Jurnal Ilmiah Sehat BebayaVol.1 No. 2, Mei 2017
PEER EDUCATOR SEBAGAI METODE DALAM MENINGKATKAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PENCEGAHAN PENULARANHIV/AIDS PADA MAHASISWA KEPERAWATAN DI SAMARINDA Peer Educator As a Methode to Increasing the Knowledge and Attitude of HIV/AIDS Prevention Among Nursing Students At Samarinda City Yuliani Winarti, SKM., MPH STIKES Muhammadiyah Samarinda ABSTRAK
Latar Belakang: Peningkatan kasus HIV/AIDS pada remaja bertambah setiap tahunnya. Penderita HIV/AIDS pada usia 15 - 24 tahun meningkat sebanyak 25%. Pengetahuan pencegahan HIV/AIDS yang belum komprehensif turut mendukung meningkatnya kasus penyakit tersebut pada remaja.. Oleh karena itu remaja perlu dibekali dengan pendidikan kesehatan terkait dengan pencegahan penularan HIV/AIDS. Tujuan: Menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan melalui peer educator terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap dalam pencegahan penularan HIV/AIDS pada mahasiswa keperawatan di Samarinda. Metode: Jenis penelitian adalah quasi experiment dengan rancangan non-equivalent control group with pre-test and post-test. Subjek penelitian mahasiswa Stikes Muhammadiyah dan Akper Yarsi Samarinda sebanyak 130 orang, yang dibagi dalam du kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Sampel dipilih melalui purposive sampling atas dasar karakteristik responden dengan jumlah 65 orang yang diberi metode peer educator dan 65 orang tidak diberi metode peer educator tetapi dengan pemberian modul HIV/AIDS. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner pengetahuan dan sikap. Analisis data yang digunakan untuk mengukur perbedaan perlakuan pada kelompok perlakuan dan kontrol tersebut digunakan paired t-test, sedangkan untuk membandingkan pengetahuan dan sikap pada ke 2 kelompok diolah menggunakan independent t-test dengan taraf signifikansi p = 0,05. Hasil: Terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik p < 0,05 pada kedua kelompok. Rerata perubahan pengetahuan dan sikap kelompok perlakuan yang mendapatkan pendidikan kesehatan melalui metode peer educator lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol dengan pemberian modul yang dibaca secara mandiri . Kesimpulan: Pendidikan kesehatan melalui metode peer educator mempunyai pengaruh terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap mahasiswa keperawatan dalam pencegahan penularan HIV/AIDS. Kata kunci : peer educator, pencegahan penularan HIV/AIDS ABSTRACT Background: Increasing cases of HIV/AIDS among adolescents is getting higher every year. Comprehensive knowledge of HIV/AIDS prevention has not helped propel the rising this cases. HIV/AIDS has increased approximately 25% in the age range 15 - 24 years. Therefore, adolescents need health education related to prevent HIV/AIDS transmission. Objective: The study aimed to analyze effect of health education through peer educator to increase of knowledge and attitude in HIV/AIDS prevention of nursing students at
192
Jurnal Ilmiah Sehat BebayaVol.1 No. 2, Mei 2017
Samarinda City. Method: The study was a quasi experiment with non-equivalent control group with pre-test post-test design.The samples of the research was 130 nursing students of Stikes Muhammadiyah and Akper Yarsi of Samarinda that was divided into 2 groups; treatment and control groups. The samples was chosen through purposive sampling based on respondent’s characteristic with 65 people who were given peer educator method and 65 people who were not given peer educator method, and yet, given HIV/AIDS module instead. Data collection was done by questioner of knowledge and attitude. Data analysis that used to estimate treatment difference in intervention and control group was paired t-test, while in order to compare knowledge and attitude