It’s Gonna Rain Part 1
Kalau lewat tengah malam udaranya dingin berarti besok langit akan cerah. Sebaliknya kalau panas dan cenderung gerah, berarti kemungkinan besar akan hujan. Setelah berminggu-minggu cuaca panas dan kering, mungkin malam ini akan turun hujan. Lagi pula dari tadi mendung. Semakin lama tubuhku ini semakin ringkih, maybe I’m getting old. Setiap cuaca panas, hidungku pasti berdarah. Mom said, saking panasnya pembuluh darah di hidungku pecah. Memangnya ada manusia yang diciptakan dengan pembuluh darah lebih tipis dari pada orang kebanyakan? Yeah, why not... Musim hujan pun aku rentan masuk angin. Kadang dari ujung kepala sampai ujung kaki bisa gatalgatal karena kedinginan. Hfffhh... serba salah!
Seharian ini aku cuma nonton tv. Menunya infotainment and Korean Drama. Snow White nya K-Stew sudah kutonton kemarin. Makin lama makin gerah! Aku ganti baju dengan baju barong kutung pemberian adik yang baru pulang dari business trip di Bali. Lumayan.... adem! And yes... It is finally raining... One of the saddest parts of being away from your family is... setiap hujan deras lengkap dengan petir dan mati lampu seperti sekarang ini cuma bisa pura-pura berani padahal takut setengah mati! Hiding under my blanket forcing my self to fall asleep. The next morning... Gara-gara hujan kemarin yang ternyata baru tamat tadi subuh, I missed dinner. Baru jam 6 aku sudah duduk dekat jendela, mengagumi pohon sirih milik Ibu Kost yang sudah mulai merambat cantik di pagar sambil sarapan nasi goreng andalan. Pintu sengaja kubuka supaya aku bisa puas menikmati aroma tanah basah setelah hujan. Hmmm.... love it much! Chek mail adalah rutinitas yang tak pernah kulewatkan setiap pagi. Dengan secangkir hot cappuccino aku buka laptop, harap-harap cemas. 2
Come on... I need a job! I’m a freelance translator. Menerjemahkan materi pelajaran sekolah-sekolah internasional untuk sebuah agency dibawah Departemen Pendidikan. Indonesian to English atau sebaliknya. Sudah 2 minggu aku tak dapat jatah. Aku bisa frustasi kalau sampai hari ini tidak ada juga. Keuangan semakin tipis! Bulan kemarin aku “dipaksa” beli gitar akustik sepupu karena dia butuh duit. Yamaha acoustic F310P yang baru dia pakai 4 bulan kan ga mungkin dilepas 500 ribu doang. Uang semesterannya ludes dipakai beli gadget baru. Huuuh siapa suruh laper mata! “Please atuh lah da Willy mah bageur, da geulis... Anggap aja gitar Aga dipesantrenin di kamu. Ntar klo dah pinter, ku Aga ditebus lagi...“ “Euh angger! TV juga ampe sekarang ga ditebus ...” “Hehe.. gitar mah pasti ditebus Will. Sing sumpah tah.. demi Aga mah...” Semua sepupu mamanggilku Willy. Kata mereka nama Willa ga cocok. Jika orang baru mengenalku 2 tahun belakangan ini pasti tidak ada yang percaya kalau sedari kecil aku ini tomboy. Rambut selalu pendek, tidak punya rok selain seragam sekolah, dan lebih senang beli mobil-mobilan
3
daripada boneka. Aku tumbuh di lingkungan keluarga besar yang didominasi oleh anak laki-laki. Hohoho... this is my lucky day! 2 mata pelajaran untuk satu semester. Deadline: 1 bulan. I can feel me smiling... Membayangkan uang 3 juta masuk ke rekeningku hihihi... A happy face it is! Thank you, Lord ...
Thank you for the rain too ...
It’s been a busy week! I need a break. Lagian 1 materi sudah beres. Moga materi berikutnya bisa kukerjakan dalam seminggu juga. Makin cepat makin bagus. Payment-nya makin cepat cair juga kan hehe... Buka-buka kord di Ultimate Guitar ah.... Gitar si Aga perlu di test. Siapa tau snarnya ada yang mati. Bisa-bisa fals tiada akhir dong. Cobalah Mengerti-nya Peterpan yang dibawain Sean di Idol kemarin oke tuh...
“Aku takkan pernah berhenti Akan terus memahami Masih terus berfikir Bila harus memaksa Atau berdarah untukmu 4
Apapun yang ku rasakan Mencoba menerimaku Cobalah mengerti Semua ini menjadi arti Selamanya takkan berhenti Inginkan rasakan Rindu ini menjadi satu Biar waktu yang memisahkan....” "koq berenti ? terusin dong mba..."
Ouch!!! who is this fine looking creature standing at my door?
5
Part 2 Hah!!! Boris??!! Kost di sini? Boris Stand Up Comedy itu kan? No! Yaah.. mirip sedikit, tapi bukan. Ini Rega asal Medan juga tapi sudah hampir 5 tahun di Bandung. Makanya aku kira Si Boris. Tapi yang ini 3 kali lipat lebih oke dan tanpa handuk di pundaknya macam sopir angkot 09 hehehe. Rega adalah mahasiswa S2 jurusan Teknik Industri di salah satu kampus besar di sini. Siang bekerja office hour dan mengambil kelas karyawan di malam hari. Saking fokusnya dengan urusan terjemahan, sampai ga sadar ada orang pindahan 3 hari lalu. Padahal kamar kost-nya tepat di lantai atas sebrang kamarku. Jadi aku bisa memperhatikannya dengan leluasa dari balik jendela.
Duuuh... kenapa baru pindah sekarang? Hehehe.... After 10 months, this place is finally getting interesting... 3 weeks later we both get along together. Saling berkunjung ke kamar masing-masing, kalau air galon di kamarnya habis dia pasti minta padaku, begitu pun sebaliknya jika modem ku habis pulsa 6
aku bisa leluasa numpang nge-net di laptopnya. Malam minggu ini pun sama, dia “konser” dengan solo gitar punyaku yang akhirnya mengundang anak-anak yang lain berkerumun di kamarku. Sudah pasti hanya orang-orang tak laku yang ikutan. Yang punya pasangan semua jalan dengan pacar masingmasing. Berkumpul di kamarku jadi acara rutin malam mingguan. Kalau sedang fit dan masih banyak duit sih ga masalah, tapi kali ini aku bokek! “Heh... kalo mo pada ngopi bawa masing-masing! Gw lagi gembel berat!” “Iya nech... Pada ga tau malu! Sana beli cemilan sekalian! Nih duitnya, klo kurang tambahin!” Rega membelaku. Dia mengeluarkan uang 100 ribu dari dompetnya sambil menyuruh yang lain belanja di mini market tak jauh dari sini. Yang disuruh malah girang. “Aseeek... oke bang! Ini mah lebih dari cukup...” The next morning, Aga mampir. Dia disuruh ibuku mengantarkan marble cake favoritku. Ah.. senangnya... Mama tau aja anaknya lagi ga punya duit. Hanya 15 menit, Aga pun pulang. Aku mengantarnya sampai pagar. Tiba-tiba Rega sudah berdiri di belakangku dengan 2 gelas kopi. “For me?” 7
“Yes dear, it’s yours. Will... yang barusan cowok lu?” “Bukan... Itu Aga. Sepupu.” Rega mengikutiku kembali ke kamar. Selanjutnya kami minum kopi sambil menikmati cake.
To be honest, it’s a bit awkward. It’s nice to have a companion, but... Bukankah ini sudah terlalu lama? Well, I like this guy, tapi kan... Kenapa betah sekali berlama-lama di sini? Almost 3 hours! Aku sudah salah tingkah. Mondar-mandir ga karuan.
Usir ato jangan ya..?
Eh dia malah mengambil gitar dan main 1 lagu. “The Man Who Can’t Be Moved”-nya The Script.
Damn!
Akhirnya Rega pergi juga. Kalau tidak ada teman yang mengajak hang out, mungkin akan tidur lagi saja katanya. 8
Baru ingat, hari ini aku belum buka mail box sama sekali. Ah... right on time. Paymentku sudah cair...thank God! Jam 1 siang, aku mandi lalu ke ATM. Berikutnya ke super market. Biasalah perempuan, urusan belanja rada kalap. Mulai dari shampo, sabun, pembalut, stok kopi, mie instant, kosmetik, baju diskonan, etc, etc... Mumpung ada. Bulan depan belum tentu bisa. Bukankah membahagiakan diri sendiri pun termasuk ibadah? Shopping adalah aktivitas yang menguras tenaga. Ya capek. Ya laper... Seharian ini yang masuk ke perut cuma kopi dan dua potong cake. Japanese fast food resto is a good idea. Aku makan dengan satu tangan memegang sumpit dan yang lainnya memegang struk belanja. Siiip! Ga lebih dari 400 ribu. Masih make sense hehehe... Aku melihat ada anak perempuan berlari kecil masuk ke resto yang sama. Umurnya mungkin sekitar 3 atau 4 tahun. Cantik.... Rambutnya ikal. Ayah dan ibunya masuk belakangan. Sepertinya pasangan muda. Pantas anaknya cantik, pasti bawa gen ibunya. Tapi ayahnya.... Ayahnya....
That is the guy who spent hours in my room this morning... 9
Part 3
That was real. Wasn’t? Yeah... so what's the problem? Hanya kebetulan kost di tempat yang sama. Dan kebetulan berteman baik. Kebetulan dia sering menyambangiku. Menghabiskan sisa malam bersama. Ya... itu pun tidak selalu berdua saja. That’s it! That’s all! Right? Hanya kebetulan aku menyukainya. Sedikit menginginkannya... Tapi dia tidak harus sebaliknya... Iya kan? Aku bergegas pulang. Memastikan melihatku. Tapi entahlah... Aku tidak sekecil semut.
10
dia
tidak