J. Biol. Indon. Vol 6, No.3 (2010) ISSN 0854-4425 ISSN 0854-4425
JURNAL JURNAL BIOLOGI BIOLOGI INDONESIA INDONESIA Akreditasi: No 816/D/08/2009 Vol. 6, No. 3, Desember 2010 Zingiberaceae of the Ternate Island: Almost A Hundread Years After Beguin’s Collection Marlina Ardiyani
293
Production of Acid Phosphatase in Bacillus sp. Isolated from Forest Soil of Gunung Salak National Park Maman Rahmansyah & I Made Sudiana
313
Eksplorasi Keanekaragaman Aktinomisetes Tanah Ternate Sebagai Sumber Antibiotik Arif Nurkanto, Febrianti Listyaningsih, Heddy Julistiono & Andria Agusta
325
Komposisi Flora dan Struktur Hutan Alami Di Pulau Ternate, Maluku Utara Edi Mirmanto
341
Penapisan Mikroba Laut Perombak Senyawa Nitril dan Protein yang Diisolasi Dari Sponge di Perairan Ternate Rini Riffiani & Nunik Sulistinah
353
Perbandingan Tiga Metode Transformasi Agrobacterium Untuk Pencarian Gen-gen Terkait Toleransi Kekeringan Menggunakan Transposon Ac/Ds pada padi cv. Batutegi E.S.Mulyaningsih, H.Aswidinnoor, D.Sopandie, P.B.F.Ouwerkerk, S. Nugroho, &I.H. Slamet Loedin
367
Kajian Pakan Bersumber Energi Tinggi pada Pembentukkan Monyet Obes Ria Oktarina, Sri Supraptini Mansjoer, Dewi Apri Astuti, Irma Herawati Suparto & Dondin Sajuthi
383
BOGOR, INDONESIA
J. Biol. Indon. Vol 6, No. 3 (2010) Jurnal Biologi Indonesia diterbitkan oleh Perhimpunan Biologi Indonesia. Jurnal ini memuat hasil penelitian ataupun kajian yang berkaitan dengan masalah biologi yang diterbitkan secara berkala dua kali setahun (Juni dan Desember). Editor Pengelola Dr. Ibnu Maryanto Dr. I Made Sudiana Deby Arifiani, S.P., M.Sc
Dr. Izu Andry Fijridiyanto Dewan Editor Ilmiah Dr. Abinawanto, F MIPA UI Dr. Achmad Farajalah, FMIPA IPB Dr. Ambariyanto, F. Perikanan dan Kelautan UNDIP Dr. Aswin Usup F. Pertanian Universitas Palangkaraya Dr. Didik Widiyatmoko, PK Tumbuhan, Kebun Raya Cibodas-LIPI Dr. Dwi Nugroho Wibowo, F. Biologi UNSOED Dr. Parikesit, F. MIPA UNPAD Prof. Dr. Mohd.Tajuddin Abdullah, Universiti Malaysia Sarawak Malaysia Assoc. Prof. Monica Suleiman, Universiti Malaysia Sabah, Malaysia Dr. Srihadi Agung priyono, F. Kedokteran Hewan IPB Y. Surjadi MSc, Pusat Penelitian ICABIOGRAD Drs. Suharjono, Pusat Penelitian Biologi-LIPI Dr. Tri Widianto, Pusat Penelitian Limnologi-LIPI Dr. Witjaksono Pusat Penelitian Biologi-LIPI Alamat Redaksi
Sekretariat Oscar efendi SSi MSi d/a Pusat Penelitian Biologi - LIPI Jl. Ir. H. Juanda No. 18, Bogor 16002 , Telp. (021) 8765056 Fax. (021) 8765068 Email :
[email protected];
[email protected] Website : http://biologi.or.id Jurnal ini telah diakreditasi ulang dengan nilai A berdasarkan SK Kepala LIPI 816/ D/2009 tanggal 28 Agustus 2009.
J. Biol. Indon. Vol 6, No.3 (2010) KATA PENGANTAR
Jurnal Biologi Indonesia yang diterbitkan oleh PERHIMPUNAN BIOLOGI INDONESIA edisi volume 6 nomer 3 tahun 2010 memuat 13 artikel lengkap. Penulis pada edisi ini sangat beragam yaitu dari Departemen Kementerian Pertanian, IPB, Puslit Biologi LIPI, Bioteknologi-LIPI dan Institute of Biology IBL Leiden University Netherlands. Topik yang dibahas pada edisi ini meliputi 5 topik dalam bidang Botani, tiga topik tentang mikrobiologI, empat topik tentang zoologi dan satu topik campuran yang mebahas bidang botani dan zoologi. Pada edisi ini yang menarik 6 makalh merupakan hasil kajian kawaasan pulau-pulau Kecil di Ternate Maluku Utara. Selanjutnya artikel yang memuat serangga pengunjung bunga raflesia dapat dipastikan merupakan artikel sangat jarang dijumpai sehubungan dengan populasi bunganya yang sangat sulit diperoleh. Editor
J. Biol. Indon. Vol 6, No. 3 (2010) UCAPAN TERIMA KASIH Jurnal Biologi Indonesia mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada para pakar yang telah turut sebagai penelaah dalam Volume 6, No 3, Juni 2010: Prof.Dr. Woro.A.Noerdjito Puslit Biologi-LIPI Drs. M. Noerdjito, Puslit Biologi-LIPI Dr Yulin Lestari F MIPA-IPB Awal Riyanto, Puslit Biologi-LIPI Drs. Roemantyo, Puslit Biologi-LIPI Ir. Titi Juhaeti MSi, Puslit Biologi-LIPI Dr. Nuril Hidayati, Puslit Biologi-LIPI
Edisi ini dibiayai oleh DIPA Puslit Biologi-LIPI 2010
J. Biol. Indon. Vol 6, No.3 (2010) DAFTAR ISI Zingiberaceae of the Ternate Island: Almost A Hundread Years After Beguin’s Collection Marlina Ardiyani
293
Production of Acid Phosphatase in Bacillus sp. Isolated from Forest Soil of Gunung Salak National Park Maman Rahmansyah & I Made Sudiana
313
Eksplorasi Keanekaragaman Aktinomisetes Tanah Ternate Sebagai Sumber Antibiotik Arif Nurkanto, Febrianti Listyaningsih, Heddy Julistiono & Andria Agusta
325
Komposisi Flora dan Struktur Hutan Alami Di Pulau Ternate, Maluku Utara Edi Mirmanto
341
Penapisan Mikroba Laut Perombak Senyawa Nitril dan Protein yang Diisolasi Dari Sponge di Perairan Ternate Rini Riffiani & Nunik Sulistinah
353
Perbandingan Tiga Metode Transformasi Agrobacterium Untuk Pencarian Gen-gen Terkait Toleransi Kekeringan Menggunakan Transposon Ac/Ds pada padi cv. Batutegi E.S.Mulyaningsih, H.Aswidinnoor, D.Sopandie, P.B.F.Ouwerkerk, S. Nugroho, &I.H. Slamet Loedin
367
Kajian Pakan Bersumber Energi Tinggi pada Pembentukkan Monyet Obes Ria Oktarina, Sri Supraptini Mansjoer, Dewi Apri Astuti, Irma Herawati Suparto & Dondin Sajuthi
383
Pengaruh Laju Eksploitasi Terhadap Keragaan Reproduktif Ikan Tembang (Sardinella gibbosa) di Perairan Pesisir Jawa Barat Yunizar Ernawati & Mohammad Mukhlis Kamal
