ISSN 1693-4849
JURNAL PENDIDIKAN SERAMBI ILMU (Wadah Informasi Ilmiah dan Kreativitas Intelektual Pendidikan)
VOLUME 15
•
•
•
•
•
•
•
NOMOR 2
MEI 2013
Pengembangan Kinerja Dosen Fakultas Ushuluddin IAIN Ar-Raniry Banda Aceh Hambali Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah Dalam Pembinaan Kompetensi Profesional Guru Pada SMK Negeri 1 Banda Aceh Mislaini Simanjuntak
(Hal 70 - 75)
(Hal 76 - 82)
Kompetensi Manajerial Kepala sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru di MTsN Meuraxa Banda Aceh Mariati
(Hal 83 - 89)
Model Pengembangan Program Bahasa Inggris Indoor and Outdoor Dalam Meningkatkan Prestasi Sekolah dan Siswa Secara Menyeluruh Fauzuddin dan Sariakin
(Hal 90 - 98)
Pelaksanaan Supervisi Pengajaran Oleh Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru SMA Negeri di Aceh Besar Said Ashlan
(Hal 99 - 105)
Manajemen Pembelajaran Matematika pada Sekolah Dasar Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar Nurbayana
(Hal 106 - 114)
Manajemen Pembelajaran Guru Sertifikasi Mata Pelajaran Matematika pada Madrasah Tsanawiyah Negeri Rukoh Kota Banda Aceh Hasnadi
(Hal 115 – 121)
Strategi Pengembangan Kinerja Dosen pada Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh Nur Asiah, Murniati, AR, dan Djailani, AR (Hal 122 - 126 ) Pelaksanaan Supervisi Kepala Sekolah Dalam Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada MTs. Negeri Sinabang Kabupaten Simeulu Abusmar (Hal 127 – 134) Pengaruh Perhatian Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Siswa smp 1 Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar Anwar
( Hal 135 - 140)
Pendidikan Berbasis Kompetensi Pada Sekolah Menengah Kejuruan (Smk) (Pembelajaran Terhadap Perbaikan Kinerja Produksi Pada Usaha Produksi Es Kristal Oleh Institusi Swasta Di Kota Banda Aceh) Syaifuddin Yana
(Hal 141 - 147 )
Diterbit Oleh FKIP Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu
Volume 15
Nomor 2
Hal 70 - 147
Banda Aceh Mei 2013
70
PENGEMBANGAN KINERJA DOSEN FAKULTAS USHULUDDIN IAIN AR-RANIRY BANDA ACEH
Oleh *Hambali Abstrak: Dosen merupakan personil yang sangat menentukan dalam proses pendidikan, rendahnya kinerja dosen dalam melaksanakan tugas akan berakibat pada mutu lulusan, pengembangan kinerja dosen untuk menigkatkan mutu lulusan yang berkualitas tinggi suatu hal yang mutlak diprioritaskan. Penelitian ini untuk mengetahui program serta pelaksanaan dan pendukung pengembangan kinerja dosen, dalam tridarma perguruan tinggi. penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitiannya adalah dekan, pembantu dekan, ketua jurusan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisa data dilakukan dengan cara reduksi data, penyajian data, menarik kesimpulan dan verivikasi.Hasil penelitian: (a). Bidang pendidikan dan pengajaran: pendidikan lanjut, pengurusan pangkat dosen, revisi silabus, Kerja sama dengan Universitas lain, diskusi bulanan, (b). Bidang penelitian: mengadakan pelatihan dosen, lomba karya ilmiah, (c). Bidang Pengabdian Masyarakat: pembinaan desa teladan, penceramah, katib khutbah jum’at, supervisor KPM. Pelaksanaan program pengembangan kinerja dosen Fakultas Ushuluddin dalam pendidikan dan pengajaran berjalan sebagaimana terprogram, begitu juga halnya penelitian berjalan sebagaimana terprogram. Sementara pengabdian masyarakat secara kelembagaan belum maksimal meskipun secara pribadi dosen Fakultas Usuluddin melakukan pengabdian masyarakat. Faktor pendukung pengembangan kinerja dosen Fakultas Ushuluddin, baik sumber daya manusia yang sudah strata S2 dan S3 maupun sarana perkantoran, fasilitas perkantoran, ruang perkuliahan dan Fakultas Ushuluddin mempunyai penerbit sendiri yaitu: Publishing dan di tambah dua jurnal ilmiah Substantia dan Al-Mu’asirah hal ini sangat mendukung para dosen Fakultas Ushuluddin dalam pengembangan kinerjanya. Kata Kunci: Pengembangan kinerja dosen
Pendidikan merupakan bagian yang sangat penting dari proses pembangunan daerah maupun nasional dan ikut menentukan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Pendidikan juga merupakan investasi dalam pembangunan sumber daya manusia. Dalam hal ini pendidikan diperlukan dan dipandang sebagai kebutuhan yang sangat mendasar dalam kehidupan masyarakat. Lembaga pendidikan merupakan titik sentral bagi pembangunan nasional. Dosen dalam melaksanakan tugasnya mempunyai kewajiban-kewajiban yang harus ia penuhi. Kewajiban tersebut sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pada bab V pasal 60 yaitu: a. Melaksanakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat.
b. Merencanakan, melaksakan proses pembelajaran serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. c. Meningkatkan dan mengembangkan kualitas akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. d. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, kondisi fisik tertentu atau latar belakang sosio ekonomi peserta didik dalam pembelajaran. Sejalan dengan hal tersebut, juga pada pasal 45 dinyatakan bahwa kewajiban dosen adalah meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang akan diarahkan untuk kepentingan peningkatan dalam merencanakan, melaksanakan proses
*Hambali adalah Dosen Tetap Yayasan Pembangunan Serambi Mekkah
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Mei 2013, Volume 15 Nomor 2
pembelajaran serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Oleh karena itu dosen dalam melaksanakan proses belajar mengajar harus memiliki perencanaan pembelajaran yang baik sehingga mampu melaksanakan tugas dengan merumuskan dan mengimplementasikan di dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan studi pendahuluan di Fakultas Usuluddin maka ditemukan beberapa hal yaitu: Dosen di lingkungan Fakultas Ushuluddin belum ada yang bergelar Profesor (guru besar), lima orang dosen bergelar doktor (S3) 22 orang dosen bergelar magister (S2) dan sembilan orang dosen bergelar sarjana (S1). Untuk menjadi salah satu Fakultas yang maju dan mempunyai tingkat minat mahasiswa yang tinggi pada Fakultas Ushuluddin sangat diperlukan peningkatan dan pengembangan kinerja dosen di Fakultas tersebut. Melihat fenomena kualifikasi dosen tersebut, penulis tertarik mengkaji dan mengetahui lebih jauh tentang kinerja dosen Fakultas Ushuluddin melalui penelitian ini dengan judul “Pengembangan Kinerja Dosen Fakultas Ushuluddin IAIN Ar-Raniry”.
METODE PENELITIAN Dalam penelitian pengembangan kinerja dosen, penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif menurut pendapat Miles dan Hubarman (Basrowi dan Suandi, 2008:22). “Metode Kualitatif berusaha mengungkapkan berbagai kemungkinan yang terdapat dalam individu kelompok, masyarakat atau organisasi dalam kehidupan sehari-hari secara menyeluruh, rinci, dalam dan dapat di pertanggung jawabkan secara ilmiah”. Penelitian ini memusatkan perhatian pada pengembaran kembali dan interpretasi terhadap fenomena-fenomena sosial, faktafakta dan pendapat-pendapat tertentu yang sedang dikemukakan oleh partisipan. Penelitian ini mengambil lokasi pada Fakultas Ushuluddin salah satu Fakultas dilingkungan IAIN Ar-Raniry Banda Aceh. Dalam penelitian metode kualitatif ini, peneliti sendiri yang menjadi instrumen penelitian. Pendekatan kualitatif ini dapat diperoleh pemahaman dan penafsiran yang mendalam mengenai makna, kenyataan dan fakta yang relevan. Menurut Moleong (Basrowi dan Suandi, 2008:188) “Subjek penelitian
71
merupakan orang yang dalam pada latar penelitian adalah orang yang di mamfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar peneliltian”. Adapun yang menjadi latar penelitian ataupun untuk dipilih sebagai sumber data dalam penelitian ini antara lain aktor yang berperan dalam lembaga tersebut seperti: dekan, pembantu dekan, ketua jurusan di lingkungan Fakultas Ushuluddin serta lembaga penelitian dan pengabdian masyarakat. Dalam penelitian kualitatif, peneliti secara langsung terlibat di lapangan untuk mencari informasi melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Oleh karena itu instrumen utama adalah peneliti sendiri. Menurut Nasution (2003:6) “Metode kualitatif sangat mengutamakan peneliti sebagai instrumen penelitian sebab mempunyai adabtabilitas yang tinggi” di samping itu peneliti juga dapat lebih memperluas pertanyaan sehingga memperoleh data yang akurat. Kefalitan hasil penelitian kualitatif di lakukan uji kredibilitas data dengan teknik di bawah ini: (a) Ketekunan pengamatan (b) Triangulasi (c) Melakukan Member Check. Dalam penelitian ini, peneliti sendiri yang bertindak sebagai instrumen utama yang tujuan kelapangan untuk mengumpulkan informasi-informasi yang diperlukan. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: (a) Pengamatan (b) Wawancara (c) Dokumentasi. Pada prinsipnya analisis data kualitatif dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Teknik pengumpulan data yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (Basrowi dan Suwandi, 2008:210) mencakup tiga kegiatan yang bersamaan yaitu: (1) Reduksi data, (2) Penyajian data dan, (3) Penarikan kesimpulan (Verifikasi).
KAJIAN PUSTAKA Menurut Mangkunegara (2001:67) kinerja (prestasi kerja) adalah “Hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”. Berarti kinerja hasil akhir dari sebuah tanggung jawab yang diembankan oleh seorang dosen. Sementara menurut Dharma (2005:25) yang dimaksud dengan kinerja adalah “Pencapaian prestasi seseorang
Hambali, Pengembangan Kinerja Dosen
berkenaan dengan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya.” Dari pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan hasil kerja seseorang dalam melaksanakan tugasnya. Hal ini berarti kinerja merupakan sesuatu yang harus dicapai, prestasi yang diperlihatkan, setelah motif dan tujuan yang diaplikasikan dalam kualitas kerja dosen. Dengan diberikannya sejumlah otonomi kepada perguruan tinggi seyogyanya program pembinaan dosen ini dikembangkan oleh perguruan tinggi yang bersangkutan sendiri, dan tidak sekedar menunggu instruksi ataupun mengharapkan proyek dari Pusat. Konsep tentang mutu pendidikan juga diartikan secara berbeda-beda, tergantung pada situasi dan kondisi. Secara konseptual Miarso (2004:5). Berpendapat bahwa “kriteria mutu itu dapat dikategorikan ke dalam lima hal yaitu: kesesuaian, daya tarik, efektivitas, efisiensi, dan produktivitas”. Penilaian kinerja dapat digunakan dalam berbagai tujuan dalam setiap organisasi. Setiap organisasi dapat dipastikan menekankan tujuan yang berbeda dengan sistem penilaian yang sama. Sistem penilaian kinerja akan bekerja dengan objektif ketika tujuan-tujuan organisasi menggunakan penilaian kinerja konsisten terhadap tujuan penilaian. Penilaian kinerja menurut Rivai dkk. (2008:50) antara lain: 1. Meningkatkan kinerja 2. Menetapkan tujuan organisasi 3. Mengidentifikasikan pelatihan dan kebutuhan pengembangan Sementara secara umum penilaian kinerja banyak digunakan untuk 1. Kriteria studi validasi 2. Menentukan pelatihan-pelatihan organisasi 3. Menekankan kembali stuktur kekuasaan 4. Merencanakan sumber daya manusia Sistem penilaian kinerja terutama, dengan usaha penentuan nilai suatu pekerjaan dan sebagai salah satu cara untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan sistem pengupahan dan penggajian secara lebih teratur, sistem dan lebih adil, menurut Rivai dkk. (2008:52). Hasil penilaian kinerja penting dilakukan untuk: a. Meninjau ulang kinerja masa lalu b. Memperoleh data yang pasti, sistem dan faktual dalam penetuan nilai suatu pekerjaan
72
c. d. e. f. g.
Memeriksa kemampuan perusahaan Memeriksa kemampuan individu karyawan. Menyusun target masa depan. Melihat profesi seseorang secara rialistis. Memungkinkan manajemen lebih objektif dalam memperlakukan karyawan berdasrkan prinsip-prinsip perusahaan yang sehat dan teknik-tehnik penilaian yang tidak berat sebelah. h. Membantu manajemen dalam memilih menempatkan, promosi, memindahkan, dan meningkatkan kualitas dosen.
Dari pengertian kinerja diatas dapat disimpulkan tujuan penilaian kinerja dosen yaitu kinerja merupakan hasil kerja dosen dalam melaksanakan tugasnya, artinya suatu target yang harus dicapai, hal ini dapat dilihat juga dari prestasi dan motivasi dalam bekerja sesuai dengan tugasnya. Upaya pengembangan profesional, memiliki waktu yang dicurahkan untuk kegiatan profesional, memiliki kesesuaian antara keahlian dengan pekerjaannya, serta memiliki penghasilan dan kesejahteraan yang dapat memelihara dan memacu peningkatan profesionalnya, seperti yang dikemukakan Fattah (2004:76) “bahwa dimensi penting dan dosen yang berkualitas terkini dan aspek-aspek tentang 1) kualitas profesional jabatan dosen, dan 2) kesesuaian dengan bidang keahlian yang dibutuhkan”. Mewujudkan kualitas profesional jabatan dosen dan kesesuaian dengan bidang keahlian yang dibutuhkan, memerlukan suatu usaha strategi dan berbagai stakeholders yang bertanggung jawab terhadap kualitas pofesional dosen. Menurut Fattah (2004:79) “Upayaupaya pembinaan profesi dosen perlu dilakukan di dalam suatu sistem sehingga pembinaan profesi dosen akan menjadi kegiatan yang bersifat terus menerus dan terprogram”. Menurut pendapat Nasir (2007:133) “Kesesuaiaan antara keahlian dengan pekerjaannya (link and match)”. Dosen yang berkualitas adalah mereka yang dapat mendukung proses belajar-mengajar sampai tuntas dan benar. Untuk itu diperlukan keahlian, baik dalam menguasai secara tuntas suatu disiplin ilmu pengetahuan maupun metodologi dan pendekatan belajar-mengajar. Usaha untuk pengembangan tenaga dosen tidak mungkin berjalan begitu saja tanpa adanya sarana pendukung untuk penyelenggaraan kegiatan itu. Yang dimaksudkan dengan prasarana pendukung
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Mei 2013, Volume 15 Nomor 2
adalah kondisi yang mendorong dan menarik untuk memprakarsai dan melaksanakan pembaharuan suatu iklim yang menggairahkan mereka yang berkepentingan untuk bertindak. Menurut Miarso (2004: 11) “Prasarana pendukung ini dapat dibedakan dalam lima macam, yaitu: (1) dukungan moral dan kebijakan, (2) dukungan organisasi, (3) dukungan personel, (4) dukungan dana, (5) dukungan fasilitas”. Penjelasan dukungan ini diperlukan dari seluruh jajaran pimpinan perguruan tinggi, mulai dari yayasan pembina, rektor hingga eselon terbawah, serta para pelaksana yaitu dosen sendiri. Dukungan ini merupakan hal yang menentukan dalam meningkatkan aktivitas instruksional. Tanpa adanya perhatian yang besar dari pengelola tertinggi dalam suatu lembaga tentang pentingnya fungsi dosen, maka semangat dan dedikasi para dosen akan susut. HASIL PEMBAHASAN a. Pelaksanaan program pengembangan kinerja dosen dalam bidang pendidikan dan pengajaran. Berdasarkan temuan penelitian bahwa pengembangan kinerja dosen Fakultas Ushuluddin yang berhubungan dengan pendidikan dan pengajaran yaitu mengirimi dosen dalam pelatihan baik di tingkat Provinsi, Nasional maupun Depag dalam negeri dan luar negeri, penyusunan silabus dalam perkuliahan, diskusi bulanan dan pendidikan lanjutan S2 dan S3. Sebagaimana dalam temuan penelitian bahwa berhubungan dan pengajaran ini meliputi pendidikan lanjutan sudah sangat baik, hal ini dapat dilihat pada tabel di lampiran. Berdasarkan data dalam tabel tersebut dalam lampiran maka kesempatan pengembangan diri dosen terbuka lebar bagi semua dosen dilingkungan Fakultas Ushuluddin karena kompetensi dosen yang harus dimiliki oleh setiap dosen dan dapat terealisasi dalam profesi belajar mengajar maupun kinerja dalam profesi sebagai dosen, hal ini menurut Syamsuddin (2007:296). Kompetensi ini meliputi 6 unsur, yaitu: 1. Performance Penampilan sesuai dengan bidang profesinya. 2. Subjek Componen
3.
4.
5. 6.
73
Pengawasan bahan subtansi pengetahuan dan keterampilan teknis sesuai bidang profesinya. Profesional : Substansi pengetahuan dan keterampilan teknis sesuai dengan bidang profesinya Proses : Kemampuan intektual seperti berfikir logis, pemecahan masalah kreatif membuat keputusan Adjustment : penyesuaian diri Attitude : sikap, nilai kepribadian.
Selanjutnya peningkatan kinerja dosen dalam pembuatan SAP dimana setiap dosen diwajibkan membuat SAP dan setiap tahun direvisi sesuai dengan kebutuhan dan dekan Fakultas Ushuluddin juga mengirim peserta (dosen) Fakultas Ushuluddin baik dalam pelatihan, seminar, workshop guna meningkatkan kinerja personil Fakultas Ushuluddin dan menfasilitasi diskusi bulanan di Fakultas Ushuluddin. b.
Pelaksanaan Program Pengembangan Kinerja Dosen Dalam Bidang Penelitian. Sebagimana hasil temuan kinerja dosen Fakultas Ushuluddin dalam penelitian sangat mengembirakan bahkan dalam perlombaan karya tulis ilmiah se-Institut IAIN Ar-Raniry terbukti dua tahun terakhir dimenangkan oleh dosen Fakultas Ushuluddin dan untuk tiap tahun dapat dilihat pada tabel lima tahun terakhir di bagian lampiran: Dari tabel lampiran menunjukkan dosen Fakultas Ushuluddin memiliki kemampuan bekinerja baik dalam penelitian, Rivai (2008;15) mengatakan bahwa “Kinerja fungsi interaksi kemampuan (ability) motivasi (motivasion) dan kesempatan (opportunity)”. Motivasi (motivasion) yaitu kinerja = f (A x M x O) jadi rumus tersebut merupakan acuan untuk mempertahankan dan meningkatkan pengembangan kinerja dosen Fakultas Ushuluddin dalam bidang penelitian. Para dosen Fakultas Ushuluddin mengasah intelektualnya juga melalui menulis buku dan di Fakultas Ushuluddin sendiri ada penerbitan yang bernama Publishing dan jurnal ilmiah yaitu jurnal Substantia dan AlMu’asirah.
Hambali, Pengembangan Kinerja Dosen
c. Pelaksanaan Program Pengembangan Kinerja Dosen Fakultas Ushuluddin Dalam Bidang Pengabdian masyarakat. Para dosen Fakultas Ushuluddin pada umumnya melakukan pengabdian masyarakat sebagaimana hasil wawancara dengan pembantu dekan bidang akademik yaitu Setiap semester dosen-dosen Fakultas Ushuluddin melakukan pengabdian masyarakat seperti terlihat sebagai supervisor, KPM, menjadi Khatib, Ceramah di masjid, pengelola kegiatan keagamaan dan desa binaan. Hal yang sama dikemukakan oleh ketua prodi Aqidah Filsafat yaitu Dosen-dosen Ushuluddin melakukan pengajian-pengajian dan ceramah di Masjidmasjid. Peneliti mengambil data dokumentasi dan wawancara dengan staf administrasi P2M tentang berapa banyak dosen-dosen Fakultas Ushuluddin yang melakukan pengabdian masyarakat, sebagai mana wawancara dengan staf P2M yaitu: 22 orang dosen yang melakukan pengabdian masyarakat dan mereka biasanya mengambil surat dari P2M untuk pengurusan pangkat, berdasarkan ingatan merekalah sehingga diambil sebuah buku panduan program S2 dan D2 IAIN Ar-Raniry untuk melihat nama-nama dosen yang melakukan pengabdian masyarakat lima tahun terakhir. Berdasarkan hasil wawancara dan dokumentasi dosen-dosen Fakultas Ushuluddin dari jumlah dosen Fakultas Ushuluddin 43 orang hanya 22 orang yang melakukan pengabdian masyarakat hal ini menunjukkan masih terdapat kelemahan dalam pelaksanaan pengembangan kinerja dosen Fakultas Ushuluddin dalam bidang pengabdian masyarakat meskipun secara sendiri-sendiri melakukan pengabdian masyarakat akan tetapi secara kelembagaan sebagian besar belum melakukan pengabdian masyarakat sebagaimana data yang diperoleh dari lembaga P2M. Pengabdian masyarakat merupakan tugas dosen disamping pendidikan pengajaran dan penelitian, hal ini juga dapat menghindari dari terkesannya lembaga perguruan tinggi eksklusif dari lingkungan masyarakat sejalan dengan hal ini pasal 2 ayat 2 PP Nomor 30 Tahun 1990 tujuan perguruan tinggi antara lain “Untuk mengembangkan dan menyebarluaska ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian, serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dan
74
memperkaya budaya nasional”. Untuk merealisasi PP tersebut maka para dosen mesti melakukan pengabdian kepada masyarakat.
d.
Faktor-Faktor Pendukung Pengembangan Kinerja Dosen dalam melaksanakan Tridarma Perguruan Tinggi Fakultas Ushuluddin IAIN Ar-Raniry Adapun Faktor-Faktor Pendukung Pengembangan Kinerja Dosen Fakultas Ushuluddin IAIN Ar-Raniry antara lain: Lokasi perkantoran dan ruang perkuliahan Fakultas Ushuluddin terletak sangat strategis, dilihat dari segi letaknya, perkantoran Fakultas Ushuluddin terletak disamping gedung Fakultas Tarbiyah dengan luas area lebih 5 hektar, dilengkapi dengan ruas jalan yang besar disekelilinginya. Dari segi transportasi umum Fakultas Ushuluddin dapat dicapai dengan sejumlah transportasi umum yang melintasi jalur Banda Aceh–Darussalam. Untuk kegiatan aktivitas perkantoran baik dan layak diperlukan alat-alat kantor yang memadai, sehingga dapat mempercepat segala urusan yang berhubungan dengan urusan perkantoran, terutama dalam memberikan pelayanan kepada pihak-pihak yang berhubungan dengan Fakultas Ushuluddin. Saat ini Fakultas Ushuluddin telah memiliki sejumlah peralatan, administrasi, mobile dan pendukung lainnya. Untuk mewujudkan kenyamanan belajar mengajar tentu diperlukan ruangan yang cukup dan penataan yang serasi. Fakultas Ushuluddin telah menyediakan 1 unit bangunan 2 lantai yang terdiri dari 10 ruangan besar dan ruangan kecil, ruangan tersebut dimanfaatkan untuk ruangan kuliah dan satu diantaranya digunakan untuk kantor aktivitas senat mahasiswa Fakultas Ushuluddin juga terdapat parkir sekaligus terdapat kantin sendiri.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Pengembangan kinerja dosen dalam bidang pendidikan dan pengajaran berjalan Pendidikan Serambi Ilmu, di Edisi Mei 2013, Volume 15 No sesuai denganJurnal program dan selalu tingkatkan. Seperti pendidikan lanjutan baik tingkat S2 maupun S3. Penyusunan silabus, setiap tahun direvisi dan diskusi bulanan berjalan lancar. Pengembangan kinerja dosen dalam bidang penelitian juga barjalan dengan baik
75
bahkan dosen-dosen Fakultas Ushuluddin dua tahun terakhir sebagai pemenang lomba karya ilmiah se-Institut IAIN Ar-Raniry. Dan semua dosen menulis baik dalam bentuk diktat, jurnal yang di publikasikan maupun menulis buku. Pengembangan kinerja dosen dalam bidang pengabdian masyarakat pada dasarnya semua melahirkan pengabdian masyarakat seperti menjadi supervisor KPM, pengelola kegiatan keagamaan, memberi ceramah khutbah, desa binaan namun hanya setengah dari jumlah dosen keseluruhan yang melakukan pengabdian masyarakat hal ini berdasarkan data pada lembaga P2M artinya kinerja dosen Fakultas Ushuluddin masih kurang dalam pengabdian masyarakat. Saran Untuk meningkatkan pengembangan kinerja dosen, program diskusi bulanan, memberikan beasiswa S2 dan S3 perlu di pertahankan dan ditingkatkan serta pengabdian masyarakat perlu penataan kembali sehingga semua yang melakukan penelitian tercatat dengan baik. Para setiap dosen yang melakukan pengabdian masyarakat agar selalu melapor pada lembaga pengabdian masyarakat atau disebut P2M. Kepada pengambil kebijakan ditingkat Fakultas agar stafnya dipacu untuk dapat kualifikasi guru besar pada lembaga ditingkat Fakultas Ushuluddin.
DAFTAR PUSTAKA Basrowi dan Suwandi,(2008) Memahami Penelitian Kualitatif, Jakarta:Rineka Cipta Dharma, Surya (2005), Manajemen Kinerja, Falsafah, Teori dan Penerapannya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Fattah, Nanang, (2004), Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Makmun, Abin, Syamsudin (2007), Strategi Pembangunan Pendidika Kebudayaan, Jakarta : Biro Perencanaan Sekretariat Jenderal Depdikbud
Mangkunegara, P Anwar (2001), Manajemen Sumber Daya Manusia, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Miarso, (2004), Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, Jakarta: Prenada Media Rawamangun Moleong,
Lexy J. (2006), Metodelogi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Nasution
(2003) Naturalistik Tarsito
Metode Penelitian Kualitatif, Bandung:
Peraturan Pemerintah, (1980) Nomor 30 Tahun 1990, tentang Perguruan Tinggi Rivai, Veithzhal et al, (2008), Performance Appraisal, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Redaksi Sinar Grafika, Undang – undang RI No.14 tahun 2005, (2009), Jakarta: Sinar Grafika Usman,
Nasir, (2007), Manajemen Peningkatan Kinerja Guru, Bandung: Mutiara Ilmu
76
KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DALAM PEMBINAAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PADA SMK NEGERI 1 BANDA ACEH Oleh: *Mislaini Simanjuntak
Abstrak: Pembinaan guru merupakan salah satu bentuk usaha guna meningkatkan kompetensi profesional guru dalam jangka mencapai kualitas pembelajaran pada SMK Negeri 1 Kota Banda Aceh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembinaan guru dalam: (1) Kemampuan kepala sekolah dalam perencanaan program pembinaan kompetensi, (2) Kemampuan kepala sekolah dalam melaksanakan pembinaan, (3) Kemampuan kepala sekolah dalam meningkatkan pembinaan kompetensi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Subjek penelitian adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan guru. Hasil penelitian menunjukkan: (1) Pembinaan kompetensi profesional guru dalam proses menyusun program pembinaan antara lain berupa: penerapan kurikulum, menganalisis materi pembelajaran, menyusun silabus, menyusun RPP, kriteria ketuntasan minimal (KKM), dan membuat kelompok MGMP. (2) Pelaksanaan pembinaan kompetensi guru yang dilakukan oleh kepala sekolah berupa: (a) melakukan kurikulum, (b) melakukan RPP. (c) melakukan supervisi kelas. (d) melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan disiplin belajar mengajar. (e) mengkoordinasikan kegiatan administrasi sekolah. (f) mengadakan pertemuan dan rapat dengan komite sekolah. (g) mengintensifkan pelaksanaan guru piket, guru BP, guru mata pelajaran. Dan kegiatan ekstra kurikuler. (h) mengupayakan peningkatan peran komite sekolah dalam mendukung peningkatan mutu dan kesejahteraan guru, serta peningkatan sarana dan prasarana. (3) pembinaan peningkatan kompetensi profesional guru melalui: supervisi, penataran, seminar, dan MGMP. peningkatan kompetensi guru selalu dikomunikasikan dengan pihak terkait agar guru-guru siap mengikuti penataran, pendidikan dan pelatihan dalam berbagai bidang keahlian. Dengan demikian, kegiatan pengembangan kompetensi guru sudah relatif baik. Namun untuk lebih optimal perlu melibatkan lembaga terkait, akademisi pendidikan dan pengawas untuk mendukung peningkatan profesionalitas dan kinerja para guru yang berkualitas. Kata kunci: Pembinaan Kompetensi Profesional Guru
PENDAHULUAN Pendidikan adalah usaha sadar untuk membina pribadi dan kehidupan masyarakat. Dalam tataran pendidikan nasional, pendidikan merupakan kegiatan sengaja dan terencana untuk menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran agar anak didik dapat berkembang menjadi manusia dewasa. Sebagaimana digariskan dalam undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 sebagaimana dijelaskan oleh Mulayasa (2007:31 menyatakan bahwa: Tujuan pendidikan nasional. Adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, artinya upaya mencerdaskan kehidupan bangsa menjadi tanggungjawab pendidikan, terutama dalam mempersiapkan peserta didik menjadi subjek bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlaq mulia, tangguh, kreatif, mandiri,
demokratis dan profesional pada bidangnya masing-masing. Berdasarkan pernyataan di atas dalam rangka untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut adalah kewajiban dan tanggungjawab pemerintah dan masyarakat untuk menjadikan peserta didik yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beraklak Mulia, kreatif, mandiri, demokratis dan professional. Murniati AR (2009:17) bahwa “pendidikan kejuruan merupakan prototipe ideal dari suatu produk pendidikan, yaitu mampu mengembangkan diri dengan potensi yang dimilikinya, baik potensi idiografi maupun potensi nomotetik”. Manajerial atau disebut juga pengelolaan adalah upaya-upaya dan peran seseorang pemimpin dalam mengelola organisasi yang dipimpinnya. Pemimpin pada sebuah organisasi
*Mislaini Simanjuntak adalah Magister Administrasi Pendidikan, Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Mei 2013, Volume 15 Nomor 2
untuk itu kepala sekolah selalu berupaya dan berperan sebagai seorang pemimpin dalam mengelola organisasi sekolah agar organisasi tersebut terarah untuk menjalankan tugas dan tanggungjawab. Demikian juga pada salah satu SMK yang sudah cukup dikenal di Banda Aceh, yaitu SMK Negeri 1 yang beralamat di jalan Malikul Saleh desa Lhong Raya, Banda Aceh, yang khusus membina siswa dalam bidang bisnis dan manajemen sebagai pelaku ekonomi dalam skala usaha kecil dan menengah secara profesional dan mampu bersaing secara kompetitif di era globalisasi.
METODE PENELITIAN Metode penelitian ini adalah metode deskriptif yang dilaksanakan untuk menggambarkan situasi dan keadaan yang sedang berlaku, sebagaimana yang diungkapkan Sugiyono (2008:65) sebagai berikut “metode deskriptif adalah menunjukkan dan menafsirkan data yang ada, misalnya tentang situasi yang dialami, suatu hubungan dengan kegiatan, pandangan, sikap yang nampak atau tentang suatu proses yang sedang bekerja dan sebagainya”. Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk meliput data dalam penelitian. Instrumen dalam penelitian yang diperlukan adalah pedoman observasi, pedoman dokumentasi dan pedoman wawancara. Pengujian kredibilitas data penelitian akan dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, dan member check.
KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Kepemimpinan Kepala Sekolah Kepemimpinan yang dalam ungkapan asing disebut manajemen, inti dari kepemimpinan adalah pembuatan keputusan dan pembuatan keputusan merupakan inti manajemen, hal ini dijelaskan bahwa tidak ada terjadi proses manajemen tanpa adanya keputusan yang relevan. Kepemimpinan sebagaimana pendapat Danim Sudarwan, (2009:2) menyatakan bahwa "kepemimpinan adalah suatu proses yang memepengaruhi aktivitas kelompok yang diatur untuk mencapai tujuan bersama". Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, dalam menjalankan fungsi manajemen adalah suatu tindakan
77
seseorang yang muncul dalam proses menjalankan tugas untuk mencapai tujuan lembaga atau organisasi. . Kegagalan dan keberhasilan organisasi banyak ditentukan oleh pemimpin, tentunya tidak terlepas dari fungsi-fungsi manajemen atau kepemimpinan sebagaiman ungkapan Fayol (Danim, 2009:8) menyatakan bahwa “ada lima fungsi manajemen, yaitu merencanakan, mengorganisasikan,, memerintah, mengkoordinasi dan mengendalikan”. Untuk jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Merencanakan, perencanaan bermakna bahwa kepala sekolah bersama timnya harus berfikir untuk menentukan sasaran-sasaran kegiatan sebelumnya. Perencanaan yang efektif memerlukan kemampuan yang intuitif dan daya analisis. 2. Mengorganisasikan adalah suatu proses pengaturan dan pengalokasian kerja, wewenang dan sumber daya dikalangan anggota sehingga dapat mencapai tujuan organisasi secara efisien. 3. Mengendalikan adalah seorang pemimpin dapat menjalankan organisasi agar tetap berproses pada arah yang benar dan tidak membiarkan deviasi atau penyimpangan yang terlalu jauh dari arah tujuan yang telah ditetapkan. 4. Mengkomunikasikan adalah proses penyampaian pesan, pikiran, dan gagasan oleh komunuikator melalui media dan teknik yang menimbulkan efek tertentu, sehingga dapat mengubah sikap dan kepercayaan komunikan. 5. Mengawasi dan mengendalikan dimaksudkan untuk mencegah deviasi. Pengawasan yang baik bersifat preventif. Pengendalian yang baik harus mampu mendorong aneka deviasi kembali pada rel tugas yang benar. Harun, (2009:26) menyebutkan bahwa: Pengorganisasian sebagai keseluruhan aktivitas manajemen dalam mengelompokan orang-orang serta penetapan tugas, fungsi, wewnang serta tanggungjawab masing-masing dalam terciptanya aktivitas-aktivitas yang berdaya guna dan berhasil guna dalam mencapai tujuan yang tela ditetapkan terlebih dahulu. Dari ungkapan diatas menujukkan bahwa sumber daya manusia mempunyai kedudukan yang saangat strategis dalam oganisasi, hal ini manusia yang mengatur segala sesuatu dalam organsasi. Sekolah merupakan suatu organisasi yang dipimpin oleh seorang kepala sekolah. Maju. Kepala sekolah harus memiliki
Mislaini Simanjuntak , Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah
kemampuan dan kelebihan dibanding dengan wakil dan staf pengajarnya.Untuk menjadi sukses kepemimpinan kepala sekolah dalam kemampuan mendelegasikan personilnya dalam mendorong untuk berbuat lebih bertanggungjawab. Sebagaimana diungkapkan Danim (2009:87) menyatakan bahaw: Kunci paling fundamental yang membentuk kinerja kepala sekolah yang sukses dalam kepemimpinannya adalah kemampuan mepercayai stap pengajar, kemampuan mendelegasikan tugas dan wewenang, kempuan persepsi, kemampuan membagi dan memanfaatkan waktu, kemampuan keyakinan bertoleransi, kemampuan sikap, kemampuan berperilaku,, kemampuan membangun visi, kemampuan mengembangkan tujuan intitusi, kemampuan berani intropeksi, kemampuan memiliki konsistensi, kemampuan berjati diri tinggi. Dari ungkapan diatas kunci untuk menjadi sukses dalam mendelagsikan sebuah kepemimpinan kepala sekolah. Seorang kepala sekolah sangatlah penting mempercayai seorang staf pengajar dan wakilnya, kepercayaan semacam ini sulit ditemukan dalam pribadi kepala sekolah yang ingin mengarahkan sendiri tiap aspek dan teknis di sekolahnya. Gaya kepemimpinan adalah gaya gaya yang dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi para pengikutnya. Mulyasa (2006:108) menyatakan bahwa “gaya kepemimpinan merupakan suatu pola perilaku seorang pemimpin yang khas pada saat mempengaruhi anak buahnya, apa yang dipilih oleh pemimpin untuk dikerjakan”. Kepemimpinan adalah proses memberi inspirasi kepada semua pendidik, tenaga kependidikan, dan karyawan agar bekerja sebaik-baiknya untuk mencapai hasil yang diharapkan. Supriadi (2010:146) menyatakan bahwa “Kepemimpinan adalah cara mengajak pendidik, tenaga kependidikan, dan karyawan agar bertindak secara benar untuk mencapai komitmen dan memotivasi untuk mencapai tujuan bersama. B. Indikator-Indikator Manajerial Kepala Sekolah Kemampuan manajerial seorang kepala sekolah, dapat diketahui dari kegiatannya seharihari dalam melaksanakan fungsi dan peran yang melekat pada jabatan kepala sekolah tersebut. Seorang kepala sekolah yang mempunyai tanggungjawab dan peran yang harus diembann
78
sebagaiamana diungkapkan. Harun, (2010:29) yaitu kepala sekolah sebagai “pendidik (edukator), pengelola pendidikan (manager), pelaksana administrasi (administrator), pembina guru (supervisor), pemimpin para guru (leader), pembawa perubahan (innovator), dan pemberi motivasi (motivator)”. Sesuai dengan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tentang peran kepala sekolah dalam pelaksanaan tugasnya dalam meningkatkan mutu lulusan siswa di sekolah. Daryanto,(2011:138) mengklasifikasikan kemampuan manajerial yang harus dipertimbangkan sebagai langkah awal mengerjakan berbagai tugas manajerial, yaitu 1. Kemampuan mencipta, yang meliputi: selalu mempunyai ide-ide bagus, selalu memperoleh solusi-solusi untuk berbagai problem yang biasa dihadapi, mampu mengantisipasi berbagai konsekuensi dai pelaksanaan berbagai keputusan dan mampu mempergunakan kemampuan berfikir imajinatif (lateral thingking) untuk menghubungkan sesuatu dengan yang lainnya yang tidak bisa muncul dari analisis dan pemikiran-pemikiran empirik. 2. Kemampuan membuat perencanaan, yang meliputi : mampu menghubungkan kenyataan sekarang dan hari esok, mampu mengenali apa-apa yang penting saat itu dan apa-apa yang benar-benar mendesak, mampu mengantisipasi kebutuhan-kebutuhan mendatang, dan mampu melakukan analisis. 3. Kemampuan mengorganisasikan, yang meliputi : mampu mendistribusikan tugas dan tanggung jawab yang adil, mampu membuat putusan secara tepat, selalu bersikap tenang dalam menghadapi kesulitan, mampu mengenali pekerjaan itu sudah selesai dan sempurna dikerjakan. 4. Kemampuan berkomunikasi, yang meliputi : mampu memahami orang lain, mampu dan mau mendengarkan orang lain, mampu menjelaskan sesuatu pada orang lain, mampu berkomunikasi melalui tulisan, mampu membuat orang lain berbicara, mampu mengucapkan terima kasih pada orang lain, selalu mendorong orang lain untuk maju dan selalu mengikuti dan memanfaatkan tekhnologi informasi. 5. Kemampuan memberi motivasi, yang meliputi : mampu memberi inspirasi pada orang lain, menyampaikan tantangan yang realitas, membantu orang lain untuk mencapai tujuan dan target, membantu orang
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Mei 2013, Volume 15 Nomor 2
lain untuk menilai kontribusi dan pencapainannya sendiri. 6. Kemampuan melakukan evaluasi, yang meliputi : mampu membandingkan antara hasil yang dicapai dengan tujuan, mampu mencapai evaluasi diri, mampu melakukan evaluasi terhadap pekerjaan orang lain, dan mampu melakukan tindakan pembenaran saat diperlukan. Hal ini menujukkan bahwa dalam pelaksanaan tugasnya, kepala sekolah sebagai pemimpin dapat dianalisis dari tiga sifat kepemimpinan, yaitu demokratis, otoliter dan laissez-faire. Ketiga sifat tersebut sering dimiliki oleh seorang pemimpin, sehingga dalam melaksanakan kepemimpinannya sifat-sifat tersebut secara situasional D. Kompetensi Profesional Guru Dalam sistem pendidikan nasional kita, eksistensi guru sangat penting, guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Menurut UU No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Ditegaskan oleh UU No 14 Tahun 2005 menetapkan bahwa “profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi”.Kompetensi profesional dimaksud adalah, penguasaan terhadap landasan pendidikan termasuk, memahami tujuan pendidikan, mengetahui fungsi sekolah di masayarakat. Saud (2010:50) menyatakan bahwa ada sepuluh rumusan tentang kriteria kompetensi profesional yang harus dimiliki oleh seorang guru, yaitu: 1. Menguasai bahan 2. Mengelola program belajar mengajar 3. Mengelola kelas 4. Menggunakan media/sumber belajar 5. Menguasai landasan-landasan kependidikan 6. Mengelola interaksi belajar mengajar 7. Menilai prestasi peserta didik untuk kepentingan pengajaran 8. Mengenal fungsi dan program layanan bimbingan dan konseling di sekolah
79
9.
Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah Selain itu, hal yang penting lagi adalah guru juga harus dapat membaca dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan. Dengan ini berarti guru akan mendapatkan masukan yang bisa diterapkan untuk keperluan proses belajar mengajar. Hal ini tugas dan tanggungjawab guru adalah untuk: (a) merencanakan atau mengadakan deskripsi, maksudnya memberikan gambaran secara jelas mengenai hal-hal yang dipersoalkan, (b) menerangkan (ekspansi), maksudnya menerangkan kondisi-kondisi yang mendasari terjadinya peristiwa-peristiwa, (c) menyusun teori, maksudnya penelitian akan mencari dan merumuskan hukum-hukum atau mengenai hubungan antara kondisi yang satu dengan yang lain atau hubungan peristiwa yang satu dengan yang lain, (d) Prediksi, maksudnya ilmu dan penelitian bertugas membuat prediksi atau ramalan, estimasi dan proyeksi mengenai peristiwa-peristiwa yang bakal terjadi atau gejala-gejala yang bakal muncul, (e) Pengendalian, maksudnya dengan penelitian berarti melakukan tindakan-tindakan guna mengendalikan peristiwa-peristiwa atau gejalagejala. Berdasarkan adanya kriteria-kriteria tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa, guru yang memiliki kompetensi yang tinggi dan profesional dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Seorang guru pun harus mempunyai kompetensi yang tinggi dalam arti benar-benar melakukan proses pembelajaran dengan baik dan berkualitas agar dapat mencapai cita-cita dan tujuan dalam pembelajaran wirausaha. Dengan demikian tujuan adalah suatu yang diharapkan atau diinginkan dari subjek belajar, sehingga member arah kemana kegiatan belajar mengajar harus dibawah dan dilaksanakan. Sebagaimana ditegaskan dalam Undang-Undang Pendidikan dan Pengajaran Nomor 12 tahun 1954 menetapkan bahwa ”tujuan pendidikan pengajaran adalah membentuk manusia susila yang cakap dan warga Negara yang demokratis serta bertanggunjawab tentang kesejahtraan masyarakat dan tanah air”.
HASIL PENELITIAN Sesuai dengan fokus penelitian yaitu kemampuan manajerial kepala sekolah dalam pembinaan kompetensi professional guru pada SMK Negeri I Banda Aceh, penulis
Mislaini Simanjuntak , Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah
melakukan penelitian dengan kegiatan observasi, wawancara dan analisis dokumen. 1. Kemampuan Kepala Sekolah dalam Merencanakan Program Pembinaan Kompetensi Profesional Guru pada SMK Negeri I Banda Aceh Berdasarkan penjelasan hasil wawancara dengan kepala sekolah bahwa, perencanaan pengembangan kompetensi guru-guru perlu dirumuskan agar dapat dijadikan panduan dalam pelaksanaannya. Kepala sekolah SMK Negeri I menjelaskan bahwa: Dalam upaya meningkatkan kualifikasi guru memerlukan perencanaan yang matang”. Perumusan rencana yang dilakukan kepala sekolah berdasarkan visi, misi dan tujuan SMK, Hal ini dilakukan dengan pendekatan musyawarah seluruh dewan guru. Berdasarkan fungsi serta rumusan visi dan misi tujuan SMK, merupakan pandangan atau arah serta sasaran yang ingin dituju dalam pencapaian tujuan sekolah. Ketiga hal tadi merupakan ide yang harus dipahami secara bersama oleh semua warga internal sekolah. Ia juga merupakan landasan dalam melakukan berbagai kegiatan sekolah. Pembinaan kompetensi profesional guru dalam proses menyusun program pembinaan antara lain: membina guru dalam penerapan kurikulum, menganalisis materi pembelajaran, menyusun silabus, menyusun RPP, kriteria ketuntasan minimal (KKM), dan membuat kelompok MGMP. Penjelasan di atas sesuai dengan visi, misi dan tujuan SMK, sesuai dengan harapan yang ingin dicapai dan selaras dengan tujuan kurikulum serta tujuan pendidikan nasional. Sedangkan strategi yang dijalankan untuk merealisasikan visi, misi dan tujuan SMK adalah dengan menjabarkannya dalam berbagai tugastugas sesuai dengan bidang tugas dan keahlian yang telah ditetapkan dalam struyktur organisasi sekolah. Ungkapan seorang guru (GR1) mendukung pernyataan di atas, yang menyatakan bahwa: Perumusan suatu rencana untuk peningkatan mutu pembelajaran, bukan hanya dirumuskan kepala sekolah, melainkan oleh musyawarah sekolah yang melibatkan segenap unsur terkait dengan sekolah. Karena itu, menurut kepala sekolah, siapa saja bisa menduduki jabatan tertentu, asalkan mau dan bisa bekerjasama dengan seluruh personil lainnya. Kepala sekolah tidak
80
menentukan sendiri, melainkan melalui usulan berbagai program bidang keahlian dan dimusyawarahkan melalui rapat dewan guru. Pendapat di atas menjelaskan bahwa, tentang perencanaan program-program pengembangan kompetensi guru-guru yang ada di sekolah, di samping berpedoman kepada undang-undang pendidikan juga dilakukan secara bottom up melalui musyawarah dengan dewan guru. 2. Kemampuan Kepala Sekolah dalam Melaksanakan Pembinaan Kompetensi Profesional Guru pada SMK Negeri I Banda Aceh Berdasarkan penjelasan dari kepala sekolah bahwa, salah satu faktor yang sangat menentukan dalam upaya pelaksanaan pembinaan kompetensi guru di sekolah adalah pengendalian dari pihak manajemen sekolah. Hasil wawancara dengan kepala sekolah ketika melakukan peningkatan mutu guru yaitu : (1) melakukan kurikulum. (2) melakukan RPP. (3) melakukan supervisi kelas. (4) melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan disiplin belajar mengajar. (5) mengkoordinasikan kegiatan administrasi sekolah. (6) mengadakan pertemuan dan rapat dengan komite sekolah. (7) mengintensifkan pelaksanaan guru piket, guru BP, guru mata pelajaran. Dan kegiatan ekstra kurikuler. (8) mengupayakan peningkatan peran komite sekolah dalam mendukung peningkatan mutu dan kesejahteraan guru, serta peningkatan sarana dan prasarana. Berserakan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, sebagai seorang manajer di sekolah, kepala sekolah harus bertanggungjawab terhadap kelancaran pekerjaan dan pelaksanaan pendidikan di sekolah dan mampu merespon terhadap pendapat dan aspirasi bawahannya. Menurut salah seorang guru (G5) menyatakan: Para guru di SMK Negeri I mendapatkan peluang sangat kuat untuk mengembangkan kompetensinya. Seiring dengan program peningkatan mutu SMK selama ini yang dicanangkan oleh Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, kesempatan-kesempatan mengikuti penataran, studi lanjut dan pelatihan di dalam maupun di luar negeri terbuka lebar. Berdasarkan pernyataan di atas bahwa, di dukung dengan pengakuan guru tersebut dapat dibuktikan bahwa hampir semua guru di sekolah tersebut sudah pernah mendapat pelatihan dan pendidikan, baik reguler maupun insidentil.
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Mei 2013, Volume 15 Nomor 2
Upaya peningkatan mutu ketrampilan guru tidak terlepas dari pengendalian kegiatan oleh kepala sekolah selaku pimpinan. Dengan demikian upaya pelaksanaan pengendalian untuk kelancaran proses pendidikan dan pengembangan kompetensi guru-guru, dilakukan dengan penciptaan kondisi kerja yang mendukung, yaitu dengan memberikan kesempatan kepada guru-guru mengimplementasikan keahlian dan kompetensi mereka. 3. Kemampuan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Pembinaan Kompetensi Profesional Guru pada SMK Negeri I Banda Aceh Kemampuan kepala sekolah dalam meningkatkan pembinaan kompetensi profesional guru adalah merupakan sebuah tanggung jawab seorang manager dalam mempengaruhi, memotivasi dan mengarahkan guru agar dapat berbuat lebih baik dan bertanggungjawab. Hasil penelitian yang diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan guru dalam meningkatkan kompetensi profesional guru antara lain : (1) membina guru dalam penerapan kurikulum. (2) mengaktifkan MGMP di sekolah dengan bimbingan guru inti dan instruktur. (3) mengirim guru untuk mengikuti penataran. (4) mendorong guru untuk mengibas hasil penataran kepada temannya. (5) menyusun program pengajaran. (6) menyediakan dan membagi kalender pendidikan, buku tulis dan alat tulis. (7) memberi dispensasi untuk merevisi program pengayaan yang telah dibuat. (8) memanggil guru untuk memperlihatkan program pengajaran yang telah disusun. (9) mencatat kelengkapan program pelajaran dalam buku pembinaan staf guru. Dari pemaparan di atas menajukkan bahwa kepala sekolah sangat berperan aktif dalam membina, mengarahkan, memotivasi serta mengontrol/mengawasi seluruh kegiatan guru guna mencapai suatu tujuan yang diharapkan yaitu peningkatan kompetensi profesional guru. Hasil pengamatan dan dokumentasi menemukan bahwa pemberdayaan guru pada SMK Negeri I Banda Aceh ditemukan buku pemberdayaan guru yang isinya pembinaan dan penilaian terhadap guru yang tidak disiplin dan sering meninggalkan tugas serta guru yang bermasalah dalam proses pembelajaran. Pembinaan terhadap guru-guru yang kurang disiplin, malas, bermasalah kepala sekolah harus
81
tegas dan berani mengambil keputusan agar berdampak pada hasil yang dinginkan, hal ini menunjukkan bahwa atas ketegasan, demokrasi, transparan oleh kepala sekolah terhadap pembinaan pada guru, guru lebih kreatif, terampil dan disiplin tinggi. Pernyataan di atas menunjukkan bahwa pembinaan kompetensi terhadap guru yang dilakukan oleh kepala sekolah merupakan motivasi untuk mengajak personil sekolah dalam berbuat lebih baik, kreatif, terampil dan disiplin tinggi.
KESIMPULAN 1. Kepala sekolah SMK Negeri I Banda Aceh dalam perencanaan pembinaan kompetensi profesional guru adalah melalui proses menyusun program sekolah, pembinaan dapat dilaksanakan sesuai komponen dalam persiapan pengajaran Berdasarkan fungsi serta rumusan visi dan misi tujuan SMK, merupakan pandangan atau arah serta sasaran yang ingin dituju dalam pencapaian tujuan sekolah. 2. Kepala sekolah dalam melaksanaa pembinaan kompetensi profesional mengacu pada hasil musyawarah oleh personil SMK yang telah ditetapkan bersama yang mencakup, yaitu: .Membina guru dalam penerapan kurikulum,.membina guru dalam menyusun silabus, membina guru dalam menyusun RPP, membina guru dalam membuat kelompok MGMP, melakukan supervisi kelas, melakukan pengawasan dalam pelaksanaa disiplin, mengadakan pertemuan rapat dengan komite. 3. Kepala sekolah untuk meningkatkan pembinaan kompetensi profesional guru dilakukan dengan memperdayakan dan mempercaiayai personil sekolah dalam mengembangkan kemampuannya untuk mencapai tujuan yang diharapkan dengan melakukan berbagai terobosn dan motivasi melalui : Pembinaan guru penerapan kurikulum, pembinaan guru mengaktifkan MGMP, mengirimkan guru untuk mengikuti pelatihan dan penataran, mendorong guru untuk mengimbas hasil penataran kepada temannya, membinan menyusun program pengajaran , membbina guru dalam membuat kalender pendidikan, dan memperdayakan komite untuk menjalin kerja sama yang baik dalam mencapai tujuan.
Mislaini Simanjuntak , Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah
SARAN Untuk pencapaian profesional guru dalam meningkatkan mutu pendidikan pada SMK Negeri I Banda Aceh, banyak pihak yang terlibat di dalamnya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan: 1. Kepala Sekolah Kepala Sekolah selaku pembina profesional guru oleh karena itu perlu ditingkatkan dalam mengajar agar lebih efektif, disarankan: (a) meningkatkan kepedulian kemampuan, kerja sama, mensejahterakan guru dan memotivasi guru, (b) melatih, membantu, dan menfasilitasi guru dengan mengikut sertakan guru dalam berbagai kegiatan peningkatan profesional guru, (c) mengupayakan kelengkapan sarana dan prasarana pendidikan baik kelengkapan buku di perpustakaan maupun alat praktikum, dan (d) menjalin kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait dalam pembinaan peningkatan profesional guru. 2. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum pada SMK Negeri I Banda Aceh Kepada seluruh jajaran SMK Negeri I Banda Aceh seperti yang tersebut di atas agar lebih aktif memerankan fungsinya selaku pengembang amanat langsung dari kepala sekolah, sehingga benar-benar tercipta suatu suasana yang lebih kondusif dan diharapkan untuk lebih aktif dalam proses pengembangan kurikulum. 3. Guru Guru diharapkan agar dapat menerima dan memahami dan melaksanakan setiap kegiatan baik di sekolah maupun di luar sekolah yang bertujuan untuk meningkatkan profesionalnya. 4. Kepala Dinas Kepala Dinas Pendidikan Kota Madya Banda Aceh agar mempunyai komitmen yang tinggi untuk pembinaan program dalam peningkatan kompetensi profesional guru.
82
DAFTAR KEPUSTAKAAN Danim, Sudarwan dan Suparno (2009), Manajemen dan Kepemimpinan Transformasional Kekepalasekolahan, Jakarta: PT Rineka Cipta. Daryanto, (2011). Kepala Sekolah sebagai Pemimpin Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media. --------,
(2009), Manajemen Sumber Daya Pendidikan. Yogyakarta: Pena Persada.
Mulyasa, E. (2007). Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. ……….., (2006). Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi, dan Implementasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Murniati AR dan Usman, (2009), Implementasi Manajemen Stratejik dalam Pemberdayaan Sekolah Menengah Kejuruan, Bandung : Citapustaka Media Perintis. Sa`ud, (2010), Pengembangan Profesi Guru, Bandung: Alfabeta Supriadi, (2010). Rahasia Sukses Kepala Sekolah, Yogyakarta: LaksBang PRESSindo.
83
KOMPETENSI MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU DI MTsN MEURAXA BANDA ACEH Oleh: *Mariati Abstrak: Kompetensi manajerial kepala sekolah merupakan salah satu faktor penentu dalam peningkatan kinerja guru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui program kepala sekolah dan pelaksanaan program serta hambatan yang dihadapi oleh kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja gurudi MTsN Meuraxa Banda Aceh. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, teknik pengumpulan data, observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Subjek penelitian kepala sekolah dan guru-guru. Penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) program kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru dengan cara mengidentifikasikan permasalahan kinerja guru sesuai dengan kelemahan yang ditemui. Berdasarkan program kerja kepala sekolah terdapat beberapa program salah satunya bidang kepegawaian meliputi peningkatan professional guru dan pegawai, pembinaan mental dan lain-lain. (2) pelaksanaan program yang dilakukan oleh kepala sekolah untuk meningkatkan kinerja guru yaitu dengan cara mengikut sertakan guru dalam mengikuti pelatihan, seminar, mengaktifkan kembali kegiatanMGMP untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh guru, melaksanakan pembinaa terhadap guruguru dan melakukan motivasi dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan kinerja guru melalui tutor kolega. Kepala sekolah memberikan kepercayaan kepada guru untuk melakukan tutor kolegan sehingga guru bisa saling mengigatkan dan memberikan masukan. (3) Hambatan yang dialami kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru meliputi kurang lenkapnya sarana dan prasarana sekola, keterbatasan waktu dan dana. Kata Kunci: Kompetensi Manajerial dan Kinerja Guru
PENDAHULUAN Manajemen pada hakikatnya merupakan suatu proses perencanaan, mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspek agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien. Dikatakan suatu proses, karena semua manajer dengan ketangkasan dan keterampilan yang dimilikinya mengusahakan dan mendayagunakan berbagai kegiatan yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan. Paradigma baru manajemen pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas secara efektif dan efisien perlu didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas. Kepala sekolah merupakan salah satu komponen yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Seorang kepala sekolah harus mempunyai kompetensi untuk mengelola segala sumber daya yang dimiliki oleh sekolah secara maksimal agar dapat mencapai tujuan sekolah. Hal ini disebabkan sumber daya yang dimiliki oleh sekolah merupakan modal dasar untuk mencapai tujuan sekolah.
Sumber daya manusia disekolah tidak lain adalah para guru dan karyawan yang ada disekolah, serta siswa dan masyarakat sekitar. Seorang kepala sekolah harus mempunyai kemampuan untuk mengelola mereka agar efektif dan efisien, seorang kepala sekolah juga harus mampu menciptakan kondisi kerja yang kondusif untuk semua unsur. Guru adalah figur manusia sumber yang menempati posisi dan memegang peranan penting dalam pendidikan. Ketika semua orang mempersoalkan masalah dunia pendidikan, figur guru mesti terlibat dalam agenda pembicaraan, terutama yang menyangkut persoalan pendidikan formal disekolah. Karena itu guru sebagai pelaku utama pendidikan. Sehubungan dengan kemampuan yang harus dimiliki kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya sebagai manajer sekaligus sebagai supervisor dapat dilakukan melalui: diskusi kelompok, kunjungan kelas, pembicaraan individual, simulasi pembelajaran.
*Mariati adalah Magister Administrasi Pendidikan, Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Mei 2013, Volume 15 Nomor 2
Peran kepala sekolah sebagai pemimpin diharapkan mampu mewujudkan fungsi-fungsi kepemimpinan dalam keseluruhan dan proses pendidikan disekolah. Keberhasilan pendidikan disekolah ditentukan oleh kemampuannya mempengaruhi, membimbing, menggerakkan dan memotivasi individu-individu (guruguru) yang terlibat dalam tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Mulyasa(2005:113) Kepala sekolah sebagai pimpinan sekolah yang sekaligus sebagai manajer memiliki peran dan tanggung jawab untuk meningkatkan kinerja guru. Upaya kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru merupakan modal utama setelah adanya peserta didik. Untuk itu perlu adanya peningkatan- peningkatan yang kontinyu yaitu pembinaan kepala sekolah terhadap kinerja guru untuk mengoptimalkan implementasi prestasi siswa. Kepala sekolah dalam aktivitas manajerialnya menjalankan pemimpinan pendidikan dan intinya adalah pada pengambilan keputusan pendidikan yang akan menentukan corak masa depan sekolah. Sebagai pemimpin lembanga pendidikan, kepala sekolah bertugas memotivasi para staf pengajar untuk berprestasi, menumbuhkan kemauan bertanggung jawab sebagai rasional dan objektif dalam peningkatan proses belajar mengajar, bekerja sama dalam membuka peluang pengembangan program pengajaran, mengembangkan komunikasi bagi komunitas sekolah dalam rangka peningkatan profesionalitas tenaga kependidikan. Untuk meningkatkan kreativitas guru dalam melaksanakan tugas dan fungsi mengajar tidak lepas dari pentingnya dukungan peran pihak lain mulai dari instansi di tingkat pusat sampai dengan kepala sekolah. Agung (2010: 80) menjelaskan bahwa “kepala sekolah bukan hanya dituntut dapat menciptakan kondisi dan suasana yang kondusif untuk menstimulir kemunculan kreativitas guru, tetapi juga mampu mewujudkan seperangkat peran lain, antara lain: sebagai manajer, motivator, dinamisator, fasilitator, supervisor dan evaluator”. Menurut UU No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen “guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
84
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada berbagai jenjang pendidikan dari pendidikan anak usia dini sampai pendidikan menengah”. Sebagai pendidik yang profesional, seorang guru dituntut untuk menguasai sejumlah kompetensi. Kompetensi yang dimaksud adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas profesionalnya. Untuk menghasilkan guru yang baik dan berkualitas dituntut memiliki sejumlah kompetensi untuk dapat melaksanakan tugastugas profesional. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 pasal 28 ayat 3 tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan “standar kompetensi yang harus dikuasai seorang guru mencakup kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial”. (Muslich, 2007: 87). Kewajiban guru yang paling utama dalam pendidikan adalah harus mampu bagaimana mengondisikan lingkungan belajar yang menyenangkan yang dapat membangkitkan semangat belajar dan rasa ingin tahu siswa sebagai peserta didik sehingga tumbuh motivasi belajar. Guru bukan hanya bertanggung jawab terhadap aspek pengetahuan saja, tetapi juga terhadap aspek mendidik kepribadian, misalnya dalam hal disiplin dan tanggung jawab. Sebagai komponen utama dalam proses pendidikan, maka guru senantiasa harus dipacu motivasi kerjanya dalam peningkatan mutu pendidikan. Upaya meningkatkan kinerja, terutama sekali harus dilakukan oleh kepala sekolah sebagai top manajer. Untuk meningkatkan kinerja guru kepala sekolah di tuntut untuk bekerja keras melakukan pembinaan terhadap guru-guru dibawah kepemimpinannya. Melalui pembinaan yang terprogram dan terus menerus kepala sekolah diharapkan akan mampu memperbaiki kinerja guru-guru dibawah pimpinannya. Tugas kepala sekolah sangat berkaitan dengan peningkatan kinerja guru karena program- program yang disusun oleh kepala sekolah adalah merupakan tugas- tugas yang harus dilaksanakan oleh guru. Melihat kondisi kinerja guru sekarang sudah sangat memprihatinkan sehingga peran kepala sekolah sebagai manajer sangat sangat
Mariati, Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah
dibutuhkan dalam meningkatkan kinerja guru. Kerja sama kepala sekolah dalam upaya meningkatkan kinerja guru harus didasarkan pada tujuan peningkatan kinerja tenaga kependidikan dalam melaksanakan tugas.
TUJUAN PENELITIAN Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang bagaimana kompetensi manajerial kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru di MTsN Meuraxa. Secara khusus untuk mengetahui program kepala MTsN Meuraxa dalam meningkatkan kinerja guru dan untuk mengetahui hambatan- hambatan yang dialami kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru di MTsN Meuraxa.
PERTANYAAN PENELITIAN 1. Bagaimanakah program kepala MTsN Meuraxa untuk meningkatkan kinerja guru? 2. Bagaimanakah pelaksanaan program peningkatan kinerja guru di MTsN Meuraxa? 3. Apa hambatan-hambatan yang dialami kepala madrasah dalam meningkatkan kinerja guru di MTsN Meuraxa?
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. “Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek peneliti misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain- lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata- kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memamfaatkan berbagai metode alamiah” (Moleong, 2006:6).
KAJIAN PUSTAKA Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah Menurut Purwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (Usman. 2006:14) menyatakan: “Kompetensi berarti (kewenangan) kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal”. Pengertian
85
dasar kompetensi (competency) yaitu kemampuan atau kecakapan. Menurut Spencer and Spencer (Uno. 2009: 78) menjelaskan bahwa “kompetensi merupakan sebagai karakteristik yang menonjol dari seseorang individu yang berhunbungan dengan kinerja efektif dan/ atau superior dalam suatu pekerjaan atau situasi”. Berdasarkan pengertian diatas dapat dikatakan bahwa kompetensi merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang sehingga membolehkan ia untuk mengisi suatu peran, kompetensi juga merupakan pengetahuan dan keterampilan yang menjadi kunci untuk menghas ilkan out put dari suatu pelatihan dan pengembangan peran mereka. Kompetensi digunakan untuk melakukan penilaian terhadap standar, memberikan indikasi yang jelas tentang keberhasilan dalam kegiatan pengembangan, membuat sistem pengembangan dan dapat digunakan untuk menyusun uraian tugas seseorang. Ketercapaian tujuan pendidikan sangat tergantung pada kecakapan dan kompetensi yang dimiliki oleh kepala sekolah. Berdasarkan Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 ada lima jenis kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap kepala sekolah yaitu: kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial, kompetensi kewirausahaan, kompetensi supervisi, kompetensi sosial. Untuk lebih jelasnya lagi penulis akan membahasnya satu persatu: a. Kompetensi kepribadian meliputi: memiliki integritas yang kuat sebagai pemimpin, memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai kepala sekolah, bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi, mampu mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan sebagai kepala sekolah, memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan. b. Kompetensi manajerial meliputi: mampu menyusun perencanaan sekolah untuk berbagai tingkatan perencanaan, mampu mengembangkan organisasi sekolah sesuai dengan kebutuhan, memimpin guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal, mampu mengelola guru dan staf dalam pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal.
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Mei 2013, Volume 15 Nomor 2
c. Kompetensi kewirausahaan meliputi: menciptakan inovasi yang berguna bagi sekolah, bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang efektif, memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas Pokok dan fungsinya sebagai pemimpin sekolah/madrasah, pantang menyerah dan selalu mencari solusi yang terbaik dalam menghadapi kendala yang dihadapi sekolah/madrasah, memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan produksi/jasa sekolah sebagai sumber belajar peserta didik. d. Kompetensi supervisi meliputi: mampu melakukan supervisi sesuai prosedur dan teknik-teknik yang tepat dan mampu melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan program pendidikan sesuai dengan prosedur yang tepat. e. Kompetensi sosial meliputi: terampil bekerja sama dengan orang lain berdasarkan prinsip yang saling menguntungkan dan memberi mamfaat bagi sekolah, mampu berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan. Program Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru. Program merupakan rancangan dari suatu rencana yang disusun sedemikian rupa yang sudah diperhitungkan, tempat, waktu, biaya, siapa saja yang terlibat didalamnya dan alatalat pendukung operasionalnya. Menurut Kadarmawan (2004:57) menjelaskan “program merupakan gabungan dari tujuan-tujuan, kebijakan-kebijakan, prosedur-prosedur, pembagian tugas-tugas, langkah-langkah yang ambil, sumber-sumbernya yang akan digunakan dan unsur-unsur lain yang akan diperlukan untuk melaksanakan arah tindakan tertentu”. Program biasanya didukung oleh modal dan anggaran belanja. Oleh karena itu dalam pengembangan program sekolah, kepala sekolah harus melakukan pembinaan pengajaran sebagai suatu usaha memperbaiki program pengajaran untuk dipahami oleh kepala sekolah. Dengan mengetahui dan memahami tahap- tahap proses perbaikan pengajaran akan membantu para kepala sekolah untuk melaksanakan pembinaan program pengajaran.
86
Pelaksanaan Program Peningkatan Kinerja Guru. Pelaksanaan program merupakan suatu hal yang wajib dilaksanakan olehseorang pimpinan dan bawahannya pada suatu organisasi, dan apabila pelaksanaan program ini tidak dilaksanakan dengan baik maka keberhasilan organisasi tersebut tujuan yang diharapkan tidak akan tercapai. Adapun pelaksanaan suatu program dalam sebuah organisasi pendidikan disekolah yang dilaksanakan oleh kepala sekolah dan guru melaksanakannya dengan sungguh - sungguh, seperti dalam pelaksanaan program - program yang telah disusun secara bersama-sama sangat bermanfaat bagi proses pelaksanaannya. Hambatan-Hambatan Yang Dialami Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru Hambatan-hambatan yang dihadapi kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru antara lain keterbatasan waktu dalam mengembangkan kompetensi. Untuk itu kepala sekolah megirimkan guru-guru pada panataran yang ada permintaan dari instansi terkait bertujuan untuk meningkatkat pengetahuan dan keterampilan serta komitmen guru. Selain itu kepala sekolah juga berupaya memotivasi guru-guru agar melibatkan diri dalam kegiatan MGMP yang bertujuan untuk menambah pegetahuan yang akhirnya dapat memberi penambahan wawasan pengetahuan tentang disiplin ilmu yang diasuhnya. Kinerja Guru Mangkunegara (2006:11) memberi pengertian bahwa: “kinerja artinya hasil yang dicapai oleh seseorang menurut standar yang berlaku untuk pekerjaan yang bersangkutan”. Orang yang tingkat performennya tinggi disebut sebagai orang yang produktif, dan orang yang tidak mencapai standar yang telah ditetapkan untuk pekerjaannya dikatakan sebagai orang tidak produktif atau berformance rendah. Secara konseptual, kinerja merupakan terjemahan yang paling dianggap sesuai dari istilah performance.
HASIL PEMBAHASAN Program Dalam peningkatan Kinerja Guru Dalam penelitian terungkap bahwa setiap tahun kepala sekolah membuat program
Mariati, Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah
kerja kepala MTsN Meuraxa dan juga memprioritaskan pada bidang-bidang antara lain bidang umum bidang kurikulum, bidang kesiswaan, bidang kepegawaian, bidang keuangan, bidang sarana/prasarana, bidang ketatausahaan, bidang hubungan masyarakat dan lain-lain. Dengan tujuan untuk mencapai visi dan misi serta meningkatkan kinerja guru sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan, melibatkan semua komponen sekolah dan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kinerja guru, baik dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran. Hal ini terlihat dari bertambahnya pemahaman guru tentang perencanaan, sehingga menghasilkan komitmen guru untuk terus meningkatkan kinerja demi tercapainya tujuan yang diharapkan. Dari hasil penelitian dijelaskan bahwa sebuah program bukan hanya kegiatan tunggal yang dapat diselesaikan dalam waktu singkat, tetapi merupakan kegiatan yang berkesinambungan karena melaksanakan suatu kebijakan. Oleh karena itu sebuah program dapat berlangsung dalam kurun waktu relatif lama. Dengan demikian program adalah suatu unit atau kesatuan kegiatan, maka program merupakan sebuah sistem, yaitu rangkaian kegiatan yang dilakukan bukan hanya satu kali tetapi berkesinambungan. Gagal program berarti suatu kegagalan bersama, baik atau kurang baik, singkron atau tidaknya suatu program belum dapat diukur. Tetapi, prosedur dan tuntutan proses manajemen pendidikan disekolah sudah dilakukan kerjasama dengan semua komponen yang ada disekolah untuk mencapai tujuanya terwujud dalam visi dan misi sekolah, yang direalisasikan dalam program dan diselaraskan dengan perkembangan globalisasi dan tuntutan dunia pendidikan. Pelaksanaan program dalam meningkatan kinerja guru Dari hasil penelitian tergambar jelas bahwa dalam peningkatan kinerja guru proses belajar mengajar yang digerakkan oleh kepala sekolah sebagai penanggung jawab. Dengan ini merupakan salah satu langkah yang tepat untuk mencapai pelaksanaan peningkatan kinerja guru, dimana dalam pelaksanaannya kepala sekolah telah memberi pembinaan dan pengarahan terhadap guru-guru sehingga menghasilkan kerja sama serta saling
87
berkomunikasi sesama guru dengan kepala sekolah hingga menambahkan wawasan dan pendekatan secara spikologi. Sedang untuk pelatihan dan penataran serta mengikut sertakan guru melalui MGMP dapat memberikan pengaruh terhadap kemampuan guru dalam meningkatkan kinerja guru dan kualitas pendidikan dengan mencetak out-put pendidik yang berkualitas dan mampu bersaing di era globalisasi. Hambatan-hambatan yang dialami kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru Wajar saja jika dalam pelaksanaan program-program sekolah mengalami hambatan-hambatan yang dihadapi kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru baik itu berasal dari dalam diri guru, dari dalam sekolah, bahkan kendala dari luar sekolah. Kendala-kendala ini antara lain yaitu kurangnya fasilitas yang tersedia, anggaran Madrasah terbatas dan tanggung jawab guru masih rendah. Terkait dengan sarana dan prasarana yang masih sangat kurang fasilitas. Ruang kepala sekolah yang kurang layak, ruang laboratorium yang belum memadai, ruang pustaka yang tidak memenuhi syarat, bukubuku pelajaran yang ada dipustaka sangat terbatas sehingga tidak dapat membantu para guru untuk mencari referensi tambahan untuk membuat persiapan bahan mengajar serta kurangnya media belajar dan waktu. Keterbatasan fasilitas ini berdampak pada kinerja guru yang dapat menyebabkan guru tidak bersemangat dalam melaksanakan tanggung jawabnya. Walaupun ada sedikit hambatan, sehingga guru sulit untuk meningkatkan kinerja, tetapi komitmen bersama antara kepala sekolah, guru, dan semua warga sekolah selalu berusaha untuk meningkatkan mutu pendidikan dan meningkatkan kinerja guru.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan a. Program kerja kepala sekolah dilaksanakan sebelum awal tahun ajaran baru, dinama program yang disusun untuk satu tahun ajaran. Program kerja kepala sekolah MTsN Meuraxa memprioritaskan pada bidang-bidang umum ,bidang kurikulum, bidang kesiswaan, bidang kepegawaian,
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Mei 2013, Volume 15 Nomor 2
bidang keuangan, bidang sarana/prasarana, bidang ketatausahaan, bidang hubungan masyarakat dan lain-lain. Dengan tujuan untuk mencapai visi dan misi serta tujuan yang diharapkan demi untuk meningkatkan mutu pendidikan, melibatkan semua komponen sekolah dan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kinerja guru, baik dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran. Hal ini terlihat dari bertambahnya pemahaman guru tentang perencanaan, sehingga menghasilakan komitmen guru untuk terus meningkatkan kinerja demi tercapainya tujuan yang diharapkan. b. Pelaksanaan program kerja kepala sekolah yaitu pelaksanaan program untuk meningkatkan kinerja guru dilakukan melalui pelatihan-pelatihan dan penataran serta mengikut sertakan guru-guru melalui MGMP untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh guru, melaksanakan pembinaa terhadap guru-guru dan melakukan motivasi dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan kinerja guru melalui tutor kolega. Kepala sekolah memberikan kepercayaan kepada guru untuk melakukan tutor kolegan sehingga guru bisa saling mengigatkan dan memberikan masukan. Ini merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan keterampilan, pengembangan kemampuan tenanga pendidikan khususnya guru yang didasarkan kepada tuntutan kebutuhan lembaga dan perkembanga globalisasi. c. Hambatan yang dihadapai oleh kepala sekolah yang menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan program adalah tidak lengkapnya sarana dan prasarana sehingga aktifitas dalam proses belajar mengajar jadi agak terhambat. Selain dari pada itu keterbatasan dana dan keterbatasan waktu. Keterbatasan danan dan waktu suatu hal yang sangat mengganggu pelaksaan program dalam meningkatkan kinerja guru, sehingga dilakukan berskala dan bertahap, sesuai dengan ketersediaan dana demikian dengan keterbatasan waktu, baik guru dan batas waktu anggaran, menyangkut dengan pertanggang jawaban dalam setiap tahun anggaran.
