Tahun X, No. 18, April 2014
JURNAL BUANA PENDIDIKAN
Jurnal ini terbit dua kali setahun bulan April dan Oktober berisi tulisan ilmiah tentang pendidikan, baik yang ditulis dalam bahasa Indonesia maupun Bahasa Inggris. Tulisan yang dimuat dapat berupa analisis, kajian pustaka, atau hasil penelitian. Ketua Drs. A. Qomaru Zaman, M.Pd. Wakil Ketua Drs. Sunyoto Hadi Prayitno, S.T., M.Pd. Penyunting Ahli Prof. Dr. I Nyoman Sudana Degeng, M.Pd. (Universitas Negeri Malang) Prof. Dr. Iskandar Wirjokusumo, M.Sc. (Universitas PGRI Adi Buana Surabaya) Dr. Wahyu Widada (Universitas Muhammadiyah Bengkulu) Prof. Dr. Kisyani Leksono, M.Hum. (Universitas Negeri Surabaya) Prof. Dr. Henricus Supriyanto, M.Hum. (Universitas PGRI Adi Buana Surabaya) Prof. Dr. Hartanto Sunardi, S.T., S.Si., M.Pd. (Universitas PGRI Adi Buana Surabaya) Prof. Dr. Ahman, M.Pd. (Universitas Pendidikan Indonesia Bandung) Penyunting Pelaksana Dra. Dwi Retnani S., M.Si. Dr. Endang Mastuti Rahayu, M.Pd. Dr. Sunu Catur Budiono, M.Hum. Drs. Agung Pramujiono, M.Pd. Dyah Rochmawati, S.Pd., M.Pd. Dr. Ismoerdiyahwati, M.Sn. Staf Pelaksana Drs. Abdulloh Jaelani, M.Pd. Umi Budi Rahayu, S.E. Alamat Redaksi FKIP, Universitas PGRI Adi Buana Surabaya Jalan Ngagel Dadi III-B/37 Surabaya-60245 Email:
[email protected] [email protected] Telp/Fax: (031) 5053127
Jurnal Buana Pendidikan diterbitkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
Tahun X, No. 18, April 2014
PETUNJUK BAGI PENULIS JURNAL Sistematika Artikel yang berupa hasil penelitian disusun dengan sistematika : Judul, Nama Penulis, Abstrak 1. Pendahuluan (berisi latar belakang permasalahan dan tujuan penulisan atau ruang lingkup tulisan), 2. Metode Penelitian 3. Hasil dan Pembahasan, 4. Kesimpulan dan saran, Daftar Pustaka. Sedangkan artikel yang berupa analisis dan kajian teori, disusun dengan sistematika: Judul, Nama Penulis, Abstrak, 1. Pendahuluan (berisi latar belakang permasalahan dan tujuan penulisan), 2. Hasil dan Pembahasan 3. Kesimpulan dan Saran, Daftar Pustaka. Penyunting berhak menyempurnakan kalimat, tanpa merubah maksud dari kalimat. Penulis artikel diberi kesempatan untuk melakukan revisi atas dasar rekomendasi dari penyunting. Panjang artikel diupayakan maksimal 15 halaman A4. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Format Artikel ditulis dalam bentuk ketikan dua spasi, font 12 Times New Roman dalam kolom tunggal di atas kertas A4 (210 mm x 297 mm) dengan margin kiri 2,5 cm, margin kanan 1,5 cm, margin atas 3 cm dan margin bawah 2,5 cm. Setiap halaman diberi nomor halaman. Khusus Untuk judul (font 12), tempat penelitian/tempat bekerja penulis (Font 12) dan Abstrak (Font 11) ditulis dalam kolom tunggal, termasuk kata kuncinya. Judul Artikel Spesifik dan efektif, dan ditulis dalam bahasa Indonesia (maksimum 15 kata) dan bahasa Inggris (maksimum 12 kata). Nama Penulis. Ditulis lengkap (tanpa gelar