Jurnal Hasil Penelitian Skripsi Prodi Ilmu Komunikasi ©2015 Herfan Adam, Sumarjo, Noval Sufriyanto Talani
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri gorontalo 1
Jurnal Hasil Penelitian Skripsi Prodi Ilmu Komunikasi ©2015 Herfan Adam, Sumarjo, Noval Sufriyanto Talani
KOMUNIKASI SIMBOLIK KAUM HOMOSEKSUAL (STUDI FENOMENOLOGI HOMOSEKSUAL DI KOTA GORONTALO KECAMATAN KOTA UTARA KOTA GORONTALO KELURAHAN WONGKADITI TIMUR) 1 2 3 Herfan Adam, Sumarjo, Noval Sufriyanto Talani 1 2,3 Mahasiswa Prodi Komunikasi, Dosen Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Gorontalo 1 2 3 e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected]
ABSTRAK Lingkungan sosial adalah dimana individu sangat terlibat dalam dunia untuk saling berkomunikasi, tidak terkecuali dengan kaum homoseksual yang mempunyai ciri khas berkomunikasi yang unik dengan menggunakan bahasa mereka sendiri melalui pesan verbal dan non verbal. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan makna-makna yang terkandung dalam simbol verbal dan non verbal sebagai Komunikasi Simbolik Kaum Homoseksual Di Kota Gorontalo Kecamatan Kota Utara Kelurahan Wongkaditi Timur. Adapun subyek dalam penelitian ini adalah sembilan orang yang ada di Kota Gorontalo. Metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi ini menggambarkan realitas kaum homoseksual dalam membangun makna simbol verbal dan non verbal sebagai komunikasi simbolik dengan melakukan pengamatan secara langsung di lokasi penelitian, dengan prosedur pengumpulan data observasi, wawancara dan Studi Literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1). Istilah – istilah yang dipakai oleh kaum homoseksual dalam pesan verbal adalah berdasakan linguistik, istilah yang berdasarkan imbuhan, bahasa serapan dan bahasa plesetan yang dijadikan simbol verbal dalam sebuah interaksi dengan tujuan untuk menyamarkan arti dari pembicaraan. (2). Pesan non verbal yang dikemas dalam bentuk simbolik karena ada maksud tertentu yang terkandung dalam pesan-pesan simbolik. Kesimpulan, pesan verbal dan non verbal kaum homoseksual hanya dimengerti oleh kalangan mereka sendiri yang dilihat dari segi bahasa yang mereka gunakan dan pesan non verbal yang mereka gunakan dalam pendekatan sesama homoseksual sebagai interaksi untuk menjalin awal suatu hubungan. Kata Kunci : Komunikasi, Bahasa Simbolik, Homoseksual. ABSTRACT
Social environment refers to the immediate physical and social setting in which people live and communicate each other. Homosexuals have a unique characteristic in communication by using their own languange through verbal and non verbal message. The purpose of this study is to reveal the meaning in verbal and non verbal language as symbolic communication of homosexuals in Gorontalo City, Kota Utara sub-disctrict, Wongkaditi Timur village. The subjects of this study are nine people (homosexuals) in Gorontalo City. Qualitative method with phenomenology approach describes the reality of homosexuals in creating Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri gorontalo 2
Jurnal Hasil Penelitian Skripsi Prodi Ilmu Komunikasi ©2015 Herfan Adam, Sumarjo, Noval Sufriyanto Talani
the meaning of verbal and non verbal symbol as symbolic communication by conducting the observation directly at research location. The procedure of collecting the data consists of observation, interview, and literature study. The result shows that (1) The term used by homosexuals in verbal message is based on linguistic. Affixation, loanwords, and word game are used as verbal symbol in interaction in order to disguise the meaning in a conversation; (2) Non verbal message is delivered symbolically because there is an implicit meaning in simbolic message.The conclusion is that verbal and non verbal messages which is used by homosexuals is only understood by their own group and non verbal message is used by homosexuals to build an interaction at first relationship. Keywords : Communication, Symbolic Language, Homosexual
PENDAHULUAN Fenomena keberadaan homoseksual di masyarakat bukanlah masalah baru. Secara budaya homoseksual berbeda dari individu lain. Homoseksual menjurus kepada orang-orang yang tertarik pada sesama jenis, entah dia laki-laki (gay) atau perempuan (lesbian). Homoseksual khususnya gay memang tidak mudah di identifikasi dari sisi luar, karena mereka sangat berbeda dengan waria. Pada umumnya gay dan waria jenis pria, akan tetapi penampilanlah yang membedakan mereka. Gay merupakan bentuk perwujudan kelainan pada pria. Orientasi ini berupa sebuah perasaan kepada sesama laki-laki. Mereka lebih menaruh rasa ketertarikan, cinta maupun rasa simpatik pada pria. Orientasi ini berkembang pada saat memasuki usia remaja dimana pergaulan mereka lebih aktif dalam kelompok orang sejenis mereka. Berdasarkan hal tersebut orientasi yang ada pada diri mereka akan lebih matang dan lebih terarah dilingkungan tempat tinggal mereka. Karakter gay akan terlahir dari beberapa faktor yang membuat hidup mereka dibawah tekanan mulai dari lingkungan mereka, faktor keluarga, masalah ekonomi dan juga trauma mereka di masa lalu. Proses komunikasi yang terjadi antar dua orang atau lebih akan lebih efektif ketika dilakukan dengan orang yang memiliki latar belakang yang sama. Begitu pula dengan gay, melakukan proses komunikasi secara pribadi dengan latar belakang orientasi yang sama. Dalam pergaulan dunia gay ada unsur tersendiri dalam hubungan interaksi mereka yaitu cara berkomunikasi menggunakan bahasa mereka sendiri, lebih tepatnya adalah bahasa homoseksual khususnya dikalangan gay. Bahasa tersebut hanya diketahui dan dipahami oleh mereka sendiri secara pribadi. Bahasa ini dapat berupa pesan verbal maupun non verbal dan digunakan disaat tertentu. Bahasa tersebut akan lebih termaknai ketika sesama gay ini bertemu, secara langsung maupun tidak langsung.
