ISOLASI DAN IDENTIFIKASI EKSTRAK METANOL BIJI BUAH DUMBAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE KROMATOGRAFI CAIR VAKUM (KCV) Mohamad Usman Nur Jurusan Farmasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo Abstract : Dumbaya is one of the extinct plants in Gorontalist province commonly Gorontalist use Dumbaya as the traditional medicine that is used to decrease fevers, coughs, ulcers and, etc. The part of Dumbaya plant that usually used as the medicine is the seed of it. Dumbaya plants can be found hunddling in another plants. This research purposed to investigate and to identify the compound of the secondary methabolisme of methanol extracts of the Dumbaya seeds. By using vacuum liquid chromatography methanol. This research used laboratorium experimental design through investigating the secondary compound methabolisme presence of methanol extract from the seed of Dumbaya plant. The condenced of extract methanol fractionated continously by n-heksan and methanol. Furthermore, the separation procces is focussed on condenced of methanol extract by using vacuum liquid chromatography as the stationary phase, it used silica gel gf 254 and the dynamic phase used nheksan:etil asetat (3:1). The obtained isolater was tasted the purity by using the thin layer of chromatography. As the result, this research showed that the extract of Dumbaya seeds contains compounds flavonoids, alkaloid, and saponin. Keywords : Dumbaya, Methanol Extracts, Vacuum Liquid Chromatography. Abstrak : Dumbaya merupakan salah satu tanaman yang bisa dikatakan tanaman yang sudah hampir punah di provinsi gorontalo yang biasa digunakan oleh masyarakat daerah gorontalo sebagai obat tradisional yaitu seperti obat penurun demam, batuk, bisul dan sebagainya oleh masyarakat gorontalo. Bagian tanaman yang biasanya digunakan sebagai obat tradisional yaitu biji dari buah dumbaya. Tumbuhan dumbaya biasanya tumbuh bergerombol dalam satu area yang biasanya tumbuh merayap pada tanaman lain. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi senyawa metabolit sekunder ekstrak metanol biji buah dumbaya dengan menggunakan metode kromatografi cair vakum. Desain penelitian yang digunakan penelitian eksperimental laboratorium yang melihat adanya kandungan senyawa metabolit sekunder dari ekstrak metanol biji buah dumbaya. Ekstrak kental metanol difraksinasi berturut-turut dengan n-heksan dan metanol. Selanjutnya proses pemisahan yang difokuskan pada ekstrak kental metanol dengan menggunakan kromatografi cair vakum, sebagai fase diam dipakai silika gel gf 254 dan fase gerak adalah n-heksan:etil asetat (3:1). Isolat yang diperoleh diuji kemurnian dengan menggunakan kromatografi lapis tipis. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak metanol biji buah dumbaya mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, dan saponin. Kata Kunci : Dumbaya, Ekstrak Metanol, Kromatografi Cair Vakum.
i
PENDAHULUAN Gorontalo salah satu termasuk provinsi kecil yang berada di pulau sulawesi ternyata menyimpan beraneka macam tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat tradisional, bahkan ada tumbuhan yang belum dilakukan penelitian sebelumnya sedangkan masyarakat gorontalo percaya tumbuhan tersebut berkhasiat sebagai obat sebagaimana masyarakat gorontalo gunakan khususnya masyarakat yang berada di kecamatan atinggola kabupaten gorontalo utara provinsi gorontalo, tumbuhannya adalah dumbaya. Tumbuhan
Dumbaya
dikenal
dengan berbagai sebutan seperti Dumbaya (Gorontalo), Tabu’buo (Atinggola).
