ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah 33 ………………………………………………………………………………………………………… FUNGSI KEPALA SEKOLAH SEBAGAI SUPERVISOR
Oleh: Kamaluddin H.Ahmad Dosen PNS dpk pada Univ. Muhammadiyah Mataram Abstrak :Supervisi pendidikan adalah suatu proses pembinaan dari kepala sekolah kepada guru-guru untuk memperbaiki situasi belajar mengajar agar siswa dapat belajar secara efektif dengan prestasi belajar yang semakin hari semakin meningkat. Tujuan supervisi adalah agar dapat secara bersama-sama mengembangkan proses belajar mengajar yang tepat dalam membantu guru supaya dapat mendidik siswa dengan baik, dengan jalan menegakkan disiplin kerja sama secara manusiawi untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan para siswa secara total. Sepuluh macam tugas yang harus dikuasai oleh Kepala sekolah sebagai supervisor yaitu: (1) Mengembangkan kurikulum, (2) Mengorganisasi pengajaran, (3) Menyiapkan staf pengajaran, (4) Menyiapkan fasilitas belajar, (5) Menyiapkan bahan-bahan pelajaran, (6) Menyelenggarakan penataran guru, (7) Memberikan konsultasi dan pembinaan kepada staf pengajaran, (8) Mengkoordinasi layanan terhadap para siswa, (9) Mengembangkan hubungan dengan masyarakat dan (10) Menilai pengajaran. Sepuluh teknik supervisi pendidikan yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah yaitu: (1) Teknik-teknik yang berhubungan dengan kelas yaitu (a) Observasi kelas (b) Kunjungan kelas dan (c) Supervisi klinis. (2) Teknik-teknik yang berhubungan denga berdiskusi yaitu (a) Pertemuan formal (b) Pertemuan informal (c) Rapat guru. (d) Supervisi yang direncanakan bersama (d) Teknik Supervisi sebaya (e) Teknik yang memakai pendapat siswa dan alat-alat elektronika (f) Teknik yang mengunjungi sekolah lain dan (g) Teknik melalui pertemuan pendidikan. Kata Kunci: Fungsi Kepala Sekolah sebagai Supervisor PENDAHULUAN Guru merupakan komponen sumber daya manusia yang sangat menentukan keberhasilan anak didik. Menurut Hamalik (2002) salah satu faktor yang menentukan keberhasilan proses belajar mengajar adalah guru. Guru merupakan tugas profesional artinya suatu jabatan atau pekerjaan yang membutuhkan keahlian khusus sebagai guru. Sesungguhnya profesi harus dikuasi dan selalu diupayakan peningkatannya sehingga menjadi seorang ahli. Menurut Sahertian guru yang profesional memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) Ia ahli (ekspert) dalam bidang yang diajarkan, (2) Memiliki rasa tanggungjawab yang tinggi dan (3) Memiliki rasa kesejawatan dan kode etik. Pada saat sekarang ini masih banyak guru yang belum secara profesional didalam melaksanakan tugasnya sebagai guru, hal ini disebabkan karena mereka belum memiliki kinerja yang baik terhadap tugas yang diemban sebagai guru. Menurut Rusyan (1992) sampai saat ini guru belum melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai dengan harapan, karena berbagai faktor penghambatnya salah satunya adalah kemampuan guru itu sendiri belum menunjang pelaksanaan tugas. Menurut Syah (1996 ) guru belum melaksanakan tugasnya dengan baik karena rendahnya tingkat kompetensi profesional mereka, penguasaan materi dan metode penyampaian, media pembelajaran dan sistem evaluasi mereka yang masih dibawah standar.
