Jurnal Ilmiah Sehat BebayaVol.1 No. 2, Mei 2017
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL UMBI BAWANG RAMBUT (Allium chinense G. Don) DENGAN PENANGKAL RADIKAL DPPH (1,1-Difenil-2-Pikrilhidrazil) Antioxidant Activity Of Ethanolic Extract Of Allium chinense Bulb With DPPH (1,1-Diphenyl-2-Pikrilhidrazil) Supomo, Eka Siswanto Syamsul, Nuraini Manurung Akademi Farmasi Samarinda, Jl. Brig Jend A. Wahab Syahranie, Samarinda, Kaltim 75124 Email:
[email protected],
[email protected] ABSTRAK Tumbuhan bawang rambut (Allium chinense G. Don) memiliki efek sebagai antioksidan karena mengandung senyawa saponin, vitamin C, asam amino, gula, minyak atsiri, protein, karoten. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa umbi bawang rambut memiliki efek sebagai antioksidan terhadap radikal DPPH (1,1-Difenil-2-Pikrilhidrazil).Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental. Sampel yang digunakan adalah umbi bawang rambut yang diperoleh di Bulungan Kalimantan Utara, diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 70%. Pengujian antioksidan dilakukan secara kualitatif menggunakan kromatografi lapis tipis dengan pereaksi semprot DPPH dalam etanol sedangkan uji daya antioksidan secara kuantitatif dilakukan dengan spektrofotometri UV-Visibel menggunakan pereaksi DPPH untuk mendapatkan nilai IC50. Dari Data pengujian diolah dengan analisis deskriptif. Data hasil pengujian diolah dengan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol umbi bawang rambut memiliki IC50 sebesar 376.0167 ppm yang dikategorikan sebagai antioksidan lemah. Kata kunci : antioksidan, Allium chinense G. Don, DPPH, spektrofotometri UV- Vis ABSTRACT Allium chinense has an antioxidant effect because it contains saponins, vitamin C, amino acids, sugars, essential oils, proteins, carotenoids. The purpose of this study was to prove that the hair onion bulb has an antioxidant effect on DPPH radical (1,1-Diphenyl-2-Pikrilhidrazil). The experiment is an experimental study. The samples used were hair bulbs obtained in Bulungan, North Kalimantan, extracted by maceration method using 70% ethanol solvent. Antioxidant testing was done qualitatively using TLC with DPPH spray reagent in ethanol while quantitative antioxidant power test was performed by UV-Visible spectrophotometry using DPPH reagent to obtain IC50 value. From the test data is processed by descriptive analysis. The test result data is processed by descriptive analysis. The results showed that the extract of onion hair ethanol has IC50 of 376,0167 ppm which is categorized as weak antioxidant.
Keywords: antioxidant, Allium chinense, DPPH, spectrophotometry UV- Vis PENDAHULUAN Antioksidan memiliki peran penting untuk menjaga kesehatan. Hal ini disebabkan oleh kemampuan antioksidan dalam menangkap radikal bebas. Radikal
bebas dapat dihasilkan oleh tubuh secara alami misalnya pada proses pernafasan. Radikal bebas dapat diartikan sebagai molekul kimia yang kekurangan elektron atau tidak memiliki elektron berpasangan.
