ISSN:2356-5268
Volume 5 Tahun III, Januari 2016
ISSN:2356-5268
Vol. 5 JANUARI 2016
Volume 5 Tahun III, Januari 2016
Vol. 5 JANUARI 2016
Vol. 5 JANUARI 2016
Drs. Tjaraka Tjunduk K, M.Pd
Vol. 5 JANUARI 2016
Vol. 5 JANUARI 2016
Volume 5 Tahun III, Januari 2016 1.
2.
3.
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE- A MATCH UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISW A PADA PEMBELAJARAN IPA KOMPETENSI MENGIDENTIFIKASI ORGAN PENCERNAAN MANUSIA DI KELAS V SD NEGERI MALAHAYU 04................................................................................ Oleh : Am inah PENINGKATAN KEMAMPUAN SEKOLAH DALAM MENYUSUN DOKUMEN I KTSP MELALUI BIMBINGAN TEKNIS BAGI TIM PENGEMBANG KURIKULUM SEKOLAH DI SMA BINAAN KABUPATEN BANYUMAS ............................................................. Oleh : Hery Pratom o
1-9
10 - 19
PENINGKATAN KOMPETENSI MEMANGKAS RAMBUT TEKNIK DIAGONAL KEDEPAN (BOB CONCAVE) MELALUI PENGGUNAAN AUDIO VIDEO PADA PROSES PEMBELAJARAN SISW A KELAS XII TATA KECANTIKAN RAMBUT SMK NEGERI 3 PURW OKERTO TAHUN PELAJARAN 2014/2015 ....................................................................................... 20 - 28 Oleh : Laksm i Nurkaryanti
4.
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEW ARGANEGARAAN (PKN) MELALUI PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA KELAS XII TITL-3 SMK NEGERI 2 PURW OKERTO TAHUN 2014/2015 .......................................................................... 29 - 40 Oleh : Siyam to
5.
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI SEGI EMPAT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT SISW A KELAS VII B SMP NEGERI 2 JERUKLEGI SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2014/2015 ...... 41 - 47 Oleh : Tity Am barwulan
6
MEDIA PRESPLASENTA EKONOMI KELUARGA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IKATAN KIMIA TOPIK TIPE DAN BENTUK MOLEKUL KOVALEN PADA SISW A KELAS X MIPA 2 SMA NEGERI PATIKRAJA BANYUMAS SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2014/2015..................................................... 48 - 56 Oleh : Sujatno
7.
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISW A TENTANG MEMBILANG MAJU DAN MUNDUR SERTA MENYELESAIKAN SOAL CERITA YANG BERKAITAN DENGAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DAN MODEL DISCOVERY LEARNING DI KELAS I SD NEGERI CIHAUR 01...................................................................................... 57 - 67 Oleh : Sairah
8.
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI PERISTIW A SEKITAR PROKLAMASI MELALUI MODEL PEMBELJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT DI KELAS V SD NEGERI LIMBANGAN KULON 01 BREBES TAHUN PELAJARAN 2013/2014................................ 68 - 72 Oleh : Sri Restanti
9.
10.
11.
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA KELAS III KOMPETENSI DASAR GERAK BENDA MELALUI METODE EKSPERIMEN DI SD N BANJARHARJA 04 TAHUN PELAJARAN 2013/2014 ....................................................................................... Oleh : Suwarti UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF,EFEKTIF,DAN MENYENANGKAN (PAKEM) MELALUI SUPERVISI AKADEMIK BAGI GURU KELAS SD NEGERI SEMPOL PADA SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2014/2015........................................................................................ Oleh : Parm o ,S.Pd,Mm .Pd PEMBELAJARAN STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PKN PADA PESERTA DIDIK KELAS VII F SMP NEGERI 1 LEKSONO SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015................................................................................................. Oleh: Dwi Setyaningsih
73 - 75
76 - 83
84 - 87
Vol. 5 JANUARI 2016
Vol. 5 JANUARI 2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE- A MATCH UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA KOMPETENSI MENGIDENTIFIKASI ORGAN PENCERNAAN MANUSIA DI KELAS V SD NEGERI MALAHAYU 04 Oleh : Aminah*) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil pembelajaran IPA kompetensi mengidentifikasi organ pencernaan manusia di Kelas V SD Negeri Malahayu 04. Peneliti melaksanakan pembelajaran IPA kompetensi mengidentifikasi organ pencernaan manusia di Kelas V SD Negeri Malahayu 04 dengan dua siklus yang masing-masing dilaksanakan
Vol. 5 JANUARI 2016 metode pembelajaran yang tepat sesuai
keterampilannya dalam menyajikan
dengan materi yang diajarkan. Guru sebagai
kegiatan belajar mengajar
pengajar dan fasilitator harus mampu melakukan pembelajaran yang menyenangkan,
%. Hanya 25 siwa yang tuntas dari 39 siswa kelas V SD Negeri Malahayu 04. Setelah peneliti melaksanakan siklus II, peneliti merasa cukup berhasil dalam pembelajaran, hal ini terlihat dari refleksi siklus II, hasil analisis nilai rata-rata mncapai 74,10. Ini sudah melebihi KKM yang ditetapkan yaitu 65. Dan siswa yang tuntas 34 dari 39 siswa SD Negeri Malahayu 04. Dengan menerapkan Model Pembelajaran Make-A Match maka hasil pembelajaran IPA kompetensi mengidentifikasi organ pencernaan manusia dapat mencapai hasil yang maksimal. Rekomendasi peneliti terhadap hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi untuk memacu meningkatkan mutu pendidikan khususnya guru-guru SD Negeri Malahayu 04 dan umumnya semua kalangan guru sehingga kinerja serta hasilnya dapat mencapai apa yang
3. M e n i n g k a t k a n k e m a m p u a n d a n
keaktifan siswa dalam proses
keterampilannya dalam menulis karya ilmiah
pembelajarannya. Untuk menciptakan suasana
dan publikasi ilmiah.
pembelajaran yang menyenangkan, guru hendaknya menerapkan model-model
Manfaat bagi Sekolah
pembelajaran PAIKEM.
1. Sebagai bahan memotivasi guru-guru di sekolah untuk dapat melakukan penelitian
RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang serta permasalahan di atas, maka peneliti merumuskan masalah berikut ini. Bagaimana cara menerapkan Model Make-A Match untuk meningkatkan prestasi b e l a j a r s i s w a p a d a p e m b e l a j a r a n I PA kompetensi mengidentifikasi organ pencernaan
tindakan kelas sehingga dapat mengatasi masalah-masalah atau kendala yang ditemukan di kelasnya. 2. Bahan referensi atau kajian teoritis dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas yang lain. 3. Menambah koleksi buku referensi di perpustakaan sekolah.
manusia di Kelas V SD Negeri Malahayu 04 Kecamatan Banjarharja?
KAJIAN TEORITIS Pengertian Belajar
diharapkan. TUJUAN PENELITIAN
Purwanto (1997:84) dan Hilgard dan
Menerapkan Model Make-A Match untuk
Bower (1975), mengemukakan bahwa “Belajar
meningkatkan prestasi belajar siswa pada
berhubungan dengan perubahan tingkah laku
Rendahnya hasil belajar siswa kelas V SD
pembelajaran IPA kompetensi mengidentifikasi
seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu
Hasil pembelajaran mata pelajaran IPA di
Negeri Malahayu 04 disebabkan guru masih
organ pencernaan manusia di Kelas V SD
yang disebabkan oleh pengalamannya yang
kelas V SD Negeri Malahayu 04 untuk
menggunakan metode pembelajaran
Negeri Malahayu 04 Kecamatan Banjarharja.
berulang-ulang dalam situasi itu”.
beberapa kompetensi dasar umumnya
konvensional yang bersifat satu arah,
menunjukkan nilai yang masih rendah. Hal ini
cenderung tidak aktif dan membosankan.
MANFAAT PENELITIAN
“Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus
terjadi pula pada kompetensi mengidentifikasi
Selain itu, kegiatan dalam proses pembelajaran
Manfaat Bagi Siswa
bersama dengan isi ingatan mempengaruhi
organ pencernaan manusia, Jika dilihat dari
masih didominasi oleh guru, jarang sekali
1. Meningkatkan aktifitas serta minat siswa
siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya
hasil nilai ulangan harian sebagian besar siswa
melibatkan siswa dalam proses pembelajaran
masih memperoleh nilai di bawah Kriteria
sehingga di dalam proses pembelajaran siswa
Ketuntasan Minimal. Dari 39 siswa yang
tidak aktif dan kreatif.
Kata Kunci : Model Pembelajaran Make -A Match, Prestasi Belajar PENDAHULUANLATAR BELAKANG
1
pengembangan diri
menggairahkan serta dapat meningkatkan
selama 4 jam pelajaran. Pada siklus pertama hasil yang dicapai masih kurang maksimal. Ketercapaian rata-rata nilai hanya mencapai 68,21 dan ketuntasan belajar hanya mencaapai 64,10
2. Menambah nilai positif dalam kegiatan
Gagne (1977) menyatakan bahwa
dalam pembelajaran IPA 2. Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA
(performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi”.
memperoleh nilai di atas KKM hanya ada 16
Berdasarkan kenyataan tersebut, untuk
siswa atau 41,03 %, s 23 siswa atau 58,97 %
meningkatkan hasil belajar siswa pada proses
masih memperoleh nilai di bawah KKM yang
pembelajaran IPA kompetensi mengidentifikasi
ditentukan yaitu 65, nilai rata-rata kelas hanya
organ pencernaan manusia, maka masalah ini
Manfaat bagi Guru/Peneliti
sebagai suatu hasil dari latihan atau
mencapai 47,69.
harus ditangani dengan mencari model atau
1. M e n i n g k a t k a n k e m a m p u a n d a n
pengalaman.”
*) Penulis adalah guru SD Malahayu 04 Banjarharja Brebes
3. Siswa menjadi lebih kreatif, berinisiatif, dan kritis dalam kegiatan proses belajar
Morgan (1978) mengemukakan bahwa “Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi
*) Penulis adalah guru SD Malahayu 04 Banjarharja Brebes
2
Vol. 5 JANUARI 2016 Witherington mengemukakan bahwa
Menurut Eggen dan Kauch, ada enam ciri
“Belajar adalah suatu perubahan di dalam
pembelajaran yang efektif, yaitu antara lain ; a)
kepribadian yang menyatakan diri sebagai
siswa menjadi pengkaji yang aktif terhadap
suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa
lingkungannya melalui mengobservasi,
kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian,
membandingkan, menemukan kesamaan-
atau suatu pengertian.”
keamaan dan perbedaan-perbedaan serta
Dari definisi-definisi yang dikemukakan di
membentuk konsep dan generalisasi
atas, dapat dikemukakan adanya beberapa
berdasarkan keamaan-kesamaan yang
elemen yang penting yang mencirikan
ditemukan, b) guru menyediakan materi
pengertian belajar, yaitu bahwa (a) Belajar
sebagai fokus berpikir dan berinteraksi dalam
merupakan suatu perubahan dalam tingkah
pembelajaran, c) aktivitas-aktivitas siswa
laku, dimana perubahan itu dapat mengarah
sepenuhnya didasarkan pada pengkajian, d)
kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga
guru secara aktif terlibat dalam pmberian
ada kemungkinan mengarah ke tingkah laku
arahan dan tuntunan kepada siswa dalam
yang lebih buruk, (b) Belajar merupakan suatu
menganalisis informasi, e) orientasi
perubahan yang terjadi melalui
latihan atau
pembelajaran penguasaan isi pelajaran dan
pengalaman, dalam arti perubahan-perubahan
pengembangan keterampilan berpikir, f) guru
yang disebabkan oleh pertumbuhan atau
menggunakan teknik mengajar yang bervariasi
kematangan tidak dianggap sebagai hasil
sesuai engan tujuan dan gaya mengajar guru
belajar, seperti perubahan yang terjadi pada diri
(Nasution, 2003:26).
seorang bayi, (c) Untuk dapat disebut belajar maka perubahan itu harus relatif mantap, harus
Hasil Belajar
merupakan akhir daripada suatu periode waktu
Menurut Catharina (2007;5) hasil belajar
yang cukup panjang, (d) Tingkah laku yang
merupakan perubahan perilaku yang diperoleh
mengalami perubahan belajar menyangkut
dalam pembelajaran setelah mengalami
berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun
aktivitas belajar. Perolehan aspek-aspek
psikis, seperti perubahan dalam pengertian,
perubahn perilaku tersebut tergantung pada
p e m e c a h a n s u a t u m a s a l a h / b e r p i k i r,
apa yang dipelajari oleh pembelajar. Apabila
keterampilan, kecakapan, kebiasaan ataupun
pembelajar mempelajari pengetahuan tentang
sikap.
konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep. Blomm dalam Sudirman (2003:23)
Pembelajaran
3
Gagne dan Briggs berpendapat bahwa
mengemukakan kemampuan hasil belajar
pembelajaran (instruktion) merupakan suatu
terdiri dari 3 kemampuan, yaitu; 1) kemampuan
sistem yang bertujuan untuk membantu proses
kognitif yaitu kemampuan dalam mengingat
belajar siwa, yang berisi serangkaian peristiwa
materi yang telah dipelajari, dan kemampuan
yang dirancang, disusun sedemikian rupa
mengembangkan intelgensi, 2) kemampuan
untuk mempengaruhi dan mendukung
afektif yaitu kemampuan yang berhubungan
terjadinya proses belajar siswa yang bersifat
dengan sikap dan kejiwaan seperti
internal (Winatraputra, dkk.2007 : 1.8).
kecenderungan akan minat dan motivasi,
*) Penulis adalah guru SD Malahayu 04 Banjarharja Brebes
Vol. 5 JANUARI 2016 3) kemampuan psikomotor yaitu kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan dan fisik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah usaha yang diperoleh siswa melalui proses belajar berdasarkan tujuan pembelajaran yang telah ditentukan dan diukur melalui tes. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) IPA merupakan bangunan ilmu dan proses (Science is both a body of knowledge and a procces), siswa yang belajar IPA akan mengalami perkembangan dalam hal; 1) pengetahuannya, 2) sikapnya, 3) keterampilannya, dan 4) cara berpikirnya. IPA selalu bertumpu pada metode ilmiah. Ini berarti kelebihan dan keterbatasan IPA sebagai suatu ilmu pengetahuan tetap berada dalam garis batas metode ilmiah menurut Suddjoko alam Leo Sutrisno dan Hery Kresnadi (2007:2.4). sementara itu, The Harper Encyclopedia of Science menyebutkan bahwa Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam itu aalah suatu pengetahuan dan pendapat yang tersusun dan ditunjang secara sistematis oleh bukti-bukti yang formal atau oleh hal-hal yang diamati. Subiyanto (1988:3).
emosi, dan aspek-aspek lain yang mmpengaruhi pola kehidupan siswa. Karakteristik-karakteristik ini harus mengakar dalam kegiatan pembelajaran IPA modern. Model pembelajaran Make- A Match (mencari pasangan) (Lorna curran, 1994) Langkah-langkah : 1. Guru menyiapkan beberapa kartu berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban. 2. Setiap siswa mendapat satu buah kartu 3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang 4. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban) 5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin. 6. Setelah satu babak kartu dikocok lagi, agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya. 7. Demikian seterusnya 8. Kesimpulan/penutup KERANGKA BERPIKIR Berdasarkan rumusan dan pemecahan masalah, setelah mengkaji berbagai pengalaman serta kajian teoritis, maka peneliti akan melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas terhadap kompetensi ”Mengidentifikasi Organ Pencernaan Manusia” di SD Negeri Malahayu 04 dengan penerapan model Pembelajaran Make-A Match.
Pembelajaran IPA di SD/MI Pembelajaran IPA di sekolah dasar dimulai dengan memahami karakteristik siswa termasuk dialamnya perilaku sosial, karakteristik biologis, kesehatan fisik dan KERANGKA BERPIKIR KONDISI AWAL
TINDAKAN
KONDISI AKHIR
Guru belum melaksanakan pembelajaran tidak menerapkan model Make-A.Match Guru melaksanakan pembelajaran model pembelajaran Make-A Match, dan terfokus pada kompetensi mengidentifikasi organ pencernaan manusia
Diduga dengan model pembelajaran Make-A Match dapat meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa.
Kompetensi hasil belajar masih rendah, Siklus I Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok, setiap kelompok diberi kartu jawaban dan kartu soal, kemudian memasangkan kartu soal dengan kartu jawaban, Siklus II Kelompok belajar dibuat heterogen, melakukan kegiatan cepat-tepat memasangkan kartu soal-jawaban, bermain peran
*) Penulis adalah guru SD Malahayu 04 Banjarharja Brebes
4
Vol. 5 JANUARI 2016 HIPOTESIS TINDAKAN
Fase-fase pada siklus pertama dirancang
Melaksanakan Observasi
data hasil tes, sedang teknik angket digunakan untuk mengetahui sejauh mana
Diduga, jika dalam kegiatan
dari hasil refleksi kegiatan pembelajaran sehari-
Observasi dilakukan teman
pembelajaran IPA kompetensi mengidentifikasi
hari (Prasiklus). Sedang fase pada siklus kedua
sejawat,Pengamatan tersebut dilakukan
organ pencernaan manusia peneliti
dirancang dari refleksi siklus pertama. Dengan
terhadap proses pembelajaran yang dilakukan
menerapkan model Pembelajaran Make-A
cara demikian diharapkan pada siklus kedua
peneliti. Dalam pelaksanaannya para observer
Match, maka kegiatan pembelajaran akan lebih
seluruh siswa kelas V SD Negeri Malahayu 04
mengamati dan mencatat kegiatan yang
Dalam penelitian ini observer melakukan
bermakna serta pemahaman dan hasil belajar
dapat meningkatkan hasil belajarnya tentang
dilakukan oleh peneliti dan siswa mulai dari
pengamatan terhadap proses pembelajaran
siswa akan meningkat.
Kompetensi Mengidentifikasi Organ
kegiatan pendahuluan, kegiatan inti termasuk
yang dilakukan peneliti menggunakan
Pencernaan Manusia
tes formatif, dan penutup dengan
pedoman observasi yamng telah dibuat.
Selanjutnya peneliti menjelaskan
METODOLOGI PENELITIAN SUBJEK PENELITIAN
kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada setiap
Setting/Lokasi Penelitian
fase sebagai berikut :
minat siswa terhadap pembelajaran. Teknis Observasi
menggunakan pedoman observasi yang telah disiapkan.
Teknis Tes Teknik tes yang digunakan adalah tes
Melaksanakan Refleksi
Penelitian perbaikan pembelajaran ini
yang dilakukan oleh siswa selama proses
Refleksi dilakukan bersama ketiga
pembelajaran berlangsung. Tes tersebut
Kegiatatan yang peneliti laksanakan
observer setelah proses pembelajaran siklus
merupakan pelaksanaan evaluasi proses yaitu
dalam merencanakan PTK adalah sebagai
pertama, dan siklus kedua. Hasil refleksi adalah
evaluasi yang dilaksanakan selama
berikut : pertama peneliti menyusun rencana
ditemukannya indikator/tujuan yang sudah
pembelajaran berlangsung dan tes formatif di
perbaikan pembelajaran (RPP), kedua peneliti
tercapai dan belum tercapai dalam
akhir pembelajaran.
menyusun tugas/LKS dan tes formatif yang
pembelajaran IPA Kompetensi Mengidentifikasi
yaitu mulai Bulan Juli sampai
harus dikerjakan selama proses pembelajaran
Organ Pencernaan Manusia. Selanjutnya
dengan Bulan Desember 2014, Siswa yang
untuk mengukur ketercapaian tujuan ketiga
indikator/tujuan yang belum tercapai dicarikan
Pada setiap akhir pembelajaran setiap
menjadi subjek penelitian ini berjumlah 39
peneliti menyusun pedoman observasi sebagai
sebab-sebab ketidaktercapaiannya. Bertitik
pertemuan dan setiap siklus peneliti melakukan
orang siswa, yang terdiri dari 25 orang laki-laki
instrumen untuk mengumpulkan data tentang
tolak dari sebab-sebab ketidaktercapaian
analisis data hasil pengamatan dan data hasil
dan 14 orang perempuan.
proses pembelajaran. Hal ini untuk mengetahui
tersebut dicarikan solusi untuk mengatasinya.
tes. Data hasil pengamatan dianalisis dengan
sejauh mana minat dan aktivitas belajar siswa
Selanjutnya solusi tersebut dijadikan dasar
tahapan-tahapan sebagai berikut, (1)
terhadap pembelajaran yang dilaksanakan.
untuk memperbaiki rencana perbaikan
mereduksi data, (2) menganalisis data, dan (3)
pembelajaran (RPP) siklus pertama yang akan
melaporkan data (Wardani, 2002:2.28).
dilaksanakan di kelas V Semester 1, SD Negeri Malahayu 04 Kecamatan Banjarharja, Kabupaten Brebes Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan selama kurang lebih 6 bulan
PROSEDUR PENELITIAN
Merencanakan PTK
Prosedur penelitian Tindakan Kelas terhadap pembelajaran IPA Kompetensi
5
Vol. 5 JANUARI 2016
Melaksanakan PTK
Mengidentifikasi Organ Pencernaan Manusia,
Kegiatan melaksanakan PTK adalah
di Kelasa V SD Malahayu 04 akan peneliti
melakukan pembelajarandengan berpedoman
lakukan sampai dua siklus perbaikan. Dalam
pada RPP yang telah disusun pada fase
setiap siklus terdapat empat fase yang meliputi
perencanaan. Pelaksanaan PTK disesuaikan
(1) merencanakan PTK, (2) melaksanakan
dengan jadwal yang telah ditetapkan.
digunakan sebagai rencana perbaikan pembelajaran Siklus kedua.
TEKNIK PENGOLAHAN DATA
Kegiatan mereduksi data adalah kegiatan membuang data yang tidak relevan dengan pedoman observasi dan mencatat data yang
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
dapat digunakan untuk laporan hasil penelitian.
Te k n i k p e n g u m p u l a n d a t a y a n g
Kegiatan mengorganisasikan data adalah
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
kegiatan mengurutkan atau mendeskripsikan
PTK, (3) melaksanakan observasi, dan (4)
Pelaksanaan pembelajaran tersebut
observasi adalah teknik observasi, teknis tes,
data secara kronologis sesuai dengan urutan
melakukan refleksi. Keempat fase tersebut
meliputi tiga tahapan kegiatan yaitu kegiatan
dan angket/Quesioner. Teknik observasi
kegiatan pembelajaran.
direncanakan dan dilaksanakan untuk
pendahuluan, kegiatan inti yang didalamnya
digunakan untuk memperoleh data
Selanjutnya, data yang telah
meningkatkan hasil belajar dan meningkatkan
dilaksanakan tes formatif atau tes hasil belajar,
pembelajaran IPA Kompetensi Mengidentifikasi
diorganisasikan tersebut dijadikan bahan
minat belajar siswa tentang pembelajaran IPA
dan kegiatan penutup yang berupa kegiatan
Organ Pencernaan Manusia yang akan
laporan hasil penelitian. Bahan laporan tersebut
Kompetensi Mengidentifikasi Organ
penegasan atau refleksi terhadap kegiatan
disajikan dalam deskripsi hasil penelitian.
disusun secara sistematis yang berupa
Pencernaan Manusia
pendahuluan dan kegiatan inti.
Teknis tes digunakan untuk mengumpulkan
deskripsi pembelajaran atau hasil penelitian.
*) Penulis adalah guru SD Malahayu 04 Banjarharja Brebes
*) Penulis adalah guru SD Malahayu 04 Banjarharja Brebes
6
Vol. 5 JANUARI 2016 Data yang digunakan untuk mengukur
diperoleh peningkatan hasil belajar berarti
Kelompok Neptunus, pada aspek
belum tuntas sebanyak 14 siswa atau 35,90 %
peningkatan hasil belajar adalah data hasil tes
hipotesis terbukti. Sebaliknya, jika tidak terjadi
ketertiban nilai B (Baik), aspek kerja sama B
dari jumlah siswa. Jadi prosentase ketuntasan
siklus pertama dan siklus kedua. Data-data
peningkatan hasil belajar hipotesis tidak
(Baik), aspek keaktifan C (Cukup), dan aspek
belajar klasikal baru mencapai 64,10 % hal ini
tersebut berupa angka, karena itu teknik
terbukti.
menghargai pendapat D (Kurang).
masih di bawah KKM yang ditentukan yaitu 75
pengolahan data yang digunakan adalah teknik kuantitatif. Teknik kuantitatif yang digunakan
Kelompok Venus, pada aspek ketertiban INDIKATOR KINERJA
% dari jumlah siswa.
nilai A (Sangat Baik), aspek kerja sama A
dalam penelitian ini adalah mencari selisih hasil
Dengan menerapkan salah satu Model
tes siklus kedua dikurangi hasil tes siklus
Pembelajaran PAIKEM yakni Model Make-A
pertama. Hasil tes siklus kedua merupakan
Match diharapkan hasil belajar pembelajaran
Kelompok Mars, pada aspek ketertiban
Berdasar hasil refleksi di atas maka
postes dan hasil tes siklus pertama merupakan
IPA Kompetensi Mengidentifikasi Organ
nilai B (Baik), aspek kerja sama C (Cukup),
peneliti bersama observer merencanakan
pretes. Selisih keduanya merupakan hasil
Pencernaan Manusia., akan meningkat secara
aspek keaktifan C (Cukup), dan aspek
kegiatan perbaikan pembelajaran selanjutnya,
belajar, (Arikunto,1998:84). Adapun selisih-
signifikan, sekurang-kurangnya rata-rata kelas
menghargai pendapat C (Cukup)
dengan berusaha akan mengatasi bagaimana
selisih yang dicari adalah selisih ketercapaian
mencapai angka 65,00 dan prosentase
setiap tugas dan selisih ketercapaian seluruh
ketuntasan minimal klasikal 75 %
tugas. Hasil pengolahan data tersebut diubah
(Sangat Baik),aspek keaktifan B (Baik), dan
Penyebab Kegagalan dan Solusi
aspek menghargai pendapat B (Baik).
Mengatasinya
Dari hasil refleksi diatas ditemukan
meningkatkan kekurangan yang ditemukan di
kekurangan yaitu, pada kelompok Yupiter dan
perbaikan pembelajaran siklus I, antara lain
Neptunus
nilai dalam menghargai penapat
peneliti akan meningkatkan bimbingan serta
ke dalam bentuk diagram (diagram batang,
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
orang lain masih kurang, hal ini terlihat dalam
memberikan motivasi pada siswa agar siswa
diagram lingkaran)
HASIL PENELITIAN
sikap beberapa siswa yang tidak
tertarik minatnya dan dapat membiasakan diri
Hasil Penelitian Siklus I
memperhatikan kalau teman lain berbicara
untuk menghargai pendapat orang lain, akan
atau mengeluarkan pendapat.
mengadakan permainan Make-A MATCH
Hasil pengolahan hasil tes tersebut digunakan untuk membuktikan hipotesis. Apabila dari hasil pengolahan data tersebut
Hasil penilaian Perbaikan Pembelajaran
Hasil Penilaian Akhir (Tes Formatif)
Siswa yang Mendapat Nilai T u n t a s Bel um Tunt as < 6 5 = 6 5 9 1 4 2 5 2 5 1 4 % 35,90 % 64, 10 % 64, 10 % 35, 90 %
Juml ah Si swa 3 1 0 0
dengan sistim cepat tepat, kelompok mana
Siklus Iadalah sebagai berikut :
Analisis Nilai
Hasil penilaian tes formatif siklus I dapat dijelaskan sebagai berikut : Nilai rata-rata kelas mencapai 68,21 ini
yang lebih cepat dan tepat memasangkan kartu jawaban dan kartu soal, itulah kelompok yang menjai Juara. Kegiatan dapat di ulang sampai dua atau tiga kali permainan disesuaikan waktu.
sudah menunjukkan peningkatan dari hasil tes
Hasil Refleksi Kegiatan Pembelajaran Siklus I
anatara lain : Kelompok Yupiter pada aspek ketertiban
KKM yang ditentukan yaitu 65,00. Siswa yang
Setelah seleesai melaksanakan kegiatan pembelajaran Siklus I, peneliti mengajak diskusi bersama ketiga observer yang telah melakukan pengamatan (obsrvasi) pada kgiatan pembelajaran yang telah dilaksanakannya, maka hasil diskusi tersebut adalah refleksi terhadap kegiatan proses pembelajaran yang dilakukan peneliti pada Siklus I, antara lain :
dalam berdiskusi nilai B (Baik), aspek kerja
mengalami ketuntasan belajar ada 25 siswa
sama nilai C (Cukup), aspek keaktifan nilai C
atau 64,10 % dari 39 siswa kelas V, dan yang Analisis Nilai Siswa yang Mendapat Nilai Jumlah Siswa T u n t a s < 6 5 = 6 5 3 9 5 3 4 3 4 1 0 0 % 1 2 , 8 2 % 8 7 , 1 8 % 8 7 , 1 8 %
Hasil penilaian terhadap aktivitas siswa dalam kerja kelompok : Dari hasil observasi aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung,
7
Vol. 5 JANUARI 2016
(Cukup), dan aspek menghargai pendapat orang lain nilai D (kurang) Kelompok Saturnus, pada aspek ketertiban dalam diskusi nilai B (Baik), aspek kerja sama nilai B (Baik), aspek keaktifan siswa
formati prasiklus, dan sudah melebihi niliai
Hasil Penelitian Siklus II Hasil penilaian Perbaikan Pembelajaran Siklus Iadalah sebagai berikut :
Belum Tuntas 5 1 2 , 8 2
%
nilai C (Cukup), dan aspek menghargai
Hasil Refleksi Kegiatan Pembelajaran
kegiatan pembelajaran yang telah
pendapat orang lain nilai C (Cukup).
Siklus II
dilaksanakannya, maka hasil diskusi tersebut
Kelompok Uranus, pada aspek ketertiban
Setelah seleesai melaksanakan kegiatan
adalah refleksi terhadap kegiatan proses
Nilai A (Sangat Baik), aspek kerja ama B (Baik),
pembelajaran Siklus II, peneliti mengajak
pembelajaran yang dilakukan peneliti pada
aspek Keaktifan siswa B (Baik), dan aspek
diskusi bersama ketiga observer yang telah
Siklus II, antara lain :
menghargai pendapat C (Cukup).
melakukan pengamatan (obsrvasi) pada
*) Penulis adalah guru SD Malahayu 04 Banjarharja Brebes
*) Penulis adalah guru SD Malahayu 04 Banjarharja Brebes
8
Vol. 5 JANUARI 2016
Vol. 5 JANUARI 2016
Hasil Penilaian Aktivitas Kerja Kelompok
%. Sedang siswa yang belum tuntas hanya 5
Pembahasan Hasil Penilaian Siklus II
Siklus II
siswa atau 12,.82 dari 39 siswa kelas V SD
Refleksi Hasil Penilaian Aktivitas Siswa
Dalam kegiatan aktivitas kelompok pada siklus II, nilai untuk keempat aspek tidak ada
Negeri Malahayu 04 dan perlu mendapat bimbingan remedial secara khusus.
nilai D atau Kurang, hanya ada beberapa kelompok dan aspek yang nilainya C (Cukup),
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
tetapi hal ini sudah memenuhi KKM.
Pembahasan Hasil Penilaian Prasiklus Penilaian akhir pada kegiatan
Hasil Penilaian Akhir (Tes Formatif) Siklus II
pembelajaran prasiklus, antara lain dari 39
Hasil analisis nilai pada kegiatan tes akhir
siswa Kelas V SD Negeri Malahayu 04, yang
(tes formatif) Siklus II dapat dijelaskan sebagai
memperoleh nilai di atas KKM hanya ada 16
beriklut :
siswa atau 41,03 %, sedangkan 23 siswa atau
kekurangan tersebut, maka hasil penilaian
sudah melebihi KKM yang ditentukan yaitu 65,
aktivitas siswa pada siklus II, tidak ada
siswa yang tuntas sebanyak 34 atau 87,18 %
kelompok yang mendapat nilai D (Kurang) pada
hal ini sudah mencapai dan melebihi KKM 75 %.
setiap aspek penilaian, walaupun masih ada
Sedang siswa yang belum tuntas hanya 5 siswa
nilai aspek hanya mencapai nilai C (Cukup), hal
atau 12,.82 dari 39 siswa kelas V SD Negeri
ini sudah di anggap cukup karena sudah
Malahayu 04 an perlu mendapat bimbingan
mencapai KKM yang ditentukan.
remedial secara khusus. Berdasarkan data tersebut peneliti sajikan
sudah melebihi KKM yang ditentukan yaitu 65,
yang ditentukan yaitu 65. Bila data tersebut
Refleksi Hasil Penilaian Akhir (Tes Formatif)
siswa yang tuntas sebanyak 34 atau 87,18 %
disajikan dalam tabel, adalah sebagai berikut :
Siklus II
J u ml a h Si s wa 3 1
0
0
9 %
Siswa yang Mendapat Nilai < 6 2 5 8 , 9 7
5 3 %
= 6 1 4 1 , 0 3
5 6 %
T u n t a s
Belum Tuntas
1 4 1 , 0 3
2 5 8 , 9 7
6 %
3 %
beriklut : Nilai rata-rata kelas mencapai 74,10
58,97 % masih memperoleh nilai di bawah KKM
Tabel 4.5 Hasil Analisis Penilaian Prasiklus
(tes formatif) Siklus II dapat dijelaskan sebagai
pembelajaran dengan solusi untuk mengatasi
Nilai rata-rata kelas mencapai 74,10
hal ini sudah mencapai dan melebihi KKM 75
dalam tabel di bawah ini :
Tabel 4.7 Hasil Analisis Penilaian Siklus II Siswa yang Mendapat Nilai J u ml a h Si s wa T u n t a s < 6 5 = 6 5 3 9 5 3 4 3 4 1 0 0 % 1 2 , 8 2 % 8 7 , 1 8 % 8 7 , 1 8 %
Belum Tuntas 5 1 2 , 8 2
%
Berdasarkan dari hasil pembahasan
siswa di siklus II. Hanya 5 siswa yang belum
prasiklus, siklus I, dan siklus II di atas peneliti
mencapai KKM, tetapi ada peningkatan dalam
sudah menunjukkan peningkatan dari hasil tes
melihat adanya peningkatan hasil serta
pencapaian nilai, hal ini disebabkan karena
Dalam penilaian hasil kerja kelompok
formati prasiklus, dan sudah melebihi niliai KKM
aktivitas belajar siswa, ini dapat dijelaskan
memang siswa tersebut kategori lamban dalam
pada siklus I masih ditemukan kekurangan,
yang ditentukan yaitu 65,00. Siswa yang
sebagai berikut :
belajar dan perlu mendapat bimbingan secara
masih ada kelompok yang nilai aspek
mengalami ketuntasan belajar ada 25 siswa
menghargai pendapat orang lain nilai D
atau 64,10 % dari 39 siswa kelas V, dan yang
(Kurang). Yaitu kelompok Yupiter dan
belum tuntas sebanyak 14 siswa atau 35,90 %
Peningkatan rata-rata kelas mulai dari
Kelompok Neptunus.
dari jumlah siswa. Jadi prosentase ketuntasan
prasiklus yang hanya mencapai 47,69
Peningkatan prosentase ketuntasan
belajar klasikal baru mencapai 64,10 % hal ini
meningkat di siklus I menjadi 68,21, dan di
belajar secara klasikal mulai dari 41,03 % di
Hasil Reflesi Penilaian Akhir (Tes Formatif)
masih di bawah KKM yang ditentukan yaitu 75
siklus II menjadi 74,10. Kalau dilihat dari hasil
kegiatan pembelajaran prasiklus, menjadi
Siklus I
% dari jumlah siswa.
rata-rata nilai prasiklus sampai di siklus II terjadi
64,10 % di Siklus I, dan menjadi 87,18 % di
peningkatan nilai yang cukup signifikan.
siklus II. Peningkatan prosntase ini sangat
Nilai rata-rata kelas mencapai 68,21 ini
Pembahasan Hasil Penilaian Siklus I Hasil Refleksi Aktivitas Siswa
Data tersebut peneliti sajikan dalam tabel
Hasil penilaian tes formatif siklus I dapat dijelaskan sebagai berikut :
J uml ah Si s wa 3 1
0
0
9 %
khusus. Peningkatan Nilai Rata-rata Kelas
di bawah ini :
Siswa yang Mendapat Nilai < 6 5 = 6 5 1 4 2 5 3 5 , 9 0 % 6 4 , 1 0 %
Peningkatan Prosentase Ketuntasan Belajar
signifikan karena selisih perbedaan prosentase
Tabel 4.6 Hasil Analisis Penilaian Siklus I
9
Setelah peneliti melaksanakan perbaikan
Hasil analisis nilai pada kegiatan tes akhir
Peningkatan Jumlah Siswa yang Tuntas
T u n t a s
Belum Tuntas
2 6 4 , 1 0
1 3 5 , 9 0
5 %
4 %
*) Penulis adalah guru SD Malahayu 04 Banjarharja Brebes
setiap siklus berbeda jauh.
Peningkatan jumlah siswa yang tuntas
Dari ketiga peningkatan hasil belajar
mulai dari prasiklus yang hanya 16 siswa yang
tersebut peneliti sajikan dalam bentuk diagram
tuntas dari 39 siswa kelas V, menjadi 25 siswa
4.1.
yang tuntas sebanyak 25 siswa, dan menjadi 34 *) Penulis adalah guru SD Malahayu 04 Banjarharja Brebes
10
Vol. 5 JANUARI 2016
Vol. 5 JANUARI 2016 mereka aktif, kreatif, dan inisiatif dalam
Guru profesional dalam melakukan
mengikuti pembelajaran dan hasil belajar pun
refleksi diri dalam melaksanakan tugas
mengalami peningkatan, secara rinci dapat
keseharian dan ikut dalam kegiatan
dijelaskan :
pengembangan diri serta meningkatkan
Belajar sambil bermain kartu jawaban dan kartu soal, dengan mendapatkan reward
keterampilan menulis karya ilmiah/publikasi ilmiah.
serta motivasi dari guru maka siswa akan DAFTAR PUSTAKA
merasa senang dan lebih mudah memahami materi pelajaran. Terbukti bahwa pretasi hasil belajar siswa
Anggoro M.,Toha, dkk.2007. Metode Penelitian. Jakarta : Universitas Terbuka.
meningkat dengan signifikan. Situasi pembelajaran lebih aktif dan interaktif sehingga pembelajaran lebih bermakna. SARAN
Sutarno, Nono dkk.2007. Materi dan Pembelajaran IPA SD. Jakarta : Universitas Terbuka. Panitia Sertifikasi Guru Rayon 112.
(2012)
Berdasarkan simpulan di atas, maka
Bahan Ajar Pendidikan dan Latihan
penulis menyarankan kepada semua guru
Profesi Guru dalam Jabatan . Semarang :
khususnya guru di SD Negeri Malahayu 04
Universitas Negeri Semarang.
Kecamatan Banjaharja, Kabupaten Brebes, agar dalam menyajikan pembelajaran dapat
Permendiknas No.22 Tahun 2006. Standar Isi
menciptakan suasana pembelajaran yang
untuk Satuan Penidikan Dasar dan
menyenangkan, sehingga kegiatan
Menengah. Jakarta : Mendiknas.
pembelajaran akan lebih bermakna. Keterangan : Prosentase Ketuntasan Belajar Prasiklus 41,03 % Prosentase Ketuntasan Belajar Siklus I 64,10 % Prosentase Ketuntasan Belajar Siklus II 87,18 %
Guru harus memilih model pembelajaran
Purwanto, Ngalim, MP. 1997. Psikologi
apa yang paling tepat untuk menyajikan materi
Pendidikan. Jakrta : PT Remaja
pembelajaran.
Rosdakarya.
Guru selalu memberikan bimbingan, Setelah semua data hasil penelitian
pembelajaran sebelumnya sebelum
disajikan maka peneliti bersama observer
menggunakan model pembelajaran PAIKEM
menganggap bahwa kegiatan perbaikan
yakni Model Make- A MATCH (Mencari
pembelajaran sudah dianggap selesai,
pasangan).
secara individual maupun kelompok. Guru selalu menindak lanjuti disetiap
belajar siswa dari mulai prasiklus, ke siklus I,
SIMPULAN DAN SARAN
dan siklus II meningkat secara signifikan.
SIMPULAN
Demikian pula hasil respon siswa melalui
Dari hasil penelitian serta pembahasan di
angket sederhana, ternyata dari 39 siswa kelas
atas, dapat disimpulkan bahwa dengan
V SD Negeri Malahayu 04, 36 siswa merasa
menerapkan model pembelajaran Make - A
senang dan merasa bahwa pemahaman
Match maka suasana pembelajaran lebih
terhadap materi lebih mudah dari kegiatan
menarik dan menyenangkan anak sehingga
*) Penulis adalah guru SD Malahayu 04 Banjarharja Brebes
Winataputra, Udin.S..dkk.2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Univerrsitas Terbuka.
akhir pembelajaran dengan memberikan remedial dan pengayaan sebagai bahan
anggapan ini berdasar dari peningkatan hasil
11
motivasi, serta penguatan pada siswa baik
pekerjaan rumah siswa.
WardaniI.G.A.K, dkk.2007. Teknik Menulis Karya Ilmiah. Jakarta : Universitas Terbuka
*) Penulis adalah guru SD Malahayu 04 Banjarharja Brebes
12
Vol. 5 JANUARI 2016 PENINGKATAN KEMAMPUAN SEKOLAH DALAM MENYUSUN DOKUMEN I KTSP MELALUI BIMBINGAN TEKNIS BAGI TIM PENGEMBANG KURIKULUM SEKOLAH DI SMA BINAAN KABUPATEN BANYUMAS Oleh : Hery Pratomo*) Abstrak
Vol. 5 JANUARI 2016 penyusunan KTSP. Dan, selanjutnya, jika
Dokumen I KTSP, serta kendala yang sering
KTSP sudah disahkan oleh pihak yang
dihadapi sekolah.
berwenang, kepala sekolah pun bertanggung jawab untuk mengimplementasikan dalam
LANDASAN TEORITIS DAN HIPOTESIS
kegiatan sekolah sehari-hari.
TINDAKAN
Berangkat dari uraian di atas, peneliti
Kemampuan sekolah dalam menyusun Dokumen 1 KTSP, khususnya di SMA wilayah binaan
mencoba mengidentifikasi penyebab
Kurikulum adalah seperangkat rencana
di Kabupaten Banyumas masih perlu ditingkatkan. Ketiga sekolah subjek penelitian masuk
kekurangmampuan sekolah dalam menyusun
dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
kualifikasi cukup (73,75%). Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Subjek penelitian ini adalah
Dokumen I KTSP. Penyebabnya diduga, sbb.:
bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sekolah (Kepala Sekolah dan Tim Pengembang Kurikulum Sekolah). Tujuan penelitian untuk
a) sekolah (TPKS) belum memahami tata cara
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
mengetahui dampak bimbingan teknis terhadap kemampuan sekolah dalam menyusun Dokumen 1
menyusun Dokumen I KTSP; b) sekolah
pembelajaran untuk mencapai tujuan
KTSP. Pada siklus 1 ketiga sekolah mengalami kenaikan kualifikasi menjadi baik (82%) dan pada
(TPKS) mengalami kendala dalam menyusun
pendidikan tertentu. Kurikulum Tingkat Satuan
siklus 2 menjadi sangat baik (91,16%). Bimbingan teknis ternyata berdampak pada peningkatan
Dokumen I KTSP;
kemampuan yang signifikan, yakni siklus 1 semua sekolah berkualifikasi baik, dan pada siklus 2
mendapatkan bimbingan
sangat baik.
penyusunan Dokumen I KTSP.
c) sekolah belum teknis (bimtek)
Berdasarkan pada identifikasi masalah di Kata kunci : dokumen 1 KTSP dan bimtek
atas, permasalahan kekurangmampuan sekolah dalam menyusun Dokumen I KTSP
PENDAHULUAN Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kabupaten Banyumas sebagian besar masih menggunakan Kurikulum 2006 dan beberapa sekolah sudah menggunakan Kurikulum 2013. Berdasarkan pada catatan pengawasan, sekolah pengguna Kurikulum 2006 pada umumnya sudah menyusun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), namun masih ada beberapa sekolah yang masih memerlukan bimbingan, khususnya dalam penyusunan Dokumen I KTSP. Penyebabnya, antara lain s e k o l a h ( Ti m P e n g e m b a n g K u r i k u l u m Sekolah/TPKS) belum sepenuhnya memahami tata cara menyusun KTSP dengan baik dan benar serta belum mampu mengembangkan sesuai dengan aturan atau juknis yang berlaku. Setiap sekolah memiliki kewajiban menyusun kurikulum yang akan digunakan sebagai acuan seluruh proses kegiatan di sekolah. Pengembangan kurikulum sekolah (selanjutnya disebut KTSP) harus mengacu
13
Pengertian KTSP
pada ketentuan (Panduan Penyusunan KTSP) dan petunjuk teknis yang berlaku. Pengembangan KTSP dimaksudkan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional.Pengembangan KTSP mengacu pada Standar Nasional Pendidikan (SNP). Standar Nasional Pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan standar penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan Standar Nasional Pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum. Kepala sekolah bertanggung jawab atas tersusunnya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau KTSP (Permendiknas No.19 Tahun 2007, Lampiran B 5 butir a.4). Kepala sekolah menjadi ketua tim pengembang kurikulum sekolah. Kepala Sekolah harus memahami semua aturan yang berlaku dalam
*) Penulis adalah Pengawas SMA Kab. Banyumas
diduga karena sekolah belum mendapatkan bimbingan teknis. Oleh karena itu, rumusan masalah penelitian ini adalah 1) Apakah bimbingan teknis dapat meningkatkan kemampuan sekolah (TPKS) dalam menyusun Dokumen I KTSP? 2) Apakah bimbingan teknis bagi sekolah (TPKS) dapat mengurangi
Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus (Panduan Penyusunan KTSP, BSNP, 2006) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masingmasing satuan pendidikan (Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Bab I Pasal 1 butir 15).
kendala dalam penyusunan Dokumen I KTSP?
KTSP jenjang pendidikan dasar dan
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan
menengah dikembangkan oleh sekolah dan
sbb.: 1) untuk meningkatkan kemampuan
komite sekolah berpedoman pada standar
sekolah (TPKS) dalam menyusun Dokumen I
kompetensi lulusan dan standar isi serta
KTSP, dan 2) untuk mengetahui dampak bimtek
panduan penyusunan kurikulum yang dibuat
dalam peningkatan kemampuan sekolah
oleh BSNP (Peraturan Menteri Pendidikan
(TPKS) dalam menyusun Dokumen I KTSP.
Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Standar Isi,
Manfaat penelitian ini adalah 1) Bagi
Lampiran Bab II Bagian A butir 2).
kepala sekolah: diharapkan dapat meningkatan
Dapat disimpulkan jika tiap sekolah harus
kemampuan kepala sekolah sebagai ketua
menyusun kurikulum sekolah. Pengembangan
TPKS dalam mengatasi kendala/kesulitan
kurikulum sekolah harus mengacu semua
dalam menyusun Dokumen I KTSP; 2) Bagi
peraturan dan ketentuan yang berlaku. Kepala
sekolah: untuk mengetahui kondisi obyektif
sekolah merupakan penanggung jawab dalam
kemampuan sekolah dalam menyusun
pengembangan kurikulum sekolah.
*) Penulis adalah Pengawas SMA Kab. Banyumas
14
Vol. 5 JANUARI 2016 Dalam
mengembangkan KTSP, kepala
dan seni; g) agama; h) dinamika perkembangan
masyarakat dengan memperhatikan kalender
sekolah melakukan revisi dan finalisasi KTSP,
sekolah membentuk Tim Pengembang
global; i) persatuan nasional dan nilai-nilai
pendidikan yang dikeluarkan dinas pendidikan.
kalender pendidikan, dan silabus, 10) Kepala
Kurikulum Sekolah (TPKS).
kebangsaan; j) kondisi sosial budaya masyarakat setempat; k) kesetaraan jender; l)
Prinsip Pengembangan KTSP
15
Vol. 5 JANUARI 2016
karakteristik satuan pendidikan.
SMA dan ketua Komite Sekolah m e n a n d a t a n g a n i K T S P, k e m u d i a n
Alur Pengembangan KTSP Alur pengembangan KTSP adalah sbb.:
mengirimkan dokumen KTSP ke Dinas
KTSP SMA disusun dan dikembangkan
Komponen KTSP terdiri atas: 1) tujuan
1)Kepala SMA membentuk Tim Pengembang
Pendidikan Kab/Kota, 11) TPK kab/kota
oleh sekolah dan komite sekolah di bawah
pendidikan tingkat satuan pendidikan; 2)
Kurikulum (TPK) Sekolah dan memberi
melakukan validasi terhadap dokumen KTSP,
koordinasi dan supervisi dinas pendidikan
struktur dan muatan KTSP; dan 3) kalender
pengarahan teknis untuk melakukan
dan membuat rekomendasi kepada Dinas
propinsi. Dokumen KTSP terdiri atas Dokumen
pendidikan.
pengembangan KTSP, 2) TPK menyusun draf
Pendidikan Provinsi. Jika dokumen belum
I dan Dokumen II. Dokumen I meliputi
Tujuan pendidikan tingkat satuan
rencana dan jadwal pengembangan KTSP,
lengkap dikembalikan ke SMA untuk dilengkapi,
komponen KTSP berupa tujuan tingkat satuan
pendidikan dasar dan menengah dirumuskan
sekurang-kurangnya berisi uraian kegiatan,
12) TPK sekolah melengkapi dokumen KTSP,
pendidikan, struktur dan muatan kurikulum,
mengacu kepada tujuan umum pendidikan
sasaran/hasil, pelaksana, dan jadwal
13) SMA atau Dinas Pendidikan
serta kalender pendidikan. Sedangkan
berikut: a) Tujuan pendidikan dasar adalah
pelaksanaan, 3) Kepala SMA, komite sekolah,
Kabupaten/Kota menyampaikan dokumen
Dokumen II berupa silabus seluruh mata
meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan,
dan TPK membahas rencana dan jadwal
KTSP dan Lembar Rekomendasi ke Dinas
pelajaran termasuk muatan lokal, untuk semua
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan
kegiatan, 4) TPK merevisi dan melakukan
Pendidikan Provinsi, 14) TPK provinsi
tingkat kelas.
untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan
finalisasi rencana dan jadwal kegiatan, 5)
melakukan verifikasi dokumen KTSP, 15)
Pada buku Panduan Penyusunan KTSP
lebih lanjut; b) Tujuan pendidikan menengah
Kepala SMA menandatangani rencana dan
Kepala Dinas Pendidikan Provinsi atau pejabat
jenjang Dikdasmen (BSNP, 2006:3) ditegaskan
adalah meningkatkan kecerdasan,
jadwal kegiatan, 6) TPK menyusun draf KTSP
yang ditunjuk menandatangani dokumen KTSP
KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
(dan kalender pendidikan SMA) menggunakan
dan mengembalikannya ke SMA,16) Kepala
prinsip sbb.: a) berpusat pada potensi,
keterampilan untuk hidup mandiri dan
hasil analisis konteks sebagai salah satu
SMA menetapkan pemberlakuan KTSP dan
perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan
mengikuti pendidikan lebih lanjut; c)Tujuan
acuan, 7) Guru/MGMP sekolah menyusun
mensosialisasikan kepada semua warga
peserta didik dan lingkungannya; b) beragam
pendidikan menengah kejuruan adalah
silabus yang merupakan bagian tak
sekolah dan stakeholders,17)TPK
dan terpadu; c) tanggap terhadap
meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
terpisahkan dari KTSP (Lihat juknis
menggandakan dan mendistribusikan dokumen
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan
pengembangan silabus), menggunakan hasil
KTSP kepada pihak-pihak yang berkepentingan
dan seni; d) relevan dengan kebutuhan
untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan
analisis konteks sebagai salah satu acuan, 8)
(Juknis Pengembangan KTSP SMA, Direktorat
kehidupan; e) menyeluruh dan
lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
Pihak terkait (LPMP, Perguruan Tinggi, TPK
P. SMA, 2010:8).
berkesinambungan; f) belajar sepanjang hayat;
Struktur dan muatan KTSP pada jenjang
k a b / k o t a / p r o v, B a l i t b a n g d i k n a s , d s b )
g) seimbang antara kepentingan nasional dan
pendidikan dasar dan menengah yang tertuang
melakukan pendampingan dalam
kepentingan daerah.
dalam Standar Isi (SI) meliputi lima kelompok
pengembangan KTSP dan silabus, 9) Kepala
Sementara itu, dalam Panduan
mata pelajaran sebagai berikut: 1.kelompok
SMA bersama komite sekolah, TPK, dan
Penyusunan KTSP (BSNP, 2006:4) ditegaskan
mata pelajaran agama dan akhlak mulia;2.
