ISSN: 1978-3116
JURNA L
Vol. 2, No. 3, November 2008
EKONOMI & BISNIS
Tahun 2007
JURNAL EKONOMI & BISNIS (JEB) EDITOR IN CHIEF Prof. Dr. Djoko Susanto, MSA., Akuntan STIE YKPN Yogyakarta EDITORIAL BOARD MEMBERS Dr. Baldric Siregar, MBA., Akuntan STIE YKPN Yogyakarta
Dr. Soeratno, M.Ec. Universitas Gadjah Mada
Dr. Dody Hapsoro, MSPA., MBA., Akuntan STIE YKPN Yogyakarta
Dr. Wisnu Prajogo, SE., MBA. Universitas Gadjah Mada
MANAGING EDITORS Dra. Sinta Sudarini, MS., Akuntan STIE YKPN Yogyakarta EDITORIAL SECRETARY Drs. Rudy Badrudin, M.Si. STIE YKPN Yogyakarta PUBLISHER Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat STIE YKPN Yogyakarta Jalan Seturan Yogyakarta 55281 Telpon (0274) 486160, 486321 ext. 1100 Fax. (0274) 486155 EDITORIAL ADDRESS Jalan Seturan Yogyakarta 55281 Telpon (0274) 486160, 486321 ext. 1332 Fax. (0274) 486155 http://www.stieykpn.ac.id O e-mail:
[email protected] Bank Mandiri atas nama STIE YKPN Yogyakarta No. Rekening 137 – 0095042814
Jurnal Ekonomi & Bisnis (JEB) terbit sejak tahun 2007. JEB merupakan jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Yayasan Keluarga Pahlawan Negara (STIE YKPN) Yogyakarta. Penerbitan JEB dimaksudkan sebagai media penuangan karya ilmiah baik berupa kajian ilmiah maupun hasil penelitian di bidang ekonomi dan bisnis. Setiap naskah yang dikirimkan ke JEB akan ditelaah oleh MITRA BESTARI yang bidangnya sesuai. Daftar nama MITRA BESTARI akan dicantumkan pada nomor paling akhir dari setiap volume. Penulis akan menerima lima eksemplar cetak lepas (off print) setelah terbit. JEB diterbitkan setahun tiga kali, yaitu pada bulan Maret, Juli, dan Nopember. Harga langganan JEB Rp7.500,- ditambah biaya kirim Rp12.500,- per eksemplar. Berlangganan minimal 1 tahun (volume) atau untuk 3 kali terbitan. Kami memberikan kemudah-an bagi para pembaca dalam mengarsip karya ilmiah dalam bentuk electronic file artikel-artikel yang dimuat pada JAM dengan cara mengakses artikel-artikel tersebut di website STIE YKPN Yogyakarta (http://www.stieykpn.ac.id).
ISSN: 1978-3116
JURNA L
Vol. 2, No. 3, November 2008
EKONOMI & BISNIS
Tahun 2007
MITRA BESTARI
JURNAL EKONOMI & BISNIS (JEB) Editorial JEB menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada MITRA BESTARI yang telah menelaah naskah sesuai dengan bidangnya. Berikut ini adalah nama dan asal institusi MITRA BESTARI yang telah melakukan telaah terhadap naskah yang masuk ke editorial JEB selama tahun 2008 (Vol. 2, No. 1, Maret 2008; Vol. 2, No. 2, Juli 2008; dan Vol. 2, No. 3, Nopember 2008). Dr. Agus Suman, SE., DEA. Universitas Brawijaya
Dr. Harsono, M.Sc. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Dr. Akhmad Makhfatih, MA. Universitas Gadjah Mada
Prof. Dr. Hartono, MS. Universitas Sebelas Maret
Prof. Dr. Arief Suadi, MBA. STIE YKPN Yogyakarta
Prof. Dr. Iswardono SP., MA. Universitas Gadjah Mada
Dr. Bagus Santoso, M.Soc.Sc. Universitas Gadjah Mada
Prof. Dr. J. Sukmawati Sukamulja, MM. Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Prof. Dr. Basu Swastha Dharmmesta, MBA. Universitas Gadjah Mada
Dr. Lincolin Arsyad, M.Sc. Universitas Gadjah Mada
Dr. Catur Sugiyanto, MA. Universitas Gadjah Mada
Prof. Dr. Mudrajad Kuncoro, M.Soc.Sc. Universitas Gadjah Mada
Prof. Dr. Dibyo Prabowo, M.Sc. Universitas Gadjah Mada
Prof. Dr. Nopirin, MA. Universitas Gadjah Mada
Prof. Dr. Djoko Susanto, MSA., Akuntan STIE YKPN Yogyakarta
Prof. Dr. Ritha Fatimah Dalimunthe, M.Si. Universitas Sumatra Utara
Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, M.Ec. Universitas Islam Indonesia
Dr. R. Maryatmo, MA. Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Dr. Fahmi Radhy, MBA. Universitas Gadjah Mada
Dr. Su’ad Husnan, MBA. Universitas Gadjah Mada
Prof. Dr. FX. Sugiyanto, MS. Universitas Diponegoro
Prof. Dr. Tandelilin Eduardus, MBA. Universitas Gadjah Mada
Prof. Dr. HM. Wahyuddin, MS. Universitas Muhammadiyah Surakarta
Prof. Dr. Zaki Baridwan, M.Sc., Akuntan Universitas Gadjah Mada
ISSN: 1978-3116
JURNA L
Vol. 2, No. 3, November 2008
EKONOMI & BISNIS
Tahun 2007
DAFTAR ISI
ANALISIS PENGARUH PENDUKUNG ONLINE WEBSITE LAYANAN OPERATOR SELULER PADA KEPUASAN DAN LOYALITAS PELANGGAN OPERATOR SELULER DI INDONESIA Andlie Liano Anwar 145-158 PENGARUH BUDAYAORGANISASIONALDAN LINGKUNGAN KERJATERHADAPKINERJAPERAWAT “RUMAH SAKIT MATA Dr. YAP” YOGYAKARTA DENGAN MOTIVASI DAN KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL PEMEDIASI Edy 159-174 PENGARUH KEPEMIMPINAN, LINGKUNGAN KERJA FISIK, DAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI PT. PERTAMINA (PERSERO) UPMS III TERMINALTRANSIT UTAMA BALONGAN, INDRAMAYU Ferina Sukmawati 175-194 PENGARUH KECERDASAN EMOSIONALPERAWATTERHADAPPERILAKU MELAYANI KONSUMEN DAN KINERJAPERAWAT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU Willy Lutfiani Rosalina 195-216 IKLAN INDUSTRI KECIL MELALUI WORD WIDE WEB (WWW) DI DAERAH ISTIMEWAYOGYAKARTA: MASALAH EFEKTIFITAS ISI DAN DESAIN IKLAN Abidarin Rosidi 217-232 DAMPAK KRISIS KEUANGANAMERIKA SERIKATTERHADAP PERDAGANGAN INTERNASIONAL INDONESIA Rudy Badrudin 233-246
ISSN: 1978-3116 ANALISIS PENGARUH PENDUKUNG ONLINE WEBSITE.............................(Andlie Liano Anwar)
Vol. 2, No. 3, November 2008 Hal. 145-158
JURNA L EKONOMI & BISNIS
Tahun 2007
ANALISIS PENGARUH PENDUKUNG ONLINE WEBSITE LAYANAN OPERATOR SELULER PADA KEPUASAN DAN LOYALITAS PELANGGAN OPERATOR SELULER DI INDONESIA Andlie Liano Anwar Jalan Prapatan Dalam RT 04 RW 01, Nomor 14, Telagasari, Balikpapan 76111 Telepon +62 542 411753 E-mail:
[email protected]
ABSTRACT The development of telecommunication technology was a promising business area because its outstanding potential. A company could increase the quality of its core service and pheriperal service in order to create customer loyalty. Therefore, this research aimed to analyze the effect of offline and online customer satisfaction on customer loyalty. Besides, this research also aimed to analyze the effect of custome delight, customer value and responsiveness on customer satisfaction, the effect of usability and e-scape design on customer delight, and the effect of customization and assurance on custome value. Respondent of this research was determined using convenience sampling by the number of sample as 200 respondents. Primary data collection was done using survey method of questionnaire. Research instrument test was conducted by Confirmatory Factor Analysis (CFA) for validity test and Cronbach Alpha test for reliability test. The analysis techniques used in this research were anova and regression analysis. The result of research showed that online delight and responsiveness had no significant effect on customer satisfaction. It meant that there was no significant effect of online delight variable on customer satisfaction of offline support and the effect of responsiveness on customer satisfaction of online support. Customization and assurance had a positive and significant effect on online value. Usability and escape also had a positive and significant effect on online delight. Online and offline satisfaction variables also had positive and significant effect on loyalty.
Generally, loyalty was influenced directly by satisfaction variable, both online and offline satisfaction. Online satisfaction variable itself was influenced directly by online value variable that was also influenced indirectly by customization and assurance variables. Keywords: online satisfaction, offline satisfaction, loyalty.
PENDAHULUAN Kemajuan pesat di bidang teknologi, terutama teknologi telekomunikasi telah mengakibatkan semakin meningkatnya arus informasi. Teknologi telekomunikasi dan informasi kini telah menjadi alat yang sangat efektif untuk mengubah efisiensi dan efektivitas interaksi manusia. Dalam perkembangannya saat ini, teknologi telekomunikasi dan informasi tidak hanya menjadi instrumen peningkatan efektifitas dan efisiensi bisnis tetapi juga telah menjadi area bisnis yang menjanjikan, yang banyak diperebutkan pelaku usaha karena potensi yang luar biasa. Pada industri telepon seluler, berdasarkan Asosiasi Telepon Seluler Indonesia (ATSI) terdapat 9 perusahaan yang beroperasi sebagai operator telepon seluler di Indonesia. Perusahaan yang beroperasi menggunakan teknologi GSM adalah PT Telkomsel (Halo, Simpati, As), PT Excelmindo (Pro XL), PT Natrindo Telepon Seluler/Lippo (Cermat), dan PT Indosat tbk (mentari, IM3, Matrix). Perusahaan yang beroperasi menggunakan teknologi CDMA adalah PT
145
JEB, Vol. 2, No. 3, November 2008: 145-158
Cyber Access Communication, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom Flexi), PT Indosat (Star One), PT Bakrie Telecom (Esia), dan PT Mobile-8 Telecom (Fren). Sementara perusahaan yang beroperasi menggunakan teknologi NMT adalah PT Mandara Seluler Indonesia (Driyo, 2006). Menurut ATSI (Driyo, 2006), pada Juni 2005 pengguna seluler di dalam negeri mencapai 40 juta lebih atau meningkat 40% dari tahun sebelumnya, sementara pada tahun 2006 diperkirakan meningkat 30% menjadi 55 juta orang. Perkembangan telepon seluler di Indonesia selama tahun 2000-2005 adalah sangat pesat dengan pertumbuhan sebesar 45,52% per tahun. Berdasarkan laporan lembaga Portio Research, Indonesia termasuk dalam jajaran negara industri seluler paling tinggi di dunia. Pada kurun waktu 2006 hingga 2011, Indonesia diperkirakan akan berada di peringkat tiga setelah India dan China. Peningkatan kompleksitas pada produk dan jasa, mengakibatkan konsumen membutuhkan layanan pendukung dari penyedia mereka (Loomba, 1996; Goffin dan New, 2001). Konsumen menjadi semakin menyadari hak dan kebutuhan untuk mendapatkan pendukung yang berkualitas tinggi. Bagi perusahaan, menciptakan dan menyediakan layanan pendukung adalah mahal, namun hal ini dapat memberikan sejumlah keuntungan yang nantinya dapat menutupi biaya yang dikeluarkan pada layanan pendukung. Pendukung yang berkualitas tinggi akan menciptakan keunggulan kompetitif perusahaan, yang berpotensi untuk meningkatkan kepuasan dan loyalitas (van Riel et al., 2004; Daugherty, Ellinger dan Plair, 1997). Kehadiran teknologi menciptakan cara-cara yang baru dalam penyampaian jasa, yaitu dapat lebih mudah dicapai (accessible), lebih sesuai (convenient), dan lebih produktif (productive) (Bitner, 2001). Menurut Rust dan Lemon (2001), peran internet menjadi sangat penting yaitu sebagai sarana bertukar informasi. Internet tidak hanya berfungsi sebagai media periklanan, namun juga sebagai layanan komunikasi 2 arah, personalisasi berdasarkan komunikasi 2 arah, serta kemampuan penyesuaian waktu dalam komunikasi antara konsumen dan perusahaan. Batasan waktu berkomunikasi antara perusahaan dan konsumen dapat ditekan, daya respon perusahaan terhadap konsumen dalam menjawab pertanyaan yang diajukan konsumen menjadi lebih mudah serta memberikan keunggulan
146
personalization dan customization. Hal tersebut mengakibatkan internet sangat sesuai untuk dijadikan sebagai media layanan pendukung, yaitu sebagai pertukaran komunikasi dan informasi yang merupakan elemen penting bagi layanan pendukung (van Riel et al., 2004). Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan van Riel et al. (2004), yang meneliti mengenai pengaruh kepuasan konsumen terhadap pendukung yang dilakukan secara online pada loyalitas pelanggan. Penelitian sebelumnya telah mengidentifikasi kualitas jasa elektronik terhadap pendukung online dan menunjukkan bahwa kualitas layanan pendukung online sangat mempengaruhi kepuasan dan loyalitas melalui pengaruh nilai dan kesenangan online. Sebagian dimensi kualitas jasa elektronik (daya guna dan e-scape design) bertindak sebagai antesenden kesenangan, dan sebagian lagi (customization dan jaminan) bertindak sebagai antesenden nilai, sedangkan dimensi kualitas daya respon berpengaruh langsung pada kepuasan. Penelitian ini juga meneliti pengaruh kepuasan terhadap layanan inti (offline satisfaction) pada loyalitas pelanggan. Peneliti mencoba melakukan penelitian tersebut untuk menguji kembali model tersebut, perbedaannya adalah obyek sebelumnya mengambil penyedia jasa telekomunikasi di Eropa, sementara pada penelitian ini mencoba melakukan penelitian pada jasa telekomunikasi seluler di Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan di Indonesia karena pesatnya perkembangan penyedia jasa telekomunikasi seluler di Indonesia yang membuat konsumen di Indonesia lebih selektif dalam memilih penyedia jasa komunikasi seluler di Indonesia. Hal ini mengakibatkan penyedia jasa telekomunikasi seluler di Indonesia harus meningkatkan kualitas layanan jasa inti (core service) maupun layanan pendukungnya (pheriperal service) agar tercipta loyalitas konsumen terhadap penyedia jasa komunikasi seluler di Indonesia. Pengumpulan data primer menggunakan instrumen kuesioner. MATERI DAN METODE PENELITIAN Menurut Van Riel et al. (2004), layanan pendukung telah dikonsepkan sama dengan layanan pelanggan (customer services), atau pendukung pelanggan (customersupport), atau pendukung produk (product
ANALISIS PENGARUH PENDUKUNG ONLINE WEBSITE.............................(Andlie Liano Anwar)
support), atau pendukung teknis (technical support), dan secara produktif dikonsepkan mulai dari dikotomi antara layanan inti dan peripheral. Dalam banyak hal, produk atau jasa inti dapat dibedakan. Produk inti biasanya didukung oleh berbagai produk pheriperal. Produk pheriperal digunakan untuk meningkatkan nilai dari penawaran total. Karena jasa inti seringkali tidak dapat dibedakan dengan perusahaan pesaing, maka pilihan konsumen terhadap jasa ditentukan oleh peripheral. Gronroos (2000) mengatakan, peripheral dibagi menjadi dua kategori, yaitu layanan pemudah (facilitating service) dan layanan pendukung (supporting service), hal ini tergantung apakah layanan tersebut diwajibkan (mandatory) pada penjualan dan pemakaian dari layanan inti atau tidak. Layanan atau produk pemudah adalah mandatory. Sementara layanan pendukung adalah tidak mandatory, karena tujuan dari layanan pendukung adalah untuk membedakan paket layanan dari pesaing lain dan meningkatkan kualitas serta nilai dari total penawaran. Van Riel et al. (2004), menjelaskan internet telah diidentifikasi sebagai jalur yang menjanjikan bagi layanan pendukung, sebagai pertukaran komunikasi dan informasi yang sangat penting untuk semua layanan pendukung. Informasi yang didapat hampir tidak terbatas dan memiliki tingkat efisiensi yang tinggi. Secara subtansial mengurangi kebutuhan berinteraksi (human staff) yang tinggi. Keuntungan potensial dengan menyediakan informasi secara online adalah dokumentasi dapat disesuaikan, mengandung informasi yang lebih kaya dibandingkan dengan copian cetakan, dapat memuat gambar yang lebih baik, dan adanya video interaktif. Dokumentasi online dapat diperbaharui dan kualitasnya dapat diperbaiki melalui feedback dari pelanggan. Pendukung dapat diorganisasi secara terpusat dan dapat mengurangi kebutuhan jumlah cabang perusahaan lokal. Melalui layanan online, perusahaan dapat berhubungan dan membuat kesepakatan dengan pelanggan mereka secara langsung, mengurangi biaya perantara yang mahal, meningkatkan kualitas marketing intelegence perusahaan, dan membangun learning relationship dengan pelanggan mereka. Kepuasan adalah faktor penting dalam mempengaruhi loyalitas konsumen. Kepuasan telah dipertimbangkan sebagai anteseden dari intensi perilaku (Zeithaml et al., 1996). Kepuasan konsumen
dilihat dari sudut pandang hubungan, sebagai hasil dari evaluasi satuan jasa yang ditawarkan penyedia (van Riel et al., 2004). Dalam kepuasan, konsumen akan memenuhi kebutuhan dan keinginan. Pemenuhan ini dirasakan menyenangkan. Kepuasan yang mempengaruhi loyalitas adalah kepuasan yang berkalikali atau kumulatif. Layanan inti menjadi alasan yang penting dalam menciptakan kesepakatan antara konsumen dengan perusahaan. Layanan pendukung adalah bagian dari kesatuan layanan yang ditawarkan sehingga disimpulkan tanggapan konsumen terhadap kualitas dari layanan pendukung akan sama dengan kualitas dari layanan inti dan akan mempengaruhi kepuasan serta loyalitas konsumen terhadap penyedia. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis yang diajukan adalah: H1: kepuasan pelanggan offline (jasa inti) berpengaruh positif pada loyalitas terhadap penyedia. Layanan pendukung adalah bagian dari penawaran jasa yang sempurna. Sesuai dengan penelitian sebelumnya, respon terhadap layanan pendukung akan sama dengan respon terhadap kualitas jasa inti (Brady and Cronin 2001). Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis yang diajukan adalah: H2: kepuasan pendukung online berpengaruh positif pada loyalitas terhadap penyedia. Kepuasan konsumen didefinisikan sebagai pemenuhan yang menyenangkan dari kebutuhan atau tujuan (Oliver, 1999). Berdasarkan definisi ini secara tidak langsung menjelaskan suatu hasil dari evaluasi atau perbandingan konsumen atas apa yang telah diberikan dan yang diterima (Zeithaml, 1988). Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis yang diajukan adalah : H3: nilai pendukung online berpengaruh positif pada kepuasan pendukung online. Chandler dalam Oliver et al. (1997), mengatakan bahwa kesenangan pelanggan (customer delight) adalah reaksi dari konsumen saat menerima produk. Selain merasa terpuaskan, konsumen juga mendapatkan nilai yang tidak diharapkan atau kepuasan yang tidak diduga sebelumnya. Demikian halnya dengan pemakai internet cenderung merasa menikmati dalam mengeksplorasi teknologi baru, adanya elemen hiburan, dan kesenangan akan menciptakan suatu
147
JEB, Vol. 2, No. 3, November 2008: 145-158
pengalaman ketika menggunakan web site. Dengan menciptakan pengalaman ini, akan meningkatkan loyalitas dan durasi kunjungan ke web site (Hoffman dan Novak, 1996). Dapat disimpulkan bahwa pengaruh hedonis ini memegang peranan penting dalam menciptakan kepuasan. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis yang diajukan adalah: H4: kesenangan pendukung online berpengaruh positif pada kepuasan pendukung online. Dimensi customization ini meliputi seberapa jauh dan mudah site mengakomodasi pilihan konsumen dan seberapa baik site didesain untuk kelompok pemakai (Zeithaml et al., 2000). Van Riel et al. (2004) memasukkan unsur flexibility ke dalam dimensi tersebut yang berhubungan dengan luasnya pilihan jasa yang ditawarkan. Apabila pilihan jasa cukup luas, konsumen dapat memilih sesuai dengan pilihan jasa yang ditawarkan sehingga customization dapat memberikan nilai tambah bagi konsumen. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis yang diajukan adalah: H5: customization pendukung online berpengaruh positif pada nilai pendukung online. Ketika transaksi dilakukan secara online, akan menimbulkan risiko dan ketidakpastian yang tinggi. Konsumen tidak dapat melihat representasi jasa, ukuran ruangan toko atau kantor secara fisik, dan tidak dapat menyentuh ataupun melihat produk yang ditawarkan. Konsumen hanya percaya terhadap produk yang ditawarkan melalui gambar yang disajikan pada web site serta jaminan penyedia. Konsumen yang percaya akan bersedia memberikan data pribadi (privacy) mereka kepada perusahaan, dimana data tersebut akan digunakan oleh perusahaan untuk meningkatkan hubungan dengan konsumen, menawarkan produk atau jasa disesuaikan dengan pilihan konsumen (Reichheld dan Schefter, 2000). Oleh karena itu, perusahaan hendaknya menepati janji mereka dan menyediakan informasi yang jujur serta dapat dipercaya (Bitner, 1995). Pada transaksi online, jaminan akan sangat berkaitan dengan security/privacy dan menyediakan informasi yang dapat dipercaya. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis yang diajukan adalah: H6: jaminan pendukung online berpengaruh positif pada nilai pendukung online. Daya guna dalam jasa adalah bagaimana konsumen dapat menemukan web site pendukung dan
148
mengaksesnya (Zeithaml et al., 2000). Pada saat menemukan dan mengakses, pelanggan membutuhkan arahan melalui e-service scape atau e-scape. Dimensi ease of navigation, mengacu pada seberapa besar usaha yang dilakukan konsumen dalam mencari site. Arahan tersebut misalnya berupa help functions, search engine, dan FAQ. Agar jasa tersebut berguna, maka harus dapat diandalkan, yaitu membutuhkan fungsi teknikal, link, serta supply yang benar, seperti misalnya menyediakan informasi yang lengkap dapat dimengerti dan up-to-date. Kurangnya daya guna pada web site akan mengakibatkan konsumen merasa kebingungan terhadap pencarian kebutuhan mereka dalam web site, serta konsumen menjadi enggan untuk kembali mengunjungi web site tersebut (Reicheld and Schefter, 2000). Didukung oleh Van Riel et al. ( 2004) yang menyatakan bahwa kurangnya daya guna jasa dapat meningkatkan distress. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis yang diajukan adalah: H7: daya guna pendukung online berpengaruh positif pada kesenangan pendukung online. E-scape design mencerminkan bagaimana informasi tersebut dapat disampaikan melalui penggunaan warna, layouts, gambar, dan tulisan sebagai suatu seni (Zang dan Thang, 2006). E-scape design mencerminkan pengaturan yang baik. Secara keseluruhan memiliki tampilan yang jelas pada jasa yang ditawarkan sehingga e-scape akan memberikan kontribusi bagi kesenangan konsumen. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis yang diajukan adalah: H8: e-scape design pendukung online berpengaruh positif pada kesenangan pendukung online. Daya respon berhubungan dengan berhubungan dengan kemampuan secara online perusahaan dalam merespon cepat terhadap masalah yang dihadapi pelanggan (Van Riel et al., 2004; Zeithaml et al., 2000). Dalam layanan pendukung, kecepatan perusahaan dalam merespon dan menyediakan sarana bantuan terhadap masalah yang timbul merupakan kualitas yang sangat utama. Adanya web site pendukung sebagai sarana komunikasi yang efisien dan efektif antara perusahaan dan konsumen. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis yang diajukan adalah: H9: daya respon pendukung online berpengaruh positif pada kepuasan pendukung online.
ANALISIS PENGARUH PENDUKUNG ONLINE WEBSITE.............................(Andlie Liano Anwar)
H5
Daya guna
H7
E-scape
H3
Kesenangan online
H4
W
H8
Kepuasan online
H2 W
H6
WW
Jaminan
Nilai online
W W
WW
Customization
Loyalitas
H9 Daya respon
Kepuasan Offline
H1
Gambar 1 Model dan Kerangka Penelitian Penelitian mengenai pendukung online pada web site penyedia layanan telekomunikasi dalam meningkatkan loyalitas konsumen dilakukan dengan metode survei. Pendekatan ini dilakukan untuk mendapatkan data primer yang diperlukan. Responden penelitian ditentukan secara convenience sampling yaitu peneliti memilih sampel yang paling mudah untuk ditemui dan purposive sampling dengan tipe yang digunakan adalah judgment sampling, yaitu peneliti memilih sampel berdasarkan penilaian terhadap karakteristik anggota sampel yang disesuaikan dengan maksud penelitian (Sekaran, 2000). Responden yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah konsumen yang pernah menggunakan web site layanan telekomunikasi, misalnya pernah mencari informasi yang dibutuhkan dalam web site; pernah berinteraksi dengan penyedia layanan maupun dengan konsumen lainnya misalnya melalui email forum, chat room, sebagai sarana pembelajaran, diskusi, atau bertukar informasi; pernah menggunakan layanan tambahan yang disediakan dalam web site, baik itu yang bersifat hiburan ataupun dukungan yang dibutuhkan misalnya SMS, WAP, download nada panggil, nada tunggu, logo, setting GPRS, dan MMS. (Van Riel et al., 2004). Berdasarkan kriteria tersebut diharapkan responden dapat mengevaluasi pendukung online layanan telekomunikasinya dengan baik sehingga jawaban yang didapat benar-benar sesuai dengan harapan penelitian.
Pengumpulan data primer dilakukan dengan metode survei yaitu pengumpulan data dengan instrumen kuesioner. Cara pengumpulan data diperoleh dengan cara membagikan daftar pertanyaan (kuesioner) untuk ditanggapi, dan diisi oleh responden. Dalam pengumpulan data ini, responden juga diidentifikasi berdasarkan jenis kelamin, usia, dan pendapatan atau uang saku perbulan. Administrasi kuesioner menggunakan personally administered questionaires. Kuesioner ini disampaikan secara langsung. Penyebaran kuesioner secara langsung adalah peneliti langsung memberikan sendiri kuesioner, untuk diisi oleh responden sehingga diharapkan tingkat responnya tinggi. Dengan demikian, peneliti dapat menjalin hubungan dengan responden pada saat pengenalan survei, membantu responden dalam memahami pertanyaan kuesioner, serta kuesioner dapat langsung dikumpulkan setelah diisi oleh responden (Sekaran, 2000). Untuk menganalisis data yang diperoleh dari penelitian dan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan riset yang diajukan, digunakan model metode analisis data untuk memperoleh suatu simpulan. Namun sebelum dilakukan analisis data perlu dilakukan uji instrumen yang berupa uji validitas dan uji reliabilitas terhadap alat pengumpulan data yang dalam hal ini adalah kuesioner yang disebarkan untuk diisi oleh responden. Uji Validitas ini adalah pengujian yang dilakukan terhadap alat ukur yang digunakan dalam penelitian
149
JEB, Vol. 2, No. 3, November 2008: 145-158
untuk mengetahui sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Rahayu, 2005). Uji validitas dilakukan dengan menganalisis valid tidaknya sub variabel yang digunakan sebagai pengukuran dan selanjutnya dari sub variabel yang valid dilakukan analisis butir untuk melihat butir yang valid. Uji validitas dapat dilakukan dengan mengacu pada konsep-konsep pengukuran yang telah digunakan oleh peneliti lain. Uji seperti ini memberikan bukti bahwa butir-butir pengukuran yang digunakan memenuhi kriteria construct validity (Hair et al, 1998; Sekaran, 2000). Validitas yang diuji pada penelitian ini merupakan construct validity pada faktor analisis Confirmatory Factor Analysis (CFA). Hal ini memberikan dukungan bahwa butir-butir pengukuran yang dijadikan indikator konstruk terbukti memiliki validitas konstruk (construct validity), yaitu butir-butir pengukuran tersebut merupakan alat ukur yang mencukupi dan representatif yang telah sesuai dengan konsep teoritis (Sekaran, 2000). Dengan kata lain, dapat dikemukakan bahwa indikator-indikator pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini telah divalidasi oleh van Riel et al. (2004). Analisis faktor ini menggunakan koefisien Kaiser Meyer Olikin (KMO) pada keluaran program aplikasi SPSS. Jika koefisien KMO lebih besar atau sama dengan 0,5, maka pengujian dengan menggunakan analisis faktor dapat dilakukan (Santoso, 2002). Berdasarkan pada Aaker (1998), interpretasi analisis faktor didasarkan pada faktor loading. Butir atau item yang valid mempunyai factor loading lebih besar daripada 0,30 (Kim & Muller, 1996). Jika koefisien KMO lebih kecil daripada 0,5, maka pengujian menggunakan analisis korelasi item-total dengan faktor koreksi. HASIL PENELITIAN Hasil pengujian menunjukkan bahwa koefisien Kaiser Meyer Olikin (KMO) yaitu sebesar 0,642 lebih besar daripada 0,5. Dengan demikian, pengujian dengan menggunakan analisis faktor dapat dilakukan. Hasil analisis faktor menunjukkan bahwa ada ada 2 item atau butir yang tidak valid. Hal ini didasarkan pada nilai MSA yang nilainya lebih kecil daripada 0,50. Reliabilitas menunjukkan konsistensi dan stabilitas dari suatu skor (skala pengukuran (Sekaran, 2000). Stabilitas ukuran, menunjukkan kemampuan sebuah ukuran untuk tetap
150
stabil atau tidak rentan terhadap perubahan situasi apapun. Kestabilan ukuran membuktikan kebaikan (goodness) sebuah ukuran dalam mengukur suatu konsep. Konsistensi internal ukuran, indikasi homogenitas item-item yang ada dalam ukuran yang menyusun konstruk, artinya item-item yang ada harus sama dan harus mampu mengukur konsep yang sama secara independen sedemikian rupa sehingga responden seragam dalam mengartikan setiap item. Penilaian reliabilitas dilakukan dengan konsistensi internal ukuran yang diuji dengan melihat Cronbach’s Alpha, dengan jumlah sampel uji coba instrumen sebanyak 50 responden. Suatu instrumen penelitian dinyatakan reliabel apabila nilai alpha > 0,70 (Hair et al., 1998). Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengujian reliabilitas instrumen penelitian diperoleh nilai koefisien Cronbach’s Alpha > 0,70, sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian tersebut dinyatakan reliabel. Selain dilakukan pada sampel kecil, pengujian validitas juga dilakukan pada sampel besar. Setelah dilakukan pengujian validitas pada sampel besar yaitu pada 200 responden, nilai koefisien Kaiser Meyer Olikin (KMO) meningkat menjadi 0,885 dan lebih besar daripada 0,5. Dengan demikian, pengujian dengan menggunakan analisis faktor dapat dilakukan. Hasil analisis faktor pada sampel besar diperoleh hasil yang berbeda, dimana ada 1 item atau butir yang tidak valid. Item atau butir tersebut mempunyai nilai MSA yang lebih kecil daripada 0,50. Nilai MSA yang kecil pada butir C3 mengakibatkan nilai Rotated Component Matrix menjadi kecil yaitu 0,136 sehingga tidak valid. Oleh karena itu, butir ini dihilangkan atau tidak dimasukkan dalam analisis. Setelah dilakukan pengujian validitas dan pertanyaan pada butir C3 dihilangkan atau tidak dimasukkan dalam analisis berikutnya, lalu dilakukan pengujian reliabilitas. Penilaian reliabilitas dilakukan dengan melihat Cronbach’s Alpha, dengan jumlah sampel uji coba instrumen sebanyak 200 responden. Perhitungan nilai koefisien reliabilitas dengan bantuan program komputer SPSS 15.0. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengujian reliabilitas instrumen penelitian diperoleh nilai koefisien Cronbach’s Alpha > 0,70 sehingga disimpulkan instrumen penelitian tersebut dinyatakan reliabel. Jumlah keseluruhan responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 200 responden.
ANALISIS PENGARUH PENDUKUNG ONLINE WEBSITE.............................(Andlie Liano Anwar)
Sebagian besar responden yang menggunakan pendukung online adalah konsumen Telkomsel dengan presentase sebesar 45,5% sedangkan jumlah responden terendah merupakan konsumen matrix yaitu sebesar 2,0%. PEMBAHASAN Pengaruh kepuasan offline terhadap loyalitas pelanggan diuji dengan menggunakan analisis regresi dengan variabel independen kepuasan online dan kepuasan offline. Adapun variabel dependennya adalah loyalitas pelanggan. Pengujian regresi ini membuktikan hipotesis 1 bahwa kepuasan pelanggan offline (jasa inti) berpengaruh positif pada loyalitas pelanggan terhadap penyedia dan membuktikan hipotesis 2 bahwa kepuasan pelanggan online berpengaruh positif pada loyalitas pelanggan terhadap penyedia. Untuk menjelaskan pengaruh kepuasan offline dan kepuasan online terhadap loyalitas pelanggan ini, disusun persamaan regresi sebagai berikut:
L = â1S1 + â2S2 â 1, â2 S1 S2 L
= koefisien regresi = kepuasan offline = kepuasan online = loyalitas pelanggan
Pengaruh nilai online, kesenangan online, dan daya respons terhadap kepuasan online diuji dengan menggunakan analisis regresi dengan variabel independen nilai online, kesenangan online, dan daya respons, serta Sebagai variabel dependen adalah kepuasan online. Pengujian regresi ini membuktikan hipotesis 3, 4, dan 9. Untuk menjelaskan pengaruh nilai online, kesenangan online, daya respons terhadap kepuasan online ini, disusun persamaan regresi sebagai berikut:
S
= kepuasan online
Pengaruh daya guna dan e-scape terhadap kesenangan online diuji dengan menggunakan analisis regresi dengan variabel independen daya guna dan escape dan variabel dependen adalah kesenangan online. Pengujian regresi ini membuktikan hipotesis 7 dan 8. Untuk menjelaskan pengaruh daya guna dan escape terhadap kesenangan online ini, disusun persamaan regresi sebagai berikut:
E = â6U + â7ES â 6, â 7 U ES E
= koefisien regresi = daya guna = e-scape = kesenangan online
Pengaruh customization dan jaminan terhadap nilai online diuji dengan menggunakan analisis regresi dengan variabel independen customization dan jaminan serta variabel dependen adalah nilai online. Pengujian regresi ini membuktikan hipotesis 5 dan 6. Untuk menjelaskan pengaruh customization dan jaminan terhadap nilai online ini, disusun persamaan regresi sebagai berikut:
V = â8C + â9A â 8, â9 C A V
= koefisien regresi = customization = jaminan = nilai online
Setelah dilakukan pengujian hipotesis 1 sampai dengan 9, maka model penelitian pada Gambar 1 dapat digambarkan kembali dengan menghilangkan variabelvariabel yang pengaruhnya tidak signifikan. Adapun gambar model penelitian dengan menghilangkan variabel-variabel yang tidak berpengaruh secara signifikan dapat dilihat berikut ini:
S = â3V + â4E+ â5R â3, â4, â5 V E R
= koefisien regresi = nilai online = kesenangan online = daya respons
151
JEB, Vol. 2, No. 3, November 2008: 145-158
Gambar 2 Hasil Penelitian Berdasarkan Model Penelitian
Keterangan: Variabel yang dicetak bold adalah variabel yang tidak signifikan secara statistik dan angka dalam kurung adalah nilai beta.
SIMPULAN, IMPLIKASI MANAJERIAL, DAN SARAN Simpulan
Dengan adanya dua variabel yang tidak signifikan, maka dapat digambarkan kembali model penelitian dengan menghilangkan variabel-variabel yang tidak signifikan. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 3 berikut ini:
Berdasarkan kuesioner yang dikumpulkan, ditemukan bahwa sebagian besar responden konsumen yang pernah menggunakan layanan pendukung online adalah responden konsumen dari Telkomsel (40,5%), laki-laki dan perempuan sama banyaknya yaitu sebanyak 50%, dan berusia 20-25 tahun (79,5%), dengan pendapatan atau uang saku perbulan sebesar Rp500.000
Gambar 3 Model Penelitian Setelah Menghilangkan Variabel yang Tidak Signifikan
152
ANALISIS PENGARUH PENDUKUNG ONLINE WEBSITE.............................(Andlie Liano Anwar)
– Rp1.000.000 (44,5%). Hasil pengujian hipotesis secara umum menunjukkan bahwa hanya hipotesis keempat dan kesembilan yang tidak terbukti. Hasil analisis data menunjukkan bahwa kesenangan pelanggan terhadap pendukung online dan juga daya respons terhadap pendukung online tidak mempunyai pengaruh signifikan pada kepuasan pelanggan terhadap pendukung online. Tidak terbuktinya hipotesis keempat dan kesembilan tersebut dapat dibuktikan dari analisis regresi pada uji t yang menunjukkan tidak adanya pengaruh signifikan variabel kesenangan pelanggan terhadap pendukung online dan juga daya respons terhadap pendukung online tidak mempunyai pengaruh signifikan pada kepuasan pelanggan terhadap pendukung online. Hipotesis penelitian selain hipotesis keempat dan kesembilan terbukti. Ini berarti bahwa customization dan jaminan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai online. Demikian pula dengan daya guna dan e-scape yang mempunyai pengaruh dengan arah positif dan signifikan terhadap kesenangan online. Variabel kepuasan online dan kepuasan offline juga mempunyai pengaruh dengan arah positif dan signifikan terhadap loyalitas. Implikasi Manajerial Hasil penelitian memberikan beberapa implikasi bagi manajer bahwa web site penyedia layanan telekomunikasi dan layanan-layanan pendukung online memberikan pengaruh yang kuat pada kepuasan online serta berguna dalam mempertahankan konsumen. Oleh karena itu, sangat penting untuk bagi perusahaan untuk menawarkan layanan pendukung yang berkualitas tinggi. Hal ini dikarenakan sebagian besar konsumen yang menggunakan layanan online (pada industi layanan telekomunikasi) adalah berusia muda, serta memiliki kesiapan terhadap teknologi. Hasil penelitian ini, menyarankan manajer untuk menawarkan layanan pendukung yang lebih bervariasi agar semakin dapat menjawab kebutuhan konsumen serta memberikan jaminan yang tinggi. Manajer hendaknya menawarkan layanan online yang terbebas dari gangguan, lebih mudah dalam akses dan penggunaannya, serta disajikan dengan tampilan desain yang baik karena akan menambah kesenangan
konsumen. Misalnya pada saat konsumen menemui kesulitan dalam penggunaan layanan, konsumen membutuhkan solusi yang cepat dan efisien. Mempertimbangkan dengan baik dalam pemberian popups, iklan banner, serta fitur lain pada web site yang bersifat menganggu dan tidak berkaitan dengan layanan pendukung. Saran Berdasarkan simpulan yang ditarik dari hasil analisis data dan pembahasan maka disarankan faktor customization dan jaminan menjadi faktor yang menentukan dalam keberhasilan layanan online, karena pengaruhnya yang signifikan terhadap nilai online yang pada akhirnya berpengaruh signifikan terhadap kepuasan online dan loyalitas pelanggan. Oleh karena itu, penyedia jasa layanan online seharusnya dapat meningkatkan customization dan jaminan kepada pelanggannya agar tercapai loyalitas pelanggan. Customization dapat ditingkatkan antara lain dengan kemudahan sebuah situs web untuk didesain sesuai dengan kebutuhan pengguna, misalnya pengguna mempunyai situs web yang dikustomisasi sesuai dengan suasana hati pada saat pengguna mengaksesnya. Selain itu, jaminan menjadi faktor yang menentukan, terutama berkaitan dengan akses terhadap data pribadi pengguna. Ini berarti penyedia haruslah memberikan rasa aman kepada pengguna bahwa situs web yang ada tidak akan menggunakan data pribadi pengguna untuk kepentingan lainnya dan bahwa orang lain tidak dapat menggunakan data pribadi pengguna lainnya. Penelitian ini mempunyai keterbatasan di antaranya adalah pengukuran loyalitas yang dibatasi pada loyalitas perilaku karena menggambarkan penggunaan ulangan. Selain itu, industri yang digunakan dibatasi pada industri layanan telekomunikasi. Berdasarkan pada keterbatasan inilah, maka penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan pengukuran loyalitas yang diperluas tidak hanya pada loyalitas perilaku, tetapi pada loyalitas sikap. Selain itu, penelitian ini juga bisa diperluas dengan memasukkan industri lainnya, misalnya industri layanan yang menawarkan produk (barang) melalui internet. Memiliki kemampuan generalisasi yang terbatas, sehingga dibutuhkan
153
JEB, Vol. 2, No. 3, November 2008: 145-158
sampel yang lebih besar dan lebih heterogen. Responden konsumen dalam penelitian cenderung homogen yaitu sebagian besar mahasiswa dan berusia muda, sebaiknya pada penelitian berikutnya agar memperluas karakteristik responden misalnya : motivasi, pengalaman penggunaan layanan online, frekuensi penggunaan layanan online, tingkat pendidikan, pekerjaan, serta pendapatan. Hal ini, dikarenakan karakteristik konsumen dapat mempengaruhi persepsi serta evaluasi konsumen pada layanan-layanan online yang disampaikan melalui web site (Zeithaml et al., 2002). Validitas hasil penelitian ini tergantung dari besarnya peranan layanan pendukung online pada layanan intinya. Oleh karena itu, pada penelitian selanjutnya sebaiknya meneliti layanan pendukung dengan layanan atau produk inti yang berbeda-beda.
DAFTAR PUSTAKA Anderson, R. E. dan S. S. Srinivasan (2003), “E-Satisfaction and E-Loyalty: A Contigency Framework,” Psychology and Marketing, Vol. 20 (February): 123 – 138. Anderson, E. W., C. Fornell dan D. R. Lehmann (1994), “Customer Satisfaction, Market Share and Profitability: Findings from Sweden,” Journal of Marketing, Vol.58, July: 53-66. Assael, H. (1998), “Consumer Behaviour and Marketing Action,” Cincinnati, Ohio, South Western College Publishing. Babakus, E. dan G.W. Boller (1992), “An Empirical Assessment of the SERVQUAL Scale,” Journal of Business Research, Vol.24: 253 – 268. Bansal, H.S., G. McDougall, S.S. Dikolli, dan K.L. Sedatole (2003), “ Relating E-Satisfaction Outcomes: An Empirical Study,” dalam
diakses 10 Oktober 2006.
154
Bitner, M.J. (1990), “Evaluating Service Encounters: The Effect of Physical Surroundings and Employee Responses,” Journal of Marketing, Vol. 54: 69 – 82. __________ (1992), “Servicescapes: the Impact of Physical Surrounding on Customers and Employee Responses,” Journal of Marketing, Vol. 56: 57 – 71. __________ (1995), “Relationship Marketing: It’s All About Promises,” Journal of the Academy of Marketing Science, Vol. 23, No. 4: 246–251. __________ (2001), “Service Technology: Opportunities and Paradoxes,” Managing Service Quality, Vol. 11, No. 6: 375–379. __________ S.W. Brown dan M.L. Meuter (2000), “Technology Infusion in Service Encounters,” Journal of the Academy of Marketing Science, Vol. 28, No. 1: 138–149. Bolton, R.N. dan J.H. Drew (1991), “ A Multistage Model of Costumer’ Assessments of Service Quality and Value,” Journal of Consumer Research, Vol. 17, No. 4: 375 – 384. Brady, M.K. and Cronin Jr., J.J. (2001), “Customer Orientation : Effects on Customer Service Perceptions and Outcome Behaviors,” Journal of Service Research, Vol. 3, No.3: 241-51. Caruana, A., M.T. Ewing dan B.Ramaseshan (2000), “Assessment of The Three-Column Format Servqual : An Experimental Approach,” Journal of Bussines Research, Vol.20, No. 4: 511535. Calin, G. (2003), “ Tailoring E-Service Quality Through CRM,” Managing Service Quality, Vol.13, No. 6: 520-531. Chen, Z. dan A.J. Dubinsky (2003), “A Conceptual Model of Perceived Customer Value in E-Commerce: A Preliminary Investigation,” Psychology & Marketing Vol. 20, No.4: 511 – 535.
ANALISIS PENGARUH PENDUKUNG ONLINE WEBSITE.............................(Andlie Liano Anwar)
Cronin Jr., J.J. dan S.A Taylor (1992), “ Measuring Service Qality: A Reexamination and Extension,” Journal of Marketing, Vol. 56: 55-68. Dabholkar, P.A. dan R.P. Bagozzi (2002), “An Attitudinal Model of Technology-Based Self-Service: Moderating Effects of Consumer Traits and Situational Factors,” Journal of the Academy of Marketing Science, Vol. 30, No.3: 184–201. Dick, A. dan K. Basu (1994), “Customer Loyalty: Toward and Integrated Conceptual Framework,” Jounal of Marketing Science, Vol. 22, No. 2 (Spring): 99 -113. Driyo A.D., (2006), “Prospek Bisnis Telekomunikasi di Indonesia,” Economic Review, No. 204, dalam < http://www.bni.co.id/Document/ 12telekom.pdf> diakses 20 Desember 2006. Engel. J.F., R.D.Blackwell, and P.W.Miniard. (1995), Consumer behaviour, 8th ed. Forth Worth, TX : The Dryden Press Harcourt Brace College Publisher. Fallows, D. (2005), “Women are Cacthing Up to Men in Most Measures of Online Life. Men Like the Internet for Experiences it Offers, While Women Like it for Human Connection it Promotes,” Pew Internet & American Life Project, dalam <www.pewinternet.org> diakses 25 Februari 2007.
Grönroos, C., F. Heinonen, K. Isoniemi dan M. Lindholm (2000), “The Netoffer Model: A Case Example from the Virtual Marketspace,” Management Decision, Vol. 38, No. 4: 243–252. Gujarati, Damodar, 2003, Basic Econometrics, Fourth Edition, McGraw Hill, New York. Hoffman, D.L. dan Novak (1996), “Marketing in Hypermedia Computer-Mediated Environments: Conceptual Foundations,” Journal of Marketing, Vol. 60, No.7: 50 – 68. Jacoby, J dan R.W. Chestnut. (1978), Brand Loyalty. New York: John Wiley & Sons, (dikutip oleh Aisyiyah (2005), Pengaruh Sikap, Norma Sosial, dan Perilaku Lampau, Terhadap Perilaku Mencoba Pada Konsumen Kartu Seluler Prabayar. Tesis Magister Manajemen S.T.I.E YKPN Yogyakarta, tidak dipublikasikan). Javalgi, R.G. dan C.R. Moberg (1997), “Service Loyalty: Implications for Service Providers,” Journal of Services Marketing, Vol. 11, No. 3: 165–179. Kadampully, J. dan D. Suhartanto. (2000), “Customer Loyalty in the Hotel Industry : the Role of Customer Satisfaction and Image,” International Journal of Contemporary Hospitality Management, Vol. 13 (December): 346-351.
