perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
JURNAL
KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PENDUDUK PENDATANG DENGAN PENDUDUK ASLI (Studi Kasus di Dusun Wanasari Kota Denpasar Provinsi Bali)
Oleh:
Melati Budi Srikandi D0212069
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2016 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PENDUDUK PENDATANG DENGAN PENDUDUK ASLI (Studi Kasus di Dusun Wanasari Kota Denpasar Provinsi Bali)
Melati Budi Srikandi Pawito
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstract People of Indonesia is a plural society that owns many ethnicities, cultures, and religions which are always have an interaction between one and another. This differences somehow always igniting conflict inside the society. bali’s people are mostly embrace Hindu religion, which makes the muslim becomes the minority. In dusun wonosaba, there are a group of newcomers who still hold Javanese culture and also embracing Islam. Despite the difference values that exist, they still lives together in harmony. This study intends to understand the communication relation that occurs between the newcomers and the indigenous, also how to manage the potential conflict between the two. This study is being conducted in Dusun Wasanari, Denpasar, Bali with descriptive qualitative method to analyze the data. The data source for this research is doing in-depth interview so the people there would give the most factual data. Sample is being taken with purposive sampling method, particularly maximum variation sampling. And to analyze the data, writer use interactive analysis Miles and Huberman (1994) with three stages consist of data reduction, data presentation, and conclusion withdrawal until verification. This research concludes that: 1. Communication relation that develops between newcomers and indigenous people primarily related to business, trade, and security affairs. 2. The way to approach the people that mostly being used here to manage potential conflict is integrative approach with intercultural competence focus, with tolerance , empathy, and positive thinking. 3. There is a strong impression that tradition have a solid role to sustain the communication relation between newcomers and the indigenous people. The tradition here is ngejot and menyama braya. Keywords: Intercultural Communication, Potential Conflict Management, commit to user Tradition Role 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pendahuluan Masyarakat Indonesia ditandai oleh kemajemukan, baik dilihat dari etnis, agama dan budaya yang berbaur menjadi satu dan saling berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari. Dari setiap etnis yang ada cenderung memiliki bahasa dan budayanya masing-masingsehingga berkembang pola komunikasi terutama pola komunikasi antar budaya yang cenderung bersifat unik. Di satu sisi hubungan komunikasi antar budaya mampu memberikan keuntungan dalam aktualiasasinya misalnya membentuk peningkatan pengetahuan dan cara pandang baru seseorang tentang dunia melalui orang-orang dari budaya yang berbeda. Komunikasi antarbudaya merujuk pada fenomena komunikasi dimana para partisipan yang berbeda dalam latar belakang kultural menjalin kontak satu sama lain secara
langsung maupun
tidak
langsung.
Ketika
komunikasi
antarbudaya
mempersyaratkan dan berkaitan dengan kesamaan-kesamaan dan perbedaanperbedaan kultural antara pihak-pihak yang terlibat, maka karakteristik-karakteristik kultural dari para partisipan bukan merupakan fokus studi dari komunikasi antarbudaya, melainkan proses komunikasi antara individu dengan individu dan kelompok dengan kelompok.1 Namun di sisi lain, komunikasi antar budaya seringkali menimbulkan frustasi karena adaptasi tidak selalu mudah dilakukan. Menurut Toomey (1999) komunikasi antar budaya notabene merupakan gejala komunikasi yang terjadi ketika dua atau lebih kelompok masyarakat yang berbeda kebudayaan berinteraksi satu sama lain. Kebudayaan merupakan komponen dari usaha manusia untuk bertahan hidup dan berkembang dalam lingkungan partikular mereka, yaitu the ecological adaptation function dan the cultural communication function.2 Artinya, budaya diciptakan, dibentuk, ditransmisikan dan dipelajari melalui komunikasi. Terdapat banyak masalah-masalah potensial yang sering terjadi di dalam proses komunikasi antar 1
Rahardjo, Turnomo. 2005. Menghargai Perbedaan Kultural Mindfulness dalam KomunikasiAntaretnis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.toHlm., commit user 54 2 Ting-Toomey, Stella. 1999.Communicating Acress Culture. New York: The Guilford.
2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
budaya, seperti pencarian kesamaan, penarikan diri, kecemasan, pengurangan ketidakpastian, stereotip, prasangka, rasisme, kekuasaan, etnosentrisme dan culture shock.3 Jalinan hubungan komunikasi yang melibatkan partisipan dengan latar belakang budaya yang berbeda membawa tantangan unik, yaitu bagaimana cara menemukan dan membangun kesamaan-kesamaan dibalik berbagai perbedaan misalnya dengan membangun rasa ketertarikan, empati, kepentingan bersama, aktivitas, kepercayaan dan tujuan akhir yang sama. Keberadaan kelompok mayoritas dan minoritas di Indonesia dapat dipetakan dalam beberapa kelompok, salah satunya adalah berdasarkan kelompok agama. Di Provinsi Bali misalnya. Warga muslim di Provinsi Bali merupakan kelompok minoritas karena presentase jumlah penduduk muslimnya hanya 13,37%. Di kawasan Kota Denpasar Provinsi Bali, tepatnya di Dusun Wanasari terdapat sekelompok warga muslim pendatang dari tanah Jawa-Madura yang telah tinggal disana selama puluhan tahun secara turun temurun (3 generasi). Meski tergolong kalangan minoritas, keberadaan warga muslim di Dusun Wanasari tidak pernah memicu konflik sosial dengan penduduk asli Bali yang notabene beragama Hindu.