MGMP sekolah mereviu draf KTSP, kalender
pengembangan KTSP perlu memperhatikan
kelompok mata pelajaran kewarganegaraan
pendidikan SMA, dan silabus. Selanjutnya
hal-hal sbb.: a) peningkatan iman dan takwa
dan kepribadian; 3. kelompok mata pelajaran
berdasarkan hasil reviu, TPK dan MGMP
serta akhlak mulia; b) peningkatan potensi,
ilmu pengetahuan dan teknologi; 4. kelompok
kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat
mata pelajaran estetika;5. kelompok mata
perkembangan dan kemampuan peserta didik;
pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan.
c) keragaman potensi dan karakteristik daerah
Satuan pendidikan dasar dan menengah
dan lingkungan; d) tuntutan pembangunan
dapat menyusun kalender pendidikan sesuai
daerah dan nasional; e) tuntutan dunia kerja; f)
dengan kebutuhan daerah, karakteristik
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
sekolah, kebutuhan peserta didik dan
*) Penulis adalah Pengawas SMA Kab. Banyumas
SISTEMATIKA ISI COVER LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Landasan C. Tujuan BAB II TUJUAN SATUAN PENDIDIKAN A. Tujuan Pendidikan Menengah
Sistematika Dokumen KTSP Dalam Juknis Pengembangan KTSP S M A ( D i r e k t o r a t P. S M A , 2 0 1 0 : 1 2 ) ditegaskan bahwa sistematika KTSP adalah sbb.:
PENJELASAN Berisi judul, logo sekolah dan atau logo pemda, tahun pelajaran, dan alamat sekolah Ditandatangani oleh Kepala Sekolah, Ketua Komite Sekolah, dan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi atau pejabat yang ditunjuk Cukup jelas Cukup jelas Dasar pemikiran pengembangan KTSP Landasan hukum pengembangan KTSP Tujuan Pengembangan KTSP Dapat disalin dari panduan penyusunan KTSP dari BSNP Bab II A
*) Penulis adalah Pengawas SMA Kab. Banyumas
16
Vol. 5 JANUARI 2016 B.
C.
D.
Visi Sekolah
Misi Sekolah
Tujuan Sekolah
BAB III STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM A. Struktur Kurikulum
B. Muatan KTSP, meliputi: 1. Mata Pelajaran
2.
3.
Kegiatan Pengembangan Diri
4.
Pengaturan Beban Belajar
5.
Ketuntasan Belajar
6.
Kriteria Kenaikan Kelas dan Kelulusan
7.
8.
17
Muatan Lokal
Kriteria Penjuruan
Pendidikan Kecakapan Hidup
Dirumuskan berdasarkan masukkan dari warga sekolah dan pihak yang berkepentingan, selaras dengan visi institusi di atasnya dan visi pendidikan nasional, dan diputuskan dalam rapat dewan pendidikan Cita-cita yang menggambarkan dan memberi inspirasi, motivasi, dan kekuatan untuk kepentingan masa mendatang Mengcu pada SKL satuan Pendidikan SMA (lihat Juknis analisis Standar Pengelolaan) Dirumuskan berdasarkan masukan dari warga sekolah dan pihak yang berkepentingan, dan diputuskan dalam rapat dewan pendidik Memberi arah dalam mewujudkan visi sekolah sesuai dengan tujuan pendidikan nasiona Merupakan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu tertentu Menjadi dasar program pokok sekolah Menekankan pada kualitas layanan peserta didik dan mutu lulusan yang diharapkan oleh sekolah(Lihat Juknis analisis Standar Pengelolaan) Menggambarkan tingkat kualitas yang perlu dicapai dalam jangka menengah (empat tahunan) Mengacu pada visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional serta relevan dengan kebutuhan masyarakat Mengacu pada standar kompetensi lulusan yang sudah ditetapkan oleh sekolah dan Pemerintah Mengakomodasi masukan dari berbagai pihak yang berkepentingan termasuk komite sekolah dan diputuskan oleh rapat dewan pendidik yang dipimpin oleh kepala sekolah.(Lihat Juknis analisis Standar Pengelolaan)
Pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran, termasuk muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri. Disusun berdasarkan kebutuhan peserta didik dan sekolah terkait dengan upaya pencapaian SKL, menga-cu pada stuktur kurikulum yang tercantum dalam SI. Mengatur alokasi waktu pembelajaran tatap muka seluruh mata pelajaran. Memanfaatkan 4 jam tambahan untuk mata pelajaran tertentu (dengan mempertimbangan hasil analisis SI, SK, KD) atau menambah mata pelajaran baru Mencantumkan jenis mata pelajaran muatan lokal yang dilaksanakan. Terdiri atas sejumlah mata pelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun mulai kelas X sampai dengan kelas XII. Pengorganisasian kelas-kelas pada SMA dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu kelas X merupakan program umum yang diikuti oleh seluruh peserta didik, kelas XI dan XII merupakan program penjurusan yang terdiri atas tiga program yaitu program IPA, IPS,dan Bahasa Jumlah mata pelajaran di kelas X minimal 16 mata pelajaran, kelas XI dan XII minimal 13 mata pelajaran Berisi jenis, strategi pemilihan, dan pelaksanaan muatan lokal yang diselenggarakan oleh sekolah, dengan memperhatikan rambu rambu/panduan pengembangan muatan lokal. (Lihat juknis pengembangan muatan lokal). Berisi jenis, strategi pemilihan, dan pelaksanaan kegiatan pengembangan diri yang diselenggarakan oleh sekolah, dengan memperhatikan rambu-rambu/panduan kegiatan pengembangan diri. (Lihat juknis pengembangan diri) Berisi pengaturan beban belajar yang meliputi antara lain: alokasi waktu setiap jam pembelajaran, pemanfaatan alokasi waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur (0% – 60% dari waktu kegiatan tatap muka) dengan mempertimbangkan potensi dan kebutuhan peserta didik dalam mencapai kompetensi (Lihat juknis pembelajaran tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur) alokasi waktu untuk praktik Berisi tentang kriteria ketuntasan minimal (KKM) per mata pelajaran yang ditetapkan oleh sekolah dengan memperhatikan rambu-rambu/panduan penetapan KKM (Lihat juknis penetapan KKM ) Berisi tentang kriteria kenaikan kelas dan kelulusan,serta strategi penanganan peserta didik yang tidak naik atau tidak lulus yang diberlakukan oleh sekolah, dengan memperhatikan ketentuan kenaikan kelas dari Direktorat Pembinaan SMA dan standar kelu-lusan dari pemerintah (Lihat juknis Penyusunan Laporan Hasil Belajar Peserta Didik). Berisi tentang kriteria penjurusan yang diberlakukan oleh sekolah, dengan mengacu panduan penjurusan yang disusun oleh Direktorat Pembinaan SMA (Lihat juknis Penyusunan Laporan Hasil Belajar Peserta Didik). Berisi tentang pendidikan kecakapan hidup yang dilaksanakan di sekolah, dengan memperhatikan ramburambu/ panduan pendidikan kecakapan hidup.
*) Penulis adalah Pengawas SMA Kab. Banyumas
Vol. 5 JANUARI 2016 Dalam
Pengertian TPK Sekolah (TPKS)
panduan bimbingan teknis
Tim Pengembang Kurikulum Sekolah
pelaksanaan program KTSP, pengertian
yang selanjutnya disebut TPKS adalah tim
bimbingan teknis (bimtek) ditegaskan sebagai
yang ditetapkan oleh kepala sekolah yang
kegiatan pemberian bantuan secara sistematis
bertugas untuk merancang dan
kepada individu maupun kelompok, agar tahu,
mengembangkan kurikulum, terdiri atas wakil
paham, mau dan mampu mengembangkan,
kepala sekolah, guru, konselor, dan kepala
mengimplemastikan dan memecahkan
sekolah sebagai ketua merangkap anggota
berbagai masalah yang dihadapi, sesuai
(Juknis Pengembangan KTSP SMA, Direktorat
dengan tugas dan kewenangan masing-masing
P. SMA,2010: 8)
(Panduan Bimbingan Teknis KTSP SMA, Direktorat P. SMA, 2009) Dapat disimpulkan, bimbingan teknis
Bimbingan Teknis (Bimtek) Bimbingan Teknis menurut G. Erric
merupakan suatu upaya pemberian bantuan
Allenbaugh seperti dikutip oleh Faozan Al Fikri
secara sistematis, baik
kepada individu
(1994) adalah suatu proses kegiatan berlanjut
maupun kelompok agar dapat mengerti,
yang memberikan tuntutan arahan dan
memahami, memecahkan masalah serta dapat
memanfaatkan kekuatan yang ada trampil
mengimplementasikan dalam berbagai
untuk mengerjakan sesuatu menjadi produktif.
kesempatan.
Kerangka BerfikirPenelitian Kondisi Awal
Kemampuan Sekolah (TPKS) dalam menyusun Dokumen I KTSP perlu ditingkatkan (prosedur penyusunan, sistematika KTSP) belum standar)
Peneliti belum menerapkan bimbingan teknis
SIKLUS I Bimbingan teknis kepada sekolah secara kelompok
Peneliti memberikan bimbingan teknis Tindakan
Kondisi Akhir
SIKLUS II Bimbingan teknis secara individual tiap sekolah
Diduga melalui bimbingan teknis dapat meningkatkan kemampuan sekolah (TPKSÅ
Tempat Penelitian
penyusunan dokumen 1 KTSP.
Penelitian ini dilaksanakan di sekolah
Penelitian ini dilaksanakan pada
binaan peneliti di Kabupaten Banyumas, yakni
semester gasal, Juli s.d. Oktober 2014tahun
SMA Ma'arif NU Sokaraja, SMA Diponegoro 1
pelajaran 2014/2015.Sumber data penelitian ini
Purwokerto, dan SMA Negeri Rawalo.Dasar
adalah: 1) kepala sekolah tempat penelitian, 2)
pertimbangan pemilihan sekolah antara lain
tim pengembang kurikulum sekolah (TPKS).
ketiga sekolah memiliki potensi untuk
Teknik pengumpulan data menggunakan
berkembang denganbaik, namun masih
observasi, studi dokumen, wawancara.
memerlukan bimbingan dalam pengelolaan
Sedangkan, alat pengumpulan data adalah
administrasi kurikulum, khususnya dalam
pedoman wawancara, dokumen I KTSP,
*) Penulis adalah Pengawas SMA Kab. Banyumas
18
Vol. 5 JANUARI 2016 pedoman pemberian skor dan
lembar
diberi tindakan (siklus 2, bimbingan individu tiap
penilaian penyusunan dokumen I KTSP, dan
sekolah) dengan dokumen I KTSP yang dibuat
lembar observasi/catatan pengamatan
pada siklus 1 selanjutnya dilakukan refleksi.
lapangan.
Vol. 5 JANUARI 2016 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8)
Penelitian tindakan ini berhasil apabila: 1)
Peneliti menggunakan teknik analisis
80 % Tim Pengembang Kurikulum Sekolah
data kuantitatif dan kualitatif secara deskriptif
(TPKS) subjek penelitian dapat menyusun
komparatif. Peneliti mengumpulkan
dokumen I KTSP
dan
dengan benar; 2) 80
memaparkan hasil studi dokumen data awal
%sekolah subjek penelitian dapat menyusun
dokumen I KTSP sebelum diadakan
dokumen I KTSP dengan baik.
8. 9.
10.
bimtek.Peneliti memkomparasikan dokumen I KTSP yang dibuat TPKS setelah diberi tindakan
Penelitian tindakan sekolah (PTS) ini
kelompok (siklus1) selanjutnya
dilakukan di 2 (dua) SMA swasta dan 1 (satu)
direfleksi.Peneliti membuat refleksi dari
SMA negeri wilayah binaan peneliti. Data hasil
tindakan
pada siklus 1, dan menyusun
observasi yang peneliti lakukan pada ketiga
rencana siklus 2. Peneliti mengkomparasikan
sekolah tersebut dapat dilihat pada tabel 1
dokumen I KTSP yang dibuat sekolah setelah
berikut. A
2. 3. 4. 5.
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
6.
7.
19
PP 19 Tahun 2005 Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Permendiknas No. 23 Tahun 2006 Permendiknas No. 24 Tahun 2006 Permendiknas No. 6 Tahun 2007 Permendiknas No. 41 Tahun 2007 Permendiknas No. 13 Tahun 2007 Permendiknas No. 16 Tahun 2007 Permendiknas No. 24 Tahun 2007 Permendiknas No. 19 Tahun 2007 Permendiknas No. 20 Tahun 2007 Permendiknas No. 48 Tahun 2008 SK Gubernur Jawa Tengah No. 895.5/01/2005 tgl 23 Februari 2005 c. Tujuan (tujuan pengembangan KTSP) Bab II Tujuan Satuan Pendidikan a. Tujuan Pendidikan Menengah b. Visi Sekolah c. Misi Sekolah d. Tujuan Sekolah Bab III Struktur dan Muatan Kurikulum a. Struktur Kurikulum b. Muatan KTSP 1) Mata Pelajaran
Kode
: A. SMA Ma’arif NU Sokaraja
B
C
2 2 3 2 3 3 2 2
2 3 3 2 2 2 2 3
2 2 2 3 2 2 2 3
2 2.33 2.66 2.33 2.33 2.33 2 2.66
K K C K K K K C
2
2
3
2.33
K
2 2 2 3 123
2 2 2 2 124
3 2 2 3 125
2.66 2 2 2.66
C K K C
2,93
2,95
2,97
2,95
C
C
C
C
C
Kualifikasi: SB
: 3,50 – 4,00
C
: 2,50 – 2,99
B. SMA Diponegoro 1 Purwokerto
B
: 3,00 – 3,49
K
: = 2, 49
C. SMA Negeri Rawalo
C
: 2,50 – 2,99
Tabel 1 Kondisi Awal 3 (tiga) Sekolah
tabel 1 di atas dapat
Bab III
Struktur dan Muatan Kurikulum: a)
disimpulkan jika kemampuan awal ketiga
Struktur Kurikulum: cukup; b)Muatan KTSP:(a)
Rata2
Kualifi-kasi
sekolah subjek penelitian, yakni SMAMa'arif
Mata Pelajaran: baik;(b) Muatan Lokal:
NU Sokaraja (A), SMA Diponegoro 1
kurang;(c)Kegiatan Pengembangan Diri:
Purwokerto (B), dan SMA Negeri Rawalo
kurang;(d)Pengaturan Beban Belajar: cukup;
(C)dalam menyusun Dokumen I KTSP adalah
(e)Ketuntasan Belajar: kurang; (f)Kriteria
sbb.: 1) Kemampuan menyusun cover: a)
Kenaikan Kelas dan Kelulusan:
Judul: baik, b)Logo sekolah dan atau logo
kurang;(g)Kriteria Penjurusan:
pemda: baik, c)Tahun pelajaran:baik; d)
kurang;(h)Pendidikan Kecakapan Hidup:
Alamat sekolah: baik; 2) Kemampuan
kurang;(i) Pendidikan Berbasis Keunggulan
menyusun lembar pengesahan: kurang; 3)
Lokal dan Global: cukup; 8) Kemampuan
Kemampuan menyusun kata pengantar:
menyusun Bab IV
kurang; 4) Kemampuan menyusun daftar isi:
kurang; 9) Lampiran: a) Silabus: cukup;
kurang; 5) Kemampuan menyusun Bab I
b)Analisis konteks: kurang; c)Evaluasi KTSP
Pendahuluan: a) Latar Belakang (dasar
tahun sebelumnya: kurang; 10) Kualitas
pengembangan KTSP: kondisi ideal, nyata,
cetakan: cukup.
potensi dan karakteristik sekolah) : kurang;
Rata-rata kemampuan menyusun Dokumen I KTSP dari tiga sekolah subjek penelitian dapat dikualifikasikan Cukup(2,95).Oleh karena itu, peneliti memandang perlu dilakukan tindakan pembimbingan. Tindakanpembimbingan akan dilakukan baik secara kelompok maupun secara individual tiap-tiap sekolah.
KOMPONEN DAN INDIKATOR Cover a. Judul b. Logo sekolah dan atau logo pemda c. Tahun pelajaran d. Alamat sekolah Lembar Pengesahan Kata Pengantar Daftar Isi (kesesuian halaman) Bab I Pendahuluan a. Latar Belakang (dasar pengembangan KTSP: kondisi ideal, nyata, potensi dan karakteristik sekolah) b. Landasan / Dasar Hukum Pengembangan KTSP 1. UU No. 20 Tahun 2003
Kualifikasi
Berdasarkan Nama/Kode SMA
1.
Nilai
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
berupa bimbingan teknis (bimtek)
No.
Muatan Lokal Kegiatan Pengembangan Diri Pengaturan Beban Belajar Ketuntasan Belajar Kriteria Kenaikan Kelas dan Kelulusan Kriteria Penjurusan Pendidikan Kecakapan Hidup Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global Bab IV Kalender Pendidikan Lampiran a. Silabus b. Analisis konteks c. Evaluasi KTSP tahun sebelumnya Kualitas Cetakan (tampilan dokumen) Jumlah
3 3 3 3 2 2 2
3 3 3 3 2 2 2
3 3 3 3 2 2 3
3 3 3 3 2 2 2.33
B B B B K K K
2
3
2
2.33
K
4
4
4
4
SB
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
SB SB SB SB SB SB SB SB SB SB SB SB SB
b)Landasan/Dasar Hukum pengembangan
3
3
2
2.66
C
KTSP: sangat baikc)Tujuan pengembangan
2 2 2 2
2 2 2 2
3 2 2 2
2.33 2 2 2
C K K K
KTSP: cukup; 6) Kemampuan menyusun Bab pendidikan menengah: cukup; b)Visi sekolah:
2
3
3
2.66
C
cukup; c)Misi sekolah: kurang; d)Tujuan
3
3
3
3
B
sekolah: kurang; 7) Kemampuan menyusun
*) Penulis adalah Pengawas SMA Kab. Banyumas
II Tujuan Satuan Pendidikan: a) Tujuan
*) Penulis adalah Pengawas SMA Kab. Banyumas
Kalender Pendidikan:
20
Vol. 5 JANUARI 2016 Siklus 1
a. Analisis konteks b. Evaluasi KTSP tahun sebelumnya Kualitas Cetakan (tampilan dokumen) Jumlah
Pengembangan KTSP SMA (Direktorat P. SMA,
Ti n d a k a n p a d a s i k l u s I p e n e l i t i
2010); 3) mendiskusikan komponen Dokumen I
memberikan bimbingan teknis secara
KTSP sesuai dengan ketentuan Panduan
kelompok. Kegiatan yang dilakukan adalah
Penyusunan KTSP dan Juknis Pengembangan
Nilai
sbb.: 1) menjelaskan gambaran kualitas
KTSP; 4) memberikan contoh dokumen I KTSP;
Kualifikasi
Dokumen I KTSP yang telah disusun sekolah
5) sekolah (TPK) mendiskusikan dokumen I
(berdasarkan data awal observasi); 2)
KTSP ; 6) sekolah (TPK) menyusun Dokumen I
menjelaskan dan memberikan acuan
KTSP; 7) pembahasan hasil penyusunan
penyusunan Dokumen I KTSP sesuai Panduan
dokumen I KTSP. Nama/Kode SMA
No.
KOMPONEN DAN INDIKATOR A
1.
2. 3. 4. 5.
6.
7.
8. 9.
Cover a. Judul b. Logo sekolah dan atau logo pemda c. Tahun pelajaran d. Alamat sekolah Lembar Pengesahan Kata Pengantar Daftar Isi (kesesuian halaman) Bab I Pendahuluan a. Latar Belakang (dasar pengembangan KTSP: kondisi ideal, nyata, potensi dan karakteristik sekolah) b. Landasan / Dasar Hukum Pengembangan KTSP 1) UU No. 20 Tahun 2003 2) PP 19 Tahun 2005 3) Permendiknas No. 22 Tahun 2006 4) Permendiknas No. 23 Tahun 2006 5) Permendiknas No. 24 Tahun 2006 6) Permendiknas No. 6 Tahun 2007 7) Permendiknas No. 41 Tahun 2007 8) Permendiknas No. 13 Tahun 2007 9) Permendiknas No. 16 Tahun 2007 10) Permendiknas No. 24 Tahun 2007 11) Permendiknas No. 19 Tahun 2007 12) Permendiknas No. 20 Tahun 2007 13) Permendiknas No. 48 Tahun 2008 14) SK Gubernur Jawa Tengah No. 895.5/01/2005 tgl 23 Februari 2005 c. Tujuan (tujuan pengembangan KTSP) Bab II Tujuan Satuan Pendidikan a. Tujuan Pendidikan Menengah b. Visi Sekolah c. Misi Sekolah d. Tujuan Sekolah Bab III Struktur dan Muatan Kurikulum a. Struktur Kurikulum b. Muatan KTSP 1) Mata Pelajaran 2) Muatan Lokal 3) Kegiatan Pengembangan Diri 4) Pengaturan Beban Belajar 5) Ketuntasan Belajar 6) Kriteria Kenaikan Kelas dan Kelulusan 7) Kriteria Penjurusan 8) Pendidikan Kecakapan Hidup 9) Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global Bab IV Kalender Pendidikan Lampiran a. Silabus
10.
Kode
: A. SMA Ma’arif NU Sokaraja
2 3 3 136
2 3 3 137
3 3 3 141
2.33 3 3
C B B
3.23
3.26
3.35
3.28
B
B
B
B
B
Kualifikasi: SB
: 3,50 – 4,00
C
: 2,50 – 2,99
B. SMA Diponegoro 1 Purwokerto
B
: 3,00 – 3,49
K
: = 2, 49
C. SMA Negeri Rawalo
C
: 2,50 – 2,99
Tabel 2 Hasil Tindakan pada Siklus 1
Penyusunan KTSP (BSNP, 2006) dan Juknis
21
Vol. 5 JANUARI 2016
B
C
Rata2
Kualifikasi
Berdasarkan data tabel siklus 1 di atas,
menyusun Bab II Tujuan Satuan Pendidikan: a)
kemampuan ketiga sekolah subjek penelitian
Tujuan pendidikan menengah: baik; b)Visi
dalam menyusun Dokumen I KTSP dapat
sekolah: baik; c)Misi sekolah: cukup; d)Tujuan
dikualifikasikan baik (3,28).Rincian tiap
sekolah: cukup; 7) Kemampuan menyusun Bab
komponen dari ketiga sekolah subjek penelitian
III Struktur dan Muatan Kurikulum: a) Struktur
adalah sbb.:1) Kemampuan menyusun cover:
Kurikulum: baik; b)Muatan KTSP:
a) Judul: baik; b) Logo sekolah dan atau logo
Pelajaran: baik; (b)Muatan Lokal: cukup;
pemda: sangat baik; c) Tahun Pelajaran:
(c)Kegiatan Pengembangan Diri: cukup;
sangat baik; d) Alamat Sekolah: sangat baik;
(d)Pengaturan Beban Belajar: baik;
2) Kemampuan menyusun lembar
(e)Ketuntasan Belajar: cukup; (f)Kriteria
pengesahan: baik; 3) Kemampuan menyusun
Kenaikan Kelas dan Kelulusan: cukup;
kata pengantar: cukup; 4) Kemampuan
(g)Kriteria Penjurusan: baik; (h)Pendidikan
menyusun daftar isi: cukup; 5) Kemampuan
Kecakapan Hidup: cukup; (i)Pendidikan
menyusun Bab I Pendahuluan: a) Latar
Berbasis Keunggulan Lokal dan Global: cukup;
Belakang (dasar pengembangan KTSP:
8) Kemampuan menyusun Bab IV
kondisi ideal, nyata, potensi dan karakteristik
Pendidikan: baik; 9) Lampiran: a) Silabus: baik;
3 4 4 4 3 2 2
3 3 3 4 3 3 3
3 4 4 4 3 3 3
3 3.66 3.66 4 3 2,66 2.66
B SB SB SB B C C
2
3
3
2.66
C
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
SB SB SB SB SB SB SB SB SB SB SB SB SB SB
sekolah) : cukup; b)Landasan/Dasar Hukum
b)Analisis konteks: cukup; c)Evaluasi KTSP
pengembangan KTSP: sangat baik; c)Tujuan
tahun sebelumnya: baik; 10) Kualitas cetakan:
3
3
3
3
B
pengembangan KTSP: baik; 6) Kemampuan
baik
3 2 3 2
3 3 3 3
3 3 2 3
3 2.66 2.66 2.66
B C C C
3
3
3
3
B
3 2 3 3 3 3 3 2 3
3 3 3 3 2 2 3 3 2
3 3 2 3 3 3 3 3 3
3 2.66 2.66 3 2.66 2.66 3 2.66 2.66
B C C B C C B C C
3
3
3
3
B
3
3
3
3
B
penelitian.
*) Penulis adalah Pengawas SMA Kab. Banyumas
No. 1. 2. 3.
Nama Sekolah SMA Ma’arif NU Sokaraja SMA Diponegoro 1 Purwokerto SMA Negeri Rawalo
Kode Sekolah A B C
Data Awal 2,93 (Cukup) 2.95 (Cukup) 2,97 (Cukup)
Siklus 1 3,23 (Baik) 3,26 (Baik) 3,35 (Baik)
(a)Mata
Kalender
Poin (naik) 0,30 0,31 0,38
Tabel 3 Perkembangan Kemampuan Sekolah dalam Menyusun Dokumen I KTSP
Berdasarkan tabel 3 di atas, kegiatan
Walaupun demikian, bila dicermati tiap
bimbingan teknissecara kelompok pada siklus
komponen Dokumen I KTSP, kemampuan
1ternyata berpengaruh terhadap peningkatan
ketiga sekolah masih memerlukan tindak lanjut
kemampuan sekolah dalam menyusun
pembimbingan. Pembimbingan dilakukanpada
dokumen I KTSP. Indikatornya adalah adanya
siklus 2. Siklus 2 sebagai perbaikan kegiatan
kenaikan poin pada Siklus 1 jika dibandingkan
siklus 1. Kekurangan yang ditemukan pada
dengan data awal pada ketiga sekolah subjek
siklus 1 diperbaiki pada siklus 2.
*) Penulis adalah Pengawas SMA Kab. Banyumas
22
Vol. 5 JANUARI 2016
Vol. 5 JANUARI 2016
secara individu kepada tiap sekolah dalam
Nilai
Pada siklus 2 dilakukan bimbingan teknis
penyusunan/perbaikan Dokumen I KTSP; 3)
Kualifikasi
secara individu tiap sekolah. Langkah-langkah
sekolah melakukan perbaikan penyusunan
yang dilakukan adalah sbb.: 1) memberikan
Dokumen I KTSP yang telah disusunnya; dan
penjelasan secara individutiap sekolah tentang
4) pembahasan atau diskusi hasil perbaikan
pedoman penyusunan Dokumen I KTSP dan
penyusunan Dokumen I KTSP
Siklus 2
Nama/Kode SMA KOMPONEN DAN INDIKATOR A 1.
2. 3. 4. 5.
6.
7.
8. 9.
10.
Cover a. Judul b. Logo sekolah dan atau logo pemda c. Tahun pelajaran d. Alamat sekolah Lembar Pengesahan Kata Pengantar Daftar Isi (kesesuian halaman) Bab I Pendahuluan a. Latar Belakang (dasar pengembangan KTSP: kondisi ideal, nyata, potensi dan karakteristik sekolah) b. Landasan / Dasar Hukum Pengembangan KTSP 1) UU No. 20 Tahun 2013 2) PP 19 Tahun 2005 3) Permendiknas No. 22 Tahun 2006 4) Permendiknas No. 23 Tahun 2006 5) Permendiknas No. 24 Tahun 2006 6) Permendiknas No. 6 Tahun 2007 7) Permendiknas No. 41 Tahun 2007 8) Permendiknas No. 13 Tahun 2007 9) Permendiknas No. 16 Tahun 2007 10) Permendiknas No. 24 Tahun 2007 11) Permendiknas No. 19 Tahun 2007 12) Permendiknas No. 20 Tahun 2007 13) Permendiknas No. 48 Tahun 2008 14) SK Gubernur Jawa Tengah No. 895.5/01/2005 tgl 23 Februari 2005 c. Tujuan (tujuan pengembangan KTSP) Bab II Tujuan Satuan Pendidikan a. Tujuan Pendidikan Menengah b. Visi Sekolah c. Misi Sekolah d. Tujuan Sekolah Bab III Struktur dan Muatan Kurikulum a. Struktur Kurikulum b. Muatan KTSP 1) Mata Pelajaran 2) Muatan Lokal 3) Kegiatan Pengembangan Diri 4) Pengaturan Beban Belajar 5) Ketuntasan Belajar 6) Kriteria Kenaikan Kelas dan Kelulusan 7) Kriteria Penjurusan 8) Pendidikan Kecakapan Hidup 9) Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global Bab IV Kalender Pendidikan Lampiran a. Silabus b. Analisis konteks c. Evaluasi KTSP tahun sebelumnya Kualitas Cetakan (tampilan dokumen) Jumlah
B
C
: A. SMA Ma’arif NU Sokaraja
3.61
3.69
3.64
SB
SB
SB
SB
B
Kualifikasi: SB
: 3,50 – 4,00
C
: 2,50 – 2,99
B. SMA Diponegoro 1 Purwokerto
B
: 3,00 – 3,49
K
: = 2, 49
C. SMA Negeri Rawalo
C
: 2,50 – 2,99
Tabel 4. Kemampuan Sekolah dalam Menyusun Dokumen I KTSP (Siklus 2)
penerapannya; 2) pemberian bimbingan No.
Kode
3.64
Rata2
Kualifi-kasi
4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4
SB SB SB SB sB SB SB
3
3
3
3
B
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
SB SB SB SB SB SB SB SB SB SB SB SB SB SB
4
3
4
3.66
B
4 4 4 4
4 4 4 4
4 4 4 4
4 4 4 4
SB SB SB SB
Muatan Kurikulum: a) Struktur Kurikulum: baik; b)Muatan KTSP:(a)Mata Pelajaran: baik; (b)Muatan Lokal: baik; (c)Kegiatan Pengembangan Diri: baik; (d)Pengaturan Beban Belajar: baik; (e)Ketuntasan Belajar: baik; (f)Kriteria Kenaikan Kelas dan Kelulusan: baik; (g)Kriteria Penjurusan: baik; (h)Pendidikan Kecakapan Hidup: baik; (i)Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global: baik; 8) Kemampuan menyusun Bab IV Kalender Pendidikan: baik; 9) Lampiran: a) Silabus: baik; b)Analisis konteks: baik; c)Evaluasi KTSP tahun sebelumnya: baik; 10) Kualitas cetakan: sangat baik Setelah dilakukan bimbingan teknis secara individual pada tiap sekolah (dalam siklus 2), kemampuan sekolah dalam menyusun Dokumen I KTSP mengalami kenaikan cukup signifikan. Hasil kerja TPKS dalam mengembangkan Dokumen I KTSP sudah dapat dikualifikasikan sangat baik.
Berdasarkan data tabel siklus 2 di atas kemampuan ketiga sekolah dalam menyusun Dokumen I KTSP dapat disimpulkansbb.: 1) Kemampuan menyusun cover: a) Judul: sangat baik; b)Logo sekolah dan atau logo pemda:sangatbaik; c)Tahun pelajaran: sangat baik; d)Alamat sekolah: sangat baik; 2) Kemampuan menyusun lembar pengesahan: sangat baik; 3) Kemampuan menyusun kata pengantar: sangat baik; 4) Kemampuan menyusun daftar isi: sangat baik; 5) Kemampuan menyusun Bab I Pendahuluan: a) Latar Belakang (dasar pengembangan KTSP: kondisi ideal, nyata, potensi dan karakteristik sekolah) : baik; b) Landasan/Dasar Hukum pengembangan KTSP: sangat baik; c)Tujuan pengembangan KTSP: baik; 6) Kemampuan menyusun Bab II Tujuan Satuan Pendidikan: a) Tujuan pendidikan menengah: baik; b)Visi sekolah: sangat baik; c)Misi sekolah: sangat kurang; d)Tujuan sekolah: sangat baik; 7) Kemampuan menyusun Bab III Struktur dan No.
Nam a S ekolah S M A M a’arif NU S okaraja
Kode S ekolah A
Data Aw al
S iklus 1 3,23 (B)
Kenaikan poin 0,30
S iklus 2
2,93 (C)
3,64 (S B)
Kenaikan poin 0,41
3
3
4
4
B
1. 2.
S M A Diponegoro 1 P urwokerto
B
2,95 (C)
3,26 (B)
0,31
3,61 (S B)
0,35
3 3 3 3 3 3 3 3 3
3 3 3 3 3 3 3 3 3
3 3 3 3 3 3 3 3 3
3 3 3 3 3 3 3 3 3
B B B B B B B B B
3.
S M A Negeri Rawalo
C
2,97 (C)
3,35 (B)
0,38
3,69 (S B)
0,34
Tabel 5. Perbandingan Kenaikan Poin dalam Setiap Siklus (1 dan 2)
Sementara itu, perbandingan persentase kenaikan kemampuan sekolah dalam menyusun Dokumen I . KTSP dapat dilihat dalam tabel 6 berikut ini: D a ta A w a l N a m a S e k o la h
3 3 3 3 4 153
3 3 3 3 4 152
4 3 3 3 4 155
3 3 3 3 4
Kode Skor
B B B B SB
K u a li fik a s i
S ik lu s 1 %
Skor
S ik lu s 2
K u a li fik a s i
%
Skor
K u a li fik a s i
%
S M A M a ’a r if N U S o k a r a ja
A
2 ,9 3
C
7 3 ,2 5
3 ,2 5
B
8 0 ,7 5
3 ,6 4
SB
91
S M A D ip o n e g o r o 1 P u r w o k e r to
B
2 ,9 5
C
7 3 ,7 5
3 ,2 6
B
8 1 ,5
3 ,6 1
SB
9 0 ,2 5
S M A N e g e r i R a w a lo
C
2 ,9 7
C
7 4 ,2 5
3 ,3 5
B
8 3 ,7 5
3 ,6 9
SB
9 2 ,2 5
2 ,9 5
C
7 3 ,7 5
3 ,2 8
B
82
3 ,6 4
SB
9 1 ,1 6
R a ta - r a ta
K e te r a n g a n : C : C u k u p ; B : B a ik ; S B : S a n g a t B a ik
Tabel 6 Perbandingan Persentase Kemampuan Sekolah dalam Menyusun Dokumen I KTSP
23
*) Penulis adalah Pengawas SMA Kab. Banyumas
*) Penulis adalah Pengawas SMA Kab. Banyumas
24
Vol. 5 JANUARI 2016 Berdasarkan data tabel 6di atas, tindakan pada siklus 2 berdampak pada
diimplementasikan dengan baik oleh setiap sekolah subjek penelitian.
Vol. 5 JANUARI 2016 Khusus Ibu Kota Jakarta Program
_________ . 2010. Juknis Analisis Standar
Pasca Sarjana , UI.
Isi. Jakarta.
peningkatan kemampuan sekolah. Sekolah dapat menyusun Dokumen I KTSP dengan
Saran
Faozan Alfikri.1994. Pengaruh Motivasi
Purwanto, Ngalim. 2003. Administrasi dan
baik. Ketiga sekolah dapat menyusun
Sekolah hendaknya selalu menyusun
Kerja, Kemampuan Kerja Dan
Supervisi Pendidikan. Bandung:
Dokumen I KTSP dengan Baikatau B (82%,
KTSP sebelum tahun pelajaran baru dimulai.
Bimbingan Teknis Terhadap Kinerja
Remaja Rosda Karya
siklus 1) dan berkualifikasi Sangat Baikatau
Penyusunan KTSP mengacu peraturan yang
Ajun Penyuluh KB Madya Didaerah
SB (91,16 %, siklus 2).
berlaku. Tim Pengembang Kurikulum Sekolah
Data awal SMA Ma'arif NU Sokaraja
(TPKS) hendaknya bekerja secara terprogram
memiliki skor 2,93 kualifikasi C dengan
dengan berpedoman pada semua peraturan
persentase 73,25%. Pada siklus 1 terjadi
yang berlaku.
perubahan skor menjadi 3,25 kualifikasi B dengan persentase 80,75%. Sementara pada
DAFTAR PUSTAKA
siklus 2 terjadi perubahan yang cukup
BSNP.2006. Panduan PenyusunanKTSP.
signifikan dengan memperoleh skor 3,64
Jakarta
kualifikasi SB dangan persentase 91%. Data awal SMA Diponegoro 1 Purwokerto memiliki skor 2,95 kualifikasi C dengan
Depdiknas. 2003. Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentangSistem
persentase 73,75%. Pada siklus 1 terjadi perubahan skor menjadi 3,26 kualifikasi B dengan persentase 81,5 %. Sementara pada
Pendidikan
Nasional.Jakarta: Biro Hukum
dan Organisasi Sekjen Depdiknas
siklus 2 terjadi perubahan dengan memperoleh skor 3,61 kualifikasi SB dangan persentase
________.2007.Peraturan Mendiknas RI No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.
90,25%. Data awal SMA Negeri Rawalo memiliki
Jakarta.
skor 2,97 kualifikasi C dengan persentase 74,25%. Pada siklus 1 terjadi perubahan skor
_________.2007. Peraturan Mendiknas RI
menjadi 3,35 kualifikasi B dengan persentase
No. 19 Tahun 2005 tentang Standar
83,75 %. Sementara pada siklus 2 terjadi
Nasional Pendidikan. Jakarta
perubahan yang cukup signifikan dengan memperoleh skor 3,69 kualifikasi SB dangan
_________.2007. Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses.
persentase 92,25%.
Jakarta. PENUTUP Direkt. Pemb. SMA.Direkt. Pemb. SMA. 2009.
Simpulan Bimbingan teknis secara kelompok dan individual berpengaruh terhadap peningkatan
Panduan Bimbingan Teknis KTSP. Jakarta.
kemampuansekolah dalam menyusun Dokumen I KTSP. Acuan pengembangan dan atau penyusunan Dokumen I KTSP dapat
25
__________.2010. Juknis Pengembangan KTSP SMA. Jakarta.
*) Penulis adalah Pengawas SMA Kab. Banyumas
*) Penulis adalah Pengawas SMA Kab. Banyumas
26
Vol. 5 JANUARI 2016 PENINGKATAN KOMPETENSI MEMANGKAS RAMBUT TEKNIK DIAGONAL KEDEPAN (BOB CONCAVE) MELALUI PENGGUNAAN AUDIO VIDEO PADA PROSES PEMBELAJARAN SISWA KELAS XII TATA KECANTIKAN RAMBUT SMK NEGERI 3 PURWOKERTO TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Vol. 5 JANUARI 2016 tersebut terhadap siswa, diharapkan dapat
kurikulum, dan untuk meningkatkan mutu
meningkatkan keterampilan (kompetensi)
pembelajaran.
sesuai dengan bidangnya. Penelitian ini dibatasi pada masalah yang ada pada Program Keahlian Tata Kecantikan
1. Peningkatan
SMK Negeri 3 Purwokerto, yaitu penggunaan
Secara umum peningkatan merupakan
media pembelajaran yang tepat untuk
upaya untuk menambah derajat, tingkat, dan
mendukung hasil belajar yang berkualitas dan
kualitas maupun kuantitas.Kata peningkatan
bisa mencapai standar kompetensi yang
juga dapat menggambarkan perubahan dari
diharapkan secara optimal.Media
keadaan atau sifat yang negatif berubah
memangkas rambut teknik Diagonal Kedepan (Bob Concave)untuk siswa kelas XII SMK Negeri
pembelajaran yang tepat sangat diperlukan
menjadi positif.Sedangkan hasil dari sebuah
3Purwokerto.Manfaat penelitian ini adalah sebagai bahan kajian lebih lanjut mengenai bidang
untuk mendukung hasil belajar yang
peningkatan dapat berupa kuantitas dan
pembelajaran produktif
berkualitas, terutama difokuskan kepada cara
kualitas. Kuantitas adalah jumlah hasil dari
belajar yang baik terkait dengan pelaksanaan
sebuah proses atau dengan tujuan
Oleh : : Laksmi Nurkaryanti*) ABSTRAK Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengatasi masalah prestasi belajar produktif siswa melalui peningkatan keterampilan siswa dalam penguasaan kompetensi, dengan menggunakan media pembelajaran Audio Video terhadap pemberian mata pelajaran/kompetensi
dalam hal media pembelajaran, pengembangan kurikulum, dan untuk
meningkatkan mutu pembelajaran. Hasil belajar Siklus 1 ketuntasan belajar siswa secara klasikal belum tuntas dan masih banyak siswa ( 31 siswa = 75 % ) yang nilainya belum mencapai KKM ( 8,00 ). Ketuntasan belajar siswa
peningkatan. Sedangkan kualitas
era Kurikulum Berbasis Kompetensi. Berdasarkan latar belakang tersebut,
siklus 2 secara klasikal mencapai tuntas karena 28 siswa (90,6 %) telah mencapai standard Kriteria
maka rumusan masalah
dari penelitian ini
Ketuntasan Minimal ( ≥8,00).
adalah “Apakah penggunaan audio video pada
Hasil perbandingan penilaian siklus 1 dan siklus 2 tentang keaktifan kerja, terjadi
proses pembelajaransiswa kelas XII Tata
peningkatan yang signifikan. Kegiatan pembelajaran berjalan dengan baik, suasana kelas lebih aktif
Kecantikan Rambut SMK Negeri 3 tahun
dan siswa lebih kreatif, sehingga dalam proses pembelajaran terkesan menyenangkan.
pelajaran 2014/2015 akan mampu mencapai standar kompetensi yang diharapkan secara
Kata kunci : Teknik Diagonal Kedepan, Audio Video, Tata Kecantikan Rambut.
optimal (80% siswa mampu menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu yang telah
PENDAHULUAN SMK Negeri 3 Purwokerto mempunyai
27
LANDASAN TEORI
lulusan sulituntuk dilatih ulang serta sulit untuk
ditentukan dan mendapatkan nilai
mengembangkan dirinya.
Ketuntasan Minimal (KKM))?”
Kriteria
menggambarkan nilai dari suatu objek karena terjadinya proses yang memiliki tujuan berupa peningkatan 2. Kompetensi Memangkas Rambut Kompetensi merupakan kemampuan yang harus dimiliki seseorang untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan yang didasari pengetahuan,keterampilan, dan sikap kerja sesuai dengan unjuk kerja yang dipersyaratkan. Menurut Kusumawati (2006), kompetensi adalah kemampuan yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan yang dilandasi oleh
misi mendidik dan meningkatkan keterampilan
Hal tersebut terjadi karena sampai saat ini
Tujuan penelitian tindakan kelas ini
siswa yang merupakan calon tenaga kerja di
guru produktif di SMK Negeri 3 Purwokerto
adalah untuk mengatasi masalah prestasi
bidang industri tata kecantikan rambut.Demi
pada umumnya dan guru tata kecantikan pada
belajar produktif siswa melalui peningkatan
tercapainya misi tersebut, SMK Negeri 3
khususnya masih banyak menggunakan media
keterampilan siswa dalam penguasaan
Purwokerto banyakmenerima masukkan dari
pembelajaran yang kurang variatif (media
kompetensi, dengan menggunakan media
berbagai elemen masyarakat dalam hal
pembelajaran kovensional) dalam proses
pemangkasan sehingga tercipta suatu desain
pembelajaran Audio Video terhadap pemberian
peningkatan kualitas lulusan.Lulusan SMK
pembelajaran produktif (praktik), sehingga
yang sesuai dengan kepribadian seseorang
mata pelajaran/kompetensi memangkas
Negeri 3 Purwokerto dipandang masih kurang
kemampuan hasil belajar praktik produktif
(Sofiati, 2009).Pemangkasan atau
rambut teknik Diagonal Kedepan (Bob
pengguntingan rambut, merupakan suatu tahap
memadai dalam pencapaian nilai kejuruan,
siswa masih belum optimal.Media
Concave)untuk siswa kelas XII SMK Negeri
yang amat penting dalam proses penataan
sehingga kurang luwes untuk menyesuaikan
pembelajaranmenggunakan audio video
3Purwokerto.Manfaat penelitian ini adalah
rambut secara keseluruhan untuk mencapai
diri terhadap perubahan di lingkungan kerja.
merupakan media pembelajaran yang dirasa
sebagai bahan kajian lebih lanjut mengenai
suatu penataan yang diharapkan.
Penguasaan kemampuan yang terbatas
tepat digunakan untuk pembelajaran praktik.
bidang pembelajaran produktif
dalam hal
Pada masa sekarang ini teknik
(tunggal/spesifik) juga mengakibatkan para
Dengan penggunaan media audio video
media pembelajaran, pengembangan
pemangkasan telah berkembang dengan lebih
*) Penulis adalah guru SMK N 3 Purwokerto
*) Penulis adalah guru SMK N 3 Purwokerto
pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja. Pemangkasan rambut merupakan suatu cara mengurangi panjang rambut dengan menggunakan berbagai alat dan teknik
28
Vol. 5 JANUARI 2016 cepat, sejalan dengan terciptanya mode –
suara juga mengandung unsur gambar yang
mode baru dalam penataan rambut. Teknik
bisa dilihat, misalnya rekaman video, film, slide
pemangkasan diagonal kedepan (Bob
suara, dan lain sebagainya.Kemampuan media
Concave) merupakan teknik pemangkasan
audio visual dianggap lebih baik dan menarik
dimana pola garis pangkasnya memendek dari
(Sanjaya, 2010).
belakang dan terus memanjang ke depan.
Manfaat dan karakteristik dari media
Karena membentuk sudut di kedua sisi depan
video atau film dalam meningkatkan efektifitas
maka disebut the plus angle cut atau pola sudut
dan efesiensi proses pembelajaran, di
lebih. (Kusumadewi, 1995).
antaranya adalah (Munadi, 2008: 127;
3. Media Pembelajaran
Smaldino, 2008: 311-312): mengatasi jarak dan
akan mampu meningkatkan kompetensi keahliannya. Dengan Kerangka berpikir : Media pembelajaran hanya lembar kerja, membuat siswa pasif, tidak fokus, dan kurang mampu memahami teknik Diagonal kedepan (Bob Concave), hasil unjuk kerja tidak sesuai standar, nila rata-rata tidak sesuai KKM
Menggunakan media pembelajaran audio visual
Siswa melakukan praktik memangkas rambut dengan teknik diagonal kedepan(Bob Concave)
Diduga hasil unjuk kerja, keaktifan siswa dan prestasimeningkat
Media adalah alat atau sarana yang
waktu, mampu menggambarkan peristiwa-
digunakan untuk menyampaikan pesan dari
peristiwa masa lalu secara realistis dalam
komunikator kepada khalayak. Pesan – pesan
waktu yang singkat, dapat diulang-ulang bila
Penggunaan media audio visual dalam
Penggunaan media audio visual dalam
yang diterima oleh pancaindera selanjutnya
perlu untuk menambah kejelasan, pesan yang
proses pembelajaran diduga dapat
proses pembelajaran diharapkan 80% dari 31
diproses oleh pikiran manusia untuk
disampaikannya cepat dan mudah diingat,
meningkatkan hasil belajar, kompetensi
orang siswa kelas XII Program Keahlian Tata
mengontrol dan menentukan sikapnya
mengembangkan pikiran dan pendapat para
motorik, dan keaktifan belajar siswa kelas XII
Kecantikan Rambut SMK Negeri 3 Purwokerto
terhadap sesuatu, sebelum dinyatakan dalam
siswa, mengembangkan imajinasi.
HIPOTESIS TINDAKAN
Indikator Penelitian
Program Keahlian Tata Kecantikan Rambut
tahun pelajaran 2014/2015 mendapat nilai lebih
tindakan (Cangara, 2006 : 119).Menurut
Prestasi belajar berasal dari kata
SMK Negeri 3 Purwokerto yang ditandai
besar atau sama dengan KKM (8,00).
Criticos yang dikutip oleh Daryanto (2011:4)
“prestasi“ dan “belajar” prestasi berarti hasil
dengan minimal 80% siswa mendapat nilai
“Media apabila dipahami secara garis besar
yang telah dicapai (Depdikbud, 1995 : 787).
diatas KKM.
adalah manusia, materi dan kejadian yang
Pengertian belajar adalah berusaha
membangun kondisi yang membuat siswa
memperoleh kepandaian atau ilmu (Depdikbud,
mampu memperoleh pengetahuan,
1995: 14).Jadi, prestasi belajar adalah
Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan
Pada waktu penyajian materi
ketrampilan atau sikap”.
penguasaan pengetahuan atau keterampilan
(September sampai dengan Oktober
pembelajaran, observer mengamati aktivitas
Media pembelajaran merupakan sesuatu
yang dikembangkan oleh mata pelajaran.
2014).Perencanaan sampai penulisan laporan
guru, dan mengamati/menilai sikap siswa dalam
komponen dalam lingkungan siswa yang dapat
Lazimnya ditunjukkan dengan nilai atau angka
hasil penelitian dilakukan pada semester VI
proses pembelajaran.Adapun hasil rangkuman
memberikan rangsangan pada siswa untuk
yang diberikan oleh guru. Prestasi dalam
Tahun pelajaran 2014/2015.Penelitian
jawaban yang diambil dari daftar penilaian sikap
belajar sehingga memudahkan dalam
penilitian yang dimaksudkan adalah nilai yang
dilakukan terhadap penggunaan media
Siklus 1, menunjukan bahwa tingkat keaktifan
mencapai prestasi yang diinginkan atau yang
diperoleh oleh siswa.
pembelajaran audio visual di kelas XII Tata
dalam pembelajaran dari 31 siswa tentang sub
Kecantikan Rambut, mata diklat tentang
kompetensi melakukan pemangkasan rambut
kompetensi melakukan pemangkasan rambut
teknik diagonal kedepan memiliki rata – rata
teknik diagonal kedepan (Bob Concave).
kelas 75,01 dengan kategori baik.Hasil
telah ditargetkan.Sementara terdapat berbagai macam jenis media yang ada dan bisa
29
Vol. 5 JANUARI 2016
KERANGKA BERPIKIR
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Siklus 1
METODOLOGI PENELITIAN
a. Pengamatan/observasi Siklus 1
digunakan oleh guru dalam melaksanakan
Deskripsi teori menjelaskan bahwa salah
proses pembelajaran untuk memudahkan
satu indikator dari pemanfaatan media
Subyek dalam penelitian ini adalah 31
penilaian keaktifan belajar dari 31 siswa dalam
dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
pembelajaran yang efektif dengan media
orang siswa kelas XII Tata Kecantikan Rambut
pembelajaran tentang sub kompetensi
Herry (2007:6.31) menyatakan:“Ada tiga
Pembelajaran audio visual akan mampu
SMK Negeri 3 Purwokerto yang mengikuti mata
melakukan pemangkasan rambut
jenis media pembelajaran yang digunakan
mengembangkan daya nalar terhadap
diklat pemangkasan rambut pada semester V
komposisinya sebagai berikut:
dalam kegiatan pembelajaran oleh guru di
kompetensi-kompetensi yang ada pada
tahun pelajaran 2014-2015. Tempat penilitian
1) Kategori sangat baik 7 siswa
sekolah, yaitu: media visua, media audio, dan
program diklat produktif. Siswa yang mampu
berlokasi di SMK Negeri 3 Purwokerto,
2) Kategori baik 13 siswa
media audio visual. Media audio visual yaitu
mengembangkan penalarannya dengan baik
Kecamatan Purwokerto Timur, Kabupaten
3) Kategori sedang 4 siswa
jenis media yang selain mengandung unsur
terhadap program diklat produktif/kejuruan
Banyumas.