88
Saran 1. Kepada kepala sekolah agar tidak bosan dan jenuh untuk melaksanakan pembinaan terhadap peningkatan kinerja guru yang telah lulus sertifikasi, sehingga tujuan sekolah sebagai lembaga yang berfungsi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dapat berfungsi maksimal. Dan juga kepada kepala sekolah dapat terus menjaga suasana kondusif yang telah tercipta dilingkungan kerjanya dapat terus dipertahankan dan apabila mungkin untuk dapat terus ditingkatkan. 2. Kepada para guru, agar dapat meningkatkan kinerja dan motivasinya dalam mengikuti setiap pembinaan yang dilakukan, dan juga dalam melaksanakan tugas harus dengan penuh tanggung jawab, dimana kehidupan bangsa Indonesia khususnya dan Aceh khusunya dimasa yang akan datang ditentukan oleh generasi yang sedang kita bina. 3. Kepada lembaga yang menangani dibidang pendidikan dalam hal ini Kementerian Agama, agar dapat meningkatkan subsidi dana untuk sekolah, sehingga kendala yang disarankan oleh kepala sekolah dan guruguru dilapangan seperti kurangnya sarana dan prasarana serta minimnya alat laboratorium dan alat bantu pembelajaran dapat teratasi. DAFTAR PUSTAKA Agung, Iskandar. (2010). Meningkatkan Kreativitas Pembelajaran Bagi Guru. Jakarta: Bestari Busana Murni. Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: Asdi Moha Satia. Baterman, Snell (2008). Manajemen: (Second etd). Jakarta : Salemba. Denim, S. (2007). Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok. Jakarta: Rineca Cipta. Depdiknas (2003). Undang- undang RI No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Eko Jaya. Djamarah, Bahri Syaiful. (2005). Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif: suatu pendekatan teoretis psikologis. Jakarta: Rineka Cipta.
Mariati, Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah
Darmadi, Hamid. (2009). Kemampuan Dasar Mengajar: landasan konsep dan implementasi. Bandung: Alfabeta. Gunawan, A, (2008). Administrasi Sekolah. Jakarta: Rineca Cipta Husaini, Usman. (2009). Manajemen Teori, Praktik dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Idrus Ali, (2009). Manajemen Pendidikan Global (Visi, Aksi dan Adaptasi). Jakarta: Gaung Persada Press. Kunandar, (2009). Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Permendiknas Nomor 13 tahun 2007. Tugas Pokok dan Fungsi Kepala Sekolah. Jakarta: Dipdikbud.
Saroni,
89
Muhammad. (2006). Manajemen Sekolah: Kiat Menjadi Pendidik Yang Kompeten. Jogjakarta: ArRuzz Media.
Soetjipto dan Kosasi Raflis. (2007). Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta. Sudjana, Nana. (2006). Metode Statitik. Bandung: Tarsito. Suhardan, Dadang. (2010). Supervisi Profesional. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Wahjosumidho, (2010). Kepemimpinan Kepala Sekolah (Tinjauan Teoretik dan Permasalahannya). Jakarta. Rajawali Pers. Wibowo, (2007) Manajemen Kinerja. Jakarta : Raja Grafindo Persa
90
MODEL PENGEMBANGAN PROGRAM BAHASA INGGRIS INDOOR AND OUTDOOR DALAM MENINGKATKAN PRESTASI SEKOLAH DAN SISWA SECARA MENYELURUH Oleh *Fauzuddin dan **Sariakin Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan secara deskriptif dan holistik tentang model pembelajaran Bahasa Inggris indoor dan outdoor untuk meningkatkan prestasi siswa secara menyeluruh. Penelitian ini dirancang dengan pendekatan penelitian dan pengembangan, yaitu penelitian ditindak lanjuti dengan program pengembangan dengan tujuan untuk memperbaiki atau menyempurnakan kondisi obyek yang diteliti. Sampel penelitian ini terdiri dari dua SMA unggul, masing-masing di Aceh Besar dan Kota Banda Aceh. Untuk menghasilkan model pembelajaran Bahasa Inggris indoor and outdoor di SMA unggul di Aceh Besar dan Banda Aceh dilakukan langkah-langkah sistimatis dalam bentuk proses aksi, refleksi, evaluasi, dan inovasi. Metode yang dipakai adalah observasi langsung, pengembangan, dan evaluasi. Kredibilitas data dicek dengan trianggulasi, pengecekan anggota, diskusi teman sejawat, dan pengecekan kecukupan referensi, sedangkan dependebilitas dan konfirmabilitas dicapai melalui pengauditan oleh para pakar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepala sekolah sangat pro aktif dalam meningkatkan prestasi guru dan siswa khususnya dalam penguasaan Bahasa Inggris, kedua sekolah menerapkan sistim pembelajaran bahasa Inggris yang sangat variatif, Guru Bahasa Inggris melaksanakan pembelajaran di dalam kelas untuk pengkajian materi/teori, sedangkan yang bersifat praktek mereka lebih cendrung mengajak siswanya untuk melakukan pembelajaran di luar kelas. Kata Kunci: pengembangan, indoor, outdoor, prestasi, sekolah
PENDAHULUAN Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain. Selain itu, pembelajaran bahasa juga membantu peserta didik mampu mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat, dan bahkan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Bahasa Inggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tulis. Berkomunikasi adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya. Kemampuan berkomunikasi dalam pengertian yang utuh adalah kemampuan berwacana, yakni kemampuan memahami dan/atau menghasilkan teks lisan dan/atau tulis yang direalisasikan dalam empat keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara,
membaca dan menulis. Keempat keterampilan inilah yang digunakan untuk menanggapi atau menciptakan wacana dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, mata pelajaran Bahasa Inggris diarahkan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan tersebut agar lulusan mampu berkomunikasi dan berwacana dalam bahasa Inggris pada tingkat literasi tertentu. Tingkat literasi mencakup performative, functional, informational, dan epistemic. Pada tingkat performative, orang mampu membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara dengan simbol-simbol yang digunakan. Pada tingkat functional, orang mampu menggunakan bahasa untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seperti membaca surat kabar, manual atau petunjuk. Pada tingkat informational, orang mampu mengakses pengetahuan dengan kemampuan berbahasa, sedangkan pada tingkat epistemic orang mampu mengungkapkan pengetahuan ke dalam bahasa sasaran (Wells, 1987). Menurut David Nunan dalam Savignon (1983) pembelajaran bahasa hendak dibelajarkan menggunakan pendekatan
*Dr. Fauzuddin, M.Pd adalah Dosen Tetap Yayasan Pembangunan Serambi Mekkah ** Sariakin, S.Pd., M.Pd adalah Dosen Kopertis Wil I DPK pada FKIP Universitas Serambi Mekkah
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Mei 2013, Volume 15 Nomor 2
komunikatif. Dimana pendekatan komunikatif berdasarkan teori bahasa adalah suatu sistem untuk mengekspresikan suatu makna, yang menekankan fada dimensi semantik dan komunikatif dari pada ciri-ciri gramatikal bahasa. Oleh karena itu yang perlu ditonjolkan adalah interaksi dan komunikasi bahasa, bukan pengetahuan tentang bahasa. Teori belajar yang cocok untuk pendekatan ini adalah teori pemerolehan bahasa kedua secara alamiah. Teori ini beranggapan bahwa proses belajar lebih efektif apabila bahasa diajarkan secara alamiah sehingga proses belajar bahasa lebih efektif dilakukan melalui komunikasi langsung dalam bahasa yang dipelajari. Kebutuhan siswa yang utama dalam belajar bahasa berkaitan dengan kebutuhan berkomunikasi maka tujuan umum pembelajaran bahasa adalah untuk mengembangkan siswa untuk berkomunikasi. Dalam pembelajaran Bahasa Inggris dengan pendekatan komunikatif siswa dihadapkan pada situasi komunikasi nyata, seperti tukar menukar informasi, negoisasi makna atau kegiatan lain yang riil. Dalam pendekatan komunikatif peran guru hanya bersifat memfasilitasi proses komunikasi , partisipan tugas dan teks, menganalisa kebutuhan, konselor dan manajer pembelajaran. Sementara siswa berposisi pada pemberi dan penerima, negosiator, dan interaktor sehingga siswa tidak hanya menguasai bentuk-bentuk bahasa, tetapi bentuk dan maknanya dalam kaitannya dengan konteks pemakaian. Materi yang disajikan dalam peranan sebagai pendukung usaha meningkatkan kemahiran berbahasa dalam tindak komunikasi nyata. Dalam menjalani kehidupan dalam era globalisasi dan perdagangan bebas ini disadari bahwa segala bentuk informasi dan aktivitas bisnis maupun institusi pendidikan akan dijalankan dengan menggunakan bahasa pengantar internasional, terutama Bahasa Inggris. Era pasar bebas sekarang ini menuntut masyarakat indonesia untuk menguasai bahasa internasional atau Bahasa Inggris. Pada saat itu hanya mereka yang menguasai bahasa internasional ini yang mampu bertahan. Bahasa menjadi alat yang sangat penting sebagai media komunikasi dalam menyampaikan informasi, ide pembaharuan, dan konsep-konsep perkembangan.
91
Sebagai bahasa internasional, bahasa Inggris dipakai dalam komunikasi pada bidang ilmu pengetahuan, teknologi, perdagangan, politik, dan bidang-bidang di mana berbagai bangsa mempunyai kepentingan. Mengingat betapa pentingnya bahas Inggris tersebut maka sebahagian besar individu, baik itu mahasiswa, siswa, pekerja, maupun profesional ingin belajar Bahasa Inggris. Alternatif pilihan yang begitu banyak membuat calon siswa kesulitan menentukan jenis dan bentuk pelatihan bahasa Inggris yang sesuai dengan keinginan mereka. Biasanya pilihan dijatuhkan pada lembaga pelatihan Bahasa Inggris yang ternama. Namun demikian lembaga yang punya nama besar belum menjadi jaminan kualitas pengajaran. Lemahnya kemampuan mengajar Bahasa Inggris menyebabkan proses komunikasi antara siswa dan guru berjalan kurang baik, sehingga belum dapat menjamin hasil yang optimal. Sampai dengan saat ini, kedudukan bahasa Inggris di negara Indonesia masih merupakan bahasa asing. Namun demikian, keberadannya di lingkungan masyarakat Indonesia sudah tidak asing lagi. Hal tersebut dikarenakan pemerintah telah menetapkan bahasa Inggris sebagai bahasa asing yang perlu dipelajari oleh masyarakat Indonesia demi untuk dapat mengikuti perkembangan jaman dan kemajuan era globlalisasi. Sebagaimana diungkapkan oleh Noss (1999) bahwa: Among the existing foreign languages in Indonesia, English is the most important. It was choosen by the government as the language of wider communication at the beginning of independence, and has since occupied a special position in the country as the only compulsory foreign language subject in the public school.(Noss, 1999) Pada umumnya kedudukan bahasa Inggris sebagai bahasa asing diartikan sebagai bahasa Inggris yang digunakan oleh masyarakat yang bukan merupakan penutur asli bahasa Inggris tersebut. Hal tersebut dinyatakan oleh beberapa ahli sebagai berikut: 1. English as foreign language means that English studied as one of many foreign languages and serves little communicative function for students
Fauzuddin & Sariakin, Model Pengembangan Program Bahasa Inggris
they finish the actual course. (Judd in Kennedy, 1989). 2. English as a language which does not fulfill some functions in the life of the community. (Corder, 1973) 3. English as a foreign language (EFL) refors to English taught to the non English speakers in situation where it is not the primary language. (Robinnet, 1978) Dengan kedudukannya sebagai bahasa asing di Indonesia, maka tujuan pembelajarannya pun menjadi berbeda-beda antara orang yang satu dengan orang yang lain. Pada umumnya, para siswa belajar Bahasa Inggris karena sekolah mewajibkan mereka untuk mempelajarinya. Namun demikian, masih terdapat banyak alasan mengapa orang mau belajar Bahasa Inggris, seperti yang dikemukakan oleh Harmer (1992) berikut ini. English is learnt by a great number of people in the world with different reasons. Students learn English because it is on the school curriculum whether they like it or not, while some people want to study English because they think it offers a chance for advancement in their professional lives, or because they will survive in the target community, that is English speaking country”.( Harmer, 1992) Dalam usaha untuk mempelajari bahasa asing, seseorang hendaknya sekurangkurangnya harus berusaha keras untuk menguasainya yang di dalamnya termasuk penguasaan kebudayaan baru, cara berpikir yang baru, serta cara bertindak yang baru pula. Keterlibatan secara menyeluruh baik fisik, intelektual, maupun emosional sangat diperlukan agar dapat berhasil sepenuhnya di dalam mengungkapkan dan menerima pesan melalui media bahasa kedua. Setiap sekolah baik negeri maupun swasta selalu berkeinginan menjadi sekolah yang unggul ataupun ‘berpestasi’. Bahkan khususnya pada jenjang pendidikan menengah pada sekitar tahun 1996-1997, banyak diupayakan untuk menyelenggarakan apa yang dikenal SMA ‘unggulan’ atau SMA ‘plus’. SMA seperti ini diselenggarakan dengan semangat untuk mencapai prestasi yang terbaik sehingga SMA seperti ini menjadi pilihan utama masyarakat sebagai SMA favorit bagi anak-anak mereka.
92
Lembaga pendidikan yang ingin bertahan harus selalu bagus dalam operasionalnya dan harus mempu mengelola kegiatannya secara profesional, artinya harus selalu mengikuti arus globalisasi. Kebutuhan manusia baik yang menyangkut masalah kebutuhan tenaga kerja yang setiap saat berubah maupun kebutuhan sosial agama dimana manusia dalam bermasyarakat dituntut serta terpenuhi, baik untuk mencari kehidupan dunia maupun kehidupan akherat dan selalu mengikuti kebijaksanaan pemerintah. Sekolah yang mampu melaksanakan kegiatan itu akan selalu menarik minat siswa untuk masuk dan akan menjadi sekolah terdepan. Sementara sekolahsekolah yang mengabaikan perubahanperubahan serta kemajuan teknologi dan informasi yang dituntut oleh era globalisasi seperti saat sekarang ini akan menjadi sekolah yang tertinggal dan ditinggalkan oleh masyarakat. Di samping itu, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya yang diterapkan dalam pendidikan di sekolah juga cenderung bergerak maju semakin pesat, sehingga menuntut penguasaan secara profesional. Menyadari hal tersebut, setiap kepala sekolah dan seluruh tenaga kependidikan dihadapkan pada tantangan untuk melaksanakan pengembangan pendidikan secara terarah, berencana, dan berkesinambungan untuk meningkatkan prestasi siswa dan sekolah. Selanjutnya kepala sekolah dan para guru juga harus mampu memahami dan menyadari bahwa perubahan lingkungan yang terjadi dalam berbagai bentuk seperti peningkatan kreativitas, inovasi, visi masa depan, pemanfaatan teknologi yang makin canggih, orientasi baru dalam interaksi dengan semua pihak yang berkepentingan menuntut lembaga pendidikan untuk menyesuaikan dengan perubahan tersebut, sehingga kepala sekolah beserta dewan guru harus mampu menciptakan suatu lingkungan kerja yang bersifat positif dan kondusif yang akan menjadi salah satu faktor peguat (reinforcement) untuk mengarahkan perilaku (kebiasaan) yang positif yang mengarah pada perubahan tersebut. Untuk itu, sangat perlu diadakan analisis dan tinjauan-tinjauan yang mengarah kepada peningkatan kualitas sekolah melalui model-model pengembangan program pembelajaran di sekolah sehingga
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Mei 2013, Volume 15 Nomor 2
terciptalah lembaga-lembaga pendidikan sesuai harapan pemerintah dan masyarakat selaku pengguna jasa lembaga pendidikan tersebut. Di sisi lain, para siswa akan dapat memiliki kemampuan berbahasa Inggris yang komunikatif hanya jika mereka benar-benar terlibat dalam suatu pross pembelajaran yang diselenggarakan oleh sekolah mereka masingmasing. Tanpa adanya keterlibatan secara langsung dalam proses pembelajaran, maka siswa tidak akan mencapai kemampuan berbahasa Inggris secara maksimal. Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran baik di dalam kelas maupun di luar kelas akan membantu mereka dalam mempelajari dan memahami serta menguasai materi-materi yang diberikan oleh guru. Dengan kata lain, seorang siswa akan berhasil dalam pembelajaran bahasa Inggris jika mereka benar-benar memiliki keterlibatan langsung selama proses pembelajaran. Mengingat betapa pentingnya kedudukan bahasa Inggris di Indonesia, maka perlu adanya lembaga yang dapat memfasilitasi pengajaran bahasa Inggris. Salah satu lembaga resmi pemerintah yang turut serta mengembangkan bahasa Inggris adalah sekolah. Sekolah merupakan salah satu tempat/lembaga di mana bahasa Inggris diajarkan, mulai dari Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas dan bahkan sampai tingkat Perguruan Tinggi. Di sekolah para siswa diajar bahasa Inggris dalam bentuk lisan maupun dalam bentuk tetulis (written cycle). Hal ini merupakan tantangan yang perlu dicari jalan keluarnya melalui sebuah penelitian. Dan penelitian ini akan menemukan model pembelajaran Bahasa Inggris yang dapat meningkatkat prestasi siswa sekaligus prestasi sekolah. Mengacu pada permasalahan diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk menemukan, mendeskripsikan dan menjelaskan tentang model pengembangan program Bahasa Inggris indoor and outdoor di sekolah dalam meningkatkan prestasi siswa sekaligus prestasi sekolah.
METODE PENELITIAN Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, penelitian ini dirancang dengan pendekatan penelitian dan pengembangan
93
(Borg & Gall, 1989), yaitu penelitian ditindaklanjuti dengan program pengembangan dengan tujuan untuk memperbaiki atau menyempurnakan kondisi obyek yang diteliti. Secara umum, siklus R&D terdiri atas need assessment, perancangan produk awal, uji lapangan, dan revisi produk berdasarkan data uji lapangan. Sebagai subjek dalam need assessment ini adalah kepala sekolah, guru-guru Bahasa Inggris, dan siswa di dua SMA Unggul di kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar. Uji coba terbatas dilakukan pada siswa kelas X.2 SMA Negeri 10 Fajar Harapan Banda Aceh dengan jumlah 32 orang. Data dan informasi yang dikumpulkan dalam need assessment adalah kondisi pembelajaran Bahasa Inggris di dalam kelas dan di luar kelas di dua sekolah unggul di atas, dan respon siswa terhadap pembelajaran bahasa Inggris di dalam dan di luar kelas, dalam pengembangan model pembelajaran Bahasa Inggris indoor dan outdoor. Sedangkan data yang diperlukan dalam uji coba terbatas adalah gain skor ternormalisasi (N-gain) yang menggambarkan efektivitas model pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris siswa secara menyeluruh. Semua data dianalisis secara desriptif. Untuk menghasilkan model pembelajaran Bahasa Inggris indoor and outdoor di SMA dilakukan langkah-langkah sistimatis dalam bentuk proses aksi, refleksi, evaluasi, dan inovasi. Metode yang dipakai adalah observasi langsung, pengembangan, experiment, dan evaluasi. Penelitian direncanakan dalam dua tahap, masingmasing selama dua tahun. Dalam laporan ini metode yang dipakai adalah metode penelitian tahap pertama, yaitu tahun 2011 seperti berikut ini. 1. Langkah pertama yang dilakukan adalah observasi kelas dan luar kelas secara langsung dalam pelajaran Bahasa Inggris yang direkam dengan tape recorder atau handycam. 2. Diadakan wawancara mendalam dengan guru yang diobservasi dan kepala sekolah secara terpisah. Wawancara dengan guru difokuskan pada sistem dan model pembelajaran Bahasa Inggris secara keseluruhan. Sedangkan wawancara dengan kepala sekolah menyangkut dengan
94
Fauzuddin & Sariakin, Model Pengembangan Program Bahasa Inggris
3.
managerial kelas dan penyediaan sarana dan prasarana. Hasil observasi kelas berupa data kualitatif, yaitu transkrip rekaman sistem dan model pembelajaran Bahasa Inggris indoor dan outdoor. Data ini dianalisis untuk menemukan perbandingan sistem dan model pembelajaran Bahasa Inggris, tingkat kompleksitas, dan tingkat keakuratannya.
4.
Langkah selanjutnya ialah membuat model pembelajaran Bahasa Inggris indoor dan outdoor dengan memperhatikan hasil observasi kelas dan luar kelas serta wawancara dengan guru dan kepala sekolah. Langkah-langkah dan target yang ingin dicapai dalam penelitian ini dapat dilihat dalam bagan alur penelitian di bawah ini.
LANGKAH I
LANGKAH IV
Studi pustaka dan hasilhasil penelitian yang relevan
Sosialisasi model pembelajaran Bahsa Inggris Indoor & outdoor
LANGKAH II
LANGKAH V
Merancang dan melaksanakan studi pendahuluan
Uji coba model pembelajaran Bahsa Inggris Indoor dan outdoor di sekolah sampel LANGKAH III
Pengembangan konseptualisasi model pembelajaran Bahsa Inggris Indoor dan outdoor
DESKRIPSI
PROTOTYPE
a. Perbandingan bahasa Inggris dan Indonesia b.kompleksitas
Model pembelajaran Bahasa Inggris indoor and outdoor di sekolah unggul
TAHAP I TAHUN 2011
LANGKAH VI
Revisi model pembelajaran Bahsa Inggris Indoor dan outdoor
HASIL
a. Model pembelajaran Bahasa Inggris indoor and outdoor di Sekolah b. Deskripsi efektivitas
TAHAP II TAHUN 2012
Gambar 1. Langkah-Langkah dan Target yang Ingin Dicapai dalam Penelitian
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Mei 2013, Volume 15 Nomor 2
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Peran Kepala Sekolah dalam pengembangan Bahasa Inggris di sekolah. Data membuktikan bahwa kepala sekolah memiliki cita-cita yang tinggi dalam meningkatkan prestasi sekolah. Harapan yang tinggi sangat berpotensi dan menjadi sumber semangat peningkatan mutu pendidikan/sekolah. Kedua kepala sekolah memiliki perhatian yang baik mengenai pentingnya perhatian terhadap kualitas guru dan siswa untuk mewujutkan sekolah menjadi berprestasi melalui berbagai prestasi yang diraih siswa, terutama sekali kemampuan siswa dalam menguasai bahasa Inggris. Kepala sekolah memusatkan perhatian pada pengelolaan proses belajar mengajar sebagai kegiatan utamanya, dan memandang kegiatan-kegiatan lain sebagai penunjang/pendukung proses belajar mengajar. Karena itu, pengelolaan proses belajar mengajar dianggap memiliki tingkat kepentingan tertinggi dan kegiatan-kegiatan lainnya dianggap memiliki tingkat kepentingan lebih rendah. Kepala sekolah menampilkan kemampuannya membina kerja sama dengan seluruh personel dalam iklim kerja terbuka yang bersifat kemitraan, serta meningkatkan partisipasi aktif dari orang tua murid. Dengan demikian, kepala sekolah bisa mendapatkan dukungan penuh dalam program peningkatan mutu pembelajaran siswanya. Kepala sekolah mengembangkan suasana antusias dalam belajar dengan memobilisasi sumberdaya yang ada untuk mencapai tujuan sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik untuk menghasilkan output yang diharapkan. Keterlibatan kepala sekolah dalam proses pembelajaran siswa lebih banyak dilakukan secara tidak langsung, yaitu melalui pembinaan terhadap para guru dan upaya penyediaan sarana belajar yang diperlukan. Kepala sekolah memfasiltasi dan memberikan kesempatan yang luas kepada guru Bahasa Inggris untuk dapat melaksanakan kegiatan pengembangan profesi melalui berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan, seperti: MGMP tingkat sekolah, in house training, diskusi profesional dan melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan di luar sekolah dalam mengikuti berbagai kegiatan pelatihan yang diselenggarakan pihak lain.
95
Kepala sekolah menciptakan situasi yang dapat menumbuhkan kreativitas dan memberikan peluang kepada guru dan siswa untuk melakukan eksperimentasi untuk menghasilkan kemungkinan-kemungkinan baru, Dengan kata lain, kepala sekolah mendorong warganya untuk mengambil dan mengelola resiko serta melindunginya sekiranya hasilnya salah. Kepala sekolah menjadi perantara untuk meneruskan instruksi kepada guru, serta menyalurkan aspirasi personel sekolah dari instansi kepada para guru, serta menyalurkan aspirasi personel sekolah kepada instansi vertikal maupun masyarakat. Pola komunikasi dari sekolah pada umumnya bersifat kekeluargaan dengan memanfaatkan waktu senggang mereka. Alur penyampaian informasi berlangsung dua arah, yaitu komunikasi top-down, cenderung bersifat instruktif, sedangkan komunikasi bottom-up cenderung berisi pernyataan atau permintaan akan rincian tugas secara teknis operasional. Media komunikasi yang digunakan oleh kepala sekolah ialah : rapat dinas, surat edaran, buku informasi keliling, papan data, pengumuman lisan serta pesan berantai yang disampaikan secara lisan. Kepala Sekolah mengalokasikan anggaran peningkatan kemampuan Bahasa Inggris siswa dengan memberikan pengayaan dan penambahan jam belajar bahasa Inggris di waktu sore dan malam hari. Secara berkala kepala sekolah juga melaksanakan kegiatan supervisi, yang melalui kegiatan kunjungan kelas untuk mengamati proses pembelajaran secara langsung, terutama dalam pemilihan dan penggunaan metode, media yang digunakan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran di kelas. 2.
Program Bahasa Inggris yang dikembangkan di Sekolah. Berdasarkan dari hasil analisis data yang diperoleh melalui observasi, interview dan dokumentasi, bahwa kedua sekolah yang menjadi obyek penelitian ini menerapkan sistim pembelajaran bahasa Inggris yang sangat variatif. Guru bahasa Inggris yang sudah memiliki kualifikasi pendidikan S2 menjadi suatu daya penggerak yang menguntungkan dalam peningkatan kualitas kemampuan bahasa Inggris siswa. Guru bahasa Inggris menerapkan pembelajaran kooperatif, CTL, dan sangat komunikatif.
Fauzuddin & Sariakin, Model Pengembangan Program Bahasa Inggris
Pengajaran yang dilakukan oleh guru adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dalam kegiatan belajar mengajar. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi, bertanya, maupun mengeluarkan pendapat, serta berinteraksi dengan siswa yang menjadikan siswa aktif dalam kelas. Dengan demikian peran guru di dalam kelas bukan lagi sebagai satu-satunya sumber belajar tetapi lebih bersifat sebagai penggerak atau pembimbing siswa untuk memperoleh pengetahuannya sendiri. Pengetahuan yang diperoleh siswa sendiri akan lebih melekat, lebih lama di pikiran dan menjadikan prestasi belajar siswa meningkatkan. Pembelajaran Bahasa Inggris yang diterapkan lebih cenderung untuk menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara. Dalam pembelajaran Bahasa Inggris dengan pembelajaran yang sangat variatif tentu dapat merangsang siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan kemampuan berimajinasi. Buah-buah pemikiran siswa akan dihargai, sehingga siswa merasa semakin terdorong untuk belajar. Selain itu, siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan ketrampilan berkomunikasi. Di samping itu situasi kelas menjadi menyenangkan dan bersahabat. Dalam proses belajar mengajar, guru secara sangat dominan berinteraksi atau berbicara dengan Bahasa Inggris di dalam kelas. Hal ini dirasakan sangat membantu untuk membiasakan siswa dan mereka akrab dengan bahasa Inggris. Disampin itu dalam penyajian materi pembelajaran guru tidak terlalu menekankan pada pembahasan tata bahasa (menggunakan communicative approach), sehingga para siswa sangat sering diberi kesempatan untuk tampil aktif dan meraka berperan dalam berbagai aktivitas pembelajaran bahasa Inggris di kelas. Kosa kata yang diajarkan diseleksi dan selalu berkaitan dengan keseharian, fakta, kejadian dan suasana yang terjadi di sekitar siswa, sehingga dalam berinteraksi dalam bahasa Inggris para siswa tidak mengalami kesulitan karena kata kata atau vocam yang sudah menjadi kekayaan bahasa mereka diperguna dalam kehidupan dan aktivitas sehari-hari.
96
3.
Model Pembelajaran Bahasa Inggris indoor dan outdoor yang dilakukan dalam meningkatkan prestasi sekolah di Sekolah. Pembelajaran di luar kelas salah satu cara yang sangat efektif untuk membangun semangat belajar siswa. Dengan model pembelajaran di luar kelas, siswa lebih bersemangat dalam belajar, lebih fokus dan konsentrasi pada materi, pengembangan daya pikir lebih leluasa, dan suasana belajar lebih enjoy. Siswa juga lebih berani mengemukakan pendapat, sehingga pembelajaran lebih aktif. Guru Bahasa Inggris pada kedua sekolah yang dilakukan penelitian ini sangat sering melakukan pembelajaran di luar kelas. Pada umumnya mereka melaksanakan pembelajaran di dalam kelas untuk pengkajian materi/teori, sedangkan yang bersifat praktek mereka lebih cendrung mengajak siswanya untuk melakukan pembelajaran di luar kelas, seperti di halaman sekolah, kebun sekolah, teras musalla sekolah, dan dibawah pohonpohon yang rindang yang ada di halaman sekolah atau di sekitar sekolah. Dari hasil observasi dan juga dari hasil penuturan guru bahasa Inggris di sekolah yang menjadi obyek penelitian ini, terlihat bahwa pembelajaran Bahasa Inggris yang sering dilakukan diluar kelas atau yang bersifat outdoor adalah seperti descriptive writing, news report, procedure, and drama performace. Sedangkan untuk pembelajaran di dalam kelas (indoor) yang sering dilakukan adalah listening (language laboratory and watching movies) narrative writing, studying in group, story telling dalam bentuk oral dan written, discussion, debate, students tutorial, and speech.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran yang diterapkan di kedua sekolah yang menjadi obyek penelitian adalah cooperative learning, CTL, and Communicative Approach.atau kerja sama antar kelompok yang anggota kelompok saling membantu antar teman yang satu dengan teman yang lain dalam kelompok tersebut, sehingga di dalam kerja kelompok atau pembelajaran kooperatif, siswa yang lebih pandai dapat membantu siswa yang lemah.
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Mei 2013, Volume 15 Nomor 2
Dengan model pembelajaran tersebut siswa dapat lebih aktif untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan kemampuan berimajinasi, serta kemampuan berkomunikasi dalam Bahasa Inggris. Di samping itu dengan model pembelajar seperti tersebut diatas juga dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi, bertanya, maupun mengeluarkan pendapat serta berinteraksi dengan siswa yang menjadikan siswa aktif baik diluar kelas maupun di dalam kelas. Kajian teoritis dan empiris menunjukkan bahwa guru Bahasa Inggris di kedua sekolah yang menjadi obyek penelitan ini memiliki gaya mengajar yang bervariasi. Disamping itu, juga disimpulkan bahwa pembelajaran bahasa Inggris yang optimal akan dicapai jika pendekatan mengajar, metoda mengajar, teknik mengajar, materi ajar mengakomodasi gaya belajar peserta didik. Untuk itu, informasi tentang variasi dalam metode dan strategi pembelajaran Bahasa Inggris dan gaya belajar peserta didik perlu diketahui. Belajar di luar ruangan kelas merupakan salah satu upaya terciptanya pembelajaran terhindar dari kejenuhan, kebosanan, dan persepsi belajar hanya di dalam kelas. Pembelajaran tak perlu melulu dilakukan di dalam kelas, tetapi bisa dilaksanakan di luar kelas, seperti di tempat-tempat terbuka tempat manusia bisa saling berinteraksi. Mengajak siswa belajar di luar kelas dapat memberi pengaruh positif, dapat menambah wawasan, bahkan dapat langsung diaplikasikan di lapangan. Ini memacu siswa agar lebih aktif lagi berkomunikasi langsung dalam bahasa Inggris. Para siswa harus melihat sendiri, inilah keadaan paling kini. Semua harus pandai menyampaikan sesuatu dalam bahasa yang global. SARAN 1. Disarankan kepada guru dan siswa agar selalu pertahankan kemampuannya bercakap-cakap dalam Bahasa Inggris agar kelancaran berbahasa tetap terjaga. Hal ini perlu karena dapat memotivasi siswa untuk dapat berbicara dengan lancar. Mungkin sulit sekali jika kita tidak pernah bertemu dengan orang yang juga dapat berbahasa Inggris. Oleh karena itu, penulis menyarankan agar para guru Bahasa Inggris membentuk kelompok kreativitas siswa semacam
2.
3.
97
klub (conversation club) untuk ajang berlatih dengan menyampaikan ide dan pendapat. Dengan demikian, keahlian dalam menggunakan Bahasa Inggris akan selalu tetap terjaga. Para guru Bahasa Inggris agar memperkaya siswa dengan kosa kata yang akan bermanfaat untuk percakapan sehari-hari pada siswa dan memperkenalkan siswa dengan majalahmajalah remaja berbahasa Inggris agar mereka menjadi gemar membaca dan memperoleh banyak tambahan kosakata dari majalah tersebut. Dengan demikian, siswa akan percaya diri jika harus bergaul dengan remaja asing yang berbahasa Inggris. Meskipun guru tidak memiliki kekuasaan untuk mengubah keseluruhan kurikulum, namun setidaknya guru bahasa Inggris harus memastikan bahwa pengulangan materi yang diberikan merupakan pendalaman mengenai apa yang sudah dipelajari siswa dan bukan hanya mengulang tetapi tidak membuat siswa semakin bisa menerapkannya.
DAFTAR PUSTAKA Bafadal, I. 1995. Proses Perubahan di Sekolah: Studi Multisitus pada Tiga Sekolah Dasar yang Baik di Sumekar. Disertasi tidak diterbitkan. PPS IKIP Malang: Malang. Borg, R.W & Gall, M.D. 1989. Education Research: An Introduction. Routledge: New York. Davis, G.A. & Thomas, M.A. 1989. Effective Schools and Effective Teachers. Massachusetts: Ally and Bacon. Dubin, A.E. 1991. The Principal as Chief Executive Officer. London: The Falmer Press. Fattah, N. 2003. Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan. Bandung: Rosdakarya. Freeman, Larsen, D. 1986. Techniques and Principles in Language Teaching. Hongkong: Oxford University Press.
Fauzuddin & Sariakin, Model Pengembangan Program Bahasa Inggris
98
Frymier, J, et al. (1984) One Hundred Good Schools. West Lavayette, Indiana: Kappa Delta Phi.
Robinet, B.W. 1978. Teaching English to Speakers of The Language. USA: The University and Munesola Presss.
Gorton, R. 1977. School Administration: Challenge and Opportunity for Leadership. Dubuque, Iowa: Brown Company Publishers.
Savignon, S.L. 1983. Communicative Competence. Sydney, Addison – Wesley Publishing Company.
Harmer, J. 1992. The Practice of English Language Teaching. London: Longman. Kennedy, C. 1989. Language Planning and English Language Teaching. London: Prentice Hall.
Scheerens, J. 2000. Improving School Effectiveness. Fundamental of Educational Planning No. 68 United Nation Education, Scientific and Culture Organization (UNESCO) 7 Place de Fontenoy, (Online) (http://www.Unesco.org/iiep.informatio
[email protected].) Diakses 16-072011
Klippel, F. 1992. Keep Talking (Communicative Fluency Activities for Language Teaching) Cambridge: Cambridge University Press.
Sergiovanni, T.J. 1987. Pricipalship: A Reflextive Practice Perspective. Boston: Allyn and Bacon, Inc.
Nawawi, H. 1982. Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas. Jakarta: Gunung Agung.
Steenbrink, K.A. 1986. Pesantren, Madrasah, Sekolah: Pendidikan Islam dalam Kurun Modern. Jakarta: LP3ES
Reamer, E. 1987. Sekitar Eksistensi sekolah. Disadur oleh Soedomo. Yogyakarta: Hanindita Graha Widya.
Townsend, T. 1994. Goals for Effectiveness Schools: The View from the Field. School Effectivenes and School Improvement. 5, (2), 127-148.
