ISSN No. 1978-3787
Media Bina Ilmiah 33
SISTEM TATA KELOLA MUSEUM BATIK YOGYAKARTA Oleh: Lalu Aswandi Mahroni G. Dosen pada Fakultas Ilmu Seni Universitas Nusa Tenggara Barat Abstrak: Museum merupakan alat sekaligus tempat menyimpan dan menjaga alat, barang, atau benda yang dianggap memiliki nilai baik sejarah maupun yang terkait dengan masa depan. Museum Batik Yogyakarta tidak hanya sebagai tempat yang mengoleksi berbagai ragam bentuk perkembangan awal batik, juga sebagai tempat belajar bagaimana mengembangkan batik. Melalui koleksi yang dimiliki serta edukasi yang diberikan Museum Batik Yogyakarta dengan sistem pengelolaan dan pelatihan menjadikan peran museum sebagai tempat bersejarah yang memberikan pemahaman tentang pentingnya pengetahuan seni dan budaya. Kata Kunci: Sistem Tata Kelola, Museum Batik PENDAHULUAN Museum Batik Yogyakarta terletak di Jl. Dr. Sutomo No. 13 A Yogyakarta dan didirikan pada tanggal 12 Mei 1977 atas prakarsa keluarga Hadi Nugroho. Hadi Nugroho sendiri merupakan pecinta batik nusantara khususnya di Pulau Jawa yang kemudian menjadi kolektor berbagai macam batik yang tersebar dari berbagai ragam dan daerah batik, seperti Batik Pesisiran dan Batik Pedalaman. Adanya perhatian yang besar dari masyarakat termasuk wisatawan asing terhadap batik, mendorong keluarga ini merintis pengumpulan kain batik. Hal ini dimulai dari kerabatnya sendiri, orang tua, dan generasi Hadi Nugroho sendiri, hingga upaya merintis sebuah museum batik terlaksana. Koleksi Batik yang ada di Museum ini sangat lengkap. Berbagai jenis batik dari berbagai daerah di Indonesia bisa kita temukan di sini, mulai dari Batik Yogyakarta, Indramayu, sampai daerahdaerah perajin batik Indonesia lainnya. Koleksi meliputi kain panjang, sarung, kebaya dan sebagainya yang hingga kini telah mencapai jumlah lebih dari 1500 lembar kain ditambah beberapa peralatan membatik. Koleksi tertuanya adalah karya batik era tahun 1700-an. Koleksi batik yang terdapat di Museum Batik Yogyakarta tidak hanya pada koleksi karya batik, juga menyimpan berbagai koleksi sulaman tangan. Koleksi sulaman tangan yang terdapat sangatlah beragam, bahkan museum ini pernah mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Indonesia atas karya sulaman terbesar, yaitu kain batik berukuran 90 x 400 cm² dan setahun kemudian museum ini dianugerahi piagam penghargaan dari lembaga yang sama sebagai pemrakarsa berdirinya Museum Sulaman pertama di Indonesia.
Museum Batik Yogyakarta saat ini dikelola oleh Ibu Dewi Sukaningsih atau lebih akrab dipanggil dengan Oma Dewi. Tidak hanya sebagai kolektor, Oma Dewi juga merupakan pembuat dari sulaman-sulaman tangan yang sangat indah karena tampak nyata dengan foto aslinya. Namun, meskipun museum ini memiliki aset seni dan budaya yang bahkan diakui oleh dunia, peran serta pengelolaan dari pemerintah masih kurang. Hal tersebut membuat museum ini masih kurang berkembang dan dikenal oleh masyarakat luas. Kegiatan rutin museum adalah pameran tetap di museum yang dibuka setiap hari dari hari Senin hingga Sabtu, pada pukul 09.00-15.00 WIB. Akses untuk menuju lokasi tersebut juga sangat mudah karena berada di pusat kota, terletak berdekatan dengan daerah Lempuyangan, persisnya ke arah timur dari jembatan fly over sebelum melintasi persimpangan jalan berjarak kurang lebih 200 meter, dari kanan jalan akan terlihat plang bertuliskan Museum Batik Yogyakarta. Jalan dan lokasi parkir yang luas membuat museum ini mudah dikunjungi dengan segala jenis transportasi mulai dari sepeda motor sampai kendaraan roda empat. Hal dan kegiatan yang ditawarkan pengunjung dalam rutinitas kegiatan museum selain dapat melihat koleksi-koleksi berharga juga bisa secara langsung ikut serta dalam proses pembuatan batik tulis di Museum ini. PEMBAHASAN a.
