Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 2 Juni 2012
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SPESIES KAPANG KONTAMINAN PADA BIJI KACANG MERAH DI PASAR TRADISIONAL KOTA MALANG Umi Kulsum Nur Qomariah, Utami Sri Hastuti, Agung Witjoro Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang
Abstrak Biji kacang merah (Phaseolus vulgaris L. var. Hawkesburry wonder) banyak dikonsumsi oleh masyarakat untuk berbagai macam makanan olahan seperti sup, campuran kue dan olahan lainnya. Biji kacang merah dapat terkontaminasi oleh kapang. Penelitian ini bertujuan untuk: 1)mengisolasi semua spesies kapang kontaminan pada biji kacang merah, 2)mengidentifikasi spesies-spesies kapang kontaminan dalam biji kacang merah, 3)menentukan spesies kapang kontaminan yang paling dominan dalam biji kacang merah. Sampel biji kacang merah diperoleh dari lima pasar tradisional di kota Malang. Sampel biji kacang merah dari lima pasar kemudian dicampur dan diambil sebanyak 10 g untuk dihaluskan. Biji halus dibuat suspensi dalam 90 ml larutan pepton 0,1% sehingga diperoleh suspensi dengan tingkat pengenceran 10-1. Pengenceran dilanjutkan pada tingkat pengenceran 10-2, 10-3, 10-4, 10-5, 10-6. Suspensi pada tiap tingkat pengenceran diambil 0,1 ml lalu diinokulasikan pada permukaan medium lempeng C’zapek Agar dan diinkubasi pada suhu 25oC selama 5-7 x 24 jam, kemudian tiap macam koloni kapang yang tumbuh dideskripsi secara morfologi dan mikroskopis. Selanjutnya dilakukan identifikasi dan penghitungan jumlah koloni tiap spesies kapang, kemudian dilakukan penentuan spesies kapang dominan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) ditemukan 11 isolat kapang kontaminan, 2) spesies-spesies kapang yang ditemukan ialah: Cladosporium cladosporoides (Fres.) de Vries, Penicillium chrysogenum Thom, Pennicillium citrinum Thom, Penicillium expansum Link ex S.F. Gray, Penicillium rugulosum Thom, Penicillium frequetans Westing, Aspergillus flavus Link, Penicillium verrucosum Dierckx, Torula sp., Aspergillus niger van Tieghem, Aspergillus ochraceus Wilhem, 3) spesies kapang kontaminan yang paling dominan ialah Cladosporium cladosporoides (Fres.) de Vries. yang memiliki jumlah koloni sebesar 1,73 x 106 cfu/g. Kata kunci: Biji kacang merah, spesies kapang kontaminan, kapang dominan.
PENDAHULUAN Biji kacang merah kering memiliki kandungan nutrisi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan biji kacang merah segar dan biji kacang merah rebus. Setiap 100 gram biji kacang merah kering mengandung 314,00 kalori, 22,1 g protein, 1,10 g lemak, 56,20 g karbohidrat, 502,00 mg kalsium, 429,00 mg fosfor, 0,30 mg besi, 0,40 mg vitamin B1, dan 30% serat (Depkes, 1995). Nutrisi dalam biji kacang merah selain dimanfaatkan oleh manusia, juga dapat dimanfaatkan oleh kapang untuk proses pertumbuhannya dengan cara mendegradasi senyawa-senyawa kimia kompleks dalam biji kacang merah menjadi senyawa yang lebih sederhana. Kacang merah dapat terkontaminasi kapang pada masa pertumbuhan, pasca panen dan masa penyimpanan. Kontaminasi kapang pada biji kacang merah mengakibatkan kerugian yang besar bagi masyarakat terutama petani dan pedagang. Biji kacang merah yang terkontaminasi kapang akan diselimuti miselium kapang, nampak keriput, dan tidak dapat berkecambah (Cahyono, 2007), sehingga kualitas dan harga biji akan menurun. Penanganan yang tepat perlu dilakukan untuk mengantisipasi kerugian besar yang mungkin terjadi pada masyarakat terutama konsumen biji kacang merah di pasar tradisional di kota Malang. Beberapa spesies kapang kontaminan pada biji-bijian, berpotensi menghasilkan mikotoksin, sehingga dapat membahayakan kesehatan. Menurut Suriawiria (1986), beberapa spesies kapang kontaminan dalam biji-bijian yang dapat menghasilkan mikotoksin, antara lain A. B-34
