Jepret
Edisi II/JUNI/2011
foto : Rangga Yudhistira
Telaga Ngipik Mahavihara Prasasti Oase di Tengah Pembelahan Majapahit Kaki Industri Kahuripan
Telaga Ngipik
Oase di Tengah Kaki Industri
S
uasana alam yang hijau dari pantulan dedaunan bukit Giri, menghapus stereotip masyarakat akan kota Gresik sebagai area panas dan berpolutan.
Suasana sejuk, tenang, nyaman langsung terasa begitu sampai di tempat wisata Giri Wana Tirta. Dekat dari jalan raya memasuki desa Ngipik melewati ruas jalan menurun menuju ke danau, kita bisa memandang hamparan air hijau membiru yang luas. Kepenatan perjalanan darat lebih dari satu jam dari Kota Surabaya pun langsung sirna. Giri wana Tirta yang lebih popular dengan nama Telaga Ngipik merupakan salah satu tempat wisata yang dikelola apik oleh PT Swabina Gatra, salah satu Grup dari PT Petrokimia Gresik sejak tahun 2002 silam. Nama giri wana Tirta diadopsi dari karakteristik lokasi telaga Ngipik. Diantaranya Giri berarti Kebesaaran dari Sunan Giri yang makamnya bertempat di kota Gresik. Wana berarti hutan dan pepohonan yang mengelilingi tempat wisata ini, dan Tirta yang berarti air, sengaja dipakai karena menyuguhkan telaga Ngipik yang mempunyai unsur air. Swijiharyoyok (35) Kepala pengelolah Giri wana Tirta, menjelaskan tempat wisata ini tercipta karena berawal dari asal mula lahirnya telaga Ngipik. Telaga Ngipik sendiri ini terbentuk dari penambangan tanah lapang oleh PT Petrokimia Gresik, untuk digali dan diambil sebagian tanahnya, dijadikan bahan baku Semen. Karena seringnya dilakukan eksploitasi tanah, terbentuklah lubang seluas 20 hektar dalam waktu singkat.
foto - Farid Rusly foto - Farid Rusly
foto - Budi Irawan foto - Budi Irawan
“Bekas galian tambang ini, kini telah berubah menjadi oase warga kota”
Demi menghindari kerugian pada alam, PT Petrokimia Semen Gresik sengaja bekerja sama dengan organisasi Bina Lingkungan. Dalam kegiatannya, perusahaan penghasil Semen itu, berinisiatif membuat lingkungan di sekitar pabriknya agar terhindar dari polusi akibat limbah industri. Lalu difungsikanlah lahan berlubang itu menjadi telaga Ngipik. Karena tempatnya masih berada dalam wilayah desa Ngipik, sehingga masyarakat pun menyebutnya telaga Ngipik, Gresik. Seiring bergulirnya waktu, PT Swabina Gatra, pabrik penghasil minuman gelas merk Swa itu mendapatkan mandat dari PT Petrokimia Semen Gresik untuk mengelolah Telaga Ngipik agar dijadikan tempat wisata wilayah Jawa Timur. Mendapat dukungan dari Pemda, PT Swabina Gatra sengaja mengelolah tanah dan pepohonan yang mengitari telaga Ngipik untuk dijadikan taman dan tempat bermain bagi masyarakat umum. Pemerintah Kabupaten Gresik pun menjadikan Wisata Telaga Ngipik maupun Giri Wana Tirta sebagai sumber pemasukan daerah sector pariwisata. Namun, seiring berjalannya waktu, tempat wisata yang berada di tengah-tengah kawasan industri PT petrokimia Gresik tersebut, terabaikan pengelolaannya.
