Jurnal Edukasi, ISSN 1411-2825, Vol. 8, No. 1, Februari 2011, Hal 12-17
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA KULIAH MANAJEMEN SISTEM INFORMASI DENGAN MENERAPKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN INQUIRY Abdul Hakim, M.T. Parumbuan & Pattaufi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Makassar e-mail:
[email protected] Abstrak Komunikasi yang terjadi antar mahasiswa masih tergolong rendah sehingga tidak menimbulkan diskusi atau perdebatan yang menarik yang dapat meningkatkan aktivitas berpikir mahasiswa. Kurangnya variasi dalam model pemebelajaran juga merupakan salah satu factor lesunya mahasiswa dalam mengikuti proses belajar mengajar (PBM) sehingga berakibat pada tingkat ketuntasan belajar mahasiswa. Demi ptimbalnya kegiatan pembelajaran, seorang guru dituntut secara professional menerapkan metode pembelajaran yang dipandang efektif dalam mentransfar ilmu pengetahuan kepada mahasiswa, seperti metode ceramah, diskusi, pemberian tugas, ataupun metode eksperimen. Penggunaan metode pembelajaran tersebut sangat ditentukan oleh jenis materi yang akan diberikan kepada mahasiswa yang relevan dengan kurikulum. Proses pembelajaran melalui penerapan pembelajaran inquiry dalam mata kuliah Manajemen Sistem Informasi efektif dalam memotivasi belajar mahasiswa, aktivitas mengajar dosen telah melakukan sesuai dengan langkah-lankah yang telah direncanakan, dan melalui pendekatan inquiry telah mudah memahami dan menerima materi pelajaran hal ini terlihat dimana mahasiswa secara umum semakin aktif dan menunjukkan keseriusan dalam mengikuti materi pelajaran. Kata Kunci: Manajemen, Inquiry dan informasi. PENDAHULUAN Proses kegiatan belajar mengajar di perguruan tinggi seharusnya berlangsung menarik, aktivitas mahasiswa sebagai pebelajar selalu antusia dalam mengikuti setiap mata kuliah. Namun kenyataan di lapangan menunjukan lain, kegiatan pembelajaran yang seharusnya menarik, penuh aktivitas, kreativitas dan ide-ide cemerlang itu tidak ada, kelas yang ada hanyalah kelas yang pasif di mana hanya terjadi pemberian informasi dari dosen ke mahasiswa. Mahasiswa hanya mendengarkan sambil mencatat hal-hal yang dianggap penting untuk dicatat. Keadaan seperti tersebut di atas juga terjadi pada mata kuliah manajemen system informasi, sesuai dengan hasil survey awal dapat dipastikan, ketika para mahasiswa mengikuti mata kuliah manajemen system informasi gairah belajar mereka kurang. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas mereka seperti: mengantuk, asyik dengan dirinya sendiri, bermain pulpe, telepon genggam, atau mereka becanda dengan teman sebangku bahkan sampa ada yang membuat gaduh seisi kelas dengan ulah-ulah mereka. Faktor lain yang menyebabkan kegiatan belajar mengajar kurang menarik adalah sisi . Dosen dalam mengajar cenderung monoton, dalam artian mereka hanya member informasi (proses satu arah) tanpa ada timbale balik, kalaupun ada feed back itu biasanya hanya sebuah pertanyaan yang mudah dijawa dan tidak menimbulkan pertanyaan yang mudah dijawab dan tidak meninmbulkan pertanyaan-pertanyaan lain atau paling tidak merangsang mahasiswa untuk