akademik/sebutan apapun) disertai nama lokasi penelitian atau tempat penulis bekerja di bawah judul artikel serta alamat email. Abstrak Ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris yang masing masing diusahakan sekitar 200 kata, yang secara singkat memberikan gambaran aspek penting dan hasil pokok penelitian serta kesimpulannya. Abstrak dilengkapi dengan kata kunci yang sesuai (4 kata kunci). Tabel dan Gambar Harus diberi nomor secara berurutan sesuai dengan urutan pemunculannya. Setiap gambar dan tabel perlu judul singkat yang diletakkan di atas untuk tabel dan diletakkan di bawah untuk gambar. Pembuatan tabel dan gambar dalam format hitam dan putih tanpa gambar latar belakang (background). Daftar pustaka yang ditulis hanya memuat sumber – sumber yang dirujuk dalam artikel. Daftar pustaka disusun dengan tata cara: Buku: Penulis (tahun). Judul Buku (cetak tebal). Penerbit. Jurnal: Penulis (tahun). Judul Tulisan (cetak tebal). Nama Jurnal (cetak miring). Volume (cetak tebal). Nomor. Halaman. Paper dalam prosiding: penulis (tahun). Judul Tulisan (cetak tebal). Nama Seminar (cetak miring). Tanggal Seminar. Halaman. Tesis.Tugas Akhir: Penulis (Tahun). Judul Tesis/Tugas Akhir (cetak tebal). Tesis/Tugas Akhir. Universitas. Dokumen Pemerintah: Organisasi (Tahun). Nama Dokumen (cetak tebal). Tempat. Penulisan pustaka dalam sub bab artikel ditulis dengan nama penulis dan tahun penerbitan di dalam kurung (penulis, Tahun).
Tahun X, No. 18, April 2014
DAFTAR ISI 1
Made Ayu Anggreni, Metode Bermain Untuk Mengembangkan Kecerdasan Anak Usia Dini . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1
2
Husni Abdillah, Bimbingan Karier Berdasarkan Pendekatan Naratif Untuk Meningkatkan Adaptabilitas Karier Peserta Didik . . . . . . . . . .
13
3
Lydia Lia Prayitno, Permainan “Congklak” Untuk Mengajarkan Operasi Penjumlahan Di Sekolah Dasar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
23
4
Imas Srinana Wardani, Guru Sebagai Pemimpin Pendidikan . . . . . . . . . . . . .
27
5
Lambang Erwanto Suyadjid, Fungsi Janger Sebagai Sarana Pembentukan Karakter Bagi Masyarakat Banyuwangi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . ...
33
6.
I Nengah Sudiana, Kenakalan Remaja Di Permukiman Kumuh Kampung
39
Morokrembangan Surabaya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7.
Hertiki, A Corpus Study Of The Tokens Of Noun Phrases, Prepositional
45
Phrases, And Clauses Found In The English Written Texts Written By English Native Speakers And Indonesian Writers. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
8.
.
Ria Andriani Mukti, Tabir Surya Vs Iklim Tropis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
53
Tahun X, No. 18, April 2014
Diana Evawati, Daya Terima Konsumen Karage Terhadap Diversifikasi Pengolahan Ikan Lele Dumbo Clarias Gariepius) Dalam Rangka Peningkatan Konsumsi Protein . . . ...............................