393
Keragaman Genetik Amfibia Kodok (Rana nicobariensis) di Ecology Park, Cibinong Berdasarkan Sekuen DNA dari Mitokondria d-loop Dwi Astuti & Hellen Kurniati
405
Model Pemanfaatan Lahan Pulau Moti, Kota Ternate, Maluku: Suatu Analisis Tata Ruang Berbasis Vegetasi Roemantyo
415
Komunitas Serangga pada Bunga Rafflesia patma Blume (Rafflesiaceae) di Luar Habitat Aslinya Kebun Raya Bogor Kota Bogor Provinsi Jawa Barat Indonesia Sih Kahono, Sofi Mursidawati & Erniwati
429
J. Biol. Indon. Vol 6, No. 3 (2010)
Kajian Hubungan Tutupan Vegetasi dan Sebaran Burung di Pulau Moti, Ternate, Maluku Utara Hetty I.P. Utaminingrum & Eko Sulistyadi
443
Pengujian 15 Genotipe Kedelai pada Kondisi Intensitas Cahaya 50% dan Penilaian Karakter Tanaman Berdasarkan Fenotipnya Gatut Wahyu Anggoro Susanto & Titik Sundari
459
Jurnal Biologi Indonesia 6 (3): 325-339 (2010)
Eksplorasi Keanekaragaman Aktinomisetes Tanah Ternate Sebagai Sumber Antibiotik Arif Nurkanto1, Febrianti Listyaningsih3, Heddy Julistiono1 & Andria Agusta 2 1
Bidang Mikrobiologi, Puslit Biologi LIPI, Cibinong Science Center, Jl. Raya Jakarta Bogor KM 46 Cibinong 16911, e-mail:
[email protected] 2 Bidang Botani, Puslit Biologi LIPI 3 Jurusan Biologi, F.MIPA Universitas Diponegoro Semarang
ABSTRACT Exploration of Soil Actinomycetes Diversity from Ternate as Indigenous Antibiotic Sources. Actinomycetes of soil samples from Ternate, North Moluccas were isolated using SDS-YE method in humic acid vitamin agar. Ternate has high abundance of Actinomycetes, approximately 6.00 – 487 x 104 CFU/ g soil, depends on habitat types. We have selected 60 isolates and conducted antibiotic screening against pathogenic bacteria and fungi using agar diffusion method and found both narrow and broad antibiotic spectrum types . Based on 16S rDNA analysis, all Actinomycetes with antibiotic activities are belong to the genus Streptomyces. . Minimum Inhibitor Concentration (MIC) value was determined by broth microdilution method. It was found that MIC values varied, depended on microbial tested. We found two isolates with higher antibiotic activity compared to the commercial antibiotics (chloramphenicol, erythromycin for antibacterial and nystatin, kabicidin for antifungal). Cell destruction analysis caused antibiotic activities was conducted through leak of protein and nuclatic acid.
Key words : Actinomycetes, soil, Ternate, antibiotic, cell distruction
PENDAHULUAN Aktinomisetes memegang peranan yang amat penting dalam industri farmasi karena kemampuannya dalam memproduksi senyawa metabolit yang bervariasi, baik dari struktur maupun fungsinya. Senyawa metabolit yang di hasilkan oleh aktinomisetes banyak yang memiliki aktivitas antagonis terhadap bakteri maupun jamur. Atas dasar ini maka aktinomisetes banyak dikembangkan dan digunakan sebagai bahan obat dalam penanggulangan berbagai
macam penyakit, baik pada manusia maupun hewan (Solanki et al. 2008; Hopwood 2007) Pencarian bahan obat baru berbasis metabolit aktinomisetes terus dilakukan dengan berbagai macam metode pendekatan, baik berupa eksplorasi daerah khusus atau lingkungan unik, pengembangan metode isolasi , sampai pada teknik rekayasa genetika . Aktinomisetes merupakan kelompok bakteri yang terdistribusi luas di tanah, serasah, air dan sumber-sumber alami yang lain (Debananda et al. 2009; Hopwood 2007; Sette et al. 2005) bahkan 325
Nurkanto dkk
di lingkungan yang ekstrim sekalipun (Hamdali et al. 2008) . Keragaman dan jenis aktinomisetes sangat dipengaruhi oleh faktor kimia, fisika dan biologi lingkungan di sekitarnya. Identifikasi lingkungan ekologi yang baru merupakan faktor krusial dalam penenemuan jenis baru dari aktinomisetes yang juga memiliki senyawa metabolit yang baru pula. Lingkungan ekologi baru yang paling sering meghasilkan jenis baru dan metabolit baru diantaanya adalah lingkungan ekstrim seperti gurun pasir, dasar lautan, daerah es dan daerah hutan hujan tropis (Nolan & Cross 1988; Okazaki & Naito 1986; Saadoun & Gharaibeh 2003). Khusus untuk daerah hutan hujan tropis, merupakan target lingkungan ekologi yang sangat menarik dalam ekplorasi aktinomisetes penghasil senyawa metabolit tertentu. Hutan hujan tropis sangat memungkinkan ditemukannya keragaman dan populasi aktinomisetes yang tinggi dan membuka peluang besar untuk memperoleh metabolit baru. Indonesia memiliki daerah hutan hujan tropis salah satu yang terbesar di dunia yang merupakan “hot spot” dari keanekaragaman hayati, termasuk bakteri. Ternate, salah satu pulau di jajaran Kepulauan Maluku dan Maluku Utara, merupakan salah satu daerah yang menarik untuk dikaji karena pertimbangan beberapa hal. Disamping merupakan hutan hujan tropis dengan lingkungan hangat dan lembab sepanjang tahun, pulau ini juga memiliki kondisi tanah yang unik karena sebagain besar tersusun atas magma dan lava beku yang relatif muda hasil erupsi Gunung Gamalama. Disamping kondisi lingku326
