Jalan Emas Transformasi Humas ASEAN Prita Kemal Gani, MBA., MCIPR., APR, Ketua Umum PERHUMAS, Founder LSPR Pendiri & Direktur Utama The London School of Public Relations Jakarta Pelaksanaan ASEAN Economic Community (AEC) atau Komunitas Ekonomi ASEAN 2015 sudah di depan mata. Pasar yang gaungnya terdengar kencang dalam beberapa tahun terakhir itu, menjadikan pelaku bisnis berpikir dan bekerja ekstra keras guna menghadapinya, sehingga tidak tergerus persaingan. Menatap AEC di ditanggapi beragam. Ada yang khawatir karena takut kalah bersaing. Namun ada juga yang melihatnya sebagai peluang. Apapun itu, dalam cetak biru disebutkan, AEC akan membentuk beberapa karakteristik utama, seperti pasar tunggal dan basis produksi, kawasan ekonomi berdaya saing tinggi, kawasan dengan pembangunan ekonomi yang merata, dan kawasan yang terintegrasi dengan ekonomi global. Yang jelas, Indonesia akan menjadi pasar potensial. Apalagi dari jumlah penduduk ASEAN yang saat ini tercatat mencapai 600 juta jiwa dan sekitar 40 persennya ada di Indonesia. Jumlah penduduk yang besar dan pola hidup konsumtif masyarakat Indonesia yang tergolong tinggi, menjadi magnet bagi produk dan tenaga kerja asing yang diperkirakan akan menyerbu pasar Indonesia. Bagaimanapun, siap atau tidak siap, Indonesia akan memasuki AEC 2015. Saat hal itu diberlakukan, maka tenaga kerja dari negara lain di ASEAN pun akan lebih leluasa bekerja di Indonesia, begitupun sebaliknya. Masalahnya apakah SDM Indonesia sudah siap bersaing dengan SDM asing itu? Inilah pertanyaan yang sering dilontarkan oleh banyak kalangan. Namun, agar negeri ini tak sekadar menjadi market bagi produk asing dan pekerja asing, inilah saatnya untuk berbenah dengan melakukan aksi nyata, seperti meningkatkan standar kompetensi di tingkat lokal dan internasional. Semua elemen bangsa dituntut kesamaan pandangan, kerja sama dan bahu-‐ membahu antara pemerintah pusat-‐daerah, pengusaha dan segenap pemangku kepentingan lain, termasuk organisasi profesi seperti public relations (PR).
Dalam AEC 2015 ada Sembilan pilar yang sudah ada mutual recognition agreement (MRA), dan profesi kehumasan belum termasuk di dalamnya. Kendati demikian, tidak membuat dunia kehumasan tidur nyenyak. Persaingan para profesional yang bekerja dalam bidang Humas menjadi semakin meningkat seiring dengan semakin terbukanya profesi ini bagi setiap orang yang memenuhi kualifikasi atau tuntutan yang dipersyaratkan. Dalam lingkup PERHUMAS, sekedar ilustrasi, para praktisi Humas yang tergabung berkisar lebih dari 7500 orang. Tentu masih banyak pula yang tergabung dalam organisasi kehumasan lain seperti di BAKOHUMAS, Humas BUMN, Humas Perhotelan, Humas Perbankan, dan sebagainya. Para praktisi Humas di Indonesia, nantinya akan menghadapi persaingan yang sangat sengit menghadapi masuknya para praktisi Humas dari berbagai Negara di kawasan ASEAN. Berbagai pertanyaanpun akan bergulir, yang semuanya berkaitan dengan persiapan para profesional Humas kita. Tidak ada pilihan lain bagi kita selain mempersiapkan diri. Persiapan yang paling penting, tentu menyangkut peningkatan kompetensi diri. Selain tentu saja untuk networking dan menambah wawasan baru, juga dipersiapkan jelang dibukanya komunitas ASEAN di tahun 2015 mendatang. Dimana insan Humas harus memiliki patokan yang jelas terkait etika, skills, dan pengetahuan tentang kehumasan. Mengutip apa yang disampaikan oleh Ketua Umum Bakorhumas Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kemkominfo Freddy H. Tulung, bahwa desain komunitas ASEAN yang melingkupi tiga pilar yakni komunitas politik-‐keamanan, komunitas ekonomi dan komunitas sosial budaya. Oleh karena itu, Ide komunitas ASEAN membutuhkan sentuhan komunikasi agar tersosialisasikan dengan baik di semua kalangan. Peran Humas di AEC 2015 begitu strategis. Karena Humas merupakan jendela dan fungsi manajemen yang penting yang dapat mewakili organisasi dihadapan stakeholder (sebagai khalayak). Humas pun, bisa menjadi komunikasi internal yang bisa memberikan analisa dan saran serta masukan bagi manajemen termasuk pimpinan organisasi/perusahaan serta menyiapkan strategi.
Sebagai fungsi manajemen, maka pertama-‐tama Humas harus memahami visi, misi dan tujuan organisasi, sehingga seluruh kegiatan yang dilakukan dalam rangka komunikasi kehumasan didasarkan pada hal-‐hal tersebut. Kedua, memahami budaya organisasi/perusahaan. Seorang Humas pun harus memahami secara baik apa yang menjadi nilai-‐nilai budaya organisasi/budaya perusahaan yang semuanya berperan sebagai panduan, pedoman bagi seluruh anggota dalam mencapai tujuan organisasinya. Namun di Pasar ASEAN 2015, standar kehumasan setiap negara pasti berbeda-‐beda. Seperti perbedaan standar prlofesi, skills, dan sebagainya. Itu jugalah yang menjadi biang kekhawatiran bahwa di tahun 2015, bakal banyak profesi Humas yang bekerja di Indonesia dan merebut pekerjaan Humas di Indonesia. Mengutip pendapat Dr. Felix Jebarus, bahwa siapapun tenaga kerja Humas yang bekerja di Indonesia, yang penting harus mempunyai etika. Dalam arti orang luar yang bekerja di luar negeri ataupun sebaliknya, mereka harus memiliki standar code of conduct. Di Indonesia sendiri ada 71 standar kompetensi yang harus dimiliki oleh kehumasan Indonesia. Misalnya mereka harus memiliki kompetensi dalam perencanaan program public relations, mereka memiliki kemampuan riset, analisis situation. media of comunication dan lainnya. Kalau di Indonesia sebegitu banyak dan ketatnya standar agar bisa menyandang profesi Humas, bagaimana dengan negara tetangga seperti Singapura, Philipina, Malaysia, Thailand, Vietnam dan Myanmar, Brunai? Inilah yang mendorong kami selaku Founder The London School of Public Relations Jakarta dan Ketua Umum PERHUMAS, merasa terpanggil untuk menyatukan visi, misi dan standar bagi profesi Humas di ASEAN. Dengan harapan pada tahun 2015 tidak ada benturan, tidak ada kehawatiran, dalam dunia kehumasan di ASEAN. Inilah yang mendorong kami mendirikan sebuah organisasi kehumasan tertinggi di ASEAN yang diberi nama ASEAN PR Network. Organisasi non profit ini digagas oleh LSPR (Indonesia), dan disambut dengan gembira oleh pemerintah dan organisasi Philipina, Singapore, Malaysia, Vietnam, Brunai, Thailand, Cambodia, Laos, Myanmar), ini menjadi wadah tertinggi bagi standar profesi Humas di ASEAN atau pusat humas ASEAN.
Deklarasi ASEAN PR Network dengan tema “Facing a Cascade of Transformation” ini, akan diadakan pada 2 Juni 2014. Dalam lembaga ini nantinya menjadi tempat sharing, berbagi ilmu bagi profesi Humas di setiap negara. Seperti selama ini kita belum kenal dengan teman-‐teman kita dari negara lain, tentang bagaimana kompetensi yang mereka miliki dan pandangan mereka soal Rublic Relations. ASEAN PR Network menjadi jembatan emas, bagi seluruh profesi Humas dari seluruh ASEAN ini supaya saling kenal, bersatu kemudian sharing best practice. Begitu juga dengan akademisi, akan terjadi sharing kurikulum, sharing expertise pengajar, sehingga Humas ASEAN mempunyai kekuatan bersama dan pada akhirnya bisa mempromosikan ASEAN ke beyond ASEAN. Jadi orang akan melihat ASEAN secara utuh. Selama ini ada kekhawatiran bahwa ASEAN Comunity 2015, akan berdampak pada membanjirinya tenaga kerja karena akan mengisi posisi strategis di Indonesia, sehingga tenaga Humas lokal kehilangan pekerjaan. Nah dengan ASEAN PR Network, akan muncul suatu pandangan baru bahwa, yang datang ke Indonesia ataupun ke Philipina misalnya, itu suatu hal yang menyenangkan atau connectivity. Jadi kita bisa “connect”. Misalnya kemampuan dan pengalaman kita di kehumasan seperti crisis PR, corporate PR, akan dibagi ke negara tetangga yang tergabung dalam ASEAN PR Network. Kemudian orang Philipina mempunyai kemampuan yang baik dalam public speaking dan orang Indonesia kebanyakan malu-‐malu. Jadi lebih terlatih. Jadi kalau disatukan jadi lebih bagus. Inilah kelebihan di ASEAN PR Network bisa saling melengkapi. Jadi Selain inagurasi ASEAN PR Network pada 2 Juni 2014 maka di tanggal 3 Juni 2014 juga akan dilakukan konferensi dengan menghadirkan pembicara kunci Deputy Secretary General ASEAN for Community and Corporate Affairs Department H.E. Dr. AKP Mochtan, Ph.D Direktur ASEAN I Gusti Agung Wesaka Puja, Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Drs. Freddy H.Tulung, MUA. Sesi pertama mengusung tema “Facing The Challenge Ahead of Public Relations Platform in ASEAN” dengan pembicara: Ms, K. Bhavani, Former President of Institute of PR Singapore, Mr. Nico Wattimena, PhD – Senior Lecture LSPR-‐Jakarta, Dato Haji Ibrahim Abdul Rahman dari Malaysia dan Mr.
Bao Nyugen Quoc, Chief Executives Officer of PR Organization International-‐ Awareness PR, Vietnam. Pada sesi kedua konferensi akan mengusung tema: “Public Relations Education and Professional Development ASEAN Perspective and Standard”, akan menghadirkan pembicara: DR. Widodo Muktiyo dari Universitas Sebelas Maret, Ms. Puan Shameem Abdul Jalil – Former President of Institute of Public Relations Malaysia, Parichart Sthapitanonda, PhD dari Departemen Public Relations Chulalongkorn University Thailand, dan Mr. Ramon Bong Osorio, President of PR Society of the Philippines. ***