Jurnal KomTekInfo Fakultas Ilmu Komputer, Volume 1, No. 2, Desember 2014
ISSN : 2356-0010
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMPN 3 SUNGAI LIMAU, KABUPATEN PADANG PARIAMAN Deby Erdriani, S.Si, M.Pd, Fakultas Ilmu Komputer Universitas Putra Indonesia YPTK Padang e-mail:
[email protected] Abstrak - Salah satu penyebab hasil belajar matematika siswa kelas VII di SMP Negeri 3 Sungai Limau masih rendah adalah karena metode pembelajaran yang masih terpusat pada guru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization (TAI) dengan model pembelajaran konvesional terhadap hasil belajar matematika siswa. Penelitian eksperimen semu ini menggunakan rancangan factorial design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMPN 3 Sungai Limau Tahun Ajaran 2011/2012. Sampel penelitian adalah kelas VII1 sebagai kelompok eksperimen dan kelas VII4 sebagai kelompok kontrol. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik random sampling. Data penelitian dikumpulkan melalui tes. Hipotesis yang diajukan diuji dengan menggunakan uji t’, uji t, dan analisi variasi dua arah. Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan, diperoleh beberapa kesimpulan. Pertama, hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Assited Individualization (TAI) lebih baik secara signifikan daripada siswa yang diajar secara konvensional. Kedua, tidak ada perbedaan signifikan hasil belajar matematika siswa yang memiliki motivasi tinggi yang diajar dengan metode pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization (TAI) dengan siswa yang diajar secara konvesional. Ketiga, hasil belajar matematika siswa yang memiliki motivasi rendah yang diajar dengan metode pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization (TAI) lebih baik secara signifikan daripada siswa yang memiliki motivasi rendah yang diajar secara konvesional. Keempat, tidak terdapat interaksi yang signifikan antara model pembelajaran dengan motivasi siswa dalam mempengaruhi hasil belajar matematika siswa. Kata Kunci
: TAI, Uji t’, Uji t dan Analisis Dua Arah
1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika memegang peranan yang sangat penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan bantuan matematika, ilmu pengetahuan dan teknologi akan maju lebih pesat. Mengingat hal tersebut maka matematika dapat dijadikan sebagai salah satu sarana berpikir ilmiah untuk menumbuh kembangkan kemampuan berpikir logis, sistematis, dan kritis dalam diri siswa. Mengingat begitu pentingnya peran matematika, maka pemerintah mengusahakan pembelajaran matematika menjadi lebih baik dari waktu ke waktu. Berbagai usaha telah dilakukan pemerintah diantaranya penyempurnaan kurikulum, pengadaan sarana dan prasarana, melakukan studi banding ke sekolah yang lebih baik, serta peningkatan pendidikan guru. Namun hal tersebut belum membuahkan hasil yang maksimal. Masih ada keluhan tentang rendahnya mutu pendidikan. Salah satu indikatornya adalah
Pengaruh Model Pembelajaran . . .
rendahnya hasil belajar siswa, khususnya matematika. Hal ini juga terjadi di SMPN 3 Sungai Limau, yang dapat dilihat dari hasil belajar matematika siswa kelas VII SMPN 3 Sungai Limau tahun pelajaran 2011/2012. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada tanggal 11 Mei 2011 dengan salah seorang guru matematika yang mengajar di kelas VII SMPN 3 Sungai Limau, kabupaten Padang Pariaman diperoleh gambaran bahwa terlihat dalam mengerjakan latihan, ada sebagian siswa yang memiliki lembar jawaban yang kosong, setelah diwawancara dengan salah seorang siswa di kelas VII, ternyata siswa tersebut tidak mengerti tentang materi yang disampaikan karena guru kurang menguasai materi. Siswa memiliki kendala dalam menjawab soal berupa soal cerita. Berikut ini adalah hasil nilai ulangan harian semester 1 mata pelajaran matematika kelas VII di SMPN 3 Sungai Limau.
28
Jurnal KomTekInfo Fakultas Ilmu Komputer, Volume 1, No. 2, Desember 2014
Tabel 1. Rata-Rata Nilai Ulangan Harian Semester I Mata Pelajaran Matematika SMPN 3 Sungai Limau Tahun Ajaran 2011/2012 Nilai No Kelas Rata-rata 1 VII 1 65,43 2 3 4 5
VII 2 58,80 VII 3 60,83 VII 4 64,60 VII 5 65,87 Sumber: Kantor Tata Usaha dan Guru Bidang Studi Matematika Kelas VII SMPN 3 Sungai Limau. Pembelajaran matematika di sekolah tersebut pada umumnya lebih bersifat klasikal yakni guru berdiri di depan kelas, sedangkan siswa duduk rapi di tempat duduk masing-masing. Guru belum memusatkan perhatian terhadap pemahaman siswa, akibatnya dalam proses pembelajaran, siswa lambat dalam memahami materi yang disampaikan guru, sehingga siswa sulit untuk memahami konsep-konsep dari matematika itu sendiri. Hal ini dapat terlihat dalam cara mereka merespon pertanyaan guru dan menjawab soal-soal latihan. Pada pembelajaran seperti ini, sistem komunikasi yang terjadi cendrung satu arah yaitu guru aktif menerangkan, memberi contoh, menyajikan soal atau bertanya, sedangkan siswa duduk mendengarkan, menjawab pertanyaan atau mencatat materi yang disajikan guru, dan pelajaran diakhiri dengan pemberian tugas rumah. Kegiatan yang dilakukan secara rutinitas ini menjadikan siswa bosan dan suasana belajar menjadi kaku, sehingga mengakibatkan rendahnya motivasi siswa terhadap pembelajaran matematika. Untuk belajar sangat diperlukan adanya motivasi, hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seseorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajar. Untuk mengatasi masalah di atas guru dituntut untuk mampu menerapkan model pembelajaran yang memberi peluang untuk bangkitnya motivasi dan keaktifan siswa. Salah satu model pembelajaran yang berkembang akhir-akhir ini adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif ini dilakukan untuk Pengaruh Model Pembelajaran . . .
