PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA (Studi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 18 Kota Cirebon)
JURNAL Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Ujian Sarjana Pendidikan
oleh DARSITI NPM: 109070198
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2013
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA Darsiti¹, Sugeng Muslimin, Drs., M.Si ², Neneng Aminah, S.Pd., M.Pd³ Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Swadaya Gunung Jati
ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan komunikasi matematis siswa dan proses pembelajaran matematika yang masih didominasi oleh guru sehinnga siswa kurang aktif dalam pembelajaran. Suatu model pembelajaran matematika yang diharapkan mampu untuk meningkatkan komunikasi matematis siswa salah satunya adalah dengan menggunakan model pembelajaran tutor sebaya.Tujuan penelitian ini dalah untuk mengetahui apakah model pembelajaran tutor sebaya dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa, dan untuk mengetahui perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa antara model pembelajaran tutor sebaya dengan pembelajaran konvensional serta mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran tutor sebaya. Metode penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Dan desain penelitian ini menggunakan kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan pretes dan postes. Populasi yang diambil yaitu seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 18 Kota Cirebon sebanyak lima kelas dengan mengambil dua kelas sebagai sampel yaitu kelas VIII D sebagai kelas control dan kelas VIII E sebagai kelas eksperimen. Instrumen pengambilan data menggunakan pretes dan postes kemampuan komunikasi matematis dan angket respon siswa. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran tutor sebaya dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa, dan terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa antara model pembelajaran tutor sebaya dengan pembelajaran konvensional. Siswa juga menunjukkan respon yang positif terhadap model pembelajaran tutor sebaya, hal itu dapat dilihat dari hasil analisis data angket yang menunjukkan 82,81% siswa merespon positif terhadap penggunaan model pembelajaran tutor sebaya. Kata kunci : Tutor Sebaya, Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa.
1. 2. 3.
Mahasiswa Unswagati Cirebon. Dosen Unswagati Cirebon. Dosen Unswagati Cirebon.
2
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika tumbuh dan berkembang karena proses berfikir, oleh karena itu logika adalah dasar untuk terbentuknya matematika. Pada dasarnya proses pembelajaran matematika bukan hanya transfer ide, gagasan atau materi dari guru kepada siswa. Namun dimana guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan ide atau pendapatnya sendiri. Jadi, dapat dikatakan bahwa dalam setiap proses pembelajaran terjadi interaksi antara guru-siswa, siswa-guru dan siswa-siswa. Tetapi kenyataan yang ada dilapangan, bahwa guru masih dominan dalam menyampaikan ide dan informasi sehingga siswa cenderung pasif dalam proses pembelajaran. Untuk mengurangi hal tersebut guru harus bisa menerapkan strategi, metode dan model yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi siswa. Selain matematika sebagai bahasa, matematika dan pembelajaran matematika merupakan aktivitas sosial (sosial activity). Interaksi antar siswa penting sebagai jalan untuk pemeliharaan potensi matematika siswa. “Komunikasi matematika (mathematical communication) diartikan sebagai kemampuan dalam menulis, membaca, menyimak, menelaah, menginterpretasikan dan mengevaluasi ide, simbol, istilah serta informasi matematika (dalam Afgani, J., 2011:4.15)”. Berdasarkan dengan hal tersebut diatas, perlu adanya variasi pembelajaran yang merangsang dan melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar, salahsatunya adalah pembelajaran kooperatif. Ada beberapa tipe pembelajaran kooperatif, salah satunya adalah model pembelajaran tutor sebaya. Sebagaimana yang dituliskan oleh Wiradinata, D.R., (2011:375) , siswa yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah dengan cara “tutor sebaya”. Tutor sebaya merupakan pembelajaran yang melibatkan siswa, sehingga akan terjadi interaksi tidak hanya guru dengan siswa tetapi juga antar siswa dengan siswa. Dengan adanya pembelajaran tutor sebaya diharapkan siswa dapat lebih aktif dalam melakukan sebagian kegiatan belajar. Menurut Silberman dalam Baharudin (2007:134) mengatakan bahwa, “cara belajar dengan cara mendengarkan akan lupa, dengan cara mendengarkan dan melihat akan ingat sedikit, dengan cara mendengarkan, melihat, dan mendiskusikan dengan sisw lain akan paham, dengan cara mendengar, melihat, diskusi dan melakukan akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan, dan cara untuk menguasai pelajaran yang terbagus adalah dengan mengajarkan”. Untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa pada kegiatan belajar mengajar khususnya pada pembelajaran matematika, maka perlu dikembangkan strategi atau model pembelajaran yang sesuai, tidak hanya mentransfer ilmu tetapi bisa mengasah keterampilan dan menumbuhkan rasa saling berbagi ilmu dan pengalaman dengan teman sebaya. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Penerapan Model Pembelajaran Tutor Sebaya untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa “. (Studi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 18 Cirebon).
