergent validity. b. Discriminant validity. Langkah selanjutnya adalah menilai discriminant validity indicator refleksi. Discriminant validity dari model pengukuran dengan refleksi indicator dinilai berdasarkan cross loading pengukuran lebih besar dari pada konstruk. Jika imperelasi konstruk dengan item pengukuran lebih besar daripada ukuran konstruk lainnya, hal tersebut menunjukkan bahwa konstruk laten memprediksi ukuran pada blok mereka lebih baik dari pada penilaian cross loading tersebut. Pada penelitian ini menunjukan bahwa seluruh nilai loading factor tiap-tiap indicator adalah lebih dari 0.5 sehinggga hasil tersebut telah memenuhi Discriminant validity
Tabel 5.4 Evaluasi Kriteria Indeks Kesesuaian Model Struktural
Kriteria
Hasil
Nilai
Evaluasi
Kritis
Model
Outer Model Convergent Validity
AR
0.676
TVA
0.973
UP
1.000
LR
1.000
DEBT
1.000
OP
1.000
(AVE) setiap konstruk lebih
JP
1.000
besar daripada nilai korelasi
ADE
1.000
RI
1.000
Discriminant validity (Average Variance Extracted
antara konstruk)
Composite Reliability (r c)
AR
0.676
TVA
0.973
UP
1.000
LR
1.000
DEBT
1.000
OP
1.000
JP
1.000
ADE
1.000
RI
0.715
RI
0.209
ADE
0.262
?0,5
Baik
?0,5
Baik
?0,7
Baik
?0,2
Baik
Inner Model R-Square
Sumber: Hasil olahan data primer (2008)
18
Keterangan: UP = ukuran perusahaan, RL = rugi laba, DEBT = rasio utang, OP=jenis opini auditor, JP=Jenis perusahaan, ADE = Audit Delay, RI = Reaksi Investor, AR = Abnormal Return, dan TVA=Trading Volume Activities.
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa terdapat empat jalur yang memiliki nilai t statistik lebih dari 1,67,
yaitu pengaruh ukuran
perusahaan terhadap ADE, pengaruh jenis opini auditor terhadap ADE, pengaruh jenis perusahaan rehadap ADE, dan pengaruh ADE terhadap reaksi
Hasil Pengujian Hipotesis Hasil analisis yang telah dilakukan terhadap uji pengaruh antar konstruk tersebut seperti diuraikan memperhatikan diagram jalur hasil analisis PLS pada tahap akhir maka untuk mempermudah melihat secara sederhana, dapat digambarkan hubungan antar konstruk tersebut. Berikut ini Gambar model yang menunjukkan hasil pengujian model Struktural:
investor. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keempat jalur tersebut signifikan pada pada 0,05 serta serta memiliki koefisien parameter masing-masing 0.333, -0.289, 0.416, dan -0.330 sedangkan kedua jalur yang lain memperoleh nilai t statistik kurang dari 1,67.
Gambar 5.1 Hasil Pengujian Model Struktural
Hipotesis yang diterima adalah: a. Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap ADE b. Jenis opini auditor berpengaruh terhadap ADE c. Jenis Perusahaan berpengaruh terhadap ADE d. Audit Delay (ADE) berpengaruh terhadap reaksi investor Hipotesis yang ditolak adalah: a. Rugi laba (R/L) berpengaruh terhadap ADE b. Rasio utang (DEBT berpengaruh terhadap ADE Berdasarkan Tabel 5.5, maka persamaan strukturalnya sebagai berikut: ADE = 0.333UP – 0.057LR + 0.049 DEBT –
Sumber: Hasil olahan data primer (2008)
0.289OP + 0.416JP Tabel 5.5. Hasil Pengujian Hipotesis H
Pengaruh
Koef Path
RI = - 0.330ADE T hitung Simpulan
Ha1 ukuran perusahaan (UP)
Audit Delay (ADE) à
0.333
1.788 Dierima
Ha2 rugi laba (R/L)
Audit Delay (ADE) à
-0.057
0.486 Ditolak
Ha3 rasio utang (DEBT)
Audit Delay (ADE) à
0.049
0.428 Ditolak
Ha4 jenis opini auditor (OP)
Audit Delay (ADE) à
-0.289
2.194 Diterima
Ha5 Jenis perusahaan (JP)
Audit Delay (ADE) à
0.416
2.191 Diterima
Ha6 Audit Delay (ADE)
Reaksi Investor (RI) à
-0.330
2.074 Diterima
* signifikan pada level 5%, nilai t Tabel pada level 5%= 2.001 ** signifikan pada level 10%, nilai t Tabel pada level 10%= 1.671 Sumber: Hasil olahan data primer (2008)
19
18 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 2008
Pembahasan.
perdagangan saham yang ditunjukkan dengan
Berdasarkan analisis data, dari 6 hipotesis yang
terjadinya perubahan jumlah perdagangan saham dan
diajukan 4 hipotesis yang diterima dan 2 hipotesis
abnormal return pada seputar publikasi laporan
yang ditolak. Berikut ini ringkasan hasil pengujian
tahunan . Hal ini berarti kelambatan dalam publikasi
hipotesis yang telah dilakukan:
laporan keuangan yang teraudit memberikan signal yang buruk bagi investor dalam menilai kinerja perusahaan sehingga bisa mempengaruhi keputusan investasi. Simpulan ini juga dapat mengindikasikan semakin lama penyelesaian audit semakin buruk investor menilai kinerja perusahaan. 2. Perusahaan Sebaiknya perusahaan memperhatikan penyebab faktor-faktor yang bisa mempengaruhi kelambatan laporan keuangan, karena kelambatan laporan keuangan yang teraudit dipublikasi bisa berdampak terhadap keputusan investasi. Saran
Simpulan
1. Sebaiknya
1. Variabel-variabel yang terbukti berpengaruh
pihak direksi yang bertanggung
terhadap ADE adalah ukuran perusahaan,
jawab atas laporan keuangan memperhatikan
jenis opini auditor, jenis perusahaan,
sungguh-sungguh mengenai faktor-faktor yang
sedangkan dua variabel lainnya tidak terbukti
mempengaruhi audit delay, dengan cara
berpengaruh terhadap ADE, yaitu variabel
merencanakan pekerjan audit dengan sebaik-
rugi laba dan variabel rasio utang.
baiknya agar audit delay dapat ditekan seminimal mungkin.
2. Terdapat reaksi investor atas audit delay
2. Jangka waktu penerbitan yang diberikan
melalui pengujian abnormal return dan
Bapepam yaitu selama sembilan puluh hari,
volume perdagangan saham
sebaiknya diperpendek agar lebih relevan mengingat penerbitan laporan keuangan diluar
Implikasi Penelitian
negeri lebih pendek dari Indonesia.
Penelitian ini telah memberikan temuan
3. Kepada pihak perusahaan sebaiknya dalam
positif bagi berbagai pihak yang berkepentingan yaitu:
penunjukkan penugasan audit dilakukan jauh
1. Investor
hari sebelum tahun buku berakhir dan memberi
Investor merespon dengan baik informasi-
keleluasan kepada pihak auditor agar pihal
informasi yang disajikan oleh perusahaan dalam
auditor dapat merencanakan waktu sebaik
laporan tahunan terutama laporan keuangan. Semakin
mungkin sehingga laporan keuangan auditan
lambat laporan keuangan yang teraudit
dapat diterbitkan secepat mungkin yang berarti
dipublikasikan maka ternyata memberikan pengaruh
memperpendek audit delay.
positif terhadap abnormal return dan volume
21
Givoly, D ; Palmon. (1982) Timeliness of Annual
REFERENSI Ahmad, R.A.R ; Kamarudin (2001) Audit Delay and
Earnings Announcement : some Empirical
The Timeliness of Corporate Reporting :
Evidence, The accounting Review (July),p
Malaysian
486-508
evidence
http:
Ghozali I, 2001 Aplikasi Analisis Multivariate
/ / w w w. H i b u c b u s i n e s s . o rg / b i 2 0 0 3
Dengan Program SPSS, Badan Penerbit
proceeding/ Khairul 20 Kamarudin202.pdf Arens, AA ; JK Loebbeck, (1996) Auditing, Abadi, Y. (adaptasi) Pendekatan terpadu
Universitas Diponegoro. Halim, Varianada (2000). Faktor-faktor yang
Edisi
mempengaruhi Audit Delay , Jurnal Bisnis
Indonesia Jakarta Salemba
dan Akuntansi .No.1, p.63-75
Arixs, (2008) Skripsi Teori Akuntansi dan Manajemen Keuangan http: /arisxthecoolest.
Hossain, M.A. ; P.J. Taylor (1998) An Examination
blogspot.com/ 2008/03
Of Audit Delay:Evidence From Pakistan . http //www3.bus.osaka-cu.ac.jp /apira 98 /
Ashton, R.H; P.R. Willingham; R.K. Elliott (1987),
archives / pdf.
An Empirical Analysis of Audit Delay .Journal of Accounting Research .(Autumn)
Hartono, J (2000 ) Teori portopolio dan analisis
275-292
investasi, Edisi 3. BPFE UGM, Jogjakarta
Belkaoui, A (2006) Accounting Theori. Fifth edition. Hakanson, D.M,1977, Timeslines in Corporate
Thomson Learning Singapore.
reporting: Some further comment,
Diterjemahkan oleh Ali Akbar Yulianto:
accounting and Bissiness Research, Winter,
Teori Akuntansi Buku satu, Edisi Kelima.
p34-36
Salemba Empat , Jakarta.
Ikatan Akuntansi Indonesia, (2000). Standar
Boyton WC ; SH Kell (2003) Modern Auditing Edisi
Akuntansi Keuangan Jakarta : PT Salemba
(Ketujuh).Jakarta Erlangga
Empat.
Carslaw, C.A.P.N ; S.E. Kaplan (1991) An Empirical
Indriantono, N. ; Bambang, S. (2002) Metodologi
Analyisis Of Audit Delay .Further evidence
Penelitian Bisnis : Untuk akuntansi Dan
from New Zealand. Accounting and
Manajemen, Jogjakarta :BPFE Fakultas
Busness research, (Winter), 21 -32
Ekonomi UGM
Davies B ; Whittred G.P, (1980) : The Association
Jakarta Stock Exchange (JSX) fack Book 2005-20,
Between Selected Corporate Atribute and
www.jsx.co.id pokok BEI Universitas
Timelines Incoporate Reporting: Further
Brawijaya Malang . Jusup, A (2001) Auditing (Pengauditan) Buku I.
Analysis, Abacus, p.48-60
Yogjakarta STIE YKPN.
Dwi ,S (2004).Dampak Publikasi Laporan Keuangan Terhadap Perilaku Return Saham Di Bursa
Knechel ,W.R. ; Payne, J.L.(2001), Research Notes
Efek Jakarta http:/Dwi thecoolest.
additional Evidence on Audit Report
blogspot.com/ 2008/03
Lag.Auditing A Journal of Practise &
Dyer, J.D.; A. J. MCHugh (1975).The Timeliness of
Theory.20(1):137-146
The Australian Report ,Journal of
Na'im, A .1999. Nilai Informasi Ketepatan Waktu
Accounting Research (Autums),p.204-219.
22
20 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 2008
Penyampaian Laporan keuangan: Analisis Empirik Regulasi Informasi di Indonesia ,jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, No. 2,p.85-100 Nuning.T (2005);” Faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay : Studi Empiris pada Peusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta, Skripsi S1, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Dewantara , Jombang Novieta, (2008) Kenapa Ada Audit Penjelasan Dari Sisi Permintaan. http/File /local host/F) Santoso, S (2003) Mengatasi bebagai masalah Statistik dengan SPSS versi 12.0. Jakarta : Elex Media Kompitindo Sovie, Riskia Meita. (2005) Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Audit Delay: Suad Husnan (1998) Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analis Sekuritas. Cetakan pertama,UPP AMP YKPN. Sudrajad, MSW. (1998)
Ekonometrika Pemula.
Cetakan kedua .Bandung CV Amico. Subekti, I. ; Widiyanti N.W. (2003). Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Audit Delay Di Indonesia, Prosiding Simposium Nasional Akuntansi VII.p.1004-1015 Wermet, J.G, Dodd, J.L.; Doucet, T.A.(2000). An Empirical Examinatuin of Audit Report Lag Using Client And Audit Firm Cycle Times, Working paper
23
PENERAPAN METODE KONTRAK SELESAI PADA PERUSAHAAN JASA KONSULTAN TEKNIK (STUDI PADA KONSULTAN CV. SINDURAYA) Mey Juliana
Abstract The politic situation in Indonesia force the government to care the and responsive to its citizen, hear what they need and try to make it become true and those can be read as good chance for the property's company, one of them is CV.Sinduraya technique consultant. From the research known that finishing percentage contract is compatible for long-term project and for one finishing contract is compatible for short-term project.
Indonesia saat ini sedang giat-giatnya
distribusi dapat berjalan dengan baik dengan
melakukan pembangunan di segala bidang, banyak
demikian kegiatan masyarakat dapat terpenuhi.
aktivitas yang dilakukan di bidang politik, ekonomi,
Perusahaan konsultan adalah perusahaan-
sosial dan budaya yang semuanya menunjang
perusahaan yang ikut berperan dalam pembangunan
berhasilnya pembangunan. Sejalan dengan ini maka
sarana dan prasarana tersebut. Dan dalam kaitannya
makin meningkat pula kebutuhan akan sarana dan
dengan pembangunan dan perkembangan ekonomi
prasarana sebagai tempat aktivitas tersebut.
mempunyai peran sangat besar dalam tersedianya
Peningkatan taraf kehidupan dan
sarana dan prasarana pembangunan seperti pada
kesejahteraan merupakan indikator keberhasilan
sektor perdagangan, sektor pertanian, sektor
pembangunan. Ketersediaan sarana dan prasarana
pertambangan, dan sektor-sektor lainnya.
fisik yang memadai akan semakin mempermudah
Seperti badan usaha lainnya, perusahaan
pencapaiannya. Pembangunan prasarana transportasi
konsultan teknik juga harus melaporkan keberhasilan
harus dilaksanakan guna memenuhi tuntutan
manajemennya dalam bentuk laporan keuangan pada
peningkatan taraf ekonomi dan kecerdasan
setiap periode akuntansi. Dalam hal ini perusahaan
masyarakat. Semua itu akan tercapai jika perencanaan
akan menghitung laba rugi operasional dan akan
yang matang digunakan. Perencanaan teknis yang
dibandingkan antara pendapatannya dan biaya-biaya
benar dan akurat yang diimbangi dengan pengawasan
yang terjadi dan telah dikeluarkan selama periode
pelaksanaan pembangunan akan menjadikan umur
tersebut.
konstruksi lebih lama atau sesuai dengan rencana
Perusahaan memerlukan metode pengakuan
berdasarkan kaidah teknis perencanaan.
pendapatan yang tepat supaya laporan keuangan akan
Untuk memenuhi sarana dan prasarana di
mencerminkan hasil usaha yang layak dan wajar
suatu desa yang beberapa tahun ini sangatlah kurang
dalam periode berjalan. Laporan keuangan yang
terutama jalan lingkungan, dalam konteks
disajikan juga harus sesuai dengan Standar Akuntansi
pembangunan ekonomi perlu ditingkatkan jalan
Keuangan yang berlaku agar tidak menyesatkan para
tersebut sehingga kelancaran komunikasi dan arus
pemakai laporan tersebut dalam proses pengambilan keputusan.
24
22 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 2008
Proyek-proyek yang dikerjakan oleh konsultan teknik yang bersangkutan merupakan proyek-proyek dari pemerintah Kabupaten Jombang. Proyek dari Pemerintah harus selesai dikerjakan pada akhir tahun, karena setiap melakukan tutup buku juga harus menutup anggaran pemerintah. Oleh karena itu untuk perusahaan konsultan ini menggunakan metode kontrak selesai.
b. Pelaksana Konstruksi Adanya penyedia jasa orang perseorangan atau badan usaha yang dinyatakan ahli yang profesional di bidang pelaksanaan jasa konstruksi yang mampu menyelenggarakan kegiatannya untuk mewujudkan suatu hasil perencanaan menjadi bentuk bangunan atau bentuk fisik lain. c. Pengawas Konstruksi Adalah penyedia jasa orang perseorangan atau badan usaha yang dinyatakan ahli yang profesional di bidang pengawasan jasa konstruksi yang mampu mewujudkan pekerjaan pengawasan terhadap hasil perencanaan menjadi bentuk bangunan atau bentuk fisik lain.
TINJAUAN TEORI Pengertian Perusahaan Jasa Konsultansi Konstruksi Jasa konstruksi merupakan salah satu kegiatan dalam bidang ekonomi, sosial dan budaya yang mempunyai peranan penting dalam pencapaian berbagai sasaran guna menunjang terwujudnya pembangunan nasional. Berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku belum berorientasi baik kepada kepentingan pengembangan jasa konstruksi sesuai dengan karakteristiknya yang mengakibatkan kurang berkembangnya iklim usaha yang mendukung peningkatan daya saing secara optimal, maupun bagi kepentingan masyarakat. Dengan dasar pertimbangan tersebut, akhirnya Pemerintah menetapkan Undang-undang yang mengatur tentang jasa konstruksi yaitu UU No. 18 Tahun 1999. Dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, yang dimaksud dengan jasa konstruksi adalah layanan jasa konsultansi perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa konsultansi pengawasan pekerjaan konstruksi. Bidang usaha jasa konstruksi tersebut mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal dan atau tata lingkungan, masing-masing beserta kelengkapannya.
Metode Pengakuan Pendapatan Dasar-dasar pengakuan pendapatan yang dijelaskan pada bagian-bagian terdahulu, yang relevan dengan pengakuan pendapatan untuk perusahaan konsultansi adalah pengakuan pendapatan selama berlangsungnya produksi. Para ahli akuntansi telah menciptakan dua metode pengakuan pendapatan yang digunakan pada perusahaan konsultan. Metode tersebut disusun oleh The AICPA Issuance pada tahun 1955, disitu disebutkan bahwa dua metode yang umumnya digunakan adalah : 1. The Percentage of Completion Method atau Metode Persentase Penyelesaian. Menurut metode persentase penyelesaian, perusahaan akan mengakui pendapatan dan beban sesuai dengan tingkat kemajuan penyelesaian kontrak dan tidak menunggu sampai kontrak selesai. Jumlah pendapatan yang diakui didasarkan pada ukuran tertentu dan kemajuan penyelesaian kontrak. Pengukuran ini memerlukan suatu taksiran mengenai biaya-biaya yang masih harus dikeluarkan. Biaya-biaya yang sebenarnya dikeluarkan dan laba yang akan diakui selama periode pembangunan dibebankan pada persediaan, yaitu bangunan dalam pelaksanaan. Jika suatu perusahaan memproyeksikan suatu kerugian atas kontrak sebelum penyelesaian, jumlah seluruh kerugian harus segera diakui.
a. Perencana Konstruksi Adalah penyedia jasa orang perseorangan atau badan usaha yang dinyatakan ahli yang profesional dibidang perencanaan jasa konstruksi yang mampu mewujudkan pekerjaan dalam bentuk dokumen perencanaan bangunan atau bentuk fisik lain.
25
Inti dari metode ini adalah bahwa pendapatan diakui secara proporsional dengan kemajuan dari pekerjaan di bawah perjanjian suatu kontrak. Yang menjadi titik perhatian dari metode persentase penyelesaian adalah bagaimana mengukur tingkat atau persentase penyelesaian yang mendekati kenyataannya. 2. The Completed Contract Method atau Metode Kontrak Selesai Menurut metode kontrak selesai, pendapatan baru diakui setelah suatu kontrak selesai dikerjakan. Maksudnya disini bahwa pendapatan baru diakui hanya jika penjualan barang atau jasa telah selesai. Dengan demikian jika dalam suatu periode akuntansi tidak ada satupun kontrak yang diselesaikan maka tidak ada pencatatan atas rugi laba kontrak. Metode kontrak selesai sebaiknya digunakan apabila suatu perusahaan terutama mempunyai kontrak-kontrak jangka pendek, apabila kondisi-kondisi untuk menggunakan akuntansi persentase penyelesaian tidak dipenuhi, atau apabila ada ketidakpastian yang melekat dalam kontrak diluar resiko-resiko usaha yang normal. Kebaikan dari metode kontrak selesai adalah laporan pendapatan didasarkan pada hasil akhir, bukan merupakan taksiran pekerjaan yang belum pasti, serta tidak dikenal adanya unsur biaya tidak terduga juga tidak adanya kemungkinan kerugian yang tidak dapat diperhitungkan pada saat penetapan laba. Sedangkan kelemahannya yaitu bahwa metode itu tidak mencerminkan prestasi kerja masa berjalan bila periode kontrak lebih dari satu periode akuntansi, artinya bahwa pendapatan belum akan dilaporkan sampai tingkat pekerjaan terselesaikan, meskipun pekerjaan yang dilakukan ada pada beberapa periode akuntansi. Dari kedua macam metode pengakuan pendapatan tersebut, pembahasan akan dititikberatkan pada metode kontrak selesai dengan anggapan bahwa bentuk tersebut lebih relevan dengan permasalahan yang akan dibahas, yaitu pengakuan pendapatan pada proyek yang memakan waktu tidak lebih dari satu periode akuntansi.
KERANGKA KONSEPTUAL Setiap perusahaan mempunyai metode dalam pengakuan pendapatan untuk menentukan laba atau rugi perusahaan. Metode yang diterapkan oleh perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain berbeda-beda. Semuanya tergantung dari kebijakan yang diambil oleh manajemen perusahaan dan juga disesuaikan dengan kondisi perusahaan masingmasing. Dalam sebuah perusahaan jasa konsultansi konstruksi, pengakuan pendapatannya dilakukan setelah kontrak selesai dikerjakan. Hal tersebut dikarenakan metode tersebut sesuai dengan kondisi perusahaan yang pekerjaannya tidak lebih dari satu periode akuntansi. Pekerjaan jasa konsultansi konstruksi meliputi pekerjaan perencanaan dan pengawasan. Setelah pekerjaan perencanaan selesai dilakukan, perusahaan bisa meminta pembayarannya dengan dasar berita acara penyelesaian pekerjaan yang ditandatangani oleh pejabat yang berwenang. Berita acara tersebut menjelaskan bahwa pekerjaan perencanaan yang dilakukan oleh konsultan yang bersangkutan telah mencapai 100 % atau pekerjaan tersebut telah selesai dikerjakan. Dengan berita acara tersebut, perusahaan bisa mencairkan dana termin I yaitu sebesar 100 % dari nilai kontrak perencanaan. Setelah melakukan pekerjaan perencanaan, konsultan harus melakukan pekerjaan pengawasan terhadap proses realisasi dari semua perencanaan yang telah dibuat oleh konsultan. Proses realisasi tersebut dilakukan oleh pelaksana konstruksi atau yang lebih dikenal dengan sebutan kontraktor. Jadi tugas dari konsultan adalah mengawasi pekerjaan yang dilakukan oleh kontraktor agar kontraktor yang bersangkutan tidak melakukan kecurangankecurangan yang bisa merugikan semua pihak. Jika proses dari realisasi perencanaan atau pembangunan proyek telah selesai maka secara otomatis pekerjaan pengawasan juga dianggap telah selesai. Sehingga konsultan yang melakukan pekerjaan pengawasan tersebut boleh melakukan permohonan pembayaran atau pencairan dana dari pekerjaan yang telah selesai dikerjakan. Untuk pembayaran pekerjaan pengawasan merupakan pencairan termin II.
26
24 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 2008
Sumber Data Dilihat dari judul penelitian ini, maka datadata yang didapatkan untuk proses penelitian ini bersumber dari laporan keuangan yaitu neraca dan laporan laba rugi. Neraca dan laporan laba rugi diperoleh dari perusahaan yang menjadi objek penelitian langsung karena perusahaan yang diteliti tidak termasuk perusahaan yang go public sehingga neraca dan laporan laba ruginya tidak diterbitkan di media. Semua neraca dan laporan laba rugi tersebut merupakan laporan keuangan tahunan yang diambil satu tahun terakhir.
METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Jenis penelitian sangat tergantung dari sudut mana penelitian tersebut ditinjau. Penelitian yang penulis lakukan tergolong penelitian deskriptif kuantitatif. Dalam penelitian deskriptif pengukuran variabel yang diperoleh berasal dari data masa lalu dan data yang terjadi pada masa sekarang. Penelitian deskriptif bermanfaat untuk mengetahui nilai-nilai dari variabelnya tetapi tidak membuat perbandingan dari variabel-variabel tersebut. Obyek Penelitian Dan Lokasi Penelitian Penelitian ini adalah studi kasus pada sebuah perusahaan jasa konsultansi konstruksi. Obyek yang diambil dalam penelitian ini adalah metode pengakuan pendapatan kontrak selesai yang dilakukan oleh sebuah perusahaan jasa konsultansi konstruksi.