4) Kategori kurang 7 siswa
*) Penulis adalah guru SMK N 3 Purwokerto
*) Penulis adalah guru SMK N 3 Purwokerto
30
Vol. 5 JANUARI 2016 Hasil dari penilaian keaktifan belajar dari 31 siswa menunjukkan terdapat 7 siswa mempunyai keaktifan yang sangat baik, 13 siswa mempunyai keaktifan yang baik, tetapi 4 siswa tingkat keaktifannya masih dalam kategori sedang dan 7 siswa menunjukkan kategori kurang. Tingkat keaktifan belajar dari 31 siswa dalam menganalisis materi tentang sub kompetensi pemangkasan rambut teknik diagonal kedepan komposisinya sebagai berikut: 1) Kategori sangat baik 8 siswa 2) Kategori baik 9 siswa 3) Kategori sedang 9 siswa 4) Kategori kurang 5 siswa Dari tiga puluh satu siswa, hasil penilaian keaktifan belajar mengalisis materi, 8 siswa menunjukan sangat baik, 9 siswa menunjukan baik, tetapi 9 siswa tingkat keaktifannya masih dalam kategori sedang dan 5 siswa menunjukan katagori kurang. Tingkat keaktifan belajar dari 31 siswa dalam unjuk kerja tentang sub kompetensi melakukan pemangkasan rambut komposisinya sebagai berikut: 1) Kategori sangat baik 8 siswa 2) Kategori baik 17 siswa 3) Kategori sedang 6 siswa Hasil dari penilaian keaktifan unjuk kerja dari 31 siswa menunjukkan terdapat 8 siswa mempunyai keaktifan sangat baik, 17 siswa mempunyai keaktifan baik, tetapi 6 siswa tingkat keaktifannya masih dalam kategori sedang.
Keaktifan guru dalam proses pembelajaran menganalisis materi dan pembelajaran praktik tentang melakukan pemangkasan rambut teknik diagonal kedepan komposisinya sebagai berikut: 1) Strategi pengajaran, kategori Sangat baik 2) Keefektifan pembelajaran, kategori Sangat baik 3) Kemampuan proses pembelajaran, kategori Sangat baik. 4) Fasilitas media pembelajaran, kategori Sangat baik. b. Evaluasi dan Refleksi Siklus 1 Dari tiga puluh satu subyek penelitian semuanya mengikuti kegiatan pembelajaran praktik/unjuk kerja tentang melakukan pemangkasan rambut teknik diagonal kedepan. Keberhasilan/ketuntasan belajar dari 31 siswa dalam unjuk kerja tentang sub kompetensi melakukan pemangkasan rambut teknik diagonal kedepan, komposisinya sebagai berikut: 1) Kategori sangat baik (tuntas) 10 (sepuluh) siswa 2) Kategori baik (belum tuntas) 15 (lima belas) siswa 3) Kategori sedang ( belum tuntas) 6 (enam) siswa Secara klasikal dari tiga puluh satu (31) siswa keberhasilan unjuk kerja (proses praktik) masuk katagori belum tuntas disebabkan 21siswa (67%) mendapatkan nilai dibawah KKM (80.0). c. Keberhasilan tindakan siklus 1
Grafik 1.Keberhasilan keaktifan pembelajaran Siklus 1
31
*) Penulis adalah guru SMK N 3 Purwokerto
Vol. 5 JANUARI 2016 Keberhasilan dan kelemahan dalam
3) K a t e g o r i s e d a n g 4 ( e m p a t ) s i s w a ,
keaktifan pembelajaran tentang kompetensi
disebabkan kurang mampu mengikuti
melakukan pemangkasan rambut teknik
pembelajaran materi teori pemangkasan
diagonal kedepan dapat dilihat pada grafik 2,
rambut yaitu dari aspek: kecermatan,
sebagai berikut:
kecepatan, kesesuaian, kuantitas dan
1) Kategori sangat baik 7 (tujuh) siswa, aktif
kualitas
mengikuti pembelajaran materi teori
Kategori kurang 7 (tujuh) siswa, disebabkan kurang aktif mengikuti
pemangkasan rambut 2) Kategori baik 13 (tiga belas) siswa, aktif
pembelajaran
materi teori pemangkasan
mengikuti pembelajaran materi teori
rambut, yaitu dari aspek: solusi, konsultasi,
pemangkasan rambut
disiplin dan ketekunan.
Grafik 2. Keberhasilan analisis materi siklus 1
Keberhasilan dan kelemahan dalam
rambut
analisis materi pembelajaran tentang
3) Kategori sedang 9 (sembilan) siswa,
kompetensi melakukan pemangkasan rambut
disebabkan kurang mampu menganalisis
teknik diagonal kedepan dapat dilihat pada
pembelajaran materi teori pemangkasan
grafik 2, sebagai berikut:
rambut yaitu dari aspek: kecermatan,
1) Kategori sangat baik 8 (delapan) siswa, aktif
kecepatan, kesesuaian, kuantitas dan
mengikuti dan sangat mampu menganalisis pembelajaran materi teori pemangkasan
kualitas 4) Kategori kurang 5 (lima) siswa, disebabkan kurang aktif mengikuti pembelajaran juga
rambut 2) Kategori baik 9 (sembilan) siswa, aktif
kurang mampu menganalisis materi
mengikuti dan bisa menganalisis
pemangkasan rambut, yaitu dari aspek:
pembelajaran materi teori pemangkasan
solusi, konsultasi, disiplin dan ketekunan.
Grafik 3. Keberhasilan unjuk kerja siklus 1
*) Penulis adalah guru SMK N 3 Purwokerto
32
Vol. 5 JANUARI 2016 Keberhasilan dan kelemahan dalam
pada proses pembelajaran analisis materi
2) Kategori baik 10 (sepuluh) siswa
tentang melakukan pemangkasan rambut
pembelajaran unjuk kerja tentang kompetensi
belajar dan pembelajaran praktek sebagai
3) Kategori sedang 3 (tiga) siswa
teknik diagonal kedepan komposisinya sebagai
melakukan pemangkasan rambut teknik
berikut:
diagonal kedepan dapat dilihat pada grafik 3,
1) Mutu tindakan masih kurang sempurna
penilaian keaktifan belajar 18 siswa
1) Strategi pengajaran, kategori Sangat baik
sebagai berikut:
menurut pendapat peneliti, walaupun oleh
menunjukkan sangat baik, tetapi 10 siswa
2) Keefektifan pembelajaran, kategori Sangat
1) Kategori
observer dikategorikan baik
tingkat keaktifannya dalam kategori baik dan 3
sangat baik 8 (delapan) siswa,
Dari tiga puluh satu ( 31 ) siswa, hasil
berhasil melakukan pemangkasan rambut
2) Kecukupan waktu masih mengalami
siswa menunjukkan kategori sedang. Tingkat
teknik diagonal kedepan dan aktif mengikuti
kendala, sebab kondisi pemahaman
kemampuan belajar 31 siswa dalam
unjuk kerja pemangkasan rambut teknik
masing-masing individu sangat bervariasi,
menganalisis materi tentang sub kompetensi
diagonal kedepan
artinya konsentrasi belajar masih kurang
melakukan pemangkasan rambut teknik
2) Kategori baik 17 (tujuh belas) siswa, tetapi
3) Ketuntasan belajar siswa secara klasikal
diagonal kedepan komposisinya sebagai
belum mencapai nilai KKM (8,00)
belum tuntas dan masih banyak siswa ( 31
berikut:
disebabkan kurang mampu melakukan
siswa = 75 % ) yang nilainya belum mencapai
1) Kategori sangat baik 21 (dua puluh satu )
pemangkasan rambut teknik diagonal
KKM ( 8,00 )
kedepan yaitu dari aspek: kemampuan afektif, kognitif, psikomotorik 3) Kategori sedang 6 (enam) siswa, juga belum mencapai nilai KKM (8,00)
disebabkan
4) Kelemahan atau kekurangan dalam
berikut :
baik 3) Kemampuan proses pembelajaran, kategori Sangat baik 4) Fasilitas media pembelajaran, kategori Sangat baik. b. Evaluasi dan Refleksi Siklus 2 Keberhasilan/ketuntasan belajar dari 31 siswa, dalam unjuk kerja tentang sub kompetensi melakukan pemangkasan rambut
siswa 2) kategori baik 10 (sepuluh) siswa
teknik diagonal kedepan memiliki nilai rata-rata
tindakan siklus 1 tersebut diperbaiki pada
Dari tiga puluh satu ( 31 ) siswa, hasil
tindakan siklus 2 dan diharapkan hasilnya
penilaian kemampuan belajar mengalisis
Keberhasilan/ketuntasan belajar dari 31 siswa
lebih meningkat.
materi 21 siswa menunjukkan sangat baik,
dalam unjuk kerja tentang sub kompetensi
kelas 80.7 dengan kategori
Sangat baik.
kurang aktif mengikuti unjuk kerja
Dari hasil evaluasi dan refleksi pada
tetapi 10 siswa tingkat kemampuan masih
melakukan pemangkasan rambut teknik
melakukan pemangkasan rambut teknik
siklus 1 digunakan sebagai acuan untuk
dalam kategori baik. Tingkat keaktifan belajar
diagonal kedepan komposisinya sebagai
diagonal kedepan.
pelaksanaan siklus 2.
dari 31 siswa dalam unjuk kerja tentang sub
berikut:
kompetensi melakukan pemangkasan rambut
1) Kategori sangat Baik (tuntas) 28 (dua puluh
Keberhasilan dan kelemahan dalam pembelajaran unjuk kerja tentang kompetensi
Siklus 2
komposisinya sebagai berikut:
melakukan pemangkasan rambut teknik
a. Pengamatan / observasi Siklus 2
1) Kategori sangat baik 20 siswa
diagonal kedepan, sebagai berikut:
Pada waktu penyajian materi
2) Kategori baik 11 siswa
delapan) siswa 2) Kategori baik (belum tuntas) 3 (tiga) siswa Secara klasikal dari tiga puluh satu (31)
1) Kategori sangat baik 10 (sepuluh) siswa,
pembelajaran, observer mengamati aktivitas
Hasil dari penilaian keaktifan unjuk kerja
siswa keberhasilan unjuk kerja (proses praktik)
aktif mengikuti unjuk kerja melakukan
guru, dan mengamati/menilai sikap siswa
dari 31 siswa menunjukkan terdapat 20 siswa
masuk katagori tuntas hal ini disebabkan karena
pemangkasan rambut teknik diagonal
dalam proses pembelajaran.Adapun hasil
mempunyai keaktifan yang sangat baik, 11
29 siswa (90.6 %) mendapatkan nilai yang
kedepan
rangkuman jawaban yang diambil dari daftar
siswa mempunyai keaktifan yang baik.
memenuhi standard KKM (≤ 80.0).
2) Kategori baik 15 (lima belas) siswa, tetapi
penilaian sikap Siklus 2, menunjukan bahwa
Keaktifan guru dalam proses pembelajaran
c. Keberhasilan dan kelemahan tindakan
kurang aktif mengikuti unjuk kerja
tingkat keaktifan dalam pembelajaran dari 31
menganalisis materi dan pembelajaran praktik
melakukan pemangkasan rambut teknik
siswa tentang sub kompetensi melakukan
diagonal kedepan
pemangkasan rambut teknik diagonal kedepan
3) K a t e g o r i s e d a n g 6 ( e n a m ) s i s w a ,
memiliki rata – rata kelas 81,47 dengan kategori
disebabkan kurang aktif mengikuti unjuk
sangat baik.Hasil penilaian keaktifan belajar
kerja melakukan pemangkasan rambut
dari 31 siswa dalam pembelajaran tentang sub
teknik diagonal kedepan.
kompetensi melakukan pemangkasan rambut
Evaluasi kekurangan dan solusi pelaksanaan tindakan siklus 1, yang didapat dari hasil diskusi antara peneliti dan observer,
33
Vol. 5 JANUARI 2016
siklus 2
komposisinya sebagai berikut: 1) Kategori sangat baik 18 (delapan belas) siswa
*) Penulis adalah guru SMK N 3 Purwokerto
Grafik 4. Keberhasilan keaktifan pembelajaran siklus 2
*) Penulis adalah guru SMK N 3 Purwokerto
34
Vol. 5 JANUARI 2016 Keberhasilan dan kelemahan dalam keaktifan pembelajaran tentang
kompetensi
melakukan pemangkasan rambut teknik diagonal kedepan dapat dilihat pada grafik 4,
2) Kategori baik 10 (sepuluh) siswa, aktif
Vol. 5 JANUARI 2016 rambut teknik diagonal kedepan, yaitu dari aspek: kemampuan afektif, kognitif, psikomotor.
mengikuti pembelajaran materi teori pemangkasan rambut. 3) Kategori sedang 3 (tiga) siswa, disebabkan
sebagai berikut:
kurang mampu mengikuti pembelajaran
1) Kategori sangat baik 18 (delapan belas)
materi teori pemangkasan rambut yaitu dari
siswa, sangat aktif mengikuti pembelajaran
aspek: kecermatan, kecepatan, kesesuaian,
materi teori pemangkasan rambut.
kuantitas dan kualitas.
Grafik 7. Keberhasilan keaktifan kerja siklus 2
Keberhasilan dan kelemahan dalam kompetensi
menurut pendapat peneliti dan observer,
melakukan pemangkasan rambut teknik
karena semakin banyak siswa yang mampu
diagonal kedepan dapat dilihat pada grafik 7,
mengalisis teori dengan baik dan
sebagai berikut:
melaksanakan unjuk kerja (proses praktik)
1) Kategori sangat baik 20 (duapuluh) siswa,
sesuai standar kompetensi
keaktifan kerja siswa dalam
Grafik 5. Keberhasilan Analisis Materi Siklus 2
Keberhasilan dan kelemahan dalam analisis materi pembelajaran tentang
1) Mutu tindakan hampir mencapai sempurna
aktif mengikuti unjuk kerja melakukan
2) Kecukupan waktu tidak mengalami kendala,
pembelajaran materi teori pemangkasan
pemangkasan rambut teknik diagonal
disebabkan siswa
rambut .
kedepan
memahami langkah kerja melakukan
kompetensi melakukan pemangkasan rambut
2) Kategori baik 11 (sebelas) siswa, bisa
teknik diagonal kedepan dapat dilihat pada
menganalisis pembelajaran materi teori
belum
grafik 5, sebagai berikut:
pemangkasan rambut.
melakukan pemangkasan rambut teknik
1) Kategori sangat baik 21 (duapuluh satu)
2) Kategori baik 11 (sebelas) siswa, tetapi aktif mengikuti unjuk kerja
pemangkasan rambut teknik diagonal kedepan dengan baik 3) Ketuntasan belajar siswa secara klasikal mencapai tuntas karena 28 siswa (90,6 %)
diagonal kedepan.
siswa, sangat mampu menganalisis
benar- benar
Evaluasi kekurangan dan solusi pelaksanaan tindakan siklus 2, yang didapat dari hasil diskusi antara peneliti dan observer, pada proses pembelajaran analisis materi
telah mencapai standard Kriteria Ketuntasan Minimal ( ≥8,00). Data Perbandingan Antara Sikus 1 dan Siklus 2
belajar dan pembelajaran praktek sebagai 1. Hasil Keaktifan Pembelajaran
berikut:
Grafik 6. Keberhasilan unjuk kerja siklus 2
Keberhasilan dan kelemahan dalam
rambut teknik diagonal kedepan dan aktif
pembelajaran unjuk kerja tentang kompetensi
mengikuti unjuk kerja melakukan
melakukan pemangkasan rambut teknik
pemangkasan rambut teknik diagonal
diagonal kedepan dapat dilihat pada grafik 6,
kedepan.
sebagai berikut :
2) Kategori baik 3 (tiga) siswa, tetapi belum
1) Kategori sangat baik 28 (dua puluh delapan)
mencapai nilai KKM (8,00) disebabkan
siswa, berhasil melakukan pemangkasan
kurang mampu melakukan pemangkasan
35
*) Penulis adalah guru SMK N 3 Purwokerto
Grafik 8.Hasil keaktifan pembelajaran siklus 1 dan 2
*) Penulis adalah guru SMK N 3 Purwokerto
36
Vol. 5 JANUARI 2016
Vol. 5 JANUARI 2016
Pada hasil perbandingan penilaian siklus
pemangkasan pada penayangan video
ditentukan, dan lebih berani melakukan
1 dan 2 tentang keaktifan pembelajaran, secara
pemangkasan rambut teknik diagonal kedepan
modifikasi memangkas rambut agar
umum terjadi peningkatan yang signifikan
langkah demi langkah, untuk pendalaman
mendapatkan hasil yang lebih maksimal.
dengan ditunjukkan pada grafik 8 yaitu terjadi
materi siswa lebih memahami dan memiliki
peningkatan nilai untuk siswa yang mendapat
keaktifan dalam pembelajaran teori praktik
nilai sangat baik dan sedang dan tidak ada
khususnya kompetensi pemangkasan rambut
siswa yang mendapat nilai kurang.
teknik diagonal kedepan.
Hal
4. Hasil Keaktifan Kerja Siswa ( Pada Waktu Praktik)
tersebut disebabkan pada siklus 2 setelah siswa mengamati dan mencermati proses kerja
2. Hasil Analisis Materi Grafik 11.Hasil keaktifan kerja siswa (Pada Waktu Praktik)
Grafik 9.Hasil analisis materi siklus 1 dan 2
Pada hasil perbandingan penilaian siklus 1 dan siklus 2 tentang hasil analisis materi pembelajaran siswa, terjadi peningkatan yang
pemangkasan rambut teknik diagonal kedepan karena lebih bisa mencermati langkah demi langkah sehingga siswa mampu memahami
sangat signifikan yang tampak pada grafik 9,
dan siap dalam mempelajari materi yang
karena siswa lebih fokus belajar secara
disampaikan.
dengan menggunakan berbagai macam
1 dan siklus 2 tentang keaktifan kerja, terjadi
media pembelajaran sesuai dengan standar
peningkatan yang signifikan dan terlihat pada
yang ingin dicapai. Proses pembelajaran
grafik 11. Hal ini disebabkan rasa percaya diri
yang digunakan sebaiknya menggunakan
dan yakin akan kemampuannya sehingga
media pembelajaran audio visual (video).
aktifitasnya sangat menonjol mengerjakan
2. Penggunaan media pembelajaran audio
praktik memangkas rambut teknik diagonal
visual (video) dalam pelaksanaan
kedepan.Kegiatan pembelajaran berjalan
pembelajarannya dituntut kelengkapan
dengan baik, suasana kelas lebih aktif dan siswa lebih kreatif, sehingga dalam proses pembelajaran terkesan menyenangkan. PENUTUP
individual untuk pembelajaran teori praktik (mengerjakan tes dan membuat desain)
Pada hasil perbandingan penilaian siklus
3. Hasil Unjuk Kerja Siswa (Praktik)
SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwamedia pembelajaran
sarana dan prasarana praktik yang memadai, sehingga kepada sekolah diharap untuk dapat memfasilitasi sarana dan prasarana praktik tersebut bagi
guru-guru
produktif yang akan melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran audio visual (video).
dengan menggunakan media audio visual (video), hasilnya sangat signifikan dalam DAFTAR PUSTAKA
meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XII
Grafik 10.Hasil unjuk kerja siklus 1 dan 2
37
SMK Negeri 3 Purwokerto jurusan Tata
Amat mukhadis, Pengorganisasian Isi
Kecantikan Rambut tahun 2014/2015 untuk
Pembelajaran Tipe Procedural, Malang:
kompetensi pemangkasan rambut teknik
Universitas Negeri Malang
diagonal kedepan. Arief Aminudin, H. 1989. Dinamika Kegiatan
Hasil perbandingan penilaian siklus 1 dan
teknik diagonal kedepan.Apabila siswa
siklus 2 tentang hasil unjuk kerja siswa
mengalami hambatan dalam melaksanakan
SARAN
dalam Strategi Belajar Mengajar, Malang:
(praktik), pada grafik 10 terlihat peningkatan
praktik, maka mereka dapat memutar ulang
1. Kepada guru produktif program keahlian
LSW
yang sangat signifikan karena siswa lebih fokus
video langkah kerja pemangkasan rambut
yang ada di SMK Negeri 3 pada umumnya
dalam mencermati langkah kerja memangkas
tersebut. Sebagian besar dari siswa, mampu
dan program keahlian Tata Kecantikan pada
Kemmis MC Taggart, 1988, The Action
rambut langkah demi langkah untuk
melakukan unjuk kerja sesuai standard
khususnya perlu mempertimbangkan agar
Reasearch Planner, Third Edition, Dehin
melaksanakan praktik pemangkasan rambut
operasional dan standard waktu yang telah
dalam memberikan kompetensi produktif
University. Australia
*) Penulis adalah guru SMK N 3 Purwokerto
*) Penulis adalah guru SMK N 3 Purwokerto
38
Vol. 5 JANUARI 2016 Kusumadewi,dkk, (1995), Pengetahuan dan
Suharsimi Arikunto,
Suhardjono, Supardi,
Seni Tata Rambut modern untuk tingkat
2005, Penelitian tindakan kelas, Bumi
mahir, Jakarta : PT. Carina Indah Utama.
Akasara
Lemlit UM, 006, Pedoman penyusunan
Sa'dun Akbar.2006, Pemilihan dan perumusan
proposal dan laporan penelitian tindakan
masalah serta Perumusan tujuan
kelas, Makalah disajikan dalam Penlok
penelitian tindakan kelas, Makalah
PTK dan Penulisan laporan penelitian
disajikan dalam Penlok PTK dan
sebagai karya tulis Ilmia dalam kegiatan
Penulisan laporan penelitian sebagai
pengembangan profesi Guru, Lemaga
karya tulis Ilmia dalam kegiatan
Penelitian Universitas Negeri
pengembangan profesi Guru, Lembaga
Malang,Malang 20-22 September
Penelitian Universitas Negeri Malang, Malang 20-22 September
Rostamilis,dkk, (2009), Tata Kecantikan Rambut untuk SMK Jilid 2, Jakarta :
Winkel.WS, 1983, Psikologi Pendidikan dan
Direktorat Pembinaan Sekolah
Evaluasi Belajar, Jakarta, Gramedia
Menengah Kejuruan DirJen DikDasMen
Vol. 5 JANUARI 2016 MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKN) MELALUI PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA KELAS XII TITL-3 SMK NEGERI 2 PURWOKERTO TAHUN 2014/2015 Oleh : Siyamto*) Abstrak Efektivitas pembelajaran erat kaitannya dengan model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Salah satu model pembelajaran konstruktif yang peneliti pandang relevan dalam “membelajarkan PKn” serta berpretensi mengatasi masalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa adalah Problem Based Learning (PBL). Penelitian ini bertujuan meningkatkan keakifan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn. Subyek penelitian adalah siswa SMKN 2 Purwokerto kelas XII TITL-3 sejumlah 31siswa. Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas, dengan tindakan sebanyak dua siklus, masing-masing melalui tahapan perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
Pengumpulan data dilakukan melalui tes
dan non tes, sedangkan
pengolahan data bersifat deskriptif analitis dan reflektif. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan aktivitas belajar siswa dari 64% pada siklus pertama menjadi 81% pada siklus kedua, sedangkan hasil belajar siswa meningkat dari rerata nilai 74,79 pada siklus pertama menjadi 77,96 pada siklus
Depdiknas.
kedua, dengan jumlah siswa tuntas belajar meningkat dari 71% menjadi 87%. Hasil penelitian ini bermanfaat terutama bagi guru PKn, siswa, sekolah dan dunia pendidikan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan pendidikan. Dengan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model PBL meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PKn di kelas XII TITL-3 SMKN 2 Purwokerto pada tahun pelajaran 2014/2015. Kata Kunci : Model Problem Based Learning, Aktivitas Siswa, Hasil Belajar PKn. “gaya komando”, perencanaan ditentukan oleh
PENDAHULUAN Model pembelajaran dalam paradigma telah bergeser dari
menerima pelajaran (siswa dijejali materi
pembelajaran konvensional yang berpusat atau
pelajaran seolah gelas kosong yang harus diisi
berorientasi pada guru (teacher centered)
air), mengubah perilaku sesuai dengan
kepada pembelajaran modern yang berpusat
pelajaran baru. Dalam “pengajaran gaya bank”,
atau berorientasi pada siswa (student
guru sebagai deposan selalu mendepositokan
centered).
Namun dalam praktik di lapangan,
pengetahuan kepada siswa, sementara siswa
pembelajaran konvensional masih kerap
pasif dan reseptif, pembelajaran berlangsung
diterapkan.
tanpa ada demokratisasi, memasung kreativitas
baru pendidikan
Oleh Muska Musston
pembelajaran konvensional disebut “pengajaran gaya komando”, dan dalam
39
*) Penulis adalah guru SMK N 3 Purwokerto
guru, disampaikan kepada siswa, dan siswa
dan abai terhadap hak asasi siswa. Fakta di lapangan menunjukan
bahwa
pandangan Paulo Freire dianggap “pengajaran
proses pembelajaran PKn masih bersifat
gaya bank atau model deposito” (Suyono dan
konvensional dan monoton (membosankan),
Hariyanto, 2014: 10). Dalam pembelajaran
belum mengindikasikan aktivitas belajar siswa
*) Penulis adalah Guru PKn SMK 2 Purwokerto Kab. Banyumas
40
Vol. 5 JANUARI 2016 dalam membangun sendiri pengetahuannya
penerapan model Problem Based Learning
sekedar “membuat siswa belajar”, tetapi
minat (sense of interest), dorongan ingin tahu
melalui berpikir kompkeks, memroses
(Pembelajaran Berbasis Masalah). Melalui
“membuat siswa mau belajar”, dan juga bukan
(sense of curiosity), dorongan ingin
informasi, berkomunikasi, berkolaborasi, dan
Problem Based Laerning (PBL) siswa
sekedar “mengajarkan mata pelajaran” tetapi
membuktikan kenyataan (sense of reality),
berdaya nalar efektif. Dalam penelitiannya,
termotivasi untuk belajar, guru lebih banyak
“mengajarkan cara bagaimana mempelajari
dorongan ingin menyelidiki (sense of inquiry),
Krisnawan (2013) menemukan kenyataan di
memberikan peran kepada siswa sebagai
mata pelajaran” (Jamal, 2011: 122). Bobbi De
dan dorongan ingin menemukan sendiri (sense
lapangan adanya fenomena bahwa PKn masih
subjek belajar. Guru merancang proses belajar
Porter
of discovery).
merupakan mata pelajaran yang
mengajar yang melibatkan siswa secara
menegaskan bahwa hal yang paling berharga
Menurut Sriyono (2015), keaktifan siswa
membosankan. Hal ini membuat siswa kurang
integratif dan komprehensif pada aspek
dalam belajar adalah “bagaimana cara belajar”.
dalam proses pembelajaran akan
antusias mengikuti pelajaran PKn, yang
kognitif, afektif dan psikomotorik sehingga
Menurut Mayer dalam Jamal Ma'mur Asmani
menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru
ditandai juga rendahnya interaksi siswa-guru
tercapai hasil belajar. Siswa terlibat secara aktif
(2011: 67) siswa yang aktif tidak hanya sekadar
dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri.
dan siswa-siswa dan berdampak tidak
baik pikiran, pendengaran, penglihatan, dan
hadir di kelas, menghafalkan, dan akhirnya
Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas
tercapainya kriteria ketuntasan minimal (KKM).
psikomotor dalam proses belajar mengajar.
mengerjakan soal di akhir pelajaran. Siswa
menjadi segar dan kondusif, dimana
dan Mike Hernacki (2000: 2)
Paralel dengan akivitas siswa adalah
Tujuan penelitian ini adalah untuk
harus terlibat aktif baik secara fisik maupun
masing–masing siswa dapat melibatkan
hasil belajar PKn, yang menurut pengamatan
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PKn,
mental. Siswa semestinya juga aktif melakukan
kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas
peneliti masih rendah untuk ranah kognitif,
khususnya di kelas XII TITL-3 SMKN 2
praktik dalam proses pembelajaran.
yang timbul dari siswa akan mengakibatkan
sementara pada jenjang psikomotor dan afektif
Purwokerto semeseter genap tahun pelajaran
Pembelajaran berlangsung dalam suasana
pula terbentuknya pengetahuan dan
capaian kompetensinya belum menunjukkan
2014/2015.
yang menyenangkan di dalam kelas maupun di
keterampilan yang akan mengarah pada
hasil yang optimal. Sebagai contoh, dari 2 (dua)
penerapan model PBL dapat meningkatkan
luar kelas .
peningkatan prestasi.
kali ulangan harian terakhir di kelas XII TITL-3
aktivitas belajar dan hasil belajar siswa pada
SMKN 2 Purwokerto pada semester gasal
mata pelajaran Pkn.
Peneliti berpretensi bahwa
2014/2015 nilai reratanya 73,95, dengan jumlah siswa yang memenuhi Kriteria
KAJIAN TEORI
Tuntutan pedagogis ini memerlukan
Aktivitas tersebut mencakup : (1) aktivitas
persiapan mental, profesionalitas, dan
siswa dalam mempersiapkan diri sebelum
hubungan sosial guru-murid yang kohesif,
mengikuti proses pembelajaran, (2) aktivitas
menginggat hakikat PKn sebagai pendidikan
siswa selama mengikuti proses pembelajaran di
Ketuntasan Minimum (Nilai KKM 76 sebanyak
Pendidikan Kewarganegaraan sebagai
nilai dan moral. Menurut Hermann (dalam
kelas, (3) aktivitas siswa dalam evaluasi dan
20 siswa (65%). Jadi terdapat 11 siswa (35%)
paradigma baru dimaksudkan sebagai bidang
Winataputra, 2014), “Value is neither tought
pemantapan pembelajaran yang dilakukan
yang belum memenuhi KKM.
kajian ilmiah dan program pendidikan di
now cought, it is learned”, artinya nilai tidak bisa
setelah mengikuti proses pembelajaran di
Penyebab belum aktifnya siswa dalam
sekolah dan diterima sebagai wahana utama
diajarkan atau pun ditangkap sendiri tetapi
kelas. Masing-masing dimensi aktivitas belajar
proses pembelajaran dan rendahnya hasil
serta esensi pendidikan demokrasi di Indonesia
dicerna melalui proses belajar.
siswa dapat diuraikan sebagai berikut :
belajar PKn dapat dilihat dari faktor internal
yang dilaksanakan melalui Civic Intellegence,
Sementara aliran konstruktivisme lebih
1) berpikir kompleks, mencakup strategi berfikir
guru dan peserta didik serta faktor eksternal.
yaitu kecerdasan dan daya nalar warga negara
menekankan belajar pada pebelajar (peserta
kompleks dengan efektif dan
Faktor internal guru antara lain penggunaan
baik dalam dimensi spiritual, rasional,
didik) dalam upaya membangun pemahaman
menerjemahkan suatu tugas menjadi
model, metoda, dan strategi pembelajaran,
emosional, maupun sosial, Civic Responsibility,
dan pemaknaan dari informasi (Etin Solihatin,
langkah kerja dengan tujuan yang jelas,
kemampuan berkomunikasi, kemamuan
yaitu kesadaran akan hak dan kewajiban
2012: 5). Menurut Vigotsky dalam Etin Solihatin
tingginya perhatian dan motivasi siswa untuk
memahami karakteristik peserta didik. Faktor
sebagai warga negara yang bertanggung
(2012: 5) belajar adalah membangun
menyelesaikan setiap tugas yang diberikan.
internal peserta didik antara lain : motivasi
jawab, dan Civic Participation, yaitu
kerjasama secara sosial dalam mendefinisikan
2) memroses informasi, mencakup teknik
belajar, intelegensi, kebiasan dan rasa percaya
kemampuan berpartisipasi warga negara atas
pengetahuan dan lain-lain yang terjadi melalui
pengumpulan informasi secara efektif,
diri.
dasar tanggungjawabnya, baik secara
pembangunan peluang-peluang secara sosial.
menginterpretasikan dan mensintesiskan
Sedangkan faktor eksternal yang juga
berpengaruh antara lain
sarana dan
prasarana, kurikulum dan lingkungan.
41
Vol. 5 JANUARI 2016
individual, sosial, maupun sebagai pemimpin hari depan.(Winataputra, 2014:3.10).
Nursid Sumaatmadja dalam S.
informasi dengan efektif, mengevaluasi
Winataputra (2014,11.10) menyatakan bahwa
informasi dengan tepat dan mengidentifikasi
Salah satu cara untuk meningkatkan
Tugas dan tanggung jawab utama guru
setiap warga negara mempunyai potensi dasar
kemungkinan-kemungkinan perolehan
aktivitas dan hasil belajar PKn adalah
dalam paradigma baru pendidikan bukan
mental yang dapat dikembangkan mencakup
manfaat tambahan dari informasi
*) Penulis adalah Guru PKn SMK 2 Purwokerto Kab. Banyumas
*) Penulis adalah Guru PKn SMK 2 Purwokerto Kab. Banyumas
42
Vol. 5 JANUARI 2016 3) b e r k o m u n i k a s i e f e k t i f , m e n c a k u p
(Problem Based Learning). Pembelajaran
bahan-bahan yang dibutuhkan, serta
siswa merencanakan dan menyiapkan
menyatakan/ menyampaikan ide dengan
Berbasis Masalah adalah pembelajaran yang
memotivasi siswa terlibat pada aktivitas
karya yang sesuai, seperti laporan, video,
jelas, mengomunikasikan ide dengan
didasari oleh dorongan penyelesaian masalah
pemecahan masalah yang dipilih. Dalam
dan model, serta membantu mereka
orang/siswa lain dengan berbagai cara
( R a h a y u , 2 0 11 : 1 2 8 ) . I n t i d a r i m o d e l
langkah ini fasilitator menyampaikan
membagi tugas dan bekerjasama dengan
untuk berbagai tujuan, menghasilkan hasil
Pembelajaran Berbasis Masalah adalah
skenario atau permasalahan dan peserta
temannya. Setelah mendapatkan sumber
karya yang berkualitas; keterlibatan siswa
masalah (problem). Karmila ( 2009:13)
didik melakukan berbagai kegiatan
untuk keperluan pendalaman materi dalam
dalam melakukan prakarsa seperti
berpendapat bahwa masalah adalah sumber
brainstorming dan semua anggota
langkah pembelajaran mandiri, selanjutnya
menjawab dan mengajukan pertanyaan,
kreativitas. Adanya masalah akan merangsang
kelompok mengungkapkan pendapat, ide,
pada pertemuan berikutnya peserta didik
berusaha memecahkan masalah yang
daya pikir untuk mencari pemecahannya.
dan tanggapan terhadap skenario secara
berdiskusi dalam kelompoknya untuk
diajukan atau yang timbul selama proses
Menurutnya, dengan problem solving
bebas, sehingga dimungkinkan muncul
mengklarifikasi capaiannya dan
pembelajaran berlangsung,berinteraksi
diharapkan dapat memacu kreativitas,
berbagai macam alternatif pendapat.
merumuskan solusi dari permasalahan
yang multi arah
keaktifan, dan daya nalar peserta didik.
2. Tahap II : mengorganisasi siswa untuk
4) b e k e r j a s a m a a t a u b e r k o l a b o r a s i ,
Untuk mencapai kualitas yang telah
b e l a j a r. G u r u m e m b a n t u s i s w a
mencakup usaha untuk mencapai tujuan
dirancang dalam dokumen kurikulum, kegiatan
mendefinisikan dan mengorganisasi tugas
kelompok, menggunakan keterampilan
pembelajaran perlu menggunakan prinsip
belajar yang berhubungan dengan
interpersonal dengan efektif, berusaha untuk memelihara kekompakan kelompok, menunjukkan kemampuan untuk berperan dalam berbagai peran secara efektif, merasakan, meraba, mengoperasikan, melakukan sendiri, memiliki keinginan untuk menciptakan iklim belajar yang kondusif 5) berdaya nalar yang efektif, mencakup pola pikirsendiri, berpikir terbuka, membuat rencana yang efektif, mencari, membuat dan menggunakan sumber-sumber yang diperlukan, peka terhadap umpan balik, tepat dan selalu berusaha agar tepat, menahan diri agar tidak impulsif, peka terhadap perasaan dan tingkat pengetahuan
yang: (1) berpusat pada peserta didik, (2) mengembangkan kreativitas peserta didik, (3) menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang, (4) bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika, dan (5) menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna. Secara singkat dapat dinyatakan bahwa Pembelajaran Berbasis Masalah berorientasi pada proses belajar peserta didik, berfokus pada penyajian suatu permasalahan, kemudian peserta didik mencari pemecahan masalah melalui serangkaian kegiatan penelitian dan investigasi berdasarkan teori, konsep, serta
masalah tersebut. Peserta didik mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas isu yang sedang diinvestigasi. Sumber yang dimaksud dapat dalam bentuk artikel tertulis yang tersimpan di perpustakaan, halaman web, atau bahkan pakar dalam bidang yang relevan. 3. Tahap III : membimbing penyelidikan, baik yang dilakukan secara individual maupun
kelompok. Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara peserrta didik berkumpul sesuai kelompok dan fasilitatornya. 5. Tahap V : menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan dari proses yang mereka gunakan. , 2014). Mendasarkan pada hakikat dan karakteristik Pendidikan kewarganegaraan serta prinsip bahwa kelas merupakan laboratorium nyata bagi peserta didik dan sarana untuk mendiskusikan serta
yang dilakukan secara kelompok. Guru
memecahkan permasalahan yang terjadi di
mendorong siswa untuk mengumpulkan
tengah masyarakat, kiranya penerapan model
informasi yang sesuai dan melaksanakan
pembelajaran berbasis masalah dalam PKn
eksperimen untuk mendapatkan
cukup beralasan.
penjelasan dan pemecahan masalahnya.
Dengan kerangka dan kajian teori
Tahap investigasi memiliki dua tujuan
tersebut di atas, hipotesis dalam penelitian ini adalah : Penerapan model Pembelajaran
orang lain, tetap melaksanakan tugas
prinsip yang dipelajarinya dari berbagai bidang
utama, yaitu: (1) agar peserta didik
walaupun hasilnya belum jelas benar,
ilmu. Dalam hal ini permasalahan menjadi
mencari informasi dan mengembangkan
Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
berusaha sekuat tenaga dan semampunya,
fokus, stimulus, dan pemandu proses belajar,
pemahaman yang relevan dengan
dalam mata pelajaran PKn dapat meningkatkan
mencapaistandar yang ideal yang
sedangkan guru menjadi fasilitator dan
permasalahan yang telah didiskusikan di
keaktifan dan hasil belajar siswa pada mata
pembimbing.
kelas, dan (2) informasi dikumpulkan
pelajaran PKn kelas XII TITL 3 SMK Negeri 2
Langkah-langkah Pembelajaran
dengan satu tujuan yaitu dipresentasikan
Purwokerto.
Berbasis Masalah dapat ditempuh melalui lima
di kelas dan informasi tersebut haruslah
tahap sebagai berikut :
relevan dan dapat dipahami.
ditetapkan untuk dirinya, mempunyai caracara untuk melihat situasi dari perspektif lain selain yang ada. Salah satu model pembelajaran yang
43
Vol. 5 JANUARI 2016
METODE PENELITIAN
menekankan pada keaktifan peserta didik
1. Tahap I : orientasi siswa kepada masalah.
4. Ta h a p I V : m e n g e m b a n g k a n d a n
Penelitian dilaksanakan di SMK Negeri 2
adalah Pembelajaran Berbasis Masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan
menyajikan hasil karya. Guru membantu
Purwokerto semester 6 tahun pelajaran
*) Penulis adalah Guru PKn SMK 2 Purwokerto Kab. Banyumas
*) Penulis adalah Guru PKn SMK 2 Purwokerto Kab. Banyumas
44
Vol. 5 JANUARI 2016
45
Vol. 5 JANUARI 2016
2014/2015, dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, dengan subyek penelitian kelas XII TITL 3 sejumlah 32 siswa. Te k n i k p e n g u m p u l a n d a t a d a p a t berbentuk tes maupun non tes. Adapun tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes prestasi atau achievement test yaitu test yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu (Suharsimi Arikunto, 1996: 139). Tes diberikan sesudah siswa yang dimaksud mempelajari hal-hal sesuai dengan yang akan diteskan yaitu tes ulangan harian. Sedangkan teknik non tes dilakukan melalui pengamatan (observasi) dan kuesioner/angket, yang dilaksanakan dari satu siklus ke siklus berikutnya. Alat yang digunakan dalam pengumpulan data adalah soal untuk mengukur hasil belajar peserta didik, lembar observasi untuk mengukur tingkat aktivitas peserta didik, lembar observasi untuk mengukur efektivitas proses belajar mengajar, dan Kuesioner untuk mengetahui pendapat atau sikap peserta didik dan teman sejawat (kolaborator peneliti). Teknik analisis data bersifat deskriptif analitis, melalui langkah-langkah klasifikasi data, penafsiran data, evaluasi data, dan penarikan kesimpulan. Indikator kinerja tingkat keberhasilan adalah: 1) Adanya peningkatan rerata nilai ulangan harian, dan sekurang-kurangnya 80% siswa mencapai nilai KKM yakni 76), 2)adanya peningkatan keaktifan belajar peserta didik minimal 10% dari siklus satu ke siklus berikutnya. Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan dalam 2 siklus, dengan menggunakan prosedur perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
tumbuh kembang jika dirangsang dengan
Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus,
kerja kelompok, partisipasi dan inisiasi
model pembelajaran yang menantang siswa
dengan hasil dan pembahasan sebagai
siswa. Setelah tindakan ini dilalukan, pada
untuk aktif berpikir kritis, analitis, dan kreatif.
berikut.
akhir siklus pertama siswa mulai terkondisi
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Deskripsi kondisi awal Secara umum siswa kelas XII TITL-3 SMKN 2 Purwokerto memiliki potensi untuk
tersebut, telah dilakukan penelitian tindakan
Asumsi ini ilandasi oleh kondisi awal siswa
untuk kerja kelompok dan memahami
2. Deskripsi hasil penelitian siklus 1
dalam pembelajaran sering muncul inisiatif
Pada saat awal siklus pertama
langkah-langkah yang dilakukan dalam
bertanya maupun mengajukan pendapat.
pelaksanaan pembelajaran belum sesuai
pembelajaran berbasis masalah,
Hal ini menjadi kredit poin (starting point)
rencana, dikarenakan sebagian kelompok
sehinggadapat mengembangkan aktivitas
bagi guru dalam menerapkan model
belum memahami dan terbiasa
yang relevan dengan pembelajaran berbasis
pembelajaran berbasis masalah.
melaksanakan kerja kelompok secara efektif
masalah.
Sungguhpun demikian, jika ditinjau dari
dengan model Pembelajaran Berbasis
Setelah dilakukan pengamatan
perspektif aktivitas belajar yang
Masalah. Untuk mengatasi kendala tersebut
aktivitas belajar siswa yang mencakup : 1)
dimaksudkan dalam penelitian yakni
peneliti melakukan upaya memberikan
Aktivitas Berpikir Kompleks; 2) Memroses
aktivitas : 1) berpikir kompkes, 2) memroses
pemahaman langkah-langkah dalam
Informasi; 3) Berkomunikasi Efektif; 4)
informasi, 3) berkomunikasi efektif, 4)
pembelajarn berbasis masalah dan
Berkolaborasi; dan 5) Berdaya Nalar Efektif,
berkolaborasi; 5) berdaya nalar efektif, dapat
bimbingan intensif tentang pelaksanaan
tergambar dalam grafik sebagai berikut :
dikatakan bahwa aktivitas belajar siswa masih tergolong relatif rendah. Kalaupun ada indikasi keaktifan siswa sesungguhnya baru sekedar aktif bertanya, mengajukan pendapat, dan mempresentasikan hasil diskusi kelompok, namun belum menunjukkan aktivitas yang mencerminkan kelima aspek tersebut secara determinan. Dari segi penguasaan kompetensi, hasil belajar yang dicapai belum dapat dikatakan memuaskan. Dari dua kali ulangan harian terakhir, data nilai murni (sebelum diadakan remidial) menunjukkan nilai rata-ratanya adalah 73,95, siswa yang memenuhi nilai KKM sejumlah 20 siswa (63%) dan belum tuntas sejumlah 11 siswa
Sedangkan perolehan skor rata-rata dari kelima aspek aktivitas tersebut adalah :
(37%). Sementara siswa yang memiliki nilai di atas rata-rata berjumlah 18 siswa (58%) dan di bawah rata-rata 13 siswa (42%). Untuk memperbaiki pembelajaran sebagaimana terdeskripsi pada kondisi awal berupa penerapan model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PKn.
*) Penulis adalah Guru PKn SMK 2 Purwokerto Kab. Banyumas
No 1 2 3 4 5
Kelompok Nusa Bangsa Bahasa Budaya Nusantara Rerata
Skor Perolehan Skor Maksimal Prosentase 12,33 12,67 12,33 14,17 12,14 12,73
20 20 20 20 20
62 ىﻲ ﻮﻲ وﯾ وﻲ 63,80
Keterangan
Tertinggi Terendah
Tabel 1 Rerata Skor Aktivitas Belajar Siswa dalam PBM Siklus 1
*) Penulis adalah Guru PKn SMK 2 Purwokerto Kab. Banyumas
46
Vol. 5 JANUARI 2016 Hasil pengamatan menunjukkan bahwa
menunjukkan kecenderungan berpotensi
aktivitas belajar pada aspek “berpikir kompleks”
mengarah pada angka skor ideal yakni 4.
lebih rendah (skor rerata 2,33 atau 58%)
Dengan demikian dapat ditafsirkan bahwa
dibanding aspek lainnya (skor rerata 2,54 atau
aktivitas guru dalam penerapan Pembelajaran
63,60%). Sementara skor tertingginya adalah
Berbasis Masalah efektif untuk menunjang
pada aspek “berkomunikasi” (skor 2,78 atau
pembelajaran aktif dan sekaligus keberhasilan
70%). Secara kelompok diperoleh data rerata
pencapaian kompetensi.
skor 12,73 atau 63,80%
Dari hasil ulangan harian diperoleh rerata
Dari hasil pengamatan proses belajar
nilai 74,79, dengan nilai tertinggi 86 dan
mengajar diperoleh rerata skor 2,75, yang
terendah 57, dan distribusinya sebagai berikut :
No 1 2 3 4
Rentang Nilai
Frekuensi
0 - 55,00 55,01 - 70,00 70,01 - 85,00 85,01 - 100 Jumlah
0 6 24 1 31
Ketuntasan T
21 1 22
%
BT
67,74 3,23 70,97
%
6 3
19,35 9,68
9
29,03
Keterangan Kurang Cukup Baik Sangat Baik
Tabel 2: Distribusi Nilai Ulangan Harian Siklus 1
Data tersebut dapat nampak tidak ada
penerapan pembelajaran berbasis masalah
siswa yang nilainya “kurang”, sebagian siswa
nampaknya cukup signifikan dalam memacu
mendapat nilai “cukup” dengan prosentase
peningkatan aktivitas siswa dan sekaligus
cukup signifikan yakni 19%), sebagian besar
berdampak pada peningkatan prestasi atau
(78%) bernilai “baik”, danhanya sebagian kecil (3%) yang memperoleh nilai “sangat baik”. Dengan distribusi nilai sebagian besar pada kisaran angka 70 – 85 menunjukkan hasil belajar relatif baik. Dengan rerata nilai 74,79 menunjukkan penguasaan kompetensi secara rata-rata “baik”. Dengan nilai tertinggi 86 dan terendah 57, terdapat disparitas yang cukup
47
hasil belajar. Keberhasilan dan kelemahan model pembelajaran berbasis masalah yang telah diterapkan pada siklus 1 antara lainbaik guru maupun siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran bebasis masalah sehingga aktivitas siswa belum sepenuhnya
tinggi. Prosentase siswa yang belum
menggambarkan makna dan esensi
memenuhi nilai KKM cukup signifikan, yakni
pembelajaran berbasis masalah. Secara
sebesar 29% (9 dari 31 siswa), dengan
faktual siswa sudah menunjukkan aktivitas
demikian yang tuntas belajar/memenuhi KKM
mengajukan pertanyaan, menyampaikan
sebanyak 22 siswa (71%).
pendapat, dan mengadakan komunikasi serta
Dengan mengacu pada indikator
kerjasama dalam kelompok, namun belum
keberhasilan PTK yakni hasil ulangan
terstruktur dan terorganisir dalam pola berpikir
sekurang-kurangnya 80% mencapai KKM,
kompleks, pemrosesan informasi, dan berdaya
maka pada siklus pertama ini dapat dinyatakan
nalar tinggi yang ditekankan dalam
belum berhasil. Namun demikian dengan
Pembelajaran Berbasis Masalah dalam PTK ini.
*) Penulis adalah Guru PKn SMK 2 Purwokerto Kab. Banyumas
Vol. 5 JANUARI 2016 Hal positif yang perlu mendapat perhatian dan didorong untuk berkembang antara lain ada motivasi yang tinggi pada diri siswa untuk berinterakasi, berkomunikasi dan berkolaborasi dalam kerja kelompok. Sebagian siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar kelompok, misalnya dalam hal pembagian tugas dan kerjasama antar anggota kelompok, sehingga ada kelompok yang belum tuntas menyelesaikan tugasnya, Di samping itu juga ada kelompok yang kurang mampu mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Sebagian siswa masih mengalami kesulitan dan kendala dalam mengoptimalkan aktivitas belajar khususnya aktivitas berpikir kompleks, memproses informasi, berkomunikasi efektif, berkolaborasi, dan berdaya nalar tinggi. Hal ini bisa dilihat dari hasil observasi aktivitas siswa baru mencapai 63,64%. Secara kualitatif hasil belajar menunjukkan trend positif dengan kategori nilai “ baik” dicapai oleh 24 siswa (78%), namun dengan angka 29% (9 siswa) yang belum memenuhi KKM masih diperlukan usaha keras untuk meningkatkan prestasi belajar siswa melalui model pembelajaran berbasis masalah. Untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan dan/atau meningkatkan keberhasilan pembelajaran pada siklus pertama, perlu dibuat perencanaan untuk siklus kedua antara lain guru mengkaji kembali dan menyiapkan secara detil skenario pembelajaran, lebih intensif dalam mendorong
dan memotivasi siswa untuk terlibat secara aktif dan efektif dalam pembelajaran, lebih aktif membimbing siswa yang mengalami kendala atau kesulitan khususnya dalam menemukan ide/gagasan, mencari dan mengolah informasi, berinteraksi dan berkolaborasi, menggunakan penalaran untuk pemecahan masalah, dan mempresentasikan hasil kerja kelompok, dan lebih aktif membantu siswa dalam mencari referensi sumber informasi baik media cetak maupun elektronik yang relevan dengan permasalahan. 3. Deskripsi hasil penelitian siklus 2 Dengan melakukan perbaikan atas kekurangan dan kelemahan pelaksanaan tindakan pada siklus pertama, pembelajaran pada siklus sudah mencerminkanesensi Pembelajaran Berbasis Masalah, yakni keterlibatan siswa dalam berpikir kompleks, memroses informasi, berkomunikasi efektif, berkolaborasi, dan berdaya nalar efektif, sebagian besar siswa menunjukkan semangat dan antusias dalam melaksanakan kerja kelompok untuk menyelesaikan tugas pemecahan masalah, semua kelompok dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik dan mampu mempresentasikannya, interaksi dan komunikasi antara guru dan siswa dan antar siswa berlangsung intensif, sebagian besar siswa menunjukkan kegairahan belajar dan rasa senang dengan model pembelajaran berbasis masalah. Hasil PengamatanAktivitas Belajar Siswa terlihat pada grafik berikut :
Grafik 2 Perolehan Skor Aktivitas Belajar Siswa Pada Siklus 2
*) Penulis adalah Guru PKn SMK 2 Purwokerto Kab. Banyumas
48
Vol. 5 JANUARI 2016 Berdasarkan grafik di atas, aspek
berpikir kompleks nampaknya belum
9 siswa (29%) cenderung menganggap PBM
prestasi dan hasil belaja, sementara 26 siswa
aktivitas belajar dengan skor tertinggi adalah
berkembang secara optimal atau dengan kata
tidak/kurang cocok diterapkan untuk mata
(84%) beranggapan PBM cukup/sangat
“berkolaborasi” dengan skor rata-rata 3,49
lain siswa agak kesulitan untuk
pelajaran PKn, sementara 22 siswa (71%)
meningkatkan prestasi dan hasil belajar.
