IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Metode Penelitian Penelitian menggunakan metode survei pada sampel rumahtangga petani usaha ternak sapi-tanaman di Sulawesi Utara. Pengumpulan data menggunakan metode wawancara kepada responden petani peternak dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan.
4.2. Jenis Data dan Sumber Data Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Juli 2006 sampai Pebruari 2007. Jenis data yang digunakan adalah data cross section dan data time series, dari sumber data adalah data primer dan data sekunder. Data primer (cross section setahun) diperoleh dari wawancara langsung dengan responden. Sedangkan data sekunder (time series tahunan) diperoleh dari instansi yang terkait dengan penelitian ini serta data hasil penelitian yang dipublikasi (Sinaga, 1996).
4.3. Penentuan Lokasi Kabupaten, kecamatan dan desa sebagai wilayah penelitian ditentukan secara purposive. Kabupten Minahasa dan Bolaang Mongondow adalah daerah yang populasi ternak sapi terbanyak dan sebagai basis ternak sapi. Kedua Kabupaten ini juga sebagai wilayah yang mendapat bantuan ternak sapi maupun bentuk uang dari pemerintah. Kecamatan dan desa di Kabupaten Minahasa adalah kecamatan dan desa yang mempunyai jumlah ternak sapi terbanyak dengan komoditas dominan jagung. Sedangkan Kecamatan dan desa di Kabupaten Bolaang Mongondow adalah
109
kecamatan dan desa yang mempunyai jumlah ternak sapi terbanyak dengan komoditas dominan kelapa.
4.4. Penentuan Sampel Petani peternak disetiap desa sampel dibatasi untuk rumahtangga petani peternak yang memiliki ternak sapi minimal 2 (dua) ekor dan pernah menjual ternak sapi. Berdasarkan jumlah rumahtangga petani peternak sapi disetiap desa sampel ditentukan rumahtangga petani peternak sapi-tanaman dengan metode simple random sampling (Sinaga, 1995) dan dapat dilihat pada Gambar 8.
SULAWESI UTARA KABUPATEN : MINAHASA
KABUPATEN : BOLAANG MONGONDOW
KECAMATAN : TOMPASO, KAWANGKOAN
KECAMATAN : BOLANGITANG, LOLAK, LOLAYAN, DUMOGA BARAT
DESA :
DESA : SALEO,BOHABAK,BIONTONG, LOLAK,MONGKOINIT, MOPUSI,LOLAYAN,MOPAIT, KINOMALIGAN, WANGGA BARU,KOSIO,IBOLIAN
TOURE, PINABETENGAN, TONSEWER,TEMPOK, TONDEGESAN, KANONANG II
SAMPEL : 194 RUMAHTANGGA PETANI USAHA TERNAK SAPIJAGUNG
SAMPEL : 233 RUMAHTANGGA PETANI USAHA TERNAK SAPIKELAPA
Gambar 8. Penentuan Rumahtangga di Lokasi Penelitian
110
Nama kabupaten, kecamatan dan desa serta jumlah rumahtangga sampel dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Nama Kabupaten, Kecamatan, Desa dan Jumlah Rumahtangga Sampel di Sulawesi Utara No 1
Kabupaten Minahasa
Kecamatan 1. Tompaso
2. Kawangkoan
2
Bolaang Mongondow
1. BolangItang
2. Lolak 3. Lolayan
4. Dumoga Barat
1. Toure 2. Pinabetengan 3. Tonsewer 4. Tempok 1. Todegesan 2.Kanonang II
Jumlah Rumahtangga 36 33 34 31 33 27
1. Saleo 2. Bohabak 3. Biontong 1. Lolak 2. Mongkoinit 1. Mopusi 2. Lolayan 3. Mopait 1. Kinomaligan 2. Wangga Baru 3. Kosio 4. Ibolian
194 10 11 13 20 16 25 23 22 19 23 28 23
Desa
233
4.5. Metoda Analisis Rumahtangga petani usaha ternak sapi di Sulawesi Utara menjual ternak sapi apabila ada kebutuhan mendesak. Permasalahannya rumahtangga menghadapi biaya transaksi yang cukup tinggi dalam memasarkan ternaknya. Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut maka salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis struktur dan besarnya biaya transaksi pada usaha ternak sapi,
111
usaha jagung dan kelapa di Sulawesi Utara. Untuk menjawab tujuan pertama dalam penelitian ini digunakan analisis deskriptif dan tabulasi. Berdasarkan hasil kajian terhadap studi-studi empiris, model dasar ekonomi rumahtangga, dan perilaku ekonomi keputusan peternak sapi yang telah dibahas sebelumnya, dalam penelitian ini dikembangkan model aktivitas ekonomi rumahtangga petani usaha ternak sapi-tanaman di Sulawesi Utara. Model rumahtangga tersebut mencakup produksi, penggunaan input (tenaga kerja dan sarana produksi), biaya transaksi, biaya produksi, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga. Tenaga kerja terdiri dari tenaga kerja keluarga, tenaga kerja luar keluarga dan tenaga kerja ternak. Tenaga kerja keluarga adalah sumberdaya yang sangat penting dalam usahatani kecil. Ternak berfungsi sebagai input pada usahatani yaitu untuk membajak, mengangkut dan dapat menghasilkan pupuk kandang. Ternak sapi dapat memanfaatkan lahan yang tidak terpakai dalam usahatani, dapat menggunakan tenaga kerja yang seharusnya menganggur (secara musiman), serta untuk mengkonversikan residu tanaman bernilai rendah menjadi produk ternak yang bernilai tinggi. Ternak sapi sebagai tenaga kerja yang digunakan untuk proses produksi usahatani jagung dan usaha kelapa dapat disewa oleh petani yang tidak mempunyai sapi. Ternak sapi merupakan sumber pendapatan alternatif. Untuk menjawab tujuan kedua, dibangun model persamaan simultan. Model terdiri dari perilaku produksi, input produksi, input tenaga kerja, biaya transaksi dan pengeluaran untuk konsumsi. Biaya transaksi dimasukkan dalam model dan mempengaruhi perilaku rumahtangga dalam pengambilan keputusan baik produksi, alokasi tenaga kerja maupun keputusan konsumsi.
112
Untuk menjawab tujuan ketiga dan keempat, digunakan pendekatan model ekonometrika dalam bentuk persamaan simultan. Model analisis yang dibangun adalah model usaha ternak sapi-jagung serta usaha ternak sapi-kelapa. Model ekonomi
rumahtangga petani usaha ternak sapi-jagung di Minahasa dan model
ekonomi rumahtangga petani usaha ternak sapi-kelapa di Bolaang Mongondow mencakup persamaan (aktivitas) produksi, penggunaan input, biaya transaksi, biaya produksi, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga. Aktivitas ekonomi rumahtangga petani usaha ternak sapi-tanaman baik untuk usaha ternak sapi - jagung maupun usaha ternak sapi – kelapa pada masing-masing model saling terkait.