Tumbuhan
ini
merupakan salah satu tanaman yang bisa dikatakan tanaman yang sudah hampir punah di provinsi gorontalo yang
biasa
masyarakat sebagai
digunakan daerah
obat
oleh
gorontalo
tradisional
yaitu
seperti obat penurun demam, batuk, bisul dan sebagainya. Bagian tanaman yang biasanya digunakan sebagai obat tradisional yaitu biji dari buah dumbaya ini. Biji tersebut dikeringkan terlebih dahulu kemudian dihancurkan sampai halus, serbuk biji dumbaya ini diseduh dengan air hangat dengan cara disaring, nantinya airnya tersebut diminum,
biasanya
di
kalangan
masyarakat
kecamatan
atinggola
mereka
mengkombinasikan dengan madu karena menurut masyarakat atinggola rasanya pahit. Hasil skrining fitokimia yang telah dilakukan menunjukkan bahwa biji buah dumbaya mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, dan saponin. Dalam dunia medis dan kimia organik istilah alkaloid berasal dari kata Alkali (bersifat basa), yaitu ii
senyawa bahan alam yang memiliki aktivitas biologis sehingga banyak digunakan dalam penelusuran senyawa bioaktifitas baru (Harbone, 1987). Sedangkan flavonoid mempunyai
bermacam-macam
efek
seperti
anti
tumor,
immunostimulant,
antioksidan, analgesik, dan anti radang. Dan saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun, serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa dan menghemolisis sel darah (Harbone, 1987). BAHAN DAN METODE Pengambilan Sampel Sampel biji buah dumbaya diperoleh Kecamatan Atinggola pada bulan Oktober 2015. Sampel biji buah dumbaya diambil pagi hari 08.00-11.00, bagian dumbaya yang diambil yaitu bijinya. Persiapan Sampel Biji Buah Dumbaya Biji buah dumbaya dibersihkan dari kotoran/ sisa daging yang menempel pada biji buah dumbaya dengan air kemudian dicuci kembali dengan metanol. Biji buah dumbaya dikeringkan dengan cara dimasukkan ke dalam amplop coklat atau dianginanginkan dalam suhu kamar sampai benar-benar kering. Setelah kering, biji dihancurkan dengan cara ditumbu. Ekstraksi Sampel Sebanyak 250 g serbuk biji buah dumbaya diekstraksi refluks dengan pelarut metanol sebanyak 850 ml labu alas bulat pada healting mantle. Proses refluks dapat diakhiri setelah 3 jam. Ekstrak cair metanol biji buah dumbaya kemudian dituang pada loyang stainlis. Residunya disaring dengan kain phanel. Kemudian diuapkan ekstrak cair biji buah dumbaya menggunakan vacuum rotary evaporator pada suhu 600C. Setelah itu ekstrak dikeruk dengan sendok tanduk dan dimasukkan ke dalam gelas, kemudian disimpan dalam lemari es/kulkas dengan cara gelas berisi ekstrak dimasukkan dalam toples plastik dan dibungkus dengan kapas. Skrinning Fitokimia
iii
Skrinning fitokimia dilakukan terhadap ekstrak pekat metanol untuk mengetahui golongan senyawa yang terisolasi, sebagai berikut: 1. Pengujian Tanin Sebanyak 0,5 g ekstrak metanol dumbaya diencerkan dengan 5 ml metanol. Ditambahkan 1-3 tetes larutan FeCl3. Timbulnya warna biru kehitaman menunjukkan adanya senyawa tanin galat dan jika warnanya hijau kehitaman menunjukkan adanya senyawa tanin katekin (Depkes, 1980). 2. Pengujian Saponin Sebanyak 0,5 g ekstrak metanol dumbaya ditambahkan 10 ml air panas, dan kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 detik. Jika terbentuk buih yang mantap selama tidak kurang dari 10 menit, setinggi 1-10 cm dan tidak hilang dengan penambahan 1 tetes asam klorida 2 N menunjukkan adanya saponin (Depkes, 1980). 3. Pengujian Flavonoid Sebanyak 0,5 g ekstrak metanol dumbaya dilarutkan dengan metanol kemudian ditambahkan HCL dan serbuk magnesium. Flavonoid positif jika terjadi warna merah, kuning atau jingga. 4. Pengujian Alkaloid Sampel dibasahkan dengan amonia 10% kemudian ditambahkan kloroform, digerus kuat-kuat. Lapisan kloroform dipipet sambil disaring, lalu kedalamnya ditambahkan larutan asam klorida 2 N, campuran dikocok kuat sehingga terbentuk dua lapisan. Lapisan asam dipipet kemudian dibagi menjadi 2 bagian : a.
