Judul Tulisan
:
Konsep, Pendekatan dan strategi pendidikan masa depan Hasil Pemikiran yang dipublikasikan
Nama Jurnal
:
Media pendidikan Jurnal Pendidikan Keagamaan Vol XXII No 3 Desember 2007hal : 419/440
Akreditasi
:
ISSN.
1412-064X
yang
TERAKREDITASi
dirjen
dikti
Depdiknas
55/Dikti/Kep/2005 17 Nopember 2005
KONSEP, PENDEKATAN DAN STRATEGI PENDIDIKAN MASA DEPAN DODY HERMANA (Dosen Universitas Garut Perumahan Intan Regency Block G No. 12-13 Tarogong Garut, Tlp. 0262-243565) ABSTRACT Education is a strategic device to improve the quality of a nation. The development of several countries.in the world cannot be parted from their education; and Indonesia believes it too. In fact, however, education system in Indonesia cannot show yet for the expected result. Education is not working to create intellegent human resources, moreover to create a quality of a nation. The long term of multidimensional crisis, as it is believed by most of people, is a result of the failure of Indonesia educational system. This failure degrades Indonesian Human Development Index (HDI) and makes educational system more complicated. Such a complication is seen from, for example, there is no fundamental flat-form that can be a guide for executing educational program. There are so much more statements and ideas without true concept for developing education. So, there are the typical problems in our education.
Kata Kunci Pendekatan, Strategi dan Pendidikan Futurologi
No
Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia, sebenarnya telah memiliki nilai-nilai filos o f i s danedukatif
yang mendasari perilaku kehidupannya; namun demikian
formulasi dari nilai-nilai filosofis tersebut yang dijadikan sebagai filsafat pendidikan nasional hingga sekarang masih terus dicari untuk ditemukan. Meskipun sangat sukar merumuskan filsafat pendidikannasional Indonesia yang tepat, namun dasar-dasarnya dapat kita temukan dari tiga aspek dasar, yaitu: konsep manusia, nilai dasar manusia Indonesia, dan visi pendidikan Indonesia ke depan. Pertama, konsep manusia.Pertanyaan "siapakah manusia itu?",telah menjadi tema sentral sepanjang zaman, dan tidak pernah bisa dijawab secara final. Para teolog, filosof, psikolog, dan saintis lainnya terus mencari jawab atas pertanyaan tersebut, tetapi semakin banyak pertanyaan diajukan tentang siapa m an usi a i t u? , m ak a s em a ki n kelihatan betapa luasnya pengetahuan yang masih terpendam tentang diri manusia itu sendiri. Manusia sebagai sebuah misteri. Aristoteles mendefinisikan
(384-322 manusia
SM,
sebagai
seorang filsuf besar Yunani Kuno, hewan
yang
berakal
sehat,
yang
mengeluarkan pendapatnya, yang berbicara berdasarkan akal pikirannya (the animal that reasons).Sementara D.C. Mulder (seorang sarjana Protestan), manusia adalah mahluk yang berakal, akallah yang merupakan perbedaan pokok di antara manuisa dan binatang; akallah yang menjadi dasar dari segala kebudayaan.Sementara menurut Marxisme (ajaran Karl Mark) manusia adalah mahluk yang memakai alat-alat, mahluk yang bekerja, mahluk yang berproduksi. Berbeda dengan konsepsi para filosof dan ilmuwan di atas, dalam konsep Islam, manusia terdiri dari tiga unsur, tubuh, hayat, dan jiwa1.Tubuh bersifat materi, tidak kekal dan dapat hancur.Hayat berarti hidup, dan jika tubuh mati, 1
A. Maksum dan L. Y. Ruhendi, Paradigma Pendidikan Universal di Era Modern dan Post-Modern: Mencari Visi Baru Alas Realitas Baru Pendidikan Kita, (Yogyakarta: IRCISoD, 2004), hlm. 230
maka kehidupan pun berakhir.Sedangkan jiwa bersifat kekal.Menurut filosof Islam, pada binatang dan tumbuhtumbuhan ada juga jiwa.Tetapi eksistensi jiwa di sini terikat dengan tubuh yang bersifat materi.Oleh karena itu, jika mahluk itu mati, jiwa pun ikut hancur. Lebih terinci lagi, al-Quran menyebut manusia dengan menggunakan tiga kategori: pertama, manusia sebagai mahluk biologis (al-Basyar) pada hakekatnya terdiri dari struktur organ-organ fisik (QS. al-Hijr: 28; al -Tin: 4). Kedua, manusia sebagai mahluk psikis (alInsan) mempunyai potensi rohani seperti fitrah (QS. al-Rum: 30), qalb (QS. al-Hajj: 46), dan akal (QS. AliImran: 190-191). Potensitersebut menjadikan manusia sebagai mahluk tertinggi derajatn ya yang berbeda dengan mahluk lainnya (QS. al-Isra: 70). Tetapi bila potensi rohani dan akal tersebut tidak digunakan, maka manusia tidak ubahnya seperti binatang bahkan lebih hina (QS. al-A'raf: 179; QS. alFurqaan: 44), sedangkan bentuk insaniyahnya (humanism) terletak pada iman dan amalnya (QS. al-Tin: 6). Ketiga, manusia sebagai mahluk sosial (al Naas)mempunyai tugas sosial dan tanggung jawab sosial terhadap alam semesta. Klasifikasi ketiga ini karena manusia berfungsi tidak han ya sebagai 'abdullah
(hamba Allah) (QS. al-Dzariyat: 56), tetapi juga sebagai
khalithtullah (wakil Allah di muka bumi) (QS. alBaqarah: 30; QS. Yunus: 14), dengan mandat untuk mewujudkan ke makmuran (QS.Hud: 61) dan kebahagiaan (QS. al-Ahzab: 71; QS. al-Ra'd: 29) dalam kehidupan di dunia dan akhirat (QS. al-Qashash: 77). Manusia dengan fungsinya sebagai mahluk sosial tersebut harus bisa mengembangkan nilai-nilai insani yang islami
dalam
kehidupan
masyarakatnya.