Ghozali, I. (2005), Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, 3th ed. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Kennedy, T., B. Welman dan K. Klement (2003), “Gendering the Digital Divide,” IT&Society, Vol.1, pp. 72 – 96, dalam <www.ITandSociety.com> diakses 25 Februari 2007.
Goffin, K. (1999), “Customer Support – a Cross-Industry Study of Distribution Channels and Strategies,” International Journal of Physical Distribution and Logistics Management, Vol. 29, No. 6: 374–397.
Kotler, P. and Keller, K.L. (2006), Marketing Management, 12th ed. Upper Saddle River, N.J.: Pearson Education, Inc.
__________ dan C. New (2001), “Customer Support and New Product Development – an Exploratory Study,” International Journal of Operations and Production Management, Vol. 21, No. 3: 275–301.
Loomba, A.P. (1996), “Linkages Between Product Distribution and Service Support Functions,” International Journal of Physical Distribution and Logistics Management, Vol. 26, No. 4: 4– 22.
155
JEB, Vol. 2, No. 3, November 2008: 145-158
Lovelock, C. (2001), Service Marketing, 4th ed. Upper Saddle River. New Jersey: Prentice Hall International Inc.
Ravald, A dan C. Gronroos (1996), “The Value Concept and Relationship Marketing,” European Journal of Marketing, Vol. 30, No. 2: 19-30.
Mittal, B dan W.M. Lassar (1998), “ Why do Customer Swicth? The Dynamics of Satisfaction versus Loyalty,” Journal of service marketing, Vol. 12 (March): 177-194.
Reicheld, F.F dan P. Schefter (2000), “E-Loyalty: Your Secret Weapon on the Web,” Havard Business Review: 105-113.
Mowen, J.C. dan M.S Minor .(2001), Consumer Behaviour: A Framework, Upper Saddle River. New Jersey : Prentice Hall, Inc. __________ (1997), Satisfaction: A Behavioral Perspective on the Consumer, New York: Irwin/ McGraw-Hill. Oliver, R.L. (1999), “Whence Customer Loyalty?,” Journal of Marketing, Vol. 63, Special Issue: 33–44. __________ R.T. Rust (1997), “Customer Delight: Foundations, Findings, and Managerial Insight,” Journal of Retailing, Vol. 73, Issue 3. Parasuraman, A. dan D. Grewal (2000) “The Impact of Technology on the Quality-Value-Loyalty Chain: A Research Agenda,” Journal of The Academy of Marketing Science, Vol. 28: 168 – 174.
Rust, R.T. dan K.N. Lemon (2001), “E-service and the Consumer,” International Journal of Electronic Commerce, Vol. 5, No. 3: 85–101. Schnaars, S.P. (1991), Marketing Strategy: A Costumer Driven Approach, New York: The Free Press. Sekaran, U. (2000), Research Methods for Business: A Skill-Building Approach, 4th ed. New York: John Wiley & Sons, Inc. Sweeney, J.C; G.N. Soutar, dan L.W. Johnson (1999), “The Role of Perceived Risk in the Quality-value Relationship: a Study in a Retail Environment,” Journal of Retailing, Vol. 75, No.1: 77–105. Tse, K.D. dan C.P. Wilton (1988), “Models of Consumer Satisfaction Formation: An Extension”, Journal of Marketing Research, Vol. 22: 204-211.
__________ L.L. Berry dan V.A. Zeithaml (1985), “A Conceptual Model of Service Quality and its Implications for Future Research,” Journal of Marketing , Vol. 49: 41 – 50.
Van Riel, A.C.R., J. Lemmink, S. Streukens, dan V. Liljander (2004), “Boost Customer Loyalty with Online Support: The Case of Mobile Telecoms Providers,” Int. J. Internet Marketing and Advertising, Vol. 1, No. 1: 4-23.
Petrick, J.F (2002), “Development of a Mullti-dimensional Scale for Measuring the Perceived Value of a Service,” Journal of Leisure Research, vol. 34, No. 2: 119-134.
Y. Monsuwe; Dellaert; Benedict G.C. dan De Ruyter, Ko. (2004), “What Drives Consumers to Shop Online,” International Journal of Service Industry Management, Vol.15, Issue 1: 102-121.
Rahayu, S. (2005), SPSS Versi 11.00 Dalam Riset Pemasaran, Bandung: CV. ALFABETA.
Yen, H.R. (2005), “An Attribute-Based Model of Quality Satisfaction for Internet Self-Service Technology,” The Service Industries Journal, Vol. 25, No. 5, July 2005: 641-659.
Ranaweera C; G. Mcdougall; dan H. Bansal (2005), “A Model of Online Customer Behaviour During the Initial Transaction: Moderating Effects of Customer Characteristics,” Marketing Theory articles, Vol.5 (January): 51 – 74.
156
Zang, X. dan Y. Tang (2006), Customer Perceived Eservice Quality in Online Shopping, Master Thesis Marketing, Lulea University of Tech-
ANALISIS PENGARUH PENDUKUNG ONLINE WEBSITE.............................(Andlie Liano Anwar)
nology, dalam diakses 10 Oktober 2006. Zeithaml, V.A.(1988), “ Consumer Perceptions of Price, Quality and Value: a Means-End Model and Synthesis of Evidence,” Journal of Marketing, Vol. 52, July: 2-22. __________ A. Parasuraman dan A. Malhotra (2002), “A Conceptual Framework for Understanding E-service Quality: Implications for Future Research and Managerial Practice,” Working Paper, Report Nr.00 – 115 (Cambridge, MA, Marketing Science Institute). __________ A. Parasuraman dan A. Malhotra (2002), “Service Quality Delivery Through Websites: A Critical Review of Extant Knowledge,” Journal of The Academy of Marketing Science, Vol. 301: 362 – 375. __________ dan A. Parasuraman (1996), “The Behavioral Consequences of Service Quality,” Journal of Marketing, Vol.60: 31 – 46.
157
.
ISSN: 1978-3116 PENGARUH BUDAYA ORGANISASIONAL DAN LINGKUNGAN KERJA .........................(Edy)
Vol. 2, No. 3, November 2008 Hal. 159-174
JURNA L EKONOMI & BISNIS
Tahun 2007
PENGARUH BUDAYA ORGANISASIONAL DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA PERAWAT “RUMAH SAKIT MATA Dr. YAP” YOGYAKARTA DENGAN MOTIVASI DAN KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL PEMEDIASI Edy Jalan Indralaya, Nomor 3, Sandai, Kalimantan Barat E-mail: [email protected]
ABSTRACT The objective of this research is to find out these following maters: the influence of organizational culture and work environment toward the organization performance pass through motivation and work satisfaction as mediation varaible; This research uses survey, sampling method and questioners as the tools in collecting the main data. This research is collected data from eye hospital dr. Yap Yogyakarta. Used regression to analyze the variabel by using software spss 14. This research shows these following results: there is a significant influence of organizational culture and work environment toward motivation for 0.317 and 0.445, there is a significant influence of motivation toward employee satisfaction for 0.656, and a significant influence of employee satisfaction toward performance for 0.493. This research result is useful for the next researchers to fine another variabel that’s influence performance. Keywords: organizational culture, work environment, motivation, job satisfaction, and performance.
PENDAHULUAN Dalam era globalisasi ini persaingan dalam dunia usaha semakin ketat. Setiap perusahaan dituntut untuk dapat terus-menerus memperbaiki kinerja dalam memenuhi ekspektasi konsumennya. Hanya perusahaan yang mempunyai kinerja yang terbaik yang akan dapat
bertahan hidup dan bersaing dengan perusahaan lain. Dalam industri layanan jasa dimana fokus intinya adalah layanan yang diberikan kepada konsumen, perusahaan harus mempunyai karyawan yang dapat memberikan layanan yang baik dimana layanan yang baik ini akan menciptakan kepuasan bagi konsumen sehingga konsumen akan tetap memakai jasa layanan dari perusahaan. Rumah sakit adalah sebuah perusahaan jasa yang memberikan jasa kesehatan bagi masyarakat. Dalam operasionalnya, perusahaan dituntut untuk selalu mempunyai kinerja yang baik karena berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan pasiennya. Pada perusahaan jasa rumah sakit, perawat adalah salah satu faktor penentu dalam menciptakan kepuasan bagi pasien dimana perawat biasanya berhubungan dengan pasien mulai pada saat pemeriksaan sampai pada saat akan dirawat inap di rumah sakit dan jika sudah dirawat di rumah sakit perawat akan berhubungan dengan pasien selama 24 jam. Oleh karena itu, rumah sakit haruslah memiliki perawat yang berkinerja baik yang akan menunjang kinerja rumah sakit sehingga dapat tercapai kepuasan pelanggan atau pasien. Seorang pasien atau keluarganya yang puas akan menjadi menjadi tenaga promosi yang sangat efektif dimana mereka akan mempromosikan kepada saudara, teman, atau siapa saja yang membutuhkan jasa layanan tersebut. Untuk mendapatkan perawat berkinerja baik yang dapat memberikan layanan yang baik yang dapat memuasi konsumen (pasien) maka hal pertama yang harus dilakukan rumah sakit adalah memuasi karyawan
159
JEB, Vol. 2, No. 3, November 2008: 159-174
terlebih dahulu, sehingga faktor lingkungan kerja dan kepuasan kerja merupakan faktor yang sangat krusial dalam instansi rumah sakit. Baik buruknya kinerja seorang perawat dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, beberapa di antaranya akan dibahas dalam penelitian ini seperti kepuasan kerja, motivasi, lingkungan kerja, dan budaya organisasional. Budaya organisasional merupakan falsafah, ideologi, nilai-nilai, anggapan, keyakinan, harapan, sikap, dan norma-norma yang dimiliki secara bersama serta mengikat dalam komunitas tertentu (Gibson, 2006:30). Lingkungan kerja adalah situasi dan kondisi yang ada dalam lingkungan pekerjaan itu sendiri seperti bagaimana perlakuan dari atasan dan rekan kerja, beban kerja, penghargaan bagi karyawan yang berprestasi, dan lain-lainnya. Budaya sangat penting peranannya dalam menciptakan lingkungan kerja yang baik. Adanya budaya yang baik yang tercipta dalam suatu perusahaan akan menciptakan lingkungan kerja yang kondusif sehingga menciptakan motivasi dan kepuasan kerja yang tinggi bagi karyawan yang akhirnya akan menghasilkan kinerja yang baik pula. Dalam penelitian Koesmono (2005) dinyatakan bahwa budaya, motivasi, dan kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja baik secara langsung maupun tidak langsung. Budaya baik yang tercipta dalam rumah sakit akan sangat berpengaruh pada kinerja perawat. Perlakuan yang adil pada perawat dan hubungan sosial yang baik yang terjalin antara perawat akan menciptakan suatu lingkungan kerja yang aman, nyaman, serta kondusif yang akan membuat semua perawat merasa senang atau puas dalam bekerja sehingga menghasilkan kinerja yang baik Motivasi merupakan salah satu faktor yang krusial yang akan menentukan hasil kinerja seseorang karyawan. Apabila seseorang termotivasi dalam bekerja maka akan berusaha berbuat sekuat tenaga untuk mewujudkan dan menyelesaikan apa yang menjadi tugas dan pekerjaannya. Seseorang cenderung akan bekerja dengan penuh semangat apabila kepuasan kerja dapat diperoleh dari pekerjaannya. Kepuasan kerja merupakan kunci pendorong moral, kedisiplinan, dan prestasi kerja karyawan dalam mendukung terwujudnya tujuan perusahaan (Hasibuan, 2003:142). Kepuasan kerja yang tinggi dan karyawan yang termotivasi akan menciptakan loyalitas yang tinggi terhadap perusahaan
160
dan akan berdampak pada kinerja dan produktivitas yang tinggi pula bagi perusahaan. Menurut Hughes et al. (1999:388), motivasi, kepuasan kerja, dan kinerja merupakan tiga faktor yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Kinerja seorang karyawan akan dipengaruhi oleh kepuasan karyawan tersebut dalam bekerja dan kepuasan kerja akan dipengaruhi oleh motivasi yang didapatkan dari perusahaan. Artinya jika rumah sakit menginginkan perawatnya berkinerja baik maka hal yang perlu diperhatikan terlebih dahulu adalah memenuhi kepuasan kerja perawat. Jika seseorang tidak merasa puas dalam bekerja maka hasilnya juga akan tidak maksimal. Dalam menciptakan kepuasan kerja bagi perawat, biasanya berkaitan dengan pemberian kompensasi sebagai imbal jasa kepada perawat yang sudah memberikan kontribusinya yang disebut juga sebagai faktor motivasi. Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2001:67). Dalam membicarakan kinerja tentu tidak dapat lepas dari faktor kepuasan kerja, karena kepuasan kerja adalah awal dalam memperoleh kinerja yang baik. Jika seorang karyawan mendapatkan kepuasan dalam bekerja maka karyawan tersebut akan memberikan yang terbaik yang dapat dilakukan untuk perusahaan. Faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja adalah motivasi karena motivasi merupakan faktor penggerak yang datang dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi yang berbentuk kompensasi adalah imbal jasa dari perusahaan kepada karyawan yang telah memberikan kontribusi. Jika faktor budaya dan lingkungan kerja tidak tercipta dengan baik, maka karyawan tidak akan termotivasi, tidak puas dalam bekerja, dan tidak menghasilkan kinerja yang baik. Penelitian ini akan membahas lebih lanjut apakah faktor budaya organisasional, lingkungan kerja, motivasi, dan kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja perawat yang bekerja di Rumah Sakit Mata (RSM) dr. Yap Yogyakarta; bagaimana pengaruhnya; dan seberapa besar pengaruh masing-masing faktor tersebut terhadap kinerja perawat yang ada. Mengingat begitu pentingnya kegiatan operasional dari rumah sakit dalam upaya memberikan
PENGARUH BUDAYA ORGANISASIONAL DAN LINGKUNGAN KERJA .........................(Edy)
jasa kesehatan bagi masyarakat luas dengan biaya yang terjangkau, pihak manajemen harus memperhatikan perilaku sumber daya manusia yang ada dalam rumah sakit yang berhubungan dengan usaha-usaha meningkatkan kinerja bagi seluruh karyawan yang ada agar tujuan rumah sakit dapat tercapai dan demi kesinambungan hidup rumah sakit itu sendiri. RSM dr. Yap Yogyakarta adalah rumah sakit khusus yang menyediakan jasa kesehatan mata, yang mempunyai tujuan memberikan jasa kesehatan yang terbaik kepada pasien dengan biaya yang dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa membedakan status sosial. Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja perawat yang ada di rumah sakit ini dan mengidentifikasi permasalahan yang terjadi serta mencari solusi pemecahan masalah yang terjadi guna melakukan perbaikan kinerja untuk masa yang akan datang. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah budaya organisasional berpengaruh terhadap kinerja perawat; apakah lingkungan kerja berpengaruh terhadap kerja perawat; apakah motivasi berpengaruh terhadap kinerja perawat; apakah kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja perawat; apa permasalahan yang dihadapi perawat saat ini; dan bagaimana solusinya guna meningkatkan kinerja perawat di RSM dr.Yap Yogyakarta. MATERI DAN METODE PENELITIAN Budaya organisasional itu didasarkan pada suatu konsep bangunan pada tiga tingkatan, yaitu tingkatan asumsi dasar (basic assumption), tingkatan nilai (value), dan tingkatan artifact (sesuatu yang ditinggalkan). Tingkatan asumsi dasar itu merupakan hubungan manusia dengan apa yang ada di lingkungannya, alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, manusia, dan hubungan itu sendiri. Tingkatan asumsi dasar dapat diartikan suatu philosophy, yaitu sesuatu yang tidak dapat dilihat oleh mata tetapi ditanggung bahwa itu ada. Tingkatan value dalam hubungannya dengan perbuatan atau tingkah laku dapat diukur (dites) melalui perubahan-perubahan atau konsensus sosial. Sedangkan artifact adalah sesuatu yang bisa dilihat tetapi sulit untuk ditirukan, dapat dalam bentuk teknologi, seni, atau sesuatu yang dapat didengar (Schein, 1991:52-66).
Kreitner dan Kinicki (1995:535) mengemukakan bahwa budaya organisasional adalah perekat sosial yang mengikat anggotanya dalam organisasi. Tujuannya agar suatu karakteristik atau kepribadian yang berbeda-beda antara karyawan yang satu dengan yang lainnya dapat disatukan dalam suatu kekuatan organisasi. Budaya organisasional adalah persepsi dari karyawan yang menciptakan suatu bentuk keyakinan, nilai, dan ekspektasi (Gibson dkk, 2006:31). Budaya organisasional itu merupakan sistem nilai yang dipegang dan dilakukan oleh anggota organisasi, sehingga hal yang demikian tersebut dapat membedakan organisasi tersebut dengan organisasi lain. Budaya organisasional sering kali digambarkan dalam arti yang dimiliki bersama (Glaser et al, 1987). Pola-pola kepercayaan, simbol-simbol, ritual-ritual, dan mitos-mitos yang berkembang dari waktu ke waktu dan berfungsi sebagai perekat yang menyatukan organisasi. Beranekaragamnya bentuk organisasi atau perusahaan, tentunya mempunyai budaya yang berbeda-beda. Hal ini wajar karena lingkungan organisasinya berbedabeda pula, misalnya perusahaan jasa, manufaktur dan trading. Kebudayaan merupakan inti dari apa yang penting dalam organisasi. Seperti aktivitas memberi perintah dan larangan serta menggambarkan sesuatu yang dilakukan dan tidak dilakukan yang mengatur perilaku anggotanya (Beach, 1993:12). Jadi budaya mengandung apa yang boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan sehingga dapat dikatakan sebagai suatu pedoman yang dipakai untuk menjalankan aktivitas organisasi. Pada dasarnya budaya organisasional dalam perusahaan merupakan alat untuk mempersatukan setiap individu yang melakukan aktivitas secara bersama-sama. Lain halnya dengan Robbins (2003:289) yang menyatakan bahwa budaya organisasional merupakan suatu persepsi bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi dan merupakan sistem makna bersama. Menurut Schein (1991:52-66), dalam beradaptasi dengan lingkungan eksternal dan mempertahankan kelangsungan hidupnya, serta dalam melakukan intergrasi internal. Budaya melakukan sejumlah fungsi untuk mengatasi permasalahan anggota organisasi untuk beradaptasi dengan lingkungan eksternalnya yaitu dengan memperkuat pemahaman anggota organisasi, kemampuan untuk merealisir, terhadap misi
161
JEB, Vol. 2, No. 3, November 2008: 159-174
dan strategi, tujuan, cara, ukuran, dan evaluasi. Budaya juga berfungsi untuk mengatasi permasalahan integrasi internal dengan meningkatkan pemahaman dan kemampuan anggota organisasi untuk berbahasa, berkomunikasi, kesepakatan atau konsensus internal, kekuasaan dan aturannya, hubungan anggota organisasi atau karyawan, serta imbalan dan sangsi. Lingkungan pekerjaan adalah variabel-variabel terkait dengan pekerjaan yang berpengaruh terhadap sikap individu karyawan dalam bekerja. Menurut Mowday et al 1982 (dalam tesis Firdaus, 2006), beberapa faktor lingkungan yang berpengaruh antara lain keterhandalan organisasi, perasaan dihargai, realisasi harapan individu, persepsi terhadap rekan kerja, persepsi terhadap gaji, dan persepsi terhadap supervisi. Lingkungan kerja yang baik akan berimplikasi positif pada karyawan (positive employee outcomes) seperti kepuasan (satisfaction) atau penghargaan (appreciation), sedangkan lingkungan kerja yang buruk akan berimplikasi negatif (negative employee outcomes) seperti beban kerja (workload), dan kelelahan perasaan (emotional exhaustion). Van Dyne et al. (1995) menyatakan bahwa rekan kerja berperan menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dan lingkungan kerja yang kondusif akan menciptakan kepuasan kerja bagi karyawan sehingga akan menghasilkan kinerja yang baik bagi organisasi. Menurut Bartkus et al. (1997), lingkungan kerja yang baik mengakibatkan sesama rekan kerja akan lebih saling mendukung satu sama lain untuk menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan kepada mereka. Menurut Johanes Papu (Team e-psikologi/informasi psikologi online/www.google.com), membentuk lingkungan kerja yang kondusif dapat dicapai melalui praktik kepemimpinan dan manajemen perusahaan yang baik, pendekatan kemanusiaan, keadilan bagi semua, struktur karir yang jelas, program pelatihan dan pengembangan yang terpadu, dukungan peralatan kerja yang memadai, penilaian kinerja yang obyektif, program “reward” yang tepat, gaji dan tunjangan yang memadai serta kegiatankegiatan lain yang diadakan oleh perusahaan. Hal ini penting karena dengan adanya lingkungan kerja yang baik yang mendukung karyawan dalam bekerja maka akan menghasilkan kinerja yang baik pula bagi organisasi.Budaya organisasional dan lingkunan kerja sangat penting peranannya dalam menciptakan motivasi bagi karyawan yang akhirnya akan
162
menghasilkan kinerja yang baik . H1: Budaya organisasional dan lingkungan kerja secara bersama-sama berpengaruh terhadap motivasi kerja perawat. Motivasi secara umum sering diartikan sebagai sesuatu yang ada pada diri seseorang yang dapat mendorong, mengaktifkan, menggerakkan dan mengarahkan perilaku seseorang. Dengan kata lain motivasi itu ada dalam diri seseorang dalam wujud niat, harapan, keinginan, dan tujuan yang ingin dicapai. Menurut Hasibuan (2000:142), motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan seseorang agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif, dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan. Jadi motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mengarahkan daya dan potensi bawahannya, agar mau bekerja sama secara produktif, berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah ditentukan. Pentingnya motivasi karena motivasi adalah hal yang mengakibatkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal. Luthans (2002:185) menyatakan bahwa motivasi yang ada dalam setiap individu berasal dari dua faktor, yaitu faktor internal (personal factor) dan faktor eksternal (situational or environment factors). Faktor internal muncul karena adanya kebutuhan dan keinginan yang ada dalam diri individu, kemudian mempengaruhi pikiran dan mengarahkan perilakunya. Faktor eksternal merupakan faktor yang mempengaruhi pikiran seseorang yang akan mengarahkan perilakunya yang berasal dari luar diri seseorang. Supardi dan Anwar (2004:47) mengatakan motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan. Motivasi yang ada pada sescorang akan mewujudkan suatu perilaku yang diarahkan pada tujuan mencapai sasaran kepuasan. Jadi, motivasi bukanlah yang dapat diamati tetapi adalah hal yang dapat disimpulkan adanya karena sesuatu perilaku yang tampak. Siagian (2002:255), menyatakan bahwa yang diinginkan seseorang dari pekerjaannya pada umumnya adalah sesuatu yang mempunyai arti penting bagi dirinya sendiri dan bagi instansi. Menurut Heidjrachman dan Husnan (2002:194), motivasi
PENGARUH BUDAYA ORGANISASIONAL DAN LINGKUNGAN KERJA .........................(Edy)
merupakan proses untuk mencoba mempengaruhi seseorang agar melakukan sesuatu yang kita inginkan. Untuk membangun produktivitas dan motivasi pekerja ada dua hal yang harus dilakukan, yaitu mencari pembayaran pekerjaan individual seseorang dan membantu mereka mencapai pembayaran untuk setiap tugas tambahan yang diberikan sehingga kebutuhan instansi maupun individu tercapai (Timpe, 1999:61). Menurut As’ad (2003:45), motivasi seringkali diartikan dengan istilah dorongan. Dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat sehingga motivasi tersebut merupakan driving force yang menggerakkan manusia untuk bertingkah laku dan di dalam perbuatannya itu mempunyai tujuan tertentu. Lebih lanjut Wexley & Yukl (1977), yang dikutip oleh As’ad (2003:45), memberikan batasan mengenai motivasi sebagai the process by which behavior is energized and directed. Motivasi merupakan hal yang melatar belakangi individu berbuat untuk mencapai tujuan tertentu. Seseorang yang dengan sengaja mengikatkan diri menjadi bagian dari organisasi mempunyai latar belakang yang berbeda-beda, salah satunya adalah agar mereka dapat berinteraksi dengan manusia lainnya dan agar kebutuhan hidupnya dapat terpenuhi. Menurut Hughes et al. (1999:388), motivasi, kepuasan kerja, dan kinerja merupakan faktor yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Kinerja seorang karyawan akan dipengaruhi oleh kepuasan karyawan tersebut dalam bekerja dan kepuasan kerja akan dipengaruhi oleh motivasi yang didapatkan dari perusahaan. H2: Motivasi berpengaruh terhadap kepuasan kerja perawat. Menurut Luthans (1997:431), kepuasan kerja terdiri dari atas lima indikator, yaitu (1) Pembayaran, seperti gaji dan upah. Karyawan menginginkan sistem upah dan kebijakan promosi yang dipersepsikan sebagai adil, tidak meragukan, dan segaris dengan pengharapannya. Apabila upah dilihat adil yang didasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat ketrampilan individu, dan standar pengupahan komunitas kemungkinan besar akan dihasilkan kepuasan; (2) Pekerjaan itu sendiri. Karyawan cenderung lebih menyukai pekerjaan-pekerjaan yang memberi kesempatan untuk mengunakan kemampuan dan
ketrampilannya, kebebasan, dan umpan balik mengenai betapa baik mereka bekerja. Karakteristik ini membuat kerja lebih menantang. Pekerjaan yang kurang menantang menciptakan kebosanan, tetapi yang terlalu banyak menantang juga dapat menciptakan frustasi dan perasaan gagal; (3) Rekan kerja. Bagi kebanyakan karyawan kerja juga mengisi kebutuhan akan interaksi sosial. Oleh karena itu, tidaklah mengejutkan apabila mempunyai rekan kerja yang ramah dan mendukung menghantar ke kepuasan kerja yang meningkat; (4) Promosi pekerjaan. Promosi terjadi pada saat seorang karyawan berpindah dari suatu pekerjaan ke posisi lainnya yang lebih tinggi, dengan tanggung jawab dan jenjang organisasionalnya. Pada saat dipromosikan karyawan umumnya menghadapi peningkatan tuntutan dan keahlian, kemampuan dan tanggung jawab. Sebagian besar karyawan merasa positif karena dipromosikan. Promosi memungkinkan perusahaan untuk mendayagunakan kemampuan dan keahlian karyawan setinggi mungkin; (5) Kepenyeliaan (supervisi). Supervisi mempunyai peran yang penting dalam manajemen. Supervisi berhubungan dengan karyawan secara langsung dan mempengaruhi karyawan dalam melakukan pekerjaannya. Umumnya karyawan lebih suka mempunyai supervisi yang adil, terbuka dan mau bekerjasama dengan bawahan. Luthans (2002:126) merumuskan kepuasan kerja sebagai suatu keadaan emosi seseorang yang positif maupun menyenangkan yang dihasilkan dan penilaian suatu pekerjaan atau pengalaman kerja. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Hal ini tampak dalam sikap positif karyawan terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan kerjanya. Setiap karyawan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan nilai yang berlaku pada dirinya. Semakin banyak aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan dan aspek-aspek diri individu, maka ada kecenderungan semakin tinggi tingkat kepuasan kerjanya. Kepuasan kerja dapat mengakibatkan pengaruh terhadap tingkat turnover dan tingkat absensi terhadap kesehatan fisik dan mental karyawan serta tingkat kelambanan. Fungsi kepuasan kerja adalah (a) untuk meningkatkan disiplin karyawan dalam menjalankan tugasnya. Karyawan akan datang tepat waktu dan akan menyelesaikan tugasnya sesuai dengan waktu yang telah ditentukan; (b) untuk meningkatkan
163
JEB, Vol. 2, No. 3, November 2008: 159-174
semangat kerja karyawan dan loyalitas karyawan terhadap perusahaan. Dole and Schroeder (2001) menyatakan kepuasan kerja dapat didefinisikan sebagai perasaan dan reaksi individu terhadap lingkungan pekerjaannya, sedangkan menurut Testa (1999) kepuasan kerja merupakan kegembiraan atau pernyataan emosi yang positif hasil dari penilaian salah satu pekerjaan atau pengalaman-pengalaman pekerjaan. Igalens and Roussel (1999), menyatakan bahwa job satisfaction may be as a pleasurable ar positive emotional state resulting from. Dalam pernyataan tersebut mengandung makna bahwa kepuasan kerja merupakan suatu keadaan emosi yang positif atau dapat menyenangkan yang dihasilkan dari suatu penilaian terhadap pekerjaan atau pengalaman-pengalaman kerja seseorang. Penelitian Linz (2002) mengatakan bahwa secara positif sikap terhadap kerja ada hubungan positif dengan kepuasan kerja. Pada dasarnya makin positif sikap kerja makin besar pula kepuasan kerja, untuk itu berbagai indikator dari kepuasan kerja perlu memperoleh perhatian khusus agar pekerja dapat meningkatkan kinerjanya. Menurut Handoko (1997:196), kepuasan kerja atau job satisfaction adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan mana para karyawan memandang pekerjaannya. Kepuasan kerja merupakan cerminan perasaan pekerja terhadap pekerjaannya. Hal ini tampak dalam sikap positif pekerja terhadap pekerjaan yang dihadapi dan lingkungannya. Sebaliknya, karyawan yang tidak puas akan bersikap negatif terhadap pekerjaan dan bentuk yang berbeda– beda satu dengan yang lainnya. Adanya ketidakpuasan kerja karyawan seharusnya dapat dideteksi oleh perusahaan. Menurut Muchinsky (1997:424), variabelvariabel yang dapat dijadikan indikasi menurunnya kepuasan kerja adalah absenteeism, turnover, and job performance. Mengutip pendapat tersebut As’ad (2003) menjelaskan bahwa variabel yang dapat dijadikan indikasi menurunnya kepuasan kerja adalah tingginya tingkat absensi (absenteeism), tingginya keluar masuknya karyawan (turnover), dan menurunnya produktivitas kerja atau prestasi kerja karyawan. Seorang karyawan yang kepuasan kerja terpenuhi maka ia akan merasa puas dalam bekerja, dan mereka yang
164
puas dalam bekerja akan mengupayakan segala upaya yang mereka miliki untuk menyelesaikan tugas yang dibebankan kepadanya dengan mengeluarkan segala upaya yang mereka miliki dalam bekerja. Hasil yang diperoleh dari pekerjaan itu akan maksimal dengan kata lain karyawan tersebut akan berkinerja baik. Sebaliknya, jika seorang karyawan merasa tidak puas dalam bekerja maka kinerjanya juga akan tidak maksimal. Menurut Strauss dan Syales, yang dikutip Handoko (1997:196), kepuasan kerja juga penting untuk aktualisasi diri. Karyawan yang tidak memperoleh kepuasan kerja tidak akan pernah mengalami kematangan psikologik dan pada gilirannya akan menjadi frustasi. Karyawan seperti ini akan sering melamun, mempunyai semangat rendah, cepat lelah dan bosan, emosi yang tidak stabil, sering absen dan melakukan kesibukan yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan yang harus dilakukan. Sedangkan karyawan yang mendapatkan kepuasan kerja biasanya mempunyai catatan kehadiran yang baik, dan berprestasi kerja lebih baik dari pada karyawan yang tidak memperoleh kepuasan kerja. Kepuasan kerja mempengaruhi tingkat perputaran karyawan dan absensi. Jika kepuasan kerja karyawan meningkat maka perputaran karyawan dan absensi menurun. Pengaruh kinerja organisasi terhadap kepuasan kerja karyawan terjadi karena kebanggaan karyawan atas keberhasilan pencapaian tujuan organisasi. Manajemen kinerja adalah suatu proses yang dirancang untuk menghubungkan pencapaian tujuan organisasi dengan tujuan individu karyawan. Mereka merasa ikut serta dalam pencapaian tujuan organisasi maka karyawan benar-benar termotivasi dalam pencapaian tujuan organisasi dan mendapatkan kepuasan yang lebih besar. H3: Kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja perawat. Kinerja merupakan gabungan perilaku dengan prestasi dari apa yang diharapkan dan pilihannya atau bagian syarat-syarat tugas yang ada pada masing-masing individu dalam organisasi. Menurut Mangkunegara (2001:67), kinerja dapat didefinisikan sebagai hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dapat dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan kepadanya. Mangkuprawira (2007:153) mengatakan bahwa kinerja
PENGARUH BUDAYA ORGANISASIONAL DAN LINGKUNGAN KERJA .........................(Edy)
adalah hasil dari proses pekerjaan tertentu secara terencana pada waktu dan tempat dari karyawan serta organisasi yang bersangkutan. Ukuran kinerja dapat dilihat dari jumlah dan mutu tertentu sesuai standar organisasi atau perusahaan. Kinerja merupakan hasil pekerjaan seorang karyawan selama periode tertentu dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, misalnya standar, target, sasaran, atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama. Berbagai macam jenis pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan, tentunya membutuhkan kriteria yang jelas, karena masing-masing jenis pekerjaan tentunya mempunyai standar yang berbedabeda tentang pencapaian hasilnya. Makin rumit jenis pekerjaan, maka standard operating procedure yang ditetapkan akan menjadi syarat mutlak yang harus dipatuhi. Prestasi kerja atau kinerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. Secara teoritis penilaian atau pengukuran prestasi kerja atau kinerja memberikan informasi yang dapat digunakan pimpinan untuk membuat keputusan tentang promosi jabatan. Penilaian prestasi kerja atau kinerja memberikan kesempatan kepada pimpinan dan orang yang dinilai untuk secara bersama membahas perilaku kerja dari yang dinilai. Pada umumnya setiap orang menginginkan dan mengharapkan umpan balik mengenai prestasi kerjanya. Penilaian memungkinkan bagi penilai dan yang dinilai untuk secara bersama menemukan dan membahas kekurangan-kekurangan yang terjadi dan mengambil langkah perbaikannya. Koesmono (2005), telah mengembangkan suatu model tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja, yaitu pengaruh budaya organisasional terhadap motivasi dan kepuasan kerja serta kinerja karyawan pada sub sektor industri pengolahan kayu skala menengah di Jawa Timur. Hasilnya adalah budaya organisasional berpengaruh secara postitif terhadap motivasi, motivasi berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja, budaya organisasional berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja, budaya organisasional berpengaruh positif terhadap kinerja, motivasi berpengaruh positif terhadap kinerja, dan faktor motivasi merupakan variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap kinerja. Newman (1977), menyatakan bahwa development of a measure of per-
ceived work environment (PWE) yaitu lingkungan kerja akan berpengaruh terhadap motivasi, kepuasan dan kinerja. Firdaus (2006), menyatakan bahwa lingkungan kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja. Wahyuddin dan Djumino (2005), menyatakan bahwa kepemimpinan dan motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja. Armayu Thoyib (2005), menyatakan bahwa (1) Kepemimpinan dan budaya organisasional bisa saling pengaruh mempengaruhi; (2) Kepemimpinan berpengaruh terhadap strategi organisasi; (3) Budaya organisasional berpengaruh terhadap strategi organisasi; (4) Kepemimpinan dan budaya organisasional berpengaruh terhadap strategi organisasi; (5) Kepemimpinan, budaya organisasional, dan strategi organisasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Soedjono (2005) menyatakan bahwa budaya organisasional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja dan kepuasan kerja karyawan. Wen Hai Chih, Tin Chung Huang, dan Kuo Chou Wei (20050 menyatakan bahwa kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap budaya organisasional tetapi tidak signifikan terhadap kinerja dan TQM, budaya organisasional berpengaruh positif dan signifikan terhadap terhadap TQM, budaya organisasional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja organisasi dan TQM berpengaruh terhadap kinerja organisasi. Penelitian ini menggabungkan model Koesmono (2005) mengenai budaya organisasional dan motivasi yang berpengaruh terhadap kinerja melalui kepuasan kerja, model Firdaus (2006) mengenai pengaruh dari lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai instansi pemerintah, dan model Newman (1977) yang menyatakan bahwa lingkungan kerja akan berpengaruh terhadap motivasi, kepuasan dan kinerja karyawan.
165
JEB, Vol. 2, No. 3, November 2008: 159-174
BUDAYA ORGANISASIONAL
MOTIVASI
KEPUASAN KERJA
KINERJA
LINGKUNGAN KERJA
Gambar 1 Model Penelitian Keterangan: 1. Variabel dependen: kinerja karyawan 2. Variabel independen: budaya organisasional dan lingkungan kerja 3. Variabel mediasi: motivasi dan kepuasan kerja Penelitian ini menguji sejauh mana pengaruh budaya organisasional dan lingkungan kerja terhadap kinerja dengan motivasi dan kepuasan kerja sebagai variabel pemediasi yang berimplikasi pada kinerja perawat RSM dr. Yap Yogyakarta dan menguji secara langsung variabel yang pengaruhnya paling besar terhadap kinerja. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dengan menggunakan alat kuesioner yang telah disiapkan dimana responden dapat memilih jawaban yang sesuai dengan persepsinya (pertanyaan tertutup). Pengukuran data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah skala likert dengan ukuran sebagai berikut: 1 = Sangat tidak setuju. 2 = Tidak setuju, 3 = Netral, 4 = Setuju, 5 = Sangat setuju. Data primer juga diperoleh dari wawancara langsung terhadap kepala bagian keperawatan pada setiap unit kerja di RSM dr. Yap Yogyakarta. Populasi penelitian ini adalah semua perawat yang bekerja di RSM dr. Yap Yogyakarta. Setelah variabel didefinisikan secara operasi dan menerapkan teknik penskalaannya, maka harus diyakinkan bahwa instrumen yang dibuat harus mengukur senyatanya (actually) yang berhubungan dengan validitas dan mengukur seakuratnya (accurately) yang berhubungan dengan reliabilitas (Jogiyanto, 2004/2005:119) Data dianalisis dengan menggunakan alat analisis regresi berjenjang. Hipotesis akan diterima jika terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel dependen dengan variabel independen.
166
Pengujian pertama: X3 = a + bX1 + bX2 Pengujian kedua: X4 = a + bX3 Q Pengujian ketiga: Y = a + bX4 Keterangan: Q X1 = Budaya organisasional Q X2 = Lingkungan Kerja Q X3 = Motivasi Q X4 = Kepuasan Kerja Q Y = Kinerja Perawat Q Q
HASIL PENELITIAN Hasil pengujian validitas dengan menggunakan product moment (Pearson Correlation), menunjukkan bahwa semua item pertanyaan dari lima variabel yang diteliti adalah valid, semua item mempunyai nilai di atas 0,5 yang berarti instrumen ini sudah mengukur apa yang seharusnya diukur seperti nampak pada Tabel 1 berikut ini:
PENGARUH BUDAYA ORGANISASIONAL DAN LINGKUNGAN KERJA .........................(Edy)
Tabel 2 Uji Reliabilitas
Tabel 1 Tabel Uji Validitas No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Item Pertanyaan X1_1 X1_2 X1_3 X1_4 X1_5 X1_6 X1_7 X1_8 X1_9 X1_10 X1_11 X1_12 X2_1 X2_2 X2_3 X2_4 X2_5 X2_6 X2_7 X2_8 X2_9 X2_10 X2_11 X3_1 X3_2
Nilai .683 .676 .802 .720 .864 .696 .783 .802 .679 .823 .873 .820 .637 .883 .770 .686 .652 .771 .663 .850 .755 .682 .667 .621 .772
No. 26 27 26 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
Item Pertanyaan X3_3 X3_4 X3_5 X3_6 X3_7 X3_8 X3_9 X4_1 X4_2 X4_3 X4_4 X4_5 X4_6 X4_7 X4_8 X4_9 Y1_1 Y1_2 Y1_3 Y1_4 Y1_5 Y1_6 Y1 7 Y1_8 Y1_9
Nilai .771 .802 .653 .688 .774 .728 .855 .614 .614 .833 .803 .743 .728 .748 .802 .640 .862 .673 .745 .781 .660 .689 .794 .777 .728
Hasil pengujian terhadap semua item pertanyaan, menunjukkan bahwa semua menyatakan reliabilitas dilihat dari Cronbach’s Alpha di atas 0,8 yaitu berkisar antara 0,8863 sampai dengan 0,9334. Hasil pengujian reliabilitas ditunjukkan pada Tabel 2 berikut ini:
Item Pertanyaan X1_1 X1_2 X1_3 X1_4 X1_5 X1_6 X1_7 X1_8 X1_9 X1_10 X1_11 X1_12 X2_1 X2_2 X2_3 X2_4 X2_5 X2_6 X2_7 X2_8 X2_9 X2_10 X2_11 X3_1 X3_2
Alpha if item deleted .9310 ..9312 .9283 .9298 .9228 .9314 .9268 .9261 .9323 .9248 .9226 .9220 .8890 .8695 .8804 .8838 .8876 .8780 .8872 .8909 .8791 .8841 .8865 .8920 .8802
Cronbach’s Alpha (á) .9334
.8929
.8949
Item Pertanyaan X3_3 X3_4 X3_5 X3_6 X3_7 X3_8 X3_9 X4_1 X4_2 X4_3 X4_4 X4_5 X4_6 X4_7 X4_8 X4_9 Y1_1 Y1_2 Y1_3 Y1_4 Y1_5 Y1_6 Y1 7 Y1_8 Y1_9
Alpha if Cronbach’s item deleted Alpha (á) .8812 .8768 .8896 .8872 .8836 .8856 .8713 .8849 .8875 .8848 .8637 .8673 .8732 .8747 .8728 .8672 .8859 .8670 .8863 .8785 .8723 .8736 .8860 .8773 .8686 .8686 .8735
Pengujian asumsi klasik heterocedasticity ini dilakukan untuk menguji apakah error mempunyai sifat identik atau homogen, artinya nilai errornya mendekati atau hampir seragam (homoscedasticity). Hasilnya ditunjukkan pada Tabel 3 berikut ini:
Tabel 3 Uji Heterocedasticity
Keterangan
(Constant) Budaya organisasional (X1) Lingkungan Kerja (X2) Motivasi (X3) Kepuasan Kerja (X4)
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Standard B Beta Error 2.223 .616 -.152 .170 -.198 -.163 .191 -.181 -.037 .203 -.042 -.073 .190 -.092
T
3.609 -.894 -.854 -.184 -.383
Sig.
.001 .378 .400 .855 .705
a. Dependent Variable: Absolut Standardized Residual.
167
JEB, Vol. 2, No. 3, November 2008: 159-174
Uji multicollonearity untuk melihat apakah terjadi hubungan linier atau multikolinearitas antara variabel independen. Hasil pengujian ditunjukkan pada Tabel 5 berikut ini: Hasil pengujian menunjukan bahwa VIF variabel-variabel independen semua di bawah 3, sehingga disimpulkan bahwa di antara variabel-variabel independen tidak terjadi hubungan linier atau multikolinearitas. Uji normalitas ini untuk mengetahui apakah data yang digunakan berdistribusi normal atau tidak. Pengujian ini dilakukan dengan mengamati histogram atas nilai residual dan grafik normal probability plot. Deteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Dasar pengambilan keputusan, jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas dan jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi
Hasil pengujian menunjukkan bahwa semua nilai probabilitas variabel budaya organisasional (X1) sebesar 0,378, lingkungan kerja (X2) sebesar 0,400, motivasi (X3) sebesar 0,855, dan kepuasan kerja (X4) sebesar 0,705 lebih besar daripada 5% (lihat kolom sig). Jadi hasilnya tidak signifikan sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel-variabel tersebut tidak ada masalah heterocesdaticity (error identity). Pengujian autocorrelation untuk melihat adanya autocorrelation dengan menggunakan metode Durbin-Watson (DW). Hasil pengujian ditunjukkan pada Tabel 4 berikut ini: Berdasarkan hasil regresi diperoleh statistik DW sebesar 1,990, untuk nilai dL pada alpha 5%, k=4 adalah 1,22 dan dU sebesar 1,73: Jadi Æ 4-dL = 4-1,22 = 2,78 Æ DW = 1,990 <2,78 4-dU = 4-1,73 = 2,27 DW = 1,990 <2,28 Karena nilai DW berada di antara dU dan 4-dU maka disimpulkan tidak ada gejala autocorrelation dari perhitungan di atas (errornya berdiri sendiri/ independen).
Tabel 4 Uji Autocorrelation Model
R
1
.414(a)
R Square
Adjusted R Square
.172
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
.51236060
1.990
.061
a Predictors: (Constant), Kepuasan Kerja (X4), Lingkungan Kerja (X2), Budaya organisasional (X1), Motivasi (X3) b Dependent Variable: Absolut Standardized Residual Tabel 5 Uji Multicollonearity Keterangan
(Constant) Budaya organisasional (X1) Lingkungan Kerja (X2) Motivasi (X3) Kepuasan Kerja (X4)
Unstandardized Standardized Collinearity T Sig. Coefficients Coefficients Statistics Standard B Beta Tolerance VIF Error 2.223 .616 3.609 .001 -.152 .170 -.198 -.894 .378 .561 1.783 -.163
.191
-.181
-.854 .400
.618 1.619
-.037 -.073
.203 .190
-.042 -.092
-.184 .855 -.383 .705
.526 1.901 .475 2.104
a. Dependent Variable: Absolut Standardized Residual.
168
PENGARUH BUDAYA ORGANISASIONAL DAN LINGKUNGAN KERJA .........................(Edy)
asumsi normalitas (Paul Newbold cs., fifth edition, halaman 195). PEMBAHASAN Pengujian variabel budaya organisasional dan lingkungan kerja secara bersama-sama terhadap motivasi berdasarkan hasil analisis regresi didapat F hitung sebesar 12.680 dan signifikansi 0.000. Oleh karena, tingkat signifikansi lebih kecil daripada 5%, maka Ho ditolak dan menerima Hi, artinya model regresi ini dapat dipakai untuk memprediksi motivasi. Hasil analisis regresi didapat nilai t untuk variabel budaya sebesar 2.560 dan lingkungan kerja sebesar 3.062. Pada kolom signifikan menunjukan angka 0.015 dan 0.004 lebih kecil dari 2,5%, maka Ho ditolak dan menerima Hi, artinya budaya organisasional dan lingkungan kerja secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi. Persamaan regresi: X3= 0.756 + 0.317 X1 + 0.445 X2 Nilai R square sebesar 0.442, artinya hanya 44,2% motivasi perawat dapat dijelaskan atau dipengaruihi oleh variabel budaya organisasional dan lingkungan kerja dan sisanya sebesar 55,8% dijelaskan atau dipengaruhi oleh faktor lain. Pengujian pengaruh variabel motivasi terhadap kepuasan kerja berdasarkan hasil analisis regresi didapat F hitung sebesar 17.226 dan signifikansi 0.000. Oleh karena tingkat signifikansi lebih kecil daripada 5%, maka Ho ditolak dan menerima Hi, artinya model regresi ini dapat dipakai untuk memprediksi kepuasan kerja. Hasil analisis regresi didapat nilai t untuk variabel motivasi sebesar 4.150 dan pada kolom signifikan menunjukan angka 0.000 lebih kecil dari 2,5%, maka Ho ditolak dan menerima Hi, artinya motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja. Persamaan regresi: X4 = 0.808 + 0.658 X3 Nilai R square sebesar 0.343, artinya hanya 34,3,% kepuasan kerja perawat dapat dijelaskan atau dipengaruihi oleh motivasi dan sisanya sebesar 65,7% dijelaskan atau dipengaruhi oleh faktor lain. Pengujian pengaruh variabel kepuasan kerja terhadap kinerja berdasarkan hasil analisis regresi didapat F hitung sebesar 30.629 dan signifikansi 0.000.