foto - Farid Rusly
Lensa wisata
Naskah : Frannoto Foto : Budi Irawan Farid Rusly
SeindahTeratai
Mahakarya anak bangsa menyita ruang imaji tak terbatas. Membangun pemahaman akan sebuah keindahan. Sepasang mata manusia seakan enggan mengalihkan pandang. Merekam, bergaya dan membawa cerita di kemudian hari
Patung Budha Tidur Mahavihara Majapahit Oleh Irfan Maulana
S
uasana tenang nan ramah menyapa ketika memasuki area Mahavihara Majapahit, seiring dengan suara lonceng yang berasal dari vihara. Pun, canda tawa sepasang muda-mudi menambah keceriaan, ketika cahaya diujung senja membalut Patung Budha Tidur yang tergolek megah di pelataran Vihara. Sepasang mata seakan enggan berpaling, melihat megahnya Patung Budha Tidur berwarna kuning keemasan yang beralaskan bunga teratai berbentuk persegi panjang. Kolam yang mengelilingi bangunan pun dinginkan suasana sore itu. Di balik keindahan dan kemegahannya tertanam filosofi yang menjadi dasar berdirinya patung terbesar ketiga asia itu. Kepala biksu mahavihara majapahit, Bante Vijjawanda menuturkan kemegahan patung itu didirikan atas kecintaan yang besar terhadap budha, dan keindahanya seperti bunga teratai yang tumbuh luruh di permukaan air. Dalam kepercayaan tertentu, bunga teratai mengandung makna filosofis yang mendalam. Bunga tersebut juga sudah lama dikenal sebagai simbol kesucian. Dimanapun dia tumbuh, di kolam istana atau pedesaan memancarkan keindahan yang sama. Bersih, indah dan terlihat mencolok di dalam lingkungan kotor sekalipun, seolah memberi perlambang bahwa orang tak perlu larut dalam kekotoran lingkungannya atau menjadi kotor dalam lingkungan yang kurang mendukung. Selain itu bunga tersebut memiliki sejarah tersendiri bagi pemeluk ajaran budha. Vijjawanda menjelaskan tentang sebuah kejadian ajaib saat Sidharta Gautama baru dilahirkan. Seakan menyambut kelahiran sang Budha, bunga teratai itu tumbuh di bawah kakinya, saat beliau hendak melangkahkan kaki. Patung budha tidur dibangun seperti bunga teratai yang tumbuh merekah di pelataran. Kehadirannya menebarkan wangi dan keindahan di dalam lingkungan yang bersih maupun kotor.
Patung Budha Tidur (Mahavihara Majapahit) Berdiri : 1985 Pendiri : Yayasan Lumbini, mendatangkan ahli pemahat patung kota Solo Letak : Dsn. Kedung Wulan, Ds. Bejijong, Kec. Trowulan, Kab. Mojokerto Ukuran : panjang 22 m, lebar 6 m dan tinggi 4,5 m Prestasi : tercatat di MURI (Museum Rekor Indonesia) pada desember 2001 Sebagai Patung Budha Tidur Terbesar Ketiga Asia setelah Nepal dan Thailand
Features
L
alu lintas sedikit padat, hangatnya matahari sudah menyentuh kulit, sekitar pukul 06.30 WIB, macetnya jalan Porong seperti biasa menawarkan debu-debu, merupakan awal perjalanan yang tidak mudah menuju Candi Belahan. Proses pencarian candi berlangsung cukup lama, dalam perjalanan kami sempat terhenti, di depan RM Ikan Bakar Putri Sunda kami menunggu kedatangan dua teman yang salah mendapat informasi. Setelah lama menunggu, pencarian lokasi dilanjutkan. Menemukan petunjuk adanya candi tak lantas membuat kami menemukan tempat tersebut. Tersesat berkali-kali, menemukan jalan menuju hutan, bertanya kepada penduduk setempat dengan bahasa Jawa Malangan yang sulit di-
Jepret News
Jalan Berliku Menuju Candi Belahan
Edisi 2/JUNI/2011
mengerti, melewati jalan yang rusak dan berdebu, banyak truk-truk pengangkut pasir, dan pabrik. Dengan suguhan sawah yang terbentang luas kami terus mengikuti jalan tersebut. Merasa tersesat lagi, kami bertanya kepada seorang yang sedang duduk di sebuah gazebo terbuat dari bambu, salah seorang dari bapak tersebut menunjuk arah berbalik. “Ternyata salah arah lagi. Belok kanan tadi,” kata Irfan Maulana koordinator acara hunting. Gunung-gunung tersebut merupakan gunung yang di keruk untuk di ambil pasirnya. Beberapa menit setelah itu, pemandangan khas pegunungan dapat kami nikmati saat melintasi jalan tersebut. Meskipun kami berada di lereng gunung, hawa yang kami rasakan bukan dingin nan sejuk khas pegunungan, tetapi hawa panas bercampur dengan angin sepoi-sepoi. Pukul 09.45 WIBB, di tengah-tengah perjalanan, kami menemukan papan di sebalah kiri jalan yang bertuliskan CANDI BELAHAN (Sumber Tetek). Kami semua sempat terkejut dan meragukan dengan tempat yang kami temukan. Karena candi yang kami lihat tidak begitu luas dan bentuk yang unik. Seperti perjalanan yang sedikit tidak terbayarkan, kami langsung kedalam area candi menikmati dinginnya sumber mata air yang keluar dari tetek Dewi Sri. Kurang puas suguhan dari Candi Belahan, beberapa orang dari kami pergi berjalan-jalan melihat rumah penduduk yang konon katanya seperti rumah-rumah suku Tengger. Hingga pukul 16.00 WIB, puas bermain air, hunting foto, menanyakan sejarah berdirinya candi serta kerajaan yang dikisahkan dalam bentuk candi, kami berpamitan pulang kepada penjaga candi tersebut. Matahari terbenam yang terlihat berwarna jingga kemerahan pun melepas kami. naskah: Nur Rachmaningtyas foto : Dokumen Himmarfi
Galeri
Prasasti Terbelahnya Kahuripan
Lensa fish eye atau Converter fish eye
Candi Belahan Kab Pasuruan
T
ersirat pada kitab Negarakertagama dan serat calon arang, pada abad ke -11 Masehi terjadi gejolak di kerajaan Kahuripan yang pada waktu itu dipimpin oleh Prabu Airlangga. Kerajaan Kahuripan terbelah menjadi dua, yaitu Kadiri dan Jenggala. Kala itu pewaris tahta yang bernama Sanggramawijaya Dewi Sri Sang Tunggadewi tidak mau mewarisi tahta sang raja, sang putri lebih Permaisuri memilih menjadi pertapa. Sedangkan kedua putranya, Samarawi- Resa Anida jaya dan Mapanji Garasakan berebut tahta kerajaan, akhirnya sang raja membelah kerajaan tersebut. Bagian barat bernama Kadiri yang memusatkan pemerintahannya di Daha, diserahkan kepada Sri Samarawijaya, sedangkan bagian timur bernama Jenggala yang memusatkan pemerintahannya di Kahuripan, diserahkan kepada Mapanji Garasakan. Maka dibangunkan Candi Belahan (Sumber Tetek) sebagai prasasti dibelahnya Kahuripan. Candi Belahan terletak di Dusun Belahan Jowo, Desa Wonosunyo, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan. Candi seluas 80x60 meter tersebut terdiri dari arca Raja Wisnu Airlangga yang sedang menunggang garuda yang letaknya berada diantara kedua istrinya, yakni Dewi Sri dan Dewi Laksmi. Cagar BUdaya ini patut kita jaga bersama, agar anak cucu di masa mendatang dapat melihat, mengingat dan menjaga peninggalan leluhur yang telah membangun budaya sebelum bangsa ini lahir. naskah : Dwi Ananda .A
Setimba air Candi Belahan - Rangga Y
Sumber Tetek Antonius Subandrio Aliran Sejarah Farid Rusly
B
agi kebanyakan orang beranggapan bahwa fotografi itu adalah hobi yang mahal. Fotografi tak selalu mahal! banyak orang yang punya hobi fotografi mengeluh soal peralatan, diantaranya kamera, lensa maupun lighting. Tapi hal tersebut bisa dipatahkan, karena fotografi adalah karya seni, yang di lihat adalah segi kreativitas dan hasil yang membuat orang berdecak kagum, maka dari alat yang seadanya tersebut harus bisa di manfaatkan sebaik mungkin. Kali ini Jepret Himmarfi memberikan sebuah tips n trik untuk membuat konverter fish eye, agar fotografer mendapatkan hasil yang tak kalah jauh dari lensa fish eye. Sebelum memulainya, berikut beberapa penjelasan tentang lensa fish eye dan konverter fish eye. Lensa Fish Eye lensa fisheye adalah sebuah lensa wide angle yang mengambil dalam sebuah gambar, sangat luas hemispherical. Awalnya dikembangkan untuk digunakan Dalam meteorologi untuk mempelajari pembentukan awan murah yang disebut “Seluruh langit-lensa”, lensa fisheye menjadi populer dalam fotografi Umum, karena hasilnya yang unik, dan terdistorsi. Konverter Fish Eye Konverter merupakan tambahan pada mulut lensa utama yang terpasang pada kamera. beberapa konverter dan juga filter lensa punya banyak macam. Nah, salah satu yang akan dibahas adalah konverter fish eye. Berikut penjelasan tips membuat konverter fish eye sendiri. 1. Lem (lem yang kuat, dianjurkan bisa buat besi / kaca nempel) 2. Lensa Minus Spherical, ini sebenarnya lensa kacamata minus biasa, tapi dalam bentuk utuh atau belum dipotong, jadi bentuknya masih lingkaran, lensa tersebut bisa didapat dari toko - toko optik, dengan harga terjangkau tentunya. Untuk anjuran, gunakan lensa -9.00 dioptri. (bisa juga dengan ukuran dioptri lain, tapi disarankan yang ukurannya diatas -5.00 dioptri agar distorsinya terlihat) 3. Step Up Ring. gunakan step up ring yang ukurannya sesuai mulut lensa yang akan dipakai atau sesuaikan dengan ukuran lensa spherical yang sudah dibeli. Step up ring bisa dibeli di toko kamera, atau bisa searching di internet, harganya juga terjangkau. 4. Cara memasangnya hanya ditempel saja kaca lensa ke step up ringnya menggunakan lem Dengan permukaan cembung berada di sisi luar. Setelah proses pembuatan konverter selesai, tinggal pasang di lensa yang sudah diukur dan disesuaikan diameternya, Seperti memasang filter biasa. Untuk lebih baiknya, pada tepian kaca lensa ditutup dengan selotip gelap atau membuat sebuah hood sendiri, hal tersebut untuk mengurangi efek pembiasan karena ada cahaya masuk dari tepi lensa. Terakhir, tinggal bedakan saja hasilnya dengan hasil jepretan lensa fish eye, sekedar catatan, untuk hasil jepretan konverter biasanya bervignette atau gelap di bilah tiap sisi foto. So, silahkan mencoba dan tetap kreatif, salam Jepret !
Beberapa pekan yang lalu, e-magz Jepret edisi pertama diluncurkan dengan sukses. Komentar dan kritikan pedas terlahir pada edisi tersebut. Dan juga tak sedikit yang merespon positif hadirnya majalah ini dalam dunia fotografi. Pastinya berbagai tanggapan itu menjadi tonggak semangat kami untuk menerbitkan edisi kedua ini. Bermacam ide tertuang dalam ruang redaksi. Pro dan kontra argumen yang terlontar menjadi kewajaran dalam menentukan rubrik-rubrik yang akan disuguhkan. Dan suatu kekurangan pada setiap rubrik merupakan media pembelajaran bagi kami. Sajian informasi yang inovatif, kreatif dan komunikatif adalah komitmen kami. Maka, sangatlah perlu komentar dan kritik dari para pembaca untuk menghadirkan isi yang lebih menarik pada setiap edisinya. Di sisi lain kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu secara bentuk maupun psikis. Semoga majalah ini bermanfaat dan inspiratif. Saran Kritik dapat dikirim ke
[email protected]
Redaksi Jepret Pemimpin Umum : Kukuh Rangga Y. Pimpinan Redaksi : Farid Rusly Editor Naskah : Irfan M Editor Foto : Budi Irawan Lay out : Frannoto Redaksi Pelaksana : Anggota Himmarfi Kunjungi situs :
http://himmarfi.com
Pojok Fotografi
Sumber : Wikipedia dan matakucing.blogspot.com Dengan konverter Dengan fish eye lensa fish eye
Salam Redaksi
Bersih Diri Hendriansyah
himmarfi
Jepret
Edisi II/JUNI/2011
Himmarfi - Himpunan Mahasiswa Penggemar Fotografi Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Massa Almamater Wartawan Surabaya
Sekretariat : Jalan Nginden Intan Timur 18 Surabaya, Jawa Timur Phone
: 031 - 60680127 / 0857 32 000 249