Sesuai dengan pernyataan diatas maka salah satu jalan yang harus ditempuh untuk meningkatkan kinerja guru adalah pembinaan kepada guru yang dilakukan secara terus menerus baik melalui supervisi, inservice training maupun in-service education. Menurut Faisal dan Dedi (2001) peningkatan mutu pendidikan pertama-tama harus dilakukan peningkatan kualitas pendidikan guru sebagai persyaratan menjadi seorang guru. Kepala sekolah mempunyai tugas dan tanggungjawab yang besar dalam pembinaan dan peningkatan kualitas sumber daya guru, karena kepala sekolah adalah orang yang paling dekat dengan guru dan paling mengetahui lebih banyak persoalan guru yang berada dilingkungan sekolah yang dipimpinnya. Menurut Pidarta (1992) kepala sekolah sebagai administrator terdepan bertindak sebagai supervisor, ia mampu membina guru-guru di sekolah itu, sebab ia sudah banyak tahu bagaimana mengajar dan belajar yang baik. Pembinaan yang harus dilakukan oleh kepala sekolah harus bersifat nyata sehingga memungkinkan adanya perubahan sikap dan prilaku guru dalam mengajarnya. Menurut Daryanto (2001) salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan supervisor adalah kecakapan kepala sekolah. Karena itu kepala sekolah harus mengusai teknik-teknik supervisi yang ada sehingga dalam melakukan supervisi kepada guru sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh guru. Kalau kepala sekolah menguasai teknik-teknik
_____________________________________ http://www.lpsdimataram.com
Volume 6, No. 4, Juni 2012
34 Media Bina Ilmiah supervisi dan melakukannya supervisi secara baik dan sempurna sesuai dengan teknik supervisi yang ada maka pasti hasil pendidikan yang diharapkan bisa tercapai secara maksimal. PENGERTIAN SUPERVISI Menurut Pidarta (1992) hakekat supervisi adalah suatu proses pembimbingan dari pihak atasan kepada guru-guru dan para pesonalia sekolah lainnya yang langsung menangani belajar para siswa untuk memperbaiki situasi belajar mengajar agar para siswa dapat belajar secara efektif dengan prestasi belajar yang semakin meningkat. Pendapat yang senada juga di kemukakan oleh Purwanto, (2001) yang menyatakan bahwa supervisi adalah suatu aktifitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif dan efisien. Menurut Sahertian (2000) juga menyatakan supervisi tiada lain dari usaha memberi layanan kepada guru-guru baik secara individual maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki pengajaran. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa supervisi pendidikan adalah suatu proses pembinaan dari pihak atasan kepada guru-guru dan personalia sekolah lainnya yang langsung menangani belajar siswa untuk memperbaiki situasi belajar mengajar agar siswa dapat belajar secara efektif dengan prestasi belajar yang semakin hari semakin baik atau semakin meningkat. TUJUAN SUPERVISI Menurut Pidarta (1992) tujuan supervisi adalah terdiri dari: (1) Tujuan akhir untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan para siswa (yang bersifat total). (2) Tujuan kedua membantu kepala sekolah dalam menyesuaikan program pendidikan dari waktu kewaktu secara kontinyu. (3) Tujuan dekat bkerja sama mengembangkan proses belajar mengajar yang tepat. Tujuan tersebut perlu ditambah dengan (4) Tujuan perantara ialah membantu guruguru agar dapat mendidik para siswa dengan baik, atau menegakkan disiplin kerja sama secara amanusiawi. Secara lebih khusus lagi tujuan supervisi di kemukan oleh Sahertian (2000) tujuan supervisi adalah memberi layanan dan bantuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang dilakukan oleh guru di kelas. Dari pernyataan diatas maka dapat di simpulkan bahwa tujuan supervisi adalah agar dapat secara bersama-sama mengembangkan proses belajar mengajar yang tepat dalam membantu guru supaya dapat mendidik siswa dengan baik, dengan jalan menegakkan disiplin kerja sama secara manusiawi
