Jurnal Genta Mulia Volume VII. Nomor 1. Januari-Juni 2016, 99-121
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DALAM UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI TUMBUHAN HIJAU DI KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI 2 SAMADUA ACEH SELATAN Yusdameri, S.Pd 1) 1 Guru Sekolah dasar Negeri 2 Samadua Aceh Selatan
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: Apakah model Model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada kompetensi dasar Mengidentifikasi cara tumbuhan hijau membuat makanan siswa kelas V SD Negeri 2 Samadua tahun ajaran 2012/2013? Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri atas 2 siklus. Subyek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri 2 Samadua tahun ajaran 2012/2013 sebanyak 22 siswa. Analisis data menggunakan teknik analisis diskriptif komparatif dengan membandingkan kondisi awal dengan hasil-hasil yang dicapai pada setiap siklus, dan analisis deskriptif kualitatif hasil observasi dengan membandingkan hasil observasi dan refleksi pada siklus I dan siklus II. Dengan penerapan Model Problem Based Learning (PBL) pada kompetensi dasar Mengidentifikasi cara tumbuhan hijau membuat makanan pada siswa kelas V SD Negeri 2 Samadua tahun ajaran 2012/2013. Pada akhir siklus II diketahui telah terjadi peningkatan rata-rata kelas 22,85%, yaitu dari rata-rata tes kondisi awal 58,64 menjadi 72,73. Sedangkan ketuntasan belajar siswa ada peningkatan sebesar 77,27%, dari kondisi awal yang sudah tuntas hanya 4 siswa menjadi 17 siswa. Dengan demikian sebagian besar siswa kelas V SD Negeri 2 Samadua tahun ajaran 2012/2013 mengalami peningkatan hasil belajar pada kompetensi dasar Mengidentifikasi cara tumbuhan hijau membuat makanan. Kata Kunci : Hasil Belajar, Problem Based Learning, tumbuhan hijau Abstract This study aims to determine Is the model of Problem Based Learning Model to improve learning outcomes IPA to the basic competence Identify how green plants make food fifth grade students of SD Negeri 2 Samadua 2012/2013 academic year? The method used is classroom action research (PTK) consisting of two cycles. Subjects were students of class V SD Negeri 2 Samadua 2012/2013 academic year as many as 22 students. Data analysis using comparative descriptive analysis techniques by comparing the initial conditions with the results achieved in each cycle, and a qualitative descriptive analysis of the results of observations by comparing the results of observation and reflection on the first cycle and the second cycle. With the application of the Model Problem Based Learning (PBL) in the basic competence Identify how green plants make food at a fifth grade students of SD Negeri 2 Samadua 2012/2013 academic year. At the end of the second
99
Jurnal Genta Mulia Volume VII. Nomor 1. Januari-Juni 2016, 99-121
cycle is known to have an increase in the average grade 22.85%, from an average of initial conditions test 58.64 into 72.73. While the students' mastery learning there is an increase of 77.27%, of the initial conditions that have completed only 4 students to 17 students. Thus most of fifth grade students of SD Negeri 2 Samadua 2012/2013 academic year increased learning outcomes in basic competency Identifying how green plants make food. Keywords: Results Learning, Problem Based Learning, greenery.
suatu
1 PENDAHULUAN
lingkungan
belajar.
Dalam menciptakan manusia
Pembelajaran merupakan bantuan
yang produktif dan kreatif tentunya
yang diberikan pendidik agar dapat
tidak luput dari keberhasilan guru
terjadi proses pemerolehan ilmu dan
dalam
pembelajaran
pengetahuan, penguasaan kemahiran
dikelas. Sehingga saat ini banyak
dan tabiat, serta pembentukan sikap
metode/strategi
dan kepercayaan pada peserta didik.
mengelola
pembelajaran,
fasilitas belajar yang bermunculan
Dengan
kata
dengan tujuan untuk menarik minat
adalah
proses
belajar siswa. Upaya–upaya yang
peserta didik agar dapat belajar
dilakukan
sudah
dengan baik. Proses pembelajaran
semua
dialami sepanjang hayat seorang
seperti
manusia serta dapat berlaku di
pemerintah
merambah
hampir
komponen
ke
pendidikan
penambahan
jumlah
buku–buku
manapun
lain,
pembelajaran
untuk
membantu
dan
kapanpun.
pelajaran, peningkatan kualitas guru,
Pembelajaran mempunyai pengertian
pembaharuan
yang
kurikulum
dan
mirip
dengan
pengajaran,
peningkatan kualitas pembelajaran
walaupun mempunyai konotasi yang
yang mencakup pembaharuan dalam
berbeda.
model,
pemberdayaan potensi peserta didik
metode,
pendekatan
dan
Pembelajaran
media guna mengoptimalkan kualitas
menjadi
pembelajaran didalam kelas.
pemberdayaan
ini
tidak
dapat
berhasil
ada
orang
yang
Pembelajaran adalah proses interaksi
peserta
didik
kompetensi.
adalah
tanpa
Kegiatan
dengan
membantu. Menurut Dimyati dan
pendidik dan sumber belajar pada
Mudjiono (Syaiful Sagala, 2011: 62) 100
Jurnal Genta Mulia Volume VII. Nomor 1. Januari-Juni 2016, 99-121
pembelajaran adalah kegiatan guru
dirumuskan
secara
desain
pembelajaran. Tujuan pembelajaran
instruksional, untuk membuat belajar
merupakan bentuk harapan yang
secara aktif, yang menekankan pada
dikomunikasikan melalui pernyataan
penyediaan sumber belajar. Berhasil
dengan
tidaknya proses pembelajaran dapat
perubahan yang diinginkan pada diri
dilihat dari hasil belajar siswa.
siswa, yakni pernyataan tentang apa
terprogram
Hasil
dalam
belajar
dalam
cara
tujuan
menggambarkan
merupakan
yang diinginkan pada diri siswa
perubahan perilaku yang diperoleh
setelah menyelesaikan pengalaman
siswa setelah mengalami kegiatan
belajar. Rifa’i dan Anni (2009: 86)
belajar” (Rifa’i dan Anni 85:2009).
mengungkapkan
Perolehan aspek-aspek
penting
perubahan
tiga
manfaat
ditetapkannya
tujuan
perilaku tersebut tergantung pada apa
pembelajaran yang harus dicapai
yang dipelajari oleh siswa. Oleh
individu dalam belajar. Manfaat
karena
pertama yaitu, memberikan arah
itu,
mempelajari
apabila
siswa
pengetahuan
tentang
pada kegiatan pembelajaran.
konsep, maka perubahan perilaku yang
diperoleh
adalah
berupa
penguasaan konsep. Sementara
Pembelajaran IPA di tingkat Sekolah
itu,
Snelbeker
(1974) dalam Rusmono (8:2012)
Dasar
merupakan
mata
pelajaran yang mencakup materi cukup luas.
mengatakan bahwa, “perubahan atau
Science
artinya
ilmu
kemampuan baru yang diperoleh
pengetahuan. Jadi Ilmu Pengetahuan
siswa setelah melakukan perbuatan
Alam (IPA) atau science itu secara
belajar merupakan hasil
harfiah dapat disebut sebagai ilmu
belajar,
karena belajar pada dasarnya adalah
tentang
bagaimana
mempelajari
berubah
perilaku sebagai
seseorang akibat
dari
yang
alam
terjadi
ini.
