Proceeding National Symposium on Thermofluids VIII 2016 Yogyakarta, 10 November 2016
Studi Pengaruh Tingkat Kerapatan Partikel Titanium Nano pada fluida berbahan dasar Termo XT-32 Terhadap Karakteristik Kalor Spesifik Fluida Nano (Study On The Effect of Titanium Particle Consentration In Nano-Fluid With Termo XT Based Fluid To specific heat characteristics of Nano-Fluid ) 1,3 Suhanan , Samsul Kamal1,3,Ardi Wiranata1,3, Muhammad Reza Pradecta1,3, Yosephus Ardean K P1,2,3, Budi Kristiawan4. 1
Departemen Teknik Mesin dan Industri, Universitas Gadjah Mada, Jl. Grafika No. 2 Yogyakarta 55281. 2 Departemen Teknik Mesin Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada, Jl. Yacaranda Sekip Unit IV, Bulaksumur, Yogyakarta 55281 3 Pusat Studi Energi Universitas Gadjah Mada Jalan Kesehatan Sekip Blok K1.A, Bulaksumur, Yogyakarta 55281 4 Jurusan Teknik Mesin Universitas Negeri Sebelas Maret, Jl. Ir. Sutami No.36 A Surakarta 57126.
Abstract Study on the effect of Titanium Particle density and molecular interaction in nano-fluid had been carried out. In this experiment the based fluid was Thermo XT 32 and the nano particle was TiO2. The concentration of the titanium particle were 0,1%; 0,3 % and 0,5 %. Uv-Vis was used to understand the stability of the Titanium particle in the Termo XT-32 Fluid. FTIR (Fourier Transform Infrared Spectroscopy) was used to observe the interaction of nano-fluid molecules. From the experimental using Uv-Vis and FTIR it can be concluded that concentration of titanium dioxide (TiO2) has a signicant effect in the specific heat characteristic of nano fluid. The Bigger concentration of the titanium dioxide was resulting on the bigger specific heat of nanofluid. From the experiment, it was also found that particle stability has a significant effect on the specific heat characteristic of nano-fluid. Keywords nanofluids, titanium dioxide, particle stability, particle density.
1.
Pendahuluan Usaha peningkatan transfer kalor telah lama dilakukan baik secara pasif maupun aktif. Teknik peningkatan transfer kalor secara pasif dilakukan tanpa menggunakan sumber energi eksternal sedangkan teknik aktif menggunakan sumber energi eksternal. Salah satu kelebihan teknik peningkatan transfer kalor secara pasif adalah tanpa menggunakan sumber energi eksternal sehingga dapat mereduksi biaya energi. Beberapa teknik peningkatan transfer kalor secara pasif antara lain: roughened dan finned surface [1] serta twisted tape insert atau helical coil insert [2]. Dewasa ini teknik peningkatan transfer kalor secara pasif dengan menggunakan insertion devices seperti twisted tape insert atau helical coil insert sebagai swirl flow generator yang diaplikasikan dalam sebuah heat exchanger telah menarik banyak peneliti untuk mengkaji baik secara numerik maupun eksperimen. Salah satu kelebihan teknik insertion ini adalah kemampuannya menghasilkan efek turbulensi pada daerah aliran laminar sehingga dapat dihasilkan laju transfer kalor yang optimal pada sebuah sistem termal. Teknik peningkatan transfer kalor pada heat exchanger secara pasif juga dapat dilakukan dengan melakukan modifikasi pada fluida kerja. Nano-fluid merupakan salah satu contoh fluida yang telah
