EKSIS
Jurnal riset ekonomi dan bisnis
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) PGRI Dewantara Jombang
VOL III Nomor 2 Juni 2008
JURNAL EKSIS SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PGRI DEWANTARA JOMBANG VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008
DAFTAR ISI
Rachyu Purbowati
Peranan Sosial dan Ekonomi Auditing Dalam Peningkatan Good Corporate Governance (GCG)
Dina Eka Shofiana
Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Masyarakat Dalam Keputusannya Menjadi Nasabah Di Perum Pegadaian Syari'ah Sidoarjo.
Nurdiana
Evaluasi Atas Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban Sebagai Dasar Penilaian Prestasi Departemen Produksi Pada Perusahaan Rokok PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan”
Wiwin Indahyani Rita Mutiarni
Hubungan Antara Motivasi Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Pada PT. Suzuki Finance Indonesia Cabang Surabaya “
Dwi Ermayanti S
Pengaruh Pengumuman Deviden Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia
Siti Zuhroh Agung Budi
Analisis Perilaku Konsumen Dalam Melakukan Pembelian Produk Furnitur B-Stylish di Toko Prambanan Jombang
Abd. Rohim
Studi Perilaku Konsumen Produk Furniture Di Jombang
Yuniep Mujati S
Analisis Ratio Keuangan Untuk Menilai Kinerja Pada Perusahaan Automotive And Allied Products Di Bursa Efek Indonesia
KATA PENGANTAR
Jurnal Riset Ekonomi dan Bisnis EKSIS Volume III Nomor 2, Juni 2008, yang diterbitkan oleh STIE PGRI Dewantara Jombang hadir dengan memuat sejumlah artikel pilihan, baik artikel konseptual maupun artikel laporan hasil penelitian. Jurnal EKSIS ini dapat terbit karena adanya komitmen pemimpin STIE PGRI Dewantara Jombang dan kerjasama berbagai pihak, untuk itu ucapan terima kasih kami sampaikan. Penulis artikel dalam terbitan kali ini tidak hanya dari kalangan internal maupun eksternal. Semoga misi utama jurnal ini sebagai media informasi dan komunikasi dapat tercapai. Semoga kehadiran jurnal ini bermanfaat bagi kita semua.
Jombang, 2008 Ketua Jurnal Riset Ekonomi dan Bisnis EKSIS
Peranan Sosial dan Ekonomi Auditing Dalam Peningkatan Good Corporate Governance (GCG) Rachyu Purbowati Abstract Financial information presented as the company can not be trusted as such by the community because of the inherent privacy interest in the report. So that the community requires that independent third parties that act as "disease" that will review the fairness, truth, to accurate information to the public. This is important to protect the public from information that is not true or false about the company. Usually they are given, or believed by the public trust to do this function is a public accountant or independent accountants who manage and control is also done by the public either through the government, particular institutions, organizations, communities, professions. In fact in this context the independent accountants have the implicit "social contract" with society. Provide greater confidence in public accountants to represent to the review and provide a report to the public testimony on the information reported
Pendahuluan perusahaan multinasional. Tidak terasa pemerintah, masyarakat bahkan pola fikir kita juga sudah dipengaruhi oleh cara berfikir kapitalis yang menguasai perusahaan multinasional itu. Perusahaan ini tentu harus juga memiliki tanggungjawab kepada masyarakat sehingga dia harus meminimalkan munculnya social cost dan memaksimalkan munculnya social benefit. Salah satu media pertanggungjawaban perusahaan kepada masyarakat adalah melalui laporan keuangan. Laporan keuangan ini disusun dengan menggunakan standar akuntansi yang ditetapkan oleh suatu lembaga resmi baik pemerintah maupun organisasi profesi. Standar ini disusun bukan hanya memperhatikan kepentingan perusahaan, pemilik, investor tetapi juga kepentingan pemerintah dan masyarakat. Maka itu auditing tidak terlepas pada lingkungan Laporan keuangan selaku informasi yang disajikan perusahaan tidak bisa dipercaya begitu saja oleh masyarakat karena kepentingan pribadinya yang melekat dalam laporan itu. Sehingga masyarakat membutuhkan pihak ketiga yang independent yang berfungsi selaku “penyakit” yang akan memeriksa kewajaran , kebenaran, ke akuratan informasi yang disampaikan kepada masyarakat. Hal ini penting untuk melindungi masyarakat dari informasi yang tidak benar atau palsu tentang perusahaan itu. Padahal informasi ini sangat mempengaruhi perilaku masyarakat yang membaca nya. Biasanya mereka yang diyakini atau diberi
Peran akuntan independent dalam penegakan Corporate governance sangat besar. Namun, peran tersebut tidak akan berjalan bila tidak didukung governance dari profesi akuntan dan kemauan dari manajemen perusahaan atas terpenuhinya independensi dan transparasi. Sebaliknya peran akuntan hanya menjadi suatu kepatuhan yang dipenuhi karena undang-undang tapi tidak memberi nilai tambah bila opini yang diberikan tidak dapat diandalkan oleh publik. Dengan peran yang penuh, akuntan independent tidak lagi menjadi kambing hitam bagi keraguan publik bahwa kegagalan suatu perusahaan disebabkan oleh kekurangan yang tidak terdeteksi oleh akuntan tapi karena kesalahan dalam pengambilan keputusan bisnis. Erik (2005) Akuntan independent memegang peranan penting dengan alasan : Agency Theory, pihak yang berkepentingan dalam transaksi keuangan dan bisnis sangat komplek, interaksi antara agen dan prinsipan terkadang saling bertentangan. Moral hazard, manajemen sebagai pengelola perusahaan memiliki kepentingan yang tidak selalu selaras dengan pemilik perusahaan, penyalahgunaan wewenang, ataupun penggelapan dalam dalam perusahaan kerap dilakukan. Tidak dapat disangkal auditing tidak dapat terlepas dari lingkungan dan masyarakat dan tidak dapat disangkal pula bahwa secara tidak langsung dunia saat ini dikuasai oleh konglomerat atau
Rachyu Purbowati, Dosen STIE PGRI Dewantara Jombang
3
4 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008 kepercayaan oleh masyarakat untuk melakukan fungsi ini adalah akuntan publik atau akuntan independent yang mengatur dan pengawasannya juga dilakukan oleh masyarakat baik melalui pemerintah, lembaga tertentu, organisasi, masyarakat, profesi maupun gabungannya. Pengawasan ini penting karena fungsi ini melayani masyarakat. Sebenarnya dalam konteks ini akuntan independent secara implisit memiliki “social contract” dengan masyarakat. Masyarakat memberikan kepercayaan besar terhadap akuntan untuk mewakili nya memeriksa dan memberikan laporan kepada masyarakat atas kesaksiannya pada informasi yang dilaporkan. Oleh karenanya profesi ini tidak akan eksis jika masyarakat tidak menaruh kepercayaan terhadapnya. Jika akuntan publik ini masih ingin dihargai oleh masyarakat maka ia harus dapat meyakinkan masyarakat bahwa ia dapat dipercaya. Tingkat kepercayaan ini merupakan modal utama profesi akuntansi. Peran sosial bagi corporate auditing juga harus diletakkan pada konteks yang lebih luas terhadap isu–isu umum tata kelola corporate, berbagai mekanisme organisasional yang ada secara eksternal dan internal untuk mengawasi dan mengendalikan entitas corporate dan manajemennya. Para akuntan kritis membantah bahwa laporan sosial dan lingkungan akan meningkatkan transparansi dan tanggungjawab, yang pada gilirannya akan mendorong kearah meningkatnya kendali demokratis (Gray, 1998). Sudut pandang ini tidak menyatakan bahwa auditing mungkin benar-benar mengendalikan Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi pokok permasalahan adalah : 1. Bagaimana menilai laporan keuangan selaku informasi yang disajikan perusahaan bisa dipercaya oleh masyarakat. 2. Bagaimana menilai akuntan publik yang independen yang bisa dipercaya oleh masyarakat. 3. Bagaimana menilai opini auditor yang bisa dipercaya oleh masyarakat. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Memberikan tambahan gambaran tentang dinamika yang terjadi didalam suatu perusahaan yang berkaitan dengan laporan keuangan 2. Memberikan kepercayaan kepada masyarakat tentang indepensi dari seorang aditor
3. Menberikan keyakinan terhadap masyarakat tentang opini yang dibuat oleh seorang auditor 4. Memberikan kontribusi untuk masyarakat dalam menilai auditor supaya lebih baik lebih independen.dan lebih dipercaya. Pembahasan Peran Ekonomi Auditing Hubungan manusia menghasilkan keputusankeputusan dan tindakan-tindakan ekonomi, bagaimanapun, mencakup beberapa urutan doubt, uncertainty, verification, assurance dan comfort yang ditunjukkan dalam konteks sosial. Banyak dari aktivitas manusia yang dikembangkan dalam masyarakat dapat diobsevasi konsekuensi ekonominya. Hubungan yang ditetapkan manusia pada tingkat individual atau organisasional secara bentuk menghasilkan pengaruh yang dapat diidentifikasi dan bentuk pengukuran manfaat ekonomi dan dikaitkan dengan biaya. Peran ekonomi auditor adalah bertindak sebagai agen lebih lanjut untuk pemilik (dan mungkin, kelompok lain) dalam situasi dimana ada insentif kontrak untuk melengkapi seperti suatu audit (Antle, 1982). Keberadaan Audit membantu dalam menghindari konflik kontraktual potensial antara manajemen entitas dan pemiliknya dan kepentingan eksternal lain yang akan dirugikan secara ekonomi. Peran ekonomi dari auditing merupakan salah satu satu penyampaian Wallace ( 1985) dalam konteks teori agen dalam lingkungan yang tak diatur dan yang diatur. Dia menguraikan audit berfungsi sebagai suatu layanan ekonomi, dan membantah arti penting historisnya atas dasar pengamatan akan keberadaannya dari waktu ke waktu dalam lingkungan ekonomi yang tidak diatur. Argumentasi Wallace mempunyai kaitan dengan peran ekonomi auditing dari perspektif kepentingan diri peserta dalam perilaku ekonomi yang terorganisir. Dia juga mengartikulasikan statemen berkenaan dengan masalah ekonomi yang lebih umum dan peran auditing. Pertama, dia melihat auditing tingkat keandalan informasi keuangan, dengan begitu membantu mengurangi resiko yang berhubungan dengan pengambilan keputusan ekonomi. Kedua, dia
5 mempertimbangkan berbagai manfaat lain ekonomi dari aktivitas audit sebagai contoh, pencegahan penipuan dan penyalahgunaan lain, dan pemenuhan dengan peraturan ; meningkatkan sistem kontrol dan informasi, dan efisiensi operasi; membantu dalam menaksir capaian managerial dan organisatoris; dan mengakses satuan pelaporan dasar pelanggan , dan ketetapan dari layanan yang lain. Fungsi Audit Yang Efektif Fungsi auditing sejak awal sampai saat ini telah melalui berbagai perkembangan dan proses sesuai kebutuhan dan tuntutan lingkungan dan masyarakat. Bailey (1979) menyatakan bahwa tujuan audit pada awalnya adalah bertujuan untuk mencari kesalahan, kecurangan, pedoman, kemudian tujuan pedomannya hilang, baru kemudian menyatakan kebenaran dari neraca dan laba rugi, kemudian sejak tahun 1930 bertujuan merumuskan suatu pendapat tentang kewajaran laporan keuangan. Auditing menurut Konrath (2002) adalah sebuah proses yang sistematis yang bertujuan untuk mendapatkan dan menilai bukti atas pengakuan tentang kegiatan dan kejadian ekonomis untuk memastikan tingkat kesesuaian antara pengakuan dan kriteria yang ditetapkan dan mengkomunikasikan hasil kepada pihak lain yang berkepentingan. Sedangkan proses auditing adalah kegiatan yang dilakukan oleh seorang auditor untuk mengumpulkan bukti melalui berbagai cara sehingga ia memiliki keyakinan untuk menyatakan pendapat atas kewajaran laporan keuangan yang disajikan manajemen. Fungsi Internal Audit harus menjelaskan misi, wewenang, kewajiban, dan tanggung jawab fungsi internal audit. Dan juga harus mempunyai staf yang kompeten, peningkatan kompetensi auditor secara signifikan dilakukan melalui program sertifikasi profesi, baik tingkat nasional maupun internasional. Kesimpulan auditor bukan bukti tetapi keyakinan terhadap kecukupan bukti. keyakinan ini adalah hasil dari pemahaman professional dari seorang auditor yang memiliki persyaratan antara lain seperti yang diatur dalam standar umum diatas, kompetensi, logika, sikap tidak memihak, bebas dari
segala kepentingan, dan bekerja secara hati-hati dan selalu menggunakan cara due care yang dipadu oleh kamampuan profesional dan sikap, tingkah laku sesuai kode etik. Saat ini sayangnya menurut Bambang Sudibyo (2001) sikap ideal ini sudah diredusir menjadi hanya sebatas “Bukti Mati” . akibatnya profesi akutansi kehilangan integritasnya dimata sebagian besar masyarakat, sehingga nantinya suatu saat bisa mengakibatkan putusnya kontrak sosial yang disepakatinya dengan masyarakat secara alamiah. Hal ini harus selalu dijaga oleh pemerintah, badan profesi dan auditor sendiri. Maka dalam konteks ini auditing harusnya didukung oleh moral agama yang kuat pasti akan semakin relevan. Profesi auditor harus bermodalkan reputasi, integritas, moralitas, etika dan independensi. Profesi ini adalah profesi terhormat sehingga aspek moralnya lebih utama, sedangkan keahlian tehnis sebenarnya sekunder (Woolf, 1990). Usaha Dalam Peningkatan Good Corporate Governance Usaha untuk peningkatan Corporate Governance sudah muncul sedikitnya empat area. Menurut Baker, R.C., & Owsen, D.M. (2002) didalam Area pertama melibatkan struktur organisasi dewan direktur ( O'Sullivan, 2000). Sebagai contoh, pembatasan harus ditempatkan pada banyaknya wakil manajemen pada dewan direktur. Area kedua melibatkan peran panitia audit dan membatasi keanggotaan panitia audit ke para direktur mandiri ( Rosenstein& Wyatt, 1990). Area yang ketiga melibatkan seleksi auditor eksternal oleh panitia audit dewan direktur ( Cohen et Al., 2000). Area yang keempat melibatkan pengurangan perbedaan antara kompensasi CEO dan kompensasi rata-rata karyawan dalam perusahaan ( Colvin, 2001). Sebagai konsekuensi, kita membantah bahwa ada suatu kebutuhan untuk mekanisme tambahan untuk meningkatkan Corporate Governance. Mengenai ini, kita menyatakan bahwa perhatian lebih lanjut harus diberikan untuk meningkatkan peran auditing di dalam Corporate Governance. Salah satu usaha peningkatan GCG menurut (Restianti,2005) adalah pengawasan profesi dan independensi akuntan. Pengawasan profesi dapat meningkatkan kepatuhan atas kode etik dan norma
6 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008 profesi (Joseph Fan, 2002). Siapapun yang melakukan pengawasan haruslah mampu mendisiplinkan anggota profesi. Governance yang baik dalam organisasi memang harus dimulai dari diri sendiri yaitu integritas dan komitmen yang tinggi untuk menjalankan tugas dengan standar, norma dan kode etik yang berlaku. Begitu juga independensi mutlak harus dipenuhi untuk meningkatkan Good Corporate Governance Simpulan Akuntan mempunyai peranan disemua prinsip CG. Namun demikian, prinsip yang berhubungan langsung dengan profesi akuntan adalah prinsip transparasi (transparency). Prinsip ini merupakan bagian penting dari upaya untuk melindungi kepentingan dari berbagai pihak yang berkepentingan dengan korperasi, termasuk pemegang saham. Akuntan independent secara implisit memiliki “social contract” dengan masyarakat. Masyarakat memberikan kepercayaan besar terhadap akuntan untuk mewakilinya memeriksa dan memberikan laporan kepada masyarakat atas kesaksiannya pada informasi yang dilaporkan. Begitu juga Peran ekonomi, auditor adalah bertindak sebagai agen lebih lanjut untuk pemilik (dan mungkin, kelompok lain) dalam situasi dimana ada insentif kontrak untuk melengkapi seperti suatu audit. Usaha untuk peningkatan Corporate Governance ada sedikitnya empat area. Area pertama melibatkan struktur organisasi dewan direktur, Area kedua melibatkan peran panitia audit dan membatasi keanggotaan panitia audit ke para direktur mandiri. Area ketiga melibatkan seleksi auditor eksternal oleh panitia audit dewan direktur. Area keempat melibatkan pengurangan perbedaan antara kompensasi CEO dan kompensasi rata-rata karyawan dalam perusahaan.
7
DAFTAR PUSTAKA
Baker, R.C., & Owsen, D.M. (2002). Increasing the Role of Auditing in Corporate Governance. Critical Perpectives on Accounting, 13, 783395. Bailey, Larry P (1979) Contemporary Auditing, Harper & Row Publisher New York Doost, R.K. (1997). Viewpoint: Ethical Standards or Accounting Standards for Developing Countries: which one should come first? Managerial Auditing Journal, 12(9), 506508. Erick (2005). Quo Vadis? Internal Audit BUMN. Media Akuntansi, 46(12/06) , 40-41.
Hastuti, T.D. (2005). Hubungan antara Good Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan dengan Kinerja Keuangan. Makalah disampaikan pada SNA VIII, Solo, 15 – 16 Sepetember. Konrath, Larry F (2002), Auditing, A Risk Analysis th Approach, 5 Edition, South-Western, Cincinnati, Ohio. Mautz, R. K., & Sharaf, H.A. (1961). The Philosophy of Auditing. American Accounting Association. Florida. Power, M.K. (2003). Auditing and the Production of Legitimasi. Accounting, Organizations and Society, 28, 379-394.
Ezzamel, M., & Willmott, H. (1993). Corporate Governance and Financial Accountability; Recent Reform in the UK Public Sector. Accounting, Auditing and Accountability Journal, 6(3), 109-132.
Safriliana,Retna (2003). Peran Akuntan Pemerintah Sebagai Upaya Menciptakan GCG di Perusahaan Publik. Media Akuntansi, 34(07/10) , 68-70.
Fan, Joseph P.H, et all (2002), Do Eksternal Auditor Perform a Corporate Governance Role in Emerging Market? Evidence in East Asia
Restiati, Heli (2005). Akuntan Independen dan Good Corporate Governance. Media Akuntansi, 36(10/11) , 65-67.
Fogarty, T.J., Mohammed E.A.H & J. Edward K. 1994. Political Aspects of Financial Accounting Standard Setting in the USA. Accounting, Auditing and Accountability Journal, 7(4) , 22-46.
Lee, T. (1993). Corporate Accounting Theory. Chapman & Hall. London Wolf, Emile(1990), Auditing Today, Forth Edition, Prentice Hall, New York.
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MASYARAKAT DALAM KEPUTUSANNYA MENJADI NASABAH DI PERUM PEGADAIAN SYARI'AH SIDOARJO". Dina Eka Shofiana
Abstract Knowing consumer behaviour is one important thing for company in order to be able to serve their consumers well, even more than they want, to get the last goal that is still to be a choice for its consumers who give profit for company. The research which held in Perum Pegadaian Syariah Sidoarjo showed that from several variable influencing consumer to come to company, variable : Marketing Mix, Reference, and Psychology are the most dominant. Key words: Consumer behaviour, marketing mix, reference, psychology.
respon atau tanggapan konsumen terhadap produk atau jasa yang ditawarkan. Mengingat betapa pentingnya konsumen terhadap produk dan jasa pegadaian, maka pihak Perum Pegadaian menjawab keinginan sebagian konsumen muslim di Indonesia, untuk melaksanakan transaksi pinjam-meminjam yang bebas dari unsur riba. Perum pegadaian sebagai lembaga keuangan yang bergerak di sektor usaha penyaluran pinjaman secara gadai yang didasarkan pada penerapan prinsip syari'ah Islam dalam transaksi ekonomi. Gadai Syari'ah (Rohn) adalah produk jasa gadai yang berlandaskan pada prinsip-prinsip syari'ah dengan mengacu sistem administrasi modern. Gadai Syari'ah (Rohn) dalam hukum Islam dilakukan secara sukarela atas dasar tolong menolong dan tidak untuk mencari keuntungan, sedangkan gadai menurut hukum Perdata disamping berprinsip tolongmenolong juga menarik keuntungan melalui sistem bunga atau sewa modal yang diterapkan di muka. Dalam Hukum Islam tidak dikenal istilah "Bunga Uang" dengan demikian dalam transaksi gadai syari'ah tidak dikenakan tambahan pembayaran atas pinjaman yang diterima, namun demikian masih dimungkinkan bagi penerima gadai untuk memperoleh imbalan berupa sewa tempat penyimpanan barang jaminan. Berdasarkan SE No 3350/US-09.00/2005 maka penulis memahami betapa pentingnya pemahaman
Konsumen sangat beraneka ragam dalam suatu kelompok kehidupan, baik itu usia, pendapatan, tingkat pendidikan dan mobilitas maupun seleranya. Oleh karena itu pengambilan keputusan (decition maker) baru kemudian dengan kebutuhan mereka. Umumnya perusahaan tersebut yang bertujuan untuk mendorong seseorang mengadakan pembelian barang atau jasa yang dihasilkan. Dengan mempertimbangkan konsumen melakukan tindakan pembelian terhadap suatu barang tertentu, maka perusahaan harus mempelajari dan menyelidiki mengapa seseorang memilih untuk membeli barang tersebut. Disamping itu juga harus diperhatikan bahwa seseorang mengadakan pembelian terhadap barang atas pertimbangan yang irasional. Atas dasar hal-hal tersebut di atas maka perusahaan mengerti perilaku konsumen sebelum memasarkan barang produksinya. Perilaku konsumen secara umum dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor dan faktor-faktor itu baik secara individu maupun secara bersama-sama dapat berpengaruh terhadap keputusan seseorang melakukan pembelian, baik dalam memilih produk atau jasa. Penentuan saat bertransaksi maupun tempat dimana harus transaksi. Oleh karenanya perusahaan harus mengetahui bagaimana perilaku konsumen dalam memilih suatu jenis produk atau jasa yang paling disukai dan diminati oleh masyarakat. Disamping itu perusahaan dituntut untuk mengetahui
Dina Eka Shofiana, Dosen Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang
8
9 tentang perilaku konsumen yang mempengaruhi dalam keputusannya untuk menjadi nasabah di Perum Pegadaian Syari'ah di Sidoarjo, maka peneliti mengambil judul " Seiring dengan pembukaan cabang Pegadaian Syari'ah di Sidoarjo pada bulan Mei 2005 yang mana dengan pertambahan baik nasabah dan konsumen yang telah mencapai 17,45%. TINJAUAN PUSTAKA Pemasaran Alex S. Nitisemito, mengemukakan : "Pemasaran adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk memperlancar arus barang dan jasa dari produsen ke konsumen secara paling efektif dan maksud untuk menciptakan permintaan efektif". (Nitisemito Alex S. 1982. hal 13). Philip Kotler mengemukakan : "Pemasaran adalah kegiatan manusia yang diarahkan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran".(Kotler Philip. 1984. hal 5) Konsep Pemasaran Ditinjau secara definisi, konsep pemasaran dapat dikatakan bahwa : “Konsep pemasaran adalah sebuah falsafah bisnis yang mengatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup".(DH Swastha Basu dan Irawan. 1991. hal 10) Philip Khotler mengemukakan : "Konsep pemasaran adalah terdiri dari penentuan kebutuhan dan keinginan secara efektif dan lebih efisien dari yang dilakukan para pesaing". (Kotler Philip. Hal 21) Konsep pemasaran cenderung menekankan bahwa semua kegiatan perusahaan harus diarahkan pada penemuan pemuasan terhadap kebutuhan atau keinginan konsumen. Bagi pengusaha yang mengenal pemasaran merupakan faktor terpenting untuk mencapai sukses perusahaan. Karena akan mengetahui adanya cara dan falsafah baru untuk
memasarkan hasil produknya. Secara singkat konsep pemasaran berorientasi pada kebutuhan dan keinginan konsumen yang didukung oleh usaha pemasaran yang terpadu dan diarahkan pada terciptanya kepuasan konsumen sebagai kunci untuk memenuhi tujuan-tujuan organisasi. Oleh karena itu perusahaan yang memutuskan untuk beroperasi dalam pasar yang luas perlu mengidentifikasikan segmen pasar yang paling menarik atau menguntungkan sehingga dapat dilayani secara efektif. Pemasaran Jasa Pemikiran pemasaran pada mulanya berkembang dari penguatan produk fisik, sementara itu pertumbuhan jasa yang luar biasa telah menjadi salah satu megatren utma. Hal ini mendorong timbulnya perhatian dalam masalah-masalah pemasaran jasa. Banyak bisnis jasa yang tidak menggunakan teknik manajemen atau pemasaran formal. Dalam bisnis produk, produk tersebut hampir standar dan terpanjang dirak, menunggu pelanggan untuk mengambilnya, membayar dan pergi dalam bisnis jasa membutuhkan pemasaran eksternal, pemasaran internal dan interaktif pemasaran eksternal menggambarkan pekerjaan normal yang dilakukian perusahaan untuk menyiapkan, menetapkan harga, mendistribusikan dan mempromosikan jasa itu kepelanggan. Pemasaran internal menggambarkan pekerjaan yang dilakukan perusahaan untuk melatih dan memotivasi karyawannya agar melayani pelanggan dengan baik. Pemasaran interaktif menggambarkan keahlian karyawan dalam melayani pelanggan. Jasa Menurut Kotler (2000 : 98), Jasa adalah sikap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, pada dasarnya tidak berwujud atau tidak mengakibatkan kepemilikan. Produksi jasa bisa bersamaan dengan produk fisik maupun tidak. Sedangkan Payne (1993 :28) menyatakan bahwa sebuah jasa merupakan aktivitas di mana mempunyai banyak elemen yang tidak tampak yang
10 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008 berkaitan dengan hal tersebut, yang melibatkan banyak interaksi dengan konsumen atau dengan sifatsifat di dalam kepemilikannya, bukan hasil dalam transfer kepemilikan. Sebuah perubahan dalam kondisi mungkin mengakibatkan atau tidak mengakibatkan produksi jasa berkaitan erat dengan produk fisik. Perum Pegadaian Syari'ah Sidoarjo, sangat berkaitan dengan produk jasa sebelum konsumen masuk proses pelayanan. Beberapa bagian dari jasa mungkin disiapkan terlebih dulu seperti sarana fisik (gedung, etalase, kursi tunggu, mesin hitung, komputer dll) sebelum konsumen memasuki proses pelayanan jasa, sehingga bagian penting dari jasa berada pada interaksi dengan para konsumen dan keberadaan dari jasa. Barang-barang yang bersifat fisik terlebih dulu diproduksi oleh pabrik kemudian jasa diproduksi di dalam proses dimana konsumen berinteraksi dengan sumber-sumber produksi dari perusahaan jasa. (Gronroos, 1998 : 112). Tawaran perusahaan kepasar biasanya mencakup beberapa jasa dapat merupakan bagian kecil atau bagian utama dari total penawaran. Bahkan penawaran itu dapat berkisar dari barang murni disatu pihak ke jasa murni dipihak lain. Menurut Kotler (1994 : 549) penawaran dapat dibedakan menjadi lima kategori : 1. Barang berwujud murni, disini penawaran hanya terdiri dari barang berwujud, tiak ada jasa yang menyertai produk itu. 2. Barang berwujud yang disertai jasa, disini penawaran hanya terdiri dari barang berwujud yang disertai dengan satu atau lebih jasa untuk mempertinggi daya tarik konsumennya 3. Campuran. disini penawaran hanya terdiri dari barang dan jasa dengan proporsi yang sama. 4. Jasa utama yang disertai barang dan jasa tambahan, disini penawaran hanya terdiri dari jasa utama dengan jasa tambahan atau barang pelangkap. 5. Jasa murni, disini penawaran hanya terdiri dari jasa.
Pemasaran Jasa. Menurut Buchari Alma, ( 1998 : 89) pengertian dari pemasaran jasa yakni : “ Suatu kegiatan atau tindakan yang dapat ditawarkan oleh produsen kepada konsumen, dimana produk yang ditawarkan dapat berbentuk tidak berwujud atau berwujud bagi konsumen yang menginginkannya “ Perilaku Konsumen Konsumen sangat beraneka ragam dalam suatu kelompok kehidupan, baik itu usia, pendapatan, tingkat pendidikan dan mobilitas maupun seleranya. Umumnya perusahaan barang dan jasa ingin memahami dari kebutuhan tersebut bertujuan untuk mendorong seseorang mengadakan pembelian barang atau jasa yang dihasilkan. Dengan mempertimbangkan konsumen melakukan tindakan pembelian terhadap suatu barang tertentu, maka perusahaan harus mempelajari dan menyelidiki mengapa seseorang memilih untuk membeli barang tersebut. Disamping itu juga harus diperhatikan bahwa seseorang mengadakan pembelian terhadap barang atas pertimbangan yang irasional. Atas dasar hal-hal tersebut di atas maka perusahaan mengerti perilaku konsumen sebelum memasarkan barang produksinya. Arti dari pada perilaku konsumen adalah sebagai berikut : Perilaku konsumen (customer behavior) didefinisikan sebagai tindakan-tindakan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa. Termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan dalam persiapan dan penentuan pada kegiatankegiatan tersebut. (Engel James F. 1995) Perilaku konsumen dapat dirumuskan sebagai perilaku yang ditunjukkan oleh orang-orang dalam hal merencanakan, membeli dan menggunakan barang-barang ekonomi dan jasa-jasa. (Winardi. Marketing dan Perilaku Konsumen. 1991) Kerangka Analisa Perilaku Konsumen Bagi konsumen pembelian bukanlah merupakan suatu tindakan saja, melainkan terdiri dari beberapa tindakan yang meliputi keputusan tentang
11 jenis produk, bentuk, merk, jumlah dan waktu serta cara pembayarannya. Untuk memahami mengapa dan bagaimana konsumen membeli barang dan jasa tersebut maka diperlukan analisa perilaku konsumen. Karena dengan mengetahui kesempatan baru yang berasal dari belum terpenuhinya kebutuhan konsumen maka dapat dilakukan dengan beberapa tahapan. Tahap-tahap dalam Proses Keputusan Pembelian Menurut Philip Kotler (1995) tahap-tahap dalam proses keputusan pembelian adalah sebagai berikut : Pengenalan Masalah, Pencarian Informasi, Evaluasi Alternatif, Keputusan Pembelian, Perilaku Setelah Pembelian Keputusan Pembelian Proses pada pengambilan keputusan merupakan suatu pendekatan penyelesaian masalah pada kegiatan manusia untuk membeli suatu barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Pendekatan pada proses pengambilan keputusan yang memberi gambaran secara khusus tentang mengapa konsumen berperilaku tertentu dapat dibagi dalam dua kelompok pokok : v Merumuskan variabel-variabel struktural yang mempengaruhi perilaku konsumen baik ekstern maupun intern v Menunjukkan antara variabel-variabel tersebut Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen menurut Berkowits, dkk (1992:117) ada empat yaitu faktor marketing mix, sosial budaya, psikologi dan situasi. Model-Model Perilaku Konsumen Model adalah sebuah tempat penyederhanaan gambaran dari kenyataan. Perilaku konsumen merupakan suatu yang sangat kompleks dan kecenderungannya untuk saling berinteraksi sehingga dikembangkan suatu model untuk mempermudah suatu pemahaman. Beberapa model perilaku konsumen adalah sebagai berikut : 1. Model Abraham Maslow Konsepnya menekankan adanya suatu hirarki dari kebutuhannya, dimana kebutuhan yang lebih tinggi akan mendorong seseorang untuk mendapatkan
kepuasan atas kebutuhan tersebut, setelah kebutuhan yang lebih rendah terpuaskan. (Basu Swastha dan T. Hani Handoko, 1987). Menurut kebutuhan manusia digolongkan pada lima tingkatan sebagaimana terlihat di bawah ini : 1) Kebutuhan Fisiologis (makan, minum, perumahan dan sebagainya) 2) Kebutuhan akan keselamatan (perlindungan dari bahaya, ancaman dan pemerasan atau pemecatan dari pekerjaannya) 3) Kebutuhan milik dan kecintaan (kepuasan sebagai anggota kelompok, dalam menjamin hubungan dengan orang lain, kekeluargaan dan kesenangan serta pengakuan oleh orang lain dan kelompok) 4) Kebutuhan akan penghargaan (reputasi, prestos, kehormatan diri, kebutuhan akan status atau kedudukan) 5) Kebutuhan akan kenyataan diri (penyelesaian pekerjaan sendiri, pengembangan diri semaksimal mungkin, aktivitas, ekspresi diri dan melakukan apa yang paling cocok)
2. Model Engel, Eolat dan Balckwell Model ini dikembangkan untuk mengantisipasi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen yang menyebabkan terjadinya keputusan pembelian. Model ini menggambarkan dengan jelas dari mulai timbulnya kebutuhan sampai tahap akhir suatu pembelian yaitu penilaian setelah pembelian. Yang perlu diketahui bahwa walaupun masingmasing dikembangkan tetapi tujuan pengembangn model adalah membantu untuk mengembangkan teori yang berkaitan dengan perilaku konsumen dan menambah pengetahuan tentang perilaku konsumen. Hubungan Antara Perilaku Konsumen Dengan Strategi Pemasaran Tujuan perusahaan yang menganut konsep pemasaran adalah memberikan kepuasan kepada konsumen dan masyarakat dalam pertukarannya dalam mendapatkan laba yang diharapkan. Ini berarti konsep pemasaran mengajarkan bahwa perumusan strategi pemasaran, sebagai suatu rencana yang diutamakan untuk mencapai tujuan tersebut, harus
12 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008 berdasarkan kebutuhan dan keinginan konsumennya. Suatu strategi pemasaran bukanlah merupakan sejumlah tindakan khusus, tetapi lebih merupakan pernyataan yang menunjukkan usaha-usaha pokok yang diarahkan untuk mencapai tujuan. Strategi pemasaran ini terdiri dari unsur-unsur pemasaran terpadu (product, price, place, promotion) yang selalu berkembang sejalan dengan gerak perusahaan dan perubahan-perubahan lingkungan pemasarannya serta perubahan perilaku konsumen. Jadi penyusunan strategi pemasaran menyangkut proses interaksi antara kekuatan pemasaran di dalam perusahaan dan keadaan di luar perusahaan. Keadaan di luar perusahaan yang sangat penting adalah perilaku konsumen, karena perilaku konsumen mempunyai implikasi yang sangat luas terhadap perumusan strategi pemasaran. Hal ini juga dikarenakan bahwa strategi pemasaran menyangkut dua kegiatan pokok, yaitu : 1.Pemilihan pasar-pasar akan dijadikan market target, suatu bagian yang memerlukan kemampuan untuk memahami perilaku konsumen dan mengukur secara efektif kesempatan pasar pada berbagai segmen pasar. 2.Merumuskan dan menyusun suatu kombinasi yang tepat dari marketing mix agar kebutuhan para konsumen dapat dipenuhi secara memuaskan. Ini merupakan suatu kegiatan yang memerlukan kemampuan untuk menilai kebutuhan konsumen di berbagai segmen pasar yang berlainan dan perilaku konsumen dalam memberikan tanggapan terhadap kegiatan pemasaran perusahaan. Pegadaian Syari'ah Pegadaian Syari'ah adalah produk jasa gadai yang berlandaskan pada prinsip-prinsip Syari'ah dengan mengacu pada system administrasi modern. Prinsip tersebut perlu diterapkan dalam Rahn, antara lain dalam asas rasionalitas, efisiensi dan efektivitas. Dimana ketiga asas tersebut harus diserasikan dengan nilai-nilai Islam, sehingga dapat berjalan seiring dan terintegrasi dengan manajemen perusahaan secara keseluruhan. Rahn dalam hukum Islam dilakukan secara sukarela atas dasar tolong menolong dan tidak untuk
mencari keuntungan. Sedangkan gadai menurut hokum perdata disamping berprinsip tolong menolong juga menarik keuntungan melalui system bunga atau sewa modal yang ditetapkan dimuka. Dalam hukum Islam tidak dikenal istilah “bunga uang” dengan demikian dalam transaksi Rahn (gadai syari'ah) pemberian gadai tidak dikenakan tambahan pembayaran atas pinjaman yang diterimanya. Namun demikian masih memungkinkan bagi penerima gadai untuk memperoleh imbalan berupa sewa tempat penyimpanan marhun (barang jaminan/agunan) Rahn menurut Inti Sari Ensikolopedi Hukuk Islam (1999 : 1480 – 1483) “Perjanjian penyerahan harta yang menurut pemiliknya dijadikan jaminan hutang yang nantinya dapat dijadikan sebagai pembayar hak piutang tersebut, baik seluruhnya maupun sebagiannya. Penyerahan jaminan tersebut tidak harus bersifat legal misalkan berupa sertifikat atau surat bukti pemilikan yang sah dari suatu harta jaminan. Landasan Syari'ah Ø Firman Allah Bila kamu dalam perjalanan dan bermuamalah tidak secara tunai) sedangkan kamu memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang oelh yang berpiutang (QS. Al-Baqarah (2) :283) Ø Alsyah r.a, Nabi s.a.w. bersabda Sesungguhnya Rasulullah SAW pernah membeli makanan seorang yahudi dan nabi menggadaikan sebuah baju besi kepadanya (HR. Bukhari dan Muslim) Ø Abu Hurairah ra, Nabi s.a.w. bersabda Tidak terlepas kepemilikan barang gadai dari pemilik yang menggadaikannya. Ia memperoleh manfaat dan menanggung resikonya. (HR. AsySyafi'I, al-Daraquthni dan Ibnu Majah) Ø Nabi s.a.w. bersabda Tunggangan (kendaraan) yang digadaikan boleh dinaiki dengan menanggung biayanya dan binatang ternak yang digadaikan dapat diperah susunya dengan menanggung biayanya. Bagi yang menggunakan kendaraan dan memerah
13 susu wajib menyediakan biaya perawatan dan pemeliharaan.(HR. Jama'ah, kecuali Muslim dan An-Nasa'I) METODE PENELITIAN Jenis dan Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data merupakan suatu prosedur alat pengukur yang sistematis dan standart untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penyusunan dan pengolahan data. Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah Data Primer, yakni data yang diperoleh langsung dari sumbernya oleh penelitian dengan bantuan kuisioner yang telah dipersiapkan sebelumnya. Metode Pengumpulan Sampel Populasi Target Penelitian ini tidak dilakukan semua populasi, melainkan hanya sebagian dari populasi (populasi target). Yang dimaksud dengan populasi target dalam penelitian ini yaitu masyarakat yang menjadi nasabah Perum Pegadaian Cabang Syari'ah Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo pada tahun penelitian. Ukuran Sampel Persyaratan menggunakan alat analisis faktor adalah jumlah responden paling sedikit 4 atau 5 kali jumlah variabel (Maholtra 1993 : 25). Karena variabel yang digunakan sebanyak 15 maka sampel yang diambil sebanyak 5 kalinya = 75.