Bagian pertama ditambahkan pereaksi Mayer. Terjadinya endapan putih atau kekeruhan menunjukkan adanya alkaloid.
b.
Bagian kedua digunakan sebagi blanko.
5. Pengujian Steroid/Terpenoid Sebanyak 0,5 g ekstrak metanol dumbaya dilarutkan dalam metanol, kemudian ditambahkan larutan Lieberman –Burchard. Lalu divortex dan lihat apakah terjadi
iv
perubahan warna biru menunjukkan adanya steroid dan jika terjadi perubahan warna ungu menunjukkan adanya terpenoid. Fraksinasi Ekstrak kental dumbaya ditimbang sebanyak 2 g dengan menggunakan neraca analitik. Perbandingan pelarut yang akan digunakan dalam fraksinasi yaitu nheksan:metanol (4:2) dalam 200 mL. Dimana n-heksan ditimbang sebanyak 133,3 mL sedangkan metanol sebanyak 66,6 mL. Ekstrak kental dumbaya dilarutkan terlebih dahulu dengan menggunakan pelarut metanol dan dimasukkan ke dalam corong pisah, kemudian pelarut n-heksan dimasukkan ke dalam corong pisah lalu diaduk dan didiamkan beberapa menit. Setelah itu di dapat 2 lapisan, dimana lapisan atas n-heksan dan lapisan bawah metanol, lapisan bawah (metanol) ini yang akan diuapkan dengan menggunakan rotary evaporator dan akan dilanjutkan pada uji KLT untuk mendapatkan noda yang bagus pada lempeng KLT. Kromatografi Lapis Tipis Sistem eluen yang akan digunakan dalam KCV (Kromatografi Cair Vakum) ditentukan terlebih dahulu dengan KLT. Pelarut yang digunakan adalah metanol, nheksana, dan etil asetat. Ekstrak ditotolkan pada plat KLT dan dielusikan dalam larutan pengembang nheksan:metanol (3:1), n-heksan:etil asetat (3:1). Deteksi bercak diamati dalam lampu UV 254 nm dan 365 nm. Sistem eluen terpilih yaitu n-heksan:etil asetat (3:1) yang memberikan profil pemisahan paling baik dan memberikan spot paling banyak kemudian digunakan sebagai fase gerak dalam kromatografi cair vakum. Kromatografi Cair Vakum (KCV) Kolom kromatografi cair vakum terlebih dahulu dibilas dengan metanol, selanjutnya dikeringkan dengan cara diisap melalui pompa vakum. Ekstrak hasil fraksinasi ditambahkan ke dalam 1 g silika gel gf 254. Sebanyak 10 g silika gel gf 254 dimasukkan ke dalam kolom dalam keadaan kering tidak dicampur terlebih dahulu dengan solven di luar kolom. Kolom kemudian divakum. Selanjutnya silika gel gf 254 yang terlapis ekstrak dimasukkan ke dalam kolom dan kolom v
divakum.. Diatas lapisan silika gel yang tersalut ekstrak kemudian diletakkan kertas saring. Proses elusi dimulai dari pelarut yang non polar (n-heksan 100%), nheksan:metanol (80:20), n-heksan:metanol (60:40), n-heksan:metanol (40:60), nheksan:metanol (20:80), hingga pelarut yang polar (metanol 100%). Setiap pengelusian, kolom divakum. Masing-masing fraksi dikumpulkan dan diuapkan pelarutnya menggunakan rotary evaporator. Kemudian masing-masing fraksi ditimbang untuk memperoleh beratnya. Selanjutnya keenam fraksi tersebut ditotolkan pada plat KLT dengan menggunakan eluen n-heksan:etil asetat (3:1), selanjutnya diamati pada lampu uv 254 nm dan 366 nm. HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstraksi Sampel Pada penelitian ini metode ekstraksi yang digunakan adalah refluks. Hal ini dikarenakan