Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 55 Tahun 2013,
ISSN: 1410-0770 53
PEMANFAATAN LIMBAH DRUM CAT MENJADI DEKOMPOSTER SISTEM KIPAS SEBAGAI TEKNOLOGI UNTUK MENGOLAH LIMBAH PERTANIAN 1 Elis Kartika, Made Deviani Duaja, Lizawati, Gusniwati and Arzita2 ABSTRAK Tujuan dari penyuluhan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan petani dalam memanfaatkan limbah untuk mengolah limbah. Teknologi yang akan diterapkan adalah pemanfaatkan ember bekas cat yang dioloh menjadi dekomposer sistem kipas untuk mengolah limbah pertanian dan limbah rumah tangga. Kegiatan dilakukan terhadap kelompok ibu PKK per dusun, dengan target 30 KK setiap dusun. Setiap KK akan membuat satu dekomposter sistem kipas. Dalam satu bulan setiap KK menghasilkan 20 kg kompos. Kata kunci: Pemanfaatan limbah dan teknologi mengolah limbah pertanian.
PENDAHULUAN Latar Belakang Masyarakat di Desa Rantau Karya adalah masyarakat majemuk, terdiri dari berbagai suku Jawa, Jambi dan Batak. Hal ini merupakan suatu dinamika dalam masyarakat untuk dapat lebih maju lagi. Mata pencarian penduduk sebagian besar adalah petani. Namun hanya beberapa orang saja yang mempunyai lahan di atas 2 ha, sebagian besar hanya memiliki lahan pembagian eks-transmigrasi sehingga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya harus menjadi buruh tani di perkebunan kelapa sawit atau penyadap pohon karet. Sebagian besar warga tidak mampu adalah buruh tani, pada pagi sampai siang hari bekerja sebagai buruh tani di perkebunan karet atau kelapa sawit dan selanjutnya mengolah lahan sayuran. Desa Rantau Karya terdiri dari 10 RT, dengan jumlah KK per RT 15 sampai 20 KK. Setiap 5 RT disebut Dusun. Di Desa Rantau Karya terdapat dua Dusun yaitu Dusun Sukarejo dan Dusun Karangharjo. Masyarakat yang akan menjadi sasaran kegiatan I b M (Mitra IbM) adalah warga masyarakat yang tergabung dalam suatu Kelompok PKK, yang merupakan kumpulan Ibu-ibu per dusun, satu Dusun terdiri dari 5 RT, jadi setiap Kelompok PKK adalah wakil ibu-ibu dari 5 RT. Mitra Ib M ada 2 yaitu Ibu Kelompok PKK Dusun Sukarejo dan Ibu Kelompok PKK Dusun Karangharjo. Kelompok PKK di Dusun Sukarejo yang akan menjadi sasaran kegiatan ini adalah Ibuibu yang tergabung dari 5 RT. Kelompok ini berdiri pada Tahun 1991, dengan jumlah anggota 59 orang. Rata-rata pendidikan anggota Kelompok PKK adalah SMP kebawah. Pada umumnya ibu-ibu ini tidak bekerja (80 persen), sisanya ada yang guru PAUD dan dagang. Kelompok PKK di Dusun Sukarejo dibagi kedalam 5 Dasa wisma, pembagian per dasa wisma didasarkan pada RT. Jadi jumlah anggota per dasa wisma tidak sama, antara 10 sampai 17 orang. Setiap rumah pada umumnya mempunyai halaman yang luas, dan banyak diantaranya bersatu dengan lahan sawit atau lahan karet. Lahan pekarangan sudah dimanfaatkan untuk warung hidup, hasilnya untuk keperluan sendiri dan dijual, namun belum optimal dalam 1 2
Dibiayai Dana Ditjen Dikti Tahun Anggaran 2012 Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 55 Tahun 2013,
ISSN: 1410-0770 53
pemanfaatan lahan. Keadaan ini disebabkan pendidikan ibu-ibu yang rendah sehingga kemampuan untuk mengembangkan diri dan membantu pendapatan keluarga juga sangat rendah, keadaan ini berhubungan erat dengan kondisi ekonomi yang lemah. Untuk membantu ekonomi keluarga, para ibu di Desa ini memanfaatkan pekarangan dengan warung hidup dan TOGA. Dalam pemanfaatan pekarangan biasanya ditanam dengan tanaman sayuran secara tumpangsari dan tumpang gilir antara kacang panjang, kangkung, bayam, caisin, cabe merah, cabe rawit, tomat dan umbi-umbian seperti ubi jalar, ubi kayu, juga terdapat tanaman obat-obatan. Semua ditanam secara bercampur (polikultur). Pengolahan tanah hanya dilakukan pada awal penanaman dan dilakukan dengan sangat insentif, input pemupukan anorganik yang tinggi yaitu pupuk lengkap (Urea, SP-36, KCl dan pupuk kandang sapi). Pemupukan yang dilakukan secara terus-menerus dengan pupuk anorganik yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan struktur tanah dan menurunkan produktivitas lahan. Hal ini tampak dari hasil sayuran yang ditanam di pekarangan yang