Nilai-nilai
tersebut
meliputi
persaudaraan (ukhuwah insaniyah), kerja sama(ta'awun) saling kenal mengenal (ta'aruf, perdamaian (islah), kasih sayang (rahmat), kebaikan (ihsan), toleransi (qasamuh), dan pemaaf (afwun). Kedua, nilai dasar manusia Indonesia.Bangsa Indonesia yang sering dikategorikan bangsa Timur mewarisi nilai-nilai ketimuran, seperti sopansantun, jujur, ramah, berani, cakap, dan tegas. Pada dasarnya manusia Indonesia adalah m an usi a yan g j uj ur da n t i dak sombong; bahkan
kejujurannya dalam banyak hal digunakan oleh or an g at au ban gsa l ai n unt uk memperlemah posisi manusia Indonesia sendiri. Manusia Indonesia juga memiliki sifat sopan dan santun terhadap orang lain, ramah kepada sesama, berani membela kebenaran, cakap menghadapi kehidupan, dan tegas menghadapi segala bentuk persoalan kehidupan. Ketiga, visi pendidikan Indonesia.UUD 1945 mengamanatkan bahwa hakikat visi pendidikan nasional adalah "untuk menciptakan manusia Indonesia seutuhnya". Manusia seutuhnya me nyangkut keunggulan dalam bidang ilmu pengetahuan, spiritual, keterampilan, produktivitas, dan da ya saingnya.Untuk itu sernua warga negara. Indonesia memiliki hak yang
sama
untuk
mengikuti
pendidikan yang diselenggarakan oleh
pemerintah di semua satuan, jalur, jenis, dan jenjang pendidikan. Kesempatan memperoleh pendidikan tersebut tidak dibedakan menurut jenis kelamin, status sosial ekonomi, agama, dan lokasi geografis. Pemerataan dan perluasan kesempatan ini menekankan bahwa setiap orang tanpa memandang asalusulnya mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan sehingga diharapkan bahwa keadilan di dalam pelayanan pendidikan akan meningkat. Lebih terperinci, tujuan pendidikan di Indonesia dijelaskan dalam ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) No.II/MPR/1998 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN).Yakni, pendidikan nasional harus mampu menumbuhkan, meningkatkan kecerdasan dan dorongan untuk selalu menambah pengetahuan dan keterampilan serta pengalamannya, sehingga terwujud manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berbudi luhur, mandiri, memiliki disiplin, dan kecerdasan serta tanggung jawab sebagai warga negara dan bangsa, beretos kerja tinggi , berwawasan keunggul an dan kewirausahaan, mampu memanfaatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menghargai setiap jenis pekerjaan yang memiliki harkat dan martabat sesuai dengan filsafat Pancasila.
Dalam UUSPN No. 2 tahun 1989 dijelaskan: Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia, Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Begitu juga dalam UUSPN Tahun 2003, yang tercantum dalam bab II, pasal 3 tentang fungsi pendidikan nasional dijelaskan: Pendidikan Nasional berfungsi mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pengembangan kemampuan serta pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat di tengah m as ya rak at duni a. Sementara pada pasal 4, yang menjelaskan tentang tujuan, dijelaskan: Pendidikan nasional bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Jika kita berpedoman pada landasan yuridis pendidikan nasional sebagaimana diuraikan di atas, tujuan pendidikan nasional berkaitan dengan kehidupan
individu,
kehidupan
sosi al,
dan
kehidupan
profesional.Kehidupan individu bisa meliputi hal-hal yang berkaitan dengan individu-individu, seperti agama, hak, tingkah laku,aktivitas dan pencapaiannya, pertumbuhan yang diinginkan oleh pribadi mereka, dan persiapan untuk menjalani kehidupan dunia dan akhirat.Kehidupan sosial bisa meliputi kehidupan masyarakat secara keseluruhan, berbangsa, dan bernegara. Kehidupan
profesional
bisa
meliputi
pendidikan,
pengetahuan,
keterampilan, kemandirian, kreativitas, kewirausahaan, dan kecakapan.
dan
22
Pada dasarnya pendidikan merupakan bagian dari kehidupan manusia dari generasi ke generasi sep an j a n g z am a n, at au d ap at dikatakan bahwa pendidikan tidak terlepas dari keseluruhan hidup manusia di dalam segala
2
lbid,hlm. 233
aspeknya seperti politik, ekonomi, hukum, sosial, agama dan kebudayaan.3 Oleh karena itu, pendidikan berjalan dan berkembang seiring dengan perkembangan peradaban kehidupan manusia tersebut, sebagaimana pernyataan W. Robert Houston 4b a h w a " T h e d e v e l o p m e n t o f e d u c a t i o n t h r o u g h o u t h i s t o r y p a r a l l e l s t h e d e v e l o p m e n t o f civilizations". Perubahan kehidupan manusia bagaimanapun bersifat dinamis, dan semakin lama berlangsung semakin cepat dengan dukungan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sejalan dengan pemikiran ini Terence J. Lovat dan David L. Smith 5 mengemukakan "Currently, as human being, we are facing
changes that are happening more quickly, and are more
fundamental, than ever before". S e l a i n b e r langsung lebih cepat dan lebih fundamental, perubahan tersebut juga menembus ke seluruh bidang kehidupan manusia. 6 Berkenaan dengan itu, bidang pendidikan juga mengalami berbagai perubahan sejalan dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam bidang lain dari kehidupan masyarakat. Dengan lingkungan kehi dupan yang berubah dan berkembang sangat cepat, pendidikan dihadapkan kepada tantangan yang serius, seperti dalam Houston 7 bahwa "Education is chal l en gi n g
and
ed uc at i on i s challenged". Pendidikan merupakan tantangan, karena untuk mendidik dengan baik agar peserta didik m am pu bel aj ar unt uk bel ajar (learning how to learn) d a l a m lingkungan yang selalu berubah dan berkembang merupakan tantangan bagi para pendidik. Sementara itu pendidikan ditantang untuk dapat mempersiapkan peserta didik dengan 3
H.A.R. Tilaar, Paradigma Baru Pendidikan Nasional, (Jakarta: Rineka C ip t a, 20 00 ), h l m. 1 d an Zamro n i , Paradigma Pendidikan Masa Depan, (Yogyakarta: BIGRAF Publishing, 2000), hlm. 123 4 W. Robert Houston, (et.al.), Touch the Future: Teach!, (St Paul: West Publishing Company, 1988), hlm. 22 5 Terence J. Lovat dan David L. Smith Curriculum: Action on Reflection, (Wentworth Falls NSW: Social Science Press. 1993), hlm. 200 6 Winzer Marzurek dan Majorek, Education in a Global Society: a Comparative Perspective, (Boston: Allyn and Bacon, 2000), hlm. 8-9 7
Houston, op.cit.,him. 5