99
PELAKSANAAN SUPERVISI PENGAJARAN OLEH KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU SMA NEGERIDI ACEH BESAR Oleh *Said Ashlan Abstrak: Pentingnya supervisi pengajaran oleh kepala sekolah di SMA Negeri di Aceh Besar (khususnya pada SMA Negeri Unggul Ali Hasjmy dan SMA Negeri 1 Baitussalam) merupakan salah satu faktor untuk meningkatkan kualitas kinerja guru yang profesional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang kegiatan, teknik, dan faktor pendukung serta hambatan pelaksanaan supervisi pengajaran oleh kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru. Subjek penelitian tesis ini adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan guru mata pelajaran dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan dengan tahapan analisis data kualitatif, triangulasi, dan mengambil kesimpulan atau verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Kegiatan pelaksanaan supervisi pengajaran oleh kepala sekolah terhadap guru dengan cara plan yaitu rencana penyusunan perangkat pembelajaran, do yaitu melaksanakan program pengajaran, dan refleksi merupakan mengevaluasi hasil pengajaran secara berkelanjutan telah dapat dirasakan untuk meningkatkan kinerja guru dan kualitas pengajaran, namun masih belum optimal. Salah satu penyebabnya adalah adanya kesibukan di luar sekolah, dan jadwal supervisi pengajaran dalam satu tahun sekali kurang memadai, (2) Melalui teknik supervisi pengajaran yang dilaksanakan oleh kepala sekolah yaitu dengan kegiatan kelompok, dan kinerja individual guru, maka dapat meningkatkan hubungan kerjasama yang harmonis dan meningkatkan produktivitas kerja guru, dan (3) Faktor peluang pelaksanaan supervisi pengajaran oleh kepala sekolah antara lain karena adanya kemampuan kepemimpinan kepala sekolah, kesadaran, perhatian dan semangat yang tinggi dari guru, sehingga mampu meningkatkan motivasi mengajar guru dalam proses belajar mengajar, sedangkan faktor penghambat yang dialami oleh kepala sekolah karena masih adanya kesibukan di luar sekolah/waktu luang di sekolah belum memadai, teknik demonstrasi oleh kepala sekolah belum ada yang terbaharukan, kurangnya dana, serta masih ada guru yang kurang kreatif dan rentan terhadap penyakit (faktor usia). Kata kunci: Supervisi pengajaran, dan kinerja guru
PENDAHULUAN Membangun pendidikan merupakan upaya yang tidak akan pernah berhenti selama manusia mempunyai harapan akan mutu kehidupan yang lebih baik bagi keberlangsungan peradaban. Ini tentu saja sesuatu yang logis, etis dan akan memperkuat nilai estetis dalam konteks kehidupan makhluk hidup di dunia. Semua pihak, baik pemangku kepentingan politik, sosial, ekonomi, militer dan lain sebagainya apalagi terkait dengan pendidikan yang sebenarnya mempunyai peran masing-masing dalam konteks kesisteman, dan jelas akan memberi andil yang cukup signifikan. Apakah disadari atau tidak terhadap mutu pembangunan pendidikan, bahwa secara filosofis pendidikan itu adalah suatu proses kehidupan yang bermuara pada kualitas manusia yang
bijaksana sesuai dengan kompetensi di lingkungannya masing-masing. Siahaan (2006:115) menguraikan “mutu pendidikan adalah menjadi tanggung jawab semua pihak yang memiliki kepentingan dengan dunia pendidikan. Kelompok kepentingan yang biasa disebut dengan pelanggan pendidikan atau pengguna jasa pendidikan”. Melalui pendidikan formal setiap pelanggan pendidikan dapat menimba pengetahuannya dengan lebih terarah dan sistematis berguna dalam kelanjutan proses kehidupan di masa mendatang. Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia tentang guru Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 39 ayat (1) dan (2) menyatakan: “Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan
*Said Ashlan adalah Magister Administrasi Pendidikan, Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Mei 2013, Volume 15 Nomor 2
pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan. Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi”. Ditinjau dari temuan di lapangan bahwa ada yang menjadi guru karena alasan peluang kerja di sektor pendidikan lebih gampang dan alasan yang tidak mendasar lainnya. Maka perlu dilakukan penilaian kinerja guru. Dharma (2008:20) mengemukakan “Standar kinerja perlu dirumuskan untuk dijadikan acuan dalam mengadakan penilaian, yaitu membandingkan apa yang dicapai dengan apa yang diharapkan”. Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang standar kepala sekolah/madrasah. Dalam peraturan tersebut, pengawas satuan pendidikan dituntut memiliki salah satu kompetensinya adalah supervisi akademik/pengajaran terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat. Supervisi pengajaran oleh kepala sekolah merupakan salah satu tugas kepala sekolah dalam membina guru melalui fungsi pengawasan. Pengawasan yang dilakukan oleh kepala sekolah pada intinya yaitu melakukan pembinaan, bimbingan untuk memecahkan masalah pendidikan termasuk masalah yang dihadapi guru secara bersama dan bukan mencari kesalahan guru. Guru yang mempunyai persepsi yang baik terhadap supervisi pengajaran maka guru akan mengajar dengan baik. Hasil identifikasi masalah supervisi pengajaran oleh kepala SMA Negeri di Aceh Besar (khususnya SMA Negeri 2 Unggul Ali Hasjmy dan SMA Negeri 1 Baitussalam) yang dilaksanakan berdasarkan observasi awal penelitian secara umum antara lain adalah: (1) Pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah belum memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kinerja guru, (2) Jadwal pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah belum teratur dan terprogram, (3) Teknik supervisi yang dilakukan kepala sekolah belum optimal mempengaruhi kinerja guru. Seharusnya supervisi yang dilaksanakan kepala sekolah berimplikasi positif dan sangat mempengaruhi kinerja guru. Berdasarkan identifikasi masalah dan indikator kinerja guru di atas, maka kepala SMA Negeri di Aceh Besar (khususnya SMA Negeri 2 Unggul Ali Hasjmy dan SMA Negeri 1
100
Baitussalam) dituntut untuk melaksanakan supervisi terhadap guru yang berpedoman pada program supervisi pengajaran yang telah disusun secara baik dan benar. Sehingga hasil supervisi akan berdampak positif terhadap peningkatan kinerja guru. Ditemukan bahwa masih ada kendala atau persoalan yang berkaitan dengan pelaksanaan supervisi pengajaran oleh kepala sekolah. Secara umum persoalan tersebut meliputi: kualitas supervisi dari kepala sekolah yang masih tergolong belum memadai. Selain itu masih ada guru kurang berhasil dalam mengajar dikarenakan antara lain banyak kegiatan lain di luar jam mengajar, Maka dari itu diperlukan peran kepala sekolah agar dapat mensupervisi para guru untuk meningkatkan kinerjanya, guna menjawab permasalahan mengenai “Bagaimanakah kegiatan, teknik, dan apa sajakah faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan supervisi pengajaran oleh kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru SMA Negeri di Aceh Besar (khususnya SMA Negeri 2 Unggul Ali Hasjmy dan SMA Negeri 1 Baitussalam)?
METODE PENELITIAN Penelitian tesis ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Data yang diperoleh dari responden digunakan sebagaimana adanya. Moleong (2006:6) mendefinisikan “Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk katakata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah”. Tempat pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada SMA Negeri 2 Unggul Ali Hasjmy dan SMA Negeri 1 Baitussalam Kabupaten Aceh Besar. Menurut Arikunto (2010:172), ”Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden atau informan, yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan”. Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti anggap pihak informan yang mengetahui adalah: (1) Kepala SMA Negeri 2 Unggul Ali Hasjmy dan kepala SMA
Said Ashlan, Pelaksanaan Supervisi Pengajaran oleh Kepala Sekolah
Negeri 1 Baitussalam, (2) Wakil kepala SMA Negeri 2 Unggul Ali Hasjmy dan wakil kepala SMA Negeri 1 Baitussalam, (3) Guru SMA Negeri 2 Unggul Ali Hasjmy dan guru SMA Negeri 1 Baitussalam. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan langsung oleh peneliti melalui pedoman observasi, wawancara, dan dokumentasi. Derajat kepercayaan (kredibilitas) sebagai proses memperoleh data secara akurat sesuai dengan fakta yang sebenamya, sehingga tidak terjadi bias dalam menerjemahkan informasi sumber data. Peneliti berupaya melakukan komunikasi kepada sumber data sehingga data lebih terjamin kebenarannya. Pengumpulan data tidak terlepas dari teknik triangulasi merupakan satu bagian yang tidak terpisahkan dari berbagai tahapan lainnya. Moleong (2006:330) mendefinisikan “Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, dan triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif”.
KAJIAN PUSTAKA Supervisi Pengajaran oleh kepala sekolah perlu dilaksanakan terhadap guru dalam meningkatkan kinerjanya secara maksimal. Secara umum Mukhtar, dkk (2009:40) mendefinisikan istilah supervisi adalah “mengamati, mengawasi atau membimbing dan menstimulir kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh orang lain dengan maksud untuk mengadakan perbaikan merupakan suatu usaha yang kooperatif dari semua orang yang berpartisipasi”. Berarti supervisi memiliki kedudukan sentral dalam upaya pembinaan dan pengembangan kegiatan kerjasama dalam suatu organisasi. Kegiatan pokok supervisi adalah melakukan pembinaan kepada sekolah pada umumnya dan guru pada khususnya agar kualitas pembelajaran meningkat, tentu dapat pula meningkatkan prestasi belajar siswa, dan hal tersebut berarti dapat meningkatkan kualitas lulusan. Selanjutnya, Mukhtar, dkk (2006:47) berpendapat “Kegiatan supervisi pengajaran merupakan kegiatan yang wajib dilaksanakan dalam penyelenggaraan pendidikan. Pelaksanaan kegiatan supervisi dilaksanakan oleh kepala sekolah dan pengawas sekolah dalam memberikan pembinaan kepada guru”. Jika
101
supervisi pengajaran dilaksanakan oleh kepala sekolah, maka ia harus mampu melakukan berbagai pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan. Yang merupakan kontrol agar kegiatan pendidikan di sekolah terarah pada tujuan yang telah ditetapkan. Prinsip-prinsip Supervisi Pengajaran Menurut Purwanto (2009:117-118) untuk menjalankan berbagai tindakan supervisi dengan sebaik-baiknya, kepala sekolah sebagai supervisor hendaknya memperhatikan prinsipprinsip supervisi, antara lain: 1) Supervisi hendaknya bersifat konstruktif dan kreatif, 2) Supervisi harus didasarkan atas hubungan profesional, bukan atas dasar hubungan pribadi, dan 3) Supervisi hendaknya juga bersifat preventif, korektif, dan kooperatif. Teknik-teknik Pelaksanaan Supervisi Pengajaran Purwanto (2009:120-122) mengemukakan “Secara garis besar, cara atau teknik supervisi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu teknik perseorangan dan teknik kelompok”. Hal tersebut dapat dijelaskan berikut ini: 1. Teknik Perseorangan, adalah supervisi yang dilakukan secara perseorangan. Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain: Mengadakan kunjungan kelas (classroom visitation), dan mengadakan kunjungan observasi kelas (observation classroom visits). Pidarta (2009:88) mengatakan tujuan teknik supervisi observasi kelas adalah “Untuk mengetahui secara keseluruhan caracara guru mendidik dan mengajar, termasuk pribadi dan gaya mengajarnya, serta untuk mengetahui respons kelas atau para siswa”. 2. Teknik Kelompok, adalah supervisi yang dilakukan secara berkelompok. Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain: Mengadakan rapat atau pertemuan (meetings), dan Mengadakan diskusi kelompok (group discussins). Menurut Mukhtar, dkk (2009:57) diskusi kelompok, yaitu: “Suatu kegiatan kelompok dalam situasi tatap muka, tukar menukar informasi, atau untuk memutuskan suatu keputusan mengenai masalah tertentu”. Tujuan Supervisi Pengajaran Sehubungan dengan tujuan supervisi guru, Sahertian (2008:19) mengemukakan bahwa: “Tujuan supervisi pengajaran ialah memberikan layanan dan bantuan untuk
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Mei 2013, Volume 15 Nomor 2
meningkatkan kualitas mengajar guru di kelas yang pada gilirannya untuk meningkatkan kualitas belajar siswa, bukan saja memperbaiki kemampuan megajar tetapi juga untuk pengembangan potensi kualitas guru”. Tujuan supervisi pengajaran oleh kepala sekolah terhadap guru dipandang penting untuk membantu guru memahami kebutuhan dan masalah-masalah yang dihadapi siswa, agar dapat membantu siswa secara optimal. Kompetensi Kepala Sekolah dan Guru Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, menjelaskan bahwa: “Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kaffah membentuk kompetensi standar profesi guru, mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme”. Terkait dengan kompetensi kepala sekolah, maka di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah menegaskan bahwa “Seorang kepala sekolah/madrasah harus memiliki dimensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial. Selama ini dimensi kompetensi supervisi belum dilaksanakan secara optimal oleh para kepala sekolah berbagai jenjang. Berkenaan dengan standar kompetensi kepala sekolah (supervisor) maka yang menjadi substansi dalam penelitian ini akan dibahas tentang dimensi supervisi pengajaran oleh kepala sekolah (supervisor) secara tersendiri. Peran dan fungsi Guru Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi pengajaran/akademik dan kompetensi guru. Terdapat empat kompetensi dasar guru, yaitu: 1) kompetensi pedagogik, 2) kompetensi kepribadian, 3) kompetensi sosial, dan 4) kompetensi profesional. Berkaitan dengan guru, Mulyasa (2009:19-22) menguraikan bahwa “Guru adalah pendidik, peran dan fungsi guru berpengaruh terhadap pelaksanaan pendidikan di sekolah
102
antara lain: 1) Sebagai pendidik dan pengajar, 2) Sebagai anggota masyarakat, 3) Sebagai pemimpin, 4) Sebagai administrator, dan 5) Sebagai pengelola pembelajaran. Selanjutnya, berikut ini dijelaskan bahwa guru yang efektif dan kompeten secara profesional memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) Memiliki kemampuan menciptakan iklim belajar yang kondusif, 2) Kemampuan mengembangkan strategi dan manajemen pembelajaran, 3) Memiliki kemampuan memberikan umpan balik (feedback) dan penguatan (reinforcement), dan 4) Memiliki kemampuan untuk peningkatan diri. Peran Kepala Sekolah sebagai Supervisor Pelaksanaan supervisi pengajaran oleh kepala sekolah dalam hal melakukan pengawasan dan pengendalian secara terprogram dan terarah sesuai tujuan yang telah ditetapkan untuk meningkatkan kinerja guru. Pidarta (2009:47-48) menjelaskan bahwa: “Kewenangan supervisor menurut keahliannya terdapat dua macam, yaitu 1) Supervisor umum adalah para kepala sekolah dan supervisor umum yang ahli dalam pendidikan dan pengajaran pada umumnya, dan 2) supervisor spesialis adalah supervisor yang ahli dalam masing-masing bidang studinya, sebagian ditempatkan di kantorkantor pendidikan”. Kedua macam supervisor tersebut di atas menjadi perhatian khusus di kalangan pelaku pendidikan yang senantiasa mengalami pengembangan dan perubahan sesuai dengan zamannya. Tata kelola lembaga pendidikan diatur berdasarkan peraturan yang telah ditetapkan, prosedur yang terpadu, melakukan perincian ilmiah dan riset, dan disesuaikan dengan potensi daerah serta perkembangan teknologi yang dapat diterima semua pihak oleh penyelenggara pendidikan di lingkungan masing-masing. Selanjutnya, Herabudin (2009:213) menguraikan sebagai supervisor, kepala sekolah melakukan langkah-langkah konkret, minimal antara lain: 1) Menyusun rencana dan kebijakan bersama, 2) Melibatkan partisipatif seluruh guru dan staf sekolah, 3) Melakukan pengambilan keputusan atas dasar musyawarah mufakat dengan seluruh bawahannya, dan 4) Memerhatikan program kerja dan pelaksanaan program kerja yang sesuai dengan kecakapan bawahannya, serta melakukan pembinaan personel dan kelompok kerja para guru.
Said Ashlan, Pelaksanaan Supervisi Pengajaran oleh Kepala Sekolah
Kinerja Guru Secara konseptual, kinerja merupakan terjemahan yang dianggap paling sesuai dari istilah performance. Kata kinerja sering diartikan dengan unjuk kerja, pelaksanaan, pencapaian kerja, dan penampilan kerja. Lebih lanjut Usman (2012:63&100) menguraikan: 1) Performance atau kinerja merupakan hasil/unjuk kerja seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang telah dipercayakan kepadanya sesuai dengan fungsi dan kedudukannya, 2) Kinerja adalah prestasi/pencapaian hasil kerja yang dicapai karyawan berdasarkan standar-standar yang ditentukan sebelumnya. Indikator kinerja yang baik dapat mempengaruhi kemampuan dan motivasi seseorang (terutama guru) atau organisasi tertentu untuk dapat berprestasi, sehingga diperlukan tata cara pengukurannya berdasarkan kriteria dan alat ukur tertentu. Parameter yang paling umum digunakan efektivitas, efisiensi, dan produktivitas. Seorang pendidik hendaknya memiliki kompetensi kinerja yang baik, yaitu seperangkat penguasaan proses, kemampuan penyesuaian diri, kualitas professional, serta kualitas kepribadian. Terkait dengan kinerja guru yang telah dijelaskan di atas, paling sedikit ada enam tugas dan tanggung jawab guru dalam mengembangkan profesinya, Saud (2009:32-34) mengidentifikasikan, berikut ini: 1) Guru bertugas sebagai pengajar, 2) Guru bertugas sebagai pembimbing, 3) Guru bertugas sebagai administrator kelas, 4) Guru bertugas sebagai pengembang kurikulum, Guru bertugas untuk mengembangkan profesi, dan 5) Guru bertugas untuk membina hubungan dengan masyarakat. Tugas dan tanggung jawab mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kinerja, satu sama lain saling mengikat dan senyawa dalam suatu proses kegiatan tertentu terutama dari aspek pendidikan yang diemban oleh guru. Pengukuran kinerja perorangan atau organisasi, biasanya digunakan standar kinerja sebagai acuan normatif. Adapun ukuran/indikator kinerja yang dijelaskan Dharma (2008:20) terbagi atas lima hal, yaitu: 1) Quality of work merupakan kualitas hasil kerja, 2) Promptness merupakan ketetapan waktu menyelesaikan pekerjaan, 3) Intiative sebagai prakarsa dalam menyelesaikan pekerjaan, 4) Capability adalah kemampuan menyelesaikan pekerjaan, dan 5) Comunication adalah kemampuan membina kerjasama dengan pihak lain.
103
Standar kinerja tersebut di atas perlu dirumuskan untuk dijadikan acuan dalam mengadakan penilaian, yaitu membandingkan apa yang dicapai dengan apa yang diharapkan. Standar kinerja tersebut merupakan tolok ukur untuk membandingkan dengan kinerja yang dicapai. Kepuasan kerja berkenaan dengan kesesuaian antara harapan seseorang dengan imbalan yang disediakan. Standar kinerja dapat dijadikan patokan dalam mengadakan pertanggungjawaban terhadap apa yang telah dilaksanakan. Mengembangkan Manajemen Sumber Daya Guru melalui Supervisi Pengajaran Upaya perbaikan di bidang pendidikan merupakan suatu keharusan untuk dilaksanakan secara terus menerus agar tidak tertinggal oleh kemajuan ilmu dan teknologi yang berkembang begitu cepat. Sumber Daya Guru (SDG) yang ada di sekolah merupakan faktor sentral dalam dunia pendidikan. oleh karena itulah, setiap sekolah yang ingin maju mutlak harus memperhatikan faktor manajemen sumber daya guru yang kuat, serta mengelolanya secara optimal. Makna pemberdayaan menurut Murniati, AR (2008:48-49) adalah “Adanya sebuah kesadaran atau kesengajaan untuk memberikan, mengalihkan, atau mendelegasikan suatu tugas, kekuasaan, kewenangan, atau otoritas kepada pihak lain. Tujuannya memberdayakan atau membuat agar individu atau institusi berdaya dalam menggunakan atau memanfaatkan seluruh potensi yang dimiliki sehingga bisa lebih efektif dan efisien”. Kemudian dari itu pendayagunaan SDG tidak terlepas dari kemampuan guru dalam mengelola manajemen pendidikan itu sendiri, oleh karena itu menurut Cut Zahri (2009:26) “Manajemen pendidikan merupakan aplikasi manajemen di bidang pendidikan. Melalui manajemen pendidikan yang handal akan dapat melahirkan SDM yang berkualitas”. Pelaksanaan sumber daya guru bisa dilaksanakan dengan bantuan supervisor, yaitu orang ataupun instansi yang melaksanakan kegiatan supervisi terhadap guru. Bantuan yang terdekat dalam pelaksanaan supervisi di sekolah adalah oleh kepala sekolah khususnya dalam melakukan supervisi pengajaran.
PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka peneliti mencermati pembahasan hasil penelitian, sebagai berikut:
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Mei 2013, Volume 15 Nomor 2
1. Kegiatan supervisi pengajaran oleh kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru Dalam rangka pelaksanaan program penguatan kemampuan kepala sekolah yang merupakan amanat Inpres No 1 tahun 2010, Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Badan PSDMP dan PMP) telah menyusun materi pelatihan untuk penguatan kemampuan kepala sekolah. Pengembangan materi tersebut telah mengacu pada standar kepala sekolah/madrasah sebagaimana diatur dalam Permendiknas No. 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah. Supervisi pengajaran terhadap kinerja guru yang dilakukan oleh kepala sekolah merupakan suatu proses bimbingan dari pihak yang berkompeten kepada guru-guru dan para personalia sekolah lainnya yang langsung menangani proses belajar para siswa, untuk memperbaiki situasi belajar mengajar, agar para siswa dapat belajar secara efektif dengan prestasi belajar yang semakin meningkat. Peran dan tugas pokok guru yang dikemukakan oleh Saud (2009:36) ada beberapa kategori, yaitu: “(1) Guru sebagai pengajar, (2) Guru sebagai pengajar dan pendidik, dan (3) Guru sebagai pengajar, pendidik, dan juga agen pembaharuan dan pembangunan masyarakat”. Kepala sekolah menyarankan guru agar aktif dalam MGMP sehingga dapat menambah pengetahuan, dan berusaha menetapkan guru yang mengajar sesuai dengan bidang keilmuan yang dimiliki masing-masing. Supervisi dilakukan secara kontinu, sehingga permasalahan yang dihadapi guru dapat dicari jalan keluarnya, yang pada akhirnya guru dapat mengembangkan potensi kearah yang lebih profesional. 2. Teknik-teknik pelaksanaan supervisi pengajaran yang digunakan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru, antara lain: a. Dengan melakukan pembicaraan individual untuk menyeleksi secara langsung kemampuan guru yang berpotensi baik atau tidak, terutama dalam memecahkan masalah-masalah yang menyangkut pribadi guru, dan dengan simulasi pembelajaran sebagai salah satu cara peningkatan kinerja guru, yaitu dalam bentuk demonstrasi pembelajaran yang dilakukan oleh kepala sekoiah, sehingga guru dapat menganalisa penampilan yang diamatinya sebagai
104
instropeksi diri, walaupun sebenarnya tidak ada cara mengajar yang paling baik. Kegiatan ini dilakukan oleh kepala sekolah secara terprogram. b. Teknik Kelompok, antara lain: dengan mengadakan rapat atau pertemuan (meetings), dan mengadakan diskusi kelompok (group discussins). Menurut Mukhtar, dkk (2009:57) diskusi kelompok, yaitu: “Suatu kegiatan kelompok dalam situasi tatap muka, tukar menukar informasi, atau untuk memutuskan suatu keputusan mengenai masalah tertentu”. Peran kepala sekolah sebagai supervisor, telah ditetapkan dengan tujuan yang disesuaikan untuk mencegah agar para guru tidak melakukan penyimpangan dan lebih berhati-hati dalam melaksanakan pekerjaannya. 3. Faktor-faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan supervisi kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru. Kepala sekolah telah melaksanakan supervisi pengajaran dengan baik namun masih sebatas mengelola kelengkapan perangkat mengajar guru dan mengadakan pendekatan dengan memanggil guru yang kurang melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik. Dalam diskusi kelompok apabila kepala sekolah tidak hadir maka menunjuk guru senior untuk memimpinnya. Selanjutnya, salah satu hambatan yang dialami oleh kepala sekolah karena ada guru kurang termotivasi dalam teknik mengajar yang lama (monoton) yaitu masih menerapkan metode ceramah di kelas, sehingga guru kecenderungan banyak yang jenuh dalam mengajar sehingga belum dapat memperbaiki pola mengajar yang bervariatif, terkesan masih biasa-biasa saja.
SIMPULAN DAN SARAN 1. Kegiatan supervisi pengajaran yang dilaksanakan oleh kepala sekolah dalam satu tahun terakhir masih belum maksimal karena kepala sekolah sangat disibukkan oleh kegiatan/urusan diluar sekolah. 2. Teknik supervisi pengajaran yang dilaksanakan oleh kepala sekolah adalah mengadakan diskusi kelompok, mengadakan kunjungan kelas, mengadakan pembicaraan individual dan mengadakan simulasi pembelajaran.
Said Ashlan, Pelaksanaan Supervisi Pengajaran oleh Kepala Sekolah
3. Faktor-faktor peluang pelaksanaan supervisi pengajaran oleh kepala sekolah yaitu (a) Kepemimpinan kepala sekolah dalam memotivasi, mengaktifkan, dan mensejahterakan guru, (b) Melakukan kerjasama dengan guru dalam melaksanakan program pembelajaran, dan (c) Adanya kesadaran dan semangat guru untuk meningkatkan motivasi dalam mengajar. salah satu faktor penghambat kepala sekolah melaksanakan supervisi pengajaran adalah kurangnya kemampuan kepala sekolah dalam hal ketersediaan waktu melaksanakan supervisi itu sendiri, dan belum adanya teknik demonstrasi mengajar yang terbaharukan. Selanjutnya, Penulis memberikan beberapa saran yang hendaknya dapat ditindak lanjuti oleh pihak-pihak yang berkepentingan, antara lain: 1. Kepala sekolah dalam melakukan teknikteknik supervisi, hendaknya menggunakan teknik demonstrasi mengajar, sehingga guru akan mengetahui langsung kekurangankekurangan dalam mengajar, dan Kepala sekolah hendaknya menyusun waktu pelaksanaan supervisi lebih ditingkatkan dan berkesinambungan, sehingga pelaksanaan supervisi menjadi lebih terarah dan mampu memberikan kontribusi yang positif terhadap guru. 2. Supervisi pengajaran hendaknya dilakukan langsung oleh kepala sekolah terhadap semua guru, dan bukan hanya sebahagian. Dengan demikian kepala sekolah akan mengetahui secara langsung apa saja yang menjadi kekurangan guru dalam mengajar dan bukan hanya menilai dari laporan supervisi pengajaran yang dilakukan oleh guru senior.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Dharma, Surya. (2008). Penilaian Kinerja Guru. Jakarta: Depdiknas (Dirjen PMPTK untuk Pengawas Sekolah Pendidikan Menengah). Herabudin. (2009). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: CV. Pustaka Setia.
105
Moleong. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset. Mukhtar, dkk. (2009). Orientasi Baru Supervisi Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press. Mulyasa, E. (2009). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Murniati, AR. (2008). Manajemen Stratejik (Peran Kepala Sekolah dalam Pemberdayaan). Bandung: Cita Pustaka Media Perintis. Permendiknas RI Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah. Permendiknas RI Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Pidarta, Made. (2009). Supervisi Pendidikan Kontekstual. Jakarta: Rineka Cipta. Purwanto, Ngalim. (2009). Administrasi dan Supervisi pendidikan. Edisi Revisi Remaja. Bandung: Rosda Karya. Sahertian, Piet A. (2008). Konsep Dasar dan Tehnik Supervisi Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Cetakan edisi Revisi. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Saud, Syaefudin. (2009). Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfabeta. Siahaan A, dkk. (2006). Manajemen Pengawas Pendidikan. Ciputat: Quantum Teaching. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. (2003), Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Sinar Grafika. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005. (2005). Undang-Undang Guru dan Dosen. Jakarta: Penerbit Cemerlang. Usman, Nasir. (2012). Manajemen Peningkatan Mutu Kinerja Guru (konsep, teori dan model). Bandung: Cita Pustaka Media Perintis. Zahri, Cut. (2009). Manajemen Sumber Daya Pendidikan. Banda Aceh: Pena Persada
106
MANAJEMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SEKOLAH DASAR KECAMATAN DARUL IMARAH KABUPATEN ACEH BESAR Oleh *Nurbayana Abstrak: Manajemen pembelajaran matematika yang efektif merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh guru untuk memperbaiki kualitas pembelajaran matematika di sekolah. Dengan manajemen yang tepat diharapkan kualitas proses pembelajaran Matematika akan meningkat yang diikuti dengan peningkatan hasil belajar siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tentang perencanaan pembelajaran, pelaksanaan dan evaluasi program pembelajaran Matematika pada Sekolah Dasar kecamatan Darul Imarah kabupaten Aceh Besar serta hambatan yang dihadapi guru di dalam pelaksanaan pembelajaran. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Subjek dalam penelitian ini adalah kepala sekolah dan guru pada sekolah Dasar kecamatan Darul Imarah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) Perencanaan pembelajaran; guru membuat Silabus dan Rencana Program Pembelajaran (RPP) dengan cara membentuk Kelompok Kerja Guru Matematika, RPP disusun secara bersama-sama oleh guru bidang studi Matematika, guru terlebih dahulu menentukan indikator yang akan dicapai dan disesuaikan dengan kompetensi dasar, selanjutnya guru menentukan metode dan rancangan pembelajaran 2) Pelaksanaan pembelajaran pada kegiatan awal dimulai dengan membaca doa belajar bersama- sama dan absensi siswa secara klasikal, pada kegiatan inti guru menjelaskan tujuan pembelajaran, materi pokok dengan menvariasikan metode yang sesuai. Pada akhir kegiatan pembelajaran guru memberikan tugas kepada siswa yang dikerjakan di sekolah dan ditambah dengan Pekerjaan Rumah. 3) pelaksanaan evaluasi selama proses pembelajaran berlangsung dinilai dari aspek keaktifan siswa dalam hal bertanya dan menjawab pertanyaan juga pemahamannya terhadap materi pokok pembelajaran 4) Hambatan yang dihadapi guru adalah kurangnya motivasi intrinsik siswa, kurangnya dorongan dan bimbingan orang tua di rumah serta kurang baiknya guru di dalam manajemen pembelajaran. Kata Kunci: Manajemen dan Pembelajaran Matematika
PENDAHULUAN Pendidikan yang berkualitas merupakan harapan dan dambaan seluruh masyarakat, untuk menghasilkan sumber daya manusia ( SDM ) yang berkualitas dan mampu berkompetensi dalam kancah persaingan global dewasa ini, melalui pendidikan diharapkan anak didik dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan bakat dan minatnya, kreatif dan mandiri. Dalam undangundang sistem pendidikan nasional Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertagwa kepada Tuhan YME, beraklak mulia, sehat, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan merupakan hak konstitusional warga Negara dan
diselenggarakan berdasarkan prinsip- prinsip demokrasi dan keadilan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai budaya dan kemajemukan bangsa. Lulusan suatu sekolah harus sesuai dengan tuntutan perkembangan yang ada. Salah satu faktor terpenting guna mewujudkan keberhasilan layanan pendidikan adalah peran guru sebagai komponen kunci dalam proses belajar mengajar disekolah. Uno (2008;35) menegaskan bahwa seorang guru profesional harus merumuskan tujuan pembelajarannya dalam bentuk perilaku siswa yang dapat diukur yaitu menunjukkan apa yang dapat dilakukan oleh siswa tersebut sesudah mengikuti pelajaran. Pendidik yang berkualitas sangat dibutuhkan oleh setiap organisasi pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan disekolah memerlukan pembiayaan dan profesionalisme dalam mencapai tujuan sasaran. Efektifitas kegiatan pendidikan disuatu
*Nurbayana adalah Magister Administrasi Pendidikan, Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Mei 2013, Volume 15 Nomor 2
sekolah dipengaruhi oleh banyaknya variabel (baik yang menyangkut aspek personal, operasional, maupun material). Djoyonegoro( Mulyasa, 2008;3 ) sedikitnya terdapat tiga syarat utama yang harus diperhatikan dalam pembangunan pendidikan agar dapat berkontribusi terhadap kualitas sumber daya manusia, yaitu (1) sarana gedung, (2) buku yang berkualitas, (3) guru dan tenaga kependidikan yang professional. Manajemen sekolah merupakan faktor terpenting dalam menyelenggarakan pendidikan dan pembelajaran disekolah yang keberhasilannya diukur oleh prestasi tamatan, maka didalam menjalankan kepemimpinan harus berdasarkan system artinya dalam penyelenggaraan pendidikan disekolah komponen- komponen terkait seperti guru- guru, staf tata usaha, orang tua siswa masyarakat, pemerintah dan lain- lain harus berfungsi optimal yang dipengaruhi oleh kebijakan dan kinerja pimpinan. Sehubungan dengan masalah diatas Murniati (2008;60) menyatakan bahwa: Manajemen sekolah merupakan proses pemamfaatan seluruh sumber daya yang dilakukan melalui tindakan rasional dan sistematik yang mencakup perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, tindakan dan pengendalian untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut baik pemerintah maupun masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan, salah satu satu diantaranya adalah lembaga pendidikan formal, sekolah sebagai institusi pendidikan merupakan wadah tempat proses pendidikan dilakukan, memilki system yang kompleks dan dinamis, salah satu komponen untuk mencapai tujuan pendidikan adalah pembelajaran Matematika tingkat Sekolah Dasar. Dalam hal ini, H.W. Fowlwer ( Pandoyo, 2007: 1) mengemukakan bahwa: Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk susunan, besaran dan konsepkonsep yang saling berhubungan satu sama lainnya dalam jumlahnya terbagi dalam tiga bidang yaitu: Aljabar, analisis, giometri. Matematika merupakan mata pelajaran yang bersifat abstrak sehingga dituntut kemampuan guru untuk dapat mengupayakan metode yang tepat sesuai dengan tingkat perkembangan mental siswa.
107
Berdasarkan kutipan diatas, jelaslah bahwa untuk pembelajaran matematika diperlukan model dan media pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk mencapai tujuan kompetensi dasar dan indikator pembelajaran. Pembelajaran matematika yang terjadi selama ini adalah pembelajaran yang hanya menekan pada perolehan hasil dan mengabaikan pada proses sehingga siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan bentuk soal yang lain. Akibat dari pembelajaran yang hanya menekankan hasil yang dicapai tidak tahan lama atau anak akan mudah lupa pada materi pembelajaran yang telah dilaksanakan oleh guru. Untuk mendukung usaha pembelajaran yang mampu menumbuhkan kekuatan matematika diperlukan guru yang profesional dan kompeten, yaitu guru yang menguasai pembelajaran matematika, memahami karakteristik belajar siswa dan dapat membuat keputusan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Untuk memecahkan problematika pembelajaran tersebut maka guru perlu menggunakan media dan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan materi yang digunakan dalam pembelajaran. Untuk pembelajaran matematika diperlukan model dan media pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk mencapai kompetensi dasar dan indikator pembelajaran. tugas guru tidak hanya mengajar, namun juga membimbing siswa yang bermasalah dalam belajar, terutama dalam pelajaran matematika siswa nampak kewalahan dalam pembelajaran dan hal ini merupakan tugas guru untuk membimbing siswa tersebut. Hal lain yang penting dalam pembelajaran matematika adalah mengkaitkan materi pembelajaran dengan lingkungan sekitar siswa atau lebih dikenal dengan pembelajaran konstektual. Pada hasil penelitian yang dilakukan pada ketiga sekolah Dasar perencanaan pembelajaran disusun oleh guru kelas yang meliputi pengembangan silabus dengan berpedoman standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD), kemudian merumuskan indikator hasil belajar. Berdasarkan hasil pengembangan silabus guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Pembelajaran Matematika pada ketiga sekolah Dasar ini menvariasikan dengan beberapa metode antara lain metode ceramah, Tanya jawab, demonstrasi dan diskusi. Dengan menerapkan metode mengajar yang bervariasi siswa akan lebih mudah memahaminya dan guru diharapkan
Nurbayana, Manajemen Pembelajaran Matematika pada Sekolah Dasar
mampu memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Evaluasi dilakukan selama proses pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan tes tulis, observasi, tes praktik, penugasan, tes lisan dan fortofolio. Didalam melaksanakan evaluasi guru dituntut untuk membuat laporan tentang hasil dari penilaian siswa,. Biasanya laporan tentang hasil evaluasi ini diberikan kepada orang tua siswa dalam bentuk buku yang disebut dengan rapor. laporan ini akan dimamfaatkan oleh siswa, orang tua dan pendidik. Bagi pendidik laporan hasil penilaian akan digunakan untuk mendiagnosis hasil belajar siswa. Laporan hasil penilaian harus disusun secara jelas dan komunikatif dengan menitik beratkan pada kekuatan dan kelemahan siswa dalam belajar.
RUMUSAN MASALAH Beranjak dari hal yang telah dikemukakan di atas dalam latar belakang maka rumusan masalah yang didapat dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah Implementasi Manajemen Pembelajaran Matematika Pada Sekolah Dasar Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar?
