JURNAL PERAN KEPEMIMPINAN CAMAT DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN KERJA PEGAWAI (STUDI KASUS DIKANTOR KECAMATAN AMURANG BARAT)
Oleh :
Jimmy Langkay 100813060 ABSTRAKSI Dizaman era globalisasi baru ini pemimpin kini ditantang untuk semakin memantapkan visi dan misi nyata dan kepekaan nilai bagi organisasi yang hendak dipimpinnya. Mereka ditantang untuk mampu bekomunikasi dan memotivasi tim kerja atau para pegawai untuk meningkatkan disiplin kerja secara lebih efektif. Tetapi tetap saja apa yang diharapkan yang baik bagi suatu organisasi pemerintah terkadang terdapat yang tidak diinginkan seperti beberapa indikasi masalah diantarnya adalah ketidakberadaan pegawai dikantor sehingga minimya para pegawai dikantor kecamatan, sering terlambat datang ke kantor dan pulang lebih awal sebelum jam pulang kantor yang tidak sesuai aturan. Itulah penulis yang temukan dilapangan. Maka aturan yang berhubungan dengan masalah diatas tersebut adalah Undang-undang Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin kerja pegawai dan PP Nomor 19 Tahun 2008 yang mengatur tentang Kecamatan yang perpatokan pada Undang-undang 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah. Oleh sebab itu disinilah alasan mengapa penulis mengkaji jauh lebih dalam tentang peran kepemimpinan camat dalam meningkatkan disiplin kerja pegawai dikantor kecamatan Amurang Barat di kabupaten Minahasa Selatan karena keberhasilan suatu organisasi pemerintahan dalam hal ini pemerintahan dalam mencapai sesuatu tujuan ditentukan oleh suatu kerja sama yang efisien dan profesionalitas camat dalam memotivasi pegawai di kantor agar dimana tercipta suasana kerja dengan disiplin kerja yang baik dari para pegawainya. Bagi aparatur pemerintahan disiplin tersebut mencakup unsur-unsur ketaatan, kesetiaan, kesungguhan dalam menjalankan tugas dan kesanggupan berkorban, dalam arti mengorbankan kepentingan pribadi dan golongannya untuk kepentingan negara dan masyarakat demi Perjuangan Indonesia.
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dengan berlakunya Undangan-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan amandemen Undang-undang Pemerintahan Daerah Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 dimana menyatakan bahwa titik berat otonomi daerah diletakan pada Daerah Kabupaten/Kota. Otonomi Daerah yang dimaksudkan disini adalah Otonomi yang Nyata dalam arti bahwa pemberian otonomi kepada daerah haruslah didasarkan pada faktor-faktor, perhitunganperhitungan, tindakan-tindakan dan kebijakan-kebijakan benar-benar dapat menjamin daerah yang bersangkutan secara nyata mampu mengurus rumah tangga sendiri. Di era globalisasi seperti sekarang ini, kita yang berada di dalam suasana nyaman (confort zone) harus bekerja keras. Pada situasi yang mendesak sekarang, dibutuhkan pembenahan di bidang hukum, agar kita sampai menjadi Negara yang makmur secara berkeadilan. Tetapi sesuai dengan observasi sementara yang saya lakukan di kantor, dimana peran kepemimpinan camat ini dalam cara untuk menciptakan suasana kerja yang baik kurang nampak. Maka pemimpin harus memiliki kekuatan untuk menemukan dan mendidik bawahanya sehingga ada motivasi kerja para pegawai dalam pekerjaannya dengan terciptanya budya kerja yang baik atau kedisiplinan kerja yang membawah pemerintahan yang unggul.(Jeck Welch 1999: 30).