Umi Kulsum Nur Qomariyah dkk/Isolasi dan Identitikasi …
flavus menghasilkan aflatoksin, A. ochraceus menghasilkan okratoksin, dan P. citrinum menghasilkan sitrinin. Mikotoksin yang dihasilkan berbahaya bagi kesehatan karena bersifat hepatotoksik dan karsinogenik. Penelitian ini bertujuan untuk: 1)mengisolasi semua spesies kapang kontaminan pada biji kacang merah, 2)mengidentifikasi spesies-spesies kapang kontaminan dalam biji kacang merah, 3)menentukan spesies kapang kontaminan yang paling dominan dalam biji kacang merah. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk: 1) menambah wawasan keilmuan khususnya yang berkaitan dengan bidang Mikrobiologi Pangan, berupa informasi mengenai keanekaragaman spesies kapang kontaminan pada biji kacang merah yang diteliti, 2) dasar atas saran pada masyarakat agar berhati-hati memilih biji kacang merah dan selalu memilih kacang merah yang berkualitas baik dan aman dikonsumsi berdasarkan ciri-ciri tekstur dan warna. METODE PENELITIAN Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: botol kaca steril, termos es, neraca analitik, tabung reaksi, gelas ukur, batang pengaduk, labu erlenmeyer, cawan petri, termohigrometer, blender biji, autoklaf, makropipet, mikropipet, Laminar Air Flow (LAF), jarum inokulasi, rak tabung, incubator, mikroskop, kaca benda, kaca penutup, mikrometer objektif, mikrometer okuler, pensil, buku acuan identifikasi kapang. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu: sampel biji kacang merah, medium Czapek Agar, larutan pepton 0,1%, larutan Chlorine 0,1%, larutan lactophenol, larutan lactophenol cotton blue, alkohol 70%, alkohol 96%, aquades steril. Prosedur Penelitian Sampel penelitian diambil dari dua penjual tetap di lima pasar tradisional di kota Malang, yaitu pasar Kebalen, pasar Induk Gadang, pasar Besar, pasar Belimbing, dan pasar Dinoyo. Sampel biji kacang merah dalam botol steril yang disimpan dalam termos es sebelum dibawa ke laboratorium. Sampel biji kacang merah dari lima pasar kemudian dicampur dan diambil sebanyak 10 g untuk dihaluskan. Biji halus dibuat suspensi dalam 90 ml larutan pepton 0,1% sehingga diperoleh suspensi tingkat pengenceran 10-1. Pengenceran dilanjutkan pada tingkat pengenceran 102 , 10-3, 10-4, 10-5, 10-6. Suspensi pada tiap tingkat pengenceran diambil 0,1 ml lalu diinokulasikan pada permukaan medium lempeng C’zapek Agar dan diinkubasi pada suhu 25oC selama 5-7 x 24 jam, kemudian tiap macam koloni kapang yang tumbuh diberi kode dan dihitung jumlah koloninya. Jumlah koloni tiap jenis kapang per gram sampel dihitung dengan rumus berikut: ∑koloni spesies kapang “χ”Tingkat Pengenceran x 10 Masing-masing jenis koloni kapang diisolasi dengan cara menginokulasi miselium kapang dalam medium miring CA lalu diinkubasi pada suhu 25oC selama 5-7 x 24 jam, lalu diamati ciriciri morfologinya. Masing-masing jenis koloni kapang selanjutnya dideskripsi morfologi dan mikroskopisnya. Morfologi koloni yang