Sejarah Berdirinya Museum Batik Yogyakarta Museum Batik Yogyakarta di awali keberadaannya oleh seorang Hadi Nugroho yang
_____________________________________ http://www.lpsdimataram.com
Volume 9, No. 6, Oktober 2015
34 Media Bina Ilmiah merupakan pecinta sekaligus kolektor batik yang memiliki kesadaran yang sangat tinggi terhadap perkembangan batik di wilayah atau daerah perajin batik Indonesia, melalui bentuk batik-batik pesisiran yang meliputi daerah Cirebon dan daerah pesisiran pantai utara Jawa dan pedalaman Jawa yang meliputi sekitar Yogyakarta, Surakarta hingga pada jenis batik Jawa Timur-an. Ketertarikan awal seorang Hadi Nugroho adalah dengan mengoleksi kain-kain batik dengan hanya sebatas mengoleksi batik dengan fasilitas rumah sendiri yang saat itu tidak mencukupi tempat jika ditampung semua koleksi dengan keadaan luas rumah yang ada. Maka dari itu dengan pelebaran luas rumah dan keinginan untuk menjadikan rumah sebagai museum tercapai dan diresmikan pada tanggal 12 Mei 1977 yang sekaligus menandai status diakuinya oleh Pemerintah di bawah naungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Kecintaan akan keragaman motif batik yang ada di Jawa khususnya yang dikoleksi dalam museum ini terbukti dari koleksi yang sangat beragam dan lengkap. Dari tahun pembuatan dan karya yang sangat langka pun ada di koleksi museum ini. Dengan beberapa contoh koleksi batik abad 20, serta yang dianggap batik awal Batik Cina yaitu Batik Sing dikoleksi dalam museum ini, hingga koleksi Batik Pekalongan abad 17 yang dianggap batik paling tua masih tersimpan rapi sebagai sebuah bentuk kekayaan budaya yang tidak ternilai harganya Koleksi batik di museum ini secara keseluruhan adalah murni sebagai sebuah koleksi tanpa ada yang diperjual belikan, kecuali batikbatik yang dikerjakan perhari oleh para pegawai yang bekerja setiap hari baik itu dari sistem pemesanan maupun kegiatan-kegiatan pelatihan yang diprogramkan kepada masyarakat sebagai dana masukan dalam menjaga dan merawat museum ini. Museum Batik Yogyakarta didirikan dengan maksud menyimpan, merawat dan melestarikan warisan seni budaya yang adi luhung dalam pengelolaan tradisi busana, selain itu dengan adanya museum ini merupakan sebuah upaya keluarga Hadi Nugroho untuk mewariskan nilainilai seni batik yang adi luhung kepada generasi muda Indonesia untuk mampu melestarikan warisan seni batik Indonesia dan menanamkan rasa bahwa seni batik merupakan seni yang dimiliki bangsa Indonesia. Dan ini merupakan suatu citacita yang sangat mulia untuk memperkenalkan seni batik sebagai sebuah kekayaan yang patut dijaga dan dilestarikan bersama.
ISSN No. 1978-3787 b.
Visi dan Misi Museum Batik Yogyakarta Museum Batik Yogyakarta memiliki peran yang sangat vital dalam kelangsungan seni budaya yang memiliki aset koleksi batik karya tradisional yang bernilai tinggi serta pemeliharaan filosopi budaya tentang batik itu sendiri. Berbagai jenis batik dari berbagai daerah di Indonesia ada di sini, mulai dari Batik Yogyakarta, Indramayu, sampai daerah-daerah perajin Batik Indonesia lainnya. Museum Batik Yogyakarta secara umum memiliki tugas diantaranya bisa kita lihat dari secara umum visi dari Museum Batik Yogyakarta adalah sebagai tempat untuk menyimpan, merawat serta melestarikan budaya adi luhung dalam pengelolaan tradisi berbusana. Sedangkan pada misinya menyangkut beberapa hal yang menyangkut: 1. Menyimpan dan memelihara benda budaya. 2. Mewariskan budaya adiluhung. 3. Mengembangkan (edukator). Artinya berperan sebagai pendidikan tentang budaya. 4. Melatih. Misi Museum Batik Yogyakarta pada poin 3 dan 4 sebagai peran museum untuk mengembangkan pendidikan sekaligus program memberikan wadah terhadap arti penting dari sebuah koleksi yang dimiliki dengan latar belakang mengembangkan minat unruk mewarisi nilai seni budaya adi luhung dan pemahaman tentang budaya batik itu sendiri. Sedangkan dalam melatih adalah program Museum terhadap pengembangan batik dengan memberikan pelatihan kepada masyarakat yang dilakukan bersifat harian, pelatihan mingguan, bulanan dan tahunan yang tetap dijalani sampai sekarang. c.