Metode Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data penulis menggunakan metode field research yang berarti pengumpulan datanya dilakukan dengan cara penelitian langsung pada obyek yang akan diteliti. Adapun teknik pengumpulan data dengan menggunakan metode field research yang dipakai adalah : a. Interview/ Wawancara Suatu alat atau cara untuk mengumpulkan data informasi dengan cara mengajukan pertanyaan kepada responden. b. Dokumenter Teknik pengumpulan data yang diperoleh dari tulisan atau gambar yang berhubungan dengan variabel yang diukur.
Penentuan Populasi Dan Sampel Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini sebagai berikut : a. Kontrak b. Laporan Keuangan c. Laporan Pajak Dari data-data diatas telah didapatkan populasi dari proses penelitian ini. Sedangkan sampelnya diambil tahun 2008. Dari populasi dan sampel di atas akan diolah sesuai kebutuhan penelitian sehingga akan menghasilkan penelitian yang diharapkan. Jenis Data Berdasarkan jenis penelitian yang telah diuraikan di atas, maka jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data-data yang telah diperoleh oleh peneliti merupakan data yang sudah jadi, sehingga tidak perlu lagi menggunakan statistik untuk mengolah data tersebut. Data-data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Karena data yang diperoleh adalah berupa laporan keuangan sehingga tidak perlu lagi menggunakan statistik untuk mendapatkan hasil penelitian.
Teknik Analisis Data Untuk penyusunan penelitian yang penulis lakukan yaitu tentang pengakuan pendapatan pada perusahaan konsultan lebih menekankan pada metode kuantitatif, dimana data yang berhasil dikumpulkan dari riset lapangan dan riset pustaka akan diolah, disimpulkan, dan kemudian dianalisa. HASIL PENELITIAN CV. SINDURAYA merupakan konsultan yang dalam melaksanakan kegiatannya berdasarkan kontrak-kontrak yang diterimanya dari Pemerintah Kabupaten Jombang. Kontrak-kontrak tersebut berjangka waktu kurang dari satu tahun atau satu
27
periode akuntansi, karena sistem dari Pemerintah Kabupaten Jombang, setiap tutup buku akhir tahun maka anggaran yang dikeluarkan oleh Pemerintah juga harus selesai. Didalam mengakui pendapatannya, perusahaan menggunakan metode kontrak selesai sebagai dasar pembayaran termin yang diterima, dimana pembayaran tersebut telah diatur dalam kontrak. Kontrak konsultan yang diterima oleh CV. SINDURAYA selama tahun 2008 antara lain dari : 1. Dinas Prasarana Jalan - Pembangunan Drainase Jalan Ds. Sentul Kec. Tembelang - P e m b a n g u n a n Ta l u d J a l a n K e b o a n Kedungbogo Kec. Ngusikan - Rehabilitasi Jalan Bareng – Kayen Kec. Bareng 2. Dinas Pengairan - Rehabilitasi Dam Ingaskerep dan Jaringannya Kec. Kesamben - Rehabilitasi/ Pemeliharaan Jaringan Irigasi Tanjungwadung Kec. Kabuh 3. Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan - Pembt. Dinding RM, Pondasi RM, & Rabat Lantai Kec. Jombang - Pemb. Gedung 3R Kec. Jombang 4. Dinas Pendidikan - Pemb. Taman Lapangan Upacara dan Fasilitas Parkir 5. Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah - Pemb. Jalan Lingkungan Ds. Kepuhkajang Kec. Perak - Pemb. Jalan Lingkungan Dsn. Slombok Ds. Plemahan Kec. Sumobito - Pemb. Jalan Lingk. Dsn. Caruk dan Dsn. Jambu Ds. Jabon Kec. Jombang - Pemb. Jalan Lingkungan Makam Agung Ds. Sengon Kec. Jombang - Pemb. Jalan Lingkungan Kapten Tendean Sudirohusodo Ds. Sengon Kec. Jombang Dalam menghitung pendapatan dengan metode kontrak selesai ini ada beberapa aturan yang ditetapkan oleh masing-masing dinas yaitu : 1. Untuk Dinas Prasjal hanya dilakukan satu termin
saja karena kontraknya dibuat menjadi dua kontrak. 2. Untuk Dinas-Dinas yang lainnya sama yaitu menjadi dua termin
28
26 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 2008
komunikasi sebesar Rp 900.000,00; biaya ATK (alat tulis kantor) sebesar Rp 5.720.000,00; dan biaya lainlain sebesar Rp 4.000.000,00. Sehingga total biaya operasional yang dikeluarkan oleh perusahaan sebesar Rp 79.200.000,00. Biaya pajak yang harus dibayar oleh perusahaan adalah sebesar nilai pajak yang dipotong oleh BPKD Jombang yaitu Rp 18.891.132,00 atau dibulatkan menjadi Rp 18.892.000,00. Seperti yang telah dijelaskan di atas, pada saat penerimaan pendapatan sudah dikurangi pajak, tetapi dalam pelaporannya pendapatan dilaporkan sebesar nilai kontrak dan pajak yang dipotong akan menjadi biaya pajak bagi perusahaan.
AKTIVA
PASIVA
AKTIVA LANCAR
HUTANG LANCAR
Kas
2,588
Hutang Bank
-
Bank
82,000
Hutang Pajak
-
Piutang
-
Hutang Lain-lain
-
Pek dalam proses
-
Total Hutang
-
Total Aktiva Lancar
84,588
AKTIVA TETAP
Dari data yang disajikan di atas, terdapat
MODAL
Tanah
10,000
perhitungan laporan laba rugi perusahaan selama
Akm peny tanah
(4,500)
tahun 2008. Pendapatan yang diperoleh perusahaan
Gedung
30,000
Akm peny gedung
(13,500)
Kendaraan
80,000
sebesar Rp 47.912.000,00; Dinas Pengairan sebesar
Akm peny kendaraan
(20,000)
Rp 30.685.000,00; Dinas Lingkungan Hidup dan
Inventaris
25,000
Kebersihan sebesar Rp 12.840.000,00; Dinas
Akm peny inventaris
(11,250)
Pendidikan sebesar Rp 13.100.000,00; dan dari Dinas
Total Aktiva Tetap
selama tahun 2008 dari Dinas Prasarana Jalan adalah
TOTAL AKTIVA
Permukiman dan Pengembangan Wilayah sebesar Rp
Modal Dodik Urianto 5,500
16,500
43.893.000,00. Biaya operasional perusahaan sebesar Rp 79.200.000,00 yaitu terdiri dari biaya gaji sebesar Rp 66.000.000,00; biaya listrik sebesar Rp 780.000,00; biaya transportasi sebesar Rp 1.800.000,00; biaya
29
Modal Kholisoh
26,000
Laba Ditahan
50,338
Total Modal
180,338
TOTAL PASIVA
180,338
60,000
13,750 95,750 180,338
Sumber : CV. SINDURAYA Jombang
43.893.300,00 dan dibulatkan menjadi Rp
104,000
Dari data yang disajikan di atas, terdapat
semua kontrak yang diterima oleh perusahaan
penyajian neraca tahun 2008. Nilai uang tunai yang
memiliki jangka waktu tidak melebihi satu tahun
ada di bagian keuangan sebesar Rp 2.588.000,00;
anggaran sehingga sangat sesuai jika perusahaan
sedangkan total uang yang ada di Bank sebesar Rp
menggunakan metode kontrak selesai.
82.000.000,00. Jadi total aktiva lancar CV.
2. Penyajian dari laporan laba rugi dan neraca dari
SINDURAYA sebesar Rp 84.588.000,00.
CV. SINDURAYA dapat dinyatakan wajar karena
Aktiva tetapnya terdiri dari tanah yang
penyajiannya telah sesuai dengan SAK. Dalam
diperoleh pada tahun 1999 senilai Rp 10.000.000,00;
laporan keuangan tersebut tidak akan terjadi
sebuah gedung yang didirikan pada tahun 1999 senilai
perubahan laba ataupun rugi karena semua
Rp 30.000.000,00 ; kendaraan yaitu sebuah mobil
pendapatannya sudah diterima semua pada akhir
yang diperoleh pada tahun 2003 senilai Rp
periode sehingga tidak ada penundaan pengakuan
80.000.000,00; dan inventaris kantor senilai Rp
pendapatan yang mengakibatkan kerugian.
25.000.000,00.
3. Semua metode pengakuan pendapatan yang
CV. SINDURAYA tidak mempunyai hutang
digunakan oleh perusahaan akan menimbulkan
dalam bentuk apapun. Modal awal perusahaan sebesar
akibat terhadap laporan keuangan perusahaan
Rp 130.000.000,00. Modal tersebut dimiliki oleh 2
terutama dalam neraca perusahaan. Akibat dari
(dua) orang pemegang saham yaitu Dodik Urianto
penerapan metode kontrak selesai terhadap
dengan persentase sebesar 80 % yaitu Rp
neraca perusahaan yaitu perusahaan ini tidak
104.000.000,00; dan Kholisoh dengan persentase
mempunyai piutang dan pekerjaan dalam proses.
sebesar 20 % yaitu Rp 26.000.000,00.
Hal tersebut dikarenakan pekerjaan yang diterima oleh perusahaan diselesaikan dalam satu periode
Dampak Dari Pengakuan Pendapatan
akuntansi sehingga pendapatannya sudah
Berdasarkan Metode Kontrak Selesai
diterima semua pada saat akhir tahun. Oleh karena itu, dalam perusahaan ini tidak terjadi piutang dan
Dampak yang lebih signifikan jika
tidak adanya pekerjaan dalam proses.
perusahaan memakai metode kontrak selesai yaitu perusahaan ini tidak mempunyai piutang dan
SARAN 1. Apabila perusahaan mendapatkan kontrak jangka panjang maka perusahaan disarankan menggunakan metode persentase penyelesaian sedangkan untuk kontrak jangka pendek perusahaan disarankan menggunakan metode kontrak selesai. 2. Dalam membuat laporan keuangan (neraca dan laporan laba rugi) perusahaan konsultan teknik yang menggunakan metode persentase penyelesaian dan metode kontrak selesai telah sesuai dengan SAK asalkan prosesnya benar dan wajar menurut ketentuan tersebut.
pekerjaan dalam proses. Hal tersebut dikarenakan pekerjaan diselesaikan dalam satu periode akuntansi sehingga pendapatannya sudah diterima semua pada saat akhir tahun. Oleh karena itu, dalam perusahaan ini tidak terjadi piutang dan tidak adanya pekerjaan dalam proses. SIMPULAN Dari hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, maka peneliti dapat menyimpulkan : 1. Metode kontrak selesai yang digunakan oleh perusahaan pada saat ini lebih sesuai karena
31
28 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 2008
DAFTAR PUSTAKA Harnanto, 1992. Akuntansi Biaya. Yogyakarta : BPFE
Sofyan Safri Harahap, 1993. Teori Akuntansi. Jakarta :
Haula Rosdiana & Rasin Tarigan, 2005. Perpajakan.
PT. Rajagrafindo Persada Sophar Lumbantoruan, 1996. Akuntansi Pajak.
Jakarta : Rajagrafindo Persada Jaja Zakaria, 1986. Pajak Pertambahan Nilai, ed.3.
Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana
Jakarta : PT. Pradnya Paramita
Indonesia
Masri Singarimbun, 1985. Metode Penelitian Survei.
Sugiyono, 2008. Metodologi Penelitian Bisnis.
Jakarta : P3ES
Bandung : Alfabeta Theodorus M. Tuanakotta, 1992. Teori Akuntansi,
SAK (Standar Akuntansi Keuangan) per 1 Juni 1999,
ed.1. Jakarta : Lembaga Penerbit FEUI
PT. Salemba Empat Soemarso S. R., 1999. Akuntansi Suatu Pengantar
Zaki Baridwan, 2000. Intermediate Accounting, ed.7.
Jilid 1, ed.4. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Yogyakarta : BPFE
32
ANALISIS LAPORAN ARUS KAS SEBAGAI SALAH SATU ALAT BANTU DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTASI PADA PT INDOFOOD SUKSES MAKMUR, Tbk. (Studi kasus di Bursa Efek Jakarta) Titik Inayati
Abstract Cash Flow Statement is one of financial report which can influence the investor attitude because giving information for investor and creditor and also another user of financial potency in taking invest decision. If the Cash Flow of one industry is good, so it will be able to interest the investor attention to invest. This research aims to know how the implementation of the condition of Cash Flow Statement Ratio Analysis in an industry based on the Cash Flow Ratio Analysis as the instrument in taking invest decision at PT Indofood Sukses Makmur, Tbk in BEI. This research is descriptive quantitative. The technique analysis of this research use Cash Flow Ratio Analysis which consist of Liquidity Ratio, Solvability Ratio, Capital Expenditure and Investing Ratio, and Cash Flow Return Ratio. In view of ratio accounting analysis above, it can take conclusion that the industry gets the invest from investor candidate properly. Key Word : Cash Flow Statement, Invest Decision.
Salah satu fungsi pasar modal adalah sebagai sarana memobilisasi dana yang bersumber dari masyarakat ke berbagai sektor yang melaksanakan investasi. Syarat utama yang diinginkan oleh para investor untuk bersedia menyalurkan dananya adalah perasaan aman akan investasi dan tingkat return yang akan diperoleh dari investasi tersebut. Perasaan aman ini diantaranya diperoleh karena para investor memperoleh informasi yang jelas, wajar dan ketepatan waktu sebagai dasar dalam pengambilan keputusan investasinya. Suatu informasi dianggap informatif jika informasi tersebut mampu mengubah kepercayaan para pengambil keputusan. Dalam pasar modal yang efisien, harga-harga saham mencerminkan semua informasi yang relevan dan pasar akan bereaksi apabila terdapat informasi baru. Salah satu informasi tersebut adalah informasi akuntansi khususnya laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan ini merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi dalam pengambilan keputusan investasi, karena dalam laporan keuangan tersebut
dapat diperoleh informasi mengenai posisi keuangan perusahaan, aliran kas, dan informasi lainnya yang terkait dengan keputusan investasi. Para investor berkepentingan terhadap resiko yang melekat dan hasil pengembangan dari investasi yang dilakukannya. Investor membutuhkan informasi untuk membantu dalam pengambilan keputusan untuk menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut. Salah satu alat untuk memenuhi kebutuhan informasi investor dapat dipenuhi oleh arus kas, bukan laba akuntansi karena laba sangat rentan terhadap praktek manipulasi dan perubahan metode akuntansi. Laporan arus kas merupakan salah satu laporan dari laporan keuangan yang dapat berpengaruh terhadap perilaku investor karena menyediakan informasi bagi investor dan kreditor maupun pemakai potensial lainnya dalam pengambilan keputusan investasi dan kredit, serta dalam penaksiran mengenai jumlah, waktu, dan ketidakpastian dari penerimaan arus kas bersih yang akan dicapai. Di samping itu arus kas juga berguna untuk meneliti kecermatan dari taksiran arus
Titik Inayati, dosen Univ Islam Majapahit Mojokerto
34
30 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 2008
kas masa depan yang telah dibuat sebelumnya. Suatu perusahaan apabila arus kasnya baik maka akan dapat menarik perhatian investor untuk berinvestasi. Sehingga dapat dikatakan, bahwa informasi arus kas merupakan informasi penting yang dibutuhkan investor untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas bagi investor, maupun untuk membayar kewajiban perusahaan yang jatuh tempo serta kegiatan operasional perusahaan sehari-hari.
dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi, karena secara umum menggambarkan pengaruh kejadian keuangan dimasa lalu dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan. c) Menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen, atau pertanggung jawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan Menurut Munawir (2000:6), berdasarkan sifat-sifat dari laporan keuangan tersebut di atas, adapun keterbatasan yang dimiliki laporan keuangan, antara lain; a Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya hanya merupakan laporan yang sifatnya sementara dan bukan merupakan laporan keuangan akhir. b Laporan keuangan menunjukkan nilai dalam rupiah yang kelihatannya bersifat pasti dan tepat. Tetapi dasar penyusunan dengan (standar nilai) yang mungkin berbeda atau berubahubah. Laporan keuangan dibuat berdasarkan going concern atau anggapan bahwa perusahaan akan berjalan sehingga aktiva tetap dinilai berdasarkan nilai-nilai historis atau harga perolehannya dan penggunaannya dilakukan terhadap aktiva tetap tersebut sebesar akumulasi depresiasinya, oleh karena itu angka yang tercantum dalam laporan keuangan hanya nilai buku yang belum tentu sama dengan nilai pasar. c Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi keuangan atau nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu, dimana daya beli uang tersebut makin menurun dibandingkan tahun sebelumnnya. Maka suatu analisa hanya dengan membandingkan data tahun lalu tanpa membuat penyesuaian terhadap perubahan tingkat harga akan diperoleh kesimpulan yang keliru. d Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor yang mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan, karena faktorfaktor tersebut tidak dapat dengan satu uang.
Laporan Keuangan Definisi laporan keuangan menurut SAK (2004:4) : “Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan, laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan”. Sedangkan menurut Munawir (2000:2): “Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk komunikasi antara data keuangan atau aktivitas perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut”. Dari kedua pendapat di atas maka dapat di simpulkan definisi laporan keuangan merupakan bentuk informasi yang dapat dipakai sebagai dasar untuk penerapan kebijakan perusahaan dimasa yang akan datang.
Tujuan Laporan Keuangan Menurut SAK (2004:4) tujuan laporan keuangan adalah: a) Menyediakan informasi yang menyangkut kinerja keuangan serta posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan kepurusan ekonomi. b) Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi sebagian besar pemakai. Namun demikian laporan keuangan tidak menyediakan semua laporan informasi yang mungkin
35
Unsur Laporan Keuangan Laporan keuangan menggambarkan dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar menurut karakteristik ekonominya. Kelompok besar ini merupakan unsur-unsur laporan keuangan yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan (SAK, 2004:7), unsur-unsur tersebut adalah: a) Aktiva Aktiva adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari manfaat ekonomi dari masa depan yang diharapkan oleh perusahaan. b) Kewajiban Kewajiban merupakan hutang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi. c) Ekuitas Ekuitas merupakan hak residu atas aktiva perusahaan setelah dikurangkan semua kewajiban, sedang unsur yang berkaitan dengan kinerja perusahaan dalam laporan laba rugi adalah penghasilan dan beban. 1) Penghasilan (income) meliputi baik pendapatan maupun keuntungan. Pendapatan timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan., penghasilan jasa, deviden, royalty, dan sewa. 2) Beban yang mencakupi baik kerugian maupun beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa meliputi, beban pokok penjualan, gaji dan penyusutan. Beban tersebut biasanya berbentuk atas keluar atau berkurangnya aktiva seperti, kas (setara kas), persediaan dan aktiva tetap.
wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh aktiva tersebut pada saat perolehan. Sedangkan kewajiban dicatat sebesar jumlah yang diterima sebagai penukar kewajiban atau (dalam keadaan tertentu) dalam jumlah kas (atau setara kas) yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal. b.
Biaya Kini (Current Cost) Pada dasar pengukuran ini, aktiva dinilai dalam jumlah kas (atau setara kas) yang seharusnya dibayar bila aktiva yang sama atau setara aktiva diperoleh sekarang. Sedangkan kewajiban dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yang tidak didiskontokan yang mungkin akan diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban sekarang.
c.
Nilai Realisasi / Penyelesaian Pada dasar pengukuran ini, aktiva dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yang dapat diperoleh sekarang dengan menjual aktiva dalam pelepasan normal. Sedagkan kewajiban dinyatakan sebesar nilai penyelesaian, yaitu jumlah kas (atau setara kas) yang tidak didiskontokan yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal.
d.
Nilai Sekarang Pada dasar pengukuran ini, aktiva dinyatakan sebesar arus kas masuk bersih di masa depan yang didiskontokan ke nilai sekarang dari pos yang diharapkan dapat memberikan hasil dalam pelaksanaan usaha normal. Sedangkan kewajiban dinyatakan sebesar arus kas bersih di masa depan yang didikontokan ke nilai sekarang yang diharapkan akan diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal.
Pentingnya Laporan Keuangan dalam Pengambilan Keputusan Investasi Laporan arus kas merupakan salah satu informasi akuntansi yang dapat digunakan oleh para investor untuk menilai kinerja dari suatu perusahaan dalam memberdayakan asset-aset yang dimilikinya secara
Pengukuran Unsur Laporan Keuangan Menurut Dwi Prastowo (2005 : 14) proses yang menyangkut dasar pengukuran adalah : a. Biaya Historis, Pada dasar pengukuran ini, aktiva dicatat sebesar pengeluaran kas (atau setara kas) yang dibayarkan atau sebesar nilai
36
32 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 2008
maksimal. Adanya kemungkinan bangkrutnya suatu perusahaan yang mempunyai laba bersih yang cukup tetapi memiliki kas yang rendah, menyebabkan diperlukannya informasi arus kas. Gambaran menyeluruh mengenai penerimaan dan pengeluaran kas hanya dapat diperoleh dari laporan arus kas, tetapi bukan berarti laporan arus kas menggantikan neraca ataupun laporan laba rugi, melainkan saling melengkapi sebagai sarana pengambilan keputusan yang lebih baik.
a)
b) c)
Analisis Laporan Keuangan Menurut Harahap (1998:190): “Analisis laporan keuangan adalah menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat”.
d)
e)
f)
Menurut Bernstein (1983:3): “Analisis laporan keuangan mencakup penerapan metode dan teknik analisis atas laporan keuangan dan data lainnya untuk melihat dari laporan itu ukuran-ukuran dan hubungan tertentu yang sangat berguna dalam proses pengambilan keputusan”.
yang terdapat pada laporan keuangan yang biasa, b) Menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata dari suatu laporan keuangan. Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya melahirkan model-model dan teori yang terdapat pada laporan seperti untuk memprediksi peningkatan. Dapat memberikan informasi yang digunakan oleh para pengambil keputusan. Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis. Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan periode sebelumnya atau dengan standar industri normal atau ideal. Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan, yang dialami perusahaan baik posisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan, dan lainnya. Memprediksi apa yang mungkin di alami perusahaan di masa yang akan datang.
Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan Metode dan teknik analisis laporan keuangan digunakan untuk menentukan dan mengukur hubungan antara pos-pos yang ada dalam laporan keuangan. Menurut Dwi Prastowo (2005 : 59) metode analisis laporan keuangan dapat diklasifikasikan menjadi dua klasifikasi, yaitu : 1) Metode analisis horisontal (dinamis) adalah metode analisis yang dilakukan dengan cara membandingkan laporan keuangan untuk beberapa tahun (periode), sehingga dapat diketahui perkembangan dan kecenderungannya. Disebut metode analisis horisontal karena analisis ini membandingkan pos yang sama untuk periode yang berbeda, 2) Metode analisis vertikal (statis) adalah metode analisis yang dilakukan dengan cara menganalisis laporan keuangan pada tahun tertentu, yaitu dengan membandingkan antara pos yang satu dan pos lainnya pada laporan keuangan yang sama untuk tahun (periode) yang sama.
Dari kedua pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa analisis laporan keuangan adalah suatu proses untuk membedah laporan keuangan ke dalam unsur-unsurnya, menelaah unsur-unsur tersebut, dan menelaah hubungan diantara unsurunsur tersebut, dengan tujuan untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang baik dan tepat atas laporan keuangan itu sendiri. Tujuan Analisis Laporan Keuangan Analisis laporan keuangan dimaksudkan untuk menambah informasi yang ada dalam suatu laporan keuangan. Dwi Prastowo (2005:52) mengemukakan pendapat sebagai berikut: a) Memberikan informasi yang lebih luas dari pada
Prosedur Analisis Laporan Keuangan Berbagai langkah harus ditempuh dalam menganalisis
37
laporan keuangan. Menurut Dwi Prastowo (2005 : 58) langkah yang harus ditempuh dalam menganalisis laporan keuangan adalah : Memahami latar belakang data keuangan perusahaan, Memahami kondisi-kondisi yang berpngaruh pada perusahaan, Mempelajari dan me-review laporan keuangan, Menganalisis laporan keuangan
atau bunga dan pendapatan dari penjualan, pelunasan dari sekuritas atau utang (FASB, [1978]). Sedangkan PSAK No. 2 (IAI, [2002]) menjelaskan bahwa jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah dari operasinya perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar deviden dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar.
Keterbatasan Analisis Laporan Keuangan Menurut Sanurat (1998:36) keterbatasan analisis laporan keuangan adalah: Data yang dicatat dan dilaporkan oleh laporan keuangan mendasar pada harga perolehan, Penyusunan laporan keuangan juga didasarkan pada beberapa altenatif metode akuntansi, Upaya perbaikan barang kali bisa dilakukan oleh pihak manajemen untuk memperbaiki laporan keuangan sehingga nampak bagus, Banyak perusahaan yang mempunyai beberapa divisi atau anak perusahaan yang bergerak pada beberapa bidang usaha sehingga analisis kesulitan memilih pembandingnya, Inflasi atau deflasi akan mempengaruhi laporan keuangan terutama berkaitan dengan rekening jangka panjang, Rata-rata industri merupakan rata-rata perusahaan yang ada dalam industri.