bertanya. Dan tidak jarang pula aktivitas Tanya jawab yang terjadi terkesan dipaksakan misalnya mahasiswa baru menjawab sebuah pertanyaan apabila sudah mendapat perintah atau ditunjuk oleh dosennya. Aktivitas belajar mengajar yang tidak maksimal jelas akan menghambat tujuan pembelajaran yang diharapkan. Jika hal ini berlangsung terus menerus maka pendidikan yang diselenggarakan dapat dikatakan gagal karena selain tidak mengajar para pebelajar untuk turut aktif, dan kreatif juga hasil evaluasi yang diperoleh selalu di bawah target. Melihat kenyataan seperti di atas, maka perlu diterapkan metode pengajaran yang membuat suasana kelas menjadi hidup dan diharapkan akan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar mahasiswa. Tuntutan seperti tersebut diatas kiranya dapat dipenuhi dengan menggunakan pendekatan PAKEM dimana dalam proses belajar mengajar, mahasiswa menjadi pusat pembelajaran. Dalam hal ini mahasiswa tidak hanya menjadi objek yang pasif yang hanya menerima informasi dari dosen, akan tetapi mahasiswa ikut berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Dari sekian banyak metode yang ditawarkan penulis akan mengujicobakan metode diskusi. Metode ini merupakan pengembangan dari pendekatan inquiry. “Pendekatan inquiry adalah metode pengajaran yang menekankan pada pengalaman-pengalaman belajar yang mendorong mahasiswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri” (Wudja, I Gede, 1989:48). Secara keseluruhan pendekatan inquiry menekankan pada keterampilan untuk menunjau lingkunganya secara lebih kritis dan untuk melatih mahasiswa dalam mengambil sebuah keputusan dan bertanggung jawab. Kampus menjadi tempat latihan atau persiapan mahasiswa dalam partisipasinya untuk mengambil sebuah keputusan dan tanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat. PRoses penyampaian materi perkuliahan membutuhkan metode. Metode ini digunakan oleh pmbelajar agar materi yang disampaikan dapat diterima atau diserap secara baik dengan waktu dan biaya yang lebih efektif dan efisien. Menurut I Gede Widja (1989) pengertian metode adalah bagian dari strategi mengajar yang merupakan langkah taktis yang perlu diambil pembelajar dalam mengefektifkan strategi yang digunakannya agar tujuan pengajaran yang telah ditentukannya dapat tercapai. Metode digunakan dalam penelitian ini sebagai pengembangan dari diterapkannya pendekatan inquiry dalam pembelajaran adala metode diskusi. Mengajar dengan metode diskusi berarti pembelajar memberi kesempatan yang luas kepada mahasiswanya untuk mengembangkan atau men-explorel pikirannya, dan menemukan konsep dan prinsip melalui proses mentalnya sendiri, speerti yang diungkapkan I Gede Widja tentang inquiry, bahwa dalam inquiry lebih menekankan pengalaman-pengalaman belajar yang mendorong mahasiswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Pendekatan inquiry merupakan bagian dari strategi pembelajaran dengan paham konstruktivisme. Menurut paham ini mahasiswa dilatih untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide bukan untuk sekekdar mengingat sekumpulan fakta, kaidah dan konsep-konsep dari sebuah ilmu pengetahuan. Dalam inquiry keaktifan erpikir mahasiswa lebih diutamakan daripada hanya sekedar mereproduksi bermacam informasi yang telah idsmpaikan oleh pembelajar. Sri HArtati (2005:8) menyatakan bahwa “dalam inquiry mahasiswa harus lebih banyak belajar sendiri untuk mengembangkan kreativitas dalam pemecahan masalah, mahasiswa benar-benar diposisikan sebagai subjek yang belajar”. Sedangkan posisi pembelajarn hanya sebagai pembimbing dan