162
Jurnal Ilmiah Sehat BebayaVol.1 No. 2, Mei 2017
Sehingga, membuat radikal bebas bersifat sangat reaktif untuk mencari pasangan elektron agar konfigurasinya menjadi stabil. Radikal bebas terdiri dari berbagai macam spesies oksigen reaktif yang mampu menyerang membran lipid, asam nukleat, protein dan enzim. Hal ini dapat menghancur struktur sel-sel tubuh serta mengubah ukuran dan bentuknya. Kerusakan sel-sel tersebut pada akhirnya menimbulkan dampak merugikan bagi kesehatan (Febriani, 2012). Bawang rambut (Allium chinense G. Don) merupakan tumbuhan suku dayak yang berdasarkan pengalaman empiris masyarakat di Bulungan, Kalimantan Utara tumbuhan bawang rambut dapat digunakan untuk mengobati jantung, diare. Bawang rambut juga dapat menyembuhkan tekanan mental, masalah jantung, dan tumor (Cooper dan Johnson, 1984). Berdasarkan penelitian Kuroda (1995), umbi bawang rambut memiliki banyak kandungan saponin, terdapat juga kandungan protein, karoten, vitamin C, asam amino, gula, minyak atsiri. Penelitian Bah (2012), menyatakan bahwa bawang rambut memiliki kandungan karoten yaitu berupa terpenoid yang memiliki efek antioksidan. Metode DPPH telah banyak diterapkan pada berbagai sampel seperti buah, sayuran ataupun biji. Pengukuran aktivitas antioksidan pada metode ini menggunakan spektrofotometer UV-Vis karena relatif sederhana, mudah dioperasikan, waktu analisis relatif cepat, hasilnya memiliki ketelitian yang cukup memadai. Berdasarkan latar belakang, timbul suatu dugaan bahwa khasiat umbi bawang rambut berasal dari kandungan antioksidannya sehingga dilakukan penelitian tentang Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Umbi Bawang Rambut (Allium chinense G Don) Dengan Metode Penangkal Radikal DPPH (1,1Difenil-2-Pikrilhidrazil). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antioksidan pada tumbuhan bawang rambut (Allium chinense G. Don). METODOLOGI PENELITIAN
Alat Dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: alat-alat gelas, neraca analitik, alat tulis, rak tabung reaksi, spatel, lampu UV, plat silika gel GF 254, mikropipet, bejana kromatografi (chamber), kaca penutup chamber dan spektrofotometer UV-1800 (shimadzu). Bahan yang digunakan antara lain alumunium foil, kertas saring, etanol 70%, etanol 95%, aquadest, besi (III) klorida, kalium hidroksida, serbuk magnesium, butanol, pereaksi dragendorf, pereaksi mayer, pereaksi liebermen-bouchardat, asam asetat glasial, ekstrak umbi bawang rambut, vitamin C dan DPPH (1,1-Difenil2-Pikrilhidrazil). METODE PENELITIAN Ekstrak Umbi Bawang Rambut Pembuatan ekstrak umbi bawang rambut dilakukan dengan cara maserasi dengan menggunakan pelarut etanol 70%. Prosedur pembuatan ekstrak umbi bawang rambut, serbuk umbi bawang rambut ditimbang sebanyak 100 g, kemudian dimasukkan ke dalam wadah kaca dan ditambahkan etanol 70% sebanyak 750 mL, direndam selama 24 jam, setelah itu dimaserasi dengan menggunakan maserator selama 2 jam. Hasil ekstraksi disaring dengan menggunakan vacum untuk memisahkan maserat dengan filtrat. Selanjutnya dilakukan remaserasi, dimana ampas simplisia direndam dan diremaserasi dengan 250 mL etanol 70% selama 2 jam, kemudian disaring dengan menggunakan vacum. Filtrat yang didapat dari maserasi pertama dan kedua digabung kemudian diuapkan dengan alat rotary evaporator untuk memisahkan etanol dan ekstrak. Agar ekstrak makin kental maka dilakukan dengan penguapan menggunakan penangas air. Uji Pendahuluan Aktivitas Antioksidan dengan Menggunakan KLT Pembuatan eluen dengan menggunakan larutan BAA (Butanol:Asam asetat glasial:Air) dengan perbandingan 4:1:5. Eluen ini dibuat sebanyak 10 ml dengan mencampurkan 4 ml butanol, 1 ml asam asetat glasial dan 5 ml air yang
