ISSN 1693-4849
JURNAL PENDIDIKAN SERAMBI ILMU (Wadah Informasi Ilmiah dan Kreativitas Intelektual Pendidikan)
VOLUME 26
•
•
•
•
• •
•
NOMOR 1
JULI 2016
Perancangan Model Pembelajaran E-Learning Menggunakan Content Management System Wordpress Dan Sosialisasi Pada Materi Gempa Bumi Di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Serambi Mekkah Musliyadi, Khairuddin, dan M. Dirhamsyah
(226-231)
Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Tipe Numbered Head Together Terhadap Prestasi Belajar Siswa Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Akhyar
(232-237)
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Terhadap Aktivitas Dan Prestasi Belajar PKn Kelas XI SMA Abulyatama Aceh Besar Tamarli
(238-245)
Peningkatan Hasil Belajar Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris Siswa Kelas VIII-8 SMP N 6 Banda Aceh Melalui Model Pembelajaran Time Token Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2015-2016 Tirabidah
(246-255)
Reduplikasi Bahasa Pak-Pak Boang Yulsafli
(256-262)
Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Siswa Di SD Negeri 10 Banda Aceh Faisal Anwar
(263-265)
Analisis Efektifitas Penerimaan Pajak Penghasilan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Banda Aceh Ratna Mutia
(266-270)
Diterbit Oleh FKIP Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu
Volume 26
Publikasi Online: jurnal.serambimekkah.ac.id/jurnal-fkip/
Nomor 1
Hal 226-270
Banda Aceh Juli 2016
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Juli 2016 Volume 26 Nomor 1
226
PERANCANGAN MODEL PEMBELAJARAN E-LEARNING MENGGUNAKAN CONTENT MANAGEMENT SYSTEM WORDPRESS DAN SOSIALISASI PADA MATERI GEMPA BUMI DI FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH
Oleh Musliyadi*, Khairuddin**, dan M. Dirhamsyah***
Abstrak Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) adalah salah satu fakultas yang terdapat di Universitas Serambi Mekkah (USM). FKM terletak di pinggiran jalan yang dekat dengan pantai. Fakultas ini telah menerapkan kurikulum terbaru yang berkaiatan dengan mitigasi bencana yaitu telah mempunyai sebuah mata kuliah yang dinamakan dengan “Manajemen Kebencanaan”. Peneliti mencoba untuk merancang dan ingin mengembangkan tata cara kuliah dengan model e-learning menggunakan Content Management System Wordpress khususnya materi gempa bumi karena selama ini sistem kuliah konvensional masih menjadi andalan oleh banyak perguruan tinggi termasuk di FKM USM. Sebelum peneliti merancang model e-learning, penulis sudah menyiapkan beberapa pertanyaan kepada mahasiswa tentang pengetahuan bencana gempa bumi, dan dari 100 sampel yang digunakan terdapat sebanyak 75,06% yang belum mengerti tentang pengetahuan materi gempa bumi, kemudian dilakukan posttest setelah mendapatkan pengetahuan materi gempa bumi menggunakan model e-learning diperoleh sebanyak 90,06% yang telah menguasai materi gempa bumi, selain itu dosen-dosen juga menyambut baik jika dikembangkan model e-learning di FKM USM. Kata Kunci : Fakultas Kesehatan Masyarakat, E-learning, Manajemen Kebencanaan, Content Management System Wordpress Abstract Faculty of Public Health is the one of the faculty in Serambi Mekkah University that located near the highway and coastal. This faculty already implemented the new curriculum regarding to disaster mitigation which was developed a new subject of course study that was named as “Disaster Management”. The researcher has been trying to design and to develop the new ways for e-learning models using Content Management System Wordpress, specially in earthquake subject because nowadays the course always using the old model that called with the conventional system for any university in the world. Before to give the earthquake subject, the researcher has been prepare the questions for 100 sample and then are found a lot of 75,06% are still unable to understanding about the earthquake subject, so after they got the earthquake subject using e-learning models are found a lot of 90,06% that means they has already known about the earthquake subject. The lectures also are welcomed if the e-learning models will develop in FKM USM. Keywords :
Faculty of Public Health, E-learning, Disaster Management, Content Management System Wordpress
PENDAHULUAN Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Serambi Mekkah (FKM USM) adalah salah satu fakultas yang terdapat di USM. FKM berada dekat pinggiran jalan raya serta dekat dengan laut. Penelitian ini dilaksanakan di FKM karena FKM sudah menerapkan kurikulum baru di bidang mitigasi
bencana yaitu dengan sudah adanya mata kuliah Manajemen Kebencanaan. Peneliti mencoba untuk merancang e-learning kebencanaan menggunakan Content Management System Wordpress dengan memasukkan materi gempa bumi untuk menjadi pengetahuan kepada mahasiswa tentang gempa bumi karena dengan landasan
Musliyadi* adalah Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Kebencanaan Universitas Syiah Kuala Khairuddin** adalah Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala M. Dirhamsyah*** adalah Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Ar-Raniry
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Juli 2016 Volume 26 Nomor 1
bahwa e-learning dapat diakses dimanapun dan kapanpun tanpa adanya pembatasan ruang dan waktu sehingga mahasiswa dapat dengan leluasa memperoleh materi-materi pengetahuan gempa bumi yang dapat mereka serap untuk menghadapi ancaman bencana gempa bumi yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Merancang pembelajaran e-learning pada materi pengetahuan gempa bumi pada mata kuliah manajemen kebencanaan di FKM USM 2. Tanggapan mahasiswa terhadap hasil perancangan model e-learning sesudah sosialisasi 3. Mendeskripsikan tanggapan dosen terhadap hasil rancangan model elearning sesudah sosialisasi Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat Akademis yaitu sebagai landasan akademis dalam memahami dan mengetahui tentang pengetahuan gempa bumi secara umum melalui pembelajaran model e-learning, penyebab terjadinya gempa bumi, jenis-jenis gempa bumi serta tata cara dalam mitigasi bencana gempa bumi. 2. Manfaat Teoretis yaitu sebagai suatu pedoman pembelajaran dalam memahami dan mengetahui pengetahuan gempa bumi bagi mahasiswa, sehingga dari teori-teori yang di dapatkan bisa di gunakan untuk
Gambar 1 menjelaskan bahwa dalam melakukan atau menyiapkan situs e-learning
227
proses mitigasi pada saat ancaman atau bencana terjadi. Jenis penelitian Jenis penelitian ini adalah menggunakan pendekatan research and development, artinya penelitian ini dapat menghasilkan suatu produk tertentu yang dapat dikembangkan untuk kepentingan lainnya ke depan. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan sampling jenuh, artinya teknik pengambilan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel tanpa memandang dari aspek-aspek lainnya (Sugiyono, 2011). Sumber dan teknik pengumpulan data menggunakan sumber data primer dan sekunder, data primer meliputi wawancara terhadap mahasiswa dan dosen serta penyebaran angket, sedangkan sekunder adalah diperoleh melalui literatur-literatur, jurnal-jurnal dan sumber yang relevan lainnya. Sebelum melakukan penelitian peneliti lebih dulu mempersiapkan sebuah situs internet untuk pembuatan model pembelajaran elearning dan situs tersebut akan digunakan untuk kegiatan belajar mengajar antara dosen dan mahasiswa dalam mempelajari materimateri gempa bumi melalui situs tersebut secara online, karena dari hasil wawancara dengan mahasiswa dan dosen diperoleh masukan yang sangat berarti dalam menentukan keberhasilan suatu proses belajar mengajar menggunakan media e-learning. Langkah-langkah perancangan e-learning dapat dilihat seperti pada gambar 1 berikut ini:
untuk digunakan oleh mahasiswa, terlebih dahulu mahasiswa mempunyai beberapa
Musliyadi* adalah Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Kebencanaan Universitas Syiah Kuala Khairuddin** adalah Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala M. Dirhamsyah*** adalah Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Ar-Raniry
Musliyadi, Perancangan Model Pembelajaran Model E-Learning
persyaratan, diantaranya adalah alamat surat elektronik (email), dimana komunikasi antara dosen dan mahasiswa dalam menjawab berbagai bentuk pertanyaan akan langsung jawabannya masuk ke alamat email dosen tersebut, artinya tidak diperlukan lagi jawaban-jawaban dalam bentuk tulisan di kertas-kertas. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Web Hosting Web Hosting adalah tempat di mana data-data pembelajaran dengan metode elearning tersimpan, web hosting sangat penting untuk di lindungi karena jika web hosting tersebut mengalami kerusakan atau terputusnya arus listrik, maka nama alamat domain tidak dapat menampilkan semua
Gambar 2 di atas menjelaskan diagram alir yang di mulai dari proses pendaftaran nama domain, kemudian melakukan pembayaran, setelah di lakukan proses verifikasi bukti pembayaran maka pihak web hosting akan mengirim username dan password yang akan kita gunakan untuk memasuki ke login cPanel, di mana sesudah kita login ke cPanel akan dapat kita tentukan langkah-langkah yang akan di ambil nantinya untuk melakukan
bentuk informasi yang ingin di akses. Langkah-langkah penyiapannya adalah sebagai berikut : a. Melakukan pendaftaran nama domain pada penyedia jasa web hosting, sedangkan penyedia jasa web hosting sangat banyak tersedia dan di dapat pada mesin pencari seperti google.com, setelah mendaftar dan melakukan pembayaran, maka pihak penyedia nama domain dan web hosting akan mengirimkan informasi akun pendaftaran ke alamat email yang sudah di daftarkan sebelumnya. b.
Diagram Alir Diagram alir dari proses pendaftaran nama domain dapat di lihat seperti pada gambar 2 dibawah ini :
instalasi CMS Wordpress yang akan di gunakan sebagai model rancangan. c.
d. Untuk menjaga agar data atau materi yang sudah dimasukkan ke dalam situs pembelajaran e-learning diperlukan
228
Tampilan Login cPanel Tampilan login cPanel Pendidikan Kebencanaan yang sudah di verifikasi pembayarannya, maka dapat di akses melalui web browser dengan alamat http://www.pendidikankebencanaan.com/ cpanel, seperti terlihat pada Gambar 3 di bawah ini. Konsep Keamanan adanya konsep keamanan agar datanya tidak dapat dicuri atau disadap oleh pihak yang tidak bertanggung jawab, dalam hal
Musliyadi* adalah Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Kebencanaan Universitas Syiah Kuala Khairuddin** adalah Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala M. Dirhamsyah*** adalah Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Ar-Raniry
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Juli 2016 Volume 26 Nomor 1
e.
229
ini konsep keamanan yang digunakan adalah menggunakan port https, artinya port yang aman dari gangguan pihak luar, karena port tersebut dilindungi oleh tingkat keamanan berlapis, dan banyak
perusahaan-perusahaan besar dunia menggunakan port tersebut seperti perbankan, perusahaan korporat dan perusahaan-perusahaan lainnya.
Sosialisasi E-learning Setelah dilakukan perancangan, kemudian dilakukan sosialisasi pada mahasiswa dengan memasukkan materimateri berupa text, gambar dan video, ternyata mahasiswa sangat menyukai jenis pembelajaran yang menggunakan model e-learning seperti ini dan juga mereka berharap agar sebaiknya semua mata kuliah yang terdapat di FKM dapat
menggunakan model e-learning. Tanggapan mahasiswa ketika dilakukan sosialisasi pada saat setelah mendapatkan posttest mempunyai nilai yang bervariasi yang terdiri dari nilai yang cukup sebanyak 3 mahasiswa, nilai baik sebanyak 8 mahasiswa dan nilai sangat baik sebanyak 89 mahasiswa dari total sampel mahasiswa seperti pada gambar 4 dibawah ini:
Tanggapan Mahasiswa Postest
Valid
Frequency Percent Valid Percent Cukup 3 3,0 3,0 Baik 8 8,0 8,0 Sangat Baik 89 89,0 89,0 Total 100 100,0 100,0
Hal serupa juga dilakukan wawancara terhadap dosen terhadap pemanfaatan model e-learning, dan memperoleh
Cumulative Percent 3,0 11,0 100,0
tanggapan banyak yang sangat baik seperti pada gambar 5 dibawah ini :
Tanggapan Dosen
Valid
Frequency Percent Valid Percent Cukup 1 10,0 10,0 Baik 2 20,0 20,0 Sangat Baik 7 70,0 70,0 Total 10 100,0 100,0
KESIMPULAN Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah di lakukan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Serambi Mekkah, maka dapat di simpulkan sebagai berikut : 1. Perancangan model pembelajaran elearning dengan menggunakan alamat
Cumulative Percent 10,0 30,0 100,0
situs internet http:// www.pendidikankebencanaan.com. Situs pembelajaran model e-learning yang telah di rancang ini menggunakan tingkat keamanan data yang sangat tinggi serta di lindungi oleh port https yang sangat aman
Musliyadi* adalah Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Kebencanaan Universitas Syiah Kuala Khairuddin** adalah Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala M. Dirhamsyah*** adalah Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Ar-Raniry
Musliyadi, Perancangan Model Pembelajaran Model E-Learning
2.
3.
dari serangan pihak yang tidak bertanggung jawab. Tanggapan mahasiswa yang telah mendapatkan sosialisasi model e-learning menunjukkan mahasiswa tertarik mengikuti proses belajar. Tanggapan dosen terhadap hasil rancangan model e-learning memberikan nilai positif terhadap model e-learning.
SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang tekah dilakukan, maka dapat memberikan beberapa saran sebagai berikut : 1. Perancangan model pembelajaran elearning agar dapat segera diterapkan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Serambi Mekkah. 2. Mahasiswa FKM USM sangat tertarik mengikuti proses belajar mengajar menggunakan model e-learning, bahkan mereka mengatakan bahwa model elearning agar dapat segera diterapkan dan dikembangkan ke semua jenis mata kuliah yang terdapat di Universitas Serambi Mekkah. 3. Perlunya memasukkan bahan-bahan yang sangat relevan terkini dengan perkembangan ilmu pengetahuan. DAFTAR PUSTAKA Ali Zaenal. 2011. Cepat dan Mudah Membuat Website Keren Dengan Wordpress 3.x. Jakarta: Mediakita. Allesi, M dan Trollip. 2001. Multimedia for Learning : Methods and Development. Boston : Pearson Education.Inc. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2012. Jakarta. Bullen, M. 2001. E-Learning and the Internationalization of Education. Malaysian Journal of Educational Technology, 1(1), 37-46. Coburn, A dan Spence, R. 2002. Earthquake Protection, 2nd ed Wiley New York. Darab, B dan Montazer, G. A 2011. An Eclectic Model for Assessing Elearning Readiness in the Iranian universities. Darin E. Hartley. 2001. Selling e-Learning, American Society for Training and Development.
230
Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral. 2013. Gempabumi dan Tsunami, Jakarta, Direktorat Jenderal Geologi dan Sumberdaya Mineral. Dwikorita Karnawati, Prih Harjadi, Mezak A Ratag. 2005. Buku Panduan Pengenalan Karakteristik Bencana dan Upaya Mitigasinya di Indonesia, Biro Mitigasi Sat Bakornas PBP, Jakarta. Edy Irwansyah, Tri Buana Saputra, Lim Piu, dan Krisna Wirangga. 2012. Pengembangan Aplikasi Sistem Informasi Geografis Untuk Monitoring Gempabumi, Department of Computer Science, School of Computer Science, Universitas Bina Nusantara Jalan K.H. Syahdan No. 9 Palmerah Jakarta 11480, Email:
[email protected], Jurnal Informatika Vol. 11, No. 1, Mei 2012: 49-54. Erma Susanti, Muhammad Sholeh. 2008. Rancang Bangun Aplikasi ELearning. Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Institut Sains dan Teknologi APKRIND Yogyakarta. Jurnal Teknologi Vol 1. No. 1 2008: 53-57. Hadjerrouit, S. 2010. Developing Web-Based Learning Resources in School Education: A user-Centered Approach. [Versi elektronik]. Interdisciplinary Journal of ELearning and Learning Objects, 6, 115-135. Hartono. 2007. Geografi: Jelajah Bumi dan Alam Semesta. Edisi I, ISBN 978979-9281-60-9. Citra Praya, Bandung. Hasbullah, 2010. Perancangan dan Implementasi Model Pembelajaran ELearning Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Di JPTE FPTK UPI. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK UPI, Bandung. Horton, W. 2006. E-learning by Design. San Fransisco: Pfeiffer. I Ketut Resika Arthana, 2012. Buku 1 Petunjuk Teknis Pengelolaan Infrastruktur Pendukung E-learning, Digital library & distance learning lab, Jakarta
Musliyadi* adalah Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Kebencanaan Universitas Syiah Kuala Khairuddin** adalah Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala M. Dirhamsyah*** adalah Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Ar-Raniry
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Juli 2016 Volume 26 Nomor 1
International Strategy for Disaster Reduction (ISDR). 2015. Sendai Framework Action 2015 - 2030: Sendai Framework for Disaster Risk Reduction 2015-2030 Kemdikbud. 2013. Materi Mitigasi Bencana. http://www.kemdikbud.go.id. Kerry O’Regan. 2003. Emotion and ELearning. Learning and Teaching Development Unit, The University of Adelaide, South Australia, JALN Volume 7, Issue 3, September 2003. Kun Khamidah, Ramadian Agus Triyono. 2013. Pengembangan Aplikasi ELearning Berbasis Web Dengan PHP dan MYSQL Studi Kasus SMPN 1 Arjosari, IJNS Volume 2 No. 2 April 2013 – ISSN 2302-5700. Lorensius Anang Setyo Waloyo. 2013. Perancangan E-Learning Dengan Menggunakan Learning Management System, Program Studi Teknik Industri – Fakultas Teknik Universitas Katolik Widya Mandala Madiun, Widya Warta No. 02 Tahun XXXV II / Juli 2013: ISSN 0854-1981 Mohammad Yazdi. 2012. E-Learning Sebagai Media Pembelajaran Interaktif Berbasis Teknologi Informasi, Dosen Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Tadulako, Jurnal Ilmiah Foristek Vol 2 No. 1, Maret 2012 Muksin Wijaya. 2012. Pengembangan Model Pembelajaran E-Learning Berbasis Web Dengan Prinsip E-Pedagogy Dalam Meningkatkan Hasil Belajar, Bidang Pembinaan dan Program Pendidikan BPK Penabur Bandung, Jurnal Pendidikan Penabur No. 19 Tahun Ke 11, Desember 2012. Premysl Raban. 2006. .Eu Domain Name, .Eu Domena. Ch Beck Pro Praxi. ISBN 80-7179-525-9, Praha. Romi Satria Wahono. 2007. Sistem E-learning Berbasis Model Motivasi Komunitas, Jurnal Teknodik No. 21/XI/TEKNODIK/AGUSTUS/2007.