ISSN : 2356-0010
menciptakan situasi dan kondisi dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang diinginkan. Keberhasilan kelompok mencapai tujuannya tergantung pada kerjasama yang kompak dan serasi dalam kelompok. Melalui pembelajaran kooperatif secara tidak langsung guru telah menciptakan proses pembelajaran yang aktif dan kreatif, dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain, serta optimalisasi partisipasi siswa. Menurut Slavin (2005:11), ada beberapa tipe pembelajaran kooperatif, diantaranya Student Team Achievement Division (STAD), Teams Games Tournament (TGT), Jigsaw II (TekaTeki II), Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dan Teams Assisted Individualiation (TAI). Sesuai dengan masalah yang dianalisis yang cocok untuk diterapkan pada kondisi ini adalah pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualiation (TAI), karena penulis ingin menerapkan pembelajaran yang dapat menfasilitasi kebutuhan siswa untuk berdiskusi dan bekerja sama, serta mengubah kebiasaan pembelajaran yang selama ini cendrung bersifat teacher centered menjadi student centered. Model pelajaran ini disusun untuk memecahkan masalah dalam program pengajaran, misalnya dalam hal kesulitan belajar siswa secara individual. Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualiation (TAI) merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang menggabungkan antara pengajaran individual dengan model pembelajaran kooperatif sehingga siswa dapat belajar sendiri sesuai dengan kemampuan masing-masing dan bekerja dalam kelompoknya yaitu pada saat siswa saling bantu satu sama lain dalam menyelesaikan soal dan memberi dorongan pada anggota kelompoknya untuk terus berusaha hingga berhasil. Pada model pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualiation (TAI) siswa dibantu untuk mengembangkan potensi siswa secara aktif dengan membuat kelompok yang terdiri dari empat sampai lima orang, sehingga dapat menciptakan pola interaksi yang optimal, mengembangkan semangat kebersamaan pada siswa. Siswa yang pandai jadi terdorong untuk membantu temannya dalam memecahkan soal yang rumit dengan berdiskusi, sehingga teman yang kurang pandai juga termotivasi untuk menyelesaikan soal-soal. Kegiatan pembelajaran seperti ini dapat meningkatkan interaksi antar siswa yang pada akhirnya dapat menumbuhkan rasa kebersamaan. Dengan pembelajaran ini, diharapkan aktivitas siswa dalam kelas menjadi positif dan terarah sehingga bermuara pada peningkatan 29
Jurnal KomTekInfo Fakultas Ilmu Komputer, Volume 1, No. 2, Desember 2014
hasil belajar. Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Assisted Individualization (TAI) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SMPN 3 Sungai Limau, Kabupaten Padang Pariaman ”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Apakah hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Assited Individualization (TAI) lebih baik daripada siswa yang diajar secara konvensional? 2. Apakah hasil belajar matematika siswa yang memiliki motivasi tinggi yang diajar dengan metode pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization (TAI) lebih baik daripada siswa yang motivasi tinggi yang diajar secara konvesional? 3. Apakah hasil belajar matematika siswa yang memiliki motivasi rendah yang diajar dengan metode pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization (TAI) lebih baik daripada siswa yang motivasi rendah yang diajar secara konvesional? 4. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan motivasi siswa dalam mempengaruhi hasil belajar matematika siswa? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan perbedaan: 1. Hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization (TAI) dan hasil belajar matematika siswa yang diajar secara konvesional 2. Hasil belajar matematika siswa yang memiliki motivasi tinggi yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization (TAI) dan hasil belajar matematika siswa yang motivasi tinggi yang diajar secara konvesional 3. Hasil belajar matematika siswa yang memiliki motivasi rendah yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization (TAI) dan hasil belajar matematika siswa yang motivasi rendah yang diajar secara konvesional 4. Interaksi antara model pembelajaran dan motivasi siswa dalam mempengaruhi hasil belajar matematika siswa 2. Landasan Teori Landasan teori ini akan menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan pokok-pokok permasalahan penelitian atau yang berkaitan dengan variabel penelitian. Adapun yang dijelaskan adalah kajian teori yang berhubungan dengan hasil belajar, Pengaruh Model Pembelajaran . . .
