J. Biol. Indon. Vol 6, No.3 (2010) ISSN 0854-4425 ISSN 0854-4425
JURNAL JURNAL BIOLOGI BIOLOGI INDONESIA INDONESIA Akreditasi: No 816/D/08/2009 Vol. 6, No. 3, Desember 2010 Zingiberaceae of the Ternate Island: Almost A Hundread Years After Beguin’s Collection Marlina Ardiyani
293
Production of Acid Phosphatase in Bacillus sp. Isolated from Forest Soil of Gunung Salak National Park Maman Rahmansyah & I Made Sudiana
313
Eksplorasi Keanekaragaman Aktinomisetes Tanah Ternate Sebagai Sumber Antibiotik Arif Nurkanto, Febrianti Listyaningsih, Heddy Julistiono & Andria Agusta
325
Komposisi Flora dan Struktur Hutan Alami Di Pulau Ternate, Maluku Utara Edi Mirmanto
341
Penapisan Mikroba Laut Perombak Senyawa Nitril dan Protein yang Diisolasi Dari Sponge di Perairan Ternate Rini Riffiani & Nunik Sulistinah
353
Perbandingan Tiga Metode Transformasi Agrobacterium Untuk Pencarian Gen-gen Terkait Toleransi Kekeringan Menggunakan Transposon Ac/Ds pada padi cv. Batutegi E.S.Mulyaningsih, H.Aswidinnoor, D.Sopandie, P.B.F.Ouwerkerk, S. Nugroho, &I.H. Slamet Loedin
367
Kajian Pakan Bersumber Energi Tinggi pada Pembentukkan Monyet Obes Ria Oktarina, Sri Supraptini Mansjoer, Dewi Apri Astuti, Irma Herawati Suparto & Dondin Sajuthi
383
BOGOR, INDONESIA
J. Biol. Indon. Vol 6, No. 3 (2010) Jurnal Biologi Indonesia diterbitkan oleh Perhimpunan Biologi Indonesia. Jurnal ini memuat hasil penelitian ataupun kajian yang berkaitan dengan masalah biologi yang diterbitkan secara berkala dua kali setahun (Juni dan Desember). Editor Pengelola Dr. Ibnu Maryanto Dr. I Made Sudiana Deby Arifiani, S.P., M.Sc
Dr. Izu Andry Fijridiyanto Dewan Editor Ilmiah Dr. Abinawanto, F MIPA UI Dr. Achmad Farajalah, FMIPA IPB Dr. Ambariyanto, F. Perikanan dan Kelautan UNDIP Dr. Aswin Usup F. Pertanian Universitas Palangkaraya Dr. Didik Widiyatmoko, PK Tumbuhan, Kebun Raya Cibodas-LIPI Dr. Dwi Nugroho Wibowo, F. Biologi UNSOED Dr. Parikesit, F. MIPA UNPAD Prof. Dr. Mohd.Tajuddin Abdullah, Universiti Malaysia Sarawak Malaysia Assoc. Prof. Monica Suleiman, Universiti Malaysia Sabah, Malaysia Dr. Srihadi Agung priyono, F. Kedokteran Hewan IPB Y. Surjadi MSc, Pusat Penelitian ICABIOGRAD Drs. Suharjono, Pusat Penelitian Biologi-LIPI Dr. Tri Widianto, Pusat Penelitian Limnologi-LIPI Dr. Witjaksono Pusat Penelitian Biologi-LIPI Alamat Redaksi
Sekretariat Oscar efendi SSi MSi d/a Pusat Penelitian Biologi - LIPI Jl. Ir. H. Juanda No. 18, Bogor 16002 , Telp. (021) 8765056 Fax. (021) 8765068 Email :
[email protected];
[email protected] Website : http://biologi.or.id Jurnal ini telah diakreditasi ulang dengan nilai A berdasarkan SK Kepala LIPI 816/ D/2009 tanggal 28 Agustus 2009.
J. Biol. Indon. Vol 6, No.3 (2010) KATA PENGANTAR
Jurnal Biologi Indonesia yang diterbitkan oleh PERHIMPUNAN BIOLOGI INDONESIA edisi volume 6 nomer 3 tahun 2010 memuat 13 artikel lengkap. Penulis pada edisi ini sangat beragam yaitu dari Departemen Kementerian Pertanian, IPB, Puslit Biologi LIPI, Bioteknologi-LIPI dan Institute of Biology IBL Leiden University Netherlands. Topik yang dibahas pada edisi ini meliputi 5 topik dalam bidang Botani, tiga topik tentang mikrobiologI, empat topik tentang zoologi dan satu topik campuran yang mebahas bidang botani dan zoologi. Pada edisi ini yang menarik 6 makalh merupakan hasil kajian kawaasan pulau-pulau Kecil di Ternate Maluku Utara. Selanjutnya artikel yang memuat serangga pengunjung bunga raflesia dapat dipastikan merupakan artikel sangat jarang dijumpai sehubungan dengan populasi bunganya yang sangat sulit diperoleh. Editor
J. Biol. Indon. Vol 6, No. 3 (2010) UCAPAN TERIMA KASIH Jurnal Biologi Indonesia mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada para pakar yang telah turut sebagai penelaah dalam Volume 6, No 3, Juni 2010: Prof.Dr. Woro.A.Noerdjito Puslit Biologi-LIPI Drs. M. Noerdjito, Puslit Biologi-LIPI Dr Yulin Lestari F MIPA-IPB Awal Riyanto, Puslit Biologi-LIPI Drs. Roemantyo, Puslit Biologi-LIPI Ir. Titi Juhaeti MSi, Puslit Biologi-LIPI Dr. Nuril Hidayati, Puslit Biologi-LIPI
Edisi ini dibiayai oleh DIPA Puslit Biologi-LIPI 2010
J. Biol. Indon. Vol 6, No.3 (2010) DAFTAR ISI Zingiberaceae of the Ternate Island: Almost A Hundread Years After Beguin’s Collection Marlina Ardiyani
293
Production of Acid Phosphatase in Bacillus sp. Isolated from Forest Soil of Gunung Salak National Park Maman Rahmansyah & I Made Sudiana
313
Eksplorasi Keanekaragaman Aktinomisetes Tanah Ternate Sebagai Sumber Antibiotik Arif Nurkanto, Febrianti Listyaningsih, Heddy Julistiono & Andria Agusta
325
Komposisi Flora dan Struktur Hutan Alami Di Pulau Ternate, Maluku Utara Edi Mirmanto
341
Penapisan Mikroba Laut Perombak Senyawa Nitril dan Protein yang Diisolasi Dari Sponge di Perairan Ternate Rini Riffiani & Nunik Sulistinah
353
Perbandingan Tiga Metode Transformasi Agrobacterium Untuk Pencarian Gen-gen Terkait Toleransi Kekeringan Menggunakan Transposon Ac/Ds pada padi cv. Batutegi E.S.Mulyaningsih, H.Aswidinnoor, D.Sopandie, P.B.F.Ouwerkerk, S. Nugroho, &I.H. Slamet Loedin
367
Kajian Pakan Bersumber Energi Tinggi pada Pembentukkan Monyet Obes Ria Oktarina, Sri Supraptini Mansjoer, Dewi Apri Astuti, Irma Herawati Suparto & Dondin Sajuthi
383
Pengaruh Laju Eksploitasi Terhadap Keragaan Reproduktif Ikan Tembang (Sardinella gibbosa) di Perairan Pesisir Jawa Barat Yunizar Ernawati & Mohammad Mukhlis Kamal
393
Keragaman Genetik Amfibia Kodok (Rana nicobariensis) di Ecology Park, Cibinong Berdasarkan Sekuen DNA dari Mitokondria d-loop Dwi Astuti & Hellen Kurniati
405
Model Pemanfaatan Lahan Pulau Moti, Kota Ternate, Maluku: Suatu Analisis Tata Ruang Berbasis Vegetasi Roemantyo
415
Komunitas Serangga pada Bunga Rafflesia patma Blume (Rafflesiaceae) di Luar Habitat Aslinya Kebun Raya Bogor Kota Bogor Provinsi Jawa Barat Indonesia Sih Kahono, Sofi Mursidawati & Erniwati
429
J. Biol. Indon. Vol 6, No. 3 (2010)
Kajian Hubungan Tutupan Vegetasi dan Sebaran Burung di Pulau Moti, Ternate, Maluku Utara Hetty I.P. Utaminingrum & Eko Sulistyadi
443
Pengujian 15 Genotipe Kedelai pada Kondisi Intensitas Cahaya 50% dan Penilaian Karakter Tanaman Berdasarkan Fenotipnya Gatut Wahyu Anggoro Susanto & Titik Sundari
459
Jurnal Biologi Indonesia 6 (3): 383-392 (2010)
Kajian Pakan Bersumber Energi Tinggi pada Pembentukkan Monyet Obes Ria Oktarina1,4, Sri Supraptini Mansjoer1,2, Dewi Apri Astuti1,2, Irma Herawati Suparto1,3 & Dondin Sajuthi1,3 1
Primate Research Center Bogor Agriculture University (
[email protected]), 2 Department Animal Husbandry Bogor Agriculture University, 3 Department of Chemistry Bogor Agriculture University, 4 PT. Bimana Indomedical ABSTRACT
High Energy Diet to Develop Obese Animal Model in Cynomolgus Monkeys (Macaca fascicularis). Obesity is a primary predisposition for diseases such as metabolic syndrome (insulin resistance, blood lipid abnormality, and hypertension), type 2 diabetes, and cardiovascular disease. The effort to overcome obesity is needed by understanding the development of obesity. Therefore, it is urgent to carry out preclinical trials by using an obese animal model however it is still limited. The objective of this research was to study the effect of high energy diet with animal fat and soluble carbohydrate to produce obese cynomolgus monkeys (Macaca fascicularis). Animals used in this study were 15 adult males divided equally into three treatment groups and were given diets for 4 months. The 3 groups were 1) receiving diet A consists of beef tallow without egg yolk; 2) receiving diet B consists of beef tallow and egg yolk, (energy 4,207 cal/g, fat 19.62%, and starch 60.34% in both first two diet) 3) receiving diet C consists of monkey chow as control (energy 4,330 cal/g, fat 5.55%, and starch 51.38%). Measurement were taken every four weeks for body weight, crown rump length, hip diameter, abdominal skin thickness, body mass index (BMI), nutrient consumption and digestibility. Results showed that animals received diet B had significant increase in body weight and BMI at week 4 and 8. Hip diameter and abdominal skin thickness were significant starting at week 4 in animals receiving diet with egg yolk (p<0.05) compared to the other two groups. Protein consumption and digestibility in group with diet A and B was lower (p<0.05) compared to control animals. However, digestibility for dry matter, fat, starch and energy were about 90%, meaning that the rations were considered adequate in developing obese monkey. The diet formula containing tallow and egg yolk increased body weight based on BMI criteria above 25 kg/m2. Key words: obesity, cynomolgus, egg yolk, body mass index, digestibility
PENDAHULUAN Obesitas adalah kelebihan bobot badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Obesitas pada manusia merupakan masalah yang cukup serius, bahkan saat ini obesitas dianggap penyakit multifaktor kompleks
yang disebabkan oleh interaksi faktor genetik dan lingkungan (Hill & Peters 1998). Departemen Kesehatan (2004) melaporkan bahwa prevalensi obesitas masyarakat yang tinggal di kota dari 1,1% menjadi 5,3% dan masyarakat yang tinggal di desa dari 0,7% menjadi 4,3% pada tahun 1999. Menurut WHO 2005 383
Oktarina dkk
di dunia terdapat 1,6 juta manusia remaja (umur 12 -21 tahun) menderita kelebihan bobot badan dan 400 juta manusia dewasa mengalami obesitas. Obesitas merupakan predisposisi utama untuk terjadinya beberapa penyakit terutama sindrom metabolik (seperti resisten insulin, abnormal pada lipid darah, dan hipertensi), diabetes melitus Tipe 2, dan penyakit kardiovaskular. Usaha mengatasi masalah obesitas sangat diperlukan dengan meningkatkan pemahaman tentang mekanisme pencegahan dan khususnya pengobatan terjadinya sindrom metabolik. Oleh karena itu, perlu dilakukan uji preklinis dengan menggunakan hewan model antara lain tikus, mencit dan satwa primata seperti monyet bonnet (Macaca radiata), baboon (Papio hamadryas), monyet rhesus (Macaca mulatta) dan beruk (Macaca nemestrina). Penggunaan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) sebagai hewan model obes belum pernah dilaporkan. Secara alami, Putra et al. (2006) telah melaporkan bahwa monyet ekor panjang di Bali dapat mengalami obesitas dan diukur berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) dengan rerata 60. Usaha membentuk hewan model obes dapat dilakukan secara intervensi dengan pemberian pakan yang mengandung tinggi lemak maupun karbohidrat. Bennet et al. (1995) melaporkan bahwa pakan yang mengandung energi tinggi yaitu 4,2 Kal/ kg, terdiri dari lemak 21-31% dan karbohidrat 50-70% (sukrosa dan dekstrin) dapat menghasilkan hewan obes pada monyet rhesus (Macaca mulatta). 384
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji formula pakan dengan bahan bersumber energi tinggi yang berasal dari lemak hewan (tallow dan kuning telur) dan karbohidrat (gandum), untuk mendapatkan hewan model monyet ekor panjang obes. BAHAN DAN CARA KERJA Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2007 sampai dengan Juni 2008 di PT IndoAnilab, Bogor. Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini 15 ekor monyet ekor panjang jantan dewasa, dengan bobot badan berkisar antara 4–5 kg, nomor protokol ACUC (Animal Care and Use Commitee) : 01-IA-ACUC-08. Monyet ekor panjang berasal dari hasil penangkaran Pusat Studi Satwa Primata Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat-Institut Pertanian Bogor (PSSP LPPM-IPB). Komposisi nutrisi formula pakan perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1. Satu buah pisang dengan bobot kurang lebih 70 g/ekor/hari diberikan sebagai pakan tambahan dan air minum yang diberikan ad libitum. Peralatan yang digunakan antara lain kandang individu stainless steel (squeeze back cage), alat pencampur pakan, alat pengukuran antara lain tongkat ukur merek FHK, penggaris kaliper merek Tricle brand, pita ukur merek Butterfly, dan timbangan bobot badan (merek Five Goats), timbangan pakan (merek Tonata), dan seperangkat alat analisis proksimat.
Kajian Pakan Bersumber Energi Tinggi Pada
Tabel 1 Kandungan nutrien dalam pakan percobaaan Kandungan nutrisi Pakan A* Bahan kering (%) 68,09 Protein (%) 14,42 Lemak (%) 19,62 Serat kasar (%) 1,81 Gross energi (kal/g) 4.480 BETN (%) 59,42
Pakan B* 70,18 15,01 19,62 1,14 4.207 60,34
Pakan C * 92,75 29,39 5,55 6,02 4.330 51,38
Keterangan: A=tallow dan gandum; B=tallow, kuning telur dan gandum; C=monkey chow (kontrol); BETN=Bahan ekstrak tanpa N. *Hasil analisis Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan IPB 2008.
Sebanyak 15 ekor monyet ekor panjang yang akan digunakan dibagi secara acak berdasarkan bobot badan menjadi tiga kelompok perlakuan, yaitu : kelompok Pakan A (n= 5 ekor) yang mendapatkan formula pakan yang mengandung GE 4.480 kal/g, Lemak 19,62%, dan BETN 59,42%; kelompok Pakan B (n= 5 ekor) yaitu pakan obes dengan formula yang mengandung GE 4.207 kal/g, Lemak 19,62% dan BETN 60,34% dan; kelompok Pakan C atau kontrol (monkey chow) (n= 5 ekor) GE 4.330 kal/g, Lemak 5,55% dan BETN 51,38%. Waktu pengamatan selama empat bulan, mulai awal (minggu ke-0), setiap 4 minggu sampai dengan minggu ke-16. Peubah diamati setiap 4 minggu sampai dengan minggu ke-16 untuk peubah bobot badan, tinggi duduk (crown rump length) (m), indeks massa tubuh monyet (IMT) (kg/m2), lingkar pinggang (cm), tebal lipatan kulit perut (cm), konsumsi nutrien (g/ekor), sedangkan kecernaan semu nutrien (%) dihitumg pada akhir penelitian. Semua hasil yang diperoleh disajikan dalam nilai rataan, data diolah dengan analisis ragam (ANOVA) dengan pakan
sebagai perlakuan, yang terdiri 3 perlakuan dengan 5 ulangan. Analisis didasarkan pada perbedaan antar perlakuan dengan taraf 5%. Hasil analisis ragam yang berbeda, dilanjutkan dengan uji jarak Tukey. HASIL Hasil penelitian pembentukan monyet obes dengan pakan berenergi tinggi, dibahas dengan analisis ragam pada bobot badan dan ukuran - ukuran tubuh (lingkar pinggang dan tebal lipatan kulit perut) dan IMT. Bobot Badan Rataan bobot badan (kg) dan koefisien keragaman (%) monyet ekor panjang selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 2. Pada minggu ke-4 dan 8 setelah diberi pakan kelompok hewan yang mendapat pakan B bobot badannya nyata lebih besar (P<0,05) dari kelompok yang diberi pakan A dan C, sedangkan kelompok monyet ekor panjang yang mendapat pakan A dan C bobot badannya tidak berbeda. Bobot badan monyet ekor panjang pada minggu ke-12 dan 16 385
Oktarina dkk
Tabel 2. Rataan bobot badan (kg) dan koefisien keragaman (%) monyet ekor panjang selama penelitian. Perlakuan Pakan A Pakan B Pakan C
Awal ( ) (KK) 4,72 10,95 4,64 10,60 4,66 10,69
Minggu ke-4 ( ) (KK) 4,76b 4,37 4,90a 0,51 4,51b 8,08
Minggu ke-8 ( ) (KK) 4,54b 3,00 5,01a 6,60 4,45b 6,71
Minggu ke-12 ( ) (KK) 4,58 13,16 5,05 16,43 4,58 4,98
Minggu ke-16 ( ) (KK) 4,82 18,87 5,09 17,22 4,60 5,54
Keterangan: Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)
menunjukkan tidak terdapat perbedaan bobot badan. Ukuran-ukuran Tubuh Pengukuran antropometri tubuh yang dapat digunakan sebagai penentuan obesitas adalah dengan melakukan pengukuran lingkar pinggang tebal lipatan kulit perut, tinggi duduk, dan IMT. Berikut ini hasil pengamatan ukuran-ukuran tubuh (lingkar pinggang, tebal lipatan kulit perut tinggi duduk) selama penelitian. Keragaman juga terjadi pada ukuranukuran tubuh dan IMT. Keragaman tertinggi terjadi pada kelompok pakan B untuk parameter lingkar pinggang, tebal lipatan kulit perut dan IMT. Hasil pengukuran lingkar pinggang selama penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang nyata (P<0,05) lebih besar pada monyet ekor panjang yang mendapat pakan B, jika dibandingkan dengan kelompok yang mendapatkan pakan A dan C, sedangkan monyet ekor panjang yang mendapat pakan A dan C tidak terdapat perbedaan ukuran lingkar pinggang. Bertambahnya ukuran lingkar pinggang pada kelompok perlakuan pakan B terjadi seiring dengan peningkatan bobot badan pada monyet ekor panjang. Pertambahan ukuran lingkar pinggang pada kelompok pakan B dapat dilihat pada Tabel 3. 386
Adanya penambahan bobot badan sangat berpengaruh terhadap peningkatan ukuran lingkar pinggang. Meningkatnya ukuran lingkar pinggang mempunyai hubungan erat dengan meningkatkan resiko terjadinya resiko sindrom metabolik pada manusia. Seperti yang dikemukakan oleh WHO (1997), jika lingkar pinggang lebih dari 90 cm pada pria dan lebih dari 80 cm pada wanita dapat meningkatkan resiko terjadinya sindrom metabolik pada manusia. Akan tetapi kriteria lingkar pinggang MEP terhadap resiko terjadinya sindrom metabolik belum ada. Hasil pengukuran tebal lipatan kulit perut selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 4. Dari hasil pengukuran menunjukan bahwa terdapat perbedaan ukuran tebal lipatan kulit perut pada minggu ke-4, 8 dan 12, dengan ukuran terbesar (P<0,05) pada kelompok yang mendapat pakan B jika dibandingkan dengan kelompok yang mendapat pakan A dan C, sedangkan pada kelompok yang mendapat pakan A dan C tidak terdapat perbedaan ukuran tebal lipatan kulit perut. Pada minggu ke-16 menunjukkan bahwa monyet ekor panjang yang mendapat pakan A, B dan C tidak terdapat perbedaan ukuran lingkar pinggang.
Kajian Pakan Bersumber Energi Tinggi Pada
Tabel 3. Rataan lingkar pinggang (cm) dan koefisien keragaman (%) monyet ekor panjang selama penelitian.
Perlakuan Pakan A Pakan B Pakan C
Awal ( ) (KK) 29,12 2,91 28,94 3,68 29,00 1,84
Minggu ke-4 ( ) KK) 28,10b ,26 31,18a 4,41 27,00b 2,84
Minggu ke-8 ( ) (KK) 28,00b 3,13 32,34a 6,91 28,00b 2,44
Minggu ke-12 ( ) (KK) 28,30b 2,21 32,42a 6,94 28,18b 1,72
Minggu ke-16 ( ) KK) 28,54b 2,46 32,96a 7,07 28,30 b 1,83
Keterangan: Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)
Tabel 4 Rataan tebal lipatan kulit perut (cm) dan koefisien keragaman (%) monyet ekor panjang selama penelitian
Perlakuan Pakan A Pakan B Pakan C
( ) 0,36 0,39 0,38
Awal (KK) 18,59 9,96 1,99
Minggu ke-4 ( ) (KK) 0,36b 9,90 0,52a 27,60 0,40b 9,52
Minggu ke-8 Minggu ke-12 ( ) (KK) ( ) (KK) 0,39b 7,90 0,40b 8,78 0,53a 0,26 0,56a 30,17 b 0,41 5,01 0,45b 9,30
Minggu ke-16 ( ) (KK) 0,40b 9,24 0,58a 33,50 0,45b 8,63
Keterangan: Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05).
Pada ukuran tebal lipatan kulit perut menunjukkan keragaman yang tinggi dari minggu ke-0, 4, 8 dan 12 pada kelompok pakan B, jika dibandingkan dengan kelompok pakan A dan C. Adanya peningkatan ukuran tebal lipatan kulit perut pada kelompok pakan B selama penelitian dapat terlihat jelas pada Gambar 1. Tujuan pengukuran tebal lipatan kulit perut pada penelitian ini adalah untuk mengetahu tipe obesitas yang terjadi pada monyet ekor panjang. Sama halnya dengan ukuran lingkar pinggang, penambahan bobot badan juga menyebabkan peningkatan ukuran tebal lipatan kulit perut pada kelompok pakan B. Sama halnya dengan kejadian peningkatan lingkar pinggang, peningkatan tebal lipatan kulit perut adalah untuk mengetahui adanya penimbunan lemak di daerah subkutan dan abdomen. Penimbunan lemak pada daerah
abdomen dapat meningkatkan terjadinya resiko penyakit seperti diabetes melitus Tipe 2, toleransi terhadap glukosa terganggu, hipertensi, dan dislipidemi. Tinggi duduk (crown rump length), dengan mengukur dari puncak kepala sampai dengan pangkal ekor dengan menggunakan tongkat ukur. Tinggi duduk monyet ekor panjang selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 5. Ukuran tinggi duduk pada monyet ekor panjang dari awal sampai dengan akhir penelitian, menunjukkan tidak adanya penambahan ukuran tinggi duduk. Pada penelitian ini monyet ekor panjang yang digunakan adalah yang sudah berumur dewasa (susunan gigi Molar3/ Molar3). Sehingga secara fisiologi tidak ada peningkatan ukuran tubuh yang secara nyata, karena tidak sedang dalam masa pertumbuhan. Pengukuran tinggi duduk ini berguna untuk menghitung indeks massa tubuh 387
Oktarina dkk
Tebal Lipatan Kulit Perut 0.8 Cm
0.6 0.4 0.2 0 Minggu-0
Minggu-4
Pakan A
Minggu-8
Minggu-12 Minggu-16
Pakan B
Pakan C
Gambar 1. Perkembangan tebal lipatan kulit perut MEP yang mendapat formula pakan A , B dan C selama penelitian.
(IMT), karena pengukuran IMT pada monyet ekor panjang didapat dari hasil perhitungan antara bobot badan dibagi dengan tinggi duduk (kg/m2). Hasil pengukuran IMT selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 6 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan IMT yang lebih besar (P<0,05) pada kelompok yang mendapat pakan B di minggu ke-4 dan minggu ke-8, jika dibandingkan dengan kelompok yang mendapat pakan A dan C, sedangkan kelompok yang mendapat pakan A dan C tidak terdapat perbedaan ukuran IMT selama penelitian. Ukuran IMT pada minggu ke-12 dan 16 terlihat bahwa tidak terdapat perbedaan ukuran IMT antar perlakuan yang mendapat pakan A, B dan C. Adanya peningkatan ukuran IMT pada kelompok pakan B selama penelitian
dapat terlihat jelas pada Gambar 2. Perkembangan bobot badan berpengaruh terhadap peningkatan ukuran lingkar pinggang dan tebal lipatan kulit perut dan IMT pada kelompok pakan B. Dari hasil pengamatan IMT dengan membandingkan antara bobot badan dan tinggi duduk kelompok hewan pakan A dan pakan C, masuk dalam kriteria kelebihan berat (over weight) dan pre obesitas, sedangkan untuk kelompok hewan pakan B masuk dalam kriteria obesitas Tipe I. Analisa Pakan Analisis pakan pada penelitian ini, bertujuan untuk mengetahui banyak nutrien yang dikonsumsi dan kecernaan semu pakan di dalam feses. Hasil perhitungan konsumsi nutrien dan
Tabel 5. Rataan (cm) dan koefisien keragaman (%) tinggi duduk monyet ekor panjang selama penelitian.
Perlakuan Pakan A Pakan B Pakan C
388
Awal ( ) (KK) 0,44 4,07 0,44 2,29 0,44 2,02
Minggu ke-4 Minggu ke-8 ( ) (KK) ( ) (KK) 0,44 4,07 0,44 4,11 0,44 2,27 0,44 2,25 0,44 2,02 0,44 1,98
Minggu ke-12 ( ) (KK) 0,44 4,11 0,44 2,25 0,44 1,98
Minggu ke-16 ( ) (KK) 0,44 4,09 0,44 2,20 0,44 1,95
Kajian Pakan Bersumber Energi Tinggi Pada
Tabel 6. Rataan (kg/m2 )indeks massa tubuh dan koefisien keragaman (%) monyet ekor panjang selama penelitian.
Perlakuan Pakan A Pakan B Pakan C
Awal ( ) (KK) 24,51 8,35 24,19 6,25 23,94 10,08
Minggu ke-4 ( ) (KK) 23,59b 9,31 25,53a 6,02 23,18b 9,33
Minggu ke-8 ( ) (KK) 23,52b 7,27 26,02a 11,62 22,86b 8,60
Minggu ke-12 ( ) (KK) 23,73 7,58 26,24 11,60 23,52 7,31
Minggu ke-16 ( ) (KK) 24,88 13,30 26,44 12,50 23,55 7,16
Keterangan: Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05).
28 26 Kg/m2 24 22 20 Minggu-0
Minggu-4 Pakan A
Minggu-8 Minggu-12 Minggu-16 Pakan B
Pakan C
Gambar 2. Perkembangan indeks massa tubuh MEP yang mendapat formula pakan A , B dan C selama penelitian.
kecernaan semu pakan dapat dilihat sebagai berikut. Konsumsi Nutrien Hasil pehitungan menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan (P<0,05) konsumsi bahan kering dan konsumsi energi pada minggu ke-8, sedangkan konsumsi BETN pada minggu ke-12. Rata-rata konsumsi bahan kering, lemak, BETN dan energi kelompok hewan yang mendapat perlakuan pakan B lebih tinggi (P<0,05) jika dibandingkan dengan kelompok hewan yang mendapat perlakuan pakan A dan pakan C (Gambar 3). Pada minggu ke-4, 8 dan 16 kelompok yang mendapat pakan B lebih tinggi (P<0,05) mengkonsumsi bahan kering jika dibandingkan dengan
kelompok yang mendapat pakan A dan C. Pada minggu ke-12 kelompok hewan yang mendapat pakan C menunjukan konsumsi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan MEP yang mendapat pakan A dan B, sedangkan MEP yang mendapat pakan A dan B menunjukan tidak terdapatnya perbedaan konsumsi bahan kering. Konsumsi protein kasar, pada MEP pakan C lebih tinggi (P<0,05) jika dibandingkan dengan MEP pakan A dan B, sedangkan MEP yang mendapat pakan A dan B tidak menunjukan perbedaan konsumsi protein. Hal ini disebabkan tingginya kandungan protein kasar pada pakan C. Menurut Bennet et al. (1995), bahwa kebutuhan protein pada MEP adalah 3,5 g/ekor/hari. Jika dilihat dari kebutuhan protein MEP, pakan yang 389
Oktarina dkk
digunakan sudah mencukupi kriteria kebutuhan akan protein pada MEP. Pada kelompok pakan C, meskipun mengandung energi tinggi, akan tetapi tidak menyebabkan pertambahan bobot badan (P<0,05) jika dibandingkan dengan kelompok pakan B. Hal ini disebabkan karena energi dalam pakan bersumber dari karbohidrat dan protein, karena protein dalam pakan jika dimetabolisme di dalam tubuh berfungsi menghasilkan enzim, hormon, komponen struktural, dan protein darah dari sel dan jaringan. Jika konsumsi protein berlebih di dalam tubuh akan dibuang bersamaan dengan urin. Konsumsi lemak dan BETN, pada monyet ekor panjang yang mendapat perlakuan pakan B enam kali lipat lebih tinggi (P<0,05) dan empat kali lipat lebih tinggi (P<0,05) jika dibandingkan dengan kelompok pakan C. Tingginya konsumsi pada kelompok pakan B, ternyata berpengaruh terhadap pertambahan bobot badan. Selama penelitian pada kelompok pakan B bobot badan meningkat tiap empat minggu pengukuran sebanyak 9,7%. Jika dibandingkan dengan formula obes Astuti et al. (2007), monyet ekor panjang mengkonsumsi lemak 4,7g/ekor/hr. Sedangkan pada penelitian ini kelompok pakan B mengkonsumsi lemak empat kali lebih tinggi. Energi pada formula pakan B adalah bersumber dari karbohidrat dan lemak. Lemak merupakan salah satu sumber energi yang disimpan dalam jaringan lemak dengan bentuk trigliserida, di dalam tubuh trigliserida dapat dimobilisasi untuk mensuplai energi dengan bantuan enzim lipase. Oleh karena itu penggunaan lemak tinggi 390
sebagai sumber energi selain karbohidrat diharapkan dapat mendepot lemak tubuh. Konsumsi energi pada kelompok hewan yang mendapat pakan B lebih tinggi (P<0,05) jika dibandingkan dengan monyet ekor panjang yang mendapat pakan A dan C, dan kedua perlakuan tersebut menunjukan tidak terdapat perbedaan konsumsi energi. Pada pakan C energi tinggi pada pakan ternyata tidak menyebabkan penambahan bobot badan selama penelitian. Hal ini disebabkan karena sumber energi berasal dari karbohidrat dan protein yang tinggi. Nilai kalori karbohirat dan protein (5,6 Kal) lebih rendah, jika dibandingkan dengan lemak yaitu 9 Kal (Parakkasi, 1983). Sedangkan pada formula pakan B sumber energi berasal dari karbohidrat dan lemak. Kecernaan Semu Pakan Persentase kecernaan semu monyet ekor panjang di akhir penelitian tidak terdapat perbeda, dengan kisaran kecernaan pada masing-masing MEP yang mendapat perlakuan formula pakan A, B dan pakan C seperti pada Tabel 7. Seluruh data kecernaan semu pakan pada perlakuan A, B dan pakan C menunjukkan angka lebih dari 90%, yang artinya kualitas ransum yang digunakan baik. Menurut McDonald et al. (2002) bahwa, faktor-faktor yang mempengaruhi kecernaan adalah komposisi makanan, faktor hewan, dan faktor pemberian makanan. Dari hasil analisis ANOVA diketahui bahwa kecernaan semu protein kasar A dan B lebih rendah (P<0,05) jika dibandingkan dengan pakan C.
Kajian Pakan Bersumber Energi Tinggi Pada
Kecernaan protein kasar yang nyata lebih rendah pada perlakuan A dan B, disebabkan sumber protein pada formula A dan B (tepung ikan dan bungkil kedelai yang dipanaskan) kurang dapat dicerna pada MEP, jika dibandingkan dengan pakan C, dan juga kosentrasi protein pakan A dan B lebih rendah jika dibandingkan dengan pakan C. PEMBAHASAN Pada penelitian ini kelompok hewan yang mendapat pakan B mengalami peningkatan bobot badan yang nyata sebesar 9,7% selama pengamatan, sedangkan pada monyet ekor panjang kelompok pakan A adalah sebesar 2,1% dan kelompok perlakuan pakan C terjadi penurunan bobot badan sebesar 1,3%. Peningkatan bobot badan ini juga berpengaruh terhadap peningkatan lingkar pinggang, tebal lipatan kulit perut dan IMT (tipe 1). Berdasarkan World Health Organization (1997), IMT yaitu, lebih dari 23,0 berarti kelebihan berat (overweight), 23,0 – 24,9 berarti pre obesitas, dan 25,0 – 29,9 berarti obesitas Tipe I. Hasil pengamatan Putra et al. (2006), bahwa MEP di daerah pariwisata menunjukkan rata-rata ukuran IMT 60 (kg/m2) atau masuk dalam obesitas Tipe II, yang disebabkan faktor lingkungan. Hal ini menunjukkan bahwa kejadian obesitas pada MEP dapat disebabkan oleh faktor lingkungan. Rata-rata konsumsi energi pada kelompok pakan perlakuan B adalah 376,68 Kal/ekor/hari lebih tinggi, jika dibandingkan dengan kelompok A dan pakan C adalah 305,02 Kal/ekor/hari dan
300,11 Kal/ekor/hari. Konsumsi energi yang tinggi pada kelompok pakan B beriringan dengan adanya konsumsi yang tinggi pada bahan kering, lemak dan BETN. Pada penelitian Bennet et al. (1995) melakukan intragastric feeding dengan kandungan energi pakan 600 – 1050 Kal/hari pada monyet rhesus (Macaca mulatta) dan hasilnya dapat meningkatkan bobot badan sebanyak 2067% selama 9 tahun, sedangkan pada penelitian ini kelompok pakan B dapat meningkatkan bobot badan sebanyak 9,7% selama penelitian (enam belas minggu). Energi tinggi yang sama pada setiap formula pakan perlakuan, tenyata terdapat perbedaan konsumsi energi (P<0,05) pada kelompok pakan B, hal ini disebabkan penambahan kuning telur yang menyebabkan konsumsi yang lebih tinggi. Dari data kecernaan semu pakan dapat diketahui bahwa pakan yang perlakuan yang digunakan tercerna baik oleh tubuh yang artinya mempunyai kualitas yang baik, sehingga diharapkan penggunaan karbohidrat dan lemak sebagi sumber energi dapat di metabolis oleh tubuh dan disimpan dalam bentuk lemak tubuh. Parakkasi (1983) menyatakan bahwa daya cerna lemak dipengaruhi oleh faktor panjangnya rantai dari asamasam lemak, berat molekul, asam lemak jenuh atau tidak jenuh, umur hewan, pH dalam usus, dan sumber-sumber protein. Dari nilai kecernaan semu pakan pada kelompok yang mendapat formula pakan A dan B, menunjukkan bahwa daya cerna semu (99%) yang sama baik jika dibandingkan dengan pakan C, yang 391
Oktarina dkk
artinya sumber lemak yang digunakan pada pakan A dan B tercerna baik oleh tubuh. UCAPAN TERIMA KASIH Pusat Studi Satwa Primata Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat-Institut Pertanian Bogor (PSSP LPPM-IPB), atas bantuan pemberian fasilitas hewan penelitian. PT. IndoAnilab dan staff, atas bantuan dan izin penggunaan fasilitas penelitian. DAFTAR PUSTAKA Astuti, DA., IH. Suparto, D. Sajuthi, & IN. Budiarsa. 2007. Nutrient Intake and Digestibility of Cynomolgus Monkey (Macaca fascicularis) Fed with Obese Diet Compared to Monkey chow. International Symposium on Food Security Agricultural development and Enviromental Conservation in Southeast and East Asia; Bogor, 4 – 6 2007. Bogor. Bennet, BT. CR. Abee, & R. Henrickson. 1995. Nonhuman Primates in Biomedical Research. Academic Press. Departermen kesehatan RI. 2004. Kecendrungan Masalah Gizi
dan Tantangan di Masa Datang. Jakarta. Hill, JO., & JC. Peters.1996. Enviromental contribution to the obesity epidemic. Science 280:1371-1374 McDonald, P. RA. Edwards, JFD. Greenhalgh, & CA. Morgan CA. 2002. Animal Nutrition. 6th Ed. Prentice Hall. London. National Reseacrh Council. 2003. Nutrient Requirement Consumtion of Nonhuman Primate. Ed 2 nd Rev. Washington DC: The National Academic Press. Parakkasi, A. 1983. Ilmu Gizi dan Makanan Ternak Monogastrik. Bandung: Angkasa. Putra, IGAA., IN. Wandia, IG. Soma, & D. Sajuthi. 2006. Index massa tubuh dan morfometri monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) di Bali. J vet 7:119 – 124. [WHO] The World Health Organization. 2005. Prevelence of Obesity. http:/ / w w w. w h o . i n t / m e d i a c e n t r e / factsheets/fs311/en/index.html. [10 September 2007]. [WHO] The World Health Organization. 1997. Obesity: preventing and managing the global epidemic. http://www.who.int/mediacentre/ factsheets/fs311/en/index.html.[10 September 2007].
Memasukkan: Januari 2010 Diterima: Mei 2010
392
J. Biol. Indon. Vol 6, No.3 (2010) PANDUAN PENULIS
Naskah dapat ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Naskah disusun dengan urutan: JUDUL (bahasa Indonesia dan Inggris), NAMA PENULIS (yang disertai dengan alamat Lembaga/ Instansi), ABSTRAK (bahasa Inggris, maksimal 250 kata), KATA KUNCI (maksimal 6 kata), PENDAHULUAN, BAHAN DAN CARA KERJA, HASIL, PEMBAHASAN, UCAPAN TERIMA KASIH (jika diperlukan) dan DAFTAR PUSTAKA. Naskah diketik dengan spasi ganda pada kertas HVS A4 maksimum 15 halaman termasuk gambar, foto, dan tabel disertai CD. Batas dari tepi kiri 3 cm, kanan, atas, dan bawah masingmasing 2,5 cm dengan program pengolah kata Microsoft Word dan tipe huruf Times New Roman berukuran 12 point. Setiap halaman diberi nomor halaman secara berurutan. Gambar dalam bentuk grafik/diagram harus asli (bukan fotokopi) dan foto (dicetak di kertas licin atau di scan). Gambar dan Tabel di tulis dan ditempatkan di halam terpisah di akhir naskah. Penulisan simbol α, β, χ, dan lain-lain dimasukkan melalui fasilitas insert, tanpa mengubah jenis huruf. Kata dalam bahasa asing dicetak miring. Naskah dikirimkan ke alamat Redaksi sebanyak 3 eksemplar (2 eksemplar tanpa nama dan lembaga penulis). Penggunaan nama suatu tumbuhan atau hewan dalam bahasa Indonesia/Daerah harus diikuti nama ilmiahnya (cetak miring) beserta Authornya pada pengungkapan pertama kali. Daftar pustaka ditulis secara abjad menggunakan sistem nama-tahun. Contoh penulisan pustaka acuan sebagai berikut : Jurnal : Hara, T., JR. Zhang, & S. Ueda. 1983. Identification of plasmids linked with polyglutamate production in B. subtilis. J. Gen. Apll. Microbiol. 29: 345-354. Buku : Chaplin, MF. & C. Bucke. 1990. Enzyme Technology. Cambridge University Press. Cambridge. Bab dalam Buku : Gerhart, P. & SW. Drew. 1994. Liquid culture. Dalam : Gerhart, P., R.G.E. Murray, W.A. Wood, & N.R. Krieg (eds.). Methods for General and Molecular Bacteriology. ASM., Washington. 248-277. Abstrak : Suryajaya, D. 1982. Perkembangan tanaman polong-polongan utama di Indonesia. Abstrak Pertemuan Ilmiah Mikrobiologi. Jakarta . 15 –18 Oktober 1982. 42. Prosiding : Mubarik, NR., A. Suwanto, & MT. Suhartono. 2000. Isolasi dan karakterisasi protease ekstrasellular dari bakteri isolat termofilik ekstrim. Prosiding Seminar nasional Industri Enzim dan Bioteknologi II. Jakarta, 15-16 Februari 2000. 151-158. Skripsi, Tesis, Disertasi : Kemala, S. 1987. Pola Pertanian, Industri Perdagangan Kelapa dan Kelapa Sawit di Indonesia.[Disertasi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Informasi dari Internet : Schulze, H. 1999. Detection and Identification of Lories and Pottos in The Wild; Information for surveys/Estimated of population density. http//www.species.net/primates/loris/ lorCp.1.html.
J. Biol. Indon. Vol 6, No. 3 (2010)
Pengaruh Laju Eksploitasi Terhadap Keragaan Reproduktif Ikan Tembang (Sardinella gibbosa) di Perairan Pesisir Jawa Barat Yunizar Ernawati & Mohammad Mukhlis Kamal
393
Keragaman Genetik Amfibia Kodok (Rana nicobariensis) di Ecology Park, Cibinong Berdasarkan Sekuen DNA dari Mitokondria d-loop Dwi Astuti & Hellen Kurniati
405
Model Pemanfaatan Lahan Pulau Moti, Kota Ternate, Maluku: Suatu Analisis Tata Ruang Berbasis Vegetasi Roemantyo
415
Komunitas Serangga pada Bunga Rafflesia patma Blume (Rafflesiaceae) di Luar Habitat Aslinya Kebun Raya Bogor Kota Bogor Provinsi Jawa Barat Indonesia Sih Kahono, Sofi Mursidawati & Erniwati
429
Kajian Hubungan Tutupan Vegetasi dan Sebaran Burung di Pulau Moti, Ternate, Maluku Utara Hetty I.P. Utaminingrum & Eko Sulistyadi
443
Pengujian 15 Genotipe Kedelai pada Kondisi Intensitas Cahaya 50% dan Penilaian Karakter Tanaman Berdasarkan Fenotipnya Gatut Wahyu Anggoro Susanto & Titik Sundari
459