Cabang Syari'ah Sidoarjo. Pada penelitian ini diambil variabel-variabel yang mendukung. Adapun variabel yang dimaksud adalah sebagai berikut : X1 = Lokasi strategis X2 = Keamanan barang jaminan X3 = Iklan dan promosi X4 = Kemudahan mendapatkan dana X5 = Pelayanan X6 = Boleh ditebus sewaktu-waktu X7 = Dapat diangsur X8 = Dapat diperpanjang X9 = Tidak harus datang sendiri X10 = Pengaruh Teman/Keluarga/Saudara X11 = Pegawai yang ramah X12 = Bunga rendah dan bervariasi X13 = Biaya penyimpanan dan asuransi rendah X14 = Kecintaan terhadap barang X15 = Pengumuman Lelang Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian. Secara garis besar alat evaluasi yang digunakan waktu mengumpulkan data dibedakan menjadi dua macam yaitu : 1) Tes, dan 2) Non Tes (Suharsini Arikunto,1985 : 185). Untuk memperjelas instrumen penelitian agar lebih jelas dapat dilihat dari tabel sebagai berikut : Untuk Instrumen penelitian pada kantor Perum Pegadaian Cabang Syari'ah Sidoarjo Variabel Bauran Pemasaran
Sub Variabel X1 = lokasi yang strategis X3 = Iklan dan Promosi
Teknik Sampling Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan accidental sampling (sesuka hati). Jadi sampelnya adalah nasabah pada saat menggadai tanpa memperhatikan umur, jenis kelamin nasabah, pekerjaan, serta status sosialnya karena dianggap mewakili sampel yang ada.
X5 = Pelayanan X11 = Pegawai Ramah X13 = Biaya penyimpanan dan asuransi rendah X14 = Kecintaan terhadap Barang X15 = Pengumuman Lelang Referensi
X10 = Pengaruh Teman/keluarga/saudara
Psikologi
X2 = Rasa aman X4 = Kemudahan Mendapatkan dana X6 = Boleh ditebus sewaktu-waktu X7 = Dapat Diangsur X8 = Dapat diperpanjang X9 = Tidak Harus Datang Sendiri X8 = Dapat diperpanjang
Penentuan Variabel Berdasarkan dari tujuan penelitian yang dikemukakan penulis, variabel-variabel yang akan diuji diambil dari konsep-konsep tentang berbagai variabel yang dapat mempengaruhi masyarakat dalam pengambilan keputusan untuk menjadi nasabah di Perum Pegadaian
X12 = Bunga rendah dan Bervariasi
Skala dan Pengukuran Dalam penelitian ini kuisioner disusun dalam kalimat-kalimat pernyataan-pernyataan dan responden diminta memberikan tanggapan dengan
14 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008 memberikan x (silang) atau melingkari jawaban tersebut. Adapun tanggapan responden digunakan Skala Likert yaitu skala lima (5) angka, yaitu : Sangat setuju (skor 5), Setuju (skor 4), Tidak komentar (skor 3), Tidak setuju (skor 2) dan Sangat tidak setuju (skor 1) Analisis Data Analisis data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah model analisis faktor, yang digunakan untuk menguji variabel yang dipertimbangkan jika variabel-variabel tersebut dibakukan maka model analisa faktornya adalah sebagai berikut : Xi = Ai1F1 + Ai2F2 + Ai3F3 …. + AimFm + ViUi Dimana Xi : Variabel standard ke i Aim : Koefisien multiple regression dari variabel i pada faktor umum (Common faktor) m i : Jumlah variabel 1 sampel 24 F : Common Faktor / faktor umum m : Jumlah dari faktor-faktor umum Ui : Unique faktor / faktor khusus bagi variabel I Vi : Koefisien standardized regression dari variabel i pada faktor khusus (Unique) I HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Deskripsi Data. Dalam penelitian ini populasi yang diambil adalah seluruh nasabah di Perum Pegadaian Cabang Syari'ah Sidoarjo.Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Proporsional Random Sampling. Proporsional digunakan karena populasi terdiri dari beberapa subpopulasi yang tidak homogen dan tiap-tiap sub populasi akan terwakili dalam penelitian. Random Sampling digunakan agar semua nasabah mempunyai peluang yang sama untuk dipilih sebagai sampel penelitian. . Populasi yang diambil dilakukan dalam empat hari jam kerja Hari pertama : 89 nasabah x 25% = 22 nasabah Hari Kedua : 93 nasabah x 25% = 23 nasabah Hari ketiga : 37 nasabah x 25% = 9 nasabah
Hari keempat : 83 nasabah x 25% = 21 nasabah 75 nasabah Jadi sampel yang akan diambil dari populasi dari penelitian ini adalah sejumlah 75 orang nasabah di Perum Pegadaian Cabang Syari'ah Sidoarjo. Karakteristik Responden sesuai dengan jenis kelamin adalah sebagai berikut : Jumlah Responden
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
Jumlah responden 45 30
Prosentase
Jumlah
75
100
60 40
Sumber : Data diolah
Dilihat dari segi jenis kelamin, ternyata responden laki-laki lebih banyak (60%) dari responden perempuan (40%). Hasil Penelitian Data diperoleh dari lapangan diolah dengan analisis faktor, yang merupakan serangkaian prosedur yang digunakan untuk mengurangi dan meringkas data. Langkah analisis faktor adalah sebagai berikut : 1. Merumuskan masalah. Dalam penelitian ini telah ditentukan 15 variabel yang diteliti seperti yang dijelaskan pad Bab III, berdasarkan penelitian terdahulu, teori dan pendapat peneliti. 2. Membuat Matriks Korelasi. Variabel-variabel yang tidak saling berhubungan dengan variabel lain dikeluarkan dari analisis. Hal ini dilihat dari nilai determinan R yang mendekati nol, nilai KMO – MSA lebih besar dari 0,5 disini nilai KMO – MSA adalah 0,613, dan Uji Bartlett dengan signifikansi kurang dari 0,05, disini hasilnya adalah 0,000. dan Uji Komunalitas memenuhi syarat karena bernilai diatas 0,5 yang menunjukkan bahwa antara variabel mempunyai hubungan yang erat.
15 KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square df Sig.
,613 1045,035 55 ,000
Communalities VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00013
Initial 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000
Extraction ,928 ,939 ,967 ,690 ,723 ,849 ,580 ,496 ,812 ,698 ,138
Extraction Method: Principal Component Analysis.
3. Menentukan jumlah Faktor. Untuk menentukan jumlah faktor dapat didasarkan pada eigen value, percent of variance atau cumulative of variance. Eigen value semakin besar maka semakin representatif faktor tersebut mewakili sekelompok variabel. Prosentase varian diatas 5%, maka faktor tersebut akan ditahan dalam model, demikian juga dengan cumulative of variance, ketentuannya adalah minimum 60% (Malhotra, 1996). 4. Rotasi Faktor. Dalam penelitian ini digunakan rotasi varimax, karena memberikan hasil yang lebih baik, mudah dianalisa. Rotasi ini berfungsi untuk menyederhanakan struktur faktor sehingga lebih mudah untu diinterprestasikan. 5. Interprestasi Faktor. Interpretasi faktor dapat dilakukan dengan mengelompokkan variabel yang mempunyai faktor loading minimal (Subha Sarma,1996), sedangkan variabel yang mempunyai faktor loading kurang dari 0,4 dikeluarkan dari model.
No.
Variabel
Faktor
1
X2
Faktor 1 (Bauran Pemasaran)
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
X3 X1 X6 X7 X10 X9 X5 X8 X11 X13
Eigen Value 3,843
Pct of Variabel 32,887
Cum Pct 34,940
Faktor 2 (Referensi)
2,484
22,773
57,525
Faktor 3 (Psikologi)
1,492
15,431
71,091
Faktor Loading 0,952 0,941 0,881 0,811 0,890 0,762 0,597 0,583 0,731 0,730 0,522
Dari tabel diatas dapat dilihat ada 11 variabel yang mempunyai faktor loading >0,5 yang tersebar pada 3 faktor dengan total varian 71,091%. Jadi ke tiga faktor diatas mampu menjelaskan semua varian yang ada dalam data sebesar 71,091%. Faktor 1 (Bauran Pemasaran) Faktor ini merupakan faktor yang tertinggi dalam pertimbangan nasabah di Perum Pegadaian Cabang Syari'ah Sidoarjo, dengan eigen value terbesar yaitu 3,843 dan mampu menjelaskan keragaman total 32,887%. Variabel yang termasuk didalamnya adalah: 1. Keamanan barang jaminan dengan faktor loading sebesar 0,952 2. Iklan dan Promosi dengan faktor loading sebesar 0,941 3. Lokasi Strategis dengan faktor loading sebesar 0,881 4. Boleh ditebus sewaktu-waktu dengan faktor loading sebesar 0,811 Variabel yang termasuk dalam faktor 1 memiliki faktor loading berkisar antara 0,811 sampai 0,952 dan variabel Keamanan barang jaminan mewakili faktor 1 dengan faktor loading 0,952. Faktor 2 (Referensi) Faktor ini merupakan faktor tertinggi kedua dengan eigen value sebesar 2,484 dan mampu menjelaskan keragaman total sebesar 22,773%. Variabel yang masuk dalam faktor ini adalah: 1. Dapat diangsur dengan faktor loading sebesar 0,890 2. Pengaruh teman/keluarga/saudara dengan faktor loading sebesar 0,762 3. Tidak Harus datang sendiri dengan faktor loading sebesar 0,597
16 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008 4. Pelayanan dengan faktor loading sebesar 0,583 Variabel yang termasuk dalam faktor 2 memiliki faktor loading berkisar antara 0,583 sampai 0,890 dan variabel dapat diangsur mewakili faktor 2 dengan faktor loading 0,890.
Faktor 3 (Psikologi) Faktor ini merupakan faktor tertinggi ketiga dengan eigen value sebesar 1,492 dan mampu menjelaskan keragaman total sebesar 15,431%. Variabel yang masuk dalam faktor ini adalah: 1. Dapat diperpanjang dengan faktor loading sebesar 0,731 2. Pegawai yang ramah dengan faktor loading sebesar 0,730 3. Biaya penyimpanan dan angsuran rendah dengan faktor loading sebesar 0,522 Variabel yang termasuk dalam faktor 3 memiliki faktor loading berkisar antara 0,522 sampai 0,731 dan variabel dapat diperpanjang mewakili faktor 3 dengan faktor loading 0,731. Dalam penelitian ini terdapat 4 variabel yang tidak dapat dilanjutkan dalam proses analisis faktor yaitu Kemudahan mendapatkan dana (X4), Bunga rendah dan bervariasi (X12), Kecintaan terhadap barang (X14) dan Pengumuman lelang(X15). Ke 4 Variabel ini dihilangkan dari model karena nilai KMO and Bartlett's yang terlihat dalam KMO MSA (Measure of Sampling Adequacy) dibawah 0,50. Pada tabel Anti Image Matrrices yang bertanda “a” ini menandakan besaran MSA sebuah variabel. Dimana Kemudahan mendapatkan dana (X4) nilai “a” sebesar 0,482, Bunga rendah dan bervariasi (X12) nilai “a” sebesar 0,467, Kecintaan terhadap barang (X14) nilai “a” sebesar 0,300 dan Pengumuman lelang(X15) nilai “a” sebesar 0,391.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Dari segi teoritis bahwa yang mempengaruhi keputusan nasabah untuk membeli produk dan jasa Perum Pegadaian Syari'ah Sidoarjo, adalah faktor Bauran Pemasaran, Referensi, dan Psikologis, 2. Dari hasil penelitian nampak ada tiga faktor yang menjadi pengaruh nasabah mengambilan keputusan untuk menjadi nasabah pada Perum Pegadaian Syari'ah Sidoarjo adalah : § Faktor Bauran pemasaran dengan eigen value 3,843 yang meliputi variabel : keamanan barang jaminan dengan faktor loading sebesar 0,952, Iklan dan Promosi dengan faktor loading sebesar 0,941, Lokasi strategis dengan faktor loading sebesar 0,881 dan boleh ditebus sewaktuwaktu dengan faktor loading sebesar 0,811 o Faktor Kelompok Referensi dengan eigen value 2,484 yang meliputi variabel Dapat diangsur yang strategis dengan faktor loading sebesar 0,890, pengaruh teman/keluarga/saudara dengan faktor loading sebesar 0,762, tidak harus datang sendiri dengan faktor loading sebesar 0,597, dan pelayanan dengan faktor loading sebesar 0,583 § Faktor Psikologis Kelompok referensi dengan eigen value 1,492 yang meliputi variabel dapat diperpanjang dengan faktor loading sebesar 0,731, Pegawai yang ramah dengan faktor loading sebesar 0,730, dan Biaya penyimpanan dan angsuran rendah dengan faktor loading sebesar 0,522 Dengan nilai variance kumulatif sebesar 69,038%. 1. Nilai Kaiser – Meyer-Olkin (KMO) adalah 0,613 dan Bartlett test of spehricity adalah 1045,035 dengan signifikansi 0,000. Ini berarti bahwa penggunaan alat analisis ini sesuai untuk m e n g a n a l i s a d a n d a p a t dipertanggungjawabkan. 2. Dari hasil analisis menunjukan besarnya prosentase residual adalah sebesar 38% atau
17 sebanyak 40 residual atas dasar nilai absolut diatas 5%. Hal ini menunjukkan bahwa model ini memiliki ketepatan sebesar 62% pada tingkat penyimpangan 5% atau dengan ketepatan model adalah 62%. Saran Berdasarkan hasil keseluruhan dalam penelitian, maka ada beberapa saran bagi perusahaan, bagi Masyarakat umum dan pihak lain, yaitu: 1. Hendaknya Perum Pegadaian Syari'ah Sidoarjo guna untuk lebih meningkatkan nasabah maka perlu memaksimalkan Faktor Bauran Pemasaran diantaranya dengan cara memberikan pengumuman lelang secara terbuka dan terjadwal tiap bulannya dan memberikan pelayanan walaupun nasabah tersebut hanya menanyakan prosedur penundaan pencicilan hutangnya. 2. Selain itu faktor ke 2 yaitu faktor Referensi dimana faktor ini merupakan faktor tertinggi kedua. Disini p i n j a m a n d a p a t d i a n g s u r, p e n g a r u h teman/keluarga/saudara, nasabah tidak harus datang sendiri dan pelayanan juga merupakan faktor yang diperhatikan oleh nasabah. agar nasabah merasa nyaman dan puas terhadap layanan di Perum Pegadaian Syari'ah Sidoarjo. Dan faktor ke 2 tersebut dapat ditingkatkan dengan cara salah satunya adalah dengan memberikan kemudahan dalam proses penggadaian barang walaupun pemiliknya tidak datang sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Basu Swastha DH dan T. Hani Handoko. Manajemen Pemasaran Analisa Perilaku Konsumen. Liberty. Edisi Kedua. Yogyakarta. 1987. Joseph H. Guitlinan dan Gordon W Paul. Strategi dan Program Manajemen Pemasaran. Penerbit Erlangga. Jakarta. 1987. James F. Enggel, Roger D. Blockwell, Paul W. Mimard. Perilaku Konsumen. Binapura Aksara. Jakarta. 1989. Marzuki. Metodologi Riset. Penerbit BPFE – UII. Yogyakarta. 1989. Philip Kothler. Manajemen Pemasaran. Erlangga. Edisi V Yogyakarta. 1988. Sutrisno Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Edisi Revisi II. Jakarta. 1993. S. Nasution, Prof. DR, M.A. Metode Research. PT Bumi Aksara, Jakarta, 2004. Keputusan Direksi Perum Pegadaian No. Sm-2/1/29/1990. Tentang Organisasi dan Tata Kerja Perum Pegadaian. Peraturan Pemerintah No. 10/1990. Tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Jawatan (Perjan) Pegadaian Menjadi Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian. Malhotra Naresh K. 1993. Marketing Research An Applied Orientation Prentice Hall International. Inc. USA.
EVALUASI ATAS PENERAPAN AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN SEBAGAI DASAR PENILAIAN PRESTASI DEPARTEMEN PRODUKSI PADA PERUSAHAAN ROKOK PT. SEJAHTERA BINTANG ABADI TOBACCO PASURUAN Nurdiana
Abstract Financial statement is one of ways to get information about the company. From the statement, stake holder can take the best way to do next step and it is shown from a company responsibility report. PT Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan is cigarette's company which has clear and good structure in its company. Unfortunately, the company responsibility report does not have good and standart form of a report. Other problem is the use of controlled and uncontrolled cost still complicate hence the employer get the problem to control who responsible in that cost
Dalam perusahaan yang masih kecil dengan beberapa karyawan adanya pendelegasan wewenang dirasakan kurang perlu, hal ini disebabkan karena pimpinan perusahaan masih dapat mengikuti dan mengawasi secara langsung kegiatan perusahaan, tetapi dengan seakin luas berkembangnya perusahaan, maka diperlukan pendelegasian wewenang sesuai dengan fungsi-fungsi penting dalam pengambilan keputusan wewenang sesuai dengan fungsi-fungsi penting dalam pengambilan keputusan perusahaan. Pendelegasian wewenang harus disertai dengan sistem pengendalian, pengawasan serta pengkuran prestasi kerja manajer yang mendapat pelimpahan wewenang ditambah dengan koordinasi yang baik. Diharapkan dengan pendelegasian wewenang akan timbul tanggung jawab biaya, karena pusat biaya ini berkaitan erat dengan pengendalian biaya terutama biaya produksi. Untuk mengendalikan biaya produksi, perlu penyusunan anggaran biaya produksi. Manajer pusat pertanggungjawaban biaya setiap akhir periode tertentu harus membuat laporan. Pertanggung jawaban atas realisasi anggaran yang telah dibuat sebelumnya guna mengetahui adanya penyimpangan (selisih) dan menelusuri penyebab dari penyimpangan yang terjadu. Selisih tidak menguntungkan atas biaya produksi bisa disebabkan oleh penyusunan anggaran yang tidak sesuai dan proses produksi yang tidak efisien, sehingga penyusunan laporan pertanggungjawaban menjadi kurang bermanfaat
Kesuksesan pencapaian tujuan (laba yang optimal) hanya dapat diperoleh jika semua kegiatan dapat dilaksanakan dan diteliti dengan seksama sampai pada tingkat biaya yang dianggarkan. Perusahaan dituntut agar lebih meningkatkan aktivitasnya, guna meningkatkan volume penjualan dan berusaha menekan biaya produksi serendah mungkin dengan tetap menjaga kualitas produk. Dalam perusahaan kecil seorang pimpinan masih sanggup mendelegasikan sendiri perusahaannya dengan dibantu beberapa orang pelaksana dan tidak akan mendelegasikan wewenang pengembalian keputusan kepada orang lain. Dengan demikian semakin berkembangnya suatu perusahaan maka masalah yang dihadapi akan semakin komplek dan memerlukan keputusan yang cepat dan tepat, sehingga sulit bagi pemimpin perusahaan atau manajemen puncak untuk mengatasinya sendiri. Keadaan ini menuntut manajemen puncak untuk mendelegasikan wewenang dalam pengambilan keputusan tertentu kepada manajemen-manajemen dibawahnya. Adapun pendelegasian wewenang dalam pengambilan keputusan-keputusan tertentu sudah seharusnya disertai dengan bagaimana mengendalikannya dan bagaimana mengawasi serta mengukur prestasi si penerima wewenang tersebut agar sasaran, tujuan dan strategi perusahaan dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif. Nurdiana, Dosen UNIVERSITAS ISLAM MOJOPAHIT
18
Nurdiana, Evaluasi Atas Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban Sebagai Dasar Penilaian Prestasi Departemen Produksi Pada Perusahaan Rokok PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan”
Konsep Kuntansi Pertanggungjawaban Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban Akuntansi pertanggungjawaban merupakan salah satu tipe informasi akuntantsi manajemen yang digunakan dalam proses pengendalian manajemen. Informasi akuntantsi manajemen menyangkut informasi masa lalu dan informasi masa yang akan datang, tergantung untuk apa informasi tersebut disajikan. Informasi akuntansi pertanggungjawaban merupakan informasi biaya, pendapatan dan aktiva yang dihubungkan dengan manajer yang bertanggung jawab merupakan informasi yang penting dalam proses pengendalian manajemen, karena informasi tersebut menekankan hubungan antara informasi dengan manajer yang bertanggung jawab terhadap perencanaan dan pelaksanaannya. Menurut Horngren (2007 : 518) adalah sebagai berikut : Akuntansi pertanggung jawaban adalah : sistem yang mengukur rencana (dan a nggaran) dan tindakan (dengan hasil aktual) dari masing-masing pusat pertanggungjawaban. Sedangkan pusat pertanggungjawaban sendiri pengertiannya adalah satu bagian, segmen, atau sub unit dari satu organisasi, dalam mana manajer bertanggung jawab untuk seperangkat aktivitas yang ditentukan. Tujuan Akuntansi Pertanggungjawaban Menurut bambang hariadi (1992 : 108), tujuan akuntansi biaya adalah untuk “Menentukan Jumlah Biaya Produksi, Menentukan Penilaian Persediaan dan Mengendalikan Tingkah Laku Biaya” Tujuan akuntansi biaya menurut Horngren (2000 : 13) “Menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk akuntansi manajemen dan akuntansi keuangan dengan mengukur dan melaporkan setiap informasi keuangan dan non keuangan yang terkait dengan biaya perolehan atau pemanfaatan sumber daya dalam suatu organisasi” Hampir semua sistem akuntansi biaya memenuhi tujuan untuk menentukan besarnya biaya produksi dan nilai persediaan, namun jika dihadapkan dengan sistem akuntansi pertanggungjawaban yang dalam
19
hal ini justru menekankan perannya pada pengendalian biaya tanpa mengurangi perhatian pada tujuan-tujuan lain. Dari pengertian mengenai tujuan akuntansi biaya tersebut diatas, maka dapatlah disimpulkan bahwa tujuan akuntansi pertanggungjawaban adalah agar dapat ditunjuk bahwa tujuan akuntansi pertanggung jawaban adalah agar dapat ditunjuk orang atau kelompok orang yang bertanggung jawab terhadap penyimpangan dari biaya dan penghasilan yang dianggarkan dan selain itu menurut Mulyadi (1997 : 170) tentang tujuan akuntansi pertanggungjawaban adalah untuk : Menilai kerja manajer pusat pertanggung jawaban, Memotivasi Manajer, Mengelola aktivitas dengan cara mengarahkan usaha manajemen dalam mengurangi dan akhirnya menghilangkan biaya-biaya penambah nilai dan Memantau efektifitas program pengelolaan aktivitas Bentuk Laporan Akuntansi Pertanggungjawaban Menurut Bambang Hariadi (1992 : 124) prinsip yang harus diperhatikan dalam menyusun laporan pertanggungjawaban adalah : Konsep pertanggungjawaban harus diterapkan, Prinsip penyimpangan harus diterapkan, Angka-angka harus disajikan dalam bentuk perbandingan Laporan dikembangkan dalam bentuk ikhtisar, Harus disertai keterangan yang jelas Syarat-syarat Penetapan Akuntansi Pertanggungjawaban Agar penerapan akuntansi pertanggungjawaban sesuai dengan yang diharapkan, maka diperlukan beberapa persyaratan. Menurut Mulyadi (1990 : 347) ada lima syarat untuk dapat menerapkan sistem akuntansi pertanggungjawaban, yaitu : a) Struktur organisasi yang menerapkan secara tegas wewenang dan tanggung jawab tiap tingkat manajemen, b) Anggaran biaya yang disusun untuk tiap tingkatan manajemen, c) Pengelolaan biaya disesuaikan dengan yang dapat dikendalikan dan tidak terkendali oleh manajemen tertentu dalam organisasi, d) Sistem akuntansi biaya yang disesuaikan dengan struktur organisasi, e) Sistem pelaporan biaya kepada manajer yang bertanggung jawab
20 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008 Biaya Terkendali dan Biaya Tak Terkendali Di dalam akuntansi pertanggung jawaban setiap manager berpartisipasi dalam menyusun anggaran biaya masing-masing, selanjutnya akan dimintai pertanggungjawaban mengenai realisasi anggaran tersebut. Dalam menerapkan akuntansi pertanggung jawaban ini perlu adanya penggolongan menurut tanggung jawab terjadinya biaya, penggolongan biaya tersebut adalah: Biaya yang dapat dikendalikan dan Biaya yang tidak dapat dikendalikan Anggaran Sebagai Pengendalian Biaya Anggaran memberikan ukuran atas hasilhasil keuangan yang diharapkan perusahaan dari aktifitas yang direncanakan, sehingga manager bisa mengantisipasi masalah-masalah yang kemungkinan terjadi dan cara menghindarinya, maka anggaran dapat berfungsi sebagai alat perencanaan koordinasi dan comprehensif, karena anggaran yang sudah disetuji merupakan komitmen dari para pelaksana yang ikut berperans erta di dalam menyusun anggaran tersebut. Pengendalian pada dasarnya adalah membandingkan antara rencana dan pelaksanaan sehingga dapat ditentukan penyimpangan dan pengaruhnya bagi organisasi dan unit-unitnya. Penyimpangan tersebut digunakan sebagai dasar evaluasi atau penilaian dan umpan balik perbaikan masa yang akan datang. Horngren (2005 265) menyatakan : “Dari segi penyusunan anggaran tahunan dapat digolongkan sebagai berikut : Anggaran tetap atau anggaran statis (fixed atau statis budget) dan Anggaran fleksibel atau anggaran turun naik (fleksible budget atau sliding scale budget) Klasifikasi Biaya Yang Disesuaikan Dengan Struktur Organisasi Dalam akuntansi biaya, biaya digolongkan dengan berbagai macam cara, umumnya pengglongan biaya ini ditentukan atas dasar tujuan hendak dicapai. Menurut Mulyadi ada beberapa cara penggolongan biaya, yaitu : 1) Obyek Pengeluaran, 2) Fungsi Pokok yaitu Biaya produksi, Biaya pemasaran dan Biaya administrasi dan umum, 3) Hubungan Biaya Dengan Sesatu Yang Dibiayai yaitu Biaya langsung dan Biaya tidak langsung, 4) Perilaku biaya yaitu Biaya variabel, Biaya semi variabel dan Biaya tetap
Hubungan Akuntansi Pertanggungjawaban Dengan Proses Pengendalian Manajemen Dasar pengendalian adalah rencana atau planning atau pengendalian yang efektif dilakukan bila rencana yang dibuat lebih lengkap dan terpadu. Tanpa danya sesuatu rencana, manager akan mengalami kesulitan untuk menentukan apakah unit organisasinya bekerja sesuai dengan harapan. Sedangkan menurut Anthony (1994) terjemahan dari Agus Maulana, manajemen itu sendiri adalah : “Semua periode prosedur dan siasat, termasuk sistem pengendalian manajemen yang digunakan untuk menjamin bahwa pelaksanaan sesuai dengan strategi dan kebijaksanaan organisasi” Akuntansi Pertanggungjawaban Sebagai Dasar Penilaian Prestasi Pusat-Pusat Pertanggungjawaban Sistem pelaporan yang baik biasanya disusun sesuai dengan struktur organisasi perusahaan. Disamping memperlihatkan struktur organisasi perusahaan, sistem pelaporan yang baik juga harus memperlihatkan waktu untuk melaporkan, mengingat waktu pembaca laporan (terutama manajemen) amatlah terbatas. Sistem pelaporan dalam perusahaan umumnya mengalir dari bawah ke atas artinya pusat pertanggungjawaban yang diatas dan seterusnya pada top manajemen. Jenis laporan yang dibuat dan diperlukan oleh berbagai jenis perusahaan tidak mungkin diidentifikasi dan dihitung dengan pasti jenisnya, tetapi secara umum dalam perusahaan untuk manajemen dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok. Mas'ud Machfoeds (1993 : 199) mengelompokkan laporan-laporan dalam perusahaan untuk manajemen ke dalam tiga kelompok, yaitu : Laporan Perencanaan, Laporan pengawasan dan Laporan informasi Pengukuran prestasi Pengukuran prestasi dalam suatu perusahaan adalah mutlak harus dilakukan karena dengan pengukuran prestasi itulah para manajer dan direktur bertanggung jawab kepada pemilik. Namun demikian pengukuran prestasi bukanlah persoalan yang mudah, mengingat ada bagian tertentu yang mudah untuk
21 diukur. Mengukur prestasi kerja seorang direktur rasanya lebih sulit, karena hasil kerjanya tidak kelihatan secara fisik, untuk itu diperlukan cara-cara tertentu yang dapat diperlukan pada masing-masing bagian secara adil. Dalam akuntansi pertanggungjawaban pengukuran prestasi perlu dikaitkan dengan pusatpusat pertanggungjawaban yang ada dalam perusahaan. Dalam perusahaan yang relatif masih kecil akan lebih mudah ditentukan batas nama tanggung jawabnya dan bagian mengukur prestasinya. Dibawah ini akan dijelaskan pengukuran untuk pusatpusat pertanggungjawaban sebagai berikut : a) Invesment center Adalah pusat pertanggungjawaban yang bertanggung jawab terhadap biaya, laba dan penggunaan dan investasi. Prestasi pusat pertanggung jawaban ini diukur dari laba yang dihasilkan dibandingkan dengan aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut. Kebanyakan perusahaan dalam mengukur pusat investasi dengan menggunakan Return On Invesment (ROI). Tolak ukur yang dipergunakan untuk mengukur prestasi pusat investasi menurut Spuriyono (1991 : 163) yaitu dengan : 1) ROI (Return On Ivesment) 2) RI (Residual Income) Kedua cara pengukuran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) ROI (Return On Ivesment) Adalah suatu alat pengukuran prestasi pusat investasi atau perusahaan dengan cara menentukan besarnya ratio laba dengan investasinya. Jika ROI yang diharapkan dari suatu devisi besarnya 18% per tahun maka prestasi devisi tersebut dinilai baik jika RPI yang sesungguhnya kurang 18% maka prestasinya dinilai tidak baik demikian pula dalam mengusulkan investasi baru, divisi tersebut diharapkan dapat menghasilkan ROI
sebesar 18%. Pengukuran pusat investasi menurut Spriyono (1991 : 163) adalah sebagai berikut :
a) ROI =
b) ROI =
x
2) RI (Residual Income) RI atau laba residual (laba sisa) yang dihitung selisih antara laba sebelum pajak dikurangi dengan biaya modal yang diperhitungkan atas investasi yang dinamakan dalam suatu divisi atau perusahaan. Dalam metode ini prestasi manajer diukur dari kemampuannya untuk menghasilkan rupiah RI yang sebesar mungkin. Tolak ukur cost center ini adalah : Efisiensi kerja, Pencapaian target produksi., Kualitas produk dan Evektifitas kerja Tolak ukur diatas dapat digambarkan keadaannya melalui syarat-syarat dengan cara: Menyusun laporan produksi bulanan, Menyusun laporan pemakaian bahan baku dan Menyusun laporan BTKL dalam melaksanakan pengukuran dibandingkan antara realisasi dengan anggaran di cantumkan Sistem Akuntansi Pertanggungjawaban Konsep akuntansi pertanggungjawaban yang tidak kalah pentingnya adalah pengklasifikasian dan pengkodean biaya. Biaya harus dilaporkan dan dikumpulkan menurut jenis biaya. Menurut Mulyadi (1990 : 362) sebagai berikut: “Sistem akuntansi pertanggungjawaban merupakan sistem pengelolaan informasi biaya, dengan cara menggolongkan mencatat dan meringkas biaya dalam hubungannya dengan tingkat-tingkat manajemen yang bertanggung jawab atas terjadinya biaya tujuan untuk menghasilkan informasi akuntansi pertanggungjawaban guna pengendalian biaya.” Selanjutnya biaya yang terjadi dikumpulkan untuk setiap tingkat manajemen, maka biaya-biaya
22 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008 harus giolongkan dan di beri kode sesuai dengan tingkat manajemen yang terdapat dalam struktur organisasi, biasanya kekeringan dalam buku besar di bagi dalam 6 kelompok : Aktiva, Hutang, Modal, Penghasilan, Biaya dan Pendapatan biaya di luar uasaha METODE PENELITIAN Definisi Operasional Variabel 1. Akuntansi Pertanggung Jawaban Penerapan akuntansi pertanggung jawaban yang efektif merupakan penggunaan sistem Akuntansi pertanggung jawaban dalam kaitannya dengan struktur organisasi dimana dalam penerapan ini aliran informasi dalam perusahaan akan menjadi jelas dengan desentralisasi masing-masing bagian atau departement. Manajemen tingkat lebih rendah punya kewajiban mempertanggung jawabkan pelaksanaan wewenang tersebut kepada manajemen atasnya. Wewenang mengalir dari manajemen tingkat atas ke manajemen tingkat bawah. Jadi, struktur organisasi haruslah memuat uraian yang jelas dan tegas serta menampilkan adanya pusat-pusat pertanggung jawaban. Dengan demikian terdapat 3 penerapan akuntansi pertanggung jawaban secara tegas dan benar sesuai prinsip-prinsip akuntansi pertanggung jawaban. a. Perusahaan sudah menyusun struktur organisasi yang formal untuk menilai tiap-tiap pusat pertanggung jawaban. b. Perusahaan sudah menggunakan budget sebagai alat ukur pelaksanaan. c. Biaya bisa dipisahkan antara biaya terkendali dan biaya tidak terkendali. 2. Prestasi Manajer Produksi Mengukur prestasi manajer produksi dengan cara mengevaluasi struktur organisasi, mengevaluasi tugas dan tanggung jawab yang selanjutnya, mengevaluasi kinerja pusat pertanggung jawaban dengan membandingkan antara realisasi anggaran dan mencari penyebab penyimpangannya
sebagai dasar pemecahan masalahnya. Dalam halini dikatakan menyimpang apabila antara realisasi dan anggaran tidak sesuai dengan rencana semula. Jenis Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu semua data, informasi dan keterangan yang secara langsung diperoleh dari perusahaan yang sudah di olah. 1. Data Kuantitas a. Anggaran biaya produksi untuk tiap manajemen dari tahun 2005 – 2008. b. Data laporan biaya produksi pertanggung jawaban dari tahun 2005 – 2008. 2. Data Kualitatif Yaitu beruapa kondisi umum perusahaan yang di dalamnya termasuk struktur organisasi dan proses produksi. Teknik Analisis Data Untuk menganalisa data dilakukan terhadap 4 syarat penerapan akuntansi pertanggung jawaban. 1. Analisis Struktur Organisasi Dalam menganalisa struktur organisasi ini adalah apakah struktur organisasi sudah menerapkan pusat-pusat pertanggung jawaban. 2. Analisis Anggaran Biaya Setelah diterapkan pusat-pusat biaya sebagai pusat pertanggung jawaban dalam struktur organisasi kemudian menganalisa apakah pusat-pusat biaya tersebut diikut sertakan dalam penyusunan anggaran biaya atau penyusunan anggaran biaya hanya disusun oleh kepala bagian dengan bantuan pihak luar saja tanpa ikut serta bawahannya. 3. Analisis Penggolongan Biaya Analisis biaya dianggarkan, digolongkan sesuai dengan sistem akuntansi biaya yang memisahkan baiata berdasarkan terkendali atau tidaknya biaya tersebut. 4. Analisis atau Sistem Laporan Analisis ini dilakukan atas sistem pelaporan akuntansi pertanggung jawaban yang