berbagai nilai-nilai, sikap, kemampuan dan keterampilan yang berguna bagi peranannya di masa depan. Den gan t ugas ya n g ber orientasi pada masa depan tersebut maka menjadi suatu keharusan atau kewajiban bagi para pendidik, untuk memahami masa depan agar dapat mempersiapkan peserta didik dengan bekal kemampuan yang berguna untuk menjalani kehidupan masa mendatang. Apabila para pendidik tidak mampu memahami masa depan maka besar kemungkinan pengalaman belajar atau kurikulum yang disediakan tidak sesuai dengan kebutuhan peserta didik, dan lebih lanjut justeru akanmenambah masalah sosial.8 Dalam kerangka untuk memahami masadepan itulah maka sungguh penting dan sangat menarik untuk mengkaji pendidikan masa depan dengan teori futurologi pendidikan ini. Konsep Futurologi Pendidikan Futurologi pendidikan telah berkembang menjadi kajian yang menarik dan penting di dalam upaya pengembangan penyelenggaraan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan masa depan. Dari berbagai pendapat para pakar, Ali Maksum dan Ruhendi Luluk Yunan (2004) • mengelompokkan teoriteori pendidikan masa depan menjadi lima Paradigma, yaitu: a) Paradigma sistem organik; b) Paradigma holistik-integralistik; c) Paradigma humanistik; d) Paradigma idealilstik-transformatik; dan e) Paradigma multikulturalisme. Paradigma-paradigma
ini
dibangun dari teori
ekspansionisme
dan
teologis.Ekspansionisme merupakan teori yang menekankan bahwa segala, objek, peristiwa dan pengalaman merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu keseluruhan yang utuh. Suatu bagian akan memiliki makna kalau dilihat dan dikaitkan dengan keutuhan totalitas, sebab keutuhan bukan sekedar kumpulan dari bagian-bagian. Adapun teori teologis mengatakan bahwa pendidikan harusmenghasilkan manfaat bagi perkembangan dan dinamika masyarakatnya. Untuk itu pendidikan senantiasa mengkaitkan proses pendidikan dengan masyarakat pada umumnya, dan 8
Ornstein dan Hunkins, Curriculum: Foundations, Principles, and Issues, (Boston: Allyn and Bacon,1998), him. 389
dunia kerja pada khususnya. Keterkaitan ini memiliki arti bahwa prestasi siswa tidak hanya ditentukan oleh apa yang mereka lakukan di lingkungan sekolah, melainkan juga ditentukan oleh apa yang mereka lakukan di dunia kerja dan di masyarakat. Berdasarkan pada kedua teori tersebut
maka,
paradigma
ini
menekankan bahwa proses pendidikan harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) Pendidikan lebih menekankan pada proses pembelajaran (learning) daripada mengajar (teaching); 2) Pendidikan diorganisir dalam suatu struktur yang fleksibel; 3) Pendidikan memperlakukan peserta didik sebagai individu yang memiliki karakteristik khusus dan mandiri; dan 4) Pendidikan merupakan proses berkesinambungan dan senantiasa berinteraksi dengan lingkungan.9 Dengan demikian, paradigma di atas mencoba untuk memecahkan masalah di masyarakat tentang munculnya ketimpangan antara kualitas pendidikan dan kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan olehdunia kerja.Sehingga setiap upaya memperbaharui
pendidikan
harus
menyentuh
akar
filosofis
dan
teori
pendidikan.Artinya bahwa dunia pendidikan tidak bisa dipandang sebagai suatu dunia yang berdiri sendiri, tetapi harus dipandang dan diberlakukan sebagai bagian dari masyarakat. Paradigma ini menuntut pendidikan bersifat fleksibel-adaptif dan kreatifdemokratis. Fleksibeladaptif berarti bahwa pendidikan lebih ditekankan sebagai suatu proses learning daripada teaching. Siswa dirangsang memiliki motivasi untuk mempelajari sesuatu yang harus
di pel aj a ri
secar a
t erns menerus (continues learning). Materi yang dipelajari bersifat integrated Sedangkan kreatif demokratis berarti pendidikan senantiasa menekankan pada suatu sikap untuk senantiasa menghadirkan sesuatu yang barn dan orisinil.
9
Maksum, op.cit.,hlm. 185
Pendekatan Futurologi Pendidikan Futurologi pendidikan telah berkembang menjadi kajian yang menarik dan penting di dalam upaya pengembangan penyelenggaraan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan masa depan. Masa depan merupakan suatu keniscayaan, yang tidak selalu sama kondisinya dengan masa kini akibat perubahan-perubahan yangbersifat dinamis dan sangat pesat dalam berbagai aspek kehidupan m a nus i a d a n l i n gku n ga nn ya , dengan dukungan kemajuan ilmu pengetahuan dan penerapan teknologi. Menurut Bachtiar Rivai10mengemukakan bahwa ciri-ciri umum dari futurologi adalah: 1)
Visionary. Integratif dan strategic dengan jangkauan waktu ke
depan an-tara 5-20 tahun atau lebih; 2)
Analitycal: multidisipliner dan metodologis dengan tekanan khusus
kepada keeksplisitan dalam forecasting, modelling, scenario building, dan aktivitas-aktivitas yang berhubungan; dan 3) Participatory: berorientasi problema dan implementasi dengan perhatian khusus terhadap dimensi sosial dan politis dari perencanaan". Sementara
itu
John
McHale 11mengemukakan
pendekatan
yang
digunakandalam riset masa depan, adalah: Pertama, descriptive: mencakup model-model yang bersifat perkiraan, spekulatif, dan dapat dibayangkan seperti dalam beberapa masa depan khayalan klasik. Kedua,
exploratory:
peramalan
menggunakan
metodologi
dan
ekstrapolasi dari perkembangan masa lalu dan masa kini yang relatif linier ke dalam "masa depan
10
yang logis", mencakup peramalan
yang
Dalam Rini dkk, Makalah Konsep Dasar Futurologi Pendidikan, (Bandung: PPs UPI, 2005), hlm. 14 11 Dalam Jib Fowl es, (ed.), Handbook of Futures Research, London: Greenwood Press, 1984), hlm. 9-10
paling
teknis,beberapa pengembangan skenario, dan jenis-jenis yan g
l e bi h
m en e nt u k an d ar i peramalan sosio-ekonomi. Ketiga, prescriptive: secara normatif berorientasi berbagai proyeksi masa depan, yang secara eksplisit memasukkan dah memilih nilai-nilai untuk membangun masa depan yang diharapkan". Adapun Harold G. Shane12mengemukakan karakteristik riset masa depan dengan membedakannya dengan perencanaan konvensional, yakni: pertama, perenc a n a a n m a s a d e p a n b a n y a k ditentukan oleh nilai-nilai teruji si perencana dan berorientasi perbuatan. Kedua, perencanaan masa.depan disusun untuk mendapatkan alternatif tindakan yang lebih banyak daripada perencanaan konvensional, sehingga ide-ide yang baik tidak terabaikan. Ketiga, perencanaan masa tradisional cenderung bersifat utopia, yang melihat hari esok hanya sekedar cara yang lebih baik dari hari ini. R i s e t m a s a d e p a n m e n ge n a l perlunya mengantisipasi dan merencanakan dengan sungguh-sungguh berbagai konsep hari depan yang berbedabeda. Keempat, perencanaan masa depan mengandalkan terutama pada pengkajian ilmiah mengenai perkembangan-perkembangan yang diantisipasikan beserta akibat-akibatnya dan kurang mengandalkan pada analisis statistik atau proyeksi saja. Kelima, tekanan perencanaan masa depan bukan pada pembentukan kembali masa lalu, melainkan pada penciptaan "lingkungan yang probalistik", di mana semua alternatif akibat dan kemungkinan dipelajari secara mendalam sebelum suatu keputusan dibuat. Berdasarkan berbagai karakteristik tersebut, lebih lanjut Shane13menegaskan bahwa fokus perencanaan masa depan bukan pada reformasi masa silam, bukan 12
