Jurnal Manajemen dan Akuntansi Vol. 16 No. 2 Oktober-November 2011
ISSN: 0853-9286
PENGARUH CAR, NPL, LDR, NIM, BOPO, KURS AS $/Rp, TINGKAT INFLASI TERHADAP PROFITABILITAS PERBANKAN SWASTA NASIONAL Herry Alfani, Indra Wijaya 1 – 16 PENGARUH RETURN INDEKS GLOBAL DAN FAKTOR EKONOMI MAKRO TERHADAP RETURN IHSG DAN RETURN INDELKS LQ-45 DI BEI PERIODE 20062010 Meiline, Indra Wijaya, Joseph Renwarin 17 – 32 HOW BUMN COULD SURVIVE EVEN SUCCESS, ANALYSIS IN ORGANIZATIONAL BEHAVIOR PERSPECTIVES Febriansyah, Brando Tengdom, Lina Tri Mugi Astuti
33 – 54
ANALISIS STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN DALAM MEMPERTAHANKAN BRAND IMAGE PADA LEMBAGA PENDIDIKAN NON FORMAL Davis Roganda Parlindungan, Rewindinar, Muzahid Akbar Hayat 55 – 74 ANALISIS KOMUNIKASI PEMASARAN PERGURUAN TINGGI TERHADAP MINAT MAHASISWA Muzahid Akbar Hayat, Davis Roganda Parlindungan, Salman 75 – 93 PERAN POLA ALIRAN KOMUNIKASI INFORMASI (POLA LINGKARAN) TERHADAP KINERJA KARYAWAN ITBK Salman, Ken Morita, Raka Wisnu Wardana
94 – 113
EVALUASI PENGENDALIAN INTERNAL ATAS PELATIHAN MANAGEMENT TRAINEE TERHADAP KUALITAS KINERJA KARYAWAN PADA PP XYZ Abriandi, Ika Yufitasari 114 – 145 ANALISIS KREDIT MODAL KERJA (SMALL MEDIUM ENTERPRISE) BERMASALAH PADA BANK XYZ Jimmy Ardianto, Merry Christina
146 – 180
TINJAUAN RISET TENTANG KUALITAS AUDIT Nera Merinda Machdar
181 – 193
INSTITUT TEKNOLOGI DAN BISNIS KALBE Jakarta
Jurnal Manajemen dan Akuntansi Vol. 16 No. 2 Oktober - November 2011
Penanggung Jawab Pemimpin Umum Pemimpin Redaksi Redaktur Pelaksana Sekretaris Dewan Editor
ISSN: 0853-9286
Dr. Panutan S. Sulendrakusuma, SE., MT,Ak. Dr. Panutan S. Sulendrakusuma, SE., MT,Ak. Dr. H. Masruchin, MM. Abriandi, SE, Ak, MM Tiur Riana K. Samosir, SKM Prof. Dr. Yos E. Susanto, MA, MPH, Ph.D Dra. Virgo Simamora, MBA Abriandi, SE, Ak, MM Ischak P. L. Tobing, S.Si, M.Si
Alamat Redaksi Institut Teknologi dan Bisnis Kalbe Jl. Let. Jend. S. Parman Kav. 76 Slipi, Jakarta Barat (021) 530-0951, Fax (021) 548-4446 E-mail:
[email protected]
Jurnal Manajemen dan Akuntansi Vol. 16 No. 2 Oktober-November 2011
DAFTAR ISI
ISSN: 0853-9286
Hal
PENGARUH CAR, NPL, LDR, NIM, BOPO, KURS As$/Rp, TINGKAT INFLASI TERHADAP PROFITABILITAS PERBANKAN SWASTA NASIONAL Herry Alfani, Indra Wijaya 1 – 16 PENGARUH RETURN INDEKS GLOBAL DAN FAKTOR EKONOMI MAKRO TERHADAP RETURN IHSG DAN RETURN INDELKS LQ-45 DI BEI PERIODE 2006-2010 Meiline, Indra Wijaya, Joseph Renwarin 17 – 32 HOW BUMN COULD SURVIVE EVEN SUCCESS, ANALYSIS IN ORGANIZATIONAL BEHAVIOR PERSPECTIVES Febriansyah, Brando Tengdom, Lina Tri Mugi Astuti
33 – 54
ANALISIS STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN DALAM MEMPERTAHANKAN BRAND IMAGE PADA LEMBAGA PENDIDIKAN NON FORMAL Davis Roganda Parlindungan, Rewindinar, Muzahid Akbar Hayat 55 – 74 ANALISIS KOMUNIKASI PEMASARAN PERGURUAN TINGGI TERHADAP MINAT MAHASISWA Muzahid Akbar Hayat, Davis Roganda Parlindungan, Salman 75 – 93 PERAN POLA ALIRAN KOMUNIKASI INFORMASI (POLA LINGKARAN) TERHADAP KINERJA KARYAWAN ITBK Salman, Ken Morita, Raka Wisnu Wardana 94 – 113 EVALUASI PENGENDALIAN INTERNAL ATAS PELATIHAN MANAGEMENT TRAINEE TERHADAP KUALITAS KINERJA KARYAWAN PADA PP XYZ Abriandi, Ika Yufitasari 114 – 145 ANALISIS KREDIT MODAL KERJA (SMALL MEDIUM ENTERPRISE) BERMASALAH PADA BANK XYZ Jimmy Ardianto, Merry Christina 146 – 180 TINJAUAN RISET TENTANG KUALITAS AUDIT Nera Merinda Machdar
181 – 193
JMA Vol. 16 No. 2 Oktober – November 2011
146
Analisis Kredit Modal Kerja (small medium enterprise) bermasalah pada Bank XYZ
Oleh: Jimmy Ardianto & Merry Christina Institut Teknologi dan Bisnis Kalbe, Jakarta
Abstract: Credit is a financial means enabling a person or an institution to borrow funds to purchase products and repay these funds within a certain period. The need for for credit is unavoidable, especially for business sectors, due to the increasing need for expansion by business owners. Banks pool funds and manage the flow of funds or credit to customers as debitors so that they will receive the financial aid they need to expand their businesses or to meet other expenses. This research will discuss about the grant of working capital loan to business owners so that they can expand their businesses in the form of local credit – a short term credit allowed for additional need of productive working capital loan where customers can easily draw and deposit funds within the maximum credit amount and the determined period. Keyword: Credit, working capital loan, small medium enterprise
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian
Di masa ekonomi sulit seperti sekarang ini khususnya dalam masa krisis ekonomi pasca tahun 1997, kebutuhan untuk kredit tidak dapat dihindari khususnya bagi bidang bisnis, hal ini dikarenakan semakin tingginya kebutuhan untuk mengembangkan usaha bagi para pengusaha (selain untuk mengembangkan usaha, para pengusaha juga membantu dalam penyediaan lapangan kerja bagi sebagian
masyarakat).
Selain
untuk
para
mengembangkan bisnis, kredit juga tersedia
pengusaha
yang
ingin
untuk kebutuhan konsumtif
seperti kredit untuk memperoleh kendaraan, kredit kepemilikan rumah, dan kartu kredit. Untuk itulah bank sebagai penyalur dan penghimpun dana, dalam hal ini akan menyalurkan dana kepada nasabah sebagai debitur agar dapat memperoleh bantuan untuk mengembangkan usaha ataupun untuk memenuhi kebutuhan konsumtif lainnya. Pokok permasalahan yang akan dibahas adalah mengenai pemberian kredit modal kerja untuk pengusaha agar dapat mengembangkan usahanya berupa
JMA Vol. 16 No. 2 Oktober – November 2011
kredit
lokal
yaitu kredit
147
jangka pendek yang diberikan untuk keperluan
tambahan modal kerja usaha produktif dimana nasabah bebas melakukan penarikan dan penyetoran dalam batas maksimum kredit (pagu kredit) dan jangka waktu yang telah ditentukan. Dalam proses pemberian kredit tentunya nasabah akan dikenakan biaya sebagai bentuk imbalan atas penyediaan dana oleh pihak penyalur dana yaitu berupa bunga. Bunga kredit diketahui sebagai pendapatan terbesar yang menjadi tonggak pendapatan suatu lembaga penyalur dana seperti Bank. Banyak Bank berlomba-lomba menyalurkan kredit dengan fasilitas yang baik agar nasabah tertarik untuk menjadi debitur. Oleh karena itu akan dibahas mengenai prosedur pemberian kredit modal kerja berupa kredit lokal khususnya bagi perusahaan kelas menengah (yang membutuhkan modal kerja sebesar) untuk meminimalisasi terjadinya kredit macet. Untuk menjamin kinerja Account Officer dalam menjual kredit, bank XYZ mengeluarkan peraturan-peraturan yang dikelola oleh divisi SKHK – Satuan Kerja Hukum dan Kepatuhan, yang mengeluarkan SKSE – Surat Keputusan Surat Edaran agar proses pemberian kredit dapat berjalan sesuai prosedur. Berdasarkan landasan yang kokoh tersebut, Bank XYZ terus menciptakan lebih banyak nilai bagi nasabah khususnya dalam penyaluran kredit modal, kerja berupa kredit lokal untuk membantu para pengusaha dalam mengembangkan usahanya. Hal ini merupakan tantangan bagi bank dalam rangka menyalurkan kredit kepada debitur dengan bersaing dengan bank-bank lainnya serta dalam rangka mengupayakan penyaluran kredit yang memungkinkan tingkat pengembalian yang tinggi dan risiko kredit macet yang kecil.
1.2
Perumusan Masalah
Adapun pokok permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana gambaran umum pemberian kredit modal kerja berupa kredit lokal untuk debitur SME? 2. Apa penyebab terjadinya kredit macet, dampak dan solusi mengatasinya di bank XYZ?