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri gorontalo 3
Jurnal Hasil Penelitian Skripsi Prodi Ilmu Komunikasi ©2015 Herfan Adam, Sumarjo, Noval Sufriyanto Talani
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan simbol-simbol verbal yang di sampaikan secara lisan. Pesan verbal merupakan jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih dari satu kata. Berkaitan dengan bahasa, bahwa bahasa merupakan kode verbal yang dikomunikasikan dan dimaknai oleh komunitas, budaya atau anggota yang memahaminya. Dalam pergaulan dunia gay bahasa tersebut sudah tidak asing lagi bagi mereka. Bahasa gay ini merupakan faktor penunjuk indentitas mereka sendiri. Penggunaan istilah kata pada bahasa gay merupakan fenomena yang mudah didapatkan di pergaulan mereka. Fungsi dari bahasa gay ini untuk menyamarkan arti dari pembicaraan sehingga ada kenyamanan untuk mereka saling berkomunikasi di hadapan orang lain. Penggunaan bahasa tersebut bukan saja secara bertatapan langsung akan tetapi mereka sering menggunakannya di dunia maya atau lewat media sosial. Bahasa gay yang sangat mudah dikenali ini banyak memakai akhiran kata “ONG” dan “ES” disetiap kalimat, seperti bencES/ Encra (banci), lekES/ lekONG, lesbONG (lesbian), mekONG (makan), sekONG/ Sakina (Orientasi Sex) dan masih banyak lagi. Kata istilah tersebut memang terdengar sederhana, tetapi untuk orang yang tidak memiliki pengetahuan tentang bahasa tersebut akan susah menerjemahkannya. Pesan-pesan tersebut menjadi simbol verbal yang digunakan dalam komunikasi mereka. Sesuai dengan tempat penelitian yang berkaitan dengan judul yang ingin diteliti, di kelurahan Wongkaditi Timur terdapat beberapa orang yang memiliki orientasi seks pada diri mereka atau yang disebut dengan gay. Gay yang ada di kelurahan Wongkaditi Timur pada mulanya sama dengan gay-gay yang berada di tempat lain, bergaul dengan kelompok yang memiliki orientasi yang sama, dan saling berkomunikasi. Akan tetapi mereka lebih membatasi pergaulan mereka dengan cara lebih tertutup dan hanya bergaul dengan orang-orang tertentu saja, orang-orang yang memiliki hubungan dekat dengan mereka. Alasan peneliti melakukan penelitian ini karena peneliti ingin mengkaji tentang makna dari simbol komunikasi verbal pada komunitas gay yang menjadi bahasa yang efektif dan sebagai bahasa penghubung pribadi. Rumusan masalah antara lain: Bagaimana bahasa/ pesan simbolik interaksi dalam kaum homoseksual dan Bagaimana makna pesan verbal/ non verbal yang digunakan kaum homoseksual. LANDASAN TEORI Komunikasi antarpribadi yang dimaksud adalah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka, seperti yang dinyatakan Pace bahwa “Interpersonal communication is communication involving two or more people in a face to face setting” (Cangara, 2005:32). Pace (Cangara, 2005:32-33) bahwa komunikasi Antarpribadi menurut jenisnya dapat dibedakan menjadi 2 macam: (1). Komunikasi diadik ialah proses komunikasi. (2). Komunikasi Antarpribadi dalam kelompok kecil adalah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka, dimana anggota-anggotanya saling berinteraksi satu sama lainnya. Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri gorontalo 4
Jurnal Hasil Penelitian Skripsi Prodi Ilmu Komunikasi ©2015 Herfan Adam, Sumarjo, Noval Sufriyanto Talani
Terdapat beberapa macam efektifitas komunikasi Antarpribadi (Devito 1997: 259-263) antara lain: (1). Keterbukaan (Openess). (2). Empati (Empathy). (3). Dukungan (Supportiveness). (4). Rasa positif (positivenes). (5). Kesetaraan atau kesamaan (Equality). Hubungan Antarpribadi berlangsung melalui beberapa tahap, mulai dari tahap interaksi awal sampai pemutusan. Terdapat lima tahap yang menguraikan tahap-tahap penting dalam pengembangan hubungan (De Vito, 1997:233-235). Kelima tahap ini adalah : (1). Kontak (Contact). (2). Keterlibatan (Invorment). (3). Keakraban (Intimacy). (4). Perusakan (Conflict). (5). Pemutusan (Solution/Disolution. Berdasarkan penelitian ini, peneliti memfokuskan pada komunikasi diadik dengan identifikasi masalah “pesan-pesan verbal yang dimaknai dalam suatu simbol sebagai bahasa antarpribadi”. Alasannya, karena dari semua kalangan homoseksual ini lebih cenderung menggunakan bahasa homoseksual/ gay kepada sesamanya yang mengerti makna dari bahasa tersebut, agar suasana mereka dalam mengkomunikasikan sesuatu berlangsung bersahabat, informal dan lebih intim. Komunikasi pada dasarnya merupakan tindakan yang dilakukan dengan menggunakan lambang-lambang. Lambang-lambang yang paling umum digunakan dalam komunikasi antar manusia adalah bahasa verbal dalam bentuk kata-kata, kalimat, angka-angka atau tanda-tanda lainnya. Bahasa verbal yang digunakan untuk keperluan membujuk atau meminta tolong, tentunya akan berbeda dengan bahasa verbal yang digunakan untuk tujuan memerintah atau memaksa. Perbedaannya bukan hanya menyangkut kata-kata yang digunakan, tetapi juga pada tekanan nada atau intonasinya (Riswandi, 2009:6). Muler dan Steinberg (Budyatna dan Mutmainnah, 2004:2.7-2.8), simbol atau lambang berdasarkan kesepakatan digunakan untuk mewakili sesuatu. Hampir segala sesuatu bisa merupakan lambang atau dijadikan lambang. Kata-kata lisan atau tertulis merupakan lambang-lambang yang paling banyak digunakan. Tetapi ekspresi muka, isyarat, bendera, dan sebagainya juga dapat digunakan secara simbolis. Sebaliknya hampir segala sesuatu dapat merupakan sesuatu yang diwakili oleh lambang. Lambang atau simbol sesuatu yang digunakan untuk menunjuk sesuatu lainnya berdasarkan kesepakatan sekelompok orang. Lambang meliputi kata-kata atau pesan verbal, perilaku non-verbal, dan objek yang maknanya disepakati bersama (Riswandi, 2009:25). Bahasa adalah seperangkat kata yang disusun secara berstruktur sehingga menjadi suatu kalimat yang mengandung makna. Fungsi bahasa yang mendasar bagi manusia adalah untuk menamai atau menjuluki obyek, orang, dan peristiwa. Setiap orang mempunyai nama untuk identifikasi sosial. Orang juga dapat menamai apa saja, atau menamai objek-objek yang berlainan, termasuk menamai perasaan tertentu yang mereka alami. Penamaan adalah dimensi pertama bahasa, pada awalnya hal itu dilakukan manusia sesuka mereka, yang kemudian menjadi konveksi (Riswandi, 2009:59). Menurut Barker (Riswandi, 2009:60-61) bahasa memiliki tiga fungsi, yaitu: (1). Fungsi Penamaan, (2). Fungsi Interaksi, (3). Fungsi Transmisi Informasi. Menurut Book (Riswandi, 2009:60-61), fungsi bahasa sebagai berikut: (1). Untuk Mengenal Dunia di Sekitar Kita, (2). Berhubungan dengan Orang Lain, (3). Untuk Menciptakan Koherensi dalam Hidup Kita. Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri gorontalo 5
Jurnal Hasil Penelitian Skripsi Prodi Ilmu Komunikasi ©2015 Herfan Adam, Sumarjo, Noval Sufriyanto Talani
Menurut Thomas (Roudhonah, 2007:93) Komunikasi verbal adalah penyampaian dan penerimaan pesan dengan menggunakan bahasa lisan dan tulisan. Sementara lambang verbal merupakan semua lambang yang digunakan untuk menjelaskan pesan-pesan dengan memanfaatkan kata-kata (bahasa). Adapun Kode Komunikasi verbal dalam pemakaiannya menggunakan bahasa, bahasa dapat didefenisikan seperangkat kata yang telah disusun secara berstruktur sehingga menjadi inti kalimat yang mengandung arti (Cangara, 2003:99). Komunikasi verbal yaitu komunikasi yang dalam menyampaikan pesannya dengan menggunakan lisan dan tulisan (Effendi, 1998:7). Menurut Stewart, dkk (Mulyana, 2001:112) Komunikasi verbal yaitu penerimaan sistem syaraf orang lain dengan maksud untuk menghasilkan sebuah makna serupa dengan yang ada dalam pikiran si pengirim, dengan menggunakan kata-kata yang merupakan unsur-unsur dasar bahasa. Teori konvergensi simbolik ini dipelopori Ernest Bormann. Teori ini menjelaskan bahwa suatu proses pertukaran pesan yang menimbulkan kesadaran kelompok yang menghasilkan