Kas dan Setara Kas Pengertian kas dan setara kas menurut Dwi Prastowo adalah ( 2005:34) adalah : “Kas merupakan konsep dana yang paling berguna karena keputusan para investor, kreditor dan pihak lainnya terfokus pada penilaian arus kas dimasa dating. Perusahaan akan memanfaatkan kas menganggur dengan menanamkannya pada investasi jangka pendek yang sangat likuid. Sedangkan setara kas adalah unvestasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi risiko perubahan yang signifikan”. Setara kas biasanya dimiliki dengan tujuan untuk memenuhi komitmen jangka pendek dan bukan untuk investasi atau tujuan lain. Suatu investasi baru dapat memenuhi syarat sebagai setara kas jika segera akan jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang dari tanggal perolehan.
Laporan Arus Kas Menurut SAK Nomor 2 Tentang Laporan Arus Kas (2004): Informasi tentang arus kas suatu perusahaan berguna bagi pemakai laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas serta menilai kebutuhan perusahaan untuk menggunakan arus kas tersebut.
Rasio Laporan Arus Kas Perhitungan dan interprestasi rasio merupakan salah satu alat yang banyak dipakai, yang dapat digunakan untuk menganalisis laporan keuangan dan laporan arus kas. Terdapat 3 (tiga) area kepentingan yang akan di perhatikan oleh para pengguna laporan arus kas, yaitu likuiditas dan solvabilitas (liquidity and solvency), pengeluaran modal dan investasi (capital expenditure and investing), dan cash flow return.
Statements of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 1 menyatakan bahwa laporan keuangan harus dapat menyediakan informasi untuk membantu investor sekarang, investor potensial, kreditor, dan pengguna lain dalam menilai jumlah, waktu, ketidakpastian prospek penerimaan kas dari deviden
38
34 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 2008
Rasio likuiditas adalah kemampuan membayar kewajiban jangka pendek, dan rasio solvabilitas adalah kemampuan membayar kewajiban jangka panjang. Rasio capital expenditure and investing memberikan sinyal tentang kemampuan perusahaan untuk mempertahankan investasi dalam capital asset. Sedangkan rasio cash flow return merupakan komplemen dari pengukuran profitabilitas berbasis akrual.
laporan arus kas adalah untuk memberikan kepada para pengguna, informasi tentang mengapa posisi kas perusahaan berubah selama periode akuntansi. Menurut Dwi Prastowo, (2005:33), Laporan arus kas mempunyai kegunaan memberikan informasi untuk: 1. Mengetahui perubahan aktiva bersih, struktur keuangan dan kemampuan mempengaruhi arus kas 2. Menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas 3. Mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang arus kas masa depan dari berbagai perusahaan 4. Dapat menggunakan informasi arus kas historis sebagai indikator jumlah waktu, dan kepastian arus kas masa depan 5. Meneliti kecermatan taksiran arus kas masa depan dan menentukan hubungan antara profitabilitas dan arus kas bersih serta dampak perubahan harga.
Jenis-Jenis Rasio Laporan Arus Kas Dwi Prastowo (2005:153). Adapun jenis rasio laporan arus kas adalah sebagai berikut : Rasio likuiditas yaitu Current cash debt coverage dan Cash dividend coverage, Rasio solvabilitas yaitu Cash long-term debt coverage dan Cash interest coverage, Ratio c a p i t a l e x p e n d i t u re a n d i n v e s t i n g y a i t u Invesment/CFO Plus Finance Ratio dan Operations/ Investment ratio, Cash flow return Ratio yaitu Overall cash flow ratio, Cash flow to net income ratio, Quality of sales ratio dan Cash return on stockholders equity ratio
Teori Investasi Investasi adalah suatu aktiva yang digunakan perusahaan untuk pertumbuhan kekayaan melalui distribusi hasil investasi (seperti bunga, royalti, dividen. Dan sewa guna), untuk manfaat lain bagi perusahaan yang berinvestasi seperti manfaat yang diperoleh melalui hubungan perdagangan.(SAK : 2004 nomor 13 tentang Akuntansi Investasi).
Dasar Pembanding Rasio Laporan Arus Kas Penentuan standar rasio sebagai pembanding tidak dapat digunakan sebagai ukuran yang pasti karena standard rasio untuk industri merupakan hasil rata-rata dari beberapa perusahaan yang sejenis yang mempunyai kondisi keuangan yang berbeda-beda (mathematical standard), ada yang kondisi keuangannya baik dengan operasi yang menguntungkan dan ada yang sebaliknya. Dengan membandingkan angka rasio dari beberapa periode ( trend dari angka rasio) akan diketahui perubahan angka ratio yang dimiliki perusahaan dan akan diketahui tendensi atau kecenderungan kondisi keuangan perusahaan yang bersangkutan.
Menurut Paul A. Samuelson dan William D. Nordhaus, (1993:183). aus, (1993:183). Investasi adalah pengeluaran yang dilakukan oleh para penanaman modal yang menyangkut penggunaan sumber-sumber seperti peralatan, gedung, peralatan produksi dan mesin-mesin baru lainnya atau persediaan yang diharapkan akan memberikan keuntungan dari investasi tersebut.
Tujuan dan Kegunaan Laporan Arus Kas Laporan arus kas disusun dengan tujuan untuk memberikan informasi historis mengenai perubahan kas dan setara kas dari suatu perusahaan, dengan mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi dan pendanaan selama periode akuntansi tertentu. Dengan demikian, tujuan utama
Komarudin (1993), memberikan pengertian investasi yaitu : a) Suatu tindakan membeli barang-barang modal b) Pemanfaatan dana yang tersedia untuk
39
c)
produksi dengan pendapatan di masa yang akan datang Suatu tindakan untuk membeli saham, obligasi atau surat berharga lainnya.
3.
4.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa investasi adalah pengeluaran dana yang dikeluarkan oleh para investor dengan harapan akan mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang atas investasinya tersebut.
Profil resiko investor Secara umum profil resiko investor sebagai berikut Conservative, Moderate dan Aggressive Likuiditas dari investasi
METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Dari penjelasan sebelumnya, dapat digambarkan dalam suatu model teori mengenai perbandingan analisa rasio laporan arus kas sebagai salah satu alat bantu untuk mempertimbangkan pengambilan keputusan investasi pada PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk
Pentingnya Investor Dalam Pertumbuhan Pada setiap kesempatan, persediaan modal adalah determinan output perekonomian yang penting, karena persediaan modal bisa berubah sepanjang waktu, dan perubahan itu bisa mengarah ke pertumbuhan ekonomi. Biasanya, terdapat dua kekuatan yang mempengaruhi persediaan modal: investasi dan depresiasi. Investasi mengacu pada pengeluaran untuk perluasan usaha dan peralatan baru, dan hal itu menyebabkan persediaan modal bertambah. Depresiasi mengacu pada penggunaan modal, dan hal itu menyebabkan persediaan modal berkurang. Pertumbuhan ekonomi sangat tergantung pada tenaga kerja dan jumlah kapital. Investasi akan menambah jumlah daripada kapital. Tanpa investasi maka tidak akan ada pabrik/mesin baru, dan dengan demikian tidak ada ekspansi. Pengertian investasi mencakup investasi barang-barang tetap pada perusahaan (business fixed investment),persediaan (inventory) serta perumahan (residential).
Gambar 3.1 Model teori Laporan keuangan Neraca Laba /rugi Arus Kas
Analisis rasio arus kas
Rasio likuiditas: Current cash debt coverage Cash dividend coverage
Faktor-Faktor yang Perlu diperhatikan Dalam Berinvestasi Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam berinvestasi, (www.perencanaankeuangan.com, 15/08/09) adalah : 1. Tujuan dalam berinvestasi, yaitu Pendapatan (income), Pertumbuhan modal (capital growth), Mempertahankan modal (capital preservation) 2. Jangka waktu investasi Secara umum pembagian waktu itu adalah Jangka pendek, maksimum 1 tahun, Jangka menengah, 1-3 tahun dan Jangka panjang lebih dari 3 tahun
Rasio solvabilitas: Cash long-term debt coverage Cash interest coverage
Ratio capital expenditure & investing : Invesment/CFO plus finance ratio Operations/ Investment ratio
Cash flow return ratio: Overall cash flow ratio Cash flow to net income ratio Quality of sale s ratio Cash return on stockholders equity ratio
Keputusan Investasi
Lokasi Penelitian Obyek yang digunakan dalam penelitian adalah laporan keuangan dari perusahaan PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Definisi Operasional dan Pengukuran Pengukuran atau sering disebut variabel adalah segala sesuatu yang dijadikan sebagai obyek dari suatu penelitian, yang
40
36 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 2008
berdasarkan atas sifat-sifat atau hal-hal yang dapat didefinisikan, diamati, dan di observasi. Pengukur yang digunakan adalah: Analisis Rasio Laporan Arus Kas antara lain : a) Rasio likuiditas 1. Current cash debt coverage 2. Cash dividend coverage b) Rasio solvabilitas 1. Cash long-term debt coverage 2. Cash interest coverage c) Ratio capital expenditure and investing 1. Investment/CFO plus finance ratio 2. Operations / Investment ratio d) Cash flow return Ratio 1. Overall cash flow ratio 2. Cash flow to net income ratio 3. Quality of sales ratio 4. Cash return on stockholder's equity ratio Penentuan Populasi dan Sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk dan sampel yang dipakai dalam penelitian adalah laporan keuangan dengan menggunakan data time series mulai tahun 2004 sampai 2007. Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data Sumber data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diterbitkan oleh organisasi yang bukan pengelolahnya. (Anto Dajan, 1993 : 19). Yaitu berupa laporan keuangan perusahaan yang tersedia pada PT. Bursa Efek Indonesia. Dari laporan keuangan tersebut yang nantinya akan dianalisis dengan model teori yang sudah ada. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Dimana metode dokumentasi adalah suatu metode dalam pengumpulan data yang menggunakan dokumentasi perusahaan yang ada pada BEI yang berupa laporan keuangan dan data lainnya.(Bungin,2007:121). Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis rasio. Analisis rasio arus kas terdiri dari :
42
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berikut ini hasil analisis terhadap laporan k e u a n g a n P T. I N D O F O O D S U K S E S MAKMUR, Tbk tahun 2004-2007.
43
38 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 2008
variabel yakni laporan keuangan lainnya
Simpulan 1. Berdasarkan analisis rasio likuiditas, kondisi keuangan perusahaan mengalami fluktuasi, yaitu adanya kenaikan serta penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan kurang mampu dalam penyediaan dana untuk utang jangka pendek yang jatuh tempo. Sedangkan berdasarkan analisis rasio solvabilitas, kondisi keuangan perusahaan tidak terjadi perubahan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun. Yang menggambarkan bahwa perusahaan ini tidak terlalu mengandalkan utang dalam pembayaran operasionalnya. Hal ini juga menunjukkan terdapat perlindungan bagi kreditor jangka panjang. Berdasarkan analisis Ratio Capital Expenditure and Investing, kondisi keuangan perusahaan mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun, dengan kata lain yaitu mengalami kenaikan dan penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan kurang mampu dalam mempertahankan investasi dan aktiva modalnya. Berdasarkan analisis Cash Flow Return Ratio, kondisi keuangan perusahaan tidak mengalami perubahan yang cukup signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan mampu dalam menghasilkan laba perusahaan. 2.
seperti Neraca dan Laporan Laba Rugi yang menunjukkan kondisi perusahaan serta melakukan uji validitas untuk menilai kevalidan hasil penelitian.
DAFTAR PUSTAKA Bernstein, Leopold A. 1989. Financial statement Analysis, Theory Application and Intepretation, Fourth Edition. Homewood, Illionois : Richard D. Irwir, Inc. Bungin, Burhan. 2002. Penelitian Kuantitatif. Surabaya. Prenada Media Dajan, Anto. 1993. Pengantar Metode Statistik, Jilid II. Yogyakarta : LP3ES Harahap, Sofyan. 1998. Analisa Kritis Atas Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : Grafindon Persada. IKAI. 2004. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta : Salemba Empat Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi 2. Yogyakarta : BPFE. Marzuki. 2005. Metodologi Riset, Edisi Kedua. Yogyakarta. Ekonosia
Jika dilihat dari beberapa analisis rasio di
Munawir, S. 2000. Analisa Laporan Keuangan, Edisi Empat. Yogyakarta :Liberty
atas, maka perusahaan ini layak untuk mendapatkan investasi dari calon investor.
Prastowo, Dwi & Rifka Yulianty. 2005. Analisis Laporan Keuangan Konsep dan Aplikasi, Edisi Kedua. Yogyakarta : UPP AMP YKPN
Saran 1. Perusahaan hendaknya meningkatkan penjualan secara tunai dan melakukan
Ps, Djarwanto. 2001. Pokok-pokok Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta. BPFE
penagihan piutang yang jatuh tempo sehingga terdapat kas lancar yang cukup untuk memenuhi kewajiban jangka pendek
Sanurat. 1998. Pengantar Akuntansi. Jakarta : IPWI
dan mampu mempertahankan aktiva
Sugiyanto. 1999. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alphabeta.
modalnya. 2. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan
Faktor-Faktor yang Perlu Diperhatikan dalam Berinvestasi(http://www.perencanaankeuan gan.com, diakses pada tanggal 15 agustus 2009).
untuk lebih memperluas ruang lingkup penelitian, dengan menambah jumlah
46
DAFTAR PUSTAKA Bernstein, Leopold A. 1989. Financial statement Analysis, Theory Application and Intepretation, Fourth Edition. Homewood, Illionois : Richard D. Irwir, Inc. Bungin, Burhan. 2002. Penelitian Kuantitatif. Surabaya. Prenada Media Dajan, Anto. 1993. Pengantar Metode Statistik, Jilid II. Yogyakarta : LP3ES Harahap, Sofyan. 1998. Analisa Kritis Atas Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : Grafindon Persada. IKAI. 2004. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta : Salemba Empat Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi 2. Yogyakarta : BPFE. Marzuki. 2005. Metodologi Riset, Edisi Kedua. Yogyakarta. Ekonosia Munawir, S. 2000. Analisa Laporan Keuangan, Edisi Empat. Yogyakarta :Liberty Prastowo, Dwi & Rifka Yulianty. 2005. Analisis Laporan Keuangan Konsep dan Aplikasi, Edisi Kedua. Yogyakarta : UPP AMP YKPN Ps, Djarwanto. 2001. Pokok-pokok Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta. BPFE Sanurat. 1998. Pengantar Akuntansi. Jakarta : IPWI Sugiyanto. 1999. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alphabeta. Faktor-Faktor yang Perlu Diperhatikan dalam Berinvestasi(http://www.perencanaankeuangan.com, diakses pada tanggal 15 agustus 2009).
PENGARUH PERILAKU KONSUMEN TERHADAP KEPUTUSAN BERWISATA (STUDI PADA OBJEK WISATA UBALAN PACET MOJOKERTO) ABDUL ROHIM
Abstract This research was done in Ubalan Pacet Tourism Resort – Mojokerto, to know what factors influenced the visitors to choose its place. It was important to know because consumers are unique part in marketing and their behaviour must be understood by company in order to be fulfilled. This research was explanatory research, involved 96 respondents, visiting Ubalan Tourism resort, with Simple random sampling technique. The analyzing methods were : (1) Validity and reliability test based on questionnaire, (2) classic assumption test, (3) double – linear regression test, and finally being test together using F-test and t-test to know the most dominant variable. From the analysis known that consumer behavior simultaneity had effect to influence the decision of consumers to choose Ubalan Tourism resort about 81,140 and looking from Adjusted R Square about 85,5 %. And partiality, variable: social, cultural, personal, motivation, perception, learn and attitude had influenced the respondents to choose Ubalan Tourism resort. Looking from Regression coefficient, the most dominant variable from the visitors is cultural variable that is 5,255. Keywords : Consumer's behavior, social, cultural, personal, motivation, perception, learn and attitude's variable.
pertimbangan tertentu (Amirullah,2002:61-62). Faktor terpenting dalam proses pengambilan keputusan dalam problema yang harus dihadapi. Dalam kehidupan diperlukan kemampuan utuk melihat, mengenal dan mengintegrasikan problema. Untuk meraih keberhasilan, pemasar harus melihat lebih jauh dari macam-macam faktor yang mempengaruhi pembelian dan mengembangkan pemahaman mengenai bagaimana konsumen melakukan keputusan pembelian. Dengan dasar tersebut perusahaan sudah seharusnya memahami benar-benar perilaku konsumen agar perusahaan mengetahui apa yang diinginkan konsumen dan sebagai dasar perencanaan pengembangan perusahaan dalam menguasai pasar. Prilaku konsumen yang selalu dipengaruhi oleh beberapa aspek diantaranya adalah lingkungan, dalam hal ini pacet pada tahun 2003 telah mengalami sebuah kejadian yang dapat mempengaruhi konsumen dalam memilih tempat berwisata di areal wilayah pegunungan juga
PENDAHULUAN Menentukan suatu keputusan pembelian, menurut Engel, Blackwell dan Miniard (1994:31) umumnya konsumen melalui lima tahap proses pemecahan masalah, diantaranya pengenalan kebutuhan yaitu suatu proses dimana konsumen mulai mengenali suatu kebutuhan, pencarian informasi yaitu pencarian data yang berkaitan dengan kebutuhan, evaluasi alternatif yaitu melakukan perbandingan yang menyeluruh terhadap banyak alternatif pilihan, keputusan pembelian yaitu konsumen mulai memutuskan alternatif mana yang paling diinginkan, dan hasil yaitu mengenai perasaan puas atau tidak puas mengenai perilaku konsumen setelah pembelian. Tanpa disadari ternyata proses pengambilan keputusan itu berjalan sedemikian rupa. Karena pengambilan keputusan konsumen merupakan suatu proses dimana konsumen melakukan penilaian terhadap berbagai alternatif pilihan, dan memilih salah satu atau lebih alternatif yang diperlukan berdasarkan pertimbanganAbd. Rochim, dosen STIE PGRI Dewantara Jombang
47
40 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 2008
mempunyai pengaruh yang minus, sehingga dalam proyeksi pengembangan potensi yang ada diwilayah Pacet tentu masih mempunyai nilai tawar yang tinggi ini disebabkan oleh letak yang strategis dan merupakan salah satu pilihan berwisata wilayah di Mojokerto, oleh karena itu pola pengembangan dalam konteks kasuistis tersebut pengelola masih dapat memainkan strategi yang baru dalam rangka meningkatkan jumlah pendatang dalam areal wisata Ubalan Pacet Mojokerto. Kondisi pariwisata Mojokerto dalam kerangka maksimalisasi galian potensi yang dilakukan masih mengalami kelemahan, dalam konteks ini pariwisata merupakan tawaran jasa bagi konsumen maupuin calon konsumen, sehingga pola-pola yang perlu dikembangakan adalah dalam kerangka teoritis telah dideskripsikan dalam pola marketting mix yang didalam aspek-aspek tersebut terdapat 4p, secara universal kondisi pariwisata Ubalan Pacet merupakan potensi yang masih dipengaruhi oleh beberapa image dalam hal ini letak yang di daerah pegunungan berada didaerah Pacet yang merupakan daerah yang menawarkan kenaturalan alam pegunungan. Pola manajemen yang di terapkan dalam pengelolaan obyek Wisata Ubalan Pacet adalah pola manajemen swasta dan peran pemerintah dalam pengembangan obyek wisata lepas tanggan, sehingga dalam strategi pengembangan dalam meningkatkan nilai tawar dari tempat pariwisata tersebut perlu ditingkatkan meskipun sistem pengelolaanya bersifat sementara namun mengingat potensi yang ditawarkan dalam aspek lingkungan sangat strategis untuk itu pengembangan guna memajukan daerah sekitar Obyek Wisata Ubalan Pacet sanggat dibutuhkan karena dengan popularitasnaya Obyek Wisata tersebut, maka secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap ekonomi masyarakat daerah sekitar obyek wisata, atas dasar persepsi pemikiran peneliti bahwa prilaku konsumen sebagai dasar memahami apa yang diinginkan konsumen dalam rangka pengembangan Obyek Wisata Ubalan Pacet.
obyek Wisata Ubalan Pacet dan Apakah perilaku konsumen secara parsial (Budaya, Sosial , Pribadi, Motivasi, Persepsi, Belajar, Sikap, berpengaruh terhadap keputusan berwisata pada obyek Wisata Ubalan Pacet ? Adapun tujuan penelitian ini adalah: Untuk mengetahui pengaruh prilaku konsumen secara simultan terhadap keputusan konsumen berwisata. Dan untuk mengetahui perilaku konsumen secara parsial yang berpengaruhnya terhadap keputusan konsumen berwisata. TINJAUAN PUSTAKA Perilaku konsumen Kotler dan Amstrong dalam Simamora (2004:2) mengartikan perilaku konsumen sebagai perilaku konsumen akhir, baik individu maupun rumah tangga, yang membeli produk untuk konsumsi personal. Sementara, menurut Engel dalam Mangkunegara (2002:3) berpendapat bahwa: perilaku konsumen didefinisikan sebagai tindakan-tindakan individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang dan jasa ekonomis termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan menetapkan tindakan-tindakan tersebut. Sementara American Marketing Association dalam Amirullah, (2002:2), menyatakan : “Consumer behavior as the dynamic interaction of affect and cognition, behavior and environtmental events by which human being conduct the exchange of their lives”. Jadi Perilaku Konsumen didefinisikan sebagai interaksi dinamis antara pengaruh dan kognisi, perilaku dan kejadian disekitar kita, dimana manusia melakukan aspek pertukaran dalam hidup mereka. Loudon dan Della Bitta, yang dikutip oleh Mangkunegara, (2002:3), mengemukakan : “Consumer behavior may be defined as decision process and physical activity individuals engage in when evaluating, acquairing, using or disposing of goods and services”. Berdasarkan pendapat di atas perilaku
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah Prilaku konsumen secara simultan berpengaruh terhadap keputusan berwisata pada
48
1.
konsumen dapat disimpulkan bahwa adalah tindakantindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok atau organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan, menggunakan barang-barang atau jasa ekonomis yang dapat internal dan eksternal. Model Perilaku Konsumen
2.
Ada beberapa model yang diungkapkan para ahli tentang pengalompokan faktor perilaku yang ikut mempengaruhi keputusan membeli konsumen.
3.
1.
Model Faktor Perilaku Kotler Kotler (1995:202) mengungkapkan pentingnya mempelajari keinginan, persepsi, preferensi, dan perilaku belanja pelanggan sasaran mereka. Sehubungan dengan perilaku konsumen, kotler membagi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam empat kelompok besar, yaitu budaya, sosial, kepribadian, dan kejiwaan. Perincian bentuk faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 2 : Model faktor perilaku Engel, Blackwell, dan Miniard PENGARUH LINGKUNGAN budaya kelas social pribadi keluarga sosial
Gambar 1 : Perincian faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen
PERBEDAAN INDIVIDU - sumber daya konsumen - motivasi dan keterlibatan - pengetahuan - sikap - kepribadian, gaya hidup, demografi
Kebudayaan Sosial
Kultur
Sub-kultur
Kelompok acuan
Kepribadian Usia dan tingkat kehidupan
Keluarga
jabatan Kondisi ekonomi
Peranan dan status
gaya hidup
Kejiwaan Motivasi
PROSES KEPUTUSAN pengenalan kebutuhan pencarian informasi evaluasi alternatif
FAKTOR PSIKOLOGIS - pengolahan informasi - pembelajaran - perubahan sikap dan perilaku
pembelian hasil
pandangan belajar
Sumber : Engel, Blackwell, dan Miniard, (1994), dalam Amirullah, (2002:34)
kepercayaan dan sikap
Kelas sosial
Pengaruh Lingkungan, dalam perilaku konsumen pengaruh lingkungan ini dipengaruhi oleh budaya, kelas sosial, pengaruh individu, keluarga, dan situasi. Perbedaan individu, dalam perilaku konsumen, perbedaan individu ini dipengaruhi oleh Sumber daya konsumen, motivasi, dan keterlibatan, pengetahuan, sikap, kepribadian, gaya hidup dan demografi. Proses Psikologis, dalam perilaku konsumen, proses psikologis ini dipengaruhi karena adanya Pengolahan Informasi, pembelajaran, perubahan sikap dan perilaku.
Kepribadian dan konsep diri
Sumber : Kotler, (1995), dalam Amirullah, (2002:33) 1.
Dengan adanya beberapa kekuatan yang berpengaruh tersebut maka dapatlah dirumuskan secara sederhana bahwa faktor yang mempengaruhi keputusan membeli konsumen dapat dibagi dalam dua kekuatan, yaitu; a) kekuatan internal, seperti; pengalaman belajar, kepribadian dan konsep diri, motivasi dan keterlibatan, sikap dan keinginan, b) kekuatan eksternal, seperti; faktor budaya, sosial, lingkungan, dan marketing mix. Penjelasan hubungan antara dua kekuatan utama yang mempengaruhi keputusan membeli dapat dilihat pada gambar berikut.
