Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2016 Volume 27 Nomor 2
318
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS XI.1 IS DI SMA NEGERI 5 BANDA ACEH
Nurlaili Guru SMA Negeri 5 Banda Aceh email:
[email protected]
Abstrak Model pembelajaran kooperatif contextual teaching learning (CTL), dapat digunakan sebagai upaya menumbuh kembangkan pola pikir kritis dan melahirkan kemampuan implementasi dari konsep ilmu yang diperoleh peserta didik, memupuk kerjasama antar peserta didik dalam kelompoknya. Judul penelitian: Penerapan Model Pembelajaran CTL Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Geografi Kelas XI IS.1 di SMA Negeri 5 Banda Aceh. Rumusan masalah: 1) Apakah penerapan model pembelajaran CTL dapat meningkatkan hasil belajar siswa?; 2. Bagaimanakah respon siswa dalam pembelajaran CTL?. Tujuan penelitian untuk mengetahui : 1) peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif CTL; 2) respon siswa dalam pembelajaran CTL. Jenis penelitian: Penelitian Tindakan Kelas (PTK), terdiri dari 2 siklus yang dilaksanakan dalam empat tahapan yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitian siswa kelas XI IS.1 berjumlah 20 siswa. Tehnik Pengumpulan data menggunakan tes pada akhir siklus. Teknik pengolahan data menggunakan rumus persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran CTL memiliki dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan etuntasan belajar siswa pada setiap siklus, yaitu siklus I (72,7%,), siklus II (90%), Respon siswa sangat senang dan antusias dalam mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran CTL. Dapat disarankan bahwa model pembelajaran CTL dapat digunakan pada kompetensi Pelestarian Lingkungan Hidup dan Pembangunan Berkelanjutan. Kata Kunci: Model Pembelajaran Kooperatif Belajar.
PENDAHULUAN Upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan suatu hal yang harus dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan karena melalui SDM yang handal, diharapkan akan lahirnya insan-insan pembangunan yang memiliki kecerdasan dan skill yang diharapkan dalam melanjutkan estafet pembangunan. Salah satu upaya yang dapat ditempuh dalam meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia adalah melalui pendidikan yang terencana dan sistematis Proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan paling utama didalam pendidikan di sekolah. Dalam proses ini diharapkan akan tercapainya tujuan pendidikan secara umum maupun secara khusus seperti perubahan
Contextual Teaching Learning, Hasil
tingkah laku siswa menuju kearah yang lebih baik, meningkatnya hasil belajar dan keterampilan siswa sehingga harapan siswa memiliki kemampuan dalam menghadapi perubahan zaman. Model pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi di dunia nyata dan membantu siswa mempelajari konsep sekaligus menerapkan pengetahuan yang dimilikinya dalam kehidupan nyata. Untuk menyampaikan materi geografi kelas XI ilmuilmu sosial pada standar kompetensi menganalisis pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup, penulis mencoba
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2016 Volume 27 Nomor 2
penyampaian materi tersebut dengan penerapan model pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning). Hal ini mengingat bahwa penyampaian materi yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan tidak hanya cukup untuk dipahami penguasaan konsep saja akan tetapi siswa mampu mengaitkan materi dengan kehidupan nyata yang dapat mewariskan nilai-nilai praktik yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka penulis tertarik untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Geografi Kelas XI. I.S.1 di SMA Negeri 5 Banda Aceh”. TINJAUAN PUSTAKA Pembelajaran merupakan terjemahan dari kata “intruction” yang dalam bahasa Yunani disebut intructus atau “intruere” yang berarti menyampaikan pikiran, dengan demikian arti intruksional menurut Sadiman, adalah “Menyampaikan pikiran atau ide yang telah diolah secara bermakna melalui pembelajaran”.1 Menurut Miarso, “Pembelajaran disebut juga kegiatan pembelajaran (intruksional) adalah usaha mengelola lingkungan dengan sengaja agar seseorang membentuk diri secara positif tertentu dalam kondisi tertentu”.2 Jadi inti dari pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses belajar pada diri peserta didik. Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan strategi pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik (student centred). Interaksi yang berlangsung dalam proses belajar dan pembelajaran, meliputi: 1) Interaksi antara pendidik dengan peserta didik; 2) Interaksi antar sesama peserta didik atau antar sejawat;