Ruli
231
Silo. 2009. Pembuatan Media Pembelajaran Berbasis Browser Training dengan Menggunakan Software Content Management System Joomla pada Mata Diklat Pemeliharaan/ Service transmisi Manual dan Komponen, Jurnal PTM Vol. 9 No. 2, Desember 2009. Sabine Graf, Beate List. 2005. An Evaluation of Open Source E-Learning Platforms Stressing Adaptation Issues, Vienna University of Technology, Women’s Postgraduate College for Internet Technologies. Wina, Austria. Selim, H. M. 2007. Critical Success Factors for E-learning Acceptance: Confirmatory Factor Models. Computers &Education. Sudjana. 2005. Metode Statistika, Tarsito, Bandung. Sugiyono 2010. Metode Penelitian Pendidikan: pendekatan kuantitatif, kulitatif, dan R&D. Bandung :Alfabeta. Shoichi Ando, Jishnu Subedi, Ayako Fujieda, Hayato Nakamura. 2009. Mengurangi Kerentanan Anak-Anak Sekolah Terhadap Bahaya Gempa Bumi, Proyek Inisiatif Keselamatan Sekolah Terhadap Gempa Bumi (SESI), UNISDR - UNCRD. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Winarno dan Johan Setiawan. 2013. Penerapan Sistem E-Learning Pada Komunitas Pendidikan Sekolah Rumah (Homeschooling), Ultima Infosys Vol. IV No. 1 Juni 2013, ISSN 2085-4579. Yongliang Li dan Caixia Wen. 2013. Efficient Online Examination System Based on Java, Shandong Transport Vocational College, Weifang, 261206 Shandong, China, Informatics and Management Science V, Lecture Notes in Electrical Engineering 208, DOI: 10.1007/978-1-4471-4796-1_13, Springer-Verlag London 2013.
Musliyadi* adalah Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Kebencanaan Universitas Syiah Kuala Khairuddin** adalah Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala M. Dirhamsyah*** adalah Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Ar-Raniry
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Juli 2016 Volume 26 Nomor 1
232
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Oleh Akhyar*
Abstrak Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together terhadap prestasi belajar dan minat belajar siswa kelas XI SMA Negeri Krueng Barona Jaya Tahun Ajaran 2015/2016. Penelitian ini merupakan eksperimen semu dengan menggunakan rancangan The PosttestOnly Control Group Design dengan melibatkan sampel sebanyak 60 orang siswa SMA Negeri Krueng Barona Jaya Aceh Besar. Instrumen penelitian yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah tes prestasi belajar PKn dan kuesioner minat. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan MANOVA. Hasil analisis data sebagai berikut. Pertama, prestasi belajar PKn dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together lebih baik daripada model pembelajaran konvensional. Kedua, minat belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together lebih baik daripada model pembelajaran konvensional. Ketiga,prestasi belajar PKn dan minat belajar lebih baik yang mengikuti pembelajaran dengan model kooperatif tipe Numbered Head Together dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional. Kata kunci : Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together, Prestasi Belajar PKn.
PENDAHULUAN Pemerintah terus berusaha memperbaiki dan mengembangkan kurikulum yang dipergunakan pada sistem pendidikan guna memajukan pendidikan bangsa Indonesia. Saat ini adalah Kurikulum 2013 yang sering disebut dengan K-13. Dalam Kurikulum 2013 (K-13) pembelajaran lebih difokuskan kepada siswa atau student center sedangkan guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Dalam hal ini, siswa dituntut lebih aktif dalam pembelajaran sehingga siswa dapat mengembangkan potensinyasecara optimal. Karena pendidikan tidak hanya digunakan untuk mempersiapkan siswa dalam memperoleh profesi atau jabatan tetapi juga untuk dapat menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Seperti halnya dalam pembelajaran PKn, proses pembelajarannya haruslah melibatkan proses mental siswa secara maksimal, bukan hanya menuntut siswa sekedar mendengar, mencatat, akan tetapi juga menghendaki aktivitas siswa dalam proses berfikir. Karena pembelajaran PKn dimaksudkan untuk mengembangkan
kemampuan pemahaman terhadap fenomena social pada kehidupan sehari-hari. Selain itu, materi pelajaran PKn juga mencakup konsepkonsep dasar, pendekatan, metode, dan teknik analisis dalam pengkajian terhadap berbagai fenomena dan permasalahan yang ditemui dalam kehidupan nyata di masyarakat. Sehubungan dengan kompleksnya mata pelajaran PKn sebagaimana disebutkan di atas maka PKn harus dipelajari atau diperoleh melalui proses belajar yang berlangsung secara kondusif sehingga siswa mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis dalam melihat fenomena sosial yang terjadi pada kehidupan sehari-hari berdasarkan sudut pandang PKn. Untuk mengetahui apakah siswa tersebut telah menguasai materi pembelajaran yang telah diajarkan adalah dengan meningkatnya hasil belajar siswa. Akan tetapi, fakta dilapangan menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn masih rendah. Permasalahan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn masih rendah juga terjadi pada siswa kelas XI SMA Negeri Krueng Barona Jaya. Berdasarkan hasil
Akhyar* adalah Dosen Universitas Abulyatama Aceh Besar
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Juli 2016 Volume 26 Nomor 1
observasi yang telah dilakukan oleh peneliti sejak bulan Januari 2016, diketahui bahwa terdapat beberapa permasalahan di dalam kelas XI SMA Negeri Krueng Barona Jaya yang mengakibatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn masih rendah adalah 1) Siswasiswi pada kelas tersebut masih bergaul secara berkelompok-kelompok sehingga belum bisa menyatu antara kelompok anak yang satu dengan yang lain; 2) Guru lebih sering menggunakan metode konvensional yang lebih mementingkan hasil daripada proses pembelajaran sehingga pembelajaran terkesan monoton; 3) Siswa juga sulit dalam memahami materi pembelajaran PKn karena mereka hanya dijelaskan sesuai yang ada pada buku pelajaran dan contoh yang diberikan sebagian besar juga sama seperti yang ada pada buku; 4) Keaktifan siswa dalam pembelajaran juga kurang; 5) Kemudian sebagian siswa yaitu 57.14% atau 20 siswa kelas XI SMA Krueng Barona Jaya yang mengalami remidi atau tidak mencapai KKM pada mata pelajaran PKn saat ulangan mid semester genap, dimana KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) pada mata pelajaran PKn di SMA Negeri Krueng Barona Jaya adalah 75. Fakta di atas menunjukkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn masih rendah sehingga salah satu jalan keluarnya adalah merubah model pembelajarannya dengan menerapkan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) pada mata pelajaran PKn. Model pembelajaran Numbered Head Together atau penomoran berpikir bersama merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien. (Trianto 2007 : 62) merupakan model pembelajaran yang berfokus kepada siswa atau student center. Model pembelajaran penomoran berpikir bersama tersebut bercirikhaskan mengenai masalah-masalah pada kehidupan nyata dan merupakan pembelajaran yang menekankan kepada aktivitas penyelidikan dalam memecahkan masalah tersebut. Adapun prosedur dan pelaksanaan dalam menggunakan model pembelajaran NHT (Number Head Together) adalah : Guru memberikan pengarahan, membentuk kelompok heterogen, dan tiap siswa memiliki nomor tertentu, guru memberikan persoalan
233
atau suatu permasalahan yang mentransformasikan persoalan dengan mata pelajaran yang akan dibahas dimana hal ini guru mengajak siswa membentuk kelompok antara 4-5 siswa yakni untuk tiap kelompok sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa tadi, tiap siswa dengan nomor yang sama mendapat tugas yang sama yang kemudian bekerja kelompok, presentasi kelompok dengan nomor siswa yang sama sesuai dengan tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individu dan pembuatan skor dari tiap-tiap perkembangan belajar siswa dengan mengumumkan hasil kuis dan berilah reward (hadiah) bagi yang berprestasi baik. Dalam hal ini diharapkan, siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya karena ia akan memperoleh informasi dari berbagai sumber belajar mengenai materi yang sedang dipelajari. Selain itu, model pembelajaran penomoran berpikir bersama ini membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok dengan permasalahan yang berbeda-beda pada masing-masing kelompok tersebut. Pembagian kelompok juga dilakukan secara heterogen sehingga diharapkan dapat memotivasi siswa untuk berinteraksi dengan siswa lain walaupun bukan peer groupnya, meningkatkan partisipasi, saling membantu, dan saling bekerjasama dalam berdiskusi memecahkan permasalahan yang mereka dapatkan serta berperan aktif di dalam pembelajaran PKn. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi experiment) terhadap siswa dalam suatu kelas. Rancangan eksperimen yang digunakan adalah rancangan atau desain kelompok kontrol hanya post tes saja ( The Posttes-Only Control Group Design). Kelompok eksperimen dikenai perlakuan pembelajaran dengan model kooperatif tipe Numbered Head Together dan kelompok kontrol dikenai perlakuan pembelajaran model konvensional dalam jangka waktu tertentu, kemudian kedua kelompok dikenai pengukuran yang sama. Perbedaan hasil pengukuran yang timbul dianggap sumber dari variabel perlakuan. Gambar rancangan ini disajikan pada gambar berikut:
Akhyar* adalah Dosen Universitas Abulyatama Aceh Besar
Akhyar, Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Tipe Numbered Head Together
E K
X -
O1 O2
Gambar 3.1 Rancangan Penelitian Keterangan : E = Kelompok eksperimen K = Kelompok kontrol X = Perlakuan pembelajaran dengan model kooperatif tipe Numbered Head Together O1 = Pengamatan akhir (Post-Test) berupa hasil belajar PKn O2 = Pengamatan akhir berupa keterampilan sosial Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri Krueng Barona Jaya Aceh Besar Tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 2 kelas, masing-masing kelas berjumlah 30 orang. Sampel penelitian diambil dengan menggunakan teknik random sampling yaitu dengan cara undian untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dalam penelitian ini yang dirandom bukanlah individu, akan tetapi kelas. Sehingga yang terpilih menjadi kelas eksperimen adalah kelas XI1 dan kelas XI2 sebagai kelas kontrol. Random untuk menentukan kelas XI1 dan XI2 sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol disebabkan karena siswa kedua kelas ini memiliki kemampuan yang setara, dilihat dari uji-t yang dilakukan sebelumnya. Untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar PKn digunakan metode tes dan untuk mengumpulkan data keterampilan sosial digunakan metode observasi, selanjutnya dianalisis dengan analisis MANOVA. Untuk memperoleh data variabel yang diteliti, digunakan tes hasil belajar dalam bentuk pilihan ganda dan pedoman observasi untuk data keterampilan sosial. Konsepsi yang mendasari penyusunan instrumen teshasil belajar dan pedoman observasi bertitik tolak dari indikator-indikator variabel penelitian, yang selanjutnya dijabarkan dan dikembangkan sendiri sehingga menjadi butir pertanyaan dan pedoman observasi. Tes hasil belajardalam bentuk pilihan ganda berjumlah 50 butir sedangkan untuk eksperimen 30. Sebelum instrumen ini digunakan, maka dilakukan uji validitas isi. Untuk uji validitas isi dikonsultasikan dulu kepada pakar untuk dilakukan penilaian. Untuk teshasil belajar yg berjumlah 50 butir diujicobakan terhadap 30
234
siswa dan kemudian datanya dianalisis dengan menggunakan rumus korelasi point biserial, untuk menghitung indeks korelasi antara skor butir dengan skor total. Setelah dianalisis dengan bantuan Microsoft Exel, hanya 45 butir hasil belajar PKN dari 50 butir yang valid. Tes yg digunakan dalam eksperimen sebangak 30 butir. Releabilitas tes hasil belajar PKn dengan menggunakan rumus KR-20 untuk 45 butir = 0,92 sedangkan realibilitas untuk 30 = 0,92. Validitas untuk instrument minat berjumlah 30 setelah diuji coba dengan menggunakan rumus korelasi productc momen semuanya valid. Oleh karena nilai koefisien reliabilitas hasil belajar PKn dan keterampilan sosial lebih besar dari 0,70 (kriteria Guilford, 1959: 154), maka instrumen tersebut dapat digunakan lebih lanjut sebagai instrument penelitian. Sebelumnya, dilakukan uji prasyarat analisis, meliputi: uji normalitas sebaran data, uji homoginitas varians, dan uji korelasi antar variabel terikat. Dari hasil uji prasyarat analisis tersebut didapatkan bahwa semua variabel berdistribusi normal, mempunyai varians homogen, dan hubungan (korelasi) yang signifikan antara variabel terikat. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tiga asumsi analisis terpenuhi, sehingga analisis MANOVA dapat dilanjutkan. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil pengolahan data dengan analisis statistik program SPSS 17.0 for Windows dapat dideskrPKnikan hal-hal sebagai berikut: Hipotesis pertama, F hitung = 69,78 p < 0,05. Ini berarti hasil uji hipotesis pertama berhasil menolak H0 yang menyatakan tidak terdapat perbedaan hasil belajar PKn antara yang diajar dengan model pembelajaran konvensional dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together pada siswa kelas XI SMA Negeri Krueng Barona Jaya Aceh Besar. Dengan demikian terdapat perbedaan prestasi belajar PKn antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together dengan siswa yang diajar dengan model konvensional. Berdasarkan hasil analisis data telah terbukti bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar PKn, siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Akhyar* adalah Dosen Universitas Abulyatama Aceh Besar
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Juli 2016 Volume 26 Nomor 1
Together lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional. Hal ini ditunjukkan dengan ratarata hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together dengan skor rata–rata 19,53 lebih tinggi daripada hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional dengan skor rata-rata 10,07. Jadi dalam perbandingan antara model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together dengan model pembelajaran konvensional, terdapat pengaruh model pembelajaran terhadap hasil belajar siswa. Dengan kata lain, ada perbedaan antara model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together dan model pembelajaran konvensional dalam pembelajaran PKn. Dalam pembelajaran PKn, model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together secara keseluruhan terbukti lebih baik dan efektif dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional. Lebih efektifnya model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together untuk meningkatkan prestasi belajar dalam pembelajaran PKn karena model kooperatif dipandang sebagai proses pembelajaran yang aktif, sebab peserta didik akan lebih banyak belajar melalui proses pembentukan dan penciptaan, kerja dalam kelompok dan berbagi pengetahuan. Kegiatan belajar peserta didik secara berkelompok akan sukses secara akademis dibandingkan bekerja sendiri karena kerja kelompok mendorong peserta didik untuk saling membantu satu sama lain untuk mencapai hasil yang diharapkan. Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Dari uraian tersebut di atas jelas terlihat bahwa hasil belajar siswa yang menyangkut aspek kognitif, khususnya kemampuan mengingat, memahami, merapkan dan menganalisis akan sangat berkembang dalam model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together
235
Hasil uji hipotesis kedua, F hitung = 79,45 p < 0,05. Ini berarti telah berhasil menolak H0 yang menyatakan tidak terdapat perbedaan keterampilan sosial antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional dengan siswa yang diajar dengan mo pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together pada siswa kelas XI SMA Negeri Krueng Barona Jaya Aceh besar. Dengan demikian terdapat perbedaan hasil minat belajar antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model kooperatif tipe Numbered Head Together dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensioanl. Analisis data telah membuktikan bahwa adanya perbedaan minat belajar siswa, dimana minat belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata keterampilan sosial siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together dengan skor rata-rata 38,4 lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional dengan skor rata-rata 25,83. Jadi terdapat perbedaan minat belajar antara siswa yang mengikuti model pemebelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together dengan siswa yang mengikuti pembelajran konvensional. Prinsip dasar dalam model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together sebagai berikut, setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya, mempunyai tujuan yang sama, membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya, berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya, dan akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together dikembangkan diskusi dan komunikasi dengan tujuan agar siswa saling berbagi kemampuan, saling belajar berpikir kritis, saling menyampaikan pendapat, saling memberi kesempatan menyalurkan kemampuan, saling membantu belajar, saling
Akhyar* adalah Dosen Universitas Abulyatama Aceh Besar
Akhyar, Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Tipe Numbered Head Together
menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain. Hipotesis ketiga, F hitung = 39,12 p < 0,05. Hasil uji hipotesis ketiga berhasil menolak H0 yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan prestasi belajar PKn dan minat belajar antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together pada siswa kelas XI SMA Negeri Krueng Barona Jaya Aceh Besar. Dengan demikian terdapat perbedaan hasil belajar PKn dan minat belajar antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together pada siswa kelas XI SMA Negeri Krueng Barona Jaya Aceh Besar. Berdasarkan analisis data ternyata terdapat pengaruh implementasi model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together terhadap hasil belajar dan minat belajar.Hal ini tidak terlepas dari hakikat model pembelajaran ini yang tidak saja menekankan unsur kerjasama tetapi didalamnya juga ada unsur kompetisi baik secara individual maupun secara kelompok. Siswa yang mempunyai kemampuan rendah akan sangat terbantu dengan model pembelajaran ini karena anggota tiap kelompok anggotanya dari segi kemampuan akademik disusun sedemikian rupa agar mendekati heterogen sehingga apabila menemui kesulitan akan sangat terbantu oleh siswa yang mempunyai kemampuan yang lebih tinggi. Unsur kompetisinya, adalah pada saat diadakan evalusi untuk menilai keberhasilan pembelajaran setiap individu dalam kelompok tersebut akan berusaha semaksimal mungkin untuk memperoleh nilai yang tinggi, baik untuk diri sendiri ataupun untuk meningkatkan peringkat kelompoknya. Disini terlihat jelas bahwa model pembelajaran ini mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Disamping mampu meningkatkan hasil belajar siswa seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa hakikat dari model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together adalah adanya unsur kerjasama antar anggotanya. Dimana saat proses pembelajaran berlangsung akan terlihat keterampilan anggota dalam kelompok, terjadinya
236
komunikasi antar anggota kelompok, musyawarah untuk membahas dan memutuskan sesuatu,menyelesaikan terjadinya perbedaan antar anggota kelompok dalam memandang sesuatu, mempercayai orang lain, menghargai kontribusi teman, berbagi dalam tugas, memunculkan partisipasi, dan menghormati adanya perbedaan. Kegiatankegiatan yang muncul pada saat model pembelajaran ini berlangsung adalah wujud dari minat belajar siswa. Dengan kata lain model pembelajaran koopertaif tipe Numbered Head Together akan mampu meningkatkan minat belajar siswa. Dari uraian tersebut tergambar jelas bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together mampu meningkatkan minat belajar PKn dan prestasi siswa. KESIMPULAN Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan, dapat ditarik beberapa simpulan yaitu sebagai berikut: (1) terdapat perbedaan prestasi belajar PKn antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model kooperatif tipe Numbered Head Together dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional (F hitung 69,78 p < 0,05). Prestasi belajar PKN dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together lebih baik daripada model pembelajaran konvensional, (2) terdapat perbedaan minat belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model kooperatif tipe Numbered Head Together dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional (F hitung 79,45 p < 0,05). Minat belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together lebih baik daripada model pembelajaran konvensional, (3) terdapat pengaruh implementasi model pemelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together terhadap prestasi belajar PKn dan minat belajar (F hitung 39,12 p < 0,05). Prestasi belajar PKn dan minat belsjsr siswa lebih baik yang mengikuti pembelajaran dengan model kooperatif tipe Numbered Head Together dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional. Berdasarkan uraian pembahasan diatas, timbul beberapa implikasi yaitu sebagai berikut: (1) Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together mempunyai keunggulan dalam
Akhyar* adalah Dosen Universitas Abulyatama Aceh Besar
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Juli 2016 Volume 26 Nomor 1
meningkatkan prestasi belajar PKn dan minat belajar siswa, dengan demikian kedepannya dalam pembelajaran PKn sebaiknya menggunakan model pembelajaran ini. (2) Walaupun model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together menunjukan dominasi terhadap prestasi belajar PKn khususnya hasil belajar dan minat belajar namun dalam implementasi para guru atau praktisi pendidikan perlu menyadari bahwa tidak semua pokok bahasan dalam PKn harus diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together. Berkaitan dengan hasil penelitian dan manfaat yang diperoleh maka beberapa saran yang dapat diajukan adalah sebagai berikut : (1) Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together perlu dikenalkan dan dikembangkan lebih lanjut kepada para guru, siswa, dan praktisi pendidikan lainnya sebagai model pembelajaran PKn alternatif setelah sekian lama menggunakan pendekatan konvensional. Proses pengenalan dan pengembangan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together dapat dilakukan melalui pertemuan-pertemuan seperti MGMP PKn, seminar pembelajaran PKn, dan penataran–penataran atau pelatihan–pelatihan pembelajaran PKn. (2) Penelitian lanjutan yang berkaitan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together perlu dilakukan dengan melibatkan materi PKn yang lain dengan melibatkan sampel yang lebih luas. Disamping itu, faktor budaya yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari lingkungan siswa perlu dikaji pengaruhnya terhadap pengembangan dan penerapan model pembelajaran kooperatif serta dampaknya terhadap minat belajar dan prestasi.