sampel yang dijadikan objek penelitian yaitu biji dari buah dumbaya. Berdasarkan teori Adrian (2000) mengatakan simplisia yang biasa diekstraksi dengan metode refluks adalah simplisia yang mempunyai komponen kimia yang tahan terhadap pemanasan dan mempunyai tekstur yang keras seperti akar, batang, buah, biji, dan herba. Pada proses ekstraksi ini simplisia biji buah dumbaya yang dipakai sebanyak 250 g. Sedangkan pelarut yang digunakan yaitu pelarut metanol sebanyak 850 mL, alasan menggunakan pelarut metanol berdasarkan teori Kristanti (2008) metanol merupakan pelarut universal yang baik untuk mengekstraksi semua golongan senyawa metabolit sekunder. Untuk mengisolasi suatu senyawa dari bahan tanaman segar, keberhasilan ekstraksi dengan metanol berkaitan langsung dengan seberapa jauh klorofil tertarik oleh pelarut tersebut. Dari hasil ekstraksi didapatkan hasil ekstrak adalah 28 g dari bobot simplisia 250 g dengan persen berat rendamen adalah 11,2%. Presentasi ini masuk dalam range persen rendamen dengan proses ekstraksi yang berlangsung sempurna yaitu 10%-15% (Dirjen POM, 2000). Selanjutnya ekstrak pekat yang didapatkan diuji skrining fitokimia. vi
Skrinning Fitokimia Tabel 4.2 Hasil Uji Skrinning Fitokimia Ekstrak Metanol Biji Buah Dumbaya Senyawa Aktif
Pereaksi
Hasil
Alkaloid
Mayer
Positif (+)
Flavonoid
HCL + Serbuk Magnesium
Positif (+)
Kuning
Saponin
Air Panas + Asam Klorida 2N
Positif (+)
Busa Stabil
Steroid
Lieberman-Burchard
Negatif (-)
Kuning
Terpenoid
Lieberman-Burchard
Negatif (-)
Kuning
FeCL3 Negatif (-) (+) Menunjukkan Adanya Senyawa Uji
Kuning
Tanin Keterangan :
Reaksi Terjadi Pengendapan
(-) Menunjukkan Tidak Adanya Senyawa Uji
Berikut reaksi yang terjadi :
Reaksi senyawa Alkaloid dengan pereaksi mayer Endapan tersebut adalah kompleks kalium-alkaloid. Pada pembuatan pereaksi Mayer, larutan
merkurium(II) klorida ditambah kalium
iodida akan bereaksi
membentuk endapan merah merkurium(II) iodida yang kemudian melarut dalam kalium iodida berlebih membentuk kalium tetraiodomerkurat(II) (Svehla, 1990). Pada uji alkaloid dengan pereaksi Mayer, diperkirakan nitrogen yang mempunyai pasangan elektron bebas pada alkaloid bereaksi dengan ion logam K+ dari kalium tetraiodomerkurat(II) membentuk kompleks kalium-alkaloid yang membentuk endapan putih (Fajriani,2016). Dari hasil skrining fitokimia diketahui bahwa ekstrak metanol biji buah dumbaya mengandung senyawa flavonoid. Hal ini dapat dilihat dari perubahan warna yang
vii
terjadi setelah ditambahkan HCL dan serbuk magnesium yaitu warna kuning. Berikut reaksi yang terjadi :
Reaksi senyawa Flavonoid dengan HCL dan Serbuk Magnesium Penambahan HCl dalam uji kualitatif flavonoid berguna sebagai penghidrolisis flavonoid menjadi aglikonnya, yaitu dengan menghidrolisis O-glikosil. Glikosil akan tergantikan oleh H+ dari asam, karena sifatnya yang elektrofilik. Glikosida berupa gula yang biasa dijumpai yaitu glukosa, galaktosa dan ramnosa. Serbuk Mg menghasilkan senyawa kompleks yang berwarna merah, kuning, maupun jingga (Marliana, dkk; 2005). Hasil skrining fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak metanol biji buah dumbaya mengandung senyawa saponin. Hal ini terlihat dari busa stabil yang dihasilkan. Berikut reaksi yang terjadi :