sangat rendah, dan hanya dapat dijual di warung atau pada pasar-pasar mingguan yaitu pasar yang hanya ada satu kali dalam sepekan. Rendahnya hasil ini disebabkan karena pemupukan tidak optimal, pada waktu tertentu ketika harga pupuk mahal dan langka di pasaran tanaman tidak di pupuk. Pemanfaatan limbah pertanian dari pekarangan, rumah tangga ataupun dari kebun sayuran untuk dijadikan kompos ataupun pupuk organik belum dilakukan, hal ini disebabkan karena terbatasnya informasi, penyuluhan dan pengetahuan para ibu (juga tidak ada informasi dari Kepala Keluarga). Untuk meningkatkan hasil sayuran (warung hidup) dari pekarangan dengan tetap memperhatikan kondisi ibu Kelompok PKK yang berpenghasilan sangat rendah, maka perlu dicari alternatif budidaya yang berbasis organik, dalam budidaya tersebut tidak menggunakan input yang berbahan kimia, artinya tidak perlu membeli pupuk anorganik, sehingga pengeluaran untuk membeli pupuk dapat dikurangi. Dengan semakin meningkatnya harga pupuk (pupuk Urea, TSP dan KCl, di lokasi mitra sekitar lima belas ribu rupiah per Kg), dan semakin langka ketersediaan pupuk tersebut di pasaran, diperlukan suatu alternatif untuk mengurangi pengeluaran dalam membeli pupuk dan ketergantungan penggunaan bahan-bahan kimia (pupuk anorganik) pada budidaya sayuran di pekarangan yaitu dengan membuat pupuk sendiri dari limbah pertanian, daun-daunan maupun sampah rumah tangga dengan menggunakan teknologi pengolah sampah dekomposter sistem kipas untuk mengolah limbah pertanian tersebut menjadi pupuk padat (kompos). Berdasarkan kenyataan tersebut maka perlu dilakukan penyuluhan, bimbingan dan pendampingan, cara menggunakan teknologi dekomposter sistem kipas untuk mengolah limbah pertanian, sampah rumah tangga dan pekarangan menjadi kompos.
Tujuan dan Manfaat Kegiatan Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu PKK melalui penyuluhan dan demonstrasi tentang teknologi dekomposter sistem kipas dalam mengolah sampah.
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 55 Tahun 2013,
ISSN: 1410-0770 53
Manfaat Kegiatan Manfaat kegiatan yang diharapkan setelah selesai penyuluhan dan demonstrasi adalah: 1. Dari sisi IPTEKS adalah meningkatnya pengetahuan dan keterampilan ibu PKK tentang teknologi dekomposter dalam mengolah sampah menjadi kompos; 2. Keuntungannya dibandingkan dengan yang lain adalah bahannya murah, dan ada disekitar rumah atau desa dan merupakan limbah bangunan; 3. Dari sisi ekonomi adalah: ► mengurangi pengeluaran untuk membeli pupuk yang akan digunakan untuk memupuk TOGA dan warung hidup ► dengan mengolah sampah rumah tangga dan limbah pertanian berarti lingkungan menjadi bersih ► masyarakat desa pada umumnya adalah juga buruh bangunan sehingga sudah mengetahui tentang alat ini, sehingga pelatihan ini adalah dengan memanfaatkan alat yang ada, tidak perlu mengeluarkan biaya ► mengurangi waktu dan biaya untuk membeli pupuk dan pestisida kerana digunakan Trichoderma sp.
Khalayak Sasaran Sasaran dalam kegiatan ini adalah: (1) Masyarakat Desa Rantau Karya khususnya ibu PKK( setiap Dusun minimal 30 orang; (2) Kepala Desa dan Penyuluh Pertanian Lapangan, di Kecamatan Geragai, untuk menyebarkan informasi dan senantiasa dapat mendampingi dan membimbing warga dalam melaksanakan teknologi yang telah didemonstrasikan.
METODE PENERAPAN IPTEKS Metode yang digunakan adalah pendidikan kepada masyarakat melalui: (1) Mengadakan ceramah: tentang teknologi tepat guna dalam mengolah sampah menggunakan dekomposter; (2) Menjelaskan bagaimana cara membuat alat tersebut dan cara membuat Trichoderma sp; (3) Sebagai bakteri pengurai sekaligus biopestisida; (4) Manfaat teknologi dekomposter ini dalam pengolahan sampah; (5) Mengadakan diskusi dan tanya jawab tentang dekomposter, cara mempersiapkan alat dan bahan, dan cara pembersihan alat dan bahan (dari materi ceramah dan demonstrasi) yang telah diberikan.
Keterkaitan Kegiatan ini ikut mendukung dalam merealisasikan RPJM Kabupaten Tanjung Jabung Timur, untuk peningkatan kesehatan masyarakat melalui sanitasi yang bersih dan merealisasikan Program Kawasan Rumah Pangan Lestari ( KRPL).
