Jurnal Mantik Penusa
Vol 16 No 2 Desember 2014
ISSN 2088-3943
PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG DIAJARKAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE EKSPOSITORI BERBASIS PETA PIKIRAN DAN BERBASIS PETA KONSEP PADA POKOKBAHASAN PANGKAT DAN BENTUK AKAR DI KELAS X SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 MEDAN TAHUN PELAJARAN 2015/2016 AWALUDIN FITRA, S.Pd., M.Si Prodi Teknik Informatika STMIK PELITA NUSANTARA MEDAN
[email protected] ABSTRAK Penelitian yang dilakukan di SMA Kemala Bhayangkari 1 Medan ini bertujuan untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa yang diajar dengan metode ekspositori berbasis peta pikiran lebih tinggi dari hasil belajar siswa yang diajar dengan metode ekspositori berbasis peta konsep. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan memberikan perlakuan kepada kedua kelompok sampel penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Kemala Bhayangkari 1 Medan yaitu sebanyak lima kelas dengan rata-rata jumlah siswa 35 orang. Sampel penelitian diambil dua kelas yang ditentukan dengan teknik random sampling, yaitu Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II masing-masing sebanyak 35 siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dalam bentuk objektif tes, yaitu untuk soal pretes dan postes masing-masing sebanyak 15 soal yang masing-masing telah dinyatakan valid dan reliabel. Sebelum pengujian hipótesis terlebih dahulu diuji normalitas dan homogenitas tes. Normalitas diuji dengan menggunakan teknik Lilliefors dan homogenitas dengan menggunakan uji F. Dari pengujian yang dilakukan diperoleh bahwa kedua sampel berdistribusi normal dan homogen. Hasil penelitian diperoleh bahwa rata-rata hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode ekspositori berbasis peta pikiran lebih tinggi dari hasil belajar siswa yang diajar dengan metode ekspositori berbasis peta konsep dengan hasil pengujian hipotesis diperoleh thitung > ttabel yaitu 2,626 > 1,669 pada taraf 0,05 . Hasil belajar siswa kelas Eksperimen I diperoleh ratarata pretes sebesar 36,76 dan rata-rata postes sebesar 81,33. Sedangkan hasil belajar siswa kelas Eksperimen II diperoleh rata-rata pretes sebesar 36,95 dan rata-rata postes sebesar 74,10. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada saat sekarang, sangat berpengaruh terhadap segala dimensi kehidupan manusia. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas yang mampu menghadapi berbagai tantangan dan mampu bersaing. Sumber daya yang berkualitas hanya dapat dihasilkan melalui pendidikan yang berkualitas. Pendidikan merupakan suatu wadah untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan keahlian. Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dinilai cukup memegang peranan penting dalam membentuk siswa
menjadi berkualitas, karena matematika merupakan suatu sarana berpikir untuk mengkaji sesuatu secara logis dan sistematis. Seperti yang diungkapkan oleh Hamalik [1] bahwa : “Dalam pelajaran berhitung kita akan menemukan tujuan-tujuan sebagai berikut : 1. Menanamkan, memupuk, dan mengembangkan pengetahuan dan kecakapan dasar berhitung yang praktis. 2. Menanamkan, memupuk, dan mengembangkan kemampuan berpikir logis dan kritis dalam pola berpikir abstrak sehingga mampu memecahkan soal-soal yang dihadapinya dalam kehidupan seharihari. 3. Menanamkan, memupuk, dan mengembangkan kemampuan untuk hemat dan pandai menghargai waktu, rasional ekonomi. 1
Junal Manajemen dan Informatika Komputer Pelita Nusantara
Jurnal Mantik Penusa
4. Menanamkan, memupuk, dan mengembangkan sikap gotong royong, jujur, serta percaya kepada diri sendiri.” Peningkatan mutu pendidikan matematika sangat diperlukan, khususnya peningkatan prestasi belajar matematika siswa di sekolah. Peranan matematika yang begitu penting, dan siswa yang merupakan keluaran pendidikan yang akan menghadapi perkembangan IPTEK sering mendapat kritikan dari berbagai kalangan yang mengarah pada hasil belajar matematika siswa yang masih rendah. Seperti yang diungkapkan Zainurie [2] sebagai berikut : “Banyak orang bilang “Mutu Pendidikan Indonesia”, terutama dalam mata pelajaran matematika, masih rendah. Banyak data yang mendukung opini ini, seperti : Data UNESCO menunjukkan, peringkat matematika Indonesia berada di deretan 34 dari 38 negara. Sejauh ini, Indonesia masih belum mampu lepas dari deretan penghuni papan bawah. Hasil penelitian tim Programme of International Student Assessment (PISA) menunjukkan, Indonesia menempati peringkat ke-9 dari 41 negara pada kategori literatur matematika. Rendahnya hasil belajar siswa mencerminkan bahwa siswa memiliki kesulitan dalam belajar matematika baik dalam pemahaman konsep, penerapan dan penyelesaian suatu masalah. Faktor belajar matematika siswa yang belum bermakna dan penggunaan metode mengajar guru yang kurang bervariasi menyebabkan kurangnya minat siswa untuk belajar matematika. Guru biasanya menggunakan metode konvensional (menerangkan dan mengerjakan latihan soal) yang tidak memberi daya tarik bagi siswa. Di dukung dengan materi yang dianggap sulit, pembelajaran ini sering terjebak pada kondisi yang membosankan dan tidak memberi peluang siswa untuk belajar dengan perasaan nyaman. Seperti dalam Syarif [3], bahwa : ”Diduga kuat, rendahnya hasil belajar siswa pada pelajaran matematika juga terkait erat dengan persoalan metode ataupun model pembelajaran.” Metode ekspositori adalah metode pembelajaran yang digunakan dengan memberikan keterangan, defenisi, prinsip dan