in both of the group used independent t-test with significance level of p = 0,05. Result:There was a significant statistic difference of p value < 0,05 in both of the groups. A significant increasing on knowledge and attitude average value in treatment group with peer educator method was better than control group with independent module given. Conclusion: Health education with peer educator method had influence in the improvement of knowledge and attitude of nursing students in the prevention of HIV/AIDS transmission. Keywords: Health education, peer educator, prevention of HIV/AIDS
PENDAHULUAN Penyakit HIV/AIDS dan penularannya meningkat dengan cepat, data WHO (World Health Organization) menunjukkan adanya peningkatan penderita pada usia kurang dari 15 tahun. Lebih dari 2 juta remaja antara 10 tahun hingga 19 tahun hidup dengan HIV dengan faktor risiko penularan terbanyak melalui transmisi seksual, narkoba suntik, diikuti penularan melalui perinatal dan homoseksual (1). Gejala perilaku seksual pranikah sudah terjadi pada rentang usia 10 - 24 tahun, baik pada laki-laki maupun perempuan(2). Data dari perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Samarinda menyatakan 25% remaja pernah melakukan hubungan seksual pranikah dengan rentang usia15 – 18 tahun. Tingkatan pengetahuan dasar penduduk usia 15 - 24 tahun tentang risiko kehamilan, pengetahuan masa subur dan pencegahan penularan HIV/AIDS masih sangat rendah. Gencarnya informasi tentang HIV/AIDS selama ini belum mampu meningkatkan pengetahuan remaja secara signifikan tentang penyakit tersebut (3). Riskesdas menyatakan 57,5% penduduk diatas umur
15 tahun pernah mendengar tentang HIV/AIDS akan tetapi tingginya angka tersebut tidaklah menjamin seseorang mengetahui secara menyeluruh tentang penularan HIV/AIDS dan secara nasional penduduk Indonesia yang mempunyai pengetahuan komprehensif tentang (3) HIV/AIDS baru 11,4% saja . Upaya perlindungan, pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS pada kelompok ini secara intensif dan komprehensif perlu dilakukan dan salah satu upayanya berupa pendidikan kesehatan melalui program pendidik sebaya(4). Pendidikan kesehatan pencegahan HIV/AIDS pada remaja merupakan salah satu upaya efektif dan dilaksanakan melalui program pendidik sebaya yang dikenal dengan istilah GenRe atau Generasi Remaja. Program ini merupakan proses penyampaian berupa komunikasi, edukasi dan informasi dari dan untuk teman sebaya yang dapat membantu para remaja meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku lebih positif tentang pencegahan penularan HIV/AIDS(4). Remaja juga sangat erat kaitannya dengan sosialisasi dengan teman sebaya, baik dengan lawan jenis maupun sejenis, sehingga pada masa remaja ini teman sebaya
193
Jurnal Ilmiah Sehat BebayaVol.1 No. 2, Mei 2017
sangatlah berperan dalam pengembangan tingkah laku remaja guna mendapatkan kepercayaan diri, baik bagi dirinya, teman, lingkungan, bahkan juga keluarga(5). Pendidik sebaya sangat baik dilaksanakan dalam menyampaikan berbagai informasi mengenai pencegahan penularan HIV/AIDS. Metode pendidikan sebaya lebih efektif dalam meningkatkan sikap positif, kontrol diri, nilai kepercayaan dalam rangka mengurangi risiko penularan dan penyebarluasan HIV/AIDS(6). Pendidik sebaya adalah seseorang yang telah dilatih kemampuannya dalam melakukan KIE pencegahan penularan HIV/AIDS, dari suatu kelompok targetnya yang mempunyai tujuan sebagai link/jaringan/jembatan bagi teman sebaya mereka yang efektif untuk dapat mendorong, mendukung, dan mempromosikan hidup sehat bagi sekelompok/teman sebaya yang ada di sekitar pendidik sebaya ini(7). METODE PENELITIAN Rancangan penelitian ini adalah eksperimen semu atau quasi experiment dengan rancangan non-equivalent control group with pre-test and post-test(12). Penelitian dilakukan pada 2 kelompok mahasiswa keperawatan yang diklasifikasikan sebagai kelompok perlakuan, yaitu kelompok yang diberi pendidikan kesehatan dengan melalui peer educator mengenai pencegahan penularan HIV/AIDS, serta kelompok kontrol yang diberi modul pencegahan penularan HIV/AIDS yang dibaca secara mandiri. Pemilihan rancangan ini bertujuan untuk melihat perbedaan pengetahuan dan sikap mahasiswa keperawatan sebelum dan sesudah diberikan intervensi melalui peer educator mengenai pencegahan penularan HIV/AIDS. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa keperawatan di STIKES Muhammadiyah Samarinda
tingkat 1 sebagai kelompok perlakuan dan AKPER Yarsi Samarinda tingkat 1 sebagai kelompok kontrol. Jumlah subjek dalam penelitian ini sebanyak 130 responden yang dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok perlakuan sejumlah 65 orang pada Prodi D III Keperawatan STIKES Muhammadiyah Samarinda, dan kelompok kontrol sejumlah 65 orang pada AKPER Yarsi Samarinda. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah : 1) laki-laki atau perempuan tingkat 1; 2) belum menikah; dan 3) umur 16 – 24 tahun; 4) bukan sebagai anggota PIK (pusat informasi konseling) HIV/AIDS STIKES Muhammadiyah Samarinda dan 5) bersedia terlibat dalam penelitian. Variabel penelitian adalah : 1) variabel terikat (dependent) adalah pengetahuan dan sikap mahasiswa tentang pencegahan penularan HIV/AIDS dan 2) variabel bebas (independent) adalah metode pendidikan kesehatan atau komunikasi informasi dan edukasi (KIE) menggunakan peer educator tentang pencegahan HIV/AIDS. Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan pertanyaan tertutup sebagai alat ukur untuk pengetahuan dan sikap. Kuesioner tersebut disusun peneliti melalui bimbingan dan konsultasi dengan pembimbing. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji statistik dengan uji statistik paired t-test yang bertujuan untuk membandingkan peningkatan pengetahuan dan sikap pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol antara pretest, posttest 1, dan posttest 2. Uji statistik independent t test bertujuan melihat perbedaan antara pengetahuan dan sikap pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Keputusan pengujian hipotesis penelitian ini berdasarkan taraf signifikansi 5% atau p value = 0,05. HASIL PENELITIAN 1. Karakteristik responden Responden pada penelitian yang memenuhi kriteria inklusi pada kelompok perlakuan ada 65 orang, dan pada kelompok kontrol ada 65 orang.
194
Jurnal Ilmiah Sehat BebayaVol.1 No. 2, Mei 2017
Adapun karakteristik responden seperti pada Tabel 1 berikut : Tabel 1. Karakteristik subjek berdasarkan umur, jenis kelamin, asal, tempat tinggal, Karakteristik
Eksperimen N = 65
Umur 16 - 18 tahun 19 - 21 tahun Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Asal daerah Samarinda Kutai Kertanegara Kutai Barat Kutai Timur Penajam Paser Utara Tarakan Tempat tinggal
Kelompok Kontrol % N = 65
%
13 52
20,0 80,0
23 42
35,4 64,6
26 39
40,0 60,0
20 45
30,8 69,2
17 15 13 11 8 1
26,2 23,1 20,0 16,9 12,3 1,5
18 14 17 8 6 2
27,7 21,5 26,2 12,3 9,2 3,1
media informasi dan indeks prestasi semester
195
Jurnal Ilmiah Sehat BebayaVol.1 No. 2, Mei 2017
Kos Bersama ortu Bersama keluarga Asrama Sumber informasi Televisi/ internet/radio Sekolah/perguruan tinggi Keluarga Teman Koran/majalah/poster/leaflet Indeks prestasi semester Minimum Maksimum Mean Standar Deviasi Pengetahuan
Mean (SD)
41 13 8 3
63,1 20,0 12,3 4,6
34 22 9 -
52,3 33,8 13,8 -
20 3 4 5 33
30,8 4,6 6,2 7,7 50,8
12 9 3 6 35
18,5 13,8 4,6 9,2 53,8
2,50 3,68 2,95 0,19
-
2,65 3,79 2,95 0.24
-
Kelompok perlakuan Selisih mean t P (CI 95%)
Mean (SD)
Kelompok kontrol Selisih mean t p (CI 95%)