JMA Vol. 16 No. 2 Oktober – November 2011
1.3
148
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang terjadi, maka yang menjadi tujuan utama dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui gambaran umum pemberian kredit modal kerja berupa kredit lokal khususnya bagi debitur SME. 2. Mengetahui penyebab, dampak, dan solusi mengatasi kredit bermasalah di Bank XYZ.
1.4
Manfaat Penelitian
Dalam menemukan jawaban dari pokok permasalahan yang akan dibahas, manfaat dari penelitian ini bagi: 1. Penulis: Memperoleh pengetahuan mengenai pemberian kredit lokal bagi debitur SME dalam rangka menyalurkan kredit dan meminimalisasi resiko terjadinya kredit macet. 2. Bank: Mengetahui kekuatan dari pemberian kredit yang telah ditetapkan saat ini dalam proses penyaluran pemberian kredit yang bertujuan meminimalisasi terjadinya resiko kredit macet serta memaksimalisasi pemberian kredit dengan tingkat pengembalian tinggi. 3. Pembaca: Mengetahui pemberian kredit modal kerja berupa kredit lokal oleh bank dalam mengatasi resiko kredit macet dan meningkatkan pemberian kredit dengan tingkat pengembalian tinggi.
VI.
TINJAUAN PUSTAKA
a.
Teori Kredit
Kredit merupakan suatu fasilitas keuangan yang memungkinkan seseorang atau badan usaha untuk meminjam uang untuk membeli produk dan membayarnya kembali dalam jangka waktu yang ditentukan. UU No. 10 tahun 1998 menyebutkan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank
JMA Vol. 16 No. 2 Oktober – November 2011
149
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Jika seseorang menggunakan jasa kredit, maka ia akan dikenakan bunga tagihan. Berdasarkan undang-undang nomor 7/1992, tentang Perbankan, Bab I pasal I butir 12, Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga imbalan atau pembagian hasil keuntungan. Berdasarkan definisi kamus Perbankan-IBI, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan-tagihan yang dapat disamakan dengan itu berdasarkan perjanjian pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain. Pihak peminjam berkewajiban melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditetapkan dalam perjanjian. Menurut Manual Perkreditan Bank XYZ, kredit adalah pemberian fasilitas pinjaman yang diberikan oleh Bank kepada debitur berdasarkan kesepakatan atau perjanjian tertentu yang telah disepakati bersama dimana debitur diwajibkan untuk melunasi kewajibannya dalam jangka waktu tertentu disertai bunga. Realisasi kredit dalam mata uang rupiah di Bank XYZ dilakukan melalui rekening Giro rupiah/tabungan (tergantung dari jenis fasilitas kredit yang diberikan). Kredit dalam mata uang rupiah diberikan untuk kredit yang bersifat komersial/produktif (misalnya kredit untuk tambahan modal kerja atau KUK) dan kredit yang bersifat konsumtif (misalnya untuk pembelian rumah tinggal atau kendaraan bermotor), namun dalam pembahasan ini, akan dibahas mengenai kredit untuk modal kerja.
2.1.1 Prinsip-prinsip penilaian dan pemberian kredit dalam perbankan Prinsip-prinsip penilaian dan pemberian kredit dalam perbankan mencakup beberapa hal: 1. Portofolio kredit yang ideal Portofolio kredit yang ideal adalah portofolio kredit yang tingkat keuntungan, tingkat keamanan, total nilai dan tingkat pertumbuhannya memenuhi target yang telah
JMA Vol. 16 No. 2 Oktober – November 2011
150
ditentukan perusahaan dan pencapaiannya mengikuti peraturan dan perundangan yang berlaku.Tingkat keamanan portofolio kredit merupakan gabungan dari kelayakan keamanan kredit kepada debitur per debitur dilihat dari aspek 5 C yaitu: a. Character : Penilaian watak ( mengetahui tingkat integritas serta itikad baik ) b. Capacity : Kemampuan usaha untuk berkembang ( memenuhi kewajibannya ) c. Capital : Besarnya modal yang disediakan debitur d. Collateral: Jaminan e. Condition: Penilaian terhadap situasi dan kondisi politik, sosial, ekonomi, dan budaya.
2. Pemberian Kredit sesuai ketentuan Bank XYZ maupun Bank Indonesia Pemberian kredit yang sesuai dengan ketentuan Bank XYZ dan Bank Indonesia mencakup, antara lain: a. Mengacu pada prinsip kehati-hatian bank (Prudent Banking) b. Didukung dengan jaminan atas pelunasan kredit, dalam hal ini berarti keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi kewajibannya berdasarkan penilaian yang seksama.
3. Pihak-pihak yang terkait dan tidak terkait Pemberian kredit juga harus memperhatikan kriteria pihak-pihak terkait dengan bank maupun debitur atau kelompok debitur tertentu sesuai dengan ketentuan dari Bank Indonesia mengenai Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK).
4. Jenis kredit yang berisiko Bank dilarang memberikan kredit untuk perjudian, spekulan, dan atau sektor-sektor ekonomi dan debitur-debitur tertentu yang tidak prospektif, mengacu juga pada himbauan
baik dari Kantor Pusat maupun Bank Indonesia. Keyakinan atas
kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi kewajibannya merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan oleh bank. Untuk itu, sebelum pemberian kredit dilakukan, bank perlu melakukan penilaian terhadap watak,
JMA Vol. 16 No. 2 Oktober – November 2011
151
kemampuan, modal, agunan dan prospek usaha dari debitur yang dituangkan dalam penilaian 5 C. Adapun pendekatan yang digunakan bank untuk menilai kredit adalah: a. Pendekatan Karakter (Character Approach): Pendekatan terhadap reputasi karakter bisnis dari calon debitur. Pendekatan ini merupakan pendekatan yang paling murni
karena didasarkan pada kepercayaann kepada calon
debitur/debitur. Namun
penekatan ini juga sulit dilakukan, karena
menyangkut pada penilaian moral dan itikad baik seseorang yang bersifat abstrak. b. Pendekatan
Kemampuan
Kemampuan
Membayar
Kembali (Repayment Approach):
calon debitur membayar kembali pinjaman yang diberikan.
Sumber-sumber pembayaran kembali tersebut antara lain: Usaha itu sendiri, Jaminan yang diberikan atas kredit tersebut, Jaminan yang diberikan pihak ketiga (avalist). c. Pendekatan Jaminan (Collateral approach):
Penilaian
atas jaminan
yang
memadai-yuridis dan ekonomis. Pada situasi perekonomian atau situasi politik yang tidak menentu, bank sering menggunakan pendekatan ini untuk memperoleh keamanan atas kredit yang dilepaskan. d. Pendekatan Kelayakan Usaha Calon Debitur (Feasibility Approach): Pendekatan terhadap kelayakan usaha debitur atau proyek baru yang akan dijalankan oleh calon debitur/debitur. Pendekatan ini biasa digunakan untuk pembiayaan proyek baru dimana: karakter debitur belum dikenal baik oleh pihak bank, jaminan merupakan barang-barang modal yang akan dibeli dengan menggunakan kredit itu sendiri, tidak ada sumber dana untuk pelunasan kredit yang berasal dari pihak lainnya. e. Pendekatan Peran Bank sebagai agen pembangunan (Development Approach): Penilaian kredit yang lebih ditekankan pada fungsi bank sebagai agent of development dari suatu sistem perekonomian, dimana pihak bank bukan saja mencari keuntungan, tetapi juga membantu pemerintah dalam melaksanakan pembangunan.
JMA Vol. 16 No. 2 Oktober – November 2011
152
2.1.2 Proses dan ketentuan pemberian kredit. Proses pemberian kredit harus berpedoman dan mengikuti ketentuan-ketentuan sesuai dengan peraturan yang ditentukan oleh Direksi Bank XYZ serta Undang-undang Perbankan, maupun peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia dan Instansi-instansi pemerintah lainnya. Proses pemberian kredit terdiri dari beberapa tahapan yaitu:
1. Target Pasar Pada tahap pertama ini bank menentukan kriteria calon debitur yang akan menjadi target, dengan memperhatikan daftar larangan pemberian kredit yang dikeluarkan Bank XYZ. Debitur terdiri dari debitur perorangan dan debitur berbentuk badan usaha (CV/Firma)/badan hukum (PT, Koperasi, dan Yayasan). Kelompok debitur (Grouping) adalah kumpulan dari beberapa peminjam (debitur) yang hak kepemilikannya/kepengurusannya dikuasai atau dikendalikan oleh orang-orang yang sama atau memiliki hubungan keuangan yang saling berkaitan. Persyaratan lain untuk menjadi debitur adalah: a.
Telah menjadi nasabah Bank XYZ minimal 3 bulan dengan mutasi Rekening Koran cukup aktif (transaksi >18 hari), tidak sering melakukan penarikan overdraft dan penarikan Cek/Bilyet Giro kosong.
b.
Telah dikenal baik Pemimpin Cabang yang dalam pelaksanaannya dilakukan secara selektif dan dapat dipertanggungjawabkan.
2. Inisiasi Kredit Pada tahap ini, bank melakukan pendekatan kepada calon debitur dengan tujuan untuk mengetahui kebutuhan calon debitur yang dapat dipenuhi oleh bank dan data-data
pendukungnya. Jika calon debitur berkenan untuk mengajukan
permohonan kredit, maka calon debitur harus mengajukannya secara tertulis dengan mengisi formulir Surat Permohonan Kredit yang disediakan oleh Bank XYZ.
JMA Vol. 16 No. 2 Oktober – November 2011
3.
