Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 52 Tahun 2011,
ISSN: 1410-0770
1
PROSES PENYEDIAAN BAHAN SETEK KENTANG ASAL KULTUR JARINGAN UNTUK PRODUKSI BIBIT KENTANG MINI PADA KELOMPOK TANI KENTANG DI KECAMATAN KAYU ARO KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI1 Rainiyati, Jasminarni, Neliyati dan Henny H2 ABSTRAK Pengabdian masyarakat tentang pembentukan umbi mini telah dilaksanakan di desa Kebun Baru Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Kegiatan ini berlangsung selama 5 bulan mulai bulan Agustus sampai dengan Desember 2010. Tujuan kegiatan ini adalah untuk membantu kelompok tani G7 dan Arimbi sebagai penangkar benih dalam penyediaan bahan setek kentang asal kultur jaringan untuk produksi bibit kentang mini G0. Kegiatan yang dilakukan adalah penyuluhan tentang penggunaan bibit kentang asal kultur jaringan untuk dijadikan sebagai bahan setek yang dapat digunakan untuk pembentukan umbi mini yang bebas virus dan penyakit sistemik. Selanjutnya dilakukan pelatihan dan demonstrasi plot di lahan kelompok tani untuk mendapatkan bahan setek dalam jumlah besar yang kemudian dapat digunakan untuk pembentukan umbi mini kentang G0. Pada awalnya kelompok tani G7 dan Arimbi belum tahu penggunaan bibit kentang asal kultur jaringan yang dapat digunakan sebagai setek untuk pembentukan umbi mini kentang G0 yang dapat dikembangkan menjadi benih kentang G1, G2 dan G3. Setelah dilakukan penyuluhan ternyata petani sangat tertarik dan antusias untuk melakukan pembentukan umbi mini. Hasil pengamatan terhadap pertumbuhan dan perkembangan bahan setek, pertumbuhan dan hasilnya sangat baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa kegiatan pengabdian ini dapat membantu kelompok tani G7 dan Arimbi sebagai penangkar benih terutama dalam hal penyediaan bahan setek kentang untuk produksi umbi mini kentang G0 yang selanjutnya dapat mengembangkan bibit kentang mini G0 menjadi bibit kentang G1, G2 dan G3 yang dapat disebarkan ke tingkat petani. Kata kunci: Bahan setek kentang, kultur jaringan.
PENDAHULUAN Latar Belakang Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang cukup penting, yang banyak mendatangkan uang bagi petani (cash crop). Pemanfaatan tanaman ini terutama sebagai salah satu pangan karbohidrat non beras yang utama. Disamping itu kentang dimanfaatkan pula sebagai sayuran atau sebagai bahan makanan ringan seperti french fries.
1 2
Dibiayai oleh dana DP2M Ditjen Dikti Tahun Anggaran 2010 Staf pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 52 Tahun 2011,
ISSN: 1410-0770
2 Di Indonesia kentang biasanya diusahakan di dataran tinggi, lebih kurang 1000 meter di atas permukaan laut. Dimana rata-rata hasil yang dicapai secara nasional masih rendah yaitu 14 ton ha-1. Hasil ini masih rendah bila dibandingkan negara lain seperti Amerika Serikat 29,20 ton ha-1, Swiss, Belanda, Inggris dan Jerman diatas 20 ton ha-1 (Permadi 1989). Rendahnya produksi Indonesia ini disebabkan belum banyaknya petani penghasil (seed grower) bibit kentang bermutu, sehingga permintaan bibit kentang tidak dapat dipenuhi. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut adalah dengan memanfaatkan bioteknologi yaitu melalui kultur jaringan atau pembiakan mikro kentang. Dengan tehnik ini dapat dihasilkan benih berjumlah banyak dalam waktu relatif singkat dan bebas dari penyakit sistemik, terutama virus (Hidayat 1991). Propagula in vitro yang banyak digunakan dalam usaha menghasilkan benih kentang bermutu adalah tunas mikro dan umbi mikro (Wattimena 1991). Selanjutnya propagula ini dapat digunakan untuk produksi umbi mini, yaitu umbi dengan bobot 1 – 10 gram yang diinduksi dalam rumah kaca atau ketat serangga (screen hause). Umbi mini diinduksi secara in vitro sehingga biayanya lebih murah. Bagi Provinsi Jambi kentang merupakan salah satu komoditas sayuran yang diprioritaskan pengembangannya bersama-sama dengan bawang putih, kubis, tomat, lombok, kacang-kacangan dan bawang merah. Di Provinsi Jambi terdapat dua kabupaten yaitu Kabupaten Kerinci dan Kabupaten Merangin