dilakukan modifikasi untuk meningkatkan transfer kalor pada fluida. Pada beberapa kasus, ukuran partikel pada nanofluid yang masih terlalu besar dapat menyebabkan kerusakan pada pompa. Saat ini perkembangan nano teknologi moderen telah memberikan peluang baru untuk memproses dan memproduksi partikel padat kristalin berukuran hingga di bawah 100 nm yang disebut dengan partikel nano. Partikel nano dapat didispersikan di dalam fluida transfer kalor konvensional sebagai fluida dasar dan disebut dengan fluida nano (nanofluids) yang pertama kali diusulkan oleh[3]. Dispersi partikel nano dalam fluida dasar akan merubah sifat-sifat termofisik secara signifikan terutama sifat konduktivitas termalnya. Tujuan pengembangan fluida nano adalah tercapainya sifat-sifat termal tertinggi pada fraksi volume paling kecil dengan dispersi yang homogen dan suspensi partikel nano yang stabil dalam fluida dasar. Salah satu kelebihan fluida nano adalah meningkatkan efisiensi termal dan mereduksi ukuran alat penukar kalor. Namun demikian, fluida nano dapat meningkatkan tegangan geser pada solid interfaces sehingga akan mengakibatkan peningkatan viskositas. Tegangan geser yang tinggi juga akan meningkatkan drag fluida. Kondisi demikian mengakibatkan fluida nano lebih sulit mengalir melalui sistem fluidik
Departemen Teknik Mesin dan Industri FT UGM
ISBN : 978-602-73461-4-7
21
Proceeding National Symposium on Thermofluids VIII 2016 Yogyakarta, 10 November 2016
dibandingkan fluida dasarnya [4]. Oleh karena itu, perbedaan tekanan yang lebih besar dibutuhkan untuk mengalirkan fluida nano dalam sebuah sistem fluidik. Hal ini akan menyebabkan konsumsi daya pemompaan (pumping power) yang dibutuhkan meningkat. Perbandingan peningkatan konsumsi dan pemompaan dan peningkatan transfer kalor fluida nano perlu dianalisis cost-effectiveness-nya sebelum digunakan sebagai fluida transfer kalor. Kombinasi upaya peningkatan transfer kalor dengan memodifikasi sifatsifat termofisik melalui dispersi partikel nano dan modifikasi geometri saluran melalui insertion devices sangat menarik untuk diobservasi lebih mendalam dalam sebuah heat exchanger tube inserts. Pada penelitian ini fluida nano dengan Thermo XT-32 sebagai fluida dasar dan Titanium dioksida sebagai partikel campuran akan diuji kestabilannya dengan menggunakan Uv-Vis. Kemudian interaksi antar molekul akan dilakukan pengujian menggunakan FTIR (Fourier Tansform Infrared Spectroscopy). Dengan menggunakan metode pengujian ini, maka pengaruh dari kestabilan partikel dan interaksi antar molekul telah dipelajari hubungannya terhadap sifat – sifat termodinamika. Pada penelitian ini, pengamatan lebih mendalam pada sifat kalor spesifik dari nanofluida telah dilakukan. Pengujian dilakukan dengan melakukan variasi temperatur, sehingga dapat diketahui karakteristik dari kalor spesifik baik terhadap densitas partikel maupun terhadap perubahan temperatur dari fluida nano. 2. Studi Literatur 2.1. Fluida nano Fluida nano merupakan campuran dua fase yang terdiri dari fluida dasar sebagai medium pendispersi dan partikel nano sebagai medium terdispersi. Konsep fluida nano didefinisikan sebagai dispersi partikel nano yang berukuran dibawah 100 nm di dalam fluida dasar konvensional seperti air, oli dan etilen glikol [5]. Fluida nano dapat dikategorikan sebagai koloid terdispersi (dispersed colloidal). Sistem koloidal adalah sistem dispersi dimana satu fasa mempunyai satu dimensi dalam orde 1 nanometer sampai 1 mikron seperti ditunjukkan dalam Gambar 1. Penelitian yang dilakukan oleh Timofeeva mengusulkan pendekatan sistem tiga-fase pada fluida nano untuk menjawab multikompleks fluida nano [7]. Selain fase partikel padat dan fase cairan, terdapat satu fase lagi yaitu fase lapis batas padat/cairan antara partikel nano dan cairan dimana kontak langsung antara permukaan partikel nano dan cairan terjadi pada fase ini. Luas permukaan kontak partikel nano yang sangat besar diyakini memberikan kontribusi yang signifikan terhadap sifat-sifat fluida nano. Pendekatan fluida nano sebagai sistem tiga-fase memungkinkan untuk memahami lebih mendalam korelasi antara parameter teknis, sifat-sifat fluida nano dan kinerja transfer kalor. Skema multivariabel yang terdapat pada fluida nano ditunjukkan pada Gambar 2.