TEORI PENDUKUNG 1. Perencanaan Manajemen Pembelajaran Matematika Perencanaan merupakan salah satu faktor efektivitas keterlaksanaan berbagai program kegiatan untuk mencapai tujuan pendidikan bagi setiap jenjang dan jenis pendidikan. Perencanaan harus didasarkan atas kondisi objektif kekinian dan mengandung unsur rasionalitas agar dapat dilaksanakan dan mencapai tujuan. Penyusunan program tahunan, penyusunan program semester dan penyusunan rencana program pembelajaran (RPP) merupakan faktor penting dalam proses manajemen kelas dalam pembelajaran.perencanaan pembelajaran yang dilaksanakan tertuang dalam rencana program pembelaran yang dipersiapkan oleh masingmasing guru kelas. Untuk dapat terlaksananya perencanaan yang baik, guru harus aktif dalam menggali dan mengembangkan potensi dirinya baik dengan cara mengikuti diskusi dengan teman sejawat, melalui pelatihan atau penataran
108
maupun keaktifan dalam forum kegiatan kelompok guru (KKG). Dengan demikian guru akan memiliki sifat dinamis terhadap perkembangan dunia pendidikan. Sukirman (2006: 72) menyatakan bahwa upaya membangun hubungan yang baik dan luas dapat dilakukan dengan membina jaringan kerjasama untuk membantu meningkatkan kinerja sesama guru sebagai suatu profesi. Tugas utama pendidik adalah menolong peserta didik untuk mengembangkan kemampuan dan potensi yang ada serta sikap dan bentuk tingkah laku ke arah yang lebih baik sebagai sumber daya manusia, sehingga dapat didayagunakan sebagai modal pembangunan dan berguna bagi peserta didik dalam menghadapi masalah yang terjadi. Penyelenggaraan pendidikan perlu diadaptasikan sesuai dengan kondisi sekolah, masyarakat, serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Suatu perencanaan akan tercapai tujuan dengan optimal bila dilandasi pada tujuh kategori, yaitu; (1) perencanaan dibuat berdasarkan tujuan yang jelas, (2) adanya kesatuan rencana, (3) logis/ masuk akal, (4) mengandung unsur kontinuitas, (5) sederhana dan jelas, (6) fleksibel, (7) stabilitas ( Harun, 2007; 2). Dengan demikian diharapkan bagi guru sekolah Dasar supaya mampu bersama-sama mempersiapkan perangkat perencanaan pembelajaran yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan, yang mana didalam perencanaan pembelajaran telah ditetapkan pemilihan metode yang tepat, penggunaan media pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran, serta cara-cara mengkondisikan siswa yang baik sehingga siswa termotivasi dalam belajar dan dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik, dengan demikian tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan mudah dan mutu pendidikan pada sekolah Dasar juga akan meningkat sehingga akan menimbulkan daya tarik bagi masyarakat. Perencanaan yang baik dan sesuai dengan apa yang telah ditetapkan akan memberikan dampak yang baik juga terhadap proses belajar mengajar sehingga proses pelaksanaan program pembelajaran dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan dan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Mei 2013, Volume 15 Nomor 2
2. Pelaksanaan Manajemen Pembelajaran Matematika Pelaksanaan manajemen pembelajaran matematika hampir sama proses pelaksanaan dengan pelajaran umum lainnya, yaitu guru menyampaikan tujuan pembelajaran agar siswa mengetahui dengan jelas tujuan dari pembelajaran, hal yang demikian membuat siswa termotivasi, termotivasi, terarah dan terpusat perhatiannya didalam proses belajar mengajar. Upaya merumuskan tujuan pembelajaran dapat memberikan manfaat tertentu, baik bagi g guru maupun siswa. Sukmadinata (2006:30) mengidentifikasi 4 (empat) manfaat dari tujuan pembelajaran, yaitu: a. Memudahkan siswa dan guru dalam mengkomunikasikan maksud kegiatan belajar mengajar kepada siswa, sehingga siswa dapat melakukan perbuatan belajarnya secara lebih mandiri. b. Memudahkan guru memilih dan menyusun bahan ajar. c. Membantu memudahkkan guru menentukan kegiatan belajar dan media pembelajaran. d. Memudahkan guru mengadakan penilaian. Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan dengan berpedoman pada suatu kegiatan pembelajaran, guru- guru dalam mengajarkan pelajaran matematika dengan menvariasikan berbagai metode, proses pembelajaran yang dilaksanakan dengan menggunakan teknik kelompok. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok tetap, satu kelompok terdiri dari 7 sampai 8 orang, didalam satu kelas terdiri dari empat kelompok. Metode yang digunakan dalam pembelajaran adalah metode ceramah, Tanya jawab, demontrasi dan pemberian tugas. Didalam pembelajaran matematika semua program yang telah ditetapkan sebelumnya dilaksanakan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran matematika dilaksanakan secara maksimal oleh guru yang bersangkutan. pelaksanaan pembelajaran matematika pada sekolah Dasar kecamatan Darul Imarah dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu (1) tahap awal, (2) tahap proses, (3) tahap akhir pembelajaran. Pada tahap awal guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan mengulang kembali pelajaran yang lalu, sedangkan pada tahap proses guru melaksanakan pembelajaran dengan
109
menvariasikan metode yang sesuai, pada tahap akhir guru menyimpulkan materi pembelajaran beserta pemberian tugas. Hal ini sejalan dengan pendapat Usman (2007:90) yang menyatakan bahwa: Kegiatan membuka pelajaran tidak hanya dilakukan oleh guru pada awal pembelajaran, tetapi pada setiap kegiatan inti pelajaran yang diberikan selama jam pelajaran itu. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mengemukakan tujuan yang akan dicapai. Menarik perhatian siswa, memberi acuan dan membuat kaitan antara materi pelajaran yang telah dikuasai oleh siswa dengan bahan yang akan dipelajari. Dalam pelaksanaan pembelajaran matematika disekolah Dasar juga dilakukan apersepsi yaitu mengingatkan kembali yang pernah dipelajari sebelumnya. Apersepsi dilakukan karena yakin penguasaan materi sebelumnya akan mempengaruhi penguasaan materi yang akan diberikan pada pembelajaran materi berikutnya. Mengingatkan kembali materi prasyarat akan memudahkan siswa mempelajari materi selanjutnya yang akan dipelajari. Pengetahuan prasyarat sebagai pengetahuan awal sangat perlu dikatahui oleh siswa agar siswa tidak mengalami kesulitan belajar pada tahap berikutnya, dengan demikian tujuan dapat dicapai. Hal ini sesuai dengan pendapat Hamalik (2005; 157) menyatakan bahwa pelajaran akan bermakna bagi siswa jika guru berusaha menghubungkannya dengan pengalaman masa lampau, atau pengalaman- pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya. Dalam proses belajar mengajar matematika disekolah Dasar kecamatan Darul Imarah materi yang akan diajarkan kepada siswa adalah menurut yang telah tersusun di KTSP dan silabus. Hal ini sesuai dengan pendapat Subagio, (2010;78); Kompetensi yang harus dimilki guru yang berkenaan dengan kemampuan dasar teknis dan administratif meliputi: (1) penguasaan bahan, (2) pengelolaan program belajar mengajar, (3) mengelola kelas, (4) penggunaan media/sumber, (5) mampu mengelola dan mempergunakan interaksi belajar mengajar, (6) memiliki kemampuan melakukan penilaian prestasibelajar siswa secara objektif, (7) memahami fungsi dan program layanan bimbingan dan penyuluhan disekolah. Oleh karena itu setiap guru sebagai petugas professional ikut bertanggung jawab pada tercapainya tujuan pendidikan secara efektif,
Nurbayana, Manajemen Pembelajaran Matematika pada Sekolah Dasar
Syarat minimal seorang guru bisa menyampaikan materi yaitu; bisa bicara didepan siswa untuk menyampaikan apa yang dipahaminya. Banyak orang yang mengerti dan paham tentang matematika, namun sukar untuk bisa menyampaikan kepada orang lain. Hal ini sejalan dengan pendapat Usman (2007; 89) yang menyatakan bahwa; Pemberian penjelasan merupakan salah satu aspek yang amat penting dari kegiatan guru dalam interaksinya dengan siswa didalam kelas, dan biasanya guru lebih cenderung mendominasi pembicaraan dan mempunyai pengaruh langsung, misalnya dalam memberikan fakta, ide ataupun pendapat. Oleh karena itu hal ini haruslah dibenahi untuk ditingkatkan keefektifannya agar tercapai hasil yang optimal dari penjelasan dan pembicaraan guru tersebut sehingga bermakna bagi murid Pada tahap inti proses belajar mengajar, sebagian besar guru mengemukakan bahwa siswa yang ada dikelasnya itu kemampuannya beragam, ada yang cepat menangkap pelajaran, ada yang yang biasa saja dan ada yang kurang cepat, mereka semua pastinya ingin bisa matematika yang mereka pelajari.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN I. Perencanaan Pembelajaran Matematika pada Sekolah Dasar Kecamatan Darul Imarah Perencanaan pembelajaran ditingkat satuan pendidikan merupakan persiapan yang harus dilaksanakan oleh guru dan merupakan langkah awal dari suatu kegiatan pembelajaran.langkah pertama yang harus dilakukan oleh guru adalah menelaah kurikulum dengan menyusun silabus. Perencanaan pembelajaran yang dilaksanakan tertuang dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dipersiapkan oleh masing- masing guru kelas dari ketiga SD yang diteliti. Untuk mendapatkan gambaran tentang perencanaan pembelajaran Matematika berpedoman pada kurikulum dan silabus. Dalam perencanaan pembelajaran tersebut memuat analisis materi pembelajaran yang didalamnya memuat tentang standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator dan materi pokok. Perencanaan merupakan faktor penting dalam proses administrasi lembaga pendidikan. Adanya perencanaan program
110
pembelajaran yang disusun untuk sekali tatap muka. Hal ini dimaksudkan agar pembelajaran Matematika lebih terarah dan tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan mudah. Guru diberikan kesempatan untuk menyiapkan seluruh perangkat pembelajaran yang diperlukan sesuai dengan kurikulum atau silabus yang mencakup kompetensi dasar, materi pokok, pengalaman belajar, target pendidikan, penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar. Pembelajaran Matematika pada ketiga sekolah Dasar ini menvariasikan dengan beberapa metode antara lain metode ceramah, Tanya jawab, demonstrasi dan diskusi. Hasil wawancara dengan kepala sekolah dan guru menunjukkan bahwa dalam rangka mengimplementasikan program pembelajaran matematika maka guru yang mengajar sudah mempersiapkan perencanaan pembelajaran. Penyusunan rencana pembelajaran merupakan hal yang sangat penting yang perlu dilakukan oleh guru karena rencana pembelajaran tersebut merupakan salah satu syarat untuk melaksanakan proses pembelajaran. Semua program perencanaan pembelajaran dilaksanakan dalam proses belajar mengajar baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini diperkuat dari data observasi bahwa pada saat memasuki kelas guru membawa buku pegangan, absen siswa dan rencana pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru sebagai subjek penelitian diperoleh informasi bahwa perencanaan yang dilakukan oleh guru meliputi pengembangan silabus dengan berpedoman standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) kemudian merumuskan indikator hasil belajar. Berdasarkan hasil pengembangan silabus itulah guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Hal ini sesuai dengan hasil wawancara peneliti dengan kepala sekolah yang bersangkutan menyebutkan semua guru disekolahnya mempersiapkan perencanaan pembelajaran sebelum awal semester. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dapat diketahui bahwa program pembelajaran matematika harus menerapkan berbagai metode karena dengan menggunakan metode yang bervariasi siswa akan lebih mudah memahaminya dan guru diharapkan mampu memilih dan menggunakan metode pembelajaran sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Diantara tiga sekolah yang diteliti penulis seorang kepala sekolah dasar mengatakan yang bahwasanya siswa memiliki interes yang sangat
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Mei 2013, Volume 15 Nomor 2
heterogen maka didalam perencanaan pembelajaran matematika disekolah dasar haruslah idealnya guru merancang RPP dengan menggunakan multi metode yaitu memvariasikan penggunaan metode pembelajaran didalam kelas seperti metode ceramah dipadukan dengan metode Tanya jawab dan penugasan atau diskusi. Dengan pemberian tugas hal ini dimaksudkan untuk menjembatani kebutuhan siswa dan menghindari terjadinya kejenuhan yang dialami siswa. Berdasarkan hasil wawancara dengan tiga sekolah dasar di kecamatan Darul Imarah Perencanaan pembelajaran matematika pada sekolah dasar kecamatan Darul Imarah harus menitik beratkan pada target yang telah ditetapkan berdasarkan kurikulum sekolah dasar sesuai yang tertera pada Depdikbud 1996 yaitu : (1) Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan dalam kehidupan melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran logis, rasional, kritis, cermat, jujur dan kreatif, (2) Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan, (3) Menambah dan mengembangkan keterampilan berhitung dengan bilangan sebagai alat dalam kehidupan sehari- hari, (4) Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal untuk melanjutkan kependidikan menengah dan (5) Membentuk sikap logis, kritis, cermat dan disiplin. Seluruh responden yang dijadikan sebagai sumber data dalam penelitian ini menyatakan bahwa semua guru yang mengajar sebaiknya terlebih dahulu mempersiapkan bahan ajar yaitu rencana program pembelajaran (RPP), dengan adanya perencanaan tersebut guru lebih mudah dan terarah dalam mengajar dan mudah untuk mencapai tujuan pembelajaran.Perencanaan yang baik akan memberikan pengaruh terhadap proses belajar mengajar. 2. Pelaksanaan Pembelajaran Matematika pada Sekolah Dasar Kecamatan Darul Imarah Untuk memperoleh data terhadap pelaksanaan pembelajaran matematika yang dilaksanakan oleh guru pada ketiga sekolah dasar, peneliti telah melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran, baik yang dilakukan dikelas maupun yang dilakukan diluar kelas. Pendekatan pembelajaran yang dilakukan
111
dengan berpedoman pada suatu kegiatan pembelajaran, guru- guru dalam mengajarkan pelajaran matematika dengan memvariasikan berbagai metode. Berdasarkan hasil wawancara dengan sumber data dan observasi dapat diketahui bahwa proses pembelajaran yang dilaksanakan dengan menggunakan teknik kelompok. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok tetap, satu kelompok terdiri dari 7 sampai dengan 8 orang. Satu kelas terdiri dari 4 kelompok. Metode yang digunakan dalam pembelajaran adalah metode ceramah, Tanya jawab, demonstrasi dan pemberian tugas. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dapat diketahui bahwa pembelajaran matematika pada ketiga sekolah dasar dilaksanakan 6 jam pelajaran pada setiap minggunya, model pembelajaran tidak hanya dilakukan dalam kelas tetapi ada juga dilaksanakan di luar kelas yaitu di lingkungan sekolah. Dalam pelaksanaan pembelajaran, semua program yang telah ditetapkan sebelumnya dilaksanakan sesuai dengan rencana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran matematika dilaksanakan secara maksimal oleh guru yang bersangkutan. Pelaksanaan pembelajaran yang diterapkan oleh guru matematika dalam proses belajar mengajar adalah mengkoordinir siswa dengan baik dan penggunaan media yang sesuai dengan materi ajar sehingga kesemuanya itu dapat menimbulkan motivasi instrinsik dari pribadi siswa itu sendiri sehingga dalam pelaksanaan proses belajar mengajar mudah tercapai tujuan yang telah ditentukan pada waktu sebelumnya. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap guru matematika bahwa tahapan proses pembelajaran dilaksanakan melalui beberapa tahapan yaitu kegiatan awal yang mencakup membaca doa belajar, doa kebaikan dunia akhirat, surah Al- Fatihah, ayat Kursi, mengabsensi kehadiran siswa dan membuka pelajaran, kegiatan inti mencakup menjelaskan tujuan pembelajaran, materi pokok, dengan memvariasikan metode yang sesuai, sedangkan kegiatan akhir mencakup dengan pemberian tugas kepada siswa yang dikerjakan disekolah dengan cara memberi intruksi dan pengawasan dan ditambah dengan tugas pekerjaan rumah. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di lapangan pembelajaran matematika disesuaikan dengan jadwal pelajaran yang telah
Nurbayana, Manajemen Pembelajaran Matematika pada Sekolah Dasar
ditetapkan sekolah masing- masing. Bagi siswa kelas rendah banyak aktivitas yang diciptakan dikelas, diantaranya dengan menggunakan anggota tubuh anak- anak, guru menyarankan anak- anak menunjukkan berapa banyak kaki, mulut dan sebagainya. Kemudian guru meminta siswa untuk menunjukkan tiga tangan, mereka menanggapi dengan protes keras dan kemudian mereka menunjukkan dua tangan yang mereka miliki. Kemudian guru mengajak anak- anak untuk menampilkan nomor dengan jari, dimulai dengan pertanyaan yang sederhana, berapa usia kamu? kemudian siswa diminta menunjukkan angka yang diminta guru. Selain itu guru matematika dikelas rendah banyak metode yang diterapkan kepada peserta didiknya misalnya menunjukkan lima dengan tiga jari ditangan kanan dan dua jari ditangan kiri. Disekolah Dasar I Lamcot peneliti melihat bahwa pembelajaran matematika kelas rendah diajarkan melalui metode permainan yaitu melibatkan anak-anak untuk bermain, mereka melakukan matematika dalam berbagai cara, termasuk pengurutan bilangan, menciptakan bentuk simetris dan bangunan, kemudian memperkenalkan permainan jual beli ditoko, menunjukkan anak- anak permainan membeli dan menjual mainan dan benda kecil lainnya, belajar menghitung konsep uang. Penggunaan media merupakan hal penting dalam pembelajaran. Media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan. Belajar yang efektif harus dimulai dengan pengalaman langsung atau kongkrit dan menuju kepada pengalaman yang lebih abstrak. Belajar akan lebih efektif jika dibantu dengan media pembelajaran. Didalam menggunakan alat peraga, ada empat cara yang harus diperhatikan, yaitu; (1) penggunaannya tepat, (2) membantu pemahaman murid, (3) sesuai dengan tujuan (4) jenisnya bervariasi. Agar suasana kelas menjadi nyaman dan menyenangkan maka pengaturan siswa sangat diperlukan dalam proses belajar mengajar. Suasana kelas yang baik dapat menimbulkan kenyamanan dan termotivasi siswa untuk semangat belajar, sebaliknya suasana kelas yang gersang tidak teratur , suhu udara panas atau kurangnya cahaya yang masuk maka membuat guru dan siswa tidak bergairah serta akan menimbulkan kebosanan. Berkaitan dengan kondisi sekolah dan ruang kelas, hasil observasi pada ketiga sekolah Dasar dikecamatan Darul
112
Imarah didapatkan suasana sekolah dan ruang kelas yang layak dan memadai. Pemanfaatan waktu yang efektif merupakan hal yang penting didalam pelaksanaan proses pembelajaran, tanpa penggunaan waktu yang tepat maka rencana pembelajaran yang telah ditetapkan sulit dicapai dengan baik. Hasil pengamatan yang telah diamati ketiga sekolah Dasar didapatkan didalam penggunaan waktu yang telah ditetapkan di RPP tidak sesuai yang telah direncanakan, pada kegiatan awal belum terlaksana dengan baik guru sudah memasuki dikegiatan inti disini terlihat dalam kegiatan observasi kurangnya kesesuaian waktu dengan yang telah ditetapkan di RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran). Kegiatan membuka pelajaran merupakan usaha guru untuk mengetahui kesiapan siswa dalam belajar. Dalam kegiatan pembuka ini guru dapat mengetahui sejauh mana siswa dapat memahami pelajaran yang telah lalu. Berdasarkan hasil observasi dari ketiga sekolah dasar di kecamatan Darul Imarah guru melakukan apersepsi, setelah apersepsi langsung menuju pada halaman berikutnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika pelaksanaan membuka pelajaran dengan konsep mengulang kembali materi yang lalu dilaksanakan diwaktu materi yang agak sulit dipahami siswa. 3.
Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Matematika pada Sekolah Dasar Kecamatan Darul Imarah Evaluasi merupakan salah satu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan proses pembelajaran. Pelaksanaan evaluasi hasil belajar siswa merupakan tugas pokok seorang guru disamping tugas mengajar. Evaluasi atau penilaian adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematis, yang mencakup penentuan tujuan, perancangan dan pengembangan instrument, pengumpulan data, analisis dan penafsiran untuk menentukan suatu nilai dengan standar penilaian yang telah ditentukan. Tujuan dilaksanakan evaluasi atau penilaian adalah untuk menjawab apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar yang diinginkan atau direncanakan dengan kenyataan yang didapatkan. Dalam pelaksanaan evaluasi pembelajaran matematika disekolah dasar sistem evaluasi yang dilaksanakan hampir sama dengan pelajaran umum lainnya yaitu mencakup tiga aspek kognitif, psikomotor, dan afektif.
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Mei 2013, Volume 15 Nomor 2
Penilaian kognitif dilihat dari kemampuan siswa menguasai materi dan pengetahuan, seperti penugasan kelompok, pekerjaan rumah, latihan, ujian harian, ujian tengah semester, pra semester dan semester yang mana prosses penilaian yang dilakukan telah ditentukan oleh guru. Penilaian psikomotor dilihat dari kemampuan dan penguasaan siswa terhadap membuat atau mempraktikkan materi yang berhubungan dengan kegiatan contohnya pada standar kompetensi pengukuran, standar kompetensi giometri dan yang lainnya, penilaian afektif dilihat dari sikap dan minat siswa dalam pembelajaran. Dari hasil penelitian ini ketiga SD melakukan evaluasi selama proses pembelajaran berlangsung baik di kelas maupun di luar kelas, pada saat di kelas dilihat dari segi kehadiran dan keaktifan siswa dalam hal bertanya dan menjawab pertanyaan juga pemahaman materi yang diajarkan, di luar kelas evaluasi yang dilaksanakan sama dengan yang dilaksanakan di dalam kelas. 4. Hambatan yang Dihadapi oleh Guru dalam Proses Pembelajaran Matematika pada Sekolah Dasar Kecamatan Darul Imarah Didalam pelaksanaan aktivitas atau pekerjaan yang dilakukan, jika ada hambatan yang akan merintangi setiap aktivitas, baik itu akibat dari diri kita sendiri ataupun dari pihak yang lainnya yang ada kaitannya dengan pekerjaan tersebut sudah menjadi hal yang biasa. Demikian juga halnya dengan pelaksanaan pembelajaran matematika pada sekolah dasar kecamatan Darul Imarah, guru-guru didalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar mengalami berbagai hambatan yang merupakan penyebab ketidak tercapainya tujuan dan target dalam pembelajaran matematika. Berdasarkan hasil wawancara bersama kepala sekolah dan guru matematika dapat diketahui bahwa didalam pelaksanaan pembelajaran hambatan yang dihadapi guru terutama menyangkut dengan keadaan diri siswa. Siswa kurang termotivasi didalam belajar, pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar sikap dan tingkah laku siswa berpengaruh terhadap proses pembelajaran, siswa yang kurang memperhatikan, berbicara sesama teman, juga ada siswa yang lupa dan jenuh didalam belajar.
113
KESIMPULAN 1. Pada ketiga sekolah Dasar tersebut Perencanaan pembelajaran matematika diwujudkan dalam pembentukan suatu wadah Kerja Kelompok Guru (KKG). Dalam wadah ini semua guru bidang studi matematika berkumpul ditempat yang telah ditentukan yaitu digugus untuk menyusun silabus, program tahunan (Prota), program semester (Prosem), Silabus dan RPP. 2. Pelaksanaan pembelajaran matematika pada sekolah Dasar kecamatan Darul Imarah dimulai dengan kegiatan awal yang diawali dengan membaca doa belajar bersama- sama, absensi kehadiran siswa, pada kegiatan inti, guru menjelaskan tujuan dari pembelajaran dan materi pokok. Pada kegiatan akhir, guru memberikan tugas kapada siswa berupa soal latihan yang dikerjakan disekolah dan ditambah dengan tugas pekerjaan rumah. 3. Evaluasi program pembelajaran matematika disekolah Dasar kecamatan Darul Imarah Pelaksanaannya hampir sama dengan pelajaran umum lainnya yaitu mencakup tiga aspek kognitif, psikomotor, dan afektif. Penilaian koknitif dilihat dari kemampuan siswa menguasai materi dan pengetahuan, seperti penugasan kelompok, pekerjaan rumah, latihan, ujian harian, ujian tengah semester, pra semester dan semester. Penilaian psikomotor dilihat dari kemampuan dan penguasaan siswa terhadap membuat atau mempraktikkan materi yang berhubungan dengan kegiatan contohnya pada standar kompetensi pengukuran, standar kompetensi giometri dan yang lainnya,penilaian afektif dilihat dari sikap dan minat siswa dalam pembelajaran. 4. Hambatan yang dihadapi guru didalam pembelajaran matematika disekolah dasar kecamatan Darul Imarah adalah disebabkan oleh faktor internal siswa, yaitu siswa kurang termotivasi dirinya untuk belajar , faktor eksternal kurangnya motivasi dari orang tua dan lingkungan, serta faktor dari guru kurangnya pengelolaan kelas diwaktu proses belajar mengajar berlangsung.
SARAN Sesuai kesimpulan dan implementasi penelitian berikut disampaikan saran sebagai berikut; 1. Perencanaan manajemen pembelajaran, RPP sebagai acuan bagi dalam proses
Nurbayana, Manajemen Pembelajaran Matematika pada Sekolah Dasar
2.
3.
4.
pembelajaran, sebaiknya diimplementasikannya dikelas. Persiapan materi mengajar sebelum masuk kedalam kelas disusun dan direncanakan sesuai yang telah ditentukan. Metode, kiat/strategi dan manajemen pembelajaran disesuaikan dengan materi pembelajaran dan keadaan siswa. Untuk mengatasi kesulitan didalam belajar siswa, guru dapat melakukan kegiatan seperti penggunaan sumber media yang menarik perhatian siswa dan sebaik mungkin siswa akan termotivasi untuk proses pembelajaran. Bagi guru mata pelajaran matematika evaluasi dilakukan, selain dari materi pembelajaran, dilihat dari kehadiran dan keaktifan siswa. Matematika merupakan pelajaran konkrit dan abstrak, sehingga penilaian dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Selain dinilai sehari-hari, penilaian dapat ditambah dari ulangan, prasemester dan semester. Ditindak lanjuti dengan membimbing siswa secara berkesinambungan, sehingga siswa merasa nyaman dan senang dengan mata pelajaran matematika.
DAFTAR PUSTAKA Hamalik, Oemar. (2005). Pelaksanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.Bandung; Bumi Aksara. Harun, Cut Zahri (2009). Manajemen Sumber Daya Pendidikan. Yogyakarta : Pena Persada Mulyasa. E (2008). Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung PT Remaja Rosdakarya Murniati, A.R (2008). Manajemen Stratejik Peran Kepala Sekolah dalam Pemberdayaan. Bandung; Ciptapustaka Media Perintis Permendiknas RI No. 52 Tahun 2008 Tentang Standar Proses. Jakarta : Depdiknas. Subagio, P. Joko (2010). Metode Penelitian : Dalam Teori dan Praktek. Jakarta : PT Rineka Cipta.
114
Sukmadinata, Nana Syaodih (2006) Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya. UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas. Uno,B.
Hamzah (2008). Perencanaan Pembelajaran. Jakarta; Bumi Aksara.
Usman, Nasir (2007). Manajemen Peningkatan Kinerja Guru. Bandung: Mutiara Ilmu
115
MANAJEMEN PEMBELAJARAN GURU SERTIFIKASI MATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI RUKOH KOTA BANDA ACEH
Oleh *Hasnadi
Abstrak: Manajemen pembelajaran sebagai usaha mengelola pembelajaran menuju pembelajaran yang efektif dan efisien. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: penyusunan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran guru sertifikasi mata pelajaran Matematika pada MTsN Rukoh. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Subjek penelitian adalah guru sertifikasi matematika, kepala sekolah, wakil kepala sekolah, pengawas, dan siswa. Hasil penelitian menunjukkan: 1) Perencanaan pembelajaran yang disusun berdasarkan KTSP dengan berpedoman pada BSNP yang diserahkan kepada kepala sekolah pada setiap awal semester. Perencanaan pembelajaran dirancang oleh masing-masing guru tanpa melalui forum MGMP. Sebagian guru mendapatkan perangkat perencanaan dari teman-temanya, dari internet dan dari perencanaan yang telah mereka susun pada tahun sebelumnya. 2) Pelaksanaan pembelajaran sebagian guru tidak menjadikan RPP sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran. Pada kegiatan inti, sebagian guru kurang melibatkan siswa dalam mencari informasi, tidak beragam menggunakan pendekatan pembelajaran dan media pembelajaran, kurang melibatkan siswa secara aktif dalam berbagai kegiatan pembelajaran, jarang memberikan umpan balik positif dan penguatan serta jarang memberikan motivasi kepada siswa yang kurang aktif dan memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh. 3) Evaluasi yang dilaksanakan hanyalah evaluasi hasil belajar. Bagi siswa yang sudah mencapai ketuntasan akan diberikan pengayaan. Sedangkan bagi siswa yang belum mencapai ketuntasan akan diberikan perbaikan (remedial). Kata Kunci: Manajemen Pembelajaran dan Guru Sertifikasi
PENDAHULUAN Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu cara meningkatkan sumber daya manusia adalah melalui proses pembelajaran di sekolah. Dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan, guru merupakan komponen sumber daya yang harus dibina/ditatar/dilatih dan dikembangkan secara terus menerus. Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menetapkan bahwa “guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.” Oleh karena itu, upaya perbaikan apapun yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan memberikan sumbangan yang signifikan tanpa
di dukung oleh guru yang profesional dan berkualitas. Salahsatu guru yang terdapat di sekolah adalah guru matematika. Peran guru matematika sama juga halnya dengan guruguru lainnya yaitu melakukan proses pembelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum. Kompetensi guru sangat diperlukan dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi. Hal ini sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh Mulyasa (2009:14) bahwa “Guru juga berperan sebagai perencana (disegner), pelaksana (implomenter) dan penilai (evaluator) pembelajaran.” Oleh karena itu, guru harus mengelola pembelajaran menuju pembelajaran yang efektif dan efesien atau disebut dengan manajemen pembelajaran. Rianto (2010:132) menjelaskan bahwa “Manajemen pembelajaran merupakan siasat guru dalam mengefektifkan, mengefesienkan, serta mengoptimalkan fungsi dan interaksi
*Hasnadi adalah Magister Administrasi Pendidikan, Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Mei 2013, Volume 15 Nomor 2
antara siswa dengan komponen pembelajaran dalam suatu kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pengajaran.” Dalam manajemen pembelajaran dikaji konsep strategi pembelajaran, dan gaya mengajar guru akan menentukan keberhasilan dalam mencapai tujuan pengajaran. Manfaat manajemen pebelajaran sebagai aktivitas profesional dalam menggunakan dan memelihara satuan program pengajaran yang dilaksanakan. Sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas tenaga kependidikan secara nasional, pemerintah melaksanakan program pembangunan nasional yang berisi pembentukan badan akreditas dan sertifikasi. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, ditetapkan bahwa “Sertifikasi guru adalah suatu proses pemberian pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi.” Semuanya itu dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme dan kompetensi guru. Untuk dapat menetapkan bahwa seorang pendidik sudah memenuhi standar profesional maka pendidik yang bersangkutan harus mengikuti uji sertifikasi. Pada hakikatnya, standar kompetensi dan sertifikasi guru adalah untuk mendapatkan guru yang baik dan profesional, yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah khususnya, serta tujuan pendidikan pada umumnya, sesuai kebutuhan masyarakat dan tuntutan zaman. Fenomena yang terjadi di lapangan menurut hasil pengamatan penulis bahwa masih banyak guru matematika yang lulus sertifikasi belum maksimal dalam proses pembelajaran, baik pada perencanaan, pada proses pembelajaran dan evaluasi pembelajaran yang mempengaruhi peningkatan kualitas dan mutu pendidikan. Kemudian banyak guru matematika yang lulus sertifikasi yang hanya menunggu masa-masa pensiun sehingga kurang bersemangat dalam mengajar, serta banyak guru yang lulus sertifikasi disebabkan masa kerjanya, padahal kurang profesional dalam bidangnya. Berdasarkan permasalahan di atas, maka diperlukan suatu studi untuk melihat bagaimana manajemen pembelajaran guru yang sudah lulus sertifikasi, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian berjudul:
116
“Manajemen Pembelajaran Guru Sertifikasi Mata Pelajaran Matematika pada Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Rukoh Kota Banda Aceh”.
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Melalui metode deskriptif peneliti menelaah secara menyeluruh terhadap gejala yang terjadi di lokasi penelitian sesuai fokus permasalahan. Penelitian kualitatif dilaksanakan secara alamiah, apa adanya, dalam situasi normal yang tidak dimanipulasi keadaan dan kondisinya, menekankan pada deskripsi secara alami dan dituntut keterlibatan peneliti secara langsung di lapangan. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah pengawas sekolah, kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru matematika, dan siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode observasi (pengamatan), metode wawancara, dan metode dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah meliputi langkahlangkah reduksi data, display data dan mengambil kesimpulan.
KAJIAN PUSTAKA Konsep Manajemen Pembelajaran Manajemen merupakan kegiatan mengatur berbagai sumber daya, baik manusia maupun material, dalam rangka melakukan berbagai kegiatan suatu organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Menurut Murniati AR (2008:71) “Manajemen adalah kegiatan mengatur berbagai sumber daya, baik manusia maupun material, dalam rangka melakukan berbagai kegiatan suatu organisasi untuk mencapai tujuan secara optimal. Karena itu, manajemen merupakan tugas pimpinan dalam menggerakkan berbagai sumber yang ada ke arah sasaran yang ingin dicapai.” Manajemen cakupannya meliputi segenap tindakan yang mengatur sumberdaya melalui proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan baik terhadap sumber belajar maupun sumber fasilitas. Pembelajaran merupakan suatu proses yang komplek dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Menurut Muhaimin (Rianto, 2010:131) pembelajaran adalah “Upaya membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan pembelajaran akan
Hasnadi, Manajemen Pembelajaran Guru Sertifikasi
melibatkan siswa mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien.” Kegiatan mengelola pembelajaran disebut juga dengan manajemen pembelajaran. Manajemen pembelajaran menurut Suwardi (2007:1) adalah “usaha untuk mengelola sumber daya yang digunakan dalam pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat di capai secara efektif dan efesien.” Manajemen pembelajaran merupakan usaha sehat untuk mewujudkan suasana pembelajaran yang efektif, menyenangkan dan dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai dengan kemampuan. Dalam menjalankan fungsi manajemen, seorang guru harus memanfaatkan sumber daya pengajaran yang ada di dalam kelas maupun di luar kelas. Perencanaan Pembelajaran Perencanaan pada hakikatnya proses pengambilan keputusan atas sejumlah alternatif mengenai sasaran dan cara yang akan dilaksanakan di masa yang akan datang guna mencapai tujuan yang dikendaki serta pemantauan dan penilaiannya atas hasil pelaksanaannya, yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan. Sebagaimana Fattah (2006:49) menyatakan bahwa “Perencanaan merupakan tindakan menetapkan terlebih dahulu apa yang akan dikerjakan, bagaimana mengerjakannya, apa harus dikerjakan dan siapa yang mengerjakan.” Tanpa perencanaan yang baik pelaksanaan pekerjaan cenderung tidak terarah dan tidak tertib yang akan berakibatkan jelek terhadap hasil. Dalam mengembangkan program perencanaan pembelajaran, Menurut Sanjaya (2010:49) bahwa “Ada beberapa program yang harus dipersiapkan guru sebagai proses penerjemahan kurikulum, yakni program penyusun alokasi waktu, program tahunan, program semester, silabus dan program harian atau Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).” Guru dalam melaksanakan tugasnya harus mampu merencanakan pengorganisasian bahan pengajaran yang akan diajarkannya, merencanakan pengelolaan kelas, merencanakan penggunaan media dan sumber pembelajaran yang merupakan pedoman dalam kegiatan proses belajar mengajar. Pelaksanaan Pembelajaran Guru sebagai pelaksanaan pengajaran haruslah mengajar sesuai dengan materi yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan pembelajaran diawali dengan membuka
117
pembelajaran. Membuka pelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan guru untuk menciptakan kesiapan mental dan menarik perhatiaan peserta didik secara optimal, agar mereka memusatkan diri sepenuhnya pada pelajaran yang akan disajikan. Menurut Mulyasa (2009:83) bahwa “membuka dan menutup pelajaran yang dilakukan secara profesional akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan pembelajaran.” Demikian juga dalam mengorganisir materi pelajaran penggunaan metode pembelajaran yang tepat juga merupakan hal yang sangat signifikan untuk dipertimbangkan. Mulyasa (2009:107) menyatakan bahwa “Penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan efektifitas dan efisiensi pembelajaran. Pembelajaran perlu dilakukan dengan sedikit ceramah dan metode-metode yang berpusat pada guru, serta lebih menekankan pada interaksi peserta didik. Penggunaan metode yang bervariasi akan sangat membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran.” Kegiatan menutup pelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan guru untuk mengetahui pencapaian tujuan dan pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah dipelajari, serta mengakhiri kegiatan pembelajaran. Untuk kepentingan tersebut, Mulyasa (2009:84) mengatakan guru dapat melakukan upaya-upaya: 1) Menarik kesimpulan mengenai materi yang telah di pelajari (kesimpulan bisa dilakukan oleh guru, peserta didik atas permintaan guru, atau oleh peserta didik bersama guru). 2) Mengajukan beberapa pertanyaan untuk mengukur tingkat pencapaian tujuan dan keefektivitas pembelajaran yang telah dilaksanakan. 3) Menyampaikan bahan-bahan pendalaman yang harus dipelajari, dan tugas-tugas yang harus dikerjakan (baik tugas individual maupun tugas kelompok) sesuai dengan pokok bahasan yang telah dipelajari. 4) Memberikan post tes baik secara lisan, tulisan, mupun perbuatan. Evaluasi Pembelajaran Evaluasi merupakan salah satu kegiatan utama yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Arikunto (2006:3) “Evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan.” Dengan penilaian,
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Mei 2013, Volume 15 Nomor 2
guru akan mengetahui perkembangan hasil belajar, intelegensi, bakat khusus, minat, hubungan sosial, sikap dan kepribadian siswa atau peserta didik. Evaluasi menempati posisi yang penting dalam proses belajar mengajar, karena dengan adanya evaluasi pengajaran ini, keberhasilan pengajaran tersebut dapat diketahui. Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran dimana keberhasilan tersebut kemudian ditandai dengan skala nilai berupa huruf atau kata atau simbol. Menurut Arikunto (Syafaruddin dan Nasution, 2005:139) hasil evaluasi belajar ditujukan untuk keperluan: “1) untuk diagnostik dan pengembangan, 2) untuk seleksi, 3) untuk kenaikan kelas, 4) dan untuk penempatan. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru Kompetensi adalah kemampuan yang menggambarkan kelayakan setiap individu dalam menjalankan tugas. Makmun (Usman, 2012:68) mengemukakan bahwa “kompetensi adalah (1) menunjukkan kepada kemampuan untuk mengerjakan suatu pekerjaan, (2) kompetensi merupakan sifat orang-orang (kompeten), yakni memiliki kecakapan, daya (kemampuan), otoritas (kewenangan), kemahiran (keterampilan), pengetahuan dan sebagainya untuk menjalankan apa yang diperlukan, (3) kompetensi menunjukkan kepada tindakan (kinerja) rasional yang dapat mencapai tujuan secara memuaskan berdasarkan kondisi yang diharapkan.” Menurut undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 10 ayat 1 tentang Guru dan Dosen menetapkan bahwa guru harus memiliki: “1) Kompetensi pedagogik, yaitu kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. 2) Kompetensi kepribadian, yaitu kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik. 3) Kompetensi profesional, yaitu kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. 4) Kompetensi sosial, yaitu kemampuan untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efesien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik, dan msyarakat sekitar. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, ditetapkan bahwa “sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik
118
untuk guru dan dosen. Sedangkan sertifikat pendidikan adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru sebagai tenaga profesional.” Jadi sertifikasi guru adalah suatu proses pemberian pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi. Pembelajaran Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Tujuannya memberikan penekanan pada pemahaman konsep penalaran, pembentukan sikap siswa serta memberikan tekanan pada keterampilan dalam penerapan ilmu matematika. Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui materi pengukuran, geometri, aljabar dan trigonometri. Dalam mempelajari matematika terkadang banyak kendala yang dialami oleh siswa, salah satu penyebab seperti yang kita ketahui bahwa objek kajian matematika itu bersifat abstrak. Oleh karena itu pendekatan matematika realistik sangat dianjurkan dalam pembelajaran matematika. Amran (Asmorowati, 2005:10-11) menyebutkan bahwa “Dalam mendesain suatu model pembelajaran berdasarkan pendekatan matematika realistik, harus mempresentasikan karakteristik-karakteristik dari pendekatan matematika realistik baik pada tujuan, materi, metode dan evaluasi.”