163
Jurnal Ilmiah Sehat BebayaVol.1 No. 2, Mei 2017
dicampurkan bersama-sama, selanjutnya dimasukkan ke dalam bejana kromatografi dan dijenuhkan (Pratiwi dkk, 2013). Pada plat KLT diberi tanda batas penotolan 1,5 cm pada batas bawah plat KLT dan 0,5 cm pada batas atas plat KLT dengan ukuran 5 x 10 cm² untuk sampelnya penotolan dilakukan dengan menggunakan pipa kapiler. Setelah elusi selesai lempeng diangkat dan dibiarkan fase gerak menguap terlebih dahulu hingga mengering, lalu disemprotkan dengan menggunakan larutan DPPH. Komponen ekstrak bersifat anti radikal bebas menghasilkan bercak kuning pucat dengan latar belakang ungu. Bercak noda pada masing-masing lempeng diamati dengan menggunakan sinar UV 254 nm. Uji Aktivitas Antioksidan Menggunakan Spekktrofotometer UV-Visibel 1) Pembuatan Larutan DPPH 40 ppm Larutan DPPH 40 ppm dibuat dengan menimbang 0,002 g DPPH dimasukkan ke dalam gelas kimia dan ditambahkan etanol 70% secukupnya diaduk sampai larut kemudian dimasukkan ke labu ukur 50 ml lalu ditambahkan dengan etanol 70% sampai tanda batas, digojok sampai larut. 2) Penentuan Panjang Gelombang Maksimum DPPH 40 ppm Penentuan panjang gelombang maksimum larutan DPPH 40 ppm untuk uji aktivitas antioksidan ekstrak etanol 70% umbi bawang rambut dilakukan sebagai berikut: 3 ml larutan DPPH 40 ppm diamati serapannya pada rentang 450-600 nm. 3) Pembuatan Larutan Induk Vitamin C 100 ppm Larutan induk vitamin C dibuat dengan cara menimbang seksama 0,005 g vitamin C dimasukkan ke gelas kimia kemudian ditambahkan etanol 70% secukupnya setelah itu diaduk sampai larut kemudian dimasukkan ke labu ukur 50 ml lalu ditambahkan dengan etanol 70% sampai tanda batas, digojok sampai tercampur. 4) Pembuatan Seri Konsentrasi Vitamin C (2,5; 5; 7,5; 10 dan 12,5 ppm) Dari larutan induk vitamin C 100 ppm dipipet sebanyak 0,25 ml, 0,5 ml, 0,75 ml, 1 ml dan 1,25 ml dimasukkan
dalam labu ukur 10 ml dan ditambahkan dengan etanol 70% sampai tanda batas sehinnga diperoleh konsentrasi 2,5 ppm, 5 ppm, 7,5 ppm, 10 ppm dan 12,5 ppm. 5) Penentuan Absorbansi Seri Konsentrasi Vitamin C Ditambah DPPH Penentuan kurva serapan seri konsentrasi vitamin C ditambah DPPH 40 ppm dilakukan dengan cara sebagai berikut: masing-masing seri konsentrasi dari vitamin C (2,5; 5; 7,5; 10 dan 12,5 ppm) dipipet sebanyak 1 ml, lalu ditambahkan 2 ml larutan DPPH 40 ppm, diamati serapan yang terjadi pada masing-masing konsentrasi setelah 30 menit. 6) Pembuatan Larutan Induk Ekstrak Umbi Bawang Rambut 100 ppm Larutan induk ekstrak umbi bawang rambut dibuat dengan cara menimbang 0,050 g ekstrak umbi bawang rambut kemudian dimasukkan ke dalam gelas kimia ditambahkan etanol 70% secukupnya dan diaduk sampai larut lalu kemudian disaring. Larutan yang sudah disaring dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml lalu ditambahkan dengan etanol 70% sampai tanda batas, digojok sampai tercampur. 7) Pembuatan Seri Konsentrasi Ekstrak Umbi Bawang Rambut (300, 400, 500, 600 dan 700 ppm) Dari larutan induk ekstrak umbi bawang rambut dengan konsentrasi 100 ppm dipipet sebanyak 3 ml, 4 ml, 5 ml, 6 ml dan 7 ml dimasukkan dalam labu takar 10 ml dan ditambahkan dengan etanol 70% sampai tanda batas, sehingga diperoleh konsentrasi 300, 400, 500, 600 dan 700 ppm. 8) Penentuan Absorbansi Seri Konsentrasi Ekstrak Umbi Bawang Rambut Ditambah DPPH Penentuan kurva serapan seri konsentrasi ekstrak umbi bawang rambut ditambah DPPH 40 ppm dilakukan sebagai berikut: masing-masing seri konsentrasi ekstrak umbi bawang rambut (300, 400, 500, 600 dan 700 ppm) dipipet sebanyak 1 ml lalu ditambahkan dengan larutan DPPH 40 ppm sebanyak 2 ml, amati serapan yang terjadi pada masing-masing konsentrasi setelah 30 menit.