ISSN No. 1978-3787 untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan para siswa secara total. KEPALA SEKOLAH SEBAGAI SUPERVISOR Menjadi supervisor bukanlah pekerjaan yang ringan, akan tetapi pekerjaan yang cukup berat, karena itu kepala sekolah harus memiliki kemampuan yang lebih dari orang yang disupervisi. Bukan saja kelebihan atau kemampuan menguasai kompetensi guru tetapi juga memiliki kemampuan dalam melaksanakan tugas sebagai supervisor. Pidarta (1992) menyebutkan sepuluh macam tugas yang harus dikuasai oleh supervisor yaitu: (1) Mengembangkan kurikulum, (2) Mengorganisasi pengajaran, (3) Menyiapkan staf pengajaran, (4) Menyiapkan fasilitas belajar, (5) Menyiapkan bahanbahan pelajaran, (6) Menyelenggarakan penataran guru, (7) Memberikan konsultasi dan pembinaan kepada anggota staf pengajaran, (8) Mengkoordinasi layanan terhadap para siswa, (9) Mengembangkan hubungan dengan masyarakat dan (10) Menilai pengajaran. Menurut Purwanto (2001) Kemampuan atau kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang supervisor adalah: 1) Berpengetahuan luas tentang seluk beluk semua pekerjaan yang berada dibawah pengawasannya. (2) Menguasai/memahami benarbenar rencana dan program yang telah digariskan yang akan dicapai oleh setiap lembaga atau bagian. (3) Berwibawa dan memiliki kecakapan praktis tentang teknik-teknik supervisi terutama human relation. (4) Memilki sifat-sifat jujur, tegas, konsekuen, ramah, dan rendah hati. (5) Berkemauan keras, rajin bekerja demi tercapainya tujuan atau program yang telah di gariskan/disusun. Dari tugas-tugas tersebut diatas sebagian besar berhubungan dengan kurikulum sekolah, yang lain adalah memiliki pengetahuan yang luas, tentang seluk beluk tentang pekerjaannya sebagai pengawas, menyiapkan staf dan mengadakan penataran dengan tujuan meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai penunjang kurikulum. Sedangkan tugas mengembangkan hubungan masyarakat juga berlaku bagi guru, sebab guru tidak dapat mengisolasi diri dalam melaksanakan dan memajukan pendidikan, karena hal itu termasuk salah satu dari kompetensi yang harus dikuasai dan dimiliki oleh serang guru yaitu kompetensi profesional, kompetensi paedagogik, kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian. Dari keempat kompetensi guru tersebut sudah terangkum dari tugas-tugas yang harus dilakukan oleh guru di sekolah dan juga tugas pembinaan yang harus dilakukan oleh kepala sekolah kepada guru-guru sebagai tugas supervisor. Menurut Purwanto (2001) secara umum, kegiatan atau usaha yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah sesuai dengan fungsinya sebagai supervisor antara
_____________________________________ Volume 6, No. 4, Juni 2012
http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah 35 ………………………………………………………………………………………………………… laian: (1) Membangkitkan dan merangsang guruguru di dalam menjalankan tugasnya masing-masing dengan sebaik-baiknya. (2) Berusaha mengadakan dan melengkapi alat-alat perlengkpan sekolah, termasuk media instruksional yang diperlukan bagi kelancaran dan keberhasilan proses belajar mengajar. (3) Bersama guru-guru berusahamengembangkan, mencari dan menggunakan metode-metode mengajar yang lebih sesuai dengan tuntutan kurikulum yang sedang berlaku. (4) Membina kerja sama yang baik dan harmonis diantara guru-guru. (5) Berusaha mempertinggi mutu dan pengetahuan guru-guru dengan mengadakan diskusi-diskusi kelompok, menyediakan perpustakaan sekolah, dan atau mengirim mereka untuk mengikuti penataran, seminar, sesuai dengan bidangnya masing-masing dan (6) Membina hubungan kerja sama dengan Komite sekolah dan instansi lain yang relevan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan para siswa. Mengingat beratnya tugas kepala sekolah sebagai supervisor maka pengangkatan seorang guru menjadi kepala sekolah harus betul-betul di lihat keberhasilan dan kemampuannya pada saat dia menjadi guru. Kemampuan ini harus dilihat dari beberapa segi yaitu pertama sekali adalah kemampuan dalam melaksanakan empat kompetensi guru yaitu kemampuan profesional, kemampuan paedagogik, kemampuan kepribadian, dan kemampuan sosial dan ditambah lagi dengan kemampuan dalam manjerial/memimpin. Kemampuan tersebut harus diatas rata-rata dari guru yang lainnya. Karena kepala sekolah adalah sebagai gurunya guru, dengan kata lain peran kepala sekolahlah sangat menentukan mutu dan kualaitas pendidikan. Apabila kepala sekolah dapat melaksanakan fungnya sebagai supervisor secara profesional maka