153
Evaluasi
Berdasarkan data-data yang diperoleh, bank melakukan evaluasi permohonan kredit tersebut sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan dimana pengolahan kredit mencakup penelitian dan penilaian data/informasi dari calon debitur serta memberikan pendapat/kesimpulan dan saran-saran sebagai bahan
pertimbangan
bagi pemimpin/pejabat yang berwenang dalam memutuskan permohonan. Untuk dapat memperoleh kredit dari Bank XYZ, calon debitur harus dapat memenuhi syarat-syarat berikut ini: a. Debitur memenuhi persyaratan untuk bertindak secara sah menurut hukum. b. Debitur harus memiliki kemampuan dan kemauan untuk melunasi kredit yang diberikan. c. Debitur harus memenuhi persyaratan kelengkapan dokumen dan persyaratan khusus yang diperlukan sesuai dengan jenis kredit yang diminta. d. Agunan yang diserahkan oleh debitur harus dapat meng-cover jumlah kredit yang diberikan oleh Bank/sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Tabel 2.1 Persyaratan dokumen yang harus dipenuhi debitur Jenis Nasabah Persyaratan Dokumen Perorangan Fotokopi kartu identitas (KTP/SIM/paspor) Asli Surat Keterangan Domisili dari Kelurahan setempat (bila kartu identitas debitur berasal dari luar kota) Asli Surat Pernyataan (bila nama atau tanda tangan pada rekening berbeda dengan kartu identitas) Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Asli Surat Referensi (jika diperlukan) Badan Usaha Fotokopi kartu identitas ( KTP/SIM/paspor) pemilik/seluruh pemegang saham dan seluruh pengurus/direksi dan komisaris badan usaha. Asli Surat Keterangan Domisili dari kelurahan setempat (bila kartu identitas pemilik/seluruh pemegang saham dan seluruh pengurus/direksi dan komisaris badan usaha berasal dari luar kota) Asli Surat Pernyataan (bila nama atau tanda tangan pada rekening berbeda dengan kartu identitas) Fotokopi Anggaran Dasar/Akte Pendirian (AD/AP) yang telah disahkan oleh Menteri Kehakiman dan perubahannya. Asli surat Pernyataan Penyerahan Akte Fotokopi Surat Ijin
JMA Vol. 16 No. 2 Oktober – November 2011
154
Usaha Perdagangan (SIUP)/surat ijin usaha lainnya. Fotokopi Tanda Daftar Perusahaan (TDP) Fotokopi Nomor Pokok Wjaib Pajak (NPWP) Asli surat referensi (bila diperlukan) Sumber: Manual Perkreditan Bank
Setiap permohonan kredit (baru/tambahan/pengurangan/perpanjangan) termasuk perubahan jaminan (penambahan/pengurangan/penarikan/penggantian)
harus
diajukan (calon) debitur dengan mengisi formulir Surat Permohonan Kredit (SPK) kepada cabang pemberi kredit. Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh (calon) debitur atau pihak yang berwenang untuk mewakili debitur berbentuk badan. 1. Cakap hukum 2. WNI berusia minimal 21 tahun atau telah menikah (untuk debitur perorangan) 3. Telah sesuai dengan anggaran dasar serta ketentuan hukum yang berlaku (untuk debitur badan) 4. Memiliki kemampuan dan kemauan untuk melunasi kredit yang diberikan 5. Tidak dalam keadaan pailit 6. Tidak termasuk dalam daftar hitam Bank Indonesia
Syarat permohonan kredit yang harus dipenuhi oleh calon debitur sebagai berikut: 1. Memenuhi syarat (calon) debitur yang telah ditentukan 2. Memenuhi seluruh persyaratan dokumen serta persyaratan khusus yang telah ditentukan sesuai dengan produk kredit yang diminta. 3. Menyerahkan agunan yang besarnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku guna meng-cover risiko yang mungkin timbul apabila debitur wanprestasi. Guna keperluan pelepasan kredit kepada
(calon) debitur, maka ditetapkan
budget pemberian kredit yang diberikan oleh Direksi kepada cabang pemberi kredit.Dalam pemberian kredit kepada (calon) debitur, cabang pemberi kredit harus berpedoman pada budget pemberian kredit yang telah ditetapkan.
JMA Vol. 16 No. 2 Oktober – November 2011
Dalam proses
pemberian
kredit
155
kepada
calon
debiturnya,
Bank
XYZ
melarang pemberian kredit kepada: 1. Warga Negara Asing 2. Badan Hukum Asing/badan asing lainnya. 3. Warga Negara Indonesia yang memiliki status penduduk tetap (permanent resident) Negara lain dan tidak berdomisili di Indonesia. 4. Perwakilan negara asing dan lembaga internasional di Indonesia 5. Kantor bank/badan hukum Indonesia di luar negeri 6. Koperasi atau yayasan 7. Perusahaan sekuritas 8. Pemberian kredit bagi debitur yang berbentuk badan hukum/usaha dimana pemilik/pengurus yang menjadi andalan Bank XYZ bukan merupakan pengurus aktif dan tidak menguasai bidang usaha tersebut. Selain itu, Bank XYZ juga melarang pemberian kredit berdasarkan tujuan kredit berikut ini: 1. Pembiayaan proyek Pasar kepada developer/owner 2. Pembiayaan
pengadaan
dan
atau
pengolahan
tanah
kepada
pengembang 3. Pembelian saham dan atau memiliki saham yang tidak dimaksudkan sebagai penyertaan. 4. Usaha yang bersifat spekulatif ( misalnya untuk perdagangan valas) 5. Sektor usaha kontraktor (kecuali yang dijamin dengan cash collateral 100%) 6. Pemberian standby loan
4. Negosiasi Berdasarkan hasil pengolahan kredit, bank melakukan negosiasi dengan calon debitur mengenai fasilitas kredit dan bunga yang akan dibebankan terhadap nasabah.
5. Keputusan Keputusan pemberian kredit diberikan oleh pejabat bank berdasarkan hasil
JMA Vol. 16 No. 2 Oktober – November 2011
156
pengolahan dan hasil negosiasi kredit, sesuai dengan wewenang pejabat yang bersangkutan.
2.2 Kategori Kredit Pembagian jenis kredit di Bank XYZ dibagi berdasarkan: a. Tujuan Penggunaan b. Cara Penarikan c. Jangka Waktu d. Total Eksposure
2.2.1 Berdasarkan tujuan penggunaan Dibagi menjadi: 1. Kredit yang bersifat komersial/produktif Kredit yang diberikan kepada debitur perseorangan atau perusahaan yang dipergunakan untuk: a. Tujuan modal kerja (kredit lokal, time loan, trust receipt, kreditekspor, installment loan) b. Investasi ( kredit investasi ) c. Penjaminan ( Bank Garansi ) d. Pembiayaan perdagangan antar negara ( Trust Receipt, kredit ekspor, letter of credit) 2.
Kredit yang bersifat konsumtif
Digunakan untuk membiayai kebutuhan konsumsi,terdiri dari: a. Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) b. Kredit Pemilikan/Perbaikan Rumah (KPPR)
2.2.2 Berdasarkan Fasilitas Kredit atau Cara Penarikan/Pencairan Berdasarkan
fasilitas
kredit
atau
cara
penarikan/pencairan,
kredit
komersial/produktif dibagi menjadi: 1. Cash Loan Yaitu kredit yang dananya dapat diberikan langsung kepada debitur dan
JMA Vol. 16 No. 2 Oktober – November 2011
157
pencairannya dilakukan dengan pemindahbukuan, terbagi menjadi: a) Kredit Afbetaling Kredit yang penarikan/pencairannya dilakukan sekaligus atau bertahap sesuai dengan
rencana sampai dengan batas maksimumnya dan pelunasannya
diangsur sesuai dengan jadwal angsuran sampai dengan tanggal jatuh tempo yang telah ditetapkan. Contohnya adalah Time Loan Insidentil, Installment Loan, Kredit Investasi. b) Kredit Revolving Kredit yang penarikan/pencairannya dilakukan berulangkali dalam jumlah tertentu selama masih di bawah batas maksimum dalam suatu masa/jangka waktu tertentu. Penarikan dapat dilakukan dengan menggunakan cek/bilyet giro atau surat aksep. Contohnya adalah Kredit Lokal, Time Loan Revolving, Kredit Impor, Kredit Ekspor.
2. Non Cash Loan Atau Contigency Financing yaitu kredit/perjanjian kredit antara bank dan nasabah yang akan efektif bila ada inisiatif dari pihak ketiga, artinya bank hanya memberikan plafon, sedangkan dana hanya diberikan bila ada inisiatif dari pihak ketiga.Yang termasuk dalam kredit ini adalah: a.
LC Line
b.
Bank Garansi
2.2.3 Berdasarkan Jangka Waktu Dibagi menjadi: 1. Kredit Jangka Pendek seperti Kredit Lokal, Time Loan Insidentil, Time Loan Revolving, Kredit Impor, Kredit ekspor, Bank Garansi, L/C Line, Installment Loan. 2. Kredit Jangka Menengah seperti Installment Loan 3. Kredit Jangka Panjang seperti Kredit Investasi, Kredit Kendaraan Bermotor, Kredit Pemilikan/Perbaikan Rumah.
JMA Vol. 16 No. 2 Oktober – November 2011
II.
158
Berdasarkan Total Eksposure
Tabel 2.2 Penentuan Kategori Kredit Berdasarkan Total Eksposure Kategori Kredit Ritel
Komersial
Korporasi
Kriteria Pemberian kredit kepada debitur yang menyebabkan total eksposure per debitur/kelompok debitur sampai dengan Rp 7,5 milyar Pemberian kredit kepada debitur yang menyebabkan total eksposure per debitur/kelompok lebih besar dari Rp.7,5 milyar sampai dengan Rp 50 Milyar Pemberian kredit kepada debitur yang menyebabkan eksposure per debitur/kelompok debitur lebih besar dari Rp 50 Milyar Pemberian kredit dengan total elsposure lebih kecil dari Rp 50 Milyar yang diutjukan kepada - Perusahaan multinasional - Perusahaan yang telah go public - Lain-lain yang ditetapkan oleh Direksi Jika perusahaan tersebut memiliki grup yang telah memperoleh fasilitas kredit di BCA,maka seluruh anak perusahaan/debitur dari grup tersebut dimasukkan dalam kelompok Kredit Korporasi.