3
Dari uraian diatas, maka rumusan dan batasan masalahnya adalah. 1. Apakah model pembelajaran tutor sebaya dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa? 2. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran matematika setelah menggunakan model pembelajaran tutor sebaya? 3. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis antara model pembelajaran tutor sebaya dengan pembelajaran konvensional? Agar pembahasan masalah ini tidak terlalu meluas, maka penulis memberi batasan pada penelitian yang akan dilakukan, yaitu. 1. Penelitian dilakukan pada kelas VIII SMP Negeri 18 Kota Cirebon. 2. Materi pelajaran untuk penelitian ini diambil satu pokok bahasan dari beberapa pokok bahasan yang ada di kelas VIII yaitu pokok bahasan fungsi. Sedangkan tujuan dalam penelitian ini, yaitu. 1. Mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa melalui model pembelajaran tutor sebaya. 2. Mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran matematika setelah menggunakam model pembelajaran tutor sebaya. 3. Mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa antara model pembelajaran tutor sebaya dengan pembelajaran konvensional. B. Kajian Pustaka 1. Pengertian Model Pembelajaran Tutor Sebaya Tutor sebaya merupakan salah satu dari model pembelajaran kooperatif, tutor sebaya gabungan dari dua buah kata yaitu tutor dan sebaya. Menurut Suherman (2003:277) tutor sebaya Tutor sebaya adalah sumber belajar selain guru, yaitu teman sebaya yang lebih pandai dengan memberikan bantuan belajar pada temanteman sekelasnya disekolah. Menurut Dinkmeyer (Suherman, 2003:277) menyatakan bahwa, tugas sebagai tutor merupakan kegiatan yang kaya akan pengalaman yang justru sebenarnya merupakan kebutuhan anak itu sendiri. Dalam persiapan ini antara lain mereka berusaha mendapatkan hubungan dan pergaulan baru yang mantap dengan teman sebaya, mencari perannya sendiri, mengembangkan kecakapan intelektual dan konsep-konsep yang penting, mendapatkan tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial. Berdasarkan beberapa pengertian tutor sebaya tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa, tutor sebaya adalah sumber belajar selain guru, yaitu siswa yang lebih pandai dapat memberikan bantuan belajar kepada teman-teman sekelasnya yang mengalami kesulitan dalam belajar. Pengajaran sesama siswa memberikan siswa kesempatan dalam mempelajari sesuatu dengan baik dan sekaligus menjadi narasumber bagi satu sama lain. Dengan kata lain, siswa bisa benar-benar menguasai pelajaran jika bisa mengajarkannya kepada orang lain.