ISSN : 2356-0010
pembelajaran kooperatif, pembelajaran kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI), pembelajaran konvensional dan motivasi siswa. Pada bagian ini menjawab pertanyaan tentang definisi variabel, bagaimana variabel ini dapat diukur, apa indikator dan kriteria untuk mengkaji masalah penelitian. Tujuannya untuk mendapatkan wawasan yang luas dan jelas tentang suatu variabel. 1. Hasil Belajar Pencapaian tujuan belajar dan pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar yang telah diperoleh oleh siswa. Untuk mendapatkan hasil belajar yang baik diperlukan proses belajar yang efektif. Hasil belajar yang diperoleh siswa bergantung pada sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang diterimanya selama proses pembelajaran. Untuk mengetahui keberhasilan siswa perlu diadakan evaluasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sudijono (2006: 16): “Tujuan umum dari evaluasi dalam pendidikan adalah untuk memperoleh data pembuktian, yang akan menjadi petunjuk sampai dimana tingkat kemampuan dan tingkat keberhasilan siswa dalam pencapaian tujuan-tujuan kurikuler, setelah mereka menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu yang telah ditentukan”. Hasil belajar biasanya diberikan dalam bentuk nilai. Siswa yang nilainya tinggi menunjukan hasil belajar yang baik dan siswa yang nilainya rendah berarti pemahamannya masih kurang baik sehingga hasil belajarnya pun kurang baik. Penilaian pada ranah kognitif maksudnya pengukuran hasil belajar siswa yang berkaitan dengan cara memperoleh pengetahuan, pengenalan pemahaman, dan penalaran. Teknik penilaian hasil belajar pada aspek kognitif, dapat dilakukan dengan ujian tulis dan lisan. Bentuk instrumen tes tulis dapat berupa tes isian, tes uraian, tes pilihan ganda dan tes menjodohkan. Sedangkan bentuk instrumen tes lisan dapat berupa daftar pertanyaan. Dalam penelitian ini, ranah kognitif dijadikan aspek hasil belajar. Hal ini bertujuan untuk melihat kemampuan berpikir, mengetahui dan memecahkan masalah oleh siswa. Menurut Romiszowski (Mulyono, 2009:38), perbuatan merupakan petunjuk bahwa proses belajar telah terjadi dan hasil belajar dapat dikelompokkan ke dalam dua macam saja, yaitu pengetahuan dan keterampilan. Pengetahuan terdiri dari empat kategori, yaitu (1) pengetahuan tentang fakta, (2) pengetahuan tentang prosedur, (3) pengetahuan tentang konsep dan (4) pengetahuan tentang prinsip. Keterampilan juga terdiri dari empat kategori, 30
Jurnal KomTekInfo Fakultas Ilmu Komputer, Volume 1, No. 2, Desember 2014
yaitu (1) keterampilan untuk berfikir atau kognitif, (2) keterampilan untuk bertindak atau motorik, (3) keterampilan bereaksi atau bersikap dan (4) keterampilan berinteraksi. 2. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. Tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan siswa. Menurut Cooper dan Heinich (Asma, 2008:1), pembelajaran kooperatif merupakan metode pembelajaran yang melibatkan kelompokkelompok kecil yang heterogen dan siswa bekerjasama untuk mencapai tujuan dan tugastugas akademik bersama, sambil bekerjasama belajar keterampilan kolaboratif dan sosial. Anggota kelompok memiliki tanggung jawab dan saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama. Untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran kooperatif dalam matematika akan dapat membantu para siswa untuk mendengarkan pendapat-pendapat orang lain dan mencakup pendapat atau temuan dalam bentuk tulisan. Tugas-tugas kelompok akan mampu memacu para siswa untuk bekerjasama, saling membantu satu sama lain dalam mengintegrasikan pengetahuan-pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki. Dalam menentukan besar kelompok belajar, Mulyono Abdurrahman (1999:125) menyatakan “besarnya kelompok belajar dalam
Pengaruh Model Pembelajaran . . .
ISSN : 2356-0010
pembelajaran kooperatif biasanya terdiri dari dua sampai enam anak”. Kelompok belajar hendaknya sekecil mungkin agar semua anak aktif menyelesaikan tugas-tugas mereka. Sementara Anita Lie (2002:45) menyatakan bahwa “Jumlah anggota dalam satu kelompok bervariasi mulai dari 2 sampai dengan 5, menurut kesukaan guru dan kepentingan tugas”. Siswa akan bekerjasama di dalam kelompok kecilnya untuk mempelajari sesuatu dan setiap kelompok biasanya terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda. Menurut Gordon (Lie, 2004:40), ”Pengelompokkan heterogenitas (kemacamragaman) merupakan ciri-ciri yang menonjol dalam metode pembelajaran Cooperative Learning. Kelompok heterogenitas bisa dibentuk dengan memperhatikan keanekaragaman gender, latar belakang agama sosio-ekonomi dan etnik, serta kemampuan akademis. Dalam hal kemampuan akademis, kelompok pembelajaran Cooperative Learning biasanya terdiri dari satu orang berkemampuan akademis tinggi, dua orang dengan kemampuan sedang, dan satu lainnya dari kelompok kemampuan akademis kurang”. Dengan adanya kelompok heterogen, siswa yang pintar bisa berbagi ilmu dengan teman kelompoknya yang lain sehingga siswa yang memiliki kemampuan rendah tidak merasa rendah diri karena materi yang dipelajarinya kurang dipahami olehnya. Agar lebih jelas, berikut cara pengelompokkan heterogenitas berdasarkan kemampuan akedemis (Lie, 2004:42).