Oleh karena tingkat signifikansi lebih kecil daripada 5%, maka Ho ditolak dan menerima Hi, artinya model regresi ini dapat dipakai untuk memprediksi kinerja. Hasil analisis regresi didapat nilai t untuk variabel kepuasan kerja sebesar 5.534 dan pada kolom signifikan menunjukan angka 0.000 lebih kecil daripada 2,5%, maka Ho ditolak dan menerima Hi, artinya kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja. Persamaan regresi: Y= 2.204 + 0.493 X4 Nilai R square sebesar 0.481, artinya hanya 48,1,% kinerja perawat dapat dijelaskan atau dipengaruhi oleh kepuasan kerja dan sisanya sebesar 51,9% dijelaskan atau dipengaruhi oleh faktor lain. Wawancara dilakukan terhadap pimpinan perawat yang ada pada setiap satuan unit kerja yang meliputi satuan unit kerja rawat jalan, kamar operasi, dan rawat inap. Setelah melakukan wawancara terhadap pimpinan perawat yang ada pada setiap unit kerja, didapati masalah sebagai berikut (1) Perlu adanya perbaikan terhadap lingkungan kerja perawat, seperti (a) perawat mengeluhkan terlalu banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, terlebih lagi pada saat liburan yang dimana jumlah pasien meningkat dari biasanya sedangkan jumlah perawat tidak seimbang dengan jumlah pasien yang harus dilayani, artinya perawat bekerja lebih berat dari yang seharusnya dan perlu adanya penambahan jumlah perawat dan (b) tidak adanya reward dan punishment yang jelas yang diberikan bagi perawat sehingga dalam melaksanakan tugasnya mereka belum menunjukan kinerja yang terbaik, bagi karyawan yang rajin dan yang biasa-biasa saja tidak ada perbedaan dalam hal bonus, gaji, dan penghargaan dan lainlainnya. Satu-satunya bentuk penghargaan yang diberikan yaitu apabila sudah bekerja di atas 25 tahun maka akan mendapatkan semacam piagam penghargaan; (2) Perlu adanya perbaikan terhadap kepuasan kerja perawat, seperti (a) perawat merasa kurang puas dengan kinerja personalia karena cara kerja yang lamban dan (b) tidak adanya pengakuan atau perlakuan yang lebih baik dari pihak manajemen terhadap perawat yang sudah mengikuti pelatihanpelatihan di luar walaupun menggunakan biaya pribadi. Hasil temuan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dalam penelitian ini sama dengan penelitian-penelitian yang sudah pernah dilakukan atau tidak berbeda dengan temuan-temuan universal.
169
JEB, Vol. 2, No. 3, November 2008: 159-174
Variabel-variabel yang pernah dipakai dalam penelitian sebelumnya yang sudah terbukti berpengaruh terhadap kinerja setelah dimasukan dalam penelitian ini hasilnya menguatkan penelitian-penelitan sebelumnya, seperti variabel budaya organisasional, lingkungan kerja, motivasi, dan kepuasan kerja yang berpengaruh terhadap kinerja. Tetapi yang jadi permasalahan dalam penelitian ini adalah hasil temuan dari nilai R square yang kecil di bawah 50% seperti variabel budaya organisasional dan variabel lingkungan kerja secara bersama-sama hanya dapat menjelaskan 44,2% pengaruhnya terhadap motivasi perawat yang akan berimplikasi pada kinerja; variabel motivasi hanya dapat menjelaskan 34,3% pengaruhnya terhadap kepuasan kerja perawat; dan variabel kepuasan kerja hanya dapat menjelaskan 48,1% pengaruhnya terhadap kinerja. Begitu juga hasil pengujian secara langsung semua variabel terhadap kinerja tanpa melalui variabel pemediasi hasilnya R square juga kecil seperti variabel budaya organisasional hanya dapat menjelaskan 23% pengaruhnya terhadap kinerja; variabel lingkungan kerja hanya 20,7% terhadap kinerja; variabel motivasi 41,7 % terhadap kinerja; dan kepusan kerja 48,1% berpengaruh terhadap kinerja. Hasil R square yang kecil ini mungkin disebabkan oleh variabel lain yang lebih berpengaruh terhadap kinerja baik secara langsung maupun melalui perantara melebihi dari variabel yang ada dalam penelitian ini. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam menindaklanjuti hasil dari wawancara terhadap kepala perawat di setiap unit kerja sebagai berikut ini, yaitu (1) Perbaikan terhadap lingkungan kerja perawat. Jika keadaan seperti ini dibiarkan terus-menerus, maka kebanyakan perawat pasti akan merasa kelelahan dimana pekerjaan semakin banyak sementara tenaga sudah semakin berkurang dan akibatnya stress kerja akan meningkat sehingga akan berakibat pada kinerja yang menurun. Jika stress kerja sudah tidak dapat dihadapi oleh seseorang biasanya orang tersebut akan memilih untuk berhenti, keadaan seperti ini tentu saja merugikan organisasi dimana kinerja yang menurun dan biaya turnover karyawan yang tinggi. Menurut model yang dikembangkan Gibson cs., (2006), menunjukkan bahwa salah satu hal yang mengakibatkan stress kerja adalah kelebihan beban kerja yang akan menimbulkan stres kerja dan stress kerja yang dirasakan oleh karyawan akan berbeda-beda
170
karena dipengaruhi oleh perbedaan usia, jenis kelamin, dan lain-lain. Stress kerja ini akan berdampak pada kepuasan kerja dan kinerja perawat yang bersangkutan. Hal ini sangat berisiko bagi kualitas layanan yang diberikan oleh perawat karena apabila beban kerja tinggi maka ketelitian dan keamanan kerja menjadi menurun (Ferguson-Paré, 2004). Affonso et al. (2003) mengingatkan bahwa beban kerja perawat memiliki hubungan yang signifikan terhadap keamanan pasien Dengan tidak adanya reward dan punishment yang jelas maka hal ini akan sangat berpengaruh terhadap kinerja, karyawan pasti akan menunda pekerjaan yang sebenarnya bisa diselesaikan jika tidak diawasi karena bekerja dengan rajin dan malas-malasan hasilnya sama saja tidak ada punishment dan reward yang akan didapatkan. Implikasinya karyawan akan enggan untuk mengeluarkan kemampuan terbaiknya, motivasi kerja akan menurun dan lingkungan kerja akan sangat tidak kondusif karena jika ada pekerjaan sudah pasti yang satu mengharapkan yang lain dan jika ada masalah akan saling melempar tanggungjawab. Motivasi diibaratkan sebagai jantungnya manajemen karyawan, dorongan yang membua karyawan melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu. Tidak ada keberhasilan mengerjakan sesuatu seperti mengelola karyawan tanpa adanya motivasi baik dari karyawan maupun manajer. Seorang manajer memerlukan ketrampilan untuk memahami dan menciptakan kondisi dimana semua karyawan dapat termotivasi. Semua hal itu diperlukan untuk mencapai motivasi karyawan yang efektif yang didukung oleh lingkungan manajemen dan kepemimipinan yang nyaman. Ciri-ciri karyawan yang tidak termotivasi adalah sebagai berikut: sering stress, sakit fisik, malas kerja, kualitas kerja rendah, komunikasi personal yang kurang, dan masa bodoh dengan pekerjaannya; (2) Perbaikan terhadap kepuasan kerja perawat. Kinerja manajer personalia yang dinilai sangat penting dalam menyelesaikan masalah karyawan akan mengakibatkan masalah yang cukup serius, dimana laporan hasil kerja yang dipakai untuk menghitung gaji, kenaikan jabatan, promosi dan lain-lain sangat lama diproses mengakibatkan kepuasan kerja dan motivasi kerja yang rendah karena sudah bekerja dengan baik tetapi penilaian kinerja yang tidak jelas. Untuk menciptkan sistem manajemen kinerja yang efektif, peran manajemen sangatlah menentukan, manajer
PENGARUH BUDAYA ORGANISASIONAL DAN LINGKUNGAN KERJA .........................(Edy)
bertangungjawab untuk menciptkan kondisi kerja yang dapat memotivasi karyawan, melakukan observasi kerja, memperbaharui dan menyesuaikan tujuan, standar kerja, dan kompensasi kerja, memberikan umpan balik atas kinerja bawahan, memfasilitasi up grading dan pengembangan kemampuan karyawan, dan memberikan penguatan prilaku untuk mencapai tujuan organisasi (Mangkuprawira, 2007:101).
artinya pengaruhnya sangat kecil dan menandakan ada variabel lain yang lebih berpengaruh selain dari variabel yang ada dalam penelitian ini. Pada penelitian berikutnya diharapkan dapat menemukan variabel lain selain variabel yang ada dalam variabel penelitian ini yang lebih berpengaruh terhadap kinerja baik melalui variabel mediasi ataupun pengaruh secara langsung.
SIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA Simpulan Berdasarkan hasil pengujian hipotesis semua hasil menunjukan adanya pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja. Variabel budaya organisasional dan lingkungan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi sebesar 0.317 dan 0.445, variabel motivasi berpengaruh positif dan signifikan sebesar 0.656 terhadap kepuasan kerja, variabel kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan sebesar 0.493 terhadap kinerja. Semua variabel menunjukan adanya pengaruh yang positif dan signifikan. Berdasarkan hasil penelitian, implikasinya adalah untuk meningkatkan kinerja perawat di RSM dr Yap Yogyakarta, faktor yang harus diperhatikan terlebih dahulu adalah faktor kepuasan kerja. Pihak rumah sakit harus dapat menciptkan kepuasan kerja yang baik untuk dapat mencapai kinerja yang baik. Dalam menciptakan kepuasan kerja perawat, pihak rumah sakit harus terlebih dahulu meningkatkan motivasi perawat agar didapat kepuasan kerja yang baik. Sedangkan untuk menciptakan motivasi kerja yang tinggi, faktor yang diperhatikan adalah budaya organisasional dan lingkungan kerja dimana dua faktor ini secara bersama mempengaruhi motivasi kerja perawat. Adanya budaya organisasional dan lingkungan kerja yang baik akan menciptakan atau menumbuhkan motivasi kerja yang tinggi.
Affonso, D.D, L. Jeffs, D. Doran & M. Ferguson-Paré. (2003), Patient Safety to Frame and Reconcile Nursing Issues. Canadian Journal of Nursing Leadership. Vol. 16 No.4: 69-81. As’ad, Moh. (1995), Psikologi Industri (Edisi Keempat, Cetakan Kedua). Yogyakarta:Liberty. Bartkus, K. R., Howell, R. D., Parent, M. C. R., & Hartman, C. L. (1997), Managerial Antecedents and Individual Consequences of Group Cohesiveness in Travel Service Selling. Journal of Travel Research, Vol. 35 No. 4: 56-63. Beach, Lee Roy, (1993), Making The Right Decision Organiztional Culture, Vision and Planning. United States of America : Prentice-Hall Inc. Chin, W. H., et al, (2005), The Study of The Effect Factors of Organizational: The Empirical of Taiwan Hi-Tech Industry Department of Business Administration National Dong Hwa University. Dole, Carol and Schroeder, Richard G., (2001), The Impact of Varios Factors on the Personality, Job Satisfaction and Turn Over Intentions of Profesional Accountants. Managerial Auditing Journal, Vol. 16 No. 4: 234-245.
Saran Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa variabel yang ada dalam penelitian semuanya berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja baik melalui variabel mediasi atau perantara maupun secara langsung, tetapi hasil R square semua variabel rata-rata di bawah 50%,
Ferguson-Paré, M. (2004), ACEN Position Statement: Nursing Workload – a Priority for Healthcare. Journal Of Nursing Leadership, Vol. 17 No. 2: 6-24.
171
JEB, Vol. 2, No. 3, November 2008: 159-174
Firdaus, (2005), Pengaruh Kelekatan Misi, Motivasi Layanan Publik, Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Instansi Pemerintah. Tesis Program Studi Akuntans iUGM. Gibson J L, Ivancevich J M, Donnelly Jr J H, Konopaske R, (2006), Organizations: Behavior, Structure and Processes. McGraw-hill. Glaser, Susan R; Zamanou, Sonia and Hacker Kenneth, (1987), Measuring and Interpreting Organizational Culture. Management Communication Quartely Vol.1 No. 2: 173-178.
Menengah Di Jawa Timur. Jurnal manajemen dan kewirausahaan, Vol. 7 No. 2: 171-188. Kreitner, Robert, Kinicki, Angelo, (1995), Organizational Behavior, Third Edition. Printed in The United State of America: Richard D. Irwin Inc. Linz, Susan J., (2002), Job Satisfaction Among Russian Workers, William Davidson Institute Working Paper, Reseacrh Feelow Wiliam Davidson Institute University of Michigan: 8-15.
Handoko, T. Hani. (1997), Manajemen dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Liberty.
Listianto T, B Setiaji, (2005), Pengaruh Motivasi, Kepuasan, dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Kasus di Lingkungan Pegawai Kantor PDAM Kota Surakarta).
Hasibuan, M.S.P. (2000), Organisasi dan Motivasi: Dasar Peningkatan Produk. Jakarta: Bumi Aksara.
Luthans, Fred, (1997), Organizational Behavior , Third Edition. The McGraw-Hill Companies Inc., New York.
Heidjrachman dan Husnan, S. (2002), Manajemen Personalia. Yogjakarta: BPFE.
Luthans, Fred. (2002), Organizational Behavior, Ninth Edition. Singapore: McGraw-Hill International Editions.
Hughes, Richard L. Ginnet, Robert C. Curply, Gordon J., (1999), Leadership Enhancing the Lessons of Experience. Printed in Singapore : Irwin McGraw-Hill. Igalens J. Roussell, (1999), A Study of The Relationship between Compensation Package, Work Motivation and Job Satisfaction. Journal of Organizational Behavior Enhancing the Lessons of Experience, Printed in Singapore : Irwin McGraw-Hill. Jogiyanto (2004/2005), Salah Kaprah Dan Pengalaman-Pengalaman. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi UGM.
Mangkunegara, A. P. (2001), Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan (Cetakan Ketiga). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset. Mangkuprawira S, Vitalaya Aida, (2007), Manajemen Mutu Sumber Daya Manusia. Bogor: Gahlia, Indonesia. Muchinsky, Paul M., (1997), Psychology Applied to work. First Edition, The Dorsey Press, Chicago. Newman. J. E, (1977), Develop of a mwasure of perceived work environment (PWE). The Academy of Manajement Journal, Vol. 20 No. 4: 520-534.
Johanes Papu: Team e-psikologi/informasi psikologi online.
Paloepi Tyas Rahadjeng, (1999), Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Cetakan Kedua.
Koesmono, H.T. (2005), Pengaruh Budaya organisasional Terhadap Motivasi Dan Kepuasan Kerja Serta Kinerja Karyawan Pada Sub Sektor Industri Pengolahan Kayu Skala
Robbins, S.P. (2003), Organizational Behavior, Tenth Edition, Singapore: Prentice Hall.
172
PENGARUH BUDAYA ORGANISASIONAL DAN LINGKUNGAN KERJA .........................(Edy)
Santoso, S (2006), Menguasai Statistik Di Era Informasi Dengan SPSS 14. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Schein, E.H. (1991), Organizational Culture and Leadership. San Francisco: Jossey-Bass Publisher. Siagian, S.P. (2002), Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara Indonesia. Soedjono, (2005), Pengaruh Budaya organisasional Terhadap Kinerja Organisasi dan Kepuasan Kerja Karyawan pada Terminal Penumpang Umum di Surabaya. Jurnal manajemen dan kewirausahaan Vol. 7 No.1: 22-47. Supardi dan Anwar, S. (2004), Dasar-dasar Perilaku Organisasi. Yogjakarta: UII Press. Testa, Mark R., (1999), Satisfaction with Organizational Vision, Job Satisfaction and Service Efforts: An Empirical Investigation. Leadership & Organization Development journal, Vol. 20 No. 3: 154161. Thoyib, A. (2005), Hubungan Kepemimpinan, Budaya, Strategi, dan Kinerja: Pendekatan Konsep. Jurnal manajemen dan kewirausahaan, Vol. 7 No.1: 60-73. Timpe, D.A. (1999), Produktivitas: Seri Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Alex Media Komputindo. Van Dyne, L., Cummings, L. L., & Parks, J. M. (1995), Extra-Role Behaviors: In Pursuit of Construct and Definitional Clarity (a Bridge over Muddled Waters). Research in Organizational Behavior, 17: 215-285. Wahyuddin, M dan Djumino. A, (2005), Analisis Kepemimpinan Dan Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai Pada Kantor Kesatuan Bangsa Dan Perlindungan Masyarakat Di Kabupaten Wonogiri. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan.
173
JEB, Vol. 2, No. 3, November 2008: 159-174
174
ISSN: 1978-3116 PENGARUH KEPEMIMPINAN, LINGKUNGAN KERJA FISIK, DAN......................(Ferina Sukmawati)
Vol. 2, No. 3, November 2008 Hal. 175-194
JURNA L EKONOMI & BISNIS
Tahun 2007
PENGARUH KEPEMIMPINAN, LINGKUNGAN KERJA FISIK, DAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI PT. PERTAMINA (PERSERO) UPMS III TERMINAL TRANSIT UTAMA BALONGAN, INDRAMAYU Ferina Sukmawati Jalan Raya Barat Gang 3 Selatan, Nomor 1142, Ampel, Indramayu Telepon +62 234 484243 E-mail: [email protected] ABSTRACT This study aims at empirically examining: (1) the impact of leadership, physical job environment and compensation on employees performance in PT. Pertamina (Persero) UPms III Terminal Transit Utama Balongan, Indramayu; (2) the most influential factors on employees performances in PT. Pertamina UPms III Terminal Transit Utama Balongan, Indramayu among three factors that is leadership, physical job environment and compensation. Population of this research are employees of PT. Pertamina (Persero) UPms III Terminal Transit Utama Balongan, Indramayu. The respondents of this research consist of 72 employees. Data are analyzed using multiple regression analysis, multiple correlation analysis and partial correlation analysis. The results of this study are: (1) regression model: Y = 46,812 + 0,264X1 – 0,324 X2 + 0,271 X3 + å. From this model, founded that all independent variables have impact on dependen variable; (2) the result of partial correlation is that there are impact of leadership, physical job environment and compensation on employees performance in PT. Pertamina (Persero) UPms III Terminal Transit Utama Balongan, Indramayu. Among three independent variables, compensation has the stronger impact on employees performances in PT. Pertamina (Persero) UPms III Terminal Transit Utama Balongan, Indramayu. It can be shown from coefficient value of compensation variable which bigger than phisical job environment and leadership variable. Among three independent variables, compensation also has the strong correlation with employees performance in PT.
Pertamina (Persero) UPms III Terminal Transit Utama Balongan, Indramayu, with correlation value 23,2%. Keywords: leadership, physical job environment, compensation, and employees performance.
PENDAHULUAN Dalam menghadapi situasi persaingan pasar yang semakin berat, tidak ada pilihan lain bagi PT. Pertamina (Persero) untuk lebih meningkatkan kinerjanya melalui pembenahan diberbagai aspek baik yang berkaitan dengan masalah karyawan, operasional, pemasaran, dan juga berkaitan dengan pemberdayaan karyawannya. Perusahaan perlu memandang karyawan tidak hanya sekedar sebagai tenaga kerja semata tetapi lebih sebagai aset perusahaan yang sangat penting untuk dikelola dengan baik. Dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan yang semakin cepat pada dewasa ini terutama dalam bidang teknologi, telah mengakibatkan menurunnya persentase penggunaan tenaga manusia dalam bidang industri. Dengan ditemukannya mesinmesin dan teknologi komputer telah mendesak fungsi tenaga manusia dalam bekerja. Meskipin demikian, tenaga manusia tetap memegang peranan yang cukup penting. Mesin-mesin harus diatur oleh manusia sesuai kebutuhan produksi sebelum dioperasikan, mesinmesin itu juga harus selalu dirawat oleh manusia agar dapat beroperasi dengan lancar dan mampu bertahan
175
JEB, Vol. 2, No. 3, November 2008: 175-194
sesuai dengan umur ekonomisnya. Jika ada kerusakan maka manusia juga akan memperbaikinya. Dalam era globalisasi dan pasar bebas saat ini setiap perusahaan dihadapkan pada situasi lingkungan bisnis yang semakin tidak pasti dan persaingan yang semakin ketat untuk menjadi yang terbaik dalam bisnisnya. Untuk menghadapi persaingan tersebut, perusahaan dituntut untuk meningkatkan kinerja perusahaan pada semua aspek perusahaan, baik aspek pemasaran, aspek keuangan, aspek produksi, maupun dari aspek sumber daya manusia. Setiap perusahaan ingin memiliki sumber daya manusia yang terampil dan handal. Sumber daya manusia yang dimaksudkan adalah para karyawan yang bekerja untuk mewujudkan tujuan perusahaan. Karyawan yang terampil dan handal sangat diperlukan untuk mengoperasikan, mengatur, dan merawat berbagai mesin dan teknologi yang dimiliki oleh perusahaan. Dengan memiliki, karyawan yang terampil dan handal akan menciptakan efisiensi dalam perusahaan. Efisiensi ini dapat terjadi karena karyawan mengoperasikan mesin dan teknologi lainnya sesuai dengan ketentuan dan menjalankan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan baik dan benar. Selain itu, karyawan yang terampil dan handal akan menghindarkan perusahaan dari pengeluaran biaya yang tidak perlu untuk memperbaiki mesin dan teknologi lainnya akibat kesalahan yang disebabkan oleh faktor manusia. Kinerja pada umumnya diartikan sebagai kesuksesan seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Kinerja karyawan merupakan hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya. Kinerja karyawan meliputi kualitas dan kuantitas output serta keandalan dalam bekerja. Karyawan dapat bekerja dengan baik bila memiliki kinerja yang tinggi sehingga dapat menghasilkan kerja yang baik pula. Dengan adanya kinerja yang tinggi yang dimiliki karyawan, diharapkan tujuan organisasi dapat tercapai. Sebaliknya, tujuan organisasi susah atau bahkan tidak dapat tercapai bila karyawannya bekerja tidak memiliki kinerja yang baik sehingga tidak dapat menghasilkan kerja yang baik pula. Kinerja karyawan di PT. Pertamina (Persero) UPms III Terminal Transit Utama, Balongan Indramayu untuk saat ini cukup baik, dimana pada tahun 2006 yang lalu peraihan target UKT (Ukuran Kinerja Terpilih) hampir 90% target tercapai untuk lokasi Terminal Transit Utama
176
Balongan dan tahun yang sama UPms III Terminal Transit Utama Balongan secara keseluruhan sebagai Unit Terbaik dari 8 Unit yang ada di Direktorat Pemasaran & Niaga Pertamina Persero. Program pelatihan yang diberikan kepada karyawan dalam peningkatan kinerja karyawan di PT. Pertamina (Persero) UPms III Terminal Transit Utama Balongan, Indramayu di antaranya mengikutsertakan pelatihan sesuai kompetensi jabatan (baik mandatory maupun non mandatory); mengikuti studi banding ke perusahaan lain yang sejenis dan kursus lain, mengikuti seminar-seminar/workshop, mengikuti on the job trainning (OJT). Dalam suatu organisasi atau perusahaan, pemimpin merupakan salah satu faktor penting karena faktor kepemimpinan dapat memberikan pengaruh yang berarti terhadap kinerja karyawan karena pimpinan yang merencanakan, menginformasikan, membuat, dan mengevaluasi berbagai keputusan yang harus dilaksanakan dalam organisasi tersebut. Faktor-faktor yang yang berhubungan dengan sikap, gaya, dan perilaku pimpinan sangat berpengaruh terhadap karyawan yang dipimpinnya bahkan turut berpengaruh terhadap kinerja organisasi. Kepemimpinan menurut Terry (1983) adalah aktivitas untuk mempengaruhi orang-orang untuk diajak ke arah mencapai tujuan organisasi. Keberhasilan seorang pemimpin tergantung pada kemampuannya mempengaruhi pihak lain. Sedangkan menurut Siagian (1995) kepemimpinan merupakan keterampilan dan kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain, melalui komunikasi baik langsung maupun tidak langsung dengan maksud untuk menggerakkan orangorang tersebut agar dengan penuh pengertian dan kesadaran bersedia mengikuti kehendak-kehendak pemimpin tersebut. Pengaruh pemimpin dalam menjalankan tugasnya sangat penting. Secara teoritis konsep gaya kepemimpinan dikenal dengan adanya gaya kepemimpinan diktaktor, gaya kepemimpinan otoriter, gaya kepemimpinan demokratis, gaya kepemimpinan birokratis, dan gaya kepemimpinan kendali bebas (Nasution, 1994). Gaya kepemimpinan di PT. Pertamina (Persero) UPms III Terminal Transit Utama Balongan, Indramayu adalah gaya kepemimpinan demokratis, dimana pimpinan selalu berkonsultasi dengan bawahannya mengenai masalah yang menarik perhatian mereka dan bawahan selalu ikut serta dalam pengambilan keputusan untuk menyelesaikan suatu
PENGARUH KEPEMIMPINAN, LINGKUNGAN KERJA FISIK, DAN......................(Ferina Sukmawati)
masalah. Pimpinan di PT. Pertamina (Persero) UPms III Terminal Transit Utama Balongan, Indramayu rutin setiap hari mengadakan rapat bersama bawahannya dan dalam menghadapi masalah, pimpinan selalu mengikutsertakan bawahannya dalam pengambilan keputusan dan menyelesaikan masalahnya. Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap kinerja karyawan adalah faktor lingkungan kerja. Nitisemo (1998) menyatakan bahwa lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada di sekitar pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Lingkungan kerja lebih dititikberatkan pada keadaan fisik tempat kerja. Berdasarkan pengertian tersebut maka lingkungan kerja dapat mempengaruhi kinerja karyawan dalam bekerja. Dengan lingkungan kerja fisik yang baik, para karyawan akan dapat bekerja dengan baik, aman, dan nyaman tanpa adanya gangguan misalnya temperatur yang tidak tepat, suara yang bising, penerangan yang kurang atau lebih, dan gangguan yang lainnya. Oleh karena itu, setiap perusahaan atau organisasi wajib menyediakan lingkungan kerja fisik yang baik bagi karyawannya sehingga mereka dapat bekerja sesuai dengan keinginan organisasi dalam upaya pencapaian tujuan organisasi (Konradus, 2006). Secara khusus lingkungan kerja fisik di kantor PT. Pertamina (Persero) UPms III Balongan, Indramayu mencakup 20 ruang kerja karyawan dengan jumlah karyawan sebanyak 84 orang karyawan, semua ruang kerja menggunakan air conditioner. Akan tetapi tidak semua ruang kerja karyawan dilengkapi dengan alat kedap suara yang memungkinkan kebisingan masih terdengar dalam sebagian ruang kerja karyawan. Keberadaan lingkungan kerja yang nyaman dan aman akan mempengaruhi peningkatan kinerja karyawan. Di samping kepemimpinan dan lingkungan kerja fisik, faktor kompensasi juga merupakan faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan. Handoko (1998) berpendapat bahwa kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima karyawan sebagai balas jasa untuk kerja mereka. Program kompensasi mencerminkan upaya organisasi untuk mempertahankan sumber daya manusia yang dimiliki. Pemberian kompensasi yang makin baik akan mendorong karyawan untuk bekerja dengan makin baik dan produktif. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa
kompensasi mempunyai pengaruh terhadap kinerja karyawan. Jenis kompensasi yang diberikan oleh PT. Pertamina (Persero) UPms III Terminal Transit Utama Balongan, Indramayu di antaranya adalah gaji dan tunjangan-tunjangan. Tunjangan-tunjangan ini meliputi tunjangan jabatan, tunjangan istirahat tahunan, tunjangan kesehatan, tunjangan lembur, premi shift, dan tunjangan perumahan yang hanya diberikan pada karyawan mutasi saja. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh Kepemimpinan, Lingkungan Kerja Fisik, dan Kompensasi terhadap Kinerja Karyawan di PT. Pertamina (Persero) UPms III Terminal Transit Utama Balongan, Indramayu. Permasalahan pokok yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah (a) Apakah ada pengaruh faktor kepemimpinan, lingkungan kerja fisik, dan kompensasi terhadap kinerja karyawan di PT. Pertamina (Persero) UPms III Terminal Transit Utama Balongan, Indramayu?; (b) Manakah faktor apa yang paling berpengaruh terhadap kinerja karyawan di PT Pertamina (Persero) UPms III Terminal Transit Utama Balongan, Indramayu; Identifikasikan permasalahan yang terkait dengan kepemimpinan, lingkungan kerja fisik, kompensasi, serta kinerja karyawan di PT Pertamina (Persero) UPms III Terminal Transit Utama Balongan, Indramayu, serta solusinya; Untuk mengetahui pengaruh faktor kepemimpinan, lingkungan kerja fisik, dan kompensasi terhadap kinerja karyawan di PT. Pertamina (Persero) UPms III Terminal Transit Utama Balongan, Indramayu. Untuk mengetahui faktor yang paling berpengaruh dari kepemimpinan, lingkungan kerja fisik, dan kompensasi terhadap kinerja karyawan di PT. Pertamina (Persero) UPms III Terminal Transit Utama Balongan, Indramayu; untuk mengidentifikasi permasalahan yang terkait dengan kepemimpinan, lingkungan kerja fisik, dan kompensasi terhadap kinerja karyawan di PT. Pertamina (Persero) UPms III Terminal Transit Utama Balongan, Indramayu, serta solusinya. Adapun manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah (a) secara teori, hasil penelitian ini akan memberikan tambahan informasi tentang kinerja karyawan serta faktor-faktor yang mempengaruhi dan memperjelas berbagai penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dan (b) secara praktis, dapat membantu instansi tempat penelitian dilakukan untuk lebih
177
JEB, Vol. 2, No. 3, November 2008: 175-194
memperhatikan masalah kepemimpinan, lingkungan kerja fisik, dan masalah kompensasi demi kesejahteraan karyawannya. MATERI DAN METODE PENELITIAN Kajian pustaka bertujuan untuk mempelajari dan mengkaji hasil-hasil penelitian yang pernah ada pada bidang yang sama. Berbagai penelitian tentang faktorfaktor yng mempengaruhi kinerja karyawan telah banyak dilakukan, baik yang bertujuan untuk bidang akademisi maupun yang bertujuan untuk membantu perusahaan dalam upaya meningkatkan kinerja karyawannya. Pranoto (1997) melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Motivasi dan Lingkungan Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Pada Industri Jasa Konsultasi Teknik PT. Prima Disain Widya Adicipta Semarang dengan jumlah responden sebanyak 30 orang. Teknik pengambilan data yang digunakan adalah menggunakan skala likert dengan sekali pengambilan data. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh motivasi dan lingkungan kerja baik secara bersama-sama maupun secara masing-masing terhadap produktivitas kerja karyawan pada industri Jasa Konsultasi Teknik PT. Prima Disain Widya Adicipta Semarang. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Pranoto terletak pada variabel independen yang digunakan, lokasi, dan populasi penelitian. Kekurangan dari penelitian ini adalah tidak menyajikan seberapa besar pengaruh masing-masing variabel independent (motivasi dan lingkungan kerja) terhadap variabel dependen (produktivitas karyawan) dan tidak menggunakan regresi linier yang menggambarkan arah dan besar variabel independen terhadap variabel dependen. Supadmi (1999) melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Kepemimpinan, Lingkungan Kerja, dan Disiplin Kerja terhadap Kinerja Karyawan Di Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Manajemen Komputer Cabang Solo, Palembang, dan Bengkulu, dengan jumlah responden sebanyak 82 orang. Penelitian ini merupakan penelitian sensus yang menggunakan semua anggota populasi sebagai responden. Skala yang digunakan adalah skala likert dan merupakan sekali uji. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh kepemimpinan, lingkungan kerja dan disiplin kerja berpengaruh terhadap kinerja
178
karyawan Di Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Manajemen Komputer Cabang Solo, Palembang, dan Bengkulu baik secara bersama-sama maupun secara parsial. Alat analisis yang digunakan adalah multiple regresi, korelasi berganda (uji-F) dan korelasi parsial (uji t). Perbedaaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Supadmi terletak pada variabel independen yang digunakan, lokasi, dan populasi penelitian. Dalam penelitian ini variabel independen disiplin kerja diganti dengan kompensasi dan variabel lingkungan kerja lebih fokus pada lingkungan kerja fisik. Lewa (2004) melakukan penelitian yang berjudul. Pengaruh Kepemimpinan, Lingkungan Kerja Fisik, dan Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan di PT. PERTAMINA (Persero) Daerah Operasi Hulu Jawa Bagian Barat, Cirebon dengan jumlah responden sebanyak 80 orang. Penelitian ini merupakan penelitian sensus yang menggunakan semua anggota populasi sebagai responden. Skala yang digunakan adalah skala likert. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor kepemimpinan, lingkungan kerja fisik, dan kompensasi terhadap kinerja karyawan baik secara bersama-sama maupun secara parsial di PT. PERTAMINA (Persero) Daerah Operasi Hulu Jawa Bagian Barat, Cirebon. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang paling berpengaruh dari faktor kepemimpinan, lingkungan kerja fisik, dan kompensasi terhadap kinerja karyawan di PT. PERTAMINA (Persero) Daerah Operasi Hulu Jawa Bagian Barat, Cirebon. Perbedaaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Lewa terletak pada lokasi dan populasi penelitian. Kekurangan dari penelitian yang dilakukan oleh Lewa adalah tidak mengidentifikasikan permasalahan yang terkait dengan kepemimpinan, lingkungan kerja fisik, kompensasi, serta kinerja karyawan di PT Pertamina (Persero) daerah operasi hulu Jawa Barat Cirebon dan solusi dari permasalahan tersebut. Pada umumnya kinerja diartikan sebagai kesuksesan seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Menurut Prawirosentono (1999), kinerja merupakan hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggungjawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi. Vroom (1964) menyebutkan bahwa sejauhmana keberhasilan seseorang dalam
PENGARUH KEPEMIMPINAN, LINGKUNGAN KERJA FISIK, DAN......................(Ferina Sukmawati)
menyelesaikan tugas pekerjaannya disebut level of performance, sedangkan Porter dan Lawler (1986) menyatakan kinerja adalah succesfull role achievement yang diperoleh seseorang dari perbuatannya (As’ad, M.,2001). Davis (1972) mengemukakan faktor yang mempengaruhi kinerja adalah kemampuan dan motivasi. Pandangan senada juga dikemukakan oleh Mitchell (1987) bahwa unjuk kerja yang baik dapat dipengaruhi oleh kemampuan dan motivasi. Menurut Timpe (1992), kinerja adalah tingkat prestasi seseorang atau karyawan dalam suatu organisasi atau perusahaan yang dapat meningkatkan produktivitas. Marthins dan Jackson (2002) menyatakan bahwa kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan. Kinerja karyawan adalah yang mempengaruhi seberapa banyak mereka memberi kontribusi kepada organisasi yang antara lain termasuk kuantitas output, kualitas output, jangka waktu output, kehadiran di tempat kerja, dan sikap kooperatif Berdasarkan pengertian tentang kinerja, peneliti mengambil acuan menurut Timpe yaitu kinerja adalah tingkat prestasi seseorang atau karyawan dalam suatu organisasi atau perusahaan yang dapat meningkatkan produktivitas. Mangkunegara (2000) berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah kemampuan dan motivasi. Secara psikologis, kemampuan karyawan terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan realita. Artinya karyawan yang memiliki IQ di atas rata-rata (IQ 110-120) dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu, karyawan perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahlian dan kemampuannya (the right man in the right place, the right man on the right job). Motivasi terbentuk dari sikap seseorang karyawan dalam menghadapi situasi dalam bekerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri karyawan yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi. Sikap mental merupakan kondisi mental yang mendorong diri karyawan untuk berusaha mencapai prestasi kerja secara maksimal. Sikap mental seorang karyawan harus merupakan sikap mental yang siap secara psikophisik (sikap secara mentah, fisik, tujuan, dan situasi). Artinya, seorang karyawan harus siap mental, mampu secara fisik, memahami tujuan utama
dan target kerja yang akan dicapai, mampu memanfaatkan dan menciptakan situasi kerja yang baik. Menurut Ivancevich (1990) terdapat faktorfaktor yang mempengaruhi kinerja seorang karyawan dalam melakukan suatu pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Peneliti hanya memilih tiga variabel yang mempengaruhi kinerja yaitu kepemimpinan, kompensasi, dan kondisi lingkungan kerja. Menurut Manulang (1981), penilaian kinerja merupakan penilaian secara sistematis kepada pegawai oleh beberapa ahli untuk suatu atau beberapa tujuan tertentu. Sigit (2003) berpendapat bahwa penilaian kinerja adalah penilaian judgmental terhadap watak pemegang pekerjaan, perilakunya, atau pelaksanaan penyelesaian pekerjaan sebagai basis untuk membuat keputusan personalia yang penting. Menurut Marthins dan Jackson (2002), hasil dari kegiatan penilaian kinerja karyawan dapat digunakan untuk (i) penggunaan admistratif, berupa kebijakan kompensasi, promosi, pemberhentian, pengurangan, pemutusan hubungan kerja dan (ii) penggunaan pengembangan, berupa mengidentifikasi kekuatan, mengidentifikasi bagian untuk ditingkatka, perencanaan pengembangan, pembinaan dan perencanaan karier. Nasution (1994) mengatakan bahwa tujuan diadakannya penilaian kinerja terhadap karyawan adalah (i) untuk mengetahui peningkatan yang dicapai oleh karyawan dari waktu ke waktu sebagai dasar untuk pembayaran upah dan kenaikan gaji, (ii) sebagai dasar perencanaan sumber daya manusia dalam perusahaan, (iii) sebagai alat dalam menentukan jenis pelatihan dan pengembangan karyawan, (iv) untuk merangsang peningkatan rasa tanggung jawab, menumbuhkan rasa ketergantungan kepada perusahaan, dan sebagai dasar pemberian nasihat-nasihat kepada karyawan, (v) sebagai pemberi alat motivasi dan rangsangan serta untuk meningkatkan produktivitas karyawan agar mau bekerja dengan lebih baik, (vi) sebagai alat untuk mengevaluasi efektivitas dari keputusan seleksi dan penempatan karyawan, dan (vii) untuk mengukur keberhasilan kepemimpinan seseorang. Dalam suatu perusahaan, unit kerja pemasaran merupakan unit kerja ujung tombak keberhasilan suatu perusahaan atau usaha bisnis. Tugas pokok dari karyawan yang terdapat dalam unit pemasaran di PT. Pertamina (Persero) UPms III Terminal Transit Balongan adalah dengan upaya penjualan produk sebanyak-banyaknya. Dengan
179
JEB, Vol. 2, No. 3, November 2008: 175-194
perkataan lain kinerja karyawan unit pemasaran diukur dari tingkat keberhasilan menjual produk. Semakin besar kadar volume penjualan, berarti kinerja semakin tinggi, demikian pula sebaliknya. Kepemimpinan merupakan suatu fenomena yang sangat kompleks, bukan hanya dalam memahami pengoperasiannya melainkan juga dalam definisinya. Kepemimpinan adalah suatu upaya untuk mempengaruhi kegiatan pengikut (bawahan) melalui proses komunikasi untuk mencapai tujuan tertentu (Gibson, Ivancevich, dan Donnely, 1985). Penolakan terhadap kepemimpinan yang lebih menekankan pada faktor kekuasaan dan pengaruh, telah menimbulkan suatu arah baru yang terfokus pada pola perilaku pemimpin maupun analisis perbedaan antara pemimpin yang efektif dan pemimpin yang tidak efektif (Yukl, 1994). Menurut Siagian (1995) kepemimpinan merupakan keterampilan dan kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain, melalui komunikasi baik langsung, maupun tidak langsung dengan maksud untuk menggerakkan orang-orang tersebut agar dengan penuh pengertian dan kesadaran bersedia mengikuti kehendak-kehendak pemimpin tersebut. Sedangkan menurut Martoyo (1988), kepemimpinan adalah keseluruhan aktivitas dalam rangka mempengaruhi orang-orang agar mau bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan yang memang diinginkan bersama. Soekarno (1986) berpendapat bahwa kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhi tingkah laku manusia, merupakan kemampuan untuk membimbing orang-orang. Sedangkan Sigit (2003) berpendapat bahwa kepemimpinan merupakan upaya untuk mempengaruhi orang lain untuk melakukan perbuatan kearah yang dikehendaki. Berdasarkan pendapat tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar mau dan bersedia secara sukarela untuk mengikuti keinginan pemimpin dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan bersama. Lingkungan kerja fisik adalah segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja berupa keadaan atau kondisi fisik yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya. Menurut Konradus (2006), kualitas pengaturan ruang kerja dapat memberikan rasa nyaman bagi para karyawan dalam melaksanakan tugas-tugas rutin. Oleh
180
karena itu, sejak awal pengaturan tata ruang kantor harus mempertimbangkan luas ruangan, jumlah karyawan, dan peralatan kantor. Pekerjaan membutuhkan konsenterasi, maka suara bising hendaknya dihindarkan agar pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan dengan efisien sehingga produktivitas kerja meningkat (Sedarmayanti, 1996). Menurut Kussriyanto (1991), lingkungan kerja fisik merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja seorang karyawan. Seorang karyawan yang bekerja di lingkungan kerja fisik yang mendukungnya untuk bekerja secara optimal akan menghasilkan kinerja yang baik. Sebaliknya jika seorang karyawan bekerja dalam lingkungan karja fisik yang tidak memadai dan mendukungnya untuk bekerja secara optimal akan membuat karyawan yang bersangkutan menjadi malas, cepat lelah sehingga kinerja karyawan tersebut akan rendah. Kompensasi merupakan salah satu strategi manajemen sumber daya manusia untuk menciptakan keselarasan kerja antara staf dengan pimpinan perusahaan dalam mencapai tujuan dan sasaran yang sudah ditetapkan. Kompensasi mempunyai arti yang berbeda. Ada yang mengartikan kompensasi sebagai return jasa yang dikeluarkan sumber daya manusia atau penghargaan yang diberikan perusahaan untuk orang yang telah berjasa (Simamora, 1995). Kompensasi adalah semua bentuk return baik finansial maupun non finansial yang diterima karyawan, karena jasa yang disumbangkan ke perusahaan. Kompensasi finansial berbentuk gaji, upah, bonus, komisi, asuransi karyawan, bantuan sosial karyawan, tunjangan, libur atau cuti tetapi tetap dibayar, dan sebagainya. Sedangkan kompensasi non finansial berupa tugas yang menarik, tantangan tugas, tanggungjawab tugas, peluang, pengakuan, pencapaian tujuan serta lingkungan pekerjaan yang menarik (Schuler dan Huber, 1993: 368. Simamora, 1995: 412). Kompensasi dirancang untuk memikat dan menahan sumber daya manusia yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam mencapai tujuan. Penentuan sistem kompensasi yang efektif dapat mengkomunikasikan dan menghubungkan keterkaitan antara besarnya kompensasi dengan jabatan dan tugasnya (Schuler & Huber, 1993: 386). Menurut Nasution (1994), kompensasi adalah penghargaan kepada pegawai secara adil dan layak untuk prestasi kerja dan atas jasa
PENGARUH KEPEMIMPINAN, LINGKUNGAN KERJA FISIK, DAN......................(Ferina Sukmawati)
telah mereka berikan kepada perusahaan. Sebaliknya, jika sistem kompensasi hanya memperhatikan keinginan perusahaan saja maka akan menimbulkan ketidakpuasan bagi karyawan yang akan bermuara pada tingginya tingkat keluar masuk karyawan dalam perusahaan karena mereka merasa kurang dihargai dengan usaha yang telah mereka lakukan bagi perusahaan.