Reaksi uji saponin Menurut Robinson (1995) senyawa yang memiliki gugus polar dan non polar bersifat aktif permukaan sehingga saat dikocok dengan air, saponin dapat membentuk misel. Pada struktur misel, gugus polar menghadap ke luar sedangkan gugus non
viii
polarnya menghadap ke dalam. Keadaan inilah yang tampak seperti busa (Fikri, 2014). Timbulnya busa menunjukkan adanya glikosida yang mempunyai kemampuan membentuk buih dalam air yang terhidrolisis menjadi glukosa dan senyawa lainnya (Rusdi dalam Marliana, dkk; 2005). Kromatografi Lapis Tipis Pelarut pengembang yang digunakan pada KLT adalah n-heksan:metanol (3:1), nheksan:etil asetat (3:1). Deteksi bercak diamati dalam lampu UV 254 nm dan 365 nm. Sistem eluen terpilih yaitu n-heksan:etil asetat (3:1) yang memberikan profil pemisahan paling baik dan memberikan spot paling banyak. Kromatografi Cair Vakum (KCV) Tabel 4.4 Pengamatan Bercak Hasil KLT Fraksi 1-6 dibawah Sinar UV Fraksi
Hasil Uji Penegasan KLT Rf Sinar UV
Kesimpulan
N-heksan 100%
-
-
-
N-heksan:metanol (80:20)
-
-
-
0,38
Biru
Positif Flavonoid
0,41
Jingga
Positif Alkaloid
0,36
Biru
Positif Flavonoid
0,39
Jingga
Positif Alkaloid
0,42
Biru
Positif Flavonoid
0,45
Jingga
Positif Alkaloid
-
-
-
N-heksan:metanol (60:40)
N-heksan:metanol (40:60)
N-heksan:metanol (20:80)
Metanol 100%
ix
Hasil uji identifikasi KLT fraksi n-heksan:metanol (60:40), (40:60), dan (20:80) menghasilkan bercak noda pada fase gerak n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 3:1 yang berwarna biru gelap yang ketika diamati pada sinar UV 254 nm dan dilihat pada sinar UV 366 nm menghasilkan noda berwarna biru. Berdasarkan (Marliana, 2005) pengamatan noda pada sinar UV 366 nm tanpa pereaksi menghasilkan noda berwarna biru positif mengandung senyawa flavonoid. Sehingga dapat disimpulkan senyawa tersebut diduga senyawa flavonoid. Selanjutnya, plat disemprot dengan pereaksi dragendorf menghasilkan noda berwarna jingga. Menurut wagner (1996) senyawa alkaloid pada umumnya berwarna biru, biru kehijauan, atau ungu berfluoresensi jika diamati di bawah sinar UV 366 nm dan setelah plat disemprot dengan pereaksi dragendorf senyawa alkaloid pada KLT akan menunjukkan bercak coklat, jingga berlatar belakang kuning (Harborne dalam Marliana,2005). Berdasarkan hal tersebut diduga senyawa yang diperoleh adalah senyawa alkaloid. Berdasarkan teori (Septina A. Widuri, dkk, 2013) tanaman yang memiliki senyawa-senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, steroid, polifenolat, dan kuinon, di dunia medis memiliki kemampuan antibakteri karena dapat merusak membran sel, menginaktivasi enzim, dan menginaktivasi atau menghancurkan fungsi materi genetik bakteri (Ajizah, 2004). Alkaloid merupakan senyawa yang mengandung nitrogen yang bersifat basa dan mempunyai aktifitas farmakologis (Lumbanraja 2009). Bagi tumbuhan, alkaloid berfungsi sebagai senyawa racun yang melindungi tumbuhan dari serangga atau herbivora (hama dan penyakit), pengatur tumbuh atau sebagai basa mineral untuk mempertahankan keseimbanagan ion (Immy S. Rohyani, dkk 2015). Senyawa alkaloid dalam bidang kesehatan memiliki efek berupa pemicu sistem syaraf, menaikan tekanan darah,mengurangi rasa sakit, antimikroba, obat penenang, obat penyakit jantung dan lainnya (Robinson 1995). Di bidang farmasi dan medis flavonoid berfungsi sebagai antimikroba, antivirus, antioksidan, antihipertensi, merangsang pembentukan estrogen, dan mengobati x
gangguan fungsi hati (Robinson, 1995). Mekanisme kerjanya dalam menghambat bakteri dilakukan dengan cara mendenaturasi protein dan merusak membran sel bakteri dengan cara melarutkan lemak yang terdapat pada dinding sel. Senyawa ini mampu melakukan migrasi dari fase cair ke fase lemak. Terjadinya kerusakan pada membran sel mengakibatkan terhambatnya aktivitas dan biosintesa enzim-enzim spesifik yang diperlukan dalam reaksi metabolisme dan kondisi ini yang pada akhirnya menyebabkan kematian pada bakteri (Naiborhu 2002). Menurut (Doughari, 2012) yang menyebutkan bahwa, saponin memiliki aktivitas hipolipidemik dan antikanker. Aktivitas hipolipidemik dari saponin akan menurunkan kadar lipid dalam tubuh sehingga insulin dapat berfungsi normal sebab menurut (Australian Centre for Diabetes Strategies), peningkatan lipid dalam tubuh menyebabkan kerja insulin terhambat sehingga terjadi diabetes. Saponin untuk obat luar biasanya bersifat membersihkan. saponin juga sering dimanfaatkan untuk meracuni ikan karena dapat menghambat pembuluh darah ikan mengikat oksigen. Karakteristik metabolit sekunder seperti yang dijelaskan pada kutipan diatas berlaku pula atas biji buah dumbaya, karena berdasarkan hasil penelitian bahwa biji buah dumbaya mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, dan saponin. Sehingga dapat disimpulkan bahwa biji buah dumbaya memiliki potensi dalam ilmu kefarmasian. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol biji buah dumbaya mengandung senyawa Alkaloid, Flavonoid, dan Saponin.
xi
DAFTAR PUSTAKA Adrian, peyne, 2000. Analisa Ekstraktif Tumbuhan Sebagai Sumber Bahan Obatobat. Pusat Penelitian Universitas Negeri Andalas. Ajizah, A. 2004. Sensitivitas Salmonella typhium Terhadap Ekstrak Daun Jambu Biji. Bioscientiae. Vol.I. No.1. Program Studi Biologi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat. Alimin.(2007). Kimia Analitik.Makasar : Alauddin Press. Australian Center for Diabetes Strategies. 2004. National Evidence Based Guidelines for the Management of Type 2 Diabetes Mellitus. National Health and Medical Research Council. Australian Government. Departemen Kesehatan RI, 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Dirjen POM, Jakarta. Departemen Kesehatan RI, 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Dirjen POM, Jakarta. Departemen Kesehatan RI, 1989-1995. Materia Medika Indonesia. Dirjen POM, Jakarta. Doughari, James H. 2012. Phytochemicals: Extraction Methods, Basic Structures and Mode of Action as Potential Chemotherapeutic Agents, Phytochemicals – A Global
Perspective
of
Their
Role
in
Nutrition
and
Health.