Tabel 1 menunjukkan umur perlakuan sebesar 2, 50 dan tertinggi responden pada kelompok perlakuan dan 3, 68 dengan standard deviasi sebesar kontrol paling banyak berada pada usia 0, 19, sedangkan pada kelompok 19 - 21 tahun sebanyak 52 dan 42 orang. kontrol IPS terendah 2,65 dan Jenis kelamin pada kelompok perlakuan tertinggi 3,79 dengan standard maupun kontrol didominasi oleh jenis deviasi sebesar 0,24. kelamin perempuan. Untuk asal daerah 2. Analisis paired t test pengetahuan baik pada kelompok perlakuan maupun Pada tahapan analisis bivariabel kelompok kontrol paling banyak berasal dilakukan uji berpasangan antara dari daerah Samarinda, dengan status variabel pengetahuan pada kelompok tempat tinggal terbanyak dengan status perlakuan menggunakan metode peer kos sebanyak 41 orang pada kelompok educator dengan kelompok kontrol perlakuan dan 34 orang pada kelompok yang mendapatkan modul pencegahan kontrol. Adapun sumber informasi yang penularan HIV/AIDS. Pengujian pada didapatkan mengenai HIV/AIDS paling tingkat pengetahuan untuk kelompok banyak berasal dari media cetak (koran, perlakuan dan kelompok kontrol majalah, poster dan leaflet) sebesar 33 diukur sebelum intervensi dan setelah orang pada kelompok perlakuan dan 35 intervensi. Pengujian pada tahapan ini orang pada kelompok kontrol. Adapun menggunakan uji paired t test, dan indeks prestasi semester pada kelompok hasil dari uji paired t test pada perlakuan dan kontrol rata-rata sebesar tahapan pre test dan post test dapat 2,95 dengan IPS terendah pada kelompok terlihat pada Tabel 2 berikut : Tabel 2. Analisis paired t test pengetahuan pencegahan penularan HIV/AIDS pre test dan post test
196
Jurnal Ilmiah Sehat BebayaVol.1 No. 2, Mei 2017
Post test dengan Pre test
31,52 (4,4) 28,88 (4,7)
2,64 (1,92-3,36)
7,33
0,00*
Tabel 2 menunjukkan hasil uji perbedaan paired samples t-test, terbukti ada perbedaan pengetahuan yang signifikan sebelum dan sesudah diberikan intervensi pendidikan kesehatan melalui peer educator pada kelompok perlakuan, dengan nilai t = 7,33; p < 0,05. Data posttest (M = 31,52; SD = 4,4) memiliki rata-rata yang lebih besar dari pada nilai rata-rata pretest (M = 28,88; SD = 4,7). Berarti perlakuan pendidikan kesehatan melalui peer educator terbukti mampu meningkatkan pengetahuan pada kelompok perlakuan. Sedangkan pada kelompok kontrol, yang mendapat modul sebagai bahan bacaan mandiri tentang pencegahan penularan
26,42 (4,1) 26,26 (5,87)
3.
0,15 (-1,67 1,98)
0,16
0,867
HIV/AIDS, hasil uji perbedaan paired samples t-test didapatkan hasil, tidak ada perbedaan pengetahuan yang signifikan sebelum dan sesudah mendapatkan modul, dengan nilai t = 0,16 ; p > 0,05. Analisis paired t test sikap Pada variabel sikap dilakukan untuk menguji perbedaan sikap kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, sebelum (pretest) dan sesudah (posttest) perlakuan. Pengujian tahapan ini menggunakan uji paired t test, dan hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3. Analisis paired t test sikap tentang pencegahan penularan HIV/AIDS pada tahapan pre test, post test 1, serta post test 2 Sikap Post test 1 Pre test Post test 2 Pre test Post test 2 Post test 1
Mean (SD) 77,4 (5,6) 73,8 (6,0) 78,0 (5,3) 73,8 (6,0) 78,0 (5,3) 77,4 (5,6)
Kelompok perlakuan (n=65) Selisih mean t p (CI 95%) 3,5 10,11 0,00* (2,85-4,25)
4,1 (2,66-6,77)
11,56
0,00*
0,6 (0,26-0,97)
3,46
0,00*
Tabel 3 menunjukkan, hasil uji perbedaan paired samples t-test, terbukti ada perbedaan sikap yang signifikan pada kelompok perlakuan, dengan p value < 0,05 baik pada tahapan pretest ke posttest 1 maupun posttest 2. Nilai rata-rata sikap pada posttest 1 (M = 77,4 ; 5,6) memiliki rata-rata yang lebih besar dari pada pretest, kemudian nilai rata-rata posttest 2 > pretest, begitu pula dengan nilai rata-rata posttest 2 > posttest 1. Berarti, pendidikan kesehatan melalui metode
Mean (SD) 75,2 (8,5) 75,6 (9,0) 75,0 (8,2) 75,6 (9,0) 75,0 (8,2) 75,2 (8,5)