Vol 16 No 2 Desember 2014
ISSN 2088-3943
konsep materi pelajaran terlebih dahulu, serta memberikan contoh-contoh latihan pemecahan masalah dalam bentuk ceramah, demonstrasi, tanya jawab dan penugasan. Siswa mengikuti pola yang ditetapkan oleh guru secara cermat. Penggunaan metode ekspositori merupakan metode pembelajaran mengarah kepada tersampaikannya isi pelajaran kepada siswa secara langsung. Metode ekspositori digunakan oleh guru untuk menyajikan bahan pelajaran secara utuh atau menyeluruh, lengkap dan sistematis dengan penyampaian secara verbal. Dalam pembelajaran matematika siswa tidak cukup hanya sekedar mendengar dan melihat apa yang diajarkan oleh guru, karena hal itu hanya akan bertahan sementara dalam ingatan mereka, tetapi diperlukan adanya proses penyimpanan materi secara permanen yakni melalui proses pencatatan. Proses pencatatan akan membantu siswa dalam mengingat dan mengulang kembali materi yang telah diajarkan ketika dibutuhkan, terutama dalam pengerjaan latihan. Seperti yang diungkapkan oleh Mulyanto [4] : ”Pentingnya kegiatan mencatat ini tetap diyakini karena bagaimanapun kemampuan mengingat manusia sangat terbatas baik kualitas maupun kuantitasnya. Oleh karena itu, kegiatan mencatat diperlukan sebagai cara menutupi kelemahan itu.” Tanpa proses pencatatan, informasi yang diterima tidak akan optimal dan tidak akan bertahan lama dalam ingatan. Seperti dalam De Porter dan Hernacki [5] menyatakan bahwa: “Catatan diperlukan untuk mengingat apa yang tersimpan dalam memori. Tanpa mencatat dan mengulang, kebanyakan orang hanya mampu mengingat sebagian kecil materi yang mereka baca atau dengar.” Persoalan yang muncul kemudian adalah cara mencatat yang bagaimana yang mampu meningkatkan daya ingat sekaligus daya pikir itu. Salah satu teknik mencatat adalah peta pikiran (mind map). Menurut Mulyanto [6] “Teknik mencatat peta pikiran didefinisikan sebagai kegiatan merepresentasikan ide yang diungkapkan suatu wacana dengan menggunakan seluruh simbol grafis dalam satu gambar peta. Simbol grafis tersebut adalah kata, citra, angka, jarak, warna, simbol dll. Gambar peta yang dimaksud adalah hasil suatu rekonstruksi 2
Junal Manajemen dan Informatika Komputer Pelita Nusantara
Jurnal Mantik Penusa
gagasan dalam sebuah pola yang saling berkaitan, dengan topik utama di tengah, subtopik dan perincian menjadi cabang-cabang dan ranting-rantingnya.” Mind map adalah salah satu cara atau teknik mencatat yang kreatif dan efektif serta mengoptimalkan kerja kedua belahan otak. Seperti dalam Buzan [6]: “Mind map adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi keluar dari otak. Mind map adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan “memetakan” pikiranpikiran kita. Mind map juga sangat sederhana.” Teknik mencatat lainnya adalah peta konsep (concept map). Peta konsep digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisiproposisi. Proposisi merupakan dua atau lebih konsep yang dihubungkan oleh kata-kata dalam suatu unit semantik. Menurut Kholil,A [7]: “Peta konsep bukan hanya menggambarkan konsep-konsep yang penting melainkan juga menghubungkan antara konsep-konsep itu. Dalam menghubungkan konsep-konsep itu dapat digunakan dua prinsip, yaitu diferensiasi progresif dan penyesuaian integratif. Diferensiasi progresif adalah suatu prinsip penyajian materi dari materi yang sulit dipahami. Sedang penyesuaian integratif adalah suatu prinsip pengintegrasian informasi baru dengan informasi lama yang telah dipelajari sebelumnya.” Untuk membuat suatu peta konsep, siswa dilatih untuk mengidentifikasi ide-ide kunci yang berhubungan dengan suatu topik dan menyusun ide-ide tersebut dalam suatu pola logis. Kadang-kadang peta konsep merupakan diagram hirarki, kadang peta konsep itu memfokus pada hubungan sebab akibat. Peta konsep dapat menunjukkan secara visual berbagai jalan yang dapat ditempuh dalam menghubungkan pengertian konsep di dalam permasalahanya. Peta konsep yang dibuat murid dapat membantu guru untuk mengetahui miskonsepsi yang dimiliki siswa dan untuk memperkuat pemahaman konseptual guru sendiri dan disiplin ilmunya. Selain itu peta konsep merupakan suatu cara yang baik bagi siswa untuk memahami dan mengingat sejumlah informasi baru.