www.intechopen.com. Diunduh pada 23 Juni 2016. Fajriani, M, 2016. Skrinning Fitokimia Senyawa Metabolit Sekunder Dari Ekstrak Daun
Afrika
(Vernonia
amygdalina
Delile)
Menggunakan
Metode
Kromatografi Lapis Tipis (Thin Layer Chromatography). Skripsi, Jurusan Farmasi,
Fakultas
Olahraga
dan
Kesehatan,
Universitas
Negeri
Gorontalo.Gorontalo. Farida, W.R., Praptiwi, dan W.Semiadi. 2000. Tannin dan Pengaruhnya pada Ternak. Jurnal Peternakan dan Lingkungan. Vol. 6. Hal. 66-71. Farnsworth, N.R., 1966. Biological and Phytochemical Screening of Plants, J.Pharm. Sci. Vol 55.225-276. xii
Fikri, M, 2014. UJI EFEKTIVITAS ANTELMINTIK EKSTRAK ETANOL DAUN KETEPENG CINA (Cassia alata Linn) TERHADAP CACING GELANG Ascaris lumbricoides. Skripsi, Jurusan Farmasi, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo.Gorontalo. Gandjar, I G. Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Cetakan VI. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Harbone, J.B., 1987. Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern Menganalisa Tumbuhan. Penerbit ITB, Bandung. Hargono, D., 1997. Obat Tradisional dalam Zaman Teknologi. Majalah Kesehatan Masyarakat. No. 56.3-5. Hernes, P.J and Hedges, J.I. 2004. Tannin Signatures of Bark, Needles, Leaves, Cones, and Wood at the Molecular Level. Geochimica Acta. Vol. 68 Hal. 12931307. Hostettmann, K., Hostettmann, M., & Marston, A. (1986). Cara Kromatografi Preparatif Penggunaan pada Isolasi Senyawa Alam. (Alih bahasa : Kosasih Padmawinata). Bandung : Penerbit ITB. Hostettmann, K., Wolfender, J., & Rodriguez, S. (1997). Rapid Detection and Subsequent Isolation of Bioactive Constituents of Crude Plant Extracts. San Diego : Academic Press. Ida Sundari, 2010. Identifikasi Senyawa Dalam Ekstrak Etanol Biji Buah Merah (Pandanus conoides Lamk.). Skripsi. Jurusan MIPA. Universitas Sebelas Maret. IMMY SUCI ROHYANI, EVY ARYANTI, SURIPTO, 2015. Kandungan fitokimia beberapa jenis tumbuhan lokal yang sering dimanfaatkan sebagai bahan baku obat di Pulau Lombok. Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mataram Koensoemardiyah, 1992. Biosintesis Produk Alami. IKIP Semarang Press. Terjemahan: Biosynthesis of Natural Products , Manito, P., 1985. John Wiley and Sons, Inggris. xiii
Kristanti, A.N., dkk. 2008. Buku Ajar Fitokimia. Jilid 1. Airlangga University Press, Surabaya. Lenny, S. 2006. Senyawa Flavonoida, Fenilpropanoida, dan Alkaloida. Karya Ilmiah. Departemen Kimia Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara. Lumbanraja LB. 2009. Skrining Fitokimia dan uji efek Antiinflamasi ekstak etanol daun tempuyang (Sonchus arvenis L.) terhadap radang pada tikus. Universitas Sumatera Utara, Medan Maafir. 2010. Ramuan Tradisional untuk Penyakit Malaria. Penebar Swadaya. Jakarta Marliana, S.D, Suryanti, V, dan Suyono. 2005. Skrining Fitokimia dan Analisis Kromatografi Lapis Tipis Komponen Kimia Buah Labu Siam ( Sechium edule Jacq.Swartz.) dalam Ekstrak Etanol. Biofarmasi 2(1) 26-31, Februari 2005, ISSN: 1693-2242. Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta. Maryati Abd. Gafur. 2013. Isolasi dan identifikasi Senyawa Flavonoid adri daun Jamblang (Syzygium cumini). Skripsi, Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Matematika dan IPA, Universitas Negeri Gorontalo.Gorontalo. Murhadi, T.S. Soewarno, B.S.L.. Jennie, A Apriyantono, S. Yasni. 2004. Karakteristik Spektroskopi