Kelompok kontrol (n=65) Selisih mean t p (CI 95%) -0,3 -1,21 0,22 (-0,89-0,21)
-0,5 (-1,26,-0,12)
-1,63
0,10
-0,2 (-0,89,-0,43)
-0,69
0,49
peer educator, terbukti mampu meningkatkan sikap pada kelompok perlakuan. Pada kelompok kontrol tidak ada perbedaan sikap yang signifikan dibuktikan dengan nilai p value > 0,05 baik pada tahapan pretest ke posttest 1 dan posttest 2. Nilai rata-rata sikap pada posttest 1 (M = 75,2 ; 8,5) memiliki rata-rata yang lebih kecil dari pada pretest (M = 75,6 ; 9,0), kemudian nilai rata-rata posttest 2 < pretest, begitu 197
Jurnal Ilmiah Sehat BebayaVol.1 No. 2, Mei 2017
pula dengan nilai rata-rata posttest 2 < posttest 1. Berarti, pemberian modul sebagai bahan bacaan mandiri, tidak meningkatkan nilai sikap pada kelompok kontrol. PEMBAHASAN Pada penelitian ini metode yang digunakan untuk kelompok perlakuan adalah pendidikan kesehatan melalui peer educator yang sudah dilatih, sedangkan pada kelompok kontrol mendapatkan modul pencegahan penularan HIV/AIDS yang dibaca secara mandiri. Berdasarkan hasil penelitian ini terjadi peningkatan pengetahuan dan sikap pada kelompok perlakuan daripada kelompok kontrol. Peningkatan pengetahuan ini merupakan hasil dari proses belajar yang terjadi akibat pemberian KIE oleh peer educator, sehingga dengan adanya program pendidik sebaya ini dapat memberikan kesempatan dalam meningkatkan keterampilan berkomunikasi, berinteraksi dan meningkatkan kemauan berbicara antar sesama teman sebaya tentang pencegahan HIV/AIDS, selain itu program ini dapat mendukung pengetahuan, sikap dan perilaku remaja dalam pencegahan perilaku seksual berisiko termasuk penularan HIV/AIDS(8). KIE oleh peer educator sangat membantu dalam perubahan remaja ke arah menghindari perilaku berisiko HIV/AIDS. Pendidikan kesehatan banyak dilakukan dengan berbagai metode, salah satunya adalah dengan metode peer educator, metode ini terbukti lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan merubah sikap mahasiswa, dibandingkan dengan metode yang lain seperti penyuluhan massal yang dilakukan di sekolah-sekolah atau institusi, pemasangan spanduk dan masih banyak lagi yang lainnya kurang begitu efektif(9). Selain itu peningkatan pengetahuan pada kelompok perlakuan dikarenakan proses penyampaian yang dilakukan oleh para peer educator ini tidak seperti pendidikan kesehatan pada umumnya, mereka lebih bebas untuk mengungkapkan berbagai hal, berdiskusi serta ditambah lagi dengan
pembawaan dari para peer educator dalam menyampaikan informasi kesehatan pencegahan HIV/AIDS yang lebih santai atau tidak formal, serta antara peer educator dan peer group nya saling kenal, sehingga para peserta tidak segan untuk bertanya maupun berdiskusi, adanya rasa nyaman dan aman serta ketidakcanggungan yang dirasakan, juga dikarenakan dibentuknya kelompokkelompok kecil untuk masing-masing pendidik sebaya sehingga proses penyampaian informasi menjadi lebih efektif dan fokus. Seorang remaja dapat menjadi pendidik sebaya yang efektif pada teman sebayanya dalam meningkatkan pengetahuan mereka tentang kesehatan reproduksi dan pencegahan penularan HIV/AIDS serta mendukung remaja untuk mendapatkan informasi dengan cara yang berbeda dari sebelumnya sehingga dapat mengembangkan keterampilan dalam pencegahan penyakit HIV/AIDS(10). Adanya penggunaan waktu yang tidak mengganggu aktivitas mahasiswa merupakan hal yang juga turut mendukung terjadinya peningkatan pengetahuan pada kelompok perlakuan. Keberhasilan suatu pendidikan dipengaruhi oleh strategi yang digunakan, metode serta alat bantu yang dapat menunjang keberhasilan kegiatan pendidikan kesehatan(11). Pada kelompok kontrol mengalami penurunan diakibatkan kurangnya pengulangan materi, proses komunikasi satu arah saja, sehingga informasi tidak selalu diingat dan hanya tersimpan dalam waktu yang relatif pendek sedangkan dari hasil penelitian mengatakan terjadinya suatu peningkatan pengetahuan, sikap serta perubahan perilaku dapat terjadi dengan pemberian informasi pencegahan HIV/AIDS secara terus menerus dan kontinyu (12). Peningkatan pengetahuan pada kelompok perlakuan didukung pula oleh pemilihan pendidik sebaya yang telah