2
Seperti apa yang di maksud diatas maka timbulnya indikasi-indikasi dari masalahmasalah seperti diantaranya yang berada di kantor camat Amurang Barat tersebut ialah: 1. Ketidak beradaanya pegawai ditempat tugas atau minimnya kehadiran pegawai sehingga sedikitnya jumlah pegawai di kantor 2. Adanya pegawai yang datang yang terlmabat ke kantor dan pulang lebih awal sebelum jam pulang kantor 3. Minimnya sarana dan prasarana yang mendukung untuk proses pelayanan, seperti kantor dan fasilitas lain termasuk perlengkapan kantor juga perumahan pegawai. Sehingga perlu dilakukan sebuah penerapan teknik peran pemimpin yang membawah pemerintahan yang baik ( good governance) kepada pemerintahan unggul ( great governance) dengan beberapa hal seperti:
Seorang pemimpin semestinya tahu persis agenda reformasi apa yang harus dilakukan
Untuk mencapai agenda reformasi, pemimpin tersebut harus tahu dengan siapa ia bekerja
Sang pemimpin harus tahu ke mana tujuan akhir reformasi, yakni tak kata lain adalah untuk menuju kehidupan yang lebih demokratis, sehingga kemakmuran yang berkeadilan dapat terwujud
Sang pemimpin harus tahu bagaimana menetapkan strategi ( road map) untuk sampai ke tujuan akhir tersebut. Berdasarkan latar belakang Penelitian masalah yang telah diuraikan peneliti diatas,
serta batapa pentingnya peran kepemimpinan camat dalam membentuk perilaku kerja maka peneliti tertarik untuk meneliti dan mengkaji penelitian ini dengan judul “ Peran Kepemimpinan Camat Dalam Meningkatan Disipilin Kerja DiKantor Kecamatan Amurang Barat Kabupaten Minahasa Selatan” 3
B. Tujuan Penelitian a) Untuk mengetahui peran kepemimpinan Camat Amurang Barat dalam meningkatkan disiplin kerja aparatkecamatan Amurang Barat. b) Untuk dapat
mengetahui tingkat disiplin kerja pegawai pemerintah di kantor
Kecaamatan Amurang Barat. c) Manfaat Penelitian a) Manfaat Akedemik Manfaat penelitian ini dari aspek akedemik/keilmuan adalah bahwa penelitian ini diharapkan dapat menjadi media untuk mengasplikasikan berbagai konsep yang dipelajari selama di bangku kulia sehingga selain berguna dalam pengembngan ilmu khususnya ilmu sosial, dimana konsep dan
pendekatan baru dari hasil penelitian ini dapat
memperkaya khasanah ilmu pemerintahan. b) Manfaat Praktik Manfaaat praktis dari hasil penelitian ini adalah diharapkan dapat menjadi salah satu faktor masukan atau sumbangan pemikiran dan saran-saran bagi pemimpin guna menjalankan kepemimpinan dalam rangka penataan organisasi kedepan. Khususnya kepada Pemerintah Kecamatan Amurang Barat kiranya hasil penelitian ini juga menjadi umpan balik guna mengetahui tingkat keberhasilan organisasi dan hal-hal yang perlu di benahi oleh kepala kecematan Amurang Barat guna meningkatkan disiplin kerja pegawai dikantor sehingga budaya kerja tersebut dimasa yang akan mendatang menjadi lebih efektif dan tepat.
4
BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kepemimpinan Camat dan Motivasi Kerja Pegawai Dalam bagian ini penyusun membuat analisa berdasarkan temuan-temuan yang terungkap dari daftar pertanyaan yang secara langsung diberikan kepada para karyawan atau pegawai yang berada di kantor kecamatan Amurang Barat. Bagaimana peran kepemimpinan camat Amurang Barat dalam meningkatkan motivasi kerja para pegawainya merupakan pertanyaan yang hendak dijawab dalam bab ini. Arahan camat Amurang Barat dalam persepsi pegawainya. Hampir semua informan menyatakan berhasil, atau menilai baik kualitas arahan camat sebagai pemimpin terhadap mereka. Tidak satupun informan menilai kualitas yang kurang baik atas arahan camat kepada pegawai. Ini bisa diartikan pada prinsipnya camat mampu melaksanakan fungsi arahan dengan maksimal. Sehingga diharapkan hasilnya pada organisasi juga maksimal. Arahan yang baik, baik dari sisi kualitas dan cara penyampaian
akan dapat diterima
dan
mendapat renspon seimbang para pegawai. Arahan merupakan implementasi dari adanya visi yaitu kemampuan memandang ke arah depan, hendak kemana organisasi dan orang-orang di dalam organisasi dibawah, serta tujuan yang hendak dicapai, dan ini merupakan salah satu prinsip utama bagi pemimpin organisasi swasta dan pemerintahan.