4.5.1. Model Ekonomi Rumahtangga Petani Usaha Ternak Sapi - Jagung di Minahasa 4.5.1.1. Blok Produksi Produksi berdasarkan teori ekonomi merupakan suatu proses menghasilkan produk dengan cara mengkombinasikan input lahan, tenaga kerja dan modal. Rumahtangga petani peternak sapi dalam menghasilkan berbagai komoditas pertanian menggunakan berbagai input. Berbagai komoditas yang dihasilkan diantaranya komoditas berasal dari usaha ternak sapi. Dalam usaha ternak sapi output yang dihasilkan dapat berupa daging dan jasa tenaga kerja. Berdasarkan pemikiran tersebut di atas, dalam blok produksi yang dipelajari adalah produksi ternak sapi dan penjualan ternak sapi. Produksi ternak sapi dipengaruhi oleh harga bayangan, jumlah permintaan rumput, konsumsi jagung dan pengalaman usaha. Sedangkan penjualan sapi dipengaruhi oleh harga bayangan sapi dan produksi sapi. Bentuk persamaan produksi sapi dan penjualan sapi adalah :
113
Produksi Sapi PROS = a0 +a1 HTSB+a2 JRUM+a3 KONJ+a4 LBS+U1 ……………..[4.1] Penjualan Sapi PROSJ = b0 + b1 HTSB + b2 PROS + U2 ……………………………..[4.2] Harga Bayangan Sapi HTSB = HTS – BTRS…………………………………………………..[4.3] dimana : PROS : Produksi sapi (Kg); PROSJ : Penjualan sapi (Kg); HTS : Harga ternak sapi (Rp/kg); HTSB : Harga bayangan sapi (Rp/kg); BTR : Total biaya transaksi (Rp/tahun); JRUM : Jumlah rumput (Kg); KONJ : Konsumsi jagung (Kg); LBS : Pengalaman beternak sapi (Tahun); : Peubah pengganggu; Ui Hipotesis : a1, a2, a3, a4 > 0; b1, b2 > 0. Produksi jagung yang dianalisis adalah produktivitas jagung dan luas lahan garapan jagung. Produksi jagung merupakan perkalian antara produktivitas jagung dan luas lahan garapan jagung. Produktivitas jagung dipengaruhi oleh harga bayangan jagung, tenaga kerja sewa, tenaga kerja sapi, penerimaan penjualan sapi dan pendapatan luar usahatani. Luas garapan jagung dipengaruhi oleh penawaran tenaga kerja keluarga dan permintaan tenaga kerja sewa pada usaha jagung, jumlah benih, jumlah pupuk urea, jumlah pupuk TSP dan penerimaan penjualan ternak sapi. Bentuk persamaan produktivitas jagung, luas lahan garapan jagung dan harga bayangan adalah: Produktivitas Jagung PRODJ
=
c0 +c1 HJGB+c2 TKLJ+c3 TKSJ +c4 RUTSJ+c5 PLUT+U3 …….[4.4]
114
Luas Lahan Garapan Jagung LHNJ =
d0+d1 TKDJ+d2 TKLJ+d3 JPUJ+d4 JBJ +d5 JPTJ+ d6 RUTSJ+U4 ………………………………………………………[4.5]
Produksi Jagung PROJ =
PRODJ*LHNJ……………………………………………………..[4.6]
Harga Bayangan Jagung HJGB =
HJG – BTRJ……………………………………………………….[4.7]
dimana : PRODJ PROJ LHNJ HJGB TKDJ TKLJ TKSJ JPUJ JBJ JPTJ RUTSJ PLUT BTRJ
: : : : : : : : : : : : :
Produktivitas jagung (Kg/tahun); Produksi Jagung (Kg/tahun); Luas garapan jagung (Ha); Harga jagung bayangan (Rp/kg); Tenaga kerja keluarga (Jam/tahun); Tenaga kerja sewa (Jam/tahun); Tenaga kerja ternak sapi (Jam/tahun); Jumlah pupuk urea utk jagung (Kg/tahun); Jumlah benih jagung (Kg/tahun); Jumlah pupuk TSP utk jagung (Kg/tahun); Penerimaan penjualan sapi (Rp/tahun); Pendapatan luar usahatani (Rp/tahun); Biaya transaksi usaha jagung (Rp/tahun);
Hipotesis : c1, c2, c3, c4, c5 > 0; d1, d2, d3, d4, d5, d6 > 0. 4.5.1.2. Blok Penggunaan Input Rumahtangga dalam melakukan proses produksi baik usaha ternak sapi maupun usahatani lainnya menggunakan input. Input-input tersebut ada yang disediakan rumahtangga namun ada yang diperoleh dari luar rumahtangga. Rumahtangga petani tidak memproduksi semua jenis komoditas yang dibutuhkan. Beberapa barang atau komoditas diproduksi di luar rumahtangga (pasar input). Apabila rumahtangga menerapkan tehnologi pada usahanya maka ketergantungan terhadap pasar input lebih besar dibanding rumahtangga dengan usahatani tradisional.
115
Penggunaan tenaga kerja pada usaha ternak sapi merupakan curahan kerja anggota keluarga. Hal ini disebabkan karena usaha ternak sapi yang ada merupakan usaha sampingan dengan sistem pemeliharaan masih tradisional. Sedangkan penggunaan tenaga kerja pada usaha jagung merupakan curahan kerja anggota keluarga maupun penggunaan tenaga kerja sewa dan tenaga kerja ternak. a. Permintaan Input Produksi Input produksi yang dianalisis adalah permintaan rumput, benih, pupuk urea dan pupuk TSP. Secara fungsional jumlah permintaan rumput dipengaruhi harga rumput, produksi sapi dan harga jagung. Jumlah permintaan benih dipengaruhi harga benih, luas lahan garapan dan biaya transaksi usaha jagung. Jumlah permintaan pupuk urea merupakan fungsi harga pupuk urea, harga pupuk TSP, luas lahan garapan jagung, penerimaan usaha ternak sapi dan biaya transaksi jagung. Sedangkan jumlah permintaan pupuk TSP dipengaruhi fungsi rasio harga jagung dan harga pupuk TSP, harga pupuk urea, harga pupuk KCl, luas lahan garapan jagung dan total pengeluaran. Secara matematis jumah permintaan input dapat dilihat pada persamaan berikut. Jumlah Permintaan Rumput JRUM =
e0 + e1 HRUM + e2 PROS + e3 HJG + U5 ……………………….[4.8]
Jumlah Permintaan Benih JBJ
=
f0 + f1 HBJ + f2 LHNJ + f3 BTRJ + U6…………………………….[4.9]
Jumlah Permintaan Pupuk Urea JPUJ =
g0+g1 HPUJ+ g2 HPTJ+g3 LHNJ+g4 RUTS+g5 BTRJ+U7………[4.10]
Jumlah Permintaan Pupuk TSP JPTJ =
h0+h1 RHPTJ+h2 HPUJ+h3 HPKJ+h4 LHNJ+h5 TP+U8………..[4.11]
116
dimana : JRUM JBJ JPUJ HRUM HJG HBJ HPUJ HPTJ HPKJ RHPTJ RUTS TP
: : : : : : : : : : : :
Jumlah Rumput (Kg/tahun); Jumlah benih jagung (Kg/tahun); Jumlah pupuk urea utk jagung (Kg/tahun); Harga Rumput (Rp/kg); Harga jagung (Rp/kg); Harga benih jagung (Rp/kg); Harga pupuk urea (Rp/kg); Harga pupuk TSP (Rp/kg); Harga pupuk KCl (Rp/kg); Rasio harga jagung dan harga pupuk TSP (Rp/tahun); Penerimaan usaha ternak sapi (Rp/tahun); Total Pengeluaran (Rp/tahun);
Hipotesis : e1< 0, e2, e3 > 0; f1, f3 < 0, f2 > 0; g1, g5< 0, g2, g3, g4 > 0; dan h1, h5 < 0, h2, h3, h4 > 0. b. Penggunaan Tenaga Kerja Keluarga Peran rumahtangga petani peternak sapi dalam pengembangan usaha peternakan sangat ditentukan oleh bagaimana rumahtangga tersebut dapat mengambil keputusan. Pengambilan keputusan diantaranya meliputi keputusan dalam pengaturan peluang kerja dalam dan luar rumahtangga dan pengalokasian waktu kerja. Curahan kerja anggota keluarga pada usaha ternak sapi maupun usaha jagung dan curahan kerja sebagai buruh tani. Rumahtangga juga menggunakan tenaga kerja sewa dalam usaha jagung serta menggunakan tenaga kerja sapi dalam mengolah lahan usaha jagung. Secara fungsional penawaran tenaga kerja keluarga dalam usaha sapi dipengaruhi upah bayangan tenaga kerja, curahan kerja sebagai buruh tani dan biaya sarana produksi sapi. Sedangkan penawaran tenaga kerja keluarga dalam usaha jagung dipengaruhi upah bayangan tenaga kerja, penawaran tenaga kerja keluarga dalam usaha sapi, permintaan tenaga kerja sewa untuk usaha jagung, produksi jagung dan biaya sarana produksi jagung. Secara matematis bentuk persamaan tenaga kerja dapat dilihat pada :
117
Tenaga Kerja Keluarga dalam Usaha Sapi TKDS =
i0 + i1 UTKB + i2 CTDUO + i3 BSPS + U9………………………..[4.12]
Tenaga Kerja Keluarga dalam Usaha Jagung TKDJ =
j0 + j1 UTKBJ + j2 TKDS + j3 TKLJ + j4 PROJ + j5 BSPJ + U10 …………………………………...........[4.13]