Ilmu
yang
peristiwa-peristiwa di
alam.
Untuk
pengalaman”. Dalam pembelajaran,
selanjutnya kita akan menggunakan
perubahan
kata IPA sebagai suatu istilah.(
dicapai
perilaku oleh
melaksanakan
yang
harus
siswa
setelah
kegiatan
belajar
Iskandar. Srini M, 2001:2). 101
Jurnal Genta Mulia Volume VII. Nomor 1. Januari-Juni 2016, 99-121
Sedangkan menurut Asyari, Muslichah,
(22:2006)
SD, ide-ide dan konsep-konsep harus
Sains
disederhanakan
yang
peristiwa-peristiwa yang betul-betul
membahas tentang fakta dan gejala
terjadi atau sudah pernah dialami.
alam maka dalam pembelajarannya
Siswa
harus factual, artinya tidak hanya
melalui
secara verbal sebagaimana terjadi
langsung,
pada pembelajaran secara tradisional.
terhadap objek-objek
merupakan
ilmu
empirik
Berdasarkan dari beberapa pengertian menurut pendapat para
sesuai
mendapatkan praktek,
pengetahuan
meneliti
dan
dipelajari,
dengan
secara
bereksperimen
sehingga
yang akan pembelajaran
akan lebih bermanfaat dan efektif.
ahli maka dapat di tarik sebuah
Berdasarkan observasi awal
kesimpulan bahwa IPA adalah Ilmu
pada pembelajaran IPA kelas V SD
Pengetahuan Alam yang mempelajari
Negeri
tentang alam beserta isinya baik
2012/2013
hayati maupun non hayati.
pembelajaran. Hasil belajar siswa
Guru menyelesaikan belajar
target
siswa,
2Samadua
tahun
semester
ajaran
ganjil
awal
diharuskan
pada nilai harian, tugas, dan nilai
ketuntasan
ulangan pada Standar Kompetensi 1
perlu
menunjukkan masih rendah, dari 22
pelaksanaan
siswa dengan nilai KKM (Kriteria
pembelajaran dengan menggunakan
Ketuntasan Minimum) 65, masih
metode, media atau alat peraga dan
40,00% siswa yang nilainya dibawah
strategi belajar yang tepat. Guru
KKM
harus mampu menciptakan suasana
siswa dalam belajar karena pelajaran
pembelajaran yang menyenangkan
masih sepenuhnya berpusat pada
selain dengan penggunaan metode
guru. Untuk mengatasi hal tersebut
dan strategi yang tepat, guru juga
maka
harus
pembelajaran dengan metode baru
perencanaan
sehingga dan
mampu
memahami
serta
rendahnya
perlu
dilakukan
proses
karakteristik siswa dan memberikan
yang
rangsangan
kemampuan belajar mandiri siwa
kepada
siswa
agar
dapat
motivasi
dapat
mengembangkan
bersemangat dalam mengikuti proses
sehingga
meningkatkan
pembelajaran IPA di Sekolah Dasar.
pemahaman siswa siswa terhadap
Ilmu Pengetahuan Alam untuk siswa
materi pelajaran. 102
Jurnal Genta Mulia Volume VII. Nomor 1. Januari-Juni 2016, 99-121
nilai
Bukan hanya hasil perolehan
memaknai informasi, kolaboratif dan
saja
namun
belajar
peneliti
berpikir
Negeri
(Rusman 2010: 238).
yang
berdasarkan selaku
rendah
pengamatan
guru
di
SD
2Samaduakecamatan
samadua
tim,
serta
reflektif
keterampilan dan
evaluatif
Problem Based Learning
kabupaten Aceh Selatan pada kelas
adalah inovasi yang paling signifikan
V melihat minat dan motivasi belajar
dalam pendidikan. Menurut Tan
siswa kurang bergairah, ditandai
(2000) dalam Rusman (2010: 232),
dengan pada saat guru menjelaskan
model Problem Based Learning
materi siswa sibuk dengan sendiri
merupakan penggunaan berbagai
bermain dengan teman, dan juga ada
macam kecerdasan yang diperlukan
yang keluar masuk kelas, suasana
untuk melakukan konfrontasi
kelas jadi ribut. Maka dari hasil
terhadap tantangan dunia nyata,
pengamatan ini peneliti mencoba
kemampuan untuk menghadapi
untuk
segala sesuatu yang baru dan
menerapkan
model
pembelajaran yang inovatif agar
kompleksitas yang ada.
minat dan hasil belajar siswa berubah menjadi lebih baik.
mengemukakan sepuluh karakteristik
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi tersebut yaitu dengan menerapkan model Problem Based Learning.
Model
Rusman (232-233:2010)
pembelajaran
model Problem Based Learning, yaitu: a. permasalahan
menjadi
awal dalam pembelajaran;
tersebut memiliki karakteristik yang
b. permasalahan
khas, yaitu menggunakan masalah
diangkat
dunia nyata sebagai konteks belajar
permasalahan yang ada di
bagi siswa. Problem Based Learning
dunia nyata;
adalah sebuah cara memanfaatkan
yang adalah
c. permasalahan
masalah untuk menimbulkan minat
membutuhkan perspektif
dan aktivitas belajar siswa. Problem
ganda;
Based Learning juga berhubungan
menantang
dengan belajar tentang kehidupan
yang dimiliki oleh siswa;
yang
lebih
luas,
permasalahan pengetahuan
keterampilan 103
Jurnal Genta Mulia Volume VII. Nomor 1. Januari-Juni 2016, 99-121
d. belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama;
Learning(PBL)
dengan
menyajikan masalah yang autentik
e. pemanfaatan
sumber
dan bermakna kepada siswa, dengan
pengetahuan
yang
tujuan untuk memudahkan siswa
beragam
merupakan
proses
yang
penting
dalam
Problem
Based
Learning;
dalam
melakukan
penyelidikan.