(87,14%), dan aspek “berpikir kompleks”
mengembangkan aktivitas tersebut.
beranggapan PBM cocok/sangat cocok untuk
merupakan aktivitas dengan skor terendah
Rerata skor untuk kelima aspek aktivitas
mata pelajaran PKn; 5 siswa (16%) cenderung
yakni 2,97 (74,29%). Dengan demikian dapat
belajar tersebut adalah 3,22 atau 80,40%. Skor
menganggap PBM tidak/kurang meningkatkan
dinyatakan bahwa siswa sangat menonjol
rerata tiap kelompok nampak pada tabel dan
aktivitasnya pada aspek kolaborasi atau
No
grafik berikut:
aktivitas kerjasama, sementara aktivitas
No 1 2 3 4 5
Kelompok Nusa Bangsa Bahasa Budaya Nusantara Rerata
Skor Perolehan 16,50 15,17 15,83 17,50 15,57 16,11
Skor Maksimal 20 20 20 20 20
Prosentase 83 ﻲﯾ ﻵﯾ ﯿﯿ 79 80,80
Keterangan Terendah
1 2 3 4
Rentang Nilai 0 - 55,00 55,01 - 70,00 70,01 - 85,00 85,01 - 100 Jumlah
Frekuensi 0 2 27 2 31
Pada ulangan harian siklus kedua, diperoleh data distribusi nilai sebagai berikut:
Ketuntasan T
25 2 27
%
80,6 6,45 87,1
BT
%
2 2
6,45 6,45
4
12,9
Keterangan Kurang Cukup Baik Sangat Baik
Tabel 4: Distribusi Nilai Ulangan Harian Siklus 2
Tertinggi
Tabel 3 Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus 2
49
Vol. 5 JANUARI 2016
Data tersebut menunjukkan bahwa :
informasi, mengkomunikasikan ide/gagasan,
Tidak ada siswa yang nilainya “kurang”,
tanggung jawab terhadap tugas kelompok, dan
sebagian besar siswa mendapat nilai “baik”
penggunaan sumber belajar yang relevan.
Tindakan peneiti dalam proses belajar
dengan responden siswa kelas XII TITL-3, yang
(87%), sebagian kecil bernilai “cukup” (6%)
mengajar melalui penerapan model
dilakukan setelah selesai penelitian siklus
dan“sangat baik (6%); Dengan distribusi nilai
Pembelajaran Berbasis Masalah berkorelasi
kedua. Hasil angket menunjukkan bahwa
sebagian besar pada kisaran angka 71 – 85
Tindakan guru dalam proses belajar
positif dengan aktivitas belajar siswa, dalam
implementasi pembelajaran berbasis masalah
menunjukkan hasil belajar relatif baik, dengan
mengajar yang mengacu pada model
artian tindakan guru berdampak pada kenaikan
memperoleh tanggapan atau respon positif dari
prosentase yang signifikan (81%); Dengan
pembelajaran berbasis masalah cukup efektif
angka atau skor aktivitas belajar siswa. Hasil
siswa. Hasil angket dapat dideskripsikan : 8
rerata nilai 77,96 menunjukkan penguasaan
dalam mengembangkan baik aktivitas maupun
pengamatan aktivitas guru dalam proses
siswa (26%) cenderung menanggap PBM
kompetensi secara rata-rata “baik”; Dengan
potensi siswa yang mengarah pada
belajar mengajar pada siklus kedua diperoleh
kurang menarik, membosankan dan tidak
nilai tertinggi 93 dan terendah 63, terdapat
penguasaan kompetensi. Kejelasan tujuan,
skor 3,5 yang mengindikasikan proses belajar
termotivasi sementara 23 siswa (74%)
disparitas yang cukup tinggi; Prosentase siswa
materi, penggunaan alat bantu dan media
mengajar dengan menerapkan model
cenderung tertarik, senang, dan termotivasi; 7
yang belum memenuhi nilai KKM sebesar 13%
pembelajaran, terbangunnya interaksi dan
pembelajaran berbasis masalah efektif dalam
siswa (23%) cenderung menganggap PBM
(4 dari 31 siswa), dengan demikian yang tuntas
komunikasi, tugas dan evaluasi yang
pembelajaran PKn.
tidak/kurang mendorong keaktifan dan
belajar/memenuhi KKM sebanyak 27 siswa
terstruktur, serta kuatnya motivasi belajar siswa
Dengan mengkonversi data kuantitaif ke
kreativitas siswa, sementara 24 siswa (77%)
(87%).
merupakan indikasi yang kuat untuk mengukur
dalam data kualitatif yakni : skor 0 – 2,20 =
beranggapan PBM dapat mendorong aktivitas
Kesimpulan pada siklus kedua ini adalah
Kurang; 2,21 – 2,80 (> 55% - ≤ 70%) = Cukup;
dan kreativitas belajar siswa; 10 siswa (32%)
bahwa siswa telah terkondisi untuk
Meningkatnya aktivitas belajar siswa
2,81 – 3,40 (>70% - ≤85%) = Baik; 3,41 – 4,00
cenderung menganggap PBM tidak/kurang
melaksanakan model pembelajaran berbasis
disebabkan oleh pemahaman baik guru
(>85% - ≤ 100%) = Sangat Baik, maka
cocok untuk mengembangkan poetnsi siswa,
masalah, terbukti dengan adanya suasana
maupun siswa terhadap makna dan
implementasi model pembelajaran berbasis
sementara 21 siswa (68%) beranggapan PBM
belajar aktif dalam konteks aplikasi berpikir
karakteristik model Pembelajaran Berbasis
masalah pada siklus kedua dapat dikatakan
cocok/sangat cocok untuk mengembangkan
kompleks, memroses informasi, berkomunikasi
Masalah. Kondisi obyektif siswa yang memiliki
“sangat baik”.
potensi siswa; 5 siswa (16%) cenderung
efektif, bekerjasama, dan berdaya nalar efektif.
motivasi dan semangat tinggi juga berpengaruh
Instrumen lain untuk mengukur
menganggap PBM tidak/kurang interaktif dan
Aktivitas siswa sudah baik, namun demikian
terhadap aktivitas mereka.
efektivitas implementasi Pembelajaran
komunikatif, sementara 26 siswa (84%)
belum semua siswa dapat mengoptimalkan
Efektivitas tindakan guru dalam proses
Berbasis Masalah adalah angket/kuesinoer
beranggapan PBM cukup/sangat komunikatif;
aktivitas belajar berpikir kompleks, memroses
belajar mengajar melalui model Pembelajaran
*) Penulis adalah Guru PKn SMK 2 Purwokerto Kab. Banyumas
4. Pembahasan
efektivitas pembelajaran yang telah dilakukan.
*) Penulis adalah Guru PKn SMK 2 Purwokerto Kab. Banyumas
50
Vol. 5 JANUARI 2016
Vol. 5 JANUARI 2016
Berbasis Masalah berdampak pada efektivitas
Secara keseluruhan perolehan rata-rata
Data tersebut menunjukkan peningkatan
pembelajaran PKn. Hal ini dapat dilihat dari
skor kelima aspek tersebut untuk setiap
hasil belajar, terutama dari kategori nilai “cukup”
Simpulan yang dapat ditarik dari
suasana pembelajaran yang terjadi antara lain
kelompok siswa mengalami peningkatan dari
ke kategori nilai “baik”, sejumlah 4 siswa
penelitian ini antara lain bahwa penerapan
siswa mencari dan menemukan pengetahuan
siklus pertama ke siklus kedua sebesar 3,39
(12,9%, dan dari “baik” ke “sangat baik sejumlah
moodel Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
sendiri dalam mempelajari nilai yang menjadi
atau 17%, dari skor rata-rata 12,73 (63,80%)
1 siswa (3,23%). Secara kuantitatif perolehan
efektif diterapkan pada pembelajaran
hakikat PKn, seperti kebersamaan, kerjasama,
menjadi 16,11 (80,80%).
skor/nilai mengalami kenaikan, dari rerata skor
Pendidikan Kewarganegaraan, sebab
Dengan mengkonversi data kuantitaif ke
74,79 menjadi 77,96, atau meningkat sebesar
disamping dapat meningkatkan aktivitas belajar
dalam data kualitatif yakni : skor 0,00 – 11,00 =
3,16%.Secara ketuntasan belajar jumlah siswa
siswa (dalam hal ini berpikir kompleks,
aktivitas belajar siswa dari sklus pertama ke
Kurang; 11,01 – 14,00 (>
55% - ≤ 70%) =
yang memenuhi KKM juga mengalami
memroses informasi, berkomunikasi,
siklus kedua, yakni dari skor 2,54(63,60%)
Cukup; 14,01 – 17,00 (>70% - ≤85%) = Baik;
peningkatan dari 71% menjadi 87%, atau
bekerjasama, dan berdaya nalar efektif),
menjadi 3,22 (80,40%), dengan skor ideal 4
17,01– 20,00 (>85% - ≤ 100%) = Sangat Baik,
sebesar 16%.
prestasi/hasil belajar siswa juga meningkat.
kerja keras, toleransi, dan lain sebagainya. Secara statistik terjadi peningkatan
(100%). Dengan demikian ada peningkatan skor sebesar 0,68 atau 16,80%.
Kelompok NUSA BANGSA BAHASA BUDAYA NUSANTARA Rata-Rata
maka dapat digambarakan hasil aktivitas
Dengan demikian dapat disimpulkan
Dengan terbuktinya penerapan Model
belajar siswa secara kelompok sebagaimana
bahwa Pembelajaran Berbasis Masalah yang
Pembelajaran Berbasis masalah dapat
terpampang pada tabel berikut :
telah diterapkan berhasil meningkatkan
meningkatkan aktivitas belajar dan prestasi
prestasi (hasil) belajar siswa. Meningkatnya
belajar siswa pada mata pelajaran PKn, maka
aktivitas belajar siswa ternyata diikuti dengan
disarankan para guru PKn/ PPKn, khususnya di
meningkatnya hasil belajar. Dengan patokan
tingkat SMA/SMK perlu menggunakan model
atau indikator ketercapaian 80% siswa
Pembelajaran Berbasis Masalah sebagai salah
memenuhi KKM (nilai 76) maka pada siklus
satu alternatif model pembelajaran untuk
kedua target ini telah terlampaui yakni 87%, dan
meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar
Siklus 1 Prosentase Kualifikasi
Skor
12,33 12,67 12,33 14,17 12,14 12,73
62 63 62 71 61 63,80
Cukup Cukup Cukup Baik Cukup Cukup
Siklus 2 Prosentase Kualifikasi
Skor
16,50 15,17 15,83 17,50 15,57 16,11
83 76 79 88 78 80,80
Baik Baik Baik Sangat Baik Baik Baik
Tabel 5 Perbandingan Skor Aktivitas Belajar Siswa Siklus 1 dan 2 (Tiap kelompok)
Peningkatan skor ini peneliti anggap cukup signifikan untuk menyatakan bahwa
model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Peneliti
peningkatan aktivitas belajar siswa sekurang-
menganggap tidak perlu melanjutkan ke siklus
kurangnya 10%.
berikutnya.
Dari sisi penguasaan kompetensi, terjadi
Meningkatnya aktivitas belajar siswa
masalah berhasil meningkatkan aktivitas
peningkatan hasil belajar siswa dari siklus
didukung oleh aktivitas guru dalam
belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan
pertama ke siklus kedua, sebagaimana terlihat
mempertahankan dan meningkatkan suasana
Kewarganegaraan (PKn), sebagaimana target
pada tabel berikut :
belajar yang mengarah pada pembelajaran berbasis masalah. Guru harus konsisten dan
indikator keberhasilan penelitian, yakni ada Sillus 1 Kualifikasi Nilai
intensif membimbing siswa, terutama saat
Sillus 1
mengalami kesulitan dan kendala dalam Ketuntasan Belajar
Freku ensi T
%
0 - 55,00
Kurang
0
0
0
55,01 - 70,00
Cukup
6
0
0
70,01 - 85,00
Baik
24
21
85,01 - 100
Sangat Baik
1 31
Jumlah
BT
Ketuntasan Belajar
Freku ensi
%
T
%
BT
%
0
0
0
-
6
19,35
2
0
0
2
6,452
67,74
3
9,68
27
25
80,6
2
6,452
1
3,23
0
0
2
2
6,45
0
0
22
70,97
9
29,03
31
27
87,1
4
12,9
Tabel 6 Penguasaan Kompetensi Siswa Siklus 1 dan 2
51
dengan demikian terbukti bahwa penerapan
penerapan model pembelajaran berbasis
Rentang Nilai
SIMPULAN DAN SARAN
*) Penulis adalah Guru PKn SMK 2 Purwokerto Kab. Banyumas
mengembangkan aktivitas berpikir, berdaya nalar, dan berkolaborasi serta mempresentasikan hasil kerja kelompok. Kendala yang dijumpai terutama masalah waktu yang terbatas untuk mengeksploitasi seluruh potensi siswa dalam mengembangkan
siswa.Untuk mengoptimalkan aktivitas dan prestasi belajar siswa melalui penerapan model Pembelajaran Berbasis Masalah, guru harus mempersiapkan rancangan pembelajaran yang matang agar pelaksanaan pembelajaran lebih efektif dan efisien, terutama menyangkut ketersediaan waktu belajar yang terbatas. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi, 2011, Penelitian Tindakan 2010, Yogyakarta: Aditya Media Ariani, Desi, 2011, Model Baru Pembelajaran PKn, http://edukasi.kompasiana.com/ 2011/07/14/model-baru-pembelajaranpkn-378622.html (diakses 12 Desember 2014)
k e m a m p u a n b e r p i k i r, b e r k o m u n i k a s i , berkolaborasi, dan menggali informasi serta menganalisa untuk memecahkan masalah.
Asmani, Jamal Ma'mur, 2011, 7 Tips Aplikasi PAKEM, Yogyakarta: Diva Press
*) Penulis adalah Guru PKn SMK 2 Purwokerto Kab. Banyumas
52
Vol. 5 JANUARI 2016
51
*) Penulis adalah Guru PKn SMK 2 Purwokerto Kab. Banyumas
Vol. 5 JANUARI 2016
*) Penulis adalah Guru PKn SMK 2 Purwokerto Kab. Banyumas
52
Vol. 5 JANUARI 2016 PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI SEGI EMPAT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 2 JERUKLEGI SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Oleh : : Tity Ambarwulan*) ABSTRAK Penelitian tindakan kelas ini dilatarbelakangi karena rendahnya prestasi belajar Matematika pada materi bangun datar segi empat siswa kelas VII B SMP Negeri 2 Jeruklegi. Hal ini ditunjukkan
Vol. 5 JANUARI 2016 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk
bagaimanakah model pembelajaran kooperatif
saling membantu satu sama lainnya dalam
tipe TGT dapat meningkatkan prestasi belajar
mempelajari materi pelajaran.
matematika pada bangun datar segi empat bagi
kooperatif para siswa diharapkan dapat saling
siswa kelas VII B SMP Negeri 2 Jeruklegi
membantu, saling mendiskusikan dan
Dalam kelas
Manfaat yang diharapkan dari hasil
berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan
penelitian ini adalah dapat menjadi salah satu
yang mereka kuasai saat itu dan menutup
alternatif dalam memilih dan menggunakan
kesenjangan dalam pemahaman masing-
metode-metode mengajar matematika.
masing. Cara belajar kooperatif jarang sekali
dari rerata perolehan nilai ulangan materi tersebut masih jauh dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal
menggantikan pelajaran yang diberikan oleh
(KKM).Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatkan prestasi belajar
Kerangka Teori
guru, tetapi lebih seringnya menggantikan
matematika materi bangun datar segi empat melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada
Pengertian Segi Empat
pengaturan tempat duduk yang individual, cara
siswa kelas VII B SMP Negeri 2 Jeruklegi. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan
Menurut Sukino, Wilson (2007) Segi
belajar yang individual dan dorongan yang
prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai ulangan harian sebelum dilaksanakan
empat adalah suatu bangun datar yang
individual. Apabila diatur dengan baik, siswa-
penelitian sebesar 63,43 (nilai konversi 2,54) meningkat menjadi menjadi 71,14 (nilai konversi 2,85)
dibatasi/dibentuk oleh empat garis lurus
siswa dalam kelompok kooperatif akan belajar
setelah pelaksanaan siklus I dan meningkat menjadi 79,70 (nilai konversi 3,19) setelah pelaksanaan
sebagai sisinya.
Bangun datar yang akan
satu sama lain untuk memastikan bahwa tiap
siklus II. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar matematika materi bangun
dibahas meliputi persegi panjang, persegi,
orang dalam kelompok telah menguasai
datar segi empat dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT mengalami peningkatan.
jajargenjang, belah ketupat, layang-layang dan
konsep-konsep yang telah dipikirkan.
trapesium. Kata kunci : bangun datar segi empat, prestasi belajar, model pembelajaran kooperatif tipe TGT PENDAHULUAN Penelitian ini dilatarbelakangi karena
prestasi peserta didik.
Pengertian Prestasi Belajar
Menurut Slavin (2010) langkah-langkah
Dunia Informasi Pendidikan Teraktual
model pembelajaran kooperatif tipe TGT
menyatakan bahwa prestasi belajar adalah
melalui tahap/fase sebagai berikut.
ukuran keberhasilan aktivitas belajar siswa
Fase 1 : Pengajaran (Teacher presentation).
Hasil identifikasi masalah yang peneliti
materi bangun datar segi empat siswa kelas VII
lakukan menunjukkan bahwa pencapaian
B SMP Negeri 2 Jeruklegi. Hal ini ditunjukkan
prestasi siswa masih jauh dari prosentase
dari rerata perolehan nilai ulangan materi
ketuntasan klasikal yang ditetapkan yaitu 85%.
tersebut masih jauh dibawah Kriteria
Rata-rata ulangan harian materi bangun datar
Ketuntasan Minimal (KKM). Peneliti
segi empat pada indikator kompetensi 1 dan 2
beranggapan bahwa rendahnya prestasi
yang dilaksananakan sebelum tindakan adalah
belajar siswa adalah :
belajar siswa disebabkan karena pendekatan,
63,43 dari nilai yang ditetapkan sebesar 67,
a. Faktor Internal, yang meliputi faktor fisiologis
strategi, model, atau metode yang diterapkan
atau setara dengan 54,29%. Berdasarkan identifikasi masalah
Kooperatif Tipe TGT
Definisi Prestasi Belajar berdasarkan
rendahnya prestasi belajar Matematika pada
oleh guru kurang sesuai.
51
proses pembelajaran sehingga meningkatkan
Langkah-langkah Model Pembelajaran
dalam menguasai sejumlah mata pelajaran selama periode tertentu. Menurut Yudhi Munadi (2013), faktorfaktor yang mempengaruhi proses dan hasil
dan faktor psikologis. b. Faktor Eksternal, yang meliputi faktor
Pada fase ini, guru menyampaikan tujuan pembelajaran, pokok materi sesuai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dibuat. Fase 2: Pembagian kelompok Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok berdasarkan kriteria kemampuan (prestasi) siswa dari pre-test
Kurikulum 2013 yang diterapkan
tersebut, dapat dirumuskan masalah
serentak di seluruh Indonesia tahun 2014 juga
“Bagaimanakah model pembelajaran
menginspirasi penulis untuk mencoba
kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
kelompok beranggotakan
memadukan pendekatan saintifik pada
prestasi belajar matematika pada materi
(Teams Games Tournament)
Jumlah anggota kelompok dapat juga
Kurikulum 2013 dengan fase-fase
bangun datar segi empat bagi siswa kelas VIIB
Menurut Slavin (2005) Pembelajaran
pembelajaran kooperatif tipe TGT. Diharapkan
SMP Negeri 2 Jeruklegi Semester 1 tahun
kooperatif menunjuk pada berbagai macam
perpaduan keduanya dapat memperbaiki
pelajaran 2014/2015?
metode pengajaran di mana para siswa
*) Penulis adalah Guru SMP N 2 Jeruklegi
lingkungan dan faktor instrumental.
atau ulangan harian sebelumnya, jenis kelamin (gender), etnik dan ras. Tiap
*) Penulis adalah Guru SMP N 2 Jeruklegi
2 – 4 orang.
dikembangkan menjadi 5 orang. Fase 3: Belajar Tim (Team study) Para siswa mengerjakan lembar
52
Vol. 5 JANUARI 2016 kegiatan dalam tim mereka untuk
diadakan rekapitulasi nilai dan ditentukan
Setiap kegiatan pembelajaran pertemuan
pembelajaran kooperatif tipe TGT.
menguasai materi.
skor kelompok menggunakan tabel.
kedua adalah
secara acak diberikan pertanyaan tentang
Fase 4: Bimbingan kelompok/ kelas (Scafolding)
2 x 40 menit untuk kegiatan
pembelajaran dan 1 x 40 menit untuk evaluasi.
Siswa
definisi/pengertian segi empat, meliputi persegi panjang, persegi, jajargenjang, belah ketupat,
Kerangka Pikir
Guru membimbing kerja kelompok,
Kompetensi mengidentifikasi sifat-sifat
mengamati psikomotorik dan sikap siswa
persegi panjang, persegi, trapesium,
Penelitian dilaksanakan dalam dua
model yang ada, yang selanjutnya menghitung
secara individual dalam kerja kelompok
jajargenjang, belah ketupat dan layang-layang,
siklus. Masing-masing siklus dilaksanakan
keliling dan luas bangun datar segi empat dari
menghitung keliling dan luas bangun segitiga
dalam pat tahapan yaitu perencanaan,
contoh soal yang sudah disiapkan.
Guru membagikan lembar soal
dan segi empat serta menggunakannya dalam
tindakan, pengamatan, refleksi.. Adapun
Sebelum pelaksanaan turnamen (game),
turnamen. Jumlah soal turnamen antara 1 -
pemecahan masalah, merupakan bagian dari
langkah-langkah dalam setiap. siklus dapat
guru memberikan arahan sebagai berikut
10 butir soal. Aturan main turnamen model
Standar Kompetensi tentang Geometri dan
digambarkan sebagai berikut.
Siswa dikelompokkan menjadi tiga yaitu siswa
TGT adalah sebagai berikut.
Pengukuran yang harus dimiliki siswa kelas VII
1. Perencanaan
berprestasi tinggi (sebanyak 11 anak), siswa
(1)Setiap kelompok menentukan salah satu
SMP. Secara umum banyak siswa mengalami
a. P e n e l i t i m e r e n c a n a k a n m o d e l
berprestasi sedang (sebanyak 11 anak) dan
anggota sebagai Reader(pembaca soal kuis
kendala dalam memahami kompetensi
pembelajaran kooperatif Tipe TGT untuk
siswa berprestasi rendah (sebanyak 11 anak)
turnamen) pertama dan pembaca kunci
tersebut. Untuk pembelajaran materi bangun
meningkatkan hasil belajar pada materi
yang dibagi dalam 8 tim (Tim A sampai Tim I)
datar segi empat seyogyanya menggunakan
segi empat.
dengan setiap tim ada siswa yang berprestasi
Fase 5: Turnamen (Tournament)
jawaban. Pembaca soal ke dua, ke tiga dan seterusnya digilir berurutan searah dengan putaran jarum jam. Pembaca kunci jawaban adalah siswa yang posisi duduknya di sebelah kanan reader (2) Kesempatan pertama menjawab soal kuis turnamen diberikan kepada reader, selanjutnya giliran menjawab bagi anggota kelompok yang lain searah putaran jarum jam (3)Jika semua anggota kelompok menjawab benar, siswa yangmemperoleh point adalah siswa pertama yang menjawab benar (4)Turnamen berlanjut, sampai semua soal
model pembelajaran yang tepat, yang melibatkan keaktifan semua siswa.
Metode dan Rancangan Penelitian
layang-layang dan trapesium
dari contoh
b. Membuat perangkat pembelajaran
tinggi, sedang maupun rendah. Selanjutnya
berupa Rencana Pelaksanaan
dengan jumlah siswa di kelas 35 anak, akan
Pembelajaran
menempati 11 meja turnamen dengan
(RPP) dan Lembar
Kerja Siswa (LKS).
Hipotesis Tindakan
kompetisi 3 peserta dengan kemampuan
Berdasarkan rumusan masalah pada bab
c. Membuat instrumen penelitian berupa
homogen perwakilan masing-masing tim. Sisa
sebelumnya, dirumuskan hipotesis tindakan
lembar observasi aktivitas guru, lembar
2 anak sebagai pencatat skor. Masing-masing
pembelajaran dengan model kooperatif tipe
observasi aktivitas siswa, alat evaluasi
meja turnamen dilengkapi dengan lembar
TGT dapat meningkatkan prestasi belajar
berupa tes tertulis, kunci jawaban serta
pembagian meja turnamen (yang sudah diisi),
matematika pada materi bangun datar segi
penskoran.
kartu berisi pertanyaan/soal, kartu berisi
empat bagi siswa kelas VII B SMP Negeri 2 Jeruklegi.
sudah dibacakan.Kemudian perolehan skor
2. Pelaksanaan Tindakan
jawaban dan satu lembar skor permainan.
Kegiatan pada tahap ini, peneliti
Untuk melanjutkan turnamen, guru dapat
melaksanakan rencana dan program yang
melakukan pergeseran tempat siswa
masing-masing anggota dihitung
Setting Penelitian
telah disusun sebelumnya, yaitu peningkatan
berdasarkan prestasi pada meja turnamen.
berdasarkan jumlah jawaban benar
Tempat, Waktu dan Jenis Penelitian
prestasi belajar matematika pada materi
Penempatan siswa pada meja turnamen dapat
bangun datar segi empat dengan model
digambarkan dengan skema sebagai berikut.
sekaligus untuk perhitungan skor kelompok Fase 6: Validation Guru melakukan validasi, penjelasan tentang soal dan kunci jawaban kuis. Tujuannya adalah memperkuat pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran. Fase 7: Merekognisi Tim Berprestasi (Team
Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan di SMP Negeri 2 Jeruklegi Cilacap selama 3 bulan yaitu Bulan September, Oktober dan November 2014. Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus. Masing - masing siklus terdiri dari 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu
pertemuan
recognition)
pertama adalah 2 x 40 menit, pertemuan kedua
Setelah diperoleh skor tiap anggota
adalah
pada masing-masing kelompok,kemudian
51
Vol. 5 JANUARI 2016
2 x 40 menit untuk kegiatan
pembelajaran dan 1 x 40 menit untuk evaluasi. *) Penulis adalah Guru SMP N 2 Jeruklegi
*) Penulis adalah Guru SMP N 2 Jeruklegi
52
Vol. 5 JANUARI 2016 Prosedur Permainan menggunakan skor untuk permainan debngan tiga pemain sebagai berikut. Pemain
Tidak ada yang seri
Seri nilai tertinggi
Seri nilai terendah
Seri 3-macam
Peraih skor tertinggi
60
50
60
40
Peraih skor tengah
40
50
30
40
Peraih skor rendah
20
20
30
40
Peraih skor tertinggi
60
50
60
40
Setelah turnamen selesai, selanjutnya menentukan skor tim dan persiapan
penting, untuk mengkomunikasikan bahwa
Observasi ini digunakan digunakan untuk mengamati kegiatan siswa pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Adapun hal–hal yang diamati meliputi persiapan siswa dalam mengikuti pelajaran, mengajukan pertanyaan terkait materi , perilaku siswa dalam kelompok, interaksi antar siswa dan interaksi siswa dengan guru, usaha dalam mengumpulkan dan menggali informasi, dan keaktifan mengikuti turnamen.
kesuksesan tim bukan hanya kesuksesan
4. Evaluasi/Tes
individu, dan diharapkan dapat memotivasi
Setiap akhir siklus diadakan evalusi menggunakan tes yang terdiri dari 10 soal uraian singkat untuk mengukur hasil belajar atau prestasi siswa.
merekognisi tim berprestasi, dengan didasarkan pada skor rata-rata tim berdasarkan kriteria (rata-rata tim) dan enghargaan sebagai berikut. 40 Tim Baik 45 Tim Sangat Baik 50 Tim Super Merekognisi tim berprestasi sangat
para siswa untuk membantu teman satu timnya belajar. 3. Observasi/Pengamatan Observasi Aktivitas Guru Observasi ini digunakan untuk mengamati aktivitas guru pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Adapun hal–hal yang diamati adalah bagaimana guru mengkomunikasikan tujuan pembelajaran dan materi pokok, membagi siswa dalam kelompok berdasarkan prestasi, memandu dan memantau aktivitas siswa dalam diskusi kelompok, membimbing kerja kelompok dan melaksanakan penilaian sikap, mengarahkan dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi di papan tulis, memandu dan memantau pelaksanaan turnamen, melakukan validasi untuk memperkuat pemahaman, dan memberikan penguatan dan penghargaan kepada tiga kelompok terbaik.
51
Observasi Aktivitas Siswa
5. Refleksi Dari permasalahan yang ditemukan pada siklus I, peneliti melakukan upaya perbaikan pada siklus II. Adapun beberapa pemecahan masalah yang dilakukan adalah: (a) P e n e l i t i m e n y u s u n R e n c a n a Pembelajaran Perbaikan yang diterapkan pada siklus II sesuai refleksi siklus I. (b) Peneliti menyusun lembar observasi guru dan lembar observasi siswa pada siklus II. (c) Peneliti menyusun tes evaluasi sesuai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Materi Segiempat. (d) Peneliti membuat seluruh kelompok untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran, aktif dalam turnamen dan bekerja sama dengan baik dalam kelompok.
Vol. 5 JANUARI 2016 kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan prestasi belajar matematika.
rxy koefisien korelasi antara variabel X
dan
variabel Y Subjek Penelitian
N = banyaknya peserta tes
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII B SMP Negeri 2 Jeruklegi dengan jumlah siswa 35 yang terdiri dari 17 siswa laki laki dan 18 siswa perempuan.
X = Nilai hasil uji coba
Data dan Teknik Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini diperoleh dari: a. hasil belajar siswa b. hasil wawancara tentang respon siswa
Y = Nilai rata-rata harian Dengan kriteria :
r 0,60 < rxy ≤ 0,80 : tinggi 0,40 < rxy ≤ 0,60 : cukup 0,20 < rxy ≤ 0,40 : rendah rxy ≤ 0,20 : sangat rendah 0,80 < xy ≤ 1,00 : sangat tinggi
Reliabilitas soal merupakan ukuran yang
c. hasil observasi aktivitas guru d. hasil observasi terhadap aktivitas siswa
menyatakan tingkat keajegan atau kekonsistenan suatu soal tes.
Rumus uji
Teknik Pengumpulan Data
reliabilitas menurut Russeffendi dalam Asep
a. Teknik Tes yang merupakan hasil belajar diperoleh dengan cara memberikan tes kepada siswa
Jihad (2010) dinyatakan dengan:
b. Teknik Non Tes yang meliputi wawancara respon siswa, lembar pengamatan aktivitas guru dan lembar pengamatan aktivitas siswa pada setiap siklus.
Keterangan : n
= banyaknya butir soal = jumlah varians skor tiap item = varians skor total
Validasi Data
Rumus untuk mencari varian adalah.
Sebelum instrumen digunakan terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Pada penelitian ini digunakan uji validitas empiris yang bertujuan untuk menentukan tingkat kehandalan soal. Untuk menguji tingkat validitas butir soal digunakan korelasi product moment dari Pearson yaitu dengan mengkorelasikan antara skor yang diperoleh siswa pada setiap butir soal dengan skor total yang diperoleh. Rumus uji validitas yang digunakan menurut Russeffendi dalam Asep Jihad (2010) adalah :
dengan n = banyaknya peserta tes Kriteria yang digunakan adalah :
r11 ≤ 0,2 : reliabilitas sangat rendah 0,20 < r11 ≤ 0,40 : reliabilitas rendah 0,40 < r11 ≤ 0,70 : reliabilitas sedang 0,70 < r11 ≤ 0,90 : reliabilitas tinggi 0,90 < r11 ≤ 1,20 : sangat tinggi Untuk mengetahui nilai rata - rata kelas digunakan rumus sebagai berikut : Jumlah Nilai Seluruh Siswa Rata - rata =
(e) Peneliti memberikan motivasi bahwa proses pembelajaran dengan model *) Penulis adalah Guru SMP N 2 Jeruklegi
Keterangan :
Jumlah Siswa
*) Penulis adalah Guru SMP N 2 Jeruklegi
52
Vol. 5 JANUARI 2016 Untuk mengetahui ketuntasan belajar
Vol. 5 JANUARI 2016
pembelajaran pada materi bangun datar segi
ditemukan antara lain masih terdapat siswa
siswa yaitu peningkatan rata-rata penguasaan
empat adalah sebagai berikut.
anggota kelompok yang kurang focus dan tidak
materi bangun datar segi empat pada siklus I
a. Proses perbaikan pembelajaran pada
percaya diri sehingga tidak mampu
71,14 meningkat menjadi 79,71 pada siklus II.
materi bangun datar segi empat dinyatakan
menyelesaikan tugasnya dengan baik.
berhasil jika 85% siswa tuntas belajar
Masalah-masalah tersebut diharapkan dapat
Keterangan:
dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM)
diperbaiki dan dapat diatasi pada siklus II.
n = siswa yang mendapat nilai ≥ 67
67 dengan nilai konversi 2,68 dan kriteria B-
siswa digunakan rumus : n Rata - rata (%) =
x 100% N
N = Jumlah seluruh siswa Analisis Data Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif komparatif untuk data kuantitatif yang diperoleh melalui tes tertulis (menghitung jumlah, rata-rata, persentase dan penyajian data dengan tabel), kemudian dilanjutkan refleksi. Sedangkan data kualitatif yang diperoleh melalui pengamatan pada proses pembelajaran menggunakan analisis deskriptif kualitatif (menggunakan kriteria), yang dilanjutkan dengan refleksi.
b. Proses perbaikan pembelajaran pada
Penelitian ini dilakukan sesuai dengan karakter penelitian tindakan kelas dengan beberapa siklus. Pada tiap siklus dilaksanakan
jumlah skor 20 dengan rata-rata 2,85 dan pada
Hasil Siklus II
materi bangun datar segi empat dinyatakan
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap
siklus II jumlah skor 26 dengan rata-rata 3,7
berhasil jika 85% siswa terlibat aktif selama
aktivitas guru dalam pelaksanaan
dengan juamlah skor akhir 23 dengan rata-rata
pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
pembelajaran siklus II, diperoleh skor
3,275 yang dikategorikan sangat baik.
c. Kompetensi dasar geometri pada materi bangun datar segi empat meliputi
Berdasarkan hasil observasi aktivitas
keseluruhan 26 atau rata-rata 3.7 dengan
siswa terjadi peningkatan yaitu pada siklus I
kategori baik.kategori baik.
mengidentifikasi sifat-sifat persegi panjang,
Sedangkan hasil pengamatan terhadap
jumlah skor 18,32 dengan persentase 76,33%
persegi, trapesium, jajargenjang, belah
aktivitas siswa dalam pembelajaran siklus II
dan pada siklus III jumlah skor 20,63 dengan
ketupat dan layang-layang, serta
mendapat jumlah skor keseluruhan 20,63 atau
persentase 85,96% yang dikategorikan sangat
menghitung keliling dan luas bangun
setara dengan 85,96% dengan kategori baik.
baik.
segitiga dan segi empat dan telah mencapai batas ketuntasan minimal.
Perbaikan yang dilakukan pada siklus II ternyata berpengaruh pada prestasi belajar No 1 2 3 4 5 6 7
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar matematika pada materi bangun datar segi empat.
Rentang Nilai 91 – 100 81 – 90 71 – 80 61 – 70 51 – 60 41 - 50 31 - 40 Jumlah Rata-rata
Berikut hasil perolehan hasil belajar pada masing-masing siklus. Banyaknya Siswa Siklus I Siklus II 2 2 11 13 13 17 8 3 1 2 35 35 71,14 79,71
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Belajar
dalam empat tahapan, yaitu tahap
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap
perencanaan, tahap tindakan, tahap
Dari tabel di atas terlihat bahwa rata-rata
prestasi sebelum dilaksanakan tindakan
aktivitas guru dalam pelaksanaan
pengamatan, serta tahap refleksi.
prestasi belajar siswa sebelum dilakukan
sebesar 63,43 meningkat menjadi 71,14 pada
pembelajaran diperoleh skor keseluruhan 20
tindakan adalah 63,43, setelah dilakukan
atau rata-rata 2.85 dengan kategori cukup.
siklus I dan meningkat menjadi
tindakan pada siklus I meningkat menjadi 71,14
siklus II.
dan pada siklus II menunjukkan peningkatan
Saran
Indikator Keberhasilan
51
Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru terjadi peningkatan yaitu pada siklus I
Hasil Siklus I Prosedur Penelitian
Pembahasan
Hasil pengamatan terhadap aktivitas
Indikator keberhasilan dalam penelitian
siswa dalam pembelajaran mendapat jumlah
tindakan kelas ini adalah jika 85% siswa
skor keseluruhan 18.32 atau 76.33% dengan
menguasai kompetensi dasar geometri pada
kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa
PENUTUP
materi bangun datar segi empat diukur dari
aktivitas siswa dalam pembelajaran mengalami
Simpulan
keterlibatan siswa secara aktif dalam
peningkatan. Peningkatan terlihat dari rata-
Dari hasil penelitian dan pembahasan
pembelajaran menggunakan model
rata prestasi siswa sebelum diberi tindakan
dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan
pembelajaran kooperatif tipe TGT.
63,43 menjadi 71,14.
model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada
cukup baik menjadi 79,71.
79,71 pada
Hal yang perlu dilaksanakan oleh guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran yaitu: a. Guru dalam mengajar hendaknya membuat perencanaan, menggunakan model pembelajaran yang tepat dan menyiapkan media yang sesuai.
Kriteria untuk mengukur tingkat
Dari hasil refleksi pelaksanaan
materi segi empat dapat meningkatkan prestasi
b. G u r u h e n d a k n y a s e n a n t i a s a
keberhasilan dan upaya perbaikan
pembelajaran pada siklus I, masalah yang
belajar siswa ditunjukkan dengan rerata
mengembangkan kemampuan profesional
*) Penulis adalah Guru SMP N 2 Jeruklegi
*) Penulis adalah Guru SMP N 2 Jeruklegi
52
Vol. 5 JANUARI 2016 agar dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran yang lebih bermakna.
Robert Slavin,. 2010. Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik.. Bandung: Nusa Media
DAFTAR PUSTAKA Asep Jihad & Abdul Haris. 2010. Evaluasi P e m b e l a j a r a n . Yo g y a k a r t a : M u l t i
Suharsimi Arikunto. 2014.. Penelitian Tindakan
Vol. 5 JANUARI 2016 MEDIA PRESPLASENTA EKONOMI KELUARGA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IKATAN KIMIA TOPIK TIPE DAN BENTUK MOLEKUL KOVALEN PADA SISWA KELAS X MIPA 2 SMA NEGERI PATIKRAJA BANYUMAS SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Kelas. .Jakarta: PT Bumi Aksara
Oleh : Sujatno*)
Pressindo ABSTRAK
Wilson Simangunsong. 2007. Matematika Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan,
untuk SMP Kelas VII. Jakarta: Erlangga
2014. Matematika SMP /MTs Kelas VII. Jakarta: _______
Yudhi Munadi. 2013. Media Pembelajaran. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI
Rumusan masalah penelitian ini bagaimana penggunaan media presplasenta ekonomi keluarga untuk meningkatkan hasil belajar materi ikatan kimia topik tipe dan bentuk molekul kovalen siswa. Subjek penelitian adalah kelas X MIPA 2 berjumlah 32 siswa di SMA Negeri Patikraja Banyumas semester 1 tahun pelajaran 2014/2015. Hasil penelitian siklus I mencapai tuntas belajar 87,50% dengan nilai rata-rata 81,20. Kemudian, siklus II siswa mencapai tuntas 93,75% dengan rata-rata 86,90. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dari negatif ke positif terlihat dari observasi siklus I dan siklus II. Kata kunci: media presplasenta ekonomi keluarga, tipe dan bentuk molekul PENDAHULUAN Setiap guru menghendaki proses pembelajaran yang dilaksanakan menyenangkan, mengaktifkan, dan mencerdaskan siswa. Guru juga mengharapkan
setiap siswa selama
pembelajaran senantiasa aktif bertanya, menjawab pertanyaan, bertukar informasi, sehingga siswa dapat menguasai konsep yang dipelajari akhirnya hasil belajar menjadi memuaskan. Fakta menunjukkan bahwa mata pelajaran kimia sangat diperlukan oleh siswa sebab merupakan salah satu pelajaran yang diujikan pada ujian nasional dan pada ujian seleksi masuk perguruan tinggi serta sangat mendukung pada hampir semua program keahlian jurusan IPA
di perguruan tinggi,
meskipun demikian masih banyak siswa yang kurang tertarik pada pelajaran kimia dengan berbagai alasan seperti kurang menarik, rumit, dan membosankan. Observasi penulis pada
51
*) Penulis adalah Guru SMP N 2 Jeruklegi
awal mengajar di kelas X MIPA 2 SMA Negeri Patikraja Kabupaten Banyumas tahun pelajaran 2014/2015 pada standar kompetensi struktur atom dan sistem periodik unsur mendapatkan bahwa siswa yang merasa senang hanya 11 siswa dari 32 siswa jadi hanya 34,38%. Pengamatan aktivitas siswa mengenai aktivitas menjawab pertanyaan, bertanya, dan mengemukakan pendapat hanya 28,75%. Ketuntasan belajar mencapai 71,88% dari seluruh siswa, masih dibawah ketuntasan minimal yang ditetapkan yaitu sebesar 85%. Hasil observasi respon siswa terhadap pembelajaran dengan 10 indikator diperoleh skor 406 dari skor maksimum 640 atau setara dengan 63,44%. Penulis mengidentifikasi, permasalahan tersebut karena kurang bervariasinya model dan metode pembelajaran yang digunakan guru selain adanya keterbatasan media. Standar kompetensi mata pelajaran kimia di Sekolah Menengah Atas (SMA) lebih
*) Penulis adalah Guru Kimia SMA Negeri Patikraja Banyumas
52
Vol. 5 JANUARI 2016 ditekankan pada penerapan atau aplikasi
MIPA 2 SMA Negeri Patikraja Banyumas
bukan hanya mengenal atau memahami.
semester 1 tahun pelajaran 2014/2015.
yang terjadi pada diri seseorang sebagai
berisi tiga kompetensi dasar yaitu: 1) KD nomor
hasil dari proses yang relatif terus menerus
3.5. membandingkan proses pembentukan
Menurut Supriyono (2009) pembelajaran kimia
Tujuan penelitian tindakan kelas ini untuk
dijalani dari berbagai latihan dan pengalaman.
ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan kovalen
diharapkan dapat menumbuhkan suasana
mendeskripsikan penggunaan media
Jadi hasil belajar dalam penelitian ini meliputi
koordinasi, dan ikatan logam, serta interaksi
aktif, sedemikian rupa sehingga peserta didik
presplasenta ekonomi keluarga dan untuk
pencapaian kompetensi yang menggambarkan
antar partikel (atom, ion, molekul) materi dan
aktif bertanya, mempertanyakan dan
meningkatkan hasil belajar ikatan kimia topik
pengetahuan, keterampilan, dan nilai sikap
hubungannya dengan sifat fisik materi, 2) KD
mengemukakan gagasan.
tipe dan bentuk molekul pada siswa kelas X
sesuai tujuan pembelajaran yang berupa nilai
nomor 3.6 menganalisis kepolaran senyawa, 3)
MIPA 2 SMA Negeri Patikraja Banyumas
atau angka yaitu hasil belajar ikatan kimia topik
KD nomor 3.7
semester 1 tahun pelajaran 2014/2015.
tipe dan bentuk molekul diperoleh melalui tes
pasangan elektron di sekitar inti atom (Teori
Pada pembelajaran ikatan kimia khususnya
topik tipe molekul dan bentuk
menganalisis teori jumlah
molekul, diharapkan siswa dapat meramalkan
Manfaat penelitian bagi siswa adalah
tertulis, laporan kegiatan, dan penilaian unjuk
Domain Elektron) untuk menentukan bentuk
bentuk molekul berdasarkan teori jumlah
mengatasi masalah kesulitan memahami
kerja melalui observasi selama proses
molekul. Ketiga KD tersebut terinci dalam tujuh
pasangan elektron di sekitar inti atom (Teori
materi pembelajaran kimia sehingga
pembelajaran.
materi pokok yaitu: 1) struktur Lewis, 2) ikatan
Domain Elekron). Penentuan bentuk molekul
meningkatkan minat dan ketertarikan siswa
senyawa kovalen sangat ditentukan oleh benar
pada materi kimia.
tidaknya tipe molekul yang ditentukan. Tipe
meningkatkan kompetensi guru dalam hal
Media pembelajaran menurut Anitah
polar, 5) ikatan logam, 6) gaya antar molekul
molekul juga dapat digunakan untuk
berinovasi, berkreasi, dan kualitas
(2010) adalah setiap orang, bahan, alat, atau
dan 7) sifat fisik senyawa. Materi pembelajaran
menentukan: polar atau non polar, sesuai atau
pembelajaran. Manfaat bagi sekolah adalah
peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang
yang dipilih dalam penelitian ini adalah tentang
tidak sesuai dengan kaidah oktet, serta untuk
memiliki referensi hasil kegiatan kreatif dan
memungkinkan pembelajar untuk menerima
tipe molekul dan bentuk molekul senyawa
menentukan hibridisasi senyawa kovalen.
inovatif yang diharapkan berdampak positif
pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
kovalen, karena materi tersebut dapat untuk
Pada kenyataannya penentuan tipe molekul
terhadap guru lain untuk melakukannya.
Pembelajaran dengan memanfaatkan alat
menentukan polar atau non polar dan
peraga akan memotivasi siswa berkreasi
hibridisasi senyawa kovalen. Meramalkan
Manfaat bagi guru adalah
berbagai jenis senyawa kovalen termasuk topik
51
Vol. 5 JANUARI 2016
ion dan ikatan kovalen, 3) ikatan kovalen Media Presplasenta
koordinasi, 4) senyawa kovalen polar dan non
yang sulit. Agar mencapai ketuntasan belajar
LANDASAN TEORITIS DAN HIPOTESIS
secara kreatif dan mengkonstruksi
bentuk molekul menurut Salirawati (2007)
yang diharapkan, guru perlu memilih tindakan
TINDAKAN
pengetahuannya secara bermakna, sehingga
dapat menggunakan teori VSEPR dengan
kegiatan pembelajaran yang dianggap paling
Hasil Belajar
hasil belajar akan lebih efektif. Media
menghitung jumlah elektron yang terlibat dalam
tepat. Kegiatan kreatif dan inovatif yang dipilih
Menurut Nasution (2000) pelajaran akan
presplasenta adalah media pembelajaran yang
pembentukan ikatan dengan langkah-langkah
menggunakan media presplasenta ekonomi
lebih menarik dan berhasil apabila dihubungkan
digunakan untuk membantu proses
sebagai berikut: 1) menentukan elektron
keluarga. Kegiatan yang dilakukan
dengan pengalaman-pengalaman dimana anak
pembelajaran kimia. Media presplasenta
valensi atom pusat, 2) menentukan muatan
menggunakan media dengan
dapat melihat, meraba, mengucap, berbuat,
ekonomi keluarga yang dimaksud dalam
molekul senyawa, jika molekul netral maka
mempresentasikan plastisin dan sedotan yang
mencoba, dan berfikir. Pelajaran tidak hanya
penelitian ini adalah alat yang dirancang dan
muatannya nol, bila bermuatan positif maka
ditata menggunakan prinsip ekonomi keluarga
bersifat intelektual melainkan juga bersifat
dibuat oleh siswa atas bimbingan guru dengan
ditulis bertanda negatif yang menunjukkan
untuk menentukan tipe molekulnya. Kegiatan
emosional. Kegembiraan belajar dapat
memanfaatkan plastisin, sedotan plastik
molekul tersebut kekurangan elektron, jika
ini menjadikan pembelajaran lebih terpusat
mempertinggi hasil pelajaran. Menurut Bloom
(presplasenta = presentasi plastisin dan
bermuatan negatif maka ditulis bertanda positif
pada siswa sehingga siswa lebih aktif dan tidak
dalam Supriyono (2009) hasil belajar mencakup
sedotan yang tertata), gunting, jarum pentul,
yang menunjukkan bahwa molekul senyawa
hanya menghafalkan suatu informasi tetapi
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor.
dan sterofoam untuk digunakan pada kegiatan
tersebut kelebihan elektron, 3) menentukan
siswa melakukan aktivitas.
Menurut Subyatoro (2014) hakikat hasil belajar
pembelajaran kimia materi ikatan kimia topik
jumlah elektron atom yang terikat oleh atom
Rumusan masalah dalam penelitian ini
merupakan sesuatu penguasaan pengetahuan
tipe molekul dan bentuk molekul.
pusat yang dipakai untuk berikatan, 4)
adalah bagaimana penggunaan media
atau keterampilan bagi peserta didik terhadap
presplasenta ekonomi keluarga untuk
suatu konsep pembelajaran yang
meningkatkan hasil belajar ikatan kimia topik
dikembangkan dalam setiap mata pelajaran.
Silabus Kimia Kurikulum 2013 SMA
tipe dan bentuk molekul kovalen siswa kelas X
Hasil belajar juga bermakna perubahan positif
Negeri Patikraja Banyumas bab ikatan kimia
*) Penulis adalah Guru Kimia SMA Negeri Patikraja Banyumas
menentukan jumlah elektron keseluruhan yang Ikatan Kimia Topik Tipe dan Bentuk Molekul
terlibat dalam ikatan yaitu jumlah PEI dan PEB, 5) menentukan bentuk molekul berdasarkan jumlah PEI dan PEB-nya.