Fasilitas Museum Batik Yogyakarta Museum Batik Yogyakarta memiliki koleksi batik lebih dari 1.500 jenis batik yang dikategorikan dalam dua jenis, yaitu Batik Pesisiran dan Batik Pedalaman, serta beberapa koleksi alat-alat batik seperti canting, yang meliputi Canting Pesisiran dan Pedalaman dan Canting Modern buatan Prancis dan Jerman, juga beberapa Cap selain tipe Pedalaman dan Pesisiran juga ada tipe Banyumasan, dan berbagai bahan pewarna alami lainnya. Koleksi selain batik yang dikoleksi Museum Batik Yogyakarta adalah beberapa foto dokumentasi proses pembuatan batik pada zaman penjajahan dengan rentang waktu tahun 1900-an. Juga pemaparan tahap-tahap proses batik dari istilah klowong atau ngelowong dengan menggambarkan kain dengan lilin, baik itu canting atau cap ataupun stempel. Kemudian tembokan
____________________________________________ Volume 9, No.6, Oktober 2015
http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787 atau nembok, Wedelan yaitu memberi warna indigo sampai pada proses selama seminggu, Ngerok yaitu menghilangkan lilin, Mbironi yaitu kain yang telah selesai dikerok ditutup lilin menggunakan canting halus agar tidak kemasukan warna lain bila disoga, Nyoga yaitu proses setelah dibironi diberi warna coklat dengan ekstrak warna dari kulit kayu soga, tingi, tegeran dan lain-lain. Sampai pada tahap Nglorod yaitu membersihkan seluruh lilin yang masih ada di kain dngan cara dimasak dalam air mendidih yang ditambah dengan air tapioka encer agar lilin tidak melekat kembali ke kain. Fasilitas lainnya yang dimiliki adalah menyatunya museum batik dengan museum sulaman yang juga dikelola oleh istri Hadi Nugroho yaitu Ibu Dewi Sukaningsih. Koleksi yang dimiliki adalah berupa koleksi sulaman potret diri, potret tokoh dunia, sulaman lukisan terbesar, dan sulaman album terbesar. Diantara salah satu karya sulaman terbesar yang dimiliki adalah sulaman dengan judul ‘Penyaliban Tuhan Yesus di Golgota’, sebuah sulaman yang merupakan rekor sebuah kerajinan tangan dengan ukuran 90 x 400 cm. sehingga kepada penyulamnya ibu RGT Dewi Nugroho diberi Piagam Penghargaan oleh Museum Rekor Indonesia (MURI), yang selesai disulam tanggal 5 Agustus 2000. Diantara beberapa koleksi sulaman yang ada, sulaman potret diri mendominasi dengan teknik sulaman acak yang hampir menyerupai sebuah lukisan dengan serat sulaman terlihat kasar mengingatkan pada gaya seni lukis dengan teknik impresionis. Diantara karya sulaman potret diri juga menyulam tokoh besar Indonesia seperti foto Soekarno, Sultan Hamengkubuwono IX, Gusdur dan beberapa tokoh-tokoh lainnya. Fasilitas lainnya dengan lingkungan yang menyatu dengan Museum Batik adalah tersedianya Hotel Museum Batik, dengan kesejukan asri lingkungannya dapat membuat pengunjung bisa nyaman di area tersebut. Selain itu dengan menginap di hotel tersebut bisa secara langsung mengunjungi museum sekaligus belajar membatik. Secara keseluruhan luas museum yang dimiliki sangatlah luas dengan keberadaan museum yang ada di tengah kota, sebelah selatan dari jembatan Lempuyangan atau dari Stasiun Kereta Api Tugu menuju kearah selatan kira-kira 200 meter, dengan hanya memasuki gang kearah barat berjarak 10 meter. Luasnya mampu menampung kendaraan dengan kapasitas bis besar atau rombongan di area tersebut.