Dengan penerapan model PBL ini diharapkan
dapat
membantu
kesulitan belajar siswa dan tentunya
f. belajar
melalui
dapat meningkatkan hasil belajar
kolaboratif, komunikasi,
siswa kelas V SD Negeri 2 Samadua.
dan kooperatif;
Berdasarkan paparan tersebut
g. pengembangan
di atas, maka peneliti ingin mencoba
keterampilan inquiry dan
melakukan penelitian dengan judul
pemecahan masalah sama
“Penerapan
pentingnya
dengan
Problem
penguasaan
isi
pengetahuan mencari
untuk
solusi
dari
sebuah permasalahan;
Problem Based Learning meliputi
sintesis
integrasi
dari
dan sebuah
proses belajar; dan
Model Based
Pembelajaran Learning(PBL)
Dalam Upaya Peningkatan Hasil Belajar
Siswa
pada
Materi
Tumbuhan Hijau Di Kelas V Sekolah Dasar
h. keterbukaan dalam proses
Negeri
2
SamaduaAceh
Selatan”. A. Perumusan Masalah Perumusan
masalah
merupakan pernyataan rinci dan lengkap, mengenai ruang lingkup
i. Problem Based Learning
permasalahan yang akan diteliti yaitu
melibatkan evaluasi dan
Apakah melalui Penerapan model
review pengalaman siswa
Problem Based Learning(PBL) dapat
dan proses belajar.
meningkatkan hasil belajar mata pelajaran
Secara garis besar, proses pembelajaran dengan menerapkan model
diawali
Problem
IPAtentang
materi
tumbuhan hijaubagi siswa kelas V semester
ganjildi
SD Negeri
2
Based 104
Jurnal Genta Mulia Volume VII. Nomor 1. Januari-Juni 2016, 99-121
SamaduaAceh
Selatan
Tahun
Pelajaran 2012/2013?
mata pelajaran IPA khususnya pada kompetensi dasar Mengidentifikasi cara
tumbuhan
hijau
membuat
makanan.
B. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan di
B. Subyek Penelitian
atas, yang menjadi tujuan penelitian
Subyek
penelitian
adalah
ini untuk mengetahui Penerapan
siswa kelas V yang berjumlah 22
model
siswa.
Problem
Based
Learning(PBL) dalam meningkatkan hasil
belajar
mata
C. Sumber Data
pelajaran
Sumber data dalam penelitian
IPAtentang materi tumbuhan hijau
ini adalah siswa, sebagai subyek
bagi siswa kelas V semester ganjildi
penelitian. Data yang dikumpulkan
SD Negeri 2 SamaduaAceh Selatan
dari siswa meliputi data hasil tes
Tahun Pelajaran 2012/2013.
tertulis. Tes tertulis dilaksanakan pada setiap akhir siklus yang terdiri
2 METODE
atas materi tumbuhan hijau. Selain
A. Setting Penelitian
siswa sebagai sumber data, penulis juga menggunakan teman sejawat
1. Waktu Penelitian Penelitian
dilaksanakan
sesama guru kelas sebagai sumber
selama 3 bulan, mulai dari bulan
data.
september sampai dengan bulan
D. Teknik dan Alat Pengumpulan
november pada semester ganjil tahun
Data
ajaran 2012. Pelaksanaan penelitian
1. Teknik Pengumpulan Data
dilakukan
pada
hari-hari
efektif
sesuai dengan jadwal jam pelajaran
Penelitian dilaksanakan di SD 2
Samadua
penelitian
pengumpulan data
ini
menggunakan
teknik tes dan non tes. Tes tertulis
2. Tempat Penelitian
Negeri
Dalam
kecamatan
digunakan pada akhir siklus I dan siklus II,
yang terdiri atas materi
Samadua kabupaten Aceh Selatan,
tumbuhan hijau. Sedangkan Teknik
selain itu salah satu tujuan yang dari
non tes meliputi teknik observasi dan
penelitian
untuk
dokumentasi. Observasi digunakan
memperbaiki proses pembelajaran
pada saat pelaksanaan penelitian 105
ini
adalah
Jurnal Genta Mulia Volume VII. Nomor 1. Januari-Juni 2016, 99-121
tindakan
kelas
kemampuan
soal, penulisan butir-butis soal, kunci
memahami materi tumbuhan hijau
jawaban dan kriteria pemberian skor.
siklus I dan siklus II. Sedangkan
2. Validasi
proses
teknik dokumentasi digunakan untuk
pembelajaran
mengumpulkan data khususnya nilai
Validasi proses pembelajaran
mata pelajaran IPA.
dilakukan dengan teknik triangulasi yang
pengumpulan
data
meliputi:
dan
triangulasi
Triangulasi
butir soal.
sumber
metode. dilakukan
penelitian yaitu siswa kelas V SD Negeri 2 Samadua dan kolaborasi
b. Non tes, meliputi lembar observasi dan dokumen.
dengan guru kelas yang mengajar bidang studi IPA. Triangulasi metode dilakukan
E. Validasi Data data
meliputi
dengan
penggunaan
validasi hasil belajar dan validasi
dokumentasi
proses pembelajaran.
observasi.
hasil
metode
selain Metode
metode dokumentasi
digunakan untuk memperoleh data
1. Validasi hasil belajar Validasi
triangulasi
dengan observasi terhadap subyek
a. Tes tertulis, terdiri atas 10
Validasi
yaitu
sumber
2. Alat Pengumpulan Data Alat
meliputi
belajar
pendukung yang diperlukan dalam
dikenakan pada instrumen penelitian
proses pembelajaran IPA.
yang berupa
F. Analisis Data
tes. Validasi ini
meliputi validasi teoretis dan validasi
Setelah memperoleh hasil
empiris. Validasi teoretis artinya
penelitian,
mengadakan analisis instrumen yang
dilakukan analisis data yaitu
terdiri atas face validity (tampilan
dengan analisis kualitatif.
tes), content validity (validitas isi) dan
construct
validity
Validitas
G. Prosedur Penelitian
(validitas
kostruksi).
kemudian
Penelitian
ini
merupakan
penelitian tindakan kelas (classroom empiris
artinya
action
research)
yang
ditandai
analisis terhadap butir-butir tes, yang
dengan adanya siklus, adapun dalam
dimulai dari pembuatan kisi-kisi
penelitian ini terdiri atas 2 siklus. 106
Jurnal Genta Mulia Volume VII. Nomor 1. Januari-Juni 2016, 99-121
Setiap
siklus
terdiri
perencanaan,
atas
pelaksanaan,
pengamatan dan refleksi.