Tahun X, No. 18, April 2014
GURU SEBAGAI PEMIMPIN PENDIDIKAN Imas Srinana Wardani Dosen PGSD FKIP Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
[email protected]
Abstrak Guru harus mempunyai jiwa kepemimpinan, harus menjadi guru yang kompeten karena keterlibatan guru dalam pembelajaran memberi pengaruh yang besar terhadap proses dan prestasi belajar peserta didik. guru harus menjadi teladan yang baik bagi peserta didik terutama peserta didik pendidikan dasar. Guru sebaiknya harus mempunyai sifat terbuka, melihat tren perkembangan jaman, mau berubah, dan berpikir alternatif agar pembelajaran mampu melahirkan lulusan yang berkepribadian. Seorang guru harus memiliki kepribadian yang kuat dan terpuji. guru harus mempunyai keyakinan pada kemampuan peserta didik untuk membuat semua peserta didik berhasil dan belajar tanpa peduli latar belakang atau kondisi rumah dan sekolah peserta didik. Sebagai pemimpin pendidikan, seorang guru harus menjadi pemimpin yang disukai, dipercaya, mampu membimbing, berkepribadian, serta abadi sepanjang masa sehingga dapat menyiapkan peserta didik untuk tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang siap beradaptasi, menghadapi berbagai kemungkinan dan tantangan. Kata Kunci: Guru, Pemimpin Pendidikan
adalah guru yang bisa menjadi pemimpin yang disukai, dipercaya, mampu membimbing, berkepribadian, serta abadi sepanjang masa artinya peserta didik dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan, semangat, dan berani mengemukakan pendapat sehingga peserta didik tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang siap beradaptasi, menghadapi berbagai kemungkinan dan tantangan. Schunk (2012:364) menyatakan jika guru memperlakukan peserta didik dengan ramah, maka ia akan cenderung menerima sambutan yang ramah pula. Guru sebagai pemimpin pendidikan harus sering memberikan contoh kepada peserta didik bukan hanya penjelasan. Menurut Pater Drost, dalam (Sumaji, 2003:14) yang penting dalam praksis pendidikan ialah, guru harus membentuk generasi muda yang telah dididik dalam keluarga Indonesia sejati sebagai unsur pokok masyarakat. Keterlibatan guru dalam pembelajaran memberi pengaruh yang besar terhadap proses dan prestasi belajar peserta didik. Guru merupakan sosok yang mampu membuat siswa berpikir berbeda (Suyanto, 2013: 4). Eggen &don kauchak (2012:50) menyatakan bahwa efektivitas pengajaran pribadi menggambarkan keyakinan guru pada
Pendahuluan Pendidikan dasar adalah pendidikan yang akan menjadi pondasi pada tingkat berikutnya. Guru pendidikan dasar, harus mempunyai jiwa kepemimpinan, sehingga dapat memotivasi peserta didik agar dapat meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan. Guru harus menganggap semua peserta didik mampu untuk berhasil dan memberikan bantuan pengajaran bagi mereka untuk mencapai keberhasilan (Schunk, 2012:386). Guru harus yakin bahwa sebenarnya tidak ada peserta didik yang bodoh, tetapi yang ada adalah peserta didik yang malas atau rajin, dengan kata lain keberhasilan di sekolah terjadi akibat kecerdasan bawaan peserta didik, lingkungan rumahnya, atau faktor lain yang tidak dapat dipengaruhi guru. Sebagai pemimpin pendidikan seorang guru tugasnya tidak hanya menyampaikan informasi kepada peserta didik, tetapi harus kreatif memberikan layanan dan kemudahan belajar kepada peserta didik. Seorang guru harus menjadi guru yang kompeten yaitu guru yang mempunyai kemampuan mengerjakan semua tugas yang terdapat dalam pengajaran yang efektif (Burden & Byrd, 2003; kennedy, 2006 dalam slavin, 2011). Guru yang kompeten 27
Tahun X, No. 18, April 2014 kemampuan mereka untuk membuat semua peserta didik berhasil dan belajar tanpa peduli latar belakang atau kondisi rumah dan sekolah peserta didik. UU No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen menyatakan bahwa profesi guru merupakan profesi yang harus dihargai secara profesional. Guru yang profesional adalah guru yang melakukan pemikiran yang serius, reflektif tentang bagaimana mengajar dengan lebih efektif (Parkay, 2008:575). Gerstmer (1995 dalam Suyanto dan Jihad 2013:186) menyatakan bahwa di masa mendatang peran guru akan mengalami perluasan, yaitu guru sebagai pelatih (Coach), konselor, manajer pembelajaran, partisipan, pemimpin, pembelajar, dan pengarang (penulis). Sebagian besar guru SD menaruh harapan-harapan yang positif bagi peserta didik, mengusahakan banyak keberhasilan, dan sering menggunakan pujian (Brophy & Good, 1974: 364). Guru sebagai pemimpin pendidikan harus memiliki pemahaman mendalam tentang materi yang mereka ajarkanan bagaimana menjadikan materi itu dapat dipahami siswa. Guru harus memahami dan mengintegrasikan perencanaan, praktik mengajar, dan asesmen untuk mendorong pembelajaran bagi semua siswa. Guru harus secara rutin memeriksa karya mereka sendiri lewat perenungan pribadi dan kerja sama dengan kolega. Salah satu bagian penting dari pekerjaan guru adalah menentukan kecenderungan–kecenderungan nilai peserta didik, terutama jika nilai-nilai tersebut mencerminkan stereotype-stereotipe atau perbedaan-perbedaan kultural (Schunk, 2012:201) artinya seorang guru memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan nilai-nilai terhadap prestasi dalam diri seluruh siswa; menunjukkan pada mereka bahwa prestasi mereka dapat memberikan hasil-hasil yang positif; dan membangun efikasi diri siswa untuk keberhasilan di sekolah dengan mendorong peserta didik untuk mengerjakan tugas yang diberikan dan memberikan umpan balik yang menginformasikan kemajuan mereka.