hadirnya sebuah makna, motif dan persamaan bersama. Kesadaran kelompok tersebut terbangun dalam suatu kelompok yang membangun semacam makna, motif untuk melakukan tindakan bagi orang-orang yang berada dalam kelompok tersebut. Menurut Ernest Bormann kata lain untuk proses konvergensi simbolik adalah tema fantasi. Bormann mendefinisikan tema fantasi sebagai isi pesan yang didramatisasi hingga memicu rantai fantasi (the content of the dramatizing message that sparks the fantasy chain). Menurut Miller, fantasy theme (tema fantasi), yang diartikan sebagai dramatisasi pesan, dapat berupa lelucon, analogi, permainan kata, cerita dan sebagainya, yang memompa semangat berinteraksi. Istilah homoseksual dan heteroseksual digunakan merujuk pada orientasi seksual seseorang. Seorang gay adalah seorang homoseksual karena ia adalah laki-laki, sedangkan pasangan erotis, cinta, ataupun afeksinya adalah juga lakilaki (Oetomo, 2001: 26). Homoseksualitas dimasukkan dalam kategori gangguan psikoseksual dan disebut sebagai orientasi seksual egodistonik, yaitu “identitas jenis kelamin atau preferensi seksual tidak diragukan, tetapi individu mengharapkan yang lain disebabkan oleh gangguan psikologis dan perilaku serta mencari pengobatan untuk mengubahnya.” Artinya homoseksualitas dianggap suatu kelainan hanya bila individu merasa tidak senang dengan orientasi seksualnya dan bermaksud mengubahnya (DepKes RI, 1998: 115). Homoseksual adalah ketertarikan seksual terhadap jenis kelamin yang sama (Feldmen, 1990:359). Ketertarikan seksual ini yang dimaksud adalah orientasi seksual, yaitu kecenderungan seseorang untuk melakukan perilaku seksual dengan laki-laki atau perempuan (Nietzel dkk.,1998:489). Homoseksualitas bukan hanya kontak seksual antara seseorang dengan orang lain dari jenis kelamin yang sama tetapi juga menyangkut individu yang memiliki kecenderungan psikologis, emosional, dan sosial terhadap seseorang dengan jenis kelamin yang sama (Kendall dan Hammer, 1998:375). Bahasa yang digunakan sehari-hari oleh kaum homoseksual dalam berinteraksi sesama komunitasnya termasuk dalam bagian bahasa “Argot” .Argot adalah kosakata khusus yang berkembang di kalangan dunia hitam. Misalnya Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri gorontalo 6
Jurnal Hasil Penelitian Skripsi Prodi Ilmu Komunikasi ©2015 Herfan Adam, Sumarjo, Noval Sufriyanto Talani
pencopet, pembunuh, germo dan pelacur. Sebuah subkultur yang dapat dikatakan menyimpang. Dalam bentuknya yang murni argot tidak dimengerti oleh orang luar, tetapi karena sering diucapkan di film atau televisi, bahasa tersembunyi itu bisa dikenal. Contohnya mami (germo wanita), pentongan istilah waria untuk menyatakan alat kelamin laki-laki dan masih banyak argot lain yang berkembang di kalangan masyarakat seperti observasi penelitian (Sihabudin, 2011:81). Kaum Homo juga punya bahasa gaul tersendiri yang biasa mereka gunakan dalam komunitasnya. (Azhari dan Kencana, 2008: 95-99) : (1). Bentuk modifikasi regular, (2). Bentuk modifikasi irregural. METODE PENELITIAN Dalam mencari dan menjawab permasalahan dalam penelitian ini, maka pendekatan yang digunakan adalah metode kualitatif. Alasannya adalah karena jenis penelilitian ini berlandaskan pemahaman akan realitas sosial berdasarkan konteksnya dan menganggap realitas sosial merupakan produk dari konstruksi sosial. Jenis penelitian kualitatif juga berusaha memahami pembentukan makna secara utuh di dalam diri seseorang. Pendekatan yang digunakan adalah fenomenologi. Pendekatan fenomenologi menggunakan teknik menunda. Alasannya peneliti menggunakan penundaan adalah untuk melihat semua penilaian tentang sikap yang alami sampai ditemukan dasar-dasar tertentu. Dalam pengertian fenomenologi penundaan ini biasa disebut jangka waktu. Konsep jangka waktu adalah membedakan wilayah data (subjek) dengan interpretasi peneliti. Konsep jangka waktu ini berguna untuk menjadi pusat