PERTUMBUHAN DAN SAYA SAING SEKTOR PERTANIAN PADA SEPULUH KECAMATAN BAGIAN SELATAN KABUPATEN CIAMIS YANG MASUK KE DALAM DAERAH OTONOMI BARU (DOB) KABUPATEN PANGANDARAN Faqihuddin1, Dedi Djuliansyah1, Dedi Sufyadi3 1
Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian,Universitas Siliwangi Jl. Siliwangi no.24 Tasikmalaya 46115 Telp. (0265) 323537
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pertumbuhan dan daya saing sektor pertanian pada sepuluh kecamatan bagian selatan Kabupaten Ciamis yang masuk ke dalam DOB Kabupaten Pangandaran. Metode penelitian yang digunakan adalah Metode Studi Kepustakaan. Penelitian dilakukan dari bulan Mei sampai dengan Juli 2013. Berdasarkan hasil analisis Shift Share diketahui bahwa Pertumbuhan sektor pertanian pada sepuluh kecamatan yang masuk ke DOB Kabupaten Pangandaran lebih cepat dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan Sektor Pertanian di Kabupaten Ciamis. Namun, dalam struktur perekonomian masing-masing kecamatan tersebut Sektor Pertanian memiliki pertumbuhan yang lebih lambat daripada pertumbuhan perekonomian secara keseluruhan. Tiga dari sepuluh kecamatan di DOB Kabupaten Pangandaran memiliki daya saing Sektor pertanian yang kuat, yaitu Kecamatan Cimerak, Padaherang dan Pangandaran. Kata Kunci: Daya saing, Kabupaten Pangandaran, Pertumbuhan, Sektor Pertanian. ABSTRCT This study aims to determine how the growth and competitiveness of the agricultural sector in the ten subdistricts at the southern part of Ciamis that joined into DOB Pangandaran.. The method used is the Library Research. The research was conducted from May to July 2013. Based on the results of Shift Share analysis show that the growth of the agricultural sector in the ten subdistricts that joined into DOB Pangandaran faster than average growth of Agricultural Sector in Ciamis but slower than the growth of the overall economy in the economic structure of each subdistrict. Competitiveness of the agricultural sector (as a whole) classified as strong in 3 (three) subdistricts, they are Cimerak, Padaherang and Pangandaran Subdistrict. Keywords: Agriculture Sector, Competitiveness, Growth, Pangandaran. PENDAHULUAN Latar Belakang Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Ciamis menunjukkan bahwa sebagian besar (67 persen) penduduk di sepuluh kecamatan bagian Selatan Kabupaten
1,2
Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian,Universitas Siliwangi
Ciamis yang masuk ke dalam DOB Kabupaten Pangandaran bekerja di Sektor pertanian. Jika lebih diperinci penduduk yang bekerja di sektor pertanian ini ada yang bekerja sebagai petani (85,8 persen), pekebun (6,42 persen) , peternak (5,7 persen) dan nelayan (2,08 persen). Dengan demikian, sektor pertanian perlu mendapat perhatian dalam perekonomian di DOB Kabupaten Pangandaran karena menyangkut sumber pendapatan sebagian besar masyarakatnya yang akan berpengaruh pula terhadap pertumbuhan ekonomi di DOB Kabupaten Pangandaran. Sementara itu, data dari BPS Kabupaten Ciamis juga menunjukkan bahwa sektor pertanian memberi kontribusi terbesar dalam pembentukan PDRB hampir di seluruh kecamatan tersebut. Hal ini memberikan sinyal bahwa struktur perekonomian di masing-masing kecamatan yang masuk ke dalam DOB Kabupaten Pangandaran masih di dominasi oleh sektor pertanian. Namun meskipun demikian, secara time series kontribusi tersebut cenderung turun. Pada tahun 2005 Kontribusinya mencapai 43,70 persen akan tetapi pada tahun 2009 turun menjadi 37,87 persen. Ikhsan dan Armand (1993) menyatakan bahwa penurunan kontribusi tersebut mencerminkan suatu proses transformasi struktural. Penurunan ini disebabkan oleh interaksi dari berbagai proses yang bekerja di sisi permintaan, penawaran, dan pergeseran kegiatan. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan kajian tentang faktor-faktor yang menyebabkan kontribusi sektor pertanian sepuluh kecamatan bagian Selatan Kabupaten Ciamis menurun. Faktor-faktor tersebut meliputi bagaimana pertumbuhan dan daya saing Sektor pertanian pada sepuluh kecamatan di wilayah Selatan Kabupaten Ciamis yang masuk kedalam DOB Kabupaten Pangandaran. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Pertumbuhan dan daya saing sektor pertanian di sepuluh kecamatan bagian Selatan Kabupaten Ciamis yang masuk ke DOB Kabupaten Pangandaran METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Studi Kepustakaan yaitu studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatancatatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan (Nazir,1988).Metode Studi atau Riset Kepustakaan (mestika Zed, 2008) memanfaatkan sumber perpustakaan untuk memperoleh data penelitiannya. Penelitian dilaksanakan dari bulan Mei-Juli 2013.