Media Bina Ilmiah 35 d.
Struktur Organisasi Museum Batik Yogyakarta Garis besar pengelolaan museum ini menggunakan sistem Kurator dan Edukator. Kurator disini memiliki peran yang luas dan penting, artinya semua aktifitas membatik dan menyulam tidak lepas dari pengamatan kurator. Dalam hal ini kurator sekaligus berperan sebagai pengelola yang juga menjadi pemandu dalam setiap ada kunjungan ke museum batik ini. Secara khusus program kurator di fokuskan pada 3 (tiga) program kerja. Yaitu: 1. Meneliti keaslian kain pada batik. 2. Mengelompokkan karya batik pada masanya. 3. Mengklasifikasikan karya batik dalam bentuk dan motifnya. Edukator dalam istilah yang digunakan di museum ini adalah peran museum dalam melakukan pembinaan dan pemanduan terhadap karya dan nilai batik kepada masyarakat umum melalui program kerja museum. Program kerja ada yg bersifat harian, bulanan atau tahunan. Program kerja harian bisa dilihat pada pameran yang tetap dibuka setiap hari dari Senin hingga Sabtu, pada pukul 09.00-15.00 WIB. Sedangkan program bulanan atau pertahun adalah dengan mengadakan pameran bersama yang bersifat tetap dan berjalan. Selama ini museum batik Yogyakarta melakukan pameran pada beberapa daerah di Jawa, baik itu Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Jakarta. Museum ini juga melakukan pelatihan pertahunnya dengan bekerja sama dengan pemerintah dan museum yang ada di Yogyakarta melalui Barahmus, yaitu Badan Musyawarah Museum, melaksanakan program kerja melalui pelatihan. Pelatihan di museum ini mengkhususkannya pada program pelatihan yang bersifat diantaranya: 1. Pelatihan Luar Museum. 2. Pelatihan Dalam Museum. Pelatihan Luar Museum ditujukan kepada masyarakat umum tentang bagaimana membentuk kepemimpinan dalam manajemen batik, penegetahuan dasar tentang teknik dan lingkungan yang mendukung untuk mengembangkan kecintaan pada batik. Sedangkan Pelatihan Dalam Museum diadakan jika ada penemuan baru tentang teknik dan alat maka diadakan penyuluhan pada masyarakat. Selama ini penyuluhan tersebut diadakan pada paguyuban batik yang ada pada beberapa daerah diantaranya di daerah Bantul, Kulonprogo dan Imogiri.
_____________________________________ http://www.lpsdimataram.com
Volume 9, No. 6, Oktober 2015
36 Media Bina Ilmiah
ISSN No. 1978-3787
Struktur Organisasi Museum Batik Yogyakarta
Secara keseluruhan Museum Batik Yogyakarta memiliki program khusus terkait dengan koleksi yang ada dengan melihat beberapa cara kerja dari museum ini dengan sistem koleksi sebagai berikut: 1. Rencana Pengorganisasian Koleksi a) Manajemen Koleksi dan Informasi Kegiatannya • Pengadaan • Regrestasi • Dokumentasi • Penyajian (ruang pamer) • Menggunakan informasi untuk kemudahan dan pengembangan museum b) Pengembangan Pameran Kegiatannya melaksanakan pameran diluar museum • Lokal atau regional • Lomba seni budaya Adi Luhung c) Perawatan dan Pengamanan • Merencanakan perawatan koleksi agar tetap terjaga keawetannya sehingga koleksi tidak mengalami kerusakan • Merencanakan keamanan dan pengamanan koleksi agar tidak rusak atau hilang d) Pengelolaan Ruang Pamer Merencanakan pengelolaan koleksi pada ruang pamer: • Mengatur arus pengunjung • Mengadakan sarana dan prasarana museum • Penyajian koleksi agar selalu menarik dan mudah dinikmati pemerhati museum. 2. Pengembangan Museum Batik a) Pemanfaatan Koleksi Museum: • Masyarakat dapat melakukan penelitian dengan memperhatikan aspek pelestarian dan pengamanan. • Penelitian di museum harus didampingi oleh petugas museum yang ditunjuk
3.