Problem
Based Learning, e. Mengadakan
observasi
tentang
1. Siklus I 1. Perencanaan
pembelajaran
(planning),
terdiri atas kegiatan: a. Penyusunan
rencana
(RPP); skenario
atas kegiatan;
menjelaskan dalam pembelajaran
(observing),
mengamati
pembelajaran
dan
program sesuai
pada siklus berikutnya. 4. Refleksi (reflecting), yaitu
klasikal
menyimpulkan
strategi
hasil tindakan pada siklus I.
model Problem
pelaksanaan
2. Siklus II 1. Perencanaan
(planning),
dilengkapi lembar kerja
a. penyusunan
siswa,
rencana
pelaksanaan pembelajaran Model Problem
Based Learning (PBL) pada kompetensi dasar Mengidentifikasi
untuk
merencanakan tindak lanjut
terdiri atas kegiatan:
pembelajaran
menilai
digunakan
Based Learning (PBL)
c. Proses
proses
hasilnya. Atas dasar hasil tersebut
dengan jadwal, b. Secara
3. Pengamatan
hasil tes sehingga diketahui
2. Pelaksanaan (acting), terdiri
pembelajaran
g. Penilaian hasil tes tertulis.
yaitu
pembelajaran.
a. Pelaksanaan
pembelajaran, f. Mengadakan tes tertulis,
pelaksanaan pembelajaran
b. Penyiapan
proses
cara
tumbuhan hijau membuat makanan d. Memodelkan strategi dan
(RPP); b. penyiapan
skenario
pembelajaran. 2. Pelaksanaan (acting), terdiri atas kegiatan; a. Pelaksanaan pembelajaran
program sesuai
dengan jadwal,
langkah-langkah 107
Jurnal Genta Mulia Volume VII. Nomor 1. Januari-Juni 2016, 99-121
b. Pembelajaran
dengan
menerapkan
model
pembelajaran
Problem
Kegiatan observasi awal ini dilaksanakan IPA di
saat
pembelajaran
kelas V SD Negeri 2
Based Learning (PBL)
Samadua
pada kompetensi dasar
observasi saat proses pembelajaran
Mengidentifikasi
IPA
cara
Aceh
Selatan.
berlangsung
Hasil
menunjukkan
tumbuhan hijau membuat
presentase siswa kurang aktif dalam
makanan
pembelajaran. Siswa yang bertanya
c. Siswa untuk menerapkan strategi
sebesar 18,18%
yaitu
dari
22
pembelajaran
siswa hanya 4 siswa yang bertanya
Problem Based Learning
kepada guru tentang materi yang
(PBL), diikuti LKS dan
belum difahami saat pembelajaran.
Presentasi
Sumber belajar siswa hanya terbatas
antar
kelompok.
pada LKS yang diberikan guru serta
d. Mengadakan
observasi
tentang
proses
hanya sebagian kecil siswa yang mempunyai buku pegangan.
pembelajaran.
Kegiatan siswa didalam kelas
e. Memberikan
apresiasi
kepada setiap kelompok.
adalah mendengarkan penjelasan dari guru
dan mencatat materi yang
f. Mengadakan tes tertulis,
diberikan guru sehingga ada siswa
g. Penilaian hasil tes tertulis.
yang
3. Pengamatan yaitu
(observing),
mengamati
pembelajaran
dan
proses
tidak
memperhatikan
penjelasan guru, dan ada siswa bermain
sendiri.
40,91%
siswa
menilai
menunjukkan sikap yang tidak baik
hasil tes serta hasil praktek
saat pembelajaran dikelas ada siswa
sehingga diketahui hasilnya,
yang mengantuk, bermain sendiri,
Refleksi (reflecting), yaitu
melamun
dan
ada
yang keluar
menyimpulkan pelaksanaan hasil
masuk. Apabila guru memberikan
tindakan pada siklus II.
kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal yang belum
3 HASIL DAN PEMBAHASAN
difahami siswa hanya diam tanpa
A. Hasil Penelitian Pra Siklus
merespon. Hal ini menunjukkan 108
Jurnal Genta Mulia Volume VII. Nomor 1. Januari-Juni 2016, 99-121
bahwa
partisipasi
siswa
dalam
pembelajaran yang masih rendah.
belajar pada kondisi awal dapat diketahui pada tabel di bawah ini:
Nilai kognitif yang didapatkan siswa pada
ulangan
sebelumnya
Hasil nilai pra siklus I yang diperoleh dari hasil tes awal dapat
menunjukkan bahwa 81,81% siswa
ditunjukan seperti
belum mencapai batas ketuntasan
berikut ini:
(KKM IPA adalah 65). Hal ini dapat
Tabel 2 Rata-rata Hasil Tes Pra
dilihat pada tabel nilai tes pra siklus
siklus
berikut ini:
No
Tabel 1 Nilai Tes Pra Siklus
1 Nilai tertinggi 2 Nilai Terendah 3 Nilai Rata-rata Sumber; Hasil Analisis Data
No 1 2 3 4 5
Hasil (Angka) 85-100 75-84 65-74 55-64 <54 Jumlah
Jumlah Siswa 2 2 9 9 22
Persen 0% 9,09% 9,09% 40,91% 40,91% 100%
Sumber : Hasil Tabulasi Data Berdasarkan
hasil
analisis
yang digambarkan dalam tabel diatas diketahui bahwa jumlah siswa yang mendapat sangat baik) sejumlah 00,00%
atau
tidak
ada,
yang
mendapat baik sebanyak 9,09% atau sebanyak 2 siswa dan yang mendapat nilai cukup sebanyak 9,09% atau 2 siswa.