Analisis tingkat pertumbuhan dan daya saing sektor pertanian (termasuk subsektornya)
dilakukan
melalui
penelaahan
komponen
pertumbuhan
yang
menyebabkan pergeseran sektor pertanian hasil analisis Shift-Share. Analisis ini menggunakan metode pengisolasian berbagai faktor yang menyebabkan perubahan struktur industri suatu daerah dalam pertumbuhannya dari satu kurun waktu ke kurun waktu berikutnya. Hal ini meliputi penguraian faktor penyebab pertumbuhan berbagai sektor di suatu daerah dalam kaitannya dengan ekonomi nasional atau daerah atasan. Data yang digunakan ialah data PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) dengan tahun dasar yang sama agar bobotnya atau nilai riilnya sama dan perbandingan itu menjadi valid (Tarigan, 2005). Bentuk persamaan umum analisis shift share menurut Arief Daryanto dan Yundy Hafizrianda (2010)sebagai berikut :
= Pergeseran atau Perubahan PDRB sektor atau subsektor-i di daerah-j PRij = (Ra – 1)
= Persentasepertumbuhan total PDRB daerah atasan;
PPij = (Ri – Ra)
= Selisih atau perbedaan pertumbuhan PDRB sektor atau subsektor-i dengan persentase pertumbuhan total PDRB di daerah atasan;
PPWij = (ri – Ri)
= Selisih atau perbedaanpertumbuhanPDRB sektor atau subsektor-i di wilayah-j dengan pertumbuhan PDRB sektor atau subsektor-i di daerah atasan.
Keterangan :
Sehingga secara lebih rinci dapat dinyatakan :
Keterangan : ∆Yij
: Perubahan PDRB sektor atau subsektor-i pada wilayah –j
: PDRB sektor atau subsektor –i pada wilayah –j pada tahun dasar
Yij
analisis : PDRB sektor atau subsektor –i pada wilayah –j pada tahun akhir
Y'ij
analisis = PDRB sektor atau subsektor –i di daerah atasan pada tahun dasar analisis = PDRB sektor atau subsektor –i di daerah atasan pada tahun akhir analisis = Total PDRB daerah atasan pada tahun dasar analisis = Total PDRB daerah atasan pada tahun akhir analisis
Analisis Tingkat pertumbuhan sektor pertanian. Tingkat pertumbuhan sektor pertanian dapat ditafsirkan dari komponen PRij dan PPij. (Arief Daryanto dan Yundy Hafizrianda, 2010). Nilai PRij > 0 menunjukkan sektor-i di daerah-j tersebut tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan ratarata sektor-i di daerah atasan, sebaliknya bila PRij < 0 menunjukkan sektor–i di daerah-j tumbuh lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan rata-rata sektor–i di daerah atasan. Sedangkan bila PPij < 0 menunjukkan bahwa sektor–i di daerah-j pertumbuhannya lambat dibandingkan perekonomian secara keseluruhan (termasuk sektor yang lamban), sebaliknya bila PPij > 0 menunjukkan bahwa sektor-i di daerah-j pertumbuhannya cepat (termasuk sektor yang maju). Analisis Daya saing sektor pertanian. Daya saing sektor pertanian dapat ditafsirkan dari komponen PPWij (Arief Daryanto dan Yundy Hafizrianda 2010). Komponen PPWij > 0 menunjukkan bahwa sektor-i di daerah-j dapat bersaing dengan baik (daya saing kuat) di bandingkan sektor-i di daerah atasan, sebaliknya bila PPWij <0 menunjukkan bahwa sektor-i didaerah-j tidak dapat bersaing dengan baik (daya saing lemah) dibandingkan dengan sektor-i di daerah atasan.
Catatan : Sektor atau subsektor-i = sektor atau subsektor pertanian Daerah-j = kecamatan-kecamatan yang masuk DOB Kabupaten Pangandaran Daerah Atasan = Kabupaten Ciamis, sebagai daerah Atasan bagi kecamatan-kecamatan tersebut dalam jangka waktu tahun 2003-2010.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis Shift Share terlihat pada Tabel 1 dan 2. Lampiran 2. Hasil Analisis Shift Share
Tabel 1. Hasil Analisis Shift Share Sektor Pertanian di DOB Kabupaten Pangandaran. A
SEKTOR PERTANIAN
Lampiran 2. Hasil Analisis Shift Share A
B
B
C
C
D
D
E
F
