P ro sid ing Sem ina r Na sion a l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
Isolasi Senyawa dari Fraksi Etil Asetat Daun Pedada (Sonneratia caseolaris L.) dan Uji Aktifitas Antioksidan (Isolation of Ethyl acetate Fraction Coumpound from Leaves of Pedada (Sonneratia caseolaris L.) and Its Antioxidant Activities) Yulianis1*; Madyawati Latief 2; & M. Redho1 1Program 2Fakultas
Studi Farmasi STIKES Harapan Ibu Jambi Sains dan Teknologi Universitas Jambi
Corresponding email:
[email protected] ABSTRAK Telah dilakukan penelitian tentang isolasi senyawa dari fraksi etil asetat daun pedada (Sonneratia caseolaris L.) dan aktifitas antioksidannya. Fraksi diperoleh dengan maserasi bertingkat menggunakan nheksan, etil asetat dan metanol. Fraksi etil asetat diisolasi dengan kromatografi kolom sehingga diperoleh Fraksi 1, 2, 3 dan 4. Fraksi 1 diisolasi kembali dengan kromatografi kolom sehingga diperoleh fraksi 1.1, 1.2, 1.3 dan 1.4. kemudian fraksi 1.2 dilakukan pemurnian dengan KLT preparatif dihasilkan Isolat A dan B, keduanya berbentuk serbuk, berwarna putih dan tidak berbau. Hasil identifikasi dengan spektrofotometer Uv. dan IR terhadap isolat tersebut diduga terpenoid. Uji Aktivitas antioksidan fraksi 1.2 dilakukan dengan metode DPPH diperoleh nilai IC50 Sebesar 39,89 ppm. Kata Kunci: isolasi, DPPH, pedada (Sonneratia caseolaris L.), antioksidan PENDAHULUAN Indonesia
didasarkan pemakaiannya secara tradisional kaya
akan
berbagai
(Fajriah dkk, 2007). Beberapa tumbuhan yang
keanekaragaman hayati yang berpotensi untuk
berkhasiat mengandung senyawa antioksidan
dikembangkan sebagai obat atau bahan baku
misalnya senyawa golongan fenolik, flavonoid,
obat. Survei tentang obat di Amerika Serikat
dan xanton. Senyawa ini dapat digolongkan
yang diakui oleh Food and Drug Administration
sebagai antioksidan alami (Efendi, 2007).
AS pada periode 1983-1994 menunjukkan
Antioksidan adalah senyawa yang mampu
bahwa 157 dari 520 (30%) jenis obat berasal
menghambat laju oksida molekul lain atau
dari bahan alam atau turunannya, dimana 61%
menetralisir radikal bebas (Fajriah dkk, 2007).
senyawa antikanker yang diakui juga berasal
Tubuh kita memerlukan senyawa antioksidan
dari bahan alam atau turunannya (Fajriah dkk,
yang dapat membantu melindungi tubuh dari
2007).
serangan Di dunia terdapat 119 senyawa yang
radikal
bebas
mengingat
begitu
banyaknya radikal bebas yang berasal dari luar
digunakan sebagai bahan obat yang berasal dari
tubuh
90 spesies tumbuhan, dimana 77% ditemukan
mengandung
sebagai
pestisida, polusi, debu dan radikal ultraviolet.
hasil
penelitian
tumbuhan
yang
berupa
makanan
bahan
yang
pengawet,
banyak pewarna,
91
P ro sid ing Sem ina r Na sion a l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
Emisi kendaraan bermotor dan industri, asap
68,97% dan konsentrasi 1000 ppm sebesar
rokok serta pelepasan senyawa kimia reaktif ke
70,39%.
Berdasarkan
alam merupakan penyumbang radikal bebas
tersebut,
kesempatan
yang cukup besar (Zuhra, Taringan, Sihotang,
senyawa aktif antioksidan cukup besar, oleh
2008).
system
karena itu peneliti tertarik untuk melakukan
(Sunarni,
isolasi senyawa aktif antioksidan dari fraksi etil
Tubuh
pertahanan
tidak
mempunyai
antioksidan
eksogen
Pramono, & Asmah, 2007). Antioksidan bentuk
sintetik
kekhawatiran
untuk
terdahulu
mendapatkan
asetat daun pedada.
dapat dan
penelitian
diperoleh
alami.
terhadap
dalam
Akan
efek
tetapi
samping
METODE PENELITIAN Alat dan Bahan
antioksidan sintetik menjadikan antioksidan
Alat yang digunakan pada
alami
terpilih.