diamati meliputi warna koloni, diameter koloni, sifat koloni, dan ada atau tidaknya warna dasar koloni. Pengamatan mikroskopis dilakukan pada preparat kapang yang dibuat dengan metode slide culture. Pengamatan mikroskopis kapang meliputi: hifa (warna, sifat dinding, diameter), Konidiofor atau sporangiofor (warna, diameter, panjang, sifat dinding, dan ada tidaknya cabang), vesikula (bentuk dan diameter), metula (ada tidaknya, warna, sifat dinding, panjang, diameter), kedudukan fialida terhadap vesikula, fialida (ada tidaknya, warna, sifat dinding, panjang, diameter, dan bentuk), konidia atau spora (warna, bentuk, diameter, sifat dinding), tipe pertumbuhan konidia (radiata atau kolumnar). Teknik Analisis Data Masing-masing isolat kapang kontaminan diidentifikasi sampai tingkat spesies. Data hasil pengamatan ciri-ciri morfologi dan mikroskopis yang telah dirangkum dalam tabel pengamatan, dirujukkan pada buku identifikasi berjudul “Introduction to food Born Fungi” (Samson, 1984), B-35
Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 2 Juni 2012
“Illustrated Genera off Imperfect Fungi” (Barnett and Hunter, 1972), dan “Pengenalan Kapang Tropik” (Gandjar dkk, 1999). Hasil penghitungan jumlah koloni tiap spesies kapang direrata dari ketiga ulangannya. Hasil rerata jumlah koloni tiap spesies kapang selanjutnya ditabulasikan ditabulasikan dan diurutkan dari nilai yang terbesar hingga terkecil, sehingga dapat diketahui spesies kapang yang paling dominan dalam sampel biji kacang merah. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1)Isolasi kapang kontaminan pada biji kacang merah Berdasarkan hasil isolasi lasi dan hasil deskripsi koloni kapang melalui pemeriksaan morfologi koloni dan mikroskopis terhadap kapang kontaminan yang berasal dari biji kacang merah, ditemukan 11 isolat kapang yang masing-masing masing masing diberi kode A, B, C, D, E, F, G, H, I, J dan K. hasil isolat kapang dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Isolat kapang
Kapang yang dapat diisolasi dari biji kacang merah terdapat sebanyak sebelas isolat. Jumlah isolat kapang ini cukup banyak karena biji kacang merah memiliki nutrisi tinggi yang memungkinkan beberapa jenis kapang dapat tumbuh. Gambar 1 menunjukkan bahwa tiap tiap-tiap isolat kapang memiliki ciri yang berbeda satu sama lain. Identifikasi dilakukan berdasarkan hasil pengamatan ciri-ciri ciri morfologi koloni dan ciri-ciri ciri mikroskopik tiap-tiapp isolat kapang yang ditemukan. 2)Identifikasi spesies-spesies spesies kapang kontaminan dalam biji kacang merah Berdasarkan hasil identifikasi kapang yang dirujukkan pada buku “Introduction Introduction to food Born Fungi” (Samson et al, 1984), “Illustrated “ Genera of Imperfect Fungi” (Barnett dan Hunter, 1972), dan buku “Pengenalan Pengenalan Kapang Tropik Umum” (Gandjar dkk, 1999), ditemukan 11 spesies kapang kontaminan. Spesies kapang kontaminan dalam biji kacang merah yaitu Cladosporium cladosporoides (Fres.) de Vries, Penicillium chrysogenum Thom, Pennicillium citrinum Thom, Penicillium expansum Link ex S.F. Gray, Penicillium rugulosum Thom, Penicillium frequetans Westing, Aspergillus flavus Link, Penicillium verrucosum Dierckx, Torula sp., Aspergillus niger van Tieghem, Aspergillus ergillus ochraceus Wilhem. Gambar 2, 3, 4 dan 5 berikut ini menunjukkan contoh spesies kapang yang ditemukan dalam biji kacang merah.
B-36
Umi Kulsum Nur Qomariyah dkk/Isolasi dan Identitikasi …
Gambar 2 C.cladosporoides (Fres.) de Vries. (Perbesaran 400x)
Gambar 3 A. ochraceus Wilhem (Perbesaran 100x)
Gambar 4 P. frequetans Westing (Perbesaran 1000x)
Gambar 5 Torulla sp. (Perbesaran 400x)
Hasil identifikasi menunjukkan bahwa kapang yang ditemukan dalam biji kacang merah termasuk dalam empat genus, yaitu Cladosporium, Penicillium, Aspergillus, dan Torula. Anggota genus Cladosporium yang ditemukan dalam biji kacang merah yaitu Cladosporium cl cladosporoides (Fres.) de Vries. Cladosporium cladosporoides (Fres.) de Vries. Anggota genus enus Penicillium yang ditemukan yaitu Penicillium chrysogenum Thom, Pennicillium citrinum Thom, Penicillium expansum Link ex S.F. Gray, Penicillium rugulosum Thom, Penicillium frequetans Westing, Penicillium verrucosum Dierckx. Anggota genus Aspergillus yang ditemukan yaitu Aspergillus flavus Link, Aspergillus niger van Tieghem, Aspergillus ochraceus Wilhem. Anggota genus Torula yang ditemukan yaitu Torula sp. Genuss kapang yang ditemukan dalam biji kacang merah umumnya tersebar luas di berbagai habitat. Berdasarkan hasil observasi di pasar tempat penyimpanan biji kacang merah, suhu di tempat penyimpanan di pasar berkisar antara 26,30C - 28,30 C. Suhu di tempat penyi penyimpanan biji kacang merah merupakan kisaran suhu yang optimal untuk pertumbuhan kapang pada umumnya. Menurut Tarigan (1988) suhu optimal untuk pertumbuhan kapang berkisar antara 25 0C – 30 0C. Hal ini menunjukkan bahwa suhu udara di pasar tradisional di Kota Kota Malang, memenuhi syarat untuk pertumbuhan kapang secara optimum. Faktor abiotik lain yang mendukung pertumbuhan kapang, ialah kelembaban udara yang cukup tinggi. Hasil observasi menunjukkan bahwa kelembaban udara di pasar tradisional kota Malang berkisar antara 63,7% - 73,7%,, sedangkan kapang dapat tumbuh optimum pada kisaran kelembaban udara 60% - 88% (Suriawiria,1985). (Suriawiria,1985). Hal ini menunjukkan bahwa kelembaban udara di pasar tradisional di kota Malang, memenuhi syarat untuk pertumbuhan kapang secara optimum. optimu Hasil pengukuran kadar air sampel biji kacang merah ialah sebesar 13%, sedangkan kadar air maksimal pada biji-bijian bijian yang optimum untuk pertumbuhan kapang ialah sebesar 14% (Suriawiria, 1985). Hal ini menunjukkan bahwa spesies-spesies spesies kapang kontaminan dalam biji kacang merah merupakan spesies yang dapat hidup dilingkungan yang kering atau bersifat xerofilik. Nutrisi dalam biji kacang merah dan faktor abiotik berupa suhu, kelembaban udara di pasar tempat penyimpanan, dan kadar air biji kacang merah dapat mendukung pertumbuhan kapang pada umumnya. 3)Spesies kapang kontaminan yang paling dominan dalam biji kacang merah Hasil tabulasi jumlah koloni tiap spesies kapang kontaminan dalam biji kacang merah dapat dilihat pada tabel berikut ini.
B-37
Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 2 Juni 2012 Tabel Urutan rerata jumlah koloni spesies kapang
No
Kode
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
A B J K D C G E F H I
Spesies kapang Cladosporium cladosporoides (Fres.) de Vries Penicillium chrysogenum Thom Aspergillus niger van Tieghem Aspergillus ochraceus Wilhem Penicillium expansum Link ex S.F. Gray Pennicillium citrinum Thom. Aspergillus flavus Link Penicillium rugulosum Thom Penicillium frequetans Westing Penicillium verrucosum Dierckx Torula sp.
Jumlah koloni kapang (cfu/g) 1,73 x 106 5,83 x 103 2,78 x 103 2,78 x 103 1,94 x 103 5,56 x 102 5,56 x 102 9,72 x 101 5,56 x 101 5,56 x 101 0,28 x 101
Tabel diatas menunjukkan spesies kapang kontaminan yang paling dominan ialah Cladosporium cladosporoides (Fres.) de vries. yang memiliki nilai jumlah total koloni sebesar 1,73 x 106 cfu/g. Spesies ini dapat tumbuh hampir pada semua substrat termasuk biji-bijian. C. cladosporoides (Fres.) de Vries banyak tersebar dalam lingkungan dalam ruangan (Gandjar et al, 1999). Kondisi ruangan dengan kelembaban tinggi dan suhu rendah seperti di tempat penyimpanan biji kacang merah di pasar-pasar tradisional di kota Malang dan kadar air dalam biji kacang merah merupakan faktor abiotik utama yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan C. cladosporoides (Fres.) de Vries. Faktor nutrisi dalam biji kacang merah dan faktor abiotik berupa kadar air, suhu dan kelembaban di pasar tempat penyimpanan yang dapat mendukung pertumbuhan dan menjadi faktor penting bagi C. cladosporoides (Fres.) de Vries. C. cladosporoides (Fres.) de Vries merupakan spesies kapang patogenik karena dapat menghasilkan aflatoksin (Suriawiria, 1986). Suriawiria (1986) lebih lanjut menyatakan bahwa Aflatoksin yang dihasilkan bersifat hepatotoksik dan karsinogenik. Apabila biji kacang merah terkontaminasi oleh C. cladosporoides (Fres.) de Vries, maka dapat membahayakan bagi kesehatan. Usaha terbaik untuk mencegah kontaminasi aflatoksin ialah menghambat dan mencegah pertumbuhan kapang penghasil mikotoksin. Usaha pencegahan kontaminasi kapang pada biji kacang merah dapat dilakukan sejak tanaman berada di lapang, pada pasca panen, dan pada masa penyimpanan. Usaha pencegahan sebaiknya dilakukan pada saat pemeliharaan dengan cara mencegah terjadinya luka pada biji kacang merah. Tanaman kacang merah perlu dihindarkan dari serangan penyakit. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan pada saat penanganan pasca panen, ialah melakukan proses pemisahan biji dari polong dengan menghindari terjadinya memar dan luka pada biji seminimal mungkin, karena biji yang terkelupas kulit arinya tidak memiliki pelindung sehingga mudah terkontaminasi kapang. Pemisahan biji dari polong umumnya dilakukan dengan cara memasukkan polong ke dalam karung kemudian dipukul-pukul dengan kayu (Cahyono, 2007). Teknik pemisahan tersebut sebaiknya dihindari karena biji memar dan dan kulit ari terkelupas. Teknik pemisahan biji sebaiknya dengan mengupas kulit polong secara manual sehingga diperoleh biji kacang merah yang utuh. Teknik manual ini cukup mudah dilakukan namun memerlukan banyak waktu dan tenaga. Biji kacang merah selanjutnya segera dikeringkan agar dapat disimpan dalam jangka waktu yang lebih lama. Biji kacang merah kering diupayakan disimpan di tempat yang bersih. Tempat penyimpanan sebaiknya diatur agar kelembaban relatif dan suhunya tidak terlalu tinggi. Menurut Suriawiria (1986) kadar air optimum pada biji-bijian yang tidak memberi peluang untuk tumbuh bagi kapang penghasil mikotoksin adalah 14%, suhu media penyimpanan kurang dari 25 0C (Tarigan, 1988) dan kelembaban kurang dari 65%. Biji kacang merah kering sebaiknya disimpan dalam kantong plastik atau toples untuk menghindari gangguan serangga hama gudang terutama Coleoptera. Serangan hama pada biji kacang merah dapat menjadi vektor terjadinya kontaminasi kapang pada biji kacang merah di tempat penyimpanan. Spesies-spesies kapang yang terdapat dalam biji kacang merah, selain merugikan sebagai perusak biji dan penghasil mikotoksin, beberapa diantaranya dapat dimanfaatkan dalam beberapa hal, misalnya sebagai pengendali hayati, penghasil antibiotika dan membantu proses fermentasi. C. B-38
Umi Kulsum Nur Qomariyah dkk/Isolasi dan Identitikasi …