Model Faktor Perilaku Engel,Blackwell,Miniard Engel, (1994:47), menyebutkan variasi di dalam proses keputusan konsumen dengan sebutan Determinan. Determinan yang dimaksud dibagi kedalam tiga kategori yaitu pengaruh lingkungan, perbedaan individu dan proses psikologis yang masing-masing dari kategori tersebut adalah sebagai berikut
49
42 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 2008
Gambar 2.4 : Kekuatan Utama Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen KEKUATAN INTERNAL - Pengalaman belajar dan memori - Kepribadian dan konsep diri - Motivasi dan keterlibatan - sikap - Persepsi
KEKUATAN EKSTERNAL
KEPUTUSAN MEMBELI
b.
- Budaya (sub-budaya dan klas social) - Sosial (kelompok referensi dan keluarga) - Lingkungan ekonomi - Marketing mix
Sumber : Amirullah, (2002:35)
1. Motivasi Perilaku manusia ditimbulkan atau dimulai dengan adanya motif. Swastha dan Handoko (2000:78) berpendapat bahwa motif merupakan suatu dorongan kebutuhan dan keinginan individu yang di arahkan pada tujuan untuk memperoleh kepuasan. Menurut Schiffman dan Kanuk (1991:69), mengemukakan bahwa motivasi dapat digambarkan sebagai daya penggerak dalam diri individu yang mendorong mereka untuk melakukan tindakan. Disisi lain Sperling dalam mangkunegara (2002:11) mengemukakan bahwa motif di devinisikan sebagai kecenderungan untuk beraktivitas, dimulai dengan dorongan dalam diri (drive) dan diakhiri dengan penyesuaian diri. Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan kondisi (dorongan) yang menggerakan konsumen untuk memenuhi kebutuhan dalam dirinya, agar konsumen tersebut dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungannya .
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen 1. Faktor eksternal Faktor eksternal dapat didefinisikan sebagai kekuatan-kekuatan yang ada di luar yang mempeengaruhi internal didalam diri individu (konsumen), dimana faktor tersebut di pengaruhi oleh lingkungan, berbagai faktor akan dijelaskan sebagai berikut diluar marketing mix yang dilakukan perusahaan meliputi : a. Faktor Budaya Faktor Budaya ini terdiri dari budaya, sub-budaya dan kelas sosial yang merupakan hal yang sangat penting dalam perilaku pembelian. b. Faktor Sosial Faktor ini sangat mempengaruhi tanggapan konsumen, oleh karena itu pemasar harus benar-benar mempertimbangkannya untuk menyusun strategi pemasaran. 2.
(2002:46) kepribadian dapat diartikan sebagai suatu bentuk dari sifat-sifat yang ada pada diri individu yang sangat menentukan perilakunya. Faktor Psikologis faktor psikologis merupakan faktor yang berada di dalam diri manusia yang tidak berbentuk fisik tetapi pemicu dari faktor psikologis bisa dari faktor eksternal yang mempengaruhi psikis seseorang untuk melakukan pembelian seseorang, faktor psikologi berdasarkan teori para ahli dipengaruhi beberapa faktor yaitu:
Faktor Internal Faktor internal dapat didefinisikan sebagai kekuatan-kekuatan yang ada didalam diri individu (konsumen), yang meliputi: a. Faktor Pribadi Kepribadian merupakan sistem yang penting dalam mengetahui perbedaan perilaku setiap individu. Ada beberapa devinisi mengenai kepribadian seperti yang diungkapkan oleh Mangkunegara
2. Persepsi Menurut Amirullah (2002:42) persepsi diartikan sebagai proses
50
dimana individu memilih, mengelola, dan menginterpretasi kan stimulus kedalam bentuk arti dan gambar. Persepsi di bentuk oleh tiga pasang pengaruh, yaitu karakteristik fisik dari stimuli, hubungan stimuli dengan sekelilingnya, dan kondisi-kondisi di dalam diri kita sendiri. Schifman dan Kanuk (1991:146) mengemukakan bahwa “perception is defined as the process by which an individual selects, organizes, and interprets stimuli into a meaningful and coherent picture of the word”. Jadi persepsi adalah proses dimana individu memilih, mengatur, dan menginterpretasikan rangsangan menjadi suatu gambaran dunia yang berarti dan logis. Assael (1992 : 127) menyatakan bahwa “perception is the selection, organization and interpretation of marketing and environmental stimuli into a coherent picture”. Berdasarkan devinisi Assael, dapat dipahami bahwa persepsi merupakan proses seleksi, organisasi dan interpretasi dari rangsangan pemasaran dan lingkungan kedalam gambaran yang jelas. Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan suatu proses pemilihan, pengorganisasian dan penginteprestasian atas stimuli yang diterima oleh konsumen melalui lima indra, menjadi sesuatu yang bermakna untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang berarti.
seseorang cenderung suka atau tidak terhadap beberapa objek (merek, jasa, perusahaan riteil). Sikap menurut Swastha dan Irawan (1997:114) yaitu suatu kecenderungan yang dipelajari untuk bereaksi terhadap penawaran produk dalam masalah yang baik ataupun kurang baik secara konsisten. Berdasarkan kenyataan diatas dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan suatu evaluasi konsep secara menyeluruh tentang kesiapan seseorang dalam melakukan suatu tindakan terhadap suka atau tidak suka, perasaan emosional yang tindakannya cenderung ke arah berbagai ide Pengambilan Keputusan 1.
Pengertian Pengambilan Keputusan Menurut Amirullah, (2002:61), “pengambilan keputusan merupakan suatu proses penilaian dan pemilihan dari berbagai alternatif sesuai dengan kepentingan-kepentingan tertentu dengan menetapkan suatu pilihan yang dianggap paling menguntungkan”. Sedangkan dalam konteks perilaku konsumen, “pengambilan keputusan konsumen sebagai suatu proses dimana konsumen melakukan penilaian terhadap berbagai alternatif yang diperlukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu”. Definisi ini ingin menegaskan bahwa suatu keputusan tidak harus memilih satu dari sejumlah alternatif, akan tetapi keputusan harus didasarkan pada relevansi antara masalah dengan tujuannya. Proses pengambilan keputusan pembelian dapat dipandang sebagai sebuah arus dari riset sampai perancangan yang akhirnya menentukan alternatif yang dipandang relevan. Proses pengambilan keputusan pembelian melalui beberapa tahap yang harus dilakukan. Amirullah (2002:65) menyebutkan bahwa proses pengambilan keputusan pembelian meliputi lima tahap utama, yaitu : pemahaman adanya masalah, pencarian alternatif pemecahan, evaluasi alternatif pembelian, penggunaan pasca pembelian dan evaluasi ulang alternatif yang dipilih. Adapun penjabarannya sebagai berikut :
3. Sikap Menurut Schiffman dan Kanuk (1991:226) mengartikan sikap sebagai ekspresi dari perasaan dalam diri yang mencerminkan apakah
51
44 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 2008
5. Pasca Pembelian dan Evaluasi Ulang Alternatif Yang Dipilih Setelah membeli produk atau jasa, konsumen akan mengalami beberapa tingkat kepuasan dan ketidakpuasan. Kepuasan dan ketidakpuasan konsumen dengan suatau produk atau jasa akan mempengaruhi perilaku selanjutnya. Konsumen yang merasakan kepuasannya akan menunjukkan probabilitas yang lebih tinggi untuk membeli produk atau jasa tersebut dan mengatakan kebaikan produk atau jasa tersebut. Sebaliknya orang yang tidak puas akan produk atau jasa yang telah dikonsumsinya tersebut mereka akan menghilangkan ketidakpuasannya dengan membuang atau mengembalikan produk atau jasa dan juga berusaha mengurangi ketidakpuasan dengan mencari informasi yang mungkin memperkuat nilai tinggi produk atau jasa tersebut.
1. Pemahaman Adanya Masalah Proses pengambilan keputusan konsumen pertama kali diawali dengan adanya kesenjangan antara apa yang diinginkan dengan kenyataan yang sebenarnya. Sehingga konsumen menyadari adanya suatu masalah dan merasa dia membutuhkan dan menginginkan sesuatu. 2. Pencarian Alternatif Pemecahan Setelah menyadari adanya masalah maka langkah berikutnya adalah mencari informasi yang relevan dari lingkungan luar untuk memecahkan masalah atau mengaktifkan ingatan dari pengetahuan. Adapun sumber informasi tersebut dapat berasal dari : sumber pribadi (keluarga, teman, tetangga), sumber komersial (iklan, wiraniaga, penyalur kemasan, pajangan, sumber publik, media masa), dan sumber pengalaman (penanganan, pengkajian, dan pemakaian produk. 3. Evaluasi Alternatif Dalam tahap ini konsumen dihadapkan pada bagaimana memilih beberapa alternatif merek atau nama produk yang tersedia. Dari berbagai informasi yang diperoleh oleh konsumen, maka konsumen melakukan seleksi atas alternatifalternatif yang tersedia.
P ro s e s P e n g a m b i l a n K e p u t u s a n D a l a m Perjalanan Berwisata Menurut Maclntos dalam bukunya Yoeti (1996:85-87) motivasi perjalanan wisata dapat di kelompokkan sebagai berikut : (1.)
4. Pembelian atau Pemilihan Keputusan untuk membeli pada hakekatnya terdiri dari sekumpulan keputusan. Ada dua faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian, yaitu sikap orang lain dan faktor tidak terduga. Sikap orang lain akan mempengaruhi satu alternatif yang disukai tergantung pada intensitas sikap negatif pihak lain terhadap pilihan alternatif konsumen dan motivasi konsumen tunduk pada keinginan orang lain. Makin kuat intensitas sikap negatif orang lain, dan makin dekat dengan orang lain itu dengan konsumen, maka makin besar pula kemungkinan konsumen untuk mengurungkan niatnya untuk membeli sesuatu barang atau jasa. Pada saat keputusan membeli itu datang, maka faktor situasi tidak terduga muncul untuk mengubah maksud pembelian.
(2.)
(3.)
52
Physical Motivations Hal ini banyak berhubungan dengan hasrat untuk mengembalikan kondisi fisik, beristirahat, santai, berola raga atau pemeliharaan kesehatan kegairahan bekerja timbul kembali. Cultural Motivations Motivasi ini erat kaitannya dengan keinginan pribadi seseorang untuk melakukan perjalanan wisata agar dapat melihat dan mengetahui Negara lain, penduduknya, tata cara hidupnya serta adat istiadatnya yang berbeda dengan Negara lainnya. Interpersonal Motivations Motivasinya didorong oleh keinginan seseorang untuk mengunjungi sanak-keluarga, kawan-kawan atau ingin menghindarkan diri dari lingkungan kerja, ingin mencari temanteman baru dan lain-lain. Secara singkat untuk melarikan diri dari kebutuhan rutin sehari-hari.
(4.)
Effendi, (1995:5), penelitian penjelasan (explanatory research) adalah penelitian yang menjelaskan pengaruh dan hubungan kausal antara variabelvariabel melalui pengujian hipotesis. Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Menurut Singarimbun dan Effendi, (1995:3), penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok.
Status dan Prestige Motivations Di sini motivasinya, suatu show, maksudnya seseorang ingin untuk memperlihatkan siapa dia, kedudukannya, statusnya dalam msyarakat tertentu demi prestige pribadinya. Jadi sifat perjalanan di sini sangat emosional dan adakalanya dihubungkan dengan perjalanan business, dinas, pendidikan, profesi, hobi, dan lain-lain.
Data dan sumber data
Kerangka Konseptual
1. Data Primer Merupakan data yang diperoleh melalui pengamatan langsung dari sumbernya, diamati, diwawancarai dan dicatat dari responden yang menjadi sasaran. Untuk data primer diperoleh dengan menjaring sejumlah responden melalui kuesioner yang secara langsung diisi atau di jawab oleh responden yang bersangkutan. Responden untuk data primer dalam penelitian ini adalah pengunjung Obyek Wisata Ublan Pacet Mojokerto.
Gambar 2.7 : Model Perilaku Konsumen Faktor Budaya (X1) Kebiasaan Kedaerehan Faktor Sosial (X2) Kelompok Acuan Keluarga Faktor Pribadi (X 3) Usia Gaya Hidup Perasaan diri Faktor Psikologis (X4) Motivasi (X4.a) Persepsi (X4.b) Belajar (X4.c) Sikap (X4.d)
Hipotesis: Hipotesis 1 :
Hipotesis 2 :
Keputusan Berwisata (Y)
2. Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang didapatkan dari sumber-sumber lain selain sumber data primer. Data sekunder dalam penelitian ini berupa dokumen-dokumen mengenai gambaran umum perusahaan, struktur organisasi perusahaan dan informasi lain yang dapat melengkapi proses penelitian.
Terdapat pengaruh secara Simultan prilaku konsumen terhadap keputusan berwisata. Terdapat pengaruh secara parsial prilaku konsaumen terhadap keputusan berwisata.
Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi Teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan data secara langsung. 2. Dokumentasi Dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturanperaturan, notulen rapat, cacatan harian, dan sebagainya (Arikunto, 2002:135). Teknik ini digunakan untuk mengambil data internal perusahaan Seperti sejarah singkat, stuktur organisasi, kegiatan perusahaan.
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah explanatory research atau penelitian penjelasan. Menurut Singarimbun dalam Singarimbun dan
53
46 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 2008
3. Interview Merupakan teknik pengumpulan data dalam metode survei yang menggunkan pertanyaan secara lesan kepada subyek penelitian. Teknik wawancara dapat dilakukan dengan dua cara yaitu melalui tatap muka atau melalui telepon. Sugiono (2001:130) Dalam penelitian ini, interview dilakukan kepada responden yang berwisata ke Wisata Ubalan Pacet dan interview berkaitan dengan alsan responden berwisata tersebut guna untuk mendukung data penelitian. 4. Kuesioner Untuk memperoleh kuesioner dengan hasil mantap adalah dengan proses uji coba. Sampel yang diambil untuk keperluan uji coba haruslah sampel dari populasi di mana sampel peneliti akan diambil. Arikunto (2002:201). Adapun menurut Sugiono (2001:135) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis pada responden untuk dijawabnya. Dalam penelitian ini, koesioner dibagikan kepada responden yang berwisata ke Wisata Ubalan Pacet.
20 - 08 - 2008
69
21 - 08 - 2008
96
22 - 08 - 2008
36
23 - 08 - 2008
109
24 - 08 - 2008
567
25 - 08 - 2008
98
26 - 08 - 2008
103
27 - 08 - 2008
123
28 - 08 - 2008
108
29 - 08 - 2008
46
30 - 08 - 2008
136
31 - 08 - 2008
634
Jumlah
2289
Sumber : Wisata Ubalan Pacet 2. Sampel Dan Teknik Sampling Untuk menentukan jumlah sampel yang dipilih digunakan rumus Slovin dalam (Husein Umar, 2002:141) yaitu sebagai berikut:
Populasi dan Sampel 1. Populasi
n=
Menurut Nasir (1999:144),“ populasi merupakan kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-
1 + N (e)
2
Dimana :
ciri yang telah ditetapkan”.Dalam penelitian ini
n = Ukuran sampel
populasinya adalah wisatawan yang berkunjung
N = Ukuran Populasi
di Obyek Wisata Ubalan Pacet Mojokerto.
e = Persentase kelonggaran yaitu sebesar 10% Dengan menggunakan rumus tersebut maka dapat
Tabel 3.1 : Data Pengunjung Obyek Wisata Ubalan Pacet 18 Agustus – 31 Agustus 2007
dihitung jumlah sampel sebagai berikut: 2289 n= = 95,85 1+ 2263 ( 0,1) 2 = 96
TANGGALBULAN-
N
PENGUNJUNG Jadi dalam penelitian ini jumlah populasi yang di jadikan sempel dibulatkan menjadi sebanyak 96 orang.
TAHUN 18 - 08 - 2008
85
19 - 08 - 2008
79
54
Teknik Sampling Teknik pengumpulan sampel yang digunakan adalah dengan menggunakan metode Simple Random Sampling. Dalam metode simpel random sampling populasi yang diteliti dianggap homogen. Pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiono, 2004:74). Skala Pengukuran Dalam penelitian ini digunakan Skala Likert. Menurut Singarimbun dan Effendi, (1995:111), “Skala Likert merupakan cara pengukuran yang berhubungan dengan pertanyaan tentang sikap seseorang (Responden) terhadap sesuatu.” Tingkat dan skala pengukuran yang digunakan adalah Tingkat Ukuran Ordinal dengan menggunakan Skala Likert, dimana responden diminta mengisi daftar pertanyaan dengan jumlah kategori sebanyak lima dan semua jawaban responden dihitung menggunakan skor yaitu. Umumnya, masing-masing item scale mempunyai kategori yang berkisar antara ”sangat setujuh” dan sangat tidak setujuh”. Menurut Singarimbun dan Effendi (1989: 111) menentukan skor atas setiap pertanyaan dalam kuesioner yang disebarkan dengan menggunkan skala. cara pengukuran adalah dengan menghadapkan seorang responden dengan sebuah pertanyaan dan kemudian diminta untuk memberi jawaban: a. b. c. d. e.
Jawaban sangat setuju diberi skor 5 Jawaban setuju diberi skor 4 Jawaban ragu-ragu diberi skor 3 Jawaban tidak setuju diberi skor 2 Jawaban sangat tidak setuju diberi skor 1
Tekhnik Analisis Yang Digunakan. Uji Validitas dan Reliabilitas Ada syarat penting yang berlaku pada sebuah kuesioner, yaitu valid dan reliable. Suatu kuesioner dikatakan valid jika item-item pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Sedangkan kuesioner tersebut reliabel apabila jawaban responden terhadap variablevariabel tersebut konsisten dari waktu ke waktu atau jawaban yang diberikan yang satu dengan yang lain akan sama. Jika item-item kuesioner tersebut bisa dijadikan prediktor variabel yang diteliti. Item-item tersebut jika mempunyai nilai validitas > dari 0,03 maka item-item tersebut dikatakan valid dan probailitas lebih kecil dari 0,05, Sedangkan jika variabel-variabel tersebut mempunyai cronbach's alpha (a) > 60% (0,06) maka variabel tersebut
Definisi Operasional Variabel
55
48 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 2008
dikatakan reliabel. Dalam penelitian ini kevalidan dan kereliabelan dapat diuraikan sebagai berikut :
Tabel 4.18 :Belajar (X6)
Uji validitas dan relibilitas variabel bebas (X) Tabel 4.14: Variabel X1 (Budaya)
Tabel 4.19: Sikap (X7)
Tabel 4.15: Variabel X2 (Sosial)
Berdasarkan tabel diatas pertanyaan variabel beb\as (X) dapat disimpulkan bahwa setiap item kuesioner yang diberikan kepada responden sudah valid dan reliabel. Hal ini terbukti bahwa validitasnya > 0,030 dan probabilitasnya kurang dari 0,05 yaitu 0,000 sedangkan cronbach's alphanya > 60% (0,06).
Tabel 4.16 Variabel X3 (Pribadi)
Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Y (Keputusan Berwisata) Tabel 4.20: Pengenalan kebutuhan (Y1)
Tabel 4.17: Motivasi (X4)
Tabel 4.21: Pencarian informasi (Y2) Tabel 4.17:Persepsi (X5)
57
Tabel 4.21: Alternative pilihan (Y3)
1. Uji Normalitas Data Dilihat dari uji kolmogorov-smirnov test nilai Asymp. Sig. (2-tailed) > á (0,05). Data menunjukan normalitas.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Tabel 4.22: Pilihan pembelian (Y4)
Tabel 4.22: Evaluasi pembelian (Y5)
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
1. Uji Heteroskedastisitas Berdasarkan tabel diatas pertanyaan variabel terikat
Coefficients
(Y) dapat disimpulkan bahwa setiap item kuesioner yang diberikan kepada responden sudah valid dan reliabel. Hal ini terbukti bahwa validitasnya > 0,030 dan probabilitasnya kurang dari 0,05 yaitu 0,000 sedangkan cronbach's alphanya > 60% (0,06). Metode Siccessive Interval (MSI) Multi regresi linier merupakan statistik parametrik yang pengolahan datanya harus berbentuk interval, karena data dari pengisian kuisioner merupakan data yang berskala ordinal maka perlu adanya tranformasi data dari data ordinal ke data interval. Metode yang digunakan dalam tranformasi data adalah Metode Siccessive Interval (MSI), dalam metode ini diharapkan jawaban dari responden akan mencerminkan yang sebenarnya dengan cara menghitung proporsi, proporsi kumulatif nilai batas atas (bondary value) nilai rataan interval (mean value of interval) dari setiap pertanyaan dan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Setelah data berbentuk interval maka dapat dilakukan Multi regresi linier.
a Dependent Variable: ABRES 58
50 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 2008
3.Uji Linieritas
Untuk mengetahui ada tidaknya heterodastisitas pola yang terjadi pada nilai residu pada model diatas mengunakan metode park gleyser, gejala heteroskedastisitas akan ditunjukkan dengan koefisien regresi dari masing-masing variabel independent terhadap nilai absolut residunya (e), jika nilai probabilitasnya lebih besar dari nilai alphanya (0,05), maka dapat dipastikan model tidak mengandung heteroskedastisitas.
R e g r e s s io n S ta n d a r d iz e d R e s id u a l
Scatterplot Dependent Variable: Berwisata 3 2
1 0
-1
-2 -3 -3
-2
-1
0
1
2
Regression Standardized Predicted Value
2.Uji Multikolinieritas Asumsi linieritas terpenuhi jika plot antara nilai residual terstandarisasi tidak membentuk suatu pola tertentu (acak). Dari print out diatas, nampak bahwa plot antara nilai residual terstandarisasi dengan nilai prediksi terstandarisasi tidak membentuk suatu pola tertentu, namun demikian, cara mendeteksi linieritas dengan mengunakan gambar diangap masih kurang objektif, sehingga masih dibutuhkan alat analisis Mackinnon-WhiteDavidson (MWD).
Coefficients
Coefficients
a Dependent Variable: (Y) Uji multikol dengan metode VIF (Varian Inflator Faktor), menurut Algafari jika nilai VIF tidak lebih dari 5, maka model tidak terdapat multikolinieritas atau tidak ada hubungan antar variabel bebas, selain menggunakan VIF, dapat pula dengan melihat besarnya nilai koifisien korelasi antar variabel bebas tidak lebih dari 0,5 maka model tersebut tidak mengalami multikolinieritas. Dilihat dari tabel dibawah ini bahwa nilai yang menunjukan lebih dari lima adalah yaitu budaya (X1) dan motivasi (X4a) kedua variabel tersebut mengalalami multikol. Dan berdasarkan output pada coeficients model dikatakan tidak terjadi multikolinier, karena nilai korelasi antarvariabel bebasnya < 0,5.
a Dependent Variable: Berwisata
59
Coefficients
Model Summary
a Predictors: (Constant), Sikap, Budaya, Persepsi, Sosial, Belajar, b Dependent Variable: Berwisata Dari tabel diatas dapat disimpulkan nilai dari durbin watson 1,839 denga N= 96 , K = 7, maka akan diperoleh dL = 1,515 dan dU = 1,825 sehingga nilai 4 - dL sebesar 4 - 1,515 = 2,485, sedangkan nilai 4 – dU sebesar 4 – 1,825 = 2,175. Dari penjabaran diatas nilai Durbin-Watson diantara 1,825 - 2,175 sehingga nilai Durbin Watson 1,839 di daerah tidak ada autokorelasi.
a Dependent Variable: Berwisata Model dikatakan linier jika : t test untuk variabel Z1 < t-tabel, sig. Z1 = á t test untuk variabel Z2 < t-tabel, sig. Z2 = á
Kesimpulan : Jika Z1 dan Z2 linier, maka model menggunakan persamaan linier. Jika Z1 dan Z2 non linier, maka model menggunakan persamaan non linier . Jika salah satau non linier, maka model boleh menggunakan persamaan linier dan non linier
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Pengujian ini dilakukan untuk mengukur seberapa besar pengaruh dari variabel bebas yakni
Data diatas menunjukkan bahwa nilai Z1 signifikanya lebih besar dari á 0,05 atau dapat diakatakan linier dan Z2 signifikanya lebih kecil dari á 0,05 atau dapat dikatakan linier, melihat dari kesimpulan diatas menggunakan MackinnonWhite-Davidson (MWD), maka model mengunakan linier karena melihat kesimpulan diatas.
perilaku konsumen (X) terhadap variabel terikat yakni keputusan berwisata (Y). Agar diperoleh hasil perhitungan koefisien regresi yang tepat dalam pengolahan data digunakan bantuan komputer program SPSS 15.00 for Windows. Hasil uji regresi linier berganda dapat dilihat sebagaimana berikut :
4. Uji Autocorrelation Digunakan untuk mencari apakah ada pengaruh autocorrellatian, jika Durbin Watson lebih dara 2, maka model regresinya tidak mengalami auto korelasi dari hasil regresi linier dibawah ini nuilai Durbin Watson menunjukkan 1.823, kurang dari 2, jadi model regresi mengalami autocorrelation.