Isolat Antibakteri Biji
Atung
(Parinarium
glaberrimum Hassk). Jurnal Teknologi dan Industri Pangan Vol 15 Hal 1-10. Naiborhu PE. 2002. Ekstraksi dan Manfaat Ekstrak Mangrove (Sonneratia alba dan Sonneratia caseolaris) Sebagai Bahan Alami Antibakterial pada Patogen Udang Windu, Vibrio harveyi. [Tesis]. Sekolah Pascasarjana IPB, Bogor Padmawinata, K. Dan I. Soediro, 1985. Analisis Obat secara Kromatografi dan Mikroskopi, Penerbit ITB, Bandung. Terjemahan : Drugs Analisis by Chromatography and Microscopy, Stahl, E, Michigan Padmawinata, K., 1996, Pengantar Kromatografi, Edisi Ke dua, ITB Press, Bandung. Terjemahan: Introduction to Chromatography, Gritter, R.J.: J. M. Bobbit; A. E Schwarting, 1985, Holden Day Inc., USA
xiv
Peddersen, D.S and Rosenbohm, R., 2001. Dry Vacuum Chromatography. Synthesis Journal. Vol. 6.2431-2434. Robinson, Trevor. 1993. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. ITB Press. Bandung Robinson
T.1995.
Kandungan
Organik
Tumbuhan
Tinggi.
Terjemahan:
Koensoemardiyah. IKIP Semarang Press, Semarang. Rohman, Abdul. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar. Jogjakarta. Rusdi, 1990. Tetumbuhan Sebagai Sumber Bahan Obat. Pusat Penelitian Universitas Andalas, Padang. Santi, SR. 2009. Penelusuran Senyawa Sitotoksik pada Kulit Biji Nyamplung (Calophyllum inophyllum L.) dan Kemungkinan Korelasinya sebagai AntiKanker. Jurnal Kimia Vol.2 Hal. 101-108. Sarker, S D. Nahar, L. 2009. Kimia Untuk Mahasiswa Farmasi Bahan Kimia Organik, Alam dan Umum, Cetakan Pertama. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Sastrohamidjojo, H., 2005. Kromatografi. Liberty, Yogyakarta. Septina Asih Widuri, Noorcahyati, Antun Puspanti, 2013. Potensi Beberapa Jenis Tumbuhan Berkhasiat Antidiabetes oleh Etnis Kalimantan Sebagai Sumber Metabolit Sekunder untuk Pengembangan Obat Modern. Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam Jl. Soekarno Hatta KM.38 PO.BOX 578 Balikpapan 76112. Septyaningsih, Dyah. 2010. Isolasi dan Identifikasi Komponen Utama Ekstrak Biji Buah Merah (Pandanus conoides Lamk). Skripsi. Jurusan Kimia. Fakultas MIPA. Universitas Sebelas Maret. Stahl, E., 1985. Analisis Obat secara Kromatografi dan Mikroskopi. ITB. Bandung. Hal. 3-19. Still, Clark., Kahn, M., and Mitra, A., 1978. Rapid Chromatographic Technique for Preparatives Separations with Moderate Resolution. Journal of Organic Chemistry. Vol. 43. No. 14. Sudjadi.(1986). Metode Pemisahan.Yogyakarta : UGM press.
xv
Suharto, Edi. 2004. Struktur Biji, Sifat Fisik Biji, dan Karakteristik Benih Kayu Afrika (Maesopris eminii Engl). Provenan Padang Jaya. Jurnal akta Aagrosia. Vol. 7 No. 1 Hal. 24-32. Sumardjo, D. 2008. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta. Tjitrosoepomo, G., 2005. Morfologi Tumbuhan. Edisi ke-15. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Hal 242. Wagner, H., dan Bladt, S., 1996, Plant Drug Analysis A thin Layer Chromatography Atlas, Second Edition, 6, 74, 305, 306, Springer-Verlag, Berlin.
xvi