sudah bisa dipastikan guru-guru yang berada di bawah kepemimpinnya akan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, baik merencanakan persiapan mengajarnya, melaksanakan dan mengevaluasi secara baik pula dan hasil yang diharapkan dari siswa dapat meningkat. Karena itu menurut Pidarta (1992) kepala sekolah sebagai supervisor adalah gurunya guru. Sebagai gurunya guru seharusnya supervisor memiliki kompetensi yang sama dengan guru, hanya bobotnya yang harus lebih tinggi. Karena itu seorang supervisor selain mempunyai kemampuan yang cukup untuk melaksanakan tugasnya sebagai supervisor dan juga harus memiliki kemampuan yang cukup terhadap kompetensi yang dimiliki oleh guru. Karena itu jenjang pengangkatan kepala sekolah haruslah dari guru-guru yang menunjukkan kemampuan yang lebih dari teman guru yang lainnya baik dalam hal pelaksanaan kompetensinya
sebagai seorang guru maupun menerapkan sifat-sifat kepemimpinannya. Dengan demikian apa yang dikatakan oleh made pidarte bisa dicapai Kepala sekolah yang melakukan supervisi kepada guru memiliki macam-macam tipe atau teknik. Menurut Burton dan Brueckner (dalam Purwanto 2001) menyatakan bahwa ada lima tipe supervisi yaitu: (1) Inspeksi (2) Laissez-faire (3) Coercive (4) Training and guidance dan (5) Democraticleadership. Pendapat yang sejalan juga dengan pendapat diatas adalah Lucio (dalam Pidarta 1993) menyatakan bahwa tipe supervisi ada lima macam yaitu (1) Supervisor otoriter (2) Supervisor yang menghayati (3) Supervisor yang menegakkan kerja kelompok (4) Supervisor yang menghargai keunikan individu dan (5) Supervisor yang berkiblat pada orang lain. Supervisi yang otoriter adalah supervisi yang dalam melaksanakan supervisi berdasarkan kemauan sendiri atau system perintah atauh instruksi saja, tanpa memperhatikan atau memperdulikan keluhan, usulan atau masalah yang di hadapi oleh bawahannya, tipe otoriter sama saja dengan diktator. Supervisi yang menghayati adalah supervisi yang didalam melaksanakan tuganya selalu berpedoman kepada teori-teori yang diajarkan didalam teknik supervisi pendidikan tidak akan melebihi dan juga tidak akan menguranginya, karena dengan jalan seperti itulah tugasnya dalam supervisi bisa berhasil. Supervisi yang menegakkan kerja kelompok adalah bentuk supervisi yang menitik beratkan kepada kerja sama dari seluruh guru yang ada. Teknik supervisi model ini menekankan kepada kerja sama saling bantu membantu dalam melaksanakan tugas bersama di sekoh. Bagi yang punya pengetahuan lebih membantu kepada yang kurang. Supervisi yang menghargai keunikan individu adalah teknik supervisi yang memahami tentang keberagaman dari kemampuan gurunya ada yang dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan ada pula yang belum mampu leksanakan tugasnya dengan baik, karena itulah perlunya diberi supervisi kepada yang belum mampu atau masih kurang. Supervisi yang berkiblat pada orang lain adalah bentuk supervisi yang tidak memilki pendirian yang jelas dalam melaksanakan supervisi, kerjanya hanya mencontoh kepada orang lain, yang mana yang dijadikan contoh belum tentu melaksanakan supervisi sesuai dengan teori yang ada. Pada prinsipnya semua tipe supervisi pendidikan itu baik tergantung dari situasi dan kondisi guru yang dihadapi. Namun pada umumnya teknik supervisi yang paling ideal itu adalah teknik supervisi yang menghayati, karena dia selalu berbuat sesuai dengan teori yang diinginkan oleh setiap teknik supervisi yang dulaksanakan. MACAM-MACAM TEKNIK SUPERVISI
_____________________________________ http://www.lpsdimataram.com
Volume 6, No. 4, Juni 2012