Sumber: Manual Perkreditan Bank XYZ
2.3
Kredit Lokal
2.3.1 Pengajuan Kredit Lokal Kredit Lokal adalah kredit jangka pendek yang dapat ditarik sewaktu-waktu hingga batas maksimal plafon melalui rekening Giro yang diberikan kepada debitur untuk keperluan modal kerja usaha produktif. Maksimum kredit (plafon) dan persyaratan Kredit Lokal sesuai yang telah ditetapkan dan disepakati dalam akad kredit. Overdraft (OD) terjadi jika penggunaan plafon melebihi dari outstanding plafon yang tersedia. OD dapat diberikan oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan wewenang pemberian overdraft. Pemberian OD rekening Kredit Lokal yang terjadi karena pembayaran angsuran pokok/pelunasan suatu fasilitas kredit tidak dibenarkan. Sedangkan pemberian OD rekening Kredit Lokal yang terjadi karena pembayaran angsuran bunga diperbolehkan. Fasilitas Kredit Lokal dapat diberikan kepada calon debitur yang telah menjadi
JMA Vol. 16 No. 2 Oktober – November 2011
159
nasabah Bank XYZ (pemegang rekening giro) dan memenuhi syarat-syarat debitur Kredit Lokal Bank XYZ. Jangka waktu pemberian fasilitas Kredit Lokal adalah maksimum 1 tahun dan dapat diperpanjang kembali. Dalam pemberian kredit, nasabah yang menjadi debitur dikenakan provisi, biaya administrasi, dan bunga. 1. Provisi dibebankan berdasarkan ketentuan yang berlaku (saat ini di Bank XYZ berlaku provisi 1%, namun tidak menutup kemungkinan provisi yang diberikan berada di bawah 1% tergantung dari kebijakan pemimpin cabang berdasarkan pertimbangan tertentu) 2. Biaya administrasi dipungut dimuka pada saat penandatanganan akad kredit yang besarnya sesuai dengan tarif yang berlaku. 3. Suku bunga dibebankan secara floating dan besarnya diatur dalam ketentuan tersendiri 4. Bunga dihitung berdasarkan saldo harian negatif dan dibebankan kepada debitur setiap akhir bulan Syarat (calon) debitur Kredit Lokal adalah: 1. Minimal berusia 21 tahun atau telah menikah 2. Cakap hukum 3. Tidak termasuk dalam Daftar Hitam yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia 4. Tidak dalam keadaan pailit 5. Mengisi Surat Permohonan Kredit 6. Menyediakan agunan yang dapat meng-cover fasilitas pinjaman yang diberikan. 7. Memiliki rekening Giro di Bank XYZ
Berikut adalah biaya-biaya yang dibebankan kepada debitur Kredit Lokal dan dibebankan pada saat penandatanganan akad kredit. 1. Biaya materai sesuai dengan ketentuan yang berlaku 2. Biaya notaris (bila ada) 3. Asuransi jaminan (bila ada) 4. Biaya administrasi
JMA Vol. 16 No. 2 Oktober – November 2011
160
Suku bunga Kredit Lokal ditetapkan dalam Surat Keputusan tersendiri. Pembebanan bunga Kredit Lokal dilakukan dengan cara mendebet rekening debitur. Perhitungan bunga dilakukan atas dasar saldo harian dan dibebankan kepada debitur setiap akhir bulan. Jika terjadi Overdraft maka akan dikenakan bunga Overdraft sebesar suku bunga Kredit Lokal ditambah 6%. Perhitungan bunga Overdraft sebagai berikut: (i+6%) x A 360 A: Besarnya Overdraft
x
B
B: Jumlah hari menunggak i: Suku bunga Kredit Lokal yang dibebankan
Provisi Kredit Lokal dibebankan kepada debitur pada saat penandatanganan akad kredit. Pembebanan provisi dilakukan dengan cara mendebet rekening debitur. Berikut ini adalah besarnya provisi yang dibebankan kepada debitur.
Tabel 2.3 Pengenaan Provisi Kondisi Saat penandatanganan akad kredit Saat perpanjangan akad kredit Saat ada penambahan plafon
Provisi yang dibebankan Maksimal 1 % per tahun Maksimal 1 % per tahun Maksimal sebesar nilai yang telah dihitung secara proporsional dari sisa waktu yang tercantum dalam PMK
Sumber: Manual Perkreditan Bank XYZ
2.3.2 Penarikan Kredit Lokal Penarikan dapat dilaksanakan setelah debitur memenuhi syarat perkreditan dan penandatanganan akad kredit serta melakukan pengikatan jaminan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pendebetan fasilitas kredit lokal untuk membayar angsuran atau melunasi suatu fasilitas kredit hanya dapat dilakukan sampai batas plafon Kredit Lokal yang telah disetujui. Adapun syarat-syarat penarikan Kredit Lokal adalah:
JMA Vol. 16 No. 2 Oktober – November 2011
161
1. Telah menyerahkan seluruh dokumen yang dipersyaratkan 2. Dilakukan penandatanganan akad kredit 3. Dilakukan penandantanganan akta pengikatan agunan sesuai dengan ketentuan yang berlaku 4. Dilakukan pengasuransian agunan sesuai dengan ketentuan yang berlaku 5. Menyerahkan cek atau bilyet giro
Realisasi fasilitas Kredit Lokal dilakukan dengan cara menyediakan plafon pada
rekening
giro
sampai
penandatanganan akad kredit.
dengan
batas
yang
ditentukan
setelah
Debitur dapat menggunakan fasilitas tersebut
berkali-kali dengan menggunakan cek/bilyet giro untuk penarikan pada rekeningnya sampai batas plafon dan jangka waktu yang ditetapkan.
2.3.3 Pelunasan Kredit Lokal Pelunasan fasilitas Kredit Lokal dilakukan maksimal sesuai dengan jangka waktu pada saat penandatanganan akad kredit. Untuk melakukan pelunasan, debitur harus menyediakan dana pada rekening giro sebesar outstanding-nya sebelum jatuh tempo pelunasan. Perhitungan pembebanan bunga pada fasilitas Kredit Lokal dihitung atas dasar saldo harian dan dibebankan setiap akhir bulan. Apabila debitur tidak menyediakan dana pada rekeningnya untuk pelunasan,maka akan dilakukan tindakan berikut: 1. Set plafon dihilangkan 2. Plafon yang telah diberikan dikenakan bunga OD giro (suku bunga pinjaman tertinggi + 6%) p.a dan denda
Untuk
penyelesaian
selanjutnya
masuk
dalam
penyelesaian
kredit
bermasalah. Pembebanan denda diberlakukan adalah sebesar 0.17% per hari atau 0.5% per bulan. Pembebanan denda diserahkan pada kebijaksanaan pejabat pemutus kredit sesuai dengan surat pengangkatannya. Pembayaran/pelunasan
kredit
lain
melalui
kredit
lokal
adalah
penerimaan pembayaran pelunasan kredit lainnya baik secara angsuran atau
JMA Vol. 16 No. 2 Oktober – November 2011
162
sekaligus melalui pendebetan/pemindahbukuan ke rekening Kredit Lokal. Berikut adalah ketentuan pelunasan kredit lain melalui Kredit Lokal. 1. Pendebetan rekening Kredit Lokal untuk membayar angsuran atau melunasi suatu fasilitas kredit lainnya hanya dapat dilakukan sampai batas plafon Kredit Lokal yang disetujui. 2. Pendebetan rekening Giro untuk membayar angsuran atau melunasi suatu fasilitas kredit hanya dapat dilakukan apabila dana yang tersedia (saldo efektif) cukup. 3. Overdraft rekening giro atau Kredit Lokal untuk keperluanpembayaran angsuran/pelunasan suatu fasilitas kredit tidak dapat dibenarkan.
Untuk menghindari overdraft tersebut, petugas administrasi kredit sebelum melakukan pendebetan rekening harus melakukan hal berikut: a.
Memeriksa terlebih dahulu sisa plafon rekening Kredit Lokal atau saldo dana rekening giro yang masih tersedia
b.
Membuat konfirmasi ke bagian deposit pada saat melakukan pendebetan rekening.
2.4 Kredit Ritel Fasilitas kredit ritel diberikan kepada debitur untuk tujuan modal kerja dan investasi dalam rangka perluasan usaha. Debitur fasilitas kredit ritel harus menyerahkan agunan solid dan jaminan non solid. Ketentuan penerimaan agunan solid dan non solid untuk fasilitas kredit ritel adalah: 1. Nilai taksasi agunan solid harus meng-cover minimum 50% dari plafon yang diberikan 2. Maksimum nilai taksasi agunan non solid adalah 50% dari plafon. Apabila nilai taksasi agunan non solid melebihi 50%, maka nilai taksasi dianggap 50% 3. Kredit Small and Medium Enterprises (SME) adalah kredit yang diberikan untuk membiayai kegiatan usaha debitur dengan total eksposur (calon) debitur /grup debitur yang dihitung secara terpisah antara total eksposur kredit
JMA Vol. 16 No. 2 Oktober – November 2011
163
dengan agunan cash collateral ≥ 100% dan total eksposur kredit dengan agunan non cash collateral/cash collateral < 100 % Besarnya total eksposur untuk kredit SME sebagai berikut: 1. ≤ Rp 7,5 milyar (ekuivalen) untuk fasilitas kredit dengan agunan cash collateral ≥ 100% 2. ≤ Rp 7,5 milyar (ekuivalen) untuk fasilitas kredit dengan agunan non cash collateral/cash collateral < 100 %.
