20
I V . H A S I L DAN PEMBAHASAN 4.1 Identifikasi Jamur Patogen Pada Benih Hasil identifikasi jamur pada benih secara makroskopis dan mikroskopis yang didasarkan pada karekteristik morfologi pada hari ke-7 setelah benih diinkubasi pada medium P D A , ditemukan 3 jenis jamur yaitu Fusarium sp, Colletotrichum
sp, dan
Phomopsis sp. Karakteristik morfologi jamur secara makroskopis dapat dilihat pada tabel 1 Gambar 3 sebagai berikut:
Tabel 1. Karakteristik Morfologi Jamur Secara Makroskopis Pada Medium PDA Karakteristik miselia
JAMUR Fusarium
Struktur
moniliforme
Colletotrichum Phomopsis sp
sp
halus
wama
Arah pertumbuhan
coklat
kesamping
halus
putih
kesamping dan keatas
halus
putih
kesamping dan keatas
A
B
C
Gambar 3. Bentuk koloni dan miselia masing-masing jamur yang menyerang benih kedelai setelah 7 hari diinkubasi di medium PDA. Keterangan : (A) Fusarium sp, (B). Colletotrichum (a). Miselium
sp, (C). Phomopsis
sp
membentuk aprcsorium bulal, dengan dinding lebal dan berwrna lua. Badan buah jamur
berbenluk
aservulus,
mcmpunyai rambut-rambut
berdinding tebal.
kaku, bersekat2-3, dan
. . .
Karakteristik morlblogi jamur Phomopsis
s]> yaitu spora agak bulal dan
bersekat, miselium bersekat, arah pertumbuhan ke samping. Fusarium sp pada waktu muda
hialin,
kemudian
mcmpunyai
dinding yang
gelap.
Bentuk dan
ukuran
piknidium bervariasi. Berdasarkan hasil identifikasi jamur patogen pada bebcrapa varietas kedelai yang diteliti, ditemukan 3 jenis jamur yaitu Fusarium sp, dan Phomopsis
moniliforme,
Colletotrichum
sp. Jamur- jamur yang terdapat pada benih kedelai diduga karena
telah terjadi infeksi sebelumnya
pada tanaman induk di lapangan
atau adanya
perkembangan penyakit secara sistemik. Perkembangan pathogen tular benih secara sistematik terjadi pada salah satu bagian benih yang terinfeksi seperti embrio, endosperm, kulit benih yang terkontaminan pada kulit benih.
4.2. Persentase Serangan Masing-Masing J a m u r Patogen 1. Persentase serangan jamur Fusarium sp Hasil pengamatan persentase serangan jamur Fusarium varietas setelah dilakukan analisis
ragam
menunjukkan
sp pada beberapa
perbedaan yang
nyata
(Lampiran 3a). Data uji lanjut dengan D N M R T dilihat pada Tabel 3. Tabcl 3. Rerata Persentase Serangan J a m u r Fusarium
sp Pada Benih Kedelai di
Medium P D A Varietas Varietas Malabar Varietas Kipas Putih Varietas Slamet
Rerata persentase serangan % 31,01 a 20,33 b 15,60 be
Varietas W i l l i s Varietas Anjasmoro
14,00 c 9,00 d
K K = 11,9% Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama adalah berbeda nyata berbeda nyata menurut D N M R T pada taraf 5% setelah data ditransformasikan kedalam arcsinV%.
23
Tabel 3 menunjukkan bahwa varietas Malabar berbeda nyata adengan semua varietas yang diuji. Persentase serangan jamur yang tinggi terdapat pada varietas Malabar. Hal ini diduga karena pada varietas Malabar mcmpunyai kelahanan vcrtikal (kualilatil) yang disusun oleh salu gen dan hanya terhadap beberapa jenis pathogen saja. Varietas dengan ketahanan vertical mudah patah oleh timbulnya pathogen baru. Menurut Muhuria (2003), secara umum ketahanan vertical biasanya diwarisi oleh gen lunggal atau sejumlah gen. Varietas local mcmpunyai ketahanan horizontal yang disebut sebagai ketahanan kuantitatif sebagai sualu tipc ketahanan yang tahan terhadap semua jenis pathogen. Ketahan horizontal (kuantitatif) bersifat poligenik dan tahan terhadap banyak pathogen (Muhuria, 2003). Varietas yang mcmiliki ketahan horizontal
menunjukkan
sedikit kepekaan
terhadap pathogen,
tetapi
memiliki
kemampuan untuk mempcrlambat laju perkembangan penyakit. Ketahan horizontal efektif untuk semua patogen.