*) Penulis adalah Guru Kimia SMA Negeri Patikraja Banyumas
52
Vol. 5 JANUARI 2016 Contoh 1: Meramalkan bentuk molekul BrF3, maka elektron valensi atom pusat (Br) = 7,
PEB = E = 5 – 2 = 3, Tipe molekul = AX2E3,
S ingin seperti 18Ar maka cenderung menjadi
penghasilan per bulannya dalam satuan juta
16
rupiah sesuai dengan letak golongan dalam
8
Contoh 3 : Meramalkan bentuk molekul
SPU atau jumlah elektron valensi, yaitu :
VIIA yaitu unsur 9F, 17Cl, 35Br, dan 53I ingin seperti
Nh4 , elektron valensi atom pusat (N) = 5,
golongan IIA hanya unsur Be (Berilium)
10
-
bentuk molekul I3 diramalkan = linier.
muatan BrF3 = 0, jumlah elektron dari 3F untuk berikatan = 3, jumlah elektron = 10, jumlah
Vol. 5 JANUARI 2016
+
+
O2- dan 16S2- (menangkap 2 elektron) ; golongan Ne,
18
Ar,
36
Kr, dan
Xe maka cenderung
muatan NH4 = -1, jumlah elektron dari 4H untuk
digambarkan orang tua bernama Beni
menjadi 9F , 17Cl , 35Br , dan 53I- (menangkap 1
3, jumlah PEB = E = 5 – 3 = 2, tipe molekul =
berikatan = 4, jumlah elektron = 8, jumlah
penghasilan 2 juta rupiah per bulan, golongan
elektron). (2) Atom terikat, digambarkan
AX3E2, bentuk molekul BeF3 diramalkan =
pasangan elektron = 8 : 2 = 4 pasang, jumlah
IIIA hanya unsur B (Boron) digambarkan orang
sebagai anak yang masih sekolah atau masih
Bentuk T.
PEI = X = 4 pasang, jumlah PEB = E = 4 – 4 = 0
tua bernama Bonar penghasilan 3 juta rupiah
kuliah yang masih membutuhkan biaya rata-
pasang, tipe molekul = AX4, bentuk molekul
per bulan, golongan IVA
hanya unsur C
rata per bulan dalam satuan juta rupiah (anak
(karbon) dan Si (Silikon) digambarkan orang
sekolah rata-rata membutuhkan biaya 1 juta
Contoh 2 : Meramalkan bentuk molekul I3 -
, elektron valensi atom pusat (I) = 7, muatan I3 =
+
NH4 diramalkan = Tetrahedral.
-
54
pasangan elektron = 10 : 2 = 5, jumlah PEI = X =
-
-
-
+1, jumlah elektron dari 2 I untuk berikatan = 2,
Hubungan antara tipe molekul dengan
tua bernama Candra dan Simon penghasilan 4
rupiah, anak kuliah rata-rata membutuhkan
jumlah elektron = 10, jumlah pasangan elektron
bentuk molekul menurut Susilowati (2013)
juta rupiah per bulan, golongan VA hanya unsur
biaya 2 juta rupiah) sesuai dengan jumlah
= 10 : 2 = 5, jumlah PEI = X = 2, jumlah
adalah sebagai berikut:
N (Nitrogen) dan P (fosfor) digambarkan orang
elektron yang dibutuhkan suatu atom untuk
tua bernama Nitam dan Poniran penghasilan 5
mencapai konfigurasi elektron stabil,
juta rupiah per bulan, golongan VIA hanya
pertama unsur 1H (hidrogen), 9F (fluor),
unsur O (Oksigen) dan S (belerang)
(klor) semua membutuhkan 1 elektron agar
digambarkan orang tua bernama Oskar dan
seperti
Sujatno penghasilan 6 juta rupiah per bulan,
digambarkan anak masih sekolah bernama
golongan VIIA hanya unsur (F (fluor), Cl (klor),
(Hani, Fitri, Clarisa) membutuhkan biaya rata-
Br (brom), I (iod)) digambarkan orang tua
rata 1 juta per bulan; kedua unsur 8O (oksigen),
bernama (Fuad, Clinton, Bram, Imam)
dan 16S (sulfur/belerang) semua membutuhkan
penghasilan 7 juta rupiah per bulan, golongan
2 elektron agar menjadi
VIIIA hanya unsur Xe (Xenon) digambarkan
digambarkan anak masih kuliah bernama Osi
orang tua bernama Xena penghasilan 8 juta
dan Sukron membutuhkan biaya rata-rata 2 juta
rupiah per bulan. Penentuan golongan atom
per bulan. (3) PEI yaitu Pasangan Elektron
pusat dapat cukup dengan melihat nomor
Ikatan dilambangkan dengan X adalah jumlah
perkawinan, 3) pasangan perkawinan dengan
atomnya dihubungkan dengan nomor atom gas
atom yang terikat oleh atom pusat digambarkan
atau tanpa anak dan 4) satu orang (duda
mulia yaitu 2He, 10Ne, 18Ar, 36Kr, 54Xe, dan 86Rn
jumlah seluruh anak yang dimiliki oleh orang tua
ataupun janda) dengan beberapa anak.
(Cita-cita unsur), misalnya golongan IIA 4Be
tersebut. (4) PEB yaitu Pasangan Elektron
2+
Bebas dilambangkan dengan E adalah jumlah
NO 1 2
3
TIPE MOLEKUL AX, AXE, AXE2, AXE3 AX2, AX2E3 AX2E, AX2E2 AX3 AX3E AX3E2 AX4 AX4E
4 AX4E2
5
AX5 AX5E
6
AX6
Ekonomi Keluarga Ekonomi menurut Sutarno (2005) adalah upaya manusia dan masyarakat dalam
BENTUK MOLEKUL Linier Linier Bentuk V (Bentuk Sudut) Trigonal Planar (Segitiga Datar) Trigonal Piramid (Piramida Segitiga) Bentuk T Tetrahedral Persegi Panjang (Tetrahedral Terdistorsi) Bujur Sangkar (Segi Empat Datar) Trigonal Bipiramid Tetragonal Piramid (Piramida Segiempat) Oktahedral
cenderung ingin seperti 2He maka menjadi 4Be
2
He,
10
Ne, dan
18
yaitu : 17
Cl
Ar sehingga
10
Ne dan
18
Ar
memenuhi kebutuhan dan berkaitan langsung
Prinsip ekonomi keluarga dalam
dengan kehidupan manusia sehari-hari.
penelitian tindakan kelas ini sangat berkaitan
(melepas/ menggunakan 2 elektron valensi);
penghasilan orang tua dalam satuan juta
Keluarga menurut Damanik (2010) adalah unit
dengan penghasilan orang tua tiap bulan dan
golongan IIIA yaitu unsur 5B cenderung ingin
dikurangi jumlah biaya yang dipakai semua
3 +
anak dalam satuan juta kemudian dibagi dua,
sosial terkecil dalam masyarakat yang ditandai
kebutuhan keluarga khususnya untuk biaya
seperti
oleh household (hidup bersama) maupun
sekolah atau kuliah anak-anaknya tiap bulan.
(melepas/menggunakan 3 elektron valensi);
atau separoh sisa uang yang tidak digunakan
nomenclature (sistem tata nama). Keluarga
Prinsip ekonomi keluarga digunakan untuk
golongan IVA yaitu unsur 6C cenderung ingin
untuk biaya sekolah.
2
He maka menjadi
5
B
4+
menurut Horton dan Hunt (1987) dalam
menentukan tipe molekul senyawa kovalen.
Damanik (2010) bisa merupakan: 1) satuan
Penentuan tipe molekul menggunakan prinsip
kelompok yang mempunyai nenek moyang
ekonomi keluarga adalah sebagai berikut. 1)
seperti 2He atau 10Ne maka menjadi 6C atau 6
C
4-
3-
yang sama, 2) suatu kelompok kekerabatan
Atom pusat, dilambangkan dengan huruf A
yang dipersatukan oleh ikatan darah ataupun
digambarkan sebagai orang tua yang jumlah
51
*) Penulis adalah Guru Kimia SMA Negeri Patikraja Banyumas
10
bermuatan negatif digambarkan orang tua
P
tersebut mendapatkan tambahan uang dalam
Ne maka menjadi
satuan juta rupiah sesuai besar muatannya dari
; golongan VA yaitu unsur 7N dan
cenderung ingin menjadi
(5) Jika molekul
15
3-
N dan 15P (menangkap 3 elektron) ; golongan
berhutang ke koperasi.
VIA yaitu unsur 8O ingin seperti
bermuatan positif digambarkan orang tua
7
10
Ne dan
*) Penulis adalah Guru Kimia SMA Negeri Patikraja Banyumas
(6) Jika molekul
52
Vol. 5 JANUARI 2016 tersebut bersedekah sehingga
jumlah uang
ibaratnya punya empat anak kembar One, Oni,
laboratorium Kimia SMA Negeri Patikraja Jalan
dikaitkan dengan data kuantitatif sebagai dasar
berkurang dalam satuan juta rupiah sesuai
Osa, Osi (semua kuliah); jumlah biaya yang
Adipura nomor 3 Patikraja Banyumas. Subjek
untuk mendeskripsikan peningkatan hasil
besar muatannya. Bentuk molekul dapat
dibutuhkan = (4 kuliah x 2 juta) = 8 juta;
penelitian adalah siswa kelas X MIPA 2 SMA
belajar pada pembelajaran dengan
Negeri Patikraja Banyumas semester 1 tahun
menggunakan media presplasenta ekonomi keluarga.
ditentukan jika tipe molekul telah diketahui dengan cara percobaan presplasenta ekonomi
; jadi tipe molekul = AX4 ; bentuk molekul =
pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 32 siswa.
keluarga yang juga menggunakan tabel
Tetrahedral. Contoh 4:
molekul bermuatan
Pengambilan data dilakukan menggunakan
hubungan antara tipe milekul dan bentuk
H3O ; atom pusat O (Oksigen) = Pak Oskar),
observasi, dokumentasi, dan tes. Observasi
peneliti untuk mengukur
molekul. Tabel hubungan antara tipe molekul
Gol. VIA,sebab jml elektron valensi 6, yaitu 8O=
dilaksanakan dengan menggunakan instrumen
belajar pada kegiatan penelitian adalah dengan
+
2
4
2-
Indikator kinerja yang digunakan oleh peningkatan hasil
dan bentuk molekul dikelompokan berdasarkan
(2He)2s 2p atau cenderung 8O (Gaji 6 Juta) =
lembar observasi pengukuran kinerja.
melihat hasil belajar kimia siswa dengan media
jumlah X atau PEI yang semakin meningkat
(A); Pak Oskar bersedekah 1 juta jadi jumlah
Dokumentasi diperoleh dari lembar kerja siswa
presplasenta ekonomi keluarga dalam
pada tipe molekul agar mudah dipahami,
uangnya = 6 - 1 = 5 juta; atom terikat H ada 3
dan laporan resmi hasil percobaan. Tes
penelitian ini. Prosentase Respon siswa
jumlah X sesuai dengan nomor urut
(X=3), ibaratnya punya tiga anak kembar Huri,
dilaksanakan dengan menggunakan tes tertulis
dengan 10 indikator kualitas pembelajaran
pengelompokan, dalam nomor urut yang sama
Heru, Hari
(semua sekolah), Jumlah biaya
untuk mengukur kemampuan siswa dalam
diharapkan sekurang-kurangnya mencapai
jumlah E atau PEB juga dibuat berurutan.
yang dibutuhkan = (3 sekolah x 1 juta) = 3 juta;
menguasai materi pembelajaran ikatan kimia
66,00% dari skor ideal (maksimum). Hasil
topik tipe molekul dan bentuk molekul.
pembelajaran dinyatakan berhasil apabila
Contoh 1 : molekul H2O
: atom pusat O
(oksigen = Pak Oskar), Gol. VIA, sebab jml e 2
4
valensi 6, 8O = (2He) 2s 2p , atau cenderung
jadi tipe molekul = AX3E , dan bentuk molekul = Trigonal piramid.
2-
8
O (Gaji Pak Oskar 6 Juta) = (A); atom terikat
H ada 2 (X=2), ibaratnya punya dua anak
Kerangka Berpikir
Analisis data menggunakan analisis
jumlah siswa yang mendapatkan nilai akhir hasil
deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Analisis
kegiatan melewati batas kriteria ketuntasan
kuantitatif dikenakan pada data tes hasil belajar
minimal (KKM) sebesar 75 atau setara dengan
dan unjuk kerja dalam melaksanakan
85% dari semua siswa. Penelitian tindakan
kembar Hani dan Hana masih sekolah; jumlah
Penentuan tipe molekul dan bentuk
pembelajaran dengan percobaan presplasenta
kelas ini dianggap berhasil apabila terjadi
biaya yang dibutuhkan = (2 anak x 1 juta) =2
molekul menggunakan media presplasenta
ekonomi keluarga. Data hasil tes berupa
peningkatan hasil belajar pada materi ikatan
juta;
ekonomi keluarga melibatkan peristiwa
jawaban siswa terhadap tipe soal uraian
kimia topik tipe molekul dan bentuk molekul.
jadi tipe molekul = AX2E2 ; dan bentuk molekul
kehidupan sehari-hari sehingga lebih mudah
terbuka dianalisis setiap jawaban secara
Langkah penelitian tindakan kelas ini
= Bentuk V. Contoh 2: molekul XeOF2 : atom
diterapkan oleh siswa.
cermat. Selanjutnya dianalisis pada masing-
menggunakan proses pengkajian berdaur
masing siklus yaitu: dicari nilai tertinggi (NTT),
dengan 4 tahapan yaitu: 1) merencanakan, 2)
nilai terendah (NTR), dan nilai rata-rata (NR).
melaksanakan, 3) mengamati (observasi), dan
pusat Xe (Xenon) = Pak Xena), Gol. VIIIA, 2
10
6
sebab jml e valensi 8, 54Xe = (36Kr) 5s 4d 5p ,
Hipotesis Tindakan
nomor atom gas mulia 54 (GAJI 8 JUTA) = (A);
Media presplasenta ekonomi keluarga
Persentase ketuntasan siswa diperoleh dari
4) merefleksi. Kesimpulan diambil atas dasar
atom yang terikat yaitu O dan F ada 3 (X=3),
dapat meningkatkan hasil belajar ikatan kimia
jumlah siswa yang mendapatkan nilai ≥ 75
perubahan hasil tes dan non tes dalam kegiatan
ibaratnya punya tiga anak Osi (kuliah), FANI &
topik tipe dan bentuk molekul kovalen pada
dibagi jumlah siswa, kemudian dikalikan 100%.
pembelajaran. Dari perubahan hasil tes
FINA (sekolah); jumlah biaya yang dibutuhkan
siswa kelas X MIPA 2 SMA Negeri Patikraja
Peningkatan hasil belajar dapat diketahui
diperoleh informasi tentang peningkatan hasil
= (1 kuliah x 2 juta) + (2 sekolah x 1 juta) = 4
Banyumas semester 1 tahun pelajaran
dengan membandingkan data hasil tes yang
pembelajaran. Siklus I dilaksanakan dengan 4
juta;
2014/2015.
meliputi nilai tertinggi, nilai terendah, nilai rata-
tahapan yaitu merencanakan, melaksanakan,
rata, dan persentase siswa yang mencapai
mengamati, dan merefleksi. (1) Tahap
METODE PENELITIAN
ketuntasan pada pra siklus, siklus I, dan siklus II
merencanakan meliputi kegiatan: a) membuat
Jenis dan Waktu Penelitian
sesuai dengan indikator kinerja yang telah
RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), b)
Penelitian ini termasuk penelitian
ditetapkan. Analisis kualitatif dilakukan pada
mempersiapkan instrumen penelitian (Tes Hasil
(Gaji 6
tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari 2 siklus,
hasil observasi pembelajaran, angket respon
Belajar, Angket Respon Siswa, Lembar Kerja
Juta) = (A); Pak Soni hutang 2 juta ke koperasi
dilaksanakan selama 3 bulan yaitu bulan
siswa dan dokumentasi foto. Data tersebut
Siswa, dan Lembar Observasi) untuk
(muatan molekul -2) jadi jumlah uangnya = 6 + 2
September s.d. November 2014. Kegiatan
diklasifikasikan berdasarkan aspek-aspek
mempermudah guru melakukan kegiatan
= 8 juta ;
penelitian dilaksanakan di ruang kelas dan di
yang dijadikan fokus analisis kemudian
penelitian dan menjadi acuan bagi siswa dalam
Jadi tipe molekul = AX3E2 ; dan bentuk molekul = Bentuk T. Contoh 3:
molekul bermuatan
2-
SO4 : atom pusat S (Belerang) = Pak Soni), Gol. VIA, sebab jml elektron valensi 6, yaitu 16S 2
4
= (10Ne)3s 3d atau cenderung 16S
51
Vol. 5 JANUARI 2016
2-
atom terikat O ada 4 (X=4),
*) Penulis adalah Guru Kimia SMA Negeri Patikraja Banyumas
*) Penulis adalah Guru Kimia SMA Negeri Patikraja Banyumas
52
Vol. 5 JANUARI 2016
51
Vol. 5 JANUARI 2016
melaksanakan aktivitas, c) mempersiapkan
Siklus II dilaksanakan dalam 4 tahap
untuk mengetahui respon siswa dalam
alat dan bahan yang diperlukan untuk
yaitu: a) merencanakan, b) melaksanakan, c)
mengikuti pembelajaran, pengambilan data
Proses pembelajaran siklus I dapat dilihat
mendukung kegiatan penelitian dan
mengamati, dan d) merefleksi. (1) Tahap
dilakukan dengan cara membagikan lembar
melalui hasil pengamatan kolaborator melalui
pembelajaran. (2) Tahap melaksanakan
merencanakan, meliputi kegiatan: a)
angket kepada siswa setelah pembelajaran
lembar observasi dan dokumen foto. Ada
dilakukan oleh guru melalui kegiataan
penyempurnaan Rencana Pelaksanaan
selesai. (4) Tahap
refleksi, meliputi: a)
peningkatan kualitas pembelajaran kimia materi
pembelajaran dengan media presplasenta
Pembelajaran (RPP) siklus II berdasarkan hasil
identifikasi kendala dan masalah yang
ikatan kimia topik tipe molekul dan bentuk
ekonomi keluarga pada siswa kelas X MIPA 2
refleksi, b) mempersiapkan instrumen
ditemukan dalam pembelajaran, b)
molekul pada siswa kelas X MIPA 2. Dari hasil
SMA Negeri Patikraja Banyumas semester 1
penelitian (Tes Hasil Belajar, Angket Respon
menyimpulkan hasil kegiatan penelitian
tes yang dilakukan pada siklus I, diperoleh nilai
tahun pelajaran 2014/2015. Tahap melakukan
Siswa, Lembar Kerja Siswa, dan Lembar
dengan metode percobaan presplasenta
rata-rata 81,20, nilai tertinggi 92,00 dan nilai
tindakan ini meliputi tiga kegiatan yaitu : a)
Observasi) siklus II, c) mempersiapkan alat dan
ekonomi keluarga pada akhir siklus II.
terendah 60,00. Dengan demikian, siswa yang
kegiatan awal, meliputi pembagian kelompok
bahan yang diperlukan untuk mendukung
percobaan, menyampaikan motivasi,
dan
kegiatan penelitian dan pembelajaran, alat dan
informasi cara kerja kegiatan percobaan, b)
bahan yang diperlukan dalam percobaan pada
kegiatan inti, meliputi pengenalan konsep
siklus II. (2) Tahap melaksanakan, dilakukan
dengan menyampaikan informasi tentang
kembali oleh guru dengan melaksanakan
materi ikatan kimia topik tipe molekul dan
kegiataan pembelajaran menggunakan media
bentuk molekul melalui alat percobaan untuk
presplasenta ekonomi keluarga pada siswa
presentasi plastisin dan sedotan tertata
kelas X MIPA 2 SMA Negeri Patikraja
(presplasenta) menggunakan prinsip ekonomi
Banyumas semester 1 tahun pelajaran
keluarga, c) kegiatan akhir, yaitu menarik
2014/2015. Tahap melaksanakan ini juga
kesimpulan dan tes akhir pembelajaran. (3)
meliputi tiga kegiatan yaitu: a) kegiatan awal,
Tahap mengamati, yaitu mencari data sesuai
meliputi
dengan permasalahan penelitian yang meliputi
informasi cara kerja kegiatan percobaan pada
tiga kegiatan: a) pengamatan aktivitas siswa
siklus II ini, b) kegiatan inti, meliputi pengenalan
dan proses pembelajaran menggunakan
konsep kembali dengan menyampaikan
lembar observasi untuk mengetahui kualitas
informasi tentang materi ikatan kimia topik tipe
selebihnya kurang tertarik untuk mengikuti
Aktivitas pembelajaran siklus I siswa
pelaksanaan pembelajaran, b) pengambilan
molekul dan bentuk molekul melalui media
pembelajaran. Berdasarkan aspek
berkelompok yang terdiri dari 6 orang untuk
dokumentasi foto kegiatan sebagai bukti fisik
untuk presentasi plastisin dan sedotan tertata
pengamatan keaktifan siswa seperti rajin
kelompok ke-1, ke-2, dan ke-3, tetapi terdiri dari
pelaksanaan kegiatan pembelajaran, (c)
(presplasenta) menggunakan prinsip ekonomi
menjawab pertanyaan, rajin bertanya, atau
7 orang untuk kelompok ke-4 dan ke-5. Siswa
pengisian angket mengenai implementasi
keluarga, c) kegiatan akhir, yaitu menarik
mengemukakan pendapat hanya ada 6 siswa
telah berdiskusi menentukan tipe molekul 12
metode percobaan untuk mengetahui respon
kesimpulan dan tes akhir pembelajaran. (3)
atau 28,75% siswa dengan kategori siswa aktif.
jenis molekul kovalen sesuai dengan jenis tipe
siswa dalam mengikuti pembelajaran,
Tahap mengamati, yaitu mencari data sesuai
Ketuntasan belajar hanya mencapai 71,88%
molekul yang ada. Masing-masing kelompok
pengambilan data dilakukan dengan cara
dengan permasalahan penelitian yang meliputi:
dari seluruh siswa. Hasil tersebut belum
wajib membuat struktur molekul 5 jenis molekul
membagikan lembar angket kepada siswa
a) pengamatan aktivitas siswa dan proses
memenuhi ketuntasan klasikal yaitu 85%. Hasil
kovalen yang berbeda tipe molekulnya
setelah pembelajaran selesai.
(4) Tahap
pembelajaran menggunakan lembar observasi
observasi respon siswa terhadap pembelajaran
menggunakan plastisin dan sedotan. Kegiatan
refleksi, yaitu tahap yang mengandung dua
untuk mengetahui kualitas pelaksanaan
dengan 10 indikator diperoleh skor 406 dari
setelah penyusunan plastisin dan sedotan
kegiatan: (a) identifikasi kendala dan masalah
pembelajaran, b) pengambilan dokumentasi
640 skor maksimum, atau setara dengan
adalah presentasi kelompok dan diskusi kelas
yang ditemukan dalam pembelajaran, (b)
foto kegiatan sebagai bukti fisik pelaksanaan
63,44%. Berdasarkan indikator kinerja, pada
serta membuat laporan untuk menjelaskan
mencari solusi dari kendala atau masalah yang
kegiatan pembelajaran, c) pengisian angket
kegiatan prasiklus respon kualitas
kegiatan yang telah dilakukan, kegiatan siklus I
terjadi.
mengenai implementasi metode percobaan
pembelajaran masuk dalam Kategori Sedang.
didokumentasikan pada gambar 1.
menyampaikan motivasi,
dan
*) Penulis adalah Guru Kimia SMA Negeri Patikraja Banyumas
Deskripsi Siklus I
tuntas sebanyak 28 orang atau 87,50%.. Hasil HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
observasi peneliti bersama kolaborator
Prasiklus
terhadap aktivitas siswa pada saat
Sebelum pelaksanaan tindakan, banyak
pembelajaran berlangsung menunjukan
siswa merasa kesulitan memahami materi
kenaikan, ditunjukkan jumlah siswa aktif
pembelajaran. Pembelajaran lebih terpusat
menjadi 14 siswa atau 43,75%, siswa cukup
pada guru. Siswa belum aktif melakukan
aktif hanya 10 siswa atau 31,25%, dan siswa
kegiatan yang berkaitan dengan penerapan
yang pasif masih ada 8 siswa atau 25%.
konsep kimia dalam kehidupan sehari-hari.
Hasil observasi respon siswa terhadap
Pada kegiatan pembelajaran standar
pembelajaran dengan 10 indikator diperoleh
kompetensi struktur atom dan sistem
skor 433 dari 640 skor maksimum atau setara
periodik unsur, banyak siswa kurang aktif.
dengan 67,66%. Berdasarkan indikator kinerja,
Siswa yang tertarik mengikuti pembelajaran
respon siswa terhadap kualitas pembelajaan
hanya 11 anak dari 32 siswa atau 34,38%,
masuk dalam Kategori Baik.
*) Penulis adalah Guru Kimia SMA Negeri Patikraja Banyumas
52
Vol. 5 JANUARI 2016
Vol. 5 JANUARI 2016 pembelajaran pada siklus II antara lain:
keluarga dilakukan langsung di depan kelas
pengelolaan waktu dan pembagian kerja
oleh salah satu anggota kelompok terhadap
anggota kelompok agar semua tugas dapat
satu jenis senyawa kovalen setelah dilakukan
terselesaikan. Presentasi penentuan tipe
diskusi dan latihan presentasi bersama
molekul dan bentuk molekul menggunakan
kelompoknya masing-masing.
plastisin dan sedotan dan prinsip ekonomi
Gambar 1. Aktivitas Diskusi dan Percobaan Penentuan Tipe Molekul dan Bentuk Molekul Senyawa Kovalen Pada Siklus I
Gambar 3. Diskusi dan Latihan Presentasi Penentuan Tipe Molekul dan Bentuk Molekul dengan Presplasenta Prinsip Ekonomi Keluarga Siklus II
Perbandingan hasil penelitian antara prasiklus, siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada tabel berikut, No
dilihat melalui hasil pengamatan kolaborator,
51
Prasiklus
Siklus I
Siklus II
1
Persen siswa pasif
36,87%
25,00%
12,50%
2
Persen siswa cukup aktif
34,38%
31,25%
21,88%
3
Persen siswa aktif
28,75%
43,75%
65,63%
4
Respon siswa
63,44%
67,66%
74,53%
cukup aktif hanya 7 siswa atau 21,88%, dan
5
Kategori respon siswa
Sedang
Baik
Baik
siswa pasif masih ada 4 atau 12,50%.
5
Rata-rata nilai tes tertulis
-
81,16
86,94
Nilai maksimum
-
92
100
-
60
70
71,88%
87,50%
93,75%
Gambar 2. Bentuk-bentuk Molekul Hasil Percobaan
Proses pembelajaran siklus II dapat
Hasil Pengamatan
lembar observasi dan dokumen foto. Telah
Hasil observasi respon siswa terhadap
6
terjadi perbaikan kualitas pembelajaran dalam
pembelajaran dengan 10 indikator diperoleh
7
Nilai minimum
pembelajaran materi ikatan kimia topik
tipe
skor 477 dari 640 skor maksimum, didapatkan
8
Ketuntasan
molekul dan bentuk molekul senyawa kovalen
persentase 74,53%. Karena melewati indikator
pada siswa kelas X MIA 2 diperoleh hasil belajar
kinerja maka pada siklus II kualitas
Pembahasan
memahami konsep-konsep penetuan tipe dan
yang semakin meningkat, dengan rincian
pembelajaran telah mendapatkan respon
Beberapa hasil yang dapat diperoleh dari
bentuk molekul dihubungkan dengan ekonomi
sebagai berikut: nilai rata-rata 86,90, nilai
Kategori Baik oleh siswa dan mengalami
pelaksanaan kegiatan kreativitas pembelajaran
keluarga sehingga konsep akan lebih mudah
tertinggi 100 dan nilai terendah 70,00. Siswa
peningkatan sebesar 9,36%.
media presplasenta ekonomi keluarga di SMA
untuk diingat dan sulit untuk terlupakan. 3) Hasil
Tabel 3. Hasil Penelitian Prasiklus Siklus I dan Siklus II
yang tuntas atau mendapatkan nilai lebih dari
Aktivitas pembelajaran siklus II siswa
Negeri Patikraja Banyumas sebagai berikut. 1)
diskusi saat dan setelah percobaan yang
75,00 sebanyak 30 siswa atau 93,75%, sudah
berkelompok yang terdiri dari 6 orang untuk
Siswa lebih meningkat kemampuan secara
meliputi kegiatan diskusi dalam kelompok
melewati batas tuntas klasikal. Hasil observasi
kelompok ke-1, ke-2, dan ke-3, tetapi terdiri dari
mental, lisan, dan kreativitas dalam
maupun kelas, telah menjadikan media
peneliti bersama kolaborator terhadap aktivitas
7 orang untuk kelompok ke-4 dan ke-5, jumlah
mempresentasikan hasil percobaan dan
mempermudah menginformasikan hasil
siswa saat pembelajaran berlangsung
tersebut memudahkan untuk data penilaian
diskusi kelompok untuk menentukan tipe dan
kegiatan yang telah mereka lakukan. Kegiatan
menunjukkan kenaikan terbukti dengan jumlah
siswa. Hasil refleksi dari silkus 1 dijadikan
bentuk molekul. 2) Siswa terdorong untuk
tersebut sebagai media siswa untuk belajar
siswa aktif menjadi 21 atau 65,63%, siswa
perbaikan untuk meningkatkan kualitas
meningkatkan daya imajinasi dalam
bekerjasama, menghargai pendapat orang lain,
*) Penulis adalah Guru Kimia SMA Negeri Patikraja Banyumas
*) Penulis adalah Guru Kimia SMA Negeri Patikraja Banyumas
52
Vol. 5 JANUARI 2016
Vol. 5 JANUARI 2016
bertanggungjawab dan siap untuk melakukan
lingkungan sekitar sehingga telah membuktikan
percobaan lainnya untuk berbagai materi
refleksi kekurangan yang ada pada diri mereka.
bahwa pemahaman terhadap suatu konsep
dalam pembelajaran kimia.
4) Kegiatan pembelajaran memenggunakan
memiliki makna bagi kehidupan nyata siswa.
pelajaran lain hendaknya dapat terinspirasi dari
media presplasenta ekonomi keluarga telah
10) Kerjasama antar siswa dengan siswa dan
metode presplasenta ekonomi keluarga untuk
Nasution, 2005, Berbagai pendekatan dalam
meningkatkan motivasi dan aktivitas siswa, hal
antar guru dengan siswa berjalan cukup baik,
berkreasi dan berinovasi disesuaikan dengan
Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi
tersebut berdasarkan hasil observasi dan
sebab pada pembelajaran metode percobaan
materi pelajarannya.
Aksara
persentase jumlah siswa yang aktif. 5) Hasil
kegiatannya dilakukan secara bervariasi yaitu:
observasi menyatakan adanya respon positif
klasikal, individual, dan berkelompok. Seluruh
DAFTAR PUSTAKA
Nono Sutarno, 2009, Materi dan Pembelajaran
dari kegiatan yang telah dilakukan dalam
aktivitas yang dilakukan dalam pembelajaran
Anitah, Sri. 2010. Media Pembelajaran.
IPA SD, Jakarta: Universitas Terbuka
pembelajaran dari 10 indikator yang
metode percobaan menjadikan pembelajaran
menghasilkan peningkatan menunjukkan
dirasakan lebih bermakna bagi siswa dan
sesuai hasil siklus I sebesar 67,66% dan siklus
sebagai wahana peningkatan kepedulian siswa
II sebesar 74,53 % keduanya termasuk pada
terhadap masalah dalam lingkungan.
Guru mata
Mulyasa, E, 2002, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung: Rosda karya
Surakarta: Yuma Presindo Salirawati, Das. 2007. Belajar Kimia Secara Asrori. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV Wacana Prima
Menarik Untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
kriteria baik. 6) Peningkatan hasil belajar pada penelitian ini dapat dilihat dari aspek aktivitas
PENUTUP
yang semakin naik, tes tertulis, dan pada
Simpulan
Damanik, Fritz. 2010. Seribu Pena Sosiologi. Jakarta: Erlangga.
Subyantoro. 2014. Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: Duta Publishing Indonesia
akhirnya bisa dibandingkan antara hasil
Telah dilaksanakan kegiatan siswa
ketuntasan pembelajaran pada pra siklus,
berupa percobaan, diskusi, dan presentasi
Depdiknas. 2007. Permendiknas 22/2006
Supriyono Agus, 2009, Cooperative Learning,
siklus I, dan siklus II. Ketuntasan belajar pada
penentuan tipe molekul dan bentuk molekul
Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan
Teori dan Aplikasi PAKEM, Surabaya:
pra silkus sebesar 71,88%, pada siklus I
menggunakan alat dan bahan yang berupa
Dasar dan Menengah, Jakarta:
Pustaka Pelajar
sebesar 87,50%, dan pada siklus II sebesar
plastisin dan sedotan yang di tata
Depdiknas.
93,75%. 7) Kondisi kelas dan suasana yang
menggunakan prinsip ekonomi keluarga.
tidak membosankan bagi siswa,
Ketercapaian ketuntasan belajar siswa pada
Iryani. 2012. Peningkatan Minat dan Hasil
X SMA dan MA Kelompok Peminatan
mempermudah siswa dalam memahami
akhir siklus I sebesar 87,50% dari jumlah siswa
Belajar Kimia Tentang Larutan Elektrolit
Matematika dan Ilmu Alam. Solo: PT
materi, meningkatnya komunikasi siswa
32 orang dengan Kriteria Ketuntasan Minimal
Melalui Pendekatan Ketrampilan Proses
Wangsa Jati Lestari.
dengan guru, dan pembelajaran telah
(KKM) 75,00. Rata-rata nilai akhir siklus I
Dengan Metode Eksperimen Pada Siswa
memecahkan masalah sehari-hari. 8)
sebesar 81,16. Ketuntasan belajar pada pada
Kelas X-7 SMA Negeri 3 Pati Semester 2
Sutarno, 2005. Kompetensi Dasar Ekonomi.
Semangat berkompetisi antar siswa dan antar
akhir siklus II sebesar 93,75% dengan rata-rata
Tahun 2011, Penelitian Tindakan Kelas:
Surakarta: PT Tiga Serangkai Pustaka
kelompok memacu siswa mengikuti
nilai akhir 86,94. Ketercapaian tersebut telah
Dipublikasikan di Jurnal Pendidikan
Mandiri.
pembelajaran menjadikan suasana kelas
berhasil melewati indikator kinerja ketuntasan
Provinsi Jawa Tengah
menjadi aktif, hidup dan kondusif. 9) Kegiatan
belajar yaitu sebesar 85,00%. Berdasarkan hal
pembelajaran dengan metode percobaan
tersebut disimpulkan bahwa presplasenta
menjadikan siswa secara individu maupun
ekonomi keluarga telah mampu meningkatkan
kelompok terlibat dalam proses melakukan,
hasil belajar siswa materi ikatan kimia topik tipe
menemukan, dan mengintegrasikan
dan bentuk molekul senyawa kovalen.
Susilowati, Endang. 2013. Kimia 1 Untuk Kelas
pengetahuan dan konsep yang diperoleh secara teoritis dengan pengetahuan nyata di
51
Saran
dalam dan di luar kelas. Metode percobaan ini
Guru kimia diharapkan dapat
juga memberikan kesempatan kepada siswa
menerapkan penggunaan metode
untuk berinteraksi dengan kondisi nyata di
presplasenta ekonomi keluarga dan metode
*) Penulis adalah Guru Kimia SMA Negeri Patikraja Banyumas
*) Penulis adalah Guru Kimia SMA Negeri Patikraja Banyumas
52
Vol. 5 JANUARI 2016 PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG MEMBILANG MAJU DAN MUNDUR SERTA MENYELESAIKAN SOAL CERITA YANG BERKAITAN DENGAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DAN MODEL DISCOVERY LEARNING DI KELAS I SD NEGERI CIHAUR 01 Oleh : Sairah*) ABSTRAK
Vol. 5 JANUARI 2016 Pada kegiatan pembelajaran di kelas I
dengan penjumlahan danpengurangan,
SD Negeri Cihaur 01 tema Peristiwa Alam yang
dengan menerapkan pendekatan Saintifik dan
terdiri dari muatanBahasa Indonesia,
model Pembelajaran Discovery Learning di
Matematika, dan PPKn, ternyata masih belum
Kelas I SD Negeri Cihaur 01”.
mendapatkan hasil yang maksimal, hal ini
Tujuan penelitian ini adalah
dilihat dari hassil pencapaian kompetensi siswa
meningkatkan Hasil Belajar Siswa tentang
yang masih rendah, terutama pada muatan
Membilang maju sampai 100 dan mundur
Penelitian ini bertujuan untuk Meningkatkan Pemahaman dan Hasil Belajar Siswa tentang
Matematika dengan indikator 3.4.1Membilang
sampai 20 dan Menyelesaikan soal cerita yang
membilang maju dan mundur dan menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan penjumlahan
maju sampai 100 dan mundur sampai 20 dan
berkaitan dengan penjumlahan
dan pengurangan dengan Pendekatan Saintifik dan Model Discovery Learning
4.4.3.Menyelesaikan soal cerita yang berkaitan
danpengurangan dengan Pendekatan Saintifik
Penelitian ini terdiri dari dua siklus. Pada siklus pertama hasil yang dicapai rata-rata skor
dengan penjumlahan danpengurangan
dan Model Discovery Learning di Kelas I SD
indikator 3.4.1adalah 65,75 sedang KKM yang telah ditetapkan yaitu 66,75. Jadi skor rata-rata belum
hasilnya masih dibawah kriteria ketuntasan
Negeri Cihaur 01”.
mencapai KKM. Skor rata-rata indikator 4.4.3 yaitu adalah 72,00 dan KKM yang ditetapkan yaitu
minimal yaitu 2,67. Dari permasalahan inilah
Manfaat penelitian bagi siswa adalah ; (a)
66,75 jadi ketercapaian rata-rata indikator 4.4.3 sudah mencapai KKM.Nilai rata-rata yang dicapai
maka peneliti merumuskan masalah,anatara
Dapat meningkatkan Hasil Belajar Siswa
oleh indikator adalah 3.4.1 Bila dibandingkan dengan Nilai KKM yaitu 66,75 , maka terdapat 1,00
lain : (a) Bagaimana meningkatkan
tentang Membilang maju sampai 100 dan
Nilai rata-rata yang dicapai Indikaor 4.4.3 adalah 72 bila dibandingkan dengan KKM 66,75 maka
pemahaman dan hasil belajar siswa
mundur sampai 20 dan Menyelesaikan soal
terdapat kelebihan 5,25
tentangMembilang maju sampai 100 dan
cerita yang berkaitan dengan penjumlahan
Setelah peneliti melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus II, peneliti merasa sudah puas
mundur sampai 20, (b) Bagaimana
danpengurangan dengan Pendekatan Saintifik
dengan hasil yang cukup maksimal, hal ini terlihat dari hasil refleksi siklus II, yaitu Hasil analisis
meningkatkan pemahaman dan hasil belajar
dan Model Discovery Learning di Kelas I SD
terhadap ketercapaian setiap indikator oleh seluruh siswa dapat dijelaskan sebagai berikut.
siswa tentangMenyelesaikan soal cerita yang
Negeri Cihaur 01”; (b) Siswa lebih aktif dalam
Ketercapaian rata-rata skor indikator 3.4.1 , adalah 83,5 KKM yang telah ditetapkan yaitu 66,75 Jadi
berkaitan dengan penjumlahan dan
kegiatan pembelajaran, seang bagi peneliti dan
skor rata-rata sudah melebihi KKM .Skor rata-rata indikator 4.4.3 yaitu adalah 77,17 dan KKM yang
pengurangan.
teman sejawat, antara lain; (a) Meningkatkan
ditetapkan yaitu 66,75 jadi ketercapaian rata-rata indikator 4.4.3 telah melebihi KKM.Jika dilihat dari
Dari rumusan masalah tersebut peneliti
kemampuan dan kreatifitas dalam
ketuntasan belajar siswa dari 40 jumlah siswa kelas I SD Negeri Cihaur 01, yang telah tuntas
akan mengadakan perbaikan pembelajaran
melaksanakan kegiatan pembelajaran, (b)
sebanyak 35 atau 87,5 %, dan yang belum tuntas sebanyak 5 siswa atau 12,5 %.
melalui kegiatan Penelitian Tindakan Kelas.
Mampu menjadi inovator bagi dirinya serta
Untuk dapat menjawab rumusan Kata kunci : Hasil Belajar, Pendekatan Saintifik, Discovry Learning PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Diberlakukannya kurikulum 2013, semua guru disetiap satuan pendidikan harus dapat mengimplemantasikannya dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari di kelasnya. Hal ini karena kurikulum merupakan salah satu unsur yang memberikan kontribusi untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik tersebut. Kurikulum 2013 dikembangkan berbasis pada kompetensi sangat diperlukan sebagai instrumen untuk
51
mengarahkan peserta didik menjadi: (1) manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; (2) manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan (3) warga negara yang demokratis, bertanggung jawab. Dalam kegiatan pembelajaran seharihari, tentunya guru harus dapat melaksanakan pembelajaran tematik terpadu dengan menggunakan pendekatan saintifik, hal ini juga dilaksanakan di SD Negeri Cihaur 01.
*) Penulis adalah Kepala Sekolah SD Cihaur 01 Banjarharja Brebes
masalah diatas peneliti akan mencoba
rekan-rekan teman sejawatnya untuk melakukan kegiatan PTK di kelasnya.
melakukan perbaikan pembelajaran melalui
Dan manfaat begi sekolah diantaranya ;
kegiatan PTK dengan dua siklus perbaikan.
(a) Sebagai motivasi bagi guru-guru di
Dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran
sekolahnya untuk menyajikan pembelajaran
peneliti akan menerapkan pembelajaran
yang lebih bermakna, (b) Sebagai acuan untuk
dengan pendekatan saintifik melalui model
melaksanakan PTK dalam bidang kajian yang
pembelajaran Discovery Learning dengan
lain atau kompetensi yang lain, serta bahan
maksud agar pembelajaran akan lebih
kajian seminasi di sekolah maupun di KKG.
menggairahkan, menarik minat siswa, serta meningkatkan pemahaman dan hasil belajar
KAJIAN TEORITIS
siswa tentang Meningkatkan Pemahaman dan
Permendikbud No. 103 2015
Hasil Belajar Siswa tentang Membilang maju
Pengertian pembelajaran, pendekatan
sampai 100 dan mundur sampai 20 dan
pembelajaran, strategi pembelajaran,
Menyelesaikan soal cerita yang berkaitan
model pembelajaran, metode pembelajaran
*) Penulis adalah Kepala Sekolah SD Cihaur 01 Banjarharja Brebes
52
Vol. 5 JANUARI 2016 Pembelajaran adalah proses interaksi
menemukan sendiri berbagai
mengomunikasikan. Pembelajaran langsung
antarpeserta didik dan antara peserta didik
sumber (guru) ke penerima (siswa).
pengetahuan yang dipelajarinya. Teori
menghasilkan pengetahuan dan keterampilan
dengan pendidik dan sumber belajar pada
Pembelajaran Tematik Terpadu (Materi
pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi
langsung, yang disebut dengan dampak
suatu lingkungan belajar.
Pelatihan Implementasi Kurikulum Jenjang
Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan
pembelajaran (instructional effect).
Sekolah Dasar Tahun 2015)
bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan
Prinsip Pembelajaran Pendekatan Saintifik
Pengertian Pembelajaran Tematik Terpadu
berorientasi pada kebutuhan dan
Langkah-langkah Pembelajaran dengan
perkembangan anak.
Pendekatan Saintifik
Pendekatan pembelajaran merupakan cara pandang pendidik yang digunakan untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang
Pembelajaran tematik terpadu
memungkinkan terjadinya proses
merupakan salah satu model pembelajaran
Pembelajaran tematik terpadu lebih
Pendekatan saintifik meliputi lima
pembelajaran dan tercapainya kompetensi
terpadu yang menggunakan tema untuk
menekankan pada penerapan konsep belajar
pengalaman belajar sebagaimana tercantum
yang ditentukan.
mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga
sambil melakukan sesuatu (learning by doing).
dalam tabel berikut.
Strategi pembelajaran merupakan
dapat memberikan pengalaman bermakna bagi
Oleh karena itu, guru perlu mengemas atau
Menanya (questioning)
langkah-langkah sistematik dan sistemik yang
peserta didik. Pembelajaran terpadu
merancang pengalaman belajar yang akan
Membuat dan mengajukan pertanyaan,
digunakan pendidik untuk menciptakan
didefinisikan sebagai pembelajaran yang
mempengaruhi kebermaknaan belajar peserta
tanya jawab, berdiskusi tentang informasi yang
lingkungan pembelajaran yang memungkinkan
menghubungkan berbagai gagasan, konsep,
didik. Pengalaman belajar yang menunjukkan
belum dipahami, informasi tambahan yang ingin
terjadinya proses pembelajaran dan
keterampilan, sikap, dan nilai, baik antar mata
kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan
diketahui, atau sebagai klarifikasi. Jenis,
tercapainya kompetensi yang ditentukan.
pelajaran maupun dalam satu mata pelajaran.
proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan
kualitas, dan jumlah pertanyaan yang diajukan
Model pembelajaran merupakan
Pembelajaran tematik memberi penekanan
konseptual antar mata pelajaran yang dipelajari
peserta didik (pertanyaan faktual, konseptual,
kerangka konseptual dan operasional
pada pemilihan suatu tema yang spesifik yang
akan membentuk skema, sehingga peserta
prosedural, dan hipotetik).
pembelajaran yang memiliki nama, ciri, urutan
sesuai dengan materi pelajaran, untuk
didik akan memperoleh keutuhan dan
Mengumpulkan Informasi/Mencoba
logis, pengaturan, dan budaya.
mengajar satu atau beberapa konsep yang
kebulatan pengetahuan. Selain itu, penerapan
(experimenting)
memadukan berbagai informasi.
pembelajaran tematik di sekolah dasar akan
Mengeksplorasi,mencoba berdiskusi,
Metode pembelajaran merupakan cara atau teknik yang digunakan oleh pendidik untuk
Pembelajaran tematik terpadu berdasar
sangat membantu peserta didik dalam
mendemonstrasi-kan, meniru bentuk/gerak,
menangani suatu kegiatan pembelajaran yang
pada filsafat konstruktivisme yang
membentuk pengetahuannya, karena sesuai
melakukan eksperimen, membaca sumber lain
mencakup antara lain ceramah, tanya-jawab,
berpandangan bahwa pengetahuan yang
dengan tahap perkembangannya peserta didik
selain buku teks, mengumpulkan data dari nara
diskusi.
dimiliki peserta didik merupakan hasil bentukan
yang masih melihat segala sesuatu sebagai
sumber melalui angket, wawancara, dan
peserta didik sendiri. Materi Pelatihan
satu keutuhan (holistik).
memodifikasi/menambahi/
Bahan Ajar Diklat PLPG. 2012
Implementasi Kurikulum Jenjang Sekolah
Pendekatan Saintifik
Mengasosiasi/ Mengolah Informasi
Arti Media Pembelajaran
Dasar Tahun 2015
Penerapan pendekatan saintifik dalam
(associating)
Media pembelajaran adalahsegala
Peserta didik membentuk
Kurikulum 2013 menggunakan modus
Mengolah informasi yang sudah
sesuatu yang dapat digunakan untuk
pengetahuannya melalui interaksi dengan
pembelajaran langsung (direct instructional)
dikumpulkan, menganalisis data dalam bentuk
menyalurkan pesan (bahan pembelajaran)
lingkungan, bukan hasil bentukan orang lain.
dan tidak langsung (indirect instructional).
membua kategori, mengasosiasi atau
sehingga dapat merangsang perhatian, minat,
Proses pembentukan pengetahuan tersebut
Pembelajaran langsung adalah pembelajaran
menghubungkan fenomena/informasi yang
pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan
berlangsung secara terus menerus sehingga
yang mengembangkan pengetahuan,
terkait dalam rangka menemukan suatu pola,
belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran
pengetahuan yang dimiliki peserta didik
kemampuan berpikir dan keterampilan
dan menyimpulkan.
tertentu. Contoh media pembelajaran antara
menjadi semakin lengkap.
menggunakan pengetahuan peserta didik
Mengomunikasikan (communicating)
lain gambar, bagan, model, film, dideo,
51
adalah sebagai pembawa informasi dari
Vol. 5 JANUARI 2016
Pembelajaran tematik terpadu
melalui interaksi langsung dengan sumber
computer, dan sebagainya.
menekankan pada keterlibatan peserta didik
belajar yang dirancang dalam silabus dan RPP.
diagram,
Fungsi Media Pembelajaran
secara aktif dalam proses pembelajaran,
Dalam pembelajaran langsung peserta didik
tertulis; dan menyajikan laporan meliputi
Ditinjau dari proses pembelajaran
sehingga peserta didik dapat memperoleh
melakukan kegiatan mengamati, menanya,
proses, hasil, dan kesimpulan secara lisan
sebagai proses komunikasi, maka fungsi media
pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat
mengumpulkan informasi, menalar, dan
Menyajikan hasil kajian (dari mengamati sampai
*) Penulis adalah Kepala Sekolah SD Cihaur 01 Banjarharja Brebes
Menyajikan laporan dalam bentuk bagan, atau grafik; menyusun laporan
*) Penulis adalah Kepala Sekolah SD Cihaur 01 Banjarharja Brebes
52
Vol. 5 JANUARI 2016 menalar) dalam bentuk tulisan, grafis, media
mngajukan pertanyaan anjuran membaca buku
elektronik, multi media dan lain-lain
dan aktivitas belajar lainnya mengarah pada
Model Pemblajaran Discovery Learning Model Discovery Learning adalah didefinisikan sebagai proses pembelajaran
Verification (Pembuktian)
Untuk menguasai dan mencipta teknologi di
Pada tahap ini siswa melakukan
masa depan diperlukan penguasaan
persiapan pemecahan masalah.
pemerikasaan secara cermat untuk
matematika yang kuat sejak dini. Mata pelajaran
Problem Statement (Pernyataan/identifikasi
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis
matematika perlu diberikan kepada semua
masalah)
yang ditetapkan tadi dengan temuan
peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk
yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan
Setelah dilakukan stimulasi langkah
alternative, dihubungkan dengan hasil data
membekali peserta didik dengan kemampuan
pelajaran dengan bentuk finalnya, tetapi
selanjutnya adalah guru memebri kesempatan
processing (Syah, 2004 :244) verification
berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan
diharapkan mengorganisasi sendiri.
kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak
menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar
kreatif, serta kemampuan bekerja sama.
Sebagaimana pendapat Bruner yang ie aarnya
mungkin agenda-agenda masalah yang
akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru
Mata pelajaran matematika bertujuan
dari Piaget yang menyatakan bahwa anak
relevan dengan bahan pelajaran kemudian
memberikan kesempatan kepada siswa untuk
agar peserta didik memiliki kemampuan
harus berperan aktif dalam belajar di kelas.
salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam
menemukan suatu konsep, teori, aturan atau
sebagai berikut : (1) Memahami konsep
Model Discovery Learning adalah
bentuk hipotesis (jawaban sementara atas
pemahaman melalui contoh-contooh yang ia
matematika, menjelaskan keterkaitan
memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui
pertanyaan masalah) (Syah, 2004 :244).
jumpai dalam kehidupannya.
anatarkonsep dan mengaplikasikan konsep
Generalization (Menarik Kesimpulan/
atau logaritma, secara luwes, akurat, efisien,
Generalisasi)
dan tepat dalam pemecahan masalah, (2)
proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005:43). Discpovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalui observasi klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi. Proses tersebut disebut cognitive process sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilating conceps and principles in the mind (Robert B.Sund dalam Malik, 2001:219).