23 diterapkan bagian-bagian mana saja yang bertanggung jawab atas penyusunan laporan akuntansi pertanggung jawaban tersebut. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Evaluasi sistem pelaporan Setelah perusahan membuat rencana melalui budget, maka semua penyimpangan yang tejadi dalam pelaksanaannya harus dilaporkan, bentuk laporan harus disusun sedemikian rupa sehingga manejemen dapat segera mengetahui persoalan dan mengoreksi , dengan laporan tersebut dapat diketahui bagaimana kinerja tiap bagian pada departemen produksi serta dapat untu mengevaluasi biaya produksi pada tiap bagian. Oleh karena itu waktu yang dimiliki manajemen tidak banyak, maka sistem laporan manajemen harus diarahkan pada efisiensi waktu penyusunan laporan dan kesempatan yang di ginakaqn untuk mempelajari laporan tersebut,di alam laporan pertanggungjawaban harus sudah mencantumkan selisih antara angaran dan realisasinya, pemisahan antarabiaya terkendali dan tak terkendali juga harus dilakukan, laporan pertangungjawaban yang seharusnya disusun oleh perusahaan adalah sbb: PT Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan Laporan Pertanggungjawaban Biaya Tahun 2004
Kode 5500 5600 5700
Pusat Biaya Bagian produksi Bagian logistik Bagian Adm.& Keu Jumlah
Anggaran 93.664.000
93.664.000
Realisasi 90.400.000
90.400.000
PT Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan Laporan Pertanggung Jawaban Biaya Seksi Giling Tahun 2004
Kode 552012-1 552021-1 552041-1 552051-1 552052-1
PT Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan Laporan Pertanggung Jawaban Biaya Seksi Petet Tahun 2004 Kode 553012-1 553021-1 553041-1 553051-1 553052-1
Anggaran Realisasi Selisih 950.000 1.000.000 (50.000) 5.700.000 4.500.000 1.200.000 400.000 500.000 (100.000) 1.000.000 1.000.000 0 1.200.000 1.100.000 100.000 9.250.000 8.100.000 1.150.000
Sumber : PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan
PT Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan Laporan Pertanggung Jawaban Biaya Seksi Verpak Tahun 2004 Kode 554012-1 554021-1 554041-1 554051-1 554052-1
Pusat Biaya Bahan penolong Tenaga kerja lang. Listrik Pem. Gedung Pem. Mesin Jumlah
Anggaran Realisasi Selisih 1.050.000 1.100.000 (50.000) 5.000.000 5.500.000 (500.000) 200.000 150.000 50.000 1.000.000 1.000.000 0 1.300.000 1.400.000 (100.000) 11.400.000 12.400.000 (1.000.000)
Sumber : PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan
PT Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan Laporan Pertanggung Jawaban Biaya Tahun 2005 Kode 5500 5600 5700
Pusat Biaya Bagian produksi Bagian logistik Bagian Adm & Keu Jumlah
Anggaran 89.400.000
Realisasi 82.737.000
Selisih 6.663.000
89.400.000
82.737.000
6.663.000
Selisih 3.264.000 PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan Kepala Bagian Produksi Laporan Pertanggung Jawaban Biaya Tahun 2005
3.264.000
Kode 5510 5520 5530 5540
Anggaran Realisasi Selisih 66.464.000 60.750.000 3.714.000 11.400.000 12.440.000 (1.000.000) 9.250.000 8.100.000 1.150.000 8.550.00 9.150.000 (600.000) 93.664.000 90.400.000 3.264.000
PT Sejagtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan Laporan Pertanggung Jawaban Biaya Seksi Persiapan Tahun 2004 Pusat Biaya Anggaran Realisasi Selisih Bahan baku 59.864.000 55.800.000 4.064.000 Bahan penolong 800.000 850.000 (50.000) Tenaga kerja langsung 1.000.000 1.500.000 (500.000) Listrik 300.000 200.000 100.000 Pemeliharaan gedung 1.500.000 1.400.000 100.000 Pemeliharaan mesin 1.000.000 1.000.000 0 Jumlah 64.464.000 60.750.000 3.714.000 Sumber : PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan
Pusat Biaya Seksi persiapan Seksi giling Seksi petet Seksi verpak Jumlah
Anggaran Realisasi Selisih 61.350.000 54.700.000 6.650.000 11.850.000 12.100.000 (250.000) 8.000.800 7.900.000 100.000 8.200.800 8.037.000 163.000 89.400.000 82.737.000 6.663.000
PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan Laporan Pertanggung Jawaban Biaya Seksi Persiapan Tahun 2005
Sumber : PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan
Kode 551011-1 551012-1 551021-1 551041-1 551051-1 551052-1
Pusat Biaya Bahan penolong Tenaga kerja langsung Listrik Pemeliharaan gedung Pemeliharaan mesin Jumlah
Sumber : PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan
PT Sejagtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan Kepala Bagian Produksi Laporan Pertanggung Jawaban Biaya Tahun 2004
Pusat Biaya Seksi persiapan Seksi giling Seksi petet Seksi verpak Jumlah
Anggaran Realisasi Selisih 1.000.000 1.050.000 (50.000) 7.800.000 8.500.000 (700.000) 500.000 650.000 (150.000) 1.000.000 1.000.000 0 1.100.000 1.200.000 (100.000) 11.400.000 12.400.000 (1.000.000)
Sumber : PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan
Sumber : PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan
Kode 5510 5520 5530 5540
Pusat Biaya Tenaga kerja lang. Listrik Bahan penolong Pem. Gedung Pem. Mesin Jumlah
Kode 551011-1 551012-1 551021-1 551041-1 551051-1 551052-1
Pusat Biaya Bahan baku Bahan penolong Tenaga kerja langsung Listrik Pemeliharaan gedung Pemeliharaan mesin Jumlah
Anggaran Realisasi Selisih 56.000.000 49.500.000 6.500.000 700.000 850.000 (150.000) 2.000.000 2.000.000 0 250.000 250.000 0 1.400.000 1.000.000 400.000 1.000.000 1.000.000 0 61.350.000 54.700.000 6.650.000
Sumber : PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan
24 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008 PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan Laporan Pertanggung Jawaban Biaya Seksi Giling Tahun 2005
Kode 552012-1 552021-1 552041-1 552051-1 552052-1
Pusat Biaya Bahan penolong Tenaga kerja lang. Listrik Pem. Gedung Pem. Mesin Jumlah
Anggaran Realisasi Selisih 900.000 1.000.000 (100.000) 8.500.000 8.500.000 0 450.000 500.000 (50.000) 1.000.000 1.000.000 0 1.000.000 1.100.000 (100.000) 11.850.000 12.100.000 (250.000)
Sumber : PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan
Pusat Biaya Bahan penolong Tenaga kerja langsung Listrik Pemeliharaan gedung Pemeliharaan mesin Jumlah
Anggaran 950.000 4.500.000 350.000 1.000.000 1.200.000 8.000.000
Jumlah
12.200.000
13.650.000
1.450.000
Sumber : PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan
PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan Laporan Pertanggung Jawaban Biaya Seksi Petet Tahun 2005 Kode 553012-1 553021-1 553041-1 553051-1 553052-1
Kode 552012-1 552021-1 552041-1 552051-1 552052-1
PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan Laporan Pertanggung Jawaban Biaya Seksi Giling Tahun 2006 Pusat Biaya Anggaran Realisasi Selisih Bahan penolong 1.100.000 1.500.000 (400.000) Tenaga kerja lang. 8.500.000 9.500.000 (1.000.000) Listrik 500.000 650.000 (150.000) Pem. Gedung 1.000.000 1.000.000 0 Pem. Mesin 1.100.000 1.000.000 100.000
Realisasi 950.000 4.500.000 450.000 1.000.000 1.000.000 7.900.000
Selisih 0 0 (100.000) 0 200.000 100.000
Kode 553012-1 553021-1 553041-1 553051-1 553052-1
PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan Laporan Pertanggung Jawaban Biaya Seksi Petet Tahun 2006 Pusat Biaya Anggaran Realisasi Selisih Bahan penolong 950.000 950.000 0 Tenaga kerja langsung 5.500.000 6.000.000 (500.000) Listrik 400.000 400.000 0 Pemeliharaan gedung 1.000.000 1.000.000 0 Pemeliharaan mesin 1.500.000 1.500.000 (100.000) Jumlah 9.350.000 9.950.000 (600.000)
Sumber : PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan
Sumber : PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan
PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan Laporan Pertanggung Jawaban Biaya Seksi Verpak Tahun 2005 Kode 554012-1 554021-1 554041-1 554051-1 554052-1
Pusat Biaya Bahan penolong Tenaga kerja lang. Listrik Pem. Gedung Pem. Mesin Jumlah
Anggaran Realisasi Selisih 900.000 900.000 0 5.000.000 5.000.000 0 200.000 187.000 13.000 1.000.000 850.000 150.000 1.100.000 1.100.000 0 8.200.000 8.037.000 163000
Kode 554012-1 554021-1 554041-1 554051-1 554052-1
Sumber : PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan
Sumber : PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan
PT Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan Laporan Pertanggung Jawaban Biaya Tahun 2006
Kode 5500 5600 5700
Pusat Biaya Bagian produksi Bagian logistik Bagian Adm & Keu Jumlah
Anggaran Realisasi 100.020.000 102.750.000
Selisih (2.730.000)
Kode 5500 5600 5700
100.020.000 102.750.000
2.350.000
PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan Kepala Bagian Produksi Laporan Pertanggung Jawaban Biaya Tahun 2007
Anggaran Realisasi Selisih 69.070.000 69.450.000 (380.000) 12.200.000 13.650.000 (1.450.000) 9.350.000 9.950.000 (600.000) 9.400.000 9.700.000 (300.000) 100.020.000 102.750.000 (2.730.000)
Kode 5510 5520 5530 5540
PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan Laporan Pertanggung Jawaban Biaya Seksi Persiapan Tahun 2006 Pusat Biaya Anggaran Realisasi Selisih Bahan baku 62.820.000 63.000.000 (180.000) Bahan penolong 900.000 1.000.000 (100.000) Tenaga kerja langsung 2.500.000 3.000.000 (500.000) Listrik 350.000 350.000 0 Pemeliharaan gedung 1.500.000 1.200.000 300.000 Pemeliharaan mesin 1.000.000 900.000 100.000 Jumlah 69.070.000 69.450.000 (380.000)
Sumber : PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan
Pusat Biaya Seksi persiapan Seksi giling Seksi petet Seksi verpak Jumlah
Anggaran Realisasi Selisih 74.050.000 72.400.000 1.650.000 14.200.000 14.050.000 150.000 9.750.000 9.450.000 300.000 10.150.000 9.900.000 250.000 108.150.000 105.800.000 2.350.000
Sumber : PT. Sejahtera Bintang Abadi T obacco Pasuruan
Sumber : PT. Sejahtera B intang Abadi Tobacco Pasuruan
Kode 551011-1 551012-1 551021-1 551041-1 551051-1 551052-1
Selisih 2.350.000
(2.730.000)
PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan Kepala Bagian Produksi Laporan Pertanggung Jawaban Biaya Tahun 2006 Pusat Biaya Seksi persiapan Seksi giling Seksi petet Seksi verpak Jumlah
PT Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan Laporan Pertanggung Jawaban Biaya Tahun 2007 Pusat Biaya Anggaran Realisasi Bagian produksi 108.150.000 105.800.000 Bagian logistik Bagian Adm & Keu Jumlah 108.150.000 105.800.000
Sumber : PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan
Sumber : PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan
Kode 5510 5520 5530 5540
PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan Laporan Pertanggung Jawaban Biaya Seksi Verpak Tahun 2006 Pusat Biaya Anggaran Realisasi Selisih Bahan penolong 1.100.000 1.500.000 (400.000) Tenaga kerja lang. 6.000.000 6.000.000 0 Listrik 200.000 200.000 0 Pem. Gedung 1.000.000 1.000.000 0 Pem. Mesin 1.100.000 1.000.000 100.000 Jumlah 9.400.000 9.700.000 (300.000)
Kode 551011-1 551012-1 551021-1 551041-1 551051-1 551052-1
PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan Laporan Pertanggung Jawaban Biaya Seksi Persiapan Tahun 2007 Pusat Biaya Anggaran Realisasi Selisih Bahan baku 67.500.000 65.900.000 1.600.000 Bahan penolong 950.000 950.000 0 Tenaga kerja langsung 3.500.000 3.500.000 0 Listrik 300.000 300.000 0 Pemeliharaan gedung 1.000.000 900.000 100.000 Pemeliharaan mesin 800.000 850.000 (50.000) Jumlah 74.050.000 72.400.000 1.650.000
Sumber : PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan
25
Kode 552012-1 552021-1 552041-1 552051-1 552052-1
PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan Laporan Pertanggung Jawaban Biaya Seksi Giling Tahun 2007 Pusat Biaya Anggaran Realisasi Selisih Bahan penolong 2.000.000 1.850.000 150.000 Tenaga kerja lang. 9.500.000 9.500.000 0 Listrik 600.000 625.000 (25.000) Pem. Gedung 1.000.000 975.000 25.000 Pem. Mesin 1.100.000 1.100.000 0 Jumlah
14.200.000
14.050.000
150.000
Sumber : PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pa suruan
Kode 553012-1 553021-1 553041-1 553051-1 553052-1
PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan Laporan Pertanggung Jawaban Biaya Seksi Petet Tahun 2007 Pusat Biaya Anggaran Realisasi Selisih Bahan penolong 900.000 900.000 0 Tenaga kerja langsung 6.000.000 6.000.000 0 Listrik 350.000 400.000 (50.000) Pemeliharaan gedung 1.000.000 950.000 50.000 Pemeliharaan mesin 1.500.000 1.200.000 300.000 Jumlah 9.750.000 7.450.000 300.000
Sumber : PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan
Kode 554012-1 554021-1 554041-1 554051-1 554052-1
PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan Laporan Pertanggung Jawaban Biaya Seksi Verpak Tahun 2007 Pusat Biaya Anggaran Realisasi Selisih Bahan penolong 2.000.000 1.800.000 200.000 Tenaga kerja lang. 6.000.000 6.000.000 0 Listrik 200.000 200.000 0 Pem. Gedung 950.000 900.000 50.000 Pem. Mesin 1.000.000 1.000.000 0 Jumlah 10.150.000 9.900.000 250.000
Sumber : PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan
Evaluasi Situasi dan Kondisi Ekstern Pada dasarnya kinerja manajer departemen produksi dapat diukur jika terlepas dari situasi dan kondisi di luar kendali manajer departemen produksi yang terjadi pada perusahaan maupun keadaan lingkungan yang mempengaruhi hasil kinerja manajer pada situasi dan kondisi tersebut, sehinggat jika hasil kinerjanya banyak dipengaruhi situasi dan kondisi ekstern, maka hal itu diluar tanggung jawab departemen produksi SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa perusahaan sudah membuat laporan pertanggungjawaban tetapi penggunaannya belum optimal karena laporan yang dibuat belum memenuhi syarat sebuah laporan pertanggungjawaban dan dari hasil evaluasi terhadap struktur organisasi dapat diketahui bahwa struktur organisasi pada PT Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan sudah layak untuk penerapan akuntansi pertanggungjawaban karena sudah ada pembagian departemen-departemen dan
tiap-tiap departemen membawahi bagian-bagian yang lebih kecil 2. Pemisahan biaya terkendali dan biaya tak terkendali belum dilakukan oleh perusahaan tersebut sehingga pimpinan sulit untuk menentukan siapa yang bertanggung jawab atas terjadinya penyimpangan 3. Dari hasil laporan pertanggungjawaban dapat diketahui bahwa prestasi manajer departemen produksi yang menunjukkan kinerja yang paling baik adalah pada tahun 2002, hal ini dilihat dari laporan yang menunjukkan selisih lebih, sedangkan pada tahun 2001 prestasi manajer menunjukkan kinerja yang paling buruk, karena terjadinya selisih kurang pada setiap bagian produksi yang disebabkan faktor ekstern. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran-saran yang dapat diberikana dalah sebagai berikut : 1. Penyusunan laporan pertanggungjawaban harus diterapkan, hal ini dimaksudkan agar laporan pertanggungjawaban tersebut dapat digunakan secara optimal dalam mengevaluasi biaya serta untuk menilai minerja tiap bagian 2. Dengan memisahkan biaya menjadi biaya terkendali dan biaya tak terkendali maka akan memperjelas siapa yang akan bertanggungjawab atas ketidaksesuaian antara anggaran dan realisasi biaya pada tiap-tiap bagian 3. Faktor ekstern antara lain berupa penurunan nilai mata uang rupiah terhadap dollar harus diantisipasi dengan menyusun anggaran yang sesuai dengan keadaan saat itu sehingga prestasi manajer bagian produksi tetap dapat menunjukkan kinerja yang baik
26 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008
DAFTAR PUSTAKA Bambang Hariadi, 1992. Akuntansi Manajemen : Suatu Pengantar, Edisi Pertama. Cetakan Pertama, BPFE, Yogyakarta. Horngrenm Charles T. Gary L Sundem, 1990. Introduction To Management Accounting, Eight Edition, Prientice Hall International Inc. Horngreen, Charles T, Bamber, Smith, 2007. Akuntansi. Edisi ke enam, PT Indeks. Jakarta. Horngren, Charles T.M Datar, Srkant, Foster, George, 2005. Akuntansi Biaya. Edisi Kesebelas, Indeks. Jakarta. Mulyadi, 1990. Akuntansi Biaya. Edisi Keempat BPFE. Yogyakarta Mulyadi, 1997. Akuntansi Manajemen. Edisi 2, STIE YKPN, Yogyakarta. Usry, Milton F. Adolph Mat 2, 2006. Akuntansi Biaya. Jilid 2 Edisi 13, Penerbit Salemba Empat. Jakarta.
Hubungan Antara Motivasi Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Pada PT. Suzuki Finance Indonesia Cabang Surabaya Wiwin Indahyani Rita Mutiarni Abstract Employee motivation is an important thing that can influence the company. As the pillar of company, employee should do their job as well as possible, because base on the quality control management, the good source will give good result and one of the good source is good employee. This research proved that by giving some facilities to employee such as company uniform, health insurance, worker's camp and reward can improve the employee to give the best their have. Good and straight employer also has significant influence for employee. Keywords: employee, motivation
dalam perusahaan terdapat indikasi kurang efektifnya pemberian motivasi kepada karyawan antara lain dapat dilihat seperti menurunnya kualitas kerja.
Efektivitas organisasi dalam mencapai tujuannya sangat dipengaruhi oleh kualitas dari anggotanya. Pemikiran ini berdasarkan asumsi bahwa manusia merupakan salah satu dimensi utama dalam organisasi dan menjadi pemeran sentral dalam pendayagunaan sumber-sumber lain. Bahkan menurut Gibson (1996), bahwa kinerja organisasi tergantung dari kinerja individu. Perilaku anggota organisasi baik secara individu maupun kelompok memberikan kekuataan atas kinerja organisasi sebab motivasinya akan mempengaruhi pada kinerja organisasi. Pemahaman motivasi, baik yang ada dalam diri karyawan maupun yang berasal dari lingkungan akan dapat membantu dalam peningkatan kinerja (Sujak, 1990). Dalam hal ini seorang manajer perlu mengarahkan motivasi dengan menciptakan kondisi dimana para karyawan merasa terpacu untuk bekerja lebih keras agar kinerja yang dicapai juga tinggi. Tujuan berdirinya perusahaan pada dasarnya adalah selain untuk mencari laba yang optimal dan untuk meningkatkan pelayanan kepada langganan, terutama hal ini terjadi pada perusahaan akan berusaha semaksimal mungkin agar tujuannya tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Untuk mencapai tujuan tersebut maka manusia sebagai salah satu sumber daya yang diperlukan mempunyai peranan sangat penting dibandingkan sumber daya lainnya, karena sebagai tenaga kerja merupakan faktor penggerak dari keseluruhan kegiatan perusahaan. Melihat peranan manusia yang sangat penting maka tenaga kerja harus mendapatkan perhatian khusus dari perusahaan, apalagi bila di
Pengertian Motivasi. Bereslon dan Steiner, dalam Islamy (1995) mengartikan "motif" sebagai sesuatu yang ada dalam diri manusia yang membangkitkan, mengaktifkan, memindahkan, mengarahkan dan menyalurkan perilakunya menuju tercapainya tujuan. Dengan demikian motivasi terjadi melalui suatu proses. Proses Motivasi KEBUTUHAN TIDAK TERPUASKAN
TEGANGAN
DORONGAN
PENGURANGAN TEGANGAN
PERILAKU YANG DIINGINKAN
KEBUTUHAN TERPUASKAN
Sumber : Islamy, 1995:4
Chung dan Megginson dalam Islamy (1995) menjelaskan bahwa motivasi terdiri dari tiga unsur : motivational inputs, motivational decisions dan motivatinol outcomes. a. Motivational input (masukan motivasi) terdiri dari : 1. Kebutuhan Pegawai (employee needs) : kebutuhan eksistensi (biologi dan keamanan), kebutuhan relasi (pengaruh, kasih sayang, persahabatan) dan kebutuhan
Wiwin Indahyani, Dosen UNIVERSITAS DARUL ‘ULUM Jombang; Rita Mutiarni, Dosen STIE PGRI Dewantara Jombang
27
28 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008 berprestasi (aktualisasi diri pertumbuhan/perkembangan). 2. Insentif Organisasi (Organizational Incentives). Bahwa organisasi menyediakan penghargaan/hadiah bagi pemuas kebutuhan pegawai, misalnya : gaji, kesejahteraan, lingkungan kerja, hadiah interaktif, teman kerja, penghargaan, pengakuan. Hadiah instrinsik misalnya : penyelesaian tugas, tantangan dan tanggungjawab. 3. Hasil Persepsi (Perceptual Outcomes). Bahwa pegawai memiliki aneka persepsi atau anggapan tentang : nilai hadiah yang diberikan organisasi. adanya hubungan antara kinerja dan hadiah, kemungkinan pegawai mencapai hasil dari usaha-usahanya dalam bentuk kinerja dan lain-lain. Hanya persepsi yang positif akan mengarah pada motivasi yang tinggi. b. Motivational decision (keputusan motivasi) ialah proses dimana pegawai melakukan pilihan dan keputusan motivasi bagi dirinya. Maka terjadi proses Motivational Efforts (usaha-usaha motivasi) yaitu bila pegawai memiliki keahlian dan otoritas maka ia cenderung menetapkan keputusan motivasinya atas dasar persepsinya tentang nilai penghargaan atau hadiah, hubungan antar kinerja dengan hadiah yang diterima serta kemungkinan kemampuannya menyelesaikan tugas. c. Motivational outcomes (keluaran motivasi) ialah hasil dan dampak motivasi terhadap pegawai, yang menunjukkan adanya hubungan antara motivasi, kinerja, hadiah, kepuasan pegawai serta produktivitas. Dampak motivasinya ada tiga yaitu : 1. Performance level (tingkat kinerja/prestasi). Kinerja merupakan fungsi keahlian dan motivasi. Keahlian menentukan apa yang dapat dikerjakan oleh pegawai. Motivasi menentukan apa yang akan dikerjakannya, sedang kinerja berpengaruhpada produktivitas organisasi yang akan mempengaruhi pemberian penghargaan kepadanya. 2. Rewards (hadiah) adalah penghargaan atau
hadiah yang dapat atau tidak dapat diberikan atas kinerja pegawai. Penghargaan atau hadiah ini bisa adil-sepadan memuaskan pegawai, atau tidak memuaskan, tidak adil bahkan tanpa hadiah. 3. Satisfaction (kepuasan). Kadar kepuasan pegawai berpengaruh pada jenis/intensitas kebutuhannya. Perubahan struktur kebutuhan mempengaruhi perilaku pegawai dimasa yang akan datang. Teori Motivasi a. Teori Kebutuhan dari Abraham H. Maslow Inti dari teori Maslow adalah bahwa kebutuhan manusia tersusun dalam suatu hirarkhi. Tingkatan kebutuhan yang paling rendah adalah kebutuhan fisiologis dan yang paling tinggi adalah kebutuhan aktualisasi diri. Definisi kebutuhan dari Gibson, Ivancevich dan Donnely (1992 : 92): 1) Psycological, yaitu kebutuhan makan, minum, tempat tinggal, dan bebas dari rasa sakit. 2) Safety, yaitu kebutuhan akan kebebasan dan ancaman, yakni aman dari ancaman kejadian atau lingkungan. 3) Love and Belongingness, yaitu kebutuhan akan teman, afiliasi, interaksi dan cinta. 4) Estreem, yaitu kebutuhan akan penghargaan diri dan penghargaan dari orang lain. 5) Self-actualization, yaitu kebutuhan untuk memenuhi diri sendiri, memaksimumkan kemampuan, keahlian dan potensi. b. Teori Kebutuhan dari Alderfer Pada dasarnya Alderfer dalam Gibson, Ivancevich dan Donnely (1992 : 94) setuju dengan pendapat Maslow, namun menurut dia hirarkhi kebutuhan itu hanya ada tiga yaitu : 1) Existency (E), adalah kebutuhan yang dipuaskan oleh faktor-faktor kebutuhan fisik seperti makanan, air, udara, gaji/upah dan lain-lain. 2) Relatednees (R), adalah kebutuhan yang dipuaskan oleh hubungan sosial dan hubungan antar pribadi yang bermanfaat. 3) Growth (G), adalah kebutuhan rasa puas yang dialami seseorang bila ia dapat melakukan upaya yang kreatif dan produktif.
Wiwin Indahyani &Rita Mutiarni, Hubungan Antara Motivasi Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Pada PT. Suzuki Finance Indonesia Cabang Surabaya "
c.
Teori Prestasi dan Kekuasaan dari David McClelland McClelland dalam Gibson, Ivancevich dan Donnely (1992 : 97) bahwa banyak kebutuhan yang diperoleh dari kebudayaan. Melalui kehidupan dalam suatu budaya, seseoarng belajar tentang kebutuhan dengan mempelajarinya. Kebutuhan manusia ada tiga macam, yaitu : Kebutuhan Berprestasi (Need for Achievement = nAch), Kebutuhan akan Kekuasaan (Need for Power = nPow), dan Kebutuhan untuk Berafiliasi dengan orang lain (Need for Affiliation = nAff). Berdasarkan teori ini manusia (pegawai) telah memiliki dorongan dari dalam dirinya sebagai kebutuhan untuk berprestasi (nAch) yaitu kebutuhan untuk mencapai sesuatu dengan berhasil dan memuaskan. Karena sudah ada dalam diri setiap orang maka motivasinya amat kuat dan secara otomatis sudah bertujuan prestasi yang baik sejak awal bekerja. Selain itu manusia merasa perlu menguasai perilaku orang lain supaya orang lain mau bertindak sesuai keinginannya (nPow). Oleh karena itu manusia memerlukan hubungan (nAff) yang baik, yang hangat dan bersahabat dengan orang lain. Bila dikaitkan dengan Teori X-Y maka teori ini lebih cenderung menganggap manusia sebagai Teori Y (manusia cenderung berperilaku positif). d. Teori Proses. Teori ini terdiri dari beberapa teori sebagaimana dijelaskan dalam uraian dibawah ini. 1. Teori Penentuan Tujuan dari Edwin Locke. Menurut Edwin Locke dalam Robbins, (1996 : 209) bahwa "tujuan" yang khusus dan sulit akan mengantar ke tingkat kinerja yang lebih tinggi. Dengan demikian "tujuan" merupakan sumber utama dari motivasi kerja seseorang pegawai. Artinya, tujuan itu memberikan arah pada pegawai tentang apa yang perlu dikerjakan dan bagaimana upaya harus ditempuh untuk mencapai tujuan itu. Tujuan khusus (sulit) akan menghasilkan kinerja yang tinggi dibandingkan tujuan umum (mudah). Tujuan khusus apabila sulit merupakan suatu rangsangan internal yang memberikan makna suatu sasaran spesifik untuk diraih. Tujuan juga merupakan umpan balik yang
29
menghantar ke kinerja yang lebih tinggi. Umpan balik ini ditimbulkan oleh karyawan sendiri berupa kemampuan memantau kemajuannya sendiri. Umpan balik ini merupakan motivator internal yang kuat daripada umpan balik yang ditimbulkan secara eksternal. Karena tujuan itu telah diketahui maka karyawan akan berkomitmen (berjanji terlibat didalamnya) dan bertekad tidak meninggalkannya. 2. Teori Penguat dari Chung, Meggison dan Skinner. Menurut Chung dan Meggison, dalam Islamy (1995), bahwa sebagian besar tindakan manusia merupakan perilaku terdidik (learned behaviors/operant behaviors) selebihnya adalah tindakan yang terjadi karena reflek (respondent behaviors). Sedangkan suatu perilaku itu dapat dipelajari/dipertahankan lantaran ada imbalannya, bila tidak maka perbuatan itu akan dihentikan. Dengan kata lain bahwa tujuan individu akan memberikan arah bagi tindakannya, jadi perilaku merupakan fungsi dari konsekuensinya (imbalan). 3. Teori Keadilan dari Jane Pearson. Bila kita amati, setiap orang yang bekerja dalam organisasi pasti mempunyai tujuan untuk memperoleh imbalan atau balas jasa. Fokus dari teori keadilan (Islamy, 1995) diarahkan pada : - Keadilan Distributif, yaitu keadilan yang dipersepsikan dari banyaknya dan alokasi ganjaran diantara individu-individu. - Keadilan Prosedural, yaitu keadilan yang dipersepsikan dari proses yang digunakan untuk menetapkan distribusi ganjaran. 4. Teori Harapan (expectancy Theory) dari Victor Vroom Hubungan expectancy, valence, dan instrumentality dijelaskan pada
30 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008 Model teori harapan Ekspektansi Persepsi
Hasil I (Valensi) Tingkat Kinerja
Kekuatan
Instrumentalitas Persepsi kinerja (IMBALAN)
MOTIVASI
Uang/gaji Keamanan Kerja Promosi Prestasi Pengakuan Kesepakatan Sosial
Valensi Netto kepuasan atau ketidakpuasan
Gambar diatas disederhanakan sebagai berikut: Usaha Individu
Kinerja individu
Imbalan dari organisasi
Tujuan-tujuan individu
Sumber : Islamy, 1995 : 30-31
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Karateristik individu Sujak, (1990 : 249-250) mengatakan bahwa : karateristik individu yang berbeda-beda, meliputi kebutuhan, nilai, sikap, dan minat. Perbedaan tersebut akan dibawa oleh individu ke dalam dunia kerja sehingga motivasi setiap individu akan bervariasi. Menurut Gibson, Invansevich dan Donnely (992 : 52) dan Ahli-ahli lainnya, karateristik individu terdiri dari : 1) Variabel psikologis (ciri kepribadian) : kebutuhan nonmaterial nilai, sikap dan minat; 2) Variabel biografis (ciri individu) : usia, kebutuhan material, masa kerja, jenis kelamin, status perkawinan, dan banyaknya tanggungan; 3) Variabel fisiologis (ciri fisik individu), yaitu ; kemampuan dasar meliputi : kemampuan intelegensia/mental dan kemampuan fisik; 4) Variabel lingkungan, yaitu : keturunan atau keluarga, kelas sosial dan kebudayaan. Karateristik Pekerjaan Karateristik pekerjaan adalah segala aspek dari suatu pekerjaan yang menjelaskan sifat-sifat umum yang dicerminkan dalam persepsi oleh yang mengerjakannya (Swasto, 1997 :27). Sujak (1990 :252-256), dengan mengutip pendapat Hackman dan Oldham mengungkapkan bahwa dalam pekerjaan perlu memperhatikan lima karateristik pekerjaan. Karateristik itu akan berpengaruh pada empat karateristik personal sehingga dapat memperluas kebutuhan pegawai yang tumbuh terus, untuk mempelajari pekerjaan baru dan yang terakhir dapat meningkatkan produktivitas kerjanya. Karateristik pekerjaan itu dimaksud adalah variasi kecakapan, identitas tugas, signifikansi tugas,
otonomi dan balikan. Adapun keadaan psikologis menunjuk pada pekerja yang dapat mencapai tiga keadaan psikologis yang kritis yaitu sebagai berikut: 1) Pekerja harus menghayati pekerjaan sebagai sesuatu yang berarti atau penting. 2) Pekerja harus bertanggung jawab atas hasil pekerjaannya dan atas produk yang diusahakannya secara pribadi. 3) Pekerja harus dapat memastikan dengan cara yang teratur dan handal bagaimana hasil usahanya, apa yang telah dicapai dan memuaskan atau tidak, Schein (1991 : 105-106) dalam Sudjak (1990 : 255) Karateristik Organisasi Karateristik organisasi ialah norma-norma organisasi yang akan mempengaruhi tindakan pegawai dann kesadarannya dalam aktivitas seharihari saat bekerja, Swasto, (1997 : 27) Karateristik organisasi meliputi : kebijaksanaan organisasi, kultur, gaya kepemimpinan, program pengembangan karier dan sistem kompensasi. Karateristik tersebut mempengaruhi pegawai untuk memotivasi karier mereka. Prestasi Kerja dan Pengukurannya Prestasi Kerja Prestasi kerja menunjukkan pada hasil kerja yang dicapai oleh seseorang. Hasibuan (1990 : 105) dalam Sadjak (1990) menyatakan bahwa prestsi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu. Dengan kata lain bahwa prestasi kerja adalah hasil kerja yang dicapai olh seseorang dalam melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Pengukuran Prestasi Kerja Pengukuran prestasi kerja dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Kecakapan 2. Pengetahuan tentang pekerjaan Memiliki indikator : a. Hasil Kerja yaitu Kualitas kerjanya bagus meliputi : mutu (halus, teliti, bersih, dan hemat), Kuantitas kerjanya tinggi meliputi :
Wiwin Indahyani &Rita Mutiarni, Hubungan Antara Motivasi Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Pada PT. Suzuki Finance Indonesia Cabang Surabaya "
kecepatan, ketepatan waktu, banyaknya keahlian yang dimiliki, Pengetahuan tentang pekerjaan bisa dikuasai antara lain : memahami prosedur kerja, perancanaan pekerjaan yang jeli, ketekunan dalam pelaksanaan kerja. b. Produktivitas yaitu 1) Kecakapan yaitu kemampuan, kesanggupan melaksanakan tugas hingga tuntas, 2) Keterampilan : kecekatan, koordinatif, adaptif, kepemimpinan, pengambilan keputusan dan delegatif dan 3) Pengalaman yang luas ditandai dari banyaknya inisiatif dan kreatifitasnya. c. Perubahan Perilaku Model Konsepsi
Karakteristik Individu ( X1 )
Karakteristik Pekerjaan ( X2 )
Prestasi Kerja (Y)
Karakteristik Organisasi ( X3 ) Keterangan : Pengaruh secara parsial variabel Xi terhadap variabel Y Pengaruh secara simultan variabel Xi terhadap variabel Y
METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian. Sebagaimana telah diuraikan terdahulu, penelitian ini dilakukan di Kantor PT. Suzuki Finance Indonesia Cabang Surabaya dengan alasan bahwa Kantor PT. Suzuki Finance Indonesia Cabang Surabaya dalam kota besar pertama di Jawa Timur, dimana sumber daya insaninya bertanggungjawab dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan. Populasi dan Sampel. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari subyek/obyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik yang sama (Sugiyono, 1997). Dari data yang ada di PT. Suzuki Finance Indonesia Cabang Surabaya yang mempunyai tenaga kerja lebih dari 77 orang. Karena jumlah populasi kurang dari seratus orang maka dalam penelitian ini dilakukan pengambilan sample dari jumlah populasi tersebut. Sugiyono (1994) menyatakan bahwa sample adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sample penelitian ini diambil seluruhnya.