36 Media Bina Ilmiah Dalam rangka membantu meningkatkan dan mengembangkan potensi sumber daya guru, dapat dilakukan dengn berbagai alat (device) dan teknik supervisi. Umumnya alat dan teknik supervisi dapat di bedakan dua macam alat atau teknik yaitu: (1) Teknik yang bersifat individual, yaitu teknik yang dilaksanakan untuk seorang guru secara individual dan (2) Teknik yang bersifat kelompok, yaitu teknik yang dilakukan untuk melayani lebih dari satu orang. Hal ini sejalan dengan pendapanya John Minor Gwyn dalam Sahertian (2000) yang menyebutkan bahwa teknik supervisi pendidikan dapat dibedakan dalam dua macam yaitu Teknik yang bersifat individual yaitu teknik yang dilakukan untuk seorang guru secara individual dan Teknik supervisi yang bersifat kelompok yaitu teknik yang dilakukan untuk melayani lebih dari satu orang. Pidarta (1992) menyebutkan lebih rinci lagi tentang supervisi bahwa terdapat sepuluh teknik supervisi pendidikan yang dapat dilakukan oleh supervisor dalam melaksanakan supervisi yaitu: (1) Teknik-teknik yang berhubungan dengan kelas yaitu (a) Observasi kelas dan (b) Kunjungan kelas. (c) Supervisi klinis. (2) Teknik-teknik yang berhubungan denga berdiskusi yaitu (a) Pertemuan formal (b) Pertemuan informal (c) Rapat guru. (3) Supervisi yang direncanakan bersama (4) Teknik Supervisi sebaya (5) Teknik yang memakai pendapat siswa dan alat-alat elektronika (6) Teknik yang mengunjungi sekolah lain dan (7) Teknik melalui pertemuan pendidikan. Wahyusumidjo (2002) menjelaskan tentang inti perbaikan guru adalah: (1) Kunjungan kelas, (2) Observasi, (3) Pertemuan individual, (4) Kunjungan sekolah, (6) Supervisi guru bantu dan (6) Program pelatihan insrvice. Seorang supervisor dituntut untuk menguasai teknik-teknik supervisi, baik teknik supervisi yang bersifat perorangan maupun teknik supervisi kelompok, karena dalam memberikan bimbingan dan memecahkan masalah yang dihadapi oleh guru supervisor tidak cukup dengan hanya menggunakan satu atau dua teknik saja, akan tetapi harus memilih dan menggunakan banyak teknik supervisi yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi oleh guru yang di bimbing. Mulyasa (2003) menyatakan bahwa supervisor hendaknya dapat memilih teknikteknik supervisi yang tepat sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itu supervisor dituntut untuk memeliki kemampuan untuk menguasai semua teknik supervisi yang ada sehingga setiap permasalahan yang dihadapi oleh guru kepala sekolah bisa memberikan bimbingan dan pemecahan masalah guru dengan teknik superisi yang sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh guru. Dengan demikian maka fungsi kepala sekolah untuk membina guru bisa terlaksana dengan baik dan akhirnya guru dapat melaksanakan
ISSN No. 1978-3787 tugasnya dengan baik dan memperoleh hasil belajar yang semakin meningkat. Bafadal (1992) menyatakan supervisi observasi kelas adalah teknik observasi yang dilakukan oleh supervisor terhadap proses belajar mengajar yang sedang dilaksanakan oleh guru. Dengan demikian maka teknik supervisi observasi kelas adalah teknik supervisi yang dilakukan untuk melihat secara langsung pada saat guru melakukan proses belajar mengajar berlangsung. Sedangkan menurut Azhar (1996) menyatakan supervisi observasi kelas adalah menekankan pada suasana kelas selama pelajaran berlangsung observasi dengan cara mengamati, mencatat dan menilai secara langsung terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar di kelas di bawah bimbingan gurunya. Tujuannya adalah untuk memperoleh data seobjektif mungkin mengenai aspek-aspek dalam situasi belajar mengajar, kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh guru dalam usaha memperbaiki proses belajar mengajar. Teknik kunjungn kelas sebagian pendapat menyamakannya dengan teknik observasi kelas dan juga ada pendapat yang membedakannya adalah suatu teknik supervisi dimana supervisor hanya berkunjung atau melihat secara singkat dikelas pada saat guru melakukan proses belajar mengajar, tidak terjadwal seperti supervisi observasi kelas. Supervisi klinis merupakan salah satu jenis supervisi yang paling intensif dibandingkan dengan supervisi-supervisi lain. Jenis supervisi ini dikenal sebagai supervisi yang paling akhir di kenal di Indonesia. Para ahli dibidang ini memberikan pengertian supervisi klinis dengan kalimat yang berbda, walaupun apa yang mereka maksudkan tidak berbeda. Perbedaan itu seringkali hanya disebabkan penekanan pada aspek-aspek tertentu dari superisi sendiri. Menurut Pidarta (1992) yang menyatakan bahwa supervisi klinis itu merupakan satu model yang sudah diketahui sebelumnya. Sedangkan menurut Sahertian (2000) menyatakan bahwa supervisi klinis adalah suatu proses bimbingan dalam pendidikan yang bertujuan membantu pengembangan profesional guru dalam pengenalan mengajar melalui observasi dan analisis data secara objektif, teliti sebagai dasar untuk usaha mengubah prilaku mengajar guru. Menurut Purwanto (2001) supervisi klinis adalah supervisi yang proses pelaksanannya lebih ditekankan kepada mecari sebab-sebab atau kelemahan-kelemahan yang terjadi dalam proses belajar mengajar, dan kemudian secara langsung pula diusahakan bagaimana cara memperbaiki kelemahan atau kekurangan tersebut. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa supervisi klinis adalah supervisi yang memperbaiki kekurangan atau kelemahan guru dalam segala hal baik teknik mengajar, metode mengajar, materi pembelajaran dan lain sebagainya
_____________________________________ Volume 6, No. 4, Juni 2012
http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah 37 ………………………………………………………………………………………………………… Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa supervisi klinis adalah suatu teknik supervisi yag dilakukan oleh supevisor untuk membantu guru mengatasi maslah yang dihadapi dalam proses belajar mengajar melalui bimbingan yang intensif yang disususn secara sistimatis guna memperbaiki prilaku mengajar sekaligus meningkatkan profesinal guru. Menurut Pidarta (1992) Pertemuan formal adalah pertemuan yang sengaja diadakan pada waktu tertentu, yang dilakukan guru atau guru-guru dengan supervisornya. Jadi pertemuan formal itu adalah pertemuan yang dilakukan oleh supervisor dengan cara yang sudah di tentukan secara formal pula. Misalnya melalui rapat rutin kepala sekolah dengan guru sekali dalam satu minggu atau ada undanganundangan khusus kepala sekolah untuk mengadakan pertemuan dengan guru dalam hal menjelaskan aturan atau petunjuk dari dinas Pendidikan atau ada permasalahan yang berkaitan dengan masalah sekolah atau masalah guru itu sendiri. Menurut Pidarta (1992) Pertemuan informal adalah pertemuan yang tidak direncanakan waktu dan tempatnya. Pertemuan ini bisa terjadi sewaktuwaktu dan dimana saja bila diperlukan. Jadi pertemuan informal ini adalah pertemuan yang tidak direncanakan akan tetapi sangat tergantung dari keperluan dan permasalahan yang dihadapi, tidak perlu diundang secara formal liwat surat dinas akan tetapi cukup informasinya disampaikan secara lisan saja dan yang lebih gampang lagi sekarang adalah liwat telpon atau HP. Menurut Pidarta (1992) Supervisi sebaya adalah sejajar dengan prinsip metodelogi belajar mengajar bahwa siswa-siswa yang pandai diijinkan membantu temannya yang disebut sebagai tutor sebaya, maka dalam supervisipun ada prinsip seperti itu. Jadi supervisi sebaya ini adalah supervisi dimana siswa yang memilki kelebihan ilmunya bisa memberikan bantuan kepada temannya yang kurang kemampuannya dengan cara memberikan secara menyeluruh di kelas maupun melalui diskusi-diskusi kelompok. Suparvisi seperti ini juga perlu dilakukan dalam rangka memotivasi siswa yang lain untuk belajar yang tekun. Menurut Pidarta (1992) Supervisi yang memakai pendapat para siswa dan alat elektronika ialah bila supervisi dalam melaksanakan supervisi meminta bantuan beberapa siswa untuk menilai gurunya. Alat yang digunakan untuk menilai guru sudah disiapkan sebelumnya. Alat yang paling baik ialah skala penilaian. Sebab alat ini tidak membutuhkan pemikiran para siswa, mereka tinggal menilai prilaku guru dan kelas itu bisa berbentuk lingkaran, silang atau cawing. Cara ini dilakukan untuk mengecek apakah guru dalam melaksanakan tugasnya mengajar sama pelaksanaannya pada
waktu sedang di supervisi secara langsung oleh kepala sekolah dengan tidak disupervisi. Hal ini penting dilakukan sebagai bahan kepala sekolah dalam membina guru. Rapat guru dibedakan dengan pertemuan formal ialah karena dalam rapat ini semua guru ikut terlibat. Sedangkan dalam pertemuan formal belum tentu, walaupun rapat guru menurut sifatnya rapat guru juga termasuk pertemuan formal. Menurut Sahertian (2000) Rapat guru banyak sekali jenisnya, baik di lihat dari sifatnya, jenis kegiatan, tujuan maupun orang-orang yang menghadirinya. Oleh karena itu dalam rapat guru bisa berbentuk supervisi dan bisa berbentuk yang lain yaitu membahas masaalahmasalah diluar masalah guru misalnya masalah sekolah. KESALAHAN-KESALAHAN MELAKUKAN SUPERVISI