Warga muslim di Dusun Wanasari dapat hidup
berdampingan bersama warga asli Bali yang kendati memiliki nilai-nilai budaya yang berbeda, namun keduanya dapat hidup berdampingan secara harmonis (tempo.co). Mencermati hal demikian maka adalah sangat menarik untuk meneliti komunikasi antar etnis-budaya antara penduduk pendatang yang notabene adalah penduduk muslim dari Jawa-Madura di satu sisi dengan penduduk setempat yang notabene warga asli Bali yang beragama Hindu. Yang pada kenyataannya di antara keduanya dapat hidup rukun dan harmoni.
3
Samovar, L.A & Porter, R dan McDaniel, commit Edwin R.to2007.Comunication Between Culture. USA: user Thomson. Hlm., 316.
3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah jalinan komunikasi yang berkembang di antara penduduk pendatang (Jawa – Muslim) dengan penduduk setempat (asli Bali – Hindu) di sekitar Dusun Wanasari Denpasar Utara Provinsi Bali dalam rangka menjaga harmoni? 2. Bagaimanakah cara mengelola potensi konflik di antara penduduk pendatang (Jawa – Muslim) dan penduduk setempat (asli Bali – Hindu) di sekitar Dusun Wanasari Denpasar Utara Provinsi Bali sehingga dapat senantiasa terpelihara kerukunan dan keharmonisan kedua belah pihak? 3. Bagaimana tradisi berperan dalam menopang jalinan komunikasi di antara penduduk pendatang (Jawa – Muslim) dan penduduk setempat (asli Bali – Hindu) di sekitar Dusun Wanasari Denpasar Utara Provinsi Bali sehingga kerukunan dan harmoni tetap terpelihara?
Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jalinan komunikasi yang berkembang di antara penduduk pendatang (Jawa – Muslim) dengan penduduk setempat (asli Bali – Hindu) di sekitar Dusun Wanasari Denpasar Utara Provinsi Bali dalam rangka menjaga harmoni. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui cara mengelola potensi-potensi konflik serta tradisi apa yang berperan dalam menopang jalinan komunkasi di antara penduduk pendatang (Jawa – Muslim) dan penduduk setempat (asli Bali – Hindu) di sekitar Dusun Wanasari Denpasar Utara Provinsi Bali sehingga dapat senantiasa terpelihara kerukunan dan keharmonisan kedua belah pihak.
commit to user
4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Telaah Pustaka 1. Jalinan Komunikasi dan Komunikasi Antar Budaya Komunikasi adalah berbicara satu sama lain. Komunikasi dikatakan sebagai transmisi pesan. Bagaimana pengirim dan penerima dapat mengkontruksi pesan dan menerjemahkannya dengan saluran dan media komunikasi. Komunikasi merupakan proses yang dilakukan seorang individu untuk mempengaruhi perilaku atau state of mind pribadi yang lain. Namun jika efek yang dihasilkan berbeda atau lebih kecil daripada yang diharapkan, maka cenderung berbicara tentang kegagalan komunikasi.4 Jalinan komunikasi merupakan dasar interaksi antar manusia. Kesepakatan atau kesepahaman dibangun melalui sesuatu yang berusaha bisa dipahami bersama sehingga interaksi berjalan dengan baik. Persoalan ini terletak pada hambatan yang muncul dalam membangun kepahaman dan usaha mencapai tujuan secara maksimal. Lalu, mengapa harus berkomunikasi? Apa manfaat yang dapat diperoleh dari komunikasi? Kendala apa yang akan dialami dalam berkomunikasi? Thomas M. Scheidel mengungkapkan bahwa komunikasi dilakukan untuk menyatakan dan mendukung identitas diri, untuk membangun kontak sosial dengan orang di sekitar, dan untuk mempengaruhi orang lain untuk merasa, berpikir, atau berperilaku seperti yang diinginkan. Dalam jalinan komunikasi tentu memerlukan proses terjadinya komunikasi yang efektif pula. Dalam penelitian ini, berfokus pada bagaimana penduduk pendatang (Jawa-Muslim) di Dusun Wanasari sebagai komunikator dapat menyampaikan pesan kepada komunikan dalam hal ini adalah penduduk asli (Bali-Hindu), sehingga komunikan dapat memahami pesan dengan baik dan jelas. Covey menekankan pada konsep interdependency untuk menjelaskan hubungan antarmanusia. Unsur yang paling penting dalam komunikasi bukan sekedar pada apa yang kita tulis atau kita katakan, akan tetapi pada karakter kita dan bagaimana
4
commit to user
Fiske, John. 2011.Cultural and Communication Studies. Yogyakarta: Jalasutra. Hlm. 7-8.