fasilitator dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran harus dipandang sebagai stumulus yang dapat menantang mahasiswa untuk melakukan kegiatan belajar. Tujuan penerapan pendekatan inquiry dalam penelitian ini adalah untuk membuat pembelajaran mata kuliah manajemen system informasi menjadi lebih menarik, menunjukkan kepada mahasiswa bahwa fakta-fakta yang ada lebih bersifat kemungkinan daripada sebuah kepastian. Pendepatan ini juga memberika kesempatan mahasiswa untuk ikut berpartisipasi aktif dalam pelajaran mata kuliah manajemen system insformasi sehingga mahasiswa tidak mengalami kejenuhan baru dalam belajar mata kuliah manajemen system informasi. Penerapan pendekatan inquiry dalam kegiatan belajar mengajar yang mengedepankan cara atau konsep berpikir kritis juga memiliki dampak psikologis. Mahasiswa menjadi lebih percara diri, hal ini akan mendorong mahasiswa untuk melakukan aktivitas intelektual dalam menghadapi dan memecahkan masalah secara mandiri dan memiliki keterampilan berpikir kritis karena mereka harus selalu menganalisis dan menangani informasi. Keterlibatan mental para mahasiswa dalam kegiatan belajar mengajar itu akan meningkatkan motivasi dan kesungguhan mahasiswa dalam belajar. Ketika pembelajar menerapkan pendekatan inquiry dalam proses belajar mengajar (PBM) di kelas, pembelajar tidak dperbolehkan untuk masuk terlalu dalam atau terlalu mengintervensi mahasiswanya dengan berbagai macam informasi. Pembelajaran hendaknya membiarkan mahasiswanya untuk berpikir aktif dalam menemukan fakta-fakta, kaidah, dan konsep dari ilmu pengetahuan dalam hal ini berarti fakta-fakta, kaidah dan kosenp mata kuliah manajemen system informasi. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian tindakan kelas. Jenis penelitian ini didasarkan pendapat Arikunto (2008:58) yang mengatakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian yan dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki dan meningkatkan mutu praktik pembelajaran dan mengatasi permasalahannya secara langsung melalui suatu tindakan dan refleksi diri yang didasarkan pada hasil kajian dalam konteks pembelajaran di kelas. Dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini, peneliti mengadopsi model yang dikembangkan oleh Krut Lewin. Adapaun komponen-komponen pokok yang dapat dijadikan sebagai langkah dalam penelitian adalah: Perencanaan atau planning, tindakan atau acting, pengamatan atau observing, refleksi atau reflecting. Fokus yang diamati atau diteliti dalam penelitian adalah: (1) Faktor dosen, yakni kinerja dosen dalam proses belajar mengajar; (2) Faktor mahasiswa, yakni aktivitas mahasiswa dalam PBM dan hasil belajar mahasiswa setelah diterapkannya metode pembelajaran inquiry. Pengumpulan data sebagai pendukung terhadap sejumlah masalah yang telah dikemukakan. Berdasarkan pada sumsi tersebut, teknik ya digunakan untuk memperoleh data di lapangan antara lain: (1) observasi, yaitu digunakan untuk menjaring data tentang aktivitas belajar mahasiswa selama proses pembelajaran manajemen system informasi dengan pendekatan pembelajarajn inquiry, (2) Tes digunakan untuk mengetahui keampuan mahasiswa setelah penerapan pendekatan pembelajaran inquiry pada akhir tiap siklus untuk mengetahui hasil belajarnya; (3) Dokumentasi adalah mengumpulkan data tentang hasil belajar mahasiswa. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis statistic deskriptid kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan keaktifan belajar mahasiswa di kelas sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menderskripsikan hasil belajar mahasiswa yang diketahui dari hasil penelitian setiap siklus.