Apabila salah satu dari jenis total eksposur tersebut di atas melampaui Rp. 7,5 milyar (ekuivalen), maka kategori kreditnya harus beralih menjadi kategori komersial/korporasi. Total eksposure kredit hanya dilakukan guna pelaporan kredit. Pengolahan dan wewenang memutus kredit tetap berpedoman pada besarnya eksposur debitur/grup debitur sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Total eksposure kredit merupakan total eksposure kredit usaha baik cash facility maupun non cash facility (tidak termasuk kartu kredit, kredit konsumen, dan kredit program). Perhitungan eksposure fasilitas foreign exchange line/foreign exchange settlement line dilakukan berdasarkan ekuivalen nilai risiko kredit fasilitas tersebut.
2.5 Kredit Bermasalah Dalam setiap Bank yang menyalurkan kredit akan mengalami permasalahan dimana debitur tidak mampu membayar cicilan ataupun pinjaman yang didapatnya dari Bank. Dunia perbankan Internasional mengategorikan kredit bermasalah apabila: Terjadi keterlambatan pembayaran bunga/kredit induk lebih dari 90 hari sejak tanggal jatuh tempo 1.
Kredit yang terutang tidak dilunasi sama sekali
2.
Diperlukan negosiasi kembali atas syarat pembayaran kembali kredit dan bunga yang tercantum dalam perjanjian kredit.
JMA Vol. 16 No. 2 Oktober – November 2011
III.
METODE PENELITIAN
3.1
Sifat dan Metodologi Penelitian
164
Adapun sifat penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif, dimana menurut Travers yang diterjemahkan oleh Umar (1978, p.22) ”Metode penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat riset dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu.”. Sedangkan menurut Gay yang diterjemahkan oleh Umar (1976, p.22) ”Metode penelitian deskriptif bertujuan untuk menjawab pertanyaan yang menyangkut sesuatu pada waktu sedang berlangsungnya proses riset”. Metode ini mencakup studi kasus, survey, riset pengembangan, riset lanjutan, riset dokumen, riset kecenderungan, dan riset korelasi. Namun riset yang akan digunakan adalah studi kasus serta riset dokumen. Jenis data yang digunakan: 1. Data Primer Berupa data yang didapat secara langsung dari perusahaan yang merupakan data-data manual pemberian kredit modal kerja berupa kredit lokal dan manualmanual terkait lainnya yang berhubungan dengan proses pemberian kredit.
2. Data Sekunder Berupa data yang langsung diperoleh dari perusahaan ataupun hasil wawancara dengan account officer ataupun debitur yang berkaitan. Adapun data sekunder yang digunakan berupa: a. Data Kuantitatif yaitu data yang berupa angka atau data kualitatif
yang
diangkakan, adapun data kuantitatif yang digunakan adalah data keuangan debitur berkaitan berdasarkan dosir dari data cabang. b. Data Kualitatif merupakan data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat, dan gambar.
JMA Vol. 16 No. 2 Oktober – November 2011
3.2
Target Populasi dan Sampel
a.
Target populasi dan sample
165
Yang akan menjadi target populasi adalah kredit modal kerja berupa kredit lokal yang dikeluarkan oleh Bank XYZ yang tugasnya adalah menyalurkan kredit tersebut kepada debitur. Yang akan menjadi sample adalah debitur kredit lokal bagian Small Medium Enterprise (SME) yang memiliki kredit sebesar Rp.500.000.000 sampai dengan Rp.7.500.000.000 b. Jumlah Sampel dan bagaimana prosedur penarikannya. Sampel yang akan saya gunakan adalah 5 (lima) debitur yang bekerja sama dengan Bank XYZ cabang MB dalam memperoleh pinjaman berupa kredit lokal antara Rp. 500 juta sampai dengan Rp. 7,5 Milyar. Debitur SME di Cabang MB sejumlah 51 debitur dan 10 bermasalah. Prosedur penarikan sampel adalah melalui pemilihan terhadap sampel yang memenuhi kriteria sebagai debitur SME. c. Penjelasan Sampling Error Untuk mengatasi terjadinya sampling error atau kesalahan yang terjadi pada saat pengambilan sample, maka perlu adanya antisipasi dini, berupa: 1. Kekeliruan Sampling Yaitu kekeliruan yang terjadi pada saat menelaah sampel, misalnya kekeliruan dalam menentukan jumlah sampel yang harus diambil. Oleh karena itu untuk mencegahnya dapat dilakukan perhitungan sampel yang tepat, yaitu menentukan sampel yang diambil dari populasi yang ada dan menyesuaikannya dengan kebutuhan sampling 2. Kekeliruan non sampling Kekeliruan jenis ini timbul dalam suatu riset karena adanya populasi yang tidak jelas, pertanyaan-pertanyaan yang tidak tepat dan obyek yang diteliti ternyata tidak seluruhnya didapat. Oleh karena itu untuk mengatasi timbulnya kekeliruan jenis ini, perlu dipilih populasi yang jelas yaitu berkaitan dengan objek yang akan diteliti dalam hal ini berkaitan dengan kredit modal kerja berupa kredit lokal yang dikeluarkan oleh Bank XYZ dengan bantuan petugasnya yaitu Account Officer.
JMA Vol. 16 No. 2 Oktober – November 2011
166
3.3 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang akan dilakukan adalah melalui wawancara, observasi, dan tinjauan lapangan. Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan
data yang pelaksanaannya dapat dilakukan secara langsung
berhadapan dengan yang diwawancarai tetapi dapat juga secara tidak langsung seperti memberikan daftar pertanyaan untuk dijawab pada kesempatan lain. Instrumen dapat berupa pedoman wawancara ataupun checklist. Penelitian ini akan mewawancara sumber-sumber yang berkaitan dengan pemberian
kredit
modal
kerja berupa kredit lokal seperti Account Officer yang bersangkutan, reviewer, bahkan debitur yang bersangkutan bila diperlukan. Observasi merupakan teknik yang menuntut adanya pengamatan dari si peneliti baik secara langsung ataupun tidak langsung terhadap obyek penelitiannya. Instrumen yang dipakai dapat berupa lembar pengamatan, panduan pengamatan dan lainnya. Dalam penelitian ini, observasi yang akan dilakukan bertempat di Bank XYZ Kantor Cabang MB. Adapun objek penelitian yang akan diambil berkaitan dengan debitur dari cabang tersebut. Tinjauan Lapangan merupakan metode pengumpulan
data
yang
dilakukan dengan cara mengamati perusahaan yang dianalisis. Tujuan dari tinjauan ini adalah untuk mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan dalam melakukan penulisan. Metode yang digunakan yaitu: 1. Dokumentasi Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengambil dan menyimpan data yang
didapat dan diperlukan dalam menganalisis permasalahan yang akan
dibahas dalam penelitian ini. 2. Pengumpulan Data Yaitu perolehan data laporan keuangan, sejarah perusahaan, struktur organisasi dan kegiatan usaha dari perusahaan tersebut, melalui dosir-dosir tersedia di cabang.
JMA Vol. 16 No. 2 Oktober – November 2011
167
IV.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Penyebab Terjadinya Kredit Bermasalah di Bank XYZ
Pada Bank XYZ, kredit bermasalah dapat dikategorikan menjadi tiga golongan yaitu: 1. Debitur Tidak Layak Suatu kredit dapat diberikan oleh bank kepada debitur perorangan ataupun debitur usaha. Pelunasan suatu kredit erat kaitannya dengan kemampuan bayar dari debitur. Kemampuan bayar debitur dapat dianalisa dari penghasilan tetap debitur tersebut, oleh karena itu apabila penghasilan tetap dari debitur perorangan terganggu maka kemungkinan besar cicilan kredit akan bermasalah. Ada tiga
sebab
utama
kredit
bermasalah
badan
usaha,
yaitu
kurangnya
pengetahuan dan pengalaman pemilik dalam bidang usaha bisnis, adanya penipuan (fraud), serta adanya mismanagement (salah kelola). Dari ketiga faktor tersebut, faktor mismanagement adalah penyebab yang paling besar pengaruhnya terhadap kemerosotan mutu kredit. Faktor mismanagement atau salah kelola dalam perusahaan dapat menjadi penyebab yang paling besar pengaruhnya karena dengan terjadinya mismanagement atau salah kelola, suatu perusahaan mengalami perubahan-perubahan khususnya dalam bertransaksi dan berpengaruh terhadap cash flow perusahaan maka akan berpengaruh terhadap kemampuan bayar debitur tersebut. Kemampuan bayar
debitur
akan
menentukan
kolektibilitasnya terhadap bank. Faktor salah kelola biasanya terjadi pada perusahaan yang kurang memiliki sistem pengendalian internal sehingga kemungkinan terjadinya salah kelola sangat besar. Faktor mismanagement juga bisa terjadi pada perusahaan yang merupakan bisnis keluarga, sehingga beberapa pihak yang memiliki kepentingan masing-masing akan berusaha menjalankan kepentingannya masing-masing sehingga dapat terjadi salah kelola dalam perusahaan. 2. Faktor Intern Bank XYZ a. Secara Intern, penyebab terjadinya kredit bermasalah adalah penyelenggaraan analisa kredit yang kurang sempurna dari Bank XYZ. Hal ini dapat diakibatkan dari Account Officer atau Analis Kredit yang kurang mampu dalam mengolah data
JMA Vol. 16 No. 2 Oktober – November 2011
168
ataupun karena pimpinan bank mendapat tekanan pihak luar untuk meluluskan permintaan
kredit.