5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kita menyampaikan pesan kepada komunikan. Jadi syarat utama dalam komunikasi efektif adalah karakter yag kukuh yang dibangun dari fondasi integritas pribadi yang kuat.5 Menurut Stewart L Tubbs dan Sylvia Moss, komunikasi efektif menimbulkan hal sebagai berikut: a. Pengertian Pengertian artinya penerimaan yang cermat dari isi stimuli seperti yang dimaksudkan oleh komunikator. Kegagalan menerima isi pesan secara cermat disebut kegagalan komunikasi primer. b. Kesenangan Tidak semua komunikasi ditujukan untuk menyampaikan informasi dan membentuk pengertian. Ada kalanya disaat kita tidak mencari keterangan, akan tetapi dilakukan hanya untuk mengupayakan orang lain merasa apa yang disebut analisis transaksional. Komunikasi inilah yang menjadikan hubungan hangat, akrab, dan menyenangkan. c. Mempengaruhi sikap Komunikasi paling sering dilakukan untuk mempengaruhi orang lain. Komunikasi persuasif memerlukan pemahaman tentang faktor-faktor pada diri komunikator dan pesan yang menimbulkan efek pada komunikan. d. Hubungan sosial yang baik Komunikasi juga ditujukan untuk menumbuhkan hubungan sosial yang baik. Hal itu dikarenakan kita sebagai makhluk sosial yang tidak tahan hidup sendiri, sehingga kita ingin berhubungan dengan orang lain secara positif. e. Tindakan Komunikasi untuk menimbulkan pengertian memang bukan hal yang mudah, tetapi lebih susah lagi ketika ingin mempengaruhi sikap. Namun, jauh lebih
5
commit to user
Mulyana, Deddy. 2008 Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Hlm. 130.
6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
susah ketika mendorong orang bertindak. Tingkat keefektifan komunikasi biasanya diukur dari tindakan nyata yang dilakukan oleh komunikan. 6 Komunikasi berhubungan dengan kebutuhan manusia dan terpenuhinya kebutuhan
berinteraksi
dengan
manusia-manusia
lainnya.
Kebutuhan
berhubungan sosial ini terpenuhi melalui pertukaran pesan yang berfungsi sebagai jembatan untuk mempersatukan manusia-manusia yang tanpa berkomunikasi akan terisolasi. Penelitian ini berfokus pada perspektif pengalaman, pandangan/ penilaian, dan apa yang terjadi di kalangan warga masyarakat pendatang di Dusun Wanasari Kota Denpasar. Terdapat peran komunikasi antar budaya yang turut membangun situasi kondusif yang terjadi di Dusun Wanasari dan sekitarnya. Komunikasi berhubungan dengan kebutuhan manusia dan terpenuhinya kebutuhan
berinteraksi
dengan
manusia-manusia
lainnya.
Kebutuhan
berhubungan sosial ini terpenuhi melalui pertukaran pesan yang berfungsi sebagai jembatan untuk mempersatukan manusia-manusia yang tanpa berkomunikasi akan terisolasi. Penelitian ini berfokus pada perspektif pengalaman, pandangan/ penilaian, dan apa yang terjadi di kalangan warga masyarakat pendatang di Dusun Wanasari Kota Denpasar. Terdapat peran komunikasi antar budaya yang turut membangun situasi kondusif yang terjadi di Dusun Wanasari dan sekitarnya. Ada dua konsep utama yang mewarnai komunikasi antarbudaya (interculture communication), yaitu konsep kebudayaan dan konsep komunikasi. Hubungan antara keduanya sangat kompleks. Budaya mempengaruhi komunikasi dan pada gilirannya komunikasi turut menentukan, menciptakan dan memelihara realitas budaya dari sebuah komunitas/kelompok budaya.7 Dalam buku “Intercultural Communication: A Reader” dinyatakan bahwa komunikasi antar budaya (intercultural communication) terjadi apabila sebuah pesan (message) yang harus dimengerti dihasilkan oleh anggota dari budaya tertentu untuk 6
Ibid. Hlm. 9. Martin, Judith N. dan Thomas K. Nakayama. 2010.toIntercultural Communication In Contexts. New commit user York: McGraw-Hill. Hlm., 95 7
7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
konsumsi anggota dari budaya yang lain.8 Aspek utama dari komunikasi antar budaya adalah komunikasi antar pribadi diantara komunikator dan komunikan yang kebudayaannya berbeda. Tidak masalah apakah kejadian itu terjadi dalam satu bangsa atau antar bangsa yang berbeda, yang jelas adalah budayanya yang berbeda.