meliputi: Rotary evaporator, spektrofotometer
Antioksidan alami mampu melindungi tubuh
UV-Vis, timbangan digital, gelas ukur, tabung
terhadap kerusakan oksigen reaktif, mampu
reaksi,
menghambat
serta
kromatografi, gelas ukur, labu ukur, corong,
menghambat peroksidasi lipid pada makanan.
batang pengaduk, cawan penguap, pipa kapiler,
Tumbuhan merupakan sumber antioksidan
vial, lampu UV dengan panjang gelombang 254
alami dan umumnya merupakan senyawa
nm, chamber.
fenolik yang tersebar pada bagian tumbuhan
Bahan yang digunakan : daun tumbuhan pedada
baik pada kayu, biji, daun, buah, akar, bunga
(Sonneratia
maupun serbuk sari (Sunarni, Pramono, &
Herbarium Universitas Andalas, n-heksan, etil
Asmah, 2007).
asetat, metanol, silika gel, plat KLT, DPPH.
menjadi
alternatif
penyakit
yang
degeneratif,
pipet
ukur,
kertas
caseolaris
L.)
penelitian
saring,
ini
kolom
diidentifikasi
di
Salah satu tumbuhan yang berpotensi sebagai antioksidan adalah tumbuhan pedada
Prosedur Penelitian
merah. Tumbuhan ini mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, glikosida, saponin dan fenol
Ekstraksi
(Avenido, P. and Serrano,A.E. 2012). Secara
Tumbuhan pedada diperoleh dari pesisir
tradisional tumbuhan ini digunakan sebagai
sungai
ramuan
hasil
Kecamatan Tungkal Ilir. Bagian Tumbuhan yang
penelitian Sariful et al, (2012) yang menguji
digunakan adalah daun pedada. Daun pedada
ekstrak etanol dari daun tumbuhan pedada
sebanyak 10 kg di kering-anginkan hingga
dengan
didapat berat konstan 3,5 Kg kemudian dirajang
bedak
dingin.
menggunakan
picrylhydrazyl
(DPPH),
Berdasarkan
1,1-difenil-2ternyata
ekstrak
halus.
Kabupaten
Daun
yang
Tanjung
sudah
Jabung
dirajang
Barat,
halus
tersebut memiliki aktifitas antioksidan, dengan
kemudian dimaserasi bertingkat dengan n-
perolehan nilai IC50 68µg/ml. Selanjutnya
heksan, etil asetat, dan metanol dengan 3 kali
penelitian Madyawati (2014) yang menguji
pengulangan. Masing-masing hasil maserasi
aktifitas antioksidan terhadap berbagai ekstrak
disaring dengan menggunakan kertas saring
daun pedada diperoleh nilai persen inhibisi
Whatman no.1, Filtrat dipekatkan dengan
yang tertinggi terdapat pada fraksi etil asetat
menggunakan rotary
evaporator, sehingga
yaitu pada konsentrasi 500 ppm sebesar 92
P ro sid ing Sem ina r Na sion a l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
diperoleh ekstrak kental n-heksan, etil asetat
Fraksinasi dilakukan kembali hingga diperoleh
dan metanol daun pedada.
isolat murni.
Isolasi Fraksi Etil Asetat
Uji Aktifitas Antioksidan
Ekstrak kental etil asetat diisolasi dengan kromatografi
kolom.
Kolom
Penentuan Panjang Gelombang DPPH:
kromatografi
Dipipet sebanyak 3,8 ml larutan DPPH 400 ppm
disiapkan dengan membuat bubur silika yang
dan ditambahkan 0,2 ml metanol. Setelah
dimasukkan ke dalam kolom kromatografi
dibiarkan selama 30 menit ditempat gelap
secara perlahan-lahan. Ekstrak kental etil asetat
serapan
dilarutkan dengan aseton lalu dihomogenkan
spektrofotometer
dengan silika gel untuk preadsorbsi kemudian
gelombang 400 - 800 nm.
dimasukkan ke dalam kolom.