yang bisa dijadikan tempat pengusahaan tanaman kentang. Pada kedua kabupaten ini dapat dihasilkan produksi rata-rata 14,13 ton ha -1, produksi ini telah bisa menyamai produksi rata-rata di Indonesia. Di Kabupaten Kerinci sendiri sejak tahun 2005 sudah terdapat Balai Benih Induk Kentang (BBI) yang terdapat di Kecamatan Gunung Kerinci, namun keberadaan BBI ini belum dapat memenuhi kebutuhan benih kentang bagi petani yang berada di dua kabupaten ini, sehingga kadangkala petani harus membeli benih dengan harga yang cukup mahal dari daerah lain. Alternatif lain yang bisa dijadikan untuk mengatasi kesulitan benih ini adalah mengembangkan teknik perbanyakan benih kentang dengan menggunakan setek mikro untuk menghasilkan umbi mini kentang. Untuk dapat menghasilkan umbi mini kentang ini tidak dibutuhkan lahan yang luas, cukup memanfaatkan lahan pekarangan yang ada saja. Desa Kebun Baru termasuk dalam Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Luas desa diperkirakan 2997,5 ha, yang terdiri dari ladang yang digarap seluas 2827,75 ha, 109 ha dari ladang tersebut merupakan perbukitan. Luas lahan pemukiman penduduk 196,75 ha, sedangkan luas lahan tidak ada datanya (Kantor Desa Kebun Baru). Dalam wilayah desa terdapat 10 tanah kas desa dari desa luar selain tanah kas desa milik desa Kebun Baru sendiri. Pada tahun 1994/1995 sampai dengan tahun 1996/1997 desa Kebun Baru mendapat program Inpres Desa Tertinggal (IDT) dengan usaha budidaya kentang dan cukup berhasil. Oleh karena itu pada tahun 2000 tepatnya tanggal 1 Nopember 2000 dibentuklah Kelompok
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 52 Tahun 2011,
ISSN: 1410-0770
3 Tani G7/Penangkar Benih Kentang, di RT 2 desa Kebun Baru yang beranggotakan 7 orang dengan mempunyai luas lahan lebih kurang 20 ha. Kelompok Tani G7 bergerak dibidang usaha Agribisnis Kentang dan Penangkar Benih Kentang. Kelompok Tani ini telah beberapa kali dapat bantuan benih kentang G-3 dari Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Kerinci. Pada tahun 2007 kelompok ini dapat bantuan 1 buah bangunan gudang untuk penangkar benih kentang dan 1 buah hand traktor. Saat ini kelompok tani ini telah mempunyai 1 ha lahan yang dibeli dari kas desa. Mengingat Kelompok Tani ini juga bergerak dalam bidang pengadaan benih kentang maka perlu kiranya mereka mendapat bantuan pengadaan benih kentang G0 supaya dapat dikembangkan menjadi benih kentang G1, G2 dan G3 yang dapat disebarkan bagi masyarakat/petani kentang yang memerlukan. Pada tahun 2001 tepatnya tanggal 12 Juli 2001, berdirilah kelompok tani, Kelompok Wanita Tani Arimbi di RT 6 Desa Kebun Baru. Luas lahan yang mereka miliki adalah 20 ha juga bergerak pada bidang usaha tani kentang. Jarak antara kedua kelompok tani ini adalah lebih kurang 1 km. Permasalahan yang dihadapi kelompok tani ini adalah sangat sulitnya mendapatkan benih kentang bermutu. Seandainya ada penjualan benih kentang bersertifikat/ bermutu harganya sangat mahal sehingga sulit terjangkau. Kelompok tani ataupun para petani yang ada di Desa Kebun Baru dan sekitarnya sangat membutuhkan benih bermutu dari penangkar benih. Sementara penangkar benih G7 kesulitan untuk mendapatkan benih bersertifikasi. Beberapa penelitian yang telah dilakukan tentang pembuatan umbi mini adalah produksi setek mikro dan umbi mini sebagai propagula beberapa kultivar kentang (Khumaida 1994). Pengaruh kultivar kentang asal kultur jaringan terhadap produksi umbi mini (Jasminarni dan Rainiyati 2003). Pengaruh kerapatan setek tanaman kentang asal kultur jaringan terhadap produksi umbi mini (Jasminarni dan Rainiyati 2003). Tim IbM dari Fakultas Pertanian Universitas Jambi mencoba untuk menerapkan teknologi yang telah didapat untuk mengatasi kebutuhan benih kentang G0 tersebut agar dapat memenuhi kebutuhan kelompok tani G7/Penangkar Benih Kentang dan kelompok tani lainnya baik di Kabupaten Kerinci sendiri ataupun dari Kabupaten lain yang membutuhkan. Penerapan teknologi dimaksud adalah pengadaan benih kentang berupa umbi mini asal kultur jaringan dalam bentuk G0.