X1 WWW
yang telah dikeluarkan terhadap tujuan organisasi demi tercapainya tujuan organisasi. Sigit (2003) berpendapat bahwa kompensasi adalah segala bentuk imbalan yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawannya atas pengorbanan karyawan yang bersangkutan. Pengorbanan karyawan tersebut dapat berupa kerja, jasa, kinerja, biaya, maupun jerih payah yang dikeluarkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Sedangkan Handoko (1995) berpendapat bahwa kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima para karyawan sebagai balas jasa untuk kerja mereka. Menurut Sigit (2003) yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan dalam pemberian kompensasi adalah bahwa kompensasi itu harus layak, adil, dapat diterima, memuaskan, memberi motivasi kerja, bersifat penghargaan, dan sesuai dengan kebutuhan. Pemberian kompensasi akan memberikan manfaat kepada dua belah pihak, baik kepada pihak perusahaan maupun kepada pihak karyawan. Ada berbagai macam bentuk kompensasi yang dapat dipilih oleh pihak perusahaan untuk diberikan kepada karyawannya. Macam dan besar kompensasi tidak akan sama antara perusahaan satu dengan perusahaan lain. Berdasarkan kajian pustaka terhadap beberapa penelitian terdahulu dan landasan teori tersebut maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah faktor kepemimpinan, lingkungan kerja fisik, dan kompensasi dapat mempengaruhi kinerja karyawan dalam bekerja. Seorang pemimpin yang baik dan dapat menjadi teladan bagi bawahannya akan menciptakan semangat dan kegairahan bagi karyawan untuk menghasilkan kinerja yang baik, sabaliknya jika pimpinan tidak bisa memberi contoh yang baik bagi bawahannya maka hal tersebut juga akan berpengaruh buruk bagi kinerja karyawan. Pengaturan lingkungan kerja fisik yang baik akan membuat para karyawan merasa aman, tenang, dan betah dalam melakukan pekerjaan sehingga mengakibatkan kinerja mereka dapat meningkat sesuai dengan keinginan perusahaan. Sebaliknya jika lingkungan kerja fisik yang buruk akan membuat karyawan merasa tidak betah dan terganggu dalam menyelesaikan tugas yang dibebankan kepadanya. Sistem kompensasi yang tepat dan sesuai dengan keinginan semua pihak akan membuat karyawan bekerja secara optimal karena yakin bahwa mereka pasti akan mendapatkan imbalan yang sesuai dengan apa yang
X2
Y
X3 Gambar 1 Model Penelitian Keterangan: Y = Kinerja karyawan
X 1 = Kepemimpinan X 2 = Lingkungan Kerja Fisik X 3 = Kompensasi Hipotesis dalam penelitian ini ditujukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan di PT. Pertamina (Persero) UPms III Terminal Transit Utama Balongan, Indramayu. Hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut: H 1 : Ada pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja karyawan di PT. Pertamina (Persero) UPms III Terminal Transit Utama Balongan, Indramayu. H 2 : Ada pengaruh lingkungan kerja fisik terhadap kinerja karyawan di PT. Pertamina (Persero) UPms III Terminal Transit Utama Balongan, Indramayu. H 3 : Ada pengaruh kompensasi terhadap kinerja karyawan di PT. Pertamina (Persero) UPms III Terminal Transit Utama Balongan, Indramayu
181
JEB, Vol. 2, No. 3, November 2008: 175-194
Populasi penelitian ini adalah karyawan di PT. Pertamina (Persero) UPms III Terminal Transit Utama Balongan, Indramayu sebanyak 84 orang karyawan. Untuk pelaksanaan uji coba diambil 40 karyawan secara random dari seluruh anggota populasi sehingga jumlah populasi yang tersisa adalah 44 karyawan. Sedangkan untuk penelitian sesungguhnya menggunakan jumlah responden sebanyak 44 orang karyawan (jumlah populasi sebanyak 84 orang dikurangi 40 orang sebagai try-out instrument atau kuesioner). Variabel penelitian adalah variabel yang akan diuji dan diteliti. Penelitian ini menggunakan tiga variabel independen dan satu variabel dependen. Variabel bebas atau variabel independen dalam penelitian ini adalah Kepemimpinan (X 1 ), Lingkungan Kerja Fisik (X 2 ), dan Kompensasi (X 3 ). sedangkan variabel terikat atau variabel dependen dalam penelitian ini adalah Kinerja Karyawan (Y). Definisi operasional variabel penelitian kepemimpinan adalah keseluruhan aktivitas dalam rangka mempengaruhi orang-orang agar mau bekerja secara sukarela untuk mencapai suatu tujuan yang memang diinginkan bersama. Data yang diukur adalah tingkat kualitas komunikasi antara pimpinan dengan bawahan, tinggi rendahnya tingkat kepercayaan yang diberikan oleh pimpinan kepada bawahannya dalam bentuk pendelegasian, kemampuan pimpinan dalam merangsang para bawahannya untuk bekerja secara optimal, kemampuan pimpinan dalam merangsang para bawahannya untuk meningkatkan kretifitas karyawan, pengetahuan pimpinan tentang pekerjaan yang dilakukannya baik secara teori maupun praktek di lapangan, dan keteladanan yang diperlihatkan oleh pimpinan kepada bawahaannya. Lingkungan kerja fisik adalah segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja berupa keadaan atau kondisi fisik yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya. Indikator lingkungan kerja fisik adalah kualitas pengaturan ruang kerja, kualitas udara, kualitas pencahayaan, kualitas tata warna, dan kontrol terhadap kebisingan. Kompensasi adalah penghargaan kepada pegawai secara adil dan layak untuk prestasi kerja dan atas jasa yang telah dikeluarkan terhadap tujuan organisasi demi tercapainya tujuan organisasi. Data yang diukur adalah penilaian karyawan terhadap gaji yang diberikan oleh perusahaan, pandangan karyawan
182
terhadap bonus yang didapat dari perusahaan, penilaian karyawan tentang insentif yang diterima dari perusahaan, penilaian karyawan terhadap asuransi kesehatan dari perusahaan, pandangan karyawan tentang tunjangan jabatan dari perusahaan, pandangan karyawan tentang tunjangan rumah dari perusahaan, penilaian karyawan tentang dana pensiun yang ditawarkan perusahaan, dan penilaian karyawan tentang penghargaan yang diberikan oleh perusahaan Kinerja adalah setiap kesediaan perasaan yang memungkinkan seseorang bekerja untuk menghasilkan kerja lebih banyak dan lebih baik tanpa menambah kelebihan. Indikator dari kinerja karyawan adalah faktor kualitas kerja meliputi ketelitian dan karapihan bekerja, kecepatan penyelesaian pekerjaan, pemeliharaan alat kerja dan kantor, ketepatan kerja, keterampilan kerja dan kecakapan kerja; faktor kuantitas kerja meliputi kemampuan secara kuantitatif dalam mencapai target atas pekerjaan-pekerjaan baru; faktor pengetahuan berkaitan dengan pengetahuan karyawan tentang tugas-tugas yang diberikan kepadanya; faktor keandalan berkaitan dengan kemampuan dan keandalan karyawan dalam melaksanakan tugasnya baik dalam menjalankan peraturan maupun berdasarkan inisiatif sendiri; dan faktor kerjasama meliputi kemampuan menyelesaikan tugas secara bersamasama maupun secara individu. Sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini berasal dari data primer, yaitu data yang diambil langsung dari responden yang diteliti dan data sekunder, yaitu data yang diambil dari sumber-sumber diluar responden yang diteliti atau sumber lain seperti literatur, dokumen, dan arsip-arsip. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner, yaitu pengumpulan data dengan cara penyebaran angket yang berisi beberapa item pertanyaan yang dimaksudkan untuk mendapatkan data-data primer yang mengungkapkan tentang kepemimpinan, lingkungan kerja fisik, kompensasi, dan kinerja karyawan di PT. PERTAMINA (Persero) UPms III Terminal Transit Utama Balongan, Indramayu. Penyebaran angket kepemimpinan, lingkungan kerja fisik, dan kompensasi yang diberikan kepada para pegawai di kantor PT. PERTAMINA (Persero) UPms III Terminal Transit Utama Balongan, Indramayu dengan menggunakan skala likert yang berisi lima alternatif
PENGARUH KEPEMIMPINAN, LINGKUNGAN KERJA FISIK, DAN......................(Ferina Sukmawati)
pilihan jawaban sebagai berikut: Tabel 1 Angket Kepemimpinan, Lingkungan Kerja Fisik, Dan Kompensasi Jawaban Pertanyaan SS S
Artinya Sangat Setuju Setuju
Bobot Jawaban 5 4
N TS
Netral Tidak Setuju
3 2
STS
Sangat Tidak Setuju
1
keterangan: Y = kinerja karyawan β = koefisien perubah kinerja akibat pengaruh X = kualitas kepemimpinan X 2 = kualitas lingkungan kerja fisik X 3 = kualitas kompensasi ε = Error HASIL PENELITIAN Profil karyawan PT. Pertamina berdasarkan masa kerja ditunjukkan pada Tabel 3 berikut ini: Tabel 3 Profil Karyawan PT. Pertamina Berdasarkan Masa Kerja
Angket yang mengukur kinerja karyawan PT. PERTAMINA (Persero) UPms III Terminal Transit Utama Balongan, Indramayu diberikan kepada atasan. Setiap faktor dijabarkan ke dalam beberapa pertanyaan dengan lima alternatif jawaban tingkat prestasi, yaitu: Tabel 2 Angket Mengukur Kinerja Karyawan Jawaban Pertanyaan SS
Artinya Sangat Setuju
Bobot Jawaban 5
S N
Setuju Netral
4 3
TS STS
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
2 1
Salah satu persoalan yang penting dalam suatu penelitian adalah perlunya dilakukan pengetesan apakah suatu alat instrumen (alat ukur) dalam pengambilan data untuk penelitian itu valid dan reliable. Sebelum instrumen itu digunakan, maka terlebih dahulu harus dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Instrumen itu harus reliable, artinya konstan didalam pengambilan data Syahri Alhusin (2003). Dalam penelitian ini metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis verifikatif, sedang alat analisis statistik yang digunakan adalah analisis regresi berganda dengan formulasi sebagai berikut:
Y = β 0 + β1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 + ε
X1
Masa Kerja (tahun)
Jumlah Karyawan (orang)
< 5 th 5 – 10
7 -
11 – 15 16 – 20
1
21 – 25 26 – 30
17 45
31 – 35 > 35
14 -
Profil karyawan PT. Pertamina berdasarkan jenjang studi ditunjukkan pada Tabel 4 berikut ini: Tabel 4 Profil Karyawan PT. Pertamina Berdasarkan Jenjang Studi Jenjang Studi SD
Jumlah Karyawan (orang) 1
SMP (sederajat) SMA (sederajat)
7 54
D III S1
4 17
S2
1
Rekapitulasi kuesioner tanggapan karyawan terhadap kepemimpinan ditunjukkan pada Tabel 5 berikut ini:
183
JEB, Vol. 2, No. 3, November 2008: 175-194
Tabel 5 Rekapitulasi Tanggapan Karyawan Terhadap Kepemimpinan No. Item Angket
SS
Option Jawaban S N TS STS
1 2
9 9
63 63
-
-
3 4
14 13
58 56
3
5 6
5 8
67 64
7 8
12 18
9
9 97
Tabel 7 Rekapitulasi Tanggapan Karyawan Terhadap Lingkungan Kerja Fisik
Jumlah
No. Item Angket
SS
Option Jawaban S N TS STS
-
72 72
1 2
11 10
61 62
-
-
-
72 72
-
-
72 72
3 4
12 15
60 52
5
-
-
72 72
-
-
-
72 72
5 6
61 6
11 66
-
-
-
72 72
57 51
3 3
-
-
72 72
7 8
15 15
52 55
5 2
-
-
72 72
63 542
9
-
-
72 648
9
10 155
62 481
12
-
-
72 648
Jumlah
Berdasarkan data pada Tabel 5 tersebut maka analisis tanggapan karyawan terhadap besarnya kepemimpinan disajikan pada Tabel 6 berikut ini:
Berdasarkan data pada Tabel 7 maka analisis tanggapan karyawan terhadap lingkungan kerja fisik disajikan pada Tabel 8 berikut ini:
Tabel 6 Analisis Tanggapan Responden Terhadap Kepemimpinan
Tabel 8 Analisis Tanggapan Responden Terhadap Lingkungan Kerja Fisik
Jawaban Sangat Setuju
Frekuensi 97
Persentase 0,150
Jumlah skor 485
Jawaban Sangat Setuju
Frekuensi 155
Persentase 0,240
Jumlah skor 775
Setuju Biasa
542 9
0,836 0,014
2168 27
Setuju Biasa
481 12
0,742 0,018
1924 36
648
1,000
2735
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju 648
1,000
2680
Rekapitulasi kuesioner tanggapan karyawan terhadap lingkungan kerja fisik ditunjukkan pada Tabel 7 berikut ini:
184
Rekapitulasi kuesioner tanggapan karyawan terhadap kompensasi ditunjukkan pada Tabel 9 berikut ini:
PENGARUH KEPEMIMPINAN, LINGKUNGAN KERJA FISIK, DAN......................(Ferina Sukmawati)
Tabel 9 Rekapitulasi Tanggapan Karyawan Terhadap Kompensasi No. Item Angket
SS
Option Jawaban S N TS STS
1 2
2 5
63 67
7 -
-
-
72 72
3 4
6 2
66 63
7
-
-
72 72
5 6
2 6
70 66
-
-
-
72 72
7 8
2 5
63 66
7 1
-
-
72 72
30
524
22
-
-
576
Jumlah
Berdasarkan data pada Tabel 9 maka analisis tanggapan karyawan terhadap kompensasi disajikan pada Tabel 10 berikut ini: Tabel 10 Analisis Tanggapan Responden Terhadap Kompensasi Jawaban
Frekuensi
Persentase
Jumlah skor
Sangat Setuju Setuju Biasa Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju 576
30 524 22 1,000
0,052 0,910 0,038 2312
150 2096 66 -
Rekapitulasi kuesioner tanggapan karyawan terhadap kinerja karyawan ditunjukkan pada Tabel 11 berikut ini: Tabel 11 Rekapitulasi Pimpinan Tanggapan Terhadap Kinerja Karyawan No. Item Angket
A
Option Jawaban B C D E
1 2
7 7
65 65
3
13
59
-
Jumlah
-
-
72 72
-
-
72
4 5
18 7
48 65
6 -
-
-
72 72
6 7
3 18
69 48
6
-
-
72 72
8 9
11 7
56 65
5 -
-
-
72 72
10 11
7 7
65 65
72 72
12 13
7 3
65 69
72 72
115
804
17
-
-
936
Berdasarkan data pada Tabel 11 maka analisis tanggapan pimpinan terhadap kinerja karyawan disajikan pada Tabel 12 berikut ini: Tabel 12 Analisis Tanggapan Pimpinan Terhadap Kinerja Karyawan Jawaban
Frekuensi
Persentase
Jumlah skor
Sangat Setuju Setuju
115 804
0,123 0,859
575 3216
Biasa Tidak Setuju
17 -
0,018 -
51 -
Sangat Tidak Setuju
936
1,000
3842
Menurut Ghazali (2006), uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuisioner. Uji signifikansi dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel untuk degree of freedom (df) = n2, dalam hal ini n adalah jumlah sampel. Jika r hitung lebih besar dari r tabel dan nilai positif maka butir atau pertanyaan atau indikator tersebut dinyatakan valid. Untuk mendapatkan r tabel digunakan rumus ((N-2); a), sedangkan untuk r hitung dapat dilihat pada lampiran tentang hasil analisis pearson correlation sig. (2 tailed) dengan bantuan program SPSS versi 10 release for windows. Besar r tabel pada penelitian ini adalah sebesar ((N-2); a)= ((72-2); 5%) = 0,232. Besar r tabel dapat dilihat pada lampiran yaitu pada tabel r product moment dengan signifikansi 5%.
185
JEB, Vol. 2, No. 3, November 2008: 175-194
Tabel 13 Validitas Instrumen Kepemimpinan Nomor Angket 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Validitas Koefisien Korelasi Nilai Kritis (r hitung) (r tabel) 0,356 0,232 0,499 0,232 0,348 0,232 0,501 0,232 0,414 0,232 0,524 0,232 0,488 0,232 0,470 0,232 0,499 0,232
Tabel 15 Validitas Instrumen Lingkungan Kerja Fisik
Keterangan
Nomor Angket 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Validitas Koefisien Korelasi Nilai Kritis (r hitung) (0,232) 0,492 0,232 0,454 0,232 0,317 0,232 0,517 0,232 0,492 0,232 0,532 0,232 0,517 0,232 0,329 0,232 0,454 0,232
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Sumber: Data Primer diolah.
Sumber: Data Primer diolah. Selain membandingkan r hitung dengan r tabel, uji signifikansi dapat juga dilakukan lewat uji t dengan membandingkan t hitung dengan t tabel. Jika t hitung > t tabel pada setiap pertanyaan maka pertanyaan tersebut dapat dinyatakan valid. t tabel pada variabel kepemimpinan adalah sebesar 1,667 (df = N-2=70 pada alpha 0,05). Menghitung t hitung dapat menggunakan
Selain membandingkan r hitung dengan r tabel, uji signifikansi dapat juga dilakukan lewat uji t dengan membandingkan t hitung dengan t tabel. Jika t hitung > t tabel pada setiap pertanyaan maka pertanyaan tersebut dapat dinyatakan valid. t tabel pada variabel lingkungan kerja fisik adalah sebesar 1,667 (df = N2=70 pada alpha 0,05). Menghitung t hitung dapat
r n−2 rumus t hitung =
. Nilai t hitung dan t tabel
menggunakan rumus t hitung =
r n−2
1− r2
Nilai t
hitung dan t tabel pada variabel lingkungan kerja fisik
pada variabel kepemimpinan adalah sebagai berikut: Tabel 14 Validitas Instrumen Kepemimpinan Nomor Item 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Harga t hitung 3,1886 4,8196 3,1070 4,8453 3,8067 5,1494 4,6796 4,4567 4,8196
Harga t tabel 1,667 1,667 1,667 1,667 1,667 1,667 1,667 1,667 1,667
Keputusan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Sumber: Data Primer diolah. Berdasarkan data pada Tabel 14, diketahui bahwa seluruh nilai t hitung > t tabel dan nilai Koefisien Pearson’s signifikan maka dapat disimpulkan bahwa pertanyaan tentang kepemimpinan yang terdiri 9 butir pertanyaan dinyatakan valid, sehingga dapat digunakan dalam penelitian ini.
186
1adalah − r 2 sebagai berikut:
Tabel 16 Validitas Instrumen Lingkungan Kerja Fisik Nomor Item 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Harga t hitung 4,7302 4,2648 2,7976 5,0554 4,7301 5,2588 5,0553 2,9161 4,2648
Harga t tabel 1,667 1,667 1,667 1,667 1,667 1,667 1,667 1,667 1,667
Keputusan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Sumber: Data Primer diolah. Berdasarkan data pada Tabel 16, diketahui bahwa seluruh nilai t > t dan nilai Koefisien Pearson’s signifikan maka dapat disimpulkan bahwa pertanyaan tentang lingkungan kerja fisik yang terdiri 9 butir pertanyaan dinyatakan valid, sehingga dapat digunakan dalam penelitian ini.
PENGARUH KEPEMIMPINAN, LINGKUNGAN KERJA FISIK, DAN......................(Ferina Sukmawati)
Tabel 19 Validitas Instrumen Kinerja Karyawan
Tabel 17 Validitas Instrumen Kompensasi Nomor Angket 1 2 3 4 5 6 7 8
Validitas Koefisien Korelasi Nilai Kritis (r hitung) (0,232) 0,852 0,232 0,557 0,232 0,469 0,232 0,852 0,232 0,522 0,232 0,469 0,232 0,852 0,232 0,530 0,232
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Sumber: Data Primer diolah. Selain membandingkan r hitung dengan r tabel, uji signifikansi dapat juga dilakukan lewat uji t dengan membandingkan t hitung dengan t tabel. Jika t hitung > t tabel pada setiap pertanyaan maka pertanyaan tersebut dapat dinyatakan valid. t tabel pada variabel kompensasi adalah sebesar 1,667 (df = N-2=70 pada alpha 0,05). Menghitung t hitung dapat menggunakan
r n−2 rumus t hitung =
1− r2
Nilai t hitung dan t tabel
Nomor Angket 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Validitas Koefisien Korelasi Nilai Kritis (r hitung) (0,232) 0,559 0,232 0,483 0,232 0,389 0,232 0,354 0,232 0,559 0,232 0,458 0,232 0,354 0,232 0,300 0,232 0,483 0,232 0,483 0,232 0,559 0,232 0,483 0,232 0,458 0,232
Selain membandingkan r hitung dengan r tabel, uji signifikansi dapat juga dilakukan lewat uji t dengan membandingkan t hitung dengan t tabel. Jika t hitung > t tabel pada setiap pertanyaan maka pertanyaan tersebut dapat dinyatakan valid. t tabel pada variabel kompensasi adalah sebesar 1,667 (df = N-2=70 pada alpha 0,05). Menghitung t hitung dapat menggunakan
r n−2 rumus t hitung =
Tabel 18 Validitas Instrumen Kompensasi Harga t hitung 13,621 5,61352 4,4447 13,621 5,1638 4,4447 13,621 5,2312
Harga t tabel 1,667 1,667 1,667 1,667 1,667 1,667 1,667 1,667
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Sumber: Data Primer diolah.
pada kompensasi adalah sebagai berikut:
Nomor Item 1 2 3 4 5 6 7 8
Keterangan
Keputusan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Sumber: Data Primer diolah. Berdasarkan data pada Tabel 18, diketahui bahwa seluruh nilai t > t dan nilai Koefisien Pearson’s signifikan maka dapat disimpulkan bahwa pertanyaan tentang kompensasi yang terdiri 8 butir pertanyaan dinyatakan valid, sehingga dapat digunakan dalam penelitian ini.
1− r2
Nilai t hitung dan t tabel
pada kompensasi adalah sebagai berikut: Tabel 20 Validitas Instrumen Kinerja Karyawan Nomor Item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Harga t hitung 5,6428 4,6170 3,5343 3,1681 5,64278 4,3123 3,1681 2,6323 4,6170 4,6170 5,6427 4,6170 4,3123
Harga t tabel 1,667 1,667 1,667 1,667 1,667 1,667 1,667 1,667 1,667 1,667 1,667 1,667 1,667
Keputusan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Sumber: Data Primer diolah. Berdasarkan data pada Tabel 20, diketahui bahwa seluruh nilai t > t dan nilai Koefisien Pearson’s
187
JEB, Vol. 2, No. 3, November 2008: 175-194
signifikan maka dapat disimpulkan bahwa pertanyaan tentang kinerja karyawan yang terdiri 13 butir pertanyaan dinyatakan valid, sehingga dapat digunakan dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil perhitungan untuk validitas instrumen dapat disimpulkan bahwa keseluruhan angket yang diberikan kepada karyawan dan pimpinan dikatakan valid. Konsistensi jawaban ditunjukkan oleh tingginya koefisien alpha (cronbach). Semakin mendekati 1 koefisien dari variabel semakin tinggi konsistensi jawaban butir-butir pertanyaan semakin dapat dipercaya. Reliabilitas kurang dari 0,6 dipertimbangkan kurang baik, 0,7 dapat diterima dan diatas 0,8 dianggap baik (Sekaran, 1992). Menurut Nunnally, 1967 dalam Ghozali (2006) suatu variabel dapat dikatakan reliabel apabila memiliki koefisien Cronbach‘s Alpha lebih besar atau sama dengan 0,6 tetapi jika nilai Alpha <60% hal ini mengidentifikasikan ada beberapa responden yang menjawab tidak konsisten dan harus kita lihat satu persatu jawaban responden yang tidak konsisten harus dibuang dari analisis dan Alpha akan meningkat. Dalam penelitian ini tingkat reliabilitas data diuji dengan bantuan program SPSS versi 10 release windows 2003 yang akan menyajikan nilai alpha cronbach (a) dengan menggunakan analisis skala reliabilitas. Hasil dari uji reliabilitas dari variabel kepemimpinan, variabel lingkungan kerja fisik, variabel kompensasi, dan variabel kinerja karyawan adalah sebagai berikut: Tabel 21 Hasil Uji Reliabilitas Konstruk/Variabel
Kepemimpinan
Lingkungan Kerja Fisik
188
Item Angket1 Angket2 Angket3 Angket4 Angket5 Angket6 Angket7 Angket8 Angket9 Angket 1 Angket 2 Angket 3 Angket 4 Angket 5 Angket 6 Angket 7 Angket 8 Angket 9
Cronbach’s Alpha ( α )
0,6928
0,6871
Kompensasi
Kinerja Karyawan
g Angket 1 Angket 2 Angket 3 Angket 4 Angket 5 Angket 6 Angket 7 Angket 8 Angket 1 Angket 2 Angket 3 Angket 4 Angket 5 Angket 6 Angket 7 Angket 8 Angket 9 Angket 10 Angket 11 Angket 12 Angket 13
0,8537
0,7921
Sumber: Data Primer diolah. Berdasarkan Tabel 21 dapat diketahui bahwa koefisien Cronbach‘s Alpha (á) keempat variabel adalah di atas 0.60 yaitu berkisar antara 0,6871 sampai dengan 0,8537, sehingga dapat disimpulkan bahwa keempat variabel yang digunakan dalam penelitian ini reliabel. Sebelum melakukan uji asumsi klasik, data semula 84 karyawan setelah dilakukan screening data dengan melihat hasil casewise diagnostics sebesar 2. Berdasarkan hasil screening data ditemukan outlier sebanyak 12. Jumlah sampel setelah menghilangkan outlier menjadi sebanyak 72 sampel. Untuk mengetahui tepat tidaknya penggunaan model tersebut, maka terlebih dahulu dilakukan analisis terhadap variabelvariabel penelitian yakni uji diagnostik atau uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya pelanggaran asumsi klasik pada penelitian yang menggunakan dua atau lebih variabel independen. Uji asumsi klasik meliputi uji normalitas, uji multikolinieritas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas.
PENGARUH KEPEMIMPINAN, LINGKUNGAN KERJA FISIK, DAN......................(Ferina Sukmawati)
Tabel 22 Hasil Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov
mengenai normalitas data dapat disimpulkan bahwa asumsi normalitas dalam penelitian ini terpenuhi sehingga analisa dapat dilanjutkan. Tabel 23 menunjukkan bahwa semua nilai tolerance lebih besar daripada 0,1 dan semua nilai VIF berada di bawah 10. Berdasarkan hasil pengujian ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinieritas antara variabel independen yang digunakan dalam penelitian. Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin-Watson (DW test). Berdasarkan hasil perhitungan nilai DW sebesar 1,298 yang kemudian akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan nilai signifikansi 5%, jumlah sampel (n) 72 dan jumlah variabel independen 3 (k = 3), maka dari tabel Durbin Watson didapatkan nilai sebagai berikut dl = 1,52 dan du = 1,70. Berdasarkan Tabel 24 dapat dilihat bahwa tidak ada variabel independen yang mempunyai nilai yang signifikan pada level 0,05 pada regresi antara variabelvariabel indepeden dengan absolute residual. Hasil uji heteroskedastisitas adalah sebagai berikut:
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N a,b Normal Parameters
Mean Std. Deviation Most Extreme Absolute Differences Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardiz ed Residual 72 .316241E-09 1.7773849 .080 .080 -.060 .678 .747
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Berdasarkan hasil uji normalitas dengan One-Sample Kolmogorov-Smirnov pada Tabel 22, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas karena nilai Asymp Signnya lebih besar dari 0,05 (tidak signifikan). Berdasarkan keseluruhan analisis
Tabel 23 Hasil Uji Multikolinieritas Coefficientsa
Model 1
(Constant) KEPEMIMP KOMPEN LINGKUNG
Unstandardized Coefficients B Std. Error 46.812 5.784 .264 .134 .271 .108 -.324 .139
Standardi zed Coefficien ts Beta .246 .296 -.303
t 8.093 1.968 2.522 -2.333
Sig. .000 .053 .014 .023
Collinearity Statistics Tolerance VIF .809 .919 .750
1.236 1.088 1.333
a. Dependent Variable: KINERJA
Tabel 24 Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb
Model 1
R .371a
R Square .137
Adjusted R Square .099
Std. Error of the Estimate 1.82
Durbin-W atson 1.401
a. Predictors: (Constant), LINGKUNG, KOMPEN, KEPEMIMP b. Dependent Variable: KINERJA
189
JEB, Vol. 2, No. 3, November 2008: 175-194
Tabel 25 Hasil Uji Heteroskedastisitas Coefficientsa
Model 1
(Constant) KEPEMIMP KOMPEN LINGKUNG
Unstandardized Coefficients B Std. Error 9.271 3.083 -.127 .071 -2.48E-02 .057 -6.00E-02 .074
Standardi zed Coefficien ts Beta -.229 -.052 -.108
t 3.007 -1.783 -.433 -.811
Sig. .004 .079 .666 .420
a. Dependent Variable: ABSRES1
Pengujian hipotesis dengan analisis regresi berganda dilakukan untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan, lingkungan kerja fisik, dan kompensasi terhadap kinerja karyawan (Y). Analisis regresi berganda dilakukan dengan bantuan software SPSS versi 10. Hasil akhir analisis regresi berganda ditunjukkan pada Tabel 26 berikut ini: Berdasarkan Tabel 26 tersebut dapat diperoleh persamaan regresi berganda sebagai berikut: Y = 46,812 + 0,264X1 – 0, 324X2 + 0,271X3 + å Tanpa ada kenaikan variabel kepemimpinan ( X 1 ), variabel lingkungan kerja fisik ( X 2 ), dan kompensasi ( X 3 ) akan terjadi kinerja karyawan (Y) sebesar 46,812. Setiap terjadi kenaikan variabel kepemimpinan () sebesar satu satuan akan mengakibatkan terjadinya peningkatan variabel kinerja karyawan (Y) sebesar 0,264
kali. Setiap terjadi kenaikan variabel lingkungan kerja fisik () sebesar satu satuan akan mengakibatkan terjadinya peningkatan variabel kinerja karyawan (Y) sebesar 0,324 kali. Setiap terjadi kenaikan variabel kompensasi () sebesar satu satuan akan mengakibatkan terjadinya peningkatan variabel kinerja karyawan (Y) sebesar 0,271 kali. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis data dengan uji statistik diperoleh temuan bahwa Variabel Kepemimpinan () berpengaruh terhadap variabel kinerja karyawan, karena dari hasil olah data analisis regresi berganda pada Tabel 26 menunjukkan hasil t hitung variabel kepemimpinan () sebesar 1,968 dan probabilitasnya sebesar 0,053. Hasil
Tabel 26 Hasil Analisis Uji Regresi Berganda Coefficients
Model 1
(Constant) KEPEMIMP KOMPEN LINGKUNG
Unstandardized Coefficients B Std. Error 46.812 5.784 .264 .134 .271 .108 -.324 .139
a. Dependent Variable: KINERJA
Sumber: Data diolah.
190
a
Standardi zed Coefficien ts Beta .246 .296 -.303
t 8.093 1.968 2.522 -2.333
Sig. .000 .053 .014 .023
PENGARUH KEPEMIMPINAN, LINGKUNGAN KERJA FISIK, DAN......................(Ferina Sukmawati)
ini menunjukkan bahwa nilai t hitung = 1,968 > t tabel =1,666 dan angka probabilitasnya adalah 0,053 > taraf signifikansi 0,05. Jadi angka ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang bermakna (signifikan) secara parsial dari variabel kepemimpinan () terhadap variabel kinerja karyawan (Y). Hal ini menunjukkan bahwa semakin bagus kepemimpinan di kantor PT. Pertamina UPms III Terminal Transit Utama Balongan, Indramayu semakin berpengaruh terhadap kinerja karyawannya. Variabel Lingkungan Kerja Fisik () berpengaruh terhadap kinerja karyawan (Y), karena dari hasil olah data analisis regresi berganda pada Tabel 26 menunjukkan hasil t hitung dari variabel Lingkungan Kerja Fisik () menunjukkan angka sebesar 2,333 dan probabilitas sebesar 0,023. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai t hitung = 2,333 > 1,666 dan angka probabilitasnya adalah 0,023 > taraf signifikan 0,05. Jadi ada pengaruh yang bermakna (signifikan) secara parsial dari variabel Lingkungan Kerja Fisik () terhadap variabel kinerja karyawan (Y). Hal ini menunjukkan bahwa keadaan lingkungan kerja fisik di kantor PT. Pertamina UPms III Terminal Transit Utama Balongan, Indramayu mempunyai pengaruh baik terhadap kinerja karyawannya. Variabel Kompensasi () mempunyai pengaruh yang bermakna (signifikan) terhadap variabel kinerja karyawan (Y), sebab hasil t hitung = 2,522 > t tabel 1,993 dan angka probabilitasnya adalah 0,014 < taraf signifikansi 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa kompensasi di kantor PT. Pertamina UPms III Terminal Transit Utama Balongan, Indramayu mempunyai pengaruh baik terhadap kinerja karyawannya.
pengaruh yang bermakna terhadap kinerja karyawan di PT. Pertamina (Persero) UPms III Terminal Transit Utama Balongan, Indramayu. Saran Implikasi teoritik berdasarkan hasil penelitian ini adalah perlu dilakukannya penelitian untuk mengetahui indikator-indikator tentang kepemimpinan yang ideal, lingkungan kerja fisik yang baik, jenis dan jumlah kompensasi yang tepat yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan. Selain itu, perlu juga untuk menambah variabel yang lain sehingga hasil penelitian-penelitian yang serupa akan memberikan informasi ilmiah yang lebih lengkap, mendalam, dan teruji yang pada akhirnya akan dapat memberikan sumbangan di dalam kepentingan memajukan bidang akademik atau dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik, maka perlu menambah dan memperjelas indikator masing-masing variabel yang digunakan. Indikator yang lengkap akan tercermin dalam kuesioner, sehingga akan mempermudah responden dalam menjawab setiap pertanyaan yang diajukan. Selain ketiga variabel independen dalam penelitian ini, yaitu kepemimpinan, lingkungan kerja fisik, dan kompensasi masih banyak faktor lain yang juga mempengaruhi kinerja karyawan dalam bekerja. Oleh karena itu, peneliti menyarankan kepada peneliti lain yang akan meneliti permasalahan yang sama tentang kinerja karyawan agar menggunakan dan atau menambah variabel yang lain.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Penelitian ini menguji pengaruh kepemimpinan, lingkungan kerja fisik, dan kompensasi terhadap kinerja karyawan di PT. Pertamina (Persero) UPms III Terminal Transit Utama Balongan, Indramayu. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka disimpulkan bahwa variabel kompensasi memiliki koefisien regresi yang paling besar sebesar 0,271 dibandingkan dengan variabel bebas lainnya, yang menunjukkan bahwa kompensasi memberikan kontribusi yang paling besar. Secara parsial variabel kepemimpinan, variabel lingkungan kerja fisik, variabel kompensasi mempunyai
DAFTAR PUSTAKA Alhusin, Syahri, (2003) “Kepemimpinan Efektif Dalam Perusahaan, Suatu Pendekatan Psikologi”, Liberty, Cetakan ke-2, Yogyakarta. As’ad, Moh. (1998) “Psikologi Industri”, Liberty, Edisi keempat, cetakan ketiga, Yogyakarta. Azwar, Saifudin, (1999) “Penyusunan Skala Psikologi”, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
191
JEB, Vol. 2, No. 3, November 2008: 175-194
Davis, Keith, (1972) “Human Behavior at Work: Human Relations and Organizational Behavior”, Fourth Editions, Mc Graw-Hill Inc. New York.
Martoyo, Susilo, (1988) “Pengetahuan Dasar Manajemen dan Kepemimpinan”, BPFE, Yogyakarta.
Fiedler, Fred E. (1967) “A Theory of Leadership Effectiveness, Mc Graw-Hill Book Company, New York.
Mathis, Robert L., dan John H. Jackson, (2002) “Manajemen Sumber Daya Manusi”, buku 2, Salemba Empat, Jakarta.
Ghozali, Imam. (2006). “Analisis Multivariate dengan SPSS”, Edisi 4. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Nasution, Mulia, (1994) “Manajemen Personalia, Aplikasi Dalam Perusahaan”, Djambatan, Jakarta.
Gibson, James L. and John M. Ivancevich and James H. Donnelly, Jr. (1985), “Organizations”, Fifth Edition, Business Publications, Inc.
Nitisemo, Alex, S., (1988) “Manajemen Personalia”, Cetakan Ketiga, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Gujarati, Damodar N., (2003), Basic Econometrics: United States of America: McGraw Hill, Inc. Handoko, Hani, (1995), “Manajemen Personalia dan Manajemen Sumber Daya Manusia”, BPFE, Edisi Kedua, Yogyakarta. Ivancevich, John M., and Matteson, M.T., (1990) “Organizacional Behavior an Management”, Richard D. Irwin Inc., Homewood Boston. Konradus, Danggur, (2006), “Keselamatan dan kesehatan Kerja”, PT Percetakan Penebar Swadaya, Jakarta. Kussriyanto, Bambang, (1991) “Meningkatkan Produktivitas Karyawan”, PT Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta. Lewa, K. Iip.Idham. Eka (2004) “Pengaruh Kepemimpinan, Lingkungan Kerja Fisik, dan Kompensasi terhadap Kinerja Karyawan di PT. Pertamina (Persero) Daerah Operasi Hulu Jawa Bagian Barat, Cirebon. Tesis S2, Program Magister Manajemen Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta. Tidak dipublikasikan Manulang (1981) “Manajemen Personalia”, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Pranoto, Bambang., (1997) “Pengaruh Motivasi dan Lingkungan Kerja terhadap Produktivitas kerja Pada Industri Jasa Konsultasi Teknik PT. Prima Disain Widya Adi Cipta Semarang” Tesis S2, Program Magister Manajemen Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta. Tidak dipublikasikan. Prawirosentono, Suyadi, (1999) “Kebijakan Kinerja Karyawan”, BPFE, Yogyakarta. Reksodiprodjo, Sukanto dan Handoko, T. Hani, (1986), “Organisasi Perusahaan: Teori, Struktur, dan Perilaku. Edisi Dua, BPFE Yogyakarta. Schuler, R.S ands Huber, V.L, (1993), Personnel and Human Resource Management, 5th ed. USA: West Publishing Company. Sedarmayanti (1996), “Tata Kerja dan Produktivitas Kerja” Penerbit CV. Mandar Maju, Bandung Siagian, Sondang P., (1995) “Teknik Menumbuhkan dan Menekan Perilaku Organisasi”, CV. Haji Masagung, Jakarta Sigit, Soehardi, (2003) “ Esensi Perilaku Organisasional”, BPFE, Universitas Sarjana Winata Tamansiswa, Yogyakarta. Simamora, H., (1995), Manajemen Sumberdaya Manusia, Yogyakarta, BP STIE YKPN.
192
PENGARUH KEPEMIMPINAN, LINGKUNGAN KERJA FISIK, DAN......................(Ferina Sukmawati)
Soekarno, K., (1986) “Dasar-dasar Manajemen”, Penerbit Miswar, Jakarta. Supadmi (1999), “Pengaruh Kepemimpinan, Lingkungan Kerja, dan Disiplin Kerja terhadap Kinerja Karyawan Di Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Manajemen Komputer Cabang Solo, Palembang, dan Bengkulu”, Tesis S2, Program Magister Manajemen Universitas Islam Indonesia, Tidak dipublikasikan. Terry, George R., (1983) “Teknik Menumbuhkan dan Menekan Perilaku Organisasi”, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta. Timpe, Dale (1992) “Seri Ilmu dan Seni Manajemen Bisnis (Memimpin Manusia)”, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta. Yukl, Gary A. (1994), “Leadership in Organizations, Third Edition, Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey. Zainun, Buchari (1989) “Manajemen dan Motivasi”, Balai Aksara, Jakarta.
193
JEB, Vol. 2, No. 3, November 2008: 175-194
194
ISSN: 1978-3116 PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL PERAWAT TERHADAP...................(Willy Lutfiani Rosalina)
Vol. 2, No. 3, November 2008 Hal. 195-216
JURNA L EKONOMI & BISNIS
Tahun 2007
PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL PERAWAT TERHADAP PERILAKU MELAYANI KONSUMEN DAN KINERJA PERAWAT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU Willy Lutfiani Rosalina Jalan Raya Pawidean Nomor 244, Indramayu Telepon +62 234 352061 E-mail: [email protected]
ABSTRACT An emotional quetiont nurses is constitute nurse ability to give servicing at consumen/patient, while serve attitude is maximal nurse effort to giving at consumen to fill hope and need consumen, and performance while work attitude appearance that work signify smoothness, ritme and work consecutively appropriate with procedure. Nurse that posses a good emotional quetiont then good serve to consumen/patient until performance will be a good produced thing. This research purpose to examine model that describe effect emotional quetiont nurse concern attitude consumen service and performance in General Hospital Territory (RSUD) Indramayu Regency. Research model consist of variable from emotional quetiont nurse as independent variable, attitude variable consumen serve and performance nurse as dependent variable. Respondent is nurse that work e” 2 years. Total respondent that quetioner return as many as 150 that consist of man with age between 22 until 53 years as many as 112 respondent or 74,67% and woman with age between 22 untill 48 years as many as 35 respondent or 25,33%. Analysis result in this research can be conclusion that variable emotional quetiont influence concern in attitude to serve consumen and variable attitude to serve influence concern nurse performance. This result can be hope one of information sources for manager in General Hospital Territory (RSUD) Indramayu Regency inside to decide wisdoms that interrelated with increase effort quality services.
Keywords: Emotional Quetiont, attitude of serve, performance.