larutan
diukur
UV-Vis
dengan
pada
panjang
Uji Aktifitas Antioksidan Senyawa Hasil
Kemudian dibuat sistem fase gerak
Isolasi:
Pengujian
aktivitas
antioksidan
dengan komposisi n-heksan, etil asetat dan
dilakukan dengan metoda DPPH (Selvi et al,
metanol dengan berbagai perbandingan secara
2003). Sampel ditimbang sebanyak 10 mg,
bergradien. Langkah pertama dilakukan dengan
dilarutkan dalam 25 ml metanol dalam labu
mengaliri kolom dengan fase gerak n-heksan
ukur
100%. Pelarut yang menetes dari kolom
antioksidan, 0,2 ml larutan sampel dipipet
ditampung dalam vial yang sebelumnya telah
dengan pipet mikro kedalam vial, kemudian
ditimbang dan diberi nomor. Penggantian
ditambahkan 3,8 ml larutan DPPH 400 ppm.
gradient fase gerak dilakukan ketika fase gerak
Campuran larutan dihomogenkan dan dibiarkan
gradien sebelumnya telah habis digunakan
selama 30 menit ditempat gelap. Serapan diukur
untuk mengaliri kolom. Jumlah perbandingan
dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang
pelarut n-heksan dan etil asetat yang digunakan
gelombang 517 nm. Untuk Kontrol positif
selanjutnya adalah (9:1, 8:2, 7:3, 5:5, 2:8), Etil
digunakan asam askorbat perlakuan yang sama
asetat 100% dan Etil asetat : Metanol (4:6, 2:8).
dengan sampel.
25
ml.
untuk
penentuan
aktivitas
Pada tahap akhir kromatografi kolom, kolom dicuci dengan mengaliri pelarut methanol 100% untuk membersihkan silika gel dari sisa ekstrak yang menempel. Fraksi-fraksi ditampung
dan
diperoleh
Identifikasi menggunakan
hasil
pengoloman
kemudian diidentifikasi
senyawa
hasil
kromatografi
isolasi
lapis
tipis,
sampel
yang
Spektrofotometri UV-Vis dan FTIR.
diuapkan
menggunakan rotary evaporator. Seluruh fraksi yang
Identifikasi Senyawa Hasil Isolasi
dengan
HASIL DAN DISKUSI Pada
penelitian
ini
kromatografi lapis tipis (KLT) dengan eluen n-
digunakan adalah daun pedada kering dengan
heksan:etil
berbagai
berat 3,5 kg. Proses ekstraksi dan fraksinasi
perbandingan. Kemiripan bercak yang timbul
menggunakan metode maserasi bertingkat yang
pada lempeng amati baik secara langsung
dimulai dari n-heksan, etil asetat dan metanol.
maupun dibawah sinar UV 254 nm. Fraksi yang
Hal ini bertujuan untuk menyederhanakan
mempunyai kemiripan bercak dijadikan satu.
komponen kimia berdasarkan kepolarannya
asetat
dengan
93
P ro sid ing Sem ina r Na sion a l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
sehingga diperoleh kelompok senyawa non
dengan kromatografi kolom lagi dan diperoleh 4
polar, semi polar dan polar. Kemudian hasil
subfraksi yaitu F1.1, F1.2, F1.3 dan F1.4.
maserasi
dipekatkan
menggunakan
rotary
evaporator sehingga diperoleh ekstrak kental dari masing-masing ekstrak. Dari 3,5 kg daun pedada diperoleh randemen fraksi kental nheksan, etil asetat dan metanol berturut-turut yaitu 0,642;2,564 dan 3,008%.
Gambar 2. Hasil Uji KLT terhadap F1.2 dengan fase gerak yang berbeda {kiri: nheksan : etil asetat (7:3); kanan: diklorometana : etil asetat (1:1)}
Tabel 1. Hasil identifikasi isolate A dan B dengan FTIR
Gambar 1. Hasil Uji KLT terhadap hasil isolasi fraksi etil asetat Isolasi fraksi etil asetat dilakukan dengan menggunakan
kromatografi
kolom.
Kolom
dielusi menggunakan fase gerak mulai dari pelarut nonpolar n-heksan 100%, kemudian ditingatkan kepolaran secara bergradien dengan n-heksan : etil asetat (9:1, 8:2, 7:3, 5:5, 2:8) , Etil asetat 100% dan Etil asetat : Metanol ( 4:6, 2:8),
Pada subfraksi F1.2 terdapat Kristal putih
masing-masing hasil elusi ditampung dalam
dengan berat 10 mg yang diuji aktifitas
vial-vial secara berurut, sehingga diperoleh 39
antioksidannya. Pengujian aktifitas antioksidan
vial. setiap vial dilakukan uji kromatografi lapis
dengan menggunakan metode DPPH, dibuat seri
tipis (KLT) dan dilihat pola noda yang dihasilkan
konsentrasi 8, 16 dan 24 ppm diperoleh nilai
di bawah lampu UV dengan panjang gelombang
IC50 sebesar 39,89 ppm.