4
2.Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Menurut Afgani (2011:4.15) Komunikasi matematika diartikan sebagai kemampuan dalam hal menulis, membaca, menyimak, menelaah, menginterpretasikan dan mengevaluasi ide, simbol, istilah serta informasi matematika. Komunikasi merupakan bagian yang esensial dalam berbagi gagasan dan pengklarifikasian pemahaman. Menurut Wahyudin (2008:13) mengatakan bahwa “para siswa yang mendapatkan kesempatan, dorongan dan dukungan untuk berbicara, menulis, membaca dan menyimak didalam kelas matematika memperoleh keuntungan ganda: mereka berkomunikasi untuk belajar matematika dan mereka belajar untuk berkomunikasi secara matematis”. Menurut Jihad (2008:168), ada beberapa indikator komunikasi matematika yang setidaknya harus dimiliki siswa dalam mencapai kompetensi dasarnya, diantaranya: 1. Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram kedalam ide matematika; 2. Menjelaskan ide, situasi dan relasi matematika secara lisan maupun tulisan, dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar; 3. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika; 4. Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika; 5. Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika tertulis; 6. Membuat konjengtur, menyusun argumen, merumuskan definisi dan generalisasi; 7. Menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah dipelajari. Sedangkan menurut NCTM (2000:60) standar komunikasi programprogram instruksional dari pra TK hingga kelas 12 seharusnya memungkinkan semua siswa untuk: 1. Mengatur dan menggabungkan pemikiran matematis mereka lewat komunikasi; 2. Mengkomunikasikan pemikiran matematis mereka secara koheren dan jelas pada teman-teman, guru dan orang lain; 3. Menganalisis dan mengevaluasi pemikiran dan strategi matematis dari orang lain; 4. Menggunakan bahasa matematika untuk mengekspresikan gagasangagasan matematis secara teliti. Berdasarkan latar belakang, rumusan masakah dan kajian pustaka diatas, penulis dapat merumuskan hipotesis bahwa “Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis antara siswa yang menggunakan model pembelajaran tutor sebaya dengan pembelajaran konvensional”. METODE PENELITIAN Menurut Arikunto (2007: 141), “metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam menggunakan penelitiannya”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, yaitu metode
5
penelitian yang dipergunakan untuk meneliti suatu objek dengan meneliti secara nyata dilapangan, dimana dalam penelitian eksperimen membandingkan dua kelompok atau lebih. Dalam hal ini, diberikan satu perlakuan khusus pada kelas eksperimen yaitu dengan menggunakan model pembelajaran tutor sebaya. Desain penelitian yang digunakan adalah sesuai dengan Ruseffendi (2005:53) yang dijelaskan sebagai berikut: Kelas Eksperimen :O X1 O Kelas Kontrol
:O
X2
O
Dengan: X 1= Pembelajaran kooperatif tipe tutor sebaya. X2 = Pembelajaran konvensional O= tes awal / tes akhir. Populasi yang digunakan adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 18 Cirebon, yang berjumlah lima kelas. Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto, 2010:174). Sampel yang diambil dari jumlah seluruh kelas sebanyak dua kelas yaitu kelas VIII D dan VIII E dari jumlah seluruh kelas VIII ada lima kelas. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sample atau sampel bertujuan karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara tanpa memperhatikan strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Teknik pengambilan data dengan menggunakan tes kemampuan komunikasi matematis dan angket siswa. Tes kemampuan komunikasi matematis berupa tes uraian yang diberikan kepada siswa sebelum dan sesudah diberikan perlakuan berupa proses pembelajaran. Tes kemampuan komunikasi matematis ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Sebelum melakukan pretes dan postes terlebih dahulu soal tes diuji pada kelas diluar sampel yang sudah mempelajari materi fungsi.Setelah uji coba instrumen dilaksanakan, selanjutnya dilakukan analisis mengenai validitas butir soal, reliabilitas, daya pembeda butir soal, dan indeks kesukaran.Analisis dilakukan dengan bantuan Sofware MicrosoftExcel 2007.Setelah data terkumpul dilanjutkan dengan pengolahan data Kuantitatif. Pengolahan data pretes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal kedua kelas, apakah kedua kelas memiliki kemampuan yang sama atau tidak. Pengolahan data tersebut dilakukan dengan menggunakan bantuan Software SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 18.0 dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Deskriptif Statistik Sebelum melakukan pengujian terhadap data hasil pretes, postes/ gain terlebih dahulu dilakukan perhitungan terhadap deskripsi data yang meliputi mean, modus,median, standar deviasi, maksimum dan minimum. 2) Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui sebaran data pretes, postes/ gain berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak normal. Pengujian normalitas data menggunakan uji statistik Shapiro-Wilk.