60
52 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 2008
a
b
Predictors: (Constant), Sikap, Budaya, Persepsi, Sosial, Belajar, Motivasi, Pribadi Dependent Variable : Berwisata Coefficients
2.
3.
4.
5. a Dependent Variable: Berwisata Di ketahui bahwa besarnya korelasi atau keeratan hubungan antara Variabel Budaya (X1), Sosial (X2), Pribadi (X3), Psikologi (X4), terhadap keputusan dalam berwisata (Y) ditunjukkan dengan koefisien korelasi sebesar 0,931 sehingga dapat diartikan terdapat tingkat koerelasi yang sangat kuat antara variabel prilaku konsumen dengan variabel keputuasan berwisata. Besarnya kontribusi variabel (X1), (X2), (X3), dan (X4) terhadap keputusan berwisata (Y) ditunjukkan dengan nilai Adjusted R Sequere sebesar 0,861 Angka ini menunjukkan bahwa variabel (X) memberikan kontribusi terhadap variabel keputusan berwisata (Y) sebesar 85,5% sedang sisanya sebesar dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Dari hasil analisis regresi linier berganda diformulasikan sebagai berikut : Y = a+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+e Y = 4,337 + 1,023 X1 + 0,880 X2 + 0,361 X3 + + 0,348 X4+ 0,243 X5+ 0,691X6+ 0,677 X7 Berdasarkan model regresi diatas dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Konstanta intersep sebesar 4,337 meruapakan perpotongan garis regresi dengan sumbu Y, yang berarti menganggap konstanta sama dengan nol
maka, akan mempengaruhi keputusan berwisata (Y) sebesar 4,337. Untuk konstribusi dari (X1), apabila faktor budaya meningkat 1 satuan maka, akan mempengaruhi keputusan berwisata (Y) sebesar 1,023 satuan dengan asumsi bahwa faktor yang lainya konstan. Untuk konstribusi dari (X2), apabila faktor sosial meningkat 1 satuan maka, akan mempengaruhi keputusan berwisata (Y) sebesar 0,880 satuan dengan asumsi dengan asumsi bahwa faktor yang lainya konstan. Untuk konstribusi dari (X3), apabila faktor Pribadi meningkat 1 satuan maka, akan mempengaruhi keputusan berwisata (Y) sebesar 0,361 satuan dengan asumsi bahwa faktor yang lainya konstan. Untuk konstribusi (X4), apabila faktor motivasi meningkat 1 satuan maka, akan mempengaruhi keputusan berwisata (Y) sebesar 0,348 satuan dengan asumsi bahwa faktor yang lain konstan.
6. Untuk konstribusi (X5), apabila faktor persepsi meningkat 1 satuan maka, akan mempengaruhi keputusan berwisata (Y) sebesar 0,243 satuan dengan asumsi bahwa faktor yang lain konstan. 7. Untuk konstribusi (X6), apabila faktor belajar meningkat 1 satuan maka, akan mempengaruhi keputusan berwisata (Y) sebesar 0,691 dengan asumsi bahwa faktor yang lain konstan. 8. Untuk konstribusi (X7), apabila faktor sikap meningkat 1 satuan maka, akan mempengaruhi keputusan berwisata (Y) sebesar 0,677 dengan asumsi bahwa faktor yang lain konstan. Pengujian Hipotesis 1. Uji F (Simultan) Untuk menguji ada tidaknya peran variabel independent secara bersama-sama terhadap dependent dapat diketahui dengan menggunakan uji F. Uji F dilakukan dengan membandingkan nilai F hitung > F tabel dengan signikansi 0,05, Hasil F tabel atau nilai kritis uji F, dengan tingkat signifikansi 5% dan df = (n – k - 1) = (96-7-1) = 88 dan dk 7
61
Dari hasil regresi linier berganda dapat diketahui bahwa F hitung sebesar 81.140 sedangkan signifikansi 0,000 < 0,05, dan F tabel dalam tabel tidak ada maka dilakukan interpolasi. F tabel 80 diperoleh 2,12 dan F tabel 100 diperoleh 2,10. maka F
b)
2,12 2,10 = 100 80
F = 0,1 F tabel = nilai interval N x F rata-rata (88 - 80 = 8) 0,1 x 8 = 0,8, jadi nilai F tabel = 2,12 - 0,8 = 2,11 (penentuan -/+ ditentukan karakteristik F tabel) Karena nilai F hitung 81.140 > F tabel 2,11, maka hipotesis ha terbukti berpengaruh dan ho tidak terbukti maka ha diterima dan ho ditolak, bahwa secara simultan perilaku konsumen berpengaruh significan terhadap keputusan berwisata.
c)
d)
2. Uji t (Parsial) Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh masing-masing variabel independent terhadap variabel dependent. Cara pengujiannya adalah dengan membandingkan nilai signifikansi t hitung dan t tabel dengan signifikansi 0,05, jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan ha diterima ataupun sebaliknya. Hasil t tabel, dengan tingkat signifikansi 5% dan df = (n – 1) = (96 - 1) = 95, karena t tabel tidak ada maka dilakukan interpolasi : t tabel 60 diperoleh 2,000 dan t tabel 120 diperoleh 1,980.
e)
2,00 1,980 t = 120 600 t = 0,333 t tabel = nilai interval N x t rata-rata (95 - 60 = 35) 0,333 x 35 = 11,65. jadi nilai t tabel = 1,980 +11,65 = 1,992 (penentuan -/+ ditentukan karakteristik t tabel) a) Faktor Budaya (X1) Hasil pengolahan data menunjukan nilai t hitung 5,255 > 1,992 t tabel, apabila melihat angka signifikansi yakni sebesar 0,00 < 0,05,
f)
g)
62
Budaya mempunyai pengaruh (signifikan) terhadap keputusan konsumen artinya bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Faktor Sosial (X2) Hasil pengolahan data menunjukan nilai t hitung 4,214 > 1,992 t tabel. Sedangkan apabila melihat angka signifikansi yakni sebesar 0,000 < 0,05 maka variabel faktor sosial mempunyai pengaruh (signifikan) terhadap keputusan konsumen,artinya bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Faktor Pribadi (X3) Hasil pengolahan data menunjukan nilai t hitung 2,194 > 1,992 t tabel, Sedangkan apabila melihat angka signifikansi yakni sebesar 0,031 < 0,05 maka variabel pribadi mempunyai pengaruh (signifikan) terhadap keputusan konsumen artinya bahwa Ho diterima dan Ha ditolak. Faktor Motivasi (X4) Hasil pengolahan data menunjukan nilai t hitung 1,694 < 1,992 t tabel, Sedangkan apabila melihat angka signifikansi yakni sebesar 0,094 > 0,05 maka faktor motivasi tidak berpengaruh terhadap keputusan konsumen artinya bahwa Ho diterima dan Ha ditolak. Faktor Persepsi (X5) Hasil pengolahan data menunjukan nilai t hitung 1,493 < 1,992 t tabel, Sedangkan apabila melihat angka signifikansi yakni sebesar 0,139 > 0,05 maka faktor persepsi tidak berpengaruh terhadap keputusan konsumen artinya bahwa Ho diterima dan Ha ditolak. Faktor Belajar (X6) Hasil pengolahan data menunjukan nilai t hitung 4,170 > 1,992 t tabel, Sedangkan apabila melihat angka signifikansi yakni sebesar 0,00 < 0,05 maka faktor Belajar berpengaruh signifikan terhadap keputusan konsumen artinya bahwa Ha diterima dan Ho ditolak. Faktor Sikap (X4) Hasil pengolahan data menunjukan nilai t hitung 3,098 > 1,992 t tabel, Sedangkan
54 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 2008
apabila melihat angka signifikansi yakni sebesar 0,003 < 0,05 maka faktor siakap berpengaruh terhadap keputusan konsumen artinya bahwa Ha diterima dan Ho ditolak. Hasil dari penelitian kali ini ternyata mampu memantapkan teori tentang perilaku konsumen yang telah diungkapkan oleh Philip Kotler, Engel dan Blackweel dan kanu dan scifman dimana perilaku konsumen merupakan sejumlah tindakan-tindakan nyata individu (konsumen) yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal dalam memilih dan mempergunakan barang-barang yang diinginkannya dan faktor yang paling signifikan adalah faktor budaya mempengaruhi perilaku konsumen dalam berwisata.
motivasi dan faktor persepsi terhadap internal perusahaan tidak cukup mempengaruhi konsumen dalam berwisata. berdasarkan hasil penelitaian diatas maka tidak lain yang harus dilakukan oleh pihak manajemen obyek Wisata Ubalan Pacet harus bisa memaksimalkan potensi-potensi yang dapat di jadikan stimulator konsumen dalam berwisata, agar motivasi dan persepsi terhadap Obyek Wisata Ubalan Pacet tidak mempunyai nilai negatif, maka yang harus dilakukan manajemen yaitu dengan melakukan inovasi-inovasi fasilitas, inovasi pemasaran dan yang paling penting harapan dari penulis buatlah obyek Wisata Ubalan sebagai obyek wisata yang mempunyai peranan dalam mengembangkan segi keilmuan dangan membuat fasilitas yang dapat mencerdaskan
Simpulan Dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen berpengaruh secara simultan signifikan terhadap keputusan konsumen dalam berwisata ini berarti teori yang ditulis oleh para ahli terbukti bahwa prilaku konsumen sebagai dasar untuk mengelola dan mengembangkan bisnis, dan secara parsial factor yang mempunyai pengaruh significan adalah faktor budaya, factor social, factor pribadi, factor belajar dan factor sikap, pengaruh perilaku konsumen yang terbesar mempengaruhi adalah factor budaya, sedangkan factor yang tidak mempunyai pengaruh adalah motivasi dan persepsi dikarenakan internal perusahaan tidak cukup menstimulasi konsumen dalam berwisata dan yang paling besar pengaruhnya adalah factor budaya dikarenakan pengaruh tempat yang strategis.
bangsa tidak hanya untuk menyenangkan pengunjung tetapi juga mendidik pengunjung agar prilaku hidup konsumen sesuai dengan budaya bangsa dan harapan bangsa ini.
Saran Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, maka ada beberapa saran yang perlu menjadi pertimbangan antara lain dari hasil perhitungan uji t (parsial) diketahui bahwa faktor budaya, faktor sosial, faktor pribadi, faktor belajar dan faktor sikap berpengaruh terhadap keputusan konsumen dalam berwisata sedangkan dari hasi uji parsial faktor
63
DAFTAR PUSTAKA
Amirullah, 2002. Perilaku Konsumen. Penerbit
Pendit, Nyoman s, 1986. Ilmu Pariwisata Sebuah
Gema Ilmu, Yogyakarta.
Pengantar Perdana. Penerbit Pradnya Paramita,
Arikunto, Suharsimi, 2002. Prosedur Penelitian
Jakarta. Prabu Mangkunegara, Anwar, 2002. Perilaku
Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi
Konsumen. Edisi Revisi, Penerbit PT.
V. Penerbit PT. Rineka Cipta, Jakarta. Engel, James, dkk, 1994. Perilaku Konsumen Jilid !
Refika Aditama, Bandung.
dan 2. Penerbit Bina Rupa Aksara,
Singarumbun, Masri dan Sofyan Effendi, 1989. Metode Penelitian Survey. Penerbit LP3ES,
Jakarta. Al Rasyid, Harun (1993), Teknik Penarikan Dan
Jakarta.
Penyusunan skala, Universitas Padjajaran
Simamora, Bilson, 2004. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Penerbit PT. Gramedika
Bandung, Hadinoto, Kusudianto, 1996. Perencanaan
Pustaka Utama, Jakarta.
Pengembangan Destinasi Pariwisata.
Sugiyono, 2005. Metode Penelitian Bisnis. Penerbit
Penerbit UI Press, Jakarta.
Alfabeta, Bandung.
Kotler, Philip, 2002. Manajemen Pemasaran.
Swastha, Basu Dharmesta Dan T. Hani Handoko,
Penerbit Prenhallindo, Jakarta.
2000. Manajemen Pemasaran Analisa
Kuncoro, Mudajat, 2003. Metode Riset Untuk Bisnis
Perilaku Konsumen. Penerbit BPFE,
Dan Ekonomi. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Yogyakarta.
Malhotra, Naresh K, 2005. Riset Pemasaran
Yoeti, Oka A, 1978. Pemasaran Pariwisata.
Pendekatan Terapan. Penerbit Indeks,
Penerbit Angkasa, Bandung.
Jakarta.
64
PENGARUH KOMPENTENSI, KREATIVITAS, PERSEPSI DAN KONDISI, POTENSI WAJIB PEMUNGUT TERHADAP EFEKTIVITAS PENERIMAAN RETRIBUSI PASAR. Nurdiana
Abstract As one of the micro economy unit, traditional market has enough contribution to back up the economic condition especially for grass root citizen. One of the energy of traditional market is from daily retribution which is taken from the seller using the blocks in market. The problem is about seller perception that retribution is not an energy to make synergy between seller and market itself but as black fare which is to hard for seller. Here needed a way to socialite to all seller in the market.
Kebijaksanaan keuangan yang dilakukan oleh pemerintah dibedakan ke dalam kebijaksanaan moneter, fiskal, dan keuangan internasional (Ibnu Syamsi), Kebijaksanaan moneter adalah kebijaksanaan pemerintah yang berkaitan dengan jumlah uang yang beredar dalam suatu negara. Kebijaksanaan fiskal adalah kebijaksanaan pemerintah yang berkenaan dengan penerimaan dan pengeluaran uang oleh pemerintah. Sedangkan kebijaksanaan keuangan internasional adalah kebijaksanaan pemerintah yang berhubungan dengan perdagangan dan pembayaran internasional. Kebijaksanaan moneter, fiskal, dan keuangan internasional dilakukan oleh pemerintah pusat, sedangkan bagi pemerintah daerah kebijaksanaan fiskal memegang peranan penting. Realisasi kebijaksanaan ini berupa kebijaksanaan anggaran. Dari UU RI Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah disebutkan dua prinsip keuangan daerah, yaitu : 1) Untuk menyelenggarakan otonomi daerah yang luas, nyata, dan bertanggung jawab, diperlukan kewenangan dan kemampuan menggali sumber keuangan sendiri, yang didukung oleh perimbangan keuangan antar pemerintah pusat dan daerah serta antara propinsi dan kabupaten/Kabupaten yang merupakan prasyarat dalam sistem pemerintahan daerah, 2) Dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah kewenangankewenangan yang melekat pada setiap kewenangankewenangan pemerintahan menjadi kewenangan
daerah. Sedangkan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah ditemui pada pasal 1 UU RI Nomor 20 tahun 1999 yang menyebutkan bahwa perimbangan keuangan antar pemerintah pusat dan daerah adalah suatu sistem pembiayaan dalam rangka negara kesatuan, yang mencakup pembagian keuangan antara pemerintah pusat dan daerah serta pemerataan antar daerah. Selain proporsional, demokratis, adil, dan trasparan dengan memperhatikan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah, sejalan dengan kewajiban dengan pembagian kewenangan serta tata cara penyelenggaraan kewenangan tersebut termasuk pengolahan dan pengawasan keuangannya. Konsep dan Pengukuran Efektifitas Organisasi Konsep efektifitas maka pencapaian tujuan organisasi (Pemda) harus didasarkan pada konsep pengelolaan. Oleh sebab itu manajemen atau pengelolaan ada dimana saja dan kapan saja, menyangkut berbagai aspek kehidupan dan penghidupan. Kegiatan pemerintahan yang dilaksanakan oleh para Manajemen di bidang apapun selalu mengikuti ilmu dan seni. Oleh karena itu, pemanfaatan teori-teori manajemen dalam pemerintahan merupakan keharusan. Disamping itu bersama-sama dengan seni bertindak yang sebaikbaiknya tidak boleh ditinggalkan dan didukung kebenaran sumber daya manusia maupun material
Nurdiana, dosen Univ Islam Majapahit Mojokerto
65
melalui kegiatan yang terencana, terarah, dan terpadu sanpai pada proses penganggaran.
dapatlah dikatakan bahwa Republik Indonesia adalah negara kesatuan yang didesentralisasikan (Kaho, 1997:5). Menurut Koswara (1998:151) pemberian otonomi kepada daerah manifestasinya berupa penyerahan sebagian urusan pemerintahan dan sumber-sumber pembiayaan kepada daerah yang pada dasarnya menjadi wewenang dan tanggung jawab darah sepenuhnya dalam pelaksanaannya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Kaho (2997:60) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan otonomi darah adalah : (1) manusia pelaksanaannya harus baik, (2) keuangan harus cukup dan baik, (3) peralatannya harus cukup dan baik, (4) organisasi dan manajemennya harus baik.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektifitas Pengelolaan Restribusi Susilo (1996:42) menyatakan pengelolaan PAD (termasuk di dalamnya adalah retribusi pasar) pada dasarnya di samping dipengaruhi oleh potensi ekonomi daerah juga dipengaruhi oleh faktor lainnya. Faktor lain yang dimaksud adalah faktor internal (yang dikontrol) dan faktor eksternal (yang tidak dapat dikontrol). Adapun faktor internal terdiri dari (1) organisasi dan perencanaan, (2) sistem dan prosedur, (3) koordinsi dan kemampuan personil, (4) sarana dan prasarana yang dimiliki, (5) insentid dan data dasar. Sedangkan faktor eksternal (1) kesadaran wajib pajak/retribusi, (2) pertumbuhan obyek penerimaan, (3) kondisi obyek penerimaan, (4) kebijakan pemerintah pusat, (5) perekonomian daerah.
Arti dan Peranan Keuangan Daerah Pengertian keuangan, menurut Friedlaender (1983) adalah segala bentuk kekayaan atau harta benda yang dapat dinilai dengan uang, atau segala kekayaan dalam bentuk apapun baik yang terpisah maupun tidak. Menurut M. Ichsan (1997:16) keuangan adalah segala sesuatu yang mempunyai harga (uang atau yang dapat disamakan dengan itu) yang dimiliki dan dikelola oleh organisasi tersebut. Sedangkan menurut Mamesh (1995:16) keuangan adalah rangkaian kegiatan dan prosedur dalam mengelola keuangan baik pembiayaan secara tertib, sah, hemat, berdaya guna dan berhasil guna. Bertolak dari pengertian keuangan di atas, maka akan dijelaskan lebih lanjut mengenai pemgertian daerah, menurut Nurpratiwi (1997:17) daerah adalah lingkungan atau wilayah tertentu yang merupakan bagian dari pada negara. Sementara itu menurut J. Wayong (1988) kata daerah pada dasarnya mempunyai dua arti suatu kesatuan lingkungan yang lebih besar. Dalam istilah selanjutnya daerah dipertegas dengan kata otonom, yang berasal dari kata autos yaitu sendiri dan nomos yang berarti memerintah. Sehubungan dengan itu keuangan daerah merupakan salah satu faktor penting dalam mengukur secara nyata kemampuan daerah dalam melaksanakan otonomi. Menurut Kaho (1997:123) salah satu kriteria penting untuk mengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam mengatur dan mengurus rumah
Konsep Desentralisasi dan Otonomi Tentang konsep desentralisasi telah banyak definisi yang diberikan misalnya dari United Nation (1992 :30, Rondinelli (1981) dalam Solichin (1995:11), Riggs (1996:407), Bryant (1989:213), Smith (1985), Shabbir Cheema (1983) dan R. Meddic (1983), Tordoff (1994:556) yang pada prinsipnya mendefinisikan desentralisasi sebagai pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atau kekuasaan untuk penyelenggarakan sebagian atau seluruh fungsi manajemen dan administrasi pemerintahan dari pemerintah pusat dan lembaga-lembaganya kepada unit pelaksana pusat di daerah, unit sub nasional atau pemerintah bawahannya, pejabat pemerintah atau perusahaan yang bersifat semi otonom, kewenangan fungsional lingkup regional daerah, lembaga non pemerintahan lembaga swadaya masyarakat. Desentralisasi di Indonesia, secara yuridis bersumber dari pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945 beserta penjelasan, diantara disebutkan bahwa wilayah Indonesia dibagi ke dalam daerah-daerah, baik bersifat otonom maupun yang bersifat administratif (Ichsan, 1997:17). Dengan demikian
66
58 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 2008
tangganya adalah kemampuan “self-supporting” dalam bidang keuangan. Dengan perkataan lain, faktor keuangan daerah merupakan faktor essensial dalam mengukur tingkat kemampuan daerah dalam melaksanakan otonominya.
Sebagaimana dinyatakan oleh Andrews (1995: 118) mengartikan pendapatan asli daerah adalah sebagai proporsi pendapatan propinsi dan kabupaten yang diperoleh darei sumber-sumber diluar subsidi dari pemerintah atasnya. Dalam versi lain Kristiadi (1992:47) menyatakan bahwa pendapatan daerah merupakan penyerahan sumber pajak kepada daerah untuk dipungut pajak daerah termasuk retribusi daerah dan pendapatan lain.
Sumber-Sumber Penerimaan Daerah (PAD) Pendapatan Asli Daerah Sendiri (PADS) sebagai sumber penerimaan murni daerah, maka yang menjadi sumber penerimaan daerah diluar subsidi adalah : pajak daerah, retribuai daerah, bagian laba BUMD, penerimaan dinas-dinas dan penerimaan lainnya (UU NO. 5 tahun 1974, pasal 55). Pendapatan ini sering disebut sebagai “pendapatan asli daerah sendiri (PADS)”. Sementara itu, Kaho (1997:126) membagi pendapatan asli daerah dalam (1) hasil pajak daerah, (2) hasil retribusi daerah, (3) hasil perusahaan daerah, dan (4) lain-lain usaha daerah yang sah. Pada pasal 79 Undang-Undang RI No. 22 tahun 1999 disebutkan sumber pendapatan asli daerah terdiri atas : a. Pendapatan asli daerah, yaitu : 1) hasil pajak daerah, 2) hasil retribusi daerah, 3) hasil perusahaan milik daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan 4) lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, b. Dana perimbangan, c. Pinjaman daerah; dan d. Lain-lain pendapatan daerah yang sah. Pada pasal 12 PP No. 5 tahun 1975 dilandaskan bahwa Kepala Daerah harus menjaga terhadap Peraturan-Peraturan Daerah dan ketentuan lain mengenai penghasilan daerah dijalankan sebagaimana mestinya. Keharusan ini terkandung maksud bahwa fungsi pemerintahan yang menjadi tugas pejabat atau instansi pelaksana atau yang menjalankan pimpinan sehari-hari harus memelihara dan melaksanakan ketentuan pasal 12 PP No. 5 tahun 1975 dalam melaksanakan pemungutan Pendapatan Daerah. Maka dari pasal 12 di atas mencirikan bahwa realitas hubungan fiskal antara pusat daerah ditandai dengan tinggi kontrol pusat terhadap proses pembangunan daerah. Keadaan ini jelas terlihat dari rendahnya proporsi PAD terhadap total pendapatan daerah dibandingkan dengan besarnya subsidi (grants) yang dirop dari pysat. Hal ini penting mengingat indikator sentralisasi fiskal adalah rasio antara PAD dengan total pendapatan daerah.