254 nm. Fraksi yang memperlihatkan pola noda yang sama digabungkan diperoleh 4 fraksi yaitu F1(Vial 1-6), F2 (vial 7-8), F3(vial 9-16) dan F4 (vial 17-39) (gambar 1). Dari F1 diisolasi
94
P ro sid ing Sem ina r Na sion a l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
Gambar 3. Spektrum IR isolat A
Gambar 4. Spektrum IR isolat B Pada subfraksi F1.2 dilakukan pemisahan
gelombang maksimal isolat A 417 nm dan Isolat
dan melihat kemurnian senyawa dengan KLT
B 528 nm, hal ini kemungkinan dikarenakan
menggunakan fase gerak Heksan:Etil asetat
kadar isolat yang terlalu sedikit sehingga
(7:3) memperlihatkan 1 noda, kemudian dielusi
mempengaruhi
kembali
identifikasi terhadap Isolat A dan B dengan FTIR
menggunakan
diklorometana, ternyata
fase
gerak
lain
memperlihatkan 2
intensitas
absorban.
Hasil
terlihat pada tabel 1.
noda (gambar 2). Untuk pemisahan dilakukan kromatografi Lapis tipis preparatif sehingga
KESIMPULAN
diperoleh 2 isolat , Isolat A dengan Rf 0,92 dan
Berdasarkan hasil penelitian F1.2 aktif
Isolat B dengan Rf 0,64. Pada Kromatografi lapis
sebagai antioksidan dengan nilai IC50 sebesar
tipis disemprotkan dengan reagen Liebermann
39,89 ppm. Dari hasil isolasi F1.2 diperoleh 2
Burchard memberikan noda berwarna merah
isolat yaitu isolat A dan isolat B diidentifikasi
muda reaksi ini positif untuk senyawa golongan
senyawa ini merupakan golongan terpenoid.
terpenoid. Isolat A dan isolat B yang dihasilkan berbentuk serbuk, berwarna putih dan tidak
UCAPAN TERIMA KASIH
berbau.
1.
Hasil spektrofotometri
identifikasi Uv-Vis
diperoleh
dengan
Bapak Aguspairi, S.Kp, M.Kep. sebagai Ketua STIKES Harapan Ibu.
panjang
95
P ro sid ing Sem ina r Na sion a l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
2.
Ibu Dr. Madyawati Latief, S.P, M.Si. atas kerjasama
dan
sumbangsihnya
dalam
3.
M. Redho Okta Kurniawan atas semangat dan kerjanya dalam penelitian ini.
penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Efendi Hastrian. 2007. Isolasi Senyawa Antioksidan dari Fraki Butanol Akar Tapak Liman (Elephanthopus scabeer L). Padang. Fajriah, dkk. 2007. Isolasi Senyawa Antioksidan dari Ekstrak Etil Asetat Daun Benalu Dendrophtoe pentandra L yang Tumbuh pada Inang Lobo-lobi. Jurnal Kimia Indonesia. Madyawati, Nazaradin, Nelson. 2014. Skrining Bioaktivitas Beberapa Tumbuhan Mangrove Asal Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi. Laporan Penelitan Fundamental Pedada. Avenido, P. and Serrano,A.E. 2012. Effects of the apple mangrove (Sonneratia caseolaris) on growth, nutrient utilization and digestive enzyme activities of theblack tiger shrimp Penaeus monodon postlarvae. European Journal of Experimental Biology.
Sariful et al. 2012. Evaluation of antinociceptive and antioxidant properties of the ethanolic extract of Sonneratia caseolaris leaves. Pelagia Research Library. Selvi, A.T., Joseph, G.S., and Jayaprakarsa, G.K., 2003. Inhibition of growth and flatoxin production in Aspergillus flavus by Garcinia indica extract and its antioxidant activity. J. Food Microbiology 20 : 455460 Sunarni, T., Pramono, S. & Asmah, R. 2007. Flavonoid antioksidan penangkap radikal dari daun Kepel (Stelechocarpus burahol (Bl.) Hook f. & Th.). Majalah Farmasi Indonesia. 18(3): 111-116. Zuhra, C.F, Tarigan, J. & Sihotang, H. 2008. Aktivitas Antioksidan Senyawa Flavonoid dari Daun Katuk (Sauropus androgunus(L) Merr.). Jurnal Biologi Sumatera. ISSN : 1907-5537-3(1) : 7-10
96