2. Pengelolaan Potensi Konflik Penelitian komunikasi antar budaya yang mengambil fokus lacakan pada masyarakat dengan latar belakang agama yang berbeda dan relatif tidak pernah terjadi konflik nampaknya belum banyak dilakukan. Penelitian oleh Kobayashi dan Viswat (2016) misalnya, mengambil fokus pada komunikasi antar budaya yang terjadi di antara mahasiswa asal Jepang yang sedang belajar di Amerika di satu sisi dengan mahasiswa asli Amerika. Dengan menggunakan pendekatan multiple method (menggunakan teknik survey disertai wawancara) dalam konteks pengembangan strategi negosiasi terutama ketika menghadapi situasi sulit, kedua peneliti tersebut berkesimpulan bahwa perspektif-perspektif yang bersifat dimensional dikembangkan oleh kedua belah pihak (partisipan) ketika menjalin komunikasi.9 Secara objektif bisa dikatakan bahwa jalinan hubungan antar manusia dengan latar belakang budaya dan/atau etnis yang berbeda dapat diwarnai munculnya konflik. Namun, apa yang terjadi pada masyarakat pendatang di Dusun Wanasari dan penduduk setempat pada kenyataannya tidak terjadi konflik. Sebagian riset menjelaskan mengenai cara mengelola potensi konflik sehingga konflik tidak pernah terjadi. Kajian oleh Rahim, 1986; Rahim&Magner, 1995; Thomas & Killmann, 1974 (Martin dan Nakayama, 2010: 436) mengemukakan 5 8
Samovar, L.A &Porter, R dan McDaniel, Edwin R., Op.,Cit., Hlm., 19 Kobayashi, Junko dan Linda Viswat. 2016.“Negotiation Strategies Employed in Difficult Situation: Focus on Japanese and American University Students”, Journal of Intercultural Communication, Communication Studies,ISSN 1404-1634, issue 40, to March commit user2016. [URL: http://immi.se/intercultural -- 28Jun2016] 9
8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(lima) cara spesifik dalam mengelola konflik, yaitu: dominating, integrating, compromising, obliging, dan avoiding. Cara dominating atau mendominasi mencerminkan kepedulian tinggi terhadap diri sediri dan kepedulian rendah untuk orang lain. Sementara itu, cara integrating (mempersatukan) menggambarkan kepedulian yang tinggi untuk diri sendiri dan orang lain dan melibatkan pertukaran informasi baik secara terbuka maupun secara langsung dalam upaya untuk mencapai solusi yang dapat diterima kedua belah pihak. Cara selanjutnya adalah compromising (kompromi) yang menggambarkan tingkat moderat yang tinggi baik kepada dirinya sendiri maupun kepada orang lain sehingga dapat menemukan solusi yang saling diterima. Cara yang keempat adalah obliging yang menggambarkan situasi di mana satu orang dalam konflik berada pada posisi yang berbeda dan tidak kompatibel dan menekankan kesamaan yang memenuhi kepedulian orang lain. Cara yang terakhir adalah avoiding mencerminkan kepedulian yang rendah baik kepada dirinya sendiri maupun kepada orang lain.10 Dalam kaitannya dengan penelitian ini, cara spesifik dalam mengelola konflik yang akan diperdalam adalah mengenai integrating dan juga compromising. Dalam sebuah proses komunikasi antar budaya, diperlukan adanya kesesuaikan pada unsur-unsur kebudayaan yang saling berbeda sehingga terdapat keserasian fungsi yang muncul dalam kehidupan bermasyarakat. Pendekatan integrating dikembangkan dengan mengutamakan intercultural competence. Intercultural competence tersebut yang diantaranya adalah toleransi, respect, saling pengertian, berpikiran terbuka, positive thinking, empati, kepercayaan, serta motivasi.11
10
Martin, Judith N. dan Thomas K. Nakayama, Op.,Cit., Hlm., 438-439 Ayalew, Anteneh Tsegaye. 2012.“An Integrative Approach to Intercultural Communication in Context: Emprical Evidences from Higher Education”, A dissertation submitted to the Faculty of Language, Literature and Culture of Justus Liebieg University Gies (diakses melalui http://geb.unigiessen.de/geb/volltexte/2014/10626/pdf/AyalewAnteneh_2012_06_26.pdfpada 24 Juli 2016) 11
commit to user
9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dalam kaitannya dengan penelitian ini, intercultural competence lebih ditekankan dalam hal toleransi, empati dan positive thinking. Ketiga hal tersebut dianggap sebagai kunci dari terciptanya situasi kondusif dalam kehidupan bermasyarakat antara penduduk pendatang dan penduduk asli.