HASIL PEMBAHASAN Perencanaan Pembelajaran Guru Sertifikasi Mata Pelajaran Matematika Berdasarkan data hasil penelitian ditemukan bahwa perencanaan pembelajaran yang dipersiapkan oleh guru sertifikasi mata pelajaran matematika adalah menyusun perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang telah disusun dikumpulkan kepada kepala sekolah. Apabila perangkat pembelajaran yang disusun sesuai dengan standar dan ketetapan yang berlaku maka akan ditandatangani dan akan dikembalikan kepada guru yang bersangkutan. Namun, apabila
Hasnadi, Manajemen Pembelajaran Guru Sertifikasi
perangkat pembelajaran tersebut masih terdapat kekeliruan atau kekurangan, maka kepala sekolah memberikan masukan untuk diperbaiki kembali dan akan ditandatangani apabila sudah diperbaiki oleh guru tersebut. Kegiatan ini selalu dilakukan pada setiap awal semester dan sudah menjadi tradisi sekolah. Perencanaan pembelajaran disusun oleh masing-masing guru tanpa melalui MGMP. Perencanaan pembelajaran yang disusun meliputi penyusunan rincian minggu efektif, program tahunan, program semester, silabus, RPP, dan KKM. Perencanaan merupakan salah satu fungsi manajemen yang pertama sekali dilakukan atau perencanaan merupakan fungsi awal dari kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Hal ini sesuai dengan pendapat Sanjaya (2010:49) bahwa “ada beberapa program yang harus dipersiapkan guru sebagai proses penerjemahan kurikulum, yakni program penyusun alokasi waktu, program tahunan, program semester, silabus dan program harian atau Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)”. Hal ini seperti yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Bab IV Pasal 20 yang ditetapkan bahwa “perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar dan penilaian hasil belajar.” Pelaksanaan Pembelajaran Berdasarkan hasil penelitian, guru mata pelajaran matematika melakukan pelaksanaan pembelajaran dalam tiga tahap, yaitu: kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Pada pelaksanaan pembelajaran, kegiatan awal yang dilakukan oleh guru adalah membuka pelajaran. Pada tahap awal guru melakukan apersepsi, mengumpulkan tugas, memberikan motivasi, dan menjelaskan tujuan pembelajaran. Kegiatan awal ini dilakukan untuk mengarahkan siswa belajar, memberikan semangat belajar bagi siswa dan siswa mengetahui manfaat dari materi yang dipelajarinya. Hal ini dilakukan untuk menciptakan kondisi dan perhatian siswa terpusat pada pelajaran yang akan membawa dampak positif dalam proses pembelajaran. Sebagaimana Mulyasa (2009:84) menjelaskan bahwa “membuka pelajaran merupakan suatu
119
kegiatan yang dilakukan guru untuk menciptakan kesiapan mental dan menarik perhatian peserta didik secara optimal, agar mereka memusatkan diri sepenuhnya pada pelajaran yang akan disajikan”. Pada kegiatan inti, masih terdapat guru yang sangat lemah dalam hal pengelolaan kelas sehingga pada kegiatan pembelajaran berlangsung suasana kelas sangat ribut yang mengakibatkan tidak efektifnya PBM yang dilaksanakan. Guru tidak melaksanakan metode yang telah ditentukan berdasarkan metode yang tertera dalam RPP. Demikian juga masih didapati guru yang dalam penyampaiannya materi terlalu menoton dan sangat terpaku dengan buku paket yang dimiliki tanpa memodifikasi, yang seharusnya dilakukan guru. Dalam pelaksanaan pembelajaran, metodologi pengajaran merupakan keharusan mutlak diketahui oleh guru karena tugas guru adalah tugas profesional yang dalam melaksanakan tugas harus memiliki pengetahuan dan penguasaan teori yang matang agar dapat menghasilkan yang maksimal. Mulyasa (2009:107) menyatakan bahwa “Penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan efektifitas dan efisiensi pembelajaran. Pembelajaran perlu dilakukan dengan sedikit ceramah dan metode-metode yang berpusat pada guru, serta lebih menekankan pada interaksi peserta didik. Penggunaan metode yang bervariasi akan sangat membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran.” Pada tahap akhir pembelajaran, guru menyampaikan rangkuman dan penegasan terhadap hal-hal yang penting dari materi yang diajarkan. Kemudian guru memberikan tugas untuk dikerjakan dirumah serta menyampaikan informasi tentang materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya. Hamalik (2005:58) menyatakan bahwa “kegiatan merangkum dan menarik keimpulan dapat dilakukan oleh peserta didik dibawah bimbingan guru, oleh guru, atau oleh peserta didik bersama guru”. Selanjutnya Mulyasa (2009:84) menjelaskan bahwa “kegiatan menutup pelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan guru untuk mengetahui pencapain tujuan dan pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah dipelajari, serta mengakhiri kegiatan pembelajaran.
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Mei 2013, Volume 15 Nomor 2
Evaluasi Pembelajaran Berdasarkan hasil penelitian, evaluasi yang dilaksanakan oleh guru sertifikasi hanyalah evaluasi hasil belajar. Bagi siswa yang sudah lulus/tuntas menguasai materi akan diberikan pengayaan. Sedangkan bagi siswa yang belum mencapai ketuntasan akan diberikan perbaikan (remedial). Semua guru matematika tidak melakukan analisis terhadap butur soal, baik dari tingkat validitas, reabilitas, daya pembeda maupun tingkat kesukaran soal. Evaluasi merupakan suatu proses yang dalam pelaksanaannya diperlukan berbagai macam tindakan untuk memberi makna atau nilai sesuatu yang dievaluasi. Evaluasi merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran, sebab dengan evaluasi siswa akan mengetahui tingkat keberhasilan dalam pembelajaran yang dialaminya. Menurut Arikunto (Syafaruddin dan Nasution, 2005:139) hasil evaluasi belajar ditujukan untuk keperluan: “1) untuk diagnostik dan pengembangan, 2) untuk seleksi, 3) untuk kenaikan kelas, 4) dan untuk penempatan.”
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Perencanaan pembelajaran yang disusun oleh guru sertifikasi mata pelajaran matematika pada MTsN Rukoh berupa menyiapkan perangkat pembelajaran dan dikumpulkan kepada kepala sekolah pada setiap awal semester. Perangkat perencanaan pembelajaran dirancang oleh masing-masing guru tanpa melalui forum MGMP. Perencanaan pembelajaran yang disusun meliputi rincian minggu efektif, program tahunan, program semester, silabus, penentuan KKM, dan RPP. Perencanaan pembelajaran yang disusun berdasarkan KTSP dan berpedoman pada BSNP. 2. Pada pelaksanaan pembelajaran sebagian guru tidak membawa perangkat pembelajaran, sehingga pelaksanaan pembelajaran tidak sesuai dengan pedoman berdasarkan perencanaan yang telah disusun dalam RPP. Pada kegiatan inti, sebagian guru kurang melibatkan siswa dalam mencari informasi, tidak beragam menggunakan pendekatan pembelajaran dan media pembelajaran, kurang melibatkan siswa secara aktif dalam berbagai kegiatan pembelajaran,
3.
120
jarang memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan siswa, serta jarang memberikan motivasi kepada siswa yang kurang aktif dan memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh. Hal ini mengakibatkan suasana kelas menjadi ribut dan banyak siswa yang tidak mempedulikan terhadap materi yang diajarkan, siswa berjalan-jalan dalam kelas, siswa tidak memperhatikan dan menulis, serta siswa ada yang tidur ketika pembelajaran berlangsung. Evaluasi yang dilaksanakan oleh guru sertifikasi mata pelajaran matematika hanyalah evaluasi hasil belajar. Bagi siswa yang sudah lulus/tuntas menguasai materi akan diberikan pengayaan. Sedangkan bagi siswa yang belum mencapai ketuntasan akan diberikan perbaikan (remedial).
Saran 1. Bagi guru yang sudah menyusun perangkat perencanaan pembelajaran, hendaknya dapat dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran agar pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Sedangkan bagi guru yang belum menyusun perencanaan pembelajaran, maka hendaknya menyusun perencanaan pembelajaran sebelum melaksanakan pembelajaran agar pembelajaran yang dilaksanakan lebih terarah. Dalam penyusunan perencanaan pembelajaran hendaknya dilakukan dalam forum musyawarah seperti MGMP agar guru saling memberikan informasi, saling memberikan pengalaman, dan saling memberikan motivasi. 2. Bagi guru yang sudah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan perencanaan dan berlangsung dengan tertib, agar mempertahankan dan meningkatkan pengelolaan kelas. Sedangkan bagi guru yang belum melaksanakan pembelajaran sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan, agar berupaya memperbaiki dan mengevaluasi terhadap proses pembelajaran yang dilakukannya. Proses pembelajaran hendaknya dilakukan dengan lebih aktif, kreatif dan inovatif dalam mengelola kelas dengan mengikuti
Hasnadi, Manajemen Pembelajaran Guru Sertifikasi
3.
4.
pelatihan/penataran/workshop sehingga dapat mengelola proses pembelajaran berlangsung dengan baik, efektif dan efisien. Guru hendaknya melakukan tindak lanjut setelah melaksanakan evaluasi pembelajaran baik terhadap hasil belajar siswa maupun dalam menganalisis soal. Tindak lanjut yang diberikan kepada siswa yang belum mencapai ketuntasan hendaknya diberikan remedial setelah menyelesaikan setiap KD. Sedangkan bagi siswa yang sudah tuntas hendaknya diberikan pengayaan. Adapun soal tes yang diberikan antara siswa yang remedial dengan siswa yang tuntas berbeda tingkat kesukarannya. Kepala sekolah hendaknya memberikan motivasi, peringatan dan konsekuensi yang berat bagi guru yang tidak menyerahkan perangkat perencanaan pembelajaran pada setiap awal semester. Sedangkan bagi guru yang sudah mennyerahkan perencanaan pembelajaran dan mengajar sesuai dengan pedoman perencanaan, maka hendaknya diberikan penghargaan baik berupa benda maupun dengan pujian.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. (2006). Dasar-dasar Evaluasi. Jakarta: Bumi Aksara. Asmorowati, Dwi. (2005). Penerapan Pendekatan Matematika Realistik untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil belajar Matematika Siswa (Studi pada Siswa Kelas III A N. Rajabasa Bandar.Lampung). Skripsi UNILA Bandar Lampung. Tidak diterbitkan. Fattah, Nanang. (2006). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Hamalik, Oemar, (2005). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Askara Murniati, AR. (2008). Manajemen Stratejik. Bandung: Cita Pustaka Media Perintis. Mulyasa, E. (2009). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
121
--------. (2009). Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun (2007) tentang Standar Pengelolaan. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Rianto, Yatim. (2010). Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media. Sanjaya, Wina. (2010). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana. Suwardi. (2007). Manajemen Pembelajaran. Surabaya: Media Grafika. Syafaruddin dan Nasution, Irwan (2005). Manajemen Pembelajaran. Jakarta: Quantum Teaching. Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun (2005), Tentang Guru dan Dosen Standar Pendidikan Nasional. Usman, Nasir. (2012). Manajemen Peningkatan Mutu Kinerja Guru. Bandung: Citapustaka Media Perintis.
122
STRATEGI PENGEMBANGAN KINERJA DOSEN PADA AKADEMI KEBIDANAN MUHAMMADIYAH BANDA ACEH Oleh *Nur Asiah, **Murniati,AR, dan ***Djailani AR Abstrak: Strategi pengembangan kinerja dosen merupakan suatu upaya untuk menciptakan sumber daya dosen yang memiliki kemampuan sesuai dengan bidang-bidang pekerjaan dan keahliannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang perencanaan program, strategi pengembangan, pengawasan dan evaluasi pengembangan kinerja dosen di Akademi Kebidanan Muhammdiyah Banda Aceh. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan kualitatif naturalistik. Tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, observasi dan wawancara. Subjek penelitian terdiri atas Direktur, Pembantu Direktur II Bidang Akademik, Dosen pada Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh.Hasil penelitian menunjukkan 1). Perencanaan program pengembangan kinerja dosen disusun berdasarkan rapat kerja tahunan yang tertuang dalam rencana strategi lima tahun. Perencanaan yang disusun meliputi; pengiriman studi lanjutan bagi dosen, program pelatihan dalam menunjang kemampuan akademik dosen,lokakarya yang berkaitan atau relevan bagi dosen, pengiriman pelatihan singkat (short course). 2). Strategi pengembangan kinerja dosen meliputi bidang pendidikan; peningkatan kemampuan dalam mengajar, pelatihan tehnologi informasi, pelatihan bahasa asing, pemberian beasiswa pendidikan lanjutan S2 untuk dosen, mengirim dosen dalam kegiatan seminar yang sesuai dengan kebutuhan pengembangan kinerja dosen. Bidang penelitian dan pengembangan; pelatihan tentang metodelogi penelitian. Bidang pengabdian masyarakat; melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan, bakti sosial yang dijadikan sebagai kegiatan rutin tahunan dalam program kerja Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh. Pengawasan dan Evaluasi dilakukan oleh pimpinan pada setiap kegiatan baik pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan serta pengabdian masyarakat. Proses pengawasan dan evaluasi dilakukan secara terus menerus dengan mengamati, mengikuti kegiatan yang dilaksanakan sebagai fungsi pengawasan melekat. Kata Kunci: Strategi, Pengembangan dan Kinerja Dosen
PENDAHULUAN Perkembangan dunia global sekarang ini telah menjadikan pendidikan sebagai kebutuhan pokok/primer dan tidak dapat dianggap sebagai kebutuhan skunder. Seiring dengan perubahan kebutuhan tersebut, kian hari semakin banyak lembaga-lembaga pendidikan yang menyediakan pendidikan bagi masyarakat, tentunya dengan kualitas masing-masing lulusan lembaga yang tidaklah sama, dan kualitas ini sangat tergantung kepada kualitas lembaga tersebut, termasuk di dalamnya lembaga Perguruan Tinggi. Menurut Murniati AR (2008:21) “Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam pencapaian Sumber Daya Manusia unggul dan berkualitas, pendidikan diyakini akan memberikan kontribusi positif bagi kemajuan pembangunan, baik jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang”. Perguruan tinggi merupakan lembaga formal yang dikelola secara teratur, sistematis, bertingkat dan dengan mengikuti syarat-syarat
yang jelas dan ketat. Sebagai lembaga pendidikan formal, perguruan tinggi yang lahir dan berkembang secara efektif dan efisien, dari dan untuk masyarakat, merupakan perangkat yang berkewajiban memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam upaya mencerdaskan bangsa. Salah satu visi dan misi perguruan tinggi Indonesia adalah mewujudkan Tridarma Perguruan Tinggi yaitu pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan serta pengabdian masyarakat. Untuk menjalankan fungsi dan tujuan perguruan tinggi seperti yang diharapkan, maka salah satu komponen penting dalam proses pendidikan tinggi adalah Sumber Daya Manusia (SDM) dalam hal ini yaitu dosen, yang juga dibantu komponen lainnya seperti sarana, prasarana dan infra struktur lainnya. Dosen menjadi faktor penting dalam kaitan pelaksanaan pembinaan, pengembangan serta pengambilan keputusan dalam rangka mewujudkan visi, misi perguruan tinggi, di samping juga dapat digunakan sebagai penilaian kinerjanya secara
*Nur Asiah adalah Magister Administrasi Pendidikan, Pascasarjana Universitas Syiah Kuala **Murniati, AR. adalah Dosen Pascasarjana Universitas Syiah Kuala ***Djailani, AR. adalah Dosen Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Mei 2013, Volume 15 Nomor 2
terbuka yang mengacu pada Tridarma Perguruan Tinggi yang terdiri dari kegiatan: 1) pendidikan, 2) penelitian, dan 3) pengabdian kepada masyarakat. Dikti (2007:2) menetapkan :Dosen merupakan tenaga pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Selama ini banyak perguruan tinggi masih belum maksimal dalam melakukan upaya pengembangan kinerja dosen, terutama di lingkungan perguruan tinggi swasta. Hal ini berkaitan dengan masalah dana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan dan pengembangan kinerja dosen. Selain itu, komitmen dari pimpinan perguruan tinggi juga masih menjadi kendala selama ini. Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh yang berakreditasi B dari Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Sumberdaya Manusia Kesehatan (PPSDM). Melihat perkembangan dan perubahan yang lebih mengarah kepada profesi kebidanan maka sangat perlu dilakukan penataan sumber daya manusia sebagai tenaga pendidik METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dilakukan di Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh dari bulan September sampai dengan November 2012. Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah Direktur, Pembantu Direktur I Bidang Akademik, dan Dosen.Instrumen penelitian adalah segala peralatan yang digunakan untuk memperoleh, mengelola dan menginterprasikan informasi dari para responden yang dilakukan dengan pola pengukuran yang sama. Dalam setiap penelitian selalu dibutuhkan instrumen penelitian.Instrumen penelitian yang diperlukan adalah pedoman wawancara, pedoman observasi dan pedoman dokumentasi. Verifikasi data yang dilakukan adalah melakukan membercheck, dan melakukan triagulasi, sehingga diperoleh kesimpulan data yang valid dan mendasar ( grouded) KAJIAN PUSTAKA Manajemen terdiri atas perencanaan, pengorganisasi, penggerakkan dan pengawasan yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan manusia atau orang-orang dan sumber daya lainnya. Murniati AR (2008:71) mengatakan: “manajemen adalah kegiatan mengatur berbagai
123
sumber daya, baik manusia maupun material, dalam rangka melakukan berbagai kegiatan suatu organisasi untuk mencapai tujuan secara optimal. Karena itu, manajemen merupakan tugas pimpinan dalam menggerakkan berbagai sumber yang ada kearah sasaran yang ingin dicapai.” Fungsi-fungsi manajemen dalam proses penyelenggaraan pendidikan, seperti: perencanaan, pengorganisasian, penentuan staff atas dasar kemampuan, kesanggupan dan kemauan memberikan bimbingan dan pembinaan kearah yang menuju kepada pencapaian tujuan adalah kontrol terhadap semua kegiatan. Dalam sebuah organisasi, peranan pesonalia (sumber daya manusia) sangat vital dan penting. Peran sumber daya manusia ini akan optimal jika dikelola dengan baik. Kepada pimpinan perguruan tingi sebagai top leader dalam lembaga pendidikan tinggi memiliki peran sentral dalam pengelolaan personalia di perguruan tingg sehingga sangat penting bagi pimpinan untuk memahami dan menerapkan pengelolaan personalia dengan baik dan benar. Menurut Pidarta (2006:25), personalia ialah semua anggota yang bekerja untuk kepentingan organisasi yaitu untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan. Personalia organisasi pendidikan mencakup para guru, para pegawai, para wakil siswa atau mahasiswa, dan para alumnus, termasuk juga para manajer pendidikan. Pengembangan SDM merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu pendekatan bersifat terintegrasi dan holistik dalam mengubah prilaku orang-orang yang terlibat dalam suatu proses pekerjaan, dengan menggunakan serangkaian teknik dan strategi belajar yang relevan. Menurut Harun (2009:46) “Pengembangan sumber daya manusia adalah kemampuan seseorang dari potensi yang ada pada diri seseorang dikembangkan lagi untuk dapat mengimbangi kedudukan dan perkembangan zaman”. Sehingga dalam program pengembangan harus dituangkan sasaran, kebijaksanaan, prosedur, anggaran, peserta, kurikulum dan waktu pelaksanaannya agar tujuan dari kegiatan pengembangan tersebut sesuai dengan yang diharapkan. Perencanaan dapat diartikan sebagai aktifitas pengambilan keputusan tentang sasaran apa yang akan dicapai, tindakan apa yang akan diambil dalam rangka memcapai tujuan atau sasaran, dan siapa yang akan melaksanakan tugas-tugas tersebut. Bergquis dan Philipberpendapat bahwa perencanaan pengembangan tenaga dosen merupakan bagian
Nur Asiah, Murniati,AR, & Djailani AR, Strategi Pengembangan Kinerja Dosen
inti dari pengembangan kelembagaan dan meliputi sebagian dari pengembangan personil, pengembangan profesional, pengembangan organisasi dan pengembangan masyarakat. pengembangan (www.docstoc.com; profesionalisme dosen dalam rangka peningkatan mutu dosen; 5 januari 2012) Asri (2006:22) mengemukakan bahwa “Organisasi merupakan sistem yang menghubungkan sumber daya untuk mencapai tujuan dan merupakan perangkat sosial atau teknologi yang terdiri dari sumber daya manusia, modal dan berbagai sumber daya fisik dan non fisik”. Pengorganisasian merupakan proses menghimpun bagian-bagian menjadi suatu keseluruhan yang terpadu yang dapat beroperasi secara efektif sebagaimana dapat diamati pada hasil proses pembentukan struktur organisasi. Sule (2005:21) menyatakan bahwa “Faktor yang sangat menentukan dalam tahapan pelaksanaan adalah sejauhmana sumber daya manusia atau tenaga kerja yang telah dipilih dan ditempatkan dalam organisasi menunjukkan kinerja yang terbaik, karena faktor manusia menjadi kunci penting dalam langkah implementasi”. Tery (2006:395) mengartikan pengawasan sebagai mendeterminasi apa yang telah dilaksanakan, maksudnya mengevaluasi prestasi kerja dan apabila perlu, menerapkan tidankan-tindakan korektif sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Dalam fungsi manajemen, pengawasan merupakan usaha sistematis untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuantujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya Strategi Pengembangan Personil Strategi dalam suatu organisasi merupakan cara untuk mencapai tujuan-tujuan, mengatasi segala kesulitan dengan memanfaatkan sumber-sumber dan kemampuan yang dimilikinya. Jadi strategi merupakan suatu rencana yang ditujukan untuk mencapai tujuan tersebut. Menurut Salusu (2008: 104) Pengertian strategi adalah ”Rencana tindakan yang menjabarkan alokasi sumber daya dan aktifitasaktifitas untuk menanggapi lingkungan dan membantu mencapai sasaran atau tujuan organisasi. ” Menurut Thaib (2006: 33) langkahlangkah strategi dalam pengembangan profesional dosen dapat dilakukan antara lain melalui: (1) kegiatan menginventarisir situasi
124
dan kondisi serta berbagai sumber yang tersedia; (2) meningkatkan fasilitas pendidikan prajabatan dan dalam jabatan dengan cara memperbaiki isi program kurikulum, sehingga mampu membekali lulusannya dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dituntut dalam profesinya; mengkonseptualisasikan kriteria yang dituntut pada jenjang karir dan prosedur pengusulannya; serta (3) menetapkan kriteria pengetahuan, keterampilan, menciptakan situasi kondisi. sarana prasarana yang menunjang dan memperkuat komitmen pengembangan pribadi dosen yang bersangkutan, mengkoordinasikan berbagai aktivitas yang memungkinkan dosen memanfaatkannya sehingga dapat bekerja lebih efektif, mengadakan evaluasi secara menyeluruh dan terpadu sehingga bermanfaat bagi penyempurnaan kualitas semua langkah serta koordinasi antar bagian yang terlibat dalam program pengembangan tersebut. Konsep Kinerja Dosen Menurut Usman (2012: 64) bahwa “Kinerja adalah unjuk kerja yang ditunjukkan, baik secara kualitas dan kuantitas dalam melakukan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya, yang diukur berdasarkan kedisiplinan, kerjasama, ketaatan, kehadiran, kompetensi profesional, dan kuantitas kerja”. Indikator kinerja dosen merupakan hal yang penting dalam manajemen disebuah lembaga secara keseluruhan, karena kinerja dapat diukur dan untuk mendorong pencapaian kinerja yang diharapkan. Selanjutnya indikator kinerja dosen yang akan dinilai, meliputi kemampuan dosen tersebut menunjukkan kemampuan, keahlian yang dimiliki dosen yaitu: kemahiran, integrasi, susunan dan aplikasi yang terkait antara ketrampilan dengan pengetahuan yang sesuai dengan bidangnya masing-masing. Kemampuan yang dimiliki dosen itulah yang diaplikasikan menjadi kinerja atau prestasi kerja dosen, mampu merancang/menyusun SAP, praktek pengajaran atau perkuliahan, membimbing mahasiswa, mampu membina hubungan antar pribadi dan mengevaluasi proses perkuliahan. HASIL PEMBAHASAN 1. Perencanaan Peningkatan Kinerja Dosen Pada Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh. Perencanaan program pengembangan kinerja dosen pada Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh merupakan upaya
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Mei 2013, Volume 15 Nomor 2
dalam mendukung kegiatan jaminan mutu pendidikan tinggi di lingkungan Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh. Salah satu upaya ini, disusun dalam suatu perencanaan yang berkaitan dengan meningkatkan kualitas mutu dosen sebagai tenaga pendidik di Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh. Pada wawancara dengan Direktur dinyatakan bahwa perencanaan program pengembangan kinerja dosen disusun bersama pimpinan yang terdiri Direktur, Pembantu Direktur, Dosen. Pengembangan kinerja dosen terdapat pada program tahunan yang tertuang dalam rencana strategis dan rencana operasional dimana rencana strategis untuk jangka 5 (lima) tahun disusun secara bersama-sama dalam rapat kerja tahunan Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh. Hasibuan (2008:69) “program pengembangan personil hendaknya disusun secara cermat dan didasarkan pada metodemetode ilmiah serta berpedoman pada ketrampilan yang dibutuhkan organisasi atau lembaga saat ini, maupun untuk masa depan”. 2. Strategi Peningkatan Kinerja Dosen Pada Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh Bentuk-bentuk pengembangan dosen yang telah, sedang dan akan dilanjutkan pada Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh yang meliputi bidang: pendidikan/pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Pada pelaksanaan pengembangan bidang Pendidikan/Pengajaran upaya untuk meningkatkan kinerja dosen melalui tugas belajar bagi dosen yaitu dengan pengiriman dosen pada program pendidikan Pascasarjana S2, tugas belajar bagi dosen. Strategi lainnya adalah dengan mengadakan pelatihan Pelatihan yang dilakukan di Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh adalah pelatihan penelitian, pelatihan bahasa asing (khususnya bahas Inggris dan Komputer/IT), serta pelatihan penulisan karya ilmiah bagi dosen. Selain itu pula, Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh pun senantiasa mengirimkan beberapa orang dosen dalam berbagai disiplin ilmu tertentu yang relevan, keberbagai kegiatan penataran dan lokakarya yang diselenggarakan instansi lain. Dalam undang-undang tentang Guru dan Dosen No 12 Tahun 2005 “Empat kompetensi yang harus dimiliki guru dan dosen, yaitu: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Keempat kompetensi inilah
125
yang akan diuji dan lihat untuk mendapatkan sertifakasi guru dan dosen”. 3. Pengawasan dan Evaluasi Peningkatan Kinerja Dosen Fungsi pengawasan ini merupakan pola pembinaan dosen yang diadopsi di Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh adalah pembinaan staf berbasis kinerja (merit system), yang memerlukan control dan evaluasi melalui mekanisme pengawasan melekat. Evaluasi yang dilakukan oleh pimpinan Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh dengan cara meminta laporan dari setiap kegiatan pengembangan, sejauh mana program telah berjalan, apa-apa saja yang menjadi kendala dan hal-hal apa saja yang perlu dipertahankan. Dilingkungan kerja Akademi Kebidanan Muhammadiyah diberlakukan azaz keadilan dengan maksud bahwa setiap civitas akademik melakukan kegiatan yang positif memperoleh reward seperti hal dosen pengajar yang berprestasi diberikan promosi jabatan demikian juga sebaliknya akan diberikan Punishment berupa teguran bagi dosen yang tidak melaksanakan tugas mengajar secara berturutturut. Evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak, dan dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. Evaluasi berhubungan dengan keputusan nilai menurut Arikunto (2008:1) menyatakan “Evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi berkerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan”. KESIMPULAN 1. Perencanaan program pengembangan kinerja dosen pada Akademi Kebidanan Muhammadiyah merujuk pada Tri Darma Perguruan Tinggi yaitu pendidikan dan pengajaran, Penelitian dan pengembangan serta pengabdian masyarakat.Perencanaan program ini dilakukan pada awal kegiatan dimana penyusunannya melibatkan pimpinan yaitu Direktur,Pembantu Direktur I Bidang Akademik, Pembantu Direktur II Bidang Administrasi Umum dan Keuangan,Pembantu Direktur III Bidang Kemahasiswaan dan Dosen tetap Akademi Kebidanan Muhammadiyah dan juga Badan Pengurus Harian Muhammadiyah. 2. Strategi pengembangan kinerja dosen, disesuai dengan perencanaan yang telah
Nur Asiah, Murniati,AR, & Djailani AR, Strategi Pengembangan Kinerja Dosen
3.
disusun sebelumnya, pelaksanaan peningkatan kinerja dosen mengarah pada Tridarma Perguruan Tinggi. Strategi yang dilakukan Akademi Kebidanan Muhammadiyah pada pendidikan pengajaran adalah mengirim dosen melanjutkan pendidikan S2, pelatihan yang mendukung kegiatan proses belajar mengajar, di bidang penelitian, menyediakan alokasi dana penelitian. Pengawasan dan evaluasi pada peningkatan kinerja dosen dosen, dilakukan oleh pimpinan Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh sebagai fungsi pengawasan melekat. Evaluasi yang dilakukan oleh pimpinan Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh dengan cara meminta laporan dari setiap kegiatan pengembangan, sejauh mana program telah berjalan, apa-apa saja yang menjadi kendala dan hal-hal apa saja yang perlu dipertahankan.
SARAN 1. Kepada pimpinan yayasan diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan analisa dalam mengambil kebijakan untuk memberikan dukungan baik secara langsung ataupun tidak langsung terhadap program-program kegiatan peningkatan kinerja dosen di perguruan tinggi 2. Kepada Direktur Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh untuk melakukan pembinaan secara optimal dalam upaya meningkatkan kinerja dosen sebagai bagian dari insan civitas akademika melalui kegiatan-kegiatan ilmiah maupun pengiriman studi lanjut. 3. Kepada dosen yang memiliki tugas dan tanggung jawab melaksanakan Tridarma Perguruan Tinggi, perlu memperhatikan peningkatan pengetahuan, wawasan dan keterampilan, sehingga diharapkan dosen dapat berperan aktif dalam pengembangan ilmu pengetahuan sesuai dengan konsentrasi keilmuannya, serta aktif melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
126
Asri, Marwan. (2006). Manajemen Lanjutan. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka. Bergquis,dan Philip (2010) Pengembangan Profesionalisme Dosen Dalam Rangka Peningkatan Mutu Dosen; (online) Tersedia www.docstoc.com Tanggal 5 januari 2012 Dikti. (2007). Pedoman Penelitiaan Hibah Bersaing. Jakarta: Departemen Pendidikan Tinggi. Hasibuan,M.S.P.( 2008). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta. PT.Bumi Aksara. Harun, Cut Zahri (2009). Manajemen Sumber Daya Pendidikan. Yogyakarta; Pena Persada. Murniati. AR dan Usman, Nasir (2008). Manajemen Strategik, Peranan Kepala Sekolah dalam Pemberdayaan. Bandung: Citapustaka Media. Pidarta, Made,(2006). Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta. Rineka Cipta Salusu,J.(2006).Pengambilan keputusan Stratejik Untuk Organisasi Publik dan Organisasi non profit. Jakarta:Grasindo Sule,
Erni Tisnawati.(2005). Pengantar Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta: Bumi Cipta
Undang-Undang No 20 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Usman,Nasir.(2012). Manajemen Peningkatan Mutu Kinerja Guru,Konsep, Teori dan Model. Bandung: Citapustaka Media Perintis. Terry.R.Goerge (2006). Dasar-dasar Tehnik Pengawasan.http://e-learninggunadarma.ac.id Thaib,M.Razali. (2006) Efektivitas Pengembangan Tenaga Edukatif Pada Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry. Tesis tidak dipublikasikan PPs Unsyiah
127
PELAKSANAAN SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DALAM PENERAPAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) PADA MTs. NEGERI SINABANG KABUPATEN SIMEULUE Oleh: *Abusmar Abstrak : Supervisi pendidikan suatu proses untuk menerapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya dan mengoreksi dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: 1) pelaksanaa kegiatan supervisi, 2) kendala pelaksanaan supervisi, dan 3). Upaya mengatasi kendala penerapan supervisi pada MTs Negeri Sinabang . Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Subjek penelitian adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan guru. Hasil penelitian menunjukkan: 1). Pelaksanaan supervisi Pendidikan dalam penerapan KTSP Kurikulum adalah suatu rancangan yang berisikan pengaturan tentang tujuan, isi, bahan pelajaran, dan cara yang digunakan dalam penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan sesuai yang diharapkan. 2). Kendala Pelaksanaan Penerapan KTSP adalah terbatasnya waktu guru dalam mengikuti bimbingan karena disibukkan dengan kegiatan di luar sekolah, dan terbatasnya waktu kepala sekolah sehingga pelaksanaan supervisi tidak berdasarkan jadwal yang telah ditentukan. kurangnya persiapan dari guru yang disupervisi, unsur subjektifitas dirasa masih tinggi, sering dilakukan pergantian kepala sekolah. 3). Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala supervise adalah: Adanya perlakuan pendelegasian wewenang oleh kepala sekolah kepada guru- uru senior, Adanya motivasi kepada para guru akan pentingnya supervisi pendidikan, adanya pembinaan oleh kepala sekolah kepada guru-guru senior yang ditunjuk sebagai supervisor dan membentuk tim penilai supervise, adanya koordinasi secara intens kepada seluruh elemen sekolah dalam rangka terlaksananya KTSP di MTs.Negeri Sinabang. Kata Kunci: Supervisi Pendidikan dan Penerapan KTSP
PENDAHULUAN. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan penting untuk menjamin kelangsungan hidup suatu negara dan bangsa, karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Masyarakat Indonesia dengan laju pembangunannya masih menghadapi masalah pendidikan yang berat, terutama berkaitan dengan kualitas pendidikan. Sekolah merupakan lembaga formal sesuai dengan misinya yaitu melaksanakan kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Kegiatan belajar mengajar akan berjalan lancar jika komponen-komponen dalam lembaga ini terpenuhi dan berfungsi sebagaimana mestinya. Komponen-komponen tersebut antara lain: sarana dan prasarana yang memadai, terpenuhinya tenaga pendidikan yang
profesional adanya struktur organisasi yang teratur, dan yang tak kalah pentingnya adalah peranan kepala sekolah sebagai supervisor internal dalam mengembangkan komponenkomponen tersebut agar berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Sukmadinata (2006:2) menambahkan bahwasanya pendidikan formal merupakan suatu hal yang sangat penting karena, pendidikan formal memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan pendidikan informal dalam lingkungan keluarga: Pertama, pendidikan formal di sekolah memiliki lingkup isi pendidikan yang lebih luas, bukan hanya berkenaan dengan pembinaan segi-segi moral tetapi juga ilmu pengetahuan dan keterampilan. Kedua, pendidikan di sekolah dapat memberikan pengetahuan yang lebih tinggi, lebih luas, dan mendalam. Ketiga, karena memiliki rancangan atau kurikulum secara formal dan tertulis,
*Abusmar, M.Pd adalah Alumni Magister Administrasi Pendidikan, Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
128 Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Mei 2013, Volume 15 Nomor 2
pendidikan di sekolah dilaksanakan secara berencana, sitematis, dan lebih disadari. Kurikulum adalah program pendidikan yang disediakan oleh lembaga pendidikan Oemar Hamalik, (2006: 195) menyatakan bahwa “kurikulum yang digunakan mulai tahun 2006 sampai dengan saat ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diluncurkan oleh Depdiknas. Penerapan KTSP merupakan penyempurnaan atau inovasi dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), dimana KTSP lebih sederhana dibanding dengan KBK”. Sedangkan KTSP menurut E. Mulyasa (2007: 19) diartikan sebagai: Sebuah kurikulum operasional pendidikan yang disusun dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP itu sendiri merupakan kurikulum yang dikembangkan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dimana operasional pendidikan disusun dan dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan dengan memperhatikan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Perbedaan KTSP dengan KBK sebenarnya tidaklah terlalu jauh. Diberlakukannya KTSP justru memberikan keluasaan guru untuk berimprovisasi dalam praktek kegiatan belajar mengajar. Kurikulum yang selama ini dibuat dari pusat menyebabkan kreativitas guru kurang terpupuk, tetapi dengan KTSP kreativitas guru bisa berkembang. Dalam penerapan KTSP setiap sekolah dituntut berperan aktif penuh. Otonomi sekolah benar-benar berlaku, terutama dalam hal relevansi kurikulum. Guru harus dapat menyusun kurikulum dalam pembelajaran di kelas dengan menjabarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi indikator-indikator, materi-materi, serta silabus, dan sistem penilaian. Namun dalam pelaksanaannya masih terdapat banyak guru di sekolah yang belum menguasai bagaimana menyusun kurikulum dan masih sedikit pengetahuan serta informasi tentang keberadaan KTSP. Pada era desentralisasi dan otonomi pendidikan, dirasa perlu merumuskan paradigma baru bahwa pelaksanaan supervisi merupakan suatu kebijakan kendali mutu penyelenggaraan pendidikan. Pihak sekolah dalam mengembangkan KTSP perlu ditunjang kepemimpinan kepala sekolah dalam menjalankan roda kepemimpinannya. Dinas Pendidikan telah menetapkan bahwa kepala
sekolah harus mampu melaksanakan pekerjaannya sebagai edukator, manajer, administrator, dan supervisor (EMAS). Supervisi kepala sekolah sangat berpengaruh menghasilkan pelayanan pendidikan dan pembelajaran pendidik dan tenaga kependidikan yang bermutu. Danim (2002), menambahkan bahwa dalam menghadapi kurikulum yang berisi perubahanperubahan yang cukup besar dalam tujuan, isi, metode, dan evaluasi pengajarannya, sudah sewajarnya kalau para guru mengharapkan saran dan bimbingan dari kepala sekolah mereka. Berdasarkan observasi atau studi pendahuluan di Sekolah MTs Negeri Sinabang Kabupaten Simeulue, menemukan kondisi yang begitu berlainan antara harapan dengan kenyataan, antara lain: kebingungan guru dalam menjalankan kurikulum KTSP, penerapan KBK dinilai belum optimal, apalagi jika harus mengganti kurikulum baru yaitu KTSP, serta pelaksanaan supervisi dari kepala sekolah yang kurang kontinyu atau periodic yang menyebabkan evaluasi pada proses pembelajaran juga tersendat dan lama. Karena kurangnya supervisi dari kepala sekolah inilah yang menjadikan kepala sekolah kurang memahami kondisi guru di lapangan pasca pemberlakuan KTSP, bahwa penerapan KTSP dinilai semakin memberatkan guru.