164
Jurnal Ilmiah Sehat BebayaVol.1 No. 2, Mei 2017
9)
Inventarisasi Data Semua data dari hasil penentuan kurva serapan dari DPPH 0,004% kurva serapan DPPH 0,004% ditambah dengan seri konsentrasi vitamin C dan kurva serapan DPPH 0,004% ditambah dengan seri konsentrasi ekstrak etanol 70% umbi bawang rambut dikumpulkan dan dibuat grafik perhitungan untuk menampilkan hasil yang didapat. Rumus perhitungan yang digunakan merupakan rumus umum dari absorbansi yaitu: % Inhibisi = x 100% Kemudian dihitung % aktivitas antioksidan ekstrak etanol 70% umbi bawang rambut dan vitamin C. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Determinasi Tumbuhan Hasil determinasi tumbuhan di Laboratorium Anatomi dan Sistematika tumbuhan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mulawaran Samarinda, menunjukkan bahwa sampel yang digunakan adalah lokio, bawang rambut dari spesies Allium chinense G. Don, famili Liliaceae. Hasil determinasi dapat dilihat pada lampiran 1. Pembuatan Simplisia Pada penelitian ini digunakan umbi bawang rambut sebagai simplisia sebanyak 1300 gram selanjutnya dilakukan proses sortasi, pencucian, pengeringan dan penghalusan sehingga diperoleh 368 gram serbuk kering umbi bawang rambut, sehingga diketahui susut pengeringannya sebesar 66,54 %. Proses sortasi dan pencucian dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing lainnya dari simplisia menggunakan air bersih. Pengeringan dilakukan bertujuan untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak oleh adanya pertumbuhan jamur sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lama. Penghalusan dan penyaringan ditujukan untuk memperoleh serbuk yang homogen dan untuk mempermudah proses penarikan zat aktif pada saat ekstraksi. Serbuk yang telah
kering selanjutnya disimpan dalam wadah bersih, kering dan terlindung dari cahaya untuk mencegah kerusakan dan mutu simplisia tetap terjaga.