319
3) Interaksi peserta didik dengan nara sumber; 4) Interaksi peserta didik bersama pendidik dengan sumber belajar yang sengaja dikembangkan; 5) Interaksi peserta didik bersama pendidik dengan lingkungan sosial dan alam.3 Dari uraian di atas dalam kegiatan pembelajaran perlu dipilih model pembelajaran yang tepat agar tujuan dapat dicapai. Kegiatan belajar hanya bisa berhasil jika peserta didik belajar secara aktif mengalami sendiri proses belajar. Kegiatan pembelajaran ini akan menjadi bermakna bagi peserta didik jika dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa aman bagi peserta didik. Menurut Sumiati, “Pembelajaran kontekstual adalah terjemahan dari istilah Contextual Teaching and Learning (CTL). Kata Contextual berasal dari kata Contex yang berarti hubungan, konteks, suasana, atau keadaan”.4 Dengan demikian Contextual diartikan yang berhubungan dengan suasana (konteks), sehingga Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat diartikan sebagai suatu pembelajaran yang berhubungan dengan kehidupan nyata. Contextual Teaching and Learnning (CTL) adalah sistem pembelajaran yang cocok dengan kinerja otak, untuk menyusun polapola yang mewujudkan muatan akademis dengan konteks kehidupan sehari-hari peserta didik. Hal ini penting diterapkan agar informasi yang diterima tidak hanya disimpan dalam memori jangka pendek yang mudah dilupakan, tetapi dapat disimpan dalam memori jangka panjang sehingga akan dihayati dan diterapkan dalam tugas pekerjaan. Dalam mengimplementasikan model pembelajaran CTL diperlukan perencanaan permbelajaran yang sesuai dengan konsep dan prinsip dari pembelajaran. Adapun prinsip pembelajaran kontekstual yang perlu diterapka oleh guru adalah: “1) konstruktivisme (construktivism); 2) menemukan (inquiry) ; 3) bertanya (questioning); 4) masyarakat belajar (learning community); 5) pemodelan (modeling); 6) refleksi (reflection) dan 7) penilaian sebenarnya (authentic assessment)”. Penerapan pembelajaran CTL yang dalam proses belajar mengajar perlu mengikuti
Nurlaili, Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
langkah-langkahnya sehingga akan lebih terarah pelaksanaan pembelajaran. Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sebagai berikut: “1) kegiatan awal, 2) kegiatan inti, 3) kegiatan inti”.5, berikut penjelasan masing-masing langkah-langkah tersebut: 1. Kegiatan awal - Guru menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran - Apersepsi, sebagai penggalian pengetahuan awal siswa terhadap materi yang akan dipelajari - Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dengan pokok-pokok materi yang akan dipelajari - Penjelasan tentang pembagian kelompok dan cara belajar 2. Kegiatan inti - Siswa bekerja dalam kelompok menyelesaikan permasalahan yang diajukan oleh guru - Siswa dalam kelompok menyelesaikan lembaran kerja siswa (LKS) yang diberikan oleh guru, guru berkeliling untuk mengamati, memotivasi, dan menfasilitasi kerjasama - Siswa wakil kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok dan kelompok lain menanggapi hasil kerja kelompok yang mendapat tugas - Dengan mengacu pada jawaban siswa, melalui tanya jawab, guru dan siswa membahas cara penyelesaian masalah yang tepat - Guru mengadakan refleksi dengan menanyakan kepada siswa tentang halhal yang dirasakan siswa yang belum dipahami dengan baik, kesan dan pesan selama mengikuti pembelajaran 3. Kegiatan akhir - Guru dan siswa membuat kesimpulan - Siswa mengerjakan LKS - Siswa menukarkan lembaran tugas satu dengan yang lain , kemudian guru bersama siswa membahas penyelesaian lembar tugas dan sekaligus memberikan nilai pada lembar tugas sesuai kesepakatan yang telah diambil.
