31 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1
Karakteristik Semen Segar Domba Lokal Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap evaluasi semen
domba lokal yang digunakan dalam penelitian inibaik secara makroskopis maupun mikroskopis diperoleh rataan karakteristik kualitas semen segar domba lokal seperti yang tercantum pada Tabel 3. Tabel 3. Rataan Karakteristik Semen Segar Domba Lokal Parameter
Hasil penelitian
Volume
0,9
Ph
6,55
Konsistensi
Encer
Warna
Krem
Gerakan massa
+++
Motilitas (%)
87.94
Konsentrasi Total (juta/ml)
3257.5
MPU (%)
62,5
Bau
Amis khas domba Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa rataan karakteristik semen segar
domba lokal yang diperoleh baik secara makroskopis maupun mikroskopis menunjukkan hasil yang normal. Pada umumnya volume semen segar domba berkisar 0,8 – 1,2 ml (Feradis, 2010(a)).
Hasil penelitian mengenai derajat
keasaman semen domba normal yaitu 6,55 sesuai dengan Hafez dkk., (1959) dalam Toelihere (1993) yang berkisar 6,2 – 7,0. Konsistensi, warna, geraka massa dan bau menunjukan hasil yang normal. Menurut Hafez dkk., (1959) dalam
32 Toelihere (1993), bahwa konsistensi atau kekentalan semen domba yaitu kental dan berwarna krem serta memiliki konsentrasi 2000 juta sampai 3000 juta lebih sel spermatozoa per ml. Perbedaan perolehan nilai yang terjadi antara konsistensi dan konsentrasi semen cukup tinggi pada domba lokal ini dapat disebabkan oleh kondisi fisik ternak, seperti umur yang masih produktif, bobot badan yang optimum, kualitas pakan, dan frekuensi penampungan semen yang ideal, seperti pernyataan Toelihere (1993), bahwa kualitas semen dipengaruhi oleh umur, bobot badan, kualitas pakan, dan frekuensi penampungan. Bobot badan yang tinggi dapat menyebabkan pejantan menjadi lamban, sulit atau tidak dapat berkopulasi karena kemalasannya, kelemahan kaki belakang, dan penurunan libido (Flipse dan Almquist, 1961 dalam Toelihere 1993).
Gerakan masa spermatozoa terlihat
gelombang besar, banyak, gelap, tebal, dan aktif mempunyai nilai sangat baik yaitu (+++) sesuai dengan Toelihere (1993), bahwa berdasarkan penilaian gerakan masa, kualitas semen dapat ditentukan dengan (+++), terlihat gelombang – gelombang besar, banyak, gelap, tebal, dan aktif bagaikan gumpalan awan hitam dekat waktu hujan. Bau yang dihasilkan yaitu bau amis khas ternak domba. Berdasarkan uraian di atas semen tersebut layak untuk diproses lebih lanjut. 4.2.
Pengaruh Perlakuan terhadap Daya Tahan Hidup Sperma Domba Lokal (Jam) Daya
tahan
hidup
merupakan
kemampuan
spermatozoa
untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam waktu tertentu yang dapat diukur berdasarkan nilai motilitas.Pengamatan daya tahan hidup spermatozoa dilakukan pada saat semen disimpan pada suhu 50C. Pengamatan ini dilakukan setiap 12 jam setelah pengenceran, selanjutnya setelah motilitas mencapai ± 40% maka
33 pengamatan dilakukan setiap 6 jam.