237
DAFTAR PUSTAKA Al Muchtar Suwarma. 2008. Strategi Pembelajaran Pendidikan PKN. Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI. Azwar Saifuddin. 2002. Tes Prestasi Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. Dantes, Nyoman. 2007. Metodelogi Penelitian untuk Ilmu-Ilmu Sosial dan Humaniora. Singarja: Undiksha. Guilford. 1959. Fundamental Statistic inPsychologi and Education, 3ndeds. Tokyo: Kogakusha Company Ltd. Lasmawan, Wayan. 2010. MenelisikPendidikan PKN dalam Perspektif Kontekstual-Empiris. Singaraja:Mediakom Indonesia Press Bali. Mulyasa. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Roakarya Offset. Somantri, E. 2001. DesentralisasiPendidikan dan WacanaDemokrasi dalam KonteksPendidikan Nasional (Makalah). Disajikan pada Seminar Sehari Lembaga Penelitian UPInBandung. Bandung: PPS UPI. Trianto, 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka.. Tilaar H.A.R. 2002. Paradigma BaruPendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta. Wahab Abdul Azis. 2007. Metode danModelModel Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: Alfabeta Bandung.
Akhyar* adalah Dosen Universitas Abulyatama Aceh Besar
238
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Juli 2016 Volume 26 Nomor 1
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR PKn KELAS XI SMA ABULYATAMA ACEH BESAR
Oleh Tamarli*
Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan aktivitas belajar dan prestasi belajar PKn antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran konvensional. Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen pretest- posttest control group design. Penelitian ini menggunakan teknik probability sampling serta teknik analisis deskriptif dan analisis multivariat MANOVA.Hasil penelitian diperoleh kecenderungan aktifitas belajar siswa kelompok STAD kooperatif dapat dikategorikan sedang. Kecenderungan aktifitas belajar siswa kelompok kontrol dapat dikategorikan sedang. Kecenderungan prestasi belajar siswa kelompok STAD kooperatif dapat dikategorikan baik. Kecenderungan prestasi belajar siswa kelompok konvensional dapat dikategorikan cukup baik. Terdapat perbedaan aktivitas dan prestasi belajar secara bersama-sama antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran konvensional. Terdapat perbedaan aktivitas belajar PKn antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran konvensional. Terdapat perbedaan prestasi belajar PKn antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran konvensional. Kata kunci:
model pembelajaran kooperatif tipe STAD, model konvensional, prestasi belajar, Aktivitas Belajar, PKn.
PENDAHULUAN Guru atau tenaga pengajar haruslah berusaha membawa perubahan tingkah laku yang baik atau kecenderungan untuk merubah tingkah laku siswa yang merupakan suatu bukti bahwa guru harus memutuskan membuat atau merumuskan tujuan juga harus memikirkan bagaimana bentuk atau cara penyajian materi pelajaran dalam proses belajar mengajar serta bagaimana menciptakan kondisi-kondisi, sehingga memungkinkan terjadinya interaksi edukatif. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Wina Sanjaya (2011 : 73) adalah sebagai proses penyampaian informasi atau pengetahuan dari guru kepada siswa. Proses penyeampaian itu sering juga dianggap sebagai proses mentransfer ilmu. Oleh karena itu Proses pembelajaran di kelas akan sangat efektif apabila guru melaksanakannya dengan memahami peran, fungsi dan kegunaan mata pelajaran yang diajarnya serta diajarkan dalam suasana kebebasan dan menggembirakan. Selain Tamarli* adalah Dosen Universitas Abulyatama Aceh Besar
pembelajaran
pemahaman akan hal-hal tersebut keefektipan itu juga ditentukan oleh kemampuan guru untuk merubah model pengajaran menjadi model pembelajaran sesuai yang diharapkan oleh Permendiknas No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses. Peran mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk pengembangan intelektual, sosial dan emosional siswa serta berperan sebagai kunci penentu menuju keberhasilan dalam mempelajari suatu bidang tertentu. Fungsi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah sebagai suatu bidang kajian untuk mempersiapkan siswa mampu merefleksikan pengalamannya sendiri dan pengalaman orang lain, mengungkapkan gagasan-gagasan dan perasaan serta memahami beragam nuansa makna, sedang kegunaannya adalah untuk membantu siswa mengenal dirinya, budayanya, budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat, membuat keputusan yang bertanggung jawab pada tingkat pribadi,
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Juli 2016 Volume 26 Nomor 1
sosial, menemukan serta menggunakan kemampuan analitic dan imajinatif yang ada dalam dirinya. Disamping mengetahui peran, fungsi dan kegunaan mata pelajaran, sebagai seorang guru juga diperlukan untuk mampu menerapkan beberapa metode ajar sehingga paradigma pengajaran dapat dirubah menjadi paradigma pembelajaran sebagai tuntutan peraturan yang disampaikan pemerintah (Permendiknas No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses, Permendiknas No. 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Guru). Kelemahan-kelemahan yang terjadi selama proses pembelajaran yang dilakukan selama ini yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa tentu tidak sepenuhnya disebabkan oleh faktor luar seperti kesibukan guru, keadaan rumah tangga, lingkungan dan lain-lain. Kelemahan-kelemahan yang ada tentu banyak pula dipengaruhi oleh faktor dari dalam guru itu sendiri seperti kemauan menyiapkan bahan yang lebih baik, termasuk kemauan guru itu sendiri untuk menerapkan metode-metode ajar yang telah didapat di bangku kuliah. Selain itu guru juga kurang mampu untuk dapat mengembangkan keterampilan mengajar yang dapat menarik perhatian siswa dan merangsang siswa untuk belajar. Penggunaan model-model pembelajaran juga merupakan hal yang sangat penting dalam upaya memajukan suatu bidang tertentu. Model sangat berkaitan dengan teori. Model merupakan suatu analog konseptual yang digunakan untuk menyarankan bagaimana meneruskan penelitian empiris sebaiknya tentang suatu masalah. Jadi model merupakan suatu struktur konseptual yang telah berhasil dikembangkan dalam suatu bidang dan sekarang diterapkan, terutama untuk membimbing penelitian dan berpikir dalam bidang lain, biasanya dalam bidang yang belum begituberkembang (Mark dalam Dahar, 2009: 5). Cuplikan di atas menunjukkan betapa pentingnya model untuk diterapkan dalam mencapai suatu keberhasilan, begitu pula terhadap kegunaan model-model pembelajaran. Sebelum ada model, dikembangkan terlebih dahulu teori yang mendasari model tersebut, sehingga boleh dikatakan bahwa teori lebih luas daripada model. Model-model, baik model fisika, model-model komputer, model-model Tamarli* adalah Dosen Universitas Abulyatama Aceh Besar
239
matematika, semua mempunyai sifat “jika – maka”, dan model-model ini terkait sekali pada teori (Shelbeeker, dalam Dahar, 2009: 5). Menurut Sagala (2008:179), dalam proses pengajaran, tingginya kegiatan belajar siswa banyak dipengaruhi oleh model belajar yang digunakan guru. Kegagalan guru dalam menyampaikan materi ajar tidak selalu karena ia kurang menguasai bahan, tetapi karena ia tidak tahu bagaimana cara menyampaikan materi pelajaran tersebut dengan baik dan tepat sehingga siswa dapat belajar dengan suasana yang menyenangkan dan juga mengasikkan. Pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan kurikulum dan potensi siswa merupakan kemampuan dan keterampilan dasar yang harus dimilki oleh seorang guru (Nurhadi & Senduk, A. G. 2004). Hal ini didasari oleh asumsi bahwa ketepatan guru dalam memilih metode pembelajaran akan berpengaruh terhadap keberhasilan dan hasil belajar siswa (Jarolimek dalam Rusman, 2010). Berkaitan dengan pendapat tersebut diatas, maka salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar adalah model pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Azis Wahab (dalam Solihatin, 2007:1) yang menyatakan model pembelajaran yang digunakan guru akan berpengaruh terhadap kualitas proses belajar mengajar dan hasil belajar. Sehubungan dengan permasalahan yang ada dan berdasarkan teori yang dikemukakan di atas, maka upaya peningkatan kualitas proses dan hasil belajar PKn dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif STAD. Berbagai temuan penelitian terdahulu menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif membantu guru dan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Penelitian yang dilakukan oleh Lasmawan (1997) menemukan bahwa model pembelajaran kooperatif mempunyai efektivitas yang cukup tinggi dalam pembelajaran IPS dan dapat meningkatkan hasil belajar yang cukup tinggi dalam hubungannya dengan penguasaan materi, sikap, nilai moral dan ketrampilan sosial siswa. Untuk kepentingan pendekatan dalam penelitian ini, selanjutnya teori tersebut akan
Tamarli, Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
diaplikasikan dengan menggunakan berbagai sumber rujukan. Jadi, rumusan masalahnya yaitu : apakah ada perbedaan pengaruh model kooperatif STAD dan model konvensional terhadap aktivitas dan prestasi belajar siswa? Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka tujuan pokok penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Untuk mendeskrepsikan aktivitas dan prestasi belajar bersamasama antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran konvensional. 2. Untuk mengetahui perbedaan aktivitas belajar PKn antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran konvensional. 3. Untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar PKn antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran konvensional. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan eksperimen semu (quasi) dengan rancangan eksperimen preetest- posttest control group design. Karena populasi dalam penelitian ini adalah kelas atau rombel maka sampelnya diambil dari kelas yang dijadikan populasi secara acak yaitu kelas XI IPA3 dan XI IPS1 sebagai kelas eksperimen yang diberikan pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD, sedangkan kelas XI IPA4 dan XI IPS2 adalah kelas non eksperimen diberikan pembelajaran model konvensional ceramah (teacher centered). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu instrumen untuk pengukuran aktivitas belajar siswa digunakan instrumen observasi aktivitas belajar nonpartisipan terstruktur yang terdiri dari 9 item indicator, dan untuk pengukuran prestasi belajar PKn menggunakan tes prestasi belajar. Tes prestasi belajar PKn dikonstruksi dalam bentuk objektif sejumlah 40 butir soal dengan lima opsien. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis multivariat MANOVA. HASIL DAN PEMBAHASAN Pembahasan Hasil Penelitian Aktivitas Belajar dan Prestasi Belajar Bersama-Sama Tamarli* adalah Dosen Universitas Abulyatama Aceh Besar
240
Antara Siswa Yang Belajar Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Model Pembelajaran Konvensional. Hasil penelitian tentang aktifitas belajar siswa secara umum rata-rata skor aktifitas belajar diperoleh sebesar 19,5 dengan simpangan baku (standar deviasi) sebesar 4,54. Hasil ini menunjukkan bahwa kecenderungan aktifitas belajar siswa dapat dikategorikan sedang, yaitu berada pada rentangan 15-21. Hal ini berarti bahwa aktivitas belajar PKn siswa kelas XI SMA Abulyatama Aceh Besar adalah kategori sedang. Pada variabel prestasi belajar siswa secara umum rata-rata skor prestasi belajar diperoleh sebesar 21,6 dengan simpangan baku (standar deviasi) sebesar 10,23. Hasil ini menunjukkan bahwa kecenderungan prestasi belajar siswa dapat dikategorikan baik, yaitu berada pada rentangan 16,7 - 23,3. Hal ini berarti bahwa prestasi belajar PKn siswa kelas XI SMA Abulyatama Aceh Besar adalah kategori baik. Hasil dari perhitungan uji manova untuk pengujian hipotesis pertama diperoleh Fhitung = 3,613, Sig. 0,033, untuk taraf signifikansi 5%. Hal ini berarti sig < 0,05. Dengan demikian hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (H1) diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan aktivitas dan prestasi belajar secara bersama-sama antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran konvensional. Suasana pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif berlangsung secara dinamis dimana siswa bukan lagi sebagai obyek pembelajaran semata-mata melainkan bisa juga berperan sebagai tutor bagi siswa lainnya. Hal ini terjadi karena setiap anggota kelompok belajar memiliki dua tanggung jawab yang harus dia lakukan, yaitu mempelajari dan memahami materi serta membantu teman belajarnya untuk mampu memahami dan mengerti sebagaimana yang ada pada dirinya. Melalui pembelajaran model kooperatif diharapkan menghasilkan beberapa nilai lebih dalam hubungannya dengan pengembangan potensi diri siswa dan antisipasi positif dalam upaya pembentukan warga negara yang baik, yaitu ; (1) meningkatkan rasa tanggung jawab individu, (2) menumbuhkan ketergantungan yang bersifat positif, (3) memungkinkan terbinanya
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Juli 2016 Volume 26 Nomor 1
hubungan yang bersifat terbuka, (4) memungkinkan pengembangan keterampilanketerampilan sosial secara optimal, dan (5) melatih siswa untuk hidup bermasyarakat. Aktivitas belajar siswa sangat dibutuhkan pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam upaya peningkatan penguasaan materi yang diajarkan dalam Pendidikan Kewarganegaraan. Prestasi belajar merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan proses pembelajaran. Prestasi belajar juga merupakan indicator tercapai tidaknya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Oleh karena itu prestasi belajar menjadi bagian tidak terpisahkan dari proses pembelajaran. Aktivitas dan prestasi belajar siswa pada pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti : interaksi yang terjadi di dalam kelas, model pembelajaran dan media yang digunakan guru, sarana dan prasarana yang tersedia, kemampuan siswa, dan sebagainya. Ini berarti model pembelajaran dapat mempengaruhi aktivitas dan Prestasi belajar siswa pada pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi ajar dan sistuasi kelas kemungkinkan dapat menumbuhkan aktivitas belajar siswa dan akhirnya akan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Oleh karena itu guru harus berusaha agar aktivitas dan prestasi belajar siswa meningkat, untuk itu guru semestinya menerapkan berbagai model pembelajaran dalam mengajar. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu inovasi pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif dapat menciptakan saling ketergantungan antar siswa, sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar tetapi juga sesama siswa. Model pembelajaran ini memiliki beberapa kelebihan, antara lain : pertama, mengajarkan siswa menjadi percaya pada guru dan lebih percaya lagi pada kemampuan sendiri untuk berpikir, mencari informasi dari sumber lain dan belajar dari siswa lain. Kedua, mendorong siswa untuk mengungkapkan idenya secara verbal dan membandingkan dengan ide temannya. Ketiga, membantu siswa belajar menghormati siswa yang pintar dan siswa yang lemah serta menerima perbedaan Tamarli* adalah Dosen Universitas Abulyatama Aceh Besar
241
ini. Keempat, sangat efektif bagi siswa untuk mencapai hasil akademik dan sosial, meningkatkan prestasi, percaya diri dan hubungan interpersonal positif antara satu siswa dengan yang lain serta sikap positif terhadap sekolah. Model pembelajaran konvensional dalam proses pembelajarannya cenderung berpusat pada guru. Pada saat merancang dan mengimplementasikan program pembelajaran, guru tidak memperhatikan prior knowledge yang dimiliki siswa. Proses pembelajaran berlangsung satu arah, peran guru tidak lagi sebagai fasilitator dan mediator, melainkan guru memegang otoritas pembelajaran. Hasil penelitian ini didukung teori yang diungkapkan oleh Slavin (2008;143) yang menyatakan bahwa STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhan dan merupakan model yang paling baik dan mudah diadaptasi pada berbagai ilmu pengetahuan. Berdasarkan uraian diatas, tampaknya hasil penelitian yang diperoleh telah sesuai dengan teori yang ada dan didukung oleh beberapa penelitian sebelumnya. Dengan demikian hasil penelitian yang di peroleh melengkapi penemuan bahwa pembelajaran kooperatif STAD lebih efektif dalam meningkatkan aktifitas belajar dan prestasi belajar siswa daripada pembelajaran konvensional. Pembahasan Hasil Penelitian Aktivitas Belajar PKn Antara Siswa Yang Belajar Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dan Model Pembelajaran Konvensional. Secara umum rata-rata skor aktifitas belajar kelompok STAD kooperatif diperoleh sebesar 20,8 dengan simpangan baku (standar deviasi) sebesar 4,05. Hasil ini menunjukkan bahwa kecenderungan aktifitas belajar siswa kelompok STAD Kooperatif dapat dikategorikan sedang, yaitu berada pada rentangan 15-21. Nilai rata-rata skor aktifitas belajar kelompok konvensional diperoleh sebesar 18,14 dengan simpangan baku (standar deviasi) sebesar 4,65. Hasil ini menunjukkan bahwa kecenderungan aktifitas belajar siswa kelompok control dapat dikategorikan sedang, yaitu berada pada rentangan 15-21.