320
Berdasarkan uraian di atas maka pembelajaran CTL sangat baik diterapkan dalam proses belajar mengajar karena dapat meningkatkan keaktifan, kemampuan, dan pemahaman anak sehingga anak mengalami langsung dalam kehidupan nyata. Fungsi kelas bukan hanya sebagai tempat untuk mencatat atau menerima informasi dari guru, akan tetapi kelas digunakan untuk saling membelajarkan yang menekankan pada aktivitas siswa secara penuh baik fisik maupun mental . Dalam menerapkan berbagai model dalam pembelajaran tentunya memiliki kelebihan dan juga kelemahannya. a. Kelebihan Pembelajaran CTL 1) Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. 2) Pembelajaran akan lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep pada siswa karena model pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntut menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui “mengalami” bukan “menghafal”. b. Kelemahan pembelajaran CTL 1) Guru lebih intensif dalam membimbing, karena dalam metode CTL guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. 2) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan mengajak siswa agar menyadari dengan menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula. Belajar adalah kegiatan yang dialami oleh anak didik secara individual untuk
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2016 Volume 27 Nomor 2
mendapatkan tingkah laku baru dan merupakan suatu kegiatan mental yang tidak dapat diamati dari luar. “Belajar adalah kegiatan individu memperoleh pengetahuan dan kentrampilan dengan cara mengolah bahan belajar atau proses perubahan tingkah menurut laku, sikap, dan ketrampilan yang terjadi pada seseorang6”. Selain itu belajar dapat diartikan sebagai terjadinya perubahan dalam diri individu sebagai akibat dari kematangan, pertumbuhan, atau insting. Dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku pada seseorang dari tidak tahu menjadi tahu sebagai akibat dari pengetahuan dengan pengalaman yang baru didapatkan baik sikap, pengetahuan dan keterampilannya. Hasil belajar merupakan salah satu unsur dalam proses pembelajaran. Hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasilhasil belajar yang dicapai dengan kriteria tertentu, hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar pada dasarnya merupakan akibat dari suatu proses belajar, berarti bahwa optimalnya hasil belajar siswa bergantung pula pada proses belajar yang dikelola oleh guru. Menurut Gagne, ada lima katagori hasil belajar, antara lain: 1. Informasi verbal, yaitu tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang yang dapat diungkapkan melalui bahasa lain maupun tertulis kepada orang lain. 2. Kemampuan intelektual (intellectual skill), menunjuk pada “knowng how” yaitu bagaimana kemampuan seseorang berhubungan dengan lingkungan hidup dirinya sendiri. 3. Pengaturan kegiatan kognitif (cognitive strategy),yaitu kemampuan yang dapat menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. khususnya bila sedang belajar dan berfikir 4. Sikap yaitu sikap tertentu seseorang terhadap suatu objek. Misalnya siswa bersikap positif dan bersikap negatif. 5. Keterampilan motorik,yaitu seseorang mampu melakukan suatu rangkaian gerak gerik jasmani dalam urutan tertentu dengan mengadakan koordinasi antara gerak gerik berbagai anggota badan secara terpadu.7
321
Berdasarkan definisi-definisi di atas hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh seseorang setelah melalui kegiatan belajar. Untuk mencapainya orang tersebut harus mampu menggunakan informasi verbal, kemahiran intelektual, pengaturan kegiatan kognitif serta sikap dan kenterampilan motorik dalam belajar. Kegiatan belajar dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya. Apabila salah satu faktor tersebut mengalami gangguan maka proses belajar mengalami hambatan dan kesulitan. Menurut Slameto, Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat digolongkan menjadi dua yaitu: ”1) faktor internal yang terdiri dari faktor jasmaniah, psikologis serta faktor kelelahan, dan 2) faktor eksternal yang terdiri dari faktor keluarga dan masyarakat”.8 Geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau kewilayahan dalam kontek keruangan. Pembelajaran geografi adalah agar siswa memahami gejala lingkungan alam dan kehidupan dimuka bumi tentang wilayah serta permasalahan yang dihadapi sebagai akibat adanya saling pengaruh antara manusia dengan lingkungan. Secara sederhana Agus Diono, menjelaskan “Pembelajaran geografi adalah sebagai bidang ilmu yang menjelaskan tentang karakter geografi yang mencirikan tempattempat dipermukaan bumi sebagai dunia dan kehidupan manusia kedalam intruksi tersebut termasuk pemamfaatan sumber daya lingkungan oleh manusia bagi kepentingan hidupnya”9. Dari pengertian diatas dapat dilihat bahwa geografi dan studi geografi berkenaan dengan : 1. Permukaan bumi (geosfer); 2) Alam lingkungan (atmosfer, litosfer, hidrosfer); 3). Manusia dengan lingkungannya (antroposfer); 4). Penyebaran keruangan, gejala alam dan kehidupan termasuk persamaan dan perbedaan; 5). Analisis hubungan keruangan gejala-gejala geografi dipermukaan bumi.