Vol 16 No 2 Desember 2014
ISSN 2088-3943
Pangkat dan Bentuk Akar merupakan salah satu pokok bahasan yang diajarkan di sekolah SMA kelas X, yang termasuk salah satu pelajaran yang cukup sulit, karena banyak menggunakan rumus-rumus dan sifat-sifat. Ini terbukti ketika peneliti mengadakan wawancara kepada beberapa siswa kelas X SMA Kemala Bhayangkari 1 Medan. Kebanyakan siswa mengaku kesulitan untuk mengingat dan menentukan rumus dan sifat mana yang harus dipakai dalam pengerjaan soal yang diberikan. Dari uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Diajarkan Dengan Menggunakan Metode Ekspositori Berbasis Peta Pikiran dan Berbasis Peta Konsep pada Pokok Bahasan Pangkat dan Bentuk Akar di Kelas X SMA Kemala Bhayangkari 1 Medan Tahun Pelajaran 2015/2016”. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut : 1. Hasil belajar matematika siswa masih rendah. 2. Metode mengajar yang digunakan guru kurang bervariasi. 3. Siswa menganggap matematika sebagai rumus yang rumit dan membingungkan. 4. Siswa sulit mengingat rumus yang banyak. 5. Siswa sulit menghubungkan sifat atau rumus yang satu dengan sifat atau rumus lainnya pada proses penyelesaian soal. 1.3. Batasan Masalah Agar permasalahan dalam penelitian ini lebih terarah dan jelas, maka penulis memberikan suatu batasan tentang masalah yang penulis teliti. Dalam kesempatan ini penulis hanya membahas tentang “Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Diajarkan dengan Menggunakan Metode Ekspositori Berbasis Peta Pikiran dan Berbasis Peta Konsep pada Pokok Bahasan Pangkat dan Bentuk Akar di Kelas X SMA Kemala Bhayangkari 1 Medan Tahun Pelajaran 2015/2016”. 1.4. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode ekspositori berbasis peta pikiran lebih tinggi daripada hasil belajar 3
Junal Manajemen dan Informatika Komputer Pelita Nusantara
Jurnal Mantik Penusa
siswa yang diajarkan dengan metode ekspositori berbasis peta konsep pada pokok bahasan pangkat dan bentuk akar di kelas X SMA Kemala Bhayangkari 1 Medan tahun pelajaran 2015/2016?” 1.5. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode ekspositori berbasis peta pikiran lebih tinggi daripada hasil belajar siswa yang diajarkan dengan metode ekspositori berbasis peta konsep pada pokok bahasan pangkat dan bentuk akar di kelas X SMA Kemala Bhayangkari 1 Medan tahun pelajaran 2015/2016.”
METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Kemala Bhayangkari 1 Medan dan dilaksanakan pada awal semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016. 3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Kemala Bhayangkari 1 Medan yaitu sebanyak 5 kelas. 3.2.2 Sampel Sampel dalam penelitian ini sebanyak 2 kelas yang diambil secara acak. Kepada kelas eksperimen I diberikan teknik pencatatan peta pikiran, dan pada kelas eksperimen II diberikan teknik pencatatan peta konsep. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. 3.3 Defenisi Operasional Penelitian ini berjudul perbedaan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode ekspositori berbasis peta pikiran dan berbasis peta konsep pada pokok bahasan pangkat dan bentuk akar di kelas X SMA Kemala Bhayangkari 1 Medan tahun pelajaran 2015/2016. 1. Peta pikiran : metode mencatat ringkas yang kreatif dan efektif yang dituangkan ke dalam bentuk kata kunci, simbol, garis melengkung, gambar dan warna, serta dibuat di satu kertas horizontal tak bergaris yang mencakup keseluruhan isi materi pelajaran. 2. Peta konsep : metode mencatat dalam bentuk bagan yang hirarki untuk menyatakan hubungan yang bermakna
Vol 16 No 2 Desember 2014
ISSN 2088-3943
antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi. Proposisi merupakan dua atau lebih konsep yang dihubungkan oleh kata-kata dalam suatu unit semantik. 3. Hasil belajar : merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar akibat dari proses belajar yang dilakukan. 3.4 Desain Penelitian Desain atau rancangan penelitian yang digunakan adalah pretest-posttest control group design dengan dua perlakuan. Dalam penelitian ini dua kelompok subjek penelitian diambil dari populasinya secara acak. Kelompok pertama dinamakan kelompok eksperimen I dan kelompok kedua dinamakan kelompok eksperimen II. Terhadap eksperimen I diberikan perlakuan pertama dalam waktu tertentu, sedangkan terhadap kelompok eksperimen II diberikan perlakuan kedua dalam waktu yang sama. Tabel 3.1 Randomized PretestPosttest Control Group Design Kelas
Pre-test
Perlakuan
Eksperimen I Eksperimen II
T1 T1
X1 X2
Posttest T2 T2