PENDAHULUAN Dalam era globalisasi ini setiap perusahaan apapun bentuk usaha yang dilakukannya dituntut untuk selalu dapat bersaing dengan perusahaan lain. Perusahaan yang mempunyai kinerja yang baik akan terus dapat bertahan, sebaliknya perusahaan yang mempunyai kinerja yang kurang baik tidak akan mampu bertahan dalam persaingan. Makin tajamnya tingkat persaingan pada industri layanan jasa tidak hanya disebabkan oleh munculnya banyak pesaing baru tetapi juga dikarenakan konsumen yang kritis. Rumah sakit adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa. Jasa yang diberikan oleh sebuah rumah sakit adalah jasa layanan kesehatan. Dalam memberikan jasa layanan ini rumah sakit dituntut mempunyai kinerja yang baik. Dalam pelaksanaan operasionalnya, rumah sakit dituntut untuk mampu memberikan layanan yang baik pada semua pengguna jasa dalam hal ini pasien. Sebagai perusahaan yang berurusan dengan kesehatan dan keselamatan jiwa manusia, rumah sakit mempunyai tanggung jawab yang berat menyangkut kesehatan dan keselamatan pasiennya. Kenyataan yang ada dalam layanan jasa kesehatan pada konsumen belum memuaskan, hal ini
195
JEB, Vol. 2, No. 3, November 2008: 195-216
terbukti masih banyaknya keluhan ketidakpuasan pasien dan keluarganya terhadap sikap dan perilaku perawat dalam memberikan layanan kesehatan. Ketidakpuasan yang disampaikan oleh pasien antara lain perawat kurang ramah, judes, dan kurang tanggap terhadap keluhan pasien dan keluarganya. Keberadaan perawat dalam memberikan layanan kesehatan di rumah sakit sangatlah penting, karena perawat yang mendampingi pasien selama 24 jam sehari di samping keluarganya. Huber dalam Achiryani (2000) mengemukakan bahwa 90% layanan kesehatan di rumah sakit tehadap pasien adalah layanan perawatan. Di sinilah perawat harus memahami dan menyadari peranannya dalam memberikan perawatan pasien. Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Indramayu merupakan salah satu rumah sakit yang bergerak dalam bidang jasa layanan kesehatan yang memadai kepada masyarakat Indramayu. Rumah sakit ini bertujuan untuk memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat dengan biaya yang terjangkau oleh semua lapisan masyarakat, baik masyarakat ekonomi lemah maupun menengah atas tanpa memandang kemampuan atau status sosial masyarakat. Kinerja rumah sakit belum menunjukkan hasil yang optimal dilihat dari belum adanya kekompakan antara para pekerjanya, fasilitas yang kurang memadai misalnya air yang tersedia terbatas, jumlah tempat tidur pasien belum tercukupi, kinerja perawat yang masih bersifat individual yang ditunjukkan dengan perawat bekerja semaunya sendiri padahal sudah diberi arahan baik oleh dokter maupun oleh kepala sub bidang keperawatan, perilaku melayani konsumen masih lambat, sikap perawatnya kurang ramah dan judes, sedangkan perilaku konsumen yang tidak puas karena perawat kurang ramah, judes dan kurang tanggap terhadap keluhan pasien dan keluarganya biasanya terjadi pada keluarga yang sebenarnya mampu tetapi memiliki kartu Keluarga Miskin (Gakin). Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional perawat terhadap perilaku melayani konsumen dan kinerja perawat Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Indramayu sehingga peneliti mengambil judul pengaruh kecerdasan emosional perawat terhadap perilaku melayani konsumen dan kinerja perawat Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Indramayu. Dengan memahami permasalahan tersebut maka dalam penelitian
196
ini ingin menjawab masalah, yaitu apakah kecerdasan emosional perawat mempunyai pengaruh terhadap perilaku melayani konsumen Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Indramayu dan apakah ada pengaruh perilaku melayani konsumen terhadap kinerja perawat Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Indramayu, serta akan melalukan identifikasi masalah riil kinerja rumah sakit, kinerja perawat, perilaku melayani konsumen, perilaku konsumen terhadap layanan yang telah diberikan oleh perawat dan merumuskan solusi dari beberapa masalah riil tersebut. Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional perawat terhadap perilaku melayani konsumen dan kinerja perawat Rumah Sakit Daerah Kabupaten Indramayu dan mencari solusi meningkatkan kinerja perawat. Manfaat penelitian bagi akademisi diharapkan penelitian ini mampu memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama di bidang studi Manajemen Sumber Daya Manusia. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian yang lain di Indonesia. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan memberikan pemahaman yang mendalam mengenai pengaruh kecerdasan emosional antara perawat terhadap perilaku melayani konsumen dan kinerja Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Indramayu dan bagi pihak rumah sakit, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja dan memperbaiki layanan agar sesuai dengan harapan pengguna jasa. Agar lebih terarah dan tetap fokus pada tujuan penelitian, maka batasan penelitian dalam pemilihan responden yaitu perawat Rumah Sakit Daerah Kabupaten Indramayu. Alasan pemilihan responden tersebut adalah keberadaan perawat dalam memberikan layanan kesehatan di rumah sakit sangatlah penting, karena perawat yang mendampingi pasien selama 24 jam sehari di samping keluarganya. MATERI DAN METODE PENELITIAN Penelitian tentang kecerdasan emosional telah banyak dilakukan, seperti yang sudah dilakukan oleh Chipain (2003) dengan mengambil tema penelitian yaitu Emotional Intelligence and Its Relationship with Sales Success. Penelitian ini menguji hubungan antara kecerdasan emosional dengan kinerja para profesional
PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL PERAWAT TERHADAP...................(Willy Lutfiani Rosalina)
penjualan. Penelitian ini menyatakan exploratory study. Partisipan untuk penelitian ini adalah para sales representatives pada industri produk rumah tangga individu. Sebanyak 128 sales representatives dewasa menjadi responden untuk melengkapi penelitian ini. Secara keseluruhan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kecerdasan emosional secara positif berhubungan dengan kinerja penjualan. Kemudian penelitian ini juga menunjukkan hasil bahwa kecerdasan emosional dari para sales professional dengan kinerja tinggi berbeda dengan mereka yang memiliki kinerja rendah. Variabel umur, pendidikan formal, gender, lama bekerja, pengalaman profesional dan suku bangsa yang dipilih sebagai variabel moderator, ternyata tidak berhasil memoderasi hubungan diantara keduannya. Pada organisasi jasa layanan kesehatan, pengelolaan emosi tidak hanya diperlukan dalam hubungan interpersonal antara pemimpin dan anggota (bawahan) atau sebaliknya, di antara para petugas layanan, akan tetapi juga kepada konsumen yaitu pasien dan keluarganya adalah kelompok dari luar organisasi yang juga harus diperlukan dengan baik. Pimpinan bersama dengan karyawan lebih dituntut untuk bisa berpikir global tetapi berperilaku lokal, yang berarti pula harus dapat tahan menghadapi ketidaknyamanan. Dengan demikian, sangat dibutuhkan manajer dan karyawan yang berhati baja, tidak pantang menyerah, tetap berperasaan hangat, berpikir jernih, ulet, jujur, bisa menjadi panutan orang lain, serta tetap dapat berempati kepada teman sejawat dan konsumen yaitu pasien dan karyawannya (Wimbarti,1999). Memberikan yang terbaik kepada konsumen sebagai suatu perilaku yang ditunjukkan untuk menolong orang, maka dasar pemilihan tugas ini adalah ada rasa senang untuk membantu orang lain. Membantu dan layanan adalah inti dari tugas perawat, apabila seseorang mempunyai dasar minat peduli pada kemanusiaan, tidak mementingkan diri sendiri, maka orang tersebut akan melakukan atau memberikan asuhan dengan dasar rasa senang dan kasih sayang (Gunarsa dan Gunarsa,1995). Perilaku layanan pada perawat yang semakin positif akan makin meningkatkan kemampuan dirinya untuk memberi asuhan keperawatan pada pasien dengan baik. Lumenta (1998) mengemukakan bahwa seorang perawat dengan ketrampilan, keramahan, kecerahan
wajahnya, dan dengan kecerdasan otaknya akan mampu memberikan pertolongan kepada pasien atau konsumen yang membutuhkan bantuannya. Gunarsa dan Gunarsa (1995) menyatakan keberhasilan seorang perawat tergantung pada pemahaman diri sendiri, kekuatan dan kelemahan serta pengaruh orang lain, dengan mempunyai ciri-ciri sebagai seorang perawat adalah ramah, mudah kerja sama, pandai menimbang perasaan, dan pandai bergaul dengan menunjukkan perilaku memberi pertolongan dengan memberikan layanan yang baik pada pasien. Handayani (2000) menjelaskan ada hubungan antara minat kerja dan konsep diri dengan perilaku layanan perawat pada konsumen sehingga disarankan kepada perawat untuk lebih memahami perilaku dalam memberikan layanan pada konsumen dengan banyak mencari informasi mengenai perilaku melayani, faktor-faktor yang mendukung tentang komunikasi, interaksi dengan orang lain, berekspresi muka yang baik, berpenampilan yang baik, dan cara untuk tetap mempunyai rasa percaya diri yang baik. Kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi, dan pengaruh yang manusiawi. Emosi adalah dorongan untuk bertindak, rencana seketika untuk mengatasi masalah yang telah ditanamkan secara berangsur-angsur oleh evolusi (Ardiningsih, 1999). Manusia memiliki 2 pikiran yaitu pikiran rasional/kognitif yang biasa disebut sebagai IQ dan pikiran emosional yaitu impulsif dan kadangkadang tidak logis, dapat membaca realitas emosi dalam sekejap, membuat penilaian singkat secara naluriah dan sadar terhadap bahaya yang terjadi. Tidak semua orang yang mempunyai IQ tinggi bisa mencapai sukses, sebaliknya orang yang mempunyai IQ rata-rata bisa mencapai keberhasilan yang lebih dari orang-orang yang mempunyai IQ lebih tinggi. Para ahli psikologi sepakat bahwa IQ mempunyai peranan menyumbang sekitar 20% faktor-faktor yang menyumbangkan keberhasilan seseorang, sedangkan 80% sisanya berasal faktor lain termasuk apa yang dinamakan dengan kecerdasan emosional (Goleman dalam Ardiningsih,1999). Menurut Daniel Goleman (1999), kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk mengelola perasaan (emosi)-nya, antara lain bagaimana
197
JEB, Vol. 2, No. 3, November 2008: 195-216
seseorang dapat memotivasi dirinya sendiri dan orang lain, dapat tegar menghadapi frustasi, sanggup mengatasi dorongan-dorongan primitif dan menunda kepuasan-kepuasan sesaat, mengatur suasana hati yang reaktif, mampu berempati kepada orang lain. Robert K. Cooper dan Ayman Sawaf (1999) berpendapat bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan mengindra, memahami, dan dengan efektif menerapkan kekuatan dan ketajaman emosi sebagai sumber energi, informasi, dan pengaruh. Organisasi akan sukses karena orang-orangnya, bukan karena hanya kekayaan organisasi. Organisasi yang bergerak dalam layanan jasa, orang yang menjadi karyawan harus mempunyai jiwa dan sikap melayani, sementara itu tidak semua orang mempunyai jiwa dan sikap melayani. Dalam memberikan asuhan keperawatan yang berhubungan langsung dengan pasien, komunikasi, interaksi untuk membangun rasa percaya diri pasien diperlukan penampilan perawat yang baik dan rasa percaya diri. Memahami perilaku konsumen tidak lepas dari memahami perilaku manusia secara umum dan perilaku manusia tidaklah sederhana untuk dipahami dan diprediksi karena begitu banyak faktor internal dan eksternal dari dimensi masa lalu, sekarang, dan masa yang akan datang yang ikut mempengaruhi perilaku manusia. Menurut Poerwadarminto (1983), perilaku adalah tingkah laku, kelakuan, perbuatan; sedangkan melayani adalah menolong dan menyediakan segala apa yang diperlukan orang lain atau konsumen. Sabarguna (1992) mengemukakan bahwa perilaku melayani dapat dijabarkan pada beberapa bentuk perilaku, antara lain memberi perhatian, artinya tanpa menunggu diminta, tetapi segera memberi perhatian. Patton (1998) mengemukakan bahwa layanan sepenuh hati mengandung 5 (lima) komponen, yaitu (a) memahami emosi diri yang berarti bahwa kunci keberhasilan dalam memberikan layanan adalah memahami penyebab pemicu emosi, mampu mengenali dan menandai serta mengungkapkan perasaan dengan tepat; (b) kompetensi adalah kewenangan, kekuasaan untuk menentukan sesuatu hal. Kompetensi dalam perilaku melayani adalah bagaimana menjembatani kesenjangan antara emosi dengan memperlihatkan empati dan kepedulian kepada konsumen; (c) mengelola emosi diri merupakan salah satu keterampilan yang penting dalam perilaku melayani adalah menjadi diri sendiri, namun
198
pada saat yang sama mampu mengontrol emosi diri sendiri; (d) bersikap kreatif dan memotivasi diri; dan (e) menyelaraskan emosi diri dengan emosi orang lain Menurut Sugiyarto(1999), di dalam industri jasa layanan, supaya loyalitas pelanggan semakin melekat erat dan pelanggan tidak berpaling kepada layanan yang lain, maka penyedia jasa layanan perlu menguasai lima unsur, yaitu (a) cepat, yang dimaksud kecepatan di sini adalah waktu yang digunakan dalam memberikan layanan kepada konsumen minimal sama denagn batas waktu standar layanan yang ditentukan oleh perusahaan; (b) tepat, kecepatan tanpa ketepatan dalam memberikan layanan tidak menjamin kepuasan konsumen; (c) aman, dalam memberikan layanan kepada konsumen, para petugas/perawat harus mampu memberikan perasaan aman pada konsumen. Tanpa memberi perasaan aman maka konsumen akan berpikir untuk tidak kembali lagi; (d) nyaman, adanya rasa nyaman pada konsumen apabila seseorang merasa diterima apa adanya. Dalam dunia layanan kesehatan, jika perawat dapat memberikan rasa nyaman pada pasien maka pasien tersebut akan kembali lagi menggunakan jasa tersebut apabila mereka suatu saat memerlukan pertolongan; dan (e) ramah, petugas dalam memberikan layanan kepada pelanggan harus benarbenar total dan konsentrasi pada saat bekerja, sehingga pelanggan merasa sangat dihargai dan dihormati layaknya seorang raja, bahkan pada saat konsumen menyampaikan keluhan, layanan yang diterima petugas tetap bersikap profesional dan ramah. Tetapi begitu selesai bertugas, petugas akan menjadi diri mereka sendiri dengan segala sifat individual mereka. Dapat dijelaskan bahwa perilaku layanan konsumen adalah upaya maksimal yang dilakukan petugas, apabila di rumah sakit adalah perawat dalam memberikan layanan untuk memenuhi harapan dan kebutuhan konsumen sehingga tercapai kepuasan tentang layanan yang diterima oleh konsumen. Emosi seringkali dipandang sebagai sesuatu yang negatif. Hampir semua interaksi antarmanusia yang dimulai sejak kanak-kanak hingga dewasa, individu selalu dianjurkan untuk dapat mengontrol emosinya, untuk selalu dapat menutupi emosinya, dan juga ditabukan untuk memperlihatkan emosinya kepada orang lain. Konteks kesehatan adalah konteks yang sangat dipengaruhi oleh kecerdasan emosi para pelakunya. Pelaku dalam hal kesehatan yang dimaksud adalah para
PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL PERAWAT TERHADAP...................(Willy Lutfiani Rosalina)
eksekutif dalam kesehatan, dokter, perawat dan petugas administrasi kesehatan pasien dan keluarga pasien. Goleman (1995) menyebutkan bahwa seseorang yang mempunyai kecerdasan emosi yang tinggi adalah mereka yang mampu mengelola emosinya dengan baik, dengan indikator sebagai berikut: tidak buta terhadap emosi-emosinya sendiri, termasuk dapat memberikan label setiap emosi yang dirasakan secara tepat, mengerti emosi orang lain, dengan demikian dapat memperlakukan orang lain dengan lebih tepat, mengekspresikan emosi pada waktu yang tepat, sasaran yang tepat dan intensitas yang tepat, ulet, tidak mudah menyerah, dapat membuat rencana-rencana inovatifinovatif ke depan, mampu menunda pemenuhan kebutuhan sesaat untuk tujuan yang lebih besar, lebih agung, dan lebih profitable. Wimbarti (1999) menjelaskan bahwa perawat dalam memberikan layanan kesehatan mempunyai profesi yang sarat berhubungan dengan individu lain dokter, teman sejawat, bidan, pasien, keluarga pasien maupun masyarakat pada umumnya. Dalam banyak hal, pekerjaan perawat dapat sangat menantang, pada suatu saat menekan, tetapi pada saat lain dapat dirasa membosankan. Ketidakseragaman keadaan pekerjaan yang dihadapi membutuhkan pengelolaan emosi yang trampil, dengan demikian setiap yang muncul tidak menurunkan produktivitas kerja tetapi menjadi semangat yang menyalakan gagasan-gagasan baru. Pada organisasi kesehatan, pengelolaan emosi tidak hanya diperlukan dalam hubungan interpersonal antara pimpinan-anggota (bawahan) atau sebaliknya, atau di antara para petugas layanan. Akan tetapi kelompok konsumen yaitu para pasien (dan keluarganya) adalah kelompok di luar organisasi lain juga harus diperlukan dengan cerdas. Kecerdasan emosi merupakan jenis lain dari kecerdasan kognisi dan sosial. Pokok dari kecerdasan emosi untuk para perawat adalah bagaimana setiap anggota (petugas) dalam layanan kesehatan tidak terjebak dalam rutinitas tugas yang seringakali sangat monoton. Berkowitz (1993) mengatakan bahwa keadaan aversive dapat memicu perilaku negatif antara lain perilaku agresif berat maupun ringan. Breakwell (1998), dalam keadaan aversif tidak hanya petugas kesehatan yang dapat menjadi agresif, akan tetapi pasien juga dapat menjadi agresif dalam bentuk menyerang petugas kesehatan. Oleh karena itu, setiap petugas kesehatan dituntut untuk arif dalam mengelola kecerdasan emosinya.
Banyak sisi hubungan petugas layanan kesehatan perawat dengan pasien dan keluarganya dalam keadaan yang tidak menyenangkan, misalnya perawat di ruangan selalu mengahadapi keadaan aversive penyakit, seperti orang sakit, dan keluarga yang stress. Keadaan semacam ini sangat rawan menimbulkan imunnya perasaan petugas layanan kesehatan kepada pasien dan keluarganya secara langsung maupun kepada teman sejawat. Layanan kesehatan merupakan pekerjaan yang banyak mengandung keadaan aversif yang menuntut setiap anggota organisasi tetap dapat sabar dan memberikan layanan yang prima. ,Mengerti, mampu mengadaptasi, dan memahami harapan pelanggan adalah mutlak bagi kelangsungan hidup di dalam perusahaan bisnis termasuk jasa layanan kesehatan perumahsakitan. Pasien adalah raja sehingga sesuatu yang diselenggarakan oleh rumah sakit haruslah disesuaikan dengan perilaku, keinginan, dan harapan konsumennya. Berdasarkan uraian tersebut, dirumuskan hipotesis pertama sebagai berikut: H1: Kecerdasan emosional perawat berpengaruh terhadap perilaku melayani konsumen. Kinerja merupakan terjemahan dari performance yang berarti prestasi kerja, pencapaian kerja, pelaksanaan kerja, unjuk kerja atau penampilan kerja. Kinerja adalah penampilan perilaku kerja yang ditandai oleh keluwesan gerak, ritme, dan urutan kerja yang sesuai dengan prosedur sehingga memenuhi hasil yang memenuhi syarat kualitas, kecepatan, dan jumlah. Kinerja dipengaruhi oleh motif-motif individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Faktor yang mempengaruhi kinerja adalah kemampuan dan motivasi. Unjuk kerja yang baik dapat dipengaruhi oleh kemampuan dan motivasi. Mereka menjelaskan bahwa kemampuan tanpa motivasi atau motivasi tanpa kemampuan, keduanya tidak dapat menghasilkan output yang tinggi. Hal tersebut disandarkan pada dua asumsi. Asumsi pertama adalah bahwa pegawai sebenarnya mengetahui apa yang seharusnya mereka kerjakan, tetapi mereka tidak peduli. Asumsi kedua, pegawai bekerja keras tapi sayang mereka tidak mempunyai kemampuan yang memadai. Dua-duanya adalah kondisi yang mengakibatkan unjuk kerja mereka tidak optimal. Jadi jelaslah bahwa untuk melihat kinerja pegawai dapat dilihat dari tingkat kemampuanya melakukan pekerjaanya dan tingkat motivasi dirinya dalam melakukan pekerjaan (Rahmawati, 2005).
199
JEB, Vol. 2, No. 3, November 2008: 195-216
Penilaian kinerja adalah alat yang berfaedah tidak hanya untuk mengevaluasi kerja dari para karyawan, tetapi juga untuk mengembangkan dan memotivasi kalangan karyawan. Sayangnya, penilaian kinerja juga dapat menjadi sumber kerisauan dan frustasi bagi manajer dan karyawan. Hal ini kerap disebabkan oleh ketidakpastian-ketidakpastian dan ambiguitas di sekitar sistem penilaian kinerja. Pada intinya penilaian kinerja dapat dinggap sebagai alat untuk memverifikasibahwa individu-individu telah memenuhi standar-standar kinerja yang telah ditetapkan. Penilaian kinerja dapat pula menjadi cara untuk membantu individu-individu mengelola kinerja mereka. Dalam penilaian kinerja dinilai kontribusi karyawan pada organisasi selama periode waktu tertentu. Apabila penilaian kinerja dilakukan dengan benar, para karyawan, departemen sumber daya manusia, akhirnya akan diuntungkan dengan pemastian bahwa upaya-upaya individu memberikan kontribusi kepada fokus strategi organisasi. Penilaian kinerja (performance appraisal) secara keseluruhan merupakan proses yang berbeda dari evaluasi pekerjaan (job evaluation). Penilaian kinerja berkenaan dengan seberapa baik seseorang melakukan pekerjaan yang ditugaskan/diberikan. Evaluasi pekerjaan menentukan seberapa tinggi harga sebuah pekerjaan bagi organisasi dan dengan demikian, pada kisaran berapa gaji yang sepatutnya diberikan pada pekerjaan tersebut. Sementara penilaian kinerja mungkin menunjukkan bahwa seseorang adalah pemrogram komputer terbaik yang dimiliki organisasi, evaluasi pekerjaan digunakan untuk memastikan bahwa pemrograman tersebut menerima gaji maksimal untuk posisi programmer komputer sesuai dengan nilai posisi tersebut bagi organisasi. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi penilaian kinerja, yaitu (1) karakteristik situasi, (2) deskripsi pekerjaan, spesifikasi pekerjaan, dan standar kinerja pekerjaan, (3) tujuan-tujuan penilaian kinerja, dan (4) sikap para karyawan dan manajer terhadap evaluasi. Menurut the American Society of Quality Control, kualitas adalah keseluruhan ciri-ciri dan karakteristik dari suatu produk atau jasa menyangkut kemampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang telah ditentukan atau yang bersifat laten. Kualitas memiliki dua pengertian, yaitu memberikan layanan secara langsung dan menawarkan produk yang akan memberikan kepuasan serta memberikan layanan secara
200
lengkap (Juran dan Gryna dalam Subroto, 2004). Terdapat tiga elemen proses pencapaian kualitas (quality process) yang meliputi 1) quality planning, suatu proses mengidentifikasi pelanggan, kebutuhan mereka, product and service feature yang diharapkan, proses penyampaian produk dan jasa dengan atribut yang tepat dan mentransfer seluruh pemahan ini keseluruh elemen organisasi, 2) quality control, sutau proses pemeriksaan dan evaluasi produk, dibandingkan dengan kebutuhan pelanggan, dan 3) quality improvement, suatu proses perbaikan kualitas secara terus menerus. Kualitas mengimplikasikan, memenuhi atau melebihi harapan tentang kecepatan waktu, akurasi pekerjaan, kecepatan tanggapan, dan unjuk kerja. Menurut filsafat Jepang kualitas adalah “Zero Defect”, melakukannya pertama kali dengan benar. Mengukur kualitas dengan memperhitungkan insiden kesalahan internal dengan kesalahan eksternal. Penentuan kualitas layanan diupayakan memenuhi kesesuaian dengan harapan pelanggan. Sedangkan kualitas jasa merupakan tingkat kesempurnaan yang diharapkan dan pengen dalian atas kesempurnaan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. Kualitas jasa merupakan perbandingan antara jasa yang mereka rasakan (dipersepsikan) pelanggan dengan kualitas jasa yang mereka harapkan (Subroto, 2004). Jika kualitas layanan yang dirasakan sama dengan kualitas layanan yang mereka harapkan dikatakan berkualitas. Jika diukur dengan rasio antara kualitas layanan yang dirasakan dengan kualitas layanan yang diharapkan, kualitas layanan dikatakan memuaskan jika rasionya satu, dan jika rasionya lebih dari satu, kualitas layanan dikatakan berkualitas. Dalam penelitian ini penilaian kinerja rumah sakit dilihat dari perilaku melayani konsumen/pasien yang dilakukan oleh perawat tersebut berkualitas atau tidak. Berdasarkan uraian tersebut, dirumuskan hipotesis kedua sebagai berikut: H2: Perilaku melayani konsumen berpengaruh terhadap kinerja perawat Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Indramayu. Penelitian ini menguji pengaruh kecerdasan emosional terhadap perilaku melayani dan kinerja. Model penelitian dinyatakan dalam gambar sebagai berikut:
Perilaku melayani
W
Kecerdasan Emosional
W
PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL PERAWAT TERHADAP...................(Willy Lutfiani Rosalina)
Kinerja
Gambar 1 Model Penelitian Kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi, dan pengaruh yang manusiawi. Kecerdasan emosional perawat merupakan kemampuan perawat dalam memberikan layanan pada konsumen. Perawat mempunyai kemampuan mengenali perasaannya sendiri dengan orang lain, mampu berempati pada orang lain, mampu memotivasi pada diri sendiri dan orang lain serta mampu mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri maupun dalam hubungan dengan orang lain. Kuesioner yang digunakan peneliti untuk mengukur kecerdasan emosional adalah kuesioner yang telah disusun oleh Baihaqi (2002) berdasarkan kriteria Goleman (2000) yang telah disesuaikan, terdiri atas 5 komponen yaitu kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, dan ketrampilan sosial. Salah satu contoh item pertanyaan kuesionernya adalah saya sadar tentang emosi mana yang sedang saya rasakan dan tahu sebabnya. Kuesioner ini ditujukan untuk para perawat yang telah bekerja e” 2 tahun. Dalam hal ini responden diminta untuk memberi nilai seberapa baik pertanyaan dalam kuesioner menggambarkan pikiran, perasaan atau tujuan responden. Skala yang digunakan dalam menyusun daftar pertanyaan adalah skala likert. Skor menarik atas jawaban responden tersebut terdiri diri lima nilai yaitu skor yang berurutan dari angka 1 sampai 5, sehingga bobot untuk masing-masing jawaban adalah sebagai berikut: (1) Nilai 5: Sangat Setuju, (2) Nilai 4: Setuju, (3) Nilai 3: Netral, (4) Nilai 2: Tidak Setuju, (5) Nilai 1: Sangat Tidak Setuju. Perilaku melayani adalah upaya maksimal yang diberikan oleh perawat pada konsumen untuk memenuhi harapan dan kebutuhan konsumen sehingga tercapai suatu keputusan. Kuesioner yang digunakan
peneliti untuk mengukur perilaku melayani konsumen adalah kuesioner yang telah disusun oleh Baihaqi (2002) berdasarkan kriteria Patton (2000) yang telah disesuaikan. Salah satu contoh item pertanyaan kuesionernya adalah tidak bersemangat memberikan layanan kepada pasien setelah jam istirahat. Kuesioner ini ditujukan untuk para perawat yang telah bekerja e” 2 tahun. Untuk variabel ini responden diminta untuk melakukan penilaian diri sendiri (self assesment) dengan cara diberi beberapa pernyataan berkenaan dengan perilaku/sikap melayani pasien sehari-hari di rumah sakit, kemudian diminta memberikan jawaban seberapa jauh kesesuaian atau ketidaksesuaian antara pernyataan yang disajikan dalam kuesioner dengan perilaku/sikap dalam melayani pasien. Skala yang digunakan dalam menyusun daftar pertanyaan adalah skala likert. Skor menarik atas jawaban responden tersebut terdiri diri lima nilai yaitu skor yang berurutan dari angka 1 sampai 5, sehingga bobot untuk masingmasing jawaban adalah sebagai berikut: (1) Nilai 5: Sangat Setuju, (2) Nilai 4: Setuju, (3) Nilai 3: Netral, (4) Nilai 2: Tidak Setuju, (5) Nilai 1: Sangat Tidak Setuju. Kinerja menurut Rahmawati (2005) adalah penampilan perilaku kerja yang ditandai oleh keluwesan gerak, ritme, dan urutan kerja yang sesuai dengan prosedur sehingga memenuhi hasil yang memenuhi syarat kualitas, kecepatan, dan jumlah. Salah satu contoh item pertanyaan kuesionernya adalah karyawan cepat dalam menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya. Kuesioner yang digunakan peneliti untuk mengukur kinerja perawat adalah kuesioner yang telah disusun oleh Lewa (2004). Kuesioner ini ditujukan untuk kepala sub bidang keperawatan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Indramayu. Dalam penelitian ini skala yang digunakan dalam menyusun daftar pertanyaan adalah skala likert. Skor menarik atas jawaban responden tersebut terdiri diri lima nilai yaitu skor yang berurutan dari angka 1 sampai 5. Bobot untuk masing-masing jawaban adalah sebagai berikut: (1) Nilai 5: Sangat Setuju, (2) Nilai 4: Setuju, (3) Nilai 3: Netral, (4) Nilai 2: Tidak Setuju, (5) Nilai 1: Sangat Tidak Setuju. Responden penelitian ini adalah seluruh perawat Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Indramayu yang memiliki masa kerja e” 2 tahun yang akan disampling melalui teknik convenience sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan cara penyebaran
201
JEB, Vol. 2, No. 3, November 2008: 195-216
kuesioner ke beberapa perawat dan melakukan interview dengan kepala sub bidang keperawatan yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Indramayu. Ada dua syarat penting yang berlaku pada sebuah angket, yaitu suatu keharusan sebuah angket yaitu harus valid dan reliable. Dalam upaya untuk memperoleh data yang benar-benar mencerminkan keadaan yang sesungguhnya dari masalah yang diteliti, alat ukur yang digunakan harus diketahui validitas dan reliabilitasnya terlabih dahulu. Azwar (1992), mengemukakan validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat melakukan fungsi ukurnya. Suatu angket dikatakan sah apabila pertanyaan pada suatu angket mampu untuk mengungkapkan sesuatau yang diukur oleh angket tersebut (Santoso, 2000). Reliabilitas sering kali disebut dengan istilah kepercayaan, keterandalan, keajegan dan konsistensi. Pada prinsipnya ada ide pokok yang memuat dalam reliabilitas yakni sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap subjek yang sama memperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek belum berubah (Azwar,1992). Angket dikatakan reliable (andal) jika jawaban seseorang/subjek terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Jika seseorang menjawab “tidak suka” terhadap pertanyaan yang diajukan, maka jika beberapa waktu kemudian jika ditanya lagi untuk hal yang sama, maka subjek tersebut seharusnya tetap konsisten pada jawaban yang semula atau sama (Santoso,2000). Hipotesis diuji dengan menggunakan persamaan regresi berjenjang. Variabel bebas/ independen: kecerdasan emosional dan variabel terikat/ dependen: perilaku melayani konsumen dan kinerja perawat. Hipotesis akan diterima jika terdapat pengaruh antara variabel independen dan variabel dependen. Formula dari analisis regresi berjenjang adalah sebagai berikut: Y1 = a 1 + b X + e Y
= a+bX+e
Keterangan: a = Konstanta b, b = koefisien regresi Y; X = Perilaku Melayani (PM)
202
X Y e
= Kecerdasan Emosional (KE) = Kinerja Perawat (K) = faktor penggangu di luar model
Untuk mengetahui apakah suatu model regresi benar-benar menunjukkan hubungan yang signifikan representatif atau disebut Best Linear Unbiased Estimator (BLUE), maka dilakukan uji asumsi klasik regresi. Uji multikolonieritas dilakukan untuk menganalis multikolinearitas antarvariabel independen apakah terdapat hubungan yang signifikan. Antarvariabel independen tidak boleh saling berkorelasi. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas digunakan variance inflation factors (VIF). Kecepatan dimana variances dan covariances bertambah dapat dilihat dengan VIF. Jika VIF > 10 dan nilai Tolerence <0,10, maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolinieritas (Gujarati, 2003). Uji Heteroskedastisitas bertujuan apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Ada tidaknya heteroskedastisitas dapat diketahui dengan melihat tingkat signifikansi terhadap alpha (α) melalui uji Glejser, uji Park, Uji Brence Pagan, dan melihat residual plott melalui scatter plot-nya. Jika dalam pengujian tersebut, terlihat membentuk pola tertentu yang teratur (pola hubungan linear, kuadratik, melebar, atau menyempit) maka model regresi tersebut terjadi heteroskedastisitas. Sebaliknya, jika terlihat titik-titik yang ada menyebar tanpa membentuk suatu pola apapun maka memenuhi homokedasitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Menurut Gujarati (2003), autokorelasi adalah korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu atau ruang. Autukorelasi merupakan suatu keadaan yang timbul karena adanya korelasi antara error term. Autokorelasi mengakibatkan koefisien regresi yang dihasilkan tidak efisien sehingga interpretasi sederhana terhadap koefisien tersebut tidak dapat dilakukan. Asumsi autokorelasi diuji dengan menggunakan uji Durbin Watson. Batasan adanya autokorelasi atau tidak dilihat dengan nilai Durbin Watson sebagai berikut:
PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL PERAWAT TERHADAP...................(Willy Lutfiani Rosalina)
4-dl < d < 4 4-du < < 4-dl 2 < d < 4-du du < d < 2 dl < d < du 0 < d
: : : : : :
mempunyai autokorelasi positif tidak mempunyai hasil yang pasti tidak mempunyai autokorelasi tidak mempunyai autokorelasi tidak mempunyai hasil yang pasti mempunyai autokorelasi positif
Uji normalitas digunakan untuk menguji pendistribusian variabel dependen dan variabel independen apakah mempunyai distribusi yang normal atau tidak. Model uji regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data normal atau mendekati distribusi data normal. Pengujian normalitas dapat dilakukan dengan uji Kolmogorov Smirnov, uji grafik histogram, dan normal probability plots. Variabel yang digunakan dalam pengujian Kolmogorov Smirnov adalah variabel residual (error term). Apabila sign > 0,05 maka asumsi normalitas diterima. Sebaliknya apabila sign < 0,05 maka asumsi normalitas ditolak. Analisis uji grafik histogram dilakukan dengan melihat histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Sedangkan normal probability plots dilakukan dengan membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal. HASIL PENELITIAN Data responden penelitian disajikan pada Tabel 1 berikut ini: Tabel 1 Data Demografis Responden Jenis kelamin Laki-laki Wanita Total
Umur 22-53 22-48
Jumlah 112 38 150
Persentase 74,67% 25,33% 100%
Penelitian ini menggunakan alat bantu kuesioner yang disebarkan pada seluruh perawat yang sudah memiliki masa kerja ≥ 2 tahun di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Indramayu. Jumlah total responden yang mengembalikan kuesioner sebanyak 150 yang terdiri dari laki-laki yang berumur antara 22 sampai dengan 53 tahun sebanyak 112 responden dan
wanita yang berumur antara 22 sampai dengan 48 tahun sebanyak 38 responden. Kuesioner yang telah disebarkan kepada para responden dibagi menjadi tiga bagian pertanyaan, yaitu bagian pertama adalah kuesioner kecerdasan emosional yang telah disusun oleh Baihaqi (2002) berdasarkan kriteria Goleman (2000) yang telah disesuaikan. Terdiri dari 25 item dengan kriteria sebagai berikut: 1. Butir 1 sampai dengan 3 untuk mengukur komponen Kesadaran diri. 2. Butir 4 sampai dengan 8 untuk mengukur komponen Pengaturan diri. 3. Butir 9 sampai dengan 12 untuk mengukur komponen Motivasi. 4. Butir 13 sampai dengan 17 untuk mengukur komponen Empati. 5. Butir 18 sampai dengan 25 untuk mengukur komponen Ketrampilan Sosial. Bagian kedua dari instrumen ini adalah pertanyaan tentang perilaku layanan yang dicerminkan dengan layanan sepenuh hati telah disusun oleh Baihaqi (2002) berdasarkan kriteria Patton (2000) yang telah disesuaikan. Meliputi 16 item komponen sikap layanan yaitu: 1. Butir 1 sampai dengan 4 untuk mengukur komponen sikap gairah/semangat (passion). 2. Butir 5 sampai dengan 8 untuk mengukur komponen progresif (progressive). 3. Butir 9 sampai dengan 12 untuk mengukur komponen proaktif (proactive). 4. Butir 13 sampai dengan 16 untuk mengukur komponen positif (positive). Bagian ketiga dari instrumen ini adalah pertanyaan tentang kinerja perawat Rumah Sakit Umum Daerah Indramayu yang telah dikembangkan oleh Lewa (2004) yang telah disesuaikan meliputi 13 item. Tabel 2 Statistik Deskriptif Variabel Kecerdasan Emosional
Alpha
Rata-rata
Standar Deviasi
Modus
0,7723
4,1707
0,32401
4
Perilaku Melayani
0,7672
4,2727
0,39155
4
Kinerja
0,5709
4,1400
0,32388
4
203
JEB, Vol. 2, No. 3, November 2008: 195-216
Berdasarkan Tabel 2, nampak variabel kecerdasan emosional menunjukkan nilai alpha sebesar 0,7723, nilai rata-rata 4,1707, standar deviasi 0,32401, dan nilai modus sebesar 4 berarti bahwa sebagian besar responden menjawab setuju berarti perawat memiliki kecerdasan emosional yang baik. Untuk variabel perilaku melayani menunjukkan nilai alpha sebesar 0,7672, nilai rata-rata 4,2727, standar deviasi 0,39155, dan nilai modus sebesar 4 berarti bahwa sebagian besar responden menjawab setuju berarti perilaku melayani perawat terhadap konsumen/pasien baik. Sedangkan variabel kinerja menunjukkan nilai alpha sebesar 0,5709, nilai rata-rata 4,1400, standar deviasi 0, 32388, dan nilai modus sebesar 4 berarti bahwa sebagian besar responden menjawab setuju berarti kinerja perawatnya baik. Analisis pengolahan data menggunakan bantuan komputer dengan program SPSS 11.00. Analisis yang digunakan adalah uji validitas, uji reliabilitas, uji asumsi klasik dan pengujian hipotesa (analisis regresi berjenjang). Uji validitas digunakan untuk menguji seberapa cermat suatu test melakukan fungsi ukurnya atau telah benar-benar dapat mencerminkan variabel yang di ukur. Dalam penelitian ini menggunakan analisis faktor per variabel dengan ekstraksi 1. Berdasarkan Tabel 3, pengujian ini menunjukkan item yang tidak valid karena memiliki factor loading di bawah 0.3. Untuk variabel kecerdasan emosional yang tidak valid berjumlah 7 item, yaitu 1, 3, 7, 11, 15, 17, 18 sehingga jumlah item kecerdasan emosional yang valid adalah 18 item. Variabel perilaku melayani item yang tidak valid karena memiliki factor loading di bawah 0.3 berjumlah 5 item, yaitu 1, 2, 4, 11, 15 sehingga jumlah item perilaku melayani yang valid adalah 11 item. Variabel kinerja item yang tidak valid karena memiliki factor loading di bawah 0.3 berjumlah 2 item, yaitu 6, dan 8 sehingga jumlah item tersebut yang valid adalah 11 item. Dengan demikian, seluruh item yang dikeluarkan berjumlah 14 item, sehingga jumlah keseluruhan item yang valid adalah 40 item.
204
Tabel 3 Item-itemValid No. Pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Kecerdasan Emosional 0,474 0,321 0,345 0,453 0,409 0,502 0,386 0,364 0,526 0,678 0,345 0,355 0,468 0,450 0,306 0,576 0,714 0,413
Perilaku Melayani 0,356 0,317 0,479 0,735 0,522 0,537 0,546 0,333 0,647 0,696 0,802 0,311 X X X X X X X X X
Kinerja 0,456 0,309 0,423 0,471 0,402 0,465 0,487 0,381 0,469 0,362 0,495 X X X X X X X X X X X X
Keterangan : – (tidak valid) X (tidak ada pertanyaan) Berdasarkan hasil uji reliabilitas diperoleh koefisien reliabilitas alpha sebesar 0,7723 untuk variabel kecerdasan emosional sehingga dapat disimpulkan bahwa butir-butir pertanyaan mengenai kecerdasan emosional merupakan pertanyaan yang reliabel. Untuk koefisien alpha pada variabel perilaku melayani sebesar 0,7672 sehingga dapat disimpulkan bahwa butir-butir pertanyaan mengenai perilaku melayani merupakan pertanyaan yang reliabel. Sedangkan variabel kinerja, besarnya koefisien alpha
PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL PERAWAT TERHADAP...................(Willy Lutfiani Rosalina)
adalah 0,5709 sehingga disimpulkan bahwa butir-butir pertanyaan mengenai kinerja merupakan pertanyaan yang reliabel. Uji multikolinearitas dilakukan untuk mendeteksi ada tidaknya korelasi antara variabel-variabel independen dalam persamaan regresi. Hal ini dilakukan dengan menggunakan nilai tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor). Jika nilai tolerance < 0.10, maka terdapat multikolinearitas, sedangkan jika nilai VIF > 10, maka tidak terdapat multikolinearitas (Gujarati, 2003). Dalam penelitian ini, uji multikolinieritas hipotesis pertama (H1) dan hipotesis kedua (H2) diabaikan karena dalam penelitian ini variabel independennya hanya satu yaitu variabel kecerdasan emosional. Gujarati (2003) mengemukakan bahwa uji Glejser dapat dipakai untuk melihat ada tidaknya indikasi terjadinya ketidaksamaan varians dari residual dari setiap observasi. Jika varian dari residual dari satu pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedasitas dan jika varian berbeda maka model regresi itu dapat dikatakan heteroskedastisitas. Indikasi terjadinya heteroskedastisitas ditunjukkan dengan nilai signifikansi. Apabila nilai signifikansi variabel independen lebih kecil dari nilai signifikansi yang ditentukan (0,05) berarti terjadi
heteroskedastisitas. Namun, apabila signifikansi variabel independen lebih besar dari nilai signifikansi yang ditentukan (0,05) berarti tidak terjadi heteroskedastisitas. Pada Tabel 4 dan dan Tabel 5 menunjukkan hasil output SPSS uji Glejser bahwa variabel independen memiliki nilai signifikansi di atas 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa varians error dalam model regresi tersebut homoskedastistas. Dengan demikian, model regresi berjenjang tersebut dapat digunakan untuk menguji variabel-variabel penelitian. Uji autokorelasi dalam penelitian ini diabaikan karena data tidak berbentuk time series. Uji normalitas dapat dilakukan dengan cara melihat grafik histogram, melihat normal probability plot, dan dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Dalam sub bab ini peneliti melakukan ketiga pengujian normalitas tersebut dalam penelitiannya. Cara yang pertama, yaitu melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Cara yang kedua, yaitu melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data akan mengikuti
Tabel 4 Hasil Uji Heteroskedastisitas Hipotesis Pertama (H1)
Tabel 5 Hasil Uji Heteroskedastisitas Hipotesis Kedua (H2)
205
JEB, Vol. 2, No. 3, November 2008: 195-216
garis diagonal. Cara ketiga, yaitu menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Jika nilai signifikansi uji Kolmogorov-Smirnov lebih besar dari 0,05 data residual berdistribusi normal. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 2 Grafik Histogram Hipotesis Pertama (H1)
Gambar 3 Grafik Histogram Hipotesis Kedua (H2)
206
PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL PERAWAT TERHADAP...................(Willy Lutfiani Rosalina)
Gambar 5 Grafik Normal Plot Hipotesis Kedua (H2) Gambar 4 Grafik Normal Plot Hipotesis Pertama (H1)
Gambar 4 Grafik Normal Plot Hipotesis Pertama (H1)
Gambar 5 Grafik Normal Plot Hipotesis Kedua (H2)
Berdasarkan gambar grafik histogram serta grafik normal plot pada hipotesis pertama (H1) dan hipotesis kedua (H2) dapat disimpulkan bahwa grafik histogram memberikan pola distribusi yang normal yaitu terlihat pada data menyebar di sekitar garis diagonal dan
mengikuti arah garis diagonal. Sedangkan pada grafik normal plot terlihat titik-titik mengikuti garis diagonal. Maka kedua grafik tersebut menunjukkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.
207
JEB, Vol. 2, No. 3, November 2008: 195-216
Tabel 6 Kolmogorov-Smirnov Test Hipotesis Pertama (H1)
Tabel 7 Kolmogorov-Smirnov Test Hipotesis Kedua (H2)
Berdasarkan nilai signifikansi kolmogorov-Smirnov pada hipotesis pertama (H1) sebesar 0,160 menunjukkan nilai yang lebih besar dari level signifikan 5% atau dapat dikatakan tidak signifikan. Hal tersebut menunjukkan bahwa residual adalah terdistribusi normal. Nilai signifikansi Kolmogorov-Smirnov pada hipotesis kedua (H2) sebesar 0,894 menunjukkan nilai yang lebih besar dari level signifikan 5% atau dapat dikatakan tidak signifikan. Hal tersebut menunjukkan bahwa disturbance adalah terdistribusi normal.
208
PEMBAHASAN Pengujian hipotesis penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis regresi berjenjang. Model yang digunakan: Y = a+bX+e Y = a+bX+e Keterangan: a = Konstanta b; b = koefisien regresi Y; X = Perilaku Melayani (PM) X = Kecerdasan Emosional (KE) Y = Kinerja (K) e = faktor penggangu di luar model
PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL PERAWAT TERHADAP...................(Willy Lutfiani Rosalina)
Tabel 8 Hasil Uji Regresi Berjenjang Hipotesis Pertama (H1)
Tabel 8 menunjukkan bahwa angka R square adalah 0,453. Hal ini berarti 45,3% variabel perilaku melayani dapat dijelaskan oleh variabel kecerdasan emosional. Sedangkan sisanya 54,7% dijelaskan oleh faktor-faktor lain, misalnya diduga salah satu faktorfaktor lainnya itu adalah fasilitas sarana prasarana yang ada di RSUD Kabupaten Indramayu. Jika fasilitasnya memadai maka perilaku melayani perawat pada konsumen pun lancar, sedangkan jika fasilitas yang tersedia tidak memadai maka akan menghambat aktivitas perilaku melayani konsumen. Uji ANOVA atau F test yang dilakukan menghasilkan nilai F hitung sebesar 122,550 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat digunakan dalam penelitian ini. Berdasarkan Tabel 8 tersebut tampak bahwa variabel kecerdasan emosional memiliki signifikansi 0,000, yang lebih kecil daripada
tingkat signifikansi 5%. Dengan demikian, penelitian ini berhasil menemukan bukti yang mendukung hipotesis pertama (H 1) yang menyatakan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh terhadap perilaku melayani konsumen. Dalam penelitian ini, kecerdasan emosional perawat sangat menentukan perilaku melayani konsumen/pasien. Jika perawat memiliki kecerdasan emosionalnya baik maka perilaku perawat dalam memberikan layanan kepada pasien pun baik, karena perawat yang memiliki kecerdasan emosional yang baik dapat mengontrol emosi-emosinya pada saat berinteraksi langsung dengan pasien maupun keluarganya. Emosi seringkali dipandang sebagai sesuatu yang negatif. Hampir semua interaksi antar manusia yang dimulai sejak kanak-kanak hingga dewasa, individu selalu dianjurkan untuk dapat mengontrol emosinya, untuk selalu dapat menutupi
209
JEB, Vol. 2, No. 3, November 2008: 195-216
emosinya, dan juga ditabukan untuk memperlihatkan emosinya kepada orang lain. Konteks kesehatan adalah konteks yang sangat dipengaruhi oleh kecerdasan emosi para pelakunya. Pelaku dalam hal kesehatan yang dimaksud adalah para eksekutif dalam kesehatan, dokter, perawat, dan petugas administrasi kesehatan pasien dan keluarga pasien. Perawat dalam memberikan layanan kesehatan mempunyai profesi yang sarat berhubungan dengan individu lain: dokter, teman sejawat, bidan, pasien, keluarga pasien, maupun masyarakat pada umumnya. Dalam banyak hal, pekerjaan perawat dapat sangat menantang, pada suatu saat menekan, tetapi pada saat lain dapat dirasa membosankan. Ketidakseragaman keadaan pekerjaan yang dihadapi membutuhkan pengelolaan emosi yang terampil, dengan demikian setiap yang muncul tidak menurunkan produktivitas kerja tetapi menjadi semangat yang menyalakan gagasan-gagasan baru. Petugas dalam layanan jasa termasuk Rumah sakit perlu mengembangkan kepribadian seoptimal mungkin dengan tujuan supaya mampu mempengaruhi orang lain untuk memakai jasa yang tersedia tanpa adanya paksaan. Kepribadian seorang petugas layanan sebagai berikut: (a) seorang petugas di bidang industri jasa layanan diharapkan mampu menyenangkan orang lain, melalui kesopansantunan yang baik, selalu tersenyum kepada pelanggan, (b) adanya kemauan dari dalam dirinya untuk membantu dan menyukai orang lain, bergaul, dan rela melayani orang yang berkepentingan dengan tugasnya. Hal ini merupakan unsur kepribadian yang harus dimiliki dalam diri
petugas, (c) menghormati dan menghargai orang lain sangatlah penting, terutama kepada pelanggan karena pelanggan itu diibaratkan sebagai raja, (d) mempunyai rasa tanggung jawab yang besar, artinya apa yang dilakukan atau perbuataan dari petugas diusahakan dapat membuat pelanggan senang dan puas tentunya, (e) memiliki jalan pikiran yang teratur dan terorganisir untuk melakukan pekerjaan dengan metode yang baik dan tingkat ketepatan yang tinggi, (f) performance, kerapian merupakan suatu bukti atas kebanggaan pada diri sendiri dan ini akan menumbuhkan rasa percaya diri yang baik, (g) keakuratan, ketepatan, dan ketelitian dalam setiap hal yang dikerjakan adalah nilai. Pada organisasi kesehatan, pengelolaan emosi tidak hanya diperlukan dalam hubungan interpersonal antara pimpinan dan anggota (bawahan) atau sebaliknya, atau di antara para petugas layanan. Akan tetapi kelompok konsumen juga yaitu para pasien (dan keluarganya) sebagai kelompok di luar organisasi yang harus diperlakukan dengan cerdas. Untuk beberapa perawat yang masih memiliki kecerdasan emosional kurang dan perawat yang tidak dapat bekerja sama dengan baik dengan rekan kerjanya maka solusinya harus ada arahan, himbauan dari pihak manajemen yaitu kepala sub bidang keperawatan maupun dokter. Memberikan pelatihan serta pembinaan yang dilakukan di dalam rumah sakit maupun di luar rumah sakit tentang kecerdasan emosional tidak hanya kepada bawahan/ perawat saja tetapi pada atasan seperti kepala-kepala sub bidang agar terjadi perbaikan kecerdasan emosional secara berkesinambungan sehingga dapat berpengaruh baik pada perilaku melayani.