Indikator yang diamati untuk menunjukkan keberhasilan penelitian ini adalah apabila terjadi peningkatan motivasi dan keaktifan mahasiswa selama mengikuti pelajaran dan terjadinya eningkatan skor ketintasan minimal belajar manajemen system informasi sebesar 71 yang diperoleh mahasiswa setelah dilaksanakan tes pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran inquir pada setiap akhir siklus, dan scara klasikal nilai rata-rata kelas mencapai 80% dari seluruh mahasiswa. Adapun skala penukuran untuk hasil observasi aktivitas belajar menggunakan skala deskripsi (Sukmdinata, 2006: 221), yakni: (a) aktivitas belajar dikategorikan sangat tinggi dengan persentase 85% - 100%. (b) aktivitas belajar dikategorikan tinggi dengan persentase 70%-84%, (c) aktivitas belajar dikategorikan cukup dengan persentase 55%-69%, (d) aktivitas belajar dikategorikan rendah dengan persentase 40%-54%, dan (e) aktivitas belajar dikategorikan sangat rendah dengan persentase 0%-39%. HASIL PENELITIAN Data penelitian berupa hasil belajar mahasiswa diperoleh dengan melakukan tes hasil belajar pada akhir siklus pertama dan siklus kedua. Berdasarkan hasil analisis sebagaimana yang tercantum pada table data hasil belajar pada lampiran, maka gambaran umum rangkuman data tes hasil belajar mahasiswa setelah diterapkan pendekatan pembelajaran inquiry siklus I pada mahasiswa KTP semester II menunjukkan bahwa skor rata-rata hasil belajar mahasiswa KTP sepmester II mata kliah Manajemen Sistem Informasi melalui penerapan pendekatan inquiry pada siklus I sebesar 67,50. Skor tertinggi yang dicapai adalah 80 dan skor terendah 50. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan mahasiswa atau hasil belajar mahasiswa cukup bervariasi. Hasil beljaar mahasiswa KTP semester II melalui penerapan pendekatan pembelajaran inquiry mata kuliah manajemen system informasi pada siklus I sebesar 67,50 untuk lebih jelasnya dapat diuaikan kategori nilai berdasarkan 5 kelompok yang telah ditetapkan UNM. Berdsarkan skor tes hasil belajar mahasiswa dikeompokkan ke dalam lima kategori, maka diperoleh distribusi frekuanesi dan persentase meunjukkan bahwa dari 30 mahasiswa KTP semester II persentase skor hasil belajar mahasiswa setelah dilaksanakannya pembelajaran manajamen system informasi melalui pendekatan pembelajaran inquiry, ada 16 mahasiswa (53,33%) berada pada kategori baik, 10 mahasiswa (33,33%) berada pada kategori cukup, 4 mahasiswa (13,33%) berada pada kategori kurang, dan tidak ada mahasiswa (0%) yang berada pada kategori sangat kurang dan sangat baik. Berdasarkan hasil analisis data table 4.4 diperoleh skor rata-rata hasil belajar mahasiswa pada siklus I sebesar 67,50. Jika skor rata-rata mahasiswa tersebut dimasukkan pada table 4.4 maka skor rata-rata berada pada kategori cukup. Hal ini berarti bahwa rata-rata peningkatan hasil belajar mahasiswa KTP semester II setelah dilaksanakan pendekatan pembelajaran inquiry pada mata kuliah manajemen system informasi berada pada kategori cukup. Berdasarkan hasil pengamtan pada pelaksanaan siklus I bahwa terlihat masih ada mahasiswa yang masih bermain dan tidak setius mengikuti jalannya diskusi, masih ada mahasiswa yang berbicara tanpa memperhatikan materi diskusi dengan baik, sehingga pada pelaksanaan siklus I dianggap kurang berhasil secara keseluruhan. Berdasarkan hasil analisis pada table 3 diperoleh skor rata-rata hasil belajar mahasiwa pada siklus I sebesar 67,50 maka berdasarkan ketetapan UNM dalam pedoman penilaian masuk dalam kategori baik. Hal ini berada di bawah standar penialai criteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan untuk mata kuliah manajemen system informasi sebesar 71. Hasil analisis