31
Konsep, Variabel Dan Pengukurannya Adapun pengukuran masing-masing variabel dijelaskan dalam uraian berikut ini. Variabel Bebas : Motivasi Kerja Pegawai. Variabel Karakteristik Individu adalah ciri pribadi yang obyektif serta membedakan dari orang lain dan mudah diperoleh dari rekaman pribadi atau riwayat hidup seseorang. Indikator ini selanjutnya dijabarkan ke dalam item-item yang terdiri dari : Kebutuhan materiel, Kebutuhan nonmateriel, Pendidikan, Nilai, Sikap, dan Minat a. Variabel karakteristik Pekerjaan adalah segala aspek dari suatu pekerjaan yang menjelaskan sifat-sifat umum dan dicerminkan dalam persepsi oleh yang mengerjakan (pegawai), kesiapan mental yang dipengaruhi oleh pengalaman seseorang terhadap obyek dan situasi yang berhubungan. Indikator ini dijabarkan ke dalam item-item yang t e r d i r i d a r i A n e k a kecakapan/ketrampilan , Identitas tugas, Otonomi, Umpan balik Variabel Karakteristik Organisasi definisikan sebagai dimensi organisasi yang akan mempengaruhi tindakan dan kesadaran tiap pegawai dalam aktivitas sehari-hari saat bekerja, Swasto (1997 : 6). Variabel ini dijabarkan kedalam item-item yang terdiri dari : Kultur, Persepsi, Kerja sama, Gaya kepemimpinan, Peraturan dan kebijaksanaan Variabel Tergantung : Prestasi Kerja Pegawai. Sebagaimana uraian sebelumnya variabel tergantung dalam penelitian ini direduksikan dari konsep prestasi kerja yang didefinisikan sebagai hasil kerja terbaik yang telah dicapai karyawan sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam kurun waktu tertentu. Berdasarkan definisi ini : Indikator Hasil Kerja. Hasil kerja, yaitu hasil kerja senyatnya yang diperoleh pegawai dan merupakan hasil kerja optimal yang bisa diraih dari standar dan waktu yang telah ditentukan. Indikator ini diukur :
32 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008 1. Kualitas/mutunya bagus yaitu : halus, teliti, bersih dan hemat. 2. Kualitas kerjanya tinggi meliputi : kecepatan, ketepatan waktu, banyaknya keahlian yang dimiliki. 3. Pengetahuan tentang pekerjaan antara lain : pemahanan prosedur kerja, perencanaan pekerjaan yang jeli, dan ketekunan dalam pelaksanaan kerja. Indikator Produktivitas. Produktivitas adalah suatu ukuran kinerja yang mencakup keefektifan dan kefeisienan. Keefektifan adalan pencapaian tujuan/target sedangkan efisiensi merupakan rasio dari keluaran efektif terhadap masukkan yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu. Jadi hubungan antara hasil nyata/fisik berupa barang atau jasa dari suatu tujuan yang dicapai dengan mentransfer masukan ke luaran dengan biaya paling rendah. Dengan demikian merupakan perbandingan antara totalitas pengeluaran pada waktu tertentu dibagi totalitas masukan selama periode tersebut. indikator ini terdiri dari item-item sebagai berikut : Kecapakan yaitu kemampuan , kesanggupan melaksanakan tugas hingga tugas tuntas, Ketrampilan yaitu kecekatan dalam memanfaatkan sarana yang ada antara lain adaptif, komunikatif, koordinatif, delegatif, kepemimpinan dan pengambilan keputusan, Pengalaman yang luas ditandai dari banyaknya inisiatif dan kreatifitas. Indikator Perubahan Perilaku. Perubahan perilaku ialah berubahnya perilaku yang semakin baik diwujudkan dalam item penampilan kerja yang mengesankan dan mencerminkan nilai tertinggi terhadap semua kreteria tersebut diatas yang dapat diukur dari : semangat kerja yang tinggi, rajin, berkepribadian yang kuat (jujur, sopan, ramah), mandiri, percaya diri, berani mengambil keputusan, berani menanggung resiko, efisien dan efektif. Metode Analisis Data. Untuk hipotesa satu digunakan analisis Regresi Linear Berganda dengan rumus sebagai berikut :
Y = â0 +
â1X1 + â2X2 + â3X3 + e
Dimana : Y
: Motivasi
X1
: Karakteristik Individu
X2
: Karakteristik Pekerjaan
X3
: Karakteristik Organisasi
â0
: Konstanta
â1, â2, â3
: Koefisien Regresi
e
: Galat
HASIL PENELITIAN, ANALISA DAN PEMBAHASAN. Analisis Data Dan Intepretasi Analisis Regresi Berganda Pengaruh Variabel Motivasi yang terdiri dari Karakteristik Individu (X1), Karakteristik Pekerjaan (X2) dan Karakteristik Organisasi (X3) Terhadap Prestasi Kerja (Y). Sebagaimana telah dirumuskan sebelumnya bahwa dalam, penelitian ini hipotesisnya adalah : 1). Ada pengaruh yang signifikan antara motivasi terdiri dari karakteristik individu (X1), karakteristik pekerjaan (X2), karakteriktik organisasi (X3) secara simultan terhadap prestasi kerja (Y). 2). Ada pengaruh yang signifikan dari masingmasing motivasi yang terdiri dari karakteristik individu (X1), karakterikstik pakerjaan (X2), karakteristik organisasai (X3) secara parsial terhadap prestasi kerja (Y) Pengujian dilakukan denghan tingkat kepercayaan 95% atau signifikansinya 0,05. Untuk menguji kebenaran hipotesis tersebut digunakan analisis regresi linier. Pada analisi regresi linier akan dilakukan uji serentak atau uji F serta uji parsial atau uji t. Tabel 4.5 Hasil Analisis Regresi Variabel Karakteristik Individu, Pekerjaan dan Organisasi Terhadap Prestasi r2
Variabel
B
Tersebut
Prob.
X1 X2 X3 (Const.) Multiple R
0,234
0,387
0,2381
4,184
0,000
0,784 -0,112 -7,267
0,532 -0,109
0,3709 0,0262
5,750 -1,226 -2,250
0,000 0,225 0,028
R2 –Adj F Prob Ftabel Ttabel
Beta
0,752 0,542 24,300 0,000 2,770 2,000
Sumber : Data primer diolah. (Juni, 200 8)
Wiwin Indahyani &Rita Mutiarni, Hubungan Antara Motivasi Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Pada PT. Suzuki Finance Indonesia Cabang Surabaya "
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai F hitung sebesar 24,300 dengan angka probabilitasnya sebesar 0,000 (p< 0,05). Sedangkan multiple R mempunyai nilai sebesar 0,752 yang menunjukkan adanya hubungan yang cukup kuat antara variabel karakteristik individu (X1), karakteristik pekerjaan (X2), karakteristik organisasi (X3) terhadap prestasi kerja (Y). Variasi perubahan nilai variabel prestasi kerja (Y), dapat dijelaskan oleh seluruh variabel bebas; karakteristik individu (X1), karakteristik pekerjaan (X2), karakteristik organisasi (X3), yang ditunjukkan dengan koefisien determinasi 2 (R -Adj) sebesar 0,542, dan sebesar 0,458 dipengaruhi oleh variabel lain. Atau dapat dikatakan bahwa proporsi kemampuan variabel-variabel karakteristik individu, pekerjaan dan organisasi dalam menjelaskan keragaman variabel prestasi adalah sebesar 54,2%. Nilai F-hitung sebesar 24,300 dengan probabilitas 0,000 menunjukkan bahwa persamaan regresi yang didapat, secara statistik terbukti mampu menjelaskan keragaman motivasi. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan nilai probabilitas kesalahan model sebesar 0,000 adalah lebih kecil dari nilai = 0,05. Berdasarkan hasil pengujian secara parsial terhadap masing-masing variabel bebas dapat diketahui : 1. Hasil analisis regresi variabel karakteristik individu (X1) terhadap prestasi kerja (Y) pada tabel diatas menunjukkan nilai p (0,000) < 0,05. Ini berarti secara parsial ada pengaruh yang signifikan antara karakteristik individu terhjadap prestasi kerja karyawan pada taraf signifikansi 2 95%. Nilai Koefisien determinasi parsial (r ) untuk variabel karakteristik individu adalah sebesar 0,2381, hal ini memberikan makna bahwa variasi perubahan nilai prestasi kerja (Y) dapat dijelaskan oleh variabel karakteristik individu (X1) sebesar 0,2381. Sedangkan nilai koefisien regresi (B) pada variabel karakteristik individu (X1) sebesar 0,234 menunjukkan bahwa bila X1 dinaikkan satu satuan, maka prestasi kerja (Y) akan meningkat sebesar 0,234, dengan asumsi variabel lain konstan. Tingkat keberartian pengaruh variabel karakteristik individu terhadap variabel prestasi secara statistik diuji dengan menggunakan uji-t.
2.
3.
33
Berdasarkan hasil uji-t, variabel perbaikan karakteristik individu (X1) secara statistik memberikan pengaruh perubahan yang signifikan terhadap prestasi. Hal ini terbukti dari nilai t-hitung 4,184 memberikan nilai probabilitas sebesar 0,000 adalah lebih kecil dari nilai =0,05. Hasil analisis regresi variabel karakteristik pekerjaan (X2) terhadap prestasi kerja (Y) pada tabel diatas menunjukkan nilai p (0,000) < 0,05. Ini berarti secara parsial ada pengaruh yang signifikan antara karakteristik individu terhadap prestasi kerja karyawan pada taraf signifikansi 95%. Nilai Koefisien determinasi parsial (r2) untuk variabel karakteristik pekerjaan (X2) adalah sebesar 0,3709, hal ini memberikan makna bahwa variasi perubahan nilai prestasi kerja (Y) dapat dijelaskan oleh variabel karakteristik pekerjaan (X2) sebesar 0,2381. Sedangkan nilai koefisien regresi (B) pada variabel karakteristik pekerjaan (X2) sebesar 0,784. Hal ini menunjukkan bahwa bila X2 dinaikkan satu satuan, maka prestasi kerja (Y) akan meningkat sebesar 0,784. Tingkat keberartian pengaruh variabel karakteristik pekerjaan terhadap variabel prestasi secara statistik diuji dengan menggunakan uji-t. Berdasarkan hasil uji-t, variabel karakteristik pekerjaan (X2) secara statistik memberikan pengaruh perubahan yang signifikan terhadap prestasi. Hal ini terbukti dari nilai t-hitung 5,750 memberikan nilai probabilitas sebesar 0,000 adalah lebih kecil dari nilai =0,05. Hasil analisis regresi variabel karakteristik organisasi (X3) terhadap prestasi kerja (Y) pada tabel diatas menunjukkan nilai p (0,225) > 0,05. Ini berarti secara parsial tidak ada pengaruh yang signifikan antara karakteristik individu terhadap prestasi kerja karyawan pada taraf signifikansi 2 95%. Nilai Koefisien determinasi parsial (r ) untuk variabel karakteristik individu adalah sebesar 0,0262, hal ini memberikan makna bahwa variasi perubahan nilai prestasi kerja (Y) dapat dijelaskan oleh variabel karakteristik organisasi (X3) hanya sebesar 0,0262. Sedangkan nilai koefisien regresi (B) pada
34 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008 variabel karakteristik organisasi (X3) sebesar 0,112 menunjukkan bahwa bila X1 dinaikkan satu satuan, maka prestasi kerja (Y) belum dapat menaikkan prestasi kerja. Tingkat keberartian pengaruh variabel karakteristik organisasi terhadap variabel prestasi secara statistik diuji dengan menggunakan uji-t. Berdasarkan hasil uji-t, variabel karakteristik organisasi (X3) secara statistik memberikan pengaruh perubahan yang tidak signifikan terhadap prestasi. Hal ini terbukti dari nilai t-hitung 1,226 memberikan nilai probabilitas sebesar 0,225 adalah lebih besar dari nilai =0,05.. 4.
Menentukan pilihan diantara variabel-variabel karakteristik individu, karakteristik pekerjaan dan karakteristik organisasi sebagai sebuah keputusan terhadap variabel yang paling dominan mempengaruhi prestasi digunakan koefisien beta, yaitu koefisien regresi dari variabel bebas yang telah dibakukan. (Arif:1993:10). Dari hasil perhitungan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengaruh yang paling dominan berasal dari variabel karakteristik pekerjaan (X2) dengan nilai beta sebesar 0,532. Berdasarkan analisis regresi linier ,maka dapat dihasilkan persamaan regresi sebagai berikut : Y= -7,267 + 0,234x1 + 0,784x2 + -0,112x3 Dapat dijelaskan bahwa konstanta sebesar –7,267, artinya bahwa jika tidak ada Xi, maka prestasi kerja pegawai sebesar 7,267.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Setelah dilakukan pengujian terhadap hasil perhitungan statistik dapat dibuktikan bahwa hipotesa dapat diterima yaitu : terdapat korelasi antara motivasi kerja dengan prestasi kerja pegawai. 2. Setelah dilakukan pengujian terhadap 18 item yang mempengaruhi motivasi kerja ada 10 item yang dianggap lemah oleh para pegawai yaitu : a) Karakteristik Individu (X1) terdiri dari penyediaan pakaian seragam kerja,
pemberian uang sewa rumah, jaminan keamanan, penghargaan oleh pimpinan dan rekan, ingin menghasilkan pekerjaan sebaik-baiknya dan keberadaan diakui kawan dan atasan. b) Karakteristik Pekerjaan (X2) terdiri dari Paham prosedur, rencana, tekun, meneliti hasil, bebas berinisiatif asal tidak menyalahi peraturan; dan Pimpinan memberikan informasi hasil kerja c) Karakteristik Organisasi (X3) terdiri dari sistem penggajian sudah baik, pengembangan promosi sudah efektif; dan pedoman penyelesaian tugas Penyebab utama adalah kurangnya perhatian PT. Suzuki Finance Indonesia terhadap ke 10 item tersebut diatas antara lain adalah faktor kepemimpinan yang lemah, terbatasnya sarana dan prasarana kerja pegawai. 3. Secara umum Teori Motivasi baik dari kelompok Teori Pemuas Kebutuhan dan Teori Proses keduanya sesuai digunakan sebagai landasan untuk menetapkan kebijaksanaan pembinaan pegawai terutama dalam memotivasi prestasi kerjanya. Saran 1. Untuk mengurangi kelemahan pimpinan tersebut disarankan adanya kehendak yang baik dan kemauan yang dan kemauan yang baik dari pimpinan untuk membenahi 10 item yang dianggap lemah oleh pegawai dengan cara mentaati ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan memperhatikan psikologi kepegawaian. 2. Secara khusus 10 item yang dianggap lemah oleh pegawai dapat diperbaiki dengan cara antara lain : a. Pengaturan insentif disarankan agar PT. Suzuki Finance Indonesia memiliki sistem pemberian insentif didasarkan atas prestasi kerja. b. Lebih meningkatkan penghargaan terhadap tingkat pendidikan, pengalaman, keterampilan, kecakapan pegawai dengan menerapkan asas the right man and the right place. c. Pengakuan terhadap prestasi kerja agaknya
35 mendapat sorotan tajam dari para pegawai. Oleh karena itu perwujudan pengakuan eksistensui, potensi dan prestasi melalui pelaksanaan promosi yang obyektif menjadi tuntutan kebutuhan dari para pegawai utamanya level pimpinan tingkat bawah mengingat latar belakang pendidikan mereka yang memadai. d. Penilaian terhadap pelaksanaan kerja hendaknya berfungsi sebagai umopan balik yang positif bagi pegawai. Selain itu perlu disampaikan hasil penilaian secara terbuka dan rasional kepada pegawai yang bersangkutan. Kecuali itu perlu disusn program perencanaan, pembianan, dan pengembangan pegawai sedikitnya 1 tahun yang akan datang, atau 5 tahun kemudian, yang benarbenar konsekuen, ditaati dan dapat dipercaya. e. Sikap pimpinan dipengaruhi oleh kepribadian seseorang oleh karena itu sulit diubah, namun demikian kepemimpinan yang efektif mensyaratkan sifat keramahan, tenggang rasa, penuh perhatian, yang dapat diubah dan dipelajari.
DAFTAR PU S TAKA Arikunto, Suharsimi, 1992. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Cetakan kedelapan. Edisi revisi. Rineka Cipta. Jakarta.
Erlangga. Jakarta. Faisal, Sanapiah, 1989. Penelitian Sederhana. Yayasan Asih Asah Asuh. Malang. Gibson James L dan Ivancevich John M dan Donnely James H. Jr 1989 Organizations. Terjemahan Organisasi dan Manajemen : Perilaku, Struktur, Proses. Alih Bahasa : Savitri, Soekrisno dan Agus Dharma. Jilid 2. Edisi Kelima. Penerbit Erlangga. Jakarta. Handayani R. S. 1994 Kajian Tentang Kualitas Sumber Daya Manusia Peranannya Dalam Pelaksanaan Pengawasan Melekat, Tesis, Program Pasca Sarjana Universitas Pajajaran. Bandung. Hersey, Paul dan Kenneth H. Blanchard, 1992. Management Organization Behavior And Human Resources Usage. Terjemahan. Manajemen Perilaku Organisasi dan Pendayagunaan Sumberdaya Manusia. Alih Bahasa : Agus Dharma. Erlangga. Jakarta. Handoko, T. Hani. 1986. Manajemen Sumber Daya Manusia. BPFE. Yogyakarta.
Agus, Dharma, 1985. Manajemen Prestasi Kerja. Edisi Pertama. Rajawali. Jakarta
Handoko, T. Hani. 1986. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Edisi kedua. Cetakan kelima. BPFE. Yogyakarta.
Bambang, Soepeno, 1992. Statistik Terapan. Cetakan kelima. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta
Hasibuan, Melayu. SP, 1991.Manajemen Sumber Daya Manusia. Rajawali Jakarta.
Dessler, Gary, 1992, Manajemen Personalia, Edisi Ketiga, Terjemahan, Penerbit Airlangga, Jakarta
Islamy, M. Irfan, 1996. Perilaku Kekuasaan Pemimpin Lokal. Disertasi Program Pasca Sarjana Universitas Arlangga. Surabaya.
Djarwanto PS dan Pangestu Subagyo, 1993. Statistik Induktif. Edisi Keempat. Cetakan pertama. BPFE. Yogyakarta.
I s l a m y, M . I r f a n , 1 9 9 5 . P o w e r D a l a m Kepemimpinan, Materi Short Course Kepemimpinan Eksekutif, FIA Unibraw. Malang
Flippo, Edwin B. 1992. Personnel Management. Terjemahan Manajemen Personalia. Alih Bahasa : Moh. Masud. Edisi Keenam. Jilid I.
Islamy, M. Irfan, 1995. Motivasi dan kepemimpinan. FIA. Unibraw. Malang
36 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008
Isaac, Stephen. 1992. Handbook In Reseach And Evaluation. William B. Michael. Edits. San Diego.California.
Penerbitan STIE YKPN, Yogyakarta Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, 1985. Metode Penelitian Survei. LP3ES. Jakarta. Sudjana. 1992. Metode statistika. Tarsito. Bandung.
Kenneth. N. Wexley and Gery A. Yuki. Richard. 1997. Organizational Behavior and Personnel Psychology. D. Irwin Inc. Homewood. Illionis. 60430. Irwin. Dorsey. L.Limited. First. Printing. Georgetown. Ontario. L7G4B3. USA Kerlinger, Fred. N. 1995. Foundation of Behavioral Research. Third Edition. Edisi Bahasa Indonesia : Asas-Asas Penelitian Behavioral. Penterjemah. Simatupang Landung. R. Editor J. Koesoemanto. Cetakan keempat. Gajah Mada University Press Yogyakarta. Nadler and Leonard, 1990. Human Resource Development, The Handbook of Human Resource Development. Leonard & Zeace Nadler (ed). Second edition. John Wiley & Sons Inc. Canada Nitisemito, Alex S, 1989, Manajemen Suatu Dasar Dan Pengantar. Edisi Revisi Kedua. Ghalia Indonesia. Jakarta. Roethlisberger, F.J, 1991. Management And Morale. Terjemahan Manajemen Dan Moril Pekerja. Alih Bahasa : JaRDANIS b. Aksara Baru. Jakarta. Robbin, Stephen P. 1996. Organizational Behavior : Conseps, Controversies, Applications. Seventh Edition. Edisi Bahasa Indonesia. Perilaku Organisasi : Konsep Kontroversi, Aplikasi. Alih Bahasa : Pujaatmaka. Hadyana Penyunting Benyamin Molan. Jilid dua. Prehalindo. Jakarta. Siagian, Sondang P. 1987. Organisasi dan Manajemen. Gramedia. Jakarta. Simamora, Henry, 1995, Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan Pertama, Penerbit Bagian
Sujak, Abi, Kepemimpinan Manajer : Konsep Dasar dan Implikasi. Cetakan kelima, Rajawali, Jakarta. 1990 Sugiyono, 1990, Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung. Swasto, Bambang 1996. Pengembangan Sumberdaya Manusia, Pengaruhnya Terhadap Kinerja dan Imbalan. FIA dan FAPET Universitas Brawijaya Malang. Strauss, George. 1986. Personnel Management. Terjemahan. Segi Manusia Dan Organisasi Manajemen Personalia. Alih Bahasa : Ny. Grace. M. Hadi Kusuma dan Ny. Rochmulyati Hamzah. Cetakan Pertama. Edisi Revisi Penerbit. IPPM dan PT. Pustaka. Binaman. Presindo. Jakarta. Timpe, A. Dale. 1993. Motivation of Personnel. Terjermahan. Seri Ilmu dan Seri Manajemen Bisnis. Memotivasi Pegawai. Alih Bahasa : Soesanto Budidharma. PT. Gramedia Asri Media. Jakarta. Terry, George. R. 1980. Motivasi dan Organisasi Perkantoran . ANS. Jakarta. Widjaja, A. W. 1995. Administrasi Kepegawaian Suatu Pengantar. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Walizer, Michael H. 1993. Research Methods And Analysis Searching For Relationships. Terjemahan Metode Dan Analisis Penelitian.
PENGARUH PENGUMUMAN DEVIDEN TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA Dwi Ermayanti S Abstract Investing in stock exchange is a chance to improve wealth because it can offer high return compare with bank deposit commonly call dividend that is profit sharing for stock holder. To know how much return the stock holder has, they can get the information from dividend statement. This statement also has function as indicator of company in the future. Keywords: Stock, dividend statement
mungkin akan dihadapi investor yang menginvestasikan dananya dalam bentuk saham, antara lain berupa : penurunan harga saham (Capital Loss), deviden yang sangat rendah atau bahkan tidak menerima deviden, dan lain-lain. Keputusan investasi di pasar modal memerlukan berbagai macam informasi. Terdapat berbagai jenis informasi di pasar modal, salah satu tipe informasi tersebut adalah pengumuman deviden. Pengumuman deviden menggambarkan sejumlah uang yang akan diperoleh para pemegang saham untuk setiap lembar saham yang dimiliki. Oleh karena itu pengumuman deviden, yang kemudian dapat dihitung lebih lanjut untuk mengetahui besarnya perubahan jumlah deviden bila dibandingkan dengan periode sebelumnya. Informasi ini diharapkan akan menstimulasi reaksi para pemegang saham yang nampak dalam bentuk perubahan harga saham. Jika harga saham yang terbentuk di pasar lebih besar dari harga saham yang diharapkan, maka hal tersebut akan menghasilkan abnormal return
Selama lima tahun terakhir kinerja perekonomian Indonesia menunjukkan trend pertumbuhan yang membaik. Perkembangan perekonomian Indonesia yang positif tersebut secara tidak langsung berpengaruh terhadap kegiatan investasi di Pasar modal Indonesia. Faktor-faktor ekonomi makro secara empiris terbukti mempunyai pengaruh terhadap perkembangan investasi di beberapa negara. Bagi investor, berinvestasi di pasar modal merupakan kesempatan untuk meningkatkan kekayaannya karena berinvestasi di pasar modal menawarkan tingkat pengembalian (return) yang cenderung lebih tinggi dibandingkan deposito perbankan dan memungkinkan investor untuk memilih investasi sesuai dengan preferensi mereka. Tingkat pengembalian (return) yang diharapkan oleh investor dalam melakukan investasinya berupa : 1) Capital Gain, yaitu keuntungan penjualan saham akibat selisih dari harga jual saham dengan harga belinya, (Jogiyanto, 2000:101). 2) Devidend, yaitu pembagian keuntungan kepada pemegang saham PT yang sebanding dengan jumlah lembar yang dimiliki, (Zaki Baridwan, 2000:434). Pada setiap pengambilan keputusan investasi, investor dihadapkan pada keadaan ketidakpastian atau risiko. Seorang investor tidak mengetahui dengan pasti hasil yang akan diperoleh dari investasi yang dilakukannya. Hal ini mendorong investor yang rasional untuk selalu mempertimbangkan risiko dan tingkat pengembalian yang diharapkan dari setiap sekuritas. Apabila pemodal mengharapkan untuk memperoleh tingkat keuntungan yang tinggi, maka dia harus bersedia menerima risiko yang tinggi pula. Adapun risiko yang
Pasar Modal Pada dasarnya pasar modal (Capital Market) merupakan pasar untuk berbagai instrument keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang ataupun modal sendiri, kalau pasar modal merupakan pasar untuk surat berharga jangka panjang, maka pasar uang (money market) pada sisi yang lain merupakan pasar surat berharga jangka pendek. Peranan pasar modal dalam suatu perekonomian negara adalah sebagai berikut Fungsi Tabungan (Savings Function), Fungsi Kekayaan
Dwi Ermayanti S , Dosen STIE PGRI Dewantara Jombang
37
38 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008 (Wealth Function), Fungsi Likuiditas (Liquidity Function) Fungsi Pinjaman (Credit Function) Saham Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikkan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau Perseroan Terbatas (PT). Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut serta menunjukkan hak pemodal untuk memperoleh bagian prospek dari kekayaan perusahaan yang menerbitkan sekuritas tersebut. Jenis-Jenis Saham Ada beberapa sudut pandang yang membedakan saham, yang diwujudkan dalam beberapa kategori sebagai berikut : a. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim, maka saham terbagi atas : Saham Biasa (Common Stock) dan Saham Preferen (Preferred Stock). b. Dilihat dari cara peralihannya saham dapat dibedakan atas Saham Atas Unjuk (Bearer Stock) dan Saham Atas Nama (Registered Stocks) c. Ditinjau dari kinerja perdagangan, maka saham dapat dikategorikan atas: Blue-Chips Stocks, Income Stocks, Emiten
Investasi Menurut Sunariyah (2000:4), pengertian investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masamasa yang akan datang. Keputusan penanaman modal tersebut dapat dilakukan oleh individu atau suatu entitas yang mempunyai kelebihan dana. Investasi dalam arti luas terdiri dari 2 (dua) bagian utama, yaitu : investasi dalam bentuk aktiva riil (real asset), seperti emas, intan, barang-barang seni, real estate, dan investasi dalam bentuk surat-surat berharga atau sekuritas (marketable securities atau financial assets), seperti surat-surat berharga yang pada dasarnya merupakan klaim atas aktiva riil yang dikuasi oleh suatu entitas.
Penilaian Saham Ada dua macam analisis yang banyak digunakan untuk menentukan nilai sebenarnya dari saham, yaitu : Analisis Fundamental, ada dua cara pendekatan untuk menghitung nilai intrinsik saham, yaitu dengan pendekatan nilai sekarang (present value approach) dan pendekatan PER (P/E ratio approach). Pendekatan nilai sekarang juga disebut dengan metode kapitalisasi laba (capitalization of income method) karena melibatkan proses kapitalisasi nilainilai arus kas (cash flow) masa depan yang didiskontokan menjadi nilai sekarang. Salah satu pendekatan yang menggunakan nilai laba perusahaan untuk mengestimasikan nilai intrinsik adalah pendekatan PER (Price Earning Ratio) yang disebut juga dengan earning multiplier. Analisis Teknikal, didasarkan pada anggapan bahwa harga suatu sekuritas akan ditentukan oleh penawaran dan
Jenis-Jenis Investasi Menurut Sunariyah (2000:4), pemilikan aktiva finansial dalam rangka investasi pada sebuah institusi atau perusahaan dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu : a) Investasi Langsung (Direct Investing) Diartikan sebagai suatu pemilikan surat-surat berharga secara langsung dalam suatu institusi atau perusahaan yang secara resmi telah go public dengan harapan akan mendapatkan keuntungan berupa penghasilan devidend dan capital gain, dan b) Investasi Tidak Langsung (Indirect Investing) Investasi tidak langsung terjadi bila surat-surat berharga yang dimiliki diperdagangkan kembali oleh perusahaan investasi (investment company) yang berfungsi sebagai perantara (intermediary). Dalam peranannya sebagai investor tidak langsung, pedagang perantara (pialang) mendapatkan devidend atau capital gain
permintaan terhadap sekuritas tersebut. Analisis teknikal didasarkan pada beberapa asumsi dasar, yaitu : Penawaran dan permintaan harga sekuritas yang akan ditentukan oleh interaksi antara penawaran dan permintaan, Sekuritas itu sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang rasional maupun irrasional, Perubahan harga sekuritas condong bergerak pada satu arah tertentu (trend), Pergeseran panawaran dan permintaan sekuritas akan mempengaruhi arah perubahan harga.
Dwi Ermayanti S , Pengaruh Pengumuman Deviden Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia
seperti halnya dalam investasi langsung, selain itu juga akan memperoleh penerimaan berupa capital gain atas hasil perdagangan portofolio yang dilakukan oleh perusahaan perantara tersebut. Keuntungan Investasi Dalam Bentuk Saham Menurut Pandji dan Piji (2001:54), pada dasarnya ada tiga keuntungan yang diperoleh investor yang melakukan investasi, yaitu : 1) Capital Gain yaitu bagian dari keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemilik saham, 2) Devidend yaitu keuntungan yang diperoleh dari selisih harga jual dengan harga beli dan Manfaat Non Finansial yaitu timbulnya kebanggaan dan kekuasaan memperoleh hak suara dalam menentukan jalannya perusahaan. Risiko Investasi. Menurut Pandji dan Piji (2001:78), dalam melaksanakan investasi, investor diharapkan memahami adanya risiko, antara lain sebagai berikut : 1) Risiko Finansial, yaitu risiko yang diterima oleh investor akibat dari ketidakmampuan emiten saham memenuhi kewajiban pembayaran deviden atau bunga serta pokok investasi. 2) Risiko Pasar yaitu risiko akibat menurunnya harga pasar substansial baik keseluruhan saham maupun saham tertentu akibat perubahan tingkat inflasi ekonomi, keuangan negara, perubahan manajemen perusahaan, atau kebijakan pemerintah. 3) Risiko Psikologis yaitu risiko bagi investor yang bertindak secara emosional dalam menghadapi perubahan harga saham berdasarkan optimisme dan pesimisme yang dapat mengakibatkan kenaikan dan penurunan harga saham. Jika banyak investor yang membeli saham melebihi supply yang tersedia dalam pasar maka akan mendorong harga keseluruhan semakin meningkat, keadaan ini dikenal dengan nama “bullmarket”. Sedangkan apabila banyak investor menjual sahamnya sehingga mendorong harga yang makin menurun disebut “bearmarket”. Deviden Menurut Zaki Baridwan (2000:434), deviden diartikan sebagai pembagian keuntungan kepada pemegang saham PT yang sebanding dengan jumlah lembar yang dimiliki. Biasanya deviden dibagikan dengan interval waktu yang tetap, tetapi kadang-
39
kadang diadakan pembagian deviden tambahan pada waktu yang bukan biasanya. Apabila deviden-deviden yang dibagikan berbentuk selain uang tunai maka akan dicatat dengan judul yang sesuai. Jika digunakan istilah deviden saja, maka yang dimaksudkan adalah deviden kas. Bentuk-Bentuk Deviden Menurut pendapat Zaki Baridwan (2000:434), deviden yang dibagi oleh perusahaan bisa mempunyai beberapa bentuk sebagai berikut : Deviden Kas, Deviden Aktiva Selain Kas (Property Devidends), Deviden Utang (Scrip Devidens), Deviden Likuidasi dan Deviden Saham Hubungan Deviden dengan Saham Pembayaran deviden selalu diikuti oleh kenaikkan harga saham. Sedangkan penurunan deviden akan diikuti dengan penurunan harga saham. Kenyataan ini menunjukkan bahwa investor secara keseluruhan lebih menyukai pembayaran devidend daripada capital gain, karena deviden mempunyai risiko yang lebih kecil daripada capital gain (Brigham dan Gapenski, 1993) yang dikutip oleh Suhartatik (2005:27). Karena perubahan cenderung enggan untuk menurunkan tingkat deviden mereka, sehingga perusahaan hanya akan meningkatkan deviden apabila prospek keuntungan di masa yang akan datang lebih baik atau paling tidak stabil. Hasil Empiris Studi Peristiwa (Even Study) Pemecahan Saham (Stock Split) adalah memecah selembar saham menjadi banyak lembar saham. Secara umum stock split merupakan pemecahan nilai saham ke dalam nilai nominal yang lebih kecil sehingga jumlah lembar saham yang beredar meningkat, (Agus Sartono, 1997:259). Right Issue merupakan hak untuk memesan saham baru yang akan dikeluarkan oleh emiten. Rights ini diberikan cuma-cuma dan diprioritaskan kepada pemegang saham biasa untuk memesan saham baru. Pada umumnya tujuan rights issue adalah untuk menghimpun dana segar yang akan digunakan untuk ekspansi usaha, membayar pinjaman, atau untuk modal kerja. Beberapa tujuan lainnya adalah untuk meningkatkan porsi kepemilikan pemegang saham, atau untuk meningkatkan jumlah saham beredar sehingga lebih likuid perdagangannya.