Permasalahan yang dipilih itu selanjutnya harus dirumuskan dalam bntuk pertanyaan atau hipotesis, yakni pertanyaan sebagai jawaban sementara atas pertanyaan yang diajukan. Data Collection (Pengumpulan Data) Data collection (pengumpulan data) ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyakbanyaknya yang relevan untuk membuktikan benar-atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004 :244) pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya
Langkah-langkah Operasional implemntasi dalam Proses Pembelajaran
51
Vol. 5 JANUARI 2016
hipotesis. Data Procesing (Pengolahan Data)
Tahap generalisasi/menarik kesimpulan
Menggunakan penalaran pada pola dan sifat,
adalah proses menarik sebuah kesimpulan
melakukan manipulasi matematika dalam
yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku
membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
untuk semua kejadian atau masalah yang
menjelaskan gagasan dan pernyataan
sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi
matematika, (3) Memecahkan masalah yang
(Syah, 2004 :244) beasarkan hasil veifikasi
meliputi kemampuan memahami masalah,
maka dirumuskan prinsip-prinsip yang
merancang model matematika, menyelesaikan
mendasari generalisasi. Setelah menarik
model dan menafsirkan solusi yang diperoleh,
kesimpulan siswa harus memperhatikan
(4) Mengomunikasikan gagasan dengan
proses generalisasi yang menekankan
symbol, tabel, diagram, atau media lain untuk
pentingnya penguasaan pelajran atas makna
memperjelas keadaan atau masalah, (5)
dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang
Memiliki sikap menghargai keguanaan
Menurut Syah (2004:244) dalam
Semua informasi hasil bacaan,
mendasari pengalaman seseeorang, serta
matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki
mengaplikasikan Discovery Learning di kelas
wawancara, observasi dan sebagainya,
pentuingnya proses pengaturan dan
rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam
ada beberapa prosedur yang haru
semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan,
generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu.
mempelajari matematika, serta sikap ulet dan
dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar
ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan
Matematika SD
percaya diri dalam pemecahan masalah.
secara umum sebagai berikut :
cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat
Matematika merupakan ilmu universal
Mata pelajaran matematika pada satuan
Stimulation (Stimulasi/Pemberian
kepercayaan tertentu (Djamarah, 2002:22).
yang mendasari perkembangan teknologi
pendidikan SD/MI meliputi aspek sebagai
Rangsangan)
Data processing disebut juga dengan
modern, mempunyai peran penting, dalam
berikut : (1) Bilangan, (2) Geometri dan
Pertama-tama pada tahap ini siswa
pengkodean/kategorisasi yang berfungsi
berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya
pengukuran, (3) Pengolahan data.
dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan
sebagai pmbentukan konsep dan generalisasi.
pikir manusia. Perkembangan pesat dibidang
Teori yang Relevan
tanda tanya kemudian dilanjutkan untuk tidak
Dari generalisasi tersebut siswa akan
teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini
Jarome Bruner dalam teorinya
memberi generalisasi, agar timbul keinginan
mendapatkan pengetahuan baru tentang
dilandasi oleh perkembangan matematika di
menyatakan bahwa belajar matematika akan
untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu guru
alternative jawaban/penyelesaaian yang perlu
bidang teori bilangan, aljabar, nalisis, teori
lebih berhasil jika proses pengajaran diarahkan
dapat memulai kegiatan PBM dengan
mendapat pembuktian secara logis.
peluang, dan matematika diskrit.
kepada konsep-konsep dan
*) Penulis adalah Kepala Sekolah SD Cihaur 01 Banjarharja Brebes
*) Penulis adalah Kepala Sekolah SD Cihaur 01 Banjarharja Brebes
52
Vol. 5 JANUARI 2016
Vol. 5 JANUARI 2016
struktur-strukturnya yang termuat dalam pokok
respons siswa terhadap suatu stimulus segera
anak-anak kurang perhatian terutama masalah
bahasan yang diajarkan di samping hubungan
diikuti dengan rasa senang atau kepuasan.
belajarnya, dan kurang sekali motivasi belajar
yang terkait antara konsep dan strukturstrukturnya.
Gestalt (1930) menurutnya bahwa latihan hafal atau yang dikenal dengan sebutan drill
Observasi dilakukan oleh ketiga observer
dari orang tua mereka.
yaitu : teman sejawat pengamatan tersebut
PROSEDUR PENELITIAN
dilakukan terhadap proses pembelajaran yang
Edward L. Thorndike (1874 – 1949)
adalah syarat penutup dalam lingkungan
Fase-fase pada siklus pertama dirancang
dilakukan peneliti. Dalam pelaksanaaannyya
mengemukakan beberapa hukum belajar yang
pengajaran, cara ini diterapkan setelah
dari hasil refleksi kegiatan pembelajaran
observer mengamati dan mencatat kegiatan
dikenal dengan sebutan Law Of Effect. Menurut
tertanamnya pengertian tersebut.
sehari-hari. Sedang fase siklus kedua
yang dilakukan oleh peneliti dan siswa mulai
dirancang dari refleksi siklus pertama.dengan
dari kegiatan pendahuluuan , kegiatan inti
cara demikian diharapkan pada siklus kedua
termasuk kegiatan penilaian yyang
seluruh siswa Kelas I SD Negeri Cihaur 01
dilaksanakan, sertta kegiatan akhir, dengan
dapat meningkatkan pemahaman serta hasil
menggunakan pedoman observasi yang telah
belajarnya.
disiapkan.
hukum ini belajar akan lebih berhasil bila
Adapun kegiatan-kegiatan setiap fase adalah sebagai berikut : Merencanakan PTK Kegiatan yang peneliti lakukan dalam
HIPOTESIS TINDAKAN
Waktu Penelitian
Melaksanakan Refleksi Refleksi dilakukan bersama ketiga observer setelah proses pembelajaran siklus pertama. Hasil refleksi adalah ditemukannya
merencanakan PTK adalah sebgai berikut :
indikator yang sudah tercapai dan
belum
pertama peneiti menyusun Rencana Perbaikan
tercapai dalam pembelajaran. Selanjutnya
Pembelajaran, kedua peneliti menyiapkan
kompetensi dasar serta indikator yang belum
media dan alat pembelajran, menyusun
tercapai dicarikan sebab-sebab ketidak
tugas/LKS dan lembar tes yang harus
tercapaiannya. Bertitik tolak dari sebab-sebab
dikerjakan selama proses pembelajaran untuk
ketidaktercaian tersbut dicarikan solusi
mengukur ketercapaian kompetensi dan
mengatasinya. Selanjutnya solusi tersebut
indikator, ketiga peneliti menyusun pedoman
dijadikan dasar untuk memperbaiki rencana
observasi sebagai instrumen untuk
perbaikan pembelajaran siklus pertama yang
Diduga, jika dalam kegiatan
Waktu penelitian selama 6 bulan (satu
mengumpulkan data tentang proses
akan digunakan sebagai rencana perbaikan
pembelajaran tentang kompetensi dasar
Semester), adapun pelaksanaan penelitian ini
pembelajaran, dan membuat lembar
pada siklus kedua.
pemahaman tentang besaran dengan
dilaksanakan pada semester 2 tahun pelajaran
perenungan terhadap hasil pembelajaran yang
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
menghitung maju sampai 100 dan mundur dari
2014/2015.
telah dilaksanakan.
20, di Kelas I SD Negeri Cihaur 01 peneliti
Kelas yang dijadikan tempat penelitian ini
menerapkan ppendekatan Saintifik dan model
adalah Kelas I SD Negeri Cihaur 01 UPT Dinas
Discovery Learning, maka kegiatan pembelajaran akan lebih bermakna serta pemahaman dan hasil belajar siswa akan
Melaksanakan PTK
Te k n i k p e n g u m p u l a n d a t a y a n g digunakan dalam penelitian adalah teknik
Kegiatan melaksanakan PTK adalah
observasi, teknis tes, teknik angket/quesioner.
Kecamatan Banjarharja Kabupaten Brebes.
melakukan pembelajaran dengan berpedoman
Teknik observasi digunakan untuk memperoleh
Karakteristik Siswa
pada RPP yang telah disusun dapa fase
data dari kegiatan pembelajarran yang
perencanaan. Pelaksanaan PTK disesuaikan
dilakkuka yang akan dideskripsikan. Teknis tes
dengan jadwal yang telah ditetapkan.
digunakan untuk mengumpulkan data hasil
Kelas I SD Negeri Cihaur 01 UPT Dinas
meningkat.
Kecamatan Banjarharja Kabupaten
METODOLOGI PENELTIAN
Brebes.yang berjumlah 40 anak, terdiri atas 15
SUBJEK PENELITIAN
anak perempuan dan 25 anak laki-laki.
Pelaksanaan pembelajaran tersebut
peniilaian sedang teknik angket/quesioner
meliputi tiga tahapan kegiatan yaitu; kegiatan
digunakan untuk mengetahui sejauh mana
Kemudian dilihat dari pekerjaan orang tua
pendahuluan, kegiatan inti yang didalamnya
siswa menyerap materi pembelajaran.
Tempat penelitian adalah SD Negeri
mereka adalah 80 % buruh tani dan petani dan
ttermasuk kegiatan penilaian, serta kegiatan
Teknik Observasi
Cihaur 01, UPT Dinas Pendidikan Kecamatan
20 % sebagai wiraswasta dan pedagang.
akhir yang berupa kegiatan refleksi dan
Banjarharja Kabupaten Brebes
Dengan kondisi seperti ini kehidupan
perenungan terhadap hasil pembelajaran.
Lokasi Penelitian
51
Melaksanakan Observasi
*) Penulis adalah Kepala Sekolah SD Cihaur 01 Banjarharja Brebes
Dalam penelitian ini observer melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran
*) Penulis adalah Kepala Sekolah SD Cihaur 01 Banjarharja Brebes
52
Vol. 5 JANUARI 2016 yang dilakukan peneliti, menggunakan
mencapai 75 %, artinya siswa yang memperolh
pedoman observasi yang telah disiapkan.
nilai di atas KKM mencapai 75 % atau lebih.
Teknik Tes
HASIL PENELITIAN
Teknik tes yang digunakan adalah tes
Hasil Penelitian Siklus I
yang dilakukan oleh siswa selama proses
Hasil analisis terhadap ketercapaian
pembellajaran berlangsung. Tes tersebut
setiap indikator oleh seluruh siswa dapat
adalah pelaksanaan penilaian pada proses
dijelaskan sebagai berikut. Ketercapaian rata-
yang dilaksanakan selama kegiatan
rata skor indikator 3.4.1 , adalah 65,75 atau 2,63
pembelajaran.
KKM yang telah ditetapkan yaitu 66,75 atau
Teknik Angket/Quesioner
2,67 Jadi skor rata-rata belum mencapai KKM.
Angket/quesioner, atau penilaian diri
Skor rata-rata indikator 4.4.3 yaitu adalah
digunakan untuk menyaring pendapat siswa
72 atau 2,88 dan KKM yang ditetapkan yaitu
tentang pemahaman materi pembelajaran,
2,67 jadi ketercapaian rata-rata indikator 4.4.3
dibuat sederhana dan juga pertanyaan yang
sudah mencapai KKM.
direspon secara bebas dan terbuka oleh siswa.
Nilai rata-rata yang dicapai oleh indikator
Angket ini dilakssanakan diakhir siklus
adalah 3.4.1 Bila dibandingkan dengan Nilai
perbaikan pembelajaran untuk mengetahui
KKM yaitu 66,75 , maka terdapat kekurangan
sejauh mana pemahaman siswa terhadap
1,00
materi pembelajaran yang dipelajari. TEKNIK PENGOLAHAN DATA Pada setiap akhir pembelajaran peneliti
Nilai rata-rata yang dicapai Indikaor 4.4.3 adalah 72 bila dibandingan dengan KKM 66,75 maka terdapat kelebihan 5, 25
melakukan analisis data hasil observasi dan
Jika dilihat dari ketuntasan belajar siswa
hasil penilaian yang dilaksanakan. Data hasil
dari 40 jumlah siswa kelas I SD Negeri Cihaur
pengamatan dianalisis dengan tahapan-
01, yang telah tuntas untuk aspek pengetahuan
tahapan sebagai berikut, (1) mereduksi data,
adalah sebanyak 18 atau 45 %, dan yang belum
(2) menganalisis/mengorganisasikan data, dan
tuntas sebanyak 22 siswa atau 55 %. Jadi
(3) melaporkan data. (Wardani, 2002:2.28).
untuk, untuk aspek keterampilan yang tuntas
Hasil pengolahan penilaian tersebut
sebanak 29 anak atau 72,5 %, yang belum
digunakan untuk membuktikan hipotesis.
tuntas sebanak 11 atau 37,5 % ,maka untuk
Apabila dari hasil pengolahan data tersebut
mencapai ketuntasan belajar siswa yang
diperoleh peningkattan hasil belajar berarti
ditentukan yaitu 75 %. Maka perlu diadakan
hipotesis terbukti, sebaliknyya jika tidak terjadi
perbaikan pembelajaran siklus II.
peningkatan hasil belajar hipotesis tidak terbukti.
dijelaskan bahwa indikator yang menjadi
INDIKATOR KINERJA
masalah dan harus dicarikan penyebab serta
Kgiatan Penelitian dilaksanakan untuk
51
Berdasarkan uraian di atas dapat
solusinya adalah indikator 3.4.1 dan indikator
mencapai keberhasilan pembelajaran,
4.4.3
sehingga hasil belajar siswa mencapai nilai
Penyebab Kegagalan dan Solusinya
KKM yakni 2,67 atau 66,75. Dan diharapkan
Penyebab kegagalan dari indikator 3.4.1,
ketuntasan belajar secara klasikal
adalah disebabkan oleh 22 siswa memperoleh
*) Penulis adalah Kepala Sekolah SD Cihaur 01 Banjarharja Brebes
Vol. 5 JANUARI 2016 skor di bawah KKM, dan untuk indikator 4.4.3 ada 11 siswa memperoleh skor di bawah KKM hal ini disebabkan karena mereka belum lancar membaca dan belum memahami soal, juga tidak terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran, ketika membaca soal mereka masih mengeja dan belum dapat memahami soal. Solusi untuk mengatasi kegagalan tersebut Peneliti akan selalu membimbing dan memberikan motivasi baik secara individu maupun kelompok agar mereka turut aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hasil Penelitian Siklus II Hasil analisis terhadap ketercapaian setiap indikator oleh seluruh siswa dapat dijelaskan sebagai berikut. Ketercapaian ratarata skor indikator 3.4.1 , adalah 83,5 KKM . Jika dilihat dari ketuntasan belajar siswa dari 40 jumlah siswa kelas I SD Negeri Cihaur 01, yang telah tuntas sebanyak 35 atau 87,5 %, dan yang belum tuntas sebanyak 5 siswa atau 12,5 %. Berdasarkan hasil refleksi di atas dapat dijelaskan bahwa perbaikan pembelajaran Siklus ke II telah berhasil, hal ini dilihat dari peningkatan ketuntasan belajar yaitu selisih ketuntasan belajar Siklus I dengan siklus II , Ketuntasan Belajar pada Siklus I Aspek Pengetahuan adalah 45 % sedangkan Ketuntasan Belajar pada Siklus II 87,5 %, jadi ada peningkatan secara signifikan yaitu 42,5 %. Sedang untuk aspek Keterampilan ketuntasan belajar pada siklus I adalah 72,5 %, sedang pada siklus II adalah 100 %, maka terjadi peningkatan yang signifikan, yaitu 27,5 %. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Hasil Analisis Penilaian Prasiklus Penilaian Sikap Spiritual dan Sosial Hasil penilaian untuk sikap spiritual dan sikap Sosial seluruh siswa sudah kategori baik, meskipun masih ada aspek-aspek yang masih perlu mendapat bimbingan.
Aspek Pengetahuan : Prosentase Ketuntasan Belajar : KKM : 75 % Siswa yang memperoleh < 66,75 = 25 siswa = 62,5 % Siswa yang memperoleh ≥66,75 = 15 siswa = 37,5 % Ketuntasan Belajar = 37,5 % Aspek Keterampilan : KKM : 75 Siswa yang memperoleh < 66,75 = 22 siswa = 55 % Siswa yang memperoleh ≥66,75
= 18 siswa =
45 % Ketuntasan Belajar = 45 % Hasil Analisis Penilaian Siklus I Sikap Spiritual dan Sikap Sosial: Untuk hasil penilaian sikap spiritual dan sikap sosial, kategori Sangat Baik, ini dilihat dari modus nilai, yaitu 4, meskipun masih ada siswa yang memperoleh kategori Baik (3) Aspek Pengetahuan (KD 3.4.) Jika dilihat dari ketuntasan belajar siswa dari 40 jumlah siswa kelas I SD Negeri Cihaur 01, yang telah tuntas untuk aspek pengetahuan adalah sebanyak 18 atau 45 %, dan yang belum tuntas sebanyak 22 siswa atau 55 %. Jadi untuk, untuk aspek keterampilan yang tuntas sebanak 29 anak atau 72,5 %, yang belum tuntas sebanak 11 atau 37,5 % ,maka untuk mencapai ketuntasan belajar siswa yang ditentukan yaitu 75 %. Aspek Keterampilan (KD 4.1) Siswa yang memperoleh < 66,75 = 11 siswa = 37,5 % Siswa yang memperoleh ≥66,75
= 4 siswa =
62,5 % Ketuntasan Belajar = 62,5 % Hasil Analisis Penilaian Siklus II Penilaian Sikap Spiritual dan Sosial
*) Penulis adalah Kepala Sekolah SD Cihaur 01 Banjarharja Brebes
52
Vol. 5 JANUARI 2016 Pada Siklus II hasil penilaian sikap
Vol. 5 JANUARI 2016
35 atau 87,5 %, dan yang belum tuntas
menggunakan pendekatan saintifik juga pandai
DAFTAR PUSTAKA
spiritual dan sikap sosial, kategori Sangat Baik,
sebanyak 5 siswa atau 12,5 %.
memilih model pembelajaran yang tepat
Ai, Sofiyanti, dkk. 2015. Materi Pelatihan Guru
ini dilihat dari modus nilai, yaitu 4.
Penilaian Aspek Keterampilan
khususnya di kelas rendah , disamping itu
Implementasi Kurikulum. Jakarta :
Penilaian Aspek Pengetahuan
Indikator 4.1.4 :
seyogyanya guru (a) Harus pandai-pandai
Kemendikbud.
Siswa yang memperoleh nilai < 66,75 = -.siswa
menciptakan suasana pembelajaran yang
setiap indikator oleh seluruh siswa dapat
= 0.%
menyenangkan, sehingga kegiatan
Mulyani, Sumantri.2007. Perkembangan
dijelaskan sebagai berikut. Ketercapaian rata-
Siswa yang memperoleh nilai ≥ 66,75 =
pembelajaran akan lebih bermakna, (b) Harus
Peserta Didik. Jakarta : Universitas
rata skor indikator 3.4.1 , adalah 83,5 KKM yang
siswa = 100 %
lebih kreatif memilih model apa yang paling
Terbuka.
telah ditetapkan yaitu 66,75 Jadi skor rata-rata
Ketuntasan Belajar = 100 %
tepat untuk menyajikan materi pembelajara, (c)
Hasil analisis terhadap ketercapaian
sudah melebihi KKM . Prosentase ketuntasan belajr kelas I SD Negeri Cihaur 01, yang telah tuntas sebanyak
Jika dilihat dari prosentasi kenaikan
Harus pandai-pandai memilih media/alat
ketuntasan belajar dari prasiklus, siklus I dan
pembelajaran dengan tepat sesuai materi
Bahan Ajar Pendidikan dan Latihan
siklus II seperti terlihat pada tabel di bawah ini :
pembelajaran yang disajikan, (d) Selalu
Profesi Guru dalam Jabatan . Semarang :
memberikan bimbingan, motivasi, serta
Universitas Negeri Semarang.
P r a s i k l u s
K e t u n t a s a n B e l a j a r As pek Pengetahuan As p e k K e t e r a m p i l a n 3 7 , 5 % 3 2 , 5 %
S S
4 8
S
i
k
l
i k l u s i k l u s
u
s
I
I I
5 7
,
5
40
% %
6 1
2 0
,
5 0
% %
Panitia Sertifikasi Guru Rayon 112.
(2012)
penguatan pada siswa baik secara individual maupun kelompok,(e)Selalu menindak lanjuti
Winataputra, Udin.S..dkk.2007. Teori Belajar
disetiap akhir pembelajaran dengan
dan Pembelajaran. Jakarta : Univerrsitas
memberikan Remedial dan pengayaan sebagai
Terbuka
bahan pekerjaan rumah siswa.
Dari tabel prosentase di atas dapat
menyenangkan anak sehingga mereka aktif
disimpulkan bahwa, kegiatan perbaikan
dalam mengikuti pembelajaran dan hasil belajar
Winataputra, Udin.S..dkk.2007. Materi an
pembelajaran dari prasiklus ,Siklus I dan Siklus
pun mengalami peningkatan, secara rinci dapat
Pembelajaran IPS SD. Jakarta :
II, pencapaian ketuntasan belajar mengalami
dijelaskan : (1)Belajar sambil bermain dan
Universitas Terbuka
kenaikan yang signifikan, untuk aspek
dengan pemberian motivasi serta penguatan
pengetahuan dari mulai Prasiklus ke Siklus I
pada siswa, akan lebih meningkatkan aktivitas
naik dari 37,5 % menjadi 45 %, dan dari siklus I
siswa sehingga hasil belajar pun meningkat
ke siklus II naik dari 45 % menjadi 87,5 %, dan
s e c a r a s i g n i f i k a n , ( 2 ) Te r b u k t i b a h w a
jika dilihat dari hasil penilaian aspek
Ketuntasan Belajar mengalami peningkatan
keterampilan mulai dari prasiklus ke siklus I
dari mulai kegiatan pembelajaran Prasiklus,
hanya sedikit mengalami kenaikan , tetapi pada
Siklus I, dan Siklus II, (3) Pendekatan Saintifik
siklus II naik mencapai 100 % ,dengan
dengan Model pembelajaran Discovery
demikian peneliti merasa bahwa kegiatan
Learning dapat membawa situasi belajar lebih
perbaikan pembelajaran dengan menerapkan
menyenangkan dan aktivitas belajar serta hasil
pendekatan saintifik dan model pembelajaran
belajar siswa meningkat.
Discovery Learning dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa di Kelas I SD Negeri Cihaur 01.
SARAN/REKOMENDASI Berdasarkan hasil data penelitian tindakan kelas yang telah
SIMPULAN
51
dilaksanaka oleh
penulis, maka penulis menyampaikan
Dengan menerapkan model
beberapa saran bagi para pembaca dalam hal
pembelajaran Discovery Learning maka
ini rekan-rekan guru. Bahwa kurikulum 2013
suasana pembelajaran akan lebih menarik dan
dalam kegiatan proses pembelajaran harus
*) Penulis adalah Kepala Sekolah SD Cihaur 01 Banjarharja Brebes
*) Penulis adalah Kepala Sekolah SD Cihaur 01 Banjarharja Brebes
52
Vol. 5 JANUARI 2016 PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI PERISTIWA SEKITAR PROKLAMASI MELALUI MODEL PEMBELJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT DI KELAS V SD NEGERI LIMBANGAN KULON 01 BREBES TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Oleh : Sri Restanti*)
Vol. 5 JANUARI 2016 di kelas V SD Negeri Limbangan Kulon 01 Brebes .untuk beberapa kompetensi dasar umumnya menunjukkan nilai yang rendah. Hal ini standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS kelas V memang sarat akan
materi, di
samping cakupannya luas.Jika dilihat dari hasil ulangan harian sebagian besar masih di bawah
ABSTRAK
ditetapkan yaitu sebesar 60. Dari27 siswa
Cooperative Learning Tipe Team Games Tournament (TGT) pada siswa kelas V SD Negeri
hanya 25,92% (7 siswa) yang sudah memenuhi
Limbangan Kulon 01 Brebes Tahun Ajaran 2013/2014 Bentuk penelitian ini adalah penelitian
KKM, sedangkan74,08% (20 siswa),belum
tindakan kelas dengan menggunakan model siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu
memenuhi KKM.Rendahnya prestasi belajar
Perencanaan
IPS di kelas V SD Negeri Limbangan Kulon 01
( Planning), Pelaksanaan (Acting), Pengamatan (Observing) dan Re fleksi (
Reflecting). Sebagai Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri Limbangan Kulon 01 Brebes. Teknik pengumpulan data menggunakan obervasi, tes tertulis, dan dokumentasi. Observasi digunakan untuk mendapatkan informasi tentang keaktifan siswa didalam mengikuti proses belajar mengajar.Tes tertulis digunakan untuk mengukur pencapaian siswa setelah pelaksanaan pembelajaran. Data yang memperoleh data
diperoleh adalah prestasi belajar. Dokumentasi digunakan untuk
tentang hasil belajar yang diperoleh siswa pada pembelajaran IPS materi
Peristiwa Proklamasi, sebelum dan sesudah penelitian dilakukan. Teknik analisis data menggunakan model interaktif yang terdiri dari tiga komponen analisis, yaitu : reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.Hasil penelitian ini adalah adanya peningkatan ratarata nilai hasil belajar IPS yang diperoleh siswa dari sebelumnya. Pada tes awal 50; kemudian pada tes siklus pertama 64,44; menjadi 75,25 pada siklus kedua. Kemudian adanya peningkatan prosentase ketuntasan belajar siswa yang pada tes awal hanya 25,92%; dan pada tes siklus pertama 70,37%; kemudian pada siklus kedua menjadi 88,89%. Berdasarkan hasil penelitian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPS dengan menggunakan pembelajaran Cooperative Learning Model Team Games Tournament (TGT)dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas V SD Negeri Limbangan Kulon 01 Brebes .
Brebes .dimungkinkan juga karena guru belum menggunakan model pembelajaran inovativ serta dalam mendesain skenario pembelajaran yang belum disesuaikan dengan karakteristik materi maupun kondisi siswa sehingga memungkinkan siswa kurang aktif dan kreatif. Adanya kecenderungan guru tetap menggunakan model pembelajaran konvensional yang bersifat satu arah, yang mengakibatkan pembelajaran tampak kering dan membosankan. Kegiatan pembelajaran masih didominasi guru. Siswa sebagai obyek bukan subyek bahkan guru cenderung membatasi partisipasi dan kreatifitas siswa selama proses pembelajaran.Kenyataan selama ini kegiatan belajar mengajar masih didominasi guru yaitu kegiatan satu arah
Kata Kunci : Cooperative Learning, Team Game Tournamnt (TGT),Peristiwa Proklamasi, Hasil Belajar.
51
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPS dengan
dimana penuangan informasi dari guru ke siswa dan hanya dilaksanakan dan berlangsung di sekolah, sehingga hasilyang
Pendahuluan
dalam pembelajaran mencapai hasil yang
dicapai siswa hanya mampu menghafal fakta,
Latar Belakang
optimal. Keberhasilan ini sangat tergantung
konsep, prinsip, hukum-hukum, teori hanya
Dalam rangka meningkatkan kualitas
dengan kemampuan guru dalam mengelola
pada tingkat ingatan. Bertumpu pada
pendidikan diperlukan strategi pembelajaran
proses belajar mengajar.Keberhasilan
kenyataan tersebut untuk merangsang dan
yang diharapkan mampu memperbaiki proses
pembelajaran pada umumnya adalah
meningkatkan peran aktif siswa baik secara
pembelajaran yang telah berlangsung. Salah
meningkatnya prestasi belajar siswa.Prestasi
individual dan kelompok terhadap proses
satu tolok ukur keberhasilan guru adalah bila
belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
pembelajaran IPS maka masalah ini harus
*) Penulis adalah Kepala SD Negeri Limbangan Kulon 01 Brebes
dicari pemecahannya dengan menggunakan model pembelajran inovatif yang sesuai dengan materi yang diajarkan, kiranya salah satu alternatif untuk pemecahan yaitu dengan menggunakan model Cooperative Learning tipeTeam GamesTournament (TGT). Dengan pembelajaran Cooperative Learning tipeTeam Games Tournament diharapkan siswa dapat menggali dan menemukan pokok materi secara bersama-sama dalam kelompok atau secara individu.Penerapan Cooperative Learning t i p e Te a m G a m e s To u r n a m e n t (TGT),merupakan tindakan alternative yang kiranya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu penulis mengambil judul Peningkatan Hasil Belajar IPS Materi Peristiwa Sekitar Proklamasi melalui Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Team Game Tournament (TGT) pada Siswa Kelas V SD N Limbangan Kulon 01 Brebes Tahun Pelajaran 2013/2014. Pembatasan MasalahDengan adanya masalah yang cukup banyak, maka penelitian ini dibatasi pada (1) Hasil belajar dibatasi pada hasil belajarIPSKelas Vtentang materi peristiwa sekitar proklamasi, (2) Pembelajaran kooperatif dibatasi pada Cooperative Learning tipeTeam Games Tournament (TGT). Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas permasalahan dapat di rumuskan sebagai berikut: Apakah melalui Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe Team Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar IPS Materi Peristiwa Sekitar Proklamasi Pada siswa kelas V SDN Limbangan Kulon 01 Brebes Tahun Pelajaran 2013/2014? Tujuan Penelitian Untuk meningkatan hasil belajar IPS Materi Peristiwa Sekitar Proklamassi melalui
*) Penulis adalah Kepala SD Negeri Limbangan Kulon 01 Brebes
52
Vol. 5 JANUARI 2016 Model Pembelajaran Cooperative Learning
tindakan oleh seseorang sebagai akibat
mempengaruhi adalah mendapatkan
aspek pengetahuan ( kognitif ) dan ketrampilan (
tipeTeam Games Tournament(TGT)
dariefek belajar tersebut.
pengetahuan, penanaman konsep dan
psikomotor ) saja melainkan meliputi juga aspek
keterampilan, dan pembentukan sikap. Hasil
akhlak ( affektif ) dalam menghayati serta
Hasil Belajar dan Faktor-faktor yang
belajar yang diperoleh siswa adalah sebagai
menyadari kehidupan yang penuh dengan
Mempengaruhi Hasil Belajar
akibat dari proses belajar yang dilakukan oleh
masalah, tantangan, hambatan, dan
Hasil belajar adalah kemampuan yang
siswa, harus semakin tinggi hasil belajar yang
persaingan ( Nursid Sumaatmadja, dkk
dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
diperoleh siswa. Proses belajar merupakan
2005:10). Sedang pendekatan yang
Belajar mempunyai pengertian yang
belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan
penunjang hasil belajar yang dicapai siswa,
digunakan dalam mempelajari IPS adalah
kompleks, sehingga banyak ahli
penting dalam proses pembelajaran. Proses
(Nana Sudjana, 1995 (111)
Pendekatan Inter-disiplin ( interdisciplinary
mengemukakan pengertian belajar dengan
penilaian terhadap hasil belajar dapat
Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial
approach ).Udin S. Winataputra, dkk (2008:51),
ungkapan dan pendapat yang berbeda-beda.
memberikan informasi kepada guru tentang
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)adalah
mengatakan bahwa dalam Kurikulum 1975
Berikut ini pendapat tentang pengertian belajar:
kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan
mata pelajaran yang mempelajari kehidupan
pendidikan IPS menampilkan empat profil,
Slameto (2003:2) memberikan
tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar.
sosial yang kajiannya mengintegrasikan bidang
yakni: (1) Pendidikan Moral Pancasila
pengertian “belajar sebagai suatu proses
Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat
Ilmu-Ilmu Sosial dan Humaniora. Ilmu-Ilmu
menggantikan Pendidikan Kewargaan Negara
usaha yang dilakukan seseorang untuk
menyusun dan membina kegiatan-kegiatan
Sosial mempelajari mempelajari aspek-aspek
sebagai suatu bentuk pendidikan IPSkhusus
memperoleh suatu perubahan tingkah laku
siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas
kehidupan yang meliputi aspek sosial,
yang mewadahi tradisi “citizenship
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
maupun individu.Sejalan dengan hal itu Nana
ekonomi, psikologi, budaya, sejarah, geografi
transmission”, (2) endidikan IPS terpadu untuk
pengalamannya sendiri dalam interakasi
Sudjana, 2004 membagi hasil belajar menjadi 3
dan politik.Sedangkan humaniora meliputi
S e k o l a h D a s a r, ( 3 ) p e n d i d i k a n I P S
dengan lingkungannya”.
macam yaitu: (a). Keterampilan dan kebiasaan;
norma, nilai, bahasa, dan seni yang menjadi
terkofederasi untuk SMP yang menempatkan
Skinner (1985) menyebutkan belajar
(b). Pengetahuan dan pengertian; (c). Sikap
komponen kehidupan masyarakat.Ilmu sosial
IPS sebagai konsep payung yang menaungi
adalah “Learning is aprocess of progressive
dan cita-cita, yang masing-masing golongan
adalah sekelompok disiplin akademis yang
mata pelajaran goegrafi, sejarah, dan ekonomi
behavior
dapat diisi dengan bahan yang ada pada
mempelajari aspek-aspek yang berhubungan
koperasi, (4) pendidikan IPS yang terpisah-
a d a p t i o n ” . Ya i t u b a h w a b e l a j a r
kurikulum sekolah, (Nana Sudjana, 2004:22).
dengan manusia dan lingkungan sosialnya.
pisah mencakup mata pelajaran sejarah,
merupakan suatu proses adaptasi perilaku
Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil belajar
Pada tingkat pendidikan dasar, pelajaran ilmu
geografi dan ekonomi untuk SMA, atau sejarah
yang bersifat progresif. Menurut Mc. Beach
yaitu :
sosial disampaikan secara terpadu.
dan geografi untuk SPG. Ruang Lingkup Mata
(dalam Lih Bugelski 1956) memberikan definisi
Faktor Internal (dari dalam individu yang
Keterpaduan ini berupa penggabungan
Pelajaran IPS Kelas V Semester II Berdasarkan
mengenai belajar. “Learning is a change
belajar)
beberapa bidang ilmu sosial menjadi satu mata
Silabus KurikulumKTSP Kelas V tahun 2006,
pada
siswa kelas V SDN Limbangan Kulon 01 Brebes Tahun Pelajaran 2013/2014. LANDASAN TEORI Hakikat Belajar
51
Vol. 5 JANUARI 2016
performanceas aresult of practice”. Ini berarti
Faktor yang mempengaruhi kegiatan
pelajaran yang disebut Ilmu Pengetahuan
bahwa belajar membawa perubahan dalam
belajar ini lebih ditekankan pada faktor dari
Sosial.Mata pelajaran IPS juga disusun secara
C o o p e r a t i v e L e a r n i n g t i p e Te a m
performance, dan perubahan itu sebagai akibat
dalam individu yang belajar. Adapun faktor yang
sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam
GamesTournament(TGT)
dari latihan.kuliahpsikologi dek rizky.com).
mempengaruhi kegiatan tersebut adalah
proses pembelajaran menuju kedewasaan dan
Pengertian CooperativeLearning
Menurut Winkel (2004: 59) belajar adalah
faktorpsikologis, antara lain yaitu : motivasi,
keberhasilan dalam kehidupan bermasyarakat.
Kooperatif mengandung pengertian
suatu aktifitas mental/ psikis yang berlangsung
perhatian, pengamatan, tanggapan dan
Pendidikan IPS bertujuan untuk
bekerjasama dalam mencapai tujuan (Hamid
dalam pengetahuan –pemahaman,
lainsebagainya.
membina anak didik menjadi warga negara
Hasan, 1996). Dalam Kooperatif, siswa secara
keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu
Faktor Eksternal (dari luar individu yang
yang baik, yang memiliki pengetahuan,
individual mencari hasil yang menguntungkan
bersifat secara relatif konstan dan
belajar).
ketrampilan, dan kepedulian sosial yang
bagi seluruh anggota kelompoknya. Jadi,
berbekas.Berdasarkan pendapat para
Pencapaian tujuan belajar perlu
berguna bagi dirinya sendiri, masyarakat,
kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil
ahlitersebut,dapat disimpulkan bahwa belajar
diciptakan adanya sistem lingkungan belajar
bangsa dan negara. Untuk merealisasikan
dalam pengajaran yang memungkinkan siswa
merupakan proses perubahan tingkah laku
yang kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan
tujuan tersebut, maka proses pembelajaran
bekerjasama untuk memaksimalkan belajar
yang yang diiringi oleh perubahan sikap dan
faktor dari luar siswa. Adapun faktor yang
tidak hanya terbatas pada aspek-
mereka dan belajar anggota lainnya dan
*) Penulis adalah Kepala SD Negeri Limbangan Kulon 01 Brebes
*) Penulis adalah Kepala SD Negeri Limbangan Kulon 01 Brebes
52
Vol. 5 JANUARI 2016 kelompok tersebut (Johson, et al., 1994; Hamid
individual, dan (4) keterampilan untuk menjalin
sebelumnya. Poin ini selanjutnya dijumlahkan
Hasan, 1996) terdapat dalam (Etin
hubungan antar pribadi atau keterampilan
untuk membentuk skor kelompok. (f) Setelah itu
Solihatin:2007)
sosial yang secara sengaja diajarkan
guru memberikan pernghargaan kepada
(Slavin.2008:37-38)
kelompok yang terbaik prestasinya atau yang
Pendekatan kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kelompok kerja, karena
Jenis-jenis CooperativeLearning
telah memenuhi kriteria tertentu mendapat
ini siswa tidak hanya mendengarkan guru yang sedang mengajar yang sering kali membuat siswa menjadi pasif, tetapi pada model ini siswa diajarkan untuk berpendapat dan bekerja kelompok sehingga nantinya dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar dalam pelajaran IPS .
dalam model kooperatif harus ada " struktur
1) StudentTeams-Achievement Division(STAD)
dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif "
2) Teams-Games-Tournaments (TGT)
sehingga memungkinkan terjadinya interaksi
3) Jigsaw
Pembelajaran IPS dengan
secara terbuka dan hubungan hubungan yang
4) Think-Pair-Share (TPS)
CooperativeLearning tipeTeam Games
METODOLOGI PENELITIAN
bersifat interdependensi yang efektif diantara
5) Numbered-Head_together (NHT)
Tournament(TGT):
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Limbangan Kulon 01 Brebes dilaksanakanpada semester 2 (genap) Tahun Ajaran 2013/2014. Untuk mengumpulkan data menggunakan teknik :
anggota kelompok (Slavin, 1983;Stahl, 1994) terdapat dalam (Etin Solihatin:2007) Dengan mengelola kelas model kooperatif juga memperhatikan beberapa
penghargaan.
Pemilihan metode pembelajaranyang Pembelajaran IPS dengan Cooperative
tepat, sangat membantu hasilbelajar dan
Learningtipe Team GamesTournament
memotivasi belajar siswa. Guru mendapat
(TGT)
kebebasan dalam memilih metode
Observasi digunakan untuk mendapatkan informasi tentangkeaktifan siswa didalam mengikuti proses belajar mengajar.
hal:pengelompokkan, semangat kooperatif dan
Cooperative Learning adalah model
pembelajaran yang digunakan. Selama ini
penataan kelas.Salah satu yang menandai
pembelajaran bersama-sama dalam suatu
pelajaran IPS lebih sering diajar dengan
profesionalisme guru adalah komitmennya
kelompok dengan jumlah anggota antara tiga
menggunakan metode ceramah yang
untuk selalu memperbaharui dan
sampai lima orang siswa. Para anggota bekerja
menuntut siswa bersikap pasif (teacher
meningkatkankemampuannya dalam suatu
sama dan saling membantu dalam
centered). Salah satu metode yang
proses bertindak dan berefleksi. Guru yang
menyelesaikan tugas yang telah diberikan guru.
menekankan pada keaktifan siswa adalah
profesional harus mempunyai kemampuan dan
Menurut Kagan , terdapat empat prinsip dasar
metode pembelajaran kooperatif. Salah satu
persediaan strategi pembelajaran. Guru
model kooperatif learning yaitu (1) interaksi
bentuk pembelajaran kooperatifyang sering
yangbaik tidak akan terpaku pada satu strategi.
yangsimultan,(2) saling ketergantungan antar
digunakan adalah dengan diskusi.
Guru bisa memilih dan memodifikasi teknik-
anggota;(3) tiap anggota memiliki tanggung
Di mana dalam diskusi yang dilakukan
teknik pembelajaran agar sesuai dengan
jawab terhadap kelompok; dan (4) peran serta
peserta diskusidiusahakan beragam
kelasnya.
anggota yang seimbang.Menurut pendapat
(heterogen). Beragam dalam artian
Slavin(2008:26) model cooperativelearning
bahwadalam satu kelompok masing-masing
Indikator keberhasilan Kinerja
meliputienamkonsep yaitu (a) Tujuan kelompok
individu berbeda dalam hal kemampuan
ketergantungan positif, (2) interaksi tatap
(b)Tanggung jawab individual, dan(c)Siswa
kognitif, jenis kelamin, latar belakang sosial
muka, (3) akuntabilitas individual, dan
memainkan pertandingan-pertandingan
maupun budaya. Hal tersebut dimaksudkan
(4)keterampilan menjalin hubungan sosial
akademik dalam tournament. (d) Pertandingan
supaya mereka saling bertukar pengalaman
(Mulyono,2003:l2l).
individual ini bertujuan untuk mengetahui
dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hal
tingkat penguasaaan siswa terhadap suatu
tersebut, dalam penelitian ini diujicobakan
Peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS sekurang-kurangnya 75% siswa mendapat nilai ulangan harian lebih dari 70. Peningkatan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran IPS sekurang-kurangnya 75 % siswa aktif dalam proses pembelajaran.
konsep dengan cara siswa diberikan soal yang
metode pembelajaranyang dapat mengaktifkan
Pembelajaran kooperatif adalah suatu
dapat diselesaikandengan cara menerapkan
siswa dan memberi kesempatan siswa untuk
sistem yang di dalamnya terdapat elemen-
konsep yang dimiliki sebelumnya.(e)
bekerja sama dengansiswa yang mempunyai
elemen yang saling terkait. Adapun berbagai
Hasilpertandingan selanjutnya dibandingkan
kemampuan heterogen sekaligus
elemen dalam pembelajaran kooperatif adalah
dengan rata-rata sebelumnya dan poin akan
menggembirakan siswa dengan permainan.
adanya: (1) saling ketergantungan positif; (2)
diberikan berdasarkan tingkat keberhasilan
Metode tersebut adalah pembelajaran
interaksi tatap muka; (3) akuntabilitas
siswa mencapai atau melebihi kinerja
kooperatif tipeTGT Dalam pembelajaran model
Ada 4 elemen dasar dalam pembelajaran kooperatif yaitu: (l) saling
Prinsip Utama Cooperative Learning
51
Vol. 5 JANUARI 2016
*) Penulis adalah Kepala SD Negeri Limbangan Kulon 01 Brebes
Tes tertulis digunakan untuk mengukur pencapaian siswa setelah pelaksanaan pembelajaran, yang terdiri atas materi peristiwa sekitar proklamasi. Data yang diperoleh adalah prestasi belajar. Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar yang diperoleh siswa pada pembelajaran IPS sebelum penelitian dilakukan.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang ditandai dengan adanya siklus, adapun dalam penelitian ini terdiri atas 2 siklus. Menurut Sarwiji Suwandi (2009:35),bahwa setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
*) Penulis adalah Kepala SD Negeri Limbangan Kulon 01 Brebes
52
Vol. 5 JANUARI 2016
Vol. 5 JANUARI 2016
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
V SD Negeri Limbangan Kulon 01 Brebes
70,37%, meskipun nilai terendah adalah 55
Berdasarkan hasil koordinasi kepala sekolah
Deskripsi Kondisi Awal
sebanyak 27 siswa, hanya 7 siswaatau 25,02 %
sebanyak 8 anak tetapi hasil tersebut sudah
dan guru-guru lain, peneliti akan melakukan
Berdasarkan data nilai dapat dilihat
yang memperoleh nilai di atas ketuntasan
menunjukkan keberhasilan bahwa pokok
tindakan untuk mencapai indikator yang belum
bahwa nilai rata-rata kelas V sebelum
minimal. Sebanyak 20 siswa atau 74,08 %
bahasan peristiwa sekitar proklamasi sudah
tercapai oleh beberapa siswa tersebut di atas
dilaksanakan tindakan adalah 50. Siswa kelas
memperoleh nilai di bawah nilai KKM, yaitu 60.
dikuasai oleh siswa. Dengan demikian
dengan melakukan tindakan siklus IIdengan
N o .
R e nt ang Ni l a i
1
4
0
-
4
2
5 0
-
5 9
3
6 0
-
6 9
4
7 0
-
5
8 0
-
Frekuensi
9
2 1
8
Prosentase
K e t e r a n g a n
Cooperative LearningtipeTeam Games
menggunakanCooperative Learning tipeTeam
7
1
T i d a k
T u n t a s
Tournament (TGT) dapat dikatakan berhasil,
Games Tournament(TGT).
T u n t a s
akan tetapi belum maksimal.
,
4
6
6
,
6
7
T i d a k
3
1
1
,
1
0
T
u
n
t
a
s
7 9
2
7
,
4
1
T
u
n
t
a
s
8 9
2
7
,
4
1
T
u
n
t
a
s
Tabel 1. Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar IPS Siswa Sebelum Tindakan
membuat perencanaan sebagai berikut: Deskripsi Siklus II Tahap Perencanaan
· Menyusun kembali Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi
· Lebih mengoptimalkanCooperative
pelaksanakan pada siklus 1 diketahui bahwa
LearningtipeTeam Games Tournament
Dari hasil data tabel di atas dapat
sesudah dilaksanakan tindakan siklus 1 adalah
pembelajaran sudah menunjukkan
(TGT) dalam pembelajaran.
disimpulkan bahwa, siswa yang mendapat nilai
64,44. Siswa kelas V SD Negeri Limbangan
peningkatan hasilbelajar yang cukup signifikan,
diatas KKM adalah sebanyak 7 siswa atau
Kulon 01 Brebes sebanyak 27 siswa, hanya 8
namun ada beberapa siswa yang masih
25,02, yang berada dibawah KKM sebanyak 20
siswa atau 29,63 % yang memperoleh nilai di
siswa atau 74,08%dan nilai rata-rata sebesar
bawah nilai KKM. Sebanyak 19 siswa atau
50.
70,37 % memperoleh nilai di atas nilai KKM.
Deskripsi Siklus 1
Nilai standar KKM di SDN Limbangan Kulon 01
Berdasarkan data nilai rata-rata kelas V
Brebes yaitu 60.
N o .
P r o s e n t a s e
Keterangan
Rentang Nilai
Frekuensi
Pelaksanaan Tindakan
mendapat nilai di bawah KKM. Oleh karena itu
Dalam tahap ini guru menerapkan tahap
penelitimengulang kembali pembelajaranIPS
pembelajarandengan menggunakan
tentang pokok bahasan peristiwa sekitar
Cooperative LearningtipeTeam Games
proklamasi.Berdasarkan hasil Observasi
Tournament (TGT) sesuai dengan rencana
terhadap proses pembelajaran dan hasil
pembelajaran yang telah disusun.
belajar pada pokok bahasan peristiwa sekitar
Pembelajaran yang telah disusun padasiklus II
5
8
2
9
,
6
3
Tidak Tuntas
proklamasi setelah pelaksanakan tindakan 1
dengan menggunakanCooperative
6 0
5
1
8
,
5
2
Tidak Tuntas
(siklus1), dapat diperoleh informasi bahwa hasil
LearningtipeTeam Games Tournament(TGT) ini
6
5
7
2
5
,
9
3
T u n t a s
pencatatan menunjukkan bahwa dari siswa
akan dilaksanakan dalam 2 pertemuan.
7 0
2
7
,
4
1
T u n t a s
kelas V sebanyak 27 siswa terdapat 8 siswa
-
7
5
1
3
,
7
1
T u n t a s
atau 29,62 % yang belum mencapai Kriteria
6
-
8
0
2
7
,
4
1
T u n t a s
1
-
8
5
2
7
,
4
1
T u n t a s
1
5
1
2
5 6
3
6
4
6 6
5
7
1
6
7
7
8
1
-
5
Tabel. 2 Distribusi Frekuensi Nilai hasil belajar IPS Siklus 1
51
Pada tahapan perencanaan ini peneliti
Dari hasil data tabel di atas dapat
aktif memperhatikan penjelasan guru dan
disimpulkan bahwa, siswa yang mendapat nilai
menjawab pertanyaan guru, serta bekerja sama
diatas KKM adalah sebanyak 19 siswa atau
dalam kelompoknya. Namun masih ada siswa
70,37%. Siswa mendapat nilai dibawah
yang bercanda dengan temannya, terutama
KKMsebanyak 8 siswa atau 29,63% dan nilai
siswa yang tidak mengikuti turnamen.
rata-ratanya meningkat menjadi 64,44
Menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa,
Refleksi
karena nilai rata-rata kelas mencapai 64,44,
Berdasarkan hasil pengamatan selama
yang semula sebelum dilakukan tindakan
proses pembelajaran berlangsung siswa cukup
hanya 50. Siswa yang dapat mencapai KKM
*) Penulis adalah Kepala SD Negeri Limbangan Kulon 01 Brebes
Observasi
Ketuntasan Minimum (KKM). Setelah dilakukan
Berdasarkan dari pengamatan yang
pemeriksaan pada lembar kerja siswa, ternyata
dilakukan pada siklus II, dapat diketahui bahwa
siswa tersebut di atas masih kesulitan dan
pembelajaran IPS materi peristiwa
banyak melakukan kesalahan menjawab
proklamasi yang dilaksanakandengan
pertanyaan khususnya tentang pokok bahasan
menggunakanCooperative LearningtipeTeam
pristiwa sekitar proklamasi, Atas dasar tersebut
Games Tournament(TGT) , pada siklus ini
peneliti melakukan koordinasi dengan kepala
aktivitas siswa sudah sangat maksimal,
sekolah dan guru kelas lain tentang alternatif
sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil
dengan baik. Untuk memperjelas data diatas
belajar siswa tersebut di atas agar
dapat dilihat table distribusi frekuensi hasil
hasilbelajarnya meningkat paling tidak mampu
belajar IPS siswa setelahdilakukannya tindakan
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum.
siklus II
*) Penulis adalah Kepala SD Negeri Limbangan Kulon 01 Brebes
52
Vol. 5 JANUARI 2016 K e t e r a n g a n
Vol. 5 JANUARI 2016 3. Selalu memberikan bimbingan, motivasi,
N o .
Rentang Nilai
F r e k u e n s i
1
56 - 60
3
T i d a k
2
61-
65
2
T
u
n
t
a
s
3
66 - 70
2
T
u
n
t
a
s
4
71
-75
6
T
u
n
t
a
s
Remedial dan pengayaan sebagai bahan
5
76
-80
8
T
u
n
t
a
s
pekerjaan rumah siswa.
6
81
-85
1
T
u
n
t
a
s
7
86 - 90
4
T
u
n
t
a
s
DAFTAR PUSTAKA
8
91 - 95
1
T
u
n
t
a
s
Djamarah,Syaiful Bahri dan Zain Aswan . 2013.
T u n t a s
Tabel 1. Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar IPS Siswa Sebelum Tindakan
Nilai setelah dilakukannya tindakan Siklus 2.
siswa, akan lebih meningkatkan aktivitas siswa sehingga hasil belajar pun meningkat secara signifikan.
serta penguatan pada siswa baik secara individual maupun kelompok. 4. Selalu menindak lanjuti disetiap akhir
Strategi Belajar mengajar. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
dan Pembelajaran. Jakarta : Univerrsitas
dilaksanakan tindakan siklus II adalah 75,25.
II.
Terbuka
11,11 % yang memperoleh nilai di bawah nilai
pembelajaran Team Game Tournament
KKM. Sebanyak 24 siswa atau 88,89 %
dapat membawa situasi belajar lebih
memperoleh nilai di atas nilai KKM. Untuk
menyenangkan dan aktivitas belajar serta
memperjelas data nilai diatas maka dapat
hasil belajar siswa meningkat.