DALAM
Tugas supervisi harus dilakukan secara baik dan benar serta secara profesional dengan mengikuti rambu-rambu yang ditentukan dalam supervisi. Karena kegiatan supervisi adalah membimbing, memberi arahan kepada guru agar guru bisa melaksanakan tugasnya dengan baik sebagaimana yang diharapkan dalam pendidikan. Namun kadangkadang supervisor dalam melaksanakan tugasnya sebagai supervisor menemui kegagalan dalam melakukan pembinaan kepada guru. Hal ini disadari atau tidak disadari oleh supervisor bahwa supervisor telah melakukan kesalahan-kesalan dalam melakukan supervisi atau pembinaan dan bimbingan kepada guru. Menurut Dersal (dalam Pidarta 1992) mengemukakan dua puluh contoh supervisi yang salah sebagai berikut: (1) Memperingatkan dan menegur dengan suara keras terhadap orang lain (2) Pilih kasih terhadap orang-orang tertentu dalam unit kerjanya (3) Kurang tahu mengenai seluk beluk pekerjannya (4) Instruksinya jelek, terlalu umum atau tidak lengkap (5) Batas waktu penyelesaian pekerjaan tidak ditentukan sebelumnya (6) Pegawai dijadikan sebagai kambing hitam walaupun kesalahan dibuat oleh supervisor (7) Tidak mau mengakui kesalahan sendiri (8) Tidak mau membantu atau membela anak buahnya (9) Selalu mencari kesalahan yang dibuat oleh anak buahnya (10) Selalu mengawasi secara ketat dan memperhatikan segala sesuatu sampai sekecilkecilnya yang dikerjakan oleh anak buahnya (11) Selalu mencampuri urusan orang lain (12) Tidak bisa mendelegasikan wewenang yang diperlukan kepada bawahannya (13) Tidak mempercayai anak buahnya secara sepenuh hati (14) Membicarakan atau menjelek-jelekkan anak buahnya sendiri dengan orang-orang dalam kelompknya (15) Tidak pernah memberikan penghargaan atau pengakuan pada saat
_____________________________________ http://www.lpsdimataram.com
Volume 6, No. 4, Juni 2012
38 Media Bina Ilmiah diperlukan (16) Tidak bisa menyediakan bahanbahan atau fasilitas yang cukup untuk anak uahnya (17) Hampir tidak pernah membuat keputusan yang tegas dan jelas (18) Memperlakukan anak buahnya sebagai rendahan tidak sebagai kawan (19) Terlalu sombong, menonjol-nonjolkan diri bahwa dialah kepalanya dan (20) Tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk memeperoleh pengakuan, mendapat promosi, berinisiatif sendiri. Dari dua puluh kesalahan yang dikemukakan oleh Darsel diatas maka kesalahan yang masih sering dilakukan oleh kepala dalam melaksanakan supervisi kepada guru adalah memperingatkan dan menegur dengan suara keras terhadap orang lain, pilih kasih terhadap orang-orang tertentu dalam unit kerjanya, kurang tahu mengenai seluk beluk pekerjannya, instruksinya jelek, terlalu umum atau tidak lengkap, batas waktu penyelesaian pekerjaan tidak ditentukan sebelumnya, pegawai dijadikan sebagai kambing hitam walaupun kesalahan dibuat oleh supervisor, tidak mau mengakui kesalahan sendiri, tidak mau membantu atau membela anak buahnya, selalu mencari kesalahan yang dibuat oleh anak buahnya, tidak mempercayai anak buahnya secara sepenuh hati, membicarakan atau menjelekjelekkan anak buahnya sendiri dengan orang-orang dalam kelompknya, tidak pernah memberikan penghargaan atau pengakuan pada saat diperlukan, tidak bisa menyediakan bahan-bahan atau fasilitas yang cukup untuk anak buahnya, hampir tidak pernah membuat keputusan yang tegas dan jelas, memperlakukan anak buahnya sebagai rendahan tidak sebagai kawan, terlalu sombong, menonjolnonjolkan diri bahwa dialah kepalanya dan jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk memeperoleh pengakuan, mendapat promosi, berinisiatif sendiri. Dengan menunjukkan contoh-contoh kesalahan di atas di harapkan dapat memberikan kesadaran kepada para supervisor yang kebetulan melakukan kesalahan atau kesalahan-kesalan yang sama dengan contoh itu, bahwa sebetulnya mereka telah melakukan sesuatu yang keliru. Kesadaran yang mulai terbuka ini diharapkan pula memotivasi diri sendiri untuk meningkatkan profesi dengan cara membaca atau belajar tentang teknik-teknik supervisi yang baik. Karena tujuan supervisi itu adalah membantu guru yang masih kurang kemampuannya terutama dalam hal mengajarnya agar menjadi mampu atau lebih baik.