Retribusi dan Ciri-Ciri Kendala-Kendala Pelaksanaannya Retribusi daerah tercantum dalam pasal 3 Undang-Undang Darurat Nomor 12 tahun 1957 yang berisi : Retribusi daerah ialah pungutan daerah sebagai pembayaran pemakaian atau karena memperoleh jasa pekerjaan usaha atau milik daerah bagi yang berkepentingan atau karena jasa yang diberikan oleh daerah. Dengan retribusi tidak dimasukkan pembayaran yang dipungut oleh daerah sebagai penyelenggaraan perusahaan atau usaha yang dapat dianggap sebagai perusahaan. Definisi lain (Soedargo, 1964:1) menyebutkan bahwa retribusi adalah suatu pungutan sebagai pembayaran untuk jasa yang oleh negara secara langsung diberikan kepada yang berkepentingan. Semula kerangka ketentuan mengenai retribusi daerah ini diatur dalam Pasal 58 Undang-undang Nomor 5/74 yang menekankan bahwa dengan Undang-Undang ditetapkan Ketentuan Pokok tentang pajak dan retribusi daerah. Karena Undang-Undang sebagaimana yang dimaksudkan dalam ketentuan ini sampai saat ini belum ada, maka dalam bidang keuangan daerah ini masih diberlakukan peraturan yang lama seperti Undang-Undang No. 32/1956. Undang-Undang Nomor 122/1957 tentang Retribusi daerah dan berbagai macam peraturan pemerintah serta peraturan pelaksanaan lainnya dari semua undang-undang tersebut. Namun dengan adanya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun 1997 secara tegas telah diketahui kejelasan dari retribusi seperti dituangkan dalam butir 26 pasal 1 disebutkan bahwa retribusi daerah, yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu
67
yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Sedangkan pada butir 6 disebutkan Pajak Daerah yang selanjutnya disebut pajak, adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah. Menurut Soedargo, retribusi ialah suatu pungutan sebagai pembayaran untuk jasa yang oleh negara secara langsung diberikan kepada yang berkepentingan. Sedangkan Munawir (1980:5), retribusi ialah iuran kepada pemerintah yang dapat dipaksakan dan jasa balik secara langsung dapat ditunjuk. Paksaan disini bersifat ekonomis karena siapa saja yang tidak merasakan jasa balik dari pemerintah, dia tidak dikenakan iuran itu. Dari pengertian di atas, dapat diketahui ciri-ciri yang mendasar dari retribusi, seperti disebutkan oleh Kaho (1988:47), yaitu : Retribusi dipungut oleh negara, Dalam pemungutannya terdapat paksaan secara ekonomis, Adanya kontraprestasi (balas jasa) yang secara langsung dapat ditunjuk, Dikenakan pada setiap orang atau badan yang menggunakan atau mengeyam jasa-jasa yang disiapkan oleh negara. Disebutkan pula bahwa sifat-sifat retribusi antara lain 1) Paksaannya bersifat ekonomis, 2) Ada imbalan langsung kepada pembayar dan 3) Walaupun memenuhi persyaratan-persyaratan formal dan material tetapi tetap ada alternatif untuk mau atau tidak mau membayar. Retribusi merupakan pungutan yang umumnya budgetingnya tidak menonjol. Dalam hal-hal tertentu retribusi daerah digunakan untuk suatu tujuan tertentu, tetapi dalam banyak hal lebih dari pengembalian biaya yang telah dikeluarkan oleh pemerintah daerah untuk memenuhi permintaan anggota masyarakat.
berperan adalah kondisi dan potensi wajib pungut retribusi. Oleh karena itu dapat dikembangkan model hipotesis sebagai berikut : KOMPETENSI KEPALA PASAR
Variabel Bebas
KREATIVITAS KEPALA PASAR
PERSEPSI KEPALA PASAR
EFEKTIVITAS PENERIMAAN RETRIBUSI PASAR
Variabel Tidak Bebas
KONDISI DAN POTENSI WAJIB PUNGUT RETRIBUSI
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan untuk penelitian ini adalah penelitian eksplanatif, hal ini sesuai dengan tujuan penelitian dalam kompleksitas masalah serta kepenadan teori yang digunakan seperti dikatakan oleh Faisal (1992) dimaksudkan untuk menemukan dan mengembangkan teori, sehingga hasilnya dapat menjelaskan terjadinya suatu gejala atau kenyataan sosial tertentu. Serta acuan dari Babbie (1979) dikatakan bahwa penekanan pada penelitian expalanation adalah the discovery and reporting of relationships among different aspect of the phenomena under study. Sumber Data dan Responden Penelitian ini dilakukan dengan bersandar dari 2 sumber data yaitu Primer dari kepala pasar yang terkena sebagai sampel responden dan data sekunder yang menyangkut perkembangan jumlah target, realisasi, jumlah pedagang, besar retribusi serta peraturan daerah dan surat-surat keputusan Bupati Kabupaten Jombang yang berkenaan dengan Pengelolaan Pasar. Variabel dan Pengukurannya Berdasarkan teorisasi dan permasalahan yang
Model Hipotesis Aspek-aspek manajerial adalah bersumber dari dalam organisasi atau dengan kata lain disebut dengan faktor intern. Sedangkan faktor ekstern yang paling
ada maka dapat ditetapkan konsep-konsep dan variabel-variabel berikut indikator dan item-
itemnya sebagai berikut : Konsep I : Faktor-
68
60 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 2008
yang digunakan untuk variabel ini adalah Prosentase realisasi penerimaan dengan item-item yaitu Penetapan angka target penerimaan, Penetapan angka realisasi penerimaan.
Faktor yang Mempengaruhi 1. Variabel Kompetensi Kepala Pasar Variabel kompetensi kepala pasar yang dimaksud adalah kewenangan dan kemampuan kepala pasar dalam menjalankan dan melaksanakan tugas administrator untuk merumuskan kebijaksanaan teknis, pemberian bimbingan dan pembinaan serta koordinasi teknis di bidang retribusi.
Tingkat Pengukuran Variabel Terhadap beberapa variabel-variabel bebas : kompetensi administrator, kreativitas administrator, dan persepsi administrator dinyatakan dalam tingkatan skala ordinal pada skala likert dengan 5 pilihan jawaban. Sedangkan untuk variabel kondisi dan potensi wajib pungut restribusi dinyatakan dalam skala rasio.
2. Variabel Kreativitas Kepala Pasar Variabel kreativitas kepala pasar yaitu kemampuan kepala pasar untuk menciptakan cara baru dalam melaksanakan tugas administratif perumusan kebijaksanaan teknis, pemberian bimbingan dan pemibanaan serta koordinasi teknis di bidang retribusi pasar yang diserahkan kepada kepala pasar dan perangkatnya serta tidak menyimpang dari peraturan perundang-undangan.
Pengambilan Sampel Yang menjadi satuan penelitian dalam penelitian ini adalah para Kepala Pasar di Wilayah Kabupaten Jombang. Berdasarkan data dari Dinas Pasar daerah tahun 2009 diketahui bahwa jumlah pasar adalah sebanyak 10 buah. Mengikuti Formula Yamane (1986) maka dapat ditetapkan besarnya sampel dengan prestasi 5% yaitu sebesar :
3. Variabel Persepsi Kepala Pasar Variabel persepsi kepala pasar yaitu kemampuan kepala pasar dalam menanggapi pelaksanaan tugas administratif dalam merumuskan kebijaksanaan teknis, pemberian bimbingan dan pembinaan serta koordinasi di bidang retribusi pasar yang diserahkan kepadanya dan perangkatnya dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan.
N n =2 N (a ) + 1 10 = 2 10(0,05) + 1
4. Kondisi dan Potensi Wajib Pungut Retribusi Variabel kondisi dan potensi wajib pungut retribusi yaitu keberadaan para pedagang menurut klasifikasi pasar dan penjelasan barang-barang yang diperdagangkan.
= 10 kepala pasar Analisis Data Analisa regresi berganda Yaitu untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara laba akuntansi dan laba fiskal terhadap persistensi laba dan arus kas sebagai variabel terikat. Adapun rumus dari analisis regresi berganda menurut Sugiyono (2007:277) adalah sebagai berikut
Konsep II : Efektivitas Penerimaan Restribusi Pasar Secara operasional konsep ini didefinisikan hasil penerimaan restribusi di masing-masing pasar dalam preiode waktu tertentu. Mengingat konsep ini telah mendekati hal yang konkrit maka langsung ditetapkan sebagai variabelnya.
Y= b o+b 3X3 + b 1X1 + b 2X2 + b 4X4 Dimana : Y = Efectivitas Penerimaan Retribusí Pasar b o = Koefisien (intercept) X1 = Kompetensi X2 = Kualitas X3 = Persepsi X4 = Kondisi b 1, b 2, b 3, b 4 = Koefisien regresi dari laba akuntansi
1. Variabel Penerimaan Retribusi pasar Variabel penerimaan retribusi pasar adalah sejumlah hasil penerimaan retribusi pasar yang diperoleh secara optimal oleh masing-msaing Dinas Pendapatan Kabupaten Jombang dalam setiap periode tahun penerimaan dan tahun perolehan. Indikator
69
Tabel selanjutnya menggambarkan persamaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
regresi yaitu :
Interpretasi Data Berdasarkan data yang telah diperoleh dan disajikan di atas, maka data tersebut dapat diinterpretasikan dan dianalisis dengan menggunakan uji – uji sebagai berikut : Analisa Regresi Berganda Analisa regrasi berganda adalah digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Dalam penelitian ini hasil perhitungan regresi berganda dihasilkan dengan menggunakan program SPSS. Dan hasil perhitungannya disajikan sebagai berikut :
Y = 11200,123 + 179,304X1 - 1164,862X2 + 23,878X3 – 8,542X4 +e Konstanta sebesar 11200,123 menyatakan bahwa jika tidak ada X 1, X2, X3, X4 maka Y akan ada sebesar 11200,123. Koefisien regresi sebesar 11200,123 menyatakan bahwa setiap penambahan / peningkatan X 1, X2, X3, X4 sebesar 1 (karena positif) maka Kualitas akan naik sebesar 11200,123. Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model B Std. Error Beta 1 (Constant) 11200,123 20626,131 X1 179,304 42,318 1,655 X2 -1164,862 525,392 -,878 X3 23,878 7,041 ,171 X4 -8,542 3,143 -,122
Model Summaryb
Model 1
R ,995a
R Square ,990
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
,985 10281,58451
Change Statistics R Square Change ,990
F Change 218,561
df1
df2 4
Sig. F Change
Durbin-W atson
,000
2,414
9
t ,543 4,237 -2,217 3,391 -2,718
95% Confidence Interval for B Correlations Sig. Lower Bound Upper Bound Zero-order Partial ,600 -35459,426 57859,672 ,002 83,575 275,033 ,983 ,816 ,054 -2353,380 23,657 ,975 -,594 ,008 7,950 39,806 ,767 ,749 ,024 -15,653 -1,432 -,715 -,671
Part ,143 -,075 ,114 -,091
Collinearity Statistics Tolerance VIF ,007 ,007 ,448 ,559
134,688 138,381 2,233 1,790
a. Dependent Variable: Y
a. Predictors: (Constant), X4, X3, X1, X2
Uji t untuk menguji signifikansi konstanta dan
b. Dependent Variable: Y
variabel bebas. Terlihat bahwa nilai probabilitas Angka R square adalah 0,995 , hal ini berarti sebesar
signikansi adalah 0,000 atau jauh dibawah 0,05.
99,5% dari X1, X2, X3 dan X4 dapat dijelaskan oleh
Sehingga koefisien regresi signifikan atau variabel X1
variabel Y. Sedangkan sisanya 0,5% dijelaskan oleh
lebih berpengaruh dengan T hit sebesar 4,237
sebab-sebab lain. Semakin besar nilai R square
kemudian X3 dengan T hit sebesar 3,391, X4 dan T hit
semakin kuat hubungan ke variabel tersebut.
sebesar -2,718 dan masing-masing variabel X1, X3 dan X4 nilai á tidak melebih 0,05. sedangkan untuk varibel X2 T hit -2,217 tidak signifikan karena á melebih 0,05
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab – bab sebelumnya, maka dapat penulis simpulkan inti dari pembahasan, dan simpulan tersebut adalah sebagai berikut untuk variabel X1, X2 dan X3 perlu adanya peningkatan sehingga kebijakan penerimaan retribusi pasar bisa dilaksanakan dengan baik. Sedangkan untuk variabel X4 masih perlu peningkatan karena kondisi wajib pajak yang memang dianggap bahwa kurang adanya sosialisasi tentang retribusi pasar.
Coefficients a Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model B Std. Error Beta 1 (Constant) 11200,123 20626,131 X1 179,304 42,318 1,655 X2 -1164,862 525,392 -,878 X3 23,878 7,041 ,171 X4 -8,542 3,143 -,122
t ,543 4,237 -2,217 3,391 -2,718
95% Confidence Interval for B Correlations Sig. Lower Bound Upper Bound Zero-order Partial ,600 -35459,426 57859,672 ,002 83,575 275,033 ,983 ,816 ,054 -2353,380 23,657 ,975 -,594 ,008 7,950 39,806 ,767 ,749 ,024 -15,653 -1,432 -,715 -,671
Part ,143 -,075 ,114 -,091
Collinearity Statistics Tolerance VIF ,007 134,688 ,007 138,381 ,448 2,233 ,559 1,790
a. Dependent Variable: Y
Dari uji ANOVA atau F test, didapat F hitung adalah 218,561 dengan tingkat signifikansi 0,0000. Karena probabilitas (0,000) mendekati 0 atau jauh dari 0,05, maka model regresi ini bisa digunakan untuk memprediksi Y :
70
62 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 2008
Saran Perlu adanya sosialisasi pada masyarakat terkait dengan adanya retribusi pasar sehingga petugas dapat melaksanakan penarikan pajak dengan baik dan para wajib pajak juga akan menyadari bahwa mereka memang dikenakan pajak terkait dengan penyewaan pasar tersebut
DAFTAR PUSTAKA Anthony, Robert N., John Dearden, 1979, Management Control System, Dialihbahasakan oleh Ir. Agus Maulana, MBA, Penerbit Erlangga, Jakarta.
__________, 1992, Administrasi Pembangunan dan Administrasi Keuangan Daerah, dalam JIIS2, PAU Ilmu Sosial UI dengan Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal. 3760.
Davey, K., 1988, Pembiayaan Pemerintah Daerah, Terjemahan Ammanullah, UIPress, Jakarta.
Kuncoro, M., 1995, Desentralisasi Fiskal di Indonesia, dalam Prisma No. 4 April 1995, LP3ES, Jakarta, hal. 3-17.
Devas N., dkk, 1989, Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia, terjemahan Masri Maris, UI-Press, Jakarta.
Lains, A., 1985, Pendapatan Daerah dalam Ekonomi Orde-Baru, dalam Prisma No. 4 April 1985, LP3ES, Jakarta, hal. 40-57.
Djojosubroto, D.I, 1992, Masalah dan Prospek Pembiayaan Pembangunan Daerah, Makalah pada Munas ESEI 7,8 September 1992, di Banjarmasin.
Langulung, H, 1964, Kreativitas dan Pendidikan Islam, Analysis Psikologis dan Falsafah (Jakarta Pustaka Al Husna). Lehler, S., 1980, Leader, Teacher, and Learner in Acedeme, Meridith Cooperation, New York.
Friedlaender dan Due, 1994, Keuangan Negara : Perekonomian Sektor Publik, terjemahan Rudi Sitompul, Erlangga, Jakarta.
M a d d i c k , R . , 1 9 8 3 , D e m o c r a c y, Decentralisation, and Development, Asia Publishing House, Bombay.
Gibson, ivancevich, Donnely, 1991, Organisasi dan Manajemen : Perilaku, Struktur, dan Proses, Diterjemahkan oleh Djoerban Wahid, Erlangga , Jakarta.
Mamesah, D.J., 1995, Sistem Administrasi Keuangan Daerah, Gramedia, Jakarta.
Gulo, D., 1982, Psykologi, Penerbit Tonis, Bandung.
Maskun., S., 1993, Otonomi Daerah adalah Program Pemerintah, Prisma
Harits, B., 1995, Peran Administrator Pemerintah Daerah, dalam Prisma No. 4, April 1995, LP3ES, Jakarta, hal. 81-95.
Mawhood, P., (ed), 1983, Lical Governmenbt in The third World : The Experience of Tropical Africa, John Wiley & Dons, New york.
Hersey, P., dan Blanchard, 1982, Manajemen Perilaku Organisasi Pendayagunaan Sumver Daya Manusia (Terjemahan), Erlangga.
Munawir, 1980, Pokok-Pokok Perpajakan, Penerbit Liberty, Yogyakarta.
Kaho, J.R., 1991, Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia, Rajawali Press, Jakarta.
Pontjowinoto, D., M.P, 1991, Alternatif Reformasi Kebijakan dan Manajemen Keuangan Daerah, dalam Prisma No. 8 Agustus 1991, LP3ES, Jakarta, hal 40-60.
Kristiadi, J.B., 1991, Mencari Kriteria Alokasi Dana Regional, Prospek Kebijakan Yang Ideal, dalam Prisma No. 8 Agustus 1991, LP3ES, Jakarta, hal. 44-48.
71
Radianto, E., 1997, Otonomi Keuangan Dati II, Suatu Studi di Maluku, dalam Prisma No. 3 Tahun XXVI Maret 1997, LP3ES, jakarta, hal. 39-50.
Soedargo, 1964, Pajak Daerah dan Restribusi Daerah, Penerbit Eresco, Bandung Supriatna, T., 1993, Sistem Administrasi Pemerintahan di Daerah, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.
Rao, T.V., 1996, Penilaian Prestasi Kerja (Teori dan Praktek), PT. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta.
Syamsi, I., 1988, Dasar-Dasar Kebijakan Keuangan Negara, Bina Aksara, Jakarta.
Robbin, S.O, 1978, The Administration Process, Integrating Theory and Practice Hall of India, New Delhi.
Terry, G.R., 1980, Principles of Management, Richard D. Irwin, Inc., Homewood, Illionis.
Santoso, B., 1995, Restribusi Pasar sebagai Pendapatan Asli Daerah, dalam Prisma No. 4 April 1995, LP3ES, Jakarta, hal. 19-35.
Timple, D., 1992, Seri Ilmu dan Seri Manajemen Bisnis, Kreativitas Terjemahan Sofyan Cikmat, Elex Media Komputindo, Gramedia, Jakarta.
Siagian, P.S., 1995, Teori Motivasi dan Aplikasinya, Rineka Cipta, Jakarta.
Winardi, 1990, Pengantar Metodologi Riset, Penerbit Alumni, Bandung
Singarimbun M dan S. Efendi, 1989, Metode Penelitian Survey, LP3ES, jakarta
Ya'kub, H., 1984, Menuju Keberhasilan Manajemen dan Kepemimpinan Diponegoro, Bandung.
Solichin, A.W, 1990, Pengendalian Analisis Kebijakan Negara, Rineka Cipta, Jakarta.
Zauhar, S., 1995, Reformasi Administrasi : Konsep Dimensi dan Strategi, Bumi Aksara, Jakarta.
__________, 1991, Analisis Kebijakan dan Formulasi ke Implementasi Kebijakan Negara, Bumu Aksara, Jakarta. _______, 1994, Kebijakan Desentralisasi untuk Menjangkau Kaum Miskin dalam Pelapor BPP FIA Unisma, Jombang, hal. 9 –22.
72
ANALISIS PERILAKU KONSUMEN PENGGUNA PRODUK ROKOK LA LIGHT DI KECAMATAN JOMBANG KABUPATEN JOMBANG
Siti Zuhroh Arief Suprihono Abstract The aim of this research is knowing the group of LA Light cigarettes' users in Jombang. This research used Cluster analysis to 60 respondents, with main aim to group the population into 2 (two) or more based on the similarity of characteristics in each group. From the research known that LA Light cigarettes is consumed by teenager and adult, with the most population is in second cluster ( 51 respondents), dominated by teenagers and for the first cluster has 9 (nine) respondents and consisted of adults. Keywords: Cluster, teenager, adult. Dewasa ini, dinamika kehidupan masyarakat telah banyak mengalami kemajuan yang cukup pesat, didukung oleh kemajuan dan perubahan sosial antropologis masyarakat itu sendiri. Semua aspek kehidupan masyarakat tidak terlepas dari persaingan yang semakin ketat, terutama pada bidang ekonomi dan segala jenis bidang usaha. Semua pelaku ekonomi dituntut untuk mampu berfikir kritis, evaluatif, analitis dan mempertimbangkan semua informasi perkembangan dunia termasuk didalamnya mengetahui banyak tentang konsumennya. Kegiatan pemasaran dalam suatu perusahaan penting karena melalui kegiatan pemasaran inilah suatu perusahaan dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Sebagaimana diungkapkan oleh Basu Swasta dan T. Hani Handoko (2000:4), bahwa pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, berkembang dan mendapatkan laba. Pesatnya perkembangan ekonomi yang penuh dengan persaingan menjadikan suatu perusahaan membutuhkan alternatif strategi agar bisa menguasai pasar dan memberikan keuntungan yang maksimal. Keberhasilan suatu perusahaan dalam memenangkan persaingan ditentukan oleh hubungan baik yang terjalin dengan konsumen.
James F. Engel (1995:28) mendefinisikan perilaku konsumen adalah sebagai berikut: “Perilaku konsumen didefinisikan sebagai tindakan-tindakan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan dalam persiapan dan penentuan pada kegiatan-kegiatan tersebut. Sedangkan Winardi (1991:28) menjelaskan perilaku konsumen sebagai berikut: “Perilaku konsumen dapat dirumuskan sebagai perilaku yang ditunjukan oleh orang-orang dalam hal merencanakan, membeli dan menggunakan barang-barang ekonomi dan jasa”. Mempelajari perilaku konsumen tidak hanya mempelajari apa yng dibeli atau dikonsumsi, tetapi juga dimana, bagaimana biasanya dan dalam kondisi apa barang-barang ekonomi atau jasa-jasa tersebut di butuhkan. Tahap dalam proses pengambilan keputusan menurut Philip Kotler (2002:54) adalah sebagai berikut ; 1) pengenalan masalah adalah proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenal suatu masalah atau kebutuhan. Analisa kebutuhan dan keinginan ditujukan terutama untuk mengetahui kebutuhan dan keinginan yang tak terpenuhi. Pada tahap inilah pengambilan keputusan mualai dilakukan, 2) Pencarian informasi dapat bersifat aktif (berupa kunjungan terhadap beberapa kantor
Arief Suprihono, Mahasiswa STIE PGRI Dewantara, Siti Zuhroh, dosen STIE PGRI Dewantara Jombang
74
pemasaran untuk membuat perbandingan harga dan kualitas produk), pencarian informasi dapat bersifat pasif (hanya dengan membaca periklanan), pencarian informasi dapat bersifat intern (dapat berasal dari informasi perorangan), pencarian informasi yang bersifat ekstern (dapat berasal dari media massa) sumber-sumber pembelian yang diperoleh dari perusahaan (periklanan), 3) evaluasi alternative setelah konsumen dapat mengumpulakan informasi maka ia akan membuat pertimbangan terhadap produk-produk yang akan dibeli yang diharapkan dapat memuaskan kebutuhannya. Disini konsumen akan mengevaluasi beberapa alternative atau pilihan produk yang mampu memberikan manfaat sesuai dengan keinginan, 4) pengambilan keputusan dalam tahap evaluasi konsumen membentuk referensi diantara merk-merk dalam kelompok pilihan. Konsumen akan bermaksud membeli merk yang paling disukai. Namun ada dua faktor yang mempengaruhi maksud dan keputusan membeli. Faktor tersebut adalah sikap atau pendirian orang lain dan situasi yang tidak diantisipasi, dimana faktor ini dapat mengubah maksud pembelian tersebut, 5) perilaku setelah pengambilan keputusan, setelah memilih suatu produk konsumen akan mengalami suatu kepuasan. Kepuasan pembeli merupakan fungsi dari seberapa dekat antara harapan pembeli akan produk dengan daya guna yang dirasakan. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen menurut Philip Kotler (1997;153) ada empat faktor yaitu : a. Faktor budaya, kaktor kebudayaan memiliki pengaruh yang paling luas dan mendalam terhadap perilaku. Faktor ini dari budaya, sub budaya dan kelas sosial. budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling mendasar. Setiap budaya terdiri dari sub-budaya yang lebih kecil. Sub-budaya terdiri dari bangsa, agama, kelompok ras, dan daerah geografis. Banyak sub-budaya yang membentuk segmen pasar penting, dan pemasar sering merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka. b. Faktor sosial, Perilaku seorang konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial seperti kelompok acuan, keluarga, serta peran dan
status konsumen. Kelompok acuan terdiri dari semua kelompok yang memiliki pengaruh langsung (tatap muka) atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang. Kelompok acuan menghadapkan seseorang pada perilaku dan gaya hidup baru. Mereka juga mempengaruhi perilaku dan konsep pribadi seseorang. Mereka menciptakan tekanan untuk memenuhi apa yang mungkin mempengaruhi pilihan produk dan merek aktual seseorang. Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat. Anggota keluarga merupakan kelompok acuan primer yang paling penting berpengaruh. Peran dan status, peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang, dan setiap peran memiliki status. Orang-orang memilih produk produk yang mengkomunikasikan peran dan setatus mereka dalam masyarakat. b. Faktor pribadi, faktor ini yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah karena faktor usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri. c. Faktor Psikologis, Faktor-faktor ini meliputi beberapa unsur, diantaranya motivasi, persepsi, pengetahuan, serta keyakinan dan pendirian. Produk rokok LA Lights merupakan jenis rokok mild yang dikonsumsi oleh semua kalangan konsumen dengan atribut-atribut yang melekat, seperti kemasan, rasa, image, harga, promosi dan merk terkenal. Oleh karena itu peneliti tertarik meneliti " Analisis Perilaku Konsumen Produk Rokok LA Light Di Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang ". Sesuai dengan judul, berbicara mengenai perilaku konsumen tidak lepas dari segmentasi konsumen (remaja, anak muda dan dewasa) yang mengkonsumsi produk rokok LA Lights. Identifikasi konsumen penting karena persaingan Industri rokok telah meningkat dewasa ini, sehingga bisnis rokok yang sukses harus memiliki strategi pemasaran yang tepat. Hasil penelitian ini dapat menggambarkan segmentasi konsumen dari kalangan konsumen yang berbeda, sehingga hasil penelitian ini dapat berguna
75
66 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 2008
lingkungan penelitian ini ada pada lingkungan yang sebenarnya (lapangan). Variabel-variabel yang dipakai yang terkait dengan produk rokok LA light dan variabel-variabel tersebut antara lain : 1. Kemasan (Pack) Yaitu bentuk dan model kemasan (limited edition) dirancang sedemikian rupa sehingga menjadikan seseorang bangga untuk membawa produk rokok LA Light. 2. Rasa (taste) Adalah cita rasa konsumen untuk mengkonsumsi produk rokok LA Light Light 3. Image Merupakan nama baik yang ada di masyarakat atas kepuasannya salama ini dalam mengkonsumsinya 4. Harga Menurut Kotler (1997:339) harga adalah jumlah uang yang ditagihkan untuk suatu produk atau jasa, jumlah nilai yang dipertukarkan konsumen untuk manfaat yang dimiliki dengan menggunakan produk atau menggunakan produk atau jasa. 5. Promosi Menurut Payne (2000:189) promosi merupakan alat yang digunakan perusahaan untuk berkomunikasi dengan pasar sasaran. Dalam bauran komunikasi terdapat variasi luas dari alternatif alat komunikasi yang dapat dipergunakan dalam suatu program komunikasi.
bagi industri rokok dalam menyusun strategi. Kerangka Konseptual
Variabel mendorong konsumen untuk membeli produk rokok LA Lights : Kemasan/Pack - Rasa (taste) Image - Harga Promosi - Merk Terkenal
Cluster 1 (Kelompok 1)
Cluster 2 (Kelompok 2)
Segmentasi Konsumen
Penentuan Kebijakan
METODE Peneliti an ini menggunakan analisis “cluster” yang mempunyai tujuan utama untuk menempatkan sekumpulan objek ke dalam dua atau lebih grup (kelompok) berdasarkan kesamaankesamaan objek atas dasar berbagai karakteristik, Simamora (2005:200). Melalui penelitian ini ingin mengetahui kalangan konsumen (kalangan remaja,
6.