Bahan Ajar Pendidikan dan Latihan Universitas Negeri Semarang. Permendiknas No.22 Tahun 2006. Standar Isi untuk satuan Penidikan Dasar dan
Purwanto, M Ngalim. 1997. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja
pembelajaran Prasiklus, Siklus I, dan Siklus
efektif dan menyenangkan yaitu model
(2012)
Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran.
dilihat bahwa nilai rata-rata kelas V sesudah
Brebes sebanyak 27 siswa, hanya 3 siswa atau
Panitia Sertifikasi Guru Rayon 112.
Menengah. Jakarta : Mendiknas.
mengalami peningkatan dari mulai kegiatan
3. Pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif,
Univerrsitas Terbuka
Profesi Guru dalam Jabatan . Semarang :
Berdasarkan data nilai di atas dapat
Siswa kelas V SD Negeri Limbangan Kulon 01
Pembelajaran IPS SD. Jakarta :
pembelajaran dengan memberikan
2. Terbukti bahwa Ketuntasan Belajar
Refleksi Siklus II
Winataputra, Udin.S..dkk.2007. Materi an
Winataputra, Udin.S..dkk.2007. Teori Belajar
Rosdakarya
dilihat distribusi frekuensi pada tabel 3. SARAN Berdasarkan simpulan di atas, maka
PENUTUP
penulis menyarankan kepada semua guru
SIMPULAN Dari hasil penelitian serta pembahasan dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan
01 Brebes,
salah satu model Cooperatif Learning Tipe
pembelajaran hendaknya :
Team Game Tournament maka suasana
1. Harus pandai-pandai menciptakan suasana
pembelajaran akan lebih menarik dan
pembelajaran yang menyenangkan,
menyenangkan anak sehingga mereka aktif
sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih
dalam mengikuti pembelajaran dan hasil
bermakna.
belajar pun mengalami peningkatan, secara
agar dalam menyajikan
2. Harus lebih mengenal model-model
rinci dapat dijelaskan :
pembelajaran PAIKEM, dan memilih model
1. Belajar sambil bermain peran, dan dengan
apa yang paling tepat untuk menyajikan
pemberian motivasi serta penguatan pada
51
khususnya guru di SD Negeri Limbangan Kulon
materi pembelajaran.
*) Penulis adalah Kepala SD Negeri Limbangan Kulon 01 Brebes
*) Penulis adalah Kepala SD Negeri Limbangan Kulon 01 Brebes
52
Vol. 5 JANUARI 2016 PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA KELAS III KOMPETENSI DASAR GERAK BENDA MELALUI METODE EKSPERIMEN DI SD N BANJARHARJA 04 TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Vol. 5 JANUARI 2016 Banjarharja,Kabupaten Brebes dalam pembelajaran IPA Kompetensi Dasar Gerak Benda dapat ditingkatkan melalui Metode Eksperimen?
Oleh : Suwarti*) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA ) khususnya Kompetensi Dasar gerak benda melalui metode eksperimen. Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) yang dilakukan secara kolaboratif. Setiap siklus terdiri dari 2 pertemuan. Subjek penelitian adalah siswa kelas III SD N Banjarharja 04 yang berjumlah 33 siswa.Teknik yang digunakan adalah dengan tes. Tes digunakan untuk mengetahui tingkat prestasi siswa,sedangkan lembar observasi digunakan untuk mengetahui kinerja guru dalam pembelajaran. Hasil penelitian menunjukan adanya peningkatan prestasi belajar siswa,dari nilai pra siklus dengan rata-rata kelas 57,27,siswa yang tuntas sebanyak 10 anak atau 30,3%,dan yang belum
measuring the skill or knowledge by person in one more lines of work a study “ ( Webster's New International Dictionary, 1951 : 20 )Mempunyai arti kurang lebih prestasi adalah standart tes
Tujuan Penelitian
untuk mengukur kecakapan atau pengetahuan
Tujuan umum yang diharapkan dari penelitian ini adalah menjadi masukan guru dan siswa untuk meningkatkan prestasi belajar di SDN Banjarharja 04, sedangkan tujuan khususnya adalah meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA Kompetensi Dasar gerk benda dengan metode eksperimen dengan indikator sekurang – kurangnya 70% dari jumlah siswa memperoleh nilai 65 keatas.
bagi seseorang di dalam satu atau lebih dari garis – garis pekerjaan atau b e l a j a r. ( h t t p : / / l i b r a r y. u m . a c . i d / f r e e content/download/pub/pub.php/45158.pdf ) Dalam kamus populer prestasi adalah hasil sesuatu yang telah di capai (Purwodarminto, 1979 : 251) Pengertian Belajar Pengertian tentang belajar sangat
tuntas sebanyak 23 anak atau 69,6% dan di siklus II rata – rata kelas naik sebesar 10,30% menjadi 67,57 dengan siswa yang tuntas sebanyak 20 anak atau sebesar 60,6%,siswa yang belum tuntas
Manfaat Penelitian
komplek, sehingga tidak dapat didefinisikan
sebanyak 13 anak atau 39,4% dan mengalami peningkatan kembali di siklus II sebesar 9.09% rata-
Manfaat Teoritisnya memberi sumbangan positif untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam ilmu pendidikan khususnya mengenai metode pembelajaran, sebagai dasar teori bagi pengembangan penelitian yang relevan lebih lanjut.
secara pasti.Pendapat seseorang tentang
rata kelasnya menjadi 76,66 dengan siswa yang tuntas sebanyak 30 anak atau 90,9% dan siswa yang belum tuntas sebanyak 3 siswa atau 9,1%.Dengan demikian pelaksanaan siklus I dan siklus II dikatakan berhasil meningkatkan prestasi belajar IPA Kompetensi Dasar Gerak Benda di SDN Banjarharja 04,Kecamatan Banjarharja,Kabupaten Brebes. Kata Kunci : Prestasi Belajar, Metode Eksperimen. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Sebagai guru yang profesional dituntut memilki tanggung jawab yang tinggi untuk keberhasilan dalam proses pembelajaran,yaitu berupaya mengadakan perbaikan pembelajaran. Sebagaimana yang terjadi di dalam kelas III SDN Banjarharja 04 ,kecamatan Banjarharja, Kabupaten Brebes, setelah diadakan tes formatif mata pelajaran IPA tentang gerak benda hanya 15 siswa dari 33
Berdasarkan hal tersebut diatas maka peneliti mencoba mengangkat permasalahan mata pelajaran IPA tentang gerak benda yaitu melalui Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) untuk memperbaiki pembelajaran sehingga diharapkan dengan perbaikan pembelajaran dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.Penelitian yang akan dilakukan dengan judul “ Peningkatan Prestasi Belajar IPA Kelas III Kompetensi Dsar Gerak Benda Melalui Metode Eksperimen di SDN Banjarharja 04 Tahun Pelajaran 2011 / 2012.”
siswa yang mendapat nilai 65 keatas dengan ketuntasan belajar hanya 45%.Dengan demikian taraf penguasaan materi pembelajaran masih rendah.
51
yaitu : “ Achievement test standardised test for
Perumusan Masalah Apakah prestasi belajar siswa kelas III SDN Banjarharja 04 Kecamatan
*) Penulis adalah Kepala Sekolah SD Malahayu 04 Banjarharja Brebes
Manfaat Praktisnya bagi guru adalah sebagai bahan masukkan guru dalam meningkatkan mutu pendidikan di kelasnya., bagi sekolah diharapkan dapat dikembangkan pada mata pelajaran dan kompetensi dasar lain sehingga meningkatkan mutu dan hasil pembelajaran dan meningkatkan kualitas pendidikan di SDN Banjarharja 04, sedangkan bagi siswa adalah sebagai bahan masukkan bagi siswa untuk memeksimalkan belajarnya melalui pembelajaran langsung dan nyata sehingga meningkatkan prestasi belajarnya.
pengertian belajar berbeda – beda tergantung pada teori belajar yang dianutnya. Menurut Sumadi ( 1975 ) menyatakan bahwa belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan dalam diri siswa.Perubahan itu adalah didapatnya pengetahuan atau kecakapan baru yang terjadi karena usaha. Menurut Mustaqim ( 2001 : 10 ) mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang terjadi karena latihan dan pengalamannya. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar menurut Munandar ( 1992 : 37 ) adalah merupakan perwujudan dari bakat dan kemampuan,prestasi yang sangat
KAJIAN PUSTAKA
menonjol dalam salah satu bidang tersebut.
KERANGKA TEORI
Menurut Abdurrahman ( 2003 : 37 )
Pengertian Prestasi
berpendapat bahwa prestasi belajar atau hasil
Didalam webster's New Internasional Dictionary mengungkapkan tentang prestasi
belajar adalah kemampuan yang diperoleh melalui kegiatan belajar.
*) Penulis adalah Kepala Sekolah SD Malahayu 04 Banjarharja Brebes
52
Vol. 5 JANUARI 2016 Prestasi bisa diartikan tingkat keberhasilan
sebagai ilmu tentang alam ini, ilmu yang
tertentu. Dengan demikian dapat disimpulkan
data,mengendalikan variabel,merencanakan
yang diperoleh setelah diadakan
mempelajari tentang peristiwa – peristiwa yang
bahwa metode adalah sebagai cara atau jalan
eksperimen dan memecahkan masalah yang
evaluasi.Sedangkan belajar merupakan proses
terjadi di alam. (Srini M. Iskandar, 2001 : 2 )
untuk menyajikan atau melaksanakan kegiatan
dihadapi secara nyata.
perubahan mengenai sikap siswa serta nilai-
Menurut peraturan Mendiknas RI Nomor
utuk mencapai tujuan yang telah direncanakan.
nilai pengetahuan dan kecakapan dasar dalam
22 Tahun 2006 Mata pelajaran IPA di SD
Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat
pelajaran.Jadi prestasi belajar adalah tingkat
bertujuan agar peserta didik memiliki
disimpulkan bahwa metode adalah cara yang
1. Guru menetapkan tujuan judul eksperimen.
keberhasilan yang diperoleh setelah belajar
kemampuan sebagai berikut : (a) Memperoleh
dipergunakan untuk melukakan sesuatu
2. Guru mempersiapkan laboratorium / kelas
dengan menguasai dan menggunakan aspek-
k e y a k i n a n t e r h a d a p Tu h a n Y M E , ( b )
dengan teknik tertentu untuk mendapatkan
aspek yang ada didalamnya.
Mengembangkan pengetahuan dan
sesuatu.
Langkah-Langkah Metode Eksperimen:
yang akan dipakai. 3. G u r u m e n j e l a s k a n h a l - h a l y a n g
p e m a h a m a n k o n s e p - k o n s e p I PA y a n g
Metode mengajar pada dasarnya teknik
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam
atau cara yang ditempuh untuk memciptakan
Prestasi Belajar
kehidupan sehari-hari, (c) Mengembangkan
situasi pengajaran yang benar
Tu r s a n H a k i m ( 2 0 0 2 : 11 )
rasa ingin tahu,sikap positif dan kesadaran
mendukung kelancaran dalam proses belajar
mengemukakan mengemukakan faktor-faktor
tentang adanya hubungan yang saling
untuk mencapai hasil belajar secara optimal.
yang mempengaruhi prestasi belajar :
mempengaruhi antar IPA,lingkungan,teknologi
dan
berhubungandengan keselamatan kerja dan tata tertib. 4. Guru menugaskan siswa agar membuat rencana kerja dan laporan. 5. Siswa membuat rencana kerja. 6. Siswa bekerja sesuai dengan rencana kerja. 7. Guru membimbing siswa melakukan
Metode Eksperimen
Faktor internal yaitu faktor yang berasal
dan masyarakat, (d) Mengembangkan
dari dalam individu itu sendiri yang meliputi : (a)
ketrampilan proses untuk menyelidiki alam
Metode eksperimen adalah metode yang
Faktor biologis ( jasmaniah )yaitu segala hal
sekitar,memecahkan masalah dan keputusan,
memberikan kesempatan kepada siswa untuk
yang berhubungan dengan fisik atau jasmani
(e) Meningkatkan kesadaran untuk berperan
melatih melakukan suatu proses secara
individu yang bersangkutan misalnya kondisi
serta dalam memelihara dan melestarikan
mandiri sehingga siswa sepenuhnya terlibat
fisik normal atau sehat, (b) Faktor Psikologis (
lingkungan alam, (f) Meningkatkan kesadaran
rokhaniah ) yaitu segala yang berhubungan
untuk menghargai alam dan segala
untuk menemukan fakta, mengumpulkan KERANGKA BERFIKIR
dengan kondisi mental seseorang
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan
Faktor Eksternal
yaitu faktor yang
Tuhan., (g) Memperoleh bekal
berasal dari luar individu itu sendiri yang
pengetahuan,konsep dan ketrampilan IPA
meliputi lingkungan keluarga,sekolah,
sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan
masyarakat dan waktu.
keSMP/MTs.
IPA
Metode Eksperimen Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA )
adalah segala ilmu yang mempelajari tentang
51
Vol. 5 JANUARI 2016
ĦŎŌŇÒŒÒ Ė R MÕ
Tindakan
eksperimen. 8. Siswa mencatat hal-hal yang terjadi selama eksperimen. 9. Siswa membuat laporan.
Peneliti belum menggunakan metode eksperiment dalam pembelajaran IPA
Nilai rendah
Peneliti menerapkan metode eksperiment
Siklus I Menggunakan metode eksperiment dengan kelompok besar ( 1 kelompok 8 anak ) Prestasi belajar masih rendah
Diduga melalui metode eksperiment dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas III Kompetensi Dasar Gerak benda
Siklus II Menggunakan metode eksperiment dengan kelompok besar ( 1 kelompok 8 anak ) Prestasi belajar mningkat
Pengertian Metode Menurut Tim SBM
PGSD (2007:85)
fenomena alam dan segala sesuatu yang ada di
metode merupakan cara-cara yang ditempuh
alam. Kata IPA merupakan singkatan “ Ilmu
oleh guru untuk menciptakan situasi
Pengetahuan Alam “ yang merupakan
pengajaran yang benar-benar menyenangkan
terjemahan dari kata – kata Bahasa Inggris “
dan mendukung bagi kelancaran proses belajar
Natural science “, natural artinya alamiah
dan tercapainya prestasi belajar anak yang
berhubungan dengan alam atau bersangkut
memuaskan.
Kondisi Akhir
HIPOTESIS TINDAKAN Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen
paut dengan alam.Science artinya ilmu
T. Raka Joni (1993:18) berpendapat
merupakan salah satu metode yang
pengetahuan. Jadi Ilmu pengetahuan Alam (
metode sebagai cara kerja yang bersifat relatif
dimungkinkan dapat meningkatkan prestasi
IPA ) atau science secara harfiah dapat disebut
umum yang sesuai untuk mencapai tujuan
belajar
*) Penulis adalah Kepala Sekolah SD Malahayu 04 Banjarharja Brebes
siswa karena dalam metode
eksperimen siswa diberi kesempatan untuk melakukan suatu proses secara mandiri sehingga siswa sepenuhnya terlibat menemukan fakta,mengumpukan data,mengendalikan variabel,dan memecahkan masalah yang dihadapi secara nyata.
*) Penulis adalah Kepala Sekolah SD Malahayu 04 Banjarharja Brebes
52
Vol. 5 JANUARI 2016 Berdasarkan pemikiran tersebut diatas
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
maka dapat disimpukan bahwa metode
Teknik yang digunakan dilakukan dengan
eksperimen diduga dapat meningkatkan
tes dan non tes.Namun dalam penelitian ini
prestasi belajar siswa kelas III SDN Banjarharja
digunakan tes yang berupa pilihan ganda
04 terutama pada mata pelajaran IPA
sedangkan alat pengukur data dari lembar
Kompetensi Dasar gerak benda.
o b s e v a s i . Te s d i l a k u k a n p a d a a k h i r
Vol. 5 JANUARI 2016 dan berapa siswa yang belum tuntas kemudian diprosentase.Setelah itu nilai siklus II dibandingkan dengan nilai siklus I, untuk mengetahui apakah ada peningkatan, baik itu dari nilai rata-rata kelas, maupun dari segi ketuntasan belajar siswa.
pembelajaran yang bertujuan untuk METODOLOGI PENELITIAN
mengetahuisejauh mana peningkatan prestasi
Subjek Penelitian
yang diperoleh oleh siswa,sedangkan lembar
Yang menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas III SDN Banjarharja 04 Tahun
observasi untuk mengukur kinerja guru selama melakukan proses pembelajaran.
Pelajaran 2013 / 2014.Kelas III tersebut terdiri atas 33 siswa yakni 17 perempuan dan 16 laki – laki, dan semua siswa tersebut berperan sebagai responden.
Validasi Data
Setting/Tempat Penelitiandilakukan di
berikut: (a) Kisi – kisi penelitian, (b) Butir – butir
SDN Banjarharja 04, Kecamatan
soal,(c) Kriteria penelitian, (d) Lembar
B a n j a r h a r j a , K a b u p a t e n B r e b e s . Wa k t u
observasi, (e) Foto pembelajaran, dan (f) Daftar
penelitiandilakukan pada semester genap
hadir siswa
dalam waktu 4 bulan dimulai pada bulan
51
tahun
Dalam Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) ini dilakukan dalam 2 siklus penelitian,dimana setiap siklusnya mencakup 4 kegiatan yaitu : (1) perencanaan ( planning ), (2) pelaksanaan ( acting ), (3) observasi ( observation ), (4) refleksi ( reflection ).
Untuk keabsahan hasil penelitian,peneliti menyusun perangkat penelitian sebagai
Februari sampai dengan bulan Mei
Prosedur Penelitian
Analisis Data
Elaborasi Guru bersama siswa membahas hasil eksperimen dan diskusi, Guru membimbing siswa membuat daftar gerak benda. Konfirmasi Bertanya jawab tentang hal- hal baru yang belum diketahui siswa. Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahpahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan.
Tahap Perencanaan Tindakan ( Planing ) Menentukan pokok bahasan tentang gerak benda, membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan metode Eksperimen, mengembangkan skenario pembelajaran, menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) yang berisi percobaan tentang gerak benda, menyiapkan sumber belajar seperti buku, lingkungan sekitar siswa, menyusun kisi – kisi soal, menyiapkan soal tes setelah dilaksanakan pembelajaran, menyiapkan lembar penilaian, menyiapkan lembar observasi.
Tahap observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran IPA mengenai kegiatan kinerja guru dengan menerapkan metode eksperimen. Observasi diarahkan pada poin-poin dalam pedoman yang telah disiapkan peneliti yang meliputi beberapa aspek indikator.
Pelaksanaan ( Action )
Refleksi ( Reflection )
Kegiatan Awal
Peneliti dan teman sejawat ( kolabor ) membahas hasil PBM pada setiap siklus . Refleksi dilakukan setelah mengadakan pengamatan. Jika dalam pembelajaran tentang gerak benda prestasi yang didapatkan siswa belum sesuai dengan harapan, maka perlu adanya perbaikansiklu berikuttnya.
pelajaran 2013/2014, mata pelajaran Ilmu
Kegiatan analisis data dilakukan dengan
Pengetahuan Alam ( IPA) Kompetensi Dasar
cara : (1) Menganalisis nilai pra siklus dengan
gerak benda pada kelas III SDN Banjarharja 04,
cara mencari nilai tertinggi, nilai terendah dan
Sumber Data terdiri dari ; (a)Sumber
rata- rata kelas.Kemudian menganalisis berapa
data primer berasal dari informasi data dari
siswa yang sudah tuntas dan berapa siswa
nara sumber yaitu peneliti (guru) dan siswa
yang belum tuntas baik dalam bentuk angka
kelas III SDN Banjarharja 04 yang berupa data
maupun prosentase, (2) Hasil siklus I dianalisis
hasil siswa pra siklus atau sebelum
dengan mencari nilai tertinggi, nilai
dilaksanakan penelitian dan nilai prestasi
terendah,rata – rata kelas.Kemudian
belajar siswa sesudah dilaksanakan PTK
menganalisis berapa siswa yang sudah tuntas
dengan metode eksperimen, (b) Sumber data
dan berapa siswa yang belum tuntas kemudian
sekunderberasal dari hasil kolaborasi dengan
diprosentase.Setelah itu nilai siklus I
dengan teman sejawat.Teman sejawat yang
dibandingkan dengan nilai pra sikus untuk
dimaksud disini adalah rekan kerja guru satu
mengetahui apakah ada peningkatan, baik itu
SD yaiti di SDN Banjarharja 04, yang pada saat
dari nilai rata – rata kelas,maupun dari segi
Kegiatan Inti
peneliti melaksanakan PTK baik di siklus I
ketuntasan belajar siswa, (3) Hasil siklus II
Eksplorasi
maupun Siklus II ini bertugas mengobsevasi
dianalisis dengan cara mencari nilai tertinggi,
kinerja guru pada saat melaksanakan proses
nilai terendah , rata-rata kelas.Kemudian
pembelajaran.
menganalisis berapa siswa yang sudah tuntas
Tanya jawab tentang benda yang bisa bergerak, menyebutkan mengapa benda bisa bergerak., siswa menyebutkan contoh benda
*) Penulis adalah Kepala Sekolah SD Malahayu 04 Banjarharja Brebes
yang berputar, siswa dibagi menjadi 4 kelompok kemudian melakukan eksperimen, siswa mengerjakan LKS. Perwakilan setiap kelompok membacakan hasil kerja kelompoknya
Guru memberi salam dan berdoa, mengisi daftar kelas dan mengecek kondisi kelas, apersepsi dengan memberikan beberapa pertanyaan, menyampaikan tujuan pembelajaran.
Kegiatan Akhir Siswa mengerjakan post test, pemberian PR, pemberian tindak lanjut, salam penutup. Pengamatan ( Observation )
INDIKATOR DAN KRITERIA KEBERHASILAN Pada bagian ini perlu dikemukakan tolak ukur keberhasilan penelitian yang dilakukan.
*) Penulis adalah Kepala Sekolah SD Malahayu 04 Banjarharja Brebes
52
Vol. 5 JANUARI 2016
Vol. 5 JANUARI 2016
Dalam menentukan keberhasilan atau
tuntas adalah 3 siswa atau 9,1% dengan rata –
berkelompok dari kelompok besar yang
sejawat memutuskan untuk mengakhiri
keefektifan penelitian akan tercapai, jika rata-
rata kelas 76,66. Dapat disimpulkan dari siklus I
beranggotakan 8 – 9 anak menjadi kelompok
penelitian.
rata yang diperoleh siswa pada siklus I adalah
ke siklus II ada peningkatan rata – rata kelas
kecil yang beranggotakan 4 – 5 anak sehingga
Berkat penelitian ini ada kenaikan
65 dan siswa mendapat nilai ≥ 65 mencapai 50
sebesar 9,09%.Dengan nilai tertinggi : 100, dan
memungkinkan semua anggota kelompok
ketuntasan belajar bila dibandingkan dengan
%. Pada siklus II pembelajaran dikatakan
nilai terendah adalah 60.
dapat bekerjasama,berpartisipasi aktif dalam
pra siklus yakni pada waktu pra siklus siswa
eksperimen sehingga dapat meningkatka
yang tuntas baru 10 anak atau sebesar 30,3%
prestasi belajar siswa.
dan yang belum tuntas ada 23 anak atau 69,6%
berhasil jika rata-rata yang diperoleh siswa
Dari nilai yang telah dicapai siswa, dapat
adalah 70 dan siswa mendapat nilai ≥ 65
disimpulkan bahwa prestasi belajar sudah
mencapai 80 %. Hal ini di dasarkan pada KKM
mengalami peningkatan dan telah mencapai
Pada siklus II memang terjadi
di SDN Banjarharja 04 untuk mata pelajaran
KKM.Dari hasil refleksi tersebut,meski ada hal
peningkatan, hal ini terjadi karena siswa sudah
mengalami peningkatan
IPA kelas III yaitu 65.
yang masih harus diperbaiki, namun tujuan
semakin akrab dengan pembelajaran
tuntas ada 20 siswa atau 60,6% dan yang belum
diadakannya penelitian sudah tercapai.
menggunakan metode eksperimen sehingga
tuntas ada 13 siswa atau 39,4% dan mengalami
siswa semakin senang dan membuat prestasi
peningkatan nilai rata-rata kelas menjadi
Pembahasan setiap Siklus
belajar siswa meningkat. Perbandingan hasil
67,57.Sedangkan pada siklus II siswa yang
Siklus I
antara siklus I dan Siklus II diketahui
tuntas mengalami peningkatan menjadi 30 anak
Hasil Refleksi ( Reflection )
mengalami peningkatan dan telah mencapai
atau 90,9% dan yang belum tuntas ada 3 siswa
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Kondisi Awal (Prasiklus) Siswa yang sudah mencapai kategori tuntas adalah 10 siswa atau sebesar 30,3%
dengan nilai rata-rata kelas 57,27.Pada siklus I yaitu siswa yang
,sedangkan jumlah siswa yang belum tuntas
Dari hasil refleksi siklus I ternyata tingkat
ketercapaian sesuai dengan criteria penelitian
atau 9,1% dan nilai rata – rata kelas juga
sebanyak 23 anak atau sebesar 69,6%. Nilai
ketuntasan belum sampai pada batas criteria
yang diharapkan.Akhirnya guru dan teman
meningkat menjadi 76,66.
tertinggi yang dicapai siswa adalah 80,
yang ditetapkan karena hanya 20 siswa atau
N o
sedangkan nilai terendahnya adalah 30.Nilai
60,6% yang sudah tuntas sedangkan 13 anak
rata – rata kelasnya 57,27.
atau 39,4% belum tuntas.Dari diskusi dengan teman sejawat ( Observer ) diketahui gejala
Hasil Penelitian Siklus ISiklus I
yang paling umum terjadi pada siswa yang
Berdasarkan data yang terkumpul dan
belum tuntas karena banyaknya siswa dalam
data hasil diskusi peneliti melakukan
satu kelompok sehingga mengakibatkan siwa
penelaahan dan mencoba menyimpulkan hasil
yang aktif hanya 2 – 3 anak saja sedangkan
tindakan yang telah dilakukan.Kesimpulan ini
yang lainnya bermain sendiri atau
menunjukan bahwa presatasi siswa belum
bercanda.Untuk mengantisipasi keadaan ini
meningkat secara optimal.Hasil dari siklus I
upaya yang dilakukan perlu adanya revisi yang
siswa yang sudah mencapai katergori tuntas
dilaksanakan pada siklus II.
adalah 20 siswa atau sebesar 60,6%
Siklus II
sedangkan siswa yang belum tuntas adalah 13
Pada siklus II setelah dilaksanakan
siswa atau 39,4% dengan rata – rata kelas
perbaikkan pembelajaran, jumlah siswa yang
67,57.Dapat disimpulkan dari pra siklus ke
tuntas naik menjadi 30 siswa atau 90,9%
siklus I ada peningkatan rata – rata kelas
sedangkan siswa yang belum tuntas ada 3
sebesar 10,30%.
siswa atau 9,1%, dengan nilai rata – rata kelas
Kegiatan pembelajaran
TuntasPrestasi Balajar Prosentase
1
P r a
1
0
3 0 , 3 %
2
S i k l u s
I
2
0
6 0 , 6 %
3
S i k l u s
I I
3
0
9 0 , 9 %
S i k l u s
Tabel Ketuntasan Prestasi Belajar
Dari tabel diatas dapat diperoleh keterangan sebagai berikut :
belum tuntas belajar sebanyak 13 siswa,atau 39,4%.
1. Pada pra siklus, siswa yang tuntas prestasi
3. Pada siklus II siswa yang tuntas prestasi
belajarnya ada 10 siswa dengan prosentase
belajarnya ada 30 siswa atau dengan
30,3%,Sedangkan siswa yang belum tuntas
prosenatase 90,9,sedangkan siswa yang
ada 23 siswa atau dengan prosentase 69,7%
belum tuntas prestasi belajarnya ada 3 siswa
2. Pada siklus I siswa yang tuntas prestasi
atau denfan prosentase 9,1%
belajarnya ada 20 siswa atau dengan
Untuk lebih jelasnya peningkatan prestasi
prosentase 60,6%,sedangkan siswa yang
belajar siswa dapat dilihat pada diagram sebagai berikut ini :
76,66. Hal ini menunjukan bahwa ada kenaikan Hasil Penelitian Siklus II Hasil dari siklus II siswa yang sudah
51
jumlah siswa yang tuntas dan juga ada kenaikan nilai rata – rata kelas sebesar 9,09%.
mencapai katergori tuntas adalah 30 siswa atau
Dengan metode yang sama yaitu metode
sebesar 90,9% sedangkan siswa yang belum
eksperimen dengan perubahan cara
*) Penulis adalah Kepala Sekolah SD Malahayu 04 Banjarharja Brebes
*) Penulis adalah Kepala Sekolah SD Malahayu 04 Banjarharja Brebes
52
Vol. 5 JANUARI 2016 KESIMPULAN DAN SARAN
Saran Berdasarkan kesimpulan tersebut ada
Kesimpulan Dalam penelitian yang berjudul “
beberapa hal yang perlu dilakukan guru dalam
Peningkatan Prestasi Belajar IPA Kelas III
upaya meningkatkan prestasi belajar siswa
Kompetensi Dasar Gerak Benda Melalui
dalam kualitas pembelajaran khususnya dalam
Metode Eksperimen di SDN Banjarharja
meningkatkan prestasi belajar diantaranya
04Tahun Pelajaran 2013/2014 “ dapat
menerapkan strategi pembelajaran melalui
disimpulkan :
metode eksperimen guna peningkatan prestasi
Pada pra siklus prestasi belajar siswa
belajar siswa.
ketuntasan 30,3% sedangkan siswa yang belum tuntas ada 23 siswa dengan prosentase 69,7%, setelah dilakukan perbaikan pembelajaran pada siklus I dengan metode
DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan. Jakarta : Rinika Cipta.
menjadi 67,57 siswa yang tuntas sebanyak 20 siswa atau dengan prosentase sebanyak 60,6 %, sedangkan siswa yang belum tuntas
Anitah.2008. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta : Universitas Terbuka.
kriteria yang diharapkan sehingga dilakukan
Debdikbud. 2008. Silabus Sekolah Dasar. Jakarta: DIKTI
ternyata mengalami peningkatan yang signifikan yaitu rata- rata kelas kelas mencapai 76,66 dengan siswa yang tuntas sebanyak 30 anak atau dengan prosentase 90,9% dan siswa
Hakim, Tursan.2002. Belajar Secara Efektif. Jakarta : Puspa Swara. Mustaqim H. 2001. Psikologi Pendidikan. Semarang: Pustaka Belajar.
nilai yang sudah dicapai berarti sudah memenuhi standar yang diinginkan. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan metode eksperimen
Peraturan Mendiknas RI No 22. 2006. Lampiran Standar Kopetensi Dasar dan Kopetensi Dasar Tingkat SD.Jakata : Depdiknas S r i n i , I s k a n d a r. 1 9 9 7 . P e n d i d i k a n I l m u Pengetahuan Alam. Jakarta: DIKTI.
Gerak Benda di kelas III SDN Banjarharja 04 Tahun Pelajaran 2013/2014.
51
pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM) melalui supervisi akademik pada guru Sekolah Dasar Negeri Sempol pada Semester II tahun 2014/2015. Penelitian ini sampai dengan bulan April 2015. Bulan Januari 2015 digunakan untuk menyusun proposal dan persiapan,bulan Februari dan Maret 2015 digunakan untuk melaksanakan penelitian, dan bulan April berjumlah 6 orang guru. Sumber data diperoleh dari diperoleh langsung dari subyek penelitian atau disebut data primer. Dilaksanakan dalam 2 siklus tindakan dalam rangka meningkatkan pembelajaran PAKEM melalui supervisi akademik . Dimana Setiap siklus mencakup 4 tahap yang meliputi tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi, dan tahap analisis dan refleksi. dengan materi pembinaan yaitu tentang kemampuan melaksanakan pendekatan PAKEM,maka alat pengumpul data yang dilaksanakan adalah observasi dan evaluasi dengan sekala penilaian. Berdasarkan analisis hasil pengamatan dan penilaian yang dilakukan peneliti, menunjukan bahwa : supervisi akademik dapat meningkatkan pembelajaran PAKEM guru, dimana didapat hasil nilai tertinggi 8% dari 69 menjadi 75, dan peningkatan rerata meningkat 9,7% dari 65 menjadi 72. pada siklus-1 , serta peningkatan nilai terendah 11,8 % dari 67 menjadi 76 peningkatan nilai tertinggi 13,7% dari 75 menjadi 87 , danpeningkatan rerata meningkat 11 % dari 72 menjadi 81 pada siklus II, Hasil akhir pada penerapan supervisi akademik dapat meningkatkan pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM) pada guru SD Negeri Sempol Semester II tahun pelajaran 2014/2015 meningkatkan nilai terendah naik 22,3% dari 59 menjadi 76, nilai tertinggi naik 20,6% dari
Surya Brata, Sumadi. 1975. Metodologi Penelitian. Yogyakarta : Raja Grapindo Persada
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA Kompetensi Dasar
dan menyenangkan (PAKEM) melalui supervisi akademik pada guru Sekolah Dasar Negeri Sempol
perolehan dengan prosentase Peningkatan nilai terendah 11,9 % dari 59 menjadi 67, Peningkatan
yang belum tuntas sebanyak 3 anak atau dengan prosentase 9,1%.Dengan diperoleh
Tujuan dari penelitian ini yaitu :1) Untuk meningkatkan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif,
Teknik pengumpulan data dalam penelitian tindakan sekolah ini adalah teknik non tes. Sesuai
perbaikan pembelajaran siklus II. Prestasi belajar siswa pada siklus II
ABSTRAK
2014 untuk menyusun laporan. Subjek penelitian ini adalah guru Sekolah Dasar Negeri Sempol Basuki,Wibawa, 2001. Media Pengajaran. Bandung: CV. Maulana
sebanyak 13 siswa dengan prosentase 39,4% tetapi hasil tersebut belum sesuai dengan
Oleh : Parmo ,S.Pd,MM.Pd*)
dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2014/2015,selama 4 bulan mulai bulan Januari 2015
eksperimen prestasi siswa mengalami peningkatan dengan rata – rata kelasnya naik
UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF,EFEKTIF,DAN MENYENANGKAN (PAKEM) MELALUI SUPERVISI AKADEMIK BAGI GURU KELAS SD NEGERI SEMPOL PADA SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2014/2015
pada Semester II tahun 2014/2015 . 2). Untuk meningkatkan keterampilan guru dalam pengelolaan
kelas III rata – rata kelasnya 57,27 ,siswa yang tuntas sebanyak 10 siswa dengan prosentase
Vol. 5 JANUARI 2016
Wardani, I.G.A.K Wihardit dan Nasution. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka
*) Penulis adalah Kepala Sekolah SD Malahayu 04 Banjarharja Brebes
69 menjadi 87 dan rerata 19,7% dari 65 menjadi 81. Kesimpulan berdasarkan data empirik sesuai dengan pengajuan hipotesis berdasarkan kajian teoritis yaitu Melalui Supervisi Akademik dapat meningkatan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) pada Guru SD Negeri Sempol Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015. Kata Kunci : Supervisi Akademik, Pembelajaran PAKEM
*) Penulis adalah Kepala Sekolah SD Negeri Sempol Wonosobo
52
Vol. 5 JANUARI 2016 PENDAHULUAN
meningkatkan pembelajaran aktif, kreatif,
SD/MI adalah agar guru mampu menggunakan
suasana pembelajaran yang menyenangkan
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan
efektif, dan menyenangkan melalui penerapan
media pembelajaran sesuai dengan
sehingga siswa memusatkan perhatiannya
Menyenangkan. Aktif atau dingkat PAKEM
supervisi akademik di SD Negeri Sempol
karakteristik peserta didik dan lima mata
penuh pada pembelajaran ( Depdiknas, 2006 :
merupakan proses pembelajaran guru harus
Semester II tahun pelajaran 2014/2015.
pelajaran SD/MI untuk mencapai tujuan
77 ).
menciptakan suasana sedemikian rupa
Permasalahan yang akan diidentifikasi
pembelajaran secara utuh. Selain itu, guru agar
Menurut Purwanto (2007:76) Supervisi
sehingga siswa aktif bertanya,
pada penelitian ini adalah mengapa penilaian
mampu menguasai materi, struktur, konsep,
adalah segala bantuan dari para pemimpin
mempertanyakan, dan mengemukakan
pengelolaan pembelajaran guru rendah,
dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata
sekolah, yang ditujukan kepada perkembangan
gagasan. Belajar memang merupakan suatu
mengapa pengelolaan pembelajaran guru perlu
pelajaran yang diampu. Guru harus mampu
kepemimpinan guru-guru dan tenaga
proses aktif dari si pembelajar dalam
ditingkatkan,mengapa cara mengajar guru
megimpletasikan prinsip ini agar tujuan
kependidikan lainnya di dalam mencapai
membangun pengetahuannya, bukan proses
perlu ditingkatkan, faktor-faktor apa saja yang
pembelajaran barhasil sesuai yang diharapkan.
tujuan-tujuan pendidikan. Supervisi berupa
pasif yang hanya menerima kucuran ceramah
membuat pengelolaan pembelajaran guru
Menurut Aqip dan Rohmanto (2007:58) belajar
lingkungan, bimbingan, dan kesempatan dalam
guru tentang pengetahuan. Jika pembelajaran
rendah, bagaimana agar pengelolaan
adalah sebagai proses perubahan perilaku
usaha dan pelaksanaan pembaharuan-
tidak memberikan kesempatan kepada siswa
pembelajaran guru meningkat. Dalam
akibat interaksi dengan lingkungan.
pembaharuan dalam pendidikan dan
untuk berperan aktif, maka pembelajaran
penelitian ini, peneliti akan membahas 2
Sedangkan pakar lain mengatakan bahwa
pengajaran, pemilihan alat-alat pelajaran dan
tersebut bertentangan dengan hakikat belajar.
masalah yaitu masalah yang berhubungan
perubahan tingkah laku tersebut mencakup
metode-metode mengajar yang lebih baik, cara-
Peran aktif dari siswa sangat penting dalam
dengan pembelajaran PAKEM, dan masalah
ranah kognitif, afektif, dan psikomotor (Blomm
cara penilaian yang sistematis terhadap fase
rangka pembentukan generasi yang kreatif,
yang berhubungan dengan supervisi akademik.
dkk). Sedangkan menurut Gegne dalam Aqip
seluruh proses pengajaran, dan sebagainya.
yang mampu menghasilkan sesuatu untuk
Berdasarkan permasalahan di atas, maka
dan Rohmanto (2007:58) bahwa hasil belajar
Senada dengan pendapat di atas Good Cartel
kepentingan dirinya dan orang lain. Dengan
permasalahan yang dibahas dalam penelitian
diklasifikasi menjadi lima kategori yaitu:
dalam Sahertian (2000:17) menyebutkan
demikian melalui penerapan pendekatan
ini adalah sebagai berikut :1). Apakah melalui
informasi verbal, kemahiran intelektual, strategi
bahwa Supervisi adalah usaha dari petugas-
PAKEM siswa didik untuk gemar membaca,
supervisi akademik, dapat meningkatkan
kognitif, sikap dari ranah afektif dan
petugas sekolah dalam memimpin guru-guru
belajar dengan sungguh-sungguh,
pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan
keterampilan motorik dari ranah motorik.
dan petugas-petugas sekolah dalam
mengerjakan sesuatu pekerjaan dengan
menyenangkan (PAKEM) pada guru Sekolah
Sedangkan mengajar adalah seluruh kegiatan
memperbaiki pengajaran, termasuk
sebaik mungkin, berupaya mendapatkan hasil
Dasar Negeri Sempol pada Semester II tahun
dan tindakan yang diupayakan oleh guru untuk
menstimulasi, menyelesaikan pertumbuhan
trerbaik, bekerjasama dengan sesama teman
2014/2015? 2). Apakah melalui supervisi
terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan
jabatan dan perkembangan guru-guru serta
dan hal-hal positip lainnya yang semuanya
akademik, dapat meningkatkan ketrampilan
yang ditetapkan/dirumuskan Aqip dan
merevisi tujuan-tujuan pendidikan. Supervisi
memiliki keterkaitan dengan indikator nilai-nilai
guru dalam pengelolaan pembelajaran yang
Rohmanto (2007:58).
yang baik mengarahkan perhatiannya kepada
pembangunan karakter bangsa.
aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan
PA K E M a d a l a h s i n g k a t a n d a r i
dasar-dasar pendidikan dan cara-cara belajar
(PAKEM) pada guru Sekolah Dasar Negeri
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan
serta perkembangannya dalam pencapaian
Sempol pada Semester II tahun 2014/2015?
Menyenangkan.Aktif dimaksudkan bahwa
tujuan dalam pendidikan. Supervisi akademik
dalam proses pembelajaran guru harus
adalah serangkaian kegiatan membantu guru
menciptakan suasana sedemikian rupa
mengembangkan kemampuannya mengelola
Harapan yang akan dicapai setelah penelitian ini selesai, pengelolaan pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan meningkat. Penerapan
51
Vol. 5 JANUARI 2016
KAJIAN TEORI
Supervisi akademik diharapkan menjadi cara
Dalam Peraturan Mendiknas Nomor 22
sehingga aktif bertanya, mempertanyakan, dan
proses pembelajaran untuk mencapai tujuan
yang sesuai dalam meningkatkan pengelolaan
Tahun 2006 tentang Standar Isi bahwa prinsip
mengemukakan gagasan. Kreatif adalah siswa
pembelajaran (Glickman, 2007 :
pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan
pelaksanaan kurikulum dilaksanakan dengan
mampu menghasilkan sesuatu untuk
11)Berdasarkan beberapa pendapat di atas
Menyenangkan. Berdasarkan kenyataan di
menggunakan pendekatan multistrategi dan
kepentingan dirinya sendiri dan orang lain.
dapat disimpulkan bahwa supervisi adalah
atas peneliti mencoba untuk berupaya
multimedia. Seperti juga dalam Permendiknas
Efektif artinya menghasilkan apa yang harus
suatu tugas pembinaan yang direncanakan
meningkatkan pengelolaan pembelajaran guru
Nomor 16 Tahun 2007 tentang standar
dikuasai siswa setelah proses pembelajaran
untuk membantu guru atau pegawai sekolah
di kelas dengan mengadakan penelitian
kualifikasi akademik dan kompetensi guru
berlangsung atau tercapainya tujuan
lainnya (kepala sekolah) dalam melaksanakan
tindakan sekolah terhadap guru untuk
menyebutkan salah satu kompetensi guru kelas
pembelajaran. Dan menyenangkan adalah
tupoksinya secara efektif.
*) Penulis adalah Kepala Sekolah SD Negeri Sempol Wonosobo
*) Penulis adalah Kepala Sekolah SD Negeri Sempol Wonosobo
52
Vol. 5 JANUARI 2016 Tujuan supervisi pendidikan menurut
Sahertain (2000:52) menyebutkan teknik-
Kecamatan Sukoharjo. Sekolah Dasar Negeri
sedangkan dua orang guru lagi tidak
Arikunto (2003:69) adalah pembinaan yang
teknik supervisi pendidikan secara garis besar
Sempol Kecamatan Sukoharjo Kabupaten
mempunyai pangkat karena masih wiyata bakti.
diberikan kepada seluruh staff sekolah,
menjadi dua bagian yaitu teknik yang bersifat
Wonosobo yang merupakan tempat penulis
Guru kelas mengajar di kelas tahun pelajran
khususnya guru, agar mereka dapat
individual dan teknik yang bersifat kelompok.
bekerja dipilih sebagai tempat penelitian
2014/2015 ini tidak ada perubahan dari tahun
meningkatkan kemampuannya untuk
Teknik yang bersifat individual yaitu : kunjungan
dsengan alasan untuk memudahkan dalam
pelajaran sebelumnya.Dari enam guru kelas SD
mengembangkan situasi belajar mengajar
kelas, observasi kelas, percakapan pribadi,
mengamati obyek dan pengumpulan data
Negeri Sempol pada tahun pelajaran
dengan baik. Sedangkan menurut Rohani dan
saling mengunjungi kelas (intervisitasi),
penelitian. Seperti yang tertulis pada latar
2014/2015 ini bertempat tinggal di sekitar
Ahmadi (2000:69) berpendapat bahwa tujuan
penyeleksi berbagai sumber materi, menilai diri
belakang bahwa kondisi awal penelitian
wilayah desa Sempol 3 orang guru dan 3 orang
supervisi pendidikan adalah untuk mengetahui
sendiri. Adapun teknik yang bersifat kelompok,
tindakan sekolah ini pada diri guru kelas I, II, III,
guru bertempat tinggal di wilayah Kabupaten
situasi mengukur tingkat perkembangan
yaitu teknik: yang digunakan bersama-sama
IV, V dan VI SD Negeri Sempol tahun pelajaran
Banjarnegara. Lokasi Sekolah Dasar Negeri
kegiatan sekolah dalam usahanya mencapai
oleh supervisor dengan sejumlah guru dalam
2014/2015 yang rata-rata nilai kinerjanya masih
Sempol UPTD Dikpora Kecamatan Sukoharjo
tujuan.
satu kelompok yaitu: pertemuan orientasi bagi
rendah, menuntut upaya seluruh pihak terkait
berada di wilayah desa Sempol Kecamatan
Arikunto (2003:20) menjelaskan tahap-
guru baru, panitia penyelenggara, rapat guru,
khususnya kepala sekolah untuk
Sukoharj,kabupaten Wonosobo.
tahap dalam teknik supervisi untuk pemecahan
studi kelompok antar guru, diskusi sebagai
mengupayakan dan menyiapkan guru-gurunya
Dalam penelitian tindakan sekolah ini
masalah sebagai berikut: (a) identifikasi
proses kelompok, tukar menukar pengalaman,
agar bisa meningkatkan kemampuan
terdapat 2 sumber data,yaitu sumber data
masalah, yaitu mengidentifikasi celah antara
adikarya (workshop), diskusi panel,
melaksanakan pembelajaran. Sekolah Dasar
primer dan sumber data skunder. Sumber data
keadaan yang sekarang ada dengan keadaan
s y m p o s i u m , d e m o n s t r a s i m e n g a j a r,
Negeri Sempol pada semester II tahun
primer adalah data yang bersumber dari subjek
yang diharapkan, (b) diagnosis penyebab, yaitu
perpustakaan jabatan, buletin supervisi,
pelajaran 2014/2015 ini memiliki 6 orang guru
penelitian, adalah guru kelas I sampai kelas VI
penelitian mengenai kemungkinan sebab-
membaca langsung, mengikuti kursus,
yang kesemuanya dijadikan sebagai subjek
SD Negeri Sempol pada semester II tahun
sebab timbulnya masalah dengan cara menguji
organisasi jabatan, laboratorium kurikulum,
penelitian. Penelitian Tindakan Sekolah
pelajaran 2014/2015. Sumber data skunder
faktor-faktor penghambat maupun faktor
perjalanan sekolah untuk anggota staf.
dilakukan di SD Negeri Sempol, karena pada
adalah data yang bersumber dari selain sumber
tahun pelajaran 2014/2015 peneliti sebagai
d a t a p r i m e r, m i s a l n y a s i s w a , g u r u
guru mendapatkan tugas tambahan sebagai
m a p e l , k o m i t e , p e n g a w a s
Kepala sekolah di SD Negeri Sempol
sekolah,dokumen,data statistik dan
Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Wonosobo.
sebagainya. Penelitian ini berkaitan dengan
penunjang, (c) mengembangkan rencana kegiatan ini mengembangkan strategi untuk
51
Vol. 5 JANUARI 2016
METODOLOGI PENELITIAN
bertindak dengan secara rinci menelaah setiap
Penelitian ini dilakukan pada semester II
alternatif yang ada, mengantisipasi akibat-
t a h u n a j a r a n 2 0 1 4 / 2 0 1 5 . Wa k t u y a n g
akibat yang mungkin timbul,
dibutuhkan melakukan penelitian tindakan
Subjek penelitian tindakan sekolah
kompetensi guru dalam pelaksanaan
mempertimbangkan untuk kemudian memilih
sekolah ini selama empat bulan, mulai bulan
adalah guru kelas Sekolah Dasar Negeri
pembelajaran, maka diperoleh dari hasil
salah satu untuk dilaksanakan, (d)
Januari sampai dengan bulan April 2015. Bulan
Sempol sebagian besar guru senior bahkan
observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran
melaksanakan kegiatan yang telah
Januari 2015 digunakan untuk menyusun
satu orang guru laki-laki mantan kepala
guru kelas di SD Negeri Sempol, Kecamatan
direncanakan dengan menterjemahkan setiap
proposal, Bulan Februari dan Maret 2015 untuk
sekolah. Keenam guru tersebut terdiri dari 2
Sukoharjo, Kabupaten Wonosobo pada
langkah perencanaan dengan prosedur
melaksanakan penelitian, dan April 2015 untuk
orang guru laki-laki dan 4 orang guru
semester II tahun 2014/ 2015 .Jadi data
khusus, (e) mengevaluasikan rencana
menyusun laporan.
perempuan dan 4 orang guru sudah Pegawai
diperoleh langsung dari subyek penelitian atau
kegiatan, yaitu melihat kembali
Penelitian Tindakan Sekolah ini kami
Negeri Sipil (PNS) sedangkan dua orang guru
disebut data primer, yang berupa nilai hasil
keterlaksanaan, dan lain-lain yang perlu
lakukan di sekolah dasar dalam wilayah UPTD
masih wiyata bakti. Pendidikan guru kelas
observasi. Peneliti melakukan observasi
dipertimbangkan di dalam pelaksanaan nanti.
Dikpora Kecamatan Sukoharjo. UPTD Dikpora
sebagian besar sudah S1 Sarjana pendidikan,
dengan cara melakukan penilaian terhadap
Ahmadi (2000:79) menjelaskan secara
Kecamatan Sukoharjo mempunyai wilayah
kecuali seorang guru wiyata bakti baru
kemampuan guru dalam melaksanakan
operasional teknik-teknik supervisi yang lazim
kerja 17 desa yang terdiri dari 26 sekolah dasar
berpendidikan D2 kependidikan. Pangkat dan
pembelajaran PAKEM. Penilaian guru kelas
dan secara teratur dapat dilakukan oleh setiap
dan dua madrasah ibtidaiyah. Sekolah Dasar
golongan guru kelas sampai bulan Januari
terhadap kemampuan guru melaksanakan
sekolah yaitu : rapat adalah, kunjungan,
yang peneliti jadikan sebagai tempat penelitian
2015 yaitu: pembina/IVA 1 orang guru dan
pembelajaran PAKEM, menggunakan skala
musyawarah, atau pertemuan perseorangan.
adalah Sekolah Dasar Negeri Sempol
penata tingkat golongan III tiga orang guru,
penilaian. Dalam penelitian tindakan sekolah
*) Penulis adalah Kepala Sekolah SD Negeri Sempol Wonosobo
*) Penulis adalah Kepala Sekolah SD Negeri Sempol Wonosobo
52
Vol. 5 JANUARI 2016 terdapat 2 teknik pengumpulan data yaitu,
Letaknya kurang lebih 2 kilometer sebelah barat
tanggal 23 Januari 2015, Kelas V dan kelas VI
c) Kegiatan 3 adalah pelaksanaan supervisi
t e k n i k t e s d a n t e k n i k n o n t e s . Te k n i k
dari ibu kota kecamatan. Di sebelah selatan SD
tanggal 24 Januari 2015. Rata-rata perolehan
akademik di kelas III. Selain menyampaikan
pengumpulan data dengan teknik tes terdapat 3
ini sudah wilayah Kecamatan Sigaluh dan
nilai masih belum memenuhi harapan. Untuk
kelebihan dan kekurangan pembelajaran
bentuk tes, yaitu tes tertulis, tes lisan, dan tes
sebelah baratnya adalah kecamatan madukara
supervisi enam guru tentang kemampuan
yang dilaksanakan kepada guru, kepala
perbuatan. Sedangkan teknik pengumpulan
kedua kecamatan itu masuk wilayah kabupaten
melaksanakan pembelajaran, berturut-turut
sekolah berkesimpulan bahwa pelaksanaan
data dengan menggunakan teknik nontes
Banjarnegara. SD Negeri Sempol dituntut untuk
dipaeroleh nilai rata-rata supervisi guru kelas I.
pembelajaran PAKEM sudah berjalan
dapat dilakukan dengan beberapa cara,
selalu berbenah diri, karena banyak orang tua
61; II. 59; III. 69; IV. 64; guru kelas V. 67 dan
cukup, perlu pembenahan pada setting
diantaranya adalah melalui wawancara,
yang menyekolahkan putra putrinya ke sekolah
guru kelas VI. 72. Keenam guru, nilainya dapat
kelas agar lebih memberi ruang gerak anak
observasi, kuisioner, sosiometri, dan skala
di luar wilayah, karena beranggapan lebih maju,
dirata-rata menjadi 65.
dalam mobilitas.
pengukuran.
dibanding SD Negeri Sempol. Jumlah siswa
Langkah pertama yang dilakukan seorang peneliti sebelum mengadakan
adalah 81 orang siswa, terdiri dari siswa laki-laki 46 orang dan 35 siswa perempuan.
penelitian adalah menentukan terlebih dahulu
Adapun yang menjadi obyek penelitian
metode penelitian. Penelitian pada umumnya
dalam penulisan penelitian ini adalah sebuah
menggunakan metode kualitatif ataupun
organisasi yang bergerak di bidang layanan
kuantitatif. Namun dalam penelitian tindakan
jasa pendidikan yaitu Sekolah Dasar Negeri
sekolah tidak menggunakan keduannya.