dan telah mendapat ijin dari kepala museum. • Penelitian harus menyerahkan foto copy hasil penelitian yang dilakukan kepada museum dan menjadi milik museum untuk pengembangan fungsi museum. b) Penyajian Koleksi: • Penyajian koleksi harus diubah setiap periode untuk menghilangkan kejenuhan petugas dan penyegaran penataan bagi kunjungan museum. • Koleksi yang dipamerkan harus memiliki spesifikasi pencantuman pada karya seperti: Nama benda Asal usul Waktu dan umur Fungsi • Penyajian koleksi harus diubah setiap periode untuk menghilangkan kejenuhan petugas dan penyegaran penataan bagi pengunjung museum. • Koleksi yang disajikan pameran keluar museum harus hasil replika benda koleksi. • Edukasi meliputi: Bimbingan Ceramah Pemutaran film Karya tulis Pameran Pemanfaatan pustaka Perencanaan Pengelolaan Koleksi Museum a) Pengadaan Barang Koleksi Syarat pengadaan benda koleksi: • Mempunyai nilai sejarah, ilmiah dan estetika. • Dapat diidentifikasi mengenai; wujud, tipe, gaya, fungsi dan makna asal. • Harus dapat dijadikan dokumen sebagai bukti kenyataan dan keberadaannya (realitas dan eksistensi) bagi penelitian. • Menjadi dokumen bagi sejarah seni budaya yang Adi Luhung. b) Cara Pengadaan Barang Koleksi • Koleksi hasil pengumpulan dalam rangka penelitian dan pendokumentasian. • Koleksi melalui imbal jasa dari hasil penemuan sesuai dengan kesepakatan.
____________________________________________ Volume 9, No.6, Oktober 2015
http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787
4.
• Koleksi melalui tukar menukar koleksi atau tukar barang sesuai dengan kesepakatan. • Hadiah/pemberian. • Penitipan dan pinjaman dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan perjanjian. Regrestasi (Pencatatan Nomor) dan Inventarisasi Koleksi a) Setiap benda koleksi yang disimpan harus dicatat: • Pemilik koleksi • Nama dan nomor koleksi • Asal usul koleksi • Keterangan b) Inventaris koleksi mencatat: • Nomor regrestasi • Nomor inventaris • Nama koleksi • Uraian singkat • Tempat pembuatan/tahun • Tempat perolehan • Tanggal tahun masuk c) Perawatan Koleksi Museum Perawatan dilakukan dengan 2 cara yaitu Preventif dan Kuratif. (1) Preventif: • Mengatur pancahayaan ruangan. • Mengendalikan kelembaban ruangan. • Kebersihan ruang pamer dan bebas dari benda bukan koleksi. • Memisahkan barang koleksi yang rusak dengan yang baik dan sehat (tidak terserang jamur dan lain-lain). • Alat yang digunakan diantaranya; Pengatur kelembaban, lampu micro watt, filter debu/serangga dari luar ruang. (2) Kuratif: • Memisahkan benda koleksi rusak/sakit. • Mancatat/dokumentasi benda rusak sebelum, selama, sesudah tindakan perawatan. • Melakukan perawatan rutin benda/barang koleksi museum. Beberapa cara kuratif diantaranya: Pembersihan cara kering. Pembersihan cara mekanik dan kimiawi. Pembersihan sesuai dengan hasil diagnose.
Media Bina Ilmiah 37 Restorasi.
Pengawetan. e. 1.