Nurlaili, Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
Ruang lingkup inilah yang memberikan ciri dari karakteristik geografi, oleh karena itu pembelajaran geografi meliputi : a. Alam lingkungan yang menjadi sumber daya bagi kehidupan. b. Penyebaran manusia dengan variasi kehidupannya. c. Interaksi keruangan umat manusia dengan alam lingkungan yang memberikan variasi terhadap ciri khas tempat dipermukaan bumi. d. Kesatuan regional yang merupakan perpaduan antara daratan, peraiaran dan udara diatasnya Beberapa gejala alam yang mempengaruhi kehidupan manusia antara lain adalah iklim, gempa bumi, vulkanisme, dan bentuk permukaan bumi, gejala alam ini mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap kehidupan manusia, karena keadaan alam tidak dinamis dan tidak mengalami perubahan secara cepat bila dibandingkan dengan keadaan manusia. Kerangka Berfikir Upaya peningkatan proses belajar mengajar, khususnya mata pelajaran geografi kelas XI IS.1 di SMA Negeri 5 Banda Aceh merupakan hal yang perlu diupayakan peningkatan proses pembelajaran dan hasil belajar siswa menjadi lebih baik. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan merencanakan dan menerapkan model pembelajaran yang kooperatif. Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan dalam pembelajaran geografi adalah model pembelajaran kooperatif Contextual Learning. Model pembelajaran kooperatif Contextual Laerning adalah ”suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka”. Pada materi pembelajaran pelestarian lingkungan dan pembangunan berkelanjutan, siswa diharapkan tidak hanya menerima ilmu dari guru akan tetapi mampu berperan aktif mencari dan berbagi ilmu secara aktif kepada teman yang lain. Hal ini dapat dilakukan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Contextual Laerning. Untuk
322
lebih jelasnya kerangka pemikiran ini dapat digambarkan sebagai berikut: Realitas Hasil belajar geografi Siswa SMA Rendah
Penerapan model pembelajaran CTL
Proses belajar Meningkat
Aktivitas belajar siswa meningkat
Hasil belajar geografi siswa SMA Meningkat
Perencanaan RPP, metode, model, alat & sumber belajar, alat evaluasi, pelaksanaan KBM dan evaluasi hasil belajar
Gambar 1. Kerangka Berpikir Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas yang menjadi hipotesis pada Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah: penerapan model pembelajaran kooperatif Contextual Laerning dapat meningkatkan hasil belajar siswa . METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian 1. Tempat Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada SMA Negeri 5 Banda Aceh kelas XI.IS.1 semester genap tahun ajaran 2014-2015. Lokasi sekolah penelitian terletak di Jl. Hamzah Fansuri No. 3 Kopelma Darussalam Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh. 2. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari sampai dengan April 2015. B. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI. IS.1 SMA Negeri 5 Banda Aceh yang berjumlah 23 siswa. Berdasarkan pengamatan selama mengajar di kelas tersebut
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2016 Volume 27 Nomor 2
hampir semua siswa memiliki pemahaman yang sama dan kecerdasan mereka sangat heterogen. C. Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Dokumentasi Dokumentasi adalah data yang sudah ada dan data tersebut diperlukan oleh peneliti dalam menyelesaikan penulisannya. b. Tes. Tes dilakukan pada setiap akhir proses pembelajaran dengan menggunakan instrumen tes tertulis, soal yang diberikan sudah disiapkan sesuai dengan materi yang dilaksanakan pada setiaap akhir siklus I dan siklus II. c. Observasi Observasi dilakukan dengan menggunakan lembaran isntrumen untuk melihat kegiatan siswa dalam proses pembelajaran diantaranya adalah aktivitas siswa pada saat melakukan diskusi Observasi dilakukan oleh guru kolaborasi sebagai observer pada saat proses belajar mengajar berlangsung. D. Teknik Analisa Data 1. Persentase Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Analisis data untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mencapai indikator dengan menerapkan model CTL dengan statistik deskriptif, yaitu:
P
F 100% N
(Sudijono, 2005:43) Keterangan: P = Persentase keberhasilan PBM F = Frekuensi siswa yang jawab benar. N = Jumlah siswa. 2. Observasi dengan analisis deskriptif berdasarkan hasil observasi aktifitas siswa dalam proses pembelajaran dan observasi PBM guru serta refleksi. Untuk menghitung prosentase pencapaian tiap siklus menggunakan rumus : Teknik Penskoran : Nilai =