Merk terkenal Adalah merk Djarum sudah terkenal di masyarakat kota maupun desa Populasi penelitian ini merupakan populasi target adalah seluruh konsumen perokok LA Light di kawasan Alun – alun Jombang yang berada di Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang. Berdasarkan pertimbangan diatas peneliti mengambil sampel perokok LA Light yang ada di kawasan alun-alun Jombang yang memiliki karakteritik yang sama, dengan
kalangan anak muda dan kalangan dewasa) yang membeli produk rokok LA Lights. Data penelitian ini diperoleh dengan menggunakan instrumen kuesioner, sehingga penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian survey. Menurut Singarimbun (2006:3) penelitian survey adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Dengan demikian
76
Tabel 2 : Karakteristik konsumen berdasarkan pekerjaan
mengambil sampel sebanyak 60, Hal ini sesuai dengan pendapat Roscoe dalam Sugiyono (2007:102), ”ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500. Sesuai dengan tujuan penelitian, Dalam penelitian ini analisis yang digunakan adalah analisis multivariate, menurut Umar (2000:349) analisis Multivariate yaitu merupakan teknik-teknik statistika yang memusatkan perhatian pada struktur hubungan simultan diantara tiga atau lebih fenomena. Dan alat analisis yang digunakan adalah analisi gerombol (Cluster).
Sumber : Data Primer Diolah (2009)
HASIL Karakteristik Responden Dari hasil penelitian yang dilakukan sejumlah responden sebanyak 60 orang yang menjadi membeli produk rokok LA Lights sebagai sampel penelitian, diperoleh diskripsi karakteristik konsumen sebagai berikut :
Berdasarkan pekerjaan, diperoleh gambaran bahwa responden teranyak adalah pelajar yaitu sebanyak 21 orang atau 35%, mahasiswa sebanyak 20 orang atau 33,3 %, pekerjaan swasta sebanyak 16 orang atau 26,7% dan sisanya responden 3 orang atau 5%.
Tabel 1 : Karakteristik Konsumen Berdasarkan Umur
Umur
Frekuensi
Prosentase
13-20 tahun
24
40%
21-28 tahun
29
48,3%
Penyajian Data Analisis Cluster A. Analisis Tabel Anova Analisa cluster dari enam variabel berisi dua klaster untuk membagi 60 responden berdasarkan sikap konsumen untuk membeli produk rokok LA Lights di Kecamatan Jombang. Untuk mengetahui terhadap kesamaan maupun perbedaan diantara dua kelompok tersebut dapat dilihat pada tabel 3 , dan untuk mempermudah pembahasan.
29-36 tahun
5
8,3%
Tabel 3 Anova
37 tahun keatas
2
3,4%
60
100%
Jumlah
Sumber : Data Primer Diolah (2009) Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa, dari 60 responden yang berumur antara 13-20 tahun sebanyak 24 orang atau 40%, umur 21-28 tahun sebanyak 29 orang atau 48,3%, 29-36 tahun sebanyak 5 orang atau 8,3% dan 37 tahun keatas sebanyak 2 orang atau 3,4%.
Sumber : Lampiran SPSS
77
68 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 2008
-
Berdasarkan tabel 3, terlihat ada satu variable dengan angka signifikan lebih dari 0,05, yaitu variable satu (V1) atau kemasan, dengan demikian variabel kemasan tidak membedakan cluster 1 dengan cluster 2. sehingga tinggal 5 variabel yang dapat dianalisis lebih lanjut. Dari tabel 3 tabel Anova semakin besar angka F, maka semakin besar perbedaan cluster 1 dan cluster 2, terlihat angka F terbesar 93,418 atau variabel merk terkenal. Hal ini berarti reponden cluster 1 mempunyai persepsi yang sangat berbeda tentang kemasan produk rokok LA Lights, jika dibandingkan dengan sikap reponden di cluster 2. Kemungkinan responden cluster 2 menganggap merk terkenal tidak begitu penting dalam membeli produk rokok LA Lights, sebaliknya reponden cluster 1 menganggap merk terkenal justru mendorong konsumen untuk membeli rokok LA Lights. Variable yang paling mebedakan selanjutnya secara berurutan adalah promosi dengan nilai F sebesar 55,795, image dengan nilai F sebesar 24,494, harga dengan nilai F sebesar 21,992, cita rasa dengan nilai F sebesar 11,377 dan kemasan dengan nilai F sebesar 8,096. A. Final Cluster Center Dari 5 variabel yang relevan untuk membedakan isi cluster dapat dianalisis sikap konsumen yang termasuk cluster 1 dan cluster 2. Pada penelitian ini skala pengujuran yang digunakan dari 1 samapai 5, maka rata-rata adalah (5+1)/2 = 3, sehingga : ·Jika angka tabel di bawah 3, berarti sikap konsumen yang mendorong untuk membeli rokok LA Lights cenderung negatif. ·Jika angka tabel di atas 3, berarti sikap konsumen yang mendorong untuk membeli rokok LA Lights cenderung positif.
-
-
-
-
Variabel rasa, terlihat rasa untuk cluster 1 dan cluster 2 diatas 3, hal ini berarti reponden cluster 1 dan cluster 2 relatif terdorong terhadap rasa untuk membeli produk rokok LA Lights. Variabel image, terlihat image untuk cluster 2 (4) > cluster 1 (3). Hal ini berarti reponden cluster 2 relatif lebih terdorong terhadap image untuk membeli produk rokok LA Lights. Variabel Harga, terlihat Harga untuk cluster 2 (4) > cluster 1 (3). Hal ini berarti reponden cluster 2 relatif lebih terdorong terhadap Harga untuk membeli produk rokok LA Lights. Variabel Promosi, terlihat Promosi untuk cluster 2 (4) > cluster 1 (2). Hal ini berarti reponden cluster 2 relatif lebih terdorong terhadap Promosi untuk membeli produk rokok LA Lights. Karena cluster 1 dibawah 3, maka sikap responden cluster 1 terhadap variabel promosi adalah cenderung negatif yang menganggap promosi tidak mendorong konsumen dalam membeli rokok LA Lihgts. Variabel Merk Terkenal, terlihat Merk Terkenal untuk cluster 2 (4) > cluster 1 (2). Hal ini berarti reponden cluster 2 relatif lebih terdorong terhadap Merk Terkenal untuk membeli produk rokok LA Lights. Karena cluster 1 dibawah 3, maka sikap responden cluster 1 terhadap variabel Merk Terkenal adalah cenderung negatif yang menganggap Merk Terkenal tidak mendorong konsumen untuk membeli rokok LA Lihgts.
C. Jumlah Responden Tiap Cluster Number of Cases in each Cluster Cluster Valid Missing
78
1 2
9,000 51,000 60,000 ,000
Berdasarkan tabel 5, terlihat bahwa dari 60 responden, cluster 1 berisi 9 orang sedangkan cluster 2 berisi 51 orang. Atau dapat dianggap bahwa presentase cluster 1 adalah 9/60 x 100% = 15 % dan presentase cluster 2 adalah 51/60 x 100% = 85 %. Dari hasil diatas dapat dianggap bahwa konsumen rokok LA Lights kebanyakan di cluster 2.
rokok LA Lights. Responden cluster 2 juga punya perhatian terhadap variabel rasa (taste) untuk membeli rokok LA Lights. Pada cluster 2 memiliki jumlah konsumen lebih banyak dari cluster 1, dan komposisi usia didominasi oleh kaum remaja sekitar 50 %-an, sehingga konsumen yang membeli produk rokok LA Lights kebanyakan kaum remaja dan sisanya kaum dewasa dan muda. Berdasarkan analisis tersebut pihak manajemen dalam menentukan kebijakan pemasaran lebih berfokus pada cluster 2.
D. Komposisi Usia Cluster
Tabel 6 Komposisi usia Cluster
Simpulan Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan analisis cluster dari enam variabel untuk dua klaster pada 60 responden berdasarkan sikap konsumen untuk membeli produk rokok LA Lights di Kecamatan Jombang ternyata produk rokok LA Lights dikonsumsi oleh kalangan remaja, kalangan muda dan kalangan dewasa. Pengujian dengan dua cluster, cluster 2 memiliki jumlah sampel yang terbanyak yaitu 51 orang dan cluster 1 sebanyak 9 oarang, dan didominasi oleh kaum remaja sekitar, hal ini berarti konsumen yang membeli produk rokok LA Lights kebanyakan kaum remaja dan sisanya kaum dewasa dan muda.
USIA * Cluster Number of Case Crosstabulation % within Cluster Number of Case
USIA
Total
dewasa muda remaja
Cluster Number of Case 1 2 22,2% 19,6% 22,2% 21,6% 55,6% 58,8% 100,0% 100,0%
Total 20,0% 21,7% 58,3% 100,0%
Pada tabel komposisi usia cluster (tabel 6) terlihat cluster 1 dan cluster 2 didominasi oleh kaum remaja sekitar 50 %-an kaum dewasa dan muda sekitar 20%.
Saran Adapun saran-saran yang peneliti uraikan berdasarkan analisis pada bab sebelumnya adalah sebagai berikut : 1. Karena komposisi konsumen lebih banyak di cluster 2 hendaknya pihak perusahaan lebih memperhatikan variabel image, harga, promosi dan merk terkenal dalam menentukan kebijakan di masa datang. 2. Pada cluster 2 komposisi usia lebih didominasi kaum remaja, hendaknya pihak perusahaan menentukan kebijakan terutama pemasaran dengan melakukan promosi yang tepat untuk kaum remaja, misalnya dengan festival musik. 3. Cluster 1 yang membedakan konsumen adalah variabel rasa, juga perlu mendapat perhatian dengan mempertahankan cita rasa produk LA Lights meskipun memiliki komposisi konsumen yang kecil, karena variabel ini juga mendorong konsumen untuk membeli produk rokok LA Lights.
PEMBAHASAN Sesuai dengan rumusan masalah pada bab sebelumnya, dan berdasarkan analisis yang dilakukan pada 60 responden dengan menggunakan analisis cluster diperoleh hasil dari enam variabel untuk dua cluster tentang sikap konsumen untuk membeli produk rokok LA Lights di Kecamatan Jombang, variable satu (V1) atau kemasan, tidak membedakan cluster 1 dengan cluster 2 karena memiliki angka signifikansi lebih dari 0,05. Terdapat 5 variabel yang membedakan cluster 1 dengan cluster 2, yaitu variabel taste, image, harga, promosi dan merk terkenal. Cluster 1 adalah responden yang terdorong terhadap rasa (taste) untuk membeli rokok LA Lights. Responden cluster 1 juga cukup memperhatikan variable image, harga, promosi dan merk terkenal untuk membeli rokok LA Lights. Cluster 2 adalah responden yang terdorong terhadap variable image, harga, promosi dan merk terkenal untuk membeli
79
70 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 2008
4.
Untuk penelitian lebih lanjut hendaknya menggunakan variabel-variabel yang tidak diteliti dalam penelitian ini, misalnya segmentasi pasar berdasarkan persepsi konsumen produk rokok LA Lights.
DAFTAR PUSTAKA Basu Swastha, Irawan, 2002. Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta : Liberty Offset Basu Swastha, Hani Handoko, 2000. Manajemen Pemasaran Analisa perilaku Konsumen. Yogyakarta : BPFE. Husein, Umar, 2002.Riset Pemasaran & Perilaku Konsumen. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Umum. James F. Engel, 1995. Perilaku Konsumen jilid I, ed VBI. Cetakan I. Jakarta ; Binarupa Aksara. Kotler, Philip. 1997. Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Kontrol, edisi kesembilan, terjemahan Ancella Anitawati Hermawan, PT Prenhallindo, Jakarta. Kotler Philip, 2002. Manajemen Pemasaran (analisis, perencanaan dan peegendalian) terjemahan oleh Elen Gunawan. Jakarta : Penerbit Erlangga. Malhotra Naresh K, 1996. Marketing Research and Applied Orientation. Prentice Hall, Inc. Masri, Singarimbun,Sofian Efendi, 2006, Metode Penelitian Survey, LP3ES, Yogyakarta Singgih S, Fandi T, 2002. Riset Pemasaran Konsep Aplikasi dengan SPSS. Jakarta : Penerbit PT Elex Media Komputindo. Simamora, Bilson, 2005. Analisis Multivariate Pemasaran, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Suharsimi, Arikunto.2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi vi. Reineka Cipta. Jakarta
80
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN MASYARAKAT DALAM MENGAMBIL KREDIT DI PD. BPR “BANK PASAR” JOMBANG
Erminati Pancaningrum Suhariani
Abstract Learning the behavior of consumers, on the substance involved in our studies on human behavior. Term behavior of consumers in general, focus on the behavior of specific individuals, who choose the product concerned, even though they were not involved in the case plan or select a product using the product. Society would be very selective in choosing a bank that will serve as the place to do the activities and financial needs will be. The decision to become a customer of a bank is influenced by many factors, both internal or external bank itself. Thus factors that influence the decision to become a customer of a bank is not a decision that is temporary but the decision is a long-term needs because of the relationship and the expected benefit. In this research the purpose of research is to understand factors that people consider to take the credit in the PD. BPR “Bank Pasar” Jombang and to know the factors considered the most dominant community to take the credit in the PD. BPR “Bank Pasar” Jombang. The form of this research used the form of research eksploratif [it] of it is open, still looking for – search and not have the hypothetical in which the research it as a first step to a more in-depth research, good research is descriptive research or explanation. Through research eksploratif the research problem can be formulated more clearly and in detail. The analysis tool used in this research, namely factor analysis with the help of SPSS computer program. From the results of the research shows that most factors that influence people to take the credit in the PD. BPR “Bank Pasar” Jombang is because PD. BPR “Bank Pasar” is owned by the Local Government of Jombang. As is know that some of the customers in the PD. BPR “Bank Pasar” is from Civil Public Servant. In the era of global crisis such as now, the banking sector is experiencing a lot of bankruptcy. There is an assurance from the Local Government of Jombang. make sense of security for our customers. As one of the assets owned by the local Governmet of Jombang. then the PD is due. BPR “Bank Pasar” Jombang more attention to the welfare of the people down to medium, given the results of the respondents indicate that most of the customers in the PD. BPR “Bank Pasar” is a handsome middle to bottom, especially in the Civil Servant in the Local Government of Jombang. Keywords : behavior of consumers, credi,t bank, factors considered the most dominant
Mempelajari perilaku konsumen, pada hakekatnya melibatkan kita pada studi tentang perilaku manusia. Istilah perilaku konsumen pada umumnya memusatkan perhatian pada perilaku individu khusus, yang membeli produk yang bersangkutan, sekalipun orang itu tidak terlibat dalam hal merencanakan pembelian produk tersebut ataupun menggunakan produk tersebut.
Masyarakat tentunya akan sangat selektif dalam memilih bank yang akan dijadikan sebagai tempat untuk melakukan aktivitas dan kebutuhan akan keuangannya. Masyarakat sebagai nasabah dalam pelaksanaannya merupakan pendukung perkembangan suatu bank, oleh sebab itu berbagai penawaran di tawarkan oleh bank melalui product, price, promotion dan place misalnya, pemberian
* Erminati Pancaningrum, dosen STIE PGRI Dewantara Jombang Suhariani. alumni STIE PGRI Dewantara Jombang
81
72 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 2008
pinjaman atau kredit untuk meningkatkan usaha para pengusaha kecil, para pengrajin, industri rumah tangga dan karyawan (PNS) yang ada di Jombang.
hadiah, potongan bunga serta kemudahan dalam memperoleh kredit. sehingga diharapkan masyarakat menjadi tertarik untuk nasabah bank tersebut. Keputusan untuk menjadi nasabah suatu bank dipengaruhi oleh banyak faktor, baik dari intern bank maupun dari ekstern bank itu sendiri. Dengan demikian faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan untuk menjadi nasabah suatu bank bukanlah merupakan keputusan yang bersifat sementara tetapi merupakan keputusan jangka panjang karena menyangkut kebutuhan dan hubungan yang diharapkan menguntungkan. Semakin ketatnya persaingan antar bank tersebut muncul persoalan yang baru yaitu kebutuhan produsen dipasar adalah perebutan tempat di hati konsumen yang merupakan salah satu aspek yang mulai cukup mendasar bagi sektor perbankan untuk dapat tetap survive. Sehubungan dengan masalah tersebut kepuasan konsumen merupakan hal penting dan perlu diperhatikan dan bank hendaknya tanggap dengan keadaan-keadaan atau kondisi pasar yang ada. Dengan mempelajari perilaku konsumen, akan diketahui kesempatan baru yang berasal dari belum terpenuhinya kebutuhan dan kemudian diidentifikasi untuk mengadakan segmentasi pasar. Dan dalam mempelajari perilaku konsumen dalam mengadakan transaksi untuk memahami mengapa dan bagaimana tingkah laku konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Perilaku konsumen secara umum dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik secara individu maupun secara bersama-sama yang dapat berpengaruh terhadap keputusan seseorang melakukan transaksi, baik dalam memilih produk atau jasa. Seperti diketahui bahwa masalah permodalan seringkali menjadi hambatan bagi usaha kecil. Dalam rangka ikut serta menunjang suksesnya pembangunan daerah Kabupaten Jombang, salah satu kendala yang dihadapi untuk pengembangan usaha kecil adalah masalah permodalan. Untuk itu pemerintah Kabupaten Jombang mendirikan Perusahaan Daerah Bank pasar dengan tujuan menolong pedagangpedagang kecil, bakul-bakul di bidang permodalan. Untuk mencapai tujuan dimaksud Bank Pasar berusaha memberikan pinjaman atau kredit kepada pedagang kecil dan bakul-bakul serta memberi
TINJAUAN UMUM TENTANG BANK Ada beberapa pengertian tentang bank yang akan dikemukakan oleh beberapa ahli. Istilah bank berasal dari bahasa Italia “banca” yang berarti meja yang digunakan oleh para penukar penitipan atau penyimpanan uang, pemberi atau penyalur kredit dan juga perantara di dalam lalu lintas pembayaran (Iswardono SP, 1990). Sedangkan menurut Undang-Undang Pokok Perbankan No. 7 tahun 1992 didefinisikan : Bank sebagai lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Di dalam definisi tersebut diatas, disebut lembaga keuangan. Adapun pengertian dari lembaga keuangan adalah semua badan yang melalui kegiatan-kegiatan di bidang keuangan menarik uang dari dan menyalurkannya ke dalam masyarakat. Dalam Undang-Undang perbankan Nomor 7 tahun 1992 pasal 5, menurut jenisnya bank terdiri dari : 1. Bank umum, adalah bank yang dapat memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. 2. Bank Perkreditan Rakyat, adalah bank yang menerima simpanan, hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan bentuk lainnya yang disamakan dengan itu. Tugas pokok perbankan adalah : 1. Memberikan pinjaman (kredit) kepada orang atau badan usaha (perusahaan) yang membutuhkan uang. Pinjaman yang diberikan ini lebih dititikberatkan pada masalah peningkatan produksi bukan untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat konsumtif (pinjaman yang sekali pakai habis). Jangka waktu pinjaman yang diberikan ini dapat berupa Kredit jangka pendek, Kredit jangka menengah dan Kredit jangka panjang. Disamping bantuan bank yang bersifat pinjaman kepada pengusaha, bank juga ikut berpartisipasi dalam permodalan untuk perusahaan yang membutuhkan modal. 2. Penyertaan modal saham dalam perusahaan
82
yang sehat, agar terbuka kemungkinan pengembangannya yang lebih cepat atas dasar pertimbangan keuangan yang sehat. 3. Menarik uang dari masyarakat. Masyarakat dapat memanfaatkan jasa bank-bank ini berupa menerima uang dari masyarakat. Bentukbentuk simpanan ini antara lain berupa : rekening koran, deposito berjangka dan tabungan . 4. Memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Jasa-jasa ini antara lain : pengeluaran cek, deposito berjangka, lalu lintas uang giral dan sebagainya. Sedangkan fungsi pokok perbankan yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan selanjutnya menyalurkan kembali dalam bentuk kredit. PERILAKU KONSUMEN Dengan mempertimbangkan konsumen melakukan tindakan pembelian terhadap suatu barang tertentu, maka perusahaan harus mempelajari dan menyelidiki mengapa seseorang memilih untuk menabung tersebut. Di samping itu juga harus diperhatikan bahwa seseorang melakukan pembelian terhadap barang atas pertimbangan yang irasional. Atas dasar hal-hal tersebut diatas maka perusahaan mengerti perilaku konsumen sebelum memasarkan barang produksinya. Perilaku konsumen (costumer behavior) didefinisikan sebagai tindakan-tindakan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa, termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan dalam persiapan dan penentuan pada kegiatan-kegiatan tersebut. (James F Engel , 1995). Perilaku konsumen dapat dirumuskan sebagai perilaku yang ditunjukkan oleh orang-orang dalam hal merencanakan, membeli dan menggunakan barang-barang ekonomi dan jasa-jasa (Winardi, 199l, 28). Mempelajari perilaku konsumen tidak hanya mempelajari apa yang dibeli atau dikonsumsi, tetapi juga dimana, bagaimana biasanya dan dalam kondisi apa barang-barang dan jasa yang dibeli. Bagi konsumen, pembelian bukanlah merupakan satu tindakan saja, melainkan terdiri dari beberapa tindakan yang meliputi keputusan tentang jenis produk, bentuk, merk, jumlah dan waktu serta
cara pembayarannya. Untuk memahami mengapa dan bagaimana konsumen membeli barang dan jasa tersebut maka diperlukan analisa perilaku konsumen, karena dengan mengetahui kesempatan baru yang berasal dari belum terpenuhinya kebutuhan konsumen maka dapat dilakukan dengan beberapa tahapan FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen menurut Berkowits, dkk (1992 ; 117) ada empat yaitu faktor marketing mix, sosial budaya, psikologi dan situasi. 1. Faktor Marketing mix Merketing mix adalah kombinasi dari empat variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan yakni produk, struktur harga, kegiatan promosi dan sistem distribusi. (Basu Swasta dan Irawan,1990 ; 23) Unsur yang dikombinasikan dalam marketing mix, lebih terkenal dengan sebutan 4 P yaitu Product, Price, Place (distributor) dan Promotion. Jadi untuk keberhasilan pemasaran suatu barang, harus ada keterpaduan unsurunsur itu, misalnya barang X produknya bermutu baik, harga bersaing, reklame gencar, dan distribusi lancar, jelas pemasaran barang X tersebut akan sukses. Yang penting disini pengusaha harus mencari kombinasi mana yang terbaik dari 4 P tersebut. 2.
83
Faktor sosial budaya Faktor kebudayaan mempunyai pengaruh yang paling luas dan pengaruhnya selalu berubah setiap waktu sesuai kemajuan atau perkembangan jaman dari masyarakat tersebut. Faktor ini dari budaya, sub budaya dan kelas sosial. Faktor sosial dapat mempengaruhi perilaku konsumen seperti kelompok referensi, keluarga serta status sosial konsumen. keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh pribadi yang tampak, khususnya umur dan spesifik dan siklus hidup, kepribadian dan konsep diri, disamping dipengaruhi oleh psikologi seperti motivasi.