Dimana : T1 = Pre-test X1 = Pembelajaran dengan metode ekspositori berbasis peta pikiran X2 = Pembelajaran dengan metode ekspositori berbasis peta konsep T2 = Post-test 3.4.1 Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel Bebas : a. Variabel Perlakuan : Pembelajaran dengan teknik pencatatan peta pikiran dan pembelajaran dengan teknik pencatatan peta konsep. b. Variabel Kontrol : - Waktu : Banyaknya waktu yang digunakan untuk pengajaran di kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II adalah sama. - Buku : Buku yang dipergunakan selama pembelajaran di kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II adalah sama. - Bahan Ajar : Kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II mendapat bahan ajar yang sama, yaitu bentuk pangkat dan bentuk akar. 4
Junal Manajemen dan Informatika Komputer Pelita Nusantara
Jurnal Mantik Penusa
- Guru : Guru yang mengajar di kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II adalah peneliti sendiri 2. Variabel Terikat : Hasil belajar siswa pada pokok bahasan pangkat dan bentuk akar. 3.5 Prosedur Penelitian Prosedur penelitian adalah tahap-tahap kegiatan dengan seperangkat alat pengumpul data dan perangkat pembelajaran. Adapun tahapannya adalah : 1. Tahap Persiapan Pada tahap persiapan, kegiatan yang dilakukan adalah : a. Menyusun jadwal penelitian yang disesuaikan dengan jadwal yang ada di sekolah. b. Menyusun rencana pembelajaran dengan menggunakan peta pikiran dan peta konsep pada pokok bahasan pangkat dan bentuk akar. Rencana pembelajaran tiap kelas dibuat dalam 3 kali pertemuan, dimana sekali pertemuan adalah 2 x 45 menit. c. Menyiapkan alat pengumpul data, berupa pretest dan posttest. 2. Tahap Pelaksanaan Dalam penelitian ini, tahap pelaksanaan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: Sampel dalam penelitian ini diambil dua kelas secara acak dan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok pertama dinamakan kelas eksperimen I dan kelas kedua dinamakan kelas eksperimen II. Memberikan pre-test (T1) kepada kedua kelas sampel untuk mengukur kemampuan awal pada kedua kelas, kemudian menghitung mean (rata-rata) kedua kelas. Mengadakan pembelajaran pada kedua kelas dengan bahan dan waktu yang sama, hanya teknik pembelajaran yang berbeda. Untuk kelas eksperimen I diberikan perlakuan yaitu pembelajaran metode ekspositori berbasis peta pikiran sedangkan kelas eksperimen II diberikan pembelajaran metode ekspositori berbasis peta konsep. Memberikan post-test (T2) kepada kedua kelas untuk melihat pengembangan kompetensi matematika siswa sesudah pembelajaran, kemudian menghitung mean masing-masing kelas. Soal yang
Vol 16 No 2 Desember 2014
-
ISSN 2088-3943
diberikan kepada siswa berbeda dengan soal pre-test tetapi setara. Waktu dan lama pelaksanaan post-test pada kedua kelas adalah sama. Membandingkan hasil post-test pada kedua kelas. Melakukan uji hipotesis dengan menggunakan statistik t untuk menentukan apakah perbedaan skor tersebut (langkah 5) signifikan, yaitu apakah perbedaan tersebut cukup besar untuk menolak hipotesis nol.
3.6. Alat Pengumpul Data Alat pengumpul data pada penelitian ini adalah tes. Tes yang tersusun dari 15 tes berbentuk pilihan ganda. Sebelum tes diberikan, terlebih dahulu tes tersebut diuji cobakan kepada siswa yang sudah pernah mempelajari materi ”Pangkat dan Bentuk Akar”. Setelah itu diuji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya bedanya. 3.6.1
Uji Validitas Untuk menentukan validitas suatu tes, peneliti menggunakan rumus Korelasi Product Momen (Arikunto : [12]), sebagai berikut :
rXY
N X
N XY X Y 2
X
2
N Y Y 2
2
Keterangan : N : Banyak siswa : Koefisien Korelasi rXY
X
: Jumlah
jawaban
benar
untuk
Y
kelompok x : Jumlah jawaban
benar
untuk
kelompok y XY : Jumlah perkalian x dan y
Untuk menafsirkan keberartian harga validitas tiap soal maka harga tersebut dikonsultasikan ke tabel harga kritik r product moment dengan kriteria rhitung > rtabel untuk taraf nyata 0,05 , maka korelasi tersebut dikatakan valid dengan n = 40 untuk pretes dan postes. 3.6.2 Uji Reliabilitas 5
Junal Manajemen dan Informatika Komputer Pelita Nusantara
Jurnal Mantik Penusa
Vol 16 No 2 Desember 2014
Suatu instrumen dikatakan reliabel berarti itu cukup baik. Sehingga dapat mengungkapkan data yang bisa dipercaya. Uji reliabilitas ditentukan dengan rumus KR-20 (Arikunto : 12), sebagai berikut : 2 n s pq r11 s2 n 1
Keterangan : r11 = reliabilitas keseluruhan n = banyak item s2 = varians total p = proporsi siswa yang menjawab item dengan benar q = proporsi siswa yang menjawab item dengan salah (q = 1 – p) pq = jumlah hasil perkalian antara p dan
q Adapun kriteria reliabilitas suatu tes adalah sebagai berikut : r11 = < 0,20 : sangat rendah r11 = 0,20 – 0,40 : rendah \r11 = 0,41 – 0,70 : sedang r11 = 0,71 – 0,90 : tinggi r11 = 0,91 – 1,00 : sangat tinggi Varians total dicari dengan rumus :
N Y 2 Y
2
S 2
N N 1
Berdasarkan data uji reliabilitas pretes dan postes maka diperoleh reliabilitas untuk pretes sebesar 0,780 dan reliabilitas untuk postes sebesar 0,832 . Setelah dibandingkan masingmasing dengan kriteria reliabilitas ternyata reliabilitas tes tergolong tinggi.