Account Officer yang
ditugaskan di bank XYZ pada
umumnya adalah mereka yang berlatar pendidikan ekonomi, selain itu para Account Officer dibekali dengan pelatihan dan pendidikan mengenai proses kredit dimulai dari proses marketing, analisa, sampai dengan tahap penjagaan akun dari masing-masing debitur. Seringkali para Account Officer terkendala terhadap data yang diberikan oleh debitur, terkadang ada debitur yang tidak transparan dalam menunjukkan transaksi keuangannya, apabila Account Officer dapat mendeteksi hal ini dari awal, maka debitur tidak akan mendapat pinjaman dari bank. b. Faktor kedua adalah lemahnya sistem pemantauan kredibilitas serta mutu kredit Bank XYZ karena pihak bank khususnya pimpinan bank baru dapat mengetahui adanya indikasi penurunan kinerja debitur setelah debitur tersebut menunggak pembayaran bunga, cicilan ataupun pelunasan kredit yang jatuh tempo. Hal ini dikarenakan adanya jumlah debitur yang sangat banyak sehingga pihak bank tidak dapat memeriksa satu persatu akun debitur, dalam hal ini pihak Bank XYZ memiliki sistem yang dapat mendeteksi adanya keterlambatan pembayaran dari debitur, namun seperti yang telah disebutkan di atas, sistem ini hanya dapat mendeteksi
bermasalahnya suatu
kredit
setelah terjadinya penunggakan bayar dari debitur. Di Bank XYZ, setiap terjadinya tunggakan akan dilaporkan pada Group Leader (GL) Account Officer dan Group Leader akan menyebarkan informasi penunggakan pada Account Officer
yang
menangani
debitur tersebut agar dapat dihubungi untuk
melakukan pembayaran. c. Faktor Ketiga penyebab tidak bermutunya suatu kredit dapat disebabkan dari pihak bank yang terlalu agresif menyalurkan kredit karena dikejar target. Target ini berkaitan dengan kegiatan yang
harus
dilakukan
oleh
bank
berkaitan dengan tugasnya sebagai penyalur dana, bank mengumpulkan dana dalam bentuk tabungan dan deposito yang
mengharuskan
bank untuk
membayar bunga kepada nasabah. Untuk menutupi beban tersebut, pihak bank menyalurkan dana dalam bentuk kredit serta mendapat timbal balik berupa
JMA Vol. 16 No. 2 Oktober – November 2011
169
bunga yang diterima dari debitur. Oleh karena itu, untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal pihak bank menargetkan cabangnya untuk menyalurkan kredit dalam jumlah tertentu. Dalam kasus ini, analisa kredit yang kurang memadai pun dapat diluluskan. Seorang Account Officer di Bank XYZ memiliki target tahunan yang harus dicapai agar penilaian kinerjanya mendapat
nilai
yang
baik,
oleh
karena
itu
pihak Account Officer pasti akan berusaha menyalurkan kredit sebanyakbanyaknya agar target yang telah ditetapkan dapat tercapai. Dengan alasan demikian, maka ada kecenderungan bahwa kredit yang kurang memadai pun dapat dipaksakan untuk diberikan. d. Faktor Keempat yaitu adanya campur tangan para pemegang saham yang berlebihan dalam penyaluran kredit. Dengan adanya instruksi dari pemegang saham, pimpinan
cabang dapat menyimpang dari kebijaksanaan
penyaluran kredit yang telah ditetapkan oleh bank. Hal ini dapat berupa permintaan dari direksi agar cabang dapat memberikan kredit kepada suatu perusahaan tertentu dimana perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang dimiliki oleh relasi atau saudara dari salah satu direksi. Hal ini dapat memicu terjadinya kredit bermasalah seandainya perusahaan yang diberikan kredit bukan merupakan perusahaan yang memiliki kondisi keuangan ataupun kondisi manajemen yang baik. Karena dengan adanya pemberian kredit tersebut perusahaan dapat saja menyalahgunakan uang hasil pemberian kredit sehingga akan menyebabkan perusahaan tidak mampu membayar cicilan kredit yang diberikan Bank XYZ. e. Faktor kelima yaitu adanya pemberian kredit tambahan tanpa analisis kredit yang tajam dan tambahan jaminan kredit. Faktor kelima ini sangat jarang terjadi bahkan tidak terjadi pada kelima debitur bermasalah yang diambil sampelnya karena Bank XYZ telah menetapkan batasan-batasan yang jelas khususnya untuk penambahan jaminan apabila kredit yang diinginkan debitur melewati batas nilai agunan yang telah diberikan sebelumnya. Di Bank XYZ, untuk debitur yang menginginkan tambahan kredit harus memberikan tambahan jaminan baru apabila jaminan lama tidak lagi meng-cover total
kredit
JMA Vol. 16 No. 2 Oktober – November 2011
170
setelah mengalami penambahan. 3. Faktor Eksternal Faktor eksternal mempunyai pengaruh besar terhadap kelancaran kegiatan usaha perusahaan. Faktor eksternal yang negatif dapat
menggangu
kelancaran kredit karena profitabilitas dan likuiditas keuangan maupun kemampuan debitur untuk membayar pinjaman dapat terganggu. Faktor eksternal yang negatif antara lain penurunan kondisi ekonomi moneter Negara atau sektor usaha. Dengan turunnya kondisi ekonomi negara, banyak perusahaan yang merasakan langsung dampak tersebut melalui turunnya penjualan produk atau jasa yang mereka hasilkan. Akibatnya profitabilitas menurun sehingga kemampuan debitur membayar pinjaman terpengaruhi. Selain itu,
peraturan
ataupun
kebijakan
kemampuan bayar debitur. Faktor
pemerintah
dapat
mempengaruhi
Bencana Alam (banjir, gempa bumi,
kebakaran, dan lain-lain) juga dapat mengganggu likuiditas perusahaan karena dapat merusak atau memusnahkan fasilitas produksi yang mereka miliki sehingga tidak ada in cash flow pada perusahaan tersebut sehingga akan menyulitkan debitur untuk membayar kewajibannya. Faktor lain yang mempengaruhi kemampuan debitur membayar bunga dan mengembalikan kredit adalah melemahnya kurs nilai tukar mata uang nasional terhadap mata uang asing. Debitur yang memiliki pinjaman dalam mata uang asing dan memasarkan produk mereka di dalam negeri dengan harga mata uang nasional akan mengalami kerugian yang besar karena tidak dapat mengimbangi perbedaan kurs tersebut terutama dalam pembayaran bunga pinjaman dalam bentuk kurs asing. Debitur Tidak Faktor Intern Bank Layak XYZ PT FN Debitur layak serta Pihk analis kurang memenuhi semua dapat membaca persyaratan indikasi ketidakmampuan PT FN dalam membayar kredit, aplikasi GREY menunjukkan perlunya review yang lebih maksimal dan
Faktor Eksternal Sebagai transportir solar PT FN memiliki prospek yang baik. Namun adanya masalah perekonomian, khususnya kenaikan BBM telah menyebabkan
JMA Vol. 16 No. 2 Oktober – November 2011
PT CSS
Saat di-review debitur layak mendapat kredit, namun terjadi mismanagement atau tata kekola yang kurang baik sehingga tidak menguntungkan bagi perusahaan
PT GPK
Debitur mempunyai karakter yang layak menjadi debitur. Namun seiring berjalannya waktu terjadi konflik internal yang mengakibatkan habisnya aset perusahaan
PT Karakter debitur KTKJ pada awalnya baik, namun seiring berjalannya waktu debitur menunjukkan indikasi yang kurang baik, seperti menunggak pembayaran PT GF Terjadi conflict of interest pada PT GF. Selain itu debitur kurang memiliki kontrol
171
hasil akhir bahwa perusahaan ini kredit disetujui dan kurang mampu kemudian bermasalah bertahan sehingga profitabilitasnya menurun. Proses review oleh Produk berupa account officer aerosol ini berjalan dengan baik, memiliki peluang terlihat dari aplikasi bagus, dimana WHITE. Namun dibutuh-kan sebagai setelah beberapa bahan pembuat tahun berjalan kosmetik dan perusahaan megalami parfum. Faktor kemunduran. Ini eksternal tidak mengindikasikan terlalu berpengaruh kekurangmampuan terhadap kredit analis memproyeksi bermasalah PT CSS masa depan keuangan PT CSS Account Officer telah Proyek yang menganalisis dengan semakin berkurang menggunakan aplikasi karena lemahnya BCOS dan perekonomian menghasilkan warna menurunkan GREY, sehingga profitablitas debitur perlu dianalisis oleh sehingga SKW. Namun setelah menurunkan dianalisis oleh SKW kemampuan pemberian bayarnya direalisasikan, namun akhirnya bermasalah Pihak analis telah Ekspor perusahaan menganalisis dengan ke Jerman ternyata baik, hasil aplikasipun tidak berhasil menunjukkan indikasi memperoleh yang baik dari laporan pembayaran oleh keuangan dan data- pihak buyer. Hal ini data yang diberikan mem-pengaruhi oleh debitur kemampuan bayar debitur Pihak bank (analis) kurang dapat memproyeksi akan adanya penurunan minat penonton serta
Terjadi penurunan minan penonton dalam menonton sitkom andalan PT GF serta adanya
JMA Vol. 16 No. 2 Oktober – November 2011
keuangan baik
172
yang statsiun TV dalam rumah produksi lain pembelian sikom BB yang memproduksi ini sitkom BB dengan sitkom lain oleh stasiun TV
Sumber: Bank XYZ Cabang MB, dibuat oleh penulis.