METODE PENELITIAN Metode penelitian ini adalah metode deskriptif yang dilaksanakan untuk menggambarkan situasi dan keadaan yang sedang berlaku, sebagaimana yang diungkapkan Sugiyono (2008:65) sebagai berikut “metode deskriptif adalah menunjukkan dan menafsirkan data yang ada, misalnya tentang situasi yang dialami, suatu hubungan dengan kegiatan, pandangan, sikap yang nampak atau tentang suatu proses yang sedang bekerja dan sebagainya”. Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk meliput data dalam penelitian. Instrumen dalam penelitian yang diperlukan adalah pedoman observasi, pedoman dokumentasi dan pedoman wawancara. Pengujian kredibilitas data penelitian akan dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, dan member check.
Abusmar, Pelaksanaan Supervisi Kepala Sekolah Dalam Penerapan Kurikulum
KAJIAN PUSTAKA Pengertian Supervisi Pendidikan Dilihat dari sudut pandang etimologi supervisi berasal dari kata super dan vision yang masing-masing kata itu berarti atas dan penglihatan. Jadi secara etimologis, supervisi adalah penglihatan dari atas. Pengertian itu merupakan arti kiasan yang menggambarkan suatu posisi dimana yang melihat berkedudukan lebih tinggi dari pada yang dilihat. Hal ini dapat diartikan bahwa kegiatan supervisi dilakukan oleh atasan kepada bawahan. Pelaksanaan supervisi atau pengawasan di setiap organisasi memiliki peran yang cukup penting. Manullang (2005: 173) menyatakan bahwa “pengawasan sebagai suatu proses untuk menerapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya dan bila perlu mengoreksi dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula”. Supervisi dilakukan di setiap lini organisasi, termasuk organisasi di dalam ranah pendidikan, salah satunya adalah sekolah. Kepala sekolah merupakan atasan di dalam lingkungan sekolah. Dimana seorang kepala sekolah memiliki peran strategis dalam memberi bantuan kepada guru-guru dalam menstimulir guru-guru kearah usaha mempertahankan suasana belajar mengajar yang lebih baik. E. Mulyasa (2004:111) menyatakan bahwa “Supervisi sesungguhnya dapat dilaksanakan oleh kepala sekolah yang berperan sebagai supervisor”. Oleh karena itu, sebelum mendalami kajian akan supervisi pendidikan, perlu diketahui terlebih dahulu mengenai definisi/pengertian tentang supervisi pendidikan. Berikut pendapat para ahli mengenai pengertian supervisi pendidikan. Sergiovanni dalam Made Pidarta (1999:2) mengemukakan pernyataan bahwa: 1) supervisi lebih bersifat proses daripada peranan 2) supervisi adalah suatu proses yang digunakan oleh personalia sekolah yang bertanggungjawab terhadap aspek-aspek tujuan sekolah dan yang bergantung secara langsung kepada para personalia yang lain, untuk menolong mereka menyelesaikan tujuan sekolah itu. Ngalim Purwanto (2002:76), mendefinisikan supervisi sebagai: Kegiatan bantuan dari para pemimpin sekolah yang tertuju pada
129
perkembangan kepemimpinan guruguru dan personel sekolah lainnya di dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Kegiatan tersebut berupa dorongan, bimbingan, dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan kecakapan guru-guru, seperti bimbingan dalam usaha dan pelaksanaan pembaharuanpembaharuan dalam pendidikan dan pengajaran, pemilihan alat-alat pelajaran, metode-metode mengajar yang lebih baik, cara-cara penilaian yang sistematis terhadap fase seluruh proses pengajaran. Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa supervisi pendidikan adalah kegiatan penelitian, pelayanan, pembimbingan, dan pemberian bantuan dari supervisor kepada supervesee (tenaga kependidikan) dalam usaha mewujudkan proses pengajaran menjadi lebih baik sesuai dengan tujuan pendidikan. Fungsi Supervisi Pendidikan Kegiatan supervisi pendidikan memiliki beragam fungsi. Supervisi pendidikan akan dapat terlaksana dengan baik manakala fungsi-fungsinya mampu diterapkan dengan baik pula. Made Pidarta (1999: 15-19) menyatakan bahwa fungsi supervisi dibedakan menjadi dua bagian besar yakni: 1) Fungsi utama ialah membantu sekolah sekaligus mewakili pemerintah dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yaitu membantu perkembangan individu para siswa. 2) Fungsi tambahan ialah membantu sekolah dalam membina guru-guru agar dapat bekerja dengan baik dan dalam mengadakan kontak dengan masyarakat dalam rangka menyesuaikan diri dengan tuntutan masyarakat serta mempelopori kemajuan masyarakat. Tujuan Supervisi Pendidikan Fungsi dan tujuan, kedua hal tersebut cukup sulit untuk dibedakan, sebab seringkali satu objek dapat diterangkan dari segi fungsi dan dapat pula dari segi tujuan. Merujuk pendapat Made Pidarta (1999:15) menyatakan bahwa “Supervisor sebagai fungsi, bila ia dipandang sebagai bagian atau organ dari organisasi sekolah. Tetapi bila dipandang dari
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Mei 2013, Volume 15 Nomor 2
apa yang ingin dicapai supervisi, maka hal itu merupakan tujuan supervisi. Berdasarkan ungkapan diatas disimpulkan bahwa tujuan supervisi pendidikan tidak sekadar memperbaiki mutu mengajar guru, akan tetapi juga membina profesi guru dalam arti luas. Agar tujuan dapat tercapai secara optimal, segi perbaikan dalam hal pengadaan fasilitas yang menunjang kelancaran pembelajaran, peningkatkan mutu pengetahuan dan keterampilan guru, pemberian bimbingan dan pembinaan dalam pelaksanaan kurikulum, pemilihan dan penggunaan metode mengajar, serta teknik evaluasi pengajaran hendaknya juga perlu mendapat perhatian. Sesuai dengan fungsinya, supervisi harus bisa mengkoordinasikan semua usahausaha yang ada di lingkungan sekolah. Supervisi bisa mencakup usaha setiap guru dalam mengaktualisasikan diri dan ikut memperbaiki kegiatan-kegiatan sekolah. Dengan demikian perlu dikoordinasikan secara terarah dan terpadu dengan sasaran yang ingin dicapai. Prinsip Supervisi Pendidikan Berikut ini dikemukakan beberapa prinsip yang harus diperhatikan serta dilaksanakan oleh para supervisor pendidikan atau kepala sekolah dalam melaksanakan kegiatan supervisi agar benar-benar efektif dalam usaha mencapai tujuannya. Seorang kepala sekolah yang berfungsi sebagai supervisor dalam melaksanakan supervisi menurut Soewadji Lazaruth (1988: 33), hendaknya bertumpu pada prinsip supervisi sebagai berikut: 1) Supervisi yang bersifat konstruktif 2) Supervisi yang bersifat realistis 3) Supervisi yang bersifat demokratis 4) Supervisi yang bersifat objektif Teknik Supervisi Pendidikan Teknik supervisi pendidikan berarti suatu cara atau jalan yang digunakan supervisor pendidikan dalam memberikan pelayanan dan bantuan kepada guru misalkan yaitu, mengadakan kunjungan kelas (classroom visitation), mengadakan kunjungan observasi baik langsung maupun tidak langsung. Mulyasa (2004:113) menyatakan bahwa “kepala sekolah sebagai supervisor dapat melakukan supervisi secara efektif antara lain melalui diskusi kelompok,
130
kunjungan kelas, pembicaraan individual, dan simulasi pembelajaran”.. Dari beragam pendapat mengenai teknik supervisi pada dasarnya mempunyai kesamaan dan semuanya itu erat sekali hubungan dalam rangka upaya pemberian bantuan terhadap guru agar dapat meningkatkan profesionalismenya sehingga akan mampu mencapai tujuan pendidikan. Peran Kepala Sekolah Dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan, perlu dioptimalisasikan peranan kepala sekolah, karena apabila seorang kepala sekolah dapat berperan secara efektif dalam tugas dan kewajibannya, maka hal tersebut akan berdampak pada kemajuan sekolah yang dipimpinnya. Mulyasa (2004: 98), telah ditetapkan bahwa kepala sekolah harus mampu melaksanakan pekerjaannya sebagai edukator, manajer, administrator, dan supervisor (EMAS). Seiring dengan laju perkembangan jaman, kepala sekolah sedikitnya harus mampu berperan sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, innovator, dan motivator (EMASLIM). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Berdasarkan Pasal 1 Ayat 15 Standar Nasional Pendidikan KTSP merupakan kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan”. Penerapan KTSP disesuaikan dengan kondisi satuan pendidikan, potensi, dan karakteristik daerah, serta sosial budaya masyarakat setempat dan peserta didik. Dengan KTSP diharapkan dapat meningkatkan kompetensi yang sehat antar satuan pendidikan yang berkaitan dengan kualitas hasil yang akan dicapai. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Dalam komponen-komponen KTSP diatas, tersirat bahwasanya keberadaan guru, siswa, dan faktor pendukung implementasi kurikulum perlu mendapat perhatian lebih, karena ketiga hal itu merupakan hal-hal yang terdapat dalam pelaksanaan kurikulum. Untuk itu, penulis akan membahas kajian teori tentang guru dan siswa dalam kedudukannya sebagai pelaksana kurikulum serta faktor pendukung terlaksananya kurikulum secara lebih terperinci.
Abusmar, Pelaksanaan Supervisi Kepala Sekolah Dalam Penerapan Kurikulum
Mars dalam E. Mulyasa (2006: 247), menambahkan bahwa keberhasilan implementasi KTSP sangat ditentukan oleh faktor guru, karena bagaimanapun baiknya sarana pendidikan apabila guru tidak melaksanakannya tugas dengan baik, maka hasil implementasi kurikulum (pembelajaran) tidak akan memuaskan. Keberhasilan implementasi kurikulum sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru yang akan menerapkan dan mengaktualisasikan kurikulum tersebut. Kemampuan guru tersebut terutama berkaitan dengan pengetahuan dan kemampuan, serta tugas yang dibebankan kepadanya. M. Furqon Hidayatullah (2007: 21) mengemukakan kompetensi dan aspek psikologis yang harus dikuasai atau dimiliki oleh guru yang efektif ke dalam tiga hal pokok, yaitu: 1. penguasaan aspek-aspek dikdatikpaedogogik, 2. penguasaan bidang studi yang akan diajarkan, 3. penguasaan metodik atau teknik mengajarkan bidang studi tersebut. Kesimpulannya adalah keberhasilan implementasi kurikulum sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru, maka dari itu guru dituntut memiliki kompetensi meliputi: kompetensi paedogogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.
HASIL PENELITIAN Sesuai dengan fokus penelitian yaitu kemampuan manajerial kepala sekolah dalam pembinaan kompetensi professional guru pada MTs Negeri Sinabang Kabupaten Simeulue , penulis melakukan penelitian dengan kegiatan observasi, wawancara dan analisis dokumen 1. Pelaksanaan Supervisi Pendidikan oleh Kepala Sekolah dalam Penerapan (KTSP) di MTs.Negeri Sinabang. Kurikulum adalah rancangan yang berisikan pengaturan tentang tujuan, isi, bahan pelajaran, dan cara yang digunakan dalam penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan sesuai yang diharapkan.Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang menempati kedudukan sentral dalam proses pendidikan. Kurikulum adalah program pendidikan yang disediakan oleh lembaga pendidikan (sekolah) bagi siswa, kedudukannya sebagai alat yang
131
digunakan oleh instansi sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan, bisa itu tujuan pendidikan nasional, bisa tujuan sekolah itu sendiri. Berdasarkan keterangan tersebut dapat diketahui bahwa kurikulum merupakan titik tolak dari kegiatan pembelajaran di setiap instansi sekolah, begitu juga di MTs Negeri Sinabang Kabupaten Simeulue. Kurikulum digunakan dan dikembangkan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran terhadap peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan. 2. Kendala-Kendala Supervisi Pendidikan oleh Kepala Sekolah Dalam Penerapan (KTSP) di MTs.Negeri Sinabang Berbagai kendala yang dialami antara lain sebagai berikut: a. Kompleksitas tugas manajerial seorang kepala sekolah. Seorang kepala sekolah tidak hanya melaksanakan fungsi-fungsi manajerial di bidang supervisi saja, namun masih banyak bidang yang perlu dilaksanakannya dengan baik. . Oleh sebab itu seorang kepala sekolah tidak akan mampu menyelesaikan semuanya seorang diri tanpa bantuan atau campur tangan dari orang lain, termasuk dalam hal supervisi pendidikan. b. Kurangnya persiapan dari guru yang disupervisi. Kadangkala yang menjadi kendala itu di persiapannya, yang terjadi lebih semacam kurang motivasi saja dari dalam diri guru. Tapi yang terjadi itu lebih ke masalah teknisnya saja sih sebenarnya c. Unsur subjektifitas guru supervisor dirasa masih tinggi. Karena adanya pendelegasian wewenang dalam pelaksanaan supervisi pendidikan, maka yang terjadi adalah kurangnya objektifitas dari guru yang ditunjuk sebagai supervisor terhadap para guru yang akan disupervisi. Artinya untuk kendala, ada, unsur subjektifitas itu cenderung tinggi karena dilakukan oleh beberapa guru yang masingmasing guru kan tidak sama satu dengan yang lain d. Sering terjadi pergantian kepala sekolah. Pelaksanaan supervisi pendidikan di MTs.Negeri Sinabang dinilai belum sepenuhnya rutin dan kontinyu, sehingga dimungkinkan ada beberapa guru yang
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Mei 2013, Volume 15 Nomor 2
tidak mendapatkan supervisi selama satu semester. Kurang rutinnya supervisi dari kepala sekolah menjadi kendala tersendiri yang nantinya akan menghambat tercapainya tujuan supervisi Beberapa pernyataan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwasanya kepala sekolah dalam melakukan supervisi dinilai belum sepenuhnya rutin, dikarenakan sering terjadinya pergantian kepala sekolah, dimana dalam kurun waktu lima tahun telah terjadi pergantian kepemimpinan kepala sekolah selama empat kali. Ditambah lagi dengan kurangnya koordinasi antara supervisor maupun guru yang akan disupervisi. 3. Upaya-Upaya dalam Mengatasi Kendala Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di MTs.Negeri Sinabang. Upaya-upaya yang telah dilakukan oleh kepala sekolah dalam mengatasi kendalakendala dalam melaksanakan kegiatan supervisi pendidikan dalam konteks pengembangan KTSP di MTs.Negeri Sinabang adalah sebagai berikut: a) Dilakukan pendelegasian wewenang oleh kepala sekolah kepada guru- uru senior. Kepala sekolah mencari solusi yakni dengan pendelegasian wewenang program supervise pendidikan (aspek pembelajaran) kepada guru-guru yang telah diangggap senior atau yang disebut dengan supervisi oleh teman sejawat. b) Pemberian motivasi kepada para guru akan pentingnya supervisi pendidikan. Dari pernyataan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kurangnya persiapan dari guru dalam pelaksanaan supervisi, lebih diakibatkan karena kuranganya motivasi dari dalam guru sendiri akan pentingnya supervise pendidikan. Pemberian motivasi melalui berbagai cara merupakan solusi yang menjawab dari kendala tersebut. c) Pembinaan oleh kepala sekolah kepada guru-guru senior yang ditunjuk sebagai supervisor dan membentuk tim penilai supervisi. d) Dilakukan koordinasi secara intens kepada seluruh elemen sekolah dalam rangka terlaksananya KTSP di
132
MTs.Negeri Sinabang, kesimpulannya adalah kegiatan supervisi pendidikan tetap dilaksanakan meskipun sering terjadi pergantian kepala sekolah. Upayanya dilengkapi lagi dengan melakukan koordinasi secara intensif kepada seluruh elemen sekolah, termasuk koordinasi yang baik antara guru yang bertindak sebagai supervisor dengan guru yang akan mendapat supervisi.
SIMPULAN Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan analisis yang telah dilakukan mengenai Pelaksanaan Supervisi Pendidikan oleh Kepala Sekolah dalam Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di MTs. Adapun kesimpulannya adalah sebagai berikut: a) Pelaksanaan supervisi pendidikan oleh kepala sekolah dalam konteks penerapan KTSP di MTs.Negeri Sinabang telah berjalan dengan cukup lancar. Pelaksanaan supervisi pendidikan oleh kepala sekolah terhadap penerapan KTSP dilator belakangi karena adanya kondisi dimana di kalangan guru banyak menemui kesulitan dalam mengimplementasikan kurikulum dan adanya keterbatasan sarana/prasarana penunjang kurikulum. Pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah memiliki tujuan untuk mengembangkan dan mencapai proses belajar mengajar yang relevan dan efektif melalui peningkatan kemampuan atau kompetensi guru dan ketersediaan faktor penunjang kurikulum. b) Beberapa kendala yang menghambat kelancaran pelaksanaan proses penerapan KTSP MTs.Negeri Sinabang, yaitu sebagai berikut: Kompleksitas tugas manajerial seorang kepala sekolah Kurangnya persiapan dari guru yang disupervisi Unsur subjektifitas dirasa masih tinggi Sering dilakukan pergantian kepala sekolah c). Usaha-usaha untuk mengatasi kendala yang ada dalam pelaksanaan KTSP di MTs.Negeri Sinabang antara lain:
Abusmar, Pelaksanaan Supervisi Kepala Sekolah Dalam Penerapan Kurikulum
b. Dalam melakukan supervisi pendidikan, perlu dibentuk tim minimal 2 (dua) orang untuk menjaga objektifitas supervisor. Selain itu, bisa pula dilakukan dengan penyebaran angket kepada siswa untuk menilai secara jujur dan objektif performa guru dalam mengajar maupun dari kedisiplinannya. c. Perlu disosialisasikan dan dilakukan pemberian motivasi akan pentingnya supervisi sebagai upaya pembinaan guru, sehingga dalam kegiatannya nanti segala kendala kurangnya persipan dan keengganan dapat diminimalisir dan dihilangkan. Ditambah lagi adanya teladan/ contoh yang baik dari kepala sekolah, maka akan berdampak positif secara langsung dan lebih mengena kepada para guru.
Dilakukan pendelegasian wewenang oleh kepala sekolah kepada guru-guru senior. Pemberian motivasi kepada para guru akan pentingnya supervise pendidikan. Dilakukan pembinaan oleh kepala sekolah kepada guru-guru senior yang ditunjuk sebagai supervisor dan membentuk tim penilai supervisi. Dilakukan koordinasi secara intens kepada seluruh elemen sekolah dalam rangka terlaksananya KTSP di MTs.Negeri Sinabang.
IMPLIKASI Implikasi adalah dampak dari temuan penelitian. Maka berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan analisis data yang telah dilakukan serta melalui kegiatan penarikan kesimpulan, maka implikasi dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pada dasarnya supervisi pendidikan apabila dilaksanakan dengan baik, dengan memperhatikan tujuan, fungsi, prinsip, dan tekniknya, maka pelaksanaan supervisi pendidikan tersebut akan mampu menjawab berbagai macam kendala yang berkaitan dengan pencapaian sasaran/tujuan dalam implementasi KTSP di MTs. MTs.Negeri Sinabang 2. Bagi kepala sekolah, menimbulkan gagasan, inspirasi, dan strategi untuk terus memajukan MTs. MTs.Negeri Sinabang dengan berbagai cara, salah satunya adalah melaksanakan supervisi pendidikan secara rutin. 3. Memunculkan dorongan, semangat, dan motivasi bagi para guru dalam melakukan tugasnya sebagai supervisor dan supervisi. SARAN Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dan melalui kegiatan menyimpulkan serta implikasi yang telah diambil, maka dapat diberikan masukan-masukan, antara lain: 1. Kepada pihak kepala sekolah a. Pelaksanaan supervisi pendidikan hendaknya dilakukan secara rutin dan berkala, dimana setiap tahun paling sedikit satu kali, dimungkinkan seluruh guru mendapat supervisi.
133
2. Kepada pihak guru Hendaknya para guru lebih siap apabila dilakukan supervisi dan menepis anggapan bahwa supervisi pendidikan adalah kegiatan mencari-cari kesalahan. Karena dengan kegiatan supervisi pendidikan para guru akan dapat mengetahui hal-hal apa saja yang sudah dilakukannya dengan benar dan halhal apa saja yang masih perlu perbaikan lagi. 3. Untuk peneliti lain Agar peneliti lain dapat mengkaji ulang penelitian ini dengan menggunakan teknik penelitian lain dan variabel yang berbeda misalnya kinerja guru atau prestasi kerja guru mengingat penelitian ini masih ada kelemahannya.
DAFTAR PUSTAKA Enco Mulyasa. 2004. Menjadi Kepala Sekolah Profesional Dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK. Bandung: PT Remaka Rosdakarya Offset. ….
2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaka Rosdakarya Offset.
…
2007). Menjadi guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya
134
Made Pidarta. 1999. Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Manullang. 2005. Dasar-dasar Manajemen. Yogyakarta : UGM University Press. Muhammad Furqon Hidayatullah. 2007. Mengantar Calon Pendidk Berkarakter di Masa Depan. Surakarta: UNS Press. Nana
Syaodih Sukmadinata. 2006. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Ngalim Purwanto. 1990. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT Remaka Rosdakarya Offset. Oemar Hamalik. 1992. Administrasi dan Supervisi Pengembangan Kurikulum. Bandung: CV. Mandar Maju. …
2006. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta. Soewadji Lazaruth. 1988. Kepala Sekolah dan Tanggung jawabnya. Yogyakarta: Kanisius. Sudarwan Danim. 2002. Konsep dan Teori Manajemen Berbasis Sekolah. Bengkulu: Universitas Bengkulu.
PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SMP 1 KUTA COT GLIE KABUPATEN ACEH BESAR Anwar Abstrak - Penelitian ini bertujuan (1) untuk mengetahui tingkat perhatian orang tua dalam proses belajar siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Kuta Cot Glie tahun pelajaran 2012/2013. (2) Untuk mengetahui pengaruh perhatian orang tua dalam proses belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Kuta Cot Glie tahun pelajaran 2012/2013. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Kuta Cot Glie Tahun Ajaran 2012/2013 yang berjumlah 46 siswa dengan mengambil sampel seluruh siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1). Tingkat perhatian orang tua dalam proses belajar siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Kuta Cot Glie tahun pelajaran 2012/2013 adalah sangat baik, (2). Hasil perhitungan Uji t diperoleh t hitung = 1,21 dan ttabel = 1,19 dengan taraf signifikan α= 0,05 dan dk= 34, sehingga diperoleh t hitung > t tabel yaitu 1,21 > 1,19 maka H0 ditolak, dan dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang positif namun tidak signifikan antara perhatian orang tua terhadap prestasi siswa kelas VII SMP Negeri Kuta Cot Glie tahun 2012/2013. Kata Kunci: Perhatian orang tua, prestasi belajar dan motivasi.
PENDAHULUAN Setiap orang membutuhkan pendidikan, melalui kegiatan pendidikan akan tercipta kematangannya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan, karena proses pendidikan dapat membentuk kepribadian manusia yang utuh, mencerdaskan pikirannya, memiliki rasa tanggungjawab dan kecakapan hidup. Dengan kegiatan pendidikan, pengetahuan, sikap, dan keterampilan dapat diperoleh yang berguna bagi dirinya untuk mengatasi persoalan-persoalan hidup yang akan dihadapinya. Berkaitan dengan itu, kegiatan pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat, karena pendidikan merupakan tanggungjawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Kegiatan pendidikan yang utama dan pertama sekali berlangsung adalah dalam lingkungan keluarga. Dalam lingkungan keluarga ayah dan ibu menanamkan nilai-nilai agama dan dasar-dasar pengetahuan lainnya untuk membentuk kepribadian anak yang baik. Kemudian, untuk memberikan pengalaman-pengalaman belajar lanjutan, orang tua mengatarkan anaknya kelembaga pendidikan formal yaitu sekolah. Di sekolah, siswa diajarkan sejumlah ilmu pengetahuan yang diperlukan untuk kematangan dirinya. Keberhasilan siswa menimba ilmu pengetahuan di sekolah dapat dilihat dari tinggi rendahnya prestasi belajar yang diperoleh. Prestasi belajar yang diperoleh siswa sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagaimana dikemukakan oleh Hamalik (2002: 112), sebagai berikut: 1. Faktor internal (faktor dalam diri siswa). Faktor yang timbul dalam diri siswa itu sendiri yang dapat mempengaruhi prestasi yaitu seperti kemampuan, minat, motivasi belajar,
keadaan fisik (kesehatan) dan sebagainya. 2. Faktor eksternal (faktor yang timbul dari luar). Faktor yang timbul dari luar diri siswa yaitu seperti keadaan lingkungan, udara yang panas, keadaan ekonomi keluarga dan fasilitas belajar. Salah satu faktor penting dari kutipan di atas yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah fasilitas belajar. Fasilitas belajar adalah setiap alat yang dapat menunjang proses belajar siswa seperti rauangan belajar, buku pelajaran, meja belajar, komputer dan peralatan lainnya yang diperlukan. Menurut Gie (2002: 67), fasilitas adalah “persyaratan yang meliputi keadaan sekeliling tempat belajar dan keadaan jasmani siswa atau anak, meliputi ruang tempat belajar, penerangan yang cukup, buku-buku pegangan dan peralatan lain dalam hal ini kelengkapan peralatan”. Kelengkapan fasilitas belajar merupakan faktor penting yang dapat mendorong aktivitas belajar siswa. Penyediaan fasilitas belajar yang lengkap bagi siswa harus mendapat perhatian orang tua untuk keberhasilan anaknya. Arifin Noor (1999:82), mengatakan “mempersiapkan segala sesuatu yang ada hubungan langsung maupun tidak langsung dengan pendidikannya. Artinya keluargalah yang mempunyai tanggung jawab moral pada usaha mengupayakan pendidikan dan menjadikan individu menjadi orang terdidik”. Disamping itu, Halim Malik (2011: 24) menyatakan perhatian orang tua pada pendidikan anak dapat berupa mengotrol waktu belajar dan cara belajar anak, memantau perkembangan kemampuan akademik anak, memantau perkembangan kepribadian (sikap, moral, tingkah laku), dan memantau efektifitas jam belajar di sekolah. Hakim (2000: 39-40),
mengatakan bahwa untuk kebarhasilan siswa belajar diperlukan: 1. Tersedianya ruang belajar yang memadai. Setidak-tidaknya ruang tersebut cukup luas, cukup tenang, udaranya nyaman dan bebaas dari hal-hal yang menghambat proses belajar. 2. Ada peralatan yang cukup memadai seperti kursi, meja belajar, alat tulis, buku-buku yang lengkap sesuai dengan jumlah mata pelajaran yang dipelajari dan alatalat lain yang dapat menunjang keberhasilan belajar sesuai dengan jenis mata pelajaran yang harus dipelajari. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa begitu pentingnya fasilitas belajar untuk membantu keberhasilan anak dalam belajar. Karena itu perhatian orang tua sangat diperlukan yang mustahil dapat diabaikan demi kemajuan prestasi anak. Jika hal tersebut terjadi sebaliknya, akan memperburuk kondisi belajar anak yang terlihat dari rendahnya prestasi yang dicapai disekolah. Slameto (1995: 61), mengatakan “orang tua yang kurang/tidak memperhatikan pendidikan anaknya misalnya mereka acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan sama sekali akan kepentingan-kepentingan dan kebutuhankebutuhan anaknya dalam belajar, tidak mengatur waktu belajarnya, tidak menyediakan/melengkapi alat belajarnya, tidak memperhatikan apakah anak belajar atau tidak, tidak mau tahu bagaimanakah kemajuan belajar anaknya, kesulitan-kesulitan yang dialami dalam belajar dan lain-lain, dapat menyebabkan anak tidak/kurang berhasil dalam belajarnya. Oleh karena itu, perhatian orang tua pada pendidikan anak terutama ditujukan kepada perkembangan kepribadian dan kegiatan belajar anak. Orang tua harus memperhatikan sekolah anaknya, yaitu dengan memperhatikan pengalaman-pengalamannya dan menghargai segala usahanya. Begitu juga orang tua harus menunjukkan kerjasamanya dalam mengarahkan cara anak belajar di rumah, membimbing dalam menyelesaikan pekerjaan rumahnya, tidak memaksa anak untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga, orang tua harus berusaha memotivasi dan membimbing anak dalam belajar sehingga dapat meraih prestasi belajar yang optimal. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah tingkat perhatian orang tua dalam proses belajar siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Kuta Cot Glie tahun pelajaran 2012/2013?
2.
Apakah terdapat pengaruh perhatian orang tua dalam proses belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Kuta Cot Glie tahun pelajaran 2012/2013?
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui tingkat perhatian orang tua dalam proses belajar siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Kuta Cot Glie tahun pelajaran 2012/2013. 2. Untuk mengetahui pengaruh perhatian orang tua dalam proses belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Kuta Cot Glie tahun pelajaran 2012/2013.
METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Kuta Cot Glie dengan jumlah siswa sebanyak 46 orang. Arikunto (2006:131) mengemukakan bahwa ”sampel adalah sebagian atau wakil yang diteliti”. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 1 Indrapuri yang berjumlah 46 siswa. Oleh karena populasi dalam penelitian ini hanya berjumlah 46 sehingga kurang dari 100, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian ini merupakan penelitian populasi. Teknik Pengumpulan Data Teknik Pengumpulan penelitian ini dengan: 1. Observasi 2. Kuesioner 3. Dokumentasi
data
dalam
Teknik Pengolahan Data Data diolah dengan menggunakan: 1. Regresi sederhana digunakan untuk menganalisis hubungan sebab akibat variabel bebas terhadap variabel terikat, yang dalam penelitian ini ditujukan untuk mengetahui pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Model ini juga digunakan karena untuk melihat perbedaan besar kecilnya pengaruh variabel X terhadap Variabel Y (Burhan Bungin, 2005: 222). Rumus yang digunakan adalah: Y^= a + bX Keterangan Y^ : subjek variabel terikat yang diproyeksikan X : variabel bebas yang mempunyai nilai tertentu untuk diprediksikan a : nilai konstansa harga Y jika X=0
b
: nilai arah sebagai penentu prediksi yang menunjukan nilai m peningkatan atau penurunan. Dalam penelitian ini untuk melakukan pembuktian hipotesis dilakukan dengan uji t atau t tes. Dalam penelitian ini taraf signifikansi yang digunakan ialah sebesar 5%
t hitung 2.
Pengukuran variabel dengan menggunakan skala likert. Menurut Riduwan dan Sunarto (2009:20), “skala likert yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial”. Jawaban dari setiap butir pernyataan memiliki tingkatan dari yang sangat positif sampai sangat negatif, yang berupa kata-kata dengan skor dari tiap pilihan jawaban atas pernyataan sebagai berikut: a) Skor 5 : untuk jawaban sangat setuju b) Skor 4 : untuk jawaban setuju c) Skor 3 : untuk jawaban kurang setuju d) Skor 2 : untuk jawaban tidak setuju e) Skor 1 : untuk jawaban sangat tidak setuju
1
2
3
4
5
Variabel
Orang tua saya menyediak an tempat tersendiri untuk belajar Orang tua menyediak an bukubuku pelajaran Ekonomi untuk dipelajari Ketika saya menemui kesulitan dalam belajar pelajaran Ekonomi orang tua member petunjuk Orang tua mengontrol /menyeleks i bukubuku bacaan saya Orang tua merasa bangga jika saya mendapat nilai pelajaran
Sangat Tidak Setuju
-
-
Tidak Setuju
-
-
Kuran g Setuju
Setuju
1 2
1 2 8
4
7
n 2 1 r2
r
HASIL PENELITIAN Analisis Deskripsi Variabel Analisis deskripsi ini merupakan analisa terhadap hasil jawaban responden pada masingmasing pernyataan. Analisis deskriptif dalam panelitian ini mengunakan rata-rata atau means. Tabel 1. Tanggapan Responden Terhadap Perhatian orang tua N o
6
3 2
Sangat Setuju
1 0
5 0
R at arat a
8
9
1 0
1 1
1 2
1 3
4,1 3
1 4
-
-
-
-
1 0
3 0
1 6
6 4
2 0
1 0 0
4,2 1
1 5
-
-
4
8
1 0
3 0
2 0
8 0
1 2
6 0
3,8 6
-
-
6
1 2
2 4
7 2
8
3 2
8
4 0
3,3 9
-
-
-
-
-
-
1 4
5 6
3 2
1 6 0
4,6 9
Ekonomi yang baik Orang tua saya mendorong saya untuk mengikuti setiap kegiatan yang diselenggar akan sekolah Orang tua saya mendorong saya untuk mengikuti setiap kegiatan yang diselenggar akan sekolah Ketika saya belajar orang tua asyik mengobrol dan menonton TV Orang tua selalu menanyaka n hasil ulangan mata pelajaran Ekonomi Orang tua segera memeriksa saya ke dokter/ puskesmas ketika sakit Orang tua selalu ada untuk membantu saya mengatasi segala macam masalah yang menggangg u ketika belajar Orang tua mengingat kan saya agar tidak terlambat/l upa mengerjaka n PR Orang tua selalu menasehati dan mengarahk an jika bertindak menyalahi aturan Jika saya pulang sekolah sebelum waktunya orang tua menanyaka n alasannya Orang tua segera menemui guru/wali kelas untuk konsultasi jika nilai mata pelajaran ekonomi saya menurun
-
-
-
-
4
1 2
3 2
1 2 8
1 0
5 0
4,1 3
2 0
2 0
2 0
4 0
6
1 8
-
-
-
-
1,2 1
1 0
1 0
3 2
6 4
4
1 2
-
-
-
-
1,3 4
-
-
-
-
4
1 2
3 2
1 2 8
1 0
5 0
4,1 3
-
-
-
-
4
1 2
3 2
1 2 8
1 0
5 0
4,1 3
-
-
-
-
4
1 2
3 2
1 2 8
1 0
5 0
4,1 3
-
-
-
-
4
1 2
3 2
1 2 8
1 0
5 0
4,1 3
-
-
-
-
4
1 2
3 2
1 2 8
1 0
5 0
4,1 3
-
-
-
-
4
1 2
3 2
1 2 8
1 0
5 0
4,1 3
-
-
3 0
6 0
1 0
3 0
4
1 6
2
1 0
2,5 2
Rata-rata
4,6 1
Sumber : Data Primer 2013 (diolah) Berdasarkan jawaban responden diperoleh nilai rerata sebesar 4,61 yang artinya perhatian orang tua terhadap prestasi belajar siswa sangat baik.