31
Jurnal KomTekInfo Fakultas Ilmu Komputer, Volume 1, No. 2, Desember 2014
Tabel
2.
Pengelompokkan
ISSN : 2356-0010
Heterogenitas
Pengelompokkan Heterogenitas Berdasarkan Kemampuan Akademis
Langkah I
Langkah II
Langkah III
Mengurutkan
Membentuk
Membentuk
siswa berdasarkan
kelompok
kelompok
kemampuan
pertama
selanjutnya
akademis
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
Ani David
1. Ani 2. David 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Yusuf
Yusuf Citra12. Citra Rini 13. Rini Basuki 14. Basuki 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. Slamet 24. Slamet Dian 25. Dian
1. Ani 2. David Citra
Dian
3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Ani
Rini
Yusuf
David
Slamet
Basuki
11. Yusuf 12. Citra 13. Rini 14. Basuki 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. Slamet 25. Dian
Berdasarkan Kemampuan Akademis
Pengaruh Model Pembelajaran . . .
32
Jurnal KomTekInfo Fakultas Ilmu Komputer, Volume 1, No. 2, Desember 2014
Dari Tabel 2 dapat terlihat bahwa pengelompokkan heterogenitas selain memudahkan guru untuk mengelola kelas, pengelompokkan ini juga membantu siswa untuk berinteraksi satu sama lainnya. Oleh karena, setiap siswa yang dibebani suatu masalah oleh guru akan mencari dan menemukan jawaban sendiri-sendiri, kemudian berjumpa dalam kelompok untuk mendiskusikan jawaban-jawaban tersebut. Pembelajaran kooperatif dalam matematika akan dapat membantu para siswa untuk mendengarkan pendapat-pendapat orang lain dan merangkup pendapat atau temuan dalam bentuk tulisan. Tugas-tugas kelompok akan mampu memacu para siswa untuk bekerjasama, saling membantu satu sama lain dalam mengintegrasikan pengetahuanpengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki. Proses mengingat akan lebih bermakna setelah memahami sesuatu konsep, siswa akan dapat mengingat lebih lama konsep tersebut, karena mereka terlibat secara aktif dalam mengaitkan pengetahuan yang diterima dengan pengetahuan yang ada untuk membina pengetahuan baru. Dalam pembelajaran kooperatif dimulai dengan guru menginformasikan tujuan-tujuan dari pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Menurut Arends (dalam Asma, 2008:9), setiap siswa harus merasa sepenanggungan, bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, memiliki tujuan yang sama, membagi tugas dan tanggung jawab yang sama, diberi penghargaan, membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajar dan mempertanggung jawabkan secara individual materi yang dipelajari dalam kelompok”. Dari unsur-unsur di atas, dapat diketahui bahwa pembelajaran kooperatif menghendaki terjadinya kerjasama dalam suatu kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pelaksanaannya pembelajaran kooperatif menimbulkan saling ketergantungan antar sesama anggota kelompok untuk mencapai satu penghargaan bersama. Menurut Lundgren (dalam Asma, 2008:16), ”Belajar kooperatif dapat menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompok”. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan antara kelompok belajar kooperatif dengan kelompok belajar konvensional seperti pada Tabel 3.
Pengaruh Model Pembelajaran . . .
ISSN : 2356-0010
Tabel 3. Perbedaan Antara Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok Belajar Konvensional Dari Tabel 3, dapat dilihat bahwa kelompok belajar kooperatif lebih mendukung terciptanya kerjasama dalam kelompok untuk membangun pengetahuan yang tengah dipelajari. Selain itu kelompok belajar ini juga meningkatkan hubungan sosial antar siswa karena adanya interaksi positif antara sesama siswa dalam kelompok. Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar yang dicapai, diadakan tes secara individual, mengenai materi yang dibahas. 3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assited Individualization (TAI) Model pembelajaran kooperatif tipe Team Assited Individualization (TAI) ini dikembangkan oleh Slavin. Pada tipe Team Assisted Individualization (TAI) siswa belajar dan bekerja dalam kelompoknya, yang mana di dalam kelompok tersebut siswa saling membantu satu sama lainnya dalam memahami konsep matematika dan menyelesaikan soalsoal matematika serta memberikan dorongan kepada anggota kelompoknya untuk terus berusaha hingga berhasil. Kegiatan pembelajaran seperti ini dapat meningkatkan
interaksi antar siswa yang pada akhirnya dapat menumbuhkan rasa kebersamaan. Dasar pemikiran dibalik individualisasi pengajaran pelajaran matematika adalah bahwa para siswa memasuki kelas dengan pengetahuan, kemampuan, dan motivasi yang sangat beragam. Matematika tipe Team Assisted Individualization (TAI) diprakarsai sebagai usaha merancang sebuah bentuk pengajaran individual yang biasa menyelesaikan masalahmasalah yang membuat metode pengajaran individual menjadi tidak efektif. Dengan membuat para siswa bekerja dalam tim-tim pembelajaran kooperatif dan mengemban tanggung jawab, mengelola dan memeriksa secara rutin, saling membantu satu sama lain 33