ngannya yang menarik, ekplorasi bakteri di Ternate hamper tidak pernah dilakukan. Hal ini akan memberikan informasi baru yang penting tentang inventarisasi keanekaragaman aktinomisetes Indonesia dalam kaitannya sebagai drug discovery di kawasan Wallacea ini. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan aktinomisetes yang terkarakterisasi dan teridentifikasi dengan kemampuan antibiotik yang tinggi, untuk pengembangan lebih lanjut. BAHAN DAN CARA KERJA Sampel tanah diambil sebanyak 500 g, dikeringanginkan selama 7 hari, digerus dengan menggunakan mortar, kemudian disaring menggunakan saringan tepung. Sampel yang telah kering dilakukan islolasi aktinomisetesnya dengan metode Sodium Dodesyl Sulfat – Yeast Ekstrak (SDS-YE) pada medium Humic Vitamin Agar (HVA) (Hayakawa & Nanomura, 1987; Hayakawa et al. 2004; Nurkanto et al. 2008) dan diinkubasi selama 14 sampai dengan 21 hari pada suhu 28oC. Koloni yang tumbuh dari masing-masing cawan petri dihitung. Koloni yang dihitung dari tiap cawan petri harus lebih dari 10 koloni (Lee & Hwan 2002) untuk kemudian dikalkulasi dalam perhitungan total jumlah koloni per gram sampel tanah. Koloni aktinomisetes yang tumbuh dipindahkan ke medium Yeast Strach Agar (YSA) untuk mendapat isolat murni. Identifikasi isolat terpilih dilakukan melalui pendekatan molekular 16S rDNA. Tahapan yang dilakuan berupa ekstraksi DNA, amplifikasi menggu-
Eksplorasi Keanekaragaman Aktinomisetes Tanah Ternate
nakan Polymerase Chain Reaction (PCR), visualisasi hasil PCR, purifikasi DNA hasil amplifikasi, cycle sequencing, sekuen dan analisis data. Ekstraksi DNA menggunakan metode GES (Pitcher et al. 1989) dilanjutkan dengan amplifikasi. Primer 20 F (5’-GATTTTGATCCTGGCTCAG– 3’) dan 1500 R (5-GTTACCTTGTTACGACTT–3’) 10 pmol masingmasing sebesar 0,625 μL, DNA template 5 μL, DMSO 0,5 μL, Go Taq (Promega) sebesar 12,5 μL dan 5,75 μL deionized water. Reaksi PCR dengan menggunakan Thermalcycler (Takara Shuzo Co., Ltd., Shiga, Japan) selama 30 siklus. Pemanasan pertama pada suhu 95 ºC selama 1,5 menit, kemudian dilanjutkan dengan 30 siklus yang terdiri dari denaturasi 0,5 menit pada suhu 95 ºC, annealing 0,5 menit pada suhu 50 ºC dan 1,5 menit ekstensi pada suhu 72 ºC. Setelah 30 siklus selesai, diikuti 10 menit pada suhu 72 ºC dan pendinginan pada suhu 4 ºC selama 30 menit. Hasil amplifikasi di fraksinasi secara elektroforesis menggunakan Mupid Mini Cell (exu) pada gel agarose 1% dalam buffer TAE (Tris Acetat-EDTA) selama 25 menit pada 100 V. Gel hasil elektroforesis direndam dalam larutan ethidium bromida dengan konsentrasi 1 μL/100 mL selama 20 menit. Hasil pemisahan divisualisasi pada Gel Doc Printgraph (Bioinstrument, ATTO) menggunakan UV transluminator dengan menggunakan standar 100 bp DNA ladder (Promega) untuk mengetahui hasil dan ukuran pita DNA hasil amplifikasi.
Ke dalam 25 μl sampel produk PCR ditambahkan 15 μl larutan PEG (40% PEG 6000 dan 10 mM MgCl2) dan 6 μl 3 M sodium asetat. Bolak-balik selama 10 menit dan sentrifugasi dengan kecepatan 16.100 g selama 25 menit. Supernatan dibuang dengan cara dipipet. Pellet DNA dicuci dengan 50 μl etanol 70% sebanyak 2 kali. Dan pellet dilarutkan dengan 20 μl dH2O ultra pure. Sampel 16s rDNA murni disimpan pada – 200 C. Tahap selanjutnya adalah cycle sequencing dengan menggunakan primer 520 F (5’-GTGCCAGCAGCCGCGG3’), 920 R (5’-CCGTCAATTCATTTGAGTTT-3’), 520 R (5’-ACCGCGGCTGCTGGC-3’), 920 F (5’-AAACTCAAATGAATTGACGG-3’), 20 F (5’GATTTTGATCCTGGCTCAG–3’) dan 1500 R (5 –GTTACCTTGTTACGAC TT–3’). Komposisi yang digunakan untuk tiap tabung adalah 0,5 μL primer 10 pmol, 1 μ DNA hasil purifikasi, 0,5 μL Big Dye Terminator sequen premix kit (Applied Biosystems Inc., Warington, UK), 5 kali sequen bufer 1,5 μL dan deionized water sampai volume 10 μL. Selanjutnya dilakukan amplifikasi dengan PCR sebanyak 40 siklus. Pemanasan pertama pada suhu 96 ºC selama 60 detik diikuti dengan siklus yang terdiri dari denaturasi 10 detik pada suhu 96 ºC, annealing 5 detik pada suhu 50 ºC. Preparasi dilakukan dengan mencampurkan 10 μL produk cycle sequencing dengan 1 μL 3M Na-acetat, 1 μL 125 mM EDTA (pH 8) dan 25 μL ethanol absolut kemudian di vortex dan didiamkan selama 15 menit. Tahap berikutnya dilakuan sentrifugasi 16.000 xg selama 25 menit pada temperatur 327
Nurkanto dkk
dingin (4 0C) . Supernatan dibuang dan pelet dicuci dengan 70% athanol untuk kemudian disentrifugasi ulang 16.000 xg selama 10 menit. Supernatan dibuang dan pelet dikeringanginkan selama 10 menit. Pelet DNA yang sudah kering ditambah dengan 10 μL HiDi-Formamide (Applied Biosystems Inc., Warington, UK) dan di vortex. Sampel kemudian dipanaskan 95 ºC selama 2 menit dan segera didinginkan dalam es. Tahap selanjutnnya sampel diinjeksi dengan sekuenser model ABI 3130 (Applied Biosystems Inc., Foster, California). Analisis DNA menggunakan program BioEdit dan dilakukan blast pada Bank Gen NCBI dataLibrary. filogenetik analisis menggunakan program multiple aligment Clustal X versi 1.83. Konstruksi pohon filogenetik berdasarkan jarak kekerabatan genetik dengan metode Neighbor joining. Konstruksi jarak evolusi dalam derajat kepercayaan menggunakan bootstrap value pada program NJ plot. Masing-masing isolat aktinomisetes ditumbuhkan dengan 100 ml medium cair Actino Medium No. 1 (Daigo, Japan) dengan komposisi 5 g polipepton, 3 g ekstrak khamir, 1 L H 2 O, pH 7,2. Inkubasi dilakukan selama 7 hari dengan penggojogan pada rotary shaker dengan kecepatan 130 rpm pada suhu 28 oC. Ekstraksi untuk mendapat produk metabolit dilakukan dengan menambahkan 100 ml larutan etil asetat dan metanol (4 : 1) selama 3 kali, dan kemudian dikeringkan dengan rotary evaporator pada suhu 35 oC. Kristal metabolit yang terbentuk ditimbang dan dilarutkan kembali dengan aseton. 328