dimana peneliti menyusun dan memilah – milah dugaan awal tentang fenomena yang terjadi dilapangan untuk mengerti tentang apa yang dikatakan oleh responden yang terkait dengan topik penelitian. Metode Fenomenologi merupakan studi untuk menggambarkan arti sebuah pengalaman hidup untuk beberapa orang tentang sebuah fenomena. Peneliti menggunakan pendekatan fenomenologi ini adalah peneliti melihat fenomena yang ditemukan di lapangan merupakan semua penilaian tentang sikap dan juga makna yang lahir dari seseorang. Fenomenologi merupakan realitas sosial yang sesuai terjadi dilapangan serta fenomena tersebut dikemas dalam suatu deskriptif dan diinterpretasikan. Pendekatan fenomenologi berusaha menggambarkan arti atau makna sebuah pengalaman berdasarkan dari pengalaman beberapa orang. Peneliti menggunakan konsep penundaan waktu dalam pendekatan fenomenologi dikarenakan agar dalam pengumpulan data peneliti lebih mudah dalam mengamati secara bertahap serta memilah data yang diperoleh sesuai letak geografis. Dalam penelitian ini, peneliti berperan sebagai instrumen utama yang menyesuaikan dengan realitas yang ada dilapangan untuk kepentingan penelitian. Selain itu peneliti harus terlibat langsung di lapangan agar data yang diperoleh adalah benar-benar sesuai dengan harapan peneliti. Prosedur atau metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sumber primer dan sekunder. Dalam penelitian kualitatif tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan observasi, wawancara dan studi literatur. Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri gorontalo 7
Jurnal Hasil Penelitian Skripsi Prodi Ilmu Komunikasi ©2015 Herfan Adam, Sumarjo, Noval Sufriyanto Talani
Penelitian ini memofokuskan pada wawancara mendalam. Alasannya dengan wawancara mendalam peneliti dapat digali apa yang tersembunyi dari sanubari seseorang, yang menyangkut masa lampau dan masa kini dan masa yang akan datang. Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan pendekatan yang menggunakan tak terstruktur, digunakan untuk menemukan informasi yang bukan baku atau informasi tunggal. Wawancara tak terstruktur secara leluasa melacak berbagai segi dan arah guna mendapatkan informasi yang selengkap mungkin dan semendalam mungkin. Wawancara mendalam dan tak terstruktur yang dilakukan dalam penelitian ini dapat menjadi sarana pengungkapan pengalaman seseorang atau individu yang melakukan pemahaman mengenai bahasa dan makna simbol komunikasi verbal pada kaum homoseksual dilihat dari aspek sub kultur bahasa homoseksual. Dalam wawancara ini peneliti langsung terjun dalam kehidupan sehari-hari narasumber. Dalam penelitian ini observasi dibutuhkan untuk dapat memahami proses terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat dipahami dalam konteksnya. Observasi yang dilakukan adalah observasi terhadap subjek homoseks berdasarkan perilaku subjek selama wawancara, interaksi subjek dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap relevan sehingga dapat memberikan data tambahan terhadap wawancara yang dilakukan. Studi literatur dalam penelitian ini adalah untuk mencari referensi teori yang relefan dengan kasus atau permasalahan yang ditemukan. Referensi ini dapat dicari dari buku, jurnal, artikel laporan penelitian, dan situs-situs di internet. Output dari studi literatur ini adalah terkoleksinya referensi yang relefan dengan perumusan masalah. Tujuannya adalah untuk memperkuat permasalahan serta sebagai dasar teori. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini, peneliti membahas mengenai komunikasi simbolik yang digunakan oleh kaum homoseksual pada umumnya, lebih spesifiknya kaum homoseksual yang ada di Kota Gorontalo Kecamatan Kota Utara Kelurahan Wongkaditi Timur. Peneliti mencoba menganilisis data yang didapatkan di lapangan sesuai dengan makna yang dibangun dalam kelompok atau kaum homoseksual, bagaimana istilah-istilah tersebut bisa dimaknai dengan tujuan tertentu. 