Jurnal KomTekInfo Fakultas Ilmu Komputer, Volume 1, No. 2, Desember 2014
dalam menghadapi masalah dan saling memberi dorongan untuk maju, maka guru dapat membebaskan diri mereka dari memberikan pengajaran langsung kepada sekelompok kecil siswa yang homogen yang berasal dari tim-tim yang heterogen. Sesuai dengan kajian teori di atas, maka langkah-langkah dalam model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) adalah sebagai berikut ini. Tahap 1: Tes Penempatan siswa dalam kelompok, berdasarkan nilai ulangan harian siswa yang terdiri dari 4-5 orang. Tahap 2: Materi pelajaran, siswa mempelajari materi pelajaran disusun sesuai dengan kurikulum Tahap 3: Belajar kelompok, setelah penempatan, guru mengajarkan materi pertama, Setiap kelompok mengerjakan tugas dari guru berupa LKS yang telah dirancang sendiri sebelumnya, dan guru memberikan bantuan secara individual bagi yang memerlukannya. Tahap 4: Ketua kelompok melaporkan keberhasilan kelompoknya dengan mempresentasikan hasil kerjanya dan siap untuk diberi kuis oleh guru. Tahap 5: Guru memberikan kuis setiap pertemuan untuk dikerjakan secara individu. Tahap 6: Guru menetapkan kelompok terbaik sampai kelompok yang kurang berhasil (jika ada) berdasarkan hasil koreksi. Tahap 7: Guru memberikan tes formatif sesuai dengan kompetensi yang ditentukan disini dilihat hasil belajar siswa. Dengan langkah-langkah pembelajaran di atas peneliti dapat merancang rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sesuai yang terdapat di dalam tipe Team Assisted Individualization (TAI) tersebut. Menurut Slavin (2005:190) kriteria model pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI) dirancang untuk menyelesaikan masalah-masalah teoritis dan praktis dari sistem pengajaran individual yaitu: a. Dapat meminimalisir keterlibatan guru dalam pemeriksaan dan pengelolahan rutin b. Guru setidaknya akan menghabiskan separoh dari waktunya untuk mengajar kelompok-kelompok kecil c. Operasi program tersebut akan sedemikian sederhananya sehingga para siswa di kelas dapat melakukannya d. Para siswa akan termotivasi untuk mempelajari materi-materi yang diberikan dengan cepat, akurat dan tidak akan bisa berbuat curang atau menemukan jalan pintas.
Pengaruh Model Pembelajaran . . .
ISSN : 2356-0010
e. Tersedianya banyak cara pengecekan penguasaan supaya para siswa jarang menghabiskan waktu mempelajari kembali materi yang sudah mereka kuasai atau menghadapi kesulitan serius yang membutuhkan bantuan guru. Pada tiap pos pengecekan penguasaan, dapat tersedia kegiatan-kegiatan pengajaran alternatif dan testes yang paralel f. Para siswa lain akan dapat melakukan pengecakan satu sama lain, sekalipun bila siswa yang mengecek kemampuannya ada di bawah siswa yang dicek dalam rangkaian pengajaran, dan prosedur pengecekan akan cukup sederhana dan tidak mengganggu si pengecek. g. Programnya mudah dipelajari baik oleh guru maupun siswa, tidak mahal, fleksibel dan tidak membutuhkan guru tambahan ataupun tim guru. h. Dengan membuat para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kooperatif, dengan status yang sejajar, program ini akan membangun kondisi untuk terbentuknya sikapsikap positif terhadap siswa-siswa mainstream yang cacat secara akademik dan di antara para siswa dari latar belakang rasa atau etnik berbeda. Dari kriteria di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) menuntut siswa untuk saling bekerjasama dan saling membantu di dalam kelompoknya untuk membahas materi yang telah mereka pelajari sebelumnya secara individual dan kelompok. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization (TAI) adalah sebagai berikut. 1. Dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization (TAI) guru dapat menciptakan suasana kelas yang saling menghargai nilai-nilai ilmiah. 2. Guru semakin bersemangat dan mantap dalam mempersiapkan diri untuk melaksanakan pembelajaran. 3. Siswa menjadi termotivasi untuk meningkatkan nilai-nilainya di setiap pertemuan karena nilai yang diperoleh sangat berpengaruh terhadap nilai kelompoknya. 4. Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization (TAI) membantu meningkatkan hasil belajar matematika siswa dan mengurangi anggapan banyak siswa bahwa matematika itu sulit. 5. Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization (TAI) memungkinkan guru dan siswa secara bersama-sama bertanggungjawab untuk merancang proses pembelajaran dan untuk
34
Jurnal KomTekInfo Fakultas Ilmu Komputer, Volume 1, No. 2, Desember 2014