Skor yang diperoleh x 100 % Skor maksimum
Kr:iteria penilaian: Nilai baik : 80-100 Nilai cukup : 65-79 Nilai kurang: 0-64 E. Indikator Keberhasilan Adapun indikator keberhasilan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah: 1. Terjadi peningkatan hasil belajar siswa yaitu sebanyak 80% siswa mencapai ketuntasan belajar belajar secara klasikal. 2. Terjadi peningkatan respon siswa pada setiap siklus. F. Desain Penelitian Desain dalam penelitian ini mengacu pada desain penelitian yang diadaptasi dari model penelitian tindakan menurut Kemmis dan Taggart (Agustiani, 2010), sebagai berikut:
Perencanaan
SIKLUS I Refleksi I
Observasi
Pelaksanaan
Perencanaan SIKLUS II
US I Refleksi II
Observasi
323
Pelaksanaan
Nurlaili, Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
G. Prosedur penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari 2 siklus. Adapun langkah-langkah dalam setiap siklus terdiri dari: a. Pengembangan plan (perencanaan) Pada tahap penyusunan rencana, penulis melakukan persiapan-persiapan terhadap pelaksanaan kegiatan meliputi: 1) menetapkan materi yang akan diajarkan; 2) menyusun Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP); 3) menyusun instrument penilaian atau tes. b. Act (tindakan) Pada tahap ini dilakukan proses implementasi act (tindakan) dari Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dirumuskan yang terdiri dari II siklus. c. Observer (pengamatan) Observasi dalam penelitian ini dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Observasi dilakukan oleh peneliti dan observer lainnya. d. Reflect (perenungan) Refleksi dilakukan setelah selesai PBM pada siklus I, hasil observasi yang dilakukan observer didiskusikan bersama antara peneliti dengan guru observer tepat dijadikan sebagai pedoman drkait pelaksanaan PBM pada siklus I dan hasilnya dapat dijadikan pedoman untuk melakukan revisi RPP pada siklus II.
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Analisis Data Penelitian Persiklus Siklus I a. Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pembelajaran siklus 1, LKS , soal tes formatif dan alat-alat pengajaran yang mendukung. b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada bulan Januari sampai bulan April 2015 di kelas XI.IS. 1 yang berjumlah 20 siswa. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. c. Pengamatan (observasi) Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan belajar mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar pada siklus I siswa diberi tes dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Nilai Tes Pada Siklus I NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
NAMA Akmalul Iman Amirul Handika Asria Munira Ayu Yunita Dina Amalia Hafizhul Azmi Ikal Kadri Indra Kharisma Intan Mulia Melisa Safitri Mujibur Rahman M. khaibar Abrar Nadia Lismayeni Novia Puput Aulia Putri Putri Amelia Riza Miranda T.Al Muhaimin
324
NILAI ANGKA 85 3,4 80 3,2 75 3,0 90 3,6 80 3,2 75 3,0 60 2,4 65 2,6 70 2,8 80 3,2 60 2,4 65 2,6 95 3,8 75 2,8 75 2,8 100 4 70 2,8 80 3,2
KET HRF B+ B+ B AB+ B C+ BBB+ C+ BABBA BB+
T √ √ √ √ √
TT
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
325
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2016 Volume 27 Nomor 2
19 20
Ayu Riska Utami 85 3,4 Fajar Maulana 80 3,2 Jumlah 60 Jumlah Nilai Tercapai 1450 Jumlah Skor Maksimal Ideal : 2000 Rata-Rata Nilai Tercapai : 72,50 ( 2,9 / B-) Keterangan: Jumlah siswa yang tuntas : 15 Jumlah siswa yang belum tuntas :5
B+ B+
√ 15
√ 5
Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Tes Akhir Siswa Pada Siklus I Hasil No Uraian Siklus I 1 Nilai rata-rata tes Akhir 72,50 2 Jumlah siswa yang tuntas belajar (2,9) 3 Persentase ketuntasan belajar 15 75% Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran Contextual Teaching And Learning diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 72,50 (2,9) dengan nilai huruf B- dan ketuntasan belajar mencapai 75% atau ada 15 siswa dari 20 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 2,67 (B-) hanya sebesar 75% lebih kecil dari Tabel 3. Respon Siswa Siklus I No PERNYATAAN 1 Saya menyukai penerapan model pembelajaran Contextual Teaching And Learning karena melibatkan siswa saling membantu dan mendukung 2 Model pembelajaran Contextual Teaching And Learning menurut saya dapat saling bekerja sama saling tergantung (interdependen) untuk menyelesaikan tugas. 3 Saya menyukai model pembelajaran Contextual Teaching And Learning karena efektif melibatan siswa dalam prosedur pembelajaran. 4 Saya lebh paham jika dalam pembelajaran menggunakan
persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 80%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru mengalami proses belajar dengan menerapkan model pembelajaran Contextual Teaching And Learning, sehingga anak masih kurang dalam menghubungkan konsep dari materi yang diajarkan dengan kehidupan nyata. Hasil observasi berikut ini akan dipaparkan hasil respon siswa dapat dilihat pada tabel berikut :
SS
S v
v
v
v
N
TS
STS
Nurlaili, Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
5
model pembelajaran Contextual Teaching And Learning Saya menyukai suasana senang dan semangat dalam setiap pembelajaran
Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa rata-rata respon siswa senang mengikuti pembelajaran melalui pembelajaran Contextual Teaching And Learning. Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut: 1. Guru kurang baik dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan tujuan pembelajaran 2. Guru kurang baik dalam pengelolaan waktu 3. Siswa kurang begitu antusias selama pembelajaran berlangsung. d. Refleksi Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya. 1) Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan. 2) Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan informasiinformasi yang dirasa perlu
v
3) Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa sehingga siswa bisa lebih antusias. 2. Siklus II a. Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran siklus 1I, LKS , soal tes formatif dan alat-alat pengajaran yang mendukung. b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan belajar mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar pada siklus II siswa diberi tes dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut:
Table 4. Nilai Tes Pada Siklus II NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
NAMA Akmalul Iman Amirul Handika Asria Munira Ayu Yunita Dina Amalia Hafizhul Azmi Ikal Kadri Indra Kharisma Intan Mulia Melisa Safitri Mujibur Rahman M. khaibar Abrar Nadia Lismayeni
326
NILAI ANGKA 90 3,6 85 3,4 80 3,2 100 4,0 85 3,4 80 3,2 80 3.2 75 3,0 75 3,0 85 3,4 65 2,6 65 2,6 95 3,8
HRF A. B+ B+ A B+ B+ B+ BBB+ C+ BA-
T √ √ √ √ √
KET TT
√ √ √ √ √ √ √
327
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2016 Volume 27 Nomor 2
14 15 16 17 18 19 20
Novia 75 2,8 Puput Aulia Putri 75 2,8 Putri Amelia 100 4 Riza Miranda 70 2,8 T.Al Muhaimin 80 3,2 Ayu Riska Utami 85 3,4 Fajar Maulana 80 3,2 Jumlah 60 Jumlah Nilai Tercapai 1655 Jumlah Skor Maksimal Ideal : 2000 Rata - Rata Nilai Tercapai : 82,75 ( 34,3/ B+) Keterangan: Jumlah siswa yang tuntas : 18 Jumlah siswa yang belum tuntas :2
BBA BB+ B+ B+
√ √ √ √
√ 18
2
Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Tes Akhir Siswa Pada Siklus I Hasil No Uraian Siklus I 1 Nilai rata-rata tes Akhir 82,7 2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 18 3 Persentase ketuntasan belajar 90% Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran Contextual Teaching And Learning diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 82,7 dan ketuntasan belajar mencapai 90% atau ada 18 siswa dari 20 siswa sudah tuntas belajar dan 10% atau ada 2 dari 20 siswa yang belum tuntas. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus kedua secara klasikal siswa sudah tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 2,67 keatas meningkat menjadi 90%
lebih besar dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 80%. Hal ini disebabkan karena siswa sudah lebih memahami proses belajar dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching And Learning sehingga anak lebih fokus pada tujuan pembelajaran yang diharapkan yaitu pembelajaran dengan mengaitkan konsep dari materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata.. Hasil observasi respon siswa dapat dilihat pada table berikut ini:
Table 6. Respon Siswa Siklus II No 1
2
3
PERNYATAAN Saya menyukai penerapan model pembelajaran contextual teaching and learning karena melibatkan siswa saling membantu dan mendukung Model pembelajaran contextual teaching and learning menurut saya dapat saling bekerja sama dan saling membantu untuk menyelesaikan tugas. Saya menyukai model pembelajaran contextual teaching and learning karena efektif
SS
v
v
v
S
N
TS
STS
328
Nurlaili, Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
4
5
melibatan siswa dalam prosedur pembelajaran. Saya lebih paham jika dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran contextual teaching and learning Saya menyukai suasana senang dan semangat dalam pembelajarankan setiap pembelajaran
Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa rata-rata respon siswa sangat senang mengikuti pembelajaran melalui pembelajaran kooperatif contextual teaching and learning. c. Refleksi Pelaksanaan kegiatan belajar pada siklus II ini dapat meminimalisir kekurangan. Maka pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif contextual teaching and learning ini cukup dilaksanakan sampai siklus II B. Pembahasan 1. Pembahasan Antar Siklus Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pelaksanaan siklus I,dan II, maka dapat dikatakan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar dan respon siswa pada materi pelestarian lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan. Hasil belajar siswa yang diperoleh pada siklus I belum sesuai dengan harapan yang diinginkan yaitu lebih besar dari 2,67. Hasil belajar siklus I sebesar 72,5% siswa tuntas memperoleh nilai diatas 2,67 keatas sesuai dengan nilai ketuntasan belajar. Mendapatkan hasil belajar yang belum sesuai dengan harapan yang diinginkan, maka dilanjutkan dengan siklus II untuk memperbaiki dan menyempurnakan hal-hal atau aspek yang masih kurang maksimal pada siklus I. Setelah dilakukan siklus II, ternyata terjadi peningkatan jumlah siswa yang memperoleh nilai lebih besar 2,67 sebesar 90%. Data hasil belajar siswa antar siklus dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
v
v
Tabel 7. Data Hasil Belajar Siswa Antar Siklus TIDAK TUNTAS TUNTAS SIKLUS JMLH JMLH % % SISWA SISWA I
15
72,5
8
34,69
II
20
90
3
2
Respon siswa sangat senang belajar dengan menerapkan model pembelajaran CTL. Hal ini dapat dilihat dari proses pembelajaran dengan mengaitkan permasalahan dan penyelesaian masalah dengan lingkungan, antusias semangat dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan, menjawab soal-soal dengan teliti sehingga hasil belajar siswa mengalami peningkatan pada setiap siklus KESIMPULAN Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama dua siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan sertaanalisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran CTL memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (72,7%), siklus dan II (90%). 2. Respon siswa sangat senang belajar dengan menerapkan model pembelajaran CTL. Hal ini dapat dilihat dari proses pembelajaran dengan mengaitkan permasalahan dan penyelesaian masalah dengan lingkungan, antusias semangat dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan, menjawab soal-soal dengan teliti sehingga hasil
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2016 Volume 27 Nomor 2
belajar siswa mengalami peningkatan pada setiap siklus. Dari hasil penelitian yang diperoleh, maka penulis menyarankan sebagai berikut: 1. Semoga dapat memberikan kontribusi bagi guru dalam mengupayakan pembelajaran yang berkualitas. Khususnya dalam memilih model pembelajaran yang cocok dengan materi yang diajarkan. 2. Dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa, guru hendaknya lebih kreatif dan inovatif dalam memotivasi siswa dengan berbagai model dan metode pembelajaran yang relevan dengan materi yang diajarkan.. 3. Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru dapat menyusun perencanaan yang matang agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal DAFTAR PUSTAKA Arief S, Sadiman, Dkk, (1996). Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali. Dimyati dan Mudjiono, (2002). Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Putra. Diono, Agus, (2008). Geografi Kelas XI (Jakarta : Erlangga. Peraturan Menteri Republik Indonesia Nomor 59. (2014). Kurikulum 2013 SMA/MA, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan: Jakarta. Peraturan Menteri Republik Indonesia Nomor 103. (2014). Tentang Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan: Jakarta. Peraturan Menteri Republik Indonesia Nomor 104. (2014). Tentang Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan: Jakarta. Sanjaya, Wina. (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana. Sukardi. (2004). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara. Sumiati. (2007). Metode pembelajaran. Bandung: Wacana Prima. UU RI No.14 (2005). Undang-Undang Guru dan Dosen, Jakarta: Asa Mandiri.
329
UU RI No.20 (2003). Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta:Sinar Grafika. Yusuf, Hadi Miarso. (2004). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media. ------------. (2008). Penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pendidikan di Era Globalisasi, Jakarta: Kencana.