METODE Program Pengabdian ini dilaksananakan di desa Kebun Baru, Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi pada dua kelompok tani yaitu kelompok tani G7/Penangkar Benih Kentang dan Kelompok Wanita Tani Arimbi. Waktu pelaksanaan dimulai dari bulan Agustus 2010 sampai dengan bulan Februari 2011. Pelaksanaan kegiatan ini terdiri dari 3 tahap kegiatan yaitu penyuluhan, pelatihan dan demonstrasi plot pada lahan kelompok tani. Penyuluhan dititik beratkan pada penggunaan bibit kentang asal kultur jaringan untuk digunakan sebagai bahan setek pembuatan umbi mini kentang G0.
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 52 Tahun 2011,
ISSN: 1410-0770
4 Untuk demonstrasi plot di lapangan diperlukan bahan dan alat yang digunakan pada program pengabdian ini. Adapun bahan yang digunakan pada program pengabdian ini adalah Eksplan kentang, Hyponex, Pupuk kandang, Geberellin (GA3), plantlet kentang kultur jaringan. Sedangkan alat yang digunakan adalah 2 buah rumah ketat serangga (Screen house) ukuran 3 x 4 m, bak tanam, bambu, hand sprayer, gunting kecil, keranjang plastik, cangkul, kored, kukusan, kompor gas, tabung gas, sarung tangan, polibag kecil, selang plastik dan rumah plastik ukuran 5x10m. Pelaksanaan kegiatan penerapan Ipteks ini menggunakan metode pendidikan kepada masyarakat, melalui metode penyuluhan dan demontrasi penanaman setek mikro, pembuatan media umbi mini, penyemprotan pupuk dan pemeliharaan tanaman di dalam kotak tanam serta demonstrasi cara panen umbi mini kentang. Adapun kegiatan ipteks ini akan dilaksanakan terhadap kelompok tani G7/Penangkar Benih Kentang dan Kelompok Wanita Tani Arimbi ini dilakukan beberapa tahap: aklimatisasi awal, aklimatisasi lanjutan dan perbanyakan tunas setek, pembentukan umbi mini.
Aklimatisasi Awal Pada aklimatisasi awal dilakukan pemindahan planlet dari lingkungan in vitro ke lingkungan semi steril dalam medium greenleaf yang steril dengan penambahan unsur-unsur hara dari larutan stok MS½. Pada tahap ini planlet diadaptasikan dari lingkungan heterotrof kelingkungan autorotrof dan induksi untuk membentuk tunas sebagai bahan setek yang siap ditanam. Sebelum ditanam, setek mikro (planlet) tersebut dibersihkan terlebih dahulu dari sisa-sisa medium kultur (agar) yang melekat pada akar dengan cara mencucinya di bawah air mengalir. Kemudian planlet ditanam pada medium greenleaf yang ditempatkan pada bak-bak aklimatisasi yang ditutup kain kasa dan dipelihara selama 2 minggu.
Aklimatisasi Lanjutan dan Perbanyakan Tunas Setek Tahap awal aklimatisasi adalah menyediakan media tanam dari campuran tanah topsoil dan kompos dengan perbandingan 1 : 1 yang telah disterilkan dengan sistem penguapan panas dalam kukusan. Medium tanam selanjutnya dimasukkan dalam bak-bak penanaman berukuran 40 x 32 x 8 cm. Pemeliharaan selama aklimatisasi meliputi penyiraman, pembuangan tanaman yang mati serta penyulaman. Penyiraman dilakukan setiap hari dengan menggunakan handprayer. Untuk menjaga pertumbuhan yang baik tanaman disemprot dengan larutan pupuk NPK(3g L-1) dan bayfolan (2ml L-1).
Pembentukan Umbi Mini Setek-setek yang dihasilkan pada tahap aklimatisasi lanjutan dipindahkan ke lapangan, di dalam rumah ketat serangga (screen house) untuk menginduksi terbentuknya umbi mini. Pada tahap ini dilakukan serangkaian kegiatan: 1. persiapan media tanam, media tanah dipersiapkan sebelum melakukan penanaman setek, medium yang digunakan sebelumnya sudah disterilkan terlebih dahulu;
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 52 Tahun 2011,
ISSN: 1410-0770
5 2. Penanaman dan pemeliharaan, bahan tanam yang digunakan untuk induksi umbi mini diambil dari planlet yang telah diaklimatisasi lanjutan dan telah membentuk tunas-tunas untuk dapat disetek (umur 4-6 minggu setelah tanam). Setek yang digunakan terdiri atas 2 nodus yang diambil dari nodus kedua pada pangkal batang sampai nodus kedua dari pucuk setiap tanaman induk. Untuk menghindari serangan hama dan penyakit, tanaman disemprot dengan benlate (0,5 g L-1) pestisida ini dicampur dengan bahan perekat agrimistik (2 g L-1) dan diberikan seminggu sekali. Untuk menjaga pertumbuhan setek yang baik, tanaman disemprot pupuk NPK (15 – 15 – 15) konsentrasi 3 g L-1 dan larutan hyponex dengan takaran 2 ml L-1. Umbi mini dipanen setelah 9-10 mingggu setelah tanam atau sampai tanaman menguning dan mati.