Gambar 1. Sekema dispersi [6]
Gambar 2.Skema multivariable fluida nano [7] 2.2. Fraksi volume. Fraksi volume (vol.%) adalah perbandingan konsentrasi volume partikel tiap 100 mL volume suspensi yang dinyatakan sebagai berikut:
Vnp Vbf Vnp
mnp np 100 mL suspensi
100
(1)
2.3. Densitas Densitas didefinisikan sebagai perbandingan massa terhadap volume. Densitas efektif fluida nano (nf) dapat diestimasikan berdasarkan prinsip mixture rule, yaitu sebagai berikut:
nf 1 bf np
(2)
2.4. Kalor Spesifik Kapasitas kalor spesifik atau sering disebut dengan kalor spesifik didefinisikan sebagai jumlah kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu sebesar satu derajad temperatur absolut untuk satu satuan massa suatu substansi pada tekanan konstan. Untuk fluida nano dimana terdapat fraksi volume, kalor
Departemen Teknik Mesin dan Industri FT UGM
ISBN : 978-602-73461-4-7
22
Proceeding National Symposium on Thermofluids VIII 2016 Yogyakarta, 10 November 2016
spesifik efektif fluida nano pada tekanan konstan (cp,nf) dapat diestimasikan berdasarkan mixture rule.
c p ,nf 3.
1 c p bf c p np 1 bf np
Lubricants, heat transfer oil Termo XT 32 memiliki sifat-sifat termofisik seperti terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Sifat-sifat termofisik Termo XT 32
(3)
TYPICAL CHARACTERISTICS Characteristics Test Method TERMO XT 32 ISO Viscosity 32 Grade Density at 15 ASTM D 4052 0,8360 C, kg/l Kinematic 34,20 ASTM D 445 viscosity at 40 C, cSt 6,42 ASTM D 445 At 100 C, cSt Viscosity ASTM D 2270 143 index ASTM colour ASTM D 1500 1.0.5 244 Flash point, C ASTM D 92 Pour point, C ASTM D 5950 -18
Metode Penelitian
3.1. Partikel Nano Pada penelitian ini partikel nano logam oksida yang digunakan adalah titanium dioksida (TiO2) atau Titania. Partikel nano ini diproduksi oleh Sigma-Aldrich dengan spesifikasi seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Sifat – sifat termofilik TiO2 Nomor Produk
Keterangan
718467
Titanium (IV) dioxide nanopowder, ≥99.5% trace metals basis
Identitas Rumus Senyawa
TiO2
CAS number
3463-67-7
Purity
99,5%
Berat Molekul
79,87
Gr mol-1
Diameter
~21
Hm
Bentuk solid
solid
Massa jenis Konduktivitas termal
4250
Kg m-3
8,9
W m-1K-1
Kalor spesifik
686,2
J kg-1 K-1
3.3. Peralatan Sintesis Fluida Nano Sintesis fluida nano dilakukan dengan metode dispersi (two-step method). Metode ini digunakan untuk membuat fluida nano karena memikiki beberapa kelebihan antara lain lebih fleksibel dan dapat digunakan untuk menghasilkan fluida nano dari bahan dasar tertentu dan dapat mendispersikan partikel nano berbasis metalik oksida sebagai contoh Al2O3, TiO2, CuO dan lain lain [5]. Pada penelitian ini surfaktan atau dispersant tidak ditambahkan untuk menghindari komplikasi interpretasi hasil eksperimen [8]. Penambahan surfaktan dapat mempengaruhi kualitas heat transfer pada fluida nano [9]. Metode dispersi tersebut dapat menggunakan beberapa alat sebagai berikut:
3.2. Fluida dasar Fluida dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah heat transfer oil Termo XT 32 produksi PT. Pertamina Lubricants. Heat Transfer Oil Termo XT 32 merupakan pelumas pemindah kalor kualitas premium yang diformulasikan dari base oil dan aditif kualitas tinggi. Fluida transfer kalor ini memiliki kekentalan yang relatif rendah untuk menjamin transfer kalor yang baik dan kemudahan dalam sirkulasi saat start up. Termo XT 32 dapat digunakan sebagai fluida transfer kalor pada alat penukar kalor terbuka dan tertutup dengan temperatur masing-masing hingga mencapai 180 dan 320 C. Beberapa keunggulan Termo XT 32 adalah stabilitas oksidasi dan termal yang sangat baik, perlindungan terhadap korosi, deposit dan sludge untuk menghasilkan kinerja sistem termal yang optimal, memiliki kemampuan menghantar kalor yang baik dan memiliki tekanan uap yang rendah. Berdasarkan data spesifikasi dari PT. Pertamina
Departemen Teknik Mesin dan Industri FT UGM
a. Magnetic stirrer Penggunaan magnetis stirrer adalah untuk mengaduk partikel nano di dalam fluida dasar agar partikel nano tercampur secara merata di dalam fluida dasar. (pengadukan dilakukan selama kurang lebih 1 jam) [10] b. Ultrasonik Bath Proses ultrasonikasi menggunakan Bransonic Ultrasonic Cleaner (Branson 3210, USA) dengan daya output 120 watts dan frekuensi 47 kHz. Proses sonikasi bertujuan untuk mereduksi aglomerasi partikel nano dengan menggunakan frekuensi tinggi selama 3 jam [10]. Frekuensi tinggi ini bertujuan agar partikel nano dapat terdispersi dengan baik di dalam fluida dasar. c.