Ekstraksi Umbi Bawang Rambut Serbuk umbi bawang rambut ditimbang sebanyak 100 gram, kemudian dimasukkan ke dalam wadah kaca dan ditambahkan etanol 70% sebanyak 750 mL, direndam selama 24 jam, setelah itu dimaserasi dengan menggunakan maserator selama 2 jam. Hasil ekstraksi disaring dengan menggunakan vacum untuk memisahkan maserat dengan filtrat. Selanjutnya dilakukan remaserasi, dimana ampas simplisia direndam dan diremaserasi dengan 250 mL etanol 70% selama 2 jam, kemudian disaring dengan menggunakan vacum. Filtrat yang didapat dari maserasi pertama dan kedua digabung kemudian diuapkan dengan alat rotary evaporator untuk memisahkan etanol dan ekstrak. Agar ekstrak makin kental maka dilakukan dengan penguapan menggunakan penangas air. Diperoleh ekstrak kental sebanyak 39,01 gram. Maserasi merupakan metode yang sederhana karena tidak memerlukan pemanasan sehingga dapat mencegah rusaknya kandungan senyawa metabolit sekunder yang tidak tahan terhadap suhu tinggi (Mustika dkk, 2011). Etanol 70% dipilih sebagai pelarut karena efektif dalam menghasilkan jumlah bahan aktif yang optimal (Pratiwi dkk, 2013). Skrining Fitokimia Skrining fitokimia merupakan pemeriksaan kandungan kimia secara kualitatif untuk mengetahui golongan senyawa yang terkandung dalam suatu tumbuhan. Senyawa tersebut akan diuji berupa metabolit sekunder meliputi alkaloid, flavonoid, saponin, tanin dan steroid. Adapun hasil skrining fitokimia dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Hasil Skrining Fitokimia Umbi Bawang Rambut No
Metabolit
Hasil
165
Jurnal Ilmiah Sehat BebayaVol.1 No. 2, Mei 2017
1
2 3 4 5
Sekunder Alkaloid Mayer Bouchardat Dragendorf Flavonoid Saponin Tanin Steroid
Pengamatan + + + + + -
Keterangan: (+) mengandung metabolit sekunder (-) tidak mengandung metabolit sekunder Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa umbi bawang rambut memiliki metabolit sekunder alkaloid, flavonoid dan saponin. Golongan senyawa yang diduga berpotensi sebagai antioksidan didalam ekstrak etanol umbi bawang rambut diantaranya adalah flavonoid. Senyawa flavonoid pada strukturnya mengandung gugus hidroksil yang dapat mendonorkan atom hidrogennya kepada radikal bebas, sehingga senyawa flavonoid, berpotensi sebagai antioksidan. Flavonoid merupakan senyawa pereduksi yang dapat menghambat banyak reaksi oksidasi. Flavonoid memiliki kemampuan sebagai antioksidan karena mampu mentransfer sebuah elektron kepada senyawa radikal bebas (Ridho, 2013).
(a) (b) Gambar 4. Hasil dari Kromatografi Lapis tipis. (a) Penampakan secara visual, (b) dengan sinar UV 254 nm Berdasarkan gambar 4 menunjukan bahwa ekstrak etanol umbi bawang rambut bersifat sebagai antiradikal yang ditandai dengan warna kuning pucat dengan latar belakang berwarna ungu dengan Rf 0,85 setelah disemprot dengan larutan DPPH 40 ppm dan diamati dengan menggunakan sinar UV 254 nm. Terbentuknya bercak kuning setelah penyemprotan DPPH 40 ppm disebabkan oleh adanya senyawa yang dapat mendonorkan atom hidrogen di dalam ekstrak etanol umbi bawang rambut, sehingga dapat mengakibatkan molekul DPPH tereduksi yang diikuti dengan perubahan warna ungu dari larutan DPPH menjadi kuning (Ridho, 2013).
Uji Pendahuluan Aktivitas Antioksidan dengan Menggunakan KLT (Kromatografi Lapis Tipis) Pengujian aktivitas antioksidan dalam penelitian ini menggunakan metode DPPH (1,1-Difenil-2-Pikrilhidrazil) bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya senyawa aktif di dalam ekstrak yang memiliki aktivitas antioksidan dalam meredam radikal bebas (DPPH). Pengujian kualitatif yang dilakukan adalah menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dengan fase diam silika gel GF 254 dan fase gerak eluen berupa butanol, asam asetat glasial dan air dengan perbandingan 4:1:5. Hasil pengujian KLT dapat dilihat pada gambar 4 dibawah ini:
Uji Antioksidan Menggunakan Spektrofotometer UV-Visibel Penentuan nilai aktivitas antioksidan pada penelitian ini menggunakan metode DPPH. Metode uji aktivitas antioksidan dengan DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil) dipilih karena metode ini adalah metode sederhana, mudah, cepat dan peka serta hanya memerlukan sedikit sampel untuk evaluasi aktivitas antioksidan dari senyawa bahan alam sehingga digunakan secara luas untuk menguji kemampuan senyawa yang berperan sebagai pendonor elektron (Molyneux, 2004). Prinsip dari metode uji aktivitas antioksidan ini adalah pengukuran aktivitas antioksidan secara kuantitatif yaitu dengan melakukan pengukuran penangkapan radikal DPPH oleh suatu senyawa yang mempunyai aktivitas antioksidan dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis sehingga dengan demikian akan diketahui
166
Jurnal Ilmiah Sehat BebayaVol.1 No. 2, Mei 2017
nilai aktivitas peredaman radikal bebas yang dinyatakan dengan nilai IC₅ ₀ (Inhibitory Concentration). Nilai IC₅ ₀ didefinisikan sebagai besarnya konsentrasi senyawa uji yang dapat meredam radikal bebas sebanyak 50%. Semakin kecil nilai IC₅ ₀ maka aktivitas peredaman radikal bebas semakin tinggi. Prinsip kerja dari pengukuran ini adalah adanya radikal bebas stabil yaitu DPPH yang dicampurkan dengan senyawa antioksidan yang memiliki kemampuan mendonorkan hidrogen, sehingga radikal bebas dapat diredam (Ridho, 2013). Berdasarkan hasil pengukuran ekstrak etanol umbi bawang rambut telah direaksikan dengan DPPH diinkubasi selama 30 menit agar terjadi reaksi antara DPPH sebagai radikal bebas dengan sampel yang diuji hingga terjadi perubahan warna dari ungu menjadi kuning. Konsentrasi ekstrak yang digunakan adalah 300, 400, 500, 600 dan 700 ppm. Sedangkan konsentrasi untuk vitamin C sebagai pembanding yaitu 5; 2,5; 7,5; 10 dan 12,5 ppm. Digunakan pembanding vitamin C karena merupakan senyawa sintesis murni yang telah dibuktikan poten sebagai antioksidan, memiliki gugus hidroksil lebih banyak sehingga vitamin C dapat mendonorkan atom hidrogen lebih banyak untuk bereaksi dengan radikal DPPH. Perhitungan yang digunakan dalam penentuan aktivitas antioksidan menggunakan nilai IC₅ ₀ . Nilai IC₅ ₀ diperoleh dengan menggunakan persamaan regresi linier yang menyatakan hubungan antara konsentrasi sampel dengan simbol x dengan aktivitas penangkap radikal dengan simbol y. Persamaan regresi linier dari hasil pengukuran aktivitas antioksidan ekstrak etanol umbi bawang rambut dengan DPPH 40 ppm menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum 523,50 nm yaitu y = 0,0847x + 19,66 dan r = 0,9878. Replikasi ektrak etanol umbi bawang rambut memiliki persamaan regresi linier y = 0,0719x + 22,188 dan r = 0,9894. Panjang gelombang maksimum DPPH 40 ppm untuk vitamin C adalah 523,40 nm dan hasil pengukuran vitamin C yaitu y = 6,8271x – 0,3587 dan r
= 0,994. Hasil pengukuran replikasi ekstrak etanol umbi bawang rambut yaitu y = 6,0964x – 3,0848 dan r = 0,9963. Molyneux (2004) menyatakan bahwa suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat apabila nilai IC₅ ₀ kurang dari 50 ppm, kuat apabila nilai IC₅ ₀ antara 50-100 ppm, sedang apabila nilai IC₅ ₀ berkisar antara 100-150 ppm, lemah apabila nilai IC₅ ₀ berkisar antara 150-200 ppm dan sangat lemah apabila nilai IC₅ ₀ lebih dari 200 ppm. Adapun hasil perhitungan IC₅ ₀ dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Hasil Uji Aktivitas Antiokidan Ekstrak Etanol Umbi Bawang Rambut Dan Vitamin C dengan DPPH
Replikasi
IC₅ ₀ (ppm) Potensi Aktivitas Antioksid an
% Aktivitas Antioksidan Konsentrasi Konsentrasi Ekstrak Umbi Vitamin C Bawang (ppm) Rambut (ppm) 376,0167
8,0419
Sangat Lemah
Sangat Kuat
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan ekstrak etanol umbi bawang rambut memiliki kekuatan penghambat yang berbeda-beda antara satu konsentrasi dengan konsentrasi lainnya. Hasil perhitungan IC₅ ₀ menunjukkan ekstrak etanol umbi bawang rambut memiliki aktivitas antioksidan sangat lemah sebesar 376,0167 ppm dan vitamin C sebagai pembanding memilki aktivitas antioksidan sangat kuat sebesar 8,0419 ppm. Kurva persen inhibisi dan garis linier ekstrak etanol umbi bawang rambut dapat dilihat pada lampiran 8, menunjukkan bahwa pengujian dari ekstrak etanol umbi bawang rambut maupun vitamin C dengan konsentrasi yang tinggi sangat mempengaruhi persen inhibisinya, hal ini menyatakan bahwa semakin besar konsentrasi maka semakin besar pula
167
Jurnal Ilmiah Sehat BebayaVol.1 No. 2, Mei 2017
persen inhibisi yang dihasilkan. Adapun rata-rata IC₅ ₀ vitamin C dan ektrak etanol umbi bawang rambut dapat dilihat pada gambar 5.