KECAMATAN PRij PARIGI 32,183.816 CIJULANG 32,759.252 SEKTOR PERTANIAN CIMERAK 23,968.359 CIGUGUR 20,935.404 KECAMATAN PRij LANGKAPLANCAR 27,772.324 PARIGI 32,183.816 MANGUNJAYA 19,357.129 CIJULANG 32,759.252 PADAHERANG 43,744.857 CIMERAK 23,968.359 KALIPUCANG 17,678.299 CIGUGUR 20,935.404 PANGANDARAN 24,579.315 LANGKAPLANCAR 27,772.324 SIDAMULIH 17,013.293 MANGUNJAYA 19,357.129 PADAHERANG 43,744.857 KALIPUCANG 17,678.299 SUBSEKTOR TANAMAN BAHAN MAKANAN PANGANDARAN 24,579.315 SIDAMULIH 17,013.293 KECAMATAN PRij PARIGI 19,543.134 SUBSEKTOR BAHAN MAKANAN CIJULANG 18,320.295 a. SubsektorTANAMAN Tanaman Bahan Makanan CIMERAK 9,379.459 KECAMATAN PRij CIGUGUR 11,950.671 PARIGI 19,543.134 LANGKAPLANCAR 15,912.884 CIJULANG 18,320.295 MANGUNJAYA 16,365.254 CIMERAK 9,379.459 PADAHERANG 34,839.942 CIGUGUR 11,950.671 KALIPUCANG 8,341.354 LANGKAPLANCAR 15,912.884 PANGANDARAN 12,974.805 MANGUNJAYA 16,365.254 SIDAMULIH 10,975.971 PADAHERANG 34,839.942 KALIPUCANG 8,341.354 SUBSEKTOR TANAMAN PERKEBUNAN PANGANDARAN 12,974.805 KECAMATAN PRij SIDAMULIH 10,975.971 PARIGI 4,142.574 CIJULANG 3,701.096 b. Subsektor Tanaman Perkebunan SUBSEKTOR TANAMAN PERKEBUNAN CIMERAK 3,282.785 KECAMATAN PRij CIGUGUR 2,531.407 PARIGI 4,142.574 LANGKAPLANCAR 4,384.505 CIJULANG 3,701.096 MANGUNJAYA 1,938.867 CIMERAK 3,282.785 PADAHERANG 4,985.678 CIGUGUR 2,531.407 KALIPUCANG 4,371.811 LANGKAPLANCAR 4,384.505 PANGANDARAN 2,310.857 MANGUNJAYA 1,938.867 SIDAMULIH 2,340.271 PADAHERANG 4,985.678 KALIPUCANG 4,371.811 SUBSEKTOR PETERNAKAN DAN HASIL-HASILNYA PANGANDARAN 2,310.857 KECAMATAN PRij SIDAMULIH 2,340.271 PARIGI 5,517.682 CIJULANG 7,398.260 c. SubsektorPETERNAKAN Peternakan danDAN Hasil-hasilnya SUBSEKTOR HASIL-HASILNYA CIMERAK 10,803.897 KECAMATAN PRij CIGUGUR 5,211.897 PARIGI 5,517.682 LANGKAPLANCAR 4,069.231 CIJULANG 7,398.260 MANGUNJAYA 907.170 CIMERAK 10,803.897 PADAHERANG 3,019.972 CIGUGUR 5,211.897 KALIPUCANG 4,596.884 LANGKAPLANCAR 4,069.231 PANGANDARAN 5,106.353 MANGUNJAYA 907.170 SIDAMULIH 3,321.237 PADAHERANG 3,019.972 KALIPUCANG 4,596.884 PANGANDARAN 5,106.353 SIDAMULIH 3,321.237
PPij -20,196.093 -20,557.193 -15,040.703 -13,137.453 PPij -17,427.780 -20,196.093 -12,147.049 -20,557.193 -27,450.916 -15,040.703 -11,093.544 -13,137.453 -15,424.092 -17,427.780 -10,676.238 -12,147.049 -27,450.916 -11,093.544 -15,424.092 -10,676.238 PPij -11,969.707 -11,220.747 -5,744.696 PPij -7,319.503 -11,969.707 -9,746.265 -11,220.747 -10,023.331 -5,744.696 -21,338.639 -7,319.503 -5,108.882 -9,746.265 -7,946.761 -10,023.331 -6,722.522 -21,338.639 -5,108.882 -7,946.761 PPij -6,722.522 -3,830.339 -3,422.136 -3,035.355 PPij -2,340.609 -3,830.339 -4,054.036 -3,422.136 -1,792.730 -3,035.355 -4,609.896 -2,340.609 -4,042.298 -4,054.036 -2,136.683 -1,792.730 -2,163.880 -4,609.896 -4,042.298 -2,136.683 PPij -2,163.880 -2,297.628 -3,080.724 -4,498.871 PPij -2,170.296 -2,297.628 -1,694.476 -3,080.724 -377.756 -4,498.871 -1,257.552 -2,170.296 -1,914.197 -1,694.476 -2,126.346 -377.756 -1,383.003 -1,257.552 -1,914.197 -2,126.346 -1,383.003
PPWij -4,406.291 -2,483.152 5,140.345 -3,103.918 PPWij -7,153.147 -4,406.291 -16,952.525 -2,483.152 23,983.365 5,140.345 -575.293 -3,103.918 2,576.150 -7,153.147 -5,543.410 -16,952.525 23,983.365 -575.293 2,576.150 -5,543.410 PPWij -86.519 -6,876.395 -460.886 PPWij -6,670.342 -86.519 -5,371.789 -6,876.395 -17,742.812 -460.886 20,198.886 -6,670.342 677.729 -5,371.789 1,980.672 -17,742.812 -3,953.917 20,198.886 677.729 1,980.672 PPWij -3,953.917 -3,889.486 3,197.855 -403.228 PPWij 840.021 -3,889.486 -5,753.018 3,197.855 498.320 -403.228 3,393.916 840.021 -2,477.601 -5,753.018 -685.387 498.320 -1,153.465 3,393.916 -2,477.601 -685.387 PPWij -1,153.465 2,775.981 1,027.592 4,829.039 PPWij 580.103 2,775.981 -293.108 1,027.592 512.080 4,829.039 833.347 580.103 1,343.403 -293.108 2,555.657 512.080 15.160 833.347 1,343.403 2,555.657 15.160
∆ij 7,581.431 9,718.907 14,068.001 4,694.033 ∆ij 3,191.397 7,581.431 -9,742.445 9,718.907 40,277.306 14,068.001 6,009.462 4,694.033 11,731.373 3,191.397 793.646 -9,742.445 40,277.306 6,009.462 11,731.373 ∆ij793.646 7,486.908 223.153 3,173.876 ∆ij -2,039.174 7,486.908 794.831 223.153 -11,400.888 3,173.876 33,700.189 -2,039.174 3,910.201 794.831 7,008.716 -11,400.888 299.532 33,700.189 3,910.201 7,008.716 ∆ij 299.532 -3,577.251 3,476.815 -155.797 ∆ij 1,030.819 -3,577.251 -5,422.548 3,476.815 644.457 -155.797 3,769.697 1,030.819 -2,148.088 -5,422.548 -511.213 644.457 -977.074 3,769.697 -2,148.088 -511.213 ∆ij -977.074 5,996.034 5,345.128 11,134.064 ∆ij 3,621.704 5,996.034 2,081.647 5,345.128 1,041.493 11,134.064 2,595.767 3,621.704 4,026.090 2,081.647 5,535.664 1,041.493 1,953.394 2,595.767 4,026.090 5,535.664 1,953.394
Tabel 2. Hasil Analisis Shift Share Subsektor-Subsektor Pertanian di DOB Kabupaten Pangandaran.
d.