Tamarli, Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Hasil dari perhitungan uji t untuk pengujian hipotesis kedua di peroleh thitung = 2,583 Sig. 0,012, dengan taraf signifikansi 5%. Dengan demikian hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (H1) diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapatperbedaan aktivitas belajar PKn antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran konvensional. Berdasarkan hasil uji emperis ditemukan adanya perbedaan aktivitas belajar PKn antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran konvensional. Hal ini disebabkan karena dalam pembelajaran kooperatif memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur, sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdependensi efektif diantara anggota kelompok. Aktivitas belajar siswa pada pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti : interaksi yang terjadi di dalam kelas, model pembelajaran dan media yang digunakan guru, sarana dan prasarana yang tersedia, kemampuan siswa, dan sebagainya. Ini berarti model pembelajaran dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa pada pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi ajar dan sistuasi kelas memungkinkan dapat menumbuhkan aktivitas belajar siswa. Diketahui bahwa antara pembelajaran kooperatif STAD dan pembelajaran konvensional dalam pembelajaran menunjukkan penekanan esensi yang berbeda. Pada pembelajaran kooperatif STAD, aktivitas pembelajaran cenderung berpusat pada siswa, siswa dituntut untuk aktif berinisiatif dan berpartisipasi dalam keseluruhan proses pembelajaran, sedangkan guru diharapkan untuk lebih berfungsi sebagai fasilitator, motivator dan coordinator kegiatan pembelajaran. Sebaiknya pada pembelajaran dengan pembelajaran konvensional, aktivitas pembelajaran cenderung berpusat pada guru, guru merupakan inisiator dan pemegang kendali dalam seluruh aktivitas pembelajaran,
Tamarli* adalah Dosen Universitas Abulyatama Aceh Besar
242
siswa tinggal mengikuti apa yang telah dirancang dan diprogramkan oleh guru. Walau beberapa unsur ataukomponen yang digunakan dalam kedua pembelajaran tersebut tidak berbeda, tetapi masing-masing mempunyai peran dan kedudukan yang berbeda. Misalnya dalam hal metode yang memungkinkan siswa aktif dalam proses pembelajaran, sementara pada pembelajaran konvensional lebih banyak digunakan metode yang memungkinkan guru untuk dapat menyampaikan sejumlah materi pembelajaran secara cepat dan mudah, seperti ceramah, demontrasi, Tanya jawab, dan sedikit diskusi, serta penugasan. Demikian juga dalam penggunaan media pembelajaran, pada pembelajaran kooperatif STAD media merupakan sumber belajar yang kehadirannya diperlukan untuk mempercepat pencapaian tujuan pembelajaran. Sementara pada pembelajaran konvensional media lebih banyak merupakan alat bantu mengejar bagi guru yang kehadirannya tidak terlalu mutlak, artinya dalam hal tertentu fungsi dan perannya dapat diambil alih sekaligus oleh guru. Perbedaan esensial kedua model pembelajaran tersebut, menuntut kehatihatian dalam menerapkannya karena banyak faktor yang perlu dipertimbangkan. Faktor tersebut, salah satunya adalah motivasi belajar siswa. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Sardiman (2006) yang mengatakan bahwa motivasi memiliki fungsi, yakni: (1) mendorong manusia untuk berbuat,(2) menentukan arah perbuatan kea rah tujuan yang hendak dicapai, dan (3) menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatanperbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Penggunaan kooperatif STAD dalam pelaksanaan pembelajaran akan menginterprestasikan beberapa nilai lebih, dalam hubungannya dengan pengembangan potensi diri siswa dalam belajar PKn. Bercermin dari hasil penelitian ini, maka penggunaan pembelajaran kooperatif STAD dapat dipertimbangkan untuk diimplementasikan dalam proses pembelajaran di kelas terutama dalam meningkatkan prestasi belajar PKn. Penggunaan kooperatif STAD dalam pelaksanaan pembelajaran akan menginterprestasikan beberapa nilai lebih, dalam hubungannya dengan pengembangan
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Juli 2016 Volume 26 Nomor 1
potensi diri siswa dalam belajar PKn. Bercermin dari hasil penelitian ini, maka penggunaan pembelajaran kooperatif STAD dapat dipertimbangkan untuk diimplementasikan dalam proses pembelajaran di kelas terutama dalam meningkatkan aktifitas belajar PKn. Pembahasan Hasil Penelitian Prestasi Belajar PKn Antara Siswa Yang Belajar Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dan Model Pembelajaran Konvensional Hasil penelitian menunjukkan nilai ratarata skor variabel prestasi belajar siswa kelompok STAD kooperatif diperoleh sebesar 24,6, dengan simpangan baku (standar deviasi) sebesar 10,16. Hasil ini menunjukkan bahwa kecenderungan prestasi belajar siswa kelompok STAD kooperatif dapat dikategorikan baik, yaitu berada pada rentangan 23,3 - 30 dari skor ideal. Secara umum rata-rata skor variabel prestasi belajar siswa kelompok konvensionanl diperoleh sebesar 18,6, dengan simpangan baku (standar deviasi) sebesar 9,5. Hasil ini menunjukkan bahwa kecenderungan prestasi belajar siswa kelompok konvensional dapat dikategorikan cukup baik, yaitu berada pada rentangan 16,7 - 23,3 dari skor ideal. Hasil dari perhitungan uji t untuk pengujian hipotesis ketiga diperoleh thitung = 2,483, Sig. 0,016, dengan taraf signifikansi 5%. H. Dengan demikian hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (H1) diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar PKn antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran konvensional. Sebagai salah satu cirri pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah menggunakan sistem pengelompokan atau/ tim kecil yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh (reward), jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan, dengan demikian, setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya akan Tamarli* adalah Dosen Universitas Abulyatama Aceh Besar
243
memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan ketrampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok. Setiap individu akan saling membantu, mereka akan mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok, sehingga setiap individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi demi keberhasilan kelompok. Lain halnya dengan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran konvensional, lebih menekankan pada fungsi guru sebagai pemberi informasi. Siswa hanya pasif mendengarkan penjelasan guru tampa dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran. Guru menjelaskan dari konsep, definisi, pengertian sampai pada contoh-contoh . Siswa baru terlibat jika soal yang diberikan oleh guru dan lebih bersifat teks book. Kreativitas siswa kurang berkembang, sehingga akan berakibat pada kurang maksimalnya hasil belajar siswa. Siswa dituntun dari awal sampai akhir pembelajaran. Penggunaan kooperatif STAD dalam pelaksanaan pembelajaran akan menginterprestasikan beberapa nilai lebih, dalam hubungannya dengan pengembangan potensi diri siswa dalam belajar PKn. Bercermin dari hasil penelitian ini, maka penggunaan pembelajaran kooperatif STAD dapat dipertimbangkan untuk diimplementasikan dalam proses pembelajaran di kelas terutama dalam meningkatkan prestasi belajar PKn. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Terdapat perbedaan aktivitas dan prestasi belajar secara bersama-sama antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajarankonvensional. 2. Terdapat perbedaan aktivitas belajar PKn antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran konvensional. 3. Terdapat perbedaan prestasi belajar PKn antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran konvensional.
Tamarli, Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Beberapa saran yang dikemukakan terkait dengan hasil penelitian dan simpulan di atas, yaitu sebagai berikut: 1. Kepada Guru Disarankan kepada guru khususnya guru yang membidangi mata pelajaran PKn untuk dapat mengembangkan pembelajaran kooperatif STAD untuk lebih meningkatkan kemampuan belajar siswa sehingga diharapkan prestasi belajar juga meningkat. Disamping itu, disarankan kepada guru untuk senantiasa dapat menumbuhkan dan mengembangkan upaya motivasi belajar yang dimiliki oleh masingmasing siswa sebagai dasar dalam pemilihan pembelajaran yang tepat. 2. Kepada Kepala Sekolah Kepala sekolah sebaiknya memberikan peluang dan dorongan kepada guru-guru untuk melakukan kegiatan kreatif dan inovatif dalam kegiatan pembelajaran di Sekolah. Sekolah harus mau melengkapi buku-buku sebagai sumber bacaan bagi siswa. 3. Kepada Siswa Siswa hendaknya disiplin mengikuti pembelajaran dengan kooperatif STAD dalam belajar PKn, sehingga tidak menimbulkan anggapan sulit dan tidak kebingungan ketika memulainya, yang semuanya itu dapat diatasi dengan kerja keras, latihan, bahkan pada akhir eksperimen guru menyatakan mereka sangat terbantu dan siswapun Nampak semakin antusias dalam mengikuti pembelajaran untuk mendapatkan hasil pendidikan yang seoptimal mungkin. Disamping itu, siswa merasa terbimbing. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Campbell, D. T. & Stanley, J. C. 1996. Experimental and quasiexperimental designs for Research. Chicago: Rand Menally Company. Dahar, R. W.2009. Teori-teori belajar. Jakarta: Erlangga Joni.T.R. 1980. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: P3G Koyan, I W. 2002. Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif dan Penalaran Verbal terhadap Hasil Belajar Pendidikan Pancasila danKewarganegaraan (PPKn) Studi Eksperimen Pada Siswa SMU Negeri
Tamarli* adalah Dosen Universitas Abulyatama Aceh Besar
244
di Singaraja. Singaraja: IKIP Negeri Singaraja. Kunandar. 2007. Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan menghadapi Sertifikasi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Lasmawan,W. 1997. Pengembangan Model Cooperative Learning dalam Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar (Studi Pembelajaran Pada Siswa Kelas V SD di Kota Propinsi Bali). Tesis. Bandung: IKIP Negeri Bandung. ________. 2003. Pengembangan Model Jurisprudensi Sosial dalam Pembelajaran PKn di SMU Negeri 1 (Laporan Penelitian). Singaraja:Lemlit STKIP Negeri Singaraja. Nurhadi & Senduk, A. G. 2004. Pembelajaran kontekstual dan penerapannya dalamKBK. Malang: Universitas Negeri Malang (UMPRESS). Rusman. 2010. Model-model pembelajaran. Bandung: Mulia Mandiri Pers. Sagala, S. (2009). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta. Santiyasa, I W. 2011, Pembelajaran Inovatif. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Sanjaya, W. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana. Sardiman. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada Slavin, R.E. 2008 Cooperative Learning. Bandung : Nusa Media. Soedijarto. 1993. Menuju Pendidikan Nasional yang Relevan dan Bermutu. Jakarta : Balai Pustaka Solihatin, E. 2007. Cooperative Learning : Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta : Bumi Aksara. Stahl, R J. 1994. Cooperative Learning in social Studies:Hand Book for teacher. USA: Kane Publishing Service, inc. Standar Nasional PKn. 2000. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan untuk Pendidikan Dasar dan Menengah (Buram-2). Jakarta: Depdiknas.
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Juli 2016 Volume 26 Nomor 1
Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Sutrisno, H. 2008. Statistik 3. Yogyakarta: Andi Offset.
Tamarli* adalah Dosen Universitas Abulyatama Aceh Besar
245
Trianto, 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka.. Wina Sanjaya 2011. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta, Kencana Premedia Group.
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Juli 2016 Volume 26 Nomor 1
246
PENINGKATAN HASIL BELAJAR KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INGGRIS SISWA KELAS VIII-8 SMP N 6 BANDA ACEH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2015-2016
Oleh Tirabidah*
Abstract The main aims of this research are to improve the students’ achievement, participation, motivation in English speaking skill, and also to improve the teacher’s competence in teaching learning proses for classroom menegement. The teaching model used in this research was Time Token teaching learning model. This action research was implemented in two cycles. Each cycle consisted of three meetings. The instruments used to gain the data are oral and written speaking skill test, observation, and questionnaire. The tests are used to see the students’English skill achievement in each teaching learning process, the observation is used to observe the teaching learning process, and the questionnaire is used to see the students’ responses toward teaching learning process through time token teaching learning model.The subjects of the reaserch are the students of class VIII-8. From data analysis showed the results that the students’ achievement improved from the first cycle 57% up to 80% in the second cycle. The students’ participation also improved from 50% in the first cycle up to 90% in the second cycle. The students’ motivation also improved from 62% in the first cycle up to 80% in the second cycle. Similarly, the teacher’s competence in teaching learning proses improved from 73% in the first cycle up to 88% in the second cycle.Based on the data above, it can be concluded that time token model can improve the students’ achievement, motivation, and participation in speaking English. Moreover, this model also can improve the teacher’s competence in teaching learning proses. And it is recomended that the teachers apply time token teaching learning model in teaching learning process. Key Words: Achievement, Speaking, Time Token.
PENDAHULUAN Bahasa Inggris mempunyai karakteristik yang berbeda dengan eksakta atau ilmu sosial, yang terletak pada fungsi bahasa sebagai alat komunikasi. Hal ini mengidentifikasikan bahwa belajar bahasa Inggris bukan hanya belajar kosa kata dan tata bahasa dalam arti pengetahuan, tetapi harus berupaya mengaplikasikan dan menggunakan dalam kegiatan sehari-hari sebagai alat komunikasi (Hansen: 1984). Dalam kehidupan sehari-hari, biasanya orang menilai kemampuan bahasa Inggris seseorang dari kemampuan bicara. Seseorang yang secara lancar dapat menyampaikan ide/gagasan dalam bahasa inggris maka dikatakan mahir dalam berbahasa inggris (Ersoz, Aydan : 2000).
SMP Negeri 6 Banda Aceh merupakan salah satu sekolah Eks RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) yang dicanangkan pada tahun 2007. Sebagai RSBI, siswa-siswa di sekolah ini terbiasa berbicara dengan menggunakan bahasa inggris di lingkungan sekolah. Sehingga terjadi peningkatan kemampuan berbicara bahasa Inggris yang signifikan. Pada tahun 2013, pemerintah menghapuskan RSBI. Sehingga guru mata pelajaran selain bahasa inggris tidak wajib lagi mengajar dengan menggunakan bahasa inggris. Hal ini ternyata juga berpengaruh pada motivasi siswa menggunakan bahasa inggris di lingkungan sekolah. Akibatnya, kemampuan siswa dalam berbicara bahasa Inggris terjadi penurunan dari sebelumnya. Hal ini diperkuat oleh hasil observasi yang peneliti lakukan bulan Juli 2015 pertama
Tirabidah* adalah Dosen Universitas Abulyatama Aceh Besar
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Juli 2016 Volume 26 Nomor 1
masuk sekolah untuk tahun pelajaran 20152016 di kelas VIII-8, peneliti lakukan di kelas VIII-8 karena sesuai dengan sk pembagian tugas guru dan jadwal pembelajaran SMP Negeri 6 Banda Aceh tahun pelajaran 20152016 yaitu peneliti ditugaskan untuk mengajar di kelas VIII-8. Berdasarkan pengalaman dan juga prediksi peneliti pada saat melakukan PBM dibeberapa kali pertemuan awal. Nilai KKM 85 atau B+ Dari 30 siswa, hanya 3 orang siswa ( 10 %) siswa yang lulus KKM atau yang memperoleh nilai 85. Sedangkan 27 orang siswa (90 %) siswa memperoleh nilai dibawah KKM tersebut. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa partisipasi siswa dalam berbicara menggunakan bahasa Inggris di kelas sangat rendah. Hal ini dikarenakan para siswa sudah jarang menggunakan bahasa Inggris di luar kelas. Disamping itu, siswa berkemampuan tinggi lebih mendominasi dalam berbicara menggunakan bahasa Inggris di kelas. Akibatnya, siswa yang berkemampuan kurang dan sedang lebih banyak diam daripada berbicara. Faktor ini mempengaruhi hasil belajar mereka, karena semakin banyak diam maka semakin banyak kosakata yang terlupakan. Untuk mengatasi permasalahan di atas, diperlukan suatu metode pembelajaran yang melibatkan peran aktif siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar, sehingga dapat meningkatkan motivasi, prestasi belajar peserta didik serta memberi kesempatan yang sama untuk berbicara. Maka, peneliti menarik untuk melakukan penelitian dalam bentuk PTK dengan mengimplementasikan model pembelajaran time token. Suprijono (2008:29) menjelaskan bahwa time token adalah model pembelajaran kooperatif yang digunakan untuk mengembangkan keterampilan partisipasi peserta didik. Dalam hal ini time token membantu pendistribusian partisipasi yang tidak merata pada peserta didik. Selain itu, time token juga merupakan salah satu contoh kecil dari penerapan pembelajaran yang demokratis di sekolah. Proses pembelajaran yang demokratis adalah proses belajar yang menempatkan siswa sebagai subyek. Model ini digunakan untuk melatih dan mengembangkan ketrampilan komunikasi dan sosial antar siswa. Guru memberikan kupon
247
berbicara/tiket belajar pada setiap siswa dengan waktu yang sudah ditentukan. Sebelum berbicara siswa menyerahkan satu kupon untuk setiap kali berbicara. Siswa dapat tampil kembali setelah bergiliran dengan siswa lain. Siswa yang tiket belajarnya habis tidak boleh berbicara lagi, dan siswa yang masih mempunyai tiket belajar harus berbicara sampai tiket belajarnya habis (Arends: 1998). Berdasarkan dari uraian dan referensi diatas, peneliti berharap siswa akan termotivasi untuk berparsitipasi aktif dan memiliki kesempatan yang sama dalam berbicara yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar mereka. Berbicara menggunakan bahasa Inggris bukan lagi menjadi beban keharusan bagi siswa, tetapi keinginan tersebut muncul dengan sendirinya. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meningkatkan hasil belajar keterampilan berbicara bahasa Inggris siswa kelas VIII-8 SMP Negeri 6 Banda Aceh melalui perbaikan model pembelajaran yaitu degan menggunakan model pembelajaran time token. Melalui model pembelajaran time token diharapkan masalah siswa pada keterampilan berbicara dalam pembelajaran bahasa Inggris dapat teratasi. Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah pada pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Inggris siswa yaitu: 1. Siswa mendapat kesulitan dalam pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Inggris. 2. Siswa mendapat kesulitan dalam memilih kesempatan berbicara dalam pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Inggris. 3. Siswa mendapat kesulitan mengidentifikasi struktur teks dalam belajar keterampilan berbicara bahasa Inggris. 4. Siswa mendapat kesulitan mengidentifikasi unsur kebahasaan dalam belajar keterampilan berbicara bahasa Inggris. 5. Siswa mendapat kesulitan mengidentifikasi pemilhan kata yang tepat (vocabulary) dalam belajar keterampilan berbicara bahasa Inggris. 6. Ada kendala yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa pada keterampilan berbicara bahasa Inggris.
Tirabidah* adalah Dosen Universitas Abulyatama Aceh Besar
Tirabidah, Peningkatan Hasil Belajar Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris
7.
Guru masih kurang menguasai materi, manajemen kelas, pemilihan media pembelajaran, pendekatan, metode, teknik, model pembelajaran, penilaian pembelajaran. 8. Guru belum mengimplementasikan model pembelajaran time token. Masalah yang dihadapi oleh siswa kelas VIII-8 SMP Negeri 6 Banda Aceh pada keterampilan berbicara yaitu rendahnya hasil belajar dalam berbicara bahasa Inggris akan ditindaklanjuti melalui implementasi model pembelajaran time token. Berdasarkan masalah diatas, rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut: 1. Apakah melalui model pembelajaran time token dapat meningkatkan hasil belajar keterampilan berbicara bahasa Inggris siswa kelas VIII-8 SMP Negeri 6 Banda Aceh? 2. Apakah melalui model pembelajaran time token dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas VIII-8 SMP Negeri 6 Banda Aceh pada keterampilan berbicara bahasa Inggris? 3. Apakah melalui model pembelajaran time token dapat meningkatkan kemampuan manajemen kelas guru dalam proses pembelajaran bahasa Inggris pada keterampilan berbicara siswa kelas VIII-8 SMP Negeri 6 Banda Aceh?