1. Keberadaan Homoseksual Di Wongkaditi Timur Penelitian ini dilakukan di Kota Gorontalo agar tidak membatasi informan di tiap-tiap perbatasan wilayah yang ada di Kelurahan Wongaditi Timur. Tetapi peneliti melakukan penelitian awal di kelurahan terdahulu sebelum melanjutkannya ke tahap yang lebih luas. Alasan peneliti adalah untuk menambah data tetapi pada umumnya penelitian ini difokuskan di kelurahan terlebih dahulu sebagai tempat tinggal peneliti. Wongkaditi Timur merupakan kelurahan yang berbatasan dengan Kelurahan Dulomo, Desa Toto, Kelurahan Wongkaditi Barat dan Dembe II. Diantara keempat wilayah ini peneliti telah mengidentifikasi melalui penelitian ini bahwa terdapat dari mereka yang tinggal dikelurahan ini. Kehidupan mereka umumnya seperti warga di kelurahan ini. Keberadaan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri gorontalo 8
Jurnal Hasil Penelitian Skripsi Prodi Ilmu Komunikasi ©2015 Herfan Adam, Sumarjo, Noval Sufriyanto Talani
homoseksual di kelurahan ini memang sangat tidak terlihat karena pada pagi harinya mereka lebih melakukan aktifitas seperti warga normal. Mereka akan begitu nampak ketika menjelang malam karena ada suatu momen tertentu yang mereka senangi. Dari beberapa homoseksual di kelurahan ini umumnya hanya saling mengenal saja tetapi tidak melakukan satu perkumpulan dikarenakan di antara mereka ada yang tidak suka berkelompok atau hanya jalan sendiri, dan mereka yang terdiri dari komunitas waria yang kadang melakukan pertemuan di salon. Salon di Wongkaditi Timur dan Dembe II merupakan tempat perkumpulan waria. Waria-waria yang ikut berkumpul adalah waria yang datang dari luar kelurahan untuk melakukan aktifitas, akan tetapi ada juga waria yang tinggal di kelurahan Wongkaditi Timur dengan menjadikan salon tersebut sebagai tempat bekerja. Dalam penelitian ini peneliti mencoba untuk mengidentifikasi bahasa simbolik yang digunakan oleh waria ketika berada di salon yang ada di Kelurahan Wongkaditi Timur dan Dembe II. Wongkaditi Timur merupakan salah satu kelurahan yang didatangi oleh homoseksual yang umumnya bukan tinggal dari kelurahan ini di karenakan ada aktifitas mereka bersama warga yang tinggal di kelurahan ini hanya untuk datang untuk melakukan kegiatan karaoke di setiap pesta-pesta pernikahan warga yang bersebelahan dengan kelurahan ini atau pun dikelurahan ini. Bahasa yang digunakan kaum homoseksual, tidak terkecuali waria menggunakan bahasa yang sama yang disebut bahasa gaul. Istilah – istilah yang mereka gunakan akan muncul jika suatu pembicaraan telah mengarah pada unsur pribadi atau pengaruh unsur dari persahabatan yang mengerti bahasa itu sendiri. Bahasa ini digunakan oleh kaum homoseksual untuk saling berkomunikasi agar suatu pembicaraan menjadi lebih formal dan bersahabat. Meskipun bahasa atau istilah – istlilah ini bukan saja digunakan oleh kaum gay ataupun para waria saja, akan tetapi bahasa ini telah masuk ke masyarakat biasa yang sebelumnya memiliki hubungan sahabat dengan para gay atau waria. Bahasa dan istilah ini memang sudah sejak lama ada, dan bukan hanya kami para gay atau waria-waria lainnya yang mampu berbicara dalam bahasa gaul ini, akan tetapi masyarakat normal saja, yang diluar dari komunitas kami sudah mengerti bahasa ini, asalkan yang mempunyai hubungan akrab dengan kami, entah perempuan atau lakilaki.”1. Pesan – pesan yang di gunakan oleh kaum homoseksual lebih cenderung di kemas dalam simbol yang berupa istilah, dan istilah ini hanya lebih di mengerti oleh mereka kapan bahasa ini di gunakan. Umumnya banyak sekali gay – gay atau waria yang menggunakan bahasa ini. Bahasa gaul ini mempunyai maksud tertentu dan tujuan. Antara lain sebagai penyembunyian arti dari pembicaraan. Hal serupa di katakan oleh “Andre” (samaran) :“Jadi fungsi bahasa yang torang jaga bilangbilang ini depe fungsi mo kase samar apa yang torang jaga bilang-bilang.”2.