5
B. Bimbingan Camat pada Pegawai Sebanyak lima orang atau 23 persen menilai bimbingan camat dengan penilaian sangat baik. Sedangkan pegawai yang lain 17 orang menilai bimbingan camat dengan predikat baik 77 persen. Bahkan tidak satupun pegawai yang ada dikantor tersebut menilai bimbingan camat dengan penilaian cukup baik atau memberikan penilaian negatif tidak baik. Ini semestinya akan membawah konsekwensi positif pada arah yang akan dicapai, yang diharapkan akan mampu diraih dengan lebih maksimal. Pimpinan merupakan seorang guru dan ayah. Dan peran memberi bimbingan merupakan tugas dan peran yang melekat pada mereka. Pimpinan membimbing diri sendiri dan orang lain. Bila seorang pimpinan memberikan bimbingan kepada seseorang maka hanya ada satu tujuan, yaitu menolong dan membimbing rang tersebut. Pimpinan akan mencoba menelaah masalah dari sudut pandangnya. Dia juga berusaha mendapatkan pandangan orang lain terhadap masalah. Setelah mendaptkan gambaran pimpinan akan mendorng dirinya untuk menganalisa masalah dan menyarankan penyelesaian. Pimpinan juga sering minta bimbingan. Dia juga harus menghadap pimpinannya untuk minta pengarahan dan nasehat,. Selain itu juga dari para bawahannya. Pimpinan yang baik sangat paha bahwa banyak hal dimiliki bawahan termasuk diantaranya adalah kebijaksanaan, pemahaman dan pengalaman yang luas atas masalah-masalah praktis. C. Peran kepemimpinan Camat dalam memberikan Motivasi Kerja Pegawai
Serta dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya Camat berperan dalam memberikan motivasi kerja pegawai kecamatan. Peran kepemimpinan Camat dalam meningkatkan motivasi kerja pegawai dapat dilihat dengan :
6
1.
Aktifitas Camat dalam memberikan arahan dan bimbingan kepada pegawai kecamatan.
2.
Pemberian petunjuk keterangan perintah dan teguran serta pujian terhadap pegawai kecamatan.
3.
Pemberian bimbingan, pengarahan serta teladan kepada pegawai kecamatan.
4.
Penyediaan fasilitas dan alat-alat kerja bagi pegawai dalam menjalankan tugas.
5.
Pemberian penghargaan atas pelaksanaan tugas dan hasil kerja yang baik kepada pegawai kecamatan.
6.
Pemberian layanan pengobatan bagi pegawai yang sakit dan cuti kepada pegawai kecamatan.
7.
Terciptanya komunikasi yang lebih baik antara camat dan bawahan (pegawai).
8.
Terciptanya rasa aman bagi para pegawai dalam menjalankan tugas.
9.
Pemberian kesempatan promosi bagi para pegawai kecamatan.
10.
Terciptanya disiplin kerja yang lebih efektif dan tepat dalam menjalankan tugas dan pekerjaan. Bimbingan terkait dengan dorongan, yang merupakan inti dari motivasi untuk
mendapatkan dorongan, pimpinan selalu mencari hal-hal yang baik dari apa yang dikerjakan,. Dia sungguh-sungguh mendorong bawannya untuk melakukan apa yang baik dari bawahan itu sendiri sekaligus baik organisasi. Pimpinan akan bersungguh-sungguh mendorong dan ikut serta dengan mereka, karena dia tahu itulah cara terbaik untuk memberi mereka motivasi.