Tabel 9 Hasil Uji Regresi Berjenjang Hipotesis Kedua (H2)
210
PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL PERAWAT TERHADAP...................(Willy Lutfiani Rosalina)
Tabel 9 menunjukkan bahwa angka R square adalah 0,045. Hal ini berarti 4,5% variabel kinerja perawat pada RSUD kabupaten Indramayu dapat dijelaskan oleh variabel perilaku melayani. Uji ANOVA atau F test yang dilakukan menghasilkan nilai F hitung sebesar 6,913 dengan tingkat signifikansi 0,009. Oleh karena probabilitas 0,009 lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat digunakan dalam penelitian ini. Variabel perilaku melayani memiliki signifikansi 0,009, nilai tersebut lebih kecil dari tingkat signifikansi 5%. Dengan demikian, penelitian ini berhasil menemukan bukti yang mendukung hipotesis kedua (H2) yang menyatakan bahwa perilaku melayani berpengaruh terhadap kinerja perawat pada RSUD kabupaten Indramayu. Kualitas layanan adalah keseluruhan ciri-ciri dan karakteristik dari suatu produk atau jasa menyangkut kemampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan secara langsung dan menawarkan produk yang akan memberikan kepuasan serta memberikan layanan secara lengkap. Kualitas layanan merupakan unsur penting yang akan membentuk image masyarakat terhadap organisasi publik. Image yang negatif muncul karena adanya layanan dari organisasi publik yang kurang mampu memuaskan masyarakat. Kualitas adalah keseluruhan ciri-ciri dan karakteristik dari suatu produk atau jasa menyangkut kemampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang telah ditentukan atau yang bersifat laten. Kualitas memiliki dua pengertian, yaitu memberikan layanan
secara langsung dan menawarkan produk yang akan memberikan kepuasan serta memberikan layanan secara lengkap. Terdapat tiga elemen proses pencapaian kualitas (quality process) yang meliputi: 1) quality planning, suatu proses mengidentifikasi pelanggan, kebutuhan mereka, product and service feature yang diharapkan, proses penyampaian produk dan jasa dengan atribut yang tepat dan mentransfer seluruh pemahaman ini keseluruh elemen organisasi, 2) quality control, suatu proses pemeriksaan dan evaluasi produk, dibandingkan dengan kebutuhan pelanggan, dan 3) quality improvement, suatu proses perbaikan kualitas secara terus menerus. Kualitas mengimplikasikan, memenuhi atau melebihi harapan tentang kecepatan waktu, akurasi pekerjaan, kecepatan tanggapan, dan unjuk kerja. Mengukur kualitas dengan memperhitungkan insiden kesalahan internal dengan kesalahan eksternal. Penentuan kualitas layanan diupayakan memenuhi kesesuaian dengan harapan pelanggan. Sedangkan kualitas jasa merupakan tingkat kesempurnaan yang diharapkan dan pengendalian atas kesempurnaan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. Kualitas jasa merupakan perbandingan antara jasa yang mereka rasakan (dipersepsikan) pelanggan dengan kualitas jasa yang mereka harapkan. Jika kualitas layanan yang dirasakan sama dengan kualitas layanan yang mereka harapkan dikatakan berkualitas. Jika diukur dengan rasio antara kualitas layanan yang
211
JEB, Vol. 2, No. 3, November 2008: 195-216
dirasakan dengan kualitas layanan yang diharapkan, kualitas layanan dikatakan memuaskan jika rasionya satu, dan jika rasionya lebih dari satu, kualitas layanan dikatakan berkualitas. Kinerja merupakan terjemahan dari performance yang berarti prestasi kerja, pencapaian kerja, pelaksanaan kerja, unjuk kerja atau penampilan kerja. Kinerja adalah penampilan perilaku kerja yang ditandai oleh keluwesan gerak, ritme, dan urutan kerja yang sesuai dengan prosedur sehingga memenuhi hasil yang memenuhi syarat kualitas, kecepatan, dan jumlah. Kinerja dipengaruhi oleh motif-motif individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Faktor yang mempengaruhi kinerja adalah kemampuan dan motivasi. Unjuk kerja yang baik dapat dipengaruhi oleh kemampuan dan motivasi. Mereka menjelaskan bahwa kemampuan tanpa motivasi atau motivasi tanpa kemampuan, keduanya tidak dapat menghasilkan out put yang tinggi. Hal tersebut disandarkan pada dua asumsi. Asumsi pertama adalah bahwa pegawai sebenarnya mengetahui apa yang seharusnya mereka kerjakan, tetapi mereka tidak peduli. Asumsi kedua, pegawai bekerja keras tapi sayang mereka tidak mempunyai kemampuan yang memadai. Dua-duanya adalah kondisi yang mengakibatkan unjuk kerja mereka tidak optimal. Jadi jelaslah bahwa untuk melihat kinerja pegawai dapat dilihat dari tingkat kemampuanya melakukan pekerjaanya dan tingkat motivasi dirinya dalam melakukan pekerjaan. Dalam penelitian ini, penilaian kinerja perawat rumah sakit dilihat dari perilaku melayani konsumen/ pasien yang dilakukan oleh perawat sudah berkualitas walaupun ada beberapa perawat yang tidak menunjukkan perilaku melayani yang baik misalnya judes dan kurang ramah, hal itu dapat dilihat dari nilai modus perilaku melayani sebesar 4,36 dan nilai modus kinerja sebesar 4,00. Untuk meningkatkan kinerja perawat, pihak manajemen yaitu kepala sub bidang keperawatan maupun dokter harus memberikan pembinaan, perhatian dan arahan yang sesuai dengan Keputusan Bupati Indramayu Nomor 1102 Tahun 2001 tentang organisasidan tata kerja RSUD Kabupaten Indramayu agar perawat tersebut dapat berperilaku melayani yang lebih baik lagi sehingga kinerja perawat pun akan sesuai dengan harapan dan tujuan. Berdasarkan hasil wawancara/interview dengan kepala sub bidang keperawatan, diperoleh informasi
212
bahwa kinerja rumah sakit belum optimal yang dapat dilihat dari kurang memadainya fasilitas seperti persediaan air terbatas yang terdiri dari pompa air berjumlah 10 buah pada tahun 2004, kemudian bertambah 1 buah di tahun 2005 , instalasi air bersih berupa bak penampungan air bersih yang terbagi ke dalam 12 lokasi, 1 buah mesin diesel air, peralatan medis dengan jumlah total 249 buah, jumlah tempat tidur pasien 128 buah, keluhan pasien dan keluarganya yang biasa terjadi pada keluarga yang sebenarnya mampu tetapi memiliki kartu GAKIN. Kualitas layanan perawat yang dirasakan pasien juga dipengaruhi oleh fasilitas rumah sakit yang memadai. Jika fasilitasnya memadai maka perilaku melayani perawat pada pasien pun baik, sedangkan jika fasilitas tidak memadai maka akan menghambat aktivitas perilaku melayani konsumen, misalnya adanya keluhan dari pasien atau keluarganya mengenai terbatasnya air menjadikan kualitas layanan perawat tidak optimal. Alternaif solusinya yaitu membuat sumber air tanah (reservoir), perlu adanya kerja sama yang baik dengan beberapa instansi seperti PDAM dengan mengusulkan pipa saluran air yang ke rumah sakit dalam ukuran besar, pihak penyedia peralatan medis, perabot makan dan tempat tidur pasien. Perlu adanya dukungan dari pemerintah pusat dan daerah terutama dalam hal penyediaan dana untuk peningkatan fasilitas sarana dan prasarana RSUD Kabupaten Indramayu. Memberikan pengertian tentang program kartu GAKIN pada pasien dan keluarganya agar tidak ada kesalahpahaman. Kecerdasan emosional perawat itu baik akan berpengaruh baik pula pada perilaku melayani sehingga kinerja perawat pun akan baik. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Responden penelitian adalah seluruh perawat yang sudah memiliki masa kerja e” 2 tahun di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Indramayu, jumlah total responden yang mengembalikan kuesioner sebanyak 150 yang terdiri dari laki-laki yang berumur antara 22 sampai dengan 53 tahun sebanyak 112 responden atau 74,67% dan wanita yang berumur antara 22 sampai dengan 48 tahun sebanyak 38 responden atau 25,33%. Kevaliditasan variabel diukur
PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL PERAWAT TERHADAP...................(Willy Lutfiani Rosalina)
menggunakan analisis faktor per variabel dengan ekstraksi 1. Item yang tidak valid karena memiliki factor loading di bawah 0.3 untuk variabel kecerdasan emosional berjumlah 7 item, yaitu 1, 3, 7, 11, 15, 17, 18 sehingga jumlah item yang valid adalah 18 item, sedangkan variabel perilaku melayani item yang tidak valid karena memiliki factor loading di bawah 0.3 berjumlah 5 item, yaitu 1, 2, 4, 11, 15 sehingga jumlah item yang 11 item dan variabel kinerja item yang tidak valid karena memiliki factor loading di bawah 0.3 berjumlah 2 item, yaitu 6, 8 sehingga jumlah item yang valid adalah 11 item. Dengan demikian, seluruh item yang dikeluarkan berjumlah 14 item, sehingga jumlah item yang valid adalah 40 item dan semua variabelnya reliable. Variabel kecerdasan emosional memiliki signifikansi 0,000 yang lebih kecil daripada tingkat signifikansi 5%. Dengan demikian, penelitian ini berhasil menemukan bukti yang mendukung hipotesis pertama (H1) yang menyatakan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh terhadap perilaku melayani konsumen. Variabel perilaku melayani memiliki signifikansi 0,009%, nilai tersebut lebih kecil dari tingkat signifikansi 5%. Dengan demikian, penelitian ini berhasil menemukan bukti yang mendukung hipotesis kedua (H 2) yang menyatakan bahwa perilaku melayani berpengaruh terhadap kinerja perawat pada RSUD Kabupaten Indramayu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh kecerdasan emosional perawat terhadap perilaku melayani konsumen. Oleh karena itu, pihak pengelola RSUD Kabupaten Indramayu harus secara intensif memberikan arahan, pelatihan, dan pembinaan kepada perawat dan atasan dalam hal ini yaitu kepalakepala sub bidang tentang kecerdasan emosional, misalnya meluangkan waktu secara bersama sama untuk memutar video tentang kecerdasan emosional, selalu memberikan sikap yang ramah dan tersenyum ketika berinteraksi dengan konsumen dalam hal ini pasien dan keluarganya sehingga konsumen akan merasa senang atas sikap yang diberikan perawat tersebut dan image rumah sakit pun akan baik. Hasil penelitian inipun menunjukkan bahwa perilaku melayani konsumen berpengaruh terhadap kinerja perawat. Diperlukan peningkatan perilaku melayani konsumen agar kualitas layanan tetap terjaga dengan baik sehingga konsumen /pasien akan merasa
puas atas jasa yang telah diberikan oleh pihak RSUD kabupaten Indramayu sehingga kinerja rumah sakit pun akan baik. Saran Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan yang telah disebutkan diatas, maka penulis dapat memberikan beberapa saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan keputusan untuk meningkatkan kinerja perawat sehingga kualitas jasa RSUD kabupaten Indramayu pun semakin meningkat. Variabel kecerdasan emosional perawat berpengaruh terhadap perilaku melayani konsumen. Perawat yang mempunyai kecerdasan emosional yang baik maka akan mempunyai perilaku yang baik juga, dalam hal ini perilaku melayani konsumen. Pertahankan dan tingkatkan terus kecerdasan emosional perawat misalnya dengan meluangkan waktu khusus untuk mendengarkan arahan-arahan langsung baik dari kepala rumah sakit maupun dari kepala sub bidang keperawatan, memutar video tentang kecerdasan emosional sehingga perawat tersebut dapat menambah wawasan kecerdasan emosionalnya, selalu memberikan sikap yang ramah dan tersenyum ketika berinteraksi dengan konsumen dalam hal ini pasien dan keluarganya, dan agar konsumen/pasien dapat merasa nyaman pada saat menggunakan jasa RSUD kabupaten Indramayu. Variabel perilaku melayani berpengaruh terhadap kinerja perawat. Maka untuk kedepan haruslah mendapatkan perhatian dan porsi yang khusus dari pihak pengelola RSUD Kabupaten Indramayu, perlu adanya pembinaan untuk meningkatkan kinerjanya, yaitu meningkatkan kinerja perawat dengan memberikan arahan tentang tugas-tugas yang seharusnya dilakukan sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku oleh kepala sub bidang keperawatan dan sesuai dengan keputusan Bupati Indramayu Nomor 1102 Tahun 2001 tentang organisasi dan tata kerja RSUD kabupaten Indramayu. Penelitian selanjutnya sebaiknya menambah responden dari pihak konsumen, agar dapat mengetahui perbedaan antara hasil dari penelitian dengan melibatkan responden konsumen dan respondennya hanya perawat. Setiap penelitian tidak terlepas dari kekurangan dan keterbatasan. Kekurangan dan keterbatasan pada penelitian ini yaitu responden tidak anonim maka
213
JEB, Vol. 2, No. 3, November 2008: 195-216
kemungkinan adanya penilaian yang lebih tinggi dari keadaan yang sebenarnya pada variabel kecerdasan emosional dan perilaku melayani yang dilakukan oleh beberapa perawat.
_________.2000. Kecerdasan Emosional untuk mencapai puncak prestasi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Gujarati, Damodar N., Basic Econometrics: United States of America: McGraw Hill, Inc., 2003.
DAFTAR PUSTAKA Ardiningsih, U. 1999. Peran Orang Tua dan Pendidik dalam Mengembangkan kecerdasan Emosi Anak. Semarang: RSJ Pusat. Azwar, S. 1992. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta. Sigma Alpha. Baihaqi, S. 2002. Analisis Pengaruh Kecerdasan Emosional Karyawan terhadap Kualitas Perilaku Layanan kepada Wajib Pajak di Kantor Layanan PBB (studi pada KPPBB Kediri dan Tulungagung. Tesis S-2 (Tidak dipublikasikan). Yogyakarta: Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi. Universitas Gajah Mada. Berkowitz, L. 1993. Aggressin: its causes, Consequences, and Control. New York: McGraw Hill Breakwell, G. 1998. Copping with Aggressive Behavior (Mengatasi perilaku Agresif).Yogyakarta: Kanisius. Chipain, G.C.,2003. Emotional intelligence and its relationship with sales success. DePaul University, School of business. Goleman, D. 1995. Emotional Intelligence: Why it can matter more than IQ?. New: Bantam. _________.1999. Kecerdasan Emosional untuk mencapai puncak prestasi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Goleman, D. 2000. Kecerdasan Emosional. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
214
Gunarsa dan Gunarsa. 1995. Psikologi Perawatan. Jakarta : PT BPK Gunung Mulia Handayani, A. 2000. perilaku melayani ditinjau dari Minat Kerja dan Konsep diri pada Perawat Rumah Sakit. Skripsi. Surakarta : Fakultas Psikologi UMS. Tidak ditebitkan Hamid, S, Achiryani.2000. Konsep perawat Ideal dalam Pengetahuan, Ketrampilan, Etika dan Etiket Profesional. Jakarta: Fakultas Ilmu keperawatan UI. Lumenta, B. 1998. Perawat, Citra, Peran dan Fungsi : Tujuan Fenomena Sosial.Yogyakarta : Kanisius. Lewa, E. I. I. K., 2004. Pengaruh Kepemimpinan, Lingkungan Kerja Fisik, dan Kompensasi terhadap Kinerja Karyawan di PT. Pertamina (Persero) Daerah Operasi Hulu Jawa Bagian Barat, Cirebon. Tesis S-2 (Tidak dipublikasikan). Yogyakarta: Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi. Universitas Islam Indonesia. Patton, P. 1998. EQ- Layanan Sepenuh Hati. Jakarta : Pustaka Delapratasa. —————. 2000. EQ- Layanan Sepenuh Hati. Jakarta : Pustaka Delapratasa. Poerwodarminto, WJS. 1983. kamus Bahasa Indonesia. Jakarta : PN. Balai Pustaka. Rahmawati, U. (2005). “ Pengaruh Komunikasi Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu”. Jurnal Media Wahana Ekonomika, Vol.2, No. 3, 44 – 49.
PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL PERAWAT TERHADAP...................(Willy Lutfiani Rosalina)
Robert K, Cooper dan Aymn Sawaf. 1999. Kecerdasan Emosional dalam Kepemimpinan dan Organisasi. Sabarguna, BS. 1992. Perilaku Melayani di Rumah Sakit. Makalah dalam Seminar peningkatan Mutu Santoso, S. 2000. SPSS (Mengolah Data Statistik secara Profesional). Jakarta. Elexmedia Komputindo. Subroto, D. 2004. Pengaruh Kinerja Layanan Aparatur Kepolisian terhadap Kepuasan Masyarakat (Studi kasus pada bagian Pengurusan Surat Izin Mengemudi) Di Wilayah Kerja Kepolisian Republik Indonesia Resort Sleman Polda Daerah Istimewa Yogyakarta. Tesis S-2 (Tidak dipublikasikan). Yogyakarta: Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi. Universitas Islam Indonesia. Sugiyarto, E. 1999. Psikologi layanan dalam indusrti Jasa. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Wimbarti. S. 1999. Kecerdasan Emosi untuk Ekslusif dalam Layanan Kesehatan. Makalah dalam Layanan di RS Islam Pekalongan. Tidak diterbitkan.
215
.
ISSN: 1978-3116 IKLAN INDUSTRI KECIL MELALUI WORD WIDE WEB (WWW).................(Abidarin Rosidi)
Vol. 2, No. 3, November 2008 Hal. 217-232
JURNA L EKONOMI & BISNIS
Tahun 2007
IKLAN INDUSTRI KECIL MELALUI WORD WIDE WEB (WWW) DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA: MASALAH EFEKTIFITAS ISI DAN DESAIN IKLAN Abidarin Rosidi Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen dan Komputer (STIMIK) AMIKOM Yogyakarta, Jalan Ring Road Utara Yogyakarta 55281, Telepon +62 274 884201, 884206, Fax. +62 274 884208 E-mail: [email protected]
ABSTRACT This research to know the factors influencing the purchase intention because of a advertisement in the website. This research is a combination of consumer responses to advertising and dual credibility models and was carried out in Yogyakarta with the respondents of those people accessing internet through the warnet in Yogyakarta. The research data were collected through questionaires. Some small industry in DIY have exploited the this opportunity e-commerce by exploiting website as promotion medium, especially its yield up the product advertisement. There are as a whole own not less than 135 small industrial company, what is gone the round of 4 regency and also Yogyakarta Municipality. The type of 135 existing small industry is 34 crafting batik industry, 25 crafting husk industry, 27 crafting gerabah industry, 10 crafting silver industry, 24 crafting of wood industry, and 15 crafting matting industry. Small industry market its product either in domestic market and also international market. Hypothesis examination method in this research employed path analysis. The path analysis was going to be done by using AMOS 4.1 program. The model that was employed in this analysis was a combination of two models. The results of the research is advertisement content directly influenced consumers attitude toward the advertisement. Advertisement content indirectly influenced (through the attitude toward the advertisement) consumers attitude toward the brand. Corporate credibility directly influenced consumers attitude toward the advertisement. Corporate credibility directly influ-
enced consumers attitude toward the brand. Corporate credibility directly influenced purchase intention. Consumers attitude toward the brand directly influenced purchase intention. The important finding in this research was stimulus-response model describing the influence of the web advertisement content, corporate credibility toward the website advertisement, the attitude toward the advertised brand, and the purchase intention. Keywords: small industry, advertisement, purchase attention, consumer attitude.
PENDAHULUAN Salah satu karakteristik utama dalam perkembangan teknologi informasi adalah bisnis elektronik atau yang lebih dikenal dengan istilah e-commerce. Dalam model bisnis ini penekanannya adalah pada pertukaran informasi dan transaksi bisnis yang bersifat paperless, melalui Electronic Data Interchange (EDI), e-mail, dan teknologi lain yang berbasis pada sistem jaringan. Ada tiga faktor pemicu utama dalam menunjang perkembangan e-commerce tersebut antara lain (1) faktor pasar dan ekonomi, di antaranya persaingan yang begitu kompetitif, perekonomian yang semakin mengglobal, adanya kawasan-kawasan perdagangan yang bersifat regional serta perubahan di dalam perilaku konsumen; (2) faktor sosial dan lingkungan, seperti
217
JEB, Vol. 2, No. 3, November 2008: 217-232
perubahan karakteristik angkatan kerja dan perubahan politik; dan (3) faktor teknologi, inilah faktor yang membawa perubahan yang dramatis dalam cara perusahaan melakukan transaksi baik barang maupun jasa serta informasi. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki lebih kurang 135 perusahaan industri kecil yang tersebar di 4 (empat) kabupaten, yaitu kabupaten Sleman, Bantul, Gunungkidul, Kulonprogo, serta Kota Yogyakarta. Kalau dilihat dari jenis usahanya dari 135 industri kecil yang ada adalah 34 buah industri kerajinan batik, 25 buah kerajinan kulit, industri kerajinan gerabah 27 buah, 10 buah kerajinan perak, 24 buah industri kerajinan kayu dan 15 buah industri kerajinan Anyaman. Tenaga kerja yang terserap oleh 135 industri kecil tersebut, paling banyak adalah oleh industri kecil kerajinan kayu sebanyak 1.176 orang, berikutnya adalah industri kerajinan batik 764 orang, kerajinan anyaman 589 orang, 565 orang kerajinan gerabah, 507 orang kerajinan kulit, dan 202 orang terserap oleh industri kerajinan perak. Untuk memasarkan hasil produksi dari industri kecil dapat dilihat secara keseluruhan adalah untuk industri kerajinan batik untuk pasar domestik sebesar 95,59% dan 4,41% untuk ekspor; sedangkan industri kerajinan kulit pasar untuk pasar domestik 67,2% dan 28,8% untuk ekspor; industri kerajinan gerabah untk pasar domestik 88,51% dan untuk ekspor 11,49%; untuk kerajinan perak, pasar domestik sebesar 85,5% dan untuk ekspor 14,5%; industri kerajinan kayu, pasar domestik 61,46% dan untuk ekspor 38,54%; serta industri kerajinan anyaman, 96,7% untuk pasar domestik dan 3,3% untuk ekspor. Dilihat dari lamanya usaha, lama usaha 1 s/d 3 tahun sekitar 33% berada di Yogyakarta dan Gunungkidul, sedangkan di Sleman dan Kulonprogo masing-masing sebanyak 13% dan 14%. Sementara untuk lama usaha 4 s/d 6 tahun paling banyak dijumpai di Kulonprogo sebanyak 29%, Sleman sebanyak 25%, Bantul sebanyak 14%, dan Yogyakarta dan Gunungkidul masing-masing sebanyak 11% (SMEDC UGM, 2002). Hasil penelitian SMEDC UGM (2002) menunjukkan bahwa analisis korelasi antarvariabel tingkat kewirausahaan seorang pengusaha mempunyai korelasi yang erat dengan (1) aspek legalitas usaha, (2) manajerial rekrutmen pegawai, (3) kelengkapan administrasi usaha, (4) pemasaran, (5) pertumbuhan dan
218
potensi usaha, serta (6) pemanfaatan jasa bank. Sementara itu Noerhajati (2004) dalam disertasinya berjudul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja dan Keunggulan Bersaing Usaha Kecil di Jawa Timur menyimpulkan hasilnya bahwa (1) Faktor Internal berhubungan signifikan terhadap strategi usaha kecil sedang faktor eksternal tidak, (2) Faktor internal dan eksternal berpengaruh signifikan terhadap kinerja usaha kecil, sedang entreprenerial skill tidak, (3) faktor internal berpengaruh signifikan terhadap keunggulan bersaing sedang faktor eksternal dan entreprenerial skill tidak, (4) strategi berpengaruh signifikan terhadap kinerja usaha kesil yang berorientasi ekspor, (5) strategi tidak berpengaruh signifikan terhadap keunggulan bersaing usaha kecil berorientasi ekspor, (6) tidak ada pengaruh yang signifikan dari kinerja terhadap keunggulan bersaing dari usaha kecil yang berorientasi ekspor, dan (7) tidak ada pengaruh yang signifikan dari keunggulan bersaing terhadap kinerja usaha kecil yang berorientasi ekspor di Jawa Timur. Dengan melihat potensi dan peran industri kecil di Yogyakarta begitu besar, maka diperlukan pembinaan yang lebih serius, sebagaimana yang diungkap oleh Small And Medium Enterprises Development Centre Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, bahwa pembinaan dengan pendekatan komprenhensif meliputi berbagai aspek dan dari berbagai pihak yang terkait. Adapun aspek penting yang perlu mendapatkan prioritas adalah aspek manajerial, administrasi, legalitas, permodalan serta sikap kewirausahaan. Laudon, KC dan Laudon, JP mengatakan bahwa ada tiga daya tarik dalam Internet, yaitu (1) communication, seperti e-mail dan chatting; (2) information retrieval seperti file transpormation protocol, dan (3) informational search seperti World Wide Web (WWW). Dengan melihat perkembangan perubahan dalam teknologi informasi tersebut di atas khususnya dalam perkembangan e-commerce maka akan berimplikasi pada pergeseran paradigma secara fundamental, dari yang bersifat marketplace yang menekankan pada interaksi antara produsen dan konsumen secara fisik, bergeser pada marketspace yang mengandalkan transaksi elektronik (Rayport dan Sviokla 1995). Lebih lanjut Rayport menjelaskan bahwa implikasi batas-batas geografis sudah tidak relevan lagi, karena pola bisnis sudah masuk ke dalam model bisnis global, dimana memberikan kepada setiap orang yang
IKLAN INDUSTRI KECIL MELALUI WORD WIDE WEB (WWW).................(Abidarin Rosidi)
memiliki akses ke internet dapat mengambil bagian dalam bisnis tersebut. Implikasi lain dari berkembangnya internet, khususnya dengan bertambahnya aksesibilitas dan interaktivitas dalam internet, dimana setiap orang dapat mengambil bagian dalam melakukan bisnis, membawa dampak juga pada adanya perubahan dalam perilaku konsumen secara khusus, dan paradigma pemasaran secara umum. Satu contoh yang paling mendasar adalah perubahan dalam masalah segmentasi. Pada konsep yang dulu dimana segmentasi lebih banyak mendasarkan pada aspekaspek geografis, demografis, dan psikografis. Sekarang muncul suatu teknik segmentasi baru yang dinamakan teknografis (Forrester Research Inc.). Dalam segmentasi teknografis ini lebih mendasarkan pada aspek motivasi, hasrat, dan kemampuan konsumen berinvestasi pertumbuhan pada produk-produk teknologi. Beberapa keunggulan periklanan melalui web dibandingkan dengan periklanan melalui media lain seperti surat kabar, radio, dan televisi adalah iklan web memiliki selektivitas yang lebih tinggi, memiliki kemungkinan interaktif dengan pelanggan yang lebih tinggi, memerlukan biaya yang relatif rendah, dan tidak terikat secara geografis (Kotler, 2002: 670-673). Adapun beberapa dampak positif dari perkembangan e-commerce tersebut antara lain; memudahkan promosi produk dan jasa secara interaktif dan real-time melalui saluran komunikasi langsung via internet; menciptakan saluran distribusi baru yang bisa menjangkau lebih banyak pelanggan di hampir semua belahan dunia; memberikan penghematan dalam hal biaya pengiriman informasi dan produk terdigitalisasi, seperti musik dan perangkat lunak; mengurangi waktu siklus dan tugastugas administratif, terutama untuk pemasaran internasional mulai dari pesanan sampai pengiriman barang; dan memudahkan aplikasi one-to-one atau direct advertising yang lebih efektif. Namun demikian, walaupun perkembangan e-commerce telah memberikan dampak yang positif, bukan berarti tidak ada dampak negatifnya. Hal ini paling tidak yang paling sering terjadi adalah berupa kejahatan yang disebut dengan istilah cybercrime, berupa kejahatan seperti pencurian kartu kredit, hacking beberapa situs, penyadapan transmisi data orang lain, misalnya e-mail dan pemanipulasian data dengan cara menyiapkan perintah yang tidak dikehendaki ke dalam program komputer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa iklan web
memiliki keunggulan, yang disebabkan oleh adanya usaha baru dalam teknologi grafik yang meningkatkan kreativitas. Periklanan pada web, dengan disertai perkembangan teknik animasi pada iklan (Layer Zilber, 1997). Terlepas dari dampak yang bersifat positif maupun negative World Wide Web tumbuh pesat menjadi media promosi dan layanan serta pemasaran produk. Akan tetapi, hanya sedikit yang kita ketahui tentang efektivitas promosi (khususnya iklan) dalam internet tersebut. Dengan melihat uraian di atas, terutama dalam penelitian terhadap industri kecil telah banyak dilakukan umumnya dalam (1) kebijakan makro, (2) peningkatan kewirausahaan, (3) permodalan, dan (4) kemitraan serta (4) teknologi. Sedangkan dari sisi pemasaran, khususnya periklanan melalui web belum banyak diteliti. Atas dasar argumentasi tersebut peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh industri kecil dari sisi pemasaran terutama periklan melalui web site. Penelitian ini secara spesifik akan mengkaji faktor-faktor yang menentukan efektivitas periklanan melalui web. Sebagaimana penelitian efektivitas iklan pada umumnya, pengukuran terhadap efektivitas iklan dilakukan melalui variabel purchase intention (minat pembelian) (Gelb & Pickett, 1983; Lafferty & Goldsmith, 2002). Dengan demikian sesuai dengan tujuan iklan secara umum, yakni mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian produk yang diiklankan. Model yang digunakan dalam penelitian ini merupakan modifikasi penggabungan dari Consumer Respon to Advertising Model yang dikembangkan oleh Olney, Holbrook dan Batra (1991), dan Dual Credibility Model yang dikembangkan oleh Lafferty dan Goldsmith (2002). Sebagai hasil dari modifikasi penggabungan kedua model didapatkan empat variabel yang diduga mempengaruhi purchase intention, yaitu ad content (isi iklan), corporate credibility (kredibilitas perusahaan), attitude toward the ad (sikap terhadap iklan), attitude toward the brand (sikap terhadap produk). Mengacu pada latar belakang masalah yang telah disampaikan, maka rumusan masalah yang disampaikan dalam penelitian ini adalah apakah Isi iklan berpengaruh secara langsung pada Sikap terhadap Iklan; apakah Isi iklan berpengaruh secara tidak langsung pada Sikap terhadap produk; apakah Kredibilitas perusahaan berpengaruh secara langsung
219
JEB, Vol. 2, No. 3, November 2008: 217-232
pada Sikap terhadap Iklan; apakah Kredibilitas perusahaan berpengaruh secara langsung pada Sikap terhadap produk; apakah Kredibilitas perusahaan berpengaruh secara langsung pada Minat Pembelian; apakah Sikap terhadap Iklan berpengaruh secara langsung pada Sikap terhadap produk; apakah Sikap terhadap produk berpengaruh secara langsung pada Minat Pembelian; dan apakah Sikap terhadap Iklan berpengaruh secara langsung pada Minat Pembelian. Tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk mengetahui; pengaruh langsung dari Isi iklan pada Sikap terhadap Iklan; pengaruh tidak langsung dari Isi iklan pada Sikap terhadap produk; pengaruh langsung dari Kredibilitas perusahaan) pada Sikap terhadap Iklan; pengaruh langsung dari Kredibilitas perusahaan pada Sikap terhadap produk; pengaruh langsung dari Kredibilitas perusahaan pada Minat Pembelian; pengaruh langsung dari Sikap terhadap Iklan pada Sikap terhadap produk; pengaruh langsung dari Sikap terhadap produk pada Minat Pembelian; dan pengaruh langsung dari Sikap terhadap Iklan pada Minat Pembelian MATERI DAN METODE PENELITIAN Beberapa penelitian terhadulu yang pernah dilakukan dan relevan dengan penelitian ini antara lain penelitian yang dilakukan oleh Gresham dan Shimp (1985). Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh Sikap terhadap Iklan. Produk iklan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 buah iklan produk supermarket yang ditayangkan di televisi. Jumlah responden yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 40 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada seluruh iklan produk yang diteliti, menunjukkan adanya pengaruh yang positif dan signifikan dari dari Sikap terhadap Iklan pada Sikap terhadap Product. Mitchell (1986) mempelajari secara empiris pengaruh dari iklan khususnya komponen verbal dan komponen visual pada Sikap terhadap Produk dan Sikap terhadap Iklan. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan eksperimen dengan jumlah sampel sebanyak 69 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa baik komponen verbal maupun komponen visual memiliki pengaruh yang signifikan pada Sikap terhadap Produk dan Sikap terhadap Iklan. Olney, Holbrook dan Batra (1991) mempelajari
220
respon konsumen terhadap iklan; khususnya pengaruh isi iklan pada sikap terhadap iklan dan waktu menyaksikan tayangan iklan. Sampel yang digunakan dalam penelitian berupa 150 iklan televisi yang ditayangkan selama 30 detik. Sedangkan responden yang digunakan sebanyak 141 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh positif yang signifikan dari isi iklan terhadap sikap pada iklan. Di samping itu, hasil penelitian ini juga menunjukkan adanya pengaruh positif yang signifikan dari isi iklan terhadap terhadap waktu menyaksikan tayangan iklan. Deighton, Henderson dan Nesun (1994) mempelajari pengaruh iklan terhadap pembelian yang dilakukan konsumen. Penelitian ini menggunakan 3 iklan produk yang berbeda. Pengamatan dilakukan selama 84 minggu. Sampel yang digunakan untuk masing-masing iklan adalah 481 orang, 167 orang dan 313 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, iklan masa lalu dan iklan saat ini, serta interaksi antara iklan masa lalu dan iklan saat ini memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pembelian. Coulter (1998) mempelajari pengaruh respon emosional terhadap iklan televisi pada sikap terhadap iklan. Dalam penelitian tersebut iklan televisi dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu program yang memiliki PIA (Program-Induced Affect) positif dan PIA (Program-Induced Affect). Penelitian dilakukan secara eksperimen dengan menggunakan sampel sebanyak 44 orang; sedangkan model analisis yang digunakan adalah SEM. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan dari PIA (Program-Induced Affect) positif dan PIA (Program-Induced Affect) pada Sikap terhadap iklan. Schlosser, Shavitt dan Kanfer (1999) mempelajari sikap masyarakat terhadap iklan internet, perbedaan sikap terhadap iklan internet berdasarkan perbedaan demografi, serta faktor-faktor penentu sikap terhadap iklan internet. Penelitian dilakukan dengan menggunakan 216 responden lakilaki dan 181 responden wanita. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis c². Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor penentu dari efektivitas iklan internet adalah: (1) advertising utility (informative, entertaining, useful for making decisions), (2) indignity, (3) trust, (4) price perceptions, dan (5) regulation. Selain itu dari hasil penelitian ini juga diketahui adanya perbedaan sikap responden terhadap iklan internet berdasarkan jenis kelaminnya.
IKLAN INDUSTRI KECIL MELALUI WORD WIDE WEB (WWW).................(Abidarin Rosidi)
Lafferty, Goldsmith dan Newell (2002) mengembangkan model efektivitas iklan dengan menggunakan Dual Credibility Model. Penelitian dilakukan terhadap 315 responden. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan model eksperimen. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh variabel-variabel dalam model yang meliputi: (1) Pengaruh langsung dari Kredibilitas Pembawa Iklan (Endorser Credibility) pada Sikap terhadap Iklan (Attitude toward the Ad), (2) Pengaruh tidak langsung dari Kredibilitas Pembawa Iklan (Endorser Credibility) (melalui Attitude toward the Ad) pada Sikap terhadap produk (Attitude toward the Brand), (3) Pengaruh langsung dari Kredibilitas perusahaan (Corporate credibility) pada Sikap terhadap Iklan (Attitude toward the Ad), (4) Pengaruh langsung dari Kredibilitas perusahaan (Corporate credibility) pada Sikap terhadap produk (Attitude toward the Brand), (5) Pengaruh langsung dari Kredibilitas perusahaan (Corporate credibility) pada Minat Pembelian (Purchase Intention), (6) Pengaruh langsung dari Sikap terhadap Iklan (Attitude toward the Ad) pada Sikap terhadap produk (Attitude toward the Brand), (7) Pengaruh langsung dari Sikap terhadap produk (Attitude toward the Brand) pada Minat Pembelian (Purchase Intention), dan (8) Pengaruh langsung dari Sikap terhadap Iklan (Attitude toward the Ad) pada Minat Pembelian (Purchase Intention). Analisis data dilakukan berdasarkan SEM yang dikembangkan dan analisis jalur. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya (1) Pengaruh langsung yang positif signifikan dari Kredibilitas Pembawa Iklan (Endorser Credibility) pada Sikap terhadap Iklan (Attitude toward the Ad), (2) Pengaruh tidak langsung yang positif signifikan dari Kredibilitas Pembawa Iklan (Endorser Credibility) (melalui Attitude toward the Ad) pada Sikap terhadap produk (Attitude toward the Brand), (3) Pengaruh langsung yang positif signifikan dari Kredibilitas perusahaan (Corporate credibility) pada Sikap terhadap Iklan (Attitude toward the Ad), (4) Pengaruh langsung yang positif signifikan dari Kredibilitas perusahaan (Corporate credibility) pada Sikap terhadap produk (Attitude toward the Brand), (5) Pengaruh langsung yang positif signifikan dari Kredibilitas perusahaan (Corporate credibility) pada Minat Pembelian (Purchase Intention), (6) Pengaruh langsung yang positif signifikan dari Sikap terhadap
Iklan (Attitude toward the Ad) pada Sikap terhadap produk (Attitude toward the Brand), (7) Pengaruh langsung yang positif signifikan dari Sikap terhadap produk (Attitude toward the Brand) pada Minat Pembelian (Purchase Intention), dan (8) Pengaruh langsung yang positif signifikan dari Sikap terhadap Iklan (Attitude toward the Ad) pada Minat Pembelian (Purchase Intention) Goldsmith dan Lafferty (2002) mempelajari efektivitas iklan web, di mana efektivitas iklan web tersebut diukur dengan kemampuan mengingat kembali (recall) iklan web tersebut. Iklan web yang digunakan sebanyak 14 buah. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji beda (uji t). Jumlah responden yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 329 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, responden yang memiliki respon positif terhadap iklan web memiliki recall yang lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang memiliki respon negatif terhadap iklan web. Bhat, Bevans dan Sengupta (2002) mempelajari efektivitas iklan produk yang ditayangkan melalui internet atau web. Sebagai ukuran efektivitas iklan dalam penelitian ini adalah popularity, user relationship quality, usefulness, targeting efficiency. Sampel iklan yang digunakan adalah iklan General Motor dan iklan Yahoo. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan efektivitas iklan untuk produk yang berbeda, di mana dalam penelitian ini terbukti iklan General Motor lebih efektif dibanding iklan Yahoo. Wolin dan Korgaonkar (2003) mengkaji secara empiris perbedaan keyakinan, sikap dan perilaku berdasarkan jenis kelamin sebagai akibat dari iklan web. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan survei. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam keyakinan, sikap dan perilaku pada responden dengan jenis kelamin yang berbeda. responden laki-laki memiliki keyakinan yang lebih kuat dibanding responden wanita, responden lakilaki memiliki minat pembelian yang lebih kuat dibanding responden wanita; sedangkan responden wanita tujuan pencarian informasi belanja yang lebih kuat dibanding responden laki-laki. Baltas (2003) mempelajari secara empiris pengaruh dari creative factors (banner size, animation, message length, logo) dan media factors (campaign lenght, dan number of host websites) terhadap efektivitas iklan melalui web. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi
221
JEB, Vol. 2, No. 3, November 2008: 217-232
linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran banner yang besar memiliki pengaruh paling dominan atau paling kuat terhadap efektivitas iklan web. Girard, Korgaonkar, dan Silverblatt (2003) mempelajari hubungan antara jenis produk, orientasi pembelian, dan demografi dengan keputusan pembelian melalui internet. Penelitian dilakukan dengan menggunakan empat macam jenis produk, sedangkan jumlah sampel yang digunakan sebanyak 555 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orientasi pembelian yang bertujuan untuk mencari kemudahan merupakan variabel yang paling dominan pengaruhnya terhadap keputusan pembelian lewat internet. Berdasarkan hasil penelitian-penelitian terdahulu yang telah dikemukakan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa minat pembelian terhadap produk yang diiklankan secara langsung dipengaruhi oleh sikap konsumen terhadap iklan produk dan sikap konsumen terhadap produk tersebut. Selain itu juga dipengaruhi secara langsung oleh kredibilitas perusahaan pembuat produk. Sikap terhadap produk dipengaruhi oleh sikap konsumen terhadap iklan produk dan kredibilitas perusahaan pembuat produk. Sedangkan sikap konsumen terhadap iklan selain dipengaruhi secara langsung juga dipengaruhi kredibilitas perusahaan pembuat produk. Menurut definisi yang disampaikan oleh Peter dan Olson (2000; 181) iklan adalah “penyajian informasi nonpersonal tentang suatu produk, merek, perusahaan, atau toko yang dilakukan dengan bayaran tertentu”. Definisi periklanan menurut Kotler (2003; 590) adalah “advertising is any paid form of nonpersonal presentation and promotion of ideas, goods, or services by an identified sponsor”, atau iklan adalah bentuk penyajian dan promosi ide, barang, atau jasa secara non personal oleh suatu sponsor tertentu yang memerlukan pembayaran. Ada empat definisi umum mengenai sikap (Loudon dan Bitta, 1994: 423), yaitu attitude is how positive or negative and favorable or unfavorable, or pro or con a person feels toward an object; attitude is learned predisposiyion to respond to an object or class of objects in consistently favorable or unfavorable way, attitude is enduring organization of motivational, emotional, perceptual, and cognitive process with respect to some aspect of the individual’s world, a person oferal attitude toward and object is
222
seen to be a function of: The strength of each of a number of beliefs the person hold about various aspects of the object and The evaluation he gives to each belief as it relates to the object. Pengertian sikap terhadap iklan (attitude toward the ad) merupakan kesukaan atau ketidaksukaan konsumen secara umum atas rangsangan iklan tertentu selama exposure iklan tersebut (Mowen dan Minor, 2002; 378). Sikap terhadap iklan ini merupakan variabel penting dalam kaitannya dengan keberhasilan dan efektivitas iklan dalam membujuk konsumen untuk melakukan pembelian. Menurut Mowen dan Minor (2002; 378), sikap terhadap iklan terbukti mempengaruhi sikap terhadap merek dan selanjutnya mempengaruhi juga pembelian produk. Demikian juga apa yang disampaikan oleh Peter dan Olson (1999; 195) bahwa sikap terhadap iklan (attitude toward the ad) yaitu evaluasi afeksi terhadap iklan dapat mempengaruhi sikap konsumen terhadap produk atau merek yang diiklankan. Iklan yang disenangi konsumen terlihat menciptakan sikap merek yang positif dan keinginan untuk membeli yang lebih ketimbang iklan yang tidak mereka sukai. Iklan yang memuat kata-kata yang konkrit, menggunakan bahasa verbal yang berapi-api atau citra gambar, memberitahukan konsumen tentang bagaimana membayangkan penggunaan produk, dan sangat masuk akal memiliki dampak yang kuat terhadap sikap konsumen terhadap iklan. Sikap terhadap iklan tersebut tergantung pada sejumlah faktor, termasuk isi iklan, suasana hati konsumen, emosi iklan yang didapatkan konsumen, dan kesukaan konsumen atas produk yang diiklankan (Mowen dan Minor, 2002; 378). Penelitian yang dilakukan oleh Goldsmith, Lafferty dan Newell (2000) membuktikan secara empirik bahwa kredibilitas perusahaan dan kredibilitas pembawa iklan mempengaruhi secara signifikan sikap konsumen terhadap iklan televisi. Pembawa iklan yang kredibel merupakan persyaratan awal yang penting di dalam mengevaluasi iklan dan merek. Secara khusus Lafferty, Barbara A, Ronald E. Goldsmith, and Stephen J. Newell (2000) menunjukkan bahwa pembawa iklan yang baik memiliki pengaruh positif pada sikap konsumen terhadap iklan dan sikap konsumen terhadap merek. Demikian dengan sikap terhadap produk atau merek, pada dasarnya merupakan evaluasi psikologis yang sifatnya menyeluruh terhadap suatu produk atau merek.
IKLAN INDUSTRI KECIL MELALUI WORD WIDE WEB (WWW).................(Abidarin Rosidi)
Salah satu karakteristik penting dalam menacapai efektivitas periklanan adalah kredibilitas sumber (Mowen dan Minor, 2002; 402). Kredibilitas sumber tersebut diartikan sebagai sejauh mana sumber dipandang memiliki keahlian dan dapat dipercaya. Menurut DeVito (1997; 458) terdapat tiga aspek penting dalam krebilitas sumber yaitu kompentensi, karakter, dan karisma. Kompentensi berkaitan dengan pengetahuan dan kepakaran yang dirasakan konsumen dimiliki oleh sumber, makin tinggi kompentensi sumber maka akan semakin tinggi kepercayaan konsumen kepada sumber (DeVito, 1997; 460). Kompentensi sumber atau juga disebut sebagai keahlian sumber (source expertise). Menurut beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli, keahlian sumber memiliki dampak terbesar terhadap reaksi konsumen atas komunikasi (Mowen dan Minor, 2002; 402). Karakter berkaitan dengan kejujuran dan sifat-sifat hakiki seseorang yang dimiliki oleh sumber (DeVito, 1997; 460). Sedangkan karisma berkaitan dengan dinamika, kepercayaan diri, dan ketegasan yang dimiliki sumber (DeVito, 1997; 460). Selain ketiga aspek tersebut, Mowen dan Minor (2002; 402) terdapat satu aspek penting lagi yang berkaitan dengan kredibilitas sumber yaitu kepercayaan sumber. Kepercayaan sumber menunjukkan sejauh mana sumber dapat memberikan informasi yang tidak memihak dan jujur. Sumber yang dipercaya konsumen akan lebih dapat mempengaruhi sikap konsumen. Menurut Mowen dan Minor (2002; 403) sumber yang sangat kredibel mempengaruhi konsumen dengan cara-cara berikut (a) mereka menimbulkan perubahan sikap yang positif terhadap posisi yang mereka dukung, (b) mereka mendorong lebih banyak perubahan berperilaku daripada sumber yang kurang kredibel, (c) mereka meningkatkan kemampuan pengiklan untuk menggunakan daya tarik rasa kawatir, yang melibatkan ancaman fisik atau sosial, dan (d) mereka menghambat pembentukan argumen tandingan terhadap pesan. Pada dasarnya kredibilitas perusahaan juga merupakan bagaian dari kredibilitas sumber, khususnya yang berkaitan dengan perusahaan pembuat produk yang diiklankan. Kredibilitas perusahaan adalah persepsi konsumen terhadap kejujuran dan keahlian perusahaan yang berkaitan dengan produk yang diiklankan (Goldsmith, Lafferty dan Newell, 2002;5).