3. Peran Tradisi dalam Menopang Jalinan Komunikasi Dalam sebuah penelitian komunikasi antar budaya, banyak membahas mengenai kesenjangan yang terjadi di antara dua (atau lebih) budaya yang berbeda. Komunikasi dan juga budaya memiliki keterikatan satu sama lain. Salah satu yang menarik dari budaya adalah sebuah tradisi. Penelitian ini berasumsi bahwa tradisi dapat menjadi media dalam jalinan komunikasi yang terjadi antara penduduk pendatang dan penduduk asli yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda. Tradisi adalah suatu kebiasaan yang berkembang di masyarakat baik yang menjadi adat kebiasaan, atau yang diasimilasikan dengan ritual adat atau agama. Dalam pengertian yang lain, tradisi juga diartikan sebagai sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Tradisi sendiri banyak dipengaruhi oleh kecenderungan untuk berbuat sesuatu dan mengulang sesuatu sehingga menjadi kebiasaan.12 Penelitian yang dilakukan oleh Aliffiati (2014) mengenai interaksi sosial antarumat beragama, menemukan bahwa interaksi penduduk pendatang dengan penduduk asli di sebuah perumahan di Dalung, Kabupaten Badung juga ditandai dengan menjalin komunikasi melalui kebiasaan atau tradisi.13 Hal tersebut membuktikan bahwa tradisi memiliki peranan penting dalam hubungan sosial Dunia Pelajar. 2014.“Pengertian Tradisi Menurut Para Ahli”, dalam Kategori Ensiklopedi, (diakses melalui http://www.duniapelajar.com/2014/08/17/pengertian-tradisi-menurut-para-ahli/ pada 22 September 2016) 13 Aliffiati. 2014.“Interaksi Sosial Antarumat Beragama di Perumahan Bumi Dalung Permai Desa commit to user Dalung, Kuta Utara, Badung”,Jurnal Kajian Bali Volume 04, Nomor 01. Hlm., 178 12
10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
masyarakat yang terjadi antara penduduk pendatang dan juga penduduk asli. Dalam penelitian ini juga dipaparkan tradisi apa saja yang menjadi penopang kehidupan yang harmoni antara dua kelompok masyarakat dengan latar belakang budaya yang berbeda. Tradisi juga kerap disebut sebagai media komunikasi tradisional. Komunikasi tradisional memiliki peranan yang sangat penting dalam suatu masyarakat karena dapat mempererat persahabatan dan kerja sama untuk mengimbangi tekanan yang datang dari luar. Selain itu, komunikasi tradisional mempunyai dimensi sosial, mendorong manusia untuk bekerja, menjaga keharmonisan hidup, memberikan rasa keterikatan, bersama-sama menantang kekuatan alam dan dipakai dalam mengambil keputusan bersama.
Metodologi Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dengan metode kualitatif. Penelitian ini juga bertujuan memberikan deskripsi secara sistematis, faktual, akurat dan interpretif mengenai fakta-fakta serta sifat-sifat populasi atau objek tertentu. Penelitian ini dilakukan pada kelompok etnis Jawa-Muslim (penduduk pendatang) dan di sisi lain dengan warga Bali-Hindu (penduduk asli) yang tinggal di sekitar Dusun Wanasari, Desa Dauh Puri Kaja, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar, Provinsi Bali. Peneliti memilih lokasi ini dikarenakan kelompok etnis Jawa-Muslim yang tinggal di Dusun Wanasari ini memiliki keunikan dan ciri khas sendiri. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yakni data primer, adalah data yang bersumber dari kegiatan studi lapangan, yakni hasil dari wawancara dengan informan, dan data sekunder yaitu merupakan data kepustakaan yang telah dipublikasikan, dan berkaitan serta menunjang penelitian. Objek kajian penelitian kualitatif sering bersifat kasuistik. Peneliti tidak mementingkan generalisasi. Oleh karena itu, sampel ditentukan secara purposif commit to user
11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(sengaja/dengan pertimbangan) sehingga sampel penelitian lebih mementingkan ketetrwakilan informasi. Pertimbangannya lebih pada kemampuan sampel (informan) untuk memasok informasi selengkap mungkin kepada peneliti. Sampel yang diambil adalah orang-orang atau informan dari beragam kalangan yang dianggap mengetahui persoalan dan gejala-gejala yang ada. Cara pengambilan sampel purposive yang demikian dikenal sebagai maximum variation sampling. Selain itu, peneliti menggunakan teknik analisis interaktif dari Miles dan Huberman, yang terdiri dari 3 komponen, yakni reduksi data, penyajian data, dan penarikan serta pengujian kesimpulan.14 Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik sumber, agar dalam mengumpulkan data, akan lebih baik jika digali dari beberapa sumber berbeda.15
Sajian dan Analisis Data 1. Jalinan Komunikasi Komunikasi berkenaan erat dengan cara seseorang mengungkapkan gagasan, dan perasaannya kepada orang lain, termasuk apa yang dikatakan dan bagaimana mengatakan. Dalam jalinan komunikasi tentu memerlukan proses terjadinya komunikasi yang efektif pula. Dalam penelitian ini, berfokus pada bagaimana penduduk pendatang (Jawa-Muslim) di Dusun Wanasari sebagai komunikator dapat menyampaikan pesan kepada komunikan dalam hal ini adalah penduduk asli (Bali-Hindu), sehingga komunikan dapat memahami pesan dengan baik dan jelas. Covey menekankan pada konsep interdependency
untuk
menjelaskan hubungan antar manusia. Jalinan komunikasi yang berkenaan dengan transaksi bisnis/perdagangan secara umum biasanya dilkukan dengan pertukaran barang dan jasa seperti toko kelontong, bisnis pakaian, otomotif, dan transaksi jual beli lainnya. Sedangkan
14
Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. commitYogyakarta: to user LKiS. Hlm. 104. Ibid., Hlm. 100.