Sisanya
belum
mencapai
KKM sebanyak 18 siswa. Dari hasil tes seperti tersebut diatas, sebagian besar siswa belum mencapai ketuntasan belajar, hanya sebagian kecil yang telah mencapai
dalam tabel
Keterangan
Nilai 80 50 58,64
Pada awalnya siswa kelas V, nilai rata-rata pelajaran IPA rendah khususnya pada kompetensi dasar Mengidentifikasi
cara
hijau
makanan.
membuat
tumbuhan Salah
satunya disebabkan karena luasnya kompetensi yang harus dikuasainya dan pengalaman langsung dengan objek agar ingat materinya, serta ingatan yang setia sehingga mampu menghafal dalam jangka waktu lama. Sebelum dilakukan tindakan guru memberi tes. Dan juga dikarenakan siswa kelas V ini minat belajar kurang. Proses pembelajaran pada pra siklus menunjukkan bahwa siswa masih pasif, karena tidak diberi respon yang menantang. Siswa masih
ketuntasan belajar. Data ketuntasan 109
Jurnal Genta Mulia Volume VII. Nomor 1. Januari-Juni 2016, 99-121
bekerja
secara
individual,
tidak
artinya
setiap
RPP
disampaikan
tampak kreatifitas siswa maupun
dalam 1 kali tatap muka. Dengan
gagasan yang muncul. Siswa terlihat
demikian, selama siklus I terjadi 2
jenuh dan bosan tanpa gairah karena
kali tatap muka.
pembelajaran selalu monoton. Dan
d. Pembentukan
juga siswa terlihat mondar mandir
kelompok belajar
keluar masuk kelas tanpa seizin guru.
Pada siklus I, siswa dalam satu
kelas
kelompok
B. Deskripsi Hasil Siklus I
dibagi
Perencanaan tindakan dalam siklus I dapat diuraikan sebagai berikut:
belajar
penyusunan
4
dengan
kemampuan, gender. b) Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan
materi
menjadi
memperhatikan heterogenitas baik
a) Perencanaan Tindakan
c. Pemilihan
kelompok-
dan rencana
pelasaksanaan pembelajaran
tindakan
pada
siklus I dapat dideskripsikan sebagai berikut: a. Pelaksanaan Tatap Muka
Materi yang dipilih dalam
Tatap muka I dan II dengan
penelitian ini adalah kompetensi
RPP tentang materi tumbuhan hijau.
dasar
cara
Model pembelajaran yang digunakan
tumbuhan hijau membuat makanan.
adalah Problem Based Learning
Berdasarkan materi yang dipilih
dengan. Adapun langkah-langkahnya
tersebut, kemudian disusun ke dalam
sebagai berikut;
Mengidentifikasi
rencana pelaksanaan pembelajaran
1) guru
menyajikan
(RPP). Tema yang dipilih dalam
permasalahan nyata kepada
siklus I tentang tumbuhan hijau.
siswa
Berdasarkan tema yang telah dipilih tersebut
menggunakan
Kemudian dengan pelaksanaan
2) guru melakukan demontrasi
dilanjutkan
tumbuhan-tumbuhan seperti
rencana
daun hijau, wortel, ubi, yang
penyusunan pembelajaran
Masing-masing
RPP
media
(RPP).
diberikan
nantinya
mengarahkan
siswa kepada permasalahan;
alokasi waktu sebanyak 2x35 menit, 110
Jurnal Genta Mulia Volume VII. Nomor 1. Januari-Juni 2016, 99-121
3) guru
membantu
siswa
mencari
pemecahan
masalah
menggunakan
tumbuhan-tumbuhan seperti
11) guru mengenai
secara
12) guru
strategi
pembelajaran
13) guru
yang harus
yang
bersama
siswa
meluruskan kesalahpahaman
membagikan
kelompok belajar. 6) siswa
hal-hal
belum diketahui siswa;
dilaksanakan siswa. 5) Guru
bertanya-jawab
tentang
klasikal
menjelaskan
konsep
tumbuhan hijau;
wortel, ubi dan LKS siswa. 4) Guru
menjelaskan
memberikan penguatan. 14) guru
mendiskusikan
mengajukan
pertanyaan sekitar materi
permasalahan baru bersama anggota kelompoknya;
dan
yang diajarkan; dan
siswa
siswa
menyimpulkan
materi
untuk
mengumpulkan
yang diajarkan
informasi
yang
7) guru
dengan
mendorong
materi
15) guru
sesuai
16) guru
tumbuhan
memberikan
evaluasi
hijau, melakukan peragaan,
pembelajaran
mencari
siswa;
penjelasan
dan
solusi;
akhir kepada
17) guru memberikan tindak
8) setiap kelompok menyusun laporan
hasil
diskusi
lanjut kepada siswa; 18) guru mengakhiri kegiatan
kelompok;
pembelajaran.
9) setiap perwakilan kelompok maju mempresentasikan
bersama
Sekilas
gambaran
proses
untuk
pembelajaran pada siklus I, guru
hasil
tidak lagi mentransfer materi pada
diskusi kelompok. 10) guru
soal
siswa, tapi siswa secara aktif bekerja siswa
sama dalam kelompok untuk mencari
mengoreksi hasil diskusi
materi
serta
mendiskusikannya.
kelompok
Siswa tampak aktif dan bergairah dalam pembelajaran. Dalam kegiatan 111
Jurnal Genta Mulia Volume VII. Nomor 1. Januari-Juni 2016, 99-121
ini mereka saling bekerja sama dan bertanggung
jawab
c. Observasi
untuk
Observasi dilaksanakan pada
berkompetisi dengan kelompok lain
keseluruhan kegiatan tatap muka,
dalam
materi
dalam hal ini observasi dilakukan
tersebut. Suasana pembelajaran lebih
oleh 2 observer yaitu guru kelas
menyenangkan nampak semua siswa
(teman sejawat) pada SD Negeri 2
bergairah dalam mengikuti pelajaran.
Samadua. Observasi dilaksanakan
mendiskusikan
b. Wawancara
untuk
Wawancara
mengetahui
secara
detail
dilaksanakan
keaktifan, kerjasama, kecepatan dan
pada saat kegiatan tatap muka setelah
ketepatan siswa dalam memahami
selesai diskusi. Kegiatan wawancara
materi
dilaksanakan oleh guru terhadap
observasi digunakan sebagai bahan
beberapa
refleksi dan untuk merencanakan
anggota
Wawancara
kelompok.
diperlukan
untuk
mengetahui sejauh mana perasaan siswa
dalam
memahami
tumbuhan
hijau
tumbuhan
hijau.
Hasil
rencana tindakan pada siklus II. c) Hasil Pengamatan
materi
Hasil pengamatan pada siklus
dengan
I dapat dideskripsikan seperti pada
menggunakan model pembelajaran
tabel
3
berikut
ini.