1.
2.
3.
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini untuk: Peningkatan hasil belajar keterampilan berbicara bahasa Inggris siswa kelas VIII8 SMP Negeri 6 Banda Aceh melalui model pembelajaran time token. Peningkatan keaktifan belajar siswa kelas VIII-8 SMP Negeri 6 Banda Aceh pada keterampilan berbicara melalui model pembelajaran time token. Peningkatan kemampuan manajemen kelas guru dalam proses pembelajaran bahasa Inggris pada keterampilan berbicara siswa kelas VIII-8 SMP Negeri 6 Banda Aceh melalui model pembelajaran time token.
METODE PENELITIAN Penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada semester ganjil (1) tahun pelajaran 2015/2016 di kelas VIII-8 SMP Negeri 6 Banda Aceh, Jalan Tgk Lam U No. 1,
248
Kampung Kota Baru, Kecamatan Kuta Alam. Nilai siswa kelas VIII-8 pada mata pelajaran bahasa Inggris belum mencapai nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) seperti yang sudah ditetapkan. Hasil belajar siswa pada keterampilan berbicara masih rendah Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama 3 bulan yaitu dari bulan Oktober s.d Desember 2015 semester ganjil (1) tahun pelajaran 2015-2016. Dilakukan pada waktu tersebut karena peneliti mendapat tugas mengajar di kelas VIIII-8 pada pembagian tugas sesuai surat keputusan kepala sekolah dan juga pengalaman belajar mengajar pembelajaran bahasa Inggris pada semester sebelumnya menjadi dasar refkeksi awal dimana siswa baru naik kelas VIII semester ganjil (1) tahun pelajaran 2015-2016 , pada kenyataan bahwa untuk mencapai nilai sebatas KKM yang sudah ditentukan sekolah untuk siswa VIII-8 sangatlah sukar, yaitu dengan mengadakan remedial berulang-ulang kali walaupun pada akhirnya tercapai juga, tetapi menghabiskan waktu, tenaga, pikiran guru dan siswa yang tidak sesuai dengan perhitungan diawal semester. Berdasarkan pengalaman ini banyak ketidakpuasan dan kekecewaan, penangalaman pembelajaran yang penulis rasakan.Sehingga terjadilah suatu renungan atas kesalahan kesalahan yang peneliti lakukan pada tahun, semester sebelumnya supaya diperbaiki pada semester ganjil tahun pelajaran baru ini yaitu tahun pelajaran 2015-2016 Subjek dari penelitian ini yaitu siswasiswi kelas VIII-8 semester ganjil (1) tahun pelajaran 2015-2016 SMP Negeri 6 Banda Aceh dengan jumlah siswa dalam kelas penelitian sebanyak 30 orang siswa terdiri dari 10 orang siswa laki-laki dan 20 orang siswa perempuan. Data yang diperoleh berasal dari siswa kelas VIII-8 smp Negeri 6 Banda Aceh dan guru/teman sejawat yang merupakan guru kolaborasi dalam melaksanakan penelitian ini. Dalam penelitian ini pengumpulan data yang dilakukan dengan cara tes, observasi, dan kuesioner penilaian diri siswa. Tes digunanakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada keterampilan berbicara dalam bahasa Inggris dilakukan tes pada setiap proses pembelajaran dengan menggunakan instrumen penilaian tes berbicara dengan teknik penilaian li Observasi yang dilakukan oleh guru
Tirabidah* adalah Dosen Universitas Abulyatama Aceh Besar
249
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Juli 2016 Volume 26 Nomor 1
kolaborasi sebagai observer dengan menggunakan instrumen lembar observasi yaitu untuk melihat kegiatan siswa dalam pembelajaran diantaranya keaktifan siswa mengajukan pertanyaan kepada guru/teman dengan menggunakan kupon berbicara, berdiskusi dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas yang diberikan, menyampaikan ide atau gagasan terhadap penyelesaian masalah dalam kelompok, mempresentarikan hasil diskusi dengan menggunakan kupon berbicara, menanggapi pertanyaan yang diberikan oleh guru dengan menggunakan kupon berbicara, memberi tanggapan terhadap pendapat temannya dengan menggunakan kupon berbicara, termotivasi untuk berbicara dengan menggunakan kupon berbicara sebaik mungkin, membuat kesimpulan dari materi yang baru dipelajari, guru kolaborasi sebagai observer juga mengamati kegiatan guru dalam proses pembelajaran untuk melihat kemampuan menejemen kelas guru dalam pembelajaran melalui model pembelajaran time token dan direkam pada lembaran instrumen.lisan dan tulisan, dan kuesioner atau lembar penilaian diri siswa untuk melihat tanggapan siswa terhadap model pembelajaran time token dan mengetahui peningkatan motivasi siswa dalam berbicara bahasa Inggris dengan menggunakan model pembelajaran time token, peneliti meminta siswa untuk mengisi angket atau kuesioner atau lembar penilaian diri siswa selama pembelajaran diantaranya mengajukan pertanyaan kepada guru/teman dengan menggunakan kupon
berbicara, aktif dalam diskusi kelompok, mempresentasikan hasil diskusi dengan menggunakan kupon berbicara, menaggapi pertanyaan yang diberikan oleh guru dengan menggunakan kupon berbicara, memberikan tanggapan terhadap pendapat temannya dengan menggunakan kupon berbicara, senang belajar bahasa Inggris serta termotivasi untuk berbicara dengan menggunakan model time token (kartu berbicara). Penelitian ini adalah Penelitan Tindakan Kelas (PTK) dan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas yang disusun John Elliot yang terdiri dari 2 (dua) siklus penelitian. Setiap siklus terdiri dari 4 (empat) tahapan yaitu: a. Perencanaan Tindakan b. Pelaksanaan Tindakan c. Observasi d. Refleksi HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil belajar siswa secara persentase untuk kompetensi berbicara pada kedua siklus terjadi peningkatan. Pada siklus I, hasil belajar siswa adalah 17 (57%) siswa lulus KKM, kemudian meningkat pada siklus II menjadi 24 (80%) siswa yang lulus KKM. Terjadi peningkatan sebesar 23% dari siklus 1 ke siklus II. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengaplikasian model pembelajarn time token memberikan dampak positif bagi kemampuan siswa dalam berbicara. Untuk lebih jelas peningkatan hasil belajar siswa pada keterampilan berbicara bahasa Inggris melalui model pembelajaran tme token dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 01 : Data Nilai Hasil Belajar Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris siswa melalui model pembelajaran time token antar siklus S i k l u s
Jlh Siswa Perolehan Hasil Belajar KKM (85) Nilai 85 keatas
Ketuntasan (%) Nilai Rata-rata
Nilai 85 kebawah
Tuntas
Tidak Tuntas
P1
P2
P3
P1
P2
P3
P1
P2
P3
P1
P2
P3
P1
P2
P3
1
14
16
17
15
14
9
48
53
57
52
47
43
62,8 5
69,8
78,8 5
2
20
22
24
10
8
6
67
73
80
33
27
20
70,6 8
78,2
87,5
Tirabidah* adalah Dosen Universitas Abulyatama Aceh Besar
250
Tirabidah, Peningkatan Hasil Belajar Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris
Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada diagram berikut ini: /$! -$! ,$! *$! )$!
039;37<28 %
($!
039;37<28 & 039;37<28 '
'$! &$! %$! $! 1456<: %
1456<: &
Grafik 01: Peningkatan Hasil Belajar Siswa Antar Siklus Dari diagram tersebut, jelas terlihat peningkatan kemampuan berbicara siswa dari siklus 1 ke siklus 2 hingga mencapai 80%. Peningkatan ini telah memenuhi indikator kinerja yang diharapkan. Maka dapat disimpulkan bahwa, kemampuan berbicara siswa dapat meningkat dengan menerapkan model pembelajaran time token. Hasil observasi yang dilakukan terhadap aktivitas siswa pada siklus I adalah tercatat 50% siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Angka persentase tersebut menunjukkan bahwa masih ada siswa yang tidak aktif dalam pembelajaran. Oleh karena itu, diadakanlah penelitian siklus II yang mendapatkan hasil yang lebih baik. Pada siklus II tercatat bahwa 90% siswa aktif dalam pembelajaran. Hal tersebut membuktikan adanya peningkatan keaktifan siswa dari siklus I ke siklus II. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 02 : Data Keaktifan Siswa pada Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris melalui Model Pembelajaran Time Token Antar Siklus Siklus 1 Siklus 2 As pek Yg Di amati
P1
P2
P3
Jlh Siswa Aktif
%
Jlh Siswa Aktif
1
27
90
30
100
26
87
2
0
0
2
7
3
3
20
60
22
73
4
0
0
14
47
%
Jlh Siswa Aktif
P1
P3
%
Jlh Siswa Aktif
%
Jlh Siswa Aktif
30
100
30
100
27
10
26
87
27
90
27
90
26
87
28
93
30
100
27
90
18
60
19
63
20
67
27
90
%
Tirabidah* adalah Dosen Universitas Abulyatama Aceh Besar
Jlh Siswa Aktif
P2
% 90
251
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Juli 2016 Volume 26 Nomor 1
5
0
0
4
13
26
87
25
83
25
83
27
90
6
0
0
6
20
8
27
19
63
20
67
27
90
7
0
0
0
0
1
3
20
67
24
80
27
90
8
0
0
10
33
11
37
18
60
25
83
27
90
Ratarata (%)
20
37
50
77
84
90
Data aktivitas siswa antar siklus untuk lebih jelas juga dapat dilihat dalam diagram berikut: %$$! /$! -$! ,$! *$! 039;37<28 % )$!
039;37<28 &
($!
039;37<28 '
'$! &$! %$! $! 1456<: %
1456<: &
Grafik 02: Peningkatan Aktifitas Siswa Antas Siklus Dari diagram tersebut, jelas terlihat bahwa telah ada peningkatan aktifitas siswa dari siklus 1 ke siklus 2. Peningkatan tersebut telah mencapai indikator kinerja yang diharapkan yaitu 80%. Maka dapat disimpulkan bahwa, aktifitas siswa selama pembelajaran dapat ditingkatkan dengan menggunakan model pembelajaran time token. Persentase kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran antar
siklus juga mengalami peningkatan. Kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran pada siklus I adalah 73%, sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 88%. Peningkatan tersebut terjadi karena perbaikan tindakan yang dilakukan pada siklus II. Data kemampuan pengelolaan kelas guru pada saat melaksanaan PBM antar siklus dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tirabidah* adalah Dosen Universitas Abulyatama Aceh Besar
Tirabidah, Peningkatan Hasil Belajar Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris
252
Tabel 03: Data Kemampuan pengelolaan Kelas Guru pada Proses Pembelajaran Melalui Model Pembelajaran Time Token Antar Siklus Siklus 1 Siklus 2 Aspek P1 P2 P3 P1 P2 P3 Yang diamati Skor Skor Skor Skor Skor Skor 1
2
3
3
3
3
3
2
1
2
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
4
3
3
3
4
4
4
5
2
3
3
4
4
4
6
1
1
2
3
3
3
7
3
3
3
4
4
4
8
1
1
3
3
4
4
9
0
2
3
3
3
4
10
0
3
3
3
3
Jumlah
15
21
29
33
34
35
Persentase
38%
53%
73%
83%
85%
88%
0
Data kemampuan pengelolaan kelas guru pada saat melaksanaan PBM melalui model
pembelajaran time toke antar siklus juga dapat dilihat pada diagrm di bawah ini:
%$$! /$! -$! ,$! *$! 039;37<28 % )$!
039;37<28 &
($!
039;37<28 '
'$! &$! %$! $! 1456<: %
1456<: &
Grafik 03: Peningkatan Kemampuan Guru dalam Melaksanakan PBM Antar Siklus
Tirabidah* adalah Dosen Universitas Abulyatama Aceh Besar
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Juli 2016 Volume 26 Nomor 1
Dari diagram tersebut diatas, dapat dilihat bahwa telah terjadi peningkatan yang signifikan pada kemampuan guru dalam melaksanakan PBM dari siklus 1 ke siklus 2. Peningkatan ini telah memenuhi indikator kinerja yang diharapkan yaitu 80%. Maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
253
time token dapat meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar khususnya untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa. Data persentase peningkatan hasil penilaian diri/motivasi siswa dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 04: Data Persentase Hasil Penilaian Diri/Motivasi Siswa pada Proses Pembelajaran Berbicara Bahasa Inggris Melalui Pembelajaran Time Token Antar Siklus S Ketuntasan I K Tuntas Tidak tuntas L U P1 P2 P3 P1 P2 P3 S 1
47 %
60 %
62 %
53 %
40 %
38 %
2
67 %
77 %
80 %
33 %
23 %
20 %
Berdasarkan data dari tabel dapat dilihat bahwa melalui model pembelajaran time token motivasi siswa dalam berbicara juga mengalami peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2. Hal ini diperoleh dari hasil analisis lembar penilaian diri siswa yang diberikan guru pada tiap pertemuan. Persentase peningkatan
motivasi siswa pada pertemuan terakhir siklus 1 adalah 62%. Karena belum mencapai indikator kinerja, maka peneliti melakukan tindakan siklus 2. Pada siklus 2 ini, motivasi siswa mengalami peningkatan menjadi 80% pada pertemuan terakhir.
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada diagram berikut ini: /$! -$! ,$! *$! )$!
039;37<28 %
($!
039;37<28 &
'$!
039;37<28 '
&$! %$! $! 1456<: % Grafik 04:
1456<: &
Data Hasil Penilaian Diri/Motivasi Siswa Melalui Model Pembelajaran Time Token dalam Berbicara Bahasa Inggris Antar Siklus
Tirabidah* adalah Dosen Universitas Abulyatama Aceh Besar
Tirabidah, Peningkatan Hasil Belajar Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris
Dari diagram tersebut diatas, dapat dilihat bahwa telah terjadi peningkatan motivasi siswa dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 18%. Oleh karena itu, dapat diartikan bahwa telah terjadi peningkatan motivasi siswa dalam berbicara dengan menggunakan model pembelajaran time token. Berdasarkan keseluruhan tindakan yang telah dilakukan, baik pada siklus I maupun siklus II, telah terjadi peningkatan dari keseluruhan aspek yang dinilai. Hasil belajar siswa, keaktifan siswa dalam berbicara, kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, serta motivasi siswa dalam berbicara mengalami peningkatan yang sangat baik. Dari keseluruhan penilaian berarti bahwa kemampuan siswa dalam berbicara dapat meningkat dengan menggunakan model pembelajaran Time Token. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Melalui model pembelajaran time token dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Melalui model pembelajaran time token dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa. 3. Melalui model pembelajaran time token dapat meningkatkan kemampuan menejemenpengelolaan kelas guru. 4. Melalui model pembelajaran time token dapat meningkatkan motivasi belajar siswa Saran 1. Diharapkan siswa dapat bertanggung jawab dan bekerja sama dengan baik dalam proses pembelajaran sehingga semua siswa memperoleh kesempatan untuk mengungkapkan pendapat. 2. Diharapkan siswa berani dan percaya diri sehingga dapat menggunakan kesempatan dengan sebaik-baiknya untuk mengungkapkan pendapat. 3. Diharapkan siswa dapat menggunakan kartu bicara secara maksimal sehingga waktu dan kesempatan berbicara bisa merata. 4. Diharapkan guru mau mencoba menggunakan model pembelajaran time token karena model pembelajaran ini dapat meningkatkan hasil belajar, keaktifan, motivasi belajar siswa dan pengelolaan kelas guru.
5.
6.
7.
254
Diharapkan guru harus dapat mengelola kelas dengan baik sehingga dapat semua aktivitas siswa. Diharapkan guru harus mempersiapkan semua instrumen yang digunakan dalam proses pembelajaran sehingga kegiatan PBM dapat berjalan dengan lancar. Diharapkan sekolah memberikan fasilitas yang dibutuhkan agar proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran time token dapat berjalan dengan dengan lancar sehingga dapat tercapai tujuan.
DAFTAR PUSTAKA Arends, R.L. (1998). Classroom Instructional and Management. Central Connecticut State University : The Mc.Graw-Hill Companies, Inc. Djalal, M.F. (1986). Penilaian Dalam Pengajaran Bahasa Asing. Malang: P3T IKIP Malang. Depdiknas. (2009). Kurikulum 2006 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Inggris Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah. Jakarta : Depdiknas. Ersoz, Aydan. (2000). Seni Berbicara, Jakarta: Gramedia. Ellis. (1989). The Future of English, St. James Palace: The British Council. Fatmawati, N.Y. (2011). Keefektifan Strategi Time Token Arends Terhadap Kemampuan Menyimak Laporan Perjalanan Pada Siswa Kelas VII SMP N 1 Wonosari Gunung Kidul Tahun Ajaran 2010/2011. Skripsi Dipublikasikan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta, (http://eprints.uny.ac.id/4314/1/Novia %20Yeni%20Fatmawati.pdf, diakses 2 Desember 2015). Tarigan Guntur, Tien Martini & Nurhayati. (1983). Pengembangan Keterampilan Berbicara. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Hansen, Robert. (1984). Improving English Speaking Skill for the beginner, St. James Palace: The British Council. Oemar, Hamalik. (2001). Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara. Kemmis, S. dan Taggart, R. (1988). The Action Research Planner. Deakin: Deakin University.
Tirabidah* adalah Dosen Universitas Abulyatama Aceh Besar
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Juli 2016 Volume 26 Nomor 1
Moleong, Lexy J. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Maulida. (2001). .Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nurman. (2000). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: CV. Rajawali. Novia, T. 2002. Strategy to improve student's ability in speaking. Makalah Tugas Akhir S1. Padang: UNP Padang. Octarina, D. (2001). Interactive activities as the way to improve EFL learners' speaking abilities. Makalah Tugas Akhir S1 - Padang: UNP Padang. Suprijono, Agus. (2008). Cooperative Learning Teori dan Aplikasin PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Saifudin Azwar. (1996). Pengantar Psikologi Intelegensi. Jogyakarta: Pustaka Pelajar. Sharan & Sri. (1997). PTK dan Model Time Token. Online http://smksharanuddin.blogspot.com/2012/03/ model-model-pembelajaran.html diunduh 22 November 2015.
Sanjaya.