Harold G. Shane, Arti Pendidikan Bagi Masa Depan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002), hlm. 2-3 13 Ibid, hlm. 3
pada perbaikan kesalahan-kesalahan masa kini, tetapi pada konseptualisasi dan penciptaan lingkungan manusia dan lingkungan fisik yang lebih baik sebagai hasil pertimbangan semua alternatif beserta semua akibatakibatnya sebelum semuanya itu dilaksanakan. Dari berbagai pendapat di atas, maka dapat dikemukakanpaling tidak ada tiga prinsip umum dari kajian futurologi pendidikan, yaitu: a) Visioner, yakni berorientasi strategis jangka panjang; b) Intensional, yai t u m emi li ki tuj uan normatif untuk menciptakan lingkungan masa depan yang di inginkan; dan c) Berbasis pendekatan ilmiah, inter dan multi disiplin, serta integratif. Pendekatan yang paling utama untuk mengantisipasi masa depan adalah melalui "pendidikan". Dengan atau melalui pendidikanlah penyiapan peserta didik memasuki masyarakat masa depan itu dapat di l a k u k a n . O l e h k a r e n a i t u , keputusan dan tindakan dalam bidang pendidikan seharusnya berorientasi ke masyarakat masa depan tersebut. Ciri masyarakat masa depan itu antara lain: 1) Globalisasi, utamanya dalam IPTEK, ekonomi, lingkungan hidup, pendidikan, dan lain sebagainya14; 2) Perkembangan IPTEK yang makin cepat. Perk em b an ga n ak an menimbulkan
dampak
yang
positif
maupun
dampak
IP T EK negatif15
i ni 3)
ArusMediakomunikasi yang semakin padat dan cepat, yang mengubah masyarakat
menjadi
masyarakat
informasi; 164)
Peningkatan
layanan
profesional dalam berbagai seni kehidupan manusia. Khusus, yang terakhir
tersebut,
perlu
lebih
dimantapkan
profesional
tenaga
14
Emil Salim, Pembekalan Kemampuan Intelektual untuk Menjinakkan Gelombang Globalisasi, (Hasil Wawancara), Jumal Pendidikan No. 4 tahun 1990, hlm. 8-9 15
Pratiwi Sudarsono, Globalisasi sebagai Peluang untuk Mengembangkan Diri,(Hasil Wawancara), JurnalPendidikan No. 4 tahun 1990, hlm. 14 16 Dirjen Pembinaan Pers dan Grafika Deppen RI, Pengembangan Jaringan Informasi, Makalah yang Disajikan dalam Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia II di Medan, 4-8 Februari 1992, hlm. 6
kependidikan; 17dan 5) Pendekatan aspekkeagamaan yan g m enunj an g ke arah yan g d i n gi n k a n d i m a s a ya n g a k a n datang. Pemahaman tentang keadaan masyarakat masa depan tersebut akan sangat penting sebagai latar atas segala kebijakan dan upaya pendidikan masa kini dan masa yang akan datang. Seperti yang d i k e m u k a k a n M o h . A n s ya r 18"zaman kita, yang oleh Alvin Toffler disebut "Gelombang Ketiga" atau yang oleh John Naisbitt di sebut "Zaman Pascaindustri", atau oleh Kenichi Ohmac disebut "DuniaTanpa Batas", dan oleh Frederick Williams disebut "Revolusi Komunikasi" memerlukan suatu pendekatan pendidikan yang berbeda dengan pendekatan pendidikan pada zaman sebelumnya." Kajian masyarakat masa depan itu semakin p e n t i n g j i k a d i i n g a t b a h w a pendidi kan sel al u m erupakan pen yi ap an pesert a di di k bagi peranannya di masa yang akan datang. Dengan demikian, pendidikan seharusnya selalu mengantisipasi keadaan masyarakat masa depan. Dengan demikian, maka ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan oleh dunia pendidikan di Indonesia dalam menghadapi keadaan pendidikan masa depan, yaitu: 1) Memperbaiki sistem pendidikan nasional dengan lebih mengacuh kepada kebutuhan masyarakat masa depan; 2) Memperkokoh budaya nasional agar tidak hilang oleh datangnya arus budaya asing yang sulit terbendung kehadirannya; 3)
Memperkuat kepribadian bangsa sebagai bagian dari warga
dunia; 4)
Memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa yang terimple-
mentasikan dalam ketahanan nasional; serta 5) Meningkatkan ke -
17
Ibid.,him. 6 Moh. Ansyar, Proses Pendidikan Guru dan Arus Perubahan, Makalah yang Disajikan dalam Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia II di Medan, 4-8 Februari 1992, hlm. 6 18
mampuan IPTEK(Ilmu Penget a h u a n d a n T e k n o l o g i ) , d a n k e k u a t a n I M T A K ( I m a n d a n Takwa).
Strategi Futurologi Pendidikan Berdasarkan perkiraan masyarakat di masa depan tersebut, pendidikan telah/sedang mengambil langkah-langkah strategi untuk mengantisipasinya, baik pada lapis si st em maupun i nstit usi dan individual. Dengan demikian, pendidikan
diharapkan
mampu
menghasilkan
manusia
yang
dapatmenyesuaikan diri serta mampu mengembangkan masyarakat masa depannya itu. Secara khusus dapat dikemukakan beberapa upajra antisipasi masa depan itu antara l a i n : p e r u b a h a n n i l a i si k a p , pengembangan kebudayaan, dan pengembangan sarana pendidikan. 19 Pembangunan manusia masa depan seutuhnya mempersyaratkan upaya pembaharuan pendidikan. Edgar Faure 20 yang mengantar laporan Komisi Internasional Pengembangan Pendidikan yang diketuainya, kepada Direktur Jenderal UNESCO mengemukakan bahwa: "Rumusan-rumusan tradisional dan perbaikan-perbaikan sebagian, tidak mampu memenuhi kebutuhan pendidikan yangpernah ada, yang timbul dari tugas d a n f u n g s i b a r u ya n g h a r u s dipenuhi". Laporan komisi tersebut bergema ke seluruh dunia, termasuk Indonesia yang telah mendorong berbagai upa ya pembaharuan pendidikan.Bagi Indonesia strategi pendidikan seumur hidup untuk membangun manusia seutuhnya serta mewujudkan masyarakat belajar, adalah strategi yang paling tepat.Strategi ini dianggap sebagai green strategik, yang mana dari strategi ini melahirkan strategistrategi yang lain, seperti misalnya program wajib belajar 9 tahun, reformasi pendidikan, dan lain sebagainya.