74 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 2008
3.
mengandung ketidakpastian. Pengertian kredit menurut Undang-Undang Perbankan No. 10 tahun 1998 adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam memimjam antara bank dengan pihak lain mewajibkan pihak peminjam melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Adapun pengerian kredit dalam praktek sehari-hari menurut Irianto (1995) adalah pemberian uang atau barang/jasa kepada pihak lain tanpa menerima imbalan langsung bersama, tetapi dengan 'percaya' bahwa pihak yang menerima uang atau barang tersebut akan mengembalikan atau melunasi hutangnya sesudah jangka waktu tertentu. Dari pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa dalam pengertian kredit itu ada sifat-sifat yang menonjol antara lain : 1. Adanya unsur waktu yang memisahkan antara prestasi dan imbalan prestasi 2. Kredit terjadi karena adanya kepercayaan 3. Kredit terjadi karena adanya perjanjian /persetujuan atau pemberian kredit itu adalah pergerakan hak kekuasaan atas benda (prestasi) dengan di berikannya janji bahwa pada masa yang akan datang atau waktu yang telah di tentukan. Kebijaksanaan perkreditan merupakan kebijaksanaan moneter yaitu sebagai salah satu sarana untuk meningkatkan program ekonomi dan pembangunan sesuai dengan disebutkan dalam Trilogi pembangunan yang terdiri dari : meningkatkan pendapatan dan produksi, stabilitas harga dan pemerataan pendapatan. Secara makro kredit merupakan suatu alat atau sarana yang digunakan untuk mencapai suatu perkembangan seperti yang diinginkan. Kredit yang diberikan oleh suatu lembaga kredit didasarkan atas suatu kepercayaan, sehingga dengan demikian pemberian kredit merupakan pemberian kepercayaan. Ini berarti bahwa suatu lembaga kredit baru akan memberikan kredit kalau ia betul-betul yakin bahwa si penerima kredit akan mengembalikan pinjaman yang diterimanya sesuai dengan jangka waktu dan sarat-sarat yang disetujui oleh kedua belah pihak.
Faktor Psikologis Adalah sifat khas dari kepribadian manusia. Faktor ini sangat mempengaruhi terhadap keputusan pembelian, apa yang dibeli sesuai dengan kebutuhannya, untuk apa barang tersebut dibeli, bagaimana persepsi dan kepercayaan terhadap suatu produk. Faktorfaktor ini meliputi beberapa unsur yaitu : Motivasi : Dorongan kebutuhan dan keinginan individu yang diarahkan pada tujuan untuk memperoleh kepuasan. Kepribadian : menyangkut kebiasaan, sikap dan ciri-ciri sifat atau watak yang menentukan kepribadian perilaku. Persepsi : penilaian seseorang terhadap sesuatu sehingga dia bisa menyeleksi dan menginterpretasikan informasi. Nilai, Kepercayaan : penilaian subyektif seseorang terhadap kebaikan suatu produk, merk pada atribut-atribut yang berbeda dalam mengkonsumsi suatu produk. Gaya Hidup ; Pong dalam menghabiskan waktu dan aktifitas.
4.
Faktor Situasi Adalah pengaruh yang timbul dari faktor yang khusus untuk waktu dan tempat yang spesifik dan lepas dari karakteristik konsumen dan produk antara lain lingkungan fisik, lingkungan sosial (ada atau tidaknya orang lain), waktu (sifat sementara dari situasi ketika perilaku terjadi), tugas dan keadaan antesenden (suasana hati sementara seperti kecemasan). Faktor-faktor lain yang mempengaruhi perilaku konsumen menurut Philip Khotler (1984) yakni : 1) Pribadi meliputi : usia dan sikap hidup, Jabatan dan keadaan ekonomi, Gaya hidup, dan Kepribadian dan konsep diri. 2) Psikologi meliputi : Motivasi, Persepsi, Belajar dan Kepercayaan dan Sikap (Kotler, 1984) KREDIT Kata “kredit” berasal dari bahasa Romawi yaitu “Credere” yang yang berarti kepercayaan (Truth atau faith). Jadi kredit artinya kepercayaan yang
84
1)
Unsur-unsur kredit adalah : 1.
Kepercayaan Yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikannya baik dalam bentuk uang, barang atau jasa akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang. 2. Waktu Yaitu masa yang memisahkan antara pembayaran prestasi dengan kontrak prestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang. 3. Degree of Risk Yaitu suatu tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontra prestasi yang akan diterimanya kemudian hari. Semakin lama kredit yang diberikan semakin tinggi tingkat resiko, karena sejauh-jauh kemampuan manusia untuk menerobos hari depan itu, maka masih selalu terdapat unsur ketidak pastian yang tidak dapat diperhitungkan. Inilah yang menyebabkan timbulnya unsur resiko. Dengan adanya unsur resiko inilah maka timbullah jaminan dalam pemberian kredit. Prestasi atau obyek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk uang tetapi juga bisa dalam bentuk barang atau jasa. Namun demikian, karena kehidupan ekonomi modern sekarang ini didasarkan pada uang, maka transaksi-transaksi kredit yang menyangkut uanglah yang sering kita jumpai.
2)
3)
2.
Berdasarkan tujuan kegunaannya 1) Kredit Investasi Yaitu kredit yang dipergunakan untuk investasi produktif, tetapi bank akan menghasilkan dalam jangka waktu yang relatif lama. Biasanya kredit ini diberikan grace period, misalnya kredit untuk perkebunan kelapa sawit, dan lain-lain. 2)
3)
3.
Kredit jangka pendek yaitu kredit yang jangka waktunya paling lama satu tahun saja. Kredit jangka menengah yaitu kredit yang jangka waktunya antara satu sampai tiga tahun. Kredit jangka panjang yaitu kredit yang jangka waktunya lebih dari tiga tahun.
Kredit Modal Kerja Kredit yang akan dipergunakan untuk menambah modal usaha debitur. Kredit ini produktif. Kredit Konsumtif Yaitu kredit yang dipergunakan untuk kebutuhan sendiri bersama keluarganya, seperti kredit rumah atau mobil yang akan digunakan sendiri bersama keluarganya. Kredit ini tidak produktif.
Berdasarkan sektor perekonomian Merupakan kredit yang dipandang dan sektor perekonomian dibagi menjadi kredit pertanian, kredit perindustrian, kredit pertambangan, kredit eksporimpor, kredit koperasi, kredit
JENIS-JENIS KREDIT BANK Dalam praktek saat ini, secara umum terdapat beberapa jenis kredit yang diberikan oleh bank kepada para nasabahnya, menurut H. Malayu S. P Hasibuan (1999) : Jenis kredit dapat dibedakan berdasarkan jangka waktunya, tujuan/kegunaannya, sektor perekonomian, cara penggunaannya, dan berdasarkan jaminannya. 1. Berdasarkan jangka waktu, dibagi menjadi kredit jangka pendek, kredit jangka menengah, kredit jangka panjang. Ketiga macam kredit tersebut diatur dalam pasal 1 huruf d Undangundang Perbankan Nomor 14 Tahun 1967:
profesi. 4.
85
Berdasarkan cara penggunaanya 1) Kredit tunai (cash credit) Yaitu kredit yang penggunaanya dilakukan tunai atau dengan jalan pemindah-bukuan ke dalam rekening debitur atau yang ditunjuk olehnya. 2) Kredit bukan tunai (non cash credit) Kredit yang tidak diberikan langsung pada saat perjanjian dibuat, melainkan
76 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 2008
diperlukan adanya tenggang waktu tertentu sesuai dengan yang dipersyaratkan. Yang termasuk dalam kelompok kredit ini adalah : a. Bank bergaransi (jaminan bank) yaitu : berupa kesediaan tertulis dan bank untuk membayar kepada seseorang atau suatu pihak yang ditunjuk atas beban kredit pemohon jaminan bank. b.
5.
2.
3.
Letter of credit (L/C) L/C adalah surat yang dikeluarkan oleh bank (opening bank) atas permintaan pembeli (inportir) atau diteruskan kepada penjual (eksportir) sebagai suatu jaminan dan pembeli kepada penjual, atas pembayaran terhadap sejumlah barang yang dikirimkannya kepada pembeli.
masyarakat umum khususnya mereka yang memiliki usaha-usaha kecil potensial di wilayah kabupaten Jombang. Kredit konsumtif (kredit pegawai) Kredit ini diarahkan kepada pegawai di lingkup pemerintah Kabupaten Jombang Kredit program Kredit ini diarahkan pada usaha-usaha sektor informal lainnya seperti peternakan dan perikanan, perkebunan dan kehutanan serta industri dan kehutanan serta industri kecil lainnya yang dibina oleh Dinas terkait.
KERANGKA KONSEPTUAL
Gambar 1. Kerangka Konseptual
Berdasarkan Jaminannya 1) Kredit dengan jaminan Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan tertentu. Jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud. Artinya setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminan yang diberikan si calon debitur. 2) Kredit tanpa jaminan Yaitu kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter serta loyalitas si calon debitur selama berhubungan dengan bank yang bersangkutan.
METODE Bentuk Penelitian Penelitian yang digunakan dalam bentuk penelitian eksploratif (penjajakan). Penelitian penjajakan bersifat terbuka, masih mencari-cari dan belum mempunyai hipotesis dimana penelitian penjajakan sebagai langkah pertama untuk penelitian yang lebih mendalam, baik itu penelitian penjelasan atau penelitian diskriptif. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan pada Perusahaan Daerah BPR “Bank Pasar” yang berlokasi di Jl. Wahid Hasyim no. 26 Kabupaten Jombang. Jenis Dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data primer, yakni data yang diperoleh langsung dari sumbernya oleh peneliti dengan bantuan kuisioner yang telah dipersiapkan sebelumnya.
JENIS KREDIT YANG DITAWARKAN PD. BPR BANK PASAR Penyaluran kredit di PD. BPR ”Bank Pasar” Jombang diarahkan pada : 1. Kredit modal kerja (kredit pasar dan kredit umum), disalurkan kepada pedagang-pedagang kecil atau usaha-usaha kecil di pasar-pasar dan
86
Dari gambaran diatas menujukkan bahwa sebagian besar nasabah yang mengambil kredit di PD. BPR “Bank Pasar” Jombang adalah para Pegawai Negeri Sipil di lingkungan pemerintah daerah kabupaten Jombang.
Populasi Dan Sampel Populasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah masyarakat yang mengambil kredit di PD. BPR “Bank Pasar” Jombang. Jumlah sampel atau responden paling sedikit adalah sebanyak 4 atau 5 kali jumlah variabel (Malhotra,1993). Karena variabel yang digunakan sebanyak 8 maka sampel yang diambil sebanyak 5 kalinya (40 responden).
Berdasarkan tingkat pendapatan masyarakat yang mengambil kredit di PD. BPR “Bank Pasar” Jombang terlihat pada tabel berikut :
Analisa Data Analisa data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah model analisa faktor, yang digunakan untuk menguji variabel yang dipertimbangkan jika variabel-variabel tersebut dibakukan maka model analisa faktornya adalah sebagai berikut : Xi = Ai1F1 + Ai2F2 + Ai3F3 .... + AimFm + ViUi Faktor-faktor khusus tidak berkorelasi satu sama lain juga tidak ada korelasinya dengan faktorfaktor common. Faktor-faktor common dapat juga dinyatakan sebagai kombinasilinier dan variabevariabel yang dapat diamati dengan formula sebagai berikut : F1 = W11 X1 + W12 X2 + W13 X3 + ......... W1k + Wk
PEMBAHASAN Sebagaimana dikemukakan sebelumnya, analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis faktor. Dan dengan bantuan software computer SPSS diperoleh hasil sebagai berikut : 1.
Analisis Ketetapan Penggunaan Alat Untuk mengetahui cocok tidaknya alat analisis faktor yang digunakan dalam menganalisis data penelitian ini, dapat dilihat baik dari nilai Barlett Test of Sphericity maupun Kaiser Mayer Olkin measure of sampling adequacy. Berdasarkan uji diatas diperoleh hasil sebagai berikut :
HASIL Jumlah responden 40 orang nasabah yang mengambil kredit di PD. BPR “Bank Pasar” Jombang sebagai sample diperoleh diskripsi mengenai karakteristik konsumen sebagai berikut :
a.
Kaiser-Mayer-Olkin (KMO) maesure of sampling Adequacy = 0,653. KMO adalah indeks yang digunakan analisis faktor bila volume tinggi (antara
0,5
sampai 1) menunjukkan bahwa sampling Tabel 1. Karakteristik Nasabah PD. BPR “Bank pasar” Jombang Berdasarkan Jenis Pekerjaan
dalam penelitian ini memiliki tingkat kecukupan. Dengan demikian analisis faktor dapat digunakan. b.
Barlett Test of Sphericity = 85,800
Significancy = 0,00000 Bartlett's test of Sphericity adalah test statistik yang digunakan untuk menguji hipotesa nol (Ho) yang menyatakan bahwa antara variabel dalam populasi tidak berkorelasi, dengan nilai Bartlett's test of Sphericity yang tinggi Sumber : Data primer diolah (2009)
mengidentifikasikan ditolaknya Ho,
87
78 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 2008
componen. Dengan pendekatan ini dapat dikatakan bahwa 3 faktor tersebut mewakili semua variabel yang diuji. Output tersebut dapat diinterpretasikan pada ketiga komponen dan kolom % of variance adalah sebesar 68,909 %, yang artinya faktor-faktor (dimensi) yang digunakan dalam analisis faktor mampu menjelaskan variasi sebesar 68,909 %. Sedangkan output SPSS yang memperlihatkan faktor-faktor (dimensi) yang merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi nasabah dalam pengambilan keputusan mengambil kredit di PD BPR “Bank Pasar” Jombang dapat dilihat pada tabel komponen matrik sebagai berikut :
sehingga dengan demikian berarti antara variabel dalam populasi berkorelasi. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai Bartlett's test of Spheriety sebesar 85,800 dengan significance sebesar 0,000. Dari hasil ini maka Ho yang menyatakan bahwa antara variabel di dalam populasi yang tidak saling berhubungan ditolak. Dengan hasil tersebut dimana KMO nilainya cukup besar
(>0,5) dapat
dikatakan bahwa analisis faktor cocok digunakan. Demikian pula bila dilihat
Tabel 4. Componen Matrix
dari nilai Barlett Test of Sphericity 85,800 dan signifikan menunjukkan bahwa ketetapan analisis faktor dapat dipertanggung jawabkan. c.
Total Variance dan Componen Matrix Untuk mengetahui seberapa besar prosentase dari faktor-faktor (dimensi) yang digunakan dalam analisis faktor mampu menjelaskan variasi, dapat dilihat
Sumber : Data SPSS
pada tabel berikut. Suatu faktor mendukung sebuah definisi atau variabel jika memiliki nilai komponen lebih besar atau sama dengan 50%. Dari hasil perhitungan tersebut, yang menjadi faktor pendukung dalam pengambilan keputusan nasabah mengambil kredit di PD BPR “Bank Pasar” Jombang : 1. Milik Pemerintah Daerah dengan nilai component 83,5% 2. Hadiah / Bonus Bunga dengan nilai component 67,5% 3. Persyaratan mudah dengan nilai component 65,9% 4. Keramahan pegawai dengan nilai component 63,9%
Tabel 3. Total Variance Explained
Sumber : Data SPSS
Sesuai dengan tabel 4.3. maka dapat dilihat bahwa berdasarkan besarnya nilai eigenvalue dari sebanyak 8 variabel, yang mempunyai nilai Eigenvalue lebih besar dari 1 (satu) sebanyak 3
88
5.
Adiministrasi dengan nilai component 59,4%
6.
Informasi dengan nilai component 52,8%
7.
Bunga dengan nilai component 51%
Hal ini sesuai dengan tujuan utama daripada PD. BPR “Bank Pasar” Jombang adalah ikut serta memberdayakan perekonomian masyarakat Jombang umumnya, khususnya adalah para nasabah di PD. BPR “Bank Pasar” Jombang. 8. Proses cepat bukan merupakan faktor pendukung dalam pengambilan keputusan nasabah mengambil kredit di PD BPR “Bank Pasar” Jombang, karena memiliki nilai komponen kurang dari 50% atau hanya sebesar 20,7%. Hal ini perlu menjadi perhatian bagi pihak manajemen PD.BPR “ Bank Pasar” Jombang. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa lambatnya proses pencairan kredit adalah dikarenakan prinsip kehati-hatian dari pihak bank dalam penyaluran kredit. Para analis kredit berprinsip bahwa proses kehati-hatian ini sangat penting agar tidak terjadi kredit macet, sehingga nasabah yang menerima adalah benar-benar telah teruji dan mempunyai prospek yang bagus dimasa yang akan datang. Salah satu faktor yang tak kalah pentingnya adalah faktor pelayanan. Dengan adanya pelayanan yang cepat dan tanggap serta adanya keramahan pegawai, diharapkan keinginan dan kebutuhan dari para nasabah akan terpuaskan, sehingga akan tercipta loyalitas nasabah. SIMPULAN DAN SARAN
Keterangan 1.
Variabel milik Pemerintah Daerah merupakan faktor yang paling mempengaruhi masyarakat untuk mengambil kredit di PD. BPR “Bank Pasar” Jombang
2.
3.
4.
5.
6.
7.
yang ditunjukkan dengan nilai
komponen 83,5%. Hadiah atau bonus potongan bunga merupakan faktor kedua yang mempengaruhi konsumen dalam pengambilan keputusan mengambil kredit di PD. BPR Bank pasar Jombang yang ditunjukkan dengan nilai komponen sebesar 67,5%. Adanya hadiah berupa potongan bunga atau penghapusan bunga pinjaman apabila nasabah tersebut menutup pinjaman sebelum jatuh tempo merupakan salah satu bentuk perhatian dari pihak PD. Variabel persyaratan yang mudah merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi nasabah mengambil kredit di PD. BPR “Bank Pasar” Jombang dengan nilai component 65,9%. Keramahan pegawai merupakan faktor ke empat yang mempengaruhi nasabah mengambil kredit di PD. BPR “Bank Pasar” Jombang dengan nilai component 63,9%. Di bisnis jasa perbankan faktor pelayanan merupakan bagian penting bagi kepuasan nasabah. Adiministrasi merupakan faktor kelima yang mempengaruhi nasabah mengambil kredit di PD. BPR “Bank Pasar” Jombang dengan nilai component 59,4% Hal ini menunjukkan bahwa keringanan biaya administrasi merupakan faktor yang menjadi pertimbangan nasabah. Faktor Informasi merupakan faktor ke enam yang mempengaruhi nasabah mengambil kredit di PD. BPR “Bank Pasar” Jombang dengan nilai component 52,8%. Hal ini dikarenakan banyak masyarakat yang belum tahu tentang keberadaan PD. BPR Bank Pasar Jombang. Bunga dengan nilai component 51%. Untuk masalah tingkat suku bunga, apabila dibandingkan dengan bank yang sejenis, maka sebenarnya tingkat suku bunga di PD. BPR “Bank Pasar” Jombang adalah cukup menarik.
Simpulan 1. Faktor utama yang mempengaruhi masyarakat untuk mengambil kredit di PD. BPR “Bank Pasar” Jombang adalah keyakinan masyarakat bahwa PD. BPR “Bank Pasar” Jombang sebagai bank resmi yang kegiatan operasionalnya dijamin oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Jombang. 2. Faktor-faktor lain yang perlu mendapat perhatian dari pihak pengelola PD. BPR “Bank Pasar” Jombang adalah faktor pelayanan kepada masyarakat, kemudahan prosedur, serta keramahan pegawai serta tingkat suku bunga, karena faktor-faktor tersebut mempengaruhi masyarakat mengambil keputusan menjadi nasabah PD. BPR “Bank Pasar” Jombang.
89
80 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 2008
3.
Lambatnya proses pencairan kredit adalah
DAFTAR RUJUKAN AA. Anwar Prabu Mangkunegara, Prilaku Konsumen, PT. Eresco, Bandung,1998
dikarenakan prinsip kehati-hatian dari pihak bank dalam penyaluran kredit. Para analis kredit berprinsip bahwa proses kehati-hatian ini
Alex Nitisemito, Marketing, Jilid I, Jakarta, 1997
sangat penting agar tidak terjadi kredit macet.
Anto Dajan, Pengantar Metode Statistrik Jilid II, Cetakan Kesebelasan, LP3ES, Jakarta ,1996
Saran Dari kesimpulan tersebut diatas, maka saran-saran yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut : 1. Sebagai badan yang bergerak di bidang jasa keuangan, maka hendaknya PD. BPR “Bank Pasar” Jombang perlu memahami dan melakukan pendekatan terhadap perilaku dari masyarakat sesuai dengan latar belakang sosial dan budaya. 2. Hal lain yang perlu dilaksanakan oleh pihak PD. BPR “Bank Pasar” Jombang adalah adanya pemeliharaan hubungan baik diantara nasabah yang ada selama ini, sehingga ke depan mereka nantinya akan jadi mitra yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak. 3. Faktor lain yang tak kalah pentingnya adalah peningkatan pelayanan yang baik kepada masyarakat, karena hal tersebut akan berhubungan langsung dengan para nasabah. 4. Perlu sosialisasi kepada masyarakat tentang keberadaan serta fungsi dari PD. BPR “Bank Pasar” Jombang yaitu memberikan informasi yang sejelas-jelasnya kepada masyarakat, sebagai upaya untuk menghindarkan masyarakat dari para renternir yang sangat merugikan masyarakat. 5. Diberikan kemudahan atau prosedur untuk menjadi nasabah PD. BPR “Bank Pasar” Jombang. Pemberlakukan tingkat suku bunga yang tidak memberatkan kepada masyarakat, karena sesuai dengan tujuannya yaitu untuk membantu masyarakat dalam usaha memberdayakan perekonomian masyarakat desa.
Basu swastha, Prilaku Konsumen, Penerbit PT. Eresco, Bandung, 1987 Buchori Alma, Manajemen Pemasaran dan pemasaran Jasa, IKAPI, Bandung, 1998. Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, Penerbit Intermedia,Jakarta,1995. Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi, Metode Penelitian Survey, Edisi Revisi, LP3ES,Jakarta,1989 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, Jilid I, Erlangga, Jakarta, 1992 Rambat Lupiyodi,2001, Manajemen Pemasaran Jasa, Teori dan Praktek, Penerbit Salemba,Empat, Jakarta. Suharsmi Arikunto,1990, Metode Penelitian Lapangan, Edisi II, BPFE UGM, Yogyakarta. Subagyo, dkk, Bank dan Lembaga Keuangan Lainya, Bagian Penerbit STIE YKPN, Yogyakarta, 1997. T. Hani Handoko, ConsumerBehavior (Prilaku Konsumen), Jilid I, YKPN, Yogyakarta, 1987. William J.Stanton, Manajemen Pemasaran, Jilid I, Jakarta,1997. Peraturan Menteri dalam Negeri No. 22 Tahun 2006, TentangPengelolan Bank Perkreditan rakyat Milik Pemerintahan Daerah. Peraturan Bank Indonesia No.8/19/PBI/2006 Tentang Kualitas Aktiva Produktif BPR. Perda No.26 Tahun 1994 Tentang PD BPR”Bank Pasar” Jombang.
90
DAFTAR RUJUKAN AA. Anwar Prabu Mangkunegara, Prilaku Konsumen, PT. Eresco, Bandung,1998 Alex Nitisemito, Marketing, Jilid I, Jakarta, 1997 Anto Dajan, Pengantar Metode Statistrik Jilid II, Cetakan Kesebelasan, LP3ES, Jakarta ,1996 Basu swastha, Prilaku Konsumen, Penerbit PT. Eresco, Bandung, 1987 Buchori Alma, Manajemen Pemasaran dan pemasaran Jasa, IKAPI, Bandung, 1998. Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, Penerbit Intermedia,Jakarta,1995. Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi, Metode Penelitian Survey, Edisi Revisi, LP3ES,Jakarta,1989 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, Jilid I, Erlangga, Jakarta, 1992 Rambat Lupiyodi,2001, Manajemen Pemasaran Jasa, Teori dan Praktek, Penerbit Salemba,Empat, Jakarta. Suharsmi Arikunto,1990, Metode Penelitian Lapangan, Edisi II, BPFE UGM, Yogyakarta. Subagyo, dkk, Bank dan Lembaga Keuangan Lainya, Bagian Penerbit STIE YKPN, Yogyakarta, 1997. T. Hani Handoko, ConsumerBehavior (Prilaku Konsumen), Jilid I, YKPN, Yogyakarta, 1987. William J.Stanton, Manajemen Pemasaran, Jilid I, Jakarta,1997. Peraturan Menteri dalam Negeri No. 22 Tahun 2006, TentangPengelolan Bank Perkreditan rakyat Milik Pemerintahan Daerah. Peraturan Bank Indonesia No.8/19/PBI/2006 Tentang Kualitas Aktiva Produktif BPR. Perda No.26 Tahun 1994 Tentang PD BPR”Bank Pasar” Jombang.