7
Disiplin Kehadiran Kerja Tepat Waktu Tabel XII Ferekuensi pegawai datang terlambat ke kantor No
Alternatif Jawaban
Informan
Presentasi
1
Sangat Sering
6
27%
2
Sering
9
40%
3
Kadang-Kadang
7
33%
4
Tidak Pernah
0
0
Total
22
100%
Sumber: daftar pertanyaan nomor 12 Tabel XII memberikan gambaran kehadiran tepat atau tidak tepat waktu para pegawai. Dengan 27 persen pegawai mengaku sangat sering telambat. Sedangkan 40 persen dengan 9 informan mengaku sering terlambat. Dan yang lain dengan 33 persen mengaku kadang-kadang datang ke kantor dengan terlambat. Dapat dikatakan masih cukup tinggi tingkat kedatangan para pegawai ke kantor dengan terlambat. Sebab tidak satupun yang mengaku selalu datang tepat waktu untuk melaksanakan tugas dan pekerjaan. Maka inilah alasan salah satu masalah yang bisa muncul dalam organisasi adalah kedisiplinan para anggotanya untuk menaati peraturan yang telah disepakati. Disiplin menunjukan kemauan untuk mengelola diri sendiri. Disiplin akan memudahkan pencapaian tujuan organisasi. Masalah kedisiplinan adalah merupakan masalah standar dan terkait dengan sistem. Setiap orang bekerja di dalam sistem dan standar tertentu. Tidak mungkin 8
seseorang bekerja tanpa standar. Yang menjadi masalah adalah manakalah di dalam organisasi standar tersebut tidak pasti, dan bahkan tidak pernah ditetapkan. Standar perlu ditetapkan, diterima dan dimengerti karyawan. Pimpina juga seharusnya menetapkan cara pengontrolan untuk meyakinkan bahwa standar itu masih dilaksanakan. Tidak ada hal yang paling meruak kredibilitas pimpinan selain jika ia menetapkan sebuah standar tanpa ia sendiri berusaha menjalankannya dengan baik. Pimpinan yang memiliki disiplin efektif pada organisasinya atau timnya tidak perlu berusaha payah mendisiplinkan orang lain. Bila tanpa disilin standar dan aturan akan rusak. Pimpina seharusnya memiliki yang baik dan menerapkan pada dirinya dan mendorong timnya untuk menunjukan disiplin tersebut. Dia tidak segan untuk dari waktu ke waktu secara berkalah menunjau disiplin di organisasinya, dan mengamati sejauh mana karyawan menerima dan menerapkannya. Tanpa disiplin karyawan bisa tiba di tempat kerja dengan terlambat, memprpanjang waktu istirahat dan makan siang mereka, pulang lebih awal, menggunakan fasilitas organisasi untuk kepentingan pribadi, sehingga memperbesar jumlah pengeluaran. Tanpa disiplin pelayanan pada masyarakat pun bisa tidak maksimal bahkan terabaikan.