Analisis SWOT Analisis Internal Museum Batik Yogyakarta a) Keunggulan Keberadaan Museum Batik Yogyakarta dilihat dari letak lokasi yang dekat dengan perkotaan menjadikan museum ini bisa dikenal masyarakat umum, terlebih dengan pemasangan papan nama yang besar di pinggir jalan. Masyarakat bisa mengetahui bagaimana informasi yang jelas tentang sejarah batik yang berkembang pertama kali, baik itu dari pembuatan, bahan-bahan yang digunakan atau proses pemasarannya. Dengan melihat hal ini Museum Batik Yogyakarta memiliki peran yang sangat vital melalui dunia pendidikan mengenalkan sejarah seni dan budaya, sehingga keberadaan museum sebagai tempat koleksi-koleksi batik masa lalu bisa kita dapatkan informasinya. Keunggulan lain yang kita bisa dapatkan dari museum batik ini tentu dengan berbagai macam koleksi batik yang ada. Kita bisa melihat proses pembuatan serta hasil batik masa dahulu sampai pemaknaan makna simbolik yang terdapat dalam motif-motif batik pada masanya. b) Kelemahan Museum Batik Yogyakarta dengan koleksi yang ada menjadikan museum ini kaya dengan koleksi batiknya. Tetapi melihat sistem kepengurusan pada museum ini akan kita lihat bahwa sedikitnya sumber daya manusia yang dipekerjakan atau yang bekerja disini. Artinya kesadaran masyarakat tercermin dari minimnya pengetahuan mengenai batik-batik koleksi. Pengelolaan museum ini hanya sebatas mengandalkan seorang kurator yang memang mengerti seluk beluk batik nusantara tetapi dari seorang tersebut sistem perekrutan sumber daya manusia dari museum ini sangatlah sulit. Hal yang menjadi kesulitan dikarenakan karena status dari museum ini adalah swasta dan pendapatan gaji yang didapat karyawan museum ini mengandalkan pemasukan harian dan bulanan dari pengunjung dan pelatihan. Oleh karena itu karyawan yang bekerja di museum ini pun sangatlah kurang. Pemasukan dana dari museum ini hanya mengandalkan dari biaya masuk pengunjung
_____________________________________ http://www.lpsdimataram.com
Volume 9, No. 6, Oktober 2015
38 Media Bina Ilmiah
2.
yang setiap orang dikenakan uang sebesar 15 ribu rupiah. Kita bisa melihat disini dengan biaya tersebut sangat memberatkan jika itu dilakukan oleh masyarakat menengah atau pelajar yang secara umum tentu menganggap nominal itu sangatlah besar. Apalagi dengan pemandu yang ada untuk melihat koleksi ini hanyalah mengandalkan pemandu yang jumlahnya satu orang. Nominal biaya masuk museum ini mengandalkan pemasukannya melalui pelatihan-pelatihan yang tentunya rutin dilakukan setiap bulan yang mengarah kepada masyarakat dan paguyuban batik yang tersebar di Yogyakarta, namun itupun tidak bisa dipastikan berapa biaya yang masuk untuk keperluan operasional museum ini.Bbiaya operasinal tiap bulannya museum ini menghabiskan dana sampai kisaran 4 juta rupiah. Sedangkan dari pihak pemerintah bantuan melalui biaya atau dana rupiah sama sekali tidak diberikan, namun bantuan diberikan dengan bantuan pengadaan alat dan barang setiap tahunnya. Museum Batik Yogyakarta dengan kapasitas yang dimiliki dan status tempatnya yang dahulu merupakan sebuah rumah yang menjadikan museum ini tidak terstrukstur secara bangunan untuk menjadikan tempat ini sebagai museum. Jika secara sepintas, pengunjung akan menyimpulkan bahwa museum ini tidak lebih dari bangunan rumah yang diisi dengan koleksi batik. Walaupun hal tersebut tidak menutup kemungkinan bahwa rumah dengan koleksi batiknya bisa disebut atau dikenal dengan museum jika sudah melalui pengakuan. Analisis Eksternal Museum Batik Yogyakarta a) Peluang Kerjasama yang dilakukan dengan semua museum yang ada di Yogyakarta menjadikan peluang museum ini bisa dikenal masyarakat banyak melalui Barahmus, yaitu Badan Musyawarah Museum. Dengan kerjasama tersebut promosi yang dilakukan dibantu dengan adanya museum-museum yang ada di berbagai tempat. Pemanfaatan media yang selama ini dilakukan museum batik adalah dengan memiliki website yang dikelola oleh yayasan, dengan sistem media ini paling tidak masyarakat bisa melihat lebih jauh dan secara umum tentang gambaran yang ada dalam koleksi yang dimiliki museum batik ini serta