Ekstrak yang diperoleh dianalisis dengan teknik KLT (gel silika GF254) dengan larutan pengembang campuran CH2Cl2 dan methanol dengan perbandingan 15:1. Kromatogram KLT kemudian dimonitor dengan pemaparan sinar UV pada panjang gelombang 254 nm dan pereaksi penampak noda 1% CeSO4 dalam 10% H2SO4 pekat. Mikroba uji yang digunakan berupa bakteri gram positip dan negatip (Escherichia coli NBRC 14237, Bacillus subtilis NBRC 3134, Staphylococcus aureus NBRC 13276, Micrococcus luteus NBRC 1367) dan fungi/yeast (Candida albicans NBRC 1594, Saccharomyces cerevisiae NBRC 10217 dan Aspergilus niger). Uji antibiotik yang dilakukan adalah metode difusi media. Pengujian antibakteri dilakukan dengan menuangkan 4 mL top layer media Mueler Hinton (Difco) 0,5 resep yang mengandung 0,2 mL bakteri uji ke atas medium Mueller Hinton agar (ekstrak beef 2g/L, casein 17,5 g/L Strach 1,5 g/L dan agar 17 g/L) dalam petridish. Pengujian antifungi/yeast sama dengan pengujian antibakteri, tapi media yang digunakan adalah Saburoad (Difco, 10 g/L pepton, 40 g/L glukosa, 17 g/l agar). Uji antibiotik dilakukan dengan meletakkan paper disc steril yang dicelupkan dalam larutan hasil ekstraksi pada agar. Indikasi produk antibiotik dapat diamati dengan terbentuknya zona bening di sekitar paper disc. Penentuan MIC dilakukan terhadap Mikroba uji, yaitu bakteri gram negatif, bakteri gram positip, yeast dan filamentous fungi. Mikroba yang digunakan sama dengan uji aktivitas
Eksplorasi Keanekaragaman Aktinomisetes Tanah Ternate
antibiotik. Mikroba tersebut di tumbuhkan pada suhu 35 p C dalam medium cair ( Mueller Hinton untuk bakteri, Saboroad untuk yeast dan fungi). Waktu inkubasi tiap mikroba berbeda, mulai dari 12 – 24 jam. Tiap interval waktu dilakukan penghitungan jumlah koloni dengan metode Agar plating hingga diperoleh konsentrasi sel 1 – 5 x 105 CFU/ mL. Metode yang digunakan dalam penentuan MIC adalah Broth Microdilution Method (Schwalbe et al. 2007 ; Rahman et al. 2005 ). Pengamatan dilakukan dengan 3 kali ulangan pada waktu yang berbeda. Dilakukan juga uji konfirmasi dengan menggunakan metode Agar difusion method terhadap hasil MIC yang di peroleh dengan metode Broth Microdilution method. Hal ini dilakukan untuk memastikan ada tidaknya pertumbuhan mikroba uji. Untuk mengetahui aktivitas dan kemampuan daya hambat ekstrak terhadap mikroba uji, dilakukan uji banding dengan menggunakan antibiotik komersial berupa antibakteri (kloramphenicol dan eritromycin) anti yeast dan antifungi (kabicidin dan nystatin). Uji Kebocoran Sel Suspensi mikroba uji yang telah ditumbuhkan selama 24 jam dalam media NB (bakteri) dan YMB (kapang dan khamir) sebanyak 10 ml diambil, ditambahkan 0,5 mL tween 80. larutan bakteri uji disentrifuge dingin dengan kecepatan 3500 rpm selama 20 menit. Filtrat dibuang kemudian pelet dalam tabung dicuci dengan buffer fosfat pH 7,0 sebanyak dua kali. Larutan buffer
fosfat dan sel mikroba di tambah dengan ekstrak isolat Aktino dengan konsentrasi 1 MIC dan 2 MIC serta kontrol (tanpa penambahan ekstrak), diinkubasi dalam inkubator goyang selama 24 jam. Suspensi di sentrigfuge 3500 rpm selama 15 menit, lalu dipisahkan supernatan dan peletnya. Cairan supernatan diambil dan diukur absorbansinya pada panjang gelombang 260 nm dan 280 nm dengan menggunakan spektrofotometri UV/VIS (Shimadzu, Japan). HASIL Kelimpahan Aktinomisetes Perhitungan kelimpahan aktinomisetes yang dilakukan berdasarkan tingkat elevasi gunung Gamalama, mulai dari titik terendah sampai pada puncak gunung. Sampel yang diambil sebanyak 12 titik. Hasil penghitungan total koloni aktinomisetes cukup bervariasi, mulai dari ketinggian 8 sampai 1500 m dpl. Berdasarkan analisis statistik menggunakan SPSS v.13 (p = 0,95), dari titik pengambilan sampel tidak ditemukan adanya pola penyebaran yang berkorelasi antara ketinggian dan kelimpahan (Tabel 1). Isolasi dan Screening Antibiotik Telah diisolasi sebanyak 60 isolat untuk di lakukan screening produksi antibiotik terhadap bakteri gram positip, gram negatif, yeast dan jamur berfilamen. Disamping dilakukan pengujian antibiotik, dilakukan juga kuantifikasi senyawa metabolit yang produksi oleh masingmasing isolat uji. (Tabel 02). Aktivitas antibiotik ditunjukkan dengan adanya 329
Nurkanto dkk
(MG.500.1.1 dan MG 1250.1.2.) dikultivasi ulang dengan skala medium yang lebih besar (1 liter) dan di ekstrak metabolitnya. Penentuan MIC ekstrak terpilih dilakukan dengan membandingkannya dengan antibiotik komersial. Hasil analisis perhitungan MIC pada Tabel 3.
zona bening di sekitar kertas cakram (Gambar 1 dan 2). Analisis Molekuler 16 S rDNA Identifikasi molekular dengan 16S rDNA telah dilakukan terhadap isolat aktinomycetes yang memiliki aktivitas antibiotik. Hasil analisis menunjukkan bahwa sebagian besar dari aktinomisetes yang memiliki aktivitas antibiotik adalah kelompok Streptomyces. Fisualisasi produk PCR dan hasil analisis konstruksi pohon filogenetik seperti pada Gambar 3 dan 4.
Analisis Kebocoran Sel Analisis kebocaran sel dilakukan dengan analisis kandungan protein dan asam nukleat yang di keluarkan sel setelah perlakuan. Perlakuan adalah 0 MIC, 1 MIC dan 2MIC terhadapap dua ekstrak dari 2 isolat di atas. Ekstrak MG 500 1.1 diujikan pada E. coli dan S. cerevisiae. Ekstrak 1250 1.2 diujikan pada A. Niger. Hasil analisis seperti pada Gambar 5.
Penentuan Minimum Inhibitor Concentration (MIC) Isolat yang memiliki aktivitas antibiotik tertinggi dan telah di identifikasi
Tabel 1. Perhitungan total koloni tiap gram sampel yang terkait dengan faktor lingkungan Sampel
A.1 MG.10 LAGUNA BBL-1 BBL-2 MG.500 MG.750 MG.1000.1 MG.1250 MG.1500
330
Posisi
00.53.604 N 127.21.403 E 00.47.462 N 127.18.072 E 00.46.000 N 127.20.969 E 00.46.438 N 127.19.275 E 00.46.438 N 127.19.275 E 00.47.001 N 127.21.325 E 00.47.252 N 127.21.118 E 00.47.764 E 127.20.749 E 00.47.705 N 127.20.864 E 00.47.881 N 127.20.686 E
Ketinggian (m)
pH
Subtrak / vegetasi
Total koloni (CFU/g sampel) x 104 6,0 ± 0.70
8
7.0
No vegetation
17
7.0
Durio sp.
250
7.0
370
7.0
Cengkeh (Syngzigium aromaticum) Lahar hitam
370
7.0
Lahar merah
60,0 ± 14,10
514
6.5
200 ± 21,21
742
6.9
Monoculture pala (Miristrica fragans) Cengkeh
1000
6.8
Pandan, heterogen
145,0 ± 7,07
1253
6.0
Pandanus sp.
87,5 ± 17,67
1463
6.9
Heterogen
487,5 ± 95,45 62,5 ± 3,53 50,0 ± 33,5
95 ± 0,00
42,5 ± 3,53
Eksplorasi Keanekaragaman Aktinomisetes Tanah Ternate
Tabel 2. Produksi Metabolit dan Kemampuan antibiotik isolat aktinomisetes. No
Isolat
Produksi senyawa (mg/ml)
Rerata diameter zona hambat (mm) E. coli
M. luteus
S. aureus
B. subtilis
C. albicans
S. cerevisiae
A. niger
1
MG 500.1 2
57,2
-
-
-
-
-
-
-
2
MG 500.1 1
0,3
31
30,5
25
25,5
-
25
-
3
MG 1500.1 6
0,14
-
-
-
-
-
-
-
4
MG 1500.1 5
0,1
-
-
-
-
-
-
-
5
MG 500.1 3
0,04
-
-
-
-
-
-
-
6
MG 500.1 4
0,02
-
-
-
-
-
-
-
7
MG 500.1 5
0,02
-
-
-
-
-
-
-
8
MG 500.1 6
0,04
-
13
10,5
10.5
-
-
-
9
MG 500.1 7
0,1
-
-
-
-
-
-
-
10
MG 500.1 8
0,58
-
-
-
-
-
-
-
11
MG 1500.1 1
0,02
-
-
-
-
-
-
-
12
MG 1500.1 2
0,18
-
-
-
-
-
-
-
13
MG 1500.1 3
0,04
-
-
-
-
-
-
-
14
MG 1500.1 4
0,18
-
-
-
-
-
-
-
15
MG 1500.1 7
0,06
-
-
-
-
-
-
-
16
LGN 1 1
0,3
-
-
-
-
-
-
-
14
LGN 1 2
0,3
-
-
-
-
-
-
-
18
LGN 1 3
0,38
-
-
-
-
-
-
-
19
LGN 1 4
0,5
-
-
-
-
-
-
-
20
LGN 1 5
0,3
-
-
-
-
-
-
-
21
BBL 2 1
1,57
-
-
-
-
-
-
-
22
BBL 2 2
0,84
-
-
-
-
-
-
-
23
BBL 2 3
0,1
-
-
-
-
-
-
-
24
BBL 2 4
0,56
-
-
-
-
-
-
-
25
BBL 2 5
0,26
-
-
-
-
-
-
-
26
A11
0,5
-
-
-
-
-
-
-
27
A12
0,04
-
-
-
-
-
-
-
28
A13
0,24
-
-
-
-
-
-
-
29
A14
0,28
-
-
-
-
-
-
-
30
A15
1,84
-
-
-
-
-
-
-
31
A16
0,08
17
-
-
-
-
-
-
32
MG 750.1 5
0,42
-
-
-
-
-
-
-
33
MG 1250 1 1
0,14
-
-
-
-
-
-
-
34
MG 1250 1 2
0.38
-
-
-
-
-
-
31,7
35
MG 1250 1 3
0,58
-
-
-
-
-
-
-
36
MG 1250 1 4
0,38
-
-
-
-
-
-
-
37
BBL 1 1
0,94
-
-
-
-
-
-
-
331
Nurkanto dkk
Tabel 2. Lanjutan No
Isolat
Produksi senyawa (mg/ml)
Rerata diameter zona hambat (mm) E. coli
M. luteus
S. aureus
B. subtilis
C. albicans
S. cerevisiae
A. niger
38
BBL 1 2
2,90
7
8,5
9,5
8,5
-
-
-
39
BBL 1 3
0,58
-
-
-
-
-
-
-
40
BBL 1 4
0,48
-
-
-
-
-
-
-
41
MG 750.1 1
0,24
-
-
-
-
-
-
-
42
MG 750.1 2
0,14
-
-
-
-
-
-
-
43
MG 750.1 3
0,64
-
-
-
-
-
-
-
44
MG 750.1 4
0,08
-
-
-
-
-
-
-
45
MG 1000.1 1
0,02
-
-
-
-
-
-
-
46
MG 1000.1 2
0,2
-
-
-
-
-
-
-
47
MG 1000.1 3
0,02
-
-
-
-
-
-
-
48
MG 1000.1 4
0,02
-
-
-
-
-
-
-
49
MG 1000.1 5
0,08
-
-
-
-
-
-
-
50
MG 1000.1 6
0,24
-
-
-
-
-
-
-
51
MG 10.1.S 1
1,05
-
-
-
-
-
-
-
52
MG 10.1.S 2
0,2
-
-
-
-
-
-
-
53
MG 10.1.S 3
1,14
-
-
-
-
-
-
-
54
MG 10.1.S 4
0,52
-
-
-
-
-
-
-
55
MG 10.1.S 5
2,19
-
-
-
-
-
-
-
56
MG 10.1.S 6
0,08
-
-
-
-
-
-
-
57
MG 10.1.S 7
0,04
-
-
-
-
-
-
-
58
MG 10.1.S 8
0,2
7,5
-
-
-
-
-
-
59
MG 10.1.S 9
0,06
-
-
-
-
-
-
-
60
MG 500.1 9
0,58
-
-
-
-
-
-
-
Isolat yang memiliki aktivitas antibiotik dan telah di identifikasi di simpan dalam bank koleksi kultur di LIPI Microbial Cultere Collection (LIPIMC), Bidang Mikrobiologi, Pusat Penelitian Biologi LIPI dengan nomer koleksi seperti pada Tabel 4.
PEMBAHASAN Data yang diperoleh menunjukkan bahwa perbedaan kelimpahan yang terjadi kemungkinan lebih disebabkan 332
oleh kondisi biologi, kimia dan fisika tanah serta vegetasi naungan, bukan kerena ketinggian tempat. Sampel tanah dari habitat A1 memiliki kepadatan yang jauh lebih rendah dibandingkan yang lain. Hal ini disebabkan karena struktur tanah adalah larva beku yang keras, sehingga tidak memungkinkan adanya sirkulasi udara yang baik. Disamping itu, lava belum terdegadasi sehingga memiliki kandungan nutrisi yang relatif rendah dan tidak sesuai dengan kondisi pertumbuhan aktinomisetes.
Eksplorasi Keanekaragaman Aktinomisetes Tanah Ternate
Gambar 1. Zona bening yang terbentuk oleh aktivitas antibakteri dari senyawa yang diproduksi oleh aktinomisetes.
Gambar 2. Zona bening yang terbentuk oleh aktivitas anti jamur dari senyawa yang diproduksi oleh aktinomisetes.
Dari 60 isolat yang di screening, 10 % diantaranya memiliki aktivitas antibiotik, baik yang bersifat arrow spectrum (spesifik menghambat satu jenis mikroba tertentu saja) maupun broad spectrum (menghambat beberapa jenis mikroba). Dari hasil konstruksi pohon filogenetik berdasarkan parsial 16 S rDNA, terlihat bahwa semua isolat masuk dalam genus Streptomyces. Dari
enam isolat, isolat MG 500.1.1 memiliki kedekatan dengan Streptomyces hygroscopicus (99% homologi) dan isolat MG 500.1.4 dekat dengan Streptomyces resistomycificus (99% homologi). Empat isolat lainnya secara filogenetik terpisah dari kerabat trdekatnya, sehingga memiliki kemungkinan jenis baru.
333
Nurkanto dkk
Gambar 3. Fisualisasi PCR product hasil analisis.Analisis (dari kiri : Marker, MG.500.1.1, MG.500.1.4, MG.500.1.6, A.1.6, MG.750.1.2, dan MG.10.1.S.8.).
0.05
Nocardiopsis rosea strain YIM 90094 21
MG 10. 1. S 8
100 100
35
1
100
MG 1250 1.2 A 1.6 MG 500 1.6
100
9 43
100 15 100
8 97
85
32 4
95 34 13 2
22 2
100
44
100 100 34
99
Streptacidiphilus luteoalbus strain IS096 Kitasatospora kepongensis strain H 6549 Streptomyces prunicolor strain 22-1 Streptomyces rimosus strain MJM8796 Streptomyces cacaoi subsp. cacaoi strain NBRC 12837 Streptomyces violaceoruber strain KCTC 9787 Streptomces psammoticus strain IFO 13971 Streptomyces kathirae strain s7a Streptomyces panacagri strain Gsoil 519 Streptomyces aureofaciens strain KACC 20180 Arthrobacter sulfureus strain CSQ5 Arthrobacter citreus Streptomyces seoulensis strain HBUM174550 Streptomyces tauricus strain HBUM175010 Kitasatospora kifunensis strain HKI 0316 Streptomyces hygroscopicus strain SMUM3697 MG 500 1.1
100
87
100
Streptomyces goshikiensis strain 173428" Streptomyces galilaeus strain HBUM174638 100 Streptomyces galilaeus strain HBUM174638 Streptomyces psammoticus strain K33 Streptomyces variabilis strain HBUM173496
Streptomyces miharaensis strain NBRC 13791 Streptomyces phaeofaciens strain NBRC 13372 Streptomyces psammoticus strain NBRC 13971 Streptomyces puniceus strain NRRL B-2895T 98 Streptomyces bobili strain NBRC 16166 Streptomyces griseoaurantiacus strain HBUM174220 Streptomyces aureus strain 173978 Streptomyces aburaviensis 99% strain AS 4.1869 Streptomyces resistomycificus strain 6792 MG 500 1.4
Streptomyces pseudovenezuelae strain BUM174623 Arthrobacter agilis strain 090-2.1-CV-A-08a
Gambar 4. Analisis Filigenetik isolat aktinomisetes.
334
Eksplorasi Keanekaragaman Aktinomisetes Tanah Ternate
Tabel 3. Penentuan nilai MIC ekstrak uji terhadap bakteri dan fungi dibandingkan dengan kontrol antibiotik komersial No
Mikroba Uji
6
Escherichia coli NBRC 14237 M. luteus NBRC 1367 S. aureus NBRC 13276 Bacillus subtilis NBRC 3134 Candida albicans NBRC 1594 S. cerevisiae NBRC 10217
7
Aspergillus niger
1 2 3 4 5
Ekstrak (µg/ ml) MG 500 MG 1.1 1250 1.2
Antibiotik komersil sebagai pembanding (µg/ ml) Chloramphenicol
Eritromycin
Nistatin
Kabicidin
2
na
16
32
na
na
128
na
16
16
na
na
128
na
16
0.06
na
na
128
na
8
0.03
na
na
Na
na
na
na
32
32
16
na
na
na
64
64
Na
16
na
na
16
64
Keterangan : na = tidak aktif
Gambar 5. Analisis kebocoran sel. A : ekstrak MG 500.1.1 terhadap sel E. coli; B : ekstrak MG 500.1.1 terhadap S. cereviseae dan C : ekstrak MG 1250.1.2 terhadap A. niger.
335
Nurkanto dkk
Tabel 4. Registrasi nomor penyimpanan kultur pada LIPIMC
No 1 2 3 4 5 6
Nomor kode isolat MG 500.1.1 MG 500.1.4 MG 500.1.6 MG 1250.1.2 A 1.6 MG 10.1.5.8
Nomor isolat di LIPIMC LIPIMC 368 LIPIMC 369 LIPIMC 370 LIPIMC 371 LIPIMC 372 LIPIMC 373
Diketahui bahwa Streptomyces merupakan genus dari aktinomisetes yang paling banyak memproduksi antibiotik dan molekul bioaktif di bandingkan dengan genus lain dari aktinomisetes (Solanki et al. 2008; Khamma et al. 2008; Goodfellow & Simpson 1987), bahkan juga lebih tinggi dibandingkan dengan mikroba lain seperti jamur dan yeast.Isolat yang memiliki kemampuan antibiotik dari hasil screening, dilakukan seleksi lebih lanjut untuk mendapatkan isolat unggul. Dari 6 isolat aktif, dipilih dua isolat untuk di analisis lebih lanjut. Dua isolat tersebut adalah Streptomyces MG 500.1.1 dan Streptomyces MG 1250.1.2. Pemilihan isolat tersebut didasarkan pada kemampuan antibiotiknya yang paling tinggi dan sifat khas antibiotiknya yang kebetulan berlawanan. Streptomyces MG 500.1.1 bersifat broad spectrum sedangkan Streptomyces MG 1250.1.2 lebih bersifat arrow spectrum. Uji lanjut MIC dilakukan untuk mengetahui dosis minimum dari metabolit yang diproduksi oleh kedua isolat terpilih dalam menghambat beberapa jenis mikroba. Hasilnya menunjukkan nilai MIC yang bervariasi terhadap mikroba uji. Senyawa metabolit yang diproduksi 336
oleh Streptomyces MG 500.1.1 menghambat semua mikroba uji kecuali C. albicans dan A. niger. Nilai MIC untuk menghambat E. coli (2 μg/mL) jauh lebih rendah dibandingkan dengan antibiotik komersial chloramphenicol dan erytromicin. MIC untuk menghambat yeast S. Cerevisiae (16 μg/mL) juga lebih rendah dibandingkan dengan antibiotik komersial kabicidin dan nystatin. Walaupun demikian, nilai MIC terhadap mikroba lain lebih tinggi dibandingkan dengan antibiotik komersial. Nilai MIC dari Streptomyces MG 1250.1.2 terhadap A. niger sama dengan nistatin, dan lebih rendah dibandingkan dengan kabicidin. Nilai MIC yang lebih rendah menujukkan kemampuan antibiotik yang tinggi. Makin rendah MIC, makin bagus aktivitas antibiotiknya. Dari hasil yang telah diperoleh, menujukkan hasil yang positip, dimana kedua ekstrak memiliki aktivitas antibiotik yang lebih tinggi dibandingkan dengan antibiotik komersial yang telah lama digunakan untuk obat saat ini, walaupun masih dalam bentuk ekstrak campuran. Data kebocoran dinding sel menunjukkan adanya kerusakan sel oleh pengaruh pemberian ekstrak. Kerusakan
Eksplorasi Keanekaragaman Aktinomisetes Tanah Ternate
yang terjadi berupa rusaknya dinding dan membran sel yang diikuti dengan keluarnya material seluler ke medium antara lain protein dan asam nukleat yang diukur nilai absorbansinya pada panjang gelombang 260 dan 280 nm. Hampir semua antibiotik bekerja dengan merusak membran sitoplasma. Karena ekstrak yang digunakan bersifat hidrofobik, maka mekanisme awal adalah penempelan senyawa ekstrak dengan fosfolipid dan lipoprotein pada membran bagian luar. Ekstrak juga kemungkinan berikatan dengan peptidoglikan yang bersifat hidrofobik, yang mengganggu permeabilitas membran. Dengan terganggunya permeabilitas membran sel, maka ekstrak akan masuk ke dalam sitosol sel dan mengganggu proses metabolisme sel secara keseluruhan. Menurut Sikkema et al dan Ultee et al. 2002 dalam Miksusanti et al. (2008), adanya akumulasi ekstrak dalam sitoplasma akan menyebabkan membran mengalami pembengkakan, perubahan permiabilitas dan fluiditas. Akibatnya potensial membran menurun, kerja enzim dalam proses metabolisme menurun yang pada akhirnya menyebabkan terlepasnya material sel ke luar, yang terdeteksi dengan tingginya protein dan asam nukleat. Secara umum pemberian perlakuan 2 MIC menimbulkan kerusakan yang lebih berat dibandingkan dengan dosis 1 MIC. KESIMPULAN Aktinomisetes yang diisolasi dari sampel tanah berbagai tipe subtrat dan habitat asal ternate memiliki kelimpahan yang cukup tinggi. Tidak ditemukan
adanya pola kelimpahan aktinomisetes yang dibatasi oleh ketinggian. Berdasarkan analisis 16S rDNA, semua isolal yang memiliki aktivitas antibiotik masuk dalam genus Streptomyces. Diperoleh dua strain aktinomisetes Streptomyces MG 500.1.1 dan Streptomyces MG 1250.1.2 yang senyawa metabolitnya memiliki aktivitas antibiotik yang sangat kuat, bahkan lebih kuat dari antibiotik komersial. Metabolit dari Streptomyces MG 500.1.1 lebih kuat melawan E. coli dan S. cerevisiae, sedangkan Streptomyces MG 1250.1.2 pada A.niger. Aktivitas antibiotik ditandai dengan kebocoran sel dan terlepasnya material organik (protein dan asam nukleat). Untuk selanjutnya Perlu dilakukan isolasi, elusidasi dan karakterisasi metabolit dari kedua strain yang memiliki aktivitas antibiotik. UCAPAN TERIMAKASIH Penelitian ini dibiayai oleh proyek IPTEKDA LIPI 2009. Terimakasih penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Ibnu Maryanto sebagai koordinator proyek, Walikota Ternate, semua tim ekspedisi Ternate 2009, Dian Alfian dan semua fihak yang membantu penelitian kami. DAFTAR PUSTAKA Debananda, S. Ningthoujam, S. Sanasam & S. Nimaichand.2009. Screening of Actinomycete Isolates from Niche Habitats in Manipur for Antibiotic Activity. American J.l Biochem. Biotech. 5 (4): 221-225.
337
Nurkanto dkk
Goodfellow, M. and KE. Simpson. 1987. Ecology of Streptomyces. App Microbial. 2 : 97 – 125. Hamdali, H., B. Bouizgarne, M. Haûdi , A. Lebrihi, M. Virolle and Y. Ouhdouch. 2008. Screening for rock phosphate solubilizing Actinomyce from Moroccan phosphate mines. App.Soil Ecol. 38 : 12 – 19. Hayakawa, M. & T. Nanomura. 1987. Humic Acid Vitamin Agar, and a New Medium for the Selective Isolation of Soil Actinomycetes. J. Ferment technology 65: 501 – 509. Hayakawa, M., Y.Yoshida & Y. Iimura. 2004. Selective isolation of bioactive soil actinomycetes belonging to the Streptomyces violaceusniger phenotypic cluster. J. Appl. Microbiol. 96 : 973–981. Hopwood, DA,.2007. Streptomyces in Nature and Medice. Oxford University Press. New York. Khamma, S., A. Yokota, & S. Lumyong. 2008. Actinomycetes isolated from medical Plant rhizosphere soil : diversity and screening of antifungal compounds, indole-3acetic acid sidorephore production. World J.Microbiol Biotechnol. 10.1007. Lee, YJ. & BK. Hwang. 2002. Diversity of Antifungal Actinomycetes in Varios Vegetative soils of Korea. J. Microbiol 48: 407- 417. NRC Research Press. Miksusanti, BSK. Jennie, B. Ponco & G. Trimulyadi. 2008. Cell wall Disruption of Escherchia coli K1.1 338
by Temu Kunnci (Kaempferia pandurata) Essential Oil. Berita Biologi. 9 (1) : 1 – 8. Nolan, R.&T. Cross. 1988. Isolation and screening of actinomycetes. dalam: Goodfellow, M., Williams S.T., Mordarski M, editors. Actinomycetes in biotechnology. London: Academic Press. Hlm. 1 – 32. Nurkanto, A, M. Rahmansyah & A. Kanti. 2008. Teknik Isolasi Aktinomisetes. LIPI Press. Jakarta. Okazaki, T. & A. Naito.1986. Studies on actinomycetes isolating from Australian soil. dalam: Szabo, G., S. Biro, M. Goodfellow, editors. Biological biochemical and biomedical asp.ects of actinomycetes. Budapest: Akademiai Kiado. Hlm. 739 – 41. Pitcher, DG., NA. Saunders and RJ. Owen. 1989. Rapid extraxtion of bacterial genomic DNA with Guanidium thiocyanate. Lett Appl Microbiol. 8 : 108 – 114. Rahman, A, MI Choudhary and WJ. Thomsen. 2005. Bioassay Techniques for Drug Develoment. Hardwood Academic Publishers. London. Saadoun, I. & R. Gharaibeh. 2003. The Streptomyces flora of Badia region of Jordan and its potential as a source of antibiotic-resistant bacteria. J. Arid Environ 53: 365 – 371. Schwalbe,R, L. Stele-Moore & AC. Goodwin. 2007. Antimicrobial
Eksplorasi Keanekaragaman Aktinomisetes Tanah Ternate
Susceptibility Testing Protocols. CRC Press. New York. Sette, LD., VM. de Oliveira & GP. Manûo. 2005. Isolation and characterization of alachlordegrading actinomycetes from soil.
Antonie van Leeuwenhoek. 87 : 81 -89. Solanki,R, M. Khanna & R. Lal. 2008. Bioactive Compounds from Marine Actinomycetes. Indian J. Microbial. 48 : 410 – 431.
Memasukkan: September 2009 Diterima: April 2010
339
J. Biol. Indon. Vol 6, No.3 (2010) PANDUAN PENULIS
Naskah dapat ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Naskah disusun dengan urutan: JUDUL (bahasa Indonesia dan Inggris), NAMA PENULIS (yang disertai dengan alamat Lembaga/ Instansi), ABSTRAK (bahasa Inggris, maksimal 250 kata), KATA KUNCI (maksimal 6 kata), PENDAHULUAN, BAHAN DAN CARA KERJA, HASIL, PEMBAHASAN, UCAPAN TERIMA KASIH (jika diperlukan) dan DAFTAR PUSTAKA. Naskah diketik dengan spasi ganda pada kertas HVS A4 maksimum 15 halaman termasuk gambar, foto, dan tabel disertai CD. Batas dari tepi kiri 3 cm, kanan, atas, dan bawah masingmasing 2,5 cm dengan program pengolah kata Microsoft Word dan tipe huruf Times New Roman berukuran 12 point. Setiap halaman diberi nomor halaman secara berurutan. Gambar dalam bentuk grafik/diagram harus asli (bukan fotokopi) dan foto (dicetak di kertas licin atau di scan). Gambar dan Tabel di tulis dan ditempatkan di halam terpisah di akhir naskah. Penulisan simbol α, β, χ, dan lain-lain dimasukkan melalui fasilitas insert, tanpa mengubah jenis huruf. Kata dalam bahasa asing dicetak miring. Naskah dikirimkan ke alamat Redaksi sebanyak 3 eksemplar (2 eksemplar tanpa nama dan lembaga penulis). Penggunaan nama suatu tumbuhan atau hewan dalam bahasa Indonesia/Daerah harus diikuti nama ilmiahnya (cetak miring) beserta Authornya pada pengungkapan pertama kali. Daftar pustaka ditulis secara abjad menggunakan sistem nama-tahun. Contoh penulisan pustaka acuan sebagai berikut : Jurnal : Hara, T., JR. Zhang, & S. Ueda. 1983. Identification of plasmids linked with polyglutamate production in B. subtilis. J. Gen. Apll. Microbiol. 29: 345-354. Buku : Chaplin, MF. & C. Bucke. 1990. Enzyme Technology. Cambridge University Press. Cambridge. Bab dalam Buku : Gerhart, P. & SW. Drew. 1994. Liquid culture. Dalam : Gerhart, P., R.G.E. Murray, W.A. Wood, & N.R. Krieg (eds.). Methods for General and Molecular Bacteriology. ASM., Washington. 248-277. Abstrak : Suryajaya, D. 1982. Perkembangan tanaman polong-polongan utama di Indonesia. Abstrak Pertemuan Ilmiah Mikrobiologi. Jakarta . 15 –18 Oktober 1982. 42. Prosiding : Mubarik, NR., A. Suwanto, & MT. Suhartono. 2000. Isolasi dan karakterisasi protease ekstrasellular dari bakteri isolat termofilik ekstrim. Prosiding Seminar nasional Industri Enzim dan Bioteknologi II. Jakarta, 15-16 Februari 2000. 151-158. Skripsi, Tesis, Disertasi : Kemala, S. 1987. Pola Pertanian, Industri Perdagangan Kelapa dan Kelapa Sawit di Indonesia.[Disertasi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Informasi dari Internet : Schulze, H. 1999. Detection and Identification of Lories and Pottos in The Wild; Information for surveys/Estimated of population density. http//www.species.net/primates/loris/ lorCp.1.html.
J. Biol. Indon. Vol 6, No. 3 (2010)
Pengaruh Laju Eksploitasi Terhadap Keragaan Reproduktif Ikan Tembang (Sardinella gibbosa) di Perairan Pesisir Jawa Barat Yunizar Ernawati & Mohammad Mukhlis Kamal
393
Keragaman Genetik Amfibia Kodok (Rana nicobariensis) di Ecology Park, Cibinong Berdasarkan Sekuen DNA dari Mitokondria d-loop Dwi Astuti & Hellen Kurniati
405
Model Pemanfaatan Lahan Pulau Moti, Kota Ternate, Maluku: Suatu Analisis Tata Ruang Berbasis Vegetasi Roemantyo
415
Komunitas Serangga pada Bunga Rafflesia patma Blume (Rafflesiaceae) di Luar Habitat Aslinya Kebun Raya Bogor Kota Bogor Provinsi Jawa Barat Indonesia Sih Kahono, Sofi Mursidawati & Erniwati
429
Kajian Hubungan Tutupan Vegetasi dan Sebaran Burung di Pulau Moti, Ternate, Maluku Utara Hetty I.P. Utaminingrum & Eko Sulistyadi
443
Pengujian 15 Genotipe Kedelai pada Kondisi Intensitas Cahaya 50% dan Penilaian Karakter Tanaman Berdasarkan Fenotipnya Gatut Wahyu Anggoro Susanto & Titik Sundari
459