Upah Bayangan UTKB = UTK + BTRS……………………………………………………….[4.14] UTKBJ= UTK + BTRJ……………………………………………………….[4.15]
dimana : TKDS CTDUO UTK UTKB UTKBJ PROJ BSPS BSPJ BTRS
: : : : : : : : :
Penawaran TK kel utk usaha ternak sapi (Jam/tahun); Curahan kerja keluarga sebagai buruh tani (Jam/tahun); Upah tenaga kerja (Rp/jam) Upah bayangan tenaga kerja (Rp/jam); Upah tenaga kerja dalam UT jagung bayangan (Rp/jam); Produksi jagung (Kg/tahun); Biaya sarana produksi sapi (Rp/tahun); Biaya sarana produksi jagung (Rp/tahun); Biaya transaksi UT sapi (Rp/tahun);
Hipotesis : i2 < 0, i1, i3 > 0; dan j2, j3 < 0, j1, j4, j5 > 0. c. Penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga Pada usaha jagung, rumahtangga menggunakan tenaga kerja sewa. Permintaan tenaga kerja sewa dipengaruhi upah bayangan tenaga kerja, penawaran tenaga kerja keluarga dalam usaha jagung, total pengeluaran konsumsi pangan dan investasi sumberdaya manusia, penerimaan penjualan sapi dan surplus produksi jagung. Bentuk persamaan permintaan tenaga kerja luar keluarga adalah : TKLJ =
k0 + k1 UTKBJ+k2 TKDJ+k3 TP1+k4 RUTSJ+k5 SPJ+U11……...[4.16]
dimana : TP1 SPJ
: Total pengeluaran konsumsi pangan dan ISM (Rp/tahun); : Surplus produksi jagung (Kg/tahun);
Hipotesis : k1, k2, k3 < 0, k4, k5 > 0.
118
d. Penggunaan Tenaga Kerja Ternak Tenaga kerja sapi di Minahasa dimanfaatkan sebagai pengangkut dan pengolah lahan (untuk bajak). Tenaga kerja ternak sapi dalam usaha jagung dipengaruhi upah sewa sapi bayangan, permintaan tenaga kerja sewa usaha jagung, penawaran tenaga kerja keluarga usaha jagung dan luas lahan garapan jagung. Bentuk persamaan penggunaan tenaga kerja ternak sapi adalah : TKSJ =
l0 + l1 USSB+l2 TKLJ +l3 TKDJ+ l4 LHNJ+U12…………………...[4.17]
USSB = UTK + BTR…………………………………………………………[4.18]
dimana : USSB : Upah sewa sapi bayangan (Rp/jam); Hipotesis : l2 < 0, l1, l3, l4 > 0. e. Curahan Tenaga Kerja Sebagai Buruh Tani Curahan tenaga kerja sebagai buruh tani dipengaruhi upah bayangan tenaga kerja, penawaran tenaga kerja keluarga dalam usaha ternak sapi, penawaran tenaga kerja keluarga untuk usahatani lain, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan kepala keluarga dan penerimaan usaha ternak sapi. Bentuk persamaannya adalah : CTDUO =
m0 + m1 UTKBJ + m2 TKDS + m3 TKDUL + m4 ANG + m5 PFO + m6 RUTSJ + U13…………………..................[4.19]
dimana : TKDUL ANG PFO
: Penawaran TK kel utuk UT lain (Jam/tahun); : Jumlah anggota keluarga (Orang); : Pendidikan formal KK (Tahun);
Hipotesis : m2, m3, m5, m6 < 0, m1, m4 > 0. 4.5.1.3. Blok Biaya Produksi Rumahtangga membutuhkan biaya dalam proses produksi usaha ternak sapi dan usaha jagung. Dalam penelitian ini usaha ternak sapi dikombinasikan dengan usaha jagung, sehingga biaya produksi yang dianalisis merupakan biaya usaha ternak
119
sapi dan biaya usaha jagung. Biaya produksi dalam usaha ternak sapi adalah biaya sarana produksi terdiri dari biaya rumput, biaya obat-obatan, biaya pejantan dan biaya konsumsi jagung. Biaya konsumsi jagung merupakan biaya yang diperhitungkan. Jagung yang dikonsumsi merupakan jagung milik sendiri yang khusus ditanam oleh rumahtangga untuk konsumsi ternak sapi. Biaya tenaga kerja dalam usaha ternak sapi merupakan biaya yang diperhitungkan. Hal ini disebabkan karena tenaga kerja yang digunakan dalam usaha sapi merupakan tenaga kerja keluarga. Sedangkan biaya produksi yang dikeluarkan dalam usaha jagung adalah biaya tenaga kerja dan biaya sarana produksi.
a. Biaya Sarana Produksi Ternak Sapi Biaya sarana produksi ternak sapi merupakan penjumlahan dari biaya pembelian rumput, biaya obat-obatan, biaya sewa pejantan dan biaya konsumsi jagung. Bentuk persamaannya merupakan persamaan identitas adalah : BSPS
= BRUM + OBT + BPJ + BKONJ………………………………...[4.20]
BRUM = JRUM*HRUM BKONJ = KONJ*HJG
dimana : BRUM OBT BPJ BKONJ
: : : :
Biaya pembelian rumput (Rp/tahun); Biaya obat-obatan (Rp/tahun); Biaya sewa pejantan (Rp/tahun); Biaya konsumsi jagung (Rp/tahun);
b. Biaya Sarana Produksi Jagung Biaya sarana produksi jagung merupakan penjumlahan biaya benih jagung, biaya pembelian pupuk urea, biaya pembelian pupuk TSP dan pembelian pupuk KCL. Bentuk persamaannya adalah :
120
BSPJ = BBJ + BPUJ + BPTJ + BPKJ……………………………………...[4.21]
dimana : BBJ BPUJ BPTJ BPKJ
: : : :
Biaya benih jagung (Rp/tahun); Biaya pupuk urea (Rp/tahun); Biaya pupuk TSP (Rp/tahun); Biaya pupuk KCl (Rp/tahun);
c. Biaya Tenaga Kerja Biaya tenaga kerja yang disewa rumahtangga dalam proses produksi jagung merupakan penjumlahan biaya tenaga kerja keluarga (biaya yang diperhitungkan) dan biaya tenaga kerja sewa (biaya yang dibayarkan). Bentuk persamaannya : BTKJ
=
BTKDJ + BTKLJ +RSLS………………………………………[4.22]
BTKDJ =
TKDJ*UTK
BTKLJ =
TKLJ*UTK
RSLS
TKSJ*UTK
=
dimana : BTKJ BTKDJ BTKLJ RSLS
: : : :
Biaya tenaga kerja usaha jagung (Rp/tahun); Biaya tenaga kerja keluarga yang diperhitungkan(Rp/tahun); Biaya tenaga kerja sewa yang dibayarkan(Rp/tahun); Penerimaan penyewaan ternak sapi (dihitung) (Rp/ekor);
4.5.1.4. Blok Biaya Transaksi Biaya transaksi merupakan biaya yang ditanggung rumahtangga petani usaha ternak sapi-tanaman dalam penjualan ternak sapi, penjualan jagung dan pembelian input usaha jagung. Biaya transaksi penjualan sapi terdiri dari biaya perantara, biaya transpor, biaya retribusi dan biaya administrasi. Sedangkan biaya transaksi penjualan jagung terdiri dari biaya transpor penjualan jagung, biaya transpor pembelian bibit dan pupuk. Biaya perantara penjualan sapi merupakan salah satu komponen biaya transaksi dipengaruhi penjualan sapi dan harga ternak sapi. Sedangkan biaya transpor
121
penjualan jagung dipengaruhi harga jagung dan konsumsi jagung. Bentuk persamaan biaya perantara penjualan sapi dan biaya transpor penjualan jagung adalah : Biaya Perantara Penjualan Jagung BPER =
n0 + n1 PROSJ + n2 HTS + U14…………………………………[4.23]
Biaya Transpor Penjualan Jagung BTPJ =
O0 + O1 HJG + O2 KONJ + U15…………………………………..[4.24]
Biaya Transaksi Usaha Sapi BTRS = BPER + BTRA + BRET + BADM………………………………[4.25] Biaya Transaksi Usaha Jagung BTRJ = BTPJ + BTPB + BTPP……………………………………………..[4.26] Total Biaya Transaksi BTR
= BTRS + BTRJ………………………………………………………[4.27]
dimana : BPER BTRA BRET BADM BTPJ BTPB BTPP
: : : : : : :
Biaya perantara penjualan sapi (Rp/tahun); Biaya transpor penjualan sapi (Rp/tahun); Biaya retribusi penjualan sapi (Rp/tahun); Biaya administrasi penjualan sapi (Rp/tahun); Biaya transpor penjualan jagung (Rp/tahun); Biaya transpor pembelian benih (Rp/tahun); Biaya transpor pembelian pupuk (Rp/tahun);
Hipotesis : n1, n2 > 0; o2 < 0, o1> 0. 4.5.1.5. Blok Pendapatan Rumahtangga Pendapatan rumahtangga adalah pendapatan yang diperoleh dari usaha ternak sapi, usaha jagung, usahatani lain, luar usahatani, buruh tani, usaha lain dan pendapatan tenaga kerja sapi yang disewakan. Rumahtangga melakukan keputusan mencurahkan waktu kerja luar usaha dalam rangka memperoleh pendapatan lain untuk memaksimumkan kepuasan mereka.
122
a. Penerimaan Usaha Ternak Sapi Penerimaan rumahtangga selain diperoleh dari penjualan ternak sapi juga dari penyewaan ternak sapi oleh petani lain, dengan demikian penerimaan rumahtangga terdiri dari penerimaan hasil penjualan ternak dan hasil penyewaan ternak sapi. Penerimaan hasil penjualan ternak merupakan perkalian penjualan sapi dan harga ternak sapi. Sedangkan penerimaan sewa ternak merupakan perkalian jumlah ternak yang disewakan dengan harga sewa sapi. Bentuk persamaan penerimaan usaha ternak sapi adalah: RUTS
= RUTSJ + RSTS + RSLS………………………………………...[4.28]
RUTSJ
= PROS*HTS
dimana: RSTS
: Penerimaan penyewaan ternak sapi (dibayar) (Rp/ekor);
b. Pendapatan Usaha Ternak Sapi Pendapatan rumahtangga petani usaha ternak sapi-tanaman merupakan selisih antara total penerimaan dengan total biaya produksi dan biaya transaksi penjualan ternak sapi pada usaha ternak sapi diukur dalam rupiah per tahun. Bentuk persamaan pendapatan usaha ternak sapi adalah : PUTS =
RUTS - TBPS – BTRS…………………………………………..[4.29]
Total Biaya Produksi Sapi TBPS
=
BTKDS =
BSPS + BTKDS…………………………………………………..[4.30] TKDS*UTK
dimana: PUTS TBPS BTKDS
: Pendapatan usaha ternak sapi (Rp/tahun); : Total biaya produksi ternak sapi (Rp/tahun); : Biaya tenaga kerja keluarga usaha sapi (diperhitungkan)(Rp/tahun)
123
c. Pendapatan Usaha Jagung Pendapatan usaha jagung diperoleh dari penjualan jagung diukur dalam rupiah per tahun dikurangi total biaya jagung. Bentuk persamaan pendapatan usaha jagung : PUJ
=
RUJ – TBJ…………………………………………………………[4.31]
RUJ
=
PROJ*HJG
Total Biaya Jagung TBJ
=
TBPJ + BTRJ……………………………………………………..[4.32]
TBPJ
=
BSPJ + BTKJ……………………………………………………...[4.33]
dimana: PUJ RUJ TBJ BTKJ
: : : :
Pendapatan usaha jagung (Rp/tahun); Penerimaan penjualan jagung (Rp/tahun); Total biaya usaha jagung (Rp/tahun); Biaya tenaga kerja dalam usaha jagung (Rp/tahun);
d. Total Pendapatan Rumahtangga Total pendapatan rumahtangga petani usaha ternak sapi-tanaman diperoleh dari
penjumlahan pendapatan usaha ternak sapi dan pendapatan usaha jagung,
pendapatan usahatani lain, pendapatan buruh tani, pendapatan luar usahatani dan pendapatan usaha lain. Bentuk persamaan total pendapatan rumahtangga adalah : TPRT
dimana : TPRT PUTL PBTN PLUT PUL
=
: : : : :
PUTS + PUJ + PUTL + PBTN + PLUT + PUL……………….[4.34]
Total pendapatan rumahtangga (Rp/tahun); Pendapatan usahatani lain (Rp/tahun); Pendapatan buruh tani (Rp/tahun) = CTDUO*UTK; Pendapatan luar usahatani (Rp/tahun); Pendapatan usaha lain (Rp/tahun);
e. Pendapatan Siap Dibelanjakan Pendapatan siap dibelanjakan rumahtangga merupakan total pendapatan rumahtangga dikurangi pajak. Bentuk persamaannya adalah :
124
PSD
=
TPRT - TAX……………………………………………………….[4.35]
dimana : PSD : Pendapatan siap dibelanjakan (Rp/tahun); TAX : Total pajak atau retribusi (Rp/tahun);
4.5.1.6. Blok Pengeluaran Rumahtangga Pengeluaran rumahtangga petani usaha ternak sapi-tanaman merupakan berapa besar uang yang dikeluarkan rumahtangga untuk konsumsi pangan, konsumsi non pangan, serta investasi sumberdaya manusia yang terdiri dari investasi pendidikan dan investasi kesehatan. Pengeluaran konsumsi ditentukan oleh variabel ukuran dan struktur demografi rumahtangga. Variabel ini penting untuk pendapatan yang diperoleh dan pengeluaran yang potensial.