deskriptif di atas menunjukkan peningkatan hasil belajar mahasiswa KTP semester melalui pendekatan pembelajaran inquiry pada siklus I dikategorikan cukup. Kemudian untuk melihat distribusi frekuensi, persentase, serta kategori ketercapaian ketuntasan hasil belajar mahasiswa melalui pendekatan pembelajaran inquiry ditunjukkan persentase hasil belajar mahasiswa KTP semester II pada siklus I sebesar 53,33% atau 16 orang dari 30 mahasiswa berada dalam kategori tuntas dan 46,67% atau 14 orang dari mahasiswa berada dalam kategori tdak tuntas. Hal ini menunjukkan bahwa berdasarkan criteria ketuntasan hasil belajar siklus satu di atas dianggap belum tuntas sevara klasikal dimana ketuntasan klasikal hana mencapai 53,33% dari 30 orang mahasiswa, dengan daya serap 67,50%. Sehingga penelitian ini dianggap masih perlu dilanjutkan pada siklus dua. Berdasarkan hasil analisis deskriptif terhadap pencapaian skor tes hasil belajar siklus II pada mahasiswa KTP semester II melalui penerapan pendekatan pembeajaran inquiry pada mata kuliah manajemen system informasi siklus ke 2 adalah 80,1. Skor yang dicapai tersebar dengan skor tertinggi 100 dan skor terendah 60. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan mahasiswa atau hasil belajar mahasiswa cukup bervariasi. Skor rata-rata mahasiswa mencapai 80,1 dapat dikategorikan baik. Jika skor hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah manajemen system informasi dikelompokkan ke dalam 5 (lima) kategori maka hasil belajar mahasiswa KTP diperoleh distribusi frekuensi dan persentase menunjukkan bahwa dari 30 mahasiswa setelah diterapkan pendekatan inquiry dalam proses pembelajaran maka tidak ada lagi yang berada pada kategori sangat kurang dan kategori kurang, terdapat 3 orang (10,00%) berada pada kategori cukup, 21 orang (70,00%) berada pada kategori baik, dan 6 orang (20,00%) berada pada kategori sangat baik. Hal ini berarti bahwa rata-rata peningkatan hasil belajar mahasiswa setelah diterapkan pendekatan pembelajaran inquiry pada mata kuliah manajemen system informasi berada pada kategori baik. Berdasarkan hasil analisis hasil belajar pada pelaksanaan siklus II bahwa terlihat sudah tidak ada mahasiswa yang bermain, semua sudah serius mengikuti jalannya diskusi, semua aktif dalam diskusi, sudah tidak ada lagi mahasiswa yang berbicara diluar dari apa yang didiskusikan, sehingga ini menyebabkan pelaksanaan siklus ii telah dianggap berhasil. Indikator keberhasilan penelitian ini adalah apabila terjadi peningkatan hasil belajar pada mahasiswa KTP semester II dengan skor perolehan skor minimal 71 maka penelitian yang dilakukan dianggap telah berhasil. KEmudian untuk melihat frekuensi persentase, serta kategori ketercapaian ketuntasan hasil belajar mahasiswa melalui penerapan pendekatan inquiry pada siklus II ditunjukkan dari 30 orang mahasiswa terdapat 3 orang yang belum tuntas, sedangkan 27 orang atau 90% telah mencapai ketuntasan. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar melalui penerapan pendekatan pembelajaran inquiry. Pelaksanaan proses kegiatan belajar mengajar mata pelajaran manajemen system infomasi mahasiswa setelah diterapkan pendekatan pembelajaran inquiry menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah manajemen system informasi mahasiswa semester II jurusan KTP setelah diterapkan pendekatan pembelajaran inquiry. Hal ini dapat terlihat dari hasil belajar mata kuliah manajemen system informasi mahasiswa pada siklus I terjadi peingkatan cukup signifikan pada siklus II. Aktivitas mengajar dosen dan aktivitas belajar mahasiswa terjadi peningkatan setelah diterapkanannya pendekatan inquiry. Aktivitas mengajar dosen dapat dilihat pada perencanaan pembelajarannya dan pada saat menerapkan pendekatan inquiry, tampaka bahwa dosen telah melakukan langkah-langkah pembelajaran inquiry dengan baik. Dosen juga telah melaksanakan penilaian terhadap hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah manajemen system informasi.