255
(2003). Metoda dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung. Falah Production. Suwarsih, Madya. (1994). Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Insan Cendekia. Riyanto, Yatim. (2010). Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi bagi Pendidikan Dalam implementasi Pembelajaran yang Efektif, Jakarta: Kencana. Wiyarsi, Antuni.( 2010). Implementation of Cooperative Learning Type Time Token to Increase the Students Activity and Interest Learning on General Chemistry. Seminar nasional kimia dan pendidikan kimia 2010. Yogyakarta: UNY. Wahyuni, Tri. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Arends Untuk Meningkatkan Pemahaman Terhadap Globalisasi Pada Siswa Kelas IV SD Angkasa Lanud Adi Soemarmo Tahun Ajaran 2012/2013. (http://www.triwahyuni.com/2013/01/ model-pembelajaran-time-token.html, diakses 30 November 2015).
Tirabidah* adalah Dosen Universitas Abulyatama Aceh Besar
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Juli 2016 Volume 26 Nomor 1
256
REDUPLIKASI BAHASA PAK-PAK BOANG
Oleh Yulsafli*
Abstrak Penelitian yang berjudul “Reduplikasi Bahasa Pak-Pak Boang” ini mengangkat masalah sebagai berikut: (1) Bagaimanakah jenis reduplikasi bahasa Pak-Pak Boang, (2) bentuk apa sajakah yang ditimbulkan oleh reduplikasi Bahasa Pak-Pak Boang, penelitian ini bertujuan (1) mendeskripsikan jenis dan bentuk reduplikasi Bahasa Pak-Pak Boang. Sumber data penelitian ini adalah data lisan dan data tulisan, data lisan bersumber dari penutur asli Bahasa Pak-Pak Baong yang bermukim di desa Rundeng, Kecamatan Rundeng, Kota Subulussalam, Provinsi Aceh. data tulisan bersumber dari buku-buku PakPak Boang yang telah terbit. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik rekam, Studi dokumenter, dan introspeksi. Langkah analisis data dilakukan dengan seleksi data, klasifikasi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa reduplikasi Bahasa PakPak Boang adalah sebagai berikut: (1) Reduplikasi Bahasa Pak-Pak Boang terdiri dari empat jenis yaitu (a) reduplikasi fonologis (b) reduplikasi sintaksis (c) reduplikasi semantis (d) reduplikasi morfologis. (2) bentuk reduplikasi terdiri dari 5 bentuk (a) dwilinga atau pengulangan utuh.(b) dwipurwa atau pengulagan sebagian.(c) dwilinga salin suara (d) dwiwasana.(e) trilinga. Proses dari pembentuk reduplikasi terdiri dari tujuh pembentuk (a) pembentuk verba, (b) pembentuk ajektifa, (c) pembentuk nomina, (d) pembentuk pronomina, (e) pembentuk adverbia, (f) pembentuk interogativa, dan (g) Pembentuk numeralia. Bahasa Pak-Pak Boang adalah bahasa daerah kota Subulussalam yang banyak mengalami proses reduplikasi. Kata Kunci: Bahasa Pak-Pak Boang, Reduplikasi
PENDAHULUAN Di dalam bahasa Pak-Pak Boang terdapat perulangan kata dasar berbagai jenis kata, seperti kata benda (Nomina), kata kerja (Verba), kata sifat (Adjektif), kata keterangan (Adverbia), kata bilangan (Numeralia), dan kata ganti orang (pronomina persona) atau function word Fries. Bahasa Pak-Pak Boang memiliki kata dasar yang mengalami perulangan. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disebutkan bahwa perulangan adalah suatu proses morfologi yaitu kata yang diulang seluruhnya atau sebagian. Proses pengulangan atau reduplikasi ialah pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Hasil perulangan itu disebut kata ulang, sedangkan satuan yang diulang merupakan bentuk dasar (Ramlan, 1985:57). Reduplikasi adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan, secara sebagian (parsial) maupun
perubahan bunyi (Chaer, 1994:182). Perulangan atau reduplikasi adalah proses penurunan kata dengan perulangan, baik secara utuh maupun sebagian (Alwi, 2003:238). Kata ulang (reduplikasi) adalah kata yang mengalami proses perulangan, baik sebagian atau pun seluruhnya dengan disertai perubahan bunyi atau pun tidak (Kosasih, 2008:134). Salah satu masalah kebahasaan yang perlu mendapatkan perhatian adalah reduplikasi. Hal ini karena reduplikasi merupakan hal yang penting. Sehubungan dengan itu reduplikasi perlu mendapat perhatian khusus mengingat begitu pentingnya dalam pemakaian sehari-hari, terutama dalam Bahasa Pak-Pak Boang. Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan penulis diatas, masalah dalam pemelitian ini adalah sebagai berikut. a. Bagaimanakah konsep dalam bahasa lokal Pak-Pak Boang Kota Subulussalam Provinsi Aceh.
Yulsafli* adalah Dosen Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Juli 2016 Volume 26 Nomor 1
b.
c.
d.
Bagaimana makna kalimat reduplikasi dalam bahasa lokal Pak-Pak Boang Kota Subulussalam Provinsi Aceh. Bagaimana jenis reduplikasi dalam bahasa lokal Pak-Pak Boang Kota Subulussalam Provinsi Aceh. Menghasilkan naskah jurnal nasional dan local sebagai wahana publikasi ilmiah secara lebih luas.
Berdasarkan rumusan masalah di atas pada tahun pertama, tahun kedua, dan tahun ketiga yang menjadi tujuan khusus adalah sebagai berikut. a. Menghasilkan suatu konsep reduplikasi dalam bahasa lokal Pak-Pak Boang di Kota Subulussalam Provinsi Aceh. b. Menghasilkan suatu laporan ilmiah menyangkut dengan makna kalimat. c. Menghasilkan suatu konsep pemeliharaan bahasa lokal sebagai bagian dari kekayaan budaya nasional, terutama dalam melestarikan bahasa lokal Pak-Pak Boang di Kota Subulussalam Provinsi Aceh. d. Menghasilkan naskah jurnal nasional dan lokal sebagai wahana publikasi ilmiah secara lebih luas. e. Menghasilkan bahan yang berguna dalam memperkaya materi kajian bahasa dan sastra daerah pada prodi Bahasa Indonesia FKIP Universitas Serambi Mekkah. f. Menghasilkan materi seminar lokal, nasional dan forum lain yang mungkin diperoleh. Pelaksanaan penelitian ini akan menghasilkan materi berupa teori dan kaedah reduplikasi bahasa Pak-Pak Boang yang diperoleh dari penutur aslinya. Teori dan kaedah ini akan sangat bermanfaat bagi pendokumentasian bahasa Pak-Pak Boang pada khususnya, karena bahasa ini hampir punah dan belum pernah diteliti. Pada umumnya, penelitian ini juga bermanfaat untuk memperkaya khasanah keilmuan bahasa-bahasa nusantara atau bahasa-bahasa yang terdapat di Indonesia. Bahasa-bahasa di Indonesia yang penuturnya hanya tinggal sedikit lagi penuturnya--termasuk bahaasa Pak-Pak Boang--perlu diteliti dan didokumentasikan agar apabila penutur bahasa ini sudah tidak ada lagi kelak masih tertinggal dokumen bahasa itu berupa teori dan
257
kaedahnya sebagai bukti kekayaan khasanah budaya Indonesia HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Jenis-Jenis Reduplukasi Bahasa Pak-Pak Boang 1.1 Reduplikasi Fonologis (1) Silu-silu ‘kuku-kuku’ (2) Da-da ‘da-da’ Silu-silu, lae-lae merupakan bentuk tersebut berasal dari pengulangan kata. Jadi, bentuk-bentuk tersebut adalah sebuah kata yang bunyi kedua suku katanya sama, yang menghasilkan makna leksikal. Contoh kalimat: (3) Silu-silu na gedang kekhina. ‘Kukukukunya panjang semua.’ (4) sang luak hapona buk-buk mesekhaken ‘Didalam rumahnya rambut-rambut berserakan.’ 1.2 Reduplikasi Sintaksis. (5) Ulang - ulang ‘jangan-jangan’ (6) Tuhu - tuhu ‘benar-benar’ Kata ulang, ulang-ulang, tuhu-tuhu merupakan pengulangan kata yang bunyi kedua kata yang sama tetapi menghasilkan status bahasanya lebih tinggi dari kata dasar. Contoh kalimat: (7) Ulang - ulang desingi ko kaumna. ‘Jangan - jangan kamu dekati sudaranya.’ (8) Adikna tuhu - tuhu pehangke ‘Adiknya benar - benar pemalas’ 1.3 Reduplikasi Semantis (9) tua khenta ‘tua renta’ (10) nokhok malim ‘cerdik pandai’ Tua khenta, nokhok malim jenis kata tersebut adalah pengulangan makna yang sama dari dua buah kata yang bersinonim Contoh kalimat: (11) Bapakna Enggo Tua Khenta. ‘Bapaknya Sudah Tua Renta’ (12) Ia mencekhok dos bage kalak nokhok bak malim. ‘Dia berbicara persis seperti orang cerdik pandai.’ 1.4 Reduplikasi Morfologis (13) Menakha-nakhai ‘menyapu-nyapu’
Yulsafli* adalah Dosen Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh
Yulsafli, Reduplikasi Bahasa Pak-Pak Boang
(14) Menulus-nulus
‘mencari-cari’
Menyakha-nyakha, menulus-nulus adalah jenis kata morfologis dapat terjadi pada akar kata dan berupa bentuk kata berapiks yang berkomposisi. Contoh kalimat: (15) Umak sedang menakha-nakhai sang tukhe sapo. ‘Ibu sedang menyapu-nyapu di teras rumah’ (16) Enggo udan, bakhu tohna sibuk menulus-nulus payung ‘Sudah hujan, baru dia sibuk mencaricari payung’ 2. Bentuk Reduplikasi Bahasa Pak-Pak Boang 2.1 Dwilingga (pengulangan utuh) (17) Ndaoh-ndaoh ‘jauh-jauh’ (18) Khebak-khebak ‘sama-sama’ Ndaoh-ndaoh, khebak-khebak adalah bentuk pengulangan kata dwilinga yaitu pengulangan kata yang tidak merubah bentuk fisik dari akar kata semula. Contoh kalimat: (19) Ndaoh-ndaoh aku khoh paen asa menengen ko ‘Jauh-jauh saya datang kemari biar Melihat kamu.’ (20) Kekhajo en khebak-khebak kita menyiapkenna. ‘Kerja ini sama-sama kita selesaikan’ 2.2 Dwipurwa (pengulangan sebagian) (21) Leluhukh ‘leluhur’ (22) Dedeholi ‘lelaki’ Leluhukh, dedoholi, adalah bentuk pengulangan kata dwipurwa yaitu pengulangan bentuk dasar yang hanya salah satu suku katanya saja yang diulang. Contoh kalimat: (23) Anak-anak pekhana sehakhusna mengikuti jejak leluhukh kita. ‘Anak-anak muda seharusnya mengikuti jejak leluhur kita.’ (24) Zaman begenden anak dedeholi oda bisa ne dipecaya khatana. ‘Zaman sekarang anak lelaki tidak bisa dipercaya semua.’
258
2.3 Dwilingga salin suara (pengulangan dengan perubahan bunyi) (25) khamah-tamah ‘ramah-tamah’ (26) kekhlap-kekhlip ‘kelap-kelip’ Khamah-tamah, kekhlap-kekhlip adalah bentuk pengulangan kata perubahan bunyi atau dwilingga salin suara yang mengubah bunyi vokal dan konsonan. Contoh kalimat: (27) Pekhtemuan idi diisi bak acakha khamah-tamah. ‘Pertemuan itu diisi dengan acara ramahtamah’ (28) Hapona dihiasi bak kekhlap-kekhlip lampu hias. ‘Rumahnya dihiasi dengan kerlap-kerlip lampu hias’ 2.4 Dwiwasana (29) Tekejut-kejut (30) Mewakhi-wakhi
‘terkejut-kejut’ ‘berhari-hari’
Tekejut-kejut, mewakhi-wakhi merupakan pengulangan kata yang berbnentuk dwisana, pengulangan bagian belakang dari leksem. Contoh kalimat: (31) Mebege kabakh ia enggo mate mbue kalak tekejut-kejut. ‘Mendengar kabar kematiannya banyak orang terkejut-kejut’ (32) Enggo Mewakhi-wakhi umak oda balik mi hapo. ‘Sudah berhari-hari ibu tidak pulang kerumah’ 2.5 Trilingga (33) Dak-dekh-dokh (34) Ngak-ngek-ngok
‘dar-der-dor’ ‘ngak-ngek-ngok’
Dakh-dekh-dokh, ngak-ngek-ngok merupakan pengulangan bentuk kata trilingga, kata pengulangan dasar sebanyak tiga kali. Contoh kalimat: (35) Dakh-dekh-dokh sokha senapang kalak mepekhang ‘Dar-der-dor suara senjata orang berperang’ (36) Ngak-ngek-ngok sokha anak dukak tangis.
Yulsafli* adalah Dosen Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Juli 2016 Volume 26 Nomor 1
‘Ngak-ngek-ngok menangis’
suara
anak
bayi
3. Pembentuk Reduplikasi 3.1 Reduplikasi Pembentuk Verba (37) Hanjakh-hanjakh ‘pelan-pelan’ (38) Tokh-tokh ‘cepat-cepat’ Hanjakh-hanjakh, tokh-tokh adalah pengulangan kata pembentuk verba yakni makna gramatikal yang dapat dihasilkan dalam proses reduplikasi dasar verba. Contoh kalimat: (39) Hanjakh-hanjakh sambin pikhingi. ‘Pelan-pelan saja piring itu’ (40) Tokh-tokh kona khoh mi sapo ‘Cepat-cepat kamu datang besok’
letakken letakkan ku segen. kerumah
3.2 Reduplikasi Pembentuk Ajektifa (41) Mbekhu-mbekhu ‘cantik-cantik.’ (42) Mende-mende ‘baik-baik’ Mbekhu-mbekhu, mende-mende merupakan reuplikasi pembentuk ajektifa yang berupa akar, kata turunan dan kata gabungan Contoh kalimat: (43) Kekhina anakna pate kelek mbekhumbekhuna. ‘Semua anaknya sangat cantik-cantik’ (44) Pekhange anak pekhana sang kampong idi mende-mende. ‘Kelakuan anak pemuda di desa itu baik-baik’ 3.3 Reduplikasi Pembentuk Nomina (46) Sayukh-sayukhen ‘sayur-mayur’ (47) Tetangga ‘tetangga’ Sayukh-sayukhen, tetangga, langit-langit. bentuk reduplikasi nomina yang melahirkan makna gramatikal menyatakan. Contoh kalimat: (48) Kekhina kalak sekel kepangan sayukhsayukhen. ‘Semua orang suka memakan sayur- mayur.’ (49) Tetangga hapoku khamah kekhina. ‘Tetangga rumah saya ramah semua.’ 3.4 Reduplikasi Pembentuk Pronomina (50) Ia-ia ‘Dia-dia’
259
(51) Kalak-kalak. ‘Orang-orang’ Ia-ia, kalak-kalak merupakan reduplikasi pembentuk pronomina yang menyatakan penegasan. Contoh kalimat: (52) Ia-ia sambin keca kena kekhajo sitabohna. ‘Dia-dia saja dapat kerja yang enak.’ (53) Kekhina kalak-kalak si membangkang dihukum. ‘Semua orang-orang yang membang-kang kena hokum.’ 3.5 Reduplikasi Pembentuk Adverbia (54) Sada-sada ‘satu-satu’ (55) Telu-telu ‘tiga-tiga’ Sada-sada, telu-telu adalah reduplikasi pembentuk adverbia sebagai nomina yang di reduplikasikan Contoh kalimat: (56) Sada-sada embahken bakhangna. ‘Satusatu bawakan barangnya’ (57) Kekhina dapet hadiah telu-telu ‘Semuanya mendapatkan hadiah tigatiga’ 3.6 Reduplikasi Pembentuk Interogatif (58) Kade-kadeen ‘apa-apaan’ (59) Asal-asalen ‘asal-asalan’ Kade-kadeen, asal-asalen, merupakan reduplikasi dengan pembentuk interogativa. Contoh kalimat: (60) Kade-kadeen ko khoh mi sapoku bekhngin-bekhngin begen. ‘Apa-apaan kamu datang ke rumah saya malam-malam begini.’ (61) Oda mende karena kekhajona asalasalen hambin. ‘Kualitasnya tidak bagus karena dikerjakan asal-asalan saja.’ 3.7 Reduplikasi Pembentuk Numeralia (62) Mepuluh-puluh ‘berpuluh-puluh’ (63) Sekhatus-khatus ‘seratus-ratus’ Mepuluh-puluh, sekhatus-khatus merupakan reduplikasi pembentuk numeralia. Contoh kalimat:
Yulsafli* adalah Dosen Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh
Yulsafli, Reduplikasi Bahasa Pak-Pak Boang
(64) Mepuluh-puluh jokhma menema kepeng pembagien zakat. ‘Berpuluh-puluh orang menanti uang pembagian zakat.’ (65) Kekhina dapet sekhatus-khatus. ‘Semua dapat seratus-ratus.’ 4. Makna Reduplikasi 4.1 Makna Berulang atau Sering Pengulangan untuk mendapatkan makna ‘berulang-ulang atau sering dilakukan” terhadap kata kerja bentuk reduplikasi Bahasa Pak-Pak Boang. (66) Medalan-dalan ‘berjalan-jalan’ (67) Mangan-mangan ‘makan-makan’ Medalan-dalan, mangan-mangan adalah kata yang sering digunakan yang memiliki makna sering atau berulang-ulang. Contoh kalimat: (68) Kekhajona setiap wakhi medalandalan. ‘Kerjanya setiap hari hanya berjalan-jalan.’ (69) Anak-anaki hampekh setiap jam agakna mangan-mangan sambin. ‘Anak-anak itu hampir setiap jam maunya makan-makan saja. 4.2 Makna Banyak Pengulangan untuk mendapatkan makna ‘banyak’ dilakukan bukan saja pada kata kerja tetapi berdasarkan makna dari kata kerja dalam Bahasa Pak-Pak Boang. (70) Khame-khame ‘rame-rame’ (71) Mbue-mbue ‘banyak-banyak’ Khame-khame, mbue-mbue, kalak-kalak adalah kata yang banyak digunakan pada ucapan perbuatan yang bermakna banyak atau perbuatan yang yang dikerjakan kebih dari satu orang. Contoh kalimat: (72) Penangko idi kena kekhoyok khamekhame. ‘Pencuri itu dikeroyok ramerame.’ (73) kekhina anakna mbue-mbue dapet wakhisen. ‘Semua anaknya banyakbanyak mendapatkan warisan.’ 4.3 Makna Saling atau Resiprokae Pengulangan kata untuk mendapatkan makna ‘saling atau resiproksi’ dilakukan pada
260
kata kerja dalam bentuk reduplikasi Bahasa Pak-Pak Boang. (74) Cokhat-cokhet ‘corat-coret’ (75) Kekhlap-kekhlip ‘kelap-kelip’ Cokhat-cokhet, kekhlap-kekhlip, khamahtamah.adalah kata Bahasa Pak-Pak Boang yang memiliki makna saling atau resiproksi. Contoh kalimat: (76) Bukuna kekhina habis tecokhat-cokhet. ‘Bukunya semua habis tercorat-coret.’ (77) lampu sang mesjid kekhina mekekhlapkekhli. ‘Lampu di mesjid semuanya kelap-kelip.’ 4.4 Makna Proses Pengulangan kata untuk mendapatkan makna ‘proses’ dilakukan pada kata kerja, dalam bentuk reduplikasi Bahasa Pak-Pak Boang berdasarkan makna yang dihasilkan dari kata kerja tersebut. (78) Gupak-megupak ‘pukul-memukul’ (79) Menengen-nengen ‘melihat-lihat’ Gupak-megupak, menengen-nengen merupakan kata ulang berdasarkan bentuk dari proses akar kata yang menghasilkan makna tertentu. Contoh kalimat: (80) Anak sekolah si mekhubat i tekhus gupakmegupak. ‘Anak sekolah itu twuran dan terlibat aksi pukul-memukul.’ (81) Kekhina kalak menengen-nengen anak menguda si mbekhu idi. ‘Semua orang melihat-lihat anak gadis yang cantik itu.’ 4.5 Makna Tiba-tiba Pengulangan untuk mendapatkan makna “tiba-tiba” dilakukan terhadap kata kerja yang dihasilkan dalam bentuk reduplikasi Bahasa Pak-Pak Boang. (82) Medetak-detak ‘berdetak-detak’ (83) Tegejut-gejut ‘terkejut-kejut’ Medetak-detak, tegejut-gejut adalah pengulangan kata dalam bentuk secara tibatiba yang menghasilkan makna tertentu sesuai dengan kalimat yang diucapkan. Contoh kalimat :
Yulsafli* adalah Dosen Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Juli 2016 Volume 26 Nomor 1
(84) Jantungku medetak-detak cepet waktu kubege kona menenggo aku. ‘Jantungku berdetak-detak kencang waku ku dengar kamu memanggilku.’ (85) Kekhina kalak tekejut-kejut waktu mege ia enggo mate. ‘semua orang terkejut-kejut waktu mendengar kematiannya.’ 4.6 Makna Santai Pengulangan kata untuk mendapatkan makna ‘santai’ dilakukan terhadap kata kerja dalam reduplikasi Bahasa Pak-Pak Boang dalam bentuk kalimat yang di sampaikan sesuai dengan kata yang digunakan. (86) Mehembus-hembus ‘berhembushembus’ (87) Mekhasa-khasa ‘merasa-rasa’ Mehembus-hembus, mekhasa-khasa merupakan pengulangan kata Bahasa Pak-Pak Boang yang berbentuk kelas kata sederhana yang memiliki makna santai. Contoh kalimat: (88) Angin mehembus-hembu sang tepi pante gosong telaga. ‘Angin berhembus-hembus di tepi pantai gosong telaga.’ (89) Unyak mekhasa-khasa khokhoh sang belanga pate kelek tabohna ‘Kakak merasa-rasa gulai yang ada di belanga sangant enak sekali’ 4.7 Makna Menikmati atau Merasakan Pengulangan untuk mendapatkan makna ‘menikmati atau merasakan’ dilakukan terhadap kata kerja yang dihasilkan dari Bahasa Pak-Pak Boang. (133) Memangan-mangan ‘Memakan-makan’ (134) diencep-encep ‘diisap-diisap’ Memangan-mangan, mengencep-ngencep adalah bentuk pengulangan yang memiliki makna menikmati atau merasakan sesuai dengan konteks kalimat yang diucapkan oleh seseorang. Contoh kalimat: (136) Kekhina undangen sang bekas pesta idi memangan-manganen sitabohna ‘semua undangan di tempat pesta itu memakan-makann yang enak’. (137) Hakhu tabohna khokhona bak kuahna diencep-encepna