6
3) Uji Homogenitas Varians Kelompok Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data pretes, postes/ gain memiliki variansi yang homogen atau tidak homogen. Jika kedua kelompok berdistribusi normal, maka pengujian dilanjutkan dengan menguji homogenitas varians kelompok. Sedangkan jika tidak berdistribusi normal, maka pengujian dilakukan dengan pengujian non-parametrik. 4) Uji Kesamaan Dua Rata-rata Uji kesamaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui apakah rata-rata skor postes kedua kelas sama. Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui perbedaan rata-rata yang signifikan antara kemampuan pemahaman matematis kelas eksperimen dan kontrol. Jika kedua kelas berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan data yang diperoleh homogen maka untuk pengujian hipotesis dilakukan uji-t yaitu Independent Sample T-Test dengan asumsi kedua varians homogen. Tetapi jika kedua kelas berasal dari populasi yang berdistribusi normal tetapi data yang diperoleh tidak homogen maka untuk pengujian hipotesis dilakukan uji-t’ yaitu Independent Sample T-Test dengan asumsi kedua varians tidak homogen. Untuk data yang tidak memenuhi asumsi normalitas dan homogenitas maka pengujiannya menggunakan uji non-parametrik yaitu uji Mann-Whiney . Untuk Mengetahui kualitas peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa menggunakan data indeks gain. Indeks gain adalah gain ternormalisasi yang dihitung dengan menggunakan rumus dari Hake (Asnawati, 2013) sebagai berikut.
(g) Adapun untuk kategori mengacu pada kategori Hake (Asnawati, 2013) adalah sebagai berikut. Tabel .1 Kategori Indeks Gain G Kategori Rendah g Sedang 0,30 g 0,70 Tinggi Pengolahan data kualitatif yang diperoleh dengan menggunakan angket siswa. Setelah siswa mendapatkan proses pembelajaran dan diberikan postes, kemudian siswa pada kelas eksperimen diberikan angket untuk mengetahui bagaimana respon siswa terhadap model pembelajaran tutor sebaya. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa dilihat dari pengolahan data pretes, postes dan gain. Data pretes diuji untuk mengetahui bagaimana kemampuan awal komunikasi matematis siswa.dan data postes diuji untuk mengetahui bagaimana kemampuan komunikasi matematis setelah diberikan perlakuan. Berdasarkan hasil analisis data postes dari kelas kontrol dan
7
kelas eksperimen menunjukkan bahwa kedua sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal, dikarenakan berdistribusi normal langkah selanjutnya untuk menguji hipotesis nilai rata-rata populasi menggunakan statistik parametrik yaitu dengan uji Independent- Sample t Test.dengan taraf signifikansi 5%. Uji ini digunakan untuk menguji apakah kemampuan komunikasi matematis siswa pada kelas eksperimen berbeda dengan kelas kontrol atau tidak. Sebelum melakukan uji hipotesis dengan uji Independent- Sample t Test. Sebelum melakukan uji Independent- Sample t Test perlu dilakukan terlebih dahulu uji homogenitas dengan uji Levene’s untuk mengetahui jenis varian data (sama atau berbeda). Dari hasil perhitungan uji Levene’s, diketahui nilai F sebesar 0,009 dengan signifikansi 0,925, karena nilai signifikansi 0,925 > 0,05, maka dapat disimpulkan varian data adalah sama ( Equal variance assumed). Artinya kedua data sampel tersebut homogen. Langkah selanjutnya pengambilan keputusan uji hipotesis dengan menggunakanIndependent- Sample t Test.Dari hasil yang diperoleh diketahui nilai signifikansi (2-tailed) sebesar 0,000< 0,05 yang berarti H0 ditolak, dan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa antara model pembelajaran tutor sebaya dengan pembelajaran konvensional. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan uji gain.Dari hasil yang diperoleh indeks gain untuk kelas yang menggunakan model pembelajaran tutor sebaya atau kelas eksperimenadalah 0,577, artinya kemampuan komunikasi matematis siswa yang menggunakan model pembelajaran tutor sebaya peningkatannya sedang. Data kualitatif diperoleh dari angket siswa. Angket diberikan setelah pelaksanaan proses pembelajaran selesai. Analisis data hasil angket untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap model pembelajaran tutor sebaya.dari hasil analisis diperoleh persentase terbesar sebesar 82,81% siswa lebih memilih menggunakan model pembelajaran tutor sebaya dalam pembelajaran dan persentase terkecil sebesar 60,94% siswa lebih senang jika mengerjakan soal dengan berkelompok. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa merespon positif terhadap pembelajaran tutor sebaya. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dari nilai pretes dan postes pada materi “Relasi dan Fungsi” dengan menggunakan model pembelajaran tutor sebaya (kelas eksperimen) dan pembelajaran konvensional (kelas kontrol) pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 18 Kota Cirebon, penulis dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut. 1. Dari hasil penelitian menunjukkan kelas eksperimen diberikan pretes diperoleh hasil rata-rata sebesar 42,28. Dan setelah dilakukan pembelajaran diberikan postes diperoleh hasil rata-rata sebesar 75,09. Sehingga dapat dilihat dari perolehan rata-rata gain sebesar 0,577, maka dapat diartikan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran tutor sebaya
8
peningkatannya sedang.Dari hasil tersebut, dapat diartikan bahwa model pembelajaran tutor sebaya dapat meningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa. 2. Dari hasil angket diketahui respons siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran tutor sebaya diperoleh hasil persentase tertinggi sebesar 82,81% dan persentase terendah sebesar 60,94%. Ini berarti respons siswa terhadap model pembelajaran tutor sebaya adalah baik yang berarti siswa cenderung lebih memahami dan lebih mengerti dalam mengerjakan soal latihan matematika jika berbantuan dengan menggunakan model pembelajaran tutor sebaya. Berdasarkan hal tersebut, berarti dengan menggunakan model tutor sebaya siswa yang belum paham dan belum mengerti bisa bertanya pada teman yang sudah lebih paham, dan yang bertugas sebagai tutor bisa mengeksplor kemampuannya untuk bisa mengajarkan hal-hal yang sudah dipahami untuk disampaikan kepada teman sebayanya dan juga bisa dijadikan sebagai pengalaman dan wawasan yang luas untuk kedepannya. 3. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya perbedaan rata-rata nilai postes kelas kontrol sebesar 67,78 dan rata-rata nilai postes kelas eksperimen sebesar 75,09 sehingga terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa antara yang menggunakan model pembelajaran tutor sebayadengan pembelajaran konvensional. Hal ini didukung pula oleh hasil perhitungan uji perbedaan rata-rata dengan menggunakan statisticparametrik yaitu uji Independent Sample t Test terhadap hasil postes menggunakan program SPSS versi 18 yaitu diperoleh Asymtop signifikansi (2-tailed) sebesar sehingga berdasarkan kriteria pengujian maka H0 ditolak H1 diterima. Artinya terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran tutor sebaya dengan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.
DAFTAR PUSTAKA Afgani, J. (2011). Analisis Kurikulum Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka. Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Asnawati, S. (2013). Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams-GamesTournaments dengan Classroom Questioning Strategies (TGTCQS) untuk Meningkatan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis Siswa SMP. Tesis Megister pada Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung:tidak diterbitkan. Baharudin, & Nur Esa , W. (2007). Teori Belajar Dan Pembelajaran. Yogyakarta. Ar-Ruzz Media. Jihad, A. (2008). Pengembangan Kurikulum Matematika: tinjauan teoritis dan historis. Yogyakarta: Multi Presindo.
9
NCTM. (2000). Principles and Standars for School Mathematics. United States of America. Ruseffendi. (2005). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non Eksata Lainnya. Bandung: Tarsito. Silberman, M, L. (2006). Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nusa Media. Suherman, E, dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA UPI. Wahyudin. (2008). Pembelajaran dan Model-Model Pembelajaran.IPA ABONG. Wiradinata, D.R., (2011). Wacana Didaktika Jurnal FKIP Unswagati. Cirebon: Unswagati Cirebon.
10