Kegiatan mahasiswa pada siklus pertama, tampak semangat dan perhatian mahasiswa dalam proses pembelajaran umumnya masih kurang memberikan tanggapan atau respon positif terhadap pendekatan yang diterapkan. Pada siklus kedua keaktifan mahasiswa memberikan respon mengalami peningkatan yang berarti, ditandai dengan banyaknya mahasiswa yang serius memperhatikan materi pelajaran yang diberikan serta mahasiswa maktif memperlihatkan rasa tanggung jawab terhadap kelompoknya. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa: (1) Proses pembelajaran penerapan pembelajaran inquiry pada mata kuliah manajemen system informasi efektif dalam memotivasi belajar mahasiswa jurusan KTP semester II, aktivitas mengajar dosen telah melakukan sesuai langkah-langkah yang telah direncanakan, dan melalui pendekatan inquiry lebih mudah memahami dan menerima materi pelajaran hal ini terlihat dimana mahasiswa secara umum semakin aktif dan menunjukkan keseriusan dalam mengikuti materi pelajaran, (2) Hasil belajar mahasiswa jurusan KTP semester II pada mata kuliah manajemen system informasi melali pendekatan pembelajaran inquiry mengalami peningkatan. Hal ini tampaka pada perolehan nilai rata-rata siklus 1 yang hanya berada pada kategori cukup, menjadi kategori baik pada siklus II, sehingga dapat dilihat bahwa hasil belajar mahasiswa mengalami peningkatan yang signifikan. Berdasarkan hasil penelitian ini diajukan saran sebagai berikut: (1) Para pengajar khususnya dosen mata kuliah manajemen system informasi hendaknya menerapkan pendekatan pembelajaran inquiry, karena dapat meningkatkan keaktifan, dan menciptakan suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan; (2) Dosen hendaknya mengadakan variasi mengajar dalam pembelajaran manajemen system informasi, karena dengan mengadakan variasi dapat menumbuhkan semangat dan motivasi belajar dan menghilangkan kejenuhan mahasiswa dalam belajar.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi, 1997. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. ------------ 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah dan Zain, 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Hasibuan, JJ, 2008. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remadja Rosdakarya. Hartati, Sri. 2002. Penerapan Pendekatan Reciprocal Teaching (Pengajaran Balik) IPA sebagai Alternatif Peningkatan Kadar Keaktifan dan Kemampuan Kognitif Siswa SLTP. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Menggagas Pendidikan sebagai Investasi Peradaban Ke depan. Semarang UNNES, 4 Mei 2005. Idochi Anwar, 1990. Kepemimpinan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Angkasa. Kasmadi, Hartono. 2001. Pengembangan Pembelajaran dengan Pendekatan Model-model Pengajaran Sejarah. Semarang: PT Prima Nugraha Pratama.
Mulyasa, 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Sebuah Panduan Praktis. Bandung: Remadja Rosdakarya. Nasution, M.A. 2004. Didaktik Asas-asas Mengajar . Jakarta: Bumi Aksara. Nurhadi dan Agus Gerrad Senduk, 2003. Kontekstual dan Penerapannya Dalam KBK. Malang: UM Press Oemar, M. 1984. Metode Inquiry dalam Pengajaran IPS. Jakarta. Depdikbud. Roestiyah, N.K 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Rohani, A. dan Ahmadi. 1995. Pengelolaan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Sudjana, Nana. 1989. CBSA dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Suprayekti. 2004. Interaksi Belajar MEngajar, Jakarta: Departeman Pendidikan Nasional. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentan system Pendidikan Nasional Bersrta Penjelasannya. Bandung: Citra Umbara. USman, M.U. 1994. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remadja Rosdakarya. Widja, I. Gede. 1989. Dasar-dasar Pengembangan Strategi serta MEtode PEngajaran Sejarah. Jakarta: Depdikbud.