40 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008 Penawaran Perdana (Initial Public Offering atau IPO) Perusahaan yang pertama melemparkan sahamnya ke pasar saham disebut melakukan penawaran perdana (IPO). Karena harga pasar sekuritas sebelumnya tidak diketahui, maka laporan keuangan yang disertakan di dalam prospektus merupakan informasi yang berguna untuk memperkirakan harga sekuritas tersebut Pengumuman Deviden Miller dan Modigliani (1961) dalam buku (Jogiyanto, 2000:403), menunjukkan bahwa deviden sifatnya adalah tidak relevan di dalam menentukan nilai dari perusahaan. Jika hal ini benar, pertanyaannya adalah mengapa masih banyak perusahaan yang membayar deviden, bahkan meningkatkan nilai devidennya. Hasil studi-studi tentang apakah deviden mengandung informasi yang berguna untuk pasar juga menghasilkan kesimpulan yang masih bercampur. METODOLOGI PENELITIAN Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Pengumuman Deviden merupakan pengumuman yang menggambarkan sejumlah keuntungan yang akan diperoleh para pemegang saham untuk setiap lembar saham yang dimiliki. Adapun item dari pengumuman deviden itu sendiri, yaitu : Harga Saham (X1) adalah harga yang tercantum pada setiap lembar saham dan Reaksi Pasar (X2) adalah reaksi yang ditunjukkan oleh para pemegang saham sehingga mengakibatkan perubahan pada harga saham. Return Saham (Y) adalah tingkat keuntungan yang diperoleh untuk setiap lembar saham yang dimiliki. Adapun metode-metode yang digunakan dalam menghitung return saham, yaitu sebagai berikut : 1) Model Pasar (Market Model) Merupakan perhitungan return ekspektasi dengan model pasar (market model) ini dilakukan dengan dua tahap, yaitu membentuk model ekspektasi dengan menggunakan data realisasi selama periode estimasi dan menggunakan model ekspektasi ini untuk mengestimasi return ekspektasi di periode jendela. E (Rit) = ái + ßi. RMt + eit Persamaan market model di atas merupakan regresi linier yang diperoleh dengan meregresikan Ri dan Rm untuk memperoleh dan selama periode estimasi, sebagai berikut :
1. Actual Return , adalah return sesungguhnya atau return yang telah terjadi. Pit Pit 1
Rit =
Pit 1
2. Return Pasar atau Return Market adalah Return Indeks Pasar. Rmt =
IHSG t IHSG t 1 IHSG t 1
3. b = Merupakan pengukuran resiko sistematik (systematic risk) dari suatu sekuritas terhadap resiko pasar. ßi
=
n.å ( R 1 .R m ) ( RI ) () Rm å å
ái
=
R b .å R å
( )
nå Rm () Rm å 2
1
2
m
n
Return Tidak Normal (Abnormal Return) Ada selisih antara return sesungguhnya yang terjadi dengan return ekspektasi atau dengan return sesungguhnya yang diharapkan (Expected Return). RTNi,t = Ri,t – E(Ri,t) Rata-Rata Tidak Normal k
RTNi , t å RRTNt =
i= 1
k
Metode-metode di bawah ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pengumuman deviden terhadap return saham. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis data ini adalah sebagai berikut : 1) Menghitung Market Model sebelum dan sesudah pengumuman deviden, Merupakan perhitungan return ekspektasi dalam membentuk model ekspektasi dengan menggunakan data realisasi selama periode estimasi dan untuk mengestimasi return ekspektasi diperiode jendela, 2) Menghitung Abnormal Return sebelum dan sesudah pengumuman deviden, Merupakan selisih antara return sesungguhnya terjadi dengan return ekspektasi atau dengan return sesungguhnya yang diharapkan (Expected Return) dan 3) Menghitung Rata-Rata Return Tidak Normal sebelum dan sesudah pengumuman deviden. Merupakan pengujian dari adanya abnormal return yang tidak dilakukan untuk tiap-tiap sekuritas tetapi dilakukan secara agregat
41 pada seluruh sekuritas untuk tiap-tiap hari di periode peristiwa. Penentuan Populasi dan Sampel Kriteria-kriteria tersebut adalah : 1) Perusahaan Manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia, 2) Perusahaan Manufaktur yang melakukan pengumuman deviden selama periode tahun 20062007, 3) Perusahaan tidak melakukan kebijakan lain (stock spilt atau right issue) di sekitar jendela pengamatan selain kebijakan pengumuman devidennya. Jendela pengamatan adalah periode pengamatan harian, dimana penulis mencoba melakukan penelitian dengan data harian yaitu periode estimasi selama 30 hari dan periode peristiwa selama 21 hari yaitu 10 hari sebelum pengumuman deviden, hari ke-0 sebagai saat terjadinya pengumuman deviden dan 10 hari setelah pengumuman deviden atau H+10 dengan alasan bahwa diharapkan kecil kemungkinan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perubahan return saham seperti mempengaruhi kondisi ekonomi, politik, perubahan tingkat suku bunga dan lain-lain. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan Manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia yaitu sebanyak 133 perusahaan pada tahun 20062007. Dengan memperhatikan kriteria tersebut, penulis mencoba membuat rincian pengambilan sampel sebagai berikut : Jumlah Perusahaan Sampel Tahun Keterangan Total perusahaan manufaktur Perusahaan tidak mengumumkan deviden Perusahaan yang melakukan kebijakan lain (stock split atau right issue) Jumlah sampel yang digunakan
Sumber : JSX Statistics, 2006-2007
2006 133 (114)
2007 133 (111)
(2)
(6)
17
16
Berikut ini nama Perusahaan Manufaktur yang mengumumkan deviden periode tahun 2006-2007, adalah sebagai berikut : Nama Perusahaan Sampel No
Kode
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33.
MERK ARNA BRAM ALMI SHDA AQUA MAPI RMBA JPRS UNIC SMSM MLBI AKRA GDYR HMSP BATA AKKU TCID PBRX TSPC INTP SCCO KLBF KAEF LTLS TOTO INDR MYOR MTDL GGRM AUTO ASII UNVR
Nama Perusahaan PT. MERCK, Tbk PT. Arwana Citramulia, Tbk PT. Branta Mulia, Tbk PT. Alumu indo Light Metal Industry, Tbk PT. Sari Husada, Tbk PT. Aqua Golden Mississipi, Tbk PT. Mitra Adiperkasa, Tbk PT. Bentoel Internasional Investama, Tbk PT. Jaya Pari Steel, Tbk PT. Unggul Indah Cahaya, Tbk PT. Selamat Sempurna, Tbk PT. Multi Bintang Indonesia, Tbk PT. AKR Corporindo, Tbk PT. Goodyear Indonesia, Tbk PT. HM Sampoerna, Tbk PT. Sepatu Bata, Tbk PT.Anaka Kemasindo Utama, Tbk PT.MANDOM Indonesia, Tbk PT.Pan Brothers, Tbk PT.Tempo Scan Pacific, Tbk PT.Indocement Tunggal Praskarsa, Tbk PT.SUCACO, Tbk PT.Kalbe Farma, Tbk PT.Kimia Farma, Tbk PT.Lautan Luas, Tbk PT.Surya Toto Indonesia, Tbk PT.Indo-Rama Synthetics, Tbk PT.Mayora Indah, Tbk PT.Metrodata Electronics, Tbk PT.Gudang Garam, Tb k PT.Astra Autoparts, Tbk PT.Astra International, Tbk PT.Unilever Indonesia, Tbk
Tanggal Pengumuman Deviden 26 April 2006 03 Mei 2006 12 Juni 2006 16 Juni 2006 19 Juni 2006 23 Juni 2006 30 Juni 2006 03 Juli 2006 07 Juli 2006 24 Juli 2006 02 Agustus 2006 10 Agustus 2006 14 Agustus 2006 21 September 2006 06 November 2006 20 Desember 2006 27 Desember 2006 26 April 2007 27 April 2007 04 Mei 2007 07 Mei 2007 22 Mei 2007 25 Mei 2007 29 Mei 2007 05 Juni 2007 12 Juni 2007 14 Juni 2007 27 Juni 2007 28 Juni 2007 28 Juni 2007 27 September 2007 09 Oktober 2007 10 November 2007
Sumber : JSX Statistics, 2006-2007
Sumber Data Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang sudah diolah oleh pihak perusahaan dan sudah diterbitkan dalam bentuk laporan keuangan atau dengan kata lain data yang tidak secara langsung diambil dari perusahaan yang bersangkutan yaitu melalui Bursa Efek Indonesia (BEI). Data yang diperlukan meliputi 1) Tanggal pengumuman deviden tunai perusahaan pada periode tahun 2006-2007, 2) Harga saham harian untuk tiaptiap saham perusahaan yang dijadikan sampel pada periode tahun 2006-2007 (closing prise). 3) Indeks Harga Saham Gabungan pada tahun 2006-2007. Teknis Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Adapun langkahlangkah dalam pengujian statistik adalah sebagai berikut :
42 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008 a. Analisis Regresi Linier Berganda Y = â 0 + â 1X1 + â2X2 + e PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Analisa Data Perhitungan terhadap data dilakukan untuk masingmasing perusahaan dalam periode jendela yaitu untuk 10 hari sebelum pengumuman deviden dan 10 hari sesudah pengumuman deviden. Total abnomal return saham dihitung satu persatu untuk masing-masing perusahaan. Perhitungan abnormal return diperoleh dari data actual return dikurangi dengan expected return atau model pasar (market model). Perhitungan return ekspektasi dengan model pasar (market model) dilakukan dengan membentuk model ekspektasi dengan menggunakan data realisasi selama periode estimasi dan menggunakan model ekspektasi ini untuk mengestimasi return ekspektasi di periode jendela. Periode estimasi (estimation period) umumnya merupakan periode estimasi selama 30 hari sebelum periode jendela. Model ekspektasi dapat dibentuk dengan menggunakan teknik regresi.
Perhitungan Reaksi Pasar Untuk menghitung reaksi pasar penulis menggunakan return pasar atau market return (lampiran 5), dengan rumus sebagai berikut : Rmt =
IHSG t IHSG t 1 IHSG t1
Hasil perhitungan rata-rata market return untuk 33 perusahaan selama periode jendela secara keseluruhan adalah sebagai berikut : Rata-Rata Nilai Market Return dari Data Keseluruhan Hari Ke0 1 2
Sebelum
Sesudah
-0.026622 -0.065609
0.033111 0.069817
3 4
-0.099219 -0.133479
0.104882 0.138647
5
-0.162098
0.167678
6 7
-0.194447 -0.235396
0.198925 0.236155
8
-0.269726
0.264537
9 10
-0.294977 -0.326526
0.302905 0.302905
Jumlah
-1.808100
1.819561
0.006977
Sumber : Data Diolah 2009
Perhitungan Harga Saham D alam menghitung harga s aham penulis menggunakan actual return (lampiran 3) dengan rumus sebagai berikut :
Rit =
Pit Pit 1 Pit 1
Hasil perhitungan rata-rata actual return untuk 33 perusahaan selama periode jendela secara keseluruhan adalah sebagai berikut Rata-Rata Nilai Actual Return dari Data Keseluruhan Hari Ke-
Sebelum
0
Sesudah 0,002489
1
-0,0238 77
0,034335
2
-0,061310
0,071539
3
-0,100580
0,111844
4
-0,134959
0,132304
5
-0,160418
0,164728
6
-0,201245
0,199391
7
-0,227779
0,237320
8
-0,263972
0,267091
9
-0,296866
0,308980
10
-0,322805
0,338818
Jumlah
-1,793812
1,866350
Sumber : Data Diolah 2009
Dari hasil perhitungan tabel diatas terlihat bahwa market return saham rata-rata sebelum pengumuman deviden cenderung negatif. Pada hari ke 0, market return telah mengalami kenaikkan dan sesudah pengumuman deviden rata-rata market return hampir sebagian besar saham mengalami kenaikan. Hal ini berarti pengumuman deviden yang dilakukan oleh perusahaan dapat mempengaruhi reaksi pasar, sehingga mengakibatkan harga saham naik.
43 Perhitungan Return Saham Sehingga rata-rata abnormal return saham untuk 33 perusahaan selama periode jendela secara keseluruhan adalah sebagai berikut : Rata-Rata Nilai Abnormal Return dari Data Keseluruhan Hari Ke-
Sebelum
0
Sesudah 9.336,591167
Sumber : Data Primer Yang Diolah
1
9.353,084119
9.352,628513
2
9.342,823365
9.372,895407
3
9.332,263293
9.424,832832
4
9.276,997191
9.562,854171
5
9.269,152611
9.504,719223
6
9.246,495404
9.481,866800
7
9.250,902294
9.455,323418
8
9.241,789398
9.506,657778
9
9.119,258718
9.495,986967
10
9.170,760000
9.596,421015
Jumlah
92.603,526393
94.754,186123
Besar hubungan antar variabel return saham dengan harga saham yang dihitung dengan koefisien korelasi adalah 0,931, sedangkan variabel return saham dengan reaksi pasar yang dihitung dengan koefisien korelasi adalah 0,923. Secara teoritis, karena korelasi antara return saham dengan harga saham lebih besar, maka variabel harga saham lebih berpengaruh tehadap return saham daripada reaksi pasar, Terjadi korelasi yang cukup kuat antara variabel harga saham dengan reaksi pasar, yaitu 0.999.
Sumber : Data Diolah 2009
Dari hasil perhitungan dalam tabel 4.5 terlihat bahwa abnormal return saham rata-rata sebelum pengumuman deviden cenderung positif. Pada hari ke 0, abnormal return telah mengalami penurunan dan sesudah pengumuman deviden rata-rata abnormal return hampir sebagian besar saham mengalami kenaikan. Hal ini berarti pengumuman deviden yang dilakukan oleh perusahaan diartikan positif oleh investor, sehingga harga saham naik dan secara langsung pendapatan perusahaan mengalami kenaikan. Analisa Regresi Linier Berganda Pengaruh Sebelum Pengumuman Deviden Terhadap Return Saham
Sumber :
Data Primer Yang Diolah
Sumber : Data Primer Yang Diolah
Angka R square adalah 0,898. Hal ini berarti 89,8% dari variasi return saham perusahaan bisa dijelaskan oleh variabel harga saham dan reaksi pasar. Dan sisanya (100%-89,8% = 10,2%) dijelaskan oleh variabel yang lain selain harga saham (X1) dan Reaksi Pasar (X2). Standard Error of Estimate adalah 26,87822 (satuan yang dipakai adalah variabel dependen atau dalam hal ini adalah return saham). Perhatikan pada analisis sebelumnya, bahwa standar deviasi return saham adalah 74,14872 yang lebih besar dari Standard Error of Estimate sebesar 26,878822. Oleh karena lebih kecil dari standar deviasi return saham, maka model regresi lebih bagus dalam bertindak sebagai prediktor return saham daripada rata-rata return saham itu sendiri.
44 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008 Rata-rata reaksi pasar (dalam 10 hari) adalah 0,1854 dengan standar deviasi 0,10075, Rata-rata harga saham (dalam 10 hari) adalah 0,1866 dengan standar deviasi 0,10154, Rata-rata return saham (dalam 10 hari) adalah 9474,4151 dengan standar deviasi 76,84134. Sumber : Data Primer Yang Diolah
Dari uji Anova atau F test didapat nilai Fhitung sebesar 30,747, sedangkan nilai Ftabel sebesar 4,10 ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Adapun nilai probabilitasnya sebesar 0,000 yang menunjukkan bahwa persamaan regresi yang didapat secara statistik terbukti bahwa sebelum pengumuman deviden mampu mempengaruhi return saham.
Sumber : Data Primer Yang Diolah
Dari tabel di atas dapat digambarkan persamaan regresi linier berganda sebagai berikut : Y = 9380,514 + 3721,619X1 – 3027,594X2 + e Konstanta sebesar 9380,514 menyatakan bahwa jika tidak ada harga saham atau reaksi pasar, maka return saham adalah 9380,514, Koefisien regresi X1 sebesar 3721,619 menyatakan bahwa setiap penambahan sebesar 1, maka harga saham juga diprediksi mengalami kenaikan sebesar 3721,619, Koefisien regresi X2 sebesar -3027,594 menyatakan bahwa setiap penurunan (karena tanda -)sebesar 1, maka reaksi pasar juga mengalami penurunan sebesar 3027,594. Namun sebaliknya, jika reaksi pasar naik sebesar 1, maka return saham juga diprediksi mengalami kenaikan sebesar 3027,594. Pengaruh Sesudah Pengumuman Deviden Terhadap Return Saham
Sumber : Data Primer Yang Diolah
Sumber : Data Primer Yang Diolah
Besar hubungan antar variabel return saham dengan harga saham yang dihitung dengan koefisien korelasi adalah 0,732, sedangkan variabel return saham dengan reaksi pasar yang dihitung dengan koefisien korelasi adalah 0,751. Secara teoritis, karena korelasi antara return saham dengan reaksi pasar lebih besar, maka variabel reaksi pasar lebih berpengaruh terhadap return saham daripada harga saham. Terjadi korelasi yang cukup kuat antara variabel harga saham dengan reaksi pasar, yaitu 0.999. Hal ini menandakan adanya korelasi diantara variabel bebas.
Sumber : Data Primer Yang Diolah
Angka R square adalah 0,808 Hal ini berarti 80,8% dari variasi return saham perusahaan bisa dijelaskan oleh variabel harga saham dan reaksi pasar. Dan sisanya (100%-80,8% = 19,2%) dijelaskan oleh variabel yang lain selain harga saham (X1) dan reaksi pasar (X2). Standard Error of Estimate adalah 38,16989 (satuan yang dipakai adalah variabel dependen atau dalam hal ini adalah return saham). Perhatikan pada analisis sebelumnya, bahwa standar deviasi return saham adalah 76,84134 yang lebih besar dari Standard Error of Estimate sebesar 38,16989.
45
Sumber : Data Primer Yang Diolah
Dari uji Anova atau F test didapat nilai Fhitung sebesar 14,737 dan nilai Ftabel sebesar 4,10. Jadi niali Fhitung > Ftabel ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Adapun nilai probabilitasnya sebesar 0,003 yang menunjukkan bahwa persamaan regresi yang di dapat secara statistik terbukti bahwa sesudah pengumuman deviden mampu mempengaruhi return saham.
Sumber : Data Primer Yang Diolah
Dari tabel di atas dapat digambarkan persamaan regresi linier berganda sebagai berikut : Y = 9368,645 - 10017,058X1 + 10661,383X2 + e Konstanta sebesar 9368,645 menyatakan bahwa jika tidak ada harga saham atau reaksi pasar, maka return saham adalah 9368,645. Koefisien regresi X1 sebesar 10017,058 menyatakan bahwa setiap penambahan sebesar 1, maka harga saham juga diprediksi mengalami penambahan sebesar -10017,058. Koefisien regresi X2 sebesar -10017,058 menyatakan bahwa setiap penurunan (karena tanda -)sebesar 1, maka reaksi pasar juga mengalami penurunan sebesar 10017,058.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Dari hasil pengujian hipotesis sebelum pengumuman deviden secara parsial yang pertama, dapat diketahui bahwa hasil analisa regresi variabel harga saham (X1) terhadap return saham (Y1) menunjukkan nilai thitung sebesar 1,781 sedangkan ttabel sebesar 2,220. Jadi thitung < ttebel ini berarti Ho diterima dan Ha ditolak. Adapun nilai probabilitasnya sebesar (0,118) > 0,05 yang berarti secara parsial tidak berpengaruh signifikan
antara harga saham (X1) terhadap return saham (Y1) pada taraf signifikasi 95%. Hal ini dibuktikan dengan tingkat signifikan lebih besar dari = 0,05 yaitu 0,118. Sedangkan berdasarkan hasil pengujian secara parsial yang kedua, dapat diketahui bahwa hasil analisa regresi variabel reaksi pasar (X2) terhadap return saham (Y1) menunjukkan nilai thitung sebesar -1,454 sedangkan ttabel sebesar 2,220. Jadi thitung < ttabel, ini berarti Ho diterima dan H a ditolak. Adapun nilai probabilitasnya (0,189) > 0,05 yang berarti secara parsial tidak berpengaruh signifikan antara reaksi pasar (X2) terhadap return saham (Y1) pada taraf signifikasi 95%. Hal ini dibuktikan dengan tingkat signifikan lebih besar dari = 0,05 yaitu 0,189. 2. Dari hasil pengujian hipotesis sesudah pengumuman deviden secara parsial yang pertama, dapat diketahui bahwa hasil analisa regresi variabel harga saham (X1) terhadap return saham (Y1) menunjukkan nilai thitung sebesar -2,985 sedangkan ttabel sebesar 2,220. Jadi thitung < ttebel ini berarti Ho diterima dan Ha ditolak. Adapun nilai probabilitasnya sebesar (0,020) < 0,05 yang berarti secara parsial berpengaruh signifikan antara harga saham (X1) terhadap return saham (Y1) pada taraf signifikasi 95%. Hal ini dibuktikan dengan tingkat signifikan lebih besar dari = 0,05 yaitu 0,020. Sedangkan berdasarkan hasil pengujian secara parsial yang kedua, dapat diketahui bahwa hasil analisa regresi variabel reaksi pasar (X2) terhadap return saham (Y1) menunjukkan nilai thitung sebesar 3,152 sedangkan ttabel sebesar 2,220. Jadi thitung > ttabel, ini berarti Ho ditolak dan H a diterima. Adapun nilai probabilitasnya (0,016) < 0,05 yang berarti secara parsial berpengaruh signifikan antara reaksi pasar (X2) terhadap return saham (Y1) pada taraf signifikasi 95%. Hal ini dibuktikan dengan tingkat signifikan lebih besar dari = 0,05 yaitu 0,016. Saran 1. Karena tidak adanya pengaruh antara harga saham dan reaksi pasar terhadap return saham maka perusahaan harus meningkatkan pendapatan atau
46 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008 Investasi. Edisi 2. Yogyakarta : BPFE.
laba dengan harapan agar perusahan dapat melakukan pembayaran deviden dan sebagai dasar penentuan pembayaran deviden dan kenaikan nilai saham dimasa yang akan datang. Dengan adanya kenaikkan nilai saham maka investor akan mengartikan kenaikan nilai saham tersebut sebagai tanda bahwa prospek perusahaan dimasa yang akan datang akan lebih baik sehingga menarik minat investor untuk menanamkan sahamnya. 2. Karena adanya pengaruh antara harga saham dan reaksi pasar terhadap return saham maka perusahaan harus lebih meningkatkan keuntungan bagi para pemilik perusahaan (pemegang saham) atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan. Selain itu perusahaan harus lebih memperhatikan fluktuasi dalam pembayaran deviden dan berusaha untuk membayar deviden secara teratur baik dalam jumlah maupun waktu.
Santoso, Singgih dan Fandy Tjiptono. 2002. Riset Pemasaran dan Aplikasi SPSS. Gramedia : Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Sugiono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Cetakan Ke Lima. Bandung : Alfa Beta.
Jogiyanto. 2004. Metodologi Penelitian Bisnis. Edisi 2004/2005. Yogyakarta : BPFE. Marzuki. 2005. Metodologi Riset : Panduan Penelitian Bidang Bisnis dan Sosial. Yogyakarta : Ekonisia. MSW Sudrajat. 1998. Mengenal Ekonometrika Pemula. Cetakan Kedua. CV. Amico : Bandung. rac.uii.ac.id/server/document/public/200804251039 4300312053.pdf rac.uii.ac.id/server/document/public/200805050245 4801312121.pdf Sartono, Agus. 1997. Manajemen Keuangan. Edisi 3. Cetakan pertama. Yogyakarta : BPFE.
Anoraga, Pandji dan Piji Pakarti. 2001. Pengantar Pasar Modal. Edisi Revisi. Cetakan Ketiga. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Suhartatik. Pengaruh Pengumuman Deviden Terhadap Retrun Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia. 2005. STIESA : Surabaya.
Baridwan, Zaki. 2000. Intermediate Accounting. Edisi 7. Cetakan Ke Tujuh. Yogyakarta : Fakultas Ekonomi UGM.
Sunariyah. 2000. Pengetahuan Pasar Modal. Yogyakarta : UPP AMP YKPN.
Coki002.woodpress.com/pengertian-saham-danjenis-jenis-saham/-38k-
Sunjaya, Ridwan. 2002. Manajemen Keuangan. Jakarta: Penerbit PT. Perhallindo.
Handaru, Sri. 1996. Manajemen Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta : Penerbit ANDI.
Supranto. 1997. Metode Riset. Edisi 6. Cetakan Pertama. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Husnan, Suad. 1998. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisa Sekuritas. Edisi ke tiga. Cetakan Pertama. Yogyakarta : UPP AMP YKPN. Husnan, Suad. 2001. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisa Sekuritas. Edisi ke tiga. Cetakan Kedua. Yogyakarta : UPP AMP YKPN. Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis
www.fmuteam.com/index.php?topic=4115.0
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, Pandji dan Piji Pakarti. 2001. Pengantar Pasar Modal. Edisi Revisi. Cetakan Ketiga. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Baridwan, Zaki. 2000. Intermediate Accounting. Edisi 7. Cetakan Ke Tujuh. Yogyakarta : Fakultas Ekonomi UGM. Coki002.woodpress.com/pengertian-saham-danjenis-jenis-saham/-38kHandaru, Sri. 1996. Manajemen Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta : Penerbit ANDI. Husnan, Suad. 1998. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisa Sekuritas. Edisi ke tiga. Cetakan Pertama. Yogyakarta : UPP AMP YKPN. Husnan, Suad. 2001. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisa Sekuritas. Edisi ke tiga. Cetakan Kedua. Yogyakarta : UPP AMP YKPN. Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi 2. Yogyakarta : BPFE. Jogiyanto. 2004. Metodologi Penelitian Bisnis. Edisi 2004/2005. Yogyakarta : BPFE. Marzuki. 2005. Metodologi Riset : Panduan Penelitian Bidang Bisnis dan Sosial. Yogyakarta : Ekonisia. MSW Sudrajat. 1998. Mengenal Ekonometrika Pemula. Cetakan Kedua. CV. Amico : Bandung.
rac.uii.ac.id/server/document/public/200804251039 4300312053.pdf rac.uii.ac.id/server/document/public/200805050245 4801312121.pdf Sartono, Agus. 1997. Manajemen Keuangan. Edisi 3. Cetakan pertama. Yogyakarta : BPFE. Santoso, Singgih dan Fandy Tjiptono. 2002. Riset Pemasaran dan Aplikasi SPSS. Gramedia : Jakarta. Sugiono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Cetakan Ke Lima. Bandung : Alfa Beta. Suhartatik. Pengaruh Pengumuman Deviden Terhadap Retrun Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia. 2005. STIESA : Surabaya. Sunariyah. 2000. Pengetahuan Pasar Modal. Yogyakarta : UPP AMP YKPN. Sunjaya, Ridwan. 2002. Manajemen Keuangan. Jakarta: Penerbit PT. Perhallindo. Supranto. 1997. Metode Riset. Edisi 6. Cetakan Pertama. Jakarta : PT Rineka Cipta. www.fmuteam.com/index.php?topic=4115.0
Analisis Perilaku Konsumen Dalam Melakukan Pembelian Produk Furnitur B-Stylish di Toko Prambanan Jombang Siti Zuhroh Agung Budi Abstract B-Stylish store is a cloths company which deeply realize that giving more than consumers want is the key to win market rivalry. This research held to know what factors being considered by consumers to choose B-Stylish store as their favourite store. From the research known that variables: Store lay out, service, variety of products, style, discount, price, publication, and image. Key words: store, layout, service, variety of products, style, discount, price, publication, and image
Perilaku konsumen (Customer behavior) di definisikan sebagai tindakan-tindakan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa, termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan dalam persiapan dan penentuan pada kegiatan-kegiatan tersebut” (Anwar Prabu Mangkunegara.AA, 2002;3) Sedangkan faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen menurut Philip Kotler (1997;153) ada empat faktor yaitu ; a. Faktor Budaya, faktor kebudayaan memiliki pengaruh yang paling luas dan mendalam terhadap perilaku. Faktor ini dari budaya, sub budaya dan kelas sosial. Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling mendasar. Setiap budaya terdiri dari sub-budaya yang lebih kecil. Sub-budaya terdiri dari bangsa, agama, kelompok ras, dan daerah geografis. Banyak subbudaya yang membentuk segmen pasar penting, dan pemasar sering merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka. b. Faktor Sosial, perilaku seorang konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial seperti kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status konsumen. Kelompok acuan terdiri dari semua kelompok yang memiliki pengaruh langsung (tatap muka) atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang. Orang sangat dipengaruhi oleh kelompok acuan mereka sekurang-kurangnya dalam tiga hal. Kelompok acuan menghadapkan seseorang pada perilaku dan gaya hidup baru. Mereka juga mempengaruhi perilaku dan konsep pribadi seseorang. Mereka menciptakan tekanan untuk memenuhi apa yang mungkin mempengaruhi pilihan
Seiring dengan perkembangan dunia bisnis guna memenuhi berbagai kebutuhan konsumen terhadap barang dan jasa, dewasa ini telah muncul bermacam-macam bisnis furniture atau mebel. Pesatnya perkembangan bisnis furniture yang penuh dengan persaingan menjadikan suatu perusahaan membutuhkan alternatif strategi agar bisa menguasai pasar dan memberikan keuntungan yang maksimal. Keberhasilan suatu perusahaan dalam memenangkan persaingan ditentukan oleh hubungan baik yang terjalin dengan konsumen. Pemahaman terhadap kebutuhan, keinginan dan perilaku konsumen juga sangat penting agar pengusaha dapat menyusun strategi dan program yang tepat dalam rangka memuaskan pelanggannya. Salah satu cara untuk memahami konsumen adalah dengan mempelajari perilaku konsumen. Menurut Engel, Blackwell, dan Miniard dalam Suryani (2008:5) pemahaman terhadap perilaku konsumen mencakup pemahaman terhadap tindakan yang langsung yang dilakukan konsumen dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan tersebut. Hal yang hampir sama diungkapkan oleh Hawkins dkk (2007 :6) dalam Suryani (2008:6) bahwa perilaku konsumen merupakan studi tentang bagaimana individu, kelompok dan organisasi dan proses yang dilakukan untuk memilih, mengamankan, menggunakan dan menghentikan produk, jasa, pengalaman atau ide untuk memuaskan kebutuhannya dan dampaknya terhadap konsumen dan masyarakat.