Ketika proses pembelajaran berlangsung guru dapat melakukan apa saja di kelas. Ketika guru telah memasuki ruang kelas dan menutup pintu kelas, maka kualitas pembelajaran akan lebih banyak ditentukan oleh guru. Seorang guru dapat merumuskan pertanyaan kepada siswa yang memerlukan jawaban kreatif dan kritis. Sebaliknya, dengan otoritasnya di kelas, seorang guru tidak menutup kemungkinan akan tampil sebagai sosok yang membosankan, instruktif, dan tidak mampu menjadi idola bagi siswa. Bahkan, proses pembelajaran tersebut secara tidak sadar dapat mematikan kreativitas, mengumpulkan daya nalar, dan mengabaikan aspek afektif. Hal ini sejalan dengan amanat UU no. 20 Tahun 2003 sebagaimana tersurat dalam penjelasan pasal 35, yaitu kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional. Di kelas guru harus menjadi teladan yang baik bagi peserta didik, karena semua perilaku maupun sikap guru akan dicontoh oleh peserta didik, terutama peserta didik pendidikan dasar. Untuk menjadi pemimpin pendidikan yang baik seorang guru seharusnya bukan hanya memberikan teladan dalam hal sikap tetapi juga memikirkan tentang mengajar. Guru harus mengetahui pokok mata pelajaran yang mereka akan diajarkan, tetapi juga dapat menyampaikan pengetahuan mereka kepada peserta didik, dan menuntut penggunaan banyak strategi. Guru yang ahli adalah pemikir kritis (Hogan, Rabinowitz & Craven, 2003; Mosenthal et al., 2004; Shulman, 2000 dalam Slavin 2011). Guru diharapkan mampu menggerakkan siswa untuk mewujudkan perilaku menuju tujuan bersama. Oleh karena itu, kegiatan mengajar yang dilakukan meliputi persiapan materi, persiapan menyampaikan dan mendiskusikan materi, memberikan fasilitas, memberikan ceramah dan instruksi, memecahkan masalah, membimbing serta mengarahkan dan memberikan motivasi. Pengajaran yang baik itu lebih penting daripada kurikulum, pengaturan ruang kelas, rekan sebaya, pendanaan, ukuran sekolah dan kelas, dan kepala sekolah (Hattie,2003, dalamEggen &don kauchak 2012:5). Untuk merealisasikan, guru harus memiliki pengetahuan/bidang ilmu
Pembahasan A. Jiwa Kepemimpinan Guru 28
Tahun X, No. 18, April 2014 yang diajarkan secara luas dan mendalam, itikad yang baik untuk membagi ilmu pengetahuan yang dimiliki dengan siswa. Dan komitmen belajar sepanjang hayat. Jika guru merasa yakin bahwa cara atau metode mengajarnya tidak memadai, maka ia harus memperbaikinya melalui berbagai pelatihan, membaca berbagai buku baru pada bidang pembelajaran tersebut, dan mengakses internet untuk mencari berbagai metode pembelajaran baru yang bisa diadopsi. Semua itu dilakukan untuk meningkatkan kemampuan mengajarnya. Menurut Mulyana (2010), seorang guru diartikan sebagai arsitek sumber daya manusia yaitu orang yang dapat merekonstruksi atau membangun situasi. Guru mengetahui bahwa kemampuan setiap peserta didik satu dengan yang lain berbeda, guru harus mampu membuat pembelajaran yang sesuai bagi peserta didik agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Guru harus mempunyai pengetahuan tentang pokok mata pelajaran dan pengetahuan tentang cara siswa belajar (wiggins & McTighe, 2006 dalam Slavin, 2011). Dalam setiap kasus, guru berusaha menjadikan satu topic abstrak lebih konkret dengan mengaitkan topik tersebut pada dunia nyata lewat contoh atau analogi. Upaya-upaya seperti itu membuat informasi lebih bermakna bagi siswa, terlepas dari tingkatan kelas mereka atau topik yang sedang mereka ajarkan(Eggen &don kauchak 2012:59) Agar pembelajaran mampu melahirkan lulusan yang berkepribadian maka sebaiknya guru harus mempunyai sifat terbuka, melihat tren perkembangan jaman, mau berubah, dan berpikir alternativ. Menurut Slavin (2011:10) Guru yang tampil makin baik adalah guru yang terbuka terhadap gagasan baru dan yang memandang pengajarannya dengan kritis. Guru dapat mendorong perkembangan peserta didik agar memahami adanya batas-batas perkembangan untuk kemudian memberikan bantuan secara tepat dan membiarkan peserta didik tumbuh melewati batas-batas perkembangannya sendiri (Majid, 2014:184). Seperti pernyataan Eggen &don kauchak (2012:56) bahwa sebagai guru tugas kita adalah memberi siswa pengalaman berkualitas tinggi dan kemudian menuntun mereka dalam proses
konstruksi pengetahuan supaya kesimpulankesimpulan yang mereka bangun itu sahih dan masuk akal bagi siswa B. Kepribadian Guru Pada kurikulum 2013 terjadi peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap (attitude), keterampilan (skill) dan pengetahuan (knowledge) (Majid, 2014:28). Sebagai seorang pemimpin, seorang guru harus mampu membantu peserta didik mengembangkan pola perilakunya, meningkatkan standar perilakunya, dan melaksanakan aturan sebagai alat untuk menegakkan disiplin dalam setiap aktivitasnya. Berbagai hasil penelitian menunjukkan, bahwa pola perilaku guru yang bersifat membantu berkorelasi positif signifikan dengan kecenderungan peserta didik untuk bekerja sama, berpartisipasi dalam kegiatan kelas atau sekolah dan hasil belajar. Sedang pola perilaku guru yang otoriter dan cenderung menghukum berkorelasi negative signifikan dengan ketiga perilaku peserta didik di atas. Untuk menjadi guru, seseorang harus memiliki kepribadian yang kuat dan terpuji. Guru harus memastikan bahwa pengajaran yang mereka sampaikan kepada siswa sesuai dengan tindakan-tindakan mereka sendiri (Schunk, 2012:218). Kepribadian yang harus dimiliki guru sebagai pemimpin pendidikan yaitu: untuk meraih sukses seorang guru harus mempunyai sifat disiplin, guru harus bijaksana, seorang guru harus memberikan materi secara benar dan bertanggung jawab, mempunyai jiwa motivator yaitu dapat memberikan semangat kepada peserta didik untuk tidak mudah putus asa dan inovator untuk mendorong peserta didik melakukan hal-hal baru. Guru harus memahami peserta didik, perbedaan mereka dan bagaimana mereka belajar (Eggen &don kauchak 2012:18) Seorang guru harus mempunyai kepribadian yang matang dan sehat (Suyanto & Asep Jihad, 2013: 16). Menurut Allport (1978), ciri-ciri seseorang mempunyai kepribadian yang matang yaitu: 1. Extension of the sense of self. Meningkatkan kesadaran diri dan melihat sisi lebih dan kurang dari diri; 29
Tahun X, No. 18, April 2014 2. Warm relatedness to other. Mampu menjalin relasi yang hangat dengan orang lain; 3. Self acceptance. Memiliki kemampuan untuk mengontrol emosi; 4. Realistic perception of reality. Memiliki persepsi yang realistis terhadap kenyataan 5. Self objectification. Memiliki pemahaman akan diri sendiri. 6. Unifying philosophy of life (filsafat hidup yang mempersatukan). Memiliki pedoman hidup untuk menyatukan nilai-nilai yang kuat dalam kehidupan.