Secara umum, dalam diri konsumen yang telah mengetahui atau kenal dengan perusahaan pembuat produk yang diiklankan akan timbul atau berkembang suatu persepsi terhadap perusahaan tersebut (Lafferty, Goldsmith, dan Newell, 2000). Menurut Newel (dalam Lafferty, Goldsmith, dan Newell, 2000), kredibilitas perusahaan mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi secara langsung sikap konsumen terhadap iklan. Mengacu pada pendapat Goldsmith et al. (2002) bahwa niat pembelian adalah kesediaan dan kemampuan konsumen untuk melakukan pembelian produk yang diiklankan, dalam waktu yang tidak terlalu lama sejak konsumen menerima informasi dari iklan di web. Tujuan utama periklanan pada umumnya adalah melalukan perubahan sikap pada konsumen sehingga mampu menimbulkan niat pembelian, dan akhirnya perilaku pembelian terhadap produk yang bersangkutan. Dengan demikian tujuan akhir dan penting bagi suatu iklan adalah kemampuannya dalam menimbulkan atau membangkitkan pembelian. Dalam penelitian ini akan dilakukan kajian terhadap faktorfaktor yang mempengaruhi niat pembelian yang timbul akibatnya adanya iklan melalui web. Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini pada dasarnya merupakan penggabungan dari dua model, yaitu penggabungan dari Consumer Responses to Advertising Model yang dikembangkan oleh Olney et al. (1991) dan Dual Credibility Model yang dikembangkan oleh Lafferty et al. (2002). Konsep penggabungan model tersebut dapat digambarkan sebagai berikut;
Ad Content
Attitude Toward the Ad
Corporate Credibility
Attitude Toward the Brand
Purchase Intention
Gambar 1 Kerangka Dasar Teoritik
223
JEB, Vol. 2, No. 3, November 2008: 217-232
Pengertian sikap terhadap iklan merupakan kesukaan atau ketidaksukaan konsumen secara umum atas rangsangan iklan tertentu selama exposure iklan tersebut (Mowen dan Minor, 2002; 378). Sikap terhadap iklan ini merupakan variabel penting dalam kaitannya dengan keberhasilan dan efektivitas iklan dalam membujuk konsumen untuk melakukan pembelian. Menurut Mowen dan Minor (2002; 378), sikap terhadap iklan terbukti mempengaruhi sikap terhadap merek dan selanjutnya mempengaruhi juga pembelian produk. Demikian juga apa yang disampaikan oleh Peter dan Olson (1999; 195) bahwa sikap terhadap iklan yaitu evaluasi afeksi terhadap iklan dapat mempengaruhi sikap konsumen terhadap produk atau merek yang diiklankan. Iklan yang disenangi konsumen terlihat menciptakan sikap merek yang positif dan keinginan untuk membeli yang lebih ketimbang iklan yang tidak mereka sukai. Iklan yang memuat kata-kata yang konkrit, menggunakan bahasa verbal yang berapi-api atau citra gambar, memberitahukan konsumen tentang bagaimana membayangkan penggunaan produk, dan sangat masuk akal memiliki dampak yang kuat terhadap sikap konsumen terhadap iklan. Salah satu karakteristik penting dalam menacapai efektivitas periklanan adalah kredibilitas sumber (Mowen dan Minor, 2002; 402). Kredibilitas sumber tersebut diartikan sebagai sejauh mana sumber dipandang memiliki keahlian dan dapat dipercaya. Menurut DeVito (1997; 458) terdapat tiga aspek penting dalam krebilitas sumber yaitu kompentensi, karakter, dan karisma. Kompentensi berkaitan dengan pengetahuan dan kepakaran yang dirasakan konsumen dimiliki oleh sumber, makin tinggi kompentensi sumber maka akan semakin tinggi kepercayaan konsumen kepada sumber (DeVito, 1997; 460). Kompentensi sumber atau juga disebut sebagai keahlian sumber. Menurut beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli, keahlian sumber memiliki dampak terbesar terhadap reaksi konsumen atas komunikasi (Mowen dan Minor, 2002; 402). Karakter berkaitan dengan kejujuran dan sifat-sifat hakiki seseorang yang dimiliki oleh sumber (DeVito, 1997; 460). Sedangkan karisma berkaitan dengan dinamika, kepercayaan diri dan ketegasan yang dimiliki sumber (DeVito, 1997; 460). Selain ketiga aspek tersebut, terdapat satu aspek penting lagi yang berkaitan dengan kredibilitas sumber yaitu kepercayaan sumber. Kepercayaan sumber
224
menunjukkan sejauh mana sumber dapat memberikan informasi yang tidak memihak dan jujur. Sumber yang dipercaya konsumen akan lebih dapat mempengaruhi sikap konsumen. Menurut Mowen dan Minor (2002; 403), sumber yang sangat kredibel mempengaruhi konusmen dengan cara-cara berikut; mereka menimbulkan perubahan sikap yang positif terhadap posisi yang mereka dukung; mereka mendorong lebih banyak perubahan berperilaku daripada sumber yang kurang kredibel; mereka meningkatkan kemampuan pengiklan untuk menggunakan daya tarik rasa kawatir, yang melibatkan ancaman fisik atau sosial; mereka menghambat pembentukan argumen tandingan terhadap pesan. Sikap terhadap iklan tersebut tergantung pada sejumlah faktor, termasuk isi iklan, suasana hati konsumen, emosi iklan yang didapatkan konsumen, dan kesukaan konsumen atas produk yang diiklankan (Mowen dan Minor, 2002; 378). Penelitian yang dilakukan oleh Goldsmith, Lafferty dan Newell (2000) membuktikan secara empirik bahwa kredibilitas perusahaan mempengaruhi secara signifikan sikap konsumen terhadap iklan. Pada umumnya, jika konsumen mengetahui perusahaan pembuat produk yang diiklankan maka dalam diri konsumen akan muncul beberapa persepsi tentang kredibilitas perusahaan tersebut (Lafferty, Goldsmith, dan Newell 2000). Akibatnya, sebelum konsumen melihat iklan perusahaan yang telah dikenalnya, maka dalam benak konsumen akan muncul akumulasi pengalaman dan pengetahuan konsumen terhadap perusahaan tersebut. Pada dasarnya kredibilitas perusahaan juga merupakan bagaian dari kredibilitas sumber, khususnya yang berkaitan dengan perusahaan pembuat produk yang diiklankan. Kredibilitas perusahaan adalah persepsi konsumen terhadap kejujuran dan keahlian perusahaan yang berkaitan dengan produk yang diiklankan (Goldsmith, Lafferty dan Newell, 2002;5). Hasil penelitian Newell (2000) menunjukkan bahwa kredibilitas perusahaan secara langsung mempengaruhi sikap konsumen terhadap iklan. Salah satu variabel iklan yang mempengaruhi sikap konsumen dan niat pembelian adalah Isi Iklan Sedangkan dalam model yang dikembangkan oleh Goldsmith, Lafferty dan Newell (2002) sikap terhadap iklan dan niat pembelian dipengaruhi oleh kredibilitas pembawa iklan dan kredibilitas perusahaan. Dalam
IKLAN INDUSTRI KECIL MELALUI WORD WIDE WEB (WWW).................(Abidarin Rosidi)
penggabungan kedua model, sikap terhadap pembawa iklan tidak dilibatkan mengingat iklan web untuk industri kecil Yogyakarta ini tidak menggunakan selebriti pembawa iklan. Iklan hanya sebatas banner text dan visualisasi dari produk yang diiklankan. Mengacu pada penjelasan pengaruh antarvariabel di muka, maka hipotesis penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut: H1: Isi iklan (Ad content) berpengaruh secara langsung pada Sikap terhadap Iklan (Attitude toward the Ad). H2: Isi iklan (Ad content) berpengaruh secara tidak langsung (melalui Attitude toward the Ad) pada Sikap terhadap produk (Attitude toward the Brand). H3: Kredibilitas perusahaan (Corporate credibility) berpengaruh secara langsung pada Sikap terhadap Iklan (Attitude toward the Ad). H4: Kredibilitas perusahaan (Corporate credibility) berpengaruh secara langsung pada Sikap terhadap produk (Attitude toward the Brand). H5: Kredibilitas perusahaan (Corporate credibility) berpengaruh secara langsung pada Minat Pembelian (Purchase Intention). H6: Sikap terhadap Iklan (Attitude toward the Ad) berpengaruh secara langsung pada Sikap terhadap produk (Attitude toward the Brand). H7: Sikap terhadap produk (Attitude toward the Brand) berpengaruh secara langsung pada Minat Pembelian (Purchase Intention). H8: Sikap terhadap Iklan (Attitude toward the Ad) berpengaruh secara langsung pada Minat Pembelian (Purchase Intention). Penelitian yang dilaksanakan di Yogyakarta ini merupakan penelitian korelasional (correlational study). Penelitian korelasional adalah penelitian yang bertujuan untuk mengidentifikasi variabel-variabel dalam suatu situasi tertentu yang mempengaruhi fenomena tertentu yang sedang ditinjau (Sekaran, 1992; 21). Populasi penelitian ini adalah seluruh warga kota Yogyakarta yang pernah menyaksikan atau mengakses iklan di interntet dari industri kecil yang berlokasi di Yogyakarta, sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari anggota populasi yang diharapkan memiliki kemampuan representatif atau mewakili karakteristik populasi. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling, yaitu cara
pengambilan sampel non probability yang dilakukan dengan memilih orang-orang tertentu yang diharapkan dapat memberikan informasi yang diperlukan (Sekaran, 1992: 235). Mengacu pada saran dari Wallen (Sigit, 2001; 91), ukuran sampel yang ideal adalah yang sebesarbesarnya selama peneliti dapat memperolehnya dengan pengorbanan waktu dan tenaga yang wajar. Oleh karena itu, ukuran sampel dalam penelitian ini ditentukan secara judgment pribadi, yaitu sebanyak 200 orang. Hal ini didasarkan pada (1) ukuran tersebut telah peneliti anggap cukup mewakili ukuran populasi, (2) adanya keterbatasan waktu untuk pengambilan sampel, (3) ukuran tersebut telah mencukupi jika digunakan dalam analisis SEM. Penelitian ini menggunakan lima buah variabel yaitu Isi iklan (Ad content), Kredibilitas Perusahaan (Corporate Credibility), Sikap terhadap Iklan (Attitude toward the ad), Sikap terhadap Produk/Merek (Attitude toward the brand) dan Niat Pembelian (Purchase Intention). Isi iklan dalam penelitian ini adalah kandungan iklan yang diharapkan dapat mempengaruhi sikap konsumen. Aspek-aspek yang terkandung dalam kemampuan memberi informasi, kemampuan memberi hiburan, tata letak atau layout teks, serta konfigurasi warna. Kredibilitas perusahaan adalah persepsi konsumen terhadap kejujuran dan keahlian perusahaan yang berkaitan dengan produk yang diiklankan (Goldsmith, Lafferty dan Newell, 2002;5). Dalam penelitian ini pengukuran terhadap Kredibilitas Perusahaan menggunakan kuesioner yang telah disusun oleh Goldsmith et al. (2002). Sikap terhadap iklan adalah evaluasi menyeluruh terhadap suatu iklan yang meliputi kemampuan iklan memberikan informasi penting kepada konsumen, kemampuan iklan menjadi sesuatu hiburan, dan kemampuan iklan dalam menyampaikan informasi yang benar (Sekaran, 1992; 182). Sikap terhadap iklan adalah evaluasi menyeluruh terhadap suatu produk yang diiklankan yang meliputi kemampuan produk tersebut untuk dapat memenuhi kebutuhan dan keingingan konsumen. Niat pembelian dalam penelitian ini didefinisikan sebagai kesediaan dan kemampuan konsumen untuk melakukan pembelian produk yang diiklankan, dalam waktu yang tidak terlalu lama sejak konsumen menerima informasi dari iklan di web. Pengukuran terhadap variabel ini menggunakan kuesioner yang telah disusun oleh Goldsmith et al. (2002).
225
JEB, Vol. 2, No. 3, November 2008: 217-232
HASIL PENELITIAN Variabel isi iklan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan 4 item pertanyaan. Koefisien validitas masing-masing item pertanyaan yang terdapat dalam variabel Isi Iklan disajikan dalam Tabel 1 berikut: Tabel 1 Koefisien Validitas Kuesioner Isi Iklan No. Pertanyaan
Item-Total Correlation (Koefisien Validitas)
rtabel
Keterangan
1.
0.6303
0.239
Valid
2. 3.
0.6899 0.7660
0.239 0.239
Valid Valid
4.
0.7588
0.239
Valid
Berdasarkan hasil uji validitas kuesioner pengukur Isi Iklan yang disajikan dalam Tabel 1 tampak bahwa, seluruh item pertanyaan memiliki koefisien validitas>0.239. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa, ditinjau dari validitas item pertanyaan maka seluruh pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner Isi Iklan secara psikometri layak digunakan sebagai alat pengambil/pengumpul data. Berdasarkan hasil analisis reliabilitas diperoleh besarnya koefisien reliabilitas Alpha-Cronbach sebesar Alpha=0.8510. Karena kuesioner tersebut memiliki koefisien reliabilitas Alpha (0.8510)>0.7, maka ditinjau dari reliabilitasnya secara psikometeri kuesioner tersebut layak digunakan. Berdasarkan hasil uji validitas kuesioner pengukur Kredibilitas Perusahaan yang disajikan dalam Tabel 2 tampak bahwa, seluruh item pertanyaan memiliki koefisien validitas>0.239. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, ditinjau dari validitas item pertanyaan maka seluruh pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner Kredibilitas Perusahaan secara psikometri layak digunakan sebagai alat pengambil/ pengumpul data.
226
Tabel 2 Koefisien Validitas Kuesioner Kredibilitas Perusahaan No. Pertanyaan
Item-Total Correlation (Koefisien Validitas)
rtabel
Keterangan
1. 2. 3. 4.
0.7648 0.7881 0.8002 0.8700
0.239 0.239 0.239 0.239
Valid Valid Valid Valid
Berdasarkan hasil analisis reliabilitas diperoleh besarnya koefisien reliabilitas Alpha-Cronbach sebesar Alpha=0.8514 (Lampiran 2). Karena kuesioner tersebut memiliki koefisien reliabilitas Alpha (0.8514)>0.7, maka ditinjau dari reliabilitasnya secara psikometri kuesioner tersebut layak digunakan sebagai alat pengambil/ pengumpul data. Variabel Sikap terhadap Iklan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan 3 item pertanyaan. Koefisien validitas masing-masing item pertanyaan yang terdapat dalam variabel Sikap terhadap Iklan disajikan dalam Tabel 3. Tabel 3 Koefisien Validitas Kuesioner Sikap terhadap Iklan No. Pertanyaan
Item-Total Correlation (Koefisien Validitas)
rtabel
Keterangan
1. 2. 3.
0.6643 0.6222 0.7939
0.239 0.239 0.239
Valid Valid Valid
Berdasarkan hasil uji validitas kuesioner pengukur Sikap terhadap Iklan yang disajikan dalam Tabel 3 tampak bahwa, seluruh item pertanyaan memiliki koefisien validitas>0.239. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa, ditinjau dari validitas item pertanyaan maka seluruh pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner Sikap terhadap Iklan secara psikometri layak digunakan sebagai alat pengambil/pengumpul data. Berdasarkan hasil analisis reliabilitas diperoleh besarnya koefisien reliabilitas Alpha-Cronbach sebesar Alpha=0.9311. Karena kuesioner tersebut memiliki koefisien reliabilitas Alpha (0.9311)>0.7, maka ditinjau dari reliabilitasnya secara psikometri kuesioner tersebut
IKLAN INDUSTRI KECIL MELALUI WORD WIDE WEB (WWW).................(Abidarin Rosidi)
layak digunakan sebagai alat pengambil/pengumpul data. Variabel Sikap terhadap Produk dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan 3 item pertanyaan. Koefisien validitas masing-masing item pertanyaan yang terdapat dalam variabel Sikap terhadap Produk disajikan dalam Tabel 4. Berdasarkan hasil uji validitas kuesioner pengukur Sikap terhadap Produk yang disajikan dalam Tabel 4 tampak bahwa, seluruh item pertanyaan memiliki koefisien validitas>0.239. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa, ditinjau dari validitas item pertanyaan maka seluruh pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner Sikap terhadap Produk secara psikometri layak digunakan sebagai alat pengambil/ pengumpul data. Tabel 4 Koefisien Validitas Kuesioner Sikap terhadap Produk No. Pertanyaan
Item-Total Correlation (Koefisien Validitas)
rtabel
Keterangan
1. 2. 3.
0.7421 0.8778 0.8377
0.239 0.239 0.239
Valid Valid Valid
Berdasarkan hasil analisis reliabilitas diperoleh besarnya koefisien reliabilitas Alpha-Cronbach sebesar Alpha=0.8661. Karena kuesioner tersebut memiliki koefisien reliabilitas Alpha (0.8661)>0.7, maka ditinjau dari reliabilitasnya secara psikometri kuesioner tersebut layak digunakan sebagai alat pengambil/pengumpul data. Variabel Niat Pembelian dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan 3 item pertanyaan. Koefisien validitas masing-masing item pertanyaan yang terdapat dalam variabel Niat Pembelian disajikan dalam Tabel 5. Tabel 5 Koefisien Validitas Kuesioner Niat Pembelian No. Pertanyaan
Item-Total Correlation (Koefisien Validitas)
rtabel
Keterangan
1. 2. 3.
0.7485 0.7837 0.7344
0.239 0.239 0.239
Valid Valid Valid
Berdasarkan hasil uji validitas kuesioner pengukur Niat Pembelian yang disajikan dalam Tabel 5 tampak bahwa, seluruh item pertanyaan memiliki koefisien validitas>0.239. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa, ditinjau dari validitas item pertanyaan maka seluruh pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner Niat Pembelian secara psikometri layak digunakan sebagai alat pengambil/ pengumpul data.Berdasarkan hasil analisis reliabilitas diperoleh besarnya koefisien reliabilitas Alpha-Cronbach sebesar Alpha=0.8716. Karena kuesioner tersebut memiliki koefisien reliabilitas Alpha (0.8716)>0.7, maka ditinjau dari reliabilitasnya secara psikometri kuesioner tersebut layak digunakan sebagai alat pengambil/pengumpul data. Berdasarkan distribusi responden, dari 200 orang responden yang dilibatkan dalam penelitian ini 131 orang (65.50%) di antaranya adalah responden pria; sedangkan 69 orang (34.50%) sisanya adalah responden wanita. Simpulan dari distribusi responden ini adalah sebagian besar responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah responden pria. Berdasarkan distribusi responden, dari 200 orang responden yang dilibatkan dalam penelitian ini 40 orang (20.00%) di antaranya adalah responden dengan umur 20-30 tahun; 121 orang (60.50%) adalah responden yang berumus 31-40 tahun; dan 39 orang (19.50%) adalah responden yang berusia lebih dari 40 tahun. Simpulan dari distribusi responden ini adalah, sebagian besar yang responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah responden yang berumur 31-40 tahun. Berdasarkan distribusi responden, dari 200 orang responden 13 orang (6.50%) di antaranya adalah responden dengan pendidikan SLTA, 38 orang (19.00%) responden dengan pendidikan D3, 101 orang (50.50%) responden dengan pendidikan S1, dan 48 orang (24.00%) responden dengan pendidikan S2. Simpulan dari distribusi responden tersebut adalah, sebagian besar responden dalam penelitian ini adalah responden dengan pendidikan S1. Berdasarkan distribusi responden, dari 200 orang responden 32 orang (16.00%) di antaranya adalah responden dengan pekerjaan sebagai PNS, 45 orang (22.50%) responden dengan pekerjaan pegawai swasta, 92 orang (46.00%) responden dengan pekerjaan wiraswasta, dan 31 orang (15.50%) dengan pekerjaan mahasiswa. Simpulan dari distribusi responden di atas adalah, sebagian besar
227
JEB, Vol. 2, No. 3, November 2008: 217-232
responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah responden dengan pekerjaan sebagai wiraswasta. Berdasarkan distribusi responden, dari 200 orang responden yang dilibatkan dalam penelitian ini 39 orang (19.50%) di antaranya adalah responden dengan pendapatan kurang dari Rp1 juta per bulan; 60 orang (30.00%) dengan pendapatan antara Rp1 juta - Rp3 juta per bulan, dan 101 orang (50.50%) dengan pendapatan lebih dari Rp3 juta per bulan. Simpulan dari distribusi responden tersebut adalah, sebagian besar responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah responden dengan pendapatan lebih dari Rp3 juta per bulan. Berdasarkan distribusi responden, dari 200 orang responden 21 orang (10.50%) menggunakan internet selama kurang dari 5 jam setiap minggu; 116 orang (58.00%) menggunakan internet selama 5-10 jam per minggu; dan 63 orang (31.50%) menggunakan internet selama lebih dari 10 jam per minggu. Simpulan dari distribusi ini adalah sebagian besar responden yang dilibatkan dalam penelitian menggunakan internet selama 5-10 jam per minggu. Uji asumsi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: uji outlayer, uji normalitas, dan uji multikolinearitas. Adapun uji asumsi-asumsi tersebut adalah sebagai berikut. Outlayer adalah kondisi di mana terdapat item data yang secara rata-rata menunjukkan nilai yang ekstrim (sangat berbeda jauh) dari nilai ratarata. Di dalam analisis SEM data yang memiliki karakteristik demikian itu tidak diperkenankan masuk dalam analisis, atau dengan kata lain harus dibuang. Outlayer yang dapat terjadi pada kasus data multivariat adalah outlayer univariat dan outlayer multivariat. Pengujian terhadap data outlayer univariate dapat dilakukan dengan menggunakan kriteria berikut: untuk sampel ukuran besar (>80), jika nilai mutlak nilai Z-score lebih besar dari 3 maka dapat dikatakan terjadi outlayer univariat (Hair, 1995). Berdasarkan hasil analisis deskriptif terhadap data mentah diperoleh hasil sebagai berikut;
228
Tabel 6 Uji Outlayer Univariat Variabel X1 : Zscore Isi iklan
Minimum -2.01181
Maximum 2.04267
X2 : Zscore Kredibilitas perusahaan X3 : Zscore Sikap thd iklan
-2.08484 -2.75380
2.05852 2.33127
X4 : Zscore Sikap thd produk X5 : Zscore Niat pembelian
-2.92401 -2.55715
1.71008 2.28576
Dengan menggunakan kriteria bahwa outlayer terjadi pada nilai mutlak Z-score >3, maka tampak bahwa variabel penelitian ini tidak mengandung outlayer univariate. Outlayer secara multivariat dapat terjadi pada kumpulan data yang secara univariat tidak menunjukkan gejala outlayer. Oleh karena itu, pengujian terhadap outlayer multivariat perlu dilakukan. Pengujian terhadap outlayer multivariat dilakukan dengan metode Mahalanobis Distance. Kriteria yang digunakan untuk uji outlayer multivariat ini adalah sebagai berikut; jika nilai Mahalanobis dSquared suatu item data lebih besar dari nilai c2(df, 0.001) dengan df=jumlah variabel, maka item data tersebut dinyatakan mengalami outlayer multivariate. Untuk jumlah variabel sebanyak 5 dengan bantuan program SPSS 11.5 diperoleh nilai c2(5, 0.001)=22.46. Berdasarkan hasil analisis dengan program AMOS 4.01 dan nilai kritis tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa data tidak mengandung outlayer multivariat. Asumsi yang relatif penting di dalam analisis SEM adalah data yang dianalisis harus memiliki distribusi normal, hal ini sesuai dengan persyaratan yang diperlukan dalam metode Maximum Likelihood Estimation. Normalitas tersebut harus dipenuhi baik untuk masing-masing variabel maupun secara keseluruhan (multivariat). Pengujian terhadap normalitas data menggunakan metode z-value. Kriteria yang digunakan untuk menguji normalitas pada tingkat signifikansi 1% adalah jika nilai -2.58
IKLAN INDUSTRI KECIL MELALUI WORD WIDE WEB (WWW).................(Abidarin Rosidi)
Tabel 7 Hasil Uji Normalitas
X1 X2 x3 X4 X5
min
max
skew
c.r.
kurtosis
c.r.
64.000 73.000 20.000 20.000 19.000
79.000 87.000 29.000 28.000 28.000
0.119 -0.044 -0.223 -0.444 0.022
0.686 -0.253 -1.285 -2.558 0.124
-0.168 -0.053 -0.694 -0.614 -0.300
-0.482 -0.154 -1.997 -1.768 -0.865
2.111
0.234
Multivariate
Berdasarkan hasil uji normalitas, tampak bahwa masing-masing variabel memiliki distribusi normal. Hal ini disebabkan masing-masing variabel memiliki -2.58
Nilai Batas (2) ≥0.05 ≤0.08 ≥0.90 ≥0.90 ≤2.00 ≥0.95 ≥0.95
Nilai Terhitung (3) 0.623 0.037 0.964 0.944 1.523 0.982 0.992
Isi Iklan (X1)
0.009
0.160
0.058
Kredibilitas Perusahaan (X2)
Sikap terhadap Iklan (X3)
0.100 0.088
Sikap terhadap Produk (X4)
0.013
0.016
Niat Pembelian (X5)
Gambar 2 Diagram Jalur Model Berdasarkan hasil analisis dengan program AMOS 4.01, maka diperoleh bobot regresi (regression weight), pengaruh total (total effect), pengaruh langsung (direct effect), dan pengaruh tidak langsung (indirect effect). Bobot regresi untuk setiap hubungan regresi yang terdapat dalam model adalah sebagai berikut: Tabel 9 Bobot Regresi
Tabel 8 Hasil Uji Kecocokan Model Statistik Model (1) p untuk χ2 RMSEA GFI AGFI CMIN/DF TLI CFI
Berdasarkan hasil statistik yang disajikan dalam Tabel 8, tampak bahwa masing-masing statistik memenuhi nilai yang dipersyaratkan agar model dikatakan valid. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa, model yang diperoleh merupakan model yang valid untuk melakukan pengujian hipotesis. Hasil analisis SEM disajikan dalam diagram jalur (path diagram) berikut ini:
Keterangan (4) Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi
Statistik model yang disajikan dalam Tabel 8 merupakan statistik yang digunakan untuk menguji validitas model yang diperoleh. Nilai yang terletak pada kolom (3) merupakan nilai cutt-off atau nilai batas.
Pengujian dari semua hipotesis dilakukan dengan menggunakan kriteria jika nilai p untuk pengaruh langsung <0.05 maka Ha diterima dan Ho ditolak. Hipotesis pertama penelitian ini menduga
229
JEB, Vol. 2, No. 3, November 2008: 217-232
bahwa Isi iklan berpengaruh secara langsung pada Sikap terhadap Iklan. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, nilai p untuk pengaruh langsung dari X1-X3 adalah sebesar 0.042 dengan bobot regresi sebesar 0.009. Karena nilai p(0.042)<0.05 maka Ha1 diterima dan Ho1 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis pertama penelitian ini pada tingkat kepercayaan 95% dapat diterima kebenarannya. Hasil pengujian hipotesis pertama ini menunjukkan bahwa, baik buruknya sikap konsumen terhadap iklan; secara langsung, positif dan signifikan dipengaruhi oleh baik buruknya persepsi konsumen terhadap isi iklan. Semakin baik persepsi konsumen terhadap isi iklan maka akan semakin baik sikap konsumen terhadap iklan web perusahaan tersebut. Hipotesis kedua penelitian ini menduga bahwa Isi iklan berpengaruh secara tidak langsung pada Sikap terhadap produk. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, nilai bobot regresi tidak langsung dari X3X4 adalah sebesar 0.00144 yang sangat kecil sehingga maka Ha2 ditolak dan Ho2 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis kedua penelitian ini pada tingkat kepercayaan 95% tidak dapat diterima kebenarannya. Hipotesis ketiga penelitian ini menduga bahwa Kredibilitas perusahaan berpengaruh secara langsung pada Sikap terhadap Iklan. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, nilai p untuk pengaruh langsung dari X2-X3 adalah sebesar 0.030 dengan bobot regresi sebesar 0.058. Karena nilai p(0.030)<0.05 maka Ha3 diterima dan Ho3 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis ketiga penelitian ini pada tingkat kepercayaan 95% dapat diterima kebenarannya. Hipotesis keempat penelitian ini menduga bahwa Kredibilitas perusahaan berpengaruh secara langsung pada Sikap terhadap produk. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, nilai p untuk pengaruh langsung dari X2-X4 adalah sebesar 0.004 dengan bobot regresi sebesar 0.100. Karena nilai p(0.004)<0.05 maka Ha4 diterima dan Ho4 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis keempat penelitian ini pada tingkat kepercayaan 95% dapat diterima kebenarannya. Hipotesis kelima penelitian ini menduga bahwa Kredibilitas perusahaan berpengaruh secara langsung pada Minat Pembelian. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, nilai p untuk pengaruh langsung dari X2-X5 adalah sebesar 0.020 dengan bobot regresi sebesar 0.088. Karena nilai p(0.020)<0.05 maka
230
Ha5 diterima dan Ho5 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis kelima penelitian ini pada tingkat kepercayaan 95% dapat diterima kebenarannya. Hipotesis keenam penelitian ini menduga bahwa Sikap terhadap Iklan berpengaruh secara langsung pada Sikap terhadap produk. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, nilai p untuk pengaruh langsung dari X3-X4 adalah sebesar 0.004 dengan bobot regresi sebesar 0.160. Karena nilai p(0.004)<0.05 maka Ha6 diterima dan Ho6 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis keenam penelitian ini pada tingkat kepercayaan 95% dapat diterima kebenarannya. Hipotesis ketujuh penelitian ini menduga bahwa Sikap terhadap produk berpengaruh secara langsung pada Minat Pembelian. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, nilai p untuk pengaruh langsung dari X4-X5 adalah sebesar 0.016 dengan bobot regresi sebesar 0.016. Karena nilai p(0.016)<0.05 maka Ha7 diterima dan Ho7 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis ketujuh penelitian ini pada tingkat kepercayaan 95% dapat diterima kebenarannya. Hipotesis kedelapan penelitian ini menduga bahwa Sikap terhadap Iklan berpengaruh secara langsung pada Minat Pembelian berpengaruh secara langsung pada Minat Pembelian. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, nilai p untuk pengaruh langsung dari X3-X5 adalah sebesar 0.030 dengan bobot regresi sebesar 0.013. Karena nilai p(0.030)<0.05 maka Ha8 diterima dan Ho8 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis kedelapan penelitian ini pada tingkat kepercayaan 95% dapat diterima kebenarannya. PEMBAHASAN Dalam penelitian ini, terbukti secara statistika bahwa Isi Iklan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Sikap pada Iklan. Jadi hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Olney et al. (1991); di mana baik buruknya sikap konsumen terhadap iklan dipengaruhi secara langsung oleh isi iklan tersebut. Selain itu terbukti pula bahwa Kredibilitas Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Sikap pada Iklan, Sikap pada Produk dan Niat Pembelian. Dengan demikian penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Lafferty et al. (2002). Di dalam perencanaan suatu iklan, organisasi pesan yang mencakup cara-cara penyusunan pesan
IKLAN INDUSTRI KECIL MELALUI WORD WIDE WEB (WWW).................(Abidarin Rosidi)
memiliki peran yang penting agar pesan iklan dapat diterima konsumen secara baik. Beighley dan Thomson (Rakhmat, 2003: 294) berhasil membuktikan melalui penelitian empiris bahwa, pesan iklan yang tersusun dengan baik akan lebih mudah dimengerti, selain itu juga mudah diingat. Mengacu pada hasil penelitian Beighley dan Thomson tersebut, maka dapat difahami isi iklan web industri kecil di Yogyakarta yang melibatkan susunan dan tata warna yang baik tersebut dapat mempengaruhi sikap konsumen, baik sikap terhadap iklan itu sendiri maupun sikap terhadap produk yang diiklankan. Kredibilitas sumber atau perusahaan secara teoritis dapat mempengaruhi konsumen secara langsung. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Mowen dan Minor (2002) bahwa, kredibilitas perusahaan dapat mempengaruhi konsumen dengan cara-cara: (1) menimbulkan perubahan sikap yang positif terhadap posisi yang mereka dukung, (2) mendorong perubahan perilaku pada diri konsumen, dan (3) dapat menghambat pembentukan argumen tandingan terhadap iklan atau pesan lain. Dalam penelitian ini terbukti bahwa kredibilitas perusahaan selain berpengaruh terhadap sikap pada iklan dan produk, juga mempengaruhi perilaku konsumen yaitu dalam bentuk niat pembelian. Temuan penting di dalam penelitian ini adalah diperolehnya suatu model stimulus-respon yang menggambarkan pengaruh dari isi iklan web, kredibilitas perusahaan terhadap sikap pada iklan web, sikap terhadap produk yang diiklankan, dan niat pembelian. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulan bahwa isi iklan berpengaruh secara langsung pada sikap terhadap iklan. Isi iklan tidak berpengaruh secara tidak langsung pada sikap terhadap produk. Kredibilitas perusahaan berpengaruh secara langsung pada sikap terhadap iklan Kredibilitas perusahaan berpengaruh secara langsung pada sikap terhadap produk. Kredibilitas perusahaan berpengaruh secara langsung pada minat pembelian. Sikap terhadap iklan berpengaruh secara langsung pada sikap terhadap produk. Sikap terhadap produk berpengaruh secara
langsung pada minat pembelian. Sikap terhadap iklan berpengaruh secara langsung pada minat pembelian. Saran Melalui penelitian ini dapat diketahui bahwa efektivitas suatu iklan yang ditayangkan melalui internet, di mana efektivitas ini diukur melalui variabel niat pembelian secara signifikan dipengaruhi oleh isi iklan, kredibilitas perusahaan, sikap terhadap iklan, dan sikap terhadap produk yang diiklankan. Oleh karena itu, dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan efektivitas iklan yang dilakukan oleh beberapa industri kecil di Yogyakarta, disarankan merancang isi iklan, yang lebih informatif, lebih menarik dari segi tata letak maupun disain warna; meningkatkan kredibilitas perusahaan di mata perusahaan dengan menyajikan produk yang berkualitas dan dapat memuaskan konsumen. Selain itu, dapat pula melalui keterlibatan perusahaan dalam kegiatan-kegiatan sosial di masyarakat; sehingga perusahaan akan lebih dikenal masyarakat; meningkatkan kualitas produk yang ditawarkan yang harus mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan sehingga sikap masyarakat terhadap produk akan selalu baik. Keterbatasan Penelitian Ditinjau dari aspek pengukuran variabel efektivitas iklan web, sebenarnya penelitian ini mengadopsi cara pengukuran terhadap efektivitas iklan televisi yang salah satu indikatornya adalah adanya perubahan sikap dan perilaku konsumen dalam bentuk niat pembelian atau pembelian terhadap produk yang diiklankan. Penelitian ini belum menggunakan alat ukur efektivitas periklanan yang dilakukan melalui web. Hal ini dengan pertimbangan belum diterimanya di kalangan para ahli instrumen-instrumen pengukur efektivitas iklan web meskipun instrumen tersebut telah banyak dikembangkan. Bagi peneliti lain yang berminat mengkaji model ini lebih lanjut, dapat menggunakan instrumen pengukur efekvitas iklan web yang diusulkan oleh Bhat et al (2002). Pengukuran efektivitas iklan web dengan instrumen tersebut mungkin akan memberikan hasil yang lebih baik.
231
JEB, Vol. 2, No. 3, November 2008: 217-232
DAFTAR PUSTAKA Assael, Henry, 1992, Consumer Behavior & Afarketing Action, Cincinnati, Ohio. Aswar, S., 1999. Penyusunan Skala Psikologi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Awad, Elias M., 2002, Electronic Commerce, PrenticeHall. Baitas, G., 2003, Determinant of Internet Advertising Effectiveness, International Journal of Marketing Research: 45. Bhat, S., Bevans, dan Sengupta, S., 2002, Measuring User Web Activity to Evaluate and Enhance Advertising Effectiveness, Journal of Advertising: 31. Degeratu, A. N. Rangaswamy, A., dan Wu, Jianan, 2000, Consumer Choice Behavior in Online and Traditional Supermarkets: The Effects 4 Brand Name. Price, and Other Search Attributes, International Journal of Research in Marketing: 17. DeVito, Joseph A., 1997, Komunikasi. Bina Rupa Aksara, Jakarta. Dharmmesta, B. S., dan Handoko, Bani T., 2000, Manajemen Pemasaran: Analisis Perilaku Konsumen, BPFE, Yogyakarta. Dharmmesta, B. S., dan Irawan, 1997, Manajemen Pemasaran Modern, Liberty, Yogyakarta. Engel, J.F., Blackwell, R. D., dan Miniard, P. W., 1995, Consumer Behavior, Dryden Press, Chicago. Gelb, Betsy D., dan Pickett, Charles M, 1986, Attitude toward the Ad: Links to Humor and to Advertising Effectiveness, Journal of Advertising:12. Gitosudarrno, lndriyo, 2000. Manajemen Pemasaran, BPFE, Yogyakarta.
232
Gujarati, N. Damodar, 1995, Basic Econometrics, McGrawMHill, New York. Hair, 1998, Multivariate Data Analysis, International Edition, Prentice Hall, New Jersey Howard, J. A., 1989, Consumer Behavior in Marketing Strategy, Prentise Hall, New Jersey. Korganonkar, P., dan Wolin, L. D., 2003, Web Advertising: Gender Difference, Attitude and Behavior, Internet Research: 13. Kotler, Phillip, 2003, Marketing Management, Prentice IHall, New York. Kotler, Phillip, dan Amstrong, Gary, 1996, Principles of Marketing, Prentice Hall SMEDC. 2002. Small and Medium Enterprises Development Centre. UGM. Yogyakarta.
ISSN: 1978-3116 DAMPAK KRISIS KEUANGAN AMERIKA SERIKAT................(Rudy Badrudin)
Vol. 2, No. 3, November 2008 Hal. 233-246
JURNA L EKONOMI & BISNIS
Tahun 2007
DAMPAK KRISIS KEUANGAN AMERIKA SERIKAT TERHADAP PERDAGANGAN INTERNASIONAL INDONESIA Rudy Badrudin Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN Yogyakarta, Jalan Seturan Yogyakarta 55281 Telepon +62 274 486160, 486321, Fax. +62 274 486155 E-mail: [email protected]
ABSTRACT The financial crisis in USA had a negative impact on export product from Indonesia to USA market and Triad Market Global because the export product from Indonesia have mean contribution 14,9% to USA and 44,57% to Triad Market Global among six last years. The decreasing of market contribution to USA and Triad Global Market will affect to the Indonesian Balance of Trade and the Indonesian Balance of Payment. This article will be introductioned by describing the data of export Indonesia per product export (oil-natural gas and non oil-natural gas) and per destination country export. This article aims to elaborate the negative affect of the financial crisis in USA to the Indonesian international trade. Keywords: financial crisis, triad market global, balance of trade, balance of payment.
PENDAHULUAN Perdagangan internasional sekarang banyak diwarnai oleh berbagai perubahan misalnya terbentuknya beberapa blok perdagangan dunia seperti EFTA, NAFTA, dan AFTA dan terbentuknya organisasi internasional APEC (Fatmawati, 2008). Perubahan yang berlangsung sangat cepat tersebut disebabkan adanya globalisasi, terutama dalam bidang perekonomian. Akibatnya dunia menjadi satu kesatuan pasar yang
mengkaburkan batas-batas negara secara fisik. Oleh karena itu, konsep perdagangan internasional sekarang berubah menjadi konsep perdagangan global. Kegiatan perekonomian suatu negara sekarang tidak lagi hanya merupakan masalah bagi negara tersebut tetapi juga menjadi masalah bagi negara-negara lain di dunia. Adanya globalisasi ekonomi dan berbagai perubahan tersebut mengakibatkan produk Indonesia harus semakin kompetitif baik dalam perdagangan dalam negeri maupun luar negeri apabila ingin memenangkan persaingan dengan produk negara lain. Sebagai contoh, industri tekstil Indonesia merupakan industri yang mempunyai competitive advantage yang tinggi di pasaran internasional, tetapi karena adanya kuota dagang di pasar tekstil internasional mengakibatkan Indonesia harus menentukan kembali strategi yang tepat untuk industri tekstil. Persaingan dalam perdagangan global merupakan tantangan dan kendala bagi Indonesia. Persaingan dalam perdagangan global merupakan tantangan karena dengan adanya persaingan menyebabkan Indonesia harus meningkatkan kualitas produk atau meningkatkan produktivitas agar produk Indonesia mampu untuk memenangkan persaingan tersebut. Apabila produk Indonesia mampu memenangkan persaingan dalam perdagangan global maka produk Indonesia akan semakin laku dan devisa yang diterima akan semakin meningkat, dan sebaliknya. Persaingan dalam perdagangan global merupakan kendala karena Indonesia belum mampu untuk menghasilkan lebih banyak produk berkualitas yang
233
JEB, Vol. 2, No. 3, November 2008: 233-246
memenuhi standar internasional. Beberapa blok perdagangan seperti EFTA dan NAFTA telah menghapuskan adanya internal trade barrier sesama anggota melalui kerjasama perdagangan regional antara dua atau lebih negara yang bertujuan untuk mengurangi hambatan dalam perdagangan atas dasar resiprokal dan atau preferensi (Prabowo, 2005). Hal ini tentunya akan menimbulkan ketidaklancaran arus perdagangan global. Adanya perubahan yang terjadi di bekas negara Uni Sovyet, negara-negara di Eropa Timur, perubahan radikal di Republik China dapat berakibat meningkatkan arus investasi ke negaranegara tersebut. Tantangan lain yang dihadapi Indonesia adalah ketidakstabilan matauang negara kuat seperti USdollar yang terkadang naik turun nilainya terhadap matauang Rupiah (IDR). Ketidakstabilan nilai hard currency akan mempengaruhi perdagangan global Indonesia, karena dalam hubungan perdagangan global ada 3 jenis hubungan perdagangan global, yaitu hubungan perdagangan global output, input, dan hubungan moneter sebagai akibat adanya hubungan perdagangan global output dan input. Perdagangan global sekarang telah menyiratkan adanya persaingan yang semakin ketat. Beberapa penjelasan di atas menunjukkan bahwa persaingan yang semakin ketat akan berpengaruh terhadap perkembangan industri, yang selalu dituntut untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan standar yang berkualitas tinggi. Konsep perdagangan global mendasarkan pada perdagangan internasional. Oleh karena itu, pembahasan tentang konsep perdagangan global akan di mulai dengan penjelasan konsep perdagangan internasional. Perdagangan internasional merupakan aspek dari suatu negara untuk membuka perekonomiannya yang semula tertutup menjadi perekonomian terbuka. Dalam analisis perhitungan pendapatan nasional untuk kondisi perekonomian dalam keadaan tertutup diperoleh persamaan: Y=C+I+G
(persamaan 1)
yang menunjukkan bahwa: Y: pendapatan nasional C: pengeluaran konsumsi I: pengeluaran investasi G: pengeluaran konsumsi pemerintah
234
Apabila negara tersebut membuka perekonomiannya menjadi terbuka, maka analisis perhitungan pendapatan nasional untuk kondisi perekonomian dalam keadaan terbuka diperoleh persamaan: Y = C + I + G + (X - M)
(persamaan 2)
yang menunjukkan bahwa: Y: pendapatan nasional C: pengeluaran konsumsi I: pengeluaran investasi G: pengeluaran konsumsi pemerintah X: ekspor produk M: impor produk Persamaan 1 dan persamaan 2 menunjukkan bahwa hasil analisis pendapatan nasional untuk variabel pendapatan nasional (Y) lebih besar nilai Y untuk persamaan 2 dibanding nilai Y untuk persamaan 1. Hal ini terjadi apabila ekspor netto (X - M) bernilai positif. Perdagangan internasional adalah proses pertukaran produk (barang dan jasa) antara negara satu dengan negara lain atas dasar sukarela. Terjadinya perdagangan internasional disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut, yaitu karena perbedaan potensi misalnya iklim, sumberdaya alam, kemajuan teknologi, dan sebagainya; adanya pembagian ker-ja internasional (spesialisasi); dan kecenderungan memperoleh gains from trade. Potensi antara negara satu dan negara lain berbeda. Ada satu negara yang memiliki potensi alam yang melimpah tetapi sumberdana yang digunakan untuk mengolah potensi alam tersebut tidak ada karena sumberdana yang dimiliki terbatas. Ada negara yang memiliki potensi sumberdana melimpah tetapi sumberdaya alam yang tersedia terbatas sehingga mengalami kesulitan untuk mengalokasikan dana yang melimpah tersebut. Perbedaan potensi tersebut dan perbedaan potensi-potensi yang lain akan menyebabkan antara negara satu dan negara negara lain melakukan perdagangan internasional. Penjelasan tersebut adalah suatu negara yang kelebihan sumberdaya alam dan kekurangan sumberdana akan melakukan hubungan dengan negara lain yang mempunyai kelebihan sumberdana dan kekurangan sumberdaya alam, dan sebaliknya. Dengan demikian, akan terjadi hubungan perdagangan internasional
DAMPAK KRISIS KEUANGAN AMERIKA SERIKAT................(Rudy Badrudin)
antara dua negara tersebut. Untuk menghasilkan produk diperlukan input atau faktor produksi. Negara yang memiliki kekayaan faktor produksi yang melimpah akan menghasilkan produk tertentu yang banyak menggunakan faktor produksi yang melimpah tersebut karena harganya murah. Dengan demikian, negara akan melakukan spesialisasi untuk memilih produk tertentu. Spesialisasi yang dilakukan masing-masing negara menyebabkan terjadinya perdagangan internasional, yaitu antara negara akan saling menukarkan produk spesialisasinya dengan produk lain yang dibutuhkan yang bukan merupakan produk spesialisasinya. Perdagangan internasional merupakan proses tukar-menukar produk berdasarkan kehendak sukarela dari masing-masing negara pelaku perdagangan internasional. Pihak pelaku perdagangan internasional mempunyai kebebasan untuk menentukan gains from trade pertukaran tersebut dilihat dari sudut kepentingan masing-masing. Kehendak sukarela dalam perdagangan internasional sangat penting karena perdagangan internasional hanya terjadi apabila paling tidak satupun pihak memperoleh gains from trade dan tidak ada pihak lain yang dirugikan. Hal yang diinginkan adalah pihak-pihak yang terlibat perdagangan internasional sama-sama memperoleh gains from trade. Adanya gains from trade dari perdagangan internasional yang dilihat oleh pihakpihak yang terlibat perdagangan internasional sebagai manfaat atau tambahan keuntungan menjadi motif dan pendorong bagi suatu negara untuk melakukan perdagangan internasional. Dalam perdagangan internasional, masingmasing negara pelaku perdagangan internasional melakukan perdagangan internasional dengan melihat batas-batas negaranya. Jadi negara-negara tersebut berdagang dengan cara memindahkan lokasi perdagangan yang semula hanya berlangsung di dalam negara tersebut dipindah ke luar negara, seperti yang disajikan dalam persamaan 1 dan persamaan 2. Dengan kata lain, negara melakukan perdagangan internasional hanya sekedar membuka negaranya dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian terbuka dengan masih memperhatikan batas-batas geografis negara. Dalam perdagangan global, batas-batas geografi negara (secara fisik) sudah tidak diperhatikan lagi (menjadi kabur). Negara memandang negara lain bukan lagi sebagai wilayah asing tetapi memandang seolah-olah
berada dalam wilayahnya, sehingga jangkauan pasarnya menjadi luas. Bahkan dunia ini dianggap menjadi satu pasar. Dalam model satu pasar, hal penting yang harus diperhatikan adalah adanya keseragaman dalam mutu produk yang diterima di setiap negara pelaku perdagangan. Keseragaman dalam mutu produk diperlukan adanya standardisasi mutu produk. Beberapa masalah yang muncul dalam standardisasi produk adalah quality management system standards, product technical requirement standard, product testing standards, enviromental standards, occupational health, dan safety standards (Moerdokusumo, 1995: 42). Artikel ini membahas dampak krisis keuangan di Amerika Serikat terhadap perdagangan internasional Indonesia melalui produk ekspor Indonesia ke Triad Market Global. MASALAH DAN PEMBAHASAN Ekspor produk merupakan sumber devisa bagi suatu negara yang dapat digunakan sebagai salah satu sumber dana bagi pembangunan nasional. Apabila ekspor menurun, maka devisa yang diperoleh juga akan menurun. Dalam era globalisasi yang ditandai munculnya blok-blok perdagangan dunia dan kemunculan organisasi internasional seperti WTO dan APEC, masalah yang dihadapi produk ekspor Indonesia akan semakin rumit (Fatmawati, 2008). Blok-blok perdagangan tersebut akan mengurangi kesempatan masuknya produk ekspor Indonesia ke blok-blok perdagangan tersebut. Di pihak lain, Indonesia sebagai negara sedang berkembang akan menemui masalah apabila melakukan hal yang sama, yaitu melindungi industri dalam negerinya dengan mengenakan proteksi yang berlebihan. Misalnya mengenakan tarif yang tinggi untuk mengurangi kesempatan masuknya produk luar negeri ke pasaran domestik Indonesia. Masalah yang dihadapi Indonesia apabila melakukan proteksi berlebihan adalah adanya ancaman dari negara maju untuk ganti membalas dengan perang tarif dan masalah kemungkinan dikuranginya pinjaman luar negeri, misalnya ketika muncul Jenkins Bill yang akan mengenakan tarif yang tinggi terhadap produk impor dari Indonesia. Apabila itu Jenkins Bill benar-benar diterapkan bagi produk Indonesia di pasaran domestik Amerika Serikat akan berakibat menimbulkan kenaikan jumlah pengangguran tenaga kerja di Indonesia dan
235
JEB, Vol. 2, No. 3, November 2008: 233-246
berkurangnya devisa yang diterima Indonesia dari transaksi ekspor tekstil ke Amerika Serikat. Perdagangan internasional Indonesia berkembang sangat pesat selama dua tahun terakhir, dengan peningkatan 17,5% dan 22,3% berturut-turut pada tahun 2005 dan 2006. Untuk pertama kali dalam sejarah, nilai ekspor Indonesia sudah melampaui nilai US$100 Milyar pada tahun 2006. Perkembangan nilai ekspor Indonesia ditopang pada peningkatan hargaharga komoditi primer yang berasal dari sektor pertanian seperti karet, crude palm oil atau CPO, dan kopi, serta pertambangan seperti minyak bumi dan batabara. Apabila diperhatikan, terjadi perubahan struktur ekspor Indonesia selama 10 tahun terakhir, baik dilihat dari komoditinya maupun negara tujuan ekspornya. Pada tahun 1996, nilai ekspor nonmigas didominasi oleh produk-produk kayu, TPT, dan alas kaki. Pada saat ini, peranan produk-produk elektronik, batubara, CPO, tembaga, dan mesin-mesin menjadi sangat menonjol. Di lain pihak, ekspor produk industri yang sempat menjadi andalan Indonesia pada tahun 1985 – 1995, seperti alas kaki, elektronik, tekstil, dan pakaian jadi mengalami kemunduran. Hal ini disebabkan menurunnya daya saing Indonesia sebagai konsekuensi dari kurangnya investasi baru untuk mendukung prasarana pendukung industri tersebut. Negara tujuan ekspor juga mengalami perubahan di mana peranan China, Malaysia, dan India terus meningkat sedangkan negara-negara Eropa mengalami penurunan. Bahkan dalam hal impor, negara asal impor sudah berubah drastis dengan China menjadi negara asal impor utama. Krisis ekonomi dan moneter yang dialami Indonesia 10 tahun yang lalu memberikan dampak yang sangat signifikan terhadap perekonomian Indonesia, khususnya perdagangan internasional. Demikian juga dengan peristiwa Yendaka sebagai akibat perang dagang antara Amerika Serikat dengan Jepang yang dimenangkan Jepang telah menimbulkan dampak terhadap perekonomian Indonesia (Badrudin, 1995). Di samping perubahan struktur ekspor dan perubahan mitra dagang utama, terjadi juga perubahan dalam persaingan internasional. Selama 10 tahun terakhir, pangsa ekspor Indonesia terhadap total ekspor dunia mengalami kemunduran dari 0,95% tahun 1996 menjadi 0,86% tahun 2006. Pangsa impor juga mengalami penurunan dari 0,79% tahun 1996 menjadi 0,63% tahun
236
2006. Apabila dibandingkan dengan negara lain, pangsa ekspor China meningkat pesat dari 2,9% (1996) menjadi 8,2% (2006), pangsa ekspor India dari 0,6% (1996) menjadi 1,0% (2006), dan Brazilia dari 0,9% (1996) menjadi 1,1% (2006). Kalau dilihat lebih rinci, pangsa pasar Indonesia di AS mengalami penurunan dari 1,04% (1996) menjadi 0,72% (2006). Di Jepang juga mengalami hal yang sama, yaitu menurun dari 4,34% (1996) menjadi 4,17% (2006). Krisis keuangan di Amerika Serikat dipastikan memberikan dampak besar terhadap kinerja ekspor Indonesia. Kadin memproyeksikan ekspor Indonesia ke Amerika akan merosot 20% pada kuartal III dan IV tahun 2008. Penurunan pangsa ekspor Indonesia di pasar internasional perlu dicermati. Pemerintah Indonesia perlu mengamati faktor-faktor yang menyebabkan kemunduran daya saing produk-produk Indonesia di pasar dunia dan memperhatikan faktorfaktor yang menyebabkan meningkatnya daya saing produk-produk dari negara lain seperti China, Vietnam, dan sebagainya. Dengan demikian, bagaimana meningkatkan daya saing produk Indonesia dapat dilakukan sehingga dapat menahan kemunduran pangsa pasar Indonesia di dunia dan diharapkan dapat meningkatkan kembali pangsa pasar Indonesia. Salah satu faktor penting yang menentukan kemampuan produk Indonesia untuk berkembang dan menembus pasar internasional adalah justru kekhasan yang dimiliki oleh produk Indonesia (Maryatmo, R. 2008). Perkembangan kontribusi nilai ekspor migas dan nonmigas menunjukkan kecenderungan yang berbeda. Kontribusi nilai ekspor migas menunjukkan adanya kecenderungan yang semakin menurun sedangkan kontribusi nilai ekspor nonmigas menunjukkan adanya kecenderungan yang semakin meningkat. Pada tahun anggaran 1984, nilai ekspor migas menyumbang 70,3% dari total ekspor Indonesia. Angka ini turun menjadi 66,8% pada tahun anggaran 1985 dan pada tahun anggaran 1994 nilai ekspor migas akan turun menjadi 23,7% dari total ekspor Indonesia. Sampai dengan Juni 2008, rata-rata ekspor migas memberikan kontribusi sebesar 22% dari total ekspor Indonesia. Pada tahun anggaran 1984, nilai ekspor nonmigas menyumbang 29,7% dari total ekspor Indonesia. Angka ini naik menjadi 33,2% pada tahun anggaran 1985 dan pada tahun anggaran 1994 nilai ekspor nonmigas akan meningkat menjadi 76,3% dari total ekspor Indonesia. Sampai dengan Juni 2008, rata-rata ekspor non migas
DAMPAK KRISIS KEUANGAN AMERIKA SERIKAT................(Rudy Badrudin)
memberikan kontribusi sebesar 78% dari total ekspor Indonesia. Ekspor non migas Indonesia pernah hanya mampu memberikan kontribusi sebesar 16,12% ketika krisis moneter pada tahun 1998. Hal ini ditunjukkan pada Tabel 1 tentang perkembangan nilai ekspor migas dan nonmigas. Menurunnya kontribusi nilai ekspor migas dan meningkatnya kontribusi nilai ekspor nonmigas sesuai dengan kebijaksanaan dan harapan pemerintah Indonesia agar tidak mengandalkan sumber devisa yang utama pada ekspor migas. Hal ini disebabkan adanya harga minyak bumi yang menurun di pasaran internasional. Turunnya nilai ekspor migas tentunya akan menurunkan devisa sebagai salah satu sumber dana pembangunan. Kebijaksanaan pemerintah Indonesia dalam bidang ekspor untuk mengantisipasi turunnya kontribusi nilai ekspor migas adalah meningkatkan kontribusi nilai ekspor nonmigas. Kebijaksanaan tersebut berupa deregulasi sektor riil, memperbanyak jenis komoditi ekspor nonmigas, memperbanyak komoditi olahan seperti komoditi hasil industri sedang, industri kecil, dan hasil kerajinan, serta memperluas pasar ekspor nonmigas. Dalam rangka memantapkan struktur ekspor nonmigas, pemerintah berupaya mendorong ekspor melalui kebijaksanaan yang terpadu dan terkoordinir antara kebijaksanaan moneter dan kebijaksanaan perpajakan dengan kebijaksanaan di sektor riil. Tabel 1 Perkembangan Nilai Ekspor Migas dan Nonmigas Tahun Anggaran 1984 - 2008 (juta US $) Tahun Anggaran
Migas Nilai
Non Migas
Kontribusi
Nilai
Kontribusi
Total Ekspor
1984
13,994.00
70.25%
5,927.00
29.75%
19,921.00
1985
12,437.00
66.82%
6,175.00
33.18%
18,612.00
1986
6,966.00
50.86%
6,731.00
49.14%
13,697.00
1987
8,841.00
48.20%
9,502.00
51.80%
18,343.00
1988
7,640.00
38.54%
12,184.00
61.46%
19,824.00
1989
9,337.00
39.18%
14,493.00
60.82%
23,830.00
1990
12,763.00
45.35%
15,380.00
54.65%
28,143.00
1991
10,706.00
36.03%
19,008.00
63.97%
29,714.00
1992
10,480.00
29.69%
24,823.00
70.31%
35,303.00
1993
9,334.00
25.57%
27,170.00
74.43%
36,504.00
1994
9,653.00
23.68%
31,110.00
76.32%
40,763.00
1995
9,972.00
22.15%
35,050.00
77.85%
45,022.00
1996
11,722.00
23.53%
38,092.90
76.47%
49,814.90
1997
11,622.50
21.75%
41,821.00
78.25%
53,443.50
1998
7,872.30
16.12%
40,975.30
83.88%
48,847.60
1999
9,792.20
20.12%
38,873.20
79.88%
48,665.40
2000
14,366.60
23.13%
47,757.40
76.87%
62,124.00
2001
12,636.30
22.44%
43,684.60
77.56%
56,320.90
2002
12,112.70
21.19%
45,046.10
78.81%
57,158.80
2003
13,661.80
22.38%
47,406.90
77.64%
61,068.70
2004
15,645.30
21.86%
55,939.20
78.14%
71,584.50
2005
19,231.60
22.45%
66,428.30
77.55%
85,659.90
2006
21,209.50
21.04%
79,589.10
78.96%
100,798.60
2007
22,088.60
19.36%
92,012.40
80.64%
114,101.00
2008*)
9,873.30
22.10%
34,794.40
77.90%
44,667.70
Sumber: www.bps.go.id. Data diolah dari Departemen Perdagangan Republik Indonesia. Catatan*): Data ekspor migas dan non migas tahun 2008 dari Januari-Juni 2008. Berbagai upaya dan kebijaksanaan yang telah dilakukan pemerintah adalah melakukan promosi ke luar negeri melalui pengiriman misi dagang dan pameran dagang, membentuk Indonesia Trade Promotion Centre (ITPC) di berbagai negara, menjalin kerjasama dengan mitra bisnis, dan menjadi anggota asosiasi dagang internasional. Dalam tahun 1993, pemerintah menyempurnakan ketentuan tentang entrepot produksi untuk tujuan ekspor dan kawasan berikat, menangguhkan PPN atas bahan asal impor bagi organisasi bisnis eksportir, dan berbagai deregulasi lain. Dalam tahun 1994, deregulasi sektor riil terus dikeluarkan untuk menyempurnakan aturan-aturan yang tidak sesuai lagi dengan kondisi pada waktu itu, misalnya pemerintah menetapkan kebijaksanan imbalbalik, yaitu bagi setiap importir yang mengimpor senilai lebih dari Rp50.000.000,00 dan dibiayai oleh dana APBN, kredit ekspor, atau pinjaman komersial lainnya diwajibkan untuk membeli produk domestik Indonesia senilai harga free on board (FOB) dari produk asal impor. Pemerintah juga berupaya untuk meningkatkan produk nasional yang memenuhi standar sistem mutu dalam ISO 9000 agar produk ekspor Indonesia mampu bersaing di era perdagangan global yang sangat com-
237
JEB, Vol. 2, No. 3, November 2008: 233-246
petitive. Peningkatan ekspor nonmigas terutama disebabkan oleh peningkatan ekspor komoditi hasil pertanian, industri, dan tambang. Berdasarkan ketiga ekspor komoditi terbesar dalam ekspor nonmigas, komoditi hasil industri mempunyai angka peningkatan yang paling besar dibanding komoditi pertanian dan hasil tambang nonmi-gas. Kontribusi komoditi ekspor nonmigas yang berasal dari komoditi industri dalam setiap tahun anggaran rata-rata sebesar 83%. Kontribusi komoditi ekspor nonmigas yang berasal dari komoditi tambang nonmigas dari tahun ke tahun juga mengalami pertumbu-han yang cepat. Sedangkan komoditi ekspor nonmigas yang berasal dari komoditi
pertanian dan komoditi lainnya mempunyai angka pertumbuhan yang rendah dan kontribusinya terhadap ekspor nonmigas mempunyai kecenderungan yang semakin menurun. Gejala perekonomian ini sesuai dengan perkembangan suatu negara, yaitu dari negara agraris menuju ke arah negara maju yang mempunyai base industri. Peningkatan nilai ekspor nonmigas semakin berorientasi pada ekspor hasil industri. Hal tersebut berdampak positif bagi perkembangan industrialisasi di Indonesia. Selain itu, peningkatan ekspor nonmigas dengan base pada sektor industri akan memperbesar nilai tambah kegiatan ekonomi. Perkembangan ekspor nonmigas ditunjukkan pada Tabel 2 berikut ini.