261
‘Sangking enaknya gulai itu sampe kuahnya pun diisap-isapnya’ KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Setelah meneliti tentang “Reduplikasi Bahasa Pak-Pak Boang” yang telah dilaksanakan pada masyarakat Kampung Rundeng, Kecamatan Rundeng. Kota Subulussalam, peneliti menemukan bahwa reduplikasai berdasarkan jenisnya ada empat jenis, yaitu (1) reduplikasi fonologis, (2) reduplikasi sintaksis, (3) reduplikasi semantik, (4) reduplikasi morfologi. Bentuk reduplikasi Bahasa Pak-Pak Boang adalah sebagai berikut: (1) reduplikasi dwilinga (pengulangan utuh, (2) reduplikasi dwipurwa (pengulangan sebagaian), (3) reduplikasi dwilinga salin suara ( pengulangan dengan perubahan bunyi), (4) reduplikasi dwiwasana ( pengulangan bagian belakang leksem), (5) reduplikasi trilinga ( pengulangan kata dasar sebanyak tiga kali). Bentuk reduplikasi Bahasa Pak-Pak Boang mempunyai proses pembentuk pengulangan kata yaitu, (1) reduplikasi pembentuk verba, (2) reduplikasi pembentuk adjektifa, (3) reduplikasi pembentuk nomina, (4) reduplikasi pembentuk pronomina, (5) reduplikasi pembentuk adverbial, (6) reduplikasi pembentuk interogativa, (7) reduplikasi pembentuk numeralia. Saran Hendaknya penelitian bahasa Pak-Pak Boang dapat dilanjutkan oleh peneliti lain untuk membahas lebih lanjut tentang tatabahasa Pak-Pak Boang, baik dalam bidang sintaksis, semantik, maupun bidang yang lainnya. Reduplikasi bahasa Pak-Pak Boang perlu pendokumentasian dalam bentuk buku agar terdapat dokumen tertulis, baik untuk bahan ajar sebagai muatan lokal, maupun untuk orang-orang yang hendak mempelajari bahasa Pak-Pak Boang. Semua lapisan masyarakat penutur bahasa Pak-Pak Boang dan Pemerintah Kota Subulussalam hendaknya dapat menjaga kelestarian dan pengembangan bahasa PakPak Boang sesuai dengan perkembangan zaman. Dengan demikian, bahasa Pak-Pak Boang tidak akan punah dan akan menjadi kebanggaan masyarakat Kota Subulussalam.
Yulsafli* adalah Dosen Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh
Yulsafli, Reduplikasi Bahasa Pak-Pak Boang
DAFTAR PUSTAKA Akbar, Osra M. 1985. Pemetaan Bahasa Aceh, Gayo dan Alas. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Alwasilah. A. Chaedar. 1985. Teori Linguistik. Bandung: Angkasa. Alwi, Hasan. dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. AR, Syamsuddin dan Visma S. Damaianti. 2006. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya.. Badudu, J. S. dan Muhammad Zain. 1996. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Badan Pusat Statistik Aceh Singkil 2008. Sejarah Kota Subulussalam. singkil: BPS Singkil. Cahyono, Bambang Yudi. 1994. KristalKristal Ilmu Bahasa. Malang: Airlangga University Press. Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia: Pendekatan Proses. Jakarta: Rineka Cipta. __________. 2007. Kajian Bahasa: Struktur Internal, Pemakaian dan Pemelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. __________. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. __________. 2002. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. __________. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta. Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Bahasa. Keraf, Gorys 1994. Komposisi. Jakarta. Nusa Indah. Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nawawi, Hadari. 1991. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Sulaiman, Budiman. 1977. Bahasa Aceh. Banda Aceh: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
262
Tumangger, suku Pak-Pak .(http://. www @yahoo.com, diakses 18 Februari 2011).
Yulsafli* adalah Dosen Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Juli 2016 Volume 26 Nomor 1
263
PENGARUH KONDISI SOSIAL EKONOMI ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DI SD NEGERI 10 BANDA ACEH
Oleh Faisal Anwar*
Abstrak Keadaan ekonomi sebuah keluarga sangat memperngaruhi akan hasil belajar siswa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengatahui dengan jeals tentang pengaruh status social ekonomi orang tu terhadap perkembangan prestasi belajar yang akan dicapai oles siswa di SDN 10 Banda Aceh. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 25 orang siswa dari kelas IV, V dan VI yang diambil secara acak. Pengumpulan data dengan menggunakan angket yang sudah disiapkan beberapa pertanyaan. Untuk pengolahan data, penelitian ini menggunakan uji korealasi produk moment (r), dan pengujian hipotesis dengan uji distribusi (t). Hasil yang diperolah dari penilitian ini menunjukkan taraf signifikasi 0,05 yaitu 2,060. Hasil perbandingan kedua nilai tersebut menunjukkan bahwa t hitung > t tabel ( 4,79 > 2,060). Berdasarkan hasil tersebut, tidak terdapat pengaruh status sosial ekonomi orang tua terhadap perkembangan prestasi belajar siswa SDN 10 Banda Aceh. Kata Kunci : sosial ekonomi, prestasi belajar, perkembangan prestasi.
PENDAHULUAN Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan utama atau kegiatan yang paling pokok dalam proses pendidikan, yang semuanya yaitu biasa dilakukan di sekolah walaupun pada dasarnya kegiatan belajar mengajar itu dapat dilakukan dimanapun dan kapanpun. Berhasil tidaknya tujuan pendidikan banyak bergantung pada proses komunikasi transaksional yang bersifat timbal balik baik antara guru dengan siswa maupun antara siswa dengan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan secara efektif. Salah satu pendukung keberhasilan seseorang dalam belajar terletak pada kedudukan sosial dan ekonominya. Menurut Ngalim Purwanto (2004:42) mengemukakan bahwa kemampuan ekonomi keluarga akan memberikan pengaruh baik langsung maupun tidak langsung pada pendidikan dan pekerjaan atau jabatan serta mempertimbangkan hasil yang dicapai pada pendidikan dan pekerjaan. Hal senada juga disampaikan oleh Nasution (2004 : 25) bahwa tingkat status sosial ekonomi dilihat atau diukur dari pekerjaan orang tua, penghasilan dan kekayaan, tingkat pendidikan orang tua, keadaan rumah dan lokasi, pergaulan dan aktifitas sosial. Hasil dari pengamatan yang telah dilakukan peneliti pada SD 10 Negeri Banda Aceh menunjukkan masih banyak siswa yang memiliki prestasi belajar rendah, dengan indikasi beberapa siswa masih memiliki nilai
ulangan dibawah nilai KKM yang ditetapkan sekolah. Hal ini menunjukan bahwa anak memiliki pemahaman materi rendah, anak kurang termotivasi dalam belajar. Selain itu siswa di kelas selalu membuat keributan, jarang memperhatikan guru pada saat pembelajaran berlangsung, mengerjakan PR di kelas bahkan tidak jarang siswa tidak mengerjakan PR dengan alasan tidak memiliki LKS (lembar kerja siswa). Hasil wawancara dengan salah satu Guru, bahwa 70% dari 300 siswa SD Negeri 10 Banda Aceh berasal dari kelurga menengah kebawah. TINJAUAN PUSTAKA Soerjono Soekanto (2000:445) menyatakan bahwa: “orang tua sebenarnya merupakan kunci motivasi dan keberhasilan studi anak dan remaja, tidak ada pihak lain yang akan dapat menggantikan peranan orang tua seutuhnya”. Keberhasilan orang tua dalam menunjang motivasi dan keberhasilan studi terletak pada eratnya hubungan antara orang tua dan anak dan yang terpenting bahwa suasana keluarga yang positif bagi motivasi dan keberhasilan studi adalah keadaan yang menyebabkan anak atau remaja merasa aman dan damai bila merasa di tengah keluarga tersebut. Fitriani (2010:5) mengemukakan bahwa keluarga yang status sosial ekonominya rendah ditandai dengan kecenderungan kurang otoritas, tidak tahu atau bimbang dalam
Faisal Anwar* adalah Dosen Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Juli 2016 Volume 26 Nomor 1
mengambil keputusan dan tidak terorganisasi Orang tua jarang hadir, apatis dan biasanya tidak mampu merespon tantangan keluarga. Ia juga menambahkan bahwa kelompok yang mempunyai status sosial ekonomi rendah, kurang menekankan pentingnya pencapaian pendidikan yang lebih tinggi. Kurang penekanan mengenai pentingnya pendidikan yang lebih tinggi, mempengaruhi motivasi belajar anak, anak-anak cenderung memiliki motivasi belajar rendah, karena semua kebutuhan untuk kepentingan belajar baik di sekolah maupun di rumah tidak terpenuhi oleh orang tuanya, sehingga anak menjadi tidak memiliki semangat dalam belajar. Tingkat status sosial ekonomi sebagai suatu keberadaan kelompok-kelompok bertingkat dalam masyarakat tertentu, yang anggota-anggotanya memiliki kekuasaan, hakhak istimewa, dan prestice yang berbeda. Dalam penelitian ini, menurut Anderson (2000:146) sosial ekonomi ditentukan oleh beberapa indikator, yaitu : a. Pendidikan Orang Tua Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkan berfungsi secara akurat dalam kehidupan masyarakat. Sikap pribadi anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, karena sikap tindakan yang dilakukan oleh orang tua akan menjadi cerminan bagi anaknya Oemar, (2002:102). Sikap orang tua yang diberikan kepada anaknya yang berupa motivasi belajar akan sangat mempengaruhi kepribadian anak dirumah maupun di sekolah. Pendidikan orang tua sangat memungkinkan untuk menpengaruhi tindakan anaknya dalam kehidupan sehari-hari. Peranan orang tua sebagai tanggung jawab mengasuh dan mendidik anaknya merupakan hal yang tidak dapat dipungkiri lagi. Seperti dikemukakan bahwa keterlibatan orang tua dalam mendorong anaknya dalam pendidikan tergantung pada tingkat pendidikan orang tua Bahar (2001:127).
c. Jumlah Tanggungan Orang Tua Sebuah keluarga yang memiliki tanggungan keluarga lebih banyak mempengaruhi prestasi belajar bila kondisi ekonomi keluarga kurang dalam memenuhi kebutuhan dalam sekolah, dan struktur keluarga yang kurang termasuk didalamnya status anak tersebut, begitu juga sebaliknya. Proses pendidikan dapat dipengaruhi oleh keadaan keluarga sebagai berikut: pertama adalah ekonomi orangtua yang banyak membantu perkembangan dan pendidikan anak, kedua adalah kebutuhan keluarga yang dimaksud adalah keutuhan dalam struktur keluarga yaitu adanya ayah, ibu, dan anak, ketiga adalah status anak Gunawan, (2000:188). Apakah sebagai anak tunggal, anak kedua, anak bungsu, anak tiri atau anak angkat. Kedudukan anak ini sangat berpengaruh terhadap hasil belajar, terutama berkaitan dengan rasa kebebasan, emosi, serta daya kreativitas dalam belajar. METODE PENELITAN Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, jenis penelitian yang digunakan adalah statistik deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SD Negeri 10 Banda aceh yang berjumlah 300 orang siswa. Yang menjadi sampling pada penelitian 25 orang dari 3 kelas siswa, setiap kelas di ambil secara random. Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, digunakan beberapa teknik pengumpulan data, meliputi: Angket, Angket yang digunakan berhubungan status sosial ekonomi dibuat 26 soal dalam bentuk choice atau pilihan ganda yang dibuat dalam skala likert yaitu 4, 3, 2, 1 (4 sangat baik, 3 baik, 2 cukup, 1 kurang). Sedangkan untuk mengukur prestasi maka penulis mengambil nilai akhir semester. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan rumus korelasi product Moment, yaitu mencari hubungan antara sosial ekonomi orang tua dengan perkembangan prestasi belajar siswa di SD Negeri 10 Banda Aceh. Adapun rumus yang digunakan adalah: & = "$
b. Pekerjaan Orang Tua Pekerjaan orang tua baik langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi motivasi anak dalam belajar. Pernyataan ini sesuai dengan pendapatan yang menyatakan bahwa pekerjaan orang tua dan dorongan keluarga mempunyai pengaruh terhadap anak untuk bersekolah kejenjang yang lebih tinggi Bahar (2001:130).
264
$
!#
= Koefisienkorelasi nilai X dan Y Pengujian hipotesis akan dilakukan dengan menggunakan uji-t, dengan rumus sebagai berikut : t=r Dengan ketentuan sebagai berikut : tolak Ho jika t-hitung t-tabel, sebaliknya jika thitung t-tabel maka terima Ho. Pengujian
Faisal Anwar* adalah Dosen Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Juli 2016 Volume 26 Nomor 1
hipotesis digunakan taraf signifikan = 0,05. Sedangkan untuk mencari besarnya pengaruh sosial ekonomi orang tua dengan digunakan rumus r2 x 100. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian tentang keadaan status sosial ekonomi orang tua terhadap perkembangan prestasi belajar siswa kelas 4,5 dan 6 di SD Negeri 10 Banda Aceh sangat tidak mempengaruhi satu sama lain. Hal ini ditunjukkan dengan koefesien korelasi kritik yang tertera dalam tabel pada n = 25 dan taraf signifikasi 0,05 yaitu 2,060. Hasil perbandingan kedua nilai tersebut menunjukkan bahwa t hitung > t tabel (4,79 > 2,060). Dengan demikian, hipotesis yang dianjukan dalam penelitian ini terdapat pengaruh status sosial ekonomi orang tua terhadap perkembangan prestasi belajar siswa kelas IV,V dan kelas VI SD Negeri 10 Banda. Hasil ini sesuai dengan dengan yang disampaikan oleh Ngalim Purwanto (2004:42) kemampuan ekonomi keluarga akan memberikan pengaruh baik langsung maupun tidak langsung pada pendidikan dan pekerjaan atau jabatan serta mempertimbangkan hasil yang dicapai pada pendidikan dan pekerjaan. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1) Rata-rata nilai prestasi belajar kelas IV,V dan VI di SD Negeri 10 Banda Aceh 91,08. Dengan demikian pula status sosial ekonomi orang tua siswa, rata-rata status ekonominya adalah 81.835, dengan koefisien korelasi antara status sosial ekonomi
265
orang tua siswa dengan prestasi belajar siswa adalah 0,65. 2) Hasil perbandingan kedua nilai tersebut menunjukkan bahwa t hitung > t tabel (4,79 > 2,060). Dengan demikian terdapat pengaruh status sosial ekonomi terhadap prestasi belajar siswa kelas IV,V dan VI diterima. 3) Besarnya pengaruh tersebut dengan rumus r2 x 100 = 42,25. Berdasarkan simpulan hasil penelitian disarankan dan direkomendasikan sebagai berikut :1)Diharapkan kepada peneliti selajutnya apabila mengambil judul yang sama seperti saya mengambil sample harus lebih dari 25 sample agar peneliti selanjutnya dapat mengetahui menyeluruhnya secara signifikat. 2) Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada para pendidik, masyarakat dan bagi penulis sendiri sebagai bahan masukan di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Fitriani. 2010. Jurnal Hubungan Pendidikan Ilmiah Volume lil No.2. Jakarta. Gunawan. 2000. Psikologi Sosial. Gerungan W.A. Jakarta: Gerungan Rafika Aditama. Hamalik, Oemar. 2002. Metode Belajar dan Kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito. Nasution. 2004. Sosiologi Pendidikan. Bandung: Jemmars. Purwanto, Ngalim. 2008. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Purwanto, N. 2008. Psikologi Pendidikan. Remaja Karya, Bandung Sokanto, Soerjono. 2000. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakart: Rajawali Press
Faisal Anwar* adalah Dosen Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Juli 2016 Volume 26 Nomor 1
266
ANALISIS EFEKTIFITAS PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BANDA ACEH
Oleh Ratna Mutia*
Abstract This study entitled Effectiveness Analysis of Revenue Income Tax Office Primary In Banda Aceh. This research was conducted at the Tax Office Primary Banda Aceh as agency that manages its income tax revenue in the region. Planning and supervision of the tax is a crucial stage in the amount of tax revenue. One function that describes the tax planning is the budget (budget). In addition to the budget report can also be used as a tool to measure the effectiveness of that is by comparing the target with the realization to determine the performance that has been achieved. The purpose of this study was to determine whether the acceptance of Income Tax on the Tax Office Pratama Banda Aceh has been effective or appropriate for the target that has been set. The method used is quantitative and descriptive methods. To find out how effective income tax receipts to the Tax Office Primary Banda Aceh can be done by analyzing the ratio between the planned targets with realized. From the results of this study concluded that income tax revenue target in the STO Banda Aceh has not been fully realized. But supervision performed in income tax revenues are in accordance with the standards of supervision. Keywords: Effectiveness, Tax, Budget, Target, Performance and Realization. Abstrak Penelitian ini berjudul Analisis Efektifitas Penerimaan Pajak Penghasilan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Banda Aceh. Penelitian ini dilakukan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Banda Aceh selaku instansi yang mengelola penerimaan pajak penghasilan diwilayah kerjanya. Perencanaan dan pengawasan pajak merupakan tahap yang sangat menentukan dalam jumlah penerimaan pajak. Salah satu fungsi yang menggambarkan perencanaan pajak adalah anggaran (budget). Selain itu laporan budget juga dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur efektifitas yaitu dengan cara membandingkan target dengan realisasinya untuk mengetahui kinerja yang telah tercapai. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penerimaan Pajak Penghasilan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Banda Aceh sudah efektif atau sesuai dengan target yang telah di tetapkan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dan deskriptif. Untuk mengetahui sejauh mana efektifitas penerimaan Pajak Penghasilan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Banda Aceh dapat dilakukan dengan cara menganalisa perbandingan antara target yang direncanakan dengan yang terealisasi. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa target penerimaan Pajak Penghasilan di KPP Pratama Banda Aceh belum terealisasi sepenuhnya. Tetapi pengawasan yang dilakukan dalam penerimaan pajak penghasilan sudah sesuai dengan standar pengawasan. Kata Kunci: Efektifitas, Pajak, Anggaran, Target, Kinerja dan Realisasi.