mengevaluasi kemajuan belajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. 6. Siswa yang berkemampuan lebih dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilannya, sedangkan siswa yang berkemampuan rendah akan terbantu dalam memahami dan menyelesaikan masalah. 7. Melatih siswa untuk bekerja secara berkelompok, melatih keharmonisan dalam hidup atas dasar saling menghargai, dan melatih rasa tanggungjawab. Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization (TAI) adalah sebagai berikut. 1. Tidak semua mata pelajaran cocok diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization (TAI). 2. Apabila tidak dikontrol dengan baik siswa akan menimbulkan kegaduhan selama proses belajar mengajar sehingga akan menyita waktu selama proses pembelajaran. 4. Pembelajaran Konvensional Pembelajaran konvensional merupakan suatu istilah dalam pembelajaran yang lazim diterapkan dalam pembelajaran sehari-hari. Pembelajaran konvensional jarang melibatkan pengaktifan pengetahuan awal dan jarang memotivasi siswa untuk proses pengetahuannya. Pembelajaran konvensional masih didasarkan atas asumsi bahwa pengetahuan dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa. Menurut Nasution (2005:209), pembelajaran konvensional memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
ISSN : 2356-0010
sepenuhnya, sebagian lagi akan menguasainya untuk sebagian saja dan ada lagi yang akan gagal. j. Pengajar terutama berfungsi sebagai penyebar atau penyalur pengetahuan. k. Siswa biasanya menempuh beberapa tes atau ulangan mengenai bahan yang telah dipelajari dan berdasarkan beberapa angka itu ditentukan angka rapornya untuk semester itu. Dari ciri-ciri di atas, pembelajaran konvensional yang berlangsung antara guru dengan siswa hanya satu arah. Siswa cenderung mengikuti semua yang diajarkan oleh guru yang pada akhirnya ia merasa tergantung dengan materi yang diberikan oleh guru. Pembelajaran konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang diberikan dengan menggunakan metode ekspositori, guru menerangkan di depan kelas, dilanjutkan dengan tanya jawab mengenai materi yang dipelajari, membahas soal serta di akhiri dengan kesimpulan dan pemberian Pekerjaan Rumah (PR). Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan perbedaan antara pembelajaran konvensional dengan pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Perbedaan Pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) dengan Pembelajaran Konvesional
a. Tujuan tidak dirumuskan secara spesifik ke dalam kelakuan yang dapat diamati dan diukur. b. Bahan pelajaran diberikan kepada kelompok, kepada kelas sebagai keseluruhan tanpa memperhatikan murid-murid secara individual. c. Bahan pelajaran kebanyakan berbentuk ceramah, kuliah, tugas tertulis dan media lain menurut pertimbangan guru. d. Berorientasi pada kegiatan guru dengan mengutamakan proses mengajar. e. Murid-murid kebanyakan bersikap ”pasif”, karena terutama harus mendengarkan uraian guru. f. Murid semuanya harus belajar menurut kecepatan yang kebanyakan ditentukan oleh kecepatan guru mengajar. g. Penguatan biasanya baru diberikan setelah diadakannya ulangan atau ujian. h. Keberhasilan belajar kebanyakan dinilai guru secara subjektif. i. Diharapkan bahwa hanya sebagian kecil saja akan menguasai bahan pelajaran Pengaruh Model Pembelajaran . . .
35
Jurnal KomTekInfo Fakultas Ilmu Komputer, Volume 1, No. 2, Desember 2014
5.
Motivasi Siswa Menurut Mc. Donald (dalam Sardiman, 2011:73), motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya rasa, persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia yang didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Motivasi belajar timbul karena faktor psikis yang bersifat non-intelektual, dalam hal penumbuhan gairah belajar, dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita, lingkungan belajar yang konduktif dan kegiatan belajar yang menarik. Sedangkan hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator dan unsur-unsur yang mendukung. Menurut Hamzah (2006:23), indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. adanya hasrat dan keinginan berhasil 2. adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar 3. adanya harapan dan cita-cita dan masa depan 4. adanya perhargaan dalam belajar 5. adanya kegiatan menarik dalam belajar 6. adanya lingkungan belajar yang konduksif, sehingga memungkinkan siswa dapat belajar dengan baik. Dari kutipan di atas, bahwa motivasi belajar dapat timbul karena faktor instrinsik dan faktor ekstrinsik, kedua faktor tersebut timbul disebabkan oleh rangsangan tertentu. Sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya pergerak didalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Ada beberapa ciri tentang motivasi antara lain: tekun menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan, menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah, lebih senang bekerja mandiri, cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin. Fungsi motivasi adalah untuk mendorong manusia untuk berbuat, menentukan arah perbuatan, untuk mencapai tujuan dan menyeleksi perbuatan mana yang akan dikerjakan. Motivasi memberikan dorongan kepada siswa agar belajar dengan baik. Apabila dia belajar dengan tidak baik maka dia tidak Pengaruh Model Pembelajaran . . .