400 350 300 250 200 150 100 50 0 Vitamin C
Ekstrak Umbi Bawang Rambut
Gambar 5. Rata-Rata IC₅ ₀ Vitamin C dan Ekstrak Etanol Umbi Bawang Rambut Keterangan: Kurang dari 50 = Sangat kuat Antara 50 – 100 = Kuat Antara 100 – 150 = Sedang Antara 150 – 200 = Lemah Lebih dari 200 = Sangat Lemah Berdasarkan gambar 5 menunjukkan bahwa semakin kecil nilai IC₅ ₀ maka aktivitas peredaman radikal bebas semakin tinggi begitu pula sebaliknya semakin tinggi nilai IC₅ ₀ maka aktivitas peredaman radikal bebas semakin kecil. Dapat disimpulkan vitamin C memiliki aktivitas antioksidan sangat kuat sedangkan ekstrak etanol umbi bawang rambut memiliki aktivitas antioksidan sangat lemah. Berdasarkan hasil skrining fitokimia yang didapat, golongan senyawa yang diduga berpotensi sebagai antioksidan didalam ekstrak etanol umbi bawang rambut diantaranya adalah flavonoid. Senyawa flavonoid pada strukturnya mengandung gugus hidroksil yang dapat mendonorkan atom hidrogennya kepada radikal bebas, sehingga senyawa flavonoid berpotensi sebagai antioksidan. Flavonoid merupakan senyawa pereduksi yang dapat menghambat banyak reaksi oksidasi. Flavonoid memiliki kemampuan sebagai antioksidan karena mampu mentransfer sebuah elektron kepada senyawa radikal bebas, dimana R• merupakan senyawa
radikal bebas, Fl-OH merupakan senyawa flavonoid sedangkan Fl-OH• merupakan radikal flavonoid (Kandaswami, 1997). Umbi bawang rambut tergolong antioksidan yang sangat lemah. Lemahnya aktivitas antioksidan senyawa flavonoid dalam ekstrak etanol umbi bawang rambut disebabkan senyawa flavonoid yang terdapat dalam ekstrak etanol umbi bawang rambut dalam keadaan tidak murni, ekstrak yang didapat masih dalam bentuk campuran dari beberapa senyawa sehingga harus difraksinasi (Ridho, 2013). Berdasarkan penelitian kuroda (1995) umbi bawang rambut memiliki kadungan vitamin C, diduga kandungan vitamin C yang terdapat di umbi bawang rambut tidak tertarik sepenuhnya karena vitamin C memiliki kelarutan agak sukar larut dengan etanol. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa pada tumbuhan umbi bawang rambut (Allium chinense G. Don) memiliki aktivitas antioksidan sangat lemah dengan IC₅ ₀ sebesar 376,0167 ppm.