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil kegiatan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kelompok tani G7 dan Arimbi desa Kebun Baru, Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci pada awalnya belum tahu mengenai penggunaan bibit kentang asal kultur jaringan yang dapat digunakan sebagai bahan setek untuk pembuatan umbi mini kentang G0. Setelah diberikan penyuluhan dan pelatihan ternyata mereka sangat tertarik dan antusia untuk melakukan program ini. Hasil pengamatan pada awal pelaksanaan program pengabdian ini menggunakan eksplan tananam kentang 125 botol seperti terlihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Eksplan kentang kultur jaringan Setelah dilaksanakan aklimatisasi awal selama 1 minggu maka tingkat keberhasilan pertumbuhan bibit adalah (70%), selanjutnya setelah bibit berumur 1 bulan tingkat kesberhasilan pertumbuhan bibit tinggal (50%). Selanjutnya bibit yang ada terus dipelihara diperbanyak untuk persiapan setek. Hasil perbanyakan yang telah dilakukan menunjukkan bibit dapat diperbanyak terus menerus sehingga didapat bibit kentang yang sangat banyak sehinggga dapat membantu kelompok tani sebagai stok bibit untuk digunakan pembentukan umbi mini (Gambar 2).
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 52 Tahun 2011,
ISSN: 1410-0770
6
(A)
(B)
Gambar 2. Plantlet kentang pada saat awal dipindahkan pada bak aklimatisasi (A). Bibit kentang yang telah siap di setek untuk pembentukan umbi mini pada umur 2 bulan (B) Setelah dilakukan perbanyakan setek di screen house ternyata pertumbuhannya sangat baik. Pertumbuhan setek ini dipengaruhi oleh genetik bibit yang digunakan dan lingkungan pertumbuhannya. Meningkatnya pertumbuhan setek disebabkan karena lingkungan tumbuh memang sangat cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman kentang. Jumlah dan ukuran daun yang terbentuk tergantung dari genetik dan lingkungan seperti suhu, cahaya dan faktor lain, tetapi lebih dikendalikan genetik (Gardner 1991).
KESIMPULAN Dari hasil program pengabdian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan pengabdian ini dapat menambah pengetahuan petani tentang penggunaan bibit kentang asal kultur jaringan yang dapat digunakan sebagai bahan setek untuk pembuatan umbi mini kentang G0. Umbi mini kentang G0 dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk dikembangkan menjadi kentang G1, G2 dan G3, selanjutnya dapat disebarkan di tingkat petani. Dengan demikian dapat menambah pendapat kelompok tani G7 dan Arimbi sebagai penangkar benih.
DAFTAR PUSTAKA Gardner, F.P. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Penerbit Universitas Indonesia (UI Press), Jakarta. Hidayat, I.M. 1991. Kemungkinan aplikasi tehnik kultur jaringan dalam produksi bibit tanaman hortikultura. P. 31-44. Dalam Dukungan sektor perbenihan dalam menunjang agroindustri hortikultura. Prosiding seminar sehari, Festival tanaman. Himpunan mahasiswa agronomi IPB, Bogor.
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 52 Tahun 2011,
ISSN: 1410-0770
7 Jasminarni dan Rainiyati, 2003a. Pengaruh Kultivar Kentang (Solanum tuberosum L) Asal Kultur Jaringan terhadap Produksi Umbi Mini. Laporan Hibah Penelitian Proyek DUE Universitas Jambi, Jambi. Jasminarni dan Rainiyati, 2003b. Pengaruh Kerapatan Setek Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) Asal Kultur Taringan terhadap Produksi Umbi Mini. Laporan Hibah penelitian proyek DUE Universitas Jambi, Jambi. Nurul Khumaida, 1994. Produksi Setek Mikro dan Umbi Mini sebagai Propagula Beberapa Kultivar Kentang (Solanum tuberosum L.). Tesis Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Wattimena, G.A. 1986. Kultur Jaringan Tanaman Kentang. Jurusan Budidaya Pertanian, IPB, Bogor. Wattimena, G.A, 1991. Produksi Bibit Kentang Bermutu melalui Propagul in vitro P. 46-61. Dalam Dukungan Sektor Perbenihan dalam Menunjang Agroindustri Hortikultura. Prosiding Seminar Sehari. Festifal Tanaman, Bogor.