ISSN No. 1978-3787 SIMPULAN Supervisi pendidikan adalah suatu proses pembinaan dari pihak atasan kepada guru-guru untuk memperbaiki situasi belajar mengajar agar siswa dapat belajar secara efektif dengan prestasi belajar yang semakin hari semakin meningkat. tujuan supervisi adalah agar dapat secara bersamasama mengembangkan proses belajar mengajar yang tepat dalam membantu guru supaya dapat mendidik siswa dengan baik, dengan jalan menegakkan disiplin kerja sama secara manusiawi untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan para siswa secara total Tugas yang harus dikuasai oleh supervisor yaitu: Mengembangkan kurikulum, mengorganisasi pengajaran, menyiapkan staf pengajaran, menyiapkan fasilitas belajar, menyiapkan bahanbahan pelajaran, menyelenggarakan penataran guru, memberikan konsultasi dan pembinaan anggota staf pengajaran, mengkoordinasi layanan terhadap para siswa, mengembangkan hubungan dengan masyarakat menguasai teknik supervisi pendidikan dan menilai pengajaran. Teknik supervisi pendidikan yang dapat dilakukan oleh supervisor dalam melaksanakan supervisi yaitu: (1) Teknik-teknik yang berhubungan dengan kelas yaitu observasi kelas, kunjungan kelas dan supervisi klinis. (2) Teknik-teknik yang berhubungan denga berdiskusi yaitu pertemuan formal pertemuan informal, rapat guru, supervisi yang direncanakan bersama, teknik Supervisi sebaya, teknik yang memakai pendapat siswa dan alat-alat elektronika, teknik yang mengunjungi sekolah lain dan teknik melalui pertemuan pendidikan. DAFTAR PUSTAKA Arikunto Suharsimi, 1993, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, Jakarta: PR. Rineka Cipta. Bafadal, Ibrahim. 1992. Supervisi Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Depdiknas.
2003 Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Daryanto, H.M, 2001, Administrasi Pendidikan. Jakarta Rineka Cipta. Finc, C.R. & McGough, R.L. 1982. Administring and Supervisig, occupational Education Englewod Cliffs. New Jersey, PrentiveHall, Inc.
_____________________________________ Volume 6, No. 4, Juni 2012
http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah 39 ………………………………………………………………………………………………………… Ibrahim, R. dan Nana, Saodik, S. 1996 Perencanaan Pengajaran. Jakarta Rineka Cipta. Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan anak Didik dalam Interaksi dalam Interaksi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Hasbullah,2007, Otonomi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hamalik,
Oemar. 2002. Pendidikan Guru berdasarkan Kompetensi. Jakarta: Bumi Aksara.
Made, Pidarta, 1992. Pemikiran Tentang Supervisi Penddikan. Jakarta: Bumi Aksara. Meloeng, lexy J. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.
Mulyasa, E. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah Konsep Strategi dan Implikasi. Bandung: Remaja Karya. Riyanto,
Yatim. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Penerbit SIC.
Rifi, Moh.M. Admistrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: Jemmas. Sahertian, Piet, A. 2000. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Ralangka Program Inservice Education. Jakarta: Rineka Cipta. Syah, Muhiban. 1996. Psikologi Pendidikan suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya. Wahjosumidjo, 2002, Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta, PT Raja Grafindo Persada.
_____________________________________ http://www.lpsdimataram.com
Volume 6, No. 4, Juni 2012