15
12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pertukaran jasa biasanya meliputi jasa angkut barang, perbengkelan, ojek, taksi, kecantikan, dan lain sebagainya. Transaksi bisnis/perdagangan yang berkembang bisa terjadi antara pedagang Jawa-Muslim dan pembeli Bali-Hindu ataupun sebaliknya. Penelitian ini menunjukkan bahwa penduduk pendatang (Jawa-Muslim) di Dusun Wanasari sebagai komunikan dapat menyampaikan sebuah pesan, dan pesan tersebut dapat dimengerti oleh komunikator dengan latar belakang budaya yang berbeda, yang dalam hal ini adalah penduduk asli (Bali-Hindu). Hal tersebut sama seperti yang diungkapkan oleh Samovar dan Porter (2007) dalam buku “Intercultural Communication” bahwa komunikasi antar budaya terjadi apabila sebuah pesan yang harus dimengerti dapat dihasilkan oleh anggota dari budaya tertentu untuk dikonsumsi oleh anggota dari kelompok budaya yang lain. Jalinan komunikasi di antara keduanya juga membangun terbentuknya sebuah pengertian serta hubungan sosial yang baik seperti yang dipaparkan oleh Stewart L Tubbs dan Sylvia Moss. Hal itu dikarenakan kita sebagai makhluk sosial yang tidak tahan hidup sendiri, sehingga kita ingin berhubungan dengan orang lain secara positif.
2. Pengelolaan Potensi Konflik Pada penelitian ini terdapat kesan bahwa cara integrating dan compromising adalah dua cara pengelolaan konflik yang dilakukan oleh penduduk pendatang di Dusun Wanasari denpasar Utara dan juga penduduk seempat (asli Bali). a. Integrating Dalam komunikasi antar budaya diperlukan penyesusaian di antara unsur-unsur kebudayaan yang saling berbeda sehingga mencapai keserasian fungsi dalam kehidupan bermasyarakat. Pendekatan demikian dikembangkan dengan mengutamakan intercultural competence. Penelitian ini lebih commit to user
13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menekankan intercultural competence khususnya dalam hal toleransi, empati dan positive thinking. Di Dusun Wanasari, toleransi yang tinggi dibuktikan dengan hampir tidak adanya konflik yang terjadi antara penduduk pendatang (Jawa-Muslim) dan penduduk setempat (asli Bali-Hindu). Hal tersebut terjadi karena penduduk pendatang (Jawa-Muslim) dan penduduk asli (Bali-Hindu) samasama menunjukkan perilaku melalui sikap hormat terhadap martabat manusia, hati nurani, dan keyakinan, serta keikhlasan sesama apa pun agama, suku, golongan, ideologi atau pandangannya. Di antara keduanya memang sempat kesalahpahaman kecil. Namun kejadian tersebut tidak menyulut konflik di antara keduanya. Kedua belah pihak telah melakukan negosiasi agar kedua kegiatan keagamaan tersebut dapat berjalan lancar sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Negosiasi yang dilakukan adalah melalui pendekatan integrating yaitu dengan melakukan pertukaran informasi secara langsung sehingga ditemukan solusi yang tepat dapat diterima kedua belah pihak. Berkenaan dengan aspek empati, berdasarkan hasil wawancara juga ditemukan bahwa jika penduduk setempat (asli Bali-Hindu) sedang ada kegiatan kematian atau pernikahan yang salah satu kebiasaannya adalah begadang bersama, maka penduduk pendatang di Dusun Wanasari pun juga ikut ambil bagian di dalamnya. Kepekaan penduduk pendatang (JawaMuslim) dan penduduk asli (Bali-Hindu) seperti yang telah dipaparkan di atas menunjukkan realisasi dan pengertian terhadap kebutuhan dan penderitaan orang lain seperti yang diungkapkan oleh Eisenberg (2000). Empati tak hanya mampu membuat seseorang menjadi pribadi yang lebih baik, namun empati juga dapat meningkatkan rasa persaudaraan. Penduduk pendatang (Jawa-Muslim) dan penduduk asli (Bali-Hindu) berdasarkan hasil wawancara berinteraksi sehari-hari satu sama lain dengan mengurangi
prasangka
commit to user
buruk.