Untuk
Problem Based Learning ini. Hasil
memperjelas data hasil tes siklus I
wawancara juga digunakan sebagai
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
bahan refleksi. Tabel 3 Hasil Nilai Tes Siklus I No
Hasil (Angka)
1 2 3 4 5
85-100 75-84 65-74 55-64 <54
Hasil ( Huruf) A B C D E Jumlah
Jumlah Siswa 1 4 3 6 8 22
Arti Lambang Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
Persen 4,55% 18,18% 13,64% 27,27% 36,36% 100 %
Sumber: Hasil Tabulasi Data Dari menunjukkan
hasil
tes
bahwa
siklus hasil
I,
adalah
1
siswa
(4,55%),
yang
yang
mendapat nilai B (baik) adalah 4
mencapai nilai A (sangat baik)
siswa atau (18,18%), sedangkan dari 112
Jurnal Genta Mulia Volume VII. Nomor 1. Januari-Juni 2016, 99-121
jumlah
22
mendapatkan
siswa nilai
yang C
masih (cukup)
sebanyak 3 siswa (16,34%), dan
2 Nilai Terendah 3 Nilai Rata-rata Sumber : Data yang diolah
d) Refleksi
yang mendapat nilai D (kurang) ada 6 siswa (27,27%), sedangkan yang mendapat nilai E (sangat kurang) ada 8 siswa atau
(36,36%). Untuk
ketuntasan siswa dapat dilihat tabel berikut.
50 63,18
Berdasarkan
hasil
tes
kemampuan awal dengan hasil tes kemampuan siklus I dapat dilihat adanya pengurangan jumlah siswa yang
masih
di
bawah
Kriteria
ketuntasan Minimal. Pada pra siklus
Adapun dari hasil nilai siklus
jumlah siswa yang dibawah KKM
I dapat dijelaskan bahwa perolehan
sebanyak 16 anak dan pada akhir
nilai tertinggi adalah 100, nilai
siklus I berkurang menjadi 10 anak.
terendah 50, dengan nilai rata-rata
Nilai rata-rata kelas meningkat dari
kelas sebesar 67 seperti pada tabel
58,64 menjadi 63,18 Jumlah siswa
dibawah ini :
yang mencapai ketuntasan belajar
Tabel 4 Rata-rata Hasil Tes siklus I
mengalami
No 1
Keterangan Nilai tertinggi
Nilai 100
peningkatan
jika
dibandingkan dengan siklus I, seperti disajikan dalam tabel 5 berikut ini.
Tabel 5. Perbandingan Hasil Nilai Tes Pra Siklus dan Siklus I No
Hasil tes (dalam huruf ) 1 A (85 -100) 2 B (75-84) 3 C (65-74) 4 D (55-64) 5 E (< 54) Jumlah Sumber : Hasil Tabulasi Data
Jumlah siswa yang berhasil Pra siklus Siklus I 1 2 4 2 3 9 6 9 8 22 22
Peningkatan hasil rata- rata kelas tampak ada perubahan pra siklus dengan siklus I. Tabel 6 Perbandingan nilai rata-rata Pra Siklus dan Siklus I No
Keterangan
Pra siklus
Siklus I
1 2
Nilai tertinggi Nilai terendah
80 50
100 50
113
Jurnal Genta Mulia Volume VII. Nomor 1. Januari-Juni 2016, 99-121
3
Nilai rata- rata
58,64
63,18
kegiatan yang bersifat kelompok ada Berdasarkan data pada tabel 6 di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL)
meningkatkan
mampu
hasil
belajar,
khususnya pada kompetensi dasar Mengidentifikasi
cara
hijau
makanan.
karena
membuat itu,
rata-rata
tumbuhan
kelas
Oleh pun
mengalami kenaikan menjadi 63,18. Walaupun sudah terjadi kenaikan seperti tersebut di atas, namun hasil tersebut belum optimal. Hal ini dapat terlihat dari hasil observasi bahwa dalam kegiatan pembelajaran masih terdapat beberapa siswa yang kurang aktif dalam
melakukan kegiatan
pembelajaran, karena sebagian siswa beranggapan bahwa kegiatan secara kelompok akan mendapat prestasi yang sama dan juga keseriusan
anggapan bahwa prestasi maupun nilai yang di dapat secara kelompok. Dari hasil pengamatan telah terjadi kreatifitas dan keaktifan siswa secara mental
maupun motorik, karena
kegiatan
pembelajaran
yang
dilakukan dengan tanya jawab serta perlu
kecermatan
dan
ketepatan
dalam tanya jawab tersebut. Ada interaksi antar siswa secara individu maupun
kelompok,
serta
antar
kelompok. Masing-masing siswa ada peningkatan latihan bertanya dan menjwab antar kelompok, sehingga terlatih ketrampilan bertanya jawab. Terjalin kerjasama inter dan antar kelompok. Ada persaingan positif antar
kelompok
berkompetisi
mereka
untuk
saling
memperoleh
penghargaan dan menunjukkan untuk jati diri pada siswa.
dalam kelompok juga kurang. Oleh karena
itu,
upaya
Hasil antara kondisi awal
perbaikan pembelajaran pada siklus
dengan siklus I menyebabkan adanya
II.
perubahan walau belum bisa optimal, Proses
diperlukan
pembelajaran
pada
hal ini ditandai dengan peningkatan
siklus I sudah menunjukkan adanya
jumlah
siswa
yang
perubahan, meskipun belum semua
ketuntasan belajar. Dari hasil tes
siswa terlibat aktif dalam kegiatan
akhir siklus I ternyata lebih baik
pembelajaran. Hal ini dikarenakan
dibandingkan
dengan
mencapai
tingkat 114
Jurnal Genta Mulia Volume VII. Nomor 1. Januari-Juni 2016, 99-121
ketuntasan
belajar
siswa
pada
a. Pemilihan
materi
dan
kondisi awal atau sebelum dilakukan
penyusunan
tindakan
pelasaksanaan pembelajaran Dalam
Dari hasil refleksi siklus I dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan Problem
Model Based
pembelajaran
Learning
siswa
mengalami peningkatan baik dalam mencapai ketuntasan belajar yaitu dari 18 siswa belum tuntas pada pra siklus menjadi 14 siswa yang belum tuntas pada siklus I. Sedangkan nilai rata–rata kelas ada kenaikan sebesar 7,74%. Pada siklus I ini belum semua siswa mencapai ketuntasan karena
ada
sebagian
siswa
berpandangan bahwa kegiatan yang bersifat kelompok, penilaiannya juga kelompok.
hakikatnya
rencana
siklus
II,
merupakan
pada
perbaikan
atas kondisi siklus I. Materi pelajaran dalam siklus II adalah tumbuhan hijau. Atas dasar materi pelajaran tersebut
kemudian
dengan
dilanjutkan
pembuatan
pelaksanaan Alokasi
rencana
pembelajaran
waktu
yang
(RPP).