1
Wawancara bersama Fengki (Nama Samaran) JL. Arif Rahman Hakim Kota Tengah 20 Agustus 2014 2 Wawancara bersama Andre (samaran) Kelurahan Wongkaditi Timur 20 September 2014
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri gorontalo 9
Jurnal Hasil Penelitian Skripsi Prodi Ilmu Komunikasi ©2015 Herfan Adam, Sumarjo, Noval Sufriyanto Talani
(Jadi, fungsi dari bahasa ini adalah untuk menyamarkan atau menyembunyikan apa arti dari pembicaraan). 2. Pesan Simbolik Interaksi dalam Kaum Homoseksual Hubungan interaksi kaum homoseksual sangat unik dengan cara merubah kata atau menambahkan kata sehingga makna dari arti kata tersebut memiliki arti tersendiri yang hanya dimengerti oleh mereka sendiri. Seperti yang telah di bahas sebelumnya bahwa tujuan dari bahasa ini adalah untuk menyembunyikan arti dari apa yang mereka bicarakan, di karenakan arti dari pembicaraan tersebut memiliki hal yang akan dilakukan atau sedang membicarakan seseorang. Istilah atau Bahasa yang digunakan oleh kaum homoseksual terdiri dari beberapa jenis. Ada yang berimbuhan, kata serapan dan kata plesetan. Peneliti memandang ini dari segi linguistik. Istilah yang berimbuhan adalah merupakan kata yang ditambahkan beberapa huruf entah dibelakang kata, tengah kata atau depan kata. Dalam kata yang berimbuhan identitas katanya akan mudah dikenali, dari mana bahasa ini dan siapa yang menggunakannya. Kata yang berimbuhan hampir memiliki kata dasar dari kata yang asli, ini karena istilah tersebut hanya bertambahkan imbuhan. Istilah serapan merupakan kata atau kalimat yang diambil dari nama orang, tempat, kota, nama hewan, bahasa asing. Kata yang berupa hasil dari serapan ini bisa saja merubah arti dari kata aslinya, translete bahasa asing ke indonesia, atau dengan mencari kepanjang dari kata. Istilah plesetan merupakan istilah yang tidak berdasarkan dari kata apapun, karena memang istilah plesetan tidak berasal dari sumber manapun atau nama apapun. Karena tidak berasal dari sumber manapun istilah ini memiliki ciri-ciri yang sangat susah dikenali maknanya. Tabel 4.1 Istilah berimbuhan dalam Bahasa Simbolik Kaum Homoseksual No. Kata Pembentukan Kata Makna 1. Beginong Begi + nong Begini 2. Ceyong Cey + ong Cium 3. Deres Der + es Dari 4. Dimenong/ menong Dime + nong/ Me + nong Dimana/ mana 5. Gimenong Gime + nong Bagaimana 6. Jelong-jelong Je + long Jelong-jelong 7. Kekong Ke + kong Kaki 8. Kepelong Kepe + long Kepala 9. Lekong Le + kong Laki-laki 10. Metes Me + tes Mata 11. Metong Me + tong Mati 12. Sekes Se + kes Suka 13. Sakina Saki + na (kelainan) 14. Sekong Se + kong Sakit/ (kelainan) 15. Skeles Ske + les Sekali Sumber : Muslimah (Nama Samaran ), Mel (Nama Samaran), Bares (informan kunci).
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri gorontalo 10
Jurnal Hasil Penelitian Skripsi Prodi Ilmu Komunikasi ©2015 Herfan Adam, Sumarjo, Noval Sufriyanto Talani
Tabel 4.2 Istilah Serapan dalam Bahasa Simbolik Kaum Homoseksual No. Kata Makna 1. Biola Lesbian 2. Bot Bawah (posisi hubungan intim) 3. Drinken Drinken 4. Dulse Maria Dusta/ berbohong 5. Eaten/ eyten Makan 6. Ember Memang/ emang 7. Eto/ Eto – eto Berbohong 8. Gilingan Gila 9. Hamidah Hamil 10. Hel/ Money Uang 11. Kelinci Kecil 12. Kencana Buang air kecil 13. Lapangan bola/ lapangan Lapar 14. Maharani Mahal 15. Makarena Makan 16. Mawar Mau/ ingin 17. Missis/ racun Perempuan 18. Motorola Motor 19. Mursida Murah 20. Rexo/ rexona Rokok 21. Sleep/ slipen Tidur 22. Titi DJ Hati – hati di jalan 23. Top Atas (posisi hubungan intim) 24. Yey Kamu/ anda Sumber : Muslimah (Nama Samaran), Mel (Nama Samaran), Kris dan Bares (informan kunci), El (Nama Samaran), Andre (Nama Samaran), Fengki (Nama Samaran).
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 17. 10. 11. 12. 13.
Tabel 4.7 Istilah Plesetan dalam Bahasa Verbal Homoseksual Kata Makna Akika Saya/ aku Ancwan Tidak elok Bo Partikel kalimat Brenda Buang air besar Brondong Anak muda Cap cus Ayo cepat Ciki Bersetubuh Cucok Cocok Cup/ cuyuupp Diam Deise Dia Eike Saya/ aku Encra Banci Jeng, chint Sebutan akrab Keken Lihat Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri gorontalo 11
Jurnal Hasil Penelitian Skripsi Prodi Ilmu Komunikasi ©2015 Herfan Adam, Sumarjo, Noval Sufriyanto Talani
14. 15. 19. 16. 20.
Lambreta Moi/ moiten Narnur/ naren Nit Waria
Lambat Tampan/ cantik Datang kemari Tidak/ jangan Wanita pria
Sumber : Muslimah (Nama Samaran), Mel (Nama Samaran), Fengki (Nama Samaran).