19
Tirtamihardja dan Sula, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 155-156 20 Edgar Faure, Be!ajar untuk Hidup: Dunia Pendidikan Hari Kini dan Hari Esok, (Jakarta: Bhatara, 1981), hlm. vii
Strategi kebijakan ini menurut Mochtar Buchori21 merupakan awal dari serangkaian kebijakan yang bermuara pada peningkatan sumber d a ya m a nusi a, ya i t u m anusi a Indonesia yang menguasai IPTEK yang akan mampu "think globally but act locally." Peningkatan mutu pendidikan dasar yang wajib diikuti oleh semua warga negara akanmenjadi cikal bakal ke arah: 1) Peningkatan mutu pendidikan menengah dan pendidikan tinggi; dan 2) Terbentuknya masyarakat terdidik yang mampu terus belajar mandiri. Khusus untuk menyongong era globalisasi yang makin tidak terbendung, terdapat beberapa hal yang secara khusus memerlukan perhatian dalam bidang pendidikan.Santoso S. Hamijoyo22 mengemukakan lima strategi dasar, yaitu: a) Pendidikan untuk pengembangan IPTEK, dipilih terutama dalam bidang-bidang yang vital, seperti manufakturing pertanian, sebagai modal utama menghadapi globalisasi; b) Pendidikan untuk pengembangan keterampilan manajemen, termasuk bahasa-bahasa asing yang relevan untuk hubungan per dagangan dan
politik,
sebagai
instrumen operasional untuk berkiprah dalam
globalisasi; c) Pendidikan untuk pengelolaan kependudukan, lingkungan, keluarga berencana, dan kesehatan sebagai penangkal terhadap menurunnya kualitas hidup dan hancurnya sistem pendukung kehidupan manusia; d) Pendidikan untuk pengembangan sistem nilai, termasuk filsafat, agama, dan ideologi demi ketahanan sosial-budaya termasuk persatuan dan kesatuan bangsa; dan e) Pendidikan untukmempertinggi mutu tenaga kependidikan dan kepelatihan, termasuk pengelolaan sistem pendidikan form a l d a n n o n f o r m a l , d e m i penggalakan peningkatan pe merataan mutu, relevansi, dan efisiensi sumber daya manusia secara keseluruhan. Pengembangan pendidikan dalam masyarakat yang sedang berubah dengan cepat haruslah dilakukan secara menyeluruh dengan pendekatan sistemik. Metode pendekatan sistemik adalah mengembangkan pendidikan yang 21
Mochtar Buchori, Menyongsong Globalisasi: Dibutuhkan Loncatan Konseptual dan Kepemimpian Intelektual (Hasil Wawancara), Jurnal Pendidikan No. 4 tahun 1990, hlm. 17 22 Santoso S. Hamijoyo, Lima Jurus Strategi Dasar Pendidikan Nasional dalam Era Globalisasi, (Hasil Wawancara), Jurnal Pendidikan No. 4 tahun 1990, him. 33
dilakukan secara teratur melalui perencanaan bertahap dan menggunakan proses yang saling terkait antar semua aspek dalam pembaharuan pendidikan tersebut.23 Makagiansar24
mengemukakan
ada
empat
hal
penting
dalam
mengembangkan pada peserta didik, yakni: 1) Kemampuan mengantisipasi perkembangan berdasarkan ilmu pengetahuan; 2) Kemampuan dan sikap untuk mengerti dan mengatasi situasi; 3) Kemampuan mengakomodasi, utamanya perkembangan IPTEK serta perubahan yangdiakibatkannya; 4) Kemampuan mereorientasi, utamanya kemampuan seleksi terhadap arus, informasi yang membombardirnya. Metode penggarapan pembaharuan pendidikan tersebut harus menyeluruh, mulai dari lapisan.sistem pendidikan nasional, institusional, sampai kepada lapisan individual.25 Pada lapisan sistem pendidikan nasional, telah ditetapkan serangkaian kebijakan yang dituangkan ke dalam sejumlah perundangundangan, utamanya BTU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional beserta peraturan pelaksanaannya Penganggaran pendidikan pada lapisan institusional berkaitan dengan aspek kelembagaan seperti pembaharuan kurikulum, struktur dan mekanisme pengelolaan, pengadaan sarana dan prasarana, dan lain sebagainya.
Akhirnya
pada
lapisan
individual 25,
penggaran
upaya
pembaharuan terkait dengan semua personal yang terlibat dalam pendidikan, utamanya guru dan siswa, meliputi b a i k p en ge t a h u a n d a n k e t e rampilan maupun wawasan dan sikapnya.Keberhasilan pengembangan pendidikan tersebut tergantung pada keserasian penggarapan ketiga lapisan itu, tidak c u k u p , h a n y a p a d a t i n g k a t pengambilan keputusan, tetapi harus serentak dengan penyiapan kelembagaan dan ketenagaan.