PENDAHULUAN Sebagai salah satu negara yang sedang berkembang, Indonesia selalu melakukan upaya dalam rangka meningkatkan sumber-sumber
penerimaan negara. Pelaksanaan pembangunan negara menuntut keterlibatan masyarakat dan pemerintah. Bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan dapat ditunjukkan dengan
Ratna Mutia* adalah Dosen Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Juli 2016 Volume 26 Nomor 1
membayar pajak. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan atau penghasilan yang diperoleh negara yang dominan. Seperti yang diketahui bahwa pajak adalah iuran kepada negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Ditinjau dari penggolongannya, pajak terdiri dari pajak langsung dan pajak tidak langsung. Pajak langsung adalah pajak yang pembebanannya tidak dapat dilimpahkan ke pihak lain, tetapi harus menjadi beban langsung wajib pajak yang bersangkutan, contohnya adalah pajak penghasilan. Sedangkan pajak tidak langsung adalah pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan ke pihak lain, seperti pajak pertambahan nilai. Sementara itu ditinjau dari segi fungsi dan tujuan pajak penghasilan, sebenarnya tidak terlepas dari fungsi dan tujuan negara, sebab pajak penghasilan yang dipungut tersebut akan digunakan untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Secara umum tujuan dari pajak adalah sebagai sumber pendapatan negara, sedangkan fungsi pajak adalah sebagai fungsi penerimaan (budgeter) dan fungsi mengatur (reguler). Pajak sebagai fungsi penerimaan adalah pajak sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pengeluaranpengeluaran pemerintah. Sedangkan pajak sebagai fungsi mengatur adalah pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan dibidang sosial dan ekonomi. Rencana tingkat penerimaan pajak untuk setiap tahunnya diupayakan meningkat, namun dalam realisasinya kadang kala dapat melalui target atau malah sebaliknya. Kondisi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : 1) Tingkat kepatuhan wajib pajak, 2) Jumlah wajib pajak yang tercakup, 3) Dunia usaha. Tingkat kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan secara sukarela di negara berkembang, termasuk Indonesia sangat rendah. Hal ini mengakibatkan tunggakan utang pajak dari waktu ke waktu semakin membengkak, demikian disampaikan oleh Sudjarnadi (1998 :8). Untuk itu, Boediono (2003:3) mengatakan, “upaya pencapaian target peningkatan penerimaan pajak bisa dilakukan melalui peningkatan kepatuhan wajib pajak, karena
267
semakin meningkatnya kepatuhan akan semakin besar jumlah pajak yang diperoleh.” Penerimaan pajak juga dipengaruhi oleh jumlah wajib pajak yang tercakup (tax coverage). Upaya untuk menambah jumlah wajib pajak dapat dilakukan dengan cara ekstensifikasi. Haryo Abduh (2003 :28) mengatakan, “Ekstensifikasi adalah kebijakan dibidang perpajakan yang ditujukan untuk meningkatkan penerimaan pajak melalui penambahan jumlah subjek pajak dan perluasan objek pajak. Secara sederhana, ekstensifikasi dapat diartikan sebagai kegiatan mencari sesuatu yang tersembunyi yaitu subjek pajak yang telah memenuhi syarat sebagai wajib pajak tetapi belum terdaftar di KPP, sedangkan kegiatan ekstensifikasi dapat diartikan sebagai mengungkap laporan wajib pajak yang tidak benar. Pelaksanaan ekstensifikasi dan intensifikasi secara khusus ditujukan untuk menggali potensi pajak secara alami.” Tetapi semua itu juga sangat berhubungan dengan dunia usaha, dimana lingkungan dan kondisi suatu wilayah kerja KPP dalam penerimaan pajak sangat berpengaruh. Mengingat pajak merupakan salah satu aspek yang terpenting bagi pembangunan negara, maka untuk memaksimalkan penerimaan pajak tentu saja harus dibuat suatu perencanaan dan pengawasan yang baik, agar hasil-hasil yang diharapkan dari penerimaan pajak ini benar-benar dapat terealisasi secara maksimal. Berdasarkan uraian di atas, untuk melihat sejauh mana efektifitas terhadap penerimaan pajak penghasilan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Banda Aceh, maka penulis tertarik untuk mengangkat judul : “Analisis Efektifitas Penerimaan Pajak Penghasilan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Banda Aceh “. Penelitian Sebelumnya Arief endika sulistyanto putro (2009) menganalisis “Perlakuan Pajak Penghasilan Atas Employee Stock Option Plan (ESOP)”. Bahwa karyawan memperoleh keuntungan dari stock option dimana pemahaman perlakuan pajak penghasilan atas stock option menjadi sangat penting agar pengahasilan tersebut dapat dilakukan pemajakan. Dessi andika permata hati (2011) melakukan penelitian yang berjudul “Efektifitas Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Yogyakarta Periode 2011-
Ratna Mutia* adalah Dosen Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh
268
Ratna Mutia, Analisis Efektifitas Penerimaan Pajak Penghasilan
2012”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerimaan PPh orang pribadi belum sesuai dengan rencana yang ditargetkan, dengan demikian efektifitas penerimaan PPh orang pribadi belum tercapai karena belum mencapai 100 persen target yang direncanakan. Tetapi ada peningkatan 2,07 persen yang terlihat dari persentase ketercapaian. Devy Octaviana S (2012) menganalisis “Analisis Efektivitas Dan Efesienso Pajak Daerah Serta Kontribusinya Terhadap Pendapatan Asli Daerah di Provinsi Jawa Tengah”. Bahwa sumber pembiayaan yang paling penting adalah sumber pembiayaan yang dikenal dengan Pendapata Asli Daerah (PAD), dimana salah satu komponen utamanya adalah penerimaan yang berasal dari komponen pajak daerah. METODE PENELITIAN Menurut Mahmudi (2007) menjelaskan secara sederhana rumus untuk menghitung efektifitas penerimaan Pajak Penghasilan sebagai berikut : E = x100 Dimana : E = Efektifitas T= Target Pajak Penghasilan R= Realisasi Pajak Penghasilan
sebagaimana dikutip Ridwan (2004) memberikan pengertian tentang definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberikan petunjuk bagaimana variabel itu diukur. Variabel penelitian terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat. a) Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan yang diperoleh masyarakat sebagai suatu kewajiban untuk kepentingan negara dan masyarakat. Sedangkan dalam kaitannya dengan wajib pajak badan, pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap penghasilan yang di peroleh dari kegiatan usaha perorangan. b) Efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen, yang mana target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa Efektifitas antara Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Penghasilan KPP Pratama Banda Aceh Secara keseluruhan target dan realisasi penerimaan pajak di KPP Pratama Banda Aceh serta efektifitasnya untuk tahun 2008, 2009 dan 2010 dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini.
Definisi Operasional Secara operasional variabel perlu didefinisikan yang bertujuan untuk menjelaskan makna variabel penelitian. Singarimbun Tabel 4.3 Target, Realisasi dan Efektifitas Penerimaan Pajak Penghasilan KPP Pratama Banda Aceh Tahun 2008, 2009 dan 2010 Tahun
Target (Rp)
Realisasi (Rp)
Kinerja
Efektifitas %
2008
40,432,098
35,752,523
4,679,575
88,4
2009
57,432,469
44,063,404
13,369,065
76,7
2010
62,449,068
58,041,098
4,407,970
92,9
Sumber : KPP Pratama Banda Aceh 2011 Dari data-data yang di peroleh selama penelitian maka dapat disimpulkan bahwa Penerimaan pajak penghasilan di wilayah KPP Pratama Banda Aceh untuk tiga tahun terakhir yaitu tahun 2008, 2009 dan 2010 belum efektif, seperti yang terlihat pada tabel 4.3 dimana rencana penerimaan pajak penghasilan tidak terealisasi sepenuhnya.
Dari penerimaan pajak secara keseluruhan untuk tahun anggaran 2008, 2009 dan 2010 dapat diketahui bahwa penerimaan pajak di KPP Pratama Banda Aceh belum pernah mengalami peningkatan dan belum mencapai target yang telah ditetapkan. Dari tabel 4.3 dapat dilakukan analisa perbandingan antara target anggaran dengan realisasi penerimaan PPh dari tahun 2008, 2009 dan 2010. Pada
Ratna Mutia* adalah Dosen Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Juli 2016 Volume 26 Nomor 1
tahun 2008 terlihat target anggaran penerimaan sebesar Rp. 40.432.765 sementara yang terealisasi hanya Rp.35.752.523, ini berarti efektifitas penerimaan Pajak Penghasilan pada tahun 2008 hanya sebesar 88,4%, untuk tahun 2009 terlihat target anggaran penerimaan sebesar Rp. 57.423.469 sedangkan yang terealisasi adalah sebesar Rp. 44.063.404. Penerimaan Pajak Penghasilan untuk tahun 2009 lebih rendah dibandingkan tahun 2008 atau turun 11,7% dari tahun sebelumnya. Sedangkan pada tahun 2010 target anggaran penerimaan adalah sebesar Rp. 62.449.068 dan yang terealisasi adalah sebesar Rp. 58.041.098 . Penerimaan Pajak Penghasilan untuk tahun 2010 memang lebih besar dibandingkan dua tahun sebelumnya yaitu tahun 2008 dan tahun 2009 tetapi juga belum mencapai target yang telah ditetapkan sebelumnya, efektifitas penerimaan Pajak Penghasilan untuk tahun 2010 adalah sebesar 92,7% lebih efektif dari dua tahun sebelumnya. Dari 3 (tiga) periode tahun pajak yang terakhir diketahui bahwa KPP Pratama Banda Aceh belum berhasil merealisasikan rencana anggaran penerimaan pajak sepenuhnya. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan adalah tingkat kepatuhan wajib pajak yang masih rendah. Jumlah wajib pajak yang terdata di tahun 2008 adalah 90.154 orang tetapi yang membayar pajak hanya 80.096 orang, untuk tahun 2009 jumlah wajib pajak yang terdaftar adalah sebanyak 112.342 orang dan yang membayar pajak hanya 90.658 orang saja. Sedangkan pada tahun 2010 jumlah wajib pajak yang terdaftar mencapai 278.347 orang tetapi yang patuh dan membayar pajak hanya 205.769 orang untuk seluruh wilayah kerja KPP Pratama Banda Aceh. Perbandingan realisasi anggaran wajar dilakukan jika yang dijadikan perbandingan adalah budget yang telah ditentukan oleh pusat dalam hal ini adalah DJP. Pusat memiliki standar/ukuran tersendiri dalam menentukan budget. Penerimaan Pajak Penghasilan yang telah dibahas di atas merupakan penerimaan Pajak Penghasilan secara keseluruhan atau penggabungan dari semua jenis Pajak Penghasilan yang terdiri dari: a) Pph Pasal 21 Adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium dan pembayaran lain dengan nama apapun yang diterima atau
269
diperoleh Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan, jabatan, jasa dan kegiatan. b) Pph Pasal 22 1) Yaitu pajak yang di pungut oleh: Bendaharawan pemerintah pusat/dareah, instansi atau lembagalembaga negara lainnya, berkenaan dengan pembayaran atas penyerahan barang 2) Badan-badan tertentu, baik badan pemerintah maupun swasta, berkenaan dengan kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain. c) Pph Pasal 22 Impor Setiap Wajib Pajak yang melakukan impor akan dikenakan Pph Pasal 22 impor oleh Ditjen Bea dan Cukai kecuali yang mendapat fasilitas pembebasan (memperoleh Surat Keputusan Bersama). d) Pph Pasal 23 Adalah Pajak Penghasilan yang dipotong atas penghasilan yang berasal dari modal penyerahan jasa atau hadiah dan penghargaan, selain yang telah dipotong Pph Pasal 21. e) Pph Pasal 25/29 Orang Pribadi Merupakan angsuran pajak penghasilan pada tahun berjalan. Besarnya Pph Pasal 25 pada umumnya ditentukan oleh besarnya pajak penghasilan terutang tahun sebelumnya dengan memprtimbangkan berbagai faktor. f) Pph Pasal 25/29 Badan Adalah pajak penghasilan yang dikenakan terhadap Wajib Pajak dalam satu periode tertentu dengan cara pembayaran di muka atau pembayaran cicilan setiap bulan. g) Pph Final dan Fiskal luar Negeri Yaitu pajak penghasilan yang wajib dibayar oleh setiap orang pribadi yang akan bertolak keluar negeri. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian di KPP Pratama Banda Aceh, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan, yaitu: 1. Penerimaaan Pajak Penghasilan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bnada Aceh belum dapat dikatakan efektif, hal ini di sebabkan karena target penerimaan pajak yang telah di rencanakan tidak sesuai dengan realisasinya
Ratna Mutia* adalah Dosen Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh
Ratna Mutia, Analisis Efektifitas Penerimaan Pajak Penghasilan
2.
3.
4.
Realisasi penerimaan pajak di KPP Pratama Banda Aceh, khususnya untuk PPh belum sesuai dengan target anggaran penerimaan pajak. Tingkat kepatuhan wajib pajak di wilayah kerja KPP Pratama Banda Aceh masih sangat minim, begitu juga dengan ekstensifikasi yang dilakukan juga masih sangat rendah. Target penerimaan pajak di KPP Pratama Banda Aceh seharusnya tidak di susun oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) pusat tetapi disusun sendiri oleh KPP Pratama Banda Aceh, Karena KPP Pratama Banda Aceh lebih tahu akan potensi pajak yang ada diwilayah kerjanya.
Saran Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan terhadap penelitian ini maka saransaran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut : 1. Direktorat Jenderal Pajak (DJP) sebaiknya menggunakan sistem yang lebih tepat dalam menyusun anggaran perencanaan dan penerimaan pajak agar hasil yang diperoleh lebih realistis lagi, dalam hal ini sebaiknya anggaran perencanaan dan penerimaan pajak disusun oleh KPP yang bersangkutan. 2. KPP Pratama Banda Aceh seharusnya lebih terbuka kepada masyarakat, apalagi kepada mahasiswa/mahasiswi yang ingin memperoleh data untuk menyelesaikan tugas akhir. 3. KPP Pratama Banda Aceh seharus nya lebih giat lagi dalam memberikan penyuluhan-penyuluhan kepada masyarakat guna meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar pajak. DAFTAR PUSTAKA Abduh, Haryo, (2003). Penghitungan Potensi Pajak di Tingkat KPP. Majalah Berita Pajak No. 1486/Tahun XXXV/1 Maret 2003. Hati, (2011), Efektifitas Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Yogyakarta Periode 2011-2012. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
270
Husein Umar, (2004). Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka. Ikatan Akuntansi Indonesia (2002). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta. Salemba Empat. Judisseno, Rimsky K. (1999). Perpajakan. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka. Kartasapoetra (2002). Pajak Penghasilan. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka. Markus Muda. (2002). Pajak Penghasilan. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka. Marihot P.Siahaan. (2006). Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta. PT. Raja Grafindo. Mahmudi (2007). Manajemen Kinerja Sektor Publik. UPP AMP YKPN. Yogyakarta. Mohammad Zain. (2005). Manajemen Perpajakan . Jakarta. Salemba Empat. Octaviana S. (2012). Analisis Efektivitas Dan Efesienso Pajak Daerah Serta Kontribusinya Terhadap Pendapatan Asli Daerah di Provinsi Jawa Tengah. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Dian Nuswantoro. Semarang. PutroArief. (2009). Perlakuan Pajak Penghasilan Atas Employee Stock Option Plan (ESOP). Fakultas Ekonomi Program Magister Akuntansi. Jakarta. Siti Resmi. (2008). Perpajakan Teori dan Kasus edisi empat. Jakarta. Salemba Empat Sondang P. Siagian (2002). Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta. Rineka Cipta. Soetrisno, (2002). Kapita Selekta Ekonomi Indonesia edisi kedua. Yogyakarta. Andi Offset. Tjahjono Ahmad, Husain Muhammad F. (2002). Perpajakan. UPP AMP YKPN. Yogyakarta. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang perubahan Atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 Tentang Pajak Penghasilan. Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008. Waluyo, (2002). Perpajakan Indonesia. Jakarta. PT. Salemba Empat.
Ratna Mutia* adalah Dosen Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh