ISOLASI DAN KARAKTERISASI SENYAWA FLAVONOID DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK METANOL RIMPANG JERINGAU
Sri Iin Saman, Nurhayati Bialangi,Wenny J.A. Musa Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Matematika dan IPA Universitas Negeri Gorontalo
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengkarakterisasi senyawa flavonoid dari rimpang jeringau. Sebanyak 500 gram serbuk rimpang jeringau dimaserasi dengan metanol menghasilkan ekstrak kental metanol sebanyak 38,11 gram. Ekstrak kental metanol dipartisi dengan pelarut air, n-heksan, dan etil asetat. Menghasilkan fraksi n-heksan 3,49 gram, fraksi etil asetat 0,85 gram, dan fraksi air 3,12 gram. ekstrak kental metanol dan masing-masing fraksi yang dihasilkan diuji aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH dengan nilai IC50. Ekstral kental metanol dipisahkan dengan kromatografi kolom diperoleh 135 fraksi Hasil karakterisasi diduga bahwa isolat (fraksi 38-40) merupakan senyawa flavonoid. Hal ini didukung oleh hasil karakterisasi Spektrofotometer IR terdapat senyawa gugus fungsi O-H pada daerah bilangan 3324,61 cm-1. Serapan uluran C-H pada daerah bilangan gelombang 2943,92 cm-1 dan 2832,77 cm-1. Serapan cincin aromatik C꞊C muncul pada daerah bilangan gelombang 1451,15 cm-1.Hal ini diperkuat serapan UV-Vis pada panjang gelombang 282.00 nm dan 220.00 nm. Hasil penelitian aktivitas antioksidan dari ekstrak metanol, fraksi air, fraksi etil asetat dan fraksi n-heksan, yaitu pada fraksi etil asetat dan metanol memiliki aktivitas antioksidan yang sedang, fraksi n-heksan memiliki aktivitas antioksidan lemah dan pada fraksi air aktivitas antioksidannya tidak aktif.
Kata kunci : Isolasi, Karakterisasi, Jeringau, Senyawa Flavonoid, Aktivitas antioksidan
dan
PENDAHULUAN Senyawa metabolit sekunder merupakan
senyawa
umumnya
mempunyai
kimia
yang
kemampuan
bioaktivitas dan berfungsi sebagai pelindung tumbuhan dari gangguan hama penyakit untuk tumbuhan itu sendiri atau lingkungannya. Senyawa kimia sebagai hasil metabolit sekunder telah banyak digunakan untuk zat warna, racun, aroma makanan, obatobatan dan sebagainya (Setiana dkk., 2011). Tanaman jeringau merupakan tanaman air yang tumbuh liar di pinggiran sungai, rawa-rawa dan lahan yang tergenang air sepanjang tahun. Masyarakat membudidayakan jeringau dengan cara menanamnya di comberan samping rumah. Sepintas tanaman jeringau mirip dengan pandan, tetapi daunnya lebih kecil dan tumbuh lurus seperti pedang. Warna daun hijau tua
permukaannya
licin.
Batang
tanaman berada dalam lumpur berupa rimpang dengan akar serabut yang besar
(Anonim,
2008).
Menurut
Rismunandar (1988) dalam Anonim (2008) Secara tradisional tanaman jeringau banyak digunakan sebagai obat sakit perut dan penyakit kulit. Berdasarkan uraian di atas, salah satu tumbuhan dari familia Acoraceae yang belum diungkapkan potensinya secara ilmiah
yaitu
tanaman
Menurut
Achmad
flavonoid
adalah
senyawa
fenol
jeringau.
(1986) suatu
bahwa
kelompok
terbesar
yang
ditemukan di alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, biru, dan sebagian warna kuning ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan. Menurut
Achmad
(1986)
bahwa
flavonoid mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom
karbon, dimana dua cincin benzen (C6)
potensial
sebagai
antioksidan
terikat pada suatu rantai propan (C3)
mempunyai bioaktivitas sebagai obat.
sehingga membentuk suatu susunan
Flavonoid
C6-C3-C6.
berfungsi sebagai antioksidan sehingga
dalam
tubuh
dan
manusia
sangat baik untuk pencegahan kanker.
B 3
Manfaat flavonoid antara lain untuk
A 2 1
melindungi struktur sel, meningkatkan
Gambar 3. Struktur Umum Flavonoid
efektivitas vitamin C, antiinflamasi,
(Achmad, 1986) flavonoid
mencegah keropos tulang dan sebagai
terdapat pada semua bagian tumbuhan
antibiotik (Waji dan Sugrani, 2009).
tinggi seperti bunga, daun, buah, kayu,
Antioksidan adalah substansi yang
akar, dan kulit kayu. Sebagian besar
diperlukan tubuh untuk menetralisir
dari flavonoid alam ditemukan dalam
radikal bebas dan mencegah kerusakan
bentuk
unit
yang ditimbulkan oleh radikal bebas
flavonoid terikat pada suatu gula. Jika
terhadap sel normal, protein dan
dihidrolisis dengan asam, maka suatu
lemak.
Antioksidan
glikosida
radikal
bebas
Senyawa-senyawa
glikosida,
terurai
dimana
kembali
atau
(Mandjurungi,
gula
dan
2006).
dengan
melengkapi
kekurangan elektron yang dimiliki
komponen-komponennya menghasilkan
menstabilkan
alkohol Flavonoid
termasuk senyawa fenolik alam yang
radikal terjadinya
bebas,
dan
reaksi
menghambat berantai
dari
pembentukan radikal bebas yang dapat menimbulkan oksidative stress. Ada
beberapa
bentuk
diantaranya
vitamin,
antioksidan, mineral
maupun
non radikal bebas yang reaktif
dan
polar. radikal bebas baru yang tidak reaktif
NO2
fitokimia. Antioksidan adalah suatu
AH + O2N
inhibitor yang bekerja menghambat oksidasi dengan cara bereaksi dengan radikal
bebas
reaktif
membentuk
radikal bebas tak reaktif yang relatif lebih stabil (Waji dan Sugrani, 2009). Radikal bebas adalah atom, molekul, atau senyawa yang tidak stabil dan sangat reaktif karena memilki satu atau lebih elektron tak berpasangan pada orbital terluarnya. Menurut Prakash (2001)
Metode
DPPH
digunakan
secara luas untuk menguji kemampuan senyawa
yang
berperan
pendonor
elektron
atau
sebagai hidrogen.
Metode DPPH merupakan metode yang
dapat
mengukur
aktivitas
antioksidan baik dalam pelarut polar
NO2
N
N
A
H N
+ O 2N
NO2
N
NO2
Struktur DPPH: (a) DPPH bentuk radikal, (b) DPPH bentuk tereduksi. Sumber : Molyneux, 2003 Fasa diam KLT terbuat dari serbuk halus dengan ukuran 5 sampai 50 µm. Serbuk halus ini dapat berupa suatu adsorben, suatu penukar ion, suatu pengayak
molekul
atau
dapat
merupakan penyangga yang dilapisi suatu cairan. Untuk membuat lapisan tipis perlu dibuat bubur (slurry) berair dari serbuk halus tadi. Kromatografi kolom merupakan teknik kromatografi yang paling awal ditemukan. Ditinjau dari kolom
mekanismenya
kromatografi
merupakan
kromatografi
serapan atau adsorpsi. Kromatografi kolom
digolongkan
ke
dalam
kromatografi cair-padat (KCP) kolom
terbatas pada daerah antara 4.000-670
terbuka
cm-1
(Soebagio
dkk.,
2003).
(2,5-15µm).
Pada
spektro
Menurut Seran (2011) dalam Mahajani
inframerah meskipun bisa digunakan
(2012) bahwa spektrofotometer UV-
untuk mengidentifikasi gugus fungsi
Vis
antara
pada suatu senyawa, terutama senyawa
spektrofotometer UV dan Visibel.
organik. Setiap serapan pada panjang
Pada
gelombang tertentu menggambarkan
merupakan
gabungan
spektrofotometer
UV-Vis
menggunakan dua buah sumber cahaya
adanya suatu gugus fungsi spesifik.
berbeda yakni sumber cahaya UV dan
METODOLOGI PENELITIAN
sumber
cahaya
visibel.
Spektrofotometer UV-Vis merupakan spektrofotometer
berkas
ganda
sedangkan pada spektrofotometer Vis ataupun
UV
spektrofotometer
termasuk berkas
tunggal.
Menurut
Riyadi
(2009)
dalam
Mahajani
(2012)
bahwa
daerah
inframerah
dan
elektronegatif
meliputi
spektrum panjang
gelombang kurang lebih antara 0,70300 µm (12.000-10-1), akan tetapi untuk penggunaan pengukuran serapan
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan tahun 2013 bertempat di
Laboratorium Kimia
Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Gorontalo. Alat Alat-alat
yang
digunakan
dalam penelitian ini adalah evaporator, pipet
mikro,
kromatografi
seperangkat lapis
tipis
alat dan
kromatografi kolom, botol vial, lampu UV 254 dan 366 nm, neraca analitik, botol semprot, gelas kimia, gelas ukur,
corong pisah, pipet tetes, corong,
Ekstraksi dan Fraksionasi
statif, klem, labu dasar bulat, spatula,
Sampel berupa serbuk halus rimpang
oven, blender, spektrofotometer UV-
jeringau sebanyak 500 g diekstraksi
Vis, spektrofotometer infra merah.