Siti Zuhroh , Dosen STIE PGRI Dewantara Jombang Agung Budi, Mahasiswa STIE PGRI Dewantara Jombang
47
48 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008 produk dan merk aktual seseorang. c. Faktor Pribadi ditentukan oleh; 1. Usia dan Tahap siklus hidup, selera seseorang terhadap jenis produk juga sangat dipengaruhi oleh usia orang tersebut. Untuk anakanak akan berbeda dengan seseorang yang telah menginjak remaja begitu pula untuk orang dewasa. Selera mereka akan mengalami perubahan seiring dengan perubahan usia mereka. 2. Jabatan dan Kondisi Ekonomi Jabatan atau pekerjaan seseorang sangat mempengaruhi jenis barang atau jasa yang mereka konsumsi. Bagi orang-orang atau pekerja kasar pada umumnya mereka mengkonsumsi jenis barang yang bersifat sederhana dan harganya relatif murah. Sedangkan bagi mereka yang mempunyai pendapatkan lebih banyak atau golongan menengah keatas, tentu saja akan berbeda dalam hal membelanjakan atau mengkonsumsikan kebutuhan mereka. Mereka umumnya akan mengkonsumsi pendapatan untuk jenis barang-barang mewah yang harganya relatif tinggi. 3. Gaya Hidup, Gaya hidup seseorang akan menunjukkan pola kehidupan arang yang bersangkutan di dalam kehidupan sehari-hari, bagaimana yang tercermin dalam kegiatannya, minat dan pendapatannya. Setiap orang akan mempunyai gaya hidup yang beraneka ragam, meskipun mereka berasal dari kelas sosial yang sama. Untuk ini manajemen pemasaran harus mengetahui gaya hidup dari pada konsumen. 4. Kepribadian dan Konsep diri, Setiap orang akan mempunyai kepribadian yang berbeda dengan orang lain, dimana kepribadian ini merupakan variabel yang sangat bermanfaat bila mana mau mengadakan analisis perilaku konsumen. d. Faktor Psikologis adalah sifat khas dari kepribadian manusia. Faktor ini sangat mempengaruhi terhadap keputusan pembelian, apa yang dibeli sesuai dengan kebutuhannya, untuk apa barang tersebut dibeli, bagaimana persepsi dan kepercayaan terhadap suatu produk. Faktor-faktor ini meliputi beberapa unsur : 1) Motivasi : dorongan kebutuhan dan keinginan individu yang diarahkan pada tujuan untuk memperoleh keputusan. 2) Kepribadian : menyangkut kebiasaan, sikap dan ciriciri sifat atau watak yang menentukan kepribadian perilaku. 3) Persepsi : penelitian seseorang terhadap sesuatu sehingga dia bisa menyeleksi dan menginterpretasikan informasi, 4) Pembelajaran :
perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman, 5) Nilai, Kepercayaan : penelitian subyektif seseorang terhadap kebaikan suatu produk, merk pada atribut-atribut yang berbeda dalam mengkonsumsi suatu produk, 6) Sikap : evaluasi, perasaan emosional, dan kecenderungan tindakan yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan lama dari seseorang terhadap beberapa obyek atau gagasan. METODE Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif (penjajakan), dengan variabel sebagai berikut : X1:Model/design yang bagus Yaitu design produk furniture B-stylish yang cukup menarik dan bagus X2:Potongan Harga /Discount yang dimaksud disini adalah kegiatan promosi penjualan yang dilakukan oleh perusahaan dengan cara pemberian potongan harga bagi para pembeli. X3:Publisitas/publikasi yaitu kegiatan pemasaran yang bertujuan menguatkan brand produk dan dibutuhkan mengenai realitas produk furniture B-Stylish. X4:Tingkat harga Merupakan tingkat daya beli konsumen dalam hal memilih produk furniture yang mereka butuhkan, tinggi rendahnya harga yang ditetapkan harus berpedoman pada : keadaan atau kualitas barang, konsumen yang dituju, dan suasana pasar. X5:Image produk di masyarakat Merupakan nama baik yang ada di masyarakat atas kepuasannya salama ini dalam menggunakannya. X6:Tempat Parkir Luas Yaitu sarana parkir kendaraan yang cukup, aman dan nyaman X7:Bentuk Gedung Merupakan suatu bangunan yang secara langsung membawa dampak pada image yang baik pada segala bidang. X8:Pengaruh Orang lain Yaitu orang yang pernah dikenal, baik dekat ataupun jauh yang dapat mempengaruhi, memotifasi seseorang dalam membeli produk B-stylish di Toko Prambananmemilih. X9:Lokasi toko Terjangkau
49 Yaitu lokasi toko yang mudah dijangkau oleh konsumen. X10: Kebutuhan Yaitu konsumen dalam membeli produk furniture BStylish di Toko Prambanan Jombang ini atas dorongan untuk memenuhi kebutuhan pribadi atau golongan. X11: Pelayanan Yaitu kualitas pelayanan yang diberikan oleh toko Prambanan Jombang kepada konsumen dalam usaha menarik perhatian, dan penilaian yang baik di mata konsumen. X12: Pilihan barang Furniture banyak Yaitu barang-barang furniture B-Stylish yang disediakan toko Prambanan terdapat banyak pilihan. X13: Kelas sosial Yaitu alasan psikologis konsumen bahwa dengan membeli furniture B-stylish mampu mencerminkan posisi ekonomi tertentu dibanding membeli produk furniture merk lain. POPULASI Populasi dan sampel adalah konsumen di toko Prambanan Jombang. tehnik yang digunakan dalam penentuan sampel adalah dengan cara accidental (non probailiyty sampling) dimana sampling yang diambil adalah mereka yang kebetulan dijumpai sedang membeli produk furniture B-stylish di toko Prambanan Jombang. Jumlah ini diambil dengan pertimbangan bahwa penelitian dilakukan tidak kepada seluruh populasi hanya dengan menggunakan beberapa sampel yang ada disamping karena keterbatasan tenaga dan juga waktu yang digunakan untuk penelitian ini. Penentuan sampel dalam penelitian yang diteliti adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Jumlah sampel yang diambil adalah 65 responden. Ukuran ini ditetapkan sesuai dengan alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini. "Jumlah sampel (responden) paling sedikit empat atau lima kali jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian" (Maholtra, 1993:622). Pada penelitian ini variabel yang digunakan sebanyak tiga belas variabel, maka sampel yang dibutuhkan setidaknya 65 responden. Alat statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisa faktor dan dengan bantuan SPSS versi 10.0.
HASIL Analisis faktor memiliki syarat antara lain menyangkut determinansi, korelasi matrik, KMO (Kaiser-Mayer-Olkin), MSA (Measure of Sampling Adequacy), Bartlett Test, komunalitas dan faktor loading. Determinan matrik korelasi diisyaratkan mendekati nol (0,000…) sedangkan KMO (KaiserMayer-Olkin), dan MSA (Measure of Sampling Adequacy) tidak boleh dibawah 0,5 (Santoso,2002). Maka KMO adalah 0,889, Significance = 0,000, dan nilai MSA yang dapat dilihat pada tabel 1 berikut: Tabel 1 Nilai Measures of Sampling Adequacy No
Variabel
Nilai MSA
1
X1 :
Model/design yang bagus
0,921
2
X2 :
Potongan Harga /Discount
0,892
3
X3:
pengaruh pameran-pameran dan brosur-brosur
0,793
4
X4:
Tingkat harga
0,918
5
X5:
Image produk di masyarakat
0,895
6
X6:
Tempat Parkir Luas
0,927
7
X7:
Bentuk Gedung
0,868
8
X9:
Lokasi toko Terjangkau
0,929
9
X10:
Kebutuhan
0,846
10
X11:
Pelayanan
0,864
11
X12:
Pilihan barang Furniture banyak
0,897
Sumber : lampiran SPSS : diolah 2007
Dari tabel 1 terlihat tinggal 11 variabel dari 13 variabel, karena dua variable yaitu variable X13 dan X8 dikeluarkan dari analisis karena memiliki nilai MSA kurang dari 0,5. Hasil perhitungan analisis komponen prinsip yang tampak pada lampiran 12 dapat diketahui beberapa faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam melakukan pembelian produk furniture BStylish di Toko Prambanan Jombang berdasarkan nilai Eiqenvalue dari sebanyak 11 variabel yang mempunyai nilai lebih dari 1 (satu) sebanyak 2 faktor. Dengan pendekatan ini bahwa 2 faktor tersebut mewakili semua variabel yang diuji. Besarnya nilai Eiqenvalue terlihat pada tabel 4.3 yaitu sebagai berikut : Tabel 2 Nilai Eiqenvalue
Faktor
Besarnya Eiqenvalue
1
5,412
2
1,165
Sumber : Data diolah 2007
50 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008 Variabel-variabel baku dari masing-masing faktor, pada tabel 2 ditunjukkan hasil matrik besaran koefesien antara faktor dengan variabel (loading), menurut Singgih Santoso (2002) apabila korelasi antara variabel yang melewati cut of point sebesar 0,55 maka dapat dimasukkan kedalam faktor yang terbentuk. Yaitu sebagai berikut : Tabel 3 Rotasi Faktor Faktor
1
2
Variabel tercak up
Nilai
% Of
Loading
Variance
Tempat Parkir Luas (X 6)
0,632
Bentuk Gedung (X7)
0,638
Lokasi toko Terjangkau (X 9)
0,661
Kebutuhan (X10)
0,856
Pelayanan (X11 )
0,651
Pilihan barang Furniture banyak (X12)
0,815
Model/design yang bagus (X1)
0,638
Potongan Harga /Discount (X2)
0,760
Publisitas/publikasi (X3)
0,769
Tingkat harga (X 4)
0,626
Image produk di masyarakat (X5)
0,611
49,198
10,594
Sumber : Data diolah 2007
PEMBAHASAN Data dari hasil rotasi faktor, dari semua variabel menjadi 2 faktor dengan mengelompokkan masing-masing variabel, interpretasi dari masingmasing factor tersebut adalah sebagai berikut : Faktor 1 (Fisik toko, pelayanan dan aneka ragam produk) Yang tercakup dalam faktor ini terdiri dari (a) Tempat Parkir Luas., (b) Bentuk gedung, (c) Lokasi toko Terjangkau, (d) Kebutuhan, (e) Pelayanan. (f) Pilihan barang furniture banyak. Faktor ini merupakan faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam melakukan pembelian produk furniture B-Stylish di Toko Prambanan Jombang dengan nilai prosentase variance sebesar 49,198 Faktor 2 ( Model, Potongan harga, image produk) Faktor ini meliputi (a) Model/design yang bagus, (b) Potongan Harga /Discount, (c) Publisitas/publikasi, (d) Tingkat harga, (e) Image produk di masyarakat, faktor ini merupakan faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam melakukan pembelian produk furniture B-Stylish di Toko Prambanan Jombang dengan nilai prosentase variance sebesar 10,594.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan menguji bersama-sama dari 11 variabel yang telah diuraikan secara eksploratif dengan menggunakan analisis faktor ternyata terdapat 2 faktor yang dapat dipertimbangkan konsumen dalam melakukan pembelian produk furniture B-Stylish di Toko Prambanan Jombang adalah sebagai berikut : 1. Faktor Fisik Toko, Pelayanan kebutuhan dan Aneka Ragam Produk : Kualitas pelayanan lebih ditingkatkan agar konsumen atau calon konsumen merasa puas. Secara fiisik dari bentuk gedung, tempat parkir dan lokasi yang mudah dijangkau merupakan kemudahan dan kenyamanan bagi konsumen. 2. Faktor Model, Discount, harga, Publikasi dan Image Produk : Model produk furniture hendaknya dipertahankan melalui inovasi produk sehingga dapat menciptakan image di mata masyarakat. Penetapan harga dan pemberian potongan tetap dipertahankan karena menjadi daya tarik bagi konsumen. Saran Meskipun ada 2 variabel yang dibuang dalam proses analisa yaitu variabel pengaruh orang lain, tetapi kedua variabel juga faktor yang menjadi dipertimbangkan konsumen dalam melakukan pembelian produk furniture B-Stylish di Toko Prambanan Jombang, maka hendaknya perusahaan juga perlu memberi perhatian pada kedua faktor tersebut.
51
DAFTAR PUSTAKA Basu Swastha, Irawan, 2002. Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta : Liberty Offset Basu Swastha, Hani Handoko, 2000. Manajemen Pemasaran Analisa perilaku Konsumen. Yogyakarta : BPFE. Burhan N, Gunawan, Marzuki, 2002. Statistik Terapan untuk Penelitian ilmu-ilmu sosial.Yogyakarta : Gadjah Mada Universiti Press. Indriantoro N, Bambang S, 2002. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta : BPFE. Kotler, Philip, 1997. Manajemen Pemasaran. Prentice-Hall, Inc Malhotra, Naresh K. 2006. Riset Pemasaran,. Jilid 1. PT. Indek Kelompok gramedia. Singgih S, Fandi T, 2002. Riset Pemasaran Konsep Aplikasi dengan SPSS. Jakarta : Penerbit PT Elex Media Komputindo. Sugiyono, 2002. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : CV Alfabeta. Suryani, Tatik, 2008. Perilaku Konsumen ; Implikasi pada Strategi Pemasaran. Yogyakarta : Graha ilmu. Ujang Sumarwan, 2004. Perilaku Konsumen teori dan penerapannya dalam pemasaran. Bogor : Penerbit Ghalia Indonesia.
STUDI PERILAKU KONSUMEN PRODUK FURNITURE DI JOMBANG Abd. Rohim
Abstrct This research has aim to search consumer behaviour in several furniture stores in Jombang, involve several basic question in consumer behaviour those are : what, why, when, where and frequency. From the research known that found several variables influencing consumers to choose the store such as: styles of furniture, benefit, price, time in buying and period, quality, and place. From the result showed that the most important variable for consumer is about the quality and period. Key words: consumer behaviour, what, why, when, where, frequency
PENDAHULUAN
perilaku konsumen dalam pembelian sebuah produk, demografi ekonomi dan psikologi dari calon konsumen. Oleh sebab itu dalam memasarkan hasil produksinya, produsen berlomba-lomba agar produk yang dihasilkan lebih banyak terjual dari perusahaan pesaing sejenis. Dengan banyaknya pesaing yang dihadapi, maka faktor harga akan semakin kompetitif, sehingga perusahaan dituntut untuk memahami dan mengerti setiap perubahan selera konsumen. Tempat-tempat penjualan furniture di Jombang kota, mulai tahun 2002 perkembangannya cukup pesat, ini ditandai dengan munculnya tempat penjualan furniture baru terutama di jalan merdeka dan sekitarnya. Jenis furniture yang dijual juga semakin bervariatif, hal ini sesuai dengan tingkat perkembangan sikap dan perilaku konsumen saat ini semakin berkembang. Krisis moneter yang meyebabkan daya beli masyarakat menurun sejak pertengahan tahun 1997, hingga saat ini belum pulih secara maksimal. Untuk menghadapi situasi yang hingga saat ini masih belum pulih dan tetap mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan serta menghadapi persaingan yang semakin tajam yang ada, maka strategi-strategi perusahaan yang paling efektif adalah menganalisis dan memahami perilaku konsumen yang semakin bervariatif. Bermacam-macam perilaku konsumen yang ada pada saat ini, membuat perusahaanperusahaan furniture di Jombang berusaha memproduksi dan menjual bermacam-macam produk furniture yang dapat memenuhi kebutuhan dan selera konsumen. Sebagai survey awal, untuk meggambarkan
Salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam proses penjualan produk adalah harus memahami, manganalisis sikap dan perilaku konsumen. Perilaku dan selera konsumen senantiasa mengalami perubahan dari waktu ke waktu, perubahan tersebut disebabkan karena beberapa faktor. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Basu Swastha DH dan T. Hani Handoko (1987 :38) “Perilaku dan selera konsumen juga menunjukkan adanya perubahan-perubahan yang disebabkan oleh faktor pendapatan yang secara pelan-pelan terus bertambah, perbaikan, dan kemajuan pendidikan, pengangkutan serta komunikasi, dan pengaruh hubungan sosial yang semakin luas. Semuanya tersebut yang menyebabkan atau memungkinkan adanya perubahan selera konsumen”. Dengan mengetahui perilaku konsumen, maka perusahaan atau pelaku bisnis akan mempunyai pandangan yang luas tentang : - Produk apa/what yang diharapkan oleh para konsumen sesuai dengan selera konsumen. - Pertimbangan konsumen dalam membeli produk tertentu (why they buy). - Tenggang waktu, konsumen membeli produk (when they buy). - Lokasi/tempat, dimana konsumen dalam membeli produk (where they buy). - Mengapa konsumen membeli suatu produk tertentu (how often they buy) Mempelajari perilaku konsumen perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi
Abd. Rohim, Dosen STIE PGRI Dewantara Jombang
52
53 jenis furniture apa yang dibeli konsumen di wilayah Jombang, sebanyak 50 orang seperti terlihat pada Tabel 1, sebagai berikut: TABEL 1 : JENIS PRODUK YANG DIBELI OLEH KONSUMEN DI JOMBANG
No 1 2 3 4 5
Jenis Meubel
Jumlah (unit)
Almari Meja kursi/Sofa Dipan / ranjang Meja rias Bufet Jumlah
11 28 4 2 5 50
Persentase (%) 22 56 8 4 10 00% 1
Sumber data : survey awal (Januari 2008) dan diolah
Dari tabel 1.1, dapat diketahui bahwa produk almari dipilih konsumen di Jombang sebanyak 11 orang. Sofa/meja kursi sebanyak 28 orang, Dipan/ranjang sebanyak 4 orang. Meja rias sebanyak 2 orang dan buffet sebanyak 5 orang. Berdasarkan survey awal juga dapat diketahui bahwa manfaat yang diperoleh dari produk furniture adalah sebagai interior rumah sebanyak 4 orang dan sebagai penunjang kebutuhan rumah tangga sebanyak 46 orang Dengan survey awal ini pula dapat diketahui bahwa yang menjadi pertimbangan konsumen dalam membeli produk furniture di Jombang sebanyak 50 orang tercermin dalam tabel 2 sebagai berikut : TABEL 2: PERTIMBANGAN KONSUMEN MEMBELI PRODUK FURNITURE No
Pertimbangan Produk
Responden
Persentase (%)
1 2 3 4 5
Kualitas 14 Harga 20 Discount 7 Design 5 Cara Pembayaran 4 Jumlah 50 Sumber data : survey awal (Januari 2008) dan diolah
28 40 14 10 8 100%
Dari tabel 2, dapat diketahui bahwa yang menjadi pertimbangan konsumen dalam membeli produk furniture adalah kualitas sebanyak 14 orang, harga sebanyak 20 orang discount sebanyak 7 orang sedangkan pertimbangan design sebanyak 5 orang dan cara pembayaran sebanyak 4 orang.. Diketahui pula kapan konsumen membeli produk furniture di Jombang sebanyak 50 orang , tampak dalam tabel dibawah ini : TABEL 3 : WAKTU KONSUMEN MEMBELI PRODUK FURNITUR DI JOMBANG No
Waktu membeli
Jumlah
Persentase (%)
1
Ketika perabot yang dimiliki sudah rusak
15
30
2
Ketika ada kebutuhan baru
30
60
3
Ketika ada model baru
Jumlah Sumber data : survey awal (Januari 2008) dan diolah
5
10
50
100%
Dari tabel 3, dapat diketahui bahwa ternyata sebanyak 15 orang membeli produk furniture di Jombang Kota pada saat perabot yang dimiliki sudah rusak, 30 orang pada saat produk furniture dibutuhkan dan 5 orang konsumen yang membeli produk furniture ketika ada model baru. Dimana konsumen membeli produk meubel di Jombang , dalam 1 tahun. sebanyak 50 orang dapat dilihat pada tabel berikut : TABEL 4: TEMPAT KONSUMEN MEMBELI PRODUK MEUBEL DI JOMBANG No 1 2 3 4
Tempat membeli UD “ UD “ UD “ UD “
Jumlah
Malioboro ” Gunung Jati ” Putra Gembira ” Prambanan Interior ”
12 11 17 10 50 Sumber data : survey awal (Januari 2008) dan diolah
Persentase (%) 24 22 34 20 100%
Dari tabel 4, dapat diketahui bahwa ternyata sebanyak 12 orang membeli produk furniture di Jombang di UD. Malioboro, sebanyak 11 orang memebeli di UD. Gunung Jati, sebanyak 17 orang membeli di UD Putra Gembira dan 10 orang membeli di UD Prambanan Interior. Seberapa sering konsumen mengadakan pembelian produk furniture di Jombang, dalam 1 tahun. sebanyak 50 orang dapat dilihat sebagai berikut: TABEL 5 : FREKUENSI KONSUMEN MEMBELI PRODUK FURNITURE DI JOMBANG DALAM SATU TAHUN TERAKHIR No 1 2 3
Frekuensi membeli 1 (satu) kali 2 (dua) kali 3 (tiga) kali
Jumlah
43 7 0 50 Sumber data : survey awal (Januari 2008) dan diolah
Persentase (%) 86 14 0 100%
Berdasarkan data yang diperoleh dari tabel 5, diketahui bahwa 43 orang membeli produk furniture di Jombang dalam 1 tahun terakhir (2007) sebanyak 1 (satu) kali, 7 orang dalam 1 (satu) tahun terakhir membeli produk furniture sebanyak 2 (dua) kali dan tidak ada konsumen yang membeli produk furniture dalam satu tahun terakhir sebanyak tiga kali. Berdasarkan fakta dari survey pendahuluan, ada indikasi bahwa perilaku konsumen produk furniture di Jombang berbeda, sehingga dalam penelitian ini masalah yang diteiti meliputi : 1. Jenis produk furniture yang dibeli oleh konsumen (What They Buy) 2. Alasan konsumen membeli produk furniture(Why
54 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008 They Buy It) 3. Waktu konsumen membeli produk furniture (Why They Buy It) 4. Tempat konsumen membeli produk furniture (Where They Buy It) 5. Seberapa sering konsumen membeli produk furniture (How Often They Buy It). Adapun perumusan masalahnya:“ Bagaimana perilaku konsumen produk furniture di Jombang”. Tujuan penelitian ini: Untuk mengetahui perilaku konsumen dalam membuat keputusan membeli produk furniture. STUDI PRILAKU KONSUMEN Studi perilaku konsumen menurut Schiffinan dan Kanuk (2000: 5) adalah “The study of consumer behavior focuses on how individuals make decisions to spend their available resources (time, money, effort) on consumption related items. That includes what they buy , why they buy it , when they buy it , where they buy it , how often they buy it , and how often they use it”. Pengertian ini berati perilaku konsumen merupakan perilaku seseorang dalam membuat keputusan untuk membelanjakan sejumlah sumber daya yang dimilikinya ( waktu, uang, usaha ) untuk mengkonsumsi item-item yang ada. Ini termasuk juga apa yang mereka beli, mengapa mereka membeli, kapan mereka membeli, dimana mereka membelinya, berapa sering mereka membeli dan berapa sering mereka menggunakannya. Selain itu pengertian perilaku konsumen menurut Loudon dan Della Bitta (1993:5) adalah “Consumer behavior may be defined as the decision process and physical activity individuals engage in when evaluating, acquiring, using or disposing of goods and services”. Dapat dijelaskan perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan dan kegiatan fisik indvidu yang semuanya ini melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan, atau menggunakan barang-barang dan jasa. Menurut Basu Swastha dan T. Hani Handoko (1987: 9) perilaku konsumen adalah “Kegiatankegiatan individu yang secara lansung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang dan jasa termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan tersebut. Dari pegertian diatas terdapat dua elemen penting yaitu
proses pengambilan keputusan dan kegiatan fisik, kedua elemen tersebut terdapat dalam kegiatan konsumen untuk mendapatkan barang dan jasa yang bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan dan keinginanya. Sedangkan tingkat kebutuhan menurut Maslow adalah: (a) Physiological Need, yaitu kebutuhan fisiologis, yang mencakup kebutuhan makan, minum, udara, tempat tinggal; (b) Safety and Security Needs, yaitu kebutuhan akan rasa aman, bebas dari ancaman dan keselamatan; (c) Social Needs, yaitu kebutuhan sosial atau kebutuhan untuk dapat diterima menjadi angota keluarga atau kelompok tertentu; (d) Ego Needs, yaitu kebutuhan pegakuan dan penghargaan dari orang lain serta hasrat untuk memiliki nama baik, status dan prestasi ; (e) Self Actualization Needs, yaitu kebutuhan untuk memenuhi diri sendiri dengan kemampuan dan ketrampilan yang ada untuk mencapai tujuan keakuannya. KARAKTERISTIK KONSUMEN Setiap konsumen dalam membeli produk mempunyai perilaku yang berbeda antara satu dengan yang lain. Untuk melihat perbedaan perilaku konsumen tersebut dapat menggunakan kotak hitam pembeli yang terdiri dari karakteristik pembeli. Karakteristik konsumen/pembeli adalah merupakan sifat-sifat yang membedakan konsumen yang satu dengan yang lain. Menurut Schiffinan and Kanuk (2000:5) bahwa perbedaan karakteristik konsumen satu dengan yang lain meliputi: 1) What they buy; 2)Why the buy; 3)When they buy; 4) Where they buy; 5)How often they buy. 1. What They Buy Menurut tujuan penggunaannya, produk atau barang apa yang dibeli dapat dikelompokkan kedalam barang konsumsi dan barang industri, barang konsumsi adalah barang yang dibeli untuk langsung dikonsumsi atau tidak perlu diproses lagi melainkan dipergunakan sendiri. Menurut Basu Swastha DH dan T. Hani Handoko mengatakan bahwa barang konsumsi dapat digolongkan sebagai : a. Barang tidak tahan lama, yaitu barangbarang berujud yang secara normal hanya dapat digunakan sekali atau beberapa kali saja, misal: makanan, sabun dan sebagainya.
55 b.
Barang tahan lama, yaitu barang-baarang berujud yang secara normal dapat digunakan berkali-kali, misal : pakaian, lemari Es, mesin tulis. c. Jasa , yaitu kegiatan, kegunaan atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual. Misal: reparasi, jasa konsultasi dan sebagainya. Barang konsumsi juga dapat digolongkan berdasarkan kebiasaan membeli dari konsumen: a. Barang konvenien, yaitu barang konsumsi yang mudah digunakan, dibeli berulangulang, bisa dibeli setiap waktu dan disembarang tempat. Misal: rokok, sabun, koran dan sebagainya. b. Barang shopping, yaitu barang konsumsi yang dipilih dan dibeli konsumen, setelah membanding-bandingkan atas dasar mutu, harga, model dan kecocokan. Misal: perabot rumah tangga, pakaian dan sebagainya. c. Barang spesial, yaitu barang konsumsi yang mempunyai ciri khas, hanya dapat dibeli pada tempat tertentu saja dan konsumen bersedia bersusah payah dalam pembeliannya. Misal: peralatan photografi, barang-barang seni, barang-barang degngan macam dan merk tertentu dan sebagainya. 2. Why They Buy Yaitu alasan konsumen dalam memilih produk yang dibeli, konsumen membeli suatu produk karena ingin memuaskan kebutuhan dan keinginannya. Produk itu sendiri tidak sepenting kebutuhan dan keinginan manusia yang dipenuhinya. Timbulnya kebutuhan dan keinginan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti: sosial, ekonomi, psikologi, perkembangan fisik, keagamaan dan sebagainya. Untuk itu penjual produk harus mempelajari perbedaan masing-masing kelompok konsumen dan mengembangkan jenis produk yang betulbetul memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. 3. When They Buy Adalah berhubungan dengan pada waktu kapan konsumen tersebut membeli produk atau membutuhkan produk yang diinginkan. Pada saat
kapan konsumen mebutuhkan jenis-jenis produk yang diinginkan oleh konsumen tergantung dari tingkat pemakaian produk. Sebagai contoh suatu rumah tangga yang mempunyai bayi dan minum susu, akan mengkonsumsi susu lebih cepat dari rumah tangga yang anaknya sudah besar atau dewasa. Strategi pemasaran harus didasarkan segmentasi pasar dengan menyesuaikan pada perbedaan tingkat pemakaian. Tingkat pembelian juga ditentukan oleh faktor musiman. Tidak hanya dalam arti perubahan cuaca, tetapi juga musim libur, musin panen dan perayaan-perayaan agama. Selain itu keadaan ekonomi sangat mempengaruhi waktu pembelian konsumen. Dalam keadaan ekonomi miskin, konsumen cenderung menunda pembelian. Untuk itu strategi pasar harus mempelajari perbedaan masing-masing kelompok konsumen tersebut dan mengembangkan jenis produk yang betul-betul memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka. 4. Where They Buy Adalah berhubungan dengan tempat dimana konsumen membeli produk yang diinginkannya. Lokasi pembelian produk dengan tempat tinggal konsumen menjadi pertimbangan ketika konsumen akan melakukan pembelian, akan tetapi bagi konsumen lain hal tersebut tidak menjadi pertimbangan karena banyak faktor yang menjadi pertimbangan bagi konsumen dalam menentukan dimana konsumen akan membeli produk yang dibutuhkannya. Untuk itu penjual produk harus mempelajari perbedaan masingmasing kelompok konsumen tersebut dan mengembangkan jenis produk yang betul-betul memenuhi kebutuhan mereka. 5. How Often They Buy Adalah berkaitan dengan seberapa sering konsumen dalam membeli produk yang dibutuhkan dalam kurun waktu tertentu. Ketika ada konsumen membeli produk yang dibutuhkan dilakukan lebih dari sekali, dua kali, tiga kali bahkan seringkali, akan tetapi bagi konsumen yang lain hal tersebut tidak demikian artinya pembelian produk yang dilakukan oleh konsumen yang lain hanya sekali dalam kurun waktu tertentu. Untuk itu penjual produk harus
56 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008 mempelajari perbedaan masing-masing kelompok konsumen tersebut dan mengembangkan jenis produk yang betul-betul memenuhi kebutuhan mereka. KERANGAKA ANALISIS PERILAKU KONSUMEN Bagi konsumen pembelian bukanlah merupakan suatu tindakan saja, melainkan terdiri dari beberapa tindakan yang meliputi keputusan tentang jenis produk, bentuk, merek, jumlah dan waktu serta cara pembayarannya. Untuk memahami mengapa dan bagaimana konsumen membeli barang dan jasa tersebut maka diperlukan analisis perilaku konsumen, ada beberapa tahapan dalam analisis perilaku konsumen yaitu: 1. Tahap-Tahap Dalam Proses Pembelian Untuk mengetahui keinginan pembeli yang sebenarnya adalah cukup sulit, namun perusahaan dapat mengetahui dari perilaku konsumen yang mana perilaku itu akan menentukaan proses pengambilan keputusan dalam pembelian mereka. Proses tersebut merupakan sebuah pendekatan penyelesaian masalah yang terdiri dari beberapa tahap yaitu: a. Menganalisis Kebutuhan Dan Keinginan Penganalisaan kebutuhan dan keinginan ini ditunjukkan terutama untuk mengetahui adanya kebutuhan dan keinginan yang belum terpenuhi. Jika kebutuhan tersebut diketahui atau masih bisa ditunda pemenuhannya, serta kebutuhankebutuhan yang sama-sama harus segera dipenuhi. Jadi pada tahap inilah proses pembelian itu mulai dilakukan. Banyak variabel-variabel yang penting yang mempengaruhi penganalisaan kebutuhan karakteristik keluarga, perubahan status keuangan, rasa tidak puas, perubahan kelompok referensi. b. Pencarian Informasi Dan Penilaian SumberSumber. Pencarian informasi dapat bersifat aktif (misalnya dengan membandingkan harga,model terbaru,kualitas pelayanan dari produk yang akan dibeli). Pencarian informasi juga dapat bersifat pasif (hanya dengan membaca periklanan di majalah atau surat kabar), pencarian informasi yang bersifat intern (dapat berasal dari
komunikasi perorangan), pencarian informasi yang bersifat ekstern (dapat berasal dari media massa seperti surat kabar). Sumber-sumber informasi dari kegiatan pemasaran perusahaan (seperti iklan). Penilaian sumber-sumber pembelian yang diperoleh dari berbagai informasi yang berkaitan dengan lamanya waktu, jumlah uang yang tersedia untuk membeli, jika produk yang akan dibeli bernilai tinggi, biasannya diperlukan waktu yang agak lama didalam mempertimbangkan pembeliannya. Dari pembelian sumber-sumber pembelian ini akan diperoleh beberapa alternatif- alternatif pembelian yang dilakukan oleh konsumen. c. Penilaian Dan Seleksi Terhadap Alternatif Pembelian. Pada tahap ini meliputi dua tahap yaitu, menetapkan tujuan pembelian dan menilai serta mengadakan seleksi terhadap altarnatif pembelian brdasarkan tujuan pembeliannya. Tujuan pembelian dari masing- masing konsumen selalu sama tergantung pada jenis produk dan kebutuhannya. Setelah tujuan pembelian ditetapkan, konsumen perlu mengidentifikasi alternatif-alternatif pembelian yang tidak dapat dipisahkan dari pengaruh sumber-sumber yang dimiliki ( waktu, uang ) maupun resiko kekeliruan dalam pemilihan. Atas dasar tujuan pembelian, alternatif-alternatif pembelian yang telah didefinisikan, dinilai dan diseleksi menjadi alternatif pembelian yang dapat memenuhi dan memuaskan kebutuhan serta keinginannya. d. Keputusan Untuk Membeli Keputusan pembeli disini merupakan proses didalam pembelian yang nyata. Jadi setelah tahaptahap dimuka dilakukan, maka konsumen harus mengambil keputusan untuk membeli atau tidak. Bila konsumen memutuskan untuk membeli, konsumen akan menjumpai serangkaian keputusan yang harus diambil menyangkut produk, harga, merk, waktu pembelian dan cara pembayarannya. e. Perilaku Sesudah Mumbeli Bagi perusahaan, perasaan dan prilaku sesudah pembelian juga sangat penting, perilaku mereka
57 dapat mempengaruhi ucapan-ucapan pembeli kepada fihak lain tentang produk perusahaannya. Dan ada kemungkinan bahwa pembeli memiliki ketidak sesuaian sesudah ia melakukan pembelian, karena mungkin harganya dianggap terlalu mahal, kualitas menjadi lebih rendah atau mungkin tidak sesuai dengan keinginan dan gambaran sebelumnya, untuk mencapai ketidak sesuaian tersebut, pembeli harus mengurangi keinginan-keinginan lain sesudah pembelian, untuk mengurang ketidak sesuaian tersebut perusahaan dapat bertindak dengan menekan segi-segi tertentu pada produknya. 2. Proses Pada Pengambilan Keputusan Proses pada pengambilan keputusan merupakan sebuah pendekatanpenyelesaian pada kegiatan manusia untuk membeli suatu barang atau jasa dalam memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Pendekatan pada proses pengambilan keputusan yang memberikan gambaran secara khusus tentang mengapa konsumen berperilaku tertentu, dapat dibagi dalam dua hal pokok yaitu: a. Merumuskan variabel-variabel struktural yang mempengaruhi perilaku konsumen baik ekstern maupun intern. b. Menunjukkan antara variabel-variabel. Sebuah variabel merupan sebuah faktor yang mempengaruhi untuk menganalisa perilaku konsumen, sifat khusus dari perilaku konsumen ini adalah perubahan yang tetap. Ini berarti hubungan variabel-variabel yang mempengaruhi penentuan perilaku konsumen merupakan nilai yang berlaku untuk jangka waktu yang relatif lama. BAGAN ALUR BERPIKIR Fakta: Dari survey pendahuluan yang dilakukan terhadap produk furniture yang dibeli konsumen di Jombang, diketahui bahwa ada kecenderungan konsumen mempunyai perbedaan sikap dalam hal: jenis furniture apa yang dibeli konsumen dan mengapa membeli, kapan membeli, dimana membelinya dan berapa sering membeli
Permasalahan: Bagaimanakah perilaku konsumen dalam membeli produk furniture di Jombang
Perilaku konsumen yang diteliti meliputi : What they buy Why they buy When they buy Where they buy How often they buy
METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini termasuk deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang benar tentang perilaku konsumen dalam membuat keputusan untuk membeli jenis furniture apa di Jombang, mengapa konsumen membeli furniture, kapan konsumen membeli dan dimana konsumen membeli furniture, seberapa sering konsumen membeli furniture dalam satu tahun terakhir 1. Operasionalisasi Variabel Tabel 6 : Operasionalisasi Variabel Konsep
Dimensi
Skala
Nominal
Variabel Perilaku Konsumen:
Pengambilan keputusan konsumen dalam membeli produk jenis furniture
What they buy
keputusan konsumen dalam menentukan jenis furniture apa yang akan dibeli dan manfaat yang didapatkan oleh konsumen dalam memilih furniture.
· Jenis produk furniture · Manfaat produk furniture
Why they buy
yaitu pertimbangan konsumen dalam memilih jenis furniture apa yang dibeli atau dibutuhkan
· Kualitas · Harga · Discount · Garansi · Cara Pembayaran
When they buy
yaitu berhubungan dengan pada saat kapan konsumen membeli/membutuhkan furniture.
· Rusak · Kebutuhan · Ada model baru
Nominal
Nominal
Whrere they buy
yaitu ditoko furniture mana di kec. Jombang biasanya konsumen membeli furniture dan mengapa mengapa konsumen membeli furniture di toko furniture tersebut.