Sempol Kecamatan Sukoharjo Kabupaten
Metode penelitian dalam penelitian tindakan
Wonosobo yang merupakan tempat penulis
sekolah ini adalah dilakukannya serangkaian
bekerja hal ini untuk memudahkan dalam
tindakan sekolah yang disebut siklus. Ada
mengamati obyek dan pengumpulan data
tindakan dilakukan peneliti pada tiap-tiap
penelitian. Seperti yang tertulis pada latar
siklus. Banyaknya siklus dalam penelitian
belakang bahwa kondisi awal penelitian
tindakan sekolah ini ada dua, yaitu siklus I dan siklus II. Tiap-tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu, planning (perencanaan), acting
tindakan sekolah ini pada diri guru kelas I, II, III, IV, V dan VI SD Negeri Sempol tahun pelajaran 2014/2015 yang rata-rata nilai kinerjanya masih
d) Kegiatan 4 adalah pelaksanaan supervisi Deskripsi Tiap Siklus Seperti telah diuraikan pada bab III, prosedur penelitian yang ditempuh meliputi: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) Hasil pengamatan, dan (4) refleksi. Jika permasalahan belum teratasi, perlu dilakukan lagi pada siklus berikutnya sampai teratasinya masalah. Dalam penelitian ini terdapat dua siklus yang akan diuraikan berikut ini. Hasil dari proses pengamatan supervisi akademik pada siklus I adalah sebagai berikut: a) Kegiatan 1 adalah kegiatan supervisi akademik di kelas I. Kepala Sekolah
akademik di kelas IV. Di kelas ini kepala sekolah menyampaikan kelebihan dan kekurangan pelaksanaan pembelajaran. Kepala sekolah berkesimpulan hasil baik, setting kelas perlu ditambak PAKEM-nya, dan guru mencoba model-model pembelajaran lain. e) Kegiatan 5 adalah pelaksanaan supervisi akademik di kelas V. Kepala sekolah menyampaikan kelebihan dan kekurangan pelaksanaan pembelajaran. Kepala sekolah berkesimpulan pelaksanaan pembelajaran PAKEM sudah baik, kelas telah tersetting PA K E M , p e r l u d i p e r t a h a n k a n g u r u mengeksplorasi lingkungan untuk
rendah, menuntut upaya seluruh pihak terkait
menyampaikan kelebihan dan kekurangan
pengelolaan pembelajaran yang lebih
reflecting (refleksi). Desain penelitian ini berupa
khususnya kepala sekolah untuk
pelalaksanaan pembelajaran PAKEM
PAKEM.
penelitian tindakan kelas dilaksanakan selama
mengupayakan dan menyiapkan guru-gurunya
kepada guru. Kepala Sekolah
f) Kegiatan 6 adalah pelaksanaan supervisi
agar bisa meningkatkan kemampuan
berkesimpulan untuk pembelajaran PAKEM
akademik di kelas VI. Kepala Sekolah
Tripp (dalam Subyantoro 2007:16) dalam Doyin
melaksanakan pembelajaran. Nilai kinerja
cukup, dan akan diadakan supervisi
menyampaikan kelebihan dan kekurangan
(2007:71) masing-masing siklus berisi empat
dalam melaksanakan pembelajaran yang
lanjutan.
p e l a ksa n a a n p e mb e l a j a ra n . Ke p a l a
langkah, yaitu (1) perencanaan, (2)
rendah itu dapat dilihat dari daftar nilai pada
b) Kegiatan 2 adalah pelaksanaan supervisi
Sekolah berkesimpulan pelaksanaan
implementasi tindakan, (3) observasi dan
Instrumen Penilaian Kemampuan Guru (IPKG)
akademik di kelas II. Di kelas ini Kepala
pembelajaran PAKEM sudah baik, kelas
interprestasi, dan (4) refleksi.
Kompetensi Pedagogik dan Profesional
Sekolah menyampaikan kelebihan dan
telah tersetting PAKEM, RPP perlu dibenahi
tentang pelaksanaan pembelajaran yang
kekurangan pelaksanaan pembelajaran.
dalam pelaksanaan eksplorasi, elaborasi,
HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
merupakan nilai supervisi hasil pengamatan
Kepala Sekolah berkesimpulan
dan konfirmasi.
Deskripsi Kondisi Awal
kunjungan kelas yang dilakukan pada tanggal
pelaksanaan pembelajaran PAKEM sudah
Secara geografis SD Negeri Sempol
19 Januari 2015, kelas I; tanggal 20 Januari
baik, perlu dipertahankan dan kerutinan
terletak di Dusun Pagedangan Desa Sempol,
2015, kelas II, tanggal 21 Januari 2015, Kelas
dalam pengerjaan administrasi program
Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Wonosobo.
III; tanggal 22 Januari 2015, Kelas IV;
pembelajaran (Promes).
(tindakan), observing (pengamatan), dan
dua siklus, yaitu siklus 1 dan siklus 2. Menurut
51
Vol. 5 JANUARI 2016
*) Penulis adalah Kepala Sekolah SD Negeri Sempol Wonosobo
Hasil penilaian supervisi akademik Siklus I Dalam pengelolaan pembelajaran PAKEM di SD Negeri Sempol, Kecamatan
*) Penulis adalah Kepala Sekolah SD Negeri Sempol Wonosobo
52
Vol. 5 JANUARI 2016 Sukoharjo, Kabupaten Wonosobo pada siklus I
perolehan dengan prosentase : Nilai terendah
dapat dijelaskan sebagai berikut. Nilai terendah
naik 22, 3% dari 59 menjadi 76, nilai tertinggi
67, nilai tertinggi 79, nilai rerata 72. Data
naik 20, 6 % dari 69 menjadi 87 dan rerata 19,
tersebut dapat disajikan dalam bentuk tabel
7% dari 65 menjadi 81.
berikut.
Vol. 5 JANUARI 2016 Perbandingan ketiga kondisi diatas dapat disajikan dalam gambar diagram berikut.
Berdasarkan uraian tersebut, jelaslah bahwa tindakan-tindakan yang dipilih dan
A. Hasil Penelitian
dilakukan dalam penelitian ini dapat
Dari hasil refleksi pada pembahasan/
dipertanggungjawabkan baik secara teoritik
diskusi, dapat disimpulkan bahwa melalui
maupun empirik. Pada akhir kegiatan penelitian
supervisi akademik dapat meningkatkan
ini, supervisi akademik dapat meningkatkan
pembelajaran PAKEM pada guru SD Negeri
pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan
Sempol pada Semester II tahun pelajaran
menyenangkan (PAKEM) pada guru SD Negeri
2014/2015. Dari kondisi awal pembelajaran
Sempol Semester II tahun pelajaran
PAKEM guru dalam pengelolaan kelas rendah
2014/2015.
ke kondisi akhir pembelajaran PAKEM guru
Mulai dari kondisi awal, keadaan di akhir
dalam pengelolaan kelas tinggi, Dari kondisi
siklus I, sampai dengan keadaan di akhir siklus
awal rendah ke prosentase hasil supervisi
II, sesuai dengan data yang diperoleh ternyata
akademik setelah direkapitulasi antara hasil
terjadi peningkatan terus-menerus pada rata-
pengamatan dari peneliti didapat hasil
rata nilai supervisi guru kelas.
Perbandingan hasil penilaian supervisi akademik pembelajaran PAKEM Pada Kondisi Awal, Siklus I dan II
Menurut data empirik penelitian tindakan
perolehan rerata 71 (BAIK) dengan
sekolah sebagaimana tertulis di atas dapat
prosentase : 11,1 % pada siklus-2. Hasil
disimpulkan bahwa melalui supervisi akademik
akhir pada siklus-2 melebihi target
dapat meningkatkan kemampuan
pencapaian indikator kinerja peningkatan
melaksanakan Pembelajaran Aktif, Kreatif,
dengan prosentasi 19,7% dengan perolehan
Efektif dan menyenangkan(PAKEM) bagi guru
rerata 81 (AMAT BAIK)
kelas SD Negeri Sempol semester II tahun pelajaran 2014/2015.
2. Supervisi akademik dapat meningkatkan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM) pada guru SD
PENUTUP
Gambar 10. Diagaram Garis Hasil Supervisi Guru Kelas
Kondisi Awal Nilai terendah 59 nilai tertinggi 69 nilai rerata 65
Siklus I
Siklus II
Refleksi Dari Kondisi Awal s.d Siklus II
Nilai terendah 67 Nilai tertinggi 81 Nilai rerata 72
Nilai terendah 76 nilai tertinggi 87, rerata 81
Nilai terendah naik 22, 3% dari 59 menjadi 76, nilai tertinggi naik 20, 6 % dari 69 menjadi 87 dan rerata 19, 7 % dari 65 menjadi 81
Tabel 20. Perbandingan Hasil Supervisi Akademik dari Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II
51
*) Penulis adalah Kepala Sekolah SD Negeri Sempol Wonosobo
Negeri Sempol Semester II tahun pelajaran
Berdasarkan hasil analisis terhadap hasil
2014/2015 dari rendah menjadi tinggi
pengamatan, temuan penelitian, dan
dengan rerata perolehan supervisi akademik
pembahasan dalam bab IV, maka dalam
dari kondisi awal 65 (kategori CUKUP)
penelitian ini dapat diuraikan tentang: (A)
meningkat menjadi rerata perolehan
kesimpulan,(B) Implikasi, dan (C) saran
supervisi akademik dari 81 (kategori AMAT
sebagai berikut.
BAIK) pada siklus II.
1. Supervisi akademik dapat meningkatkan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan
DAFTAR PUSTAKA
menyenangkan (PAKEM) pada guru SD
-------. 2006. Kompetensi Supervisi Kepala
Negeri Sempol Semester II tahun pelajaran
Sekolah Pendidikan Dasar. Direktorat
2014/2015 dimana prosentase hasil
Tenaga Kependidikan Ditjen PMPTK
supervisi akademik setelah direkapitulasi antara hasil pengamatan dari peneliti hasil
-------. 2007.
Peraturan Menteri Pendidikan
perolehan rerata 65 (CUKUP) dengan
Nasional Republik Indonesia Nomor 16
peningkatan prosentase dari kondisi awal:
Tahun 2007 tentang :”Standar Kualifikasi
9,7 % pada siklus-1, dan peningkatan hasil
Akademik dan Kompetensi Guru”. Jakarta.
*) Penulis adalah Kepala Sekolah SD Negeri Sempol Wonosobo
52
Vol. 5 JANUARI 2016 -------. peratuaran Bupati Wonosobo No.7 tahun
Lembaran Negara Republik Indonesia. 2003.
2010 tentang:pelaksanaan MBS pada
Undang-Undang Republik Indonesia
S D / M I
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
d i
K a b u p a t e n
Wonosobo.Pemda.Wonosobo. Ahmadi. 2000. Teknik-teknik Supervisi. Jakarta: Rineka Cipta.
Oleh : Dwi Setyaningsih*) ABSTRAK
Permendiknas No. 13 tahun 2007. Tentang Jakarta: LAN RI.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui penerapan pembelajaran STAD
sebagai upaya
meningkatkan motivasi dan hasil belajar PKn pada peserta didik kelas VII F SMP Negeri 1 Leksono semester dua tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumaah 32 anak. Metode Penelitian ini
Aqip dan Rohmanto. 2007. Penuntun dalam PP Nomor 19 Tahun 2005. Tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: LAN RI.
Ilmu.
PEMBELAJARAN STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PKn PADA PESERTA DIDIK KELAS VII F SMP NEGERI 1 LEKSONO SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015
pendidikan Nasional. Jakarta.
Standar Kompetensi Kepala Sekolah.
Proses Pembelajaran. Semarang: Aneka
Vol. 5 JANUARI 2016
menggunakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dengan dua siklus. Setiap siklus dilakukan melalui tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Data diperoleh dari angket peserta didik, lembar pengamatan, nilai kuis dan nilai ulangan harian. Kesimpulan dari penelitian ini
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006.
Purwanto. 2007. Administrasi dan Supervisi
bahwa penerapan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar PKn.
Peraturan Menteri Pendidikan
Pendidikan Bandung: Remaja
Hal ini terlihat adanya peningkatan motivasi belajar peserta didik pada kondisi awal memiliki kriteria
NasionalRepublik Indonesia Nomor 22
Rodakarya.
rendah pada siklus I meningkat menjadi kriteria motivasi sangat tinggi dengan kualifikasi persentase sebesar 69,22%. Sedangkan pada siklus II kriteria motivasi belajar sama yaitu sangat tinggi, tetapi
Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan
pendidikan Dasar dan
Menengah, Jakarta. Boston: Perason.. Depdiknas . 2006. Supervisi Akademik dalam peningkatan profesionalisme guru.
Sahertian. 2000. Konsep Dasar Teknik
kualifikasi persentase meningkat menjadi 83,21%. Sedangkan peningkatan ketuntasan belajar
Supervisi Pendidikan dalam Rangka
individual pada kondisi awal 31,25 meningkat menjadi 71, 85 pada siklus I. Pada siklus II meningkat
Pengembangan Sumber Daya Manusia.
lagi menjadi 93,75. Peningkatan juga terjadi pada ketuntasan belajar klasikal yaitu dari rata-rata nilai
Jakarta: Rineka Cipta.
kondisi awal sebesar 68,59 meningkat pada siklus I menjadi 78,91 dan pada siklus II menjadi 85,31.
Sergiovanni, T.J. 1982. Supervision of Teaching. Alexandria: Association for Supervision and Curriculum
Glickman, C.D., Gordon, S.P., and Ross-
Development.
Approach. Seventh Edition.
PENDAHULUAN Dalam pendidikan di sekolah, berhasil tidaknya pendidikan tidak hanya ditentukan
Gordon, J.M. 2007. Supervision and Instructional Leadership A Development
Kata Kunci : Pembelajaran STAD, Motivasi Belajar, Hasil Belajar
WJS.Poerwadarminrto.1984.Kamus Besar
oleh proses belajar mengajar yang telah
Bahasa Indonesia.Jakarta.Balai Pustaka.
dilakukan tetapi ditentukan juga oleh guru sebagai media dan fasilitator pembelajaran. Guru menjadi pemimpin belajar yang memberi fasilitas belajar dan lingkungan yang kondusif yang memungkinkan peserta didik untuk belajar dengan nyaman. Pada kenyataannya dalam proses pembelajaran
peserta didik
banyak yang
merasa malu kepada peneliti selaku gurunya, pura-pura paham pada materi yang dijelaskan, tidak bisa berpikir cepat ketika guru memberi pertanyaan karena ia merasa takut salah menjawab, peserta didik tegang karena ia tidak
51
*) Penulis adalah Kepala Sekolah SD Negeri Sempol Wonosobo
bisa mengerjakan soal dari guru dan peserta didik diam asalkan bisa. Hal itu disebabkan karena antusias mereka yang kurang dalam mengikuti pelajaran PKn dan menganggap pelajaran PKn hanya menghafal dan membosankan. Akibatnya, hasil ulangan harian pertama mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas VII F semester dua tahun pelajaran 2014/ 2015 sangat jauh dari harapan. Dari 33 peserta didik, yang mencapai batas tuntas sesuai dengan KKM hanya 10 peserta didik. Hal ini terjadi karena kurangnya motivasi belajar. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mengidentifikasikan masalah yang ada antara lain sebagai berikut : 1. Peserta didik kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran PKn.
*) Penulis adalah Guru PKn SMP Negeri 1 Leksono Kab Wonosobo
52
Vol. 5 JANUARI 2016 2. Peneliti selaku guru kurang variatif dalam menerapkan model pembelajaran dan media yang digunakan untuk pembelajaran Pkn. 3. Peran peneliti selaku guru sangat dominan sebagai sumber belajar. 4. Aktivitas siswa dalam pembelajaran PKn masih rendah. 5. Komunikasi antara guru dengan peserta didik masih bersifat satu arah. 6. Peserta didik kurang termotivasi dalam belajar. 7. Apabila belum memahami materi yang dipelajari, peserta didik tidak mau bertanya langsung pada guru. 8. Apabila ada pekerjaan rumah, sebagian besar tidak mengerjakan di rumah, tetapi mengerjakan di sekolah dan mencontoh temannya 9. Hasil belajar peserta didik sangat rendah. Berdasarkan identifikasi masalah, peneliti membatasi pemasalahan yang akan diteliti yaitu peserta didik kurang termotivasi dalam belajar dan hasil belajar peserta didik sangat rendah. Untuk mengubah persepsi peserta didik tentang pembelajaran PKn yang kurang menarik, maka dalam pelaksanaan proses belajar mengajar perlu diciptakan kondisi tertentu yang memungkinkan peserta didik merasa senang dan tidak merasa bosan dalam mempelajari PKn. Untuk itu perlu diupayakan penerapan model pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik, salah satunya adalah model p e m b e l a j a r a n S TA D ( S t u d e n t Te a m Achievement Division). Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah dengan menggunakan model pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division) dalam pembelajaran
51
PKn dapat meningkatkan motivasi belajar
Vol. 5 JANUARI 2016 Tujuan Pembelajaran PKn dalam KTSP
mencapai tujuan. Bahkan motif dapat diartikan
SMP Negeri 1 Leksono tahun pelajaran
sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan).
2014/2015 sebagai berikut :
Motivasi belajar adalah suatu penggerak yang
pembelajaran STAD (Student Team
a. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif
timbul dari kekuatan mental diri peserta didik
Achievement Division) dalam pembelajaran
dalam menangggapi isu kewarganegaraan.
maupun dari penciptaan kondisi belajar
PKn dapat meningkatkan hasil belajar
b. Berpartisipasi secara bermutu dan
sedemikian rupa untuk mencapai tujuan-tujuan
peserta didik? 2. Apakah dengan menggunakan model
bertanggungjawab, dan bertindak secara
peserta didik? Tujuan penelitian tindakan kelas ini
Sardiman (2012 : 85) mengemukakan tiga
cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
adalah :
belajar itu sendiri. fungsi motivasi yaitu: mendorong manusia untuk berbuat, menentukan arah perbuatan dan
1. Tujuan umum penelitian tindakan kelas ini
c. Berkembang secara positif dan demokratis
adalah untuk meningkatkan motivasi dan
untuk membentuk diri berdasarkan pada
hasil belajar PKn melalui model
karakter-karakter masyarakat Indonesia
Secara umum, motivasi dibedakan
agar dapat hidup bersama dengan bangsa-
menjadi dua jenis yaitu motivasi instrinsik dan
bangsa lain.
motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah
pembelajaran STAD
(Student Team
Achievement Division). 2. Tujuan khusus untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik kelas VII F SMP Negeri 1 Leksono pada semester dua tahun pelajaran 2014/ 2015 melalui p e mb e l a j a ra n STAD (Stu d e n t Te a m Achievement Division) KAJIAN TEORI 1. Pendidikan Kewarganegaraan Pendidikan Kewarganegaraan
d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain
motivasi yang tercakup dalam situasi belajar
dalam percaturan dunia secara langsung
yang bersumber dari kebutuhan dan tujuan-
dengan memanfaatkan teknologi informasi
tujuan peserta didik sendiri. Motivasi ekstrinsik
dan komunikasi.
adalah “motif-motif yang aktif dan berfungsinya
Ruang Lingkup Materi Pembelajaran PKn dalam Standar Isi Pendidikan
karena adanya rangsangan atau dorongan dari luar”.
Kewarganegaraan Persekolahan yang meliputi
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan
aspek-aspek sebagai berikut : Persatuan dan
oleh guru untuk membangkitkan motivasi
Kesatuan Bangsa; Norma, Hukum dan
belajar peserta didik, baik motivasi instrinsik
Peraturan; Hak Asasi Manusia; Kebutuhan
maupun ekstrinsik antara lain dengan cara :
Warga Negara berorganisasi, kemerdekaan
a. Memberikan penghargaan kepada peserta
(Citizenship) merupakan mata pelajaran yang
mengeluarkan pendapat, menghargai
memfokuskan pada pembentukan diri yang
keputusan bersama, prestasi diri, persamaan
beragam dari segi agama, sosio-kultural,
kedudukan warga Negara; Konstitusi Negara;
bahasa, usia dan suku bangsa untuk menjadi
Kekuasan dan Politik; Pancasila ; Globalisasi
warga negara yang cerdas, terampil, dan
menyeleksi perbuatan.
didik yang berprestasi. b. Adanya persaingan atau kompetisi di dalam kelas. c. Pemberian hadiah atau pujian terhadap
mencakup tiga
peserta didik-peserta didik yang memiliki
berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila
komponen, yaitu Civic Knowledge
prestasi baik dan memberikan hukuman
dan UUD 1945. Pendidikan Kewarganegaraan
(pengetahuan kewarganegaraan), Civic Skills
kepada peserta didik yang prestasinya
dapat diartikan sebagai wahana untuk
(keterampilan
mengalami penurunan.
mengembangkan dan melestarikan nilai luhur
Disposition (watak-watak kewarganegaraan).
Karakteristik PKn
kewarganegaraan), dan Civic
dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan
d. Adanya pemberitahuan tentang kemajuan belajar peserta didik.
2. Motivasi 3. Belajar
dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari
Sardiman (2012 : 73) mengemukakan
peserta didik sebagai individu, anggota
bahwa “motif” dapat dikatakan sebagai daya
Zainal Aqib (2010 : 43) menjelaskan
masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan
penggerak dari dalam dan di dalam subyek
bahwa belajar adalah proses perubahan di
bernegara.
untuk melakukan aktivitas tertentu demi
dalam diri manusia. Apabila setelah belajar
*) Penulis adalah Guru PKn SMP Negeri 1 Leksono Kab Wonosobo
*) Penulis adalah Guru PKn SMP Negeri 1 Leksono Kab Wonosobo
52
Vol. 5 JANUARI 2016 tidak terjadi perubahan dalam diri manusia, maka tidak dapat dikatakan terjadinya proses belajar. Menurut Slameto (2010 : 54), faktorfaktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu.
Tindakan
Kondisi Akhir
5. Pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD ) Zainal Aqib (2013 : 20) model STAD atau Tim Siswa Kelompok diperkenalkan oleh Slavin merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. STAD merupakan model pembelajaran kooperatif untuk pengelompokan campur yang melibatkan pengakuan tim dan tanggung jawab kelompok untuk pembelajaran individu anggota. Menurut Mohamad Nur dalam Panitia Sertifikasi Guru Rayon XII UNS (2008 : 5-78) inti kegiatan dalam STAD adalah sebagai berikut a. Mengajar. Guru mempresentasikan materi pembelajaran. b. Belajar dalam tim. Peserta didik belajar melalui kegiatan kerja dalam tim/kelompok dan mereka dipandu dengan LKPD untuk menuntaskan materi pelajaran. c. Pemberian kuis. Peserta didik mengerjakan kuis secara individual dan tidak boleh bekerja sama. d. Penghargaan. Pemberian penghargaan kepada peserta didik yang berprestasi dan tim/kelompok yang memperoleh skor tertinggi dalam kuis.
menggunakan model pembelajaran STAD
Guru menggunakan model pembelajaran STAD
Motivasi dan hasil belajar peserta didik meningkat
belajar peserta didik rendah Siklus I Guru menggunakan model pembelajaran STAD menggunakan kuis isian singkat
Siklus II Guru menggunakan model pembelajaran STAD menggunakan kuis pilihan ganda
Bagan 1. Kerangka Berpikir Penelitian Tindakan Kelas
51
Pengumpulan data dalam penelitian ini
Hipotesis Tindakan
4. Hasil Belajar Pada hakikatnya hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Nana Sudjana (2010 : 5) menyatakan bahwa hasil belajar peserta didik pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku dan sebagai umpan balik dalam upaya memperbaiki proses belajar mengajar. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik. Sugihartono, dkk. (2007 : 76), menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar sebagai berikut : a. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Kerangka Berfikir Faktor internal meliputi faktor jasmaniah Kerangka berpikir dalam penelitian dan psikologis. tindakan kelas ini dapat digambarkan dengan b. Faktor eksternal adalah faktor yang ada di bagan sebagai berikut : luar individu. Faktor eksternal adalah faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat. Guru belum Motivasi dan hasil Kondisi Awal
Vol. 5 JANUARI 2016
*) Penulis adalah Guru PKn SMP Negeri 1 Leksono Kab Wonosobo
Hipotesis tindakan yang digunakan
akan dilakukan dengan dua teknik, yaitu teknik
dalam penelitian ini adalah pembelajaran STAD
tes dan non tes. Teknik tes yang akan dilakukan
(Student Team Achievement Division) dapat
berupa tes kuis dan ulangan harian. Teknik non
meningkatkan motivasi dan hasil belajar PKn
tes akan dilakukan melalui angket sebelum
pada peserta didik kelas VII F SMP Negeri 1
pelaksanaan tindakan dan pengamatan selama
Leksono semester dua tahun
dilaksanakan tindakan.
pelajaran
2014/2015.
Teknik tes digunakan untuk mengukur hasil belajar peserta didik yaitu dari hasil
METODE PENELITIAN
ulangan harian dan kuis peserta didik pada
Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan
siklus I serta siklus II. Kuis dilaksanakan setiap
di SMP Negeri 1 Leksono Kabupaten
akhir pertemuan satu dan dua pada siklus I dan
Wonosobo
kelas VII F pada semester dua
siklus II. Sedangkan ulangan harian
tahun pelajaran 2014/ 2015. Kelas VII F terdiri
dilaksanakan pada setiap akhir siklus. Hasil
dari 32 peserta didik yang terdiri dari peserta
ulangan harian peserta didik digunakan untuk
didik perempuan 17 anak dan peserta didik laki-
menghitung nilai rata – rata kelas dan
laki 15 anak. Penelitian dimulai pada bulan
menghitung tuntas belajar klasikal. Hasil kuis
Maret 2015 sampai dengan bulan Mei 2015. Data diperoleh dari berbagai sumber yaitu angket peserta didik, lembar pengamatan, nilai kuis dan nilai ulangan harian. Sumber data angket berupa angket tentang motivasi belajar peserta didik sebagai data kualitatif. Angket tersebut diisi peserta didik sebelum dilaksanakan tindakan dan digunakan sebagai data awal motivasi belajar peserta didik. Sedangkan data motivasi untuk siklus I dan siklus II diperoleh dari hasil pengamatan aktifitas peserta didik selama proses pembelajaran. Sumber data kuantitatif berupa hasil belajar peserta didik kelas VII F yaitu hasil kuis dan ulangan harian. Hasil belajar peserta didik sebagai kondisi awal berupa hasil ulangan
digunakan untuk mengukur peningkatan hasil belajar individu maupun kelompok yang digunakan untuk menentukan penghargaan kelompok. Teknik non tes digunakan peneliti untuk mengamati aktivitas belajar peserta didik dalam proses pembelajaran dan menjadi data motivasi belajar peserta didik. Agar data yang dikumpulkan valid, maka peneliti mengumpulkan data melalui perpaduan antara pengamatan dan hasil belajar sehingga data yang diperoleh obyektif , valid, dan dapat dipertanggung jawabkan. Data hasil belajar yang berupa hasil ulangan harian, validitas soal yang digunakan terlebih dahulu dibuat kisi-kisi ulangan harian
harian satu dengan KKM (Kriteria Ketuntasan
agar penyebaran materi sesuai dengan
Minimal) sebesar 75. Sedangkan data hasil
indikator pencapaian kompetensi. Untuk data
belajar pada siklus I berupa hasil kuis
kualitatif dalam proses pembelajaran berupa
pertemuan satu dan pertemuan dua serta hasil
data hasil pengamatan terhadap aktivitas
ulangan harian dua. Hasil belajar pada siklus II
peserta didik selama proses pembelajaran yang
berupa hasil kuis pertemuan satu dan
dapat dikuantitaifkan. Selanjutnya menjadi data
pertemuan dua serta hasil ulangan harian tiga.
untuk motivasi belajar peserta didik.
*) Penulis adalah Guru PKn SMP Negeri 1 Leksono Kab Wonosobo
52
Vol. 5 JANUARI 2016 Analisis data dilakukan setelah pengumpulan data diperoleh. Berdasarkan data dan hasil pengolahan data yang telah terkumpul, kemudian dianalisis. Semua data
3. k e b e r a n i a n p e s e r t a d i d i k d a l a m mempresentasikan hasil diskusinya; 4. kemampuan peserta didik bekerja sama dalam kelompok;
dikaji selanjutnya kegiatan refleksi dan
5. k e b e r a n i a n p e s e r t a d i d i k d a l a m
kegiatan penyimpulan. Teknik analisis data
mengemukakan tanggapan atau pendapat.
Vol. 5 JANUARI 2016 kondisi awal motivasi belajar peserta didik. Dari
menentukan skor kelompok. Langkah-langkah
hasil angket tersebut diperoleh data 50%
pemberian penghargaan kelompok sebagai
peserta didik memiliki motivasi cukup baik dan
berikut :
50% peserta didik memiliki motivasi kurang
1. Menentukan nilai dasar atau nilai awal masing-masing kegiatan peserta didik yang
baik. Selanjutnya data awal untuk hasil belajar
berupa nilai ulangan harian pertama.
meliputi data kualitatif yaitu aktivitas belajar
Setiap kriteria yang diamati memiliki skor
peserta didik adalah hasil ulangan harian satu
2. Menentukan nilai kuis yang dilaksanakan
peserta didik serta data kuantitatif yaitu hasil
maksimal 4 dan skor maksimal 20. Nilai
diperoleh data untuk daqya serap 67,88% dan
setelah selesai kegiatan diskusi kelompok
belajar peserta didik. Data kualitatif berupa
motivasi belajar masing-masing peserta didik
persentase ketuntasan 28,13%.
pada pertemuan pertama sebagai nilai kuis
hasil pengamatan motivasi peserta didik
peserta didik dihitung dengan rumus :
selama proses pembelajaran pada siklus I dan siklus II. Nilai motivasi belajar peserta didik diamati peneliti difokuskan pada kriteria berikut: 1. keantusiasan
peserta didik
mengikuti
pembelajaran; 2. keaktifan
peserta didik
dalam bertanya
terkini satu.
Jumlah skor yang diperoleh Nilai Motivasi =
x 100%
3. Menentukan nilai kuis yang dilaksanakan
Deskripsi Siklus I Siklus I dilaksanakan pada tanggal 27
setelah selesai kegiatan diskusi kelompok
Maret 2015 untuk pertemuan pertama dan
pada pertemuan kedua sebagai nilai kuis
Hasil Perolehan nilai motivasi belajar peserta
tanggal 10 April 2015 untuk pertemuan kedua.
terkini dua.
didik dianalisis dengan pedoman seperti pada
Diawali tahap perencanaan dengan.
4. Menentukan nilai peningkatan hasil belajar
tabel di bawah ini.
Peningkatan skor individu diperoleh dengan
yang besarnya ditentukan berdasarkan
cara membandingkan skor kuis kedua dengan
selisih nilai antara nilai awal, nilai kuis satu
Jumlah skor maksimal
kepada guru;
Persentase
Kriteria
skor awal tiap peserta didik. Peningkatan skor
dan nilai kuis dua dengan kriteria sebagai
75% - 100%
Sangat Tinggi
individu digunakan sabagai pedoman dalam
berikut :
50% - 74,99%
Tinggi
25% - 49,99%
Sedang
0% - 24,99%
Rendah
Tabel 1. Kualifikasi Persentase Motivasi Peserta didik
Data kuantitatif berupa hasil kuis dan
2. Meningkatnya hasil belajar peserta didik
hasil ulangan harian peserta didik selama
pada setiap siklus secara individual yang
proses pembelajaran pada siklus I dan siklus II.
ditandai dengan peningkatan jumlah
data kuantitatif akan dianalisis secara
peserta didik yang mendapatkan nilai ≥ 75.
deskriptif kuantitatif. Analisis deskriptif
3. Meningkatnya hasil belajar peserta didik
Kriteria Nilai kuis terkini turun lebih dari 10 poin di bawah nilai awal Nilai kuis terkini turun 1 sampai dengan 10 poin di bawah nilai awal Nilai kuis terkini sama dengan nilai awal sampai dengan 10 di atas nilai awal Nilai kuis terkini lebih dari 10 di atas nilai awal
Nilai peningkatan 5 10 20 30
Tabel 2. Kriteria Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik
Penghargaan kelompok diberikan
3. Predikat tim baik bila rata-rata skor
berdasarkan rata-rata nilai peningkatan yang
peningkatan kelompok antara 15 dan 20 (15
kuantitatif ini dilakukan dengan mencari rata-
pada setiap siklus secara
klasikal yang
diperoleh masing-masing anggota kelompok
≤ rata-rata skor peningkatan kelompok <
rata nilai yang diperoleh peserta didik dan
ditandai dengan peningkatan persentase
dengan predikat tim super, tim hebat, tim baik
20)
ketuntasan belajar klasikal.
dan tim cukup. Kriteria untuk status kelompok
persentase ketuntasan belajar peserta didik. Indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas sebagai berikut : 1. Meningkatnya motivasi belajar peserta didik dalam setiap proses pembelajaran dengan kriteria tinggi dengan kualifikasi persentase motivasi peserta didik sekurang-kurangnya rata-rata 74,99%.
51
4. Meningkatnya hasil belajar peserta didik
4. Predikat tim cukup bila rata-rata skor
sebagai berikut :
peningkatan kelompok kurang dari 15 (rata-
pada siklus II secara klasikal yang ditandai
1. Pridikat tim super bila rata-rata skor
rata skor peningkatan kelompok < 15)
dengan persentase ketuntasan belajar
peningkatan kelompok lebih atau sama
klasikal sekurang-kurangnya sebesar 84 %.
dengan 25 (rata-rata skor
peningkatan
kelompok ≥ 25) HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil kuis pada pertemuan pertama ada 4 peserta didik yang memperoleh skor terendah yaitu skor 10 dan skor tertinggi yaitu skor 30.
2. Predikat tim hebat bila rata-rata skor
Sedangkan pada pertemuan kedua ada 1
Dari hasil angket motivasi yang diisi oleh
peningkatan kelompok antara 20 dan 25 (20
peserta didik yang memperoleh skor terendah
peserta didik yang dijadikan data sebagai
≤ rata-rata skor peningkatan kelompok < 25
yaitu skor 20 dan 1 peserta didik memperoleh
*) Penulis adalah Guru PKn SMP Negeri 1 Leksono Kab Wonosobo
*) Penulis adalah Guru PKn SMP Negeri 1 Leksono Kab Wonosobo
52
Vol. 5 JANUARI 2016 skor tertinggi yaitu skor 30. Dari hasil kuis
merancang perbaikan yang diterapkan pada
Kegiatan diskusi kelompok selesai dilanjutkan
pengamatan aktivitas belajar peserta didik pada
terdapat tiga penghargaan yang diberikan
pelaksanaan pembelajaran pada siklus II
dengan kuis berjumlah 15 soal pilihan ganda
siklus II pertemuan satu dan dua menunjukkan
kepada kelompok. Pada pertemuan satu
antara lain :
untuk dikerjakan oleh peserta didik dalam
bahwa motivasi peserta didik pada
kelompok yang mendapatkan predikat tim
1. Memberikan motivasi kepada kelompok
waktu 15 menit.
pelaksanaan tindakan pembelajaran siklus II
super adalah kelompok 2, 4 dan 6. Kelompok
agar lebih aktif lagi dalam pembelajaran.
yang mendapatkan predikat tim hebat adalah
2. Lebih intensif lagi dalam membimbing
Hasil kuis pada pertemuan pertama
meningkat.
siklus II dengan skor seluruh peserta didik
Refleksi dari semua hasil tindakan dan
sama yaitu 20. Sedangkan pada pertemuan
hasil pengamatan kegiatan peserta didik
kedua pada siklus II dengan skor terendah 20
dikumpulkan dan diinterprestasikan serta. Dari
diperoleh oleh 7 peserta didik dan skor tertinggi
refleksi menunjukkan bahwa pelaksanaan
4. Perbaikan RPP berupa perbaikan soal
30 diperoleh oleh 25 peserta didik. Terdapat
pembelajaran pada siklus II relatif lebih baik dari
kelompok 3 yang mengalami
untuk diskusi kelompok berupa soal isian
dua penghargaan yang diberikan kepada
pada pelaksanaan pembelajaran siklus I.
peningkatan drastis. Sedangkan yang
singkat dan soal kuis dalam bentuk pilihan
kelompok. Pada pertemuan satu siklus II
mendapatkan predikat tim hebat adalah
ganda.
semua kelompok mendapatkan predikat tim
kelompok 1, 5 dan 7. Sedangkan kelompok 3 mendapat predikat tim baik. Pada pertemuan kedua terdapat beberapa perubahan yaitu kelompok yang mendapatkan predikat tim super hanya
kelompok yang mengalami kesulitan. 3. M e m b e r i k a n p e n g u a t a n b e r u p a penghargaan kelompok.
kelompok 1, 2, 4, 5, 6 dan 7. Kelompok 2, 4 dan 6 mengalami penurunan.
Deskripsi Siklus II
Pembahasan
hebat. Pada pertemuan kedua siklus II terdapat
Berdasarkan deskripsi hasil penelitian
satu perubahan yaitu kelompok yang
yang telah diuraikan sebelumnya, dapat
Pada akhir siklus I diberikan ulangan
Siklus II dilaksanakan pada tanggal 30
mendapatkan predikat tim super hanya
diketahui bahwa penerapan model
harian kedua untuk mengukur hasil belajar
April 2015 untuk pertemuan satu dan tanggal 8
kelompok 4 yang mengalami peningkatan
pembelajaran Student Teams Aachievement
peserta didik dalam menguasasi materi
Mei 2015 untuk pertemuan dua. kegiatan
m e n j a d i t i m s u p e r. S e d a n g k a n y a n g
Divisions (STAD) dapat meningkatkan motivasi
pembelajaran dengan KKM 75. Penguasaan
membuat RPP,
mendapatkan predikat tim hebat adalah
peserta didik dalam pembelajaran PKn dan
materi pembelajaran dari nilai maksimal 100
pengamatan motivasi belajar, mempersiapkan
kelompok 1, 2, 3, 5, 6 dan 7.
prestasi belajar peserta didik terbukti naiknya
hanya mencapai rata-rata kelas sebesar
lembar kerja peserta didik (LKPD) untuk diskusi
Pada akhir siklus II diberikan ulangan
ketuntasan belajar peserta didik pada materi
78,91dan persentase ketuntasan sebesar
kelompok, membuat soal kuis, membuat alat
harian ketiga untuk mengukur hasil belajar dan
pentingnya kemerdekaan mengemukakan
71,88%.
evaluasi yang berupa kisi-kisi dan soal ulangan
peningkatan peserta didik dalam menguasasi
pendapat secara bebas dan bertanggung
yaitu tahap
harian dua yang diberikan kepada peserta didik
materi pembelajaran dengan KKM 75.
jawab.
pengamatan diperoleh data motivasi belajar
pada akhir siklus dan mempersiapkan lembar
Diperoleh data penguasaan materi
Hasil pengamatan motivasi peserta didik
peserta didik pada pelaksanaan tindakan
analisis ulangan harian dua. Selanjutnya tahap
pembelajaran dari nilai maksimal 100 hanya
pada siklus I dan II dapat dilihat pada tabel
pembelajaran siklus I mencapai 69,22 % dan
pelaksanaan peneliti menyampaikan materi
mencapai rata-rata kelas sebesar 85,31.
berikut ini.
termasuk dalam kriteria tinggi.
pembelajaran, dilanjutkan membagi peserta
Tahap ketiga yaitu tahap pengamatan.
Selanjut semua hasil dari tindakan dan
didik dalam kelompok-kelompokyang terdiri
Rekapitulasi hasil pengamatan terhadap
hasil pengamatan kegiatan peserta didik
dari 4 sampai 5 orang sesuai dengan ketentuan
dikumpulkan dan diinterprestasikan, dianalisis
dalam model pembelajaran STAD. Kemudian
dan dievaluasi tentang kelebihan dan
peneliti membagi LKPD kepada tiap-tiap
Pada tahap ketiga
51
Vol. 5 JANUARI 2016
mempersiapkan lembar
kelemahan tindakan pada siklus I sebagai
kelompok untuk didiskusikan peserta didik
bahan refleksi awal siklus II. Deskripsi data
bersama anggota kelompoknya. Peneliti
pada hasil tindakan siklus I menunjukkan
mengamati jalannya diskusi kelompok sambil
beberapa hal yang perlu diperbaiki pada
memfasilitasi tiap kelompok apabila ada hal-hal
pelaksanaan pembelajaran. Peneliti perlu
yang kurang dipahami. Setelah diskusi
melakukan perbaikan agar pembelajaran pada
kelompok selesai, tiap-tiap kelompok
siklus selanjutnya dapat lebih memuaskan.
mempresentasikan hasil diskusinya, kelompok
Berdasarkan refleksi yang dilakukan peneliti
lain diminta untuk menanggapai.
*) Penulis adalah Guru PKn SMP Negeri 1 Leksono Kab Wonosobo
No. 1.
Indikator yang diamati
Siklus I
Siklus II
73,83 %
89,46 %
69,53 %
84,38 %
66,02 %
78,91 %
71,10 %
83,60 %
65,63 %
79,69 %
Jumlah
346,10 %
416,03 %
Rata-rata
69,22 %
83,21 %
Keantusiasan peserta didik mengikuti pembelajaran
2.
Keaktifan peserta didik dalam bertanya kepada guru
3.
Keberanian peserta didik dalam mempresentasikan hasil diskusinya
4.
Kemampuan peserta didik bekerja sama dalam kelompok
5.
Keberanian peserta didik dalam mengemukakan tanggapan atau pendapat
Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Motivasi Belajar Peserta Didik
*) Penulis adalah Guru PKn SMP Negeri 1 Leksono Kab Wonosobo
52
Vol. 5 JANUARI 2016 Dari tabel di atas terlihat adanya
Vol. 5 JANUARI 2016
diamati dalam proses belajar dengan model
peningkatan motivasi peserta didik pada siklus I
pembelajaran STAD.
Perbandingan hasil
dan siklus II yang siqnifikan. Kenaikan
pengamatan motivasi peserta didik pada siklus I
persentase terjadi pada setiap indikator yang
dan siklus II dapat dilihat pada diagram berikut ini :
Diagram 2. Peningkatan Perolehan Skor Tiap Kelompok
Dari diagram di atas menunjukkan hasil
dan dua kelompok meningkat. Pada akhir siklus
belajar tiap kelompok tidak ada yang
I dan siklus II diberikan ulangan harian. Hasil
mengalami penurunan, lima kelompok tetap
ulangan harian dari kondisi awal, siklus I dan
Diagram 1. Peningkatan Motivasi Belajar Peserta didik
Ketuntasan
Hasil belajar pada tiap pertemuan yang berupa kuis mangalami peningkatan setiap siklus. Hal
No.
ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Siklus I
No.
Nama Kelompok
Ratarata Skor Kuis1
Ratarata Skor Kuis2
Nilai
Siklus II
Ratarata
Ratarata Skor Kuis 3
Ratarata Skor Kuis 4
Pra Siklus (UH1)
Ratarata
Siklus I (UH2)
siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini : Persentase
Siklus
Pra
Siklus
II
Siklus
I
(UH3)
(UH1)
(UH2)
Siklus II (UH3)
1.
= 75
10
23
30
31,25
71,85
93,75
2.
< 75
22
9
2
68,75
20,13
6,25
Tabel 5. Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Individual
Dari tabel 4.13 tampak ada peningkatan
siklus I meningkat menjadi 23 anak dan pada
1
Kelompok 1
22
20
21,00
20
22
21,00
ketuntasan hasil belajar. Dari 32 peserta didik
siklus II meningkat lagi menjadi 30 anak.
2
Kelompok 2
22
20
21,00
20
22
21,00
pada kondisi awal, hasil ulangan harian satu
Perbandingan persentase ketuntasan hasil
3
Kelompok 3
18
22
20,00
20
20
20,00
yang mendapat nilai ≥75 hanya 10 anak, pada
belajar individual dari kondisi awal, siklus I dan
4
Kelompok 4
23
20
21,50
20
25
22,50
5
Kelompok 5
20
20
20,00
20
20
20,00
6
Kelompok 6
23
20
21,50
20
23
21,50
7
Kelompok 7
20
20
20,00
20
24
22,00
148
142
145
140
156
148
21,14
20,29
20,71
20
22,29
21,14
Jumlah Skor Rata-rata
siklus II dilihat pada diagram berikut ini:
Tabel 4. Rekapitulasi Perolehan Skor Tiap Kelompok
51
Dari tabel 4. terlihat ada peningkatan hasil
menjadi rata-rata 21,14. Perbandingan hasil
belajar yang berupa kuis pada siklus I dengan
belajar yang berupa kuis pada siklus I dan siklus
rata-rata 20,71 meningkat pada siklus II
II dapat dilihat pada diagram 2.
*) Penulis adalah Guru PKn SMP Negeri 1 Leksono Kab Wonosobo
Diagram 3. Persentase Ketuntasan Belajar Individual
*) Penulis adalah Guru PKn SMP Negeri 1 Leksono Kab Wonosobo
52
Vol. 5 JANUARI 2016 Peningkatan ketuntasan klasikal ulangan harian dari pra siklus, siklus I dan siklus II dapat dilihat dari tabel berikut ini : No. Keterangan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran STAD.
Pra Siklus/UH1
Siklus I/UH2
Siklus II (UH3)
2. Guru hendaknya lebih kreatif dan inovatif
1.
Jumlah nilai UH
2195
2525
2730
untuk menerapkan model pembelajaran
2.
Rata-rata Nilai UH
68,59
78,91
85,31
yang tepat dalam melaksanakan proses pembelajaran untuk meningkatkan motivasi
Tabel 6. Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Klasikal
dan hasil peserta didik.
A. M. Sardiman. 2012. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada. Aqib Zainal. 2013. Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Bandung : CV Yrama Widya.
Dari tabel ketuntasan hasil belajar
ketuntasan belajar klasikal dari data kondisi
3. Seharusnya guru selalu melakukan
klasikal pada siklus I, siklus II menunjukkan
awal rata-rata nilai ulangan harian satu sebesar
pemantauan terhadap motivasi dan hasil
adanya peningkatan ketuntasan klasikal. Pada
31,25 meningkat pada siklus I menjadi 71,88
belajar peserta didik sehingga guru bisa
Aqib Zainal. 2010. Profesionalisme Guru dalam
siklus I jumlah nilai meningkat dari jumlah nilai
dan siklus II menjadi 93,75.
merencanakan model pembelajaran yang
Pembelajaran. Surabaya : Penerbit Insan Cendekia.
awal 2195 menjadi 2525 dan rata-rata nilai dari
Dengan demikian hipotesis tindakan
akan datang secara tepat yang bisa
pra siklus 68,59 menjadi 78,91. Sedangkan
dalam Penelitian Tindakan Kelas ini, yang
digunakan sebagai bahan penelitian
pada siklus II jumlah nilai meningkat dari jumlah
menyatakan bahwa dengan pembelajaran
tindakan kelas.
nilai siklus I 2525 menjadi 2730 dan rata-rata
STAD (Student Team Achievement Division)
nilai dari pra siklus 78,91 menjadi 85,31.
dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar
DAFTAR PUSTAKA
Profesi Guru (PLPG) Sertifikasi dalam
PKn pada peserta didik kelas VII F SMP Negeri
Depdiknas. 2003. Undang-Undang Sistem
Jabatan Pendidikan Kewarganegaraan
Hasil pembahasan penelitian dari mulai pengamatan motivasi belajar selama proses
1 Leksono semester dua tahun
pembelajaran, kuis setiap pertemuan
2014/2015, dapat diterima.
pelajaran
mengalami peningkatan. Motivasi belajar
Bahan Ajar Pendidikan dan Latihan
Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003.
SIMPULAN DAN SARAN
Permendiknas 22 tahun 2006.
pembelajaran meningkat. Pada kondisi awal
pembahasan yang dilakukan dalam dua siklus,
Tim Penyusun. 2014. KTSP SMP Negeri 1
motivasi belajar peserta didik memiliki kriteria
dari hasil kegiatan ini dapat disimpulkan
Leksono Tahun Pelajaran 2014/2015,
rendah, sedangkan pada siklus I meningkat
sebagai berikut :
Wonosobo.
menjadi kriteria motivasi sangat tinggi dengan
1. Penerapan model pembelajaran STAD
kualifikasi persentase motivasi peserta didik
dapat meningkatkan motivasi belajar
sebesar 69,22%. Sedangkan pada siklus II
peserta didik kelas VII F SMP Negeri 1
kriteria motivasi belajar sama yaitu sangat
Leksono semester dua tahun pelajaran
tinggi, tetapi kualifikasi persentase motivasi
2014/2015.
Cipta. Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar. Bandung: Rosdakarya. Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : UNY Press.
2. Penerapan model pembelajaran STAD
Hasil belajar peserta didik pada setiap
dapat meningkatkan hasil belajar peserta
siklus secara individual meningkat. Hal ini
didik kelas VII F SMP Negeri 1 Leksono
ditunjukkan adanya peningkatan jumlah
semester dua tahun pelajaran 2014/2015.
peserta didik yang mendapatkan nilai ≥ 75 pada
Berdasarkan pemaparan hasil
siklus I sebanyak 23 dan pada siklus II
pembahasan dan simpulan, dapat
sebanyak 30 peserta didik.
dikemukakan saran-saran sebagai berikut :
siklus secara
Slameto, 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta : PT Rineka
Berdasarkan hasil penelitian dan
Hasil belajar peserta didik pada setiap
(PKn) SMP/MTs. Semarang : Panitia Sertifikasi Guru Rayon 12.
peserta didik dalam setiap proses
peserta didik meningkat menjadi 83,21%.
Panitia Sertifikasi Guru Rayon XII UNS. 2008,
Depdiknas. 2006. Standar Isi. Jakarta :
pembelajaran, ulangan harian setiap siklus
51
Vol. 5 JANUARI 2016
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
klasikal meningkat. Hal ini
memberikan inspirasi kepada guru dan
ditunjukkan dengan peningkatan persentase
termotivasi untuk mengembangkan
*) Penulis adalah Guru PKn SMP Negeri 1 Leksono Kab Wonosobo
*) Penulis adalah Guru PKn SMP Negeri 1 Leksono Kab Wonosobo
52