9
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan a.) Kepemimpinan adalah suatu keseluruhan aktifitas atau tindakan untuk mempengaruhi kegiatan seseorang atau sekelompok orang dalam usaha bersama guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. b.) Kecematan menurut PP Nomor 19 Tahun 2008
adalah segala aktifitas yang
dilakukan seorang Camat sebagai Kepala Wilayah Kecamatan untuk membina, membimbing, mengawasi dan mengembangkan pelaksanaan pemerintahan dalam rangka meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan kecamatan. c.) Motivasi kerja adalah sesuatu memungkinkan dorongan atau semangat kerja pegawai baik berupa pemenuhan kebutuhan, keinginan, harapan-harapan, rangsanganrangsangan dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tingkat kemampuannya. d.) Peran kepemimpinan Camat dalam meningkatkan motivasi kerja adalah segala aktifitas yang dilakukan seorang Camat dalam mendorong motivasi kerja pegawai untuk melakukan tugas pekerjaannya sesuai dengan tujuan dan peraturan dalam rangka meningkatkan penyelenggaraan pemerintah kecamatan. e.) Disiplin Pegawai menurut PP Nomor 53 Tahun 2010 Dan Para Ahli 1. Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah kesanggupan Pegawai Negeri Sipil untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan dan/atau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin.( PP Nomor 53 Tahun 2010)
10
2. Disiplin merupakan suatu kekuatan yang selalu berkembang di tubuh para pekerja yang membuat merekadapat mematuhi keputusan dan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan. (I.S. Levine 1990:71) B. SARAN 1. Camat Amurang Barat bersabar dan mempertahankan sikap didalam memberikan dan masukan kepada pegawai agar berjalan lancer dan muda dimengerti oleh pegawai. Dan seharusnya bimbingan dan arahan harus dilakukan selalu dengan rutin. Dan dibuatkan aturan yang tertulis agar aparat lebih disiplin dalam meningkatkan pekerjaan dalam tugasnya sebagai pelayan masyarakat. Dan diharapkan kepada camat Amurang Barat ketika dalam memberikan teguran baik lisan da tulisan harus dengan tegas. Agar tidak pilih kasih harus netral dan adil didalam memberikan perintah. 2. Harus diadakan lagi pelatihan dan latihan bagi pegawai yang belum bias atau masih kurang terutama dalam bidang administrasi. 3. Pembinaan diharapkan lebih ditingkatkan lagi dengan menfokuskan pada masingmasing bidang pegawai atau menurut skill atau kemampuannya. Agar lebih perdalam lagi disiplin kerjanya.
11
DAFTAR PUSTAKA
Arikannto dan Soemitro (1998). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Cooley dan Ordwey. Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia. Penerbit PT Refika Aditama:Bandung. 2009.
Nitisemito, 1984 Manejemen personalia, Ghalia indonesia, Jakarta
Irman. Tanri Abeng, Managing The Nation With Tanri Abeng. PT. Elex Median Kompotindo. Kelompok Gramedia-Jakarta, 2012.
Saydam Gauzali. 1996, kamus istilah kepegawaian, Penerbit:Pustaka sinar harapan : Jakarta
Meleong. (2006). Penelitian Kualitatif: Dasar-Dasar dan Aplikasinya Malang: YA3.
Livine. Teknik Memimpin Pegawai dan Pekerja. Terjemahan oleh iral Soedjono, Cemerlang, Jakarta, 1980.
J. Rafianto. Produktivitas dan Manusia Indonesia, Seri Produktif III. Lembaga Sarana Informasi Usaha dan Produktifitas. Jakarta. 1985.
Handoko. Manajemen Personalia & Sumberdaya Manusia (Edisi 2). 2008, BPFE Yogyakarta
Jack. Bisiness The Jack Welch Way, New York, 1999.
Milles dan Huberman.(1982). Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama
Maslow, Abraham. Motivation Personality, Harper, New York, 1959.
Pamudji, S. Kepemimpinan Pemerintahan di Indonesia, Penerbit PT. Bina Aksara, Jakarta. 12
Sondang P. Siagian, Teori dan Prektek Kepemimpinan. Bina Aksara Jakarta. 1998.
Sunindhia dan Ninik Wijayanti. Manejemen dan Kepemimpinan, Penerbit PT. Bina Aksara, Jakarta1988.
Thoha, 2007, Kepemimpinan dalam Manajemen.Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Wahjosumidjo. Kepemimpinan dalam Manejemen, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta, 1984.
Widjaya. Kepemimpinan Pancasila, Penerbit PT. Armico, Bandung, 1985.
Winardi. Kepemimpinan dalam Manejemen, Penerbi PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2000.
Sumber-Sumber Lain:
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah
PP No. 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan
Disiplin Pegawai Negeri Sipil Menurut PP Nomor 53 Tahun 2010
www. Google.com
13