· UD. Putra Gembira · UD. Malioboro · UD. Prambanan Interior · UD. Gunung Jati
Nominal
How often they buy
yaitu frekuensi konsumen membeli furniture dalam satu tahun terakhir di tokotoko furniture di kec. Jombang
· Satu Kali · Dua Kali · Tiga kali
Nominal
2. Sumber Data Sebagai sumber data dalam penelitian ini adalah konsumen yang membeli furniture. Adapun cara memperoleh data tersebut yaitu dengan menyebarkan kuesioner pada responden. Kuesioner ini digunakan untuk memproleh data mengenai pendapat atau tanggapan responden berdasarkan pernyataan-pernyataan yang terdapat dalam kuesioner tersebut. 3. Populasi Target Populasi target yang digunakan dalam penelitian ini adalah responden yang pernah berkunjung dan membeli di (UD Putra Gembira, UD Malioboro, UD Prambanan Interior dan UD Gunung Jati) yang menjadi tempat penelitian ini. Sedangkan karakteristik populasi adalah para responden yang
58 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008 merupakan pelanggan dan yang pernah membeli furniture di (UD Putra Gembira, UD Malioboro, UD Prambanan Interior dan UD Gunung Jati). Toko-toko tersebut menjadi tempat menyebarkan kuesioner dalam satu tahun terakhir. Populasi yang akan diteliti bersifat tidak teridentifikasi sehingga peluang dari anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel berdasarkan keputusan peneliti. 4. Sampel Dan Teknik Pengambilan Sampel Besarnya sampel yang diharapkan dapat mewakili populasi yang ideal untuk penelitian ini adalah 150 responden. Diharapkan dengan jumlah ini dapat mewakili populasi yang ideal dan dapat memberikan gambaran mengenai perilaku konsumen furniture di Jombang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sampling aksidental, dimana cara mendapatkan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel. 5. Skala Pengukuran Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Guttman, Skala pengukuran dengan tipe ini, akan diperoleh jawaban yang tegas yaitu “Ya – Tidak” 6. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: Menentukan jumlah sampling untuk masingmasing toko furniture (UD Putra Gembira, UD Malioboro, UD Prambanan Interior dan UD Gunung Jati) di Jombang. Mencari, menginventarisir dan mengidentifikasi responden. Meminta kesediaan responden untuk mengisi kuesioner dan memberikan penjelasan tentang cara pengisian. Pengisian kuesioner oleh responden. Mengumpulkan hasil kuesioner untuk dilakukan tabulasi data agar dapat diketahui mana yang layak digunakan dan mana yang tidak layak untuk selanjutnya dianalisis untuk kepentingan penelitian. 7. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan adalah Statistic Descriptive, yaitu statistic yang berfungsi untuk
mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek melalui data sample atau populace sebagaimana adanya. Tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. Adapun model analisis yang digunakan adalah: : 1. Distribusi Frekuensi Atau Tabel Frekuensi Digunakan untuk membagi data dalam beberapa kelompok dan dinyatakan atau diukur dalam persentase (%). Adapun Kelompok yang dimaksud adalah jenis furniture apa yang dibeli oleh konsumen, mengapa konsumen membeli, kapan konsumen membeli, dimana konsumen membeli,berapa sering konsumen membeli. Dengan cara ini, kita dapat mengetahui kelompok mana yang paling banyak jumlahya yaitu ditunjukkan oleh nilai persentase yang tertinggi demikian sebaliknya. 2. Grafik Distribusi Frekuensi (Histogram) Memberikan visualisasi grafik batang yang terfokus pada luas batang (panjang x lebar) dan penyajian data dengan grafik batang, lebar batang sama. Sedangkan yang bervariasi adalah tingginya batang grafik. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil kuesioner yang diperoleh dari item pertanyaan no. 1-5, berkaitan dengan pertimbangan produk furniture apa yang dibeli oleh konsumen di Jombang, pertanyaan no. 6-7 berkaitan dengan manfaat yang diharapkan dari produk furniture yang di beli oleh konsumen di Jombang. Item pertanyaan no. 8-12, berkaitan dengan pertimbangan konsumen dalam membeli produk furniture, item pertanyaan no. 13-15 berkaitan dengan kapan konsumen membeli produk furniture. Dan item pertanyaan no. 16-19, berkaitan dengan dimana konsumen membeli produk furniture. Item pertanyaan no. 20-22, berkaitan dengan frekuensi konsumen membeli produk furniture dalam satu tahun terakhir di Jombang. Dapat diketahui bahwa pilihan konsumen yang paling banyak terhadap produk furniture yang dibeli adalah sofa/meja kursi. Hal ini dapat diketahui dari jumlah konsumen yang memilih produk furniture sofa/meja kursi sebanyak 44%, kemudian jenis furniture selanjutnya yang dipilih konsumen di
59 Jombang adalah Almari sebanyak 18%, selanjutnya furniture jenis buffet sebanyak 16,67%, pilihan selanjutnya jenis furniture meja rias sebanyak 11,33% dan yang paling sedikit jenis furniture yang dipilih konsumen di Jombang adalah Dipan/ranjang sebanyak 10%. PERILAKU KONSUMEN PRODUK FURNITURE Adapun manfaat yang diperoleh dari produk furniture tersebut sebagai penunjang kebutuhan rumah tangga sebesar 87.33% dan hanya 12,67% memanfaatkan produk furniture yang di pilih sebagai interior ruangan di rumah. Pertimbangan konsumen dalam membeli produk furniture karena harga sebesar 36,67%, karena kualitas sebanyak 32% dan 14% pertimbangan konsumen dalam membeli produk furniture karena discount sedangkan pertimbangan karena adanya garansi yang ditawarkan oleh Toko Furniture sebanyak 9.33%, dan 8% karena pertimbangan cara pembayaran. Adapun kapan konsumen membeli produk furniture, sebanyak 56,67% pada saat produk furniture dibutuhkan, dan 27,33% ketika produk furniture yang dimiliki sudah rusak, dan hanya 16% ketika produk furniture ada model baru. Tempat membeli produk furniture 28,67% di UD. Malioboro. Adapun pembelian dilakukan di UD Malioboro dengan alasan: sebanyak 8% karena harga lebih murah atau harga lebih kompetitif, 10% karena kualitas produk lebih bagus, karena adanya discount yang menarik sebanyak 5,33% dan karena adanya jaminan purna jual sebanyak 2%, dan karena cara pembayaran yang bisa dilakukan 3 kali sebanyak 3,33%. Dan rata-rata konsumen membeli produk furniture di UD Malioboro dalam satu tahun terakhir sebanyak satu kali sebanyak 19,33%, membeli produk furniture sebanyak dua kali adalah 6% dan hanya 3,33% konsumen membeli produk furniture sebanyak lebih dari dua kali dalam satu tahun terakhir. Tempat membeli produk furniture yang lain adalah di UD. Gunung Jati sebesar 13,33%. Adapun pembelian dilakukan di UD Gunung Jati dengan alasan: sebanyak 5,33% karena kualitas lebih baik. 4% harga lebih murah atau harga lebih kompetitif, karena adanya discount yang menarik sebanyak 2%
dan karena adanya jaminan purna jual sebanyak 1,33%, dan cara pembayaran yang bisa dilakukan dengan mencicil sebesar 0,66%. Dan rata-rata konsumen membeli produk furniture di UD Gunung Jati dalam satu tahun terakhir sebanyak satu kali adalah 10%, membeli produk furniture sebanyak dua kali adalah 2,67% dan hanya 0,66% konsumen membeli produk furniture sebanyak lebih dari dua kali dalam satu tahun terakhir. Te m p a t m e m b e l i p r o d u k f u r n i t u r e selanjutnya adalah di UD.Putra Gembira sebesar 38%. Adapun pembelian di UD Putra Gembira sebanyak 12% karena kualitas lebih baik, dan sebesar 16% karena harga lebih murah atau harga lebih kompetitif, karena adanya discount yang menarik sebanyak 3,33% dan karena adanya jaminan purna jual sebanyak 4%, dan cara pembayaran 2,66%. Dan ratarata konsumen membeli produk furniture di UD Putra Gembira dalam satu tahun terakhir sebanyak satu kali adalah 26%, membeli produk furniture sebanyak dua kali adalah 7,33% dan hanya 4,67% konsumen membeli produk furniture sebanyak lebih dari dua kali dalam satu tahun terakhir. Adapun tempat membeli produk furniture selanjutnya adalah di UD. Prambanan Interior sebesar 20%. Adapun alasan pembelian di UD Prambanan Interior, sebanyak 7,33% karena kualitas lebih baik, dan sebesar 5,33% karena harga lebih murah atau harga lebih kompetitif, karena adanya discount yang menarik sebanyak 3,33% dan karena adanya jaminan purna jual sebanyak 4%, dan karena cara pembayaran yang bisa di angsur sebesar 1,33%. Dan rata-rata konsumen membeli produk furniture di UD Prambanan Interior dalam satu tahun terakhir sebanyak satu kali adalah 13,33%, membeli produk furniture sebanyak dua kali adalah 5,33% dan hanya 1,33% konsumen membeli produk furniture sebanyak lebih dari dua kali dalam satu tahun terakhir. Diketahui bahwa tanggapan konsumen terhadap produk furniture almari yang dibeli dimanfaatkan sebagai sebagai penunjang kebutuhan rumah tangga sebesar 92,59% dan hanya 7,41% memanfaatkan produk furniture almari sebagai interior ruangan di rumah. Pertimbangan konsumen dalam membeli produk furniture almari karena harga sebesar 37,04%, karena kualitas sebanyak 29,63%
60 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008 dan hanya 14,81% saja pertimbangan konsumen dalam membeli produk furniture almari karena discount, dan 7,4% karena adanya garansi pembelian dan cara pembayaran yang bisa dilakukan dengan mengangsur sebesar 11,11%. Adapun kapan konsumen membeli produk furniture almari, sebanyak 55,55% pada saat produk furniture almari dibutuhkan, dan 29,63% ketika produk furniture yang dimiliki sudah rusak, dan hanya 14,81% ketika produk furniture almari ada model baru. Tempat membeli produk furniture almari paling banyak dilakukan konsumen di UD. Putra Gembira sebanyak 31,67% dengan alasan harga lebih murah atau harga lebih kompetitif , kualitas produk lebih bagus. Tempat membeli produk furniture almari yang kedua adalah di UD. Malioboro sebanyak 25,83% dengan alasan kualitas lebih baik dan harga lebih murah. Dan ratarata konsumen membeli produk furniture almari dalam satu tahun terakhir sebanyak satu kali adalah 74,08%, membeli produk furniture almari sebanyak dua kali adalah 14,8% dan hanya 11,11% konsumen membeli produk furniture almari sebanyak lebih dari dua kali dalam satu tahun terakhir. Frekuensi pembelian produk furniture almari sebanyak satu kali dalam satu tahun terakhir dilakukan di UD. Putra Gembira sebanyak 22,22%, di UD. Malioboro sebanyak 22,22%, di UD. Gunung Jati sebanyak 22,22%, dan di UD. Prambanan Interior sebanyak 22,22%. Sedangkan frekuensi pembelian lebih dari dua kali dalam satu tahun terakhir dilakukan oleh konsumen di UD. Putra Gembira sebanyak 3,7% dari total konsumen yang membeli produk furniture almari sebesar 27 orang. PERILAKU KONSUMEN PRODUK FURNITURE SOFA/MEJA KURSI diketahui bahwa tanggapan konsumen terhadap produk furniture sofa/meja kursi yang dibeli dimanfaatkan sebagai sebagai penunjang kebutuhan rumah tangga sebesar 91% dan hanya 9% memanfaatkan produk furniture sofa/meja kursi sebagai interior ruangan di rumah. Pertimbangan konsumen dalam membeli produk furniture karena harga sebesar 40,90%, karena kualitas sebanyak 34,84% dan hanya 10,61% saja pertimbangan konsumen dalam membeli produk furniture karena
discount. Adapun kapan konsumen membeli produk furniture, sebanyak 50% pada saat produk furniture dibutuhkan, dan 31,82% ketika produk furniture yang dimiliki sudah rusak, dan hanya 18,18% ketika produk furniture ada model baru. Tempat membeli produk furniture 31,82% di UD. Putra Gembira dengan alasan 13,63% harga lebih murah atau harga lebih kompetitif, 10,60% karena kualitas produk lebih bagus, dan karena adanya jaminan purna jual sebanyak 4,54%, dan karena cara pembayaran yang bisa kurang sebesar 1,51%. Dan rata-rata konsumen membeli produk furniture dalam satu tahun terakhir sebanyak satu kali adalah 68,18%, membeli produk furniture sebanyak dua kali adalah 19,70% dan hanya 12,12% konsumen membeli produk furniture sebanyak lebih dari dua kali dalam satu tahun terakhir. Frekuensi pembelian produk furniture paling banyak dilakukan oleh konsumen lebih dari satu kali yaitu di UD. Putra Gembira sebanyak 7,57%, di UD. Malioboro sebanyak 6,06%. Tempat pembelian produk furniture yang sering dilakukan oleh konsumen lebih dari tiga kali dalam satu tahun terakhir adalah di UD. Putra Gembira sebanyak 4,54% dari total konsumen yang membeli produk furniture sofa/meja kursi sebesar 66 orang. PERILAKU KONSUMEN PRODUK FURNITURE DIPAN/RANJANG Dapat diketahui bahwa tanggapan konsumen terhadap produk furniture dipan/ranjang yang dibeli dimanfaatkan sebagai sebagai penunjang kebutuhan rumah tangga sebesar 80% dan hanya 20% memanfaatkan produk furniture almari sebagai interior ruangan di rumah. Pertimbangan konsumen dalam membeli produk furniture dipan/ranjang karena harga sebesar 33,33%, karena kualitas sebanyak 26,67% dan 20% pertimbangan konsumen dalam membeli produk furniture dipan/ranjang karena discount, dan 13,33% karena adanya garansi pembelian dan 6,67% karena cara pembayaran yang bisa kurang. Adapun kapan konsumen membeli produk furniture dipan/ranjang, sebanyak 66,67% pada saat produk furniture dipan/ranjang dibutuhkan, dan 20% ketika produk furniture yang dimiliki sudah rusak, dan hanya 13,33% ketika produk furniture dipan/ranjang ada model baru. Tempat membeli
61 produk furniture dipan/ranjang paling banyak dilakukan konsumen di UD. Putra Gembira sebanyak 33,33% dengan alasan harga lebih murah atau harga lebih kompetitif , kualitas produk lebih bagus. Tempat membeli produk furniture dipan/ranjang yang kedua adalah di UD. Malioboro sebanyak 33,33% dengan alasan kualitas lebih baik dan harga lebih murah. Dan rata-rata konsumen membeli produk furniture dipan/ranjang dalam satu tahun terakhir sebanyak satu kali adalah 73,33%, dan sebanyak 20% konsumen membeli produk furniture dipan/ranjang sebanyak lebih sekali dalam satu tahun terakhir, dan sebanyak 6,67% konsumen membeli produk furniture dipan/rangjang lebih dari dua kali dalam satu tahun terakhir. Frekuensi pembelian produk furniture dipan/ranjang sebanyak satu kali dalam satu tahun terakhir dilakukan di UD. Putra Gembira sebanyak 20%, di UD. Malioboro sebanyak 26,67%, di UD. Gunung Jati sebanyak 13,33%, dan di UD. Prambanan Interior sebanyak 13,33%. Sedangkan frekuensi pembelian lebih dari dua kali dalam satu tahun terakhir dilakukan oleh konsumen di UD. Putra Gembira sebanyak 6,67% dari total konsumen yang membeli produk furniture dipan/ranjang sebesar 15 orang.
PERILAKU KONSUMEN PRODUK FURNITURE MEJA RIAS Diketahui bahwa tanggapan konsumen terhadap produk furniture Meja Rias yang dibeli dimanfaatkan sebagai sebagai penunjang kebutuhan rumah tangga sebanyak 88,23%. dan sebanyak 11,76% yang memanfaatkan produk furniture meja rias sebagai interior ruangan di rumah. Pertimbangan konsumen dalam membeli produk furniture meja rias karena harga yang ditawarkan oleh toko furniture di Jombang relatif terjangkau 35,29%, karena kualitas produk yang baik sebanyak 29,41%, dan 17,65% pertimbangan konsumen dalam membeli produk furniture meja rias karena adanya discount pembelian. Adapun kapan konsumen membeli produk furniture meja rias, sebanyak 58,82% pada saat produk furniture meja rias dibutuhkan, dan 17,65% ketika produk furniture meja rias ada model baru. Tempat membeli produk furniture meja rias paling banyak
dilakukan konsumen di UD. Putra Gembira sebanyak 35,30% dengan alasan harga lebih murah atau harga lebih kompetitif , kualitas produk lebih bagus. Tempat membeli produk furniture meja rias yang kedua adalah di UD. Malioboro sebanyak 29,41% dengan alasan harga lebih kompetitif. Rata-rata konsumen membeli produk furniture meja rias dalam satu tahun terakhir sebanyak satu kali adalah 58,82%, dan konsumen membeli produk furniture meja rias sebanyak dua kali adalah sebanyak 29,41% dalam satu tahun terakhir. Frekuensi pembelian produk furniture meja rias sebanyak satu kali dalam satu tahun terakhir dilakukan di UD. Putra Gembira sebanyak 17,65%, di UD. Malioboro sebanyak 17,65%, di UD. Gunung Jati sebanyak 17,65%, dan di UD. Prambanan Interior sebanyak 5,88%. Sedangkan frekuensi pembelian lebih dari dua kali dalam satu tahun terakhir dilakukan oleh konsumen di UD. Putra Gembira sebanyak 5,88% dan UD Malioboro sebanyak 5,88% dari total konsumen yang membeli produk furniture meja rias sebanyak 17 orang.
PERILAKU KONSUMEN PRODUK FURNITURE BUFFET Diketahui bahwa tanggapan konsumen terhadap produk furniture Buffet yang dibeli oleh konsumen dimanfaatkan sebagai sebagai penunjang kebutuhan rumah tangga sebesar 76% dan sebanyak 24% memanfaatkan produk furniture buffet sebagai interior ruangan di rumah. Pertimbangan konsumen dalam membeli produk furniture buffet karena harga yang ditawarkan oleh toko furniture di Jombang relatif lebih terjangkau 36%, karena kualitas produk furniture buffet lebih bagus sebanyak 28% dan sebanyak 16% pertimbangan konsumen dalam membeli produk furniture buffet karena adanya discount pembelian yang menarik. Adapun kapan konsumen membeli produk furniture buffet, sebanyak 68% pada saat produk furniture buffet dibutuhkan, dan 20% ketika produk furniture buffet yang dimiliki sudah rusak, dan hanya 12% ketika produk furniture buffet ada model baru. Tempat membeli produk furniture buffet paling banyak dilakukan konsumen di UD. Malioboro sebanyak 32% dengan alasan harga lebih murah atau harga lebih kompetitif dan kualitas
62 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008 produk lebih bagus. Tempat membeli produk furniture buffet yang kedua adalah di UD. Putra Gembira sebanyak 28% dengan alasan harga lebih murah. Rata-rata konsumen membeli produk furniture buffet dalam satu tahun terakhir sebanyak satu kali adalah 64%, membeli produk furniture buffet sebanyak dua kali adalah 28%, dan hanya sebanyak 8% konsumen membeli produk furniture lebih dari dua kali dalam satu tahun terakhir. Frekuensi pembelian produk furniture buffet satu kali dalam satu tahun terakhir dilakukan di UD. Putra Gembira sebanyak 16%, di UD. Malioboro sebanyak 20%, di UD. Gunung Jati sebanyak 16%, dan di UD. Prambanan Interior sebanyak 8%. Sedangkan frekuensi pembelian lebih dari dua kali dalam satu tahun terakhir dilakukan oleh konsumen di UD. Putra Gembira sebanyak 8% di UD Malioboro 4%, dan di Ud Prambanan Interior sebanyak 4% dari total konsumen yang membeli produk furniture Buffet sebesar 25 orang. Simpulan Hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa produk furniture yang paling banyak dibeli oleh konsumen di Jombang adalah jenis furniture sofa/meja kursi. Produk furniture sofa/meja kursi tersebut lebih banyak dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga dan sebagian kecil memanfaatkan sebagai interior ruangan. Konsumen dalam membeli produk furniture sofa/meja kursi lebih banyak mempertimbangkan segi harga yang relatif terjangkau dan kualitasnya cukup baik. Tempat membeli produk furniture sofa/meja kursi yang paling banyak dilakukan oleh konsumen di Jombang adalah di UD. Putra Gembira, karena alasan harga yang ditawarkan relatif lebih murah dibandingkan dengan toko-toko furniture yang lainnya. Dalam satu tahun terakhir konsumen dalam membeli produk furniture sofa/meja kursi paling banyak dilakukan sekali, dan pembelian dilakukan lebih dari dua kali terjadi di UD. Putra Gembira. Produk furniture yang dibeli oleh konsumen di Jombang setelah sofa/meja kursi adalah almari. Almari tersebut lebih banyak dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga dan sebagian kecil memanfaatkan sebagai interior ruangan. Konsumen dalam membeli produk furniture almari kursi lebih
banyak mempertimbangkan segi harga yang relatif terjangkau dan kualitasnya cukup baik. Tempat membeli produk almari yang paling banyak dilakukan oleh konsumen di Jombang adalah di UD. Putra Gembira, karena alasan harga yang ditawarkan relatif lebih murah dibandingkan dengan toko-toko furniture yang lainnya, sebagai pilihan tempat membeli yang kedua adalah di UD Malioboro, dengan alasan kualitas produk lebih baik. Dalam satu tahun terakhir konsumen dalam membeli produk furniture almari paling banyak dilakukan sekali, dan pembelian dilakukan lebih dari dua kali terjadi di UD. Putra Gembira. Dapat diketahui pula bahwa produk furniture yang dibeli oleh konsumen di Jombang yang ketiga adalah jenis furniture dipan/ranjang. Produk furniture dipan/ranjang tersebut lebih banyak dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga. Konsumen dalam membeli produk furniture dipan/ranjang lebih banyak mempertimbangkan segi harga yang relatif terjangkau dan kualitasnya cukup baik. Tempat membeli produk furniture dipan/ranjang yang paling banyak dilakukan oleh konsumen di Jombang adalah di UD. Putra Gembira, dan UD Malioboro karena alasan harga yang ditawarkan relatif lebih murah dibandingkan dengan toko-toko furniture yang lainnya. Sedangkan tempat pembelian alternatif adalah di UD Prambanan Interior, dan UD Gunung Jati dengan alasan kualitas produk lebih baik dan harga lebih kompetitif. Dalam satu tahun terakhir konsumen dalam membeli produk furniture dipan/ranjang paling banyak dilakukan sekali, dan pembelian dilakukan lebih dari dua kali dalam satu tahun terakhir terjadi di UD. Putra Gembira. Produk furniture yang dibeli oleh konsumen di Jombang keempat adalah meja rias. Meja rias tersebut lebih banyak dimanfaatkan untuk menunjang kebutuhan rumah tangga. Konsumen dalam membeli produk furniture meja rias lebih banyak mempertimbangkan segi harga yang relatif terjangkau dan kualitasnya cukup baik. Tempat membeli produk meja rias yang paling banyak dilakukan oleh konsumen di Jombang adalah di UD. Putra Gembira, karena alasan harga yang ditawarkan relatif lebih murah dibandingkan dengan toko-toko furniture yang lainnya, sebagai pilihan tempat membeli yang kedua
63 adalah di UD Malioboro, dengan alasan kualitas produk lebih baik. Dalam satu tahun terakhir konsumen dalam membeli produk furniture meja rias paling banyak dilakukan sekali, dan pembelian dilakukan lebih dari dua kali dalam satu tahun terakhir terjadi di UD. Putra Gembira dan UD Malioboro. Pilihan produk furniture yang dibeli oleh konsumen di Jombang kelima adalah buffet. Buffet tersebut lebih banyak dimanfaatkan untuk menunjang kebutuhan rumah tangga, dan sebagian kecil memanfaatkan sebagai interior ruangan. Konsumen dalam membeli produk furniture buffet lebih banyak mempertimbangkan segi harga yang relatif terjangkau dan kualitasnya cukup baik. Tempat membeli produk buffet yang paling banyak dilakukan oleh konsumen di Jombang adalah di UD. Malioboro, karena alasan harga yang ditawarkan relatif lebih murah dan kualitas lebih baik dibandingkan dengan toko-toko furniture yang lainnya, sebagai pilihan tempat membeli yang kedua adalah di UD Putra Gembira, dengan alasan harga produk relatif lebih murah/kompetitif. Dalam satu tahun terakhir konsumen dalam membeli produk furniture buffet paling banyak dilakukan sekali, dan pembelian dilakukan lebih dari dua kali terjadi di UD. Malioboro, UD Putra Gembira, dan UD Prambanan Interior. Saran Berdasarkan pembahasan hasil penelitian keseluruhan, maka selanjutnya akan dikemukakan beberapa saran/rekomendari kepada toko-toko furniture yang ada di Jombang antara lain : UD Malioboro, UD Gunung Jati, UD Putra Gembira, dan UD Prambanan Interior. sebagai sumbangan saran,dan kepada peneliti yaitu sebagai berikut : Toko Furniture UD Malioboro 1. Hasil penelitian diketahui bahwa konsumen di Jombang dalam membeli produk furniture untuk jenis almari di UD Malioboro, yang menjadi pertimbangan adalah karena kualitasnya lebih bagus. Untuk itu UD Malioboro harus dapat menjaga kualitas produk almari dan berusaha secara terus-menerus untuyk meningkatkan kualitas produk alamri lebih baik lagi. Dan untuk lebih meningkatkan pangsa pasar produk furniture almari di
Jombang, maka UD Malioboro harus dapat menawarkan harga untuk jenis almari lebih kompetitif, dan memberikan discount pembelian yang lebih besar lagi, agar pilihan konsumen dalam membeli produk furniture yang dijual oleh UD Malioboro lebih banyak lagi. 2. UD Malioboro harus lebih memodifikasi model jenis furniture almari yang diproduksi/dijual, agar konsumen lebih banyak pilihan dalam membeli, dan sekaligus dapat dimanfaatkan sebagai interior ruangan. 3. Untuk lebih menarik konsumen lebih banyak dalam membeli sofa/meja kursi yang diproduksi/dijual oleh UD Malioboro, maka harga harus lebih kompetitif, dan lebih banyak lagi dalam memberikan discount dan memberikan jaminan bahwa produk yang dihasilkan atau dijual bagus. 4. UD Malioboro harus tetap menjaga dan meningkatkan kualitas produk dipan/ranjang lebih bagus lagi, karena kualitas produk dipan/ranjang yang dihasilkan/dijual oleh UD Putra Gembira sama-sama kompetitif. 5. Sedangkan untuk jenis produk meja rias yang dihasilkan/dijual oleh UD Malioboro harus dapat menawarkan harga yang lebih kompetitif, karena produk yang sejenis dari UD Putra Gembira kualitas dan harga yang ditawarkan lebih kempetitif. 6. Untuk lebih menarik konsumen lebih banyak dalam membeli buffet yang diproduksi/dijual oleh UD Malioboro, maka harga harus lebih kompetitif, dan lebih banyak lagi dalam memberikan discount dan memberikan jaminan bahwa produk yang dihasilkan atau dijual bagus. Toko Furniture Gunung Jati 1. Hasil penelitian diketahui bahwa konsumen di Jombang dalam membeli produk furniture untuk jenis almari di UD Gunung Jati, yang menjadi pertimbangan adalah karena kualitasnya lebih bagus. Untuk itu UD Gunung Jati harus dapat menawarkan harga untuk jenis almari lebih kompetitif, dan memberikan discount pembelian yang lebih besar lagi, agar pilihan konsumen dalam membeli produk
64 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008
2.
3.
4.
5.
6.
furniture yang dijual oleh UD Gunung Jati lebih banyak lagi. UD Gunung Jati harus lebih memodifikasi model jenis furniture almari yang diproduksi/dijual, agar konsumen lebih banyak pilihan dalam membeli, dan sekaligus dapat dimanfaatkan sebagai interior ruangan. Untuk lebih menarik konsumen lebih banyak dalam membeli sofa/meja kursi yang diproduksi/dijual oleh UD Gunung Jati, maka harga harus lebih kompetitif, dan lebih banyak lagi dalam memberikan discount dan memberikan jaminan bahwa produk yang dihasilkan atau dijual bagus. UD Gunung Jati harus tetap menjaga dan meningkatkan kualitas produk dipan/ranjang lebih bagus lagi, karena kualitas produk dipan/ranjang yang dihasilkan/dijual oleh UD Putra Gembira sama-sama kompetitif. Sedangkan untuk jenis produk meja rias yang dihasilkan/dijual oleh UD Gunung Jati harus dapat menawarkan harga yang lebih kompetitif, karena produk yang sejenis dari UD Putra Gembira kualitas dan harga yang ditawarkan lebih kempetitif. Untuk lebih menarik konsumen lebih banyak dalam membeli buffet yang diproduksi/dijual oleh UD Gunung Jati, maka harga harus lebih kompetitif, dan lebih banyak lagi dalam memberikan discount dan memberikan jaminan bahwa produk yang dihasilkan atau dijual bagus.
Toko Furniture Putra Gembira 1. Hasil penelitian diketahui bahwa konsumen di Jombang dalam membeli produk furniture untuk jenis almari di UD Putra Gembira, yang menjadi pertimbangan adalah karena kualitasnya lebih bagus. Untuk itu UD Putra Gembira harus dapat menawarkan harga untuk jenis almari lebih kompetitif, dan memberikan discount pembelian yang lebih besar lagi, agar pilihan konsumen dalam membeli produk furniture yang dijual oleh UD Putra Gembira lebih banyak lagi. 2. UD Putra Gembira harus lebih memodifikasi model jenis furniture almari yang
3.
4.
5.
6.
diproduksi/dijual, agar konsumen lebih banyak pilihan dalam membeli, dan sekaligus dapat dimanfaatkan sebagai interior ruangan. Untuk lebih menarik konsumen lebih banyak dalam membeli sofa/meja kursi yang diproduksi/dijual oleh UD Putra Gembira, maka harga harus lebih kompetitif, dan lebih banyak lagi dalam memberikan discount dan memberikan jaminan bahwa produk yang dihasilkan atau dijual bagus. UD Putra Gembira harus tetap menjaga dan meningkatkan kualitas produk dipan/ranjang lebih bagus lagi, karena kualitas produk dipan/ranjang yang dihasilkan/dijual oleh UD Malioboro sama-sama kompetitif. Sedangkan untuk jenis produk meja rias yang dihasilkan/dijual oleh UD Putra Gembira harus dapat menawarkan harga yang lebih kompetitif, karena produk yang sejenis dari UD Duaa Putra kualitas dan harga yang ditawarkan lebih kempetitif. Untuk lebih menarik konsumen lebih banyak dalam membeli buffet yang diproduksi/dijual oleh UD Putra Gembira, maka harga harus lebih kompetitif, dan lebih banyak lagi dalam memberikan discount dan memberikan jaminan bahwa produk yang dihasilkan atau dijual bagus.
Toko Furniture Prambanan Interior 1. Hasil penelitian diketahui bahwa konsumen di Jombang dalam membeli produk furniture untuk jenis almari di UD Prambanan Interior, yang menjadi pertimbangan adalah karena kualitasnya lebih bagus. Untuk itu UD Prambanan Interior harus dapat menawarkan harga untuk jenis almari lebih kompetitif, dan memberikan discount pembelian yang lebih besar lagi, agar pilihan konsumen dalam membeli produk furniture yang dijual oleh UD Putra Gembira lebih banyak lagi. 2. UD Prambanan Interior harus lebih memodifikasi model jenis furniture almari yang diproduksi/dijual, agar konsumen lebih banyak pilihan dalam membeli, dan sekaligus dapat dimanfaatkan sebagai interior ruangan. 3. Untuk lebih menarik konsumen lebih banyak
65
4.
5.
6.
dalam membeli sofa/meja kursi yang diproduksi/dijual oleh UD Prambanan Interior, maka harga harus lebih kompetitif, dan lebih banyak lagi dalam memberikan discount dan memberikan jaminan bahwa produk yang dihasilkan atau dijual bagus. UD Prambanan Interior harus tetap menjaga dan meningkatkan kualitas produk dipan/ranjang lebih bagus lagi, karena kualitas produk dipan/ranjang yang dihasilkan/dijual oleh UD Malioboro sama-sama kompetitif. Sedangkan untuk jenis produk meja rias yang dihasilkan/dijual oleh UD Prambanan Interior harus dapat menawarkan harga yang lebih kompetitif, karena produk yang sejenis dari UD Malioboro kualitas dan harga yang ditawarkan lebih kempetitif. Untuk lebih menarik konsumen lebih banyak dalam membeli buffet yang diproduksi/dijual oleh UD Prambanan Interior, maka harga harus lebih kompetitif, dan lebih banyak lagi dalam memberikan discount dan memberikan jaminan bahwa produk yang dihasilkan atau dijual bagus.
Kepada Peneliti 1. Penelitian ini menggunakan sampel size sebesar 150 responden dari jumlah populasi yang tidak teridentifikasi dari empat toko furniture di Jombang, untuk melihat lebih jelas perilaku konsumen produk furniture di Jombang dapat dilakukan penelitian lanjutan, yang lebih banyak lagi toko-toko furniture yang digunakan sebagai tempat penelitian dan sampel penelitian menjadi lebih besar. 2. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan menambah item-item produk furniture yang lain, agar nampak jelas produk-produk furniture apa saja dan modelnya yang dibeli oleh konsumen di Jombang selain, Almari, Sofa/meja kursi, Dipan/ranjang, meja rias dan buffet. 3. Penelitian mengenai perilaku konsumen produk furniture di Jombang ini, selanjutnya dapat dilakukan dengan menggunakan analisis statistik inferensial yaitu dengan mencoba mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli produk furniture di
Jombang. Sehingga akan jelas faktor-faktor apa saja yang menjadi pertimbangan konsumen dalam membeli produk furniture di Jombang.