Hasil penelitian mengenai pengaruh
penambahan madu dengan berbagai konsentrasi terhadap daya tahan hidup sperma domba lokal dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rataan Daya Tahan Hidup Sperma Domba Lokal Perlakuan Ulangan P0 P1 P2 P3 P4 ---------------------------Jam-------------------------1 77,33 80 121,50 96 84 2 84 84 84 80 74 3 85,09 96 84 75 96 4 108 96 96 108 72 354,42 356 385,50 359 326 Jumlah 88,60 89 96,37 89,75 81,50 Rata - rata 13,38 8,25 17,68 15,11 11 ST.Dev Keterangan : P0 = Pengencer Tris-KuningTelur (denganfruktosa) + 0% madudari totalpengencer P1 = Pengencer Tris-KuningTelur (tanpafruktosa) + 1% madudari total pengencer P2 = Pengencer Tris-KuningTelur (tanpafruktosa) + 2% madudari total pengencer P3 = Pengencer Tris-KuningTelur (tanpafruktosa) + 3% madudari total pengencer P4 = Pengencer Tris-KuningTelur (tanpafruktosa) + 4% madudari total pengencer. Tabel 4 menunjukkan bahwa rataan daya tahan hidup sperma berkisar antara 81,5 sampai 96,37 jam. Badan Standarisasi Nasional menetapkan kualitas semen sesudah proses pendinginan dan pembekuan harus menunjukan spermatozoa hidup (viabilitas) minimal 40% (Anonimous, 2005). Rataan daya tahan hidup sperma ini diambil pada saat motilitas mencapai 40%. Rataan daya
34 tahan hidup sperma pada penelitian ini secara berurutan dari yang terendah sampai tertinggi yaitu pengencer tris - kuning telur tanpa fruktosa dan mengandung madu 4% dari total pengencer (P4 = 81,50 jam), pengencer tris - kuning telur dengan fruktosa dan tidak mengandung madu yaitu (P0= 88,60 jam), pengencer tris kuning telur tanpa fruktosa dan mengandung madu 1% dari total pengencer (P1= 89 jam), pengencer tris - kuning telur tanpa fruktosa dan mengandung madu 3% dari total pengencer (P3= 89,75 jam),pengencer tris – kuning telur mengandung 2% madu dari total pengencer (P2= 96,37 jam). Pengaruh penambahan madu pada semen cair domba lokal dengan berbagai konsentrasi terhadap daya tahan hidup sperma dapat diketahui dengan sidik ragam (Lampiran 2). Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa penggunaan berbagai tingkat madu dalam pengencer semen tidakberbeda nyata (p<0,05) terhadap daya tahan hidup semen cair domba lokal. Hal ini dapat menunjukkan bahwa penambahan madu ke dalam pengencer tris – kuning telur dapat menggantikan fruktosa namun tidak memberikan hasil yang lebih baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil rata – rata yang memiliki angka tidak terlalu jauh antara perlakuan dengan kontrol.
Madu dapat menggantikan fruktosa karena madu
merupakan bahan yang mengandung sumber energi tinggi dan merupakan cairan kental yang dihasilkan oleh lebah madu dari berbagai sumber nektar. Komponen utama dari nektar adalah sukrosa, fruktosa, dan glukosa serta terdapat juga dalam jumlah sedikit zat – zat gula lainnya seperti maltosa, melibiosa, rafinosa serta turunan karbohidrat lainnya (Adji, 2004). Karbohidrat yang terkandung dalam bahan pengencer mempunyai beberapa fungsi, yaitu sebagai sumber energi, mengatur tekanan osmotik dan sebagai krioprotektan ekstraseluler (Yildiz dkk., 2000).Penambahan
sedikit
jumlah
glukosa
dapat
meningkatkan
dan
35 memperpajang aktivitas motilitas spermatozoa (Smith dkk, 1954 di dalam Olayemi dkk, 2011).
Menurut mann dan Lutwak-Mann (1948) fruktolisis
berperan penting terhadap daya hidup spermatozoa mamalia.
Diantara lima
perlakuan, yang menghasilkan daya tahan hidup sperma paling tinggi yaitu pada konsentrasi madu 2% yaitu perlakuan P2.
Terjadinya penurunan viabilitas
spermatozoa setelah proses pendinginan dan pembekuan bisa disebabkan karena pengaruh fisik saat perlakuan yang menyebabkan kematian.
Pengaruh fisik
tersebut diakibatkan oleh gesekan antar spermatozoa, antar spermatozoa dengan dinding tabung, atu antar globul lemak dari kuning telur sehingga menyebabkan kecenderungan penurunan viabilitas seiring dengan tingkat pengenceran yang berbeda (Munazaroh, A.M, dkk). Daya tahan hidup sperma yang dihasilkan pada penelitian ini berkisar antara 81,5 sampai 96,37 dengan motilitas lebih besar sama dengan 40% yang artinya data tahan hidup sperma ini masih memenuhi standar dan normal. Penambahan madu 1% - 4% juga menunjukan hasil yang memenuhi standar dengan nilai rata – rata P1= 89 jam, P2 = 96,37 jam, P3 = 89,75 jam, dan P4 = 81,5 jam. Sesuai dengan Qomariyah, dkk (2001) bahwa daya hidup sperma domba priangan yang disimpan pada bahan pengencer yang mengandung 30% kuning telur dan 70% air kelapa memberikan daya hidup selama 79,0 jam dengan motilitas 40%. 4.3.
Pengaruh Perlakuan terhadap Keutuhan Membran Plasma Sperma Domba Lokal Membran sel merupakan bagian terluar yang membatasi bagian dalam
dengan lingkungan luar sel dan berperan sebagai filter pada pertukaran zat-zat intraseluler dan ekstraseluler yang dipertahankan dalam proses metabolisme
36 (Garner dan Hafez, 2000 dalam Ba’a La Ode, 2010).Keutuhan membran plasma sangat diperlukan oleh spermatozoa, karena kerusakan membran plasma akan berpengaruh terhadap proses metabolisme dan berhubungan dengan motilitas serta daya hidup spermatozoa yang dihasilkan. Metabolisme sel akan berlangsung baik jika membran plasma sel berada dalam keadaan yang utuh, sehingga mampu dengan baik mengatur lalu lintas masuk dan keluar dari sel semua substrat dan elektrolit yang dibutuhkan dalam proses metabolisme. Membran plasma utuh dapat dilihat dengan menggunakan larutan hipoosmotik. Prinsip dari hypoosmotic swelling test (HOST-Test) adalah memaparkan larutan hipoosmotik kedalam semen sampai tercapai equilibrium antara sitoplasma dengan lingkungan ekstraseluler. Membran plasma yang utuh akan ditandai dengan melengkungnya ekor spermatozoa sedangkan spermatozoa dengan membran plasma yang rusak tidak terlihat pembengkokan ekor karena membran plasma tidak dapat mempertahankan larutan hipoosmotik.Pengamatan keutuhan membran plasma ini dilakukan dengan cara membuat preparat ulas tipis pada gelas objek dan dievaluasi menggunakan mikroskop dengan jumlah minimum 200 spermatozoa. Hasil penelitian mengenai pengaruh penambahan madu dengan berbagai konsentrasi terhadap keutuhan membran plasma sperma domba lokal dapat dilihat pada Tabel 5. Hasil penelitian pada tabel di bawah didapat pada saat motilitas sperma mencapai 40%.
37 Tabel 5. Rataan Persentasi Keutuhan Membran Plasma Sperma Domba Lokal Perlakuan Ulangan P0 P1 P2 P3 P4 ............................................(%)..................................................... 1 64,55 52,20 53,65 52,00 57,00 2 51,21 56,74 56,62 39,40 41,66 3 50,38 47,96 42,35 40,00 40,22 4 61,35 57,14 39,21 43,50 39,80 Jumlah 227,49 214,06 191,83 174,90 178,68 Rata - rata 56,87 53,52 47,96 43,73 44,67 ST. Dev 7,15 4,32 8,47 5,80 8,26 Tabel 5 menunjukkan bahwa rataan membran plasma utuh sperma domba lokal berkisar antara 43,01 sampai 61,70 persen. Rataan keutuhan membran plasma sperma secara berurutan dari yang terendah sampai tertinggi yaitu pengencer tris - kuning telur tanpa fruktosa dan mengandung madu 3% dari total pengencer (P3= 43,73%), pengencer tris - kuning telur tanpa fruktosa dan mengandung madu 4% dari total pengencer (P4= 44,67%), pengencer tris - kuning telur tanpa fruktosa dan mengandung madu 2% dari total pengencer (P2 = 47,96%), pengencer tris - kuning telur tanpa fruktosa dan mengandung madu 1% dari total pengencer (P1 = 53,52%), pengencer tris – kuning telur dengan fruktosa dan 0% madu dari total pengencer (P0 = 56,87%). Hasil yang didapat pada penelitian ini melebihi standar yang digunakan untuk Inseminasi Buatan yaitu sebesar 30% Evans dan Maxwell (1987), yang artinya nilai MPU yang diperoleh masih memenuhi standar kualitas untuk Inseminasi Buatan. Pengaruh perlakuan penambahan semen cair domba lokal dengan berbagai konsentrasi madu terhadap keutuhan membran plasma sperma dilakukan dengan sidik ragam (Lampiran 4), yang menunjukkan bahwa penggunaan berbagai tingkat madu dalam pengencer semen tidak memberikan pengaruh yangtidakberbedanyata
38 (p>0,05) dan menunjukkan bahwa hasil rataan penelitian ini tidak berbeda jauh pada setiap perlakuannya. Hal ini disebabkan karena madu memiliki beberapa jenis karbohidrat yaitu glukosa, fruktosa, dan sukrosa (Poedjiadi, 1994). Beberapa jenis karbohidrat yang sering dimanfaatkan adalah: glukosa pada semen beku domba (Molinia dkk., 1993 dalam Labetubun dan Siwa, 2011). Namun perlakuan madu (P1, P2, P3, dan P4) memberikan persentase yang menurun dan lebih kecil dibandingkan dengan perlakuan P0 yang menggunakan pengencer yang biasanya digunakan. Hal ini diduga karena kondisi pH yang menurun. Penurunan pH ini disebabkan oleh peningkatan jumlah asam laktat dalam larutan pengencer yang merupakan produk metabolisme fruktosa dan glukosa (Mann dan Lutwak-Mann, 1948).
Dengan menurunnya pH ke arah yang lebih asam
diakibatkan oleh semakin berkurangnya buffer akan menurunkan tingkat motilitas spermatozoa seiring dengan semakin lama waktu penyimpanan pada suhu 50C (Toelihere, 1985). Menurut Erywiyanto, dkk (2012) madu dapat memberikan pengaruh terhadap tumbuhnya bakteri Streptococcus pyogenes.Streptococcus pyogenes merupakan bakteri yang bersifat anaerob fakultatif. Penyebab lain yaitu diduga diakibatkan oleh penurunan pH larutan.
Menurut Toelihere (1985)
mengatakan, bahwa metabolisme spermatozoa dalam keadaan anaerobik akan menghasilkan asam laktat yang bertimbun dan meningkatkan derajat keasaman atau menurunkan pH larutan. Hasil analisis menunjukkan bahwa kandungan karbohidrat (fruktosa) dalam madu tidak memberikan hasil yang nyata terhadap keutuhan membran plasma. Hal ini dikarenakan kandungan karbohidrat yang ada dalam madu yang akan menyebabkan terjadinya radikal bebas.
Radikal bebas berperan dalam
terjadinya berbagai penyakit. Hal ini dikarenakan radikal bebas adalah spesi
39 kimia yang memiliki pasangan elektronbebas di kulit terluar (Sofia, 2003) sehingga sangat reaktif dan mampu bereaksidengan makromolekul sel, seperti: protein, lipid, karbohidrat, atau DNA (Langseth, 1995).Berbagai
jaringan yang
dapat mengalami kerusakan akibat ROS diantaranyan ialah Deoxyribo Nucleic Acid
(DNA), lipid, dan protein. Bila terjadi pada DNA sel germinal baik di
dalam ovarium maupun testis, sedangkan kerusakan DNA pada sel somatic dapat mengarah pada inisiasi keganasan dan protein (Bender, 2009).