Kebiaaan
14
berpikir
positif
ini
juga
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mendatangkan manfaat besar bagi individu yang bersangkutan seperti yang dikutip melalui All About Living with Life (2009) yaitu berkenaan dengan : health, feeling of success, optimism, positive emotions, positive response to failures, self-confidence, positive self image, every cloud has a silver lining, creative, persistency, positive relationships. Dalam hal ini manfaat yang dirasakan khususnya berkenaan dengan positive relationships yang berarti dalam menghadapi orang lain dan situasi sosial, pikiran positif sangat diperlukan. Dengan adanya pikiran yang positif maka akan terjadi hubungan sosial yang positif pula. Hal itulah yang terjadi pada kehidupan sehari-hari antara penduduk pendatang (Jawa-Muslim) dan penduduk asli (Hindu-Bali) yang dapat hidup berdampingan dengan harmoni dan kondusif. b. Compromising Penelitian ini menunjukkan bahwa di Dusun Wanasari pendekatan kompromi dilakukan dengan saling menekan idealisme antara penduduk pendatang (Jawa-Muslim) dan penduduk setempat (Bali-Hindu). Keadaan di Dusun Wanasari dan sekitarnya yang cenderung harmoni tercipta karena kedua belah pihak dengan latar belakang budaya yang berbeda tersebut selalu mencari solusi yang saling menguntungkan sebelum pecahnya sebuah konflik. Hal paling utama yang membuat rendahnya konflik di Dusun Wanasari adalah kebebasan beribadah baik dari penduduk pendatang maupun penduduk setempat. Kedua belah pihak yang dalam hal ini adalah penduduk Jawa-Muslim sebagai penduduk pendatang dan penduduk Bali-Hindu sebagai penduduk asli dapat menekan idealisme keduanya dalam hal beribadah sehingga kebutuhan beribadah keduanya dapat terlaksana sesuai dengan yang dibutuhkan. Karena kebutuhan keduanya sama-sama terpenuhi maka potensi konflik yang mungkin muncul dapat diredam dan tidak meluas. Hal tersebut juga sesuai dengan pendekatan compromising yang diungkapkan oleh Rahim (dalam commit to user
15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Martin dan Nakayama, 2010) yang merupakan salah satu dari lima cara mengelola potensi konflik.
3. Peran Tradisi dalam Menopang Jalinan Komunikasi Bali mewarisi tradisi dan budaya masyarakat setiap perayaan Hari Raya Besar umat beragama yakni ngejot. Tradisi ngejot itu sendiri memiliki arti memberikan sesuatu yang pada umumnya berupa makanan kepada orang lain atau lingkungan (lintas agama) sekitarnya pada saat seseorang sedang melakukan hajatan ataupun hari raya tertentu. Ngejot merupakan bukti nyata bahwa karakter masyarakat Bali pada umumnya memiliki rasa tolong menolong dan senang untuk berbagi yang cukup tinggi. Hal ini juga merupakan makna yang terkandung dari tradisi ini. Tradisi Ngejot dianggap sebagai simbol kerukunan antarumat beragama serta simbol kemesraan dan tali persaudaraan antara Hindu dan Islam di tanah Dewata sehingga tetap mesra dan harmonis. Berdasarkan hasil wawancara mendalam, penduduk pendatang dan penduduk setempat di Dusun Wanasari dan sekitarnya masih teap menjaga tradisi ngejot tersebut. Lestarinya tradisi ngejot di Dusun Wanasari dan sekitarnya ini merupakan bentuk perhatian di antara penduduk pendatang dan penduduk setempat. Selain itu dengan terus menjalankan tradisi ini, kedua pihak dapat semakin mempererat rasa persaudaraan antara satu dengan yang lainnya. Dilestarikannya tradisi ngejot tersebut dalam kehidupan bermasyarakat penduduk pendatang (Jawa-Muslim) dan penduduk asli (Bali-Hindu) juga sesuai dengan manfaat dari media komunikasi tradisional yaitu mendorong manusia untuk bekerja, menjaga keharmonisan hidup, memberikan rasa keterikatan, bersama-sama menantang kekuatan alam dan dipakai dalam mengambil keputusan bersama sesuai dengan yang dipaparkan oleh Sajogyo (1996). commit to user
16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kesimpulan Dengan berangkat dari temuan data serta analisis yang dilakukan sebagaimana telah dikemukakan di bagian sebelumnya, maka penelitian ini berkesimpulan bahwa: a. Jalinan komunikasi yang berkembang di antara penduduk pendatang (etnis Jawa – Muslim) di satu sisi dengan penduduk setempat (asli Bali) di Dusun Wanasari terutama berkenaan dengan urusan bisnis/perdagangan, dan urusan keamanan terutama terkait dengan penjagaan ketertiban di sekitar tempat ibadah.Dengan berkembangnya jalinan komunikasi yang melibatkan dua aspek penting sebagaimana di atas maka dikemukakan (menyangkut urusan bisnis/perdagangan dan keamanan) pada kenyataannya kemudian dapat mempermudah munculnya upaya-upaya mengembangkan cara untuk mencapai konvergensi di antara kedua kelompok masyarakat sehingga dapat dicapai situasi yang kondusif (aman, rukun, dan tidak ada konflik). b. Kemudian diperoleh kesan selanjutnya bahwa cara atau pendekaan yang lebih menonjol untuk pengelolaan potensi konflik terutama yakni pendekatan integratif(integrative approach). Pendekatan demikian dikembangkan dengan mengutamakan intercultural competence terutama berkenaan dengan toleransi, empati dan positive thinking.Toleransi diantara keduanya ditunjukkan dengan tidak saling mengganggu saat pelaksanaan kegiatan-kegiatan keagamaan dari kedua belah pihak. Sedangkan empatinya ditunjukkan dengan adanya peran antara penduduk pendatang (Jawa-Muslim) di satu sisi dengan penduduk asli (Bali-Hindu)
dalam
perayaan
pernikahan
ataupun
kematian.