Subsektor Kehutanan
SUBSEKTOR KEHUTANAN KECAMATAN PARIGI CIJULANG CIMERAK CIGUGUR LANGKAPLANCAR MANGUNJAYA PADAHERANG KALIPUCANG PANGANDARAN SIDAMULIH
e.
PRij 402.610 103.937 67.577 1,103.626 3,346.117 71.443 650.201 226.265 104.560 225.754
PPij -291.982 -75.378 -49.009 -800.376 -2,426.683 -51.812 -471.541 -164.092 -75.830 -163.722
PPWij -699.831 -123.928 -128.837 1,618.746 4,778.913 110.466 579.972 -201.886 -212.152 -382.812
∆ij -589.203 -95.368 -110.268 1,921.996 5,698.347 130.097 758.632 -139.714 -183.421 -320.780
KOREKSI -589.203 -95.368 -110.268 1,921.996 5,698.347 130.097 758.632 -139.714 -183.421 -320.780
PRij 2,577.816 3,235.664 434.641 137.803 59.586 74.396 249.065 141.986 4,082.739 150.061
PPij -1,912.239 -2,400.234 -322.419 -102.223 -44.201 -55.187 -184.758 -105.326 -3,028.599 -111.316
PPWij -2,400.634 -66.251 -86.096 123.108 23.735 -176.813 -611.286 324.313 -1,172.512 -200.171
∆ij -1,735.057 769.179 26.126 158.688 39.120 -157.604 -546.979 360.973 -118.373 -161.426
KOREKSI -1,735.057 769.179 26.126 158.688 39.120 -157.604 -546.979 360.973 -118.373 -161.426
Subsektor Perikanan
SUBSEKTOR PERIKANAN KECAMATAN PARIGI CIJULANG CIMERAK CIGUGUR LANGKAPLANCAR MANGUNJAYA PADAHERANG KALIPUCANG PANGANDARAN SIDAMULIH
KOREKSI 7,581.431 9,718.907 14,068.001 4,694.033 KOREKSI 3,191.397 7,581.431 -9,742.445 9,718.907 40,277.306 14,068.001 6,009.462 4,694.033 11,731.373 3,191.397 793.646 -9,742.445 40,277.306 6,009.462 11,731.373 793.646 KOREKSI 7,486.908 223.153 3,173.876 KOREKSI -2,039.174 7,486.908 794.831 223.153 -11,400.888 3,173.876 33,700.189 -2,039.174 3,910.201 794.831 7,008.716 -11,400.888 299.532 33,700.189 3,910.201 7,008.716 KOREKSI 299.532 -3,577.251 3,476.815 -155.797 KOREKSI 1,030.819 -3,577.251 -5,422.548 3,476.815 644.457 -155.797 3,769.697 1,030.819 -2,148.088 -5,422.548 -511.213 644.457 -977.074 3,769.697 -2,148.088 -511.213 KOREKSI -977.074 5,996.034 5,345.128 11,134.064 KOREKSI 3,621.704 5,996.034 2,081.647 5,345.128 1,041.493 11,134.064 2,595.767 3,621.704 4,026.090 2,081.647 5,535.664 1,041.493 1,953.394 2,595.767 4,026.090 5,535.664 1,953.394
Pertumbuhan Sektor Pertanian pada Sepuluh Kecamatan Bagian Selatan Kabupaten Ciamis yang Masuk DOB Kabupaten Pangandaran. Pertumbuhan sektor pertanian (secara keseluruhan) pada sepuluh kecamatan yang masuk ke dalam DOB Kabupaten Pangandaran dilihat dari komponen pertumbuhan PRij dan PPij hasil analisis Shift Share sektor pertanian (Tabel 1). Komponen PRij seluruh kecamatan menunjukkan nilai yang positif, artinya sepuluh kecamatan bagian selatan kabupaten Ciamis yang masuk ke DOB Kabupaten Pangandaran merupakan kecamatan-kecamatan dengan tingkat pertumbuhan sektor pertanian yang berada di atas rata-rata pertumbuhan Sektor Pertanian Kabupaten Ciamis. Namun demikian, nilai PPij di seluruh kecamatan tersebut negatif, artinya dalam struktur perekonomian di masingmasing kecamatan, pertumbuhan sektor pertanian lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Demikian pula halnya dengan komponen pertumbuhan PRij dan PPij hasil analisis Shift Share dari kelima subsektor pertanian yaitu subsektor tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan dan hasil-hasilnya, perikanan, dan kehutanan (Tabel 2 a-e). Komponen pertumbuhan PRij dan PPij hasil analisis Shift Share kelima subsektor pertanian tersebut di seluruh kecamatan menunjukkan nilai yang positif, artinya sepuluh kecamatan bagian selatan kabupaten Ciamis yang masuk ke DOB Kabupaten Pangandaran merupakan kecamatan-kecamatan dengan tingkat pertumbuhan subsektorsubsektor pertanian yang berada di atas rata-rata pertumbuhan subsektor-susbektor pertanian Kabupaten Ciamis. Namun demikian, nilai PPij di seluruh kecamatan tersebut negatif, artinya dalam struktur perekonomian di masing-masing kecamatan, pertumbuhan subsektor-subsektor sektor pertanian lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Komponen PRij berdasarkan pendapat Sjafrizal (2008) menunjukkan pengaruh kebijakan ekonomi di daerah atasan yang telah menyebabkan peningkatan aktivitas masyarakat pada suatu sektor di suatu daerah. Sektor pertanian di Kabupaten Ciamis memang merupakan salah satu sektor yang diprioritaskan selain sektor pariwisata. Hal ini terlihat dari Visi Kabupaten Ciamis tahun 2004-2009 yang memprioritaskan terhadap pembangunan ekonomi yang berbasis agribisnis dan pariwisata. Komponen PRij hasil analisis Shift Share yang menunjukkan faktor pemicu pertumbuhan berupa kebijakan di daerah atasan, ternyata memiliki nilai yang lebih
besar dari komponen PPij maupun PPWij artinya kebijakan daerah atasan pengaruhnya relatif lebih besar terhadap pertumbuhan sektor pertanian di sepuluh kecamatan yang masuk ke DOB Kabupaten Pangandaran. Dengan demikian, perencanaan pembangunan daerah di tingkat Kabupaten Pangandaran sebagai daerah otonomi baru khususnya di bidang pertanian harus tersusun dengan baik sehingga tidak menimbulkan kebijakan yang tidak tepat sasaran. Selama ini paradigma yang menjadi acuan pembangunan di Indonesia adalah peranan negara atau pemerintah pada posisi sentral dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. Paradigma model pembangunan tersebut tidak memberikan kesempatan kepada masyarakat tani untuk ikut dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut
pemilihan,
perencanaan,
dan
kemudian
pelaksanaan
program
pembangunan. Masyarakat tani hanya sekedar obyek dari pembangunan. Sukino (2013) menyatakan suatu paradigma baru dengan pemberdayaan (empowerment) masyarakat. Paradigma pemberdayaan (empowerment) memberi kesempatan masyarakat tani untuk merencanakan dan kemudian melaksanakan program pembangunan yang juga mereka pilih sendiri termasuk dalam pengelolaan dana pembangunan baik dari pemerintah maupun dari pihak lain. Dengan demikian bagaimana pemerintah memberikan fasilitas, bagaimana cara menggunakannya serta merawat fasilitas tersebut, sehingga dapat digunakan selama mungkin. Hal tersebut dapat diwujudkan antara lain dengan pelatihan hingga masyarakat tani dapat lebih mandiri. Dengan menggunakan metode empowerment ini diharapkan pembangunan Sektor Pertanian di DOB Kabupaten Pangandaran diharapkan dapat terlaksana secara partisipatif dan kontinyu. Selanjutnya komponen PPij hasil analisis Shift Share sektor pertanian dan kelima subsektornya ternyata bernilai negatif di semua kecamatan. Hal ini menunjukkan pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan perekonomian secara keseluruhan. Dimyati (2007), menyatakan bahwa masih terdapat permasalahan yang melekat pada sosok petani dan kelembagaan petani di Indonesia yaitu, 1) Masih minimnya wawasan dan pengetahuan petani terhadap masalah manajemen produksi maupun jaringan pemasaran. 2) Belum terlibatnya secara utuh petani dalam setiap subsistem agribisnis. Aktivitas petani masih terfokus pada kegiatan subsitem produksi (on farm).
3). Peran dan fungsi kelembagaan petani sebagai wadah organisasi petani belum berjalan secara optimal. Permasalahan di atas perlu diatasi dengan dilakukannya upaya pengembangan, pemberdayaan,
dan
penguatan
kelembagaan
petani
(seperti:
kelompok tani,
gapoktan, kelembagaan penyedia input, kelembagaan output, kelembagaan penyuluh, dan kelembagaan permodalan) dan diharapkan dapat melindungi bargaining position petani. Wedy Nasrul (2012) menyatakan bahwa perumusan
format
upaya
pemberdayaan kelembagaan haruslah berbasis pada dua prinsip dasar pendekatan. Pertama, bagaimana menciptakan peluang bagi masyarakat, serta kedua meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat untuk memanfaatkan peluang tersebut. Upaya pemberdayaan Kelembagaan seyogyanya tidak dilakukan dengan berbasis pada suatu grand scenario, karena hal yang seperti itu tidak pernah mampu memberikan hasil sebagaimana yang diharapkan. Selanjutnya, Elizabeth dalam Wedy Nasrul (2012) pemberdayaan kelembagaan pada masa depan perlu diarahkan agar berorientasi pada: a).Pengusahaan komoditas (pangan/non pangan) yang paling menguntungkan, b). Skala usaha ekonomis dan teknologi padat karya, c). Win-win mutualy dengan kemitraan yang kolehial, d). Tercipta interdependensi hulu-hilir, e). Modal berkembang dan kredit melembaga (bank, koperasi, petani), f). Koperatif, kompetitif dan transparan melalui sistem informasi bisnis, g). Memanfaatkan peluang di setiap subsistem agribisnis, serta, h). Dukungan SDM yang berpendidikan,
rasional,
mandiri,
informatif,
komunikatif,
dan
partisipatif (inovatif). Sjafrizal (2008) menyatakan bahwa pendekatan pembangunan yang dapat meningkatkan laju pertumbuhan suatu sektor ialah pendekatan pengembangan lintas sektor untuk mengaitkan perkembangan antara satu sektor dengan sektor lainnya berdasarkan hubungan yang fungsional. Ernan Rustiadi (2003) menyatakan bahwa agribisnis merupakan salah satu bentuk pendekatan pengembangan lintas sektoral. Agribisnis mengandung makna tidak hanya kegiatan produksi pertanian tetapi juga meliputi kegiatan manufaktur serta distribusi input pertanian, pengolahan, serta pemasaran hasil pertanian. Secara sektoral, kegiatan produksi on the farm, tidak hanya menyangkut tanaman pangan, tetapi juga ternak, ikan, kebun serta hutan. Dengan kata
lain, istilah farming berkaitan luas antara produksi tanaman pangan, hortikultura, peternakan, perikanan, perkebunan serta kehutanan. Jadi dengan demikian kata farming mengandung makna keterpaduan, setidaknya keterpaduan komoditas atau output pertanian. Sebagai suatu sistem, agribisnis dibentuk oleh beberapa subsistem yang terkait secara berangkai satu dengan lainnya. Struktur vertikal dari suatu sistem agribisnis adalah pemasaran, pengolahan, produksi, input pertanian, penelitian dan penyuluhan, kebijakan dan program pembangunan yang difasilitasi pemerintah. Kegiatan pertanian di sepuluh kecamatan bagian Selatan Kabupaten Ciamis yang masuk ke dalam DOB Kabupaten Pangandaran yang terintegrasi dalam suatu sistem agribisnis diharapkan mampu meningkatkan produktivitas sektor pertanian dan pada akhirnya mampu mendorong laju pertumbuhan PDRB Sektor Pertanian yang lebih cepat. Daya Saing Sektor Pertanian pada Sepuluh Kecamatan bagian Selatan Kabupaten Ciamis yang masuk ke dalam DOB Kabupaten Pangandaran Daya saing Sektor Pertanian di DOB Kabupaten Pangandaran dilihat dari komponen PPWij hasil analisis Shift Share sektor pertanian di masing-masing kecamatan yang masuk ke dalam DOB Kabupaten Pangandaran (Tabel 1). Hasil analisis Shift Share Sektor Pertanian menunjukkan Komponen PPWij bernilai positif (daya saing kuat) pada tiga kecamatan yang masuk ke dalam DOB Kabupaten Pangandaran yaitu Kecamatan Cimerak, Padaherang dan Pangandaran. Jika dinyatakan dalam bentuk persentase maka 30 persen daerah Kabupaten Pangandaran memiliki daya saing sektor pertanian yang kuat. Selanjutnya untuk memperoleh gambaran yang lebih spesifik mengenai daya saing sektor pertanian, dilakukan pula penelaahan terhadap komponen pertumbuhan PPWij hasil analisis Shift Share (Tabel 2 a-e) dari kelima subsektor pertanian yaitu subsektor tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan dan hasil-hasilnya, perikanan, dan tanaman kehutanan. Dari Tabel 3 dapat kita ketahui bahwa meskipun sektor pertanian secara keseluruhan berdaya saing kuat hanya di 30 persen wilayah DOB ternyata jika dilihat per subsektor ada yang berdaya saing kuat di 40 hingga 90 persen wilayah DOB Kabupaten Pangandaran. Subsektor peternakan dan hasil-hasilnya merupakan subsektor
pertanian yang berdaya saing kuat di hampir seluruh wilayah DOB Kabupaten Pangandaran (90 persen). Tabel 3.
Banyaknya Kecamatan dengan Subsektor Pertanian yang berdaya Saing Kuat di DOB Kabupaten Pangandaran.
Subsektor
Banyak kecamatan yang berdaya saing kuat
Persentase (%) 30
Tanaman bahan makanan
3 (Kecamatan Padaherang, Kalipucang, Pangandaran)
Tanaman perkebunan Peternakan dan hasil- hasilnya
4 (Kecamatan Cijulang, Cigugur, Mangunjaya, Padaherang)
40
9 (Kecamatan Parigi, Cijulang, Cimerak, Cigugur, Mangunjaya, Padaherang, Kalipucang, Pangandaran, Sidamulih)
90
Tanaman kehutanan Perikanan
4 (Kecamatan Cigugur, Langkaplancar, Mangunjaya, Padaherang)
40
3(Kecamatan Cigugur, Langkaplancar, Kalipucang)
30
Sumber : Data diolah, 2013
Penilaian daya saing tersebut berdasar pada nilai komponen pertumbuhan PPWij hasil analisis Shift Share. Menurut Arief Daryanto dan Yundy Hafizrianda (2010) Regional Share Growth Component atau Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPWij) sedangkan menurut Sjafrizal (2008) disebut dengan Differential Shift (competitive shift) adalah komponen pertumbuhan ekonomi daerah yang disebabkan karena kondisi spesifik daerah yang bersifat kompetitif. Asim Saputra (2010) mengungkapkan bahwa DOB Kabupaten Pangandaran merupakan wilayah dengan potensi sumber daya alam yang melimpah. Luas panen Padi sawah di daerah Kabupaten Pangandaran seluas 32.326 ha dengan produksi sebanyak 213,25 ton pada tahun 2009 . Kecamatan Padaherang yang merupakan produsen komoditas padi sawah yang paling baik. Kecamatan ini mencapai 46,40 ribu ton, dan dikatakan pula oleh Asim Saputra (2010) bahwa beberapa kecamatan lainnya ) masih diandalkan sebagai daerah lumbung padi di wilayah Ciamis Selatan, seperti Kecamatan Cimerak (20,23 ton), Kecamatan Cijulang (20,59ton), Kecamatan Parigi (25,93 ton), Kecamatan Langkaplancar (29,88ton) dan Kecamatan Mangunjaya (23,40 ton). Komoditas perkebunan yang dominan di wilayah calon Kabupaten Pangandaran adalah kelapa, dengan jumlah produksi mencapai 36,02 ribu ton per tahun. Hampir separuh dari produksi tersebut merupakan hasil produksi perkebunan rakyat di 3 (tiga) kecamatan, yaitu: Kecamatan Cijulang (5,97 ribu ton), Kecamatan Parigi (5,76 ribu ton) dan Kecamatan Kalipucang (5,06 ribu ton).