dibutuhkan
untuk kegiatan tersebut adalah 2 x 35 menit dengan 2 kali tatap muka. b. Pembentukan
kelompok
siswa Pada
siklus
II,
strategi
pembelajaran yang digunakan adalah Model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL)
dikemas
dalam
bentuk tanya jawab antar kelompok, sehingga siswa dibagi menjadi 4
C. Deskripsi Hasil Siklus II Berdasarkan
hasil
refleksi
kelompok
untuk
dapat
pada siklus I, maka pelaksanaan
menyelesaikan materi dengan diskusi
tindakan
sesama anggota kelompok.
pada
siklus
II
dapat
dideskripsikan sebagai berikut. 1. Perencanaan Tindakan Perencanaan tindakan dalam siklus II dapat diuraikan sebagai berikut:
2. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan pada siklus II dapat dideskripsikan sebagai berikut: a. Pelaksanaan Tatap Muka Tatap muka I dan II dengan RPP tentang materi tumbuhan hijau. 115
Jurnal Genta Mulia Volume VII. Nomor 1. Januari-Juni 2016, 99-121
Metode
pembelajaran
yang
daun hijau, wortel, ubi, yang
digunakan
adalah
pembelajaran
nantinya mengarahkan siswa
Problem Based Learning.
kepada permasalahan;
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
8) guru
membantu
siswa
mencari pemecahan masalah
1) Guru memberikan evaluasi
menggunakan
tumbuhan-
atas kegiatan pembelajaran
tumbuhan seperti wortel, ubi
pada siklus I.
dan LKS siswa..
2) Guru memberikan motivasi mengenai materi pentingnya
9) siswa membentuk kelompok; 10) siswa
mendiskusikan
untuk Mengidentifikasi cara
permasalahan baru bersama
tumbuhan
anggota kelompoknya;
hijau
membuat
makanan.
11) guru
3) menyiapkan
mendorong
siswa
media
untuk
mengumpulkan
pembelajaran
berupa
informasi
yang
tumbuhan-tumbuhan
seperti
dengan
wortel, ubi dll;
materi
mengingatkan siswa tentang materi yang diajarkan pada
mencari
penjelasan
12) setiap kelompok menyusun laporan
memotivasi
kelompok;
siswa
dalam
agar kegiatan
pemecahan masalah;
tujuan-tujuan pembelajaran. 6) guru
hasil
menyajikan
untuk
mempresentasikan
14) guru
bersama
mengoreksi
siswa
kelompok
menggunakan
media
tumbuhan-tumbuhan
seperti
hasil
diskusi kelompok.
permasalahan nyata kepada
7) guru melakukan demosntrasi
diskusi
13) setiap perwakilan kelompok maju
menginformasikan
dan
solusi;
pertemuan sebelumnya dan
5) guru
tumbuhan
hijau, melakukan peragaan,
4) melakukan apersepsi, yaitu
terlibat
sesuai
hasil
siswa diskusi
15) guru menjelaskan mengenai konsep tumbuhan hijau; 116
Jurnal Genta Mulia Volume VII. Nomor 1. Januari-Juni 2016, 99-121
16) guru bertanya-jawab tentang hal-hal
yang
belum
diketahui siswa; 17) guru
b. Wawancara Wawancara
dilaksanakan
pada saat siswa melakukan kegiatan
bersama
siswa
meluruskan
pembelajaran.
Wawancara
diperlukan untuk mengetahui sejauh
kesalahpahaman
dan
memberikan penguatan. 18) guru
mana
kemampuan
memahami,
mengajukan
siswa
memadukan
dalam dengan
mata pelajaran lain. Disamping itu,
pertanyaan sekitar materi
wawancara
yang diajarkan;
mengidentifikasi kesulitan-kesulitan
19) guru
dan
digunakan
untuk
siswa
yang dialami oleh siswa. Hasil
menyimpulkan materi yang
wawancara digunakan sebagai bahan
diajarkan
refleksi.
20) guru
memberikan
soal
evaluasi akhir pembelajaran kepada siswa; 21) guru
c. Observasi Observasi dilaksanakan pada keseluruhan kegiatan tatap muka,
memberikan
tindak
lanjut kepada siswa;
dalam hal ini observasi dilakukan oleh 2 observer yaitu guru kelas V
22) Guru menilai hasil evaluasi.
SD Negeri 2 Samadua. Observasi
23) guru mengakhiri kegiatan
dilaksanakan
pembelajaran. Pada
aktivitas
untuk
siswa
mengetahui
secara
langsung
pelaksanaan
dalam proses pembelajaran. Hasil
pembelajaran pada siklus II siswa
observasi digunakan sebagai bahan
masih
refleksi.
belajar
secara
kelompok,
namun dalam kegiatan kelompok ini
3. Hasil Pengamatan
siswa tertantang untuk lebih mandiri
Setelah dilakukan persiapan
dalam menguasai materi. Karena
dan tindakan pada pembelajaran
disamping belajar secara kelompok,
siklus ke II, maka diperoleh hasil
namun mereka antar individu harus
nilainya. Hasil pengamatan pada
berkompetisi secara pribadi untuk
siklus II dapat dideskripsikan seperti
dapat menjawab pada saat diskusi
pada tabel 7 berikut ini.
dan tes nantinya. 117
Jurnal Genta Mulia Volume VII. Nomor 1. Januari-Juni 2016, 99-121
Tabel 7 Rekap Hasil Nilai Tes Siklus II Hasil (Angka) 85-100 75-84 65-74 55-64 <54
No 1 2 3 4 5
Hasil (Huruf) A B C D E Jumlah
Jumlah Siswa 2 7 8 3 2 22
Arti Lambang Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
Persen 9,09% 31,82% 36,36% 13,64% 9,09% 100%
Sumber : Tabulasi Data Dari tabel di atas dapat
kurang) 2 atau 9,09%. Sedangkan
diketahui bahwa yang mendapatkan
nilai rata-rata kelas 72,73. Hasil Nilai
nilai sangat baik (A) adalah 9,09%
Rata- rata Siklus II dapat diperjelas
atau 2 siswa, yang mendapat nilai
di bawah ini:
baik (B) adalah 31,82% atau 7 siswa.