Uv-visible spectrophotometer
ISBN : 978-602-73461-4-7
23
Proceeding National Symposium on Thermofluids VIII 2016 Yogyakarta, 10 November 2016
UV-visible spectrophotometer (UV-160 PC Shimadzu) digunakan sebagai alat untuk melakukan karakterisasi stabilitas fluida nano. Spektrofotometer ini digunakan untuk mengukur absorptansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu pada suatu obyek kaca (kuvet) yang di dalamnya terdapat sampel dispersi koloid. Nilai absorptansi dari cahaya yang dilewatkan akan sebanding dengan konsentrasi larutan di dalam kuvet [10].
Analisis UV-visible spectrophotometer merupakan pendekatan yang sesuai untuk mengkarakterisasi stabilitas fluida nano secara kualitatif. Indeks rasio absorptansi cahaya dapat dihitung dengan hukum Beer Lambert.
d.
Persamaan diatas menunjukkan fixed molar optical path dan absorptansi. Dimana A merupakan absorben (serapan), merupakan koefisien ekstensif molar (M1 cm-1), b panjang atau ketebalan dari bahan atau medium dari bahan yang dilintasi oleh cahaya (cm) dan C merupakan konsentrasi (M), I adalah intensitas berkas cahaya keluar dari medium dan Ii merupakan intensitas berkas cahaya yang masuk ke medium. Absorptansi adalah relatif terhadap persentase massa nanopartikel dalam suspensi. Hubungan antara absorptansi dan panjang gelombang pada UV-visible spectrophotometer disajikan pada Gambar. 3 untuk variasi konsentrasi fluida nano. Spektrum UV-vis pada struktur anatase partikel titania tidak memiliki sifat khusus (featureless) dengan penurunan cahaya monotonik dan peningkatan panjang gelombang kecuali 320 nm. Pita absorptansi yang kuat (strong absorption band) ditunjukkan pada panjang gelombang tersebut sebagai fungsi dari konsentrasi partikel. Absorptansi fluida nano meningkat dari 0.1 ke 0.5 vol.%. Peningkatan jumlah partikel yang didispersikan dalam fluida dasar akan meningkatkan absorptansi. Nilai-nilai absorptansi meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi partikel pada panjang gelombang () puncak yang sama. Hal ini mengindikasikan bahwa dispersi partikel nano dalam fluida dasar menunjukkan sifat yang stabil. Pada Gambar. 3 tersebut terlihat bahwa nilai absorptansi dari panjang gelombang () puncak pada 418 nm dan tidak mengalami perubahan yang signifikan sehingga fluida nano dapat dianggap stabil. Hubungan linear yang ditunjukkan antara nilai absorptansi dan konsentrasi partikel nano titania memenuhi hukum Beer Lambert. Hal ini mengindikasikan bahwa partikel nano anatase titania terdispersi dengan baik di dalam semua fluida dasar.
FTIR Pengujian FTIR merupakan suatu analisa kualitatif senyawa fluida dasar yakni oli termo XT dan fluida nano (fluida dasar dengan partikel nano) untuk mengidentifikasi gugus fungsional senyawa tersebut. Pengujian FTIR menggunakan Shimadzu IR Prestige 21 yang mana hasil analisa hanya dapat digunakan untuk mengetahui ikatan yang terdapat dalam suatu senyawa. Pada prinsipnya spektrum inframerah digunakan untuk mengetahui jenis gugus fungsi pada suatu senyawa. Sampel berbentuk cairan ditempatkan pada sel sebagai film yang tipis di antara dua lapis NaCl yang transparan terhadap inframerah. Karena digunakan NaCl maka setelah selesai harus segera dibersihkan dengan mencuci menggunakan pelarut-pelarut seperti toluene, kloroform, dan sebagainya. NaCl harus dijaga tetap kering dan selalu dipegang pada ujungujungnya. Spektrum ini dihasilkan melalui pelewatan sinar inframerah pada sampel uji yang kemudian dilanjutkan dengan penentuan fraksi apa dalam molekul yang menyerap sinar tersebut pada tingkatan energi tertentu. Energi pada tiap puncak dalam spektrum absorbsi yang muncul berhubungan dengan frekuensi vibrasi dari bagian senyawa dari sampel tersebut. Menurut[11], penggunaan spektrum inframerah untuk penentuan struktur senyawa organik biasanya antara 650-4.000 cm-1. e.