Prestasi Belajar Siswa Berdasarkan data penelitian yang didapat dari dokumentasi nilai mata pelajaran Ekonomi siswa kelas kelas VII SMP Negeri Kuta Cot Glie diperoleh data sebagai berikut: Tabel 2. Distribusi kategori prestasi belajar siswa Frekuensi NO
Nilai
Kategori Absolut
Relatif %
Komulatif %
1
5,5 - 100
40
87
87
Tuntas
2
0 - 5,4
6
13
100
Tidak Tuntas
46
100
100
Total
Tabel di atas, menunjukan bahwa siswa kelas VII SMP Negeri Kuta Cot Glie yang berhasil meraih standar nilai KKM berjumlah 46 siswa (87%) dan siswa yang tidak berhasil meraih nilai standar KKM 6 siswa (13%). Jadi dapat disimpulkan bahwa siswa kelas VIII SMP Negeri Kuta Cot Glie masuk dalam kategori berhasil meraih standar nilai KKM tahun 2012/2013. Berdasarkan tabel distribusi kategori keberhasilan siswa meraih KKM di atas, dapat disajikan dalam bentuk bagan persentase keberhasilan siswa meraih nilai standar KKM pada bagan berikut:
Tidak Tuntas 13%
Tuntas 87% Gambar. 4.1 Bagan 1: Persentase Prestasi Siswa
Pengujian Hipotesis Berdasarkan perhitungan dengan analisis korelasi product moment dengan bantuan program SPSS 18.0 diperoleh koefisien korelasi (rxy) antara perhatian orang tua dengan keberhasilan siswa meraih standar nilai mata pelajaran ekonomi (Y) sebesar 0,144. Dengan menggunakan uji t, maka nilai t hitung diketahui sebesar 1,21. Kemudian nilai t hitung tersebut dibandingkan dengan nilai ttabel. Dari hasil perbandingan tersebut diketahui bahwa t hitung > t tabel (1,99 > 1,21). Dengan demikian dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat pengaruh atau hubungan yang positif namun tidak signifikan antara perhatian orang tua terhadap prestasi siswa kelas VII SMP Negeri Kuta Cot Glie tahun 2012.
PEMBAHASAN
Berdasarkan data penelitian yang dianalisa, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh atau hubungan yang positif namun tidak signifikan antara perhatian orang tua terhadap prestasi siswa VII SMP Negeri Kuta Cot Glie tahun 2012. Dari hasil analisis tersebut dapat digunakan untuk memprediksi bahwa semakin baik perhatian orang tua maka semakin tinggi pula prestasi belajar siswa. Hasil tersebut menunjukkan bahwa perhatian orang tua dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Hal ini disebabkan dengan adanya perhatian orang tua maka siswa akan memiliki pemahaman diri sehingga mempunyai kepercayaan terhadap kemampuan sendiri serta memiliki pemahaman terhadap cara-cara belajar dan kemampuan menimbulkan minat sehingga siswa memiliki visi atau pandangan yang cukup baik kemasa depan, serta berinisiatif untuk mengembangkan potensinya. Hasil penelitian ini sesuai dengan kajian teori dan hasil penelitian yang relevan. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Dakir (2004:114) mengatakan “Perhatian adalah keaktifan peningkatan seluruh fungsi jiwa yang yang dikerahkan dalam pemusatannya kepada sesuatu, baik yang ada didalam maupun yang ada diluar diri kita”. Perhatian orang tua adalah pemusatan energi psikis yang tertuju pada suatu abjek yang dilakukan oleh anaknya dalam aktivitas belajar. Perhatian orang tua terhadap pendidikan anak terutama ditujukan kepada kemajuan dan kegiatan belajarnya. Orang tua harus memperhatikan sekolah anaknya, yaitu dengan memperhatikan pengalamanpengalamannya dan menghargai segala usahanya. Begitu juga orang tua harus mengarahkan cara anak belajar di rumah, membimbing dalam menyelesaikan pekerjaan rumahnya, tidak memaksa anak dengan mengerjakan pekerjaan rumah tangga, orang tua harus berusaha memotivasi dan membimbing anak dalam belajar untuk mencapai prestasi yang baik. Hasil penelitian juga selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Palupi (2012) dengan judul “pengaruh perhatian orang tua terhadap keberhasilan siswa kelas XII Teknik Pemesinan dalam meraih standar nilai UAN tahun 2012 di SMK Negeri 3 Surabaya” dan hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif namun tidak signifikan dikarenakan dari hasil analisis data diperoleh data sebaanyak 2,7% siswa yang mendapat perhatian rendah berhasil meraih standar nilai UAN tahun 2012 di SMK Negeri 3 Surabaya. Berdasarkan hasil penelitian yang dipaparkan oleh Palupi (2012) maka semakin menguatkan penelitian yang lakukan sekarang bahwa perhatian dari keluarga khususnya orang tua sangat menentukan keberlanjutan dan keberhasilan pendidikan anaknya. Perhatian yang diberikan oleh orang tua terhadap anak sangat diperlukan karena orang tua adalah pembina
pribadi yang pertama dalam hidup anak. Bentuk perhatian orang tua dapat berupa perhatian dalam kegiatan belajar anak, memberikan motivasi atau dorongan untuk tetap bersekolah dan memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana sekolah anak.
KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: 1. Perhatian orang tua dalam proses belajar siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Kuta Cot Glie tahun pelajaran 2012/2013 sangat baik. 2. Terdapat pengaruh atau hubungan yang positif namun tidak signifikan antara perhatian orang tua terhadap prestasi siswa kelas VII SMP Negeri Kuta Cot Glie tahun 2012. Hal ini berarti bahwa semakin baik atau positif perhatian orang tua maka akan semakin tinggi prestasi belajar yang dimiliki oleh siswa dan begitu pula sebaliknya.
SARAN Saran-saran
yang
dapat
diberikan
adalah: 1. Bagi Siswa Siswa hendaknya terus meningkatkan prestasi belajar dengan cara lebih menguasai materi pelajaran yang diberikan guru. 4. Bagi Guru Guru agar hendaknya meningkatkan kemampuan mengajarnya sehingga siswa termotivasi untuk belajar lebih giat. 5. Bagi Sekolah Pihak sekolah supaya melengkapi sarana dan prasarana belajar yang lebih lengkap untuk menciptakan semangat belajar siswa yang tinggi. 6. Bagi Orang Tua Orang tua hendaknya senantiasa memperhatikan kebutuhan belajar anaknya dalam rangka mendukung keberhasilan belajarnya.
DAFTAR PUSTAKA Aisyah Endah Palupi. 2012. Pengaruh Perhatian Orang Tua Terhadap Keberhasilan Siswa Kelas XII Teknik Pemesinan dalam Meraih Standar Nilai UAN tahun 2012 di SMK Negeri 3 Surabaya. Skripsi: Unesa. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta Badudu dan Zain Sutan Mohammad. 2001. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Bimo,Walgito. 2005. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah.Yogyakarta: Andi Offset. Bungin M. Burhan. 2006. Metodelogi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi dan Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana. Dakir. 1993. Dasar-dasar Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Depdiknas. 2003. Undang-undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 Tentang pendidikan Nasional. Jakarta: Sinar Grafika. Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta bekerja sama dengan Depdikbud. Gie, The Liang (2002). Cara Belajar yang Efisien. Liberty, Yogyakarta. Hakim, Thursan (2000). Belajar Secara Efektif. Perpustakaan Nasional, Jakarta. Halim,
Malik. 2012. Perhatian Orangtua Terhadap Pendidikan Anak atau Program Wajar 9 tahun. www.//Edukasi.Kompasiana.com. Diakses tanggal 26 Juli 2013
Hamalik, Oemar (2002). Metode belajar dan Kesulitan Belajar. Penerbit Tarsito, Bandung. Hasbullah. 2001. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan (Umum dan Agama Islam). Jakarta: RajaGrafindo Persada. Muhibbin Syah. 2006. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya. Nana, Sudjana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Noor, M. Arifin (1999). Ilmu Sosial Dasar. Untuk IAIN, STAIN, PTAIS, Semua Fakultas dan Jurusan MKU. Patty.dkk. 202. Perhatian Orangtua dari Keluarga dalam Pendidikan Anak-anaknya. Bali: Universitas Udayana. Riduwan & Sunarto. 2009. Pengantar Statistika: untuk Pendidikan Sosial Ekonomi Komunikasi dan Bisnis. Bandung: Alfabeta. Poerwodarminto. 2000. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Sardiman. 2003. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Bandung: Raja Grafindo Persada. Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sobry
Sutikno, M. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Rosdakarya.
Sumadi, Suryabrata.2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Thomas. 2003.
Menjadi Orang Tua Efektif. Jakarta: PT. Gramedia
Wahidmurni. 2008. Cara Mudah Menulis Proposal dan Laporan Penelitian Lapangan. Malang: UM Press.
PENDIDIKAN BERBASIS KOMPETENSI PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) (PEMBELAJARAN TERHADAP PERBAIKAN KINERJA PRODUKSI PADA USAHA PRODUKSI ES KRISTAL OLEH INSTITUSI SWASTA DI KOTA BANDA ACEH) Syaifuddin Yana Email:
[email protected] Abstrak – Tujuan penelitian ini adalah untuk memaparkan kajian terhadap hasil praktek sekolah kejuruan yang berbasis kompetensi pada SMK. Kajian difokuskan pada perbaikan produksi dan prosesnya dalam produksi es kristal. Es Kristal, yaitu proses pengubahan liquid/cairan menjadi benda padat yang disebut es dalam bentuk es kristal. Proses pembuatan es yaitu dengan cara membekukan benda cair. Secara umum dalam skala/kapasitas biasa, produksi es krital mampu memproduksi sebanyak 7-8 ton/hari, volume air untuk percetakan 20 kubik/hari atau 6 tanki/800 liter. Lama proses produksi hingga menjadi es kristal memakan waktu 2 jam setiap satu kali proses produksi. Harga yang ditawarkan pihak produksi bervariasi tersedia dalam 3 paket, yaitu paket 1 sebanyak 7 kg dengan harga Rp. 7.000, paket 2 berukuran 10 kg dengan harga jual Rp. 9.000 dan paket 3 berukuran 20 kg harga jual Rp. 18.000. Es Kristal, dalam kegiatan produksinya menggunakan mesin seperti ice cube. Faktor yang mempengaruhi untuk memproduksi es kristal yaitu meliputi berbagai macam, diantaranya faktor tersebut adalah karena iklim usaha yang mendukung (dibutuhkan), bahan baku yang mudah didapatkan, tenaga kerja yang tidak membutuhkan skill tinggi. Kata Kunci : Proses produksi, es kristal, ice cube dan liquid.
batu dalam plastik yang dihasilkan melalui kulkas biasa tidak jauh berbeda harganya. Maka dapat dikatakan bahwa harga es kristal tergolong masih tinggi dipasaran mengingat pelaku usaha masih sangat minim sehingga harga dapat diatur oleh perusahaan itu sendiri, akan tetapi jika es kristal telah banyak yang memproduksi tentu harganya dapat bersaing sesama industri es kristal. Berdasarkan gambaran kondisi di atas, konsistensi permintaan dan banyaknya kebutuhan es kristal dibanding supplainya pada kondisi saat ini di Kota Banda Aceh, maka peluang usaha ini masih terbuka lebar. Namun untuk dapat konstan, konsisten untuk berproduksi dalam kurun waktu full satu hari sepanjang minggu dan bulan, akan dapat mengakibatkan distorsi (gangguan) kepada mesin produksi. Disamping itu keseimbangan proses produksi harus tetap diperhatikan untuk kontinuitas produksi ice crystal dalam jangka waktu yang panjang. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan upaya-upaya yaitu perbaikan proses produksi dan sekaligus dengan mempertimbangkan kondisi perangkat mesin produksi. Hasil pengamatan sementara terhadap alat atau komponen utama yang di dimiliki/di install pada proses produksi es kristal adalah sebagai berikut (1) listrik, yang digunakan sebagai sumber tenaga untuk menggerakkan keseluruhan alat produksi es kristal yang menjadi pusat kekuatan utama (power full), (2) kompressor yaitu alat untuk memompa bahan pendingin (refrigeran), (3) motor ginamu (4) tabung receiver, (5) water tank (tangki air), (6) tabung pembeku es, (6) kamar pendingin (kolsorit). Dalam proses produksi es kristal, usaha kecil tidak hanya mengandalkan proses permintaan dari konsumen terhadap produk mereka, akan tetapi juga dari pihak-pihak lain seperti distributor atau pihak-pihak yang terkait dengan mereka. Hal ini menunjukkan bahwa usaha/produksi es krital tetap berusaha mempertahankan kualitas produk mereka. Industri ini telah memiliki mobil box tersendiri dalam
PENDAHULUAN Es kristal (Inggris: ice cristal), sebenarnya tak lain adalah air minum biasa yang telah dibersihkan yang diperoleh dari berbagai sumber, bisa dari sumur bersih, sungai, dan sungai pegunungan, mata air maupun air yang diproduksi oleh perusahaan misalnya Mon Tirta Daroy di Aceh yang kemudian setelah air diperoleh secukupnya selanjutnya didinginkan melalui alat pendingin, baik itu kulkas AC, maupun menggunakan alat yang lebih besar dari kulkas yaitu mesin pendingin tersebut yaitu Water Cooling, Stock Cooling, Dry Ice/Nitrogen Cair, Phase-Chase Cooler, TEC (Thermoelectric Cooler) dan Big Cooling Tec. Produksi es kristal di Di Banda Aceh saat ini, masih tergolong sedikit demikian juga halnya dengan produksi es balok, terindikasi bahwa (hasil survey di lapangan) hanya beberapa/sedikit sekali yang melakukan produksi es kristal. Keinginan dari sebagian besar usaha kecil atau masyarakat, masih belum terlihat banyak, yang mungkin juga disebabkan usaha ini belum begitu populer khususnya di Aceh. Disamping itu, dimungkinkan karena harga mesinnya yang relatif lebih mahal untuk kapasitas usaha kecil atau skala home industri, masih lebih mahal dibandingkan dengan pendingin biasa. Disisi lain, beberapa peluang masih dapat diperoleh karena hampir sebagian besar warung kopi memerlukan es kristal dalam jumlah yang besar disamping kegiatan usaha lainnya seperti kafe dan warung nasi lainnya. Untuk itu es kristal dalam hal ini mempunyai potensi yang besar untuk meraih keuntungan jika dilihat jumlah warung kopi yang jumlahnya luar biasa di Aceh dan khususnya di Kota Banda Aceh. Oleh karena itu, industri es kristal yang ada saat ini belum mampu untuk memenuhi permintaan yang ada tersebut. Saat ini, es kristal memiliki harga rata-rata di atas Rp. 8.000 bila diakumulasikan dengan jumlah es
1
2
pemasarannya untuk mengantar langsung ke agenagen/konsumennya. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Bagaimana proses produksi es kristal? 2. Faktor-faktor pendukung apa saja pada produksi es Kristal tersebut? Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah; 1. Untuk mengetahui proses produksi pembuatan es kristal. 2. Untuk mengetahui faktor apa saja pendukung produksi es Kristal tersebut. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Tentang Es Kristal Sebagaimana telah disebutkan pada bagian dahulu bahwa terhadap industri es kristal sampai saat ini masih tergolong sangat rendah yang menjalankan industri ini, hal ini ditambah lagi dengan pengetahuan yang masih terbatas terhadap es kristal. Banyaknya karya tulis menyangkut dengan es namun tidak pada es kristal. Untuk memaksimalkan pembahasan menyangkut es kristal terlebih dahulu dijelaskan beberapa pengertian penting sehingga tulisan ini dengan mudah dapat dipahami oleh semua kalangan. Proses Produksi Proses yang dimaksud dalam tulisan ini adalah, runtunan perubahan (peristiwa) dalam perkembangan sesuatu, dalam ilmu kimia, proses ini diartikan sebagai reaksi kimia. Dalam konsep lebih luas proses ini diartikan sebagai rangkaian tindakan, pembuatan, atau pengolahan yang menghasilkan produk (http://www.artikata.com/arti-346150proses.html). Kegiatan utama yang bersangkutan dengan manajemen produksi adalah proses produksi atau dengan kata lain proses produksi adalah metode dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan sumbersumber antara lain tenaga kerja, bahan-bahan, dana dan sumberdaya lain yang dibutuhkan (Agus Suryana, 2007: 4). Dalam bentuk umum produksi merupakan semua perbuatan atau kegaitan yang tidak hanya mencakup pembuatan barang-barang saja, tetapi dapat juga membuat atau menciptakan jasa pelayanan, seperti acara hiburan, penulisan buku-buku cerita, dan pelayanan jasa keuangan. Bambang Prishardoyo, mengemukakan bahwa produksi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan menghasilkan barang atau meningkatkan nilai guna suatu barang dan jasa. Sedangkan Imamul Arifin mendefinisikannya sebagai hasil akhir dari proses kegiatan produksi atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa input faktor produksi. (http://carapedia.com/pengertian_produksi info2348.html) Secara garis besar proses produksi adalah kegiatan mengolah masukan (input, sumber daya produksi) dalam proses produksi dengan menggunakan metode tertentu untuk menghasilkan keluaran (output, barang maupun jasa) yang sesuai dengan ketentuan.
Es Kristal Dalam pandangan lebih jauh, kata "es" diambil dari bahasa Belanda “ijs”, karena di Indonesia tidak dijumpai es secara alami. Di Malaysia "es" biasa disebut "air batu" selain ais. Es adalah air yang membeku. Pembekuan ini terjadi bila air didinginkan di bawah 0 °C (273.15 K, 32 °F) pada tekanan atmosfer standar. Es dapat terbentuk pada suhu yang lebih tinggi dengan tekanan yang lebih tinggi juga, dan air akan tetap sebagai cairan atau gas sampai -30 °C pada tekanan yang lebih rendah (www.woldpress.com). Kristal berasal dari bahasa Yunani yaitu krustallos yang berarti es atau sesuatu yang menyerupai es. Kristal merupakan bangun yang homogen terdiri atas atom-atom yang tersusun teratur dan berulang (dalam pola tiga dimensi). Zat padat terbentuk dari Kristal yang mempunyai jarak antara atom satu dan antara lainnya tertentu sehingga akan membentuk bangun geometri tertentu pula. Bentuk-bentuk geometri inilah yang merupakan dasar bentuk Kristal suatu zat. Bentuk geometri terkecil dari krsital disebut sel satuan. Es yang sering dikenal dengan nama es kristal merupakan media pendingin yang banyak digunakan bagi pengusaha-pengusaha warung ataupun bagi keperluan rumah tangga (http://fujiro.com/es-batu-kristal.html). Kandungan Mineral Es Kristal Ada sebuah peneletian dan pengamatan, Tim mengambil contoh secara random di beberapa penjual yang mencampurkan es batu pada aneka minuman yang dijual dan diuji di laboratorium. Hasilnya dalam es itu terkandung bakteri E-COLI jauh di atas batas normal (10.000 – 20.000 per 100 ml). Dengan lain kata, es yang dibuat dari air yang tidak dimasak (berasal dari sungai) mengandung bakteri hampir setara dengan kotoran manusia (http:// www. kedirijaya. com/ 2012/ 10 /21/ dicari- dan- diminatitapi- juga-ancam- kesehatan. html). “Bakteri ini seharusnya tak berada di dalam Es Batu. Jasmine membantu kita memperingatkan adanya bahaya kesehatan yang bisa disebabkan oleh Es Batu ini,” demikian kata Dr. David Katz kontributor masalah kesehatan ‘Good Morning Amerika’ seperti dilansir detikhot dari ABC News (http:// www. kedirijaya. com/ 2012/ 10 /21/ dicaridan- diminati- tapi- juga-ancam- kesehatan. html). Peluang Industri Es Kristal Eric Namara (2007: 3), mengemukakan bahwa es selalu menarik perhatian banyak orang jika dalam suhu udara panas, dalam keadaan ini bisa memberi alternatif bagi pengusaha minuman dingin dan industri es kristal. Es kristal banyak digunakan di warungwarung kecil tepi jalan, kios, café bahkan restoran. Kelezatan minuman itu sangat dipengaruhi oleh kedinginan dari es. Menurut Erick Namara (2007: 4) peluang es kristal untuk jenis minuman yaitu; 1. Es kristal dijadikan sebagai pendingin untuk jenis minuman-minuman di warung, baik kopi dingin, teh dingin, aneka es seperti es cendol, es oyen, es teller dan sejenisnya. 2. Es kristal berpeluang dijadikn sebagai pendingin minuman kaleng yang ada di kios-kios, seperti
3
minuman sprite, coca-cola, fresh tea dan sejenis minuman kaleng dan kemasan lainnya yang dimasukkan piber atau tempat penyimpanan minuman yang bisa ditutup. 3. Es kristal banyak juga digunakan untuk keperluan pada kebutuhan rumah tangga, restoran dan hotel. Tingginya permintaan es kristal mendorong para pengusaha menawarkan kemitraan bisnis dengan warung-warung dan kios-kios bahkan restoran besar. Es kristal atau sejenisnya memiliki manfaat yang besar bagi kehidupan manusia. Selain untuk industri kuliner juga dibutuhkan oleh pengusaha-pengusaha makanan dan minuman. Menyadari tingginya permintaan pasar banyak menawarkan kemitraan bagi para investor yang ingin membuka pabrik es sejak 2010 lalu (http:// peluangusaha. kontan. co. id/ xml/ meraup- segarnyausaha- pabrik-es-balok). Tabel 1. Area biaya utama untuk produksi dan jasa No
1
2
3
4
5
6
Fungsi
Produk
a. Personel b. Riset pasar c. Agensi Pengembanga eksternal n pemasaran d. Pengembangan kemasan a. Iklan b. Promosi c. Publik relation Peluncuran d. Kegiatan pemasaran pemasaran e. Pemasaran langsung a. Riset teknologi b. Pengujian dan pengembangan R&D c. Penerjemahan kedalam pabrik a. Sumberdaya departemen penjualan Sales b. Perencanaan c. Uji ritel, biaya isentif dan iklan a. Produk baru TI korporat pada (Teknologi sistem data Informasi)
Operasi
a. Menyesuaikan produk dengan lini lama, modifikasi atau membangun pabrik tambahan
Jasa/Layanan Seperti untuk produk, tapi pengembangan presentasi lebih dari kemasan Seperti untuk produk, tapi tambahkan; display, literatur/bacaan pemasaran, pelatihan staf Banyak R&D adalah teknologi informasi dan berbasis teknologi Sumberdaya penjualan, perdagangan dan isentif (jika distributor terlibat) Data online baru, sistem control, manajemen Menyesuaikan operasi pada produk baru
METODELOGI PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Observasi/Pengamatan Pada penelitian mencoba untuk melakukan telaahan dan sekaligus perbaikan proses produksi di es kristal dengan cara observasi merupakan penting digunakan agar memperoleh data akurat serta dapat jelas diamati secara seksama dalam hal proses produksi, mulai dari input bahan baku terhadap komposisi es kristal hingga produksi ke konsumen.
Studi Literatur dan Dokumentasi Studi literatur yang dimaksud yaitu dengan menggunakan data sekunder misalnya literatur yang digunakan dan data pendukung lainnya. Sedangkan dokumentasi diperoleh dari perusahaan maupun dari dokumen terkait yang diperoleh selama penelitian ini. Metode Analisis Data Analisis data dalam penelitian kualitatif ini dilakukan dengan mengikuti prosedur atau langkahlangkah seperti dikemukakan oleh Milles dan Heberman (Riyanto, 2001: 86), yaitu reduksi data, display data dan mengambil kesimpulan serta verifikasi. Teknik pengolahan data dan penafsiran data tersebut dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: Reduksi Data Pada tahap ini data yang sudah terkumpul diolah dengan tujuan untuk menemukan hal-hal pokok dalam menganalisis hal-hal yang berkenaan dengan proses produksi es kristal. Display Data Display data pada tahap ini peneliti membuat rangkuman temuan penelitian secara sistematis sehingga pola dan fokus pelaksanaan diketahui secara baik. Melalui kesimpulan data tersebut diberi makna yang relevan dengan fokus penelitian. Verifikasi Data Dalam kegiatan ini penulis melakukan pengujian atau kesimpulan yang telah diambil dan membandingkan dengan teori-teori yang relevan serta petunjuk dengan data awal melalui kegiatan memberi cheek, sehingga akan menghasilkan suatu penelitian yang bermakna. Setelah mendapatkan data dari lokasi penelitian data tersebut dianalisis secara kontinu sesuai dengan hasil catatan lapangan untuk menentukan apa yang menjadi fokus dan tujuan penelitian. Kerangka Berpikir Proses produksi terhadap industri baik kecil menengah maupun skala besar sepautnya dapat dikaji dan disebarluaskan informasi berkenaan dengan proses produksi sehingga adanya hasil penelitian ini dapat memajukan kehidupan masyarakat terhadap pendirian industri. Tahapan Awal dan Persiapan Penelitian Pengamatan Terhadap Produksi dan Proses Es Kristal dan Pemanfaatan Mesin Identifikasi Permasalahan Proses Produksi Usaha Es Kristal
Observasi Lapangan,Tinjauan Dokumentasi & Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Analisis Data Kesimpulan (Usulan Perbaikan Produksi & Prosesnya Es Kristal
Gambar 1. Desain Flow Chart penelitian yang akan dilakukan
4
HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan Produksi Kegiatan Usaha Produksi Es Kristal merupakan suatu usaha kecil dan umumnya di lakukan dirumahan. Dalam kegiatan produksinya secara garis besarnya meliputi pengolahan bahan baku menjadi produk yaitu es yang siap dipasarkan. Hasil Produksi Hasil produksi secara continue dengan mempunyai 7 hari kerja dalam satu minggu yaitu dimulai pada pukul 08.00 sampai dengan pukul 17.00 WIB. Wilayah pemasaran produksi es kristal meliputi Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar. Dalam hal ini khusus bagian pemasaran bekerja sampai dengan es yang di jual oleh mereka habis terjual dipasar. Bahan Baku Bahan baku yang digunakan oleh perusahaan dalam melakukan produksi es Kristal dapat dilihat pada tabel 2: Tabel 2. Bahan Baku Es Kristal Bahan Baku Jumlah Keterangan Air 800 liter Satu hari Gas Amonia 300kg/bulan Refrigerant Solar @20 Liter/hari X 4 Mobil box Solar Bila diperlukan Ginset Sumber : Beberapa usaha es kristal 2013 (diolah) Sumber bahan baku yang digunakan dalam produksi es kristal didapatkan dari berbagai macam penyalur. Sumber bahan baku yang digunakan produksi es kristal adalah sebagai berikut: 1. Air Bahan baku air yang digunakan berasal dari PDAM Banda Aceh. 2. Gas Amonia Bahan baku gas ammonia yang digunakan sebagai bahan pendukung dalam produksi es Kristal umumnya dipesan dari Medan pada salah satu dristributor penyaluran gas ammonia. 3. Solar Solar yang merupakan bahan pendukung untuk menjalankan mesin umumnya dibeli pada SPBU yang ada dikota Banda Aceh.
8 7
10
Mesin dan Peralatan Dalam kegiatan produksi es kristal ini yaitu dengan menggunakan mesin dan peralatan, dapat dilihat pada tabel 3: Tabel 3. Mesin dan Peralatan Mesin/Peralatan Jumlah Keterangan Plastik Karet AC 2 buah Pendingin Ruangan Colstorit 1 ruangan Ruang Pendingin Es Compressor 1 buah Motor Ginamu 1 buah Tabung retsefer 1 buah Mesin Ginset 1 buah Filter Air 2 Pasang Ice Cube 1 Paket Water Tanki 2 buah
Proses Produksi Proses pembuatan es Kristal memerlukan serangkaian proses yang panjang dimulai dari sebuah persiapan bahan baku sampai kepada tahap pembekuan sehingga menjadi sebuah produk (es). Secara umum proses dari pembuatan sebuah es Kristal adalah sebagai berikut: 1. Filter Air Filter air adalah merupakan tahapan pertama yang dilakukan dalam melakukan proses produksi es, air yang di alir dari PDAM akan dilakukan filter/penyaringan sebanyak dua kali dan kemudian setelah di filter air tersebut di alirkan ke water tanki. 2. Water Tanki Water tanki merupakan tempat yang akan di jadikan sebagai penyimpanana bahan baku, bahan baku yang di alirkan dari filter/penyaringan segera dimasukkan kedalam water tanki, yang kemudian dialirkan ke kolam. Bak Air Setelah bahan baku disimpan dalam water tanki, kemudian ketika proses produksi dilaksanakan, maka bahan baku tersebut segera di alirkan kedalam bak, yang kemudian di pompa kedalam mesin ice cube. 3. Ice Cube Ice cube merupakan mesin yang digunakan untuk membuat es Kristal, didalam mesin tersebut terdapat pompa air yang berguna untuk mengisi air sebagai bahan baku pembuatan es kedalam mesin ice cube, didalamnya juga terdapat pipa pipa sebagai cetakan es Kristal dan juga terdapat mesin pemotong es Kristal, sehingga ketika es keluar telah terpotong potong dan siap untuk di masukkan kedalam kemasan, mesin tersebut bersuhu 34,75 . Mesin ice cube membutuhkan waktu berkisar 40-50 menit untuk melakukan proses pembekuan es. 4. Pemekatan/Pengemasan Es yang keluar melalui mesin ice cube tersebut merupakan es Kristal yang telah berbentuk dan terpotong potong secara otomatis melalui mesin ice cube, kemudian setelah di kemas, es tersebut segera dibawa keruang kolsorit/ruang pendingin. Untuk dapat mengetahui perbedaan proses produksi es Kristal dengan es Balok dapat dilihat pada gambar berikut ini: 1. Proses Produksi Es Kristal Untuk mengetahui alur proses produksi es Kristal dapat dilihat pada gambar 6 berikut ini:
5 9
4 6 3
11
1
Gambar 2. Aliran Proses Produksi Es Kristal
2
5
Keterangan: 1. Bak PDAM yang di alirkan pada usaha es kristal. 2. Compressor untuk mengompres kebutuhan keseluruh peralatan. 3. Filter pertama air PDAM yang dilakukan oleh produksi es kristal. 4. Filter kedua air PDAM yang dilakukan oleh produksi es kristal. 5. Water tanki air yang menjadi tempat penampungan bahan baku. 6. Bak air yang di alir dari water tanki untuk dilakukan proses pembuatan es. Bak tersebut juga menampung sisa air dari produksi es 7. Mesin es Kristal/ice cube yang bersuhu 34,75 0C 8. Pipa percetakan es Kristal 9. Mesin pemotong yang terletak didalam ice cube. Setelah keluar dari mesin ice cube, es tersebut telah terpotong potong dan lansung dimasukkan kedalam plastik 10. Tabung reservet untuk penguapan yang secara otomotasi bekerja masuk kedalam ice cube. Didalamnya berisi gas ammonia. 11. Kolsorit/kamar pendingin, kolsorit merupakan ruang penyimpanan produk, produk yang telah siap di produksi segera dibawakan keruangan ini. 2.
Proses Produksi Es Balok Untuk mengetahui alur proses produksi es Balok dapat dilihat pada gambar 7 berikut ini: 3
4
5
2
7
3
1
6
3
Gambar 3. Aliran Proses Produksi Es Balok Kerangan: 1. Air : Sumber bahan baku biasanya tidak dari air PDAM, melainkan air sumur atau air sungai. 2. Compressor untuk mengompres kebutuhan keseluruh peralatan. 3. Air Garam ditabur diseputaran percetakan es balok untuk digunakan sebagai pembekuan es balok. 4. Percetakan es balok yang digunakan untuk membekukan es. 5. Avavurator digunakan sebagai media untuk pembekuan es. 6. Kolam digunakan untuk melepaskan es balok dari percetakan. 7. Kolsorit/kamar pendingin, kolsorit merupakan ruang penyimpanan produk, produk yang telah siap di produksi segera dibawakan keruangan ini. Pada prinsipnya, proses produksi es Kristal dengan proses produksi es Balok mempunyai
perbedaan, dimana perbedaan tersebut meliputi penggunaan bahan baku maupun alat dan system proses yang digunakan. Es Kristal, prosesnya menggunakan mesin seperti ice cube, sedangkan es Balok menggunakan air garam, bahan baku yang digunakan untuk produksi es Kristal juga lebih bersih dari pada bahan baku yang digunakan untuk es balok, karena es Kristal merupakan es yang diproduksi untuk dikonsumsi oleh konsumen, sedangkan es balok diproduksi untuk digunakan sebagai pendingin ikan maupun yang lainnya dan jarang dikonsumsi secara lansung oleh konsumen. Faktor Pendukung Produksi Es Kristal Keberhasilan dalam produksi tergantung pada berbagai faktor. Faktor yang mempengaruhi produksi es Kristal meliputi berbagai macam, adapaun faktor-faktor yang mempengaruhi produksi es Kristal adalah sebagai berikut: 1. Iklim Iklim merupakan salah satu faktor penentu dalam proses produksi es Kristal, es Kristal yang merupakan es yang dikonsumsi secara lansung oleh masyarakat yang berdampak juga karena iklim pada daerah bersaangkutan seperti di Aceh yang panas, jika cuaca sedang hujan maka produksi es Kristal terpaksa harus diturunkan, namun terjadi sebaliknya jika cuaca panas maka produksi es Kristal harus ditingkatkan. Kota Banda Aceh dan Aceh Besar merupakan kota yang banyak warung kopi, warung makan dan warung lainnya telah menjadikan usaha es Kristal sebagai usaha yang menjanjikan, dimana faktor masyarakat yang menyukai berbagai minuman dingin dan berkembangnya warung setiap tahunnya, menjadikan usaha es Kristal mengalami peningkatan produksinya setiap tahun. 2. Bahan Baku a. Air merupakan bahan baku utama untuk produksi es Kristal, bahan baku yang muda didapatkan telah menambah keuntungan sebagai faktor pendukung dalam produksi es Kristal, namun untuk dapat melansungkan keberlansungan usaha, maka perlu menjaga akan kebersihan air sebagai bahan baku utama es Kristal. b. Gas Amonia yang didatangkan secara lansung dari Medan melalui distributor resminya, umumnya mudah didapat dengan cara memesan dan belum pernah mengalami hal seperti kekurangan bahan baku dalam melakukan kegiatan produksi. 3. Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan faktor utama dalam menjalankan usaha, namun pengoperasian mesin es Kristal yang mudah telah menjadikan usaha ini mudah dalam mendapatkan tenaga kerja, tenaga kerja yang diperlukan juga tidak perlu yang memiliki pendidikan tinggi dan berpengalaman.
KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil pada penelitian ini adalah: 1. Proses produksi es Kristal dilakukan dengan mesin ice cube, mesin tersebut bekerja secara
6
2.
otomatis. Air yang di dapatkan dari PDAM terlebih dahulu dilakukan penyaringan sebanyak dua kali melalui filter air, yang kemudian di alirkan kedalam bak penampungan untuk seterusnya di alirkan ke mesin ice cube. Bahan baku yang masuk kedalam mesin ice cube akan diproses untuk menjadi produk selama 50 menit dan kemudian secara otomatis es tersebut keluar melalui mesin ice cube telah terpotong-potong dan siap dilakukan pengepakan kedalam plastik dengan ukuran 7kg, 10kg dan 20 kg. Faktor yang mendukung produksi es Kristal adalah karena beberapa hal diantaranya karena permintaan pasar yang besar khususnya hampir diseluruh warung kopi, warung nasi, kafe, rumah tangga dan lainnya yang cenderung meningkat. Disamping itu, kebutuhan dan permintaan es kristal juga dipengaruhi oleh iklim yang panas khususnya di Kota Banda Aceh sehingga menyebabkan masyarakat lebih menyukai untuk mengkonsumsi es. Disamping itu, produksi es kristal ini juga dipengaruhi oleh bahan baku yang mudah didapatkan menjadikan produksi tidak sering mendapat kendala, pekerja yang tidak memerlukan pendidikan tinggi atau keahlian khusus disebabkan pengoperasian mesin yang mudah dan relatif sederhana.
SARAN Saran yang dapat diberikan pada terkait pada penelitian ini yaitu: 1. Bak penampung sebagai wadah penampung bahan baku utama es kristal yaitu air sehingga diperlukan bak penampung yang memadai dan dalam jumlah yang cukup sehingga kebutuhan produksi es kristal dapat terpenuhi. Jumlah bak penampung yang memadai minimal dapat 2 buah atau lebih sebagai cadangan penyimpanan air yang dapat langsung digunakan tanpa harus menunggu pasokan air dari PDAM yang mungkin memakan waktu lebih lama atau berjaga apabila pasokan air dari PDAM terganggu. 2. Mengingat es kristal yang baik kualitasnya adala berwarna bening, sehingga sudah pasti dalam memproduksi es kristal harus benar-benar menjaga kualitasnya. Untuk itu kebersihan
perangkat produksi es kristal harus benar-benar dijaga. Selain itu, perlunya dilakukan kegiatan pembersihan filter air secara berkala dan teratur sehingga kebersihan air dan kualitas es kristal dapat terjaga. Kemudian, membersihkan secara rutin ruangan kegiatan produksi, karena jelas kegiatan ini sangat mempengaruhi kebersihan produksi es kristal.
DAFTAR PUSTAKA Agus Suryana. Strategi Pemasaran Untuk Pemula, Jakarta: Edsa Mahkota, 2007. _________. 2009. Preses Pembuatan Es Balok. Diakses melalui situs: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456 789/17239/4/Chapter%20I.pdf David Katz. 2012. Kontributor Masalah Kesehatan ‘Good Morning Amerika’ seperti dilansir detikhot dari ABC News (http:// www. kedirijaya. com/ 2012/ 10 /21/ dicari- dandiminati- tapi- juga-ancam- kesehatan. html). Erick Namara. 50 Peluang Bisnis Makanan dan Minuman. Media Presindo, Jakarta, 2007. Kompas.
Diakases melalui situs: http :// forum.kompas. com/ kesehatan / 131494-. html.
Marianne Roosner Klimchuk, Sandra A. Krasovec. 2007. Desain Kemasan; Perancanaan Merk Produk yang Berhasil Mulai dari Konsep Sampai Penjualan, Jakarta: Erlangga Revino. 2005. Manajemen Material; Panduan Praktis bagi Industri Manufaktur, Jakarta: Djambatan. Sukardi, 2004. Manajemen Penelitian Pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara.