JUKNIS PELAKSANAAN KELAS GIZI TAHUN 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurang energi protein (KEP) pada anak umur dibawah lima tahun (balita) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 untuk Propinsi Jawa Timur menunjukkan prevalensi balita Gizi Kurang 17,9, balita pendek 35,6, dan balita kurus 13,3. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah penyuluhan gizi seimbang melalui kelas gizi sebagai upaya dalam pemberian pendidikan kesehatan. Kegiatan dimaksud pada hakekatnya adalah suatu kegiatan untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut, masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan kesehatan yang lebih baik, sehingga pengetahuan tersebut diharapkan dapat berpengaruh terhadap perilakunya. Program kelas gizi ini bertujuan untuk memberikan dan meningkatkan Pengetahuan, Sikap, Tindakan, dan Pola Asuh Ibu balita terhadap balitanya. Dengan adanya peningkatan Pengetahuan, Sikap, Tindakan, dan Pola Asuh Ibu balita terhadap balitanya diharapkan ibu balita dapat mengaplikasikannya dalam kesehariannya dan Berat Badan Balita gizi kurang dapat meningkat sesuai dengan standart pertumbuhannya. Kelas gizi mengadopsi konsep 'positive deviance' dan perubahan status gizi anak dari buruk menjadi kurang dan dari kurang menjadi baik. Intervensi yang diberikan berupa pemberian obat cacing, penimbangan, pemberian multivitamin dan mineral, makan bersama (makanan utama dan snack dengan menu lokal), pemberian pesan kesehatan dan gizi serta keterampilan memasak makanan lokal yang bergizi tinggi dan cocok untuk balita. Dengan demikian diharapkan >70% anak mengalami kenaikan berat badan. Pelaksanaan Kelas Gizi merupakan intepretasi kegiatan yang berbasis Positive Deviance. Positive Deviance (PD) merupakan pendekatan yang berbasis pada kekuatan atau modal atas dasar keyakinan bahwa disetiap masyarakat ada indiviu-individu tertentu yang mempunyai kebiasaan / prilaku yang memungkinkan mereka dapat menemukan cara yang lebih baik untuk mencegah kekurangan gizi dibandingkan dengan keluarga yang lain yang kondisinya sama. Pendekatan dengan cara ini memungkinkan ratusan kelompok masyarakat diintervensi untuk dapat mengurangi jumlah anak kurang gizi pada saat ini dan mencegah terjadinya kekurangan gizi di tahun-tahun mendatang setelah program tersebut selesai dilaksanakan. Pendekatan positive deviance didasarkan pada asumsi bahwa beberapa solusi untuk masalah-masalah masyarakat sudah ada dalam masyarakat dan hanya perlu untuk ditemukan. Karena perubahan prilaku berlangsung perlahan,
sejumlah besar praktisi kesehatan setuju bahwa solusi yang ditemukan di masyarakat dapat lebih bertahan dibandingkan solusi dari luar yang dibawa masuk kedalam masyarakat tersebut. Dengan demikian diharapkan prevalensi gizi kurang dan gizi buruk di Kabupaten Trenggalek dapat menurun. B. Tujuan 1. Mengurangi prevalensi balita gizi kurang dan buruk 2.
Mempertahankan status gizi baik dari anak-anak dalam keluarga masing-masing secara mandiri.
3. Mencegah kekurangan gizi pada anak-anak yang akan lahir kemudian di masyarakat, dengan merubah perilaku dan kebiasaanya menjadi perilaku sehat, pola makan sehat , beragam dan aman, serta pola hidup sehat. 4. Meningkatkan kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah gizi .di lingkunganya
Sumber :
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1995/MENKES/SK/XII/2010 Tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak
BAB II LANGKAH – LANGKAH PELAKSANAAN KELAS GIZI
A. Pendataan Sasaran Pendataan sasaran untuk ditangani di kelas gizi dilakukan oleh kader dan petugas kesehatan. Data yang dikumpulkan adalah data balita gizi buruk (BB/U), balita kurus (BB/TB) dan balita sangat kurus (BB/TB) tanpa komplikasi. Data yang dikumpulkan antara lain berat badan (BB), tinggi badan (TB), Umur (U), lingkar lengan atas(LILA), jenis kelamin (JK), penyakit penyerta dan identitas keluarga (nama orang tua, status gakin, alamat). Data yang dikumpulkan harus jelas sehingga memudahkan tenaga kesehatan untuk menjangkau daerah yang dituju. Data yang dikumpulkan kader harus divalidasi oleh petugas kesehatan agar data yang didapatkan lebih valid, terutama data antropometri dan status gizi. Peralatan yang digunakan untuk pelaksanaan pendataan sasaran antara lain timbangan berat badan (dacin), pengukur panjang badan (length board), dan pengukur tinggi badan (microtoa).
B. MMD Musyawarah Masyarakat Desa dilaksanakan di desa dan dipimpin oleh Kepala Desa. Dalam Musyawarah Masyarakat Desa disampaikan data-data kesehatan serta masalah yang ditemukan di desa tersebut. Selain itu yang utama harus disampaikan mengenai rencana pelaksanaan penanggulangan balita gizi buruk dan gizi kurang melalui Kelas Gizi. Apabila memungkinkan dapat pula menghadirkan pihak-pihak yang berpotensi untuk menjadi donatur untuk pelaksanaan kelas gizi. C. Pembentukan Kelompok (Kelas) Pembentukan kelompok(kelas) dipandu oleh bidan desa masing-masing yang bertanggung jawab penuh dalam pelaksanaan kelas gizi di desa yang bersangkutan. Kelompok(kelas) dibedakan antara golongan umur 6-11 bulan dan umur 12-59 bulan. Dalam satu kelas terdiri dari 12 anggota dan 1 penanggung jawab operasional. Penanggung jawab operasional bisa dari kader, Penggerak PKK Desa atau menyesuaikan keadaan. D. Pelaksanaan Pemberian Ketrampilan Memasak Makanan Lokal dan Pemberian Makanan pada Balita Sasaran Pelaksanaan pemberian makanan dilaksanakan sebanyak 1atau 2 atau 3 bulan sekali, yaitu saat pelaksanaan pemberian ketrampilan memasak. Bentuk makanan yang diberikan adalah makanan penuh dengan bahan lokal, jumlah kalori 300 - 500 kkal dengan protein 5 – 12 gram (Sumber : Departemen Kesehatan RI, Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) Lokal Tahun 2006). Pemasakan dilakukan oleh masyarakat itu sendiri secara bersama-sama atau dengan bergiliran bergantian dari anggota keluarga yang ikut dalam Kelas Gizi tersebut. Menu yang digunakan dalam kelas gizi tersebut disusun oleh petugas gizi Puskesmas setempat berdasarkan juknis dari Dinas Kesehatan Kabupaten Trenggalek.
E. Pengukuran Antropometri Pengukuran antropometri meliputi penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan. Pengukuran antropometri ini dilakukan secara teratur setiap bulan sekali untuk melihat pertumbuhan anak yang menerima makanan tambahan dari kelas gizi. Bagi anak yang mendapat makanan tambahan dari kelas gizi diharapkan mengalami kenaikan berat badan 400 – 800 gram pada bulan berikutnya. F. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak (DDTK) Deteksi Dini Tumbuh Kembang untuk balita peserta Kelas Gizi dilaksanakan setiap 3 bulan sekali oleh petugas kesehatan. Hasil DDTK dilaporkan berupa ceklist DDTK yang kemudian dijadikan sebagai record tumbuh kembang balita. G. Monitoring dan Evaluasi Monitoring dilakukan oleh kader dan petugas kesehatan agar pelaksanaan pemberian makanan di Pos Gizi bisa berjalan sesuai rencana. Lakukan pemantauan terhadap pelaksanaan kelas gizi meliputi minat peserta, perubahan status gizi anak, dan menu makanan yang diberikan apakah sudah disukai anak.
BAB III ANGGARAN
Pelaksanaan pemberian makanan dilaksanakan sebanyak 1atau 2 atau 3 bulan sekali yaitu saat pelaksanaan pemberian ketrampilan memasak makanan lokal. Anggaran yang diberikan untuk 1 kali praktek pembuatan makanan adalah Rp.75.000,- . Dengan estimasi harga makanan yang dibuat dalam praktek memasak adalah tidak lebih dari Rp. 6.250,-/porsi Resep-resep makanan yang akan dipraktekan dalam kelas dapat dilihat pada buku resep.
BAB IV INDIKATOR KEBERHASILAN
Setelah pelaksanaan Kelas Gizi ini diharapakan : a. Peningkatan Cakupan partisipasi masyarakat di Posyandu (D/S) b. Peningkatan Cakupan Keberhasilan Program (N/D) c. Penurunan prevalensi Gizi Kurang ( di bawah 11% BB/U) d. Penurunan prevalensi Gizi Buruk ( di bawah 1,5% BB/U) e. Penurunan prevalensi balita pendek f.
Peningkatan Jumlah keluarga sadar gizi (Kadarzi). Indikator tersebut akan bisa tercapai apabila semua komponen masyarakat bekerjasama secara sungguh-sungguh untuk mencapai target indikator yang telah ditetapkan.
Lampiran 1 Tabel Jadwal NO KEGIATAN
WAKTU PELAKSANAAN BL1 BL2 BL3 BL4 BL5 BL6 BL7 BL8 BL9 BL10 BL11 BL12
1
Pendataan
2
MMD
3
Pembentukan kelompok/kelas
4
Penyuluhan
5
Memasak
menu
balita & makan bersama 6
Pengukuran antropometri
7
DDTK
8
Evaluasi
Keterangan :
BL 1 : Bulan pertama, dst.......
DAFTAR MATERI KELAS GIZI PERTEMUAN TOPIK UTAMA KE 1 PEMBERIAN ASI
METODE CERAMAH DAN DISKUSI
2
DDTK/TUMBUH KEMBANG
CERAMAH DAN DISKUSI
3
MAKANAN YANG BAIK DAN BERVARIASI PEMANFAATAN PEKARANGAN KELUARGA
CERAMAH DAN DISKUSI
5
MAKANAN PENDAMPING ASI
CERAMAH DAN DISKUSI
6
PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
CERAMAH DAN DISKUSI
7
PERAWATAN ANAK YANG BAIK
CERAMAH DAN DISKUSI
8
IMUNISASI
CERAMAH DAN DISKUSI
9
CERAMAH DAN DISKUSI
10
PENANGGULANGAN DIARE DI RUMAH SUPLEMENTASI GIZI
11
KADARZI
CERAMAH DAN DISKUSI
12
PHBS
CERAMAH DAN DISKUSI
4
CERAMAH DAN DISKUSI
CERAMAH DAN DISKUSI
PETUGAS
Lampiran 2 Evaluasi Menu Kelas Gizi : Desa Puskesmas : NO Nama Balita
L/P
Umur
Nama
MENU
Ibu suka
Tidak suka
suka
Tidak suka
suka
Tidak
suka
suka
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
SARAN:
Mengetahui Kepala Puskesmas
Pelaksana Gizi
………………………
………………………
Tidak. suka
Lampiran 3 Laporan Pemantauan Status Gizi Balita Pada Kelas Gizi di desa:…………………….. Puskesmas:………………………………
Bulan: No Nama
L/P Tgl.lahir/
balita
umur
Nama ibu
BB
TB
LILA
Status Gizi BB/U
BB/TB
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Mengetahui Kepala Puskesmas
Pelaksana Gizi
…………………….
……………………..
TB/U
Lampiran 4
Pemantauan Perkembangan Balita Pada KELAS GIZI di desa………… Puskesmas:………………………… No
Nama Balita
L/P
Bulan: ……………………….
Umur
Nama
Status
(bulan)
ibu
ekonomi
Perkembangan
Ket
Gerak
Gerak
Bicara
Sosialisasi
Kasar
Halus
dan
dan
Bahasa Kemandirian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15