Tabel 8 Rata-rata Hasil Tes siklus II
Dan yang mendapat nilai C (cukup) adalah 36,36% atau sebanyak 8 siswa. Sedangkan yang mendapat nilai D (kurang) adalah 13,64% atau sebanyak 3 siswa, dan E (sangat
No 1
Keterangan Nilai tertinggi
Nilai 100
2
Nilai Terendah
50
3
Nilai Rata-rata
72,73
Sumber : Data yang diolah belajar IPA, khususnya kompetensi
4. Refleksi Berdasarkan nilai hasil siklus
dasar
Mengidentifikasi
cara
I dan nilai hasil siklus II dapat
tumbuhan hijau membuat makanan.
diketahui
Model
Untuk lebih jelasnya pada tabel 9
Based
berikut dipaparkan hasil refleksi
pembelajaran
bahwa Problem
Learning dapat meningkatkan hasil
pada siklus II.
Tabel 9 Perbandingan Hasil Nilai Tes Model Siklus I dan Siklus II No 1 2 3 4 5
Hasil (huruf/angka) A (85 -100) B (75-84) C (65-74) D (55-64) E (< 54) Jumlah
Jumlah Siswa yang Berhasil Siklus I Siklus II 1 4 3 6 8 22
2 7 8 3 2 22
Sumber : Hasil Tabulasi Data 118
Jurnal Genta Mulia Volume VII. Nomor 1. Januari-Juni 2016, 99-121
Jika
dibandingkan
antara
kelas siklus I sudah ada peningkatan
keadaan kondisi awal, siklus I dan
menjadi 63,18. Adapun kenaikan rata
siklus II dapat dilihat bahwa saat
– rata pada siklus II menjadi 72,73.
kondisi awal rata- rata kelas sebesar
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
58,64, sedangkan nilai rata- rata
pada tabel dan diagram dibawah ini :
Tabel 10 Perbandingan Hasil Tes Pra siklus, siklus I dan Siklus II No
Hasil Lambang Angka
1 2 3 4 5
85-100 75-84 65-74 55-64 <54
Hasil Evaluasi A B C D E Jumlah
Arti Lambang
Pra tindakan
Siklus I
Siklus II
2 2 9 9 22
1 4 3 6 8 22
2 7 8 3 2 22
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
Untuk Perbandingan ketuntasan nilai Dari tabel diatas dapat dilihat perbandingan hasil perolehan nilai siswa dari pra siklus, siklus I dan
rata-rata Pra siklus, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini.
juga perolehan nilai pada siklus II. Tabel 11 Perbandingan ketuntasan nilai rata-rata Pra siklus,siklus I dan siklus II No
Uraian
1 2 3
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Jumlah siswa Tuntas Belum Tuntas 4 siswa 18 siswa 8 siswa 14 siswa 17 siswa 5 siswa
Rata-Rata 58,64 63,18 72,73
Dengan melihat perbandingan hasil tes siklus I dan siklus II ada peningkatan yang cukup signifikan, baik dilihat dari ketuntasan belajar maupun hasil perolehan nilai rata-rata kelas. Dari jumlah 22 siswa masih ada 5 siswa yang belum mencapai ketuntasan, hal ini memang kelima siswa tersebut harus mendapatkan pelayanan khusus, namun sekalipun 5 siswa ini belum mencapai ketuntasan, di sisi lain tetap bergairah dalam belajar. Sedangkan ketuntasan ada peningkatan sebesar 40,91% dibandingkan pada siklus I. Sedangkan nilai tertinggi pada siklus I sudah ada peningkatan dengan mendapat nilai 100 sebanyak 2 siswa, hal ini karena kedua anak tersebut disamping mempunyai kemampuan cukup, didukung rasa senang dan dalam 119
Jurnal Genta Mulia Volume VII. Nomor 1. Januari-Juni 2016, 99-121
belajar, sehingga mereka dapat nilai yang optimal. Dari nilai rata- rata kelas yang dicapai pada siklus II ada peningkatan sebesar 15,12% dibandingkan nilai ratarata kelas pada siklus I. Secara umum dari hasil pengamatan dan tes sebelum pra siklus, hingga siklus II, dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan Model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar matematika kompetensi dasar Mengidentifikasi cara tumbuhan hijau membuat makanan sebesar 77,27%. Dari hasil penelitian, dapat dilihat dan telah terjadi peningkatan pemahaman tentang tumbuhan hijau pada siswa kelas V SD Negeri 2 Samadua pada semester ganjil Tahun Ajaran 2012/2013 melalui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning. Peningkatan nilai rata-rata yaitu 58,64 pada kondisi awal menjadi 63,18 pada siklus I dan menjadi 72,73 pada siklus II. Nilai rata-rata siklus I meningkat 7,74% dari kondisi awal, nilai rata-rata siklus II meningkat 15,12% dari siklus I. Sedangkan ketuntasan belajar pada siklus I ada peningkatan sebesar 18,18% dari kondisi awal, siklus II meningkat 40,91% dari siklus I. Peningkatan nilai rata-rata kelas secara keseluruhan sebesar 22,86%. Pada akhir pembelajaran terdapat perubahan hasil belajar dan aktifitas siswa pada siswa mengenai tumbuhan hijau. Dengan menggunakan Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ternyata dapat meningkatkan prestasi belajar IPA.
4 KESIMPULAN Penerapan model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA khususnya kompetensi dasar mengidentifikasi cara tumbuhan hijau membuat makanan bagi siswa kelas V Semester genap SD Negeri 2 Samadua Tahun Pelajaran 2012/2013.
5 REFERENSI Amir, Taufiq. 2010. Inovasi Pendidikan melalui Problem Based Learning: Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 120
Jurnal Genta Mulia Volume VII. Nomor 1. Januari-Juni 2016, 99-121
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka. Dahar, Ratna Wilis. 2006. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Erlangga. Djaali. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Hariyanto.
2010.
Pengertian
Minat
Belajar.
http://belajarpsikologi.com/
pengertianminat/ (diakses 24/11/2013). Muslichah, Asyari. 2006. Penerapan Sain Tekhnologi Masyarakat Dalam Pembelajaran Sain. Depdiknas. Rifai, Achmad dan Catharina Tri Anni. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: Universitas Negeri Semarang Press. Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Semarang: UPT MKK UNNES. Rusmono. 2012. Strategi Pembelajaran Problem Based Learning Itu Perlu: Untuk Meningkatkan Profesionalitas Guru. Bogor: Ghalia Indonesia. Sagala. Syaiful. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alphabeta Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta. Srini M. Iskandar. 2001. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung: CV. Maulana Sugandi, Achmad dan Haryanto. 2007. Teori Pembelajaran. Semarang: UPT MKK UNNES. Sudaryono, Margono dan Rahayu. 2012. Pengembangan Instrumen Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Syah, Muhibbin. 1999. Psikologi Belajar. Jakarta : PT Logos Wacana Ilmu.
121