23
Depdikbud, Komunikasi Pendidikan, (Jakarta: Proyek PIPT, 1991), hlm. 21 Makagiansar, Dimensi dan Tantangan Pendidikan dalam Era Globalisasi, (Hasil Wawancara), Jurnal Pendidikan No. 4 tahun 1990, him. 5-6 25 Charles dan Jones, dalam Raka Joni, Penelitian Pengembangan dalam Pembaharuan Pendidikan, (Jakarta: P2LPTK, 1984), hlm. 24 24
Ada berbagai teknik yang dapat dipakai sebagai pengem bangan kehidupan siswa sebagai pribadi, sebagai anggota masyarakat, sebagai warga negara, dan sebagai anggota umat manusia.Berbagai t e k n i k t e r s e b u t d a p a t d i s e lenggarakan baik melalui sistem pendidikan formal, pendidikan nonformal maupun pendidikan informal yang tempatnya dapat dilakukan di dalam maupun di luar ruangan secara individual maupun secara kelompok. Pengembangan pendidikan masa depan tersebut adalah sebagai berikut: Pertama, pengembangan kehidupan siswa sebagai pri badi sekurangkurangnya, upaya untuk: 1) Memperkuat dasar keimanan dan ketakwaan; 2) Membiasakan berperilaku baik; 3) Memberi pengetahuan dan keterampilan dasar; 4) Memelihara kesehatan jasmani dan rohani; 5) Memberikan kemampuan. untuk belajar; dan 6) membentuk kemampuan untuk belajar. Kedua, pengembangan kehidupan peserta didik sebagai bagian dari anggota masyarakat sekurangkurangnya mencakup upaya untuk: 1)
Memperkuat kesadaran hidup,beragama
2)
Menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam masyarakat; dan
3)
Memberikan
pengetahuan
dan
danbermasyarakat;
keterampilan
dasar
yang
diperlukanu nt u k b e r p er a n s e r t a d a l a m kehidupan bermsyarakat. Ketiga, pengembangan kehidupan peserta didik sebagai bagian d a r i w a r ga
negara
s e k u r a n g kurangnya
mencakup,
upaya
untuk:
1)
Mengembangkan perhatian dan pengetahuan tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara Republik Indonesia; 2) Menanamkan rasa ikut bertanggung jawab terhadap kemajuan bangsa
dan
negara; dan 3)
Memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk berperan serta dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Keempat, pengembangkan kehidupan peserta didik sebagai a n ggo t a u m a t m a n us i a ya n g mencakup: 1) Meningkatkan harga diri sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat; 2) Meningkatkan kesadar an t ent an g ha k az asi manusia; 3) Memberikan pengertian tentang ketertiban dunia; dan 4) Meningkatkan kesadaran pentingnya persahabatan antar bangsa.
Pengembangan pendidikan tersebut di atas, dapat dipandang sebagai profil dasar manusia Indonesia saat ini dan masa depan, yang melingkupi dua nisi utama dari setiap upaya pendidikan, yakni pengembangan pribadi manusia dan penguasaan IPTEK. Untuk itu diperlukan teknik pelayanan yang profesional dan penyelenggara pendidikan. Karena perkembangan IPTEK yang makin cepat, maka anggota masyarakat masa depan semakin luas wawasan dan pengetahuannya serta daya kritis yang semakin tinggi. Oleh karena itu, manusia m a s a d e p a n t e r s e b u t m a k i n menuntut suatu kualitas .hidup dan pendidikan yang lebih baik. Teknik layanan yang di berikan oleh pemangku profesi pendidikan, harus lebih profesional, dengan melihat kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan yang ada dalam dunia pendidikan Indonesia. Untuk itu teknik yang dapat dipakai untuk memprediksi pendidikan masa depan dapat melalui teknik analisis regresi, atau dengan menggunakan teknik analisis SWOT, teknik analisis Delphi, teknik analisis Isikawa; dan lain sebagainya. Selanjutnya dapat dikemukakan pula beberapa teknik yang digunakan dalam futurologi untuk meramalkan dan atau membuat proyeksi tentang masa depan, seperti pada tabel -yang bersumber dari Omstein dan Hunkins (1998)berikut: TECNIQUE
FORECASTTYPE
POSSIBLE USES
POSSIBLE ENEFITS
Simulation
Exploratory, Normative
To play out consequences of employing various curriculum designs.
Trend forecasting
Exploratory
To plot the path of events into future.
Intuitive forecasting
Exploratory, normative
To get feel for what the future may hold for education.
Delphi procedure
Exploratory, normative
To obtain conjectures regarding future needs
Permits educators more control over programs introduces more creativity in school programs. Gives cunicularists insight into future demands and needs for planning curriculum. Provides educators a sense of readiness to deal with new events, demands. Allows educators to survey views of
in education or to outline preferred future events. Scenario writing
Exploratory, normative
To outline a future story of how curriculum will or should look.
Force analysis
Exploratory
To plot those events that will affect each other and the school
knowledge person regarding future developments affecting education. Gives educators a usable written documents on possible future times for which the curriculum is designed. Allows curricularist to design programs that will influence future events in society.
Teknik dan strategi yang digunakan untuk memahami perubahan dan perkembangan masa d e p a n p a d a d a s a r n ya d a p a t dibedakan menjadi dua jenis, yaitu "prediction" dan "forecasting", dua istil ah yang seringkali diter jemahkan dalam bahasa Indonesia dengan kata yang sama, yakni "peramalan". Menurut Omstein dan Hunkins di atas, prediksi (predict on) merupakan pernyataan tentang kejadian-kejadian yang terjadi dalam suatu masa depan tertentu. Sedangkan peramalan (forecasting) menjelaskan bukan apayang akan terjadi, tapi lebih kepada apa yang dapat terjadi jika kondisikondisi tertentu, atau peristiwaperistiwa tertentu terjadi atau berlangsung. Ketepatan dan keinklusifan ramalan tergantung pada data yang menjadi pertimbangan, sistem, keputusan yang digunakan, dan keragaman teknik yang dipakai. Selanjutnya
dijelaskan
bahwa
peramalan
dapat
dibedakan
menjadi
dua.Pertama, peramalan paparan (exploratory forecasting) ya n g berarti suatu prosesan data untuk menemukan kemungkinan berbagai kemampuan, perubahan, kesempatan, dan permasalahan yang mungkin muncul di masa depan dengan asumsi keberlanjutan peristiwa-peristiwa tertentu. Kedua, peramalan normatif (normative forecasting) ya k ni b e rk en a an dengan keberadaan beragam .tujuan at a u no rm a ya n g a k an di a k t u a l i s a si k a n di m a s a depan.
Peramalan secara aktual merancang norma-norma untuk masa
depan,d a n
kemudian
menentukan
kebutuhan-kebutuhan yang harus
dipenuhi untuk mencapai normanorma atau tujuan-tujuan tersebut.