cladosporoides (Fres.) de Vries selain merugikan, juga dapat dimanfaatkan misalnya sebagai kapang antagonis. C. cladosporoides (Fres.) de Vries dapat dimanfaatkan sebagai pengendali hayati terhadap beberapa spesies kapang parasit tular tanah di lahan pertanian. Pemanfaatan kapang sebagai pengendali hayati, dapat mengurangi penggunaan bahan kimia seperti pestisida. Pengendalian hayati lebih menguntungkan daripada penggunaan pestisida karena dapat menjaga stabilitas unsur hara dalam lahan pertanian (Hasanuddin, 2003). Penicillium chrysogenum yang telah diisolasi dari biji kacang merah, dapat dimanfaatkan sebagai penghasil penisilin (Hillenga dkk, 1995). Penisilin merupakan suatu senyawa antibiotika yang dapat menghambat sintesis bakteri. Penisilin bersifat bakterisida dan bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding sel bakteri (Muehlen, 2008). SIMPULAN Penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut 1. Hasil isolasi kapang kontaminan dalam biji kacang merah, menunjukkan bahwa terdapat 11 isolat kapang yaitu isolat A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, dan K. 2. Spesies kapang kontaminan dalam biji kacang merah yaitu Cladosporium cladosporoides (Fres.) de Vries, Penicillium chrysogenum Thom, Pennicillium citrinum Thom, Penicillium expansum Link ex S.F. Gray, Penicillium rugulosum Thom, Penicillium frequetans Westing, Aspergillus flavus Link, Penicillium verrucosum Dierckx, Torula sp., Aspergillus niger van Tieghem, Aspergillus ochraceus Wilhem. 3. Spesies kapang kontaminan yang paling dominan ialah Cladosporium cladosporoides (Fres.) de Vries. yang memiliki nilai jumlah koloni spesies sebesar 1,73 x 106. SARAN Beberapa saran yang perlu diperhatikan dari hasil penelitian ini antara lain: 1. Perlu dilakukan pengkajian keanekaragaman mikoflora pada biji kacang merah dari varietas lain. 2. Perlu dilakukan pengkajian terhadap mikoflora pada makanan hasil olahan yang menggunakan bahan baku biji kacang merah, agar dapat diketahui spesies-spesies kapang kontaminan dalam makanan hasil olahan tersebut. 3. Masyarakat sebaiknya memilih biji kacang merah yang berkualitas baik, yaitu dengan ciri-ciri biji utuh, kulit ari tidak rusak, biji tidak keriput dan tidak berjamur. 4. Masyarakat sebaiknya lebih selektif memilih biji kacang merah sebelum dikonsumsi misalnya dengan ciri-ciri biji utuh, tidak keriput, tidak berlubang, tidak berserbuk dan tidak diselimuti miselium kapang agar aman untuk dikonsumsi.
DAFTAR PUSTAKA Abun. 2005. Efek Fermentasi Ampas Umbi Garut (Maranta arundinacea LINN.) Dengan Kapang Aspergillus niger Terhadap nilai kecernaan Ransum ayam pedaging. Bandung. Universitas Padjajaran. Barnett, H.L; Hunter, B.B. 1972. Illustrated Of Imperfect Fungi. Pensylvania: Burgess Publishing Company Co Ltd. Cahyono, B. 2007. Kacang Buncis. Yogyakarta. Penerbit Kanisius. Departemen Kesehatan. 1995. Daftar komposisi bahan makanan. Departemen kesehatan: Jakarta. Gandjar, I.; Samson, R.A.; Vermeulen, K.V.T.; Oetari, A.; Santoso, I. 1999. Pengenalan Kapang Tropik Umum. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia. Hasanudin. 2003. Peningkatan Peranan Mikroorganisme Dalam Sistem Pengendalian Penyakit Tumbuhan Secara Terpadu. Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara. B-39
Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 2 Juni 2012
Hillenga, D.J., Versantvoort, H., Molen, S., Driessen, A.,Konings, W. 1995. Penicillium chrysogenum Takes up the Penicillin G Precursor Phenylacetic Acid by Passive Diffusion. Netherlands. Department of Microbiology, Groningen Biomolecular Science and Biotechnological Institute, University of Groningen, 9751 NN Haren. Muehlen. 2008. Penicillin dan Penngunaannya dalam Dunia Veteriner. (online), (http://muehlenbekia.blogspot.com). Diakses tanggal 5 Januari 2012. Pelczar, M.J. dan Chan, E.C.S. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI Press. Samson. 1984. Introduction to food Born Fungi. Pensylvania: Burgess Publishing Company Co Ltd. Steenis, V. 1975. Flora untuk Sekolah di Indonesua. Jakarta. Pradnya Paramita Suriawiria, U. 1986. Pengantar Mikrobiologi Umum. Bandung: Angkasa. Tarigan, J. 1988. Pengantar Mikrobiologi. Jakarta. LPTK Yeong, L.C. 2009. Penyaringan Dan
Pengoptimuman Penghasilan Protein Intrasel Yis dalam Medium Sisa Pertanian Untuk Industri Makanan. Malaysia: Universiti Sains Malaysia
B-40