Thermal analysis Instrumen Pengukuran kalor spesifik campuran pada fluida nano Termo XT-32-TiO2 dilakukan dengan thermal analysis instrumental (DSC-60 Diferential Scanning Calorimeter). Pengukuran ini bertujuan untuk memahami karakteristik kalor spesifik pada fluida nano apabila ditambahkan partikel nano pada jumlah tertentu pada fluida dasar. Hasil dari penelitian tersebut akan dijelaskan pada subbab hasil dan pembahasan.
4.
Hasil dan Pembahasan
4.1. Pengujian UV-vis Spectrophometer
I A log bc Ii
(4)
4.1. Pengujian FTIR Berdasarkan hasil eksperimen, data spektrum yang diperoleh kedua sampel baik fluida dasar maupun fluida nano memiliki spektrum serapan yang identik. Hal ini dibuktikan dengan spektrum yang berada pada rentang serapan 2500-3000 cm-1, 1200-1500 cm-1 dan 750 (Gambar 4 dan 5) yang merupakan ciri dari rantai ikatan hidro karbon dan polimer sesuai dengan data
Departemen Teknik Mesin dan Industri FT UGM
ISBN : 978-602-73461-4-7
24
Proceeding National Symposium on Thermofluids VIII 2016 Yogyakarta, 10 November 2016
pengujian FTIR yang telah dilakukan. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa partikel nano yang terdispersi dalam fluida dasar tidak mempengaruhi ikatan gugus fungsi dan tidak membentuk senyawa lain. Tabel 3 menunjukkan tidak adanya senyawa baru yang terbentuk akibat ditambahkan partikel nano ke dalam fluida dasar.
suhu 76,36 ᴼC kalor spesifik turun dan menunjukkan angka 2299,43 J/kgᴼC. Apabila dibandingkan dengan based fluida yaitu thermo XT 32 pada suhu 76,82 ᴼC yang memiliki kalor spesifik 2487,26 J/kg ᴼC, maka fluida nano yang memiliki fraksi volume paling mendekati kalor spesifik based fluid adalah fluida nano dengan fraksi volume sebesar 0,3 %. Hal ini menunjukkan bahwa pada penambahan partikel titanium dengan jumlah tertentu dapat menurunkan kalor spesifik dari fluida nano itu sendiri. Turunnya kalor spesifik dari fluida nano ini akan mempercepat transfer kalor baik dari medium panas ke fluida dan dari fluida ke medium lingkungan.
Gambar 3. Karakterisasi Uji UV-vis pada Fluida Nano
Gambar 5. Spektrum Inframerah Sampel Baseoil (Termo-XT32)
Gambar 4. Spektrum Inframerah Sampel Nanofluid 0,3% 4.2. Pengujian Kalor Spesifik Fluida Nano Pengujian hubungan antara kerapatan partikel terhadap karakteristik kalor spesifik dari fluida nano telah dilakukan dengan menggunakan diferensial scanning kalorimeter. Pengaruh temperatur dan fraksi volume partikel Britania terhadap karakteristik kalor spesifik fluida nano ditunjukkan pada Gambar 6. Fluida nano yang dilakukan pengujian, memiliki fraksi volume 0,1%, 0,3% dan 0,5%. Rentang temperatur pengujian berkisar antara 25,45 ᴼC sampai 252 ᴼC. Dari hasil pengujian tersebut, terlihat bahwa ketika fraksi volume fluida nano bertambah hingga 0,5 % maka kalor spesifik dari fluida nano tersebut turun. Sebagai contoh pada temperatur 76,84 ᴼC, kalor spesifik fluida nano sebesar 2176,88 J/kgᴼC, sedangkan pada penambahan 0,3% pada suhu 76,8 ᴼC adalah sebesar 2491,3 J/kg ᴼC. Namun apabila kita melihat pada fraksi volume 0,1% terlihat bahwa pada
Departemen Teknik Mesin dan Industri FT UGM
Gambar 6. Pengaruh Temperatur dan Fraksi Volume Titanium Dioksida terhadap Kalor Spesifik Fluida Nano
ISBN : 978-602-73461-4-7
25
Proceeding National Symposium on Thermofluids VIII 2016 Yogyakarta, 10 November 2016
Tabel 3. Hasil Uji FTIR (Fourier Tansform Infrared Spectroscopy) pada Fluida Nano dan Fluida dasar [3] Match (%) Oilbase Nanofluid 96.99 96.55
95.77
95.27
95.58
94.80
94.76
94.62
94.81
94.53
93.31
93.24
93.35
92.95
93.11
92.58
93.13
92.37
93.24
92.36
5.