3.6.3 Uji Indeks (Tingkat) Kesukaran Untuk menentukan tingkat kesukaran dinyatakan dengan rumus (Arikunto : [12]), sebagai berikut :
TK
B JS
Keterangan : TK = Tingkat Kesukaran B = Banyak siswa yang menjawab benar JS = Jumah siswa Kriteria tingkat kesukaran soal adalah : Soal dengan P (0,00 – 0,30) adalah sukar Soal dengan P (0,31 – 0,70) adalah sedang Soal dengan P (0,71 – 1,00) adalah mudah
ISSN 2088-3943
Berdasarkan hasil perhitungan tingkat kesukaran tes, untuk pretes dan postes dari 15 soal yang valid diperoleh seluruhnya mempunyai tingkat kesukaran sedang. 3.6.4. Uji Daya Beda (Indeks Diskriminan) Untuk menentukan uji daya beda digunakan rumus (Arikunto : [12]), sebagai berikut :
D
BA BB JA JB
Keterangan : JA = Banyaknya peserta kelompok atas JB = Banyaknya peserta kelompok bawah BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar Klasifikasi daya pembeda tes : D = 0,00 – 0,20 : Jelek D = 0,21 – 0,40 : Cukup D = 0,41 – 0,70 : Baik D = 0,71 – 1,00 : Baik sekali semuanya tidak baik dan semua butir soal sebaiknya dibuang. 3.7. Teknik Analisis Data Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menguji hipotesis dengan menggunakan uji statistik t. Uji t ini digunakan untuk menguji hipotesis apakah kebenarannya dapat diterima atau tidak. Sebelum melakukan uji t terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas. 3.7.1 Uji Normalitas Data dalam penelitian ini termasuk data kuantitatif yaitu data nominal (diperoleh dari hasil menghitung) dan sampel yang digunakan adalah dua kelompok sehingga sebelum dilakukan uji hipotesis harus dipenuhi syarat analisis yaitu uji normalitas. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran data yang akan dianalisis normal atau tidak. Untuk menentukan uji normalitas ini, digunakan uji Lilliefors. Langkah-langkah yang ditempuh dalam menggunakan uji Lilliefors (Sudjana, [15]) adalah sebagai berikut : 1. Pengamatan X1, X2, X3, ...., Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, Z3,...., Zn dengan menggunakan rumus:
6 Junal Manajemen dan Informatika Komputer Pelita Nusantara
Jurnal Mantik Penusa
Zi Dimana : X i
Vol 16 No 2 Desember 2014
Xi X S
X
2.
3.
= Rata-rata skor = Simpangan baku sampel Untuk tiap bilangan baku ini menggunakan daftar distribusi normal baku kemudian dihitung peluang F(Z i) = P (Z Zi). Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, Z3,...., Zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S (Zi) maka:
S (Z i ) 4. 5.
pengujian mengenai kesamaan dua varians dengan rumus sebagai berikut :
F
= data ke i
S
a. Jika maka data L0 Ltabel berdistribusi normal b. Jika L0 Ltabel maka data tidak berdistribusi normal. 3.7.2 Uji Homogenitas Pengujian homogenitas dilakukan untuk menguji homogenitas varians skor antara kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II untuk pre-test. Pasangan hipotesis yang akan diuji dalam pengujian homogenitas adalah:
H0 : 1 2
2
H a : 1 2
2
2
2
Dimana : 1 = varians kelas eksperimen I 2
2 2 = varians kelas eksperimen II Selanjutnya menurut Sudjana [13], dilakukan uji dua pihak dengan taraf nyata 0,05. Uji ini bertujuan untuk melakukan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Data 1.5.1. Deskripsi Ujicoba Instrumen Penelitian
Varians Terbesar Varians Terkecil
Jika Fhitung < Ftabel maka H0 ditolak dan jika Fhitung Ftabel maka H0 diterima. Dimana F v1 ,v2 didapat dari frekuensi F dengan
peluang , sedangkan dk pembilang = (n – 1) dan dk penyebut = (n – 1) untuk taraf nyata 0,05. 3.7.3 Pengujian Hipotesis Hipotesis yang diuji (Sudjana : [13]) adalah :
H 0 : 1 2
banyaknya Z1 , Z 2 , Z 3 ,..., Z n yang Z i n
Menghitung selisih F(Zi) dengan S(Zi) kemudian menentukan harga mutlaknya. Ambillah harga mutlak terbesar disebut L0 untuk menerima atau menolak hipotesis. Kita bandingkan L0 dengan kritis L yang diambil dari daftar untuk taraf nyata 0,05 dengan kriteria:
ISSN 2088-3943
H a : 1 2 Dimana: 1 = rata-rata hasil belajar kelas eksperimen I 2 = rata-rata hasil belajar kelas eksperimen II Untuk menguji hipotesis digunakan uji t pihak kanan (Sudjana : 2007) dengan rumus :
X1 X 2
t hitung S Dengan :
S2
1 1 n1 n2
n1 1S12 n2 1S 2 2 n1 n2 2
Dimana : n1 = jumlah sampel eksperimen I n2 = jumlah sampel eksperimen II X 1 = skor rata-rata kelas eksperimen I
X 2 = skor rata-rata kelas eksperimen II S S1 S2
= simpangan baku gabungan = simpangan baku kelas eksperimen I = simpangan baku kelas eksperimen II Kriteria pengujiannya adalah Ho diterima jika t hitung t tabel pada taraf signifikan
0,05 dengan dk = (n1 + n2 -2).