ISSN : 2356-0010
akan mendapat ilmu pengetahuan tapi dia akan mendapat ganjaran atau hukuman, seperti nilai rendah dan tidak naik kelas. Sebaliknya jika dia mendapat nilai yang baik maka dia akan pintar dan mendapat ranking. Tabel 5. Indikator dan Sub Indikator Angket Motivasi Belajar
Motivasi berfungsi sebagai pendorong pencapaian prestasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Hasil belajar akan menjadi optimal kalau ada motivasi. Pembelajaran tipe Team Assisted Individualization (TAI) ini membantu siswa dalam mengembangkan potensi secara aktif dengan membuat kelompok belajar, sehingga tercipta pola interaksi yang optimal. Siswa yang pandai terdorong untuk membantu temannya dalam memecahkan soal yang rumit dengan berdiskusi, sehingga teman yang kurang pandai termotivasi untuk menyelesaikan soal-soal. A. Kajian Penelitian yang Relevan 1 Dian Maya Sari (2008) melakukan penelitian yang berjudul Pembelajaran Matematika dengan Metode Kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) pada Pokok Bahasan Persamaan Garis Lurus Ditinjau dari Kemampuan Bekerja Sama Siswa SMP Negeri 8 Surakarta”, Penelitian ini menyimpulkan bahwa pembelajaran matematika dengan pendekatan konstruktivisme melalui metode TAI lebih efektif digunakan pada materi bangun prisma dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. 2 Stephanie Ayutri (2008) melakukanpenelitian yang berjudul 36
Jurnal KomTekInfo Fakultas Ilmu Komputer, Volume 1, No. 2, Desember 2014
Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Konstruktivisme melalui Metode Team Assisted Individualion (TAI) pada Materi Bangun Prisma Di Kelas IX SMP”, Kesimpulan penelitian itu adalah hasil belajar matematika siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization (TAI) lebih baik dari hasil belajar matematika siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Berdasarkan hasil analisis lembar observasi diperoleh bahwa aktivitas belajar siswa juga meningkat. Keterkaitan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu peneliti mengulang kembali penelitian tersebut dengan materi yang berbeda dan menghubungkannya dengan motivasi siswa. A. Kerangka Konseptual Berdasarkan latar belakang dan kajian teori yang telah dikemukakan sebelumnya dapat dilihat bahwa meningkatnya hasil belajar matematika siswa dikarenakan guru yang mampu menciptakan kondisi belajar yang membuat siswa kreatif dan mengembangkan kemampuan berpikir secara optimal. Untuk itu guru harus mampu memiliki keterampilan dalam menentukan strategi dan model mengajar baik dari segi siswa, kondisi sekolah, maupun materi pelajaran. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah melalui pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization (TAI) karena model ini mendukung siswa untuk belajar aktif secara individual maupun secara kelompok. Berdasarkan uraian dari kerangka konseptual di atas, penelitian ini untuk mencari perbandingan antara model pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization (TAI) dengan model pembelajaran konvensional, berdasarkan pada hasil belajar matematika siswa yang memiliki motivasi tinggi dan siswa yang memiliki motivasi rendah. B. Hipotesis Berdasarkan permasalahan dan kajian teori yang telah diuraikan, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization (TAI) lebih tinggi daripada hasil belajar matematika siswa yang diajar secara konvesional. 2. Hasil belajar matematika siswa yang memiliki motivasi tinggi yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization (TAI) lebih tinggi daripada hasil belajar matematika siswa yang motivasi tinggi yang diajar secara konvesional. Pengaruh Model Pembelajaran . . .
ISSN : 2356-0010
3. Hasil belajar matematika siswa yang memiliki motivasi rendah yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization (TAI) lebih tinggi daripada hasil belajar matematika siswa yang motivasi rendah yang diajar secara konvesional. 4. Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan motivasi siswa dalam mempengaruhi hasil belajar matematika siswa. 6. PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian dan pembahasan pada bab ini adalah hasil studi lapangan untuk memperoleh data dengan teknik tes setelah dilakukan suatu pembelajaran yang berbeda antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan hasil belajar matematika siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization (TAI) dengan hasil belajar matematika siswa menggunakan pembelajaran konvensional Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization (TAI) pelaksanaan dapat dilihat pada lampiran 28. A. Deskripsi Hasil Data Pada bagian ini akan disajikan data yang diperoleh masing-masing dari kelas eksperimen dan kelas kontrol, yaitu data tes hasil belajar matematika dalam materi Perbandingan. Rincian masing-masing data akan diuraikan di bawah ini.