Kedua jenis peramalan tersebut, baik secara terpisah maupun secara bersama-sama digunakan dalam berbagai teknik peramalan masa depan. Teknik-teknik tersebut adalah simulation forecasting, trend forecasting, intuitive forecasting, delphi procedure, scenario writing, dan force analysis. Secara ringkas teknik-teknik ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Simulation forecasting, merupakan t ekni k unt uk m eng upayakan masa depan melalui aktivasi model-model dari berbagai keteraturan alam, sosial dan lingkungan, serta menetapkan bagaimana keteraturan-keteraturan tersebut yang paling mungkin berpengaruh terhadap masa depan. Jelasnya teknik ini memungkinkan untuk menemukan apa yang dapat atau harus dikontrol, apa yang dapat atau perlu dirancang, dan akhimya apa yang perlu diramalkan. Adapun trend forecasting adalah prosedur yang digunakan pendidik untuk merencanakan secara matematis jalur berbagai peristiwa yang ditemukan dan memperluasnya untuk kepentingan masa depan. Selanjutnya intuitive forecasting, berkenaan dengan imajinasi atau perasaan yang dimiliki orang tentang masa depan. Persepsi tentang apa yang akan terjadi
mempengaruhi berbagai keputusan dan tindakan
mereka, hingga beberapa pandangan tersebut menjadi kenyataan. Sedangkan delphi procedure, seperti curah pendapat (brainstorming), merupakan prosedur peramalan masa d e p a n ya n g p a l i n g t e r k e n a l . Prosedur ini merupakan prosesmenggali pendapat tentang masa depan dari para pakar. Proses ini dilakukan berulang kali sampai para ahli mencapai konsensus pendapat tentang masa depan tersebut. Sementara itu scenario forecasting, melibatkan penciptaan suatu skenario sebagai suatu kriteria yang dipertimbangkan secara baik, atau gambaran tentang bagaimana kondisi masa depan yang mungkin terjadi. Penulisan skenario menggambarkan bentuk karangan yang inovatif, imajinatif, dan berbagai masa depan yang masuk akal bagi masyarakat untuk dihadapi. Sedangk a n force analysis forecasting, dilakukan dengan mencatat dan menganalisis berbagai kekuatan (seperangkat peristiwa, tekanantekanan, permasalahan, dan
atau peristiwa-peristiwa sosial) dan kemungkinan dampaknya terhadap peristiwaperistiwa atau area masa depan.
Simpulan Berbagai pendapat para ahli sebagaimana paparan kajian di atas, berikut ini dapat diajukan kesimpulan yang terkait dengan permasalahan yang telah diajukan, yakni: Pertama, ciri-ciri umum dari futurologi pendidikan adalah: 1) Visionary, integratif dan strategis dengan jangkauan waktu ke depan antara 5-20 tahun atau lebih; 2) Analitycal, multidisipliner dan metodologis dengan tekanan khusus k e p a d a k e e k s p l i s i t a n d a l a m forecasting, modelling, scenario building, dan
aktivitas-aktivitas
yang
berhubungan;
dan
3)
participatory,
berorientasi problema dan implementasi dengan perhatian khusus terhadap dimensi sosial dan politis dari perencanaan". Kedua, pendekatan, yang digunakan dalam riset masa depan, adalah: 1) Descriptive, mencakup model-model yang bersifat perkiraan, spekulatif, dan dapat dibayangkan seperti dalam beberapa m asa d epan kh a ya l an kl asi k; 2) Exploratory, peramalan menggunakan inetodologi dan ekstrapolasi dari perkembangan masa lalu dan masa kini yang relatif linier ke dalam "masa depan yang logis", mencakup peramalan yang paling teknis, beberapa pengembangan skenario, dan jenis-jenis yang lebih menentukan dari peramalan sosioekonomi; 3) Prescriptive, secara normatif berorientasi berbagai proyeksi masa depan, yang secara eksplisit memasukkan dan memilih nilai-nilai untuk membangun masa depan yang diharapkan. Ketiga, ada tiga alasan pokok ya n g
m e ndasari
art i
pent i ng
futurologi pendidikan, yakni: 1) Praksis pendidikan tidak dapatdilepaskan dari masa depan; 2) Abad informasi sedang dan masih akanmelanda peradaban manusia; dan 3) Pendidikan merupakan wahana pencerdasan utama dari generasi ke generasi. Ketiga hal tersebut tidak dapat dilepaskan dari futurologi
pendidikan baik sebagai kon sekuensi eksistensial, maupun sebagai orientasi (tujuan), dan sarana bagi setiap generasi untuk dapat b e rt ah an hi du p s e c a ra berkelanjutan, dan berkembang secara optimal sesuai perubahan peradaban manuisia yang bersifat dinamis dan sangat pesat. Keempat,
futurologi
pendidikan
berperan
penting
di
dalam
perencanaan st rat egi s j angka panjang; dan untuk itu mempunyai prinsipprinsip antara lain: 1) Visioner, dalam arti berorientasi jauh ke masa depan; 2) Intensional, bertujuan normatif untuk menciptakan masa depan yang mungkin dapat diterjadikan; dan 3) Menggunakan pendekatan ilmiah, inter dan multi disiplin, serta integratif di dalam meramalkan dan membangun masa depan yang diinginkan. Adapun teknik yang di gunakan untuk meramalkan dan atau menciptakan masa depan yang diinginkan antara lain melalui: simulasi, peramalan kecenderungan, prosedur delphi, pembuatan skenario, dan analisis kekuatan berbagai peristiwa kinidan dampaknya terhadap masa depan. Kelima, dengan demikian, maka ada beberapa pendekatan yang d a p a t d i l a ku k a n ol e h d uni a pendidikan di Indonesia dalam menghadapi keadaan pendidikan masa depan, yaitu: 1) Memperbaiki sistem pendidikan nasional dengan lebih mengacuh kepada kebutuhan masyarakat masa depan; 2) Memperkokoh budaya nasional agar tidak hilang oleh datangnya arus budaya asing yang sulit terbendung kehadirannya; 3) Memperkuat kepribadian bangsa sebagai bagian dari warga dunia; 4) Memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa yang terimplementasikan dalam ketahanan nasional; serta 5) Meningkatkan kemampuan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi), dan kekuat an IMT AK ( Im an d an Takwa).Keenam, teknik-teknik yang di gunak an unt uk m em aham i perubahan dan perkembangan masa d e p a n p a d a d a s a r n ya d a p a t dibedakan menjadi dua jenis, yaitu "prediction" dan "forecastine ,dua istilah yang seri ngkali dit er jemahkan dalam bahasa Indonesia dengan kata yang sama, yakni "peramalan". Prediksi (prediction) merupakan pernyataan-pernyataan tentang kejadian-kejadian yang terjadi dalam suatu masa depan tertentu. Sedangkan peramalan(forecasting) menjelaskan bukan apayang akan terjadi, tapi lebih kepada apa yang dapat terjadi jika kondisi-
kondisi
tertentu,
atau
peristiwaperistiwa
tertentu
terjadi
atau
b e r l a n g s u n g . K e t e p a t a n d a n keinklusifan ramalan tergantung pa da da ta ya ng m e nja di pe r timbangan, sistem, keputusan yang digunakan, dan keragaman teknik yang dipakai.