Tes hasil belajar yang digunakan sebagai instrumen dalam penelitian ini sebelum dijadikan alat pengumpul data terlebih dahulu diujicobakan kepada siswa di luar sampel penelitian dengan maksud untuk mengetahui 7
Junal Manajemen dan Informatika Komputer Pelita Nusantara
Jurnal Mantik Penusa
validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya beda tes. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa soal pretes dari 20 soal yang diujicobakan 15 soal yang dinyatakan valid dan 5 soal yang dinyatakan tidak valid (soal nomor 3, 6, 13, 16, dan 17) dengan reliabilitas atau r 11 0,780 (reliabilitas tinggi), sedangkan untuk soal postes dari 20 soal yang diujicobakan 15 soal dinyatakan valid dan 5 soal dinyatakan tidak valid (soal nomor 2, 3, 13, 16, dan 17) dengan reliabilitas atau r 11 0,832 (reliabilitas tinggi). Selanjutnya soal-soal yang telah dinyatakan valid, diuji tingkat kesukaran dan daya bedanya. Berdasarkan hasil perhitungan, untuk pretes dari 15 soal yang valid terdapat 15 soal yang tergolong sedang, sedangkan berdasarkan daya beda terdapat 12 soal tergolong baik dan 3 soal tergolong cukup. Untuk soal postes berdasarkan uji tingkat kesukaran terdapat 15 soal yang tergolong sedang, sedangkan berdasarkan kriteria daya beda terdapat 9 soal tergolong baik dan 6 soal tergolong cukup. Dengan demikian dari ujicoba instrumen yang dijadikan alat pengumpul data untuk pretes dan postes masing-masing sebanyak 15 soal. 1.5.2. Deskripsi Data Hasil Penelitian 1.5.2.1. Data Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen I Sebelum diberikan perlakuan siswa terlebih dahulu diberikan pretes untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Pretes yang diberikan sebanyak 15 soal. Penilaian dilakukan dengan menggunakan skala 100. Setelah diketahui kemampuan awal siswa, selanjutnya siswa kelas eksperimen I diajarkan dengan menggunakan metode ekspositori berbasis peta pikiran. Pada akhir pertemuan siswa diberikan postes untuk mengetahui hasil belajar siswa. Soal postes yang diberikan sebanyak 15 soal dan penilaian dilakukan dengan skala 100. Hasil pretes dan postes siswa kelas eksperimen I, menunjukkan bahwa siswa kelas eksperimen I sebelum diberikan pembelajaran diperoleh rata-rata nilai pretes sebesar 36,76 dengan standar deviasi 11,81 dan setelah diajarkan dengan metode ekspositori berbasis peta pikiran, dari hasil postes diperoleh ratarata sebesar 81,33 dengan standar deviasi 10,20.