1. Data Tes Hasil Belajar Matematika Siswa Tes hasil belajar matematika yang diberikan adalah tentang materi perbandingan yang telah diberikan pada saat penelitian dilakukan baik pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol. 2. Tes Hasil Belajar Matematika Siswa yang Memiliki Motivasi Tinggi Kelas Eksperimen dan Kontrol Tes hasil belajar matematika siswa yang memiliki motivasi tinggi di kelas eksprimen dan kontrol. 3. Hasil Belajar Matematika Siswa yang Memiliki Motivasi Rendah Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol Hasil belajar matematika siswa yang memiliki motivasi rendah kelas eksprimen dan kelas kontrol. B. Uji Persyaratan Analisis Sebelum pengujian statistik untuk hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis. Uji persyaratan analisis yang pertama 37
Jurnal KomTekInfo Fakultas Ilmu Komputer, Volume 1, No. 2, Desember 2014
dilakukan yaitu uji normalitas dengan menggunakan uji Lilliefors, kedua dilakukan uji homogenitas. 1. Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol a. Uji Normalitas Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Uji normalitas hasil belajar matematika siswa kelas eksprimen dan siswa kelas kontrol dilakukan dengan menggunakan uji Lilliefors.. b. Uji Homogenitas Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Eksprimen dan Siswa Kelas Kontrol Uji homogenitas hasil belajar matematika siswa kelas eksprimen dan kelas kontrol dilakukan dengan uji F.. 2. Hasil Belajar Matematika Siswa yang Memiliki Motivasi Tinggi a. Uji Normalitas Hasil Belajar Matematika Siswa yang Memiliki Motivasi Tinggi Uji normalitas hasil belajar matematika siswa yang memiliki motivasi tinggi dilakukan dengan menggunakan uji Lilliefors.. b. Uji Homogenitas Hasil Belajar Matematika Siswa yang Memiliki Motivasi Tinggi Uji
homogenitas pada penelitian ini menggunakan uji F pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai syarat mengadakan hipotesis 2. 3. Hasil Belajar Matematika Siswa yang Memiliki Motivasi Rendah a. Uji Normalitas Matematika Siswa Motivasi Rendah
Hasil yang
Belajar Memiliki
Uji normalitas hasil belajar matematika siswa yang memiliki motivasi rendah dilakukan dengan menggunakan uji Lilliefors.. b. Uji Homogenitas Hasil Belajar Matematika Siswa yang Memiliki Motivasi Rendah Uji homogenitas dilakukan dengan uji F pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk melihat homogenitas variasi sebagai syarat mengadakan hipotesis 3. C. Pengujian Hipotesis Berdasarkan uji persyaratan analisis untuk setiap kelompok data berdistribusi normal dan tidak homogen menggunakan uji t’ , untuk hipotesis 1 dan 2. Sesuai dengan metodologi Pengaruh Model Pembelajaran . . .
ISSN : 2356-0010
penelitian, karena data hasil belajar matematika siswa berdistribusi normal dan variansinya homogen, maka pengujian hipotesis 3 dalam penelitian ini digunakan dengan uji t sedangkan hipotesis 4 digunakan uji analisis variansi dua arah desain faktorial dengan taraf signifikan 𝛼 = 0,05. 7. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dari pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar matematika siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization (TAI) lebih baik dibandingkan hasil belajar matematika siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Hal ini disebabkan karena pada pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization (TAI) lebih ditekankan pada pengalaman belajar, bekerjasama dan evaluasi setiap akhir pembelajaran sehingga berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika peserta didik, sedangkan pada pembelajaran konvensional peserta didik hanya dituntut menyelesaikan masalah secara individu melalui pemberian latihan dan pekerjaan rumah (PR). DAFTAR REFERENSI Ayutri, Stephanie,2008, “Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Konstruktivisme Melalui Metode Team Assited Individualion (TAI)Pada Materi Bangun Prisma Di Kelas IX SMP”. Skripsi tidak diterbitkan. Hazzahary. 2010. “Penerapan Strategi Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) untuk meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Matematika Kelas VIII SMPN 31 Padang pada Tahun Ajaran 2009/2010”. Skripsi tidak diterbitkan. Herawati, Netti. 2008. Upaya Meningkatkan Aktifitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Teams Assited Individualization) pada Siswa Kelas XI IS 4 SMA N 1 Sungai Tarab”. Skripsi tidak diterbitkan. Isjoni. 2009. Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok. Bandung: ALFABETA. Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia . Lufri, 2007. Kiat Memahami dan Melakukan Penelitian. Padang: UNP Press. Maya, Dian, 2009. “Eksperimentasi pembelajaran matematika dengan metode 38
Jurnal KomTekInfo Fakultas Ilmu Komputer, Volume 1, No. 2, Desember 2014
kooperatif tipe TAI (team assisted individualization) pada pokok bahasan persamaan garis lurus ditinjau dari kemampuan bekerja sama siswa SMP Negeri 8 Surakarta”. Tesis tidak diterbitkan. Muliyardi. 2003. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Padang: FMIPA UNP. Mulyono Abdurrahman. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : Rineka Cipta Muslimin, Ibrahim dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNS. Nasution. 2005. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Nur, Asma. 2008. Model Pembelajaran Kooperatif. Padang: UNP Press. Oemar Hamalik. 1992. Psikologi belajar mengajar. Badung: Sinar Baru. Sadirman. 2005. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Pengaruh Model Pembelajaran . . .
ISSN : 2356-0010
Surherman, Erman dkk. 2001. Stategi Belajar Mengajar Matematika Kontemporer. Malang: Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Malang Shadiq, Fajar. 2009. Kemahiran Matematika. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Slavin, Robert. 2005. Cooperative Learning. London: Theory Research And Practice The Jonh Hopkins University. Sudjana. 2005.Metode Statistik, Bandung: Tarsito. Surherman, Erman dkk. 2001. Stategi Belajar Mengajar Matematika Kontemporer. Malang: Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Malang Sudjana. 2001. Metode & Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Falah Production. Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta : PT Rineka Cipta. Uno, Hamzah B. 2008. Teori Motivasi & Pengukuran Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
39