ISSN No. 1978-3787 bisa mengetahui alamat yang jelas dengan melihat langsung tempat atau peta yag ada dalam website tersebut. b) Hambatan Keberadaan museum batik selama ini adalah kurangnya kesadaran manusia untuk mau mengunjungi museum, itu disebabkan karena pengajaran terhadap sumber daya manusia dan pengembangan disiplin ilmu melalui pendidikan sejarah, seni dan budaya masih minim. Selama ini yang ada dalam kesan museum adalah sepi dari pengunjung, dalam hal ini kesadaran dalam dunia seni dan budaya yang diterapkan kepada pelajar sangatlah kurang. Keberadaan pengunjung yang sepi tidak hanya kita lihat dalam museum batik ini saja tetapi juga pada beberapa museum yang ada di Yogyakarta khususnya maupun yang ada di Indonesia umumnya. Melihat hal tersebut selama ini hambatan yang ada juga adalah mengenai ketertarikan masyarakat tentang bagaimana menjaga bahkan mewarisi hasil dari seni dan budaya. Di Museum Batik Yogyakarta dengan minimnya fasilitas serta sumber daya manusia yang bekerja disini menjadikan museum ini harus berbenah dengan gencar memanfaatkan media yang selama ini telah dilakukan untuk lebih kreatif lagi memperkenalkan batik ke masyarakat luas umunya serta mampu menjadikan tempat ini sebagai pusat dari pengetahuan tentang sejarah, seni dan budaya nusantara. PENUTUP Museum Batik Yogyakarta adalah satusatunya museum batik yang memiliki koleksi batik terlengkap, oleh karena itu tentu diperlukan sistem pengoleksian yang didukung dengan kenyamana dan keamanan untuk terus menjaganya. Jika kita melihat tampilan bangunan dengan arsitektur yang sangat sederhana menjadikan museum ini terlihat hanya sekedar rumah biasa, artinya dengan kesan seperti itu ketertarikan masyarakat hanya menganggap itu adalah rumah yang mengoleksi hasil-hasil batik. Dalam hal ini tentunya diperlukan desain ruang yang merlihatkan kesan menarik dan pelayanan yang membutuhkan pemberian informasi yang lebih detail terhadap barang koleksi. Mengenai tata letak koleksi juga perlu diperhatikan demi nyamannya penglihatan ketika memasuki ruangan museum, perlu penataan yang
____________________________________________ Volume 9, No.6, Oktober 2015
http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787
Media Bina Ilmiah 39
tidak terlihat sempit dikarenakan ruangan yang dimiliki tidaklah luas untuk kategori jenis batik yang memiliki koleksi lengkap dan banyak. Kemudian melalui penyimpanan dan perawatan memerlukan pekerja yang mampu dan mengerti seluk beluk batik secara umum sehingga pekerja tidak hanya itu saja tetapi juga pada setiap pengunjung diberikan arahan bagaimana merawat dan menjaga batik koleksi agar tetap awet dalam suatu ruangan. Diperlukan juga tentunya ruangan yang luas dan cukup untuk sirkulasi udara dalam ruangan museum tersebut. Pengelolaan Museum Batik Yogyakarta ini juga diperlukan perekrutan pegawai dengan kualifikasi yang kompeten dan juga dengan pendanaan yang juga cukup untuk mempekerjakan pegawai sebagai pengelola dalam kelangsungan museum batik ini. Oleh karena itu sangat diperlukan berbagai hal yang menyangkut tata letak koleksi serta sistem pelaksanaan museum dengan sumber daya manusia yang kompeten di bidangnya, maka dari itu dengan rutinitas pelatihan diharapkan mampu mengembangkan kreatifitas membatik juga perlu dibekali dengan manajemen kepengurusan dari sebuah museum dalam hal ini museum batik. DAFTAR PUSTAKA Nilawati, Eva Sativa, 2011, Pesona Bisnis Batik Yang Unik dan Eksotik, Yogyakarta, C.V Andi Offset. Prasetyo, Anindito, 2010, Batik Karya Agung Warisan Budaya Dunia, Yogyakarta, Pura Pustaka Website: http://www.museumbatik.com/
_____________________________________ http://www.lpsdimataram.com
Volume 9, No. 6, Oktober 2015