1.
Persentase serangan jamur Colletotrichum
sp
Hasil pengamatan persenrase serangan j a m u r . . .pada beberapa varietas setelah dilakukan analisis ragam menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (Lapiran 3b). data uji lanjut dengan D N M R T dilihat di tabel 4. Tabel 4. Rerata Persentase Serangan J a m u r Colletotrichum
sp Pada Benih
Kedelai di Medium P D A Varietas
Rerata persentase serangan %
Varietas Malabar
4,00 a
Varietas Kipas Putih
2,70 a
Varietas Slamet
3,20 a
Varietas W i l l i s
2,00 a
Varietas Anjasmoro
1,50 a
K K = 22,9% Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama adalah berbeda tidak nyata berbeda nyata menurut D N M R T pada taraf 5% setelah data ditransformasikan kedalam arcsinV%.
24
Tabcl 4 menunjukkan bahwa semua vaiiclas yang diuji berbeda tidak nyala, letapi pada varietas Malabar persentase serangan januir dollclolrichurn
.sp lebih tinggi
dibandingkan dengan varietas lainnya. Hal ini diduga bahwa pada vai'ictas Malabar yang mcmpunyai ketahanan vcrtikal dan disusun salu alau beberapagen dan mudali patah terhadap timbulnya patogen baru. Selain itu, bahwa varietas Malabar yang merupakan varietas unggul yang digunakan dalam penelitian ini telah mengalami beberapa kali penanaman sehingga si fat kctahannya bcrkurang atau tidak sama lag! pada perlama kali lanam.
2.
Persentase serangan jamur Phomopsis sp Hasil pengamatan persentase serangan jamur Phomopsis
sp pada beberapa
varietas setelah dilakukan analisis ragan menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (Lampiran 3c). Data uji lanjut D N M R T dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Rerata Persentase Serangan J a m u r Phomopsis
sp Pada Benih Kedelai
Medium P D A Varietas
Rerata persentase serangan %
Varietas Malabar
1,50 a
Varietas Kipas Putih
1,50 a
Varietas Slamet
2,00 a
Varietas Willis
1,00 a
Varietas Anjasmoro
1,00 a
K K = 20,19% Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama adalah berbeda tidak nyata berbeda nyata menurut D N M R T pada taraf 5% setelah data ditransformasikan kedalam arcsinV%.
Tabel 5 dapat dilihat bahwa persentase serangan jamur Phomopsis
sp lebih
tinggi pada varietas Slamet, namun berbeda tidak nyata dengan varietas lainnya. Hal ini diduga bahwa masing-masing varietas tersebut juga tidak mcmpunyai ketahanan yang khusus terhadap serangan jamur Phomopsis
sp sehingga
tersebut mcmpunyai peluang yang relative sama untuk terinfeksi.
varietas-varietas
25
4.3. Persentase Daya Kccambah Benih Normal llasil pcnganialan pcisenlasc serangan daya kecambali benih normal dari beberapa varietas setelah dilakukan analisis menunjukkan perbedaan tidak nyala (Lampiran 3d). Data uji lanjul dengan D N M R T diiihal pada label 6. Tabcl 6. Rerata Persentase Daya Kccambah Benih Kedelai Normal 14 llari Setelah di Kccambahkan. Varietas
Rerata persentase serangan %
Varietas Anjasmoro
93,30 a
Varietas W i l l i s
91,05 a
Varietas Slamet
90,8
Varietas Kipas Putih
90,05 a
Varietas Malabar
87,8
a a
K K = 3,8% Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama adalah berbeda nyata berbeda nyata menurut D N M R T pada taraf 5% setelah data ditransformasikan kedalam arcsinV%.
Tabel 6 menunjukkan bahwa persentase daya keeambah benih normal lebih tinggi pada varietas Anjasmoro (93,0%), yang berbeda nyata dengan varietas lainnya, kecuali dengan varietas Malabar. Hal i n i diduga bahwa pada varietas Anjasmoro persentase
serangan
jamur tular
benih rendah
karena
mempunyai ketahanan
horizontal sehingga mampu bertahan terhadap serangan patogen. Keberadaan jamur pada benih dapat terkendali sehingga aktifitas sel embrio tetap aktif dan mampu menghasilkan keeambah normal. Mardinus (2003) menyatakan bahwa persentase perkecambahan benih tergantung pada banyak faktor antara lain serangan patogen, faktor genetik dan lingkungan. Varietas Malabar yang mempunyai persentase daya keeambah lebih rendah dibandingkan dengan varietas lokal karena disebabkan tingginya persentase serangan jamur
patogen. .lamur patogen
yang terdapat
pada benih dapat menghalangi
perkecambahan, sehingga menyebabkan rendahnya daya keeambah benih. Hal ini disesuaikan dengan pendapat Neegard dalam Mardinus (2003) yang menyatakan bahwa infeksi patogen pada benih sering menyebabkan menurunnya daya kecambali.
26
Tabcl 6 juga mcmpcilihatkan bahwa varietas-varietas yang diuji mcmiliki daya kccambah (viabilitas) benih yang baik. Menurul Kamil (2003), syarat beniii bermulu tinggi adalah benih yang mcmpunyai daya kccambah minimal 80%.
4.4. Persentase Kccambah Abnormal I lasil pengamatan persentase daya kccambah abnormal pada beberapa varietas setelah dilakukan analisis ragam menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (Lampiran 3e). data uji lanjut D N M R T dilihat pada label 7. Tabcl 7. Rerata Persentase Daya Kccambah Benih Kedelai Normal 14 H a r i Setelah di Kccambahkan. Varietas
Rerata persentase serangan %
Varietas Anjasmoro
11,10 a
Varietas W i l l i s
8,85
ab
Varietas Slamet
8,10
ab
Varietas Kipas Putih
7,85
ab
Varietas Malabar
5,60
b
,
K K = 18% Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama adalah berbeda nyata berbeda nyata menurut D N M R T pada taraf 5% setelah data ditransformasikan kedalam arcsinV%-
Tabel 7 menunjukkan bahwa persentase daya keeambah abnormal lebih tinggi pada varieatas Anjasmoro (11,10%) lainnya kecuali dengan
varietas
yang berbeda tidak nyata dengan
varietas
Malabar. Hal ini dapat dihubungkan
dengan
persentase serangan pathogen (3 dan 4) dimana serangan jamur pathogen pada benih tersebut lebih tinggi, yang dapat mengakibatkan persentase keeambah abnormal lebih tinggi. Selain itu, rendahnya daya keeambah pada varietas Anjasmoro dibandingkan dengan varietas lokal adalah karena varietas unggul yang digunakan dalam penelitian ini
telah
mengalami
2-3
kali
penanaman,
sehingga
kemungkinan sifat
daya
kecambahnya tidak lagi sebaik pada saat penanaman pertama. Jamur-jamur patogen dapat bertahan pada atau didalam benih berupa spora atau miselia yang selanjutnya akan aktif pada saat benih berkecambah. Pada tahap
27
selanjutnya
jamur-jamur
perkecambahan
tersebut
dapat
benih dan pertumbuhan
mengakibatkan
kegagalan
pada
saat
bibit yang tidak normal berupa tidak
terdapatnya plumula alau Icniahnya plumula dan akar. 1 lal ini scsuai dengan pcndapal Buslaman (1985) dalam Sari (1996) yang menyatakan bahwa jamu patogen yang terdapat
pada
berbagai
bagian
benih dapat
menghalangi
perkecambahan
dan
pertumbuhan bibit sehingga menyebabkan kccambah abnormal dan busuk alau benih tidak tumbuh sama sckali. Patogen-palogen yang menyerang benih dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung jamur menyerang bagian-bagian benih
seperti
endosperm atau embrio sehingga menggangu metabolism perkecambahan. Serangan tidak langsung dapat mengeluarkan senyawa beracun sehingga dapat mengganggu perkembangan embrio dalam proses perkecambahan,
akibatnya bibit-bibit tidak
mampu berkecambah dengan normal. Sutakaria (1990) mengumukakan bahwa pathogen yang terbawa benih ada kemungkinan
dapat
menimbulkan penyakit benih itu sendiri,
perkecambahan
dipersemaian, tanaman masih muda dan waktu menjelang berbunga atau berbuah. Patogen
tersebut
mulai
mengadakan
pertumbuhan
menginfeksi tanaman setelah benih berkecambah.
aktif
kembali
kemudian