Hasil hutan juga masih sangat melimpah. Kecamatan Kalipucang misalnya, masih terhampar 3,5 ribu Ha hutan rakyat yang produktif, kemudian di Kecamatan Cigugur masih terdapat 2,6 ribu Ha hutan rakyat yang memproduksi jenis kayu Albasia, Mahoni dan Jati. BPS Kabupaten Ciamis (2012) menyatakan bahwa potensi peternakan DOB Kabupaten Pangandaran terdiri dari ternak besar, ternak kecil dan ternak unggas. Ternak besar yang paling banyak dikembangkan yaitu Sapi. Jumlah populasi Sapi di daerah Kabupaten Pangandaran mencapai 36.588 ekor. Populasi sapi terbesar terdapat di kecamatan Sidamulih dengan jumlah populasi sapi 12.496 ekor pada tahun 2011. Ternak kecil yang dikembangkan oleh masyarakat di kecamatan-kecamatan yang masuk DOB Kabupaten Pangandaran yaitu Domba. Pada tahun 2011 populasi domba di daerah Kabupaten Pangandaran mencapai 1.261.703 ekor dan populasi domba terbanyak terdapat di kecamatan Padaherang yaitu sebanyak 688.922 ekor. Populasi ternak unggas mencapai 1.609.633 ekor. Sedangkan jenis ternak unggas yang dikembangkan oleh masyarakat di kecamatan-kecamatan yang masuk DOB Kabupaten Pangandaran yaitu ayam buras (1.261.703) yang diusahakan di seluruh kecamatan, ayam petelur (64.207 ekor) yang banyak diusahakan di kecamatan Cijulang dan Sidamulih, ayam ras pedagang (203.645 ekor) banyak diusahakan di Kecamatan Parigi,
Cijulang,
Langkaplancar,
Mangunjaya,
Padaherang,
Kalipucang
dan
Pangandaran, dan ternak unggas Itik (80.078 ekor) yang diusahakan di Kecamatan Parigi, Cimerak, Cigugur, Mangunjaya, Padaherang, Kalipucang, Pangandaran, dan Sidamulih. Kecamatan Padaherang merupakan kecamatan dengan populasi ternak unggas terbanyak yaitu sebanyak 743.258 ekor dengan Rincian 688.922 ekor Ayam Buras, 23.365 ayam ras pedagang dan 30.971 ekor itik. Menarik dicermati, produksi hasil tangkapan ikan laut di kawasan Pangandaran selama kurun waktu 2004-2009 cenderung terus menurun. Tahun 2004, produksi hasil tangkapan ikan laut di kawasan ini masih mencapai 1.208,12 ton per tahun turun menjadi 714,82 ton di tahun 2005 dan pasca tsunami produksinya terus mengalami penurunan hingga menjadi 489,14 ton di tahun 2009. Data tersebut memberi gambaran bahwa kelangsungan hidup para nelayan di Kawasan Pangandaran mengalami masa-
masa yang sangat sulit. Bahkan, para pengusaha perikanan pun mulai menjauh dan beralih usaha ke sektor lain, karena usaha perikanan di Kawasan Pangandaran tidak lagi mampu melakukan ekspor ke luar negeri. Besarnya potensi sumber daya alam yang tersedia di kawasan Pangandaran akan menjadi sia-sia jika tata kelolanya tidak dilakukan dengan baik dan kurang berorientasi pada kepentingan masyarakat secara luas. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengelolaan adalah kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Asim Saputra (2010) menyatakan bahwa Kualitas SDM didaerah menjadi prasyarat mutlak untuk memberdayakan kemampuan daerah dalam menyelenggarakan otonomi. Menurut data Survei Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Ciamis Tahun 2006 dalam Asim Saputra (2010) persentase penduduk daerah Kabupaten Pangandaran yang berpendidikan SMP ke atas di sepuluh kecamatan yang masuk ke DOB Kabupaten Pangandaran baru sekitar 21,23 persen sedangkan data BPS Kabupaten Ciamis (2012) memperlihatkan bahwa jumlah penduduk berusia 15 (lima belas) tahun ke atas di Kabupaten Ciamis yang berpendidikan SMP/Sederajat ke atas mencapai 33,20 persen. artinya tingkat pendidikan masyarakat DOB kabupaten Pangandaran relatif lebih rendah. Minimnya SDM dengan tingkat pendidikan yang tinggi di Kawasan Pangandaran akan menjadi dilema dalam upaya mempercepat akselerasi pembangunan. Oleh karena itu, upaya mempercepat kualitas SDM menjadi tantangan terbesar bagi Kabupaten Pangandaran. Pelimpahan SDM yang handal dari pusat/provinsi/kabupaten/kota lain ke daerah otonom baru (manpower sharing) dapat dijadikan terobosan mengatasi kelangkaan sumber daya manusia. Beberapa kasus menunjukkan, sistem outsourcing SDM telah dilakukan oleh daerah otonom baru lainnya, seperti Kota Banjar dan Kota Tasikmalaya (Asim Saputra, 2010). Dalam jangka panjang tentunya tidak cukup mengandalkan limpahan SDM dari daerah lain karena kemandirian dalam pengelolaan SDA tidak akan tercapai. Oleh karena itu perlu diupayakan pemberdayaan (empowerment) di DOB Kabupaten Pangandaran Untuk meningkatkan sumber daya manusia. Sedarmayanti dalam Sukino (2013) menyatakan bahwa empowerment adalah suatu peningkatan kemampuan yang sesungguhnya potensinya ada. Meningkatkan status kurang berdaya menjadi lebih berdaya, sehingga lebih bertanggung jawab.