Kuatnya
kecenderungan saling menghormati/menghargai dan mengurangi prasangka di antara kedua belah pihak sedemikian rupa sehingga pribadi-pribadi dari kedua belah pihak saling merasa bersaudara. c. Terdapat kesan kuat bahwa tradisi berperan dalam menopang jalinan komunikasi antara penduduk pendatang dan penduduk setempat yang dengan demikian kehidupan yang penuh kerukunan dan harmoni bisa tetap terpelihara. Tradisi yang commit to user
dimaksud adalah ngejot dan open house. Hal demikian, dari hasil pengamatan dan 17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
wawancara mendalam terbukti memberikan dampak pada terpeliharanya situasi kerukunan dan harmoni, jarang terjadi konflik.
Saran Penelitian ini diharapakan dapat memberikan masukan kepada masyarakat tentang jalinan komunikasi yang berkembang pada kelompok warga beda etnis. Melalui hasil dari penelitian ini, masyarakat yang tinggal sebagai penduduk pendatang maupun penduduk aslidi daerah lainnya diberikan saran agar dapat mengelola potensi-potensi konflik yang mungkin terjadi di antara kedua kelompok etnis tersebut sehingga dapat senantiasa terpelihara kerukunan dan keharmonisan antara kedua belah pihak. Selain itu, penelitian ini lebih bertumpu pada informasi dan/atau data yang diperoleh dari penduduk pendatang, kurang intensif melacak pengalaman dan pandangan/penilaian dari penduduk asli Bali di Dusun Wanasari, Denpasar Utara. Mengingat hal demikian, maka dikemukakan saran untuk ke depan ada penelitian sejenis yang melibatkan penduduk asli sebagai sumber data.
Daftar Pustaka Aliffiati. 2014.“Interaksi Sosial Antarumat Beragama di Perumahan Bumi Dalung Permai Desa Dalung, Kuta Utara, Badung”,Jurnal Kajian Bali Volume 04, Nomor 01. Ayalew, Anteneh Tsegaye. 2012.“An Integrative Approach to Intercultural Communication in Context: Emprical Evidences from Higher Education”. A dissertation submitted to the Faculty of Language, Literature and Culture of Justus Liebieg University Gies(diakses melalui http://geb.unigiessen.de/geb/volltexte/2014/10626/pdf/AyalewAnteneh_2012_06_26.pdf pada 24 Juli 2016) Dunia Pelajar,“Pengertian Tradisi Menurut Para Ahli”, dalam Kategori Ensiklopedi, 2014 (diakses melalui http://www.duniapelajar.com/2014/08/17/pengertiantradisi-menurut-para-ahli/ pada 22 September 2016) commit to user
18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Fiske, John. 2011 Cultural and Communication Studies, Yogyakarta: Jalasutra. Kobayashi, Junko dan Linda Viswat. 2016.“Negotiation Strategies Employed in Difficult Situation: Focus on Japanese and American University Students”, Journal of Intercultural Communication, Communication Studies, ISSN 1404-1634, issue 40, March 2016. [URL: http://immi.se/intercultural --28Jun2016] Martin, Judith N. dan Thomas K. Nakayama. 2010.Intercultural Communication In Contexts, New York: McGraw-Hill Mulyana, Deddy. 2008.Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar , Bandung: Remaja Rosdakarya. Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKiS. Hlm. 104. Rahardjo, Turnomo. 2005.Menghargai Perbedaan Kultural Mindfulness dalam KomunikasiAntaretnis, Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Samovar, L.A & Porter, R dan McDaniel, Edwin R. 2007. Comunication Between Culture, USA: Thomson. Ting-Toomey, Stella. 1999. Communicating Acress Culture, New York: The Guilford.
commit to user
19