4.2 Dampak Terjadinya Kredit Bermasalah bagi Bank XYZ Dampak terjadinya kredit bermasalah bagi Bank XYZ adalah dampak negatif, dampak-dampak yang besar sekali pengaruhnya terhadap operasi bisnis bank umum sebagai berikut: 1. Menambah beban operasional Bank Sentral telah mewajibkan bank-bank di negaranya menyediakan cadangan
penghapusan kredit bermasalah. Saat ini jumlah cadangan
penghapusan kredit bermasalah yang ditentukan Bank Indonesia adalah 0.5% jumlah aktiva produktif bank (termasuk kredit), ditambah 3% dari aktiva produktif yang tergolong kurang lancar, ditambah 50% dari aktiva produktif yang digolongkan meragukan, ditambah 100% dari jumlah aktiva produktif yang digolongkan macet. Semakin besar jumlah kredit
bermasalah yang
dimiliki bank maka semakin besar pula cadangan penghapusan bermasalah yang harus disediakan bank. Konsekuensinya semakin besar jumlah cadangan penghapusan yang harus disediakan bank, akan semakin besar pula biaya yang harus mereka tanggung untuk mengadakan dana penghapusan itu. Selain itu, dalam menangani kredit bermasalah membutuhkan waktu, tenaga dan biaya yang cukup besar, karena pekerjaan itu sering memakan waktu yang cukup lama. 2. Menurunkan Profitabilitas Usaha Kredit bermasalah tidak menghasilkan bunga ataupun pendapatan lain. Dalam jumlah yang besar, kredit bermasalah akan menimbulkan kerugian. Bank XYZ apabila memiliki kredit bermasalah dalam jumlah yang besar akan menurunkan profitabilitasnya. Return on Assets
(ROA) berupa tolok ukur
profitabilitas bank akan menurun. Sehingga citra kesehatan operasi bank XYZ di masyarakat, dunia perbankan, dan di mata Bank Sentral akan menurun.
JMA Vol. 16 No. 2 Oktober – November 2011
173
Namun sejauh ini Bank XYZ memiliki tingkat NPL dalam kadar kecil jauh di batas yang ditentukan, artinya Bank XYZ telah memiliki performance yang baik walaupun masih memiliki kredit bermasalah. 3. Menurunkan Persentase Capital Adequacy Ratio (CAR) Setiap kerugian akan mengurangi sejumlah modal pada perusahaan, pada Bank XYZ kerugian akan membawa dampak pada penurunan persentase Capital Adequacy Ratio (CAR). Apabila CAR turun sampai di bawah ketentuan
pemerintah,
bank
XYZ
harus menambah dana cair untuk
menaikkan modal sendiri. Saat ini ketentuan pemerintah untuk
CAR
minimum adalah 8%. Bila bank XYZ tidak dapat melakukan hal itu, peringkat kesehatan operasi bisnis mereka di mata Bank Sentral akan turun. 4. Meningkatnya NPL (Non Performing Loan) Bank XYZ secara umum. Non Performing Loan atau Pinjaman bermasalah merupakan indikasi kesuksesan suatu cabang, oleh karena itu semakin besar NPL suatu cabang akan menurunkan penilaian cabang tersebut di mata Bank XYZ pusat. Apabila cabang-cabang memiliki NPL yang besar, maka setelah diakumulasikan maka Bank XYZ secara umum akan mempunyai NPL yang besar, dan hal ini akan menurunkan prestasi Bank XYZ di mata Bank Sentral. Oleh karena itu, setiap cabang terus mengusahakan angka NPL yang kecil. Untuk kredit SME tahun 2007, Bank XYZ cabang MB memiliki NPL sebesar 6.39% dan ditahun 2008.
4.3 Solusi Mengatasi Kredit Bermasalah di Bank XYZ. Untuk mengatasi kredit bermasalah, Bank XYZ dapat melakukan cara-cara berikut: 1. Rescheduling Rescheduling atau penjadwalan kembali merupakan upaya pertama dari pihak bank untuk menyelamatkan kredit yang diberikannya kepada debitur. Dalam hal ini, Rescheduling disertai dengan perubahan jenis kredit nasabah. Cara ini dilakukan jika ternyata debitur (berdasarkan penghitungan dari account officer) tidak mampu memenuhi kewajibannya dalam hal pembayaran kembali pinjaman pokok maupun bunga kredit. Rescheduling merupakan penjadwalan kembali sebagian atau seluruh kewajiban debitur, misalnya angsuran pokok pinjaman
JMA Vol. 16 No. 2 Oktober – November 2011
174
yang semula dijadwalkan selesai dalam jangka waktu satu tahun dan kemudian setelah diperpanjang kembali ternyata debitur yang bersangkutan tidak mampu membayar, maka kredit lokal akan diubah menjadi
kredit
time loan atau
installment loan selama 3 tahun untuk mempermudah debitur dalam memenuhi kewajibannya. Hal ini disesuaikan dengan proyeksi arus kas (projected cash flow) yang bersumber dari kemampuan usaha debitur yang sedang mengalami kesulitan. Adapun perubahan jadwal angsuran dapat berbentuk: a. Perubahan pembayaran bunga yang tadinya dilakukan sebulan sekali menjadi tiap 3 bulan sekali sehingga debitur dapat memperoleh kemudahan pembayaran. b. Karena telah dilakukan perubahan jenis kredit dari kredit lokal menjadi installment loan, maka debitur dapat mencicil pinjaman sedikit demi sedikit untuk memperkecil beban bunga yang harus ditanggung oleh debitur. c. Debitur dapat mencicil bunga dan pinjaman kredit sesuai kesanggupannya dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan Bank XYZ dari hasil perundingan dengan pihak debitur.
2. Reconditioning Reconditioning adalah usaha pihak bank XYZ untuk menyelamatkan kredit yang diberikannya
dengan
cara
mengubah
sebagian
atau
seluruh
kondisi
(persyaratan) yang semula disepakati bersama pihak debitur dan dituangkan dalam perjanjian
kredit (PK).
Perubahan
ini
dilakukan
sesuai
dengan
memperhatikan kondisi permasalahan yang dialami debitur dari usahanya. Persyaratan-persyaratan yang diubah tersebut antara lain: a. Penurunan tingkat bunga kredit Untuk menurunkan beban debitur, tingkat bunga yang seharusnya 14% p.a. dapat diturunkan menjadi 12% p.a. b. Penurunan biaya provisi saat perpanjangan kredit Pihak Bank XYZ dapat memberikan kebijakan berupa penurunan provisi yang dibebankan kepada debitur dari 1% menjadi 0,25% atau ditiadakan sama sekali.
JMA Vol. 16 No. 2 Oktober – November 2011
175
3. Restrukturisasi Restructuring atau restrukturisasi adalah usaha penyelamatan kredit yang terpaksa harus dilakukan bank dengan cara mengubah komposisi pembiayaan yang mendasari pemberian kredit. Pembiayaan suatu bisnis tidak seluruhnya berasal dari modal (dana) sendiri, tetapi sebagian besar dibiayai dengan kredit dari bank. Contohnya proyek yang dibiayai oleh pinjaman bank (debt) sebesar 70% serta modal debitur sendiri sebesar 30% sehingga debt to equity ratio adalah 70:30. Karena tingginya struktur pembiayaan oleh bank < dalam permasalahannya debitur mengalami kesulitan dalam pengenaan biaya bunga yang besar sehingga harga pokok produksi (cost of good solds) terlalu tinggi sehingga produk tidak dapat dipasarkan karena memiliki persaingan yang berat di pasar. Salah satu cara menanggulangi kesulitan nasabah tersebut dengan perubahan struktur pembiayaan dengan alternatif sebagai berikut: a. Bank memberikan tambahan kredit sehingga debt to equity ratio menjadi 75:25, namun tentu saja hal ini akan semakin memberatkan debitur. b. Debitur menambah porsi equity-nya sehingga D/E ratio menjadi 60:40. c. Penambahan fresh capital oleh bank sehingga equity bertambah dan D/E ratio menjadi 60:40. Dalam hal ini pihak bank diperkenankan ikut menjadi pemegang saham dari perusahaan milik debitur dalam rangka rescue program. Menurut undang-undang No.7 tahun 1992 tentang perbankan, pihak bank dilarang ikut dalam penyertaan saham pada perusahaan nasabah, kecuali dalam proses penyelamatan kredit (rescue program).
4. Kombinasi 3R Dalam rescue program atau penyelamatan kredit bermasalah, bila dianggap perlu
pihak Bank XYZ dapat mengkombinasikan tindakan Rescheduling,
Reconditioning, dan Restructuring seperti berikut: a. Rescheduling dan reconditioning b. Rescheduling dan restrukturisasi c. Restrukturisasi dan reconditioning d. Reschedulling, reconditioning dan restrukturisasi sekaligus.