Sukirno (2013) menyatakan, salah satu strategi pemberdayaan petani ialah melalui pendidikan dan pelatihan baik melalui pendidikan formal maupun non formal. Konsep pengembangan Sumber Daya Manusia melalui dua jalur, pertama adalah jalur pendidikan formal dan kejuruan yaitu mulai dari pendidikan TK sampai pada perguruan tinggi. Jalur ini menyediakan pengetahuan dasar yang bermanfaat bagi pengembangan pengetahuan lain di dalam kehidupan sehari- sehari, baik di sektor formal maupun in formal. Bagi mereka yang hanya menamatkan pendidikan rendah banyak mengalami kesulitan bekerja, tetapi tidak demikian untuk lulusan di pendidikan tinggi. Tingkat yang lebih tinggi proses pendidikan diberikan pengembangan aspek kognisi atau kemampuan berpikir konseptual. Untuk tingkat ini peserta pendidikan dapat berasal dari karyawan, organisasi tertentu, yang memperoleh beasiswa. Setelah lulus diharapkan dapat memiliki bekal yang lebih baik untuk menyelesaikan berbagai masalah yang di hadapi di tempat bekerja (organisasi). Kedua adalah jalur pendidikan non formal yaitu melalui pelatihan yang dapat mengembangkan pengetahuan (knowledge), ketrampilan (skill) dan sikap (attitude) dalam bekerja untuk mengembangkan usaha taninya. Pelatihan merupakan strategi pemberdayaan para petani yang sangat penting, karena pelatihan sangat relevan untuk diterapkan dalam pembangunan pertanian. pelatihan banyak disukai oleh para petani karena sangat cocok sebagai wahana pendidikan orang dewasa, dan lebih praktis dengan pelaksanaan waktu yang relatif singkat sehingga tidak membosankan dan lebih banyak mengampu kegiatan praktek dari pada teori. Lebih lanjut Sukino (2013) menyatakan bahwa Teori dan praktek materi pertanian belum cukup untuk merubah pola pikir pengembangan usaha. Artinya bahwa penguasaan di bidang pertanian dapat dikuasai, namun untuk mengembangkan pertanian yang berdaya saing sangat diperlukan materi tambahan. Materi tambahan merupakan materi pendukung yang mampu (1) meningkatkan nilai tambah (value) dari obyek yang digarap (2) mengembangkan wawasan usaha pertanian (3) menggugah dan membangkitkan motivasi dengan strategi-strategi yang lain, yaitu dengan materi yang mendasari pola pikir.
PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa Pertumbuhan sektor pertanian pada sepuluh kecamatan bagian Selatan Kabupaten Ciamis yang masuk ke DOB Kabupaten Pangandaran lebih cepat dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan sektor pertanian di Kabupaten Ciamis. Namun, dalam struktur perekonomian di masing-masing kecamatan tersebut sektor pertanian memiliki pertumbuhan yang lebih lambat dari pertumbuhan perekonomian secara keseluruhan. Selanjutnya Tiga dari sepuluh kecamatan di DOB Kabupaten Pangandaran memiliki daya saing Sektor pertanian yang kuat, yaitu Kecamatan Cimerak, Padaherang dan Pangandaran. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan maka disarankan untuk Disusun program pembangunan sektor pertanian di DOB Kabupaten Pangandaran secara menyeluruh sesuai potensi pertanian masing-masing kecamatan. Pengembangan pertanian di DOB Kabupaten Pangandaran tersebut perlu terintegrasi dalam suatu sistem agribisnis
sehingga
sektor
pertanian
dapat
terkoordinasi
dengan
baik
dan
pertumbuhannya lebih cepat; Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dengan mendorong dan menfasilitasi masyarakat untuk memperoleh pendidikan formal yang lebih tinggi ataupun melalui pendidikan nonformal (pelatihan) sehingga pengelolaan potensi pertanian di DOB Kabupaten Pangandaran lebih optimal dan pada akhirnya diharapkan daya saing sektor pertanian menjadi lebih kuat; serta perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam dengan menggunakan alat analisis yang lebih tajam mengenai potensi pertanian di DOB Kabupaten Pangandaran, sehingga diketahui komoditas pertanian unggulan dan strategi pengembangannya di setiap kecamatan yang masuk ke DOB Kabupaten Pangandaran. PUSTAKA Arief Daryanto dan Yundy Hafiz Rianda. 2010. Model-model Kuantitatif untuk Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah: Konsep dan Aplikasi. Bogor : IPB Press Asim Saputra. 2010. Tantangan Dan Prospek Pembentukan Kabupaten Pangandaran Dalam Perspektif Data Statistik. Ciamis: BPS Ciamis Badan Pudat Statistik (BPS). 2012. Kabupaten Ciamis dalam Angka 2012. Ciamis : BPS Ciamis.
Dimyati, 2007. Pembinaan Petani dan Kelembagaan Petani. Balitjeruk Online. Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika Tlekung-Batu. Jawa Timur Ernan Rustiadi. 2003. Pengembangan Wilayah Pesisir sebagai Kawasan Strategis Pembangunan Daerah. Bogor : IPB Ikhsan, M. dan Armand. 1993. Sektor Pertanian Pangan, Peternakan dan Perikanan Menuju Tahun 2000. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama Mestika Zed. 2008. Metode Penelitian Studi Kepustakaan. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia. Mohamad Nazir. 1988. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia Sjafrijal. 2008. Ekonomi regional teori dan aplikasi. Jakarta: Bandouse Media Sukino. 2013. Membangun Pertanian dengan Pemberdayaan Masyarakat Tani. Yogyakarta : Pustaka Baru Press. Tarigan Robinson, 2005. Ekonomi Regional (Teori dan Aplikasi). Jakarta: Bumi Aksara Wedy Nasrul. 2012. Pengembangan Kelembagaan Pertanian untuk Peningkatan Kapasitas Petani Terhadap Pembangunan Pertanian. [Jurnal Menara Ilmu Vol. III No. 29, Juni 2012]: LPPM UMSB.