a. Konsumsi Pangan Konsumsi pangan dipengaruhi jumlah anggota keluarga, pendidikan kepala keluarga dan total pendapatan rumahtangga. Bentuk persamaan konsumsi pangan : KP
dimana : KP
=
p0 + p1 ANG + p2 PFO + p3 TPRT + U16 ……………………...[4.36]
: Konsumsi pangan (Rp/tahun);
Hipotesis : p1, p2, p3 > 0. b. Konsumsi Non Pangan Konsumsi non pangan dipengaruhi pendidikan kepala keluarga, jumlah angkatan kerja, dan total pendapatan rumahtangga. Bentuk persamaan konsumsi non pangan adalah : KNP
=
q0 + q1 PFO + q2 JAKK +q3 TPRT + U17……………………….[4.37]
dimana : KNP : Konsumsi non pangan (Rp/tahun); JAKK : Jumlah angkatan kerja (Orang)
125
Hipotesis : q1, q2, q3 > 0. c. Investasi Pendidikan Investasi sumberdaya manusia merupakan total investasi pendidikan dan investasi kesehatan. Sedangkan investasi pendidikan dipengaruhi pendidikan kepala keluarga, tabungan dan total pendapatan rumahtangga. Bentuk persamaannya adalah : ISM
= IPD + IKE…………………………………………………………..[4.38]
IPD
= r0+ r1 PFO+r2 TAB+r3 TPRT+U18…………………………………[4.39]
dimana : ISM : Investasi sumberdaya manusia (Rp/tahun); IPD : Investasi pendidikan (Rp/tahun); IKE : Investasi kesehatan (Rp/tahun); TAB : Jumlah tabungan (Rp/tahun); Hipotesis : r1, r2, r3 > 0. d. Total Pengeluaran Total konsumsi merupakan penjumlahan konsumsi pangan dan konsumsi non pangan. Sedangkan total pengeluaran rumahtangga merupakan penjumlahan total konsumsi dan investasi sumberdaya manusia oleh rumahtangga petani peternak sapi. Bentuk persamaannya adalah : KT
= KP + KNP……………………………………………………………[4.40]
TP
= KT + ISM…………………………………………………………...[4.41]
dimana : KT TP
: Konsumsi total (Rp/tahun); : Total pengeluaran (Rp/tahun);
4.5.1.7. Blok Surplus Pasar dan Konsumsi Jagung Perubahan dalam surplus pasar dikarenakan kombinasi dampak perubahan tehnologi dan komersialisasi. Intinya, perubahan surplus pasar akan meningkatkan pendapatan yang menyebabkan pengeluaran untuk konsumsi semakin meningkat.
126
Surplus pasar yang dihitung adalah surplus pasar jagung. Surplus pasar ternak sapi dalam penelitian ini tidak dihitung. Hal ini disebabkan rumahtangga tidak mengkonsumsi ternak sapi. Konsumsi jagung adalah konsumsi oleh ternak sapi. Bentuk persamaan surplus pasar dan konsumsi jagung adalah : Surplus Pasar SPJ
=
PROJ – KONJ……………………………………………………..[4.42]
Konsumsi Jagung KONJ =
dimana : SPJ
s0 + s1 BRUM + s2 RUTSJ + s3 PROJ + U19……………………..[4.43]
: Surplus pasar jagung (Kg/tahun);
Hipotesis : s1, s2, s3 > 0.
4.5.2. Model Ekonomi Rumahtangga Petani Usaha Ternak Sapi - Kelapa di Bolaang Mogondow 4.5.2.1. Blok Produksi Blok produksi yang dipelajari adalah produksi ternak sapi dan penjualan sapi. Produksi sapi dipengaruhi harga bayangan ternak sapi, permintaan rumput dan penawaran tenaga kerja keluarga dalam usaha ternak sapi. Sedangkan penjualan sapi dipengaruhi harga bayangan sapi, produksi sapi dan total biaya. Bentuk persamaan fungsi produksi dan penjualan ternak sapi adalah Produksi Sapi PROS
=
a0 + a1 HTSB+ a2 JRUM+a3 TKDS + U1…………………...[4.44]
=
b0 + b1 HTSB + b2 PROS + b3 TB + U2……………………..[4.45]
Penjualan Sapi PROSJ
127
Harga Bayangan Sapi HTSB
= HTS – BTRS…………………………………………………...[4.46]
dimana : PROS PROSJ JRUM TKDS HTS HTSBS BTRS TB Ui Hipotesis : a1, a2, a3
: Produksi sapi (Kg); : Penjualan sapi (Kg); : Jumlah rumput (Kg/tahun); : Penawaran TK kel utk usaha ternak sapi (Jam/tahun); : Harga ternak sapi (Rp/kg); : Harga bayangan sapi (total sapi) (Rp/tahun); : Biaya transaksi usaha ternak sapi (Rp/tahun); : Total biaya (Rp/tahun); : Peubah pengganggu; > 0 dan b1, b2, b3 > 0.
Produksi kelapa yang dianalisis adalah produktivitas kelapa. Luas lahan dianggap tetap sehingga tidak dianalisis dalam model ini. Produktivitas kelapa dipengaruhi harga bayangan kopra, jumlah pohon kelapa, jumlah pupuk urea kelapa, permintaan tenaga kerja sewa dan tenaga kerja ternak sapi dalam usaha kelapa. Bentuk persamaan fungsi produktivitas kelapa adalah Produktivitas Kelapa PRODK
=
c0 +c1 HKOB+c2 JPK+c3 JPUK +c4 TKLK+ c5TKSK+U3 …...[4.47]
Produksi Buah Kelapa PROB
=
PRODK*LHNK……………………………………………….[4.48]
Harga Bayangan Kopra HKOB
=
HKO – BTRK…………………………………………………..[4.49]
dimana : PRODK PROB LHNK JPK JPUK TKLK TKSK HKO
: : : : : : : :
Produktivitas kelapa (Kg/tahun); Produksi buah kelapa (Kg/tahun); Luas Lahan Kelapa (Ha); Jumlah pohon kelapa (Pohon); Jumlah pupuk urea utk usaha kelapa (Kg/tahun); Tenaga kerja sewa untuk kelapa (Jam/tahun); Tenaga kerja ternak sapi (Jam/tahun); Harga kopra (Rp/kopra)
128
HKOB BTRK
: Harga bayangan kopra (Rp/kg); : Biaya transaksi kopra (Rp/tahun);
Hipotesis : c1, c2, c3, c4, c5 > 0.
4.5.2.2. Blok Penggunaan Input Penggunaan input terdiri dari permintaan input produksi dan input tenaga kerja dalam usaha ternak sapi dan usaha kelapa. Input produksi hanya permintaan rumput. Permintaan pupuk urea pada usaha kelapa tidak dimasukkan dalam model karena hanya sebagian rumahtangga menggunakan pupuk urea untuk usaha kelapa. a. Jumlah Permintaan Rumput Jumlah permintaan rumput dipengaruhi harga rumput, produksi sapi, penerimaan usaha ternak sapi dan penerimaan usaha kelapa. Bentuk persamaannya : JRUM
=
d0 +d1 HRUM+d2 PROS+d3 RUTS+d4 RUK+U4………………..[4.50]
dimana : HRUM : Harga rumput (Rp/kg); RUTS : Penerimaan usaha ternak sapi (Rp/tahun); RUK : Penerimaan usaha kelapa (Rp/tahun); Hipotesis : d1 < 0, d2, d3, d4 > 0.
b. Penggunaan Tenaga Kerja Keluarga Penggunaan tenaga kerja pada usaha sapi merupakan curahan kerja anggota keluarga. Hal ini disebabkan usaha sapi yang ada merupakan usaha sampingan dengan sistem pemeliharaan tradicional, sehingga rumahtangga memanfaatkan tenaga kerja keluarga. Penggunaan tenaga kerja pada usaha kelapa adalah curahan kerja anggota keluarga, penggunaan tenaga kerja sewa dan tenaga kerja ternak. Curahan kerja anggota keluarga pada usaha ternak sapi dipengaruhi oleh upah bayangan tenaga kerja, penawaran tenaga kerja keluarga untuk usaha kelapa dan
129
produksi sapi. Sedangkan curahan kerja keluarga dalam usaha kelapa dipengaruhi oleh upah bayangan tenaga kerja, penawaran tenaga kerja keluarga dalam usaha ternak sapi, permintaan tenaga kerja sewa dalam usaha kelapa dan produksi kopra. Bentuk persamaan penawaran tenaga kerja keluarga dalam usaha sapi dan kelapa adalah : Tenaga Kerja Keluarga dalam Usaha Sapi TKDS
= e0 + e1 UTKB + e2 TKDK + e3 PROS + U5……………………..[4.51]
Tenaga Kerja Keluarga dalam Usaha Sapi TKDK
=
f0 + f1 UTKB+f2 TKDS+f3 TKLK+f4 PROK+U6……………….[4.52]
Upah Bayangan Tenaga Kerja UTKB
= UTK + BTPK……………………………………………………[4.53]
dimana : TKDK : PROK : UTK : UTKB : BTPK : Hipotesis : e2 < 0 dan
Penawaran TK kel utk usaha kelapa (Jam/tahun); Produksi kopra (Kg/tahun); Upah tenaga kerja (Rp/jam); Upah bayangan tenaga kerja (kelapa) (Rp/jam); Biaya transaksi kopra (Rp/tahun); e1, e3 > 0; f2, f3 < 0 dan f1, f4 > 0.
c. Penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga Pada usaha kelapa, rumahtangga menggunakan tenaga kerja sewa. Penggunaan tenaga kerja yang disewa rumahtangga dipengaruhi upah bayangan tenaga kerja, produksi buah kelapa, jumlah angkatan kerja dan curahan kerja sebagai buruh tani. Bentuk persamaan permintaan tenaga kerja sewa pada usaha kelapa adalah : TKLK
=
g0 +g1UTKB+g2 PROB+g3 JAKK+g4CTDUO+U7……………..[4.54]
Hipotesis : g1, g3 < 0 dan g2, g4 > 0.
130
d. Penggunaan Tenaga Kerja Ternak Tenaga kerja ternak di Bolaang Mongondow digunakan untuk pengangkutan dan membajak lahan sawah. Penggunaan tenaga kerja ternak dipengaruhi upah sewa sapi bayangan dan surplus pasar kelapa. Bentuk persamaannya adalah : TKSK
=
h0 + h1 USSB + h2 SPK + U8…………………………………….[4.55]
USSB
=
USS + BTRK……………………………………………………..[4.56]
dimana : USSB SPK USS Hipotesis : h1, h2, h3
: Upah sewa sapi bayangan (Rp/jam); : Surplus pasar kelapa (Kg/tahun); : Upah sewa sapi (Rp/jam); > 0.
e. Curahan Tenaga Kerja Sebagai Buruh Tani Curahan tenaga kerja sebagai buruh tani dipengaruhi upah bayangan tenaga kerja, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan kepala keluarga, total pengeluaran dan produksi sapi. Bentuk persamaannya adalah : CTDUO
=
i0 +i1 UTKB+i2 ANG+i3 TP+i4 PROS+U9…………………[4.57]
dimana : ANG : Jumlah anggota keluarga (Orang); PFO : Pendidikan formal KK (Tahun); TP : Total pengeluaran (Rp/tahun); Hipotesis : i3, i4 < 0, i1, i2 > 0. 4.5.2.3. Blok Biaya Produksi Dalam melakukan proses produksi usaha ternak sapi maupun usaha kelapa, rumahtangga membutuhkan biaya. Seperti di Minahasa, biaya produksi yang dikeluarkan rumahtangga untuk usaha ternak sapi hanya biaya sarana produksi. Rumahtangga tidak menggunakan tenaga kerja sewa dalam usaha ternak sapi. Sedangkan biaya produksi yang dikeluarkan untuk usaha kelapa baik biaya tenaga
131
kerja maupun biaya sarana produksi kelapa tidak masuk dalam model. Berbeda dengan di Minahasa, biaya sarana produksi ternak sapi hanya terdiri dari biaya rumput dan biaya obat-obatan. Bentuk persamaannya adalah : BSPS
=
BRUM =
dimana : BSPS BRUM OBT
BRUM + OBT……………………………………………………[4.58] JRUM*HRUM
: Biaya sarana produksi sapi (Rp/tahun); : Biaya rumput (Rp/tahun); : Biaya obat-obatan (Rp/tahun);
4.5.2.4. Blok Biaya Transaksi Seperti pada model Minahasa, biaya transaksi merupakan biaya yang ditanggung rumahtangga petani usaha ternak sapi-tanaman dalam penjualan ternak sapi maupun penjualan kelapa. Biaya transaksi penjualan sapi terdiri dari biaya perantara, biaya transpor, biaya retribusi dan biaya administrasi. Sedangkan biaya transaksi penjualan kopra terdiri dari biaya transpor penjualan kopra dan biaya penyimpanan kopra. Biaya perantara penjualan sapi merupakan salah satu komponen biaya transaksi penjualan sapi dipengaruhi harga sapi, penjualan sapi dan jarak pasar. Sedangkan biaya transpor penjualan kopra dipengaruhi harga kopra dan tenaga kerja ternak sapi pada usaha kelapa. Bentuk persamaannya : Biaya Perantara Penjualan Sapi BPER =
j0 + j1 HTS+j2 PROSJ +j3 JARP+U10……………………................[4.59]
Biaya Transpor Penjualan Kopra BTPK =
k0 + k1 HKO + k2 TKSK + U11……………………………………[4.60]
Biaya Transaksi Usaha Sapi BTRS = BPER + BTRA + BRET + BADM………………………………...[4.61]
132
Biaya Transaksi Usaha Kelapa BTRK = BTPK + BSIM……………………………………………………...[4.62] Total Biaya Transaksi BTR
= BTRS + BTRK……………………………………………………...[4.63]
dimana : BPER BTRA BRET BADM BTPK BSIM JARP
: : : : : : :
Biaya perantara penjualan sapi (Rp/tahun); Biaya transpor penjualan sapi (Rp/tahun); Biaya retribusi penjualan sapi (Rp/tahun); Biaya administrasi penjualan sapi (Rp/tahun); Biaya transpor penjualan kopra (Rp/tahun); Biaya simpan kopra (Rp/tahun); Jarak pasar (Km);
Hipotesis : j3 < 0 dan j1, j2 > 0; k2 < 0 dan k1> 0. 4.5.2.5. Blok Pendapatan Rumahtangga Sama seperti di Minahasa, pendapatan rumahtangga adalah pendapatan yang diperoleh rumahtangga petani peternak dari usaha ternak sapi, usaha kelapa, usahatani lain, buruh tani, luar usahatani dan pendapatan usaha lain.
a. Penerimaan Usaha Ternak Sapi Penerimaan rumahtangga selain diperoleh dari penjualan ternak sapi juga diperoleh dari penyewaan ternak sapi oleh petani lain. Penerimaan rumahtangga terdiri dari penerimaan hasil penjualan ternak dan penerimaan hasil penyewaan ternak sapi. Penerimaan hasil penjualan ternak merupakan perkalian penjualan sapi dan harga sapi. Sedangkan penerimaan sewa ternak merupakan perkalian jumlah ternak yang disewakan dan harga sewa sapi. Bentuk persamaannya: RUTS
= RUTSJ + RSTS + RSLS………………………………………...[4.64]
RUTSJ
= PROS*HTS
RSLS
= TKSK*USS
133
dimana: RSTS RSLS
: Penerimaan penyewaan ternak sapi (dibayar) (Rp/ekor); : Penerimaan penyewaan ternak sapi (dihitung) (Rp/ekor);
b. Pendapatan Usaha Ternak Sapi Pendapatan rumahtangga petani usaha ternak sapi-tanaman merupakan selisih antara total penerimaan dengan total biaya produksi dan biaya transaksi penjualan ternak sapi diukur dalam rupiah per tahun. Bentuk persamaannya adalah : PUTS
=
RUTS - TBPS – BTRS…………………………………………[4.65]
Total Biaya Produksi Sapi TBPS
= BSPS + BTKDS………………………………………………….[4.66]
dimana: PUTS TBS TBPS BTKDS
: : : :
Pendapatan usaha ternak sapi (Rp/tahun); Total biaya usaha ternak sapi (Rp/tahun); Total biaya produksi sapi (Rp/tahun); Biaya TK keluarga usaha ternak sapi (diperhitungkan)(Rp/tahun);
c. Pendapatan Usaha Kelapa Pendapatan usaha kelapa diperoleh dari penjualan kopra dan buah kelapa diukur dalam rupiah per tahun dikurangi biaya produksi dan biaya transaksi penjualan kopra. Bentuk persamaan pendapatan usaha kelapa dan total biaya kelapa adalah : PUK
=
RUK - TBPK - BTRK…………………………………………...[4.67]
RUK
=
PROBJ*HBK + PROK*HKO
Total Biaya Produksi Kelapa TBPK
=
(JPUK*HPUK)+(JGAR*HGAR)+BTKK……………………...[4.68]
BTKK =
BTKDK + BTKLK……………………………………………….[4.69]
BTKDK =
TKDS*UTK
BTKLK =
TKLK*UTK
dimana: PUK
: Pendapatan usaha kelapa (Rp/tahun);
134
RUK TBPK JPUK HPUK JGAR HGAR BTKK BTKDK BTKLK
: : : : : : : : :
Penerimaan penjualan kelapa dan kopra (Rp/tahun); Total biaya produksi kelapa (Rp/tahun); Jumlah pupuk urea untuk kelapa (Kg/tahun); Harga pupuk urea untuk kelapa (Rp/kg); Jumlah garam (Kg/tahun); Harga garam (Rp/kg); Biaya TK usaha kelapa (Rp/tahun); Biaya TK keluarga usaha kelapa (diperhitungkan)(Rp/tahun); Biaya TK sewa usaha kelapa (dibayar) (Rp/tahun);
d. Total Pendapatan Rumahtangga Total pendapatan rumahtangga petani usaha ternak sapi-tanaman diperoleh dari penjumlahan pendapatan usaha sapi dan pendapatan usaha kelapa, pendapatan usahatani lain, pendapatan buruh tani, pendapatan luar usahatani dan pendapatan usaha lain. Bentuk persamaan total pendapatan rumahtangga adalah sebagai berikut : TPRT
dimana : TPRT PUTL PBTN PLUT PUL
=
: : : : :
PUTS + PUJ + PUTL + PBTN + PLUT + PUL……………….[4.70]
Total pendapatan rumahtangga (Rp/tahun); Pendapatan usahatani lain (Rp/tahun); Pendapatan buruh tani (Rp/tahun); Pendapatan luar usahatani (Rp/tahun); Pendapatan usaha lain (Rp/tahun)
e. Pendapatan Siap Dibelanjakan Pendapatan siap dibelanjakan rumahtangga merupakan total pendapatan rumahtangga dikurangi pajak. Bentuk persamaannya adalah : PSD
=
TPRT - TAX……………………………………………………….[4.71]
dimana : PSD : Pendapatan siap dibelanjakan (Rp/tahun); TAX : Total pajak atau retribusi (Rp/tahun); 4.5.2.6. Blok Pengeluaran Rumahtangga Pengeluaran rumahtangga petani usaha ternak sapi-tanaman merupakan berapa besar uang yang dikeluarkan rumahtangga untuk konsumsi pangan, konsumsi
135
non pangan, serta investasi sumberdaya manusia yang terdiri dari investasi pendidikan dan investasi kesehatan. Pengeluaran untuk konsumsi ditentukan oleh variabel ukuran dan struktur demografi rumahtangga. Variabel ini penting untuk pendapatan dan pengeluaran yang potensial. a. Konsumsi Pangan Konsumsi pangan dipengaruhi oleh jumlah anggota keluarga, pendidikan kepala keluarga dan total pendapatan rumahtangga. Bentuk persamaan konsumsi pangan adalah : KP dimana : KP
=
l0 + l1 ANG + l2 PFO + l3 TPRT + U12………………….[4.72]
: Konsumsi pangan (Rp/tahun);
Hipotesis : l1, l2, l3 > 0. b. Konsumsi Non Pangan Konsumsi non pangan dipengaruhi pendidikan kepala keluarga, jumlah angkatan kerja, dan total pendapatan rumahtangga. Bentuk persamaannya adalah: KNP = m0 + m1 ANG+m2 PFO+m3 TPRT+U13…………………….[4.73] dimana : KNP : Konsumsi non pangan (Rp/tahun); Hipotesis : m1, m2, m3 > 0.
c. Investasi Pendidikan Investasi sumberdaya manusia merupakan total investasi pendidikan dan investasi kesehatan. Investasi pendidikan dipengaruhi jumlah anak sekolah dan total pendapatan rumahtangga. Bentuk persamaan investasi pendidikan adalah : ISM
= IPD + IKE…………………………………………………………..[4.74]
IPD
= n0 + n1 JAS + n3 TPRT + U14……………………………………...[4.75]
136
dimana : ISM IPD IKE JAS
: : : :
Investasi sumberdaya manusia (Rp/tahun); Investasi pendidikan (Rp/tahun); Investasi kesehatan (Rp/tahun); Jumlah anak sekolah (Orang);
Hipotesis : n1, n2, n3 > 0. d. Total Pengeluaran Total konsumsi merupakan penjumlahan konsumsi pangan dan konsumsi non pangan. Sedangkan total pengeluaran rumahtangga merupakan penjumlahan total konsumsi dan investasi sumberdaya manusia oleh rumahtangga petani peternak sapi. Bentuk persamaannya adalah : KT
= KP + KNP…………………………………………………………….[4.76]
TP
= KT + ISM…………………………………………………………...[4.77]
dimana : KT TP
: Konsumsi total (Rp/tahun); : Total pengeluaran (Rp/tahun);
4.5.2.7. Blok Surplus Pasar Perubahan dalam surplus pasar dikarenakan kombinasi dampak perubahan tehnologi dan komersialisasi. Intinya, perubahan surplus pasar akan meningkatkan pendapatan yang menyebabkan pengeluaran konsumsi semakin meningkat. Surplus pasar yang dihitung adalah surplus pasar kelapa. Bentuk persamaan surplus pasar kelapa adalah : SPK
=
o0 + o1 HBK + o2 PROB + o3 TP + o3 BTRK + U15……………...(4.78)
dimana : SPK : Surplus pasar kelapa (Kg/tahun); HBK : Harga buah kelapa (Rp/kg); Hipotesis : o1, o2, o3, o4 > 0. Definisi dan pengukuran variabel dapat dilihat pada Lampiran 1.
137
4.6. Identifikasi Model Identifikasi model dilakukan agar dapat menentukan metode estimasi yang akan digunakan. Identifikasi model ditentukan berdasarkan dua kondisi yaitu kondisi order dan rank (Koutsoyiannis, 1977). Kedua kondisi ini harus dipenuhi oleh persamaman agar dapat diidentifikasi. Untuk keperluan identifikasi setiap persamaan perilaku, dalam penelitian ini hanya didasarkan pada kondisi order. Kondisi order secara matematis dapat dilihat dari persamaan :
(K − M ) ≥ (G − 1) dimana : K M G
= Jumlah keseluruhan peubah endogen dan predeterminan, = Jumlah peubah endogen dan peubah eksogen dalam persamaan, = Jumlah keseluruhan persamaan (jumlah persamaan endogen),
Pada kondisi rank ditentukan oleh determinan turunan persamaan struktural yang nilainya tidak sama dengan nol. Jika (K-M) = (G-1) maka persamaan dikatakan exactly identified dan jika (K-M) < (G-1) maka persamaan dikatakan underidentified. Jika (K-M) > (G-1) maka persamaan dikatakan over identified. Jika sistem persamaan atau model secara keseluruhan adalah under-identified maka tidak satupun tehnik ekonometrika yang dapat dilakukan untuk mengestimasi parameter tersebut. Jika sistem persamaan exactly identified, maka tehnik yang digunakan adalah Indirect Least Squares (ILS), dan jika over identified maka digunakan Two Stage Least Squares (2 SLS) atau Three Stage Least Squares (3SLS). Dalam model penelitian ini, untuk model usaha ternak sapi-jagung di Minahasa terdapat 43 persamaan yang terdiri dari 19 persamaan struktural (perilaku) dan 23 persamaan identitas. Berarti jumlah peubah endogen sebesar 43 persamaan
138
dan peubah eksogen sebanyak 44 peubah. Untuk model usaha ternak sapi-kelapa di Bolaang Mongondow terdapat 35 persamaan yang terdiri dari 15 persamaan struktural (perilaku) dan 20 persamaan identitas. Berarti jumlah peubah endogen sebesar 35 persamaan dan peubah eksogen sebanyak 40 peubah. Total peubah endogen dan eksogen dalam persamaan (maksimum) adalah sebesar 7 peubah, sehingga untuk usaha ternak sapi-jagung di Minahasa diperoleh K = 88, M = 7 dan G = 43. Sedangkan untuk usaha ternak sapi-kelapa di Bolaang Mongondow diperoleh K = 72, M = 7 dan G = 35, dengan demikian model yang dibangun menghasilkan persamaan over identified. Model over identified akan menghasilkan perkiraan untuk parameter persamaan struktural atau perilaku.
4.7.Validasi Model Menurut Sitepu dan Sinaga (2006), simulasi dilakukan dengan tujuan untuk mencari model yang tepat dan bagaimana perubahan peubah endogen sebagai suatu fungsi dari satu atau lebih peubah eksogen. Kriteria ini ditentukan oleh kriteria goodness of fit statistics. Beberapa nilai-nilai ukuran statistik yang tersedia digunakan untuk menilai kemampuan suatu model dalam melakukan simulasi. Untuk mengetahui apakah suatu model cukup baik maka dilakukan validasi model, sehingga manfaat validasi model adalah untuk mengetahui apakah model yang digunakan menggambarkan informasi aktual dengan baik. Atau untuk mengetahui apakah model dapat menghasilkan nilai ramalan untuk peubah endogen yang tidak jauh berbeda dengan nilai-nilai aktualnya. Validasi model menggunakan kriteria statistik Root Mean Squares Error (RMSE), Root Mean Squares Percent Error (RMSPE),
139
koefisien determinasi (R2) dan Theil’s Inequality Coefficient (U). Persamaan masingmasing kriteria statistik menurut Koutsoyiannis (1977) dan Pindyck and Rubinfeld (1991), adalah :
RMSE =
(1 / n ) * ∑ (S i − Ai )2
RMSPE = 100 * U=
(1 / n ) * ∑ {(S i − Ai ) / Ai }2
(1 / n ) * ∑ (S i − Ai )2 (1 / n ) * ∑ (S i )2 + (1 / n ) * ∑ ( Ai )2
dimana: n
= Jumlah pengamatan,
Si
= Nilai simulasi contoh ke-I,
Ai
= Nilai aktual contoh ke-i
Kriteria RMSE, RMSPE dan U Theil’s, menunjukkan apakah suatu model akan semakin baik sebagai penduga atau tidak. Semakin kecil nilai RMSE, RMSPE dan U Theil’s akan semakin baik penduga model yang digunakan. Jika U=0 berarti estimasi model yang dihasilkan adalah semakin baik, dan jika U=1 maka estimasi model semakin jelek. Nilai R2 untuk membandingkan antara data actual dengan data hasil estimasi peubah endogen (Pindyck and Rubinfeld, 1991).
4.8. Simulasi Model
Kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam rangka pengembangan peternakan khususnya pada usaha ternak sapi diantaranya pemberian bantuan dalam
140
bentuk ternak atau dana cash. Bantuan ini dilakukan oleh pemerintah sebagai upaya peningkatan pendapatan rumahtangga petani usaha ternak sapi-tanaman yang selanjutnya dapat meningkat kesejahteraan mereka. Pemerintah melakukan investasi peternakan untuk mengantisipasi adanya impor ternak dan produk ternak yaitu daging sapi. Namun kenyataan di lapang menunjukkan bahwa program yang dilakukan pemerintah kurang berhasil. Masalah lain, rumahtangga petani usaha ternak sapi-tanaman menghadapi biaya transaksi dalam penjualan ternak sapi. Kasus tersebut sangat diperlukan intervensi pemerintah dalam hal bagaimana meminimalkan biaya transaksi agar penerimaan yang diperoleh dari penjualan ternak sapi lebih tinggi. Apabila biaya transaksi tidak bisa dihindari maka upaya yang dapat dilaksanakan adalah peningkatan harga output (harga sapi). Harga output dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan bobot minimum penjualan ternak sapi. Naiknya biaya transaksi dibarengi naiknya harga output diharapkan mempunyai dampak positif terhadap perilaku ekonomi rumahtangga petani usaha ternak sapi-tanaman. Cara lain yang dapat dilakukan pemerintah adalah perlu dipertimbangkan untuk membangun suatu lembaga yaitu koperasi agar ke depan rumahtangga dapat menjual ternaknya melalui koperasi. Berdasarkan kondisi tersebut di atas maka dilakukan analisis simulasi biaya transaksi, harga dan upah. Analisis ini dilakukan untuk mempelajari dampak perubahan : harga ouput, harga input, upah tenaga kerja, biaya transaksi maupun dampak penurunan biaya perantara penjualan sapi terhadap perilaku ekonomi rumahtangga. Analisis perubahan tersebut akan dilakukan adalah kombinasi dengan
141
perubahan sebesar 10 persen. Peningkatan ini dilakukan berdasarkan kenyataan di lapangan bahwa biaya perantara penjualan sapi setiap tahunnya mengalami peningkatan dan pada saat penelitian biaya perantara penjualan sapi berkisar antara 10-20 persen. Penekanan biaya perantara dapat dilakukan dengan cara rumahtangga menjual sendiri ternaknya atau melalui koperasi. Harga ternak sapi juga mengalami peningkatan setiap tahunnya namun harga ternak sapi di Sulawesi Utara lebih murah dibanding daerah lain. Harga kopra yang diterima rumahtangga lebih murah dibanding bila rumahtangga menjual di pabrik minyak goreng. Analisis simulasi di Minahasa dan Bolaang Mongondow dilakukan dengan berbagai skenario, yaitu : Skenario 1 (S1) =
Peningkatan biaya perantara penjualan sapi dikombinasikan dengan biaya transpor penjualan jagung/kopra, harga sapi dan harga jagung/kopra.
Skenario 2 (S2) =
Peningkatan biaya perantara penjualan sapi dikombinasikan dengan biaya transpor penjualan jagung/kopra, harga rumput, harga urea dan upah tenaga kerja.
Skenario 3 (S3) =
Peningkatan biaya perantara penjualan sapi dikombinasikan dengan biaya transpor penjualan jagung/kopra, harga sapi, harga jagung/kopra, harga rumput, harga urea dan upah tenaga kerja.
Skenario 4 (S4) =
Penurunan biaya perantara penjualan sapi dikombinasikan dengan peningkatan biaya transpor penjualan sapi, biaya administrasi, biaya retribusi, biaya transpor penjualan jagung/kopra, harga sapi dan harga jagung/ kopra.
Skenario 5 (S5) =
Penurunan biaya perantara penjualan sapi dikombinasikan dengan peningkatan biaya transpor penjualan sapi, biaya administrasi, biaya retribusi, biaya transpor penjualan jagung/kopra, harga rumput, harga urea dan upah tenaga kerja.
Skenario 6 (S6) =
Penurunan biaya perantara penjualan sapi dikombinasikan dengan peningkatan biaya transpor penjualan sapi, biaya administrasi, biaya retribusi, biaya transpor penjualan jagung/kopra, harga sapi, harga jagung/kopra, harga rumput,
142
harga urea dan upah tenaga kerja. Skenario 7 (S7) =
Peningkatan harga sapi dan harga jagung/kopra pada kondisi ada biaya transaksi dan kondisi tidak ada biaya transaksi rumahtangga petani peternak sapi di Minahasa dan Bolaang Mongondow.
Skenario 8 (S8) =
Peningkatan harga sapi, harga jagung/kopra, harga rumput, harga urea dan upah pada kondisi ada biaya transaksi dan kondisi tidak ada biaya transaksi rumahtangga petani peternak sapi di Minahasa dan Bolaang Mongondow.