Saran-saran Untuk menghadapi situasi clan kondisi masa depan, seyogyanya: Pertama,
memahami
dan
mampu
menganalisis
perubahan-
perubahan dan perkembangan di masa depan sebagai dasar untuk menyediakan layanan pendidikan yang relevan dengan kebutuhan peserta didik yang akan menjalani kehidupan di masa depan, baik tentang konsep, pendekatan, dan strategi dalam futurologi pendidikan. Kedua, menggunakan pertimbangan-pertimbangan arah dan substansi perubahan, perkembangan, dan kemajuan peradaban m a nus ia , di da la m m e m bua t kebijakan pengembangan program pendidikan, dan dalam implementasi kebijakan yang tercermin
langs ung
dalam
proses
pembelajaran, mulai dari konsep, pendekatan dan strategi yang relevan demi mengantisipasi perkembangan ilmu pengetahuan di masa depan. Ketiga, mengupayakan secara institusional dan atau individual, pengembangan kapasitas profesional dan pemberdayaan seluruh jajaran tenaga kependidikan agar memiliki keterampilan teknis analisis masa depan. Demikianlah
konsep,
pendekatan,
dan
strategi,
dalam
futurologi
p e n d i d i k a n y a n g y a n g h a r u s mendapat perhatian bagi masyarakat pendidikan dan pihak-pihak yang berkepentingan dengan penyelenggaraan pendidikan. Karena pendidikan tidak dapat dilepaskan dari masa depan, maka untuk itu komitmen dan kesungguhan dari masyarakat pendidikan dan para pihak yang berkepentingan tersebut merupakan faktor pendukung pencapaian keberhasilan bagi generasi muda untuk menghadapi masa depan yang semakin cepat berubah dan sulit diprediksi.***
DAFTAR PUSTAKA
Ansyar, Mohd, Proses Pendidikan Guru dan Arus Perubahan, Makalah yangdisajikan dalam Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia II di Medan, 4-8 Februari 1992. American
Marketing
Association,
[Online],Tersedia:
Dictionary
of
Marketing
Terms.
http://www.marketingpower.com/mg-dictionary-
view4089.php., [14 Oktober.2005], 2005. Buchori,
Mochtar,
Menyongsong Globalisasi
Dibutuhkan Loncatan
Konseptual dan Kepemimpinan Intelektual, Hasil Wawancara, Mimbar Pendidikan, Journal Pendidikan No. 4 Tahun IX, 1990. Depdikbud,
Komunikasi Pendidikan, Program
Akta
Mengajar
V-B
Komponen Bidang Studi Teknologi Pengajaran, Buku Modul 22-DIK (1982/1993), Jakarta: Proyek PIPT, Dirjen Dikti Depdikbud, 1993. Edgar, Faure, et.al., Belajar untuk Hidup: Dunia Pendidikan Hari Kini dan Hari Esok, Terj. oleh PT. Bhatara Karya Aksara, Jakarta: UnescoBhatara, 1981. Fowles, J. et.al (ed.), Handbook of Futures Research, London: Greenwood Press, 1984. Frenkel, Jack R., dan Norman E. Wallen, How Design and Evaluate Research in Education. Second Edition, New York: McGraw-Hill International, 1990. Fullan, M., The Challenge of School Change, Illinois: IRI/SkyLight Training and Publishing Inc., 1997. Hamijoyo, Santoso S., Lima Jurus Strategi Dasar Pendidikan Nasional dalamEra Globalisasi, Mimbar Pendidikan, Journal No. 4 Tahun IX, 1990. Hasan,
Fuad,
Mendekatkan
Anak
Didik
pada
Lingkungan,
BukanMengasingkannya, (Dialog), Prisma No.2 Tahun XV, 1986. Houston,
W.R.
Warner,
Touch
PublishingCompany, 1988.
the
Future:
Teach!,St
Paul:
West
J., Pear dan R. Robinson, Manajemen Strategik• Formulasi, Implementasi,dan Pengendalian, (Terjemahan), Jakarta: Binarupa Aksara, 1997. Joni,
T.
Raka,
Penelitian
Pengembangan
dalam
Pembaharuan
Pendidikan,Jakarta: P2LPTK Ditjen Depdikbud, 1984. Lovat, T.J., and Smith, D.L., Curriculum: Action on Reflection, Wentworth FallsNSW: Social Science Press, 1993.
Makagiansar, Makaminan, Dimensi dan Tantangan Pendidikan dalam Era Globalisasi,
(Hasil
Wawancara),
Mimbar
Pendidikan,
Jurnal
Pendidikan No. 4 Tahun IX, 1990. Maksum, A. dan Ruhendi, L.Y., Paradigma Pendidikan Universal di Era Modern dan Post-Modern: Mencari Viii Baru alas Realitas Baru Pendidikan Kita, Yogyakarta: IRCISoD, 2004. Marzurek, K. Winzer, M.A. dan Majorek, C. (ed), Education in a GlobalSociety: a Comparative Perspective, Boston: Allyn and Bacon, 2000. Ornstein, A.C. and Hunkins, F.P., Curriculum: Foundations, Principles, andIssues, Boston: Allyn and Bacon, 1998. Rini, Riswanti, Cicih Sutarsih, dan Udik Budi Wibowo, Makalah Konsep Dasar Futurologi Pendidikan, Bandung: PPs UPI, 2005. Rivai, Tb. B., Futurologi, Ringkasan Ceramah pada Sekolah Staf danKomando TNI AD, tanggal 22 Maret 1984, Bandung: t.th., 1984. Sayling,
W.,
Future
of
Education
(Masa
Depan
Pendidikan):
PandanganSeorang Usahawan Teknologi tentang Peran IT dalam MerevolusiPendidikan di Asia, Batam: Lucky Publisher, 2003. Salim, Emil, Pembekalan Kemampuan Intelektual untuk Menjinakkan Gelombang Globalisasi, (Hasil Wawancara), Mimbar Pendidikan, Journal Pendidikan No. 4 Tahun IX, 1990. Shane, Harold G., Arti Pendidikan Bagi Masa Depan, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002. Sudarmono, Pratiwi, Globalisasi sebagai Peluang untuk Pengembangan Diri, (Hasil Wawancara), Mimbar Pendidikan, Journal Pendidikan No.4 Tahun IX, 1990. Supriadi,
Dedi,
Globalisasi:
Dunia
Tanpa
Tabal
Batas,
(Tinjauan
Buku),Mimbar Pendidikan, Journal Pendidikan No. 4 Tahun IX, 1990. Tilaar, H.A.R., Paradigma Baru Pendidikan Nasional, Jakarta: Rineka Cipta,2000.
Tirtamihardja, Umar dan La Sula, Pengantar Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2000. Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Depan, Yogyakarta: BIGRAF Publishing, 2000.