PENUTUP Simpulan antara lain : 1. Kata dalam bahasa homoseksual dapat dikenali dari klasifikasi istilah yang berimbuhan, istilah serapan dan istilah plesetan. Kata dalam istilah homoseksual lebih cenderung dikemas dalam suatu simbol sehingga pesan tersebut menjadi pesan simbol para kaum homoseksual yang memiliki makna yang hanya dimengerti oleh para penuturnya. 2. Bahasa dalam istilah homoseksual tidak saja mampu dituturkan oleh kaum homoseksual saja, akan tetapi istilah – istilah tersebut telah menyebar ke kalangan masyarakat diluar dari komunitasnya atau masyarakat normal. Hal ini dikarenakan mereka yang memiliki hubungan pertemanan dan hubungan spesial dengan para kaum homoseksual. Bahasa dalam istilah homoseksual dapat berubah kapan saja dikarenakan bahasa ini melakukan perubahan sesuai dengan trend masa kini. Saran antara lain : Bagi Masyarakat, (1). Peranan dari keluarga sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang anak kedepan. Maka dari itu sangat dibutuhkan pola asuh yang baik dari keluarga terutama dalam menjalin komunikasi yang baik dengan anak. Ini dilakukan agar keluarga bisa tetap mengawasi aktivitas yang terjadi diluar lingkungan keluarga. (2). Untuk para remaja kiranya dapat menyadari karakteristik kaum homoseksual terutama gay dari penampilan, sifat dan juga tutur kata. (3). Untuk peneliti selanjutnya hendaknya dalam melakukan penelitian homoseksual harus melakukan tindakan silang, peneliti wanita lebih cenderung untuk melakukan penelitian pada kaum homoseksual gay dan waria. Sebaliknya dengan peneliti laki – laki hendaknya dalam melakukan penelitian homoseksual lebih cenderung ke lesbian. Hal tersebut berguna untuk menjaga keselamatan atau ancaman lain dari para homoseksual untuk para peneliti selanjutnya. Bagi Pemerintah, (1). Kiranya untuk pemerintah setempat, kaum homoseksual merupakan bagian dari masyarakat yang ingin di terima di tengah-tengah lingkungan sosial. Oleh karena itu pemerintah kiranya dapat mendukung serta memberikan arahan dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bisa ikut serta dalam mensosialisasikan tentang kesehatan seperti halnya dengan memperingati hari HIV/AIDS kepada masyarakat, agar kiranya mereka tidak dianggap lagi sebagai masyarakat yang termajinalkan.
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri gorontalo 12
Jurnal Hasil Penelitian Skripsi Prodi Ilmu Komunikasi ©2015 Herfan Adam, Sumarjo, Noval Sufriyanto Talani
DAFTAR PUSTAKA Azhari, Rama., Kencana, Putra. 2008. Membongkar Rahasia Jaringan Cinta Terlarang Kaum Homoseksual. Jakarta Timur. Hujjah Press. Budyatna, M., Ganiem. 2011. Teori Komunikasi Antarpribadi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Budyatna, M., Mutmainnah. 2004. Komunikasi Antarpribadi. Jakarta: Universitas Terbuka. Bungin, B. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Cangara, H. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Domumen Resmi Pemerintah : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1998. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa Di Indonesia, Edisi ke III. Direktorat Kesehatan Jiwa, dan Dirjen Pelayanan Kesehatan. Devito, Joseph. 1997. Komunikasi Antar Manusia, Kuliah Dasar. Edisi 5. Jakarta: Professional Books. Feldmen, R. S. 1990. Understanding Psychology, Second Edition. New York: Mc Graw-Hill Publishing Company. Kendall, P. C. 1998. Abnormal Psychology Human Problems Understanding Second Edition Boston. Houghton Mifflin Company. Menurut Embakrie. Creswell. 1998. http://embakri.wordpress.com/2009/03/12/fenomenologi/. Di akses 22 Oktober. 12:56. Moleong, J.L. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatis Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Mulyana, D. Human Communication. Prinsip-Prinsip Dasar Pengantar. PT. Remaja Rosdakarya. Nietzel, dkk. 1998. Abnormal Psychology. Boston: Allyn dan Bacon, Inc. Oetomo, Dede. 2001. Memberi Suara pada yang Bisu. Yogyakarta: Galang Press. Onong, Uchjana, E. 1998. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Rahkmat. 2011. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Riswandi. 2009. Ilmu Komunikasi.Yogyakarta: Graha Ilmu. Roudhonah. 2007. Ilmu Komunikasi. Jakarta: Kerjasama Lembaga Penelitian UIN dan Jakarta Press. Satori, Komariah. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Sihabudin, A. 2011. Komunikasi Antar Budaya sebuah Perspektif Multidimensi. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Sugioyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Suryadi, Suryati. 2010. Teori Konvergensi Simbolik. Jurnal Academica Fisip Untad Volume 2 Nomor 2. 02 Oktober 2010.
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri gorontalo 13