Rencangan Evaluasi Evaluasi dilakukan sejak awal kegiatan, kriteria evaluasi adalah jumlah kehadiran dan persentase keaktifan ibu PKK pada waktu ceramah, diskusi, demonstrasi aplikasi teknologi aplikasi dekomposter. Tolak ukur dari keberhasilan penerapan IPTEKS adalah lima puluh persen dari jumlah peserta hadir dan mau aktif dari awal kegiatan yaitu dari ceramah sampai demonstrasi dan tetap melakukan pada evaluasi satu bulan kemudian.
HASIL DAN PEMBAHASAN Respon Kelompok Sasaran terhadap Pelaksanaan Kegiatan Masyarakat di Desa Rantau Karya khususnya ibu PKK, Kecamatan Geragai Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi sangat menyambut positif program pelatihan teknologi dekomposter sistem kipas ini karena bahannya mudah diperoleh dan mudah melakukan teknologi pengolahan sampah. Selama ini seluruh masyarkat di kedua Kelompok PKK, harus
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 55 Tahun 2013,
ISSN: 1410-0770 53
membeli pupuk untuk tanaman mereka, sampah juga hanya dibakar dan ada yang terbuang begitu saja disekitar rumah. Berdasarkan keadaan tersebut maka proses pengolahan limbah pertanian dengan menggunakan teknologi sederhana dari barang bekas sangat diperlukan. Penyuluhan dengan menggunakan dan memanfaatkan barang bekas/limbah bangunan merupakan solusi yang tepat. Berdasarkan indikator keberhasilan yang tertera pada Tabel 1 terlihat bahwa kegiatan pelatihan teknologi dekomposter sistem kipas dengan memanfaatkan limbah bangunan ini sudah berhasil dengan baik. Tabel. 1. Tabel indikator keberhasilan No. Kegiatan 1. Penyuluhan di Kantor Desa 2. Penyuluhan di rumah mitra kelompok ibu PKK 3. Demonstrasi penerapan ipteks 4. Ikut mempersiapkan bahan dan alat 5. Pemeliharaan 6. Keberlanjutan
Kehadiran (%) 100 100
Keaktifan (%) 90 100
100
100
Berhasil
V
V
berhasil
V
berhasil
V Tetap digunakan
Penilaian Berhasil Berhasil
Daya Terima Masyarakat terhadap Inovasi Baru Dalam menerima inovasi baru, ibu PKK Desa Rantau Karya sudah dapat menerapkan teknologi dekomposter dan penyiapan bakteri decomposer. Setelah kegiatan pengabdian ini diterapkan, kelompok sasaran di desa Rantau Karya dan sekarang ini sudah dapat menghasilkan pupuk kompos setiap drum 20 kg /bulan dan setiap rumah tangga mempunyai 2 drum. Sementara masyarakat yang lain yang halaman dapur hidup yang lebih luas sudah berinsiatif sendiri membuat tambahan alat dekomposter untuk menerapkan teknologi tersebut.
Respon Masyarakat Tetangga terhadap Inovasi Baru Masyarakat dari Desa tetangga (tetangga Desa Rantau Karya) seperti Desa Kota Baru dan Desa Jati Mulyo, memberikan respon yang positif, setelah melihat ibu PKK Desa Rantau Karya berhasil menerapkan teknologi deomposter. Mereka meminta tim pengabdian untuk diadakan penyuluhan hal yang sama di desa tersebut. Hal di atas menunjukkan bahwa kegiatan pelatihan teknologi dekomposter dengan memanfaatkan barang bekas ini di Kecamatan Geragai Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi ini berhasil dengan baik.
KESIMPULAN DAN SARAN Masyarakat Desa Rantau Karya khususnya ibu PKK, memberikan respon yang sangat positif dan memiliki animo yang sangat tinggi di dalam menerima inovasi baru tentang teknologi dekomposter sebagai alat untuk mengolah limbah pertanian. Dengan adanya pelatihan teknologi dekomposter ini, ibu PKK sudah dapat memupuk tanaman di pekarangan (TOGA dan warung hidup) tanpa membeli pupuk dan dengan pengolahan sampah ini halaman rumah menjadi bersih.
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 55 Tahun 2013,
ISSN: 1410-0770 53
Perlu adanya kesinambungan kegiatan program pengabdian kepada masyarakat baik melanjutkan kegiatan yang sudah diberikan maupun kegiatan-kegiatan lain yang mendukung kesejahteraan masyarakat di Kecamatan Geragai.
DAFTAR PUSTAKA Setyo, P. dan Nurhidayat. 2006. Mengolah Sampah untuk Pupuk dan Pestisida Organik. Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta. Sofian, 2006. Sukses Membuat Kompos dari Sampah. Penerbit Penerbit Agromedia Pustaka, Jakarta. Sudrajat, H.R. 2006. Mengelola Sampah Kota. Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.