Compound Name Poly(ethylen e:propylene: ethylideneno rbornene) Poly(ethylen e:propylene: ethylideneno rbornene) Poly(ethylen e:propylene: diene) Poly(ethylen e:propylene: diene) Ethylene/pro pylene/diene terpolymer APIEZON N AMOJELL, SNOWWHITE 1IODOHEX ADECANE 1IODOOCT ADECANE HEXADEC ANE
Type of Compound Polymer
[4]
Polymer [5] Polymer [6] Polymer [7] Polymer
Hydrocarb ons Hydrocarb ons
[8]
Hydrocarb ons
[9]
Hydrocarb ons
[10]
Hydrocarb ons
[11]
2011, Principles of Heat Transfer, Cengage Learning. Stamford, USA. D. A. S. and H. P. W. Choi, S.U.S. (Editor), 1995, “Enhancing thermal conductivity of fluids with nanoparticles,” Am. Soc. Mech. Eng., vol. FED–231/MD. G. Maïga, S.E.B., Nguyen, C.T., Galanis, N., dan Roy, 2005, “Heat transfer behaviours of nanofluids in a uniformly heated tube, Superlattices and Microstructures,” vol. 35, pp. 543–557. T. Das, S.K., Choi, S.U.S., Yu, W., dan Pradeep, 2008, Nanofluids Science and Technology, 1st ed. United States of America.: John Wiley & Sons, Inc. M. Butt, H.J., dan Kappl, Surface and Interfacial Forces, 1st ed. Federal Republic of Germany: WILEY-VCH Verlag GmbH & Co. KgaA. J. L. Timofeeva, E.V., Yu, W., France, D.M., Singh, D., dan Routbort, 2011, “Nanofluids for heat transfer: an engineering approach,” Nanoscale Res. Lett., vol. 6(182), pp. 1–7. Y. Wen, D., dan Ding, “Experimental investigation into convective heat transfer of nanofluids at the entrance region under laminar flow conditions,” Int. J. Heat Mass Transf., vol. 47, pp. 5181–5188. A. S. Wang, X.Q., dan Mujumdar, 2007, “Heat transfer characteristics of nanofluids: a review,” Int. J. Therm. Sci., vol. 46, pp. 1–19. B. Kristiawan, 2015, “Karakterisasi Reologi Dan Transfer Kalor Konveksi Fluida Nano Berbasis Anatase Titanium ( Iv ) Dioxide,” Gadjah Mada. Sudjadi, 1983, Penentuan Struktur Senyawa Organik. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Kesimpulan
Studi Pengaruh Tingkat Kerapatan Partikel Titanium pada Nanofluida berbahan dasar Termo XT 32 Terhadap Karakteristik Kalor Spesifik pada Nano Fluida telah dilakukan. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa: 1. Penambahan partikel titania dengan jumlah tertentu dapat menurunkan kalor spesifik dari fluida nano. 2. Penambahan partikel nano TiO2 tidak membentuk senyawa baru di dalam fluida dasar. 3. Nilai absorptansi sinar UV meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi partikel nano pada panjang gelombang () puncak yang sama. Daftar Pustaka: [1] Y. A. Çengel, 2003, Heat Transfer: A Practical Approach. New York.: McGrawHill. [2] M. S. Kreith, F., Manglik, R.M., dan Bohn,
Departemen Teknik Mesin dan Industri FT UGM
ISBN : 978-602-73461-4-7
26