JMA Vol. 16 No. 2 Oktober – November 2011
176
5. Eksekusi Tindakan eksekusi merupakan tindakan terakhir yang dilakukan pihak bank apabila semua usaha penyelamatan yang dilakukan telah dicoba namun debitur tetap tidak mampu memenuhi kewajibannya kepada Bank XYZ, maka jalan terakhir adalah bank melakukan eksekusi melalui berbagai cara, antara lain: a. Menyerahkan kewajiban kepada BUPN (BadanUrusan Piutang Negara) b. Menyerahkan perkara kepengadilan negeri (perkara perdata)
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis terhadap pemberian kredit lokal dan adanya kredit bermasalah di Bank XYZ cabang MB, kesimpulan yang diambil adalah bahwa terdapat beberapa hal yang menunjukkan kekuatan dan kelemahan pemberian kredit di bank XYZ serta didapat kesimpulan berupa solusi kredit bermasalah yang diterapkan Bank XYZ. Keunggulan pemberian kredit yang diterapkan oleh bank XYZ adalah: a. Adanya personel yang kompeten Bank XYZ mempekerjakan Account Officer untuk memasarkan kredit dan menganalisa kemampuan calon debitur. Adapun Account Officer yang ditugaskan merupakan personel berkualitas yang memiliki nilai akademis baik khususnya di bidang ekonomi. Bank XYZ merekrut personelnya melalui training centre dengan program seleksi yang ketat untuk mendapatkan sumber daya yang berkualitas. Untuk bagian legal, ditempatkan personel yang kompeten di bidangnya berupa personel yang memiliki nilai akademis yang baik khususnya di bidang hukum. Pada bagian Administrasi kredit ditempatkan personel
yang dapat bekerja teliti dan
cepat. Bank
XYZ sangat
memperhatikan kualitas personelnya melalui pemberian materi pelatihan yang berkualitas. b. Adanya
diskusi
atau
CC
(Credit
Comittee) terlebih
dahulu
dalam
pengajuan kredit. Dengan adanya diskusi ini, Kepala Pemasaran Cabang dan Account Officer dapat mendiskusikan mengenai potensi calon debitur
JMA Vol. 16 No. 2 Oktober – November 2011
sehingga
apabila
mendapatkan
kredit
calon maka
177
debitur dapat
yang bersangkutan berpotensi
langsung
diproses. Sehingga dapat
menghemat waktu dan biaya untuk pemrosesan kredit lebih lanjut. Pemrosesan kredit lebih lanjut yang dimaksud adalah proses-proses seperti penilaian jaminan nasabah dan pengolahan data nasabah. c.
Administrasi kredit sebelum realisasi kredit akan memeriksa dokumen
sebanyak 2 kali: 1. Pemeriksaan dokumen yang dilakukan oleh bagian hubungan keluar saat memerima dokumen dari urusan legal. 2. Bagian Finansial Administrasi Kredit akam memeriksa dokumen sebelum mengkredit rekening debitur. Kelemahan Pemberian Kredit yang diterapkan oleh Bank XYZ yaitu: a. Perlu adanya pemisahan fungsi. Tugas Account Officer merupakan marketing sekaligus analis. Sehingga peran Account
Officer memiliki dua fungsi yang berbeda. Sebagai marketing,
Account Officer ditarget
untuk menjual kredit dengan target tertentu,
sementara sebagai analis, yang
bersangkutan perlu memperhatikan
kemampuan bayar dari calon debitur yang
bersangkutan. Dalam hal ini
seringkali ada penyimpangan dimana hasil analisa debitur dapat saja diabaikan oleh Account Officer demi tercapainya target. b. Adanya penggunaan dokumen tunda, yaitu apabila calon debitur belum dapat menyerahkan data yang diinginkan Bank XYZ, maka Account Officer akan mencetak form dokumen tunda yang akan ditandatangani oleh Kepala Pemasaran Cabang atau Kepala Cabang untuk dikirimkan ke administrasi kredit agar kredit yang diharapkan calon debitur dapat direalisasikan walaupun dokumen tertentu belum diberikan. Dengan adanya dokumen tunda ini, dapat menjadi kelemahan pihak bank, dimana apabila kredit telah direalisaikan namun dokumen masih belum dapat dipenuhi oleh debitur, maka dapat saja dokumen yang dijanjikan oleh debitur belum ada bukti fisiknya. c. Administrasi Kredit seringkali memberikan beberapa dispensasi untuk Account Officer, dimana memorandum yang seharusnya perlu ditandatangani
JMA Vol. 16 No. 2 Oktober – November 2011
178
oleh Kepala Pemasaran Cabang atau Kepala Cabang belum ditandatangani karena yang bersangkutan sedang tidak ada di tempat, namun petugas administrasi kredit telah menjalankan memorandum tersebut atas permintaan Account Officer. Di satu sisi, hal ini dapat menjadi bukti adanya kerjasama yang baik antara administrasi kredit dan Account Officer, namun di sisi lain hal ini dapat menjadi kelemahan karena menjalankan suatu memorandum tanpa otorisasi pihak berwenang terlebih dahulu. d. Dalam beberapa hal, urusan administrasi kredit seringkali melakukan order asuransi untuk agunan pada hari yang sama dengan hari dilakukannya realisasi kredit, sehingga polis asuransi untuk agunan baru selesai beberapa waktu kemudian, hal ini menunjukkan bahwa agunan yang dijaminkan tidak ter-cover oleh asuransi untuk jangka waktu sejak adanya realisasi kredit sampai dengan polis asuransi selesai diproses.
5.2
SARAN
Memperhatikan kelemahan-kelamahan yang terdapat dalam pemberian kredit dan solusi penanganan kredit bermasalah, beberapa saran yang dapat diberikan antara lain: 1. Sebaiknya ada pemisahan fungsi antara analis dan marketing, karena pada Bank XYZ
kedua fungsi tersebut dijalankan oleh Account Officer. Namun
seandainya pihak Bank
menginginkan
adanya efisiensi sehingga sulit
dilakukan pemisahan fungsi, maka hal ini dapat pula diatasi dengan cara pengenaan sanksi pada Account officer apabila diketahui dalam proses pemberian kreditnya ternyata bermasalah. Hal ini dapat mempengaruhi penilaian kinerja dari Account Officer. 2. Meminimalisasi adanya dokumen tunda, sebaiknya petugas administrasi kredit perlu secara teratur mengecek dokumen tunda yang dikeluarkan untuk debitur tertentu. Sehingga dalam pelaksanaan pemberian kredit, kelengkapan data debitur telah terpenuhi dengan baik. 3. Petugas administrasi kredit perlu mengecek keabsahan persetujuan suatu memo yang belum ditandatangani oleh pimpinan dengan cara menelepon langsung
JMA Vol. 16 No. 2 Oktober – November 2011
179
kepada pimpinan yang bersangkutan untuk mendapat konfirmasi mengenai memo yang hendak dijalankan, tidak hanya bersumber pada informasi yang diperoleh dari Account Officer. 4. Petugas Administrasi kredit sebaiknya melakukan order Calon Debitur
asuransi setelah
menandatangani Surat Pemberitahuan Persetujuan Kredit
(SPPK), tanpa harus
menunggu proses penandatanganan akad kredit dan
pengikatan jaminan sehingga pada saat akan dilakukan realisasi kredit, agunan sudah ter-cover oleh asuransi. 5. Sebaiknya Account Officer menganalisis lebih dalam mengenai pengunaan kredit oleh debitur untuk mencegah terjadinya dana yang diberikan oleh Bank dipakai untuk melunasi hutang debitur di tempat lain. 6. Account Officer dapat mengenali karakter dari calon debitur tidak hanya melalui fasilitas BI Checking tapi juga dapat melalui trade checking dengan menanyakan kepada supplier dan buyer-nya mengenai kedisiplinan calon debitur dalam hal finansial. 7. Bank
XYZ
dapat
meningkatkan
kualitas
dalam penanganan
kredit
bermasalah, tidak hanya terbatas pada telepon, surat teguran dan cara-cara pasif lainnya. Ada beberapa cara penanganan kredit bermasalah lainnya yang dapat dilakukan oleh bank seperti reschedulling, reconditioning, restructuring atau kombinasi dari ketiganya,
sesuai kondisi debitur. Sehingga dengan adanya
tindakan-tindakan kooperatif ini dapat menghasilkan win-win solution bagi kedua pihak. 8. Koordinasi antara urusan legal dan Administrasi Kredit perlu diperbaiki. Urusan legal diminta untuk menginformasikan pada Urusan Administrasi Kredit jika akan melakukan pengikatan. Namun, dalam prakteknya hal tersebut kadang dilakukan namun lebih sering tidak
dilakukan, karena staf yang
menangani pengikatan dan penandatanganan kredit cenderung bekerja dengan volume yang tinggi dan di bawah tekanan waktu sehingga kewajiban untuk melakukan
konfirmasi
dengan
urusan
Administrasi
Kredit
seringkali
terlewatkan. Sebaiknya ada satu staf khusus di bagian legal yang mencatat penentuan
jadwal pengikat dan melaporkannya pada Urusan Administrasi
JMA Vol. 16 No. 2 Oktober – November 2011
180
Kredit setiap hari, sehingga dengan demikian Urusan Administrasi Kredit dapat mempersiapkan persyaratan
persyaratan
realisasi yang
dengan masih
baik dengan memperhatikan
harus dipenuhi oleh debitur dan
menginformasikannya kembali pada staf Urusan Legal untuk mengingatkan Debitur pada saat pengikatan tentang persyaratan yang harus direalisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Fraser, Ian., Gionea, John., & Fraser, Simon., (2005). Economics for Business, McGra-Hill, Australia. Gitman, L.J. (2006). Principles of Managerial Finance (11th edition). Pearson Education, Inc.Boston. Iskandar, Syamsu. (2008). Bank dan Lembaga Keuangan. Jakarta: Semesta Asa Bersama Kasmir. (2002). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Keegan, Warren J. (2004). Global Marketing Management. Prentice. Hall Inc. New Jersey. Learning Centre BCA. (2009). Handout Manual Perkreditan. Jakarta: PT. Bank Central Asia, Tbk. --------------------------- (2009). Handout Manual Perkreditan SME. Jakarta: PT. Bank Central Asia, Tbk. -------------------------- (2009). Handout Tugas dan Fungsi Account Officer BCA. Jakarta: PT. Bank Central Asia, Tbk. Pndyck, Robert S., & Rubinfienld, Daniel L. (2009). Mikroekonomi. Jakarta: Indeks. Raharjaputra, Hendra S. (2009). Manajemen Keuangan dan Akuntansi untuk Eksekutif Perusahaan. Jakarta: Salemba Empat