dengan cara maserasi menggunakan
Bahan
metanol. Maserasi dilakukan selama 3
Bahan kimia yang digunakan terdiri
x 24 jam, dimana setiap 24 jam ekstrak
dari aquades, metanol, n-heksana, etil
disaring, dan dimaserasi lagi dengan
asetat, aseton, H2SO4 pekat, NaOH,
metanol yang baru. Ekstrak disatukan,
silika gel 60 dan plat KLT silika GF254,
sehingga diperoleh filtrat metanol.
kloroform, HCl pekat, serbuk Mg dan
Filtrat metanol dievaporasi pada suhu
pereaksi fitokimia (pereaksi Mayer,
30-40
pereaksi Wagner, dan pereaksi Hager),
panguap vakum, diperoleh ekstrak
DPPH (1,1-difenil-2-pikrihidrazil), dan
kental metanol. Ekstrak kental metanol
asam askorbat.
disuspensi dengan metanol:air (1:2)
Bahan Tumbuhan
dan dipartisi dengan menggunakan
Bahan
tumbuhan
C
dengan
menggunakan
digunakan
pelarut n-heksan, menghasilkan fraksi
dalam penelitian ini adalah bagian
n-heksan. Fraksi n-heksan dievaporasi
rimpang jeringau yang diperoleh di
diperoleh ekstrak n-heksan. Fraksi air
Kabupaten
dipartisi dengan etil asetat sehingga
Gorontalo.
yang
o
Gorontalo
Provinsi
diperoleh fraksi air dan fraksi etil asetat. Hasil partisi dari fraksi-fraksi tersebut dievaporasi pada suhu 30-
40oC sampai diperoleh ekstrak air dan
pereaksi Mayer, dan Wegner. Tabung
etil asetat. Selanjutnya ekstrak yang
kedua dilakukan pengujian dengan
diperoleh diuji fitokimia.
pereaksi Hager, jika terbentuk endapan
Uji Flavonoid
maka sampel tersebut positif (+)
Ekstrak sebanyak
kental
metanol
alkaloid.
0,1 g dilarutkan dengan
menggunakan 10 mL metanol dan
Uji Steroid, Terpenoid, dan Saponin Ekstrak
hasilnya dibagi menjadi 4 tabung reaksi.
Tabung
pertama
sebagai
kental
metanol
sebanyak 0,1 g dilarutkan dengan 10
kontrol, tabung kedua, ketiga dan keempat berturut-turut ditambahkan H2SO4 2 N, serbuk Mg-HCl, dan NaOH pekat, jika perubahan warna
mL dietil eter. Ekstrak yang larut dalam dietil eter ditambahkan 2 tetes asam asetat anhidrat dan ditambahkan
menunjukkan adanya flavonoid. satu tetes H2SO4 pekat. Jika terbentuk
Uji Alkaloid 0,1
g
ekstrak
metanol
dilarutkan dengan 10 mL kloroform amoniakal dan hasilnya dibagi dalam dua tabung reaksi. Tabung pertama ditambahkan
dengan
asam
sulfat
(H2SO4) 2 N. lapisan asam dipisahkan, dibagi
dalam
masing-masing pengujian
dua
tabung
tabung
dengan
reaksi
dilakukan
menggunakan
warna kebiruan, menunjukkan adanya steroid,
sedangkan
kecoklatan
warna
menunjukkan
merah adanya
terpenoid. Sisa yang tidak larut dalam dietil
eter,
di
uji
dengan
cara
menambahkan 2 mL aquades panas. Jika terbentuk busa/buih yang cukup stabil (15 menit) setelah ditambahkan aquades panas, menunjukkan adanya saponin.
spektrofotometer IR untuk mengetahui
Pemisahan dan Pemurnian
diuji
Ekstrak metanol yang telah
senyawa flavonoid yang terkandung
firokimia
dalam rimpang jeringau.
dianalisis
dengan
menggunakan kromatografi lapis tipis untuk melihat berapa senyawa dalam
Uji DPPH Larutan
(asam
dalam
beberapa
sampel. Ekstrak metanol sebanyak 10
askorbat)
g dipisahkan dengan kromatografi
konsentrasi yaitu 25 ppm, 50 ppm, 100
kolom dengan fase diam silika gel
ppm, 200 ppm, dan 400 ppm. Masing-
GF60 dan dielusi dengan eluen yang
masing konsentrasi diambil 4,5 ml
berbeda.
hasil
direaksikan dengan DPPH 1 mM
kolom
dalam tabung reaksi. Campuran ini
dianalisis dengan kromatografi lapis
diinkubasi pada suhu 37oC selama 30
tipis untuk melihat pola noda yang
menit. Diukur absorbansinya dengan
sama untuk digabungkan. Isolat hasil
menggunakan UV-VIS pada panjang
kromatografi
gelombang 517 nm.
Semua
pemisahan
fraksi
kromatografi
lapis
tipis
yang
dibuat
standar
memiliki faktor retensi (Rf) yang
Nilai IC50 sebagai parameter
sama digabung dan diuapkan, serta
aktivitas antioksidan dihitung dari
diuji fitokimia.
persamaan regresi
dengan memasukan nilai 50% pada Y,
Karakterisasi Isolat Isolat murni yang didapatkan kemudian
diidentifikasi
spektrofotometer
yang diperoleh
UV-Vis
sehingga diketahui nilai konsentrasi
dengan
efektifnya. Nilai IC50 larutan uji dan
dan
larutan pembanding ditentukan dari
persamaan yang diperoleh dari kurva
metanol. Ekstrak kental metanol yang
masing-masing.
dihasilkan dari maserasi yaitu 38,11
HASIL DAN PEMBAHASAN
gram
Sampel sebanyak
rimpang
500
gram
jeringau dimaserasi
menggunakan pelarut metanol dalam suhu kamar terlindung dari cahaya. Pelarut
metanol
digunakan
dalam
maserasi karena bersifat universal yang dapat mengikat semua komponen kimia yang terdapat dalam tumbuhan bahan alam baik yang bersifat non polar, semi polar, dan polar. Maserasi dilakukan selama 3 × 24 jam, dimana setiap 24 jam ekstrak metanol disaring dan dimaserasi kembali dengan pelarut metanol yang baru. Ekstrak metanol rimpang diuapkan
jeringau dengan
yang
diperoleh,
menggunakan
penguap putar vakum (rotary vacuum evaporator) pada suhu 30-40 sampai
terbentuk
ekstrak
berwarna
merah
kehitaman.
Ekstrak kental metanol sebanyak 10 gram disuspensi menggunakan air dan metanol dengan perbandingan 2:1, dimana volume air 100 mL dan volume metanol 50 mL. Hasil suspensi ini
dipartisi
menggunakan
corong
pisah dengan pelarut n-heksan yang bersifat non polar dengan volume 100 mL.
Fraksi
n-heksan
dievaporasi
menggunakan evaporator pada suhu 30-40
o
C, suhu rendah digunakan
untuk menjaga agar senyawa aktif tidak mengalami kerusakan. Hasil partisi
dari
dievaporasi sehingga
masing-masing
fraksi
pada suhu 30-40
diperoleh
ekstrak
o
C
kental
fraksi etilasetat sebanyak 0,85 gram
o
C
kental
dan ekstrak kental fraksi air sebanyak 3,12 gram.
Tabel 1. Hasil Rendemen Fraksi n-Heksan, Etil asetat, dan Air Ekstrak Metanol Rimpang Jeringau Berat ekstrak Berat Wadah Fraksi Rendemen metanol Fraksi kental Kosong (g) + fraksi (g) (%) (g) (g) n-Heksan 10,41 g 13,90 g 3,49 g 34,9 % 10 g Etil asetat 9,8 g 10,65 g 0,85 g 8,5 % Air 9,5 g 11,62 g 3,12 g 31,2 % Hasil rendemen berdasarkan polar yang terkandung dalam rimpang urutan
tingkatannya
berturut-turut
yaitu fraksi n-heksan, air, dan etilsetat.
jeringau sangat sedikit. Uji Fitokimia
Hal ini menunjukkan bahwa senyawa
Ekstrak kental metanol, n-
yang terkandung pada ekstrak kental
heksan, etilasetat dan air dilakukan uji
metanol lebih besar senyawa non polar
fitokimia memberikan hasil uji positif
yaitu dengan rendemen 34,9 %, karena
mengandung
dalam rimpang jeringau kandungan
Steroid
minyak atsiri sangat besar. Rendemen
ekstrak kental metanol. Ini dibuktikan
fraksi air juga cukup banyak yaitu 31,2
dengan adanya perubahan warna untuk
%, karena pada rimpang jeringau
uji
selain mengandung minyak atsiri juga
perubahan warna merah bata, dan
mengandung senyawa-senyawa polar
steroid terbentuk warna hijau kebiruan.
seperti flavonoid dan lain-lain. Untuk
Pada uji alkaloid tidak terbentuk
fraksi
menghasilkan
endapan, dan pada uji saponin tidak
rendemen yang sangat sedikit yaitu 8,5
terbentuk busa/buih pada fraksi selain
%, kemungkinan besar senyawa semi
ekstrak
etil
asetat
flavonoid,
dan saponin
flavonoid,
terpenoid.
hanya pada
terpenoid
kental
terjadi
metanol.
Tabel 2. Hasil Uji Fitokimia Berbagai Fraksi Fraksi
Ekstrak Met anol
Uji Fitoki mia Flavonoid
Orange tua-Orange muda Orange tua-merah Orange tua-Coklat kehitaman Tidak terbentuk endapan Tidak terbentuk endapan Tidak terbentuk endapan
Mayer Wagner Hager
Steroid
Liebarman Bauchar
Hijau kebiruan
Saponin
Aquades panas
Terbentuk busa
Terpenoid
Liebarman Bauchar Mg-HCl H2SO4 NaOH
Kuning muda-Kuning tua Kuning muda-Merah Kuning muda-Coklat kehitaman
+ + +
Alkaloid
Mayer Wagner Hager
Tidak terbentuk endapan Tidak terbentuk endapan Tidak terbentuk endapan
-
Steroid
Lieberman Bauchar
Tidak terbentuk hijau kebiruan
-
heks an
Mg-HCl H2SO4 NaOH
Hasil U ji + + +
Alkaloid
Flavonoid
n-
Perubahan dengan pereaksi Pereaksi
Terbentuk warna merah bata
+
+
+
Saponin Terpenoid
Aquades panas Lieberman
Tidak ada busa Terbentuk warna merah bata
+
Tabel 3. Hasil Uji Fitokimia Berbagai Fraksi Uji Fraksi
Etil as et at
Perubahan dengan pereaksi
Hasil U ji + + +
fitoki mia Flavonoid
Pereaksi Mg-HCl H2SO4 NaOH
Orange kecoklatan-Merah Orange kecoklatan-Orange Orange kecoklatan-Coklat kehitaman
Alkaloid
Mayer Wagner Hager
Tidak terbentuk endapan Tidak terbentuk endapan Tidak terbentuk tendapan
-
Steroid
Lieberman Bauchar
Tidak terbentuk hijau kebiruan
-
Saponin
Aquadest panas
Terbentuk busa
-
Terpenoid
Liebarman Bauchar Mg-HCl H2SO4 NaOH
Terbentuk warna merah bata
+
Merah bata-Orange muda Merah bata-Kuning muda Merah bata-Kuning kecoklatan
+ + +
Alkaloid
Mayer Wagner Hager
Tidak terbentuk endapan Tidak terbentuk endapan Tidak terbentuk endapan
-
Steroid
Liebarman Bauchar
Tidak terbentuk hijau kebiruan
-
Saponin
Aquades panas
Tidak terbentuk busa
+
Terpenoid
Liebarman Bauchar
Terbentuk warna merah bata
+
Flavonoid
Air
kolom dengan keadaan kran terbuka
Pemisahan dan Pemurnian Ekstrak
kental
metanol
sampai
terbentuk
pita.
kromatografi
Hasil
sebanyak 10 g dilarutkan dengan
pemisahan
kolom
metanol dan kemudian dicampurkan
diperoleh fraksi sebanyak 135 fraksi.
dengan fase diam silika gel GF60
Keseluruhan hasil fraksi dianalisis
sampai benar-benar kering. Sampel
dengan KLT, dan bercak nodanya
dimasukkan secara perlahan ke dalam
dilihat dengan menggunakan lampu
kolom yang berisi fase diam (silika
UV. Pola noda dari 135 fraksi ini dapat
gel), selanjutnya fasa gerak n-heksan
dilihat pada Gambar 1.
dialirkan secara perlahan ke dalam
Gambar 1. Profil KLT hasil pemisahan kromatografi kolom pertama Menggunakan adsorben silika gel GF254, fase gerak etil asetat:metanol (8,5:1,5) Fraksi
ini
dianalisis
fraksi yang diperoleh, fraksi A4 yang
menggunakan KLT untuk melihat pola
dipisahkan lagi dengan menggunakan
noda dari 5 kelompok fraksi ini. Dari 5
kromatografi
kolom
untuk
mendapatkan isolat murni. Fraksi ini
noda) dan masih memiliki berat yang
diambil
hasil
banyak dari 5 fraksi. Hasil KLT 5
yang
Fraksi dapat dilihat pada Gambar 2
karena
kromatografi
memberikan lapis
tipis
memberikan bercak noda ganda (2
dibawah ini.
Gambar 2. Profil KLT hasil pemisahan kromatografi kolom dari penggabungan fraksi menggunakan adsorben silika gel GF254, fase gerak etil asetat:metanol (8,5:1,5)
Hasil kromatografi kolom dari
yang diambil karena memiliki nilai Rf
A4 diperoleh 59 fraksi, kemudian
yang lebih kecil dibandingkan dengan
fraksi ini dikromatografi lapis tipis
Rf fraksi 32-37. Berat masing-masing
dengan menghitung harga Rf. Fraksi
adalah 0,46, 0,15 g, dan 1,21 g. Pola
yang memberikan bercak noda tunggal
noda dari fraksi ini dapat dilihat pada
yaitu fraksi 32-40. Namun fraksi 38-40
Gambar 3.
Gambar 3. Profil KLT hasil pemisahan kromatografi kolom kedua menggunakan adsorben silika gel GF254, fase gerak etil asetat:metanol (7:3) dengan menggunakan eluen bergradien yang
cocok
dengan
beberapa
Uji Kemurnian Isolat yang diduga murni yaitu isolat pada fraksi 38-40. Sebelum diuji kemurniannya dengan menggunakan spektrofotometer UV-VIS dan IR, fraksi ini diuji kemurniannya secara kromatografi lapis tipis dua dimensi
perbandingan, yaitu etilasetat:metanol (7:3), kloroform:metanol (6:4). Hasil KLT dua dimensi untuk membuktikan isolat ini merupakan isolat murni. Hasil KLT dua dimensi dapat di lihat pada Gambar 4.
Gambar 17. Profil KLT dua dimensi hasil pemisahan kromatografi kolom dari penggabungan fraksi menggunakan adsorben silika gel GF254 Uji Fitokimia Isolat Murni Tabel 4. Hasil Uji Fitokimia Isolat Murni
Pereaksi Fitokimia
Perubahan dengan Pereaksi
Hasil uji
1.
Uji Fitoki mia Flavonoid
Mg-HCl NaOH H2SO4
Merah bata-Orange tua Merah bata-Orange muda Merah bata-Coklat kehitaman
(+) Flavonoid (+) Flavonoid (+) Flavonoid
2.
Alkaloid
Uji Mayer Uji Wagner Uji Hager
Tidak terbentuk endapan Tidak terbentuk endapan Tidak terbentuk endapan
(-) Alkaloid (-) Alkaloid (-) Alkaloid
3.
Steroid
Liebarman Bauchar
Tidak terbentuk warna hijau kebiruan
(-) Steroid
4.
Saponin
Aquadest Panas
Tidak terbentuk buih/busa
(-) Saponin
5.
Terpenoid
Liebarman Bauchar
Tidak terbentuk warna merah bata
(-) Terpenoid
No
Spektrofotometer Inframerah (IR) Spektrum inframerah senyawa isolat ditunjukkan dalam Gambar 18
dan
data
interpretasi
spektrum
inframerah (gelombang, bentuk pita, intensitas,
dan
penempatan
terkait) pada Tabel 5.
gugus
Gambar 18. Spektrum inframerah dari isolat murni Hal ini diperkuat oleh adanya
tekuk C-H aromatik pada serapan
serapan tajam dan lemah tekukan O-H
654,83 cm-1 dan serapan C-H aromatik
aromatik pada panjang gelombang
keluar bidang pada panjang gelombang
1115.53 cm-1. Karena pada serapan ini
629,77 cm-1. Serapan tajam dan lemah
memiliki
97%.
pada cincin aromatik C꞊C muncul pada
Serapan uluran C-H alifatik yang
daerah bilangan gelombang 1449,64
tajam dan lemah muncul pada daerah
cm-1. Serapan tajam dan kuat uluran C-
bilangan gelombang 2944,00 cm-1 dan
O
2831,84 cm-1. Hal ini diperkuat oleh
gelombang 1025,62 cm-1.
transmitan
diatas
muncul pada daerah bilangan
Tabel 11. Interpretasi Spektrum Inframerah (Bilangan Gelombang, Bentuk Pita, Intensitas dan Penempatan Gugus Fungsi) dari Isolat
N o Isolat
Bilangan Gelombang(cm-1) Pustaka ( Creswe Akbar, Sukadana, ll,et all, (20 (2010) Silverst 10) ein) 33503000-3500 3200-3400 320 0
Bentuk Pita
Intensitas
Kemungkinan Gugus Fungsi
3500-3000
Melebar
Lemah
Uluran O-H Uluran C-H alifatik Uluran C=C aromatik
Arisandy (2010)
1.
3321.74
2.
2944.00 2831.84
2800-2950
2700-3000
-
3000-2700
Tajam Tajam
Lemah Lemah
3.
1449.64
1400-1650
1500-1475
-
1650-1450
Tajam
Lemah
5.
1115.53
1000-1300
1330-1260
-
Tajam
Lemah
Tekuk OH
6.
1025.62
990-1100
1000-1260
1260100 0
1230-1000
Tajam
Kuat
C-O alkohol
7.
654.83 629.77
650-1000
650-1000
900-650
Tajam
Lemah
Spektrofotometer UV-Vis
-
C-H aromatik kel. bidang
Isolat murni dikarakterisasi dengan
murni yang didapatkan merupakan
UV-Vis, karena UV-Vis merupakan
senyawa
alat untuk menguji senyawa yang
merupakan senyawa organik.
berwarna
dan
sebagian
yang
berwarna
dan
besar
merupakan senyawa organik. Isolat
Gambar 19. Data pektrum UV-Vis isolat murni
Aktivitas
Antioksidan
Menggunakan Metode DPPH Tabel
15.
Pengukuran
n-Heksan, Etil Asetat dan Metanol disetarakan
dengan
Aktivitas antioksidan asam askorbat.
Antioksidan Ekstrak Kental Fraksi Air, Aktv Antioksi dan (AEACmg)
Aktv Antioksidan (AEACmg/g sampel = ppm)
Rerata
Fraksi Air
30,3077 30,7692
3,7463155 3,7939865
3,77015
Fraksi nheksana
103,8462 101,5385
11,5512963 11,6043956
11,57785
Kode
aktivitas
Fraksi etil asetat
246,9231 251,1538
31,1378407 30,8922320
Ekstrak metanol
272,3077 266,6154
28,5138945 28,2731055
Intensitas Sangat aktif Aktif Sedang Lemah Tidak Aktif
31,01504
28,39350
Nilai IC50 < 50 ppm 50-100 ppm 101-250 ppm 250-500 ppm >500 ppm
PENUTUP
daerah bilangan gelombang 2944,00
KESIMPULAN
cm-1 dan 2831,84 cm-1. Serapan cincin
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa isolat murni (fraksi 38-40) dari rimpang jeringau yang terdapat pada ekstrak metanol
diduga
adalah
senyawa
flavonoid. Hal ini didukung oleh karakterisasi
spektrofotometer
IR
terdapat pada serapan pada daerah bilangan gelombang 3321,74 dan pada panjang gelombang 115,53 serapan gugus O-H. Serapan uluran C-H pada
alifatik C꞊C muncul pada daerah bilangan gelombang 1449,64 cm-1. Serapan uluran C-O pada daerah bilangan gelombang 1025,62 cm-1. Serapan bilangan gelombang 654,83 cm-1 merupakan tekukan C-H aromatik dan bilangan gelombang 629,77 cm-1 merupakan lenturan C-H aromatik. Hal ini diperkuat oleh adanya serapan UVVis pada panjang gelombang 282.00 nm dan 220.00 nm.
Hasil penelitian aktivitas antioksidan pada fraksi air aktivitas antioksidannya termasuk pada intensitas tidak aktif, karena nilai IC50 lebih besar dari 500 ppm yaitu 942,52 ppm. Fraksi nHeksan
aktivitas
antioksidannya
termasuk pada intensitas lemah, karena nilai IC50 diantara 250-500 ppm yaitu 261,48 ppm. Untuk fraksi etil asetat dan metanol aktivitas antioksidannya termasuk
pada
intensitas
sedang
karena nilai IC50 diantara 101-250 ppm yaitu 225,50 ppm dan 230,20 ppm. SARAN Dapat
dilakukan
penelitian
lebih lanjut untuk mengidentifikasi jenis senyawa flavonoid pada isolat murni dan senyawa aktif semipolar pada fraksi etil asetat yang bersifat sebagai antioksidan serta uji aktivitas antioksidan isolat murni dari ekstrak metanol rimpang jeringau.
DAFTAR PUSTAKA Achmad, Sjamsul. 1986. Buku Materi Pokok Kimia Organik Bahan Alam. Jakarta;Karunia Jakarta Universitas Terbuka Anonim.
2008. Bab II Tinjauan Pustaka. Universitas Sumatra Utara
Anonim. 2008. Bab I Pendahuluan. Universitas Sumatra Utara Balafif, Febrisha Febriane. 2011. Konsentrasi Hambat Minimum Ekstrak Etanol Rimpang Dlingo (Acorus calamus) terhadap Candidas Ablicans Isolat Geligi Tiruan Lengkap Lepasan Akrilik Rahang Atas. Universitas Padjajaran Fakultas Kedokteran Gigi Bandung. http://www.scribd.com/doc/1 29533336/KonsentrasiHambat-Minimum-EkstrakEtanol Rimpang-DlingoAcorus-Calamus-l-TerhadapCandida-Albicans-IsolatGeligi-Tiruan-Lengkap Lepasan-Akrilik-Rah. [Diakses Minggu 24 Maret 2013. Pukul 19.20 WIB] Creswell, C.,Ollaf Ruquist dan Malkom Campbell. 1989. Analisis Spektrum Senyawa Organik. Bandung;ITB
Daud, M. F, Sadiyah, E. R, Rismawati, Endah. (2011). Pengaruh Perbedaan Metode Ekstraksi Terhadap Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.) Berdaging Buah Putih. Farmasi. Universitas Islam Bandung. Darsono, P. V, Kuntorini, E. M. 2012. Gambaran Struktur Anatomis dan Uji Aktivitas Antioksidan Daun Serba Batang Hydroleaspinosa. Kalimantan selatan; FMIPA. Universitas Lambung Mangkurat. Fessenden, Joan s. Fessenden, Ralph. J. 1982. Kimia Organik Edisi Ketiga. Penerbit Erlangga: PT. gelora Aksara Pratama Jun, M.H.Y., J., Fong., X., Wan,C.S., Yang, C.T., HO. 2003. Camparison of Antioksidan Activies of Isoflavones Form Kudzu Root (puerarua labata O). J, Food Sci, Institute of Technologist. 68:21172122. Justik, Michael W. 2010. Infra Red Spectroscopy. Case Wester Reserve University Lenny,
Sovi. 2006. Senyawa Flavonoida, Fenilpropanoida dan
Alkaloid. Universitas Sumatera Utara Medan. Repository.usu.ac.id/betstre am/12345689/1842/1/0600 3489.pdf. Diakses minggu 7 juli 2013, pukul 15.25 WITA. Mahajani, Nurhartini. 2012. Isolasi Dan Karakterisasi Senyawa Flavonoid Dari Daun Tumbuhan Sirsak. Skripsi. Universitas Negeri Gorontalo. Mandjurungi, Sofiya. 2006. Identifikasi Senyawa Flavonoid Ekstrak Daun Kemuning Dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis. Skripsi. Universitas Negeri Gorontalo. Marlina
Ningsih, W.P. 2008. Konsentrasi Flavonoid dan Lethal Concentration 50 (LC 50) Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper crocatum). Bogor; Institut Pertanian Bogor.
Muthuraman, A., Singh Nirmal. 2012. Acute and Sub-Acute Oral Toxicity Profile Of Acorus Calamus (Sweet Flag) In Rodents. India; Punjabi University. Molyneux, P. 2003.The use of the stable free radikal diphenylpicrylhydrazyl (DPPH) for estimating
antioxidant activity. Journal Science of Technology. 26(2):211-219.
(Centella asiatica L. Urban) sebagai senyawa antibakteri. Bogor; Institut Pertanian Bogor
Nurfaisyah. 2011. Spektrofotometri UV-Vis Serta Aspek Kualitatif dan Kuantitatifnya. Farmasi dan Dunia Kesehatan.
Soebagio,
Prakash, A., Rieglhof, F., dan Miller E. 2001. Medallion Laboratories: Analytical Progress. Antioxidant Activity. www.terranostrachocholate.co m/file/Comparative_and_G eneral _Antioxidant_information. pdf. Diakses tanggal 5 juni 2013.
Suryani. 2012. Antioksidan. http://www.chem-istry.org/artikel_kimia/kimia _pangan/antioksidan-alamidi-sekitar-kita/. [Diakses Jumat 8 Maret 2013. Pukul 19.56 WIB]
Putra.
2008. Antioksidan Alami Disekitar Kita. http://www.chem-istry.org/artikel_kimia/kimia _pangan/antioksidan-alamidi-sekitar-kita/. [Diakses Jumat 8 Maret 2013. Pukul 19.35 WIB]
Ramawati,
K. G., Ed. (2004). Biotechnology of Medicinal Plants: Vitalizer and Therapeutic Enfield, New Hampshire: Science Publishers, Inc. 5.
Reniza, A. W. 2003. Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Asiatikosida Dari Pegagan
Budiasih Endang, Ibnu Sodiq, Widarti Retno.H, Munzil. 2003. Kimia Analitik II. JICA; Universitas Negeri Malang
Sunardi, Kuncahyo Ilham. 2007. Uji Aktivitas Ekstrak Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi, L.) Terhadap 1,1-dipenil-2pikrihidrazil (DPPH). Yogyakarta. Seminar Nasional Teknologi. Sastrohamidjojo, Hardjono. 1996. Sintesis Bahan Alam. Yogyakarta; Universitas Gadjah Mada (UGM) Silverstein, Bassler and Morril. 1984. Penyidikan Spektrofotometrik Senyawa Organik Edisi ke-4. Jakarta; Erlangga Taher,
Tamrin. 2011. Identifikasi Senyawa Flavonoid Dari Ekstrak Metanol Kulit
Batang Langsat (Lansium domesticum L.). Skripsi. Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo. Utomo A.B., Suprijono A., Risdianto A. 2008. Uji Aktivitas Antioksidan Kombinasi Ekstrak Sarang Semut (myrmecodia pendans) & Ekstrak Teh Hitam (camellia sinensis O.K.Var.assamica (mast.)) dengan metode DPPH (1,1difenil-2-fikrilhidrazil). Semarang; Ilmu Farmasi. Yulia,
Olga. 2007. Pengujian Kapasitas Antioksidan Ekstrak Polar, Non Polar, Fraksi Protein, dan Non Protein Kacang Komak (Lablab purpureus (L.) Sweet). Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Waji, R. A, Sugrani Andis. 2009. Makalah Kimia Organik Bahan Alam Flavonoid (Quercetin). MIPA; Universitas Hasanudin.
Zahin M., Aqil F., Ahmad I. 2009. Di Kegiatan Antioksidan Vitro dan Isi Fenol Dari Total Empat Obat Tanaman Indian. India; Universitas Aligarh Muslim.