ITS Institut Teknologi Sepuluh-Nopember
ITS Ga,8.t6& Mu~
-
e-I
.2010
Ekonomi dan Teknologi Pencemaran Laut Oleh: Mukhtasor Pidato Pengukuhan untuk Jabatan Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pencemaran Laut Jurusan Teknik Kelautan Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 12 Oktober 2010
Kementerian Pendidikan Nasional Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Bismillaahirrahmaanirrahiim,
Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh,
Yang terhormat:
Bapak Rektor ITS selaku Ketua Senat ITS,
Para Anggota Senat ITS,
Ketua dan Anggota Dewan Penyantun ITS,
Para Undangan dari Pejabat Sipil, Militer dan Poln,
Para Undangan dar! Pimpinan Perguruan Tinggi,
Para Pimpinan dan Keluarga Besar ITS, dan
Para undangan, keluarga, sahabat, teman sejawat dan segenap
civitas akadernika ITS,
I
AlhamdulillaahirabbiJ'a/amiin, washsha/aatu wassa/aamu 'ala nabiyina Muhammadin wa'a/a alihi wa-ashshabihi ajma'iin. Pertama-tama, marilah kita memanjatkan puji syukur kehadirat A"ah SWT, atas segala karunia-Nya, sehingga kita dapat hadir disini, pada Rapat Terbuka Senat Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dalam rangka Pengukuhan kami sebagai Guru Besar, dalam keadaan sehat wal'afiat. Mudah-mudahan kesempatan ini menjadi momentum bagi diri kami, untuk meningkatkan nilai pengabdian kepada Allah SWT dan untuk meningkatkan kualitas pelayanan di bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat (PPM). Kehadiran Ibu/Bapak/ Saudara sekalian merupakan kehormatan dan kebahagiaan bagi kami; untuk itu kami menyampaikan penghargaan dan terimakasih, semoga Allah SWT mencatatnya sebagai amal kebajikan. Hadirin sekalian yang berbahagia,
Pada kesempatan 1m, menyampaikan makalah dengan judul:
1
perkenankanlah
saya
I ?
Ekonomi dan Teknologi Pencemaran Laut Pendahuluan Indonesia adalah negeri nusantara, negeri kepulauan terbesar di dunia, memiliki kekayaan laut yang berlimpah 1. Fitrah Indonesia yang demikian itu menjadikan dunia kelautan sangat mewamai sejarah perkembangan bangsa Indonesia 2; dan ekonomi kelautan 3 merupakan komponen yang sangat penting bagi pembangunan nasional. Peranan ekonomi kelautan tampak jelas dari fakta bahwa kota-kota besar di Indonesia umumnya berkembang di wilayah pesisir. Banda Aceh, Medan, Jakarta, Semarang, Surabaya, Makasar, Manado dan Ambon adalah beberapa contoh kota pesisir yang ekonominya sangat didukung oleh ekonomi kelautan. Pembangunan ekonomi kelautan Indonesia menghadapi tiga persoalan penting, yaitu (1) tekanan sosial ekonomi, (2) persoalan kelembagaan, dan (3) kerusakan lingkungan4. Salah satu bentuk kerusakan lingkungan adalah pencemaran laut, yaitu kondisi masuknya atau dimasukkannya polutan yang berupa zat, organisme atau energi ke dalam lingkungan laut, yang I Luas laut Indonesia dua kali luas daratan, jumlah pulaunya 17.480 dan garis pantainya terpanjang ke-4 di dunia. Jenis flora dan fauna paling beragam di dunia (Dewan Kelautan Indonesia, tanpa tahun).
2 Tercatat, Majapahit pada abad ke-14 telah mencapai puncak kejayaan bahari dengan menguasai Nusantaraj dan pengaruhnya mcncapai wilayah yang kini dikenal Kamboja, India, Fi!ipina dan China. 3 Ekonomi kelautan meliputi ekonomi pelayaran barang dan industri maritim dan perkapalan, pcrikanan laut, pariwisata bahari, pertambangan laut Guga minyaklgas), bangunan dan jasa kelautan. 4 Persoalan sosial ckonomi misalnya kemiskinan dan rendahnya kualitas pcndidikan. Persoalan kclcmbagaan misalnya tumpang tindih peraturan. Kcrusakan lingkungan misalnya abrasi, sedimentasi, kerusakan bakaultcrumbu karang, dan pencemaran laut (DKP 2001).
2
menyebabkan turunnya kualitas air laut dan menyebabkan air laut tersebut tidak dapat berfungsi sesuai alokasi pemanfaatannya 5. Beban pencemaran laut nyata-nyata terjadi, baik di Indonesia maupun di dunia internasional 6. Kecenderungannya, persoalan semakin mengancam masa depan, karena diperkirakan lebih dan setengah populasi dunia bertempat tinggal dalam jarak 100 km darilaut. Beban pencemaran menyebabkan turunnya daya dukung lingkungan 7 . Pencemaran laut skala besar berdampak jangka panjang; waktu penanganannya mencapai beberapa dekade. Misalnya, pencemaran di Minamata, Jepang, pertama kali ditemukan tahun 1959, namun pendataan dan registrasi korbannya terus berlangsung hingga 1997. Kerugian ekonomi timbul disebabkan oleh terganggunya produksi komoditas/barang dan jasa, dan oleh biaya penanggulangan pencemaran itu sendiri, yang meliputi biaya pengerukan sungai dan dasar laut, kompensasi kesehatan bagi korban, dan kompensasi bagi nelayan akibat larangan melaut. Ini berarti bahwa persoalan pencemaran laut berjalin-kelindan sangat erat dengan persoalan sosial ekonomi masyarakat. Oleh karena itu, salah satu fokus pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) adalah perbaikan sistem kemampuan untuk mencegah atau mengurangi kerugian Diskusi tentang dcfinisi pencemaran laut, baik secara akademik, legal ataupun populer ada di literatur, misalnya dalam Mukhtasor (2007). 6 Contoh pencemaran laut skala besar adalah tumpahan min yak di Teluk Meksiko (Amerika, April 2010), dan tumpahan minyak Montara (Australia 2009), yang terbawa arus masuk ke Laut Timor, Indonesia. Sejak 2006, pencemaran lumpur panas ke pertambakan dan laut Sidoarjo, yang merusak produktifitas perikanan andalan Jawa Timur. 7 Daya dukung lingkungan adalah kemampuan lingkungan untuk menopang kehidupan masyarakat; lingkungan laut dapat mendukung perikanan dan pariwisata, dimana secara ekologi dan ekonomi sejumlah masyarakat saling tergantung dengan lingkungan tersebut. S
3
pencemaran. Akumulasi pengetahuan dan pengalaman telah memperkuat kapasitas pengelolaan pencemaran laut. IPTEK pencemaran laut berkembang cukup maju 8 . Peraturan lingkungan pada tingkat nasional dan internasional juga berkembang9. Banyak dari perkembangan tersebut adalah sumbangan nyata dari IPTEK pencemaran laut. Demikianlah, ekonomi dan teknologi adalah dua faktor penting. Ekonomi adalah pull factor (faktor penarik) yang memungkinkan masyarakat dan pasar yang lebih luas menerapkan IPTEK pecemaran laut; sedangkan teknologi adalah push factor (faktor pendorong) untuk berkembangnya kapasitas pengelolaan penceraman laut. Makalah orasi pengukuhan guru besar ini menekankan pada dua faktor penting tersebut. Namun sebelum itu, terlebih dulu kita akan melakukan kilas balik secara singkat tentang pencemaran lingkungan dan pencemaran laut. Hadirin sekalian yang berbahagia,
Kilas Balik Pencemaran Lingkungan &Pencemaran Laut Persoalan lingkungan, dan khususnya persoalan pencemaran, bukanlah fenomena baru. Faktanya, pencemaran telah menjadi permasalahan semenjak masa awal peradaban manusia; dan kapasitas pengelolaannya berkembang sesuai dengan tantangan dan kemajuan kehidupan masyarakat.
Sejarah mencatat, pada abad ke-7, Khalifah Umar bin Khattab R.A. (581-644) menggulirkan program resettlement (penempatan kembali) masyarakat BaduPo. Tekanan kependudukan memberikan sinyal bahwa sumberdaya alam di Madinah sangat terbatas, urbanisasi kian meningkat, binatang ternak semakin banyak, dan meningkatnya persoalan pencemaran. Pada masa berikutnya, ilmuwan kekhalifahan pada abad pertengahan 11 pertama kali menemukan bahwa pencemaran lingkungan dapat menyebabkan epidemi, dan bahwa penyakit dapat menyebarluas melalui sentuhan (dermal contact) atau medium udara (inhalation) 12. Pada abad pertengahan, pada waktu penyakit kolera dan typhoid fever/typhus merajalela di penjuru Eropa 13, epidemi segera dihubungkan dengan kondisi lingkungan yang sangat tercemar. Lingkungan tanpa sanitasi memadai, banyak sampah, kotoran manusia dan kotoran hewan, yang merupakan lingkungan hidup berbagai jenis bakteri pathogen14. Kesadaran atas persoalan ini menjadi titik awal usaha pengendalian limbah dan sampah. Pada abad ke-14, masyarakat Majapahit, di tanah air, telah mempunyai kesadaran yang tinggi terhadap sanitasi (kesehatan lingkungan) dan pengendalian air 15 • Pada pertengahan 1850-an,. di Chicago dibangun sistem pengolahan sewage
10
HasH-basil penelitian dan pengembangan di bidang pencemaran laut telah dikodifikasi dalam berbagai jurnal, proceedings, monogram dan buku teks. Kajian-kajian state qf the art di bidang telah banyak, misalnya Ahmadun dkk. (2009), Mukhtasor dkk. (2000), Ofiara and Seneca (2006), Reed et aI. (1999), Roberts et aI. (2010), dan Turner (2010). 9 Amandemen peraturan perundangan terjadi di berbagai negara dalam beberapa beberapa dekade terakhir (misalnya Godfree et aI. 1990). Contoh phaturan ten tang pengelolaan pencemaran laut di Indonesia adalah Kepmen LH No.5112004 tentang Baku Mutu Air Laut. 8
4
Berdasarkan Fikih Ekonomi limar bin AI-Khathab (AI-Haritsi 2006).
llUraian lebih detil dapat dibaca pada AI-Faruqi and AI-Faruqi (1986). Ini adalah dasar pengembangan model hubungan antara dosis pencemaran dengan resiko kesehatan, elemen penting pada disiplin human and ecoIo8.YcaIrisk assessment dan penerapannya di laut (Covello and Merkhofer 1993, Mukhtasor et aI. -2002a, Mukhtasor et aI. 2004). 12
13
Markham, 1994 14 Bakteri pathogen adalah bakteri yang menyebabkan penyakit. 15 p '- 109 menemuan Sisa . bangunan Jarmgan .. . gorong-gorong, ara aIReo aIr: saluran irigasi, dan selokan dan susunan batu bata (http://art java. page. tl / Sejarah-Kerajaan-Majapahlt. htm, diakses 5
5
pertama di Amerika Serikat (AS) yang kemudian diikuti oleh kota kota besar lainnya 16. Pada akhir abad ke-19, kota-kota industri di Eropa dan AS menghadapi jenis baru pencemaran yang berasal dari limbah industri 17 . Pembuangan limbah industri ke perairan menjadi perhatian publik. Peristiwa kontroversi lainnya adalah pembuangan limbah radioaktif ke Laut Irish dan Laut Mediterania. Respon publik terhadap peristiwa-peristiwa ini cukup besar; dan selanjutnya mengantarkan terbentuknya undang-undang untuk pengendalian pencemaran 18 . Di era Indonesia modem, peran pembangunan lingkungan hidup mulai eksplisit pada Pelita II, pada era Orde Baru. Dewasa ini penanganan pencemaran laut menjadi semakin penting dengan terbentuknya UU 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, PP 19/1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau Kerusakan Laut, Perpres 05/2006 tentang Tim Nasional Penanggulangan Kondisi Darurat Tumpahan Minyak di Laut, dan Kepmen LH 51/2004 tentang Baku Mutu Air Laut. Di tingkat global, perhatian terhadap pencemaran laut semakin meningkat ketika diadakan konferensi PBB "Law of the Sea" pada tahun 1950-an. Dengan demikian, kini hukum intemasional telah memungkinkan kerjasama untuk memecahkan persoalan pencemaran laut yang seringkali lintas batas antar negara. Perhatian terhadap lingkungan terus berkembang dan standar kualitas lingkungan juga meningkat, seiring dengan keberhasilan pengembangan IPTEK. Pada tahun 1950-an, Amerika dan Inggris - secara paralei dan sendiri-sendiri 16
Merchant, 2002 Markham, 1994 18 Misalnya Federal Water Pollution Control Act., yang disebut juga dengan Clean Water Act., pada tahun 1972, yang kemudian diikuti dengan terbentuknya undang-undang lain seperti Great Lakes Water QyalifJ Agreement dan Oli Pollution Act, 1990.
17
6
melakukan studi dan berhasil merumuskan hubungan kuantitatif antara tingkat pencemaran bakteri pathogen atau indikatomya pada air wisata renang dengan gejala penyakit yang diderita oleh masyarakat penggunanya (Godfree et al. 1990). Sampai akhir tahun 1990-an telah banyak peneliti di berbagai negara yang menemukan model kuantitatif yang khas untuk negaranya, yang dapat menjadi dasar penentuan nilai baku mutu air di lokasi wisata renang daerah pantai. Negara-negara tersebut diantaranya adalah Amerika, Inggris, Mesir, Hongkong, Spanyol dan Perancis. Sejarah dan perkembangan ini memberi pesan bahwa pengelolaan pencemaran laut dilakukan tidak hanya dalam konteks korektif atau penanggulangan kecelakaan akibat pencemaran. Namun pengelolaan juga diarahkan untuk upaya preventif dan menjadi bagian dari stategi daya saing ekonomi dan industri kelautan. Hadirin sekalian yang berbahagia,
Ekonomi Pencemaran Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menetapkan target Indonesia menjadi produsen perikanan terbesar di dunia pada 2015, dengan perikanan budidaya sebagai ujung tombaknya dan perikanan tangkap juga sebagai unggulannya. Namun demikian jika persoalan pencemaran laut tidak diatasi, dalam pandangan kami, target ini adalah tantangan yang sangat berat untuk dicapai - jika tidak boleh dikatakan mustahil. Beberapa produk perikanan laut Indonesia mengalami penolakan pasar Uni Eropa karena pencemaran. Pada tahun 2006 sampai pertengahan tahun 2007, terjadi 17 kasus penolakan akibat pencemaran logam berat mercury (Hg), dan 7 kasus pencemaran logam berat cadmium (Cd) serta 1 kasus pencemaran logam berat timbal (Pb). Bahkan sejak tahun1999 produk kekerangan Indonesia dicekal masuk ke pasar Uni Eropa (DKP 2007), karena tidak dipanen dari 7
perairan yang dinyatakan sebagai cerlified area 19 • Pencekalan ini dapat dicabut apabila Indonesia dapat menunjukkan data klasifikasi perairan sebagai zona penangkapan kekerangan yang bersih dan dimonitor secara baik20 (Mukadar dkk. 2008). Pada sektor pariwisata, pencemaran laut mengakibatkan kerugian ekonomi yang sangat besar. Misalnya, selama panas 1987 dan 1988, pembersihan pantai (debris wash-up) akibat pencemaran laut di New York dan New Jersey, Amerika Serikat, mengharuskan penutupan akses ke beberapa pantai, sehingga terjadi penurunan penggunaan pantai dan sporlfishing. Akumulasi kerugian ekonomi dari peristiwa ini diperkirakan mencapai $379,1 - $1597,8 juta (berdasarkan 1987$) (Ofiara and Brown, 1999). Dari sisi resiko kesehatan, dewasa ini telah berkembang pemahaman hubungan kuantitatif antara keberadaan bakteri patogen didalam air dengan resiko penyakit saluran pencernaan (gastroenteritis) pada pengguna perairan wisata renang (Cabelli dkk. 1982). Studi kasus perairan Kepulauan Seribu 21 (Mukhtasor dan Maulidiyah 2005) menunjukkan bahwa peningkatan ekonomi dapat diperoleh dengan perbaikan mutu perairan 22 , yaitu 19 Certified area adalah area penangkapan yang dinyatakan bebas dad cemaran logam berat, khususnya logam Hg, Pb, dan Cd, bakteri patogen serta biotoxin (DKP 2004). 20 Klasifikasi zona penangkapan yang berbasis kualitas perairan yang baik akan mempermudah kegiatan monitoring terhadap perairan tersebut secara periodik sehingga akan mudah mengetahui tingkat pencemaran yang terjadi dan tahun ke tahun (Mukadar dkk. 2008). 21 Studi tersebut memperhitungkan biaya pengolahan/pembuangan sewage, dan biaya kerusakan lingkungan yang terdid dad biaya resiko "",ctrIlPntprjt;, dan biaya yang hilang akibat penurunan jumlah wisatawan. 22 Berdasarkan asumsi-asumsi yang diadopsi, studi tersebut mendapatkan bahwa baku mutu E. Coli akan lebih diperketat dari 2001100 ml menjadi 1031100 hingga 130/100 mL
8
nilai ekonomi yang diperoleh dari berkurangnya resiko kesehatan dan meningkatnya industri pariwisata dan perekonomian pendukungnya, serta perbaikan kondisi lingkungan. Studi lain tentang resiko kesehatan (Ofiara and Brown 1999) melaporkan bahwa dampak konsumsi ikan yang terkontaminasi polutan beracun mengakibatkan kerugian ekonomi yang besar. Untuk kasus muara sungai Hudson dan New York Bight, konsumsi ikan jenis striped bass (popular sportfish) saja, yang terkontaminasi PCB pada high consumption (13,38 kg/tahun), berdampak pada kerugian ekonomi yang mencapai $33690 juta (berdasarkan 1987$). Kita juga masih ingat kasus di Minahasa, yang menyedot perhatian publik Indonesia, yaitu terjadinya pencemaran di Teluk Buyat yang dihubungkan dengan limbah tailing penambangan emas. Dilaporkan bahwa logam berat Arsen telah mencemari sumur-sumur warga di Kampung Ratatotok dan Buyat; dan terjadi penimbunan zat merkuri dalam sedimen, ikan, rumput laut, dan batu karang. Dengan perhitungan yang hati-hati dan belum memasukkan semua unsur kerugian (misalnya dampak kesehatan), Fauzi dan Anna (2005) memperkirakan kerugian karena kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan hidup di Buyat sudah mencapai angka 60-116 juta USD. Di Jawa Timur, kita juga ingat kasus Lumpur Panas Lapindo Sidoarjo. Kerugian terkait dengan semburan lumpur panas tersebut, selama lima bulan sejak semburan pertama (29 Mei 2006 - 31 Oktober 2006), mencapai sekitar Rp. 5 (KNLH dan LPPM IPB 2007). Nilai itu memperhitungkan kerugian akibat kerusakan lingkungan alami maupun lingkungan buatan manusia. Dari total biaya tersebut, kerugian akibat kerusakan pesisir dan laut mencapai hampir Rp. 2 Trilyun. Kini, sudah lebih dari empat tahun semburan lumpur belum berhenti; dan dampak lumpur juga sudah lebih dahsyat lagi, apalagi setelah lumpur dialirkan melalui Sungai Porong ke muara di Laut Jawa. 9
Dalam kasus pencemaran minyak, sumbernya lebih banyak berasal dari pembuangan air tanki balast kapal tanker (Huijer, tanpa tahun). Untuk tanker berbobot 50.000 ton, buangan air dari tanki balast dapat mencapai 1.200 barel (Bishop 1983). Kecelakaan kapal tanker atau kegiatan produksi minyak lepas pantai juga penting diperhatikan karena jumlah tumpahannya yang relatif besar, dalam waktu yang singkat dan pada kawasan tertentu sehingga berdampak besar. Ledakan drilling rig British Petroleum (BP) PLC di Teluk Meksiko, pada 20 April 2010, membawa 11 orang korban. Tumpahannya meluas hingga mencapai pantai, diperkirakan 5000 barel per hari 23 • Ini adalah tumpahan yang terburuk sepanjang sejarah Amerika Serikat, melebihi peristiwa kecelakaan Exxon Valdez yang menumpahkan 11 juta gallon minyak pada 1989. Indonesia, peristiwa tumpahan minyak juga banyak terjadi 24 • Pada Agustus 2009, ladang minyak Montara di perairan Australia menumpahkan sekitar 500.000 liter minyak mentah per hari, mengalir bersama arus laut dan masuk ke periaran Indonesia di Laut Timor (bandingkan dengan minyak tumpah di Teluk Mexico, 5000 barel per hari!). Perhitungan {Mauludiyah dan Mukhtasor 2009)25 menunjukkan bahwa kerugian lingkungan National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), US, memperkirakan 5000 bare! minyak tiap hari yang tumpah ke perairan. Berbeda dengan tumpahan dari tanker yang terbatas, peristiwa ini bersumber dari sumur bawah laut yang terus mengalirkan tumpahan sampai kebocoran berhasil disumbat. 24 Posisi Indonesia strategis bagi lalu lintas laut, dan dan oroduksi minyak/gas banyak berada di laut. Kejadian laporkan literatur, misalnya Mukhtasor (2007). 25 Perhitungan dilakukan menggunakan pendekatan biaya total kerugian fungsi dari volume minyak (Mauludivah & Mukhtasor, 2009). Asumsinya volume tumpahan karakteristik utama yang menentukan tingkat kontaminasi dan dampaknya, serta jenis teknologi pembersihan yang digunakan. 23
10
kasus tersebut sangat besar. Berdasarkan pengalaman di Eropa, untuk ukuran tumpahan sebesar itu, kerugiannya bisa mencapai Rp. 10 Trilyun. Angka ini bisa lebih besar jika kondisi perairan yang tercemar adalah perairan kaya keanekaragaman hayati dan padat aktifitas ekonomi. Para ahli menghitung bahwa kerugian sosial, ekonomi dan lingkungan di perairan Indonesia yang mencapai luasan 70.000 km 2 berkisar Rp. 17 Trilyun. Angka ini bisa bertambah jika memasukkan biaya investigasi, administrasi maupun legal. Berapapun angkanya, perhitungan tersebut hanya memberi petunjuk awal atas besaran skala biaya. Kerugian yang lebih definitif perlu diinvestigasi di lapangan secara komprehensif melalui joint assessment oleh para stakeholders. Hadirin sekalian yang berbahagia, Pada tahun 1999, Pemerintah Amerika (US. EPA 1999) membandingkan antara potensi keuntungan dan kerugian ekonomi yang diperoleh dari penerapan peraturan lingkungan, California Toxicity Rules (CTR). Hasilnya menunjukkan bahwa keuntungan dari sektor kesehatan (resiko kanker), pariwisata dan passive use mencapai 6,9 - 74,7 juta USD (berdasarkan $1998). Sedangkan potensi biaya yang dibutuhkan untuk penerapan CTR (potential annual cost) sekitar 33,5 - 61 juta USD (berdasarkan $1998). Apalagi ada keuntungan lain yang tidak semua bisa diuangkan, misalnya pengurangan jumlah polutan yang diharapkan dari penerapan peraturan tersebut mencapai 1,1 - 2,7 juta toxic Ib-eq per tahun; atau terjadi penurunan 15 - 50% dari beban polutan peraturan ini tidak diterapkan. Parameter ekonomi, misalnya gross domestic product (GDP), sering dijadikan ukuran kemajuan ekonomi suatu ban'gsa. Jika mengabaikan ekonomi pencemaran, parameter GDP tersebut dapat bernilai semu, bias dan bahkan bisa menjerumuskan. Cina memberi contoh baik untuk kasus in; (The World Bank 2007). Ekonomi Cina mengalami pertumbuhan ekonomi dan industrialisasi yang sangat pesat. Pertumbuhan ekonomi tahunan 11
Cina mencapai 8 - 9%, dan telah mengangkat sekitar 400 juta orang keluar dari kemiskinan. Namun demikian, industrialisasi yang kurang ramah lingkungan telah menciptakan persoalan baru berupa kelangkaan air, pencemaran udara dan air, peningkatan penyakit, peningkatan jumlah kematian dini, dan peningkatan kesenjangan sosial karena beban pencemaran lebih banyak ditanggung oleh orang miskin dari pada golongan ekonomi lainnya. Total kerugian dari pencemaran air dan udara saja pada tahun 2003 mencapai 362 - 781 milyar Yuan, atau sekitar 2,68 5,78% dan GOP. Kerugian ini belum termasuk kerugian diluar pencemaran udara dan air; dan ini berarti bahwa angka .pertumbuhan GOP yang mengabaikan ekonomi pencemaran dapat memberi sinyal yang salah 26 •
Hadirin sekalian yang berbahagia,
Teknologi Pencemaran Laut Oalam koteks peningkatan kapasitas pengelolaan pencemaran laut, analisis pencemaran mencakup sekurang kurangnya enam subyek bahasan, yaitu mengenai (1) jenis polutan, (2) karakteristik lingkungan laut, (3) proses masuknya polutan ke lingkungan laut, (4) kualitas lingkungan laut sebelum dan sesudah masuknya polutan, (5) dampak polutan terhadap ekosistem, dan (6) standar kualitas lingkungan laut sesuai dengan alokasi pemanfaatannya. Atas dasar pemahaman tentang subyek subyek tersebut, maka teknologi - sebagai suatu sistem kemampuan untuk peningkatan nilai tambah barang dan jasa dikembangkan untuk meningkatkan kapasitas pengelolaan pencemaran laut.
' . untu k Ekonoml. pencemaran merupakan mstrumen pentmg menghidari kerugian yang lebih besar di masa depan (potential lost), dan meningkatkan daya saing ekonomi berbasis sumbedaya alamo 26
12
Ada tiga jenis polutan yang masuk ke lingkungan laut, yaitu berupa zat, organisme dan energj27. Jika ditinjau dari daya urainya, polutan dibedakan dalam kelompok bahan konservatif dan non-konservatif28. Oalam disiplin kajian resiko kesehatan, ada polutan penyebab penyakit kanker (carcinogen) dan bukan penyebab kanker (non-carcinogen). Pemahaman tentang jenis jenis polutan ini telah mengantarkan berkembangnya teknologi modern untuk mengklasifikasikan tingkat bahaya suatu polutan di lingkungan29; dan berdasarkan hal tersebut, priontas pengelolaan pencemaran laut dapat disusun (Covello and Merkhofer 1993, Feng et al. 1989, Mukhtasor et al. 2004, Neff 1997, Sauer et al.
1997).
'
Lingkungan laut adalah lingkungan yang khas. Air laut mempunyai sifat fisik dan bergerak sangat dinamis 3o . Laut juga merupakan habitat bagi berbagai jenis tumbuhan dan hewan. Oleh karena itu, ketika polutan masuk ke lingkungan laut, polutan mengalami proses fisika, proses kimia, dan proses biologi31. 27 Tiga jenis polutan, yaitu zat (misalnya padatan tersuspensi, bahan organik dan logam), organisme (misalnya bakteri dan virus pathogen), atau energi (misalnya limbah air panas dan radiasi limbah nuklir). 28 Bahan konservatif tidak terurai atau bertahan lama berada dalam perairan laut, misalnya plastik dan deterjen; dan bahan non-konservatif adalah bahan yang relatifmudah terurai, misalnya minyak dan protein. 29 Teknologi identifikasi jenis polutan telah berkembang maju dan hasilnya telah tersedia untuk penelitian dan industri, misalnya dalam bentuk basis data seperti IRIS (Integrated Risk Information System). 30 Dinamika laut ditandai dengan gerakan arus, pasang surut, atau gelombang laut. Kondisi dinamis ini besama dengan keadaan densitas, suhu, komposisi kimia dan salinitas air laut yang khas menyebabkan polutan mengalami respon tertentu ketika memasuki lingkungan laut. 31 Contoh proses fisika adalah pengenceran, penguapan, sedimentasi, transportasi oleh arus, dan difusi. Contoh proses kimia adalah reaksi dengan zat lain atau oksidasi. Contoh proses biologi adalah keterlibatan polutan dalam jejaring makanan (biokonsentrasi dan biomagnifikasi).
13
Namun demikian, proses mana yang paling dominan tergantung pada kondisi lingkungan laut dan sifat polutan tersebut. Upaya pemahaman tentang proses-proses tersebut telah mendorong berkembangnya teknologi untuk menjelaskan nasib polutan atau memodelkan fate and transport polutan di lauP2. Masuknya polutan ke lingkungan laut bisa secara alami atau oleh kegtatan manusia (anthropogenic)33. Dari segi sebaran lokasi sumbemya, sumber pencemaran ada yang berupa point sources (sumber titik) dan non-point sources (sumber bukan titik)34. Dari segi lama kejadiannya, ada pencemaran yang bersifat relatjf instant atau seketika, dan ada yang kontinyu. Masing masing kasus itu mempengaruhi intensitas interaksi polutan dengan manusia khususnya, dan ekosistem pada umumnya 35 .
Berbagai penjelasan atau model matematika dan model nsik, dengan pendekatan deterministik ataupun probabilistik, telah diajukan oleh banyak peneliti pencemaran laut (misalnya Brooks 1960, Fischer et al. 1979, Reed et a1. 1996, Mukhtasor 2001, Mukhtasor and Lye 2004, Mukhtasor dkk. 2002b, 2003, 2005, Mukhtasor et a1. 2001, Mukhtasor dkk. 2006, Niu et a1. 2009, dan Turner 2010). 33 Contoh pencemaran alami adalah pencemaran akibat gunung meletus; sedangkan pencemaran oleh kegiatan manusia (anthropogenic) misalnya adalah pembuangan limbah kegiatan perikanan. 34 Point sources (sumber titik) , yaitu sumber pencemaran yang dapat didefiniskan dengan jelas, misalnya anjungan yang tenggelam. Sedangkan non-point sources (sumber bukan titik) adalah sumber pencemaran yang tidak terlokalisir secara dennitif, misalnya buangan limbah rumah tangga yang tidak terintegrasi di sepanjang pantai. 35 Sebagian besar pencemaran anthropogenic terjadi didalam atau dekat daerah hunian, atau di areal industri. Ini berarti bahwa polutan seringkali terkonsentrasi lebih tinggi di lokasi yang memungkinkan intensitas interaksi yang tinggi antara polutan dengan manusia. 32
~
14
Teknologi di bidang ini berkembang untuk kasus-kasus yang spesifik 36 . Setiap pencemaran berpengaruh pada kualitas Iingkungan37. Teknologi untuk karakterisasi lingkungan telah berkembang, terutama untuk aplikasi pemantauan kualitas air laut, baik dengan cara in-situ manual, otomatic continuous sampling maupun dengan teknik penginderaan jauh atau remote sensing. Metode pemantauan kualitas lingkungan pada badan air atau dasar laut juga dikembangkan dengan bantuan robot bawah air, baik yang diopersikan dengan kabel maupun robot kapal tanpa awak. Pendekatan water quality index juga tersedia untuk penilaian kualitas air berdasarkan parameter yang jumlahnya banyak, dengan kondisi lingkungan yang dinamik dalam kurun waktu pengurukuran yang lama (misalnya Husain et al. 1999). Pengaruh polutan pada ekosistem dapat dikelompokkan kedalam dampak sosial, dampak ekonomi dan dampak lingkungan. Dampak terhadap biota laut terdiri dari pengaruh jangka pendek (acute) dan pengaruh jangka panjang (chronic). Metodologi ecotoxycology telah berkembang pesat dan hasilnya
Misalnya model CORMIX (asymptotic-based system, steady state) untuk ocean oulfall (US EPA 1991a), model matematika difusi turbulen (Brooks 1969), model numerik (unsteady state) untuk pencemaran lokal pada pembuangan limbah panas dari PLTU (Mukhtasor dkk. 2003, Zaman dkk. 2006), model numerik (unsteady state) 3-D untuk tumpahan minyak dari kapal tanker (Mukhtasor dkk. 2005), model hidrodinamika untuk buangan produced water berbasis pendekatan probabilistik (Mukhtasor 2001), dan kajian resiko lingkungan untuk perairan semi-tertutup dengan pengaruh aktifitas manusia (Khairy et al. 2009). 37 Kualitas lingkungan meliputi kualitas fisik (misalnya kandungan padatan tersuspensi), kualitas kimia (misalnya kandungan logam dan hidrokarbon), atau kualitas biologi (misalnya kandungan bakteri).
36
15
telah diterapkan untuk penanganan pencemaran laut38 . Teknologi untuk penilaian ekonomi juga telah berkembang untuk menghitung kerusakan sumberdaya alam dan untuk menghitung besaran klaim ganti rugi pencemaran laut (Fauzi 2004, Grigalunas et al. 1989, Mauludiyah dan Mukhtasor 2009, Remoundou et al. 2009). Pencemaran menyebabkan perairan tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya, sehingga alokasi pemanfaatannya akan berubah. Kesesuaian perairan laut untuk pemanfaatan tertentu dinilai berdasarkan standar yang disebut baku mutu 39 . Misalnya, baku mutu air laut Indonesia berdasarkan Kepmen LH NO.51/2004 mengatur kualitas air untuk pemanfaatan pelabuhan, wisata bahari dan biota laut. Teknologi yang mendasari penentuan baku mutu telah berkembang, dari sangat sederhana dan kualitatif, sampai dengan yang kuantitatif40 (Mukhtasor 2007, Godfree et al. 1990).
Hadirin sekalian yang berbahagia, Dari waktu ke waktu, perkembangan IPTEK meningkatkan ketelitian, keakuratan, efisiensi, efektifitas atau produktifitas pada metodologi, teknik dan instrumen pengelolaaan pencemaran laut.
38 EcotoxycoI0aY adalah disiplin ilmu yang mempelajari dampak negatif bahan kimia terhadap makhluk hidup, khususnya yang terkait dengan pencemaran lingkungan. Contoh penerapannya misalnya didalam peraturan perundangan (misalnya USEPA 1991b), penanganan paska kejadian pencemaran (French and French III 1989), kajian perancangan fasilitas industri (Mukhtasor et aI. 2004), dan human health and ecol0aYcaI risks assessment (Mukhtasor 2001, Mukhtasor et aI. 2001, Mukhtasor et aI. 2002, Mukhtasor 2004).
Peranan teknologi semakin penting, seiring dengan perkembangan dan pemutakhiran IPTEK tentang pencegahan, pengendalian, penanggulangan, pemulihan dan pemantauan pencemaran laut. Dalam konteks pencegahan, teknologi diarahkan untuk usaha mitigasi pencemaran laut, pemilihan bahan-bahan yang lebih ramah lingkungan dalam proses industri, perencanaan menejemen lingkungan dengan pendekatan up-to-date, pengembangan baku mutu lingkungan, penataan kelembagaan pengelolaan lingkungan laut, dan pemberlakuan peraturan perundangan tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan41. Untuk konteks Indonesia, telah ada amanat UU bahwa biaya dampak lingkungan atau eksternalitas haruslah dimasukkan dalam penilaian biaya kegiatan atau usaha ekonomi, sebagaimana tercermin dalam UU 30/2007 tentang Energi dan UU 3212009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pengendalian pencemaran laut diarahkan untuk memastikan adanya usaha pengendalian limbah-limbah yang dihasilkan oleh proses produksi pada industri dan kegiatan domestik, sebelum akhirnya sisa kegiatan atau limbah tersebut dibuang ke lingkungan laut secara aman. Ahmadun et al (2009), misalnya, mengkaji ulang berbagai jenis teknologi yang tersedia saat ini dan biayanya untuk pengendalian dampak produced water dari produksi minyak/gas, baik dari segi pengolahan maupun pembuangannya 42 . Untuk penerapan di anjungan tengah laut,
Baku mutu adalah ukuran batas zat, organisme atau energi yang harus ada atau polutan yang ditenggang keberadaanya di lingkungan. 40 Pendekatan epidemiologi dan kajian resiko ekologi dan kesehatan juga telah berkembang untuk penentuan baku mutu air laut (Godfree et aI. 1990, Mukhtasor et aI. 2004, Mukhtasor dan Hartoyo 2004, Mukhtasor dan Mauludiyah 2005).
Dewasa ini telah berkembang penelitian dan usaha-usaha untuk memasukkan resiko lingkungan dalam akuntansi finansial industri, sehingga resiko kecelakaan yang besar dapat dicegah dengan proaktif menyelenggarakan program-program sebelum atau selama kegiatan berlangsung. 42 Perlu dicatata, tidak ada satupun teknologi yang cocok untuk mengolah limbah produced water secara tuntasj dua atau lebih sistem teknologi perlu dikombinasikan secara serio Meskipun produced water pada dasamya adalah beracun, level teknologi saat ini sudah mampu
16
17
39
41
sistem pengolahan secara fisik dan kimia sudah dapat disediakan dalam ukuran yang hemat tempat. Penanggulangan pencemaran dilakukan ketika kejadian pencemaran telah terlanjur terjadL Penanggulangan diarahkan untuk melokalisir dampak pencemaran, memindahkan bahan berbahaya ke tempat yang semestinya, dan membersihkan polutan dari lokasi pencemaran. Metode penanggulangan fisik dan kimia banyak digunakan, misalnya oil boom, oil skimmer, absorbent, dispersant, dan pembakaran untuk penanggulangan tumpahan minyak di laut (Mukhtasor 2007). Ketika pencemaran te~adi dan dampaknya telah ditanggulangi, maka sisa-sisa polutan perlu dibersihkan untuk memastikan kualitas lingkungan laut membaik kembali, melalui kegiatan pemulihan, atau yang diistilahkan dengan remediasL Teknologi pemulihan sangat tergantung pada jenis polutan dan kondisi lingkungan. Untuk kasus minyak tumpah, misalnya, teknik remediasi yang paling banyak digunakan adalah teknik bioremediasi (Munawar dan Mukhtasor 2007, Munawar dkk. 2007). Pengembangan teknologi bioremediasi dengan teknik biostimulasi telah dilaksanakan di ITS dan menghasilkan komposisi pelet yang cocok untuk aplikasi wilayah pesisir (Mukhtasor 2008, Munawar 2010). Hadirin sekalian yang berbahagia,
Penutup Tantangan pembangunan kelautan semakin han kian kompleks 43 . mengolah sampai kualitas yang mememuhi syarat untuk penggunaan ulang, termasuk mampu mengolah samapai setara dengan kualitas air minum (Ahmadun et aJ. 2009). 43 Pertumbuhan pusat-pusat ekonomi baru yang sebagian besar terletak di kota-kota pesisir juga menghadirkan tantangan baru, khususnya dalam pengelolaan pencemaran laut.
18
Kebijakan pembangunan membutuhkan perspektif ekonomi dalam mengapresiasi nilai sumberdaya pesisir dan laut dalam rangka memeliharanya dari persoalan pencemaran. Remoundou et al (2009) juga menunjukkan bahwa nilai ekonomi sumberdaya persisir dan laut, baik yang dapat diperdagangkan maupun yang tidak dapat diperdagangkan, memberi pembenaran atas pentingnya pemanfaatan dan pengelolaannya secara berkelanjutan, termasuk melalui pengelolaan pencemaran laut. Hal membutuhkan dukungan kapasitas metodologi, teknik dan instrumen untuk pencegahan, pengendalian, penanggulangan, pemulihan dan pemantauan pencemaran laut. Teknologi pencemaran laut yang telah berkembang dewasa ini menyediaakan dukungan peningkatan kapasitas tersebut. Dari perspektif ekonomi dan teknologi, sesungguhnya, pengelolaan pencemaran laut tidak dimaksudkan untuk menghentikan semua kegiatan ekonomi yang berpotensi menghasilkan limbah. Pengelolaan pencemaran laut lebih dimaksudkan untuk mengendalikan polutan yang boleh dan tidak boleh dibuang ke laut, dengan memperhatikan sifat polutan, dampaknya terhadap lingkungan, kesesuaiannya dengan keadaan lokasi kegiatan, cara pembuangannya dan persyaratan relevan lainnya. Alasan untuk perspektif ini adalah, pertama, semua kegiatan manusia dalam skala besar maupun kecil selalu menghasilkan limbah. Menghentikan produksi limbah secara total sama dengan menghentikan kegiatan pembangunan. Dalam konteks ini pengelolaan pencemaran diarahkan untuk mengurangi jenis dan jumlah polutan sebagai hasil samping kegiatan pembangunan tersebut. Alasan kedua adalah bahwa pesisir dan laut memiliki kapasitas asimilasi - dalam skala tertentu - untuk memproses atau mendaur ulang polutan yang masuk kedalamnya. Oleh karena itu, persoalannya bukan pada boleh atau tidaknya membuang limbah, tetapi dimana dibuangya, bagaimana membuangnya dan apa persyaratannya. 19
Ekonomi dan teknologi pencemaran laut merupakan faktor penting perbaikan pengelolaan pencemaran laut. Berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang berkembang dewasa ini, kita semakin yakin bahwa kegiatan pengelolaan pencemaran laut bukanlah pemborosan; tetapi sebaliknya, merupakan insentif produktif bagi pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi yang tidak ramah lingkungan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi di satu sisi, dan kerusakan lingkungan dan kesenjangan sosial di sisi yang lain; dan ini berarti bahwa parameter pertumbuhan ekonomi yang mengabaikan ekonomi pencemaran dapat memberi sinyal yang salah. Selanjutnya, kemajuan teknologi dewasa ini telah memungkinkan bahwa pengelolaan pencemaran laut dilakukan tidak saja dalam konteks korektif atau penanggulangan kejadian pencemaran; namun juga preventif dan menjadi bagian dari stategi daya saing ekonomi kelautan yang berbasis sumberdaya alam, misalnya industri wisata bahari dan perikanan. Hadirin sekalian yang saya hormati, Pada bag ian akhir ini, kami ingin mengungkapkan rasa syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan karunia yang tidak terhitung. Hanya dengan pertolongan-Nya saya mampu melaksanakan tugas hingga sampai pada pengukuhan pagi ini. Saya memohon do'a restu pada hadirin semua, semoga saya dapat mengemban amanah sebagai Guru Besar dengan sebaik baiknya, sebagai wujud rasa syukkur dan pengabdian saya kepada Allah SWT, dan sebagai pelaksanaan pesan Rosulullah SAW agar kita menyebarluaskan kemanfaatan yang terbaik.
2. Bapak Rektor ITS, Anggota Senat ITS, Dekan FTK, Ketua Jurusan Teknik Kelautan, Koordinator Bidang Lingkungan dan Energi Laut, dan Ketua Laboratorium Lingkungan dan Energi Laut. 3. Para Pimpinan Dewan Energi Nasional, yaitu yang kami hormati Bapak Presiden RI, Bapak Wakil Presiden RI, dan Bapak Menteri ESDM, serta rekan sejawat Anggota Dewan Energi Nasional, baik dari unsur Pemerintah, yaitu Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian, Menteri Perhubungan, Menteri Perencanaan Pembangunan/Kepala BAPENAS, Menteri Pertanian, Menteri Riset dan Teknologi, dan Menteri Lingkungan hidup, serta anggota dari unsur pemangku kepentingan, Ir. Agusman Effendi, Dr. Ir. Herman Darnel Ibrahim, M.Sc., Prof. Dr. Widjajono, Prof. Dr. Herman Agustiawan, Dr. Ir. Tumiran, Ir. Eddie Widiono S. MSc. dan Prof. Dr. Rinaldy Dalimi, dan juga kawan-kawan dari Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional. Secara khusus, saya mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dida Migfar atas kerjasamanya dalam melaksanakan tugas Dewan Energi Nasional di bidang lingkungan hidup dan juga didalam memberi dukungan pada penulisan makalah orasi ini. Secara khusus, dari lubuk hati yang paling dalam, saya menyampaikan penghargaan, ucapan terim~kasih serta iringan do'a, kepada: 1. Orang tua tercinta, Ibunda Hj. Suratemi (almarhumah) dan Bapak H. Iswandi Shodiq, yang telah membesarkan, mendidik, dan membimbing saya, serta memberikan do'a dan ridlonya. AJlahummaghfirlaha warhamha wa'aafiha wa'fu'anha. Amiin.
Selanjutnya saya menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Menteri Pendidikan Nasional, Prof. Dr. Mohammad NUH,
2. Bapak dan Ibu mertua saya, H. Erboe Kadjim dan Hj. Rodliyah, atas segala dukungan, bantuan, kesabaran dan do'a-do'anya untuk kami sekeluarga.
20
21
.
3. Istri saya tercinta, Adinda Ratri Handayani S.Si. atas cinta dan kesetiaannya, kebaikan dan kesabarannya, dukungan dan semangatnya, kerja keras dan pengorbanannya dalam melaksanakan tugas-tugas dan mewujudkan cita-cita. Jazakillah khairan katsira. 4. Ananda tercinta Abduh Muhammad Fatih, Ahmad Shidqi, Asmahana, dan Ahmad Faaiq, yang memberikan dorongan semangat, menyejukkan jiwa, dan memberikan kebahagian yang tidak ternilai. Semoga selalu sholih-sholihah, muslih I, muslihah, giat belajar, dan menjadi orang yang berdaya dan memberdayakan. Amiin. 5. Asatidz dan Asatidzah saya, tempat saya belajar dan bersama-sama untuk meng-ikhlash-kan niat, mencerahkan pikiran, bersatu dalam'ikatan ukhuwah, dan istiqomah dalam pengabdian dan berkarya, dan juga khususnya kepada KH Ahmad Mudzofar, MA dan Ir. Sigit Sosiantomo. Jazakumullahu khairal jaza'.
6. Para guru saya, mulai SD, SMP dan SMA, serta para dosen saya di ITS, dan juga dosen wali saya, Bapak Ir. Minta Yuwana, MS. dan para supervisor selama saya kuliah di Memorial University of Newfoundland, Canada, yaitu yang kami hormati Prof. Dr. James J. Sharp, Prof. Dr. Leonard M. Lye, Prof. Dr. Tahir Husain, Prof. Dr. Neil Bose, dan Prof. Dr. Brian Veitch. 7. Prof. Daniel M. Rosyid, Ph.D, yang telah banyak memberi inspirasi, support dan kerjasama dalam menjalankan profesi sebagai pendidik, peneliti dan penggiat pengabdian pada masyarakat melalui program-program Pasca Sarjana Link dan Sandwich (ITS dan UNT), Konsorsium Kemitraan Bahari, dan Pusat Kelautan ITS. Juga kepada Prof. Dr. Rokhmin Dahuri, mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, dan Prof. Dr. Dietrich 22
Bengen atas support dan inspirasinya dalam menulis dan berkarya di dunia kelautan Indonesia. 8. Sahabat dan kolega kerja saya dalam belajar dan berkarya di bidang Human and Ecologycal Risk Assessment, Prof. Dr. Rehan Sadiq (Professor in the University of Bristish Columbia, Canada); 9. Keluarga besar dosen, karyawan dan mahasiswa Jurusan Teknik Kelautan ITS, yang memberikan dukungan dalam suasana kerja yang akrab, hangat dan dinamis.
10. Sahabat dekat saya, Akhuna Amin Ak. MM, yang telah lama bersama-sama belajar menyeimbangkan tugas-tugas profesi, sosial dan keluarga - terimakasih atas inspirasi survival untuk menghadapi tantangan kehidupan. 11. Saudara-saudara dan keluarga besar dari Blitar dan Lamongan, dan khususnya kepada Kakak-kakak dan adik-adik saya: Mbak Tik, Mbak Ti'in (almarhumah) , Mas Kom, Dik Yun, Dik Pur, dan Dik Anang, dan keluarga. 12. Teman-teman sejawat di Mitra Bahari, Himpunan Ahli Pengelola Pesisir Indonesia (HAPPI), Masyarakat IImuwan dan Teknolog Indonesia (MITI), Institute for Sciences and Technology Studies (ISTECS), dan Ikatan Alumni ITS. 13. Keluarga Besar Yayasan Markaz Dakwah, Yayasan Ukhuwah Islamiyah, Yayasan Pengembangan SDM IPTEK, Yayasan Lembaga Menejemen Infaq (LMI), Jaringan Sekolah Islam Terpadu, Yayasan Persaudaraan Mualaf, Tim Pembina Kerohanian Islam ITS, Jama'ah Masjid Manarul IImi, dan Keluarga Besar RT 02/RW 07 Keputih. 14. Para sekretaris, asisten dan mahasiswa-mahasiswi Program Sarjana dan Paskasarjana, yang selalu bahu membahu dalam belajar, meneliti, bekerja dan melaksanakan pengabdian pada masyarakat: Maulidiyah, Naili, Vita, Danik, Dewi, Erny, 23
Sandra, Pak Bambang, Pak Choirul (almarhum), Pak Munawar, Bagus, Estu dan semuanya yang tidak bisa saya sebut satu per satu di sini. 15. Seluruh panitia pengukuhan Guru Sesar pagi ini dan semua fihak yang telah memberi dukungan dan bantuannya. Demikianlah, atas kehadiran, perhatian, kesabaran dan doa restu para hadirin semuanya, saya menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya dan permohonan maaf atas segala kekurangan dan kekhilafan kami. Semoga Allah SWT memberi hidayah, selalu membimbing dan meridhoi kita semua. Wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.
Daftar Pustaka Ahmadun, F., Pendashteh, A., Abdullah, L.C., Biak, D.RA, Madaeni, S.S., Abidin, Z.Z., 2009, Review of Technologies for and Gas Produced Water Treatment, Journal of Hazardous Materials, 170: 530-551. AI Faruqi, Ismail Raji and AI Faruqi, Lois Lamya, 1986, The Cultural Atlas of Is/am, Macmillan Publishing Company, New Yok, 512 pp. AI-Haritsi, Jaribah bin Ahmad, 2006. Perlindungan Lingkungan dalam Fikih Ekonomi Umar Radhiyallahu Anhu, diambil dari Fikih Ekonomi Umar bin AI-Khathab, Pustaka AI Kaulsar Grup, http:www.dkmfahutan.wordpress.com/...Iperlindungan Iingkungan-dalam-fikih-ekonomi-umar-radhiyallahu-anhu-31 Bishop, P. L., 1983, Marine Pollution and Its Control, MC.Graw Hill Book Company, USA. Brooks, N.H. 1960, Diffusion of Sewage Effluent in an Ocean Current, in Proceedings of the First International Conference 24
on Waste Disposal in the Marine Environment, Edited by Pearson, E.A., Pergamon, pp. 246-267. Cabelli, V.J., Levin, MA, Dufour, A.P., 1982. Estuarine Infectious Disease. Ocean Disposal of Municipal Wastewaters Impacts on the Coastal Environment, Vol 1: 519-576. Covello, V.T. and Merkhofer, M. W. 1993. Risk Assessment Methods: Approaches for Assessing Health and Environmental Risks. Plenum Press, New York and London. Departemen Kelautan dan Perikanan, 2004. Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan, No. KEP.17/MEN/2004 tentang Sistem Sanitasi Kekerangan Indonesia. Departemen Kelautan dan Perikanan, Diijen Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KP3K), 2001. Naskah Akademik Undang undang Pengelolaan Wi/ayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Departemen Kelautan dan Perikanan, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP), 2007. UE RAS-2006 2007, Jakarta. (tidak dipublikasikan) Dewan Kelautan Indonesia, tanpa tahun. Naskah Akademik National Ocean Summit, Sekretariat Dewan Kelautan Indonesia, Jakarta, 19 halaman. Fauzi, A. dan Anna Suzy, 2005, Assessment Perhitungan Ganti Rugi Kasus Dampak Penambangan PT. Newmont Minahasa Raya: Preliminary Draft, Submitted to Kementrian Lingkungan Hidup RI (tidak dipublikasikan). Feng, S., Reed, M. and French, D.P., 1989, The Chemical Database for the Natural Resource Damage Assessment Model System, Oil & Chemical Pollution, 5:165-193. Fischer, H. B., List, E. J., Koh, R. C. H., Imberger, J, and Brooks, N. H., 1979, Mixing in Inland and Coastal waters, Academic Press, New York.
25
French, D.P. and French III, F. W., 1989, The Biological Effects Component of the the Natural Resource Damage Assessment Model System, Oil &Chemical Pollution, 5: 125-163. Godfree, A., Jones, F., and Kay, D., 1990, Recreational Water Quality, The Management of Environmental Health Risk Associated with Sewage Discharges, Marine Pol/ution Bulletin, 21(9): 414422. Grigalunas, T. A., Opaluch, J.J. and Tyrell, T. J.,1989, The Economic Damages Component of the the Natural Resource Damage Assessment Model System, Oil & Chemical Pollution, 5: 195-215. Huijer, Keisha, __, Trends In Oil Spills From Tanker Ships 1995-2004, International Tanker Owners Pollution Federation (ITOPF), London, United Kingdom. Husain, T., Khan, A. and Mukhtasor 1999, Development of Water Quality Indices for Northwest Teritory, Canada, Project Report, Memorial University of Newfoundland. Kementrian Negara Lingkungan Hidup (KNLH) dan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor (IPB), 2007, Updating Valuasi Ekonomi Kerugian Semburan Lumpur Panas PT. Lapindo Brantas, Inc., Porong Sidoado, Laporan Akhir (tidak dipublikasikan). Khairy, M.A., Kolb, M., Mostafa, A.R., EI-Fiky, A., and Bahadir, M. 2009. Risk Assessment of Polycyclic Aromatic Hydrocarbons In A Mediterranean Semi-Enclosed Basin Affected by Human Activities (Abu Qir Bay, Egypt). Journal of Hazardous Materials (170): 389-397. Mauludiyah dan Mukhtasor, 2009, Perhitungan Skala Biaya Kerugian akibat Tumpahan Minyak: Relevansinya untuk Perairan Indonesia, Prosiding Seminar Nasional Teori dan Aplikasi Teknologi Kelautan 2009, ITS, ISSN: 14122332, hal. A.119-A.128.
Mukadar, S., Mukhtasor, Aunurohim, 2008. Studi Bioakumulasi Logam Berat (Hg, Cd dan Pb) pada Kekerangan di Pesisir Sidoado, Seminar Nasional Pascasarjana VIII-ITS 2008. Mukhtasor, 2008, Teknologi Biostimulasi pada Proses Bioremediasi Tumpahan Minyak di Wi/ayah Pesisir, Laporan Penelitian Hibah Bersaing, Peneliti Utama, LPPM ITS, didanai oleh Dirjen DIKTI, Diknas, 2007-2008. Mukhtasor, 2007, Pencemaran Pesisir dan Laut, Pradnya Paramita, ISBN: 978-979-408-541-7, Cetakan I, Jakarta, 322 hal. Mukhtasor, 2004, Teknologi Ocean Outfall untuk daerah Wisata Renang Perairan Pantai dengan Memadukan Aspek Hidrodinamika Effluen dan Resiko Kesehatan, Laporan Penelitian Hibah Bersaing, Peneliti Utama, didanai oleh Dirjen DIKTI, Departemen Pendidikan NasionaI2003-2004. Mukhtasor, 2003, Pengembangan Decision Support System Minyak Tumpah di Laut, Kerjasama Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dengan Departemen Kelautan dan Perikanan. Mukhtasor, 2001, Hydrodynamic Modeling and Ecological Risk based Design of Produced Water Discharge from an Offshore Platform, Ph.D. Thesis, Memorial University of Newfoundland, pp.244. Mukhtasor dan Hartoyo 2004, Metode Penentuan Nilai Baku Mutu Perairan pantai untuk Logam Merkuri dan Kadmium Berbasis Resiko Kesehatan dan Biaya, Jurnal Teknologi Kelautan, 8(1): 23-32. Mukhtasor and L.M. Lye 2004, Use of Response Surface Methodology for Extracting A Model from an Artificial Neural Network: A Case of Initial Dilution Modeling, Proceedings of 1st Water and· Environment Specialty Conference of the
26
27
Canadian Society of Civil Engineering, CSCE, Saskatoon, Sascatchewan, Canada, WE.56.1-WE.56.11. Mukhtasor dan Maulidiyah, 2005, Analisis Resiko Kesehatan dan Biaya Pengolahan Limbah pada Evaluasi Baku Mutu Air Laut untuk Bakteri Escherichia coli (Studi Kasus: Daerah Wisata Kepulauan Seribu Jakarta), Jurnal Teknologi Kelautan (terakreditasi), ISSN: .1410-2919, 9 (2): 92 - 98. Mukhtasor, Zulaika, E., Susilowati, E., Pudjiastuti, L., Setiawan, P.R., Widiadi, J.B., Musfil, Suprapti, Triwulan, Leliyana, D., dan Maulidiyah, 2008, Pengantar IImu Lingkungan, ITS Press. ISBN: 979-8879-18-8, Cetakan I, Surabaya, 302 hal. Mukhtasor, Sujantoko dan Estu P. Pribadi, 2006, Pengembangan Teknik Percobaan Ocean Outfall untuk Limbah Panas yang dilepas dari Anjungan Minyak Lepas Pantai, Prosiding Seminar Teori dan Aplikasi Teknologi Kelautan VI, Fakultas Teknologi Kelautan ITS, Surabaya, hal: 192-199. Mukhtasor, Totok Akbar Sriyudianto, Suyadi dan Haryo Armono, 2005, Pemodelan Oil Spills di Perairan Laut: Studi Kasus Validasi Software OILMAPW, Prosiding Seminar Teori dan Apliokasi Teknologi Kelautan V, Fakultas Teknologi Kelautan ITS, ISSN: 1412-2332, hal: 111.98-111.104. Mukhtasor, Tahir Husain, Brian Veitch, Neil Bose, 2004, An Ecological Risk Methodology for Screening Discharge Alternatives of Produced Water, Human and Ecological Risk Assessment: An International Journal, HERA, 10(3):525-542. Mukhtasor, Setiawan, R.E., Ikhwani, H. 2003, Simulasi Penyebaran Limbah Panas untuk Analisis Perancangan Sistem Sirkulasi Air Pendingin di Wilayah Pesisir, Proqeedings Seminar Nasional Teori dan Aplikasi Teknologi Kelautan, FTK-ITS, Surabaya. Mukhtasor, Husain, T., Lye, L.M. and Sharp J.J. 2002a, Human Health Risk-based Design of Ocean Outfall, Water and
Maritime Engineering, Proceedings of the Institution of Civil Engineers, London, UK, 154, issue #1: 29-39. Mukhtasor, Lye, L.M. and Sharp J.J. 2002b, A New Approach to Initial Dilution of Buoyancy-dominated Jet in Moving Water, Journal of Environmental Engineering and Sciences, 1:101 111. Mukhtasor, Sadiq R., Husain, T., Veitch, B. and Bose, N. 2001, Acute Ecological Risk Associated with Soot Deposition: A Persian Gulf Case Study, Ocean Engineering, 28(9): 1295 1308. Mukhtasor, Lye, L.M. and Husein, T., 2000, Problems of Asymptotic Solution-based Initial Dilution Models and New Research Direction, Proceedings of the Conference of Canadian Society of Civil Engineering, London, Ontario. Mukhtasor, Sharp, J.J. and Lye, L.M. 1999a, Uncertainty Analysis of Ocean Outfalls, Canadian Journal of Civil Engineering, 26: 434-444. Munawar, 2010, Bioremediasi Tumpahan Minyak dengan Teknik Biostimulasi di Lingkungan Pantai, Disertasi Doktor, Fakultas Teknik Kelautan -ITS. Munawar dan Mukhtasor, 2007, Pengujian Nutrien Anorganik untuk Bioremediasi Tumpahan Minyak Mentah dengan Metode Biostimulasi di Lingkungan Pantai Surabaya Timur, Jornal Purifikasi (terakreditasi), Jurusan Teknik Lingkungan FTSP-ITS, ISSN: 1411-3465,8(2): 151-156. Munawar, Mukhtasor dan Tini Surtiningsih, 2007, Bioremediasi Tumpahan Minyak Mentah dengan Metode Biostimulasi Nutrien Organik di Lingkungan Pantai Surabaya Timur, Berkala Penelitian Hayati (Journal of Biological Researches) (terakreditasi), Perhimpunan BioJogi Indonesia Cabang Jawa Timur, ISSN: 0852-6834, 13(1): 91-96.
28
29
Neff, 1997, Metals and Organic Chemicals Associated with Oil and Gas Well Produced Water: Bioaccumulation, Fates, and Effects in the Marine Environment, Gulf of Mexico Produced Water Bioaccumulation Study, Continental Shelf Associates, Inc. for Offshore Operators Committee, April. Niu, H., T. Husain, B. Veitch, and N. Bose, K. Hawboldt and Mukhtasor,2009,Assessing Ecological Risks of Produced Water Discharge in a Wavy Marine Environment, Advances in Sustainable Petroleum Engineering and Science. 1(1). Ofiara, D. D. and Seneca J. J., 2006, Review: Biological Effects and Subsequent Economic Effects and Losses from Marine Pollution and Degradations in Marine Environments: Implications from The Literature, Marine Polluton Bulletin 52, p.844-864. Reed, M. and Nittis, K., 2001. Introduction to the Special Issue of Marine Pollution Bulletin: Selected Papers from the Fourth International Marine Environmental Modelling Seminar, Athens, Greece, October 2000, Marine Pollution Bulletin, 43(7-12):143-144. Reed, M., Johansen, 0., Brandvik, P.J., Daling, P., Lewis, A., Fiocco, R, Mackay, D., Prentki, R, 1999, Oil Spill Modelling towards the Close of the 20th Century: Overview of the State of the Art, Spill Science & Technology Bulletin, 5 (1): 3-16. Remoundou, K., Koundouri, P., Kontogianni, A., Nunes, PAL.D, and Skourtos, M., 2009, Valuation of Natural Marine Ecosystems: an Economic Perspective, Review, Environmental Science & Policy, 12: 1040-1051. Roberts, DA, Johnston, EL and Knott, NA, 2010, Impacts of desalination plant discharges on the marine environment: A critical review of published studies, Water Research, Elsevier. The World Bank, 2007, Cost of Pollution in China: Economic Estimates of Physical Damages, The State Environmental
Protection Administration, P.R China, Rural Development Natural Resources and Environment, Management Unit, East Asia Pacific Region, The World Bank, pp; 128. Turner, A., 2010, Marine Pollution form Antifouling Paint Particles, Marine Pollution Bulletin, 60: 159-171. U.S. Environmental Protection Agency (EPA), 1999, Economic Analysis Of The California Toxics Rule, Prepared by Science Application International Corporation (SAle). U.S. Environmental Protection Agency (EPA) 1991a, CORMIX2: An EXPERT System for Hydrodynamic Mixing Zone Analysis of Conventional and Toxic Multiport Diffuser Discharges, US EPA, Office of Research and Development, Washington, DC., EPAl600/3-911073. U.S. Environmental Protection Agency (EPA) 1991 b, Technical Support Document for Water Quality-based Toxics Control, US EPA, Office of Water, Washington, DC., EPAl505/2-90 001 PB91-127415. Waldichuk, M., 1973, International Approach to the Marine Pollution Problem, Ocean Management 1, pp. 211-261. Zaman, B., Mukhtasor, Sujantoko, 2008, Pemodelan Penyebaran Panas dari Buangan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Perairan Pantai, Prosiding Seminar Nasional, Teori dan Aplikasi Tekno/ogi Kelautan 2008: Rekayasa Energi untuk Aplikasi Teknologi Kelautan, ITS, hal: 0159-0168
30
31
Riwayat Pekerjaan
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama NIP Tempat, tanggallahir Alamat Kantor
: Mukhtasor : 196904201994031003 : Blitar, 20 April 1969 : Kantor Jurusan Teknik Kelautan, Gedung WA, Kampus ITS, Surabaya atau, Kantor Dewan Energi Nasional Gedung Badiklat ESDM lantai 4 JI. Gatot Subroto, Kav. 49, Jakarta
Alamat Rumah
: Perumahan ITS, JI. Teknik Sipil, Blok X-14, Keputih, Surabaya 60111
Nama istri Nama Anak
: Ratri Handayani, S.Si. : 1. Abduh Muhammad Fatih 2. Ahmad Shidqi Mukhtasor 3. Asmahana Mukhtasor 4. Ahmad Faaiq Mukhtasor
1998 2001
:Anggota Dewan Energi Nasional dari Stakeholder Pakar Lingkungan Hidup di Bidang Energi.
2004·2006
:Koordinator, International (Sandwich) Master Degree Programme in Marine and Coastal Resources Management, Kerjasama antara the University of Newcastle upon Tyne (UNT), Inggris, Fakultas Teknologi Kelautan ITS, dan Departemen Kelautan dan Perikanan RI.
2004-2007
:Koordinator Bidang Lingkungan dan Energi Laut, Fakultas Teknologi Kelautan, ITS.
2003-2007
:Program Officer, Sea Partnership Program, Regional Center Jawa Timur, Departemen Kelautan dan Perikanan, RI.
2003-Sekarang: Anggota Panel Pakar untuk Reviewer AMDAL di Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, RI.
Riwayat Pendidikan Formal/Akademis 1982 1985 1987 1993
2009-2014
: Lulus SDN 1, Margomulyo, Panggungrejo, Kab. Blitar : Lulus SMPN Sutojayan, Kab. Blitar : Lulus SMA PPSP IKIP (sekarang SMAN 8) Malang : Sarjana, Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) : Master ofEngineering, Faculty of Engineering and Applied Science, Memorial University of Newfoundland, Canada : Doctor of Philosophy, Memorial University of Newfoundland, Canada.
2003-2006
: Anggota Panel Pakar untuk Reviewer AMDAL di Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (BAPEDALDA), Propinsi Jawa Timur.
2001-2008
: Koordinator, Program Paskasa~ana Jurusan Teknik Kelautan, FTK-ITS.
2001-2006
: Dosen Program FTSP-ITS.
Paskasa~ana
Teknik Lingkungan,
2001-Sekarang: Dosen/Promotor, Program Paskasarjana Teknik Kelautan, PPSTK, FTK-ITS. 2001-Sekarang: Anggota/Peneliti, Pusat Lingkungan Hidup, ITS. 1999
.a
dan
:Assistant, Memorial University of Newfoundland.
1994-Sekarang: Dosen Teknik Kelautan ITS. 33
32
Kependudukan
,
,
dan Resiko Kesehatan", Departemen Pendidikan Nasional, RI.
Penghargaan 2008 : Dosen Berprestasi III, ITS 2006 : Tanda Kehormatan, SATYALANCANA KARYA SATYA, dari Presiden Republik Indonesia. 2003 : Pemenang, Peneliti Produktif ITS 2002, Pusat Penelitian ITS 2003 : Canadian National Research Council (NRC)-funded Research: Visiting Researcher at the Memorial University of Newfoundland, Canada
2003
Visiting Researcher at Memorial University of Newfoundland, Canada, under a grant from the Canadian National Research Council (NRC).
2002
Peneliti Utama, "Pemodelan Difusi Turbulen untuk Single Buoyant Jet", Proyek DUE-LIKE, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional, RI.
2001
Hydrodynamics Modeling and Ecologycal Risk Assessment of Produced Water Discharge from Oil Production Platform, Ph.D. Desertation, Memorial University of Newfoundland, Canada
2001
Peneliti Utama, Sensitivity Analysis untuk Mixing Zone Single Buoyant Jet dari Variabilitas dan Ketidakpastian", Japan Society for Promoting Science (JSPS), Pusat Penelitian, ITS.
1999
Research Engineer, Water Quality Index Determination Study, Memorial University of Newfoundland and Water Resources Division, Water Management and Planning Section, Yellowknife, NT, Canada
1998
Probabilistic Ocean Outfall Design, M.Eng Thesis, Faculty of Engineering and Applied Sciences, Memorial University of Newfoundland, Canada.
2002 : Invited Speaker at the Second World Engineering Congress (WEC 2002), Kuching, Malaysia. 2001 : Fellow of the School of Graduate Studies, Memorial University of Newfoundland, Canada. 2000 : Award Winner at Society for Risk Analysis 2000 Annual Meeting, Virginia, United States of America (USA). 1988: Mahasiswa Berprestasi ITS
Riwayat penelitian 2007-2008: Peneliti Utama, Penelitian Hibah Bersaing, "Percobaan Skala Lapangan Bioremediasi Tumpahan Minyak di Lingkungan Pantai dengan Metode Biostimulasf', Departemen Pendidikan Nasional, RI. 2005
Peneliti Utama, "Pengembangan Pendekatan Eksperimen untuk Penelitian Ocean Outfalls", Hibah Penelitian Segitiga Biru, FTK - ITS.
1998-1999: Research Engineer, Newfoundland Canada. 1996
2003-2004: Peneliti Utama, Penelitian Hibah Bersaing, "Teknologi Ocean Outfall untuk Daerah Wisata Renang Wi/ayah Pantai dengan Memadukan Hidrodinamika Efluen 34
University
of
Peneliti Utama, Pemodelan Distribusi Limbah untuk Suatu Ocean Outfall, Pusat Penelitian, ITS.
35
a
Memorial
2006: Ketua Tim Studi, Penyusunan Action Platn Pengendalian Pencemaran Laut PPI Brondong, Lamongan, Kerjasama dengan Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Jawa Timur.
Pengalaman Kegiatan Lain 2010: Reviewer, Program Penelitian Insentif, Dewan Riset Nasional- Kementrian Riset dan Teknologi, RI.
2005: Ketua Tim Studi, Perencanaan Kawasan Konservasi Pantai Madura, Kerjasama dengan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL), Propinsi Jawa Timur.
2010-Sekarang: Ko-Promotor (eksternal), Program Paska Sarjana (S3), Fakultas Ekonomi, Universitas Airlangga. 2009: Reviewer, Anggota PenilailTim Pakar, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), Evaluasi Rencana Pengembangan Tambang Emas, PT. Newmont Nusa Tenggara Barat.
2004: Tim Ahli, Studi Kelayakan Hygienic Fish Market Kenjeran, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kota Surabaya.
2008 : Editor (Anggota), Jurnal Teknologi, MAKARA, Universitas Indonesia.
2004: Ketua Tim Ahli, Studi Dampak Umbah Domestik ke Panta; Kenjeran, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kota Surabaya.
2007 : Ketua Tim Studi, Pemantauan Pencemaran Laut, Kerjasama dengan Badan Koordinasi Keamanan Laut (BAKORKAMLA), RI.
2004: Anggota Tim, Penyusunan Pedoman Umum Klaim Ganti Rugi Tumpahan Minyak, Departemen Kelautan dan Perikanan, RI.
2006 : Reviewer, Penulisan Buku Teks, DP2M, Departemen Pendidikan Nasional, RI.
2004: Anggota Tim Ahli, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), Terminal Transit Utama Pertamina di Tuban, Pusat KLH, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat ITS, Surabaya.
2006-Sekarang, Pendiri dan Pembina Yayasan Pengembangan SDM IPTEK, yang salah satu kegiatan pentingnya adalah desiminasi teknologi dan pemberdayaan masyarakat dalam pemanfaat teknologi energi biogas dan limbah temak/limbah organik. (Notaris Iyen Suhesti, SH., No. 06/16 April2007).
2003: Reviewer, Anggota Peniiai/Tim Pakar, Environmental Impact Assessment (AMDAL), Development of Oil and Gas Field, Oyong dan Maleo Fields, and Construction of Underwater Pipelines at the Madura Streat, Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, RI.
2006: Reviewer, Anggota Peniiai/Tim Pakar, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap/PLTU Jawa Timur yang, Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (BAPEDALDA) Propinsi Jawa Timur. Tiga Proyek PLTU: Pacitan, Probolinggo dan Tuban.
2003: Ketua Tim Studi, Pengembangan Decision Support System Miriyak Tumpah di Laut, Departemen Kelautan dan Perikanan, Republik Indonesia. 2001: Ketua Tim Studi, Konsep Pengendalian Pencemaran Laut, Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL), Propinsi Jawa Timur. 37
36
.&
Buku yang Diterbitkan 1. Husain, T., Sadiq, R. Mukhtasor, Khan, A. A. 2002. Framework for Ecological Risk Assessment: Deterministic and Probabilistic Analyses, The Gulf Ecosystem: Health and Sustainability, Edited by N.Y. Khan, M. Munawar and A.R.G. Price, Ecovision Monograph Series, Backhuys Publisher,
Leiden, The Netherlands, pp. 377-396.
4.
Mukhtasor, Abdillah Suyuthi, Dwi Endah Kusrini dan Daniel M. Rosyid, 2006, Studi Pengembangan Lingkungan Pantai Kenjeran Sebagai Kawasan Ekowisata Bahari, Jurnal Pesisir & Lautan, Indonesian Journal of Coastal and Marine Resources (terakreditasi), Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB, ISSN: 1410-7821,7(1): 27-41.
5.
Mukhtasor dan Maulidiyah, 2005, Analisis Resiko Kesehatan dan Biaya Pengolahan Limbah pada Evaluasi Baku Mutu Air Laut untuk Bakteri Escherichia coli (Studi Kasus: Daerah Wisata Kepulauan Seribu Jakarta), Jurnal Teknologi Kelautan (terakreditasi), ISSN: 1410-2919, 9 (2): 92 - 98.
6.
Mukhtasor 2004, Discussion of Sensitivity Analysis and Comparative Performance of Outfalls with Single Buoyant Plume, Journal of Environmental Engineering, ASCE, October 2004.
7.
Mukhtasor, Tahir Husain, Brian Veitch and Neil Bose 2004, An Ecological Risk Methodology for Screening Discharge Altematives of Produced Water, Human and Ecological Risk Assessment: An International Journal, HERA, ISSN 100080 7039, 10(3):525-542
2. Mukhtasor, 2007, Pencemaran Pesisir dan Laut, Pradnya Pramita: Jakarta. 3. Mukhtasor dkk, 2008, Pengantar IImu Lingkungan, ITS Press. 4. Daniel M. Rosyid, 2008, Rekayasa Keandalan, Airlangga Press, Mukhtasor (Editor).
Publikasi Jurnal 1.
Niu, H., T. Husain, B. Veitch, and N. Bose, K. Hawboldt and Mukhtasor, 2009, Assessing Ecological Risks of Produced Water Discharge in a Wavy Marine Environment, Advances in Sustainable Petroleum Engineering and Science. 1 (1).
2.
Munawar dan Mukhtasor, 2007, Pengujian Nutrien Anorganik untuk Bioremediasi Tumpahan Minyak Mentah dengan Metode Biostimulasi di Lingkungan Pantai Surabaya Timur, Jornal Purifikasi (terakreditasi), Jurusan Teknik Lingkungan FTSP-ITS, ISSN: 1411-3465,8(2): 151-156.
8.
Mukhtasor dan Hartoyo 2004, Metode Penentuan Nilai Baku Mutu Perairan pantai untuk Logam Merkuri dan Kadmium Berbasis Resiko Kesehatan dan Biaya, Jurnal Teknologi Kelautan, 8(1): 23-32.
9.
Munawar, Mukhtasor dan Tini Surtiningsih, 2007, Bioremediasi Tumpahan Minyak Mentah dengan Metode Biostimulasi Nutrien Organik di Lingkungan Pantai Surabaya Berkala Penelitian Hayati (Journal of Biological Researches) (terakreditasi), Perhimpunan Biologi Indonesia Cabang Jawa Timur, ISSN: 0852-6834,13(1): 91-96.
Mukhtasor, Lye, L.M. and Sharp J.J. 2002, A New Approach to Initial Dilution of Buoyancy-dominated Jet in Moving Water, Journal of Environmental Engineering and SCiences, 1: 101 111.
10. Mukhtasor, Lye, L.M. and Sharp J.J. 2002, Methods of Compliance Evaluation for Ocean Outfall Design and Analysis, Environmental Management, 30(4): 536-546.
3.
39
38
~
11. Mukhtasor, Husain, T., Lye, L.M. and Sharp J.J. 2002, Human Health Risk-based Design of Ocean Outfall, Water and Maritime Engineering, Proceedings of the Institution of Civil Engineers, London, UK, 154, issue #1: 29-39.
t,.
Studi Pasca Sarjana Jurusan Teknik Sipil, ITS, ISBN: 978 979-99327-2-3, hal: E21 - E34. 4. Mukhtasor, Sujantoko dan Estu P. Pribadi, 2006, Pengembangan Teknik Percobaan Ocean Outfall untuk Limbah Panas yang dilepas dari Anjungan Minyak Lepas Pantai, Prosiding Seminar Teori dan Aplikasi Teknologi Kelautan VI, Fakultas Teknologi Kelautan ITS, Surabaya, ISSN: 1412-2332, hal: 192-199.
12. Mukhtasor, Sadiq R., Husain, T., Veitch, B. and Bose, N. 2001, Acute Ecological Risk Associated with Soot Deposition: A Persian Gulf Case Study, Ocean Engineering,Vol. 28. No. 9. pp. 1295-1308.
5. Bambang Suprakto, Wahyudi dan Mukhtasor, 2006, Studi Kondisi Mangrove Pesisir Selatan Kabupaten Sampang Menggunakan Data Lansat TM 7, Prosiding Seminar Nasional Kelautan II, Universitas Hang Tuah, Surabaya, ISSN: 979 3153-21-0, hal: 11.58-11.64.
13. Mukhtasor, Sharp, J.J. and Lye, L.M. 1999a, Uncertainty Analysis of Ocean Outfalis, Canadian Journal of Civil Engineering, 26: 434-444. 14. Mukhtasor 2002, Unjuk Kerja Teknologi Ocean Outfall: Meneari Alternatif Penanganan Limbah di Lingkungan Pantai, Jurnal Teknologi Kelautan, Vol. 5. No.1, Januari, hal. 38-42.
6. Bambang Suprakto, Wahyudi dan Mukhtasor, 2006, Kajian Penentuan Kawasan Konservasi Mangrove Berdasarkan Kriteria Bio-fisik Lingkungan Pesisir Selatan Kabupaten Sampang, Prosiding Seminar Nasional Rekayasa Perencanaan VII, Jurusan Teknil Lingkungan, Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jatim, Surabaya, ISSN: 979-98568-6-8, hal: 0.5.1-0.5.9.
Presentasi dan Prosiding Seminar 1. Mauludiyah dan Mukhtasor, 2009, Perhitungan Skala Biaya Kerugian akibat Tumpahan Minyak: Relevansinya Perairan Indonesia, Prosiding Seminar Nasional Teori dan Aplikasi Teknologi Kelautan 2009, ITS, ISSN: 14122332, hal. A.119-A.128.
7. Mukhtasor, Totok Akbar Sriyudianto, Suyadi dan Haryo Armono, 2005, Pemodelan Oil Spills di Perairan Laut: Stud; Kasus Validasi Software OILMAPW, Prosiding Seminar Teori dan Apliokasi Tekno/ogi Kelautan V, Fakultas Teknologi Kelautan ITS, ISSN: 1412-2332, hal: 111.98-111.104.
2. Zaman, B., Mukhtasor, Sujantoko, 2008, Pemodelan Penyebaran Panas dari Buangan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Perairan Pantai, Prosiding Seminar Nasional, Teori dan Aplikasi Teknologi Kelautan 2008: Rekayasa Energi untuk Aplikasi Teknologi Kelautan, ITS, ISSN 1412-2332, hal: 0159-0168.
8. Munawar dan Mukhtasor, 2005, Model Stoikiometri Perkiraan Jumlah Nutrien pada Bioremediasi Tumpahan Minyak dengan Metode Biostimulasi di Lingkungan Pantai, Prosiding Seminar Teori dan Apliokasi Teknologi Kelautan V, Fakultas Teknologi Kelautan ITS, ISSN: 1412-2332, hal: 111.91-111.97.
3. Kartika Sudiati, Mukhtasor dan Hasan Ikhwani. 2007, Model Pencemaran yang Bersumber dari Oarat di Pantai Kenjeran, Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil /11-2007, Program
41
40
..
9.
Mukhtasor and L.M. Lye 2004, Use of Response Surface Methodology for Extracting A Model from an Artificial Neural Network: A Case of Initial Dilution Modeling, Proceedings of 1st Water and Environment Specialty Conference of the Canadian Society of Civil Engineering, CSCE, Saskatoon, Sascatchewan, Canada, WE.56.1-WE.56.11.
10. Mukhtasor, Setiawan, R.E., Ikhwani, H. 2003, Simulasi Penyebaran Limbah Panas untuk Analisis Perancangan Sistem Sirkulasi Air Pendingin di Wilayah Pesisir, Proceedings Seminar Nasional Teori dan Aplikasi Teknologi Kelautan, FTK-ITS, Surabaya. 11. Mukhtasor 2002, Evaluation Of Buoyant Spreading Associated Dilutions Under Uncertainty, Proceedings of the Third Regional Marine Technology Conference, MARTEC 2002, 10 Juli, Surabaya, pp. 49-59. 12. Mukhtasor, L.M. Lye and Sharp, 2002, Mixing Zone Analysis of Produced Water Discharge from Offshore Oil Producing Platform, Proceedings, 2nd World Engineering Congress (WEC 2002), Sepcial Volume, Civil & Structural Engineering, Kuching, Malaysia, pp. 15-21. 13. Mukhtasor 2001, Application of Environmental Risk Assessment Methods for the Analysis of Ocean Outfall, Marine Technology 2001, Achieving Global Competitiveness in the Marine Industry, University Teknologi Malaysia, Johor. 14. Mukhtasor 2000, Risk-based Design of Produced Water Discharge from Offshore Oil Production Platform, Applications of Risk Analysis in Industry and Government, Society for Risk Analysis (SRA) Annual Meeting, Crystal Gateway Marriott, Virginia, December 3-6.
Foundation Advanced Study Institute on Recent Developments in Coastal Eutrophication Research: Prediction, Decision Support Systems, and Management, The University of Hong Kong, 5-12 February. 16. Mukhtasor, Lye, L.M. and Husain, T. 2001, Far Field Hydrodynamic Modeling of Ocean Discharges: Methods of Dealing with Uncertainty, Conference of Canadian Society of Civil Engineering (CSCE), June, Victoria. 17. Mukhtasor, Husain, T., Bose, N. and Veitch, B. 2000, Produced Water Discharge into the Marine Environment: Water Quality Criteria and Environmental Risk Assessment, Proceedings of Third Specialty Conference on Environmental Progress in the Petroleum & Petrochemical Industries, 1-3 May, Bahrain, paper #23. 18. Mukhtasor, Lye, L.M. and Husain, T. 2000, Problems of Asymptotic Solution-based Initial Dilution Models and New Research Directions, Proceedings of the Conference of Canadian Society of Civil Engineering (CSCE), London, ON. 19. Mukhtasor and Husain, T. 1999, Environmental Risk Assessment and Ocean Outfall Design, Proceedings of the 1999 Canadian Coastal Conference, 19-22 May, Victoria, BC, 2: 517-530. 20. Mukhtasor, Lye, L.M. and Husain, T. 1999, Probabilistic Initial Dilution Model for Ocean Outfalls, Proceedings of the Conference of Canadian Society of Civil Engineering (CSCE), 2-5 June, Regina, 2: 139-147.
15. Mukhtasor, Husain, T., Lye, L.M. and Sharp J.J. 2001, Human Health Risk-based Design of Ocean Outfall, The Croucher
21. Mukhtasor, Sharp, J.J. and Lye, L.M. 1998, Applicability of First Order Second Moment and Monte Carlo Simulations in Ocean Outfall DeSign and Analysis, in Proceedings of the 11 th Congress of the IAHR-APD, September 8-10, Yogyakarta, Indonesia, 2: 331-340.
42
43
22. Mukhtasor, 1998, Probabilistic Ocean Outfall Design, M. Eng. Thesis, Memorial University of Newfoundland, pp. 185. 23. Mukhtasor, 2001, Hydrodynamic Modeling and Ecological Risk-based Design of Produced Water Discharge from an Offshore Platform, Ph.D. Thesis, Memorial University of Newfoundland, pp. 244. 24. Mukhtasor J.J. Sharp and L. M. Lye, 1997, Application of Probabitistic Methods for Initial Dilution of Horizontal Round Jet in Moving Waters, Proceeding of ISSM, 2-3 August 1997, Wiesbaden, Germany, 115-117. 25. Sadiq, R., Veitch, B., Williams, C., Pennell, V., Niu, H., Worakanok, B., Hawboldt, K., Husain, T., Bose, N., Mukhtasor, Coles, C. 2002, An Integrated Approach to Environmental Decision-Making for Offshore Oil and Gas Operations, Canada-Brazil Oil and Gas HSE Seminar and Workshop, March 11-12 March. 26. Sadiq, R., Mukhtasor, Veitch, B., Husain, T., and Bose, N. 2000. Environmental risk assessment of wastes from offshore oil operations. Poster display and abstract, Proceedings, Understanding the Environmental Effects of Offshore Hydrocarbon Development Workshop, Sable Offshore Energy Environmental Effects Monitoring Advisory Group, Dartmouth. 27. Mukhtasor dan Satriyanto 2002, Modifikasi Persamaan Difusi Turbulen Satu Dimensi sebagai Alternatif Teknologi Perencanaan Ocean Outfall, Proceedings Seminar Nasional, Insentif Ekonomi dan Tekno/ogi da/am Pembangunan Berkelanjutan, Pusat Penelitian Kependudukan dan Lingkungan Hidup ITS, Surabaya, 14 Mei, paper # B12.
44