Vol 16 No 2 Desember 2014
ISSN 2088-3943
4.1.2.2. Data Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen II Untuk kelas eksperimen II, sebelum diberikan perlakuan siswa terlebih dahulu diberikan pretes untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Pretes yang diberikan sebanyak 15 soal. Penilaian dilakukan dengan menggunakan skala 100. Setelah diketahui kemampuan awal siswa, selanjutnya siswa kelas eksperimen II diajarkan dengan menggunakan metode ekspositori berbasis peta konsep. Pada akhir pertemuan siswa diberikan postes untuk mengetahui hasil belajar siswa. Soal postes yang diberikan sebanyak 15 soal dan penilaian dilakukan dengan skala 100. Hasil pretes dan postes siswa kelas eksperimen II, menunjukkan bahwa siswa kelas eksperimen II sebelum diberikan pembelajaran diperoleh rata-rata nilai pretes sebesar 36,95 dengan standar deviasi 14,22 dan setelah diajarkan dengan metode ekspositori berbasis peta konsep, dari hasil postes diperoleh rata-rata sebesar 74,10 dengan standar deviasi 12,60. 4.1.3. Uji Normalitas Data Sebelum dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data sebagai prasyarat pengujian hipotesis. Uji normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui apakah data-data hasil penelitian memiliki sebaran data yang berdistribusi normal. Hasil perhitungan hasil pengujian normalitas data menunjukkan bahwa data pretes maupun postes dari kedua kelompok siswa yang dijadikan sampel penelitian memiliki sebaran data yang berdistribusi normal pada taraf 0,05 yaitu L0 < Ltabel. 4.1.4. Uji Homogenitas Data Pengujian homogenitas data dimaksudkan untuk mengetahui apakah kedua kelompok siswa yang dijadikan sampel penelitian memiliki varians data yang homogen atau dapat mewakili populasi yang lainnya. Pengujian homogenitas data dilakukan dengan uji F pada data pretes pada kedua sampel. Berdasarkan hasil perhitungan, disimpulkan bahwa kelas eksperimen I maupun kelas eksperimen II berasal dari populasi yang homogen dengan Fhitung < Ftabel yaitu 1,450 < 1,776 pada taraf 0,05 . Dengan demikian kedua kelompok sampel 8
Junal Manajemen dan Informatika Komputer Pelita Nusantara
Jurnal Mantik Penusa
yang digunakan dalam penelitian ini dinyatakan dapat mewakili populasi. 4.1.5. Uji Hipotesis Setelah diketahui bahwa data-data hasil penelitian memiliki sebaran yang berdistribusi normal baik pretes maupun postes dan berasal dari populasi yang homogen, langkah selanjutnya melakukan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji t. Berdasarkan hasil perhitungan, secara ringkas hasil pengujian menunjukkan bahwa hasil pengujian hipotesis pada data postes diperoleh thitung > ttabel yaitu 2,626 > 1,669 sekaligus menyatakan terima Ha pada taraf 0,05 yang berarti bahwa rata-rata hasil belajar siswa yang diajarkan dengan metode ekspositori berbasis peta pikiran lebih tinggi daripada rata-rata hasil belajar siswa yang diajarkan dengan metode ekspositori berbasis peta konsep. 4.2. Pembahasan Hasil penelitian di kelas X SMA Kemala Bhayangkari 1 Medan, sebelum diberikan perlakuan kemampuan awal pada kedua kelompok sampel pada pokok bahasan pangkat dan bentuk akar adalah 36,76 untuk kelas eksperimen I dan 36,95 untuk kelas eksperimen II. Berdasarkan hasil pengujian homogenitas data yang diperoleh dari data pretes menunjukkan bahwa kedua kelompok sampel memiliki varians yang sama. Setelah diketahui kemampuan awal kedua kelompok siswa, selanjutnya siswa diberikan pembelajaran yang berbeda pada pokok bahasan pangkat dan bentuk akar. Siswa kelas eksperimen I diajar dengan metode ekspositori berbasis peta pikiran dan siswa kelas eksperimen II diajar dengan metode ekspositori berbasis peta konsep. Pada akhir pertemuan setelah semua materi selesai diajarkan, siswa diberikan postes untuk mengetahui hasil belajar siswa. Hasil penelitian untuk kelas eksperimen I diperoleh rata-rata nilai postes sebesar 81,33, sedangkan siswa kelas eksperimen II diperoleh rata-rata nilai postes sebesar 74,10. Berdasarkan rata-rata nilai postes kedua kelompok sampel, terlihat bahwa rata-rata nilai postes kelas eksperimen I lebih tinggi dibandingkan rata-rata nilai postes kelas eksperimen II. Dengan demikian, dari rata-rata nilai postes tersebut hipotesis alternatif yang
Vol 16 No 2 Desember 2014
ISSN 2088-3943
diajukan telah terbukti secara teori. Meskipun demikian perlu dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t untuk membuktikan apakah hipotesis alternatif yang diajukan teruji kebenarannya secara statistik. Hasil pengujian hipotesis diperoleh thitung > ttabel yaitu 2,626 > 1,669 pada taraf 0,05 yang berarti hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa rata-rata hasil belajar siswa yang diajarkan dengan metode ekspositori berbasis peta pikiran lebih tinggi dari rata-rata hasil belajar siswa yang diajarkan dengan metode ekspositori berbasis peta konsep, teruji kebenarannya secara statistik. Hasil penelitian yang telah dilakukan di SMA Kemala Bhayangkari 1 Medan yang menunjukkan bahwa kedua kelompok siswa mengalami peningkatan hasil belajar matematika baik dengan menggunakan peta pikiran maupun dengan peta konsep. Namun, berdasarkan rata-rata nilai postes menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan metode ekspositori berbasis peta pikiran lebih tinggi dibandingkan rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan metode ekspositori berbasis peta konsep. Pada penelitian yang dilakukan, terlihat bahwa siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode ekspositori berbasis peta pikiran lebih tertarik dan termotivasi untuk belajar. Perhatian siswa jadi lebih tertuju dan fokus pada pelajaran yang disajikan. Selain itu dengan teknik pencatatan peta pikiran memberikan kesempatan kepada anak didik untuk menciptakan catatan dengan kreativitas sendiri. Dengan membuat catatan peta pikiran sendiri, siswa dapat memaksimalkan fungsi kerja kedua belahan otak. Belahan otak kiri terutama berfungsi untuk berpikir rasional, analitis, berurutan, linier, saintifik seperti membaca, bahasa, dan berhitung. Sedangkan belahan otak kanan berfungsi untuk mengembangkan imajinasi dan kreativitas. Dengan begitu, siswa dapat dengan mudah memahami dan mengingat materi yang telah disampaikan. Peta pikiran yang dibuat dengan menggunakan teknik curah gagasan dengan menggunakan kata kunci bebas, simbol, gambar, dan melukiskannya secara kesatuan di sekitar tema utama seperti pohon dengan akar, ranting, dan daun-daunnya juga dapat membangkitkan ide-ide orisinal dalam 9
Junal Manajemen dan Informatika Komputer Pelita Nusantara
Jurnal Mantik Penusa
memicu ingatan anak didik dengan mudah ketika informasi dibutuhkan. Siswa yang diajarkan dengan metode ekspositori berbasis peta konsep kelihatan kurang semangat dalam belajar. Mereka cenderung kurang konsentrasi pada materi yang disajikan. Hal ini mungkin akibat dari peta konsep yang kurang menarik. Peta konsep hanya berupa kumpulan konsep-konsep yang dihubungkan dengan garis-garis lurus tanpa disertai gambar ataupun warna. Peta konsep hanya berupa bagan-bagan yang sistematis yang hanya memaksimalkan kerja belahan otak sebelah kiri tanpa kerja belahan otak kanan sehingga kurang maksimal. Peta konsep terbatas dalam menghubungkan ide yang satu dengan ide lainnya sehingga otak sulit untuk memahami dan menyerap serta menghubungkan informasi-informasi yang tersedia dengan informasi yang telah diketahui sebelumnya. Begitu juga ketika siswa dianjurkan untuk membuat catatan peta konsep sendiri, mereka kesulitan untuk memahami dan mengingat catatan yang mereka buat. Hal ini merupakan salah satu faktor penyebab hasil belajar siswa yang diajar dengan metode ekspositori berbasis peta konsep lebih rendah dari hasil belajar siswa yang diajar dengan metode ekspositori berbasis peta pikiran. Adapun kelemahan-kelemahan peneliti pada saat penelitian ini dilakukan adalah: 1. Peneliti tidak mengadakan analisis terhadap evaluasi formatif pada tiap akhir pertemuan untuk melihat ketercapaian kompetensi. Kurangnya ketersediaan bahan dalam pembuatan catatan peta pikiran seperti cat/spidol warna, sehingga mereka hanya membuat sesuai dengan bahan yang mereka miliki. Hal ini dapat menghambat kreativitas siswa dalam membuat peta pikiran sesuai dengan yang diinginkan.
KESIMPULAN Berdasarkan analisis data hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa rata-rata hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode ekspositori berbasis peta pikiran lebih tinggi dari hasil belajar siswa yang diajar dengan metode ekspositori berbasis peta konsep dengan hasil pengujian hipotesis diperoleh thitung > ttabel yaitu 2,626 > 1,669 pada taraf 0,05 .
Vol 16 No 2 Desember 2014
ISSN 2088-3943
DAFTAR PUSTAKA
[1] Hamalik, O., (2009), Proses Belajar Mengajar, Penerbit: Bumi Aksara, Bandung. [2] Zainurie., (2007), Pakar Matematika Bicara tentang Prestasi Pendidikan Matematika Indonesia, http://zainurie.wordpress.com. (Accessed: 5 April 2010) [3] Syarif., (2009), Meningkatkan Kualitas Pendidikan Matematika, http://syarifartikel.blogspot.com. (Accessed: 17 April 2010) [4] Mulyanto., (2008), Mind Map Sebagai Teknik Mencatat, http://mulyanto.blogdetik.comin.dex.p hp. (Accessed : 5 Mei 2010) [5] DePorter, Hernacki., (2000), Quantum Learning. Penerbit: Kaifa, Bandung. [6] Buzan, T., (2009), Buku Pintar Mind Map. Penerbit: Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. [7] Holil, A., (2008), Mempermudah Konsep Sulit dalam Pembelajaran , http://petakonsepanakbangsa.org. (Accessed : 5 mei 2010) [8] Djamarah, Zain., (2006), Strategi Belajar Mengajar, Penerbit: Rineka Cipta, Jakarta. [9] Techonly., (2009), Pengertian Hasil Belajar, http://techonly13.wordpress.com. (Accessed: 5 April 2010) [10] http://id.wikipedia.org/wiki/PemetaanPikiran. (Accessed : 19 April 2010) [11] Muzdalifah., (2008), Perbedaan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Media Peta Pikiran dengan Media Peta Konsep pada Pokok Bahasan Bilangan Bulat di Kelas VII SMP Negeri 7 Binjai Tahun Pelajaran 2008/2009, Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan. [12] Arikunto, S., (2007), Manajemen Penelitian, Penerbit: Rineka Cipta, Jakarta. [13] Sudjana., (2002), Metoda Statistika, Penerbit: Tarsito, Bandung. 10
Junal Manajemen dan Informatika Komputer Pelita Nusantara
Jurnal Mantik Penusa
Vol 16 No 2 Desember 2014
ISSN 2088-3943
11 Junal Manajemen dan Informatika Komputer Pelita Nusantara