guru dapat membimbing peserta didik dalam pembelajaran dengan cara mengembangkan keahlian mengajar yang meliputi: strategi dan teknik mengajar, mengelola kelas, meningkatkan disiplin kelas, dan menerapkan prinsip-prinsip pengajaran yang mampu menginspirasi perkembangan kognitif siswa. Simpulan Dari uraian di atas dapat disimpulkan, Sebagai pemimpin pendidikan seorang guru tidak hanya bertugas menyampaikan informasi kepada peserta didik, tetapi harus kreatif memberikan layanan dan kemudahan belajar kepada peserta didik. Seorang guru harus menjadi guru yang kompeten yaitu guru yang mempunyai kemampuan mengerjakan semua tugas yang terdapat dalam pengajaran yang efektif. Di kelas guru harus menjadi teladan yang baik bagi peserta didik, karena semua perilaku maupun sikap guru akan dicontoh oleh peserta didik, terutama peserta didik pendidikan dasar. Untuk menjadi guru, seseorang harus memiliki kepribadian yang kuat dan terpuji.
Kepribadian yang sehat menurut Elizabeth (1978) adalah: mampu menilai diri secara realistis, mampu menilai situasi secara realistis, mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistis, menerima tanggung jawab, kemandirian, dapat mengontrol emosi, Seorang guru diharapkan tidak menjadi guru yang otokratis, yaitu guru yang mempunyai kepribadian ingin memperlihatkan jiwa kepemimpinannya ke peserta didik, tidak mengijinkan siswa untuk bertanya ataupun mengeluarkan pendapat guru juga diharapkan tidak menjadi guru yang selalu ingin dipuji, dikhawatirkan nantinya apabila tidak dipuji, guru menjadi tidak semangat melaksanakan pembelajaran. efikasi-diri guru akan mempengaruhi aktivitas-aktivitas, usaha, dan keuletan guru dalam mendidik siswa (Ashton, 1985; Ashton & webb, 1986 dalam (Schunk, 2012:212). Sebagai seorang guru, sebaiknya guru mempunyai kepribadian sebagai pemberi kasih sayang, contoh dan mentor. Sebagai pemberi kasih sayang, guru memperlakukan peserta didik dengan hormat dan penuh kasih sayang sehingga tidak menjatuhkan kepercayaan diri peserta didik. Guru harus menggunakan bahasa yang hormat dalam berinteraksi dengan peserta didik. Seorang guru harus memiliki hubungan yang baik dengan sebuah kelas, yaitu memiliki hubungan yang hangat, manusiawi, dan sesuai dengan jiwa peserta didik. Guru sebagai pemberi contoh dapat mengajarkan nilai-nilai hidup melalui contoh atau teladan yang baik. Sebagai seorang mentor
Daftar Pustaka Eggen, Paul &Don Kauchak. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran (edisi ke enam). Jakarta: Indeks Majid, Abdul. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: Rosda Mulyana, A. Z. 2010. Rahasia Menjadi Guru Hebat. Jakarta: Grassindo Mulyasa. 2013. Pengembangan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Rosda Natawidjaja, Rochman dkk. 2007. Rujukan Filsafat, Teori, dan Praksis Ilmu Pendidikan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia Press Parkay, Forrest W. 2008. Menjadi Seorang Guru. Jakarta: Indeks
30
Tahun X, No. 18, April 2014 Schunk,
Daleh. 2012. Teori-Teori Pembelajaran: Perspektif Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Suyanto & Asep Jihad. 2013. Menjadi Guru Profesional. Surabaya: Erlangga
Slavin, Robert E. 2011. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktek. Jakarta. Indeks (jilid 2).
Undang-undang Republik Indonesia No, 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Jakarta: Sinar Grafika.
Sumaji dkk. 2003. Pendidikan Sains yang Humanistis. Yogyakarta: Kanisius
31
Tahun X, No. 18, April 2014
32