198
Jurnal Ilmiah Sehat BebayaVol.1 No. 2, Mei 2017
dilatih. Recruitment dipilih berdasarkan popular dan disukai oleh teman sebayanya(13). Role models yang positif dapat meningkatkan kepercayaan diri mereka dalam mengembangkan kemampuannya dalam hal penyampaian informasi kepada teman sebayanya, sehingga terjadinya perubahan perilaku(14). Berdasarkan hasil analisis secara statistik, promosi kesehatan melalui peer educator terbukti meningkatkan sikap yang positif pada kelompok perlakuan Karakteristik pemilihan peer educator memegang peranan penting dalam terwujudnya perubahan sikap kelompok perlakuan. Keberhasilan pendidik sebaya dalam meningkatkan sikap positif pada kelompok perlakuan sangat ditunjang pada proses recruitment dan proses pelatihan(15). Intensitas pertemuan antara pendidik sebaya dengan peer group nya ditambah dengan penyampaian pesan-pesan yang komunikatif dan bersifat informal atau santai turut mendukung perubahan sikap tersebut, ditambah lagi antara peer educator dan peer group sudah saling kenal sehingga peer group tidak sungkan untuk mengajukan pertanyaan dan berdiskusi. Sikap merupakan suatu pencerminan kesenangan atau ketidaksenangan seseorang terhadap sesuatu, sikap juga dapat berasal dari pengalaman atau juga berasal dari orang terdekat. Sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi melalui persuasi serta tekanan kelompok sosial(16). Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh kelompok perlakuan pada saat kegiatan KIE pencegahan penularan HIV/AIDS menunjukkan bahwa tingkatan pemahaman terhadap materi yang disampaikan oleh masing-masing peer educator tidak hanya terbatas pada pertanyaan “apa”, tetapi juga “mengapa” dan “bagaimana”, tidak hanya sekedar ingin tahu tetapi telah mengarah pada hal dan cara tindakan yang akan mereka lakukan. Peran peer educator dalam melakukan komunikasi yang santai dan informal sangat mempengaruhi dalam peningkatan
pengetahuan, sikap dan keterampilan seseorang dalam mengurangi situasi perilaku seks berisiko. Komunikasi yang efektif yang dilakukan oleh peer educator pada kelompok intervensi sangat mendukung dalam meningkatnya sikap postif mahasiswa terhadap pencegahan penularan HIV/AIDS(8). Secara keseluruhan, jumlah subjek pada kelompok perlakuan yang mendukung pernyataan favorable mengalami peningkatan dari pretest ke posttest. Demikian pula halnya dengan pernyataan unfavorable, jumlah subjek kelompok perlakuan yang tidak mendukung mengalami peningkatan yang bermakna dari pretest ke posttest. Sedangkan pada kelompok kontrol kondisinya relatif tetap. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan sikap yang terjadi adalah efek dari pemberian promosi kesehatan melalui peer educator. KESIMPULAN Pendidikan kesehatan melalui peer educator memiliki pengaruh dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap mahasiswa keperawatan dalam upaya pencegahan penularan HIV/AIDS di Kota Samarinda. SARAN 1. Kegiatan pendidikan kesehatan melalui peer educator terbukti memiliki pengaruh untuk menyampaikan berbagai hal terkait dengan pencegahan penularan HIV/AIDS, untuk hal tersebut diharapkan perguruan tinggi lainnya dapat memakai metode peer educator ini sehingga terbentuk kelompokkelompok mediator mahasiswa dalam melakukan kegiatan pencegahan penularan HIV/AIDS. 2. Bagi pengelola program penyuluhan kesehatan reproduksi dapat memilih metode peer educator dalam upaya pencegahan penularan HIV/AIDS.