KEPUSTAKAAN Bendra, A. 2012. “Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Premna oblongata Mig. Dengan Metode DPPH dan Identifikasi Golongan Senyawa Kimia Dari Fraksi Teraktif”. Skripsi. Depok: Universitas Indonesia. Hal: 10-11. Brummit, N. 2013. Allium chinense. The IUCN Red List of Threatened Species 2013. e.T44392537A44396666. http://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.2 013 2.RLTS.T44392537A44396666.en. Diakses tanggal 08 November 2015. Bah, A, dkk. 2012. Phyto-characteristics, Culvation and Medical Prospects of Chinense Jiaotou (Allium chinense). Int. J. Agric. Biol. 14: 650-657. Cooper, M. and A. Johnson, 1984. Poisonous Plants in Britain and their
168
Jurnal Ilmiah Sehat BebayaVol.1 No. 2, Mei 2017
Effects on Animals and Man. London: HMSO. Day, R.A., A.L. Underwood. 1981. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi IV. Surabaya: Penerbit Erlangga. Day, R.A., A.L. Underwood. 1996. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi kelima. Jakarta: Penerbit Erlangga. Dehpour, A.A., Ebrahimzadeh, M.A., Fazel, N.S., dan Mohammad, N.S. 2009. Antioxidant Activity of Methanol Extract of Ferula Assafoetida and Its Essential Oil Composition, Grasas Aceites, 60(4), 405-412. Departemen Kesehatan RI. 1989. Materi Medika Indonesia Jilid V. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat Cetakan Pertama. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Draelos, Z.D. 2010. Cosmetic Dermatology Products and Procedure. Singapure: Penerbit Erlangga. Febriani, K. 2012. “Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak dan Fraksi Daun Cocculus orbiculatus (L.) DC dengan Metode DPPH dan Identifikasi Golongan Senyawa Kimia Dari Fraksi Yang Aktif”. Skripsi. Depok: Universitas Indonesia. Hal 1. Ghosal, M. dan Mandal, P. 2012. Phytochemical screening and antioxidant activities of two selected “Bihi” fruits used as vegetables in Darjeeling Himalaya. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences. ISSN : 0975-1491. 4(2). Huang, D.J., Chen HJ, Lin CD, Lin YH, 2005. Antioxidant and antiproliferative activities of water spinach (Ipomoea aquatica Forsk). Constituents.
Kandaswami, C dan Middleton, E. 1997. Flavonoids as antioxidant, In F. Shahidi (Ed). Natural Antioxidant Chemistry, Health Effects and Applications. Champaign Illions: AOCS Press. Khopkar, SM., 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press. Kuroda, M., Mimaki, Y., Kameyama, A., Sashida, Y., Nikaido, T. 1995. Steroidal saponins form Allium chinense and their inhibitory activities on cyclic AMP phosphodiesterase and NA⁺ /K⁺ ATPase. Phytochemistry. 40. (4): 1071-1076. Molyneux, P. 2004. The use of the stable free radical diphenylpicrylhidrazyl (dpph) for estimating antioxidant activity. Songklanakarin J. Sci Technol. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Pratiwi.D, Wahdaningsih.S, Isnindar. 2013. Uji Aktivitas Antioksidan Daun Bawang Mekah (Eleutherine americana Merr.) dengan Metode DPPH. Trad. Med. Journal. ISSN: 1410-5918. Vol.18(1), 9-16. Ridho, E. A. 2013. “Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Buah Lakum (Cayratia trifolia) dengan Metode DPPH (2,2-Difenil-1Pikrilhidrazil)”. Skripsi. Pontianak: Universitas Tanjungpura. Sastrohamidjojo, H. 2001. Spektroskopi Edisi II. Yogyakarta: Penerbit Liberty. Sudjadi. 1998. Metode Pemisahan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Yuhernita dan Juniarti. 2011.Analisa Senyawa Metabolit Sekunder dari Ekstrak Metanol Daun Surian yang Berpotensi sebagai Anti Oksidan. Makara Sains. 15(1) :48-52
169