Tabel 2 Perkembangan Nilai Ekspor Nonmigas Tahun Anggaran 1984 - 2008 (juta US $) Tahun
238
Pertanian
Industri
Tambang Nonmigas
Lainnya
Ekspor
Anggaran
Nilai
Kontribusi
Nilai
Kontribusi
Nilai
Kontribusi
Nilai
Kontribusi
Non Migas
1984
1,502.00
25.34%
4,118.10
69.48%
198.5
3.35%
108.40
1.83%
5,927.00
1985
1,480.90
23.98%
4,479.10
72.54%
200.1
3.24%
14.90
0.24%
6,175.00
1986
1,702.40
25.29%
4,777.60
70.98%
237.3
3.53%
13.70
0.20%
6,731.00
1987
1,687.40
17.76%
7,526.00
79.20%
280.4
2.95%
8.20
0.09%
9,502.00
1988
2,035.20
16.70%
9,762.50
80.13%
374.9
3.08%
11.40
0.09%
12,184.00
1989
1,906.90
13.16%
12,053.50
83.17%
531
3.66%
1.60
0.01%
14,493.00
1990
2,180.50
14.18%
12,510.90
81.35%
686.8
4.47%
1.80
0.01%
15,380.00
1991
2,182.40
11.48%
15,786.90
83.05%
1,036.30
5.45%
2.40
0.01%
19,008.00
1992
2,350.30
9.47%
20,998.90
84.59%
1,471.20
5.93%
2.60
0.01%
24,823.00
1993
2,620.30
9.64%
23,008.50
84.68%
1,539.60
5.67%
1.60
0.01%
27,170.00
1994
2,890.30
9.29%
26,609.10
85.53%
1,608.00
5.17%
2.60
0.01%
31,110.00
1995
3,160.30
9.02%
30,209.70
86.19%
1,676.40
4.78%
3.60
0.01%
35,050.00
1996
2,912.70
7.65%
32,124.80
84.33%
3,019.80
7.93%
35.6
0.09%
38,092.90
1997
3,132.60
7.49%
34,985.20
83.65%
3,107.10
7.43%
596.1
1.43%
41,821.00
1998
3,653.50
8.92%
34,593.20
84.42%
2,704.40
6.60%
24.2
0.06%
40,975.30
1999
2,901.50
7.46%
33,332.40
85.75%
2,625.90
6.76%
13.5
0.03%
38,873.30
DAMPAK KRISIS KEUANGAN AMERIKA SERIKAT................(Rudy Badrudin)
2000
2,709.10
5.67%
42,003.00
87.95%
3,040.80
6.37%
4.5
0.01%
47,757.40
2001
2,438.50
5.58%
37,671.10
86.23%
3,569.00
8.17%
5.4
0.01%
43,684.00
2002
2,573.70
5.71%
38,724.20
85.97%
3,743.70
8.31%
4.4
0.01%
45,046.00
2003
2,534.30
5.35%
40,871.80
86.21%
3,995.50
8.43%
5.10
0.01%
47,406.70
2004
2,513.30
4.49%
48,660.20
86.99%
4,761.00
8.51%
4.20
0.01%
55,938.70
2005
2,880.20
4.34%
55,593.70
83.69%
7,946.70
11.96%
7.60
0.01%
66,428.20
2006
3,364.90
4.23%
65,023.90
81.70%
11,191.50
14.06%
8.90
0.01%
79,589.20
2007
3,657.90
3.98%
76,460.80
83.10%
11,884.90
12.92%
8.80
0.01%
92,012.40
2008*)
1,335.80
3.84%
29,271.60
84.13%
4,183.50
12.02%
3.50
0.01%
34,794.40
Sumber: www.bps.go.id. Data diolah dari Departemen Perdagangan Republik Indonesia. Catatan*): Data ekspor non migas tahun 2008 dari Januari-Juni 2008. Krisis keuangan di Amerika Serikat yang berdampak terhadap krisis keuangan di Eropa dan Jepang dipastikan memberikan dampak besar terhadap kinerja ekspor Indonesia. Hal ini disebabkan karena Amerika Serikat, Kanada, negara-negara Eropa, dan Jepang dalam perdagangan global merupakan Triad Market Global yang nantinya akan disusul daerah perdagangan bebas lainnya di wilayah Asia Pasific dalam era pasca APEC (Ariff, 2001). Triad Market Global dengan lebih kurang 600 juta customer dengan kondisi customer yang mempunyai latar pendidikan, gaya hidup, pendapatan perorangan, dan persepsi kualitas produk yang tinggi merupakan potensi ekspor yang luar biasa bagi produk ekspor Indonesia apabila eksportir mampu meningkatkan persai-ngan kualitas dan pangsa pasarnya dengan memuasi customernya. Posisi ekspor produk Indonesia dalam Triad Market
Global ditunjukkan pada Tabel 3 tentang nilai ekspor produk Indonesia menurut negara tujuan. Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa kontribusi ekspor Indonesia ke negara-negara Asia mengalami penurunan, yaitu dari 70,9% pada tahun anggaran 1990/1991 menjadi 68,5% pada tahun anggaran 1991/1992. Angka itu terus turun sampai dengan tahun anggaran 1994/1995, yaitu sebesar 63,6% dari total ekspor Indonesia. Sedangkan kontribusi ekspor Indonesia ke Triad Market Global terus mengalami kenaikan, kecuali ke Jepang. Kontribusi ekspor ke Amerika Serikat meningkat dari 13,1% pada tahun anggaran 1990/1991 menjadi 13,7% pada tahun anggaran 1991/1992, 15,1% pada tahun anggaran 1992/ 1993, 16,5% pada tahun anggaran 1993/1994, dan 17,1% pada tahun anggaran 1994/1995. Demikian juga, kontribusi ekspor ke Eropa (negara yang termasuk dalam ME) juga meningkat, yaitu 12,2% pada tahun anggaran 1990/1991 menjadi 13,0% pada tahun anggaran 1991/ 1992, 14,3% pada tahun anggaran 1992/1993, dan 14,4% pada tahun anggaran 1994/1995.
239
JEB, Vol. 2, No. 3, November 2008: 233-246
Tabel 3 Nilai dan Kontribusi Ekspor Produk Indonesia Menurut Negara Tujuan Tahun Anggaran 1990/1991 - 1994/1995 (juta US $)
Negara Tujuan ASIA -ASEAN -Hongkong -Jepang -Asia lainnya
AFRIKA AMERIKA SERIKAT -USA -Kanada -Amerika lainnya AUSTRALIA -Australia -Oceania lainnya EROPA -ME Inggris Belanda Jerman Belgia dan Luxemburg Perancis Denmark Irlandia Italia Yunani Portugal Spanyol -Rusia -Eropa lainnya
1990/1991 Nilai % 19.06 70,9 8 2.631 619 41,4 11.14 0 4.678 201 0,7 3.529 13,1 3.191 132 206
1991/1992 Nilai % 20.722 68,5 3.293 756 10.307 34,8 5.916
1992/1993 Nilai % 23.349 66,0 4.727 885 11.009 31,1 6.728
1993/1994 Nilai % 23.559 64,7 4.686 939 10.940 30,0 6.994
377 4.065 3.651 212 202
1,3 13,7
483 5.351 4.671 284 396
1,4 15,1
433 6.007 5.254 301 452
16,5
359 3.513 3.047 168 298
1,8 17,1
547 474 73
2,0
700 658 42
2,4
844 780 64
2,4
831 761 70
2,3
354 320 34
1,7
3.551 3.286 569 751 830 228 311 61 41 296 11 16 172 53 212
13,3 12,2
4.170 3.853 618 907 875 260 421 86 42 439 19 11 175 42 275
14,1 13,0
5.371 5.056 905 1.102 1.051 421 490 93 47 610 34 21 282 71 244
15,1 14,3
5.589 5.159 978 1.094 1.141 364 465 99 36 573 45 28 336 134 296
15,3 14,2
3.227 2.961 514 633 665 206 221 52 20 334 35 22 259 33 233
15,3 14,4
Sumber: www.bps.go.id. Data diolah dari Departemen Perdagangan Republik Indonesia.
240
1994/1995 Nilai % 13.047 63,6 3.028 701 5.611 27,4 3.707
DAMPAK KRISIS KEUANGAN AMERIKA SERIKAT................(Rudy Badrudin)
Melihat data peningkatan kontribusi ekspor Indonesia ke Triad Market Global, maka ketergantungan ekspor Indonesia dengan pasar luar negeri terutama ketergantungannya dengan Triad Market Global juga semakin besar. Dengan demikian, apabila Triad Market Global mengalami krisis keuangan yang akan berdampak terhadap sektor riil, maka produk ekspor Indonesia yang akan masuk ke pasar tersebut
akan mengalami penurunan karena turunnya daya beli customer di Triad Market Global. Ketergantungan produk ekspor Indonesia terhadap Triad Market Global sebelum dan sesudah krisis ekonomi di Indonesia pada tahun 1998 tetap berlanjut dari tahun ke tahun. Data perkembangan nilai ekspor non migas produk Indonesia menurut negara tujuan dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2008 disajikan pada Tabel 4 berikut ini:
Tabel 4 Nilai Ekspor Non Migas Produk Indonesia Menurut Negara Tujuan Tahun Anggaran 2003 - 2008 (juta US $) NO
NEGARA TUJUAN
2003
2004
2005
2006
2007
2008*)
1
JEPANG
6,830.30
8,383.50
9,561.80
12,198.60
13,092.80
6,445.10
2
AMERIKA SERIKAT
6,957.10
8,272.10
9,507.90
10,682.50
11,311.30
6,310.10
3
SINGAPURA
4,777.00
5,390.70
7,068.60
7,824.20
8,990.40
5,098.20
4
REP.RAKYAT CINA
2,816.70
3,437.40
3,959.80
5,466.60
6,664.10
4,373.00
5
INDIA
1,628.30
2,115.20
2,865.40
3,326.50
4,885.00
3,443.40
6
MALAYSIA
2,315.50
2,870.10
3,309.00
3,789.60
4,593.10
3,138.70
7
KOREA SELATAN
1,766.80
1,846.00
2,595.40
3,414.60
3,746.40
2,413.30
8
BELANDA
1,401.50
1,796.30
2,233.50
2,518.40
2,749.50
1,913.30
9
THAILAND
1,082.30
1,549.10
1,917.50
2,054.10
2,646.90
1,595.40
10
TAIWAN
1,295.80
1,523.70
1,785.90
2,284.80
2,337.80
1,341.60
11
JERMAN
1,416.80
1,654.60
1,781.60
2,025.70
2,316.00
1,242.40
12
SPANYOL
1,022.40
837.50
1,205.50
1,641.10
1,906.20
872.80
13
AUSTRALIA
1,090.40
1,156.00
1,126.00
1,603.60
1,867.90
873.30
14
PILIPINA
909.20
1,204.50
1,393.30
1,377.40
1,828.50
965.00
15
HONGKONG
1,183.30
1,382.20
1,485.00
1,703.20
1,687.50
948.60
16
INGGRIS
1,135.80
1,295.30
1,291.50
1,432.40
1,454.20
747.00
17
ITALIA
729.30
862.10
1,001.50
1,212.90
1,380.00
939.10
18
VIETNAM
464.80
600.00
677.80
1,021.90
1,355.00
892.10
19
BELGIA
902.90
912.10
997.30
1,136.20
1,332.20
685.80
20
PERSRKTN. EMIRAT ARAB
759.80
744.60
903.90
1,012.70
1,324.80
815.50
241
JEB, Vol. 2, No. 3, November 2008: 233-246
21
TURKI
263.70
356.40
543.10
724.10
1,045.20
499.40
22
SAUDI ARABIA
434.60
418.20
524.20
672.10
944.20
599.80
23
PAKISTAN
265.40
415.90
634.20
733.80
934.00
584.10
24
PERANCIS
652.80
659.80
624.00
724.40
802.90
478.10
25
BRASILIA
244.40
329.80
402.60
626.10
786.40
484.50
26
BANGLA DESH
265.80
281.60
353.20
427.10
633.00
548.40
27
MESIR
170.40
197.30
290.50
464.20
589.60
383.80
28
REP.AFRIKA SELATAN
233.20
260.00
313.90
381.50
557.40
320.60
29
KANADA
382.10
436.50
464.30
551.00
550.60
307.40
30
IRAN
185.00
188.40
289.50
312.90
472.90
299.10
31
SRI LANGKA
184.90
238.30
337.90
424.40
414.60
179.00
Sumber: www.bps.go.id. Data diolah dari Departemen Perdagangan Republik Indonesia. Catatan*): Data ekspor non migas tahun 2008 dari Januari-Juni 2008.
Berdasarkan data pada Tabel 4, maka dapat dilakukan penghitungan data kontribusi perkembangan nilai ekspor non migas produk Indonesia menurut negara tujuan dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2008. Hasil penghitungan disajikan pada Tabel 5 berikut ini:
Tabel 5 Kontribusi Ekspor Non Migas Produk Indonesia Menurut Negara Tujuan Tahun Anggaran 2003 – 2008 NO
242
NEGARA TUJUAN
2003
2004
2005
2006
2007
2008*)
1
JEPANG
14.41%
14.99%
14.39%
15.33%
14.23%
11.87%
2
AMERIKA SERIKAT
14.68%
14.79%
14.31%
13.42%
12.29%
11.62%
3
SINGAPURA
10.08%
9.64%
10.64%
9.83%
9.77%
9.39%
4
REP.RAKYAT CINA
5.94%
6.14%
5.96%
6.87%
7.24%
8.05%
5
INDIA
3.43%
3.78%
4.31%
4.18%
5.31%
6.34%
6
MALAYSIA
4.88%
5.13%
4.98%
4.76%
4.99%
5.78%
7
KOREA SELATAN
3.73%
3.30%
3.91%
4.29%
4.07%
4.44%
8
BELANDA
2.96%
3.21%
3.36%
3.16%
2.99%
3.52%
9
THAILAND
2.28%
2.77%
2.89%
2.58%
2.88%
2.94%
10
TAIWAN
2.73%
2.72%
2.69%
2.87%
2.54%
2.47%
DAMPAK KRISIS KEUANGAN AMERIKA SERIKAT................(Rudy Badrudin)
11
JERMAN
2.99%
2.96%
2.68%
2.55%
2.52%
2.29%
12
SPANYOL
2.16%
1.50%
1.81%
2.06%
2.07%
1.61%
13
AUSTRALIA
2.30%
2.07%
1.70%
2.01%
2.03%
1.61%
14
PILIPINA
1.92%
2.15%
2.10%
1.73%
1.99%
1.78%
15
HONGKONG
2.50%
2.47%
2.24%
2.14%
1.83%
1.75%
16
INGGRIS
2.40%
2.32%
1.94%
1.80%
1.58%
1.38%
17
ITALIA
1.54%
1.54%
1.51%
1.52%
1.50%
1.73%
18
VIETNAM
0.98%
1.07%
1.02%
1.28%
1.47%
1.64%
19
BELGIA
1.90%
1.63%
1.50%
1.43%
1.45%
1.26%
20
PERSRKTN EMIRAT ARAB
1.60%
1.33%
1.36%
1.27%
1.44%
1.50%
21
TURKI
0.56%
0.64%
0.82%
0.91%
1.14%
0.92%
22
SAUDI ARABIA
0.92%
0.75%
0.79%
0.84%
1.03%
1.10%
23
PAKISTAN
0.56%
0.74%
0.95%
0.92%
1.02%
1.08%
24
PERANCIS
1.38%
1.18%
0.94%
0.91%
0.87%
0.88%
25
BRASILIA
0.52%
0.59%
0.61%
0.79%
0.85%
0.89%
26
BANGLA DESH
0.56%
0.50%
0.53%
0.54%
0.69%
1.01%
27
MESIR
0.36%
0.35%
0.44%
0.58%
0.64%
0.71%
28
REP.AFRIKA SELATAN
0.49%
0.46%
0.47%
0.48%
0.61%
0.59%
29
KANADA
0.81%
0.78%
0.70%
0.69%
0.60%
0.57%
30
IRAN
0.39%
0.34%
0.44%
0.39%
0.51%
0.55%
31
SRI LANGKA
0.39%
0.43%
0.51%
0.53%
0.45%
0.33%
Sumber: www.bps.go.id. Data diolah dari Departemen Perdagangan Republik Indonesia. Catatan*): Data ekspor non migas tahun 2008 dari Januari-Juni 2008.
donesia negara Amerika Serikat, Kanada, negara-negara Eropa, dan Jepang sebagai Triad Market Global menurun seperti yang disajikan pada Tabel 6.
Berdasarkan data Tabel 5, nampak ketergantungan ekspor Indonesia terhadap Triad Market Global cukup besar. Krisis keuangan di Amerika Serikat yang berdampak terhadap negara-negara lainnya seperti Kanada, negara-negara Eropa, dan Jepang mengakibatkan kontribusi ekspor produk In-
243
JEB, Vol. 2, No. 3, November 2008: 233-246
Tabel 6 Kontribusi Ekspor Non Migas Produk Indonesia ke Triad Market Global Tahun Anggaran 2003 – 2008 NO
NEGARA TUJUAN
2003
2004
2005
2006
2007
2008
1
JEPANG
14.41%
14.99%
14.39%
15.33%
14.23%
11.87%
2
AMERIKA SERIKAT dan KANADA
16.29%
16.35%
15.71%
14.81%
13.49%
12.75%
3
EROPA
16.84%
15.82%
15.36%
15.07%
14.81%
14.90%
Total Triad Market Global
47.54%
47.16%
45.47%
45.21%
42.53%
39.53%
Sumber:Tabel 5, data diolah. Berdasarkan data Tabel 6, maka krisis keuangan di Amerika Serikat akan berdampak terhadap perdagangan internasional Indonesia melalui kinerja ekspor Indonesia yang menurun karena turunnya daya beli masyarakat Amerika Serikat. Analisis ekonomi yang dilakukan Kadin mengatakan bahwa ekspor Indonesia ke Amerika Serikat akan turun sebesar 20% pada kuartal III dan IV tahun 2008. Turunnya nilai ekspor Indonesia ke Amerika Serikat akan mengurangi kontribusi ekspor Indonesia ke Amerika Serikat, mengurangi perolehan devisa ekspor, dan akan mempengaruhi nilai transaksi berjalan pada Neraca Pembayaran Internasional Indonesia serta cadangan devisa tahun 2008. Apabila ekspor per produk dirinci maka tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia yang banyak menyerap tenaga kerja sebagian besar diekspor ke pasar Amerika Serikat dan Jepang sehingga dengan turunnya produk ekspor Indonesia akibat krisis keuangan di Amerika Serikat akan berdampak pada peningkatan angka pengangguran di Indonesia. SIMPULAN Amerika Serikat sebagai negara yang mendominasi transaksi keuangan dunia mempunyai pengaruh positif dan negatif terhadap negara lain dari akibat positif dan negatif yang disebabkan oleh perilaku pelaku ekonomi di Amerika Serikat. Krisis keuangan di Amerika Serikat pada tahun 2008 akan berdampak negatif terhadap ekonomi negara lain dalam Triad Market Global. Indonesia yang mempunyai pangsa ekspor ke Triad Market Global rata-rata sebesar 44,57% dan pangsa ekspor ke Amerika Serikat rata-rata sebesar 14,9% dalam
244
6 tahun terakhir akan mengalami penurunan ekspor yang berdampak terhadap penurunan perolehan devisa ekspor dan nilai transaksi berjalan pada Neraca Pembayaran Internasional Indonesia serta cadangan devisa tahun 2008 sebagai akibat krisis keuangan di Amerika Serikat tersebut.
DAFTAR PUSTAKA Ariff, Mohammed (2001). Regional Interaction and Global Free Trade. Palgrave. pp. 147. Badrudin, Rudy (1995), “Pengaruh Yendaka Terhadap Utang Luar Negeri Indonesia”, Jurnal Akuntansi & Manajemen (JAM), Vol. 6, No. 2, Agustus 1995, pp. 131. Bounds, Greg, et al., (1994), Beyond Total Quality Management: Toward the Emerging Paradigm, Singapore: McGraw-Hill, Inc. Fatmawati, Sri. (2008), “Kerjasama Perdagangan Regional (AFTA): Kajian Ekonomi Terhadap Perdagangan Barang Indonesia”, Jurnal Ekonomi & Bisnis (JEB), Vol. 2, No. 2, Juli 2008, pp. 123. Maryatmo, R. (2008) “Strategi Bisnis Eceran (Studi Kasus di Yogyakarta)”, Jurnal Ekonomi & Bisnis (JEB), Vol. 2, No. 1, Maret 2008, pp. 2.
DAMPAK KRISIS KEUANGAN AMERIKA SERIKAT................(Rudy Badrudin)
Moerdokusumo A. (1995), “Memanajemeni Kualitas dalam Lingkungan Perdagangan Bebas yang Sedang Berubah”, Manajemen, No. 99 Mei-Juni: 42. Prabowo, Dibyo dan Sonia Wardoyo (2005). AFTA Suatu Pengantar. Yogyakarta: BPFE. Supranto J., (1994), Ekonomi Manajemen dan Pemasaran Berwawasan Internasional/Global, Jakarta: Badan Penerbit IPWI.
245
JEB, Vol. 2, No. 3, November 2008: 233-246
246
ISSN: 1978-3116 Vol. 2, No. 3, November 2008
JURNA L EKONOMI & BISNIS
Tahun 2007
INDEKS PENULIS DAN ARTIKEL JURNAL EKONOMI & BISNIS (JEB)
Vol. 1, No. 1, Maret 2007 Harjanti, Theresia Tri dan Eduardus Tandelilin, pp. 1-10, Pengaruh Firm Size, Tangible Assets, Growth Opportunity, Profitability, dan Business Risk pada Struktur Modal Perusahaan Manufaktur di Indonesia: Studi Kasus di BEJ. Dewi, Kurnia, pp. 11-22, Pengaruh Pengetahuan tentang Taktik Pemasang Iklan, Penghargaan Diri, Kerentanan Konsumen, dan Pengetahuan Produk Konsumen pada Skeptisme Remaja terhadap Iklan Televisi. Khasanah, Mufidhatul, pp. 23-31, Analisis Nilai Incremental Capital Output Ratio (ICOR) pada Investasi di Kabupaten Sleman, Tahun 2000-2004. Yusuf, Muhammad, pp. 33-48, Metodologi Event Study: Telaah Metodologi di Bidang Ekonomi dan Keuangan. Kusumawati, Rini, pp. 49-58, Analisis Pengaruh Image, Kualitas yang Dipersepsikan, Harapan Nasabah pada Kepuasan Nasabah dan Pengaruh Kepuasan Nasabah pada Loyalitas Nasabah dan Perilaku Beralih Merek Norpratiwi, AM Vianey, pp. 59-65, Aspek Value Added Rumah Sakit sebagai Badan Layanan Umum. Vol. 1, No. 2, Juli 2007 Puspitasari, Christiana Rini, pp. 67-75, Dampak Ekonomi Pembangunan Perumahan Casa Grande di Kabupaten Sleman Terhadap Masyarakat di Luar Perumahan, Tahun 2000-2005 (Studi Kasus di Desa Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Sleman) Estikasari, Ni Nengah Ami Estikasari, pp. 77-86, Pengaruh Pendukung Online pada Web Site Penyedia Layanan Telekomunikasi dalam Meningkatkan Loyalitas Pelanggan Handayani, Asri Wening dan Rudy Badrudin, pp. 87-97, Analisis Deskriptif Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten/Kota di Propinsi D.I. Yogyakarta, Tahun 2004-2005
ISSN: 1978-3116 Vol. 2, No. 3, November 2008
JURNA L EKONOMI & BISNIS
Tahun 2007
Prajogo, Wisnu, pp. 99-103, Interpersonal Network: Keterkaitannya dengan Personality dan Kinerja Berdasarkan Sudut Pandang Social Resources Theory Algifari, pp. 105-112, Analisis Pertumbuhan Ekspor Indonesia Sebelum dan Setelah Krisis Ekonomi Supriyanto, Y, pp. 113-118, Kontroversi Penggunaan Risk-Adjusted Discount Rates (RADR) untuk Mendiskontokan Cash Flows dalam Capital Budgeting Vol. 1, No. 3, Nopember 2007 Anatan, Lina dan Fahmy Radhi, pp. 119-133, The Effect of Environmental Factors, Manufacturing Strategy and Technology on Operational Performance: Study Amongst Indonesian Manufacturers Ciptono, Wakhid Slamet, pp. 135-146, Triple-R Strategy of Reformation—Revitalization, Reflection, and Realization: in Memory of 10 Years of Reformation and 100 Years of National Awakening [2008] Handayani, Asri Wening dan Rudy Badrudin, pp. 147-160, Analisis Deskriptif Struktur Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten/Kota di Propinsi D.I. Yogyakarta, Tahun 2004-2005 Astuti, Kurnia dan Budiono Sri Handoko, pp. 161-173, Analisis Pertumbuhan Ekonomi, Kebutuhan Investasi, dan Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten Sleman Fachrunnisa, OliviaI, pp. 175-186, Identifikasi Pentingnya Komunikasi Nonverbal di Organisasi Purnamawati, Astuti, pp. 187-192, Pengukuran Tingkat Keunggulan Komparatif Barang Ekspor Indonesia Vol. 2, No. 1, Maret 2008 Maryatmo, R., pp. 1-8, Strategi Bisnis Eceran (Studi Kasus di Yogyakarta) Windayani, Santi, pp. 9-28, Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Penggunaan Informasi Kinerja dalam Penganggaran Prajogo, Wisnu, pp. 29-35, Pengaruh Proactive Personality pada In-Role dan Extra-Role Performance (Kasus pada Sebuah Perguruan Tinggi di Yogyakarta)
ISSN: 1978-3116 Vol. 2, No. 3, November 2008
JURNA L EKONOMI & BISNIS
Tahun 2007
Sardjito, Bambang dan Osmad Muthaher, pp. 37-49, Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja Aparat Pemerintah Daerah: Budaya dan Komitmen Organisasi sebagai Variabel Moderating Raharjo, Achmad, pp. 51-55, Prospek Pengembangan Industri Komponen dan Perakitan Otomotif di Kabupaten Sleman Fatmawati, Sri, pp. 57-65, Pemerataan Kepemilikan Saham dan Keadilan: Kebijakan Pemecahan Saham Vol. 2, No. 2, Juli 2008 Dominanto, Nedi Nugrah, pp. 67-75, Perbedaan Sikap Terhadap Iklan, Merek, Dan Niat Beli Konsumen pada Iklan dengan Fear Appeal Tinggi dan Rendah pada Partisipan Wanita Suparmono, pp. 77-94, Analisis Optimasi Faktor Produksi Budidaya Udang Galah di Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman Fajar, Siti Al, pp. 95-100, Model Kepemimpinan Baru dalam Mengelola Diversitas Angkatan Kerja dalam Rangka Meraih Keunggulan Bersaing Pasaribu, Rowland Bismark Fernando, pp. 101-113, Pengaruh Variabel Fundamental Terhadap Harga Saham Perusahaan Go Public di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2003-2006 Fatmawati, Sri, pp. 115-126, Kerjasama Perdagangan Regional (AFTA): Kajian Ekonomi Terhadap Perdagangan Barang Indonesia Manoppo, Yosua Pontolumiu, pp. 127144, Pengaruh Kualitas Inti, Kualitas Hubungan, Risiko yang Dipersepsikan, dan Harapan Konsumen pada Loyalitas Pelanggan dan Komplain Pelanggan pada Salon Kecantikan “X” yang Ada di Yogyakarta
ISSN: 1978-3116
JURNA L
Vol. 2, No. 3, November 2008
EKONOMI & BISNIS
Tahun 2007
PEDOMAN PENULISAN
JURNAL EKONOMI & BISNIS (JEB) Ketentuan Umum 1. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris sesuai dengan format yang ditentukan. 2. Penulis mengirim tiga eksemplar naskah dan satu compact disk (CD) yang berisikan naskah tersebut kepada redaksi. Satu eksemplar dilengkapi dengan nama dan alamat sedang dua lainnya tanpa nama dan alamat yang akan dikirim kepada mitra bestari. Naskah dapat dikirim juga melalui e-mail. 3. Naskah yang dikirim belum pernah diterbitkan di media lain yang dibuktikan dengan pernyataan tertulis yang ditandatangani oleh semua penulis bahwa naskah tersebut belum pernah dipublikasikan. Pernyataan tersebut dilampirkan pada naskah. 4. Naskah dan CD dikirim kepada Editorial Secretary Jurnal Akuntansi & Manajemen (JAM) Jalan Seturan Yogyakarta 55281 Telpon (0274) 486160, 486321 ext. 1332 O Fax. (0274) 486155 e-mail: [email protected] Standar Penulisan 1. Naskah diketik menggunakan program Microsoft Word pada ukuran kertas A4 berat 80 gram, jarak 2 spasi, jenis huruf Times New Roman berukuran 12 point, margin kiri 4 cm, serta margin atas, kanan, dan bawah masing-masing 3 cm. 2. Setiap halaman diberi nomor secara berurutan. Gambar dan tabel dikelompokkan bersama pada lembar terpisah di bagian akhir naskah. 3. Angka dan huruf pada gambar, tabel, atau histogram menggunakan jenis huruf Times New Roman berukuran 10 point. 4. Naskah ditulis maksimum sebanyak 15 halaman termasuk gambar dan tabel. Urutan Penulisan Naskah 1. Naskah hasil penelitian terdiri atas Judul, Nama Penulis, Alamat Penulis, Abstrak, Pendahuluan, Materi dan Metode, Hasil, Pembahasan, Ucapan Terima Kasih, dan Daftar Pustaka. 2. Naskah kajian pustaka terdiri atas Judul, Nama Penulis, Alamat Penulis, Abstrak, Pendahuluan, Masalah dan Pembahasan, Ucapan Terima Kasih, dan Daftar Pustaka. 3. Judul ditulis singkat, spesifik, dan informatif yang menggambarkan isi naskah maksimal 15 kata. Untuk kajian pustaka, di belakang judul harap ditulis Suatu Kajian Pustaka. Judul ditulis dengan huruf kapital dengan jenis huruf Times New Roman berukuran 14 point, jarak satu spasi, dan terletak di tengah-tengah tanpa titik. 4. Nama Penulis ditulis lengkap tanpa gelar akademis disertai alamat institusi penulis yang dilengkapi dengan nomor kode pos, nomor telepon, fax, dan e-mail.
ISSN: 1978-3116 Vol. 2, No. 3, November 2008
JURNA L EKONOMI & BISNIS
Tahun 2007
5.
6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
14.
Abstrak ditulis dalam satu paragraf tidak lebih dari 200 kata menggunakan bahasa Inggris. Abstrak mengandung uraian secara singkat tentang tujuan, materi, metode, hasil utama, dan simpulan yang ditulis dalam satu spasi. Kata Kunci (Keywords) ditulis miring, maksimal 5 (lima) kata, satu spasi setelah abstrak. Pendahuluan berisi latar belakang, tujuan, dan pustaka yang mendukung. Dalam mengutip pendapat orang lain dipakai sistem nama penulis dan tahun. Contoh: Badrudin (2006); Subagyo dkk. (2004). Materi dan Metode ditulis lengkap. Hasil menyajikan uraian hasil penelitian sendiri. Deskripsi hasil penelitian disajikan secara jelas. Pembahasan memuat diskusi hasil penelitian sendiri yang dikaitkan dengan tujuan penelitian (pengujian hipotesis). Diskusi diakhiri dengan simpulan dan pemberian saran jika dipandang perlu. Pembahasan (review/kajian pustaka) memuat bahasan ringkas mencakup masalah yang dikaji. Ucapan Terima Kasih disampaikan kepada berbagai pihak yang membantu sehingga penelitian dapat dilangsungkan, misalnya pemberi gagasan dan penyandang dana. Ilustrasi: a. Judul tabel, grafik, histogram, sketsa, dan gambar (foto) diberi nomor urut. Judul singkat tetapi jelas beserta satuan-satuan yang dipakai. Judul ilustrasi ditulis dengan jenis huruf Times New Roman berukuran 10 point, masuk satu tab (5 ketukan) dari pinggir kiri, awal kata menggunakan huruf kapital, dengan jarak 1 spasi b. Keterangan tabel ditulis di sebelah kiri bawah menggunakan huruf Times New Roman berukuran 10 point jarak satu spasi. c. Penulisan angka desimal dalam tabel untuk bahasa Indonesia dipisahkan dengan koma (,) dan untuk bahasa Inggris digunakan titik (.). d. Gambar/Grafik dibuat dalam program Excel. e. Nama Latin, Yunani, atau Daerah dicetak miring sedang istilah asing diberi tanda petik. f. Satuan pengukuran menggunakan Sistem Internasional (SI). Daftar Pustaka a. Hanya memuat referensi yang diacu dalam naskah dan ditulis secara alfabetik berdasarkan huruf awal dari nama penulis pertama. Jika dalam bentuk buku, dicantumkan nama semua penulis, tahun, judul buku, edisi, penerbit, dan tempat. Jika dalam bentuk jurnal, dicantumkan nama penulis, tahun, judul tulisan, nama jurnal, volume, nomor publikasi, dan halaman. Jika mengambil artikel dalam buku, cantumkan nama penulis, tahun, judul tulisan, editor, judul buku, penerbit, dan tempat. b. Diharapkan dirujuk referensi 10 tahun terakhir dengan proporsi pustaka primer (jurnal) minimal 80%. c. Hendaknya diacu cara penulisan kepustakaan seperti yang dipakai pada JAM/JEB berikut ini:
Jurnal Yetton, Philip W., Kim D. Johnston, and Jane F. Craig. Summer 1994. “Computer-Aided Architects: A Case Study of IT and Strategic Change.”Sloan Management Review: 57-67.
ISSN: 1978-3116 Vol. 2, No. 3, November 2008
JURNA L EKONOMI & BISNIS
Tahun 2007
Buku Paliwoda, Stan. 2004. The Essence of International Marketing. UK: Prentice-Hall, Ince. Prosiding Pujaningsih, R.I., Sutrisno, C.L., dan Sumarsih, S. 2006. Kajian kualitas produk kakao yang diamoniasi dengan aras urea yang berbeda. Di dalam: Pengembangan Teknologi Inovatif untuk Mendukung Pembangunan Peternakan Berkelanjutan. Prosiding Seminar Nasional dalam Rangka HUT ke-40 (Lustrum VIII) Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman; Purwokerto, 11 Pebruari 2006. Fakutas Peternakan UNSOED, Purwokerto. Halaman 54-60. Artikel dalam Buku Leitzmann, C., Ploeger, A.M., and Huth, K. 1979. The Influence of Lignin on Lipid Metabolism of The Rat. In: G.E. Inglett & S.I.Falkehag. Eds. Dietary Fibers Chemistry and Nutrition. Academic Press. INC., New York. Skripsi/Tesis/Disertasi Assih, P. 2004. Pengaruh Kesempatan Investasi terhadap Hubungan antara Faktor Faktor Motivasional dan Tingkat Manajemen Laba. Disertasi. Sekolah Pascasarjana S-3 UGM. Yogyakarta. Internet Hargreaves, J. 2005. Manure Gases Can Be Dangerous. Department of Primary Industries and Fisheries, Queensland Govermment. http://www.dpi.gld.gov.au/pigs/ 9760.html. Diakses 15 September 2005. Dokumen [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Sleman. 2006. Sleman Dalam Angka Tahun 2005.
Mekanisme Seleksi Naskah 1. 2. 3.
Naskah harus mengikuti format/gaya penulisan yang telah ditetapkan. Naskah yang tidak sesuai dengan format akan dikembalikan ke penulis untuk diperbaiki. Naskah yang sesuai dengan format diteruskan ke Editorial Board Members untuk ditelaah diterima atau ditolak. 4. Naskah yang diterima atau naskah yang formatnya sudah diperbaiki selanjutnya dicarikan penelaah (MITRA BESTARI) tentang kelayakan terbit. 5. Naskah yang sudah diperiksa (ditelaah oleh MITRA BESTARI) dikembalikan ke Editorial Board Members dengan empat kemungkinan (dapat diterima tanpa revisi, dapat diterima dengan revisi kecil (minor revision), dapat diterima dengan revisi mayor (perlu direview lagi setelah revisi), dan tidak diterima/ditolak). 6. Apabila ditolak, Editorial Board Members membuat keputusan diterima atau tidak seandainya terjadi ketidaksesuaian di antara MITRA BESTARI. 7. Keputusan penolakan Editorial Board Members dikirimkan kepada penulis. 8. Naskah yang mengalami perbaikan dikirim kembali ke penulis untuk perbaikan. 9. Naskah yang sudah diperbaiki oleh penulis diserahkan oleh Editorial Board Members ke Managing Editors. 10. Contoh cetak naskah sebelum terbit dikirimkan ke penulis untuk mendapatkan persetujuan. 11. Naskah siap dicetak dan cetak lepas (off print) dikirim ke penulis.