199
Jurnal Ilmiah Sehat BebayaVol.1 No. 2, Mei 2017
DAFTAR PUSTAKA Ditjen PP & PL Kemenkes RI : Laporan Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia. Jakarta, 2013. Soetjiningsih : Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta. Sagung Seto; 2004. Departemen Kesehatan RI : Riset kesehatan dasar 2010. Jakarta, 2010. Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional Republik Indonesia : Modul Pelatihan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja Bagi Calon Konselor Sebaya. Jakarta. 2008. Narendra, M. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta. Sagung Seto; 2002. Caron. F.,Godin. G.,Lambert. L.D.,Otis.J. : Evaluation of a theoretically based AIDS/STD peer education program on postponing sexual intercourse and on condom use among adolescents attending high School. Journal of Health Education Research, Vol.19, 185-197 ; 2013. Menna.T, Ali Ahmed and Worku, A. : Effect of peer education intervention on HIV/AIDS related sexual behaviors of secondary school in Addis Ababa, Ethiopia: a quasiexperimental study. Journal Reproductive Health ; 2015. Jenings.,S. Howard and C. L. Perotte. : Effect of a School – Based Sexuality EducationProgram on Peer Educator : The Teen PEP Model. Journal of Health Education Research, Vol. 29, 319 – 329 ; 2014. Mahat, G., Scoloveno, M.A., Ruales, N., Scoloveno, R : Preparing Peer Educators For Teen HIV/AIDs Prevention Journal of Pediatrict Nursing, Vol.21 No.5, 378-384 ; 2006. Wilson and Milburn : Understanding peer education : Insights from a process evaluation. Journal of Health Education Research. Vol. 15 no. 1, 85-96; 2000. Green.,J. and Tones.,K. : Health Promotion Planning and Strategies. Washington DC, SAGE ; 2008.
Ibrahim. N., Jamil. Z., Zain A.M. and Rampal L. : Effectiveness of peer-led Education on knowledge, attitude and risk behavior practices related to HIV among students at Malaysian Public university – Randimized controlled trial. Journal of preventif medicine Vol.55, 505-510; 2012 Clements, I and Buczkiewicz, M. : Approaches to Peer-Led Health Education : A Guide for Youth Workers : London Health Education Authority ; 1993. Mason-Jones., Flisher. A. J and Mathews Catherine. : Who are the peer educators? HIV prevention in south African schools ; 2011. Riswanda, J. Promosi Kesehatan melalui Pendidikan Teman Sebaya (peer education) terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap dalam pencegahan penularan HIV/AIDS pada Siswa SMP di Kabupaten Muara Enim. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta; 2006. Sarwono, S. Psikologi Remaja. Jakarta. Raja Grafindo Persada; 2002. Cambell D. and Julian C. Stanley. Experimental and Quasi Experimental Design for research. Chicago : Rand McNally; 1966. Hadi, S. Metodologi Research Jilid 4. Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM. Yogyakarta; 1985. Hadi, S. Buku Manual SPS (Seri Program Statistik) Paket Midi. UGM, Yogyakarta; 2000. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta Bandung; 2011. Singarimbun M. dan Effendi S. Metode Penelitian Survei (edisi ke 2).
Jakarta:LP3ES;
1992.
200