DAFTAR PUSTAKA Basu Swastha DH, Irawan, Mnajemen Pemasaran Modern, Edisi kedua, BPFE, Yogyakarta, 1990 Basu Swastha DH dan T. Hani Handoko, Manajemen Pemasaran Analisa Perilaku Konsumen, Edisi Kedua, Liberty, Yogyakarta, 1999 Basu Swastha DH, dan Ibnu Sukotjo,W, Pengantar Bisnis Modern, Edisi ketiga, Liberty, Yogyakaarta, 1993 Engel, JF, Blackwell, RD, Miniard, PW, 1995. th Consumer Behavior, 8 Ed. Texas: The Dryden Press. Husein Umar, 2000, Riset Pemasaran & Perilaku Konsumen, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Moh. Nasir, 1999, Metodologi Penelitian, Ghalia Indonesia, Bandung, 1999 Ujang Sumarwan, 2002, Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran, Ghalia Indonesia, Bogor. Philip Khotler, Dasar-dasar Pemasaran, Jilid Satu, Edisi kedua, CV Intermedia, Jakarta, 1984 Sugiyono, Statistik untuk Penelitian, Alfabeta, Baandung, 1997 Sutrisno hadi, Metodologi Research, Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta, 1992 Winardi, Manajemen Pemasaran, Penerbit CV. Sinar Baru, Bandung, 1981 Winardi, Marketing dan Perilaku Konsumen, Penerbit, Maju Mundur, Bandung, 2001
DAFTAR PUSTAKA Basu Swastha DH, Irawan, Mnajemen Pemasaran Modern, Edisi kedua, BPFE, Yogyakarta, 1990 Basu Swastha DH dan T. Hani Handoko, Manajemen Pemasaran Analisa Perilaku Konsumen, Edisi Kedua, Liberty, Yogyakarta, 1999 Basu Swastha DH, dan Ibnu Sukotjo,W, Pengantar Bisnis Modern, Edisi ketiga, Liberty, Yogyakaarta, 1993 Engel, JF, Blackwell, RD, Miniard, PW, 1995. Consumer Behavior, 8th Ed. Texas: The Dryden Press. Husein Umar, 2000, Riset Pemasaran & Perilaku Konsumen, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Moh. Nasir, 1999, Metodologi Penelitian, Ghalia Indonesia, Bandung, 1999 Ujang Sumarwan, 2002, Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran, Ghalia Indonesia, Bogor. Philip Khotler, Dasar-dasar Pemasaran, Jilid Satu, Edisi kedua, CV Intermedia, Jakarta, 1984 Sugiyono, Statistik untuk Penelitian, Alfabeta, Baandung, 1997 Sutrisno hadi, Metodologi Research, Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta, 1992 Winardi, Manajemen Pemasaran, Penerbit CV. Sinar Baru, Bandung, 1981 Winardi, Marketing dan Perilaku Konsumen, Penerbit, Maju Mundur, Bandung, 2001
ANALISIS RATIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA PADA PERUSAHAAN AUTOMOTIVE and ALLIED PRODUCTS DI BURSA EFEK INDONESIA Yuniep Mujati S
Abstract One of the way to count company work is analyzing company's financial statement. The statement is financial information and activities of the company each year as accounting information system in that company and can be shown to investor. The aim of this research is knowing ratio analyze and financial use base on Finance' ratio analyze which consist of: Liquidity, solvability and profitability ratio. Those analyze can be used as the strength and weakness from company's finance.
perusahaan akan dapat menyusun rencana yang lebih baik, memperbaiki sistem pengawasannya dan menentukan kebijakan-kebijakan yang lebih tepat. Tetapi yang terpenting bagi manajemen adalah bahwa laporan keuangan tersebut merupakan alat untuk mempertanggungjawabkan kepada pemilik perusahaan, investor, dan publik atas kepercayaan yang diberikan dan analisis yang digunakan untuk menilai kinerja perusahaan yaitu dengan menggunakan analisis rasio keuangan
Untuk meningkatkan aktivitas dan mengembangkan usaha, perusahaan Automotive and Allied Products memerlukan dana yang tidak sedikit. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan dana tersebut adalah dengan menjual saham di pasar modal (go public). Dengan terdaftarnya perusahaan Automotive and Allied Products di Bursa Efek Indonesia, maka perusahaan akan mendapat tambahan modal yang diharapkan mampu untuk mengembangkan usaha dan meningkatkan produksinya. Dalam hal ini bukan hanya modal saja yang menjadi ukuran bagi perusahaan Automotive and Allied Products untuk bisa mengembangkan usaha tetapi berhasil atau tidaknya operasi bisnis lebih banyak dipengaruhi oleh bagaimana cara perusahaan mengelolanya. Perusahaan Automotive and Allied Products yang telah terdaftar di BEI memiliki peluang berkembang lebih besar, karena perusahaan yang telah listing tersebut dituntut lebih profesional dan juga lebih transparan dalam mengelola usaha serta menyajikan laporan keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam perusahaan tersebut. Kondisi keuangan suatu perusahaan Automotive and Allied Products dapat diketahui dari laporan keuangan perusahaan, yang terdiri dari Neraca, Laporan Laba Rugi, dan Laporan lain. Bagi manajemen perusahaan Automotive and Allied Products, dengan mengetahui posisi keuangan
Laporan Keuangan Definisi laporan keuangan menurut SAK (2004:4): “Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan, laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan”. Jadi Laporan keuangan adalah merupakan bentuk informasi yang dapat dipakai sebagai dasar untuk penerapan kebijakan perusahaan di masa yang akan datang. Sedangkan laporan keuangan yang lengkap meliputi neraca, laporan rugi laba, laporan perubahan modal, catatan atas laporan keuangan, dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan, juga termasuk
Yuniep Mujati S, Dosen STIE PGRI Dewantara Jombang
66
67 scedul dan informasi tambahan yang berkenaan dengan laporan tersebut. Tujuan Laporan Keuangan Menurut SAK (2004:4) tujuan laporan keuangan adalah 1) Menyediakan informasi yang menyangkut kinerja keuangan serta posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi, 2) Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi sebagian besar pemakai. Namun demikian laporan keuangan tidak menyediakan semua laporan informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi, karena secara umum menggambarkan pengaruh kejadian keuangan dimasa lalu dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan, 3) Menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen, atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Dan menurut SAK (2004:1) ada beberapa karakteristik kualitatif pokok yaitu dapat dipahami, relevan, keandalan dan dapat dibandingkan. Pemakai Laporan Keuangan Adapun pihak-pihak pemakai laporan keuangan dan kebutuhan informasinya secara terperinci dijelaskan sebagai berikut Investor, Karyawan. Pemberi pinjaman, Pemasok dan kreditor lainnya, Pelanggan, Pemerintah. Masyarakat. Analisis Laporan Keuangan Menurut Harahap (1998:190) Analisis laporan keuangan adalah menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat. Jadi Analisis laporan keuangan adalah suatu proses untuk membedah laporan keuangan ke dalam unsurunsurnya, menelaah unsur-unsur tersebut, dan menelaah hubungan diantara unsur-unsur tersebut, dengan tujuan untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang baik dan tepat atas laporan keuangan itu sendiri.
Tujuan Analisis Laporan Keuangan Analisis laporan keuangan dimaksudkan untuk menambah informasi yang ada dalam suatu laporan keuangan. Prastowo (2002:52): a) Memberikan informasi yang lebih luas dari pada yang terdapat pada laporan keuangan yang biasa. b) Menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata dari suatu laporan keuangan, c) Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya melahirkan model-model dan teori yang terdapat pada laporan seperti untuk memprediksi peningkatan.d) Dapat memberikan informasi yang digunakan oleh para pengambil keputusan. e) Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis. f) Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan periode sebelumnya atau dengan standar industri normal atau ideal. g) Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan, yang dialami perusahaan baik posisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan, dan lainnya. h) Memprediksi apa yang mungkin dialami perusahaan di masa yang akan datang. Metode dan teknik analisis laporan keuangan Metode dan teknik analisis laporan keuangan digunakan untuk menentukan dan mengukur hubungan antara pos-pos yang ada dalam laporan keuangan. Menurut Dwi Prastowo (2005: 59) metode analisis laporan keuangan dapat diklasifikasikan menjadi dua klasifikasi, yaitu: a. Metode analisis horizontal (dinamis) adalah metode analisis yang dilakukan dengan cara membandingkan laporan keuangan untuk beberapa tahun (periode), sehingga dapat diketahui perkembangan dan kecenderungannya. Teknik-teknik analisis yang termasuk pada klasifikasi metode ini antara lain teknik analisis perbandingan, analisis trend (index), analisis sumber dan penggunaan dana, analisis perubahan laba kotor. b. Metode analisis vertikal (statis) adalah metode analisis yang dilakukan dengan cara menganalisis laporan keuangan pada tahun tertentu, yaitu dengan membandingkan antara pos yang satu dan pos lainnya pada laporan keuangan yang sama
68 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008 untuk tahun (periode) yang sama. Teknik-teknik analisis yang termasuk pada klasifikasi metode ini antara lain teknik analisis presentase per kapita (common-size) analisis rasio dan analisis impas. Analisis Rasio Analisis rasio merupakan cara penting untuk menyatakan hubungan yang bermakna di dalam komponen-komponen dari laporan keuangan. Rasio laporan keuangan dihitung dengan membagi nilai rupiah pos yang dilaporkan pada laporan keuangan dengan nilai rupiah pos lainnya yang dilaporkan. Tujuannya adalah untuk menyatakan suatu hubungan diantara dua pos yang relevan yang mudah ditafsirkan atau dibandingkan dengan informasi lainnya. Rasiorasio merupakan pedoman atau jalan pintas yang bermanfaat dalam mengevaluasi posisi dan kegiatankegiatan keuangan perusahaan dan melakukan perbandingan-perbandingan dengan hasil dari tahuntahun sebelumnya atau dengan perusahaan lainnya. Menurut Brigham dan Houston (2006 : 119), analisis rasio digunakan oleh tiga kelompok utama yaitu : 1) Manajer, yang menerapkan rasio untuk membantu menganalisis, mengendalikan dan kemudian meningkatkan operasi perusahaan, 2) Analisis kredit, yang menganalisis rasio-rasio untuk membantu memutuskan kemampuan perusahaan untuk membayar utang-utangnya dan 3) Analisis saham, yang tertarik pada efisiensi, resiko dan prospek pertumbuhan perusahaan Peranan Rasio Sebagai Penilai Kinerja Perusahaan. Analisis rasio dalam pelaksanaannya adalah untuk mengetahui kinerja perusahaan, di mana ada kecenderungan bahwa terdapat keterkaitan antara rasio satu dengan yang lainnya. Rasio memberikan indikator tentang kekuatan keuangan dari suatu perusahaan. Analisis terhadap rasio yang menghubungkan unsur-unsur neraca dan perhitungan rugi laba satu dengan yang lainnya, dapat memberikan tentang sejarah perusahaan para manajer untuk memperkirakan reaksi para kreditur dan investor serta pandangan terhadap perusahaan tentang bagaimana dana dapat diperoleh. Analisis rasio suatu perusahaan biasanya merupakan suatu langkah pertama analisis.
Rasio merupakan alat yang bermanfaat bagi pihakpihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Ditinjau dari sudut pandang investor analisis rasio berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan dan untuk membayar deviden yang diharapkan di masa mendatang. Sedangkan ditinjau dari sudut pandang manajemen, analisis rasio bermanfaat untuk mengantisipasi kondisi di masa yang akan datang. Rasio dirancang untuk memperlihatkan hubungan antara perkiraan-perkiraan laporan keuangan. Penggunaan rasio ini akan lebih berarti apabila dalam menganalisis rasio dilakukan penelaahan terlebih dahulu baik dari segi kecenderungan (trend) ataupun nilai absolutnya, karena dari trend tersebut dapat memberikan petunjuk apakah kondisi keuangan membaik atau memburuk. Rasio merupakan perangkat analisis yang berharga apabila rasio tersebut dibandingkan dengan suatu standar atau norma. Dengan menggunakan rasio-rasio (financial) perusahaan akan memungkinkan untuk bisa membandingkan rasio suatu perusahaan dengan perusahaan sejenis lainnya. Macam-macam Analisis Rasio Macam-macam rasio yang digunakan dalam analisis rasio menurut Harahap (1998:301-309) antara lain: a) Rasio Likuiditas yaitu Current ratio dan Quick ratio, b) Rasio Solvabilitas yaitu Rasio utang atas modal dan Rasio utang atas aktiva, c) Rasio Aktivitas yaitu 1) Perputaran piutang, 2) Perputaran persediaan, 3) Perputaran aktiva tetap, 4) Perputaran total aktiva, d) Rasio Profitabilitas yaitu 1) Profit margin, 2) ROA dan 3) ROE Metode Pembandingan Rasio Keuangan Syamsuddin (2000:39), dalam membandingkan rasio keuangan perusahaan terdapat dua cara yaitu: a) Cross Sectional Approach yaitu Suatu cara mengevaluasi dengan jalan membandingkan rasio-rasio antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lainnya yang sejenis pada saat yang bersamaan. Atau suatu cara membandingkan rasio keuangan dengan rasio ratarata industri dan b) Time Series Analysis yaitu suatu cara membandingkan rasio-rasio keuangan
69 perusahaan dari suatu periode ke periode lainnya dan pendekatan ini untuk mengetahui kemajuan atau penurunan yang dialami perusahaan. Keunggulan Analisis Rasio Menurut Harahap (1998:298) keunggulan analisis rasio tersebut adalah: a) Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca atau ditafsirkan. b) Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit. c) Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain. d) Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi (Z-score). e) Menstandarisir size perusahaan. f) Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau “time series”. b) Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang. Keterbatasan Analisis Rasio Menurut Harahap (1998:298) keterbatasan analisis rasio tersebut adalah: a. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya. b. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik ini seperti: 1) Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung taksiran dan judgment yang dapat dinilai bias atau subjektif. 2) Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai perolehan (cost) bukan harga pasar. 3) Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio. 4) Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda. c. Jika data untuk menghitung rasio tidak
tersedia maka akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio. d. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron. Jika dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak sama. Oleh karenanya jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan. Kinerja Perusahaan Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber daya digunakan secara optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan. Penilaian kinerja keuangan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya terhadap para penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Kinerja merupakan indikator dari baik buruknya keputusan manajemen dalam pengambilan keputusan. Manajemen dapat berinteraksi dengan lingkungan interen maupun eksteren melalui informasi. Informasi tersebut lebih lanjut dituangkan atau dirangkum dalam laporan keuangan perusahaan. Manfaat Penilaian Kinerja Perusahaan Adapun manfaat dari penilaian kinerja perusahaan adalah sebagai berikut: a) untuk mengukur prestasi yang dicapai oleh suatu organisasi dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat keberhasilan pelaksanaan kegiatannya, b) selain digunakan untuk melihat kinerja organisasi secara keseluruhan, maka pengukuran kinerja juga dapat digunakan untuk menilai kontribusi suatu bagian dalam pencapaian tujuan perusahaan secara keseluruhan, c) dapat digunakan sebagai dasar penentuan strategi perusahaan untuk masa yang akan datang, d) memberi petunjuk dalam pembuatan keputusan dan kegiatan organisasi pada umumnya dan divisi atau bagian
70 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008 organisasi pada khususnya dan e) sebagai dasar penentuan kebijaksanaan penanaman modal agar dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan. Tujuan Penilaian Kinerja Perusahaan Tujuan penilaian kinerja perusahaan menurut Munawir (2000:31) adalah untuk mengetahui a) tingkat likuiditas, b) tingkat solvabilitas, c) tingkat rentabilitas atau profitabilitas, dan d) tingkat stabilitas usaha. Laporan Keuangan Sebagai Alat Penilaian Kinerja Perusahaan Laporan keuangan merupakan gambaran dari suatu perusahaan pada waktu tertentu (biasanya ditunjukkan dalam periode atau siklus akuntansi), yang menunjukkan kondisi keuangan yang telah dicapai suatu perusahaan dalam periode tertentu. Dengan melihat laporan keuangan suatu perusahaan akan tergambar didalamnya aktivitas perusahaan tersebut. Oleh karena itu, laporan keuangan perusahaan merupakan hasil dari suatu proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk komunikasi dan juga digunakan sebagai alat pengukur kinerja perusahaan. Penilaian kinerja keuangan suatu perusahaan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya terhadap para penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan perusahaan. Penilaian kinerja perusahaan yang ditimbulkan sebagai akibat dari proses pengambilan keputusan manajemen, merupakan persoalan yang kompleks karena menyangkut efektivitas pemanfaatan modal dan efisiensi dari kegiatan perusahaan yang menyangkut nilai serta keamanan dari berbagai tuntutan yang timbul terhadap perusahaan. Jadi dalam menilai kinerja keuangan perusahaan, dapat digunakan suatu ukuran atau tolok ukur tertentu. Biasanya ukuran yang digunakan adalah rasio atau indeks yang menghubungkan dua data keuangan. Adapun jenis perbandingan dalam analisis rasio keuangan meliputi dua bentuk yaitu membandingkan rasio masa lalu, saat ini ataupun masa yang akan datang untuk perusahaan yang sama. Dan bentuk yang lain yaitu dengan perbandingan rasio
antara satu perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis. Hubungan Antara Analisis Rasio Keuangan dengan Kinerja Perusahaan Setiap perusahaan pasti berusaha untuk mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan. Salah satu indikator atau cara yang dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan tersebut adalah dengan menilai kinerjanya. Dimana sebuah perusahaan dikatakan baik atau berhasil dalam pencapaian tujuan apabila memiliki kinerja yang baik. Untuk mengetahui perkembangan suatu perusahaan salah satunya dapat dilihat dari laporan keuangannya. Laporan keuangan yang terdiri dari neraca dan laporan laba rugi ini dianalisis dengan menggunakan teknik analisis yang relevan. Hasil analisis tersebut merupakan indikator untuk menginterpretasikan laporan keuangan tersebut, sehingga menghasilkan informasi akuntansi yang bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan. Penilaian kinerja suatu perusahaan dilakukan dengan cara menilai data yang diperoleh dari laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan, faktor pengambilan dan ketersediaan data keuangan perusahaan merupakan hal yang mutlak dan penting, sehingga gambaran kinerja perusahaan akan lebih akurat dan berguna bagi pihak yang berkepentingan jika telah dilakukan analisis terhadap laporan keuangan tersebut. Bagi pihak manajemen dalam suatu perusahaan, analisis laporan keuangan sangat berguna untuk menilai keberhasilan dalam mengelola dana yang tersedia. Dan dari informasi tersebut akan sangat bermanfaat dalam menetapkan kebijaksanaan yang penting untuk memperbaiki posisi, kondisi maupun (Performance) atau kinerja keuangan perusahaan.
71 METODE PENELITIAN Model Teori Model teori Laporan keuangan Neraca Laporan Rugi Laba
Analisis rasio keuangan
Rasio likuiditas: Current ratio Quick ratio
Rasio solvabilitas: Rasio utang atas modal Rasio utang atas aktiva
Rasio aktivitas: Perputaran piutang Perputaran persediaan Perputaran aktiva tetap Perputaran total aktiva
Rasio profitabilitas: Profit margin ROA ROE
Kinerja perusahaan
Pengukuran Pengukur yang digunakan adalah dengan Analisis Rasio : 1. Rasio Likuiditas yaitu a) Current ratio, terdiri dari: Aktiva lancar dan Utang lancar, b) Quick ratio, terdiri dari: Aktiva lancar, Persediaan dan Utang lancar 2. Rasio Solvabilitas yaitu a) Rasio Utang atas Modal, terdiri dari Total Utang dan Modal, b) Rasio Total Utang, terdiri dari Total Utang dan Total Aset 3. Rasio Aktivitas yaitu a) Perputaran Piutang, terdiri dari Penjualan Kredit Bersih dan Rata-rata Piutang, b) Perputaran Persediaan, terdiri dari Harga Pokok Penjualan dan Rata-rata Persediaan, c) Perputaran Aktiva Tetap, terdiri dari Penjualan dan Aktiva Tetap dan d) Perputaran Total Aktiva, terdiri dari Penjualan dan Total Aktiva 4. Rasio Profitabilitas yaitu a) Profit Margin adalah Laba Bersih dan Penjualan, b) ROA adalah Laba Bersih dan Total Aset, dan c) ROE adalah Laba Bersih dan Total Equity Penentuan Populasi dan Sampel Populasi bisa diartikan merupakan sekelompok individu tertentu yang memiliki satu atau lebih karakteristik umum yang menjadi pusat perhatian bagi peneliti. Dalam penyusunan penelitian
ini yang menjadi populasi adalah perusahaan Automotive and Allied Products yang berjumlah 20 perusahaan. Sedangkan pengertian sampel menurut Sugiyono ( 2008:116) adalah: Bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh suatu populasi. Sampel merupakan proporsi kecil dari suatu populasi”. Sampel untuk penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan Automotive and Allied Products yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yakni mulai tahun 2004 sampai 2007 sebanyak 10 perusahaan dari populasi 20 perusahaan. Hal ini dikarenakan dari ke 20 perusahan yang diteliti hanya 10 perusahaan saja dapat memenuhi kreteria penelitian seperti kelengkapan Data berupa: Laporan Keuangan (Neraca dan Laporan Rugi Laba). Teknik Analisis Data Analisis Rasio terdiri dari : a. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. 1) Current ratio Current ratio =
Aktiva Lancar Utang Lancar
2) Quick ratio Quick ratio =
Aktiva Lancar Persediaan Utang Lancar
b. Rasio Solvabilitas Rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajibankewajibannya apabila perusahaan likuidasi 1) Rasio Utang atas Modal Rasio Utang atas Modal =
Total Utang Modal
2) Rasio Utang atas Aktiva Rasio Utang atas Aktiva =
Total Utang Total Aktiva
72 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008 c. Rasio Aktivitas Rasio ini menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian, dan kegiatan lainnya. 1) Perputaran Piutang Penjualan Perputaran Piutang = Rata rata Piutang 2) Perputaran Persediaan Harga Pokok Penjualan Perputaran Persediaan = Rata rata Persediaan 3) Perputaran Aktiva Tetap Penjualan Perputaran Aktiva Tetap = Aktiva Tetap 4) Perputaran Total Aktiva Penjualan Perputaran Total Aktiva = Total Aktiva
d. Rasio Profitabilitas Rasio rentabilitas atau juga disebut profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba disebut juga Operating Ratio. 1) Profit Margin Laba Bersih Profit Margin = Penjualan 2) ROA Laba Bersih ROA = Total Aktiva 3) ROE Laba Bersih ROE = Modal Saham
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berikut ini hasil analisis terhadap laporan keuangan perusahaan mulai tahun 2004-2007. 1) Rasio Likuiditas a) Current Ratio PERHITUNGAN CURRENT RATIO AUTOMOTIVE AND ALLIED PRODUCTS TAHUN 2004-2007 Keterangan PT. Indo Kordsa PT. Gajah Tunggal PT. Indomobil Sukses Internasional PT. Indospring
2004 122,22 270,07 142,50 120,58 177,19
2005 103,01 285,88 231,07 107,11 124,00
2006 78,38 410,33 194,29 95,39 98,43
2007 91,24 497,61 220,85 83,62 107,05
PT. Prima Alloy Steel Universal
143,82
123,10
108,07
105,03
PT. Polychem Indonesia
156,97
424,70
309,72
240,73
PT. United Tractors PT. Selamat Sempurna PT. Tunas Ridean
183,87 183,24 120,59 162,11
156,45 196,13 121,15 187,26
133,40 198,87 114,60 174,15
133,94 170,92 114,69 176,57
PT. Astra International
Rata-rata Industri Sumber: Data diolah 2009
b) Quick Ratio PERHITUNGAN QUICK RATIO AUTOMOTIVE AND ALLIED PRODUCTS TAHUN 2004-2007 Keterangan PT. Astra International PT. Indo Kordsa PT. Gajah Tunggal PT. Indomobil Sukses PT. Indospring PT. Prima Alloy Steel Universal PT. Polychem Indonesia PT. United Tractors PT. Selamat Sempurna PT. Tunas Ridean Rata-rata Industri
2004 100,46 183,34 89,57 88,49 56,70 113,54 92,36 120,31 87,70 97,45 102,99
2005 74,13 161,41 138,98 87,45 48,10 97,60 260,79 96,88 112,19 99,63 117,72
2006 58,45 246,62 109,33 79,64 34,06 88,84 205,22 93,80 109,20 102,91 112,81
2007 69,78 344,84 160,84 70,48 37,42 74,04 144,80 93,56 82,70 103,66 118,21
Sumber: Data diolah 2009
2) Rasio Solvabilitas a) Rasio Utang Atas Modal PERHITUNGAN RASIO UTANG ATAS MODAL AUTOOTIVE AND ALLIED PRODUCTS TAHUN 2004 – 2007 Keterangan PT. Astra International PT. Indo Kordsa PT. Gajah Tunggal PT. Indomobil Sukses internasional PT. Indospring PT. Prima Alloy Steel Universal PT. Polychem Indonesia PT. United Tractors PT. Selamat Sempurna PT. Tunas Ridean Rata-rata Industri
2004 122,61 118,07 276,43 1.859,37 377,32 250,69 209,76 116,94 71,02 237,56 363,98
2005 122,02 86,64 268,46 1.955,62 589,41 333,11 193,91 158,02 61,04 301,58 406,98
2006 140,77 60,84 240,76 2.089,79 612,56 367,82 218,55 143,80 52,90 324,11 425,19
2007 116,87 51,72 254,37 2.703,93 661,10 319,06 226,19 125,87 65,44 290,52 481,51
Sumber: Data diolah 2009
b) Rasio Utang Atas Aktiva PERHITUNGAN RASIO UTANG ATAS AKTIVA AUTOMOTIVE AND ALLIED PRODUCTS TAHUN 2004 – 2007 Keterangan PT. Astra International PT. Indo Kordsa PT. Gajah Tunggal PT. Indomobil Sukses Internasional PT. Indospring PT. Prima Alloy Stell Universal PT. Polychem Indonesia PT. United Tractors PT. Selamat Sempurna PT. Tunas Ridean Rata-rata Industri
Sumber: Data diolah 2009
2004 50,42 49,06 73,44 89,03 78,95 71,48 67,70 53,61 37,44 70,38 64,15
2005 50,78 41,67 72,86 90,36 85,47 76,91 65,91 61,01 34,11 75,10 65,42
2006 54,37 33,18 70,65 90,95 85,94 78,62 68,58 58,74 33,29 76,42 65,07
2007 49,61 29,74 71,02 91,82 86,84 76,14 68,28 55,50 38,02 74,40 64,14
73 d) Perputaran Total Aktiva
3) Ratio Aktivitas a) Perputaran Piutang
PERHITUNGAN PERPUTARAN TOTAL AKTIVA AUTOMOTIVE AND ALLIED PRODUCTS TAHUN 2004 – 2007
PERHITUNGAN PERPUTARAN PIUTANG AUTOMOTIVE AND ALLIED PRODUCTS TAHUN 2004 – 2007 Keterangan PT. Astra International PT. Indo Kordsa PT. Gajah Tunggal PT. Indomobil Sukses Internasional PT. Indospring PT. Prima Alloy Steel Universal
2004 149,65 5,94 10,96 16,83 4,82 1,97
2005 221,46 7,12 7,78 17,84 6,83 2,50
2006 265,80 6,09 8,81 11,56 6,18 2,71
2007 334,86 6,24 10,72 20,20 8,92 2,39
PT. Polychem Indonesia PT. United Tractors PT. Selamat Sempurna PT. Tunas Ridean Rata-rata Industri
10,33 9,12 7,51 8,89 3,98 4,69 4,79 5,79 3,98 4,69 4,79 5,79 3,09 4,32 3,56 4,06 21,16 28,77 32,87 41,03
Sumber: Data diolah 2009
Keterangan PT. Astra International PT. Indo Kordsa PT. Gajah Tunggal PT. Indomobil Sukses Internasional PT. Indospring PT. Prima Alloy Steel Universal PT. Polychem Indonesia PT. United Tractors PT. Selamat Sempurna PT. Tunas Ridean Rata-rata Industri
2004 0,85 0,86 1,07 1,26 0,87 1,24 0,98 1,31 1,12 1,68 1,12
2005 0,97 1,03 0,65 1,05 0,94 1,23 0,89 1,25 1,30 1,72 1,10
2006 0,96 0,99 0,75 0,66 0,80 1,26 0,82 1,22 1,23 1,36 1,00
2007 1,10 0,99 0,79 1,04 0,94 1,21 0,93 1,40 1,28 1,32 1,10
Sumber: Data diolah 2009
b) Perputaran Persediaan PERHITUNGAN PERPUTARAN PERSEDIAAN AUTOMOTIVE AND ALLIED PRODUCTS TAHUN 2004 – 2007 Keterangan PT. Astra International PT. Indo Kordsa PT. Gajah Tunggal PT. Indomobil Sukses Internasional PT. Indospring PT. Prima Alloy Steel Universal
2004 6,03 3,46 6,165 8,83 1,51 5,74
2005 9,01 4,08 4,443 9,31 2,17 7,54
2006 10,88 3,84 5,141 5,83 2,00 8,42
2007 13,47 4,00 5,951 10,47 2,58 7,27
PT. Polychem Indonesia PT. United Tractors PT. Selamat Sempurna PT. Tunas Ridean Rata-rata Industri
6,27 3,96 2,77 1,82 4,65
6,05 5,95 3,31 2,40 5,43
5,63 6,32 3,40 2,52 5,40
5,87 8,32 4,09 3,14 6,51
Sumber: Data diolah 2009
4) Rasio Profitabilitas a) Profit Margin PEHITUNGAN PROFIT MARGIN AUTOMOTIVE AND ALLIED PRODUCTS TAHUN 2004 – 2007 Keterangan PT. Astra International PT. Indo Kordsa PT. Gajah Tunggal PT. Indomobil Sukses Internasional PT. Indospring PT. Prima Alloy Steel Universal PT. Polychem Indonesia PT. United Tractors PT. Selamat Sempurna PT. Tunas Ridean Rata-rata Industri
2004 2005 2006 2007 12,71 9,67 6,66 9,29 2,88 7,02 (1,39) (6,12) 2.21 10,22 12,36 7,85 4,55 5,23
6,77 7,17 0,85 (1,35) 0,67 1,06 7,91 6,98 3,04 4,28
1,21 2,16 0,04 0,56 (0,37) (8,19) 6,78 7,51 0,57 1,69
2,53 1,36 0,03 1,75 0,42 1,50 8,22 7,55 4,30 3,70
Sumber: Data diolah 2009
b) ROA
c) Perputaran Aktiva Tetap PERHITUNGAN PERPUTARAN AKTIVA TETAP AUTOMOTIVE AND ALLIED PRODUCTS TAHUN 2004 – 2007 Keterangan PT. Astra International PT. Indo Kordsa PT. Gajah Tunggal PT. Indomobil Sukses Internasional PT. Indospring
2004 3,73 1,81 2,14 9,76 2,29
2005 4,46 2,38 1,52 8,85 2,90
2006 4,27 2,20 1,72 5.03 1,81
2007 4,97 2,42 2,04 8,65 2,61
PT. Prima Alloy Steel Universal PT. Polychem Indonesia PT. United Tractors PT. Selamat Sempurna PT. Tunas Ridean Rata-rata Industri
4,90 1,55 3,76 3,00 9,15 4,21
5,48 1,46 3,08 3,50 9,70 4,33
6,17 1,27 2,64 3,40 7,63 3,61
4,97 1,58 3,29 3,34 6,98 4,08
Sumber: Data diolah 2009
PEHITUNGAN RETURN ON ASSET AUTOMOTIVE AND ALLIED PRODUCTS TAHUN 2004 – 2007 Keterangan PT. Astra International PT. Indo Kordsa PT. Gajah Tunggal PT. Indomobil Sukses Internasional PT. Indospring PT. Prima Alloy Steel Universal PT. Polychem Indonesia PT. United Tractors PT. Selamat Sempurna PT. Tunas Ridean Rata-rata Industri Sumber: Data diolah 2009
2004 10,82 2,48 7,54 (1,75) (5,32) 2,74 10,07 16,24 8,81 7,63 5,93
2005 9,39 6,99 4,64 0,90 (1,27) 0,82 0,95 9,88 9,07 5,24 4,66
2006 6,41 1,20 1,63 0,03 0,44 (0,47) (6,70) 8,27 9,23 0,78 2,08
2007 10,26 2,52 1,06 0,03 1,65 0,51 1,39 11,48 9,68 5,67 4,43
74 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008 c) ROE PEHITUNGAN RETURN ON EQUITY AUTOMOTIVE AND ALLIED PRODUCTS TAHUN 2004 – 2007 Keterangan 2004 2005 2006 PT. Astra International 26,31 22,56 16,59 PT. Indo Kordsa 5,97 14,54 2,20 PT. Gajah Tunggal 28,38 17,09 5,55 PT. Indomobil Sukses Internasional (36,64) 19,41 0,65 PT. Indospring (25,42) (8,75) 3,15 PT. Prima Alloy Steel Universal 9,59 3,55 (2,18) PT. Polychem Indonesia 31,20 2,78 (21,34) PT. United Tractors 35,43 25,59 20,25 PT. Selamat Sempurna 16,72 16,23 14,67 PT. Tunas Ridean 25,74 21,05 3,30 Rata-rata Industri 11,73 13,41 4,28
2007 24,18 4,38 3,81 0,83 12,56 2,14 4,62 26,04 16,66 22,17 11,74
Sumber: Data diolah 2009
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dengan menggunakan pendekatan analisis rasio telah menunjukkan bahwa tingkat kinerja keuangan perusahaan Automotive and Allied Products mengalami fluktuasi. Dari kesepuluh perusahaan Automotive and Allied Products yang memiliki nilai likuiditas baik ada 5 (lima) perusahaan, antara lain: PT. Indo Kordsa, Tbk, PT. Polychem Indonesia, Tbk, PT. Gajah Tunggal, Tbk, PT. Selamat Sempurna, Tbk dan PT. United Tractors, Tbk. Rasio likuiditas kelima perusahaan tersebut nilai rasionya diatas nilai rata-rata industri yaitu Current Ratio ?187,26% dan Quick Ratio ?118,21%. Hal ini telah menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh tempo sudah baik. Dari hasil rasio solvabilitas, terdapat 4 (empat) perusahaan yang nilai rasionya baik antara lain, PT. Astra Internasional, Tbk, PT. Indo Kordsa, Tbk, PT. United Tractors, Tbk dan PT. Selamat Sempurna, Tbk. Rasio solvabilitas keempat perusahaan rendah yaitu untuk Debt to Equity ?150% dan Debt to Asset ?50%, hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya baik, karena posisi modal lebih besar dari utang. Hal ini menunjukkan porsi utang lebih sedikit dari modal milik perusahaan sendiri, kalau rasio nya tinggi berarti operasional perusahaan banyak menggunakan utang, dengan banyaknya utang perusahaan akan kesulitan mendapatkan dana lain. Dari hasil rasio akivitas tertinggi terdapat pada lima perusahaan yaitu, PT.
Astra International, Tbk, PT. Indomobil Sukses Intrnasional, Tbk, PT. Prima Alloy Steel Universal, Tbk, PT. United Tractors, Tbk dan PT. Tunas Ridean, Tbk dengan nilai untuk perputaran piutang ?7,50 kali, perputaran persediaan = 5,40 kali, perputaran aktiva tetap = 4,33 kali dan perputaran total aktiva = 1,12 kali. Hal ini sudah menunjukkan bahwa aktivitas pemanfaatan aktiva perusahaan telah berjalan secara efisien dan efektif dalam menghasilkan penjualan Rasio Profitabilitas. Dari hasil rasio profitabilitas tertinggi terdapat pada lima perusahaan yaitu, PT. United Tractors, Tbk, PT. Astra Internasional, Tbk, PT. Selamat Sempurna, Tbk, PT. Tunas Ridean, Tbk dan PT. Gajah Tunggal, Tbk dengan nilai untuk profit margin ?5,23%, ROA = 5,75% dan ROE = 13,40%. Hal ini telah menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan sudah baik dan perusahaan mampu menghasilkan laba dengan maksimal dengan memaksimalkan total aktiva dan modal dalam menghasilkan laba tambahan. Saran Sebaiknya perusahaan Automotive and Allied Products yang kinerjanya dibawah rata-rata industri, diharapkan pihak manajemen badan usaha agar dapat meningkatkan efisiensi biaya melalui pengelolaan secara optimal sarana produksi sehingga dapat meningkatkan profitabilitas badan usaha, untuk itu perusahaan harus meningkatkan penjualannya dan menekan biaya serta memperkecil penggunaan modal kerja. Dengan meningkatnya profitabilitas akan meningkatkan likuiditas, karena tidak terdapat persediaan yang terlalu banyak. Dengan meningkatnya likuiditas akan mendukung dalam pembiayaan proses produksi.
75
DAFTAR PUSTAKA Brigham dan Houston. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Jakarta : Salemba Empat. Dwi Prastowo, (2002), Analisis Laporan Keuangan, UPP AMP YKPN, Yogyakarta. Hanafi, Mamduh, (2003), Analisis Laporan Keuangan, UPP AMP YKPN, Yogyakarta. Harahap, Sofyan, (1998), Analisis Kritis Atas Analisis Laporan Keuangan, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Helfert, Erich, (1996), Teknik Analisa Keuangan: Petunjuk Praktis untuk Mengukur dan Mengelola Kinerja Perusahaan, Edisi Delapan, Erlangga, Jakarta. Ikatan Akuntansi Indonesia. 1999. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta : Salemba Empat. Marzuki. 2005. Metodologi Riset : Panduan Penelitian Bidang Bisnis dan Sosial. Yogyakarta : Ekonisia. Munawir, S, (2000), Analisis Laporan Keuangan, Edisi 4, Liberty, Yogyakarta. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Research and Desain. Bandung : Alfabeta. Syamsuddin, Lukman, (2000), Manajemen Keuangan Perusahaan, Edisi Baru, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Umar, Husein. 1997. Riset Akuntansi. Jakarta : Gramedia.